identifikasi masalah prilaku
-
Upload
sivaneasan-kandiah -
Category
Documents
-
view
267 -
download
8
description
Transcript of identifikasi masalah prilaku
IDENTIFIKASI MASALAH PERILAKU YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT DAN
PENGELOLAANNYA DI
PUSKESMAS LUBUK KILANGAN TAHUN 2012
Oleh :
JASVEEN KAUR GILL
0810314267
Pembimbing :
dr.Rima Semiarty, MARS
Periode
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................................ i
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4
1.3. Batasan Masalah…………………………………………………………. 4
1.4. Metode Penulisan ....................................................................................... .4
BAB II : ANALISIS SITUASI
2.1. Sejarah Puskesmas……………………………………………………………4
2.3. Keadaan Geografis ...................................................................................... 5
2.3. Keadaan Demografi .................................................................................... 6
2.4. Sarana dan Prasarana .................................................................................. 7
2.5. Keadaan Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk ................................. 9
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Perilaku dan Perilaku Kesehatan................................................................ 10
3.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .............................................................. 12
BAB IV : PEMBAHASAN
4.1.Pencapaian PHBS Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas...18
4.2. Pengelolaan Masalah PHBS Rumah Tangga di Puskesmas Andalas……...21
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................................23
5.2. Saran ...............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki melenium baru department kesehatan telah mencanangkan Gerakan
Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat
adalah cara pandang, pola pikir atau modal pembangunan kesehatan yang bersifat holistic,
melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak factor yang bersifat lintas sector
dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Secara makro paradigma sehat berarti semua sector memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara micro berarti pembangunan kesehatan
lebiih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Berdasarkan paradigma sehat, ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010 dimana ada 3
pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya
yaitu perilaku proaktif yang meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam
upaya kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka
diperlukan pelbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah
satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Salah satu indikator untuk menilai perilaku masyarakat terhadap kesehatan adalah
dengan menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga. PHBS terdiri dari
sekumpulan perilaku yang dilaksanakan atas kesadaran dari hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang mampu berperan aktif dalam menigkatkan derajat kesehatan pribadi,
keluarga, maupun masyarakat.
Indikator PHBS dirumah tangga yang dapat dinilai, yaitu : persalinan ditolong tenaga
kesehatan, pemberian ASI eksklusif, penimbangan bayi dan balita, menggunakan air bersih
3
untuk keperluan sehari-hari, mencuci tangan dengan air dan sabun, menggunakan jamban
sehat, memberantas jentik nyamuk di rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan
aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
Di wilayah kerja puskesemas Lubuk Kilangan, pencapaian PHBS rumah tangga untuk
beberapa indikator masih terbilang rendah seperti mencuci tangan dengan sabun (45.20 %),
membrantras jentik (45.20%) dan tidak merokok dalam rumah (54 %). Hal ini tentunya
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena PHBS merupakan salah satu bentuk
upaya peningkatan derajat masyarakat.
Oleh karena itu, perlulah perhatian lebih dalam upaya penigkatan pencapaian PHBS
rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, sehingga pada akhirnya dapat
menigkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.2 Tujuan Penulisan
Memperoleh gambaran masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, khususnya mengenai PHBS.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur, laporan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011, dan diskusi.
4
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1 SEJARAH PUSKESMAS
Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan KAN
yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri
didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 dimana saat itu Pimpinan
Puskesmas yang pertama adalah dr.Meiti Frida dan pada tahun itu juga Puskesmas
mempunyai 1 buah Pustu Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat
itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10
orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak
11 kali.
Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara maksimal, karena adanya
keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor dan
juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen
terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik,
Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 52 orang termasuk Pustu.
Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum
mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus Pelayanan Lansia.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 pelayanan
dasar yaitu: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA, gizi masyarakat, P2M,
pengobatan.
