112769484-epid-diare

58
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE DI WILAYAH UPT PUSKESMAS WINONG, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO PERIODE JANUARI – SEPTEMBER TAHUN 2012 Dosen Pembimbing : Ibu Nurul Wandasari S Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Surveilans Epidemiologi Oleh : RIRIN WAHYUNI PARSONO NIM : 2012 – 31 – 250 UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

description

IUOHUIH

Transcript of 112769484-epid-diare

Page 1: 112769484-epid-diare

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE

DI WILAYAH UPT PUSKESMAS WINONG,

KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO

PERIODE JANUARI – SEPTEMBER TAHUN 2012

Dosen Pembimbing : Ibu Nurul Wandasari S

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Surveilans

Epidemiologi

Oleh :

RIRIN WAHYUNI PARSONO

NIM : 2012 – 31 – 250

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

JAKARTA

2013

Page 2: 112769484-epid-diare

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi-Mu Ya Rabb, yang telah

menggerakkan jasad dan ruh ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Surveilans

Epidemiologi dengan judul ”Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah

UPT Puskesmas Winong Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Periode Januari-

September Tahun 2012”.

Dalam penyusunan tugas Surveilans Epidemiologi ini, peneliti banyak

mendapat masukan, pengarahan, bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai

pihak. Doa tulus peneliti sampaikan semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan

diterima dan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Karena

itu, pada kesempatan yang baik ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima

kasih teriring doa kepada yang terhormat.

a. Ibu Nurul Wandhasariselaku Dosen Surveilans Epidemiologi yang

telah membimbing dan memberikan saran dalam penyusunan surveilans

epidemiologi ini.

b. Teman-teman tercinta di kelas karyawan fakultas kesehatan

masyarakat Universitas Esa Unggul yang telah memberikan bantuan dan dorongan

kepada penulis dalam menyelesaikan tugas Surveilans Epidemiologi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan surveilans epidemiologi ini

bermanfaat bagi semua.

Jakarta, Januari 2013

Penulis

Page 3: 112769484-epid-diare

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4

1. Tujuan Umum...........................................................................................4

2. Tujuan Khusus..........................................................................................4

D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jakarta I Jurusan Kebidanan..........................5

2. Bagi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.....................................................5

3. Bagi Peneliti.............................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................7

A. Kanker Serviks.....................................................................................................7

10. Deteksi Dini Kanker Serviks..................................................................16

11. Pencegahan Kanker Serviks...................................................................16

B. Pengetahuan.......................................................................................................16

1. Definisi...................................................................................................16

2. Tingkat Pengetahuan..............................................................................16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..................................16

C. Kerangka Teori...................................................................................................16

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL........................16

A. Kerangka Konsep...............................................................................................16

B. Definisi Operasional...........................................................................................16

3

Page 4: 112769484-epid-diare

C. Hipotesis.............................................................................................................16

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN....................................................................16

A. Desain Penelitian................................................................................................16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................16

C. Populasi dan Sampel..........................................................................................16

D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................16

E. Etika Penelitian..................................................................................................16

F. Pengolahan Data.................................................................................................16

G. Analisa Data.......................................................................................................16

4

Page 5: 112769484-epid-diare

DAFTAR TABEL

5

Page 6: 112769484-epid-diare

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan

tertinggi pada anak, terutama anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Di

negara berkembang, sebesar 2 juta anak meninggal tiap tahun karena diare,

dimana sebagian kematian tersebut terjadi di begara berkembang. Berdasarkan

laporan WHO, kematian karena diare di negara berkembang diperkirakan sudah

menurun 4,6 juta kematian pada tahun 1982 menjadi 2 juta kematian pada tahun

2003 (WHO,2003).

Diare merupakan penyebab kematian no. 4 (13,2%) pada semua umur

dalam kelompok masyarakat dalam kelompok menular. Proporsi diare sebagai

penyebab kematian no. 1 pada bayi post natal (31,4%) dan anak balita (25,2%)

(Hasil Riskesdas,2007).

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkan

kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT), studi mortalitas dan riset

kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi

penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat

diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana

kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang

cepat dan tepat.

Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan

dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah

geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi

penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak

balita. Di negara berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam

6

Page 7: 112769484-epid-diare

setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai

dengan 34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman,

2004).

Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu :

menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan

system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan

pembiayaan kesehatan. Namun, strategi surveilans belum berjalan dengan baik

sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya system surveilans yang

efektif di Indonesia.

