03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

104
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 1 LAPORAN RENCANA BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KOTA TERNATE Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi : 1. sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota; 2. sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan 3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahun untuk 20 (dua puluh) tahun. 3.1. RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN Pusat-pusat pelayanan diwilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi, dan administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional. Kota Ternate dalam kebijakan tata ruang wilaya h nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang terletak di wilayah Indonesia Bagian Timur. Hal ini menujukkan bahwa Kota Ternate mengemban fungsi pengembangan regional yang luas, dan diarahkan agar memiliki fungsi-fungsi pengembangan sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan skala nasional, dan regional, sebagai pintu gerbang eksport dan import lewat Pelabuhan Laut Ahmad Yani Ternate dan sebagai simpul transportasi dalam rangka mendukung daerah hinterland serta membuka jalur lintas transportasi antar regional, nasional dan internasional. Sebagaimana dimaksud dalam RTRWP Maluku Utara, Kota Ternate merupakan perkotaan skala sedang dengan kegiatan utama adalah sektor jasa dan perdagangan, pariwisata, dan perikanan laut.

description

rtrw kota ternate

Transcript of 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Page 1: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 1

LAPORAN RENCANA

BAB III

RENCANA STRUKTUR TATA

RUANG KOTA TERNATE

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat

pelayan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem

jaringan prasarana wilayah kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :

1. sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang

memberikan layanan bagi wilayah kota;

2. sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi

jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan

3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahun

untuk 20 (dua puluh) tahun.

3.1. RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN

Pusat-pusat pelayanan diwilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial,

ekonomi, dan administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional. Kota

Ternate dalam kebijakan tata ruang wilaya h nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai

salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang terletak di wilayah Indonesia Bagian

Timur. Hal ini menujukkan bahwa Kota Ternate mengemban fungsi pengembangan

regional yang luas, dan diarahkan agar memiliki fungsi-fungsi pengembangan sebagai

pusat kegiatan jasa dan perdagangan skala nasional, dan regional, sebagai pintu

gerbang eksport dan import lewat Pelabuhan Laut Ahmad Yani Ternate dan sebagai

simpul transportasi dalam rangka mendukung daerah hinterland serta membuka jalur

lintas transportasi antar regional, nasional dan internasional.

Sebagaimana dimaksud dalam RTRWP Maluku Utara, Kota Ternate

merupakan perkotaan skala sedang dengan kegiatan utama adalah sektor jasa dan

perdagangan, pariwisata, dan perikanan laut.

Page 2: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 2

LAPORAN RENCANA

3.1.1 PUSAT - PUSAT KEGIATAN

Kota Ternate merupakan wilayah yang memiliki potensi kegiatan

Perikanan, pariwisata dan jasa perdagangan. Sedangkan sektor kegiatan industri

kecil dan ringan, pertanian dan peternakan merupakan kegiatan-kegiatan yang

direncanakan didorong untuk mendukung pengembangan potensi unggulan.

Pusat - pusat kegiatan memiliki kegiatan utama dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat perumahan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Pengembangan pusat kegiatan Kota Ternate terdiri dari rencana

pengembangan kegiatan sektor perdagangan dan jasa, rencana pengembangan

sektor perkantoran, rencana pengembangan sektor perumahan, rencana

pengembangan fasilitas pelayanan umum, rencana pengembangan sektor

pariwisata dan rencana pengembangan sektor industri kecil. Dengan adanya

rencana pusat-pusat kegiatan Kota Ternate serta memperhatikan kondisi geografi

dan topografi wilayah Kota Ternate yang terdiri dari pulau-pulau dan merupakan

perpaduan antara kawasan pesisir dan dataran berbukit, maka pengembangan pusat

kegiatan Kota Ternate diarahkan pada wilayah yang memiliki topografi datar

hingga landai dengan kemiringan lereng hingga 25% dengan tetap

mempertimbangkan kawasan rawan bencana alam.

Wilayah yang merupakan lokasi rencana pengembangan pusat - pusat

kegiatan Kota Ternate terdapat di :

1. Kecamatan Ternate Utara meliputi kelurahan Soa,Soa Sio, Kasturian,

Salero,Toboleu, Sangaji, Dufa-Dufa, Tafure, Tabam, Sango, Tarau, Sangaji

Utara, Akehuda dan kelurahan Tubo

2. Kecamatan Ternate Tengah meliputi kelurahan Kampung Makassar Barat,

Kampung Makassar Timur, Salahuddin, Kalumpang, Santiong, Gamalama,

Moya, Marikurubu, Kampung Pisang, Takoma, Muhajirin, Maliaro, Kota Baru,

Tanah Raja dan kelurahan Stadion.

3. Kecamatan Ternate Selatan meliputi kelurahan Sasa, Gambesi, Fitu, Kalumata,

Kayu Merah, Bastiong Talangeme, Ubo Ubo, Mangga Dua, Jati, Toboko, Tanah

Tinggi, Tanah Tinggi Barat, Mangga Dua Utara, Jati Perumnas, Tabona,

Bastiong Karance dan kelurahan Ngade.

4. Kecamatan Moti meliputi kelurahan Takofi, Moti Kota, Tafamutu, Tafaga, Figur

dan kelurahan Tadenas.

5. Kecamatan Batang Dua meliputi kelurahan Mayau, Tifure, Lelewi, Bido, Pantai

Sagu dan kelurahan Perum Bersatu.

6. Kecamatan meliputi kelurahan Hiri Togolobe, Dorari Isa, Faudu, Mado, Tomajiko

dan kelurahan Tafraka.

Pengembangan pusat - pusat kegiatan perkotaan meliputi:

1. Pusat kegiatan sektor perdagangan dan jasa

2. Pusat kegiatan sektor pariwisata

3. Pusat kegiatan sektor perikanan dan pengembangan Minapolitan

4. Pusat kegiatan sektor perumahan

Page 3: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 3

LAPORAN RENCANA

5. Pusat kegiatan Pertanian

6. Pusat kegiatan sektor industri kecil dan ringan

7. Pusat kegiatan sektor perkantoran; dan

8. Pusat kegiatan fasilitas pelayanan umum

A. Pusat Kegiatan Sektor Perdagangan dan Jasa

Kegiatan sektor perdagangan dan jasa yang dikembangkan di

wilayah Kota Ternate diantaranya terdiri atas:

1. Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala regional & Kota.

- Perdagangan pusat perbelanjaan (mall/plaza/shopping center) terpusat di

kelurahan Gamalama, kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero –

Dufadufa.

- Pasar Modern Higienis di kawasan reklamasi pantai tapak I kelurahan

Gamalama

- Pasar Grosir terpusat di kelurahan Gamalama

- Pasar Tradisional diarahkan di Tapak I di kelurahan Gamalama

- Pertokoan/Ruko /Perdagangan modern (supermarket & minimarket)

memusat di Kelurahan Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Santiong,

Makassar Timur, Soasio, kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan

Salero – Dufadufa.

- Pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan memusat di kawasan rencana reklamasi

pantai kelurahan Salero – Dufadufa.

- Pasar hewan direncanakan di Kelurahan Sasa & Dufadufa.

- Pusat wisata kuliner (seafood/makanan khas daerah) di kawasan rencana

reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa

2. Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala Lokal.

- Pertokoan/Ruko/Supermarket/minimarket khususnya di pulau Ternate

memusat setiap BWK yaitu di kelurahan Bastiong Talangame, Bastiong

Karance, Dufa-dufa, Sasa serta pada ruas-ruas jalan utama di setiap BWK.

Untuk kecamatan Moti di kelurahan Moti Kota, kecamatan Hiri di kelurahan

Togolobe, dan kecamatan Batang Dua di kelurahan Mayau.

- Pasar tradisional dikembangkan pada setiap BWK yaitu di kelurahan Bastiong

Talangame, Dufa-dufa, Sasa, Moti Kota, Togolobe dan kelurahan Mayau.

3. Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala lingkungan.

- Ruko/Toko/supermarket/minimarket tersebar pada semua kelurahan yang

terdapat pada setiap BWK.

- Penjualan cendera mata di kawasan sekitar lokasi objek wisata.

Berdasarkan jenis kegiatan sektor perdagangan dan jasa khususnya

perdagangan yang dikembangkan di Kota Ternate meliputi :

- Pertokoan/Ruko

- Toko

- Pasar Modern Higienis

Page 4: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 4

LAPORAN RENCANA

- Pasar Tradisional

- Pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan

- Perdagangan modern (supermarket/mall/plaza/shopping center)

Sedangkan berdasarkan jenis kegiatan sektor komersial khususnya jasa

umum yang dikembangkan di Kota Ternate meliputi :

- Penginapan (hotel/losmen)

- Lembaga Keuangan

- Perbengkelan/reparasi

- SPBU

- Sport Center

- Salon kecantikan

- Travel

- Ekspedisi pengiriman barang

- Pusat komunikasi

- Restoran

Kegiatan perikanan dikembangkan untuk mendukung sistem kegiatan

minapolitan di Kota Ternate. Bagi kegiatan perdagangan yang mempunyai

spesifikasi tertentu sesuai dengan kecenderungan, yakni industri kerajinan /

cenderamata dikembangkan bersinergi dengan pengembangan kegiatan wisata.

Rencana pengembangan pusat wisata kuliner hasil laut /seafood/makanan

khas daerah di kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa akan

berdampak signifikan bagi pengembangan minapolitan dan sektor pariwisata.

Pembangunan pasar seni/kerajinan/cenderamata dikawasan rencana

reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa serta pada kawasan sekitar lokasi

objek wisata, didorong untuk mendukung sektor pariwisata dapat memberikan ciri

khusus bagi Kota Ternate dan berpotensi menjadi tujuan wisata.

Rencana kegiatan reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa memiliki nilai

yang cukup strategis, dimana kawasan ini lokasinya berdekatan dengan pusat

sejarah dan budaya Kota Ternate yaitu Keraton sultan Ternate, Jembatan Batu,

Dodoku Ali, air Sentosa, Benteng Orange dan Benteng Toloko. Demikian pula

kawasan ini dapat dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala

pelayanan regional & kota yaitu pembangunan ruko, mall, plaza, pusat perdagangan

IT, pusat pertokoan, hotel dan pembangunan jalan alternatif yang memberikan akses

dari pusat kota ke bandar udara sekaligus menjadi jalur pengangkutan hasil

perikanan dari PPI Dufa-dufa ke pasar tradisional Gamalama maupun ke Pelabuhan

Ahmad Yani untuk tujuan ekspor (mendukung konsep Minapolitan).

Kawasan pesisir pantai kelurahan Salero – Dufadufa memiliki potensi besar

untuk direklamasi karena topografi laut yang landai dan akan berdampak signifikan

bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Page 5: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 5

LAPORAN RENCANA

B. Pusat Kegiatan Sektor Perkantoran

Kawasan perkantoran yang ada di wilayah Kota Ternate sebagian besar

terfokus di di jalan Yos Sudarso, jalan Cengkih Afo, jalan Pattimura, jalan Ki Hajar

Dewantara, jalan Arnold Mononutu, jalan Ahmad Yani dan jalan Stadion yang

meliputi kelurahan Maliaro, Kampung Pisang, Stadion dan kelurahan Kalumpang.

Adapun jenis perkantoran adalah kantor pemerintah Kota Ternate dan Instansi

vertical.

Sebagian lagi perkantoran yang lokasinya cenderung menyebar. Kondisi ini

karena masih ada SKPD pemerintah Kota Ternate yang tidak memiliki bangunan

kantor sendiri atau statusnya masih kontrak/sewa gedung. Diharapkan kedepan

kawasan perkantoran pemerintah Kota Ternate dapat terpusat pada suatu kawasan.

Kantor WaliKota Ternate sebagai pusat pemerintah di Kota Ternate berada di

jalan Yos Sudarso, namun seiring dengan kepindahan kantor Gubernur provinsi

Maluku Utara ke Sofifi, maka kantor WaliKota Ternate dapat dipertimbangkan untuk

menempati eks kantor Gubernur di jalan Pahlawan Revolusi meskipun belum dalam

waktu dekat ini. Jika pemindahan kantor WaliKota Ternate terwujud dan untuk

mempermudah koordinasi, maka bagian-bagian dibawah sekretariat daerah Kota

Ternate juga dapat menempati kantor ini.

Selain itu juga terdapat perkantoran SKPD pemerintah Kota Ternate yang

lokasinya cenderung menyebar. Bangunan kantor SKPD yang ada sebagian besar

statusnya adalah sewa/kontrak. Mengingat lokasi dari perkantoran yang ada saat ini

tidak berada dalam satu kawasan, maka untuk memudahkan koordinasi, maka perlu

adanya relokasi khusus perkantoran khususnya SKPD yang belum memiliki kantor

tersendiri/sewa. Rencana pemindahan kantor SKPD dapat menempati eks kantor

WaliKota Ternate di jalan Yos Sudarso jika kantor WaliKota Ternate di jalan Yos

Sudarso sudah pindah di gedung eks kantor Gubernur Maluku Utara di jalan

Pahlawan Revolusi). Selain itu, kantor SKPD pemerintah Kota Ternate dapat pula

menempati bangunan kantor yang akan ditinggalkan POLDA Maluku Utara, SKPD

provinsi Maluku Utara dan Instansi vertical yang akan pindah ke Sofifi sebagai ibu

kota provinsi Maluku Utara.

Perkantoran swasta di Kota Ternate adalah perkantoran perusahaan swasta

yang bergerak dibidang jasa keuangan, asuransi, konsultan, pemasaran, biro

perjalanan/travel dan lain-lain. Lokasi eksisting kawasan perkantoran swasta saat ini

tersebar dibeberapa lokasi di Kota Ternate meliputi jalan Pahlawan Revolusi, jalan

Sultan Baabullah, jalan Raya Mangga Dua-Bastiong, jalan Jati Lurus, jalan Kapitan

Patimura, jalan Arnold Mononutu, jalan Busoiri, jalan Hasan Esa, jalan Ki Hajar

Dewantara, jalan Stadion, jalan Zainal Abidin. Rencana pengembangan perkantoran

swasta di Kota Ternate diarahkan terutama pada sisi jaringan jalan kolektor dan jalan

lokal yang tersebar di Kota Ternate.

C. Pusat Kegiatan Sektor Perumahan

Kegiatan pengembangan sektor perumahan yang terdapat di Kota

Ternate berdasarkan karakteristik dan fungsi pengembangan perumahan yang

ada di Kota Ternate. Pembagian kegiatan perumahan yang terdapat dan

direncanakan di Kota Ternate meliputi :

Page 6: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 6

LAPORAN RENCANA

1) Perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota Ternate

Kawasan perumahan berkepadatan tinggi di pusat kota Ternate

merupakan kawasan perumahan perkotaan dengan pola kegiatan

perekonomian yang dominan adalah sektor perdagangan, serta tersedia

pusat pelayanan pemerintahan dan fasilitas pelayanan umum skala kota.

Perumahan kawasan pusat kota merupakan perumahan padat serta memiliki

kelengkapan fasilitas dan utilitas. Kawasan permukiman perkotaan

berkepadatan sedang hingga tinggi tersebar hampir diseluruh pusat Kota

Ternate.

Kawasan permukiman berkepadatan tinggi lainnya di Kota Ternate cukup

besar dipengaruhi oleh perilaku kegiatan perekonomian masyarakatnya yang

pada umumnya adalah pedagang menengah kecil. Seperti halnya kawasan

permukiman Lelong di kelurahan kampung Makassar Timur yang berdekatan

dengan Pasar Gamalama, kawasan permukiman kampung Ce’de, kampung

bugis di kelurahan Bastiong Talangame dan Karance serta permukiman di

kelurahan Mangga Dua pantai yang berdekatan dengan pasar Bastiong. faktor

kedekatan, efisiensi waktu dan biaya transportasi menjadi alasan warga

menempati kawasan permukiman tersebut. Kondisi umum adalah minim fasilitas

dan terkesan kumuh.

Kawasan perumahan berkepadatan tinggi perkotaan juga terdapat di

beberapa kelurahan yang terletak pada pesisir pantai seperti di kelurahan

Kalumata, Kayu Merah, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga Dua,

Mangga Dua Utara, Kota Baru, Kampung Makassar Timur, Soa Sio, Salero,

Sangaji, Kasturian dan Dufa-dufa

2) Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan rendah dan

sedang

Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan sedang tersebar

pada seluruh kecamatan di Kota Ternate. Untuk kecamatan Ternate Utara,

Tengah dan kecamatan Ternate Selatan dapat dijumpai pada kawasan yang

terletak bagian atas dengan tingkat kemiringan lereng 15% hingga 25%. Untuk

kecamatan pulau Ternate.

Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan rendah tersebar di

kecamatan Hiri, Moti dan kecamatan Batang Dua.

Ruang pengembangan pada kawasan yang berkepadatan rendah dan

sedang mengarah pada pola perubahan fungsi lahan dari lahan tidur menjadi

ruang perumahan serta sebagian konversi lahan pertanian/perkebunan tetapi

tetap dibatasi pada kelas kelerengan 25%.

D. Pusat Kegiatan Sektor Pariwisata

Kegiatan pariwisata diarahkan menjadi salah satu andalan kegiatan yang

dapat menyumbang perkembangan perekonomian di Kota Ternate. Jenis

kegiatan wisata yang di kembangkan di Kota Ternate meliputi wisata peninggalan

sejarah, wisata seni & budaya, wisata alam dan wisata buatan.

Page 7: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 7

LAPORAN RENCANA

1) Wisata peninggalan Sejarah

Kedaton Sultan Ternate ; Mesjid Sultan Ternate; Benteng Toluco (Santa

Lucas); Jembatan Residen; Kuburan Sultan Babullah; Gereja Katolik Santo

Willibrordus (Gereja Batu); Klenteng Thian Hou King; Benteng Oranje; Benteng

Kalamata (Santalucia); Benteng Kota Janji (Santo Pedro); Benteng

Kastela/Gamlamo (Santo Paolo/Nostra Senora De Rosario); Rumah Kuno;

Kuburan Sultan Mahmud Badaruddin II; Museum Keraton Ternate; Rencana

Museum Rempah-rempah; Kediaman Alfred Russel Wallace;

2) Wisata Budaya

Di Kota Ternate kebudayaan tradisionalnya tumbuh dan berkembang

dengan baik sebagai suatu tradisi budaya yang dipegang teguh masyarakatnya.

Keindahan tradisi budaya dan religi di Kota Ternate yang dapat dilihat dalam

bentuk atraksi wisata: Legu Gam, Upacara Adat Kolano Uci Sabea, Penobatan

Kapita/Fanyira, Baramasuwen (Bambu Gila), ritual Salajin, ritual Badabus

(Debus) ritual Kololi Kie, tarian Soya-Soya, tarian Cakalele, Lagu dan Dadansa,

Tide dan Ronggeng, tarian Gala, Lala, tarian Dana-Dana, kesenian Togal.

Festival Ela-ela dan Upacara Adat Perkawinan Malut,

3) Wisata alam

Wisata Pantai/Bahari : Pantai Hol & telaga Nita, Pantai Sulamadaha,

Pantai pasir putih Tabanga, Pantai Ake Rica wisata, Pantai Kastela.

Wisata Danau/Mata Air : Danau Laguna , Danau Tolire Besar, Danau

Tolire Kecil Kolam air panas Tobololo, Kolam pemandian air tawar alami Ake

Rica, Kolam Ake Santosa.

Wisata Pegunungan: Pendakian gunung Gamalama, Batus Angus, Bukit

Seribu Rupiah.

4) Wisata Buatan

Botanical/Zoo Garden : Taman burung/bird park kawasan Danau

Laguna/kawasan Danau Tolire, Agrotourism/Agrowisata di kawasan Danau

Tolire, Marikrubu, Fitu, Moya dan Foramadiahi, Cengkeh Afo.

Sportourism yaitu kegiatan wisata yang direncanakan berhubungan

dengan olahraga di alam terbuka : Lomba renang melintasi selat antara pulau

Ternate – Tidore, Menyelam (Diving) dan Snorkling di pantai Hol Sulamadaha,

pulau Gurida, Pulau Makka, pulau Hiri dan Pulau Moti, memancing di Pulau Hiri,

Moti, Mayau dan pulau Tifure, lomba perahu Kora-Kora, Jet Sky di pantai

Sulamadaha, Perahu/kano/berselancar angin di pantai Sulamadaha, Kegiatan

hiking di Gunung Gamalama, bersepeda ron gunung (keliling pulau Ternate),

Rencana kolam pemancingan di Tolire kecil kelurahan Takome, Kolam renang

AL.

Taman Rekreasi, Camping ground and Outbound : Land Mark Kota

Ternate, taman Dodoku Ali, Rencana Kegiatan Outbound dan kamping di

kawasan eks lapangan tembak/danau Tolire, Bumi perkemahan Gambesi.

Page 8: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 8

LAPORAN RENCANA

Pengembangan kawasan wisata terpadu perlu dilakukan terutama yang

memiliki pontensi objek yang berbeda (tidak sejenis) pada suatu kawasan atau yang

berdekatan. Rencana pengembangan kawasan wisata terpadu di Kota Ternate

antara lain :

1. Kawasan wisata terpadu di kelurahan Takome (danau Tolire Besar – Tolire Kecil

dan Agrowisata Tolire.

2. Kawasan wisata terpadu di kelurahan Sulamadaha – Tobololo. (Pantai

Sulamadaha – Hol Sulamadaha – Telaga Nita – Pantai Tabanga – Kolam Air

panas Tabanga)

E. Pusat Kegiatan Sektor Industri

Kegiatan industri yang diperbolehkan ada di Kota Ternate merupakan

industri yang kegiatannya tidak dapat menimbulkan polutan, sehingga dapat

menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem yang ada di wilayah Kota Ternate.

F. Pusat Kegiatan Fasilitas Pelayanan Umum

Kegiatan fasilitas pelayanan yang terdapat di Kota Ternate merupakan

fasilitas pendukung kegiatan permukiman penduduk. Fasilitas pelayanan

tersebar di seluruh wilayah Kota Ternate dan terdapat pada setiap kelurahan dan

desa. Fasilitas pelayanan yang ada di Kota Ternate meliputi :

1) Fasilitas Pelayanan Pendidikan

Rencana pengembangan fasilitas pendidikan terdiri dari:

- Pendidikan tinggi diarahkan di kelurahan Sasa, Gambesi, Jambula, Dufa-

dufa, Tanah Tinggi dan kelurahan Akehuda

- Rencana fasilitas pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama hingga

tingkat atas terdapat pada seluruh BWK dan Ibukota kecamatan.

- Rencana pendidikan TK dan sekolah dasar terdapat ditiap kelurahan.

2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Rencana pengembangan fasilitas kesehatan terdiri dari:

- Rencana kawasan fasilitas pelayanan kesehatan regional dan kota yang

terdiri dari rumah sakit umum, rumah sakit swasta, farmasi/laboratorium

kesehatan, apotik, klinik bersalin, puskesmas terdapat BWK II yang

merupakan pusat pelayanan kota.

- Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari puskesmas, apotik terdapat

pada BWK I, III,IV , V dan VI yang merupakan sub pusat pelayanan kota.

- Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari puskesmas pembantu, kios

obat terdapat pada pusat pelayanan lingkungan.

- Rencana fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di Tiap kecamatan serta

pengembangan Puskesmas dengan ketegori rawat inap untuk bebrapa

kecamatan seperti kecamatan Moti, Batang Dua, dan Pulau Hiri.

- Rencana fasilitas kesehatan berupa apotik pada beberapa daerah yang

berpotesi dikembangkan sebagai wisata alam (laut), sehingga dapat

memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi para wisatawan serta perencanaan

beberapa praktek dokter di kawasan tersebut, persebaran apotik juga akan

Page 9: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 9

LAPORAN RENCANA

diarahkan sesuai dengan keberadaan fasilitas kesehatan pada setiap

kecamatan.

- Rencana fasilitas kesehatan Rumah bersalin pada semua kecamatan dengan

persebarannya memperhatikan aksesibilitas dan konsentrasi darah

pemukiman.

- Rencana pemerataan persebaran fasilitas kesehatan berupa Posyandu pada

semua kelurahan yang ada di Kota Ternate.

3) Fasilitas rekreasi dan olahraga

Rencana pengembangan fasilitas rekreasi dan ataupun olahraga terdiri dari :

- Pelayanan skala kota terdiri dari ruang publik (plaza) Dodoku Ali di kelurahan

Salero dan landmark Kota Ternate yang dikembangkan di swering kelurahan

Muhajirin, hutan kota Tapak III di kelurahan Gamalama stadion olah raga

Gelora Kie Raha, Sport center futsall di Kelurahan Bastiong Karance &

Akehuda, gelanggang remaja di Tapak I plus kelurahan Soasio, lapangan

Ngara Lamo di kelurahan Salero dan rencana taman rekreasi dan olah raga

di kawasan pengembangan kota baru.

- Pelayanan skala lingkungan terdiri dari taman bermain lokal dan lingkungan,

lapangan olahraga yang telah ada maupun yang akan dikembangkan.

4) Fasilitas pelayanan bina sosial

Pengembangan fasilitas bina sosial di Kota Ternate meliputi gedung

pertemuan lingkungan dan kecamatan, gedung serbaguna, lembaga

sosial/organisasi masyarakat.

5) Fasilitas pelayanan peribadatan

Pengembangan fasilitas peribadatan yang terdapat di Kota Ternate diarahkan

menyebar pada setiap BWK. Adapun fasilitas peribadatan yang ada di kota

Ternate berupa masjid raya Al-Munawar, gereja Batu, gereja Ayam merupakan

fasilitas peribadatan skala kota dan regional. Fasilitas Mesjid dan musholla

skala lokal dan lingkungan cenderung menyebar disetiap kelurahan, fasilitas

peribadatan gereja tersebar di kecamatan Batang Dua merupakan pelayanan

skala local dan linngkungan. Wihara di kelurahan Gamalama dan Pura di

kelurahan Kayu Merah.

6) Fasilitas Pelayanan Persampahan

Arahan pemusatan kegiatan pelayanan persampahan yang dikembangkan

di Kota Ternate meliputi TPS, TPA, Pengolahan sampah/limbah, dan daur

ulang. Rencana pemusatan pelayanan persampahan dan pengolahan limbah

di TPA terdapat di kelurahan Takome.

7) Fasilitas pelayanan komunikasi

Arahan pemusatan pelayanan komunikasi yang dikembangkan di Kota

Ternate meliputi pusat transmisi/pemancar jaringan telekomunikasi. Arahan

pengembangan di kelurahan Kayu Merah, Kalumpang, Kalumata, Marikrubu,

Moti Kota, Faudu, Mayau, Tubo, Loto, Jati Perumnas dan Jambula serta

rencana pengembangannya berdasarkan kajian teknis lebih lanjut.

Page 10: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 10

LAPORAN RENCANA

3.1.2 RENCANA SISTEM DAN FUNGSI PERWILAYAHAN

Rencana sistem dan fungsi perwilayahan Kota Ternate dibagi menjadi 7

(Tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) didasarkan pada batas administrasi wilayah

kecamatan. Setiap BWK direncanakan mempunyai pusat pelayanan BWK dan

fungsi perwilayahan yang berfungsi sebagai:

- Pusat Pelayanan Kota;

- Sub Pusat Pelayanan Kota; dan

- Pusat Lingkungan

Rencana Bagian Wilayah Kota di Kota Ternate terbagi atas :

1) BWK – I sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK

di kelurahan Dufa-Dufa. BWK – I Kecamatan Ternate Utara meliputi wilayah

adminsitrasi Kelurahan Tarau, Sango, Tabam, Tafure, Akehuda, Tubo, Dufa –

Dufa, Sangadji Utara, Sangadji, Toboleu, Kasturian, Salero, Soa-Sio, dan Soa.

BWK I memiliki luas wilayah daratan 1.913,90 ha merupakan bagian wilayah

kota dengan tingkat kepadatan tinggi.

