1. M1 - ISD

download 1. M1 - ISD

If you can't read please download the document

Transcript of 1. M1 - ISD

Mo dul 1

Ilmu Pengetahuan dan PemanfaatannyaDrs. Effendi Wahyono, M.Hum.

P EN DA H UL U AN

M

odul 1 Buku Materi Pokok untuk mata kuliah Ilmu

Sosial Dasar ini

membicarakan ruang lingkup ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya

dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan tidak didapat oleh manusia secara begitu saja, tetapi melalui proses belajar. Dalam diri manusia selalu ada rangsangan melalui pancaind ra untuk menangkap setiap gejala alam. Gejala itu kemudian dipelajari manusia d alam u sahanya untuk mempertahankan hidupnya. Awaln ya, ilmu pengetahuan dikembangkan dalam rangka mempertahankan hidup manusia, kemudian dikembangkan untuk menguasai alam raya guna meningkatkan kesejahteraan manusia. Ciri ilmu pen getahuan modern adalah pengagungan terhadap rasio manusia yang memiliki kemampuan untuk membaca, mempelajari, dan mengolah alam semesta d emi kesejahteraan manusia. Manusia cenderung memiliki sifat serakah d alam penguasaan sumber daya alam, sehingga ilmu pengetahuan tidak jarang disalahgunakan semaksimal mu ngk in untuk mengeksplo itasi alam semesta. Ilmu pen getahuan dikembangkan bukan untuk ilmu itu sendiri, tetapi karena adanya kepentingan-kepentingan di dalamnya, terutama kepentingan ekonomi dan politik. Karena kep entingan-kepentingan itu, pengembangan ilmu pengetahuan tidak jarang hanya untu k menguntu ngkan kelompok manusia yang berkepentingan d engan mengorbankan kepentingan kelompok manusia lainnya. Terjadinya benturan kepentingan dalam pengembangan ilmu pengetahuan membuat para ahli merasa perlu adanya etika dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. Salah satu topik penting dalam membicarakan etika ilmu pengetahuan adalah masalah utilitarisme. Prinsip dasar dari utilitarisme adalah bagaimana dalam setiap tindakan manusia itu memberikan dampak kebahagiaan bagi manusia, karena

1.2

Ilmu Sosial Dasar

kebahagiaan itu dapat memberikan kesejahteraan. Selain itu, dalam konsep utilitarianisme juga mengandung unsur keadilan. Bagaimana ilmu pengetahuan diterapkan dengan memberikan rasa keadilan masyarakat atau lebih luas lagi umat manusia. Secara umum para ahli membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan besar, yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan budaya. Pengelompokan ini yang mendasari pengembangan mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar. Ilmu sosial dasar dipelajari agar mahasiswa memiliki pemahaman konsep-konsep atau teori-teori so sial dasar seperti kependudukan, kepemudaan, stratifikasi so sial, integritas sosial, dan sebagainya. Ilmu sosial dasar dipelajari dengan tujuan agar mahasiswa kelak memiliki kepekaan sosial dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa d iharapkan memiliki kemampuan untu k menjelaskan ruang lingkup ilmu p engetahuan, pengelompokan ilmu peng etahuan, bagaimana ilmu pengetahuan itu diterapkan. Selanjutnya, secara lebih rinci tujuan mempelajari modul ini adalah agar mahasiswa dapat memiliki kemampuan dalam: 1. mendefinisikan ilmu pengetahuan; 2. menjelaskan sifat-sifat ilmu pengetah uan; 3. menyebutkan kelompok ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetah uan budaya; 4. menjelaskan perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosialbudaya; 5. menjelaskan dasar-dasar pengelompokan ilmu pengetahuan; 6. menjelaskan manfaat dan tujuan mempelajari ilmu sosial dasar; dan 7. menjelaskan bagaimana seharusnya ilmu pengetahuan itu diterapkan. Anda sangat diharapkan untuk memahami materi modul ini secara mendalam sehingga tujuan yang telah d isebutkan di atas dapat dicapai. Agar Anda dapat memahami modul ini secara komprehensif And a diharapkan mempelajari mo dul ini mulai dari Kegiatan Belajar 1, kemudian melanjutkan Kegiatan Belajar 2, Kegiatan Belajar 3, dan seterusnya. .

MKDU4103/MODUL 1 1.3

Ke gi ata n B el aj a r 1

Ilmu Pengetahuan

A. SIFAT ILMU PENGETAHUAN Rasanya di antara kita tid ak ada yang tidak mengerti kata tahu. Tentu saja yang dimaksud dengan kata tahu di sini bukanlah makanan yang dibuat dari kedelai. Kata tahu yang akan dibicarakan ini adalah hal yang berkaitan dengan mengerti atau kenal. Manu sia sejak dilahirkan sudah ditakdirkan untuk tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Tahu terjadi, karena adanya rangsan gan atau energi dari dunia di luar kita dan karena adanya dorongan dari dalam diri kita untuk tahu terhadap apa yang terjadi, baik dalam diri kita sendiri maupun di luar diri kita. Menurut I.R. Poedjawijatna, yang pertama terkena rangsangan adalah pancaindra kita, yaitu peng lihatan, penciuman, pendengaran, perasaan indah dan perasaan bad an. Inderalah yang pertama bersentuhan dengan alam, yang kemudian membentuk pengalaman. Proses tahu tidak terjadi sekaligus tetapi secara bertahap sejalan dengan kemampuan manusia menangkap gejala alam. Tahu yang dialami manusia terjadi melalui p roses belajar. Manusia tidak akan mengalami tahu begitu saja atas segalanya, tetap i melalui proses belajar. Manusia tahu, makan itu harus menggunakan tangan karena melalui proses belajar. Pada tahap yang lebih lanjut, mereka kemudian belajar menggunakan sendok, sehingga lama kelamaan terbiasa menggunakan sendok. Dalam ilmu linguistik, tahu dapat dilihat sebagai bentuk struk tur bahasa antara petanda dan pernanda, yaitu antara konsep tentang sendok dan simbol atau gambaran konkret dari sendo k itu sendiri. Orang yang tahu itu disebut memiliki pengetah uan. Pengetahuan tidak lain adalah hasil dari keinginan orang untuk tahu. Pengakuan terhadap sesuatu yang kita ketahui disebut putusan. Keputusan untuk menyebut benda yang memiliki tangkai dengan ujungnya berbentuk bulat d an cekung yang dipakai sebagai pengganti tangan untuk mengambil makanan adalah sendok yang awalnya bersifat arbitrer atau manasuka. Keputusan untuk menyebut sesuatu itu biasanya sesuai dengan latar budaya masing-masing, kemudian menjadi kesepakatan di antara pendukung budayanya. Kata sendok, bagi orang Indo nesia mengandung konsep sebuah benda yang bertangkai dengan

1.4

Ilmu Sosial Dasar

ujungnya yang berbentuk bulat dan cekung, yang digunakan sebagai pengganti tangan untuk mengambil makanan. Sedan gkan b agi orang Amerika atau Inggris, itu bukan sendok tetapi menyebutnya dengan spoon . Itu berarti, untuk benda yang sama, orang Indonesia menyeb utnya sendok dan orang Inggris atau Amerika sp oon . Poedjawijatna menyamakan putusan tersebut dengan pengetahuan. Misalnya, putusan untuk menentu kan bahwa mawar itu berduri. Kita semua sepakat untuk memutuskan bahwa mawar adalah bunga yang tangkainya berduri. Mengapa bunga yang tangkainya berduri kita beri nama mawar, bukan kamboja atau melati adalah sebuah hasil keputusan. Mengapa bunga yang berwarna putih bersih dan b aunya wangi semerbak diberi nama melati, bukan matahari adalah merup akan hasil keputusan. Kita tahu bahwa mawar tangkainya berduri, dan melati bunga berwarna putih dengan harum semerbak, adalah p engetahuan. Semua orang di Indonesia yang pancaindranya normal memiliki pengetahuan tentang bunga mawar dan bunga melati. Mereka dapat mendeskripsikan lengkap dengan ciri-ciri apa yang disebut bunga mawar dan melati serta membedakan antarkeduanya. Poedjawijatna membagi pengetahuan menjadi pengetahuan umum dan pengetahuan khusus. Keputusan menentukan jumlah sudut segi tiga adalah 180 derajat yang merupakan pengetahuan umum, sebab keputusan itu berlaku umum di mana pun di dunia ini. Tetapi pernyataan yang mengatakan pohon cemara di depan kantor tempat Anda bekerja adalah pendek, disebut pengetahuan khusus. Sebab di tempat lain, pohon cemara banyak yang lebih rendah, atau bahkan lebih tinggi karena tid ak pernah dipotong meskipun usianya sudah puluhan tahu n. Pengetahuan khusus tidak bersifat universal sebagaimana pengetahuan umu m. Karena adanya batasan kemampuan kita terhadap rangsangan pengetahuan yang datang dari luar kita yang luar biasa ban yaknya, maka kita harus membicarakan pula konsep kebenaran setiap kita membicarakan pengetahuan. Ada pengetahuan yang benar ada, ada pula yang salah. Orang yang normal akan selalu bicara tentang pengetahuan yang benar. Hanya orang yang bermasalah saja yang selalu mencari p engetahuan yang salah. Bagaimana kita tahu kalau pengetahuan itu benar atau salah? Pengetahuan dikatakan benar kalau pengetahuan itu memiliki kesesuaian dengan objeknya. Pernyataan Ali bahwa pohon cemara di depan kantornya pendek, dikatakan benar jika objek (cemara) itu memang pendek jika dibandingkan dengan rata-rata cemara yang ada di tempat lain yang memang lebih tinggi. Jadi kebenaran adalah kesesuaian antara tahu dengan objeknya. Kebenaran seperti itu ada yang menyebut dengan kata objektivitas. Dengan

MKDU4103/MODUL 1 1.5

demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang objektif (Po edjawijatna, 1983:17 ). Mungkin Anda akan bertanya mengapa kita perlu pengetahuan? Pengetahuan diperlukan oleh kita dalam ran gka pertahanan hidup. Sebagaimana telah kita ketahui, manusia merupakan makhluk yang lebih memiliki tingkat ketahanan hidup yang lebih tinggi daripada makhluk lainnya, seperti binatang. Hal itu disebabkan, karena manusia memiliki pengetahuan untuk dapat beradaptasi atau bahkan men guasai alam sekitarnya. Manusia tidak akan dapat bertahan hid up jika tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat mempertahankan hidup. Misalnya, kita tidak dap at bertahan hidup terhadap serangan hujan, angin, dingin, dan mungkin salju jika kita tidak memiliki pengetahuan membuat rumah. Kita juga tidak mungkin dapat menanam padi jika kita tidak memiliki pengetahuan bagaimana cara menanam padi. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain jika kita tidak memiliki pengetahuan bahasa, baik bahasa verbal maup un nonverbal. Pengetahuan tentang cara berkomunikasi, tentang bagaimana berjalan tidak mengganggu orang lain atau supaya tidak tertabrak orang lain disebut pengetahuan umum biasa. Di samping itu, ada pula p engetahuan yang diperoleh karena keinginannya untuk mengetahui secara mendalam melalui proses penelitian. Itulah yang disebut dengan ilmu atau pengetahuan ilmiah. Pen getahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penelitian berdasarkan dengan metode tertentu. Misalnya, kita ingin mengetahui bagaimana menanam p adi dengan kualitas unggul. Kita masukan gen tertentu ke dalam benih padi kemud ian kita amati perilaku pertumbuhan benih itu dari hari ke hari, kemudian kita pindahkan bibit itu ke dalam sawah yang disiapkan untuk menanam padi, terus kita amati, termasuk ketahanannya terhadap hama dan hasilnya dibandingkan dengan padi yang biasa, sampai kita memutuskan untu k menyimpulkan bahwa padi itu berkualitas unggul. Proses seperti itu disebut proses ilmiah, yang hasilnya biasa kita sebut dengan ilmu p engetahuan. Dari proses pengemban gan benih padi seperti disebutkan itu, kita dapat mengenal pengetahuan tentang transgenik. Sebagai mahasis wa, Anda tentu sudah terbiasa dengan kata ilmu dan pengetahuan atau gab ungan dari keduanya, yaitu ilmu pengetahuan. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Inggris, (pengetahuan). Istilah science (ilmu) dan knowledge sciences science awalnya banyak digunakan untuk menyebut natural