2.2 KONDISI GEOGRAFIS
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan
Lubuk Kilangan dengan luas daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan
luas:
a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2
b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2
5
d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2
e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2
f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2
g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2
2.3 KONDISI DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 43.532 Jiwa yang terdiri
dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Bandar Buat : 11.172 jiwa dan 2.743 KK
b. Kelurahan Padang Besi : 6.211 jiwa dan 1.610 KK
c. Kelurahan Indarung : 10.669 jiwa dan 2.632 KK
d. Kelurahan Koto Lalang : 6.378 jiwa dan 1.550 KK
e. KelurahanBatuGadang : 5.828 jiwa dan 1.489 KK
f. Kelurahan Baringin : 1.226 jiwa dan 244 KK
g. Kelurahan Tarantang : 2.048 jiwa dan 439 KK
Di lubuk kilangan terdapat 42RW dan 161 RT dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Batu Gadang : 4 RW/ 18 RT
b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT
c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT
d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 40 RT
e. Kelurahan Koto Lalang : 7 RW/ 27 RT
f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT
g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT
SASARAN PUSKESMAS
Jumlah penduduk : 43.532 Jiwa
Bayi (0-11 Bulan) : 904
6
Bayi (6-11 Bulan) : 542
Anak Balita (24-60 Bulan) : 3506
Balita (0-60 Bulan) : 4410
Ibu Hamil (Bumil) : 995
Ibu Nifas (Bufas) : 949
Ibu Bersalin : 949
Ibu meneteki (Buteki) : 1808
Lansia : 3138
WUS : 9287
2.4 SARANA DAN PRASARANA
1. Sarana Pendidikan
No Kelurahan TK SD SMP SMA
1 Bandar Buat 9 6 3 0
2 Padang Besi 2 4 0 0
3 Indarung 1 6 1 2
4 Koto Lalang 3 3 0 0
5 Batu Gadang 1 2 0 1
6 Baringin 1 1 0 0
7 Tarantang 0 1 0 0
Jumlah 14 23 4 3
7
2. Sarana Kesehatan
KONDISI SARANA DAN PRASARANA
PUSKESMAS LUBUK KILANGAN
TAHUN 2011
NOJENIS SARANA
DAN PRASARANA JLH
KONDISI
BAIK
RUSAK
ISARANA KESEHATAN
RINGAN
SEDANG
BERAT
1 Puskesmas Induk 1 1
2Puskesmas Pembantu
3 a. Indarung 1 1
4 b. Batu Gadang 1 1
5 c. Baringin 1 1
6 Rumah Dinas dokter 1 1
7Rumah Dinas Paramedis
1 1
8Mobil Pukesmas Keliling
1 1
9 Sepeda Motor 4 4
II
SARANA PENUNJANG
1 Komputer 2 1 1
2 Mesin Tik 2 1 1
3 Laptop 1 1
4 LCD/Infocus 1 1
8
Jumlah 17 12 2 2 1
2.5 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk
a. Kondisi Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang,
juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut
masyarakatnya adalah :
Islam : 43.451 Jiwa
Katolik : 39 Jiwa
Kristen : 41 Jiwa
b. Kondisi Ekonomi
Mata Pencarian Penduduk:
a. Pegawai Negeri
b. Swasta
c. Buruh
d. Tani
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Perilaku dan Perilaku Kesehatan
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Menurut Skinner (1983), perilaku merupakan suatu respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus yang diberikan. Respon ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
a. Bentuk Pasif ( Covert Behaviour)
Merupakan respon internal yang terjadi dalam diri manusia yang tidak dapat
diamati secara langsung, misalnya pengetahuan, persepsi dan perhatian.
Contohnya seorang ibu tahu mengenai ASI eksklusif tapi tetap memberikan
makanan pendamping ASI pada anaknya yang berumur kurang dari 6 bulan.
b. Bentuk Aktif (Overt Behaviour)
Merupakan tindakan nyata dari pengertahuan yang dimiliki seseorang sehingga
dapat diamati secara langsung. Misalnya ibu yang tahu mengenai ASI eksklusif
langsung mempraktekkannya dan tidak memberikan makanan pendamping ASI
pada anak berusia kurang dari 6 bulan.
Perilaku manusia sangat kompleks dan memiliki ruang lingkup yang sangat luas.
Benyamin Bloom (1908) membangi perilaku ke dalam 3 domain yang saling berkaitan erat
satu sama lain. Ketiga domain tersebut adalah pengetahuan (cognitive), sikap (affective), dan
tindakan (psychomotor). Pengetahuan dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu pendidikan
ataupun pembelajaran seseorang. Domain pengetahuan sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya tindakan dan disebutkan bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan
akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Domain sikap
juga menentukan terbentukanya tindakan seseorang. Sikap terbuka atau penerimaan terhadap
pengetahuan yang diberikan akan lebih mempermudah terbentuknya tindakan atau perilaku
seseorang.
