UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF EKSTRAK KULIT BUAH...
Transcript of UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF EKSTRAK KULIT BUAH...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF EKSTRAK
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
TERHADAP ENZIM MALATE:QUINONE
OXIDOREDUCTASE (MQO) DARI Plasmodium falciparum
SKRIPSI
Nurul Fitria Pakpahan
1113102000024
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
2017
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF EKSTRAK
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
TERHADAP ENZIM MALATE:QUINONE
OXIDOREDUCTASE (MQO) DARI Plasmodium falciparum
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
Nurul Fitria Pakpahan
1113102000024
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
2017
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Nurul Fitria Pakpahan
Program Studi : Farmasi
Judul :
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit
malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium antara
lain P. malariae, P. vivax, P. falciparum, dan P. ovale yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles). Parasit P.
falciparum mempunyai kecenderungan menjadi resistan terhadap obat antimalaria
dibandingkan spesies yang lain. Enzim Plasmodium falciparum MQO adalah salah
satu target obat yang berperan pada siklus tricarboxylic acid (TCA) yang
menghubungkan rantai respirasi dengan mentransfer elektron dari malat ke ubiquinon
untuk memproduksi oksaloasetat dan ubiquinol. Manggis (Garcinia mangostana L.)
merupakan buah yang banyak terdapat di Indonesia. Kulit manggis yang selama ini
dibuang sebagai limbah, ternyata memiliki banyak manfaat dan berpotensi untuk
dijadikan obat, salah satunya sebagai antimalaria. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji aktivitas inhibisi fraksi aktif ekstrak kulit buah manggis terhadap enzim
PfMQO. Kulit buah manggis diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat,
dan etanol. Hasil uji aktivitas inhibisi ketiga ekstrak, ekstrak etil asetat memiliki
aktivitas inhibisi tertinggi yaitu 96% pada konsentrasi 20 µg/ml. Ekstrak etil asetat
tersebut dikolom kromatografi dengan silika gel GF 60 dan didapat 18 fraksi. Hasil
uji aktivitas inhibisi fraksi, fraksi 4 yang memiliki aktivitas inhibisi tertinggi yaitu
93,82% pada konsentrasi 10 µg/ml. Fraksi tersebut kemudian dilakukan KLT
Preparatif dengan silika gel GF 254, didapat 2 isolat lalu dilakukan uji aktivitas
inhibisi terhadap enzim PfMQO, dilihat pada konsentrasi 10 µg/ml masih memiliki
aktivitas inhibisi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis
berpotensi sebagai inhibitor enzim PfMQO.
Kata kunci : Malaria, Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), Enzim PfMQO
Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Aktif Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Enzim
Malate:Quinone Oxidoreductase (MQO) dari Plasmodium
falciparum
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Nurul Fitria Pakpahan
Program Study : Pharmacy
Title :
Malaria is a contagious disease of global concern. Malaria is an infectious disease
caused by the parasite Plasmodium, another P. malariae, P. vivax, P. falciparum, P.
ovale which can only be seen with a microscope which is transmitted by malaria
mosquitoes (anopheles). P. falciparum has a tendency to become resistant to
antimalarial drugs compared to other species. Plasmodium falciparum MQO is one of
the drug targets that play a role in the TCA (tricarboxylic acid) cycle that connects the
respiratory chain by transferring electrons from malate to ubiquinone to produce
oxaloacetate and ubiquinol. Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a common fruit
in Indonesia. Mangosteen skin that has been disposed of as waste, it has many
benefits and potential to be used as medicine, one of them as antimalarial. This study
aims to determine inhibition activity of fractions of mangosteen extract against enzym
malate:quinone oxidoreductase (MQO) from Plasmodium falciparum. Pericarp of
mangosteen was extracted using the n-hexane, ethyl acetate, and ethanol. The results
of the third inhibition activity of the extract, ethyl acetate extract had the highest
inhibition activity of 96% at a concentration of 20 μg/ml. The ethyl acetate extract
was chromatographed with silica gel GF 60 and obtained 18 fractions. The result of
inhibition activity of fraction, fraction 4 which has the highest inhibition activity is
93.82% at concentration 10 μg/ml. The fraction was then carried out by TLC
Preparatif with silica gel GF 254, obtained 2 isolates then tested the activity of
inhibition to PfMQO enzyme, seen at concentration 10 µg/ml still has high inhibition
activity. This suggests that mangosteen extract is potential as a PfMQO enzyme
inhibitor.
Keywords : Malaria, Mangosteen (Garcinia mangostana L.), PfMQO
Inhibition Activities Test of Active Fraction of Mangosteen
Extract (Garcinia mangostana L.) Againts Malate:Quinone
Oxidoreductase (MQO) from Plasmodium falciparum
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil’alamin serta puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan hingga zaman yang kaya akan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti sekarang ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
(1) Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ali Kaspar Pakpahan, S.Ag dan Ibunda
Eradia Sulistiana, S.Ag yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan
baik moril maupun materil, serta doa tanpa henti yang menyertai setiap langkah
penulis. Kedua adik tersayang, Muhammad Naufal Alfarizi Pakpahan dan
Akbar Waliyuddin Pakpahan yang memberikan dukungan dan semangatnya
untuk saya menyelesaikan skripsi ini.
(2) Bapak Hendri Aldrat, Ph.D., Apt. selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Erwahyuni
Endang Prabandari, M.Si. selaku pembimbing II, yang memiliki andil besar
dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini.
(3) Daniel Ken Inaoka, Ph.D. selaku guru yang memiliki andil dalam proses
penelitian saya.
(4) Bapak Dr. Arif Sumantri, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(5) Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
(6) Ompung Habibah Situmeang, sepupu Nur Fahdilla Rizky serta semua keluarga
besar yang selalu memberikan dukungan, nasihat, dan doa yang selalu
menyertai langkah penulis.
(7) Bapak, Ibu dosen dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
(8) Teman seperjuangan penelitian penulis (Soulmete) Muzi Latunil, Nasyidah
Hanum, M. Akbar, Irham Pratama, dan Nadya Tsurayya atas kebersamaan,
bantuan serta motivasinya sejak awal penelitian hingga akhir penyelesaian
skripsi ini.
(9) Sahabat-sahabat terbaikku Sri Mardiah, Nasyidah Hanum, Tri Wahyuni, dan
Putri Agni. Teman-teman team Kac. Citra Lilis, Rahma Atikah, Muzi Latunil,
Sri Mardiah, dan Nasyidah Hanum. Teman Sekamar Kost Almira Rosentadewi.
Keluarga Besar Komfakdik dan LKMI. Keluarga Formulasi 15. Team Soulmete
2, yang telah memberi dukungan, motivasi, serta masukan kepada penulis
selama pengerjaan skripsi dan selama di bangku perkuliahan.
(10) Teman-teman Farmasi 2013 atas persaudaraan dan kebersamaan.
(11) Kakak senior di FKIK UIN Jakarta, Kak Tania Rizki dan kakak lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu yang selalu memberikan masukan dan nasihat
juga membantu penulis dalam penelitian ini.
(12) Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian naskah
skripsi ini yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua
bantuan, dan dukungan yang diberikan. Akhir kata dengan segala kerendahan hati,
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan,
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangan sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 7 September
2017
Penulis
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurul Fitria Pakpahan
NIM : 1113102000024
Program Studi : Farmasi
Jenis karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
UJI AKTIVITAS INHIBISI FRAKSI AKTIF EKSTRAK KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP ENZIM
MALATE:QUINONE OXIDOREDUCTASE (MQO) DARI Plasmodium
falciparum
untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 7 September 2017
Yang menyatakan,
(Nurul Fitria Pakpahan)
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ........................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah ........................................... 3
1.2.1 Batasan Penelitian .................................................................... 3
1.2.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Hipotesis ............................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Manggis (Garcinia mangostana Linn.) ............................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................. 5
2.1.2 Sinonim .................................................................................... 6
2.1.3 Morfologi Tanaman .................................................................. 6
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.4 Habitat Tumbuhan .................................................................... 6
2.1.5 Kandungan Kimia ..................................................................... 6
2.1.6 Aktivitas Biologi ...................................................................... 7
2.2 Simplisia ............................................................................................... 10
2.2.1 Definisi Simplisa ...................................................................... 10
2.2.2 Penyiapan Simplisia ................................................................. 10
2.3 Ekstrak dan Ekstraksi ........................................................................... 12
2.3.1 Ekstrak ...................................................................................... 12
2.3.2 Ekstraksi ................................................................................... 12
2.4 Malaria .................................................................................................. 14
2.4.1 Definisi ..................................................................................... 14
2.4.2 Etiologi ..................................................................................... 15
2.4.3 Penyebab Malaria ..................................................................... 15
2.4.4 Pengobatan Malaria .................................................................. 16
2.5 Produksi Energi .................................................................................... 18
2.6 Enzim Sebagai Target Obat .................................................................. 21
2.6.1 Enzim Malate:Quinone Oxidoreductase (MQO) .................... 22
2.7 Kromatografi ........................................................................................ 23
2.7.1 Prinsip Kromatografi ................................................................ 23
2.7.2 Kolom Kromatografi ................................................................ 23
2.7.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif ........................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 25
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 25
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 25
3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 26
3.3.1 Pengambilan Sampel ................................................................ 26
3.3.2 Determinasi Sampel ................................................................. 26
3.3.3 Persiapan Simplisia .................................................................. 26
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis ................................. 27
3.3.5 Rendemen Total Ekstrak Kulit Buah Manggis ......................... 27
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6 Penapisan Fitokimia ................................................................. 27
3.3.7 Parameter dan Metode Uji Ekstrak .......................................... 29
3.3.7.1 Parameter Non Spesifik ................................................ 29
3.3.7.2 Parameter Spesifik ........................................................ 30
3.3.8 Uji Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis ................. 30
3.3.9 Pemisahan Senyawa Inhibitor dengan Kolom Kromatografi ... 31
3.3.10 Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Ekstrak Kulit Buah Manggis ...... 31
3.3.11 KLT Preparatif Fraksi dengan Aktivitas Inhibisi Tertinggi ..... 32
3.3.12 Uji Aktivitas Inhibisi Hasil KLT Preparatif ............................. 32
3.3.13 Perhitungan Aktivitas Enzim .................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 34
4.1 Determinasi Sampel ............................................................................. 34
4.2 Rendemen Ekstrak ................................................................................ 34
4.3 Penapisan Fitokimia ............................................................................. 35
4.4 Parameter dan Metode Uji Ekstrak ...................................................... 37
4.5 Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis ................................... 38
4.6 Pemisahan Senyawa Inhibitor dengan Kolom Kromatografi ............... 39
4.7 Aktivitas Inhibisi Fraksi Hasil Kolom Kromatografi ........................... 40
4.8 Aktivitas Inhibisi Fraksi Hasil KLT Preparatif .................................... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 44
5.2 Saran ..................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 45
LAMPIRAN ............................................................................................................. 49
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Garcinia mangostana L. ......................................... 49
Lampiran 2. Alur Penelitian ..................................................................................... 50
Lampiran 3. Skema Kerja Penyiapan Ekstrak Kulit Buah Manggis ........................ 51
Lampiran 4. Skema Kerja Penyiapan Fraksi Kolom Kromatografi ......................... 52
Lampiran 5. Skema Kerja Penyiapan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif ............. 53
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kulit Buah Manggis .......................... 54
Lampiran 7. Perhitungan Parameter Ekstrak Kulit Buah Manggis ........................... 55
Lampiran 8. Perhitungan Pengenceran Ekstrak Kulit Buah Manggis ....................... 57
Lampiran 9. Bobot Fraksi Ekstrak Kulit Buah Manggis ........................................... 58
Lampiran 10. Gambar Dokumentasi dan Alat Penelitian .......................................... 59
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pohon Manggis ...................................................................................... 5
Gambar 2.2 Buah & Kulit Manggis .......................................................................... 5
Gambar 2.3 Skema Produksi Energi Dalam Tubuh .................................................. 19
Gambar 2.4 Skema Proses glikolisis ......................................................................... 19
Gambar 2.5 Skema Proses Siklus Krebs ................................................................... 20
Gambar 4.1 Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis .................................... 39
Gambar 4.2 Aktivitas Inhibisi Fraksi Hasil Kolom Kromatografi ............................ 41
Gambar 4.3 Aktivitas Inhibisi Hasil KLT Preparatif ................................................ 43
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Rendemen Ekstrak Kulit Buah Manggis ........................................ 34
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Manggis ................................. 35
Tabel 4.3 Parameter dan Metode Uji Ekstrak ........................................................... 37
Tabel 4.4 Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis ........................................ 38
Tabel 4.5 Aktivitas Inhibisi Hasil KLT Preparatif ................................................... 42
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium antara lain P. malariae, P. vivax, P. falciparum, dan P. ovale yang hanya
dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles)
Penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan,
pada semua golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa). Penyakit malaria
biasanya menyerang masyarakat yang tinggal di daerah yang mempunyai banyak
genangan air yang sesuai untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti
persawahan, pantai, perbukitan dan pinggiran hutan (Depkes RI, 2004).