kelompok ilmu-ilmu p asti-alam. Karena itu lahirlah istilah

1.6

Ilmu Sosial Dasar

atau

naturwissenschaften

, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

menjadi ilmu pengetahuan alam, yang kemudian dibandingkan d engan istilah geisteswissenchaften atau ilmu-ilmu tentang manusia untuk menyebut ilmuilmu sosial dan budaya. Dengan demikian, meskipun kedua kata mempunyai arti secara harfiah yang berbeda, namun kebanyakan kaum akademisi di Indonesia mengartikan scien ce sebagai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial-budaya, sedangkan kno wledge digunakan untuk menyebutkan pen getahuan secara umum. Knowled ge dalam konteks tahu, sebagaimana dibicarakan sebelumn ya, adalah suatu wacana yang berhubungan dengan konsep tahu, yaitu pemahaman terhadap sesuatu yang bersifat umum dan spontan tanpa perlu pen yelidikan. Karena itu, ciri pengetahuan adalah tidak terbuka terhadap bantahan yang berdasarkan pengamatan atau pemb uktian. Misalnya, pernyataan bahwa api itu panas. Pernyataan ini didasarkan atas data empiris dan kebenarannya tid ak terbantahkan. Bahwa api itu panas, hal itu sudah merupakan pengetahuan umum karena semua orang mengetahuinya. Demikian juga kata negara, demokrasi, dan keadaan. Tetapi bagaimana proses demokrasi itu terjadi, bagaimana negara terbentuk, serta bagaimana budaya sebuah masyarakat terbentuk, itu bukan lagi pengetahuan, tetapi sudah menjadi garapan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan atau science adalah suatu proses untuk menemukan kebenaran pengetahuan. Karena itu, ilmu pengetahuan harus memp unyai sifat ilmiah. Menurut Poedjawijatna, sifat ilmiah ilmu pengetahuan adalah, objektif, sedapat mungkin universal, bermetodis, d an bersistem. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan objektif jika ada kesesuaian antara pen getahuan dengan objeknya. Ilmu pengetahuan sedapat mungkin menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat universal. Besi dipanaskan pasti memuai adalah kesimpulan yang telah melalui proses pembuktian yang bersifat universal. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui proses penelitian yang disebut metod e. Metode secara harfiah berarti cara atau jalan untuk mencapai kesimpulan. Dalam proses pembuktian untuk mendapatkan kebenaran, keseluruhan objek itu dirumuskan dan diperlakukan sesuai dengan fungsinya dalam hubungannya satu dengan lainnya. Itulah yang diseb ut bersistem. Pandangan Poedjawijatna itu tampaknya dipengaruhi oleh pemikiran positivisme (berkembang pada abad ke-19 dengan tokohnya Aug ust Comte dan Emile Durheim) yang melihat ilmu p engetahuan dengan ukuran yang berlaku dalam ilmu pengetahuan alam atau eksakta. Bagi pandangan

MKDU4103/MODUL 1 1.7

positivis, ilmu pengetahuan, apa pun jenis ilmunya, bertujuan mencari penjelasan mengenai apa yang terjadi. Persoalan mengenai metodologi yang digunakan apakah harus sama persis dengan model ilmu-ilmu alam? Apakah ilmu-ilmu sosial atau ilmu budaya dapat disebut ilmu dalam pengertian ilmu pengetahuan alam? Jawaban atas pertanyaan tersebut masih bersifat deb atable atau dapat d iperdebatkan. August Comte berpendapat bah wa ilmu pengetahuan d apat disebut sebagai pengetahuan ilmiah haruslah memenuhi persyaratan meto dologis sebagaimana dalam tahapan metode ilmu-ilmu alam. Karena itu, menurut Comte, ilmu seperti sejarah cara kerjanya harus sama dengan metode yang digunakan dengan ilmu alam jika mau disebut sebagai ilmu. Aliran Comte ini disebut positivisme. Menurut aliran positivisme, hanya terdapat satu jalan untuk memperoleh pengetah uan yang benar dan dap at dipercaya - apa pun objek penelitian kita (alam, sosial, atau budaya) -, yakni dengan menerapkan metode-metode ilmu-ilmu eksakta atau alam. Positivisme melekat pada pengalaman dan mendewakan ilmu-ilmu alam. Aliran po sitivisme dalam beberapa hal sama dengan empirisme (muncul pad a abad ke-18 dengan tokohnya David Hume), terutama tekanannya pada pengalaman sebagai sumber pengenalan. Bedan ya, positivisme membatasi ruang kerjanya pada pengalaman objektif, sedangkan empirisme menerima juga pen galaman yang sifatnya batiniah dan subjektif. Pengalaman ob jektif sifatnya kasat mata d an dapat diamati oleh setiap orang, sedangkan pengalaman b atiniah hanya terjadi pada perorangan yang memiliki keunikan sendiri. Pengalaman batiniah seseorang berbeda satu sama lain,. karena itu sifatnya sangat subjektif. Hal itu ditolak oleh p ara positivis. Menurut pandangan positivisme, ilmu pengetahuan mencakup pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data emp iris untuk menemukan hukum-hukum alam. Bagi kalangan positivisme, masyarakat merupakan bagian dari alam dan metode-metode penelitian empiris dapat digunakan un tuk menemukan hukum-hukumnya. Penemuan hukum-hukum alam itu akan membuka batasbatas yang pasti, yang melekat pada kenyataan sosial (Priyanto, 2001: 33-35). B. ILMU ALAM DAN ILMU SOSIALBUDAYA Dalam beberapa hal, pandang tersebut menjadi masalah bagi ilmu sosialbudaya yang lebih ideografis daripada universalisme. Ilmu-ilmu sosial, apalagi ilmu b udaya, secara umum memang tidak menghasilkan hu kumhukum universal atau kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum, atau

1.8

Ilmu Sosial Dasar

peramalan-peramalan seperti yang terjadi pada ilmu-ilmu alam. Gejala sosial lebih ko mpleks daripada gejala alam sehingga penjelasan dalam bidang ilmuilmu sosial menjadi lebih rumit bila dibandingkan dengan ilmu pen getahuan alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan satu gejala yaitu gejala yang bersifat fisik. Sedangkan ilmu sosial atau ilmu budaya, meskip un memiliki karakteristik fisik, namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu memahami gejala tersebut. Misalnya, kasus penyerangan ged ung kembar World Trade Cen ter . Gedung itu hancur setelah ditabrak oleh pesawat pada tanggal 11 Sep tember 2001. Penyebab hancurnya gedung tersebut adalah karena pesawat yang menabrak gedung itu menumpahkan minyak yang membakar seluruh bangu nan. Panas api yang membakar ged ung itu menyebabkan runtuhnya simbol kejayaan ekonomi Amerika Serikat. Ilmu-ilmu alam atau eksakta hanya mampu menjelaskan penyebab runtuhnya gedung, tetapi tidak mampu menjelaskan mengapa gedung itu yang dihancurkan. Ada apa dibalik penyerangan gedung tersebut, dan bagaimana perasaan orang yang menyaksikan runtuhnya gedung dengan jerit tangis orang di dalamnya. Ilmu sosial-budaya dapat menjelaskan itu semua melalui pemahaman atas feno mena-fenomena yang terjadi. Memang diakui bahwa penjelasan yang bersifat fisik dapat diajukan untuk menjelaskan suatu gejala sosial. Misalnya, kalau gedung dibangun dengan megah, dilengkapi dengan lantai marmer, dan alat pendingin ruangan, akan membuat orang yang berada di dalamnya merasa nyaman, tetapi hal itu tidak mampu memahami bagaimana perasaan hati orang yang ada di dalamnya. Karena itu, untuk dapat mengerti perasaan orang, ilmu sosialbudaya menggunakan penafsiran hermeneu tic (b aca hermenetik). Kalau orang memasuki gedung megah, kemudian tertawa-tawa, apakah dapat ditafsirkan bahwa orang tersebut bahagia. Sebaliknya, kalau orang tersebut menangis, ap akah dapat ditafsirkan bahwa orang tersebut sedih. Tafsiran itu sifatnya sangat individual. Bisa jadi orang yang memasuki gedung megah sambil tertawa, han ya kamuflase untuk menutupi kepedihan hatinya. Orang verstehen ditempatkan d alam konteks yang lebih yang menangis belum tentu karena sedih, tetapi dapat juga mungkin karena terharu. Dalam hermenetik, luas dan b eralih dari pemahaman psikologis menjadi interpretasi, karya yang dihadapi dianggap sebagai teks yang otonom untuk dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan, terlep as dari penciptan ya, dan bersifat mandiri. Karena itu, pemahaman terhadap fenomena-feno mena yang ada menjadi sangat penting dalam hermenetik. Meskip un hermenetik sudah lama d ikenal di kalangan

MKDU4103/MODUL 1 1.9

ahli-ahli kitab suci, metode tersebut baru popular setelah dikenalkan oleh Wilhelm Dilthey dan Gadamer. Kajian Dilthey tentang hermenetik ini bertolak dari dikotomi ilmu pengetahuan natuurwissenschaften (ilmu-ilmu alam) dan geisteswissenscha ften (ilmu-ilmu budaya atau ilmu-ilmu tentang kemanusiaan). Berbeda dengan Kant dan August Comte yang menekankan hukum-hukum universal melalui penyelidikan sistematis sebagai metode sah bagi ilmu pengetahuan alam, Dilthey berusaha menerapkan hermenetik sebagai metod e sah bagi ilmu-ilmu budaya. Dilthey mempersoalkan sifat p engalaman kita mengenai pengalaman histori dan sifat pengetahuan kita tentang masa silam. Melalui hermenetik, Dilthey mengan alisis proses pemahaman yang membuat kita dap at mengetahui pikiran (kejiwaan) kita sendiri dan kehidupan pikiran orang lain. Karena itu, Dilthey berpendap at bahwa hermenetik dapat berfungsi sebagai dasar dari semua disiplin ilmu yang berpusat pada pemahaman tentang manusia (Priyanto, 2001: 114-115). Saat ini hermenetik banyak pula dipakai oleh kalangan po stmodernisme (sebuah pandangan yang menolak modernisme). Postmodernisme berpandangan bahwa ilmu pengetahuan modern telah gagal mengangkat derajat kehidupan man usia, karena itu harus di dekonstruksi atau dibongkar kembali sehingga nilai-nilai k emanusiaan dapat diangkat kembali. Pandangan postmodernisme adalah ingin mengangkat harkat manusia secara utuh sebagai subjek pembangunan bukan sebagai objek semata. Sayang nya, postmodernisme yang sebenarnya sudah berkembang sejak tahun 1930-an, sampai sekarang masih sebatas wacana. Formula baru yang ditawarkan oleh postmodernisme b elum berjalan sebagaimana yang diinginkan oleh para penggagasnya. Hal lain yang membedakan ilmu sosial dengan alam adalah kenyataan bah wa pengamatan lan gsung gejala sosial lebih sulit bila diband ingkan dengan gejala alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin dapat melihat, mendengar, meraba, atau mencium gejala yang terjadi di masa lalu. Misalnya, seorang ilmuwan politik atau sejarawan yang sedang meneliti tentang pemilihan umum pertama di Indo nesia pada tahun 1955. Ia tidak dap at melihat atau meraba secara fisik o bjek penelitiannya itu. Hal itu berbeda dengan yang terjadi pada ilmu alam. Seorang ilmuwan (d ari ilmu alam) dari zaman Galileo sampai saat ini dapat memastikan bahwa setiap benda yang dilempar pasti akan jatuh ke bumi karena ada gaya gravitasi

