alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ......

32
PRINSIP, KARAKTERISTIK FIQH, SYAR’U MAN QOBLANA DAN SADD ADZ-DZARI’AH MAKALAH Dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Fiqh Semester I Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dosen Abdul Azis M.Hi Oleh KELOMPOK 1 Muh. Sirojul Munir : 13220206

Transcript of alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ......

Page 1: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

PRINSIP, KARAKTERISTIK FIQH, SYAR’U MAN

QOBLANA DAN SADD ADZ-DZARI’AH

MAKALAHDibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Fiqh Semester I

Tahun Akademik 2013-2014

Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen

Abdul Azis M.Hi

Oleh

KELOMPOK 1

Muh. Sirojul Munir : 13220206

Nur Musyahidah : 13220227

Amin Makmun Adi Putra : 13220199

Wahyu Irhamni Maulaya Hasan : 13220190

MALANG

2013

Page 2: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

KATA PENGANTAR

حيم الر حمن الر الله بسم

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya lah

kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Pengertian Fiqh secara Komprehensif

Makalah ini diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Fiqh, dengan

dosen pembimbing Bapak Abdul Azis M.Hi

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat

untuk pengembanngan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Malang, 12 September 2013

Penyusun

1

Page 3: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syari’at Allah yang

terkandung dalam kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap orang yang

mengintegrasikan dirinya kepada Islam wajib membentuk seluruh hidup dan

kehidupannya berdasarkan syari’at yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Syari‟at Islam adalah pedoman hidup yang ditetapkan Allah SWT untuk

mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan keinginan Al-Qur‟an dan Sunnah.

Dalam kajian fiqh, yang dimaksud dengan hukum Islam ialah khitab (firman) Allah

SWT yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, atau dengan redaksi lain, hukum

Islam ialah seperangkat aturan yang ditetapkan secara langsung dan lugas oleh Allah

atau ditetapkan pokok-pokonya untuk mengatur hubungan antara manusia dan

tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam semesta.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah prinsip Ilmu Fiqh itu?

2. Bagaimana Karakteristik Ilmu Fiqh ?

3. Apakah yang dimaksud dengan Syar’u man qablana ?

4. Apakah yang dimaksud dengan Adz-dzari’ah

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi Ilmu Fiqh, objek kajian dan tujuan mempelajarinya.

2. Untuk mengetahui kedudukan Ilmu Fiqh dalam Islam.

3. Untuk mengetahui perbedaan dan hubungan antara Ilmu Fiqh, Ushul Fiqh dan

Qawaidh Fiqhiyah.

4. Untuk mengetahui kaitan antara Fiqh, Syari’ah dan hukum Islam.

2

Page 4: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Ilmu Fiqh

Abu Zahrah mengemukakan pandangannya, bahwa hukum adalah

ketetapan Allah yang berhubungan dengan perbuatan orang-orang mukallaf baik

berupa iqtida (tuntutan perintah atau larangan), takhyir (pilihan) maupun

berupa wadh’i (sebab akibat). Ketetapan Allah dimaksudkan pada sifat yang telah

diberikan oleh Allah terhadap sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan

mukalaf.1

Sebagaimana hukum-hukum yang lain, hukum Islam memiliki prinsip-

prinsip dan asas-asas sebagai tiang pokok, kuat atau lemahnya sebuah undang-

undang, mudah atau sukarnya, ditolak atau diterimanya oleh masyarakat,

tergantung kepada asas dan tiang pokoknya.2

Secara etimologi (tata bahasa) prinsip adalah dasar, permulaan, aturan

pokok.3 Juhaya S. Praja memberikan pengertian prinsip sebagai berikut:

permulaan; tempat pemberangkatan; titik tolak; atau al-mabda.4

Adapun secara terminologi Prinsip adalah kebeneran universal yang

inheren didalam hukum Islam dan menjadi titik tolak pembinaannya; prinsip yang

membentuk hukum dan setiap cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam meliputi

prinsip umum dan prinsip umum. Prinsip umum ialah prinsip keseluruhan hukum

Islam yang bersifat unuversal. Adapun prinsip-prinsip khusus ialah prinsip-

prinsip setiap cabang hukum Islam.

Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut :

1. Prinsip Tauhid

Prinsip ketauhidan menghargai akal pada posisi yang serasi dengan

wahyu dalam upaya meyakini keberadaan Allah. Hukum islam seluruhnya

diperuntukkan bagi orang berakal dan mau berfifkir. Dalam suatu keterangan

dikatakan bahwa agama itu untuk yang berakal, dan tidak berlaku agama

bagi yang tidak berakal. Karena fungsi akan membedakan dan memilih

1 Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994) hal,  262 M. Hasbi Ash-Shiddiqieqy, Falsafah Hukum Islam, (Bulan Bintang, Cet-V, Jakarta, 1993) hal,  733 Suryadi, Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Usaha Nasional, Surabaya, 1980) hal, 1904 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (LPPM Unisba, Bandung, 1995) hal, 69

3

Page 5: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

perbuatan yang baik dengan yang buruk, prinsip ketauhidan melahirkan

prinsip ahklaq al-karimah, yakni prinsip moralitas yang terpuji ynag dapat

menyucikan jiwa dan meluruskan kepribadian

Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk

menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an

dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi dengan hukum Allah,

maka orang tersebut dapat dikateegorikan kedalam kelompok orang-orang

yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S. ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).

Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang

merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya yang berlaku

dalam fiqih ibadah sebagai berikut :

a) Prinsip pertama yaitu berhubungan langsung dengan Allah tanpa

perantara, artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan

dirinya sebagai zat yang wajib di sembah.

b) Prinsip kedua yaitu beban hukum (takli’f) ditujukan untuk memelihara

akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan

pribadi yang luhur,artinya hamba Allah dibebani ibadah sebagai

bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan atau al-mizan (keseimbangan) dalam bahasa salaf

antara hak dan kewajiban. Sebagai titik tolak kesadaran setiap manusia

terhadap hak-hak oarng lain dan kewajiban dirinya. Jika ia berkewajiban

melakukan sesuatu, maka ia berhak menerima sesuatu tersebut. Keduanya

harus berjalan seimbang dan dirasakan adil untuk dirinya dan orang lain.

Terlebih lagi, manusia diberi alat untuk mempertahankan

keseimbangannya dengan akal dan hati.

Nilai-nilai kemanusiaan membangun prinsip persamaan dimata Allah

dan sesama manusia. Evaluasi tentang derajat manusia bergantung kepada

hak prerogatif Allah, yakni ketaqwaannya sebagaimana difirmankan dalam

surat Al-hujarat ayat 13:

4

Page 6: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

شعوبا وجعلناكم وأنثى ذكر من خلقناكم ا إن اس الن ها أي يا

خبير عليم ه الل إن أتقاكم ه الل عند أكرمكم إن لتعارفوا وقبائل

)١٣( “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal.” (Q.S. Al-Hujarat: 13)

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar

Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk

menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam

filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi social engineering hukum.

Tujuan prinsip amr ma’ruf nahy al-munkar yakni untuk menyebarkan

luaskan persamaan hak dan kewajiban, karena dalam hukum islam

ditanamkan. Dengan demikian, semua umat islam berkewajiban memberikan

contoh yang patut diteladani dan mengajak kepada kebenaran.

4. Prinsip Kebebasan/ Kemerdekaan

Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar

agama/hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan

penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip

hukum Islam adalah kebebasan dl arti luasyg mencakup berbagai macamnya,

baik kebebasan individu maupun kebebasan komunal. Keberagama dalam

Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama.

5. Prinsip kemaslahatan

Prinsip kemaslahatan umum (al-masahih al-‘ammah), yakni yang

bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

meninggalkan kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil manfaatnya

(dar’u al-mafasid muqadamun min jalb al- mashalahih), operasionalisasi

kaaidah ini berhubungan dengan kaidah yang menyatakan bahwa

5

Page 7: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

kemaslahatan khusus (al-maslahah al-‘ammah muqadamatun al-maslahah

al-khashah).

6. Prinsip At-Ta’awun

Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia

yang diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan

dan ketakwaan.

Prinsip ta’awun, tolong menolong, sebagai titik tolak ukur kehidupan

manusia sebagai mahlik sosial yang saling membutuhkan.

7. Prinsip Toleransi (tasamuh)

Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang

menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya tegasnya

toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.

Prinsip tasamuh, prinsip toleransi, sebagai titik tolak ukur pengamalan

hukum islam, karena cara berfikir manusia yang berbeda-beda, satu sama

lain harus saling menghargai dan mengakui bahwa kebenaran hasil

pemikiran manusia bersifat relatif.

