10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

43
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily, 2012). Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum. Personal hygiene atau kebersihan diri ini diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan Universitas Sumatera Utara

Transcript of 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

Page 1: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Personal Hygiene

2.1.1. Definisi

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal artinya perorangan

dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan

perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya

(Laily, 2012).

Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan

meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana

dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene

merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti

mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum. Personal hygiene atau kebersihan

diri ini diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan kesehatan seseorang.

Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh

yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya

suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang

buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang

berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

11

penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu

sepertinya halnya kulit (Soedarto dalam Saryono, 2011).

2.1.1.1 Faktor- faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene

Menurut Wartonah (2003), faktor- faktor yang mempengaruhui personal hygiene

adalah :

1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhui

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial, yaitu pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang

untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting

karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

mandi.

6. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.

7. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

12

2.1.1.2. Jenis-jenis Personal Hygiene

Pemeliharaan personal hygiene (kebersihan perorangan) diperlukan untuk

keamanan dan kenyamanan. Personal hygiene meliputi :

1. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam higiene

perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh

dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi

rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap

ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius

dalam kesehatan. Sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang

peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang akan

masuk melewati kulit. Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki peranan

yang sangat sentral dalam menjaga keutuhan badan (Wartonah,2003).

Kulit memiliki fungsi yang beragam yang membantu dan menjalankan sistem

kerja tubuh. Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi

jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan

masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu diperlukan

perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan

perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga

sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk

melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk

menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

13

menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit

(misalnya : kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu

lama pada kulit, dan sebagainya) sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit

sebagai organ proteksi. Peranan kulit dalam menjaga keutuhan tubuh tidak

selamanya mudah. Sebagai organ proteksi peranan kulit tidak luput dari berbagai

masalah-masalah yang bisa membahayakan kulit itu sendiri (Laily, 2012).

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat

harus selalu memperhatikan seperti:

a. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

b. Mandi minimal 2x sehari

c. Mandi memakai sabun

d. Menjaga kebersihan pakaian

e. Menjaga kebersihan lingkungan

2. Kebersihan Rambut

Menurut Perry (2005) rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat

bersih dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau.

Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu

memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2

kali seminggu, mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya,

dan sebaiknya menggunakan alat–alat pemeliharaan rambut sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

14

3. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Menurut Laily (2012) kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian

khusus dalam praktik hygiene seseorang, karena semuanya rentan terhadap

berbagai macam infeksi. Cidera di kulit (misalnya kaki) dapat menimbulkan

sensasi nyeri serta sangat mengganggu kemampuan untuk bergerak, berjalan dan

menyangga beban tubuh, sedangkan tangan lebih bersifat manipulatif daripada

suportif. Munurut Perry (2005) seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus

dipelihara dengan baik dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar

dan kebiasaan sehari-hari.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Membersihkan tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur

c. Mencuci kaki sebelum tidur

4. Kebersihan Pakaian

Menurut Irianto (2007) pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang

untuk sehat dan segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak

menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan oleh badan. Dalam

sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau dan mengganggu.

Untuk itu perlu mengganti pakaian setiap hari. Saat tidur hendaknya memakai

pakaian yang khusus untuk tidur dan tidak memakai pakaian yang sudah kotor.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

15

5. Kebersihan Handuk

Menurut Soejadi (2005) handuk merupakan kain yang digunakan untuk

mengeringkan tubuh setelah mandi. Handuk yang bersih harus dicuci dengan

deterjen, dikeringkan, disetrika dan disimpan ditempat yang bersih. Apabila

digunakan, setiap hari harus dijemur dibawah sinar matahari. Penggantian harus

dilakukan sekali seminggu dan tidak boleh dipakai oleh orang lain atau digunakan

bergantian.

6. Kebersihan Tempat Tidur

Tempat tidur merupakan tempat yang digunakan sebagai tempat tidur atau

beristirahat. Menjaga kebersihan tempat tidur selain memberi kenyamanan juga

menghindarkan dari adanya tungau Sarcoptes scabei yang dapat hidup pada kasur

dan bantal yang tidak dijemur. Tempat tidur sebaiknya dijaga dalam keadaan

bersih juga kebersihan kamar tidur lebih diperhatikan dan dibersihkan setiap hari

agar kuman tidak dapat berkembang biak. Kasur sebaiknya dijemur secara teratur

seminggu sekali. Mengganti sprei, sarung bantal dan selimut dicuci setiap

seminggu sekali (Laily, 2012).

2.1.2. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga

tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat

menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas

maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik

untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

16

kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Dewasa ini, air menjadi

masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik

sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah

banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia.

Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula

secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus

meningkat (Warlina, 2004).

Air rumah tangga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

(Entjang, 2000):

1. Syarat fisik yaitu: jernih, tak berwarna, tak berasa dan tak berbau.

2. Syarat khemis (syarat kimiawi) yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya

untuk kesehatan seperti zat-zat racun, dan tidak mengandung mineral-mineral

serta zat-zat organik lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan.

3. Syarat bakteriologis yaitu air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit.

Penyakit yang sering menular dengan perantaraan air adalah penyakit yang

tergolong kedalam golongan “water borne diseases”. Air rumah tangga dikatakan

memenuhi syarat bakteriologis bila: tidak mengandung suatu bibit penyakit, tidak

mengandung bakteri escherichia coli dan bakteri saprophyt tidak lebih dari

100/ml air.

