112769484-epid-diare
-
Upload
ririn-wahyuni-p -
Category
Documents
-
view
294 -
download
1
description
Transcript of 112769484-epid-diare
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE
DI WILAYAH UPT PUSKESMAS WINONG,
KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN PURWOREJO
PERIODE JANUARI – SEPTEMBER TAHUN 2012
Dosen Pembimbing : Ibu Nurul Wandasari S
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Surveilans
Epidemiologi
Oleh :
RIRIN WAHYUNI PARSONO
NIM : 2012 – 31 – 250
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi-Mu Ya Rabb, yang telah
menggerakkan jasad dan ruh ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Surveilans
Epidemiologi dengan judul ”Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah
UPT Puskesmas Winong Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Periode Januari-
September Tahun 2012”.
Dalam penyusunan tugas Surveilans Epidemiologi ini, peneliti banyak
mendapat masukan, pengarahan, bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Doa tulus peneliti sampaikan semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan
diterima dan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Karena
itu, pada kesempatan yang baik ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima
kasih teriring doa kepada yang terhormat.
a. Ibu Nurul Wandhasariselaku Dosen Surveilans Epidemiologi yang
telah membimbing dan memberikan saran dalam penyusunan surveilans
epidemiologi ini.
b. Teman-teman tercinta di kelas karyawan fakultas kesehatan
masyarakat Universitas Esa Unggul yang telah memberikan bantuan dan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas Surveilans Epidemiologi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan surveilans epidemiologi ini
bermanfaat bagi semua.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
1. Tujuan Umum...........................................................................................4
2. Tujuan Khusus..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jakarta I Jurusan Kebidanan..........................5
2. Bagi Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.....................................................5
3. Bagi Peneliti.............................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................7
A. Kanker Serviks.....................................................................................................7
10. Deteksi Dini Kanker Serviks..................................................................16
11. Pencegahan Kanker Serviks...................................................................16
B. Pengetahuan.......................................................................................................16
1. Definisi...................................................................................................16
2. Tingkat Pengetahuan..............................................................................16
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..................................16
C. Kerangka Teori...................................................................................................16
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL........................16
A. Kerangka Konsep...............................................................................................16
B. Definisi Operasional...........................................................................................16
3
C. Hipotesis.............................................................................................................16
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN....................................................................16
A. Desain Penelitian................................................................................................16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................16
C. Populasi dan Sampel..........................................................................................16
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................16
E. Etika Penelitian..................................................................................................16
F. Pengolahan Data.................................................................................................16
G. Analisa Data.......................................................................................................16
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Di
negara berkembang, sebesar 2 juta anak meninggal tiap tahun karena diare,
dimana sebagian kematian tersebut terjadi di begara berkembang. Berdasarkan
laporan WHO, kematian karena diare di negara berkembang diperkirakan sudah
menurun 4,6 juta kematian pada tahun 1982 menjadi 2 juta kematian pada tahun
2003 (WHO,2003).
Diare merupakan penyebab kematian no. 4 (13,2%) pada semua umur
dalam kelompok masyarakat dalam kelompok menular. Proporsi diare sebagai
penyebab kematian no. 1 pada bayi post natal (31,4%) dan anak balita (25,2%)
(Hasil Riskesdas,2007).
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015.
Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT), studi mortalitas dan riset
kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi
penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang
cepat dan tepat.
Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan
dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah
geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi
penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak
balita. Di negara berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam
6
setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai
dengan 34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman,
2004).
Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu :
menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan
system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan
pembiayaan kesehatan. Namun, strategi surveilans belum berjalan dengan baik
sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya system surveilans yang
efektif di Indonesia.
Berdasarkan data UPT Puskesmas Winong pada bulan Maret 2012
bahwa telah ditemukan penderita diare sebanyak 242 kasus, maka untuk itu
dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan penyakit diare Dinas
Kesehatan Kab. Purworejo serta tim dari petugas UPT Puskesmas Winong
dengan melakukan analisa terhadap berbagai faktor yang berhubungan dengan
terjadinya penyakit diare di wilayah tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui besarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian diare, sehingga dapat dirumuskan saran untuk menghindari kejadian
serupa.