Malaria merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Penyakit ini
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu anak-anak,
ibu hamil dan orang dengan HIV positif (WHO, 2013). World Heatlh Organization
(WHO) melaporkan pada tahun 2015 terdapat 212 juta kasus malaria di seluruh dunia
dan menyebabkan 429.000 kasus meninggal dunia. Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan RI pada tahun 2016 terdapat 218.450 kasus positif malaria (Kemenkes RI,
2016a). Sebagai negara endemik, masalah malaria di Indonesia sering dialami oleh
para penduduk yang tinggal di area persawahan dekat dengan hutan. Selain itu,
peningkatan kasus malaria pertahun yang terjadi di daerah timur terjadi akibat adanya
pembukaan daerah baru (Kemenkes RI, 2016b).
Parasit P. falciparum mempunyai kecenderungan menjadi resistan terhadap
obat antimalaria dibandingkan spesies yang lain, laporan pertama tentang P.
falciparum yang resistan terhadap klorokuin ialah pada awal tahu 1960an di Amerika
Selatan dan Asia Tenggara (Simamora, 2007). Kejadian tersebut terulang kembali di
Afrika pada akhir tahun 1970 kemudian kejadian tersebut terus menyebar.
Penyebaran resistan tersebut sering disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk
dari daerah endemik menuju ke daerah yang baru. Kasus resistan P. falciparum di
2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Indonesia seperti yang dilaporkan sudah menyebar sampai 27 propinsi di Indonesia
(Jelinek, 2002). Banyak senyawa alam dari tumbuhan dapat dijadikan senyawa
antimalaria alternatif pengganti obat malaria yang sudah resistan terhadap parasit P.
falciparum yang merupakan masalah kesehatan di wilayah Indonesia Timur. Selain
tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat malaria di Indonesia, munculnya
resistensi terhadap obat antimalaria konvensional mendorong pencarian terapi
alternatif sebagai antimalaria (Dondorp, 2009). Masalah tersebut mendorong para
peneliti menemukan dan mengembangkan obat antimalaria baru terutama dari bahan
alam untuk mengobati dan mengatasi resistan pada penderita malaria.
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah yang banyak terdapat di
Indonesia. Secara tradisional, kulit buah manggis digunakan untuk obat berbagai
penyakit seperti sariawan, wasir, luka, dan malaria. Berbagai penelitian ilmiah juga
sudah dilakukan pada manggis ini seperti antioksidan (Akao, 2008), antibakteri
(Suksamrarn, 2003), antiinflamasi (Nakatani, 2002), dan antimalaria (Ignatushchenco,
2000). Kulit manggis memiliki banyak manfaat dan berpotensi untuk dijadikan obat,
salah satunya sebagai antimalaria (Ignatushchenko, 2000).
Kandungan kulit buah manggis kaya akan antioksidan seperti xanton dan
antosianin (Moongkardni, 2004). Ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai obat
antimalaria (Moongkardni, 2004). Kulit manggis mengandung berbagai senyawa
xanton yang memiliki aktivitas antioksidan yang dapat mengatasi peningkatan radikal
bebas yang terjadi akibat perjalanan penyakit malaria dan menghambat polimerisasi
heme sehingga dianggap memiliki potensi sebagai antimalaria (Tjahjani, 2013).
Salah satu target yang menjanjikan dalam mengatasi penyakit malaria adalah
enzim PfMQO. Enzim ini highly conserve pada makhluk hidup yang berfungsi
merubah senyawa malat menjadi oksaloasetat pada siklus Krebs dan mereduksi
quinon menjadi quinol dalam proses electron transport chain (ETC) (Ke, 2015).
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa PfMQO terlibat dalam siklus fumarat,
siklus Krebs dan respiratory chain. Keterlibatan PfMQO dalam ketiga siklus ini
menyarankan bahwa posisi enzim ini penting dalam siklus hidup parasit malaria. Oleh
3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
karena P. falciparum MQO (PfMQO) sangat penting pada sirkulasi darah sehingga
dianggap sebagai target obat yang potensial (Inaoka et al., 2016).
Sejauh ini belum dilaporkan adanya inhibitor yang berasal dari keluarga
xanton yang dapat menghambat aktivitas PfMQO. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui fraksi dari ekstrak kulit buah manggis yang memiliki aktivitas inhibisi
tertinggi.
1.2 Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Penelitian
Batasan penelitian yang dilakukan meliputi uji aktivitas inhibisi fraksi aktif
yang memiliki aktivitas inhibisi paling tinggi dari ekstrak kulit buah manggis
terhadap enzim MQO dari P. falciparum.
1.2.2 Rumusan Masalah
Fraksi manakah yang menghasilkan aktivitas inhibisi tertinggi terhadap enzim
MQO P. falciparum dari ekstrak kulit buah manggis?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui aktivitas inhibisi fraksi ekstrak kulit buah manggis terhadap
enzim MQO dari P. falciparum.
2. Mengetahui fraksi yang menghasilkan aktivitas inhibisi tertinggi terhadap
enzim MQO P. falciparum dari ekstrak kulit buah manggis hasil kolom
kromatografi.
1.4 Hipotesis
Fraksi hasil kolom kromatografi ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas
inhibisi terhadap enzim MQO dari P. falciparum.
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberikan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan
obat malaria dari ekstrak kulit buah manggis.
2. Memberikan kontribusi tentang penggunaan PfMQO activity assay
terhadap tumbuhan obat.
3. Memiliki kontribusi dan manfaat sebagai dasar upaya pemanfaatan bahan
alam untuk mengobati penyakit malaria.
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.8 Manggis (Garcinia mangostana L.)
Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat
Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia
Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Manggis merupakan salah
satu buah unggulan yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan (Prihatman,
2000).
Gambar 2.1 Pohon manggis Gambar 2.2 Buah & Kulit manggis
(Sumber : Dokumentasi Pribadi) (Sumber : budidayakita.com)
2.8.1 Klasifikasi Tanaman
Manggis diklasifikasikan berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Mangoliophyta
Kelas : Mangoliopsida
Bangsa : Malpighiales
Suku : Clusiaceae (syn. Guttiferae)
Marga : Garcinia
Jenis : Garcinia mangostana
6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Pasaribu, 2012)
2.8.2 Sinonim
Manggis dikenal dengan nama daerah di wilayah Indonesia sebagai manggu
(Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggih
(Minangkabau), mangustang (Halmahera), dan manggis (Jawa). Orang asing
menyebut manggis dengan nama manggistan (Belanda), mangosteen (Inggris),
mangastane (Jerman), mangostao (Portugis), mangustan (Hindi), mengop/mengut
(Burma), mangostan (Perancis), dan manggis (Malaysia) (Hadriyono, 2011).
2.8.3 Morfologi Tanaman
Buah manggis memiliki diameter secara keseluruhan 2,4-7,5 cm. Manggis
memiliki ketebalan kulit sekitar 0,6-1 cm dengan pigmen warna ungu (Akao, 2008).
Manggis merupakan salah satu buah tropis yang dikenal sebagai super fruits karena
dari karakteristik rasa, bau, penampilannya yang berkualitas dan yang sangat penting
yaitu manggis memiliki kekayaan nutrisi berupa kekuatan antioksidannya yang sangat
tinggi (Priya, 2010).
2.8.4 Habitat Tumbuhan
Pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di
bawah 1.000 mdpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di
bawah 500-600 mdpl. Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara (ICUC, 2003).
2.8.5 Kandungan Kimia
Getah berwarna kuning sering dijumpai pada kulit manggis. Getah yang
berwarna kuning tersebut merupakan eksudat resin yang banyak terdapat pada
berbagai tanaman termasuk famili Guttiferae dan eksudat ini berasal dari saluran resin
7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang rusak. Apabila saluran resin rusak maka getah ke luar dari saluran getah dan
menembus ke dalam segmen buah yang menyebabkan daging buah menjadi bening
dan rasanya pahit. Selain itu dapat juga ditemui bintik kuning pada kulit buahnya.
Buah yang terserang getah kuning digolongkan buah yang tidak layak untuk dijual.
Kerusakan saluran resin pada kulit buah ini dapat disebabkan oleh karena beberapa
faktor seperti lingkungan misalnya hujan dan angin yang berlebihan, serangan hama
dan juga penanganan yang tidak baik yang dapat menyebabkan kerusakan kulit buah
(Ropiah, 2009). Kadar xanton berbeda tergantung pada kualitas buah, di mana kadar
terbesar di dapatkan pada buah dengan kulit burik atau kasar yaitu 23,5 μg/g ekstrak,
sedangkan pada buah yang besar dengan kulit mulus mengandung kadar xanton
sebesar 18,5 μg/g ekstrak, pada buah yang kecil sebesar 20,3 μg/g ekstrak dan buah
yang mengandung getah kuning sebesar 15,2 μg/g ekstrak. Buah dengan kulit burik
terjadi akibat adanya serangan hama atau akibat kerusakan fisik. Dalam kondisi
tersebut xanton berperan sebagai mekanisme pertahanan dalam mencegah terjadinya
stress akibat serangan hama atau kerusakan fisik, namun demikian sifat sebagai
antioksidan yang di uji dengan menggunakan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH)
sebagai sumber radikal bebas, ekstrak metanol kulit buah manggis tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antar kualitas buah (Kurniawati 2010).
Kulit buah manggis telah diekstraksi dan ditemukan kandungan 95% xanton
yang termasuk dalam senyawa isoflavon, tanin, flavanoid, vitamin C, fenol dan
antosianin (Priya, 2010). Beberapa penelitian menunjukkan xanton dari buah manggis
yang memiliki aktivitas biologis tertinggi yaitu α-mangostine dan γ-mangostine.
Xanton merupakan kelompok pigmen kuning yang terdapat pada beberapa macam
famili dari tanaman tinggi, jamur, tanaman lumut. Xanton adalah unsur utama yang
terdapat pada tanaman manggis (Suksamrarn, 2003).