1.10

Ilmu Sosial Dasar

bumi. Ia dapat melihat sendiri dengan pasti dan lan gsung bahwa benda itu jatuh ke bumi setelah dilempar ke atas. Secara umum d apat disimpulkan bahwa tujuan ilmu-ilmu alam adalah menjelaskan ( explanation ) semua gejala alam, sed angkan ilmu-ilmu sosialbudaya adalah memahami alam. Aspek yang paling penting dari ilmu pengetahuan adalah kebenaran, yang dapat dibuktikan baik secara induktif maupun deduktif. Kebenaran ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya. Karena itu, sifat lain dari ilmu pen getahuan adalah terbuka terhadap verifikasi. Misalnya pernyataan kambing adalah binatang yang berkaki empat. Kemudian kita temukan lagi kambing berkaki empat, sehingga d apat ditarik kesimpulan bah wa semua kambing adalah b erkaki empat. Berbeda dengan konsep verifikasi, Karl Popper menggunakan ko nsep verifikasi untuk menguji kebenaran ilmu pengetahuan dengan cara mencari penyimpangan dari sifatsifat yang umum. Dengan falsifikasi, satu saja terjadi penyimpangan dari kambing yang berkaki empat itu, dapat menggugurkan teori bahwa kambing berkaki empat. Conto h yang paling sering digunakan dalam hal in i adalah angsa. Semua angsa adalah berwarna putih. Pembuktian yang dilakukan di hampir semua negara menunjukkan bahwa semua angsa berwarna p utih. Tetapi setelah diamati secara lebih luas, ternyata ada angsa yang berwarna hitam. Dalam kon sep falsifikasi, teo ri yang mengatakan bahwa angsa berwarna pu tih itu akan gugur dengan d itemukannya satu angsa yang berwarna hitam. Pandangan Popper ini menggugurkan pand angan kalangan aliran positivisme logis yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan berjalan linier kumulatif, berkembang menuju kesempurnaan. Bagi Popper ilmu pengetahuan berkembang secara dialektis, arahnya trial and error . Kalau empirisme logis, berpandangan bahwa ilmu pengetahuan harus bertolak dari fakta, maka Popper berpendapat ilmu pengetahuan harus bertolak dari masalah. Untuk membedakannya dengan aliran positivisme logis, aliran Popper ini disebut rasionalisme logis. Jauh sebelum Popper, Aristoteles telah menolak universalisme dan generalisasi ilmu pengetahuan, karena tugas ilmu pengetahuan adalah mencari hakikat manu sia (metafisik) yang didapat melalui intuisi. Hakikat tidak dapat diverifikasi. Pandangan Aristoteles ini dianggap oleh kelompok ( understanding ) fenomena yang dihadapi oleh manusia, baik dalam hal berhadapan dengan sesama manusia maupun dengan

MKDU4103/MODUL 1 1.11

empirisme dan positivisme sebagai tidak ilmiah dan empiris.

nonsense. Sebaliknya,

Feyerabend melihat metafisik berfu ngsi sebagai basis ilmu pengetahuan Terbukanya ilmu p engetahuan terhadap verifikasi maupun falsifikasi itu membuat kita sekarang kenal dengan berb agai macam teori. Misalnya penemuan yang dilakukan Galileo (1564-1642). Fisikawan, astronom, dan matematikawan Itali yang dikenal sebagai perintis metode eksperimental ini menemukan teori baru tentang alam semesta. Galileo mengembangkan teo ri yang telah dimulai oleh Nicoulas Copernicus di Polandia (1473-1540). Menurut Copernicus dan juga Galileo, bumi bukan menjadi sentral alam semesta. Bumi berputar dalam porosnya sambil mengelilingi matahari. Selain itu, Galileo juga memastikan bahwa planet-planet di dalam jagad raya ini tidak memiliki cahaya send iri-sendiri, tetapi memantulkan cahaya dari matahari. Pandangan tersebut bertentangan den gan Teori Ptolomeus, astronom Yunani yang hid up pada abad kedua Masehi, yang berpandangan b ahwa bumilah yang menjadi sentral alam semesta. Bulan dan matahari dalam Teori Ptolomeus berputar mengelilingi bumi. Teori Ptolomeus ini sudah diakui kebenarannya oleh gereja Katolik sejak berabad-abad sebelumnya. Ak ibat pandangannya yang berbeda dengan gereja, Galileo akhirnya dijadikan tahanan rumah. Teori gerak yang dikembangkan Galileo kemudian menjadi dasar dari hukum gravitasi bumi Isaac Newton (1643-1727). Demikian juga metode deduksi yang dikemb angkan oleh Aristoteles (384-322 SM) dalam memperkenalkan logika silo gismenya yang kemudian muncul paradigma baru dari Francis Bacon dengan meto de induksinya, kemudian Charles Darwin mengembang kan metode deduksi-induksi. Metode deduksi dapat diartikan sebagai penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih sempit daripada premisnya, sedangkan induksi adalah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada wilayah premisnya. Contoh di atas menunjukkan kepada kita bahwa ilmu pengetahuan tidak konstan, linier dan kumulatif. Dalam karya mo numentalnya yang berjudul, The Structure of Scentific Revolution (1962) Thomas S. Kuhn, b erpandangan bah wa ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan kepentingankepentingan di luar wilayah ilmu pengetahuan sendiri seperti politik dan ekonomi. Jadi, ilmu pengetahuan tidak berkembang demi ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi berkembang karena adanya kepentingan-kepentingan di luar ilmu pengetahuan. Karena kepentingan-kepentingan itu, ilmu pengetahuan

1.12

Ilmu Sosial Dasar

terus menemukan paradigmanya yang baru. Paradigma baru dalam ilmu pengetahuan terjadi setelah munculnya krisis dan keraguan terhadap teo ri ilmu pengetahuan yang ada (ilmu normal), karena adanya kepentingan yang melatarbelakanginya. Kepentingan yang menggugat p aradigma tunggal yang ada, menyebabkan timbulnya kekacauan. Keadaan ini disebut anomali (dapat diartikan sebagai keadaan kacau dalam ilmu pengetahuan) yang berlanjut pad a keadaan krisis. Masa ano mali ini dapat dilewati dengan munculnya paradigma baru melalui proses yang disebut Kuhn sebagai revolusi ilmu pengetahuan. Kegiatan ilmiah seorang ilmuwan menurut Kuhn seperti Setiap paradigma mengandung beberapa kelainan ( puzzle-solving (memecahkan teka-teki) yang penyelesaiannya dibimbing oleh paradigma. anomaly ), namun bukan falsifikasi model Popper. Anomali akan mencapai suatu tingkat krisis bila jumlahnya meningkat sesuai dengan kepentingan masyarakat. Saat itulah terjadi revolusi sehin gga muncul paradigma baru yang akan membentuk paradigma tunggal. Dalam tahap tertentu, paradigma tunggal akan memunculkan ano mali lagi (bila ada kepentingan baru), yang kembali memuncak dalam bentuk krisis yang b erlanjut pada revolusi untuk melahirkan paradigma baru, dan begitu seterusnya. Proses itu akan bersifat open-ended atau buka-tutup--berkembang-berakhir-berkembang lagi sesuai kepentingan sebagaimana d apat dilihat pada gambar sebagai berikut.Bagan 1.1. Proses paradigma

Ilmu normal

anomali

Pra-paradigma

Krisis

Revolusi

Kepentingan

Sumber: Disimpulkan dari Thomas S. Kuhn (1989)

MKDU4103/MODUL 1 1.13

Menurut Kuhn, sebuah paradigma dinilai lebih baik daripada yang lain berdasarkan tolok ukur yang berlaku dalam masyarakat pendukungnya. Dengan demikian paradigma yang dian ut oleh masyarakat tertentu, adalah cerminan dari masyarakat itu sendiri. Artinya, sebuah p aradigma dianggap penting oleh masyarakat karena paradigma tersebut mampu menjawab permasalahan atau kepentingan masyarakat yang bersangkutan. Karena Kuh n berpendapat bahwa ilmu pengetahuan tidak berkembang demi kepentingan ilmu itu sendiri, tetapi karena kepentingan-kep entingan praktis seperti politik dan ekonomi, maka sifat ilmu pengetahuan Kuhn dapat dikatakan bersifat sangat praktis dan kebenarannya juga bersifat relatif meskipun Kuhn sendiri menolak disebut sebagai relativis. Relativisme Kuhn dapat dilihat dari penggunaan kriteria dalam menentu kan keunggulan sebuah teori. Menurut Kuhn ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu teori lebih baik dari teori lainnya. Kriteria tersebut antara lain meliputi keakuratan ramalan (terutama ramalan kuantitatif), perimbangan antara pokok-pokok masalah sehari-hari dan masalah keahlian maupun jumlah berbagai problem yang dipecahkan. Kriteria-kriteria tersebut membentuk nilai-nilai masyarakat ilmiah (Chalmers, 1983:113-114). Pendap at Kuhn ini tidak berbeda dengan Paul Feyerabend, yang menganggap tidak ada hukum ilmu pengetahuan yang mapan. Menurutnya, ide yang menyatakan bahwa ilmu dapat dan harus berjalan dengan hukumhukum universal yang mapan adalah sangat tidak realistis. Tid ak realistis karena terlalu menyederhanakan bakat manusia dan keadaan lingkungan yang mendukung atau menyebabkan perkembangan. Pandangan bahwa ilmu harus berjalan dengan hukum yan g universal juga merusak harkat manusia karena usaha untuk memberlakukan hukum-hukum itu memang cenderung meningkatkan kualifikasi profesional manusia tetapi hal itu dapat mengorb ankan sifat kemanusiawian ilmu. Selain itu, ide itu pun merugikan ilmu pengetahuan sendiri karena mengorbankan kondisi fisik dan historis yang ko mpleks yang mempengaruhi perubahan ilmiah. Pandangan tersebut akan membuat ilmu semakin kurang dapat dikelola dan semakin dogmatis (Chalmers, 1983:1 42-143). Komponen penting yang diangkat Feyerabend adalah pandangannya tentang ilmu-ilmu yang tidak dapat saling diukur dengan standar yang sama. Makna dan interpretasi tentang konsep -konsep dan keterangan-keterangan observasi yang digunakan akan tergantung pada konteks teoretis dalam makna-makna dan keterangan observasi itu muncul. Dalam beberapa kasus,

1.14

Ilmu Sosial Dasar

prinsip-prinsip fundamental dari dua teori yang bersaingan (rival) mungkin berbeda sedemikian radikal, sehingga tidak mungkin merumuskan konsep dasar dari teori yan g satu dengan standar teori yang lain dan konsekuensinya, kedua rival itu tidak memiliki kesamaan keterangan observasi apa pun. Dalam kasus seperti itu, tidaklah mungkin saling membandingkan teori-teori rival secara logis. Artinya kita tidak mungkin secara logis mendeduksi beb erapa konsekuensi suatu teori dengan menggunakan dalil-dalil pihak rivalnya untuk tujuan membanding-b andingkannya, sebab kedua teo ri tersebut tidak akan bisa saling diukur. Contoh yang diajukan Feyerabend tentang ilmu-ilmu yang tidak bisa saling diukur adalah mengenai hubungan antara mekanika klasik dengan teori relativitas. Menurut mekanika klasik, dunia yang sebenarnya merupakan objek-ob jek fisik yang memp un yai bentuk, massa, dan volume. Sifat-sifat itu eksis d i dalam objek-ob jek fisik dan dapat diubah sebagai akibat campur tangan fisik. Dalam teori relativitas, diinterpretasikan bahwa secara realistis, sifat-sifat seperti bentuk, massa, dan volume tidak eksis lagi, tetapi menjadi relasi antara objek-objek. Ia d apat diubah tanpa interaksi fisik apa pun dengan mengganti kerangka referensi dari yang satu ke yang lain. Sebagai akibatnya, keterangan apa pun mengenai objek-o bjek fisik di dalam mekanika klasik akan mempunyai makna berbeda dengan keterangan observasi serup a di dalam teori relativitas. Kedua teori itu tidak dapat saling diukur dan tidak dap at diukur d engan membandingkan konsekuensikonsekuensi logis mereka (Chalmers, 1983:145-146). Teori Feyerabend dikenal dengan teori anarkistis karena ia membolehkan semua orang untuk berteori sejauh metode yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan. Pandangan ini akan semakin jauh dengan pandangan kalangan positivisme. C. ILMU PENGETAHUAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Karena lapangan kerja ilmu pengetahuan luas sekali, maka ilmu pengetahuan dikelo mpok-kelompo kkan menurut objek penelitiannya. Ilmu pengetahuan yang objeknya adalah benda-benda alam disebut ilmu pengetahuan alam ( natuu rwissenschaften ). ), sedangkan ilmu pen getahuan yang objeknya adalah manusia digolongkan sebagai ilmu pengetahuan sosialbudaya ( geisteswissenchaften Ilmu pengetahuan juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerja atau proses pengambilan kesimpulan, yaitu apakah melalui proses deduktif atau

