KONSEP PRILAKU

23
  8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang bermaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Soekidjo, 2003). Menurut Blum (1974) dalam Soekidjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku merupakan faktor yang dominan mempengaruhi kesehatan setelah lingkungan, dimana perilaku selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial maupun sosial budaya dan kemudian baru ditunjang oleh tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh m asyarakat, dan terakhir adalah faktor keturunan, dimana faktor ini erat kaitannya dengan gen yang diturunkan terhadap individu. Blum (1974) menambahkan bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang ada anaknya mengalami penderita gizi buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yang saling bertentangan melalui : 8 Universitas Sumatera Utara

Transcript of KONSEP PRILAKU

Page 1: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 1/23

 

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku 

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan

manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.

Sehingga yang bermaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Soekidjo, 2003).

Menurut Blum (1974) dalam Soekidjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku

merupakan faktor yang dominan mempengaruhi kesehatan setelah lingkungan,

dimana perilaku selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial

maupun sosial budaya dan kemudian baru ditunjang oleh tersedianya fasilitas

kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat, dan terakhir adalah faktor keturunan,

dimana faktor ini erat kaitannya dengan gen yang diturunkan terhadap individu.

Blum (1974) menambahkan bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan

masyarakat termasuk kepada orangtua yang ada anaknya mengalami penderita gizi

buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yang saling bertentangan melalui :

8

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 2/23

 

9

1.  Tekanan (Enforcement)

Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah

cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk 

undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi,tekanan-tekanan dan

sanksi-sanksi.

2.  Edukasi (education) 

Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar,

adalah dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesedaran dan sebagainya. Seperti memberikan penyuluhan dan

pendidikan dan sebagainya.

Menurut Green (1980) dalam soekidjo (2003) kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor perilaku dan faktor diluar

perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk oleh 3 faktor sehingga dapat

mempengaruhi perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi buruk 

diantaranya di Kabupaten Aceh Barat daya, yaitu :

1.  Faktor Predisposisi  (Predisposing Factors) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2.  Faktor Pendukung  (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, seperti kontrasepsi

dan obat-obatan.

3.  Faktor Pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan ataupun petugas lainnya, merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 3/23

 

10

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya

dari orangtua atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas dan sikap

serta perilaku para petugas kesehatan, orangtua terhadap kesehatan anaknya dan

saling mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Dilihat dari sudut pandang WHO menganalisa sekaligus menambah argumen

Green bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena

adanya 4 faktor pokok dan alasannya yakni (Soekidjo, 2003) :

1. Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek :

  Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

  Kepercayaan sering di peroleh dari orangtua , kakek atau nenek , dimana

seseorang itu menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu.

  Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek . Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

Sikap membuat seorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

2. Orang penting untuk referensi, apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa

yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh seperti guru, ulama,

kepala desa dan orangtua.

3. Sumber-sumber daya yang mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan

sebagainya, semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok 

masyarakat. Pengaruhnya terhadap perilaku bisa bersifat positif maupun negatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 4/23

 

11

4. Perilaku normal, kebiasaan nilai dan sumber didalam suatu masyarakat akan

menghasilkan suatu pola hidup, yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Perilaku yang normal adalah salah satu aspek kebudayaan dan selanjutnya

kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

2.1.1. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa peilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baik), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan yakni : kesadaran, interes, evaluasi, percobaan dan adopsi.

Namun demikian dalam penelitian lanjutan Roger (1983), telah menemukan

model baru dalam memperbaiki penelitiannnya proses perubahan perilaku terdahulu

dengan tiori yang di kenal “ Deffusion of innovation “ meliputi :

1. Knowledge (pengetahuan) terjadi bila individu (ataupun suatu unit perbuatan

keputusan lainnya) diekspos terhadap eksistensi inovasi dan memperoleh

pemahamannya.

2. Persuasion (Persuasi) terjadi bila suatu induvidu ( ataupun suatu unit keputusan

lainnya) suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.

3. Decision (keputusan)  terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan lainnya)

terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengarah kepada pilihan untuk 

menerapkan dan menolak inovasi.

