ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini berbagai...

49
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini berbagai macam penyakit tropis ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga dapat mentransfer berbagai jenis parasit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menyalurkan penyakit ini disebut dengan nyamuk vektor (Widoyono, 2008). Nyamuk vektor di Indonesia telah menjadi permasalahan bagi penduduknya, khususnya nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit demam berdarah dengue (DBD), penyakit kuning (yellow fever) dan chikungunya (Mutiarawati, 2010). Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya dengan kasus 58 orang penderita, 24 diantaranya meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 41,3%. Sejak saat itu kasus DBD di Kota Surabaya semakin bertambah dan meluas. Pada kasus DBD, hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah dan umumnya terjadi di musim hujan. 1

Transcript of ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini berbagai...

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini berbagai macam penyakit tropis ditularkan oleh nyamuk.

Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk

tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga

dapat mentransfer berbagai jenis parasit yang berbahaya bagi kesehatan

manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menyalurkan penyakit ini

disebut dengan nyamuk vektor (Widoyono, 2008). Nyamuk vektor di

Indonesia telah menjadi permasalahan bagi penduduknya, khususnya

nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit demam berdarah

dengue (DBD), penyakit kuning (yellow fever) dan chikungunya

(Mutiarawati, 2010).

Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968

di Jakarta dan Surabaya dengan kasus 58 orang penderita, 24 diantaranya

meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 41,3%. Sejak

saat itu kasus DBD di Kota Surabaya semakin bertambah dan meluas. Pada

kasus DBD, hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di

beberapa daerah dan umumnya terjadi di musim hujan.

Telur Aedes aegypti akan menetas menjadi jentik dalam waktu 1 - 48

jam. Stadium jentik terdiri atas empat instar yaitu instar I, II, III, dan IV.

Instar I berubah menjadi instar II dalam waktu 1-2 hari. Setelah 2-3 hari,

instar II berubah menjadi instar III, kemudian instar III menjadi instar IV

dalam waktu 2-3 hari. Instar IV berkembang menjadi pupa setelah 2-3 hari,

setelah 1-2 hari pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Jentik nyamuk terdapat di dalam berbagai tempat akuatik, yaitu di

kolam, genangan air, wadah buatan, atau lubang pohon. Jentik Aedes

memakan algae dan kotoran organik, tetapi beberapa bersifat pemangsa dan

makan jentik nyamuk lainnya. Kebanyakan nyamuk dewasa tidak pergi jauh

dari air tempat mereka hidup pada tahapan jentik.

1

Untuk mengurangi jumlah angka kesakitan dan kematian karena DBD

adalah salah satunya dengan pengendalian vektor penyakit tersebut, sebelum

dilakukan pengendalian vektor harus melakukan identifikasi jenis jentik

atau jentik nyamuk dan menghitung kepadatan populasi jentik nyamuk

Aedes aegypti. Dengan demikian dapat dilakukan jenis pengendalian vektor

yang tepat untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diuraikan

rumusan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana cara mengidentifikasi dan cara mendapatkan jentik

nyamuk di lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya?

b. Jentik nyamuk apa sajakah yang ditemukan di Jl. Kedung Sroko

Surabaya?

c. Bagaimana cara perhitungan dengan indikator house index di

lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya?

d. Bagaimana interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk di

lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mempraktikkan identifikasi

jentik nyamuk yang ditemukan dan mengetahui tingkat kepadatan

(house index) jentik nyamuk Aedes dan Anopheles di lingkungan yang

telah ditentukan.

b. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi jenis nyamuk yang ditemukan beserta

cara memperoleh jentik nyamuk.

b. Menghitung tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes dan

Anopheles yang ditemukan di lingkungan Jl. Kedung Sroko

Surabaya menggunkanan perhitungan house index.

c. Mengetahui jenis jentik nyamuk yang ditemukan di

lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya.

2

d. Menginterprestasikan hasil dari mengidentifikasi jentik

nyamuk yang ditemukan dan tingkat kepadatan populasi jentik

nyamuk Aedes dan Anopheles, dengan menghitung tingkat

kepadatan jentik berdasarkan jumlah rumah yang ditemukan

nyamuk Aedes dan Anopheles guna menganalisis potensial

penyakit yang mungkin dapat ditimbulkan di lingkungan Jl.

Kedung Sroko Surabaya.

1.4 Manfaat

a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai tata cara

mengidentifikasi dan cara memperoleh jentik nyamuk.

b. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai cara memenghitung

kepadatan jentik nyamuk Aedes dan Anopheles di lingkungan Jl.

Kedung Sroko Surabaya menggunkanan perhitungan house index.

c. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang karakteristik jentik

nyamuk Aedes dan Anopheles dan jenis jentik nyamuk yang

ditemukan di lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya.

d. Mengetahui hasil interpretasi perhitungan kepadatan jentik nyamuk

Aedes dan Anopheles di lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya.

