repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor:...

214
PENERAPAN MULTI AKAD DALAM KONTRAK GADAI DI PEGADAIAN SYARIAH DAN BANK JAWA TIMUR SYARIAH SAMPANG MADURA TESIS Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Master Syariah (M.Sy) Oleh: Harisah NIM: 21140433000008 Pembimbing Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.Yanggo, MA PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor:...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

PENERAPAN MULTI AKAD DALAM KONTRAK GADAI

DI PEGADAIAN SYARIAH DAN BANK

JAWA TIMUR SYARIAH SAMPANG MADURA

TESIS

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Master Syariah (M.Sy)

Oleh:

Harisah

NIM: 21140433000008

Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.Yanggo, MA

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH PROGRAM

PASCASARJANA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

PENERAPAN MULTI AKAD DALAM KONTRAK GADAI

DI PEGADAIAN SYARIAH DAN BANK

JAWA TIMUR SYARIAH SAMPANG MADURA

TESIS

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Master Syariah (M.Sy)

Oleh:

Harisah

NIM: 21140433000008

Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.Yanggo, MA

MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dari makhluk di alam raya hanya teruntuk Sang

Maha Pencipta dan Yang Maha Penuh Cinta, Allah swt. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada hamba tercinta dan sang penebar cinta di

alam raya, Nabi Muhammad saw.

Alhamdulillah, Tesis ini bisa diselesaikan setelah melalui serangkaian

proses yang tidak mungkin dapat penulis lalui seorang diri. Oleh sebab itu,

merupakan sebuah kewajiban bagi penulis untuk menyampaikan terimakasih

kepada berbagai pihak yang memberikan banyak bantuan baik moril maupun

materil bagi penulis selama penulisan Tesis ini.

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dr. H. Asep Saipuddin Jahar, MA sebagai

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak menginspirasi penulis

dalam memberikan sebuah perspektif baru, lewat berbagai acara yang penulis

ikuti selama kuliah di kampus tercinta ini.

2. Ibu Dr Nurhasanah, M. Ag selaku pemimpin Prodi Magister Hukum Ekonomi

Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terimakasih atas kebijakan-kebijakan serta arahan ibu, sangat memotifasi

penulis untuk menyelesaikan Tesis ini dan untuk semakin memperbaiki

kualitas akademis.

3. Ibu Prof Dr Hj Huzaemah T.Yanggo, MA selaku dosen pembimbing Tesis

yang penuh kesabaran membimbing, memberikan banyak arahan, masukan,

motifasi, dan saran serta telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan

penilaian sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

4. Orang tua Penulis, Bapak Abdur Ro’uf dan Ibu Marsiyah, serta saudara-

saudara kakak pertama Afan Aridi, Zainollah (kakak kedua), Haris (adek

pertama), Wadud (adek kedua), Ahmad Rofiki (adek ketiga), Ika Fatmawati

(adek keempat), dan terahir adek tercinta Ibrahim Mauladani, atas segala doa,

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

iv

motifasi, perhatian dan berbagai bantuan yang diberikan, serta pengertian

dalam memberikan kebebasan dan keluasan waktu bagi penulis untuk

konsentrasi pada penulisan ini. Demikian dengan keluarga besar Sampang

Madura, Tesis ini tidak akan dapat tersaji, tanpa doa dan dukungan dari

seluruh keluarga besar Sampang Madura.

5. Dosen-Dosen favorit penulis Prof. Dr. Atho Mudzhar, Prof Dr Amin Suma,

Dr. Euis Amalia, Prof Dr Arskal Salim, Ir Nadratuzaman Husain, dan Dr. M.

Ali Hanafiah Selian, SH., MH serta dosen-dosen Magister Hukum Ekonomi

Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

transfer berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis. Penulis sangat bangga

memiliki begitu banyak orang tua akademis yang sangat potensial dan expert

dalam bidang masing-masing, UIN Jakarta patut berbangga, karena menjadi

muara pertemuan insan akademis terbaik dari wilayah Timur dan Barat.

6. Dr. Euis Amalia selaku dosen dan sekaligus motivator dan pernah

memberikan penulis sumber rizki hingga penulis bisa menyelesaikan proses

studi dan Zainollah yang merupakan teman semasa s1 yang selalu memberi

arahan dan semangat ketika penulis kehilangan semangat dan juga termasuk

sahabat yang memberi peluang rizki untuk menyelesaikan studi penulis.

7. Bapak Chairul Hadi yang memberikan arahan, pelayanan, serta memotifasi

penulis untuk mempercepat penyelesaian Tesis ini.

8. Segenap pihak kantor Pegadaian Syariah Sampang Madura yang telah

menerima penulis untuk meneliti dan menggali informasi serta banyak

memberikan data untuk penulisan Tesis ini.

9. Segenap pihak kantor Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu Sampang

Madura yang telah menerima kehadiran peneliti mulai dari penulisan Skripsi

sampai penulisan Tesis.

10. Terima kasih untuk orang terindah dan calon imam Abd Wahid (tunangan)

yang selalu memotifasi dan meluangkan waktu untuk menyemangati penulis

dalam penyelesaian tesis ini.

11. Teman-teman Magister UIN Jakarta, Wulan Siti Maryam, Ali Yusuf Syakir,

Fera Rehan Jannatan, Amelisah, Asep Sopyan, Hani Tahliani, Qumi Andziri

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

v

dan teman-teman yang banyak membantu mengingatkan hal-hal yang

terlupakan oleh penulis di dalam memberikan analisis dalam Tesis.

12. Teman-teman di luar kampus Ahmad Saedi yang membantu penulis untuk

bisa lanjut s2, Laily Rahmawati yang selalu menemani penulis dengan

idenya, Muslihah yang merupakan orang pertama yang ngasih inap untuk

penulis dan mengantarkan penulis untuk tahu kampus, Nunung Normalasari

merupakan teman kos penulis yang setia, Chun Kahar (Ternate), Irna Febriati

(Sulawesi Tenggara) dan Sulistiawati yang suka ngasih semangat serta teman-

teman yang lain.

13. Terima kasih untuk semua organisasi yang juga membantu penulis,

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Forum Mahasiswa Madura

(FORMAD), dan EBIBEG. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, ungkapan terimakasih secara khusus juga penulis ucapkan.

Semoga segala bentuk aktivitas yang memberikan efek langsung dan tidak

langsung bagi penulis dalam menulis Tesis ini, mendapat balasan yang

terbaik dari Yang Maha Baik. Semoga Yang Maha Cinta, senantiasa

melimpahkan Cinta dan Karunianya kepada semua orang-orang yang sangat

berjasa dalam penulisan Tesis ini.

Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis, Tesis ini belum sempurna.

Untuk itu, saran konstruktif akan sangat membantu penulis untuk meningkatkan

kualitas karya ilmiah ini. Terakhir penulis memohon ridho Allah SWT semoga

segala bantuan, baik materil maupun moril dari berbagai pihak dalam

penyelesaian perkuliahan Strata 2 semoga Allah memberikan balasan yang

setimpal sebagai amal baik. Semoga usaha maksimal yang telah dilakukan ini

menjadi nilai ibadah, , Amin Ya Rabb...

03 Sya’ban 1437 H

Jakarta,

10 Mei 2016 M

Penulis,

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

vi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 2 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan tesis ini saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Juni 2016

Penulis,

Harisah

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

vii

ABSTRAK

Penelitian Tesis ini menemukan bahwa penerapan multi akad dalam proses

Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang melalui beberapa akad yaitu; akad

qard, akad rahn, dan akad ijarah sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI atau

sesuai dengan prinsip syariah, yaitu ada akad qard sebagai akad pemberian

pinjaman murni pada nasabah, akad rahn sebagai akad yang disepakati nasabah

sebagai penyerahan barang jaminan untuk disimpan oleh pegadaian dengan diikuti

akad selanjutnya yaitu akad ijarah sebagai akad yang melengkapi kontrak gadai

dan alternative pegadaian untuk mendapatkan ujroh yang dihitung berdasarkan

krakter jaminan. Selanjutnya Gadai Emas IB Barokah di Bank Syariah Jawa

Timur Sampang Madura juga menggunakan beberapa akad yaitu; akad qard, akad

rahn, dan akad ijarah. yaitu ada akad qard sebagai akad pemberian pinjaman

murni pada nasabah, akad rahn sebagai akad yang disepakati nasabah sebagai

penyerahan barang jaminan untuk disimpan oleh pegadaian dengan diikuti akad

selanjutnya yaitu akad ijarah. Namun, akad ijarah belum sesuai dengan Fatwa

DSN-MUI atau belum sesuai dengan prinsip syariah, sebagai akad yang

melengkapi kontrak gadai dan alternatif Bank untuk mendapatkan ujrah yang

dihitung sebesar 1,2% per/bulan dari besaran pinjaman mengakibatkan bentuk

transaksi riba.

Kesimpulan Tesis ini mendukung penelitian Asmadi Mohamed Naim,

yang menyatakan bahwa aplikasi akad ganda termasuk hilah serta penelitian

Muhamad Maksum yang menyatakan, kombinasi akad ganda disinyalir sebagai

trik klasik untuk menghindari bentuk riba secara formal, dalam gadai syariah

keberadaan akad Ijarah kedalam bentuk akad Rahn tidak saja memunculkan

kemungkinan bertentangan dengan kaedah akad, akan tetapi juga memicu pada

terjadinya komersialisasi pada akad sosial serta menolak Lutfi sahal dan Anwar

Munandar yang menyatkan praktik gadai emas di Pegadaian Syariah dan Bank

Syariah telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI dan Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah

Sumber primer dalam penelitian ini adalah SOP, dokumen Pegadaian

Syariah dan Bank Syariah Jawa Timur Sampang Madura dan peraturan

perundang-undangan serta Fatwa DSN MUI. Sedangkan sumber sekunder dalam

penelitian ini adalah pandangan para ahli (pakar), akademisi ataupun praktisi

melalui penelusuran literature yang ada. Disamping itu juga buku-buku, jurnal

yang terkait dengan penelitian ini dan media internet. Metodologi penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif dan

pendekatan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang

membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum, baik yang terdapat

dalam Al-Qur’an, Hadist maupun dalam peraturan perundang-undangan;

sedangkan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian terhadap efektivitas

hukum yang menggunakan pengumpulan data melalui wawancara dan

dokumentasi. Adapun mengenai metode analisis data, peneliti menggunakan

analisis deskriptif kualitatif yakni menganalisa data yang diperoleh dan

mendeskripsikannya.

Kata Kunci: Multi Akad, Gadai Emas, Pegadaian Syariah, dan Bank Syariah.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

I. KONSONAN

Transliterasi Transliterasi Transliterasi

a = ا

b = ب

t = ت

ts = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dz = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sy = ش

ص = sh

dh = ض

th = ط

zh = ظ

‘ = ع

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

w = و

h = ه

y = ي

at/ah = ة

II VOKAL PENDEK III

ˉ‒ = a

‒ˍ = i

u = ۥ‒

â - âmanû = ا

ỉ - ỉman = ي

û - ûlama = و

IV DIPOTON

V PEMBAURAN

aw = او

ay = اي

al - al- Dabbu = ال

al- syams - al- Syamsu = الشمس

wa al - wa al-taa’min = وال

IV. PENGECUALIAN

Huruf Hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan huruf vokal tanpa diikuti tanda (‘),

seperti امهات ditulis Ummahat, bukan ‘ummahat

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. vi

ABSTRAK ....................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

B. Permasalahan ............................................................... 07

1. Identifikasi Masalah ............................................. 07

2. Pembatasan Masalah ............................................. 08

3. Perumusan Masalah .............................................. 09

C. Tujuan Penelitian ......................................................... 09

D. Manfaat Penelitian ....................................................... 10

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................. 11

F. Metodologi Penelitian ................................................. 13

1. Metode Penelitian .................................................. 13

2. Pendekatan ............................................................. 13

3. Sumber Data ......................................................... 14

4. Tehnik Pengelolaan Data ....................................... 15

5. Metode Analisis Data ............................................ 15

G. Sistematika Penulisan .................................................. 16

BAB II MULTI AKAD DALAM KONTRAK GADAI SYARIAH

A. Akad Murakkab (Multi Akad) dalam Kontrak Gadai . 18

1. Pengertian Akad dan Akad Murakkab

(Multi Akad) .......................................................... 18

2. Gadai Syariah (Ar-Rahn) ....................................... 30

B. Fatwa DSN-MUI tentang Gadai .................................. 47

BAB III DESKRIPSI PEGADAIAN SYARIAH DAN

BANK SYARIAH

A. Operasional Pegadaian Syariah ................................... 53

1. Istilah Pegadaian Syariah....................................... 53

2. Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia .... 55

3. Produk dan Jasa Pegadaian Syariah ...................... 57

4. Gadai Emas di Pegadaian Syariah ......................... 58

B. Profil Pegadaian Syariah Sampang Madura ............... 60

1. Sejarah Perusahaan ............................................... 60

2. Produk-produk Pembiayaan ................................. 66

C. Operasional Bank Syariah ........................................... 70

1. Pengertian Bank Syariah ....................................... 72

2. Perkembangan Syariah di Indonesia ..................... 73

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

x

3. Kerangka Dasar Produk dan Inovasi Produk

Bank Syariah ......................................................... 76

4. Gadai Emas di Bank Syariah ................................. 87

D. Profil Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura ... 91

1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................. 91

2. Produk-produk Pembiayaan .................................. 105

BAB IV PENERAPAN MULTI AKAD GADAI SYARIAH DI

PEGADAIAN SYARIAH SAMPANG MADURA

A. Ksesuain Akad Qard pada Praktik Gadai Emas dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah

Sampang Madura ........................................................ 107

B. Ksesuain Akad Rahn pada Praktik Gadai Emas dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah

Sampang Madura ....................................................... 114

C. Ksesuain Akad Ijarah pada Praktik Gadai Emas dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah

Sampang Madura ........................................................ 123

BAB V PENERAPAN MULTI AKAD GADAI SYARIAH

DI BANK JAWA TIMUR SYARIAH CABANG

PEMBANTU SAMPANG SAMPANG MADURA

A. Kesesuaian Akad Qard pada Praktik Gadai Emas dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura ........................................................ 138

B. Kesesuaian Akad Rahn pada Praktik Gadai Emas dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura ........................................................ 150

C. Kesesuaian Akad Ijarah pada Praktik Gadai Emas dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura ........................................................ 157

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 169

B. Rekomendasi .................................................................... 170

DAFTAR PUSTAKA

GLOSSARI

LAMPIRAN

I. DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK

PIHAK PEGADAIAN SYARIAH

II. DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK

PIHAK BANK JATIM SYARIAH

III. SURAT PENGANTAR PENELITIAN DARI UIN JAKARTA

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

xi

IV. SURAT KETERANGAN DARI PEGADAIAN SYARIAH

V. SURAT KETERANGAN DARI BANK JATIM SYARIAH

VI. SURAT PENUNJUKAN PEMBIMBING TESIS

VII. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu ................................................ 16

Tabel 4.1 : Biaya Ujroh Gadai Emas .......................................... 129

Tabel 4.2 : Biaya Administrasi Gadai Emas ............................... 130

Tabel 5.1 : Biaya Administrasi Gadai Emas ............................... 162

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia keuangan syariah1 diberbagai negara Islam

mengalami peningkatan baik dari bertambahnya lembaga maupun produk

yang diinovasi oleh para aktor keuangan syariah. Namun, kestabilan

keuangan syariah suatu Negara sangat dipengaruhi jalannya transaksi dalam

bidang keuangan Negara tersebut. Ditengah perkembangan keuangan syariah

Indonesia harus selalu mengatur prinsip keadilan karena pada dasarnya

prinsip Al-Adl (keadilan) belum diupayakan secara optimal.2 Serta orientasi

utama sistem ekonomi syariah adalah untuk merealisasikan kebahagiaan yang

sebesar-besarnya bagi individu dan masyarakat, baik di dunia maupun di

akhirat.3

1 Rahmani Timorita Yulianti, Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum Kontrak

Syariah (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Jurnal Ekonomi

Islam La-Riba Vol.11, No. 1, Juli 2008) , h. 91. Lihat juga Jaribah Bi Ahmad Al-Haritsi Fikih

Ekonomi Umar Bin Al-Khathab (Jakarta: Khalifa Pustaka Al-Kautsar Grup, 2006), h. 396-399.

Menyatakan bahwa Perkembagan keuangan atau ekonomi Islam memiliki kriteria diantaranya:

Pertama, pengembangan ekonomi dalam Islam tidak akan dapat merealisasikan tujuannya jika

terpisahkan dari sisi-sisi lain tentang pengembangan yang komperhensif yang menjadi tujuan

politik syriah. Kedua, merealisasikan kesejahteraan dan meningkatkan tingkat kehidupan umat

adalah tuntutan syariah. Tiga, pengembangan ekonomi dalam Islam mencakup semua rakyat

Negara. Empat, pengembangan ekonomi dalam Islam adalah suatu kewajiban syaroah dan ibadah

yang mendekatkan seorang muslim kepada Allah jika dilakukannya dengan ikhlas. Lima,

sesungguhnya politik pengembangan ekonomi yang berdampak pada bertambahnya pemasukan itu

menjadi tidak dibenarkan jika berakibat terhadap rusaknya nilai-nilai Islam. Enam, sesungghnya

upaya pengembangan ekonomi di masa Umar terfokus pada penanggulangan kemiskinan dan

pemenuhan kebutuhan dasar bagi individu masyarakat. 2 Izzatul Mardhiah, Prinsip Keadilan dalam Penetapan Biaya Ijarah di Pegadain

Syariah, Disertasi (Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 1. 3 Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Dunia Islam

Kontemporer (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 30.

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

2

Islam sama sekali tidak mengizinkan umatnya untuk mendahulukan

kepentingan ekonomi di atas pemeliharaan nilai dan keutamaan yang

diajarkan agama. Saat ini kita mendapatkan sistem-sistem lain yang lebih

mendahulukan usaha-usaha ekonomi dengan mengabaikan akhlak dan

berbagai konsekuensi keimanan.4Dengan demikian para pelaku ekonomi

Islam dalam berprilaku dan pengambilan keputusan dalam setiap unit

kegiatatn atau aktivitas ekonomi dengan mendasarkan pada tata aturan moral

dan etika syariah,5 Hal berkaitan dengan kompetitif yang ada diantara

keuangan syariah itu sendiri dengan keuangan konvensional. Persaingan

pasar yang semakin ketat antara keuangan konvensional menyebabkan

penetapan bunga yang dianggap riba6 di dalam operasionalnya semakin

diperhitungkan. Berbeda halnya dengan keuangan syariah yang tidak

menerapkan sistem bunga didalam operasionalnya, maka tugas penting yang

harus dilakukan oleh pengelola keuangan syariah adalah meningkatkan

sosialisasi sistem keuangan syariah kepada masyarakat dengan prinsip

keadilannya.

Perkembangan keuangan syariah ditandai dengan meningkatnya

jumlah lembaga keuangan syariah (LKS) dan jumlah serta inovasi produk

yang dikembangkan, terbukti Pegadaian Syariah mulai beropersi sejak 2003

4 Andi Iswandi, Peran Etika Qur‟ani Terhadap Sistem Ekonomi Islam “Jurnal Al-Iqtishad

Ilmu Ekonomi Syariah, Vol. VI. No. 1” (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Januari 2014), h. 151. 5 Euis Amalia, Mekanisme Pasar dan Kebijakan Penetapan Harga Adil dalam Perspektif

Ekonomi Islam “Jurnal Al-Iqtishad Ilmu Ekonomi Syariah, Vol. V, No.1,” (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah, Januari 2014), h. 151. 6 Muhammad Shaukal Malik, Ali Malik Dan Waqas Mustafa, “Controversies That Make

Islamic Banking Controversial: An Analysis Of Issues And Challenges,” American Jurnal of

Social and Management Sciences. 2,1 (2011): 41-46. http://www.scihub.org/AJMS. (diakses

1/10/2015). lihat juga hasil Skripsi Hanisisva “Pelaksanaan Gadai Syariah Pada Perum Pegadaian

Syariah (Studi Kasus: Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padang, 2011) h. 6. Menyatakan

bahwa sistem keuangan Islam memiliki krakteristik tersendiri dengan tidak memungut bunga yang

dianggap riba.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

3

sampai Oktober 2015, jumlah gerai Pegadaian Syariah mencapai 611 outlet di

seluruh Indonesia. Itu terdiri dari 83 cabang dan 528 kantor unit.7 Dalam

peningkatan perkembangan keuangan syariah tersebut, fatwa ekonomi

syariah memiliki peran penting dalam menjawab kebutuhan produk ekonomi

syariah. Keberadaan fatwa untuk mendinamisasikan hukum Islam dalam

merespon persoalan yang muncul, termasuk permasalahan ekonomi modern,

sesuai dengan dimensi ruang dan waktu yang melingkupinya.8

Kegiatan ekonomi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ruang dan

waktu, posisi fatwa sangat diperlukan sebagai pijakan hukum. Fatwa

dijadikan pedoman oleh otoritas keuangan dan lembaga keuangan syariah

(LKS) dalam kegiatannya. Fatwa dijadikan standar untuk memastikan

kesyariahan produk dan operasional keuangan syariah dan sebagian fatwa

merupakan tranformasi akad-akad dalam hukum Islam ke dalam kegiatan

transaksi keuangan syariah yang modern untuk mengimbangi perkembangan

keuangan syariah karena keuangan syariah merupakan bentuk aplikasi dari

hukum Islam.9

Sebagai bentuk aplikasi atau produk pemikiran hukum Islam, fatwa

dihasilkan dari proses istinbat hukum sebagai jawaban atas persoalan hukum

yang diajukan oleh individu, kelompok, maupun lembaga.10

fatwa juga

merupakan ijtihad untuk menjawab produk-produk baru mengingat

7http://www.suara.com/bisnis/2015/11/17/124553/jelang-spin-off-pegadaian-syariah-

tambah-produk. diakses 20 Februari 2016. 8 Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos,

1995), h. 19. 9 Frank E. Vogel dan Samuel L. Hayes, Islamic Law And Finance: Religion, Risk And

Return (The Netherlands: Kluwer Internasional, 1998), h. 23. 10

Yusuf Al-Qardawi, Al-Fatwa Bayn Al-Indibat Wa-Al-Tasayyub, Terjemahan As’ad Yasin

(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 5.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

4

komplisitas transaksi modern yang membutuhkan akad-akad baru.11

Hal itu,

karena kegiatan transaksi modern tidak cukup hanya dipayungi dengan akad-

akad sederhana (basit) sebagaimana tersedia dalam literatur fikih klasik.

Fikih ekonomi ulama klasik tidak seluruhnya dapat diterapkan dalam

konteks waktu dan tempat yang berbeda. Sehinggan ijtihad di era modern

dibutuhkan untuk menjawab semua keabsahan produk modern. Keabsahan

ekonomi syariah modern ditinjau dari sudut pandang hukum Islam ditentukan

sejauhmana kesesuaiannya dengan akad-akad yang membangun dan terhindar

dari larangan hukum Islam, karena sifat syariah itu sendiri cocok dengan sifat

ekonomi yang elastis dan fleksibel.12

Perangkat hukum yang memadai,

diharapkan adanya perimbangan antara hak dan kewajiban sehingga

terciptalah keadilan secara proporsional.13

Sebagaimana sifat ekonomi yang

elastis dan fleksibel membutuhkan peran pemikiran ekonomi Islam untuk

mengiringi juga dengan bentuk keadilan yang melingkupi kegiatan ekonomi

syariah modern ini yang banyak dituangkan dalam fatwa-fatwa Dewan

Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai bentuk

upaya untuk menyalaraskan produk LKS dengan berbagai metode,

diantaranya dengan melakukan pengembangan akad dengan adanya

penggabungan akad dalam satu transaksi, membuat syarat-syarat tambahan,

dan model akad yang tidak jarang diperselisihkan oleh kalangan ulama.14

11

Muhammad Maksum, Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Timur

Tengah (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2013), h. 4. 12

M.A. Mannan, Ekonomi Islam, Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Intermasa, 1992), h. 27. 13

Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis Membangun Wacana Integrasi Perundangan

Nasional Dengan Syariah (Malang: UIN Maliki, 2013), h. xii. 14

Muhammad Maksum, Fatwa Ekonomi Syariah Di Indonesia, Malaysia, Dan Timur

Tengah h. 6.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

5

Contoh penggabungan akad yang ada dalam Fatwa DSN-MUI diantaranya

akad rahn dan akad rahn emas15

Penggabungan akad atau kombinasi akad ganda tersebut masih saja

diperselisihkan hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang memandang

kombinasi akad disinyalir sebagai trik klasik untuk menghindari bentuk riba

secara formal, dalam gadai syariah keberadaan akad al-ijarah ke dalam

bentuk bentuk akad ar-rahn tidak saja memunculkan kemungkinana

bertentangan dengan kaedah akad, akan tetapi juga memicu terjadinya

komersialisai pada akad sosial.16

Pendapat lain dengan alur yang sama yaitu

pendapat Asmadi Mohammed Naim asal Malaysia, mengkritisi akad ganda

dalam produk gadai di Malaysia yang dianggap bertentangan dengan kaedah

fikih dan menganggapnya bagian dari praktik hilah. Baginya, penetapan

ujrah dengan akad wadi‟ah yang melibihi real cost dari biaya pemeliharaan

dapat dikategorikan riba.17

Dalam penyaluran dana dengan konsep gadai diupayakan untuk

direncanakan dengan matang supaya masyarakat ikut aktif untuk bergabung

baik dengan pegadaian syariah maupun perbankan syariah yang memiliki

produk gadai. Prinsip utama dari penghimpunan dana di pegadaian syariah

dana perbankan syariah tersebut, yaitu dengan prinsip biaya sewa tempat

barang jaminan, karena prinsip tersebut dianggap tidak mengandung unsur

15

Fatwa dengan akad ijarah adalah Fatwa nomor 25/DSN-MUI/VI/2002 dan 26/DSN-

MUI/VI/2002. 16

E Siregar Mulya dan Dhani Gunawan, Standarisasi Akad Kafalah, Rahn, Hawalah,

Sharf (Jakarta: Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah), h. 2006. 17 Asmadi Mohamed Naim, “Sistem Gadaian Islam,” Journal Islamiyyat (Malaysia: 26

Februari 2004), h. 39-57.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

6

riba, maka hal ini, akan banyak masyarakat yang aktif dalam pembiayaan

gadai pada pegadaian syariah dan bank syariah tersebut.

Sesuai dengan konsep kontrak gadai modern, pada dasarnya gadai

syariah berjalan di atas dua akad transaksi Islam. Namun, akad ijarah yang

merupakan kontrak akad setelah akad qard dalam gadai syariah menjadi satu

hal pengenaan biaya uang/sewa modal. Hal ini menjadi kekhawatiran

mengandung unsur-unsur yang tidak sejalan dengan Islam.18

Dalam konsep

dua akad ditransaksi gadai syariah dianggap tidak bertentangan dengan

larangan dua akad dalam satu transaksi, karena akad dilakukan secara

terpisah dalam artian akad qard sebagai akad untuk pinjaman uang yang

kemudian akad ijarah sebagai akad untuk sewa tempat barang jaminan.

Prinsip ijarah dijadikan dasar pengembangan produk gadai,

sebagaimana dalam Pegadaian Syariah Sampang dan Bank Jawa Timur

Syariah Cabang Pembantu Sampang. Aplikasi dalam lembaga keuangan

syariah khususnya pegadaian sampang, gadai sebagai produk utama.

Sedangkan, Bank Jawa Timur Syariah Cabang Pembantu Sampang gadai

sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang membutuhkan pembiayaan,

dimana dalam lembaga keuangan syariah tidak hanya mencari profit semata,

tetapi juga menerapkan keadilan serta nilai-nilai baik lainnya.

18

Unsur-unsur yang dimaksud antara lain: 1) biaya ditetapkan dimuka secara pasti

(fixed), dianggap mendahului takdir karena seolah-seolah peminjam dipastikan akan memperoleh

keuntungan hingga mampu membayar pokok dan tambahan pada waktu yang disepakati, 2) biaya

ditetapkan dalam bentuk persentase sehingga apabila diapdukan dengan dengan unsur

ketidakpastian manusia, secra matematis dengan berjalannya waktu akan bisa menjadikan hutang

berlipat ganda, 3) memperdagangkan/menyewakan barang sejenis dan sama dengan memperoleh

keuntungan atau kelebihan kualitas dan kuantitas, hukumnya adalah riba, 4) membayar hutang

dengan lebih baik, harus ada dasar sukarela dan inisiatifnya harus datang dari yang punya hutang.

Lihat buku karangan: Nurul Huda dan Muhammad Heykal Lembaga Keuangan Islam Tinjauan

Teoritis dan Praktis h. 281.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

7

Pembiayaan ini memiliki kelebihan tersendiri dari pada pembiayaan

lain. Kelebihan tersebut terletak pada proses yang sangat singkat di

Pegadaian Syariah Sampang transaksi produk pembiayaan gadai emas ini

dilakukan dengan waktu yang sangat cepat yaitu 15 menit sampai 30 menit19

sedangkan di Bank Jawa Timur Syariah Sampang pembiayaan Gadai Emas

IB Barokah dilakukan dengan waktu 10 menit sampai 30 menit.20

Bagi setiap nasabah yang mengajukan pembiayaan dengan jaminan

emas di pegadaian syariah sampang, pegadaian yang memberikan maksimal

pinjaman 80% - 95% dari nilai taksiran.21

Hal ini berbeda dengan Bank Jawa

Timur Syariah yang memberikan pinjaman gadai 100% dari taksiran.22

Dari

segi akad kedua lembaga tersebut menggunakan akad qard, rahn, dan

ijarah.23

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian ini dengan judul: “Penerapan Multi Akad dalam

Kontrak Gadai di Pegadaian Syariah dan Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura”.

19 Katalog Pembiayaan Gadai Emas Syariah Pegadaian Syariah Sampang Madura

dari Periode 2013-2016. 20 Katalog Pembiayaan Gadai Emas IB Barokah Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura dari Periode 2013-2016. 21

Data Pinjaman dengan Jaminan Emas Pegadaian Syariah Sampang Dari Periode 2013-

2016. 22

Data Nilai Taksiran Besaran Emas Bank Jawa Timur Syariah Sampang Periode 2013-

2016. 23

Akad Pembiayaan Gadai Syariah Di Pegadaian Syariah Sampang 2013-2016. Dan

Akad Dengan Akad Gadai Emas IB Barokah Bank Jatim Syariah Sampang Tahun 2013-2016.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

8

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang terungkap, ada beberapa permasalahan

terkait dalam kajian ini:

a. Sistem nilai dan etika mempengaruhi formulasi beberapa akad dalam

kontrak akad gadai syariah.

b. Formulasi gabungan beberapa akad menimbulkan adanya biaya yang

harus ditanggung oleh nasabah

c. Nilai taksiran untuk pembiayaan gadai berbeda antara pegadaian

syariah dengan bank syariah

d. Tingkat keadilan dalam mekanisme akad gadai syariah pegadaian dan

bank belum memenuhi kriteria adil

e. Konsepsi biaya dan keuntungan dari produk pembiayaan yang adil

dalam sistem ekonomi syariah.

f. Penentuan Biaya Sewa dalam Gadai Syariah pegadaian syariah dan

bank syariah hanya menguntungkan pihak pemilik modal.

g. Adanya kesamaan kombinasi akad pegadaian syariah dan bank syariah

yang berpedoman dengan fatwa DSN-MUI.

2. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan identifikasi masalah yang sangat luas, agar

pembahasan tesis ini terarah dan sistematis, maka kajian difokuskan pada

gadai Emas syariah di Pegadaian Syariah periode Tahun 2013 sampai

tahun 2016 dan Pegadaian Emas Syariah di Bank Syariah Jawa Timur

Sampang Madura periode tahun 2013 sampai tahun 2016 yang meliputi

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

9

penerapan multi akad dalam gadai syariah tersebut, dan kesesuaiannya

dengan Fatwa DSN-MUI tentang gadai.

3. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam Tesis ini fokus pada satu permasalahan mengenai bagaimana

kesesuaian multi akad gadai emas di Pegadaian Syariah Sampang Madura

dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura dengan Fatwa DSN-

MUI, dengan penjebaran rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kesesuaian praktik akad qard di Pegadaian Syariah

Sampang Madura dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

dengan Fatwa DSN-MUI?

b. Bagaimana kesesuaian praktik akad rahn di Pegadaian Syariah

Sampang Madura dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

dengan Fatwa DSN-MUI?

c. Bagaimana kesesuaian praktik akad ijarah di Pegadaian Syariah

Sampang Madura dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

dengan Fatwa DSN-MUI

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Tesis ini memiliki

tujuan sebagai berikut:

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

10

a. Untuk mengetahui keseuaian praktik akad qard di Pegadaian Syariah

Sampang Madura dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

dengan Fatwa DSN-MUI.

b. Untuk mengetahui keseuaian praktik akad rahn di Pegadaian Syariah

Sampang Madura dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

dengan Fatwa DSN-MUI.

c. Untuk mengetahui keseuaian praktik akad ijarah di Pegadaian Syariah

Sampang Madura dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

dengan Fatwa DSN-MUI

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai nilai manfaat atau

kegunaan bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

a. Kegunaan Akademis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian

selanjutnya dan sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat

menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca terutama tentang

Kesesuaian Penerapan Multi Akad Gadai Syariah dengan Fatwa DSN-

MUI.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Pihak Praktisi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi

pihak Pagadaian Syariah Sampang dan manajemen Bank Jatim

Syariah Cabang Pembantu Sampang untuk mengetahui kesesuaian

prakti gadai emas yang ditawarkan pegadain syariah dan perbankan

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

11

syariah dengan fatwa DSN-MUI. Selain itu, untuk memberikan

sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi perusahaan dalam

mengevaluasi atau memperbaiki kinerjanya guna meningkatkan

strategi kesyariahan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan

untuk memahami dan memenuhi kebutuhan konsep syariah.

2) Bagi Regulator

Hasil penelitian ini bisa memberikan gambaran praktik

gadai syariah yang ada dalam lembaga keuangan syariah baik bank

syariah maupun pegadaian syariah kaitannya dengan kesesuaian

Fatwa DSN-MUI.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa kajian pemikir ekonomi konvensional dan ekonomi

muslim yang relevan dengan penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan

wacana praktik multi akad dalam transaksi ekonomi syariah.

Izzatul Mardhiah Prinsip keadilan dalam penetapan biaya ijarah di

pegadaian syariah.24

Disertasi ini membuktikan bahwa penetapan biaya ijarah

di pegadaian syariah belum sepenuhya memenuhi Kriteria kadilan formam

maupunkriteria keadilan substansial. Tidak terwujudnya keadilan tersebut

dipengaruhi oleh konsistensi terhadap aturan formal (keadilan formal)

maupun norma etika dan kepentingan sosial (keadilan substansial). Aplikasi

produk akad gadai syariah di perbankan syariah (studi tentang akad rahn dan

al-ijarah pada bank syariah mandiri) Kesimpulan penelitian ini membuktikan

24

Izzatul Mardhiah, dalam Disertasi yang dibuktikan dengan judul Prinsip Keadilan

dalam Penetapan Biaya Ijarah di Pegadain Syariah “Diseratsi” (Jakarta: Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah, 2013).

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

12

bahwa kontrak akad gadai dengan mengagbungkan akad al-rahn dengan al-

ijarah adalah sah berdasarkan pandangan fikih.

Salamah Binti Mamoor dan Abdul Ghafar Bin Ismail “Micro-Credit

program: pawnshop vs A-Rahn”25

menyimpulkan bahwa kombinasi kontrak

gadai yang mengkombinasikan beberapa akad yaitu akad al-qard, al-rahn,

dan al-wadi‟ah yad damanah sesuai dengan kontrak dalam Islam. Hasanudin

“Konsep Keadilan dan Standar Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI”26

juga melakukan penelitian kesimpulannya bahwa

penggabungan antara akad ar-rahn sebagai akad tabarru‟ dengan akad al-

ijarah sebagai akad mu‟awadah dapat mendorong terjadinya riba.

Asmadi Mohamed Naim “Sistem gadaian Islam”.27

kajian tentang

pembiayaan gadai di Malaysia dengan kesimpulan bahwa aplikasi akad ganda

termasuk praktik hilah, ia mengajukan konsep tiga pihak dalam transaksi

gadai, pihak penggadai, pihak penerima gadai dan pihak penyimpan barang

gadai.

Selain penelitian yang telah penulis sebutkan di atas, tidak menutup

kemungkinan masih ada penelitian mengenai gadai syariah. Namun,

sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti tentang Penerapan Multi

Akad dalam Kontrak Gadai di Pegadaian Syariah dan Bank Jawa Timur

Syariah Sampang Madura. Peneltian ini memiliki beberapa persamaan

diantaranya, tema yang diangkat peneliti yaitu gadai syariah, multi akad

25

Salamah Binti Mamoor dan Abdul Ghafar Bin Ismail, “Micro-Credit Program:

Pawnshop Vs Ar-Rahn”, Working Paper, Malaysia Finance Assocition (MFA)‟S 7th Annual

Conference, Primula Beach Resort (Kuala: Terengganu 9-10th May 2005) 26

Hasanudin, “Konsep Keadilan dan Standar Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI,” Tesis Pasca Sarjana UIN, Jakarta, 2008. 27

Asmadi Mohamed Naim, “Sistem Gadaian Islam,” Journal Islamiyyat. 26 Februari

2004: 39-57.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

13

dalam gadai syariah dan metode yang diambil sama-sama kualitatif dari

beberapa penelitian tersebut. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang sudah ada diantaranya, Isu yang diangkat tentang komparasi

multi akad yang ada di pegadaian sebagai produk utama dan pada perabankan

syariah sebagai produk tambahan, Multi akad gadai syariah tersebut sama-

sama dianalisis dengan kesesuaian Fatwa DSN-MUI dan Lokasi penelitian

dilakukan di lembaga perbankan yang ada di wilayah kabupaten Sampang

yaitu Pegadain Syariah Sampang dan Bank Jawa Timur Syariah Cabang

Pembantu Sampang serta Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.

E. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Secara umum penelitian tesis ini, menggunakan pendekatan

kualitatif (naturalistic)28

dan kajian kepustakaan yang didukung oleh

data-data lapangan.

2. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan kajian. Pertama,

yuridis normative dan pendekatan yuridis empiris. Penelitian yuridis

normatif adalah penelitian yang membahas doktrin-doktrin atau asas-asas

dalam ilmu hukum, baik yang terdapat dalam Al-Qur‟an, Hadist maupun

dalam peraturan perundang-undangan yang mengutamakan pemikiran dan

pendapat para ulama tentang kombinasi akad dalam transaksi muamalah,

28

Cik Hasan Basri, Model Penelitian Fiqh; Pradigma Penelitian Fiqh Dan Fiqh

Penelitian, Jilid 1 (Jakarta: Kencana, 2003), h.100.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

14

khususnya transaksi dengan jaminan/collateral. Adapun perangkat

analisis yang digunakan adalah teori fikih dan Fatwa DSN-MUI.

Adapun pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian terhadap

efektivitas hukum yang menggunakan pengumpulan data melalui

wawancara dan dokumentasi. Pendekatan etika teori dan beberapa teori

yang digunakan. Pertama, kesesuaian terhadap fatwa digunakan untuk

membaca gejala dan pola serta mengkategorikan praktek keuangan

syariah dan kombinasi akad produk pembiayaan syariah dalam kriteria-

kriteria kesyariahan tertentu. Kedua, teori kontrak digunakan untuk

membaca kombinasi kontrak atau akad. Selain itu, perlu dikemukakan

bahwa penelitian ini bersifat deskriptif analisis untuk memberikan

gambaran mengenai fakta-fakta riil disertai analisis yang akurat terhadap

undang-undang dan peraturan-peraturan yang menjadi landasan di

Pegadaian Syariah Sampang dan Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu

Sampang Madura.

3. Sumber Data

Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumen yang menunjukkan praktik dan operasional kontrak yang

beruang-lingkup akad ganda dalam gadai syariah.

Selain itu, penelitian juga menggunakan sumber data dari draft

kombinasi akad pembiayaan gadai syariah di Pegadaian Syariah Sampang

dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang, serta data-data lapangan yang

dikumpulkan dengan metode wawancara terhadap sejumlah karyawan

Pegadaian Syariah Sampang dan Bank Jawa Timur Syariah Sampang..

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

15

Untuk membahas sistem pembiayaan kontrak gadai merujuk pada

sejumlah kitab seperti: hasiyyat I‟anat At-Thalibien „ala Hall Alfadz Fath

al-Mu‟in, Quuth Al-Habib Al-Gharib Tausyekh „Ala Fath el-Qarib Al-

Mujieb, Taudhid Al-Ahkam Min Bulugh Al Maram, Al Majmu‟ Syarhul

Muhadzab.

Untuk memperkuat analisis, kajian juga mmenggunakan sumber

sekunder lain dan karya-karya ulama fikih kontemporer, literatur teori

etika dan etika bisnis, buku-buku manajemen pembiayaan dan kredit,

jurnal, laporan penelitian serta data-data dari internet, Sejumlah laporan

penelitian terkait juga menjadi rujukan dan sumber sekunder.

4. Tehnik Pengelolaan Data

Untuk mendapatkan informasi, data-data dari sumber primer

dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Untuk menemukan fenomena dan

konsep kombinasi akad yang dimaksud, digunakan alat ukur indikator

yang dirumuskan dalam refrensi sekunder. Kajian yang bersifat teoritis

dikumpulkan dengan metode studi literature melalui pendekatan

komparatif.

Metode kajian yang digunakan dalam kajian ini, pertama

memahami fenomena keuangan syariah dengan pendekatan dikotomis.

Selanjutnya, pendekatan fikih yang dilahirkan dari pemahaman dikotomis

dihubungkan dengan fatwa DSN-MUI dalam wacana kombinasi akad

produk pembiayaan syariah.

5. Metode Analisis Data

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

16

Untuk mendapatkan deskripsi yang benar tentang kombinasi akad

dalam aturan Islam ataupun aplikasinya dalam lembaga keuangan syariah

khususnya dalam gadai syariah digunakan metode analisis deskriptif,

dengan memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat.

Kemudian konsep analisis dengan menggunakan metode analisis isi

(content analisys). Model analisis isi ini dilakukan dengan metode

perbandingan tetap (comparative method), yaitu dengan

memperbandingkan tetap satu kategori dengan kategori yang lainnya.

Adapun analisis dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yakni

penyusunan teori dan kriteria tertentu yang diambil dari sumber sekunder

yang kemudian disebut dengan kategori pertama. Pada tahapan

selanjutnya, dilakukan perbandingan secara induktif kategori kedua (yang

berasal dari sumber primer) terhadap kategori pertama dalam rangka

mengidentifikasi terpenuhinya tiap kriteria dan tolak ukur tertentu.

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan tesis ini dibagi menjadi enam bab. Sebagaimana layaknya

karya ilmiah Tesis ini dimulai dari Bab 1 yang dimulai dengan pendahuluan,

yang berisi latar belakang dan perumusan masalah, tujuan, signifikansi

penelitian serta penelitian terdahulu yang terkait. Terahir adalah metodelogi

penelitian yang terdiri dari tehknik pengelolaan data, metode analisi serta

sistematika pembahasan tesis.

Selanjutnya, untuk membekali pembaca khususnya pada bab analisis

bab IV dan bab V, maka Bab II menjelaskan kerangka teori yang

memaparkan perdebatan mengenai Multi Akad Dalam Transaksi Gadai

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

17

Syariah, serta pemaparan mengenai Gadai Syariah (Ar-Rahn), Gadai Emas

Syariah serta Fatwa DSN-MUI tentang gadai sebagai alat analisis dari hasil

penelitian.

Bab III Memaparkan tentang Lembaga Pegadaian Syaraiah dan Bank

Syariah untuk memberikan gambaran perbedaan produk gadai emas dalam

kedua lembaga tersebut.

Bab IV Merupakan analisis tentang Penerapan Multi Akad Gadai

Syariah Di Pegadaian Syariah Sampang dengan meliputi penerapan Akad

Qard, akad Rahn, dan Akad Ijarah disesuaikan dengan ketentuan Fatwa

DSN-MUI.

Bab V Merupakan analisis kesesuaian Multi Akad Gadai Syariah Di

Bank Syariah Jawa Timur Sampang Madurameliputi Akad Qard, akad Rahn

dan Akad Ijarah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang dengan Fatwa DSN-

MUI.

Sebagai uraian akhir penulis memaparkan Bab VI. Bagian ini

mengandung uraian tentang kesimpulan yang diambil dari hasil analisis

terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan serta disajikan saran-saran

untuk aplikasi hasil penelitian di lapangan dan untuk kemungkinan studi

lebih lanjut.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

18

BAB II

MULTI AKAD DALAM KONTRAK GADAI SYARIAH

Akad merupakan pintu masuk (akses) terjadinya sebuah transaksi

bisnis (ekonomi) yang dialakukan oleh antar pihak terkait yang dapat

melahirkan hak dan kewajiban. Sebalum melakukan aktivitas bisnis

(ekonomi) calon pelaku bisnis harus memahami masalah akad terlebih dahulu

agar mereka yang terlibat mengetahui dimana batas-batas hak yang harus

dituntut (diperoleh), disamping kewajiban apa yang harus ditunaikan. Begitu

juga halnya dalam transaksi gadai syariah para pelaku harus memahami

kontrak akad dalam gadai tersebut.

A. Akad Murakkab (Multi Akad) dalam Kontrak Gadai

1. Pengertian Akad dan Akad Murakkab (Multi Akad)

a. Pengertian Akad

Akad berarti perjanjian, perikatan, dan permufakatan.1 Ibrahim

Fadhil Al-Dabbu dalam penelitiannya menyatakan bahwa akad secara

etimologi dipergunakan untuk beragam makna, yang seluruhnya

bermakna al-ribt (keterikatan, perikatan, dan pertalian).2 Akad (al-

Aqd), dalam pengertian bahasa Indonesia disebut kontrak, merupakan

konsekuensi logis dari hubungan sosial dalam kehidupan manusia.

Hubungan ini merupakan fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah

1 A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: Kompas Gramedia, 2012), h.

126-127. 2 Ibrahim Fadhil Al-Dabbu, Al-Iqtishad Al-Islami: Dirasah Wa Tatbhiq (Jordan: Dar Al-

Manahij, 2008), h. 171. Lihat juga Syamsul Anwar, Hukum Perjajian Syariah Studi Tentang Teori

Akad dalam Fikih Muamalat, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 96

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

19

ketika menciptakan mahkluk yang bernama manusia. Karena itu akad

dimaksud merupakan kebututuhan sosial sejak manusia mulai

mengenal arti hak milik. Islam sabagai agama yang komprehensif dan

universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk

diimplementasikan dalam kehidupan sosial pada setiap masa

Akad sebagai suatu istilah dalam hukum ekonomi syariah

untuk per-temukan ijab yang diajukan oleh salah satu pihak dengan

qapul dari pihak lain yang menimbulakan akibat hukum pada obyek

akad. Ijab (serah terima) dimaksud diungkapan atau diucapan atau

sesuatu yang bermakna demikian yang datang dari orang yang

memiliki sesuatu, baik merupa barang maupun jasa senhingga dapat

memindahkan hak kepemilikanya melalui akad.3 Dengan adanya ijab

memberikan pemahaman bahwa pihak yang menyerahkan telah

merelakan.

Qobul merupakan ungkapan atau ucapan atau sesuatu yang

bermakna menerima demikian yang datang dari orang yang akan

menerima pemindah hak kepemilikan barang atau jasa yang dijadikan

obyek akad.4

Ijab dan qabul ini sangat peting dalam transaksi hukum

ekonomi syariah dan menjadi indikator kerelaan pihak pihak yang

melakukan akad. Kedaan akad tidak boleh bertentangan dengan

ketentuan KUH Perdata yang menentukan bahwa perjanjian tidak

3 Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori Dan Praktek (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf

Prima Yasa: 1997), h. 189. 4 Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori Dan Praktek, h. 189.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

20

boleh melanggar undang-undang.5 Dalam fiqh mu‟amalah, ijab dan

qobul ini adalah komponen dari shighatul „aqd, yaitu ekspresi dari dua

pihak yang menyelenggarakan akad atau aqidain (pemilik barang dan

orang yang akan dipindahakan kepemilikan barang kepadanya) yang

mencermikan hak kepemilikan melalui pembuatan akad. Hal

dimaksud, berarti tercapainya tujuan akad akan tercermin pada

terciptanya akibat hukum. Selain itu, disatu pihak memikul beberapa

kewajiban dan sekaligus merupakan hak pihak lainya. Hak dan

kewajiban ini disebut juga hukum tambahan akad, akibat hukum

tambahan akad dimaksud, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

akibat hukum yang ditentukan oleh syariah dan akibat hukum yang

ditentukan oleh para pihak sendiri, apa yang baru dikemukakan

terdahulu merupakan akibat hukum tambahan yang ditentukan oleh

syariah.6 Sebagai suatu pertalian antara ijab dengan qabul, maka akad

dengan sendirinya menimbulkan pengaruh pada obyek kontrak.

Pertalian ijab dan qabul yang mengikat kedua belah pihak yang saling

bersepakat, yaitu masing masing sesuai denga kesepakatn. Kosep akad

dalam fiqh muamalah dibedakan dengan konsep wa‘ad. Wa‘ad adalah

janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainya yang mengikat

satu pihak saja, yaitu pihak memberi janji berkewajiban untuk

melaksanakan kewajibannya; sendangkan pihak yang diberi janji tidak

memikul kewajiban apa apa terhadap pihak laninya, pada konsep

wa‘ad terms and conditionnya (syarat dan kondisi) belum ditetapkan

5 Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, h. 189.

6 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2007), h. 66.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

21

secara rinci dan spesifik (belum well defined, sehingga jika pihak yang

berjanji tidak dapat memenuhi janjinya atau melakukan wanprestasi,

maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral tanpa

sanksi hukum.7

Dilain pihak, akad adalah kontrak antara dua belah pihak yang

mengikat kedua belah pihak untuk saling bersepakatan, yaitu para

pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban dan menerima hak

masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad,

terms and conditionnya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik

(sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua belah pihak yang

terikat dalam akad itu tidak dapat memenuhi kewajibannya atau

melakukan wanprestasi, maka akan menerima sanksi seperti yang

sudah disepakati dalam akad. Secara umum akad ekonmi syariah

dibagi dalam dua bagian, yaitu akad tabarru‟ dan akad tijarah.8

Jenis akad tabarru‟ (gratuitous contract) adalah segala macam

perjanjian yang menyangkut non profit transaction (transaksi

nirlaba)9. Transaksi dimaksud, pada hakikatnya bukan transaksi bisnis

untuk mencari keuntungan secara komersil. Namun, akad tabarru‟

dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbentuk

7 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 66.

8 Ahmad Maulidizen, Alikasi Gadai Emas Syariah: Studi Kasus Pada BRI Syariah Cabang

Pekan Baru “Falah Jurnal Ekonomi Syariah Vol.1, No,1 (Malaysia: Univesiti Malaya, Februari

2016), h. 77. 9 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press,

2008), h. 259. Lihat juga dalam karangan Yusuf al-Shubaily, Muqaranah Bayna Nizam Al-waqf

Wa-al Taa‟min Al-takafuli, “Internasional Conference On Coorperative Insurance In The

Framework Of Wakf, (Kuala lumpur: Universiti Antarbangsa Malaysia, 4-6 Mac 2008), h. 7-8.

Menyatakan bahwa akad tabarru‟ adalah kontrak yang melibatkan pemindahan hak milik kepada

pemilik baru tanpa sebarang bayan atau pampasan seperti hibah, sumbangan kebajikan, derma,

wasiat, dan wakaf.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

22

kebaikan sehingga pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak

mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan datang

dari tabarru‟ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun,

demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta

kepada counterpartnya (rekan transaksinya) untuk sekadar menutupi

biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan

akad tabarru‟ tersebut. Namun ia tidak boleh sedikit pun mengambil

laba dari akad tabarru‟ tersebut. Bentuk tabarru‟ dapat berupa

memberikan sesuatu atau meminjamkan sesuatu uang maupun jasa.

Contoh akad-akad tabarru‟ adalah qard, rahn, hiwâlah, wakalah,

kafalah, wadi‘ah, hibah, waâf, shadaqah, hadiah, dan lain-lain.10

Akad tabarru‟ yang sudah disepakati tidak boleh dirubah

menjadi akad tijarah (akad yang bertujuan mencari keuntungan)

kecuali ada kesepakatan dari kedua belah pihak untuk mengikatkan

diri dalam akad tijarah tersebut. Misalkan bank setuju menerima

titipan mobil dari nasabahnya (akad wadi‘ah, dengan demikian bank

melakukan akad tabarru‟), maka bank syariah, dalam perjalanan

kontrak tidak boleh mengubah akad tersebut menjadi akad tijari

dengan mengambil keuntungan dari jasa wadi‘ah tersebut. Larangan

yang tidak memperbolehkan perubahan dari akad tabarru' menjadi

akad tijari member arti bahwa setiap transaksi yang asalnya

bermaksud untuk tidak mendapatkan keuntungan, kemudian setelah

tejadi akad, ternyata pihak terkait di dalamnya mengharapkan

10

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajahmada

University Press, 2007), h. 61.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

23

keuntungan dari transaksi tersebut, maka transaksi dimaksud

merupakan bentuk pengzaliman karena melakukan suatu akad yang

berlainan dengan definisi akadnya. Namun demikian, bukan berarti

akad tabarru‟ sama sekali tidak dapat digunakan dalam kegiatan

komersil. Sebab, dalam kenyataan akad tabarru‟ sering digunakan

untuk menjembatani atau memperlancar akad tijarah.11

Adapun akad tijarah (compensational contract) merupakan

segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction

(transaksi yang berorientasi pada keuntungan). Karena itu, akad

tijarah bertujuan untuk mendapatkan laba, bersifat komersiil. Hal ini

didasari atas kaidah bisnis bahwa “business is an activity for a profit”

(bisnis adalah suatu aktivitas untuk memperoleh keuntungan).12

Selain

itu, perlu dikemukakan bahwa akad tijarah boleh dirubah menjadi

akad tabarru‟. Hal itu berarti setiap transaksi yang asalnya bertujuan

untuk mendapatkan keuntungan, kemudian setelah terjadi akad, pihak

yang terkait di dalamnya meringankan atau memudahkan pihak yang

lain dengan menjadikan akad dimaksud menjadi akad tabarru‟(tanpa

imbalan keuntungan) atau lebih jelas lagi jika akad tijarah sudah

disepakati, akad tersebut boleh diubah menjadi akad tabarru‟ bila

pihak yang bertahan haknya dengan rela melepaskannya, sehingga

menggugurkan kewajiban pihak lain. Contoh akad tijarah adalah

11

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisii Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 70. 12

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisii Fiqih dan Keuangan, h. 70.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

24

akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa seperti; mudharabah,

musyarakah, murabahah, salam, ijarah, dan sebagainya.13

b. Pengertian Akad Murakkab (Multi Akad)

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada pembahasan

sebelumnya, akad merupakan pintu masuk untuk melakukan suatu

transaksi ekonomi syariah termasuk dalam transaksi gadai. Transaksi

gadai syariah kontemporer memerlukan akad murakkab (multi akad)

sehingga transaksi tersebut sah meurut syariah. Kata multi akad

merupakan terjemahan dari kata Arab yaitu al-‟uqûd al-murakkabah

yang berarti akad ganda (rangkap). Al-‟uqûd al-murakkabah terdiri

dari dua kata al-‟uqûd (bentuk jamak dari „aqd) dan al-murakkabah.14

Multi dalam bahasa Indonesia memiliki arti banyak, lebih dari satu,

lebih dari dua, dan berlipat ganda.15

Dengan demikian, multi akad

dalam bahasa Indonesia berarti akad berganda atau akad yang banyak,

lebih dari satu. Kata Al-murakkabah (murakkab) secara etimologi

berarti al-jam‟u (mashdar), yang berarti pengumpulan atau

penghimpunan.16

Kata murakkab sendiri berasal dari kata "rakkaba-

yurakkibu-tarkiban" yang mengandung arti meletakkan sesuatu pada

sesuatu yang lain sehingga menumpuk, ada yang di atas dan yang di

bawah.

13

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisii Fiqih dan Keuangan, h. 70. 14

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap.

(Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), h. 953. 15

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 671. 16

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap.), h.

209.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

25

Sedangkan akad murakkab menurut pengertian para ulama

fikih merupakan akad Kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan

satu transaksi yang mengandung dua akad atau lebih sehingga semua

akibat hukum akad-akad yang terhimpun tersebut, serta semua hak

dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan, sebagaimana akibat hukum dari satu

akad. Contoh jual beli dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qardh,

muzara'ah, sahraf (penukaran mata uang), syirkah, mudharabah, dan

rahn.17

menurut Al-„Imrani sebagaimana yang dikutip Hasanuddin

dalam bukunya membagi multi akad dalam lima macam, yaitu al-

‟uqud al-mutaqabilah (akad bergantung/bersyarat) multi akad dalam

bentuk akad kedua merespon akad pertama, dimana kesempurnaan

akad pertama bergantung pada sempurnanya akad kedua melalui

proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu bergantung dengan

akad lainnya, al-‟uqud al-mujtami‟ah (akad terkumpul) multi akad

yang terhimpun dalam satu akad. Dua atau lebih akad terhimpun

menjadi satu akad. Seperti contoh "Saya jual rumah ini kepadamu dan

saya sewakan rumah yang lain kepadamu selama satu bulan dengan

harga lima ratus ribu".

Multi akad yang mujtami'ah ini dapat terjadi dengan

terhimpunnya dua akad yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam

satu akad terhadap dua objek dengan satu harga, dua akad berbeda

akibat hukum dalam satu akad terhadap dua objek dengan dua harga,

17

Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syariah di Indonesia (Ciputat : UIN Syahid, 2009), h. 3.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

26

atau dua akad dalam satu akad yang berbeda hukum atas satu objek

dengan satu imbalan, baik dalam waktu yang sama atau waktu yang

berbeda, al-‟uqud al-mutanaqidhah wa al-mutadhadah wa al-

mutanafiyah (akad berlawanan), al-‟uqud al-mukhtalifah (akad yang

berbeda) adalah terhimpunnya dua akad atau lebih yang memiliki

perbedaan semua akibat hukum di antara kedua akad itu atau

sebagiannya. Seperti perbedaan akibat hukum dalam akad jual beli

dan sewa, dalam akad sewa diharuskan ada ketentuan waktu,

sedangkan dalam jual beli sebaliknya. Contoh lain, akad ijarah dan

salam. Dalam salam, harga salam harus diserahkan pada saat akad (fi

al-majlis), sedangkan dalam ijarah, harga sewa tidak harus diserahkan

pada saat akad, al-‟uqud al-mutajanisah (Akad sejenis) adalah akad-

akad yang mungkin dihimpun dalam satu akad, dengan tidak

memengaruhi di dalam hukum dan akibat hukumnya. Multi akad jenis

ini dapat terdiri dari satu jenis akad seperti akad jual beli dan akad jual

beli, atau dari beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa.

Multi akad jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki

hukum yang sama atau berbeda. Dari lima macam itu, menurutnya,

multi akad yang umum dipakai dua macam yang pertama; al-‟uqud al-

mutaqabilah, al-‟uqud al-mujtami‟ah18

Akad-akad yang dikumpulkan dalam satu transaksi keberadaan

hukumnya belum tentu sama dengan keberadaan hukum dari akad-

akad yang membangunnya, Seperti contoh akad bai‟ dan salaf yang

18

Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syariah di Indonesia, h. 7.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

27

secara jelas dinyatakan keharamannya oleh Nabi. Akan tetapi jika

kedua akad itu berdiri sendiri-sendiri, maka baik akad bai‟ maupun

salaf diperbolehkan.19

Dengan demikian hukum multi akad tidak bisa

semata dilihat dari hukum akad-akad yang membangunnya terkadang

akad-akad yang membangunnya adalah boleh ketika berdiri sendiri,

namun menjadi haram ketika akad-akad itu terhimpun dalam satu

transaksi sehingga hukum akad-akad yang membangun tidak secara

otomatis menjadi hukum dari multi akad.

Ketentuan ini memberi peluang pada pembuatan model

transaksi yang mengandung multi akad karena hukum multi akad itu

boleh. Sesuai dengan mayoritas ulama Hanafiyah, sebagian pendapat

ulama Malikiyah, ulama Syafi‟iyah, dan Hanbaliah berpendapat

bahwa hukum multi akad sah dan diperbolehkan menurut syariat

Islam dengan beralasan bahwa hukum asal dari akad adalah boleh dan

sah, tidak diharamkan dan dibatalkan selama tidak ada dalil hukum

yang mengharamkan atau membatalkannya.20

Meski ada multi akad

yang diharamkan, tetapi prinsip dari multi akad ini adalah boleh dan

hukum dari multi akad diqiyaskan dengan hukum akad yang

membangunnya. Artinya setiap muamalat yang menghimpun beberapa

akad, hukumnya halal selama akad-akad yang membangunnya adalah

boleh begitu halnya dengan multi akad dalam penelitian ini dalam

transaksi gadai emas syariah. Pada dasarnya gadai emas syariah

19

Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syariah di Indonesia, h. 7. 20

Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syariah di Indonesia, h. 13.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

28

berdiri atas tiga akad21

meliputi akad qardh, akad rahn, dan akad

ijarah. Demikian juga Jumhur Ulama telah sepakat akan kebolehan

gadai itu. Namaun demikian, perlu dilakukan pengkajian lebih

mendalam dengan melakukan ijtihad.22

Ijtihad23

itu dilakukan untuk menyesuaikan hukum Islam

dengan keadaan. Ajaran Islam pada hakikatya terdiri dari dua ajaran

pokok. Pertama ajaran Islam yang bersifat absolut dan permanen.