2. Tujuan Khusus
a. Memastikan kebenaran kasus Kejadian Luar Biasa Diare yang dilaporkan
dan luasnya penyebaran.
b. Memperoleh gambaran besar masalah kejadian diare.
7
c. Mengetahui faktor lingkungan baik fisik maupun sosial yang berhubungan
dengan diare.
d. Menetapkan saran untuk mencegah kejadian diare.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca dan
masyarakat tentang diare dan surveilans diare.
2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya puskesmas agar dapat
melaksanakan surveilans penyakit diare secara baik dan optimal sehingga
dapat menurunkan angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmas tersebut.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Surveilans
1. Pengertian Surveilans
Setelah tahun 1950, surveilans epidemiologi dalam konteks penyakit.
Surveilans epidemiologi memantau insidensi penyakit-penyakit yang termasuk
dalam program-program vertikal WHO seperti malaria, frambusia, cacar, dan
demam kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini diperlukan data penyakit yang
didistribusikan menurut orang, waktu, dan tempat. Di samping itu diperlukan
data tentang vektor yang menularkan penyakit yang bersangkutan, dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kejadian penyakit itu. Dalam konteks ini
muncul teori bahwa penyakit infeksi disebabkan oleh kuman yang mungkin
berasal dari binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai lawan dari bahwa
penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Timbulnya penyakit infeksi
tergantung pada dosis dari agen yang infeksius, jenis dan lamanya transmisi,
keadaan umum dan gizi dari hospes, gaya hidup dari hospes, dan keadaan
lingkungan.
Beberapa ahli telah mendefinisikan surveilans epidemiologi. Langmuir
dari Centre Of Disease Control (CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat
mendefinisikan surveilans epidemiologi adalah latihan pengawasan berhati-hati
yang terus menerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran
infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan
sempurna yang relevan untuk menanggulangi penyakit.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan
analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian
disemininasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab
dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
9
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan
penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-
perubahan biologis pada agent, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans
menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat
dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Kadang
digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan
masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat.
Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan
informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang
masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika
penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga sangat penting untuk
memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.
Gambar 2.1 Skema system surveilans
Fasilitas pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan
(puskesmas, RS, dokter praktik) Kabupaten/Kota, Provinsi,Pusat
Komunitas
10
Peristiwa penyakit, kesehatan populasi
Intervensi
Perubahan yang diharapkan
Data
Informasi
Analisis & interpretasi
pelaporan
Umpan balik
keputusan
Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans
dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan
dilakukan secara intermitten atau episodik. Dengan mengamati secara terus
menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit
dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati dan diantisipasi, sehingga
dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit
dengan tepat.
2. Tujuan Survei Epidemiologi
Tujuan melakukan surveilans epidemiologi adalah :
a. Untuk mengetahui besar masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atau
insidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal
pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya.
b. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai masalah kesehatan/
penyakit (menjawab pertanyaan siapa, dimana, kapan) sehingga dapat
digunakan untuk memonitor program yang sedang berjalan, mengevaluasi
program dan system kewaspadaan dini.
3. Kegunaan Surveilans Epidemiologi
Surveilans Epidemiologi digunakan untuk :
a. Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit.
Yang dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit adalah
epidemiologi deskriptif penyakit itu menurut waktu, tempat, dan orang.
b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan
Minimal ada 3 persyaratan untuk mendapatkan prioritas masalah kesehatan
untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk
memecahkan masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah.
11
c. Mengetahui cakupan pelayanan
Atas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan
pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari penderita, dengan
membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik tertentu yang
berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik
yang sama di populasi atas dasar data statistic dari daerah yang
bersangkutan.
d. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi suatu
penyakit dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah. Di Indonesia,
penyakit menular yang sering menimbulkan KLB adalah penyakit diare,
penyakit yang dapat diimunisasikan, infeksi saluran nafas, dan lain-lain.
e. Untuk memantau dan menilai program.
4. Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh
karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat
diselesaikan oleh sector kesehatan sendiri, diperlukan tata laksana terintegrasi
dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sector dan antra
program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi
kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,
Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi
Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah
Kesehatan, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.
a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit
menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit menular.
12
b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit menular.
c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan
faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan
tertentu.
e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program kesehatan matra.
5. Komponen Sistem Surveilans Epidemiologi
Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit dan
masalah kesehatan lainnya sebagaimana tersebut di atas terdiri dari beberapa
komponen yang menyusun bangunan system surveilans yang terdiri atas
komponen sebagai berikut :
a. Tujuan yang jelas dan dapat diukur
b. Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans
epidemiologi dengan dukungan tenaga professional
c. Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumebr dan
cara-cara memperoleh data, cara-cara mengolah data, cara-cara melakukan
analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data dan informasi
epidemiologi, serta mekanisme kerja epidemiologi.
13
d. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.
e. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi.
f. Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dalam
pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan
kemampuan surveilans epidemiologi.
g. Indikator kinerja.
6. Mekanisme Kerja
Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja
sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta
informasi terkait lainnya).
Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat, dan ada
hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.
Tujuan pengumpulan data adalah :
1) Menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai resiko
terbesar terserang penyakit (umur, jenis kelamin, bangsa, pekerjaan,
dan lain-lain).
2) Menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya.
3) Menentukan reservoir dari infeksi.
4) Memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan dapat
berlangsungnya transmisi penyakit.
5) Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.
6) Penyelidikan letusan-letusan wabah, bertujuan untuk memastikan sifat
dasar wabah, sumber wabah, cara penularan, dan area penyebaran /
menjalarnya wabah.
14
b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data
Data yang dikumpulkan segera diolah menurut tujuan surveilans.
c. Analisis dan interpretasi data
Setelah data diolah, dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis dan
interpretasi data. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat
dibuat tanggapan-tanggapan, saran-saran untuk menentukan tindakan
dalam menanggulangi masalah yang ada berdasarkan prioritas.
d. Studi Epidemiologi
Studi epidemiologi dilakukan terhadap masalah yang menjadi prioritas.
e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya.
Penyebaran informasi dapat dilakukan kepada atasan sebagai informasi
le.bih lanjut dan dapat dikirimkan umpan balik kepada unit kesehatan yang
memberikan laporan kepadanya.
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
Rekomendasi dan alternatif tindak lanjut disusun untuk menanggulangi
masalah yang ada.
g. Umpan Balik
Surveilans merupakan kegiatan yang berjalan terus menerus, maka umpan
balik kepada sumber-sumber (pelapor) mengenai arti data dan kegunaannya
setelah diolah merupakan tindakan yang penting.
7. Jenis Penyelenggaraan
Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan
satu cara atau kombinasi beberapa cara penyelenggaraan surveilans
epidemiolog. Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi
berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktivitas pengumpulan data dan pola
pelaksanaanya.
15
a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
1) surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan
atau faktor resiko masalah kesehatan.
2) surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelengaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor resiko atau
situasi khusus kesehatan.
3) surveilans sentinel, adalah penyelanggaraan surveilans epidemiologi
pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya
masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi
pada periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk
mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit,
permasalahan dan atau faktor resiko kesehatan.
b. Penyelenggaraan berdasarkan aktivitas pengumpulan data
1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit
pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
2) surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data
tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya.
c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan
1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan
atau bencana.
16
2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan
atau bencana.
d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan
1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau
tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium
atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.
B. Diare
1. Pengertian Diare
Banyak batita dan beberapa anak yang lebih besar terus-menerus
buang air tiga atau empat kali sehari setelah makan. Jika konsistensi tinja tidak
mencurigakan dan kenaikan berat badan normal, hal ini bukan merupakan
suatu kelainan (Meadow, 2005).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml per 24 jam (Sudoyo, 2007).
2. Klasifikasi diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (pada
umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi dehidrasi yang
merupakan penyebab utama kematian.
b. Diare kronik/persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan
gangguan metabolism. (Rudolph, 2006).
