HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

120
HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIKAEDES AEGYPTI DI KELURAHAN BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : Ika Amalia Putri 1111101000077 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

Page 1: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU

PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN

KEBERADAAN JENTIKAEDES AEGYPTI DI KELURAHAN BENDA

BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

Ika Amalia Putri

1111101000077

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

i

Page 3: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, 4Desember 2015

Ika Amalia Putri, NIM : 1111101000077

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di

Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

xviii+ 79halaman, 15tabel, 4 gambar, 3 bagan, 7 lampiran

ABSTRAK

Kelurahan Benda Baru merupakan salah satu kelurahan denganIncidence

Rate DBDJanuari-Juli 2015tertinggidi wilayah kerja Puskesmas Benda Baru yakni

57,12 per 100.000 penduduk.Kasus DBD yang tinggi mengindikasikan

keberadaan jentik Aedes aegypti. Meskipun begitu, terdapat kesenjangan antara

nilai ABJ yang tinggi (99%) dengan kasus DBD. Keberadaan jentik vektor DBD

sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti serta

perilaku masyarakat pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat perindukan

nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan

jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda BaruKota Tangerang Selatantahun 2015.

Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel diambil

sebanyak 128 Rumah Tangga. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan

data primer berupa observasi dan wawancara. Waktu penelitian dilaksanakan

Agustus -Oktober 2015.

Hasil penelitian terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti 21,1%. Hasil

analisis uji statistik menunjukkan bahwa terdapat variabel yang berhubungan

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti yakni menguras tempat penampungan air

(p value 0,000) dan menutup tempat penampungan air (p value 0,000). Serta

beberapa variabel yang tidak berhubungan yakni tempat perindukan nyamuk,

mengubur barang bekas, penggunaan abate dan memelihara ikan pemakan jentik

(pvalue> 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut masyarakat disarankan untuk mengurangi

tempat perindukan nyamuk, menguras TPA secara rutin, serta segera menutup

rapat TPA setelah digunakan. Pihak Puskesmas pun diharapkan dapat

meningkatkan koordinasi dengan masyarakat dan kader dalam pengecekan jentik

nyamuk secara rutin sehingga dapat memberantas vektor penyakit DBD.

Daftar Bacaan : 60 ( 1971 – 2014)

Kata Kunci : Keberadaan Jentik Aedes aegypti, Perilaku Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN), Tempat Perindukan Nyamuk

Page 4: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

iii

STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Undergraduated Thesis, 4 December 2015

Ika Amalia Putri, NIM: 1111101000077

Correlation Breeding Places and Behavior Mosquito Eradication Nest (PSN) with

Existence of Aedes aegypti Larvae in the Village of Benda Baru Tangerang

Selatan City 2015

xviii + 79pages, 15tables, 4 figures, 3 charts, 7attachment

ABSTRACT

Based on government report informed, Benda BaruVillage is one of the

villagesthat has highest incident rate(57,12 per 100.000 population) of dengue

than other villages in working area of Benda Baru Public health community from

January - July 2015. High dengue cases indicatepresence of Aedes aegypti.

However, there is inconsistent between the ABJ number (99%) toward dengue

cases. The existence of dengue vector dependon the presence of Aedes aegypti

mosquito breeding places and people's behavior toward eradication of mosquito

nest (PSN).

This study aims to determine the relationship of the mosquito breeding

places and eradication of mosquito nest (PSN) behavior by the presence of Aedes

aegypti Benda Baru Village 2015. The study used cross sectional design. There

are 128 Household as samples in this study that is chosen by Stratified Random

Samplingtechnique. Observation and interviews are the methods used to collect

the primary datas,such as observation and interviews. The research was conducted

from August to October 2015.

The study determined presence of Aedes aegypti is 21.1%. Statistical

analysis show thedrain water reservoirs behaviour (p value 0.000) and close the

water reservoirs (p value 0.000) related to As well as some of the variables that

are not related the breeding places of mosquitoes, on the other hand, bury the

thrift, abate and maintain the use of fish-eating larvae (p value> 0.05) are not

related with the variables breeding places of mosquitoes,.

According to results, advised to reduce mosquito breeding places, drain

regular landfill, and immediately shut the landfill after use. The public health

community is also expected to improve coordination with the public and cadres in

checking the mosquito larvae regularly to eradicate the vector of dengue disease.

Reading List: 60 (1971 - 2014)

Keywords: Existence of Aedes aegypti Larvae, Behavior Mosquito Eradication

Nest (PSN), Breeding Places

Page 5: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

iv

Page 6: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

v

Page 7: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Ika Amalia Putri

Tempat,Tanggal Lahir : Sungailiat, 15November 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ahmad Yani Jalur 2 Depan Pengadilan

Agama Sungailiat - Bangka

Telepon : 081368620910

Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

2011 – 2015 : Kesehatan Masyarakat Peminatan

Kesehatan Lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Sungailat (IPA)

2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Sungailiat

1999 – 2005 : SD Negeri 1 Sungailiat

Page 8: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

vii

C. Pengalaman Organisasi

2013-2014 : Ketua Divisi Forum Silaturahim

Environmental Health Student

Association (ENVIHSA) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2013 : Ketua Divisi Pengembangan Masyarakat

Badan Eksekutif Mahasiswa Program

Studi (BEM Prodi ) Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2011-2012 : Anggota Divisi Partnership and

Relationship Badan Eksekutif Mahasiswa

Program Studi (BEM Prodi ) Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Page 9: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penelitidapat menyelesaikan skripsi

dengan judul Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes

Aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015tepat

waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Selain itu, shalawat dan salam

teruntuk Nabi Muhammad SAW.

Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penelitibanyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengungkapkan rasa

terima kasih kepada :

1. Ayahanda Bahuri dan Ibunda Zunainah, yang tak henti-hentinya

memberikan doa serta dukungan moral maupun material kepada

peneliti. Serta menjadi penyejuk dan sumber semangat bagi peneliti.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan dan masukan

dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D selaku dosen

pembimbing II yang telah selalu memberikan semangat, arahan dan

bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

ix

5. Iryan Asanewati, Masda Hilmi Adesyaputra, Firda Aulia dan

keponakan tersayang Yuri, Devan, Rifqy yang selalu menjadi

penyemangat dan dukungan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi.

6. Meta, Lifi, Ayuri, Rini, Fuji, Nurul, Ibnu, Putri, Shela, Andini, Emalia,

Lilik dan Hanber yang senantiasa mencurahkan motivasi serta doa

dalam penyusunan skripsi.

7. Keluarga Peminatan Kesehatan Lingkungan 2011 (Cepol, Lifi, Pewe,

Shela, Efri, Onoy, Ayu, Tika, Ibnu, Almen, Rois, Chandra, Ila, Ibet,

Awaliyah, Sarah Ajeng, Eka, Ikoh, Feela, Hari, Rahmatika, Niken,

Ukhfiya)

8. Seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat 2011.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

guna penyempurnaanskripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak

pihak.

Jakarta, Desember2015

Peneliti

Page 11: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5

D. Tujuan .......................................................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

F. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 7

G. Ruang Lingkup ........................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

A. Nyamuk Aedes aegypti ............................................................................... 11

1. Perilaku Menggigit.................................................................................. 12

Page 12: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xi

2. Perilaku Istirahat ..................................................................................... 12

3. Jangkauan Terbang ................................................................................. 13

B. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti ................................ 13

1. Telur Aedes aegypti................................................................................. 15

2. Jentik Aedes aegypti ................................................................................ 16

3. Pupa Aedes aegypti ................................................................................. 17

4. Aedes aegypti Dewasa............................................................................. 18

C. Tempat Perindukan (Breeding Places) Nyamuk Aedes Aegypti ................ 18

1. Metode Survei Jentik .............................................................................. 20

2. Indeks Nyamuk Aedes aegypti ............................................................... 21

D. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti.............. 23

1. Fisik......................................................................................................... 24

2. Biologi..................................................................................................... 26

3. Kimia....................................................................................................... 26

E. Kerangka Teori........................................................................................... 28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 29

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 30

B. Definisi Operasional................................................................................... 32

C. Hipotesis ..................................................................................................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 35

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 35

Page 13: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xii

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 36

D. Teknik pengambilan sampel ...................................................................... 37

E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 38

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 39

G. Metode Pengolahan Data ........................................................................... 40

H. Analisis Data .............................................................................................. 40

BAB V HASIL .................................................................................................... 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 43

B. Analisis Univariat....................................................................................... 44

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti ............................................................ 44

2. Tempat Perindukan Nyamuk .................................................................. 45

3. Menguras Tempat Penampungan Air ..................................................... 46

4. Menutup Tempat Penampungan Air ....................................................... 48

5. Mengubur Barang Bekas......................................................................... 48

6. Penggunaan Abate .................................................................................. 49

7. Memelihara Ikan Pemakan Jentik ........................................................... 50

C. Analisis Bivariat ......................................................................................... 51

1. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat

Perindukan Nyamuk................................................................................ 51

Page 14: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xiii

2. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Menguras Tempat Penampungan Air ..................................................... 52

3. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Menutup Tempat Penampungan Air ....................................................... 53

4. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Mengubur Barang Bekas......................................................................... 55

5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Penggunaan Abate .................................................................................. 56

6. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Memelihara Ikan Pemakan Jentik ........................................................... 57

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 58

A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 58

B. Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 . 58

C. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Tempat perindukan Nyamuk

di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 .............................................................. 60

D. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ........................ 62

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menguras Tempat

Penampungan Air.................................................................................... 62

2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menutup Tempat

Penampungan Air.................................................................................... 65

Page 15: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xiv

3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Mengubur Barang

Bekas ....................................................................................................... 68

4. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Penggunaan

Abate ....................................................................................................... 70

5. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Memelihara Ikan

Pemakan Jentik ....................................................................................... 71

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 74

A. Simpulan .................................................................................................... 74

B. Saran ........................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77

LAMPIRAN ......................................................................................................... 84

Page 16: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 9

Tabel 2 Definisi Operasional ................................................................................ 32

Tabel 3 Jumlah Sampel per RW Yang Akan Diambil .......................................... 38

Tabel 4Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru

Tahun 2015 ............................................................................................. 45

Tabel 5Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun

2015......................................................................................................... 45

Tabel 6Distribusi Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Berdasarkan Keberadaan

Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ................. 46

Tabel 7Distribusi Perilaku Responden dalam Menguras Tempat Penampungan Air

di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015.................................................... 47

Tabel 8Distribusi Frekuensi dan Cara Menguras Tempat Penampungan Air

Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru

Tahun 2015 ............................................................................................. 47

Tabel 9Distribusi Perilaku Responden dalam Menutup Tempat Penampungan Air

di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015.................................................... 48

Tabel 10Distribusi Perilaku Responden dalam Mengubur Barang Bekas di

Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ..................................................... 48

Tabel 11Distribusi Jenis Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015... 49

Tabel 12Distribusi Perilaku Responden dalam Penggunaan abate di Kelurahan

Benda Baru Tahun 2015 ....................................................................... 49

Page 17: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xvi

Tabel 13Distribusi Frekuensi Dan Takaran Penggunaan Abate Berdasarkan

Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun

2015 .................................................................................................... 50

Tabel 14Distribusi Perilaku Responden dalam Memelihara Ikan Pemakan Jentik

di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ................................................. 50

Tabel 15Distribusi Jenis Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun

2015 ...................................................................................................... 51

Page 18: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti ..................................................... 14

Gambar 2 Telur Aedes aegypti .............................................................................. 16

Gambar 3 Jentik Aedes aegypti ............................................................................. 17

Gambar 4 Pupa Aedes aegypti............................................................................... 17

Page 19: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Cara Pemberantasan DBD ...................................................................... 23

Bagan 2 Kerangka Teori ....................................................................................... 28

Bagan 3 Kerangka Konsep .................................................................................... 31

Page 20: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular berbasis vektor menjadi salah satu masalah

kesehatan bagi negara tropis. Indonesia merupakan salah satu

negarakepulauan yang terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis.

Dengan karakterisitik tersebutIndonesia memiliki potensi penyakit

menular berbasis vektor seperti demam berdarah dengue (DBD)

(Sumantri, 2010). Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular

berbahaya dengan penyebaran yang cepat serta dapat menimbulkan

pendarahan hingga menyebabkan kematian bagi penderita (CDC, 2009).

Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya(Kemenkes, 2010).

Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World

Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara

dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2009 dan

Kemenkes, 2010).

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia 2013, Indonesia

mengalami peningkatan jumlah kasus DBD pada tahun 2013 dibandingkan

tahun 2012 dari 90.245 kasus menjadi 112.511 kasus dengan Incidence

Rate (IR)tahun 2012 – 2013 sebesar37,27 - 45,85 (per 100.000). Salah satu

provinsi yang mengalami peningkatan IR DBD adalah di Provinsi Banten

pada tahun 2013 mencapai 37,20 per 100.000 penduduk

Page 21: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

2

2

dari tahun sebelumnya sebesar 32,69 per 100.000 penduduk(Profil

Kesehatan Indonesia 2012-2013).

Tangerang Selatan merupakan kota di Provinsi Banten yang

endemis DBD. Pada tahun 2013 diketahui jumlah kasus DBD di Kota

Tangerang Selatan mengalami kenaikan sebanyak 985 kasus penderita

(IR= 67,8 per 100.000 penduduk) dari tahun sebelumnya yakni 837 kasus

(IR= 60 per 100.000 penduduk). Selain itu, terjadi peningkatan Case

Fatality Rate (CFR) pada tahun 2013 yakni 0,77% dari tahun sebelumnya

0,59% (Dinkes Tangerang Selatan, 2013).

Dari tujuh kecamatan di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga

kecamatan dengan kasus DBD tertinggi yakni Kecamatan Pamulang,

Pondok Aren dan Ciputat. Pamulang menjadi kecamatan paling endemis

DBD di Tangerang Selatan yakni 190 kasus (IR= 60,33 per 100.000

penduduk). Puskesmas Benda Baru menjadi puskesmas dengan kasus

DBD tertinggi di Kecamatan Pamulang dengan kasus mencapai 92 kasus

(IR= 82 per 100.000penduduk) dan CFR sebesar 2,2 %pada tahun 2013

(Dinkes Tangerang Selatan, 2013). Akan tetapi, terjadi peningkatan

jumlah kasus DBD pada tahun 2014 menjadi 148 kasus (IR= 131,91 per

100.000penduduk) (Puskesmas Benda Baru, 2014).

