ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewCost-oriented pricing adalah strategi penentuan harga...

46
BAB I BIAYA PRODUKSI 1.1. Konsep Biaya Produksi Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (out put). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya dalam pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh konsumen. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu 1

Transcript of ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewCost-oriented pricing adalah strategi penentuan harga...

BAB I

BIAYA PRODUKSI

1.1. Konsep Biaya Produksi

Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya

memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat

menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output pada

biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input)

menjadi keluaran (out put). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak

dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.

Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat

menetapkan harga pokok  barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya

produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. 

Biaya dalam pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung

untuk menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh konsumen.

Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh

produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Sehingga biaya produksi adalah

beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk

menghasilkan suatu barang.

Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan

kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit

diidentifikasikan hitungannya.

Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi

1

2. Bahan-bahan pembantu atau penolong

3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur

4. Penyusutan peralatan produksi

5. Uang modal sewa

6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan,

biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi

7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan

8. Pajak

Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen biaya,

berikut:

1. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan langsung

dengan produksi.

2. Komponen biaya gaji / upah tenaga kerja.

3. Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua

pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.

1.2. Klasifikasi Biaya

Untuk keperluan analisis, biaya dapat dikelompokkan menurut beberapa

kriteria, yaitu :

1. Pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi.

a. Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya secara relatif

tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (output). Biaya ini

harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada pelayanan. Contoh FC

adalah nilai dari gedung yang digunakan, nilai dari peralatan (besar)

kedokteran, ataupun nilai tanah. Nilai gedung dimasukan dalam FC

2

sebab biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik ketika

pelayanannya meningkat maupun menurun. Demikian pula dengan

alat kedokteran. Biaya stetoskop relatif tetap, baik untuk memeriksa

dua pasien maupun sepuluh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa

dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan biaya untuk

memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah tetap

dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah.

b. Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang nilainya

dipengaruhi oleh banyaknya output . Contoh yang termasuk dalam

VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat tulis kantor, biaya

pemeliharaan.

Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena jumlah biaya

tersebut secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan

yang diberikan. Biaya obat dan makanan untuk melayani dua pasien

akan berbeda dengan biaya obat dan makanan untuk melayani

sepuluh pasien. Dengan demikian besarnya biaya obat atau makanan

akan selalu berpengaruh secara langsung oleh banyaknya pasien

yang dilayani.

Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara

rutin. Oleh sebab itu VC sering juga disebut dengan biaya rutin.

Dalam praktek sering kali dialami kesulitan untuk membedakan

secara tegas apakah suatu biaya termasuk FC atau VC. Contoh dalam

menentukan gaji pegawai misalnya, apakah gaji pegawai dimasukan

dalam FC atau VC. Gaji pegawai kadang–kadang tidak dipengaruhi

3

oleh besarnya output terutama pada fasilitas pemerintah. Dalam

praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau pengurangan

gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah, tidak semudah

seperti penurunan dan penambahan output pelayanan. Berdasarkan

teori, biaya pegawai sebenarnya dipengaruhi oleh besarnya output.

Di sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik pada

jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya pegawai

akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah pasien. Oleh

sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai sebagai semi

variable cost (SVC).

c. Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel cost.

2. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya.

a. Biaya Investasi, adalah biaya yang masa kegunaannya dapat

berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk

biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun

ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi

anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi ini

biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan

infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh

yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan

gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan

sebagainya.

Di beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya

investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai) suatu

4

barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan

sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan adalah Rp.

100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp. 100.000,- tidak

termasuk dalam biaya investasi, meskipum penggunaannya dapat

lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan dalam biaya operasional).

Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang

disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan).

Nilai barang investasi dalam analisis biaya harus memperhitungkan

(1) harga satuan (nilai awal barang) masing-masing jenis barang

investasi, (2) lama pemakaian barang tersebut, (3) laju inflasi

(tingkat bunga bank) dan (4) umur ekonomis barang tersebut.

Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul

akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai

akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang

investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami

penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami

kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang investasi, seperti gedung,

kendaraan, dan peralatan, disebut sebagai biaya penyusutan.