2.8.6 Aktivitas Biologi
a. Antioksidan
Ekstrak kulit buah manggis telah diuji dimana berpotensi sebagai
antioksidan (Moongkardni, 2004). Sifat antioksidan kulit buah manggis
8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dikaitkan dengan adanya bahan aktif terutama dari kulit buah. Bahan aktif
yang telah berhasil diidentifikasi dari kulit buah manggis berupa sejumlah
besar senyawa xantone diantaranya yaitu: 8- hydroxycudraxanthone 6,
mangostingone (7-methoxy-2- (3 methyl-2-butanyl) -8- (3-methyl-2-oxo-
3-butenyl)-1,3,6 trihydroxyxantone, cudraxantone 6, 8-deoxygartanin,
gacimangosone B, garcinoe D, garcinone E, gartanin, 1-somangostin, α-
mangostin, β-mangostin, mangostinone, smeathxantone A dan tovophllin
A. Diantara senyawa xantone α-mangostin dan β-mangostin merupakan
komponen yang terbesar (Akao, 2008).
b. Antiinflamasi
Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari kulit buah manggis
sampai saat ini baru dilakukan pada tahapan in vitro. Dari hasil penelitian
yang didapatkan diduga senyawa yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi
adalah γ-mangostin. Nakatani (2002) melakukan penelitian aktivitas
antiinflamasi in vitro dari γ-mangostin terhadap sintesa prostaglandin E2
(PGE2) dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma tikus C6. γ-
mangostin menghambat secara poten pelepasan PGE2. γ-mangostin
menghambat perubahan asam arakidonat menjadi PGE2 dalam
mikrosomal, dimana kemungkinan penghambatannya pada jalur
siklooksigenase. Pada percobaan enzimatik in vitro, senyawa ini mampu
menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2 (Nakatani, 2002).
c. Antihistamin
Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil peran
penting adalah sel mast yaitu sel yang mengandung granula yang berisi
histamin dan heparin, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu
histamin dan serotonin. Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan
histamin tersebut, Furukwa et al., (1996, 1998) melakukan pengujian
ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta dada kelinci
terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun serotonin.
9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya peneliti lain melakukan kajian mekanisme ekstrak
kulit manggis tersebut, hasilnya diketahui bahwa ekstrak etanol 40% dari
kulit manggis adalah paling poten dalam menghambat sintesa PGE2 dan
pelepasan histamine (Nakatani, 2002)
d. Antikanker
Hingga saat ini, pengobatan kanker masih tidak memuaskan. Oleh
karena itu, penelitian penemuan obat kanker masih gencar dilakukan.
Senyawa garsinon E yang merupakan turunan xanton, memiliki aktivitas
sitotoksisitas paling poten pada sel line kanker hati (Ho CK, 2002).
Ekstrak metanol kulit buah manggis dilaporkan menunjukkan aktivitas
sangat poten dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3,
dan menunjukkan aktivitas apoptosis (Moongkardni, 2004).
Di lain pihak, uji aktivitas antiproliferatif dan apoptosis pada
pertumbuahn sel leukemia manusia HL60 menunjukkan bahwa alfa-
mangostin menunjukkan aktivitas anti-proliferasi dan apoptosis terpoten di
antara senyawa xanton lainnya (Matsumoto, 2003).
e. Antimikroorganisme
Aktivitas antimikroorganisme juga dimiliki oleh kulit buah
manggis. Alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B yang berasal
dari kulit manggis menunjukkan aktivitas paling poten dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis (Suksamrarn, 2003).
f. Antimalaria
Pada penelitian yang dilakukan Tjahjani (2013), menunjukkan
aktivitas antimalaria yang menjanjikan dari ekstrak dan fraksi kulit G.
mangostana dan efek yang sinergis dengan artemisinin (Tjahjani, 2013).
Senyawa xanton yang berasal dari manggis menunjukkan potensi tinggi
sebagai senyawa antimalaria (Ignatushchenko, 2000).
10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9 Simplisia
2.9.1 Definisi Simplisia
Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih
berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan,
2010). Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan
lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60ºC (Depkes RI, 2008). Simplisia
merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan herbal sangat
dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu, sumber simplisia,
cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara yang baik
(Badan POM RI, 2005).
2.9.2 Penyiapan Simplisia
Tahapan yang harus dilakukan sebelum tahap pembuatan ekstrak adalah
penyiapan simplisia, langkah –langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Bahan Baku
Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor,
seperti: umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian
tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh (Depkes RI,
2000).
b. Sortasi Basah
Sortasi dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada
proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir. Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya
setelah dilakukan pencucian dan perajangan (Depkes RI, 2008).
11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Pencucian
Pada tahap ini sampel dicuci dengan menggunakan air bersih untuk
menghilangkan garam serta epifit yang menempel ditubuhnya (Syah,
2012).
d. Perajangan
Pada tahap ini dilakukan pemisahan bagian – bagian tegakan dari
sampel untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan
penggilingan. Namun sebelumnya dilakukan pengeringan pada bagian
sampel secara utuh dengan diangin-anginkan terlebih dahulu selama tiga
hari (Depkes RI, 2008).
e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara
alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan
memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi
dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan
dengan oven. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30-90°C
(Syah, 2012).
f. Sortasi kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran lain
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Depkes RI, 2000).
g. Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak
beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya
kerusakan. Sedangka penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang
kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari
gangguan serangga maupun tikus (Gunawan, 2004).
12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.10 Ekstrak dan Ekstraksi
2.10.1 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 1995).
Ekstrak kental merupakan massa kental yang mengandung bermacam
konsentrasi dan kekuatan bahan berkhasiat serta dapat disesuaikan dengan
penambahan bahan aktif alam atau dengan penambahan bahan inert seperti dekstrin,
laktosa, dan sebagainya (Agoes, 2007).
2.10.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif suatu simplisia dengan
menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar
dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar. Secara umum
ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar, lalu pelarut
semi polar, kemudian pelarut yang bersifat polar (Chaudri, 2001).
Pembagian metode ekstraksi yaitu :
a. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi yang paling sederhana.
Proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena
13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar (BPOM RI, 2006).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) (Depkes RI, 2000).
b. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Pada metode refluks,
sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang dihubungkan
dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih.
Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu (Seidel, 2006).
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (BPOM RI, 2006).
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 ºC (BPOM RI, 2006).
4. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 ºC selama 15 menit
(Depkes RI, 2000).
14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100 ºC (Depkes RI,
2000).
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi dengan
pelarut organik secara bertingkat. Maserasi secara bertingkat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Prinsip
ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang akan diekstrak
dikontakkan langsung dengan pelarut selama selang waktu tertentu, sehingga
komponen yang akan diekstrak terlarut dalam pelarut kemudian diikuti dengan
pemisahan pelarut dari bahan yang telah diekstrak (Achmadi, 1992).
Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah
heksan, etil asetat, dan etanol yang ketiganya berturut-turut merupakan senyawa
nonpolar, semi polar, dan polar. Heksan merupakan pelarut yang bersifat nonpolar
dan berfungsi melarutkan lemak. Heksan terdiri dari hidrokarbon alkana dengan
rumus molekul C6H14. Heksan yang digunakan sebagai pelarut berupa cairan tak
berwarna dan memiliki titik didih 69°C serta larut dalam air. Sedangkan etil asetat
merupakan komponen organik semi polar dengan rumus molekul C4H8O2. Etil asetat
bersifat volatil, nontoksik, dan tidak higroskopis. Pelarut ketiga adalah etanol dengan
rumus molekul C2H5OH bersifat volatile (Sudarmaji, 2007).
2.11 Malaria
2.11.1 Definisi
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus Plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau
udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan
bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam
15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
(Prabowo, 2008).
2.11.2 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari kelas Sporozoa genus Plasmodium.
Pada manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu P. falciparum, P. vivax, P.
malariae, dan P. ovale tergolong dalam filum apicomplexa sehingga obat-obat yang
diperoleh dapat digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh protozoa dalam
filum apicomplexa seperti Toxoplasma gondii, Cyclospora cayetanensis, dan
Cryptosporidium parvum (Chaudhary, 2005). Akan tetapi dari keempat spesies
Plasmodium, jenis spesies P. falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan
dapat menimbulkan kematian (Harijanto, 2010).
Plasmodium falciparum diklasifikasikan berdasarkan ilmu taksonomi sebagai
berikut:
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Bangsa : Eucoccidiorida
Suku : Plasmodiidae
Marga : Plasmodium
Jenis : Plasmodium falciparum
(Baldacci, 2004).
2.11.3 Penyebab Malaria
Malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis spesies yaitu
P. vivax menyebabkan malaria tertiana, P. malariae menyebabkan malaria quartana,
16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
P. falciparum menyebabkan malaria tropika dan P. ovale menyebabkan malaria ovale
(Soemirat, 2009).
Menurut (Achmadi, 2010) di Indonesia terdapat empat spesies Plasmodium,
yaitu:
1. P. vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah
beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48
jam atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi
plasmodium vivax antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah
pembengkakan limpa atau splenomegali.
2. P. falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika,
secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria
celebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari,
dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta
kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.
3. P. ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale
adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif
ringan dan sembuh sendiri.
4. P. malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan
gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada
daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung
tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini
sering mengalami kekambuhan.
2.11.4 Pengobatan Malaria
Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal
dalam tubuh manusia seumur hidup. Pengobatan pada orang yang terkena malaria
17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
telah banyak dilakukan, umumnya menggunakan berbagai jenis obat alam (kina)
maupun obat sintetik seperti turunan primakuin, klorokuin, fenantrolin atau
artemisisnin (Armunanto, 2004). Pengobatan yang spesifik untuk semua tipe malaria
diantaranya:
1. Pengobatan menggunakan klorokuin untuk mereka yang terinfeksi P.
falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale yang masih sensitif
terhadap obat tersebut.
2. Pengobatan menggunakan quinin dihidroklorida untuk orang dewasa yang
terinfeksi malaria dengan komplikasi berat dan orang yang tidak
memungkinkan diberikan obat peroral.
3. Pengobatan menggunakan quinin untuk infeksi malaria P. falciparum yang
terdapat di daerah yang ditemukan strain yang resisten terhadap klorokuin.
4. Pengobatan infeksi malaria P. vivax yang terjadi di Papua New Guinea
atau Papua (Indonesia) digunakan mefloquin.
5. Pencegahan infeksi ulang karena digigit nyamuk yang mengandung P.
vivax dan P. ovale diberikan pengobatan dengan primaquin. Primaquin
tidak dianjurkan pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi malaria
bukan oleh gigitan nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah) tetapi
karena dengan cara penularan infeksi malaria seperti ini tidak ada fase hati
(Suhardiono, 2005).
Obat antimalaria dapat dikelompokkan menurut efek atau cara kerja obat pada
parasit stadium eritrositik. Beberapa mekanisme kerja dan target dari obat malaria
yang telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya, antara lain:
1. Gangguan pencernaan hemoglobin dalam lisosom vakuola makanan (food
vacuola) parasit. Obat golongan 4-aminokuinolin sangat esensial dalam
mengganggu proses pencernaan hemoglobin oleh parasit dengan jalan
mengadakan interaksi dengan heme atau menghambat pembentukan
hemozoin. Target baru obat golongan ini adalah menghambat enzim
18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
plasmepsin dan enzim falcipain yang berperan dalam pemecahan globin
menjadi asam-asam amino. Hemozoin dan asam asam amino diperlukan
untuk pertumbuhan parasit, sehingga jika pembentukan dihambat maka
parasit akan mati.