Fungsi dan arah pengembangan di BWK – I meliputi :

- Permukiman;

- Bandara;

- Pelabuhan;

- Pariwisata;

- Militer;

- Jasa;

- Perdagangan;

- Perikanan;

- Pertanian;

- Pendidikan;

- Olah Raga; dan

- Industri Kecil & Ringan; dan

- Peternakan

2) BWK – II sebagai pusat kota dengan memiliki pusat BWK di kelurahan

Salahuddin. BWK – II Kecamatan Ternate Tengah meliputi wilayah adminsitrasi

Kelurahan Makassar Timur, Makassar Barat, Salahuddin, Kalumpang, Santiong,

Gamalama, Moya, Kampung Pisang, Marikurubu, Muhajirin, Tanah raja, Maliaro,

Stadion, Takoma, dan Kota Baru.

BWK II memiliki luas wilayah daratan 1.196,60 ha merupakan bagian wilayah

kota dengan tingkat kepadatan tinggi.

Fungsi dan arah pengembangan di BWK – II meliputi :

- Jasa;

- Perdagangan;

- Pariwisata;

- Pelabuhan;

- Pemukiman;

Page 11: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 11

LAPORAN RENCANA

- Pendidikan;

- Pemerintahan;

- Militer;

- Pertanian;

- Peternakan

- Olah Raga; dan

- Industri Kecil

3) BWK – III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat BWK

di Kelurahan Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi wilayah

adminsitrasi Kelurahan Sasa, Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu Merah,

Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga Dua Utara,

Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah Tinggi, dan

Toboko.

BWK III memiliki luas wilayah daratan 2.100,20 ha merupakan bagian wilayah

kota dengan tingkat kepadatan tinggi.

Fungsi dan arah pengembangan di BWK – III meliputi :

- Permukiman;

- Jasa;

- Perdagangan;

- Pariwisata;

- Pelabuhan;

- Perikanan;

- Pertanian;

- Militer;

- Olah Raga;

- Pendidikan;

- Industri Kecil & Ringan; dan

- Peternakan

4) BWK – IV sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat

BWK di Kelurahan Jambula. BWK – IV Kecamatan Pulau Ternate meliputi

wilayah adminsitrasi Kelurahan Jambula, Kastela, Foramadiahi, Rua, Afe

Taduma, Dorpedu, Togafo, Loto, Takome, Sulamadaha, Tobololo, Bula dan

Kulaba.

BWK IV memiliki luas wilayah daratan 4.946,60 ha merupakan bagian

wilayah kota dengan tingkat kepadatan sedang.

Fungsi dan arah pengembangan BWK – IV meliputi:

- Permukiman;

- Pariwisata;

- Pertanian;

- Peternakan;

- Industri Kecil & Ringan; dan

- Perikanan;

Page 12: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 12

LAPORAN RENCANA

5) BWK – V sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK

di Kelurahan Faudu. BWK – IV Kecamatan Pulau Hiri meliputi wilayah

adminsitrasi Kelurahan kelurahan Faudu, Tomajiko, Dorari Isa, Togolobe,

Tafraka, dan Mado.

BWK V memiliki luas wilayah daratan 670,5 ha merupakan bagian wilayah

kota dengan tingkat kepadatan Rendah.

Fungsi dan arah pengembangan BWK – V meliputi :

- Permukiman

- Perikanan;

- Pertanian;

- Peternakan;

- Pariwisata; dan

- Industri Kecil;

6) BWK – VI sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK

di Kelurahan Moti Kota. BWK –VI Kecamatan Pulau Moti meliputi wilayah

adminsitrasi Kelurahan Moti Kota, Takofi, Tadenas, Figur, Tafamutu, dan

Tafaga.

BWK VI memiliki luas wilayah daratan 2.478,70 ha merupakan bagian

wilayah kota dengan tingkat kepadatan Rendah.

Fungsi dan arah pengembangan BWK –VI meliputi :

- Permukiman;

- Pertanian;

- Perikanan;

- Pariwisata;

- Industri Kecil & Ringan; dan

- Peternakan

7) BWK – VII sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat

BWK di Kelurahan Mayau. BWK –VII Kecamatan Batang Dua meliputi wilayah

adminsitrasi Kelurahan Mayau, Tifure, Bido, Lelewi, Perum Bersatu dan Pante

Sagu.

BWK VII memiliki luas wilayah daratan 2.900,40 ha merupakan bagian

wilayah kota dengan tingkat kepadatan Rendah.

Fungsi dan arah pengembangan BWK –VII meliputi :

- Permukiman;

- Pertanian;

- Perikanan;

- Pariwisata;

- Industri Kecil & Ringan; dan

- Peternakan

Page 13: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 13

LAPORAN RENCANA

3.1.3 HIRARKI PUSAT PELAYANAN WILAYAH KOTA

A. PUSAT PELAYANAN KOTA

Pusat pelayanan kota melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

Pusat pelayanan Kota Ternate terdapat di :

- sebagian BWKI, BWK II, BWK III yang meliputi Kelurahan Salero, Soa, Kampung

Makassar Timur, Kampung Makassar Barat, Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja,

Takoma, Kota Baru, Maliaro, Stadion, Tanah Tinggi, Kalumpang, Santiong dan

Kelurahan Salahuddin.

- Skala pelayanan yang di arahkan di pusat pelayanan kota adalah skala

pelayanan untuk seluruhan Kota Ternate dan merupakan hirarki tertinggi.

- Fungsi sebagai pusat pelayanan skala kota yang meliputi : pusat

pelayanan pemerintahan kota, pendidikan dan olahraga, perdagangan dan jasa,

pusat pelayanan transportasi, pusat pelayanan kesehatan, pusat keamanan dan

keselamatan dan pusat sejarah dan kebudayaan

Kegiatan Pemerintahan Kota Ternate menyebar di jalan Yos Sudarso,

jalan Cengkeh Afo, jalan Pemuda, jalan Ahmad Yani, jalan Hasan Esa, jalan Satelit,

jalan Kapitan Patimura, jalan Batu Angus, jalan Arnold Mononutu, jalan Jati Lurus,

Jalan Stadion dan jalan Pahlawan Revolusi. serta arahan pengembangan

pemusatan perkantoran pemerintah Kota Ternate di jalan Kapitan Patimura, Yos

Sudarso, jalan Cengkeh Afo dan Jalan Stadion.

Pusat pelayanan kegiatan pemerintahan yang dilengkapi dengan

pengembangan fasilitas meliputi:

a. Perkantoran pemerintahan kota .

b. Fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya.

Kegiatan Perdagangan dan Jasa sebagai pusat pelayanan Kota Ternate dan

regional. Perdagangan pusat perbelanjaan mall/plaza/shopping center terpusat di

kelurahan Gamalama, serta arahan pengembangannya dikawasan rencana

reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa. Pasar Modern Higienis, pasar grosir,

pasar Tradisional, di kawasan reklamasi pantai tapak I kelurahan Gamalama.

Pertokoan/Ruko /Perdagangan modern (supermarket & minimarket) memusat di

Kelurahan Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Santiong, Makassar Timur, Soasio,

kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa. Arahan

pengembangan pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan, pusat wisata kuliner

seafood/makanan khas daerah memusat di kawasan rencana reklamasi pantai

kelurahan Salero – Dufadufa. Pasar hewan direncanakan di Kelurahan Sasa &

Dufadufa.

Pusat pelayanan perdagangan modern dan jasa komersial skala kota

dilengkapi dengan :

Kawasan perbelanjaan modern skala kota;

Hotel dan penginapan

Perkantoran swasta

Jasa akomodasi pariwisata lainnya

Page 14: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 14

LAPORAN RENCANA

Sebagai pusat pelayanan umum dan sosial meliputi kesehatan, pendidikan,

rekreasi, peribatdatan dan olahraga skala pelayanan Kota Ternate terdapat secara

menyebar di Kelurahan Kelurahan Salero, Soa, Kampung Makassar Timur,

Kampung Makassar Barat, Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Takoma, Kota Baru,

Maliaro, Stadion, Tanah Tinggi, Kalumpang, Santiong dan Kelurahan Salahuddin.

B. SUB PUSAT PELAYANAN KOTA

Sub Pusat Pelayanan Kota Ternate terdapat di sebagian BWK I, BWK II,

BWK III dan Keseluruhan BWK IV, BWK V, BWK VI dan BWK VII. Pembentukan

sub pusat pelayanan kota dikaitkan juga dengan fungsi dan peran sub pusat

pelayanan kota di Kota Ternate dalam melayani skala bagian wilayah lokal atau

skala kecamatan.

1) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK I terdapat di kelurahan Dufa-

dufa yang memiliki peran sebagai :

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan

skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Ternate

Utara dan kelurahan Dufa-dufa.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa

perdagangan skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional Dufa-dufa dan

pertokoan skala local serta rencana pengembangan jasa perdagangan skala

local kecamatan yaitu : pembangunan pasar hewan di kelurahan Dufa-dufa.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan kategori fasilitas

pelayanan umum skala kecamatan & lingkungan yaitu : Terminal Dufa-dufa,

Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, puskesmas pembantu.

- Fungsi untuk pendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan dan

pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu : Pelabuhan Dufa-dufa,

Pelabuhan PPI, STAIN, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Kantor-kantor

Pemerintah Kota.

2) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK III terdapat di kelurahan

Bastiong Talangame dan Bastiong Karance yang memiliki peran sebagai :

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &

perdagangan skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional Bastiong, Pasar Ikan

Bastiong, pertokoan skala local dan Jasa lembaga Keuangan Bank BRI,

Danamon dan Pegadaian, Jasa Perhotelan dan Sport Center

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas umum,

pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah

dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, apotik dan praktek dokter dan

Terminal Bastiong.

- Fungsi untuk pendukung kegiatan jasa & perdagangan ,kegiatan

pemerintahan dan pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu :

Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Feri, Pabrik Es, Kantor Pos

Pemerintah dan pusat penjualan kendaraan bermotor (Dialer), dan kawasan

Pergudangan.

Page 15: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 15

LAPORAN RENCANA

3) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK IV terdapat di kelurahan

Jambula dan Sasa yang memiliki peran sebagai :

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan

skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Pulau

Ternate dan kantor kelurahan Sasa & Jambula.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &

perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional

Sasa, pertokoan skala local, Puskud, Terminal Sasa dan Polsek.

Rencana pengembangan fasilitas umum untuk melayani kegiatan sub pusat

pelayanan skala local kecamatan dan Kota yaitu : Pengembangan pasar

tradisional di Sasa, Pembangunan pasar Hewan, pembangunan Dermaga

Sasa.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas

pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah

dasar, puskesmas pembantu.

- Rencana pengembangan fasilitas kesehatan yaitu : Pembangunan Rumah

sakit Tipe C.

- Fungsi untuk pendukung kegiatan jasa & perdagangan, kantor pemerintahan,

fasilitas pendidikan dan pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu :

Pendidikan Tinggi STIKIP, Univ.Muhammadiyah, Depo Pertamina, Lembaga

Permasyarakatan.

4) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK V terdapat di kelurahan Faudu

dan Togolobe yang memiliki peran sebagai :

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan

skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Pulau Hiri

dan kantor kelurahan Faudu & Togolobe.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &

perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan skala

local.

Rencana pengembangan jasa & perdagangan skala kecamatan yaitu :

Pembangunan pasar tradisional dan Pembangunan Terminal di kelurahan

Togolobe.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas

pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah

dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan puskesmas pembantu.

- Rencana pengembangan pendidikan yaitu : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

kelurahan Faudu.

5) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK VI terdapat di kelurahan Moti

Kota yang memiliki peran sebagai :

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan

skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Pulau Moti

Page 16: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 16

LAPORAN RENCANA

dan kantor Lurah Moti Kota, Polsek Moti, Koramil, UPTD Diknas dan

KUA.Kecamatan.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &

perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan skala

local.

Rencana pengembangan jasa & perdagangan dan fasilitas umum skala

kecamatan yaitu : Pembangunan Terminal di kelurahan Moti Kota dan

pembangunan Dermaga Feri Moti Kota.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas

pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah

dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan

puskesmas Moti Kota.

6) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK VII terdapat di kelurahan

Mayau yang memiliki peran sebagai :

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan

skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Batang Dua

dan kantor Mayau.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &

perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan skala

local dan Polsek Batang Dua.

Rencana pengembangan jasa & perdagangan dan fasilitas umum skala skala

kecamatan yaitu : Pembangunan pasar tradisional dan Pembangunan

Terminal di kelurahan Mayau, pembangunan Pos pantau AL.

- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas

pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah

dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan

puskesmas Mayau.

C. PUSAT LINGKUNGAN

Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan kegiatan dengan skala

pelayanan lingkungan yang tersebar di setiap Bagian Wilayah Kota Kegiatan dan

kelengkapan fasilitas pada Pusat Lingkungan dapat dalam bentuk pusat pelayanan

pemerintahan tingkat kelurahan, perdagangan tingkat lingkungan atau kegiatan

pendidikan skala lingkungan seperti sekolah taman kanak-kanak atau sekolah dasar.

Konsep dasar struktur tata ruang ditetapkan setelah mencermati hasil analisis

keterhubungan antara pusat-pusat pertumbuhan perkotaan serta keterhubungan

antar Pulau-pulau, baik keterhubungan internal maupun eksternal terhadap orientasi

regional KTI.

Page 17: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 17

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.1. Peta Rencana Struktur Tata Ruang

(Peta ini menggambarkan hirarki pusat, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan dan rencana

Bagian Wilayah Kota (BWK))

Page 18: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 18

LAPORAN RENCANA

Pada dasarnya konsep struktur tata ruang Kota Ternate mengambil analogi

struktur sel hidup yang memiliki unsur sub sistim Inti dan sub sistim Plasma yang

diimplementasikan pada pola keterhubungan fungsional antar Pulau Ternate sebagai

pusat utama pertumbuhan Kota terhadap Pulau – pulau hinterlandnya.

Gambar 3.2. Konsep Inti – Plasma untuk Struktur Tata Ruang Kota Ternate

Gambar 3.3. Struktur Prinsipal Tata Ruang Kota Ternate

INTI SEL

PLASMA SEL

PULAU TERNATE SEBAGAI INTI KOTA TERNATE

PULAU HIRI, BATANG DUA, MOTI SEBAGAI UNSUR PLASMA KOTA TERNATE

CLUSTER BATANG DUA

P. MAYAU (INTI)

P. TIFURE, GURIDA (UNSUR PLASMA)

CLUSTER TERNATE

P. TERNATE (INTI)

P. HIRI , MAKA, MANO (UNSUR PLASMA)

CLUSTER MOTI

P. MOTI (INTI)

KETERHUBUNGAN EKONOMI PERDAGANGAN DENGAN KOTA LAIN (BITUNG)

KETERHUBUNGAN

EKONOMI

PERDAGANGAN DENGAN KOTA

LAIN (TIDORE)

KETERKATIAN ADMINISTRASI & SOSIAL (ETNIS,

KELUARGA)

KETERHUBUNGAN ADMINISTRASI,

SOSIAL (ETNIS, KELUARGA) & EKONOMI

KETERHUBUNGAN EKONOMI PERDAGANGAN DENGAN

KOTA / KAB. LAIN (MANADO, HALMAHERA

UTARA, DLL)

KETERHUBUNGAN EKONOMI

PERDAGANGAN DENGAN KOTA / KAB LAIN

(HALTIM,

HALTENG)

CLUSTER TERNATE - HIRI

CLUSTER

MOTI

CLUSTER BATANG DUA

Page 19: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 19

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.1. Distribusi Fungsi Pendukung Tujuan Tata Ruang kota pada Pulau-pulau

di Kota Ternate

Tujuan Tata

Ruang Kota

Fungsi Pendukung Tujuan Tata

Ruang Kota

Pulau Pendukung Tujuan

Tata Ruang Kota

KOTA JASA &

PERDAGANGAN

Pusat perdagangan & Jasa Skala

Regional dan Kota P. Ternate

Pusat perdagangan & Jasa Skala

Kecamatan & Lokal

P. Ternate, Hiri, Moti,

Cluster Batang dua

Pusat perdagangan & Jasa Skala

Kecamatan & Lokal

P. Ternate, Hiri, Moti,

Cluster Batang dua

KOTA

PARIWISATA

Wisata pantai, laut & perbukitan P. Ternate, P.Mayau,

P.Gurida

Wisata budaya P. Ternate

Wisata sejarah P. Ternate

Wisata Kuliner P. Ternate

Wisata belanja P. Ternate

Wisata Bahari, Diving, Snorkling &

mincing

P.Ternate,P.Makka,

P.Gurida,

P.Hiri,P.Moti.P.Tifure dan

P.Mayau

KOTA

PERIKANAN

Industri yang berbasis

perikanan/kelautan

P. Ternate, P.moti,

P.mayau, P.tifure, P. Hiri

Pelabuhan pendaratan ikan (PPI) P. Ternate

Pelabuhan Perikanan Nusantara P. Ternate

Pelabuhan/dermaga perikanan lokal P. Ternate, P. Mayau, P.

Moti, P.tifure, P.Hiri

CIRI KOTA

PESISIR

Estetika wajah kota pantai (Water

Fron City) P. Ternate

CIRI KOTA

KEPULAUAN Keterhubungan antar pulau

P. Ternate, P. Moti, P. Hiri,

P. Mayau, P.tifure

Page 20: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 20

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.2. Distribusi fungsi cluster dalam strategi tata ruang

TUJUAN FUNGSIONAL

TATA RUANG KOTA

KOMPONEN UTAMA SINERGISITAS ANTAR RUANG

CLUSTER

TERNATE CLUSTER MOTI

CLUSTER

BATANG DUA

KOTA JASA &

PERDAGANGAN

KOTA PARIWISATA

KOTA PERIKANAN

KOTA PESISIR

KOTA KEPULAUAN

Tabel 3.3. Distribusi peran dan fungsi strategis cluster dalam wilayah kota

Cluster Pulau

Pengembangan peran & fungsi strategis dalam wilayah kota

Sebagai Pusat

Pertumbuhan

Sebagai Sub Pusat

Pertumbuhan

Sebagai

Pendukung

Fungsi Lain

TERNATE

Ternate

Pusat jasa & perdagangan

Sub pusat produksi

peternakan

kota pesisir

Pusat Industri kecil &

menengah

Pusat pariwisata

Pusat pendidikan

Pusat perhubungan

Pusat pertahanan dan

keamanan

Pusat produksi pertanian &

perkebunan

Pusat pelayanan kesehatan

Pusat pengembangan

pertanian & perkebunan

(intensifikasi)

Pusat administrasi

pemerintah kota

Hiri

Pusat produksi

pertanian,peternakan &

perkebunan

Sub pusat pemerintah Kota

Hiterland

MInapolitan

Sub pusat industri kecil &

menengah

Sub pusat pariwisata

Sub Pusat Pendidikan

Sub pusat pelayanan

kesehatan

Sub pusat Perdagangan &

jasa

Sub Pusat perhubungan

Page 21: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 21

LAPORAN RENCANA

Cluster Pulau

Pengembangan peran & fungsi strategis dalam wilayah kota

Sebagai Pusat

Pertumbuhan

Sebagai Sub Pusat

Pertumbuhan

Sebagai

Pendukung

Fungsi Lain

Sub Pusat pertahanan dan

keamanan

MOTI Moti

Pusat produksi

pertanian,peternakan &

perikanan /kelautan

Sub pusat pemerintah Kota

Sub pusat pariwisata

Sub pusat perhubungan

Sub pusat pelayanan

kesehatan

Hiterland

MInapolitan

Sub pusat industri kecil &

menengah

Sub Pusat Pendidikan

Sub pusat Perdagangan &

jasa

Pusat Industri hasil

pertanian,& peternakan &

perikanan/kelautan

Sub Pusat pertahanan dan

keamanan

BATANG

DUA

Mayau

Pusat produksi

pertanian,peternakan &

perikanan/kelautan

Sub pusat pemerintah Kota

Hiterland

MInapolitan

Sub pusat pariwisata

Sub Pusat Pendidikan

Sub pusat pertahanan dan

keamanan

Sub pusat industri kecil &

menengah

Sub pusat perhubungan

Sub pusat pelayanan

kesehatan

Pusat Industri hasil

pertanian,& peternakan &

perikanan/kelautan

Sub pusat jasa &

perdagangan (antar pulau)

Tifure

Pusat pengembangan

pariwisata bahari & Pusat

produksi perikanan/kelautan

Sub pusat pemerintah Kota

Hiterland

MInapolitan

Sub pusat pariwisata

Sub Pusat Pendidikan

Sub pusat pertahanan dan

keamanan

Sub pusat industri kecil &

menengah

Sub pusat perhubungan

Sub pusat pelayanan

kesehatan

Sub pusat jasa &

perdagangan (antar pulau)

Sumber: Hasil Analisis Tim, Tahun 2010

Page 22: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 22

LAPORAN RENCANA

3.2. RENCANA PRASARANA WILAYAH

3.2.1 Rencana Sistem Transportasi

A. Sistem Transportasi Darat

Sistem transportasi secara fisik terlihat nyata dan berfungsi dalam

pengangkutan barang maupun penumpang untuk menempuh jarak. Adapun

ruang pelayanan sistem transportasi spasial adalah berupa ruang geografis

yang relatif perkembangannya secara tak beraturan sehingga sulit diprediksi

serta fungsi bagian-bagian ruangnya juga berubah-ubah secara dinamis.

Perluasan jaringan transportasi akan lebih membuka peluang bagi perluasan

pasar komoditas suatu wilayah, sedangkan perluasan kawasan budidaya dan

perluasan pasarnya juga membutuhkan pengembangan sistem transportasi.

Dalam perkembangannya, Kota Ternate khususnya yang terjadi di Pulau

Ternate, sangat terpengaruh oleh tingkat pertumbuhan jaringan jalan. Bagian

wilayah Kota yang terletak pada jalur jalan utama terlihat lebih cepat

berkembang (ruas-ruas jalan di Kelurahan Muhajirin dan Kelurahan

Gamalama) dari pada Bagian Wilayah Kota yang berada pada jalur jalan yang

jarang dilewati kendaraan. Jalur utama yang sangat padat adalah jalur jalan

Pahlawan Revolusi (jalur sangat padat), jalur padat di Jl. Merdeka sampai ke

Bastiong, serta jalur Jl. Merdeka sampai ke Dufa-dufa, jalur padat di jalan

Kapitan Patimura hingga jalan Kalumata puncak, jalur jalan pasar Bastiong,

jalur jalan Busoiri dan jalan Nukila. upaya pemerintah untuk menata sirkulasi

lalu lintas Kota Ternate merupakan usaha yang sangat tepat, mengingat

tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan sudah tidak seimbang dengan jumlah

jalan yang ada.

Perkembangan lalu lintas yang terjadi di Kota Ternate selama ini sering

menimbulkan berbagai akibat di sub sektor perhubungan darat. Disatu sisi

perkembangan itu sendiri sangat menggembirakan, namun disisi lain sangat

merisaukan. Sisi ini dibayangi dengan semakin besarnya tantangan yang

dihadapi yakni semakin tingginya mobilitas penduduk dan arus barang dari

satu tempat ke tempat lainnya. Kemampuan untuk membangun sarana dan

prasarana tidak bertahan cukup cepat untuk menampung kenaikan mobilitas

tersebut. Persoalan tidak akan pernah selesai bahkan akan lebih rumit bila

cara pendekatan dalam pemecahan masalah semata-mata hanya melihat

jangka pendek yang tidak mempunyai akar yang kokoh untuk penyelesaian

jangka panjang.

Page 23: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 23

LAPORAN RENCANA

1) Jaringan Jalan

Berdasarkan Undang-Undang RI. No. 38 Tahun 2004, dan Peraturan

Pemerintah (PP) RI. No. 34 tahun 2006, Tentang jalan, jaringan jalan

dibagi menjadi jaringan primer dan sekunder. Jaringan primer

menghubungkan antar kota besar dan kota kecil, desa, dan daerah

hinterlandnya, sedangkan jaringan jalan sekunder adalah jaringan yang

menghubungkan antara pusat pusat kegiatan dalam satu kota.

1) Jalan Umum menurut Sistem Jaringan Jalan :

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang

terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder

yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun

dengan memperhatikan keterhubungan antar-kawasan dan/atau dalam

kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.

Sistem jaringan jalan primer

Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,

dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud

pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat

kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan

lingkungan; dan

menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan sekunder

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan

yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi

primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder

ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.

2) Jalan Umum menurut Fungsi :

Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan kedalam jalan arteri,

jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

Jalan arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Page 24: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 24

LAPORAN RENCANA

Jalan kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan lingkungan

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan

rata-rata rendah.

Jaringan jalan di wilayah Kota Ternate terdiri dari jaringan jalan

kolektor primer, kolektor sekunder, jalan Lokal primer dan local sekunder.

Jaringan jalan yang memiliki akses utama (kolektor primer & kolektor

sekunder) merupakan jaringan jalan yang mempunyai intensitas yang

relatif tinggi, terutama arus lalu lintas pada kawasan kota. Kapasitas dan

daya tampung kendaraan dengan berbagai jenis moda angkutan terhadap

jalan ini menunjukkan intensitas relatif tinggi, terutama arus lalu lintas pada

kawasan pusat kota. Kondisi dan tingkat pelayanan jalan ini berupa jalan

aspal dan lebar bahu ± 6-8 meter. Sementara jaringan jalan lokal primer

dan local sekunder umumnya berfungsi untuk melayani pergerakan

penduduk, baik antar lingkungan pemukiman maupun antara lingkungan

pemukiman dengan pusat-pusat kegiatan penduduk. Umumnya kondisi

jalan-jalan ini berupa jalan-jalan aspal, perkerasan dan sebagian kecil

merupakan jalan tanah, dengan lebar ± 4-6 meter.

Jaringan jalan yang terdapat di wilayah Kota Ternate berdasarkan

fungsinya, terdiri dari : jalan kolektor primer, kolektor sekunder, lokal primer

dan lokal sekunder.

1. Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang menghubungkan pusat kota

dengan pusat-pusat kawasan. Jalan kolektor ini juga sekaligus

berfungsi sebagai jalan penghubung antara satu distrik dengan distrik-

distrik lainnya.

2. Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan pusat distrik

dengan pusat-pusat lingkungan. Disamping itu jalan ini juga menjadi

penghubung antara pusat-pusat lingkungan.

Page 25: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 25

LAPORAN RENCANA

3. Lokal primer yaitu jalan yang menghubungkan secara berdaya guna

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat

kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat

kegiatan local, atau pusat kegiatan local dengan pusat kegiatan

lingkungan serta antar pusat kegiatan lingkungan

4. Local sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder

kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan

perumahan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke

perumahan

Tabel 3.4.

Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan di Kota Ternate Tahun 2010

No Kondisi Jalan Panjang Jalan (Km)

1 Baik 159.315

2 Sedang

3 Rusak 123.754

4 Rusak berat 6.674

Jumlah 289.743

No Jenis Perkerasan

1 Hotmix 104.413

2 Lapen 138.149

3 Tanah 47.182

Jumlah 289.743

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate, Tahun 2010

Page 26: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 26

LAPORAN RENCANA

Klasifikasi jalan di Kota Ternate menurut kewenangan Jalan Nasional terdiri

dari kolektor primer :

Tabel 3.5. Nama ruas jalan Nasional di Kota Ternate Tahun 2010

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

1 026/14/K JL. Merdeka 0.480 Kolektor

Primer (K1)

2 026/15/K JL. Arnold Mononutu 0.700 Kolektor

Primer (K1)

3 026/16/K JL. Jend. A. Yani 0.490 Kolektor

Primer (K1)

4 026/17/K JL. Hasan Esa 0.875 Kolektor

Primer (K1)

5 026/18/K JL. Mangga Dua 0.923 Kolektor

Primer (K1)

6 026/19/K JL. Bastiong 0.985 Kolektor

Primer (K1)

7 026/1A/K Dermaga Ferry – Bastiong 0.220 Kolektor

Primer (K1)

8 026/1B/K JL. Bastiong –

Jambula/Pelabuhan 7.012

Kolektor

Primer (K1)

9 026/1B/K JL. Keliling Pulau Ternate 29.404 Kolektor

Primer (K1)

Sumber : SK Menteri PU No. 631 Tahun 2009

Page 27: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 27

LAPORAN RENCANA

Jalan Kota terdiri dari kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder

Tabel 3.6. Nama Ruas Jalan Kota di Kota Ternate Tahun 2010

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

1 01 JL. Yos Sudarso 0.760 Kolektor Sekunder

2 01.1 JL. Mesjid Baiturrahman

Maliaro 0.381 Lokal Sekunder

3 01.2 JL. Ling. Kampung pisang 0.321 Lokal Sekunder

4 01.3 JL. Terminal Cinta 0.476 Lokal Sekunder

5 01.4 JL. Lingk. Terminal cinta 0.652 Lokal Sekunder

6 01.5 JL. Lingk. Yos sudarso –

cempaka 0.364 Lokal Sekunder

7 02 JL. Kie Raha 0.913 Lokal Primer

8 03 JL. Stadion 0.524 Lokal Primer

9 04 JL. Kapitan Pattimura 0.860 Kolektor Sekunder

10 04.1 JL. lorong Telkom 0.119 Lokal Sekunder

11 04.2 JL. Lingk. Kalumpang 0.800 Lokal Sekunder

12 05 JL. Cengkeh Afo 0.871 Lokal Primer

13 05.1 Jl. Lorong Cengkeh Afo 0.288 Lokal Sekunder

14 05.2 JL. Lingk. Cengkeh AfO - Bt.

Anteru 0.164 Lokal Sekunder

15 05.3 JL. Cengkeh Afo – Pala 0.219 Lokal Sekunder

16 06 JL. Maliaro – Tongole 5.690 Lokal Sekunder

17 06.1 JL. Lingk. Maliaro 0.310 Lokal Sekunder

18 06.2 JL. Maliaro – Jan 1.200 Lokal Sekunder

19 07 JL. Seruni I 0.868 Lokal Sekunder

20 07.1 JL. SMP 6 Stadion 0.192 Lokal Sekunder

21 08 JL. Seruni II 0.246 Lokal Sekunder

22 09 jl. k.h dewantoro 0.622 Lokal Primer

23 10 jl. lingkungan takoma 0.222 Lokal Sekunder

24 11 jl. Asrama polisi 0.277 Lokal Sekunder

25 12 jl. Kamboja 0.391 Lokal Sekunder

26 12.1 jl. lingk. pasar kota baru 1.132 Lokal Sekunder

27 13 jl. zainal abidin syah 0.385 Lokal Sekunder

28 14 jl. wijaya kusuma 0.407 Lokal Sekunder

29 15 jl. cengkeh 0.223 Lokal Sekunder

30 16 jl. Mawar 0.156 Lokal Sekunder

31 17 jl. sedap malam 0.157 Lokal Sekunder

32 18 jl. falajawa i 0.160 Lokal Sekunder

Page 28: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 28

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

33 19 jl. Anggrek 0.218 Lokal Sekunder

34 20 jl. halmahera raya 2.612 Kolektor Sekunder

35 21 jl. pahlawan revolusi 1.319 Kolektor Sekunder

36 22 jl. salim fabanyo 0.580 Lokal primer

37 23 jl. h. Busoiri 0.720 Lokal primer

38 24 jl. c.m tiahahu 0.303 Lokal primer

39 24.1 jl. s e n a n g 0.154 Lokal Sekunder

40 25 jl. hasan senen 0.309 Lokal Sekunder

41 26 jl. Kemuning 0.159 Lokal Sekunder

42 27 jl. Nuku 0.392 Lokal Sekunder

43 28 jl. falajawa 0.542 Lokal Sekunder

44 29 jl. ade irma suryani 0.195 Lokal primer

45 30 jl. Nukila 0.740 Lokal Primer

46 30.1 jl. tapikong gamalama 0.241 Lokal Sekunder

47 31 jl. ketilang 0.209 Lokal Sekunder

48 32 jl. kusuma harapan 0.204 Lokal Sekunder

49 33 jl. n u r i 0.612 Lokal Sekunder

50 34 jl. Branjangan 0.669 Lokal Sekunder

51 35 jl. kakak tua 0.420 Lokal Sekunder

52 36 jl. bangau 0.249 Lokal Sekunder

53 37 jl. cendrawasih 0.245 Lokal Sekunder

54 38 jl. Merak 0.200 Lokal Sekunder

55 39 jl. m a l e o 0.149 Lokal Sekunder

56 40 jl. elang 0.250 Lokal Sekunder

57 41 jl. Merpati 0.320 Lokal Sekunder

58 41.1 jl. lingk. Merpati 0.121 Lokal Sekunder

59 42 jl. c a m a r 0.140 Lokal Sekunder

60 43 jl. Pipit 0.128 Lokal Sekunder

61 44 jl. Gagak 0.481 Lokal Sekunder

62 45 jl. Kesatrian 0.239 Lokal Sekunder

63 46 jl. Salak 0.307 Lokal Sekunder

64 47 jl. rambutan 0.568 Lokal Sekunder

65 47.1 jl. lingk. Rambutan 0.250 Lokal Sekunder

66 48 jl. Nanas 0.087 Lokal Sekunder

67 49 jl. Manggis 0.430 Lokal Sekunder

68 50 jl. sultan babullah 0.648 Kolektor Sekunder

69 51 jl. yasin gamsungi 0.877 Lokal Primer

70 51.1 jl. lingk. Lelong 0.126 Lokal Sekunder

Page 29: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 29

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

71 51.2 jl. sonyie lamo 0.240 Lokal Primer

72 52 jl. Jambu 0.467 Lokal Sekunder

73 53 jl. Jeruk 0.457 Lokal Sekunder

74 54 jl. mesjid sultan 0.112 Lokal Sekunder

75 55 jl. Kedaton 0.495 Lokal Sekunder

76 56 jl. semangka tobenga 1.395 Lokal Sekunder

77 57 jl. soa konora 0.329 Lokal Primer

78 58 jl. Akeboca 0.623 Lokal Primer

79 59 jl. ngidi – kasturian 1.585 Kolektor Sekunder

80 59.1 jl. soa puncak i 0.324 Lokal Sekunder

81 59.2 jl. soa puncak ii 0.718 Lokal Sekunder

82 59.3 jl. lingk. ngidi – kasturian 0.100 Lokal Sekunder

83 59.4 jl. link salero – kasturian 0.534 Lokal Sekunder

84 59.5 jl. lingk. ngade sone 0.460 Lokal Sekunder

85 59.6 jl. ngade sone 1.073 Kolektor Sekunder

86 60 jl. kasturian – facei 0.978 Lokal Primer

87 60.1 jl. lingk. kasturian – facey 0.100 Lokal Sekunder

88 60.2 jl. lingk. Bola 0.374 Lokal Sekunder

89 60.3 jl. stasion pantai sabia 0.380 Lokal Sekunder

90 61 jl. facei – tarau 3.995 Kolektor Sekunder

91 61.1 jl. lingk. toloko puncak 0.100 Lokal Sekunder

92 61.2 jl. lingk. facey – tarau 0.300 Lokal Sekunder

93 61.3 jl. smp tsanawiyah dufa-dufa 0.358 Lokal Sekunder

94 62 jl. smp islam – moya 2.300 Lokal sekunder

95 62.1 jl. lingk. smp islam 0.438 Lokal Sekunder

96 62.2 jl. lingk. Gamayaou 0.151 Lokal Sekunder

97 62.3 jl. lingk. smp islam –skeep 0.860 Lokal Sekunder

98 62.4 jl. lingk. gamayaou puncak 0.500 Lokal Sekunder

99 63 jl. skeep pohong amo 0.379 Lokal Sekunder

100 63.1 jl. lingk. Skeep 0.606 Lokal Sekunder

101 63.2 jl. lingk. skeep pohong amo 0.306 Lokal Sekunder

102 64 jl. Salahudin 0.729 Lokal primer

103 65 jl. kayu manis – moya 2.319 Lokal primer

104 65.1 jl. lingk. Tabahawa 0.550 Lokal Sekunder

105 65.2 jl. lingk. tabahawa ii 0.804 Lokal Sekunder

106 65.3 jl. lingk. kayu manis 0.100 Lokal Sekunder

107 65.4 jl. moya bukubendera 3.300 Lokal Sekunder

108 66 jl. Torano 0.739 Lokal Sekunder

Page 30: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 30

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

109 66.1 jl. fala lamo torano 1.000 Lokal Sekunder

110 67 jl. BTN – torano 1.310 Lokal Sekunder

111 67.1 jl. lingk. BTN – torano 0.211 Lokal Sekunder

112 67.2 jl. lingk. jepa I 0.310 Lokal Sekunder

113 68 jl. tanah mesjid – btn 0.664 Lokal Sekunder

114 68.1 jl. lingk. tanah mesjid 0.259 Lokal Sekunder

115 68.2 jl. lingk. btn baru 0.280 Lokal Sekunder

116 69 jl. kompleks btn 1.842 Lokal Sekunder

117 70 jl. Marikurubu 1.784 Lokal Sekunder

118 70.1 jl. link marikurubu 0.375 Lokal Sekunder

119 71 jl. pala – marikurubu 0.598 Lokal primer

120 71.1 jl. lingk. btn pala - marikurubu 0.342 Lokal Sekunder

121 71.2 jl. lingk. pala – marikurubu 0.182 Lokal Sekunder

122 72 jl. Palapa 0.259 Kolektor sekunder

123 73 jl. lingk. Palapa 0.149 Lokal Sekunder

124 74 jl. puskesmas kalumpang 0.515 Lokal Sekunder

125 75 jl. terminal baru gamalama 1.822 Local primer

126 76 jl. marikurubu - jati 1.286 Lokal primer

127 76.1 jl. ake oti 1.632 Lokal Sekunder

128 76.2 jl. tanah tinggi barat 0.230 Lokal Sekunder

129 76.3 jl. maliaro - jati jan 0.300 Lokal Sekunder

130 76.4 jl. kamp. kodok jerbus 0.123 Lokal Sekunder

131 77 jl. tanah tinggi 0.717 Kolektor sekunder

132 77.1 jl. lingk. tanah tinggi 0.199 Lokal Sekunder

133 78 jl. belakang rsu 0.596 Lokal Sekunder

134 79 jl. cempaka tanah tinggi 0.653 Lokal Sekunder

135 80 jl. Larat 0.191 Lokal Sekunder

136 81 jl. nusa indah 0.319 Lokal Sekunder

137 82 jl. Kecubung 0.215 Lokal Sekunder

138 83 jl. Teratai 0.105 Lokal Sekunder

139 84 jl. Bougenville 0.192 Lokal Sekunder

140 85 jl. Kenanga 0.311 Lokal Sekunder

141 86 jl. Vanda 0.127 Lokal Sekunder

142 87 jl. Bonsai 0.243 Lokal Sekunder

143 88 jl. kaca piring 0.245 Lokal Sekunder

144 89 jl. Dahlia 0.309 Lokal Sekunder

145 90 jl. kelapa pendek 0.768 Lokal Sekunder

146 90.1 jl. lingk. kelapa pendek 0.081 Lokal Sekunder

Page 31: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 31

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

147 91 jl. jati I 0.693 Lokal Primer

148 92 jl. jati II 0.562 Lokal Primer

149 92.1 jl. lingk. jati II 0.100 Lokal Sekunder

150 93 jl. jati III 0.552 Lokal Sekunder

151 94 jl. j a t i 0.420 Kolektor Sekunder

152 95 jl. Jerebusua 0.764 Lokal primer

153 95.1 jl. lingk. Jerebusua 0.251 Lokal Sekunder

154 96 jl. jati baru 0.766 Lokal sekunder

155 96.1 jl. lingk. jati baru 0.100 Local sekunder

156 97 jl. jati – jan 2.271 Lokal Primer

157 97.1 jl. lingk. trans tv 0.650 Lokal sekunder

158 97.2 jl. lingk. jati - jan (metro) 0.746 Lokal sekunder

159 98 jl. j a n 1.407 Lokal Primer

160 98.1 jl. lingk. perumahan ubo -ubo 0.391 Local sekunder

161 98.2 jl. lingk. Jan 0.133 Local sekunder

162 98.3 jl. lingk jan baru 0.450 Local sekunder

163 99 jl. perumnas - jati 0.825 Local sekunder

164 99.1 jl. lingk. perumnas – jati 0.455 Local sekunder

165 99.2 jl. lingk. perumnas motoa 1 0.198 Local sekunder

166 100 jl. melati – kalumata 2.378 Kolektor Sekunder

167 100.1 jl. lingk. melati – cempaka 0.394 Local sekunder

168 100.2 jl. lingk. jati 1.023 Local sekunder

169 100.3 jl. melati jati 0.520 Local sekunder

170 100.4 jl. lingk. perumnas danau

toba 0.708 Local sekunder

171 100.5 jl. smp al irsyad 0.706 Local sekunder

172 100.6 jl. himo – himo 0.515 Local sekunder

173 100.7 jl. tobona – bukusandar 2.300 Local sekunder

174 100.8 jl. pengadilan agama kayu

merah 0.509 Local sekunder

175 100.9 jl. dprd kota – kalumata 0.765 Local sekunder

176 100.10 jl. rumah dinas walikota 0.950 Local sekunder

177 101 jl. kalumata – gambesi 4.245 Lokal primer

178 101.1 jl. barito puncak 0.913 Local sekunder

179 101.2 jl. lingk. kalumata puncak 0.569 Local sekunder

180 101.3 jl. lingk. kalumata – gambesi 0.177 Local sekunder

181 101.4 jl. asrama haji ngade 0.250 Local sekunder

182 102 jl. gambesi – sasa 1.500 Kolektor Sekunder

Page 32: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 32

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

183 102.1 jl. lingk. gambesi – sasa 0.150 Local sekunder

184 103 jl. sasa – foramadiahi 1.975 Kolektor sekunder

185 104 jl. mangga dua – jati 0.404 Local sekunder

186 104.1 jl. lingk. mangga dua – jati 0.093 Local sekunder

187 105 jl. perumnas – bastiong 0.683 Local sekunder

188 105.1 jl. smp 4 bastiong 0.104 Local sekunder

189 105.2 jl. lingk. Talangame 0.100 Local sekunder

190 105.3 jl. masuk bpom bastiong 0.248 Local sekunder

191 106 jl. cakra ubo-ubo 0.836 Local sekunder

192 106.1 jl. lingk. tanah misi 0.488 Local sekunder

193 107 jl. pasar bastiong 0.675 Local primer

194 107.1 jl. lingk. pasar bastiong 0.734 Local sekunder

195 108 jl. bastiong pantai 0.195 Local sekunder

196 108.1 jl. lingk. bastiong pantai 0.440 Local sekunder

197 109 jl. lingk. ferry bastiong 0.177 Local sekunder

198 110 jl. ubo – ubo 0.828 Local primer

199 111 jl. sdn ubo-ubo 0.584 Lokal sekunder

200 112 jl. Meteorologi 0.629 Local sekunder

201 112.1 jl. meteorologi perumnas - jan 0.548 Local sekunder

202 112.2 jl. lingk. Meteorologi 0.137 Local sekunder

203 113 jl. sosial ubo-ubo 0.593 Local sekunder

204 114 jl. falajawa II 0.784 Local primer

205 114.1 jl. kompleks falajawa II 3.139 Local sekunder

206 115 jl. lingk. pemancar RRI 0.386 Local sekunder

207 116 jl. lingk. kayu merah 0.510 Local sekunder

208 117 jl. Vihara 0.464 Local sekunder

209 118 jl. kalumata 0.641 Kolektor sekunder

210 118.1 jl. lingk. Barito 0.649 Local sekunder

211 119 jl. lingk. Kalumata 0.411 Local sekunder

212 120 jl. daniel bohang 0.745 Lokal primer

213 120.1 jl. lingk. daniel bohang 0.308 Local sekunder

214 121 jl. am kamaruddin 1.090 Local sekunder

215 121,1 jl. samping mapolsek utara 0.218 Local sekunder

216 122 jl. air sentosa 0.209 Kolektor sekunder

217 123 jl. SD salero 0.118 Local sekunder

218 124 jl. mesjid kasturian 0.119 Local sekunder

219 125 jl. cempedak – kasturian 0.461 Local sekunder

220 126 jl. Toboleu 1.107 Local sekunder

Page 33: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 33

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

221 126.1 jl. gang gipsy koloncucu 0.608 Local sekunder

222 127 jl. lingkungan toboleu 0.665 Local sekunder

223 128 jl. b o l a 0.422 Local sekunder

224 129 jl. Gamcim 0.489 Local sekunder

225 130 jl. Koloncucu 0.280 Local sekunder

226 131 jl. penyu sabia 0.405 Local sekunder

227 131.1 jl. lingkungan sabia 0.312 Local sekunder

228 131.2 jl. puskesmas siko 0.395 Local sekunder

229 131.3 jl. sabia facey 0.175 Local sekunder

230 132 jl. mutiara 0.248 Local sekunder

231 133 jl. Kepiting 0.491 Local sekunder

232 134 jl. Teripang 0.175 Local sekunder

233 135 jl. facey - buku bandera 2.394 Local sekunder

234 136 jl. samping makam pahlawan 0.389 Local sekunder

235 137 jl. toloko barat 0.431 Local sekunder

236 137.1 jl. lingk. toloko barat 0.148 Local sekunder

237 138 jl. skb toloko 0.554 Local sekunder

238 139 jl. benteng toloko 0.281 Lokal primer

239 140 jl. cakalang 0.520 Kolektor sekunder

240 140.1 jl. samping SMA 4 dufa-dufa 0.157 Lokal sekunder

241 140.2 jl. terminal dufa – dufa 0.185 Local primer

242 141 jl. kampus stain 0.315 Lokal sekunder

243 142 jl. Julung 0.690 Lokal sekunder

244 142.1 jl. lingk. dufa – dufa 0.528 Lokal sekunder

245 143 jl. Tafure 0.879 Lokal sekunder

246 143.1 jl. lingkungan lanal 0.137 Lokal sekunder

247 143.2 jl. kenari – tafure 0.418 Lokal sekunder

248 143.3 jl. lingk. Tafure 0.431 Lokal sekunder

249 143.4 jl. pantai daulasi 1.500 Lokal sekunder

250 144 jl. pantai tafure 0.300 Lokal sekunder

251 144 jl. asrama AL. 0.845 Lokal sekunder

252 145 jl. daulasi 1.014 Local primer

253 146 jl. sigi heku 0.848 Lokal primer

254 147 jl. Cendana 1.086 Lokal primer

255 148 jl. Tubo 0.777 Lokal primer

256 149 jl. lingkungan tabam 0.800 Local sekunder

257 150 jl. pantai tabam 0.650 Local sekunder

258 150 jl. lingk. Sango 0.252 Local sekunder

Page 34: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 34

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

259 151 jl. Tarau 0.271 Lokal sekunder

260 151.1 jl. lingk. tarau barat 0.356 Local sekunder

261 151.2 jl. lingk. Tarau 0.294 Local sekunder

262 152 jl. pltd kayu merah 0.256 Local sekunder

263 153 jl. puskesmas kalumata 0.390 Local sekunder

264 154 jl. kalumata baru 0.928 Local sekunder

265 154.1 jl. lingk. kalumata baru 0.487 Local sekunder

266 155 jl. ngade baru 0.790 Local sekunder

267 155.1 jl. laguna permai 0.300 Local sekunder

268 156 jl. danau laguna 1.532 Lokal Sekunder

269 157 jl. fitu baru 0.963 Local sekunder

270 158 jl. nelayan fitu 0.288 Local sekunder

271 159 jl. lingk. prumahan luph 0.157 Local sekunder

272 160 jl. gambesi baru 1.090 Local sekunder

273 160.1 jl. lingk. gambesi baru 0.157 Local sekunder

274 161 jl. sman 3 gambesi 0.474 Local sekunder

275 162 jl. legu gam 1.583 Local sekunder

276 163 jl. sasa puncak 1.200 Local sekunder

277 164 jl. sasa baru 0.720 Local sekunder

278 164.1 jl. lingk. sasa baru 0.488 Local sekunder

279 165 jl. terminal sasa 0.434 Local sekunder

280 166 jl. Foramadiahi 1.400 Lokal primer

281 167 jl. j a m b u l a 1.200 Lokal sekunder

282 167.1 jl. madrasah tsanawiyah

sasa 0.663 Local sekunder

284 169 jl. ake tubo 1.563 Local sekunder

285 170 jl. lingk. Tubo 0.480 Local sekunder

286 171 jl. k u l a b a 0.250 Local sekunder

287 172 jl. b u l a 3.000 Local sekunder

288 173 jl. t o b o l o l o 3.200 Local sekunder

289 174 jl. Sulamadaha 0.805 Local sekunder

290 175 jl. wisata sulamadaha 0.150 Local sekunder

291 176 jl. pelabuhan sulamadaha 0.175 Local sekunder

292 177 jl. puskesmas sulamadaha 0.095 Local sekunder

293 178 jl. t a k o m e 2.000 Local sekunder

294 179 jl. masuk tpa takome 0.698 Local sekunder

295 180 jl. danau tolire 0.249 Local sekunder

296 181 jl. l o t o 0.263 Local sekunder

Page 35: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 35

LAPORAN RENCANA

Nomor Nama Ruas

Panjang

( Km ) Klasifikasi

Urut Ruas

297 182 jl. t a d u m a 0.472 Local sekunder

298 183 jl. a f t a d o r 2.750 Local sekunder

299 184 jl. t o g a f o 1.800 Local sekunder

300 185 jl. r u a 3.400 Local sekunder

301 186 jl. k a s t e l a 1.560 Local sekunder

302 187 jl. wisata sampalo 0.150 Local sekunder

303 188 jl. keliling pulau hiri 9.338 Local primer

304 189 jl. keliling pulau moti 18.942 Local primer

305 189.1 jl. moti kota 1.340 Local primer

306 189.2 jl. Tadenas 1.420 Local primer

307 190 jl. keliling pulau mayau 21.317 Local primer

308 191 jl. keliling pulau tifure 14.000 Local primer

309 192 jl. Sultan Khairun 0.71 Kolektor sekunder

310 193 jl. Rawasari 1 0.145 Local sekunder

311 192 jl. Rawasari 2 0.215 Local sekunder

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2010

Kebutuhan pengembangan sarana transportasi darat di Kota Ternate di

dasari oleh oleh pemikiran strategi yaitu :

A. Untuk mengurangi kemacetan yang terdiri dari:

1. Penambahan jalan baru.

2. Perbaikan geometri dan peningkatan daya tampung.

B. Membuka akses bagi kawasan pertumbuhan baru (pemerataan pertumbuhan

ekonomi) yang terdiri dari Pembangunan Ruas Jalan baru.

C. Membuka akses pada kawasan-kawsan sentra Produksi Perkebunan dan

perikanan (meningkatkan fungsi ekonomi) yang terdiri dari Pembangunan ruas

jalan baru dan peningkatan kualitas jalan eksisting.

D. Membuka keterisolasian kawasan melalui jalur darat, yang terdiri dari

pembangunan jalan baru dan penigkatan kwalitas jalan eksisting.

Berdasarkan fakta yang ada di Kota Ternate terdapat sejumlah titik kemacetan di

sejumlah lokasi khususya pada kawasan dengan fungsi jasa

perdagangan,pendidikan dan perkantoran yang meliputi : ruas jalan Cakalang, ruas

jalan Pemuda, ruas jalan Sultan Khairun, ruas jalan Pahlawan Revolusi, ruas jalan

Page 36: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 36

LAPORAN RENCANA

Ahmat Yani, ruas jalan Merdeka, ruas jalan Hasan Esa, ruas jalan Mangga Dua,

ruas jalan Bastiong, ruas jalan Kayu Merah, ruas jalan Kalumata, ruas jalan Jati,

ruas jalan Yos Sudarso, ruas jalan Patimura,ruas jalan pasar Inpres.

Hasil survei menunjukkan bahwa kecepatan kendaraan pada ruas jalan tersebut

rata-rata ±10 – 15 km/jam, sementara itu kecepatan ideal perkotaan adalah

30km/jam. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada ruas jalan tersebut terjadi

kemacetan, untuk mengurai kemacetan sekaligus untuk mencapai kecepatan ideal

30km/jam di kotaTernate secara umum dibutuhkan panjang jalan minimal 2 kali lipat

dari panjang yg ada pada kawasan kemacetan sebagai jalan alternatif untuk

mencapai tujuan.

Berdasarkan jarak ideal antar kendaraan dengan kecepatan 30 km/jam adalah 4

meter dengan rasio 143 kendaraan per kilometer. Panjang jalan eksisiting total yang

ada dikota ternate pada tahun 2010 adalah 288,89 Km. yang terdiri dari jalan

kolektor primer dengan panjang +- 32,74 Km, kolektor sekunder 24,51 km dan

sisanya merupakan jalan local yakni sepanjang 230,98 Km. jalan yang ada di Kota

Ternate pada tahun 2010 masih dapat manampung jumlah kendaraan yang ada

bahkan jika dilihat dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kepemilikan

kendaraan bermotor hingga tahun 2031 jalan yang ada di Kota Ternate masih dapat

menampung kendaraan yang ada. Kondisi lapangan menunjukkan seakan-akan

bahwa panjang jalan tidak mencukupi menampung kendaraan, hal ini dapat

dimaklumi karena pada ruas tertentu terjadi kemacetan, padahal pada lokasi lain

kondisi jalan lengang.

Menurut hasil analisis dengan mengacu pada kondisi ideal 143 kendaraan per

kilometer serta telah memaksimalkan penggunaan jalan-jalan yang ada maka

didapat bahwa pada tahun 2010 rasio perbandingan antara panjang jalan dan

jumlah kendaraan adalah 10/1 artinya dalam jangkauan 10 m terdapat 1 kendaraan.

Dari hasil analisis hingga tahun 2031 akan terdapat ± 35.911 unit kendaraan jumlah

ini didapat dengan asumsi bahwa tiap kendaraan di gunakan oleh 7 orang, panjang

jalan yang ada sekarang masih dapat menampung jumlah kendaraan hingga tahun

2031 akan tetapi jika tidak memaksimalkan penggunaan jalan local yang ada dalam

kota maka akan terjadi kemacetan pada ruas jalan-jalan kolektor primer dan

sekunder. Untuk menghindari kemacetan yang terjadi ini akan di tambah ruas-ruas

Page 37: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 37

LAPORAN RENCANA

jalan baru dan peningkatan daya tamping jalan yang nantinya masuk dalam ketegori

jalan kolektor sekunder sebagai jalur tambahan penghubungkan antar pusat-pusat

kegiatan kota.

Ruas jalan yag akan di tambahkan untuk mengurangi kemacetan sekaligus

untuk mendukung program minapolitan di Kota Ternate dan sebagai pendukung

konsep waterfront city.

yaitu ruas jalan antara:

- Rencana jalan reklamasi Kayu Merah – Pasar Sasa kurang lebih 5,6 km

- Rencana jalan reklamasi Dufa Dufa – Salero kurang lebih 1,86 Km

- Jalan reklamasi Kota Baru – Bastiong kurang lebih 1, 56 Km

Rencana ruas jalan lain yang akan dikembangkan untuk mendukung peningkatan

hasil-hasil produksi perkebunan dan pertanian yakni:

- Pembangunan jalan produksi kawasan Foramadiahi - Ngade puncak -

kawasan Tubo kurang lebih 10 km

Sedangkan pengembangan ruas jalan guna mengurangi keterisolasian dan

mewujudkan pemerataan pembangunan serta menunjang pertumbuhan

perekonomian di wilayah pulau –pulau maka akan di bangun baru dan peningkatan

kualitas jalan eksisting yakni:

- ruas jalan keliling pulau Hiri 9.338 km

- ruas jalan keliling pulau Moti 18.942

- ruas jalan pulau Mayau 21.317

- ruas jalan pulau keliling Tifure kurang lebih 1,23 km

- ruas jalan Tomajiko – Dorari isa kurang lebih 1,72 km

- ruas jalan kawasan Kota Baru Gambesi – Sasa kurang lebih 2,8 km.

