scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV...

17

Transcript of scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV...

Page 1: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play
Page 2: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play
Page 3: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play
Page 4: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya i

ISSN 2085-028X

JURNAL

INFOKES (INFORMASI KESEHATAN)

Volume 9, Nomor 2, Desember 2017

Diterbitkan Oleh :

STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA

J.INFOKES Vol. 9 No. 1 Hal. 1 – 98

Surabaya

Juni

2017

ISSN

2085-028X

Page 5: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya ii

JURNAL

INFOKES (INFORMASI KESEHATAN)

Volume 9, Nomor 2, Desember 2017

Diterbitkan Oleh :

STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA

J.INFOKES Vol. 9 No. 2 Hal. 1 – 98

Surabaya

Desember

2017

ISSN

2085-028X

ISSN 2085 -028X

Page 6: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya iii

Jurnal Infokes menerima sumbangan

tulisan yang belum pernah diterbitkan

dalam media lain berupa karya

ilmiah/hasil penelitian atau artikel,

termasuk ide-ide pengembangan di

bidang-bidang ilmu kesehatan dan

pendidikan kesehatan yang bersifat

ilmiah popular sebagai hasil pemikiran

teoritik maupun penelitian empirik.

Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto

spasi ganda sepanjang lebih kurang 20

halaman dengan format seperti dalam

halaman kulit dalam-belakang

(”Pedoman Penulisan”). Naskah yang

masuk dievaluasi dan disunting untuk

keseragaman format, istilah, dan tata

cara lainnya. Dilarang mengutip,

menterjemahkan atau memperbanyak

kecuali ijin redaksi.

Page 7: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya iv

Jurnal

Infokes (Informasi Kesehatan)

Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Jurnal ini berisi tulisan yang diangkat

dari hasil penelitian dan kajian analisis kritis dari bidang studi kesehatan dan pendidikan

kesehatan

Penanggung Jawab

Amanda Rochima Hadi SE., MBA

Pemimpin Redaksi

Diah Jerita Eka Sari, Ns., M.Kep

Penyunting

Zufra Inayah, SKM., M.Kes

Widiharti, Ns., M.Kep

Faridah, SST., M.Kes

Penyunting Ahli

Suhartini, SE, M.Kes

Dr. Sudarso, M.Sc

Dr. Wibisono Soesanto, SKM, M.Kes

Redaksi Pelaksana

Endah Mulyani., SST

Tata Usaha/ Sirkulasi

Tri Susilowati, S.Sos., M.Sos

Alamat Penyunting dan Tata Usaha:

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (S T I K E S) INSAN UNGGUL SURABAYA

JL. Raya Kletek No. 04 Taman–Sidoarjo. Telp: (031) 7872728, 7860630, 7860640

Fax: (031) 7860630 Website : www.stikes-insan-unggul.ac.id

Page 8: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya v

Daftar Isi

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi

Penderita Tb Paru Di Puskesmas Taman Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo

Pungky Eka Satria Wijaya, Diah Jerita Eka Sari

1

Hubungan Peran Bidan Dengan Keberhasilan Fase Taking Hold

Pada Ibu Nifas Primipara Di Rs Bunda Sidoarjo

Hartini Sri Utami , Desi Nur Aini

10

Hubungan Antara Rasa Takut Ibu Terhadap Efek Samping

Pemasangan Kontrasepsi IUD di BPM Suhartini Tulangan

Sidoarjo

Aidha Rachmawati

19

Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Pelayanan STIKES Insan

Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV

Kebidanan 2011-2015

Amanda Rochima Hadi, Suhartini

26

Hubungan Antara Penerapan Discharge Planning Dengan

Tingkat Kemandirian Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit

Anwar Medika Surabaya

Siti Ulfiyah, Widiharti

34

Hubungan Persepsi Media Audio Visual Dan Metode

Pembelajaran Ceramah Dengan Sikap Mahasiswa Sestiono Mindiharto, Imam Arief M

44

Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan Anak

Usia Pra Sekolah (4-5 tahun) di TK AL-Amin Wage Sidoarjo

Rizka Esty Safriana, Salsabila Nuri Adila

54

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan

Rumah Tangga Terhadap Kejadian Diare Balita Di Desa Bajeman

Kecamatan Tragah Kabupaten Bangkalan

Endah Mulyani, Faraida Arvilla

60

Penggunaan Metode Role Play Dalam Meningkatkan Pemahaman

Mahasiswa Pada Materi Makp (Model Asuhan Keperawatan

Profesional)

