repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor:...

192
PERFORMA KOMUNIKASI SYARIKAT ISLAM DALAM CITRA ISLAM SOSIALISME PASCA REFORMASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) Oleh : Milki Amirus Sholeh NIM : 1112051000138 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438/2018

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor:...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

PERFORMA KOMUNIKASI SYARIKAT ISLAM DALAM CITRA

ISLAM SOSIALISME PASCA REFORMASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

Milki Amirus Sholeh

NIM : 1112051000138

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438/2018

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

i

ABSTRAK

Milki Amirus Sholeh

1112051000138

Performa Komunikasi Syarikat Islam dalam Citra Politik Islam Sosialisme

Pasca Reformasi

Reformasi politik pasca orde baru merupakan momentum lepasnya dari

sistem politik otoriatinisme menuju masyarakat yang lebih demokratis. Reformasi

memiliki agenda yang memengaruhi terhadap elemen organisasi dan masyarakat.

Bagi organisasi Syarikat Islam reformasi memberikan pengalaman lain. Di mana,

kontekstualisasi politik yang semakin luas bagi Syarikat Islam sudah seharusnya

direspon tajam. Apalagi, citra politik Islam yang di bawahnya lambat laun

mengalami penurunan mulai dari konstituen politik, karakter dan program di

dalamnya serta butuh efektifitas performa komunikasi di tubuh organisasi. Hal ini

menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut; Bagaimana Ritual Performa Komunikasi Syarikat Islam Pasca

Reformasi? Citra Politik Islam Sosialisme apa yang dibuat Syarikat Islam Pasca

Reformasi?

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik

pengumpulan data ini berdasarkan observasi, studi pustaka, dokumentasi, dan

wawancara mendalam. Teori yang digunakan adalah gagasan Pacanowsky dan

O’donnel Trujillo (1982) performa komunikasi merupakan proses simbolik serta

penggambaran terkait perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa

komunikasi terkait tersebut di antaranya performa ritual, performa hasrat,

performa sosial, performa politik, dan, performa enkulturasi. Dari beberapa ritual

yang ada ada saling keterkaitan tergantung dari sisi manakah kemudian performa

dianggap simpul utamanya. Hal itu dikarenakan, performa dapat muncul dari

keputusan yang dibuat secara sadar untuk melakukan apa yang dipikirkan dan

dirasakan mengenai suatu isu.

Setelah penulis menganalisis Syarikat Islam performa komunikasi

dilakukan dengan banyak perubahan mulai dari adanya rekonsiliasi

keorganisasian pasca perpecahan elit di tubuh organisasi. Selain itu, politik yang

dianggap cara paling signifikan dalam mempengaruhi perubahan dalam sistem,

mulai digantikan dengan agenda lebih serius kearah pembangunan umat dan

ekonomi kerakyatan yang disokong dalam program Dakwa Ekonomi. Pada

akhirnya, Reformasi tidak sama sekali merubah bagaimana penafsiran dan

implemetasi Islam dan Sosialisme yang telah dianggap sama dengan perjuangan

Syarikat Islam dan bukan menjadi penolakan terhadap sistem demokrasi. Di mana

citra Islam dan Sosialisme sendiri masih ada dalam ritual organisasi serta

memiliki penfasiran selalu sejalan dengan tujuan apa yang terkandung dalam asas

Pancasila.

Keyword : Syarikat Islam, Reformasi, Islam dan Sosialisme, Performa

Komunikasi, Citra.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan

yang Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segala Rahmat

dan kemudahan serta keberkahan yang berlimpah Alhamdulillah penulis bisa

menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata Satu (S1). Shalawat serta salam

selalu dihaturkan kepada baginda Rasulullah yang mulia Nabi besar Muhammad

SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan umatnya dan istiqomah hingga akhir

zaman. Dengan do’a usaha dan tekad yang kuat dan perjalanan yang panjang,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas penting dan kewajiban

sebagai mahasiswa setelah menimba ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, walau jauh dari kesempurnaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat

bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A.

2. Bapak Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Fita Faturrokhmah, M.Si. selaku Sekretaris jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam (KPI) sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta sabar untuk memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis. Semoga beliau senantiasa dalam

limpahan rahmat Allah SWT.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

iii

4. Kepada Dr. Gun Gun Heryanto selalu Pembimbing Akademik kelas KPI E

angkatan 2012.

5. Hormat dan terima kasih kepada bapak dan ibu tercinta Syamsul Arifin

dan Maya yang tak pernah berkurang doa dan berkahnya.

6. Mereka Jajaran Pengurus DPP Syarikat Islam Dr. Syafinuddin Al-

Mandari, Aulia Tahkim A.D Cokroaminoto, Yudhi Irsyadi Syafii yang

telah menjadi pemberi waktu, gagasan, dan pengalaman tentang organisasi

ini.

7. Kawan dan saudara sepenanggungan KPI-E 2012, Dityan Zahra Pranisa,

Ega Ramadhan, dan Syifa Maulidina, dan, Fitri Permata Sari, terima kasih

kawan. Tak lupa kawan baik Keke, Dita, Nicky, Fatur, dan Dewi sukses

buat kalian.

8. Sosok yang berperan besar dalam kehidupan Ciputat terima kasih

Syaikhona KH. Syamsul Arifin (Pengasuh PP. Darul Ulum Banyuanyar)

Bang Boim (Harian Rakyat Merdeka), Zuyin Arwani (Ketua Bina Nalar

Institute), Gilang Sakti (Link Jabodetabek), Adiya Muzakki (Ketua HMB

Jabodetabek), Kosim Rahman (GARDA NKRI), Ahmad Sofyan Astauri

(Ketua KAL Jabodetabek), Sabir Laluhu (Koran Sindo), Dirga Maulana

(PPIM UIN Jakarta), Rahmat Baihaqy (PLKI UIN Jakarta), Nanang

Syaikhu (Berita UIN Jakarta), Decky Umamurrais (KAHMI Malang),

Romadhon (Visioner Institute), Maulina Ulfa (Fredom Institute), Hanafi

(Ketua Adilah Bangsa), Alvi Madani (Pimred WIN). Mohammad Miqdad

(Moto GP Indonesia), dan, Kang Mumu (PBNU), Khairul Anam (LIRA).

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

iv

9. Terima kasih pada kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Ciputat, HMI Komfakda, Bakornas Lapmi Pengurus Besar

Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI). Rumah gerakan dan pikirku

Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB) Jabodetabek,

FORMAD, Frankfurt Studies, Lingkar Studi Arus Media (ELSAM), OPSI

47, Ikatan Mahsiswa Ilmu Komunikasi (IMIKI). KMLA GARUDA,

www.binanalar.com, www.Indikatormalang.com , www.independensi.id,

BERITA UIN JAKARTA

10. Terima Kasih kepada Anisa Seftriani yang selamu memberikan bantuan

dan saran serta Kawan seperjuangan dan sepenanggungan Aini S. Nuraini

dan Nurul Fikri, terima kasih untuk berbagi

Akhirnya kepada Allah penulis kembalikan semoga semua yang telah

diberikan kepada penulis menjadi bermanfaat khususnya bagi penulis dan

yang lainnya.

Ciputat, 1 Januari 2018

Milki Amirus Sholeh

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................`1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 13

D. Manfaat Penelitian................................................................. 13

E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 14

F. Metodologi Penelitian ........................................................... 16

G. Sistematikan Penulisan .......................................................... 23

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEPTUAL

A. Teori Performa Komunikasi .................................................. 24

B. Citra Politik ........................................................................... 29

1. Definisi Citra Politik ....................................................... 29

2. Fase-Fase Citra Politik .................................................... 31

3. Tahapan Sosialisasi Citra Politik .................................... 32

C. Konsep Ideologi .................................................................... 35

1. Pengertian Ideologi ......................................................... 35

2. Ideologi Islam .................................................................. 44

3. Islam Sosialisme .............................................................. 49

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Syarikat Islam ........................................................... 58

B. Konsep Strukturasi Reformasi .............................................. 68

C. Cita-Cita Dasar Syarikat Islam .............................................. 77

D. Trilogi Landasan Prinsi ......................................................... 81

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

vi

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Performa Politik Syarikat Islam ............................................ 87

1. Performa Ritual Syarikat Islam ....................................... 88

2. Performa Hasrat Syarikat Islam ...................................... 92

3. Performa Sosial Syarikat Islam ....................................... 95

4. Performa Politik Syarikat Islam ...................................... 97

5. Performa Enkulturasi Syarikat Islam .............................. 99

B. Citra Islam Sosialisme Syarikat Islam Pasca Reformasi ...... 104

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................... 147

B. SARAN ................................................................................ 148

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 150

LAMPIRAN .................................................................................................. 159

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Agenda politik orde baru pra reformasi ...................................... 74

Tabel 3.1 Performa Komunikasi Syarikat Islam .......................................... 103

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Logo Syarikat Islam .................................................................... 84

Gambar 5 Kunjungan DPW Gorontalo ke DPP Syarikat Islam terkait

program SI ................................................................................ 89

Gambar 6 Perayaan ulang tahun pidato Zelfbeesfur ke-101 HOS

Cokroaminoto ............................................................................ 91

Gambar 7 Perwakilan Wanita Syarikat Islam menjadi pembicara dalam

penguatan keorganisasian keagamaan.......................................................... 93

Gambar 8 Wanita Syarikat Islam meberikan bantuan sosial kepada

masyarakat kurang mampu ........................................................ 96

Gambar 9 Penyuluhan Ketahanan Keluarga ............................................... 97

Gambar 2 Hamdan Zoelva menegaskan arah juang SI ............................... 111

Gambar 3 SI mengkonsolidasikan organisasi kembali ............................... 114

Gambar 4 SI Meminta Rawat Kemajemukan Bangsa................................. 121

Gambar 10 SI Mengkritik Jalannya Demokrasi di Indonesia ....................... 129

Gambar 11 SI Memberikan Saran Pada Pemerintah ..................................... 130

Gambar 12 SI Tegaskan fokus programnya ke Ekonomi ............................. 137

Gambar 13 SI Berinisiatif Bangun Kekuatan Ekonmi Mikro ...................... 140

Gambar 14 Penumbuhan kewirausahaan sebagai landscape dakwah

ekonomi ..................................................................................... 142

Gambar 15 Kunjungan Mengembangkan Jaringan ...................................... 144

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan politik di Indonesia tak lain merupakan bagian dari ajang

persaingan Ideologi. Dinamika penyusunan sistem politik merupakan hasil

penumbangan dari berbagai Ideologi politik lain. Begitupun bagi Syarikat

Islam (SI) sebagai organisasi dagang berdiri tahun 1912, sebelumnya bernama

Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan Samanhudi tahun 1905 sebagai

respon atas kolonialisasi dan kapitalisme perdagangan oleh Belanda. Ideologi

SI melekat erat dengan apa yang didengungkan oleh tokoh utamanya H.O.S

Cokroaminoto sebagai Islam Sosialisme. Sebuah platform Ideologi politik

yang sangat anti terhadap Belanda dengan liberalisme serta kapitalismenya.

Sosialisme sangat erat kaitannya dengan kerangka pemikiran sosiologi

Karl Marx1 disesuaikan dengan latar belakang Ideologi dominan yang sangat

berkembang pada abad 20-an. Akan tetapi, jelas sosialisme yang diusung oleh

tokoh SI seperti H.O.S Cokroaminoto, dan Agus Salim tidaklah sama dengan

pandangan sosialisme komunisme yang digencarkan Lenin dengan

memanifestasikan ide-ide Karl Marx, di mana kapitalisme dan penguasa

dianggap sama sebagai musuh besar oleh masyarakat. H.O.S Cokroaminoto

1Konsen Sosialisme Karl Marx bukanlah suatu kondisi masyarakat yang hendak

disuborinasikan oleh alat produksi dan kekuasaan. Menurut Paul Tillich, Sosialisme merupakan

sebuah gerakan resistensi atas penentangan penghancuran terhadap cinta yang terdapat dalam

realitas sosial. Pada akhirnya, Sosialisme menciptakan manusia dengan kesadaran yang dapat

mengatasi alienasi dirinya, hasil produsinya, serta sejajar. Lihat, Nur Sayyid Santoso Kristeva,

Negara Marxis dan Revolusi Proletariat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), cet.II, h.292

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

2

justru memakai terminologi agama disandingkan semangat Nasionalisme yang

secara perlahan digiring menuju pandangan dunia yang lebih sekuler.2

SI mengambil peranan penting dalam kancah perjuangan penegakan

kemerdekaan Republik Indonesia. Walaupun, perbedaan pandangan dalam

tubuh SI terkait Ideologi dan gerakan SI. Sejumlah tokoh penting seperti

Semaun mengambil sikap untuk tidak ikut instruksi SI pusat. Sehingga secara

otomatis SI terbelah menjadi dua kelompok yaitu SI putih dibawah komando

H.O.S Cokroaminoto dan kelompok SI Merah yang cenderung revolusioner

dibawah komando Semaun mantan anak asuh H.O.S Cokroaminoto sendiri.

Dari SI Merah inilah cikal bakal Partai Komunisme Indonesia (PKI) lahir.

Pemahaman akan esensi Islam dan Sosialisme yang berbeda. Di mana

pada sisi lain, Sosialisme tidak lain merupakan pada pengahayatan diri akan

manusia pada rasa solidaritas serta pengahayatan akan kelemahan di luarnya

untuk dihapuskan3. Begitupun dengan dengan H.O.S Cokroaminoto yang

mencoba menjelaskan pertalian antara semangat Islam yang tidak menyenangi

praktek riba dalam kapitalisme yang dilakukan oleh penguasa dan tuan tanah

yang menindas kaum lemah (Mustad’afin)4. Yang mana, H.O.S Cokroaminoto

sepakat dengan ide-ide Karl Marx juga sangat membenci akan penindasan

2Jeanne S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003), h.33

3Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). H.265-266

4Menjadikan Agama sebagai upaya untuk mentransformasikan sebagai alat pembebas

menjadi jawaban kunci untuk menjawab tantangan ummat Islam, di mana terkadang Agama

seringkali terlihat kering (set of death ritual) dan menjadi seperangkat doktrin yang abstrak dan

metafisis (set of abstact, incomprehensible metaphysical doctrine). Lebih jauhnya, peran agama

tidak terbatas pada ibadah pelipur lara dan kering dari justifikasi teologis bahwa kenyataan

penindasan atas yang lemah terus berlangsung. Lihat, Ali Asghar Engineer, Islam dan Teologi

Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.V, h. 88-89

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

3

untuk mencari keuntungan pribadi.5 Tak ayal, secara tidak langsung H.O.S

Cokroaminoto menjadikan Islam dan Sosialisme lewat Syarikat Islam sebagai

teologi pembebasan6 bagi masyarakat pribumi.

Masa-masa awal berdirinya SI sukses dikarenakan faktor bahwa organisasi

tersebut melakukan mekanisme organisasi yang baik, performa komunikasi

dengan ritual keorganisasiannya massif, terutama menghadapi konflik

persaingan dengan kolonialisme Belanda. Konsolidasi dan perkaderan anggota

menjadi pencapaian prestisius yang dapatkan SI masa awal. Para anggota

banyak menyebarkan kabar baik tentang SI secara luas sehingga mobilisasi

massa khususnya di Jawa dengan sekejap diterima oleh masyarakat.

Kesuksesan pergerakan SI di masa silam tidak begitu diikuti oleh

keberhasilannya dalam menyambut dunia politik praktis yang diwujudkan

dengan pemilihan umum. Walaupun SI secara sejerah merupakan rahim dari

lahirnya partai besar yaitu Partai Nasionalisme Indonesia (PNI) yang beraliran

Nasionalisme dikomandoi oleh Ir. Soekarno, Partai Komunisme Indonesia

(PKI) dipimpin Oleh Semaun, serta Gerakan Darul Islam yang diketuai oleh

Sukarmadji Maridjan Kartosuwiryo. Kelompok terakhir tidak sama sekali

mengikuti kontestasi politik dan berakhir dengan penumpasan karena

dianggap makar oleh Republik Indonesia.

5H.O.S Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Bandung: Sega Arsy, 2010), h.27

6Teologi Pembebasan merupakan kerangka paradigma sosiologi pada agama dalam

bentuk gerakan praksis. Di mana, jauh melampaui perdebatan ideologis dan teologis tradisional

yang berahadapan langsung pada tatanan mapan namun timpang. Lihat, Michel Lowy, Teologi

Pembebasan, (Yogyakarta: Insist Press, 1999), cet.I, h.25

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

4

Kemerosotan SI disebabkan pertentangan ideologis yang ada di dalam

tubuh kelompok tersebut. Padahal, bisa dikatakan SI merupakan pusat

kebangkitan nasional pertama yang mengakomodir perjuangan republik ini.

itu disebabkan kemampuan SI dalam menyusun pendukung serta anggotanya

dari berbagai lapisan masyarakat dan kelas. Mereka membentuk front

perlawanan yang berhadapan langsung dengan pemerintah kolonial.

Kemerosotan lain SI dikarekanan gagal dalam mempertahankan idealisme

serta kepeloporan dalam rubuh organisasi dalam upaya mencapai

kemerdekaan. Ditambah lagi, idealisme dan aktivisme SI kalah jauh dari

organisasi politik yang tidak secara formal tidak menyatakan Islam sebagai

dasar-dasar Ideologianya.7

SI dalam menyambut suasana politik dikarenakan Ideologi Indonesia

pasca perang dingin menganut sistem demokrasi mau tidak mau SI

membentuk Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan ikut berkontribusi

pada demokrasi parlementer (1950-1959). PSII tetap menujukkan eksistensi

dengan mengikuti pemilu dan berhadapan langsung dengan Partai Nasional

Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tak lain anak yang

lahir dari tubuh SI sendiri. Pada Periode Orde Lama di bawah Pemerintahan

Soekarno yang cenderung kiri, PSII tetap bertahan dari tekanan. Bahkan saat

masa Orde Baru berkuasa, Presiden Soeharto dengan kebijakan politiknya

mencoba membangun kebijakan yang dikenal sebagai Fusi Partai Politik 1973

7 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, (Jakarta: Paramdina, 2009), cet II, hal. 67-69

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

5

berdasarkan golongan Ideologi. Tahun penerapan Fusi Politik telah banyak

mempengaruhi bagi perkembangan PSII itu sendiri.8

Penerapan penyederhanaan Partai Politik oleh Orde Baru disebabkan

karena daya dari tokoh-tokoh partai Islam yang banyak mendapatkan

perhatian dari masyarakat. Jelas, situasi tersebut tidak akan mengancam

kedudukan Orde Baru dengan Partai Pemerintah yaitu Golongan Karya

(Golkar). Semua partai islam PSII, NU, Parmusi, dan Perti disatukan dalam

satu wadah yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP menjadi satu-

satunya Organisasi Peserta Pemilu (OPP) dari partai Islam yang mengikuti

pemilu tahun 1977 dan 1982.9

Dalam menjamin kebijakan Fusi Politik tersebut, Orde Baru juga

menambah konsep Mass Floating (masa mengambang) agar organisasi dari

Partai Islam tidak dapat mengembangkan aktifitas politik di wilayah-wilayah

kecamatan dan desa. Dengan demikian, partai diupayakan terlepas dari

konstituennya, sehingga tidak memiliki hubungan emosional di antara

masyarakat dan partai Islam.10

Bisa dipertegas bahwa Orde Baru menjadi masa penyuburan secara massif

ideologi Pancasila di berbagai lini masyarakat. Kelompok Islam dengan

organisasinya justru tidak mendapatkan tempat meneguhkan pemahaman

Islam dalam organisasinya. Orde Baru terkesan membuat kebijakan yang

8 Valina Singka Subakti, Partai Syarikat Islam Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2014), h.2-5.

`9 Sudirman Tebba, Islam Orde Baru, (Jakarta: Tiara Wacana, 1993), h.59.

10 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta:

Kencana Press, 2013), cet.II, h.296

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

6

penuh dilema, satu sisi kelompok Islam diperbolehkan membentuk organisasi

politiknya dan sesekali juga dibatasi dengan pengawasan yang ketat. Alasan

sederhanyanya, para penyokong Orde Baru enggak melihat bangkitnya

kelompok Islam terutama dari kalangan Neo-Masyumi di mana para anggota

SI juga ada di dalamnya.11

Kebijakan politik Orde Baru yang sepihak dan dijalankan secara otoriter

menyebabkan banyak partai politik terbatasi dan harus berhenti menjalankan

kerja partai politiknya. Apalagi, pada tahun 1983, sebuah indoktrinisasi

Pancasila sebagai asas utama bagi semua platform politik Indonesia menjadi

tantangan tersendiri. Jelas bagi PSII, tersebut akan berhadapan dengan ide-ide

Islam dan Sosialisme yang telah lama diusungnya. Saat reformasi tegak, Fusi

partai politik ikut hancur bersamaan dengan tumbangnya Orde Baru. PSII

kembali mengikuti pemilihan umum 1999 dengan nama yang sama, masa itu

disebut dengan demokrasi prosedural. Akan tetapi kenyataan terlihat bahwa

konstelasi pemilih dari umat Islam pada PSII sangat menurun.

Hampir jumlah partai Islam yang berlaga secara keseluruhan hanya sekitar

33.70 persen di mana pemilu tahun 1999 diikuti kurang lebih 48 partai

politik.12

Dinamika sosial dan penurunan pemahaman Ideologis akan Islam

dan Sosialisme pada PSII bisa dikatakan menjadi penyebabnya. Pada

pemilihan umum 2004 yang diikuti 24 partai politik, dan tahun 2009 dengan

peserta berjumlah 12 partai politik, PSII tidak ambil bagian, kini PSII bisa

11

Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 2001), h. 120-121 12

Sutrisno Hadi, Pemikiran-Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca Soeharto 1998-

2008, (Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.89.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

7

dikatakan hanya bergerak dalam tubuh organisasi masyarakat bukan dalam

bentuk partai politik yang Sekarang lebih dikenal dengan Syarikat Islam (SI).

SI sulit melakukan performa komunikasi kepada dalam organisasi dan

kepada anggotanya, agenda politik tidak banyak diperbaharui namun lebih

fokus pada keputusan pucuk pimpinan SI. Secara terbatas, hanya ritual politik

yang begitu dominan pada saat Orde Baru. Sekalipun nuansa Orde Baru masih

kentara dengan politik, SI belum siap menyambut pengaruh akhir Orde Baru

yang lebih membutuhkan kesolidan dari berbagai sisinya. Seperti militansi dan

urgensi pemupukan ideologinya.

Pasca reformasi,13

banyak perubahan terutama kemasan Islam dan

Sosialisme pada SI yang tak mungkin dirubah dikarenakan banyak faktor

salah satunya beban sejarah panjang organisasi ini. Hanya saja, Ide-ide Islam

dan Sosialisme merupakan pilihan Ideologi yang barangkali pada saat era

demokrasi prosedural saat ini yang diikutkan oleh banyak partai politik untuk

menjadikan demokrasi sebagai bagian dari cita-cita politik menjadi

perhitungan tersendiri. Umat Islam sebagai warga mayoritas di Indonesia,

menjadi peluang bagi SI untuk terus mengagendakan gerakan dalam cita

politik Islamnya yaitu Islam dan Sosialisme.

13

Syamsuddin Haris berpendapat Reformasi politik merupakan agenda pergantian

kepemimpinan negara. Hal ini untuk menjamin kelangsungan sistem dan pengawasan oleh kontrol

rakyat. Reformasi di Indonesia memiliki sebuah agenda ganda yaitu memperbaiki tatanan ekonomi

yang elit oriented dan perombakan kabinet. Sebab keduanya merupakan sintesa yang amat terkait

dalam wacana reformasi di Indonesia 1998. Dalam, Syamsuddin Haris, Reformasi Setengah Hati,

(Jakarta: Penertbit Erlangga, 1999), h.8.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

8

Bahkan pasca Orde Baru hadirnya aktivitas Politik Islam kembali di

Indonesia seperti dibayangkan merupakan bagian dari upaya memunculkan

alternatif politik dengan preferensi pemilih muslim. Walaupun, Reformasi

telah mencairkan gerakan politik dan gerakan Islam yang terah terkungkung

oleh penyeragaman Orde baru yang sangat beragam. Di sisi lain, tidak sedikit

yang menyatakan diri sebagai Partai Islam dan ada yang tidak walaupun

secara kasat mata mayoritas komponen anggotanya adalah muslim. Elit tokoh

politik Islam terpecah bukan saja Faksi tetapi juga dalam Ide. Polarisasi politik

Islam semakin kentara yang mana, satu sama lain menunjukkan sisi Islamnya

ataupun berusaha tetap menjaga suara pemilih Islam saja.14

SI tetap berusaha berjuang dalam membangun eksistensinya di jalur

politik dengan mengkuti pemilihan umum tahun 1999 lalu. Dengan kondisi

diaspora partai politik Islam, SI sebagai organisasi yang banyak dihuni

kalangan Muslim progresif moderat juga tidak mampu bertahan. Pasca

reformasi sebagai titik ekstrem setelah politik Islam menemukan

momentumnya kembali setelah dilarang benar-benar dimanfaatkan dengan

baik. Akan tetapi juga bukan tidak memiliki resiko, mengingat banyaknya

14

Bahtiar Effendy menjelaskan Konstetuen Politik dari pemilih islam pada pemilu 1955

memang sangat diperebutkan baik dalam pemilih tradisional, potensial, pemula, ataupun swing

voters. Walaupun preferensi pemilih teralirkan dalam kecenderungan primordial. Berdasarkan

pendekatan yang terasosiasikan oleh Clifford Geertz dan Meraka yang yang berasal dari kalangan

Santri akan memberikan suaranya pada Partai Islam seperti Masyumi, NU, Partai Syarikat Islam

Indonesia (PSII), dan Perti. Sementara mereka yang termasuk kategori relegio-ideologis abangan

atau priyayi memilih partai-partai “nasionalis” atau “sekuler” seperti PNI dan sebagainya.

begitupun Pemilu tahun 1999 tidak jauh berbeda, lihat Bahrtiar Effendy, (Re)Politisasi Islam:

Pernahkah Islam Berhenti Politik?, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 212-213.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

9

partai Islam yang ada justru SI dengan PSII kalah bersaing.15

Hal itu

dibuktikan dengan PSII yang tidak dapat mengkuti Pemilu 2004 dikarenakan

suaranya tidak mencapai batas perolehan batas minimal (treshold).

Guna mengembalikan marwah SI yang tumbuh dan tenggelam oleh

perubahan sistem politik di Orde Lama dan Orde Baru mengakibatkan sendiri

perkaderan dan pemutakhiran gerakan SI justeru mengalami apa yang disebut

dengan stagnan. SI secara ingatan di tengah masyarakat hampir tidak dikenali

keberadaannya. Di mana, mungkin situasi Orde Baru masih dianggap lumayan

melakukan kegiatan dialogis dengan sistem pemerintahan walaupun terbatas.

Di tambah lagi, di tubuh organisasi SI terdapat perbedaan pendapat yang amat

tajam mengenai haluan politik dan bagaimana penerimaan Pancasila dalam

tubuh organisasi yang lahir 1905 tersebut. Belum lagi, SI dihadapkan dengan

persoalan cita-cita Islam dan Sosialisme yang bisa dikatakan gagal dicitrakan

baik di awal reformasi sekalipun. SI pada era reformasi justeru tidak terlihat

komunikasi efektif dalam membangun citra di masyarakat. Hampir satu

dekade SI terlihat megalami penurunan efektifitas ruang gerak dan metode

untuk mendekati masyarakat sosial. Walaupun, basis SI di berbagai daerah

masih cukup mumpuni.

Sempat mendapatkan keyakinan dikala kalangan moderenis tua Masyumi

silam mengusulkan kepada pemerintahan Orde Baru untuk merehabilitasi

15

Pada pemilu 1999 dari sejumlah partai Islam kekuatan partai politik Islam mencapai

43,32% jika Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dimasukkan

dalam partai Islam. SI dengan partainya PSII hanya memperoleh suara DPR 365.920 dengan

jumlah kursi yang didapat hanyalah satu kursi. Lihat Bilveer Singh dan Zuly Qodir, Gerakan

Islam Non Mainstream dan Kebangkitan Islam Politik Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015), hal.349-350

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

10

Masyumi, di mana SI dengan PSII-nya berada di sana. Usulan tersebut lebih

kepada repolitisasi Islam sebagai upaya menumbuhkan kekuatan politik. Hal

itu sebagai syarat pemberian dukungan kepada pemerintah dalam menyokong

Orde Baru dalam melawan Komunisme pada masa Orde Lama. Kelompok

muda lebih progsesif dengan mengusulkan agar melakukan rehabilitasi

material dengan terbukanya seluas-luasnya ikut serta dalam politik, yang jelas

usulan ini memberatkan Orde Baru. Namun nyatanya tidak demikian bagi SI,

SI tetap terkungkung di bawah banyak kelompok dominan dan politik Orde

Baru serta sulit meningkatkan pengaruhnya.16

Pasca reformasi, SI tetap aktif dan melakukan mekanisme organisasi

seperti biasanya, walaupun performa komunikasi tetap dalam status qou dan

masih dalam ritual politik. Organisasi Islam lainnya lebih terakomodir dan

mampu menyokong demokrasi dalam berbagai peranan dan fungsinya. NU

dan Muhammdiyah yang sedari awal juga tidak memaksudkan visi politik

dengan baik mampu mendampingi peranan pemerintah secara akomodatif dan

korektif. SI terus berupaya melakukan komunikasi politik dalam spektrum

lebih kecil. Perbedaan yang dimiliki oleh SI sebagai organisasi Islam non

golongan tidak terlalu melakukan responsif bahwa kenyataan pada era

reformasi justeru, golongan Islam makin terpolarkan dalam kelompok

terorganisir. SI pun harus menyadari bahwa respresentasi Islam tidak hanya

dimiliki oleh SI, serta kepentingan ummat Islam juga memiliki jalan ekspresi

yang bermacam-macam. Pada intinya, reformasi menjadi semacam turbulensi

16

M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1995) h.

25.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

11

memacu umat Islam Indonesia bergerak dan melakukan kegiatan secara bebas

dan luas.

SI nyatanya gagal dalam memupuk pemahaman ideologi Islam dan

Sosialisme di saat nuansa reformasi justru membawa aspek keterbukaan yang

menyebabkan di kalangan masyarakat mulai menerima pengertian dan pola

sosial baru yang seringkali didominasi oleh elit politik da partai baru. Padahal

sudah jelas bahwa tujuan Ideologi Islam membangkitkan perasaan dan

mendorong munculnya tindakan, sedangkan kekuatan Ideologi terletak pada

kapasitasnya dalam merangkap dan menggerakkan bayangan dan melepaskan

dalam bentuk gerakan nyata bagi manusia.17

Ideologi bisa ditegasnya sebagai

identitas kelompok partai politik maupun organisasi sosial dalam melakukan

tindakan yang efektif. Identitas SI terletak dalam ideologi Islam Sosialisme

tersebut yang sempat meredup. Dengan tingkat perkaderan yang minim,

perpecahan elit SI, serta simpang siurnya arah perjuangan, ideologi Islam

Sosialisme pun juga ikut surut.

Perjalanan SI yang panjang di pentas politik maupun sosial tentu saja

memberikan alasan mengapa organisasi ini begitu penting dalam memberikan

keterangan bangunan bangsa ini. Islam Sosialisme yang begitu dominan dalam

mengartikulasikan serta memanifestasikan kerja dalam pembangunan sosial

tempo silam tentu tidak bisa dianggap sebagai peristiwa sederhana. Apalagi,

SI berusaha membangun kembali keorganisasiannya kini dengan pemulihan

17

Reo M. Christenson, Ideologies and Moderen Politics, (New York: Dodd, Mead &

Company, 1975), h. 6.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

12

struktur, pemilihan kepemimpinan yang baru. Perkembangan politik tanah air

yang begitu rumit tidak serta merta merusak bangunan eksistensinya

sekaligus.

Dari sekian banyak konsep yang dibuat berdasarkan tema yang diangkat,

maka penting kiranya meneliti bagiamana pembangunan citra politik Islam

pada Syarikat Islam Indonesia (SI). Di mana, pada masa silam pernah

mengukir catatan sejarah sebagai bagian pembangun kemerdekaan bangsa dan

ikut berkontribusi dalam pengelolaan negara. Berdasarkan latar belakang di

atas, penulis menarik penelitian dengan judul Performa Komunikasi

Syarikat Islam Dalam Citra Politik Islam Sosialisme Pasca Reformasi.

B. Perumusan batasan Masalah

1. Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian ini pada Performa Komunikasi Syarikat

Islam (SI) dalam menjaga citra ideologi Islam Sosialisme di tengah

demokrasi dan demokratisasi reformasi di arus perpolitikan nasional justru

menjadi agenda penting untuk diwujudkan setelah reformasi politik 1998

membuat SI kiprahnya semakin redup.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah

a. Bagaimana performa komunikasi Syarikat Islam pasca reformasi?

b. Citra Politik Islam sosialisme apa yang dibuat Syarikat Islam pasca

reformasi?

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

13

C. Tujuan Penelitan

1. Mengetahui performa komunikasi organisasi Syarikat Islam (SI) yang

dibangun untuk menjaga cita-cita organisasi dalam ideologi Islam

Sosialisme .

2. Mengetahui kerangka Islam Sosialisme seperti apakah yang diharapakan

oleh Syarikat Islam di tengah Sistem demokrasi dan proses demokratisasi

berbagai aspek sosial politik Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat dilihat dari aspek

keilmuan dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diupayakan dapat memberikan kontribusi di bidang

kajian performa komunikasi lewat perkembangan organisasi sosial politik

Islam di Indonesia. Di samping itu, sumbangan penelitian ini ditujukan

untuk menambah variasi penelitian yang memfokuskan diripada studi pada

organisasi masyarakat dan partai politik guna pembacaan yang lebih

konprehensif.

Terkait kajian mengenai perkembangan ideologi Islam Sosialisme

di Indonesia akan sangat penting mengingat ideologi tersebut seringkali

dilihat sebatas konsepsi pemikiran abastrak dan ideologi tertinggal. Akan

tetapi, konteks di Indonesia memberikan ruang gerak yang masih

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

14

memungkinkan dilihat dari masyarakat terikat secara baik secara sosial

dan kultural.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai referensi pembaca guna melihat perkembangan Syarikat

Islam Indonesia dalam menjaga cita-cita politiknya.

b. Sebagai dokumentasi dalam mengetahui terhadap kegiatan Syarikat

Islam Indonesia di pentas politik demokrasi Indonesia.

c. Sebagai panduan bagaimana mengetahui performa organisasi di

organisasi Syarikat Islam.

d. Terakhir mengenai pentingnya membangun citra positif dalam

sebuah organisasi.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan Islam

dan Sosialisme disarikan dari pemikiran H.O.S Cokroaminoto. Dari

sejumlah penelitian hanya memfokuskan segmentasi pemikiran Islam dan

Sosialisme dengan beragam tema. Seperti penelitian Darussalam dengan

mengarusutamakan pada ide-ide dari sosok H.O.S Cokroaminoto serta

Islam dan Sosialismenya dalam merubah tatanan feodalisme yang

disokong penuh oleh kolonialisme. Serta, bagaimana Al-Quran sebagai

unsur utama nilai dalam Agama Islam dapat bergandengan tangan dengan

ide Sosialisme.18

18

Skripsi Darussalam, Sosialisme Islam: Tela’ah Pemikiaran H.O.S Cokoroaminoto,

(Yogyakarta: Fakultas Usluhuddin dan Pemikiran Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

15

Dalam penelitian lain yang masih terkait dengan penelitian Islam

dan Sosialisme tertuang dari hasil penelitian Robby Iskandar Pohan.

Dalam penelitian tersebut objek penelitian tentang peranan H.O.S

Cokroaminoto secara pribadi akan pandangan Nasionalisme dan

Sosialisme berdasarkan konsepsi nilai Islam. Titik tekan pada penelitian

Robby ialah mencari keterhubungan Nasionalisme dan Sosialisme, yang

pada dasarnya keduanya merupakan bagian ide-ide besar yang sama

tumbuh di abad 20. Begitupun juga Islam, tak lain merupakan identitas

kultural pada masyarakat Indonesia yang juga ikut terbangun dalam

menyongsong kemerdekaan dalam banyak gerakan.19

Terkait dengan konsepsi Islam dan Sosialisme Syarikat Islam

Indonesia Pasca Reformasi, penulis hanya mendapati penelitian. Pertama,

penelitian oleh Taufan Anof dengan menitikberatkan pada penerapan asas

tunggal Pancasila guna stabilitas politik Nasional pada Tahun 70-an oleh

Orde Baru dan dampaknya yang sangat merugikan terhadap gerakan

Syarikat Islam.20

Untuk tinjauan Performa Komunikasi organisasi, penulis banyak

mempelajari Tesis Iskandar mengenai krisis dualisme perpecahan

kepemimpinan dalam tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) antara

kubu Djan Farid dan Romahurmuzy. Dengan titik tekan strategi media di

19

Skripsi Robby Iskandar Pohan, Pemikiran Politik Islam dan Sosialisme H.O.S

Cokroaminoto: Nasionalisme dan Sosialisme yang Berdasarkan Islam, (Medan: Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Medan, 2010) 20

Skripsi Taufan Anof, Asas Tunggal Pancasila dalam Pandangan Syarikat Islam

Indonesia (SI) Masa Orde Baru, (Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009)

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

16

antara kubu tersebut dalam usahanya untuk mencari legitimasi

kepemimpinan yang sah.21

Beberapa penelitian lain yang telah terbukukan, keterangan tentang

Syarikat Islam Indonesia (PSI) dapat ditemukan dalam karya Firdaus A.N

(1997) Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, Bustaman (2000) PSII-1905

(Partai Syarikat Islam Indonesia) dijaman Orde Baru 1966-1998, Ohan

Sudjana (1999) Lika-Liku Perjuangan Syarikat Islam, A.P.E Korver

(1985) Syarikat Islam Gerakan Ratu Adil, serta Disertasi Valina Singka

Subakti (2014) Partai Syarikat Islam Indonesia: Kontestasi Politik Hingga

Konflik Kekuasaan Elit.

Dari sejumlah temuan penulis, belum ada yang spesifik pada

penelitian Syarikat Islam Indonesia pasca reformasi terlebih lagi yang

berupaya menitikberatkan pada upaya komunikasi politik terhadap

perkembangan ide-ide Islam dan Sosialisme yang kian meredup ditengah

demokratisasi politik di Negeri ini.

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini, penulis menggunakan Konstruktifis

dengan upaya melihat penelitian sebagai kerangka berpikir atas realitas

sebagai suatu bentuk fenomena dengan asumsi memiliki bentuk

penilaian yang beragam. Paradigma Konstruktifis lebih melihat suatu

21

Tesis, Iskandar, Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme

Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan, (Jakarta: Magister Komunikasi Penyiaran Islam

UIN Jakarta, 2017)

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

17

keyataan sosial sebagai konstruksi mental berbasis sosial dan

pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik (ontologis). Hal itu,

menempatkan penulis dan dan subjek penelitian terikat secara timbal

balik dengan menfokuskan pada penemuan yang dicipta seperti yang

dihendaki (epistemologis).22

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Anselm dan Juliet menekankan bahwa penelitian kualitatif

setidaknya memberikan dua kelebihan sekaligus yaitu guna memahami

sebuah fenomena baru yang sedikit diketahui atau mengenai wawasan

yang belum diketahui. Serta, memperjelas kompleksitas sebuah

fenomena berdasarkan rincian sistematis yang sulit dipecahkan lewat

pendekatan kuantitatif.23

Menurut Craswell studi kasus dalam pendekatan kualitatif lebih

dilihat sebagai cara untuk penyelelidikan dengan cermat sebuah

program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu. Hal

tersebut didasarkan oleh batasan-batasan waktu dan aktifitas peneliti

secara lengkap berdasarkan prosedur penelitian yang telah

ditentukan.24

3. Jenis Metode Penelitian

22

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN Malang

Press,2010), cet. II, h. 151 23

Anselm Stauss dan Juiiet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,2009) cet. III, h. 5 24

John W. Craswell, Research Design, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet. I. hal. 20

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

18

Studi kasus menurut Cristine Daymon dan Immy Holloway lebih

terdapap upaya penuh terhadap pengetahuan kontemporer pada

konteksnya dengan perhatian yang memunculkan pemahaman baru

yang sangat terbatas pada waktu fenomena sosial berkembang.

Kegunaan studi kasus bisa jadi menjadi alat memunculkan sebuah teori

baru ataupun menguji sebuah teori yang lama berrdasarkan temuan

baru pada sebuah penelitian.25

Pada SI yang utama tak lain meneliti lebih intensif tentang

dimensi dalam organisasi tersebut yang dibatasi waktu serta

perkembangan komunikasi di dalamnya. Di samping, tumbuh

kembangnya organisasi ini yang pada akhirnya berusaha menemukan

relevansinya dengan fenemoma sosial yang ada saat ini.

Penggambaran situasi dan kondisi pada Syarikat Islam Indonesia

merupakan langkah yang ditempuh penulis sebelum merepresentasikan

objek penelitian.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Syarikat Islam pasca Reformasi.

Objek penelitiannya adalah Peforma Komunikai Citra Politik Syarikat

Islam (SI).

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Guba dan Lincoln (1981) menjelaskan observasi penting

dilakukan dalam menjaga kebenaran dan keaslian informasi yang

25

Cristine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Kualitative Dalam Public

Relations dan Marketing Communications, (Bandung: Bentang Pustaka, 2008), cet.I, hal.251-252.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

19

diperoleh. Di mana saat komunikasi tidak dapat dilakukan,

observasi dapat dijadikan penggambaran situasi dalam menguatkan

peneliti dalam peristiwa yang diteliti secara proporsional dengan

melihat perilaku sebagai bahan informasi yang diperoleh secara

langsung.26

Menurut Kartono (1980) observasi bisa dikatakan sebagai

studi dalam mengamati fenomena sosial dan gejalanya didasarkan

pada pencatatan dan pengamatan, serta dilakukan berdasarkan

sistematis.27

Dengan observasi menunjukan kehadiran peneliti atas

kejadian terhadap aktifitas penelitian guna pengumpulan data.