3

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Nyamuk Sebagai Vektor

Nyamuk merupakan vektor dari berbagai penyakit menular didunia.

Ada beribu-ribu jenis spesies nyamuk yang tersebar diseluruh dunia, family

culicidae sendiri memiliki 3.531 spesies dengan dua subfa-mily dan 113

genera (MTI, 2011). Tiga genus nyamuk yang menularkan penyakit ke

manusia di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi adalah genus Anopheles

spp., Aedes spp., dan Culex spp. L. (Wahid, 2006).

2.2 Habitat Nyamuk

Habitat nyamuk Menurut Gandahusada (1998), nyamuk lebih

menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar

matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang.

Tempat perindukan nyamuk (tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di

dalam maupun di luar rumah. Tempat perindukan di dalam rumah yaitu

tempat-tempat penampungan air antara lain bak air mandi, bak air WC,

tandon air minum, tempayan, gentong air, ember, dan lain - lain.

Tempat perindukan di luar rumah antara lain dapat ditemukan di

drum, kaleng bekas, botol bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi air

hujan dan lain-lain. Tempat perindukan nyamuk juga dapat ditemukan pada

tempat penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-

pelepah daun (Gandahusada, 1998).

2.3 Distribusi Penyebaran Nyamuk

Menurut Gandahusada (1998), nyamuk Tribus culini (Culex, Aedes

dan Mansonia) mempunyai jarak terbang pendek, biasanya hanya dalam

puluhan meter saja, walaupun ada yang jarak terbang jauh sekitar 30

kilometer (Aedes vexans), berbeda dengan Tribus culini, Tribus anophelini

(Anopheles), mempunyai jarak terbang 0,5 sampai dengan 3 kilometer dan

dapat dipengaruhi oleh transportasi seperti kendaran, kereta api, kapal laut

dan kapal terbang dan kencangnya angin.

4

2.4 Penyakit yang Ditularkan oleh Nyamuk

Beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk menurut

Gandahusada (1998), antara lain demam berdarah, yellow fever dan

chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk A. aegypti atau A. albopictus,

malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles yaitu An. sundaicus, An.

subpictus, An. aconitus dan An. maculatus), filariasis (penyakit kaki gajah)

yang ditularkan oleh nyamuk Culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia,

chikungunya yang ditularkan oleh A. Aegypti, A. albopictus, Culex fatigans

dan Mansonia sp.

2.5 Aedes

a. Spesies

1) Aedes aegypti

2) Aedes albopictus

b. Tempat Perindukan

Tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, drum air,

tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, botol bekas, potongan

bamboo, pangkal daun, dan lubang-lubang batu yang berisi air jernih

(Surtees, 1970) dalam (Hasyimi & Soekirno, 2004). Menurut Harword

& James (1979) dalam (Hasyimi & Soekirno, 2004) kebiasaan hidup

stadium pradewasa Aedes aegypti adalah pada bejana buatan manusia

yang berada di dalam maupun di luar rumah.

Penggunaan tempat penampungan air di daerah pemukiman

dimana keperluan air untuk sehari-hari tergantung pada air olahan

yang dikelola oleh PDAM sering menimbulkan masalah bagi

perindukan vector. Menurut Depkes RI (2005), tempat

perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu tempat-tempat

penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu

tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat

umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.

Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan

air yang langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat

5

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan

sebagai berikut.

1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-

hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi dan

ember.

2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-

hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut

dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol, plastik.

3) Tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon,

lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa dan potongan

bambu.

c. Karekteristik Jentik

Jentik Aedes aegypti mempunyai ciri yaitu mempunyai corong

udara pada segmen yang terakhir, pada segmen abdomen tidak

ditemukan adanya rambut berbentuk kipas (palmatus hairs), pada

corong udara terdapat pektin, sepasang rambut serta jumbai akan

dijumpai pada corong (siphon), pada setiap sisi abdomen segmen

kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai

3. Bentuk individu dari comb scale seperti duri, pada sisi thorax

terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang

rambut di kepala.

Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) jentik sesuai dengan

pertumbuhan jentik yaitu:

1) Jentik instar I, berukuran 1-2 mm, duri (spinae) pada dada

belum jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.

2) Jentik instar II, berukuran 2,5–3,5 mm, duri belum jelas,

corong kepala mulai menghitam.

3) Jentik instar III, berukuran 4-5 mm, duri dada mulai jelas

dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.

4) Jentik instar IV, berukuran 5-6 mm dengan warna kepala

gelap.

d. Penyakit yang Ditimbulkan

6

1) Demam berdarah Denguen (DBD)

DBD adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menyebabkan

penyakit seperti flu berat. Vektor utama berupa spesien Aedes

aegypti dan vektor sekunder berupa Aedes albopictus.

