1 Larutan Oral

16
.1 Larutan Oral 2.1.1 Definisi a. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (Anonim b. 1995. Halaman 15) b. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain untuk larutan (solution) steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera injection (Anonim a. 1979. Halaman 32) c. Larutan adalaah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih di dalam pelarut, dimaksudkan ke dalam organ tubuh ( Formularium Nasional hal 322) d. Solution atau larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (FI IV hal. 17) e. Sediaan cair yang mengandung bahna kimia terlarut keculi dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling (FI III hal. 32) f. Kesimpulan : larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih obat dalam pelarut ( dengan zat pelarut yang sesuai ) & digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar 2.1.2 Penggolongan Larutan a. Berdasarkan cara penggunaannya 1. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air. (Anonim b. 1995. Halaman 15) Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol. 2. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol

description

bsajdkajshdsakgdsaucbsnbxzkjbzkjhxajxhasugdjskcbsjchsduhcsuahcsauhcsui

Transcript of 1 Larutan Oral

Page 1: 1 Larutan Oral

.1 Larutan Oral2.1.1 Definisi

a.       Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (Anonim b. 1995. Halaman 15)

b.      Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain untuk larutan (solution) steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera injection (Anonim a. 1979. Halaman 32)

c.       Larutan adalaah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih di dalam pelarut, dimaksudkan ke dalam organ tubuh ( Formularium Nasional hal 322)

d.      Solution atau larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (FI IV hal. 17)

e.       Sediaan cair yang mengandung bahna kimia terlarut keculi dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling (FI III hal. 32)

f.       Kesimpulan : larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih obat dalam pelarut ( dengan zat pelarut yang sesuai ) & digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar

2.1.2 Penggolongan Larutana.       Berdasarkan cara penggunaannya

1.    Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air. (Anonim b. 1995. Halaman 15)

      Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes.

      Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.2.         Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal.

      Lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topikal.      Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan

pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.(Syamsuni, A. 2006)

b.      Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap

umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.1.      Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan

tumbuhan atau senyawa kimia.2.      Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap atau

senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang biasa digunakan:      Air untuk melarutka garam – garam      Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol      Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimat

Page 2: 1 Larutan Oral

      Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol      Minyak untuk melarutkan kamfer      Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium      Kloroform untuk melarutkan minyak – minyak, lemak

(Syamsuni, A. 2006)c.       Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain 1.      Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.2.      Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.3.      Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larutdalam

air pada tekanan dan temperatur tertentu.4.      Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas

kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.(Syamsuni, A. 2006)

Page 3: 1 Larutan Oral

2.1.3 Macam – Macam Sediaan Larutan Obat1.      Larutan untuk telinga a.       Solutio Otic / Guttae Auriculares

Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar : misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.

Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung antibiotic, sulfonamida, anestetik local, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin dan propilen glikol. Gliserin dan propilen glikol sering dipakai sebagai pelarut, karena dapat melekat dengan baik pada bagian dalam telinga sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan telinga, sedangkan alkohol dan minyak nabati hanya kadang – kadang dipakai.

pH optimum untuk cairan berair yang digunakan dalam obat tetes telinga haruslah dalam suasana asam (pH 5 - 7,3), dan pH inilah yang sering menentukan khasiatnya. Larutan basa umumnya tidak dikehendaki, karena tidak fisiologis dan mempermudah timbulnya radang. Jika pH larutan telinga berubah dari asaam menjadi basa, bakteri dan fungi akan tumbuh dengan baik, hal ini tentunya tidak dikehendaki. (Syamsuni, A. 2006)

2.      Larutan untuk hidung a.       Collunarium (obat cuci hidung)

Collunarium adalah larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung. Oleh karena itu, hendaknya diperhatikan pH dan isotonisitasnya karena dapat menimbulkan rasa pedih pada mukosa hidung.

b.      Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung)Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung) adalah obat tetes yang digunakan untuk

hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan pengawet.

Cairan pembawa umumnya menggunakan air. Cairan pembawa sebaiknya mempunyai pH 5,5 – 7,5, kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa karena dapat menimbulkan pneumonia.

Zat pensuspensi yang umumnya digunakan adalah sorbitan, polisorbat, atau surfaktan lain yang cocok, dengan kadar tidak boleh lebih dari 0,01% b/v.Zat pendapar yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat isotonis menggunakan NaCl secukupnya. Zat pengawet yang dapat digunakan adalah benzalkolidum klorida 0,01–0,1% b/v.