Kedua ajaran Islam yang bersifat relatif dan tidak permanen, dapat

berubah dan diubah-ubah.24

Termasuk kelompok kedua ini adalah

ajaran Islam yang dihasilkan melalui proses ijtihad. Hal ini

menunjukkan terbukanya peluang tentang kemungkinan mengadakan

perubahan dan pembaharuan ajaran Islam yang bersifat relatif,

termasuk dalam bidang hukum. Hukum Islam dalam pengertian inilah

yang memberi kemungkinan epistimologi bahwa setiap wilayah yang

dihuni umat Islam dapat menerapkan hukum secara berbeda-beda.

21

Azila Ahmad Sarkawi Akad-Akad Muamalah Dalam Fiqh: Satu Analisis Jurnal Syariah 6

(t.t, t.p, t.t), h. 38. Menyatakan bahwa: kontrak atau akad dalam fiqh Islam ialah satu ikatan

tawaran (Ijab) dari penawar dan penerimaan tawaran tersebut oleh pihak penerima dengan satu

penerimaan (Qabul) yang akan mensabit satu kesan hukum pada suatu objek. Lihat juga Rahmani

Timorita Yulianti Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum Kontrak Syari‟ah Jurnal Ekonomi

Islam Vol. II, No. 1, (Yogyakarta: Pusat Studi Islam (PSI) UII, Juli 2008), h. 91. Menyatakan

bahwa: Dalam hal ini kontrak disebut juga akad atau perjanjian yaitu bertemunya ijab yang

diberikan oleh salah satu pihak dengan kabul yang diberikan oleh pihak lainnya secara sah

menurut hukum syar‟i dan menimbulkan akibat pada subyek dan obyeknya. 22

Sasli Rais, Pegadaian Syariah, h. 39-40. 23

Ijtihad merupakan bentuk kata benda dari konjugasi (tashrif) kata ijtihada-yajtahidu-

ijtihā dan yang mengandung arti usaha keras dan pengarahan segala kemampuan untuk mencapai

maksud tertentu. Sedangkan secara terminologi, ijtihad adalah upaya pengarahan segala

kemampuan dalam rangka menghasilkan satu kepastian hukum, dan hanya bisa dilakukan oleh

seorang yang sudah berkapasitas mujtahid. Lihat dalam karangan Abu al-Faydl Muhammad Yasin

Ibn „Isa Al-Fadani, Al-Fawa‟id al-Janiyyab, Cet.I (Bairut: Dar al-Fikr, 1997)., h. 293. Serta lihat

dalam karangan Maimoen Zubair, Formulasi Nalar Fiqh Telaah Kaidah Fiqh Konseptual

(Surabaya: Khalista, 2005), h. 8. 24

Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam Cet. I (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),

h. 43.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

29

Adapun akad Qard secara umum adalah penyediaan dana atau

tagihan antara bank syariah atau lembaga gadai dengan pihak

peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan

pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.25

Pengertian qard ini tertuang dalam PBI No. 5/7/PBI/2003 tentang

kualitas aktiva produktif bagi Bank syariah dan PBI no. 5/9/PBI/2003

tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi bank syariah.

Kontrak berbasis qard bertumpu pada pemberian pinjaman yang harus

dibayar sesuai dengan besaran pinjaman yang diberikan karena

tambahan atas pokok pinjaman qard termasuk kategori riba yang

diharamkan yang tergolong pada riba jahiliyah.26

Akad rahn merupaka transaksi penahanan harta milik si

peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak

yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali

seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini pihak gadai

menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang dengan kata lain

rahn merupakan bentuk kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain

(Bank) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.27

Atas jasanya, maka

penerima kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi

amanah berupa jasa manajemen atas barang berbentuk biaya asuransi,

25

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah (Bandung : PT Refika Aditama, 2011), h.

268. 26

Abd. Al-Razzaq Sa‟id Bal Abbas, Hal Qasar Al-Fuqaha Al-Muasirun Fi Bayan Usul

Al-Nizam Al-Iqtisad Al-Islami? “Jurnal Ekonomi Islam Universitas King Abdul Aziz, Vol.21,

No.1”, (2008), h. 35-36. 27

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah ,h.109.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

30

biaya penyimpanan, biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta

administrasi.28

Adapun akad ijarah merupakan akad pemindahan hak guna

atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad

ini dimungkinkan bagi pihak gadai untuk menarik sewa atas

penyimpanan (Ujrah) barang bergerak milik nasabah yang telah

melakukan akad.

2. Gadai Syariah (Ar-Rahn)

a. Pengertian Ar-Rahn

Gadai Islam dikenal dengan kata Rahn dalam bahasa Arab

memiliki pengertian tetap dan kontinyu.29

Gadai (al rahn) secara

bahasa dapat diartikan sebagai (al stubut,al habs) yaitu penetapan dan

penahanan.30

Secara istilah dapat diartikan menjadikan suatu benda

berharga dalam pandangan syariah sebagai jaminan atas adanya dua

kemungkinan, untuk mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian

28

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah, h. 129. 29

Syeikh Abdullah Al Bassaam, Taudhih Al Ahkam Min Bulugh Al Maram cetakan

kelima KSA 4 (Maktabah Al Asadi, Makkah, 1423,), h. 460. 30

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an Dan Hadits, Cet.2, Vol.2 (Jakarta: Almahira, 2012) h. 73. Lihat juga Ustman bin

Muhammad Syattha, hasiyyat I‟anat At-thalibien „ala Hall Alfadz Fath al-Mu‟in, (Beirut: Dar Al-

kutub Al-Ilmiyah, 2007, Cet.2, Vol.3) h. 94. lihat juga dalam Muhamad Nawawi Al-jawiy, Quuth

Al-Habib Al-Gharib Tausyekh „Ala Fath el-Qarib Al-Mujieb, (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-

Islamiyah, 2002) h. 275.Menyatakan bahwa definisi Rahn dalam istilah Syari'at, para ulama telah

menjelaskan, yaitu menjadikan harta benda sebagai jaminan hutang untuk dilunasi dengan jaminan

tersebut, apabila (si peminjam) tidak mampu melunasinya. Sejalan dengan pendapat Muhamad

Shatta dalam bukunya menjelaskan bahwa Rahn menjadikan suatu barang yang bernilai menurut

syara‟, sebagai jaminan atas piutang, yang memungkinkan terbayarnya hutang si peminjam kepada

pihak yang memberikan pinjaman

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

31

benda itu.31

Secara etimologi, rahn berarti ام الد د yaitu tetap dan الثج

lama atau berarti م الحجس الص yaitu pengekangan dan keharusan.32

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Muhammad Syafi‟i

Antonio dalama bukunya bahwa gadai syariah (rahn) adalah bentuk

transaksi menahan salah satu harta milik nasabah atau Rahin sebagai

barang jaminan atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhun bih

yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan

demikian, Pihak yang menahan atau penerima gadai atau murtahin

memperoleh jaminan Untuk dapat mengambil kembali seluruh atau

sebagian piutangnya.33

Begitu juga dengan pendapat A.A. Basyir, rahn

adalah perjanjian menahan sesuatu barang sebagai tanggungan utang,

atau menjadikan sesuatu benda bernilai menurut pandangan

syara‟sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya

tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.34

Sejalan dengan pendapat Imam Abu Zakariya Al Anshari, rahn

adalah menjadikan benda yang bersifat harta untuk kepercayaan dari

suatu marhun bih yang dapat dibayarkan dari (harga) benda marhun itu

31

H. Hendi suhendi. Fiqh muamalah, (Jakarta: pt. Grafindo persada, 2000), h. 105-106.

Lihat juga Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 240. Menyatakan Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan al-habs yaitu

penetapan dan penahanan. Secara istilah, rahn yaitu menjadikan suatu benda bernilai menurut

pandangan syara‟ sebagai tanggungan hutang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu

maka sebagian atau bahkan seluruh hutang dapat dilunasi. Dan Menurut bahasa, gadai (rahn)

berarti al-tsubut dan al-habs yaitu tetap, kekalatau penahanan. Serta lihat Wahbah zuhaili, Fiqih

Imam Syafi‟i Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur‟an Dan Hadits, Cet.2, Vol.2

(Jakarta: Almahira, 2012) h. 73. 32

Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah (Bandung : Pustaka Setia, 2001), h. 159. 33

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Cetakan 1, (Jakarta:

Gema Insani Press dengan Tazkia Institute, GIP, 2001), h. 128. 34

A.A. Basyir, Hukum Islam Tentang Riba, Utang-Piutang Gadai, Al-Ma‟arif,

(Bandung:1983), h. 50.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

32

apabila marhun bih tidak dibayar.35

Dari beberapa pengertian tersebut

penulis mengambil kesimpulan bahwa rahn merupakan transaksi

penahanan barang atas adanya hutang yang harus sesuai dengan

ketentuan syariah.

Adapun mengenai barang yang dijadikan jaminan merupakan

barang berhaga yang bernilai dalam gadai syariah nasabah tidak

dibebani bunga, melainkan hanya dikenakan biaya penitipan,

pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran.36

Dalam prinsip syariah

Rahn diperuntukkan sebagai jaminan atas suatu pelunasan utang yang

disepekati antara pemilik barang dengan pemberi hutang (perseorangan)

dan/atau nasabah dan bank syariah atau lembaga pegadaian syariah.

Pihak pemilik barang tidak membayar bunga dari pinjaman yang

diterimanya, melainkan membayar Biaya Penitipan/ Biaya Sewa

(ujrah). Biaya tersebut digunakan sebagai biaya tempat penitipan dan

asuransi barang yang digadaikan.37

Atau harta benda yang dijadikan

jaminan hutang untuk dilunasi (hutang tersebut) dari nilai barang

jaminan tersebut, apabila yang berhutang tidak mampu melunasinya.

Syeikh Al Basaam berpendapat mengenai jaminan, barang jaminan

yang dijaminkan untuk hutang barang tersebut merupakan barang yang

35

Rahmat Syafei, Konsep Gadai; Ar-Rahn dalam Fiqh Islam Antara Nilai Sosial dan

Nilai Komersial dalam Huzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshari, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, h. 60. Lihat juga dalam Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta :

PT Rajagrafido Persada, 2012 ), h. 233. Menyatakan bahwa Adapun yang dimaksud Gadai adalah

menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu guna memperoleh sejumlah uang

dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

dengan lembaga gadai. 36

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), h.

393. 37

Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Akad Syariah (Bandung : Kaifa, 2011), h.

132.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

33

memungkinkan pelunasan hutang dengan barang tersebut atau dari nilai

barang tersebut apabila orang yang berhutang tidak mampu

melunasinya.38

Dari beberapa pemaparan tersebut memberikan

pemahaman bahwa barang yang dijadikan jaminan hutang merupakan

barang yang bisa untuk dilunasi (hutang tersebut) dari nilai barang

jaminan tersebut apabila tidak mampu melunasinya dari orang yang

berhutang serta memberikan harta sebagai jaminan hutang agar

digunakan sebagai pelunasan hutang dengan harta atau nilai harta

tersebut bila pihak berhutang tidak mampu melunasinya.

b. Landasan Syariah Ar-Rahn

Sebagaimana halnya dengan jual-beli, gadai diperbolehkan,

karena segala sesuatu yang boleh dijual boleh digadaikan. Dalil yang

melandasi gadai telah ditetapkan dalam Al-qur‟an dan Hadits.

1) Al-Qur‟an

Ayat Al-qur‟an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian

gadai adalah QS. Al-Baqarah ayat 283, diantaranya adalah :

ضخ قج ى بفس ه ا كبرجب لن رجد زن عل سفس إى ك

“jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh

seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283)

38

Syeikh Abdullah Al Bassaam, Taudhih Al Ahkam Min Bulugh Al Maram cetakan

kelima, KSA 4 (Makkah: Maktabah Al Asadi, 1423), h. 460. Lihat juga Imam Nawawi dengan

penyempurnaan Muhamma Najieb Al Muthi‟I, Al Majmu‟ Syarhul Muhadzab, cetakan KSA 12,

(Beirut: Dar Ihyaa Al TUrats Al „Arabi, 1419H), h. 299-300. Menyatakan bahwa harta benda yang

dijadikan sebagai jaminan hutang, barang tersebut merupakan barang yang mampu membayar

hutang untuk dilunasi dengan jaminan tersebut ketika tidak mampu melunasinya

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

34

2) Hadits

Yang menjadi landasan hukum atau dasar daripada akad

Gadai (Rahn) selain Al-Qur‟an ialah beberapa hadits yang

menjelaskan tentang akad Gadai sebagai berikut:

a) Nabi bersabda :

سح إذا كبى هسب, عي أث س س سكت ثفقز سلن الظ عل صل للا قبل زسل للا

شسة الفقخ عل الر سكت إذا كبى هسب, لجي الدز شسة ثفقز 39

“Dari Abi Hurairah Rasulullah saw bersabda Tunggangan

(kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung

biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah

susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan

kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan

dan pemeliharaan”.

b) Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

ز دزعب طعبهب سلن هي د عل صل للا هي حدد عي عبئشخ قبلذ اشزس زسل للا40

“Rasulullah saw. pernah membeli makanan dari seorang Yahudi

dengan cara menangguhkan pembayarannya, lalu beliau

menyerahkan baju besi beliau sebagai jaminan”. (Shahih Muslim)

c) Nabi bersabda :

فبخرد قبلذ ب زسل للا ! اى فالب قدم ل ثص هي الشبم فل ثعثذ ال -زض للا عب –عي عبئشخ

ه ثثي ثسئخ ال هسسح ؟ فبزسل ال فبهزع . اخسج الحبكن, الجق زجبل ثقبد 41

Dari A‟isyah, iya berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah,

sesungguhnya barang-barang pakaian telah datang pada si Pulan

dari Syam. Seandainya baginda mengutus seseorang kepadanya,

maka baginda akan mendapatkan dua potong pakaian dengan

39 Ibnu Hajar Al-atsqalani, Bulugh Al-Maram, (Beirut: Dar El-Fiker, 1994, No.879) h.

149. Lihat juga Imam Az-Zaidi Terjemahan Ringkasan Shahih Bukhari (Jakarta: Lutfi, 2013), h.

356. Menyatakan bahwa: diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “hewan

yang digadaikan dapat digunakan berkendaraan, selama makanannya menjadi tanggungan.

Demikian juga susu dari binatang yang digadaikan dapat diminum selama biaya makannya

ditanggung. Maka bagi orang yang menuggang ataupun bagi yang mengambil susunya, memiliki

kewajiban menanggung pengeluarannya.” 40 Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, , No.970, Cet.2 (Bandung: Jabal, 2013), h. 372. 41

Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 2 (Jakarta: Penerbit Lutfi, 2013), h.

356.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

35

pembayaran tunda hingga mampu membayarnya.” Lalu

Rasulullah mengutus seseorang kepadanya, namun pemiliknya

menolak. (dikeluarkan oleh al-Hakim dan Baihaqi dengan perawi-

perawi yang dapat dipercaya)

d) Dari Abu Hurairah ra. Nabi SAW bersabda :

قبل: قبل زسل للا ع و,- الر ز, ل غ ي هي صبحج سلن: ) ل غلق الس عل صل للا

د أث د . إل أى الوحفظ ع زجبل ثقبد الحبكن, , ازقط ا الد غسه ( ز عل إزسبل س غ د ا42

“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang

menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung

resikonya.” (HR. al-Hakim, al-Daraquthni dan Hakim).

3) Ijma‟

Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur

ulama juga berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih

pendapat mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapat bahwa

disyari‟atkan pada waktu tidak bepergian maupun pada waktu

bepergian, berdasarkan kepada perbuatan Rasulullah Saw dalam

hadits di atas. Demikian juga para ulama bersepakat menyatakan

pensyariatan Al Rahn ini dalam keadaan safar (perjalanan) dan masih

berselisih kebolehannya dalam keadaan tidak safar.43

Para ulama telah bersepakat akan diperbolehkannya gadai

(ar-rahn), meskipun sebagian mereka bersilang pendapat bila gadai

itu dilakukan dalam keadaan mukim. Akan tetapi, pendapat yang

lebih rajih (kuat) ialah bolehnya melakukan gadai dalam dua

keadaan tersebut.44

42

Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, , No.970, Cet.2 (Bandung: Jabal, 2013), h. 373. 43

Andi Irfan Suatu Tinjauan Islam: Praktik “Boroh” (Pegadaian) (Mengatasi Masalah

Dengan Masalah) “Jurnal Akuntansi Universitas Jember” (UIN Suska Riau, 2012), h. 51. 44

Andi Irfan Suatu Tinjauan Islam: Praktik “Boroh” (Pegadaian) (Mengatasi Masalah

Dengan Masalah) “Jurnal Akuntansi Universitas Jember” (UIN Suska Riau, 2012), h. 51.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

36

Namun benar dalam hal ini adalah pendapat mayoritas ulama

dengan adanya perbuatan Rasulullah SAW diatas dan sabda beliau:

هن يسكة تنفقته إذا كان مسهونا ولثن الدز يشسب تنفقته إذا كان مسهونا وعلى الري يسكة ويشسب الس

ا (النفقة الثخبز ز45

(

Al Rahn (Gadai) ditunggangi dengan sebab nafkahnya, apabila

digadaikan dan susu hewan menyusui diminum dengan sebab

nafkah apabila digadaikan dan wajib bagi menungganginya dan

meminumnya nafkah. (HR al-Bukhari no. 2512).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa legalitas

gadai telah memiliki dasar pijakan yang kuat karena didukung oleh

dalil-dalil yang didasarkan pada Al-Qur‟an, sunah, ijma„ulama dan

fatwa46

DSN-MUI. Pengembangan gadai menjadi sebuah lembaga

keuangan mendapatkan keuntungan (profit oriented) merupakan

salah satu jawaban di samping misi sosialnya.47

Praktik gadai

kontemporer ini memiliki nilai positif untuk mendukung

perkembangan ekonomi syariah kontemporer sehingga keberadaan

45

Ibnu Hajar al-Atsqalani, Bulughul Maram (Bairut: Darel-Fiker, 1994, No.879), h. 149.

Pendapat ini dirojihkan Ibnu Qudamah, al Hafidz Ibnu Hajar Ibnu Hajar Al-Asqalani Fathul Bari

Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari Buku 5 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 140. 46

Wan Mohd Khairul Firdaus Bin Wan Khairuldin Metode Fatwa Sheikh „Ali Juma‟Ah

Dalam Kitab Al-Kalim Al-Tayyib -Fatawa „Asriyyah “Disertasi” (Kuala Lumpur: Jabatan Fiqh

Dan Usul Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, 2011) h. 74 menyatakan bahwa: Terdapat

pelbagai syarat yang perlu dipenuhi oleh seorang mufti sebelum mengeluarkan fatwa yang

berkaitan dengan sesuatu permasalahan. Selain daripada muslim, taklif dan adil, berakal dan baik

muamalatnya, seorang mufti juga harus merupakan seorang yang mampu untuk berijtihad.

Pendapat ini menutip pendapat Ahmad bin Hamdan al-Harranial-Hanbali , Sifat al-Fatwa wa al-

Mufti wa al-Mustafti cet.1 (Damsyik : Mansyurah al-Maktab al-Islami, 1380 H), h. 13.

Menyatakan: “Dari pada sifat dan syarat-syarat (seorang mufti) mestilah seorang muslim, adil,

mukallaf, faqih, mujtahid, elok otak dan pemikirannya serta elok perlakuannya dalam fekah dan

apa yang berkaitan dengannya. Adapun disyaratkan Islam, taklif dan adil itu adalah secara ijma‟.

Kerana mereka (mufti) adalah orang yang menjelaskan tentang Allah dari segi hukumnya, maka

dikira Islam, taklif dan adil itu adalah untuk mendapatkan kepercayaan dalam setiap kata-kata

mereka” 47

Ade Sofyan Mlazid Kedudukan System Gadai Syariah Dalam System Hukum Nasional

Indonesia (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurnal Inovatio, Vol.

XI, No. 2, Juli-Desember 2012), h. 301-302.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

37

hukum Islam bisa diaplikasikan sesuai dengan perkembangan

zaman. Namun, perkembangan praktik gadai syariah kontemporer ini

para pelaku harus memperhatikan yang menjadi rukun dan syarat

dari gadai syariah secara umum.

Berkaitan dengan rukun Rahn dan syarat gadai syariah,

terdapat dua pandangan utama yaitu jumhur ulama (madzhab Maliki,

madzhab Syafi‟i dan madzhab Hanbali) dan pandangan madzhab

hanafi secara umum memiliki empat rukun48

:

عبقد غخ ص ى ث هس ى أزكب : هس49.

Adapun yang menjadi rukun ar-rahn antara lain, yaitu: adanya

barang yang digadaikan, adanya hutang/tanggungan, ucapan

searah terima, dan adanya orang yang berakad.

Rukun gadai syariah yang pertama adalah adanya marhun

(barang yang digadaikan) Berkaitan dengan barang yang digadaikan

memiliki syarat agar barang tersebut sah dalam gadai.

ع جبشاز كل هبجبشاث ى: شسط الوس50

Syarat barang yang digadaikan merupakan setiap benda yang bisa

diperjual-belikan maka bisa dijadikan barang jaminan untuk

gadai.

48

Selain Pendapat para ulama tersebut, ada pendapat ulama yang dikutip oleh Arrum

Mahmudahningtyas Analisis Kesyariahan Transaksi Rahn Emas (Studi Pada Pegadaian Syariah

Cabang Landungsari Malang) “Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis”(Malang: Universitas Brawijaya, 2015) h. 6. Menyatakan bahwa: Madzhab Hanafiyah

memandang Al rahn (gadai) hanya memiliki satu rukun yaitu shighat, karena ia pada hakekatnya

adalah transaksi hanya ijab (pernyataan menyerahkan barang sebagai jaminan pemilik barang) dan

qabul (pernyataan kesediaan memberi utang dan menerima barang jaminan itu). Menurut ulama

Hanafiyah, agar lebih sempurna dan mengikat akad rahn, maka diperlukan qardh (penguasaan

barang) oleh penerima gadai (murtahin). Adapun rahin, murtahin, marhun, dan marhun bih itu

bukan termasuk syarat-syarat rahn, bukan rukunnya hanya sebagai pendukung akad saja. 49

Asmadi Mohamwed Naim, Skim al-Rahn Antara Keaslian Dan Penyelesaian Semasa

Menurut Perundangan Islam (Universitii Utara Malaysia: Jurnal Pembangunan Nasional Jilid

4&5, Juni-Desember, 2002), h.143. 50

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 1998) h. 21.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

38

Syarat Barang yang digadaikan merupakan barang yang bisa

digadaikan/dijadikan jaminan (marhun)51

harus bisa diperjual-

belikan (memiliki nilai ekonomis) menurut tinjauan syariat. Semua

barang yang boleh dijual, maka boleh digadaikan untuk jaminan

hutang jika barang itu bisa dijamian ketetapnnya (tidak rusak).52

Dengan kata lain, barang jaminan tersebut merupakan barang

berharga menurut syariah dan bernilai sehingga juga bisa diperjual

belikan sehingga bisa menutupi hutangnya ketika pemilik jaminan

tidak mampu membayar.

Selanjutnya berkaitan dengan rukun kedua adanya marhun

bih (hutang/tanggungan)

خ. ه اف الر هبثبثزبلشهب،أ: هسزقس بهعل د ك شسط ف : ى ث هس 53

Adapun syarat hutang yang mendapat Jaminan, merupakan hutang

yang sedang marhun bih-nya (sasaran jaminan/gadai) itu harus

berupa hutang yang diketahui oleh kedua belah pihak dan sudah

sah ditetapkan sebagai tanggungan yang tetap.

Menurut ulama Syafi‟iyah syarat sebuah hutang yang dapat

dijadikan alas hak atas gadai adalah berupa hutang yang tetap dapat

dimanfaatkan , hutang tersebut harus lazim pada waktu akad, hutang

51

Masyfuk zuhdi. Masail fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji masagung, 1997) h. 123.

Menyatakan bahwa Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan digadaikan oleh

Rahin (pemberi gadai) adalah dapat diserahterimakan, bermanfaat, milik Rahin secara sah, jelas,

tidak bersatu dengan harta lain, dikuasai oleh Rahin, dan harta yang tetap atau dapat dipindahkan.

Dengan demikian barang-barang yang tidak dapat diperjual-belikan tidak dapat digadaikan. Lihat

juga Syeikh Abdullah Al Bassaam, Taudhih Al Ahkam Min Bulugh Al Maram cetakan kelima,

KSA 4, h. 460. Menyatakan bahwa gadai itu berupa barang berharga yang dapat menutupi

hutangnya baik barang atau nilainya ketika tidak mampu melunasinya, maka barang tersebut

adalah milik orang yang manggadaikannya atau yang dizinkan baginya untuk menjadikannya

sebagai jaminan gadai. 52

Musthafa Dib Al-Bugha fikih islam lengkap penjelasan hukum-hukum islam madzhab

syafi‟I (Surakarta: arafahgroup, 2009), h. 270. 53

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak , h. 108.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

39

harus jelas dan diketahui oleh Rahin dan Murtahin.54

Dengan

merujuk kepada paparan tersebut memberikan pemahaman yang

menjadi syarat hutang harus merupakan hak yang wajib

diberikan/diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan

pemanfaatan. Bila sesuatu menjadi utang tidak bisa dimanfaatkan,

maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya.

Bila tidak dapat dikukur atau tidak dikualifikasi rahn itu tidak sah.55

Selanjutnya yang menjadi rukun gadai syariah adanya shighat Ijab

Qabul (ucapan serah terima)56

صح ز ل قج جبة وبهعي ثأ افق ر ي هي أرصبل اللفظ شزسط هبهس ذ. أزر ذ كس57.

Syarat sahnya serah terima dalam akad gadai adalah tidak adanya

hal yang memisahkan antar ucapan penyerahan dan peneriman,

serta adanya kesamaan dari lafadz serah terima dan maksud darai

serah terima.

Merujuk pada pendapat tersebut yarat shighat Akad serah

terima diharuskan harus tidak ada perkataan lain yang memisah

antara ucapan penyerahan (ijab) dan ucapan penerimaan (qabul),

keserasian ijab dan qabul. Contoh shighat: Rahin (pihak yang

menggadaikan) berkata, “Saya gadaikan barang ini”. Murtahin

54

Muhamad Nawawi Al-jawiy, Quuth Al-Habib Al-Gharib Tausyekh „Ala Fath el-Qarib

Al-Mujieb, (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2002) h. 276. Yahya bin syarifuddin, Minhaj At-

Thalibin, (Bairut-Lebanon, Dar El-Fiker, 2005) h. 115. Lihat juga Azizah Othman Perkembangan

Ar-Rahnu Di Terengganu:Kajian Kes Terhadap Ar-Rahnu Majlis Agama Islam Dan Adat Melayu

Terengganu (Maidam) Prosiding Perkem VIII, Jilid 2, 951 -959 ISSN: 2231-962X (Malaysia:

University Utara Malaysia, 2013), h. 592. Menyatakan bahwa: bayaran atau barang yang diberi

kepada penggadai itu mestilah hutang yang dimaklumi. Maka tidak sah jika tidak berupa hutang

seumpama benda yang wajib diganti. 55

Fransiska Cicylia Prabasanti Analisis Gadai Emas Bank Syariah Terhadap Perolehan

Feebase Income (StudiKasus Pegadaian Emas Bank Syariah Mandiri Semarang) Tugas Akhir

DIII (Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri 2014), h. 28. 56

Shighah adalah sesuatu yang menjadikan kedua transaktor dapat mengungkapkan

keridhoannya dalam transaksi baik berupa perkataan yaitu ijab qabul atau berupa perbuatan. 57

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak , h. 108.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

40

(penerima gadaian) menjawab, “Saya terima gadaian ini”.58

Berkaitan dengan sighat, dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis

maupun lisan, asalkan di dalamnya terkandung maksud adanya

perjanjian gadai di antara para pihak. Sebab, gadai merupakan

perjanjian yang melibatkan harta sehingga perlu dimanifestasikan

dalam bentuk pernyataan tersebut seprti halnya jual beli, karena

gadai sendiri itu tak jauh berbeda dengan akad jual-beli. Seperti yang

telah ditetapkan dalam kaidah fiqh:

ز بش ج ع ث بش ب ج ه لك 59

“Setiap sesuatu yang diperbolehkan untuk dijual maka boleh

digadaikan.”

Jika ditarik kesimpulan dari kaidah diatas, maka secara tidak

langsung ditemukan kesamaan hukum diantara kedua akad yang

berbeda tersebut, yakni harus sama-sama menggunakan wazan

sighat, yakni Ijab dan Qabul antara Rahin dan Murtahin.

Keberadaan sighat memberikan pemahaman bahwa transaksi gadai

syariah memiliki rukun yang menyebutkan adanya orang yang

bertransaksi (Aqid).

Aqid memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai

pelaku transaksi gadai yaitu Rahin (pemberi gadai) dan Murtahin

(penerima gadai) adalah telah dewasa, berakal sehat, dan atas

keinginan sendiri. berhubungan dengan transaktor (orang yang

bertransaksi) yaitu Orang yang menggadaikan barangnya adalah

58

HM. Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri,

2008), h. 113. 59

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, h. 21.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

41

orang yang memiliki kompetensi beraktivitas, yaitu baligh, berakal

dan rusyd (kemampuan mengatur).60

Selanjutnya setelah transaksi

gadai syariah terpenuhi rukun dan syaratnya maka, barang berharga

yang dijadikan jaminan atas utang adakalanya bisa dimanfaatkan

atau tidak bisa dimanfaatkan oleh pemberi hutang atau pemilik

jaminan sesuai jenis barangnya.