2) Filariasis

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah

bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis, dan

ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk termasuk nyamuk Aedes.

Nyamuk Aedes sebagai fektor Whucheria bancrofti tipe

pedesaan dan Brugia malayi.

3) Demam Chikungunya

Demam chikungunya adalah infeksi virus (albovirus) yang

ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti dengan gejala nyeri

pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki, ruan

(kumpulan bintik-bintik kemerahan, serta demam mendadak

mencapai 39oC.

4) Demam Kuning (Yellow fever)

Demam kuning adalah penyakit perdarahan akibat virus yang

ditularkan oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi oleh virus

(arbovirus dari genus Flavivirus).

2.6 Anopheles

Di seluruh dunia, terdapat 460 spesies nyamuk Anopheles yang sudah

dikenali. 100 diantaranya yang dapat menularkan penyakit malaria. Di

Indonesia terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mempunyai

kemampuan menularkan penyakit malaria. Dengan jumlah spesies nyamuk

Anopheles yang begitu besar ,bukan tidak mungkin Indonesia rawan

terhadap penularan penyakit malaria.

1.4.d.1 Klasifikasi Nyamuk Anopheles

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

7

Class : Insecta

Order : Diptera

Superfamily : Culicoidea

Family : Culicidae

Subfamily : Anophelinae

Genus : Anopheles (Meigen, 1818)

Berikut ini adalah beberapa ciri nyamuk Anopheles betina yang

dapat menularkan penyakit malaria, diantaranya adalah:

1) Nyamuk Anopheles betina memiliki tubuh pendek dan kecil

2) Memiliki tubuh berwarna hitam

3) Memiliki panjang yang sama antara proboscis dan polpi

4) Memeliki bentuk sayap yang simetris

5) Merupakan salah satu penyebab penyakit malaria

6) Posisi tubuh saat hinggap 90 deerajat

7) Menyenangi hidup di genangan air yang kotor, tumpukan

sampah kemudian berkembang biak di tempat tersebut.

1.4.d.2 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Siklus hidup nyamuk Anopheles tergolong metamorfosa atau

terdapat stage atau fase pupa. Adanya suhu, zat kimia dan tempat

berlangsungnya hidup sangat mempengaruhi lama siklus tersebut.

Telur Anopheles yang menetas dalam 2-3 hari kemudian menjadi

larva. Larva mempunyai lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup

dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang

terdapat dipermukaan.

Pada fase selanjutnya adalah Pupa atau kepompong. Bentuk fase

pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian

dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa. Pada nyamuk

Anopheles dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk

menghisap darah atau makanan lainnya.

Kelangsungan hidup nyamuk jantan lebih pendek daripada

nyamuk betina. Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,

sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Tempat perindukan

8

nyamuk Anopheles adalah di sekitar rawa – rawa, sawah, kolam.

Dalam pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat

sebelum bertelur. Salah satu ciri-ciri nyamuk Anopheles adalah pada

saat posisi istirahat menungging.

1.4.d.3 Ciri-ciri Jentik Nyamuk Anopheles

1) Tidak memiliki siphon

2) Jentik nyamuk Anopheles akan sejajar dipermukaan air

kotor

3) Pada bagian thoraks terdapat stoot spine

2.7 Culex

a. Jenis Nyamuk Culex

Klasifikasi Culex adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropod

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Culicidae

Genus : Culex

1) C.annulirostris

2) C.antennatus

3) C.jenseni

4) C.pipiens

5) C.pusillus

6) C.quinquefasciatus

7) C.rajah

8) C.restuans

9) C.salinarius

10) C.tarsalis

11) C.territans

12) C.theileri

13) C. tritaeniorhynchus

9

Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci).

Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum:

kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di

Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus.

b. Tempat Perindukan Culex

Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat

misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got

terbuka dan empang ikan.

c. Karakteristik Nyamuk Dewasa Culex

Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna

kecokelatan, proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi

dengan sisik berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum

berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan di

sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur

yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada

bagian persendian. (Lestari, 2009).

d. Karakteristik Jentik Nyamuk Culex

Pada umumnya jentik nyamuk Culex sp. tidak memiliki rambut palma,

rambut sipon lebih dari satu kelompok, panjang langsing untuk alat

pernafasan, Comb scale beberapa baris.

e. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Nyamuk Culex

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor

penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

enchepalitis, St Louis encephalitis.

f. Morfologi Nyamuk Culex sp.

1) Telur

Telur Culex sp. berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm

(Ditjen PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon

(Sumarmo, 1988:22).

2) Larva

Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut.

1. Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.

10

2. Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya

rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs).

3. Pada corong udara terdapat pectin.

4. Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada

corong (siphon).

5. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb

scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3.

6. Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

7. Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan

bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala.

Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai

dengan pertumbuhan larva yaitu:

1. Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae)

pada dada belum jelas dan corong pernapasan pada siphon

belum jelas.

2. Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri

belum jelas, corong kepala mulai menghitam.

3. Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada

mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat

kehitaman.

4. Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna

kepala gelap.

3) Pupa

Pupa Culex sp. berbentuk seperti koma, berukuran besar namun

lebih ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.

4) Dewasa

Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan

dengan spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya

berwarna dasar hitam dengan bintik - bintik putih. Jenis kelamin

nyamuk Culex sp. dibedakan dengan memperhatikan jumlah

probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis tunggal,

11

sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi

Gandahusada, dkk, 2000:218).

5) Daur Hidup

Daur hidup nyamuk Culex sp. melalui metamorfosis

sempurna yaitu telur-larva-pupa-dewasa (Ditjen PPM&PL,

2001:21). Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur

sampai 100 butir setiap datang waktu bertelur. Telur-telur

tersebut diletakkan di atas permukaan air dalam keadaan

menempel pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat

penampungan air.

Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai tempat

penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan

telurnya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang

terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar

tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan

ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo, 1988:21).

Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada

suhu 30 °C, sementara pada suhu 16 °C telur akan menetas

dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan lama tanpa media air

dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan

sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C (Upik

Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).

Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva

terbagi menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar.

Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, instar II terjadi

setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari

telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas

(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).

Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas.

Stadium pupa berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium

pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat

perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah

12

dibawah 10 °C pupa tidak mengalami perkembangan (Upik

Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).

Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas.

Meskipun umur nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu

kira-kira 2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk

Culex sp. betina untuk menyebarkan virus dengue dari manusia

yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto, 1992:60).

2.8 Mansonia

a. Jenis Nyamuk

Spesies nyamuk yang tergolong Mansonia adalah Mansonia uniformis

dan Mansonia anulifera.

b. Tempat Perindukan Mansonia

Mansonia senang berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa,

danau yang banyak ditumbuhi tanaman air, sungai besar di tepi hutan

atau dalam hutan. Larvae dan pupa melekat dengan sifonnya pada

akar-akar atau ranting tanaman air, seperti enceng gondok, teratai,

kangkung.

c. Ciri-ciri Jentik Nyamuk Mansonia

1) Bentuk siphon seperti tanduk

2) Jentik nyamuk Mansonia menempel pada akar tumbuhan air

3) Pada bagian toraks terdapat stoot spine

4.) Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90o

5) Bentuk tubuh besar dan panjang

6) Bentuk sayap asimetris

7) Menyebabkan penyakit filariasis

8) Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya

9) Warna tubuhnya coklat kehitaman

10) Sayapnya bintik-bintik

11) Pada sayap terdapat bentuk-bentuk yang asimetris dan kasar

12) Sikap hinggap sejajar dengan tempat hinggap

13) Sebagai vektor filariasis

14) Spesiesnya Mansonia Yuniformis dan Mansonia Anulifera

13

d. Dewasa

1) Palpi seperti pada Culex

2) Scutellum trilobed

3) Sisik sayap lebar, berselang seling terang  dan gelap

e. Penyakit yang Ditimbulkan.

1) Chikungunya

Virus chikungunya termasuk arbovirus (arthropod borne virus)

dari genus Alphavirus. Nyamuk pembawa penyakit ini dari jenis

Aedes aegypti, Aedes africanus, dan nyamuk Mansonia.

2) Filariasis

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai

jenis nyamuk seperti Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan

Armigeres.

2.9 Perbandingan Aedes, Anopheles, Culex, dan Mansonia

Aedes Anopheles Culex Mansonia

Telur Bentuk

lonjong

Bentuk

seperti perahu

Bentuk

menyerupai

peluru

Bentuk oval,

salah satu

ujung runcing

Diletakkan

satu per satu

Letak satu per

satu di atas

permukaan

air

Letak

melekat satu

sama lain

Letak

berkelompok

seperti rakit

Larva Istirahat :

Bergantung

dengan

membentuk

posisi

horizontal

dengan

permukaan air

Istirahat :

Mengapung

sejajar

dengan

permukaan

air

Istirahat :

Bergantung

membentuk

sudut

Istirahat :

Bergantung

membentuk

sudut dengan

permukaan

air

Ciri : spirakel Ciri : tidak Ciri : Tidak Ciri : Siphon

14

pada posterior

abdomen,

tergal plate

pada tengah

dorsal

abdomen, bulu

plasma pada

lateral

abdomen

memiliki

siphon,

thoraks

terdapat stoot

spine

memiliki

rambut

palma,

Rambut

sipon lebih

dari satu

kelompok,

panjang

langsing

untuk alat

pernafasan,

Comb scale

beberapa

baris

seperti

tanduk,

terdapat stoot

spine

2.10 Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes aegypti

Beberapa penghitungan yang digunakan untuk menghitung kepadatan

jentik nyamuk Aedes aegypti adalah menggunakan.

a. House Index (HI)

House indeks adalah presentasi antara rumah dimana jentik ditemukan

terhadap seluruh rumah yang diperiksa.