B. KARAKTERISTIK FIQH ISLAM 

1. Bersumber dari Wahyu Ilahi

Fiqh Islam berbeda dari hukum-hukum positif, karena sumbernya

adalah wahyu Allah Swt yang dituangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Nabi, karena itu dalam mengambil kesimpulan hukumnya, setiap mujtahid

terikat secara kuat dengan teks-teks dari kedua rujukan tersebut, yakni Al-

Qur’an dan Sunnah Nabi. Dengan demikian fiqh lahir tumbuh dan

berkembang dengan sempurna.Strukturnya kokoh dan pilar-pilarnya tangguh

sehingga menyempurnakan dasar-dasar serta pondasinya yang mampu

mengokohkan prinsip-prinsipnya di zaman Rasulullah Saw.Allah berfirman :

لكم ورضيت نعمتي عليكم وأتممت دينكم لكم أكملت اليوم

: المائدة ] دينا [3اإلسالم

6

Page 8: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-

cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama

bagimu “.

Setelah itu tidak ada yang tersisa kecuali menerapkan syari’at sesuai

dengan kemaslahatan manusia yang sejalan dengan tujuan-tujuan utama

ditetapkannya syariat Islam.

2. Komprehensif dan Memenuhi Tuntutan Hidup Manusia

Fiqh Islam berbeda jauh dari hukum-hukum dan undang-undang

buatan manusia, karena meliputi tiga dimensi hubungan dalam hidup

manusia:

a. Hubungan manusia dengan Tuhannya

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

c. Hubungan manusia dengan masyarakat.

Lebih jauh lagi, fiqh Islam diperuntukkan bagi kemaslahatan hidup di

dunia dan di akhirat. Dan cakupan fiqh Islam meliputi wilayah agama dan

negara. Fiqh Islam berlaku umum untuk seluruh umat manusia dan bersifat

abadi sampai hari kiamat. Hukum-hukumnya saling menguatkan dan

mengukuhkan satu sama lain, baik dalam bidang akidah, ibadah, etika

maupun muamalah, demi mewujudkan puncak keridlaan dari Allah Swt,

ketenangan hidup, keimanan, kebahagian, kenyamanan dan keteraturan

hidup bahkan memberikan kebahagian kepada dunia secara keseluruhan.

3. Bercorak Religius dan Mengandung Sisi Halal dan Haram

Fiqh Islam berbeda dengan undang-undang dan hukum positif dari

aspek pemikiran halal dan haram, bahwa setiap perbuatan atau perilaku sipil

dan yang terjadi dalam muamalah disifati dengan sisi halal dan haram. Atas

dasar itu, hukum muamalah memiliki dua corak. 

4. Hubungan Fiqh Islam dan Akhlaq

Fiqh Islam sangat memperhatikan terpeliharanya keutamaan,

kemulyaan, dan keluhuran akhlak. Oleh karena itu, ibadah di syari’atkan

7

Page 9: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

untuk mensucikan jiwa, menjernihkan hati dan menjauhkan dari berbagai

kemungkaran. Riba diharamkan untuk memupuk jiwa kerjasama, saling

menolong, dan saling menyanyangi diantara sesama manusia. Diharamkanya

riba juga dimaksudkan untuk melindungi orang-orang yang membutuhkan

bantuan dari kekuasaan para pemilik modal.

5. Balasan Melanggar Syariah Bersifat Duniawi dan Ukhrawi

Fiqih Islam sangat berbeda dengan undang-undang dan hukum positif.

Sebab, hukum positif buatan manusia hanya memberlakukan dua macam

hukum atau sanksi atas pelaku pelanggaran di dunia dan akhirat sekaligus.

Di dunia, balasan ini merupakan hukuman tertentu (al-hudud)dan hukuman

tidak tertentu (at-ta’zir) yang diberlakukan atas perbuatan-perbuatan lahiriah

yang tampak oleh mata manusia. Sementara itu, hukum ukrawi diterapkan

atas perbuatan-perbuatan batin atau hati yang tak tampak oleh mata manusia

seperti dengki atau iri hati, dendam dan keinginan membahayakan orang

lain.

 

6. Fiqh Islam Lebih Memihak Kepentingan Kolektif

Fiqh Islam memperhatikan kemaslahatan individual maupun kolektif

secara keseluruhan. Karenanya, tidak ada suatu kemaslahatan individu atau

pun kolektif yang melampui kemaslahatan lainnya. Akan tetapi, jika ada

benturan antara dua kemaslahatan itu, maka kemaslahatan kolektif akan di

utamakan ketimbang kepentingan individu.