2. Gangguan pada jalur folat dalam sitoplasma parasit. Obat antimalaria
sulfadoxine pyrimethamine (SP) dan kombinasi baru chlorproguanil-
dapsone merupakan inhibitor kompetitif yang berperan dalam jalur folat.
3. Pengantar proses alkilasi generasi obat dari artemisin menghasilkan
radikal bebas yang berfungsi untuk mengalkilasi membran parasit.
4. Mempengaruhi fungsi mitokondria karena mitokondria target obat baru
yang potensial. Kerja atovaquone melalui penghambatan reduktase
sitokrom c menjadi dasar bersinergi dengan obat-obatan proguanil
(Simamora, 2007).
Sekarang kasus malaria semakin meningkat di dunia, sekaligus meningkatnya
penyebaran resitensi pada obat antimalaria yang sudah efektif. Maka berbagai riset
penemuan senyawa aktif sebagai antimalaria terus dikembangkan oleh banyak
peneliti (Armunanto, 2004). Target obat potensial yang disarankan untuk
dikembangkan berhubungan dengan hambatan pada struktur organel parasit, antara
lain pemecahan sel protein host, transporter parasit, organel plastida, biosintesis
isoprenoid, kontrol siklus sel, fungsi mitokondria, dan biosintesis membran (Ridley,
2002).
2.12 Produksi Energi
Proses produksi energi di dalam tubuh terjadi pada mitokondria. Mitokondria
dari spesies Plasmodium memiliki fitur struktural dan fungsional yang tidak biasa
yang membedakannya dari mitokondria mamalia. Mitokondria memiliki empat
bagian penting yaitu: membran luar, ruang antar membran, membran dalam, dan
matriks. Fungsi mitokondria adalah sebagai organel yang menghasilkan energi bagi
sel berupa Adenosin Trifosfat (ATP). Energi yang dihasilkan merupakan hasil
19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konversi gula melalui proses fosforilasi oksidatif dan menghasilkan sekitar 90%
energi bagi tubuh (Poedjiadi, 2006). Karena itu sangat penting untuk kelangsungan
hidup parasit, mitokondria menjadi target yang menjanjikan untuk pengembangan
obat antimalaria baru (Antoine, 2012).
Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui tiga jalur yaitu
glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron.
Gambar 2.4 Skema Produksi Energi dalam Tubuh
(Sumber: Sridianti, 2010)
Glukosa
Asam piruvat
Gambar 2.5 Skema Proses Glikolisis
(Sumber: Fungsi.id)
Glikolisis adalah peristiwa pengubahan glukosa menjadi molekul yang lebih
sederhana yaitu asam piruvat. Pada reaksi glikolisis satu molekul glukosa terurai
menjadi 2 asam piruvat menghasilkan empat molekul ATP, tetapi dua molekul ATP
digunakan untuk beberapa reaksi kimia pada reaksi glikolisis. Setelah glikolisis
4 ADP
4 ATP
2 NAD
2 NADH2
20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
biasanya dilanjutkan dengan dekarboksilasi oksidatif yaitu proses perubahan asam
piruvat untuk menjadi asetil koenzim A yang bersifat oksidatif (Irawan, 2007).
Gambar 2.6 Skema Proses Siklus Krebs
(Sumber: mikrobio.net)
Asam piruvat yang berasal dari glikolisis selanjutnya masuk ke siklus Krebs
setelah bereaksi dengan NAD+ dan koenzim A membentuk senyawa asetil ko-enzim
A. Dalam peristiwa ini di hasilkan karbon dioksida (CO2) dan dinukleotida adenin
nikotinamida (NADH). Reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat
membentuk asam sitrat reaksi ini dikatalisis enzim sitrat sintase. Dalam peristiwa ini
ko-A di bebaskan kembali. Selanjutnya, asam sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh
enzim akonitase. Isositrat dikatalisis oleh ezim isositrat dehidrogenase membentuk
asam alfa ketoglutarat dengan membebaskan CO2. Peristiwa berikutnya suksinil ko-A
21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diubah menjadi asam suksinat oleh enzim suksinil ko-A sintetase. Asam suksinat
yang terbentuk kemudian diubah menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase.
Pada reaksi ini akan dihasilkan flavin adenin dinukleotida (FADH2). Fumarat akan
diubah menjadi malat oleh enzim fumarase. Malat akan diubah menjadi oksaloasetat
oleh enzim malat dehidrogenase. Pada tahap ini juga dihasilkan NADH (Budiyanto,
2013).
Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan
empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase),
kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q-sitokrom C
reduktase), dan kompleks IV (sitokrom oksidase). Kompleks I menerima elektron dari
NADH dan mengalirkannya menuju koenzim-Q juga akan menerima elektron dari
FADH2 (kompleks II) yang dihasilkan siklus Krebs dan elektron dari kompleks III.
Elektron dari koenzim-Q ini kemudian dialirkan menuju sitokrom C dan proses ini
menyebabkan empat proton terpompa dari matriks menuju ruang antar membran.
Proses saat elektron ini dialirkan dari sitokrom C menuju O2 dan O2 direduksi
menjadi H2O, dilakukan oleh kompleks IV yang menghasilkan dua proton untuk
dipompa dari matriks menuju ruang antar membran. Proses pemompaan proton dari
matriks menuju ruang antar membran mitokondria (reaksi transport elektron)
menyebabkan terbentuknya gradien elektrokimia, yaitu pH di ruang antar membran
yang lebih rendah dibandingkan pH dalam matriks mitokondria. Perbedaan proton ini
mengandung energi potensial sehingga bila proton mengalir kembali melalui
kompleks V (ATP sintase), maka energi dilepas dan menggerakkan sintesis ATP dari
ADP dan fosfat inorganik (Browning, 1982).
2.13 Enzim Sebagai Target Obat
Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani, en = di dalam dan zyme = ragi)
adalah senyawa organik yang tersusun atas protein, dihasilkan oleh sel, dan berperan
sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim adalah biokatalisator organik yang
dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu
22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Hampir
semua enzim merupakan protein (Akhdiya, 2003).
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu (Pelczar,
2005).
Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang
berbeda disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu
kondisi atau zat yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim
agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan
metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter (Poedjiadi, 2006).
2.13.1 Enzim Malate:Quinon Oxidoreductase (MQO) (EC.1.1.5.4)
Malate:quinon oxidoreductase (MQO) adalah flavoprotein yang terikat pada
membran perifer yang mengkatalisis oksidasi malat ke oksaloasetat (Molenaar, 1998).
Malat + Q → Oksaloasetat + QH2
P. falciparum MQO (PfMQO) terlibat dalam siklus Krebs dengan menjadi
pengganti dari malat dehidrogenase mitokondria (Uyemura, 2004). Kontribusi MQO
pada transpor elektron mitokondria telah didukung dengan mengukur konsumsi
oksigen dan membran potensial yang disebabkan oleh malat di P. yoelii yoelii
(Uyemura, 2004). Sampai saat ini, tidak ada struktur kristal Plasmodium MQO yang
tersedia.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa PfMQO terlibat dalam siklus
fumarate, siklus Krebs dan respiratory chain. Keterlibatan PfMQO dalam ketiga
siklus ini menyarankan bahwa posisi enzim ini penting dalam siklus hidup parasit
malaria (Kerscher, 2000).
23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.14 Kromatografi
2.14.1 Prinsip Kromatografi
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom,
perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi
resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar,
2008).
Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphien
berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet
(1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya berhasil
memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan
menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan
petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan
larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut
petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom
sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan (Alimin,
2007).
2.14.2 Kolom Kromatografi
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai
alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa
pipa gelas yang dilengkapi suatu kran di bagian bawah kolom untuk mengendalikan
aliran zat cair (Yazid, 2005).
Kromatografi kolom merupakan salah satu metode kromatografi yang dapat
digunakan untuk fraksinasi ini merupakan cara yang terbaik untuk pemisahan
campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Campuran yang akan dipisahkan pada
kromatografi kolom adalah berupa pita pada bagian atas kolom penjerap yang berada
24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam tabung kaca, tabung logam, atau bahkan tabung plastik. Pelarut eluen dibiarkan
mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong
dengan tekanan (Rouessac, 2007).
2.14.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif merupakan salah satu metode
pemisahan dengan menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penjerap yang
sering dipakai adalah 0,5 - 2 mm. ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm.
Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan
yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap yang paling umum
digunakan adalah silika gel. Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan
cuplikan dalam sedikit pelarut. Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit
mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita. Pelarut yang baik untuk
melarutkan cuplikan adalah pelarut yang atsiri. Pengembangan plat KLT preparatif
dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung plat. Bejana dijaga tetap jenuh
dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas saring yang diletakkan berdiri
disekeliling permukaan bagian dalam bejana (Hostettmann, et al, 1995).
Kebanyakan Penjerap KLT preparatif mengandung indikator fluorosensi yang
membantu mendeteksi letak pita yang terpisah pada senyawa yang menyerap sinar
ultraviolet (Hostettmann, et al, 1995). Pita ditampakkan dengan cara yang tidak
merusak maka senyawa yang tidak berwarna dengan penjerap dikerok dari plat kaca.
Cara ini berguna untuk memisahkan campuran beberapa senyawa sehingga diperoleh
senyawa murni (Gritter, et al, 1991).
Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi sangat lazim
menggunakan harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai:
Rf =
(Yazid, 2005)
Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Jarak garis depan pelarut dari titk awal
25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Juni 2017.
Pembuatan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dilakukan di
Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Uji aktivitas inhibisi enzim
MQO dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) Serpong.
3.5 Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan untuk ekstraksi kulit buah manggis adalah pisau,
kertas polos, alat penggiling simplisia (Philips), botol maserasi, batang pengaduk,
gelas ukur (Duran), kertas saring, kapas, corong (Pyrex), cawan penguap, timbangan
analitik (Kern), dan rotary evaporator (Eyela).
Alat yang digunakan pada pemisahan senyawa inhibitor dengan kolom
kromatografi yaitu, kolom kromatografi (Pyrex) dengan diameter 2 cm dan panjang
30 cm, gelas beaker (Pyrex), batang pengaduk, kapas, alumunium foil, dan kertas
saring.
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian aktivitas inhibisi terhadap enzim
MQO yaitu, vortex (MixMate), tube (Axygen), spatula, neraca analitik (Kern), pipet
volumetric (Pyrex), SpectraMax® (Paradigm), NuncTM 269787 microwell 96-well,
pipet mikro multi channel (Rainin), tabung sentrifuge (Falcon), dan sonikator (As
one).
Sampel yang digunakan adalah kulit buah manggis segar yang diperoleh dari
BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat), Bogor, Jawa Barat.
26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bahan yang digunakan pada pemisahan senyawa inhibitor dengan kolom
kromatografi yaitu, ekstrak kental kulit buah manggis, silica gel 60 (Merck, 0,063-
0,200), n-heksan, etil asetat, dan etanol 96%.
Bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan skrining fitokimia kulit buah
manggis adalah pelarut etanol 96%, etil asetat, n-heksan, aquadest, Dragendroff’s,
Mayer’s, asam klorida, ferri klorida, asam sulfat, dan kloroform.
Enzim PfMQO disediakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Serpong.
Bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas inhibisi terhadap enzim
MQO yaitu, ekstrak kental kulit buah manggis, Diklorofenol-indofenol (DCIP)
(Sigma), 4-2-hidroksietil-1-piperazinaetana asam sulfonat (HEPES) pH 7 (Sigma),
Kalium sianida (KCN) (Sigma), decylubiquinone (D7911 Sigma), enzim PfMQO
(Wako), sodium malate (Wako).