Menurut Timmreck (2004) Ada dua cara umum penularan penyakit, yaitu :

1. Penularan langsung atau juga dikenal sebagai penularan dari orang ke orang,

adalah perpindahan patogen atau agen secara langsung dan segera dari

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

17

pejamu/reservoir ke pejamu yang rentan. Penularan langsung dapat terjadi melalui

kontak fisik atau kontak langsung orang per orang, seperti bersentuhan dengan

tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit dengan kulit, berciuman, atau

hubungan seksual.

2. Penularan tidak langsung terjadi ketika patogen atau agen berpindah atau terbawa

melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu

yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung dilakukan

melalui beberapa cara penularan berikut:

a. Penularan airborne terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa patogen

ke pejamu dan menginfeksinya.

b. Penularan waterborne terjadi ketika patogen terbawa dalam air minum, kolam

renang, sungai, atau danau yang digunakan untuk berenang.

c. Penularan vehicleborne berhubungan dengan fomite (barang/benda), misalnya

peralatan makan, pakaian, peralatan cuci, sisir, botol air minum, dan

sebagainya.

Secara tradisional empat penggolongan penyakit yang berkaitan dengan air

adalah (Achmadi, 2008):

1. Water borne diseases, adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air

minum, di mana air yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga

menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit. Penyakit-penyakit yang

tergolong water borne diseases adalah: kolera, typhus, desentri, dll.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

18

2. Water washed diseases, merupakan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan

air higiene perorangan. Penyakit yang tergolong di sini adalah: skabies, infeksi

kulit, dan selaput lendir, trakhoma, lepra, dll.

3. Water Related Vectors, adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit

yang sebagian atau seluruhnya perindukannya berada di air. Penyakit yang

tergolong di sini adalah malaria, demam berdarah dengue, filariasis dan

sebagainya.

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:

1) air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, 2) air sebagai sarang insekta

penyebar penyakit, 3) jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia

bersangkutan tak dapat membersihkan diri dan 4) air sebagai media untuk hidup

vector penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne

diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di

daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya

dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air

antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa (Warlina, 2004).

Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna

dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat

organik, garam an-organik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah,

maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap kesehatan.

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik,

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

19

maupun an-organik. Zat an-organik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau

hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat

organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakannya, dan

dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didisinfeksi,

karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak

terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen Warna dapat

disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk

bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga

berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Soemirat, 2001).

Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan an-organik. Kedua jenis

kimia ini dapat berdampak terhadap kesehatan pengguna air. Salah satu kimia organik

yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan dengan terjadinya penyakit pada

pengguna air adalah kromium. Dalam bidang industri kimia Cr digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan pigmen cat/warna karena Cr mengandung komponen merah,

kuning, orange dan hijau. Kontak dengan kulit melalui debu, kotoran, dan air yang

mengandung Cr. Kulit yang alergi terhadap Cr akan cepat bereaksi dengan adanya

paparan Cr meskipun dalam dosis rendah. Cr bisa menyebabkan kulit gatal dan luka

yang tidak lekas sembuh. Senyawa Cr bisa menyebabkan iritasi mata, luka pada mata,

iritasi kulit dan membran mukosa (Widowati, 2008). pH adalah merupakan istilah

yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan

(Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni

mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

20

diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit. pH terlalu tinggi > 12 atau terlalu rendah < 3

dapat menimbulkan gejala iritasi segera setelah terpapar, sedangkan pH yang sedikit

lebih tinggi > 7 atau sedikit lebih rendah < 7 memerlukan paparan ulang untuk

mampu timbulkan gejala (Kusnaedi, 2004).

2.2. Rumah Sehat

2.2.1. Definisi Rumah Sehat

Menurut Wicaksono (2009) rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari

manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan

sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan

setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Lingkungan rumah juga

seharusnya terhindar dari faktor-faktor yang merugikan kesehatan (Hindarto,2007).

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana

lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta

keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam Keman,

2005). Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan

hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI,

2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

21

Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan

beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial,

sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

2.2.2. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3

lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,

sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,

pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.

3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,

membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang

sampah pada tempat sampah

2.2.3. Kondisi Fisik Rumah

Kondis fisik rumah yang harus dimiliki tiap rumah adalah memiliki syarat-

syarat sebagai berikut :

1. Langit-langit

Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu

dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta

mudah dibersihkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

22

2. Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban

tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban

diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air

tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan

tampak bersih tidak berlumut.

3. Lantai

Secara hipotesis jenis tanah memiliki peran terhadap proses kejadian kusta,

melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung menimbulkan

kelembaban, dengan demikian viabilitas kuman leprae di lingkungan juga sangat

dipengaruhi. Lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah, kontruksi

lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar mudah dibersihkan dari

kotoran dan debu. Selain itu dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban

dalam ruangan. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, maka lantai

rumah sebaiknya dinaikan 20 cm dari permukaan tanah. Keadaan lantai rumah

perlu dibuat dari bahan yang kedap terhadap air sehingga lantai tidak menjadi

lembab dan selalu basah seperti tegel, semen, keramik (Pertiwi, 2004)

4. Pembagian ruangan / tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya.

Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

23

a. Ruang untuk istirahat/tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan

kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang

cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2

b. Ruang dapur

dan dianjurkan tidak untuk

lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk

melakukan kegiatan.