Penyimpanan : kecuali dinyatakan lain, disimpan dalam wadah tertutup rapat. c.       Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot hidung)

Inhalations adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui hidung atau muulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan. Tetean atau butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapaat mencapai bronkioli.

Inhalasi juga meliputi sediaan mengandung obat yang mudah menguap atau serbuk sangat halus atau kabut yang digunakan memakai alat mekanik.Penandaan: jika mengandung bahan yang tidak larut, pada etiket juga harus tertera “KOCOK DAHULU”.(Syamsuni, A. 2006)

3.      Larutan untuk mulut a.       Collutorium (obat cuci mulut)

Page 4: 1 Larutan Oral

Collutorium adalah larutaan pekat dalam air yang mengandung deodorant, antiseptic, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. karena digunakan untuk obat cuci mulut. Karena digunakan untuk cuci mulut, sediaan in harus dapat menghilangkan sisa – sisa makanan dan lain – lain dari mulut (sela – sela gigi). Sebaiknya dipakai larutan yang bereaksi basa karena mempunyai kekuatan untuk melarutkan dan membuang mukus, lendir, atau dahak dan saliva (air liur). Larutan yang terlampau basa akan merusak selaput lendir pada mulut dan kerongkongan, begitu juga jika terlalu asam akan berpengaruh pada gigi.

Umumnya larutan yang dipakai pada atau lewat mulut mempunyi pH 7 – 9,5. Disimpan dalam botol putih bermulut kecil.

Penandaan pada etiket obat cuci mulut harus tertera:      Cara pengencerannya, jika collutorium harus diracik terlebih dahulu sebelum digunakan.      Tanda yang jelas yaitu “Untuk obat cuci mulut, tidak boleh ditelan”.

b.      Gargarisma/gargle (obat kumur)Gargarisma/gargle (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalaam larutan

pekat yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan nafas.

Tujuan utama obat kumur adalah agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan, dan tidak dimaksudkan agar obat itu menjadi pelindung sselaput lendir. Karena itu, obat berupa minyaak yang memerlukan zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai dijadikan obat kumur.

Penyimpanan: Dalam wadah botol berwarna susu atau wadah lain yang cocok.Penandaan pada etiket harus tertera:

      Petunjuk pengencerannya, sebelum digunakan.      Tanda yang jelas yaitu “Hanya untuk kumur, tidak ditelan”.

c.         Litus oris (obat oles bibir)Litus oris atau obat oles bibir adalah cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada

mulut. contoh sediaan litus oris adalah larutan 10% borax dalam gliserin.d.        Guttae oris (obat tetes mulut)

Guttae oris atau obat tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur – kumurkan, tidak untuk ditelan.(Syamsuni, A. 2006)

4.      Larutan oral a.       Potiones (obat minum)

Potiones atau obat minum adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspense. Misalnys potio alba contra tussim (obat batuk putih/OBP) dan potio nigra contra tussim (obat batuk hitam/OBH).

b.      EliksirEliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven

(pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol dan propilen glikol.

Bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis, pangawet, pewarna, dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.

c.       Sirop

Page 5: 1 Larutan Oral

Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain.

Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan mengubah kelarutan, rasaa dan sifaat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.

Ada 3 macam sirop:1.      Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.2.      Sirop obat: mengandung satu jenis obaat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan

digunakan untuk pengobatan.3.      Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain.

Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan baau obat yang tidak enak.

d.   NetralisasiNetralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian

basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contoh : solution citratis magnesici, amygdalat ammonicus.Pembuatn: seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya, jika perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.

e.    SaturatioSaturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas

yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.Pembuatan:

1)      Komponen basa dilarutkan dalam dua per tiga bagian air yang tersedia. Misalnya NaHCO3

digerus-tuang kemudian masuk botol.2)      Komponen asam dilarutkan dalam sepertiga bagian air yang tersedia.3)      Dua pertiga bagian asam masuk ke dalam botol yang sudah berisi bagian basanya, gas yang

terjadi dibuang seluruhnya.4)      Sisa bagian asm dituangkan hati – hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop

(berdrat) sehingga gas yang terjadi tertahan di dalam botol tersebut.f.     Potio Effervescent

Potio Effervescent adalah saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh.Pembuatan:

1)      Komponen basa dilarutkan dalam dua per tiga bagian air yang tersedia. Misalnya NaHCO3

digerus-tuang kemudian masuk botol.2)      Komponen asam dilarutkan dalam sepertiga bagian air yang tersedia.3)      Seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam botol yang sudah berisi bagian basanya dengan hati

– hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang – kadang dimaksudkan untuk menyegarkan rasa minuman (Corrigensia).

Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan Saturatio dan Potio Effervescent adalah :1)        Diberikan dalam botol yang tahan tekanan (kuat), berisi kira – kira Sembilan persepuluh bagian

dan tertutup-kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.

Page 6: 1 Larutan Oral

2)        Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut, karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol menjadi pecah, karena berisi gas dalam jumlah besar yang menimbulkan tekanan.Penambahan bahan – bahan:

Zat – zat yang dilarutkan ke dalam bagian asam adalah:1)      Zat netral dalam jumlah kecil. Jika jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan ke dalam bagian

asam dan sebagian lagi dilarutkan ke dalam bagian basa sesuai perbandingan jumlah airnya.2)      Zat – zat mudah menguap.3)      Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkohol.4)      Sirop.

Zat – zat yang dilarutkan ke dalam bagian basa:1)      Garam dari asam yang sukar larut, misalnya Na-salisilat.2)      Jika saturatio mengandung asam tartrat, garam – garam kalium dan ammonium harus

ditambahkan ke dalam bagiaan basanya, jika tidak, akan terbentuk endapan kalium atau ammonium dari asam tartrat.Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat table penjenuhan (saturatio dan netralisasi) dalam farmakope Belanda V berikut ini.

Untuk 10 bagian

Asam amigdalat

Asam asetat encer

Asam sitrat

Asam salisilat

Asam tartrat

Ammonia 8,9 58,8 4,1 8,1 4,41Kalium karbonat

- 144,7 10,1 20,0 10,9

Natrium karbonat

- 69,9 4,9 9,7 5,2

Natrium bikarbonat

18,1 119,0 8,3 16,4 8,9

Ammonia

Kalium karbonat

Natrium karbonat

Natrium bikarbonat

Asam amigdalat

11,2 - - 5,5

Asam asetat encer

1,7 0,7 1,43 0,84

Asam sitrat

24,0 9,9 20,4 12,0

Asam salisilat

12,3 5,0 10,4 6,1

Asam tartrat

22,7 9,2 19,1 11,2

Page 7: 1 Larutan Oral

g.    Guttae Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense yang jika

tidak dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan larutan tersebut dengan menggunakan penates yang menghasilkan tetesan yang setaara dengan tetesan yang dihasilkaan penates baku yang disebutkan dalam farmakope Indonesia (47,5-52,5mg air suling pada suhu 20oC). biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat langsung diteteskan ke dalam mulut. dalam perdagangan dikenal sediaan pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk anak – anak atau bayi.

Obat tetes yang digunakan untuk obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya, misalnya eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga, dan lain – lain.(Syamsuni, A. 2006)

5.      Larutan topical a.       Ephitema (obat kompres)

Ephitema atau obat kompres adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh: Liquor Burowi, Solutio Rivanol, campuran Boorwater dan Rivanol.

b.      Lotio Lotio atau obat gosok adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse, digunakan sebagai

obat luar. Dapat berbentuk suspense bahan padat dalam bentuk halus dengan bahn pensuspensi yang cocok atau tipe emulsi minyak dalam air (M/A) dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet, dan zat pewangi yang cocok.

Penandaan haarus tertera:1.   “Obat luar”2.   “KOCOK DAHULU”

(Syamsuni, A. 2006)

Page 8: 1 Larutan Oral

2.1.4 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sediaan Larutan:1.      Kelarutan zat aktif2.      Kestabilan zat aktif dalam larutan3.      Penyimpanan

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan 1.      Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut

Memiliki pengertian bahwa molekul polar (zat terlarrut) larut dalam pelarut polar, sebaliknya molekul non polar (zat terlarut) akan larut dalam pelarut non polar.