Obrservasi bisa dibedakan menjadi dua jenis. (1) Orservasi

Sederhana (Simple Observation) merupakan kegiatan dalam

mengamati kebiasaan dan sebuah peristiwa dengan berusaha

memahami secara emperis keadaan yang ada dengan upaya peneliti

berusaha tetap seobjektif mungkin dengan penelitiannya. (2)

Observasi Berpartisipasi (Partisipation Orservation) ialah aktivitas

pengatan sampai tahapan tertentu dan tidak fokus pada sturktur

yang ada biasanya didapati dalam jangka yang lama serta lebih

berupaya menjadi observasi yang bersifat kultural menjadi netral.28

26 Lexy J. Moleong, Metedologi Peneltian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: Rosda

Karya, 2005), cet.21. h.174-175 27

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013),h.143. 28

Cristine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Kualitative Dalam Public

Relations dan Marketing Communications, (Bandung: Bentang Pustaka, 2008), cet.I, hal.486-487

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

20

Jones dan Somekh (2005) serta Sanger (1996) melihat

bahwa fenomena sosial yang terlalu komplek akan menjadi

tantangan tersendiri. Mengingat beragamnya karakteristik individu

dan banyaknya kelompok sehingga tidak memungkinkan bagi

penulis dalam melakukan pencatatan semuanya secara terperinci.29

Dengan hal tersebut, maka perlu bagi penulis untuk mengamati

langsung tentang kerja Syarikat Islam (SI) dalam membangun cita-

citanya. Di samping itu, mengamati berdasarkan data dan hasil

pengamatan SI dalam mejaga cita-cita politik Islam nya yang

bernafaskan Islam dan Sosialisme.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan kegiatan dalam upaya

meninggalkan spekulasi-spekulasi yang sangat subjektif dan

berusaha mendekati masalah berdasarkan sikap dan bahasa.

Wawancara sebagai kegiatan penelitian ialah mencari ketepatan

beradasarkan masalah yang diteliti dengan pertanyaan yang

dimaksudkan untuk dijawab informan tanpa tekanan maupun

penggiringan.

Keberhasilan wawancara sangat ditentukan sikap peneliti

pada saat mewawancarai informan. Di samping itu keberadaan

pedoman wawancara yang sangat sitematis erat bagaimana

membangun komunikasi yang efektif sehingga tujuan dari

29

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial:Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2015), cet.1, h.239.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

21

informasi yang ingin dicapai dapat maksimal.30

Wawancara

dilakukan terhadap jajaran pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP)

Syarikat Islam di antaranya Sekretaris Jenderal Lajnah Syafinuddin

AL-Mandari, Wakil Tahfidziah Syarikat Islam Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoto, dan

Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat

Islam

c. Studi Dokumentasi

Scot (1990) mengatakan dokumen merupakan benda yang

memiliki karakteristik berupa teks tertulis. Begitupun dengan Prior

(2003) dokumen juga bisa berupa teks pidato, foto, naskah,

gambar, foto, maupun buku. Yang kesemuanya, mempunyai arti

sebagai penunjangan dalam mengekplorasi sebuah penelitian.31

Dalam hal ini penulis berusaha menggali dan menemukan sejumlah

naskah ataupun data penting terkait Syarikat Islam Indonesia dalam

menunjang penelitian ini dari buku, web, media on line, dan

dokumentasi organisasi.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis berusaha melakukan analisis

berdasarkan temuan pada data, catatan wawancara, naskah di lapangan

serta dituliskan secara deskriptif. Dalam penyajian hasil analisis,

30

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi II),

(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet.9, h.196-197. 31

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial:Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2015), cet.1, h.80

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

22

menurut Huberman (1994) secara umum proses analisis data kualitatif

melibatkan empat hal, pertama, pengumpulan data. Kedua, reduksi

data. Ketiga, penyajian data. Keempat, verifikasi dan penarikan

kesimpulan. Huberman menekankan pada reduksi data yaitu proses

pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakkan, dan pengubahan data

berdasarkan hasil cacatan di lapangan.32

Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap.

(1) Reduksi Data yaitu melakukan pemilahan data-data dengan

melakukan mengkoding berdasarkan kategori yang sudah ada dan

merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana. (2)

Intrepretasi yaitu tindakan mengartikulasikan temuan data serta

penempatan makna berdasarkan konsep dan teori melalui laporan

tertulis. Data yang ada disarikan berdasarkan hasil wawancara,

cacatan, serta data visual yang diperoleh saat penelitian dilapangan.33

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Maret 2017 di Kantor Pusat

Syarikat Islam.

8. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan skirpsi ini ditulis berdasarkan panduan penulisan skripsi

CEQDA 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

32

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2015), cet.1, h. 11. 33

Cristine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Kualitative Dalam Public

Relations dan Marketing Communications, (Bandung: Bentang Pustaka, 2008), cet.I, hal. 548-549.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

23

G. Sitematika Penulisan

Penulis membagi lima bagian untuk lebih jelas dalam melihat pembagian

fokus di masing bagian bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas: latar belakang, batasan dan rumusan masalah

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

metodelogi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan

data, dan, teknik analisis data, waktu dan tempat penelitian, pedoman

penulisan skripsi.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

Bagian ini penulis akan membahas kerangka teoritis: Teori Polical

Performance, Citra Politik, Konsep Ideologi Islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM

Pada bab ini lebih berupaya menggambarkan proses sejarah dari Syarikat

Islam Indonesia serta latar belakang sosio kultural. Di samping itu, peran-

peran politik dan gerakan dalam mencapai ide-ide Islam Sosialisme

sebagai cita-cita politiknya.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bagian ini lebih menampilkan hasil temuan secara keseluruhan

berdasarkan kesesuaian data yang mendukung terhadap penelitian ini.

BAB V : KESIMPULAN

Pada bab ini akan membahas dua hal: Kesimpulan penelitian dan saran.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEPTUAL

A. Teori Performa Komunikasi Pacanowsky dan Daniel O’Trujillo

Performa Komunikasi (Communication Performance) merupakan teori

yang memfokuskan sebagai agenda mendekati khalayak. Menurut

Pacanowsky dan O’Donnel Trujillo (1982) seperti dikutip dalam Ricard West

dan Lynn H. Turner, komunikasi performa merupakan proses simbolik serta

penggambaran terkait perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Lebih terkait

bagaimana peran ditempatkan.1

Performa Komunikasi dapat ditempatkan dalam beberapa bagian dilihat

dari fungsinya, yaitu:

Pertama, performa komunikasi bisa dilihat sebagai komunikasi yang

berjalan secara teratur dan berulang disebut performa ritual (Ritual

Performance).2 Performa ritual lebih dilihat sebagai aktifitas dari mulai

individu dalam organisasi serta kegiatan rutin dan sosialisasi. Dalam sebuah

organisasi tepat dapat ditemukan berbagai macam pekerjaan dan tugas.

1 Ricard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Komunikasi Analisis dan Aplikasi,

(Jakarta: Salemba Humanika, 2008) hal, 325 2 Ritual sendiri Terdiri dari empat bagian (1) Ritual Personal (personal ritual) yaitu

terkait dengan pekerjaan rutin yang dilakukan seseorang dalam pekerjannya. (2) Ritual Tugas (task

ritual) lebih dekat dengan rutinitas pekerjaan seseorang dalam menyelesaikan tugasnya. (3) Ritual

Sosial (social ritual) merupakan rutinitas verbal dan non-verbal dalam berinteraksi. Dalam konteks

organisasi lebih dlilihat bagaimana anggota organisasi membangun komunikasi sesama

kolegannya. (4) Ritual Organisasi (organizational ritual) lebih sebagai gambaran aktifitas

keorganisasian yang dijalankan di dalamnya seperti pengambilan keputusan dan kebijakan . lihat,

Tesis Iskandar, Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme Kepemimpinan Partai

Persatuan Pembangunan, (Jakarta: Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta, 2017) hal.

27-28

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

25

Mereka menjalakannya sesuai konsekuensi dan beban kerja yang bersifat

kontunitas serta hierarkis.

Kedua, performa hasrat (passion performace) merupakan kisah di mana

sebuah organisasi diceritakan dengan antusias oleh setiap anggota. Hal itu juga

akan memacu semangat untuk aktif, setiap peristiwa akan menjadi ukuran

bahkan motivasi yang selalu diceritakan dengan menggebu-gebu.

Ketiga, performa sosial (social performance) merupakan bentuk dari

adanya sikap yang baik dalam melaksanakan kerja sama dalam sebuah

organisasi. Sikap baik bisa menjadi mendorong afektifitas kerja dan

membangun lingkungan kerja dengan nyaman. Bentuk efektif yang dilakukan

oleh pekerja akan meningkatkan kualitas kerja itu sendiri. Namun, dalam

pengambilan keputusan sekalipun sikap sopan santun juga harus ditempatkan

secara baik.

Keempat, performa politis (political performance) merupakan upaya

mendapatkan dan mempertahankan kedudukan lewat kerja dengan pengakuan

politis. Hal ini tidaklah salah, mengingat setiap kerja yang dilakukan secara

baik akan dengan sendirinya menimbulkan citra baik dalam sebuah organisasi.

Praktek yang digunakan ialah mengkomunikasikan keinginan untuk

mempengaruhi seseorang dalam organisasi. Tujuan akhirnya ialah

mendapatkan legitimasi atas pekerjaan yang dilakukan dalam organisasi

tersebut. Kuncinya terletak bagaimana pengkomunikasian itu sendiri

dilakukan.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

26

Kelimat, performa enkulturasi (enculturation performance) dekat dengan

melihat cara bagaimana anggota dalam sebuah organisasi mendapatkan

pengetahuan dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya. Kontribusi kerja

yang ditopang oleh pengatahuan dan keahlian akan menambah kompetisi

sesama anggota dalam sebuah organisasi. Tentunya, dengan tumbuhnya

budaya organisasi sendirilah enkultutrasi performa dapat dilihat capaiannya.3

Menurut Pacanowsky dan O’ Donnell Trujillo seperti dikutip Iskandar

(2017) performa-performa itu dapat tumpang tindih. Hal itu bisa disebabkan

anggapan bahwa performa sosial sebagai performa ritual. Tindakan kesopanan

sebagai personal (dan bahkan) ritual. Maka dari itu, performa tersebut

menjadi sosial maupun ritual. Selain itu, performa dapat muncul dari

keputusan yang dibuat secara sadar untuk melakukan apa yang dipikirkan atau

dirasakan mengenai suatu isu. Berangkat dari sana, Menurut Pacanowsky dan

O’ Donnell Trujillo yakin bahwa performa komunikatif sangat penting bagi

budaya secara organisasi.4

Performa politik merupakan bagian dari pengembangan studi keilmuan

dalam komunikasi poltik. Di mana secara sederhananya politik bisa diartikan

sebagai alat atau cara untuk menusia menyelesaikan persoalan dalam

hidupnya. Dalam kehidupan manusia harus dibedakan di mana yang hidup di

lingkungannya secara individualis atau kolektifisme. Yang mana politik yang

tumbuh di antara keduanya dilihat dari sudut besar atau kecil berdasarkan

3 Ricard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Komunikasi Analisis dan Aplikasi,

(Jakarta: Salemba Humanika, 2008) hal, 325.

4Tesis, Iskandar, Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme

Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan, (Jakarta: Magister Komunikasi Penyiaran Islam

UIN Jakarta, 2017) hal. 27-28.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

27

kegunaannya. Aspek individualis hanya berusaha menyelesaikan sesuatu hal

yang terjadi bagi dirinya tidak berkaitan dengan aspek hubungan sosial

sedangkan kolektifisme adalah sebaliknya ada sisi tanggung jawab dari pribadi

yang bebas demi kemauan kolektif masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu

perangkat yang melekatkan antara kolektifisme maupun individualisme

dengan sosialnya hanya bisa dilangsungkan dengan adanya bahasa.5

Teori Komunikasi menyarankan tiga asumsi dasar yang memandu

Pacanowsky dan Trujillo (1982) ide-ide dalam mengembangkan budaya

organisasi, yang menyebutkan secara rinci bahwa:6

a. Anggota Organisasi menciptakan dan mempertahankan rasa bersama

realitas organisasi, sehingga lebih baik pemahaman tentang nilai-nilai

organisasi.

b. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting untuk budaya

organisasi.

c. Budaya bervariasi lintas organisasi, dan interpretasi tindakan dalam

budaya ini beragam.

Pacanowsky dalam West dan Turner (2007) bependapat dalam

membangun budaya organisasi sangat dibutuhkan pemupuk kinerja dan

komunikasi di antara pekerja.7

5 Bahasa merupakan sarana universial yang membedakan manusia dengan mahluk

lainnya. Di samping itu, dari tradisi keilmuan sosial bahasa bisa disebutkan sebagai alat untuk

menjelaskan sejarah kehidupan manusia dan proses sosial yang berlangsung dari sejarah. Bahwa

terkadang ada adagium dari Noam Chomsky dengan kemenangan bahasa adalah permulaaan

kemenangan segalanya. Lihat, Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jala

Sutera,2012) h. 108-109.

6 Antoni dkk, Organizational Culture as Communication Performance: Ethnogrphy Study

in Regional Civil Service Agency of East Nusa Tenggara, Indonesia. (The International Journal of

Humanities & Social Studies, 2016) vol: 4 Issue 7, h. 117.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

28

“performance are those very actions by which members constitute and

reveal their culture to themselves and others. Ritual performance is routine

and repeated communication performance. This type of performance has

important role in renewing our understanding toward our shared

experience and giving legitimation toward what we were thinking, feeling

and doing. It is a routine that always conduct by member of organization,

this performance also showed interaction of organization’s members as the

form of unity and harmony in an organization.”

(performa merupakan tindakan yang dengannya anggota membentuk dan

mengungkapkan budaya mereka kepada diri mereka sendiri dan orang

lain. Performa ritual adalah kinerja komunikasi rutin dan berulang. Jenis

kinerja ini memiliki peran penting dalam memperbarui pemahaman kita

terhadap pengalaman bersama dan memberi legitimasi terhadap apa yang

sedang kita pikirkan, rasakan dan lakukan. Ini adalah rutinitas yang

selalu dilakukan oleh anggota organisasi, kinerja ini juga menunjukkan

interaksi anggota organisasi sebagai bentuk kesatuan dan harmoni dalam

sebuah organisasi).

Para anggota memang ditemui memiliki panduan moralitas yang terkadang

juga dibawa dalam lingkup organisasi ini. Hanya dengan tumbuhnya keramahan

di antara komunikasi sesama anggota dengan tidak melihat di mana batas posisi

dan jabatan di lingkungan organisasi. Jenis kinerja dalam sebuah ritual organisasi

menuerut Pacanowsky juga akan memberikan pengalamam yang menumbuhkan

legitimasi terhadap pekerjaan, dan apa yang dipikirkan oleh kita sebagai bagian

dari organisasi.

Politik tidak dengan sendirinya ada hanya dengan perangkat komunikasi

yang mampu mengabsahkannya. Carl Hovland misalnya menyebut komunikasi

sederhananya seabagai proses mengubah prilaku orang lain. Berbeda dengan

Hovland, komunikasi justeru dilihat sebagai proses penyampaian dan penerimaan

akan simbol-simbol yang mengandung makna di antra individu-individu.8 Gun

Gun Heryanto menegaskan dengan adanya teori terkait komunikasi politik

7 Antoni dkk, Organizational Culture as Communication Performance: Ethnogrphy Study

in Regional Civil Service Agency of East Nusa Tenggara, Indonesia. (The International Journal of

Humanities & Social Studies, 2016) vol: 4 Issue 7 , h. 119. 8 Mahi M Hikmat, Komunikasi Politik. (Bandung: Simbiosa, 2011) cet.II, h. 5

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

29

setidaknya menguji bagaimana ilmu komunikasi bisa menjelaskan terkait

persoalan politik. Dengan demikian dapat ditentukan misalnya teori keterbatasan

media, teori kepemimpinan pendapat, teori inovasi, faktor-faktor pengaruh

komunikasi, penggunaan metode jaringan dalam kaitannya dengan koneksi politik

dan kekuasaan.9

B. Citra Politik

1. Definisi Citra Politik

Citra politik merupakan salah satu bagian dari tujuan adanya komunikasi

politik itu sendiri. Di samping itu citra politik sebagai tindakan yang

menggambarkan realitas tententu sebagai informasi yang ditujukan untuk

menimbulkan persepsi serta pengaruh. Akan tetapi, setiap citra politik

memiiliki dampak langsung pada aundienya, hanya dengan respresentasi

tertentu yang dapat dipahami oleh komunikasi citra politik yang digambarkan

memiliki pengaruh. Citra yang dimaksud setidaknya memiliki makna tentang

sebuah cita politik tertentu. Di mana, citra politik tersebut disusun berdasarkan

nilai, pengharapan, dan kepercayaan yang bersifat pribadi dan kemudian

berlanjut menjadi pendapat umum. Walaupun, di sisi lain citra politik sering

kali dipahami sebagai gambaran seseorang yang terkait dengan kekuasaan,

kewenangan, otoritas, konflik, dan konsensus.10

Pada dasarnya citra politik merupakan medium seseorang untuk

mendapatkan informasi ataupun pesan yang disesuaikan dengan pengalaman

pribadi seseorang dengan kegiatan politik tertentu. Citra politik memang

9

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) h.13. 10

Roni Tabroni, Komunikasi Politik Pada Era Multimedia, (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2012), Hal. 27.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

30

seringkali dilihat sebagai sublimitas dati pengalihan makna sebenarnya. Akan

tetapi, citra politik juga sangat terkait dengan cara masyarakat

mengidentifikasi kegiatan politik untuk diambil menjadi sikap ataupun

tindakan. Menurut Dan Nimmo kegunaan citra politik bagi subjektif ada tiga

keguanaan. Pertama, memberi pemahaman tentang peristiwa politik tertentu.

Kedua, menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Ketiga,

menghubungkan diri dengan orang lain.11

Citra politik tidak terjadi secara langsung terjadi sebuah proses dari

masyarakat sendiri dalam mencocokkan tentang visi dan misi serta

ideologinya disusul dengan kinerja dan reputasi tokoh atau organisasi politik

tertentu. Dengan begitu terjadi integrasi dan konsistensi antara rakyat dan

tokoh-tokohnya. Jika itu berhasil citra politik tersebut telah tertanam di benak

masyarakat. Pada akhirnya, tindakan citra politik dibangun dalam rangka

menjamin terbentuknya stabilitas masyarakat sesuai dengan harapan

komunikasi politik yang dibangun.12

Citra bisa dijadikan penggamabaran diri kita atau kelompok untuk

menyesuaikan dengan keinginan baik itu tentang perubahan yang dibutuhkan

oleh masyarakat. Citra sebagai bias dari pengetahuan yang objektif memang

perlu dilihat sebagai fenomena sosial tentang konstruksi sosial yang

dijalankan lewat berbagai instrumen entah itu citra ekonomi, budaya, maupun

politik. Hanya saja setiap citra mempunyai batasan yang sangat spesifik

karena citra dibangun dengan pondasi informasi di lingkungan tersebut.

11

Roni Tabroni, Komunikasi Politik Pada Era Multimedia, (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media,2012), h. 27. 12

Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 179-180.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

31

Biasanya, citra kemudian dikembangkan dan dikonstruksi ulang dengan

menambah nilai, pesan dan kesan untuk dapat mempertahankan citra positif

yang telah dibangun.

2. Fase-Fase Citra Politik

Baudrillard mengemukakan citra politik sebagai tahapan yang terus

mereproduksi dalam beberapa fase, yaitu:

a. Respresentasi Citra Sebagai Realitas

Citra sebagai peristiwa merupakan penggambaran akan fakta akan

pribadi atau kelompok yang serasi dan didekatkan pada penggambaran

tertentu bagi seseorang.

b. Ideologi Dalam Citra

Tentu citra merupakan konstruksi tentang dunia dan nilai-nilai yang

diproduksi dalam menjelaskan realitas. Oleh karena itu, ideologi dalam

setiap citra selalu ada dan melekat dan khas. Akan tetapi, ideologi

dalam setiap citra terkadang bias karena juga mengambil respresentasi

realitas sekitarnya.

c. Citra tak memiliki realitas

Hal itu menjelaskan bahwa realitas hanyalah apa yang ditampilkan

sebagai fakta sesungguhnya dan tidak disembunyikan. Akan tetapi,

pada umumnya citra itu sendiri seringkali bangunan ide-ide yang

terkadang fiktif.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

32

d. Citra tak memiliki hubungan dengan realitas

Pada umumnya citra hanya ditujukan pada suatu entitas kelompok dan

realitas tertentu dalam masyarkat.13

3. Tahapan Sosialisasi Cita Politik

Anwar Arifin menyebutkan citra politik melewati empat cakupan, yaitu:

a. Seluruh pengetahuan politik seseorang (kognisi), baik benar ataupun

salah.

b. Semua referensi (afeksi) yang melekat kepada tahap tertentu dari

peristiwa politik yang menarik .

c. Semua pengharapan (konasi) yang dimiliki oleh orang tentang apa

yang terjadi jika ia berperilaku dengan cara berganti-ganti terhadap

objek dalam situasi itu. Citra politik selalu berubah sesuai dengan

dengan berubahnya pengetahuan politik dalam pengalaman politik

seseorang.14

Citra tidaklah harus dipilah secara kaku antara baik dan buruknya. Karena

pada dasarnya, citra hanya memunculkan persepsi yang berasal dari seleksi

pengetahuan akan lingkungannya.15

Pengorganisasian atas interprestasi akan

memiliki sebuah arti. Di sisi lain, stimuli akan persepsi muncul atas dasar

pribadi dan orang lain di luar dirinya.

13

Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 178 14

Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 181 15

John S Nimpoeno seperti dikutip Firsan Nova pembentukan citra secara kognitif

melewati beberapa proses yang bermula dari adaya stimulus yang menghasilkan persepsi. Di

mana, persepsi menghasilkan motivasi dan kognisi sekaligus. Dari kedua hal tersebut

memunculkan sebuah sikap yang dibuktikan dengan adanya sebuah perilaku. Lihat, Firsan Nova,

Crisis Public Relation. (Jakarta: Rajawalu Press, 2011), h. 304

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

33

Citra sering kali juga dipandang sebagai pembatas dalam membedakan di

mana yang benar realitas dan mana yang hanya kesan. Persepsi seseorang

hanya menampilkan gambaran tentang sesuatu. Dengan demikian, kognitif

seseorang mempengaruhi akan persepsi dan menentukan penilaian atas citra

yang tampak. Hampir kebanyakan citra, lebih didekatkan dengan aspek

realitasnya, mau tidak mau seseorang bisa terjebak jika tidak memiliki

referensi dalam melakukan penilaian.16

Respresentasi realitas sosial yang ditimbulkan dari citra itu sendiri

menghasilkan transaksi komunikatif. Ada beberapa bagian ketika citra

dipandang sebagai tindakan konstruksi, yaitu:

1. Konstruksi citra respresentatif

Citra yang lihat akan mengendap dalam pikiran seseorang sebagai

sebuah imajinasi dan halusinasi. Objek-objek yang tampak akan

menimbulkan kesan sebagai sebuah harapan dan kenyataan yang pada

dasarnya tidaklah benar adanya. Hanya dengan kemampuan pikiran yang

kuat imaji tersebut bisa memilih mana imaji yang sesuai dengan realitas

sedangkan di satu sisi juga terdapat kemampuan pikiran yang imperior

yang terjebak dalam dunia mode. Kekuatan citra merupakan hasil dari

16

Jean Baudrillard dalam bukunya The Precession Simulacra melihat citra politik

sebagai suatu simulasi akan realitas yang pada dasarnya cenderung palsu. Di mana semua tanda

yang berhubungan tidak harus memiliki hubungan yang bersifat logis. Pada posisi tertentu lebih

jauh citra bisa berubah menjadi Hiperrealitas di antranya reality by proxy situasi di mana manusia

tidak mampu dalam pengetahuannya membedakan antara realitas dan fantasi. Selanjutnya solusi

imajiner menjadikan sesuatu yang sifatnya non-emperis menjadi suatu fakta. Di samping itu, Jean

Baudrillard memberikan empat tahapan akan pencitraan (1) pencitraan adalah refleksi dari realitas

dasar, (2) ia menutupi dan meneyesatkan realitas dasar, (3) menutupi ketidakhadiran realitas dasar,

dan (4) tidak mengacu atau memiliki realisasi dengan realitas manapun. Lihat, Gun Gun Heryanto,

Komunikasi Politik Di Era Industri Citra. (Jakarta: Lasswell Visitama, 2010) h. 50-52.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

34

kerja intelektual dengan berlandaskan pada aspek sosialnya yang

menghasilkan abstrasi menjadi real.

2. Konstruski citra imajinatif

Ide-ide yang dikonstruksikan secara kuat pada manusia akan

menimbulkan sesuatu mitos dan yang ada akan melebur. Kita tidak dapat

mempercayai sebuah citra sebagai sebuah hakikat dikarenakan kekuatan

ide yang dijadikan tameng menutupi realitas sebenarnya. Walaupun, mitos

merupakan kepercayaan yang bersifat sementara karena ditopang oleh ide

dan gagasan akan sesuatu yang bisa dijaga oleh kekuatan di luar dirinya

entah itu politik, budaya, dan kekuasaan.

3. Konstruksi citra kognitif

Konstruksi kognitif yang dimaksudkan adalah gambaran mental yang

dikosntruksi secara sosiolinguistik dan melibatkan proses-proses kognitif

sebagai organ instrumental. Apapun latar lingkungan psikologis, politis,

ideologis, seksual, dan rasialnya. Sangat ditentukan oleh kondisi kognitif

subjek.

4. Konstruksi citra ideologis politis

Praktik sosial dalam masyarakat dihubungkan oleh faktor diskursus

yang bermuatan ideologis. Ideologi sendiri merupakan abstraksi yang

visioner dalam menjelaskan kedudukan seseorang dalam kelasnya. Dengan

begitu kehidupan sosial yang dihadapi akan selalu bersentuhan dengan

harapan-harapan pada lingkungannya dengan perjuangan ideologi. Dengan

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

35

adanya sebuah ideologi keinginan dalam sebuah kelas sosial dan individu

akan tetap dijadikan perjuangan.17

C. Ideologi

1. Pengertian ideologi

Ideologi merupakan istilah yang barang kali tidak tumbang karena

pegeseran kekuasaan dan perubahan zaman. Membicarakan ideologi selalu terkait

dengan persoalan bagaimana menetapkan kepercayaan dalam menajalankan dan

menuju cita-cita hidup. Adalah Destutt De Tracy (1754-1836) pada tahun 1790-an

seorang bangsawan pemberontak dan anggota revolusioner Majelis Konstituante

yang melakukan kritik pada Napoleon Bonaparte sehingga dirinya harus dihukum.

Alasan sederhananya, penjelasan mengenai ideologi di mana menurut De Tracy,

Ideologi merupakan kumpulan ide-ide yang muncul dalam menemukan esensi.

Tidak ada ide bawaan, semuanya hanyalah sensasi semata. Dengan kata lain De

Tracy ingin menunjukkan bahwa tidak ada eksistensi kecuali dalam ide itu sendiri.

Walaupun keterangan tersebut jelas ditentang oleh Napoleon yang mengganggap

berbahaya konsepsi ideologi karena memisahkan konteks realita dan sejarah yang

dianggap paling bertanggung jawab dalam mengajari manusia itu sendiri.18

17

Solatun Dulah Sayuti, Komunikasi Pemasaran Politik. (Bandung: Rosda Karya: 2014)

h. 254-261.

18 Pernyatan Ideologi dikeluarkan Destutt De Tracy saat menjadi Anggota di Institue De

Frace namun penejelasan bagaimana Ideologi menjadi sebuah ilmu diterangkan langsung dalam

bukunya Elemens D’Ideologie (1804-1815). . De Tracy demikian dapat mengklaim bahwa

“Idéologie” mencapai penting terobosan filosofis, dengan melampaui kuno oposisi antara materi

dan roh, hal-hal dan konsep. Walaupun, Napoleon menganggap De Tracy dan pengikutnya sebagai

pemimpi, di satu sisi dia juaga mengakui kosepsi ilmuah dari ideologi juga sangat relevan dengan

politik yang berkembang. Lihat, David hawkes. Ideology, (USA: Routledge, 1996) h. 54-57.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

36

Destutt De Tracy meluruskan makna ideologi awal sebagai ilmu tentang

ide. Ideologi waktu bermakna positif, berguna dan sesuatu yang benar-benar teliti

dan tepat. Secara geneologis ia merupakan ilmu yang pertama, karena seluruh

pengetahuan ilmiah mencakup kombinasi ide-ide. Ia juga merupakan dasar tata

bahasa, logika, pendidikan, moralitas, dan seni oleh karena itu merupakan basis

pengaturan masayarakat sehingga mendapatkan jalan yang paling membantu dan

kemungkinan gangguan yang sedikit. Ideologi memungkinkan dunia dapat

dipahami, dan arena itu memungkinkan tatanan sosial dan dan politik diatur

berdasarkan kebutuhan aspirasi manusia. Ideologi akan menempatkan moral dan

ilmu politik sebagai pondasi yang kokoh dan menyelamatkan mereka dari

kesalahan dan prasangka.19

Menurut John B. Thompson mempelajari ideologi sama halnya

mempelajari bagaimana makna memberikan pembenaran terhadap relasi

dominasi. cara ideologi sebagai sentral. Pertama, relasi dominasi dapat

mempertahankan dengan menghadirkannya secara legitimasi (legitimate), dalam

hal ini legitimiasi ditunjang dengan landasan rasional, tradisional, atau

kharismatik. Kedua, dengan disimulasi (dissimulation) yaitu relasi dominasi yang

memiliki keinginan untuk selalu memperluas wilayahnya pada pihak lain dapat

disembunyikan, diletakkan secara berbeda. Hal ini berguna dalam menujukkan

bahwa dirinya berbeda dari sebenarnya cara menyembunyikan dirinya melalui

kerjanya yang efektif. Ketiga, melalui reification yaitu mewakili sesuatu yang

19

Bagi De Tracy hubungan ideologi itu bersifat langsung dan eksplisit yaitu ideologi

merupakan ilmu yang unggul yang memfasilitasi kemajuan hubungan manusia. Di satu sisi

pengertian ideologi yang bersifat implisit dan oposisional di mana ideologi dianggap sebagai

filsafat yang sangat megah yang mendorong untuk dilakukannya sebuah pemberontakan dengan

cara-cara meyakini prinsip politik dan pedagogik sebagai dasar dari alasan yang abstak. Makna

implisit pernah ditafsirkan oleh Napoleon yang memandang ideologi sebagai seuatu yang negatif.

Lihat, John B. Thompson, Ktirik Ideologi Global, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 45-48.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

37

bersifat sementara, historis, sebagai sebelumnya merupakan sesuatu yang tetap,

alami, dan berada di luar waktu.20

Kemunculan ideologi tidak serta merta terikat erat dengan Destutt De

Tracy saja. Akar ide yang tumbuh menjadi ideologi bisa dilacak dalam pemikiran

Sir Francis Bacon (1561-1626) tentang kosep Idola. Menurutnya pengetahuan

tidaklah dengan mudah berkembang selagi dalam diri manusia masih ditemukan

kontradiksi kemajuan tentang pemujaan dan pengharapan seperti berhala.

Sehingga, kemampuan berpikir kritis dalam diri manusia tidak muncul.21

Memang

betul ideologi yang dikembangkan De Tracy sebagai tidak sama dengan konsep

idola Bacon yang lebih condong kepada prasangka agama pencerahan

dibandingkan pada ilmu pengetahuan seperti dikembangkannya. Ideologi pada

awalnya memiliki makna positif sesuai dengan saran pencetusnya bahwa ideologi

merupakan ilmu pengetahuan untuk menghentikan pikiran yang dipenuhi sebuah

prasangka yang tidak logis tujuannya sederhana agar masyarakat bisa lebih sadar

dengan kondisi aslinya.22

20

John B. Thompson, Analaisa Ideologi Dunia. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2014), h. 184.

21 Menurut Bacon dalam karya menumentalnya Novum Organum (1620) konsep idola

dipetakan menjadi empat macam. Pertama. Idola Tribus (bangsa) yaitu prasangka-prasangka

keajegkan tatanan alamiah, sehingga manusia terpesona dan tidak mampu menggunakan pikiran

secara objektif. Kedua, Idola Cave (gua) yaitu keinginan manusia melihat sesuatu yang tidak

realitis sehingga tidak objektif. Ketiga, Idola Fora (pasar) yaitu idola berbahaya yang hanya

menerima pendapat orang lain yang mengarahkan penialian-penialian serta keyakinan-keyakinan

kita tidak teruji. Keempat, Idola Theatra (teater) yaitu sistem filsafat tradisional adalah kenyataan

para filsufnya, seperti teater dipentaskan lalu tamat. Lihat, F. Budi Hardiman, Filsafat Modern.

(Jakarta: Gramedia, 2007), cet.2, h.28-29.

22 Pemaknaan negatif terhadap ideologi merupakan perbedaan pemahaman terkait arti

istilah ideologi dan konsep ideologi yang dinyatakan idola dan prasangka-prasangka yang

kemudian berkuasa. Istilah ideologi yang berbau negatif dilancarkan oleh Napoleon dengan

menggangap ideologues dari lembaga perancis tidak mendukung tindakan despotiknya. Sehingga

dirinya menyebut kawan-kawannya “ideologist” dengan mengatakan ilmuan yang tidak realistis

dan doktriner semata. Lihat, Jorge Larrain, Konsep Ideologi. (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h.21.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

38

Kemunculan ideologi pada dasarnya berdekatan dengan tumbuhnya

rasionalitas manusia moderen. Di mana, mitos (tahayyul) sebagai sebuah

kepercayaan masyarakat tumbuh karena tidak adanya penjelasan tentang

persoalan dengan logika sepmpurna. Dari sanalah kemudian masyarakat

menganggap mitos sebagai pilihan pedoman bahkan keyakinan yang dipegang dan

bahkan dijalankan, tetapi juga ditemui adanya hukum moral apabila melanggar

sebuah kepercayaan. Setelah rasionalitas hadir bisa menjelaskan yang dengan

ilmiah pada fenomena yang terjadi, lambat laun mitos yang dipercaya bisa

dijelaskan. Ini juga yang menjadi penjelas pergeseran masyarakat agraris ke

moderen.

Rasionalitas pemikiran barat yang berkembang telah menimbulkan

kontradiksi tentang bagaimana agama dianggap tumbuh dan berkembang karena

ketidakakuran dan ketidak berdayaan manusia akan kekuarangannya. Saat ilmu

pengetahuan muncul, individualitas manusia tersadarkan dengan sendirinya

agama hanya dilihat sebagai jalan usaha menuju kesejahteraan bersama.23

Walaupun pandangan tersebut sebenarnya sangat spesifik pada keadaan tertentu

dan tidak dapat digeneralisasikan dengan konteks lainya. Maka, ideologi adalah

ilmu pengetahuan yang bisa jadi menegaskan identitas tententu yang spesitik dan

tidak bisa berlaku bagi diluar mereka yang mentaatinya.

23 Betrand Russell melihat masa Rainassance menimbulkan pergeseran dari kekuasaan

otoroitas agama dalam mengelola kebudayaan dalam masyarakat dengan sains dan ilmu

pengetahuan lain. Hal ini juga berpengaruh hebat dalam tatanan sosial dengan pergeseran

kekuasaan raja ke tangan demokrasi yang menjadi kekuatan penting di susul dengan sosialisme

yang bersikap antipati dengan demokrasi. Pada zaman tersebut dogma harus vis a vis dengan sains

dalam memperebutkan otoritas yang dimenangkan oleh kaum rasionalis dan kaum tradisionalis

harus tersingkir. Pembebasan dari otoritas agama mendorong tumbuhnya individualisme, bahkan

sampai pada batas anarki. Lihat, Betrand Russell, Sejarah Filsafat Barat. (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007), cet.7, h.645-647.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

39

Setiap manusia memiliki sebuah cita-cita ideal yang tidak saja merujuk

kepada sebuah istilah ideologi tertentu yang populer. Tetapi, setiap ide yang ideal

mencirikan sesuatu yang khas yang dilatarbelakangi oleh determinisme sejarah itu

sendiri. Lagi harus dipahami bahwa ideologi erat kaitannya dengan sebuah politik.

Tanpa politik, ideologi akan tumbang. Begitupun sebaliknya, ideologi yang tanpa

bangunan politik yang menjaganya juga kehilangan cita-citanya.

Karl Marx tidak memilki teori sistematik tentang ideologi. Sebaliknya,

yang ada hanya analisis-analisis parsial yang belum rampung namun seringkali

berbobot. Marx menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan

diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai

superstruktur masyarakat. Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideologi

sebagai semacam alienasi. Dari konsep ini Marx berpikir bahwa ideologi hanyalah

konsepsi tentang pikiran dan ide. Bentuk pemikiran tersebut dipengaruhi oleh

filsug Ludwig Feuerbach tentang esensi kristianisme. Hasilnya, Marx menarik

konsepsi ini dengan mengatakan bahwa agama sebagai candu dalam masyarakat.24

Marx memperjelas tentang ideologi sendiri tidak timbul sebagai penemuan

yang memutar balikkan realita, dan juga tidak sebagai hasil dari realita yang

objektif gelap (kabur) yang menipu kesadaran pasif. Ideologi menurutnya timbul

dari “cara kerja materiil yang terbatas” yang memunculkan berbagai hubungan

saling bertentangan. Akibatnya respresentasi akan saling tumpang tindih

mengenai ideologi dengan demikian mempersatukan kesadaran dan realita dalam

satu fenomena. Namun, Marx ragu apakah ideologi merupakan hasil dari kelar

24 Anthony Gidden. Ed, Sosiologi: Sejarah dan Perkembangan Pemikirannya.

(Yogyakarta: Kreasi Wacana,2009) cet.4, h. 33.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

40

tertentu, atau ideologi merupakan pemberian realitas pada kelas tersebut.

Penegasannya, hanya hanya berkeyakinan bahwa ideologi bukan hidup pada

tataran ide saja melainkan praktek.25

Mengenai ideologi Louise Althuseer seorang pendukung Marxis Perancis

memiliki pandangan yang berbeda dari pada Marx. Ideologi baginya sistem

interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan kesadaran langsung dan lebih

menempatkan pada struktur manusia tidak melalui kesadaran. Manusia

mempraktekkan ideologi tetapi tidak mengetahuinya. Ideologi baginya merupakan

ketidaksadaran yang terlalu dan melampaui dengan cara yang alami oleh individu-

individu tertentu. Dengan demikian hanya dengan melihat strukturnya kita dapat

memahami bagaimana ideologi membentuk representasinya. Dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa ideologi muncul sebagai respresentasi dunia

tertentu yang menghubungkan manusia dengan kondisi-kondisi eksistensi mereka

dengan orang lain. Fungsinya jelas, bawah ideologi ialah guna mendapatkan

kohesi di antara sesama manusia dan manusia dengan tugasnya.26

25 Jorge Larrain, Konsep Ideologi. (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h..45-46. Ideologi

praksis yang dikembangkan oleh Marx sepenuhnya tertuang dalam sosialisme ilmiah miliknya

dengan mencita-citakan untuk memperjuangkan masyarakat proletar untuk mendiri terhadap

hidupnya dengan memperjuangkan kebebasan atas penindasan kaum penguasa, di mana pada

puncaknya komunisme adalah cita-cita real dengan membangun manusia tanpa konsep kelas dan

negara dianggap sebagai apratur penindas. Hanya saja dengan kritik keras sosialisme ilmiah telah

menempatkan agama dan penganjur sebagai penghambat kemajuan dan hanya merawat status

quo inilah titik berat jika dibandingkan dengan konsep ideologi islam sosialisme yang

mensintesakan antara agama dan sosialisme, lihat, Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl

Marx. (Yogyakarta: LKIS, 2009), cet. 9, h.156-159.

26 Jorge Larrain, Konsep Ideologi. (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h.177-178. Pada satu sisi

Althusser juga menjelaskan perbedaan pandangan dengan Marx bahwa ideologi terbentuk dari

faktor kesenjangan ekonomi, di sini Althusser justeru melihat bahwa ideologi-lah yang benar-

benar membentuk perubahan masyarakat bukan faktor basis seperti teori Marx. Dalam analisis

lain Althusser melihat ideologi sebagai seuatu yang terus direproduksi. Dalam salah satu

analisinya dia menyebut dengan istilah Ideological State Apparatuses (ISA) di mana ideologi itu

diproduksi lewat subjek tertentu dengan berupaya melanjutkan status qou baik dalam pasar,

politik, pendidikan, bahkan agama. Maka dari itu akan muncul predominan lewat ideologi yang

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

41

Tidak semua ideologi yang tumbuh sebagai kepecayaan dan diagung-

agungkan dapat terealisasi. Ideologi merupakan gagasan yang harus senarai

dengan de facto dan tidak melampuainya. Apabila demikian maka ideologi akan

menjadi utopia-utopia yang dengan sendirinya tidak sampai pada tujuan. Karena

bagaimanapun, yang mengabsahkan gagasan itu realistis adalah kenyatan itu

sendiri. Baik kapitalisme yang menginginkan kesejahteraan lewat mekanisme

pasar dan komoditasnya hampir terlihat tergelincir dengan jarak kesejahteraan

sosial justru dikuasi oleh kelas berkuasa. Di sisi lain, sosialisme dengan sistem

komunisme politiknya telah mengakibatkan hilangnya hak prestasi dan kelebihan

masyarakat karena dipaksa secara politik untuk tunduk sama rata sama rasa tidak

ada penghargaan pada kualitas kerja.