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil

pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang

dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat

teralirkan keluar.

c. Kamar mandi dan jamban keluarga

Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi

untuk berhubungan dengan udara luar.

5. Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan

pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan.

Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat

merugikan kesehatan. Menurut Chandra (2006) Ventilasi adalah sarana untuk

memelihara kondisi atmosfer yang menyenagkan dan menyehatkan bagi manusia.

Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak buruk

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

24

tehadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara

sangat diperlukan.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat,

diantaranya:

a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan

luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%.

Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan,

dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang

jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara

lebih lancar.

6. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena suatu

rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan kurang

nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009). Cahaya yang cukup

kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia.

Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya

buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan

kesilauan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

25

a. Pencahayaan alamiah

Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam

ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka,

selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan,

mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab

penyakit tertentu. Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan

alam yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca

dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil,

kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf

besar. Menurut pemerintah indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum

(DPU) telah menetapkan bahwa untuk kesehatan ruangan, sinar matahari pagi

harus masuk ke dalam ruangan minimal 1 jam sehari dan jika buatan minimal

8 jam (Pertiwi, 2004)

b. Pencahayaan buatan

Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu

minyak tanah, listrik dan sebagainya. Cahaya buatan harus mampu menerangi

seluruh ruangan minimsl intensitasnya 60 lux dan tidak terlalu menyilaukan

(Prabu,2009).

7. Luas Bangunan Rumah

Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya

luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan

yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

26

penghuni (overcrowded). Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah

bakteri penyebab penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat

mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah

penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran

oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar

O2 yang diudara (Sukini, 1989). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan

kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit

infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria

Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2

8. Kelembaban Ruangan

/ orang.

Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunanan daya

tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan

hidup bakteri. Menurut Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban

dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau

lebih dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi

udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi

rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki

kelembaban udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang

semuanya memiliki peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan

(Krienger, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

27

2.3. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air

2.3.1. Kulit Gatal-Gatal, Merah dan Panas

Proses toksikan diserap melalui kulit, zat kimia tersebut harus menembus sel-

sel epidermis, sel-sel kelenjar keringat, atau kelenjar-kelenjar, atau masuk melalui

follikel-follikel rambut. Meskipun jalan follikel bisa membolehkan masuknya

sejumlah kecil toksikan dengan segera, kebanyakan zat kimia menembus sel-sel

epidermis, yang menyusun daerah permukaan yang besar dari kulit. Kelenjar-kelenjar

keringat dan folikel-folikel rambut tersebar diseluruh kulit dalam jumlah yang

beragam tetapi secara perbandingan berupa jarang luas penampang lintang total

mereka adalah mungkin diantara 0,1 dan 1,0 % dari luas kulit (Mansur, 2002). Kulit

gatal, panas dan merah merupakan gejala dermatitis dan merupakan respon kulit

terhadap agen-agen yang beraneka ragam. Respons tersebut biasanya berhubungan

dengan alergi (Djuanda, 2007). Dermatitis kontak adalah dermatitis (peradangan

kulit) yang disertai dengan adanya edema interseluler pada epiderrmis karena kulit

berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit. Bahan-

bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik (Harahap, 2000).

2.3.2. Mata Merah, Gatal dan Panas

Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah, mata terasa

gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata. Bila terdapat

salah satu gejala tersebut maka diperlukan pemeriksaan mata dan perawatan khusus.

Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

28

peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah

arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior maka akan terjadi mata merah.

Melebarnya pembuluh darah konungtiva atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat

pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akbat klorida,

asap dan benda asing, ataupun injeksi pada jaringan konjungtiva. Gejala umum pada

konjungtivitis adalah mata merah, sekret atau mata kotor, dan pedas seperti kelilipan.

Konjungtivitis akan mengenai kedua mata akibat mengenai mata yang sebelahnya.

Bila hanya terdapat pada satu mata maka ini biasanya hanya disebabkan alergi atau

moloskum kontagiosum. Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva

akibat reaksi alergi terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa

dan reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti reaksi terhadap obat, reaksi,

dan toksik. Reaksi alergik dari hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan

keluhan berupa mata gatal, panas, berair dan matamerah. Umumnya konjungtivitis

alergi disebabkan oleh bahan kimia. Pengobatan diutamakan dengan cara

menghindarkan penyebab dengan pencetus penyakit dan memberikan astringen

kemudian disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya (Ilyas,

2008).

2.4. Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Air yang tercemar oleh organisme patogen seperti bakteri atau virus dapat

secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Tipe pencemaran yang

Universitas Sumatera Utara

Page 20: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

29

disebabkan zat racun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dapat diamati

melalui (Sunu, 2001) :

1. Pengaruh zat racun pada benda hidup, seharusnya diuji dari dua aspek:

a. Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang mengandung zat racun

tertentu dan batas konsentrasinya

b. Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari ekosistem

umum melalui rantai makanan.

2. Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia

a. Pengaruh keracunan akibat meminum air yang tercemar secara langsung

b. Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut yang lain dimana

zat racun sudah diakumulasi.

c. Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah

diakumulasi dengan cara air irigasi atau tanah tercemar.