Selain penambahan ruas jalan diatas tadi juga akan dilakukan perbaikan geometri

dan kapasitas jalan. Berikut ini adalah rencana Pengembangan prasarana dan

sarana jalan di Kota Ternate meliputi :

a. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan nasional (kolektor primer).

Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan nasional ruas jalan Merdeka,

ruas jalan Arnold Mononutu, ruas jalan Jend. A. Yani, ruas jalan Hasan Esa,

ruas jalan Mangga Dua, ruas jalan Bastiong, Dermaga Ferry – Bastiong, ruas

jalan Bastiong – Jambula/Pelabuhan, ruas jalan Keliling Pulau Ternate.

b. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan kota (kolektor sekunder)

yang meliputi :

- Ruas Jalan Yos Sudarso, Ruas Jalan Ngidi – Kasturian, Ruas Jalan

Ngade Sone, Ruas Jalan Facei – Tarau, Ruas Jalan Palapa, Ruas Jalan

Tanah Tinggi, Ruas Jalan Melati – Kalumata, Ruas Jalan Gambesi –

Page 38: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 38

LAPORAN RENCANA

Sasa, Ruas Jalan Sasa – Foramadiahi, Ruas Jalan Kalumata dan Ruas

Jalan Air Sentosa.

c. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan Kota (lokal Primer)meliputi :

Ruas Jalan Jati – Jan

Ruas Jalan Lingk. Jati - Jan (metro)

Ruas Jalan J a n

Ruas Jalan Kalumata – Gambesi

Ruas Jalan Pasar Bastiong

Ruas Jalan Ubo – Ubo

Ruas Jalan Falajawa II

Ruas Jalan Daniel Bohang

Ruas Jalan Benteng Toloko

Ruas Jalan Terminal Dufa – dufa

Ruas Jalan Daulasi

Ruas Jalan Sigi Heku

Ruas Jalan Cendana

Ruas Jalan Tubo

Ruas Jalan Foramadiahi

Ruas Jalan Keliling Pulau Hiri

Ruas Jalan Keliling Pulau Moti

Ruas Jalan Moti Kota

Ruas Jalan Tadenas

Ruas Jalan Keliling Pulau Mayau

Ruas Jalan Keliling Pulau Tifure

Ruas Jalan Kie Raha

Ruas Jalan Stadion

Ruas Jalan Cengkeh Afo

Ruas Jalan K.H Dewantoro

Ruas Jalan Salim Fabanyo

Ruas Jalan H. Busoiri

Ruas Jalan C.M Tiahahu

Ruas Jalan Ade Irma Suryani

Ruas Jalan Nukila

Ruas Jalan Yasin Gamsungi

Ruas Jalan Sonyie Lamo

Ruas Jalan Soa Konora

Ruas Jalan Akeboca

Ruas Jalan Kasturian - Facei

Ruas Jalan Salahudin

Page 39: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 39

LAPORAN RENCANA

Ruas Jalan Kayu Manis – Moya

Ruas Jalan Pala – Marikurubu

Ruas Jalan Terminal Baru Gamalama

Ruas Jalan Marikurubu - Jati

Ruas Jalan Kelapa Pendek

Ruas Jalan Jati I

Ruas Jalan Jati II

Peningkatan kapasitas jalan juga perllu di barengi dengan perbaikan sarana

penunjang lainnya sepert:

1. Perbaikan drainase dan membangun fasilitas jalan (trotoar, marka jalan,

drainase dan lampu jalan) pada jalan utama, terutama di wilayah Pusat Kota

Ternate.

2. Peningkatan kualitas perkerasan jalan pada jalan lokal dari perkerasan batu

atau tanah menjadi perkerasan aspal.

3. Pelebaran jalan yang mengalami bottle neck.

Selain memaksimalkan penggunaan jalan yang ada serta melakukan pembukaan

akses jalan baru pada beberapa kawasan, akan direncanakan pula transportasi

alternative berupa pengoptimalkan sarana transportasi angkutan kota serta akan

dilakukan pemberdayakan terhadap sarana transportasi laut (speedboat) sebagai

moda transportasi alternatife lainnya antar kawasan yaitu atara pusat ke sub-pusat

pelayanan dan sebaliknya, misalnya rute antara Sasa-Mangga Dua, Mangga Dua-

Gamalama, Dufa dufa-gamalama, Sulamadaha-Dufa dufa.

Page 40: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 40

LAPORAN RENCANA

2) Jembatan

Pengembangan prasarana jembatan di wilayah Kota Ternate antara lain

meliputi upaya perbaikan kondisi; peningkatan prasarana; serta pembuatan

prasarana jembatan baru. Pengembangan prasarana jembatan melalui upaya

perbaikan kondisi terutama diarahkan bagi jembatan-jembatan eksisting yang

kondisinya sudah kurang memenuhi persyaratan keselamatan bagi pengguna

yang melintas di atasnya.

Sedangkan upaya peningkatan prasarana ditujukan untuk meningkatkan

kinerja jembatan dalam memberikan layanan transportasi bagi penggunanya.

Upaya peningkatan dilakukan melalui pelebaran jembatan sehingga mampu

menampung lebih banyak lajur jalan. Hal tersebut dilakukan agar jembatan tidak

menjadi salah satu titik kemacetan pada saat kondisi lalu lintas padat di jalur

jalan yang dihubungkan oleh jembatan tersebut.

Berikut rencana pengembangan prasarana jembatan di Kota Ternate

sebagai berikut;

Peningkatan jembatan pada ruas jalan nasional (kolektor primer)

Peningkatan jembatan ruas pada jalan – jalan kota (kolektor sekunder);

Pembangunan jembatan baru dan peningkatan jembatan pada ruas jalan –

jalan Kota (kolektor sekunder, local primer dan sekunder) pada;

Pembangunan Jembatan Ngadesone menghubungkan Kelurahan Kasturian

dan Toboleu.

Jembatan pada Jalur rencana Jalan Pantai Dufa Dufa - ke Salero

Jembatan pada Jalur rencana Jalan Pantai Kalumata - Sasa

Jembatan pada Jalur Jalan Pantai Kota Baru – Bastiong

Jembatan pada keliling pulau Hiri, keliling pulau Moti dan jalur jalan Mayau

dan Tifure.

Perbaikan jembatan-jembatan kecil di jalan jalan lokal sekunder dan lokal

primer.

Pelebaran jembatan kecil penghubung antar kawasan.

Jembatan pada ruas jalan Ngade puncak - Tubo

3) Rencana Sistem Terminal

Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor

Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan

dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang

dan atau barang, serta perpindahan moda angkutan

(UU No.22 Tahun 2009). Sebagai prasarana tempat

naik dan turunnya penumpang dari moda angkutan

umum, maka terminal akan memainkan peran sebagai

“point transfer” (titik perpindahan) dari satu moda angkutan ke moda angkutan

lainnya, dari moda angkutan regional ke moda angkutan lokal atau sebaliknya.

Page 41: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 41

LAPORAN RENCANA

Dengan demikian maka terminal juga akan berperan sebagai simpul

pengikat dari upaya pemisahan sistem pergerakan regional dengan sistem

pergerakan lokal yang bergerak dalam sirkulasi sistem pergerakan kawasannya.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa Kota Ternate telah memiliki 5 buah

Terminal, yaitu Terminal Gamalama di Gamalama kawasan Tapak I, Terminal

Dufa Dufa di Kelurahan Dufa Dufa, Terminal Bastiong di Kelurahan Bastiong

Talagame, Terminal Sulamadaha di kelurahan Sulamadaha, Terminal Sasa di

Kelurahan Sasa.

Menurut Undang Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, klasifikasi terminal dibagi berdasarkan tingkat intensitas

penggunannya (terminal tipe A, Tipe B, Tipe C). Adapun terminal yang ada di

Kota Ternate jika diklasifikasikan sesuai undang-undang diatas, maka terbagi

sebagai berikut;

a. Terminal Sulamadaha merupakan terminal tipe C yang berfungsi sebagai

terminal dalam kota yang memberikan pelayanan angkutan penumpang dan

barang antar kawasan dan memiliki intensitas rendah. Angkutan barang

dari/ke pulau hiri.

b. Terminal Dufa Dufa merupakan terminal tipe C yang berfungsi sebagai

terminal dalam kota dan melayani lanjutan perjalanan penyeberangan dari

dan ke Kabupaten lain, yaitu Halmahera Barat, dan Halmahera Utara.

c. Terminal Gamalama merupakan terminal tipe A yang berfungsi sebagai

terminal induk yang memberikan pelayanan bagi sistem pergerakan lokal

Kota Ternate melalui angkutan umum dalam kota.

d. Terminal Bastiong merupakan terminal tipe B yang berfungsi sebagai terminal

dalam kota yang memberikan pelayanan angkutan penumpang dan barang

serta melayani lanjutan perjalanan penyeberangan dari dan ke

Kabupaten/kota, yaitu Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Kota

Tidore kepulauan.

Untuk mengoptimalkan fungsi dari

terminal yang ada maka setiap Kendaraan

Bermotor Umum dalam trayek wajib

singgah di Terminal yang sudah ditentukan,

kecuali ditetapkan lain dalam izin trayek.

Dalam upaya pengembangan kota serta

memberikan pelayanan yang lebih baik bagi

pergerakan masyarakat melalui angkutan

umum, baik untuk kepentingan sistem pergerakan regional antar kota, maupun

sistem pergerakan antar kawasan di dalam wilayah Kota Ternate, maka

direncanakan untuk dilakukan pengembangan prasarana terminal di Kota

Ternate, yang antara lain :

- Terminal Gamalama Tapak I, penanganan masalah terminal lebih diarahkan

kepada peningkatan kualitas pelayanan bagi pengguna jasa terminal melalui

peningkatan fasilitas ruang tunggu terminal, membuka ruang/lahan parkir

Page 42: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 42

LAPORAN RENCANA

kendaraan pribadi, perbaikan/mengoptimalkan fasilitas menara kontrol dan

penertiban area pedagang kaki lima.

- Rencana pengembangan terminal Bastiong. Terminal tersebut belum

berfungsi secara optimal dikarenakan kurangnya fasilitas dan penataan.

Karena itu penanganan masalah terminal lebih diarahkan kepada

peningkatan kualitas pelayanan bagi pengguna jasa terminal melalui

peningkatan fasilitas ruang tunggu terminal, perbaikan/mengoptimalkan

fasilitas menara kontrol dan penertiban area pedagang kaki lima.

- Rencana Pengembangan Terminal Dufa Dufa dan Sulamadaha perlu

peningkatan pemberdayaan melalui penambahan fasilitas untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

- Rencana pengembangan terminal baru tipe C di kelurahan Sasa, Moti, Hiri

dan Batang Dua.

Tabel 3.7.

Klasifikasi Terminal di Kota Ternate

Page 43: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 43

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.4. Rencana Pengembangan Terminal

(Gamalama Tapak I (Terminal Tipe C/Induk), Terminal pengumpan meliputi: Dufa Dufa dan

Sulamadaha)

Page 44: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 44

LAPORAN RENCANA

4) Rencana Sistem Perparkiran

Parkir kendaraan bermotor di Kota Ternate dapat menjadi suatu

permasalahan yang serius terhadap hambatan arus pergerakan lalu-lintas

terutama pada kawasan-kawasan pusat kegiatan ekonomi dan perkantoran.

Kebutuhan parkir harus memadai sehingga seluruh kendaraan tertampung pada

lokasi yang disediakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penggunaan

badan jalan yang dapat mempengaruhi kelancaran lalu lintas

Untuk peningkatan sistem pelayanan di masa yang akan datang,

diperlukan pengaturan sistem parkir yang baik agar tidak menimbulkan

gangguan pada lingkungan sekitarnya. Kebutuhan tempat parkir untuk

kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan penumpang umum, sepeda motor

maupun kendaraan besar berbeda dan bervariasi tergantung dari bentuk dan

karakteristik masing-masing kendaraan. Kebutuhan ruang parkir tidak saja

terbatas pada ruang yang digunakan untuk selama kendaraan tersebut berhenti,

tetapi juga diperlukan ruang tambahan untuk keluar masuknya kendaraan yang

parkir.

Ada 2 (dua) sistem perparkiran yang dapat dikembangkan di wilayah Kota

Ternate yaitu parkir sisi jalan (on street parking) dan parkir dalam areal khusus

parkir (off street parking). Gambaran masing-masing-masing jenis sistem

perparkiran tersebut dapat jelaskan sebagai berikut :

a. Sistem off street parking (Areal khusus parkir), yaitu penyediaan areal

parkir diluar ruang milik jalan (ROW), sehingga lokasi parkir ditempatkan pada

halaman bangunan atau area khusus parkir. Penerapan sistem ini dapat

dilakukan untuk semua halaman bangunan gedung baik halaman depan

maupun belakang. Ketentuan off street parking adalah sebagai berikut :

- Pada penataan halaman parkir harus menggupayakan adanya pohon-

pohon peneduh.

- Perkerasaan landasan parkir sebaiknya menggunakan material resap air.

- Pengaturan parkir pada ruang terbuka di antara garis sempadan jalan

(GSJ) –garis sempadan bangunan (GSB) dapat diatur dengan posisi

sejajar (0°), sudut miring (45°) dan tegak lurus (90°).

- Pada kawasan perkantoran (permerintah dan swasta), kawasan

perkonomian dan pendidikan serta fasilitas umum lainnya yang memiliki

area parkir privat diatur berdasarkan kebutuhan.

- Pintu keluar/masuk ke daerah perencanaan minimum 20 m dari tikungan.

- Bagi persil yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas, letak

pintu keluar/masuk ke daerah perencanaan diletakkan pada ujung sisi

muka (frontage) yang paling jauh dari tikungan tersebut.

Semua lokasi kegiatan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas

tinggi, seperti pasar, kawasan perkantoran, sekolah dan lain-lain harus

menyediakan lapangan parkir secara memadai sesuai dengan skala dan

kapasitas pelayanan yang diberikannya. Pada tempat dimana parkir

dikendalikan, ruang parkir harus diberi marka pada permukaan jalan.

Page 45: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 45

LAPORAN RENCANA

b. Sistem on street parking (Parkir sisi jalan), yaitu penyediaan areal parkir di

dalam ruang manfaat jalan. Penempatan parkir berada pada bahu jalan

namun tidak semua jalur diperkenankan menerapkan sistem ini. Parkir pada

badan jalan (on street parking), diarahkan pada jalur jalan dengan tingkat

kepadatan arus lalu-lintasnya rendah sehingga tidak menimbulkan

kemacetan. Pengembangan parkir sisi jalan dapat dilakukan pada jaringan

jalan yang memiliki lebar perkerasan minimal 8 m, dengan sudut parkir yang

sejajar bahu jalan, sehingga dengan ketentuan tersebut pengembangan

parkir sisi jalan diharapkan tidak menimbulkan permasalahan lalu lintas.

Sedangkan parkir pada lingkungan perumahan masih diperbolehkan

menggunakan badan jalan, tetapi untuk setiap penghuni tetap menyediakan

parkir di tiap-tiap rumah yang bersangkutan.

Rencana Pengembangan Sistem Perparkiran di Kota Ternate, berikut adalah

pengaturan parkir berdasarkan lokasi area parkir pada kawasan perekonomian

di Kota Ternate;

Posisi sejajar (00) Jalan Pahlawan Revolusi (Pelabuhan A. Yani –

Depan Kodim 1501; Jalan Nukila (Depan Toko Buku Selecta –

Pegadaian); Jalan Ade Irma Suryani Nasution; Jalan Busoiri (Depan

Toko Sidodadi – Depan Hotel Indah); Sepanjang Jalan Mononutu; Jalan

Merdeka; Jalan Halmahera (Tapak I plus - Tapak III); Jalan Mal –

Muttaqin; Jalan Depan Benteng Orange; Jalan Pasar Inpres Bastiong;

Jalan Pelabuhan Ferry; Jalan Pattimura; Jalan Yos Sudarso; Jalan

Cengkeh Afo; Jalan Satelite Palapa; Jalan Yasin Gamsungi; Jalan

Cristina Marta Tiahau; Jalan Stadion; Jalan Pantai Kota Baru – Bastiong;

Jalan Pantai Salero – Dufa Dufa).

Posisi sudut miring (450) Jalan Pahlawan Revolusi ( Depan RS. Darma

Ibu – Toko Makmur Utama); Jalan Nukila (Depan Toko Sidodadi -

Pertigaan Masjid Raya); Jalan Busoiri (Depan Toko Buku Selecta –

Depan Masjid Muttaqin).

Posisi Tegak Lurus (900) Kawasan Pertokoan Jatiland; Kawasan Parkir

Terminal;

Page 46: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 46

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.5. Tipikal Sistem Perparikiran

Sistem perparkiran di Kota Ternate khususnya pada kawasan

perekonomian agar dikelola secara baik dan profesional sehingga dapat

menghasilkan PAD bagi daerah tanpa mengurangi keamanan dan

kenyamanan bagi pengguna kendaraan. Fasilitas Parkir di dalam Ruang

Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kota

yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan atau Marka Jalan (UU

nomor 22 tahun 2009).

5) Rencana Sistem Angkutan Umum

Sistem jaringan transportasi angkutan umum dapat didefinisikan dalam

bentuk yang sama dengan sistem jaringan transportasi angkutan pribadi. Tetapi

terdapat beberapa spesifikasi khusus untuk menyatakan kondisi operasi dan

perjalanan berupa rute, kapasitas, frekuensi dan kualitas, kehandalan serta

keteraturan. Pada sistem transportasi dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan

dapat terjadi pada beberapa tingkat. Keseimbangan tersebut dapat terlihat pada

sistem jaringan jalan, dimana setiap pelaku perjalanan mencoba untuk mencari

beberapa rute altematif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil.

Proses pengalokasian pergerakan dapat menghasilkan suatu pola rute

dimana arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam kondisi

keseimbangan jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang

lebih baik untuk mencapai zona tujuannya, karena mereka telah bergerak pada

rute terbaik yang tersedia.

Sistem pergerakan kendaraan yang terdapat di Kota Ternate memiliki

karakteristik bercampur, dimana kendaraan umum dan kendaraan pribadi serta

kendaraan ringan dan kendaraan berat saling bercampur menggunakan ruas

jalan yang sama. Sarana transportasi umum yang terdapat di Kota Ternate

Page 47: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 47

LAPORAN RENCANA

adalah angkutan perkotaan (angkot) untuk pergerakan lokal, taxi (sedan) untuk

angkutan umum antar alamat (tidak berute). Pergerakan lokal yang cukup padat

di Kota Ternate terjadi pada jalur Terminal Gamalama – Terminal Bastiong,

Terminal Gamalama – Terminal Dufa Dufa.

Rute atau jalur pelayanan angkutan umum yang ada di Kota Ternate saat

ini, sudah menjangkau ke semua bagian kota, namun tingkat pelayanan terpadat

pada jalur jalan bawah (Terminal Dufa dufa - Gamalama – Bastiong – Sasa),

untuk jalur atas (Terminal Gamalama –ruas jalan Pattimura – ruas jalan

Kalumata) hingga saat ini pelayanan angkutan kota belum optimal. Kondisi ini di

karenakan masyarakat di Kota Ternate lebih tertarik menggunakan ojek

(paratransit). Kedepan Keberadaan ojek perlu dikaji, karena ojek bukan

merupakan moda transportasi resmi di Kota Ternate. Pengeoperasian ojek

(paratransit) hanya diberlakukan pada kawasan permukiman atau kawasan

lainnya yang tidak terlayani oleh angkutan umum kota.

Strategi dalam pengembangan jalur pelayanan angkutan di kawasan

perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Dapat melayani penduduk di seluruh wilayah perencanaan.

b. Jalur pelayanan diprioritaskan pada jalan kolektor primer dan sekunder,

sedangkan pengembangan pada jalan lokal primer dan sekunder diarahkan

pada jalan-jalan tertentu yang merupakan jalan penghubung penting.

c. Peninjauan rute/trayek angkutan kota guna menghindari terjadinya

penumpukkan kendaraan angkutan umum pada ruas jalan tertentu, seperti

trayek angkutan terminal Gamalama – Sasa dapat melalui ruas jalan terminal

Gamalama – ruas jalan Pattimura – ruas jalan Yos Sudarso – ruas jalan

melati Kalumata – ruas jalan Kalumata (SPBU) - Terminal Sasa. Dengan

demikian tidak terjadi penumpukan angkutan kota pada jalur terminal

Gamalama – terminal Bastiong dan menghindari kemacetan pada ruas jalan

raya mangga Dua - Bastiong.

d. Mengoptimalkan fungsi terminal-terminal yang ada sebagai titik berangkat

dan tujuan rute angkutan umum.

e. Mengoptimalkan jalur/rute yang telah ada terutama jalur/rute atas.

Sehingga dengan dasar strategi pengembangan sistem angkutan umum

sebagaimana disebutkan di atas, maka titik utama tujuan sistem angkutan umum

adalah hubungan antar point terminal yang tersebar di seluruh wilayah Kota

Ternate melalui jaringan-jaringan jalan yang ada dalam wilayah Kota Ternate

dengan memperhatikan pemerataan pelayanan terhadap seluruh wilayah Kota

Ternate. Ini berarti rencana pengembangan sistem dan jalur angkutan umum

tidak dapat dilepaskan dari rencana pengembangan terminal yang menjadi titik

tujuan pencapaiannya.

Strategi pengembangan angkutan umum diluar kawasan perkotaan

Pengembangan angkutan umum di luar perkotaan khususnya pada Pulau Hiri,

moti, dan Batang Dua diarahkan dalam rangka pengembangan sub pusat

pelayanan untuk meningkatkan perekonomian pada kawasan pulau-pulau dalam

Page 48: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 48

LAPORAN RENCANA

wilayah Kota Ternate. Jenis angkutan umum yang diterapkan disesuaikan

dengan kondisi dan karakteristik wilayah sehingga tercipta moda angkutan darat

yang aman, nyaman dan efesien. Tujuan pengembangan angkutan umum di

Pulau Hiri, moti, dan Batang Dua adalah untuk membuka keterisolasian

sekaligus memperlancar arus manusia, barang dan hasil pertanian, perkebunan

dan perikanan menuju dermaga untuk kemudian diangkut ke pusat pelayanan

(Pulau Ternate).

Page 49: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 49

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.6. Rencana Sistem Angkutan Umum.

Page 50: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 50

LAPORAN RENCANA

6) Jaringan Angkutan Penyebarangan

Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai

jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api

yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan

beserta muatannya (berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang

Pelayaran). Penetapan lintas angkutan penyeberangan sebagaimana dimaksud

undang-undang diatas dilakukan dengan mempertimbangkan:

- Pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang

dipisahkan oleh perairan;

- Fungsi sebagai jembatan;

- Hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara

dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;

- Tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya;

- Rencana Tata Ruang Wilayah; dan

- Jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi

keterpaduan angkutan antar-dan intramoda.

- Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap

dan teratur.

Kota Ternate dalam struktur Tata Ruang Nasional maupun Tata Ruang

Propinsi Maluku Utara, berperan sebagai pintu gerbang utama ke Provinsi

Maluku Utara dan menjadi salah satu tulang punggung pemicu pertumbuhan

ekonomi nasional dan regional dikawasan Indonesia Timur bagian Utara.

Dalam lingkup wilayah provinsi Maluku Utara, Kota Ternate menjadi simpul

asal-tujuan pelayaran antar Kota/Kabupaten dengan tingkat intensitas yang

cukup tinggi melayani penumpang dan barang.

Dalam lingkup wilayah Kota Ternate angutan penyeberangan juga berperan

penting, karena merupakan akses perhubungan dari/ke Kecamatan Batang Dua

(Pulau Tifure dan Mayau). Untuk itu diharapkan dapat berfungsi sebagai akses

transpotasi bagi kegiatan sosial dan perekonomian untuk mewujudkan

keseimbangan antar pulau yang lebih efisien.

Keseimbangan antar kawasan pulau yang dimaksud yaitu berlangsungnya

kegiatan ekonomi antar kawasan yang berimbang yaitu kegiatan ekonomi yang

efisien, dapat mendorong semakin intensifnya interaksi perdagangan antar

pulau, pengangkutan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dengan

demikian dapat berpengaruh terhadap timbulnya pusat-pusat kegiatan ekonomi

di kawasan yang akhirnya membuka kesempatan yang lebih luas dari masing-

masing pulau untuk berkembang.

Jaringan angkutan penyeberangan di Kota Ternate, terdiri atas :

1. Alur pelayaran angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota Ternate dan

antar wilayah.

- Alur angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota Ternate terdiri atas :

Bastiong-Mayau-Basting

Page 51: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 51

LAPORAN RENCANA

- Alur angkutan penyeberangan antar wilayah terdiri atas : Bastiong –

Sofifi, Bastiong – Sidangoli, Bastiong – Rum dan Bastiong – Bitung.

2. Pelabuhan/dermaga penyeberangan di Kota Ternate terdiri dari :

- Pelabuhan/Dermaga Ferry Bastiong di Kecamatan Ternate Selatan

- Pelabuhan/Dermaga Ferry Mayau di Kecamatan Batang Dua

Rencana pengembangan angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota

Ternate sebagai upaya meningkatkan peran sub pusat pelayanan dan pusat

lingkungan di kawasan pulau-pulau, serta memantapkan perannya sebagai

kawasan hiterland Kota Ternate. Rencana pengembangannya antara lain :

1. Rencana pengembangan alur penyeberangan meliputi :

- Bastiong – Moti Kota – Bastiong

- Mayau – Tifure

- Tifure – Bastiong

2. Rencana pengembangan pelabuhan/dermaga penyeberangan meliputi :

- Pembangunan Pelabuhan/dermaga Ferry di Pulau Moti Kecamatan

Moti, dan

- Pembangunan Pelabuhan/dermaga Ferry di Pulau Tifure Kecamatan

Batang Dua

- Peningkatan tempat tambat, kolam sandar, daya tampung parkir

kendaraan dan peningkatan sarana prasarana ruang tunggu pelabuhan

Ferry Bastiong.

- Peningkatan sarana prasarana pelabuhan Ferry Mayau dikecamatan

Batang Dua

Gambar 3.2. Jumlah Penumpang dan Kendaraan Yang Diangkut

Melalui Angkutan Penyeberangan Fery Ternate

Rute Penumpang Kendaraan

Roda Empat Kendaraan Roda Dua

Ternate - Rum (PP)

Ternate - Sidangoli (PP)

Ternate - Bitung (PP)

40.133

21.488

5.036

11.072

7.004

2.258

11.105

5.663

821

Jumlah 66.657 20.334 17.589

Sumber: PT (Persero) ASDP Kota Ternate, Tahun 2010

B. Sistem Transportasi Laut

Secara geografis posisi Kota Ternate

sangat strategis terletak pada kawasan

Indonesia timur bagian utara, merupakan

pintu gerbang utama dan menjadi simpul

asal-tujuan antar provinsi, Kota/Kabupaten

diwilayah provinsi Maluku Utara. Kota

Ternate terdiri dari beberapa pulau dan

Page 52: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 52

LAPORAN RENCANA

didominasi oleh perairan/laut sehingga transpotasi laut merupakan moda transportasi

yang memegang peranan penting dalam pengembangan perekonomian di daerah.