House indeks

b. Container Index (CI)

Container indeks adalah presentase antara kontainer yang ditemukan

jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.

Container indeks =

c. Breteau index (BI)

15

Breteau indeks adalah jumlah kontainer yang positif per seratus

rumah.

Breteau indeks =

House index yang paling banyak dipakai untuk memantau tingkat

infestasi jentik tetapi tidak dapat menunjukkan jumlah container yang positif

jentik. Demikian juga container indeks hanya memberi informasi tentang

promosi container berisi air yang positif. Breteu index menunjukkan

hubungan antara container yang positif denagn jumlah rumah dan indeks ini

dianggap yang paling baik, tetapi tidak mencerminkan jumlah jentik dalam

container.

Berdasarkan penelitian dan computer survey oleh ahli WHO

ditemukan korelasi antara kepadatan Aedes egypti disuatu daerah dengan

kemungkinan terhadinya demam kuning. Kepadatan populasi Aedes aegypti

dinyatakan dalam skala 1-9.

Density Figure House Index Container Index Breteau Index

1 1-3 1-2 1-4

2 4-7 3-5 5-9

3 8-17 6-9 10-19

4 18-28 10-14 20-34

5 29-37 15-20 35-49

6 38-49 21-27 50-74

7 50-59 28-31 75-99

8 60-76 32-40 100-199

9 77+ 41+ 200+

Sumber: Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor

Kesehatan Pelabuhan

Berbagai daerah dengan density figure di atas 5 (house index di atas

28) besar sekali kemungkinan transmisi penyakit demam kuning (urban

yellow fever), DBD (demam berdarah) dan chikungunya, sedangkan di

16

beberapa daerah dengan density figure 1 (house index di bawah 4)

kemungkinan transmisi demam kuning dianggap kecil sekali.

BAB 3

METODE PRAKTIKUM

3.1 Metode Praktikum

a. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam metode praktikum jentik

nyamuk adalah sebagai berikut.

1) Botol bekas air minum kemasan (10 botol)

2) Alat tulis (bolpoin, kertas)

3) Senter

4) Saringan ikan

5) Lup

6) Air bersih

b. Langkah Kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan.

2) Mengambil jentik nyamuk di tempat yang terdapat

genangan air menggunakan saringan ikan di lingkungan Jl.

Kedung Sroko Surabaya.

3) Jentik nyamuk yang ditangkap dimasukkan ke dalam botol

air mineral yang sudah diisi dengan air bersih.

4) Mengidentifikasi jentik nyamuk di dalam botol

menggunakan lup kemudian mencatat hasilnya.

17

5) Menghitung jentik nyamuk Aedes dan Anopheles

menggunakan perhitungan house index dan container index.

6) Melakukan interpretasi hasil.

3.2 Pelaksanaan Praktikum

Praktikum identifikasi jentik nyamuk yang ditemukan dan penghitungan

jentik nyamuk Aedes dan Anopheles menggunakan penghitungan house

index, tanggal 22 Maret sampai 5 April 2013 dan container index pada

tanggal 3 Mei 2013. Dalam melakukan pemeriksaan kelompok 7A

mengambil sampel di lingkungan Jl. Kedung Sroko nomor 25 Surabaya.

3.3 Anggaran Dana

Pada praktikum jentik nyamuk ini, kelompok 7A hanya mengeluarkan

uang Rp 3.000,- untuk membeli saringan ikan yang digunakan untuk

mengambil jentik nyamuk di dalam bak air, sedangkan peralatan lainnya

kelompok 7A meminjam dari laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM-

UA dan dari anggota kelompok 7A sendiri.

18

BAB 4

HASIL PRAKTIKUM & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum House Index

NO. NAMA

PEMILIK

ALAMAT JUMLAH

JENTIK

JENIS JENTIK

YANG

DITEMUKAN

KET. WAKTU

PENGAMBIL

AN

1 RoniHidayat Jl.

KedungSro

ko 25

10 9 Aedes

1 Anhopheles

HariJumat,

22 Maret 2013

Pukul 14.00 –

15.302 Bu Lilik Jl.

KedungSro

ko 22

11 Aedes

3 Bu Jumiati Jl.

KedungSro

ko 6

0 Dikuras

4 Bu Yati Jl.KedungS

roko 23

0 Dikuras

5 Bu Lani Jl.

KedungSro

ko 27

17 Aedes

19

6 Bu Yanti Jl.

KedungSro

ko 24B

25 Aedes

7 Bu Lina JlKedungSr

oko 21

0 Dikuras

HariKamis

4 April 2013

Pukul 14.00 –

16.00

8 Bu Ita Jl.

KedungSro

ko 14A

6 Aedes

9 Bu Supriadi Jl.

KedungSro

ko 15A

0 Dikuras

10 Bu Laili Jl.

KedungSro

ko 15B

0 Dikuras

4.2 Pembahasan

Jumlah responden pengambilan jentik nyamuk ini ada 10 responden.