Widiharti

68

Page 9: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya vi

Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Kusta Dengan

Motivasi Berobat Pada Penderita Kusta Di Puskesmas Dungkek

Kabupaten Sumenep

Fariz Haidar Hasfi, Nurun Nikmah

73

Impact of Robotic Exoskleteton on Electromygraphy for

Rehabilitation of Post Stroke Patient

Bedjo Utomo, Suhartini,, Sari Luthfiyah, Triwiyanto, I Putu Alit

Pawana

81

Hubungan Antara Nomophobia Dengan Kelelahan Mata

Pada Mahasiswa Di Stikes Insan Unggul Surabaya

Tahun 2016 Zufra Inayah, Firman Firdauz Saputra

90

Page 10: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 73

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT KUSTA

DENGAN MOTIVASI BEROBAT PADA PENDERITA KUSTA

DI PUSKESMAS DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP

Fariz Haidar Hasfi(1) Nurun Nikmah(2)

(1,2) STIKES Insan Se Agung Bangkalan

ABSTRACT

Lack of knowledge of leprosy in lepers reluctant to make regular treatment

because they do not know that leprosy can be cured with routine and discipline

treatment. This research means to study about relationship between knowledge

about leprosy and medication motivation of lepers in PHC Dungkek Sumenep.

The method is analytic, the population are lepers, the sample are 34 lepers

taken by simple random sampling technique. The independent variable is the

knowledge about the leprosy while the dependen variable is the medication

motivation. Data collecting methods using questionnaires and using the

sprearman rank correlation test with a significance level of α = 0,01.

The results showed lepers have good of knowledge (5,9%), enough of

knowledge (26,5%) lack of knowledge (67,5%). The lepers have good medication

motivation (2,9%), enough medication motivation (26,5%) and (70,6%) have less

medication motivation. Spearman rank correlation test results obtained

significance value (p=0,001< α = 0,01) which indicates the relationship betwenn

the two variables.

In this study found a relationship between knowledge of leprosy and

medication motivation. For that, expected health care workers and family can

provide good information and support to lepers, thereby increasing the

medication motivation.

Keywords : knowledge about leprosy, medication motivation, lepers

PENDAHULUAN

Penyakit kusta menimbulkan

masalah yang sangat kompleks,

masalah yang dimaksud bukan hanya

dari segi medis tetapi meluas sampai

masalah sosial, ekonomi, psikologis,

budaya, keamanan dan ketahanan

nasional.1 Penderita kusta

mendapatkan banyak stressor baik

dari dalam dirinya sendiri maupun

lingkungan di sekitarnya, hal yang

demikian membuat penderita kusta

tidak ingin berinteraksi dengan

lingkungan di sekitarnya sehingga

pengetahuan penderita kusta tidak

akan berkembang sejalan dengan

interaksi sosial yang dilakukannya.

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yakni salah satunya

adalah dengan pendidikan,

sedangkan pendidikan akan

didapatkan apabila orang tersebut

mau mengikuti jenjang pendidikan,

dengan kata lain orang tersebut mau

Page 11: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 74

berinteraksi dengan lingkungan

sosial.2

Pengetahuan merupakan faktor

awal dari suatu perilaku yang

diharapkan, dan pada umumnya

pengetahuan berkorelasi positif

dengan perilaku. Hal tersebut

merupakan sesuatu yang dominan

dan sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.3

Dengan pengetahuan yang cukup,

seseorang dapat melakukan suatu hal

lebih baik dari pada orang yang

memiliki pengetahuan yang kurang.

Sama halnya dalam pengobatan,

penderita kusta yang memiliki

pengetahuan yang cukup akan lebih

cepat selesai tahap pengobatannya

dari pada penderita kusta yang

memiliki pengetahuan yang kurang.