Dalam pemanfaatan barang gadai, terdapat perbedaan

pendapat dalam kalangan ûlama, diantaranya: pemanfaatan barang

gadai oleh orang yang menggadaikan dan pemanfaatan barang oleh

pemegang gadai berkaitang dengan hal tersebut jumhur ûlama selain

Syafi‘iyah melarang orang yang menggadaikan untuk memanfaatkan

barang gadai, sedangkan ulama Syafi‘iyah membolehkannya sejauh

tidak memudharatkan pemegang gadai.61

Ûlama Hanafiyah

berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak boleh

memanfaatkan barang gadai tanpa seizin pemegang gadai, begitu

pula pemegang gadai tidak boleh memanfaatkannya tanpa seizin

orang yang menggadaikan. Mereka beralasan bahwa barang gadai

harus tetap dikuasai oleh pemegang gadai selamanya. Pendapat ini

60

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, h. 21. 61

Pendapat Imam Syafi‟i yang dikutip H. Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah (Bandung :

Pustaka Setia, 2001), h. 173. Menyatakan Sedangkan pemanfaatan barang gadai oleh pemegang

gadai Imam Syafi‟i berpendapat tentang pengambilan manfaat dari hasil barang gadai oleh

pemegang gadai Bahwa yang berhak mengambil manfaat dari barang yang digadaikan itu adalah

orang yang menggadaikan barang tersebut dan dan bukan pemegang gadai. Lihat juga Dimyauddin

Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, h. 267. Menyakatan

bahwa Ulama Syafi‟iyah menambahkan pendapatnya, pemegang gadai tidak memiliki hak untuk

memanfaatkan barang gadai

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

42

senada dengan pendapat ûlama Hanabilah62

, sebab manfaat yang ada

dalam barang gadai pada dasarnya termasuk gadai/rahn.

Sedangkan ûlama Malikiyah berpendapat bahwa jika

pemegang gadai mengizinkan orang yang menggadaikan untuk

memanfaatkan barang gadai, akad menjadi batal. Adapun pemegang

gadai dibolehkan memanfaatkan barang gadai sekadarnya (tidak

boleh lama) itu pun atas tanggungan orang yang menggadaikan.

Sebagian ûlama Malikiyah berpendapat, jika pemegang gadai terlalu

lama memanfaatkan barang gadai, ia harus membayarnya. Sebagian

lainnya berpendapat tidak perlu membayar. Pendapat lainnya

diharuskan membayar, kecuali jika orang yang menggadaikan

mengetahui dan tidak mempermasalahkannya.63

ûlama Syafiʻiyah

berpendapat bahwa orang yang menggadaikan dibolehkan untuk

memanfaatkan barang gadai.64

Jika tidak menyebabkan barang gadai

berkurang, tidak perlu meminta izin, seperti mengendarainya,

62

Ibnu Qudamah, al Hafidz Ibnu Hajar Ibnu Hajar Al-Asqalani Fathul Bari Penjelasan

Kitab Shahih Al-Bukhari Buku 5 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 140. Menyatakan bahwa

pemanfaatan barang jaminan oleh pemegang barang Ulama Hanabilah berpendapat, jika barang

gadai berupa hewan, pemegang gadai boleh memanfaatkan seperti mengendarai atau mengambil

susunya sekadar mengganti biaya, meskipun tidak diizinkan oleh orang yang menggadaikan

barang. Adapun barang gadai selain hewan, tidak boleh dimanfaatkan, kecuali atas izin orang yang

menggadaikan barang. 63

H. Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah (Bandung : Pustaka Setia, 2001), h. 172. Lihat

Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, h. 174. Menyatakan bahwa berkaitan dengan pemegang gadai

Ulama Malikiyah memperbolehkan pemegang gadai memanfaatkan barang gadai jika diizinkan

oleh orang yang menggadaikan atau disyaratkan ketika akad, dan barang gadai tersebut berupa

barang yang dapat diperjualbelikan serta ditentukan waktunya secara jelas. Selanjutany lihat juga

Chuzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer cet. III (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2004), h. 87-88. Menyatakan bahwa Jika persyaratan ketika akad telah jelas ada, maka

sah bagi penerima gadai mengambil manfaat dari barang yang digadaikan. Adapun bila dengan

sebab mengutangkan, maka tidak sah bagi penerima gadai untuk mengambil manfaat dengan cara

apapun, baik pengambilan manfaat itu disyaratkan oleh penerima gadai ataupun tidak, dibolehkan

oleh orang yang menggadaikan atau tidak, ditentukan waktunya atau tidak. Ketidakbolehan itu

termasuk kepada mengutangkan yang mengambil manfaat, sedangkan hal itu termasuk riba 64

Imron Rosadi, Ringkasan Kitab Al Umm, Terj.Al-Umm, (Jakarta: Pustaka Azzam,

2008), h. 161.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

43

menempatinya, dan lain-lain. Akan tetapi, jika menyebabkan barang

gadai berkurang, seperti sawah, kebun, orang yang menggadaikan

harus meminta izin kepada pemegang gadai.65

Dari perbedaan pendapat di atas, penulis cenderung setuju

kepada pendapat yang tidak memperbolehkan orang yang

menggadaikan untuk memanfaatkan barang gadai kecuali telah

mendapatkan izin, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ulama

Hanafiyah,66

Dari pendapat ulama kontemporer diantaranya: Imam

Ahmad, Ishak, Al-Laits Dan Al-Hasan, jika barang gadaian berupa

barang gadaian yang dapat dipergunakan atau binatang ternak yang

dapat diambil susunya, maka murtahin dapat mengambil manfaat

dari kedua benda gadai tersebut disesuaikan dengan biaya

pemeliharaan yang dikeluarkan selama kendaraan atau binatang

ternak itu ada padanya.67

Seperti yang diungkapkan Sayid Sabiq,

bahwa akad gadai bertujuan meminta kepercayaan dan menjamin

utang, bukan mencari keuntungan dan hasil, melainkan semata mata

untuk dijadikan sebagai jaminan atas utang dan bukan sebagai

65

H. Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, h. 172. 66

Huzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet. III, h. 76-77.

Mengenai manfaat yang diambil oleh pemegang gadai Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa

pemegang gadai tidak boleh memanfaatkan barang gadai, sebab dia hanya berhak menguasainya

dan tidak boleh memanfaatkannya., meskipun memperoleh izin dari orang yang menggadaikan

barang, bahkan mengategorikannya sebagai riba. Lihat juga dalam buku Syaikh Mahmoud

Syaltout, Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqih, (Jakarta : Bulan Bintang, 1973), h. 310.

Menyatakkan pendapat Ulama Malikiyah dan Hanabilah, sebab itu merupakan kekuasaan

pemegang gadai. Menurut sebagian ulama Hanafiyah, barang gadai boleh untuk diambil

manfaatnya oleh pemegang gadai apabila telah mendapat izin dari orang yang menggadaikan

barang. Lihat juga M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah),

(Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003), h. 258. Menyatakan bahwa Sebab pemilik barang itu boleh

mengizinkan kepada siapa saja yang dikehendakinya, termasuk pegadai dapat mengambil manfaat

dan tidak termasuk riba. 67

H. Moh Anwar, Fiqh Islam (Bandung: PT. Al Ma‟arif, 1998), h. 58.

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

44

barang pinjaman. Karena itu, penerima barang gadai sama sekali

tidak boleh memanfaatkan barang gadai itu meskipun telah

mendapat izin dari pemilik barang gadai, kecuali terhadap hewan

ternak yang telah ia keluarkan biaya pemeliharaannya, karena

pemanfaatan barang gadai itu adalah suatu bentuk kelebihan atas

utang dan tiap-tiap utang yang menarik manfaat adalah riba.68

Adapun barang gadai selain hewan, tidak boleh dimanfaatkan seperti

emas, kendaraan, dan lain-lain.69

Dari beberapa perbedaan pendapat ulama di atas, penulis

cenderung mengikuti pendapat yang memperbolehkan pemegang

gadai untuk memanfaatkan barang gadaian, dengan izin orang yang

menggadaikan, akan tetapi hanya bersifat pemeliharaan seperti

hewan, maka diperlukan makanannya, atau juga seperti sawah atau

ladang diolah supaya tidak mubazir (tidak produktif), dan

menginvestasikan barang gadai. Namun, dari kegiatan tersebut

hasilnya tidak boleh menjadi hak sepenuhnya pemegang gadai

karena hal demikian mengandung riba. Maka, bisa dengan solusi

hasilnya dapat dibagi antara orang yang menggadaikan dan

pemegang gadai, atas kesepakatan bersama.

c. Pengikatan Jaminan dan Proses Lelang Obyek Gadai

Barang gadai yang dijadikan sebagai jaminan ada kalanya

menjadi barang lelang ketika penggadai tidak mampu membayar dan

68

Nispan Rahmi Gadai Emas IB Pada PT BPD Kalsel Syariah Cabang Kandangan

(Banjarmasin: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari), h. 2. 69

Nispan Rahmi Gadai Emas IB Pada PT BPD Kalsel Syariah Cabang Kandangan, h. 2.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

45

jatuh tempo. Jatuh tempo gadai syariah atau disebut dengan

berakhirnya akad rahn (gadai), adalah karena hal-hal berikut :

Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya, rahin membayar

hutangnya, Pembebasan hutang dengan cara apapun, meskipun

dengan pemindahan oleh murtahin, dan dijual dengan perintah

hakim atas perintah rahin.70

Ketika akad gadai syariah setelah

berahir dan pemilik jaminan tidak mampu membayar maka barang

jaminan adakalanya menajadi barang lelang.

Secara umum lelang adalah penjualan barang yang

dilakukan di muka umum termasuk melalui media elektronik (sosial

media) dengan cara penawaran lisan dengan yang semakin

meningkat atau harga yang semakin menurun dan atau dengan

penawaran harga secara tertulis yang didahului dengan usaha

mengumpulkan para peminat (Kep. Men.Keu.RI.No.

337/KMK.01/2000 Bab I, Ps.1)71

Pada gadai emas, apabila nasabah

tidak melakukan perpanjangan dengan Membayar ijarah, itu berarti

Nasabah telah menghendaki barang jaminannya dilelang.72

Dalam pegikatan jaminan dan prosese lelang maka tidak

terlepas dengan hak dan kewajiban antara kedua pihak. Menurut

Abdul Aziz Dahlan,73

bahwa pihak rahin dan murtahin, mempunyai

70

Nispan Rahmi Gadai Emas IB Pada PT BPD Kalsel Syariah Cabang Kandangan, h. 2. 71

Atiqoh Prakasi Pelasksanaan Gadai Emas Di Bank Mega Syariah “Skripsi Fakultas

Ilmu Hukum” (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), h. 45. 72

Lina Aulia Rahman, Analisis Kesesuaian Akuntansi Transaksi Gadai Emas Syariah

Dengan Psak Dan Fatwa Dsn Mui (Studi Kasus Praktik Gadai Emas Di Pegadaian Syariah

Surabaya) “Jurnal Jestt Vol. 2 No. 11”, (Surabaya: universitas airlangga, November 2015), h. 948. 73

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Cetakan Keempat, (Jakarta PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve, 2000), h. 383.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

46

hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Adapun hak dan kewajiban

murtahin (Pemegang gadai) antara lain; berhak menjual marhun

apabila rahin pada saat jatuh tempo tidak dapat memenuhi

kewajibannya sebagai orang yang berhutang, pemegang gadai

berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan untuk

menjaga keselamatan marhun, murtahin berhak untuk menahan

marhun yang diserahkan oleh pemberi gadai (hak retentie) selama

hutang belum dilunasi. Disamping hak tersebut ada kewajiban yang

harus dilakukan oleh pemegang gadai antara lain; pemegang gadai

berkewajiban bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya

harga marhun, apabila hal itu atas kelalainnya; dan terkait dengan

risiko atas marhun. Jika marhun hilang bukan karena force majeure

(keadaan memaksa) dengan ketentuan bahwa keadaan memaksa

adalah tidak terbatas pada bencana alam, perang, pemogokan,

sabotase, dan huru-hara maka rahin akan mendapat penggantian

maksimal sebesar taksiran nilai marhun,74

pemegang gadai tidak

dibolehkan menggunakan marhun untuk kepentingan sendiri; dan

pemegang gadai berkewajiban untuk memberi tahu kepada rahin

sebelum diadakan pelelangan marhun.

Adapun hak pemberi gadai berhak untuk mendapatkan

kembali marhun, setelah pemberi gadai melunasi marhun bih,

pemberi gadai berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan dan

74

Muhammad Azani Praktik Akad Gadai Dengan Jaminan Lahan/Sawah Dan Gadai

Emas Di Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Berdasarkan Hukum Islam “jurnal Perspektif

Hukum, Vol. 15 No. 2 ”( Riau: Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

November 2015), h. 77.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

47

hilangnya marhun, apabila hal itu disebabkan oleh kelalaian

murtahin, pemberi gadai berhak untuk mendapatkan sisa dari

penjualan marhun setelah dikurangi biaya pelunasan marhun bih,

dan biaya lainnya dan pemberi gadai berhak meminta kembali

marhun apabila murtahin telah jelas menyalahgunakan marhun.75

Sedangkan kewajiban pemberi gadai pemberi gadai

berkewajiban untuk melunasi marhun bih yang telah diterimannya

dari murtahin dalam tenggang waktu yang telah ditentukan,

termasuk biaya lain yang telah ditentukan murtahin, pemberi gadai

berkewajiban merelakan penjualan atas marhun miliknya, apabila

dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat

melunasi marhun bih kepada murtahin.

B. Fatwa DSN-MUI tentang Gadai

Dinamika Fatwa76

ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI)

mengenai akad merupakan komponen utama dalam MUI. Akad juga menjadi

penentu kesyariahan produk yang ditawarkan lembaga keuangan syariah

(LKS). Fleksibilitas pengaturan akad yang ditetapkan dalam Fatwa DSN-

MUI menyangkut prinsip kerelaan (ridha) dan kehendak (ikhtiar). Karena itu,

segala yang menghalangi kerelaan, seperti adanya paksaan (ikrah), penipuan

(ghalat, tadlis, dan ghaban), ketidakpastian (gharar), dan penawaran palsu

75 Muhammad Azani Praktik Akad Gadai Dengan Jaminan Lahan/Sawah Dan Gadai

Emas Di Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Berdasarkan Hukum Islam “jurnal Perspektif

Hukum, Vol. 15 No. 2, h. 77. 76

Ahmad Hidayat Buang Analisis Fatwa-Fatwa Semasa Syariah Di Malaysia “Jurnal

Syariah,jld. 10”, (Kuala Lumpur, 2001), h. 39. Mnyatakan bahwa: Fatwa juga didefinisikan oleh

sesetengah ulama lain sebagai satu perkataan yang membawa maksud suatu penerangan mengenai

hukum syarak kepada masalah-masalah yang tidak mempunyai nas atau perbincangan di dalam

kitab-kitab fekah secara tidak mengikat

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

48

(najsh) harus ditolak. Fleksibilitas pengaturan akad tesebut menjadi

komponen pengukuran sebagai alat ukur untuk praktik gadai syariah dalam

penelitian Tesis ini. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-

MUI/III/2002, ketentuan Fatwa berkaitan dengan gadai memberikan

penjelasan pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang

dalam bentuk rahn dibolehkan dengan memperhatikan beberapa hal misalnya

murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun

(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.77

Hal ini memberikan pemahaman sebagai bentuk hak dari pemegang jaminan

untuk menahan barang jaminan selama hutang belum dilunasi, atau

menyerahkan sebagian barang jaminan ketika pemilik barang melunasi

sebagian hutangnya maka, barang jaminan diserahkan sesuai harga besaran

hutang yang dibayar.

Berkaitan dengan kajian Tesis ini, Fatwa tersebut juga menjelaskan

bahwa marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya,

Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin,

dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar

pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.78

Bagian inti dalam

ketentuan fatwa tersebut bahwa barang jaminan boleh dimanfaatkan ketika

ada kesepakatan atau izin dari pemilik barang karena pada dasarnya barang

jaminan dan manfaatnya tetap menjadi hak dari pemilik barang jaminan

77

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.1, (Jakarta: DSN-MUI dan BI, 2006), h. 155 78

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.2, h. 155

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

49

dengan seizin rahin, murtahin dimungkinkan memanfaatkan dengan

mengganti biayanya.

Fatwa tersebut juga menjelaskan bahwa Pemeliharaan dan

penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat

dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan

penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.79

Besar biaya pemeliharaan

dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah

pinjaman.80

Unsur terpenting dalam Fatwa tersebut biaya pemeliharaan tidak

boleh ditentukan atau diperhitungkan berdasarkan besaran pinjaman.

Terahir dari ketentuan Fatwa menjelaskan tentang murtahin harus

memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya ketika sudah jatuh

dan penjualan marhun melalui lelang81

jika rahin tidak mampu melunasi

pinjaman.

Selanjutnya, Fatwa DSN tentang gadai tersebut dilengkapi oleh Fatwa

DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn emas. Menyatakan ongkos dan

biaya penyimpanan barang (al-marhun) didasarkan pada pengeluaran yang

79

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.3, h. 155 80

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.4, h. 155 81

Dalam proses lelang dalam konteks modern terdapat banyak metode yang digunakan

temasuk pelelangan dengan menggunakan media sosial. Hal sejalan dengan penelitian Reski Mai

Candra dan Novriyanto Framework E-Auction Berbasis Syariah untuk Membangun Kepercayaan

Konsumendalam Menggunakan Sistem Lelang “Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 13,

No.1”, (UIN Sultan Syarif Kasim Riau Desember 2015), h. 51. Menyatakan bahwa: Lelang

merupakan salah satu metode trading, sehingga aturan dianggap menuju pada prinsip perdagangan

Syariah. Meskipun konsep lelang atau al-muzayadah pada umumnya diperbolehkan dalam Islam,

namun perubahan lelang tradisional untuk pengaturan internet-enabled telah mengubah cara yang

dilakukan, terutama dalam lingkungan e-auction yang menggunakan proxy dan agen perangkat

lunak untuk tawar-menawar pada nama pengguna manusia. Namun, untuk mengatasi masalah

yang tidak sesuai dengan aturan Syariah, maka dirancang sebuah framework e-auction berbasis

syariah yang bisa mengatasi permasalahan yang terjadi. Supaya konsumen percaya dan mau

menggunakan e-auction berbasis syariah, maka hal yang perlu diperhatikan adalah suatu

kepercayaan yang dapat meningkatkan keyakinan dan keinginan.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

50

nyata-nyata dikeluarkan. Pada bagian akhir Fatwa ini merupakan bagian

terpenting untuk menghindari bentuk riba yang memberikan penjelasan

bahwa ongkos dan biaya penyimpanan barang tersebut dilakukan dengan

akad ijarah. Ketentuan fatwa ini dapat dikatakan sebagai rujukan adanya

praktik multi akad yang diaplikasikan dalam transaksi gadai syariah dengan

adanya akad qard sebagai akad untuk bentuk pemberian hutang dari murtahin

kepada rahin, dan akad rahn sebagai bentuk penahanan barang jaminan dan

terahir akad ijarah sebagai bentuk transaksi biaya sewa yang dibayar oleh

rahin. Adapun dalam perumusan Fatwa-Fatwa tentang rahn tersebut Majelis

Ulama Indonesia merujuk kepada ayat Al-Qur‟an surat al-Baqarah 283, tiga

hadis Nabi SAW, tiga pendapat ijma‟, qiyas, dan satu kaidah fikih.

Dalam kontrak gadai pihak yang memegang jaminan atau pihak yang

memberi hutang memiliki hak untuk menjual barang jaminan dengan biaya

sewa tempat jaminan ditanggung oleh pihak yang berhutang. Besarnya biaya

tempat jaminan tidak boleh ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman. Pihak

yang berpiutang memiliki hak untuk menjual barang jaminan apabila orang

punya hutang tidak mampu membayar setelah jatuh tempo. Biaya atas

pelelangan barang jaminan harus ditanggung oleh pihak yang punya hutang,

sehingga dari hasil pelelangan barang jaminan akan terlihata adanya

kelebihan dana atau kekurangan dana. Kelebihan dana dari pelelangan akan

dikembalikan oleh pihak berpiutang kepada pihak yang punya hutang.

Namun, ketika kekurangan dana maka akan menjadi kewajiban pihak

berutang untuk membayar kekurangan tersebut.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

51

Adapun Fatwa terakhir yang mengatur tentang produk gadai yaitu

Fatwa DSN-MUI yang mengatur Rahn Tasjily. Berdasarkan Fatwa ersebut

memuat pembahasan rahn tasjily merupakan jaminan dalam bentuk barang

atas utang tetapi barang jaminan tersebut (al-marhun) tetap berada dalam

dalam penguasaan (pemamfaatan) rahin dan bukti kepemilikannya

diserahkan kepada murtahin.82

Secara umum Fatwa DSN-MUI tersebut

menegaskan ketentuan-ketentuan kontrak gadai yang telah ditetapkan pada

Fatwa sebelumnya, hanya saja secara khusus Fatwa DSN-MUI tersebut

menyebutkan bahwa kontrak gadai dapat terjadi dengan fisik barang jaminan

tetap dapat dimanfaatkan oleh rahin dengan batas kewajaran sedangkan

murtahin hanya dengan menahan surat atau dokumen resmi kepemilikan

barang jaminan. Dalam Fatwa ini-pun ditegaskan bahwa besaran biaya

pemeliharaan barang tidak boleh dikaitkan dengan jumlah pinjaman yang

diberikan dan disarkan kepada pengeluaran yang riil.83

Adapun Fatwa terkait mengenai rahn adalah Fatwa DSN-MUI

No.92/DSN-MUI/IV/2014 yang mengatur ketentuan tentang at-Tamwil al-

Mautsuq bi al-Rahn pada ketentuan terkait akad Fatwa memutuskan bahwa

akad rahn dibolehkan hanya atas utang-piutang (al-dain) yang antara lain

timbul karena akad qard, jual-beli yang tidak tunai, atau akad sewa menyewa

(ijarah) yang pembayaran ujrahnya tidak tunai.84

Ketentuan fatwa ini

82

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, DSN-MUI

Nomor:68/DSN-MUI/III/2008. 83 H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, DSN-MUI

Nomor:68/DSN-MUI/III/2008. 84

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, DSN-MUI

Nomor: 92/DSN-MUI/IV/2014.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

52

memberikan pemahaman adanya pengakuan yakni kebolehan adanya

penerapan multi akad dalam transaksi ekonomi syariah kontemporer.

Multi akad dalam kontrak gadai antara lain akad qard yang digunakan

sebagai kontrak pemberian pinjaman kepada Nasabah (muqtaridh) yang

memerlukan dengan kewajiban mengembalikan jumlah pokok yang diterima

pada waktu yang telah disepakati bersama dan lembaga keuangan syariah

(LKS) dibolehkan untuk meminta jaminan jika dianggap perlu,85

serta akad

ijarah digunakan untuk kontrak sewa atau upah yang dijanjikan dan dibayar

oleh Nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat dari penggunaan

barang dan/atau jasa.86

Manfaat tersebut harus bisa dinilai atau sesuat yang

dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah

dalam ijarah.87

Akad ijarah ini digunakan untuk transaksi yang berbentuk

manfaat dari suatu benda yang dapat dinilai Akad ijarah dapatlah dikatakan

sebagai akad yang menjual belikan antara manfaat barang dengan sejumlah

imbalan sewa. Dengan demikian tujuan ijarah dari pihak penyewa adalah

pemanfaatan fungsi barang secara optimal. Sedang dari pihak pemilik, ijarah

bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari ongkos sewa.

85 H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, DSN-MUI

Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001. 86 H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, DSN-MUI

Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000. 87 H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, DSN-MUI

Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

53

BAB III

DESKRIPSI PEGADAIAN SYARIAH DAN BANK SYARIAH

Gadai syariah (rahn) merupakan salah satu alternatif pembiayaan

dengan bentuk pemberian uang pinjaman kepada masyarakat yang

membutuhkan berdasarkan pada prinsip syariat Islam dan terhindar dari

praktik riba atau penambahan sejumlah uang atau persentase tertentu dari

pokok utang pada waktu membayar utang.1 Dalam praktik pembiayaan

gadai syariah ini lembaga yang memiliki wewenanga untuk memiliki

produk gadai syaria adalah Pegadaian Syariah dan Bank Syariah

A. Operasional Pegadaian Syariah

1. Istilah Pegadaian Syariah

Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di

Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan

kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk

penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti

dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150.2

Pegadaian didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang menyangkut

tentang perusahaan gadai, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta

1 Bella Dina Putri Sukmasari, Kesesuaian Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Rahn

Bermasalah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 (Studi

di Pt. Bank Bri Syariah Cabang Kota Malang) “Artikel Ilmiah”( Malang: Universitas

Brawijaya, 2013), h. 7. 2 Ahmad Supriyadi, Struktur Hukum Pegadaian Syariah Dalam Perspektif Hukum

Islam Dan Hukum Positif (SuatuTinjauan Yuridis NormatifTerhadap Praktek Pegadaian

Syariah di Kudus) Jurnal Penelitian Islam Vol. 3, No. 2, (Semarang: IAIN Walisongo Juli-

Desember 2010), h. 3.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

54

tata cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.3

Pemahaman tentang pegadaian syariah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu

dari sisi pegadaian syariah sebagai lembaga perum dan juga pegadaian

syariah dari sisi komersial atau menjalankan produk-produk yang di

keluarkan oleh lembaga tersebut.4 Lembaga keuangan yang bertugas

menyalurkan pinjaman atau kredit dengan jaminan benda benda

berharga Pegadaian sebagai ciri khusus dan misinya, yaitu penyaluran

pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat

golongan ekonomi lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan

hemat.5 Dengan demikian lembaga pegadaian merupakan lembaga yang

melakukan kegiatan hutang-piutang dengan adanya suatu jaminan

barang berharga (rahn), jaminan tersebut diperuntukkan untuk jaminan

utang yang diperoleh nasabah dari pegadaian dengan ketentuan pihak

pemilik barang tidak membayar bunga dari pinjaman yang diterimanya,

melainkan membayar biaya penitipan/biaya sewa (ujrah. Biaya

dimaksud digunakan sebagai biaya tempat penitipan dan asuransi barang

3Lastuti Abubakar, Pranata Gadai Sebagai Alternatif Pembiayaan Berbasis Kekuatan

Sendiri (Gagasan Pembentukan UU Pergadaian) “Mimbar Hukum Volume 24, Nomor 1”

(Bandung, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Februari 2012), h. 2. 4 Ahmad Supriyadi, Struktur Hukum Akad Rahn di Pegadaian Syariah Kudus “Jurnal

Penelitian Islam Vol. 5, No. 2” (Semarang: IAIN Walisongo juli-Desember 2012), h. 6. 5 Mukhlish Arifin Aziz, Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah,

Harga Emas dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi Pada

PT Pegadaian Cabang Probolinggo) “Jurnal Ilmiah” (Malang: Universitas Brawijaya, 2013), h.

6-7

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

55

yang digadaikan.6Biaya ini merupakan biaya yang layak dan sesuai

dengan syariah. Skema operasional pegadaian syariah7

2. Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

Terbitnya PP Nomor 10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan

menjadi tonggak awal kebangkitan pengadaian, satu hal yang perlu

dicermati bahwa PP Nomor 10 menegaskan misi yang harus diemban

oleh pengadaian untuk mencegah praktik riba. Banyak pihak

berpendapat bahwa operasionalisasi Pengadaian Pra Fatwa MUI tanggal

16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep

syari’ah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa

aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep

pendirian unit layanan Gadai Syariah sebagai langakah awal

pembentukan divisi khusus yang menagani kegiatan usaha syariah.

6Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Akad Syariah (Bandung : Kaifa, 2011), h.

132. 7 Ascarya, Akad dan Produk Bak Syariah (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2006) h.

110.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

56

Konsep operasi Pengadaian Syariah mengacu pada sistem aadministrasi

modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas,yang

diselaraskan dengan nilai Islam.8

Konsep operasi pegadaian Islam mengacu pada sistem

administrasi modern yaitu asas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas

yang diselaraskan dengan nilai Islam.9 Fungsi operasi pengadaian

Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pengadain

Syariah/Unit layanan Gadai Syariah itu (ULGS) sebagai satu unit

organisasi di bawah binaan Divisi Usaha lain Perum Pengadaian. ULGS

ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara stuktural terpisah

pengelolaanya dari usaha gadai konvensinal.

Pengadaian Syariah pertama kali berdiri di jakarta dengan nama

Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabang Dewi Sartika di bulan

Januari 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya,

Makassar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama

hingga Sepetember 2003. Masih di tahun yang sama pula, empat kantor

cabang pegadaian di Aceh dikonversi menjadi peadaian

Islam.10

Pegadaian syariah termasuk lembaga keuangan mikro11

yang

stabil dengan performa keuangan yang terus meningkat.12

8 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis, h. 275. 9 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis, h. 276. 10

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis, h. 276. 11

Alasan penting/nilai strategis keuangan mikro: Pertama, penanggulan kemiskinan

harus dilakukan dengan cara berkelanjutan. Dua, proporsi terbesar orang miskin (92,7%) adalah

pengusaha mikro (economically active poor). Tiga, kebutuhan terbesar pengusaha mikro adalah

akses pada pelayanan keuangan. Empat, bank tidak mungkin mampu langsung mencapai usaha

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

57

3. Produk dan Jasa Pegadaian Syariah

Lembaga pegadaian syariah memiliki produk dan jasa yang

sejalan dengan misinya difokuskan untuk masyarakat menengah

kebawah. Adapun produk gadai syariah antara lain adalah

a. Rahn13

b. Arrum

c. Amanah

d. Mulia14

Disamping produk yang dimiliki pegadaian lembaga ini juga

memiliki jasa yang difungsikan untuk membantu masyarakat menengah

kebawah dalam membutuhkan pembiayaan, adpun jasa tersebut,

diantaranya:

a. Pemberian Pinjaman

b. Penaksiran Nilai harta benda

c. Penitipan barang berupa sewa (ijarah)

d. Gold Counte15

mikro kecuali melalui LKM. Lima, di Indonesia, keuangan mikro sudah mempunyai sejarah

panjang. Enam, rakyat sebenarnya memiliki potensi untuk mengembangkan lembaga keuangan

mikro (potensi simpanan dan pinjaman) lihat Baihaqi Abdul Majid, dkk. Pedoman Pendirian,

Pembinanaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal Wat Tamwil (Jakarta:

Laznas BMT, 2010), h. 2. 12

Izzatul Mardhiah, Prinsip Keadilan Dalam Penetapan Biaya Ijarah Di Pegadain

Syariah “Disertasi”, h. 82 13

Yadi Janwari dan H.A. Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah

Pengenalan,Edisi 1, Cetakan 1, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 80. Menyatakan

bahwa: Rahn sebagai produk pinjaman, berarti Pegadaian syariah hanya memperoleh imbalan

atas biaya administrasi, penyimpanan, pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka produk rahn

ini biasanya hanya digunakan bagi keperluan fungsi sosial-konsumtif, seperti kebutuhan hidup,

pendidikan dan kesehatan. 14

Cahyusha Desmutya Herfika, Analisis Komparasi Mekanisme Produk Kredit Pada

Pegadaian Konvensional dan Pembiayaan Pada Pegadaian Syariah (Studi Pada PT Pegadaian

di Nganjuk dan Kediri) “Jurnal Ilmiah” (Malang: Universitas Brawijaya, 2013), h. 10.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

58

Produk dan jasa yang dijalankan pegadaian syariah, operasional

gadai yang dijalankan berdasarkan atas tiga akad sejalan dengan akad-

akad transaksi syariah yaitu: akad qard, akad rahn, dan akad ijarah.