Terkait bagaimana ideologi menjadi utopia,27

Karl Mannheim seorang

Marxis kenamaan Jerman yang membedahnya. Menurutnya, ideologi-ideologi

merupakan gagasan yang melampuai situasi de facto yang tak pernah berhasil

mewujudkan tujuan-tujuan yang mereka rencanakan. Meskipun ideologi

bermaksud baik oleh subjek individu, tapi terkadang ideologi dijalankan seperti

demikian sering didistorsikan. Ideologi yang melampaui kenyataan hanya

berujung pada ideologi dan penipuan yang bertujuan. Setiap ideologi yang tegak

memiliki kemungkinan kepercayan itu disebut sebagai ideologi atau sebagai

kepercayaan utopia. Kelompok yang mewakili tatanan dominan biasanya lewat

tereproduksi. Lihat, Peter Belharz (ed), Teori-Teori Sosial. (Yogyakarta: Pustaka Pelaja, 2005),

cet.3, h.5-6

27 Kata Utopia pertama kali populer pada abad-16 lewat karya Thomas More. Lukisan

tentang Utopia dilukiskan dalam sebuah cerita tengan suatu wilayah dengan pemerintahan yang

sangat ideal, sehingga smasyarakatnya sangat tenang dan damai. Dan tentu wilayah yang disebut

Utopia tidak mungkin ada di bumi dan itu hanya merupakan perumpamaan yang tidak realistis.

Kata utopia sendiri berasan dari bahasa Yunani, ou dan topos yang berarti tidak ada di mana-

mana.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

42

kelompok intelektual akan mencap mereka diluarnya sebagai oposisi yang akan

terus memperjuangkan pengertiannya terhadap ideologi yang dianggap melampaui

hingga dianggap utopia.28

Masyarakat tetap bisa memilih apakah diperlukan atau tidak sebuah

ideologi dalam kehidupannya. Karena ideologi berdiri dan bersifat sangat sujektif

berdasarkan pengetahuan dan lingkungannya. Inilah tesis Mannheim bahwa

pengetahuan masyarakat menentukan bagaimana ideologi itu dilaksanakan dan

dipahami. Setiap ideologi saling bersikutan tentang nilai-nilai. Karena

bagaimapun, ideologi ada untuk menjadi rujukan pada masa depan. Dan oleh itu

dibutuhkan pengetahuan dan realitas lingkungan yang mendukung atau tidak akan

berakhir menjadi utopia. Perselisihan antara kapitalisme yang mengkritisi sistem

sosialisme sebagai ideologi yang lupa bahwa pada dasarnya manusia dibentuk

oleh nalar kerakusan dan tamak sehingga wajar jika penumpukan harta dan

kekuasan berlaku. Di samping itu, sosialisme berkeyakinan bahwa apa yang

dilakukan oleh kapitalisme telah mengindahkan bahwa manusia adalah prodak

sosial dan akan dibentuk oleh lingkungannya. Oleh karena itu harus ada rasa sama

rasa di antara sesama.

Hubungan ideologi dan politik merupakan simbiosis mutualis yang sama

sama terikat ide gagasan. Politik membutuhkan ideologi untuk mengarahkan cara

mementaskan praktek politik, sebaliknya ideologi harus dekat dengan politik

karena dengan politik itulah ideologi tetap bisa ada. Michel Freeden (2003)

28 Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia. (Yogyakarta: Pustaka Kanisius, 1991),h. 211-

212. Mannheim memecah utopia menjadi dua bagian kemungkinan. Pertama, Utopia Relatif, di

mana ideologi masih bisa mungkin dijalankan dengan realitas dan kenyataan terbatas dan gagal.

Kedua, Utopia Absolut yaitu ideologi yang sudah tidak mungkin bisa dijalankan dalam

mendapatkan cita-cita.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

43

menjelaskan perihal fungsi ideologi Sebuah cara yang masuk akal dari memahami

sistem kepercayaan ideologis yang diorganisir sekitar tradisi politik adalah untuk

mengadopsi pendekatan fungsional, yaitu, untuk mengidentifikasi peran yang

mereka mainkan dalam kehidupan politik. Dengan demikian, di sini adalah

definisi sementara yang akan ditambahkan sebuah ideologi politik adalah

seperangkat ide-ide, keyakinan, pendapat, dan nilai-nilai yang memiliki di

antaranya, yaitu:29

a. Menunjukkan pola yang berulang

b. Dipegang oleh kelompok yang signifikan

c. Bersaing lebih menyediakan dan mengendalikan rencana kebijakan

publik

d. Melakukan dengan tujuan membenarkan, bertarung atau mengubah

pengaturan dan proses sosial serta politik.

Bagaimana dengan keberadaan ideologi saat ini. Tentu beberapa masa

belakangan persoalan ideologi entah kanan atau kiri sedikit memudar. tentu kita

akan bertanya bagaimanakah dengan kondisi sosial dan politik jika tidak diikuti

oleh pandangan kuat dari ideologi. Perubahan masyarakat yang begitu cepat serta

segmentasi perhatian masyarakat dunia pada globalisasi telah merangsang

bagaimana ideologi harus siap-siap apabila keberadaanya tidak terlalu

dipentingkan. Atau sekiranya berakhir dengan dugaan ilmiah yang diutaraan oleh

Daniel Bell dalam bukunya The End Of Ideology-nya.30

29 Michael Freeden, Ideology: A Very Short Intoduction. (London: Oxford, 2003), h.25.

30 Daniel Bell memang menyebutkan bahwa abad-21 merupakan akhir dari sebuah

ideologi besar dan memasuki momentum milik Islamisme, Primordialisme, dan Sektarianisme

yang menawarkan sebuah solusi di saat ideologi besar kapitalisme maupun sosialisme tidak

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

44

John scwarzmantel (2008) punya pandangan sendiri mengenai masa depan

dan kondisi ideologi dan politik masa kini. Menurutnya, pertama masalah

masyarakat dan fragmentasi, dan yang kedua masalah identitas, yang akan

mencakup pertanyaan dari agama serta protes yang lebih umum terhadap

kuantifikasi dunia Ideologi yang muncul pada akhir abad ke-18, dan yang agenda

membentuk materi politik modern, berusaha untuk memperbaiki disintegrasi

masyarakat baru dibentuk modernitas. Prasyarat sosial tertentu yang tersedia

untuk tugas ini, atau memang sedang dibawa menjadi ada oleh mereka ideologi

sendiri: di atas semua orang dari negara-bangsa, berdasarkan budaya umum, dan

obligasi yang relatif terstruktur politik kelas. Memang, seperti yang akan

dikatakan nanti, ini adalah masalah yang dihadapi kedua ideologi Kiri dan Kanan.

Masalahnya adalah salah satu dari menyesuaikan diri dengan masyarakat yang

lebih cair.31

2. Ideologi islam

Melacak ideologi Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah

kontekstualisasi Islam dalam sejarah dan moderenisasi islam dalam

perkembangan selanjutnya. Bassam Tibi antropolog kenamaan Islam menjelaskan

ideologi Islam muncul di saat lebih dari 200 tahun desakan kolonialisme dengan

orientalismenya menguasai hajat kaum muslim. Seiring perkembangan

mampun mewujudkan cita-citanya. Dirinya sangat enggan melihat ideologi sebagai suatu

keabsahan kepercayaan manusia. Bahkan dengan terang-terangan dirinya melihat ideologi kiri

dalam marxisme tidaklah begitu relevan karena menempatkan alienasi sebagai kepercayaan, di

mana itu alasan yang tidak rasional karena mengubur optimisme manusia yang bergerak maju.

Buku karya merupakan antithesis terhadap tesis Francis Fukuyama The End History and Last Man

dengan mangasumsikan kemenangan kapitalisme dan liberalisme di satu pihak sebagai ideologi

tunggal di abad-21. Lihat. Nuswatoro, Daniel Bell: Matinya Ideologi.(Magelang:Yayasan

indonesiatera 2001), h.12.

31

John Scwarzamantel, Ideology and Politic. (London: Sage Publication, 2008), h.17-24

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

45

nasionalisme di dunia Islam dengan modereniasi pemikiran mau tidak mau Islam

menempatkan sebagai agama yang secara langsung berhadapan dengan barat

dengan kolonialismenya. Saat dinasti Utsmaniyah dengan konsepsi Islam di

dalamnya dijadikan sebagai panduan kekuasaan di samping itu juga mulai timbul

desakan untuk menjadikan Islam lebih progresif daam merespon kebudayaan dan

politik barat lewat orientalismenya. Tidak sampai di sana, persentuhan Islam

dengan ideologi sosialisme telah terjadi yang dinamakan sosialisme arab oleh

Michael Afaq pendiri partai Baath yang memegang kekuasan di wilayah Irak dan

Suriah tahun. Namun salah satu tokoh penting sosialisme arab Tarabishi

menjelaskan duduk perbedaan bahwa sosialisme arab tidaklah sama dengan

komunisme dengan spirtualisme sebagai nilai ideal perjuangan.32

Ali Syariati dalam Eko Supriyadi (2004) merunut bagaimana konsepsi

Islam sebagai ideologi, Islam adalah agama yang dengan segera melahirkan

gerakan, menciptakan kekuatan, menghadirkan kesadaran diri dan pencerahan,

dan menguatkan kepekaan politik dan tanggung jawab sosial yang berkait dengan

diri sendiri. Suatu kekuatan yang meningkatkan pemikiran dan mendorong kaum

tertindas agar memberontak dan menghadirkan di medan perang spirit keimanan,

harapan dan keberanian. Islam sebagai sebuah ideologi, bukanlah spesialisasi

ilmiah, melainkan perasaan yang dimiliki seorang berkenaan dengan mahzab

pemikiran sebagai suatu sistem keyakinan dan bukan sebagai suatu kebudayaan.

Hal ini berarti Islam perlu dipahami sebagai sebuah ide dan bukan sebagai

sekumpulan ilmu. Islam perlu difahami sebagai suatu gerakan kemanusiaan,

historis dan intelektual, bukan sebagai gudang informasi teknis dan ilmiah.

32 Bassam Tibi “Islam Modern and European Ideologies” dalam International Journal of

Middle East Studies, (Cambridge University Press ) Vol. 18, No. 1 (Feb., 1986), pp. 15-29.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

46

Dengan demikian berarti Islam perlu dipandang sebagai ideologi dalam pikiran

seorang intelektual, bukan sebagai ilmu-ilmu agama kuno dalam pikiran seorang

ahli agama.33

Namun demikian, pemikiran Ali Syariati menurut Eko Supriyadi

merupakan proses pemihakan seorang Muslim terhadap ideologi Islam tidak bisa

dipaksakan maupun dibayang-bayangi kekuatan di luar dirinya, melainkan harus

terinternalisasi secara sukarela atas dasar kehendak bebasnya untuk memilih dan

menentukan. Jika ideologi tidak lagi merupakan manifestasi kehendak merdeka

seseorang, atau dipaksakan kehadirannya, maka ia telah kehilangan ruhnya dan

berubah menjadi sekedar sebuah tradisi sosial bagian dari kebudayaan, ia telah

kehilangan karakteristik aslinya.

Ali Syariati menurut Eko Supriaydi Dalam bentuknya yang masih asli,

pada dasarnya agama (dalam hal ini Islam) dapat dan harus difungsionalisasikan

sebagai kekuatan revolusioner untuk membebaskan masyarakat di negeri

manapun yang tertindas, baik secara kultural maupun politik. Lebih tegas lagi,

Islam dalam bentuk murninya yang belum terkontaminasi oleh nilai-nilai diluar

dirinya merupakan ideologi revolusioner ke arah pembebasan dari hegemoni

politik, ekonomi, dan kultural yang bukan Islam. Islam sebagai mahzab sosiologi

ilmiah meyakini bahwa perubahan sosial (termasuk revolusi) dan perkembangan

masyarakat tidak dapat didasarkan pada kebetulan, karena masyarakat merupakan

organisme hidup, memiliki norma-norma kekal dan norma-norma yang tak

33 Eko Supriyadi “ Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam” dalam Book

Review Digital Journal Al-Manär, 2004. Edisi I.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

47

tergugat dan dapat diperagakan secara ilmiah. Manusia memiliki kebebasan dan

kehendak bebas, sehingga dengan campur tangannya dalam menjalankan norma

masyarakat, setelah mempelajarinya dan menggunakannya, dia dapat berencana

dan meletakkan dasar-dasar bagi masa depan yang lebih baik untuk individu

maupun masyarakat.

Islam sebagai ideologi barang kali menimbulkan sedikit persoalan dalam

bidang epistiemologinya apakah kemudian Islam bisa dijadikan ideologi atau dia

terpisah berdasarkan pemaknaan ideologi sebagai cita-cita yang cenderung

abstrak. Muhammad Natsir dalam Islam Sebagai Dasar Negara menjelaskan

secara sederhana terkait konsep idelogisasi Islam dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Menurutnya, dalam nilai-nilai etik Islam sudah terkandung bagaimana

hubungan antar sesama manusia tidak hanya kepada tuhannya. Ini memungkinkan

bahwa Islam juga mengatur tata sosial dengan nilai termasuk dalam soal

kepemimpinan dan bernegara. Hanya saja, seringkali ideologisasi Islam dianggap

akar teokrasi politik dalam negara. Padahal, dirinya dengan tegas menolak

konsepsi demikian karena teokrasi terlalu heirarkis dan lebih condong kepada

konsepsi adanya wakil tuhan di dunia. Natsir lebih suka menyebutnya demokrasi

Islam atau teistik demokrasi.34

Ideologisasi Islam merupakan pembacaan yang sangat dipengaruhi oleh

konteks situasi dan konteks sosial. Bagaimanapun juga menjadikan Islam sebagai

ujung tombak dalam merumuskan pribadi muslim yang merdeka dan berkeadialan

34 Ideologisasi Islam berdasarkan pemikiran Muhammad Natsir merupakan hasil konsepsi

dari inisiatif yang amat luas dari rasio atau inisiatif dalam semua bidang kehidupan sesuai dengan

kemajuan serta tuntutan ruang dan waktu. Lihat, Muhammad Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara,

(Bandung: Sega Arsy,2014), h.88-91

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

48

sosial dama kehidupannya tidaklah dengan mudah. Hassan Hanafi pemikir

progresif kenamaan Mesir melihat ideologisasi Islam tidaklah gampang karena

realitas sejarah islam melihat adanya hubungan langsung antara Islam dan

kekuasaan. Dengan demikian Abdurahman Wahid (1993) melihat pemikiran

Hassan Hanafi Islam sebaiknya berfungsi orientatif bagi ideologi populistik.

Gagasan dasar akan islam polistik memunculkan gagasan “kontroversial” yang

disebut Kiri Islam (al-yasar al-Islami).35

Dalam pijakan Kiri Islam-nya36

, Hassan Hanafi masih berpendirian bahwa

tradisi agama mempunyai pijakan ideologi yang kuat untuk menggerakkan

perubahan sosial. Dunia Islam menurutnya jika tidak ingin tersobek di antara

tradisionalisme dan sekularisme, antara konservatisme dan progresivisme, dan

antara fundamentalisme dan westernisme, maka tidak ada jalan lain yang

dilakukan kecuali memakai landasan kekayaan dari tradisi-tradisi Islam yang

dimaknai secara dinamis dan kreatif.37

Memaknai agama dengan berbagai

pemaknaan yang beragam akan melahirkan bentu gerakan yang beragam pula.

35 Kiri Islam merupakan ide yang sangat tajam dalam mengkoreksi ideologi sosialisme

Marxisme-Leninisme secara an-sich yang sangat mengedepankan deteminisme historis dengan

perangkat materialisme sebagai acuan perubahan dalam menggusur kaum penindas dan

menggantikan dengan konsepsi ruh Islam, situasi tersebut memang sudah terlihat d Mesir dengan

munculnya sosialisme Arab oleh Presiden Abdul Gamal Nasser namun seiring berjalanya situasi

memperlihatkan adanya sebuah gejala munculnya kelas elit birokrasi baru karena sosialisme

digunakan hanya untuk mengkondisikan negara bukan perubahan rakyatnya. Lihat, Listiyono

Santoso “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas Modern”, dalam Lisitiyono

Santoso .dkk, Epistemologi Kiri. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2015), h.272.

36 Dalam Desertasinya Kazuo Shimogaki menjelaskan pokok tumbuhnya pemikiran Kiri

Islam dari Hassan Hanafi. (1) situasi di dunia Islam yang hanya memposisikan agama Islam

sebagai rutual akhirat semata, dan ini alasan yang masih melestarikan sikap tunduk dan tidak

berupaya kontekstual. (2) kolonialisme masih menciptakan kebudayaan elite di tengah masyarakat.

(3) koreksi atas marxisme yang belum dirasakan tindak tanduk dalam mewujudkan kesejahteraan

dan pembebasan rakyat. (4) nasionalisme revolusioner yang diharapkan menjadi daya dorong yang

untuk berhadapan dengan barat dirasakan gagal maka harus ada pengganti yang lebih progresif.

Lihat, Kazuo Shimogaki, Kiri Islam: Antara Moderenisme dan Postmoderenisme, Telaah Kritis

Pemikiran Hassan Hanafi. (Yogyakarta: LkiS, 1993), h.91.

37 Listiyono Santoso “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas Modern”,

h.275.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

49

Dengan demikian sulit ditentukan di mana sekiranya Islam yang membawa

perubahan bisa dipentaskan mengingaT setiap vis a vis paradigmatik di atas akan

sangat mungkin lebih condrong memperlihatkan adanya gesekan Islam dengan

sesama Islam.

Memang tak terbantahkan setiap ideologi yang berkembang dibarengi oleh

keinginan aktualisasi dalam bentuk negara entah itu kapitalisme, sosialisme,

nasionalisme, maupun Islamisme. Hanya saja terkadang setiap ideologi dalam

mencitakan negara sesuai dengan nilai-nilai etos dan politiknya tidaklah

sebanding lurus. Keinginan agar supaya suatu ideologi ditaati sebagai pegangan

masyarakat banyak dilalui terlebih dahulu lewat debat ideal tentang konsep

bahkan terkadang kekerasan dipilih untuk memenangkan sebuah pilihan ideologi.

Dalam agama Islam pun demikian, Islam sebagai ideologi politik dalam

perkembangannya tidaklah mulus bahkan sering mendapat ancaman dari

pesaingnya kapitalisme, komunisme bahkan ditemukan juga dalam diri Islam

sendiri.38

3. Islam sosialisme

Istilah Sosialis sendiri pertama kali digunakan pada 1827 dalam

Cooperative Magazine sebagai gambaran umum doktrin kooperatif milik Robert

Owen (1771-1858), dan kemudian sebagai Sosialisme pada 1832 dalam La

Globe, jurnal milik pengikut tokoh sosialis Comte de Saint-Simon (1760-1825).

38 Ideologi politik Islam yang dicita-citakan misal Negara Pakistan sangat kentara dengan

perdebatan idelogis yang memetakkan negara Islam menjadi empat konsep. (1) negara sakral

tanpa kehendak manusia. (2) negara sakral dengan kehendak manusia. (3) negara sekuler dengan

kehendak ilahi. (4) negara sekuler tanpa kehendak ilahi. Di Indonesia situasi ini pernah terjadi

dalam perdebatan dalam piagam jakarta dalam bentuk dialog dan dan dalam bentuk kekerasan

lewat pemberontakan DI/TII oleh Kartosoewiryo mereka yang terlbat juga merupakan bapak

sekaligus sosok intelektual yang idealis. Lihat, Luthfi Assyaukanie, Ideologi Islam dan Utopia.

(Jakarta: Freedom Institute, 2011), h. 14-15.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

50

Secara historis prinsip sosialisme merupakan hasil dari perpaduan pemikiran

Plato, ajaran nabi-nabi Yahudi, dan beberapa ajaran lebih pada Perjanjian Baru.

Dengan demikian sosialisme awal berwatak religius. Namun, pada masa

Rainassance, motif sosialis mengalami kemunduran bersama-sama karena dirasa

dalam masyarakat telah tumbuh rasa kesadaran akan kepemilikan pribadi.39

Sosialisme dalam penafsiran Marx merupakan realitas sejarah yang

mengikat (determinisme hsitoris) yang di dalamnya masyarakat erat dengan

perubahan ekonomi dan produksi. Keberadaan masyarakat ditentukan oleh

kekuasaan atas hak yang dimilikinya bukan kerangka logika sosial atas pemikiran

semata. Dengan sendirinya, Karl Marx mencoba merobohkan pemikiran kaum

idealisme yang menitiktekankan pada konsepsi ideologi Hegelian yang

menempatkan pada kesadaran sosial semata.

William Ebenstein (2006) menjelaskan tidaklah mudah untuk menentukan

kapan sosialisme muncul untuk pertama kalinya. Sejumlah literatur merujuk pada

cita kesejahteraan dalam buku Plato The Republic bersifat sosialis karena kelas

penguasannya tidak memiliki kekayaan pribadi dan sama-sama membagikan

hartanya yang ada. Sebagian lagi merujuk pada kitab suci perjanjian lama yang

mula-mulai mengatur kehidupan sosialis mencakup perlindungan bagi buruh,

wanita, dan kaum lemah. 40

Kapitalisme akan hancur kerena banyak kekurangan sistem penjaminan

sosial dan kesejahteraan pada kapitalisme. Produksi yang berlebihan hanya

menyebabkan jarak sosial antara kelas penguasan, borjuois dan proletar semakin

39 Eko Supriyadi, Sosialisme Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003), h. 60.

40 William Ebenstein.ed, Isme-Isme Dewasa Ini, (Yogyakarta: Narasi, 2006). h. 208.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

51

lebar. Dengan demikian, hanya dengan sosialisme lah masyarakat lepas dari

penindasan kelas atas dan melenyapkan status kelas. Ini yang kemudian disebut

oleh Marx sebagai perjuangan kelas Proletar.41

Menurut Joseph Schumpeter salah satu sosiolog kenamaan Jerman dalam

Magnum Opusnya The Capitalism, Sosialism, and Democracy tidak begitu

sepakat dengan konsepsi bahwa kapitalisme tumbang karena banyak kekurangan

yang diidapnya sehingga sosialisme dianggap ideal sebagai ideologi

penggantinya. Padahal, menurut Scumapeter, kapitalisme rusak dikarenakan

kekacauan dari dalam oleh kelas penguasa yang saling mencari peruntungan

dalam persaingan. Wajar jika sosialisme mendapatkan panggung karena

kapitalisme sudah tidak mungkin lagi bisa dijadikan harapan dalam mencapai

kesejahteraan.42

Pendangan lain menurut Hamid Enayat (2001) ada beberapa

perkembangan Sosialisme Islam mutakhir sendiri selain yang dilakukan SI

melalui tiga tahapan yang memunculkan karakteristik sesuai dengan konteks yang

berkembang, yaitu:43

a. Versi Resmi

41 Marx mempertahankan pandangannya mengenai kapitalisme yang dinamis namun

penuh dengan konflik dalam teorinya, yaitu: Teori Eksploitasi dunia moderen diperintah oleh

logika akumulasi komuditas. Nilai komuditas berasal dari pekerjaan manusia yang termasuk di

dalamnya. Hukum Evolusi Kapitaliseme, mekanisme kapitalis untuk terus dapat menjalankan

produksi dengan melakukan investasi dengan harapan keuntungan untuk memperbaiki sarana

produksi. Mekanisme Krisis, eksploitasi dari konsentrasi modal konstan menyebabkan peningkatan

kapasitas produksi terus menerus namun merugikan posibilitas konsumsii. Lihat, Anthony Gidden.

Ed, Sosiologi: Sejarah dan Perkembangan Pemikirannya. (Yogyakarta: Kreasi Wacana,2009) cet.

4, h.33-34. 42

Joseph Schumpeter, Capitalism, Sosialism, and Democracy, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), h. 222.

43 Eko Supriyadi, Sosialisem Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003), h. 116-122.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

52

Sosialisme Islam ini pertama kali muncul di tengah perbedaan

pandangan politik antara Mesir dan Syirian dalam perpecahan Republik

Persatuan Arab tahun 1961. Nasser lebih menggunakan sosialisme sebagai

guna memajukan sebuah negara dan penegakan hak persamaan dan

keadilan. Tujuan sosialisme ini sebenarnya digunakan oleh negara untuk

menghapus pertentangan kelas sosial, membebaskan kaum tertindas, dan

mengamankan hak-hak mereka tanpa melakukan pembalasan terhadap

kaum penindas sebelumnya. Perlu dicatat apa yang dimaksud oleh Nasser

dalam Sosialisme Islam tersebut memiliki tujuan bukan untuk

menciptakan masyarakat tanpa kelas, melainkan menjamin fungsi-fungsi

antara kelas-kelas yang berbeda secara sah dan bebas dari dominasi,

kekerasan, serta hidup berdampingan dengan damai.

b. Versi Fundamentalis

Versi ini merupakan sebuah kritik mendalam yang dilancarkan oleh

Sayyid Qutb dengan mereduksi dengan memisahkan Islam dari term

Sosialisme. Bagi Sayyid Qutb apa yang praktekkan oleh Nasser dengan

pelaksanaan pemerintahannya yang keras telah menempatkan Islam

dengan Ideologi di luar Islam yang memiliki batas yang tegas. Dengan

demikian Versi Fundamnetalis lebih mengupayakan memurnikan Islam

sebagai ajaran yang konferhensif dengan mengindahkan Sosialisme. Di

mana, Qutb berpendapat Sosialisme mengabaikan keselamatan moral dan

hanya bertitik fokus pada kesejahteraan sosial saja dengan membenturkan

kelas sosial yang ada. Model sosialisme ini berkembang Al-Azhar yang

dikenal dengan ruang turbulensi pemikiran kaum intelektual.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

53

c. Versi Radikal

Kemunculan Sosialisme Islam ini ditengarai oleh kekalahan Persatuan

Nagara Arab dalam perang enam hari dengan Israel pada tahun 1967 yang

menyebabkan dunia Arab yang nota bene-nya ummat Islam harus

menerima sebuah perjanjian yang banyak merugikan umat Islam. Dengan

demikian sejumlah pemikir menginginkan gerakan yang lebih revolusioner

dengan tujuan membebaskan Islam dan hal ini benar diinisiasikan oleh

pemikir Iran Ali Syariati dengan mengkombinasikan sosialisme Marxis

yang cenderung revolusioner dengan gagasan Idealisasi Islam. Apa yang

dicita-cita dalam Sosialisme Islam oleh Ali Syariati akhirnya ikut

mendorong Revolusi Iran 1979.

Sosialisme sendiri terdapat banyak aliran hanya saja yang popular adalah

sosialisme ala Karl Marx yang kemudian dijadikan sebagai landasan teori marxis.

Keberadaan masyarakat yang sangat tribal di masa lalu telah banyak ditemukan

jejak masyarakat sosialis dengan ikatan komunal yang lumayan erat. Hanya saja

kemajuan teknologi dan industri dipandang oleh Marx sebagai sebuah upaya

menggeser tatanan sosial yang baik dengan adanya kapitalis yang menjauhkan

dari materialisme dialektika dan historis-nya.44

Di mana, setiap orang tak akan

44

Hampir semua sejarah manusia merupakan diperoleh dari alam nyata yang refleksi dan

menempati gerak, ruang dan waktu, yang tida ada ke dalam tiga hal tersebut dianggap nihil.

Gagasan Marx ini kemudian memberikan penjelasan setiap refleksi berasal dari keyakinan dan

pengalaman yang objektif dan bersentuhan dengan realitas. Jikalau ada refleksi yang bersifat

mistis (tuhan) merupakan suatu merupakan lukisan manusia primitif. Marx ingin menegaskan

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

54

biasa dipisahkan dari kehiduapan sosialnya dan hak miliknya. Komunisme dan

sosialis merupakan jawaban yang dianggap pas oleh Marx sebagai pengganti

sistem kapitalistik. Walaupun antara komunis dan sosialisme sebenarnya punya

perbedaan yang cukup kuat di antara keduanya dalam hal ekonomi.45

Sosialisme bukan ideologi yang secara khusus bisa tegak berdiri. Sejarah

kemunculannya memang pernah menjadi suatu bentuk ideologi besar Negara

Soviet dengan merevisi ideologi terebut lewat politik menjadi komunisme. Di sisi

lain, fakta sejarah justru menunjukkan bahwa gerakan-gerakan sosialisme justru

sangat berkembang di Negara dengan tradisi-tradisi demokrasi yang kuat seperti

Inggris dan Negara Skandavia. Alasannya sederhana bahwa di Negara dengan

demokrasi konstitusional pada umumnya oleh rakyak kaum sosialis dapat

memusatkan perhatian pada pembaharuan ekonomi dan sosial yang kuat serta

adanya penjaminan tentang adanya agama, kebebasan berpendidikan. Sosialisme

bahwa yang ada hanyalah materi yang ada di ruang dan waktu selebihnya tidak ada. Asumsi inilah

yang dipakai dalam konsepsi komunisme atheisme merupakan kenyataan yang tak bisa ditolak,

karena hanya entitas manusialah yang bisa membuktikan ada. Materialisme merupakan konsep

pemikiran dari filsuf Feurbach sedangkan dialektika historis diambil oleh Karl Marx dari

pemikiran Hegel Lihat, Hidayatullah, Materialisme Historis: Dogma atau Ilmu Sejarah.

(Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009), h. 5. 45

Muhammad Baqir Al-Sadr filosof muslim kenamaan abad-20 melihat perbedaan

konsepsi ekonomi di antara komunisme dan sosialisme dilihat dari gagasan pelakunya. Pertama,

dalam konsep komunisme absolut semua barang diatur oleh Negara dan kepemilikan pribadi

dihapuskan. Kedua, barang-barang yang dihasilkan harus didistribusikan sesuai dengan kebutuhan

individu dan konsumsi, atau dapat diistilahkan dari setiap orang sesuai dengan kapasitasnya, dan

buat semua orang, sesuai dengan kebutuhannya. Ketiga, pengaturan semua manajemen bagi rakyat

direncanakan sepenuhnya oleh Negara disesuaikan dengan kebutuhan. Lihat, Muhammad Baqir

Al-Sadr, Falsafatuna. (Bandung: Mizan, 2014), h.44-45. Alasan pengontrolan oleh Negara lewat

ekonomi tersebut itu merupakan proses tahapan dikarenakan masyarakat pasca revolusi masih ada

“kcenderungan rakyat kecil untuk terikat kepada kapitalis”, denga dalih itu contoh kasus di Negara

Soviet, Lenin benar melakukan pengontrolan ketat lewat pengukuran akan kebutuhan masyarakat

demi kesejahteraan agar tujuan sosialisme nya tercapai. Lihat, Christopher Hill, Lenin: Teori dan

Praktek Revolusioner. (Yogyakarta: Resist, 2009), h.162-163. Kecenderungan akan

ketergantungan pada kaum penguasa telah menyisakan kelas-kelas baru yaitu kelas proletariat,

sisa-sisa kelas borjouis dan sisa-sisa kelas feodal, kenyataan tersebut akan menghambat adanya

negara sosialis oleh karena itu perjuangan sosialisme tidak akan pernah selesai sampai

terbentuknya masyarakat komunis, lihat, Darsono, Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi,

(Jakarta: Diadit Media, 2006), h. 111-112.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

55

demokratis mengandung arti yang sama yaitu untuk lebih mewujudkan demokrasi

dengan memperluas penerapan prinsip-prinsip demokrasi dari hal-hal yang

bersifat politis sampai pada yang bersifat non-politis dalam masyarakat.46

Islam dan sosialisme merupakan refleksi atas sebuah respon tentang

kondisi sosial dan penghisapan rakyat miskin. Islam merupakan agama yang telah

lama menerpakan perilaku sosialis di ini bisa dicerminkan di dalam kehidupan

Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Islam. Islam begitu tegas

menentang pengambilan hak kebebasan pribadi dan menindas kaum lemah. Di

mana kapitalisme dengan sistem monopoli pasar serta despotisme perilaku orang

berkuasa atas budak menjadi saksi bahwa sejarah Islam merupakan cerminan

sebagai agama tidak akan pernah bersepakat dengan perilaku thagut.

Nab Muhammad SAW sebelum meninggal bahwa menitipkan sebuah

wasiat kunci tentang adanya sikap sosialis yaitu tegakkan sholat dan lindungilah

orang miskin. Ini bukan berarti bahwa agama Islam merupakan agama kaum

miskin tetapi dalam setiap periode sejarah orang miskin selalu menjadi

objektifikasi penindasan. Untuk itu, Islam secara dasar bisa dipahami sebagai

agama yang memiliki peran untuk membangun masyarakat adil tanpa sebuah

penindasan.

HOS Cokroaminoto dalam Islam Sosialisme memberikan catatan bahwa

hanya dua sosialisme yang dikenal islam, yaitu:47

1. Staats-sosialisme, baik bekerja dengan kekuatan satu pusat maupun

bekerja dengan kekuatan sendiri

46

William Ebenstein.ed, Isme-Isme Dewasa Ini, (Yogyakarta: Narasi, 2006). h. 214. 47

HOS Cokroaminoto, Islam Sosialisme. (Bandung: Sega Arsy, 2010), h. 22.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

56

2. Industry sosialisme, jika suatu negeri bersifat sosialis maka kerajinan

harus diatur seluas-luasnya secara sosialis.

Kedua pembagian itu menurut Cokroaminoto hanyalah bagian kedua yang

persis dengan apa yang dicita-citakan Islam. Dengan merujuk kepada sebuah

sejarah Islam di zaman Nabi Muhammad SAW, Islam sosialisme yang dimaksud

merupakan penguasan Negara dengan pengolaan yang adil. Landasan lain untuk

memperkuat hal itu adalah seruan Kaanan Nasu Ummatan Wahidatan (semua

manusia bersaudara). Persaudaraan ini dipandang sebagai simpul penguat di

dalam konsep sosialisme tetapi Cokroaminoto tidak sepenuhnya sepaham dengan

sosialisme versi Marx. Ada catatan di mana Islam juga tidak sama mengenai cara

penerapan sosialisme marxis di mana konsep “sama rasa dan sama rata” tidak

sepenuhnya disetujui. Karena Islam juga menghargai sebuah hasil usaha sesorang

lewat keterampilannya. Perbedaan lainnya dengan konsep sosialisme ilmiah dan

Islam sosialisme bahwa ada peran nilai dan ajaran agama seperti ajaran

memberikan zakat bagi yang diberikan kelebihan dalam rezeki kepada kaum

lemah dan miskin.

Dari sini ada perbedaan mendalam bahwa kehadiran Allah dan perintahnya

dalam Islam sosialisme begitu dipegang teguh sebagai acuan perubahan. Di mana

ini tidak ditemukan dalam sosialisme ilmiah ala kaum marxis dengan

materialisme dialektika historisnya yang menempatkan materi sebagai kesatuan

utama ukuran perubahan tanpa mengindakan ada peranan unsur kekuatan

transendental yaitu Allah SWT. Cokroaminoto memberikan penegasan

“materialisme bisa dibinasakan tetapi spiritualisme tidak”.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

57

Kehendak sosialisme barat yang dikritik oleh Cokroaminoto dengan

menghendaki perubahan masyarakat dengan hanya agitasi dan demonstrasi

dengan slogan mengubur kapitalisme dunia. Islam sosialisme justru terletak

bagaimana memperbaiki pola kehidupan sosial secara baik lewat perilaku seperti

apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW di jazirah arab pada setiap orang

sampai bisa tercapai pada masyarakat Islam sosialisme yaitu dasar dan

persaudaraan satu Negara yang tinggi derajat sosialnya. Titik tegas lainya bahwa

Islam sosialisme tidak merusak nafsu kerajinan seseorang dan tidak mengahambat

keinginan seseorang untuk mencari kemajuan. Kritik lain Cokroaminoto kepada

sosialisme ilmiah kaum Marxis bahwa dalam Islam sosialisme,48

Nabi Muhammad

tidak menggunan kekuatan massa yang ditopang kekuatan kaum miskin dan

melakukan perang kelas dalam menyebaran sosialisme tetapi lebih pada

penujukkan kebaikan dalam memajukan masyarakat.49

48Sosialisme Islam bisa dianggap sebagai ideologi kiri artinya meramu teori politik seperti Marxis

dengan religiusitas disesuaikan pada kontekstualisasinya. Tony Fizgeraald mengkarakteristikan

kiri atau sosialisme sebagai rationalist, scientific, optimistic, promotes and criticizes industrial

moderenity, benefitd moderenity to be shared by all, to built upon to most advanced forms of

capitalism: assumes that the social conditions that determine character are alterable and

historicises the self-interested liberal individual (rasionalis, ilmiah, optimis, mempromosikan dan

mengkritik industri moderen, memberi kemoderenan untuk dibagikan oleh semua orang, untuk

dibangun ke dalam bentuk kapitalisme yang paling maju: mengasumsikan bahwa kondisi sosial

yang menentukan karakter dapat berubah dan menjadi bersejarah bagi individu liberal yang

mementingkan diri sendiri.). HOS Cokroaminoto sejajar dengan dengan pemikir politik Islam

kontemporer di dunia Arab seperti Salamah Musa, Tahtawi, Shamayyi J. Fuad Mursi (Mesir),

Abdullah Laroui (Maroko), Ahmad Khalid Mahgoub (Sudan), Aziz Al-Haji (Iraq), Ben Bella,

Ahmad Ben Saleh (Tunisia), Qathafi, Ali Syariati (Iran), Farid Farid ( Afrika Selatan), dll. Mereka

menjadikan teologi sebagai alat pembebasan di mana, menurut Farid Essack teologi pembebasan

berlandaskan Al-quran sebagai sesuatu yang bekerja kearah pembebasan agama dari struktur serta

ide sosial, politik, dan religius berdasarkan pada ketundukan yang tidak kritis dan pembebasan dari

seluruh masyarakat dari semua bentuk ketidakadilan dan eksploitasi ras, gender, kelas, dan agama.

Lihat, Nur Sayyid Kristeva, Manifesto Wacana Kiri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h.344-

345. 49

HOS Cokroaminoto, Islam Sosialisme. (Bandung: Sega Arsy, 2010), h. 136-137.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

58

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Syarikat Islam

Bermula dari seorang pedagang batik Haji Samahudi1 yang mendirikan

perusahaan dagang yang diberi nama Serikat Dagang Islam (SDI)2 menjadi

motor penggerak utama persaingan perekonomian pribumi di saat kebijakan

kolonialisme memberikan mandat kebijakan ekonomi yang cenderung

menguntungkan non-pribumi serta Cina. SI yang dibentuk oleh H.O.S

Cokroaminoto tak lain merupakan perubahan visi dan aksi dari SDI sendiri. Di

bawah Cokroaminoto SI mulai mendapat perhatian dari Belanda.

Ada beberapa pendapat mengenai kapan berdirinya SI. Organisasi Islam

tersebut juga dianggap mendahului organisasi Budi Utomo3 yang berdiri 20

Mei 1908 yang diyakini sebagai organisasi paling pertama pada pra-

kemerdekaan. Pasalnya, SI sendiri telah berdiri tiga tahun lebih awal

1 Haji Samanhudi lahir di desa Sondokoro (Karanganyar, Solo) dari seorang pedagang

batik sukses, Muhammad Zen. Dia sendiri juga mengikuti ayahnya berjualan batik di Lawiyan,

Solo dan kemudian sukses membuka cabang di Bandung, Tulungagung, Banyuwangi, dan Parakan

tahun 1904. Sudah sejak lama dia menginginkan untuk mendirikan organisasi yang bersifat sosial

namun keyakinannya pada Islam sebagai agama yang luas cakupan fungsinya. Keinginan

Samahudi dibantu oleh Raden Gunawan seorang bangsawan pribumi yang juga diketahui mantan

Budi Utomo yang tidak puas dia juga ikut mempropagandakan permualaan Syarikat Islam. Lihat,

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia: 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 119-

120. 2 Organisasi ini didirikan oleh Samanhudi bersama Sumardoyo, Wiryotirto, Suwandi,

Suryopranoto, Jarmani, Harjosumanto, Sukir, Martono bertempat di Kampung Sodokokan, Solo.

Lihat, wawancara Tamar Djaja dalam Daulah Islamiyah No. 1, Jakarta, 1957. 3 Budi Utomo ditolak sebagai organisasi gerakan pertama di Indonesia dikarenakan sebab

lain misalnya organisasi tidak layak dikarenakan lokalitasnya yang cenderung menampung hanya

orang Jawa dan Madura, di luar itu tidak diperbolehkan. Pendirinya Sutomo merupakan kaum

Amtenaar yaitu pekerja setia yang digaji Belanda. Ciri Ningrat-Aristokrat terlalu kebelanda-

belandaan. Budi Utomo berbeda dengan SI dikarenakan tidak mengorientasikan pada gerakan

massa. Tak sampai di sana, Budi Utomo juga mengkerdilkan nilai agama yang dianggap sebagai

penghambat perjuangan. Lihat, Firdaus A.N, Syarikat Islam bukan Budi Utomo. (Jakarta: CV.

Datayasa, 1997), h. 5-7.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

59

dibandingkan dengan Budi Utomo dengan merujuk tanggal 16 Oktober 1905

bukan 10 September 1912 seperti diyakini sebagian sejarawan.

Pada awal mulanya Belanda merujuk keberatan menolak kehadiran SI,

tetapi kemudian diakui “Badan Hukum” pada tanggal 10 September 1912.

Namun oleh kaum Syarikat Islam, tanggal16 Oktober 1905 dianggap sebagai

hari kelahiran SI yang sejati. Tanggal inilah yang diperingati keluarga besar SI

setiap tahun. Dan secara resmi kata “Dagang” dihilangkan.4 Alasan pemberian

pengakuan hukum pada tahun 1912 masih syarat politik karena masih

dianggap ancaman oleh Belanda. Baru tahun 18 Maret 1916 Belanda

mengizinkan gerakan Politik yang bernama Central Syarikat Islam (CSI).

Pendirian SI merupakan agenda lanjutan dari SDI bermula dari hal

penguasaan perdagangan oleh pedagang Cina dan ulang bangsawan. Dua

sebab tersebut menguatkan untuk melancarkan perlawanan atas pedagang

Cina. Pedagang Cina mulai berani melakukan kegiatan perdagangan monopoli

dalam perdagangan batik dan superioritas pedagang Cina terutama pasca

Revolusi Cina selesai 1911. Di sisi lain ulah kaum bangsawan baik pribumi

dan non pribumi banyak melakukan tindakan yang merugikan pedagang

pribumi dengan praktek kasar. Kelompok pedagang Cina membentuk

perhimpunan perdagangan yang dikelola orang Cina yang mereka beri nama

Kong Sing. Keberhasilan pedagang Cina mendominasi pasar tradisional juga

diakibatkan oleh keuntungan pengusaan warisan jalur perdagangan Opium.