WHO menetapkan Indonesia

(7%) menempati urutan ketiga dunia

setelah India (54%) dan Brasil (17%)

dengan jumlah penderita kusta

tertinggi. Dominasi terbanyak

wilayah dengan penderita kusta

terdaftar di Indonesia adalah di

Provinsi Jawa Timur (34,32%), Jawa

Tengah (9,12%), Jawa barat (9,03%)

dan Sulawesi Selatan (7,16%).

Sekitar 50% penderita dari 23.169

kasus berada di pulau Jawa. Selain

itu, di Provinsi Sumatra Selatan,

Nusa Tenggara Barat dan Papua-

Irian Jaya . Di pulau Madura,

Sampang memiliki penderita kusta

terbanyak yakni 589 orang dari

jumlah penduduk 904.314 jiwa yang

berarti 6,51% sedangkan Sumenep

dengan jumlah penduduk terbanyak

yakni 1.053.640 jiwa memiliki 489

penderita kusta (4,64%) yang berarti

peringkat kedua setelah Kabupaten

Sampang.4

Berdasarkan survey awal di

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep, pada tahun 2012 terdapat

31 penderita kusta dan pada tahun

2013 terdapat 37 penderita kusta

terdaftar dan hanya 30 penderita

kusta yang memeriksakan dirinya ke

Puskesmas pada saat pemeriksaan

rutin bulanan. Jumlah penderita yang

memeriksakan diri tersebut bisa

dikatakan lebih dari 50% total

penderita kusta terdaftar di

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep. Setelah peneliti

mewawancarai salah seorang

penderita kusta yang tidak

memeriksakan dirinya ke Puskesmas

didapatkan suatu hal yang sangat

mengejutkan, penderita kusta

tersebut menganggap penyakit yang

dideritanya merupakan kutukan dari

Tuhan dan takkan bisa disembuhkan

meskipun dengan pengobatan.

Rendahnya pengetahuan tentang

kusta pada penderita kusta membuat

mereka tidak memiliki hasrat untuk

melakukan pengobatan hingga

akhirnya mereka tidak kunjung

sembuh dan beresiko menularkan

kusta pada orang disekitarnya.

Memiliki pengetahuan yang

cukup akan meningkatkan motivasi

seseorang dalam melakukan suatu

hal. Apabila penderita kusta

mengetahui bagaimana fungsi obat,

manfaat yang didapat hingga

kemungkinan untuk sembuh dari

kusta, maka motivasi penderita kusta

dalam melakukan pengobatan akan

meningkat. Beda halnya dengan

penderita kusta yang mengikuti

program pengobatan Puskesmas

tanpa mengetahui hal-hal terkait

dengan penyakit kusta, mereka

mengikuti program tersebut tanpa

mengetahui akan fungsi obat hingga

adanya kesempatan untuk sembuh.

Inilah yang menyebabkan

Page 12: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 75

menurunnya motivasi berobat

penderita kusta.5

Dengan dilakukan penyuluhan

tentang kusta diharapkan

pengetahuan pasien tentang penyakit

kusta akan meningkat, dan motivasi

berobat pun juga meningkat sehingga

dapat meningkatkan angka

kesembuhan penderita kusta. Petugas

kesehatan, khususnya perawat, harus

berperan aktif dalam memberikan

penyuluhan tentang pentingnya

minum obat secara teratur dan

berkelanjutan terhadap penderita

kusta, agar hal tersebut dapat

mendukung tersukseskannya

program pemerintah dalam

pemberantasan penyakit kusta di

Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit Kusta

Motivasi adalah karakteristik

psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen

seseorang. Hal ini termasuk faktor-

faktor yang menyebabkan

menyalurkan, dan mempertahankan

tingkah laku manusia dalam arah

tekad tertentu.2

Penyakit kusta adalah penyakit

kronik yang disebabkan oleh kuman

Micobacterium leprae (M.Leprae).