4. Gadai Emas di Pegadaian Syariah

Salah satu bentuk pertanggung-jawaban sosial bank dan lembaga

keuangan syariah lainnya termasuk didalamnya pegadaian adalah

memberikan pembiayaan kepada usaha mikro kecil menengah

(UMKM), mengingat UMKM ini merupakan cerminan dari

perekonomian rakyat, karena kelempok ini merupakan kelompok

dominan, bahkan mayoritas dalam struktur pelaku usaha di tanah air.16

Namun, tidak semua orang bisa mendapat pinjaman dari bank, kalau

tidak mempunyai jaminan yang memadai.17

Permasalahan pembiayaan

bagi usaha mikro kecil inilah yang menjadi fokus Perum Pegadaian.

Sejak semula, Perum Pegadaian memosisikan diri sebagai pembiayaan

bagi perorangan dan UMKM. Selain itu, pegadaian berfungsi sebagai

komplemen atau pelengkap bagi lembaga penyedia dana lainnya seperti

perbankan, pasar modal dan lembaga pembiayaan seperti leasing, modal

ventura, dan anjak piutang. Pegadaian menawarkan jasa pemberian

pinjaman dengan jaminan benda bergerak yang tunduk pada hukum

15

Cahyusha Desmutya Herfika, Analisis Komparasi Mekanisme Produk Kredit pada

Pegadaian Konvensional dan Pembiayaan pada Pegadaian Syariah (Studi Pada PT Pegadaian

di Nganjuk dan Kediri) “Jurnal Ilmiah”, h. 10. 16

Siti Aisyah, Preferensi Usaha Kecil dan Mikro di Pasar Baru Cikarang dalam

Memilih Akses Pembiayaan “Al-Iqtishad Vol. VI. 1”, (Jakarta: Universitas Islam Syarif

Hidayatullah, 2014), h. 2. 17

Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Ed.1, Cet.1,

(Yogyakarta : UII Press. 2000), h. 89.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

59

gadai sebagai pilihan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan baik

bersifat konsumtif maupun produktif.18

Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik produk gadai

emas19

di pegadaian syariah yaitu : Kategori nasabah yang disajikan

sebagai target pinjaman dapat berupa nasabah perorangan

(berpenghasilan tetap atau badan usaha), jaminan menggunakan seluruh

jenis emas 18, 22, 23, 24 karat berupa perhiasan dan emas 24 karat

berupa latakan,20

yang dimaksud dengan perhiasaan adalah emas dalam

bentuk gelang, kalung, cincin, dan anting, untuk jumlah pinjaman yang

dapat diberikan kepada nasabah maksimum 80% dari nilai taksiran emas

atau maksimum 50% dari nilai taksiran, serta jumlah pembiayaan yang

diberikan adalah minimum Rp 1 juta dan maksimum Rp 250 juta dan

jangka waktu pembiayaan untuk setiap transaksi maksimal 4 bulan dan

dapat diperpanjang sesuai keperluan nasabah. Setiap usulan

perpanjangan dilakukan sebagai proses permohonan baru termasuk

proses penaksiran kembali atas emas21

18

Lastuti Abubakar, Pranata Gadai Sebagai Alternatif Pembiayaan Berbasis

Kekuatan Sendiri (Gagasan Pembentukan UU Pergadaian) “Mimbar Hukum Volume 24,

Nomor 1” (Bandung, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Februari 2012), h. 2. 19

Arrum Mahmudahningtyas Analisis Kesyariahan Transaksi Rahn Emas (Studi

Pada Pegadaian Syariah Cabang Landungsari Malang) “Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis”(Malang: Universitas Brawijaya, 2015) h. 6. Menyatakan bahwa:

Gadai Emas Syariah di Indonesia diselenggarakan oleh PT Pegadaian dan Bank Umum

Syariah atau Unit Usaha Syariah. 20

Pendapat lain dari karakter emas yang dijadikan jaminan lihat Melinda Sari dan

Ilyda Sudardjat, Persepsi Masyarakat Tentang Gadai Emas di Pegadaian Syariah Cabang Setia

Budi Medan “Jurnal Ekonomi dan Keuangan: Vol. 1, No. 2”, (t.t, Januari 2013), h. 23.

Menyatakan bahwa: pada umumnya 18 sampai 24 karat dengan nilai yang digadaikan adalah

minimal 5 gram dan pembiayaan atau jumlah pinjaman utang yang diberikan oleh lembaga

umumnya 80%-90% dari nilai taksiran. 21

Meilinda Sari dan Ilyda Sudardjat, Persepsi Masyarakat Tentang Gadai Emas di

Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan “Jurnal Ekonomi Dan Keuangan: Vol.1, No.2”

(t,t, t.t, Januari 2013), h. 23.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

60

Karakteristik tersebut memberikan pemahaman bahwa

operasional Pegadaian nasabah berupa perorangan, besaran pembiayaan

50%-80% dari nilai taksiran menunjukkan bahwa pegadaian belum bisa

memberikan pembiayaan dari nilai taksiran sampai 100%, besaran

berkisar dari 1jt sampai dengan 250jt menunjukkan bahwa pegadaian

masih memegang pada masyarakat ekonomi menengah kebawah.

B. Profil Pegadaian Syariah Sampang Madura

1. Sejarah Perusahaan

a. Sejarah Hukum Pegadaian

Tanggal 1 April 2012 merupakan tonggak sejarah bagi

seluruh Insan Pegadaian. Pada tanggal tersebut, perusahaan resmi

berubah status badan hukum dari Perusahaan Umum (Perum)

menjadi Perseroan Terbatas (PT). Perubahan status badan hukum

tersebut tidak sekedar perubahan struktur modal namun

mempengaruhi mekanisme pengelolaan perusahaan dalam

pencapaian tujuan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk semakin

meningkatkan kinerja perusahaan dalam pasar (Market) yang

semakin kompetitif dalam rangka menciptakan nilai tambah (added

value) baik bagi pemegang saham (shareholder) dan mengakomodasi

pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder).22

Dalam persaingan usaha yang semakin ketat saat ini, setiap

perusahaan dituntut memiliki keunggulan kompetitif untuk

22

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

61

memenangkan persaingan tersebut. Keunggulan tersebut dapat

berupa keunggulan secara produk, sistem distribusi, pelayanan,

dukungan informasi teknologi dan sebagainya. Namun tidak kalah

penting juga adalah keunggulan softstructure berupa pengelolaan

perusahaan yang baik, budaya kerja yang kuat, kompetensi SDM dan

nilai-nilai perusahaan yang mampu mengikat loyalitas nasabah dan

masyarakat secara luas. Pedoman standar etika perusahaan INTAN

(Code of Conduct) adalah sekumpulan komitmen yang terdiri dari

Budaya Perusahaan INTAN serta standar etika perusahaan PT

Pegadaian (Persero) yang membentuk dan mengarah kesesuaian

tingkah laku sehingga sesuai dengan budaya dan nilai-nilai

perusahaan. Code of Conduct berlaku untuk seluruh individu yang

bertindak atas nama PT Pegadaian (Persero), Anak Perusahaan,

Pemegang Saham serta menjadi acuan seluruh stakeholders atau

mitra kerja yang melakukan transaksi bisnis dengan nama PT

Pegadaian (Persero).23

b. GCG Pegadaian

PT Pegadaian (Persero) menyadari bahwa penerapan GCG

secara sistematis dan konsisten merupakan kebutuhan yang harus

dilaksanakan. Penerapan GCG pada Perseroan diharapkan dapat

memacu perkembangan bisnis, akuntabilitas serta mewujudkan nilai

23

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

62

pemegang saham dalam jangka panjang tanpa mengabaikan

kepentingan stakeholders lainnya.24

Good Corporate Governance Perseroan ini merupakan

penjabaran dari kaidah -kaidah Good Corporate Governance,

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-

01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan

Usaha Milik Negara, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Regulasi di bidang Pasar Modal, Anggaran

Dasar Perseroan, Visi dan Misi Perseroan serta Praktik-Praktik

terbaik dalam Good Corporate Governance.25

Pelaksanaan GCG yang baik membutuhkan check and

balance pada setiap proses bisnis di tiap level maupun fungsi,

sehingga pengelolaan Perseroan yang berdasarkan prinsip-prinsip

GCG dapat terwujud dan dengan peraturan ini mampu mendorong

Insan Perseroan untuk mencapai visi,misi dan tujuan Perseroan.26

Implementasi Panduan GCG dilaksanakan secara konsisten

dengan didukung adanya laporan dari masing-masing unit kerja

secara berkala mengenai implementasi panduan dan dikaitkan

dengan sistem reward and punishment yang dikembangkan oleh

Perseroan bagi satuan kerja maupun individu Karyawan. SPI

melakukan pemantauan atas tindak lanjut penerapan GCG di

24

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 25

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 26

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

63

Perseroan dan memberikan usulan perubahan/revisi atas Panduan

Good Corporate Governance ini kepada Direksi dan tembusan

kepada Dewan Komisaris.27

Perseroan memberikan kesempatan kepada Insan Perseroan

dan stakeholder lainnya untuk dapat menyampaikan laporan

mengenai dugaan pelanggaran terhadap Panduan Good Corporate

Governance kepada satuan kerja atau tim yang ditunjuk Perseroan

melalui surat, kotak pengaduan atau media lainnya yang disediakan

oleh Perseroan untuk kepentingan pelaporan pelanggaran.

Penyediaan media tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan

dugaan pelanggaran terhadap Panduan Good Corporate Governance

dan bukan untuk menyampaikan keluhan pribadi pelapor.28

Setiap identitas pelapor harus disebutkan secara jelas.

Perseroan akan memberikan perlindungan bagi pelapor. Perseroan

mengembangkan sistem pelaporan pelanggaran (Whistleblowing

system).29

c. Pengendalian Gratifikasi

PT Pegadaian (Persero) dalam setiap pelaksanaan kegiatan

usahanya harus selalu berpedoman pada prinsip-prinsip Good

Corporate Governance yang salah satunya menghindari praktik-

praktik gratifikasi. Dalam kegiatan bisnis, pada umumnya

perusahaan tidak terlepas dari hubungan dan interaksi antara para

27

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 28

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 29

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

64

pihak baik internal maupun eksternal yang saling menjalin kerja

sama yang harmonis, serasi dan berkesinambungan dengan tidak

melupakan etika dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

baik.30

Dalam hubungan bisnis, terdapat praktik kegiatan kerja yang

tidak terhindarkan yaitu adanya penerimaan, pemberian, dan

permintaan gratifikasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Hal-hal

yang terkait dengan penerimaan, pemberian, dan permintaan

gratifikasi dan tatacara/mekanisme pelaporannya di lingkungan

Perusahaan telah diatur dalam pedoman pengendalian Gratifikasi.

Hal ini penting dibudayakan di lingkungan Perusahaan sebagai suatu

proses pembelajaran bagi insan Perusahaan dalam mewujudkan

Insan Perusahaan yang mempunyai harkat, martabat dan citra yang

tinggi dalam hubungan bisnis dengan para Stakeholder.31

Pengendalian Gratifikasi Perseroan ini merupakan

penjabaran dari undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Peraturan Menteri Badan

Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus

2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Undang-

undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Regulasi

30

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 31

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

65

di bidang Pasar Modal, Anggaran Dasar Perseroan, Visi dan Misi

Perseroan serta nilai-nilai budaya Perusahaan.32

Pelaksanaan pengendalian gratifikasi yang baik

membutuhkan check and balance pada setiap proses bisnis di tiap

level maupun fungsi, sehingga pengelolaan Perseroan yang

berdasarkan pedoman pengendalian gratifikasi dapat terwujud dan

dengan peraturan ini mampu mendorong Insan Perseroan untuk

mencapai visi,misi dan tujuan Perseroan. SPI melakukan

pemantauan atas tindak lanjut penerapan pengendalian gratifikasi di

Perseroan dan memberikan usulan perubahan/revisi atas Pedoman

Gratifikasi kepada Direksi dan tembusan kepada Dewan

Komisaris.33

Perseroan memberikan kesempatan kepada Insan Perseroan

dan stakeholder lainnya untuk dapat menyampaikan laporan

mengenai dugaan pelanggaran terhadap Pedoman Pengendalian

Gratifikasi kepada satuan kerja atau tim yang ditunjuk Perseroan

melalui surat, kotak pengaduan atau media lainnya yang disediakan

oleh Perseroan untuk kepentingan pelaporan pelanggaran.

Penyediaan media tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan

dugaan pelanggaran terhadap Pengendalian Gratifikasi dan bukan

untuk menyampaikan keluhan pribadi pelapor. Setiap identitas

32

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 33

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

66

pelapor harus disebutkan secara jelas. Perseroan akan memberikan

perlindungan bagi pelapor.34

Implementasi Pengendalian Gratifikasi dilaksanakan secara

konsisten dan bersifat wajib dengan didukung adanya laporan dari

masing-masing unit kerja mulai dari jajaran Direksi sampai pegawai

level terendah secara berkala. Implementasi pengendalian gratifikasi

dikaitkan dengan sistem reward dan punishment yang dikembangkan

oleh Perseroan bagi satuan kerja maupun individu Karyawan.35

2. Produk-produk Pembiayaan Pegadaian Syariah Sampang

a. Pembiayaan Gadai Emas Syariah

Pembiayaan rahn dari Pegadaian Syariah adalah solusi tepat

kebutuhan dana cepat yang sesuai syariah. Prosesnya cepat hanya

dalam waktu 15 menit dana cair dan aman penyimpanannya. Jaminan

berupa barang perhiasan, elektronik atau kendaraan bermotor.36

Keunggulan :

1) Layanan rahn tersedia di Outlet Pegadaian Syariah di seluruh

Indonesia.

2) Prosedur pengajuannya sangat mudah. Calon nasabah atau

debitur hanya perlu membawa agunan berupa perhiasan emas

dan barang berharga lainnya ke outlet Pegadaian.

3) Proses pinjaman sangat cepat, hanya butuh 15 menit.

34

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 35

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 36

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

67

4) Pinjaman (Marhun Bih) mulai dari 50 ribu rupiah sampai 200

juta rupiah atau lebih.

5) Jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan atau 120 hari dan

dapat diperpanjang dengan cara membayar ijaroh saja atau

mengangsur sebagian uang pinjaman.

6) Pelunasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan perhitungan

ijaroh selama masa pinjaman.

7) Tanpa perlu membuka rekening.

8) Nasabah menerima pinjaman dalam bentuk tunai.

9) Barang jaminan tersimpan aman di Pegadaian.

Persyaratan:

a) Fotocopy KTP atau identitas resmi lainnya.

b) Menyerahkan barang jaminan.

c) Untuk kendaraan bermotor membawa BPKB dan STNK asli.37

b. Amanah

Pembiayaan amanah dari Pegadaian Syariah adalah

pembiayaan berprinsip syariah kepada pegawai negeri sipil dan

karyawan swasta untuk memiliki motor atau mobil dengan cara

angsuran.

Keunggualan:

1) Layanan amanah tersedia di outlet Pegadaian Syariah di Seluruh

Indonesia.

2) Prosedur pengajuan cepat dan mudah.

37

Brosur Pegadaian Syariah Sampang, 2013-2016

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

68

3) Uang muka terjangkau.

4) Biaya administrasi murah dan angsuran tetap.

5) Jangka waktu pembiayaan mulai dari 12 bulan sampai dengan 60

bulan.

6) Transaksi sesuai prinsip syariah yang adil dan menenteramkan.38

Persyaratan:

a) Pegawai tetap suatu instansi pemerintah/swasta minimal

telah bekerja selama 2 tahun.

b) Melampirkan kelengkapan:

(1) Fotokopi KTP (suami/isteri)

(2) Fotokopi Kartu Keluarga

(3) Fotokopi SK pengangkatan sebagai pegawai / karyawan

tetap

(4) Rekomendasi atasan langsung

(5) Slip gaji 2 bulan terakhir

(6) Mengisi dan menandatangani form39

c. Arum

Pembiayaan arrum pada Pegadaian Syariah memudahkan para

pengusaha kecil untuk mendapatkan modal usaha dengan jaminan

BPKB dan emas. Kendaraan tetap pada pemiliknya sehingga dapat

digunakan untuk mendukung usaha sehari-hari. Maksimalkan daya

guna kendaraan anda.

38

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 39

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

69

Keunggulan:

1) Layanan arrum tersedia di outlet Pegadaian Syariah di Seluruh

Indonesia.

2) Prosedur pengajuan Marhun Bih (pinjaman) cepat dan mudah.

3) Agunan cukup BPKB kendaraan bermotor.

4) Proses Marhun Bih (pinjaman) hanya butuh 3 hari, dan dana

dapat segera cair.

5) Ijaroh relatif murah dengan angsuran tetap per bulan.

6) Pilihan jangka waktu pinjaman dari 12, 18, 24, 36 bulan.

7) Pelunasan dapat dilakukan sewaktu-waktu.40

d. Emas Mulia

Mulia adalah layanan penjualan emas batangan kepada

masyarakat secara tunai atau angsuran dengan proses mudah dan

jangka waktu yang fleksibel. Mulia dapat menjadi alternatif pilihan

investasi yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa depan,

seperti menunaikan ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan

anak, memiliki rumah idaman serta kendaraan pribadi.41

Keunggulan:

1) Proses mudah dengan layanan professional.

2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio aset.

3) Sebagai aset, emas batangan sangat likuid untuk memenuhi

kebutuhan dana mendesak.

40

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016 41

Rangkuman dari http://www.pegadaian.co.id/page/view/17, Di akses 12 April 2016

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

70

4) Tersedia pilihan emas batangan dengan berat mulai dari 5 gram

s.d. 1 kilogram.

5) Emas batangan dapat dimiliki dengan cara pembelian tunai,

angsuran, koletif (kelompok), ataupun arisan.

6) Uang muka mulai dari 10% s.d. 90% dari nilai logam mulia.

7) Jangka waktu angsuran mulai dari 3 bulan s.d. 36 bulan.

C. Operasional Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Berkaitan dengan praktik muamalah saat ini banyak

dikembangkan dalam berbagai lembaga keuangan syariah, salah satunya

adalah perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah di

Indonesia begitu cepat dan pesat. Seiring dengan pesatnya

perkembangan itu, sebagian Dalam bidang ekonomi, Islam menetapkan

aturan komprehensif tentang keterkaitan antara dua orang yang

melakukan transaksi melalui adanya hukum-hukum agama tentang

masalah itu. Aturan tersebut merupakan rambu-rambu tentang

bagaimana mencari dan mengembangkan harta sekaligus pengalokasian

dan pem-belanjaannya.42

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan

syariah menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu

yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

42

Taufiqul Hulam , Jaminan dalam Transaksi Akad Mudharabah Pada Perbankan

Syariah “Mimbar Hukum Volume 22, Nomor 3” (Fakultas Hukum Universitas Lancang

Kuning, Oktober 2010), h. 522.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

71

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.43

Bank syariah adalah bank yang

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah maka dapat

dikatakan sebagai perbankan syariah,44

dan menurut jenisnya terdiri atas

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.45

Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiyaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan

dengan prinsip syariat Islam.46

Berdasarkan definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa bank syariah merupakan lembaga keuangan yang

operasionalnya sesuai dengan ketetuan syariah Islam. Perbankan syariah

memberikan layanan bebas-bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran

dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam

melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga (riba).

Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan syariah dengan

sistem perbankan konvensional. Meskipun sebelumnya terjadi

perdebatan mengenai apakah riba47

ada kaitannya dengan bunga

43

Undang-Undang RI No. 21 Tentang Perbankan Syariah (t.t, t.p, t.t), h. 2. 44

Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta:

Anggota IKAPI, 2008), h. 17. 45

Undang-Undang RI No. 21 Tentang Perbankan Syariah (t.t, t.p, t.t), h. 3. 46

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yokyakarta: Ekosia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2008), h. 1. 47

Mohd Yahya Mohd Hussin dan Joni Tamkin Borhan, Analisis Perkembangan

Pasaran Saham Islam Di Malaysia Shariah “Journal , Vol. 17, No. 3 (2009) 431-456” h. 440.

Menyatakan bahwa: Pengharaman kegiatan yang melibatkan riba adalah sesuatu yang pasti dan

kekal dalam Islam walaupun apa nama yang diberikan untuk menggantikan perkataan riba. Ini

memandangkan kegiatan riba mempunyai banyak kesan kepada ketidakadilan dalam ekonomi

dan merupakan satu penindasan yang amat ketara.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

72

(interest) atau tidak, namun sekarang nampaknya ada konsensus di

kalangan ulama bahwa istilah riba meliputi segala bentuk bunga.48

Bunga dalam perbankan dianggap riba Praktek sistem bunga dan

akibatnya.Sistem bunga yang dimaksud adalah tambahan pembayaran atas

pokok pinjaman, yang besar-nya telah ditetapkan di muka, biasanya diten-

tukan dalam bentuk presentase (%) dan terus dikenakan selama masih ada

sisa pinjaman.49

Operasional bank syariah harus memiliki nilai tambah50

yang membedakan dengan bank konvensional. Untuk menjamin agar

semua produk dan transaksi keuangan syariah (LKS) sesuai dengan

syariah, terdapat tiga mata rantai kegiatan yang saling berkaitan, yaitu:

penyediaan fatwa ulama sebagai rambu-rambu syariah, akomodasi fatwa-

fatwa itu ke dalam berbagai peraturan pandangan dan regulasi, serta

pengawasan atas LKS agar produk dan transaksinya senantiasa sesuai

dengan prinsip syariah.51

Ekonomi syariah juga dapat dianggap sebagai

sebuah sistem, yakni sejumlah refleksi dan institusi yang berupaya

48

Toni Prasetyo Utomo, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan

Nasabah dalam Memilih Jasa Perbankan Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Kantor

Cabang Malang) Jurnal Ilmiah (Malang: Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Brawijaya 2014), h. 6. 49

Maslihati Nur Hidayati, Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum

Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada Prinsip-Prinsip Islam “Lex

Jurnalica Vol.6 No.1” (Jakarta: Universitas Al-Azhar Indonesia, Desember 2008), h. 65. 50

Rezeki Aji Dedi Mulawarman, Eksistensi Laporan Nilai Tambah Syari’ah Berbasis

Rezeki “Artikel Simposium Nasional Akuntansi (Sna) Ke Xi” (Pontianak: Universitas

Cokroaminoto Yogyakarta 23-24 Juli 2008), h. 3.Menyatakan bahwa: nilai tambah syari’ah

(baik ekonomi, mental dan spiritual) harus memenuhi prinsip halal, thoyib dan bebas riba. 51

M. Atho Mudzhar, Esai-Esai Sejarah Sosial Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2014), h. 91-92.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

73

mendesain orientasi dan perangkat yang dibutuhkan dibutuhkan untuk

merealisasikan tujuan ekonomi syariah.52

Seiring berkembangnya keuangan syariah, beberapa lembaga

syariah yang ada di Indonesia telah banyak terjun di pasar pegadaian

dengan menjalankan prinsip syariah. Ada lembaga pegadaian syariah yang

berdiri sendiri bahkan ada bank syariah yang bekerja sama dengan Perum

Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di beberapa kota di

Indonesia beberapa bank umum syariah lainnya menjalankan kegiatan

pegadaian syariah sendiri. Pada perbankan syariah, aplikasi gadai

digunakan: Sebagai produk, yaitu sebagai alternatif dari pegadaian

konvensional dimana dalam gadai syariah nasabah tidak dibebani bunga

tetap, melainkan hanya dikenakan biaya penitipan, pemeliharaan,

penjagaan, serta penaksiran.53

2. Perkembangan dan Regulasi Bank Syariah di Indonesia

Lahirnya Bank Syariah pastilah dilandasi dari paradigma

Rahmatan Lil Alamin, dengan landasan hukum tertinggi adalah Al-

Qur’an,Hadist, Ijtihad, Ijma’, maupun Qiyas. Kegiatan usaha bank,

kalau ditinjau dari tatacara bermuamalat secara Islami mengandung

52

Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Dunia Islam

Kontemporer h. 30. 53

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), h.

393.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

74

unsur-unsur yang dilarang, yaitu riba. Unsur riba ini harus ditinggalkan,

karena hukumnya adalah haram.54

Adanya tuntutan perkembangan maka Undang-Undang

Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 kemudian direvisi menjadi Undang-

Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998. Undang-Undang ini

melakukan revisi beberapa pasal yang dianggap penting. Salah satu

perubahannya adalah pada pasal 1 ayat 13 berbunyi “ Prinsip syariah

adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak

lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), Pembiayaan

berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), Prinsip jual beli

barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan

barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpapilihan (Ijarah),

atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).55

UU

Perbankan merupakan suatu evolusi perkembangan pengaturan pada

sistem perbankan nasional dengan diberlakukannya sistem perbankan

syariah sebagai alternatif dari sistem perbankan konvensional. Alternatif

sistem tersebut yang kemudian disebut sebagai dual banking system,

54

Chrisna Suhendi, Kritik Untuk Bank Syariah(Antara Harapan, Kenyataan dan

Paradigma Rahmatan Lil Alamin) Jurnal Fokus Ekonomi (Fe), Vol.7, No. 1 Issn: 1412-3851

(Semarang: Fakultas Ekonomi Unissula April 2008), h. 52–57. 55

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005 ), h. 6.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

75

yaitu, bank syariah sebagai alternatif dari bank konvensional yang

berjalan beriringan dan bersamaan dalam sistem perbankan nasional.56

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia meskipun secara

formal baru dimulai dari tahun 1992, akan tetapi perkembangan

perbankan Islam di Tanah Air sebenarnya sudah mulai secara formal dan

informal jauh sebelum tahun tersebut.57

Perkembangan tersebut terlihat

dengan lahirnya tiga bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) di Jawa

Barat pada tahun 1991. Bank syariah secara nasional mulai lahir pertama

kali pada tahun 1991 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia

(BMI) dan mulai resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Kemudian

setelah UU No.7 Tahun 1992 diganti dengan UU No.10 tahun 1998

yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang

dapat dioperasikan dan dijalankan oleh bank syariah, maka bank syariah

mulai menunjukkan perkembangannya. Undang-undang ini, yang

disusul dengan Surat Keputusan Direksi BI, PRI No.4/1/P13I/2002

tanggal 27 Maret 2002, memberikan arahan bagi bank konvensional

untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi

bank syariah. Lahirnya landasan yuridis yang menerapkan sistem.58

Kebangkitan ekonomi syariah ini tentu saja tidak hanya

berkaitan dengan sektor-sektor perekonomian yang semakin meluas

56

Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah, Produk-Produk dan Aspek-Aspek

Hukumnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media, Cetakan Kesatu, 2014), h. 105-110. 57

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis

dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 29. 58

Arif Pujiyono, Posisi dan Prospek Bank Syariah dalam Dunia Usaha Perbankan

“Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1, No. 1/Juli” (Semarang: Universitas Diponogoro, 2004:

45-58) h. 50.

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

76

melebar ke berbagai ranah kehidupan. Tetapi yang lebih penting juga

terjadinya peningkatan kesadaran masyaralat dalam berekonomi dan

berbisnis dari yang ribawi beralih menuju kebisnis yang berbasis

Islami.59

3. Kerangka Dasar Produk dan Inovasi Produk Bank Syariah

Pengembangan inovasi produk keuangan syariah perbankan

syariah harus dirancang instrumennya dan sesuai dengan standar

internasional60

Permasalahan inovasi produk juga bermunculan seiring

dengan perkembangan bank syariah, dimana pengembangan dan inovasi

produk bank syariah belum mampu menjawab kebutuhan pasar dan

berdaya saing tinggi. Sebagai contoh, adanya produk rahn (gadai emas)

di bank syariah justru menjadi instrumen yang bersinggungan dengan

pegadaian syariah, dimana Bank Indonesia memberikan warning

terhadap keberadaan dan fungsi bank syariah Pengembangan dan inovasi

produk belum melalui proses inovasi produk, yaitu inovasi produk

belum dikembangkan dengan dukungan teknologi informasi dan

telekomunikasi, dalam pengembangan produk maka transaksi perbankan

harus dilakukan secara elektronik karena merupakan kebutuhan

masyarakat atau konsumen, pengembangan dan inovasi produk

59

Nurul Ichsan, Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah “Al-Iqtishad Vol. VI. 1”,

(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 98. 60

Agus Triyanta, Implementasi Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Islam (Syariah)

(Studi Perbandingan antara Malaysia dan Indonesia), “Jurnal Hukum No. Edisi Khusus Vol.

16, Oktober 2009”, h. 217.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

77

haruslah61

disesuaikan dengan karakter bisnis di sektor riil dan inovasi

produk diperlukan efisiensi dan efektivitas dalam mengembangkan

produk bank syariah. Perlu juga dipertimbangan aspek inovasi bisnis,

yaitu kebutuhan customer secara komprehensif, harga yang kompetitif,

serta kemasan produk yang inovatif sesuai standar internasional62

Kerangka dasar produk di dalam lembaga perbankan syariah

dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Produk penyaluran dana, produk

penghimpunan dana dan produk yang berkaitan dengan jasa yang

diberikan perbankan kepada nasabahnya.63

Dalam rangka mendukung

pengembangan ekonomi, lembaga perbankan syariah dapat berperan

sebagai intermediasi antara unit-unit ekonomi yang mempunyai

kelebihan dana (surplus of funds) dengan unit-unit yang mengalami

kekurangan dana (lack of funds).64

Untuk menjalankan fungsi

intermediasi, perbankan syariah akan melakukan kegiatan usaha berupa

penghimpunan dana, penyaluran dana, serta menyediakan berbagai jasa

transaksi keuangan kepada masyarakat:

a. Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana merupakan aktivitas Bank Syariah

dalam menghimpun dana dari masyarakat yang ditujukan untuk

mobilisasi investasi tabungan untuk membangun perekonomian

61

Budi Sukardi, Kepatuhan Syariah (Shariah Compliance) Dan Inovasi Produk Bank

Syariah di Indonesia (IAIN Surakarta, t.t), h. 8. 62

Dato’ Sri Zukri Samat, Asia’s Growth And Innovation In The New Financial Order:

Sustainable Growth Paradigm For Islamic Finance, Asian Finance Forum 2011 (Laguna Resor

Bali, 24-25 November 2011), h. 20. 63

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2008) h.

111. 64

Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 285.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

78

dengan cara yang adil,65

yang mana dalam bank konvensional

dikenal dengan bentuk tabungan, deposito dan giro yang lazim

disebut dengan dana pihak ketiga, sedangkan dalam bank syariah,

penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan

nama produk, tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadi’ah dan

prinsip mudharabah.66

Produk-produk bank syariah ditujukan untuk

mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan

perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil

dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan

hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan

tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif

dalam rangka mencapai tujuan sosial ekonomi Islam. Dalam hal ini,

bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba),

melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam,

terutama wadi’ah (titipan), qard (pinjaman) mudharabah (bagi

hasil), dan ijarah.