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menghitung

penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight line

method) dimana jumlah historis yang sama dikurangi setiap tahun.

Pada umumnya analisis biaya dilakukan untuk satu kurun waktu

tertentu, misalnya satu tahun anggaran, maka untuk itu perlu dicari

5

nilai biaya investasi setahun, sehingga biaya investasi itu dapat

digabung dengan biaya operasional.

Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan biaya

investasi (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya nilai

tahunan dari biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh nilai uang

(inflasi) serta waktu pakai dan masa hidup suatu barang investasi.

b. Biaya operasional (operasional cost), adalah biaya yang diperlukan

untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan

memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat

(kurang dari satu tahun). Contoh yang termasuk dalam biaya

operasional antara lain biaya obat, biaya makan, gaji pegawai, air

dan listrik.

Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan biaya

operasional yaitu biaya pemeliharaan (mantainance cost). Biaya

pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan

nilai suatu barang investasi agar dapat terus berfungsi, misalnya

biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan kendaraan. Antara

biaya operasional dan biaya pemeliharaan dalam praktek sering

disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan (operational

and mantainance cost). Biaya operasional dan pemeliharaan, dengan

sifatnya yang habis pakai pada umumnya dikeluarkan secara

berulang. Karena itu biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya

berulang (recurrent cost).

6

Contoh biaya operasional : biaya pegawai (gaji), biaya obat dan

bahan medis, biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya

telepon, biaya pemeliharaan barang investasi. Untuk biaya listrik dan

air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan

barang investasi dikenal dengan sebutan overhead atau biaya umum.

Contoh biaya pemeliharaan : biaya yang dikeluarkan untuk

mempertahankan nilai suatu barang agar terus berfungsi. Misalnya

biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat medis dan

pemeliharaan kendaraan.

c. Biaya total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya investasi

ditambah biaya operasional.

3. Pembagian biaya berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya.

a. Biaya Langsung (Direct Cost), adalah biaya yang dibedakan pada

sumber biaya yang mempunyai fungsih (aktifitas) langsung terhadap

output. Contoh : gaji perawat, biaya obat-obatan, biaya peralatan

medis.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), adalah biaya yang

dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi penunjang

(aktivitas tak langsung) terhadap output. Contoh : gaji bagian

administrasi, gaji direktur, biaya ATK, TU, biaya peralatan non

medis.

c. Total Cost, merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah

indirect cost.

7

4. Unit cost, adalah biaya yang dihitung untuk menghasilkan satu satuan

produk (misalnya satu jenis pelayanan). Secara sederhana unit cost dapat

diartikan sebagi biaya per unit produk atau biaya per pelayanan. Unit

cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total cost yang

dibutuhkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan.

Dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih dahulu besaran

produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering kali disamakan dengan

biaya rata-rata (average cost). Tinggi rendahnya unit cost suatu produk

tidak saja dipengaruhi oleh besarnya TC tetapi juga dipengaruhi oleh

besarnya pelayanan. Makin tinggi utilitas (dengan demikian makin besar

jumlah output) akan semakin kecil unit cost pelayanan.

5. Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan

atau pengurangan output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan

produksi/operasi). Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi

sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari

berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa

variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi

karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan

baku.

6. Marginal cost adalah kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan

sebagai akibat kenaikan satu output. Perbedaanya dengan incremental

cost adalah terletak pada aspek yang memberi perubahan pada total cost.

Jika pada incremental cost perubahan total cost dipengaruhi oleh

perubahan keputusan, pada marginal cost perubahan total cost

8

dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau selanjutnya. Contoh:

perusahaan harus menambah anggaran biaya produksi dikarenakan

adanya penambahan permintaan dari orderer yang sebelumnya memesan.

7. Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang

harus dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang

menghasilkan produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit

output, biaya yang ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya per

unitnya. Contoh, apakah mesin photo copy digunakan atau tidak,

perusahaan akan membayar uang sewa mesin photo copy sebesar Rp. 1

juta perbulannya.