17
3. Penyebab Kejadian Diare
Penyebab diare lebih rentan terkena pada anak anak daripada pada
orang dewasa. Rata-rata orang dewasa menderita diareempat kali setahun.
Anak-anak biasanya memiliki tujuh sampai 15 kasus diare pada saat mereka
mencapai usia lima tahun. Perbedaan ini disebabkan karena penyebab
diare lebih rentan terkena oleh anak-anak karena factor kebiasaan dan
pengetahuan mereka terhadap kebersihan. Makanan, obat-obatan, atau stres
bisa menjadi penyebab penyakit diare. Namun, penyebab diare kadang-kadang
mungkin merupakan sinyal kondisi medis yang mendasari suatu penyakit lain.
Bakteri adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan biasanya bakteri
dan manusia hidup bersama secara damai. Namun, beberapa bakteri dapat
mendatangkan malapetaka pada pencernaan. Mikroorganisme ini menemukan
lahan subur di daging mentah, telur, kerang, dan susu yang tidak dipasteurisasi.
Kasus kontaminasi makanan merupakan penyebab diare yang sangat umum,
apalagi di Negara seperti Indonesia yang memiliki sanitasi yang masih buruk.
Untuk mengurangi risiko diare bakteri terkait masalah kotaminasi makanan.
Cuci tangan dan membersihkan peralatan merupakan hal kecil yang sangat
efektif untuk dilakukan.
a. Infeksi
1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli, gol Vibrio, Bacillus cereus, Cl.
Perfringens,Staphylococcus)
2) Virus (Rotavirus,Enterovirus, Adenovirus)
3) Parasit (Amuba, cacing, jamur)
b. Keracunan
1) Bahan kimia
2) Toksim bakteri (Salmonela, Staphilococcus, Botulisme)
18
c. Alergi
1) Alergi makanan
2) Alergi obat
d. Malabsorpsi
1) Malabsorpsi protein
2) Malabsorpsi lemak
e. Imunodefisiensi
1) HIV/AIDS : terjadi karena over growth kuman saprofit usus
2) Pengobatan dengan imunosupresi
f. Penyebab lain
1) Psychosomatic
2) Parenteral diare
4. Cara Penularan
a. Penularan kuman penyebab diare
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan
melalui jalur fecal-oral, terutama karena :
1) Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau
air.
2) Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
3) Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman
enteropatogen perut
4) Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).
5) Air tercemar oleh tinja.
6) Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).
7) Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.
8) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
19
9) Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu
botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6
bulan pertama) (Depkes,2002).
5. Faktor Risiko
Faktor yang mempengaruhi kejadian diare:
a. Faktor lingkungan (kebersihan lingkungan dan perorangan)
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua
faktor dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja akan
berinteraksi pada perilaku manusia. Bila lingkungan tidak sehat (karena
tercemar kuman diare) dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat (melalui makanan dan minuman), maka akan mengakibatkan
kejadian diare.
b. Faktor gizi
1) Tidak mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung antibody yang dapat
melindungi kuman penyebab diare yaitu : Shigella, dan V. cholera
2) Kurang gizi. Berat penyakit, lama sakit. Resiko kematian diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
anak penderita gizi buruk.
c. Faktor kependudukan (kepadatan penduduk)
d. Faktor pendidikan (pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan)
e. Keadaan sosial ekonomi
f. Perilaku masyarakat (kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan)
(Soegijanto,2002).
20
6. Gejala Klinis
Gejala utama : buang air besar lembek/cair yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari).