10
Menurut L. Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni :
a. Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seperti
pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma dan lain-lain.
b. Faktor pendukung yaitu faktor yang memfasilitasi terjadinya perilaku misalnya
puskesmas, posyandu, tempat pembuangan sampah, uang, dan sebagainya.
c. Faktor pendaorong yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku misalnya
sikap petugas kesehatan, sikap keluarga dan lain-lain.
Pengaruh perilaku terhadap kesehatan dapat dilihat melalui teori Blum yang
menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh determinan lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik (keturunan).
Gambar 2.1 Modifikasi Skema Perilaku Blum - Green
Gambar di atas menunjukkan bagaimana keterkaitan teori Blum dan Green. Terlihat
banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu perilaku individu yang pada akhirnya
akan menentukan bagaimana derajat atau status kesehatan individu tersebut.
11
Keturunan
Pelayanan kesehatan LingkunganStatus Kesehatan
Perilaku
Faktor Predisposisi (Pengetahuan, sikap,
kepercayaan )
Faktor Pendorong (sikap dan perilaku
petugas )
Komunikasi
Faktor Pendukung (ketersediaan sumber
daya)
TrainingPem. Sosial
Pendidikan kesehatan
Secara lebih spesifik, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan dapat disebut
sebagai perilaku kesehatan, yaitu suatu respon organisme terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Becker
(1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagi berikut :
a. Perilaku Kesehatan (Health Behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan seseorang dalm memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Seperti
tindakan mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi,
dan sebagainya.
b. Perilaku Sakit (Illness Behavior), yaitu segala tindakan yang dilakukan individu
yang merasa sakit , untuk mengenal dan merasakan keadaan kesehatannya atau
rasa sakit. Seperti pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit,
penyebab penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku Peran Sakit (Sick Role Behavior), yaitu segala tindakan yang dilakukan
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan
aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam
hal ini ada program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup.
Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan salah satu wujud dari perilaku kesehatan
yang dilakukan dalam ruang lingkup rumah tangga. Indikator PHBS rumah tangga terdiri dari
indikator perilaku dan lingkungan, yaitu :
Persalinan ditolong tenaga kesehatan
Pemberian ASI eksklusif
Penimbangan bayi dan balita
12
Penggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air dan sabun
Menggunakan jamban sehat
Memberantas jentik nyamuk di rumah
Makan sayur dan buah setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok di dalam rumah
Manfaat pelaksanaan PHBS di rumah tangga , diantaranya :
1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2) Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga
3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah
tangga
4) Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota
dibidang kesehatan
5) Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan
6) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
7) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan
lain-lain.
Indikator PHBS ini digunakan untuk menilai Rumah Tangga Sehat, yaitu rumah
tangga yang telah melaksanakan seluruh indikator PHBS tersebut. Penilaian dilakukan
dengan pengambilan 210 sampel rumah tangga di setiap kelurahan. Jumlah ini didapat
berdasarkan rekomendasi WHO dengan perhitungan sederhana :
Dari sejumlah sampel tersebut, diharapkan dapat menggambarkan secara keseluruhan
bagaimana penerapan PHBS rumah tangga di suatu kelurahan atau wilayah.
13
30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster)
Persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis
lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui
dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit Persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga
mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya
Bayi diberi asi eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa
memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa
cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna
kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap
penyakit.
Antara manfaat ASI adalah :
1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan.
2) Mengandung zat kekebalan.
3) Melindungi bayi dari alergi.
4) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi
dalam keadaan segar.
5) Tidak akan pemah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan
kapan saja dan di mana saja.
6) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan adalah untuk memantau pertumbuhan
bayi setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di Posyandu. Setelah bayi dan balita ditimbang, hasil penimbangan dicatat di
Buku K (Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat
badannya naik atau tidak naik.
Manfaat penimbangan balita setiap bulan :
1) Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
14
2) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
3) Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua
bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis
Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas.
4) Untuk mengetahui kelengkapan Imunitasi.
5) Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
Air yang bersih adalah:
1) Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain (dapat
dilihat, dirasa, dicium,dan diraba):
2) Air tidak berwarna, (harus bening/jernih).
3) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa, dan kotoran
lainnya.
4) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit,
harus bebas dari bahan kimia beracun
5) tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk, atau bau belerang.
Mencuci tangan memakai sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Manfaat mencuci tangan memakai sabun:
1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
2) Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typhus,kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pemapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Syarat jamban yang sehat:
1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)
2) Tidak berbau.