4.  Implementation (implementasi)  terjadi bila individu (atau unit keputusan lainnya)

menggunakan inovasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 5/23

 

12

5. Confirmation (komfirmasi) terjadi bila individu (atau unit pembuatan keputusan

lainnya) mencari dukungan atas keputusan inovasi yang sudah dibuat, akan tetapi

ia sendiri mungkin mencanangkan keputusan sebelumnya jika di arahkan terhadap

pesan-pesan yang menimbulkan konflik tentang inovasi tersebut.

Apabila penerimaan perilaku baru dan adopsi perilaku melalui proses seperti

ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku

tersbut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak 

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama

(Soekidjo, 2003).

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Soekidjo, 2003).

2.2.1. Tingakatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif 

Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan

yakni:

1.  Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling

rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 6/23

 

13

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan

dan sebagainya.

2. 

Comprehension (memahami), Diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obejek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, memperkirakan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3.  Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4.  Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.

5.  Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-

formulasi yang ada. Dan evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-peniaian itu

berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada (Soekidjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 7/23

 

14

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau

responden. Kedalaman pengetahuan orangtua yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunujukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam

Soekidjo (2003), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek 

di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang tersebut.

2. Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi terhadap suatu

objek. Dengan kata lain sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa

berkenaan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

3. Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu dipelajari oleh sebagian orangtua

sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 8/23

 

15

4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan dengan satu objek saja

tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang

membedakan sikap dengan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimilki seseorang (Soekidjo, 2003).

2.3.1. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1945) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007),

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni; kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek; kecendrungan untuk bertindak  ( trend to behave ). Ketiga

komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting (Soekidjo, 2003).

Selanjutnya ciri-ciri sikap menurut WHO adalah :

1.  Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

2.  Sikap akan ikut atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman

orang lain.

3.  Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak 

atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.

4.  Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi

peggangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 9/23

 

16

2.3.2. Berbagai Tingkatan Sikap

Sebagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari bebagai tingkatan

yakni :

1.  Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

2.  Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena

dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang

menerima ide tersebut.

3.  Menghargai (valuing), mengajak orng lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.

4.  Bertanggung jawab (responsible), betanggung jawab atas segala sesuatuyang

telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling

tinggi dalam tingkatan sikap (Soekidjo, 2003).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek. 

2.3.3. Perubahan Sikap

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun

1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967

mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan

sikap dan perilaku (Glanz, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 10/23

 

17

Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat.

Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang. Kemudian sikap ditentukan oleh

keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan

evaluasi terhadap masing-masing akibat. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan

yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan

sikap yang positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan akibat dari

perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang negatif 

(Glanz, 2002).

Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma

individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh

norma-norma atau kepercayaan dimasyarakat.

Gambaran : Kepercayaan, Sikap, Niat, dan Perilaku

( Subjective norm, Attitutdes, Intention, and Behavior)

Sikap

terhadap

perilaku

NormaSubjektif 

mengenai

perilaku

Niat untuk 

melakukan

perilaku

Perilaku

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 11/23

 

18

2.4. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak-

pihak lain (Soekidjo, 2003).

Selanjutnya tingkat-tingkat tindakan secara teoritas adalah:

1.  Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2.  Respon terpimpin (guided respons), dalam melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar, sesuai dengan contoh adalah merupakan praktik indikator

tingkat dua.

3.  Mekanisme (mechanism), apabila seseorng telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar maka secara otomatis, atau sesutau itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

4.  Adaptasi (adaptation), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang baik,

artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

mewawancarai terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakakan atau kegiatan responden (Soekidjo,2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 12/23

 

19

2.5. Teori Perubahan Perilaku

Banyak teori-teori yang berkaitan dengan perubahan perilaku seseorang

dalam keseharian. Diantaranya menurut teori Anderson dalam Muzaham (1995)

yang dikutip oleh Ari (2009). yaitu ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan

pelayanan kesehatan :

1.  Mudahny menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan (karakteristik  predisposisi) 

2.  Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada

(karakteristik pendukung)

3.  Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan)

 Ilustrasi: Model Anderson

2.6.  Pengertian Gizi Buruk dan Status Gizi

a. Definisi Gizi Buruk.