Berdasarkan data UPT Puskesmas Winong pada bulan Maret 2012

bahwa telah ditemukan penderita diare sebanyak 242 kasus, maka untuk itu

dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan penyakit diare Dinas

Kesehatan Kab. Purworejo serta tim dari petugas UPT Puskesmas Winong

dengan melakukan analisa terhadap berbagai faktor yang berhubungan dengan

terjadinya penyakit diare di wilayah tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui besarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian diare, sehingga dapat dirumuskan saran untuk menghindari kejadian

serupa.

2. Tujuan Khusus

a. Memastikan kebenaran kasus Kejadian Luar Biasa Diare yang dilaporkan

dan luasnya penyebaran.

b. Memperoleh gambaran besar masalah kejadian diare.

7

Page 8: 112769484-epid-diare

c. Mengetahui faktor lingkungan baik fisik maupun sosial yang berhubungan

dengan diare.

d. Menetapkan saran untuk mencegah kejadian diare.

C. Manfaat Penulisan

1. Sebagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca dan

masyarakat tentang diare dan surveilans diare.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya puskesmas agar dapat

melaksanakan surveilans penyakit diare secara baik dan optimal sehingga

dapat menurunkan angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas tersebut.

8

Page 9: 112769484-epid-diare

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Surveilans

1. Pengertian Surveilans

Setelah tahun 1950, surveilans epidemiologi dalam konteks penyakit.

Surveilans epidemiologi memantau insidensi penyakit-penyakit yang termasuk

dalam program-program vertikal WHO seperti malaria, frambusia, cacar, dan

demam kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini diperlukan data penyakit yang

didistribusikan menurut orang, waktu, dan tempat. Di samping itu diperlukan

data tentang vektor yang menularkan penyakit yang bersangkutan, dan faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kejadian penyakit itu. Dalam konteks ini

muncul teori bahwa penyakit infeksi disebabkan oleh kuman yang mungkin

berasal dari binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai lawan dari bahwa

penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Timbulnya penyakit infeksi

tergantung pada dosis dari agen yang infeksius, jenis dan lamanya transmisi,

keadaan umum dan gizi dari hospes, gaya hidup dari hospes, dan keadaan

lingkungan.

Beberapa ahli telah mendefinisikan surveilans epidemiologi. Langmuir

dari Centre Of Disease Control (CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat

mendefinisikan surveilans epidemiologi adalah latihan pengawasan berhati-hati

yang terus menerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran

infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan

sempurna yang relevan untuk menanggulangi penyakit.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan

analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian

disemininasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab

dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

9

Page 10: 112769484-epid-diare

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan

penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-

perubahan biologis pada agent, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans

menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat

dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Kadang

digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan

masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab

menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk

mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal

sebagai sains inti kesehatan masyarakat.

Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan

mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan

informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang

masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk

mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika

penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga sangat penting untuk

memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

Gambar 2.1 Skema system surveilans

Fasilitas pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan

(puskesmas, RS, dokter praktik) Kabupaten/Kota, Provinsi,Pusat

Komunitas

10

Peristiwa penyakit, kesehatan populasi

Intervensi

Perubahan yang diharapkan

Data

Informasi

Analisis & interpretasi

pelaporan

Umpan balik

keputusan

Page 11: 112769484-epid-diare

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans

dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan

dilakukan secara intermitten atau episodik. Dengan mengamati secara terus

menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit

dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati dan diantisipasi, sehingga

dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit

dengan tepat.

2. Tujuan Survei Epidemiologi

Tujuan melakukan surveilans epidemiologi adalah :

a. Untuk mengetahui besar masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atau

insidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal

pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya.

b. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai masalah kesehatan/

penyakit (menjawab pertanyaan siapa, dimana, kapan) sehingga dapat

digunakan untuk memonitor program yang sedang berjalan, mengevaluasi

program dan system kewaspadaan dini.

3. Kegunaan Surveilans Epidemiologi

Surveilans Epidemiologi digunakan untuk :

a. Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit.

Yang dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit adalah

epidemiologi deskriptif penyakit itu menurut waktu, tempat, dan orang.

b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan

Minimal ada 3 persyaratan untuk mendapatkan prioritas masalah kesehatan

untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk

memecahkan masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah.