MKDU4103/MODUL 1 1.15

induktif. Deduksi adalah penalaran yang luas kesimpulannya leb ih sempit atau leb ih kecil dari premisnya. Contoh yang paling populer dari penalaran ded uksi adalah logika silogisme. Misalnya: premis majornya adalah pernyataan "semua manusia akan mati." Premis minornya berbunyi, "Kita adalah golongan manusia," maka kesimp ulan atau konklusinya adalah "Kita akan mati." Kesimp ulan bahwa kita akan mati wilayahnya leb ih kecil dari keseluruhan manusia. Kunci kebenaran kesimpulan yang menggunakan penalaran deduksi adalah pada premisnya. Jika premisnya benar, maka kebenaran kesimp ulan yang d iambil tidak dapat diganggu gugat. Jika benar bah wa seluruh manusia akan mati, maka kesimpulan bahwa suatu saat nanti kita akan mati, tidak diragukan lagi kebenarannya karena kita adalah manusia. Penalaran induksi adalah penalaran yang wilayah kesimpulannya lebih luas daripad a wilayah premisnya. Misalnya kita memanaskan besi. Ketika besi dipanaskan dalam su hu tertentu, maka besi itu lebih besar atau lebih panjang darip ada sebelum besi tersebut dipanaskan. Demikian juga terjadi pad a timah dan tembaga. Ketika kedua jenis logam itu dipanaskan dalam suhu tertentu, keduanya akan lebih besar atau lebih panjang daripada bentuk aslinya atau dengan kata lain memuai. Berdasarkan bukti-bukti tersebut, kita dap at menarik kesimpulan bahwa "logam akan menjadi lebih besar atau lebih panjang dari bentuk aslinya jika dipanaskan dalam suhu tertentu." Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang proses p engambilan kesimpulan secara d eduksi dan induksi, marilah kita perhatikan gambar di bawah ini:Bagan 1.2. Skematik Proses Induktif dan Deduktif

Hukum dan Teori

induktif deduktif

Fakta didapat dari observasi

Ramalan dan penjelasan

1.16

Ilmu Sosial Dasar

Sumber: A.F. Chalmer. Apa itu yang dinamakan Ilmu

Gambar di atas menunjukkan kepada kita bagaimana proses induksi dan ded uksi. Induksi dimulai dari observasi terhadap fakta yang diteliti. Misalnya satu b esi dipanaskan, hasilnya besi itu memuai. Kemudian dicoba lagi dengan besi lain untuk dipanaskan, hasilnya sama, kemudian d icoba lagi dengan besi yang lain, dan ternyata hasilnya juga sama, yaitu memuai. Dari observasi itu, kita dapat memb uat satu teori atau hukum universal bahwa besi memuai jika dipanaskan. Berbeda dari induksi, deduksi harus dimulai dari teori atau hukum-hukum universal. Kita sudah tahu teori bah wa besi dipanaskan akan memuai, sehingga kita dapat meramalkan bahwa sambungan rel u ntuk kereta api yang terlalu rapat, akan menyebabkan rel menjadi bengkok jika terkena panas matahari. Atau kita dap at menjelaskan mengapa lokomo tif anjlok dan ke luar dari relnya, yaitu karena sambungan antarrel terlalu rapat sehingga rel menjadi bengkok atau menggeliat ketika kena panas matahari. Karena posisi rel yang bengkok itu tidak sama dengan roda, maka kereta akan ke luar dari relnya. Lebih jauh kita dapat meramalkan bahwa kereta api yang melaju di bawah terik matahari akan celaka jika berjalan di atas rel yang sambungann ya terlalu rapat atau tanpa celah.

LA TI H A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskan bagaimana proses pengetahuan diperoleh o leh manusia dengan contoh-contohnya yang ada di sekitar Anda! 2) Berilah contoh bagaimana kebenaran ilmu pengetahuan dibuktikan baik secara induktif maupun deduktif! 3) Sebutkan sifat-sifat ilmu pengetahuan! Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menjawab latihan nomor 1, Anda pelajari dengan sungguhsungguh konsep tentang tahu yang kemudian berproses menjadi pengetahuan. Untuk menjawab latihan nomor 2, Anda perlu mempelajari bagian kegiatan pertama yang membicarakan masalah pembuktian kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sedan gkan latihan nomor 3, dapat Anda kerjakan setelah

MKDU4103/MODUL 1 1.17

terlebih dahulu membaca bagian dari isi kegiatan belajar pertama yang membicarakan masalah sifat-sifat ilmu pengetahuan. R AN G KU MA N Pengetahuan diperoleh karena ada rangsangan pada diri manusia untuk mengetahui sesuatu dalam rangka mempertahankan hid upnya. Pengetahuan ada yang umu m dan ada yang khusus. Pengetahuan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara pengetahuan d engan objeknya. Pengetahuan menjadi ilmiah karena adanya keinginan yang mendalam untuk menyelidiki sesuatu yang ingin kita ketahui d engan menggunakan metode tertentu, dan itulah yang kemudian diseb ut ilmu pengetahuan. Penelitian untuk menyelidiki kebenaran ilmiah dapat dilakukan melalui pendekatan induktif maupun deduktif. Ilmu pengetahuan dikembangkan bukan hanya untuk ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi juga karena adanya kepentingan-kepentingan di dalamn ya. Apa pun kepentingannya, ilmu pengetahuan seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan harkat dan kesejahteraan manusia.

TES F O R MA TI F 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Pengetahuan didapat oleh manusia karena adanya rang sangan terhadap pancaindera manusia. Pendapat ini dikemukakan oleh . A. Emile Durkheim B. August Comte C. Poedjawijatna D. Toety Herati 2) Pengetahuan akan selalu berkembang dan berkembang terus karena adanya . A. kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya B. rasa ingin tah u manusia C. ketakutan manusia D. rasa untuk mengejar kemewahan yang ada pada setiap manusia

1.18

Ilmu Sosial Dasar

3) Pengetahuan yang kita miliki dikatakan mengandung kebenaran jika . A. ada pengakuan dari orang lain B. ada kecocokan atau kesesuaian dengan objeknya C. ada metode yang benar D. dikemukakan oleh ahli yang kita percaya 4) Pengetahuan berkembang karena adanya kepentingan-kepentingan. Pernyataan ini dikemukakan oleh . A. Max Weber B. Thomas Kuhn C. Karl Popper D. Wilhelm Dilthey 5) Untuk men guji kesimpulan yang diambil oleh ilmu pengetahuan itu benar atau salah dapat dilakukan melalui falsifikasi .Ahli filsafat yang mengatakan hal tersebut adalah . A. Karl Popper B. Karl Marx C. Adorno D. Magnis-Suseno 6) Penalaran yang kesimpulannya lebih luas wilayahnya daripada premisnya disebut . A. deduksi B. induksi C. silogisme D. aritmatis 7) Salah satu hakikat dari ilmu pengetahuan adalah . A. dapat dideduksi B. dapat diaplikasikan C. mengandung kebenaran mutlak D. mengandung objektiv itas 8) Manusia adalah makhluk yang akan fana fisiknya. Penalaran ini merupakan kesimpulan yang diambil secara . A. deduktif B. induktif C. arbitrer D. matematis

MKDU4103/MODUL 1 1.19

9) Pernyataan bahwa ilmu pengetahuan yang dibangun di atas hu kumhukum universal adalah tidak realistis dikemukakan oleh . A. Feyerabend B. Thomas Kuhn C. Wilhelm Dilthey D. Lacatos 10) Positivisme dalam ilmu pengetahuan sosial dipelopori oleh . A. Charles Darwin B. August Comte C. Max Weber D. Galileo

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. belum dikuasai. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

1.20

Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Alamiah Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar

Ke gi ata n B el aj a r 2

S

ebagaimana digambarkan dalam kegiatan belajar pertama, perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat telah melahirkan berbagai macam cabang

ilmu. Hal itu menjadi masalah ketika kita bicara mengenai penggolongan dan pengklasifikasian, pend efinisian dan garis batas (demarkasi) masing-masing ilmu dan hub ungan antarcabang ilmu pengetahuan. Menurut Priyanto, ada beb erapa kriteria untu k menggolongkan ilmu pengetahuan. Pertama, dengan membedakannya menjadi dua kelas (dikotomi) seperti ilmu abstrak dan ilmu konkret (Karl Pearson), ilmu aprion dengan ilmu emp iris (William Kneale), ilmu dasar dengan ilmu terapan (Kibbey), ilmu empiris d engan ilmu nonempiris (Carl Hempel), ilmu eksak dengan non-eksak (Wilson Gee). Kedua, berdasarkan prosedur metodologis dan urutan tata jenjang dari gejala-gejala yang terjadi dalam ilmu seperti yang dilakukan Comte yang membagi ilmuilmu fundamental ke dalam matematika, astronomi, fisika, kimia, bio logi, fisika sosial atau sosiologi. Ketiga, berdasarkan penggolongan meto de atau objeknya seperti yang dilakukan Dilthey. Dilthey menggolo ng kan ilmu menjadi dua, yaitu natuurwissenschaften yan g objeknya benda-benda alam, dan geistewissenschaften yan g objeknya semua kegiatan dan produk insani.

Kelo mpok kedua ini mencakup banyak disiplin seperti sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, agama, sastra dan psikologi (Priyanto, 2001: 40-42). Jauh sebelum itu, ahli filsafat Yunani Aristoteles telah membagi ilmu menjadi dua golongan, yaitu ilmu-ilmu teoretis dan ilmu-ilmu praktis. Pengetahuan teoretis dikembangkan untuk memenuhi rasa ingin tahu, sedangkan ilmu pengetahuan praktis mempunyai manfaat untuk kelangsu ngan hidup sehari-hari, dan menyatu baik dalam produk teknologi maupun seni. Penggolongan ilmu menurut Aristoteles tersebut oleh Toeti Herati Noerhad i digambarkan sebagaimana dalam tabel d i bawah (Noerhadi, 1992:3).

MKDU4103/MODUL 1 1.21

Tabel 2.1. Penggolongan ilmu menurut Aristoteles Pengetahuan teoretis Pengetahuan praktis Pengetahuan produktif Fisika, metafisika, Psikologi, biologi, Astronomi Logika sebagai pengkajian dan analisis rasional Etika, politik, retorika Tekne: membuat produk bermanfaat Poetika: membuat produk indah.