Kualitas air baik fisik, kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan

masyarakat. Penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi

terhadap keluhan penyakit bagi penggunanya. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa

dampak kualitas air terhadap keluhan kesehatan, yaitu sebagai berikut:

1. Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu,

warna dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas

zat organik, garam an-organik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut

bertambah, maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 21: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

30

kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang

bersifat organik, maupun an-organik. Zat an-organik biasanya berasal dari

lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap

kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga

mendukung pembiakannya, dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air.

Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi

tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung

menjadi patogen (Soemirat, 2001). Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa

suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan

mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi

terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2001). Warna dapat

disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila

terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun,

sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).

2. Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan an-organik. Kedua

jenis kimia ini dapat berdampak terhadap kesehatan pengguna air. Berikut ini

beberapa jenis kimia organik yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan

dengan terjadinya penyakit pada pengguna air, yaitu:

a. Hg (Air Raksa)

Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang

bersifat racun terhadap tubuh manusia. Biasanya secara alami ada dalam air

Universitas Sumatera Utara

Page 22: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

31

dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh

merkuri umumnya akibat limbah yang berasal dari industri (Soemirat, 2001).

Adsorpsi metil merkuri ditubuh mencapai 95%, kontaminasi Hg pada manusia

bisa terjadi melalui makanan, minuman, dan pernafasan, serta kontak kulit.

Paparan jalur kulit biasanya berupa senyawa HgCl2 atau K2HgI4. Toksisitas

HgCl2

b. Aluminium (Al)

atau garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran

alat pencernaan, eksantema pada kulit, dekomposisi eritrosit dan menurunkan

tekanan darah. (Widowati, 2008)

Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak

digunakan, sehingga terdapat banyak di lingkungan. Sumber alamiah Al

adalah bauxit dan cryolit. Industri pengguna Al antara lain industri kilang

minyak, peleburan metal, serta lain-lain. Al juga dapat meyebabkan iritasi

kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan (Soemirat, 2001)

c. Arsen (As)

Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat

toxik. As elemental didapat di alam dalam jumlah tinggi sangat terbatas;

terdapat bersama-sama Cu, sehingga didapatkan produk sampingan pabrik

peleburan Cu. Secara kronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia,

kolk, mual, diare atau konstipasi, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit.

Arsen (As) dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan. Dimasa

lampau, Arsen (As) dalam dosis kecil digunakan sebagai campuran tonikum,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

32

tetapi kemudian ternyata bahwa Arsen (As) ini dapat menimbulkan kanker

kulit pada peminumnya (Soemirat, 2001).

Paparan As an-organik melalui kulit dapat menyebabkan kulit membengkak

dan kemerahan. Senyawa arsenik yang mengenai kulit akan diekskresikan

melalui deskuamasi kulit dan melalui keringat. As dikulit akan mengakibatkan

terjadinya Mee’s line (perubahan pita putih melintang pada kuku jari) yang

akan muncul setelah kurang lebih 6 minggu terpapar As (Widowati, 2008).

d. Berilium (Be)

Berilium (Be) adalah logam berwarna abu-abu, berbentuk padat pada suhu

kamar, kuat, ringan dan mudah pecah. Be. Banyak digunakan dari berbagai

jenis industri karena memiliki sifat titik lebur tinggi, sangat kuat, dan bisa

menjadi konduktor listrik yang baik. Berbagai jenis industri menggunakan Be,

diantaranya sebagai pelapis panas (thermal cating), brake system, tabung x-

ray, dental plate, stamping and cutting (alat stempel dan pemotong), dan

handling/assembly, industri peralatan olahraga, industri keramik (Widowati,

2008).

Pencemaran Be berasal dari industri logam non ferrous, industri logam

aluminium, pemrosesan Be, penyulingan petroleum, dan akhirnya mencemari

tanah, air dan udara. Absorpsi Be lewat kulit dipengaruhi oleh bentuk dan

senyawa Be (Widowati, 2008). Paparan Be larut air melalui kulit akan

mengakibatkan reaksi alergi pada kulit atau lesi papulovesikuler pada kulit.

Membran kelopak mata bisa mengalami peradangan bila kulit wajah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

33

mengalami dermatitis karena paparan Be. Jika mata terpercik larutan Be, mata

bisa terbakar atau menunjukkan tanda kemerahan di sekitar mata. Be dapat

menyebabkan iritasi, edema, dan peradangan pada jaringan tempat kontak Be

(Widowati, 2008).

e. Kesadahan

Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah.

Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan

yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi), juga dapat

menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Kesadahan yang tinggi di

sebabkan sebagian besar oleh calcium, magnesium, strontium, dan ferrum.

Masalah yang timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat

tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.

f. Klorida

Klorida adalah senyawa hologen Klor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada

gugus senyawanya. Misalnya NaCL sangat tidak beracun, tetapi karboksil

klorida sangat beracun. Di Indonesia, Klor digunakan sebagai desinfektan

dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak, klorida akan

menimbulkan rasa asin, korosif pada pipa sistem penyediaan air panas.

Clorida sebagai desinfektan, sisa klor didalam penyediaan air sengaja

dipertahankan dengan konsentrasi sekitar 0,1 mg/l untuk mencegah terjadinya

rekontaminasi oleh mikroorganisme patogen, tetapi klor ini dapat terikat

senyawa organik berbentuk hologenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya

Universitas Sumatera Utara

Page 25: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

34

dikenal sebagai senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai negara

maju sekarang ini, klorinisasi sebagai proses desinfektan tidak lagi digunakan.