Kuman Masa tunas Gejala klinis Cara penularanV. Cholera Beberapa
jam sampai 5 hari
Mencret mendadak, cair seperti cucian beras, terus menerus,dehidrasi, kadang-kadang muntah, asidosis, dan shock
Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
V.Para-hemolyticus
Biasanya 2-3 hari
Diare, sakit perut, mual muntah, demam, sakit kepala
Ikna (makanan) laut yang terkontaminasi
Stap. aureus 2-6 jam Mual, muntah, sakit perut, mencret, suhu badan tinggi
Daging, telur, makanan kaleng dan roti
Salmonella sp. 12-24 jam Mencret, demam, sakit perut. Daging unggas, susu, dan telur yang terkontaminasi
Clostridium perfringers
6-24 jam biasanya 10-12 jam
Mencret, sakit perut, mual Daging, makanan kaleng
Bacillus cereus
6-14 jam1-6 jam
MencretMual, muntah
Bubur kaleng, pudding
Shigella spp2-3 hari Mencret, sakit perut, tenesmus,
tinja lender darahMakanan saus dan makanan kaleng yang terkontaminasi
Strepcoccus faecalis
5-20 jam Mual, muntah, mencret Makanan yang terkontaminasi
Enterococcus 2-18 jam Mual, muntah, mencret Makanan kaleng yang terkontaminasi
7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (Sudoyo, 2007)
Anamnesis
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan yang khas,
yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air,
malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik (Sudoyo,
2007).
21
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
1) Status hidrasi
2) Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi (Davey, 2006)
3) Ruam makulopapular dapat dijumpai pada infeksi gastroenteritis viral,
tifoid, dan Shigella
4) Shigella mengeluarkan neurotoksin, dan kejang dapat muncul mendahului
gejala gastrointestinal (Schwartz, 2004).
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan :
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopik dan mikroskopik
b) Biakan kumani
c) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
d) pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa
e) Pemeriksaan parasit dan telur pada tinja, untuk menunjukkan adanya
infeksi bakteri (Suraatmaja, 2007).
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap
Meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit.
Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasif ke
mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda
3) Pemeriksaan kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya
kekurangan volume cairan dan mineral tubuh
4) Pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA)
Mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis (Sudoyo, 2007).
22
8. Penatalaksanaan Diare
a. Rehidrasi
1) Keseimbangan Cairan
Intake per hari diperoleh dari air minum, air dari makanan, air hasil
oksidasi (metabolisme), sedangkan output dari urine, Insessible Water
Loss (IWL), keringat dan feces. Pengukuran keseimbangan cairan tubuh
dapat dituliskan dengan rumus : intake-output (Johnson, 2005).
2) Jenis cairan
Pada diare akut yang tidak ditemukan tanda dehidrasi, terapi yang
digunakan adalah rencana pengobatan A dengan menggunakan oralit.
Tabel.2 Rencana Pengobatan A (Pencegahan Dehidrasi)
Umur Oralit setiap defekasi< 2 tahun2-10 tahun> 10 tahun & dewasa
50-100 ml100-200 mlAd libitum (bebas)
(Sumber : Karsono, 2000)
Cairan dapat diberikan secara oral. Pada pasien dengan
kontraindikasi rehidrasi oral, rehidrasi menggunakan cairan intravena,
selang nasogastrik atau gastrostomi (Rudolph, 2006).
Pemberian cairan melalui infus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan. Pemberian cairan intravena merupakan rencana
pengobatan C, digunakan untuk pengobatan dehidrasi berat (Suraatmaja,
2007).
Cairan D5 ¼ NS merupakan cairan kombinasi glukosa dan NaCL
yang mengandung Dekstrose 5% + NaCL 0,225 % (Karsono, 2000).
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun Laporan
Penyelidikan Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare di UPT Puskesmas
Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo ini adalah observasional
deskriptif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penyelidikan Epidemiologi pada wabah Diare ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Winong Kec. Kemiri. Waktu pelaksanaan pada September 2012.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penyelidikan epidemiologi ini adalah penderita
diare di wilayah kerja Puskesmas Winong Kecamatan Kemiri, Kabupaten
Purworejo.
D. Jenis data
Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data yang
berupa :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari subjek pengambilan kasus yaitu dari hasil
wawancara langsung dengan subjek pengambilan kasus dan observasi langsung
yang dilakukan pada subjek pengambilan kasus.
24
2. Data Sekunder
Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dan diperoleh
dari dokumen Puskesmas Kedungmundu. Selain itu data juga didapat dari buku
teks yang dipakai sebagai sumber referensi.
E. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
1. Studi dokumen
Dalam kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa
angka kejadian diare yang diperoleh dari Puskesmas Winong.
2. Studi kepustakaan
Dalam kasus ini peneliti menggunakan berbagai sumber buku untuk
mencari dasar teori medis yang mencakup penyakit Diare yang meliputi
pengertian, etiologi, cara penularan,factor risiko, diagnosis, dan
penatalaksanaan.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Letak Geografis
UPT Puskesmas Winong merupakan salah satu Puskesmas dari 27
Puskesmas yang ada di Kabupaten Purworejo yang terletak di Kecamatan
Kemiri dengan luas wilayah 29,8 km2. Secara administrasi wilayah kerja UPT
puskesmas Winong terdiri dari 13 desa binaan dan 5.753 Rumah Tangga.
Wilayah kerja UPT Puskesmas Winong dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Bruno
Sebelah Timur : Kecamatan Gebang
Sebelah Selatan : Kecamatan Bayan
Sebelah Barat : Kecamatan Pituruh
2. Keadaan Demografi
a. Distribusi penduduk
Jumlah penduduk sebanyak 20.774 jiwa dengan jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 10.675 jiwa (51%) dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 10.099 jiwa (49%). Jumlah rumah tangga 5.753 KK dengan rata-
rata jiwa per rumah tangga 3,61. Sedangkan kepadatan penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Winong adalah 697 jiwa per kilometer persegi.
3. Kepadatan Penduduk
Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Winong
mencapai 697,1 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah anggota per keluarga 3,6
jiwa.
26
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Perdesa di wilayah kerja
Puskesmas Winong tahun 2012
NO DESA
LUASJUMLAH
PENDUDUK
KEPADATANWILAYAH PENDUDUK
(km2) per km2
1 PAGERON 1.5 1,576 1064.862 KARANGDUWUR 1.8 1,814 1013.413 REBUG 2.4 1,463 599.594 LONING 1.1 1,614 1522.645 WINONG 2.6 2,315 900.786 SUTORAGAN 2.7 1,536 562.647 JATIWANGSAN 4.4 1,220 279.188 GIRIMULYO 5.9 966 164.8511 DILEM 1.7 1,243 726.9012 KEDUNGLO 1.7 2,445 1438.2413
WONOSUKO
1.0 1,193 1169.61
Jumlah 29.8 20,774 697.11
Dari table 3.1 di atas diketahui bahwa desa dengan penduduk terpadat
adalah Desa Loning (1522,64 jiwa /km2) dan terendah adalah Desa Girimulyo
(164,85 jiwa/km2). Sedangkan desa dengan wilayah terluas adalah adalah desa
rebug (2,4 km2) dan desa dengan wilayah tersempit adalah Wonosuko (1 km2).
27
Grafik 3.2 Proporsi penduduk menurut jenis kelamin
Sumber : Data Statistik Kecamatan Kemiri th.2012
3. Kegiatan Pokok Surveilans Puskesmas
a. Pengumpulan data
b. Tabulasi dan analisis data
c. Penyebarluasan hasil dan informasi
4. Sumber data Surveilans Puskesmas
a. Laporan (catatan/registrasi)
1) Kematian
2) Kesakitan
3) Laboratorium
4) Kejadian Luar Biasa/Wabah
5) Kasus individu
6) Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)
b. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening
c. Laporan vektor binatang (reservoir)
d. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)
e. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)
28
Proporsi Penduduk menurut jenis kelamin Pusk.Winong Th.2012
51%49%
laki-laki perempuan
5. Pemastian diagnosis
Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang
muncul pada penderita.