Dari berbagai penggolongan disiplin ilmu, pendapat Dilthey inilah yang tampaknya paling banyak dipakai para ahli. Dilthey membagi ilmu pengetahuan menjadi dua golongan besar, yaitu geisteswissenschaften , kemudian muncul istilah natuurwissenschaften sosialwissenscha ften dan untuk

menyebutkan ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana telah dijelaskan dalam kegiatan belajar pertama, ilmu pengetahuan juga dapat dikelompok-kelompokkan sesuai dengan objeknya. Jika objeknya alam atau benda-benda, maka ilmu tersebu t dinamakan ilmu pengetahuan alam. Jika objeknya manusia sebagai sesuatu yang memiliki pengalaman, perasaan, hasrat, kemauan, kehendak, emosi, dan lainlain d apat disebut sebagai ilmu-ilmu b udaya atau humaniora. Jika objeknya adalah manusia sebagai suatu kesatuan sosial, maka ilmu tersebut digolong kan ke dalam ilmu pengetahuan sosial. Kita juga sering menyebut ilmu sosial budaya untuk menggolon gkan ilmu pengetahuan yang objeknya adalah manusia. Hal itu karena tidak adanya batas demarkasi antara ilmu sosial dan ilmu budaya. Kedua objeknya sama, yaitu manusia. Tetapi tidak sedikit pula ilmuwan yang memisahkan antara ilmu sosial dan ilmu budaya, termasuk Mohammad Hatta, yang membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga golongan, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu kultur atau budaya. Sejalan dengan Mohammad Hatta, Stuart Chase membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan so sial, dan ilmu humaniora (Anshari, 1983: 53-55 ), dengan pengelo mpokan sebagaimana dapat kita lihat di bawah ini. A. Ilmu pengetahuan alam ( 1. ilmu biologi 2. ilmu pasti 3. ilmu alam 4. ilmu teknik 5. ilmu geologi n atural science ) meliputi:

1.22

Ilmu Sosial Dasar

6. ilmu kimia 7. ilmu fisika, 8. kedokteran, dan 9. lain-lain B. Ilmu pengetahuan sosial ( 1. ilmu ekonomi, 2. ilmu politik 3. ilmu komunikasi 4. sosio logi C. Ilmu-ilmu budaya/humaniora meliputi: 1. filsafat 2. antro pologi 3. sejarah 4. hukum 5. sastra 6. psikologi 7. arkeologi Pengelompokan ilmu tersebu t di atas sifatnya tidak mutlak. Sebab ada beb erapa ahli lain yang berp endapat bahwa antropologi, huku m, psikologi, dan sejarah termasuk kelompok ilmu sosial. Demikian pula bidang kedokteran. Meskipun termasuk kelo mpok ilmu ek sakta, tetapi dalam praktiknya, ilmu ini banyak bersentuhan dengan ilmu b udaya. Misalnya untuk menyembuhkan suatu penyakit, dokter tidak hanya memberikan o bat yang mahal harganya, tetapi juga memberikan sugesti agar pasien memiliki semangat untuk sembuh. Dalam mendiagnosa suatu penyakit, dokter tidak hanya memeriksa fisik peny akit si pasien, tetapi juga melakukan analisis terhadap lingkungan lainnya seperti lingkungan keluarga, lingkungan tempat pergaulan pasien, dan sebagainya sehin gga ditemukan latar belakang yang menyebabkan sakitnya si pasien. Demikian pula arsitektur, ilmu ini digolong kan dalam ilmu eksak tetapi d alam o perasionalnya b anyak berhubungan d engan budaya (termasuk seni). Arsitektur sangat erat kaitannya dengan keindahan dan nilai-nilai budaya. Dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek p asti akan memperhatikan segi-segi artisti dari c suatu bangunan serta nilai guna dan pemanfaatannya yang sesuai dengan sosial science ) meliputi:

MKDU4103/MODUL 1 1.23

karakter dan budaya orang-orang yang akan menemp atin ya. Dengan demikian, sentuhan h umanisme sangat diperlukan dalam merancang suatu bangunan. Meskipun pengelo mpokan ilmu masih banyak perbedaan di kalangan para ahli, p embagian ilmu pengetahuan tersebut di atas telah mendasari pemikiran pengembangan ilmu budaya dasar, ilmu alamiah dasar, dan ilmu sosial dasar sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK). Secara metodologis, ketiga kelompok kajian ilmu itu mempun yai perbedaan. Perbedaan yang paling mendasar adalah ilmu pengetahuan alam, sedangkan ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan budaya secara metodologis tidak banyak p erbedaannya. Dalam penjelasannya, ilmu pengetahuan alam lebih bersifat nomothesis (men ghasilkan hukum-hukum universal), sedangkan dalam ilmu pen getahuan sosial dan budaya lebih ideografis atau penggamb aran terhadap gejala yang diamati. Ilmu pengetahuan alam lebih menjelaskan hubungan sebab akibat sedangkan ilmu pengetahuan sosial dan budaya bersifat interpretative makna untuk dapat memahami fenomenafenomena yang terjadi pada manusia. Ilmu pengetahuan alam berusaha untuk menghasilkan kesimpulan yang berlaku umum sedangkan pada ilmu sosial dan budaya lebih melihat keunikan suatu kasus dan partikularisme. Ilmu pengetahuan alam b ersifat kuantitatif sedangkan ilmu sosial dan ilmu budaya lebih kualitatif (meskipun tidak sed ikit ilmuwan sosial yang berusaha mengkuantitatifkan penelitiannya). Sosiologi pada awal kelahirannya lebih ban yak bersifat kuantitatif, tetapi p ada perkembangann ya kemudian, banyak juga ahli sosiolo gi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaan antara ilmu alam dan ilmu sosial/budaya sebagaimana dijelaskan di atas dapat digamb arkan sebagaimana tabel berikut.Tabel 2.2. Perbedaan ilmu alam dengan ilmu sosial atau budaya Ilmu Alam Ilmu Sosial/Budaya 1. Nomothetis 1. Ideografis 2. Kuantitatif 2. Kualitatif 3. Generalisasi 3. Ke-unik-an 4. Universalisme 4. Partikularisme 5. Eksplanasi kausal 5. Interpretasi makna 6. Analitik 6. Naratif deskriptif Sumber: Sartono Kartodirdjo (1990:206)

1.24

Ilmu Sosial Dasar

Perbedaan karakteristik antara ilmu-ilmu budaya atau ilmu-ilmu sosial dengan ilmu-ilmu alam tersebut perlu diketahui secara umum oleh setiap mahasiswa. Karena itulah diadakan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar, dengan harapan mahasiswa mempunyai wawasan yang luas tentang ilmu pengetahuan. Setelah Anda memahami perbed aan dasar antara ilmu pengetahuan alam dengan ilmu sosial dan ilmu budaya, pada kesempatan berikutnya Anda akan mempelajari ruang lingkup perbedaan wilayah kajian antara Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar. Ilmu Budaya Dasar diajarkan dalam rangka pemberian bekal kepada mahasiswa dalam memperoleh pemahaman terhadap pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikemban gkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya. Dengan mempelajari Ilmu Budaya Dasar, manusia diharapkan menjadi makhluk yang berbudaya, beradab, dan bermoral, serta berbudi luhur dengan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu, untuk sentral kajian Ilmu Budaya Dasar adalah manusia seb agai makhluk budaya yang rasio nal. Dengan rasionya itu manusia dapat menghasilkan karya-karya budaya yang berguna bagi kesejahteraan manusia. Bertolak dari manusia sebagai subjek kajiannya tersebut, maka Konsorsium Ilmu Budaya Dasar mengembangkan po ko k bahasannya ke dalam delapan tema pokok. Kedelapan pokok bahasan tersebut meliputi hal-hal seb agai berikut. 1. Manusia dan cinta kasih. 2. Manusia dan keindahan. 3. Manusia dan penderitaan. 4. Manusia dan keadilan. 5. Manusia dan pandangan hidup. 6. Manusia dan tanggung jawab serta pengabdiannya. 7. Manusia dan kegelisahan. 8. Manusia dan harapan. Kedelapan bahasan di atas mengandung aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dap at didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya yang multidisipliner. Misalnya p emahaman mengenai manusia dan cinta kasih. Perasaan cinta kasih mungkin dapat dipahami dengan pend ekatan psiko logi, tetapi hal itu tidak akan semp urna karena cinta kasih juga sangat erat dengan

MKDU4103/MODUL 1 1.25

masalah budaya. Konsep cinta kasih memang sangat universal, dalam arti dap at dirasakan oleh setiap manusia dari suku bangsa dan budaya apa pun. Namun pengungkapan cinta kasih setiap budaya berbeda-beda. Pengungkapan cinta kasih dalam budaya Jawa berbeda dengan budaya Minang. Melalui pendekatan yang sifatnya multidisipliner itu kita akan dapat melihat manusia secara utuh seb agai sesuatu yang universal. Semua perkembangan ilmu pengetahuan, yang menghasilkan teknologi, bukan untuk menghancurkan manusia tetapi justru untuk memberikan kesejahteraan dan keadilan kep ada manusia. Keserakahan manusia di muka bu mi ini telah menyebabkan penyimpangan ilmu pengetahuan modern. Keserakahan manusia telah menyebabkan ilmu pen getahuan bukan lagi cahaya kesejahteraan, tetapi merupakan titik gelap bagi manusia lain. Karena keserakahan manusia untuk menguasai sumber-sumber daya, telah menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi budak dalam rangka mengeksploitasi manusia lainnya. Misalnya, penemuan ato m oleh ilmuwan yang semula adalah untuk membantu manusia menguasai dan mengolah alam semesta, tetapi karena keserakahan manusia, ato m digunakan untuk memusnahkan manusia lainnya dalam rangka penguasaan sumber daya. Kita semua tentu saja sadar bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai kebutuhan yang besar sekali, dalam rangka mempertahankan hid upnya. Adanya kebutuhan itulah yang mendorong manusia melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hid up. Kebudayaan, sebagaimana dikatakan Ashley Montago merupakan cermin tanggapan manusia atas kebutuhan tersebut. Jiwa dari kebudayaan yang mendorong segala tindakan kita menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Jiwa itulah yang disebut nilai budaya. Nilai budaya termasuk di dalamnya moralitas dapat menjadi penggerak dapat pula menjadi pengekang dari tindakan manusia. Ketika kita berbuat suatu tindakan yang men garah pada pemenuhan kebutu han dengan menggunakan nilai-nilai budaya, maka jiwa dan budaya itu dapat menjadi pendorong dari tindakan kita. Sebaliknya ketika kita melakukan perbuatan di luar nilai budaya yang ada, maka jiwa budaya akan menjadi pengekan g terhadap perilaku kita. Tindakan pen yimpangan terhadap norma atau nilai dari suatu budaya akan melahirkan perilaku menyimpang, yang membuat orang yang bersang kutan menjadi terasing atau teralienasi. Perilaku menyimpang tidak hanya menjadi masalah budaya, tetapi juga menjadi masalah sosial. Misalnya narkoba adalah barang

1.26

Ilmu Sosial Dasar

terlarang. Kalau ada orang yang mengkonsumsi narkoba d i lingkungan kita, orang tersebut bukan saja menjadi beban budaya yang mengharamkan narkoba tetapi akan menjadi masalah sosial yang menggan ggu ken yamanan lingk ungan kita. Orang yang mengonsumsi narkoba biasanya akan teralienasi dari lingkungannya. Ia akan menjadi bahan pergunjingan orang -orang di sekitarnya sehingga untuk penyembuhannya, orang yang b ersangkutan harus direhabilitasi mentalnya supaya ia dapat beradaptasi kembali dengan lingk ungannya. Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar diajarkan dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pikir yang berkenaan dengan manusia dan kebudayaan, sehingga daya tangkap, persepsi, dan penalaran mahasiswa mengenai lingkungan budaya menjadi lebih halus dan lebih peka untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan tujuan tersebut, ilmu budaya dasar diharapkan dapat memberikan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, peka dan memiliki kepedulian dengan manusia lainnya. Ilmu bud aya dasar juga diharapkan dapat membuat mahasiswa kelak mudah beradaptasi dalam lingkungan apa pun terutama untuk kepentingan profesin ya. Selain itu, ilmu budaya dasar juga diharapkan dap at memberikan kesempatan kepada mahasiswa u ntuk dapat memperluas pandangan mahasiswa tentang masalah kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kemanusiaan dan keb udayaan. Dengan demikian, kelak mereka setelah mempunyai keahlian dalam bidang ilmun ya, tidak mempunyai kesenjangan dengan ilmuwan lainnya, termasuk lingkungan masyarakatnya, dan mereka dapat berdialog dengan sesama ahli dari berbagai disiplin ilmu (Darma, 1982: 22-23) dengan lebih berbudaya dan menjunjung etika. Ilmu sosial dasar adalah pengetahuan yan g menelaah masalah -masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan fakta, konsep, dan teori yang berasal dari berbagai bidang kajian ilmu-ilmu sosial. Yang menjadi sasaran perhatian dalam pen yelenggaraan perkuliahan ilmu sosial dasar adalah, pertama, aspek-aspek yang merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan secara bersama bidang ilmu sosial. Kedua, dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, selalu dihadapi pada masalah etnis, golongan, agama, mayoritas dan minoritas, serta kesenjan gan sosial yang perlu mendapatkan penanganan yang terintegratif dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu

MKDU4103/MODUL 1 1.27

sosial. Berdasarkan sasaran tersebut, maka yang menjadi kajian utama dari mata kuliah Ilmu Sosial Dasar adalah. 1. kependudukan; 2. integrasi sosial/integrasi nasional; 3. masyarakat pedesaan dan perkotaan; 4. pelapisan sosial; 5. pemuda dan masyarakat; 6. prasangka dan diskriminasi; 7. perkembangan sosial. Seperti halnya ilmu budaya dasar, ilmu sosial dasar bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri, tetapi merupakan suatu kajian yang sifatnya multidisiplin er dan interdisiplener. Ilmu b ud aya dasar dan ilmu sosial dasar dalam praktiknya akan saling bersentuhan karena objeknya sama, yaitu manusia. Bedanya, yan g pertama lebih menekan kan pada aspek-aspek budaya dengan manusia di dalamnya yang diciptakan dan yang menciptakan budaya, sedangkan yang kedua lebih menekankan pada aspek-aspek sosial dari hubungan antarmanusia. Setelah melihat penekanan pada masing-masing matakuliah, kita dapat melihat bahwa ilmu budaya dasar leb ih menitikberatkan pada kearifan akal budi, sedangkan ilmu sosial dasar lebih pada p emahaman hubungan antarmanusia sebagai makhluk sosial. Ilmu budaya dasar diberikan kepada mahasiswa yang mengambil studi di luar bidang ilmu-ilmu budaya, sedangkan ilmu sosial dasar dipelajari oleh mahasiswa yang mengambil studi di luar ruang lingkup ilmu-ilmu sosial. Matakuliah Ilmu Sosial Dasar diajarkan untuk memberikan pengetahuan dasar d an pengertian umum kepada mahasiswa tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk men gkaji gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, diharap kan mahasiswa dapat memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan kepekaan sosial yang dimilikinya, mahasiswa diharapkan memiliki kepedulian sosial. Mahasiswa diharapkan mempunyai kepedulian terhadap apa yang terjadi di dalam lingk ungannya. Misalnya, jika terjadi kerusuhan di lingkungannya, mahasiswa bukan malah ikut membakar kemarahan massa tetapi harus berusaha mendinginkan kemarahan massa, kemudian bersama-sama massa lainnya mencarikan solusi pemecahannya, seperti mengajak berdamai, bersama-sama memperbaiki sarana u mum yan g rusak atau melakukan

1.28

Ilmu Sosial Dasar

rehabilitasi mental masyarakat pasca kerusuhan. Rehabilitasi mental sangat diperlukan di samping rehab ilitasi fisik. Rehabilitasi fisik mungkin dapat dilakukan dalam waktu singkat, tetapi rehabilitasi mental akan memerlukan waktu yang cukup lama. Bayangkan jika ada orang yang terluka karena keluarganya ada yang menjadi korban kerusuhan. Luka hati orang tersebut tidak mungkin dapat diobati dalam waktu dua atau tiga tahun. Kalau lu ka hati tidak segera diobati, mereka akan teru s mendendam. Jika perasaan dendam itu terus membara, maka aksi balas dendam p un akan meledak. Itulah sebabnya mengapa perlu rehabilitasi mental, sehingga mereka akan kembali menjadi manusia normal, yang dapat beradaptasi dan bersosialisasi kembali dengan lingkungan. Sudah disebutkan sebelumnya, bahwa kajian ilmu budaya dasar bukanlah suatu disiplin ilmu, tetapi lebih merupakan kajian yang bersifat multidisiplin er atau interdisipliner, yaitu kajian suatu masalah dengan interdisipliner dan pendekatan berbagai disiplin ilmu. Demikian juga dengan kajian ilmu alamiah dasar dan ilmu sosial dasar. Pendekatan multidisiplin er mu ncul karena adanya kesadaran di kalangan ilmuwan bahwa suatu masalah yang muncul di hadapan kita tidak dapat diselesaikan dengan hanya menggunakan pendekatan satu disip lin ilmu. Sementara itu, pendidikan profesio nal dan akademis di universitas atau di perguruan tinggi semakin menjurus pada spesialisasi, yang berdampak pada kecenderungan semakin sempitnya pandangan ilmuwan, yang dapat menyebabkan semakin jauhnya ilmuwan dari masyarakat. Jika hal itu dibiarkan, ilmuwan akan terko tak-kotak sesuai keahliannya masing-masing, padahal masalah yang muncul tidak semua dapat diselesaikan dari satu sudut pandang tertentu saja. Kita harus ingat filosofi mengap a ilmu itu dikembangkan oleh para ahli, yaitu untuk memberikan kesejahteraan umat manusia, bukan un tuk menindas atau bahkan memb unuh manusia. Dengan pemahaman filsafat ilmu pengetahuan, maka Anda akan selalu dituntut untuk mengamalkan ilmunya kelak bagi kesejahteraan umat manusia, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Kita dapat melihat b agaimana listrik dulu ditemu kan. Dengan ditemukannya listrik, lahirlah industrialisasi yang dapat kita rasakan hingga saat ini. Dengan industrialisasi itu kita dapat menjadi manusia modern yang beradab. Jika ada manusia yang tertindas dalam abad modern ini, hal itu karena adanya pen yimpangan terhadap hakikat dari modernisme itu sendiri. Modernisme yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat dengan pengagungan pada rasio. Ilmu sosial dasar dan ilmu budaya dasar

MKDU4103/MODUL 1 1.29

dibutuhkan u ntuk memberikan sentu han humanisme sehingga mahasiswa di samping memiliki kemampuan akal yang kuat juga memiliki bud i yang halus. Dengan bekal pemahaman ilmu budaya dasar, ilmu alamiah dasar dan ilmu sosial dasar, mahasiswa kelak diharapkan memiliki pemahaman yan g bersifat general, integral, dan mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai pendekatan. Ilmu alamiah dasar diajarkan dengan maksud untuk memberikan bekal kepada mahasiswa terhadap pemahaman alam semesta, ilmu sosial dasar dan ilmu budaya dasar diberikan untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang ruang lingkup sosial budaya yang ada di sekitar kita. Ilmu bud aya dasar, so sial dasar, dan alamiah dasar diajarkan untuk mengajak mahasiswa mencari jawaban atas p enerapan nilai-nilai yang ada dalam memecahkan masalah sosial. Dengan demikian, MPK lebih menitikberatkan p ada aspek-aspek personal daripada aspek akademik. Agama dan Pancasila meningkatkan moral dan ideologi, Kewiraan meningkatkan kemampuan pertahanan negara, Ilmu Budaya Dasar dan Sosial Dasar menumbuhkan sikap kepekaan terhadap prosperity atau kemakmuran (Sudharto, 84:13). Kelomp ok matakuliah dasar umu m ini diharapkan dapat membangun mahasiswa menjadi manusia seutuhnya. Hasil yang ingin dicapai dari pemberian matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) tersebut adalah lulusan yang bukan saja kapabel d an profesional dalam bidang keahliannya, tetapi juga memiliki kepekaan inderawi terhadap lingk ungan yang dihadapi, baik lingkungan alam, sosial, maupun budaya, sehingga dapat menjadi manusia yang sempurna.

LA TI H A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Untuk memperd alam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini! 1) Jelaskan dengan cara apa saja ilmu pengetahuan itu dikelompokkan! 2) Jelaskan bagaimana ciri-ciri yang membedakan ilmu pengetahuan alam dengan ilmu-ilmu sosial-budaya! 3) Jelaskan apa tujuan mempelajari Ilmu Sosial Dasar!

1.30

Ilmu Sosial Dasar

Petunjuk Jawaban Latihan Untuk memperoleh pemahaman yang ko mprehensif sehingga Anda dap at menjawab pertanyaan latihan no mor 1 dengan sempurna, ada baiknya Anda membaca buku Priyanto, yang judul bukunya dapat dilihat pada daftar pustaka modul ini. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan latihan nomor 2, selain membaca Kegiatan Belajar 2, sebaiknya juga membaca buku karangan Sartono Kartodirdjo. Sementara itu, p ertanyaan nomor 3 dapat Anda jawab dengan baik. Jika Anda telah mempelajari Kegiatan Belajar 2 dengan b aik.

R AN G KU MA N Ilmu pengetahuan dapat dikelo mpokkan melalui beberapa cara. Secara umu m ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi tiga yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan budaya atau lebih umum disebut ilmu pengetahuan humaniora. Pengelompokan ilmu pengetahuan ini yang mendasari pengemb angan Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar sebagai mata kuliah dasar umu m yan g wajib diambil oleh mahasiswa di samping mata kuliah dasar umum lainnya seperti Agama, Pancasila, dan Kewiraan. Mata kuliah Ilmu Sosial Dasar bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu tetapi lebih merupakan kajian yang sifatnya mult atau i interdisipliner . Ilmu Sosial Dasar diajarkan untuk memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum kepada mahasiswa tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk meng kaji gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitamya. Den gan demikian, diharapkan mahasiswa dap at memilik i kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan kepekaan sosial yang dimilikinya, mahasiswa diharapkan memiliki kepedulian sosial dalam menerapkan ilmu nya di masyarakat.

MKDU4103/MODUL 1 1.31

TES F O R MA TI F 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Pembagian atau pen gelompo kan ilmu pengetahuan berdasarkan ilmu empiris dengan ilmu non-empiris dikemukakan oleh . A. Karl Person B. Carl Hempel C. Wilso n Gee D. William Kneale 2) Pengelompokan ilmu pengetahuan berdasarkan ilmu pengetahuan eksakta dan non-eksakta dilakukan oleh . A. Wilso n Gee B. Stuart Chase C. Wilhelm Dilthey D. Karl Hempel 3) Seorang ahli yang membedakan ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan humaniora, ialah . A. William Kneale B. Karl Person C. Charlmer D. Stuart Chase 4) Masalah kepemudaan dan integrasi sosial merupakan pokok bahasan yang menjadi bahan kajian dari ilmu . A. alamiah dasar B. budaya dasar C. so sial dasar D. humaniora 5) Cinta kasih dan keindahan merupakan pokok bahasan yang menjadi kajian dari mata kuliah. A. Ilmu Sosial Dasar B. Ilmu Budaya Dasar C. Ilmu-ilmu praktis D. Ilmu Alamiah Dasar

1.32

Ilmu Sosial Dasar

6) Salah satu yang membedakan ilmu alam dari ilmu bu daya adalah pendekatannya yang lebih bersifat . A. kuantitatif B. kualitatif C. penjelasan sebab akibat D. universalisme 7) Salah satu tugas ilmu-ilmu alam adalah untuk menemukan hukumhukum universal. Dalam pengertian itu, ilmu -ilmu alam lebih bersifat . A. nomothesis B. ideografis C. universalisme D. deskriptis-analitis 8) Ilmu Sosial Dasar diajarkan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang . A. alam semesta B. manusia sebagai pencipta budaya C. manusia sebagai makhluk sosial D. jagat raya yang harus dikuasai manusia 9) Ilmu Budaya Dasar diajarkan dengan maksud agar mahasiswa dapat memahami tentang manusia . A. dalam kon teks budaya B. dalam kon teks sosial C. yang p eka terhadap alam D. yang menguasai alam semesta 10) Wilhelm Dilthey mengelompokkan ilmu pengetahuan ke dalam . A. natu urwissenschaften dan geistewissenschaften B. natu urwissenschaften dan sosialwissenschaften C. natu urwissenchaften dan kultuurwissenschaften D. so sialwissenchaften dan kultuurwissenchaften