Pengambilan jentik nyamuk dilakukan di setiap penampungan air di kamar

mandi di tiap responden dengan cara menggunakan saringan ikan untuk

menangkap jentik nyamuk dibantu dengan lampu senter untuk menerangi

dan botol air mineral untuk menampung hasil menangkap jentik nyamuk.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Jl. Kedung Sroko

dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 rumah yang tempat penampungan

airnya ditemui jentik-jentik nyamuk diantaranya rumah milik Roni Hidayat,

Bu Lilik, Bu Lani, Bu Yanti, dan Bu Ita. Dengan Jumlah jentik nyamuk

terbanyak ditemukan di rumah Bu Yanti di Jl. Kedung Sroko no. 24B, yaitu

ditemukan jentik nyamuk sebanyak 25 ekor. Untuk rumah yang lain seperti

rumah Bu Jumiati, Bu Yati, Bu Lina, Bu Supriadi, Bu Laili tidak ditemukan

jentik nyamuk di bak mandi rumahnya. Hal ini dikarenakan bak mandi

rumah mereka telah dikuras 1 hari sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi dengan pengambilan jentik nyamuk di

tempat penampungan air di dalam kamar mandi responden dapat

20

disimpulkan bahwasanya jentik nyamuk yang terdapat di wilayah Jl.

Kedung Sroko Surabaya ini terbanyak adalah jentik nyamuk Aedes dan

beberapa terdapat jentik nyamuk Anopheles.

Jentik merupakan salah satu fase yang dilalui sebelum organisme

nyamuk berubah mnejadi dewasa seperti halnya jentik nyamuk Aedes dan

Anopheles dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi dewasa dan

dapat menularkan penyakit pada manusia. Berbagai referensi menyebutkan

bahwasanya nyamuk jenis Aedes berpotensi untuk menyebarkan penyakit

demam kuning (urban yellow fever), DBD (demam berdarah) dan

chikungunya sedangkan nyamuk Anopheles berpotensi untuk menyebarkan

penyakit malaria, untuk dapat mengetahui potensi tersebut dapat diketahui

salah satunya caranya dengan menghitung kepadatan jentik nyamuk.

Perhitungan house index seharusnya menggunakan sampel sebanyak

100 rumah, namun dalam obervasi ini kelompok 7A hanya mengambil

sampel sebanyak 10 rumah, sehingga dalam perhitungan ini diasumsikan

sebanyak 100 rumah. Perhitungan house index jentik nyamuk Aedes dan

Anopeheles yang telah dilakukan merupakan asumsi untuk mewakili 100

rumah, dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. 10 rumah (sebagai sampel) → (ditemukan) 5 rumah (terdapat jentik

nyamuk Aedes)

100 rumah → x = ?

10 = 100

5 x

x = 100 x 5

10

= 50 rumah

Jadi,

50 x 100% = 50%

100

b. 10 rumah (sebagai sampel) → (ditemukan) 1 rumah (terdapat jentik

nyamuk Aedes)

100 rumah → x = ?

21

10 = 100

1 x

x = 100 x 1

10

= 10 rumah

Jadi,

10 x 100% = 10%

100

Perhitungan yang digunakan untuk menghitung kepadatan jentik

nyamuk Aedesaegypti adalah menggunakan houseindex(HI).

a. House Indeks Jentik Nyamuk Aedes

House indeks

= 5 x 100 %

10

= 50%

Kedung Sroko tergolong ke dalam daerah dengan density figure 7

dengan hasil presentasi 50%. Berdasarkan sumber Pedoman Teknis

Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor Kesehatan

Pelabuhan bahwasanya house index di daerah dengan density figure di

atas 5 (house index di atas 28%) besar sekali kemungkinan transmisi

penyakit demam kuning (urban yellow fever), DBD (demam berdarah)

dan chikungunya. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya daerah Kedung

Sroko berisiko tinggi kemungkinan terjadi penyakit demam kuning

(urban yellow fever), DBD (demam berdarah) dan chikungunya.

b. House Indeks Jentik Nyamuk Anopheles

House indeks

= 1 x 100 %

10

22

= 10%

Kedung Sroko tergolong ke dalam daerah dengan density figure 3

dengan hasil presentasi 10%. Berdasarkan sumber Pedoman Teknis

Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor Kesehatan

Pelabuhan bahwasanya daerah dengan density figure di kurang dari 5

(house index kurang dari 29%) dan density figure di lebih dari 1

(house index lebih dari 3%) kemungkinan transmisi penyakit malaria

tergolong sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya daerah Kedung

Sroko berisiko kemungkinan terjadi penyakit malaria.