3) Tidak mencemari tanah disekitarnya.
4) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
15
6) Penerangan dan ventilasi cukup.
7) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
8) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
Rumah bebas Jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan Jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Antara yang dilakukan agar rumah bebas jentik
adalah:
1) melakukan pembrantrasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). 3M Plus adalah tiga cara
plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
2) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas
botol/gelas akua, plastik kresek,dll)
3) Menggunakan kelambu ketika tidur.
4) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk bakar,
semprt, oles/diusap ke kulit, dll
5) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar.
6) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
7) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.
8) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit dikuras
misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh.
Mengandung serat yang tinggi.
16
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Dalam satu batan
rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang
paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO).
Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusakjantung dan aliran darah.
Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-
sel tubuh akan mati.
Anatara bahaya merokok adalah:
Menyebabkan kerontokan rambut.
Gangguan pada mata, seperti katarak.
Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.
Menyebabkan penyakit paru-paru kronis.
Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
Menyebabkan stoke dan serangan jantung.
Tulang lebih mudah patah.
Menyebabkan kanker kulit.
Menyebabkan kemandulan dan impotensi.
Menyebabkan kanker rahim dan keguguran.
BAB IV
17
PEMBAHASAN
4.1 Pencapaian PHBS Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga perlu dinilai untuk melihat seberapa besar
kesadaran masyarakat dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan, baik pribadi
maupun masyarakat. Indikator PHBS yang dapat dinilai adalah :
1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif
3. Penimbangan bayi dan balita
4. Penggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
4.1 Pencapaian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan.
TABEL 1: Pencapaian PHBS di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
PERSENTASE 10 INDIKATOR PHBS RT
NO KelurahanLinakes
%
ASI Ekslusif
%
Menimbang Balita
Air Bersi
hCTPS Jamban
Memberantas Jentik
Makan Buah Dan
Sayur
Aktifitas Fisik
Tdk Meroko
k
1 Bandar Buat 97 63 59.2 72 48 74 45 52 65 46
2 Padang Besi 98.2 66.1 78.7 89.6 47.1 72.4 38.5 91.3 63.2 40.2
3 Indarung 97.6 72.1 73.6 98.6 73.9 85.5 75 80 77.8 72.8
4 Koto Lalang 90 43 60 74 23 43 36 32 45 51
5Batu Gadang
97.6 64.5 66.3 88.2 51.2 76.3 40 71.1 65.4 50.8
18
6 Baringin 98 11.9 63.8 68.2 35.3 26.7 20.5 48 53 49.3
7 Tarantang 81.8 65.2 60.9 72.1 39.5 44 39.9 57.6 56 68
Puskesmas 94.3 55.1 66 80.3 45.2 60.2 45.2 60.7 60.7 54
Berdasarkan grafik di atas, tampak pencapaian indikator PHBS terendah adalah tidak
mencuci tangan dengan sabun, menbrantras jentik dan tidak merokok didalam rumah. Dari
tabel dapat diketahui kelurahan dengan kebiasaan tidak mencuci tangan memakai sabun
tertinggi adalah kelurahan Koto Lalang, menbrantas jentik di kelurahan Baringin dan tidak
merokok dirumah di Padang Besi.
Masih kurangnya penerapan PHBS di rumah tangga sebagai salah satu perilaku
pencegahan penyakit tentunya menyebabkan berkurangnya kualitas kesehatan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari kejadian penyakit yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan.
Berikut beberapa penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk
Kilangan sehubungan dengan PHBS.
TABLE 2: 10 Penyakit terbanyak di Puskemas Lubuk Kilangan Tahun 2011
Kurangnya kebiasaan mencuci tangan memakai sabun dan kebiasaan merokok
didalam rumah dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan
terjadinya penyakit, seperti ISPA yang tampak pada tabel dengan jumlah kasus 8011 kasus
19
sepanjang tahun 2011. Belum seluruh RT yang membersihkan jentik nyamuk, menyebabkan
masih adaanya kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
Beberapa faktor penyebab rendahnya pencapaian PHBS di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan adalah :
1. Faktor pendidikan / pengetahuan
Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap PHBS menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Meskipun
berbagai sosialisasi telah dilakukan, namun tidak mencapai seluruh kalangan
masyarakat, sehingga masih ada sejumlah masyarakat yang tidak tahu mengenai
PHBS dan tidak melaksanakannya.