Menurut data laporan bulan Januari – Juli 2015 Kelurahan Benda

Baru merupakan daerah dengan IR DBD tertinggi pada wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru yakni 57,12 per 100.000 penduduk(Puskesmas

Benda Baru, 2015). Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru

tidak disertai dengan rendahnya angka bebas jentik (ABJ). Berdasarkan

Page 22: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

3

profil Kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui

bahwa ABJ di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru 99% (≥ 95 %). Hal

ini berarti terdapat kesenjangan antara jumlah kasus DBD yang tinggi

dengan ABJ tinggi yang telah melebihi target ABJ Departemen Kesehatan

Indonesia.

Kejadian DBD dipengaruhi oleh kepadatan populasi jentikAedes

aegypti. Keberadaanjentik vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan

tempat perindukan nyamuk (breeding places)Aedes aegypti(Sari dan

Darnoto, 2012). Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes

aegypti adalah natural container (tempat perindukan alami), seperti

lubang di pohon, batok kelapa, atau lubang breeding di batu dan artificial

container (tempat perindukan buatan) seperti bak mandi, ember, kaleng

bekas, botol, drum, atau toples (Trpis dkk, 1971 dan Ditjen P2PL,

2014).Berdasarkan penelitian Laila dkk (2014) diketahui bahwa sumur

(natural container) dan gentong (artificial container ) merupakan tempat

yang paling potensial dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Selain tempat perindukan nyamuk, perilaku masyarakat dalam

pelaksanaan pencegahan dan pemberantasanDBD juga berhubungan

dengan keberadaan jentikAedes aegypti (Sari dan Darnoto, 2012).Perilaku

masyarakat merupakan bentuk respon atau reaksi manusia, baik bersifat

pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan

yang nyata atau practice). Respon yang aktif berpengaruh dalam

pencegahan DBD (Suyasa dkk,2007).Khususnya, perilaku masyarakat

sangat berkaitan erat dengan keberadaanjentik di rumahnya (Yudhastuti

Page 23: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

4

dkk, 2005).Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang membuktikan

bahwa faktor perilaku berhubungan dengan keberadaan vektor DBD dan

keberadaan jentik vektor DBD (Sari dan Darnoto, 2012). Dalam hal ini,

perilaku pemberantasan jentik nyamuk DBD dikenal dengan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan dengan cara fisik

seperti langkah 3M (Mengubur, menguras dan menutup tempat

penampungan air), biologi dengan memelihara ikan pemakan jentik serta

dengan cara kimia yakni menggunakan insektisida pembasmi jentik

(larvasida/abate) (Depkes RI, 2005). Menurut Widagdo dkk (2008),

Perilaku PSN memiliki hubungan yang bermakna dengan jumlah jentik di

tempat penampungan air. Penelitian lain juga membuktikan bahwa

terdapat hubungan antara perilaku ibu dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti (Sari dan Kurniawan, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa penting untuk

dilakukan penelitian di Kelurahan Benda Baru mengenai tempat

perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

dengan keberadaan jentikAedes aegypti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui bahwa di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD

tertinggi di Tangerang Selatan yakni 92 kasus (IR= 82 per

100.000penduduk) dan CFR sebesar 2,2 %. Pada tahun 2014, terjadi

Page 24: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

5

peningkatan jumlah kasus DBD di Puskesmas Benda Baru menjadi 148

kasus (IR= 131,91 per 100.000penduduk) dari tahun sebelumnya dan CFR

sebesar 1,4 % (Puskesmas Benda Baru, 2014). Kelurahan Benda Baru

menurut data laporan bulan Januari – Juli 2015 merupakan daerah dengan

IR DBD tertinggi pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru yakni 57,12

per 100.000 penduduk.Berdasarkan profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui bahwa ABJ di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru 99% (≥ 95%).

Kasus DBD yang tinggi di Kelurahan Benda Baru

mengindikasikan keberadaan jentik Aedes aegypti. Keberadaan jentik

vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk

(breeding places) Aedes aegypti serta perilaku masyarakat pemberantasan

sarang nyamuk (PSN). Adapun tempat potensial untuk perindukan

nyamuk Aedes aegypti adalah natural container(tempat perindukan

alamiah)dan artificial container (tempat perindukan buatan).Berdasarkan

masalah diatas, penulis ingin mengetahui hubungan tempat perindukan

nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan

keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran umum lokasi penelitian ?

2. Bagaimana keberadaan tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti di

Kelurahan Benda Baru tahun 2015 ?

Page 25: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

6

3. Bagaimana perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di

Kelurahan Benda Baru tahun 2015 ?

4. Bagaimana keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru

tahun 2015?

5. Apakah ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan

jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015?

6. Apakah ada hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

dengan keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda tahun

2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahuihubungan tempat perindukan nyamuk dan

perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan

jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahuigambaran umum lokasi penelitian.

b. Mengetahui keberadaan tempat perindukan nyamukAedes

aegyptidi Kelurahan Benda Barutahun 2015.

c. Mengetahui perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)di

Kelurahan Benda Barutahun 2015.

d. Mengetahui keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda

Barutahun 2015.

Page 26: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

7

e. Mengetahui hubungan tempat perindukan nyamuk dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun

2015.

f. Mengetahui hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda

tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai

tempat potensial perindukan nyamuk Aedes aegypti.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai informasi bagi Puskesmas tentang hubungan tempat

perindukan nyamuk dan perilaku PSN terhadap keberadaan jentik

Aedes aegypti sehingga dapat menjadi masukan dalam pengendalian

vektor demam berdarah dengue di Kelurahan Benda Baru.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai informasi dan referensi dalam penelitian selanjutnya

mengenai tempat potensial perkembangbiakan nyamuk dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti .

F. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian tentang tempat perindukan nyamuk, perilaku

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan keberadaan jentik Aedes

Page 27: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

8

aegyptitelah dilakukan di berbagai daerah. Namun demikian, terdapat

beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

akan dilakukan. Adapun perbedaan tersebut meliputi tempat penelitian

yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, waktu penelitian serta

variabel yang akan diteliti. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

a. Variabel Independen pada penelitian ini adalah tempat perindukan

nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk meliputi menguras

tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur

barang bekas, memelihara ikan pemakan jentik, penggunaan abate.

Variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah perilaku

pemberantasan sarang nyamuk bukan merupakan variabel komposit.

b. Tempat penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Benda Baru

Tangerang Selatan. Tempat penelitian ini berbeda dengan tempat

penelitian sebelumnya.

c. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2015. Dalam hal ini

waktu penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang terkait

dengan tempat perindukan nyamuk, perilaku pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) dan keberadaan jentik Aedes aegypti.

Page 28: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

9

Tabel 1 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun &Tempat

Penelitian Desain Penelitian Variabel Penelitian Hasil

1 Hubungan Breeding

Place dan Perilaku

Masyarakat dengan

Keberadaan Jentik

Vektor Dbd Di Desa

Gagak Sipat

Kecamatan

Ngemplak Kabupaten

Boyolali

Dhina Sari

dan Sri

Darnoto

Tahun 2012 di Desa

Gagak Sipat

Kecamatan

Ngemplak

KabupatenBoyolali

Cross Sectional Variabel Dependen:

Keberadaan Jentik Vektor

DBD

Variabel Independen:

tempat perindukan nyamuk,

perilaku masyarakat

- Ada hubungan antara

Tempat Perindukan

Nyamuk (p=0,001) serta

Perilaku Masyarakat

(p=0,022) dengan

keberadaan jentik vektor

DBD

2 Hubungan Kondisi

Lingkungan,

Kontainer, dan

Perilaku Masyarakat

dengan Keberadaan

Jentik Nyamuk Aedes

aegypti diDaerah

Endemis Demam

Berdarah Dengue

Surabaya

Ririh

Yudhastuti

dan Anny

Vidiyani

Tahun 2005 di

KelurahanWonokusu

o,Kec.SemampirKota

Surabaya

Cross Sectional Variabel Dependen

:keberadaan jentik nyamuk

Aedes aegypti

Variabel Independen:kondisi

lingkungan meliputi : suhu

udara, kelembaban udara,

jenis kontainer serta perilaku

masyarakat

- Ada hubungan antara

Kelembaban

udara(p=0,000) Jenis

kontainer (p=0,004)

Pengetahuan (p=0,001)

serta tindakan

(p=0,001)dengan

keberadaan jentik Aedes

aegypti.

- Tidak ada hubungan

antara Suhu Udara

(p=0,591) Sikap (p=0,113)

dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti.

Page 29: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

10

G. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuanuntuk melihat hubungan tempat perindukan

nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru. Penelitian

inidilaksanakan di Kelurahan Benda Baru pada Agustus -Oktober 2015

dengan sampel penelitian yakni anggota rumah tangga yang bertempat

tinggal di Kelurahan Benda Baru. Pengambilan sampel dilakukan dnegan

teknik Stratified Random Sampling.Variabel yang diteliti yakni variabel

independen (tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan

sarang nyamuk) dan variabel dependen (keberadaan jentik Aedes aegypti).

Penelitian ini menggunakan desain studicross sectional, dimana variabel

independen dan dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan. Data

perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dikumpulkan menggunakan

teknik wawancara yakni dengan instrumen penelitian kuesioner.

Sedangkan data tempat perindukan nyamuk dan keberadaan jentik Aedes

aegypti menggunakan metode observasi jentik dengan lembar observasi

sebagai instrumen penelitian.

Page 30: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes aegypti

Aedes merupakan jenis vektor utama yang dapat membawa virus

dengue penyebab penyakit demam berdarah(Widoyono dkk, 2008). Aedes

aegypti mendapat virus dengue sewaktu menghisap darah orang yang sakit

Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darah nya

terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung

virus dengue merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah.

Selanjutnya, virus mereplikasi diri dan menyebar ke seluruh jaringan

tubuh nyamuk termasuk kelenjar liur. Virus ini dapat berada dalam tubuh

nyamuk sepanjang hidupnya. Sebelum menghisap darah, nyamuk ini akan

mengeluarkan air liur melalui proboscis) agar darah yang dihisap tidak

membeku bersamaan dengan air liur tersebut virus dengue dipindahkan

dari nyamuk ke orang lain (WHO, 2009).

Aedes aegyptitersebar luas di wilayah tropis dan subtropis. Di

Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di dataran rendah dan di

pusat-pusat penduduk yang padat (Achmadi, 2012). Dalam penularan

penyakit DBB, nyamuk Aedes aegypti memiliki beberapa karakteristik

seperti perilaku mengigit, perilaku beristirahat serta jangkauan terbang

nyamuk untuk meyebarkan virus dengue(Soedarmo, 1988).

Page 31: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

12

1. Perilaku Menggigit

Perilaku menggigit nyamuk Aedes aegypti yaitu pada pagi

hingga sore hari, yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-

17.00. Nyamuk lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada

di luar rumah (Silalahi L, 2004). Nyamuk betina sangat

menyenangi darah manusia. Hal ini disebabkan karena pada siang

hari orang sedang aktif, sehingga nyamuk yang menggigit

seseorang belum tentu kenyang. Orang tersebut sudah bergerak,

nyamuk terbang menggigit orang lain lagi sampai cukup darah

untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya. Nyamuk Aedes

aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali

(multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi

lambungnya dengan darah guna pertumbuhan dan perkembangan

telurnya (WHO, 2005)

2. Perilaku Istirahat

Kebiasaan hinggap istirahat nyamuk lebih banyak di dalam

rumah, yaitu pada benda-benda yang bergantungan, berwarna

gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung, juga di dalam

sepatu. Setelah menghisap darah, nyamuk akan hinggap (istirahat)

di dalam atau di luar rumah berdekatan dengan tempat

perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan

lembab. Di tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan

telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai,

Page 32: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

13

nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat

perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada

umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari

setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat

mengeluarkan telur sebanyak 100 butir (Depkes RI, 2005).

3. Jangkauan Terbang

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa

dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk keberadaan tempat

bertelur dan darah sebagai makanan. Aedesaegypti dapat terbang di

udara dengan kecepatan 5,4 kilometer perjam. Tetapi bila

berlawanan angin kecepatannya turun mendekati nol. Jarakterbang

Aedes aegypti berkisar antara 40 – 100 meter dari tempat

perindukannya (Soeroso, 2002).

Walaupun demikian, penelitian terbaru di Puerto Rico

menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina dewasa

menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur.

Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi

melalui telur dan jentik dalam wadah (Depkes RI, 2004a).

B. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus

hidup nyamuk ini terdiri dari empat fase, mulai dari telur, jentik, pupa dan

kemudian menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan

Page 33: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

14

telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips

berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1

sampai 2 hari menjadi jentik.

Terdapat empat tahapan dalam perkembangan jentik yang disebut

instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5

hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana

jentik memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum

akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur

hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 10 hari, namun

dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

Sumber : Depkes 2005

Gambar 1. Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Page 34: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

15

Berikut merupakan morfologi dari nyamuk Aedes aegypti:

1. Telur Aedes aegypti

Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100

butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Ketika pertama kali

dikeluarkan oleh induk nyamuk, telur Aedes aegypti berwarna putih dan

lunak. Telur tersebut kemudian menjadi berwarna hitam dan keras. Telur

tersebut berbentuk ovoid yang meruncing dan selalu diletakkan satu per

satu. Induk nyamuk biasanya meletakkan telurnya di dinding tempat

penampungan air, seperti gentong, lubang batu dan lubang pohon di atas

garis air (Depkes RI. 2004b.).

Telur Aedes aegypti dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu

dan intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan. Jika tergenang

dalam air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit,

sedangkan yang lain mungkin membutuhkan waktu lama terbenam dalam

air. Penetasan telur berlangsung dalambeberapa hari atau minggu. Telur-

telur Aedes aegypti dapat berkembang pada habitat kontainer kecil yang

rentan terhadap kekeringan. Telur Aedes aegypti paling banyak

diletakkan pada ketinggian 1,5 cm diatas permukkan air, dan semakin

tinggi dari permukaan air atau semakin mendekati permukaan air

jumlahnya semakin sedikit (Ditjen P2PL, 2014).

Page 35: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

16

Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014

Gambar 2. Telur Aedes aegypti

2. Jentik Aedes aegypti

JentikAedes aegypti memiliki sifon yang pendek, dan hanya ada

sepasang sisik subsentral yang jaraknya lebih dari ¼ bagian dari pangkal

sifon. Ciri-ciri tambahan yang membedakan jentik Aedes aegypti dengan

genus lain adalah sekurang-kurangnya ada tiga pasang setae pada sirip

ventral, antena tidak melekat penuh dan tidak ada setae yang besar pada

toraks. Ciri ini dapat membedakan jentik Aedes aegypti dari umumnya

genus Culicine,kecuali Haemagogus dari Amerika Selatan. JentikAedes

aegypti. bergerak aktif, mengambil oksigen dari permukaan air dan makan

pada dasar tempat perkembangbiakan ((Ditjen P2PL, 2014).).

Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan jentik

tersebut, yaitu (Ditjen PPM & PLP, 1996):

1) Instar I : berukuran paling ksecil, yaitu 1-2 mm

2) Instar II : ukuran 2,5 – 3,8 mm

3) Instar II : lebih besar sedikit dari larva instar II

4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

Page 36: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

17

Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014

Gambar 3. JentikAedes aegypti

3. Pupa Aedes aegypti

Stadium pupa atau kepompong merupakan fase akhir siklus

nyamuk dalam lingkungan air. Stadium ini membutuhkan waktu sekitar 2

hari pada suhu optimumatau lebih panjang pada suhu rendah. Pada fase ini

adalah periode waktu atau masa tidak makan dan sedikit bergerak(Ditjen

P2PL, 2014).

Pupa biasanya mengapung pada permukaan air di sudut atau tepi-

tepi tempat perindukan.Ketika pertama kali muncul, pupa Aedes aegypti

berwarna putih, akan tetapidalam waktu singkat pigmennya berubah. Pupa

Aedes aegypti berbentuk koma(Ditjen PPM& PLP, 1996).

Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014

Gambar 4. Pupa Aedes aegypti

Page 37: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

18

4. Aedes aegypti Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan

tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik

dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak

dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri

dari spesies ini. Pada umumnya, sisik-sisik pada tubuh nyamuk mudah

rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-

nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar

populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yangdiperoleh

nyamuk selama perkembangan.

Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal

ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan

terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri

ini dapat diamati dengan mata telanjang. Aedes aegyptibentuk domestik

lebih pucat dan hitam kecoklatan(Ditjen P2PL, 2014).

C. Tempat Perindukan (Breeding Places) Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan

ditemukan di negara-negara yang terletak antara 350 Lintang Utara dan 35

0

Lintang Selatan pada temperatur udara paling rendah sekitar 100 C. Pada

musim panas, spesies ini kadang-kadang ditemukan di daerah yang terletak

sampai sekitar 450 Lintang Selatan. Selain itu ketahanan spesies ini juga

tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut.

Biasanya spesies ini tidak ditemukan di daerah dengan ketinggian lebih

Page 38: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

19

dari 1000 meter diatas permukaan laut. Dengan ciri highly anthropophilic

dan kebiasaan hidup di dekat manusia. Aedes aegypti dewasa menyukai

tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah sebagai tempat

beristirahatnya, nyamuk ini merupakan vektor efisien bagi arbovirus

(Depkes RI, 2004b).

Tempat perkembangbiakan Aedes aegypti adalah tempat

penampungan air yang mengandung air jernih atau air yang sedikit

terkontaminasi. Aedes aegyptilebih menyukai tempat yang tidak terkena

matahari langsung dan tidak dapat bertahan hidup pada tempat perindukan

yang berkontak langsung dengan tanah(Hasyimi, 2004).

Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat–

tempat penampungan air bersih. Trpis et.al (1971) mengklasifikasikan

tempat perkembangbiakan Aedes aegypti yakni natural breeding places

(tempat perindukan nyamuk alamiah) , seperti lubang di pohon, batok

kelapa, rumah siput, atau lubang breeding di batu dan artificial breeding

places( tempat perindukan nyamuk buatan )seperti ember, kaleng bekas,

botol, drum, toples dll.

Menurut Ditjen P2PL (2014), tempat perkembangbiakan (breeding

places) jentik Aedes aegypti dibedakan sebagai berikut :

1) Artificial (Buatan)

Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah tempat

yang dibuat oleh manusia dimana dapat menampung air dan

jernih yang kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes untuk

berkembangbiak. Adapun contoh tempat perkembangbiakan

Page 39: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

20

jentik buatan yakni bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban

bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain.

2) Natural (Alamiah)

Tempat perkembangbiakan jentik alamiah adalah

tempat yang dapat menampung air jernih dan telah tersedia di

lingkungan pemukiman. Adapun contoh tempat berupa tempat

perindukan nyamuk pada tempat alami yakni tanaman yang

dapat menampung air, ketiak daun, tempurung kelapa, lubang

bambu, ataupun pada pelepah daun.

1. Metode Survei Jentik

Metode yang di gunakan untuk mengetahui kepadatan vektor di

suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak

yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survey perangkap

telur. Survei jentik dilakukan dengan cara (Ditjen PPM & PL, 1996):

a. Pemeriksaan terhadap semua tempat perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti diperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui

keberadaan jentik.

b. Jika pada pemeriksaan pertama tempat perkembangbiakan yang

berukuran besar tidak terlihat jentik, tunggu kira-kira ½ -1 menit

untuk memastikan bahwa jentik tidak ada.

c. Untuk pemeriksaan jentik pada tempat perkembangbiakan yang

kecil maka perlu dipindahkan ke tempat lain.

Page 40: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

21

d. Apabila tempat perkembangbiakan nyamuk agak gelap ataupun air

keruh maka dapat didukung dengan senter.

Dalam pelaksanaan survai jentik ada dua metode yakni (Depkes RI,

2005):

a. Metode Single Survai

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap

tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk

dilakukan identifikasi jenis jentik lebih lanjut.

e. Metode Visual

Metode dilakukan dengan hanya dilihat dan dicatat ada

tidaknya jentik di dalam tempat penampungan air tidak dilakukan

pengambilan dan pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan

pada survei lanjutan untuk memonitor indek-indek jentik.

2. Indeks Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Depkes RI (2005), untuk mengetahui kepadatan

populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah seperti daerah

perimeter dan buffer pelabuhan dapat melalui survai terhadap stadium

jentik atau dewasa, sebagai hasil survai tersebut di dapat indeks-indeks

Aedes aegypti yaitu:

a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang

dilakukan di semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh

Page 41: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

22

100%

petugas puskesmas pada rumah– rumah penduduk yang diperiksa

secara.

ABJ= Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House Indeks (HI)

Persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap rumah

yang diperiksa.

HI = Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

c. Container Indeks (CI)

Persentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh

kontainer yang diperiksa.

CI = Jumlah kontainer yang positif jentik x100 %

Jumlah kontainer yang diperiksa

d. Breateu Indeks (BI)

Jumlah kontainer yang positif per seratus rumah

BI = Jumlah kontainer yang positif jentik x 100%

Jumlah rumah yang diperiksa

Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan

luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah.Tidak ada teori yang pasti

Angka Bebas Jentik dan House Index yang dipakai sebagai standard,

hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati House Index minimal 1% yang

berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh

melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif.

Page 42: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

23

Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian

nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1996).

D. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku

merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal

dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa

tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan

tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku pemberantasan sarang

nyamuk adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong

nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat

perkembangbiakannya. Menurut WHO (2009), perilaku PSN merupakan

cara yang efektif untuk mencegah peningkatan kasus DBD.

Sumber : Depkes RI, 2005

Bagan 1. Cara Pemberantasan DBD

Nyamuk Dewasa

Jentik

Insektisida (Fogging dan ULV)

Fisik

Biologi

Kimia

Page 43: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

24

Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal

dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam BerdarahDengue

(PSN DBD) dilakukan dengan cara:

1. Fisik

Cara ini dapat dilakukan dengan langkah 3M yaitu .

menguras tempat penampungan air. Menutup tempat penampungan

air rumah tangga. Mengubur atau memusnahkan barang(kaleng-

kaleng) bekas atautempat-tempat sejenis yang dapat menampung

air hujan.

a. Menguras Tempat Penampungan Air

Keberadaan tempat penampungan air (TPA) di dalam

maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya

larva Aedes aegypti, bahkan tempat penampungan air (TPA)

tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi nyamuk

dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD (Fatimah,

2006).Menurut Depkes RI (2013), tempat penampungan air

keperluan rumah tangga (bak mandi, tempayan, drum, dan ember)

perlu dibersihkan dengan cara dikuras menggunakan sikat dan

sabun pada dinding-dindingnya.

Penelitian Lintang, dkk (2010) yang dilakukan di Kota

Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menguras

tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan jentikAedes

aegypti.Meskipun demikian, hasil penelitian ini bertolak belakang

dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarief (2008) di wilayah

Page 44: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

25

Puskesmas Tarakan Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak

ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dalam

rumah dengan keberadaan jentikAedes aegypt.

b. Menutup Tempat Penampungan Air

Kegiatan fisik lainnya yang dapat menekan keberadaan

jentikAedes aegypti yakni menutup rapat tempat penampungan air.

Menurut WHO (2005), tempat berkembang biak nyamuk Aedes

aegypti adalah air bersih yang tergenang. Nyamuk Aedes aegypti

lebih suka menetaskan telurnya di TPA tersebut hingga menjadi

jentik Aedes aegypti. Sehingga kegiatan menutup rapat tempat

penampungan air (TPA) sangat berperan penting dapat mengurangi

jumlah jentikAedes aegypti. Menurut Jaya dkk (2013) penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan antara menutup rapat tempat

penampungan air (TPA) dengan keberadaan jentikAedes aegypti.

c. Mengubur barang bekas

Mengubur barang bekas merupakan praktik pemberantasan

sarang nyamuk DBD dengan cara mengubur barang-barang bekas

yang berpotensi menampung air dan terdapat larva Aedes aegypti

serta tidak dimanfaatkan lagi, seperti kaleng bekas, potongan

bambu, dan ban bekas. Hal ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anggara (2005) di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia

Kota Makassar yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

mengubur barang-barang bekas dengan keberadaan larva Aedes

Page 45: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

26

aegypti. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Surabaya.

2. Biologi

Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme

pemangsa,parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Aedes

aegypti. Pengendalian ini biasa dilakukan dengan memelihara ikan

yang relative kuat dan tahan, misalnya ikan kepala timah, ikan

gupi, ikan cupang dan lain-lain dalam bak atau tempat

penampungan air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik dan

pupa (Sucipto, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005)

menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara predator

dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hal ini didukung oleh

Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan

predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan DBD.

3. Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan

menggunakaninsektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain

dikenal dengan istilah larvasidasi atau penggunaan bubuk abate.

Larvasida yang biasa digunakan adalah granules (sand granules).

Dosis yang digunakan 10 gram (± 1 sendok makan peres / yang

diratakan diatasnya) untuk tiap 100 liter air. Larvasidasi dengan

Page 46: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

27

temephos ini sebaiknya diulang penggunaannya setiap 2 bulan

(Depkes RI, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi

(2007) menyatakan bahwa risiko keberadaan jentik Aedes aegypti

pada rumah yang tidak diberi abate pada tempat penampungan

airnya adalah sebesar 9,13 kali dibandingkan dengan rumah yang

diberi abate pada tempat penmapungan airnya terhadap kejadian

DBD.

Page 47: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

28

E. Kerangka Teori

Bagan 2. Kerangka Teori

Soedarmo (1988), WHO (2009), Depkes RI (2005), Depkes RI (2013), Sucipto (2011)

Life Cycle

Ae.aegypti

Sumber Penular Virus Dengue

Perilaku PSN

Kejadian DBD

Pupa

Telur Jentik

Nyamuk

dewasa

Tempat Perindukan

Nyamuk

Perilaku Menggigit

Perilaku Istirahat

Jangkauan Terbang

Fisik

Menguras TPA

Menutup TPA

Mengubur

barang bekas

Kimia

penggunaan

abate

Biologi

Memelihara

ikan

pemakan

jentik

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Page 48: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

29

Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup yang sempurna yakni dari

telur kemudian berkembang menjadi jentik dan pupa hingga menjadi nyamuk

dewasa yang merupakanvektor utama pembawa virus dengue penyebab penyakit

demam berdarah. Dalam penularan penyakit DBD, nyamuk Aedes

aegyptidipengaruhi oleh perilaku mengigit, perilaku beristirahat serta jangkauan

terbang nyamuk.Adapun cara penularan virus dengue adalah secara aktif

(menggigit), namun dapat juga ditularkan secara pasif(transovarial) melalui telur-

telur dari nyamuk yang mengandung virus dengue.

Perkembangan telur menjadi jentik membutuhkan waktu yang singkat

sedangkan perkembangan jentik menjadi pupa dan nyamuk dewasa memiliki

rentang lebih lama yakni berkisar 8-10 hari. Keberadaan telur dan jentik nyamuk

dipengaruhi oleh keberadaan tempat perindukan nyamuk. Semakin banyak

ketersediaan tempat perindukan nyamuk maka semakin berpotensi meningkatkan

keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Faktor lain yang memepengaruhi keberadaan jentik adalah perilaku

masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) baik berupa fisik seperti

perilaku 3M (Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan

air, Mengubur barang bekas), kimia seperti menggunakan bubuk abate pada

tempat penampungan air dan biologi dengan menggunakan predator jentik Aedes

aegypti yang alami seperti ikan pemakan jentik.Oleh sebab itu, dasar pemikiran

inilah yang menjadi landasan dalam pembuatan kerangka teori.

Page 49: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, peneliti tidak meneliti semua

variabel yang terdapat di kerangka teori. Variabel yang dijadikan

penelitian adalah keberadaan jentik Aedesaegypti yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik

Aedes aegyptiyang diteliti adalah keberadaan tempat perindukan nyamuk

serta perilaku masayarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk meliputi :

menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air,

Mengubur barang bekas, penggunaan abate dan memelihara ikan pemakan

jentik.

Beberapa variabel seperti perilaku istirahat, perilaku menggigit dan

jangkauan terbang tidak diteliti karena tidak berhubungan langsung

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Akan tetapi, variabel tersebut

mempengaruhi nyamuk dewasa.Berikut kerangka konsep dalam penelitian

ini :

Page 50: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

31

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3. Kerangka Konsep

Tempat Perindukan Nyamuk

Keberadaan

jentikAedes

aegypti

Perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN)

a. Menguras Tempat

Penampungan Air

b. Menutup Tempat

Penampungan Air

c. Mengubur barang

bekas

d. Penggunaan abate

e. Memelihara ikan

pemakan jentik

Page 51: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

32

B. Definisi Operasional

Tabel 2Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Keberadaan

jentik Aedes

aegytpi

Penemuan jentik Aedes

aegypti dalam tempat

perindukan nyamuk dengan

metode visual.