Yang pertama kali menyerang

susunan saraf tepi ,selanjutnya

menyerang kulit, mukosa (mulut),

saluran pernafasan bagian atas,sistem

retikulo endotelial, mata, otot, tulang

dan testis.6

Penyakit Kusta adalah penyakit

menular menahun dan disebabkan

oleh kuman kusta (Mycobacterium

leprae) yang menyerang kulit, saraf

tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali

susunan saraf pusat, untuk

mendiagnosanya dengan mencari

kelainan yang berhubungan dengan

gangguan saraf tepi dan kelainan-

kelainan yang tampak pada kulit.7

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia

Penderita Kusta di Puskesmas

Dungkek Kabupaten Sumenep

Bulan Juni 2014.

Berdasarkan Tabel 1 dapat

diketahui bahwa mayoritas usia

penderita kusta yakni 31-35 tahun

sebanyak 13 orang (38,2%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis

Kelamin Penderita Kusta di

Puskesmas Dungkek Kabupaten.

Sumenep Bulan Juli 2014

Berdasarkan Tabel 2 dapat

diketahui bahwa mayoritas jenis

kelamin penderita kusta adalah laki-

laki yakni sebanyak 23 orang

(67,6%).

N

o Usia Frekuensi

Persentase

(%)

1 20-24 5 14,7

2 25-29 5 14,7

3 30-34 13 38,2

4 35-39 6 17,6

5 40-44 5 14,7

Total 34 100

N

o

Jenis

Kelamin

Frekuen

si

Persent

ase (%)

1 Laki-laki 23 67,6

2 Perempuan 11 32,4

Total 34 100

Page 13: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 76

Tabel 3 Distribusi Frekuensi

Pendidikan Penderita Kusta di

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep Bulan Juli 2014.

N

o Pendidikan Frekuensi

Persentase

(%)

1 Tidak

Sekolah 4 11,8

2 Tamat SD 13 38,2

3 Tamat SMP 10 29,4

4 Tamat SMA 7 20,6

Total 34 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat

diketahui bahwa mayoritas

pendidikan penderita kusta adalah

tamat SD yakni Sebanyak 13 orang

(38,2%).

Tabel 4 Distribusi Frekuensi

Pekerjaan Penderita Kusta di

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep Bulan Juli 2014.

N

o Pekerjaan Frekuensi

Persentase

(%)

1 Tidak

bekerja 20 58,8

2 Swasta 14 41,2

Total 34 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat

diketahui bahwa mayoritas penderita

kusta adalah tidak bekerja, yakni

sebanyak 20 orang (58,8%).

2. Data khusus

Tabel 5 Distribusi Frekuensi

Pengetahuan Penderita Kusta di

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep Bulan Juli 2014.

Berdasarkan Tabel 5 dapat

diketahui bahwa mayoritas penderita

kusta memiliki tingkat pengetahuan

yang kurang, yakni sebanyak 23

orang (67,5%).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi

Motivasi Berobat Penderita Kusta

di Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep Bulan Juli 2014.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui

bahwa mayoritas penderita kusta

memiliki motivasi berobat yang

kurang, yakni sebanyak 22 (70,6%)

penderita kusta.

3. Analisis Hasil Penelitian

Tabel 7 Tabulasi Silang usia

dengan kemandirian penderita

kusta di Puskesmas Dungkek

Kabupaten Sumenep Bulan Juli

2014

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa 2 penderita

kusta dengan pengetahuan yang baik

N

o

Pengetahu

an

Frekuen

si

Persentase

(%)

1 Baik 2 5,9

2 Cukup 9 26,5

3 Kurang 23 67,6

Tota 34 100

N

o

Motivasi

Berobat Frekuensi

Persentase

(%)

1 Baik 1 2,9

2 Cukup 9 26,5

3 Kurang 24 70,6

Total 34 100

Pengetahu

an

Motivasi Berobat Total

Baik Cukup Kurang f %

f % f % f %

Baik 1 50 1 50 0 0 2 100

Cukup 0 0 4 44,

4 5

55,

6 9 100

Kurang 0 0 4 17,

4 19

82,

6 23 100

Total 1 2,

9 9

26,

5 24

70,

6 34 100

Page 14: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 77

cenderung mempunyai tingkat

motivasi yang baik yakni sebanyak 1

penderita kusta (50%), penderita

kusta dengan motivasi berobat yang

cukup sebanyak 9 penderita kusta

cenderung mempunyai pengetahuan

yang kurang sebanyak 5 penderita

kusta (55,6%). Penderita kusta

dengan tingkat motivasi berobat yang

kurang sebanyak 23 penderita kusta

mayoritas memiliki pengetahuan

yang kurang yakni sebanyak 19

penderita kusta (82,6%).