Gizi buruk mempunyai beberapa pendapat tentang definisinya, diantaranya

Depkes RI mendefinisikan gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein

tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan/atau menderita

sakit dalam waktu lama. Itu di tandai dengan status gizi yang sangat kurus (menurut

BB terhadap TB ) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, 

kwashiorkor  atau marasmik kwahiorkor  (Depkes RI, 2006). Menurut WHO gizi

buruk adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi anak 

balita atau kurang gizi yang dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap

bulan sampai usia minimal 2 tahun (Soekirman, 2002).

Predisposing  Enabling   Need Health Service Use

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 13/23

 

20

b.  Status Gizi.

Menurut Masetyo (1991), Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat atau kondisi yang dapat diukur.

Indikator status gizi salah satunya adalah ukuran tubuh (antropomentri) merupakan

refleksi dari pengarah faktor genetik dan lingkungan.

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk 

variable tertentu, atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variabel tertentu. Di

masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah

antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, pada

masa bayi- balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan

fisik maupun status gizinya (Supariasa, 2002).

Kesesuaian komposisi dan nilai gizi makanan berperan dalam menentukan

kualitas hidup anak. Kemunduran dan keterbelakangan serta rendahnya daya tahan

tubuh terhadap serangan penyakit dapat dijadikan cermin seberapa jauh makanan

anak dapat diperhatikan oleh orang tua mereka.

Dalam menilai status gizi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu

(Supariasa, 2002) :

1.  Secara antropometri yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, atau

mengukur bagaian tubuh tertentu seperti lingkar lengan atas, lingkar kepala,

tabel lapisan lemak dan lain-lain.

2.  Secara klinis yaitu dengan pemeriksaan jaringan epitel seperti kulit, mata,

rambut, mukosa oral dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 14/23

 

21

3.  Secara biokimia yaitu dengan pemeriksaan darah, urin, tinja, dan beberapa

 jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4. 

Secara biofisik yaitu dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)

dan melihat perubahan status jaringan.

2.6.1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter antropometri

merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter

disebut Indeks Antropometri. Indeks Antropometri yang umum digunakan dalam

menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U) atau Panjang Badan menurut Umur (PB/U) dan Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2002).

Di Indonesia untuk peningkatan status gizi yang sering dilakukan adalah

secara antropometri. Salah satu indeks yang sering digunakan adalah mengukur

BB/U. Indeks ini menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

1.Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah

makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat

labil, oleh karena itu indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat

ini, dengan pedoman yang dikenal star baku dalam KMS (Kartu menju sehat)

dimana:

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 15/23

 

22

a. Kelebihan Indeks BB/U

1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum 

2. Baik untuk mengukur status gizi saat akut dan kronis 

3. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil 

4. Dapat mendeteksi kegemukan. 

b. Kelemahan Indeks BB/U

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

edema maupun ascites. 

2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah umur

lima tahun. 

3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau

gerakan pada anak saat penimbangan. 

4. Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.

Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti

barang dagangan.

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap

masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan nampak dalam waktu yang realtif lama. Untuk balita digunakan

isitilah Panjang Badan menurut Umur (PB/U).

2.1. Keuntungan Indeks TB/U

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 16/23

 

23

2.1.1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

2.1.2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

2.2. Kelemahan Indeks TB/U

2.2.1. Tinggi Badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin menurun.

2.2.2. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga

diperlukan 2 orang untuk melaksanakannya.

2.2.3. Ketepatan umur sulit untuk diperoleh.

Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat digunakan Daftar Baku

Antropometri. Saat ini dikenal dua baku antropometri untuk menilai status gisi yaitu

Baku Harvard dan Baku WHO-NCHS (World Health Organization-National Center 

  for Health and Statistic). Salah satu sasaran yang dianjurkan pada Semiloka

Antropometri di Cilito Februari 1991 adalah penggunaan secara seragam di Indonesia

baku rujukan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Penilaian status gizi

berdasarkan BB/U dan PB/U dapat dihitung dengan menggunakan  Z-score atau

standart deviasi (SD).