8. Unrecurring cost ( biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya muncul

satu kali. Artinya, tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah biaya ini

dikeluarkan. Contoh, biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah.

9. Sunk cost ialah biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum

terjadinya suatu keputusan. Contoh dari sunk cost ialah biaya yang

dikeluarkan untuk rapat dan penelitian.

1.3. Perhitungan Biaya Produksi

Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi

suatu perusahaan atas segala usaha yang dilakukan, Semua perusahaan mulai

dari perusahaan raksasa multinasional hingga ke pedagang kaki lima

mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan jasa yang dapat

dimanfaatkan konsumen.

9

Pada dasarnya, analisis mengenai biaya produksi berdasarkan skala

produksi perusahaan perlu dibedakan kepada dua jangka waktu, yaitu

perhitungan secara jangka panjang dan jangka pendek.

1.3.1 Perhitungan Jangka pendek

Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan dapat

menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksi. Dengan kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian

dari faktor-faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya.

Sebelum melakukan perhitungan terhadap biaya produksi jangka

pendek, maka perlu diketahui mengenai :

a. Biaya tetap (Fixed Cost/FC)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam

jangka pendek ketika kuantitas output berubah. Yang termasuk

biaya ini adalah pembelian mesin, mendirikan bangunan pabrik,

sewa ruangan toko, dan penyusutan mesin-mesin.

b. Biaya Variable (Variable Cost/VC)

Merupakan biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang

yang diproduksi berubah. Yang tergolong biaya variable adalah

biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan

untuk produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan

mentah yang dibutuhkan. Oleh sebab itu perbelanjaan atas bahan

mentah semakin bertambah.

c. Biaya Total (Total Cost/TC)  

10

Merupakan seluruh biaya atau pengeluaran yang dibayar

perusahaan untuk membeli berbagai input (barang atau jasa) untuk

keperluan produksi. Biaya produksi total atau biaya total didapat

dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variable, sehingga dapat

dikatakan bahwa rumus perhitungan biaya total produksi adalah

sebagai berikut :

Biaya Total (TC) = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variable (VC)

1. Perhitungan Biaya Satuan Rata-Rata Produksi

Sebelum melakukan perhitungan terhadap biaya rata-rata produksi

jangka pendek maka perlu diketahui mengenai :

a. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC)

Apabila biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang

tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang

diperoleh adalah biaya tetap rata-rata. Dengan demikian rumus

untuk menghitung biaya tetap rata-rata atau AFC adalah :

AFC = FC / Q

b. Biaya variable rata-rata (Average Variable Cost/AVC)

Apabila biaya variable (VC) untuk memproduksi sejumlah

barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang

diperoleh adalah biaya variabel rata-rata. Biaya variable rata-

rata dihitung dengan rumus :

AVC = VC / Q

c. Biaya total rata-rata (Average Cost/AC)  

11

Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi barang tertentu

(Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang

diperoleh adalah biaya total rata-rata. Rumus perhitungan

biaya total rata-rata adalah sebagai berikut :

AC = TC / Q atau AC = FC + TC

1.3.2 Perhitungan Jangka Panjang

Jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi

dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila

perubahan itu memang diperlukan.

Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor

produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya

produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya

berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis

biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa

perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat

menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah

yang digunakan(terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya

bangunan atau pabrik dan bangunan yang digunakan.

Adapun perhitungan biaya lainnya berdasarkan klasifikasi biaya

produksi, yaitu :

a. Berdasarkan Lama Pemakaian

1) Biaya investasi

12

Penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya investasi atau

tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai) suatu barang. Pada

umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan sebelumnya.

2) Biaya operasional (operational cost),

Adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai

dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun).

3) Biaya Produksi (Marginal Cost)

Maka Biaya Total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya

investasi ditambah biaya operasional dan biaya produksi, atau

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Cost = Investment Cost + Operasional Cost + Marginal

Cost

b. Berdasarkan Fungsi atau Aktivitas Sumber Biaya Produksi

1) Biaya Langsung (Direct Cost), adalah biaya yang dibedakan

pada sumber biaya yang mempunyai fungsih (aktifitas) langsung

terhadap output.