Observasi

jentik

Lembar

observasi 1. Ada ( ditemukan

jentik Aedes

aegypti)

2. Tidak ada (tidak

ditemukan jentik

Aedes aegypti)

Ordinal

Tempat

Perindukan

Nyamuk

Tempat yang memungkinkan

air tergenang dan tidak

beralaskan tanah yang telah

tersedia di lingkungan

(alamiah) maupun buatan

manusia di sekitar rumah

responden

Observasi Lembar

observasi

1. Artificial

2. Natural

3. Artificial dan

Natural

4. Tidak ada Ordinal

Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Menguras

Tempat

Penampungan

Air

Kegiatan responden

membersihkan tempat

penampungan air seperti bak

mandi, ember, kolam dengan

menggunakan sikat dan

sabun minimal seminggu

sekali

Wawancara

Kuesioner

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Menutup Tempat

Penampungan

Air

Kegiatan responden menutup

rapat tempat penampungan

air

Wawancara

Kuesioner 1. Ya

2. tidak Ordinal

Mengubur

Barang Bekas

Kegiatan responden

mengubur barang-barang

yang tidak terpakai dan dapat

menampung air seperti ban

bekas dan kaleng.

Wawancara

Kuesioner

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Page 52: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

33

Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Penggunaan

abate

Kegiatan responden menabur

bubuk abate pada tempat

penampungan air sesuai

takaran dan aturan yakni

1sdm peres (yang diratakan

diatasnya) untuk 100 liter air

setiap 2 bulan.

Wawancara

Kuesioner

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Memelihara ikan

pemakan jentik

Kegiatan responden

memelihara ikan pemakan

jentik (ikan kepala timah,

ikan guvi, ikan

cupang/tempalo, ikan nila) di

tempat penampungan air.

Wawancara

Kuesioner

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Page 53: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

34

C. Hipotesis

1. Ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentikAedes

aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

2. Ada hubunganmenguras tempat penampungan air dengan keberadaan

jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

3. Ada hubunganmenutup tempat penampungan air dengan keberadaan

jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

4. Ada hubungan mengubur barang bekas dengan keberadaan jentikAedes

aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

5. Ada hubunganpenggunaan abate dengan keberadaan jentikAedes aegypti

di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

6. Ada hubunganmemelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

Page 54: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan, penelitian ini merupakan adalah observasional

(survei) analitik yakni penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi

variabel-variabel serta melakukan analisa hubungan antar variabel-variabel

penelitian dengan menguji hipotesis yang dirumuskan (Murti,

1997).Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional

dimana variabel dependen dan independen dalam penelitian ini akan

diteliti dalam waktu yang bersamaan. Adapun variabel dependen dalam

penelitian ini yakni keberadaan jentik Aedes aegypti. Sedangkan variabel

independen pada penelitian ini yakni tempat perindukan nyamuk serta

menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air,

mengubur barang bekas, penggunaan abate, memelihara ikan pemakan

jentik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Benda Baru Kecamatan

Pamulang Tangerang Selatan. Adapun Kelurahan Benda Baru

mencakup 24 RW dengan 165 RT.

Page 55: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

36

2. Waktu penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan pada Agustus -Oktober 2015

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah tangga (KK)

yang berada di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 yakni sebanyak

8330 rumah tangga yang terbagi dalam 24 RW dan 165 RT.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian yakni sebagian dari anggota rumah tangga di

Kelurahan Benda Baru .

Adapun besar sampel dihitung dengan rumus perbedaan antara dua

proporsi sebagai berikut (Bachtiar dkk, 2000) :

*

√[ ( )] √, ( ) ( )- +

( )

Keterangan :

n : Besar Sampel

: Derajat kemaknaan, α sebesar 5% = 1,96

: Kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 5% = 1,64

: Proporsi kejadian pada variabel perilaku PSN yang baik

terhadap keberadaan larva Aedes aegypti sebesar 0,245 dari

penelitian terdahulu ( Sari dan Darnoto, 2012)

: Proporsi kejadian pada variabel perilaku PSN yang buruk

Page 56: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

37

terhadap keberadaan larva Aedes aegypti sebesar 0,468 dari

penelitian terdahulu ( Sari dan Darnoto, 2012)

: Rata-rata Proporsi (( )

= 0,3565)

Perhitungan :

*

√[ ( )] √, ( ) ( )- +

( )

* √, ( )- √, ( ) ( )- +

( )

sampel

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 116

sampel. Namun untuk menghindari terjadinya sampel drop out atau kurang

maka peneliti menambahkan 10% dari sampel minimal yakni 11,6 sampel.

Jadi total sampel penelitian adalah 128 sampel.

D. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan yakni Stratified

Random Sampling. Kelurahan Benda Baru memiliki 24 Rukun Warga

(RW) dengan jumlah 8330 Kepala Keluarga (KK). Tahap pertama

dilakukan pengelompokan unit berdasarkan kriteria RW dengan kasus

DBD positif (8 RW) dan RW dengan kasus DBD negatif (16 RW).

Kemudian dilakukan pengambilan unit RW secara proporsional, sehingga

didapatkan 6 RW ( RW 02, 03, 09, 11, 14, 18). Selanjutnya, KKdiberi

nomor urut sebagai kerangka sampel. Jika dalam satu rumah memiliki 2

Page 57: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

38

KK maka hanya akan diambil 1 KK yang mewakili 1 rumah. Sampel

diambil dari setiap RW di Kelurahan Benda Baru yang terpilih. Namun,

dihitung secara proporsional dengan mempertimbangkan jumlah KK per

RW. Berikut merupakan hasil perhitungan jumlah sampel per RW yang

akan diambil.

Tabel 3 Jumlah Sampel per RW Yang Akan Diambil

RW Jumlah Rumah Tangga (KK) Jumlah sampel

02 376 15

03 863 35

09 894 37

11 362 14

14 471 18

18 237 9

TOTAL 3199 128

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari responden

dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk variabel perilaku

menguras tempat penampungan air, perilaku menutup tempat

penampungan air, perilaku mengubur barang bekas, perilaku

penggunaan abate, perilaku pemeliharaan ikan pemkan jentik dan

Page 58: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

39

observasi menggunakan lembar observasi untuk variabel keberadaan

jentik Aedes aegypti dan tempat perindukan nyamuk .

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini mencakup data Kelurahan Benda

baru terkait jumlah rumah tangga di Kelurahan Benda baru. Selain itu

data sekunder diperoleh dari profil kesehatan Dinas Kesehatan

Tangerang Selatan tahun 2013 terkait jumlah kasus demam berdarah

dengue (DBD) dan data Angka Bebas Jentik (ABJ). Serta data kasus

demam berdarah dengue (DBD) dari Puskesmas Benda Baru pada

profil kesehatan Puskesmas Benda Baru 2014 dan laporan bulanan

Puskesmas Benda Baru tahun 2015.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pada variabel keberadaan jentik Aedes aegypti, tempat

perindukan nyamuk yakni lembar observasi. Lembar observasi diperlukan

sebagai panduan dalam pelaksanaan observasi baik terkait observasi jentik

maupun observasi tempat perindukan nyamuk. Alat pendukung lainnya

yang diperlukan dalam pengamatan jentik yakni senter.

Instrumen pada variabel perilaku menguras tempat penampungan

air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas,

penggunaan abate, dan pemeliharaan ikan pemakan jentik yakni kuesioner.

Page 59: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

40

G. Metode Pengolahan Data

Untuk pengolahan data dilakukan secra statistik menggunakan

perangkat komputer dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing, merupakan kegiatan pengecekan daftar isian apakah data

sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten dengan daftar isian

yang diinginkan.

2. Coding, merupakan kegiatan memberikan kode pada setiap variabel

dependen dan independen sehingga memudahkan dalam

memasukkan data serta menganalisis data

3. Processing, merupakan kegiatan pemasukan data ke dalam

program komputer.

4. Cleaning, merupakan kegiatan pembersihan data atau pengecekan

kembali data yang sudah diamsukkan. Hal ini dilakukan untuk

menghindari kesalahan yang mungkin terjadi pada saat data

dimasukkan ke program komputer.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memberikan informasi yang baik

setelah data variabel independen dan dependen dikumpulkan. Adapun

analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis ini untuk mengetahui distribusi variabel dependen yakni

keberadaan jentikAedes aegypti. Selain itu, analisis univariat juga

bertujuan untuk mengetahui distribusi variabel independen pada

Page 60: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

41

penelitian ini yakni tempat perindukan nyamuk serta perilaku

menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan

air, mengubur barang bekas, penggunaan abate, dan memelihara ikan

pemakan jentik

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen yaitu tempat perindukan nyamuk , serta menguras tempat

penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur

barang bekas, penggunaan abate, dan memelihara ikan pemakan

jentikdengan variabel dependen yakni keberadaan jentik Aedes

aegypti. Analisis data dilakukan dengan Chi square. Hal ini karena

karena variabel yang diteliti berskala kategorik dan menggunakan

lebih dari dua kelompok sampel tidak berpasangan (Dahlan S, 2006).

Jika pvalue ≤0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan dependen. Sedangkan, jika pvalue ≥0,05 berarti

tidak ada hubungana yang bermakna variabel independen dengan

dependen.

Ukuran kekuatan hubungan yang digunakan dalam analisis adalah

Prevalence Ratio (PR), yaitu risiko pada penelitian prevalensi. Nilai

PR menunjukkan tingkat kemungkinan risiko masing-masing variabel

independen yang diteliti terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.

Jika PR > 1 menunjukkan bahwa faktor pajanan meningkat/

memperbesar keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain itu, Jika PR = 1

Page 61: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

42

berarti tidak terdapat asosiasi antara pajanan dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti. Sedangkan, Jika PR < 1 menunjukkan bahwa pajanan

akan mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegypti.

Page 62: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

43

BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Benda Baru adalah salah satu kelurahan di Kecamatan

Pamulang yang berlokasi di Jalan H. Rean No. 17, Benda Baru, Pamulang –

Tangerang Selatan, Banten. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang Nomor 3 tahun 2005, Desa Benda Baru akhirnya berubah status

dari desa menjadi kelurahan yaitu pada tahun 2005 bersama dengan 76 desa

lainnya di Kabupaten Tangerang. Adapun batas wilayah Kelurahan Benda

Baru sebagai berikut (Perda Kab. Tangerang No 3 Tahun 2005):

1. Sebelah Utara : Kelurahan Serua ( Kec. Ciputat)

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Pondok Benda

3. Sebelah Barat : Kelurahan Pondok Benda

4. Sebelah Timur :Kelurahan Pamulang Barat

Gambar 5. Kelurahan Benda Baru

Page 63: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

44

Luas wilayah Kelurahan Benda Baru yakni 288 Ha. Kelurahan Benda

Baru memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 9054 KK dengan

jumlah penduduk sebanyak 44693 jiwa. Kelurahan Benda Baru juga memiliki

168 Rukun Tetangga (RT) dan 24 Rukun Warga (RW) (Kelurahan Benda

Baru, 2014).

Penelitian dilaksanakan pada 6 RW di Kelurahan Benda Baru yakni

RW 02, 03, 09, 11, 14, dan 18. Masing-masing RW cenderung memiliki

karakteristik banyak memiliki lahan pekarangan. Atas dasar ini, maka perlu

diwaspadai karena kondisi tanaman pekarangan terutama yang memiliki

pelepah dan yang cenderung lembab dan gelap merupakan tempat yang

sangat disukai Aedes untuk beristirahat. Pada RW 02 terdapat tempat

pembuangan akhir terbuka limbah rumah tangga. Keberadaan sampah padat

yang dapat menampung air seperti kaleng bekas dan botol bekas mempunyai

resiko yang cukup tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

RW 14 berdekatan dengan pasar tradisional. Pasar merupakan salah satu

fasilitas yang banyakdikunjungi masyarakat, karena itudimungkinkan

terjadinya interaksi manusiayang kemungkinan diantaranya terdapatpenderita

carrier yang membawavirus dengue.

B. Analisis Univariat

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti

Hasil penelitian mengenai keberadaan jentik Aedes aegypti pada

rumah responden di Kelurahan Benda Baru yang dilakukan melalui

Page 64: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

45

kegiatan observasi dengan menggunakan metode visual adalah sebagai

berikut.

Tabel 4

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti N %

HI

(%)

CI

(%)

BI

(%)

ABJ

(%)

Ada 27 21,1

21,09 5,87 23,43 78,9 Tidak Ada 101 78,9

Total 128 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa jumlah rumah responden

yang tidak ditemukan jentik Aedes aegyptilebih banyak (78,9%) daripada

rumah yang ditemukan jentik. Angka Bebas Jentik di Kelurahan Benda

Baru yang didapatkan yakni sebesar 78,9 %. House Index di Kelurahan

Benda Baru adalah 21,09 % dengan Container Index sebesar 5,87%.

2. Tempat Perindukan Nyamuk

Hasil penelitian mengenai tempat perindukan nyamuk pada rumah

responden di Kelurahan Benda Baru yang dilakukan melalui kegiatan

observasi adalah sebagai berikut.

Tabel 5

Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Tempat Perindukan Nyamuk N %

Artificial 112 87,5

Natural 0 0

Artificial dan Natural 16 12,5

Tidak Ada 0 0

Total 128 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa paling banyak rumah

responden memiliki tempat perindukan artificial (87,5 %) seperti bak

Page 65: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

46

mandi, ember, dispenser, kulkas, botol/kaleng bekas, ban bekas dan

kolam/akuarium.

Tabel 6

Distribusi Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Berdasarkan Keberadaan Jentik

Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Keberadaan Jentik TOTAL

Ada Tidak Ada

N % N % N %

Artificial 100

a. Bak Mandi 13 10,92 106 89,08 199 100

b. Ember 5 4 120 96 125 100

c. Dispenser 12 57,14 9 42,86 21 100

d. Vas Bunga 0 0 12 100 12 100

e. Botol/Kaleng Bekas 0 0 24 100 24 100

f. Ban Bekas 0 0 11 100 11 100

g. Kolam/Akuarium 0 0 17 100 17 100

Total 30 9,12 299 90,88 329 100

Natural

a. Tempurung Kelapa 0 0 3 100 3 100

b. Pelepah Daun 0 0 13 100 13 100

Total 0 0 16 100 16 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tempat perindukan nyamuk

artificial yang paling banyak dimiliki responden adalah bak mandi. Akan

tetapi, jenis tempat perindukan artificial yang paling banyak ditemukan

jentik adalah dispenser (57,14%).