4Firdaus A.N, Syarikat Islam bukan Budi Utomo. (Jakarta: CV. Datayasa, 1997), h. 3.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

60

Konver (1982) menyebutkan setidaknya ada tiga alasan tentang

berdirinya SI; pertama, konstatasi bahwa orang Cina telah mengeluarkan

para pengusaha orang Jawa dari kerajinan batik. Pada awal abad itu kasus

ini ditemukan di Surakarta tempat di mana SI terbentuk, sedangkan di kota

lainnya tidak. Kedua, orang Cina menguasai perdagangan dalam bahan-

bahan baku batik sudah jauh sebelum tahun 1890. Ketiga, faktor ekonomi

lah yang menjadi pendorong terbentuknya SI. Pendapat terakhir oleh

Konver dikoreksi sebagai pandangan umum yang masih sangat parsial

mengingat para pedagang saat itu sudah sama-sama saling mengenal.5

Nama Syarikat Islam awal mulai diperoleh dari keterangan Raden

Mas Tirtosoerjo6 seorang tokoh SDI pada 11 November 1911. Pada tahun

inilah sudah dibentuk anggaran dasar organisasi. Tirto menyatakan:

“Tiap-tiap orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini

dianggap zaman kemajuan. Haruslah kita sekarang berhaluan:

janganlah mencari kemajuan itu Cuma dengan suara saja. Bagi

kita kaum muslimin adalah dipikulkan wajib juga akan turut

mencapai tujuan itu. Maka karenanya kita telah menetapkan

mendirikan perhimpunan Syarikat Islam.7”

5 Melebarnya jarak antara etnis Cina dan Jawa terkait dengan berdirinya SI kemudian.

Ada beberapa pandangan bahwa SI terbentuk dari perseketuan antara Jawa-Cina, yang bernama

Kong-Sing sebagai respon terbentuknya Budi Utomo yang dihuni kebanyakan oleh kalangan

Priayi dan berusaha membuka koperasi, ini yang kemudian dianggap ancaman. Sebagai Cina

rendahan membujuk H. Samanhudi untuk membentuk persatuan dagang. Namun, alasan

dominannya orang Cina di dalamnya, Samanhudi berserta orang Jawa lainnya keuar dari

perkumpulan itu dan membentuk “Rekso Rumekso” menyaingi Kong-Sing. Dari organisasi Rekso

Rumekso inilah memetamorfosiskan diri menjadi SI setelah terjadi konflik tajam dengan etnis

Cina. Lihat, A.P.E Konver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?, (Jakarta: Grafiti Press, 1982),h. 18. 6Sosok ini dikenal sebagai pribumi yang mendapatkan pendikan mapan di zaman Belanda

saat itu OSVIA dan ikut mendirikan SDI di Bogor. Dia juga mendirikan surat kabar pertama dari

kalangan pribumi Indonesia kalaitu Medan Prijai, maka wajar jika dia sering disebut sebagai

bapak pers pertama di republik ini. 77

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet.

6, h. 116. Kalangan sejarawan berdebat panjang soal asal mula pemberi nama Syarikat Islam ini.

Seperti Robert Van Neil menyebutkan bahwa perubahan nama SDI menjadi SI saat HOS

Cokroaminoto masuk kedalam organisasi tersebut saat Samahudi pendiri SDI memerlukan

nahkoda organisasi yang lebih matang pada tahun 1912. Lihat, Robert Van Neil, Elit Modern

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

61

Tirtoadisoerjo saat memimpin redaksi harian Medan Priaji berbahasa

melayu dikenal aktif sebagai pengusaha. Pada bulan agustus 1912 para

pengusaha mengadakan pemeriksaan tentang perkumpulan Samanhudi yang

baru. Di sanalah Samanhudi berusaha menunjukkan seakan-akan

organisasinya bagian Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor yang didirikan oleh

Tirtoadisoerjo. Mungkin dengan menggambarkannya sebagai bagian dari

perusahaan dagang yang berkedudukan resmi di Bogor, Samanhudi berusaha

menunjukkan bahwa sifat perkumpulannya tidak berbahaya. Dengan demikian

dia berharap dapat mencegah diadakannya penuntunan. Dengan ara itu

perkumpulan Solo mendapatkan nama “Sarekat Dagang Islam” yang

kemudian diubah menjadi SI.8

Deliar Noer menyebutkan sejarah SI bisa dipetak menjadi empat bagian:

Pertama, periode1911-1916 merukawa masa terbentuknya corak dan bentuk

bagi partai Syarikt Islam. Kedua, periode 1916-1921 merupakan periode emas

bagi organisasi ini. Ketiga, perioden 1921-1927 merupakan perjuangan

konsolidasi di tengah persaingan dengan Komunis serta tekanan represif

Belanda. Keempat, 1927-1942 merupakan masa untuk tetap menjaga

konsolidasi keberadaan mereka di forum politik Indonesia.9

McTurnan Kahin (1995) Syarikat Islam merupakan organisasi nasionalis

berdasarkan politik pertama yang muncul di tengah kekuasaan Belanda dalam

kondisi stabil. Sontak dengan adanya SI mengagetkan tidak hanya penjajah

Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1992), h. 90. Sedangkan keterangan yang menyatakan

Tirtosoerjo menurut Deliar Noer diperkuat oleh surat rahasia wakil penasehat pemerintahan

Belanda D. Rinkes kepada Gubenur Jendral Belanda pada 12 Agustus 1912. 8A.P.E Konver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. (Jakarta: Grafiti Press,1982), h. 13.

9Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, (Jakarta: Blan Bintang, 1996), cet. 6,

h. 114-115.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

62

Belanda tetapi juga masyarakat Indonesia. Selama empat tahun

perkembangannya saja, keanggotaanya saja mencapai 360.000 orang, dan

organisasi itu bekerja berdasarkan program politik bertujuan membanguan

pemerintahan sendiri. Menjelang tahun 1919, keanggotaannya mencapai 2,5

juta orang, dan program kebangsaannya yang militan benar-benar dibaktikan

untuk memperoleh kemerdekaan penuh, kalau perlu dengan kekerasan.

Bangkitnya SI bisa diartikan pengungkapan tentang besarnya reaksi

kebangsaan yang mungkin timbul, jika massa memiliki kepemimpinan politik.

Dengan hal tesebut maka gerakan lain dibelakangnya akan juga muncul.10

SI telah menyebabkan tumbuhnya nasionalisme di bumi putera. Namun

sebab lain yang tidak boleh ditinggalkan bahwa SI membawa semangat Pan-

Islamisme lewat pemikiran Islam Moderenis11

ke dalam perjuangannya. Hal

ini bukan tanpa alasan mengingat gencarnya kegiatan para misionaris Kristen

yang berkembang pesat selain politik identitas Cina dengan membawa

nasionalisme negaranya.12

Maka wajar jika SI pada tahun 1924-1927 merespon

dengan tegas saat diskriminasi politik hindia belanda yang mengutamakan

10

George McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, (Surakarta: UNS

Press, 1995), h. 85 . 11

H.A.R Gibb berpendapat kaum moderenis sebagian mereka yang memang

meperhatikan agama mereka. Walaupun sering bertabrakan dengan pandangan kegamaan yang

sudah lama dalam masyarakat dalam hal ini kelompok konservatif yang melanggengkan kesucian

pada lembaga-lembaga tradisional dalam dunia Islam. Dalam, George McTurnan Kahin,

Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, (Surakarta: UNS Press, 1995), h. 58. 12

W.F Wertheim mengatakan pekembangan gerakan Islam secara progresif merupakan

hasil yang diakibatkan oleh tindakan orang-orang barat yang disisipkan lewat misionaris. Maka

wajar jika banyak bangsawan Indonesia memeluk agama Islam sebagai agama perlawanan. Dalam

artian sesungguhnya maka agama Islam merupakan pengikat perjuangan. Dalam, George

McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, (Surakarta: UNS Press, 1995), h.50.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

63

agama Kristen dan mengatur ketat kehidupan agama Islam untuk menarik

peraturan Islam dari wewenang Belanda.13

Gerakan yang massif yang dilakukan oleh Cokroaminoto dengan SI nya

telah memunculkan perhitungan politik oleh Belanda dengan berusaha

mencegatnya. Berkembangnya SI yang berani merekrut berbagai lintas

kalangan telah memperkuat dukungan secara moral dan finansial. Basis

kekuatan SI beragam dari berbagai wilayah dan tidak menitikberatkan

golongan seperti Budi Utomo yang hanya berisikan orang-orang Priyayi dari

Jawa dan Madura.14

Jika awalnya SDI hanya hanya menargetkan pada bidang

perekonomian, SI lewat Cokroaminoto memperluas cita perjuangannya lewat

keinginannya mendirikan Negara yang berasakan Islam.15

Keberhasilan HOS Cokroaminoto dalam melakukan perombakan pola aksi

tidak lepas dari bentuk pembangunan organisasi yang menyerap berbagai

kalangan dari banyak kalangan Islam yang beragam. Kondisi sosial umat

13

H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. (Jakarta: LP3ES, 1985), H. 30. 14

Soe Hok Gie lebih melihat pergerakan dan hubungannya dengan pemikiran-pemikiran

pra abad ke-20. Apa memangnya secara kebetulan saja, maka kaum priyayi bergabung ke dalam

Boedi Oetomo dan kaum santri ke dalam Sarekat Islam di sementara tempat? Apakah ini bukan

merupakan perwujudan dari struktur masyarakat yang lebih tua dari kaum priyayi dan santri itu

sendiri? Suatu gerakan hanya mungkin berhasil bila dasar-dasar dari gerakan tersebut mempunyai

akar-akarnya di bumi tempat ia tumbuh, Lihat, Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah: Riwayat

Syarikat Islam Semarang 1917-1920. (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999), h. 2. 15

Tujuan mendirikan Negara Islam Seperti diungkapkan dalam tulisan Cokroaminoto

pada tahun 1931,“tidak boleh tidak kaum muslimin mesti mempunyai kemerdekaan ummat atau

mempunyai kemerdekaan kebangsaan dan mesti berkuasa atas negeri tumpah darah kita sendiri,”.

ide pemikiran mendirikan negara Islam oleh H.O.S Cokroamnoto memang memiliki kekurangan

yang tajam di antaranya (1) SI kurang memahami makna inti penjiwaan khazanah pemahaman

Islam, (2) SI kurang memperhatikan perekrutan kader serta kurang menancapkan pendirian politik-

kenegaraan yang murni dijiawai oleh Islam, (3) SI terlalu gegabah memasukkan ide Sosialisme-

Marxisme, (4) SI kurang tanggap pada posisi yang tidak menguntungkan, (5) SI terlalu lambat

dalam merespon perkembangan politik nasional kala itu, (6) adanya perpecahan dalam tubuh SI,

(7) SI lebih tertarik mengamalkan Islam sebagai agama individu bukan Ideologi, (8) perjalanan SI

modofikasi yang dibentuk oleh Dr. Sukirman Wirdjosandjojo, Muhammad Natsir, Kahar Muzakkir

teraplikasi dalam haluan politik seperti Masyumi yang didirikan pada tahun 1945. lihat. Akhmad

Taufik dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2005), h.

136.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

64

Islam pada saat itu sangatlah terpetak-petak berdasarkan pandangan agama

serta korelasinya dengan kehidupan nyatanya. Di bawah naungan SI, baik

Islam abangan dengan paradigma moderenis mampu mengelaborasikan

sikapnya dengan kaum tradisonalis santri. Satu sisi gerakan yang ekpoloratif

oleh SI telah menjadi perhatian sendiri bagi bangsa eropa dan kolonial

Belanda16

. Wajar jika dia sering juga disebut sebagai “Gatotkoco Syarikat

Islam”.

Hal yang kurang nampak tapi paling diwaspadai menurut mereka adalah

SI merupakan organisasi keagamaan. Belanda telah membangun sistem

kekuasaan mereka dengan memerintah secara tidak langsung berdasarkan

struktur ada Pra-Islam serta mendukungnya, jika perlu melawan mereka yang

mengklaim sebagai pemimpin Islam bagi rakyat sekitar. Secara umum untuk

membatasi kekuatan Islam di Nusantara. Mereka menyadari bahwa

sebelumnya telah membuat kesalahan fatal dengan meremehkan

kepemimpinan Islam hingga pecah Perang Aceh serta hadirnya Pan-Islamisme

sebagai kekuatan dinamis di Asia.17

16

MC. Ricklefs menyebutkan pada awalnya SI menyatakan setia kepada rezim Belanda.

Tetapi ketika organisasi ini berkembang di desa-desa, maka meletuslah tindakan kekerasan.

Rakyat pedesaan tampaknya lebih menganggap SI sebagai alat bela diri dalam melawan struktur

kekuasaan lokal yang kelihatannya monolitik, yang tidak sanggup mereka hadapi, dari pada

sebagai gerakan politik moderen. Oleh karena itu SI telah menjadi simbol solidaritas kelomppk

yang dipersatukan dan tampaknya didorong oleh parasaan tidak suka kepada orang Cina. Lihat,

M.C Ricklefs, Sejarah Moderen Indonesia 1200-2008. (Jakarat: Serambi, 2008), h. 360.

17 Menurut Ruth McVey dengan kemunculan SI di Jawa telah mengembalikan

pengakaran akan Pan- islamisme yang berimplikasi pada muncunya gerakan perjuangan sehingga

semuanya serba mungkin. Walaupun, dirinya menegaskan belum ada konsep-konsep tentang

adanya Negara Indonesia saat itu. Dukungan lain yang tak kala lebih penting kaum priayi kelas

rendahan di Jawa secara sukarela bergabung dengan SI yang keberatan dengan konservatisme

kesultanan Surakarta dan kaum tradisionalis yang menolak westernisasi ala Budi Utomo yang

dianggap sebagai gerakan progresif kaum muda Jawa tahun 1908. Lihat, Ruth T. McVey,

Kemunculan Komunisme di Indonesia, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), h.16.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

65

Propaganda pergerakan SI juga dilakukan oleh Instrumen media massa

sebagai alat menyebarkan ide dan mengkampanyekan agenda-agenda penting

terkait kondisi kolonialisme dan penghisapan pada rakyat pribumi. Seringnya

anggota SI berhadapan dengan polisi Belanda mengakibatkan keharusan SI

dalam merekrut rakyat yang mengerti dengan hukum. Lewat media massa

tampil gerakan yang berasal dari kalangan jurnalis yang kelak akan

berpengaruh besar dalam pertumbuhan gerakan.18

Gerakan SI semakin populer dan menjadi perhitungan sendiri bagi

Belanda. Sejumlah tokoh-tokoh besar kemudian bergabung dengan organisasi

ini. Sebut saja sosok Soewardi Suryadiningrat (Ki Hajar Dewantara) pendiri

organisasi kesadaran kaum pribumi Indischie Partij (IP) yang didirikan oleh

tiga serangkai Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo serta Soewardi

Suryadiningrat sendiri. Seowardi yang terkenal dengan tulisan “Als ik eens

Nederlande was” itu menjadi salah satu pimpinan SI di Bandung.

Masuknya Abdoel Moeis atas permintaan Cokroaminoto membawa

perubahan besar bagi perkembangan SI. Abdoel Moeis lahir di Bukitinggi

berasal dari keluarga agamawan dan bangsawan serta lulusan sekolah

kenamaan STOVIA. Di samping itu, Cokroaminoto tahu betul dengan

masuknya Abdoel Moeis yang juga dikenal sebagai wartawan sekaligus

memimpin surat kabar Belanda Hindia Timur edisi Indonesia sebuah majalah

progresif yang diketuai oleh Dr. Abdoel Rivai. Setelah sokongan uang di surat

18

Dalam jangka waktu singkat SI melesat petumbuhan anggotanya misal di Surakarta

hingga mencapai 35.000 orang. Padahal kala itu jumlah masyarakat Surakarta 65.000 orang itu

berarti lebih setengah jumlah warga di sana dipastikan terkait dengan SI. Lihat, Eko Prasetyo,

Membela Agama Tuhan, (Yogyakarta: Insist, 2003), h. 36.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

66

kabar Hindia Timur berkurang tahun 1907 dia keluar dan mendirikan surat

kabar Kaum Muda, dari sinilah hubungan dengan antara Abdoel Moeis dan

umat Islam terutama warga Arab terjalin erat.19

Ada beberapa persoalan yang dianggap menjadi permasalahan oleh

Belanda terhadap keberadaan SI. Banyaknya orang eropa yang bekerja di

perusahaan di Hindia Belanda mayoritas mereka merupakan para

administrator menolak jika Politik Etis berkembang secara baik. Baik Belanda

dan kaum eropa lainnya dengan memberikan keberadaan politik etis akan

memunculkan bentuk evolusi dini perlawanan atas keberadaan mereka.

Dengan membiarkan masyarakat Hindia Belanda dalam kondisi

Tradisionalisme akan memberikan peluang bagi Belanda dan kaum eropa

lainya untuk tetap bekerja. Ide menciptakan tradisionalisme sebagai kantong

politik Belanda dan menyuburkan pribumi kelas Priyai harus dirawat, oleh

karena itu kaum konservatis mendukung Gubenur Jendral Idenburg untuk

melarang SI sebagaimana dia juga melarang keberadaan Indische Partij (IP)

pada 1912.

Satu sisi Idenburg melihat SI sebagai organisasi yang justeru akan

mendukung Politik Etis dan dapat memutus otoritas tradisional yang tidak lagi

mampun mewakili dan mengerahkan rakyat. Pendapat Idenburg ini sangatlah

bertentangan dengan pandangan kalangan Euranisia yang melihat sebagai

19

Setelah masuknya Abdoel Moeis masuk, Agus Salim Menyusul. Masuknya Agus Salim

membuat SI semakin dipandang sebagai organisasi kuat. Apalagi kehadiran Agus Salim yang

dekat dengan bangsawan kolonial bahkan juga menjadi bagian anggota organisasi Belanda

menjadikan SI terlihat mapan dalam pemupukan ide pergerakannya. Satu sisi, munculnya Abdoel

Moeis, Agus Salim serta Cokroaminoto telah mengakibatkan sosok Haji Samanhudi semakin

menurun karirnya, ditambah lagi bisnisnya hancur. Namun bukan karena kepopuleran ketiga sosok

tersebut melainkan banyaknya masalah di luar Syarikat Islam itu sendiri. Lihat, Deliar Noer,

Gerakan Moderen Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1996), cet. 6, h. 123-124.

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

67

sebuah kesalahan cara pandang Idenburg pada SI. Sehingga sering kali SI

dijadikan sindidiran Salah Idenburg. Pada akhirnya, popularitas SI di mata

Idenburg tidak bisa ditolerir telah menimbulkan secara perlahan karena

gagasan revolusioner mereka mengarah kepada bentuk kemerdekaan.

Idenburg mensiasati dengan memasukkan ideologi sosialisme marxisme

lewat Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan oleh

Sneevliet pada 9 Mei 1914 di Surabaya cikal bakal terbentuknya Partai

Komunis Indonesia.20

Hubungan ISDV dengan SI dipertemukan diakibatkan

kegagalan menjalin hubungan politik dengan Indische Partij yang dianggap

sebagai kesalahan. SI dipilih sebagai lahan mengingat jumlah anggota SI pada

tahun 1916 memiliki ratusan ribu anggota. ISDV menyusupkan beberapa

anggotanya ke tubuh SI dan menjadi anggota terkemuka di dalamya.

Menurut McVey pada saat kongres I di Surabaya Juni 1916 telah tumbuh

pemikiran untuk melakukan koreksi tajam atas pemerintahan Hindia Belanda

mulai dari persoalan hukum agraria dan mewacanakan tentang gerakan buruh.

Pada saat itu pulalah disampaikan wacarna-wacana akan prinsip Islam-

Sosialisme, sebuah ide yang tidak hanya didukung oleh golongan muda

radikal ISDV seperti semaun tetapi juga golongan terkemuka kelas pedagang

dan santri. “Sosialisme” kemudian dikenal sebagai suatu kata, yang secara

sederhana diartikan sebagai perlawanan terhadap dominasi asing dan

dukungan terhadap Indonesia yang moderen, sejahtera dan merdeka.

20

Josephus Fransiscus Marie Sneevliet merupakan pekerja Belanda yang datang ke

Indonesia. Dirinya juga merupakan anggora Partai Komunis Belanda yang berhaluan sosialisme

demokrat. Dirinya melihat kenyataan di bumi Hindia Belanda memungkinkan untuk terciptanya

sebuah gerakan revolusioner mengingat kolonialisme yang dia saksikan sangat menghisap

pribumi. Dirinya juga banyak membantu persatuan pekerja buruh di pualu Jawa. Lihat, Ruth T.

McVey, Kemunculan Komunisme di Indonesia, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), h.19.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

68

Keberadaan kelompok muda radikal yang berhaluan Marxis di tubuh SI,

membuat SI secara tidak langsung digembosi. Cokroaminoto membentuk

Central Sarekat Islam (CSI). ISDV yang banyak dipayungi oleh orang eropa

juga enggan bergabung secara total dengan SI yang dihuni kaum Muslim. Di

satu sisi Coktoaminoto mulai diserang oleh anak didiknya sendiri Semaun

yang menjadi penyuara ulung ISDV di dalam SI. Kritik yang dalam

menyebabkan ketidakpercayaan kepada CSI. Sehingga SI wilayah semarang

pasca kongres II tahun 1917 membentuk kelompok SI yang tidak patuh SI

pusat yang diberi naman “SI merah” yang menunjukkan sikap revolusioner

dan memberikan tanda SI putih pada golongan Cokroaminoto yang dianggap

terlalu oportunis saat itu.

B. Konsep Strukturasi reformasi

Masyarakat membutuhkan komunitas di saat berbagai kelompok hidup

berdampingan. Dalam keberadaan kelompok itulah, sejumlah golongan

masyarakat mengupayakan adanya konsensus untuk menuju pada tujuan.

Konsensus itu dilahirkan dari individul yang menghendaki terciptanya jalinan

untuk tidak bersinggungan. Keberadaan kelompok diisi oleh aturan dan nilai

yang sangat khas atau bahkan plural. Namun, dari kesemuanya menghendaki

padu. Dalam menjamin keberadaan kelompok agar supaya tetap ada dan

berjalan sesuai harapan, landasan komunikasi baik di antara pribadi dalam

kelompok maupun ke pada di luar kelompok harus tetap terjalin.

Munculnya organisasi dalam masyarakat dipengaruhi oleh budaya dan

struktur sosial dalam masyarakat tersebut. Begitupun komunikasi yang

muncul amat erat kaitannya dengan aspek budaya dan perkembangan

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

69

masyarakat atas lingkungannya. Struktur dalam masyarakat klasik bisa dilihat

sebagai susunan tentang kelas, kekuasaan, pengaruh.21

Seiring perkembangan

bentuk organisasi akan sangat mungkin pola bentuk komunikasi serta relasi

yang ada di dalamnya akan berubah.

Antony Gidden menjelaskan keberadaan kolektivitas kelompok dalam

suatu tempat akan sangat memungkinkan bentuk relasi yang dibangun dalam

kelompok masyarakat. Karena menurutnya, strukturasi merupakan aktifitas

masyarakat yang dilakukan secara spontan dalam membuat tindakan-tidakan,

relasi, dan norma aturan.

Struktur sosial yang harus dilihat sebagai bagian dari kegiatan relasi psikis

dan politis yang berbeda dari pada struktur fisik. Struktur sosial lebih dilihat

sebagai upaya manusia dalam usaha menyelesaikan persoalan yang ada

sehingga membutuhkan sebuah lembaga-lembaga ekonomi, politik, dan

budaya. Di mana hal tersebut menuerut Maurice Duverger sebagai alat

membentuk ideologi, mitos dan peradaban bagi perkembangan individu.22

21

Menurut Antony Gidden strukturasi berkaitan dengan sumber daya dalam melahirkan

tindakan sosial dalam produksi dan reproduksi aturan-aturan yang kemudian menjadi sumber

reproduksi sistem. Aturan-aturan yang dilahirkan melahirkan sesuatu yang sering disalah pahami

(1) aturan-aturan seringkali disalah pahami dilihat sebagai sebuah permainan yang disesuaikan

dengan hukum-hukum sosial tertentu. (2) aturan-aturan sering disalah pahami dalam bentuk yang

tunggal dan tidak terkait dengan bentuk tindakan tertentu. (3) aturan-aturan tidak dapat

dikonseptualisasikan terpisah dari suberdaya yang merujuk pada cara-cara bagaimana transformasi

relasi dalam masyarakat di produksi. (4) aturan-aturan mengandaikan prosedur-prosedur metodis

interaksi sosial. (5) aturan-aturan sering memberdayakan antara pemberian makna dan pemberian

sanksi. Lihat, Anthony Gidden, Teori Strukturasi, (Yogyakaya: Pustaka Pelajar, 2010), h. 28-30. 22

Maurice Duverger membagi tiga golongan struktur sosial. Pertama, keterampilan

teknologi yaitu cara-cara mengolah benda, alat-alat, mesin, dan seterusnya. Kedua, lembaga-

lembaga yaitu alat mempertahankan ketertiban hubungan sosial yang mapan misal status hukum

keluarga, undang-undang yang mengatur barang-barang dan milik, dan konstitusi politik. Ketiga,

kultur adalah ideologi keyakinan akan ide-ide kolektif yang pada umumnya dianut di dalam suatu

komunitas tertentu. Lihat, Maurice Duverger, Sosiologi Politik, (Jakarta: Rajawali Press,2005)

h.78

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

70

Perubahan masyarakat merupakan aspek yang sangat menentukan dalam

struktur sosial. Masuknya globalisasi serta perubahan sistem ideologi

pemerintahan juga mengakibatkan timbulnya bentuk serat pola masyarakat dalam

menyesuaikan pada lingkungannya. Perubahan politik misalnya, dalam kasus

seperti perjuangan kemerdekaan atau pergerakan untuk melawan sistem yang

gagal dalam suatu negara akan memiliki imbas pada diri masyarakat tersebut.

Pergantian rezim dan struktur kekuasaan akan terlihat sebagai suatu kesempatan

bagi kelompok lain yang merasa ditindas untuk bangkit atau bahkan medan

perjuangan baru dalam mencari metode perjuangan atas penindasan.

Ketika struktur kekuasaan politik terlihat ofensif pada kelas sosial di

bawahnya. Juga akan memacu timbulnya gejolak lewat berbagai aspek entah itu

agama atau budaya. Masyarakat yang didiskrimanisikan oleh rezim atau

kekuasaan akan dengan sendirinya memetamorfosis golongannya untuk tetap ada,

dan hal ini tentu ditopang oleh adanya kelompok masyarakat dan sosok intelektual

yang mengawalnya.23

Perubahan sosial yang diakibatkan oleh tergerusnya nilai etis politik kaum elit

akan menambah bekal bagi masyarakat yang diposisikan sebagai konstituen pasif

dan lebih dijadikan alat kekuasan untuk melakukan koreksi kritis. Memang, harus

dilihat setiap perubahan sosial akan ditinjau dalam dua sisi paradigmatik yaitu

kelompok reduksionis struktur sosial secara politis diklasifikasi sebagai kelompok

“kiri” dan mereka yang menggunakan pendekatan subjektif-normatif digolongkan

23

Elfred Weber menjelaskan bahwa struktur sosial merupakan objek yang dapat

menentukan pembentukan spiritual dan intelektual sepanjang zaman. Di samping itu hanya dengan

adanya ikatan antara tradisi yang ada dan berdifat ideal dan religius dalam konstalasi yang bersifat

historis. Lihat. Bassam Tibi, Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1999), h.73.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

71

kelompok “kanan”. Bagi golongan Kiri, tindakan yang tidak sejalan dengan

sebuah cita kebaikan harus segera dilucutkan bahkan digulingkan dalam kasus ini

bisa dilihat dalam Revolusi Iran. Berbeda dengan kalangan Kanan yang lebih

berusaha secara normatif bisa memaafkan dan mengkoreksi keadaan dalam batas

positivis.24

Dengan memperinci terkait pembentukan struktur sosial dalam masyarakat

sangat mungkin apabila dalam sebuah institusional tertentu tidak sebanding lurus

di antara tahap ke tahap. Bahwa terkadang ditemukan, sejumlah kasus dalam

struktural masyarakat tidak begitu tertarik dengan sebuah kondisi yang bagi

institusional tertentu bisa menjadi pemula perkembangan. Hanya dengan adanya

totalitas dalam masyarakat di antara sistem sosial yang ada dengan

pengintegrasian serta mampu dikreasikan dengan perkembangan sejarah.

Dalam sejumlah kasus di Indonesia dalam struktur masyarakat ada beragam

sikap dalam melihat perubahan poilitik. Di jaman penjajahan kolonial Belanda,

saat korporasi transnasional Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)

melakukan kapitalisasi perdagangan dan tindakan politik terhadap pribumi, ada

sejumlah kelompok sosial yang beroposisi sebagai respon tindakan Belanda. Pada

saat itu, Serikat Dagang Islam (SDI) cikal bakal SI memberi motivasi untuk

tumbuhnya perekonomian pribumi untuk tidak sesalu ditekan oleh kepentingan

VOC. Dalam kasus lain misalnya, saat swastanisasi mulai masuk lewat Orde

Baru. Banyak kalangan kritis membentuk kelompok yang berlawanan dengan

pemerintah entah lewah ide maupun gerakan langsung.

24

Bassam Tibi, Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999), h.73-75.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

72

Struktur sosial yang dibentuk dengan menjalankan praktek politik dan

penekanan ideologi tentu akan berhadapan dengan kelompok yang mencoba untuk

resisten dengan pilihan dan cita kelompoknya. Biasanya struktur sosial yang

kacau juga akan berimbas pada politisasi dalam banyak aspek kehiduapan lain

seperti pendidikan, budaya, ekonomi, dan agama. Pendidikan Sumatera Tawalib

yang didirikan pada tahun 1918 misalnya yang berkembang di Minangkabau

sebuah organisasi cikal bakal pendukung Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

karena secara histotis dekat dengan SI melakukan tindakan non-koperasi terhadap

Belanda termasuk menentang Goeroe Ordonnantie 1925 yang dianggap sebagai

upaya Belanda dalam mengatur hak dalam pendidikan pribumi.25

Bagaimanapun perkembangan bentuk struktur masyarakat dan kekuasaan

sangat erat dengan faktor penentu seperti kesetaraan sosial, kesenjangan ekonomi

dalam masyarakat, serta kebijakan politik yang tidak partisipatif. Sejumlah

peristiwa politik yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan banyak perubahan

di tengah masyarakat. Setiap perubahan di sana sangat identik dengan bagaimana

sebuah rezim kekuasaan menjelankan kekuasaannya. Orde Lama dan Orde Baru

memilki ciri khas tersenidri di antara keduanya terutama dalam pemahaman

Ideologi dan penerapan asas pemerintahan yang dirasakan langsung oleh

rakyatnya. Pemerintah yang cenderung totaliter sulit memunculkan gerakan sosial

karena terlalu refresif, hanya dengan semakin moderat kepemimpinan politik

25

Cornelis Lay dkk, Agama dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: LKPSM, 2001) h.175-

176 .

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

73

gerakan sosial lewat civil society akan muncul kepermukaan dan hal benar

terwujud pada saat reformasi politik dan kepemimpinan nasional dilakukan26

.

Posisi ummat Islam dalam stukrtur sosial memang dominan secara

kuantinitas jamun minim dalam kualitas masukan dan kritik atas sistem. Orde

Baru dengan “power by remote control” benar-benar meringkuk umat Islam

dengan kelembagaan dan instruksi formal lewat aturan dan undang sehingga tidak

saja menghambat perkembangan idealisasi Islam tetapi juga cara meminimalisir

tumbuhnya kritik lewat organisasi Islam. Posisi ummat Islam pasca reformasi

yang mengusung semangat demokrasi liberal juga bukan kesempatan dari harapan

ummat Islam untuk mendapatkan kembali pentasnya. Sejumlah organisasi seperti

Syarikat Islam diluar organisasi besar mainstream seperti NU dan Muhammadiyah

dengan mengikuti elektoral partai namun gagal. Umat Islam menyadari akan

kondisi yang dialami ini dengan secara perlahan lebih banyak bergerak dalam

bidang kesosialan.27

Bahtiar Effendy menyebut titik lemah bangkitnya suara ummat Islam

dalam kacah politik nasional dikarenakan masih adanya sebagian aktifis muslim

yang juga tergabung dalam partai pemerintah Golkar yang pro dan memperkuat

pada kebijakan politik Orba. Orba me-restrukturasi politik nasional dengan

menitiberatkan pada stabilitas dan keamanan daripada kebebasan dan partisipasi.

26 Al Chaidar ada tiga pandangan teortis tentang reformasi. Pertama, gerakan sosial itu

dilahirkan dalam kondisi yang memberikan kesempatan. Hal ini terkait dengan bagaimana

kepemimpinan sebuah negara tidak menjalakan dengan pemerintahan dengan tangan besi. Kedua,

adanya ketidakpuasan pada situasi yang adalam oleh rakyat atas negara. Ketiga, gerakan sosial

semata-mata kemampuan dari tokoh penggerak dalam melakukan tindakan dan memberikan

insprasi. Lihat, Al Chaidar, Reformasi Prematur. (Jakarta: Darul Falah, 2001) h.17-18

27

Gagasan ini sebenranya pernah muncul saat Cendikiawan Muslim Nurcholish Madjid

melontarkan gagasan fenomenal tahun 1974 dengan adagium terkenalnya “Islam Yes, Partai Islam

No”. Gagasannya merujuk kepada upaya moderenisasi pemikiran dan tindakan ummat Islam

kedepannya dengan tidak hanya political oriented semata namun juga sisi humanismenya tumbuh

dengan membangun kualitas masyarakat Islam sendiri.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

74

Hal itu jelas berakibat langsung pada sistem yang dibuat dan penyusunan struktur

sosial yang sistematis. Pada hakikatnya, orientasi Orde lebih pada prinsip

ekonomis dengan kemasan politik yaitu dengan mendatangkan investasi sebanyak.

Dalam menjalankan itu semua Orba mematenkan tindakan tersebut dengan

refresif termasuk pada lawan politik di kalangan umat Islam yang tidak sepakat.28

Dalam menjelaskan tindak tanduk politik Orde Baru kita harus melihat

bagaimana agenda pengendalian secara politik dilakukan secara sistematis,

yakni:29

Tabel 2.1

Agenda Politik Orde Baru Pra Reformasi

AGENDA ORDE BARU TRANSISI NORMAL

Ideologi -monopoli

interpretasi atas

pancasila

- pancasila sebagai

alat legitimasi

status quo

-Penghapusan

monopoli

interpretasi atas

pancasila

-Penguatan

pancasila sebagai

Ideologi

kerakyatan

-Pancasila sebagai

ideologi terbaik

-Pancasila sebagai

ideologi milik

seluruh rakyat

-Gantikan

pancasila dengan

ideologi Islam

UUD -UUD 1945

ditafsirkan sesuai

dengan

kepentingan

penguasa

menimbulkan

multi tafsir

-Amandemen atau

tambahan

penjelasan pasal-

pasal

-UUD 1945

dengan

interpretasi yang

solid

-Ganti UUD 1945

dengan UUD

Islam

MPR -pengangkatan

60%

-kekuasaan

dibatasi

-prosedur dibatasi

-Pengangkatan

25%

-Berdaulat penuh

-Pengangkatan 0%

-Berdaulat penuh

Lembaga -tanpa batas -Masa jabatan -Masa jabatan

28 Bahtiar Effendy “Islam Di Tengah Polarisasi Politik”¸dalam Nurcholish Madjid,

Kehampaan Spiritual Masyarakat Moderen. (Jakarta: Media Cita, 2000) h. 202-203.

29

Forum Keadilan, edisi khusus “Ulang Tahun” 1998 , hlm.18. lihat,Al Chaidar,

Reformasi Prematur. (Jakarta: Darul Falah, 2001) h.112.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

75

Kepresidenan periode

-tanpa batas

kekuasaan

-tidak ada

akuntabilitas

publik kekuasaan

-ada akuntabilitas

publik

maksimal 2 kali

-Pembagian antar

cabang

-Ada akuntabilitas

publik

maksimal 2 kali

-Pemisahan dan

pembatasan

Kabinet -hak prerogratif

presiden

-tidak ada

rationale struktur

dan personel

-Konsultasi

dengan DPR

-Seleksi personel

yang jelas

-Persetjuan PR

untuk struktur dan

personel

Parpol -faktual tidak

(legal dua)

-PPP dan PDI

dikendalikan

pemerintah

-presiden ketua

DP Golkar dan

menteri DPP

Golkar

-Parpol

independen dari

pemerintah

-Pembebasan

penguasa dari

keterlibatan dalam

Golkar

-Dirikan partai-

partai baru

-Pembatasan

dalam aturan

pemilu

-Golkar sebagai

parpol

-Independensi

parpol

Birokrat -berpolitik secara

institusional

-Penghapusan

monoloyalitas

-Institusi netral

Pemilu -proporsional yang

diselewengkan

-Transisi

proporsional yang

diselewengkan ke

distrik

-Institusi yang

disempurnakan

Sistem

Pemerintahan

Daerah

-sentraliasi

-tumpang tindih

instansi vertikal

dan organ daerah

-Dikonsentrasi dan

perbantuan

-Penghapusan

secara bertahap

perwakilan

instansi vertikal

-Otonomi daerah

secara bertingkat

-Keseimbangan

regional

DPR Tinggat I &

II

-bagian dari

Pemda

-dikendalikan oleh

Orpol pusat

-Penghapusan

kewenangan

dalam pembuatan

kebijakan penting

-Cabang legislatif

di daerah

-Independensi dan

berdaulat

Ormas -hegemoni negara

-seragamisasi

struktur politik

biroktrasi

-Pemberdayaan

masyarakat

-Pelepasan diri

dari kekuasaan

-Masyarakat

madani

-Kreativitas

swadiri

Samuel Huntington dalam Poltical Order in Changing Society

menerangkan tujuan reformasi ditujukan dengan adanya sebuah kesetaraan yang

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

76

luas dalam aspek ekonomi, politik, dan sosial dalam sebuah kekuasaan dengan

demikian demokrasi juga harus bisa mendorong meningkatnya partispasi

masyarakat dalam politik. Reformasi tidaklah terjadi begitu saja perlu dua

komponen yang bagi Huntignton penting ada pertama kelompok Revolusioner

dan Konservatif. Keduanya memiliki perbedaan yang khas dalam melihat dan

menjalankan refromasi. Bagi kalangan revolusioner perubahan sosial hanya akan

terjadi jika tumbuhnya partisipasi politik di tengah masyarakat dan bagi kelompok

konservatif sebaiknya. Dalam menjalakannya, kelompok pertama tidak segan

menggunakan sebuah alat kekerasan dalam memaksakan kehendak serta rekayasa,

manipulasi serta kekerasan apabila diperlukan.30

Kondisi masyarakat dan sistem sosial penyangganya juga terikat erat

dengan konsisi perubahan politik yang terjadi. Kelompok dominan dan tidak

saling memperebutkan posisi dan kekuatan pendapat dalam meyakinkan dan

memberikan posisi terbaik bagi kalangannya, bagi kelompok tidak dominan

seringkali terjadi kontradiksi dan kecenderungan untuk melawan atau bahkan

menimbulkan konflik bahkan menjurus pada tindakan kekerasan.31

30 Samel Huntington, Political Order in Changing Society. (Chicago: University Chicago

Press, 1968), h.198.

31

Menurut beberapa ilmuan politik perubahan politik disebabkan oleh dua hal. Pertama,

konflik kepentingan biasanya terjadi dilingkungan yang dipenuhi dengan kepentingan yang

dikontrol ketat secara sosial bahkan ditentukan oleh posisi sosial dan material elit. Kedua, adanya

gagasan atau nilai-nilai baru yang diniscayakan menopang pertumbuhan masyarakat dalam

mencari penyelesaian dan rumusan kehidupan. Lihat, Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik.

(Jakarta: Grasindo, 2010) cet.7, h. 311-312.

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

77

C. Cita-Cita Syarikat Islam

Cita-cita SI tidak lepas dengan adanya nilai-nilai yang dijunjungnya. Sejak

akte notaris diterbitkan oleh Belanda 10 September 1912, SI memantapkan

diri dengan meletakkan dasar perjuangan yaitu asas agama Islam, asas

kerakyatan, dan asas sosial ekonomi. Pada tahun 1959 dengan dikeluarkannya

dektrit 5 Juli 1959 di dalam perjuangan SI dimasukkan asas lagi yaitu

Pancasila.32

1. Asas Agama Islam

Keberadaan nama agama Islam dalam organisasi ini menjadi hal unik. Dari

bentuk namanya SI terkesan hanya organisasi keagamaan yang hanya

menjalankan kegiatan agama saja. Namun, nama Islam merupakan hal yang

paling prinsipil dan fundamental dalam tubuh SI dan tidak bermaksud

mengeklusifkan organisasi ini dibandingkan organisasi Islam lainnya.