2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), adalah biaya yang

dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi

penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output.

Maka biaya total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari direct cost

ditambah indirect cost, yang dirumuskan sebagai berikut :

Total Cost = Direct Cost + Indirect Cost

13

BAB II

PENENTUAN HARGA

2.1 Definisi Penentuan Harga

Menurut anonim (2012), harga (price) merupakan nilai tukar atas

produk atau jasa. Harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para

konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan produk atau jasa. Menurut

wikipedia.com (2012) penentuan harga adalah proses menentukan sesuatu

yang bakal diterima sebuah syarikat sebagai pertukaran untuk produknya,

faktornya berupa kos pengilangan, tempat pasaran, persaingan, keadaan

pasaran, dan kualitas produk.

Menurut Sadono Sukirno (2012), dalam organisasi yang bergerak di

bidang profit, penentuan harga yang dimaksud adalah penentuan harga suatu

produk yang salah satunya perhitungannya berawal dari gaji dan upah untuk

membayar kepada tenaga kerja di dalam organisasi tersebut.

Jadi, penetapan harga adalah merupakan salah satu tahap untuk

memberikan sebuah nilai terhadap suatu produk barang atau jasa dalam

besaran nominal yang menimbang berbagai aspek seperti faktor internal dan

eksternal organisasi. Faktor internal seperti biaya produksi, karakteristik

produk, dan tujuan organisasi. Faktor eksternal seperti harga produk

saingan, elastisitas permintaan, faktor psikologis konsumen dan kebijakan

pemerintah.

2.2 Tujuan

Menurut Sadono Sukirno (2012), sedikitnya terdapat dua alasan yang

menyebabkan kebutuhan untuk menganalisis permintaan dan penawaran ke

14

atas faktor produksi, sehingga dapat diketahui berbagai strategi yang dapat

digunakan untuk menentukan harga barang yang diproduksi. Alasan

pertama yakni menjelaskan prinsip untuk menggunakan dan

mengaloskasikan faktor produksi secara efisian dan alsan kedua yakni

menjelaskan pendapatan berbagai faktor produksi ditentukan dari analisis

alasan pertama.

Menurut Eko Marwanto (dalam blog), pada dasarnya ada empat jenis

tujuan penetapan harga, yakni sebagai berikut.

a. Orientasi pada laba, bahwa setiap perusahaan selalu

memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi

atau sering disebut ”maksimalisasi laba”.

b. Orientasi pada volume, bahwa penetapan harga sedemikian

rupa agar dapat mencapai tingkat volume penjualan tertentu,

nilai penjualan atau pangsa pasar tertentu.

c. Orientasi pada citra (image), bahwa penetapan harga

tertentu dapat membentuk citra perusahaan, misalnya

menetapkan harga tinggi dapat membentuk citra perusahaan

yang prestisius, sementara menetapkan harga rendah

memungkinkan menjaga nilai perusahaan tertentu (menjaga

harga yang terendah di suatu daerah).

d. Orientasi pada stabilitas harga, hal ini dilakukan untuk

mempertahankan hubungan yang stabil antara suatu perusahaan

dan harga pemimpin industri (industry leader).

15

2.3 Manfaat Penentuan Harga

Menurut anonim (2010), manfaat penentuan harga adalah sebagai berikut.

a. Produsen mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

b. Produsen mempertahankan eksistensi organisasi di pasaran.

c. Produsen dapat mencapai ROI (Return of Investment)

d. Produsen bersama produk barang atau jasanya dapat menguasai

pangsa pasar.

e. Produsen bersama produk dan organisasinya dapa mempertahankan

status quo.

2.4 Strategi Penentuan Harga

Menurut anonim (2010), tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk

penentuan harga suatu produk barang atau jasa sehingga harga yang

ditentukan akan menutupi biaya, menghasilkan keuntungan dan citra produk

dipandang baik oleh konsumen yakni sebagai berikut.

a. Pendekatan Supply & Demand

Keterkaitan supply & demand merupakan proses tawar menawar yang

tidak terlihat dan informal secara terus menerus untuk menegosiasikan

jumlah produk yang dibuat atau dikonsumsi pada tingkat harga

tertentu. Pada saat tingkat harga tinggi, produsen akan berusaha

menghasilkan banyak produk, jika harga rendah maka dapat diartikan

angka permintaan suatu produk akan menjadi rendah sehingga tingkat

produksi akan menurun.