3.6 Metode Penelitian
3.6.1 Pengambilan Sampel
Sampel kulit buah manggis sebanyak 3 kg. Bagian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kulit buah (pericarp) manggis.
3.6.2 Determinasi Sampel
Buah manggis diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Biologi-LIPI,
Bidang Botani, Bogor.
3.6.3 Persiapan Simplisia
Kulit buah manggis sebanyak ±2,3 kg yang telah dibersihkan dari kotoran
dengan menggunakan air mengalir (sortasi basah), kemudian dirajang dengan
menggunakan pisau menjadi ukuran yang lebih kecil ±3 cm. Rajangan kulit buah
manggis ini kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (pemanasan tidak
27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
langsung). Kulit buah manggis kering kemudian digiling dan diayak sehingga didapat
serbuk kulit buah manggis kering sebanyak 1,1 kg.
3.6.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi dengan
pelarut organik secara bertingkat. Maserasi secara bertingkat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Pada
penelitian ini, pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah n-heksan, etil
asetat, dan etanol 96% yang ketiganya berturut-turut merupakan senyawa nonpolar,
semi polar, dan polar.
Sejumlah simplisia dimasukkan dalam botol maserasi dan direndam dengan
pelarut selama 3x24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan, setelah 3x24 jam
maserat ditampung dan ditambah pelarut baru. Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali
untuk setiap jenis pelarut, agar komponen senyawa dapat ditarik pelarut sesuai
dengan tingkat kepolarannya. Ekstrak diuapkan dari pelarutnya menggunakan rotary
evaporator dengan suhu 45°C untuk pelarut etanol dan 40°C untuk pelarut heksan
dan etil asetat, sehingga diperoleh ekstrak kental.
3.6.5 Rendemen Total Ekstrak Kulit Buah Manggis
Rendemen ekstrak kulit buah manggis dihitung dengan membandingkan berat
awal serbuk simplisia dengan berat akhir ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh.
Rendemen (%) = x 100%
(Depkes RI, 2000).
3.6.6 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak kulit buah manggis
bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam
Berat ekstrak kental total
Berat simplisia total (Serbuk)
28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ekstrak pada masing-masing pelarut. Pengujian mengikuti metode Tiwari et al, 2011
meliputi :
a. Alkaloid
Ekstrak dilarutkan dalam pelarut asam hidroklorit dan kemudian disaring.
Dilakukan ujipada beberapa pereaksi.
1. Uji Mayer’s : filtrat ditambahkan dengan pereaksi Mayer’s (kalium
merkuri iodida). Terbentuk endapan berwarna kuning yang
menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
2. Uji Dragendroff’s : filtrat ditambahkan pereaksi Dragendroff’s (larutan
potassium iodida). Terbentuk endapan merah yang menunjukkan
adanya senyawa alkaloid.
b. Fenol
Uji ferri klorida : ekstrak ditambahkan 3-4 tetes larutan ferri klorida.
Terbentuk warna hitam kebiru-biruan menunjukkan adanya senyawa
fenol.
c. Flavonoid
Larutan ammonia sebanyak 5 ml ditambahkan kedalam filtrat air dari
ekstrak, lalu ditambahkan 1 ml asam sulfat. Terbentuk warna kuning
menunjukkan adanya flavonoid (Ayoola, G.A. et al, 2008).
d. Saponin
Uji busa : ekstrak sebanyak 0,5 mg dikocok dalam 2 ml aquadest. Jika
terbentuk busa yang cukup lama ± 10 menit menunjukkan adanya senyawa
saponin.
e. Tannin
Ekstrak sebanyak 0,5 gram dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung
reaksi, lalu disaring. Kemudian kedalam filtrat ditambahkan beberapa tetes
ferri klorida 0,1%. Terbentuk warna hjau kecoklatan atau birukehitaman
menunjukkan keberadaan tannin.
29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Terpenoid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian
ditambahkan 3 ml asam sulfat (H2SO4) untuk membentuk lapisan. Adanya
warna merah kecoklatan diantara lapisan menunjukkan adanya senyawa
terpenoid.
3.6.7 Parameter dan Metode Uji Ekstrak
3.6.7.1 Parameter Non Spesifik
a. Kadar Air
Tujuannya yaitu memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air di dalam bahan. Cara kerja menggunakan metode
gravimetri yaitu masukan lebih kurang 10 gram ekstrak dan timbang
saksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 ºC
selama 5 jam dan ditimbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang setelah 1
jam sampai perbedaan (selisih) antara 2 penimbangan berturut-turut tidak
lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2000).
% Kadar air = x 100%
b. Kadar Abu
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dan dipanaskan pada temperatur
625ºC dimana senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan
menguap sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi
(Depkes RI, 2000).
% Kadar abu = x 100%
Berat awal - Berat akhir
Berat awal
Berat abu
Berat sampel
30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.6.7.2 Parameter Spesifik
a. Parameter Identitas Ekstrak
Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari nama
dan spesifik dari senyawa identitas, meliputi deskripsi tata nama : nama
ekstrak, nama lain tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, nama
Indonesia tumbuhan. Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas, artinya
senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu
(Depkes RI, 2000).
b. Parameter Organoleptik Ekstrak
Tujuannya adalah sebagai pengenalan awal yang sederhana dan
seobyektif mungkin. Parameter organoleptik ekstrak adalah
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI, 2000).
3.6.8 Uji Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis
Ekstrak kulit buah manggis dimasukkan kedalam tabung, lalu ditambahkan
pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) 100% untuk mendapatkan larutan induk sebanyak
10 mg/ml, larutan induk di vortex. Larutan induk dimasukkan 0.4 µl dan 2 µl kedalam
96 well plate (dilakukan pengulangan).
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
B
C
D
E
F
G
H
DMSO
100%
DMSO
100%
Ekstrak
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assay mix ditambahkan sebanyak 194.6 µl (untuk volume 0,4 µl) dan 193 µl
(untuk volume 2 µl) lalu dimasukkan ke dalam instrumen SpectraMax® dengan suhu
37ºC pada panjang gelombang 600 nm selama 180 detik. Malate ditambahkan 5 µl
lalu dimasukkan kedalam instrumen diikuti dengan pengurangan DCIP setiap 1 min
selama 480 detik dengan suhu 37ºC pada panjang gelombang 600 nm.
3.6.9 Pemisahan Senyawa Inhibitor dengan Kolom Kromatografi
Pemisahan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kental kulit buah
manggis menggunakan kolom kromatografi. Kolom yang digunakan berdiameter 2
cm dan panjang 30 cm. Kolom dibersihkan dan disiapkan dengan memberi kapas
pada ujung kolom untuk menahan silika gel agar tidak keluar, lalu dipasang tegak
lurus pada statif. Kemudian silika gel ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut yang
sesuai, diaduk hingga terbentuk suspensi (Yazid, 2005).
Silika dimasukkan ke dalam kolom sambil diketuk-ketuk agar silika dapat
memadat didalam kolom. Pelarut dimasukkan ke dalam kolom dan ditampung, lalu
dimasukkan kembali kedalam kolom. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang
hingga silika gel menjadi padat. Ekstrak kental kulit buah manggis dilarutkan dengan
pelarutnya, kemudian dimasukkan secara hati-hati kedalam kolom pada bagian atas
dengan cara dialirkan melewati dinding kolom. Pemisahan ekstrak kental kulit buah
manggis dengan menggunakan elusi pelarut bergradien yang sesuai. Eluat ini
kemudian ditampung didalam vial. Masing-masing fraksi elusi diuji aktivitas inhibisi
enzim MQO.
3.6.10 Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi Aktif Eksrak Kulit Buah Manggis
Fraksi dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditambahkan pelarut DMSO (dimetil
sulfoksida) untuk mendapatkan larutan induk sebanyak 10 mg/ml, larutan induk di
vortex lalu di sonikasi, di buat seri pengenceran dari larutan induk yaitu 0,1 µg/ml, 1
µg/ml, 10 µg/ml, dan 100 µg/ml. Satu persatu seri pengenceran dimasukkan 2 µl ke
dalam 96 well plate (dilakukan duplo).
32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assay mix ditambahkan sebanyak 193 µl (untuk volume 2 µl), lalu
dimasukkan ke dalam instrumen SpectraMax® dengan suhu 37ºC pada panjang
gelombang 600 nm selama 180 detik. Malat ditambahkan 5 µl dari 400 mM lalu
dimasukkan ke dalam instrumen diikuti dengan pengurangan DCIP setiap 1 min
selama 480 detik dengan suhu 37ºC pada panjang gelombang 600 nm.
3.6.11 KLT Preparatif Fraksi dengan Aktivitas Inhibisi Tertinggi
Tujuan dilakukan KLT Preparatif adalah untuk memisahkan senyawa yang
terkandung didalam fraksi, untuk melihat aktivitas inhibisi setelah dilakukan KLT
Preparatif. Membuat bubur silika dengan menimbang silika gel 60 GF 254 sebanyak 5
gram, dilarutkan dalam 11 ml aquadest dan di aduk. Bubur silika tersebut kemudian
dituangkan di atas pelat kaca berukuran 10cm x 10cm, diratakan lalu dibiarkan
mengering selama 1 hari. Sebelum KLT Preparatif digunakan, dioven terlebih dahulu
pada suhu 100 ºC selama 60 menit untuk mengaktifkan fasa diam KLT preparatif, dan
menghilangkan air yang terdapat pada pelat (Sastrohamidjojo, 2007).
Fraksi etil asetat diuapkan. Fraksi yang pekat kemudian diencerkan dengan
sedikit etil asetat. Fraksi etil asetat ditotolkan pada pelat klt preparatif secara kontinu
hingga didapat noda berupa garis lurus. Pelat didiamkan hingga noda kering. Pelat
dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan pengembang n heksan-
etilasetat (6:4), dibiarkan hingga pengembang mencapai garis batas atas. Pelat
dikeluarkan dan didiamkan hingga kering. Bercak pada pelat diamati dibawah sinar
UV 254, dan UV 366. Bercak berupa pita yang dikerok dari pelat dan dilarutkan
dengan sedikit etil asetat untuk memisahkan silika dan isolat menggunakan kolom
(Harborne, 1996).
3.6.12 Uji Aktivitas Inhibisi Hasil KLT Preparatif
Isolat dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditambahkan pelarut DMSO (dimetil
sulfoksida) untuk mendapatkan larutan induk sebanyak 10 mg/ml, larutan induk
divortex lalu disonikasi, dibuat seri pengenceran dari larutan induk yaitu 1000 µg/ml,
33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1250 µg/ml, 2500 µg/ml, 5000 µg/ml, dan 10000 µg/ml. Satu persatu seri
pengenceran dimasukkan 2 µl ke dalam 96 well plate (dilakukan duplo) dihasilkan
konsentrasi akhir yaitu 100 µg/ml, 50 µg/ml, 25 µg/ml, 12.5 µg/ml, dan 10 µg/ml.
Assay mix ditambahkan sebanyak 193 µl (untuk volume 2 µl) lalu dimasukkan
ke dalam instrumen SpectraMax® dengan suhu 37ºC pada panjang gelombang 600
nm selama 180 detik. Malat ditambahkan 5 µl dari 400 mM lalu dimasukkan ke
dalam instrumen diikuti dengan pengurangan DCIP setiap 1 min selama 480 detik
dengan suhu 37 ºC pada panjang gelombang 600 nm.
3.6.13 Perhitungan Aktivitas Enzim
Perhitungan persen inhibisi ekstrak kulit buah manggis dilakukan
menggunakan rumus:
% inhibisi = 100 - [( )] x 100%
(Ghosal, 2012).
