123 17 18 19 . .----- Pesantren. Benteng...

3
~'O@ PI-kl-ranRakyat (kolom )OGX. o Senin 123 17 18 19 _._.----- ,~OJan OPeb Pesantren. Benteng BahasaSunda Ganjar Kurnia, "Revolusi Kurikulum Pendidlkan" BOGOR, (PR).- Pendidikan bahasa Sunda di sekolah yang lebih menitikberatkan bahasa se- bagai ilmu (pengaweruh) ketimbang sebagai alat berkomunikasi telah mem- buat anak-anak muda malas berbahasa Sunda. Pesantren menjadi satu-satu- nya lembaga yang menjadi benteng ke- langsungan bahasa Sunda karena pe- santren masih menggunakan bahasa Sunda sebagai alat komunikasi sehari- hari. Kurikulum bahasa Sunda yang menekankan pada hafalan telah mem- beratkan anak didik di sekolah. Kuriku- lum pendidikan bahasa Sunda seperti itu menjadi bagian dari kecemasan. Dikhawatirkan, upaya ngamumule (merawat dan memelihara) bahasa Sundajustru adalah kita sedang mem- bakar panggung dengan bensin sendiri. . Pandangan tersebut .disampaikan Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar . Kurnia ketika tampil sebagai panyatur (pembicara) dalam sidang pleno hari kedua Kongres Basa Sunda IX, di Hotel Grand Jaya Raya, Cipayung, Bogor, Se- USEP USMAN NASRULlOH/'PR" BUDAYA WAN Sunda, Acep Zamzam Noor (kin), menyampaikan materi ten- tanq menghidupkan tradisi sastra di kalangan masyarakat pada Rapat Komisi D Bidang Bahasa dan Sastra Kongres Basa Sunda IX di Ruang Sidang R rjawali VI Hotel Jaya Raya, Jln. Raya Puncak.f.<M 17, Cipayung, Kabupaten Bogor, Selasa (12/7) malam. Hasil pembahasan dari empat komisi akan disampaikan kepada Gubernur Jawa Barat pada penutupan Rabu (13/7) ini. * lasa (12/7). Ganjar mengatakan, ada banyak yang dapat dilakukan untuk ngamu- mule bahasa Sunda, mageuhan diri bangsa, antara lain merevolusi kuriku- lum pendidikan bahasa Sunda, men- gubah metode pengajaran bahasa Sun- da dari yang terkesan sulit menjadi mudah. Caranya, kata Ganjar, dengan menga- jarkan bahasa Sunda "beuki lila beuki resep" bukan "beuki lila beuki teu re- sep" seperti mengajak siswa langsung mengawih. Isi kawih yang mendidik bukan hanya akan menyenangkan siswa dalam mempelajari bahasa Sun- da, tetapi juga akan mengubah perilaku anak. Pcsimistis Ganjar mengkritisi sejumlah upaya yang dilakukan demi apa yang diba- yangkan bisa meningkatkan perkemba- ngan bahasa, sastra, dan aksara Sunda. Dalam 'sastra Sunda ia tak melihat munculnya wajah-wajah baru. Hadiah Sastra Rancage d . tahun ke tahun hanya berputar pada nama yang itu-itu juga. Demikian pula dalam pe- masyarakatan aksara Sunda, yang bagi- nya cukup hanya dilekatkan di bawah Kliplng Humas Onpad 2011

Transcript of 123 17 18 19 . .----- Pesantren. Benteng...

Page 1: 123 17 18 19 . .----- Pesantren. Benteng BahasaSundapustaka.unpad.ac.id/wp-content/...pesantrenbentengbahasasunda.pdf · Pendidikan bahasa Sunda di sekolah ... komisi yang membahas

~'O@ PI-kl-ranRakyat(kolom )OGX.

o Senin123

17 18 19_._.-----,~OJan OPeb

Pesantren. BentengBahasaSunda

Ganjar Kurnia, "Revolusi Kurikulum Pendidlkan"

BOGOR, (PR).-Pendidikan bahasa Sunda di sekolah

yang lebih menitikberatkan bahasa se-bagai ilmu (pengaweruh) ketimbangsebagai alat berkomunikasi telah mem-buat anak-anak muda malas berbahasaSunda. Pesantren menjadi satu-satu-nya lembaga yang menjadi benteng ke-langsungan bahasa Sunda karena pe-santren masih menggunakan bahasaSunda sebagai alat komunikasi sehari-hari.

Kurikulum bahasa Sunda yangmenekankan pada hafalan telah mem-beratkan anak didik di sekolah. Kuriku-lum pendidikan bahasa Sunda sepertiitu menjadi bagian dari kecemasan.Dikhawatirkan, upaya ngamumule(merawat dan memelihara) bahasaSundajustru adalah kita sedang mem-bakar panggung dengan bensin sendiri. .

