1234 fix

39
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati. Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 1

description

SIROSIS HATI

Transcript of 1234 fix

Page 1: 1234 fix

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati

terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan

energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang

masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan

timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.

Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi

pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami

perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis)

di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan

sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan

strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.

Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke

tiga pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler

dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab

kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.

Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang

perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai

pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 1

Page 2: 1234 fix

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Sirosis Hepatis ?

2. Bagaimana Etiologi Sirosis Hepatis ?

3. Bagaimana Patofisiologi Sirosis Hepatis ?

4. Bagaimana tanda dan gejala Sirosis Hepatis ?

5. Apa saja peeriksaan penunjang yang harus dilakukan oleh klien

dengan Sirosis Hepatis

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Sirosis

Hepatis.

2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Sirosis

Hepatis.

3. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan

keperawatan klien dengan penyakit Sirosis Hepatis.

D. Manfaat Penulisan

Dapat menambah wawasan pembaca mengenai pemahaman sirosis hepatis

dan penatalaksanaannya dalam asuhan keperawatan.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 2

Page 3: 1234 fix

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian sirosis Hepatis

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi

arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-

nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan Vaskulatur normal

(Sylvia Price, 1994)

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (FK UI,1996).

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang

difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai

dengan proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan

ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sirosis Hepatis adalah penyakit yang

hati yang menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat

disertai nodul dan tidak berkaitan dengan vaskulator normal.

B. Etiologi Sirosis Hepatis

Etiologi sirosis hepatis yang diketahui penyebabnya meliputi:

1. Hepatitis virus

Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari

sirosis hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 3

Page 4: 1234 fix

lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan

member gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis bila

dibandingkan dengan hepatitis virus A. Penderita dengan hepatitis aktif

kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati

yang kronis.

2. Alkohol

Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman

keras (Brunner &Suddarth, 1996). Alkohol dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara

akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan

kronik akan berupa sirosis hepatis. Efek yang nyata dari etil-alkohol

adalah penimbunan lemak dalam hati (SujonoHadi, 2002).

3. Malnutrisi

Faktor kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein hewani

menjadi penyebab timbulnya sirosis hepatis.

4. Penyakit Wilson

Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-

orang muda dengan ditandai sirosis hepatis, degenerasi ganglia basalis

dari otak, dan terdapatnya cin cin pada kornea yang berwarna coklat

kehijauan disebut Kayser Fleiscer Ring.  Penyakit ini diduga disebabkan

defisiensi bawaan dan sitoplasmin.

5. Hemokromatosis

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 4

Page 5: 1234 fix

Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada 2

kemungkinan timbulnya hemo kromatosis, yaitu :

penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe sejak dilahirkan

kemungkinan didapat setelah lahir (aquisita), misalnya dijumpai pada

penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari

Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hepatis.

6. Sebab-sebab lain

a. Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya

sirosis kardiak. Perubahan fibrotic dalam hati terjadi sekunder

terhadap anoksidan nekrosis sentrilibuler.

b. Sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan

dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih

banyak dijumpai pada kaum wanita.

Sedangkan, untuk etiologi sirosis hepatis yang tidak diketahui penyebabnya

dinamakan sirosis kriptogenik. Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-

tanda hepatitis atau alkoholisme, Sedangkan dalam makanannya cukup mengandung

protein. Berdasarkan etiologi-etiologi tersebut, sirosis hepatis digolongkan menjadi

tiga tipe (Brunner &Suddarth, 1996)., yakni:

1. Sirosis Laennec (Sirosis Alkoholik, Portal dan Sirosis Gizi)

Diamana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal.

Merupakan sirosis yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alcohol

kronik, namun hubungan antara penyalahgunaan alcohol dengan

sirosis Laennec tidak diketahui. menyerang 50% atau lebih dari

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 5

Page 6: 1234 fix

seluruh kasus sirosis hepatis dan paling sering ditemukan di Negara

Barat.

2. Sirosis Post Nekrotik

Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut

dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. Menyerang kurang

lebih 20% dari seluruh kasus sirosis. Sirosis ini terjadi karena kelainan

metabolik, infeksi, dan post intoksikasi zat kimia.

3. Sirosis Biliaris

Dimana pembentukan jarigan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran

empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan

infeksi (kolangitis). Insidenya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec

dan post Nekrotik. Menyerang kurang lebih 15% kasus sirosis.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 6

Page 7: 1234 fix

C. Patofisiologi Sirosis Hepatis

Pathway Sirosis Hepatis

Inveksi hepatitis viral tipe B atau C menimbulkan peradangan sel hati.

Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas

( hepatoselular ), terjadi kolap lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan

parut di sertai terbentukanya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, sefta ini

dapat rebentuk dari sel retikulum penyangga yang kolap dan berubah menjadi

parut dan jaringan parut inilah yang jadi penghubung antara daerah porta

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 7

Page 8: 1234 fix

yang satu dengan yang lainnya atau forta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh

kembali dan membentuk nodu; dengan berbagai ukuran yang menyebabkan

distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta

sehingga timbulah hipertensi portal. Pada tahp berikutnya terjadi peradangan

dan nekrosis pada duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan

septa aktif jaringan kolagen berubah dari revrsibel menjadi ireversibel bila

telah terbentuk septa permanen yang aselular pada daerah porta dan parenkim

hati gambaran septa ini sangat tergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis

dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan pibrosis daerah peri

portal sehingga pada sirosis alkoholik akan timbul sirosis pada daerah sentral.

Berdasarkan mekanismenya sirosis hati di bagi menjadi :

1. mekanik dimulai dari kejadian hepatitis piral akut, tmbulnya

peradangan luas, dan pembentukan jaringan ikat yang luas dan disertai

pembentukan nodul regenerasi oleh sel parenkim hati yang masih baik

2. imunologis, di mulai dengan kejadian piral yang akut yang

menimbulkan pradangan sel hati, nekrosis melalui hepatitis kronik

agresip diikuti sirosis hati

3. campuran

D. Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis

Gejala sirosis dini biasanya hati membesar, terasa kenyal, tepi tumpul,

dan terasa nyeri bila ditekan. Gejala yang sering timbul antara lain :

1. Kelelahan (sering menjadi tanda pertama dan satu-satunya)

2. Kehilangan nafsu makan

3. Mual dan muntah (disertai dengan penurunan berat badan)

4. Pembesaran hati (disebabkan oleh penumpukan produk empedu dala hati)

5. Jaundice ( kuning pada bagian kulit dan putih mata)

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 8

Page 9: 1234 fix

6. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu

empedu)

7. Akumulasi air di perut (ascites)

8. Akumulasi air di kaki (oedema)

9. Mudah terjadi memar atau perdarahan

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fungsi hepar: Bilirubin serum, amonia darah meningkat, PT

memanjang

2. Biopsi hepar

3. Ultrasound, skan CT, atau MRI (ukuran, derajat obstruksi dan aliran darah

hepatik)

4. Elektrolit serum (hipokalemia, alkalosis)

5. Darah lengkap: SDM, Hb, Ht, trombosit, SDP menurun

6. Urinalisis: hiperbilirubinemia

F. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Sirosis Hepatis

1. Pengkajian

Proses pengkajian pada pasien sirosis hepatika berfokuskan pada

awitan gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya

penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping

asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani

penderita.

a. Kaji identitas klien : anamnesa data demografi

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 9

Page 10: 1234 fix

b. Kaji riwayat kesehatan dahulu : pola penggunaan alkohol (durasi dan

jumlahnya), kontak dengan zat-zat toksik selama melakukan

aktivitas.pernah menderita penyakit hepatitis B

c. Kaji riwayat kesehatan sekarang : lekas lelah, anoreksia, kembung,

ikterus

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga

membawa dampak berat pada keadaan atau yang menyebabkan cirosis

hepatis, seperti keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam

keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada gejala gejala yang

memang bawaan dari keluarga pasien.

e. Lakukan pemeriksaan fisik, distensi abdomen serta meteorismus

(kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat

badan perlu diperhatikan

f. Kaji status nutrisi melalui penimbangan BB yang dilakukan setiap hari,

pemeriksaan antropometri, pemantauan protein plasma, transferin,

serta kadar kreatinin.

g. Kaji data psikososial dan spiritual : tingkat kecemasan, status emosi,

pola koping, konsep diri, interaksi dengan pasien lain, hubungan

dengan keluarga dan lingkungan, kaji semangat hidup pasien

2. Diagnosa Keperawatan

a. DP 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perbesaran

hati.

b. DP 2 : Gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

c. DP 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan

penurunan berat badan.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 10

Page 11: 1234 fix

d. DP 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

pembentukan edema.

3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

A. DX 1 :

Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam

Kriteria :

a. Rasa nyeri berkurang

b. Wajah semakin rileks

c. Klien merasa nyaman

Intervensi :

a) Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa

nyaman pada abdomen.

Rasional : Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati

b) Amati, catat dan laporkan keberadaan serta sifat rasa nyeri dan

gangguan rasa nyaman.

Rasional : Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut

kemunduran keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi.

c) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain berhubungan dengan therapi

pengobatan (pemberian antispasmodik dan sedatif).