Secara garis besar produk penghimpun dana syariah terbagi

dalam dua prinsip, yaitu:

1) Prinsip wadi’ah

Prinsip wadi’ah adalah titipan dimana pihak pertama

menitipkan dana atau benda kepada pihak kedua selaku penerima

titipan dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat

65

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 112. 66

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h.113.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

79

diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya

penitipan.67

Namun, oleh karena dana dititipkan diperkenankan

untuk diputar maka oleh bank syariah kepada penyimpan dana

dapat diberikan bonus sesuai dengan sejumlah dana yang ikut

berperan didalam pembentukan laba bagi bank syariah.68

Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka wadi’ah

dibedakan menjadi wadi’ah yad dhamanah yang berarti

penerima titipan berhak mempergunakan dana/barang titipan

untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan

untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan tetap pada

kesepakatan dapat diambil pada setiap saat diperlukan, sedang di

sisi lain wadi’ah yad amanah tidak memberikan kewenangan

kepada penerima titipan untuk mendayagunakan barang atau

dana yang dititipkan.69

2) Prinsip mudharabah70

Prinsip mudharabah merupakan simpanan dengan konsep

bagi hasil, dimana dalam pengaplikasiannya prinsip

mudharabah, penyimpan deposan bertindak sebagai shahibul

maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib

(pengelola).71

Dana tersebut digunakan bank untuk membiayai

pembiayaan murabahah atau ijarah, pembiayaan mudharabah

67

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan h. 97. 68

Muhamad Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah

(Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 6. 69

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 97. 70

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 113. 71

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah.(Jakarta: Bank Indonesia, 2007).h. 50.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

80

dan lain-lain. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan

nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk

pembiayaan mudaharabah, maka bank bertanggung jawab penuh

atas kerugian yang terjadi, prinsip ini diaplikasikan pada produk

tabungan berjangka dan deposito berjangka.72

Selanjutnya, prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara

dua pihak di mana pihak pertama sebagai pemilik dana atau

sahibul maal dan pihak kedua sebagai pengelola dana atau

mudharib untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan

menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan

diperoleh, jika terjadi kerugian, maka ditutupi dengan laba yang

diperoleh.73

Namun, apabila dalam akad mudharabah tidak

mendapatkan laba sama sekali atau mengalami kerugian, maka

mudharib (pengelola dana) tidak berhak diberi upah atas

usahanya, dana shahibul maal (pemilik dana) tidak berhak

menuntut kerugian kepada mudharib.Demikian jika kerugian

tidak disebabkan kelalaian dari pihak pengelola.74

Dengan kata

lain, jika kerugian itu disebabkan karena kelalaian pihak

pengelola maka, mudharib berhak menuntut kerugian atas semua

kerugian yang ditanggung.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada

mudharib, ada dua jenis mudharabah, yaitu :

72

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah h. 50. 73

Dumairi Nor, Ekonomii Syariah Versi Salaf, (Pasuruan : Pustaka Sidogiri, 2008) h.

9. 74

Dumairi Nor, Ekonomii Syariah Versi Salaf, h. 10.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

81

1) Mudharabah muthlaqoh (investasi tidak terikat atau

unrestricted invesment) di sini mudharib diberikan

kewenangan sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi

yang dikehendaki, aplikasi dalam perbankan yaitu deposito,

tabungan.75

2) Mudharabah muqayyadah (investasi terikat atau restricted

investment) arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana,

sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana atau

pengelola. Pada jenis ini dibagi menjadi dua76

yaitu :

a) Mudharabah muqayyadahon balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus

(restricted investment) pemilik dana dapat menetapkan

syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank

b) Mudharabah muqayyadah of balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana

mudharabah langsung kepada pelaksana usaha, bertindak

sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan

antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana

dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus

dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang

akan dibiayai dan pelaksana usahanya.77

75

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah. h. 54. 76

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah h. 55. 77

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah h. 55.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

82

Selanjutnya produk pembiayaan tidak terbatas pada utang-

piutang sebagaimana dikenal dalam konsep kredit, melainkan berupa

bagi hasil, jual beli, pinjam-meminjam, dan sewa-menyewa dengan

berbagai bentuk akad sesuai transaksi yang diterapkan.78

Produk

pembiayaan atau yang dikenal dengan penyaluran dapat dibagi sebagi

beikut:

b. Produk Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dananya bank syariah membagi produk

pembiyaan menjadi tiga kategori berdasarkan tujuan penggunaanya.

Tiga kategori tersebut adalah:

1) Pembiayaan dengan Prinsip Jual-Beli

Prinsip jual beli ini merupakan perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Biasanya

tingkat keuntungan bank ditentukan di depan saat akad

berlangsung dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang

dijual.79

Macam-macam pembiyaan jenis ini seperti:

a) PembiayaanMurabahah

Merupakan transaksi jual beli, bank menyebutkan

jumlah keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi ini

biasanya bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah

sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari

78

Anggarian Andisetya Sinkronisasi Fatwa DSN-MUI No: 68/DSN-MUI/III/2008

Tentang Rahn Tasjily Terhadap Pasal 5, Pasal 7, dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Artikel Ilmiah (Malang: Universitas Brawijaya, Mei

2014), h. 2. 79

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. h. 8.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

83

pemasok ditambah keuntungan.80

Kedua pihak harus

menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran dan

jika sudah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya

akad. Dalam perbankan murabahah lazimnya dilakukan

dengan cara pembayaran cicilan (bitsamanajil).

b) Salam

Merupakan transaksi jual beli, dimana barang yang

diperjualbelikan belum ada sehingga barang diserahkan

secara tangguh dan pembayarannya dilakukan secara tunai.81

Karena barang belum ada maka dalam transaksi ini barang

yang akan dibeli harus jelas jenis, kualitas, kuantitas serta

waktu penyerahannya.

c) Istishna

Merupakan transaksi jual beli yang mirip dengan

salam tetapi pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali

(termin) pembayaran. Ketentuan umum dari akad ini yaitu

barang pesanan harus jelas spesifikasinya seperti jenis,

bentuk,ukuran, mutu, dan jumlah. Harga jual yang disepakati

dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama

berlakunya akad. Jika terjadi perubahan setelah akad

80

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah h. 8. 81

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah h. 9.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

84

ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap

ditanggung nasabah.82

2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa

Merupakan akad pemindahan hak guna atas suatu barang

atau jasa melalui pembayaran upah atas sewa, tanpa diikuti

perpindahan kepemilikan atas barang tersebut.

3) Pembiyaan dengan Prinsip Bagi Hasil

Pembiyaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi

hasil yaitu:

a) Musyarakah

Perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan

nasabah yang membutuhkan pembiayaan,83

dimana bank dan

nasabah secara bersama membiayai suatu usaha atau proyek

yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil

sesuai dengan penyertaan dimana keuntungan dan kerugian

dibagi sesuai kesepakatan dimuka.

b) Mudharabah

Kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama

menyediakan modal sedangkan pihak kedua mengelola dana

dimana keuntungan dan kerugian dibagi bersama menurut

kesepakatan dimuka. Mudharabah dibagi menjadi dua jenis

yaitu:

82

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah. h. 40. 83

Ramzi A. Zuhdi, Perbankan Syariah, h. 41.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

85

(1) Mudharabah Muthlaqah

Kerjasama antara dua pihak dimana pihak

pertama menyediakan modal dan memberikan

kewenangan penuh kepada pihak kedua dalam

menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan

keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan

bersama.84

(2) Mudharabah Muqayyadah

Kerjasama antara dua pihak dimana pihak

pertama menyediakan modal dan memberikan

kewenangan terbatas kepada pihak kedua dalam

menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan

keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan

dimuka sehingga bank selaku shahibul maal lebih

mudah dalam melakukan kegiatan monitoring terhadap

usaha yang dilakukan nasabah sebagai mudharib.85

c. Produk Jasa

Adapun prinsip produk-produk syariah dalam

penyelenggaraan jasa-jasa perbankan yaitu:

1) Kafalah

84

Bismar Nasution, Hukum Ekonomi Syariah dalam Regulasi Nasional (Medan:

Fakultas Syariah Sumatera Utara, 2007), h. 7. 85

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia Cet. I (Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 2007), h. 124.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

86

Akad pemberian garansi atau jaminan oleh pihak bank

kepada nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek dan

pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin.86

2) Wakalah

Akad perwakilan antara kedua belah pihak87

(bank dan

nasabah) dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk

mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa tertentu.

3) Hawalah

Akad pemindahan piutang nasabah kepada bank untuk

membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat

melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa

pemindahan piutang tersebut.88

4) Ar-Rahn

Menahan salah satu harta milik nasabah yang memiliki

nilai ekonomis sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.89

5) Al-Qardh

Pemberian harta kepada nasabah yang dapat ditagih atau

diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan yang tergolong tolong menolong90

6) Wadiah

86

Osmad Mutaher, Akuntansi Perbankan Syariah, h. 18. Lihat juga Wahbah Zuhail Al-

Zuhayli, Nazhariyyah al-dhaman, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1998), h. 14-15. Menyatakan bahwa

pendapat Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah menyebutkan arti dari al-dhaman adalah

kafalah. 87

Osmad Mutaher, Akuntansi Perbankan Syariah,.h,18. 88

Osmad Mutaher, Akuntansi Perbankan Syariah, h.,18. 89

Osmad Mutaher, Akuntansi Perbankan Syariah, h.,18. 90

Osmad Mutaher, Akuntansi Perbankan Syariah, h.,18.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

87

Titipan dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu

maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan setiap

saat bila pemilik menghendaki.91

4. Gadai Emas di Bank Syariah

Gadai emas merupakan produk pembiayaan atas dasar emas

sebagai salah satu alternatif memperoleh pembiayaan secara cepat.

Pinjaman gadai emas merupakan fasilitas pinjaman tanpa imbalan

dengan jaminan emas dengan kewajiban pinjaman secara sekaligus atau

cicilan dalam jangka waktu tertentu. Produk gadai emas merupakan

produk tambahan yang diberikan disimpan dalam penguasaan atau

pemeliharaan bank dan atas penyimpanan tersebut nasabah diwajibkan

membayar biaya sewa. Bank syariah dalam melaksanakan produk ini

harus memperhatikan unsur-unsur kepercayaan, kesepakatan, jangka

waktu, dan resiko.92

Sebagian nasabah banyak yang lebih meminati bank

yang memiliki produk gadai dari pada menggadaikan ditempat gadai

karena beberapa faktor, antara lain: marketing bank lebih banyak dan

lebih dienal oleh nasabah, pelayanan lebih bagus di bank syariah, SDM

lebih dipercaya, dan barang agunan lebih terjamin keamanannya.

Gadai emas memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan

dengan barang gadaian lainnya. Emas merupakan logam mulia yang

bernilai tinggi dan harganya relative stabil bahkan selalu menunjukkan

91

Osmad Mutaher, Akuntansi Perbankan Syariah, h. 19. 92

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009),

h. 393.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

88

tren yang positif setiap tahunnya. Emas juga merupakan barang atau

harta yang dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap orang khususnya

emas dalam bentuk perhiasan. Ketika seseorang membutuhkan uang

tunai, maka ia dapat dengan mudah menggadaikan perhiasaannya

kepada lembaga penggadaian atau bank syariah. Setelah ia dapat

melunasi utangnya, ia dapat memiliki kembali perhiasannya. Artinya,

seseorang dengan mudah mendapatkan uang tunai tanpa harus menjual

emas atau perhiasan yang dimilikinya. Biasanya akad yang dgiunakan

adalah akad qard,wal- ijarah yaitu akad pemberian jaminan dari bank

untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank

menjaga barang jaminan yang diserahkan.93

Prinsip yang digunakan dalam gadai emas syariah baik di bank

syariah ataupun di pegadaian syariah tidak berbeda dengan prinsip gadai

pada umumnya. Mulai dari persyaratan, biaya (ongkos) administrasi,

biaya pemeliharaan/ penyimpanan, hingga mekanisme penjualan barang

gadaian ketika pihak yang menggadaikan tidak dapat melunasi

utangnya. Berikut peraturan pemerintah yang menjadi dasar hukum

tentang Rahn emas syariah di Bank Syariah:

a. Peraturan Bank Indonesia atau PBI Nomor.10/17/PBI/2008 tentang

Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah94

b. Surat Edaran Bank Indonesia (SE-BI) Nomor 10/31/DPbS/2008

tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

93

Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan Sunarwin Kartika Setiawati, Tuntutan Praktis

Menggunakan Jasa Perbankan Syariah (Jakarta: Pusat Ekonomi Syariah, 2007), h. 109. 94

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Tentang Produk Bank

Syariah Dan Unit Usaha Syariah.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

89

c. Surat Edaran Bank Indonesia (SE-BI) Nomor 14/7/DPbS tentang

Produk Qardh beragunan Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah

d. Fatwa DSN-MUI Nomor.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn

e. Fatwa DSN-MUI Nomor 26/DSN-MUI/2002 tentang rahn emas.95

Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan dapat

mendatangi bang-bank syariah yang menyediakan fasilitas pembiayaan

gadai emas dengan memenuhi persyaratan:

a. Identitas diri KTP/ SIM yang masih berlaku.

b. Perorangan WNI.

c. Cakap secara hukum.

d. Mempunyai rekening giro atau tabungan di bank syariah tersebut.

e. Menyampaikan NPWP (untuk pembiayaan tertentu sesuai dengan

aturan yang berlaku)

f. Adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk dapat emas batangan,

emas perhiasan atau emas koin dengan kemurnian minimal 18 karat

atau kadar emas 75%. Sedangkan jenisnya adalah emas merah dan

kuning.

g. Memberikan keterangan yang diperlukan dengan benar mengenai

alamat, data penghasilan atau data lainnya.96

95

Anggia Jancynthia Nurizki Wardhani Kesesuaian Produk Gadai Emas Berdasarkan

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Dsn-Mui) Di Bank Syariah Mandiri

Surabaya Jurnal Jestt Vol. 2 No. 12 (Surabaya: Universitas Airlangga, Desember 2015), h.

1022. 96

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 403.

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

90

Selanjutnya pihak bank syariah akan melakukan analisis

pinjaman yang meliputi:

a. Petugas bank memeriksa kelengkapan dan kebenaran syarat-syarat

calon pemohon peminjam.

b. Penaksir melakukan analisis terhadap data pemohon, keaslian dan

karatese jaminan berupa emas, sumber pengembalian pinjaman,

penampilan atau tingkah laku calon nasabah yang mencurigakan.

c. Jika menurut analisis pemohon layak, maka bank akan menerbitkan

pinjaman (Qardh) dengan gadai emas. Jumlah pinjaman

disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dengan maksimal pinjaman

sebesar 80% dari taksiran emas yang disesuaikan dengan harga

standart emas.

d. Realisasi pinjaman dapat dicairkan setelah akad pinjaman (Qardh)

sesuai dengan ketentuan bank.97

e. Nasabah dikenakan biaya administrasi, biaya sewa dari jumlah

pinjaman.

f. Pelunasan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.

g. Apabila sampai pada saat yang ditetapkan nasabah tidak dapat

melunasi dan proses kolektibilitas tidak dapat dilakukan, maka

jaminan dijual karena nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak

tanggal jatuh tempo pinjaman dan tidak diperbaharui.98

Selain itu

diupayakan sepengetahuan nasabah dan kepada nasabah diberikan

97

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah h. 403. 98

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah h. 403.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

91

kesempatan untuk mencari calon pemilik. Apabila tidak dapat

dilakukan, maka bank menjual berdasarkan harga tertinggi dan

wajar.

D. Profil Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

1. Sejarah Singkat Perusahaan

a. Latar Belakang Berdirinya Bank Jawa Timur

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, yang dikenal

dengan sebutan Bank JATIM, didirikan pada tanggal 17 Agustus

1961 di Surabaya. Landasan hukum pendirian adalah Akte Notaris

Anwar Mahajudin Nomor 91 tanggal 17 Agustus 1961 dan

dilengkapi dengan landasan operasional Surat Keputusan Menteri

Keuangan Nomor BUM.9-4-5 tanggal 15 Agustus 1961.99

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok

Perbankan, pada tahun 1967 dilakukan penyempurnaan melalui

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 2

Tahun 1976 yang menyangkut Status Bank Pembangunan Daerah

dari bentuk Perseroan Terbatas (PT) menjadi Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD).100

99

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7

Maret 2016 100

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

92

Secara operasional dan seiring dengan perkembangannya,

maka pada tahun 1990 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur

meningkatkan statusnya dari Bank Umum menjadi Bank Umum

Devisa, hal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bank Indonesia

Nomor 23/28/KEP/DIR tanggal 2 Agustus 1990.Untuk memperkuat

permodalan, maka pada tahun 1994 dilakukan perubahan terhadap

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1992 tanggal 28 Desember 1992

menjadi Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

Nomor 26 Tahun 1994 tanggal 29 Desember 1994 yaitu merubah

Struktur Permodalan/Kepemilikan dengan diijinkannya Modal

Saham dari Pihak Ketiga sebagai salah satu unsur kepemilikan

dengan komposisi maksimal 30%.101

Dalam rangka mempertahankan eksistensi dan

mengimbangi tuntutan perbankan saat itu, maka sesuai dengan

Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 1997 telah disetujui

perubahan bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah

menjadi Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan Hukum

Bank Pembangunan Daerah, maka pada tanggal 20 Maret 1999

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Timur telah mensahkan Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan

101

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

93

Daerah Jawa Timur dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi

Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Jawa

Timur.102

Sesuai dengan Akte Notaris R. Sonny Hidayat Yulistyo,

S.H. Nomor 1 tanggal 1 Mei 1999 yang telah ditetapkan dengan

Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-8227.HT.01.01.Th

tanggal 5 Mei 1999 dan telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia tanggal 25 Mei 1999 Nomor 42 Tambahan

Berita Negara Republik Indonesia Nomor 3008, selanjutnya secara

resmi menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur.103

Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali

perubahan. Perubahan pada tahun 2006 tercantum dalam akta yang

dihadapan Notaris Untung Darnosoewirjo, S.H., No.108 tanggal 27

April 2006 berkaitan dengan penambahan kegiatan Unit Usaha

Syariah dan perubahan jumlah saham seri A dan seri B, dan

perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia, dalam Surat Keputusan

No.W10-00182.HT.01.04-TH.2007 tanggal 7 Februari 2007.

Perubahan pada tahun 2007 berkaitan dengan tambahan modal

dasar Bank dan komposisi jumlah saham seri A dan B, dan

perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak

102

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 103

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

94

Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C-

07001HT.01.04-TH.2007 tanggal 17 Desember 2007.104

Di tahun 2008, berdasarkan Berita Acara Rapat Umum

Pemegang Saham seperti yang dituangkan dalam akta No.56

tanggal 17 April 2008 yang dibuat oleh Untung Darnosoewirjo,

S.H., berkaitan dengan tambahan modal dasar Bank dan komposisi

jumlah saham seri A dan B dan juga penyesuaian anggaran dasar

perseroan berdasarkan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, yang diperbaharui dalam Akta No.38 tanggal

30 Desember 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Untung

Darnosoewirjo, S.H., dan telah memperoleh persetujuan dari

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

No.AHU-15113.AH.01.02.Tahun 2009 tertanggal 23 April 2009.105

Selanjutnya Anggaran Dasar telah mengalami beberapa kali

perubahan, terakhir dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor AHU-AH.01.10-31887 tahun 2012

tanggal 31 Agustus. Seiring dengan perkembangan perekonomian

dan dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai BPD Regional

Champion yang salah satunya parameternya adalah untuk

memperkuat permodalan, maka dilakukan perubahan Anggaran

Dasar Perseroan berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat

Umum Luar Biasa Perseroan Terbatas Nomor 89 tanggal 25 April

104

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 105

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

95

2012, dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi, S.H., di Jakarta yang telah

memperoleh persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM

berdasarkan Surat Keputusan Nomor AHU-22728.AH.01.02.Tahun

2012 tanggal 30 April 2012, telah didaftarkan dalam Daftar

Perseroan sesuai dengan Undang Undang Perseroan Terbatas

dengan Nomor AHU-0038044.Tahun 2012 Tanggal 30 April 2012

serta berdasarkan Surat Keputusan Bapepam Nomor tanggal 29 Juni

2012 dinyatakan efektif untuk pernyataan pendaftaran dan

kemudian pada tanggal 12 Juli 2012, PT Bank Pembangunan

Daerah Jawa Timur mencatatkan 20% sahamnya di Bursa Efek

Indonesia atau menjadi perseroan terbuka dan berubah nama

menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.106

b. Sejarah Bank Jatim Syariah

Direktur Agrobisnis & Usaha Syariah Bank Jatim Partono

bersama Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim

Prof Dr Thohir Luth, menandatangani nota

kesepakatan memorandum of understanding (MoU). Menurut

Partono, MoU ini sebetulnya sebagai kristalisasi kemitraan dengan

bank syariah. Bank Jatim Syariah merupakan satu di antara dua

bank mitra yang menjadi pilihan PWM Jatim. “Sebelumnya, PWM

Jatim menyaring delapan bank mitra khususnya bank syariah

termasuk Bank Jatim Syariah. Akhirnya untuk tahap pertama yang

106

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

96

sudah disepakati adalah Bank Jatim Syariah dan Bank BNI

Syariah,” kata Partono yang didampingi Pemimpin Cabang Bank

Jatim Syariah, M Pramudya Iskandar, kepada Terpercaya.107

Bank Jatim Syariah, lanjut Partono, menjalin kerjasama

dengan PWM Jatim karena ingin membangun jaringan bisnis,

khususnya unit usaha syariah Bank Jatim yang memang sejalur.

Sebab, di situ ada potensi pembiayaan dan pendanaan di antaranya

sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor ekonomi.

“Termasuk di dalamnya ada pengembangan usaha mikro-menengah

melalui usaha di sekitar riil Ibu-ibu Aisyiyah maupun Koperasi-

koperasi Syariah yang tergabung dalam BTM (Baitul Tamwil

Muhammadiyah) yang dikelola lebih profesional dan tertata dengan

baik,” ujarnya.

Dalam sektor pendidikan, kata dia lagi, saat ini PWM Jatim

memiliki 1.300 Taman Kanak-kanak (TK), 437 Sekolah Dasar

(SD), 270 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 194 Sekolah

Menengah Atas (SMA) dengan total sekitar 360 ribu siswa.

Sedangkan perguruan tinggi sebanyak enam universitas dengan

jumlah mahasiswa sekitar 50 ribu. Sektor kesehatan memiliki 29

rumah sakit dan 72 klinik yang tersebar di seluruh Jawa Timur.108

Sementara dalam bidang ekonomi, PWM Jatim memiliki

lebih dari 100 BTM/BMT/KJKS/Kopsyah dan satu BPRS di

107

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 108

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

97

Pasuhuan, serta 1 BPRS lain yang sedang dalam proses pendirian.

Rata-rata aset BTM/BMT Rp 3 miliar dengan kisaran aset antara Rp

2 miliar s/d Rp 20 miliar per BTM/BTM, sedangkan aset BPRS Rp

12 miliar. Disamping itu juga memiliki 173 koperasi wanita dengan

25 koperasi badan hukum (BUEKA Assakinah) dengan total aset

Rp 13,9 miliar dan jumlah anggota 7.693 orang. Tak cuma itu,

organisasi ini juga memiliki 328 anggota himpunan pengusaha

Muhammadiyah dengan sekitar 1.700 anggota Ikatan Pengusaha

Aisyiyah (IPAS).109

Peran PWM Jatim dalam bidang ekonomi secara organisasi

memberikan kontribusi dana simpanan bank di Jawa Timur yang

berasal dari lembaga sosial dengan estimasi 20%-30% dari DPK

dari sumber tersebut. Tahun 2010, total DPK lembaga sosial

sebesar Rp 2,7 triliun. Bahkan, PWM Jatim juga memberikan

kontribusi pada sektor konstruksi Jatim melalui pembangunan

belanja modal berbagai amal usaha Muhammadiyah di Jatim

dengan nilai hampir Rp 200 miliar. Disamping itu juga memberikan

pembiayaan pada sekitar 25.000 usaha skala mikro melalui

BTM/BMT/Kopsyah dan BPRS. “Nah, dengan potensi-potensi itu

nanti akan kita petakan mana saja yang bisa diakses,” terang

Partono.110

109

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 110

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

98

Pemetaan yang dimaksud, terangnya lagi, misal di sektor

pendidikan mungkin yang bisa digarap adalah SPP mulai dari TK

sampai perguruan tingginya. “Walau beberapa perguruan tinggi di

lingkungan PWM Jatim sudah bekerjasama dengan Bank Jatim

konvensional, tapi kalau nantinya ada kebijakan harus pindah ke

bank syariah, maka jangan sampai program itu lepas ke bank

syariah lain, tapi yang menjadi harapan kami supaya bisa tetap

berada pada Bank Jatim Syariah,” harapnya.111

Kerjasama selanjutnya tidak menutup kemungkinan

dikembangkan dengan pemberian kucuran dana Corporate Social

Responsibility (CSR) Bank Jatim. “Barangkali di antara warga

Muhammadiyah Jawa Timur ada yang tergolong kurang mampu

sehingga perlu ada beasiswa untuk siswa-siswa pandai. Atau

mungkin CSR bisa diwujudkan dengan bedah rumah, tapi

semuanya harus sesuai dengan garis kebijakan CSR dari Bank Jatim

sendiri,” jelasnya. Ditambahkan, pada Desember 2010 Bank Jatim

juga menjalin kerjasama dengan PWM Jatim mengadakan Training

of Trainer (ToT) guru enterpreuners yang dilakasanakan oleh

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PWM Jatim bersama

Bank Jatim senilai Rp 125 juta.112

Selain Prof Dr Thohir Luth, dari PWM Jatim yang hadir

dalam MoU ini antara lain Sekretaris Nadjib Hamid, Bendahara

111

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 112

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

99

Syaifudin Zaini, Ir Muhammad Najikh (Ketua Majelis Ekonomi dan

Kewirausahaan), Dr Biyanto MAg (Ketua Majelis Pendidikan

Pertama dan Menengah), Dr Sholihul Absor MARS (Ketua Majelis

Pembina Kesehatan Umum), Dr EstiP Martiana (Ketua Aisyiah),

Drs Abdullah Smith (Dirut BUMM) dan Dra Hj Nelly Asnifati

(Ketua Puskop BUEKA As Sakinah).113

Kerjasama ini, lanjut Partono, sebenarnya bisa

memanfaatkan pengalaman Bank Jatim Syariah yang telah

bekerjasama dengan lembaga pengembangan mikro/kecil yang

dibina oleh perusahaan multinasional di Jawa Timur. “Juga

meningkatkan porsi pembiayaan/kredit bagi pengembangan usaha

pendidikan dan layanan kesehatan. Ke depan Bank Jatim Syariah

sebagai lembaga bisnis dan PWM Jatim beserta seluruh warganya

mengharapkan kerjasama dapat memberi maslahat dan nilai lebih

bagi masing-masing pihak, juga menjadi banknya warga

Muhammadiyah. “Pokoknya ingat Bank Jatim Syariah, ingat

Muhammadiyah. Ingat Muhammadiyah, juga ingat Bank Jatim

Syariah. Insyaallah begitu,” harap Partono.114

Sebetulnya kerjasama Bank Jatim dengan PWM Jatim sudah

terjalin sejak lama. Selain membiayai ToT Guru Enterpreuners,

Bank Jatim Syariah juga menyalurkan dana pembiayaan investasi

Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik di Jl KH Kholil 88 Gresik

113

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 114

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

100

sebesar Rp 4 miliar. Sementara untuk Universitas Muhammadiyah

Ponorogo masih dalam pengajuan pembiayaan sebesar Rp

5.000.000.000.115

Kerjasama lain Bank Jatim konvensional dengan PWM

Jatim yaitu payroll gaji dan kredit multiguna RS Muhammadiyah Jl

KH Mas Mansur 180-182 Surabaya dan SD Muhammadiyah 4

Pucang Jl Pucang Anom 93 Surabaya. “Kami juga memberi kredit

investasi SMP Muhammadiyah 5 Surabaya Jl Pucang Taman 1-2

Surabaya, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya Jl Pucang Taman 1-2

Surabaya, RS Muhammadiyah Jl KH Mas Mansyur 180-182

Surabaya, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl Sutorejo 59

Surabaya. Total penyaluran pembiayaan investasi sebesar Rp 12

miliar,” pungkasnya.

c. Visi Dan Misi

Tujuan perusahaan Bank Jatim Syariah tercermin dalam

bentuk visi dan misi. Adapun visi dan misi Bank Jatim Syariah

yaitu: Visi Bank Jatim Syariah menjadi bank yang sehat

berkembang secara wajar, memiliki manajemen dan sumber daya

manusia yang profesional, dan misi Bank Jatim Syariah mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah serta ikut mengembangkan usaha

kecil dan menenengah memperoleh laba optimal.116

115

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 116

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

101

d. Logo

Logo Bank Jatim berbentuk tugu pahlawan yang ada dalam

lingkaran dengan warna merah. Arti dari logo tersebut, tugu

pahlawan adalah salah satu citra visual daerah jawa timur dan

merupakan monumen nasional yang kita ketahui adalah tugu

kebanggaan masyarakat jawa timur karena tugu pahlawan sudah

menjadi identik dengan kota surabaya, maka hal ini menjadi alasan

utama dalam penciptaan Logo Bank Jatim.117

Tugu pahlawan digambarkan dengan garis-garis perspektif

sebanyak lima buah garis perspektif melambangkan pandangan dan

cita-cita ke masa depan jumlah garis sebanyak lima buah

melambangkan Pancasila, yang senantiasa menjadi landasan cita-

cita pembangunan Bank Jatim.118

Lingkaran artinya melambangkan keutuhan, kesatuan dan

tekad yang kuat, bentuk lingkaran juga diartikan sebagai suatu

wadah usaha perbankan yang dinamis. Warna merah artinya merah

melambangkan keberanian hidup serta kekuatan (power).