16

b. Pendekatan yang Berorientasi Biaya

Menurut organisasi.org, ketika suatu perusahaan telah menetapkan

harga dasar dari suatu produk barang atau jasa maka perusahaan dapat

menentukan strategi harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor

seperti harga kompetitor, tujuan perusahaan dan daur hidup produk.

Strategi tersebut dapat digunakan untuk produk yang baru maupun

yang lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Menurut organisasi.org, beberapa strategi penetuan harga

dengan pendekatan yang berorientasi biaya adalah sebagai berikut.

i) Skimming Price

Strategi skimming price adalah menetapkan harga awal yang

tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama akan

terus turun harganya. Contohnya adalah telepon seluler (nokia),

laptop, komputer dan smartphone.

ii) Penetration Price atau Harga Penetrasi

Strategi harga penetrasi adalah menentukan harga awal yang

rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk

penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas

merek dari pada konsumen. Contohnya adalah tarif layanan

operator baru three (3), mie (selera rakyat) dan obat pel (so klin

MB).

iii) Prestige Pricing atau Harga Prestis

Strategi harga prestis adalah menetapkan harga yang tinggi demi

membentuk image kualitas produk yang tinggi yang umumnya

17

dipakai untuk produk shopping dan specialty. Contohnya adalah

mobil (roll royce), jam tangan (rolex), tas (guess) dan sepatu

(gianni versace, prada, vertu).

iv) Odd Pricing atau Harga Ganjil

Strategi harga ganjil adalah menetapkan harga yang ganjil atau

sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan

secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli

lebih murah. Contonya seperti barang yang tadinya dihargai

Rp.100.000,- kemudian diubah menjadi Rp.99.990,- sehingga

konsumen mungkin akan melihat Rp.99.990,- jauh lebih murah

daripada Rp. 100.001,-.

v) Multiple-Unit Pricing atau Harga Rabat

Strategi harga rabat adalah memberikan potongan harga tertentu

apabila konsumen membeli produk dalam jumlah yang banyak.

Contohnya adalah semisal harga sebuah sebungkus indomie

goreng pedas adalah Rp. 1.500,- maka konsumen cukup

membayar Rp.1.000,- per bungkus jika membeli satu dos isi 40

bungkus indomie.

vi) Lining Price atau Harga Lini

Strategi harga lini adalah memberikan cakupan harga yang

berbeda pada lini produk yang beda. Contohnya seperti bioskop

grup twenty one (21) memberikan harga standar untuk

konsumen bioskop jenis standar dan mengenakan harga yang

lebih mahal pada konsumen bioskop (XXI) jenis premier.

18

vii) Leader Pricing atau Harga Pemimpin

Strategi harga pemimpin adalah menetapkan harga lebih rendah

daripada harga pasar atau harga normal untuk meningkatkan

omset penjualan atau pembeli. Contohnya seperti kegiatan ritel

jenis hipermarket memberikan promosi harga yang lebih murah

daripada harga normal.

viii) Strategi Harga Diskon

Strategi harga oleh penjual adalah strategi dengan memberikan

potongan harga dari harga yang sudah ditetapkan demi

meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon

dapat diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas,

diskon pembayaran tunai atau cash, trade discount.

ix) Relative Pricing atau Harga Relatif

Strategi harga relatif adalah penentuan harga di atas, di bawah

atau sama dengan tingkat harga persaingan di mana gerakan

harganya mengikuti gerakan pesaing.

x) Follow The Leader Pricing

Strategi harga follow the leader adalah penetapan harga produk

baik barang maupun jasa diserahkan para pimpinan pasar atau

pemimpin pasar dan tidak menetapkan harga sendiri.

xi) Follow The Leader Pricing

Strategi harga follow the leader adalah penetapan harga produk

baik barang maupun jasa diserahkan para pimpinan pasar atau

pemimpin pasar dan tidak menetapkan harga sendiri.