Cl dapat mengakibatkan reaksi terhadap mata menjadi merah bila terjadi

kontak dengan air yang mengadung Cl.

g. Mangan (Mn)

Mangan (Mn) adalah metal abu-abu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat

kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Didalam penyediaan air,

seperti halnya Fe (besi), Mn (mangan) juga menimbulkan masalah warna,

hanya warnanya ungu/hitam. Paparan Mn dalam kulit bisa mengakibatkan

tremor, kegagalan koordinasi, dan dapat mengakibatkan munculnya tumor.

h. Selenium (Se)

Selenium adalah logam berat yang berbau bawang putih. Selenium juga

didapat antara lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor.

Selenium dalam air dengan konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di

daerah seleniferous. Absorpsi Se organik melebihi 50% karena lebih mudah di

absorpsi oleh alat pecernaan, sedangkan absorpsi lewat kulit sangat rendah

dan terbatas. Parparan lewat kulit bisa menyebabkan kulit terbakar, bercak

merah, serta pembengkakan. (Widowati, 2008)

i. Nikel (Ni)

Nikel adalah logam berwarna putih perak. Ni merupakan logam yang resisten

terhadap korosi dan oksidasi pada temperatur tnggi sehingga bisa

dipergunakan untuk memproduksi stainless steel. Berbagai macam industri

Universitas Sumatera Utara

Page 26: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

35

menggunakan bahan baku Ni atau garam nikel antara lain industri kimia,

industri elektronik, serta industri logam. Paparan Ni lewat kulit secara kronis

bisa menimbulkan gejala antara lain dermatitis nikel berupa eksema (kulit

kemerahan, gatal) pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, lengan dan alergi

kulit. Sebesar 4-9% orang yang terpapar Ni akan menunjukkan dermatitis

alergi (Widowati, 2008).

j. Cobalt (Co)

Cobalt adalah logam yang berwarna abu-abu perak dan terdapat dialam

melalui sumber alam dan aktivitas manusia. Logam ini juga dipergunakan

pada industri plastik serta iradiasi pada industri pangan untuk membunuh

mikroorganisme dan mengawetkan pangan sebagai desinfektan berbagai

macam buah dan biji-bijian, untuk menunda pemasakan buah,

mempertahankan kesegaran produk pertanian, serta menunda pertunasan pada

kentang dan bawang. Paparan Co bisa tejadi melalui inhalasi, kontak kulit,

mata ataupun per oral. Paparan lewat kulit berupa kulit kering, bengkak dan

dermatitis. Paparan lewat mata bisa menyebaban mata kemerahan. Kontak

dengan Co bisa menimbulkan alergi pada penderita gagal rotesis sehingga

mengakibatkan dislokasi, lepas dan tulang fraktur. Hal tersebut terjadi karena

iritasi dan dermatitis yang meluas (Widowati, 2008).

k. Kromium (Cr)

Dalam bidang industri kimia Cr digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

pigmen cat/warna karena Cr mengandung komponen merah, kuning, orange

Universitas Sumatera Utara

Page 27: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

36

dan hijau. Kontak dengan kulit melalui debu, kotoran, dan air yang

mengandung Cr. Kulit yang alergi terhadap Cr akan cepat bereaksi dengan

adanya paparan Cr meskipun dalam dosis rendah. Cr bisa menyebabkan kulit

gatal dan luka yang tidak lekas sembuh. Senyawa Cr bisa menyebabkan iritasi

mata, luka pada mata, iritasi kulit dan membran mukosa (Widowati, 2008).

3. Hubungan Kualitas Biologis Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang

mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan

bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau

merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti

kecacingan, skabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus

juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab

bawaan air terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi, Shigella, dan vebrio

cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A,

poliomyelitis, dan virus trachoma. Eschericia coli adalah salah satu bakteri

patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran

manusia maupun hewan sehingga eschericia coli digunakan sebagai bakteri

indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas

(Fardiaz, 1992).

Menurut Achmadi (2008) perilaku pemajanan (behavioural exposure) adalah

hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduknya berikut

perilakunya. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

37

komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit).

Berdasarkan pendapat Achmadi tersebut, penggunaan air sungai yang tercemar bahan

kimia berpotensi menyebabkan keluhan kesehatan. Semakin sering frekuensi kontak

serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan potensi bahaya penyakit

(air sungai yang tercemar) menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan

semakin besar.

2.4.1. Lama Menggunakan Air Sungai

Budaya atau kebiasaan masyarakat mempengaruhi dosis pemajanan terhadap

potensi bahaya penyakit (Achmadi, 2009), misalnya perilaku penggunaan air sungai

untuk kebutuhan sehari-hari untuk mandi dan cuci. Semakin lama masyarakat

menggunakan air sungai maka semakin tinggi pula dosis pemajanan zat-zat kimia

yang mencemari air sungai terhadap kulit. Menurut Rahmayani (2014) dalam

penelitiannya menyatakan adanya faktor kebiasaan dalam mengunakan air sungai.

Sebagian penduduk menggunakan air sungai lebih nyaman karena dapat bertemu

dengan teman-teman sehinga bisa saling tukar pikiran dan ada yang melakukannya

secara turun menurun.