Berdasarkan hasil uji statistik

correlation rank spearman

menunjukkan adanya hubungan

pengetahuan tentang kusta dengan

motivasi berobat kusta, hal tersebut

ditunjukkan oleh p value = 0,001

yang lebih kecil daripada tingkat

signifikansi α=0,01 yang berarti Ho

ditolak.

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Tentang

Penyakit Kusta

Berdasarkan hasil penelitian

seperti pada tabel 5 didapatkan hasil

bahwa mayoritas pengetahuan

penderita kusta adalah kurang, yakni

sebanyak 23 penderita kusta (67,6%).

Tingkat pengetahuan yang

kurang bisa dimungkinkan oleh

tingkat pendidikan penderita kusta

yang rendah. Semakin rendah tingkat

pendidikan seseorang maka semakin

sulit orang tersebut dalam menerima

informasi dari luar. Hasil penelitian

menunjukkan pendidikan penderita

kusta mayoritas adalah tamat SD

(38,2%) dan ada pula yang tidak

sekolah (11,8%).

Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi sehingga makin

banyak pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan

seseorang terhadap nilai-nilai baru

yang dikenalkan.2

Menjadi penderita kusta

merupakan suatu aib yang tidak bisa

dihindari begitu saja karena dengan

statusnya sebagai penderita kusta,

rasa malu akan timbul dengan

sendirinya dan lingkungan akan

menghindari karena takut tertular

oleh penyakit kusta. Rasa enggan

untuk berinteraksi dengan

lingkungan akan muncul karena takut

dihina dan dicela, oleh karenanya

penderita kusta tidak suka berada di

suatu lingkungan yang

mengharuskan interaksi dengan

lingkungan, seperti sekolah. Itulah

mengapa mayoritas tingkat

pendidikan penderita kusta rendah

dan hanya sebatas tamat SD maupun

tidak sekolah.

Dalam tabel 5.5 juga didapatkan

9 penderita kusta (26,5%) dengan

pengetahuan yang cukup. Hal

demikian dapat dikarenakan

penderita kusta memiliki tingkat

pendidikan menengah atau tinggi,

atau penderita kusta memiliki

pekerjaan yang berhubungan dengan

dunia luar sehingga penderita kusta

tidak begitu lekat dengan informasi

kesehatan terutama mengenai

penyakit kusta.

Pekerjaan seseorang akan

memerlukan banyak waktu dan

memerlukan peralatan. Masyarakat

yang sibuk hanya memiliki sedikit

waktu untuk memperoleh informasi,

sehingga pengetahuan yang mereka

peroleh kemungkinan juga

berkurang. .3

Penderita kusta yang memiliki

penyakit yang tidak begitu kentara

cacatnya namun sudah dikenal oleh

Page 15: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 78

masyarakat memilih mengisolasikan

diri dan putus sekolah. Namun

karena rendahnya ekonomi para

penderita kusta maka penderita kusta

dituntut untuk bekerja. Memiliki

pekerjaan yang tidak terlalu banyak

berinteraksi dengan masyarakat

menjadikan penderita kusta kurang

informasi.

Dalam tabel 5 juga didapatkan 2

penderita kusta (5,9%) yang

memiliki tingkat pengetahuan yang

baik. Penderita kusta yang memiliki

tingkat pengetahuan yang baik

dimungkinkan memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi dan memiliki

akses informasi terutama informasi

tentang kesehatan.

Informasi tentang cara-cara

mencapai hidup, sehat dan

sebagainya akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hal

tersebut. Selanjutnya dengan

pengetahuan akan menimbulkan

kesadaran dan pada akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku

sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki.2

Tingkat pengetahuan yang baik

timbul karena ada semangat untuk

menggali informasi lebih dalam.

Penderita kusta dengan tingkat

pengetahuan yang baik

dimungkinkan memiliki motivasi

untuk sembuh sehingga mereka

mempelajari bagaimana cara sembuh

dari penyakit kusta.