Rasional : Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan

nyeri serta gangguan rasa nyaman pada abdomen.

B. Dx 2 :

Tujuan : Terpenuhinya status gizi dalam waktu 2 x 24 jam

Kriteria :

a. Rasa mual dan muntah berkurang

b. Pasien mau diberi makan

c. Ada asupan makanan yang masuk

Intervensi :

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 11

Page 12: 1234 fix

a) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

Rasional : Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia

dan gangguan gastrointestinal

b) Hidangkan makanan yang menimbulkan selera makan

Rasional : Makanan dengan porsi kecil dan sering ditolerir

oleh penderita anoreksia

c) Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain berhubungan

dengan terapi pengobatan untuk mengatasi mual, muntah, diare

atau konstipasi

Rasional : mengurangi gejala gastrointestinal

d) Amati gejala yang membuktikan adanya perdaraan

gastrointestinal

Rasional : Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius

C. DX 3 :

Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas

Kriteria :

a. Klien mampu beraktivitas walaupun harus dibantu

b. Proses penyembuhan menjadi lebih cepat

Intervensi :

a) Berikan diet tinggi kalori, tinggi protein

Rasional : memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi

proses penyembuhan

b) Berikan suplemen vitamin

Rasional : Memberikan nutrien tambahan untuk proses

penyembuhan

c) Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 12

Page 13: 1234 fix

Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien

untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien

D. Dx 4 :

Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang

mengalami edema dalam waktu 2 x 24 jam

Kriteria :

a. Edema berkurang

b. Integritas kulit semakin baik

Intervensi :

a) Batasi natrium

Rasional : Meminimalkan pembentukan edema

b) Berikan perhatian yang cermat terhadap kulit

Rasional : Jaringan dan kulit yang mengalami edema

mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan

dan trauma

c) Ubah posisi pasien tiap satu jam sekali

Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan

meningkatkan mobilisasi edema

d) Lakukan latihan gerak secara pasif

Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema

Implementasi

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan pada

tahap perencanaan.

Evaluasi

Hasil yang diharapkan adalah :

1. Memperlihatkan kemampuan untuk turut serta

dalam aktivitas

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 13

Page 14: 1234 fix

2. Meningkatkan asupan nutrisi

3. Memperlihatkan perbaikan integritas kulit

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 14

Page 15: 1234 fix

BAB III

PEMBAHASAN

Kasus

Tn U, 47 tahun sudah 3 hari dirawat di RSHS Bandung, Pasien mengeluh nyeri pada

seluruh kuadran perutnya. Keluhan disertai mual, pusing dan badan lemah. Alasan

masuk rumah sakit karena muntah darah. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan :Sklera

dan kulit seluruh tubuh ikterik, mulut kotor dan berbau, abdomen asites dan terasa

keras, tidak terdapat oedema di ekremitas. Pasien terpasang NGT dengan warna

cairan berwarna hitam, Infuse D5%, dan oksigen nasal kanule 2 lt/menit . Pasien

dipuasakan, urine warna kuning kecoklatan, BAB di RS baru 1 kali konsistensi lunak,

sedikit berwarna hitam. Tanda-tanda vital : 37 , Pulse : 88 x/menit, TD : 110/70

mmHg. Diagnosa medis : Sirosis Hepatis

Pertanyaan :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Sirosis Hepatis

2. Identifikasi etiologi yang melatarbelakangi terjadinya Sirosis Hepatis.

Berdasarkan etiologi tersebut uraikan riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan

keluarga yang harus di kaji pada kasus diatas

3. Identifikasi tanda dan gejala sirosis hepatis, mengapa tanda dan gejala tersebut

terjadi, Uraikan pemeriksaan fisik dan diagnostik yang harus dilengkapi pada

kasus tersebut.

4. Tentukan diagnose keperawatan yang muncul pada kasus diatas

5. Sebutkan prinsip intervensi sesuai diagnosa yang muncul pada kasus diatas

Sebutkan pendidikan kesehatan yang perlu diberikan kepada pasien atau

keluarga pada kasus diatas.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 15

Page 16: 1234 fix

Jawab :

1. Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh

distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-

nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaita dengan Vaskulatur normal (Sylvia

Price, 1994).

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya

pembentukan jaringan ikat disertai nodul (FK UI,1996).

2. Ada beberapa etiologi Sirosis Hepatis diantaranya :

A. Hepatitis virus

Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari sirosis

hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih

banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan member

gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan

dengan hepatitis virus A. Penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak

yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati yang kronis.