Demikian pula, jika terjadi benturan antara kemaslahatan dua

individu, maka yang didahulukan adalah kemaslahatan orang yang lebih

banyak menderita. Ini sejalan dengan kaidah, “tidak boleh ada kemadlorotan

dan menimbulkan kemadlorotan” (ladhororo wala dhiroro) dan juga

kaidah, “jika ada dua kemadlorotan lebih besar ditolak kemadlorotan yang

lebih kecil” (yudfa’ akbar al dhororain bi al akhaffi minhuma).

7. Fiqh Islam Relevan dan Bisa Diterapkan Sepanjang Zaman

Prinsip-prinsip dasar fiqih tidak pernah berubah-ubah seperti suka

sama suka dalam berbagai transaksi atau jual beli, menolak mudorot,

8

Page 10: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

menghindari perbuatan dosa, memelihara hak, dan juga menerapkan

tanggung jawab individual.

Sementara itu, dimensi fiqih yang berpijak pada qiyas atau anologi

dan bertujuan memelihara kemaslahatan dan adat istiadat (yang baik) bisa

berubah dengan berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman, kemaslahatan

manusiadan ligkungan yang berbeda dalam konteks ruang dan waktu

selama-selama hukum berada dalam wilayah yang sesuai dengan tujuan-

tujuan syariat (maaqashid asy-syari’ah) prinsip-prisipnya yang benar.

8. Karakteristik Fiqh (Hukum Islam) menurut beberapa Tokoh

a. Menurut Hasbi As-Shidiqy

Hukum Islam adalah hukum yang berkarakter dan mempunyai ciri-ciri

khas. Hukum Islam mempunyai tiga karakter yang merupakan ketentuan-

ketentuan yang tidak dapat berubah. Karakteristik dan ciri-ciri khas yang tiga

itu ialah:

1)  Takamul, sempurna buat dan tuntas.

Hukum Islam membentuk umat dalam suatu kesatuan yang bulat

walaupun mereka berbeda-beda bangsa dan berlainan suku. Meskipun masa

berganti masa, hukum Islam tetap memiliki karakter yang utuh, harmonis,

dan dinamis.

2) Wasathiyah, imbang, harmonis.

Hukum Islam menempuh jalan tengah, jalan yang seimbang antara

kepentingan jiwa dan raga. Menyelaraskan seluruh aspek kehidupan.

3) Harakah, dinamis (bergerak dan berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman).

b. Menurut Minardi Mursyid

Hukum Islam bersifat  komprehensif dan universal. Ini berarti

komprehensif itu meliputi semua aspek dan bidang kehidupan yang secara

garis besar dapat diklasifikasi menjadi tiga sub-sistem yaitu : Aqidah,

Syariah dan Akhlak. Aqidah adalah hukum-hukum yang bersangkut paut

dengan keimanan dan ketauhidan yang merupakan dasar keislaman seorang

muslim. Syariah adalah hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia

dengan Khalik maupun dengan makhluk. Sedangkan Akhlak menitik

9

Page 11: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

beratkan pada pendidikan rohani dan pembersihan hati dari sifat-sifat tercela

dan menghiasi dengan sifat-sifat yang terpuji.

Dalam arti yang komprehensif ini meliputi beberapa aspek yaitu :

1) Islam adalah agama yang menyentuh seluruh isi kehidupan manusia

Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh sisi

kehidupan dan Islam adalah aqidah yang lurus, ibadah yang benar, tidak

kurang tidak lebih.

2) Islam adalah agama sepanjang masa

Islam yang berarti penyerahan diri kepada Allah, dan ber-Tauhid

kepada Allah, adalah agama masa lalu, hari ini dan sampai akhir zaman

nanti.

3) Kelengkapan ajaran Islam dalam bidang aqidah

Aqidah Islam adalah aqidah yang lengkap dari sudut manapun. Ia

mampu menjelaskan persoalan-persoalan besar kehidupan ini. Ia tidak hanya

ditetapkan berdasarkan instink/perasaan atau logika semata, tetapi aqidah

Islam diyakini berdasarkan wahyu yang dibenarkan oleh perasaan dan

logika.

4) Kelengkapan ajaran Islam dalam bidang ibadah

Ibadah dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara

penuh. Seorang muslim beribadah kepada Allah dengan lisan , fisik, hati,

akal, dan bahkan kekayaannya.

5) Kelengkapan ajaran Islam dalam bidang akhlaq

Akhlaq Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan

manusia dengan optimal.