HOS Cokroaminoto dalam keterangannya memberikan jawaban atas

pokok-pokok ajaran Islam dalam SI ini:

“Memang Syarikat Islam memakai nama agama sebagai ikatan

persatuan bangsa, buat mencapai cita-cita sebenarnya, dan agama

tidak akan menghambat kita mencapai tujuan itu,”

32

Asas dasar dalam SI jika dipahami tidak sama sekali bertentangan dengan Pancasila,

bahkan secara keseluruhan nilai-nilai Pancasila sudah ada di dalam Syarikat Islam, lihat. M.A

Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 14.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

78

Sesuai dengan Surat Ali Imara Ayat 104:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS: Ali Imran:104)

Adanya Islam sebagai asas bukanlah sebagai ide semata malainkan erat

kaitannya dengan sejarah panjang tentang ketakutan Belanda akan agama

Islam yang dianggap sebagai ancaman kekuasaan. Oleh karena itu, Belanda

juga tidak segan-segan berusaha melenyapkan kekuatan Islam. Dalam

pengertian sederhana, penjajah Belanda berusaha mendiamkan semangat

Islam hanya sebatas pegangan hidup saja tidak lebih. Mereka (muslim) harus

dijauhkan oleh pengertian politik karena sangat berbahaya bagi kekuasaan

Belanda.33

2. Asas Kerakyatan

Adanya kelas sosial yang diciptakan Belanda dan menempatkan pribumi

asli sebagai kaum rendahan yang tidak akan memiliki dampak positif apabila

dianggkat dalam suatu jabatan tertentu menyebabkan kecemburuan mendalam

33

Kesadaran umat Islam pada hak politiknya akan berpotensi menyebabkan perlawanan

sebagai Imam Bonjol, Perlawanan Pangeran Diponegoro serta Cik Di Tiro dengan menggandeng

semangat Islam pernah merepotkan kolonial Belanda. Lihat, M.A Gani, Cita Dasar dan Pola

Perjuangan Syarikat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 16. Menurut Aqib Suminto Belanda

bahkan membedakan gerakan Islam menjadi tiga golongan berdasarkan saran Snouck Hagronje

orientalis yang memeluk Islam (1) Islam secara keagamaan yang diperbolehkan oleh Belanda

keberadaanya dan dapat dikendalikan, (2) Islam secara sosial yaitu mereka kelompok Islam yang

hanya mengembangkan pendidikan dan kegiatan sosial lainnya, dalam hal ini Belanda hanya

berusaha mengawasi, (3) Islam Politik yaitu organisasi politik Islam yang mengagendakan

perlawan atau politik kesadaran pribumi atas hak-haknya, di mana bagi Belanda keberadaan ini

akan dianggap ancaman bahkan kalau perlu dimusnahkan. Dalam, H. Aqib Suminto, Politik Islam

Hindia Belanda. (Jakarta: LP3ES, 1984), h. 23.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

79

bagi masyarakat pribumi. Di mana ketiga kelas tersebut yaitu kelas kulit putih

yang berisi kaum eropa, disusul kelas dua yang ditempati oleh orang Cina,

Arab, India dan Indo Eropa yang dianggap bisa diajak kerja sama dan

kemudian kelas Pribumi.

Cultur Stelsel yang pernah diterapkan oleh kolonial memaksa masyarakat

pribumi makin tidak berdaya dengan tanam paksa yang diperuntukkan kepada

sepenuhnya Belanda. Indonesia hanya lumbung makanan terbesar Belanda.

Ketidakadilan inilah yang mendorong Haji Samanhudi mendirikan SDI yang

kemudian diganti SI tersebut. Berangkat dari penderitaan yang sama inilah

yang mendasari SI.34

Para pemimpin SI berasal dari kaum ningrat, akan tetapi dengan asas

kerakyatan yang mereka pegang teguh. Mereka berusaha membela kaum

miskin dan kesengsaraan atas penghisapan. Mereka para pemimpin SI tidak

pernah menyimpang dari tujuan SI demi tercapainya suatu tujuan yaitu setiap

kemiskinan dan kemelaratan rakyat harus dilenyapkan.

3. Asas Sosial Ekonomi

Asas ini seperti disebutkan di atas bisa dilacak berdasarkan kaca sejarah

persaingan ekonomi antara pribumi dan golongan Cina. Pemberian hak

monopoli perdangan oleh Belanda atas Cina menyebabkan perdangan pribumi

34

Pada tahun 1916 Muhammad Samin ketua Syarikat Islam di Medan menyuarakan

tuntutan atas penderitaan kaum pribumi (1) kebijakan Poenale Santie harus dihapuskan, (2) gaji

kuli minum 60 sen perhari, (3) jam kerja delapan jam sehari, (4) pihak kuli bebas mengakhiri

kontraknya, (5) hak untuk tinggal dan hidup, (6) perkara sengketa dengan kuli dihapuskan, (7)

wanita pekerja cuti sejak hamil tujuh bulan sampai sudah melahirkan bagi 40 hari, (8) kerja

cangkul tidak dipikulkan pada wanita, (9) sekolah untuk anak-anak kuli, (10) larangan berjudi.

Lihat, M.A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

h, 23.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

80

berjalan lamban. Belum lagi ada rasa ketidakadilan dalam penerapan

pedagangan oleh Cina. Kepercayaan Belanda atas Cina didasarkan

penggolongan sosial kelas dua bagi golongan Cina. Sekalipun pemodal

pribumi dapat berdagang mereka tetap kalah dalam segi kekompakan sesama

perantau dari Cina.

Berangkat dari sinilah kemudian Haji Samanhudi yang membentuk SDI

menghilankan kata “dagang” dalam SDI dan menjadi Syarikat Islam saja.

Alasan ini dipakai karena untuk mengalahkan monopoli perdangahan Cina

tidak boleh hanya lewat pengusaha tetapi harus disokong oleh semua lapisan

masyarakat pribumi. Dengan demikian juga akan memberikan pelajaran akan

hak dan kewajiban di hati kaum pribumi.

Dari asas di atas SDI saat itu berusaha merealisasikan itu semua dengan

tujuan, di antaranya:

a. Mengutamakan sosial ekonomi

b. Mempersatukan pedagang-pedagang batik

c. Mempertinggi derajat bumi putera

d. Memajukan agama dan sekolah-sekolah Islam

Walaupun setelah melihat masalah perjuangan lebih luas. Tujuan itu

sedikit dirubah misal pada tujuan kedua dan lebih generalisir menjadi upaya

memberikan bantuan bagi mereka yang mendapat kesukaran. Pada tujuan

keempat dianggap sempit, oleh karena itu, tujuan itu diganti menjadi

“memajukan kehidupan agama Islam”.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

81

Semua kehendak organisasi yang dijalankan di SI tetap mengacu kepada

anggaran dasar yang telah dimantapkan oleh SI dalam anggaran dasarnya.

Sejak berubahnya SI menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) pada

tahun 1929. Peraturan tersebut disempurnakan kembali oleh Majelis Tahkim

yang bersidang di Jakarta tanggal 5-12 Maret 1933 dan dikuatkan dengan

adanya referendum pada tahun yang sama. Disusul kemudian dengan hasil

Majelis Tahkim Yogyakarta tahun 1950, Solo tahun 1951, Jakarta tahun 1953,

Bandung tahun 1962, dan Majalaya tahun 1972.

Walaupun peraturan dasar (anggaran dasar) sering kali berubah namun SI

tetap konsisten dengan cita perjuangannya. Kembalinya PSII menjadi SI

kembali pada Majelis Tahkim XXXVI di Jakarta 6-8 Juli 1985. walaupun

pada tahun 2015 terjadi dua pengambilan keputusan yang bebeda dengan

Majelis Tahkim ke-40 di Bandung 24-27 November 2015 serta di Majalaya,

28-30 Desember 2015. Namun keduanya memberi mandat penuh kepada

Ketua Umum SI terpilih untuk menyelaraskan hasil kedua Majelis Tahkim

tersebut dan dinyatakan berlaku sampai dengan dilaksanakannya Majelis

Tahkim Syarikat Islam.35

D. Trilogi Landasan Prinsip

Asas bisa lebih sebagai panduan nilai yang terkadang penerapannya tentu

juga dijumpai tidak sejalan. Maka asas dan tujuan harusnya dikerjakan dengan

langkah strategis yang menjadikan realisasi itu menjadi nyata. Maka

diperlukanlah suatu suatu prinsip mendasar dalam melakukan hal itu. Dalam

35

Peraturan Dasar dan Paraturan Rumah Tangga Syarikat Islam hasil Majelis Tahkim ke-

40 Syarikat Islam, h. 31-32.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

82

SI disebut dengan “Trilogi” SI yaitu Sebersih-bersihnya tauhid, Setinggi-

tingginya Ilmu pengetahuan, dan Sepandai-pandai siasah.

1. Sebersih-sebersih tauhid

Untuk mencapai semua tujuan baik tidak boleh terbesit dalam pikiran dan

hati bagi mereka yang menjalankan kebaikan sebentuk egosentrisme dan

kepentingan pribadi, golongan maupun keluarga. Karena kepentingan itu

mutlak hanya memiliki kerugian. Kepentingan yang harus diusung hanya

untuk Negara, bangsa, dan agama. Kepentingan dengan melibatkan tuhan

adalah sebagai pemandu niat keji, dan moral buruk tidak ikut dilibatkan dalam

mengusahakan kebaikan.

Dengan menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT semata tidak ada

keragu-karaguan kepada kekuatan kebatilan atau kebaikan yang terkalahkan.

Dengan pertolongan dari Allah keniscayaan akan pertolongannya akan ada.

Landasan tauhid merupakan prinsip yang paling kokoh daam menghadapi

setiap persoalan kehidupan. Sebersih-berisihnya tauhid dimasukkan bahwa

setiap ego akan berbenturan dengan ego lainnya. Hanya dengan melenyapkan

ego kepasrahan pada keabsolutan Allah semata, perjuagan akan tegak.

2. Setinggi-tingginya ilmu pengetahuan

Ilmu merupakan alat untuk membebaskan kira-kira seperti itulah

pengertian utama. Dengan adanya ilmu pengetahuan, perjuangan tahu

bagaimana harus dilakukan. Sebagian orang hanya menjejar kenikmatan

akhirat dan meninggal kehidupan dunia. Padahal, tindakan dunialah yang

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

83

menentukan kehidupan akhirat. Maka jikalau masih ada kebodohan dan orang

terdzalimi iman kita selayaknya dipertanggung jawabkan.

Ilmu pengetahuan berguna melihat dan memilah mana sisi kebenaran dan

kesalahan baik secara ilmuan maupun dalam persoalan tinggah laku. Dengan

meneggakkan ilmu pengetahuan akan mengupayakan banyak persoalan bisa

diselesaikan. Yang mana ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran

dengan menyebut kata afalaa tafakkaruun, afalaa ta’kiluun, dan afalaan yan

duruun sebagai peringatan bagi manusia yang befikir.

3. Sepandai-pandai siasah

HOS Cokroaminto membedakan politik menjadi dua bagian yaitu politik

sebagai ilmu pengetahuan dan politik sebagai praksis. Sepandai-pandainya

siasah merupakan upaya menjadikan pengetahuan politik tidak boleh hanya

sebagai ilmu tetapi harus dilaksanakan dalam bentuk nyata bisa itu dalam

bentuk pengambilan keputusan yang bersifat khalayak.

Kebijakan yang salah masa lalu akan dilakukan di masa sekarang. Dan

politik yang dilakukan hari ini akan berdampak pada politik masa depan.

Hukum sebagai akibat ini diterangkan oleh Cokroaminoto langsung. Oleh

karenanya, sepandai-pandainya siasah juga harus bergantung kepada sebersih-

bersihnya tauhid dan setinggi-tinggi ilmu pengetahuan agar setiap hasil dari

politik tidak menghasilkan tindakan yang tercela. Kegiatan politik tercela akan

mengabaikan hak dan kewajiaban untuk memberikan dampak yang baik serta

melanggat hak asasi manusia. Tindakan tersebut seperti adagium Machiavelli

dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

85

MISI:

Mewujudkan manusia yang seutuhnya sebagai hamba Allah yang berpedoman

kepada Al-Quran dan Sunna Rasul yang nyata

Syarikat Islam dalam menjalankan roda keorganisasian dikenal dengan

nama “Masa Jihad” sebagai penegasan dan kesungguhan pengabdian di SI.

Berdasarkan ketetapan Majelis Tahkim ke-40 Syarikan Islam yang diselenggrakan

di Bandung dan Majalaya telah mengasilkan kepengurusan baru dibawah

pimpinan Lajanh Tanfidziyah Dr. Hamdan Zoelva, SH., MH. Kedudukan Lajnah

Tanfidziyah berkedudukan sebagai lembaga eksekutif dalam SI. Di samping itu,

diawasi secara baik oleh para dewan yang termasuk anggota pengawasan

keorganisasi atau bisa dikatakan sebagai legislatif di tubuh SI dan diketuai

langsung oelh H. Rahardjo Tjakraningrat. Sebagai organisasi Islam, perlu suatu

pandangan serta fatwa yang mengiringi gerak langkah SI sebagai bagian dari

gerak keummatan, di sanalah Majelis Syari atau setara dengan lembaga Yudikatif

di SI berkedudukan memberikan pandangan-pandangan diketuai oleh Dr. K.H.

Ade Suherrman, M.Pd.

Dewan Pusat Syarikat Islam

Ketua H. Rahardjo Tjakraningrat

Sekretaris Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd.

Pimpinan Pusat/ Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam

Ketua Dr. H. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.

Sekretaris Dr. Syafinuddin Al-Mandari, M.Si.

Majelis Syar’i Syarikat Islam

Ketua Dr. K.H. Ade Suherman, M.Pd.

Sekretaris K.H. Ahmad Astamar

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

86

Baik Dewan Pimpinan Pusat Syarikat Islam (DPSI) dan Lajnah

Tanfidziyah Syarikat Islam (LTSI) memiliki tugas dan batasan kewenangan.

Keduanya dipilih dalam musyawarah dan ditetapkan dalam Majelis Tahkim. DPSI

merupakan lembaga tertinggi yang mengawasi jalannya keorganisasian dan

mengarahkan LTSI dan kaum SI untuk tunduk pada aturan dan ketetapan di

majelis tahkim. Di samping itu, DPSI memiliki kewenangan untuk mengambil

sikap terutama apabila LTSI dalam menjalankan organisasi tidak sesuai aturan.

Dalam hal ini DPSI dapat mengundang Majelis Tahkim untuk mengadakan

musyawarah luar biasa37

.

LTSI merupakan pemegang kuasa dalam menjalankan roda

keoganisasian dan wajib menjalankan hasil ketetapan sesuai ketetapan

musyawarah majelis tahkim selama 5 tahun satu periode kepemimpinan. Dalam

kaitannya urusan dengan kepentingan dan sikap. Setidaknya pasca reformasi SI

telah memantapkan diri sebagai organisasi yang masih melakukan tindakan

responsif kepada adanya pembangunan. Walaupun secara kekuatan poltik, di

mana dalam siklus demokrasi saluran seperti adanya partai politik jelas harus ada

namun SI melakukan itu dengan cara kerja sosial.

37

Peraturan Dasar Syarikat islam Majelis Tahkim ke-40, Pasal 15 tentang Dewan Pusat.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

87

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Performa Komunikasi Syarikat Islam Pasca Reformasi

Organisasi sesuai definisinya merupakan perkumpulan yang dibentuk

dalam rangka menyatukan sikap dan tujuan. Lebih tepatnya ia dibentuk

sebagai respon atas lingkungannya. Baik itu kondisi masyarakat ataupun

keinginan akan individu yang tentunya dilandaskan pada kesepahaman atas

kelompoknya. Organisasi tak terbentuk secara simultan, dalam berjalannya

ada hukum khas yang dilengkapi karakteristik perilaku untuk merawat

eksistensinya.

Syarikat Islam sebagai organisasi masyarakat tentu juga memiliki hal

demikian. Sebagai bagian dari unit keormasan, SI tentu memiliki acuan

tersendiri yang baginya pantas dijadikan alat serta alasan untuk terus

mengontrol serta pengelolaan organisasinya. SI sudah tentu terus berupaya

menjaga ritmenya agar supaya tidak luntur. Bagi Negara demokratis

organisasi masyarakat yang tumbuh dengan baik, apalagi memiliki hubungan

dekat dengan pembangunan dan pemberdayaan umat akan jadi keuntungan

besar untuk menyokong pembangunan.

Menurut Pacanowsky an O’Doniel Trujillo bahwa setiap organisasi mesti

melakukan bentuk performa komunikasi entah itu untuk mendesain dan

menjalankan organisasinya. Komunikasi merupakan alat utama dalam

meningkatkan performa organisasi. Di bawah ini beberapa komunikasi

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

88

performa yang dilakukan oleh Syarikat Islam dalam merawat Ideologi dan

perjungannya pasca reformasi.

1. Performa ritual Syarikat Islam

Performa ritual lebih dilihat sebagai aktfitas dari mulai individu dalam

organisasi serta kegiatan rutin dan sosialisasi. Biasanya dalam sebuah

organisasi tersebut dapat dijumpai dalam aktifitas dan tugas. Di mana

semua itu dijalankan sesuai konsekuensi dan beban kerja yang bersifat

berkelanjutan serta hierarkis.

Ritual yang berlaku di SI mengedepankan aspek kesalehan sosial yang

menitiberatkan kepada tanggung jawab warga Syarikat Islam. Di mana, hal

itu dilakukan rata dari struktur atas hingga kepengurusan bawah tingkat

ranting. Setiap anggota lebih ditekankan memiliki pengetahuan dan

kepekaan baik pengetahuan IPTEK dan IMTAK. Syarikat Islam

mengupayakan akan pikiran-pikiran keislaman tentang Daenul Islam

dijadikan acuan kepada siapa saja. Daenul Islam merupakan konsep di

mana ajaran Islam secara universalitas dipahami oleh semua anggota dan

diimplementasikan sebagai kerja. Tujuan sederhananya, Syarikat Islam

ingin pola hubungan hablum minalllah dan hablum minannas selalu

terpatri. Alhasil, di tengah masyarakat tidak boleh ada semacam Khilafiah

dan Furu,iyah yang cenderung menjadi perpecahan dalam ummat Islam.

SI dalam upayanya merekonsiliasi cabang-cabang dan menginisiasi

terbentunya SI kembali di wilayah yang mana sebelumnya SI pernah

berdiri. Semua anggota di SI sepakat bahwa silaturahmi merupakan alat

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

89

yang paling efektif saat ini. Terutama penumbuhan saling kesepahaman

akan arah baru SI yang sudah ditetapkan dalam Majelis Tahkim ke-40.

Salah satu hal terpenting ialah membangun visi Islam itu sendiri sebagian

landasan pacu bagi SI.

Dalam pembinaan, pengurus internal selalu melakukan banyak

evaluasi dalam rapat mengenai kondisi dan persoalan wilayah dan

mencarikan solusi efektif guna lebih membangun SI terutama mereka yang

masih memulai dari awal. Kunci lainnya adalah membangun kepercayaan

atas kerja Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam (LTSI) yang dipimpin oleh

Hamdan Zoelva berpegang pada target bahwa SI eguh untuk fokus

bergerak dalam dakwah ekonomi.

Gambar 4.11

Kunjungan DPW Gorontalo ke DPP Syarikat Islam terkait

program SI

1 Dokumentasi DPP Syarikat Islam.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

90

Lembaga otonom SI disinergikan kembali, mengingat lembaga-

lembaga tersebut merupakan lumbung perkaderan ideologis yang dimiliki

oleh SI. Semua jajaran pengurus sepakat bahwa harus ada sebuah

komitmen serius. SI sebagai organisasi perkaderan mulai memperbaiki

bentuk perkaderan yang ada lewat jenjang lapis lembaga otonom di bawah

SI. Hal ini dibenarkan oleh Syafinuddin Al-Mandari selaku Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam:

“Pertama-tama itu mengutamakan persatuan jadi pemahaman

yang bersifat sektarian dan sebagainya dianggap sebagai

penghambat kerja. Yang kedua kita ingin kerja dalam praktis di

bidang kemandirian ekonomi diutamakan. Etikanya bisa dilihat

dengan adanya keharusan rekonfirmasi kalau terdapat perbedaan

pendapat kita saling Tabayyun. Standar etika yang lain yang mesti

patuhi secara umum misal kejujuran, tenggang rasa, transparansi,

bertanggung jawab, dan persaman derajat.”2

Peran DPP Syarikat Islam sangat sentral terlebih lagi dia menjadi

rujukan utama bagi DPW di bawahnya. Maka dari itu, etika persamaan

derajat memaknakan bahwa rekonstruksi SI ke arah yang lebih mapan

harus dilalui oleh saling memahami peroalan secara setara antara pusat dan

wilayah. Hal ini mengubah persepsi bahwa DPP Syarikat Islam sering

terjebak dalam suasana elitisme pengurusan pusat dan menyebabkan

pemberdayaan DPW sering terbengkalai.

SI kembali memulai kebiasan awal mulai dari pengakajian nilai-nilai

perjuangan yang harus diwujudkan. Di sisi lain, SI juga tidak menolak

2 Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarekat Islam di Kantor Syarekat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

91

dinamika sosial bahwa masyarakat berubah, tentu pola ritual untuk

memantenkan keberadaan SI juga disesuaikan dengan kondisi. Mereka

kini, mulai melakukan pendidikan kewirausahaan di kalangan masyarakat

dengan teknologi digital serta forum komunikasi lewat media sosial yang

teratur dari pusat hingga daerah.

SI juga tidak pernah lupa dilaksanakan oleh SI ialah memperingati

pesan-pesan pendahulu tokoh SI seperti perayaan ulang tahun pidato

Zelfbeestur oleh HOS Cokroaminoto 1916 yang kini sudah mencapai ke-

101 tahunnya. Tujuanya tak lain untuk mengingatkan dan pendidikan bagi

setiap kader SI. Selain menjadi ajang silaturahmi bagi jajaran setiap

lapisan warga Syarikat Islam.

Gambar 4.23

Perayaan ulang tahun pidato Zelfbeesfur ke-101 HOS

Cokroaminoto

3 Dokumentasi DPP Syarikat Islam dalam perayaan ulang tahun 101 Tahun pidato

Zelfbeesfur oleh HOS Cokroamnoto, di Kantor Syarikat Dagang Islam, Menteng, Jakarta 16 Juni

2017.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

92

Pemaknaan pidato Zelfbeestur menjadi perekat dan penggalian nilai

akan arti kedaulatan dan kemajuan bagi kaum Sarekat. Di sana juga,

tersimpan arti bahwa perjuangan tidak boleh berhenti dalam suatu adanya

tekanan apapun itu. Sesuai tujuannya semua bahwa dengan memperingati

ulang tahun pidato bersejarah itu, SI juga menjadikan momentum

demikian sebagai alat perekat semua kekuatan sosial yang bersifat

multietnik dan transprimordial yang ada di Indonesia.

2. Performa Hasrat Syarikat Islam

Performa ini lebih dekat dengan bagaimana anggota menceritakan

lingkungan dalam organisasi kepada sesama anggota atau orang lain di

luarnya. Semua ornamen kelembagaan bergerak untuk membangun

kembali citra sosial SI. Organisasi ini lebih banyak mendekati persoalan

dengan respon-respon sosial. Dengan tidak memilih jalur politik praktis,

secara otomatis SI melaju dalam mengimbangi dengan tanggapan bahkan

kritik terhadap gejala sosial.

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

93

Gambar 4.34

Perwakilan Wanita Syarikat Islam menjadi pembicara dalam

penguatan keorganisasian keagamaan

SI beberapa kali juga ikut dalam memberikan sumbangan wawasan

perihal masalah kebangsaan dan kenegaraan. Di mulai dari percikan

gagasan si forum-forum resmi maupun di media sosial seperti yang

dilakukan oleh Wanita Syarikat Islam (WSI) badan otonom yang

mewadahi anggota perempuan SI. Kedudukan wanita dan lelaki dalam SI

sama rata secara proporsional. Mereka memiliki tugas dan fungsinya

masing-masing. Tetapi tidak jarang ditemui mereka juga terlibat dalam

dalam kegiatan yang mereka dipercayai untuk dimintai tanggapan dan

pendapatnya.

Banyaknya tokoh nasional yang duduk dalam pengurusan SI saat ini.

Di samping itu varietas lapisan masyarakat dari berbagai wilayah yang

bergabung menjadi anggota akan dengan mudah SI dekat dengan

4 Dokumentasi DPP Syarikat Islam dalam acara diskusi publik “Memperkokoh peran

organisasi keagamaan melalui pendidikan wawasan”, Palembang, 21 Agustus 2017.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

94

tujuannya. Setiap wilayah tentu memilki persoalan spesifik masing-

masing. oleh karena itu setiap kader SI di setiap wilayah memiliki

performa hasrat yang berbeda tanpa harus sama dengan DPP Syarikat

Islam. Menurut Aulia Tahkim A.D Tjokroaminoto Wakil Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam:

“Pada intinya sama ikut dari pusat hanya saja karakteristik

daerah seperti Lubuk Linggau dan Cianjur itu berbeda kondisi

sosial dan geografisnya. Dakwah Ekonomi dan pendidikan

disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,”5

Karakteristik masalah juga akan menghasilkan pemikiran untuk

memecahkan masalahnya. Semakin banyak respon yang dibangun oleh

masing kader SI di wilayah, itu akan menjadi bonus sosial dalam

mengenalkan SI lebih luas kepada masyarakat. SI memiliki masalah dalam

merampungkan tujuan untuk mengeksplorasi lebih luas perkembangan SI

di setiap wilayah bahkan hingga ranting.

Pendekatan dengan memperbaharui cabang yang sudah mati dengan

membentuk kembali dan merangkul kader militan yang ditinggal dan tak

aktif oleh cabangnya akibat kurangnya responsif di tataran pusat dan

minimnya perkaderan. Kader militan lama tetap menjadi prioritas agar

semangat itu menular kepada yang lainnya. Pengurus mulai berbenah dan

itu alasan agar supaya menjadi motivasi bagi dibawahnya. Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam Syafinuddin Al-Mandari

mengungkapkan:

5 Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoto selaku Wakil Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni

2017 jam 11:20 WIB

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

95

“Yang terdaftar ada 24 cabang wilayah provinsi. Selebihnya

masih dalam proses persiapan kalau kita hitung berdasarkan

cabang persiapan sudah cukup memenuhi 34 provinsi. Contohnya

yang masih belum ada itu Papua, Papua Barat, Maluku,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah. Sebetulnya ada tapi

terlalu lama tidur itukan bangun kembali. Secara kelembagaan itu

sudah berakhir masa jabatanhya kita perbaharui lagi. Cabang SI

suah hampir 500-an target. Yang sekarang ada 80-an yang sudah

SK-kan.”6

Geliat lain yang tumbuh secara perlahan ialah dalam bidang

pendidikan. Kenyataan sejarah memang menyebutkan jalur perjuangan SI

adalah ekonomi politik. Pada kenyataan yang lain SI banyak membangun

banyak lembaga pendidikan yang berciri khas SI. Hari ini hanya hanya ada

beberapa wilayah yang memiliki lembaga pendidikan yang diinisiasikan

langsung oleh SI.

3. Performa Sosial Syarikat Islam

Perfoma ini lebih melihat kedalam bentuk perilaku positif dalam

sebuah organisasi demi menunjang adanya efektifitas kerja. Pembuktian

eksistensi SI bagaimana lembaga ini melihat masyarakat sebagai tempat

untuk banyak belajar dan membantu persoalan. SI menyadari bahwa

mayoritas masyarakat Indonesia merupakan muslim. Maka tangung jawab

saling asah, asih, dan asuh kehidupan sosial dengan kekuatan sosial umat

Islam perlu dilakukan.

Sekalipun SI tidak melakukan kegiatan sosial sebagai rutinitas. Tetapi,

tindakan dalam mendekati masyarakat dengan berbagai bantuan

6 Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

96

merupakan ikhtisar menjaga stabilitas pembangunan bangsa. Ketimpangan

yang seringkali menjadi pesoalan akut di negeri ini merupaan alasan

utamanya.

Gambar 4.47

Wanita Syarikat Islam meberikan bantuan sosial kepada

masyarakat kurang mampu

Membangun kesadaran di atara sesama anggota SI merupakan salah

satu keberhasilan dalam mengakomodir anggota untuk dekat dengan

masyarakat. Pada intinya, kesuksesan yang dimaksud merupakan feedback

dari kenyataan bahwa masyarakat terbantu atas kegiatan yang dilakukan

SI. Pendekatan sosial yang dilakukan SI tidak saja berfokus kepada kerja

fisik tetapi SI juga menyadari bahwa dalam bidang penguatan mental dan

pengetahuan tidak bisa ditinggalkan.

7 Domuentasi Wanita Syarikat Islam.

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

97

Gambar 4.58

Penyuluhan Ketahanan Keluarga

Kegiatan-kegiatan SI menstimulus agar masyarakat sekitar peka dan

mengerti. Tetapi tujuan lain kegitan yang dilaksanakan di DPP dapat

mengispirasi dan diikuti oleh DPW hingga ranting untuk terus berinovasi

dan tanggap terhadap pembangunan. SI pusat ingin menjadi rule model

bagi mekanisme SI diluarnya.

4. Performa Politik Syarikat Islam

Performa ini fokus kepada bagaimana keinginan politik dan kontrol

kekuasaan dalam organisasi dilakukan secara hierarkis. Di samping itu

semua keputusan yang diambil bersifat terbatas. Saat SI mengubah haluan

mainstream-nya dari kecenderungan politik ke wilayah pembangunan

ekonomi. Respon yang segera dibangun oleh SI ia melakukan penegasan.

Dengan tidak terlalu mengindahkan keinginan sejumlah kader ideologis

yang memperjuangkan ide gagasan SI di jalur politik.

8 Dokumentasi WanitaSyarikat Islam “Martial Succes Trining”, di kantor Syarikat

Dagang Islam, Jakarta, 12 Agustus 2017.

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

98

Kepemimpinan Hamdan Zoelva mengakhiri reputasi SI secara

permanen dalam aspek politik praktis. Dia hanya berkeinginan agar supaya

SI tetap dalam jalur perjuangan dengan pilihan kembali ke khittah-nya.

Salah satu keputusan ini dapat diterima dapat ditunjang dengan

rekonsilisasi yang terjadi dengan baik pasca perpecahan di tubuh elit SI

sebelum Majelis Tahkim ke-40. Kenyataan bahwa peluang SI semakin

tipis dalam mempengaruhi sistem politik lewat perjuangan politik praktis

dengan sendirinya mengukuhkan SI berhenti dari hal yang dianggap

popular dengan kehidupan SI yaitu poltik itu sendiri. Kondisi dijelaskan

lebih terperinci lagi oleh Yudhi Irsyadi Syafii Sekretaris Bidang

EkonomiSyarikat Islam:

“Inilah pada akhir ahun 2015 Hamdan Zoelva memimpin SI,

dilanjutkan dengan pelantikan pengurus baru akhir februari 2015.

Barulah kemudian visi Hamdan Zoelva kembali ke jalan lurus atau

jalan yang awal. Kita ingin mengembalikan SI ini kepada masa

masa tahun 1905-1923. Inilah jalan lurus kita jadi konsen ketua

umum mengagendakan empat program yang dinamakan catur

program karena praktis tatanan organisasi sangat kacau karena

terlalu orientasi politik hingga terjadi konflik di mana-mana.

Akhirnya jadi pengurus tak jalan. Menata kembali organisasi

dengan konsolidasi organisasi. Kemudian menjajalankan tiga

program yang menjadi konsennya SI dari dulu yaitu ekonomi,

pendidikan, politik sebagai level yang paling bawah. Politik tidak

bisa dilepaskan dari SI,”9

Penyemarataan pemahaman akan konsep baru yang diusung

dikonsolidasikan dengan pendekatan penyatuan lagi dan langkah-langkah

mukernas serta peninjauan dari DPP ke setiap wilayah-wilayah

dibawahnya. SI terbantu dengan antusiasme wilayah untuk membangun

9 Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarekat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

99

kembali SI kembali yang dulunya sempat stagnan, bahkan menginisiasi

terbentuknya SI di wilayah baru.

Langkah strategis lain yang untuk memompa performa politik dalam

SI ialah keterbukaan untuk pertukaran pendapat dan masukan yang rutin.

Transparansi massif soal kegiatan yang dilakukan DPP SI menjadi

katalisator bagi wilayah di luarnya untuk ikut mensinergikan dengan

pengurusan pusat soal kesamaan visi-misinya.

5. Performa Enkulturasi

Performa ini menitikberatkan kepada bagaimana cara setiap anggota

mendapatkan pengetahuan dan informasi dalam menjalankan kegiatannya

dalam sebuah organisasi. Sesuai dengan asas dan tujuan Syarikat Islam

yaitu Daenul Islam dengan tujuan terlaksananya kehidupan muslim

sesungguhnya. Tafsiran sederhananya bahwa SI tidak berusaha

menghadirkan sekat yang cenderung menjurus kepada ikhtilafiah

(perpecahaan). Perbedaan adalah kekuatan yang mendasari tujuan bahwa

umat Islam secara keseluruhan ialah satu entitas dan memiliki tujuan yang

sama yaitu keselamatan hidup dunia dan akhirat. Hal ini ditegaskan oleh

Syafinuddin Al-Madari Sekretaris Jenderan Lajnah Tahfidziah Syarikat

Islam:

“Bahkan kalau kita baca dokumen awal yang memuat prinsip SI

antara lain diprogram Asas dan Tandhim anda akan melihat SI ini

tidak menganut mazhab tersendiri. Beda dengan NU jelas sekali

bahwa dia Ahlussunnah Wal Jamaah. Muhammdiyah juga begitu

2namun pakai Tarjih Muhammadiyah. Malah saya katakan,

awalnya cenderung Wahabi. Kalau kita liat gerakannya pun juga

anti Tahlil, Bidah, dan Kurafat. Itu kan model Wahabi. Walaupun,

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

100

dalam perkembangannya kecanggihan para tokoh Muhammadiyah

bisa lentur ke dalam perkembangan sosial Indonesia sehingga efek

dari faham wahabi tidak terjadi masalah bagi mereka. Sekarang

Muhamadiyah pun tidak terlalu dipersoalkan Tahlilan misalnya.

Kalau di SI ini tidak. Memang gerakan SI itu ekonomi politik

awalnya dan beberepa tahun kemudian menjadi gerakan politik.

Jadi, bukan dalam konteks pemahaman keagaman pada satu

warna itu sebabnya di SI itu sangat gampang bergabung satu sama

lain.”10

Tidak adanya kecenderungan mazhab tertentu dalam SI memudahkan

SI dapat merangkum semua kalangan. SI hanya memahami bahwa hakikat

Islam ialah ajaran universalitas yang inklusif. Sebagai turunan dari

kenyataan itu, kebebasan berpendapat akan terjamin dan rasa silaturahmi

di dalamnya akan sama-sama diikutkan.

Sebagai organisasi kader, para keluarga pendiri Syarikat Islam juga

masih terakomodir dengan baik. Sekalipun mereka belum melewati tahap

resmi dalam perkaderan yang ada. Akan tetapi, kedekatan kultural historis

yang melatar belakanginya, maka keberadaan mereka tetap dianggap

sebagai bagian keluar kaum Syarikat Islam. Masukan dan saran dari

mereka tetap bisa dijadikan acuan sebagai pertimbangan SI. Wakil

Sekretaris Lajnah Tahfidziyah Syarikat Islam Aulia Tahkim A.D

Cokroamnoto menegaskan:

“Perkaderan kurang massif. Sebenarnya di SI ada dua sistem

perkaderan. Ada sistem among misal antara kakak dan adik selalu

ikut di SI itu tetap itu masih ada. Justeru yang masih awet itu

dengan perkaderan among karena faktor keterdekatan. Cara itu

10

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

101

masih ada, yang secara legal untuk tingkat nasional sudah ada

dan di daerah baru mulai lagi.”11

Patron klien memang kentara di dalam SI, hanya saja batasan yang

dipakai ialah kultural historis semata. Baik itu merupakan kedekatan

keluarga atau pernah menjadi anggota namun terhenti bersamaan dengan

mandegnya SI di sebuah wilayah sebelumnya. Penyokong lainnya ialah

lembaga pendidikan dari tingkat bawah sampai Universitas. Seperti

Universitas Cokroaminoto di Makassar, Palopo, Yogyakarta, dan Pinrang.

Untuk tingkat universitas dimulai dari Jogyakarta. sejarah menyebutkan

salah satu universitas tersebut berubah nama menjadi Universitas Sebelas

Maret Surakarta pada tahun 1950-an.

Selain itu, dalam membentuk kader ideologis SI memilih beberapa

tahapan pendidikan kekaderan. Syafinuddin Al-Mandari mengatakan:

“Proses kaderisasi yang tidak jalan seperti dahulu itu

menyebabkan regenerasi kepengurusan sangat lamban. Organ

sayap SI banyak diurusi oleh angkatan lama bukan angkatan

muda. Bisa dibilang sudah kosong dari SEMMI, hanya sedikit saja

yang masih tersisa. Pengkaderan harus dimulai dari awal. Sistem

perkaderan di SI menurut pendapat saya bagus seandainya

berjalan. Di SI untuk memulai keanggotaan itu telah dipersiapkan

sejak dini melalui pramuka. Pramuka di SI itu sudah berdiri sejak

1927 jauh sebelum pramuka saat ini ada namanya dulu Serikat

Islam Afdelling Pandu (SIAP). Melalui keperamukaan itu dibina

aspek pendidikan karakter kemudian nanti mereka akan tumbuh

memasuki tingkat pelajar mereka akan ketemu SEPMI. Di situ ada

pengkaderan juga, ada aspek ke-SI-an masuk ke dalam. Kemudian

menjadi mahasiswa mereka menjadi SEMMI sehabis itu baru

meraka aktif di Pemuda Muslim Indonesia. Pada tingkat tertentu ia

sudah dipilih dalam pengurus di tingkat cabang, willayah, ataupun

11 Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoto selaku Wakil Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni

2017 jam 11:20 WIB

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

102

pusat. Jenjangnnya sangat jelas sekali. Memasng ada juga

beberapa forum yang menjadi ajang pembinaan. Di Mukernas lalu

dikembangkan suatu model perkaderan jenjang di SI dikelola oleh

satu badan yang namanya pesantren kader SI,”12

Kelengkapan tempat perkaderan di SI memang bisa dikatakan rapih.

Hanya saja kenyataan itu tidak didukung oleh kondisi lembaganya. Banyak

lembaga yang ada masih dijalankan oleh pengurus lama yang

mengindikasikan bahwa tersendadnya perkaderan di SI dan menyebabkan

roda organisasi jalan di tempat. Hal itu merupakan imbas minimnya kesadaran

akan regenerasi organisasi yang terlalu dipengaruhi oleh kepentingan elit masa

sebelumnya.

Salah satu solusi yang ditawarkan hasil Mukernas ialah mengadakan

pesantren SI. Program itu akan membantu mempercepat proses perkaderan

yang ada. Dari beberapa organisasi otonom SI saat ini semuanya ada dan

masih berjalan. Walaupun dengan cacatan, masih belum mengalami

perkembangan prestesius mengingat DPP SI juga menganggap pemasalahan

ini sebagai Catur Program terpenting saat ini dan terus menerus merumuskan

hingga mencapai solusi yang solutif.

12

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB.

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

103

Tabel 3.1

Performa Komunikasi Syarikat Islam

Performa Komunikasi Syarikat Islam

Performa Ritual Mengembalikan kembali budaya

organisasi seperti dengan memupuk

etika kesalehan sosial organisasi dari

pucuk pimpinan yang diharapkan dapat

dicontohi kepengurusan di bawahnya.

Di sisi, lain kegiatan yang cenderung

menumbuhkan sikap ideologi

zelfbestuur dengan merenungi konsep

perjuangan Islam Sosialisme HOS

Cokroaminoto. Interaksi antar wilayah

SI dalam upayanya merekonsiliasi

cabang-cabang dan menginisiasi

terbentunya SI kembali di wilayah yang

mana sebelumnya SI pernah berdiri

kepercayaan atas kepengurusan Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam.

Performa Hasrat Anggota SI mencerminkan

organisasinya di tengah masyarakat

lewat berbagai program dan kegiatan

tercermin lewat gagasan. Terutama yang

dilakukan secara kontinu ialah lembaga

pendidikan SI di berbagai daerah. Di

sisi yang lain, setiap kepengurusan

wilayah bertanggungjawab mendekati

persoalan dengan pendekatan yang khas

tidak harus senarai dengan konsep

kepengurusan pusat.

Performa Sosial Dalam performa ini meperlihatkan SI

menjaga stabilitas keorganisasian

dengan berbagai pendekatan yang

beragam kepada masyarakat sekalipun

tidak intensif. Upaya-upaya

menumbuhkan kepercayaan masyarakat

digalakkan baik melewati peran

langsung pimpinan SI ataupun sikap

responsif dari penilaian masalah sosial

yang ada.

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

104

Performa Politik Performa ini memperlihatkan secara

keinginan politik SI telah memutuskan

tidak dalam suasana politik praktis.

Pasca reformasi, SI ingin

memperlihatkan Hight Politic dianggap

lebih sesuai dengan kebutuhan dan

pengembalian citra SI di muka publik.

Di sisi yang lain, pasca reformasi,

keinginan berpolitik disetiap kader SI

secara keseluruhan ditekan lebih

mengkhusukan kepada gerakan

suprastruktur. Dengan demikian akan

menguntungkan untuk menyuburkan

eksistensi dengan pola baru.

Performa Enkulturasi Performa ini menunjukkan keberadaan

SI juga sangat ditentukan oleh ikatan

kekeluargaan anggota SI lama yang

notabennya juga berasal dari keluarga

pendiri yang terus menerus mengikatkan

diri dengan para. Penyuburan budaya

dalam SI juga dipengaruhi oleh lembaga

ideologis pendidikan SI yang didirikan

berbagai daerah. Kader muda diserap

dari kantong lembaga perkaderan dicoba

diramu untuk diteruskan setelah sempat

vakum akibat minimnya proses

perkaderan.

B. Citra Islam Sosialisme Syarikat Islam Pasca Reformasi

Organisasi yang telah berdiri dari tahun 1905 ini mengalami perubahan

dalam iklim politik dan sosial budaya. Gambaran utama yang dimiliki oleh SI

sejak lahir sebagai garda perjuangan dalam meluruskan sistem yang tumpang

tindih, di mana dalam struktur kekuasaan wong cilik sering menjadi objek

pemberangusan subversif pemerintah kolonial. Tak ubahnya pada saat

kemerdekaan didapatkan SI tetap masih berusaha ideal dalam khittah-nya.