19

Menurut Basu Swastha (1999:184), terdapat beberapa bentuk

penentuan harga antara lain.

1) Adaptive pricing, yaitu memberikan kemungkinan kepada

perusahaan untuk merubah harga dengan mendasarkan pada

beberapa faktor seperti faktor pesaing, kondisi pasar dan biaya

sumber faktor produksi. Perusahaan selalu berusaha

menyesuaikan harga menurut situai yang berubah secara tiba-

tiba.

2) Competition-oriented pricing merupakan sebuah strategi

penentuan harga yang didasarkan pada tindakan pesaing. Hal ini

merupakan kebalikan dari pricing leadership.

3) Cost-oriented pricing adalah strategi penentuan harga yang

didasarkan pada biaya. Contoh, para pengecer sering

menggunakan biaya ditambah dengan mark-up tertentu,

sedangkan para produsen menggunakannya sebagai cost-plus

pricing.

4) Customary pricing berarti bahwa harga yang ditetapkan

oleh para penjual selalu disesuaikan dengan beberapa ketentuan

tingkat harga yang terjadi di pasar.

5) Demand-oriented pricing adalah strategi penentuan harga

yang didasarkan pada permintaan konsumen.

6) Market price adalah harga yang terjadi dengan adanya

penawaran dan permintaan serta tidak dapat diawasi atau

20

dikendalikan oleh penjual, seperti harga untuk barang hasil

pertanian.

7) Pricing leadership adalah prosedur melalui seluruh pesaing

dalam suatu industri mengikuti praktek penentuan harga dari

satu atau beberapa perusahaan yang dominan.

8) Product-line pricing adalah suatu prosedur yang dipakai

untuk menetapkan harga bagi sekelompok barang sejenis, tetapi

ditujukan pada segmen pasar yang berlainan.

9) Target pricing adalah metode penentuan harga yang

didasarkan pada marker share tertentu atau pengembalian

investasi tertentu sebagai tujuan dari perusahaan.

c. Pendekatan Pasar

Salah satu cara untuk menenetukan harga di pasar adalah dengan

pendekatan pasar, dengan menganalisis kebutuhan pasar akan produk

barang dan jasa yang diproduksi dapat membantu produsen untuk

menentukan banyaknya produk yang harus dihasilkan dalam waktu

tertentu, tentu saja dengan memperhatikan faktor internal dan

eksternal organisasi yang mempengaruhi dalam menentukan harga per

satuannya atau pun dalam bentuk partai.

21

BAB III

BREAK EVEN POINT

3.1. Pengertian Break Even Point

Break even point atau titik impas merupakan suatu titik dimana biaya atau

pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian

atau keuntungan.

3.2. Analisa Break Even Point

Untuk dapat mengetahui Break Even Point maka dilakukan analisa.

Analisa yang dilakukan ialah analisa Break Even Point, yaitu suatu analisa atau

cara atau teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada tingkat

atau jumlah produksi dan penjualan berapakah perusahaan tidak akan mengalami

kerugian ataupun memperoleh keuntungan.

3.3. Manfaat Analisa Break Even Point

Analisa Break Even Point ini memiliki beberapa manfaat yang sangat berguna

bagi suatu perusahaan, diantaranya:

a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba

tertentu.

b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang

berjalan.

c. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.

d. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3.4. Rumus Break Even Point

BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Keterangan :

- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit

yang diproduksi.

- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit

jumlah barang yng diproduksi.

22

Contoh :

Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos

kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan

biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi

seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.

Pengertian break even point dapat ditinjau dari berbagai sudut,

diantaranya:

1.   Dari Segi Keuangan

1. BEP adalah suatu tehnik analisa untukmempelajari hubungan biaya tetap,

biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan.

2. BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak

mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.

2.   Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi

BEP adalah analisa yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk

( Rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar perusahaan tidak rugi dan tidak

untung.

3.   Ditinjau dari Segi Biaya

BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak

merugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan

23

sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat digunakan

untuk menutup biaya tetap saja.