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

MKDU4103/MODUL 1 1.33

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

1.34

Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Pengetahuan dan Pemanfaatannya

Ke gi ata n B el aj a r 3

D

alam dunia filsafat ilmu, kita mengenal istilah epistemologi dan aksiologi. Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai

hakikat ilmu itu sendiri. Sebagai salah satu cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh dan diuji kebenarannya. Bidang ini mempelajari apakah suatu ilmu itu merupakan ilmu atau bu kan. Atas dasar pengertian itu, maka sebenarnya epistimologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif, dan kritis. Evaluatif berarti bahwa ilmu itu bersifat menilai. Ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pendapat, maupun teori yang dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya atau memiliki dasar yang dapat dip ertanggungjawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma dan tolok ukur kenalaran bagi kebenaran pengetahuan. Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil kegiatan manusia. Yang dipertanyakan meliputi asumsi-asumsi, cara kerja atau pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang dihasilkan atau ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif manusia (Sudarminta, 2002:1 8-19). Dasar pemahaman pengertian ini, kalau Anda telah mempelajari kegiatan belajar pertama dan sebagian kegiatan belajar kedua dengan sun ggu h-sungguh, berarti Anda telah masuk ke area epistemologi. Aksiologi adalah kajian filsafat yang mempelajari nilai guna sebuah ilmu. Apa manfaat sebuah ilmu bagi manusia. Sebagaimana kita ketahui, ilmu pengetahuan dipelajari dan dikembangkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian, mempelajari sebuah ilmu pengetah uan akan selalu berkaitan dengan ilmu sebagai ilmu dan ilmu sebagai suatu alat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan manusia. Sebagaimana telah dijelaskan pada Kegiatan Belajar 2, Aristoteles membagi ilmu menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ilmu-ilmu teoretis dan kelompok ilmu-ilmu praktis. Kelo mpok pertama antara lain melip uti fisika, metafisika, psikologi, biologi, dan astro no mi. Kelompok kedua adalah etika, politik, retorika. Keduanya menghasilkan suatu produk teknologi yang mengandung unsur seni dan keindahan.

MKDU4103/MODUL 1 1.35

Karena sifatnya praktis, ilmu-ilmu praktis berkembang sesuai kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Karena sifatnya yang praktis, sering terjadi benturan dengan kepentingan lainnya. Benturan kepentingan itu yang menyebabkan adanya kepentingan yang diuntungkan dan ada pula yang dirugikan. Misalnya d alam sistem persawahan kita. Dalam rangka intensifikasi pertanian, perlu dibangun sebuah bendungan air sehingga air dap at diatur sepanjang tahun untuk mengairi sawah yang ditanami sepanjang tahun. Bagi petani yang ada di bawah wilayah bendungan, pembangunan itu akan menguntungkan mereka, tetapi bagi yang di atas bendungan, mereka menjadi dirugikan karena tanahn ya terendam air dan tidak dapat ditanami. Itu artinya satu pihak diuntu ngkan, tetapi pihak lain dirugikan. Dalam ilmu praktis, agar penerapannya tidak merugikan orang lain, maka di dalamnya dimasukkan pula ilmu etika. Etika adalah alat untuk mengontro l agar apa yang dilakukan oleh manusia dalam ran gka mempertahankan hidupnya tidak merugikan orang lain. Tentu saja Anda masih ingat bahwa ilmu pengetahuan tercipta dan berkembang sesuai dengan ting kat keb utuhan manusia untuk dapat bertahan hidup. Ketika sumber alam masih melimpah, ilmu pengetahuan dikembangkan dalam rangka pemanfaatan sumber alam. Dengan pengetah uan yang dimiliki, manusia mengolah alam untuk hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup. Karena sumber daya manusianya masih terbatas, o rang pun mengolah alam secara bersama-sama. Dari situlah kemudian muncul konsep gotongroyong. Misalnya dalam masyarakat berburu. Dengan pengetahuan yang sederhana, mereka mengg unakan teknologi sederhana untuk berburu. Mereka melakukan perburuan secara bersama-sama, dan hasilnya pun dimakan bersama-sama. Kekayaan alam masih melimpah b ila dibandingkan dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka tidak perlu berebut dalam memanfaatkan sumber dalam. Ketika sumber alam semakin menipis, ilmu pengetahuan modern dikembangkan untuk mengeksploitasi alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup agar manusia menjadi sejahtera. Ilmu pengetahuan modern yang mengandalkan pada rasio diciptakan untuk memberi kesejahteraan manusia. Tetapi karena sifat manusia mempunyai kecenderungan untuk menguasai lebih banyak dari yang lain, maka dalam penerapan ilmu pengetahuan dapat disalahgunakan untuk menindas orang lain. Karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan memerlukan etika. Tanpa etika, ilmu pengetahuan akan digunakan untuk menguasai orang lain. Pandangan

1.36

Ilmu Sosial Dasar

hedonisme atau keduniawian telah menyebabkan munculnya sifat serakah dan tamak dalam kehidupan manusia. Hedonisme menyebabkan orang memperebutkan alam tanpa batas dengan mengorbankan kepentingan hidup orang lain. Ilmu pengetahuan tidak dimanfaatkan untuk menyejahterakan umat manusia, tetap i untuk menguasai sumber alam guna memenuhi kepentingan kelo mpok atau golongannya send iri. Pemanfaatan ilmu pengetahuan bagaikan pisau bermata dua. Ia dapat digunakan untuk kepentingan yang baik dalam rangka menyejahterakan u mat manusia, tetapi juga di tangan orang yang tid ak beretika, dapat digunakan untuk membunuh atau men ghancurkan manusia lainn ya. Contohnya nuklir. Nuklir diciptakan sebagai energi yan g berguna bagi kehidupan manusia. Tetapi oleh orang yang tidak beretika d an tidak bermoral, dimanfaatkan sebagai senjata pembunuh manusia secara massal seperti yang pernah terjadi pad a Perang Dunia II, yaitu dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan Hirosima pada tahun 1945. Dalam era perang dingin (pad a tahun 1960-7 0-an) antara kubu Amerika Serikat dengan kubu Uni Sovyet, senjata nuklir merupakan momok yang paling menakutkan dalam kehidupan umat manusia. Sampai kini senjata nuklir yang dikuasai oleh beberapa negara masih mengancam kehidupan umat manusia. Penguasaan ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi deng an moralitas dan keagamaan, akan membuat orang tersebut menjadi penindas bagi orang lain demi keuntungan pribadin ya. Dalam pembahasan terd ahulu (Kegiatan Belajar 1) dijelaskan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan diperlukan agar manusia dapat bertahan dalam menghadapi lingkungan alam semesta. Manusia adalah makhluk yang paling dapat menyesuaikan diri terhadap gejala-gejala atau gangguan alam. Hal itu karena manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat dig unakan untuk menguasai alam semesta. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia diperoleh melalui proses belajar. Belajar dap at dilakukan melalui pengalaman, dapat p ula melalui p endidikan formal. Dengan menguasai ilmu pengetah uan, manusia dapat mempertahankan diri dari kepunahan yang disebabkan oleh gejala alam. Hal itu tidak dimiliki oleh binatang, sehingga ada jenis binatang tertentu yan g punah karena tidak mampu bertahan terhadap perubahan alam semesta. Karena itu, ada ahli yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Orang yang menguasai ilmu pengetahuan dap at menguasai apa saja yang diinginkan. Karl Marx mengatakan bahwa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan bukan hanya untuk memahami gejala-gejala alam, tetap i juga

MKDU4103/MODUL 1 1.37

untuk mengubah alam. Pemikiran itu digunakan Marx untuk mengubah masyarakat kapitalis menjadi sosialis. Agar penguasaan terhadap ilmu pengetahuan tidak menimb ulkan bencana terhadap alam semesta dan terhadap manusia lain yang tidak menguasai ilmu pengetahuan, perlu dikenalkan konsep amar ma'ruf nahi mungkar. Oran g yang memiliki kemampuan tinggi terhadap ilmu pengetahuan, harus memiliki kemampuan untuk menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar, sehingga ia memiliki kemampuan untuk melakukan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang tidak baik. Han ya d engan kemampuan akal budi manusia dapat melakukan hal itu. Untuk dapat mewujudkan hal itu, seorang ilmuwan tidak dap at mengasingkan diri dengan lingkungannya, tetapi harus berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat sehingga ia tahu persis apa yang dibutuhkan masyarakat sekitamya. Hal lain yang perlu mend apatkan perhatian dalam penerapan ilmu pengetahuan adalah kon sep utilitarisme. Utilitarisme merupakan bagian dari filsafat etika. Konsep utilitarisme dalam hal ini menggamb arkan b ahwa suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral apabila akib at dari tindakan itu menunjang kebahagiaan semua yan g bersangkutan. Suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk, tergantung pada apakah akibat yang diperkirakan itu baik atau buruk bagi semua yan g bersangkutan dengan perbuatan tersebut. Konsep utilitarisme pertama kali diajukan oleh seo rang ahli filsafat Inggris, Jeremy Bentham (1 748-1832), kemudian dikembangkan oleh John Stuart Mill (1806-1873) dengan tulisannya yang berjudul "Utilitarianism". (MagnisSuseno, 1998:173). Menurut Mill, putusan moral kita dap at diketahui berdasarkan pengetahuan faktual tentang bagaimana tindakan kita sesuai dan memberikan sumbangan pada apa yang secara intrinsik baik. Selain itu, Mill juga berpendapat bahwa kenikmatan dan kebeb asan dari rasa sakit merupakan sesuatu yang baik dan bernilai. Dari pandangan Mill kita dapat mengatakan bahwa suatu tindakan secara moral benar kalau tindakan itu menyumbangkan kenikmatan bagi semua yang bersangkutan (Sud arminta, 2002:178). Dasar utama dari utilitarisme adalah kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua orang, sehingga kalau kita perhatikan lebih dalam, hal itu akan berhubungan dengan rasa keadilan. Kita tahu bah wa pemanfaatan ilmu pengetahuan meskipun dimaksudkan untu k memberikan kesejahteraan manusia, tetapi dalam praktik, sering melanggar norma keadilan. Anda tentu saja masih ingat pandangan Kuhn pada Kegiatan Belajar 1 bahwa ilmu

1.38

Ilmu Sosial Dasar

pengetahuan tidak berkembang untuk ilmu pen getahuan itu send iri tetapi dikembangkan untuk kepentingan di luar ilmu yang bersangkutan seperti politik dan ekonomi. Atas dasar pandangan itu, pengembangan ilmu pengetahuan b ukan saja perlu dilandasi oleh semangat jiwa yang bermoral dan beragama, tetapi juga dengan semangat keadilan. Artinya, pengembangan ilmu pengetahuan jangan sampai hanya menguntungkan kelompok tertentu yang memiliki kepentingan dengan mengabaikan atau bahkan merugikan kelompok lain nya. Contohnya, dalam ilmu sosial, terutama ilmu ekonomi dikembangkan teori pemb angunan. Teo ri pembangunan dikembangkan oleh ahli-ahli eko no mi Barat (seperti Rostow) dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam tataran teoretis, konsep-konsep pembangu nan yang ditawarkan oleh kelompok aliran ini memang bagus, yaitu bagaimana mening katkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hid up manusia. Dalam teori ini, kesejahteraan manusia akan meningkat jika pertumbuhan ekonomi meningkat. Tetapi dalam praktiknya, karena teori p embangunan ini lebih menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi secara kuantitatif, target-target pertu mbuhan yang ingin dicapai sering harus mengorbankan orang lain. Biasanya yang menjadi korban adalah orang miskin karena tidak mempunyai kemampuan berkompetisi dengan kalangan yang lebih kuat baik dari segi ekonomi maupun penguasaan su mber-sumber alam. Teori pembangunan seperti itu telah dijalankan oleh pemerintah orde baru dengan tiga slogan utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan stabilitas nasional. Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika ada stabilitas politik. Untuk mencapai stabilitas politik, negara menjadi represif warga negara yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan p enguasa dituduh sebagai subversif. Partisipasi masyarakat rendah dan pemerintah tidak dapat dikritik. Dengan konsep seperti itu, ekonomi memang bertumbuh secara pesat, tetapi pemerataan pendapatan tidak terjadi. Ekonomi dikuasai oleh sekelo mpok orang yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekono mi. Jurang kaya dan miskin begitu besar sehingga muncul kecemburuan sosial. Keresahan so sial terjadi di hampir setiap lapisan masyarakat. Terjadilah gerakan ketidakpuasan masyarakat yang puncaknya dengan ad anya gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa. Contoh lain adalah teori sosialisme yang diciptakan oleh Karl Marx. Teori ini bertolak dari tesa bahwa kapitalisme hanya menguntungkan o rangorang yang mempunyai kapital atau modal dan merugikan kaum buruh