Berdasarkan penelitian Alprida (2012) masyarakat di desa Batunadua julu dan

jae yaitu rata-rata memanfaatkan air sungai Batang Ayumi adalah selama 20 tahun,

yaitu 26 orang (26,8%) sedangkan yang paling lama memanfaatkan air sungai Batang

Ayumi adalah selama 60 tahun yaitu 1 orang (0,1%) dan paling sebentar adalah 2

tahun, yaitu 1 orang (1,0%).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

38

2.4.2. Frekuensi Menggunakan Air Sungai

Menurut Achmadi (2009), sistem komunitas dengan kejadian penyakit

terdapat aspek yang disebut faktor risiko kependudukan terhadap penyakit yaitu ada

atribut manusia yang menentukan risiko penyakit. Atribut tersebut merupakan hal-hal

yang menyertai kehidupan seseorang atau kelompok.

Budaya atau kebiasaan masyarakat mempengaruhi dosis pemajanan terhadap

potensi bahaya penyakit (Achmadi, 2009), misalnya perilaku penggunaan air sungai

untuk kebutuhan sehari-hari untuk mandi dan cuci. Semakin sering masyarakat

menggunakan air sungai maka semakin tinggi pula dosis pemajanan zat-zat kimia

yang mencemari air sungai terhadap kulit. Proses hubungan interaktif antara

komunitas dengan kuman penyebab penyakit (mikroorganisme, misalnya virus atau

bakteri) menggambarkan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia diantaranya adalah

kekebalan tubuh tidak spesifik, yakni ditujukan untuk menangkal masuknya segala

macam zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat menimbulkan penyakit, seperti

zat-zat berbahaya bagi tubuh. Sistem kekebalan yang tidak spesifik berupa pertahanan

fisik, kimiawi, mekanik dan fagositosis. Pertahanan fisik berupa kulit dan selaput

lendir sedangkan kimiawi berupa enzim dan keasaman lambung. Pertahan mekanik

adalah gerakan usus, rambut getar dan selaput lendir. Pertahanan fagositosis adalah

penelanan kuman atau zat asing oleh sel darah putih dan zat komplemen yang

berfungsi pada berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing. Kerusakan pada

sistem pertahanan ini akan memudahkan masuknya kuman atau zat asing ke dalam

tubuh. Misalnya, kulit luka, gangguan keasaman lambung, gangguan gerakan usus

Universitas Sumatera Utara

Page 30: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

39

atau proses penelanan kuman atau zat asing oleh sel darah putih (sel leukosit). Salah

satu contoh kekebalan alami adalahmekanisme memusnahkan bakteri atau

mikroorganisme lain yang mungkin terbawa masuk saat kita makan atau minum,

contohnya pada kasus penyakit Diare, yakni makanan dan minuman yang

mengandung bakteri coli. HCl yang ada pada lambung akan mengganggu kerja

enzim-enzim penting dalam mikroorganisme. Lisozim merupakan enzim yang

sanggup mencerna dinding sel bakteri sehingga bakteri akan kehilangan

kemampuannya menimbulkan penyakit dalam tubuh kita. Hilangnya dinding sel ini

menyebabkan sel bakteri akan mati. Selain itu juga terdapat senyawa kimia yang

dinamakan interferon yang dihasilkan oleh sel sebagai respon adanya serangan virus

yang masuk tubuh. Interferon bekerja menghancurkan virus dengan menghambat

perbanyakan virus dalam sel tubuh.

2.4.3. Manfaat Penggunaan Air Sungai

Faktor paling dominan menurut Blume adalah faktor lingkungan manusia itu

sendiri. Berdasarkan penelitian Cahyaning (2009) Masyarakat Pekanbaru yang berada

di bantaran sungai Siak sebagian besar termasuk wilayah kecamatan Rumbai Pesisir,

terutama kelurhan Meranti Pandak sebagian besar masih menggunakan air untuk

keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK). Beberapa penyakit infeksi seperti penyakit

kulit masih merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani di Kecamatan

Rumbai Pesisir (Profil Kesehatan Puskesmas Rumbai Pesisir, 2005).

Berdasarkan data profil Puskesmas Rumbai, pada tahun 2005 terjadi

peningktan penyakit kulit dari tahun 2005 dibandingkan 2004, dari 4.366 kasus

Universitas Sumatera Utara

Page 31: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

40

(13,04%) menjadi 4.796 (13,64%) dan meningkat lagi ditahun 2006 menjadi 8.131

kasus (16,57%).

Menurut penelitian Cahyaning (2009) orang yang melakukan kontak langsung

dengan air sungai Siak akan lebih beresiko untuk sakit kulit, tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara pemanfaatan air sungai Siak untuk keperluan mandi dengan

peningkatan kasus penyakit kulit (p=0,102), tetapi dari hasil analisis Odds Ration

(OR>1) yaitu 1,659 berarti bahwa secara klinis resiko masyarakat yang mandi di

sungai Siak mempunyai resiko sebesar 1,659 kali berpenyakit kulit dibandingkan

dengan masyarakat yang tidak mandi di sungai Siak (OR=1,659;IK 95%=0,902-

3,051). Orang yang mencuci di sungai Siak beresiko sebesar 2,032 kali dibandingkan

dengan yang tidak mencuci disungai. Orang yang aktivitas kakus di Sungai Siak lebih

beresiko sakit kulit sebesar 2,217 kali dibandingkan dengan orang yang tidak

melakukan aktivitas kakus di sungai Siak dan menurut ircham dalam cahyaning

(2009) dikarenakan penyebaran berbagai macam penyenyakit dalam air.

Menurut Suryani (2011) dalam penelitiannya menyebutkan jenis kelamin

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak.