Akan tetapi SI juag tidak bisa menghindari bahwa perubahan zaman dari masa

Orde Lama, Orde Baru, kemudian reformasi memiliki sisi pemaknaan

berbeda.

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

105

Pasca reformasi saat ini SI lebih dikenal sebagai organisasi masyarakat

yang lebih bergerak kearah pembangunan ummat. Bukan hal yang baru jika SI

pasca Muktamar ke-40 sebagai hasil dari rekonsiliasi politik dan organisasi

mengingat SI mengalami pergesekan di dalam struktur elit dalam

organisasinya itu sendiri.13

Sebagai ormas yang masih dianggap punya

kekuatan politik, jelas SI dalam pengertian masyarakat tidak mudah akan

mudah meninggalkan arenanya yaitu politik. 14

Reformasi sebagai perubahan sosial politik dari rezim otoritarianisme ke

liberalisme juga dinikmati oleh berbagai ormas untuk beralih ke pergulatan

politik. Hal itu bisa diliat dari berubahnya banyak ormas pada pemilu 1999

kelompok Tarbiyah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan beberapa

kelompok ormas semi militer Pemuda Pancasila menjadi Partai Patriot juga

ikut-ikutan membetuk sirkulasi demokrasi yang baik. Moderenisasi

kepemimpinan yang terbuka justeru malah menenggelamkan citra politik SI

sendiri.

Bagi masyarakat, reformasi bukan saja ajang gerakan populisme ke arah

politik saja, akan tetapi juga membentuk pikiran untuk ikut serta dalam politik

praktis. Bagi SI sendiri ini menjadi ujian berat, apalagi pukulan dari

13

Perpecahan elit dalam SI terlihat dalam perbedan partai politik yang berlaga di Pemilu

2004. Di mana, di tubuh SI terdapat dua partai: pertama, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

yang dimunculkan kembali setelah berfusi dengan PPP oleh H. Taufik Tjokroaminoto sebagai

ketua dan Ir. H. Amaruddin Djajasubata sebagai Sekretaris Jenderal. Partai PSII melandaskan pada

asas daenul Islam yang berorientasi kepada pengakomodiran seluruh masyarakat Islam yang

berbeda suku, ras, dan budaya. Di sudut lain, lahir Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1905

merujuk tahun kelahiran SI. Partai ini berbeda prinsip. Partai PSII 1905 diketuai oleh Drs. H.

Ohan Sudjana dan Sekretaris Jenderal Ir. Paka Chairi. Lihat, Ridho Al-Hamdi, Partai Politik

Islam, (Jakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 104-105. 14

Sebelum kepemimpinan masa sekarang merupakan hasil kesepakan ishlah bersama. Di

mana saat Majelis Tahkim/ Kongres Nasional ke-40 Syarikat Islam berada dalam dua

kepemimpinan yang berbeda jalan pada masa jihad 2010-2015 hasil pelaksanaan Majelis Tahkim

ke-39 sebelumnya.

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

106

menurunnya suara dukungan dalam ajang pemilu 1999 dan 2004 telah menjadi

tanda bahwa gerakan politik SI mengalami degradasi. Sayangnya, di sisi lain

sejumlah ormas yang lain malah mendapatkan untung luar biasa dari sisi

politik. Nahdlatul Ulama (NU) lewat tokoh-tokohnya membentuk Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kemudian mengantarkan Abdurahman

Wahid pendiri sekaligus ketua PKB menjadi presiden dalam sistem

parlementer. Muhammadiyah pun demikian, lewat tokoh-tokohnya mereka

membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) lewat tokoh reformis Amien Rais,

walaupun PAN pada akhirnya menjadi partai inklusif dan juga menampung

sosok non muslim.

Citra memiliki peranan penting dalam membentuk paradigma bahkan

penilaian, karena merupakan sebuah kekayaan yang kadang berbuah baik

maupun sebaliknya. Citra SI selama ini sering dianggap gagal menggiring

kepentingannya ummat Islam. Seringnya SI terjebak dalam turbulensi politik

kepentingan dan minimnya respon terhadap perkembangan zaman. Alhasil

citra SI kemudian meredup. Perkembangan politik pasca reformasi SI kurang

merespon tegas dalam membawa suara umat islam dalam mengartikan politik

Islam pada saat itu.

Secara ideologis SI bahkan tidak menunjukkan gerakan pasti mengingat,

demokrasi telah membawa moderenisasi berpikir dan berpolitik ke arah yang

liberal. Asusmi bahwa ideologi merupakan aspek terpenting dalam setiap

sikap dan perjuangan, justeru liberalisme menjadikannya bias stagnan.

Perjuangan ideologis SI masih dalam pusaran membangun konsilidasi

organisasi di saat konflik elit dari dalam belum kelar dan pesatnya minat

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

107

menumbuhkan kesadaran politik lewat partai yang subur setelah rezim

Soeharto turun.

Daya dobrak SI dalam menjadi saluran mempengaruhi sistem politik

terlampau luntur. Di mana pada saat pemilu 1999 Partai Syarikat Islam

Indonesia (PSII) yang menjadi payung gerakan politik SI hanya mendapatkan

satu kursi, jauh dibawah perolehan partai-partai yang jauh lebih muda usia

kelahirannya.15

Pada dasarnya SI tidak mampu melakukan pendekatan kepada

umat Islam dan mengakomodirnya. SI terlalu banyak kehilangan suara dari

mayoritas pemilih muslim dengan membenturkanya kepada ketidaksiapan

mayoritas partai Islam lama dengan skema politik pasca reformasi.

1. SI mengambil jarak dari politik praktis

Setiap organisasi berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan

publik dengan pilihan mereformasi tujuan kembali kepada khittah

perjuangannya. Sebagai organisasi masyarakat yang memiliki anggota dari

pusat hingga ranting, SI memiliki social capital yang matang. Belum lagi

SI sebagai organ yang tidak memiliki kecenderungan keagamaan tertentu.

Sistem politik liberal selalu menitik beratkan kepada cost politic yang

besar. Hal demikian menyebabkan politik cenderung tidak hanya bertumpu

15

Pemilu tahun 1999 pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau

33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen

sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan

13.336.982 suara atau 12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau

10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih

7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi. Di luar lima besar, partai lama yang

masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi sisa, atau

kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997. Selengkapnya hasil perhitungan pembagian kursi itu

seperti terlihat dalam tabel di bawah. PSII sebagai satu satunya partai yang diusunh oleh SI

375.920 suara dan mendapatkan satu kursi, Lihat, Hasil Pemilu tahun 1999, www.kpu.org diakses

pada tanggal 25 Agustus2017 jam 19:11 WIB.

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

108

kepada mode gerakan politik saja tetapi pada peran kekuatan ekonomi.

Sistem keterbukaan dan berhentinya sistem parlementer mengakibatkan

postur politik yang minimalis menjadi besar dan beragam ideologis. SI

yang memang selalu mengandalkan kepercayaan ummat Islam dan kader

ideologis namun belum sanggup menjawab perubahan tersebut.

Hasrat berpolitik tidak bisa dipisahkan dari SI itu sendiri. Adanya

pertentangan kesejahteraan dari ekonomi pada awal mulanya tahun 1905

dengan perdagangan kapitalisme asing dan Cina lebih bermuatan politik.

Dari tokoh-tokoh SI pulalah embrio partai-partai Islam bermunculan

bahkan pendiri ormas NU dan Muhammadiyah tidak lepas dari

keanggotaan SI.

Kekuatan dari citra politik SI dikuatkan oleh kebesaran tokoh-

tokohnya, dengan menyebut sosok HOS Cokroaminoto, Agus Salim, dan

Abdul Moeis nyatanya memberikan energi positif bagi SI. Sayangnya pra

reformasi saat fusi politik tahun 1972 oleh orde baru mereka justeru

terjebak antara konflik kekuasaan untuk masuk dalam kekuatan politik

tunggal Islam yaitu PPP. Sosok yang dimiliki SI pada saat itu tidak

menyadarkan bahwa beberapa dekade kemudian perubahan politik akan

segera tiba dengan berhentinya otoritarianisme Orde Baru ke reformasi.

Sulit menebak bagaimana sebenarnya ideologis Islam Sosialisme

itu ditelisik. Di mana pasca reformasi hampir semua umat Islam melebur

ke dalam berbagai partai baik partai Islam maupun nasionalis. Belum lagi

tumbuhnya kekuatan elit baru lewat partai seperti PKB, PKS, PAN, dan

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

109

Demokrat juga menjadi destinasi berkarir dalam politik. Partai tersebut

juga menyediakan beberapa kegiatan yang bersentuhan dengan kegiatan

yang berbau Islami baik secara pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.

Implementasi Islam Soisalisme justeru sering saling sikut dengan

keinginan untuk memantapkan SI lewat PSII secara politis. Alhasil, PSII

pada pemilu tahun 2004 menjadi akhir dalam pentas politik karena tidak

mencapai ambang batas perolehan suara.

Gesekan elit SI dalam justeru menyebabkan persoalan serius dari

dalam akhirnya PSII pun pecah menjadi dua golongan. Hal itu

mempengaruhi keberadaan SI hingga saat ini. Hal itu diungkapkan oleh

Syafinuddin Al-Mandari selalu Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziyah

Syarekat Islam:

“Sesudah reformasi kan eksperimentasi politik SI sebenarnya

masih ada. Jadi tahun 1999 mengikuti pemilu dalam dua

kelembagaan partai politik yaitu Partai Syarikat Islam Indonesia

(PSII) dan Partai Syarikat Islam Indonenesia (PSII) 1905. Itu

merupakan efek perpecahan yang dulu terjadi. Kedua-duanya ini

ketika itu ikut di pemilu 1999, namun tidak mencapai ambang

batas perolehan suara. Oleh karenanya tidak bisa lagi mengikuti

pemilu berikutnya pada tahun 2004.”16

PSII memang berusaha menyatukan diri tapi karena ada dinamika

tidak dapat diselesaikan. Di mana yang PSII 1905 berubah menjadi

Syairikat Islam Indonesia (SII) dan PSII kembali menjadi SI kembali.

Tetapi ada ikhtiar baru untuk mengubah nama menjadi partai Syarikat

Indonesia (PSI) ikutlah dia pada pemilu tahun 2004 tapi nasibnya sama

16

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

110

tidak mencapai ambang batas perolehan suara. Sehingga pemilu 2009

sudah tidak ada, kemudian semua unsur pergerakan SI kembali untuk

membenahi kembali SI.

Hasil yang didapatkan SI memang begitu mengecewakan. Pada

Majelis Tahkim ke-40 di mana menjadi momentum ishlah dan

kepemimpinan baru dibawah Hamdan Zoelva (mantan Ketua Mahkamah

Konstitusi RI) sebagai Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam (LSTI) masa

Jihad 2015-2020 menganggap final keputusan untuk tidak lagi

menganggap jalur politik sebagai jalur jihad perjuagan pembangunan

umat. SI berusaha back to azimuth dengan merumuskan berbagai agenda

termasuk konsolidasi organisasi yang dianggap berantakan diakibatkan

friksi elit yang bergesekan. Di mana tak jarang menciptakan kelembagaan

hirarkis secara sosial politis di tubuh SI.

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

111

Gambar 4.617

Hamdan Zoelva menegaskan arah perjuangan SI

Setelah Hamdan Zoelva menjadi unsur eksekutif di SI ini

merupakan keputusan yang barangkali kurang populer namun tegas.

Pasalnya citra SI selama ini memang dekat dengan kegiatan politik terlalu

mengakar kuat. Keputusan lewat pernyataan ini sebagai keputusan

berusaha mengembalikan citra SI sebagai lembaga yang memiliki distingsi

terhadap konstruksi masyarakat lewat programnya. Menutup jalur

kemungkinan untuk menjadi parpol tidak lain untuk menghindari adanya

friksi horizontal antar sesama kaum syarikat saat menyentuh hal politik.

Seperti peryataan tegas Hamdan Zoelva dalam sebuah sambutan:

“Fokus pada gerakan ekonomi tidak berarti meninggalkan

gerakan dakwah, politik, dan pendidikan. Bagi Syarikat Islam,

17

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/16/02/28/o38h7b359-hamdan-zoelva-syarikat-islam-bukan-partai-politik,

diakses pada tanggal 2 Agustus 2017, pukul 21.00 WIB.

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

112

Daenul Islam tetap menjadi dasar dan landasan bagi gerakan

ekonomi dan menjadi panduan etik, moral serta hukum dam

menjalankam ekonomi. Demikian juga dengan dalam bidang

politik, Syarikat Islam tetap memiliki perhatian dalam bidang

politik yang berdasarkan pada Daenul Islam yaitu dengan

menamakan moral dan etika politik kebangsaan yang bersumber

dari ajaran Islam,”18

Penegasan arah baru SI untuk tidak berpolitik merupakan sikap

yang ambivalensi sebab SI juga tidak serta merta melepaskan gerakan

politik sepenuhnya. Di samping itu hadirnya sosok Hamdan Zoelva

sebagai ketua Lajnah Tahfidziah SI memberikan pengertian bahwa

organisasi SI memang selalu bertumpu kepada kepemimpinan yang

memiliki citra karismatik. Anggapan masyarakat selama ini memang

melihat SI sebagai organisasi yang memiliki patron client dengan

disandangkan kepada sosok di dalamnya. Dalam tubuh organisasi SI

punya sarat akan penggambaran sosok-sosok karismatik yang dianggap

mampu dijadikan pengambilan sikap apapun yang dalam skema

berjalannya organisasi. Ini juga akan dengan sendirinya memberikan

gambaran yang baik. Terlebih lagi cita back to azimuth SI memilki

tendensi untuk merekonstruksi arah organisasi gerakan kesadaran sosial

pertama di Indonesia ini.

Di luar organisasi, massifnya gerakan SI dengan membangun

konsolidasi menambah suasana keormasaan masyarakat akan sangat

beragam. Terutama, pembangunan Islam yang sering tergerus oleh pusaran

politik dan stagnasi dalam memanifestasikan nilai ajaran Islam terhadap

momentum-momentum yang lebih realistis. SI setidaknya memiliki

18

“Syarikat Islam Kembali Ke Khittah Awal” dalam sebuah profil Syarikat Islam

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

113

perbedaan dengan NU, Muhammadiyah, maupun ormas yang lainnya

dikarenakan sisi fokusnya kepada persoalan pengembangan masyarakat

lewat jalur perdagangan dan ekonomi. Namun juga tidak menanggalkan

sisi sosial budaya lainnya.

Keputusan mengesampingkan sisi politik tentu tidak berjalan

dengan sendirinya. Keputusan ini merupakan konklusi yang dikacakan

dengan banyak peluang dan tantangan. Memang sekelompok idealis politis

SI masih menginginkan ke arah yang lebih progresif yaitu membangun

kembali partai politik. Anggapan bahwa SI masih memilih peluang dalam

mempengaruhi sistem lewat gerakan politik dianggap sebagai keniscayaan

lain di samping bahwa politik juga cenderung mempertajam perdebatan

elit antar anggota dan jajaran pengurus SI.

1. Revitalisasi kader dalam pengkonsolidasian organisasi SI

Konsolidasi organisasi SI tidak hanya sekedar merenovasi

pusat kedudukan organisasi saja. Tetapi merupakan konsolidasi

yang menyeluruh mencakup ideologi, visi, dan pemahaman serta

program aksi. Perhatian lebih SI kini lebih menfokuskan kepada

konstansi organisasi. Praktis selama pergulatan politik pasca orde

baru sejumlah organisasi di SI mulai sedikit luntur.

Konsolidasi vis ideologi dan pemahaman gerakan lebih

diupayakan kepada penyelesaian persoalan kekinian. Hal itu

disetarakan kepada semua lapisan di tubuh SI baik anggotan

maupun pengurus. Prospek ini kedepannya tentunya menjadikan

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

114

kader militan semakin berkembang. Otomatis, mau tidak mau SI

harus lebih efektif menghidupkan lumbung perkaderan mereka

seperti Pemuda Muslimin Indonesia, Serikat Mahasiswa Muslimin

Indonesia (SEMMI), Serikat Pelajar Muslim Indonesia (SEPMI),

Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI), Pandu SI, dan lain-lain.

Gambar 4.719

SI mengkonsolidasikan organisasi kembali

Salah satu hal lain yang dianggap menjadi persoalan serius

dalam tubuh SI ialah perkaderan. Anggota SI yang memiliki

kecenderung bergerak dalam ruang politik praktis banyak

menyebar ke berbagai partai di luar tanpa harus ikut memutus

hubungan keanggotaan terhada SI. Itu meupakan alternatif lain dari

gerakan anggota SI. Di saat kelesuan SI untuk merangsek untuk

mengupayakan menjadi partai masa silam.

19 http://politik.rmol.co/read/2017/05/19/292009/Mukernas-Syarikat-Islam-Fokus-Soal-

Pendidikan-Dan-Kaderisasi- diakses 15 Agustus, Pukul 23:22 WIB.

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

115

Gejala tersebut bukan aja tidak menimbulkan persoalan.

Perkaderan pun di SI secara keseluruhan mandeg. Artinya, SI tak

bisa menjalan organisasi secara maksimal. Dalam Mukernas SI

sebagai ajang pengambilan keputusan sesuai perintah Peraturan

Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Syarikat Islam (Pasal

30 AD dan Pasal 77 ART) untuk menentukan arah organisasi

ditetapkan bahwa pendidikan perkaderan sebagai revitalisasi.

Merumuskan revitalisasi pendidikan dan kaderisasi, sejarah

nasional Indonesia mengakui, kekuatan Syarikat Islam pada zaman

pergerakan membangun nasionalisme Indonesia adalah melalui

pendidikan formal dan non-formal. Mukernas tersebut juga

membahas terkait dengan kemandirian di bidang politik (siyasah).

Salah satu kebijakan kembali ke garis Azimut Syarikat Islam

adalah melaksanakan asas kemerdekaan atau kemandirian di

bidang politik yang telah ditetapkan oleh Syarikat Islam sejak

tahun 1916 yang telah dikemukakan oleh HOS. Tjokroaminoto

dalam pidatonya yang terkenal berjudul Zelf Bestuur.

Terkait dengan lesunya perkaderan di SI, hal ini dibenarkan

oleh Syafinuddin Al-Mandari Sekjen Lajnah Tahfidziah Syarikat

Islam:

“Secara real kita lihat sebetulnya problem yang dialami oleh

SI sejak tahun 1973 dan 1985 ada upaya menyatukan tetapi

ternyata gagal lagi. Sampai di era reformasi ini kekuatan

perkaderan SI nyaris mencapai titik nol. Proses kaderisasi

yang tidak jalan seperti dahulu itu menyebabkan regenerasi

kepengurusan sangat lamban. Organ sayap SI banyak diurusi

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

116

oleh angkatan lama bukan angkatan muda. Bisa dibilang

sudah kosong dari SEMMI, hanya sedikit saja yang masih

tersisa.”20

Perkaderan merupakan jantung keberlanjutan sebuah organisasi

ideologis. Dari unit-unit anggotalah sebenarnya setiap organisasi

menggantungkan setiap keberlanjutannya. Pasca reformasi

munculnya kader ideologis hampir menurun. Sejumlah partai

misalnya menerima kenyataan bahwa peruntungan politik lebih

potensial jika beralih kepada basis massa semata. Hanya sedikit

parpol yang menjadikan kader ideologisnya sebagai bagian ujung

tombak partai politik. Di dalam organisasi masyarakat, NU dan

Muhammadiyah sebagai ormas terbesar masih bertumpu dengan

dinamika pertumbuhan anggota dari kantong-kantoong

perkaderannya. Tidak menutup kemungkinan ormas tersebut juga

menerima konsekuensi bahwa sejumlah kader ormas tersebut

mengisi ruang politik dari partai-partai non kader.

SI kini berfokus kembali menghidupkan nomenklatur

organisasi yang ada namun tidak berjalan. Di situ ada pengkaderan

juga ada aspek ke-SI-an masuk ke dalam. Kemudian ketika

menjadi mahasiswa mereka menjadi SEMMI, sehabis itu baru

meraka aktif di Pemuda Muslim Indonesia. Pada tingkat tertentu ia

sudah dipilih dalam pengurus di tingkat cabang, willayah, ataupun

20

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

117

pusat. Jenjangnnya sangat jelas sekali. Memang ada juga beberapa

forum yang menjadi ajang pembinaan.

1. Umat sebagai target utama perjuangan

Menggambarkan ummat sama halnya berpikir tentang tatanan

yang baik dan teratur. Di mana kehidupan benar dijalankan penuh

motivasi serta sinergitas terhadap kepatuhan pemimpinnya. Di

samping itu, etimologi umat selalu dimaknakan sebagai sebuah

bentuk makro masyarakat yang dibangun oleh pengkondisian dari

pengabdiaan dan ketauladanan seorang atau badan lembaga yang

menopangnya.

SI tumbuh karena erupsi kepemimpinan kolonial terhadap

umat Islam secara keseluruhan yang timpang. SI membentuk

sebuah organisasi dalam menampung keluhan dan tentunya

terbangunnya persatuan. Kata umat lebih dekat dengan persatuan

secara kolektif dari unit individu yang sama-sama memiliki rasa

untuk medeka. Sejak awal, SI menjadi poros nationalism

community bangsa pribumi. Sehingga, sampai kapanpun SI

berkewajiban untuk membentuk postur masyarakat Baldatun

Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur.

Sejak adanya rotasi kepemimpinan yang dari pasca Majelis

Tahkim ke-40. SI juga menggariskan pokok-pokok pikiran yang

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

118

mejadi landscape gerak cita kedepan. Pokok pikiran tersebut

tertuang ke dalam empat gagasan:21

a. Kemadirian ekonomi bangsa

Syarikat Islam menomorsatukan pembangunan ekonomi

ini sebagai pokok pikiran utamanya. Garis kesejarahan ini

menjadi pembeda bahkan sejak Kongres Syarikat Islam ke-

1 di Surabaya bisa dikatakan tonggak kebangkitan rakyat

Indonesia. Inspirasi tersebut rupanya dibawa hingga

NATICO (National Indische Congres) di Bandung. Dari

kongres kebangsaan inilah lahir sebuah tuntutan yang

dikenal sebagi Zelfbestuur untuk menekan penjajah demi

terselenggaranya kemandirian dalam pemerintahan sendiri.

Persaingan ekonomi pasca reformasi memiliki

tantangan yang lebih luas. Pasalnya, liberalisasi

membonceng globalisasi menjadi alasan. Pembangunan

ekonomi SI dipandang sebagai pengukuhan kedaulatan dan

lebih beroirentasi kepada kebersamaan bukan pertentangan.

Asas kebersamaan yang dituntut atas setiap Majelis Tahkim

demi menghilangkan deferensiasi sosial antara kaum lemah

dan kuat dalam bentuk apapun termasuk oleh kekuasaan

atau Negara atas rakyatnya.

21

“Pokok-Pokok Pikiran Kaum Syarikat Islam”, Profil Syarikat Islam: Kembali Ke

Khittah Awal, 2015.

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

119

Gagasan ini sebagai kritik terhadap sistem kapitaslisme

dan liberalistik yang terbukti hanya menyensarakan banyak

pihak dan memakmurkan segelitir orang. Pembangunan

ekonomi bagi SI haus diarahkan kepada kemadirian dan

kedaulatan ekonomi bangsa dengan bangunan tata ekonomi

yang berdasarkan pada keadilan sosial.

b. Utamakan pembangunan pedesaan

Pedesaan merupakan penopang utama dalam sub-

sistem republik ini. Lingkungan dan tatanan pedesaan tidak

dapat ditinggalkan karena telah ikut mendorong gerak

tumbuh Negara ini. SI melihat bahwa pedesaan sebagai

kekuataan utama mulai dari tersedianya pangan dan

ketahanan lainnya. Beberapa sejarah bangsa-bangsa dunia,

telah mengajarkan bahwa ketidakpedulian terhadap nasib

rakyat pedesaan telah menghancurkan eksistensi suatu

Negara.

Pedesaan sebagai gagasan yang diperjuangkan

merupakan respon melihat narasi kedaulatan kita sering

terciderai mengingat kalahnya hasil pertanian bahkan

pertambangan hingga harus pilihan kebijakan impor yang

jelas lebih merugikan kepada petani. SI juga memberikan

saran untuk mendorong pemerintah perlu dan harus

mengutamakan program aksi pembangunan pedesaan.

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

120

Dengan hal tersebut, SI berusaha utnruk memperkecil

jurang ketimpangan kemakmuran, dan bersamaan dengan

pengayaan bangsa.

c. Pembinaan moralitas bangsa

Nilai Islam harus dijadikan amal nyata bukan hanya

metanarasi transendental semata. Pembinaan dan penjagaan

moral bangsa merupakan cerminan besar yang dimulai

dengan pembinaan umat dari dekadensi moral dan perilaku

destruktif. Menjaga nilai luhur yang berlandaskan Ahlakul

Karimah merupakan upaya merawat kemasyarakatan dari

infiltrasi dan agresi nilai moral asing terhadap kemurnian

nilai moral bangsa.

Pembenahan moral lebih dilihat sebagai keharusan

amaliah guna memberikan penyadaran di saat krisis moral.

Ini berarti bahwa perlu membangkitkan kembali usaha-

usaha penghayatan dan pengalaman ajaran agama dan nilai-

nilai luhur pancasila dalam kehidupan masyarakat sehari-

hari.

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

121

Gambar 4.822

SI Meminta Rawat Kemajemukan Bangsa

Banyak respon terhadap kondisi sosial yang dilakukan

SI. Ini mengidikasikan bahwa SI betul bersungguh ingin

dekat lagi dengan masyarakat. Salah satu hal yang menarik

kala gerakan populisme Islam melakukan aksi demonstrasi

di DKI Jakarta dengan menuntut agar supaya Gubenur DKI

Jakarta Basuki Tjahaya Purnama dipenjarakan atas dugaan

penistaan agama. SI memang tidak ambil bagian dengan

ikut serta di dalamnya. Tapi bukan berarti SI meninggalkan

sepenuhnya. Pendekatan SI justeru terletak dalam terus

memantau agar supaya kemajemukan tetap dirawat.

Bagi SI persoalan Islam memang harus ditanggapi

serius tetapi tidak boleh meninggalkan pembangunan yang

lainnya. Alasan ini merupakan pemungkasan bahwa salah

22 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/04/05/o550q9385-

perbedaan-seakan-dipertajam-umat-diminta-jaga-kemajemukan, diakses pada tanggal 12 Agustus

2017, pukul 22:20 WIB

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

122

satu hal yang sering dilupakan bahwa penanganan

persoalan umat Islam jauh tertinggal dari kelompok

lainnya. Problematika ini memerlukan konsetrasi tersendiri,

mengingat jumlah ormas Islam yang banyak masih perlu

dikerucutkan dalam meramu formulasi soal keumatan dan

tidak meruncingkan kepada hal ubudiyah (ibadah wajib)

saja.

d. Kedaulatan wilayah republik Indonesia

Gagasan ini hampir sama dengan point kesatu dan

kedua, hanya saja SI merekomendasikan dua hal dalam

menjaga kedaulatan kebangsaan ini. Pertama, memberikan

priotitas pembangunan infrastruktur dan sarana penunjang

lainnya terhadap warga Negara RI yang mendiami kawasan

pulau-pulau terluar Indonesa. Kedua, memperkuat personal

keamanan bersamaan dengan program penguatan alutsista

TNI. Kedaulatan kepualuan terluar meski diperhitungkan

mengingat keterbatasan akses yang menyebabkan

keterb3lakangan akibat kesejahteraan tak merata.

e. Tata hubungan Internasional

Hubungan internasional merupakan sarana SI yang

terus didesak kepada pemerintah untuk menambah kerja

sama dengan berbagai bangsa. Cacatan lain kerjasama

tersebut sudah mesti dilakukan dengan cara berkeadilan dan

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

123

dalam suasana berkedaulatan. Peningkatan frekuensi dan

kualitas kerjasama dengan dunia Islam juga menjadi

perhatian khusus.

Bagaimanapun SI juga mensyaratkan agar supaya

bangsa ini juga dekat dengan lingkup dunia Islam dan

gerakan non-blok makin meningkat sehingga Indonesia

kembali berperan sebagai “Pemimpin Dunia Islam,

Pemimpin Negara Non-Blok, dan Pemimpin Negara

Bekermbang”, sesuai dengan amanat konstitusi.

Berdasarkan konsep citra politik Jean Baudrillard citra politik SI pasca

reformasi bisa dijelaskan sebagai berikut:

a. Respresentasi Citra Sebagai Realitas

SI yang coba dibangun kembali eksistensinya saat ini memang tidak

menjelaskan bagaimana periode sejarah masa silam yang penuh keemasan

baik pada masa HOS Cokroamnoto maupun pemimpin SI lainnya dalam

tubuh partai PSII yang pernah mengisi beberapa cacatan sejarah pergulatan

perebutan pengaruh kekuasaan di republik ini. Fakta yang menjadi titik

tegas bahwa SI dibentuk sebagai daya dorong pembentukan manusia

mandiri, berdikari, dan berdaulat. Bisa dikatakan mendorong terciptanya

kedaulatan ekonomi merupakan tesis pengaruh yang tetap dijaga oleh SI

hingga saat ini. Terutama, sejak Hamdan Zoelva mencoba menggring SI

untuk tegak kembali di jalan non politis.

b. Ideologi Dalam Citra

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

124

Perlu dipahami bahwa realitas masyarakat Indonesia sangat

menjunjung rasa toleransi sosial. Hal itu tegas merupakan keseluruhan

penjelasan dan pengamalan dari nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai

asas jelas tidak menciderai apa yang dimaksud dengan ideologi Islam

sosialisme yang fahami oleh SI. Rasa ketuhanan dan kesosialan ditujukan

pada penyuburan rasa kemanusiaan bukan malah mempertentangkannya.

Dalam padangan SI, derajat manusia perlu ditinggikan dan diayomi agar

tetap mempu menyongsong kemajuan dan persaingan. Lewat kader-

kadernya SI terus menstimulus dengan berbagai cara agar pengamalan

nilai-nilai Islam sosialisme tetap mampu relevan.

c. Citra tak memiliki realitas

Demokrasi sebagai sistem politik memberikan alasan untuk setiap

individu terbuka dan bisa dengan bebas menyuarakan pendapatnya, tetapi

dalam iklim demokrasi yang baik masih perlu pembatasan di mana

kebebesan bisa dengan wajar dilakukan. Dalam Islam sosialisme tidak

jauh berbeda, inti di dalamnya berupaya memunculkan keberadaban

manusia sesuai masalah-masalah yang dihadapinya. Sekalipun, dinamika

sosial yang begitu cepat bisa saja implikasi nilai ideologis yang ada bisa

ikut berubah. Islam sosialisme SI mencoba menggambarkan round map

Indonesia kedepan dengan apa yang dianggap SI paling tepat saat ini yaitu

ekonomi.

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

125

d. Citra tak memiliki hubungan dengan realitas

Setelah kegagalan mengambil simpati mayoritas muslim lewat jalur

pendekatan politik di PSII silam. Alasan utama SI menyusn kembali SI

dengan kembali ke tujuan awal merupakan strategi SI untuk mendapatkan

simpati itu. SI sangat akomodatif dengan organisasi di luarnya terutama

kelompok Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah sekalipun, tidak

dengan nuansa kompetitif.

Seperti yang dinyatakan di atas, keputusan Majelis Tahkim ke-40 telah

merubah gerakan menjadi jihad ekonomi. Secara prematur SI sedikit

menarik diri dari pergulatan dunia politik. Tapi bukan berarti semua

kegiatan SI tidak berupaya melakukan aktifitas politik. Dari pengertian ini,

SI menegaskan bahwa sejatinya politik tidak selamanya soal

mempengaruhi sistem secara periodik lewat partai politik.

Setelah gagal mempersatukan politik Islam dari kalangan

Muhammdiyah, NU, dan Persis yang tersebar dalam partai politik seperti

PKB, PKS, PPP, PBB bahkan PAN. Secara otomatis kekuatan partai poltik

Islam menurun drastis. Sebagian lagi bahkan partai Islam lebih inklusif

kepada golongan lain. Dengan demikian suara politik umat Islam menjadi

bias. SI juga dirugikan akibat kondisi tersebut, sekalipun pecahnya suara

politik Islam bukanlah kali pertama terjadi. Sejak tahun pemilu 1955

perbedaan pendapat hingga akhir orde baru suasana politik Islam sulit

ditebak dinamikanya. SI yang tidak mendapatkan kepercayaan kembali

akibat suaranya tidak sampai diambang batas suara harus menerima

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

126

kenyataan ini. Inilah salah satu sebab yang menggiring pemikiran warga

Syarikat Islam mencarikan rumusan agar supaya politik Islam tidak kandas

dengan tidak dalam kondisi partai politik saja.

Perjalanan yang tidak singkat bagi SI dalam politik merupakan hal

cukup dipikirkan medalam. Menurut Yudhi Arsyadi Syafii selalu

Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat Islam mengatakan usia perjalanan

politik mempengaruhi bagaimana SI hingga saat ini:

“Saya mencatat SI selama 50 tahun menjadi partai politik dari 1923-

1973 ketika SI dipaksa untuk difusi menjadi PPP. Tapi ketika dia tak

menjadi partai politik dan bergabung dengan PPP saat jadi ormas.

Ternyata yang diurusi juga persoalan politik. Bahkan sampai di awal

reformasi, jadi setelah 50 jadi partai politik kemudian jadi ormas,

tetapi seteah 42 tahun masih tetap mengurusi politik. Kenapa, karena

SI saat begabung dengan PPP harus berpolitik di SI. Bahkan

cenderung negatif. Harus sikut menyikut lazimnya perlaku para

politisi mereka mendapat legitimasi untuk mendapatkan kedudukan di

tampuk kepemimpinan PPP. Walaupun arus kepemimpinan utama

PPP tetap dari parmusi dan NU. Tapi untuk menjadi salah satu

pimpinan di PPP mereka harus berpolitik di SI. Jadi seketika masuk

reformasi pun SI masih berpolitik bahkan menciptakan parpol seperti

PSII, PSI 1905 yang kemudian tak dapat kursi yang kemudian Cuma

SI yang mendapat kursi tahun 1999 dapat satu kursi.”23

Proses dinaminasi menuju demokratisasi optimal di Indonesia pasca orde

baru merupakan mata rantai menuju masa depan yang dihadapi oleh Negara-

negara berkembang. Demokrasi seringkali terganggu jalannya ketika

dihadapkan kepada kepemimpinan yang gagal membuat perubahan sosial di

tengah masyarakatnya.

Reformasi secara substantif merupakan masa peralihan dalam memberikan

kebebasan siapa saja untuk berpendapat di ruang publik bagi secara

23

Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarkat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

127

perorangan maupun massa. Apa yang diakibatkan oleh adanya reformasi satu

sisi tidak adanya dominasi politik secara absolut berbanding terbalik dengan

massa orde baru. Walaupun, tidak adanya dominasi politik, bukan berarti

dominasi secara ekonomi, agama, dan budaya tidak ada yang terkadang

menjadi penghambat bagi adanya kebebasan dalam penyuaraan publik.

Paradigma politik yang dijalankan SI lebih berupaya lunak dengan

menjadi kontrol sosial dan pembangunan. SI menyebutnya sebagai Hight

Politic (politik tingkat tinggi) sebagai gerakan akatif dalam memberikan

masukan terhadap perkembangan Negara dalam semua dimensi kehidupan

berbangsa. Dengan basis masa yang merangkak tumbuh di setiap wilayah

tentu bisa saja SI akan lebih efektif saat menjadi partai politik mempengaruhi

kebijakan sistem politik yang ada. Memang betul, kekuatan di era reformasi

sudah tidak bertumpuk pada bidang legislatif semata tetapi opini publik juga

dianggap sebagai unsur kuat dalam mempengaruhi kebijakan yang ada.

Menurut Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam Syafinuddin

Al-Mandari membenarkan aspek politik SI hidup dalam skema kontrol politik

di luar lingkaran infrastruktur politik yang ada:

“Kalau SI dikatakan tidak memiliki gerakan politik, saya pikir tidak

demikian. Tetap ada sisi politik tetapi tidak dalam kelembagaan

politik. Jadi SI akan menerapkan semacam poltik tingkat tinggi bukan

politik praktis. Tetapi SI berusaha menerapkan prinsip-prinsip politik

dalam jalur lain. Dengan membangun perekonomian, maka saya pikir

di sanalah SI bisa mempengaruhi kebijakan politik.”24

24

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB.

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

128

Prinsip-prinsip politik SI dispesifikasikan mendalam ke bidang ekonomi.

Alasan kuat ini mengingat politik selalu terkait erat dengan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang baik akan memberikan stimulus aplikasi

kebijakan politik. Di samping itu, era reformasi kondisi perpolitikan juga

disuplai keberadaan pembiayaan yang tinggi. Perebutan kekuasaan di pentas

politik era demokrasi justeru silang sengkarut karena sebagian besar partai

politik bertumpu kepada cadangan pembiayaan yang maksimal. Partai politik

pun secara besar saat ini lebih bernuasa efektifitas massa sebagai

pemenangannya bukanlah kader.

Prinsip politik dalam tafsiran mendalam sesuai dengan asas SI ialah

sepandai-pandainya siyasah dan tercetak ke dalam agenda politik praktis

semata. Pengetahuan politik menjadi alat yang dikombinasikan dengan rasa

keimanan dan pengetahuan. Politik tidak boleh bergerak sendirian sebab jika

dijalankan oleh kekuasaan yang tidak amanah maka hanya untuk menindas

yang lemah. Maka di sinilah, prinsip poltik SI dimanifestasikan ke berbagai

ruang lingkup lebih luas termasuk perekonomian.

SI juga tidak lupa melakukan koreksi mendalam terhadap kenyataan

sistem demokrasi yang dijalankan di repubik ini. Demokrasi dianggap ideologi

politik paling ideal saat ini. Tapi bukan berarti demokrasi bebas nilai dan tak

ada celah. SI melihat demokrasi dalam kata mata pesimistik mengingat

demokrasi sebagai anak kandung dari liberalisme. Masalahnya, demokrasi

Indonesia selalu menampilkan keterbukaan tetapi juga dominasi yang

terselubung.

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

129

Gambar 4.925

SI Mengkritik Jalannya Demokrasi di Indonesia

Kritik tersebut dilayangkan SI beberapa tahun silam oleh Rahadjo

Tjakraningrat mantan ketua Majelis Lajnah Tahfidziah dan hingga detik ini SI

terus melakukan bebepa kritik yang membangun. Terlebih lagi jika terjadi

kejanggalan dalam kebijakan pemerintahan yang dilakukan. Demokrasi bagi SI

tidak hanya sekedar kebebasan berpendapat, tetapi demokrasi harusnya bisa

menyelenggarakan musyawarah mufakat karena menutup SI itulah hakikat

demokrasi berkebudayaan di Indonesia.

SI beranggapan politik superstruktur jauh lebih luas jangkauannya. Daya

penetrasinya lebih kuat karena dijalankan berdasarkan kenyataan sosial yang

terjadi. Dengan adanya kekuatan superstruktur, SI berpendapat akan dapat

mengawal pemerintahan yang baik tanpa harus ada dalam struktur. Pengaruh SI

kepada pertimbangan kiebijakan.

25 http://www.tribunnews.com/nasional/2013/10/10/syarikat-islam-demokrasi-di-indonesia-sudah-

kebablasan, diakses pada tanggal 23 Agustus 2018 Jam 14:00 WIB.

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

130

Gambar 4.1026

SI Memberikan Saran Pada Pemerintah

Keberpihakan kepada pembangunan dengan melakukan koreksi yang

seimbang merupakan langkah yang dianggap sebagai paling tepat menjelaskan

kondisi bangsa saat ini sekaligus memberikan pemahaman akan kerja SI dalam

pengawal pembangunan. Kekuatan pengaruh superstruktur memungkinkan ormas

Islam bisa mengorbitkan keinginan dan tujuannya. Kekuatan superstruktur

terhadap struktur politik tujuannya ialah menjamin birokrasi yang efisien serta

tidak korup. Lebih lagi pergulatan elit yang terkadang mengobankan hak khalayak

perlu dilihat sebagai penghambat pembangunan dan memperlebar jarak sosial

antara Si Kaya dan Si Miskin. Lebih lanjutnya, SI juga mendorong bagaimana

rancangan pembangunan nasional harus dilakukan pembangunan ekonomi sebagai

prioritas.

SI menegaskan bahwa untuk menegakkan pengawasan politik tidak perlu

dengan politik praktis. SI beranggapan banyaknya kader SI berkarir di arena

politik dan lembaga pemerintahan, bisa dijadikan saluran untuk mendekati

26 http://www.aktual.com/kunjungi-istana-syarikat-islam-ceramahi-jokowi-soal-kesenjangan-

ekonomi/, diaksesn pada tanggal 22 Agustus 2017 jam 23:00 WIB.

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

131

pembuat kebijakan dan mengarahkannya kepada pendekatan yang lebih

menguntungkan khalayak. Pretensi juga menjadi pendidikan politik yang lebih

mapan kepada kader-kader SI.

Di sisi lain, reformasi menjadi situasi bagi SI untuk meneguhkan Ideologi

Islam Sosialisme lebih tepatnya tidak lagi sebagai sebuah abstraksi ilmiah. SI

mengarahkannya lebih progresif dengan tidak menjelakannya secara teoritis tetapi

praktis. Pasca reformasi semua ideologi hampir tidak kentara, karena kebanyakan

idologi yang ada telah menyerap ke dalam aspek manifes-manifes baru. Dalam

kancah partai politik pun nampaknya setiap partai politik lebih memperlihatkan

eksistensi politisnya dalam bentuk apapun demi tercapainya maksud dan tujuan.

Ideologi Islam sulit mencapai ideologisasi dalam bentuk Islamisme yang

sempurna. Pemahaman demokrasi dan indoktrinisasi nilai-nilai pancasila

memantapkan unsur-unsur tujuannya di dalamnya. Pemamahan Ideologi Islam

seringkali mendapat tantangan ketika dihadapkan pada orientasi penerapannya

yang justeru berbeda. Maka Islam ideologis selalu ditunjukkan dengan aspek

pendidikan bahkan sebagai pembanding wacana altenatif.