3. Menguras Tempat Penampungan Air

Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam menguras

tempat penampungan air di Kelurahan Benda Baru dengan frekuensi satu

kali dalam seminggu dan menggunakan sikat serta sabun adalah sebagai

sebagai berikut.

Page 66: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

47

Tabel 7

Distribusi Perilaku Responden dalam Menguras Tempat Penampungan Air di

Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menguras Tempat Penampungan

Air N %

Ya 67 52,3

Tidak 61 47,7

Total 128 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang menguras

tempat penampungan air lebih banyak (52,3%) dibandingkan dengan

responden yang tidak menguras tempat penampungan air.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi dan Cara Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan

Keberadaan Jentik Aedes aegyptidi Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Variabel Keberadaan Jentik TOTAL

Ada Tidak Ada

N % N % N %

Frekuensi Menguras

Seminggu Sekali 6 42,9 70 85,4 76 79,2

>1 Minggu 8 57,1 12 14,6 20 20,8

Total 14 100 82 100 96 100

Cara Menguras

Benar (sikat dan sabun) 6 42,9 69 84,1 75 78,1

Salah 8 57,1 13 15,9 21 21,9

Total 14 100 82 100 96 100

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa ditemukan jentik pada

responden yang menguras > 1 minggu (57,1%) dan cara menguras tempat

penampungan air yang salah yakni tidak menggunakan sikat dan sabun

(57,1 %).

Page 67: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

48

4. Menutup Tempat Penampungan Air

Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam kegiatan

menutup tempat penampungan air dengan rapat di Kelurahan Benda Baru

adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 9

Distribusi Perilaku Responden dalam Menutup Tempat Penampungan Air di

Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menutup Tempat Penampungan Air N %

Ya 81 63,3

Tidak 47 36,7

Total 128 100

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa responden menutup tempat

penampungan air dengan rapat lebih banyak yakni 81 orang (63,3%).

5. Mengubur Barang Bekas

Hasil penelitian perilaku responden dalam kegiatan mengubur

barang-barang yang tidak terpakai dan dapat menampung air di Kelurahan

Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 10

Distribusi Perilaku Responden dalam Mengubur Barang Bekas di Kelurahan Benda

Baru Tahun 2015

Mengubur Barang Bekas N %

Ya 10 7,8

Tidak 118 92,2

Total 128 100

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa mayoritas responden tidak

mengubur barang bekas yakni 118 orang (92,2%) .

Page 68: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

49

Tabel 11

Distribusi Jenis Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Jenis Barang Bekas N %

Botol/kaleng Bekas 19 63,33

Ban Bekas 11 36,67

Total 30 100

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa mayoritas jenis barang

bekas yang dimiliki responden di Kelurahan Benda Baru yakni

botol/kaleng bekas (63,33%).

6. Penggunaan Abate

Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam menabur

bubuk abate pada tempat penampungan air sesuai takaran dan aturan yakni

1sdm peres (yang diratakan diatasnya) untuk 100 liter air setiap 2 bulandi

Kelurahan Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 12

Distribusi Perilaku Responden dalam Penggunaan abate di Kelurahan Benda Baru

Tahun 2015

Penggunaan abate N %

Ya 42 32,8

Tidak 86 67,2

Total 128 100

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa responden tidak

menaburabate paling banyak yakni 86 orang (67,2%) .

Page 69: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

50

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Dan Takaran Penggunaan Abate Berdasarkan Keberadaan

Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Variabel Keberadaan Jentik TOTAL

Ada Tidak Ada

N % N % N %

Frekuensi Penggunaan Abate

2 bulan sekali 2 40 18 62,1 20 58,8

>2bulan sekali 3 60 11 37,9 14 41,2

Total 5 100 29 100 34 100

Takaran Penggunaan Abate

Sesuai Takaran (1sdm ratakan untuk 100 lt) 6 42,9 69 84,1 75 78,1

Tidak Sesuai Takaran 8 57,1 13 15,9 21 21,9

Total 14 100 82 100 96 100

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa ditemukan jentik paling

banyak pada responden dengan frekuensi penggunaan abate > 2 bulan

sekali (60%) serta responden yang menggunakan abate tidak sesuai

takaran (57,1%).

7. Memelihara Ikan Pemakan Jentik

Hasil penelitian perilaku responden dalam memelihara ikan

pemakan jentik seperti ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan guvi

(Poecilia reticulata), ikan cupang/tempalo (Betta fusca) dan ikan nila

(Oreochromis niloticus) di tempat penampungan air di Kelurahan Benda

Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 14

Distribusi Perilaku Responden dalam Memelihara Ikan Pemakan Jentik di

Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Memelihara Ikan Pemakan Jentik N %

Ya 14 10,9

Tidak 114 89,1

Total 128 100

Page 70: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

51

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa responden tidak memelihara

ikan pemakan jentik paling banyak yakni 114 orang (89,1%) .

Tabel15

Distribusi Jenis Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Jenis Ikan Pemakan Jentik N %

Ikan Kepala Hitam (Aplocheilus panchax) 2 14,29

Ikan Guvi (Poecilia reticulata) 4 28,57

Ikan Cupang (Betta fusca) 2 14,29

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 6 42,86

Total 14 100

Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa responden paling banyak

memelihara ikan pemakan jentik jenis ikan nila (42,86%).

C. Analisis Bivariat

1. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat

Perindukan Nyamuk

Hasil penelitian mengenai hubungan antara tempat perindukan

nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru

Tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 12

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat Perindukan

Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Tempat

Perindukan

Nyamuk

Keberadaan Jentik Aedes

aegypti Total Pvalue

PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Artificial 24 88,9 88 87,1 112 87,5

1,000

1,143

Artificial

dan Natural 3 11,1 13 12,9 16 12,5

(0,388-3,365)

Page 71: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

52

Berdasakan tabel 12 diketahui bahwa responden paling banyak

memiliki tempat perindukan nyamuk artificial dan ditemukan jentik Aedes

aegypti ada 24 orang (88,9%) dimana pada tabel 6 diketahui paling banyak

ditemukan jentik Aedes aegypti pada dispenser responden (57,14%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 1,000 artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,143 ( CI 95% 0,388-

3,365), hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara

variabel tempat perindukan nyamuk terhadap keberadaan jentik Aedes

aegypti.

2. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Menguras Tempat Penampungan Air

Hasil penelitian mengenai hubungan antara menguras tempat

penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan

Benda Baru tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 13

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menguras

Tempat Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menguras

Tempat

Penampungan

Air

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total Pvalue

PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 24 88,9 37 36,6 61 47,7

0,000

0,114

(0,036-0,359) Ya 3 11,1 64 63,4 67 52,3

Page 72: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

53

Berdasakan tabel 13 diketahui bahwa responden yang tidak

menguras tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes aegypti ada

24 orang (88,9%). Sedangkan responden yang menguras tempat

penampungan air dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 3 orang (11,1%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 artinya

pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang bermakna antara

menguras tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,114 (0,036-0,359), hal ini

berarti bahwa responden yang menguras tempat penampungan air akan

mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegyptirumahnya

dibandingkan dengan responden yang tidak menguras tempat

penampungan air.

3. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Menutup Tempat Penampungan Air

Hasil penelitian mengenai hubungan antara menutup tempat

penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan

Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.

Page 73: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

54

Tabel 14

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menutup Tempat

Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menutup Tempat

Penampungan Air

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total Pvalue

PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 19 70,4 28 27,7 47 36,7

0,000

0,244

(0,116-0,514) Ya 8 29,6 73 72,3 81 63,3

Berdasakan tabel 14 diketahui bahwa responden yang tidak

menutup tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes aegypti ada

19 orang (70,4%). Sedangkan responden yang menutup tempat

penampungan air dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 artinya

pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang bermakna antara

menutup tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,244 (CI 95% 0,116-0,514),

hal ini berarti bahwa responden yang menutup tempat penampungan air

akan mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegyptidi rumahnya

dibandingkan dengan responden yang tidak menutup tempat penampungan

air.

Page 74: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

55

4. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Mengubur Barang Bekas

Hasil penelitian mengenai hubungan antara mengubur barang

bekas dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru

Tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 15

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Mengubur

Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Mengubur Barang

Bekas

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total Pvalue

PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 24 88,9 94 118 118 92,2 0,439

1,475

(0,536-4,057) Ya 3 11,1 7 6,9 10 7,8

Berdasakan tabel 15 diketahui bahwa responden yang tidak

mengubur barang bekas dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 24 orang

(88,9%). Sedangkan responden mengubur barang bekas dan ditemukan

jentik Aedes aegyptiada 3 orang (11,1%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,439 artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.

Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,475 (CI 95% 0,536-4,057), hal ini

berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel

mengubur barang bekas terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.

Page 75: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

56

5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Penggunaan Abate

Hasil penelitian mengenai hubungan antara penggunaan abate

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun

2015 sebagai berikut.

Tabel 16

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Penggunaan

Abate di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Penggunaan Abate

Keberadaan Jentik Aedes

aegypti Total Pvalue

PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 19 70,4 67 66,3 86 67,2 0,819

0,862

(0,412-1,805) Ya 8 29,6 34 33,7 42 32,8

Berdasakan tabel 16 diketahui bahwa responden yang tidak

menggunakan bubuk abate dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 19 orang

(70,4%). Sedangkan responden yang menggunakan bubuk abate dan

ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,819artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara penggunaan abate dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain

itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,862 (0,412-1,805), hal ini berarti tidak

terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel penggunaan

abateterhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.

Page 76: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

57

6. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku

Memelihara Ikan Pemakan Jentik

Hasil penelitian mengenai hubungan antara memelihara ikan

pemakan jentik dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan

Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 17

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Memelihara Ikan

Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Memelihara Ikan

Pemakan Jentik

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total Pvalue

PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 23 85,2 91 90,1, 114 89,1 0,492

1,416

(0,573-3,501) Ya 4 14,8 10 9,9 14 10,9

Berdasakan tabel 17 diketahui bahwa responden yang tidak

memelihara ikan pemakan jentik dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 23

orang (85,2%). Sedangkan responden yang memelihara ikan pemakan

jentik dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 4 orang (14,8%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,492 artinya

pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara memelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,416 (0,573-3,501), hal ini

berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel

memelihara ikan pemakan jentik terhadap keberadaan jentik Aedes

aegypti.

Page 77: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

58

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian terdapat kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian, yakni waktu penelitian dilakukan pada saat musim

kemarau (kering) yakni bulan september sehingga mempengaruhi beberapa

variabel seperti keberadaan tempat perindukan nyamuk dan keberadaan jentik

Aedes aegypti.

B. Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Berdasarkan Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2011 tentang

pengendalian vektor, diketahui bahwa vektor adalah arthropoda yang dapat

menularkan, memindahkan dan atau menjadi sumber penular penyakit

terhadap manusia. Aedes aegypti merupakan vektor penular penyakit DBD.

Keberadaan jentik di suatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi

nyamukAedes aegyptidi daerah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dari 128 rumah yang

diperiksa terdapat 27 rumah responden (21,1%) yang ditemukan jentik.

Keberadaan jentik Aedes aegypti ditemukan paling banyak di tempat

perindukan nyamuk artificialyakni dispenser. Keberadaan jentik Aedes

aegyptidipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor

perilaku masyarakat terkait pemberantasan sarang nyamuk (Suyasa dkk,

2007). Faktor lainnya yang mempengaruhi keberadaan jentik yakni musim.

Page 78: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

59

Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana

terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang

biaknya nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro dan Satari, 2002). Hal ini yang

mungkin menyebabkan jentik tidak banyak ditemukan, karena penelitian

dilakukan pada musim kemarau (kering) yakni bulan september.

Keberadaan jentik di suatu wilayah dapat diketahui dengan indikator

AngkaBebas Jentik (ABJ). Data ABJ di wilayah Kerja Puskesmas Benda

Baru pada tahun 2014 melebihi target (≥95%) yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan Indonesia yakni 99%. Akan tetapi, berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa ABJ di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 belum

mencapai target, yakni 78,9 %. Rendahnya ABJ mengindikasikan bahwa

kepadatan jentik masih tinggi (Depkes RI, 2005). Dengan demikian,

memungkinkan banyak peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi dkk,

2005).ABJ yang tidak mencapai target merupakan indikator ketidakberhasilan

program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)(Brahim dan Hasnawati,

2010). Hal ini dimungkinkan karena masyarakat kurang melaksanakan PSN

dengan baik dan rutin. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan kesadaran

masyarakat dalam memberantas sarang nyamuk di rumah serta koordinasi

antara masyarakat, kader juru pemantau jentik dan puskesmas dalam

pengecekan jentik nyamuk Aedes aegypti secara rutin agar dapat memutus

rantai perkembangbiakan nyamuk.

Page 79: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

60

C. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Tempat perindukan

Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Aedes aegypti memiliki ciri berkembang biak di air yang bersih. Dalam

siklus nya, Aedes aegypti akan menaruh telurnya di dinding tempat

perindukannya. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat

penampungan air yang bersih yang tidak bersinggungan dengan tanah atau

langsung terkena sinar matahari (Hasyimi, 2004).

Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di

mana terdapatbanyak genangan air bersih dalam bak mandi. Kelurahan Benda

Baru merupakan wilayah permukiman yang cukup padat sehinggahasil

observasi menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki tempat

perindukan nyamuk. Sebagian besar responden (87,5%) memiliki tempat

perindukan nyamuk jenis artificial yakni sebanyak 112 rumah responden.

Tempat perindukan nyamuk artificial yang paling banyak ditemukan yakni

bak mandi (40,2%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

Ridha dkk (2013) serta Zubaedah dkk (2014), dimana diketahui bahwa bak

mandi menjadi tempat penampungan air yang paling banyak.

Berdasarkan analisa tabel silang menunjukkan bahwa dispenser

merupakan tempat perindukan yang banyak ditemukan jentik Aedes aegypti.

Tempat perindukan yang bervolume kecil seperti dispenser dapat menjadi

tempat potensial jentik Aedes aegypti untuk berkembang biak. Hal ini

disebabkan karena masyarakat jarang membuang dan menguras air yang

tertampung di dispenser.

Page 80: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

61

Hasil uji univariat menunjukkan bahwa terdapat 16 rumah responden

(12,5%) memiliki tempat perindukan nyamuk artificial dan natural.

Ketersediaan tempat perindukan nyamuk natural lebih sedikit dibandingkan

dengan artificial karena pelaksanaan penelitian dilakukan di musim kemarau

sehingga tempat perindukan nyamuk jenis natural tidak banyak ditemukan.