11

Page 12: 112769484-epid-diare

c. Mengetahui cakupan pelayanan

Atas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan

pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari penderita, dengan

membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik tertentu yang

berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik

yang sama di populasi atas dasar data statistic dari daerah yang

bersangkutan.

d. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi suatu

penyakit dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah. Di Indonesia,

penyakit menular yang sering menimbulkan KLB adalah penyakit diare,

penyakit yang dapat diimunisasikan, infeksi saluran nafas, dan lain-lain.

e. Untuk memantau dan menilai program.

4. Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh

karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat

diselesaikan oleh sector kesehatan sendiri, diperlukan tata laksana terintegrasi

dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sector dan antra

program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi

kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,

Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi

Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah

Kesehatan, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan

penyakit menular.

12

Page 13: 112769484-epid-diare

b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak

menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan

penyakit menular.

c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan

faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan

tertentu.

e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program kesehatan matra.

5. Komponen Sistem Surveilans Epidemiologi

Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit dan

masalah kesehatan lainnya sebagaimana tersebut di atas terdiri dari beberapa

komponen yang menyusun bangunan system surveilans yang terdiri atas

komponen sebagai berikut :

a. Tujuan yang jelas dan dapat diukur

b. Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans

epidemiologi dengan dukungan tenaga professional

c. Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumebr dan

cara-cara memperoleh data, cara-cara mengolah data, cara-cara melakukan

analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data dan informasi

epidemiologi, serta mekanisme kerja epidemiologi.

13

Page 14: 112769484-epid-diare

d. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.

e. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi.

f. Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dalam

pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan

kemampuan surveilans epidemiologi.

g. Indikator kinerja.

6. Mekanisme Kerja

Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja

sebagai berikut :

a. Pengumpulan data (identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta

informasi terkait lainnya).

Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat, dan ada

hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.

Tujuan pengumpulan data adalah :

1) Menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai resiko

terbesar terserang penyakit (umur, jenis kelamin, bangsa, pekerjaan,

dan lain-lain).

2) Menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya.

3) Menentukan reservoir dari infeksi.

4) Memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan dapat

berlangsungnya transmisi penyakit.

5) Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.

6) Penyelidikan letusan-letusan wabah, bertujuan untuk memastikan sifat

dasar wabah, sumber wabah, cara penularan, dan area penyebaran /

menjalarnya wabah.

14

Page 15: 112769484-epid-diare

b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data

Data yang dikumpulkan segera diolah menurut tujuan surveilans.

c. Analisis dan interpretasi data

Setelah data diolah, dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis dan

interpretasi data. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat

dibuat tanggapan-tanggapan, saran-saran untuk menentukan tindakan

dalam menanggulangi masalah yang ada berdasarkan prioritas.

d. Studi Epidemiologi

Studi epidemiologi dilakukan terhadap masalah yang menjadi prioritas.

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya.

Penyebaran informasi dapat dilakukan kepada atasan sebagai informasi

le.bih lanjut dan dapat dikirimkan umpan balik kepada unit kesehatan yang

memberikan laporan kepadanya.

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.

Rekomendasi dan alternatif tindak lanjut disusun untuk menanggulangi

masalah yang ada.

g. Umpan Balik

Surveilans merupakan kegiatan yang berjalan terus menerus, maka umpan

balik kepada sumber-sumber (pelapor) mengenai arti data dan kegunaannya

setelah diolah merupakan tindakan yang penting.

7. Jenis Penyelenggaraan

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan

satu cara atau kombinasi beberapa cara penyelenggaraan surveilans

epidemiolog. Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi

berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktivitas pengumpulan data dan pola

pelaksanaanya.

15

Page 16: 112769484-epid-diare

a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

1) surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan

surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan

atau faktor resiko masalah kesehatan.

2) surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelengaraan surveilans

epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor resiko atau

situasi khusus kesehatan.

3) surveilans sentinel, adalah penyelanggaraan surveilans epidemiologi

pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya

masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi

pada periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk

mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit,

permasalahan dan atau faktor resiko kesehatan.

b. Penyelenggaraan berdasarkan aktivitas pengumpulan data

1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit

pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

2) surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data

tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data

lainnya.

c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan

1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada

ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan

atau bencana.

16

Page 17: 112769484-epid-diare

2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada

ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan

atau bencana.

d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan

1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau

tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.