Pengembangan sistem transportasi Laut di Kota Ternate didasarkan pada

pembangunan wilayah yang dipacu terlebih dahulu dengan menyediakan sarana dan

prasarana pendukung transportasi laut. Diharapkan nantinya secara bertahap

mengarah ke pola yang lebih sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai faktor

pendukung bagi pengembangan sosial-ekonomi pulau-pulau di wilayah Kota Ternate

yang tercapai pada sector andalan jasa perdangan, perikanan dan pariwisata.

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, kegiatan-kegiatan

yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sistem transportasi laut di Kota

Ternate, yaitu :

Tatanan kepelabuhanan

Alur Pelayaran

1) Tatanan kepelabuhanan

Tatanan Kepelabuhanan adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat

peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan, dan lokasi

pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan

sektor lainnya.

Tatanan Kepelabuhanan di Kota Ternate secara umum memiliki peran yaitu

dalam rangka mengembangkan Kota Ternate sebagai Pusat Kegiatan Nasional

(PKN) dan membuka keterisolasian pulau-pulau Kota Ternate serta mewujudkan

keseimbangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di pulau-pulau dalam

wilayah Kota Ternate.

Secara hierarki saat ini Kota Ternate memiliki beberapa pelabuhan antara

lain :

a. Pelabuhan pengumpul : Pelabuhan Ahmad Yani.

b. Pelabuhan pengumpan :

- Pelabuhan Bastiong di Kecamatan Ternate Selatan

- Pelabuhan Dufa-dufa di Kecamatan Ternate Utara

- Pelabuhan Sulamadaha di Kecamatan Pulau Ternate

- Pelabuhan Togolobe di Kecamatan Hiri

- Pelabuhan Mayau di Kecamatan Batang Dua

- Pelabuhan Tifure di Kecamatan Batang Dua

- Pelabuhan Moti Kota di Kecamatan Moti

- Pelabuhan Tadenas di Kecamatan Moti

- Pelabuhan Tafaga di Kecamatan Moti

- Pelabuhan Takofi di Kecamatan Moti

Kota Ternate juga memiliki dermaga speed boat/pelabuhan rakyat/tambatan

perahu yang fungsinya menunjang pelabuhan tersebut diatas, antara lain

Dermaga Kota Baru, Dermaga Mesjid Raya, Dermaga Dufa-Dufa,Dermaga

Bastiong, Dermaga Moti Kota, Dermaga Tadenas, Dermaga Tafaga,

Page 53: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 53

LAPORAN RENCANA

Dermaga Takofi, Dermaga Tafamutu, Dermaga Togolobe, Dermaga Mayau

dan Dermaga Tifure.

c. Terminal Khusus.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,

terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat

kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan

naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. Sedangkan

Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan

Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan

bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai

dengan usaha pokoknya.

Berdasarkan definisi diatas maka, Dermaga VIP di dermaga residen Kel

Muhajirin, pelabuhan BBM Pertamina Jambula dan pelabuhan wisata marina

dodoku ali di kelurahan salero termasuk dalam kategori pelabuhan terminal

khusus.

2) Alur Pelayaran

Struktur jaringan pelayaran transportasi laut di Kota Ternate dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jaringan pelayaran Nasional.

Sejauh ini Pelabuhan A Yani yang

tergolong sebagai pelabuhan Nasional,

melayani jaringan pelayaran nasional

yang merupakan layanan angkutan laut

antar provinsi, dimana pelabuhan yang

disinggahi hanya pelabuhan dengan

status nasional saja.

Jaringan Pelayanan Nasional ini

diantaranya dilayani oleh PELNI dan

perusahaan pelayaran nasional lainnya. Kota-kota yang dilalui Kapal Pelni

adalah :

- Rute Timur tujuan : Sorong – Manokwari – Biak – Jayapura.

- Rute Barat tujuan : Bitung - Makassar - Bau Bau

Palu – Balikpapan Surabaya

Jakarta – Padang – Medan.

- Rute Selatan : Ambon – Namlea – Banda - Tual.

Sementara itu, jalur pelayaran nasional yang dilayani oleh non PELNI,

juga cukup signifikan, karena sebagian besar membawa muatan barang

bernilai ekonomi. Diantaranya adalah kapal Peti Kemas dan kapal Tanker,

serta kapal barang non peti kemas. Asal tujuan trayek pelayaran kapal non

pelni diantaranya adalah Jakarta, Surabaya, Makasar, Bitung.

Alur pelayaran nasional angkutan penyeberangan :

Bastiong – Bitung (Prop. Sulawesi Utara)

Page 54: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 54

LAPORAN RENCANA

b. Jaringan pelayaran Regional.

Trayek pelayaran regional yang dilayani oleh Pelabuhan A Yani adalah

tujuan ke

Sanana,

Falabisahaya,

Bobong

(Kab.Kepulauan

Sula), Buli (Kab.

Halmahera

Timur), Weda (Kab. Halmahera Tengah), Tobelo (Kab. Halmahera Utara)

dan Jailolo dan Loloda (Kab.Halmahera Barat), serta Pulau Gebe

(Halmahera Tengah), Daruba (Kab.Morotai), Batang Dua(Kota Ternate).

Trayek regional yang dilayani oleh pelabuhan Bastiong meliputi tujuan ke

Bacan dan Obi (Kab. Halmahera Selatan), Rum, Goto, Gita, Payahe

(Kota Tidore Kepulauan), Labuha, Kayoa dan Makian (Kab. Halmahera

Selatan)

Trayek regional yang dilayani oleh Pelabuhan Dufa-dufa melayani trayek

ke Jailolo.

c. Jaringan pelayaran Lokal/Rakyat

Selain trayek pelayaran nasional,

regional, juga didukung oleh

dermaga speed boat/pelabuhan

rakyat/tambatan perahu dan

merupakan feeder bagi pelayaran

regional serta digunakan untuk

mengangkut hasil bumi dari satu

pulau ke pulau yang lain, yaitu:

- Dermaga VIP Residen : Kel Muhajirin

- Dermaga Kota Baru : Kota Baru - Sofifi

- Dermaga Mesjid Raya : Gamalama - Sidangoli

- Dermaga Dufa-dufa : Dufa-dufa - Jailolo

- Dermaga Bastiong : Bastiong – Rum, Bastiong – Kayoa,

Bastiong – Makian, Bastiong – Gita

- Dermaga Sulamadaha : Sulamadaha – Togolobe.

- Dermaga Moti Kota : Moti Kota – Ternate, Moti Kota – Makian,

Moti Kota – Tidore

- Dermaga Tadenas : Tadenas – Ternate, Tadenas – Makian,

Tadenas – Tidore

- Dermaga Tafaga : Tafaga – Ternate, Tafaga – Makian,

Tafaga – Tidore

- Dermaga Takofi : Takofi – Ternate, Takofi – Makian,

Takofi – Tidore

- Dermaga Tafamutu : Tafamutu – Ternate, Tafamutu – Makian,

Page 55: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 55

LAPORAN RENCANA

Tafamutu – Tidore

- Dermaga Togolobe : Togolobe – Ternate

- Dermaga Mayau : Mayau – Ternate, Mayau – Tifure

- Dermaga Tifure : Tifure – Ternate, Tifure - Mayau

Untuk meningkatkan peran Kota Ternate sebagai lokomotif pertumbuhan

ekonomi Provinsi Maluku Utara dalam perspektif perhubungan laut, maka perlu

dilakukan pengembangan system transportasi laut yang mencakup pengembangan

dan pembangunan kepelabuhanan, dermaga maupun rute pelayarannya. Antara lain;

a. Pengembangan dan peningkatan hierarki Pelabuhan

Pengembangan Pelabuhan Ahmad Yani dari pelabuhan pengumpul menjadi

pelabuhan Utama yang melayani rute Nasional dan internasional yang

berfungsi sebagai pelabuhan ekspor-impor, sehingga dibutuhkan perluasan

area untuk peningkatan dan pengembangan diantaranya untuk mendukung

fungsi bongkar muat peti kemas dan non peti kemas. Selain itu juga

dibutuhkan pengembangan fasilitas seperti terminal penumpang,

pergudangan, dermaga dan perlengkapannya seperti fasilitas crane,

Lapangan Petikemas dan fasilitas pendukung lainnya.

Pengembangan menjadi pelabuhan internasional akan memperkuat

kedudukan Ternate sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan koridor

ekonomi Indonesia wilayah VI yang berfungsi menghubungkan antara Kota

dan daerah-daerah penting di Indonesia Timur dengan pusat-pusat

pertumbuhan di Luar Negeri, misalnya hubungan dengan Philipina, Jepang,

Hongkong, Taiwan, Korea, Singapura, Negara Negara kepulauan Pasifik,

Hawaii serta pantai Barat Amerika.

Pembangunan beberapa dermaga yang ada saat ini berstatus sebagai

pelabuhan rakyat/tambatan perahu akan ditingkatkan menjadi pelabuhan

pengumpan, yaitu Pelabuhan Moti, Mayau Batang Dua, Tifure Batangdua,

dan pulau Hiri. Fasilitas pelabuhan akan dilengkapi dengan sarana ruang

tunggu dan gudang penyimpanan sementara.

b. Pengembangan dan Peningkatan sarana prasarana pelabuhan.

Pelabuhan Bastiong dan Dufa-dufa tetap dipertahankan sebagai pelabuhan

Pengumpan namun sarana prasarana kepelabuhanannya perlu ditingkatkan

dan dikembangkan seperti fasilitas terminal penumpang, pergudangan,

panjang dermaga, lantai dermaga, daya tampung kolam pelabuhan dan

fasilitas kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

Pengembangan dermaga speed boat Dufa-dufa yang melayani trayek Dufa-

dufa – Jailolo, Dufa-dufa – Sidangoli. Pengembangan dermaga mencakup

pembangunan dermaga baru, ruang tunggu, tempat parkir dan fasilitas

penunjang lainnya.

Pengembangan Dermaga speed boat VIP pelabuhan Residen di kelurahan

Muhajirin yang berfungsi sebagai pelabuhan khusus tamu Negara,

Page 56: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 56

LAPORAN RENCANA

Pemerintah Pusat dan daerah, Tamu wisatawan mancanegara dan tamu

kesultanan dari ke Ternate.

Rehab dermaga/tambatan perahu di kawasan Sub Pusat Pelayanan pulau

Moti yaitu dermaga Tafaga, dermaga Tanjung Pura di Takofi, dermaga

Tafamutu, dermaga Tadenas

c. Pembangunan Dermaga speed boat/tambatan perahu/pelabuhan rakyat.

Pembangunan baru dermaga speed boat terpadu kelurahan Mangga Dua

yang melayani trayek Mangga Dua - Sofifi, Mangga Dua - Rum, Mangga Dua

- Makian, Mangga Dua – Kayoa, Mangga Dua-Gita. Pengembangan dermaga

mencakup pembangunan dermaga baru, ruang tunggu, tempat parker dan

fasilitas penunjang lainnya.

Pembangunan baru Dermaga Sasa yang dipersiapkan untuk menunjang

pengembangan kawasan Kota Baru dan sekitarnya.

Pembangunan Pos AL di Batang Dua untuk pengamanan wilayah perairan

dari kejahatan (misalnya ilegal fishing, dan ilegal loging).

Pembangunan baru dermaga/tambatan perahu di Sulamadaha

Pembangunan baru kolam labuh/Marina di kawasan Dodoku Ali untuk

menunjang wisata bahari di Kota Ternate.

Tabel 3.8. Identifikasi Permasalahan Pelabuhan dan Dermaga

Nama Pelabuhan

dan Dermaga/

Tambatan

Perahu

Jenis

Pelabuhan

Tujuan Pelayaran Identifikasi Masalah

Pelabuhan

Nasional A Yani

Pelabuhan

Pengumpul

Manado, Gorontalo,

Surabaya, Jakarta,

Makasar, Sorong,

Jayapura, Bitung,

Ambon, Bau Bau,

Palu, Balikpapan

Hasil observasi menunjukkan bahwa

dermaga yang ada masih melayani dua

fungsi bongkar muat peti kemas dan arus

barang dan penumpang. Untuk situasi

mendatang diperlukan pemisahan antara

dermaga peti kemas dan dermaga

penumpang. Berdasarkan RTRWN

dimana Kota Ternate ditetapakn sebagai

PKN, maka pelabuhan A.Yani harus

ditingkatkan sebagai pelabuhan eksport-

import. Pelabuhan A.Yani juga sebagai

Gate Way di Propinsi Maluku Utara.

Pelabuhan antar

pulau Bastiong

Pelabuhan

Pengumpan

Bacan, Obi, Gane

Barat, Gita,

Payahe, Tidore,

Moti, Kayoa,

Makian,

Hasil observasi menunjukkan bahwa

setiap hari terjadi arus bongkar muat dan

kunjungan kapal dengan frekuensi yang

sangat padat. Kapal yang berlabuh di

dermaga sudah paralel sampai tiga

kapal. Seharusnya berlabuh secara

serial. Dengan demikian sangat

Page 57: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 57

LAPORAN RENCANA

Nama Pelabuhan

dan Dermaga/

Tambatan

Perahu

Jenis

Pelabuhan

Tujuan Pelayaran Identifikasi Masalah

mengganggu keamanan dan

kenyamanan pengguna jasa pelabuhan.

Untuk melakukan perluasan pelabuhan

sudah tidak memungkinkan karena

terbatasnya area kolam putar kapal

(wharf). Hal ini disebabkan oleh

keberadaan pelabuhan perikanan (PPN)

di bagian Utara dan pelabuhan Fery di

bagian Selatan dari pelabuhan Bastiong.

Pelabuhan antar

pulau Dufa-dufa

Pelabuhan

Pengumpan

Sidangoli, Jailolo

(Halmahera Barat)

Ibu, Loloda, Morotai

dan Tobelo

Hasil observasi menunjukkan bahwa

kapasitas pelabuhan masih

memungkinkan daya dukung terhadap

kunjungan kapal maupun arus barang

dan penumpang. Namun untuk situasi

mendatang perlu dipikirkan perluasan

kearah Utara pelabuhan.

Pelabuhan Antar

Pulau

Sulamadaha

Pelabuhan

Pengumpan

Pulau Hiri Hasil observasi menunjukkan bahwa

pelabuhan ini belum memiliki dermaga

dan masih minimnya fasilitas dan sarana

kepelabuhanan, sehingga sangat

menyulitkan dalam proses bongkar muat

penumpang maupun barang.

Pelabuhan khusus

BBM di Jambula

Pelayaran khusus

angkutan BBM

Dermaga Speed

boat di Dufa-dufa

Pelabuhan

Pengumpan

Sidangoli, Jailolo

dan Hiri

Hasil observasi menunjukkan bahwa

kapasitas daya dukung dermaga sudah

cukup padat sehingga kedepan perlu di

lakukan pengembangan.

Dermaga VIP

Resident di Fala

Jawa

Lintas Regional Dermaga Resident di Fala Jawa

merupakan salah satu aset sejarah

kesultanan Ternate. Saat ini dermaga

Residen di fungsikan untuk bongkar muat

manusia dan barang dari Sidangoli,

Sofifi, Galala. Hal ini akan berdampak

pada kerusakan fisik aset sejarah

tersebut. Berdasarkan fungsinya sebagai

dermaga VIP maka dermaga ini hanya

dikhususkan untuk tamu khusus

kenegaraan dan daerah, serta tamu

khusus kesultanan dan wisata bahari

tertentu, untuk itu diperlukan

pengembangan fasilitas penunjang

dermaga yang memadai

Page 58: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 58

LAPORAN RENCANA

Nama Pelabuhan

dan Dermaga/

Tambatan

Perahu

Jenis

Pelabuhan

Tujuan Pelayaran Identifikasi Masalah

Dermaga Moti di

Moti Kota

Pelabuhan

Pengumpan

Ternate, Tidore,

Makian dan Kayoa.

Dermaga Moti saat ini difungsikan

sebagai dermaga antar pulau-pulau di

sekitar pulau Moti. Karena merupakan

pintu gerbang utama Kecamatan Moti,

maka untuk mengantisipasi peningkatan

aktifitas di Pulau Moti pada situasi

mendatang diperlukan pemanjangan

dermaga dan fasilitas ruang tunggu

Dermaga Mayau

di Batang Dua

Pelabuhan

Pengumpan

Ternate, Loloda,

Ibu, Jailolo, Bitung,

Tobelo

Hasil observasi menunjukkan bahwa

kapasitas daya dukung dermaga mampu

untuk melayani aktifitas bongkar muat.

Sudah memiliki ruang tunggu namun

perlu penambahan fasilitas penunjang

yang memadai

Tambatan Perahu

di Tadenas Pulau

Moti.

Pelabuhan

Pengumpan

Kebutuhan nelayan

setempat

Hasil observasi menunjukkan bahwa

kapasitas daya dukung dermaga mampu

untuk melayani aktifitas bongkar muat.

Dermaga Tafaga

di Pulau Moti.

Pelabuhan

Pengumpan

Ternate, Makian

dan Kebutuhan

nelayan setempat

Hasil observasi menunjukkan bahwa

kapasitas daya dukung dermaga mampu

untuk melayani aktifitas bongkar muat.

Namun saat ini kondisinya rusak.

Dermaga Takofi di

Pulau Moti.

Pelabuhan

Pengumpan

Ternate, Makian

dan Kebutuhan

nelayan setempat

Hasil observasi menunjukkan bahwa

kapasitas daya dukung dermaga mampu

untuk melayani aktifitas bongkar muat.

Dermaga di

Togolobe Pulau

Hiri

Pelabuhan

Pengumpan

Ternate, Jailolo,

Batangdua dan

Kebutuhan nelayan

setempat

Dermaga Togolobe di fungsikan untuk

bongkar muat manusia dan barang dari

Ternate, Jailolo. Karena merupakan pintu

gerbang utama di Pulau Hiri. Untuk

mengantisipasi peningkatan aktifitas

maka pada situasi mendatang diperlukan

pemanjangan dermaga dan fasilitas

ruang tunggu.

Dermaga Tifure di

Batangdua

Pelabuhan

Pengumpan

Ternate, Bitung,

Loloda, Ibu, Jailolo

dan Kebutuhan

nelayan setempat.

Dermaga di Tifure fungsikan untuk

bongkar muat manusia dan barang.

Belum memiliki tempat tunggu sehingga

jika terjadi hujan maka hasil

pertanian/perkebunan yang mau

diangkut kapal mengalami

kerusakan/basah.

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010

Page 59: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 59

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.9. Arus Kunjungan Kapal dan Bongkar Muatan di Pelabuhan A. Yani Ternate

No Bulan Jenis Kapal Barang

Penumpang Barang Bongkar/M3 Muat/M3

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

9,990

26.334

24.172

40.043

44.660

30.770

33.812

34.878

53.421

46.411

59.445

-

55.696

33.513

29.167

46.998

59.907

38.128

40.722

56.781

69.543

40.484

68.503

-

1.944

1.376

2.345

3.033

2.445

1.180

2.073

2.584

2.119

1.840

2.131

-

1.944

2.062

2.547

6.255

6.689

1.670

3.118

3.369

2.397

2.851

3.131

-

Jumlah 403.936 541.440 22.239 36.033

Sumber: Kantor ADPEL Ternate, Tahun

Page 60: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 60

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.7. Peta Rencana Pengembangan pelabuhan dan Dermaga Kota Ternate

Page 61: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 61

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.8. Rencana Sistem Pelayaran Transportasi Laut (Pelabuhan A. Yani

Ternate (pelayaran Nasional dan Internasional), Bastiong dan Dufa-dufa (Pelayaran Lokal).

Page 62: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 62

LAPORAN RENCANA

C. Sistem Transportasi Udara

Berdasarkan RTRWN, sistem jaringan

transportasi udara terdiri atas tatanan bandar

udara dan ruang lalu lintas udara. Bandar Udara

Sultan Babullah-Ternate merupakan bandara

pengumpul Pusat Penyebaran Tersier, yang

merupakan bandara utama di Provinsi ini, dimana

seluruh jalur penerbangan antar pulau di dalam

wilayah Provinsi Maluku Utara maupun dari dan ke

luar wilayah Maluku Utara berpusat di Ternate.

Intensitas kegiatan di bandara ini sangat tinggi.

Perhubungan udara merupakan sarana dan prasarana transportasi dengan

biaya operasionalnya mahal dan dibutuhkan teknologi yang tinggi untuk

menjalankannya. Keuntungan dari transportasi udara ini adalah kecepatan

pergerakan yang tinggi atau waktu tempuh yang singkat. Keuntungan lainnya adalah

biaya pembangunan prasarana (seperti bandara) relatif rendah di bandingkan

dengan transportasi darat, meskipun fasilitas operasi penerbangan relatif mahal.

Pengembangan sistem tranportasi udara ini diutamakan untuk mendukung sistem

tranportasi darat dan laut dan untuk menghubungkan antar wilayah dengan jarak

pendek, volume penumpang dan barang sedikit.

Kedudukan Kota Ternate sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) juga

menjadikan bandar udara ini sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Provinsi

Maluku Utara, serta memegang peranan penting dalam mendukung pergerakan

masyarakat dari maupun menuju Kota Ternate.

Kondisi Bandar Sultan Baabullah Kota Ternate saat ini secara garis besar

dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Dimensi runway /Arah/PCN adalah 2.150 x 30 m/ 14 -32 / 135.500 LBS

b. Taxiway/Apron/Turning Area adalah 95 x 22,5 m/180 x 60 m/2 x 1500 m

c. Overrun/Stop Way adalah (R/W 32 (74 x 150) M2))/(R/W (30 x30) m2)

d. Memiliki Terminal Domestik seluas 1200 m2

e. Mempunyai pelayanan ADC : APP

f. Kemampuan Operasi adalah Boeing 737 – 400 ER (Kapasitas Terbatas)

Di bawah ini adalah rencana pengembangan bandar udara Sultan Baabullah

dan jalur penerbangan yang diusulkan dengan mempertimbangankan perkembangan

spasial Kota Ternate dan keterbatasan ruang pengembangan. Bandara Udara Sultan

Baabullah di Ternate diusulkan tetap merupakan pusat atau pengumpulan jalur-jalur

penerbangan di Provinsi Maluku Utara dan merupakan Pusat Penyebaran Tersier.

Mengingat masih terbatas kemampuannya, maka diusulkan perlu ditingkatkan dalam

hal pelayanan terhadap konsumennya, terutama dalam hal kenyamanan, kecepatan

pelayanan dan fasiitas pendukungnya. Pelayanan penerbangan dan sistem

penyelamatan penerbangan perlu ditingkatkan, kemampuan atau klasifikasi

landasan ditingkatkan (menjadi kelas II) sehingga mampu didarati oleh pesawat yang

lebih besar.

Page 63: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 63

LAPORAN RENCANA

Selanjutnya ruang udara untuk penerbangan di Kota Ternate direncanakan

meliputi :

a. Ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan

bandar udara.

b. Ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi

penerbangan.

c. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan

Rencana pengembangan jalur penerbangan Bandar Udara Sultan Baabullah

meliputi:

a. Rencana Pengembangan Jalur Nasional Antar Provinsi, yaitu: Ternate –

Jakarta; Ternate – Manado; Ternate – Ambon; Ternate – Makassar; Ternate -

Sorong; Ternate – Fak - Fak; Ternate – Manokwari; Ternate – Luwuk; Ternate -

Gorontalo; Ternate - Surabaya;

b. Rencana Pengembangan Jalur Regional Antar Kabupaten, yaitu: Ternate –

Sanana; Ternate - Bacan; Ternate - Morotai; Ternate – Galela; Ternate – Kao;

Ternate - Gebe dan Ternate – Buli

Rencana pengembangan sarana dan prasarana penunjang Bandar udara Sultan

Baabullah meliputi;

a. Pengembangan terminal ruang tunggu dan fasilitas pendukung.

b. Pengembangan apron untuk meningkatkan daya tampung parkir pesawat.

c. Pengembangan runway untuk pendaratan pesawat yang lebih besar

d. Pengembangan lahan parkir kendaraan.

Transportasi udara merupakan kegiatan pemindahan penumpang dan barang

melalui penerbangan, dari satu tempat ke tempat lain. Berbeda dengan moda

transportasi yang lain, transportasi udara mempunyai karakter yang sangat spesifik,

memiliki kecepatan tinggi, jumlah muatan dan armada yang relatif sedikit, wahana

yang diperlukan untuk pergerakan lalu lintas adalah ruang terbuka yang luas, yang

tidak tergantung pada keadaan topografi bumi seperti sungai, rawa, lembah gunung,

hutan dan lain-lain. Didukung oleh teknologi canggih, baik pesawat udaranya

maupun sarana dan prasarana didarat, merupakan industri global mulai dari

domestik, regional hingga internasional.

Sarana transportasi udara sangatlah berperan penting bagi pengembangan

wilayah Kota Ternate, terutama dalam hubungan antar wilayah yang membutuhkan

perpindahan orang dan barang dalam waktu singkat. Sarana transportasi udara

dapat mendukung sarana transportasi laut dan darat.

Bandar udara Babullah Ternate merupakan bandar udara yang melayani

masyarakat propinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Dengan jenis pesawat yang

beroperasi di bandara ini merupakan pesawat jenis F-100, B-737 Seri 200 dan 300,

DASH, ATR, Airbush 318 Cassa 212, Nomad, Helikopter, dan Hercules, yang

melayani rute penerbangan ke Kota kota besar seperti Jakarta, Jogjakarta,

Manado, Makasar, Surabaya, di samping penerbangan lokal yang melayani rute

penerbangan dengan tujuan Morotai, Bacan, Sanana, Galela dan Buli.

Page 64: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 64

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.10. Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat Melalui Bandara

Sultan Babullah Ternate Tahun 2005- 2010

Bulan

Datang

Arrival

Berangkat

Departures

2005 2005 2006 2007 2008 2005 2005 2006 2007 2008

Januari/ January

Pebruari/ February

Maret/ March

April/ April

Mei/ May

Juni/ June

Juli/ July

Agustus/ August

September/

September

Oktober/ October

Nopember/ November

Desember/ December

228

181

243

223

219

186

208

215

224

239

207

229

228

181

243

223

219

186

208

215

224

239

207

229

227

221

272

275

276

243

254

285

278

252

325

308

278

250

269

276

293

277

283

293

271

326

292

303

302

283

279

302

313

258

263

253

293

280

307

304

228

181

243

223

219

186

208

215

224

239

207

229

227

221

272

275

276

243

254

285

278

252

325

308

278

250

269

276

293

277

283

293

271

326

292

303

302

283

279

302

313

258

263

253

293

280

307

304

327

310

294

321

325

238

310

286

278

395

383

401

Jumlah 2 602 2

602 3 216

3

411

3

437

2

602

3

216

3

411

3

437

3

868

Sumber: Depert Perhubungan, Direk Perhubungan Udara Bandara Sultan Babullah Ternate

Page 65: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 65

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.9. Rencana Transportasi Udara

Page 66: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 66

LAPORAN RENCANA

3.2.2 Rencana Sistem Energi

Kebutuhan listrik sebagai sarana penerangan/kebutuhan bagi penduduk

diwilayah Kota Ternate diperoleh melalui PT. PLN (Persero) Wilayah IX Cabang

Ternate dengan menggunakan tenaga diesel. Panjang jaringan yang ada untuk

tegangan rendah (SUTR) 11,379 KMS dan tegangan menengah (SUTM) 7,107 KMS,

dengan jumlah gardu sebanyak 133 dan kapasitas terpasang 28,802 VA. Sampai

pada tahun 2010, service area kelistrikan sudah menjangkau seluruh keluruhan di

Kecamatan Ternate Utara, Ternate Selatan, Ternate Tengah dan Kecamatan Pulau

Ternate, namun belum terlayani secara keseluruhan kawasan permukiman yang ada

di kelurahan tersebut.