Bagi SI, Ideologi Islam Sosialisme tidak bukan dipertentangkan dengan

Pancasila. SI menganggap bahwa nilai Islam dan Sosialisme justeru menyerap

kepada nilai yang dikandung Pancasila. Demokrasi sebagai sistem politik yang

membungkus tujuan pancasila diterima sebagai hasil kesepakatan bersama. Tetapi

Ideologi Islam sosialisme yang dipahami SI sebagai panduan gerakan tidak sama

sekali berada menjadi oposisi bagi ideologi pancasila. Hal itu hanya manifesto

sosial saat ini bagi SI.

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

132

Menurut Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam Syafinuddin

AL-Mandari nilai-nilai Islam Sosialisme memberikan sumbangsih pemikiran bagi

unsur-unsur pancasila:

“Saya tidak melihat ada perubahan, sulit juga saya mengukur apakah

sudah hilang atau belum. Indikator-indikator saling membantu misalnya

tidak mengukur seseorang dari kekayaan, kemudian pembelaan kepada

orang lemah masih hidup di SI. Yang dicita-citakan oleh Sosialisme.

Karena sosialisme merupakan ideologi lain kalau mau disimpulkan

berarti masyarakat tidak berkelas, tidak ada kelas-kelas Borjuis sama

Proletar. Prinsip keadilan yang ditegakkan. Nah, di SI itu sudah jadi

doktrin sejak dari awal bahwa keadalian sosial itu penting. Saya rasa ini

termasuk yang menginspirasi Pancasila.”27

SI memahami nilai sosial yang terkandung dalam ajaran Islam tidaklah

kurang. Islam juga memancangkan bagaimana rasa sosial kehidupan. Bahkan

Islam dalam lingkup yang lebih besar merupakan tujuan utama bagi Sosialisme

tersendiri. Sosialisme ilmiah sangat berbeda dengan sosialisme yang dimaksudkan

dalam Islam. Bagi Islam kemanusiaan adalah tujuan utamanya. Di mana Islam

memaksudkan sosialisme sebagai mekanisme sosial yang baik dan berorientasi

kepada pemenuhan hak dan kewajiban.

Berbeda dengan itu, sosialisme ilmiah lebih berisikan bagiamana

masyarakat antar kelas dibenturkan, kelas proletar dan bourjois dalam istilah Karl

Marx. Benturan antara kelas bukan cita-cita kemanusiaan seperti dipahami

sosialisme dan komunisme. Kemanusian harus dilihat sempurna bukan sekedar

perebutan hegemoni dan dominasi sosial. Jadi, tafsir program Asas dan Tandhim

itu menjelaskan aspek keadilan, aspek persatuan itu sangat penting. Alasan

27

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB.

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

133

utamanya tidak alasan lagi mentolerir adanya ketimpangan dan keadilan

masyarakat.

Hal itu ditegaskan juga oleh Aulia Tahkim A.D Cokroaminoto bahwa

demokrasi pada kenyataan tidak sama sekali patut ditentangkan dengan Islam

Sosialisme:

“Menurut saya Islam ya udah Islam, jika dia Islam maka dia pasti

memiliki jiwa sosialis dan jiwa demokrasi. Di alam Islam susah cukup

cuma orang yang tidak mengerti Islam saja yang merasa belum itu hanya

peristilahan. Kalau merujuk pada pemikiran Cokroaminoto dia menulis

Islam dan Sosialisme jadi kalau yang mengatakan dan mengartikan keliru

berarti belum baca dan faham isi pemikiran beliau,”28

Semakin renggangnya batas struktrur sosial dan miskinnya solusi yang

ditawarkan oleh politik merupakan alasan kenapa demokrasi harus dikoreksi

bukan untuk diganti melainkan didampingin oleh kerja yang lebih mengarah

kepada kerakyatan. Minimnya suasana berdemokrasi yang baik justeru

dimanfaatkan oleh segelitir elit masyarakat untuk memperoleh keutungan yang

sebesar-besarnya. Inilah resiko di saat demokrasi yang terlanjur ultra-liberal, di

mana kelompok pemodal ikut memainkan catur politik nasional. Akibatnya, arah

kebijakan pengentasan kememiskinan dan kesejahteraan tidak dijalankan.

Salah satu hasil Majelis Tahkim ke-40 di bawah kepemimpinan Hamdan

Zoelva ialah dakwah ekonomi. Dakwah ekonomi berfungsi untuk mengajak

kepada masyarakat tidak hanya anggota SI untuk semangat membangun

kesejahteraan lewat kewirausahaan. Pasalnya, menurut SI ketimpangan

28 Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoti selaku Wakil Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni

2017 jam 11:20 WIB.

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

134

masyarakat yang terjadi karena postur masyarakat tidak kuat dalam

perekonomian.

Dakwah ekonomi merupakan manifestasi dari Islam Sosialisme itu sendiri.

Keinginan kuat untuk kembali kepada khitttah awal bisa ditafsirkan bahwa SI

tidak hanya melakukan peremajaan kaderisasi dan organisasi tetapi juga

ideologinya melalui pembangunan ekonominya. Demokrasi tidak hanya

dipandang sebagai kebijaksaan dalam berpolitik tetapi demokrasi dalam ekonomi

harus dilaksanakan juga. Kepemilikan berlebihan dan penguasaan aset produksi

kepada segelintir masyarakat, ditambah lagi campur tangan pemerintah yang

terkadang tidak melaksanakan keperpihakan akan menambah beban bagi

masyarakat. Demokrasi ekonomi harus dijawab dengan pergeseran paradigma

bahwa rakyat arus berdaulat demi menopang hidupnya. Konsentrasi ekonomi oleh

segelitir orang atau kelompok yang menolak etatisme dan meredam inisiatif

rakyat jelas hambatan bagi kedaulatan secara luas. Yudhi Irsyadi Syafii Sekretaris

Bidang Ekonomi Syarikat islam menjelaskan hal demikian:

“Dakwah ekonomi kita mengajak masyarakat terurama kaum muslimin

untuk ayo sama sama kita bangun kekuatan dan kemandirian ekonomi

kita. Karena apa namanya kalau kita tidak memiliki kekuatan ekonomi

maka kita akan dijajah. Kalaupun negara ini tidak dijajah secara resmi

karena penjajahan perang saat ini orang sering katakan sebagai proxy

war, perang bukan sebatas militer tetapi ekonomi dan teknologi dan sosial

budaya. Ketika frame anda mengatakan pandangan hidup harus seperti

ini yang ada hari ini justru juga kehidupan permisif lebih keduniawian itu

pikiran kita sedang dijajah oleh kekuatan diluar kesejatian kita. Yang

petama kita orang Indonesia, dan juga yang memegang adat ketimuran

serta adat kita sendiri. Kedua kita juga muslim. Ini yang kita semua ajak.

Dengan mandiri secara ekonomi maka kita menjadi manusia bebas yang

tak gampang dijajah oleh kekuatan lain.”29

29

Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

135

Kedaulatan ekonomi bagi rakyat selalu mengalami erosi. Potret masa orde

baru dengan menjadikan politik sebagai panglima dan menitikberatkan

pembangunan ekonomi kepada lembaga pemerintahan berandasakan ekonomi

neo-klasik dengan pengertian pertumbuhan yang terkontrol akan jauh efektif.

Nyatanya ideologi pembangunan ekonomi pada masa lalu tidaklah efek

“pembangunan oleh siapa dan untuk siapa”. Alih-alih melakukan kontrol, justru

Orde-Baru silam telah menyebabkan kontrol yang mengarah pada depolitisasi

rakrat itu sendiri. Ekonomi yang berlandaskan konstitusi tidak sama sekali

dijalankan padahal salah satu ciri Negara demokrasi berdaulat secara politik

ditopang kuat dengan kedaulatan ekonomi.

Masa reformasi bisa dikatakan tumbuhnya neoliberalisme di mana

pengurangan kontrol pemerintah merata kepada pihak swasta. Hambatan ini juga

memiliki indikasi yang merugikan. Pasca reformasi, kelembagaan perekonomian

telah ditopang oleh pemodal asing maupun nasional. Kepemilikan kepada unsur

perekonomian tertentu yang vital juga menjadi alasan bagi SI melihat ekonomi

pedesaan mangkrak dan tidak terkesan jalan di ditempat.

SI menginginkan pertumbuhan pembangunan yang merata. Bukan berarti

SI menginginkan ada situasi masyarakat perekonomian yang rendah dan mapan

saling berhadapan. Karena jelas itu bertolak belakang dengan ideologi Islam

Sosialisme. Dalam catur program yang dimiliki oleh SI, ekonomi juga termasuk

hal yang urgen. Dalam hal ini ada beberapa hal yang diagendakan demi

pemberdayaan ekonomi ummat sebagai modal bagi kekuatan politik dan

ketahanan aqidah dan dakwah umat Islam.

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

136

1. Saran perjuangan itu dimulai dari pemerataan ekonomi berlandaskan

syariah bagi kepentingan ekonomi di lingkungan Syarikat Islam.

2. Pembangunan jaringan yang mapan dalam pemberdayaan ekonomi.

3. Mendorong anggota Syarikat Islam aktif dalam bidang koperasi baik

internal maupun eksternal sehingga dengan demikian diharapkan

menjadi faktor potensial dalam sistem dan pranata ekonomi nasional.

4. Mendorong anggota Syarikat Islam untuk berwirausaha dan membantu

mengembangan usahanya.

5. Menjalin kemitraan dengan pemerinah dan swasta dalam

menumbuhkembangkan ekonomi syariah dan yang berdampak pada

terbukanya peluang ketenagakerjaan.

6. Upaya menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai melalui program

pembinaan ketenagakerjaan secara terpadu dengan pelaksanaan

pembangunan ekonomi ummat.

7. Meningkatkan sumberdaya modal dan usaha kaum syarikat Islam

secara mandiri dalam peningkatan bisnis skala kecil dan halal.

8. Organisasi membuat sebanyak mungkin konsep model usaha kecil atau

mikro yang disertai standar opration and procedur (SOP).

9. Membentuk paling tidak 2.500 usaha kecil dan mikro yang terkelola

dengan target pencapaian selama lima tahun ke depan.

10. Mewujudkan konsep ekonomi kerakyatan Islami dengan pemihakan

kepada kaum Al-Mustad’afin yang diorganisasi dalam wadah syarikat

Islam di akar rumput (community based).

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

137

11. Membentuk Baitul Maal yang dimiliki Syarikat Islam untuk

mendudung pendayagunaan organisasi.

Gambar 4.1130

SI Tegaskan fokus programnya ke Ekonomi

Hamdan Zoelva dalam komentarnya di detik.com (22/12/2015)

menyebutkan bahwa titik tekan dakwah ekonomi inilah yang memberikan ciri

khas yang sedikit berbeda dengan ormas lainnya. Menurutnya, jika

Muhammadiyah fokus dalam bidang pendidikan dan sosial, NU dalam pesantren

dan dakwah, maka SI kepada dakwah ekonomi.

"Iya, tentu dengan sistem yang SOP sangat ketat. Karena kita sudah

punya pengalaman pada masa awal reformasi, ketika rakyat diberi

pinjaman lunak dianggap itu sebagai pemberian negara. Jadi sekarang

kita buatkan sistem yang sangat ketat bahwa betul-betul untuk

mengembangkan usaha dan pertanggungjawabannya jelas, ini sedang

kami buat. Tentu akan berkaitan dengan kementerian-kementerian

negara,"

30 http://news.detik.com/berita/3102283/hamdan-zoelva-ormas-syarikat-islam-bergerak-di-

masalah-ekonomi, diakses pada tanggal 24 Agustus 2017 jam 11:22 WIB

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

138

Pengusungan ekonomi kerakyatan sebetulnya merupakan amanah

konstitusi pasal 33 UUD 1945.31

Walaupun seringkali hambatan internal dan tidak

adanya pemerataan yang di setiap sektor. Masyarakat seringkali menjadi

konstituen pasif dalam melihat pembangunan bangsanya. Jarak sosial yang terlalu

lebar menyebabkan involusi yang terlalu tajam bagi gerak cita kerakyatan.

Penegakan kembali ekonomi kerakyatan merupakan koreksi fundamental bagi

Negara berdaulat yang diatur konstitusi dalam demokrasi. Reformasi yang

mendasar memaksudkan itu semua sebagai sebuah upaya tumbuhnya

perkembangan ke berbagai sektor.

Menurut Yudhi Arsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarikat Islam gerakan ekonomi kerakyatan merupakan implementasi dari

ideologis Islam Sosialisme sendiri:

“Kita tak punya pretensi mengatakan inilah ciri khusus kita. Apalagi

secara teori ekonomi kerakyatan, gerakan koperasi istilah seperti sosial

ekonomi ia kan, itu satu istilah terminologi yang sudah ada sejak dulu.

Kita tak ada pretensi untuk mengklaim bahwa ini gerakan ala SI. Cuma

masalahnya kan di tataran implementasi ada enggak kelompok

masyarakat yang menjalankan ekonomi kerakyatatan. Satu abad yang lalu

Karl Marx mengungkapkan satu teori sosialisme yang berisikan pada

pertentangan kelas tetapi ada gak yang mewujudkan secara gerakan.

Sosialisme Islam jelas tidak bersumber pada pertentangan kelas, itu

dimau dari penghayatan dari pengamalan ajaran Islam. Bahwa sosialisme

dalam Islam dalam pandangan SI atau HOS Cokroaminoto itu

dipraktekkan dalam sehari-hari ibadah haji. Tidak ada penguasa, hamba

sahaya, tidak ada orang kaya dan miskin, semua memakai pakaian yang

sama yaitu ihram dalam arah yang sama, mengitari bangunan segi empat

yang sama. Semuanya sama yang beda cuma tingkat keimanan masing-

31

Pasal 33 UUD 1945 merupakan dasar demokrasi ekonomi. Pasal tersebut merupakan

suatu paham kebangsaan di bidang ekonomi yang berlandaskan kepentingan mayoritas bangsa

Indonesia yan tercermin dalam struktur sosial di dalam negeri di mana mayoritas bangsa Indonesia

ini berada dalam posisi dominan baik politik maupun ekonomi. Lihat, Sritua Arief, Bung Hatta:

Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia. (Surakara: UNS Press, 2002), h. 119.

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

139

masing. Dari serangkaian teori-teori itu gak punya pretensi ini SI kita

jalani aja.”32

Pertumbuhan kesejahteraan harus dibarengi oleh kesiapan superstruktur

masyarakat yang menopangnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia

sangat rentan sekali. Jika melihat tingkat ketimpangan sosial dan ekonomi lewat

Rasio Gini33

masyarakat Indonesia masih sudah hampir mendekati angka 1 yaitu

0,41 dari skal 0-1 persen. Ini menandakan bahwa kondisi masyarakat kita tidak

bisa dipandang dengan kecukupan keamanan saja.

Menurut Syafinuddin Al-Mandari Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah

Syarikat Islam mengatakan visi kesejahteraan selalu mendapat tantangan apabila

ketimpangan selalu subur dan meninggi:

“Masyarakat Indonesia pada umumnya itu mengalami ketertinggalan. Ini

dikatakan masyarakat Indonesia mayoritas umat Islam. Cara

mengukurnya adalah dengan melihat rasio Gini. Derajat ketimpangan

sosial dan ekonomi itu yang baru-baru ini, rasio GINI-nya 0, 41. Ukuran

dari 0 hingga 1. Sekarang kita berada di tataran 0,40 sampai 0,43 kalau

itu kan artinya sangat timpang. Itu bisa dibayangkan bahwa kekayaan

satu orang setara seratus ribu penduduk. Ini potret masyarakat Indonesia

seperti ini adalah beban maka akan menjadi tantangan dalam visinya SI

yaitu menitikberatkan kemandirian ekonomi masyarakat bisa memperkecil

kesenjangan.”34

32

Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB. 33

Rasio Gini merupakan alat ukur untuk mengukur derajat ketidakmerataan distribusi

penduduk berdasarkan pendapatan dan presentase kumulatif persebaran penduduk 34

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah

Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30

WIB.

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

140

Gambar 4.1235

SI Berinisiatif Bangun Kekuatan Ekonmi Mikro

Dakwah ekonomi memang perlu disosialisasi. Tidak ciri khas yang coba

dibangun bagaimana SI melakukan dakwah ekonomi bagi masyarakat. Karena

secara teoritis sekalipun berbicara ekonomi kerakyatan pada intinya ialah cara

yang digunakan mestilah tata kelolanya bagi masyarakat. Sumber daya manusia

yang masih rendah dan sangat pesimistik dalam menjalankan perekonomian juga

menjadi penghambat tidak saja di eksternal SI tetapi juga di kepengurusan

Internal.

Program 2.500 usaha mikro merupakan pensinergian yang terintegrasi

yang dimulai secara bertahap oleh SI di pusat dan di daerah. Pendampingan para

petani dalam mengawal hasil pertaniannya dengan mengadakan pendidikan dan

pendampingan. Bagi SI hal itu merupakan langkah dalam memberikan kesadaran

usaha agar tidak mudah disalahgunakan oleh oknum tertentu.

Menurut Aulia Tahkim A.D Cokroaminoto selaku Wakil Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam mengatakan:

35 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/28/o38i75359-syarikat-islam-akan-

dirikan-2500-usaha-mikro-dan-koperasi, diakses pada tanggal 23 Agustus 2017 jam 12: 45 WIB.

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

141

“Kegiatan dalam SI itu ada kelompok-kelompok pengajian dan kelompok

tani. Kelompok tani itu kita coba bangun tidak hanya soal agama tetapi

juga bagaimana petani meningkat kualitas pertaniannya kita juga

usahakan bantu bagaimana akses penjualannya. Karena kan di daerah

banyak banyak hasil tani yang ternyata dimainkan oleh para tengkulak

lewat harga-harga yang berbeda. Kita kasih mereka modal pertanian

dengan pembayaran di belakang, ketika panen mereka kita bantu

mencairkan pasar distribusinya ini yang kita maksud dakwah dalam

ekonomi.”36

SI sinergitas antara wilayah yang mengalami perkembangan pesat dalam

perekonomian dan daerah yang masih dalam tahap perkembangan. Selama itu

tidak dituntaskan maka selamanya pulalah kemandirian umat tidak akan pernah

tercapai. Kesalahan orde baru silam adalah berpangku kepada kepecayaan bahwa

struktur akan mampu mengelola perenomian. Hingga pada akhirnya krisis

ekonomi terjadi tahun 1997 silam, hampir semua kelembagaan perekonomian

tererupsi. Hal tersebut diakibatkan SDM yang ada hanya dibatasi kepada orang

dalam struktur pemerintahan. Hal ini rasional jika apa yang tidak selesai di masa

rezim Soeharto terasa hingga saat ini.37

Bagi SI secara politik apa yang diakibatkan secara politik sangat bertalian

dengan pembangunan ekonomi di setiap sektor. Untuk membentuk badan usaha

yang bercirikan pembangunan umat tidak boleh dilakukan dalam satu

kelembagaan. Konsepnya sederhana apabila bidang usaha yang dikelola oleh

rakyat semakin menjamur, maka dengan sendiri masyarakat bisa menciptakan

pasar yang bisa dikelola bersama.

36

Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoti selaku Wakil Sekretaris

Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni

2017 jam 11:20 WIB.

37 Ada tujuh warisan pembangunan yang gagal di masa orde baru (1) ketimpangan

penyebaran aset di kalangan swasta, (2) kesenjangan ekonomi antar sektor, (3) kesenjangan antar

wilayah, (4) ketimpangan antar subwilayah, (5) kesenjangan antar golongan sosial ekonomi, (6)

kesenjangann pembangunan diri manusia Indonesia, (7) ketimpagan desa dan kota. Lihat,

Andrinof Chaniago, Gagalnya Pembangunan. (Jakarta: LP3ES, 2001), h. 234.

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

142

Gambar 4.1338

Penumbuhan kewirausahaan sebagai landscape dakwah ekonomi

SI menargetkan pertumbuhan ekonomi umat dapat memberikan kontribusi

10 hingga 20 persen dalam pembangunan nasional dalam jangka waktu 5-10 tahun

kedepan. SI juga memilih daerah prioritas yang dijadikan model pertumbuhan

ekonomi seperti Jakarta, Surabaya, dan daerah lainnya yang memiliki perjuangan

kuat dalam meningkatkan perekonomian.

Semua tenaga dan pikiran dikerahkan dengan banyak membangun kerja

sama yang sama-sama menguntungkan. SI sangat inklusif dalam menjalin kerja

sama dengan berbagai lini baik lembaga pemerintah dan swasta, selain terus

merawat usaha yang sudah dirintis oleh tokoh dan anggota SI sejak lama. Di luar

itu dibangun gerakan dengan lembaga pemerintahan, bisnis, atau kelompok

masyarakat yang peduli dengan gerakan ekonomi kerakyatan.

SI bekerja sama dengan lembaga pemerintah bentukan kementerian

koperasi UKM yaitu Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB) itu kita jadi

38 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/02/26/o35moo313-si-

dorong-program-kewirausahaan-umat, diakses pada tanggal 23 Agustus 2017 jam 23: 00 WIB

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

143

transfer partner dalam menyalurkan debit untuk koperasi UKM yang memakai

sistem konvensonal bunga. Walaupun dengan sistem konvesional LPDB bunga

sangat murah 0,3 % perbulan 4,5 % tahun slading. Tujuannya, untuk membantu

akses bantuan bagi UKM dan koperasi. Disamping itu, SI kerja sama One Twenty

Man suatu lembaga swasta yang tujuannya menginginkan satu dari setiap 20

warga harus jadi pengusaha. Jadi apa namanya berarti 5% dari penduduk

indonesia jadi pengusaha dan hal ini dianggap sesuai dengan SI.

Dalam membangun pengusaha yang terampil SI juga tak lupa sering

mengadakan pendidikan tentang perekonomian. SI sering mengadakan lokakarya

salah satunya sekolah dagang Haji Samanhudi. Namanya itu dipilih untuk

menghormati pendiri SI. Sekretaris Bidang Ekonomi Yudhi Arsyadi Syafii

mengatakan:

“Ada kelas inkubasi ya dibatasi usianya mungkin karena usahanya gagal

atau tak berkembang karena kurangnya pengetahuan menejemen, akses

produk, pembiyaan, kita bantu lewat ini. Yang terakhir akselerasi untuk

pengusaha awal agar naik ke kelas menengah ya susah karena

infrastruktur dan atmosfir usaha hari ini di indonesia tidak ramah. Jalan

kan hari ini. Untuk kerjasama dengan lembaga lain kalau bisa sinergi

kenapa tidak. Justeru kalau mau sukses harus kerjasama terutama yang

kesternal.”39

39

Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

144

Gambar 4.1440

Kunjungan Kerjasama SI ke Malaysia

Di samping itu guna menguatkan target pembangunan yang diinginkan

oleh SI ialah melakukan banyak kerjasama dengan berbagai pihak dari lembaga

luar SI. Salah satu yang dilakukan melakukan kerjasama dengan Malaysian

Technology Development Center (MTDC) yang bergerak dalam pengembangan

ekonomi dan teknologi kretatif. Hal ini merupakan langkah stategis melebarkan

jaringan demi menumbuhkan pelaku dagang di Indonesia.

Penguatan-penguatan seperti ini dilakukan SI agar apa yang diidam-

idamkan dalam dakwah ekonomi tetap terwujud hingga tahun emas republik ini

2045 nanti. Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat Islam Yudhi Arsyad Syafii

menegaskan tujuan itu akan berubahan sampai target sesuai amanah Majelis

Tahkim ke-40 terwujud:

“Setelah mukernas kemaren kita telah menyelesaikan roadmap SI 2045.

Di tahun itu angka itu bagi kita spesial di mana peran SI kita sudah

posisikan yang tidak boleh berubah siapapun pemimpinnya. Jadi tiga

40

Dokumentasi Kunjungan Syarikat Islam 2017.

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

145

program itu di atas terus dijadikan agenda tetap. Ketika pada saat

kepemimpinan siapapun itu harus menjadi fokus perjuangan.”41

Di bawah kepemimpinan Hamdan Zoelva telah disusun roundmap bagi

pengembangan organisasi. Dengan disepakatinya “Dakwah Ekonomi” sebagai

satu-satunya pokok kerja kaum SI, maka dengan sendirinya semua lapisan

pengurusan harus sepakat dengan ketentuan tersebut. Perbaikan keorganisasian

yang masih diangap problem vital bagi SI akan dengan sendirinya terselesaikan

apabila tiga dari catur program yang ada bersinergi dengan rapih.

Dakwah ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan merupakan instrumentasi

ideologi Islam Sosialisme menuju wilayah praksis. Islam sosialisme tidak

meninggalkan wilayah kemanusiaan dan hanya berfokus kepada sikap yang

cenderung berhadapan secara massif kepada kemapanan absolut. Dengan

memberikan ruang kepada kemanusian untuk berekpresi namun dalam koridor

etika sosial yang tidak saling berbenturan antara sesama golongan.

Pada akhirnya, Islam sosialisme hidup dalam agenda sosial yang mampu

menjadi alat pembebas dari segala bentuk halangan kemajuan bersama seperti

penindasan, ketimpangan, dan ketidakadilan. Prinsip laten dalam Islam Sosialisme

menjadikan perjuangan kesosialan dengan relegiusitas keislaman secara

bersamaan bersistesis. Keduanya bertalian erat di mana kondisi masyarakat yang

harus ditopang oleh perilaku yang memberikan rasa kesederajatan dan perilaku

yang Islami.

41

Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi

Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

147

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Syarikat Islam (SI) menganggap reformasi bukanlah tantangan bagi

terciptanya situasi politik yang lebih demokratis. Lewat performa

komunikasinya Syarikat Islam (SI), SI berusaha meningkatkan performa

organisasinya dengan membudayakan kembali kerja organisasi yang

terstruktur. Performa ritual dilihat sebagai pembagian nilai-nilai ajaran secara

menyeluruh berdasarkan kegiatan seremonial ke-SI-an. Apa yang anggota

pahami harus ditampaknya lewat apresiasi tinggi ke seama anggota

Mempersiapkan kantong perkaderan lebih matang hingga sosialisasi yang

menyeluruh hingga wilayahh di bawah dan ini kunci dari performa hasrat dari

SI. Dalam merebut kepercayaan, masyarakat perlu distimulus dengan berbagai

pendekatan lunak seperti pengajaran dan pengayaan. Di performa politik, tentu

SI melunak lebih dekat kepada politik tingkat tinggi dengan masukan dan

upaya kolaboratif kepada visi kemajuan pemerintah pengayaan suprastruktur

yang baik untuk menopang struktur sistem yang ada. Tentu pada akhirnya,

tujuan akhirnya adalah mengembalikan marwah SI secara idelogis dan

organisatoris yang secara langsung juga disokong oleh ikatan keanggotaan

kaderisasi di lembaga intra SI.

Ideologi imanen dengan manusia yang kemudian dijamin oleh perangkat

terkadang politis. Namun hanya dengan melakukan melakukan ke arah

praktislah ideologi bisa diteruskan lurus dengan zaman. SI menjaga ideologi

Page 159: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

148

dengan melakukan pengayaan tujuan tindakan disesuaikan dengan kondisi saat

ini. Islam sosialisme tidak hanya berisi soal kerangka ilmiah. Karena Islam

sendiri merupakan agama yang lebih cenderung kepada aspek praktis.

Sosialisme akan selamanya tidak akan mampu menjadikan isi cita sosialnya

tanpa bisa melewati tahap praktis. Islam mengajurkan ajaran Islam tumbuh

dalam setiap lini baik muammalah, syariah, bahkah siyasah. Ketiga hal

tersebut merupakan tindakan praksis yang tidak boleh ditinggalkan salah

atunya. Pasca reformasi dalam dengan menjalankan pembangunan umat Islam

dan bangsa dengan Ekonomi dan pendidikan yang dilakukan SI. Karena,

sebagaimana lazimnya sebuah ideologi butuh pengakuan. Dan hanya dengan

realitas yang diakui masyarakat lah yang bisa menjaminnya. Islam sosialisme

tidak menjadi antithesa bagi demokrasi. Tetapi SI berusaha mensintesiskan

bahwa sejatinya tidak ada pertentangan Islam Sosialisme dengan sistem

politik dan asas Pancasila Indonesia. Dengan menjaga Ideologi secara baik hal

itu merupakan peruntungan bagi eksistensi SI. Kapercayaan akan tumbuh

berkembangan dikala Islam Sosialisme termanifestasi bukan dalam kerangka

pikir saja tetapi kerja.

B. SARAN

1. Di saat Syarikat Islam (SI) berusaha ingin mengembalikan citra

organisasi di era demokrasi prosedural. Hight politic yang dilakukan SI

semestinya ditingkatkan keberbagai persoalan menyeluruh sesuai

dengan kapasitas dinggap bisa dianggap sebagian besar dekat dengan

persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan.

Page 160: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

149

2. Penting bagi SI terkait syndrome politik untuk segera diluruskan agar

tidak menjadi penghambat program inti dalam organisasi.

3. Terkait perkaderan yang ada SI. Diusahakan juga untuk melakukan

peremajaan kelembangaan otonom di bawah SI. Hal ini penting

mengingat dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kader militan

lebih mempermudah penetrasi SI dalam lapisan sosial masyarakat.

4. Di saat DPP SI ingin memberikan rule model bagi SI di wilayah,

cabang, hingga ranting, SI semestinya memperhatikan bagaimana

wilayah seharusnya berkembang sesuai dengan karateristiknya.

Page 161: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

150

150

DAFTAR PUSTAKA

A.N, Firdaus. 1997. Syarikat Islam bukan Budi Utomo. Jakarta. CV. Datayasa.

Al-Hamdi, Ridho. 2013. Partai Politik Islam. Jakarta: Graha Ilmu.

Al-Sadr, Muhammad Baqir. 2014. Falsafatuna. Bandung. Mizan.

Antoni dkk, Organizational Culture as Communication Performance: Ethnogrphy

Study in Regional Civil Service Agency of East Nusa Tenggara, Indonesia.

The International Journal of Humanities & Social Studies. vol: 4 Issue 7.

2016.

Anwar, M. Syafi’i. 1995. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia. Jakarta:

Paramadina.

Arief, Sritua. Bung Hatta: Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia. Surakara. UNS

Press.

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (edisi

revisi II). Jakarta. Rineka Cipta.

Assyaukanie, Luthfi . 2011. Ideologi Islam dan Utopia. Jakarta. Freedom

Institute.

Belharz, Peter (ed). 2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Chaidar, Al. 2001. Reformasi Prematur. Jakarta: Darul Falah.

Chaniago, Andrinof. 2001. Gagalnya Pembangunan. Jakarta. LP3ES.

Cokroaminoto, HOS. 2010. Islam Sosialisme. Bandung. Sega Arsy.

Craswell, John W. 2010. Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Page 162: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

151

Christenson, Reo M. 1975. Ideologies and Moderen Politics. New York: Dodd,

Mead & Company.

Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta. Jala Sutera.

Darsono. 2006. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta. Diadit

Media.

Daymon, Cristine dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Kualitative Dalam

Public Relations dan Marketing Communications. Bandung. Bentang

Pustaka.

Djaja, Tamar. Daulah Islamiyah. No. 1, Jakarta, 1957.

Dulah Sayuti, Solatun. 2014. Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung. Rosda

Karya.

Duverger, Maurice. 2005. Sosiologi Politik. Jakarta. Rajawali Press.

Ebenstein, William .ed. 2006. Isme-Isme Dewasa Ini. Yogyakarta. Narasi.

Effendy, Bahtiar . 2009. Islam dan Negara. Jakarta. Paramdina.

______________. 2000. (Re)Politisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Politik?.

Bandung. Mizan.

______________. 2000. “Islam Di Tengah Polarisasi Politik”¸dalam Nurcholish

Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Moderen. Jakarta. Media Cita.

Engineer, Ali Asghar. 2009 .Islam dan Teologi Pembebasan.Yogyakarta. Pustka

Pelajar.

Freeden, Michael. 2003. Ideology: A Very Short Intoduction. London. Oxford.

Gani, M.A. 1984. Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. Jakarta. Bulan

Bintang.

Gidden, Anthony. 2010. Teori Strukturasi. Yogyakaya. Pustaka Pelajar.

Page 163: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

152

__________ (ed). 2009. Sosiologi: Sejarah dan Perkembangan Pemikirannya.

Yogyakarta. Kreasi Wacana.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta.

Bumi Aksara.

Hadi, Sutrisno. 2014. Pemikiran-Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca

Soeharto 1998-2008. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Modern. Jakarta. Gramedia.

Haris, Syamsuddin. 1999. Reformasi Setengah Hati. Jakarta: Penertbit Erlangga

Hawkes, David. 1996. Ideology. USA. Routledge.

Heryanto. Gun Gun. 2010. Komunikasi Politik Di Era Industri Citra. Jakarta.

Lasswell Visitama.

_________________. 2013. Komunikasi Politik. Bogor. Ghalia Indonesia.

Hidayatullah, Materialisme Historis: Dogma atau Ilmu Sejarah. (Yogyakarta:

Pura Pustaka, 2009)

Hill, Christopher. 2009. Lenin: Teori dan Praktek Revolusioner. Yogyakarta.

Resist.

Hok Gie, Soe. 1999. Di Bawah Lentera Merah: Riwayat Syarikat Islam Semarang

1917-1920. Yogyakarta. Yayasan Bentang Budaya.

Huntington, Samuel. 1968. Political Order in Changing Society. Chicago.

University Chicago Press.

Iqbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution. 2013. Pemikiran Politik Islam.

Jakarta. Kencana Press.

Page 164: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

153

Iskandar. 2017. Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme

Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan. Jakarta. Magister

Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta

Ismail, Faisal. 2001. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama. Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya.

Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang. UIN

Malang Press.

Kristeva, Nur Sayyid . 2015. Manifesto Wacana Kiri. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

_________________. 2015. Negara Marxis dan Revolusi Proletariat.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Konver, A.P.E. 1982. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. Jakarta. Grafiti Press.

Larrain, Jorge. 1996. Konsep Ideologi. Yogyakarta. LKPSM.

Lay, Cornelis dkk. 2001 Agama dan Perubahan Sosial. Yogyakarta. LKPSM.

Lowy, Michael. 1999. Teologi Pembebasan.Yogyakarta. Insist Press.

M Hikmat, Mahi. 2011. Komunikasi Politik. Bandung Simbiosa.

Mannheim, Karl. 1991. Ideologi dan Utopia. Yogyakarta. Pustaka Kanisius.

Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial:Konsep-Konsep Kunci. Jakarta.

Rajawali Pers.

McTurnan Kahin, George. 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia.

Surakarta. UNS Press.

McVey, Ruth T. 2010. Kemunculan Komunisme di Indonesia. Jakarta. Komunitas

Bambu.

Page 165: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

154

Mintz, Jeanne S. 2003. Muhammad, Marx, Marhaen. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2005. Metedologi Peneltian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung.

Rosda Karya.

Natsir, Muhammad. 2014. Islam Sebagai Dasar Negara. Bandung. Sega Arsy.

Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia: 1900-1942. Jakarta.

LP3ES.

Nova, Firsan. 2011. Crisis Public Relation. Jakarta. Rajawali Press.

Nuswatoro. 2001. Daniel Bell: Matinya Ideologi. Magelang.Yayasan

indonesiatera.

Peraturan Dasar dan Paraturan Rumah Tangga Syarikat Islam hasil Majelis

Tahkim ke-40 Syarikat Islam

Prasetyo, Eko. 2003. Membela Agama Tuhan. Yogyakarta. Insist.

Ramly, Andi Muawiyah. 2009. Peta Pemikiran Karl Marx. Yogyakarta. LKIS.

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Moderen Indonesia 1200-2008. Jakarta. Serambi.

Russell, Betrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Santoso, Listiyono. “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas

Modern”, dalam Lisitiyono Santoso .dkk. 2015. Epistemologi Kiri.

Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.

Schumpeter, Joseph. 2005. Capitalism, Sosialism, and Democracy. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar.

Scwarzamantel. John. 2008. Ideology adn Politic. London. Sage Publication.

Shimogaki, Kazuo. 1993. Kiri Islam: Antara Moderenisme dan Postmoderenisme,

Telaah Kritis Pemikiran Hassan Hanafi. Yogyakarta. LkiS.

Page 166: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

155

Singh, Bilveer dan Zuly Qodir. 2015. Gerakan Islam Non Mainstream dan

Kebangkitan Islam Politik Di Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Stauss, Anselm dan Juiiet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Subakti, Ramlan 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo.

Subakti, Valina Singka. 2014. Partai Syarikat Islam Indonesia. Jakarta. Yayasan

Obor Indonesia.

Suminto, Aqib. 1985. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta. LP3ES.

Supriyadi, Eko. “ Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam” dalam

Book Review Digital Journal Al-Manär. Edisi I. 2004.

Supriyadi, Eko. 2003. Sosialisme Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Syam, Firdaus. 2010. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara.

Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung.

Simbiosa Rekatama Media.

Taufik dkk, Akhmad. 2005. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam.

Jakarta. Rajawali Press.

Tebba, Sudirman. 1993. Islam Orde Baru. Jakarta. Tiara Wacana

Tibi, Bassam. 1999. Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta. Tiara

Wacana.

Tibi, Bassam.“Islam Modern and European Ideologies” dalam International

Journal of Middle East Studies. Cambridge University Press. Vol. 18, No. 1

.Feb. 1986.

Thompson, John B. 2014. Analaisa Ideologi Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD.

_______________. 2015. Ktirik Ideologi Global. Yogyakarta. IRCiSoD.

Page 167: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

156

Van Neil, Robert. 1992. Elit Modern Indonesia. Jakarta. Pustaka Jaya.

West, Ricard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Komunikasi Analisis dan

Aplikasi. Jakarta. Salemba Humanika.

Referensi Tambahan

www.kpu.org “ Hasil Pemilu 1999” diakses pada tanggal 25 Agustus2017 jam

19:11 WIB.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/16/02/28/o38h7b359-hamdan-zoelva-syarikat-islam-bukan-partai-

politik, diakses pada tanggal 2 Agustus 2017, pukul 21.00 WIB.

“Syarikat Islam Kembali Ke Khittah Awal” dalam sebuah profil Syarikat Islam.

http://politik.rmol.co/read/2017/05/19/292009/Mukernas-Syarikat-Islam-Fokus-

Soal-Pendidikan-Dan-Kaderisasi- diakses 15 Agustus, Pukul 23:22 WIB.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/16/04/05/o550q9385-perbedaan-seakan-dipertajam-umat-diminta-jaga-

kemajemukan, diakses pada tanggal 12 Agustus 2017, pukul 22:20 WIB.

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/10/10/syarikat-islam-demokrasi-di-

indonesia-sudah-kebablasan, diakses pada tanggal 23 Agustus 2018 Jam 14:00

WIB.

http://www.aktual.com/kunjungi-istana-syarikat-islam-ceramahi-jokowi-soal-

kesenjangan-ekonomi/, diaksesn pada tanggal 22 Agustus 2017 jam 23:00 WIB.

http://news.detik.com/berita/3102283/hamdan-zoelva-ormas-syarikat-islam-

bergerak-di-masalah-ekonomi, diakses pada tanggal 24 Agustus 2017 jam 11:22

WIB

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/28/o38i75359-

syarikat-islam-akan-dirikan-2500-usaha-mikro-dan-koperasi, diakses pada

tanggal 23 Agustus 2017 jam 12: 45 WIB.

Page 168: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

157

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/16/02/26/o35moo313-si-dorong-program-kewirausahaan-umat, diakses

pada tanggal 23 Agustus 2017 jam 23: 00 WIB

Hasil Wawancara

Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal

Lajnah Tahfidziah Syarekat Islam di Kantor Syarekat Dagang Islam pada

tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30 WIB.

Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoti selaku Wakil

Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarekat Islam di Kantor Syarikat

Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 11:20 WIB.

Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang

Ekonomi Syarekat Islam di Kantor Syarekat Dagang Islam pada tanggal 08

Agustus 2017 jam 16:06 WIB.

Page 169: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

LAMPIRAN

Page 170: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 171: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 172: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Wawancara dengan Aulia Rahma Tjokroamnito Wakil Sekretaris Jenderal Lajnah

Tanfidziyah Syarikat Islam.

Tanggal: 29 Juni 2017 di Kantor Dagang Syarikat Islam

Milki: Apakah Islam Sosialisme dalam SI dari masa ke masa adakah perubahan?

Aulia: lebih tepatnya sekarang hanya pada Dakwah ekonomi ini didasarkan bahwa

ketimpangan ekonomi masyarakat kan begitu luas. SI berusaha memberikan pelatihan

manajemen dan akses-akses kepada masyarakat misal dalam akses pasar.

Milki: Apakah dalam pemaknaannya sosialisme yang diusung oleh SI berbeda dengan

faham komunisme?

Aulia: Yang sangat jauh berbeda. dalam politik praktis SI tidak sama sekali. tetapi

politik dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah itu mensejahterakan rakyat itu harus

walaupun tidak dalam bentuk praktis. Hal itu bisa dilakukan dalam memberikan

rekomendasi kepada pemerintah .

Milki: Bagi SI sendiri apa tantangan kedepannya?

Aulia: Ya, pasca reformasi sebenarnya ini kita saat ini kita tidak sepakat jika masih ada

minta kembali lagi ke UUD 1945, sebenarnya reformasi juga tidak jelas juga tujuannya

apa, orientasi pada saat itu hanya menurunkan Orde Baru-nya pak Soeharto. tapi apa

dan bagaimana makin kesini belum jelas. Sekarang kalau kita bicara arah SI kemana

hanya konsen kepada akwah ekonomi, pendidikan dan konsolidasi organisasi tidak jauh

jauh yang penting kita kuatkan saja dulu di dalam baru bersuara di luar.

Milki: Adakah kerja sama SI dengan organisasi yang lain?