Akan tetapi, karakteristik wilayah Kelurahan Benda Baru banyak memiliki

lahan pekarangan di rumah sehingga memiliki kecendrungan yang besar

untuk menjadi tempat perindukan nyamuk jenis natural seperti pelepah daun

dan tempurung kelapapada musim penghujan. Penyebaran populasi Aedes

aegyptidipengaruhi oleh faktor musim, peningkatanbiasanya terjadi pada saat

musim hujan, karena jentik membutuhkan air yang cukup untuk

perkembangannya (Safar R, 2010).Ketersediaan tempat perindukan nyamuk

baik artificial maupun natural sangat berperan dalam keberadaan vektor

DBD, karena semakin banyak tempat perindukan maka akan semakin padat

populasi vektor DBD (Sari dan Darnoto, 2012).

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti. Diketahui bahwa paling banyak ditemukan jentik Aedes aegypti pada

tempat perindukan nyamuk artificial responden (88,9%) khususnya pada

dispenser (57,14%). Hasil ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh

Nugroho (2009) yang menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara tempat

perindukannyamuk dengan keberadaan jentikAedes aegypti. Akan tetapi,

penelitian ini tidak sejalan dengan Santi dkk (2015) ada hubungan antara

tempat penampungan air dengan keberadaan jentik aedes aegypti di RW II

Page 81: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

62

Kelurahan Sukorejo.Hal ini karena ditemukan tempat perindukan pada semua

responden, sehingga dalam proses analisis tidak menunjukkan adanya

hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes

aegypti. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat mengurangi tempat

penampungan air baik natural seperti pelepah daun dan tempurung kelapa

maupun artificialkhususnya tampungan air di dispenser yang dapat menjadi

tempat potensial perindukan nyamuk Aedes aegypti.

D. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menguras

Tempat Penampungan Air

Menguras tempat penampungan air merupakan salah satu cara fisik

dalam pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan

ini perlu dilakukan minimal seminggu sekali agar nyamuk tidak

berkembang biak (Depkes RI, 2013). Pengurasan dilakukan dengan cara

menyikat dinding tempat penampungan air dan menggunakan sabun agar

bersih dari telur Aedes aegypti.

Berdasarkan hasil uji univariat diketahui bahwa masyarakat yang

melakukan kegiatan pengurasan tempat penampungan air lebih banyak

yakni 67 responden (52,3%). Akan tetapi, masyarakat yang tidak

melakukan pengurasan pun masih terbilang banyak yakni 61 responden

(47,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nomitasari

dkk (2012) yang menunjukkan bahwa lebih banyak masyakarat yangtelah

Page 82: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

63

melakukan praktik menguras tempat penampungan air dengan baik

(64,4%). Namun pada penelitian Jaya dkk (2013) diketahui bahwa

responden yang menguras tempat penampungan air sama jumlahnya

dengan responden yang tidak menguras tempat tempat penampungan

air(50.0%).

Berdasarkan hasil analisa tabel silang, responden yang tidak

menguras tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes

aegypti(88,9%) lebih banyak dibandingkan responden yang tidak

menguras tempat penampungan air dan tidak ditemukan jentik Aedes

aegypti(36,6%).Secara rinci diketahui bahwa ditemukan jentik pada

responden yang menguras > 1 minggu (57,1%) dan cara menguras

tempat penampungan air yang salah yakni tidak menggunakan sikat dan

sabun (57,1 %). Berdasarkan uji Chi Square diketahui bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara menguras tempat penampungan air

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Hasil penelitian tersebut

didukungdengan penelitian sebelumnyayakni Lintang, dkk (2010) yang

dilakukan di Kota Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara menguras tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan

jentik Aedes aegypti. Meskipun demikian, hasil penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarief (2008) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara menguras tempat

penampungan air dalam rumah dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.

Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa responden tidak

melakukan kegiatan pengurasan karena tempat penampungan air

Page 83: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

64

memiliki ukuran yang kecil dimana air yang ditampung digunakan untuk

keperluan sehari-hari sehingga air sering diganti setiap hari.

Perkembangbiakan telur nyamuk memerlukan waktu 1-2 hari untuk

menjadi jentik (Depkes RI, 2005). Dengan penggunaan tempat

penampungan air yang kecil atau secara terus menerus setiap hari maka

menyebabkan tidak ditemukan jentik pada tempat penampungan air yang

tidak dikuras.

Kegiatan menguras tempat penampungan air dengan cara menyikat

menggunakan sabun dinding tempat penampungan air dimaksudkan

untuk menghilangkan telur-telur nyamuk yang menempel pada dinding

tempat penampungan air (Depkes RI, 2004b).Seperti yang diketahui

bahwa, telur yang masih menempel tersebut akan berkembang menjadi

jentik dan nyamuk dewasa. Perkembangbiakan tersebut memerlukan

asupan makanan bagi jentik.

Mikroorganisme merupakan sumber makanan bagi jentik.

Mikroorganisme yang menjadi makanan jentik tumbuh pada dinding

tempat penampungan air (Hadi dkk, 2006). Dengan berkurangnya

sumber makanan bagi jentik peluang jentik untuk mempertahankan

hidupnya sangatlah kecil. Sehingga kegiatan menguras tempat

penampungan air dengan menyikat dinding tempat penampungan air

dengan menggunakan sabun dapat memperkecil kesempatan telur

nyamuk untuk berkembang menjadi nyamuk dewasa. Selain itu,

Kebiasaan menguras tempat penampungan air lebih dari seminggu sekali

dapat memberikan kesempatan telur Aedes aegyptimenjadi nyamuk

Page 84: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

65

dewasa karena telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hidup dalam

waktu beberapa bulan dalam kondisi kering dan akan menetas setelah

terisi air kembali. Dengan demikian, masyarakat diharapkan untuk

menguras tempat penampungan air sehingga dapat menghambat

pertumbuhan telur menjadi nyamuk dewasa yang berkisar antara 7-14

hari.

2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menutup

Tempat Penampungan Air

Masyarakat memiliki kebiasaan menggunakan tempat

penampungan air jenis ember/drum dalam penyimpan air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari. JentikAedes aegypti ditemukan di tempat

penampungan air di rumah yang kurang memperhatikan kebersihannya.

Keberadaan tempat penampungan air tersebut merupakan potensi bagi

Aedes aegypti sebagai tempat untuk berkembangbiak. Hal ini menjadi

lebih buruk lagi dengan perilaku responden yang tidak menutup tempat-

tempat penampungan air. Menurut Hasyimi dkk (2009), ketersediaan

tempat penampungan air yang terbuka menyebabkan nyamuk bebas

masuk ke dalam penampungan air untuk berkembang biak.

Berdasarkan hasil uji univariat diketahui bahwa mayoritas

responden menutup tempat penampungan air dengan rapat yakni 81

orang (63,3%). Hal ini serupa dengan penelitian Jaya dkk (2013) yakni

sebanyak 75 rumah (75.0%) menutup rapat tempat penampungan air.

Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang

Page 85: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

66

memiliki jentik Aedes aegypti, lebih banyak responden yang tidak

menutup tempat penampungan air (70,4%) dibanding responden yang

menutup tempat penampungan air (29,6%).

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa tempat perindukan

nyamuk jenis artificial yang banyak ditemukan berupa bak mandi dan

ember. Dari observasi diketahui bahwa bak mandi merupakan tempat

penampungan air yang tidak memiliki penutup, sehingga responden tidak

melakukan kegiatan penutupan tempat penampungan air. Akan tetapi,

pada jenis ember yang merupakan tempat penampungan air dan

memiliki penutup. Beberapa responden tidak menutup dengan rapat

tempat penampungan air tersebut karena jenis ember dengan volume

kecil sehingga air selalu habis. Keberhasilan perkembangbiakan nyamuk

Aedes didukung oleh ukuran tempat penampungan air yang cukup besar

dan air yang berada didalammya cukup lama (Hasyimi, 2004). Dengan

demikian, ember tersebut tidak dapat menjadi tempat perkembangbiakan

bagi nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan untuk tempat perindukan jenis

natural tidak di lakukan kegiatan penutupan sehingga dapat menjadi

perkembangbiakan natural. Pelaksanaan penelitian yang tidak dilakukan

pada musim hujan menyebabkan Aedes aegypti tidak dapat

berkembangbiak pada tempat perindukan nyamuk natural. Hal ini

didukung dengan penelitian Yanti (2004) yang menyatakan bahwa

jumlah hari hujan yang sedikit dengan curah hujan tinggi tetapi waktunya

panjang akan menambah tempat perindukan nyamuk dan meningkatkan

populasi nyamuk.

Page 86: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

67

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara menutup tempat penampungan air dengan keberadaan

jentik Aedes aegypti. Penelitian ini didukung dengan penelitian Jaya dkk

(2013) bahwa menutup rapat tempat penampungan air berhubungan

dengan keberadaan larva Aedes aegyptidengan p=0.000. Penelitian yang

dilakukan oleh Badrah (2011) juga menyatakan bahwa ada hubungan

antara kondisi TPA dengan keberadaan jentik dengan p=0.000. Akan

tetapi, hal ini bertolak belakang dengan penelitian Benvie (2005) dan

Desniawati (2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

menutup tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes

aegypti.

Keberadaan penutup tempat penampungan air yang tidak rapat

lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur, dibandingkan

dengan tempat air yang terbuka. Karena masih terdapat celah akibat

penutup tempat penampungan air yangtidak dipasang secara baik dan

sering dibuka mengakibatkan ruang di dalamnya relatif lebih gelap

(Soedarmo, 2005). Oleh karena itu, dianjurkan untukselalu menutup

kembali tempat penampungan air setelah digunakan. Dengan demikian,

masyarakat dapat meminimalisir kesempatan nyamuk Aedes Aegypti

dalam peletakkan telur pada tempat penampungan air.

Page 87: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

68

3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Mengubur

Barang Bekas

Kegiatan mengubur barang bekas dilakukan merupakan salah satu

praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Kegiatan ini dilakukan

dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung

air dan menjadi tempat perkembangbiakan jentikAedes aegypti. Barang

bekas yang umumnya di temukan di rumah masyarakat yakni kaleng

bekas, ban bekas, botol bekas.

Berdasarkan hasil uji univariat tabel 11 menunjukkan

bahwamayoritas jenis barang bekas yang dimiliki responden di Kelurahan

Benda Baru yakni botol/kaleng bekas (63,33%). Selain itu, diketahui

bahwa mayoritas responden tidak mengubur barang bekas yakni sebanyak

118 orang (92,2%). Sedangkan hanya 10 orang lainnya (7,8%) yang

mengubur barang bekas. Hal ini dimungkinkan terjadi karena responden

tidak mempunyai cukup ruang dan kurangnya lahan yang digunakan untuk

mengubur barang-barang bekas serta masyarakat cenderung

mengumpulkan barang bekas kemudian di ambil oleh petugas kebersihan.

Selain itu, faktor musim kemarau saat pelaksanaan penelitian

mempengaruhi jumlah barang bekas yang menampung air sehingga tidak

terdapat barang bekas yang memungkinkan bagi nyamuk Aedes aegypti

untuk bertelur dan berkembangbiak. Hal ini didukung oleh Hadinegoro

dan Satari (2002) yang menyatakan bahwa musim hujan, menimbulkan

banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat

berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.

Page 88: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

69

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti. Terdapatresponden yang tidak mengubur barang bekas dan

memiliki jentik Aedes aegypti 24 orang (88,9%), sedangkan responden

yang menutup tempat penampungan air dan ditemukan jentik Aedes

aegyptiada 3 orang (11,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Anggara (2005) di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota

Makassar yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mengubur

barang-barang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti.Hasil serupa

ditunjukkan oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Surabaya.

Hasil Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Desniawati (2014), dimana terdapat hubungan yang bermakna antara

perilaku mengubur barang –barang bekas dengan keberadaan larva Aedes

aegypti, serta penelitian yang dilakukan oleh Nomitasari dkk (2012) yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,001) antara

praktik memusnahkan barang-barang bekas di kelurahan percontohan dan

kelurahan non percontohan. Hal tersebut dikarenakan kepadatan penduduk

yang tinggi sehingga tidak mempunyai cukup ruang untuk mengumpulkan

barang-barang bekas.

Ketersediaan barang bekas yang menampung air mengindikasikan

kepadatan nyamuk, sehingga dapat diprediksikan bahwa pada musim

penghujan keberadaan sampah padat mempunyai resiko yang cukup besar

sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Dengan demikian

masyarakat diharapkan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk,

Page 89: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

70

dalam hal ini barang bekas seperti botol/kaleng bekas serta ban bekas

dengan menangani sampah padat melalui teknik yang efektif dan ramah

lingkungan seperti mengubur atau dengan prinsip 3R (reduce, reuse,

recovery).

4. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Penggunaan

Abate

Kegiatan menabur bubuk abate merupakan salah satu cara

memberantas jentik Aedes aegypti dengan teknik kimia yakni

menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida). Kegiatan ini

sebaiknya dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan dosis 10 gram untuk

setiap 100 liter air (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan hasil uji univariat diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak menaburabate yakni 86 orang (67,2%). Hal ini

dimungkinkan karena abate tidak diberikan secara merata ke seluruh

masyarakat. Selain itu, Berdasarkan tabel 13 terdapat responden yang

memiliki abate namun tidak menabur bubuk abate yang sesuai aturan

yakni paling banyak responden yang menggunakan abate dengan frekuensi

> 2 bulan sekali (60%) serta responden yang menggunakan abate tidak

sesuai takaran (57,1%). Serta responden masih merasa tidak aman untuk

menggunakan bubuk abate karena akan menyebabkan air dalam tempat

penampungannya akan menjadi keruh, serta masih ada ketakutan jika

bubuk abate dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan.

Page 90: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

71

Hasil uji statistik penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara penggunaan abate dengan keberadaan

jentik Aedes aegypti. Berdasarkan hasil tabel silang diketahui bahwa

terdapat 19 orang responden (70,4%) yang tidak menabur bubuk abate dan

memiliki jentik Aedes aegypti. Sedangkan responden yang menabur bubuk

abate dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%). Hal ini

sejalan dengan penelitian Yunita dan Soedjajadi (2007) menyatakan

bahwa risiko keberadaan jentik Aedes aegypti pada rumah yang tidak

diberi abate pada tempat penampungan airnya adalah sebesar 9,13 kali

dibandingkan dengan rumah yang diberi abate pada tempat penmapungan

airnya terhadap kejadian DBD.