2. Motivasi Berobat Kusta

Berdasarkan hasil penelitian

seperti pada tabel 6 didapatkan hasil

bahwa mayoritas pengetahuan

penderita kusta adalah kurang, yakni

sebanyak 24 penderita kusta (70,6%).

Rendahnya Motivasi penderita

Kusta dalam berobat bisa

dimungkinkan karena rendahnya

tingkat pendidikan. Penderita kusta

yang memiliki pengetahuan yang

cukup ataupun baik tentang penyakit

kusta, seperti penyebab, penularan,

pencegahan pengobatan dan

pengetahuan bahwa penyakit kusta

bisa sembuh dengan pengobatan

teratur, maka penderita kusta akan

bertambah motivasinya karena ingin

segera sembuh. Sesuai tabel

distribusi frekuensi pendidikan,

penderita yang tamat SD (38,2%)

dan ada pula yang tidak sekolah

(11,8%) menunjukkan rendahnya

pendidikan penderita kusta. Penderita

kusta yang memiliki pekerjaan yang

berhubungan langsung dengan dunia

luar cenderung memiliki tingkat

pengetahuan yang lebih baik

daripada penderita kusta yang tidak

bekerja. Hal tersebut dikarenakan

penderita kusta bisa mendapatkan

informasi dari media massa maupun

lingkungan tempatnya bekerja.

Pengetahuan adalah merupakan

hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu.

mayoritas pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga. Dari tahu,

seseorang dapat termotivasi dalam

melakukan sesuatu.2

Pengetahuan yang kurang dan

tidak mengetahui hal yang berkaitan

tentang kusta menjadikan penderita

tidak memiliki motivasi yang baik

karena penderita kusta tidak

mengetahui bahwa sebenarnya kusta

dapat disembuhkan dengan

pengobatan yang rutin dan disiplin.

Oleh karenanya, motivasi berobat

pada penderita kusta sangat

mempengaruhi terhadap kesembuhan

penderita kusta.

Dalam tabel 6 juga didapatkan 9

orang (26,5%) penderita kusta

Page 16: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 79

dengan tingkat motivasi yang cukup.

Hal demikian dapat dimungkinkan

karena penderita kusta memiliki

tingkat pendidikan menengah atau

tinggi, namun bisa dikatakan terdapat

faktor lain yang dapat meningkatkan

motivasi berobat penderita kusta

seperti dukungan keluarga atau

petugas kesehatan.

Lingkungan sangat berpengaruh

terhadap motivasi pasien kusta untuk

melakukan pengobatan lanjutan.

Termasuk dalam lingkungan salah

satunya adalah dukungan keluarga.2

Lingkungan yang mendukung,

terutama keluarga, pengobatan

penderita kusta memiliki pengaruh

yang cukup signifikan karena

penderita kusta berada dalam

lingkungan bermasyarakat di

kehidupan sehari-harinya. Orang-

orang terdekat mengambil peranan

penting dalam keberlangsungan

pengobatan penderita kusta.

Dalam tabel 6 didapatkan 1

penderita kusta (2,9%) yang

memiliki tingkat motivasi yang baik.

Motivasi merupakan suatu proses

yang tidak terjadi begitu saja, tapi

ada kebutuhan yang mendasari

munculnya motivasi tersebut.2

Tingkat motivasi berobat yang

baik dimungkinkan karena penderita

kusta menginginkan kesembuhan

atas penyakit yang dideritanya,

penderita kusta memiliki keyakinan

dan kemauan untuk disiplin.

Kemauan dan motivasi yang didapat

bukan semata-mata timbul dengan

sendirinya namun juga dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti

dukungan petugas kesehatan,

ketersediaan obat, serta dukungan

keluarga dalam menjalani

pemeriksaan rutin ke Puskesmas.

3. Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Motivasi

Berobat Kusta

Hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa penderita kusta

dengan tingkat motivasi berobat yang

baik cenderung mempunyai

pengetahuan yang baik (50%).

Sedangkan penderita kusta dengan

motivasi berobat yang cukup

mempunyai pengetahuan yang baik

(50%) dibandingkan dengan

pengetahuan yang kurang (17,4%).