Terdapat perbedaan antara kulit pria dengan wanita, perbedaan tersebut terlihat dari

jumlah folikel rambut, kelenjar keringat dan hormon. Kulit wanita memproduksi

lebih sedikit minyak untuk melindungi dan menjaga kelembapan kulit sehingga lebih

kering daripada pria, selain itu juga kulit wanita lebih tipis daripada kulit pria

sehingga lebih rentan untuk menderita penyakit dermatitis.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

41

2.5. Penyakit Dermatitis

2.5.1. Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,

likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,

bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan

menjadi kronis (Djuanda, 2007).

Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan

klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi faktor, tetapi juga

karena seseorang yang dapat menderita lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu

bersamaan atau bergantian (Djuanda, 2007).

Klasifikasi dermatitis (ekzema) didasarkan atas kriteria patogenik, walaupun

kebanyakan bentuk penyakit tidak diketahui. Contoh dermatitis endogen adalah

dermatitis atopik, dermatitis seboroik, liken simplek kronis, dermatitis nonspesifik

dan dermatitis karena obat. Sedangkan contoh dermatitis eksogen adalah dermatitis

kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis fotoalergik, dermatitis infektif, dan

dermatofitid (Marwali, 2000).

2.5.2. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai

gatal, yang umumnya sering terjadi selama bayi dan anak-anak, sering berhubungan

dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau

Universitas Sumatera Utara

Page 33: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

42

penderita (D.A, rinitis alergik, dan atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul

gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan

(Djuanda, 2007).

Dermatitis atopik dibedakan dari ekzema lainnya karena D.A dapat dijumpai

pada bayi yang masih muda. Distribusinya adalah muka dan lipatan kulit, seperti fosa

kubiti dan fosa poplitea dan sering ada riwayat atopi pada dirinya ataupun

keluarganya seperti asma atau rinokonjungtivitis. Beberapa kasus terdapat urtikaria

dan reaksi terhadap makanan. Reaksi ini adalah reaksi diperantarai oleh

imunoglobulin E (hipersensitivitas alergik tipe I) terhadap bahan topikal, bahan

hirupan, ataupun yang dimakan. Alergi terhadap makanan tertentu merupakan gejala

ekzema atopik pada bayi dan anak. Pada anak yang lebih besar dan dewasa, dijumpai

hasil yang positif pada tes kulit prik dan radio alergosorben terhadap alergen sekitar,

seperti tungau debu rumah (Marwali, 2000).

2.5.2.1. Etiologi dan Patogenesis

Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis Dermatis Atopik misalnya

faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik. Konsep dasar

terjadinya Dermatis Atopik adalah melalui reaksi imunologik yang diperantarai oleh

sel-sel yang berasal dari sumsum tulang. Kadar IgE dalam serum penderita D.A. dan

jumlah eosinofil dalam darah perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada

hubungan secara sistemik antara Dermatitis Atopik dan alergi saluran napas karena

80 % anak dengan D.A mengalami asma bronkial atau rinitis alergik (Djuanda, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

43

2.5.3. Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi

yang menempel pada kulit. Berdasarkan penyebabnya dibagi atas dermatitis kontak

iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.

Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan

kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya dermatitis kontak

alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu

alergen (Djuanda, 2007).

2.5.3.1. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.

Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut,

konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum juga dipengaruhi faktor lain. Faktor yang

dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan, adanya oklusi menyebabkan kulit lebih

pemeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan

juga ikut berperan (Djuanda, 2007).

Faktor individu juga ikut berpengaruh pada dermatitis kontak iritan misalnya

perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat, usia (anak dibawah 8 tahun dan usia

lanjut lebih mudah teriritas), ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis

kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih banyak pada wanita, penyakit kulit

yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan), misalnya

dermatitis atopik (Djuanda, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 35: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

44

Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan

kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu pada

dermatitis kontak iritan banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang telah

disebutkan yaitu faktor individu (misalnya ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain),

faktor lingkungan (misalnya suhu dan kelembaban udara, oklusi). Luka bakar oleh

bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut. Penyebabnya adalah iritan

kuat, misalnya larutan asam sulfat dan asam hidroklorid atau basa kuat misalnya

natrium dan kalium hidroksida. Gejala klinis baru muncul setelah 8 sampai 24 jam

atau setelah kontak. Faktor fisis seperti gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah,

panas atau dingin, juga bahan seperti deterjen, sabun, pelarut , tanah bahkan juga air

(Djuanda, 2007).

Dermatitis Kontak yang lain yaitu dermatitis Kontak Alergi yang

penyebabnya adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah

(<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses sehingga mencapai sel

epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor yang berpengaruh dalam

timbulnya dermatitis kontak akut misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit

area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban

lingkungan, vehikulum dan PH. Juga faktor individu misalnya keadaan kulit pada

lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermi), status imunologik

(misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari). Pada mekanisme

terjadinya kelainan kulit adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel

cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 36: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

45

tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.

Hanya individu yang telah mengalami sensilitilisasi dapat menderita dermatitis

kontak akut. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24 – 48 jam (Djuanda,

2007).

2.5.3.2. Tanda dan Gejala Dermatitis

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal

(hiperkeratosis). Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka

iris. Keluhan penderita umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak

(Djuanda, 2007). Penyebabnya adalah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah

(faktor fisik misalnya, gesekan, kelembaban rendah, panas atau dingin, deterjen,

sabun, pelarut, tanah bahkan air).