2.      Co-solvencyAdalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan dengan penambahan pelarut lain, atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air + gliserin.( Syamsuni, A. 2006)

2.1.6 Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Larutana.       Keuntungan1.      Merupakan campuran homogen2.      Dosis dapat diubah – ubah dalam pembuatan3.      Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan4.      Kerja awal obat lebih cepat, karena obat cepat di absorbsi5.      Mudah diberi pemanis, pengaroma, pewarna6.      Untuk pemakaian luar mudah digunakanb.      Kerugian1.      Ada obat yang tidak stabil dalam larutan2.      Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan

(Syamsuni, A. 2006)2.1.7 Syarat – Syarat Larutan

1.      Zat terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya2.      Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan3.      Jernih4.      Tidak ada endapan

(Anonim b. 1995)2.1.8 Komposisi Larutan

1. Bahan aktif / solut/ zat terlarut. Contoh : kamfer, iodin, mentol.2. Solven / zat pelarut

Contoh : a.    Air untuk melarutka garam – garamb.    Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentolc.    Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimatd.   Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenole.    Minyak untuk melarutkan kamfer

Page 9: 1 Larutan Oral

f.     Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasiumg.    Kloroform untuk melarutkan minyak – minyak, lemak

3. Bahan tambahan

a.    Corrigen odoris : digunakan untuk memperbaiki bau obat.Contoh : oleum cinnamommi, oleum rosarum, oleum citri, oleum menthae pip.

b.    Corrigen saporis : digunakan untuk mempebaiki rasa obat. Contoh : saccharosa/sirup simplex, sirup auratiorum, tingtur cinnamommi, aqua menthae piperithae.

c.    Corrigen coloris : digunakan untuk memperbaiki warna obat. Contoh : karminum (merah), karamel (coklat), tinture croci (kuning).

d.   Corrigen solubilis : digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama. Contoh : iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat.

e.    Pengawet : digunakan untuk mengawetkan obat. Contoh : asam benzoat, natrium benzoat, nipagin, nipasol.(Syamsuni, A. 2006)

2.1.9 Cara Pembuatan Larutan Secara Umum :

1. Zat – zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.2. Zat – zat yang agak sukar larut, dilarutkan dengan pemanasan.

Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu masukkan zat pelarutnya, dipanasi diatas tangas air atau api bebas dengan digoyang – goyangkan sampai larut. Zat padat yang hendak dilarutkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dulu, mencegah jangan sampaai ada yang lengket pada Erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api bebas sambil digoyang – goyang untuk menjaga pemanasan kelewat setempat.

3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat , maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.

4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang – goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut.

5. Zat – zat yang mudh terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secar dingin.

6. Zat – zat yang mudah menguap dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dinaskan serendah – rendahnya sambil digoyang – goyangkan.

7. Obat – obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.

8. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan sebab bila keadaan dingin maka akan terjadi endapan. (Anief, Moh. 2004. Halaman 99 – 101)

2.1.10 Cara Khusus Pengerjaan Obat Dalam Bentuk Larutan

Page 10: 1 Larutan Oral

Beberapa obat yang memerlukan cara khusus untuk melarutkannya, diantaranya :

1. Natrium bikarbonat

Harus dilakukan dengan cara gerus – tuang (adsliben)

2. Kalium permanganat (KMnO4)

Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO2). Oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau dapat juga disaring dengan gelas wool.

3. Zink klorida (ZnCl2)

Harus dilarutkan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan sedikit demi sedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam air. Jika terdapat asam salisilat, larutkan zink klorida dengan sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air, baru disaring.

4. Kamfer (Camphorae)

Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortiori (95%) sebanyak 2 kali bobot kamfer di dalam botol kering. Kocok – kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.

5. Tanin

Tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tannin dalam air, kocok, baru tambahkan gliserinnya.

6. Fenol

Diambil fenol liquifactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.

7. Bahan yang bersifat keras

Harus dilarutkan sendiri.

8. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 ml.

Page 11: 1 Larutan Oral

2.1.11    Istilah-Istilah KelarutanNO Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang

dibutuhkan untuk melarutkan satu bagian zat

1234567

Sangat Mudah LarutMudah LarutLarutAgak Sukar LarutSukar LarutSangat Sukar LarutPraktis Tidak Larut

< 11 – 1010 – 3030 – 100100 – 10001000 – 10.000> 10.000

(Anonim b. 1995)

2.1.12    Evaluasi Sediaan Larutan1.      Organoleptis : Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan pada

suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.

Page 12: 1 Larutan Oral

2. Volume Terpindahkan (FI IV, <1089>)

Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu. Prosedur:

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.(Voigt, R. 1995. )