117

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 118

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

102

Makna dari logo tersebut adalah Aman terpecaya Bank

Jatim menjamin keselamatan dana maupun kepentingan pihak lain

yang diamankan Bank Jatim. Bank Jatim mampu melaksanakan

tugas dan amanah dengan penuh tanggung jawab.

e. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan sarana untuk

menggambarkan keadaan formal perusahaan untuk mengetahui

tugas dan fungsi serta tanggung jawab para karyawan. Dengan

adanya struktur organisasi tersebut semua orang dapat mengetahui

tugas dan tanggung jawab para karyawan perusahaan.119

119

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

100

STRUKTUR ORGANISASI

PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk

CABANG PEMBANTU SYARIAH SAMPANG

Sumber: Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret 2016

M. DJAMALUDDIN

PINCAPEM

AMIRUL ARIFIN

JR. PENYEL. UMUM & PEMBIAYAAN

1. Yudha Prasetya = Analisis Pembiayaan

2. Ivan Ferdyan = Analis Pembiayaan

3. Amsari = Taksator Gadai

4. Ratwa Dwi S. = Umum & Pembiayaan

5. Ach. Rahbini = Marketing Lending

6. Moh. Romdhoni = Marketing Lending

7. Surya Adie Tria S = Marketing Lending

8. Akh. Nor Faisol = Security

9. Nur Hidayat = Security

10. Yang Haryanto = Security

11. Abd. Rahman = Driver

12. Dwi Cahyo H = Pramubakti

FATIMATUS SUHRO

PJS. PENYELIA DANA JASA

1. Nurul Cholifa = Teller

2. Irma Pratiwi = SA

3. Isvan Hari F = Marketing Funding

4. Muh. Sun Haji = Marketing Funding

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

104

f. Tugas Dan Tanggung Jawab

Berdasarkan struktur organisasi diatas dapat dijelaskan tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing yaitu :

1) Pimpinan Cabang

Tugas dan fungsinya :

a) Mengendalikan seluruh sistem operasional perusahaan

b) Menentukan arah kebijakan perusahaan cabang

c) Melaksanakan pembinaan kepada karyawan

2) Administrasi pembiayaan

Tugas dan fungsinya :

a) Melaksanakan dan mengendalikan sistem operasional

pembiayaaan

b) Melaksanakan pengawasan terhadap pembiayaan

c) Melakukan pelaporan akuntansi terhadap pihak terkait

3) Marketing / account office

Tugas dan fungsinya :

a) Mengatur sistem pemasaran produk bank

b) Melaksanakan pengawasan pemasaran dilapangan.120

4) Accountingdan Personalia

Tugas dan fungsinya :

a) Mengatur sirkulasi keuangan perusahaan

b) Memenuhi kebutuhan keuangan dan operasional perusahaan

c) Melaksanakan pengawasan keuangan diseluruh bagian

120

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

105

d) Mengendalikan sistem kepegawaian dan melaksanakan

pengecekan terhadap karyawan.

5) Teller

Tugas dan fungsinya : Menginput dan mengoutput uang kepada

nasabah

6) Costumer Service

Tugas dan fungsinya : Memberikan pelayanan kepada nasabah

melalui call center tatap muka.121

2. Produk- produk Pembiayaan Bank Jawa Timur Syariah

Produk yang dijual di bank syariah berbeda dengan produk yang

dijual di bank konvensional, adapun produk pembiayaan yang dijual di

Bank Jawa Timur Syariah Cabang Sampang antara lain :

a. KPR iB Griya Barokah

Pembiayaan KPR iB GRIYA BAROKAH adalah pembiayaan

jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian

rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas, di lingkungan

developer maupun non developer, dengan sistem murabahah.122

b. KUR Syariah

Pembiayaan KUR merupakan fasilitas pembiayaan modal

kerja maupun investasi untuk usaha usaha produktif berupa pengadaan

bahan baku, barang dagangan atau persediaan, kebutuhan operasional,

121

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 122

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

106

pembelian properti, kendaraan, mesin, dan sebagainya dengan

menggunakan prinsip syariah.

c. Gadai EmasiB Barokah

Fasilitas pinjaman yang diberikan bank kepada nasabah

berdasarkan kesepakatan, dimana nasabah menyerahkan secara fisik

barang berharga berupa emas (baik lantakan maupun perhiasan),

selanjutnya bank memberikan surat gadai sebagai jaminan

pengembalian seluruh atau sebagian hutang nasabah kepada bank.123

d. Talangan Haji “Al Mabrur”

Pinjaman talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk

menutupi kekurangan dana guna mendapatkan nomor porsi untuk

berangkat haji, berdasarkan prinsip qard dimana Bank Jatim Syariah

memberikan pinjaman kepada nasabah tanpa imbalan dengan

kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara

sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan

kesepakatan.

e. Produk Kafalah

Berupa Bank Garansi adalah jaminan yang diberikan bank

kepada pihak ketiga (terjamin) untuk jangka waktu tertentu, jumlah

tertentu dan keperluan tertentu, atas pemenuhan kewajiban nasabah

(yang dijamin) kepada pihak ketiga dimaksud.124

123

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016 124

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

107

f. Pembiayaan Konsumtif, terbagi menjadi:

a) Pembiayaan multiguna syariah, yaitu pembiayaan yang diberikan

kepada karyawan pemerintah atau swasta bonafide.

b) Pembiayaan pemilikan kendaraan, yaitu pembiayaan yang ditujukan

bagi nasabah yang dimaksud melakukan pembelian atau pemilikan

kendaraan.

c) Pembiayaan pemilikan rumah, yaitu pembiayaan yang ditujukan bagi

nasabah yang bermaksud melakukan pembelian rumah (baru atau

second)125

g. Pembiayaan Produktif, terbagi:

a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk keperluan

pengadaan barang yang digunakan untuk modal kerja.

b) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan untuk keperluan pembelian

barang-barang yang diperlukan untuk keperluan investasi.

125

Rangkuman dari http://www.bankjatim.co.id/page/view/17, Di akses Tanggal 7 Maret

2016

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

108

BAB IV

PENERAPAN MULTI AKAD GADAI SYARIAH DI PEGADAIAN

SYARIAH SAMPANG MADURA

Pada bab ini akan dibahas bagaimana penerapan multi akad qard,

akad rahn, dan akad ijarah pada praktik gadai emas di Pegadaian Syariah

sesuai atau tidaknya dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI.

A. Kesesuain Akad Qard pada Praktik Gadai Emas dengan ketentuan

Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah Sampang Madura

Penerapan akad Qard dalam Produk Gadai Emas di Pegadaian

Syariah tidak dilakukan secara tertulis, artinya akad qard tersebut

disepakati dengan kontrak lisan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Tuhu

Amuji menyatakan. Bahwa: Akad qard di Pegadaian Syariah Sampang

tidak dituangkan dalam kontrak akad secara tertulis. Namun, dijelaskan

atau dilakukan secara lisan antara pihak Pegadaian dan Nasabah.”1

Tinjauan ulama dalam menjelaskan tentang akad menyatakan

bahwa akad secara etimologi dipergunakan untuk beragam makna, yang

seluruhnya bermakna al-ribt (keterikatan, perikatan, dan pertalian).2 Akad

dalam bentuk tulisan atau ucapan yang mengandung perikatan akan

menimbulkan hukum dan sah. Hal ini sesuai dengan pendapat ulama jika

transaksi itu berupa jual beli, maka ucapan si penjual kepada pembeli

dapat berupa: “saya jual buku ini kepada anda” adalah ijab sekalipun

1 Tuhu Amuji: wawancara langsung di Pegadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal

02 April 2016. 2 Ibrahim Fadhil Al-Dabbu, Al-Iqtishad Al-Islami: Dirasah Wa-Tatbhiq (Jordan: Dar Al-

Manahij, 2008), h. 171. Lihat juga Syamsul Anwar, Hukum Perjajian Syariah Studi Tentang Teori

Akad dalam Fikih Muamalat, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 96

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

109

diucapkan belakangan.3Kontrak juga merupakan kesepakatan bersama

baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua belah pihak atau lebih

melalui ijab qabul yang memiliki ikatan hukum bagi semua pihak yang

terlibat untuk melaksanakan apa yang menjadi kesepakatan tersebut.4

Sehingga dibenarkan menurut syariah adanya akad yang dilakukan

dengan lisan. Namun, ucapan tersebut ada implikasi hak dan kewajiban

dari kedua belah pihak dari ijab qabul yang diucapkan dari kedua belah

pihak.

Ijab-qabul dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun

lisan, asalkan di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai

emas diantara pihak lembaga dan nasabah dan tidak adanya pemisah

antara ucapan ijab dan qabul. Ijab qabul sangat dalam transaksi hukum

ekonomi syariah dan menjadi indiakator kerelaan pihak-pihak yang

melakukan akad.5

Selanjtnya akad qard digunakan sebagai akad yang mengantarkan

murtahin untuk memberikan pinjaman teradap rahin. Sesuai dengan

konsep kontrak gadai modern, pada dasarnya gadai syariah berjalan di

atas dua akad transaksi Islam. Namun, akad qard yang merupakan

kontrak akad sebelum akad rahn, serta dilengkapi akad ijarah sebagai

akad terahir menjadi satu hal pengenaan biaya uang/sewa modal. Hal ini

menjadi kekhawatiran mengandung unsur-unsur yang tidak sejalan

3 Ahmad Aziz, Teori Akad Dalam Fikih Mu‟amalah, Alfauzi.Blogspot.Com, 2007.

4 Rahmani Timorita Yulianti, Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum Kontrak

Syariah “Jurnal Ekonomi Islam La-Riba, Vol.2, No.1”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Juli

2008), h. 94. 5 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan (Jakarta: PT. Rja

Grafindo Persada, 2007), h. 66.

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

110

dengan Islam.6 Dalam konsep dua akad dalam transaksi gadai syariah

dianggap tidak bertentangan dengan larangan dua akad dalam satu

transaksi, karena akad dilakukan secara terpisah dalam artian akad qard

sebagai akad untuk pinjaman uang yang kemudian akad rahn sebagai

akad untuk penyerahan barang jaminan.

Sesuai dengan pendapat Dr. Hasanuddin selaku anggota DSN

pembuat Fatwa bahwa akad qard berfungsi sebagai bentuk akad yang

mengantar pemilik dana untuk memberikan pinjaman kepada pemilik

jaminan (rahin).7 Hal ini sejalan dengan pengertian akad Qard yang

menyebutkan secara umum merupakan akad untuk penyediaan dana atau

tagihan antara bank syariah atau lembaga gadai dengan pihak peminjam

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara

tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.8 Namun, sebelum ijab-

qobul (akad qard) dilaksanakan, Pegadaian Syariah Sampang memiliki

standar tersendiri yang harus diikuti oleh Nasabah, yaitu sebagai berikut:9

a. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas

1) Nasabah datang ke Pegadaian Syariah Sampang

6 Unsur-unsur yang dimaksud antara lain: 1) biaya ditetapkan dimuka secara pasti (fixed),

dianggap mendahului takdir karena seolah-seolah peminjam dipastikan akan memperoleh

keuntungan hingga mampu membayar pokok dan tambahan pada waktu yang disepakati, 2) biaya

ditetapkan dalam bentuk persentase sehingga apabila diapdukan dengan dengan unsur

ketidakpastian manusia, secra matematis dengan berjalannya waktu akan bisa menjadikan hutang

berlipat ganda, 3) memperdagangkan/menyewakan barang sejenis dan sama dengan memperoleh

keuntungan atau kelebihan kualitas dan kuantitas, hukumnya adalah riba, 4) membayar hutang

dengan lebih baik, harus ada dasar sukarela dan inisiatifnya harus datang dari yang punya hutang.

Lihat buku karangan: Nurul Huda dan Muhammad Heykal Lembaga Keuangan Islam Tinjauan

Teoritis dan Praktis h. 281. 7 Dr Hasanudin: Wawancara langnsung di Fakults Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016. 8 Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah (Bandung : PT Refika Aditama, 2011), h.

268. 9 Tuhu Amuji: wawancara langsung di Pegadaian Sampang Madura pada tanggal 27

Maret 2016.

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

111

Untuk mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis

maupun secara langsung Nasabah mendatangi pihak Pegadaian

dengan mengisi form pengajuan pembiayaan. Selanjutnya formulir

tersebut diserahkan kepada petugas bagian pembiayaan.

Persyaratan pengajuan antara lain:

a) Semua jenis profisi

b) Cakap hukum

c) Mengisi formulir permohonan;

d) Fotokopi KTP atau identitas lainnya yang masih berlaku;

e) Barang jaminan berupa emas lantakan atau perhiasan minimal

16 karat dengan berat minimal 5 gram. Barang jaminan milik

sendiri (dianggap milik yang megajukan)10

Prosedur yang disyaratkan oleh pihak Pegadaian Syariah

Sampang11

sesuai dengan standar prosedur pembiayaan gadai pada

umumnya yang mensyaratkan Nasabah memberikan keterangan

yang diperlukan dengan benar mengenai alamat, data pengahsilan,

dana data lainnya seta adanya barang jaminan berupa emas. Jenis

emas yang dijadikan jaminan dapat berupa emas batangan, emas

10

Brosur Gadai Emas Pegadaian Syariah Sampag 2012-2016. 11

Bella Dina Putri Sukmasari, Kesesuaian Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Rahn

Bermasalah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 (Studi di

Pt. Bank Bri Syariah Cabang Kota Malang) “Artikel Ilmiah”( Malang: Universitas Brawijaya,

2013), h. 7. Menyatakan bahwa: Pegadaian merupakan Perusahaan umum pegadaian adalah satu-

satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan

lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar

hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150.

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

112

perhiasan atau emas koin dengan kemurnian minimal 18 karat atau

kadar emas 75%.12

2) Pengumpulan data

Data yang diperlukan didasari adalah tentang kelayakan

Nasabah baik dari segi umur Nasabah, tujuan pembiayaan, usaha

Nasabah, serta lokasi usaha nasabah, yang bertujuan untuk

mengetahui kelayakan Nasabah untuk mendapatkan pembiayaan

dari Pegadaian Syariah Sampang. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Tuhu Aji, menyatakan: Bahwa dalam pengumpulan data nasabah

yang dicek antara lain identitas Nasabah, kelayakan Nasabah, dan

jaminan emas.”13

Dari wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa Pegadaian

Syariah Sampang dalam menilai Nasabah pembiayaan Gadai Emas

dengan melihat identitas, keadan Nasabah (cakap hukum), kelayakan

Nasabah, dan jaminan emas Nasabah.

Menurut tinjauan fikih berkaitan dengan rukun dan syarat

orang yang berakad memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi

sebagai pelaku transaksi gadai yaitu Rahin (pemberi gadai) dan

Murtahin (penerima gadai) adalah telah dewasa, berakal sehat, dan

atas keinginan sendiri. Berhubungan dengan transaktor (orang yang

12

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.

403. Pendapat lain dari karakter emas yang dijadikan jaminan lihat Melinda Sari dan Ilyda

Sudardjat, Persepsi Masyarakat Tentang Gadai Emas di Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi

Medan “Jurnal Ekonomi dan Keuangan: Vol. 1, No. 2”, (t.t, Januari 2013), h. 23. Menyatakan

bahwa: pada umumnya 18 sampai 24 karat dengan nilai yang digadaikan adalah minimal 5 gram

dan pembiayaan atau jumlah pinjaman utang yang diberikan oleh lembaga umumnya 80%-90%

dari nilai taksiran. 13

Tuhu Aji: Wawancara langsung di Pegadaian Syariah Sampang pada tanggal 27 Maret

2016.

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

113

bertransaksi) yaitu Orang yang menggadaikan barangnya adalah

orang yang memiliki kompetensi beraktivitas, yaitu baligh, berakal

dan rusyd (kemampuan mengatur)14

Lembaga keuangan selaku

murtahin (penerima gadai) dan Nasabah sebagi Rahin yang terlibat

haruslah orang yang cakap bertindak secara hukum yang dapat

mengucapkan ijab qabul (shigat) atau kontrak perjanjian gadai

secara jelas.15

Sehingga keberadaan prosedur pengumpulan data di

Pegadaian Syariah Sampang selain mengikuti pedoman fikih

dengaan adanya keseuaian syarat dari orang yang berakad hal

tersebut juga merupakan suatu bentuk kehati-hatian lemabaga dalam

memberikan pembiayaan.

3) Standar Penilaian Logam Emas

Nilai pinjaman yang diperoleh oleh nasabah minimal 50% dari nilai

taksiran sedangkan maksimal pinjaman 95% dari nilai taksiran16

,

sejalan dengan teori di Pegadaian Syariah, biasanya platfon utang

yang diberikan maksimal 90 persen dari nilai taksiran pendapat lain

Jumlah pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dengan

maksimal pinjaman sebesar 80% dari taksiran emas yang

disesuaikan dengan harga standar emas.17

, dengan jangka waktu

utang maksimal 4 bulan. Besarnya biaya simpan Rp 90 untuk setiap

kelipatan Rp 10.000 dari nilai taksiran per sepuluh hari. Ini sama

14

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, h. 21. 15

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, h. 66. 16

Brosur Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Madura, 2013-2016. 17

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009),

hlm.403.

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

114

dengan 0,9 persen per 10 hari = 2,7 persen per 30 hari = 10,8 persen

per 120 hari (4 bulan).18

Contoh penghitungan nilai taksiran:

Nilai bersih emas sebesar 24,650

Harga taksiran sebesar 258, 125

Maka penghitungan besaran pinjaman sebesar 24,650 X 258,125

= 6.362.789,49

Dari penghitungan tersebut pinjaman yang bisa diterima

oleh Nasabah maksimal sebesar Rp 6.362.789,49. Di Pegadaian

Syariah Sampang besaran pinjaman disesuaikan dengan harga

taksiran emas dengan maksimal 95% dari nilai taksiran. Dengan

jangka waktu di Pegadaian Syariah Sampang selama 4 bulan.19

Tahapan akad dalam gadai pada saat proses gadai adalah pertama

Pegadaian syariah membuat akad Qardh untuk memberikan uang tunai

kepada nasabah gadai, karena sebagai “akad pendamping” dari rahn

murni biasanya digunakan akad Qardh.20

Selanjutnya dibuatkan akad

Rahn untuk menjamin pembayaran kembali dana yang diterima oleh

nasabah. Sebagai uang sewa tempat menyimpan emas atau barang lain di

bank atau lembaga gadai sekaligus biaya asuransi kehilangan emas yang

dimaksud, bank atau lembaga gadai berhak untuk meminta Ujrah (uang

jasa) yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan bank atau

lembaga gadai. Dalam pemberian suatu pinjaman dengan gadai,

18

Yahya Abdurrahman, Pegadaian dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010 ) h.

130-131. Lihat juga dalam buku Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam

Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 281. 19

Tuhu Aji Wawancara langsung di Pegadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal 12

April 2016. 20

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah, h. 129.

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

115

sebelumnya bank syariah melakukan analisis pinjaman yang meliputi

kelengkapan dan kebenaran syarat calon pemohon pinjaman, data-data

pemohon, keaslian dan karatese jaminan berupa emas.

Adapun di Pegadaian Syariah Sampang Madura pertama membuat

akad qard, kemudian akad rahn, dan terahir akad ijarah. Akad qard

dilaksanakan seperti prosedur di atas. Selanjutnya akad rahn akan

dipaparkan pada bagian selanjutnya.

B. Kesesuain Akad Rahn pada Praktik Gadai Emas dengan ketentuan

Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah Sampang Madura

Penerapan akad rahn pada Gadai Emas dituangkan secara tertulis

setelah semua prosedur awal telah diselesaikan dan akad qard telah

disepakati. Kombinasi akad dalam transaksi rahn adalah kombinasi akad

Qard21

dengan Ijarah.22

Pada akad rahn dan rahn emas, Nasabah

memberikan jaminan kepada lembaga keuangan syariah atas pinjaman

yang diterimanya.23

Menurut Majelis Penasihat Shariah (MPS)

dibenarkan selama memenuhi syarat dan akad-akad didalamnya tidak

saling menafikan.24

Rahn merupakan mekanisme opersional gadai

syariah sangatlah penting untuk diperhatikan, karena jangan sampai

operasional gadai syariah tidak efisien dan efektif. Mekanisme opersional

gadai syariah haruslah tidak menyulitkan calon Nasabah yang akan

21

Al-qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih, atau dengan

perjanjian dia akan membayar yang sama dengan hutangnya. Lihat Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al

Sunnah, Fiqh Al Sunnah (Cairo: Dar Al Kitab Al Islamy Dar Al Hadits, t.th) h. 182. 22

DSN dan BI, Himpunan Fatwa, jilid 1, h. 1. 23

Muhammad Maksum, Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Timur

Tengah h. 127. 24

Bank Negara Malaysia, Resolusi Syariah dalam Kewangan Islam (Malaysia: Bank

Negara Malaysia, 2010), h. 156.

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

116

meminjam uang atau akad akan melakukan hutang piutang. Dalam hal

ini pegadaian syariah, mempunyai hak menahan marhun sampai semua

marhun bih dilunasi.25

Dengan merujuk pada ketentuan Fatwa-fatwa DSN-MUI,

beberapa riset terkait berkesimpulan bahwa akad rahn di Pegadaian

Syariah dan Bank Syariah telah mendapatkan kekuatan hukum dari

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dengan tidak bertentangan dengan

Fatwa DSN-MUI26

kesimpulan juga diungkapkan dalam penelitian

lainnya dengan fokus pada akad rahn menyebutkan bahwa akad rahn

telah memenuhi ketentuan syariah27

Jika diamati kedua penelitian tersebut sama-sama mencakup

penggunakan akad rahn dalam kajian penelitiannya. Namun jika diamati

secara jelas keduanya tidak menghubungkan secara jelas antara

kesesuainnya dengan Fatwa DSN-MUI. Tesis ini kemudian mencoba

mengamati problem multi akad dalam transaksi gadai emas yang

disesuaikan dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI.

Materi Fatwa DSN-MUI menjelaskan hak penerima gadai (al-

murtahin) sementara kepemilikan dan manfaat tetap menjadi milik

nasabah (al-rahin). Produk rahn disediakan untuk membantu Nasabah

dalam pembiayaan kegiatan multiguna.28

Sedangkan rahn sebagai produk

25

Sasli Rais, Pegadaian Syariah, (Jakarta:Press, 2005) h. 38. 26

Lutfi Sahal, Implementasi Al-Uqud Al-Murakkabah Atau Hibrid Contracs (Multi Akad

Gadai Emas) Pada Bank Syariah Mandiri Dan Pegadaian Syariah “Jurnal At-Taradhi Jurnal Studi

Ekonomi Vol.6, No. 2 ” (Banjarmasin: Institut Agama Islam Negeri Antasari, 2015). 27

Anwar Munandar, Akad Rahn di Perum Pegadaian Unit Layanan Gadai Syaria‟ah

Cabang Kusumanegara Yogyakarta “Skripsi Jurusan Muamalat Fakultas Syariah UIN Sunan

Kalijaga, (Yogyakarta, 2005). 28

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009),

h.403.

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

117

pembiayaan, berarti Pegadaian Syariah memperoleh biaya sewa dari usaha

rahin yang dibiayainya.

Fatwa tersebut juga menjelaskan bahwa tanggung jawab

pemeliharaan, penyimpanan, dan pemanfaatan juga menjadi hak dan

tanggung jawab al-rahin, dengan se-izin al-rahin, al-murtahin

dimungkinkan dengan mengganti biayanya.29

Selanjutnya dalam praktik di Pegadaian Syariah Sampang

Madura akad rahn ini dituangkan secara tertulis dan ditandatangani

di atas materai.30

Pelaksanan rahn dalam syariah sesuai dengan Ayat

Al-qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah

Al-Baqarah ayat 283, diantaranya adalah :

قبوضة ن اھفر م و إن كنتم على سفر و لم تجدوا كاتبا

“jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh

seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283)

Tesis ini kemudian mencoba mengamati problematika

pelaksanaan akad rahn pada produk pembiayaan gadai emas di Pegadaian

Syariah Cabang Pembantu Sampang Madura, diantaranya dengan melihat

isi kontrak antara lain: Kami yang bertanda tangan di bawah surat buku

rahn (SBR) ini yakin murtahin (penerima gadai dalam hal ini PT

29

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.2, h. 155 30

Tuhu Aji Wawancara langsung di Pegadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal

12 April 2016

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

118

Pegadaian Persero) dan rahin (pemilik marhun atau kuasa dari pemilik

marhun), sepakat membuat akad rahn sebagai berikut:31

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tinjauan akad

merupakan tahapan yang harus dilalui untuk menganalisis praktik multi

akad dalam produk pembiayaan gadai emas ini. Sesuai dengan ketentuan

fikih bahwa salah satu yang menjadi sahnya dari transaksi gadai adalah

adanya rukun yang menerangkan tentang keberadaan barang yang

diserahkan kepada penerima gadai oleh pemilik barang setelah menerima

pinjaman, barang tersebut merupakan barang yang bisa diperjual belikan.32

Adapun barang yang diserah terimakan dalam produk pembiayaan gadai di

Pegadaian Syariah Sampang merupakan emas yang bisa diperjual-belikan.

Dalam kegiatan gadai emas syariah subjek dari praktik gadai emas yang

dilakukan oleh lembaga keuangan syariah adalah lembaga sebagai pemberi

pinjaman serta penerima gadai, dan Nasabah baik perseorangan maupun

lembaga atau perusahaan. Sedangkan objek dari kegiatan gadai emas

syariah adalah harta atau barang berharga berupa emas.33

Pembiayaan

gadai emas syariah adalah produk pembiayaan dimana lembaga keuangan

syariah memberikan fasilitas pinjaman kepada nasabah dengan jaminan

berupa emas dengan mengikuti prinsip gadai syariah, emas tersebut

ditempatkan dalam penguasaan dan pemeliharaan Pegadaian Syariah dan

atas pemeliharaan tersebut lembaga keuangan syariah mengenakan biaya

sewa atas dasar prinsip ijarah.

31

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 32

Masyfuk Zuhdi. Masail fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji masagung, 1997) h. 123. 33

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

119

Selanjutnya dalam kontrak akad rahn PT Pegadaian Syariah

Sampang juga menjelaskan bahwa Rahin menerima dan menjaga

terhadap barang marhun, penetapan taksiran marhun, marhun bih, tarif

ujroh, biaya administrasi yang tertera pada surat bukti rahn atau nota

transaksi (struk) seabagai tanda bukti yang sah penerimaan marhun bih.34

Kontrak ini memberikan dampak hukum yang harus disepakati oleh

Nasabah atas nilai taksiran dari Pegadaian, tarif ujroh yang telah

ditetapkan sebelum akad qard dilaksanakan, serta biaya administrasi yang

ditetapkan oleh Pegadaian.

Hal lain yang diperjanjikan antara Nasabah dan Pegadaian Syariah

Sampang adanya ketentuan marhun merupakan barang milik rahin, milik

pihak lain yang dikuasakan kepada rahin dan/atau kepemilikan

sebagaimana pasal 1917 KUHPerdata harus menjamina kesyariahan dari

barang tersebut serta rahin menyatakan telah berhutang kepada murtahin

dan kewajiban untuk membayar pelunasan marhun bih, biaya ujroh, dan

pelelangan (jika ada).35

Sesuai dengan materi Fatwa DSN-MUI yang

menjelaskan bahwa murtahin (penerima gadai) mempunyai hak untuk

menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan

barang) dilunasi.36

Barang jaminan yang menjadi tanggung jawab pihak yang

memegang barang jaminan akan bertanggung jawab atas barang tersebut

34

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 35

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 36

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.1, h. 155.

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

120

sesuai dengan keputusan Fatwa DSN-MUI mengenai pemeliharaan dan

penimpanan marhun pada dasarnya merupakan tanggung jawab rahin.

Namun, juga dapat dilakukan oleh murtahin dengan syarat biaya

pemeliharaan dan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.37

Dalam kontrak di Pegadaian Syariah Sampang menjelaskan

bahwa murtahin akan memberikan ganti kerugian apabila marhun yang

berada dalam penguasaan murtahin mengalami kerusakan atau hilang

yang tidak disebabkan oleh suatu bencana alam (Force Majore) yang

ditetapkan oleh pemerintah serta ganti rugi diberikan setelah

diperhitungkan marhun bih sesuai ketentuan yang berlaku di murtahin.

Senada dengan pendapat Dr. Hasanudin pada dasarnya yang bertanggung

jawab memegang jaminan adalah rahin namun juga bisa dilakukan oleh

murtahin dengan ketentuan bahwa murtahin harus bertanggung jawab

atas barang tersebut.38

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian

Muhammad Azani yang menyatakan Jika marhun hilang bukan karena

force majeure (keadaan memaksa) dengan ketentuan bahwa keadaan

memaksa adalah tidak terbatas pada bencana alam, perang, pemogokan,

sabotase, dan huru-hara maka rahin akan mendapat penggantian

maksimal sebesar taksiran nilai marhun.39

37

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.3, h. 155. 38

Dr Hasanudin: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016. 39

Muhammad Azani Praktik Akad Gadai Dengan Jaminan Lahan/Sawah Dan Gadai

Emas Di Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Berdasarkan Hukum Islam “jurnal Perspektif

Hukum, Vol. 15 No. 2 ”( Riau: Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

November 2015), h. 77.

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

121

Adapun jaminan yang berada dalam tangguangan Pegadaian

Syariah Sampang, Lembaga tidak memanfaatkan barang jaminan tersebut

sesuai sehingga tidak ada akad mudharabah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tuhu Amuji dari hasil wawancara;

Dalam gadai emas ini pihak Pegadaian belum menerapkan

akad mudharabah karena emas atau jaminan lain (motor,

mobil, dan barang beharga lainnya) yang dijadikan oleh

nasabah hanya disimpan oleh pihak Pegadaian tidak dijadikan

pengembangan untuk mencari profit.40

Hal ini sesuai dengan pendapat Ulama Hanafi jika barang gadai

berupa hewan, pemegang gadai boleh memanfaatkan seperti mengendarai

atau mengambil susunya sekedar mengganti biaya, meskipun tidak

diizinkan oleh orang yang menggadaikan barang.41

Senada dengan

pendapat dari beberapa ulama diantaranya: Imam Ahmad, Ishak, Al Laits

Dan Al Hasan, jika barang gadaian berupa barang gadaian yang dapat

dipergunakan atau binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka

murtahin dapat mengambil manfaat dari kedua benda gadai tersebut

disesuaikan dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan selama

kendaraan atau binatang ternak itu ada padanya42

Ketidak berlakuan akad

mudharabah dalam transaksi gadai emas karena barang jaminan (emas)

tidak bisa dimanfaatkan untuk diambil keuntungan dari barang jaminan

tersebut, sehingga tidak ada bagi hasil antar pihak Pegadaian Syariah

Sampang dengan Nasabah.

40

Tuhu Aji: Wawancara langsung di Pegaadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal

15 April 2016 41

Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah (Bandung : Pustaka Setia, 2001), h. 174. 42

H. Moh Anwar, Fiqh Islam (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1998), h. 58.

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

122

Disamping itu, dalam kontrak akad rahn adanya pencantuman

mengenai penundaan pejualan barang jaminan dalam akad apabila rahin

tidak mampu membayar permintaan penundaan lelang dapat ditunda

sebelum jatuh tempo denga mengisi formulir yang telah disediakan,

penundaan pelelangan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di murtahin.43

Bagian akhir dalam kontrak akad rahn dari

penundaan lelang adanya ketentuan jika nasabah tidak melakukan

pelunasan, menebus sebagian marhun, mengangsur marhun bih.