Penyakit kulit menurut Ganong (2008), merupakan peradangan kulit

(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap faktor endogen (alergi) atau eksogen

(bakteri, jamur). Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari

bentol-bentol, bercak-bercak merah, lenting-lenting, basah, keropeng kering,

penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah

gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya,

serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah

residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor

pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

46

2.5.4. Dermatitis Infeksi

Dermatitis infektif adalah suatu ekzema yang disebabkan oleh suatu

mikroorganisme. Dermatitis ini harus dibedakan dengan dermatitis yang mengalami

infeksi sekunder oleh bakteri ataupun jamur karena kulit terluka (Harahap, 2000).

Dermatitis infeksi biasanya dikaitkan dengan dermatitis atopik dimana penderita

sangat merasakan gatal sehingga dapat disertai infeksi bakteri maupun jamur. Hasil

penelitian di Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Australia dermatitis atopik pada

orang dewasa 1 sampai 3 persen. Berbagai faktor lingkungan berpengaruh misalnya

rumah yang berpenghuni banyak sehingga mengalami penularan yang begitu cepat.

Penderita dengan dermatitis atopik mempunyai tendensi untuk disertai infeksi

kulit oleh mikroorganisme umumnya staphylococcus aureus, virus dan jamur.

Staphylococcus dapat ditemukan pada 90% lesi dan jumlah koloni bisa mencapai 107

koloni per cm2

pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi staphylococcus akan

dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen, mengaktifkan

makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin (Benedetto, 2009).

2.6. Kulit Manusia

2.6.1. Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas

ukurannya yaitu 15 % dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m2, rata-rata tebal

kulit 1-2 mm, paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki paling tipis

Universitas Sumatera Utara

Page 38: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

47

(0,5 mm) ada di penis. Kulit dibagian atas terdiri dari tiga lapisan pokok yaitu

(Harahap, 2000):

1. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu : lapisan basal atau stratum

germinativum, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan granular atau

stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum. Lapisan

malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan kuat, terdiri dari

sel-sel poligonal yang dilapisan atas menjadi lebih gepeng. Lapisan granular

terdiri dari satu sampai empat baris sel berbentuk intan, berisi butir-butir

(granul) keratobialin yang basofilik.

2. Dermis atau korium merupakan lapisan dibawah epidermis dan diatas jaringan

subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat

(pars papillaris), sedangkan dilapisan bawah terjalin lebih longgar (pars

reticularis). Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar

keringat dan kelenjar sebaseus.

3. Jaringan Subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang

langsung dibawah dermis, yang berfungsi untuk penyeka panas, bantalan

terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.

2.6.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh

dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Harahap,2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 39: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

48

1. Pelindung

Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari

luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi

warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultraviolet.

2. Pengatur Suhu

Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan suhu

badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi

penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak

terlalu panas.

3. Penyerapan

Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih

mudah masuk ke dalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat

bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat

tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar

keringat.

4. Indera Perasa

Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi

indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

49

2.7. Landasan Teori

Hubungan interaktif manusia personal hygine dan kondisi fisik rumah dengan

komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses

kejadian penyakit atau patogenesis penyakit. Dengan mempelajari patogenesis

penyakit, kita dapat menentukan pada simpul mana kita bisa melakukan pencegahan.

Mengacu kepada gambaran skematik dibawah ini, maka patogenesis penyakit dapat

diuraikan ke dalam 5 (lima) simpul, yakni :

1. Simpul 1: Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit

adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui

kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen

lingkungan).

Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapat dikelompokkan ke

dalam tiga kelompok besar, yaitu:

a. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain.

b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya.

c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya fosfat, merkuri, cadmium, CO, H2

Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-kadang

mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut di atas.

S dan

lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

50

2. Simpul 2: Media Transmisi Penyakit

Ada lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media

transmisi penyakit, yaitu air, udara, tanah/pangan, binatang/serangga,

manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit jika di

dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.

3. Simpul 3: Perilaku Pemajanan (behavioural exposure)

Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain,

masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan

interaktif. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk

berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku

pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak

antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya

penyakit (agent penyakit). Masing-masing agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh

dengan cara-cara yang khas. Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yaitu sistem

pernafasan, pencernaan, masuk melalui permukaan kulit.

4. Simpul 4: Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk dengan

lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan

sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan dengan

rata-rata penduduk lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

51

Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Achmadi, 2008

Agent Environmental Kejadian Penyakit

Host

Sumber: Faktor endogen

( kimia, fisik,dan mikroorganisme)

Media: Air

Personal Hygiene

Kejadian Penyakit Kulit: Ada Tidak Ada

Universitas Sumatera Utara

Page 43: 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene 2.1.1. Definisi Personal hygiene berasal

52

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Personal Higiene 1. Kebersihan Tubuh 2. Kebersihan

Pakaian 3. Kebersihan

Handuk 4. Kebersihan Tempat

Tidur

Kondisi Fisik Rumah 1. Lantai 2. Dinding 3. Kepadatan Hunian 4. Ventilasi 5. Pencahayaan 6. Kelembaban

Kejadian Dermatitis Kontak Iritan dan

Infeksi

Penggunaan Air Sungai

1. Lama menggunakan

2. Frekuensi

menggunakan

3. Pemanfaatan air

Universitas Sumatera Utara