4.3 Hasil Praktikum Container Index

NO. NAMA ALAMAT

KONTAINER KETERANGAN

JENIS JUMLAHADA

JENTIKTIDAK

ADA JENTIK

1 Roni Hidayat

Jl. Kedung Sroko 25

a. Bak kamar mandi 1 √

b. Ember 2 √c. Wadah penampung

air kulkas1 √

2 Bu Lilik Jl. Kedung Sroko 22

a. Bak kamar mandi 2 √

b. Ember 3 √c. Akuarium 3 √d. Botol isi cairan pel 2 √e. Vas bunga 3 √f. Wadah penampung

air kulkas1 √

3 Bu Jumiati

Jl. Kedung Sroko 26

a. Bak kamar mandi 1 √

b. Gentong air untuk masak

2 √

c. Vas bunga 2 √4 Bu Yati Jl.Kedung

Sroko 23a. Bak kamar mandi 1 √

b. Gentong air untuk masak

2 √

c. Gentong di 2 √

23

halaman d. Tempat minum

ayam3 √

e. Wadah penampung air kulkas

1 √

5 Bu Lani Jl. Kedung Sroko 27

a. Bak kamar mandi 1 √

b. Gentong air 1 √c. Gentong untuk

masak1 √

d. Wadah penampung air kulkas

6 Bu Yanti Jl. Kedung Sroko 24B

a. Bak kamar mandi 2 √

b. Kolam ikan 1 √c. Gentong masak 1 √d. Akuarium 1 √e. Wadah penampung

air kulkas1 √

7 Bu Lina Jl. Kedung Sroko 21

a. Bak kamar mandi 1 √

b. Ember 2 √8 Bu Ita Jl. Kedung

Sroko 14Aa. Bak kamar mandi 1 √

b. Ember 2 √c. Wadah

penampungan kulkas

1 √

d. Gentong air untuk memasak

1 √

9 Bu Supriadi

Jl. Kedung Sroko 15A

a. Bak Kamar mandi 1 √

b. Gentong air untuk memasak

1 √

c. Tempat minum burung

3 √

10 Bu Laili Jl. Kedung Sroko 15B

a. Bak kamar mandi 1 √

b. Bak untuk mencuci Baju

1 √

c. Bak untuk mencuci piring

1 √

TOTAL KONTAINER YANG TERDAPAT JENTIK 55 15 40

4.4 Pembahasan

CI = Jumlah kontainer yang positif jentik x 100%

24

Jumlah kontainer yang diperiksa

CI = 15 x 100%

55

= 27,3 %

Dilihat dari hasil CI, Kedung Sroko tergolong ke dalam daerah dengan

density figure 6 dengan hasil presentasi 27,3%. Berdasarkan sumber

Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor

Kesehatan Pelabuhan, Kapal laut dan pesawat, bangunan dan gedung,

bahwa daerah dengan density figure lebih dari 5 (container index lebih

dari 29%) kemungkinan transmisi penyakit demam berdarah, malaria, dan

yellow fever tergolong tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah

Kedung Sroko berisiko tinggi kemungkinan terjadi penyakit malaria,

demam berdarah, dan yellow fever.

25

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Pengambilan jentik nyamuk dilakukan di setiap penampungan air di

rumah di tiap responden dengan cara menggunakan saringan ikan

untuk menangkap jentik nyamuk dibantu dengan lampu senter untuk

menerangi dan botol air mineral untuk menampung hasil menangkap

jentik nyamuk.

b. 10 responden yang diamati tempat penampungan air di dalam kamar

mandinya diperoleh hasil bahwsanya 5 tempat penampungan air

responden terdapat jentik nyamuk. 5 responden lainnya tidak

diperoleh jentik nyamuk karena telah menguras penampungan air

sehari sebelum observasi. Jentik nyamuk terbanyak adalah jentik

nyamuk Aedes dan terdapat satu jentik nyamuk Anopheles.

c. Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk Aedes dan

Anopheles dapat disimpulkan bahwasanya wilayah Jl. Kedung Sroko

Surabaya berisiko tinggi kemungkinan terjadi penyakit demam kuning

26

(urban yellow fever), DBD (demam berdarah), chikungunya dan

malaria.