Absorban sampel – Kontrol positif
Kontrol negatif
34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Sampel
Determinasi buah manggis dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil determinasi
menyatakan bahwa sampel buah manggis tersebut merupakan spesies Garcinia
mangostana, famili Clusiaceae, keterangan hasil determinasi dapat dilihat pada
lampiran 1.
4.2 Rendemen Ekstrak
Metode ekstraksi yang dilakukan adalah dengan cara maserasi. Ekstraksi
dengan cara maserasi ini biasanya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak
tahan pemanasan (Tiwari et al., 2011). Keuntungan dari teknik ini adalah peralatan
yang digunakan sederhana.
Maserasi terhadap kulit buah manggis dilakukan dengan cara bertingkat dari
pelarut non polar hingga polar, yaitu n-heksan, etil asetat, dan etanol. Hal ini
bertujuan untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat non polar hingga polar yang
terdapat pada kulit buah manggis.
Rendemen yang diperoleh dari proses ekstraksi sejumlah 1100 gram serbuk
simplisia kulit buah manggis dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Rendemen Ekstrak Kulit Buah Manggis
Ekstrak Bobot ekstrak Rendemen
N-heksan 7,78 gram 0,70 %
Etil asetat 100,80 gram 9,16 %
Etanol 115,06 gram 10,4 %
35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil perhitungan rendemen menunjukkan bahwa pelarut etanol memiliki nilai
presentase rendemen tertinggi dibanding pelarut n-heksan dan etil asetat, dimana
pelarut n-heksan memiliki nilai rendemen yangpaling rendah. Berat ekstrak kering
yang diperoleh menunjukkan bahwa pelarut yang digunakan mampu melarutkan
bahan alami terseleksi dari padatannya.
Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pelarut etanol lebih banyak
melarutkan senyawa atau zat yang mempunyai potensi bioaktif. Prinsip pelarutan
yang dipakai pada metode ini adalah like dissolve like, dimana prinsipnya adalah
pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan
senyawa non polar (Mutaqin, 2013).
Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syajarwati, 2012
pelarut polar dan semi polar memiliki hasil rendemen yang lebih besar dibandingkan
dengan pelarut non polar (Syajarwati, 2012).
4.3 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak kulit buah manggis
bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam
ekstrak pada masing-masing pelarut.
Hasil penapisan fitokimia pada masing-masing ekstrak dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Manggis
Jenis Uji Ekstrak n-heksan Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Etanol
Alkaloid + + +
Flavonoid + + +
Saponin - + +
Fenol - - +
Tannin - - +
Terpenoid - - +
36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan hasil penapisan fitokimia yang dilakukan, memperlihatkan
perbedaan pada setiap pelarut yang digunakan. Hal ini diduga karena pelaut yang
digunakan berbeda tingkat kepolarannya, sehingga berbeda pula senyawa yang
terekstrak. Identifikasi senyawa alkaloid memberikan hasil positif pada ketiga
ekstrak. Ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata pada masing-masing ekstrak
dengan penambahan pereaksi Dragendorff, dan juga menghasilkan endapan putih
ketika bereaksi dengan Mayer. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purba et.
al. (2001) alkaloid menunjukkan hasil positif pada ekstrak non polar, semi polar, dan
polar. Pada identifikasi senyawa flavonoid diperoleh hasil yang positif pada ketiga
ekstrak. Uji flavonoid positif ditandai dengan terbentuknya warna kekuningan pada
ekstrak n-heksan dan etil asetat, sedangkan pada ekstrak etanol terbentuk warna
jingga.
Ekstrak etil asetat dan etanol memperlihatkan hasil yang positif pada
identifikasi senyawa saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil.
Penelitian yang dilakukan Sangi et. al. (2008) menunjukkan bahwa saponin memiliki
glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid sebagai gugus
nonpolar. Identifikasi senyawa fenol menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan
terbentuknya warna hitam kebiru-biruan pada ekstrak etanol dengan penambahan ferri
klorida.
Pada identifikasi senyawa tannin menunjukkan hasil positif pada ekstrak
etanol, dengan terbentuknya warna biru kehitaman pada ekstrak yang diberi FeCl3.
Sedangkan pada n-heksan dan etil asetat menunjukkan hasil yang negatif. Penelitian
yang dilakukan oleh Gupita, (2012) menunjukkan hasil positif pada pengujian tanin
yang menunjukkan warna biru kehitaman. Identifikasi senyawa terpenoid yang
dilakukan menunjukkan hasil positif pada ekstrak etanol ditandai dengan adanya
warna merah kecoklatan diantara lapisan kloroform dan asam sulfat yang di
tambahkan kedalam ekstrak.
Hasil identifikasi tersebut sesuai dengan pengujian yang dilakukan oleh Putri,
et. al. (2014) yang menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki lebih
37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
banyak senyawa semi polar dan polar dibandingkan dengan senyawa non polar (Putri,
2014).
4.4 Parameter dan Metode Uji Ekstrak
Parameter dan metode uji ekstrak yang dilakukan terhadap ekstrak kulit buah
manggis dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Parameter dan Metode Uji Ekstrak
Parameter Uji Ekstrak
n-heksan
Ekstrak
Etil
Asetat
Ekstrak
Etanol Menurut Literatur
Parameter Non Spesifik :
a. Kadar air
b. Kadar abu
2,21 %
2,70 %
17,56 %
15,80 %
10,20 %
12,05 %
Ekstrak kering <10%
Ekstrak kental 5-30%
Ekstrak cair >30%
(Voigt, 2005)
≤ 16,6%
(Depkes RI, 2000)
Parameter Spesifik :
a. Parameter Identitas
Ekstrak
- Nama lain
tumbuhan
- Bagian yang
digunakan
- Nama Indonesia
tumbuhan
Mangi, manggu, manggus, dan maggih
Kulit buah (pericarp)
Manggis
b. Organoleptik
- Bentuk
- Warna
Ekstrak
kental
Kuning
Ekstrak
kental
Coklat
Ekstrak
kental
Coklat
Tujuannya dilakukannya uji kadar air yaitu untuk memberikan batasan
minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air didalam bahan. Hasil kadar air
ekstrak sesuai dengan literatur, untuk ekstrak kering n-heksan memiliki kadar air
2,21% yaitu >10% untuk ekstrak kering, sedangkan ekstrak kental etil asetat dan
38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
etanol memiliki kadar air 17,56% dan 12,05% yaitu masuk dalam range 5-30% untuk
ekstrak kental.
Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan
mineral pada ekstrak. Hasil kadar abu ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol
memenuhi syarat kadar abu berdasarkan literatur yaitu tidak lebih dari 16%.
4.5 Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis
Aktivitas inhibisi ekstrak kulit buah manggis terhadap enzim MQO dilakukan
dengan cara ekstrak pada masing-masing pelarut hasil maserasi yaitu n-heksan, etil
asetat, dan etanol, diencerkan menggunakan DMSO dengan konsentrasi akhir 10
mg/ml. DMSO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun
nonpolar.
Pada reaksi ini juga dibuat larutan kontrol positif dan kontrol negatif dimana
larutan kontrol positif terdiri dari DMSO, assay mix, dan tanpa substrat malat,
sedangkan kontrol negatif terdiri dari DMSO, assay mix, dan substrat malat.
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 600 nm optimum untuk penyerapan
warna kebiruan.
Tabel 4.4 Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis
Konsentrasi
(µg/ml)
% inhibisi
Ekstrak n-
heksan
% inhibisi
Ekstrak etil
asetat
% inhibisi
Ekstrak
Etanol
20 82,7 % 96,5 % 49,0 %
100 99,9 % 100,4 % 97,3 %
39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.1 Aktivitas Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis.
Uji aktivitas inhibisi ekstrak kulit buah manggis dalam pelarut DMSO
digunakan beberapa konsentrasi. Konsentrasi yang diuji yaitu 20 µg/ml dan 100
µg/ml. Hasil yang terlihat bahwa kulit buah manggis memiliki aktivitas yang berbeda
pada ketiga ekstrak. Ekstrak etil asetat pada konsentrasi 20 µg/ml dan 100 µg/ml
menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi yaitu 96,5% dan 100,4%
dibandingkan dengan ekstrak heksan dan etanol. Semakin tinggi persen inhibisi oleh
ekstrak yang digunakan maka semakin rendah aktivitas enzim, begitu pula
sebaliknya, semakin rendah persen inhibisi oleh ekstrak yang digunakan, maka
semakin tinggi aktivitas enzimnya. Proses inhibisi terjadi dengan menghambat kerja
enzim PfMQO.
4.6 Pemisahan Senyawa Inhibitor dengan Kolom Kromatografi
Pemisahan dengan menggunakan kolom kromatografi merupakan pemisahan
tahap awal terhadap senyawa yang terkandung pada ekstrak kulit buah manggis.
Pinsip kerja pemisahan kolom kromatografi berdasarkan tingkat kepolarannya,
molekul senyawa yang non polar akan bergerak terlebih dahulu diikuti senyawa semi
0
20
40
60
80
100
120
Ekstrak N-heksan Ekstrak Etil asetat Ekstrak Etanol
20 µg/ml 100 µg/ml
40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
polar dan senyawa polar. Kolom kromatografi ini dilakukan pada ekstrak etil asestat
karena berdasarkan uji yang telah dilakukan pada ketiga ekstrak kulit buah manggis
yaitu ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol. Ekstrak etil asetat menunjukkan
aktivitas inhibisi tertinggi sehingga ekstrak etil asetat dilakukan kolom kromatografi.
Adapun fase diam yang digunakan pada pemisahan ini adalah silika gel 60
(Merck), dengan fase geraknya n-heksan-etil asetat dengan perbandingan (100:0-
0:100). Eluen yang digunakan ini merupakan eluen terbaik yang mampu memisahkan
senyawa pada ekstrak etil asetat kulit buah manggis berdasarkan hasil optimasi KLT.
Fraksi senyawa ditampung menggunakan vial sebanyak 15 ml.
Jumlah fraksi yang diperoleh sebanyak 18 fraksi, diuapkan dan dilarutkan
kembali dengan etil asetat untuk selanjutnya diuji aktivitas inhibisnya terhadap enzim
PfMQO.
4.7 Aktivitas Inhibisi Fraksi Aktif Hasil Kolom Kromatografi
Aktivitas inhibisi ekstrak kulit buah manggis terhadap enzim MQO dilakukan
dengan cara ekstrak pada masing-masing pelarut hasil maserasi yaitu n-heksan, etil
asetat, dan etanol, diencerkan menggunakan DMSO dengan konsentrasi 10 mg/ml.
Adapun konsentrasi fraksi senyawa inhibitor yang digunakan dalam pengujian
ini adalah 0,1 µg/ml, 1 µg/ml, 10 µg/ml, dan 100 µg/ml. Dasar pengambilan
konsentrasi ini berdasarkan hasil uji aktivitas inhibisi ekstrak dimana pada
konsentrasi 20 µg/ml dan 100 µg/ml memberikan aktivitas inhibisi yang tinggi,
sehingga di ambil konsentrasi yang lebih rendah untuk melihat aktivitas inhibisinya.
Ekstrak kulit buah manggis yang telah diencerkan, diuji menggunakan larutan
assay mix. Substrat yang digunakan pada uji ini adalah malat. Pada reaksi ini juga
dibuat larutan kontrol positif dan kontrol negatif dimana larutan kontrol positif terdiri
dari DMSO, assay mix, dan tanpa substrat malat, sedangkan kontrol negatif terdiri
dari DMSO, assay mix, dan substrat malat. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang 600 nm optimum untuk penyerapan warna kebiruan.