Gejala Klinis Jumlah %
Frekuensi BAB >3x/hari 242 100%
Konsistensi tinja cair 200 82.6%
Dehidrasi 104 42.9%
Bibir terlihat kering 87 35.9%
6. Pemastian Wabah
Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan
baik dan jumlah kasus diare dapat dideteksi sesuai dengan wilayah
administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap
wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi wabah. Untuk
memastikan bahwa peningkatan kasus adalah wabah atau bukan wabah, dapat
dilakukan analisis apakah penyakit tersebut penyakit menular yang berjangkit
dengan cepat dan menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
29
7. Distribusi Penyakit Berdasarkan Variabel Epidemiologi
a. Distribusi Kasus Diare Menurut Orang
Distribusi penderita diare dapat dilihat dalam tabel berikut :
Kelompok
Umur
Jumlah
Penderita
< 1 bulan 3
>1bln-<1thn 13
1-4 tahun 109
5-14 tahun 28
15-44 tahun 57
45-64 tahun 17
>65 tahun 7
Jumlah 242
Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak
sakit berada pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 109 penderita, dan
terendah pada kelompok umur <1bulan sebanyak 3 penderita.
1) Distribusi penderita diare menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Penderita
Laki-laki 123
Perempuan 119
Jumlah 242
Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 123 kasus.
30
b. Distribusi Kasus Diare Menurut Tempat
Distribusi kasus diare di Puskesmas Winong berdasarkan tempat
dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
No. Kecamatan Desa Penderita DiareL P
1 Kemiri Pageron 8 92 Karangduwur 0 13 Rebug 1 14 Loning 15 115 Winong 22 286 Sutoragan 15 167 Jatiwangsan 11 78 Girimulyo 12 99 Girijoyo 11 710 Turus 5 511 Dilem 4 512 Kedunglo 7 1213 Wonosuko 12 8
Jumlah 123 119
Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran
bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Winong yaitu
sebanyak 50 kasus.
c. Distribusi menurut waktu
Untuk menggambarkan kasus pada periode wabah (lamanya wabah
berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang
menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of
illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1
harian.
31
Distribusi kasus diare di wilayah Puskesmas Winong, berdasarkan
waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :
Berdasarkan hasil investigasi, tidak ditemukan kasus pada bulan
Januari-Februari. Namun,pada bulan Maret terdapat 23 kasus diare dan
jumlah kasus diare semakin meningkat hingga bulan Agustus yaitu
sebanyak 69 kasus. Sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 242
kasus.
32
Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust
Kasus
Diare 0 0 23 11 36 52 51 69
B. Pembahasan
1. Distribusi Penyakit Berdasarkan Variabel Epidemiologi
a. Distribusi Kasus Diare Menurut Orang
Grafik Distribusi Penyakit Diare Menurut Orang Di Wilayah Kerja
Puskesmas Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo
Periode Januari – September Tahun 2012
Kelompok
Umur
Jumlah
Penderita
< 1 bulan 3
>1bln-<1thn 13
1-4 tahun 109
5-14 tahun 28
15-44 tahun 57
45-64 tahun 17
>65 tahun 7
Jumlah 242
Frekuensi tertinggi berada pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak
109 penderita. Pada usia ini banyak warga yang menjadi penanggung
jawab kandang ternak mereka. Setiap hari mereka memberi makan ternak,
membersihkan kotoran ternak serta merapikan kandang ternak mereka.
Tingginya frekuensi kontak terhadap kandang ternak dan
binatang peliharaan mereka pada kelompok usia ini dapat meningkatkan
kontaminasi dengan mikroorganisme yang ada dan berkembang biak di
area kandang, terlebih kurangnya menjaga kebersihan diri seperti mencuci
tangan yang benar. Kondisi jamban warga juga kurang memenuhi
persyaratan. Sumber air minum pun terlalu dekat dengan jamban dan
tempat pembuangan serta kandang ternak dapat menjadi penyebab diare.
33
b. Distribusi Kasus Diare Menurut Tempat
Grafik Distribusi Penyakit Diare Menurut Tempat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo
Periode Januari – September Tahun 2012
Frekuensi tertinggi penderita penyakit diare terdapat pada desa
Sumber Agung yakni sebanyak 308 penderita. Banyak warga yang
masih tinggal satu atap dengan kandang ternak mereka. Kondisi ini
memudahkan pencemaran bakteri atau virus penyakit diare ke penghuni
rumah. Kandang merupakan tempat yang cocok sebagai habitat
berkembang biaknya bakteri/ virus karena tempat yang lembab serta ber
campur antara jerami dan kotoran ternak sangat cocok dengan kondisi
lingkungan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, sehingga kandang dapat
menjadi sumber penyakit bagi penghuni rumah maupun sekitarnya.