Tabel 3.11. Jumlah Pelanggan dan Daya Terpasang

Uraian Satuan

TR Jumlah Gardu

Jumlah Pelanggan 27,310 -

SUTM 95 -

SUTR 164 -

Daya Terpasang 28,802 Kayu Merah

Daya Mampu 16,100 -

Sumber: PT.PLN Kota Ternate, Tahun 2010

Tabel 3.12. Jumlah Mesin dan Kapasitas Mesin Pada PT PLN (Persero) Wilayah

Maluku Cabang Ternate

Keadaan Mesin Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Mesin (Unit) 7 7 7 7 13

Keadaan Terpasang

(MW) 21.552 21.122 21.122 24.402 27,310

Daya Mampu (MW) 9,2 13,3 12,8 11.300 16,100 Sumber: PT.PLN Kota Ternate, Tahun 2010

Tabel 3.13. Data Jaringan PLN / Aset Distribusi Tahun 2010

NO Unit

Panjang Jaringan

Jumlah Tiang Gardu Distribusi Jumlah Trafo

Kapasitas Trafo

Ket

SUTM SKTM SUTR TM TR Beton Portal Cantrol

(kms) (kms) (kms) (Buah) (Buah (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (kVA

1 Rayon

Ternate 94,75 1,16 163,92 2.252 2.295 13 146 25 184 27.572

JUMLAH 94,75 1,16 163,92 2.252 2.295 13 146 25 184 27.572

Sumber : Monografi Kota Ternate 2011

Berdasarkan frekwensi kegiatan dan kecenderungan kebutuhan jaringan listrik

untuk permukiman penduduk, maka diperkirakan kebutuhan energi listrik di Kota

Ternate hingga tahun 2030 mencapai sekitar 185.715,59 KVA, dengan rincian

pemakaian pada tabel berikut. Pengembangan jaringan listrik khususnya kawasan

Page 67: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 67

LAPORAN RENCANA

perencanaan dapat berfungsi sebagai sarana untuk menunjang peningkatan intensitas

dan produsktivitas sektor kegiatan ekonomi, serta memperkuat kemungkinan

terciptanya struktur tata ruang kawasan yang seimbang.

A. Rencana Pengembangan Energi.

Terkait dengan penjelasan di atas, maka arahan rencana pengambangan

sistem energi di Kota Ternate, meliputi :

3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud, terdiri atas :

1. jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi :

a. gardu Distribusi sebanyak 184 unit dengan kapasitas 27.572 KVA,

terdapat di kelurahan Kayu Merah Kecamatan Ternate Selatan;

b. jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yaitu

menghubungkan gardu induk dengan Gardu Transmisi; dan

c. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) yaitu menghubungkan

gardu distribusi dengan sambungan rumah.

2. Jaringan energi minyak dan gas bumi, meliputi :

a. Depo pertamina di Kelurahan Jambula;

b. SPBU di kelurahan Kalumata dan Maliaro;

c. SPB khusus TNI AD di Kelurahan Mangga Dua Utara; dan

d. APMS di kelurahan Mangga Dua, kelurahan Tafure dan kelurahan

Muhajirin.

4) Rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik dan Minyak dan gas bumi,

meliputi :

a. Peningkatan kapasitas pembangkit energi listrik;

b. Pengembangan Solar Cell untuk penerangan jalan, lampu taman, trafic light

di Kota Ternate;

c. Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel dan jaringan distribusi di

Pulau Hiri, Moti dan Batang Dua;

d. Pengembangan sumber energi terbarukan (angin, surya, arus laut dan lain-

lain) di Pulau Hiri, Moti dan Batang Dua;

e. Pengembangan jaringan distribusi ke kawasan-kawasan permukiman yang

belum terlayani oleh jaringan listrik PLN;

f. Pengembangan Gardu Induk (Gl) dan Gardu Distribusi (GD) sesuai

kebutuhan dan permintaan;

g. Rencana SPBU diarahkan di kecamatan Pulau Ternate dan kecamatan

Ternate Utara;

h. Rencana APMS diarahkan di kecamatan Pulau Hiri, kecamatan Moti dan

kecamatan Batang Dua;

i. Penambahan jaringan distribusi tegangan menengah untuk menyalurkan

daya listrik dari Gardu Induk ke Gardu Transmisi;

j. Penambahan jaringan distribusi tegangan rendah baru melalui kabel tanah

untuk kawasan pusat pemerintahan, serta melalui kabel udara untuk kawasan

permukiman penduduk; dan

k. Pengembangan jaringan kabel bawah laut dari Rum Tidore ke Kota Ternate.

Page 68: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 68

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.14. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan Pulau Ternate

Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031

Kec. Pulau Ternate MW % MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 2.958 4.672

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

3,40 59% 5,4 54%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

1,70062 29% 3,5 35%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

0,68025 12% 1,1 11%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 5,78 9,9

Tabel 3.15. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan

Moti Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031

Kec. Moti MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 880 1.389,7

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

1,01 71% 1,6 71%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

0,30353 21% 0,5 21%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

0,10118 7% 0,2 7%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 1,42 2,2

Tabel 3.16. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan

Pulau Batang dua Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2008 Tahun 2030

Kec. Batang Dua MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 493 777,1

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

0,57 71% 0,9 71%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

0,16995 21% 0,3 21%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

0,05665 7% 0,1 7%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 0,79 1,3

Page 69: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 69

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.17. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan

Ternate Selatan Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031

Kec. Ternate Selatan MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 12.741 16.476,1

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

14,65 71% 18,9 71%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

4,39578 21% 5,7 21%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

1,46526 7% 1,9 7%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 20,51 26,5

Tabel 3.18. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan

Ternate Tengah Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031

Kec. Ternate Tengah MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 10.417 12.629,7

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

11,98 71% 14,5 71%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

3,59373 21% 4,4 21%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

1,19791 7% 1,5 7%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 16,77 20,3

Tabel 3.19. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan

Ternate Utara Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031

Kec. Ternate Utara MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 9.097 13.468,8

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

10,46 71% 15,5 71%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

3,1386 21% 4,6 21%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

1,0462 7% 1,5 7%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 14,65 21,7

Page 70: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 70

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.20. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan

Pulau Hiri Sampai Tahun 2031

Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031

Kec. Hiri MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 546 861,8

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

0,63 71% 1,0 71%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

0,18823 21% 0,3 21%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

0,06274 7% 0,1 7%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 0,88 1,4

Tabel 3.21. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kota Ternate

Sampai Tahun 2031

Kota Ternate Tahun 2010 Tahun 2031

MW %

Jumlah RT (Rumah Tangga) 37.131 50.275

Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)

42,70 70% 57,82 69%

kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)

13,49 22% 19,23 23%

kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)

4,61 8% 6,32 8%

Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 60,80 83,36

Grafik 3.1 Kebutuhan Listrik Kota Ternate Tahun 2010 dan 2031

Page 71: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 71

LAPORAN RENCANA

3.2.3 Rencana Sistem Telekomunikasi

Pelayanan jaringan telepon diwilayah Kota Ternate dilayani oleh PT. Telkom

Stasiun Otomat Ternate melalui sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) yang pada

tahun 2010 melayani 7450 pelanggan dengan kapasitas jaringan 7.390 dan

kapasitas sentral 7.482. Dibandingkan terhadap jumlah rumah tangga yang ada,

ternyata hanya sebagian kecil dari rumah tangga yang menjadi pelanggan Telkom,

yaitu hanya sekitar 20 %. Namun dengan adanya jaringan telekomunikasi selular,

jaringan komunikasi antar kawasan dapat terlayani dengan baik. Wilayah yang cukup

baik mendapat layanan telekomunikasi adalah di Kecamatan Ternate Selatan,

Ternate Tengah dan Ternate Utara. Sedangkan di sebagian besar wilayah di luar

kawasan perkotaan (Kecamatan Pulau Ternate, Batang Dua, Moti dan Hiri) masih

terbatas jaringan pelayanan.

Mengingat program pembangunan kewilayahan di Kota Ternate maka perlu

dilakukan kebijakan pemasangan jaringan telekomunikasi yang merata di seluruh

wilayah pulau-pulau.

Dengan asumsi bahwa pada tahun 2030 sekitar 90 % RT akan terlayani oleh

sambungan telekomunikasi ditambah sekitar 10 % untuk tambahan SST bagi

kegiatan usaha, niaga, industri, maka diperlukan sekitar 32.000 SST yang tersebar di

Kecamatan Ternate Selatan, Ternate Utara dan Pulau Ternate, di Pulau Ternate.

Telekomunikasi satelit dan radio juga perlu disarankan untuk diterapkan di pulau-

pulau Hiri, Mayau, Tifure, dan Moti.

Tabel 3.22. Jumlah Langganan Percakapan Telepon Yang Dilayani Kantor Telekom

di Kota Ternate

Bulan Telepon

Pelanggan Lokal SLJJ

Januari/ January

Pebruari/ February

Maret/ March

April/ April

Mei/ May

Juni/ June

Juli/ July

Agustus/ August

September/

September

Oktober/ October

Nopember/ November

Desember/ December

8.156

8.158

8.167

8.497

8.442

8.383

8.321

8.288

8.232

8.204

7.937

7.887

130.087.000

125.451.750

110.162.750

119.679.750

113.666.250

104.573.570

110.444.250

120.150.500

114.348.500

106.819.000

103.041.750

103.229.000

894.632.340

1.018 358.227

514.695.299

555.459.873

496.590.843

458.878.976

508.449.441

618.400.041

515.034.559

488.936.512

503.822.198

543.976.410

Sumber: BPS Kota Ternate Tahun 2010

Page 72: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 72

LAPORAN RENCANA

Sistem jaringan telekomunikasi di Kota Ternate terdiri dari :

1. Sistem Jaringan Kabel.

2. Sistem Jaringan Nirkabel.

A. Sistem Jaringan Kabel

Sistem jaringan telekomunikasi kabel dibedakan menjadi teresterial darat dan

laut, di mana untuk teresterial darat terdiri dari infrastruktur jaringan kabel (tembaga

dan fiber optik) dan radio gelombang mikro. Sedangkan infrastruktur terestrial laut

terdiri dari jaringan kabel tembaga dan fiber optik. Untuk di Kota Ternate Sistem

jaringan telekomunikasi kabel/terestrial darat tersebut ditetapkan dengan

memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan jangka panjang.

Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah;

Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan STO

dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan RK, dan

antar RK.

Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang

menghubungkan RK dan DP.

Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang menghubungkan

DP dengan masing – masing pelanggan

Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam

batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah perencanaan

dilakukan di bawah jalur pejalan kaki/ trotoar diluar perkerasan jalan.

Adapun rencana pengembangan sistem jaringan komunikasi kabel/terestrial antara

lain sebagai berikut:

Penambahan jaringan telepon rumah di kawasan perkotaan di kecamatan

Ternate Utara kurang lebih 2694 SST, Kecamatan Ternate Tengah kurang lebih

2623 SST dan Kecamatan Ternate Selatan kurang lebih 3295 SST, Kecamatan

Pulau Ternate kurang lebih 934 SST, Kecamatan Pulau Hiri kurang lebih 164

SST, Kecamatan Pulau Batang Dua kurang lebih 155 SST dan Kecamatan Moti

kurang lebih 278 SST;

Penambahan telepon umum di kawasan permukiman perkotaan yang belum

terlayani dan kawasan diluar perkotaan baik dengan jaringan kabel maupun nir

kabel yang diarahkan di kecamatan Ternate Utara kurang lebih 27 TU,

Kecamatan Ternate Tengah kurang lebih 26 TU, Kecamatan Ternate Selatan

kurang lebih 33 TU, Kecamatan Pulau Ternate kurang lebih 9 TU, Kecamatan

Pulau Hiri kurang lebih 2 TU, Kecamatan Pulau Batang Dua kurang lebih 2 TU

dan Kecamatan Moti kurang lebih 3 TU;

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi kabel/terestrial dilakukan melalui

pengembangan infrastruktur jaringan kabel (tembaga maupun fiber optik) lewat

darat;

Page 73: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 73

LAPORAN RENCANA

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi kabel/terestrial dilakukan

dengan meningkatkan pelayanan sambungan telepon serta jaringan internet,

dengan memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan jangka

panjang.

B. Sistem Jaringan Nirkabel

Sistem jaringan Nirkabel merupakan sistem telekomunikasi non kabel sebagai

penghubung. Setiap lapisan infrastruktur tersebut mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Infrastruktur kabel/terestrial meskipun mempunyai keunggulan di

"unlimited bandwidth expansion" tapi kekurangannya adalah fleksibilitas dan

mobilitas yang terbatas. Sedangkan infrastruktur nirkabel, kelebihannya adalah

fleksibilitas dan mobilitas yang luas, tetapi resikonya tinggi, "limited bandwidth

expansion"dan kelembaman waktu (time delay) tinggi khususnya untuk suara dan

data interaktif. Sehingga penggunaan kedua infrastruktur tersebut mempunyai dua

segment kebutuhan vertikal yang berbeda.

Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk

perkembangangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masyarakat

dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Konsep system

pelayanan BTS adalah dengan:

Jangkauan pelayanan maksimal (pada daerah layanan padat dan atau peak

hour) per antenna BTS diarahkan limit kurang lebih dari 3 km.

Jarak antar tower minimum (antar provides/kelompok provider yang tergabung

dalam tower pemanfaatan bersama) diarahkan mendekati (limit) 6 km.

Untuk penguatan spectrum layanan dapat menggunakan antena transmitter

yang dapat ditempatkan pada tower, gedung tinggi dengan disamarkan

menyesuaikan karakteristik estetika kawasan. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 3.10. Gambar Penguatan Spektrum Layanan

Page 74: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 74

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.11. Konsep Sistem Transmisi

Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematika antara

lain adalah :

Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh dari

permukiman.

Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan, karena

mempunyai tegangan tinggi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang

pedoman pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan yang

diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :

a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran

Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas permukaan

tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.

Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib memperhitungkan

kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:

Pondasi;

Pembebanan; dan

Struktur.

b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama

Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :

Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena atau

lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran; atau

Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa

antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi dan atau penyiaran.

Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para operator

yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru, diharuskan

menyiapkan konstruksi menara telekomunikasi yang memenuhi syarat

dijadikan menara telekomunikasi bersama.

Page 75: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 75

LAPORAN RENCANA

Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis

memungkinkan, harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu

operator atau dijadikan menara telekomunikasi bersama.

Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang

menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.

Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib

saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.

Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan

struktur menara.

Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar antena pemancar yaitu

30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.

Adapun rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel

antara lain sebagai berikut:

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel merupakan sistem

telekomunikasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai

penghubung, dengan dukungan infrastruktur utama berupa stasiun bumi dan

tower BTS, perlu penambahan jaringan sampai ke seluruh wilayah Kota Ternate.

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel dilakukan dengan

penambahan jumlah tower BTS di wilayah Kota Ternate, Kecamatan Pulau

Batang Dua, Moti, dan Hiri

Upaya perluasan jangkauan pelayanan stasiun bumi melalui penambahan jumlah

tower BTS dapat ditempuh melalui pembangunan BTS bersama yang dapat

dipakai oleh beberapa provider telekomunikasi di Kota Ternate. Dengan Skenario

tower BTS bersama dimaksud adalah sebagai berikut :

i. Tower telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis

memungkinkan,harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu

operator atau dijadikan tower telekomunikasi bersama.

ii. Para operator yang mengajukan pembangunan tower telekomunikasi baru,

diharuskan menyiapkan konstruksi tower telekomunikasi yang memenuhi

syarat dijadikan tower untuk pemanfaatan bersama.

iii. Tower telekomunikasi yang diperuntukkan sebagai jaringan utama (hub)

dapat diperkecualikan untuk dijadikan tower bersama.

iv. Operator yang akan meningkatkan kapasitas layanan (menempatkan BTS

baru) pada area yang telah dilayaninya sendiri (eksisting) karena

meningkatnya permintaan layanan (pengguna), maka penempatan BTS-nya

adalah pada :

a. Tower eksisting (milik provider/operator lain), jika lokasi/area layanannya

sesuai, serta syarat teknis sistem jaringan dan konstruksinya

memungkinkan, atau;

b. Tower Pengembangan Pemanfaatan Bersama (Baru), yang telah berdiri

dan secara teknis layak/masih memungkinkan untuk ditambahi beban;

c. Tower Baru, dengan lokasi yang direkomendasikan dan menyiapkan

kelayakan konstruksi sebagai tower bersama;

Page 76: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 76

LAPORAN RENCANA

v. Operator yang akan mengembangkan area layanan baru dapat

menempatkan BTS pada :

a. Tower Eksisting (milik provider/operator lain), jika secara teknis

memungkinkan;

b. Tower Pengembangan (Baru) peruntukan Pemanfaatan Bersama, yang

telah berdiri dan secara teknis layak/masih memungkinkan untuk

ditambahi beban;

c. Tower Baru, dengan lokasi yang direkomendasikan dan menyiapkan

kelayakan konstruksi sebagai tower bersama.

vi. Pengembangan tower pada Kawasan Pengembangan Layanan yang sesuai

dengan arahan kebijakan tata ruang pada masing-masing wilayah tersebut,

diupayakan untuk mengembangkan pemanfaatan tower bersama.

vii. Untuk ketinggian tower telekomunikasi di atas 60 meter, jarak tower dari

bangunan terdekat diperbolehkan 20 meter dan untuk ketinggian tower di

bawah 60 meter, jarak tower dari bangunan terdekat diperbolehkan 10 meter.

3.2.4 Rencana Sistem Sumberdaya Air

Pemanfaatan sumber daya air adalah prasarana pengembangan sumberdaya

air untuk memenuhi berbagai kepentingan. Pemanfaatan sumber daya air bersih

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kota Ternate saat ini masih

bersumber dari air permukaan dan air tanah melalui sumur dalam dan sumur

dangkal yang terdapat di wilayah Kota Ternate.

A. Sistem Jaringan Air Baku Untuk Air Minum

KotaTernate memiliki beberapa sumber air baku yang dapat dikembangkan

untuk kebutuhan air bersih masyarakat. Sumber air baku tersebut meliputi :

Danau yang terdapat di Kota Ternate yaitu Danau Laguna dan Danau Tolire.

Mata air yang terdapat di Kota Ternate yaitu mata air Tege - Tege di Kelurahan

Marikurubu, mata air Ake ga’ale di Kelurahan Sangadji, mata air Santosa di

Kelurahan Salero, dan mata air Akerica di Kelurahan Rua, mata air Jebubu di

Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas (Moti).

Sumur dalam sebagai sumber air baku untuk air minum, yaitu Sumur I Santiong,

Sumur II Santiong, Sumur I Kalumpang, Sumur II Kalumpang, Sumur I Stadion,

Sumur I Kampung Pisang, Sumur I Soa, Sumur I Pekuburan Islam, Sumur I

Akegale, Sumur II Akegale, Sumur II Akegale, Sumur III Akegale, Sumur IV

Akegale, Sumur V Akegale, Sumur VI Akegale, Sumur VII Akegale, Sumur VIII

Akegale, Sumur I Foralaha, Sumur II Foralaha, Sumur I Kalumata, Sumur I Ubo-

Ubo, Sumur II Ubo-Ubo, dan Sumur I Togafo.

Sumur dangkal, lokasinya tersebar di kawasan permukiman dan dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai sumber air baku.

Untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Ternate maka dibutuhkan rencana

sistem jaringan air baku atau air bersih. Adapun rencana sistem jaringan Air Baku

Untuk Air Minum meliputi:

Page 77: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 77

LAPORAN RENCANA

membangun bangunan bak penangkap mata air (broncaptering) pada sumber air

baku di mata air Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula

Kelurahan Tadenas (Moti);

pengembangan sumber air baku danau Laguna sebagai sumber air bersih;

jaringan trasmisi dari sumber air baku (sumur bor, dan mata air) ke instalasi

pengolahan air minum; dan

membangun jaringan transmisi baru untuk menambah kapasitas produksi air

baku;

Pelestarian kawasan sekitar sumber mata air tanah dan air permukaan dengan

melakukan penghijauan.

B. Pengendalian Banjir

Dengan semakin meningkatnya lahan terbangun di wilayah Kota Ternate,

maka dibutuhkan area-area yang berfungsi sebagai pengendalian banjir. Rencana

pengendalian banjir di wilayah Kota Ternate yang akan dikembangkan adalah

sebagai berikut;

Pembangunan dan perbaikan saluran drainase di setiap sisi jalan untuk

memperlancar limpasan air hujan dari jalan dan mencegah terjadinya genangan

air yang dapat merusak konstruksi jalan pada masa mendatang;

Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada kawasan resapan air

untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah serta mengurangi aliran

permukaan (run off) yang dapat meningkatkan debit air banjir, baik untuk kawasan

bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan;

Rencana pembuatan tangggul kalimati/barangka di kawasan permukiman

masyarakat;

Pada kawasan yang rawan atau sering terjadi banjir/genangan air, maka

direncanakan pembuatan bangunan pengendali banjir pada kalimati/barangka

yang terletak pada kawasan diatasnya.

Sosialisasi intensif kepada masyarakat disepanjang bantaran kalimati/barangka

dalam bentuk lisan, panflet maupun papan larangan agar tidak membuang

sampah di kalimati/barangka. Untuk memberi efek jera kepada pelanggar, maka

pemberian sanksi perlu diterapkan dalam bentuk denda atau kurungan.

Fasilitas persampahan harus ditingkatkan untuk melayani kawasan permukiman

dekat kalimati/barangka baik berupa TPS, gerobak sampah maupun pelayanan

mobil sampah.

Penerapan sempadan disepanjang kalimati/barangka.

Penghijauan diwilayah sekitar bantaran kali mati/barangka.

Normalisasi bantaran kalimati/barangka dengan melakukan penertiban bangunan-

bangunan yang teridentifikasi merubah dimensi kalimati/barangka sehingga

mempengaruhi aliran air.

Pembuatan sumur resapan dan Biopori pada kawasan permukiman, sarana

perkantoran, jasa perdagangan, kesehatan dan pendidikan maupun fasilitas

umum lainnya yang diusahakan secara komunal maupun di setiap kavling

Page 78: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 78

LAPORAN RENCANA

bangunan. Adapun dimensi sumur resapan disesuaikan dengan luasan tutupan

bangunan. Sumur resapan menjadi persyaratan mutlak untuk mendapatkan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) yang diatur tersendiri melalui Peraturan Daerah.

3.2.5 Rencana Infrastruktur Perkotaan

Rencana infrastruktur perkotaan meliputi prasarana penyediaan air minum kota,

pengolahan air limbah kota, system persampahan, drainase kota, penyediaan dan

pemanfaatan prasarana dan sarana prasarana jaringan pejalan kaki, dan jalur

evakuasi bencana. Untuk lebih jelasnya akan dirincikan pada penjelasan dibawah ini.

A. Sistem Jaringan Air Minum

Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Ternate diperoleh dari

PDAM (Sambungan Rumah dan Hidran Umum), Sumur Gali (SG), Penampung Air

Hujan (PAH) dan Mata Air. Lebih jelas tentang sumber perolehan air bersih pada

tabel berikut :

Tabel 3.23. Sumber Perolehan Air Bersih di Setiap Pulau di Wilayah Kota Ternate

pada Tahun 2010

No Lokasi Jumlah

Penduduk (jiwa)

Sumber Air Bersih

Ket

PDAM Sumur Gali + Penampung Air

Hujan + Mata Air

Jumlah Sambun

gan

Penduduk Terlayani

(jiwa) %

Jumlah Pemakai

Penduduk Terlayani

(jiwa) %

1 Pulau Ternate 176.065 15551 SR + 7 HU

94.006 53,4 - 82.059 46,6 Sistem Air bersih

perpipaan di Kel. Moti Kota dan Tadenas

hingga saat ini belum

difungsikan

2 Pulau Moti 4.399 0 0 0 - 4.399 100,0

3 Pulau Hiri 2.728 0 0 0 - 2.728 100,0

4 Pulau-Pulau Batang Dua

2.463 0 0 0 - 2.463 100,0

Jumlah Terhadap Seluruh Kota Ternate

185.655 14571 SR + 7 HU

94.006 50,6 - 91.649,0 49,4

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010

PDAM Kota Ternate sebagai satu-satunya perusahaan penyedia air bersih di

Kota Ternate. Pada tahun 2010 telah melayani 15.551 Sambungan Rumah dan 7

Hidran Umum. Jika perhitungan rata-rata untuk 1 KK adalah 6 orang dan 1 HU

melayani 100 orang (standar PU Cipta Karya, Tahun 1998 untuk Kota Sedang),

maka dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk Kota Ternate

Tahun 2010 sebesar 185.655 jiwa, terdapat 94.004 jiwa atau 50,60 % telah dilayani

PDAM. Dimana seluruhnya terdapat di Pulau Ternate. Sisanya sebesar 91.649 jiwa

atau 49,4 % yang tersebar di kawasan permukiman di pulau Ternate serta pulau Hiri,

Moti dan Batang Dua masih menggunakan Sumur Gali, Penampungan Air Hujan dan

mata air.

Page 79: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 79

LAPORAN RENCANA

Kebutuhan ideal air bersih adalah 60 - 220 liter/orang/hari dengan cakupan

pelayanan 55% - 75% (Pelayanan Minimal untuk Permukiman dari Keputusan

Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001). Kenyataannya

berbeda tingkat konsumsi air bersih disuatu daerah. Kebutuhan air bersih untuk

masyarakat perkotaan tentu berbeda dengan masyarakat diluar perkotaan. Dengan

demikian maka tingkat konsumsi air di Kota Ternate dibedakan antara masyarakat di

pulau Ternate yang berkarakter perkotaan dan masyarakat di pulau-pulau yang

berkarakter diluar perkotaan/perdesaan. Hal ini berkaitan dengan pola hidup yang

berbeda antara masyarakat perkotaan dan yang berkarakter perdesaan. Dengan

demikian maka kebutuhan air bersih yang direncanakan di kawasan perkotaan

(pulau Ternate) diasumsikan 120 liter/orang/hari dan diluar perkotaan (pulau Hiri,

Batang Dua dan Moti) diasumsikan 60 liter/orang/hari.

Pada tahun 2010 PDAM Kota Ternate memiliki kapasitas sumber air baku

sebesar 380 ltr/det yang terdiri dari beberapa sumur dalam dan mata air. Kapasitas

produksi sebesar 272,94 ltr/det. Melihat hasil analisa kebutuhan air bersih hingga

akhir tahun perencanaan 2031, maka untuk memenuhi kebutuhan air bersih

permukiman, fasilitas umum dan sosial maka diperlukan penambahan sumber air

baku baik yang berasal dari sumur dalam, sumur dangkal, mata air maupun sumber

air baku lainnya seperti danau Laguna di kelurahan Ngade.