41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2 Aktivitas Inhibisi Fraksi Kolom Kromatografi.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa aktivitas penghambatan tertinggi
terdapat pada fraksi ke empat yaitu 100,54% pada konsentrasi 100 µg/ml dan 94%
pada konsentrasi 10µg/ml.
Adapun fraksi keempat hasil kolom kromatografi ini menggunakan eluen
heksan-etil asetat dengan perbandingan 8:2, pada eluen ini mampu memberikan
aktivitas tertinggi sebagai senyawa inhibitor enzim PfMQO.
4.8 Aktivitas Inhibisi Fraksi Aktif Hasil KLT Preparatif
Fraksi etil asetat yang memiliki aktivitas inhibisi tertinggi diuapkan kemudian
diencerkan dengan sedikit etil asetat. Fraksi etil asetat ditotolkan pada pelat KLT
preparatif secara kontinu hingga diperoleh noda berupa garis lurus. Pelat didiamkan
hingga noda kering. Pelat dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan
dengan pengembang n heksan-etilasetat (6:4), dibiarkan hingga pengembang
mencapai garis batas atas. Pelat dikeluarkan dan didiamkan hingga kering. Bercak
pada pelat diamati dibawah sinar UV 254 dan 366. Dari hasil pemisahan ini,
didapatkan 2 isolat yang berwarna kuning, isolat 1 dengan Rf = 0,53, dan isolat 2
dengan Rf = 0,77. Isolat tersebut kemudian dilakukan uji skrining fitokimia untuk
-20
0
20
40
60
80
100
120
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18
100 µg/ml 10 µg/ml 1 µg/ml 0,1 µg/ml
42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
melihat kemungkinan senyawa yang terdapat pada isolat tersebut, hasil uji skrining
fitokimia menunjukkan reaksi positif untuk flavonoid pada kedua isolat. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa yang terkandung adalah xanton.
Xanton termasuk kedalam golongan senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan
kelompok senyawa fenol yang terbanyak ditemukan di alam (Chaverri, 2008). Isolat
tersebut diuji aktivitas inhibisinya terhadap enzim PfMQO.
Aktivitas inhibisi terhadap enzim MQO dilakukan dengan cara isolat
diencerkan menggunakan DMSO sehingga diperoleh konsentrasi larutan induk 10
mg/ml. Larutan induk di vortex lalu di sonikasi, di buat seri pengenceran dari larutan
induk yaitu 1000 µg/ml, 1250 µg/ml, 2500 µg/ml, 5000 µg/ml, dan 10000 µg/ml.
Satu persatu seri pengenceran dimasukkan 2 µl kedalam 96 well plate (dilakukan
duplo) dihasilkan konsentrasi akhir yaitu 100 µg/ml, 50 µg/ml, 25 µg/ml, 12.5 µg/ml,
dan 10 µg/ml.
Tabel 4.5 Aktivitas Inhibisi Hasil KLT Preparatif
Keterangan % Inhibisi
100 µg/ml 50 µg/ml 25 µg/ml 12.5 µg/ml 10 µg/ml
Isolat 1 98.71 % 99.38 % 92.27 % 72.84 % 81.37 %
Isolat 2 88.41 % 90.24 % 82.82 % 72.24 % 78.07 %
43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.3 Aktivitas Inhibisi Hasil KLT Preparatif.
Dari gambar diatas terlihat bahwa aktivitas enzim MQO terhambat oleh
senyawa yang terkandung pada isolat 1 dan 2, dapat dilihat bahwa aktivitas
penghambatan tertinggi terdapat pada isolat 1, hingga pengenceran 10 µg/ml masih
memberikan aktivitas inhibisi yang tinggi.
0
20
40
60
80
100
120
100 µg/ml 50 µg/ml 25 µg/ml 12.5 µg/ml 10 µg/ml
Isolat 1 Isolat 2
44 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki potensi
sebagai inhibitor aktivitas enzim PfMQO, aktivitas inhibisi yang tertinggi
pada konsentrasi 20 µg/ml terdapat pada ekstrak etil asetat, yaitu sebesar
96,5%. Etil asetat memiliki aktivitas 82,7%, sedangkan aktivitas terendah
pada ekstrak etanol yaitu sebesar 49%.
2. Fraksi ekstrak etil asetat yang memiliki aktivitas inhibisi tertinggi yaitu
fraksi keempat sebesar 100% pada konsentrasi 100 µg/ml dan 94% pada
konsentrasi 10 µg/ml. Adapun fraksi keempat hasil kolom kromatografi ini
menggunakan eluen heksan-etil asetat dengan perbandingan 8:2, masih
memberikan aktivitas inhibisi yang tinggi pada konsentrasi 10 µg/ml
setelah dilakukan KLT preparatif.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan identifikasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas inhibisi
tertinggi terhadap enzim PfMQO dilanjutkan dengan analisis struktur
antara senyawa aktif dengan enzim PfMQO.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme inhibisi
malate binding site, dan quinone binding site.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari ekstrak kulit buah manggis
(Gracinia mangostana L.) untuk mengetahui aktivitas inhibisi terhadap
enzim PfMQO secara in vivo.
4. Plasmodium falciparum tergolong dalam filum apicomplexa sehingga
obat-obat yang diperoleh dapat digunakan untuk penyakit yang disebabkan
oleh protozoa dalam filum apicomplexa seperti Toxoplasma gondii,
Cyclospora cayetanensis, dan Cryptosporidium parvum.
45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. (1992). Kimia Kayu. FMIPA, IPB. Bogor.
Achmadi. (2010). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia-
Press. Jakarta.
Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. ITB Press Bandung.
Akao, Y., Nakagawa,Y., Linuma, M., Nozawa, Y. (2008). Anti-Cancer effect of
xanthones from pericarps of Mangosteen. Int.J.Moi. Mci, 9 (3): 355-370.
Akhdiya, A. (2003). Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil
Buletin Plasma Nutfah. 9 (2): 38-44.
Alimin, d. (2007). Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press.
Antoine, T. (2012). Molecular and biochemical characterisation of the electron
transport chain of Plasmodium falciparum. University of Liverpool.
Armunanto, R., & S. Sudiono. (2004). Relation Of Electronic Structures With Their
Antimalaria Activities On Artemisinin Derivatives. Indonesian Journal of
Chemistry, 4(3), 212-217.
Badan POM RI. (2005). Standardisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu
Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. InfoPOM, 6 (4),
1-5.
Baldacci. (2004). The elusive malaria sporozoite in the mammalian host. Molecular
Microbiology, 298-306.
BPOM RI. (2006). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2. Direktorat
Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen. Jakarta.
Browning, K. S., RajBhandary, U.L.,. (1982). Cytochrome Oxidase Subunit III Gene
in Neurospora Crassa Mitochondrial : Location and Sequence. J Biol Chem.
Budiyanto. (2013). Pengertian Proses Siklus Krebs (Siklus Asam Sitrat).
http://budisma.web.id/pengertian-proses-siklus-krebs-siklus-asam sitrat.html.
Chaudhary, K. D. R. (2005). Protozoan genomics for drug discovery. Nature
Biotechnology, 23, 1089-1091.
Chaverri, J. P., N. C. Rodriguez, M. O. Ibarra, and J. M. P. Rojas. . (2008). Medicinal
Properties of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chem. Toxicol,
46: 3227–3239.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta., IV, 7.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta., 1, 1-38.
46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Depkes RI. (2004). Petunjuk Teknis Pemberantasan Malaria. Ditjen PPM dan PLP.
Jakarta.
Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 1, 124.
Dondorp, A. (2009). Artemisinin resistance in Plasmodium falciparum malaria. The
New Eng Journ of Med., 361:455–367.
Ghosal, M. M., P. (2012). Phytochemical screening and antioxidant activities of two
selected 'Bihi' fruits used as vegetables in Darjeeling Himalaya. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Gunawan, D. d. M., S. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar Swadaya,
Jakarta., 1.
Hadriyono, K. (2011). Karakter kulit manggis, kadar polifenol dan potensi
antioksidan kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada berbagai umur buah
dan setelah buah dipanen. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Harborne, J. B. (1996). Metode fitokimia : penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. Bandung : ITB.
Harijanto, P. N., Nugroho. A., & Gunawan, C. A. (2010). Malaria dari Molekuler Ke
Klinis. EGC. Jakarta.
Ho CK, H. Y., Chen CC.,. (2002). Garcinone E, a xanthone derivative, has potent
cytotoxic effect against hepatocellular carcinoma cell lines. Planta Med,
68(11), 975-979.
ICUC. (2003). Fruit to the Future Mangosteen. International Centre for Underutilized
Crops.
Ignatushchenko, M. W. R., Riscoe M. (2000). Xanthones as antimalarial agents: stage
specificity. Am J Trop Med Hyg, 62(61):77-81.
Inaoka, D. K., Miller, R., Kuroda, M., Komatsuya, K., Balogun, E. O., Amalia, E., . . .
Kita, K. (2016). Functional Expression Of Mitochondrial Malate:Quinone
Oxidoreductase From Plasmodium Falciparum In Bacterial Membrane And
Identification Of Nanomolar Inhibitor. International Congress for Tropical
Medicine and Malaria, Brisbane Australia.
Irawan, M. A. (2007). Jurnal Glukosa dan Metabolisme Energi. Volume 01(2007)
No.06.
Jelinek, T., G. Peyerl-Hoffmann, N. Mühlberger, O. Wichmann, M. Wilhelm, N.
Schmider, M.P. Grobusch, F. von Sonnenburg, J. Gascon, H. Laferl, C. Hatz,
M. Alifrangis, G. Burchard, P. McWhinney, M. Schulze, H. Kollaritsch, S. da
Cunha, J. Beøan, P. Kern, I. Gjørup and J. Cuadros. . (2002). Molecular
surveillance of drug resistance through imported isolates of Plasmodium
falciparum in Europe. . Malaria Journal, 1: 11.
47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ke, H., . (2015). Genetic Investigation of Tricarboxylic Acid Metabolism During the
Plasmodium falciparum Lifecycle. Cell Rep.
Kemenkes RI. (2016a). infoDATIN Malaria. Badan Litbangkes Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2016b). Pengendalian Malaria. Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Kerscher, S. J. (2000). Diversity and origin of alternative NADH:ubiquinone
oxidoreductases. Biochim Biophys Acta, 1459, 274-283.
Khopkar, S. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Kurniawati , P. R., Sobir,Kurniawati A., Poerwanto, R., Sobir,, & Effendi, D., and
Cahyana, H. (2010). Evaluation of Fruit Characters, Xanthones Content, and
Antioxidant Properties of Various Qualities of Mangosteens (Garcinia
mangostana L.). J.Agron. Indonesia., 38 (3), 232 -237.
Matsumoto, K. A. Y., Kobayashi E, Ohguchi K, Ito T, Tanaka T, Iinuma M, Nozawa
Y.,. (2003). Induction of apoptosis by xanthones from mangosteen in human
leukemia cell lines. J Nat Prod, 66(8), 1124-1127.
Molenaar, D., van der Rest, M.E., and Petrovic, S. (1998). Biochemical and genetic
characterization of the membrane-associated malate dehydrogenase (acceptor)
from Corynebacterium glutamicum. Eur J Biochem, 254(395-403).
Moongkardni, P. e. a. (2004). Antiproliferation, Antioxidant and Induction of
Apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 Human Breast
Cancer Cell Line. Journal of Ethnopharmacologi, 90 : 161-166.
Mutaqin, e., al. (2013). Identifikasi Hasil Reaksi Adisi Nukleofilik Sianida pada
Gugus Karbonil Sitronelal Menggunakan Pereaksi Kalium Sianida. JKK, 2,
38-41.