2. Faktor sikap dan kebiasaan
Sikap sebagai salah satu domain perilaku juga menjadi faktor yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan PHBS. Masih banyak masyarakat yang tertutup
terhadap informasi mengenai PHBS, dan juga masih ada masyarakat yang sudah
tahu mengenai PHBS tapi masih tidak melaksanakannya. Hal ini juga terkait
kebiasaan yang sudah sejak lama dilakukan seperti merokok, jarang olahraga,
mencuci tangan hanya saat akan makan dan tidak pakai sabun dan jarang makan
buah dan sayur yang sulit diubah.
3. Faktor sosial ekonomi
Faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat,
khususnya golongan masyarakat ekonomi rendah. Salah satu pengaruhnya adalah
terhadap kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari. Perekonomian keluarga
yang kurang menyebabkan mereka tidak bisa menyediakan buah dan sayur setiap
hari di rumah.
4.2 Pengelolaan Masalah PHBS Rumah Tangga di Puskesmas Lubuk Kilangan
20
Untuk meningkatkan pencapaian PHBS rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan, dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya PHBS.
Dilakukan melalui beberapa kegiatan :
Penyuluhan
Penyuluhan dalam gedung
Dilakukan di dalam lingkungan Puskesmas
Penyuluhan luar gedung
Dilakukan di sekolah-sekolah, tempat ibadah, bersamaan dengan kegiatan
posyandu, dan lain-lain
Pelatihan kader PHBS
Pelatihan ini dilaksanakan agar para kader dapat memahami pentingnya PHBS dan
bisa melaksanakannya dirumah tangga serta mampu mengajarkan dan menjadi
contoh / role meodel bagi masyarakat sekitarnya.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
Salah satu kegiatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
penyakit DBD adalah dengan melakukan PSN DBD secara berkesinambungan
pada wilayah kerja Puskesmas masing-masing. Dengan kegiatan ini diharapkan
tempat perkembang biakan nyamuk aedes aegypti bisa dikurangi yang pada
akhirnya tidak ada tempat untuk berkembang biak nyamuk aedes aegepty.
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
Pemeriksaan Jentik Berkala dilaksanakan oleh Kader secara berkala ke rumah-
rumah penduduk sambil memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD
danpencegahannya, yang dikoordinir oleh petugas puskesmas. Agar penyakit DBD
ini tidak menimbulkan wabah/KLB maka diharapkan lebih dari 95% rumah yang
ada harus bebas dari jentik nyamuk aedes.Pemantauan ini diutamakan pada
kelurahan endemis DBD.
Abatisasi
21
Abatisasi bertujuan untuk membunuh jentik nyamuk aedes, dengan cara menaburkan
abate pada tempat-tempat penampungan air dan diberikan secara gratis oleh
puskesmas. Disamping itu, pemberian abate juga diberikan pada kelurahan non
endemis.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan
aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku kesehatan masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan masih rendah
karena pencapaian Indikator PHBS tidak merokok dalam rumah, menbrantras jentik dan cuci
tangan pakai sabun masih sangat rendah.
Telah dilakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan PHBS masyarakat di
Puskesmas Lubuk Kilangan. Antaranya adalah:
melakukan penyuluhan di dalam gedung dan di luar gedung.
Pembanterasan Sarang Nyamuk
Pemeriksaan jentik berkala
Abatisasi
5.2 Saran
Melakukan sosialisasi yang lebih meluas mengenai PHBS, baik melalui penyuluhan,
poster dan sebagainya. Dan diharapkan dapat mencapai seluruh lapisan dan golongan
masyarakat.
Melatih bidan desa atau kader untuk menerapkan PHBS di rumah tangga sehingga
bisa menjadi role model atau contoh bagi masyarakat atau rumah tangga lain.
Melakukan sosialisasi lebih meluas tentang cara-cara mecegah DBD.
23
Dapat dibuat pondokan kecil diluar rumah khusus untuk merokok karena sangat sulit
untuk menghentikan seseorang itu dari tidak merokok secara tiba-tiba.
Minimal sekali seminggu dapat dilakukan gotong-royong untuk mengurangi
penyebaran jentik nyamuk aedes aegepty.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Pengembangan Kabupaten/kota Percontohan Program PHBS, Makasar, 2006
Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2011
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat-Prinsip Dasar, Jakarta, 2003
24