Oleh karena itu, untuk memutus rantai siklus hidup Aedes aegypti,

maka perlu adanya upaya untuk memberikan informasi yang benar

mengenai bubuk abate dan cara penggunaannya. Selain informasi dan

pengetahuan yang diberikan dari pihak puskesmas, adanya pembagian

rutin bubuk abate setiap bulannya juga menjadi salah satu solusi untuk

menciptakan koordinasi antara masyarakat dengan pihak Puskesmas.

5. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Memelihara

Ikan Pemakan Jentik

Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit

DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

aegypti sebagai vektor utama. Salah satu cara pemberantasan secara

Page 91: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

72

biologi yakni memelihara ikan pemakan jentik pada tempat

penampungan air. Adapun contoh ikan pemakan jentik yakni ikan kepala

timah (Aplocheilus panchax), ikan guvi (Poecilia reticulata), ikan

cupang/tempalo (Betta fusca) dan ikan nila (Oreochromis niloticus)

dalam bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai

predator bagi jentik dan pupa (Sucipto, 2011).

Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak memelihara ikan pemakan jentik yakni sebanyak 114

orang (89,1%). Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara memelihara ikan pemakan jentik dengan

keberadaan jentik Aedes aegypti. Terdapat responden yang tidak

memelihara ikan pemakan jentik dan memiliki jentik Aedes aegypti 23

orang (85,2%). Sedangkan responden yang memelihara ikan pemakan

jentik dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 4 orang (14,8%). Adapun

jenis ikan pemakan jentik yang paling banyak dipelihara responden

adalah ikan nila (42,86%).Hal ini sejalan dengan penelitian Jaya dkk

(2013) dimana tidak ada hubungan antara ikan pemakan jentik / predator

dengan keberadaan larva Aedes aegypti.

Penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005) menunjukkan

hasil yang berbeda yakni terdapat hubungan bermakna antara predator

dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Menurut Sofiana (2013) terdapat

perbedaan kemampuan dalam memangsa larva Aedes aegypti di

masyarakat oleh ketiga ikan (ikan Nila, ikan Mas, dan ikan Cetul). Hal ini

didukung oleh Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada

Page 92: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

73

hubungan predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan DBD.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang

memberantas jentik dengan memelihara ikan pemakan jentik. Hal tersebut

dimungkinkan karena beberapa responden masih adanya anggapan bahwa

kotoran ikan dapat mencemari air yang membuat air berbau amis. Oleh

karena itu, pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya memelihara ikan pemakan jentik dengan

penyuluhan.

Page 93: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

74

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait keberadaan jentik Aedes

aegypti berdasarkan tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan

sarang nyamuk di Kelurahan Benda baru, didapatkan simpulan sebagai

berikut :

1. Kelurahan Benda Baru merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan

Pamulang yang cenderung memiliki lahan pekarangan dan memiliki

tempat pembuangan akhir terbuka yang dapat berpotensi menjadi tempat

perindukan nyamuk Aedes aegypti.

2. Keberadaan jentik Aedes aegyptidi Kelurahan Benda Baru tahun 2015

yakni 27 rumah (21,1%) khususnya paling banyak ditemukan pada

dispenser (57,14%). Namun, nilai ABJ yang didapat sebesar 78,9% belum

mencapai target dari Depkes RI.

3. Terdapat tempat perindukan nyamuk pada setiap rumah responden di

Kelurahan Benda Baru tahun 2015. Mayoritas jenis tempat perindukan

nyamuk yang dimiliki yakni artificial (87,5 %).

4. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru

tahun 2015 meliputi menguras tempat penampungan air sebanyak 67

responden (52,3%), menutup tempat penampungan air dengan rapat

yakni 81 responden (63,3%), mengubur barang bekas yakni 10 responden

Page 94: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

75

75

(7,8 %), penggunaanabate yakni 42 orang (32,8%) serta memelihara ikan

pemakan jentik yakni 14 orang (10,9%).

5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat perindukan

nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda

Baru tahun 2015 .

6. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang berhubungan

dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun

2015 yakni menguras tempat penampungan air (p value 0,000) dan

menutup tempat penampungan air (p value 0,000). Sedangkan variabel

PSN lain tidak berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti

yakni mengubur barang bekas (p value 0,439), penggunaan abate (p

value0,819) dan memelihara ikan pemakan jentik (p value0,492).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran

sebagai berikut :

1. Masyarakat

a. Masyarakat diharapkan mengetahui dan mengurangi tempat

penampungan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

Aedes aegypti khususnya pada dispenser.

b. Masyarakat diharapkan menguras tempat penampungan air secara

rutin minimal seminggu sekali dengan menyikat dinding tempat

penampungan air menggunakan sabun.

Page 95: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

76

76

c. Masyarakat segera menutup rapat kembali tempat penampungan air

dan mengurangi tenpat perindukan nyamuk dalam hal ini barang

bekas dengan menangani sampah padat melalui teknik yang efektif

dan ramah lingkungan seperti mengubur atau dengan prinsip 3R

(reduce, reuse, recovery).

2. Puskesmas Benda Baru

a. Meningkatkan koordinasi antara masyarakat, kader juru pemantau

jentik dan puskesmas dalam pengecekan jentik nyamuk Aedes aegypti

secara rutin.

b. Memberikan informasi serta praktik penggunaan abate pada tempat

penampungan air seperti tampungan air dispenser kepada masyarakat.

Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang masih belum

mempraktikkan penggunaan abate sesuai prosedur.

3. Peneliti Lain

a. Peneliti lain disarankan untuk mempertimbangkan waktu dalam

pelaksanaan penelitian, yakni sebaiknya tidak pada musim kemarau

(kering).Akan tetapi, saat pergantian musim atau musim penghujan.

b. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan studi intervensi agar dapat mengetahui hubungan sebab

akibat yang lebih kuat dibandingkan dengan studi cross sectional.

Page 96: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

77

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,Umar Fahmi. 2012. Dasar - Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Anggara. 2005. Hubungan 3M dan 3M plus dengan keberadaan larva aedes

aegypti di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar Tahun 2005.

Skripsi tidak diterbitkan FKM Unhas.

Badrah & Hidayah. 2011. Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk Aedes

Aegypti Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Penajam

Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. J. Trop. Pharm.

Chem. (Indonesia), 2011. Vol 1. No. 2. (online)

(http://isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/1211153160_2087-7099.pdf, Daikses 12

November 2012).

Benvie. 2005. Hubungan 3M dan 3M plus dengan Demam Berdarah Dengue di

wilayah Puskesmas Maricayya Selatan. Skripsi tidak diterbitkan FKM

Unhas.

Brahim, R dan Hasnawati. 2010.Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela

Epidemiologi. Vol.2. Agustus 2010.

Booroto dkk. 2013. Hubungan Antara Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Sp. Di Lingkungan I

Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea Kota Manado. Bidang Minat

Kesehatan Lingkungan, FakultasKesehatanMasyarakat, Universitas Sam

Ratulangi

CDC. 2009. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever.Puerto Rico : US

Departement of Health and Human Services.

Page 97: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

78

Depkes RI. 2004a. Buletin Harian Perilaku dan Siklus Hidup NyamukAedes

aegpty Sangat Penting Diketahui dalam Melakukan Kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk Termasuk Pemantauan Jentik Berkala.

Jakarta : Ditjen P2M & PL.

Depkes RI. 2004b. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta :

Departemen Kesehatan

Depkes RI. 2005.Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di

Indonesia. Ditjen PP & PL. Jakarta.

Desniawati, F. 2014. Pelaksanaan 3M Plus Terhadap Keberadaan Larva Aedes

Aegpty Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan

Bulan Mei-Juni Tahun 2014. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dinkes Tangerang Selatan. 2013. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang

Selatan tahun 2013.

Ditjen PPM & PLP. 1996. Petunjuk Bagi Kader dan Tokoh Masyarakat Pada

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen P2PL. 2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) Dnegan

PendekatanKomunikasi Perubahan Perilaku (Comunication For

Behavioral Impact). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen P2PL. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik – PSN Anak Sekolah. Jakarta:

Kemenkes RI.

Page 98: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

79

Hadi, U.K, Sigit S, Agustina E. 2006. Habitat Jentik Aedes aeigypti pada Air

Terpolusi di Laboratorium. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan:

Institut Pertanian Bogor;. 2006.

Hadinegoro & Satari. 2002. Demam Berdarah Dengue. Balai Penerbit FK UI:

Jakarta.

Hasyimi M, Soekirno M. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti

pada tempat penampungan air rumah tangga pad masyarakat pengguna

air olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan; 2004; 3;37-42

Hasyimi dkk (2009). Tempat-Tempat Terkini Yang Disenangi Untuk

Perkembangbiakan Vektor Demam Berdarah Aedes Sp. Media Litbang

Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009.

Jaya dkk. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Dbd Dengan

Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis Dbd Kelurahan

Kassi-Kassi Kota Makassar.Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, UNHAS, Makassar

Kemenkes, RI. 2010. Demam Berdarah DengueBuletin Jendela Epidemiologi.

Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi.

Kemenkes, RI. 2011. Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2011 Tentang

Pengendalian Vektor.

Kemenkes, RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta.

Kemenkes, RI. 2013a. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.

Page 99: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

80

Kemenkes, RI. 2013b. Pengendalian demam berdarah dnegue untuk pengelola

program DBD Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Laila, dkk. 2014. Pengamatan Kontainer yang Potensial sebagai Tempat

Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Tambaksari,

Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah Biologi, ISSN : 9772303342002, Volume 2

Nomor 1 April 2014

Lintang, dkk. 2010. Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan

dan non percontohan program pemantauan jentik rutin Kota Semarang.

Jurnal Entomologi Indonesia, ISSN: 1721-6781.

Nugroho, FS. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik

Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Nomitasari dkk (2012). Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan

dan non percontohan program pemantauan jentik rutin kota Semarang.

Jurnal Entomologi Indonesia. April 2012, Vol. 9 No. 1, 32-37. ISSN:

1829-7722

Puskesmas Benda Baru. 2014. Profil Kesehatan Puskesmas Benda Baru tahun

2014.

Puskesmas Benda Baru. 2015. Laporan Bulanan Puskesmas Benda Baru bulan

Januari-Maret tahun 2015.

Ridha, dkk. 2013. Hubungan kondisi Lingkungan dan kontainer dengan

keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam

Page 100: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

81

berdarah dengue di kota Banjarbaru. Banjarmasin. Jurnal Buski Vol. 4,

No. 3, Juni 2013, Hal. 133 - 137

Rosa, E. 2004. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air (TPA) terhadap Jumlah

Peletakan Telur Nyamuk Aedes Aegypti L. Lampung. FMIPA Universitas

Lampung. J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3

Safar R. 2010.Parasitologi Kedokteran: Nurhayati N, editor. Protozoologi

Helmintologi dan Entomologi. Balai penerbit Yrama Widya, Bandung.

Sari dan Darnoto. 2012. Hubungan Breeding Place dan Perilaku Masyarakat

dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Boyolali. Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-

7621, Vol. 5, No. 2, Desember 106 2012: 103 - 109.

Sari dan Kurniawan. 2012.Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku PSN

dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Di Desa Ngesrep Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Boyolali. Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-

7621, Vol. 5, No. 1, Juni 2012: 66-73.

Silalahi, L. 2004. Demam Berdarah , Penyebaran dan Penanggulannya.Jakarta :

Litbang Departemen Kesehatan RI

Sulistyawati, I.H. 2011. Hubungan Letak, Jenis, Dan Kondisi Tempat

Penampungan Air (TPA) Dengan Kepadatan Larva Aedes Aegypti Di

Kelurahan Rappocini Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Skripsi tidak

dipublikasikan. Makassar SI Kesehatan Masyarakat. Ubiversitas

Hasanuddin.

Sumantri A. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Jakarta : Kencana

Soedarmo. 1988. Demam Berdarah Dengue Pada Anak. UI Press, Jakarta.

Page 101: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

82

Soeroso T, Umar IA. 2002. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Saat Ini. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Sungkar. 2010.

Suyasa, dkk. 2007. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat

dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah

Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. ECOTROPHIC 3 (1) : 1 - 6. ISSN:

1907-5626.

Trpis, dkk. 1971. Aedes aegypti and Aedes simpsoni Breeding in Coral Rock

Holes on the Coast of Tanzania. Switzerland.

World Health Organization. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan

Demam Berdarah Dengue. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

WHO. 2009. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control-

New edition. France : WHO Press.

Widagdo, dkk. 2008. Kepadatan Jentik Aedes Aegypti Sebagai Indikator

Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3m Plus): Di Kelurahan

Srondol Wetan, Semarang. Semarang.MAKARA, KESEHATAN, VOL.

12, NO. 1, JUNI 2008: 13-19.

Widoyono, dkk. 2008. Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Yudhastuti, dkk. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku

Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Daerah

Page 102: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

83

Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya.JURNAL KESEHATAN

LINGKUNGAN, VOL.1, 171 NO.2, JANUARI 2005

Zubaedah,dkk. 2014. Kepadatan jentik aedes sp pada kontainer di dalam dan di

luar rumah di Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin tahun 2014.

Banjarmasin. Jurnal Buski Vol. 5, No. 2, Desember 2014, halaman 95-

100.

Page 103: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

84

LAMPIRAN

Page 104: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

85

DOKUMENTASI HASIL OBSERVASI

Bak Penampungan Air Tempat Penampungan Air Dispenser

Bak Mandi Responnden Kolam ikan Responden

Ban Bekas Responden Ember Responden

Page 105: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

86

No Responden

Tanggal Pengisian :

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

HUBUNGAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU

PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN

KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI DI KELURAHAN BENDA

BARU TAHUN 2015

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saya Ika Amalia Putri mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan

Kesehatan Lingkungan bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan

Tempat Perindukan Nyamuk danPerilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015.

Adapun penelitian ini dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).

Dengan demikian, saya mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini

dengan jujur, lengkap dan jelas. Semua informasi yang Saudara berikan terjamin

kerahasiannya. Kejujuran Saudara dalam menjawab setiap pertanyaan sangat

diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian dan bersedia mengisi lembar

kuesioner yang telah disediakan dibawahini dengan sadar tanpa paksaan.

Benda Baru , September 2015

(..................................)

Page 106: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

87

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

a. Isilah terlebih dahulu identitas responden dengan lengkap dan jelas

b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum menjawab.

c. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang anda pilih.

Kode Pertanyaan Jawaban Diisi Oleh

Peneliti

A. Identitas Responden

A1 Nama

A2 Usia

A3 Alamat

A4 No Telp/HP

A5

Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah

2. Tidak Tamat SD

3. Tamat SD

4. Tamat SMP /sederajat

5. Tamat SMA / sederajat

6. Tamat Perguruan Tinggi /

Akademi

[ ]

B. Menguras Tempat Penampungan Air

B1

Apakah keluarga anda menguras

tempat penampungan air dirumah?