B. Alkohol

Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman

keras (Brunner &Suddarth, 1996). Alkohol dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara

akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan

kronik akan berupa sirosis hepatis. Efek yang nyata dari etil-alkohol adalah

penimbunan lemak dalam hati (SujonoHadi, 2002).

C. Malnutrisi

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 16

Page 17: 1234 fix

Faktor kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein hewani menjadi

penyebab timbulnya sirosis hepatis.

D. Penyakit Wilson

Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang

muda dengan ditandai sirosis hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak,

dan terdapatnya cin cin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan

disebut Kayser Fleiscer Ring.  Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi

bawaan dan sitoplasmin.

E. Hemokromatosis

Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada 2 kemungkinan

timbulnya hemo kromatosis, yaitu :

a) penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe sejak dilahirkan

b) kemungkinan didapat setelah lahir (aquisita), misalnya dijumpai pada

penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari

Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hepatis.

F. Sebab-sebab lain

Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis

kardiak. Perubahan fibrotic dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksidan

nekrosis sentrilibuler. Sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran

empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih

banyak dijumpai pada kaum wanita.

Sedangkan, untuk etiologi sirosis hepatis yang tidak diketahui penyebabnya

dinamakan sirosis kriptogenik. Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 17

Page 18: 1234 fix

tanda hepatitis atau alkoholisme, Sedangkan dalam makanannya cukup mengandung

protein. Berdasarkan etiologi-etiologi tersebut, sirosis hepatis digolongkan menjadi

tiga tipe (Brunner &Suddarth, 1996)., yakni:

1. Sirosis Laennec (Sirosis Alkoholik, Portal dan Sirosis Gizi)

Diamana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal.

Merupakan sirosis yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alcohol kronik,

namun hubungan antara penyalahgunaan alcohol dengan sirosis Laennec tidak

diketahui. menyerang 50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis hepatis dan

paling sering ditemukan di Negara Barat.

2. Sirosis Post Nekrotik

Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut

dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. Menyerang kurang lebih

20% dari seluruh kasus sirosis. Sirosis ini terjadi karena kelainan metabolik,

infeksi, dan post intoksikasi zat kimia.

3. Sirosis Biliaris

Dimana pembentukan jarigan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran

empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan

infeksi (kolangitis). Insidenya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec

dan post Nekrotik. Menyerang kurang lebih 15% kasus sirosis.

Riwayat kesehatan yang harus dikaji :

a. Riwayat kesehatan dahulu : pola penggunaan alkohol (durasi dan jumlahnya),

kontak dengan zat-zat toksik selama melakukan aktivitas.pernah menderita

penyakit hepatitis B

b. Riwayat kesehatan sekarang : lekas lelah, anoreksia, kembung, ikterus

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 18

Page 19: 1234 fix

Kaji adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa

dampak berat pada keadaan atau yang menyebabkan cirosis hepatis, seperti

keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting

dilakukan bila ada gejala gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.

3. Gejala sirosis dini biasanya hati membesar, terasa kenyal, tepi tumpul, dan terasa

nyeri bila ditekan. Gejala yang sering timbul antara lain :

a. Kelelahan (sering menjadi tanda pertama dan satu-satunya). Ini terjadi karena

hati bekerja keras dalam menjalankan tugasnya lebih dari biasanya (dalam

keadaan normal).

b. Kehilangan nafsu makan karena

c. Mual dan muntah (disertai dengan penurunan berat badan)

d. Pembesaran hati (disebabkan oleh penumpukan produk empedu dalam hati).

Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati

membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa

nyeri bila ditekan.

e. Jaundice ( kuning pada bagian kulit dan putih mata). Timbulnya ikterus

(penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang menderita

penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan

tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya

kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama

perjalanan penyakit

f. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu empedu)

g. Akumulasi air di perut (ascites) dan akumulasi air di kaki (oedema). Ketika

liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada

kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan

tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah

timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan

air.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 19

Page 20: 1234 fix

h. Mudah terjadi memar atau perdarahan

Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan fungsi hepar: Bilirubin serum, amonia darah meningkat, PT

memanjang

b) Biopsi hepar

c) Ultrasound, skan CT, atau MRI (ukuran, derajat obstruksi dan aliran darah

hepatik)

d) Elektrolit serum (hipokalemia, alkalosis)

e) Darah lengkap: SDM, Hb, Ht, trombosit, SDP menurun

f) Urinalisis: hiperbilirubinemia

4. Dx 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perbesaran hati.

Dx 2 : Gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat

badan.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 20

Page 21: 1234 fix

5. DX 1 :

Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam

Kriteria :

a. Rasa nyeri berkurang

b. Wajah semakin rileks

c. Klien merasa nyaman

Intervensi :

a) Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman

pada abdomen.

b) Rasional : Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati

c) Amati, catat dan laporkan keberadaan serta sifat rasa nyeri dan gangguan

rasa nyaman.

d) Rasional : Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran

keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi.

e) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain berhubungan dengan therapi

pengobatan (pemberian antispasmodik dan sedatif).

f) Rasional : Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta

gangguan rasa nyaman pada abdomen.