34
c. Distribusi Kasus Diare Menurut Waktu
Grafik Distribusi Penyakit Diare Menurut Orang Di Wilayah Kerja
Puskesmas Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo
Periode Januari – September Tahun 2012
Terjadi peningkatan dari tahun 2006 hingga 2008 dari mulai
210 kasus diare kemudian 242 kasus, hingga 325 kasus. T epatnya pada
tahun 2007 minggu ke 18, terjadi kasus kematian akibat penyakit ini.
Peningkatan yang cukup tinggi (hampir 50%) terjadi pada tahun 2008.
Namun pada tahun 2009 terjadi penur unan kasus ini menjadi 171
kasus dan peningkatan kembali menjadi 265 pada tahun 2010. Hal ini
mungkin diakibatkan pemanasan global sehingga kondisi cuaca pun
tidak dapat dipastikan sehingga pada waktu-waktu tertentu memberikan
ruang bagi bakteri ataupun virus penyebab diare.
2. Identifikasi Sumber dan Penyebab
Hasil survey menyatakan bahwa di wilayah kerja Puskesmas warga
kurang peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar. Kasus kontaminasi
makanan merupakan penyebab diare yang sangat umum, apalagi di negara
seperti Indonesia yang memiliki sanitasi yang masih buruk. Selain bakteri
beberapa infeksi virus dapat menjadi penyebab penyakit diare. Jenis virus ini
35
sangat menular, bepergian dengan mudah dari tangan kotor ke tangan tidak
dicuci. Membagi minuman, peralatan, dan makanan yang tercemar juga
menyediakan jalan masuk perut untuk penyebab diare.
3. Identifikasi Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum
yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita penyakit diare. Penularan
langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap
makanan.
4. Masalah yang Dihadapi
Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:
a. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal
b. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta
masyarakat masih rendah khususnya sanitasi lingkungan yang masih
kurang.
5. Upaya Penanggulangan
Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan
penanggulangan wabah diare di wilayah Puskesmas Winong adalah:
a. Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban,air
bersih, dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.
b. Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
c. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal pencegahan
dan penanggulangan wabah diare.
d. Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan di Puskesmas
Winong, Kab. Purworejo tentang diare maka didapatkan hasil bahwa kasus diare
di wilayah kerja puskesmas Winong merupakan wabah karena penyakit diare
berjangkit dengan cepat dalam suatu waktu dan menyerang sejumlah besar orang
di daerah tersebut. Terjadinya wabah diare di wilayah kerja Puskesmas Winong
disebabkan karena masih kurangnya perhatian masyarakat tentang sanitasi
lingkungan sekitar dan penyuluhan terhadap masyarakat masih rendah khususnya
dalam hal PHBS yang sangat penting bagi keluarga dan anak, dan Sistem
kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat penulis menyarankan agar
kegiatan pemantauan kasus diare dilaksanakan secara rutin, menggunakan hasil
penelitian ini sebagai dasar untuk membuat desain kegiatan pencegahan dan
pemberantasan diare. Melakukan penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat, memperbaiki sanitasi
lingkungan, serta menambah pengetahuan masyarakat tentang diare dan
penanganannya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Diah W. 2010. Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita. Diakses
dari http://eprints.undip.ac.id/23193/1/Diah_W.pdf. Diunduh tanggal16
Oktober 2012.
Murti, Bhisma.2010. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Diakses dari
http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf.
diunduh tanggal 16 Oktober 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.
2006. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Puskesmas Wedi. 2002-2012. Laporan Program Surveilans Diare bulan
Januari 2012-Agustus 2012.
Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
.
GOOGLING
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
38
Meadow R., Newell S. 2003. Lecture notes : pediatrika. 7th ed. Terjemahan Kripti
Hartini, Asri Dwi Rachmawati. Jakarta : Erlangga. p 83-3.
39