1. Ya

2. Tidak Lanjut ke

pertanyaan C1

[ ]

B2

Jika Ya, berapa kali anda menguras

tempat penampungan air tersebut?

1. Seminggu sekali

2. Dua minggu sekali

3. Satu bulan sekali

[ ]

B3

Bagaimanakah cara anda menguras

tempat penampungan air ?

1. Menggunakan sabun

2. Menggunakan sikat

3. Menggunakan sikat dan

sabun

4. Tidak menggunakan sikat

dan sabun

[ ]

C. Menutup Tempat Penampungan Air

C1

Apakah tempat penampungan air

keluarga anda ditutup dengan rapat

dirumah?

1. Ya

2. Tidak

[ ]

D. Mengubur barang bekas

D1

Apakah anda mengubur barang

bekas yang berada di sekitar rumah

Anda seperti ban bekas dan kaleng?

1. Ya

2. Tidak

[ ]

E. Penggunaan Abate

E1

Apakah anda memberikan bubuk

abate pada tempat penampungan

air?

1. Ya

2. Tidak Lanjut ke

pertanyaan F1

[ ]

E2 Jika Ya, berapa kali anda

memberikan bubuk abate pada

1. Dua bulan sekali

2. Empat bulan sekali

[ ]

Page 107: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

88

Kode Pertanyaan Jawaban Diisi Oleh

Peneliti

tempat penampungan air tersebut? 3. Satu tahun sekali

E3

Berapakah jumlah takaran bubuk

abate yang anda berikan pada

tempat penampungan air?

1. < 1sdm yang diaratakan

untuk 100 ltr

2. 1sdm yang diratakan

untuk 100 ltr

3. > 1sdm yang diratakan

untuk 100 ltr

[ ]

F. Memelihara ikan pemakan jentik

F1

Apakah anda memelihara ikan

pemakan jentik pada tempat

penampungan air ?

1. Ya

2. Tidak

[ ]

F2

Jika ya, apakah jenis ikan pemakan

jentik yang anda pelihara pada

tempat penampungan air? (Boleh

menjawab lebih dari )

1. Ikan kepala hitam

2. Ikan guvi

3. Ikan cupang

4. Ikan nila

[ ]

Terima kasih atas partisipasinya

Wassalammualaikum wr. wb.

Page 108: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

89

No Responden

Tanggal Pengisian :

LEMBAR OBSERVASI

SURVEI JENTIK AEDES AEGYPTI

Tempat Perindukan Nyamuk

Artificial

Jentik

Ada Tidak

a. Bak mandi

b. Ember

c. Dispenser

d. Vas bunga

e. Botol/Kaleng bekas

f. Ban bekas

g. Kolam/akuarium

Tempat Perindukan Nyamuk

Natural

Jentik

Ada Tidak

a. Tempurung Kelapa

b. Pelepah daun

Page 109: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

90

OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT

A. KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI Statistics

keberadaan_jentik

N Valid 128

Missing 0

keberadaan_jentik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ADA JENTIK 27 21.1 21.1 21.1

TIDAK ADA JENTIK 101 78.9 78.9 100.0

Total 128 100.0 100.0

B. TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK Statistics

INDUK

N Valid 128

Missing 0

INDUK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ARTIFICIAL 112 87.5 87.5 87.5

ARTIFICIAL DAN NATURAL 16 12.5 12.5 100.0

Total 128 100.0 100.0

Bak_mandi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 119 93.0 93.0 93.0

tidak 9 7.0 7.0 100.0

Total 128 100.0 100.0

Ember

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 125 97.7 97.7 97.7

tidak 3 2.3 2.3 100.0

Total 128 100.0 100.0

dispenser

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 107 83.6 83.6 83.6

tidak 21 16.4 16.4 100.0

Total 128 100.0 100.0

Vas Bunga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 12 9.4 9.4 9.4

tidak 116 90.6 90.6 100.0

Total 128 100.0 100.0

botolkaleng

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Page 110: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

91

Valid ada 24 18.8 18.9 18.9

tidak 103 80.5 81.1 100.0

Total 127 99.2 100.0

Missing System 1 .8

Total 128 100.0

ban_bekas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 11 8.6 8.7 8.7

tidak 116 90.6 91.3 100.0

Total 127 99.2 100.0

Missing System 1 .8

Total 128 100.0

kolam_akuarium

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 17 13.3 13.4 13.4

tidak 110 85.9 86.6 100.0

Total 127 99.2 100.0

Missing System 1 .8

Total 128 100.0

tempurung_kelapa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 3 2.3 2.3 2.3

tidak 125 97.7 97.7 100.0

Total 128 100.0 100.0

pelepah_daun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ada 13 10.2 10.2 10.2

tidak 115 89.8 89.8 100.0

Total 128 100.0 100.0

C. MENGURAS TEMPAT PENAMPUNGAN AIR

Statistics

Perilaku_MengurasTPA

N Valid 128

Missing 0

Perilaku_MengurasTPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Ya 67 52.3 52.3 52.3

Tidak 61 47.7 47.7 100.0

Total 128 100.0 100.0

Page 111: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

92

D. MENUTUP TEMPAT PENAMPUNGAN AIR

Statistics

Menutup_TPA

N Valid 128

Missing 0

Menutup_TPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 81 63.3 63.3 63.3

tidak 47 36.7 36.7 100.0

Total 128 100.0 100.0

E. MENGUBUR BARANG BEKAS

Statistics

Mengubur_barangbekas

N Valid 128

Missing 0

Mengubur_barangbekas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 10 7.8 7.8 7.8

tidak 118 92.2 92.2 100.0

Total 128 100.0 100.0

F. PENGGUNAAN ABATE

Statistics

Perilaku_Abate

N Valid 128

Missing 0

Penggunaan_abate

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 42 32.8 32.8 32.8

tidak 86 67.2 67.2 100.0

Total 128 100.0 100.0

G. MEMELIHARA IKAN PEMAKAN JENTIK

Statistics

Memelihara_ikan

N Valid 128

Missing 0

Memelihara_ikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 14 10.9 10.9 10.9

tidak 114 89.1 89.1 100.0

Total 128 100.0 100.0

Page 112: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

93

frek_baru * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

frek_baru seminggu sekali Count 6 70 76

% within keberadaan_jentik 42.9% 85.4% 79.2%

>1 minggu Count 8 12 20

% within keberadaan_jentik 57.1% 14.6% 20.8%

Total Count 14 82 96

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

cara_menguras_baru0 * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

cara_menguras_baru0 0 Count 6 69 75

% within keberadaan_jentik 42.9% 84.1% 78.1%

1 Count 8 13 21

% within keberadaan_jentik 57.1% 15.9% 21.9%

Total Count 14 82 96

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

FREK_ABATE * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

FREK_ABATE 2 BULAN SEKALI Count 2 18 20

% within keberadaan_jentik 40.0% 62.1% 58.8%

>2 BULAN Count 3 11 14

% within keberadaan_jentik 60.0% 37.9% 41.2%

Total Count 5 29 34

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

tak_baru * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

tak_baru sesuai takaran Count 5 25 30

% within keberadaan_jentik 100.0% 86.2% 88.2%

tidak sesuai takaran Count 0 4 4

% within keberadaan_jentik .0% 13.8% 11.8%

Total Count 5 29 34

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

ikan_kepalahitam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 3 2 1.6 66.7 66.7

4 1 .8 33.3 100.0

Total 3 2.3 100.0

Missing System 125 97.7

Total 128 100.0

Page 113: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

94

ikan_guvi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 4 3.1 100.0 100.0

Missing System 124 96.9

Total 128 100.0

ikan_cupang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 2 1.6 40.0 40.0

tidak 3 2.3 60.0 100.0

Total 5 3.9 100.0

Missing System 123 96.1

Total 128 100.0

ikan_nila

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid ya 6 4.7 100.0 100.0

Missing System 122 95.3

Total 128 100.0

barang_bekas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid botol/kaleng bekas 19 14.8 63.3 63.3

ban bekas 11 8.6 36.7 100.0

Total 30 23.4 100.0

Missing System 98 76.6

Total 128 100.0

dispenser * Jentik_dispenser Crosstabulation

Jentik_dispenser

Total ada tidak

dispenser ada Count 12 95 107

% within Jentik_dispenser 100.0% 81.9% 83.6%

tidak Count 0 21 21

% within Jentik_dispenser .0% 18.1% 16.4%

Total Count 12 116 128

% within Jentik_dispenser 100.0% 100.0% 100.0%

Bak_mandi * Jentik_Bakmandi Crosstabulation

Jentik_Bakmandi

Total ada tidak

Bak_mandi ada Count 13 106 119

% within Jentik_Bakmandi 100.0% 93.0% 93.7%

tidak Count 0 8 8

% within Jentik_Bakmandi .0% 7.0% 6.3%

Total Count 13 114 127

% within Jentik_Bakmandi 100.0% 100.0% 100.0%

Page 114: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

95

OUTPUT ANALISIS BIVARIAT

A. HUBUNGAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN JENTIK

INDUK * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total ADA JENTIK TIDAK ADA JENTIK

INDUK ARTIFICIAL Count 24 88 112

% within keberadaan_jentik 88.9% 87.1% 87.5%

ARTIFICIAL DAN NATURAL Count 3 13 16

% within keberadaan_jentik 11.1% 12.9% 12.5%

Total Count 27 101 128

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

PVALUE (1,000) > 0,05 (TIDAK BERHUBUNGAN) Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .060a 1 .806

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .062 1 .804

Fisher's Exact Test 1.000 .552

Linear-by-Linear Association .060 1 .807

N of Valid Casesb 128

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,38.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for INDUK (ARTIFICIAL / ARTIFICIAL DAN NATURAL)

1.182 .311 4.487

For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK

1.143 .388 3.365

For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK

.967 .750 1.247

N of Valid Cases 128

B. HUBUNGAN MENGURAS TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DENGAN KEBERADAAN

JENTIK

Perilaku_MengurasTPA * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

Perilaku_MengurasTPA Ya Count 3 64 67

% within keberadaan_jentik 11.1% 63.4% 52.3%

Tidak Count 24 37 61

% within keberadaan_jentik 88.9% 36.6% 47.7%

Total Count 27 101 128

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

Page 115: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 23.321a 1 .000

Continuity Correctionb 21.273 1 .000

Likelihood Ratio 25.618 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 23.139 1 .000

N of Valid Casesb 128

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,87.

b. Computed only for a 2x2 table

PVALUE(0,000) < 0,05 (BERHUBUNGAN) Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Perilaku_MengurasTPA (Ya / Tidak)

.072 .020 .256

For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK

.114 .036 .359

For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK

1.575 1.278 1.940

C. HUBUNGAN MENUTUP TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DENGAN KEBERADAAN

JENTIK

Menutup_TPA * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

Menutup_TPA ya Count 8 73 81

% within keberadaan_jentik 29.6% 72.3% 63.3%

tidak Count 19 28 47

% within keberadaan_jentik 70.4% 27.7% 36.7%

Total Count 27 101 128

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 16.676a 1 .000

Continuity Correctionb 14.891 1 .000

Likelihood Ratio 16.246 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 16.546 1 .000

N of Valid Casesb 128

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,91.

b. Computed only for a 2x2 table

PVALUE(0,000) < 0,05 (BERHUBUNGAN)

Page 116: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

97

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Menutup_TPA (ya / tidak)

.161 .063 .411

For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK

.244 .116 .514

For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK

1.513 1.183 1.935

N of Valid Cases 128

D. HUBUNGAN MENGUBUR BARANG BEKAS DENGAN KEBERADAAN JENTIK

Mengubur_barangbekas * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

Mengubur_barangbekas ya Count 3 7 10

% within keberadaan_jentik 11.1% 6.9% 7.8%

tidak Count 24 94 118

% within keberadaan_jentik 88.9% 93.1% 92.2%

Total Count 27 101 128

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .517a 1 .472

Continuity Correctionb .099 1 .752

Likelihood Ratio .477 1 .490

Fisher's Exact Test .439 .354

Linear-by-Linear Association .513 1 .474

N of Valid Casesb 128

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,11.

b. Computed only for a 2x2 table

PVALUE (0,439)>0,005 (TIDAK BERHUBUNGAN) Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Mengubur_barangbekas (ya / tidak)

1.679 .404 6.978

For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK

1.475 .536 4.057

For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK

.879 .580 1.332

N of Valid Cases 128

Page 117: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

98

E. HUBUNGAN PENGGUNAAN ABATE DENGAN KEBERADAAN JENTIK

Penggunaan_abate * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

Penggunaan_abate ya Count 8 34 42

% within keberadaan_jentik 29.6% 33.7% 32.8%

tidak Count 19 67 86

% within keberadaan_jentik 70.4% 66.3% 67.2%

Total Count 27 101 128

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

PVALUE (0,819)>0,005 (TIDAK BERHUBUNGAN) Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .157a 1 .692

Continuity Correctionb .027 1 .868

Likelihood Ratio .159 1 .690

Fisher's Exact Test .819 .440

Linear-by-Linear Association .156 1 .693

N of Valid Casesb 128

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,86.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Penggunaan_abate (ya / tidak) .830 .330 2.089

For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK .862 .412 1.805

For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK 1.039 .864 1.250

N of Valid Cases 128

F. HUBUNGAN MEMELIHARA IKAN PEMAKAN JENTIK DENGAN KEBERADAAN

JENTIK

Memelihara_ikan * keberadaan_jentik Crosstabulation

keberadaan_jentik

Total

ADA JENTIK TIDAK ADA

JENTIK

Memelihara_ikan ya Count 4 10 14

% within keberadaan_jentik 14.8% 9.9% 10.9%

tidak Count 23 91 114

% within keberadaan_jentik 85.2% 90.1% 89.1%

Total Count 27 101 128

% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%

Page 118: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

99

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .528a 1 .467

Continuity Correctionb .144 1 .704

Likelihood Ratio .495 1 .482

Fisher's Exact Test .492 .336

Linear-by-Linear Association .524 1 .469

N of Valid Casesb 128

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,95.

b. Computed only for a 2x2 table

PVALUE (0,492)>0,005 (TIDAK BERHUBUNGAN) Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Memelihara_ikan (ya / tidak)

1.583 .455 5.505

For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK

1.416 .573 3.501

For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK

.895 .634 1.262

N of Valid Cases 128

Page 119: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

100

Page 120: HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU ...

101