6) Kelengkapan ajaran Islam dalam bidang hukum

Syariah Islam tidak hanya mengurus individu tanpa memperhatikan

masyarakatnya, atau masyarakat tanpa memperhatikan individunya.

C. SYAR’U MAN QABLANA

1. Pengertian Syar’u Man Qoblana

Syar’u man qoblana adalah syari’at orang – orang yang sebelum kita,

yang dimaksud dengan syar’u man qablana adalah syari’at hukum dan

ajaran – ajaran yang berlaku pada masa nabi atau rosul sebelum nabi

10

Page 12: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

Muhammad SAW, diantaranya adalah syari’at Nabi Ibrahim, Nabi Daud,

Nabi Musa, Nabi Isa dan lain-lain.

Syari’at yang pertama kali turun ke umat manusia adalah syari’at nabi

Muhammad SAW, tidak ada lagi setelahnya, yang menjadi pembahasan para

ulama’ yaitu apakah syari’at yang diturunkan kepada nabi – nabi terdahulu

itu juga berlaku atas nabi Muhammad SAW dan umatnya.

2. Pendapat Ulama’ Tentang Syar’u Man Qablana

Dalam pembahasan ini, semua ulama’ sepakat bahwa syar’u man

qablana yang tidak terdapat dalam al-quran dan as-sunnah tidak berlaku bagi

syari’at nabi Muhammad SAW da umatnya , karena syari’at nabi

Muhammad SAW itu sifatnya menggantikan syari’at para nabi terdahulu

yang tidak termaktub dalam al-quran dan as-sunnah, maka dengan

sendirinya tidak berlaku pada zamannya nabi Muhammad SAW.

Contoh: tindakan bunuh diri sebagai cara untuk bertaubat, dan memotong

baju yang terkena najis.

Syar’u man qablana yang termaktub dalam al-quran dan as-sunnah,

semua para ulama’ sepakat bahwa syari’at itu berlaku bagi Rasulullah

SAWdan ummatnya, akan tetepi bukan karena berkedudukan sebagai syar’u

man qablana, melainkan karena telah diterangkan dalam al-quran dan as-

sunnah, misalnya: syari’at puasa, berlakunya syari’at puasa bukan karena

merupakan berkeduduka sebagai syar’u man qablana, melainkan karena

disyari’atkan oleh al-quran, terdapat didalam surat Al-Baqoroh : 183.

Objek berbeda pendapatnya ulama’ adalah hukum dan masalah-

masalah yang tidak secara tegas diberlakukan pada syari’at nabi Muhammad

SAW, tetapi juga tidak terdapat nash-nash yang menasakh-kannya, terdapat

2 kelompok pendapat ulama’ yang bertolak belakang tentang berlaku dan

tidaknya syar’u man qablana tersebut bagi nabi Muhammad dan seluruh

umatnya, pendapat-pendapat tersebt adalah sebagai berikut .

Mayoritas ulama’ Hanafiyyah, Malikiyyah, sebagian ulama’

Syafi’iyyah, dan Hambaliyyah, antara lain: at-Tamimi, berpendapat, bahwa

syar’u man qablana berlaku bagi umat nabi Muhammad SAW, jika syari’at

tersebut diinformasikanmelalui nabi, mengacu atas dasar berikut ini:

a. Firman Allah pada surat al-an’am ayat 90 :

11

Page 13: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

االنعام ) : أو اقتده فبهداهم الله هدى ذين ال )90لـئك

“Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah

petunjuk mereka.” (Q.S. Al-an’am:90)

Ayat ini ditujukan atas nabi Muhammad SAW agar mengikuti para

nabi dari bani Isroil, selama tidak ada nash yang menasakh-kannya.

b. Firman Allah SWT pada surat an-nahl ayat 123:

﴿ ن� ك�ي ك� ش� م ش� ا ن� ك� ن� ن�ا ن�ا ن� اا ك�يف ن� ن� ك�ي ن�ا ش� ك�ا ن� �� ن ك� �ش �ك �� ن ا ك� ن ا ن! شي ن� ك�ا ن�ا شي ن� ش� ن ا ��ن ﴾١٢٣م"

“Kemudian kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) ikutilah agama

Ibrahimseorang yang hanif dan ia tidak termasuk orang-orang yang

menyekutukan tuhan.”

Ayat ini memerintahkan kepada Rasulullah untuk mengikuti agama

Ibrahim, serta syari’atnya.