Penilaian status gizi berdasarkan Panjang Badan terhadap Umur (PB/U)

menurut klasifikasi WHO yang dikutip Supariasa (2002), dibagi menjadi tiga kategori

anatara lain : Tinggi Normal dan Pendek.

2.6.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Menurut Jeliffe yang dikutip oleh Supariasa (2002), pertumbuhan adalah

peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi

sampai dengan remaja. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam arti fisik akibat

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 17/23

 

24

membesarnya sel-sel tubuh manusia. Sedangkan perkembangan berarti pertambahan

keterampilan dan fungsi kompleks dari seseorang akibat bertambahnya jumlah sel.

Pertumbuhan dan perkembangan pada prakteknya saling berkaitan, sehingga sulit

untuk mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi sampai dewasa terjadi pertumbuhan

dan perkembangan dari segi jasmaniah, mental dan intelektual.

Perkembangan kecerdasan manusia sejalan dengan pertumbuhan jaringan

otaknya, berbeda dengan pertumbuhan bagian tubuh yang lain. Pertumbuhan otak 

berlangsung cepat dalam waktu yang relatif singkat. Waktu lahir, otak bayi telah

mencapai 25 % berat otak orang dewasa dan pada usia 12 bulan mencapai 70 %.

Sedangkan pertumbuhan bagian tubuh yang lain hanya mencapai 5 % pada waktu

lahir dan baru 50 % pada waktu umur 10 tahun. Jadi masa kritis tersebut anak 

menderita kurang gizi, maka pertumbuhan otak menjadi terhambat dan tidak di kejar

untuk memperbaikinya dikemudian hari (Kadsu, 2004).

2.6.3. Pola Asuh Terhadap Anak

Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna

menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil serta membimbing menuju

pertumbuhan kearah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan, dan

sebagainya terhadap mereka yang diasuh Sunarti, (1989) yang dikutip oleh Nurasyah

(2007). Sedangakan menurut  Engle (1997) pola asuh adalah kemampuan keluarga

dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota

keluarga lainnya ( Nurasiyah, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 18/23

 

25

Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan

merencanakan, melaksanakan, serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang

berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan orangtua dalam

mengevaluasi bisa ditunjukkan dari kemampuan mengantisipasi hal-hal atau kondisi

yang dapat mengganggu optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak Sunarti,

(2004) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007).

2.6.4. Peranan Orangtua Terhadap Anak

Orangtua adalah ibu dan ayah dari pendertia anak gizi buruk. Peranan

orangtua, baik ibu maupun ayah merupakan kunci di dalam menjaga, merawat dan

mendidik anak yang berkualitas sehingga mencapai sukses. Oleh sebab itu di dalam

pertumbuhan anak, perhatian orangtua adalah hal yang tiak bisa dipungkiri.

Orangtua berkewajiban menjaga anaknya dari berbagai serangan penyakit,

memberi makanan yang cukup dan memenuhi gizi sesuai dengan pertumbuhannya.

Seorang ayah berperan sebagai pengayom dalam rumah tangga di mana anak akan

merasa terlindungi di dalam proses hidup kesehariannya. Sedangkan seorang ibu,

berperan untuk merawat anak-anak dirumah dari dalam kandungan hingga mencapai

usia dewasa, kemuidan memperhatikan pola makan anak, gizi anak, pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai dengan usianya. Selain itu peranan nenek, bibi, dan

pembantu rumah tangga dalam mengasuh anak-anak juga sangat diperhitungkan di

saat orangtua tidak bersama anak. Namun peranan mereka tidak sebanding dengan

peran orangtua dalam mengasuh anak. (www.Pola Asuh.com) 

2.6.5. Praktek Pemberian Makanan Anak

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 19/23

 

26

  Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena

anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa.

Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi (perlambatan

pembaharuan) pertumbuhan anak (Soetjiningsih, 2003). Upaya untuk memberikan

makanan pada anak dengan cara yang baik, tidak memaksa, walaupun anak dalam

keadaan menangis, menolak atau sulit makan akan memberikan dampak positif 

terhadap keadaan gizi. Anak-anak yang selalu diupayakan untuk mendapatkan

makanan walaupun menangis, dan menolak makanan, keadaan gizinya lebih baik 

dibandingkan dengan mereka yang tidak diperhatikan atau didiamkan saja (Jahari,

2000).