5.2 Saran

Berbagai saran yang menungkinkan diberikan kepada warga di

Kedung Sroko untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh

jentik nyamuk Aedes dan Anopheles adalah sebagai berikut.

a. Menguras tempat penampungan air maksimal 3 minggu sekali.

b. Meminimalisir menumpuknya barang yang tidak berguna di

lingkungan rumah.

c. Memelihara ikan untuk kolam di lingkungan rumah.

d. Memberikan bubuk larvasida tempat penampungan air mandi pada

musim penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, biasanya pada musim

hujan untuk mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Bionomik Nyamuk (Pengendalian Vektor Nyamuk). Fakultas

Kedokteran Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Brotowidjoyo, M. D. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Suirta, I. W., Puspawati, N. M., dan Gumiati, N. K. 2007. Jurnal Kimia : Isolasi

dan Identifikasi Senyawa Aktif Jentiksida dari Biji Nimba Terhadap Jentik

Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). Bukit Jimbaran : Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Udayana.

Suprapto. 2006. Pemanfaatan Limbah Rokok dalam Pengendalian Nyamuk

Aedes Aegypty.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19653/1/pan-jul2006-

%20%285%29.pdf. diakses pada 10 Maret 2013 pukul 11.00 WIB

27

LAMPIRAN

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Aedes_aegypti_biting_human.jpg diakses

Maret 2013.

28

Gambar 2.Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/_KJzMAynORLU/S79Uyz9sHuI/AAAAAAAAABo/

_qajW7TNnlw/s1600/Metamorfosis.jpg diakses Maret 2013.

Gambar 3. Jentik Nyamuk Aedes aegypti

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti diakses Maret 2013.

29

Gambar 4. Jentik Nyamuk Anopheles

Sumber:

http://rapotan-hsb.blogspot.com/2012/04/membedakan-species-dan-jenis-

kelamin.html diakses April 2013.

30

:

Gambar 5. Jentik Nyamuk Culex

Sumber:

http://ms.wikipedia.org/wiki/Nyamuk_culex diakses April 2013

31

Gambar 6. Morfologi Tubuh Jentik Nyamuk Culex

Sumber: http://www.google.com/imgres?

q=larva+Culex&hl=id&biw=1241&bih=606&tbm=isch&tbnid=TIJ93Gi--

hWi9M:&imgrefurl=http://culicidae-pidia.blogspot.com/2011/05/sekilas-dua-

kilas-tentang-nyamuk.html&docid=uRHU0ZnzoeBU0M&imgurl=http://

2.bp.blogspot.com/-9_DdtsFIFlQ/Tco4h99YcfI/AAAAAAAAAAw/

WdC3ED7XRHE/s1600/

Culex_restuans_larva_diagram_en.svg&w=470&h=399&ei=ucp7UbrMFYfU

rQei44HgBA&zoom=1&ved=1t:3588,r:10,s:0,i:111&iact=rc&dur=700&page

=2&tbnh=182&tbnw=215&start=10&ndsp=21&tx=181&ty=49 diakses April

2013.

Gambar 7. Pupa Nyamuk Culex

Sumber:

http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/05/perkembangan-lanjut-embrio-

nyamuk-culex.html diakses Maret 2013.

32

Gambar 8. Larva Mansonia

Sumber: http://www.google.com/imgres?

q=larva+Mansonia&hl=id&biw=1241&bih=606&tbm=isch&tbnid=rqq9qVOMW

uMbbM:&imgrefurl=http://totallyfreeimages.com/118552/Drawing-of-Mansonia-

or-Coquillettidia-mosquito-larvae-with-sipho&docid=R3LbOjwVBN-

lgM&imgurl=http://totallyfreeimages.com/previews/standard/4/c/

df3986cc41bb5692f02960447e60783a3ed9494c.jpg&w=450&h=313&ei=3NJ7U

aukNImqrAeH6YFA&zoom=1&ved=1t:3588,r:10,s:0,i:109&iact=rc&dur=802&p

age=1&tbnh=178&tbnw=222&start=0&ndsp=17&tx=95&ty=135

Gambar 9. Jentik Nyamuk

33

Sumber: http://www.google.com/imgres?

q=larva+aedes&sa=X&hl=id&biw=1241&bih=606&tbm=isch&tbnid=g_ZEGHC

q0QFnRM:&imgrefurl=http://medent.usyd.edu.au/photos/

larvae_photographs.htm&docid=m0mJzaKefHTNbM&imgurl=http://

medent.usyd.edu.au/photos/

various_larvae.jpg&w=416&h=409&ei=Bsd7Ufa5KcXZrQe8noDoCg&zoom=1

&ved=1t:3588,r:1,s:0,i:85&iact=rc&dur=621&page=1&tbnh=186&tbnw=178&st

art=0&ndsp=17&tx=85&ty=119 diakses April 2013.

Gambar 10. Senter dan Saringan Ikan

Diambil pada tanggal 22 Maret 2013

Gambar 11. Melabeli Botol Penampung Jentik

34

Diambil pada tanggal 4 April 2013

Gambar 12. Proses Mengambil Jentik Nyamuk

Diambil pada tanggal 22 Maret 2013

Gambar 13. Jentik dan Pupa Nyamuk Aedes

Diambil pada tanggal 5 April 2013

35