Nakatani, K. A. M., Arakawa T, Oosawa K, Shimura S, Nakahata N, Ohizumi Y.,.
(2002). Inhibitions of histamine release and prostaglandin E2 synthesis by
mangosteen. a Thai medicinal plant, Biol Pharm Bull, 25(9), 1137-1141.
Pasaribu, F., Sitorus, P., Bahri, S.,. (2012). Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Journal
of Pharmaceutics and Pharmacology.
Pelczar, d. C. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.
Poedjiadi, A. d. S. F. M. T. (2006). Dasar-dasar Biokimia. jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Prabowo, A. (2008). Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara, Jakarta.
Prihatman, K. (2000). Manggis (Garcinia mangostana L.). Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi BPP Teknologi, Jakarta.
48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Priya, V., M. Jainu., S. K. Mohan., Saraswathi., C.S. Gopan. (2010). Antimicrobial
Activity of Pericarp Ekstract of Garcinia mangostana Linn. IJPSN, 1 (8), 278-
228.
Putri, W. S. W., N.k. arasanty, L. P. F. (2014). Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Universitas Udayana,
Jimbaran-Bali.
Ridley, R. G. (2002). Medicinal Needs, Scientific Opportinity and The Drive for
Antimalria Drugs. J. Nature.
Ropiah, S. (2009). perkembangan morfologi dan fisiologi buah manggis selama
pertumbuhan dan pematangan. IPB.
Rouessac, F. a. A. R. (2007). Chemical Analysis Modern Instrumentation Methods
and Techniques Second Edition. England: WILEY.
Sastrohamidjojo, H. (2007). Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Seidel, V. (2006). Initial and bulk extraction. In: Sarker SD, Latif Z, & Gray AI,
editors. Natural Products Isolation. 2nd ed. Totowa (New Jersey) Humana
Press Inc., 31-35.
Simamora, D., & F.E. Loeki. (2007). Resistensi Obat Malaria: Mekanisme Dan Peran
Obat Kombinasi Obat Antimalaria Untuk Mencegah. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 23(2).
Soemirat, J. (2009). Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suhardiono. (2005). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Insiden Penyakit
Malaria Di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias
Selatan. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, 1(2), 22-34.
Suksamrarn. (2003). Antimycobacterial activity of prenylated xanthones from the
fruits of Garcinia mangostana. Chem Pharm Bull (Tokyo), 51(7), 857-859.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, . . . H. (2011). Phytochemical screening and
exctraction : a review. international Pharmaceutica Sciencia, 1(1).
Tjahjani, W., W. (2013). Antimalarial activity of Garcinia mangostana L rind and its
synergistic effect with artemisinin in vitro BMC Complementary and
Alternative Medicine.
Uyemura, S. A., Luo, S., Vieira, M., Moreno, S.N., and Docampo, R. (2004).
Oxidative phosphorylation and rotenone-insensitive malate- and NADH-
quinone oxidoreductases in Plasmodium yoelii yoelii mitochondria in situ. J
Biol Chem, 279, 385-393.
WHO. (2013). World Malaria Report. National Press Club in Washington, DC.
Yazid, E. (2005). Kimia Fisika Paramedis. Yogyakarta: Andi.
49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Hasil Determinasi Garcinia mangostana L.
51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Alur Penelitian
Sejumlah 1100 gram serbuk simplisia kulit buah manggis
Maserasi bertingkat dengan pelarut
n-heksan, etil asetat, dan etanol
Ekstrak kental
Skrining fitokimia
N-heksan Etanol Etil asetat
Uji aktivitas inhibisi terhadap enzim Pf MQO
Ekstrak yang memiliki aktivitas inhibisi tertinggi
Kolom kromatografi
Fraksi dari ekstrak
Uji aktivitas inhibisi fraksi terhadap enzim Pf MQO
Fraksi yang memiliki aktivitas inhibisi tertinggi
KLT Preparatif
Uji aktivitas inhibisi hasil KLT Preparatif terhadap enzim PfMQO
Hitung aktivitas inhibisi
Hitung aktivitas inhibisi
Hitung aktivitas inhibisi
52 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Skema Kerja Penyiapan Ekstrak Kulit Buah Manggis
Kulit buah manggis 2,3
kg, dibersihkan dengan
air mengalir
Dirajang dan
diangin-anginkan
Dihaluskan
menggunakan blender
Serbuk kulit buah
manggis sebanyak
1100 gram
Maserasi dengan 3 x 2300 ml pelarut n-
heksan, masing-masing selama 3 hari
Disaring
Filtrat 1 Residu
Maserasi dengan 3 x 2300 ml pelarut etil
asetat, masing-masing selama 3 hari
Disaring
Residu
Maserasi dengan 3 x 2300 ml pelarut
etanol, masing-masing selama 3 hari
Disaring
Residu
Evaporasi
Evaporasi
Filtrat 2
Ekstrak n-heksan
Ekstrak etil asetat
Filtrat 3
Evaporasi
Ekstrak etanol
53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Skema Kerja Penyiapan Fraksi Kolom Kromatografi
Silika gel GF 60 25 gram
Dimasukkan ke dalam gelas beaker, dan
dilarutkan dalam n-heksan sampai menjadi bubur
silica
Bubur silika dimasukkan ke dalam kolom yang
dibagian ujungnya sudah diberi kapas
Setelah silika memadat didalam kolom, dimasukkan
ekstrak etil asetat 3 gram
Dielusi dengan pelarut n-heksan : etil asetat
berturut-turut (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8,
1:9) sebanyak 300 ml
Hasil elusi ditampung dalam vial
54 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Skema Kerja Penyiapan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Silika gel 60 GF 254 ditimbang 5 gram
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dan dilarutkan
dalam 11 ml aquadest sampai menjadi bubur
silica
Bubur silika dituang diatas pelat kaca 10cm x 10cm
sampai merata
Setelah silika merata diamkan selama 1 hari sebelum
digunakan
Sebelum silika digunakan, di oven terlebih dahulu
selama 1 jam pada suhu 100 ºC
Fraksi dilarutkan dalam sedikit
pelarutnya, kemudian ditotolkan
menggunakan pipa kapiler dengan jarak
yang sempit
Dielusi dengan pengembang n-heksan : etil asetat
(6:4)
KLT Preparatif kemudian dilihat pada
UV 254 dan 366
55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kulit Buah Manggis
Rendemen (%) = x 100%
1. Rendemen ekstrak n-heksan
Bobot ekstrak yang didapat = 7,786 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 1100 gram
Rendemen (%) = 7,786
1100 x 100% = 0,707 %
2. Rendemen ekstrak etil asetat
Bobot ekstrak yang didapat = 100,805 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 1100 gram
Rendemen (%) = 100,805
1100 x 100% = 9,164 %
3. Rendemen ekstrak Etanol
Bobot ekstrak yang didapat = 115,060 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 1100 gram
Rendemen (%) = 115,060
1100 x 100% = 10,46 %
Berat ekstrak kental total
Berat simplisia total (Serbuk)
56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Perhitungan Parameter Ekstrak Kulit Buah Manggis
Perhitungan Kadar air ekstrak
% Kadar air = x 100%
1. Kadar air ekstrak n-heksan
Berat awal = 0,5001 gram
Berat akhir = 0,4890 gram
% Kadar air = 0,5001−0,489
0,5001 x 100% = 2,2195%
2. Kadar air ekstrak etil asetat
Berat awal = 2,0103 gram
Berat akhir = 1,6571 gram
% Kadar air = 2,0103−1,6571
2,0103 x 100% = 17,569%
3. Kadar air ekstrak Etanol
Berat awal = 2,0050 gram
Berat akhir = 1,8003 gram
% Kadar air = 2,0050−1,8003
2,0050 x 100% = 10,209%
Berat awal - Berat akhir
Berat awal
57 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perhitungan Kadar abu ekstrak
% Kadar abu = x 100%
1. Kadar abu ekstrak n-heksan
Berat sampel = 1,0013 gram
Berat cawan kosong = 23,3649 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 23,3920 gram
Berat abu = 23,3920 gram – 23,3649 gram
= 0,0271 gram
% Kadar abu = 0,0271
1,0013 x 100% = 2,706 %
2. Kadar abu ekstrak etil asetat
Berat sampel = 1,0007 gram
Berat cawan kosong = 23,8641 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 24,0223 gram
Berat abu = 24,0223 gram – 23,8641 gram
= 0,1582 gram
% Kadar abu = 0,1582
1,0007 x 100% = 15,80 %
3. Kadar abu ekstrak etanol
Berat sampel = 1,0020 gram
Berat cawan kosong = 33,2385 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 33,3593 gram
Berat abu = 33,3593 gram – 33,2385 gram
= 0,1208 gram
% Kadar abu = 0,1208
1,0020 x 100% = 12,055 %
Berat abu
Berat sampel
58 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Perhitungan Pengenceran Ekstrak Kulit Buah Manggis
Pembuatan larutan ekstrak kulit buah manggis dibuat dengan melarutkan
sejumlah ekstrak dengan DMSO :
Konsentrasi = 10 𝑚𝑔
1 𝑚𝐿 = 10 mg/ml = 10.000 µg/ml
Konsentrasi larutan ekstrak yang digunakan adalah 100 µg/ml dan 20 µg/ml.
Rumus pengenceran :
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana, V1 = volume yang diambil dari larutan stock
N1 = konsentrasi larutan stock
V2 = volume larutan yang akan dibuat
N2 = konsentrasi larutan yang akan dibuat
Pengenceran untuk konsentrasi 100 µg/ml
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 µg/ml = 200 µl x 100 µg/ml
V1 = 2 µl
Artinya 2 µl sampel dari larutan stock + 193 µl assay mix + 5 µl malate
Pengenceran untuk konsentrasi 20 µg/ml
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 µg/ml = 200 µl x 20 µg/ml
V1 = 0,4 µl
Artinya 0,4 µl sampel dari larutan stock + 194.6 µl assay mix + 5 µl malate
59 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Bobot Fraksi Ekstrak Kulit Buah Manggis
Fraksi Eluen
(n-heksan-etil asetat) Bobot (mg)
Fraksi 1 90 : 10 14,12
Fraksi 2 90 : 10 28,02
Fraksi 3 90 : 10 20,25
Fraksi 4 80 : 20 201,03
Fraksi 5 80 : 20 131,16
Fraksi 6 70 : 30 186,41
Fraksi 7 70 : 30 228,18
Fraksi 8 60 : 40 292,46
Fraksi 9 50 : 50 419,26
Fraksi 10 50 : 50 273,69
Fraksi 11 40 : 60 112,32
Fraksi 12 40 : 60 212,04
Fraksi 13 30 : 70 94,11
Fraksi 14 20 : 80 23,71
Fraksi 15 10 : 90 75,15
Fraksi 16 10 : 90 63,23
Fraksi 17 100 : 100 21,06
Fraksi 18 100 : 100 20,18
60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Gambar Dokumentasi dan Alat Penelitian
Simplisia Kulit Buah
Manggis
Alkaloid
Saponin
Flavonoid
Tannin
Terpenoid
Fenol
Kadar air
Kadar abu
Kolom kromatografi
Microplate reader
96 well plate
61 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rotary evaporator
Fraksi Hasil Kolom
Kromatografi
Pipet mikro multi
channel
Hasil uji flavonoid 2 isolat
Hasil uji alkaloid 2 isolat
Hasil uji saponin 2
isolat
KLT Preparatif UV 254
KLT Preparatif UV 366
Hasil KLT Preparatif
Ekstrak