2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium

atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

B. Diare

1. Pengertian Diare

Banyak batita dan beberapa anak yang lebih besar terus-menerus

buang air tiga atau empat kali sehari setelah makan. Jika konsistensi tinja tidak

mencurigakan dan kenaikan berat badan normal, hal ini bukan merupakan

suatu kelainan (Meadow, 2005).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml per 24 jam (Sudoyo, 2007).

2. Klasifikasi diare

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (pada

umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi dehidrasi yang

merupakan penyebab utama kematian.

b. Diare kronik/persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan

gangguan metabolism. (Rudolph, 2006).

17

Page 18: 112769484-epid-diare

3. Penyebab Kejadian Diare

Penyebab diare lebih rentan terkena pada anak anak daripada pada

orang dewasa. Rata-rata orang dewasa menderita diareempat kali setahun.

Anak-anak biasanya memiliki tujuh sampai 15 kasus diare pada saat mereka

mencapai usia lima tahun. Perbedaan ini disebabkan karena penyebab

diare lebih rentan terkena oleh anak-anak karena factor kebiasaan dan

pengetahuan mereka terhadap kebersihan. Makanan, obat-obatan, atau stres

bisa menjadi penyebab penyakit diare. Namun, penyebab diare kadang-kadang

mungkin merupakan sinyal kondisi medis yang mendasari suatu penyakit lain.

Bakteri adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan biasanya bakteri

dan manusia hidup bersama secara damai. Namun, beberapa bakteri dapat

mendatangkan malapetaka pada pencernaan. Mikroorganisme ini menemukan

lahan subur di daging mentah, telur, kerang, dan susu yang tidak dipasteurisasi.

Kasus kontaminasi makanan merupakan penyebab diare yang sangat umum,

apalagi di Negara seperti Indonesia yang memiliki sanitasi yang masih buruk.

Untuk mengurangi risiko diare bakteri terkait masalah kotaminasi makanan.

Cuci tangan dan membersihkan peralatan merupakan hal kecil yang sangat

efektif untuk dilakukan.

a. Infeksi

1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli, gol Vibrio, Bacillus cereus, Cl.

Perfringens,Staphylococcus)

2) Virus (Rotavirus,Enterovirus, Adenovirus)

3) Parasit (Amuba, cacing, jamur)

b. Keracunan

1) Bahan kimia

2) Toksim bakteri (Salmonela, Staphilococcus, Botulisme)

18

Page 19: 112769484-epid-diare

c. Alergi

1) Alergi makanan

2) Alergi obat

d. Malabsorpsi

1) Malabsorpsi protein

2) Malabsorpsi lemak

e. Imunodefisiensi

1) HIV/AIDS : terjadi karena over growth kuman saprofit usus

2) Pengobatan dengan imunosupresi

f. Penyebab lain

1) Psychosomatic

2) Parenteral diare

4. Cara Penularan

a. Penularan kuman penyebab diare

Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan

melalui jalur fecal-oral, terutama karena :

1) Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau

air.

2) Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.

3) Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman

enteropatogen perut

4) Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).

5) Air tercemar oleh tinja.

6) Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).

7) Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.

8) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

19

Page 20: 112769484-epid-diare

9) Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu

botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6

bulan pertama) (Depkes,2002).

5. Faktor Risiko

Faktor yang mempengaruhi kejadian diare:

a. Faktor lingkungan (kebersihan lingkungan dan perorangan)

Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua

faktor dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja akan

berinteraksi pada perilaku manusia. Bila lingkungan tidak sehat (karena

tercemar kuman diare) dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang

tidak sehat (melalui makanan dan minuman), maka akan mengakibatkan

kejadian diare.

b. Faktor gizi

1) Tidak mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung antibody yang dapat

melindungi kuman penyebab diare yaitu : Shigella, dan V. cholera

2) Kurang gizi. Berat penyakit, lama sakit. Resiko kematian diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada

anak penderita gizi buruk.

c. Faktor kependudukan (kepadatan penduduk)

d. Faktor pendidikan (pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan)

e. Keadaan sosial ekonomi

f. Perilaku masyarakat (kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan)

(Soegijanto,2002).

20

Page 21: 112769484-epid-diare

6. Gejala Klinis

Gejala utama : buang air besar lembek/cair yang frekuensinya lebih sering dari

biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari).