Ulama’ Asy’ariyah, Mu’tazilah, Syi’ah, sebagian ulama’ Syafi’iyyah,

dan mayoritas ulama’ Hambaliyyah berpendapat, bahwa syar’u man qablana

yang tidak ada pemberlakuan penegasannya dan tidak pula ada nash yang

menasakh-kannya, maka ia tidak berlaku pada nabi Muhammad SAW dan

umatnya, mengacu atas dasar berikut, antara lain ialah:

a. Firman Allah SWT pada surat al-maidah : 48:

﴿ اا ن%اج ش� ك� ن� ا� ن& ش� ك' ش� م) ك�� ن�ا ش� ن( نج ل* م) ﴾٤٨ك�“Untuk tiap-tiap umat diantarakamu, kami berikan aturan dan jalan yang

terang.”

Ayat ini menerangkan bahwa tiap-tiap umat sudah ada syari’atnya

masing-masing, jadi tidak aisuruh untuk mengikuti syari’at umat lain, oleh

karena itu syar’u man qablana tidak berlaku bagi umat nabi Muhammad.

b. Ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz bin Jabal ke yaman untuk

menjadi hakim, beliau bertanya kepadanya tentang pedoman yang

digunakannnya, Mu’adz menjawab bahwa ia berpedoman kepada al-

quran, as-sunnah, dan ijtihad. Jawaban itu disetujui oleh nabi Rasulullah,

12

Page 14: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

dan tidak mengarahkannya untuk berpedoman kepada syar’u man

qablana, dari situ syar’u man qablana tidak berlaku kepada umat nabi

Muhammad SAW.

Itulah dalil-dalil yang dikemukakan oleh masing-masing kelompok

sebagai pendukung pendapatnya, masing-masing pendapat itu mempunyai

kelemahan, misalnya dalil kelompok yang pertama, tentang perintah

mengikuti nabi sebelumnya, sebenarnya yang diperintahkan adalah yang

berkaitan dengan aqidah tauhid dan prinsip-prinsip umum syari’at, bukan

yang berkaitan dengan syari’at umum secara keseluruhan.

Dari perdebatan 2 kelompok diatas, sebagian ulama’ lebih cenderung

kepada kelompok yang pertama, misalnya seperti Khudori Baik,Abdul

Wahab Khallaf, dan Zakiyuddin Sya’ban, dengan syarat syari’at tersebut

termaktub dalam al-qur an dan as-sunnah.

Alasan-alasan mereka ialah sebagai berikut:

1. Dengan tercantumnya syar’u man qablana di al-quran dan as-sunnah,

maka ia termasuk syari’at samawi.

2. Keberadaannya dalam al-quran dan as-sunnah tanpa diiringi dengan

penolakan dan tanpa naskh yang menunjukkan bahwa ia juga berlaku

sebagai syari’at nabi Muhammad SAW.

3. Sebagai implementasi dari pernyataan bahwa al-quran membenarkan

kitab-kitab taurat dan injil, contoh: ulama’ Hanafiyyah, Syafi’iyyah,

Hambaliyyah membolehkan transaksi ji’alahn atas dasar kisah yusuf

yang terdapat dalam al-quran surat yusuf ayat 72:

﴿ م� ك&ي ن- ك. ك� شا ن/ ن ا ن� ر� ك(ي ن� م* ش ك� ك. ك� نجاء �ن ك� ن� ك! ك� ن ش� ا ن2 ن3ا م4 م5 ك6 شف ن/ شا م�3 ﴾٧٢ن7ا“Mereka berkata: “kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat

mengembalikannya akan memperoleh beban makanan (seberat ) beban unta,

dan aku menjamin atasnya”

D. SADD ADZ-DZARI’AH

Asy-Syatibi menyatakan bahwa sadd adz-dzari’ah adalah menolak sesuatu

yang boleh (jaiz) agar tidak mengantarkan kepada sesuatu yang dilarang

(mamnu’) Menurut Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, sadd adz-dzari’ah adalah

13

Page 15: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

meniadakan atau menutup jalan yang menuju kepada perbuatan yang terlarang.

Sedangkan menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, jalan atau perantara tersebut

bisa berbentuk sesuatu yang dilarang maupun yang dibolehkan.