Pandangan tersebut .disampaikanRektor Universitas Padjadjaran Ganjar

. Kurnia ketika tampil sebagai panyatur(pembicara) dalam sidang pleno harikedua Kongres Basa Sunda IX, di HotelGrand Jaya Raya, Cipayung, Bogor, Se-

USEP USMAN NASRULlOH/'PR"

BUDAYA WAN Sunda, Acep Zamzam Noor (kin), menyampaikan materi ten-tanq menghidupkan tradisi sastra di kalangan masyarakat pada Rapat Komisi DBidang Bahasa dan Sastra Kongres Basa Sunda IX di Ruang Sidang R rjawali VIHotel Jaya Raya, Jln. Raya Puncak.f.<M17,Cipayung, Kabupaten Bogor, Selasa(12/7) malam. Hasil pembahasan dari empat komisi akan disampaikan kepadaGubernur Jawa Barat pada penutupan Rabu (13/7) ini. *

lasa (12/7).Ganjar mengatakan, ada banyak

yang dapat dilakukan untuk ngamu-mule bahasa Sunda, mageuhan diribangsa, antara lain merevolusi kuriku-lum pendidikan bahasa Sunda, men-gubah metode pengajaran bahasa Sun-da dari yang terkesan sulit menjadimudah.

Caranya, kata Ganjar, dengan menga-jarkan bahasa Sunda "beuki lila beukiresep" bukan "beuki lila beuki teu re-sep" seperti mengajak siswa langsungmengawih. Isi kawih yang mendidikbukan hanya akan menyenangkan

siswa dalam mempelajari bahasa Sun-da, tetapi juga akan mengubah perilakuanak.

PcsimistisGanjar mengkritisi sejumlah upaya

yang dilakukan demi apa yang diba-yangkan bisa meningkatkan perkemba-ngan bahasa, sastra, dan aksara Sunda.Dalam 'sastra Sunda ia tak melihatmunculnya wajah-wajah baru.

Hadiah Sastra Rancage d . tahun ketahun hanya berputar pada nama yangitu-itu juga. Demikian pula dalam pe-masyarakatan aksara Sunda, yang bagi-nya cukup hanya dilekatkan di bawah

Kliplng Humas Onpad 2011

Page 2: 123 17 18 19 . .----- Pesantren. Benteng BahasaSundapustaka.unpad.ac.id/wp-content/...pesantrenbentengbahasasunda.pdf · Pendidikan bahasa Sunda di sekolah ... komisi yang membahas

nama-narna jalan ketimbang dijadikanmata pelajaran di sekolah.

la merasa pesimistis keluarga ataurumah bisa menjadi bagian dari upayapeningkatan bahasa Sunda bagi anak-anak muda. Oleh karena itu, kata dia,pesantren adalah benteng terakhiryang diharapkan bisa menjaga kelang-sungan bahasa Sunda sebagai alat ko-munikasi.

"Pesantren satu-satunya benteng ter-akhir yang diharapkan akan menjagakelangsungan bahasa Sunda. Di pe-santren komunikasi masih menggu-nakan bahasa Sunda. Terjemahan sum-ber-sumber pengajian seperti sapinah,sulam taopek, dan lain-lain masihmenggunakan bahasa Sunda walaupunsudah banyak khotbah yang disam-,paikan dalam bahasa Indonesia,"ujarnya.

Akan tetapi, pandangan Ganjar Kur-nia bahwa pesantren merupakan ben-teng terakhir bagi pendidikan bahasaSunda diragukan oleh Usep Romli keti-ka ia tampil sebagai panyatur di sidangkomisi yang membahas dakwah IslamKiwari. Menurut Usep Romli, pesantrentelah mengalami perubahan dari ko-dratnya sebagai lembaga pendidikantradisi menjadi institusi pendidikanyang tak ubahnya dengan sekolahumum.

"Pesantren sekarang sudah berbasiskompetensi yang mengalami standardi-sasi pendidikan umum, Akibatnya,sekarang ini pesantren menginduk pa-da kurikulum yang tidak mengako-modasi pendidikan bahasa daerah. Initerjadi sejak pertengahan dekade 1970-an," ujar Usep Romli yang mantanwartawan "PR" ini. (A-148/Ahda Im-ran)***

Hiliwir

'Pu'puh Bah SomaBERBEDA dengan hari pertama yang terasa

monoton dan garing, hari kedua Kongres8ahasa Sunda IXyang berlangsung di

Cipayung 8ogor, Selasa (12/7), jauh lebih hidup.Hal itu sudah terasa sejak sidang pleno yangmenampilkan panyatur (pembicara) RektorUniversitas Padjadjaran Prof. Dr. Ganjar Kurnia.

Mungkin ini karena "provokasi" Pak Rektor yangbanyak melakukan otokritik pada banyak haldalam strategi pengembangan bahasa, sastra,dan aksara Sunda. 8egitu Ganjar selesai mema-parkan makalahnya, langsung saja puluhan ta-ngan mengacung untuk merespons dan menang-gapi. sejumtah pamilon (peserta) pun "terpllih".Akan tetapi, ada seorang pamilon yang rnungkinpaling sepuh meminta izin ikut bicara, yang tang-sung dipersilakan oleh moderator. Soma Saputranamanya.