Tabel 3.24. Data Kapasitas Sumber dan Produksi Air Bersih Kota Ternate

Jenis Sumber Unit Kap.Sumber Kapasitas

Produksi

Sumur Dangkal/Gali 20 243 ltr/det 174,14 ltr/det

Sumur Dalam/Bor 6 85 ltr/det 70 ltr/det

Bronkaptering 2 52 ltr/det 28,8 ltr/det

Jumlah 28 380 ltr/det 272,94 ltr/det

Sumber: PDAM Kota Ternate, Tahun 2010

Page 80: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 80

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.25. Data Kapasitas dan Produksi Air Bersih Kota Ternate Tahun 2010

I Po. Ake Ga'ale 150.00 90.74

1 Sumur Gali I 5.23 15.00 7.69

2 Sumur Gali II 5.21 12.00 6.30

3 Sumur Gali III 4.46 11.00 6.20

4 Sumur Gali IV 4.76 15.00 10.245 Sumur Gali V 5.54 13.00 6.676 Sumur Gali VI 5.50 14.00 10.247 Sumur (Bron) VII 4.83 22.00 18.308 Sumur Gali VIII 4.67 18.00 14.609 Sumur (Bron) IX 6.30 30.00 10.50

II Po. Kalumpang 94.00 75.701 Sumur Gali I 20.50 20.00 16.662 Sumur Gali II 26.68 12.00 10.143 Sumur Gali III 27.63 12.00 10.344 Sumur Gali IV 25.68 17.00 13.335 Sumur Gali V 26.38 22.00 17.546 Sumur Gali VI 24.42 11.00 7.697 Sumur Bor VII8 Sumur Bor VIII

III Po. Skeep II 44.00 34.401 Sumur Bor I 48.44 32.00 23.902 Sumur Gali II 24.00 12.00 10.50

IV Po. Ubo-ubo 62.00 52.351 Sumur Bor I 53.80 24.00 19.802 Sumur Bor II 57.80 29.00 26.303 Sumur Gali III 9.00 9.00 6.254 Sumur Bor IV

V Po. Faralaha 22.00 14.831 Sumur Gali I 13.00 8.00 5.502 Sumur Gali II 12.80 6.00 3.333 Sumur Gali III 4.46 8.00 6.004 Sumur Gali IV

VI UP. Togafo 8.00 4.921 UP. Togafo 7.00 8.00 4.92

380.00 272.94TOTAL

Data Kapasitas Sumber dan Produksi Air Bersih Kota Ternate

No. NAMA SUMBERKEDALAMAN SUMUR

(Meter)

KAPASITAS

SUMBER

(Liter/Detik)

PRODUKSI

(Liter/Detik)

Sumber: PDAM Kota Ternate, April Tahun 2010

Page 81: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 82

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.26. Proyeksi Kebutuhan dan Tingkat Pelayanan PDAM Kota Ternate Hingga Tahun 2031

2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031

1 Jumlah Penduduk Jiwa 17.237 19.278 21.318 23.359 69.042 73.488 77.935 82.381 55.620 59.158 62.695 66.940 51.732 56.936 62.140 67.344 3.051 3.374 3.697 4.084 5.006 5.613 6.220 6.949 2.802 3.140 3.479 3.885

2 Target Pelayanan % 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80

3 Penduduk Terlayani Jiwa 9.911 12.530 15.456 18.687 39.699 47.767 56.503 65.905 31.982 38.453 45.454 53.552 29.746 37.008 45.052 53.875 1.754 2.193 2.680 3.267 2.878 3.649 4.510 5.559 1.611 2.041 2.522 3.108

4 Konsumsi Air Bersih lt/org/hr 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

5 Jumlah Kebutuhan Domestik m3/hr 1.189 1.504 1.855 2.242 4.764 5.732 6.780 7.909 3.838 4.614 5.455 6.426 3.570 4.441 5.406 6.465 105 132 161 196 173 219 271 334 97 122 151 186

6 Kebutuhan Non Domestik (40%) m3/hr 476 601 742 897 1.906 2.293 2.712 3.163 1.535 1.846 2.182 2.571 1.428 1.776 2.162 2.586 42 53 64 78 69 88 108 133 39 49 61 75

7 Sub Total Kebutuhan Air m3/hr 1.665 2.105 2.597 3.139 6.669 8.025 9.492 11.072 5.373 6.460 7.636 8.997 4.997 6.217 7.569 9.051 147 184 225 274 242 306 379 467 135 171 212 261

8. % Kehilangan Air m3/hr 40 35 30 25 40 35 30 25 40 35 30 25 40 35 30 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Jumlah Kehilangan Air 666 737 779 785 2.668 2.809 2.848 2.768 2.149 2.261 2.291 2.249 1.999 2.176 2.271 2.263 37 46 56 69 60 77 95 117 34 43 53 65

9. Faktor Pengaliran Air :

- Hari maksimum 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15

- Jam Puncak 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7

10. Total Kebutuhan Air Bersih

- Rata-rata m3/hr 2.331 2.842 3.376 3.924 9.337 10.834 12.340 13.840 7.522 8.721 9.927 11.246 6.996 8.394 9.839 11.314 184 230 281 343 302 383 474 584 169 214 265 326

- Hari Maksimum m3/hr 2.681 3.268 3.882 4.513 10.738 12.459 14.191 15.916 8.650 10.029 11.416 12.933 8.046 9.653 11.315 13.011 212 265 324 395 348 441 545 671 195 246 305 375

- Jam Puncak m3/hr 4.557 5.556 6.599 7.672 18.254 21.180 24.125 27.057 14.706 17.050 19.408 21.986 13.678 16.409 19.236 22.119 360 450 550 671 591 749 926 1.141 331 419 518 638

11. Kebutuhan Sumber/kecamatan l/detik 40,5 49,3 58,6 68,1 162,1 188,1 214,2 240,3 130,6 151,4 172,3 195,2 121,5 145,7 170,8 196,4 3,2 4,0 4,9 6,0 5,2 6,7 8,2 10,1 2,9 3,7 4,6 5,7

12. Kebutuhan Distribusi/kecamatan l/detik 29,7 36,2 43,0 50,0 118,9 137,9 157,1 176,2 95,8 111,0 126,4 143,2 89,1 106,9 125,3 144,0 2,3 2,9 3,6 4,4 3,8 4,9 6,0 7,4 2,2 2,7 3,4 4,2

13. Kebutuhan Reservoir/kecamatan m3 402,1 490,2 582,3 676,9 1.610,7 1.868,8 2.128,7 2.387,4 1.297,6 1.504,4 1.712,4 1.939,9 1.206,8 1.447,9 1.697,3 1.951,6 31,8 39,7 48,5 59,2 52,1 66,1 81,7 100,7 29,2 37,0 45,7 56,3

I Total Keb.Sumber Kota Ternate l/detik 466,0 548,9 633,7 721,8

II Total Keb.Distribusi Kota Ternate l/detik 341,7 402,5 464,7 529,3

III Total Keb.Reservoir Kota Ternate m3 4.630,3 5.454,1 6.296,6 7.172,1

Sumber Hasil Analisa ,2010

PROYEKSI KEBUTUHAN & TINGKAT PELAYANAN PDAM DI KOTA TERNATE TAHUN HINGGA TAHUN 2031

Kecamatan

No Uraian Satuan Pulau Ternate Ternate Selatan Ternate Tengah Ternate Utara Pulau Batang DuaMotiPulau Hiri

Page 82: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 83

LAPORAN RENCANA

Dari table diatas diketahui bahwa pada tahun 2031 Total tingkat pelayanan air bersih PDAM sebesar 80% menggunakan sistim perpipaan atau 203.954 jiwa dari total proyeksi penduduk tahun 2031 sebesar 254.943 jiwa. Sisanya masih menggunakan air sumur, mata air dan lainnya yang tersebar di seluruh pulau dalam wilayah Kota Ternate.

Dari hasil perhitungan berdasarkan standar pelayanan minimal air bersih, kebutuhan pada tahun 2031 adalah :

1. Kebutuhan sumber Air : 7.21,8 l/det. 2. Kebutuhan Air distribusi : 5.29,3 l/det. 3. Kebutuhan Reservoir : 7.172,1 m3.

Terkait dengan pengembangan jaringan air minum berdasarkan struktur ruang dan konsep ruang yang berkelanjutan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

Struktur jaringan air bersih disesuaikan dengan pusat-pusat pertumbuhan. Di tiap

pusat pertumbuhan ada satu pusat distribusi utama untuk melayani dalam radius

tertentu.

Sistem distribusi air bersih harus dipikirkan untuk menghemat sebanyak mungkin

energi dalam penyediaannya. Mengingat kondisi geografi Kota Ternate yang

berbukit, maka yang tepat adalah distribusi air bersih menggunakan sistim tidak

langsung. Dimana sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan, air dipompa dari

sumber kemudian ditampung terdahulu dalam reservoir menggunakan pipa

transmisi. Selanjutnya air distribusi ke daerah pelayanan menggunakan potensi

gravitasi.

Sistim distribusi air bersih oleh PDAM Kota Ternate selama ini sebagian besar

masih menggunakan pompa langsung selama 24 jam ke daerah pelayanan.

Kondisi ini berpeluang terjadi pemborosan energy listrik karena pada sistim

perpipaan yang mengalami tingkat kebocoran yang cukup tinggi seperti di Ternate

(kurang lebih 40%), pompa akan beroperasi terus menerus dan umur pakai

Pompa juga akan semakin pendek. Dengan sistim distribusi menggunakan

reservoir maka jam operasi pompa dapat dikurangi dari 24 jam.

Dalam penyediaan air bersih terutama pada kawasan pulau Hiri, Moti dan Batang

Dua juga memanfaatkan pola-pola swadaya masyarakat yang dikelola oleh

masyarakat dengan sistem komunitas pengguna air bersih.

Rencana pengembangan sistem Jaringan air minum meliputi:

Rencana peningkatan pelayanan air Minum sistim perpipaan pada tahun 2031

sebesar kurang lebih 80% dari jumlah penduduk di kecamatan Ternate Selatan,

Ternate Tengah, Ternate Utara, Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau

Batang Dua.

Rencana kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2031 diperkirakan kurang

lebih 529,3 l/det;

Rencana kebutuhan kapasitas sumber air minum pada tahun 2031 sebesar

kurang lebih 721,8 l/det melalui pengembangan sumber air baku danau Laguna di

kelurahan Ngade, danau Tolire di kelurahan Takome, mata air mata air Tege -

Tege di Kelurahan Marikurubu, mata air Ake ga’ale di Kelurahan Sangadji, mata

Page 83: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 84

LAPORAN RENCANA

air Santosa di Kelurahan Salero, dan mata air Akerica di Kelurahan Rua, mata air

Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas

(Moti) serta sumur dalam baru yang tersebar diseluruh lokasi. Pengembangan

sumber air baku sebagai sumber air bersih terlebih dahulu dikaji kelayakan teknis

dan ekonomis;

Penerapan teknologi alternative yang dapat merubah air laut menjadi air tawar

atau jaringan pipa air bersih bawah laut ke Pulau Hiri dengan terlebih dahulu

melakukan pengkajian teknis, sosial dan ekonomi yang mendalam.

Pengembangan jaringan perpipaan / hydrant umum di kelurahan berkarakter

perdesaan di Kecamatan Moti, Hiri dan Batang Dua serta lokasi-lokasi ketinggian

yang kesulitan air bersih di kecamatan Pulau Ternate, kecamatan Ternate Utara,

kecamatan Ternate Tengah dan kecamatan Ternate Selatan;

Pengembangan jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa

tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air

kemasan, atau pembangunan penangkap mata air di kecamatan Moti, Hiri dan

Batang Dua.

Penyediaan Hidran Kebakaran pada kawasan kepadatan bangunan tinggi di

pusat kota, kawasan komersial dan bangunan publik;

rencana pengembangan instalasi air minum skala kecamatan (IKK) di kecamatan

Pulau Hiri, kecamatan Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua;

B. Sistem Pengolahan Limbah

Kondisi pengelolaan air limbah domestik di Kota Ternate saat ini pada

umumnya masih memanfaatkan badan air terdekat sebagai tempat pembuangan air

buangan domestik, jikalau ada pengelolaan, itupun menggunakan tangki septik tanpa

bidang resapan (dengan sistem pengurasan manual diangkut/dibuang melalui jasa

pembuangan air limbah). Air limbah rumah tangga disalurkan melalui got/saluran

yang ada, Kondisi ini menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah, badan air dan

lingkungan yang kurang sehat. Kebiasaaan ini bukan saja terjadi di wilayah

pedalaman permukiman, tetapi terjadi juga di daerah perkotaan/pusat-pusat aktifitas

masyarakat. Dampak yang paling signifikan adalah gangguan estetika yang terjadi

pada badan air penerima sungai mati dan pesisir pantai selain menjadi bau dan

dipenuhi dengan sampah rumah tangga juga menjadi sarang penyakit yang sewaktu-

waktu bisa menyerang masyarakat setempat.

Air Limbah buangan yang ditimbulkan dari aktifitas rumah tangga berupa air

buangan domestik yang dominan berasal dari kegiatan rumah tangga (dapur, mandi,

cuci, dan kakus). Untuk menghindari dampak negatif dari air buangan ini, perlu

adanya pengolahan yang baik agar dihasilkan effluen yang sesuai dengan baku

mutu standar yang telah ditetapkan.

Konsep pengembangan Kota Ternate sebagai water front city, tentunya

memerlukan penanganan air limbah yang lebih baik sehingga tidak berdampak pada

estetika kota pantai. Untuk itu diperlukan rencana penanganan air limbah yang

meliputi :

Page 84: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 85

LAPORAN RENCANA

Mengoptimalkan IPLT di TPA Buku Deru-deru Kelurahan Takome;

Pembangunan IPAL skala kawasan di pusat perdagangan dan jasa di kelurahan

Gamalama dan pada kawasan rencana pengembangan Kota Baru.

Peningkatan program Sanimas pada kawasan permukiman pasang surut di

Kelurahan Kampung Makassar Timur, Mangga Dua, Bastiong, Kalumata, Salero,

dan Sangaji.

Pembangunan MCK dengan septic tank menggunakan resapan pada kawasan

berkepadatan rendah dan sedang dengan memperhatikan kedalaman muka air

tanah. Untuk kawasan berkepadatan tinggi menggunakan septic tank komunal

dengan sistem Biodigester sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

sebagai biogas, dan pengelolaannya dilakukan secara berkelompok (Community

Based Sanitation).

Rumah sakit dan klinik harus dilengkapi dengan perangkat untuk penanganan

sampah B3.

C. Sistem Persampahan Kota

Pengelolaan persampahan di Kota Ternate yang ditangani oleh Dinas

Kebersihan Kota Ternate hingga saat ini baru menjangkau 28 Kelurahan pada 3

Kecamatan di Pulau Ternate. Dengan cakupan pelayanan pada tahun 2009

sebesar 80,02 % dari jumlah penduduk Kota Ternate.

1) Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan di Kota Ternate.

Kondisi eksisting penanganan persampahan di Kota Ternate menggunakan

beberapa pola pelayanan yang disesuaikan dengan wilayah pelayanan antara

lain :

a. Sampah Rumah Tangga

Untuk daerah permukiman di Kota Ternate menggunakan pola

pelayanan dengan sistem pola individual langsung atau sistem door to door

yaitu sampah dikumpulkan dan diangkut langsung dengan dump truk dari

sumbernya ke tempat pembuangan akhir. Masyarakat hanya

mengumpulkan dengan kantong-kantong plastik kemudian meletakkan

dipinggir jalan. Pola pelayanan yang dianut Dinas Kebersihan Kota Ternate

ini sering menimbulkan kemacetan atau sulitnya kendaraan berlintasan

pada daerah permukiman yang jalannya sempit. Selain itu sistim door to

door ini waktu tempuh pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi

lebih lama.

b. Sampah Perkantoran

Pola pelayanan sampah perkantoran di Kota Ternate menggunakan

pola kumunal langsung yaitu sampah dikumpulkan pada wadahnya/TPS

kemudian langsung diangkut ke TPA menggunakan dump truk.

Page 85: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 86

LAPORAN RENCANA

c. Sampah Jalan, taman dan drainase.

Pengumpulan sampah jalan, taman dan drainase di Kota Ternate

pada umumnya dilakukan setelah dilakukan pembersihan sampah dan

dikumpulkan pada bak sampah kemudian diangkut langsung ke TPA.

d. Sampah Pasar

Untuk areal pasar pola pelayanan yang dipakai adalah pola kumunal

langsung yaitu sampah diangkut langsung ke TPA setelah sampah

dikumpulkan warga pasar dalam kontainer yang disediakan Dinas

Kebersihan Kota Ternate.

2) Permasalahan pengelolaan persampahan

Tahapan pengelolaan persampahan diketahui terdiri atas pengumpulan,

pengangkutan dan pemusnahan yang masing-masing sistim sangat

mempengaruhi terhadap keberhasilan pengelolaan sampah disuatu Kota.

Kegagalan dalam pengelolaan salah satu tahapan diatas sudah pasti akan

berdampak pada sistim yang lebih besar yaitu pengelolaan sampah secara

keseluruhan.

Dalam konteks kota Ternate, permasalahan pengelolaan sampah juga

tidak terlepas ketiga tahapan diatas, antara lain yaitu :

a. Pengumpulan Sampah.

- Sistim pengumpulan sampah belum maksimal diterapkan terutama

sampah rumah tangga. Aktivitas pengumpulan hanya dilakukan pada

kawasan permukiman ditepi jalan dan dilengkapi TPS dimana sampah

terkumpul akan dengan mudah diangkut truk sampah. Untuk kawasan

permukiman padat yang sulit dijangkau truk sampah atau jauh dari

lintasan truk sampah, kesulitan kerap terjadi bagi warga. Kondisi ini

hampir dijumpai diseluruh kawasan permukiman di Kota Ternate karena

sebagai kota tua yang berkarakteristik geografi pantai-gunung, kota

Ternate tidak memiliki aksebilitas jaringan jalan yang baik dan

permukiman perkotaan sudah ada sejak dulu. Kondisi jalan di kawasan

permukiman berupa jalan lingkungan lebar 2,5 – 3 meter yang sangat

sulit bagi truk sampah untuk bermanufer dan sudah pasti mengganggu

pengguna jalan lainnya. Jalan setapak tidak mungkin dilalui truk

sampah ukuran dump truk / L 300 yang lebih kecil. Dengan demikian

maka warga lebih memilih untuk membuang di kali mati/barangka atau

pesisir pantai daripada ke TPS yang berada jauh di tepi jalan.

- Keberadaan TPS sebagai sarana pengumpulan sampah sebelum

diangkut ke TPA seringkali menjadi polimik, warga menolak

penempatan TPS di depan rumah mereka. Banyak TPS yang dibangun

dinas Kebersihan Kota Ternate malah dibongkar warga. Kondisi TPS

yang tidak berpenutup juga merupakan sumber bau busuk dan vector

penyakit dari lalat dan tikus.

Page 86: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 87

LAPORAN RENCANA

- Jumlah container sampah masih sangat terbatas, padahal timbulan

sampah pasar sangat besar. Kekurangan mobil amrol akibatkan

container sering terlambat diangkut ke TPA.

- Tingkat partisipasi masyarakat rendah dibidang persampahn khususnya

pengumpulan sampah. Hal ini bisa dijumpai dengan tidak adanya

kelembagaan ditingkat masyarakat.

b. Pengangkutan Sampah.

Proses pengangkutan sampai berlangsung mulai dari TPS dan

berakhir TPA melalui/tidak melalui transdepo.

- Sarana pengangkutan sampah dinas Kebersihan Kota Ternate sangat

terbatas jumlahnya dan tidak sebanding dengan timbulan sampah yang

dihasilkan warga Kota Ternate. tak jarang Dump truk / L-300 yang ada

bekerja mengangkut sampah melebihi kapasitas daya angkut maupun

jam kerja, terkadang kawasan yang bukan wewenangnya namun harus

tetap digunakan karena keterbatasan sarana, tak heran sarana

angkutan sampah yang tersisa kondisinya sangat

memprihatinkan/rusak dan tua. Keterbatasan sarana angkut juga

berpengaruh pada service coverate yang ada. Meskipun tingkat

pelayanan sudah diatas 80% namun terbatas hanya di sebagian

kecamatan Ternate Utara, sebagian Ternate Tengah dan sebagian

kecamatan Ternate Selatan. Kecamatan Pulau Ternate yang dekat

dengan TPA Buku Deru-Deru belum tersentuh demikian juga pada

kawasan permukiman diatas ketinggian seperti kelurahan Marikrubu,

Moya, Maliaro, Jan (Tobona), Soa puncak (Soa), Facey (Sangaji Utara),

Gamayou (Makassar Barat) dan lainya, sehingga sampah warga lebih

banyak dibuang ke kalimati/barangka yang menyebabkan banjir di

kawasan bawahnya (hilir).

- Kesejahtraan dan jaminan keselamatan kerja petugas penganggkut

juga belum memadai padahal ujung tombak dilapangan adalah tenaga

pengangkut. Kesejahtraan dapat berpengaruh pada kinerja.

- Waktu pengangkutan sampah seringkali dilakukan pada puncak jam

sibuk 7.00 – 9.00 dimana aktivitas warga/kondisi lalu lintas sudah ramai

sehingga proses pengangkutan terganggu dan tidak maksimal, lalu

lintas macet.

c. Pemusnahan Sampah.

- Pemusnahan sampah utama dilakukan di TPA Buku Deru-deru, walau

terdapat peluang pemusnahan awal di hulu (di permukiman) dengan

sistim 3R ataupun sampah dipilah di transdepo sebelum masuk ke TPA.

Meminimalisir volume sampah yang masuk ke TPA akan

memperpanjang umur pakai TPA.

- TPA Buku Deru-Deru masih menggunakan sistim Open Dumping yang

tidak ramah lingkungan karena menimbulkan bau dan vector penyakit

dari lalat dan tikus. Penerapan sistim controlled landfill atau sanitary

Page 87: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 88

LAPORAN RENCANA

landfill masih terkendala material cover karena cost cukup mahal. Lebih

efektif pemerintah Kota Ternate melakukan pengadaan lahan sendiri

sekitar TPA sehingga material dapat digunakan sebagai cover.

- Sengketa status lahan TPA Buku Deru-Deru antara pemerintah Kota

Ternate dengan warga Takome dan Sulamadaha hingga kini belum

tuntas. Warga sering melakukan sabotase/blokir jalan sehingga

mengganggu aktifitas di TPA. Demikian juga aktivitas warga sudah

masuk pada radius bebas pemukiman di TPA. Diharapkan Pemerintah

secepatnya mungkin menyelesaikan masalah ini.

- Pembuatan pupuk kompos sebagai salah satu bentuk nilai ekonomis

sampah dan cukup siknifikan mengurangi volume sampah di TPA,

hingga sekarang belum optimal dimanfaatkan. TPA Buku Deru-Deru

sudah di lengkapi bangunan pembuat kompos, namun hasilnya belum

bisa dimanfaatkan secara luas oleh warga atau lembaga tertentu.

Padahal TPA Buku Deru-Deru dikeliling kawasan pertanian/perkebunan

seharusnya dinas Kebersihan dapat melihat peluang ini. Demikian juga

SKPD yang terkait dengan tanam-menanam seperti dinas Pertanian,

BLH, BP4K dan dinas Tata Kota dan Pertamanan, seharusnya dapat

menggunakan pupuk kompos ini karena semakin besar pupuk kompos

diproduksi maka semakin kecil sampah yang masuk TPA dan masa

pakai TPA semakin lama.

- TPA Buku Deru-Deru merupakan satu-satunya tempat pemprosesan

akhir sampah di Ternate masih sering menimbulkan masalah bau yang

terbawa angin hingga kawasan permukiman yang terletak di kelurahan

Takome dan Sulamadaha. Perlunya dibangun Buffer Zone atau sabuk

hijau yang terdiri dari tanaman berdaun lebat atau menimbulkan bau

wangi yang meminimalisir bau hingga radius tertentu.

Page 88: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 89

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.27. Tabel Data Produksi / Volume Tempat Pembuangan Sampah (TPA)

Kota Ternate, Tahun 2010

Lokasi

Volume TPA

Produksi Sampah Dan Tingkat

Pelayanan

Produksi sampah Jumlah Tingkat

Pelayanan

(jiwa) Luas

Luas

terpakai Per hari Jiwa / hari

TPA BUKU DERU -

DERU

(KEL. TAKOME)

56 Ha

± 3 Ha

145 m3

2,5 Liter

80,02 %

dari jumlah

penduduk kota

Ternate

Sumber data : Dinas kebakaran dan kebersihan Kota Ternate

Gambar 3.12. Rencana Sistem Persampahan

(Terdiri dari TPA dan Sebaran TPS)

Skema A; Sistem Secara Keseluruhan

A

Page 89: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 90

LAPORAN RENCANA

SUMBER WADAH KOMUNAL GEROBAK TPS KONTAINER ARMROLL TRUCK

Sistem Blok (Komunal Tidak Langsung)

Sistem Individual Tidak Langsung

SUMBER GEROBAK TPS KONTAINER ARMROLL TRUCK

PENGELOLA SWASTA TPS KONTAINER ARMROLL TRUCK

Sistem Individual Langsung

DUMP TRUCK

PENGELOLA SWASTA

PengangkutanPemindahanPengumpulanPembuangan

PengangkutanPemindahanPengumpulan

PengangkutanPemindahan

PengangkutanPengumpulan

SUMBER

Pengumpulan

Skema B; Prosedur pegelolaan sampah

Tabel 3.28. Analisa Timbulan Sampah (M3/Hari) Permukiman Perkelurahan

Kota Ternate Hingga Tahun 2031

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2031

I Pulau Ternate 43,09 48,19 53,30 58,40 1 Jambula 5,52 6,18 6,83 7,48 2 Foramadiahi 3,00 3,35 3,70 4,06 3 Kastela 2,56 2,87 3,17 3,47 4 Rua 4,19 4,69 5,19 5,68 5 Afetaduma 2,83 3,16 3,49 3,83 6 Togafo 2,14 2,39 2,64 2,90 7 Loto 2,49 2,78 3,07 3,37 8 Takome 3,03 3,39 3,74 4,10 9 Sulamadaha 4,94 5,52 6,11 6,69

10 Tobololo 3,42 3,83 4,24 4,64 11 Bula 2,52 2,82 3,11 3,41 12 Kulaba 4,69 5,24 5,80 6,35 13 Dorpedu 1,77 1,98 2,19 2,40

B

Page 90: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 91

LAPORAN RENCANA

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2031

II Ternate Selatan 172,61 183,72 194,84 205,95 1 Sasa 6,77 7,57 8,37 9,17 2 Gambesi 5,33 5,82 6,32 6,82 3 Fitu 7,72 8,63 9,54 10,46 4 Kalumata 25,80 28,86 31,91 34,96 5 Kayu Merah 14,93 15,30 15,66 16,02 6 Bastiong

Talangame 14,10 14,44 14,78 15,12 7 Ubo-Ubo 7,77 7,95 8,14 8,33 8 Mangga Dua 10,20 10,45 10,70 10,95 9 Jati 12,67 14,17 15,67 17,17

10 Toboko 5,81 5,95 6,09 6,23 11 Tanah Tinggi 9,79 10,03 10,26 10,50 12 Tanah Tinggi Barat 6,48 7,17 7,85 8,53 13 Mangga Dua Utara 12,76 13,07 13,38 13,69 14 Jati Perumnas 7,90 8,09 8,28 8,47 15 Tobona 8,05 9,01 9,96 10,92 16 Bastiong Karance 13,42 13,75 14,07 14,40 17 Ngade 3,12 3,49 3,86 4,23

VI Ternate Tengah 140,82 149,66 158,51 167,35 1 Makassar Barat 11,08 11,84 12,60 13,36 2 Makassar Timur 6,27 6,42 6,57 6,73 3 Salahudin 9,59 9,83 10,06 10,29 4 Kalumpang 7,20 7,38 7,55 7,73 5 Santiong 7,84 8,03 8,22 8,42 6 Gamalama 10,49 11,17 11,84 12,52 7 Moya 14,55 16,27 17,99 19,72 8 Marikurubu 24,18 26,44 28,69 30,95 9 Kampung Pisang 2,55 2,61 2,67 2,74

10 Takoma 3,26 3,34 3,42 3,50 11 Muhajirin 4,63 4,74 4,86 4,97 12 Maliaro 25,85 27,95 30,05 32,15 13 Kota Baru 5,84 5,98 6,12 6,26 14 Tanah Raja 2,71 2,78 2,85 2,91 15 Stadion 4,77 4,89 5,00 5,12

III Ternate Utara 129,33 142,34 155,35 168,36 1 Soa 10,22 11,43 12,64 13,85 2 SoaSio 4,70 4,92 5,14 5,36 3 Kasturian 8,57 9,58 10,60 11,61 4 Salero 7,50 7,85 8,20 8,56 5 Toboleu 11,39 12,74 14,08 15,43 6 Sangaji 16,00 17,03 18,07 19,10 7 Dufa-Dufa 14,66 16,39 18,13 19,87 8 Tafure 14,36 16,06 17,76 19,46