Dari beberapa contoh pengertian di atas, tampak bahwa sebagian ulama

seperti asy-Syathibi dan asy-Syaukani mempersempit adz-dzariah sebagai

sesuatu yang awalnya diperbolehkan. Namun al-Qarafi dan Mukhtar Yahya

menyebutkan adz-dzari’ah secara umum dan tidak mempersempitnyahanya

sebagai sesuatu yang diperbolehkan. Di samping itu, Ibnu al-Qayyim juga

mengungkapkan adanya adz-dzari’ahyang pada awalnya memang dilarang

1. Dasar Hukum Sadd Adz-Dzari’ah

a. Alquran

بغير عدوا الله وا فيسب الله دون من يدعون ذين ال وا تسب وال

﴿ ن� م�3 ن ش( ن8 شا م/3 ن�ا نا ك� م%� م9 �ب ن� مي ن; ش� م% م( كج ش� �� ن ك%� ب� ن> ن�ى ك�ا ��ن م" ش� م% ن� ن ن& ر� �� ن م ا ب* م) ك� ��ا ن 8� ن ن- ن! ك� ن< ن� ر� ش� ﴾١٠٨ك&

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui

batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat

menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah

kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu

mereka kerjakan. (QS. al-An’am: 108).”

b. Sunah

“Dari Abdullah bin Amr RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Termasuk di antara dosa besar seorang lelaki melaknat kedua orang

tuanya.” Beliau kemudian ditanya, “Bagaimana caranya seorang lelaki

melaknat kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Seorang lelaki mencaci

maki ayah orang lain, kemudian orang yang dicaci itu pun membalas

mencaci maki ayah dan ibu tua lelaki tersebut.”

c. Kaidah Fikih  

14

Page 16: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

Di antara kaidah fikih yang bisa dijadikan dasar penggunaan sadd

adz-dzari’ah adalah: 

المصالح جلب من أولى المفاسد .دفع

“Menolak keburukan (mafsadah) lebih diutamakan daripada meraih

kebaikan (maslahah)”.

Kaidah ini merupakan kaidah asasi yang bisa mencakup masalah-

masalah turunan di bawahnya. Berbagai kaidah lain juga bersandar pada

kaidah ini. Karena itulah, sadd adz-dzari’ah pun bisa disandarkan

kepadanya. Hal ini juga bisa dipahami, karena dalam sadd adz-dzari’ah

terdapat unsur mafsadah yang harus dihindari

d. Logika

Secara logika, ketika seseorang membolehkan suatu perbuatan, maka

mestinya ia juga membolehkan segala hal yang akan mengantarkan kepada

hal tersebut. Begitupun sebaliknya, jika seseorang melarang suatu perbuatan,

maka mestinya ia pun melarang segala hal yang bisa mengantarkan kepada

perbuatan tersebut. Hal ini senada dengan ungkapan Ibnu Qayyim dalam

kitab A’lâm al-Mûqi’în: ”Ketika Allah melarang suatu hal, maka Allah pun

akan melarang dan mencegah segala jalan dan perantara yang bisa

mengantarkan kepadanya. Hal itu untuk menguatkan dan menegaskan

pelarangan tersebut. Namun jika Allah membolehkan segala jalan dan

perantara tersebut, tentu hal ini bertolak belakang dengan pelarangan yang

telah ditetapkan

2. Macam-macam Adz-dzari’ah

Sedangkan dilihat dari aspek kesepakatan ulama, al-Qarafi dan asy-

Syatibi membagi adz-dzari’ah menjadi tiga macam, yaitu:

a. Sesuatu yang telah disepakati untuk tidak dilarang meskipun bisa menjadi

jalan atau sarana terjadinya suatu perbuatan yang diharamkan.

Contohnya menanam anggur, meskipun ada kemungkinan untuk

dijadikan khamar; atau hidup bertetangga meskipun ada kemungkinan

terjadi perbuatan zina dengan tetangga.

15

Page 17: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

b. Sesuatu yang disepakati untuk dilarang, seperti mencaci maki berhala

bagi orang yang mengetahui atau menduga keras bahwa penyembah

berhala tersebut akan membalas mencaci maki Allah seketika itu pula.

Contoh lain adalah larangan menggali sumur di tengah jalan bagi orang

yang mengetahui bahwa jalan tersebut biasa dilewati dan akan

mencelakakan orang.

c. Sesuatu yang masih diperselisihkan untuk dilarang atau diperbolehkan,

seperti memandang perempuan karena bisa menjadi jalan terjadinya

zina; dan jual beli berjangka karena khawatir ada unsur riba.