Kuman Masa tunas Gejala klinis Cara penularanV. Cholera Beberapa

jam sampai 5 hari

Mencret mendadak, cair seperti cucian beras, terus menerus,dehidrasi, kadang-kadang muntah, asidosis, dan shock

Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

V.Para-hemolyticus

Biasanya 2-3 hari

Diare, sakit perut, mual muntah, demam, sakit kepala

Ikna (makanan) laut yang terkontaminasi

Stap. aureus 2-6 jam Mual, muntah, sakit perut, mencret, suhu badan tinggi

Daging, telur, makanan kaleng dan roti

Salmonella sp. 12-24 jam Mencret, demam, sakit perut. Daging unggas, susu, dan telur yang terkontaminasi

Clostridium perfringers

6-24 jam biasanya 10-12 jam

Mencret, sakit perut, mual Daging, makanan kaleng

Bacillus cereus

6-14 jam1-6 jam

MencretMual, muntah

Bubur kaleng, pudding

Shigella spp2-3 hari Mencret, sakit perut, tenesmus,

tinja lender darahMakanan saus dan makanan kaleng yang terkontaminasi

Strepcoccus faecalis

5-20 jam Mual, muntah, mencret Makanan yang terkontaminasi

Enterococcus 2-18 jam Mual, muntah, mencret Makanan kaleng yang terkontaminasi

7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang (Sudoyo, 2007)

Anamnesis

Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan yang khas,

yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air,

malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik (Sudoyo,

2007).

21

Page 22: 112769484-epid-diare

a. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :

1) Status hidrasi

2) Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi (Davey, 2006)

3) Ruam makulopapular dapat dijumpai pada infeksi gastroenteritis viral,

tifoid, dan Shigella

4) Shigella mengeluarkan neurotoksin, dan kejang dapat muncul mendahului

gejala gastrointestinal (Schwartz, 2004).

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan :

1) Pemeriksaan tinja

a) Makroskopik dan mikroskopik

b) Biakan kumani

c) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika

d) pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa

e) Pemeriksaan parasit dan telur pada tinja, untuk menunjukkan adanya

infeksi bakteri (Suraatmaja, 2007).

2) Pemeriksaan darah tepi lengkap

Meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit.

Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasif ke

mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda

3) Pemeriksaan kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin

Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya

kekurangan volume cairan dan mineral tubuh

4) Pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA)

Mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis (Sudoyo, 2007).

22

Page 23: 112769484-epid-diare

8. Penatalaksanaan Diare

a. Rehidrasi

1) Keseimbangan Cairan

Intake per hari diperoleh dari air minum, air dari makanan, air hasil

oksidasi (metabolisme), sedangkan output dari urine, Insessible Water

Loss (IWL), keringat dan feces. Pengukuran keseimbangan cairan tubuh

dapat dituliskan dengan rumus : intake-output (Johnson, 2005).

2) Jenis cairan

Pada diare akut yang tidak ditemukan tanda dehidrasi, terapi yang

digunakan adalah rencana pengobatan A dengan menggunakan oralit.

Tabel.2 Rencana Pengobatan A (Pencegahan Dehidrasi)

Umur Oralit setiap defekasi< 2 tahun2-10 tahun> 10 tahun & dewasa

50-100 ml100-200 mlAd libitum (bebas)

(Sumber : Karsono, 2000)

Cairan dapat diberikan secara oral. Pada pasien dengan

kontraindikasi rehidrasi oral, rehidrasi menggunakan cairan intravena,

selang nasogastrik atau gastrostomi (Rudolph, 2006).

Pemberian cairan melalui infus dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan

pemberian makanan. Pemberian cairan intravena merupakan rencana

pengobatan C, digunakan untuk pengobatan dehidrasi berat (Suraatmaja,

2007).

Cairan D5 ¼ NS merupakan cairan kombinasi glukosa dan NaCL

yang mengandung Dekstrose 5% + NaCL 0,225 % (Karsono, 2000).

23

Page 24: 112769484-epid-diare

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun Laporan

Penyelidikan Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare di UPT Puskesmas

Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo ini adalah observasional

deskriptif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penyelidikan Epidemiologi pada wabah Diare ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Winong Kec. Kemiri. Waktu pelaksanaan pada September 2012.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penyelidikan epidemiologi ini adalah penderita

diare di wilayah kerja Puskesmas Winong Kecamatan Kemiri, Kabupaten

Purworejo.

D. Jenis data

Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data yang

berupa :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari subjek pengambilan kasus yaitu dari hasil

wawancara langsung dengan subjek pengambilan kasus dan observasi langsung

yang dilakukan pada subjek pengambilan kasus.