Pamilon berusia 78 tanunltu menanggapiperkernbangan bahasa Sunda dengan bandinganpada metode pendidikan bahasa Sunda dulu :(iIisekolah dengan buku Roesdi Dj~ung Misnem

atau Taman Pamekar. Sambil begitu ia pun merybacakan beberapa pupuh tentang atikan (pey >

didikan) Sunda.Tiba-tiba saja para pami/on yang duduk di seki-

tarnya nyeletuk, "Ditembangkeun atuh, Ben," ter-masuk Uu Rukrnana dan Yayat Hendayana.8ahkan, ada juga yang nyeletuk dari arah lain,"Mainkan, 8ah, mainkan!"

Akhirnya, 8ah Soma pun menembangkanpupuh tersebut. Para pamilon tak hanyatertawa, tetapi juga sesekali ikut larut denganternbang 8ah Soma, terutama mereka yanghafal benar dengan pupuh tersebut semasasekolah dulu. Dan pupuh 8ah Soma pun disam-but dengan tepuk tangan. (Ahda Imran)***

Page 3: 123 17 18 19 . .----- Pesantren. Benteng BahasaSundapustaka.unpad.ac.id/wp-content/...pesantrenbentengbahasasunda.pdf · Pendidikan bahasa Sunda di sekolah ... komisi yang membahas

Inohong

Sri Asdianwati, ··AsaDisalingkuhan ku Salaki""M ENGAJARitu

mengupah jiwa."Itulah perny-

ataan yang disampaikan SriAsdianwati (42), guru SD Re-gol ig Garut seusai pleno Kon-gres Basa Sunda di Cipayung,Bogor. Sri adalah guru honorerSD sejak 1990 dan baru di-angkat pada 2008 lalu.

Pada kongres ini, Sri tercatatsebagai peserta yang perny-ataannya sempat mencuri per-hatian peserta kongres saat Ir.Ganjar Kurnia menyampaikanpendapat tentang tumpangtindihnya kurikulum pen- ERIYANTII'PR"

didikan bahasa Sunda. "Pokok- SRI Asdianwati. *na, abdi mah asa disa-lingkuhan ku salaki," ujarnya pilu menekan hati.

Sri mengajar bahasa Sunda untuk murid SD. Cara menga-jar Sri berbeda dengan guru lain pada umumnya. la menga-jarkan bahasa Sunda melalui kawih dan dongeng.

Dengan cara itu, anak-anak bukan hanya tertarik terhadapbahasa Sunda, tetapijuga dapat menyerap budi pekerti yangtertuang dalam kawih dan dongeng.

"Jadi sanes pengaweruhna tapi kapariqelannana. Sabab,pikeun abdi mah mengajar bahasa itu intinya komunikasi,"ujar Sri dalam logat Sunda yang khas.

Proses mengajar seperti ini, kata Sri, sangat disukai anak-anak. Bahkan ia pun enjoy karena bahasa Sunda tidak lagimenjadi bahasa yang sulit bagi anak-anak. Bahasa Sundaadalah bahasa yang menyenangkan dan dipiwanoh dalam ke-hidupan sehari-hari mereka. "Saya senang, anak-anakjugasenang," katanya penuh bahagia.

Namun apa dinyana, kreativitas Sri dalam mengajar initernyata "diruntuhkan" oleh tuntutan kurikulum yang kaku.la lebih senang mengevaluasi anak dengan cara dialog danmenangkap perubahan perilaku.

Sebaliknya, kurikulum justru memaksa anak menjawabsoal-soal. Parahnya, soal-soal itu sebagian besar justru ten-tang pangaweruh.

"Di situlah saya merasa disalingkuhan ku salaki. Sakitrasanya semua yang sudah saya sampaikan kepada anak-anak menjadi buntu karena anak-anak tidak bisa menjawabsoal-soal itu dengan baik," ujar Sri.

Menurutnya, materi pangaweruh bahasa itu bukan tidakpenting, malah dapat memperkaya wawasan anak.

Bukan saatnya anak-anak mendapatkan materi seperti itu.Akan tetapi, bagaimana anak-anak dapat menyimak, membaca,dan mau berbicara dengan berani tanpa merasa takut bersalah.

"Tapi karena tuntutannya seperti itu, biasanya saya hanyangupahan barudak bahwa suatu ketika mereka pun akan bisamengerjakan soal-soal seperti itu," ujar Sri menahan sesalnya.

Sri pernah meraih hadiah Hardja Pamekas Tahun 2008.Hadiah Hardja Pamekas diberikan kepada guru yang telahmendedikasikan dirinya dalam dunia pendidikan. (Erlyan-tij"PR")***