Dx 2 :

Tujuan : Terpenuhinya status gizi dalam waktu 2 x 24 jam

Kriteria :

a. Rasa mual dan muntah berkurang

b. Pasien mau diberi makan

c. Ada asupan makanan yang masuk

Intervensi :

a) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 21

Page 22: 1234 fix

b) Rasional : Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan

gangguan gastrointestinal

c) Hidangkan makanan yang menimbulkan selera makan

Rasional : Makanan dengan porsi kecil dan sering ditolerir oleh penderita

anoreksia

d) Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain berhubungan dengan terapi

pengobatan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi

Rasional : mengurangi gejala gastrointestinal

e) Amati gejala yang membuktikan adanya perdaraan gastrointestinal

Rasional : Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius

DX 3 :

Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas

Kriteria :

a. Klien mampu beraktivitas walaupun harus dibantu

b. Proses penyembuhan menjadi lebih cepat

Intervensi :

d) Berikan diet tinggi kalori, tinggi protein

Rasional : memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses

penyembuhan

e) Berikan suplemen vitamin

Rasional : Memberikan nutrien tambahan untuk proses penyembuhan

f) Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat

Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk

melakukan latihan dalam batas toleransi pasien

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 22

Page 23: 1234 fix

Pendidikan Kesehatan

1. Tekankan pentingnya nutrisi yang baik. Anjurkan menghidari bawang

dan keju padat. Berikan instruksi diet tertulis.

Rasional: Pemeliharaan diet yang tepat dan menghindari makanan

tinggi ammonia membantu perbaikan gejala dan men=mbatu

mencegah kerusakan hati. Instruksi tertulis akan membantu pasien

untuk rujukan di rumah.

2. Pembatasan natrium dan garam serta perlunya membaca label

makanan atau obat yang dijual bebas.

Rasional: Meminimalkan asites dan pembentukan edema. Penggunaan

berlebihan bahan tambahan mengakibatkan ketidakseimbangan

elektrolit lain. Makanan, produk yang dijual bebas/pribasi (contoh

antasida) dapat mengandung natrium tinggi atau alkohol.

3. Tekankan pentingnya menghindari alkohol. Berikan informasi tentang

pelayanan masyarakat yang ada untuk membantu dalam rehabilitasi

alkohol.

Rasinal: Alkohol menyebabkan terjadinya sirosis.

4. Informasikan pada pasien tentang efek gangguan karena obat pada

sirosis dan pentingnya penggunaan obat hanya yang diresepkan atau

dijelaskan oleh dokter yang mengenal riwayat pasien.Rasional:

Beberapa obat bersifat hepatotoksik (khususnya narkotik, sedatif, dan

hipnotik). Selain itu kerusakan hati telah menurunkan kemampuan

metabolisme semua obat, potensial efek akumulasi dan/atau

meningkatnya kecenderungan perdarahan.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 23

Page 24: 1234 fix

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi

arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula

regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan Vaskulatur normal. Penyebab

sirosis hati yaitu, hepatitis virus, alcohol, malnutrisi, hemokromatosis, dan

penyakit Wilson. Tanda dan gejala sirosis kelelahan, kehilangan nafsu makan,

mual dan muntah (disertai dengan penurunan berat badan), Pembesaran hati

(disebabkan oleh penumpukan produk empedu hati).

Komplikasi sirosis hati yaitu, Kegagalan hati, Hipertensi Portal Bila penyakit

berlanjut maka dari kedua kelompok komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi

lain seperti ascites, ensephalopati, peritonitis bakterial, spontan, syndrome

hepatorenal. Pengkajiannya terdiri dari 3 jenis yaitu pengkajian anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan pengkajian berpola. Salah satu diagnosanya adalah

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perbesaran hati.

Perencanaannya salah satunya yaitu pertahankan tirah baring ketika pasien

mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen

4.2 Saran

Sebagai perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit maupun teori

asuhan keperawatan dengan benar sehingga bisa menangani klien sirosis hati.

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 24

Page 25: 1234 fix

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Noer Sjaefoellah, 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FK UI : Jakarta

Wijaya S Andra dkk, 2013. KMB1. Nuha Medika : Yogyakarta

http://sirosishati.com/ diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 09.00 WIB

Keperawatan Medikal Bedah 1 Page 25