4.  Ditinjau dari Segi Laba

BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya penjualan tanpa diderita

kerugian atau memperoleh laba dan menutup semua biaya yang telah dikeluarkan.

Berdasarkan pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian BEP ( Break Even Point ) adalah  Suatu keadaan

dimana dalam operasi perusahaan untuk menentukan jumlah produk dalam

Rupiah atau unit perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

(penghasilan = total biaya).

Anggapan- anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)

Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even point baik denangan

rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang

mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang

digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut :

1. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua

yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip validitas biaya dapat

diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan

pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan

menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.

24

2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat

kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan

terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.

3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan

perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan

keadaan penjualan.

4. Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat

kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan

penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya,

volume dan laba.

5. Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang

paling pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang

mempengaruhi biaya.

Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik

break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun

biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap

sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break

even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak

dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat

penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh

keuntungan yang paling besar.

25

Analisa Biaya, Volume, dan Laba

Analisa Impas memberikan informasi berapa  tingkat penjualan minimum yang

harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak menderita  kerugian. Dari

analisa tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang

direncanakan boleh turun, agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian.

Analisa Impas merupakan salah satu bentuk analisa biaya,volume salah satu

bentuk analisa biaya, volume dan laba karena untuk mengetahui impas maupun

margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume

dan laba.

Apabila didalam analisa impas titik Berat analisa diletakkan pada tingkat

penjualan minimum yang menghasilkan  laba sama dengan nol, maka dalam

analisa biaya, volume, dan laba ini titik berat analisa diletakkan pada sampai

seberapa jauh perubahan – perubahan pada biaya, volume dan harga jual berakibat

pada perubahan laba perusahaan. Untuk memudahkan analisa akibat pengaruh

perubahan biaya, volume dan harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik

laba dan volume.

Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )

1. Break Even Chart

Suatu peta yang menggambarkan grafik-grafik yang terdiri atas kurva jumlah

seluruh biaya ( tetap dan variabel ) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan

produksi, perpotongan kedua  kurva adalah “titik kembali pokok” ( titik yang

berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya ).

26

1. Break Even Equation

Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :

Penjualan pada titik kembali pokok   =              FC

1- Pct VC

Keterangan   :

FC          =  biaya tetap

Pct VC    =  Persentase biaya variabel terhadap penjualan

1. Break Even Function

Fungsi kembali pokok yang dirumuskan  sebagai berikut :

FC . S       = ( 1 – VC )

Keterangan   :

S       =  Jumlah penjualan

FC    =  Biaya tetap

VC    =  Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.

Keterbatasan Sistem Break Even Point

Keterbatasan system break even point adalah sebagai berikut :

27

1. Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya

tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus,

sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara

propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu

mengeluarkan biaya variabel yang sama .

2. Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa

permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional

dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.

3. Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan

jalannya   perusahaan  amat  dinamis

4. Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi

variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya

variabel atau biaya tetap.

 Manfaat  Break Even Point  ( BEP )

Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang

diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut :

1. BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan

dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi

dan tidak untung.

2. BEP  bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan

peralatan.

28

3. BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta

hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

DAFTAR PUSTAKA

29

Sukirno, Sadono. MIKRO EKONOMI Teori Pengantar.2009. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Rumus menghitung biaya produksi. viewed 9 maret 2013. http://saudara-saudagar.blogspot.com/2012/09/rumus-menghitung-biaya-produksi.html

Majalah Pendidikan. 2011. Pengertian, Konsep, dan Jenis Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/makalah-pengertian-konsep-dan-jenis.html>

Gumelar, Rio. 2012. Pengertian Biaya Produksi. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://riogumelar27.blogspot.com/2012/03/pengertian-biaya-produksi.html>

Ilmu Ekonomi. 2011. Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/klasifikasi-biaya.html>

Makalahcyber. 2012. Konsep dan Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/konsep-dan-klasifikasi-biaya.html>

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi, Edisi 17. P.T. Media Global Edukasi, Jakarta.

Rosyidi,Suherman.Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro & Makro.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

30