Aulia: kalau kerjasama sudah banyak dan hubungannya sangat baik.

Milki: Terkait dengan dakwah ekonomi bagiamana aplikasi itu?

Aulia: Jadi begini misalnya dalam suatu kegiatan dalam SI itu ada kelompok-kelompok

pengajian dan kelompok tani. Kelompok Tani itu kita coba bangun tidak hanya soal

agama tetapi juga bagaimana petani meningkat kualitas pertaniannya kita juga usahakan

bantu bagaimana akses penjualannya. Karena kan di daerah banyak banyak hasil tani

yang ternyata dimainkan oleh para tengkulak lewat harga-harga yang berbeda. Kita

kasih mereka modal pertanian dengan pembayaran di belakang, ketika panen mereka

kita bantu mencairkan pasar distribusinya ini yang kita maksud dakwah dalam ekonomi.

Page 173: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Milki: Cita-cita masyarakat apakah yang dibayangkan SI lewat program Dakwah

Ekonomi?

Aulia: Masyarakat yang Baldatunn Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur

Milki: Hubungan antara wilayah dalam SI sendiri apakah perbedaan corak dan bentuk

keorganisasian?

Aulia: Pada intinya sama ikut dari pusat hanya saja karakteristik daerah seperti Lubuk

Linggau dan Cianjur itu berbeda kondisi sosial dan geografisnya. Dakwah Ekonomi dan

pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Milki: Apakah anggota SI saat ini merupakan perekrutan baru atau bagaimana?

Aulia: Ya. yang murni dari kader lama juga ada dan yang baru masuk pun juga ada.

setiap organisasi sama saja.

Milki: Islam sosialisme itu harus difahami seperti apa?

Aulia: Islam sosialisme prinsipnya yang pertama superstruktur mempengaruhi struktur

bukan sebaliknya. Selanjutnya tidak ada pertentangan kelas, itu perbedaan pokoknya itu

perbedaan besarnya antara Sosialisme Islam dan Ilmiah. Walaupun perubahan zaman

bagaimana, Islam Sosialisme tetap memaksudkan bahwa Superstruktur mempengaruhi

Struktur hal itu kita lihat Rasulullah membangun super-struktur lewat masyarakatnya di

Makkah, baru di Madinah superstruktur itulah yang mempengaruhi struktur. yang kedua

pertentangan kelas yang dimaksud walaupun ia budak atau kaum marjinal tidak

dipertentangkan walaupun kelas itu ada akan tetapi tidak pernah dipertentangkan tidak

seperti sosialisme marxis yang justeru memepertentangkan kelas borjuis dan proletar.

Milki: Kenapa harus Islam Sosialisme apakah demokrasi belum cukup?

Aulia: Menurut saya Islam ya udah Islam, jika dia Islam maka dia pasti memiliki jiwa

sosialis dan jiwa demokrasi. Di alam Islam suah cukup cuma orang yang tidak mengerti

Islam saja yang merasa belum itu hanya peristilahan. Kalau merujuk pada pemikiran

Cokroaminoto dia menulis Islam dan Sosialisme jadi kalau yang mengatakan dan

mengartikan keliru berarti belum baca dan faham isi pemikiran beliau.

Milki: Bentuk perkaderan bagaimana di SI?

Aulia: Perkaeran kurang massif. sebenarnya di SI ada 2 sistem perkaderan. ada sistim

among misal antara kakak dan adik selalu ikut di SI itu tetap itu masih ada. justeru yang

masih awet itu dengan perkaderan among karena faktor keterdekatan. cara itu masih

ada, yang secara legal untuk tingkat nasioanal sudah ada dan di daerah baru mulai lagi.

Page 174: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

ada juga perkaderan Muharrik untuk perkaderan anggota. Untuk jumalah anggota masih

ada pendataan.

Milki: Apakah SI memiliki lembaga lain sebagai penyokong?

Aulia: Ada lembaga pendidikan dari tingkat bawah sampai Universitas. Seperti

Universitas Cokroaminoto di Makassar, Palopo, Yogyakarta, dan Pinrang. Kalau untuk

Univeristas dimulai dari jogya awal mulai sudah menjadi Unisveritas Sebelas Maret

Surakarta pada tahun 1950-an. untuk lembaga ekonomi pun di daerah ada seperti

koperasi. Jusertu di pusat masih perlu dikembangkan karena dulu terlaku banyak

konflik.

Page 175: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Wawancara Syafinuddin Al-Mandari, Sekretaris Jenderal Lajnah Tanfidziyah Syaikat

Islam

Tanggal: 29 Juni 2017 di Kantor Dagang Syarikat Islam

Milki: Bagaimana perkembangan SI saat ini?

Syafinuddin: Sejak kongres ke-40 di Bandung itu sudah ada semacam penegasan

orientasi masih ada potensi untuk membuat kelembagaan politik dalam SI. sejak

kongres itu bulan November sampai Desember 2015 sudah secara tegas bahwa SI

menyatakan tidak akan membentuk partai politik kembali. Orientasinya ialah kepada

ekonomi. kembali kepada jalur awal, jalur yang sudah dipilih oleh SI yakni

pembangunan ekonomi ummat. Di mana, ketua yang sekarang ini seperti disebutkannya

sebagai dakwah ekonomi. kalau SI dikatakan tidak memiliki gerakan politik, saya pikir

tidak demikian. Tetap ada sisi politik tetapi tidak dalam kelembagaan politik. Jadi SI

akan menerapkan semacam poltik tingkat tinggi bukan politik praktis. Tetapi SI

berusaha menerapkan prinsip-prinsip politik dalam jalur lain. Dengan membangun

perekonomian, maka saya pikir di sanalah SI bisa mempengaruhi kebijakan politik.

Milki: setelah reformasi apakah aa perubahan yang dilakukan SI?

Syafinuddin: Sesudah reformasi kan eksperimentasi politik SI sebenarnya masih ada.

jadi tahun 1999 mengikuti pemilu dalam dua kelembagaan partai politik yaitu Partai

Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Syarikat Islam Indonenesia (PSII) 1905. itu

merupakan efek perpecahan yang dulu terjadi. kedua-duanya ini ketika itu ikut di

pemilu 1999, namun tidak mencapai ambang batas perolehan suara. Oleh karenanya

tidak bisa lagi mengikuti pemilu berikutnya pada tahun 2004. PSII berusaha

menyatukan diri tapi karena ada dinamika tidak dapat diselesaikan. Di mana yang PSII

1905 berubah menjadi Syairikat Islam Indonesia (SII) dan PSII kembali menjadi SI

kembali. tetapi ada ikhtiar baru untuk mengubah nama menjadi Partai Syarikat

Indonesia (PSI) ikutlah dia pada pemilu tahun 2004 tapi nasibnya sama tidak mencapai

ambang batas perolehan suara. sebingga pemilu 2009 sudah tidak ada, kemudian semua

unsur pergerakan SI kembali kekandangnya di Matraman untuk membenahi kembali SI.

Milki: Apakah PSII bisa hidup kembali?

Syafinuddin: Sebetulnya baik SI dan SII bisa menghidupkan kembali partai politik

berlatar Syarikat Islam. Sayang sekali fakta-fakta politik selama ini. kita bisa melihat

mulai dari tahun 1955, PSII hanya di urutan kelima kalah dari PKI. kemudian pada

pemilu tahun 1971 juga begitu, di urutan kelima kalah dari NU. Nah, tahun 1973, PSII

menggabungkan kegiatan politiknya ke dalam PPP. Kita lihat dalam era Orde Baru,

Page 176: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

bahwa PPP hanya urutan kedua saja. Capaian suaranya pun tidak mendekati Partai

Golkar yang terlampau jauh. Secara politik praktis mengikut pemilu itu nampaknya

tidak bisa diperhitungkan lagi. Untuk apakah masih bisa memungkinkan, SI itu sudah

menganggap FINAL tidak akan membentuk partai politik kita anggap selamanya. Kita

menganggap lebih memungkinkan penyaluran kekuatan polItik SI itu lewat kader-

kadernya yang masuk partai-partai. Karena parpol tentu COST-nya tinggi dan juga

hitungan-hitungan peluang untuk memenangkan pemilu juga sangat rendah.

Milki: Setelah reformasi sendiri bagi SI apakah justeru cenderung Stagnan atau maju?

Syafinuddin: Saya rasa tidak terlalu berhubungan dengan pasca refomasinya, tetapi

karna friksi di kalangan politisi Islam itu menurut saya memang tajam sekali misalnya

bagaimana kita ini mencoba menggabungkan kekuatan politik Islam seperti

Muhammaiyah, Persis, dan NU yang tersebar di PKB, PPP, PKS, PBB, maupun di PAN

itu seperti itu tidak mungkin. Kalau kita kaitkan dengan reformasi sebenarnya tidak

demikian itu memang sudah sejak dulu ada umat islam. Pada tahun 1955 misalnya

ketika NU keluar dari Masyumi, itu menyebabkan suara Masyumi berkurang secara

signifikan. artinya sejak dulu kekuatan umat islam tidak bisa menyatu, ragu kalau ada

ide yang mengatakan nanti ummat islam akan memilih satu calon saja biasanya tidak

mungkin. Fakta pemilu di DKI jakarta pun begitu partai-partai islam tidak menyatu.

artinya, kalau kita kiaitkan dengan reformasi menurunNya kekuatan politik umat islam

itu bukan efek reformasi menurut saya, memang karena sejak dulu perilaku politik (para

politisi muslim itu) tidak dapat disatukan. Saya melihat ini ada kewajaran disebabkan

Indonesia ini mayoratias Islam. Jadi mereka sendiri yang berkompetisi kita bandingkan

saja dengan negara yang minoritas Islam itu bisa jadi Islam menyatu sendiri. Di negara

katakanlah 90 persen muslim ini tentu saja tidak relevan kalau Islam dikatakan

menolong, lah bukankan semuanya Islam kan. Itu kaitan reformasi dengan politik Islam.

Reformasi bagi SI sendiri membuka peluang untuk SI berekspresi secara politik. hanya

saja SI dalam konteks ini dalam petarungan perebutan suara tidak bisa. Itu berarti bahwa

kalau dikatakan kekuatan politik SI makin menurun itu bukan karena efek reformasi ya

memang karena suasana politik Indonesia tidak sama saat era sebelum kemerdekaan.

Katakanlah di era pemilu 1955 pamor SI di masyarakat masih sangat kuat. Nama besar

seperti Cokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Moeis masih sangat kuat begitupun juga

tahun 1971 walaupun sangat kecil suaranya.

Milki: Hubungan SI dengan organisasi lain?

Syafinuddin: Sangat bagus bagi kita ada kegiatan di Majelis Ulama Indonesia (MUI)

kita diundang, di Muhammadiyah pun begitu juga. Tidak ada kecendrungan perbedaan

mazhab. Bahkan kalau kita baca dokumen awal yang memuat prinsip SI antara lain

diprogram Asas dan Tandhim anda akan melihat SI ini tidak menganut mazhab

tersendiri. beda dengan NU jelas sekali bahwa dia ASWAJA. Muhammdiyah juga

Page 177: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

begitu namun pakai Tarjih Muhammadiyah. Malah saya katakan, awalnya cenderung

Wahabi. kalau kita liat gerakannya pun juga anti Tahlil, Bidah, dan Kurafat. itu kan

model Wahabi. Walaupun, dalam perkembangannya kecanggihan para tokoh

Muhammadiyah bisa lentur ke dalam perkembanban sosial Indonesia sehingga efek dari

Faham wahabi tidak terjadi masalah bagi mereka. sekarang Muhamadiyah pun tidak

terlalu dipersoalkan Tahlilan misalnya. kalau di SI ini tidak. memang gerakan SI itu

ekonomi politik awalnya dan beberepa tahun kemudian menjadi gerakan politik. Jadi,

bukan dalam konteks pemahaman keagaman pada satu warna itu sebabnya di SI itu

sangat gampang bergabung satu sama lain.

Milki: Untuk menjaga etika SI, budaya oragnisasi apa yang dilakukan oleh SI?

Syafinuddin: Pertama-tama itu mengutamakan persatuan jadi pemahaman yang bersifat

sektarian dan sebagainya dianggap sebagai penghambat kerja. Yang kedua kita ingin

kerja dalam praktis di bidang kemandirian ekonomi diutamakan. Etikanya bisa dilihat

dengan adanya keharusan rekonfirmasi kalau terdapat perbedaan pendapat kita saling

Tabayyun. Standar etika yang lain yang mesti patuhi secara umum misal kejujuran,

tenggang rasa, transparansi, bertanggung jawab, dan persaman derajat.

Milki: Bagaimana SI melihat kualitas masyarakat Indonesia saat ini?

Syafinuddin: Dalam banyak pidato Ketua Umum tergambar bahwa masyarakat

Indonesia pada umumnya itu mengalami ketertinggalan. ini dikatakan masyaRakat

indonensia mayoritas ummat islam. Cara mengukurnya adalah dengan melihat rasio

GINI. Derajat ketimpangan sosial dan ekonomi itu yang baru-baru ini, rasio GINI-nya

0, 41. Ukuran dari 0 hingga 1. Sekarang kita berada di tataran 0,40 sampai 0,43 kalau

itu kan artinya sangat timpang. Itu bisa dibayangkan bahwa kekayaan satu orang setara

seratus ribu penuduk. Ini potret masyaakat Indonesia seperti ini adalah beban maka akan

menjadi tantangan dalam visinya SI yaitu menitikberatkan kemandirian ekonomi

masyarakat bisa memperkecil kesenjangan.

Milki: Islam dan Sosialimse di SI apakah dianggap ideologi tetap atau tidak?

Syafinuddin: Saya tidak melihat ada perubahan, sulit juga saya mengukur apakah

sudah hilang atau belum. indikator-indikator saling membantu misalnya tidak mengukur

seseorang dari kekayaan, kemudian pembelaan kepada orang lemah masih hidup di SI.

Yang dicita-citakan oleh Sosialisme. Karena Sosialisme merupakan ideologi lain kalau

mau disimpulkan berarti masyarakat tidak berkelas, tidak ada kelas-kelas Borjuis sama

Proletar. Prinsip keadilan yang ditegakkan. Nah, di SI itu sudah jadi doktrin sejak dari

awal bahwa keadilan sosial itu penting. Saya rasa ini termasuk yang menginspirasi

Pancasila. Maka di dalam kenyataannya tokoh-tokoh SI masih menganut itu bahwa

keadilan dan prinsip Sosialisme itu penting. Prinsip Sosialisme dalam SI, itu menurut SI

Page 178: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

sendiri dalam hal pemerataan dan keadilan oleh Sosialisme sesuai dengan Islam. bahkan

Islam jauh meletakkan Sosialisme. bahkan Islam itu sendiri puncak dari cita-cita

Sosialisme. jadi rekan-rekan dalam ideologi Sosialisme komunis itu tidak secara utuh

memandang Sosialisme dan keadilan. Keadilan yang dikonsepsikan Sosialisme dan

komunisme itu adalah keadilan kelas. Struktur kelas maksudnya jadi analisnya adalah

kelas sosial. Kalau alam islam tidak ditemukan analisis kelas. Ada yang jauh lebih

penting yang prinsip kemanusiaan, nah intinya Islam jauh lebih mendalam dari keadilan

yang diinginkan Sosialisme dan Komunisme. inilah sejak awal prinsip di SI. Jadi kalau

baca tafsir program Asas dan Tandhim itu jelas sekali aspek keadilan, aspek persatuan

itu sangat penting. Nah, kalau pertanyaan masih tumbuh saya rasa masih tumbuh.

karena di kita itu tidak bisa mentolerir adanya ketimpangan dan keadilan masyarakat.

Milki: Pandangan SI pada sistem demokrasi sendiri bagaimana?

Syafinuddin: Demokrasi sebentulnya memilki cita-cita yang baik hanya saja ada

beberapa yang harus dikoreksi. Demokrasi kan tumbuh dari falsafah individualisme dan

liberalisme kalau dia mengikut sepenuhnya pada prinsip demokrasi liberal itulah

sebenarnya masalah demokrasi di Indonesia. Demokrasi akan bermasalah perkara

masyarakat banyak diserang liberal tanpa batas. Apa yang tejadi sekarang ini,

merupakan praktek sudah ultra-liberal jadi lebih dari sekedar liberal. Apa akibatnya

secara teoritik ujung liberalisme dalah kapitalisme. Dan nanti yang bisa mengambil

keuntungan secra besar-besaran di dalam praktek demokrasi yang ultra liberal itu adalah

kaum kapitalis para pemodal. Para pemodal inilah yang nantinya akan memainkan

bahkan sekarang memainkan catur politik itu. Jadi kalau kritik pada demokrasi itu

sangat-sangat jelas ujungnya pada kapitalisme.

Milki: Bagaiamana alur keorganisasian di SI?

Syafinuddin: kalau kita struktur di Anggaran Dasar. Pemimpin di SI dipilih di kongres

sering juga isebut Majelis Tahkim. Ketua Umum LTSI fungsinya eksetutif menjalankan

amanah Majelis Tahkim. Yang kedua ada kelembagaan dewan pusat itu untuk

mengontrol hasil Majelis Tahkim oleh LTSI. Jadi LTSI melaksanakan Majelis Tahkim

dan mengarahkan itu adalah Dewan Pusat. Ada lagi majelis Syari yang bergerak dalam

hal yang berkaitan dengan agama Islam. misalkan ada yang membutuhkaan pandangan

soal Fikih, Syariah, dan Muammalah.

Milki: Lalu bagaimana dengan sistem perkaderan di SI?

Syafinuddin: Secara real kita lihat sebetulnya problem yang dialami oleh SI sejak

tahun 1973 dan 1985 ada upaya menyatukan tetapi ternyata gagal lagi. sampai di era

refomasi ini kekuatan perkaeran SI nyaris mencapai titik nol. proses kaderisasi yang

tidak jalan seperti dahulu itu menyebabkan regenerasi kepengurusan sangat lamban.

Page 179: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Organ sayap SI banyak diurusi oleh angkatan lama bukan angkatan muda. Bisa dibilang

sudah kosong dari SEMMI, hanya sedikit saja yang masih tersisa. Pengkaderan harus

dimulai dari awal. Sistem perkaderan di SI menurut pendapat saya bagus seandainya

berjalan. Di SI untuk memulai keanggotaan itu telah dipersiapkan sejak dini melalui

pramuka. Pramuka di SI itu sudah berdiri sejak 1927 jauh sebelum pramuka saat ini ada

namanya dulu Serikat Islam Afelling Pandu (SIAP). melalui keperamukaan itu dibina

aspek pendidikan karakter kemudian nanti mereka akan tumbuh memasuki tingkat

pelajar mereka akan ketemu SEPMI. Di situ ada pengkaderan juga, ada aspek ke-SI-an

masuk ke dalam. Kemudian menjadi mahasiswa mereka menjadi SEMMI sehabis itu

baru meraka aktif di Pemuda Muslim Indonesia. pada tingkat tertentu ia sudah dipilih

dalam pengurus di tingkat cabang, willayah, ataupun pusat. Jenjangnnya sangat jelas

sekali. Memang ada juga beberapa forum yang menjadi ajang pembinaan. Di Mukernas

lalu dikembangkan suatu model perkaderan jenjang di SI dikelola oleh satu badan yang

namanya pesantren kader SI. walaupun ini saya melihat ini masih berkembang. Di situ

ada tiga jenjang: awal, menengah dan lanjutan. Nomenklatur sudah ada namun masih

ada perlu ditinjau kembali. Namun tidak lepas dari kehendak.

Milki: Ada berapa cabang SI selutruh Indonesia?

Syafinuddin: Yang terdaftar ada 24 cabang wilayah provinsi. Selebihnya masih dalam

proses persiapan kalau kita hitung berdasarkan cabang persiapan sudah cukup

memenuhi 34 provinsi. contohnya yang masih belum ada itu Papua, Papua Barat,

Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah. Sebetulnya ada tapi terlalu lama tidur

itukan bangun kembali. Secara kelembagaan itu sudah berakhir masa jabatannya kita

perbaharui lagi. Cabang SI suah hampir 500-an target. Yang sekarang ada 80-an yang

sudah SK-kan.

Milki: Kalau kedudukan para keluarga dan pendiri di SI itu masuk juga apa bagaimana?

Syafinuddin: Setau saya mereka disebut keluarga besar SI. artinya kalau sturktur

keanggotaan harus terdaftar lah. Cuman secara kultural karena mereka punya kedekatan

kekeluargaan menjadi modal bagi SI mengumpulkan kembali kekuatan SI di daerah dari

tokoh SI untuk dibantu. Mereka sangat antusias jika diajak kembali ke SI walaupun

secara formal belum teraftar karena belum ada pengkaderan secara formal ala

keanggotan SI berarti kedekatan historis secara kekeluargaan merara diri sebagai SI.

mereka bisa memberikan masukan sebagai pertimbangan.

Page 180: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Wawancara dengan Yudhi Irsyadi Syafii, SE Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat Islam

Tanggal: 8 Agustus 2017 di Kantor Dagang Syarikat Islam

Milki : Titik tegas perjuangan SI saat ini bagaimana?

Yudi :SI kan merupakan organisasi yang tertua di negeri ini berdiri tahun 1905. Berawal

dari berihimpunnya beberapa pengusaha batik di Jawa Tengah. Yang merasa kepentingan

ekonominya sebenarnya sama dengan hari ini apa namanya diganggu oleh kekuatan Asing

dan Aseng saat itu. Mereka berhimpun mendirikan Sarekat Dagang Islam. Nah kemudian saat

SDI ini berubah menjadi SI juga konsen di tujuan yaitu para pedagang saling tolong

menolong sesama pedagang muslim tapi kemudian organisasi ini lama sekali menjadi partai

politik. Saya mencatat SI selama 50 tahun menjadi partai politik dari 1923-1973 ketika SI

dipaksa untuk difusi menjadi PPP. Tapi ketika dia tak menjadi partai politik dan bergabung

dengan PPP saat jadi ormas. Ternyata yang diurusi juga persoalan politik. Bahkan sampai di

awal reformasi, jadi setelah 50 jadi partai politik kemudian jadi ormas, tetapi seteah 42 tahun

masih tetap mengurusi politik. Kenapa, karena SI saat begabung dengan PPP harus berpolitik

di SI. Bahkan cenderung negatif. Harus sikut menyikut lazimnya perlaku para politisi mereka

mendapatkan legitimasi untuk mendapatkan kedudukan di tampuk kepemimpinan PPP.

Walaupun arus kepmimpinan utama PPP tetap dari parmusi dan NU. Tapi untuk menjadi

salah stau pimpinan di PPP mereka harus bepolitik di SI. Jadi seketika masuk refomasi pun SI

masih berpolitik bahkan menciptakan parpol seperti PSII, PSI 1905 yang kemudian tak dapat

kursi yang kemudian Cuma SI yang medapat kursi tahun 1999 dapat satu kursi. Inilah pada

akhir ahun 2015 Hamdan Zoelva memimpin SI, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus baru

akhir Februari 2015. Barulah kemudian visi Hamdan Zoelva kembali ke jalan lurus atau jalan

yang awal. Kita ingin mengembalikan SI ini kepada masa masa tahun 1905-1923. Inilah jalan

lurus kita jadi konsen ketum mengagendakan empat program yang dinamakan catur program

karena praktis tatanan organisasi sangat kacau karena terlalu orientasi politik hingga terjadi

konflik di mana mana. Akhirnya jadi pengurus tak jalan. Menata kembali organisasi dengan

konsolidasi organisasi. Kemudian menjajalankan tiga program yang menjadi konsenya SI

dari dulu yaitu ekonomi, pendidikan, politik sebagai level yang paling bawah. Politik tidak

bisa dilepaskan dari SI, karena sejarah bahwa pedagang masa silam berkumpul karena politik

dominasi asing dan aseng pada saat itu. Jadi poltiik tidak sama sekali ditinggalkan, kalau

istilah Amin Rais menjelang reformasi ialah Hight Politik . jadi SI lebih mengguna hight

politik bukan politik kekuasaan untuk mendapatkan tiket dalam kekuasaan politik atau SI jadi

partai politik di Negara. Kita memeberikan masukan dan kritik terhadap jalan pemerintahan.

Milki : Pendekatan politik seperti apa yang dilakukan SI?

Yudi : Bisa dengan pernyataan sikap dari organisasi atau perorangan dari pernyataan ketua

umum. Misal disinggung soal Perppu, soal Presiden threshold. Melelui solusi sepeti itu tidak

menjadi fokus perjuangan kita lagi tidak terlalu kencang karena bukan ekonomi.

Milki : Bagaimana penjelasan dakwah ekonomi ini?

Yudi : Dakwa ekonomi kita mengajak masyarakat terurama kaum muslimin untuk ayo

sama sama kita bangun kekuatan dan kemandirian ekonomi kita. Karena apa namanya kalau

kita tidak memiliki kekuatan ekonomi maka kita akan dijajah. kalaupun negara ini tidak

Page 181: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

dijajah secara resmi karena penjajahan perang saat ni orang sering katan sebagai proxy war,

perang bukan sebatas militer tetapi ekonomi dan teknologi dan sosial budaya. Ketika frame

anda mengatakan pandangan hidup harus seprti ini yang ada hari ini jusertu juga kehidupan

permisif lebih keduniawian itu pikiran kita sedang dijajah oleh kekuatan diluar kesejatian

kita. Yang pertama, kita orang indonesia, dan juga yang memegang adat ketimuran serta adat

kta sendiri. kedua, kita juga muslim. Ini yang kita semua ajak. Dengan mandiri secara

ekonomi maka kita menjadi manusia bebas yang tak gampang dijajah oleh kekuatan lain.

Milki : Kenapa memilih pendekatan ekonomi di saat politik dianggap sebagai jalur utama

untuk dapat mempengaruhi?

Yudi : Pertama kita ini bukan partai politik, kedua tidak ada satupun kekuatan politik yang

tidak ditunjang oleh kekuatan ekonomi seluruh penguasa di dunia pasti di belakang ada

kekuatan ekonomi. Kalau umat Islam kuat secara ekonomi dan mandiri. Hanya menjadi

boneka-boneka dari kekuatan pihak lain. Kenapa kita tak mengeluarkan sikap resmi gerakan

411 atau 212 secara politik kotemporer mungkin strategis. Pemilihan pilgub DKI Jakarta di

depan mata tapi kami memilih cara pandang berbeda. Politik kekuasaan yang sebentar sudah

selesai, buktinya Ahok pun kalah. Tapi kalau dakwah ekonomi tak akan bisa selelsai dalam

waktu dekat ini kita tetap istiqomah.

Milki : Sosialisasi Yang dilakukan SI di luar wilayah ada enggak pak?

Yudi : Terutama pada saat ini yang kita lakukan membangun sosialisasi membangun

kesadaran untuk mandiri secara ekonomi ke Internal sebelum ke eksternal. kita bangkitkan

semangat dan berusaha. kita mulai dari koperasi karena ini menyangkut masalah orang

banyak tak menutup kemungkinan membentuk gerakan korporasi. Karena dalam Islam

sendiri tidak melarang penumpukan harta kekayaan. Yang tak boleh harta kekayaan

menumpuk namun bagi kekayaan pribadi saja. Karena dalam setiap harta kekayaan dimiliki

kita itu ada hak sebagian orang lain. Itu hanya kita dititipi, langkah awal internal dulu

wilayah dan cabang. Jika wilayah dan cabang membangun koperasi, baik koperasi

perdagangan, usaha dan simpan pinjam pada akhirnya masyarakat-masyarakat di luar SI ini

akan kita ajak masuk ke dalam dari pembangunan yang kita laksanakan.

Milki : Adakah ciri-ciri khusus dakwah ekonomi milik SI dengan organisasi yang lain?

Yudi : Kita tak punya pretensi mengatakan inilah ciri khusus kita. Apalagi secara teori

ekonomi kerakyatan, gerakan koperasi istilah seperti sosial ekonomi ia kan, itu satu istilah

terminologi yang sudah ada sejak dulu. Kita tak ada pretensi untuk mengklaim bahwa ini

gerakan ala SI. Cuma masalahnya kan di datataran implementasi ada enggak kelompok

masyarakat yang menjalankan ekonomi kerakyatatan. Satu abad yang lali Karl Marx

mengungkapkan satu teori sosialisme yang berisikan pada pertentangan kelas tetapi ada gak

yang mewujudkan secara gerakan. Sosialisme Islam jelas tidak bersumber pada pertentangan

kelas, itu dimau dari penghayatan dari pengamalan ajaran Islam. Bahwa Sosialisme dalam

Islam dalam perdagan SI atau HOS Cokroaminoto itu dipraktekkan dalam sehari-hari ibadah

haji. Tidak ada penguasa, hamba sahaya, tidak ada orang kaya dan miskin, semua memakai

pakaian yang sama yaitu ihram dalam arah yang sama, mengitari bangunan segi empat yang

sama. Semuanya sama yang beda cuma tingkat keimanan masing-masing. Dari serangkaian

teori-teori itu gak punya pretensi ini SI kita jalani aja.

Page 182: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Milki : Pasca reformasi ini memberikan peluang bagi SI mengembangkan dakwah ekonomi

di saat sejumlah partai politik misalnya juga mengunakan instrumen ekonomi sebagai

pendekatan?

Yudi : Pasca atau sebelum reformasi. Alam sekarang serba bebas seperti inilah karena tak

jelas juga konsepnya. Malah ingin ditarik kearah orde baru lagi. Katakanlah dalam pandangan

pribadi bukan karena anti Ahok dan Cina, tapi karena dia bedebah pembangunan. cara yang

dilakukan melakukan pembangunan persis dengan cara cara Soeharto. Dia bukan

menghilangkan kemiskinan tapi menghilangkan orang miskin di depan mata kita. Justru ini

terjadi pasca reformasi. Terlalu simplisistik kala ini dikatakan karena reformasi orang atau

kelompok orang juga melakukan hal-hal yang dulu juga kita lawan di saar reformasi. Sebuah

langkah mundur. Kalau misalnya di sisi ekonomi saya pikir kita tak punya pandangan

reformasi merupakan tempat yang subur dakwah ekonomi kita tak pernah lihat itu. Mau itu

era orde baru dan reformasi kalau kita punya hak milik kita harus memperjuangankan.

Apalagi saat ini emang kebebasan lebih ada daripada Orde Baru. Setiap kelompok, komunitas

punya kebebasan tersendiri. Untuk mewujudkan apa yang dicitakan. kalau kemudian banyak

dari kaum kapitalis yang dekat dengan perjuangan ekonomi kerakyaan itu hal sah saja.

Idealisme yang sama kita fastabiqul kharait ya itu gapapa. Misal alumni 212 membuat

koperasi itu tak apa. Justeru semakin banyak masyarakat yang melakukan pemberdayaan

ekonomi kerakyatan khususnya untuk umat islam bagi kami bukan saingan. Kita sama-sama

berjuang, karena perjungan tidak bisa kita pasrahkan sama satu golongan. Yang penting

tujuannya sama. Bebas-bebasa saja. Apabila ada orang yang berusaha menghambat supaya

jangan ke Roma itu kita harus hadapi.

Milki : Tantangan yang bia menghambat SI saat dari mana kia-kira?

Yudi : Kalau internal yang pertama tantanganya adalah mainset kita. Kerana 50 tahun

menjadi partai politik dan 42 tahun mengurusi politik susah sekali. Pada sata ini, tahap

menciptakan nilai in PR paling susah. Banyak yang mengehendaki SI harus jadi partai

kembali seperti PSII masa silam. Ini tantangan yang paling utama. dari eksternal karena

maindset kita selama ini, saya pernah berkujung ke pesantren di Malang. Di mana, di sana

tidak hanya mencetak santri tahfidz tetapi juga entrepreneur muda. Maindset kita, mengajak

masyarakat kita jadi pengusaha, ayo jadi petani. Karena sistem pendidikan kita mengajarkan

kita jadi buruh jadi jongos Cina. Pendidikan kita tidak pernah menyemangati untuk kita

bangga menjadi petani. Bahkan anak petani yang tinggal di pedalaman yang tak punya akses

kemanapun yang memang anak mau cita-cita apapun anda akan tetap jadi etani. Karena itu

tak punya akses papaun.

Milki : Apakah SI juga mebangun kerjasama dengan lembaga yang hanya dibentuk

kelompok anggota sarekat atau dengan kelompok yang lainnya?

Yudi : Semua kelompok mau internal dan eksternal kita tak bisa jalan sendiri jadi jagoan

sendiri. Kita kerja sama membangun relasi dengan semua pihak itu kata kunci. dengan kita

bangun kerjansama. karena kebetulan di dalam SI sendiri anak cucu orang lama yang setia

misal cicitnya H Smanahudi masih berdagang batik kawan kawan di daerah yang lain ada

yang sudah aktif di gerakan koperasi kita bangun sinegisitas di dalam kita. Di luar itu kita

bangun gerakan dengan lembaga pemerintahan, bisnis, atau kelompok masyarakat yang

peduli dengan gerakan ekonomi kerakyatan. Contoh di luar ada lembaga pemerintah

bentukan kementerian kopeasi UKM yaitu Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) itu

Page 183: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

kita jadi transfer partner dalam menyalurkan debit untuk koperasi UKM yang memakai

sistem konvensional bunga. Itu kita ikut saja toh…walaupun dengan sistem konvesional

LPDB bunga sangat murah 0,3 % perbulan 4,5 % tahun slading. Itu untuk membantu akses

bantuan bagi UKM dan koperasi. Lalu kerjasama sama juga dengan lembaga inkubator bisnis

kita punya sekolah dagang Samanhudi, kita pakai nama itu untuk menghormati sosok tokoh

SI masa lampau. Kita kerja sama One Twenty Man yang tujuanya menginginkam satu daris

setiap 20 warga harus jadi pengusaha. Jadi apa namanya berarti 5% dari penduduk Indonesia

jadi pengusaha. Cocok dengan SI. Ada kelas inkubasi ya dibatasi usianya mungkin karena

usahanya gagal atau tak berkembang karena kurangnya pengetahuan menejemen, akses

produk, pembiyaan, kita bantu lewat ini. Yang terrakhir akselerasi untuk pengusaha awal agar

naik ke kelas menengah ya susah karena infrastruktu dan atmosfir usaha hari ini di Indonesia

tidak ramah jalan kan hari ini. Untuk kerjasama dengan lembaga lain kalau bisa sinergi

kenapa tidak. justeru kalau mau sukses harus kerjasama terutama yang kesternal.

Milki : Apakah cita dakhwa ekonomi ini akan dipertahankan sampai saat nanti atau hanya

sebatas pengurusan ini saja?

Yudi : Setelah mukernas kemaren kita telah menyelesaikan roadmap SI 2045. D tahun itu

angka itu bagi kita spesial di mana peran SI kita sudah diposisikan yang tidak boleh berubah

siapapun pemimpinnya. Jadi tiga program itu di atas terus dijadikan agenda tetap. Ketika

pada saat kepemimpinan siapaun itu harus menjadi fokus perjuangan.

Page 184: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Struktur Dewan Pusat Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020

Ketua

H. Rahardjo

Tjakraningrat

Wakil Ketua

Ir. H. Suharso Monoarfa

Drs. H. Rahmat Gobel

Dr. H. Rahmat Hasanuddin.

SE

KH. Salman Al-Farisi

KH. Muhamma Irmansyah

H. Barna Sumantri

Drs. Jauhari Syamsuddin

Sophian Kasim, SH.

Drs. H. Andi Mappasukki

Ir. Irwan Esfa

H. Muhammad Abdus

Salam

H. Ali Abdul Muthalib

Sekretaris Wakil Sekretaris

Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd, Hasan Zaenal Abidin, SE,MM.

H. Fasiun, S.H.

Anggota

Ivan Prasetya AS

Ir. H. Ahmad Farial

Ir. Hj. Muzia Evaliza

H. Wahid Hasyim, SH, M.Fil.I

Drs. H. Ismail Djaelani, SH.

Drs. H. Ramli Nurhapy, M.Si

H. Amin Suparman, SH.

Drs. Aten Podomi

Drs. H. Azhar Alsen

Hj. Ratu Tinty Fathinah Chatib

Muhammad Ali Rauf, SH.

Drs, H. Sukardi Harun

H. Hasan Basri

Page 185: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Struktur Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020

Ketua Umum Wakil Ketua Umum

H.B.M. Muhtadi, SE, MM.

Dr. Hj. Valina S. Subekti, M.Si

Dr. Ir. H. Sodik Mujahid, M.Sc

.

Dr. H. Hamdan Zoelva, SH.

MH.

Wakil Sekretaris Jenderal Sekretaris Jenderal

Syafruddin Djosan

Aulia Tahkim A.D Tjokroaminoto

Feri Ferdian Mardiana, S.Pd

Dr. Syafunuddin Almandari, M.Si.

Sekretaris

Chandra Halim, SE.

Said Aldi Al-Idrus, SE.

Hj. Ayuk F. Shihab, SH.,M.Kn

H. Adam Anhari, MA.

Drs. Tavinur Syamsuddin, M.Si

Ervan Taufik, SE.

Dedy Setiawan R. Dolot, SE.

Hj. Indrati Hamzah, SE.

Muhammad Nur Djabir, MA.

Ketua

Ir. Djafar Al-Katiri, MM., M.Pd.I.

Ir. Rudi Tavinos

H. Barkah Setiawan, SP., MM.

Safrizal Rambe, M.Si

Drs. Johari Rugani, MA.

Irvan Rahardjo, SE, MM.

Agustian

H. Fadly Nurzal, S.Ag

Abid Takalamingan, S.Sos,MH

Bendahara Umum Bendahara

Dra. Rita Widyasari Muhammad Tonas, SE.

Ir. Sutrisno Toha

Ir. Jeremy Gerung

Ir. Basri Kinas Mapasseng

Page 186: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 187: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Struktur Majelis Syar’i Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020

Ketua

Ir. H. Ade Suherman, M.Pd

Wakil Ketua

KH. Mulyana Saeful Muslim, S.H

KH.Tatang Muhram

Drs.KH. Sodikun, M,Si

KH. Muhammad Muhtadin

Drs.Hj. Zubaedah Mukhtar

KH. Engking Munawwar AZ,MA.

Sekretaris Wakil Sekretaris

Dr. H. Nandang Koswara,

M.Pd,

KH. Sofyan Muh. Kosasih,SH.I

H. Atep M. Wahid Kosim, MM

KH.Slamet S. Al-Barqy

Dr. M. Zuhdi Zaini

KH. Abdul Qodir

Anggota

KH. Qaimoeddin Thamsy M Aqif, SH

KH. A. Mahmud Alamsyah

Drs, H. Muchlis Said

Dra. H. Djundah, MA.

KH. Muh. Yakub Lubis

KH. Juhaman Suriah Al-Fahlawi

Dr. H. Syamsuri Sidiq, SH, MH.

Nor Apani, SH.

Page 188: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018
Page 189: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Badan Khusus Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020

Ketua

Andrinof Chaniago, S.IP., M.Si.

Wakil Ketua

Sandiaga S. Uno, MBA

Yeni Fahmi

Sekretaris Wakil Sekretaris

Yudhi Irsyadi Syafii, SE Prof. Drs. Dawam Rahardjo

Dr. Ir. H. Suwardie, M.Sc.

Drs. H.M. Iman Sujudi, MB.

Sulaeman Ismael

Ir. Suko Hartono

Ir. Turino Yulianto

H. Aslih Ridwam, S.Ag,.MA

Ir. Anang Fatkhurrahman

Irfan Fauzi Arif, M.Si

HM. Muhtashor

Muhammad, MS

Dewan Pakar

Ketua Wakil Ketua

DEWAN EKONOMI

KH. Tb. Fathul ‘Adzim

Chatib

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Sekretaris

H. Ishak M. Yusuf, SH., MBA.

Page 190: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Badan Khusus Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020

Ketua

Prof. Dr. Ryaas Rasyid

Wakil Ketua

Dr. Adhiyaksa Dault, SH,. MH

Dr. Firaus Syam, MA

Dr. Muhanto AQ., MM.

Sekretaris Wakil Sekretaris

Dr. Wilan Yahya, M.Pd. Prof. Dr. Enang Syaifullah W, LLM

Prof. Dr. Mansur Suryanegara

Dr. M. Alvan Alfian

Prof. Dr. Widyopramono, SH.,MH

Titi Anggraini, SH, LLM.

DEWAN PENIDIKAN

Ketua Wakil Ketua

DEWAN SIYASAH

Zainal Arifin Husein,. SH. MH Prof. Muh. Taufik Makarao, MH.

Hj. Emini Sri Ihsaniati, M.M.Pd.I

Sekretaris

Hablul Mawardi, SH,. MH.

Anggota

Dr. Ir. Hj. Andi Laksmiwaty Isa

S, M.Si

Faisal Syam Aif, ST.

Ridwan Olii, S.Pd.I

Drs. H. Aceng Toha, M.Pd.

Page 191: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Badan Khusus Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020

Ketua

Drs. Ramlan Sasmita, M.Pd.i

Anggota

Dr. Anwar Fuadi, SH., MH

Ir. Suaib Didu

Sekretaris

Heru Widodo, SH,. MH.

PESANTREN KADER SYARIKAT ISLAM

Ketua Wakil Ketua

DEWAN BAITUL MAL

Dr. KH. Amrullah Ahmad, S.Fil M. Natsir, M.Pd.i

Sekretaris

Ayi Setiadi, M.Pd.I

Anggota

Haris Pettabiring, S.Ag

Dra. Siti Lailatul Soleha

Drs. H. Djohan Djauhari, M.Ag

M. Zulhaq

Dr. Undang Hidayat, M.Ag

H. Orde Djauhari

H. Ali Hamzah, S.Pd.I., M.Pd.I

Page 192: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/MILIKI...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Milki Amirus SholehPublish Year: 2018

Ketua Wakil Ketua

Ir. Muhammad Syahrir Ir. Syafril Sofyan, M.Sc.

Dawak Fathurrahman

Sekretaris

Arwandi

Anggota

Muh. Arman Alwi Al-Aidid

Magaretta Putri

BALITBANG DAN TEKNOLOGI INFORMASI