MKDU4103/MODUL 1 1.39

sebagai kaum yang tertindas. Karena itu Marx mengeluarkan antitesa dengan konsep masyarakat sosialis sebagai lawan dari masyarakat kapitalis. Menurut Marx dalam masyarakat sosialis inilah kesejahteraan yang hakiki akan dicapai oleh umat manusia. Teori sosialis ini bertolak dari tuntutan keadilan dari kalangan buruh yang tertindas terhadap kaum kapitalis pemilik modal yang banyak menindas buruh. Tetapi dalam kenyataannya, konsep sosialisme ini akhirnya bertentangan dengan rasa keadaan itu sendiri. Sebab secara alamiah, Tuhan telah menciptakan man usia dengan kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang k uat dan ada yang lemah, ada yang rajin, tetapi ada pula yang malas. Sifat-sifat manusia ini tidak dapat disamakan satu dengan yang lain. Orang yang rajin bekerja keras dan hemat mempu nyai hak untuk menikmati hasil yang lebih banyak bila dibandingkan dengan oran g yang malas. Kalau hak mereka disamakan dengan orang yang malas tentu saja hal itu bertentangan dengan rasa kead ilan itu sendiri. Ingat konsep adil berbeda dengan konsep sama rasa sama rata. Adil berarti tidak berat sebelah atau sepatutnya. Pembagian sesuatu akan adil, jika dilakukan sesuai dengan porsinya. Orang yang pandai dan dapat bekerja keras akan mendapat imb alan sesuai dengan kep andaian dan kekerasan usahanya, orang yang malas akan mendapatkan imbalan sesuai dengan kemalasannya. Karena itu, dalam agama dikenal dengan konsep sodaqoh, baik berbentuk zakat maupun amal soleh. Dalam Islam, zakat mal misalnya, hanya 2,5% dari seluruh harga hasil kerja yang wajib d izakatkan. Hal itu menunju kkan rasa keadilan yan g sesungguhnya. Orang yang bekerja keras akan menguasai harta lebih banyak dan hanya diwajibkan untuk mengeluarkan 2,5 % sebagai zakat. Karena melawan kodrat alam, maka komunisme dan sosialisme tidak dapat bertahan. Negara ko munis bukan menciptakan masyarakat tanpa kelas, tetapi justru menciptakan kelas tersend iri, yaitu kelas pemimpin partai yang memiliki kekuasaan yan g begitu b esar atas rakyatnya. Paham komunisme tidak dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga beberapa negara yang menganut paham komunisme banyak yang hancur. Contoh nyata yang mungkin Anda masih ingat ad alah Uni Sovyet. Negara ko munis adikuasa ini hancur pada tahun 1990-an karena tidak dapat mempertahankan sistemnya. Mengapa moral, etika, dan utilitatrianisme harus menjadi perhatian dalam p enerapan ilmu pengetahuan? Sekali lagi dijelaskan bahwa moral dan etika diperlukan agar pemanfaatan ilmu pengetahuan tidak menyimpang dari tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu demi kesejahteraan umat manusia.

1.40

Ilmu Sosial Dasar

Moral atau moralitas adalah keseluruhan pandangan mengenai bagaimana manusia harus hidup menjadi orang baik. Moralitas tidak ada hubungannya dengan lapisan sosial maup un tingkat pendidikan, tetapi lebih menyangkut baik buruk sebagai manusia. Etika dapat menuntun kita menentukan prin sipprinsip mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik dengan berpedoman pada nilai-nilai moral. Sedangkan utilitarisme diperlukan agar dalam pemanfaatan ilmu p engetahuan, kita selalu memperhatikan rasa keadilan. Sekali lagi diingatkan kepada Anda, bahwa utilitarisme adalah nilai praktis dalam peman faatan ilmu pengetah uan. Seb agaimana telah beberapa kali diungkapkan, ilmu pengetahuan berkemb ang karena adanya kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya untuk mencapai kesempurnaan hidup. Tetapi serin g kali kita saksikan ketika ilmu itu secara praktis diterapkan di lapangan, yang semula tujuannya untuk meningkatkan harkat dan taraf hidup, kadang justru memarjinalkan taraf hidup kelo mpok lain. Karena itu, problem utama dari utilitarisme adalah rasa keadilan. Bagaimana penerapan ilmu pengetahuan itu tetap mempertahankan rasa keadilan terhadap semua orang. Prinsip utilitarisme dapat digunakan dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan asalkan tidak melanggar nilai keadilan dan hak asasi manusia. Untuk mendapatkan pemahaman lebih jelas dari paparan di atas, saya akan memberikan beberapa ilustrasi. Dalam pembangunan di Indonesia, kita ban yak sekali menemukan penyimpangan-penyimpangan yang berdampak pad a p elanggaran hak asasi manusia. Kita lihat misalnya proyek-proyek penambangan di Kalimantan Timur. Penambang yang umumnya perusahaan multi nasional, lebih banyak berpikir soal untung dengan men gabaikan kesejahteraan rakyat di sekelilingnya. Karena hanya mengejar untung, mereka han ya menghitung risiko ekonomi seminimal mungkin dengan keuntungan yang sebesar mu ngkin. Untuk mendapatkan keuntungan lebih besar, penambangan akhirnya dilaku kan dengan tidak menggunakan standar yang normal. Untuk menghindari risiko ekonomi yang besar, mereka hanya mengupas bagian kulit b umi untuk mengambil batu bara yang tersimpan di dalamnya, karena penambangan dengan sistem penggalian terowongan akan memakan biaya yang besar. Akibat penambangan dengan cara seperti itu, tanah menjadi gundul. Hal itu bukan saja merugikan masyarakat setempat yang sebelumnya telah b erpuluh tahun memanfaatkan tanah-tanah tersebut sebagai tempat perladangan, tetapi juga merusak lingkungan alam.

MKDU4103/MODUL 1 1.41

Kasu s lain adalah pembangunan waduk Kedung Ombo. Waduk ini dibangun dengan tujuan untuk mengairi sawah yang terletak di bagian b awah waduk. Dengan pembangunan bendungan atau waduk ini, produktivitas petani di daerah-daerah yang diairi dari waduk diharapkan akan meningkat, sehingga ekonomi petani dapat tumbuh. Sayang nya, pembangunan itu telah menyebabkan ribuan petani lain yang ada di sekitar waduk kehilangan tempat tinggalnya dan tercabut dari budaya tempat mereka tumbuh. Pembangunan waduk Kedung Ombo dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Dengan pembangunan waduk tersebut, produktivitas petani akan meningkat. Meningkatnya produktivitas pertanian akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Tetapi dampak lain dari pembangunan waduk tersebut tidak dipikirkan secara cermat, terutama dampak terhadap penggusuran warga masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar waduk. Penggusuran itu akan menimbulkan rasa sakit hati dan hilangnya rasa keadilan bagi warga yang tergusur.

LA TI H A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskan apa yang Anda k etahui tentang epistemologi dalam ilmu pengetahuan! 2) Jelaskan bagaimana utilitarianisme ilmu pengetahuan dijalankan dalam kehidupan kita sehari-hari! 3) Jelaskan b agaimana etika ilmu pengetahuan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat! Petunjuk Jawaban Latihan Ketiga pertanyaan di atas dapat Anda jawab jika Anda telah mempelajari dan memahami isi atau materi Kegiatan Belajar 3. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang ketiga masalah yang ditanyakan dalam latihan di atas, Anda dapat membaca buku Franz Magnis-Suseno dan Sudarminta. Judul buku kedua pengarang tersebut d apat dilihat pada daftar pustaka modul pertama ini.

1.42

Ilmu Sosial Dasar

R AN G KU MA N Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk meningkatkan harkat hidup manusia, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Masalahnya, manusia sering memiliki rasa serakah, sehingga ilmu pengetahuan tidak jarang digunakan untuk memenuhi kepentingannya sendiri walaupun dengan cara mengorb ankan orang lain. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan ilmu pengetahuan. Karena itulah ilmu pengetahuan harus memiliki etika atau kode etik ilmu pengetahuan. Dalam memp elajari etika ilmu pengetahuan, masalah yang menjadi perhatian utama adalah masalah utilitarisme. Utilitarisme adalah nilai praktis kegunaan ilmu p engetahuan. Dalam ko nteks utilitarisme, ilmu pengetahuan harus dikembangkan dalam rangka memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan semua manusia. Dari situlah perlu ada rasa keadilan dalam penerap an ilmu pengetahuan. TES F O R MA TI F 3 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Ilmu yang mempelajari ciri-ciri dan hakikat ilmu pengetahuan disebut. A. ontologi B. aksiologi C. epistemologi D. etimologi 2) Salah satu caban g etika ilmu pengetahuan yang mengkaji nilai guna praktis ilmu pengetah uan adalah . A. unitarianisme B. utilitarianisme C. aksiologi D. ontologi 3) Salah satu kegagalan teori perjuangan kelas Marxisme d alam negaranegara komunis adalah karena . A. tidak adanya jaminan persamaan hak B. tidak adanya rasa keadilan C. tidak terjadinya sama rasa sama rata D. tokoh partai sangat berkuasa

MKDU4103/MODUL 1 1.43

4) Tokoh filsafat yang pernah menulis b uku Utilitarianism adalah . A. David Hume B. Canes Darwin C. John Stuart Mill D. Thomas Aq uinas 5) Prinsip dasar dari utilitarianisme adalah . A. rasa keadilan B. persamaan hak C. so sialisme D. rasa kebersamaan 6) Utilitarianisme merupakan bagian dari ilmu . A. epistemologi B. etika C. fiso logi D. filsafat ketuhanan 7) Salah satu dampak dari paham hedonisme adalah . A. munculnya jiwa serakah pada manusia B. adanya kesejahteraan manusia C. semakin tingginya pengamalan keagamaan D. munculnya jiwa saling menolong 8) Hedonisme dapat diartikan sebagai pengagungan terhadap . A. kehidupan di akhirat B. keduniawian C. Tuhan D. ilmu pengetah uan 9) Teori Pembang unan yang dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi mengandu ng beberapa kelemahan, salah satunya ad alah . A. hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi B. mengutamakan stabilitas politik C. adanya penguasaan sumber ekonomi oleh negara D. tidak memikirkan kehidupan akhirat

1.44

Ilmu Sosial Dasar

10) Stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat harus kita lihat sebagai kodrat alam. Meskipun demikian, harkat manusia harus kita jaga dengan mengutamakan prinsip . A. saling menolong B. keadilan sosial C. belajar keras D. ketuhanan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.

MKDU4103/MODUL 1 1.45

Kunci Jawaban Tes FormatifTes Formatif 1 1) C 2) A 3) B 4) B 5) A 6) B 7) D 8) A 9) A 10) B Tes Formatif 2 1) B 2) A 3) D 4) C 5) B 6) C 7) A 8) C 9) A 10) A Tes Formatif 3 1) C 2) B 3) B