3. Cara Menentukan Adz-Dzariah

Guna menentukan apakah suatu perbuatan dilarang atau tidak, karena

ia bisa menjadi sarana (adz-dzariah)terjadinya suatu perbuatan lain yang

dilarang, maka secara umum hal itu bisa dilihat dari dua hal, yaitu

a. Motif atau tujuan yang mendorong seseorang untuk melaksanakan suatu

perbuatan, apakah perbuatan itu akan berdampak kepada sesuatu yang

dihalalkan atau diharamkan. Misalnya, jika terdapat indikasi yang kuat

bahwa seseorang yang hendak menikahi seorang janda perempuan talak

tiga adalah karena sekedar untuk menghalalkan si perempuan untuk

dinikahi oleh mantan suaminya terdahulu, maka pernikahan itu harus

dicegah. Tujuan pernikahan tersebut bertentangan dengan tujuan

pernikahan yang digariskan syara’ yaitu demi membina keluarga yang

langgeng.

b. Akibat yang terjadi dari perbuatan, tanpa harus melihat kepada motif dan

niat si pelaku. Jika akibat atau dampak yang sering kali terjadi dari suatu

perbuatan adalah sesuatu yang dilarang atau mafsadah, maka perbuatan

itu harus dicegah. Misalnya, masalah pemberian hadiah (gratifikasi)

yang diawasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Berdasarkan

beberapa peristiwa yang sebelumnya terjadi, seorang pejabat yang

mendapat hadiah kemungkinan besar akan mempengaruhi keputusan

atau kebijakannya terhadap si pemberi hadiah. Karena itulah, setiap

pemberian hadiah (gratifikasi) dalam batasan jumlah tertentu harus

dikembalikan ke kas negara oleh pihak KPK.

16

Page 18: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

17

Page 19: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip-prinsip dari ilmu fiqh antara lain tauhid, keadilan amar makruf

nahi mungkar, kebebasan/ kemerdekaan, kemaslahatan, at-ta’awun dan toleransi

(tasamuh).

Karakteristik dari ilmu fiqh itu sendiri yaitu bersumber dari wahyu Ilahi,

komprehensif dan memenuhi tuntutan hidup manusia, bercorak religius dan

mengandung sisi halal dan haram, hubungan fiqh islam dan akhlaq balasan

melanggar syariah bersifat duniawi dan ukhrawi fiqh islam lebih memihak

kepentingan kolektif dan fiqh Islam relevan dan bisa diterapkan sepanjang

zaman.

Syar’u man qoblana adalah syari’at orang – orang yang sebelum kita,

yang dimaksud dengan syar’u man qablana adalah syari’at hukum dan ajaran –

ajaran yang berlaku pada masa nabi atau rosul sebelum nabi Muhammad SAW,

diantaranya adalah syari’at Nabi Ibrahim, Nabi Daud, Nabi Musa, Nabi Isa dan

lain-lain.

Sadd adz-dzari’ah adalah menolak sesuatu yang boleh (jaiz) agar tidak

mengantarkan kepada sesuatu yang dilarang (mamnu’) dan juga bisa diartikan

meniadakan atau menutup jalan yang menuju kepada perbuatan yang terlarang

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

kami dapat memperbaikinya di masa yang akan datang.

18

Page 20: alinahrowi4.files.wordpress.com  · Web viewJurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah. ... yakni yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam berprilaku bahwa

DAFTAR PUSTAKA

Zahrah Abu, Ushul Fiqh, (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994)

Ash-Shiddiqieqy M. Hasbi, Falsafah Hukum Islam, (Bulan Bintang, Cet-V, Jakarta,

1993)

Suryadi, Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Usaha Nasional, Surabaya, 1980)

S. Praja Juhaya, Filsafat Hukum Islam, (LPPM Unisba, Bandung, 1995)

Dahlan Abd. Rahman, Ushul Fiqh, (Amzah, Jakarta, 2010)

Diposkan oleh Chimoe Syae di 01.24

http://chimoesyai.blogspot.com/2012/04/makalah-saddu-al-dzariah.html

Diposkan oleh Soffia Az-Zahra di 00.51

http://soffia-az.blogspot.com/2012/01/makalah-ushul-fiqh-syaru-man-qablana.html

Diposkan oleh Azhar Effendi di 07.53.00 

http://effendi10.blogspot.com/2012/02/karakteristik-hukum-islam_09.html?

zx=9adb225124e9c74c

Diposkan oleh khaira nick di 22.20 

http://khairajember.blogspot.com/2013/04/prinsip-islam-dalam-menetapkan-hukum.html

19