2.6.6. Food Habit (kebiasaan makan)

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) memilih

makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan

sosial (Suhardjo, 1989). Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif , negatif 

bersumber pada nilai-nilai efektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial,

ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh (Khumaidi, 1994).

Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya.

Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman

dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa

kanak-kanak.

2.7.  Tinjauan Kurang Energi Protein (KEP)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 20/23

 

27

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi

energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka

kecukupan gizi (AKG) (Depkes, 2000).

2.7.1. Klasifikasi KEP

Untuk tingkat Puskesmas, penentuan kurang energi protein (KEP) yang

dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dengan

menggunakan KMS dan tabel berat badan menurut umur (BB/U) baku median WHO-

NCHS.

Klasifiksi kurang energi protein (KEP) (Depkes, 2000) :

a. Kurang energi protein (KEP) ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS

terletak pada pita kuning.

b. Kurang energi protein (KEP) sedang bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku

median , sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U

baku median WHO-NCHS.

2.7.2. Gejala Klinis Balita KEP Berat/Gizi Buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak 

tampak kurus. Gejala KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat di bedakan

sebagai marasmus, kwashiorkor , atau marasmic-kwashiorkor . Tanpa mengukur/ 

melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah kurang energi

protein (KEP) /gizi buruk tipe kwashiorkor .

a.  Kwashiorkor 

- Edema, kedua punggung dan kaki bengkak.

-Wajah membulat dan sembab

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 21/23

 

28

-Pandangan mata sayu (apatis)

-Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok.

-cengeng dan rewel.

-Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman di tungkai atau dipantat.

-Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.

b. Marasmus 

-Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

-Wajah seperti orang tua.

-Cengeng dan rewel.

-Rambut tipis jarang dan kusam.

-Pantat kendur dan keriput.

-Perut cekung

c.  Marasmus-Kwashiorkor  adalah Penyakit ini memperlihatkan gejala klinis

campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Depkes RI,2006).

d. Gejala klinis yang umum adalah gagal tumbuh kembang, disamping itu

terdapat satu atau lebih gejala kwasiorkor seperti adema, dermatitis, mental

hipertrofi otot jaringan lemak subkutan berkurang, kerdil, anemia, defisiensi

vitamin.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 22/23

 

29

2.8.  Kerangka Konsep.

Keterangan :

Untuk mengungkap gambaran perilaku orangtua, maka kerangka konsep

yang digunakan adalah menurut teori Lawrence Green (1980), bahwa dari data

karakteristik dan sumber informasi dimana umur, penghasilan yang terbatas, jumlah

anak yang banyak serta sumber informasi yang terbatas, ditambah dengan faktor

 predisposing yakni kurangnya pengetahuan orangtua terhadap gizi, sikap orangtua

terhadap tumbuh kembang anak dan dipengaruhi juga oleh tradisi dan kebiasaan

Karakteristik

-Umur

-Pendidikan

-Pekerjaan

-Penghasilan

 Predisposing Factors: -Pengetahuan

-Sikap-Tradisi

 Enabling Factors:-Ketersediaankeaneka ragaman

pangan

-Fasilitas kesehatan

 Reinforcing Factors:

-Petugas kesehatan

Perilaku

Orangtuaterhadap

Anak Balitapenderitagizi buruk 

Sumber Informasi

-Keluarga-Media cetak/ 

Elektonik 

-Teman

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KONSEP PRILAKU

5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 23/23

 

30

setempat, faktor enabling meliputi kurangnya ketersediaan pangan di keluarga, juga

ditambah dengan kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan berupa posyandu / 

puskesmas yang kurang memadai serta faktor reinforcing dimana inisiatif petugas

kesehatan masih dibutuhkan dalam memantau perkembangan kesehatan masyarakat,

sehingga berpengaruh pada perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi

buruk.

Universitas Sumatera Utara