Page 91: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 92

LAPORAN RENCANA

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2031

9 Tabam 4,82 5,39 5,96 6,53 10 Sango 4,50 5,03 5,56 6,10 11 Tarau 3,15 3,52 3,89 4,26 12 Sangaji Utara 10,86 12,14 13,43 14,71 13 Akehuda 13,86 14,93 16,00 17,07 14 Tubo 4,76 5,32 5,89 6,45

V Pulau Hiri 7,79 8,60 9,40 10,21 1 Togolobe 1,10 1,24 1,37 1,50 2 Dorari Isa 1,02 1,07 1,12 1,17 3 Faudu 2,74 3,06 3,39 3,71 4 Mado 0,85 0,91 0,96 1,02 5 Tamajiko 1,20 1,34 1,48 1,62 6 Tafraka 0,88 0,98 1,08 1,19

VI Moti 12,82 14,34 15,85 17,37 1 Takofi 2,36 2,64 2,92 3,20 2 Moti Kota 3,16 3,54 3,91 4,29 3 Tafamutu 2,37 2,65 2,93 3,21 4 Tafaga 2,03 2,27 2,51 2,75 5 Figur 1,73 1,93 2,14 2,34 6 Tadenas 1,17 1,31 1,45 1,59

VII Pula Batang Dua 7,17 8,02 8,87 9,71 1 Mayau 2,23 2,49 2,76 3,02 2 Tifure 1,62 1,82 2,01 2,20 3 Lelewi 1,23 1,38 1,53 1,67 4 Bido 1,03 1,16 1,28 1,40 5 Pantai Sagu 0,66 0,73 0,81 0,89 6 Perum Bersatu 0,40 0,44 0,49 0,54

Tabel 3.29. Analisa Timbulan Sampah (M3/Hari) Permukiman Kota Ternate Hingga

Tahun 2031

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2031 1 Pulau Ternate 43,09 48,19 53,30 58,40 4 Ternate Selatan 172,61 183,72 194,84 205,95 5 Ternate Tengah 140,82 149,66 158,51 167,35 6 Ternate Utara 129,33 142,34 155,35 168,36 7 Pulau Hiri 7,79 8,60 9,40 10,21 2 Moti 12,82 14,34 15,85 17,37 3 Pulau Batang Dua 7,17 8,02 8,87 9,71

Jumlah 513,63 554,87 596,11 637,36 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010

Page 92: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 93

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.30. Analisa timbulan sampah (m3/hari) untuk fasilitas sosial

dan fasilitas umum di Kota Ternate pertahun hingga tahun 2031

Tabel 3.31. Analisa timbulan sampah (m3/hari) untuk permukiman, fasilitas sosial

dan fasilitas umum di Kota Ternate pertahun hingga tahun 2031

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2031 1 Pulau Ternate 12,93 14,46 15,99 17,52

2 Ternate Selatan 51,78 55,12 58,45 61,79

3 Ternate Tengah 42,25 44,90 47,55 50,21 4 Ternate Utara 38,80 42,70 46,61 50,51 5 Pulau Hiri 2,34 2,58 2,82 3,06 6 Moti 3,85 4,30 4,76 5,21 7 Pulau Batang Dua 2,15 2,41 2,66 2,91

Jumlah 154,09 166,46 179 191 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2030 1 Pulau Ternate 56,02 62,65 69,28 75,92

2 Ternate Selatan 224,39 238,84 253,29 267,74

3 Ternate Tengah 183,07 194,56 206,06 217,56 4 Ternate Utara 168,13 185,04 201,96 218,87 5 Pulau Hiri 10,13 11,17 12,22 13,27 6 Moti 16,66 18,64 20,61 22,58 7 Pulau Batang Dua 9,33 10,43 11,53 12,63

Jumlah 667,72 721,33 775 829 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010

Page 93: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 94

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.32. Rencana kebutuhan TPS (unit) Kota Ternate hingga tahun 2031

Tabel 3.33. Rencana kebutuhan dump track (unit) Kota Ternate hingga tahun 2031

Rencana pengembangan terkait sistem pengelolaan persampahan di Kota Ternate

meliputi:

a. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat, yaitu sistim pengelolaan yang

melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengumpulan sampah

khususnya pada kawasan permukiman berkepadatan tinggi dan pada kawasan

yang tidak terjangkau oleh mobil sampah. Timbulan Sampah yang dihasilkan

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2031 1 Pulau Ternate 14 17 21 25

2 Ternate Selatan 95 104 114 124

3 Ternate Tengah 78 85 93 101 4 Ternate Utara 71 81 91 101 5 Pulau Hiri 3 3 4 4 6 Moti 5 6 6 7 7 Pulau Batang Dua 3 3 3 4

Jumlah 269 300 332 365 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010

Ket :

Tingkat Pelayanan Kec.Pulau Ternate 2016 = 50% ; 2031 = 65% (tingkat pelayanan rencana = Naik 5% setiap 5 Tahun)

Tingkat Pelayanan Kec.Ternate Utara,Tengah & Selatan 2016 = 85% ; 2031 = 92,5% (tingkat pelayanan rencana = Naik 2,5% setiap 5 Tahun)

Kapasitas TPS Amrol = 6 M3

No Kecamatan TAHUN PROYEKSI

2016 2021 2026 2030 1 Pulau Ternate 2 2 2 3

2 Ternate Selatan 11 12 13 14

3 Ternate Tengah 9 9 10 11 4 Ternate Utara 8 9 10 11 5 Pulau Hiri 0 1 1 1 6 Moti 0 1 1 1 7 Pulau Batang Dua 0 1 1 1

Jumlah 30 35 38 42 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010

Ket :

Tingkat Pelayanan Kec.Pulau Ternate 2016 = 50% ; 2031 = 65% (tingkat pelayanan rencana = Naik 5% setiap 5 Tahun)

Tingkat Pelayanan Kec.Ternate Utara,Tengah & Selatan 2016 = 85% ; 2031 = 92,5% (tingkat pelayanan rencana = Naik 2,5% setiap 5 Tahun)

Kapasitas Dump Truk = 6 M3

Trip Pengangkutan Dump Truk = 3 kali/hari/dump truk

Page 94: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 95

LAPORAN RENCANA

rumah tangga akan dikumpul atau ditampung dalam tempat sampah disetiap

rumah kemudian akan diangkut oleh petugas pengangkut sampah dengan

menggunakan alat pengumpul yang disesuaikan dengan karekteristik wilayah

seperti gerobak/sepeda motor yang didesign untuk mengangkut sampah menuju

ke TPS. Petugas pengangkut sampah diharapkan merupakan warga di

kelurahan setempat yang direkrut khusus untuk mendukung program

pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Petugas pengumpul sampah bekerja

hanya sebatas dari rumah warga ke TPS dan setiap hari, pada pagi hari

sehingga tidak mengganggu aktifitas warga.

b. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang jumlahnya sesuai

kebutuhan yaitu tong sampah pemilihan, TPS/TPST, gerobak sampah, dump

truck, amroll, container sampah dan peralatan berat TPA.

c. Pemanfaatan sarana pemilahan Transdepo/TPST untuk mengurangi volume

sampah yang masuk ke TPA sehingga masa pakai TPA menjadi lebih panjang;

d. Legalisasi kepemilikan lahan TPA Buku Deru-Deru

e. Peningkatan Pengelolaan TPA dari system open dumping menjadi Sanitary

Landfill atau Control Landfill.

f. Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R di masyarakat dan

sekolah-sekolah, melalui seminar, pamflet, papan pengumuman dan media

lainnya;

g. Peningkatan sistem manajemen persampahan;

h. penyusunan master plan persampahan Kota Ternate.

i. Pembuatan Buffer Zone / sabuk hijau di TPA Buku Deru-Deru

D. Sistem Drainase Kota Ternate

Pada prinsipnya drainase yang ada di wilayah Kota Ternate dialirkan ke arah

laut melalui jalur Kali Mati (Barangka) yang melintasi wilayah Kota Ternate dan

sebagian langsung menuju outlet di pantai. Dilihat dari kondisi eksisiting bahwa

umumnya saluran drainase yang ada di Kota Ternate bersifat terbuka dan tertutup

dengan mengikuti arah pengembangan jalan, dimana fungsi saluran drainase

sebagai limpasan air hujan dan juga air limbah rumah tangga.

Jaringan drainase yang terdapat di Kota Ternate yang telah ada saat ini adalah

saluran primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase primer di Kota Ternate

berupa Kalimati/barangka dengan konstruksi pasangan batu maupun tanah

membentuk sistem drainase makro Sedangkan sistem drainase mikro berupa

saluran drainase sekunder terbentang mengikuti jaringan jalan utama dengan

konstruksi pasangan batu dan tanah.

Dengan memperhatikan kondisi eksisting yang ada, di mana saluran drainase

yang melayani Kota Ternate berada di sekitar pusat kota dan jalur jalan utama, maka

untuk tahun-tahun mendatang perlu adanya peningkatan saluran drainase. Adanya

lahan-lahan kosong di kawasan perencanaan pada saat ini memang belum

merupakan suatu masalah bagi aliran air yang mengalir di permukaan, karena air

langsung meresap ke tanah. Akan tetapi dengan perkembangan kegiatan bersifat

perkotaan yang akan terjadi dimana lahan-lahan kosong akan beralih fungsi menjadi

lahan terbangun bila tidak direncanakan suatu jaringan/ saluran drainase maka dapat

Page 95: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 96

LAPORAN RENCANA

menimbulkan masalah genangan air di kawasan pusat kota. Saluran drainase

tersebut diarahkan pada seluruh wilayah Kota Ternate sehingga permasalahan akan

terjadinya genangan air terutama di daerah pusat kota dapat teratasi.

Beberapa permasalahan umum terkait dengan sistim drainase yang

teridentifikasi penyebab banjir dan genangan di Kota Ternate yaitu :

a. Limpasan air banjir dari kalimati/barangka dalam kota.

b. Limpasan air banjir akibat kecepatan aliran air dalam saluran yang tinggi

terutama drainase pada jalan yang memiliki kemiringan kemudian berbelok 90

derajat seperti pada jalan saluran Jati, Saluran jalan Bastiong – Perumnas (Ajiza

bakti - Kantor Pos Bastiong), Saluran Jati depan toko Setia Kawan - Hotel

Amara dan lain-lain.

c. Menurunnya kemampuan saluran/drainase akibat sedimentasi/endapan lumpur

dan penyumbatan akibat sampah seperti Saluran Kawasan Pasar Bastiong,

Saluran Jalan Fery Bastiong, Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-

Bank Artha Graha), Saluran jalan Raya Bastiong jembatan 3 - jembatan 4,

Saluran jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2) dan lain-lain.

d. Kurangnya Outlet saluran yang menuju langsung ke laut atau kalimati/barangka.

e. Tidak cukupnya kapasitas saluran drainase kota.

f. Dimensi saluran yang mengecil akibat penyerobotan lahan

permukiman/bangunan maupun adanya bangunan di atas saluran seperti

saluran primer disamping Hotel Neraca dan lain-lain.

g. kemungkinan back water di saluran drainase atau di muara-muara

kalimati/barangka karena air pasang atau karena sampah dan sedimentasi.

Berdasarkan kondisi yang ada di wilayah Kota Ternate, maka untuk

pengembangan saluran drainase diperlukan jaringan drainase yang memenuhi

persyaratan teknis dan ekonomis, secara garis besar meliputi :

a. Drainase dapat berfungsi secara optimal dalam pengaliran air tanpa

mengabaikan kriteria desain yang ditetapkan.

b. Jaringan harus mudah dalam pembangunan dan pemeliharaannya.

c. Harus terpadu dengan sistim jaringan drainase kota secara keseluruhan.

d. Memanfaatkan potensi dan kondisi topografi di wilayah perencanaan.

Page 96: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 97

LAPORAN RENCANA

Tabel 3.34. Saluran Drainase Primer yang Teridentifikasi Penyebab Banjir dan Genangan di kawasan Perkotaan Ternate

No

SALURAN PANJANG

(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB

1 Saluran Primer Samping BRI Gamalama

170 Gamalama Air meluap ke

jalan

Sedimentasi, sampah , kec. air dlm saluran

rendah, dimensi outlet kecil

2 Saluran Primer Pasar Ikan Lama

100 Gamalama Air meluap ke

jalan

Sedimentasi, sampah , kec. air dlm saluran

rendah, dimensi outlet kecil

3 Saluran Primer Samping Hotel Neraca

450 Gamalama Air meluap ke

jalan

Sedimentasi, sampah , dimensi saluran

mengecil,

4 Saluran Primer jalan Busoiri

65 Gamalama Air meluap ke

jalan Sedimentasi, sampah

5 Saluran Primer jembatan 3 Mangga Dua

600 Mangga Dua

Limpasan tinggi air

meluap ke jalan

kec. air dalam saluran tinggi, topografi miring,

dimensi saluran mengecil,

5 Saluran Primer Depan Mangga Dua

350 Mangga Dua

Limpasan tinggi air

meluap ke jalan

kec. air dalam saluran tinggi, topografi miring,

dimensi saluran mengecil,

T o t a l 1735

Sumber : Hasil Analisis 2010

Tabel 3.35. Saluran Drainase Sekunder yang Teridentifikasi Penyebab Banjir dan Genangan di kawasan Perkotaan Ternate

No SALURAN PANJANG

(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB

1 Saluran jalan jati besar 840 Mangga Dua Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

kec. air dalam saluran sangat tinggi, topografi

miring, belokan 90`

2

Saluran jalan Bastiong – Perumnas (Ajiza bakti - Kantor Pos Bastiong)

630 Bastiong

Talangame

Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

kec. air dalam saluran sangat tinggi, topografi

miring, belokan 90`

3 Saluran jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2)

330 Bastiong karance

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

Page 97: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 98

LAPORAN RENCANA

No SALURAN PANJANG

(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB

4 Saluran jalan Raya Bastiong jembatan 3 - jembatan 4

450 Bastiong

Talangame

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

5 Saluran depan setia kawan - depan amara

265 Jati Volume air

besar, kec.tinggi

tertutup sampah,kec. air dalam saluran

tinggi, topografi miring, dimensi sal.kecil

6 Saluran kawasan kubur cina santiong

320 Santiong Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

Dimensi saluran Kecil, outlet kecil, belokan 90`

7 Saluran Jalan masuk pelabuhan Fery Bastiong

480 Bastiong karance

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

8 Saluran Kawasan Pasar Bastiong

1594 Bastiong

Talangame

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

9

Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-Bank Artha Graha)

1180 Gamalama

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

10 Saluran Jalan nukila 540 Gamalama

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

11 Saluran Jalan Busoiri - Mesjid Mutaqin

800 Gamalama

meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan

keluar tdk sebanding

Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil

12 Saluran jalan ade irma nasution

390 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

Dimesi kecil, belokan 90`

13 Saluran jalan Ketilang (Mall Ternate-Mesjid Mutaqin)

400 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

Dimesi kecil, belokan 90`

14 Saluran jalan Kusuma Harapan

394 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

Dimesi kecil, belokan 90`

15 Depan RS Darma Ibu - Depan Gereja Ayam

400 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke

jalan

kec. air dalam saluran tinggi, topografi miring,

dimensi sal.kecil

T o t a l 9613

Page 98: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 99

LAPORAN RENCANA

No SALURAN PANJANG

(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB

Sumber : Hasil Analisis 2010

Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sistem jaringan

drainase Kota Ternate antara lain :

a. Perencanaan drainase perkotaan selain memperhatian terhadap dimensi

saluran dan percabangannya, kapasitas saluran dan pola aliran, kondisi fisik

setempat, perhatian juga diperlukan pada saluran drainase pada kawasan

diatasnya serta upaya kelestarian daerah tangkapan air (Catchmen Area)

sebagai bagian dari sistem drainase mayor.

b. Target rencana perbaikan saluran induk dan fasilitasnya. Untuk saluran induk

menggunakan debit rencana dengan periode ulang 5 - 25 tahun, sedangkan

untuk saluran percabangannya menggunakan periode ulang 5 tahun.

c. Perencanaan konstruksi harus memperhitungkan kriteria desain drainase yang

telah ditetapkan, salah satunya adalah pengaturan kecepatan aliran air dalam

saluran maksimal 3 m/det agar tidak terjadi limpasan maupun kerusakan

saluran. kecepatan saluran minimal 0,3 m/det agar tidak terjadi

sedimentasi/endapan lumpur. Untuk mengurangi tingginya kecepatan aliran air

saluran pada daerah kemiringan, maka konstruksi saluran harus dilengkapi

bangunan penerjun atau dasar saluran dibuat bertrap/bertingkat.

d. Operasi dan pemeliharaan serta pengelolaannya lebih mudah

e. Sebanyak mungkin memanfaatkan fasilitas dan sistem drainase kota yang

sudah ada

f. Koordinasi bersama instansi terkait seperti Telkom dan PDAM untuk

menghindari kerusakan komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada

g. Sedapat mungkin menghindari pembebasan tanah dan relokasi

h. Penggunaan pintu air di outlet pada kawasan muara yang berpotensi terjadi

back water, sehingga pada saat hujan yang bersamaan dengan air pasang tidak

terjadi luapan air maupun banjir rob.

i. Pengembangan sistem drainase Kota Ternate sudah harus menggunakan

paradigma baru yaitu “Ekodrainase”. Konsep ekodrainase yaitu suatu konsep

pengembangan sistem drainase berkelanjutan yang ramah lingkungan. Konsep

dasarnya adalah memanfaatkan jumlah curah hujan semaksimal mungkin untuk

mengisi kebutuhan cadangan air dalam tanah, dan mengalirkan kelebihan air

yang tidak digunakan dan tidak merusak permukaan tanah. Dengan konsep ini

maka pada kawasan permukiman dibuat lubang-lubang permukaan tanah yang

berfungsi sebagai tempat masuknya air permukaan (biopori), sedangkan pada

kawasan permukiman, sarana perkantoran, jasa perdagangan, kesehatan dan

pendidikan maupun fasilitas umum lainnya dibuat sumur-sumur resapan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan. Selain itu permukaan tanah harus dijaga

tetap tertutup vegetasi dengan stratifikasi yang bervariasi untuk mengurangi

energi kinetik butiran hujan dan aliran permukaan. Sedangkan dimensi saluran

diperhitungkan terhadap kelebihan air yang berasal dari alam ataupun dari

saluran-saluran bangunan perumahan dan gedung.

Page 99: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 100

LAPORAN RENCANA

Rencana pengembangan saluran drainase di wilayah Kota Ternate adalah

sebagai berikut :

Normalisasi saluran Primer pada kawasan rawan banjir/genangan dalam pusat

Kota Ternate dengan panjang total kurang lebih 1735 m, yaitu:

Kawasan Gamalama :

Saluran Primer Samping BRI Gamalama; Saluran Primer Pasar Ikan Lama;

Saluran Primer Samping Hotel Neraca; Saluran Primer jalan Busoiri

Kawasan Mangga Dua :

saluran Primer jembatan 3 dan Saluran Primer Depan Apotik Mangga Dua

Normalisasi saluran Sekunder dan Tersier pada kawasan rawan banjir/genangan

dalam pusat Kota Ternate dengan panjang total kurang lebih 9.013 m, yaitu:

Kawasan Gamalama :

Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-Bank Artha Graha); Saluran

Jalan Busoiri (Mesjid Mutaqin-depan PT.Alinda); Saluran Mall Ternate-Mesjid

Mutaqin; Saluran Samping Benteng Orange - Mesjid Mutaqin; Depan RS Darma

Ibu - Depan Gereja Ayam

Kawasan Bastiong :

Saluran Kawasan Pasar Bastiong; saluran jalan Bastiong - Perumnas; saluran

jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2); saluran jalan Raya

Bastiong jembatan 3 - jembatan 4; saluran jalan masuk pelabuhan Fery Bastiong

Kawasan Mangga Dua :

saluran jalan Jati Besar (pertigaan jalan Jati–Mangga Dua - Trafick Ligth Jati);

saluran depan toko Setia Kawan – kalimati/barangka depan hotel Amara;

Kawasan Santiong :

Saluran kawasan Kubur Cina Santiong;

Normalisasi saluran berupa penggolontoran/pembersihan, mengembalikan

saluran dimensi dan rehabilitasi.

Konservasi daerah tangkapan air hujan (hulu) di kecamatan Pulau Ternate,

Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.

Penertiban bangunan yang mengecilkan dimensi dan yang berada di atas saluran

pada kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan

Ternate Selatan.

Pembangunan talud pada saluran kali mati/barangka yang bermuara atau

melintas kawasan dalam kota untuk menghindari pengikisan dinding

barangka/kalimati, sedimentasi berlebihan dan menghindari limpasan air kali mati

pada kawasan rawan banjir di kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate

Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.

Pembuatan bangunan pengendali banjir (checkdam) pada kalimati/barangka yang

terletak pada kawasan diatasnya yang berfungsi sebagai sistem pengontrolan dan

pengendalian sedimen sekaligus berfungsi mengendalikan kecepatan air dalam

saluran primer.

Penerapan sempadan disepanjang kalimati/barangka.

Page 100: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 101

LAPORAN RENCANA

E. Pengembangan Sistem Pejalan Kaki

Jalur Pejalan Kaki/Side Walk, adalah semua

bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki guna

memberikan pelayanan kepada pejalan kaki

sehingga dapat meningkatkan kelancaran,

keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Jalur

pejalan kaki terletak berdampingan dengan jalur lalu

lintas yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki

(Pedestrian). Dalam artiannya, pejalan kaki

merupakan suatu bentuk dari transportasi yang

penting di kawasan perencanaan. Oleh karena itu

kebutuhan jalur pejalan kaki merupakan suatu bagian yang integral/ terpadu dalam

sistem transportasi jalan.

Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur

lalulintas oleh struktur fisik berupa Kereb. Umumnya lebar trotoar yang diarahkan

untuk volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki antara 1 – 2 m tergantung

dari kelas dan fungsi jalan. Untuk kawasan perencanaan sendiri direncanakan lebar

trotoar adalah 1 - 2 m untuk jalan Kolektor Primer dan jalan kolektor Sekunder, dan 1

- 1,5 m untuk jalan lokal.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana prasarana jaringan pejalan kaki

di Kota Ternate adalah sebagai berikut:

Jalur pedestrian pada kawasan pariwisata, pendidikan, perkantoran, jasa dan

perdagangan;

Rencana pembangunan baru jalur pejalan kaki di ruas-ruas jalan kolektor dan

jalan lokal di Kota Ternate dengan lebar disesuaikan dengan kebutuhan dan klas

jalan;

Peningkatan kualitas jalur pejalan kaki pada kawasan yang memiliki bangkitan

pejalan kaki di seluruh Kota Ternate dengan melakukan perbaikan dan penataan

kembali sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman bagi pejalan kaki;

Pengembangan jalur pejalan kaki terpadu yang terdiri dari RTH, yang

terintegrasi dengan joging track, tempat pemasangan reklame, shelter, halte,

dan termasuk jaringan bawah tanah (listrik, telepon, PDAM) yang diarahkan di

jalan Pahlawan Revolusi, jalan Halmahera, jalan pantai Daulasi, jalan kawasan

kota baru Gambesi – Jambula, rencana jalan pantai Salero Dufa-dufa, rencana

jalan pantai Kota baru - Bastiong, rencana jalan pantai Kayu Merah – Sasa.

Pembangunan jalur pejalan kaki yang ramah untuk penggunaan para

penyandang cacat.

Page 101: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 102

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.13. Peta Rencana Jaringan Prasarana Lain

Page 102: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 103

LAPORAN RENCANA

F. Jalur Evakuasi Bencana

Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud terdiri atas :

a. Jalur evakuasi untuk bencana tsunami yaitu :

- Jl.Kutilang, Jl.Nukila, Jl.Juma Puasa, Jl.Stadion, Jl.Ahmad Yani, Jl. Ki

Hajar Dewantara, Jl. Kampung Pisang menuju ruang evakuasi di

lapangan Gelora Kie Raha dan Lapangan Marikurubu.

- Jl.Tanah Misi, Jl.Ubo-Ubo, Jl.Fala Jawa II, Jl.Bastiong-Perumnas,

Jl.Raya Jati, Jl.Jati Jan, Jl.Perumnas menuju ke ruang evakuasi

lapangan Jati.

- Jl. Kalumata, Jl. Melati Sasa, menuju ruang evakuasi Asrama Haji

Ngade.

- Jl.Ade Irma Nasution, Jl.Kapitan Patimura, Jl. Yos Sudarso, Jl. Cengkeh

Afo, Jl.Kompleks BTN menuju ruang evakuasi bencana di lapangan

Marikrubu dan lapangan Kipan.

- Jl.Benteng Toloko, Jl.Cakalang. ke ruang evakuasi SKB

- Jalan lingkungan/setapak disetiap kelurahan pada kecamatan Pulau

Ternate, Hiri, Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua. menuju rencana

ruang evakuasi pada kawasan ketinggian aman stunami

- Jl.Kutilang, Jl.Nukila, Jl.Juma Puasa, Jl.Stadion, Jl.Ahmad Yani, Jl. Ki

Hajar Dewantara, Jl. Kampung Pisang menuju ruang evakuasi di

lapangan Gelora Kie Raha;

- Jl.Tanah Misi, Jl.Ubo-Ubo, Jl.Fala Jawa II, Jl.Bastiong-Perumnas,

Jl.Raya Jati, Jl.Jati Jan, Jl.Perumnas menuju ke ruang evakuasi

lapangan Jati.

- Jl. Kalumata, Jl. Melati Sasa, menuju ruang evakuasi Asrama Haji

Ngade.

- Jl.Ade Irma Nasution, Jl.Kapitan Patimura, Jl. Yos Sudarso, Jl. Cengkeh

Afo, Jl.Kompleks BTN menuju ruang evakuasi bencana di lapangan

Marikrubu dan lapangan Kipan.

- Jl.Benteng Toloko, Jl.Cakalang. ke ruang evakuasi SKB

- Jalan lingkungan/setapak disetiap kelurahan pada kecamatan Pulau

Ternate, Hiri, Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua. menuju rencana

ruang evakuasi pada kawasan ketinggian aman stunami

b. Jalur evakuasi untuk bencana Gunung Api yaitu

- Jl.Keliling pulau Ternate, jl. Batu Angus, Jl.Cakalang, jl.Benteng Toloko,

jl. Pemuda, jl. AM. Kamarudin, jl.Sultan Khairun, jl. Yasin Gamsungi, jl.

Merdeka, jl.Juma Puasa, jl.Arnold Mononutu, jl.Stadion. jl. Palapa, jl.

Patimura menuju ruang evakuasi lapangan KIPAN, Lapangan Salero dan

Gelora Kie Raha;

- Jl. Keliling Pulau ternate, jl. Bastiong Jambula, jl. Fala Jawa II, Jl. Ubo-

Ubo, menuju ruang evakuasi lapangan Jambula, lapangan Gambesi ,

lapangan Kayu Merah, lapangan Ubo-Ubo dan Asrama Haji Ngade.

Page 103: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 104

LAPORAN RENCANA

- Jalur laut dari dermaga bastiong menuju Pulau Tidore dan Pulau

Halmahera, dermaga Ahmad Yani menuju Pulau Tidore dan Halmahera,

pelabuhan Dodoku Ali, dermaga Sulamada menuju ruang evakuasi pulau

Hiri, rencana dermaga speed terpadu menuju Pulau Tidore dan

Halmahera dan rencana pelabuhan Sasa menuju Pulau Tidore dan

Halmahera.

Page 104: 03_bab III Struktur Ruang_final April 2012 - Bahas Dewan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 105

LAPORAN RENCANA

Gambar 3.14. Rencana Jalur Evakuasi Bencana Alam