24

Page 25: 112769484-epid-diare

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dan diperoleh

dari dokumen Puskesmas Kedungmundu. Selain itu data juga didapat dari buku

teks yang dipakai sebagai sumber referensi.

E. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:

1. Studi dokumen

Dalam kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa

angka kejadian diare yang diperoleh dari Puskesmas Winong.

2. Studi kepustakaan

Dalam kasus ini peneliti menggunakan berbagai sumber buku untuk

mencari dasar teori medis yang mencakup penyakit Diare yang meliputi

pengertian, etiologi, cara penularan,factor risiko, diagnosis, dan

penatalaksanaan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif.

25

Page 26: 112769484-epid-diare

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Letak Geografis

UPT Puskesmas Winong merupakan salah satu Puskesmas dari 27

Puskesmas yang ada di Kabupaten Purworejo yang terletak di Kecamatan

Kemiri dengan luas wilayah 29,8 km2. Secara administrasi wilayah kerja UPT

puskesmas Winong terdiri dari 13 desa binaan dan 5.753 Rumah Tangga.

Wilayah kerja UPT Puskesmas Winong dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Bruno

Sebelah Timur : Kecamatan Gebang

Sebelah Selatan : Kecamatan Bayan

Sebelah Barat : Kecamatan Pituruh

2. Keadaan Demografi

a. Distribusi penduduk

Jumlah penduduk sebanyak 20.774 jiwa dengan jumlah penduduk

laki-laki sebanyak 10.675 jiwa (51%) dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 10.099 jiwa (49%). Jumlah rumah tangga 5.753 KK dengan rata-

rata jiwa per rumah tangga 3,61. Sedangkan kepadatan penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Winong adalah 697 jiwa per kilometer persegi.

3. Kepadatan Penduduk

Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Winong

mencapai 697,1 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah anggota per keluarga 3,6

jiwa.

26

Page 27: 112769484-epid-diare

Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Perdesa di wilayah kerja

Puskesmas Winong tahun 2012

NO DESA

LUASJUMLAH

PENDUDUK

KEPADATANWILAYAH PENDUDUK

(km2) per km2

1 PAGERON 1.5 1,576 1064.862 KARANGDUWUR 1.8 1,814 1013.413 REBUG 2.4 1,463 599.594 LONING 1.1 1,614 1522.645 WINONG 2.6 2,315 900.786 SUTORAGAN 2.7 1,536 562.647 JATIWANGSAN 4.4 1,220 279.188 GIRIMULYO 5.9 966 164.8511 DILEM 1.7 1,243 726.9012 KEDUNGLO 1.7 2,445 1438.2413

 WONOSUKO 

1.0 1,193 1169.61

  Jumlah 29.8 20,774 697.11

Dari table 3.1 di atas diketahui bahwa desa dengan penduduk terpadat

adalah Desa Loning (1522,64 jiwa /km2) dan terendah adalah Desa Girimulyo

(164,85 jiwa/km2). Sedangkan desa dengan wilayah terluas adalah adalah desa

rebug (2,4 km2) dan desa dengan wilayah tersempit adalah Wonosuko (1 km2).

27

Page 28: 112769484-epid-diare

Grafik 3.2 Proporsi penduduk menurut jenis kelamin

Sumber : Data Statistik Kecamatan Kemiri th.2012

3. Kegiatan Pokok Surveilans Puskesmas

a. Pengumpulan data

b. Tabulasi dan analisis data

c. Penyebarluasan hasil dan informasi

4. Sumber data Surveilans Puskesmas

a. Laporan (catatan/registrasi)

1) Kematian

2) Kesakitan

3) Laboratorium

4) Kejadian Luar Biasa/Wabah

5) Kasus individu

6) Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)

b. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening

c. Laporan vektor binatang (reservoir)

d. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)

e. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

28

Proporsi Penduduk menurut jenis kelamin Pusk.Winong Th.2012

51%49%

laki-laki perempuan

Page 29: 112769484-epid-diare

5. Pemastian diagnosis

Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang

muncul pada penderita.

Gejala Klinis Jumlah %

Frekuensi BAB >3x/hari 242 100%

Konsistensi tinja cair 200 82.6%

Dehidrasi 104 42.9%

Bibir terlihat kering 87 35.9%

6. Pemastian Wabah

Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan

baik dan jumlah kasus diare dapat dideteksi sesuai dengan wilayah

administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap

wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi wabah. Untuk

memastikan bahwa peningkatan kasus adalah wabah atau bukan wabah, dapat

dilakukan analisis apakah penyakit tersebut penyakit menular yang berjangkit

dengan cepat dan menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.