Penderita kusta dengan tingkat

motivasi berobat yang kurang

mayoritas memiliki pengetahuan

yang kurang (82,6%)

Berdasarkan hasil uji statistik

Correlation Rank Spearman

menunjukkan suatu hubungan

korelasi yang ditunjukkan oleh nilai

kemaknaan p = 0,001 masih lebih

kecil daripada tingkat signifikansi α

= 0,01 yang berarti Ho ditolak.

Kurangnya motivasi penderita

kusta dalam menjalani pengobatan

bukan semata-mata karena penderita

menginginkan dirinya terus

terjangkit kusta, namun karena

tingkat pengetahuan yang rendah dan

minimnya informasi tentang penyakit

kusta dan pengobatannya sehingga

menyurutkan motivasi dalam

menjalani pengobatannya.

Rendahnya pengetahuan tentang

kusta menjadikan penderita kusta

tetap berkutat pada pemikiran

mereka sendiri yang salah. Anggapan

bahwa penyakit kusta tidak akan

pernah sembuh karena merupakan

kutukan dari Tuhan masih menjadi

alasan sakral mendasar dan menjadi

salah satu faktor yang menyurutkan

motivasi berobat. Padahal penyakit

kusta dapat disembuhkan dengan

pengobatan rutin dan disiplin

Page 17: scienceofmidwife.files.wordpress.com · Unggul Surabaya pada Program Studi S1 Keperawatan dan DIV Kebidanan 2011-2015 Amanda Rochima Hadi, Suhartini ... Penggunaan Metode Role Play

Vol. 9, No. 2 Desember 2017 ISSN 2085-028X

Journal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya 80

menggunakan obat-obatan khusus

kusta yang diberikan oleh tenaga

kesehatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat pengetahuan penderita

kusta tentang penyakit kusta di

wilayah kerja Puskesmas Dungkek

Kabupaten Sumenep adalah kurang

(67,5%). Tingkat motivasi berobat

penderita kusta di wilayah kerja

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep adalah kurang (70,6%).

Ada hubungan tingkat pengetahuan

tentang penyakit kusta dengan

motivasi berobat kusta pada

penderita kusta di Wilayah kerja

Puskesmas Dungkek Kabupaten

Sumenep.

Saran

Dengan penelitian ini diharapkan

para perawat dapat memberikan

pendidikan kesehatan terhadap

penderita kusta beserta keluarganya

sehingga penderita kusta dapat

memahami sepenuhnya bahwa

penyakit kusta dapat diobati dengan

pengobatan secara teratur, dan

keluarga memberikan dorongan

sehingga dapat meningkatkan

motivasi berobat penderita kusta.

Diharapkan pada penderita kusta

untuk tidak malu dalam berinteraksi

dengan lingkungan, terutama dengan

tenaga kesehatan yang memberikan

informasi tentang penyakit kusta

sehingga dengan meningkatnya

pengetahuan penderita kusta maka

motivasi berobat akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI, 2006.

Direktorat Jendral

Pemberantasan Penyakit

Menular dan Penyehatan

Lingkungan. Pedoman Nasional

Pemberantasan Penyakit Kusta.

Cetakan XVIII. Jakarta : Ditjen

PPM & PLP.

2. Nursalam. 2011. Metodologi

Riset Keperawatan Praktik.

Salemba Medika : Jakarta

3. Notoatmodjo, S. 2007.

Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta

4. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Timur, 2012. Profil Kesehatan

Propinsi Jawa Timur Tahun

2012, Surabaya.

5. Suarli, S & Bahtiar, Y. 2010.

Manajemen Keperawatan dengan

Pendekatan Praktis. Jakarta :

Erlangga

6. Amirudin M. D., 2006. Buku

Ajar : Penyakit Kulit di Daerah

Tropis.

http://www.unhas.ac.id/lkpp/ked

ok/dali%20-%20tdk.pdf

7. Departemen Kesehatan RI. 2005.

Direktorat Jendral

Pemberantasan Penyakit

Menular dan Penyehatan

Lingkungan. Pedoman Nasional

Pemberantasan Penyakit Kusta.

Cetakan XVII. Jakarta : Ditjen

PPM & PLP.