29

Page 30: 112769484-epid-diare

7. Distribusi Penyakit Berdasarkan Variabel Epidemiologi

a. Distribusi Kasus Diare Menurut Orang

Distribusi penderita diare dapat dilihat dalam tabel berikut :

Kelompok

Umur

Jumlah

Penderita

< 1 bulan 3

>1bln-<1thn 13

1-4 tahun 109

5-14 tahun 28

15-44 tahun 57

45-64 tahun 17

>65 tahun 7

Jumlah 242

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak

sakit berada pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 109 penderita, dan

terendah pada kelompok umur <1bulan sebanyak 3 penderita.

1) Distribusi penderita diare menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Penderita

Laki-laki 123

Perempuan 119

Jumlah 242

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 123 kasus.

30

Page 31: 112769484-epid-diare

b. Distribusi Kasus Diare Menurut Tempat

Distribusi kasus diare di Puskesmas Winong berdasarkan tempat

dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

No. Kecamatan Desa Penderita DiareL P

1 Kemiri Pageron 8 92 Karangduwur 0 13 Rebug 1 14 Loning 15 115 Winong 22 286 Sutoragan 15 167 Jatiwangsan 11 78 Girimulyo 12 99 Girijoyo 11 710 Turus 5 511 Dilem 4 512 Kedunglo 7 1213 Wonosuko 12 8

Jumlah 123 119

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran

bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Winong yaitu

sebanyak 50 kasus.

c. Distribusi menurut waktu

Untuk menggambarkan kasus pada periode wabah (lamanya wabah

berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang

menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of

illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1

harian.

31

Page 32: 112769484-epid-diare

Distribusi kasus diare di wilayah Puskesmas Winong, berdasarkan

waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan hasil investigasi, tidak ditemukan kasus pada bulan

Januari-Februari. Namun,pada bulan Maret terdapat 23 kasus diare dan

jumlah kasus diare semakin meningkat hingga bulan Agustus yaitu

sebanyak 69 kasus. Sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 242

kasus.

32

Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust

Kasus

Diare 0 0 23 11 36 52 51 69

Page 33: 112769484-epid-diare

B. Pembahasan

1. Distribusi Penyakit Berdasarkan Variabel Epidemiologi

a. Distribusi Kasus Diare Menurut Orang

Grafik Distribusi Penyakit Diare Menurut Orang Di Wilayah Kerja

Puskesmas Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo

Periode Januari – September Tahun 2012

Kelompok

Umur

Jumlah

Penderita

< 1 bulan 3

>1bln-<1thn 13

1-4 tahun 109

5-14 tahun 28

15-44 tahun 57

45-64 tahun 17

>65 tahun 7

Jumlah 242

Frekuensi tertinggi berada pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak

109 penderita. Pada usia ini banyak warga yang menjadi penanggung

jawab kandang ternak mereka. Setiap hari mereka memberi makan ternak,

membersihkan kotoran ternak serta merapikan kandang ternak mereka.

Tingginya frekuensi kontak terhadap kandang ternak dan

binatang peliharaan mereka pada kelompok usia ini dapat meningkatkan

kontaminasi dengan mikroorganisme yang ada dan berkembang biak di

area kandang, terlebih kurangnya menjaga kebersihan diri seperti mencuci

tangan yang benar. Kondisi jamban warga juga kurang memenuhi

persyaratan. Sumber air minum pun terlalu dekat dengan jamban dan

tempat pembuangan serta kandang ternak dapat menjadi penyebab diare.

33

Page 34: 112769484-epid-diare

b. Distribusi Kasus Diare Menurut Tempat

Grafik Distribusi Penyakit Diare Menurut Tempat Di Wilayah Kerja

Puskesmas Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo

Periode Januari – September Tahun 2012

Frekuensi tertinggi penderita penyakit diare terdapat pada desa

Sumber Agung yakni sebanyak 308 penderita. Banyak warga yang

masih tinggal satu atap dengan kandang ternak mereka. Kondisi ini

memudahkan pencemaran bakteri atau virus penyakit diare ke penghuni

rumah. Kandang merupakan tempat yang cocok sebagai habitat

berkembang biaknya bakteri/ virus karena tempat yang lembab serta ber

campur antara jerami dan kotoran ternak sangat cocok dengan kondisi

lingkungan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, sehingga kandang dapat

menjadi sumber penyakit bagi penghuni rumah maupun sekitarnya.

34

Page 35: 112769484-epid-diare

c. Distribusi Kasus Diare Menurut Waktu

Grafik Distribusi Penyakit Diare Menurut Orang Di Wilayah Kerja

Puskesmas Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo

Periode Januari – September Tahun 2012

Terjadi peningkatan dari tahun 2006 hingga 2008 dari mulai

210 kasus diare kemudian 242 kasus, hingga 325 kasus. T epatnya pada

tahun 2007 minggu ke 18, terjadi kasus kematian akibat penyakit ini.

Peningkatan yang cukup tinggi (hampir 50%) terjadi pada tahun 2008.

Namun pada tahun 2009 terjadi penur unan kasus ini menjadi 171

kasus dan peningkatan kembali menjadi 265 pada tahun 2010. Hal ini

mungkin diakibatkan pemanasan global sehingga kondisi cuaca pun

tidak dapat dipastikan sehingga pada waktu-waktu tertentu memberikan

ruang bagi bakteri ataupun virus penyebab diare.

2. Identifikasi Sumber dan Penyebab

Hasil survey menyatakan bahwa di wilayah kerja Puskesmas warga

kurang peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar. Kasus kontaminasi

makanan merupakan penyebab diare yang sangat umum, apalagi di negara

seperti Indonesia yang memiliki sanitasi yang masih buruk. Selain bakteri

beberapa infeksi virus dapat menjadi penyebab penyakit diare. Jenis virus ini

35

Page 36: 112769484-epid-diare

sangat menular, bepergian dengan mudah dari tangan kotor ke tangan tidak

dicuci. Membagi minuman, peralatan, dan makanan yang tercemar juga

menyediakan jalan masuk perut untuk penyebab diare.

3. Identifikasi Cara penularan

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum

yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita penyakit diare. Penularan

langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap

makanan.

4. Masalah yang Dihadapi

Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:

a. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal

b. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta

masyarakat masih rendah khususnya sanitasi lingkungan yang masih

kurang.

5. Upaya Penanggulangan

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan

penanggulangan wabah diare di wilayah Puskesmas Winong adalah:

a. Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban,air

bersih, dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.

b. Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

c. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal pencegahan

dan penanggulangan wabah diare.

d. Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.

36

Page 37: 112769484-epid-diare

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan di Puskesmas

Winong, Kab. Purworejo tentang diare maka didapatkan hasil bahwa kasus diare

di wilayah kerja puskesmas Winong merupakan wabah karena penyakit diare

berjangkit dengan cepat dalam suatu waktu dan menyerang sejumlah besar orang

di daerah tersebut. Terjadinya wabah diare di wilayah kerja Puskesmas Winong

disebabkan karena masih kurangnya perhatian masyarakat tentang sanitasi

lingkungan sekitar dan penyuluhan terhadap masyarakat masih rendah khususnya

dalam hal PHBS yang sangat penting bagi keluarga dan anak, dan Sistem

kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat penulis menyarankan agar

kegiatan pemantauan kasus diare dilaksanakan secara rutin, menggunakan hasil

penelitian ini sebagai dasar untuk membuat desain kegiatan pencegahan dan

pemberantasan diare. Melakukan penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat, memperbaiki sanitasi

lingkungan, serta menambah pengetahuan masyarakat tentang diare dan

penanganannya.

37

Page 38: 112769484-epid-diare

DAFTAR PUSTAKA

Diah W. 2010. Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita. Diakses

dari http://eprints.undip.ac.id/23193/1/Diah_W.pdf. Diunduh tanggal16

Oktober 2012.

Murti, Bhisma.2010. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Diakses dari

http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf.

diunduh tanggal 16 Oktober 2012.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.

2006. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Puskesmas Wedi. 2002-2012. Laporan Program Surveilans Diare bulan

Januari 2012-Agustus 2012.

Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

.

GOOGLING

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1.

Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

38

Page 39: 112769484-epid-diare

Meadow R., Newell S. 2003. Lecture notes : pediatrika. 7th ed. Terjemahan Kripti

Hartini, Asri Dwi Rachmawati. Jakarta : Erlangga. p 83-3.

39