Penundaan lelang sampai jatuh tempo maka murtahin berhak melakukan

penjualan (lelang) marhun.44

Sesuai dengan ketentuang Fatwa DSN-MUI

bagian akhir yang menjelaskan tentang penjualan marhun apabila rahin

tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual secara paksa/dieksekusi

melalui lelang sesuai syariah45

Penjualan barang jaminan (lelang) juga sesuai dengan penelitian

Lina Aulia Rahman menyatakan pada gadai emas, apabila nasabah tidak

melakukan perpanjangan dengan membayar ijarah, itu berati nasabah

telah menghendaki barang jaminannya dilelang 46

selanjutnya hasil

pelelangan marhun telah dikurangi marhun bih, ujroh, biaya lelang jka

ada biaya lelang, merupakan kelebihan yang menjadi hak rahin. Namun,

apabila hasil penjualan lelang marhun tidak mencukupi untuk melunasi

43

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 44

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 45

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.5, Poin. B, h. 155. 46

Lina Aulia Rahman, Analisis Kesesuaian Akuntansi Transaksi Gadai Emas Syariah

Dengan Psak Dan Fatwa Dsn Mui (Studi Kasus Praktik Gadai Emas Di Pegadaian Syariah

Surabaya) “Jurnal Jestt Vol. 2 No. 11”, (Surabaya: universitas airlangga, November 2015), h. 948.

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

123

kewajiban rahin berupa marhun bih, ujroh, biaya proses lelang (jika ada)

dan bea lelang maka rahin wajib membayar kekurangan tersebut;47

Harta jaminan yang dijadikan objek gadai yang berupa emas

syariah, yakni emas yang digadaikan haruslah mempunyai nilai jual yang

baik yang dapat mencukupi untuk pelunasan hutang nasabah kepada

lembaga keuangan syariah, merupakan barang yang dibuat milik nasabah

selaku pembari gadai, utuh, tidak tersebar di berbagai tempat, tidak terkait

dengan orang lain, sesuai kriteria syariah, bukan barang haram atau

barang yang diadapatkan secara haram.48

Sehingga ketika ada Nasabah

yang tidak membayar emas tersebut akan diperjual-belikan atau

dilakukan proses lelang yang hasil jualnya akan mencukupi untuk

menutupi hutang Rahin.

Bagian penutup dalam akad rahn di Peagadaian Syariah Sampang

mengenai ketentuan jika terjadi perselisihan dikemudian hari akan

diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai

kesepakatan akan diselesaikan melalui Pengadilan Agama setempat.49

Sesuai dengan ketentuang Fatwa DSN-MUI dalam bagian penutup

menjelaskan apabilah salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya

atau terjadi perselisihan maka penyelesaiannya dilakukan melalui

47

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 48

Melinda Sari dan Ilyda Sudardjat, Persepsi Masyarakat Tentang Gadai Emas di

Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan “Jurnal Ekonomi dan Keuangan: Vol. 1, No. 2”, h.

23. 49

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016.

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

124

Arbiterase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.50

Dari pemapamaran temuan penelitian di atas praktik akad rahn di

Pegadaian Syariah Sampang telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-

MUI serta sejalan dengan konsep fikih baik dari prosedur yang

disyaratkan oleh Lembaga maupun kontrak akadnya.

C. Kesesuain Akad Ijarah pada Praktik Gadai Emas dengan ketentuan

Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah Sampang Madura

Gadai emas adalah produk lembaga keuangan syariah berupa

fasilitas pembiayaan dengan cara memberikan utang (qardh) kepada

Nasabah dengan jaminan emas (perhiasan/lantakan) dalam sebuah akad

gadai (rahn). Lembaga keuangan syariah selanjutnya mengambil upah

(ujrah, fee) atas jasa penyimpanan/penitipan yang dilakukannya atas emas

tersebut berdasarkan akad ijarah (jasa). Jadi, gadai emas merupakan akad

rangkap (uqud murakkabah, multi-akad), yaitu gabungan akad Qard, Rahn

dan Ijarah.51

Menurut pandangan muamalat yang menghimpun beberapa

akad, hukumnya halal selama akad-akad yang membangunnya adalah

boleh begitu halnya dengan multi akad dalam penelitian ini dalam

transaksi gadai emas syariah. Pada dasarnya gadai emas syariah berdiri

atas tiga akad52

50

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Penutup, h. 155. 51

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (Cipayung:

Ciputat: DSN MUI, 2002), Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002. 52

Azila Ahmad Sarkawi Akad-Akad Muamalah Dalam Fiqh: Satu Analisis Jurnal Syariah 6

(t.t, t.p, t.t), h. 38. Menyatakan bahwa: kontrak atau akad dalam fiqh Islam ialah satu ikatan

tawaran (Ijab) dari penawar dan penerimaan tawaran tersebut oleh pihak penerima dengan satu

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

125

Akad rahn dipaparkan seperti di atas. Selanjutnya Akad al-ijarah

dalam kontrak gadai dalam kombinasi akad pada produk pembiayaan

gadai menimbulkan biaya yang harus ditanggung oleh nasabah dan

termasuk bisnis/tijarah, yaitu konsep penetapan harga sewa dan

keuntungan bagi lembaga keuangan syariah. Gadai syariah di Indonesia

berkembang pasca keluarnya Fatwa DSN MUI No 25/DSN-MUI/III/2002

tentang rahn, Fatwa DSN MUI No 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn

emas, dan Fatwa DSN MUI No 68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn

tasjily. Sejak itu marak berbagai jasa gadai syariah, baik di

Pegadaian Syariah maupun di berbagai Bank Syariah. Gadai syariah tidak

menghapus adanya biaya, melainkan mengganti biaya itu dengan biaya

simpan atas dasar akad ijarah (jasa).53

Karena pada dasarnya Ijarah yang

bersifat pekerjaan (jasa). Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah

memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, ijarah

seperti ini menurut para ulama fikih hukumnya boleh apabila jenis

pekerjaan itu jelas dan sesuai syari’at.54

Dibolehkan ijarah atas barang

mubah, seperti rumah, kamar, dan lain-lain, tetapi dilarang ijarah terhadap

benda yang diharamkan.55

Begitu halnya dengan transkasi gadai emas

penerimaan (Qabul) yang akan mensabit satu kesan hukum pada suatu objek. Lihat juga Rahmani

Timorita Yulianti Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum Kontrak Syari‟ah Jurnal Ekonomi

Islam Vol. II, No. 1, (Yogyakarta: Pusat Studi Islam (PSI) UII, Juli 2008), h. 91. Menyatakan

bahwa: Dalam hal ini kontrak disebut juga akad atau perjanjian yaitu bertemunya ijab yang

diberikan oleh salah satu pihak dengan kabul yang diberikan oleh pihak lainnya secara sah

menurut hukum syar’i dan menimbulkan akibat pada subyek dan obyeknya. 53 Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang atau jasa dalam

waktu tertantu dengan adanya pembayaran upah (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. Dumairi Ekonomi Syariah Versi Salaf

(Jawa Timur : Pustaka Sidogiri, 2008) h. 118-119. 54

Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 156 55

Rachmat Syafei Fiqih Muamalah. hlm 135.

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

126

dibenarkan syariah karena sewa tempat penyimpanan barang jaminan juga

dibenarkan oleh syariah.

Akad ijarah sendiri pada dasarnya adalah sejenis kontrak jual

beli.56

Yakni jual beli manfaat, sehingga penentuan ujrah pun harus

sebanding dengan iwad.57

Dalam praktik gadai emas syariah di Pegadaian

Syariah Sampang juga termasuk kategori jual-beli yaitu jual beli tempat

untuk menyimpan barang jaminan. Namun, Jika terdapat cacat pada

ma‟qud alaih (barang sewaan), penyewa boleh memilih antara meneruskan

dengan membayar penuh atau membatalkannya.58

Begitu halnya jika

terdapat cacat pada tempat penyimpanan barang jaminan yang tidak

meyakinkan nasabah maka, Nasabah boleh melanjutkan atau membatalkan

kontrak gadai emas tersebut. Sesuai dengan pernyataan Tuhu Amuji:

Tempat penyimpanan barang jaminan yang berbentuk emas ini

disimpan dikantor ini (Pegadaian Syariah Cabang Pembantu

Sampang) kecuali barang jaminan yang lain misalnya motor itu

akan disimpan ditempat penyimpanan karena kantor Pegadaian

kita kecil sehingga tidak bisa untuk menampungnya, dan jika

kemudian hari Nasabah merasa keberatan dengan tempat

penyimpanan maka dibolehkan untuk membatalkan kontrak

gadai dan biaya sewa dihitung dari hari yang telah berjalan.

Apabila obyek sewa rusak sebelum terjadi penyerahan maka akad

ijarah batal59

. Apabila kerusakan tersebut terjadi setelah penyerahan maka

harus dipertimbangkan faktor penyebab kerusakan tersebut. Kalau

kerusakan tersebut tidak disebabkan karena kelalaian atau kecerobohan

56

Izzatul Mardhiah, Prinsip Keadilan dalam Penetapan Biaya Ijarah di Pegadain

Syariah “Disertasi” h. 22. 57

Hossan Elsefy, Islamic Finance; A Comparative Jurisprudential Study (Kuala Lumpur:

University Malaya Press, 2007), h. 5. 58

Helmi Karim,Fiqih Muamalah, (Jakarta;PT Rajagrafindo Persada,1997).hlm.,35. 59 Helmi Karim, Fiqih Muamalah,(jakarta;PT Rajagrafindo Persada,1997) hlm.35.

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

127

pihak penyewa dalam memanfaatkan barang sewaan, maka pihak penyewa

barhak membatalkan sewa dan menuntut ganti rugi atas tidak terpenuhi

haknya manfaatkan barang secara optimal.60

Sebaliknya jika kerusakan

tersebut disebabkan oleh pihak penyewa, maka pihak pemilik tidak berhak

membatalkan akad sewa, tetapi berhak menuntut perbaikan atas kerusakan

barangnya.61

Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak

mebolehkan adanya kerusakan pada salah satu pihak, karena ijarah

merupakan akad pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan

kerusakan. Agama menghendaki agar dalam pelaksanaan Ijarah itu

senantiasa diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin

pelaksanaannya yang tidak merugikan salah satu pihak pun serta

terpelihara pula maksud yang diinginkan agama.62

Akad ijarah dapatlah

dikatakan sebagai akad yang menjual belikan antara manfaat barang

dengan sejumlah imbalan sewa (ujrah).63

Dengan demikian tujuan akad ijarah adalah akad pemindahan hak

guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. ijarah dari

pihak penyewa adalah pemanfaatan fungsi barang secara optimal. Sedang

dari pihak pemilik, ijarah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari

ongkos sewa, Dalam akad ijarah penetapan biaya sewa disesuaikan

dengan jenis jaminan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuhu Amuji,

menyatakan:

60

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah.,hlm.118. 61

Ghufron A. Mas’adi Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2002) 187-

hlm.189. 62

Helmi Karim,Fiqih Muamalah,(jakarta;PT Rajagrafindo Persada,1997), hlm.35. 63

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah.,hlm.117.

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

128

“Setelah semua persyaratan dari pengajuan nasabah kepada

pihak Pegadaian, dan disetujui oleh nasabah maka besaran

sewa sebagai biaya tempat penyimpanan emas diperoleh dari

perkalian jenis jaminan atau besara jaminan sesuai dengan

taksiran”64

Penentuan biaya ujroh dengan menggunakan kualisifikasi atau

jenis emas yang dijadikan jaminan serta penerapan akad ijarah dalam

penentuang biaya sewa tempat yang digunakan oleh pihak Pegadaian

Syariah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-

MUI/III/2002 tentang gadai emas pada poin empat “Biaya penyimpanan

barang (marhun) berdasarkan akad ijarah.65

Berdasarkan paparan tersebut Fatwa DSN-MUI memberikan

implementasi pada Peagadaian Sayariah Sampang dengan mengamati

adanya penggabungan akad al-qard, al-rahn dan al-ijarah sebagaimana

yang dicantumkan pada Surat Bukti Rahn (SBR) Pegadaian Syariah

Sampang. Dengan demikian masing-masing pihak menyandang tiga

atribut sekaligus, nasabah sebagai pihak pengutang, penggadai (rahin),

dan pihak penyewa tempat (ajir), adapun pihak Peagadaian sebagai

pemberi utang, penerima barang jaminan (murtahin), sekaligus sebagai

pemilik jasa tempat sewa (musta‟jir) sesuai dengan Fatwa DSN-MUI

tentang pembiayaan yang disertai rahn (at-tamwil al-mautsuq bi al-rahn)

yang menyatakan pada prinsipnya, akad rahn dibolehkan hanya atas

utang piutang (ad-dain) yang antara lain timbul karena akad qard, jual-

64

Tuhu Aji, Wawancara Langsung di Pegadaian Syariah Sampang Madura Pada Tanggal

28 Maret 2016. 65

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Penutup, h. 155.

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

129

beli (al-bai‟) yang tidak tunai, atau akad sewa menyewa (ijarah) yang

pembayaran ujrahnya tidak tunai.66

Sampai saat ini setidaknya ada tiga model penarikan dari

pembiayaan gadai emas yang merupakan produk pembiayaan berdasarkan

barang jaminan dengan menggunakan emas yang disalurkan dengan

prinsip qard, rahn, dan ijarah, maka Pegadaian mendapat sewa tempat

penyimpanan barang jaminan, biaya administrasi, dan denda

keterlambatan.

Ujroh yang merupakan keuntungan Pegadaian yang berbasis

syariah, Ujroh ini merupakan biaya yang ditanggung oleh nasabah

sebagai bentuk sewa tempat penyimpanan barang jaminan. Dalam

penentuan Ujroh Pegadaian Syariah Cabang Pembantu Sampang tidak

ikut menentukan besar kecilya margin. Karena Pegadaian ini hanya

Pegadaian yang merupakan cabang pembantu, maka Pegadaian Syariah

Cabang Pembantu Sampang hanya mengikuti ketentuan dari pegadaian

pusat yaitu Pegadaian Syariah di Surabaya atau BPP (buku pedoman

pelaksanan) Pegadaian.

Tabel 4.1.Biaya Ujroh Gadai Emas67

No Berat Perhiasan (GR…) Berat Kotor

Berdasakan Taksiran

BY. UJROH

1 Rp 50.000,00-Rp 500.000,00 0,45% Per/10 hari

2 Rp 500.000,00-Rp 20.000.000,00 0,71% Per/10 hari

3 >Rp 20.000.000,00 0,62% Per/10 hari

Sumber: Katalog Pegadaian Syariah Sampang Madura, 2016

66

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Terkait Akad. 67

Data rincian biaya Ujroh Gadai Emas Pegadaian Syariah Sampang 2016.

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

130

Selanjutnya pendapatan Pegadaian Syariah adalah biaya

administrasi, pembenanan biaya administrasi, biaya untuk layanan sebuah

transaksi mendapat justifikasi dari banyak pakar ekonomi Islam.68

Namun, biaya administrasi menjadi keuntungan kedua bagi pihak

Pegadaian Syariah Sampang adalah adanya biaya administrasi dalam

proses pembiayaan Gadai Emas, rincian biaya adiminstrasi yaitu:

Tabel 4.2.Biaya Administrasi Gadai Emas69

No Berat Perhiasan (GR…) Berat Kotor

Berdasakan Taksiran

BY. Administrasi

1 Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00 Rp 8.000,00

2 Rp 1.000.000,00- Rp 2.500.000,00 Rp 15.000,00

3 Rp 2.500.000,00-Rp 5.000.000,00 Rp 25.000,00

4 Rp 5.000.000,00-Rp 10.000.000,00 Rp 40.000,00

5 Rp 10.000.000,00- Rp 15.000.000,00 Rp 60.000,00

6 Rp 15.000.000,00-Rp 20.000.000,00 Rp 80.000,00

7 >Rp 20.000.000,00 Rp 100.000,00

Sumber: Katalog Pegadaian Syariah Sampang Madura, 2016

Dari tabel tersebut dapat kita amati contoh perhitungan biaya

sewa serta biaya administrasi dari satu transaksi:70

- Barang jaminan : cincin 5 gram

- Taksiran : Rp 500.000

- Pinjaman : Rp 1.500.000

- Biaya Administrasi : 15.000

- Lama pinjaman : 1 bulan

- Biaya Sewa : 0,71 per/10 hari (2,13% per/1 bulan)X

1.500.000 = Rp 31.950

68

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema

Insani, 2001), h. 163. 69

Data rincian biaya Ujroh Gadai Emas Pegadaian Syariah Sampang 2016. 70

Tuhu Amuji: Wawancara langsung di Pegadaian Syariah Sampang Madura pada

tanggal 30 Maret 2016.

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

131

- Jumlah Semua Hutang : 1.500.000+15.000+31.950= Rp 1.546.950

Dari simulasi tersebut diperoleh biaya di Pegadaian Syariah

dengan penentuan tarif ijarah tidak berdasarkan besaran pinjaman. Akan

tetapi, berdasarkan kepada barang jaminan yang telah ditentukan di

brosur Pegadaian Syariah tersebut.

Pendapatan terahir Pegadaian Syariah Sampang adalah denda

keterlambatan yang menjadi keuntungan oleh pihak yaitu denda

keterlambatan nasabah dalam pembayaran angsuran dihitung jika

keterlambatan sampai sepuluh hari maka besaran denda sesuai dengan

besaran ujroh. Namun, jika keterlambatan tidak sampai sepuluh hari

maka tidak ada denda yang diberikan oleh pihak Pgadaian Syariah. Hal

ini sesuai dengan perkataan Tuhu Aji., menyatakan:

“Tetap ditagih angsurannya, mengirimkan surat teguran, surat

peringata 1 sampai 3 dan denda ini sebesar sesuai dengan ujroh

jika diatas 10 maka dikenakan denda sebesar biaya ujroh.

Namun, jika nasabah tetap tidak memberikan respon balik

maka, pihak Pegadaian akan menjual agunan yang kemudian

jika harga jaminan tersebut melebihi dari pembiayaan yang

diajukan uang tersebut akan dikembalikan oleh pihak bank

setelah memotong biaya untuk menjual jaminan nasabah.”71

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Nasabah yang

melakukan keterlabatan sampai 10 hari/atau lebih dari 10 hari dalam

pembayaran angsuran maka dikenakan denda sebesar ujroh. Selain itu,

ketika nasabah tetap tidak membayar meskipun pihak telah memberikan

surat peringatan 1 sampai 3 maka pihak akan menjual (lelang)

jaminannya. Di mana hasil pelelangan jaminan akan diambil oleh pihak

71

Tuhu Aji: Wawancara langsung di Pegadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal

30 Maret 2016.

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

132

bank sesuai dengan kewajiban nasabah serta semua dari proses

pelelangan biaya, sisanya akan dikembalikan kepada nasabah. Hal ini

sesuai dengan ketentuang Fatwa DSN-MUI.72

Selanjutnya kedua belah pihak sepakat bahwa pembayaran

kembali seluruh kewajiban nasabah kepada Pegadaian Syariah sesuai

dengan jadwal angsuran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tuhu Amuji

selaku direktur Pegdaian Syariah Sampang, menyatakan:

“Pembayaran dari Nasabah dilakukan sesuai jadwal angsuran

yang disepakati, pembayaran itu juga bisa dilakukan secara

langsung oleh nasabah ke Pegadain Syariah dan bisa juga

member kuasa pada orang lain”73

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembayaran

angsuran sesuai dengan jadwal yang disepakati oleh nasabah. Di mana

cara pembayarannya bisa secara langsung nasabah datang ke Pegadaian

Syariah Sampang atau melalui pihak lain yang diberikan kuasa.

Selanjutnya mengenai jatuh tempo pembayaran kembali

kewajiban nasabah jatu bukan pada hari kerja, maka nasabah bersedia

untuk melakukan pembayaran pada hari kerja sebelumnya. Nasabah yang

tidak membayar kewajiban angsuran termasuk dalam kredit macet, maka

pihak bank melakukan penagihan. Hal ini seuai dengan pernyataan Tuhu

Amuji selaku direktur Pegdaian Syariah Sampang, menyatakan:

“Ketika ada nasabah yang tidak membayar kewajiban setelah

jatuh tempo maka pihak bank akan menagih, misalnya lewat

72

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Penutup, h. 155. 73

Tuhu Aji: Wawancara langsung di Pegaadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal

29 Maret 2016.

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

133

via telepon, karena biasanya ada juga nasabah itu lupa dengan

jadwal angsuran dengan adanya kesibukan mereka.”74

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ketika ada

nasabah yang termasuk pembiayaan macet atau tidak lancar, maka pihak

Pegadaian Syariah akan melaukakan beberapa tindakan antara lain :

1. Tetap menagih angsuran dengan SMS, telepon atau alat media lainnya

2. Surat peringatan.

3. Menagih dengan mendatangi rumah nasabah

4. Memberikan surat teguran

5. Memberikan surat peringatan dari suarat 1 sampai ke 3

6. Menjual jaminan.

Pelaksanan pembayaran angsuran, pada pokoknya secara teknis

yuridis telah dijelaskan dalam PBI No. 5/7/PBI/2003 tentang kualitas

aktiva produktif bagi Bank Syariah dan PBI No. 5/9/PBI/2003 tentang

penyisihan penghapusan aktiva produktif bagi Bank Syariah. Penjelasan

peraturan tersebut memberikan pengertian bahwa akad qard secara umum

adalah penyediaan dana atau tagihan antara Bank Syariah dengan pihak

peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan

pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.75

Pencantuman akad ijarah di Pegadaian Syariah Sampang terlihat

dalam kontrak akad ijarah menyatakan Pegadaian Syariah dan Nasabah

yang bertanda tangan di bawah surat buku rahn (SBR) ini yakin murtahin

(penerima gadai dalam hal ini PT Pegadaian Persero) dan rahin (pemilik

74

Tuhu Aji: Wawancara langsung Pegaadaian Syariah Sampang Madura pada tanggal 15

April 2016. 75

Atang Abd. Hakim, Fiqih Perbankan Syariah (Bandug: PT Refika Adimata, 2011), h.

268.

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

134

marhun atau kuasa dari pemilik marhun), sepakat membuat akad ijarah.76

Akad ijarah ini dilaksanakan setelah akad rahn telah disepakati dan

digunakan sebagai pintu masuk untuk menyewa tempat menyimpan

jaminan. Sesuai dengan pendapat Dr Abdurrauf multi akad dibenarkan

secara syariah antara lain jika dilakukan secara terpisah.77

Menurut

Ulama Hanafiyah, ketetepan akad ijarah adalah kemanfaatan yang

sifatnya mubah. Menurut Ulama Malikiyah, hukum ijarah sesuai dengan

keberadaan manfaat. Ulama Hanbaliyah dan Syafi’iyah berpendapat

bahwa hukum ijarah tetap pada keberadaannya, dan hukum tersebut

menjadi masa sewa seperti benda yang tampak.78

Dalam kontrak ijrah Pegadaian Syariah Sampang menerangkan

musta‟jir menyewa ma‟jur (tempat penyimpanan atau gudang) milik

mu‟ajjir untuk menyimpan marhun milik Musta‟jir. Sesuai dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI yang menyatakan pemeliharaan dan

penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun

dapat dilkukan juga oleh murtahin dengan diikuti akad ijarah sebagai

akad untuk sewa tempat penyimpanan barang jaminan.79

Senada dengan

pendapat Hasanudin sebagai anggota DSN-MUI menyatakan pada

dasarnya tanggung jawab untuk menyimpan barang jaminan adalah rahin.

Namun, yang demikian akan mempersulit rahin jika harus menyimpan

sendiri dan sebagai jaminan untuk memberikan keyakinan pada

76

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016. 77

Abdurrauf: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Mei 2016. 78

Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah. hlm. 156 79

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, No 3 & 4,

h. 155.

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

135

Pegadaian sehingga penyimpanan jaminan boleh dilakukan oleh

murtahin.80

Adapun penentuan sewa dengan akad ijarah piak Peagadaian

Syariah Sampang memerikan ketentuan bahwa musta‟jir harus tunduk

dan mengikuti segala peraturan yang berlaku di mu‟ajjir dan setuju

dikenakan ujroh (sewa penyimpanan), dengan ketentuan tarif ujroh yang

berlaku di mu‟ajjir atau sebesar yang tercantum dalam nota transaksi

(struk). Besaran sewa yang ditentukan oleh Pegadaian harus disepakati

oleh Nasabah dengan tidak ada potongan atau tawar menawar, hal

demikian yang banyak diperdebatkan oleh para peneliti misalnya oleh

Izzatul Mardiah yang menyatakan bahwa penentuan besaran sewa tidak

memenuhi keadilan formal dan substansial81

Apabila musta‟jir meninggal

dan terdapat hak dan kewajiban terhadap mu‟ajjir ataupun sebaliknya,

maka hak dan kewajiban tersebut jatuh kepada ahli waris mu‟ajjir sesuai

dengan ketentuan waris.82

Selanjutnya pembayaran utang serta biaya sewa dibayar oleh

nasabah setelah jatuh tempo atau akad berakhir. Akad berakhir ketika

barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya, rahin membayar

hutangnya, Pembebasan hutang dengan cara apapun, meskipun dengan

80

Hasanudin: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016. 81

Izzatul Mardhiah, dalam Disertasi yang dibuktikan dengan judul Prinsip Keadilan

dalam Penetapan Biaya Ijarah di Pegadain Syariah “Diseratsi” (Jakarta: Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah, 2013). 82

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang Tahun

2016.

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

136

pemindahan oleh murtahin, dan dijual dengan perintah hakim atas

perintah rahin.83

Disamping itu, Dewan Syariah Nasional telah menetapkan bahwa

produk pembiayaan yang mengandung beberapa kontrak harus dilakukan

secara terpisah dan diselesaikan salah satunya sebelum pindah pada akad

selanjutnya. Dalam kasus kontrak gadai emas di Pegadaian Syariah

Sampang penerapan multi akad tersebut telah dipisahkan sehingga

keberadaan beberapa akad tersebut sangat jelas sesuai dengan funsi

masing-masing akad. Meskipun, secara logika masih dapat dipahami, jika

terjadi bentuk-bentuk transaksi yang menggabungkan akad tijari

(komersil) dengan akad tabarru‟ (sosial), maka akan menimbulkan

anggapan bahwa transaksi tersebut dianggap sebagai bentuk hilah hanya

mengalihkan penarikan keuntungan dari akad tabarru‟ kepada akad

tijarah84

Namun, tidak dapat dipungkiri dalam kenyataan akad tabarru‟

sering digunakan untuk menjembatani atau memperlancar akad

tijarah.85

sehingga keberadaan akad ijarah di Pegadaian Syariah Sampang

tersebut dibenarkan sesuai dengan Fatwa DSN-MUI yang menyebutkan

keberadaan biaya pemeliharaan jaminan sebagai bagian tambahan

terhadap kontrak al-rahn, karena keberadaan akad ijarah tersebut pada

83

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Cetakan Keempat, (Jakarta PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve, 2000), h. 383. 84

Asmadi Mohamed Naim, “Sistem Gadaian Islam,” Journal Islamiyyat. 26 Februari 2004: 39-57. 85

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisii Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 70.

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

137

dasarnya hanya disepadankan dengan biaya ujrah tempat pemeliharaan

jaminan.86

Praktik multi akad di Pegadaian Syariah Sampang tersebut boleh

karena tidak menjadi wasilah (media) untuk melakukan hal haram, tidak

menjadi khilah ribawiyah, dan beberapa akad tersebut tidak menimbulkan

akibat hukum yang saling menafikan. Sesuai dengan pendapata Dr.

Hasanudin yang menyatakan bahwa multi akad itu dibenarkan jika tidak

menjadi wasilah (media) untuk melakukan hal haram, tidak boleh

menjadi khilah ribawiyah (rekayasa dengan cara tertentu untuk

membenarkan tindakan ribawi yang dilakukan secara formalitas tetapi

sebenarnya haram menurut syariah) serta penggabungan akad tidak boleh

menimbulkan akibat hukum yang saling menafikan contoh bai‟ul „inah,87

mayoritas ulama Hanafiyah, sebagian pendapat ulama Malikiyah, ulama

Syafi’iyah, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum multi akad sah dan

diperbolehkan menurut syariat Islam dengan beralasan bahwa hukum asal

dari akad adalah boleh dan sah, tidak diharamkan dan dibatalkan selama

tidak ada dalil hukum yang mengharamkan atau membatalkannya.88

86

Hasanudin: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016. 87

Hasanudin: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016. 88

Hasanudin. (Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syariah di Indonesia, h. 13.

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

138

BAB V

PENERAPAN MULTI AKAD GADAI SYARIAH DI BANK JAWA TIMUR

SYARIAH SAMPANG MADURA

Dalam kajian ini, akan dijelaskan tentang kontrak gadai yang dilakukan

oleh pihak perbankan syariah yaitu Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura.

Perbankan syariah yang merupakan lembaga keuangan syariah yang tidak

mengenal negatif spread harus disosilkan kepada masyarakat disamping perannya

sebagai lembaga yang mengaplikasikan bentuk transaksi fiqih muamalah

maaliyah1 kesyariahan bank syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah

(DPS) yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).

Atas dasar pengawasan itu pula, penyimpangan dari tujuan bank syariah

akan menjadi tugas DPS untuk memberikan jalan keluar bagi bank syariah.

Seperti halnya dengan adanya Fatwa DSN-MUI mengenai multi akad dalam

gadai syariah dikeluarkan sebagai bentuk jawaban dari permintaan lembaga

keuangan syariah yang membutuhkan Fatwa tersebut untuk inovasi produk

keuangan syariah kontemporer2 begitu juga dalam kajian ini peneliti akan

mengamati keseuaian praktik multi akad dalam produk pembiayaan gadai IB

Barokah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura.

A. Kesesuain Akad Qard pada Praktik Gadai IB Barokah dengan ketentuan

Fatwa DSN-MUI di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

Berdasarkan dari data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara

dan dokumentasi akad yang merupakan suatu istilah dalam hukum ekonomi

1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema

Insani, 2001), h. 237-238. 2 Hasanudin: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 00 Mei 2016.

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

139

syariah untuk per-temukan ijab yang diajukan oleh pihak Bank Jawa Timur

Syariah Sampang dengan qapul dari pihak Nasabh yang menimbulakan

akibat hukum pada obyek akad yaitu gadai emas. Ijab (serah terima)

dimaksud diungkapan atau diucapan atau sesuatu yang bermakna demikian

yang datang dari orang yang memiliki sesuatu, baik merupa barang maupun

jasa sehingga dapat memindahkan hak kepemilikanya melalui akad.3

Semua akad di Bank Jawa Timur Syariah Sampang dilaksanakan

secara tertulis yang menunjukkan ijab qabul dilaksanakan secara tertulis.

Dalam tijauan fikih mu’amalah, ijab dan qobul ini adalah komponen dari

shighatul „aqd, yaitu ekspresi dari dua pihak yang menyelenggarakan akad

atau aqidain (pemilik barang dan orang yang akan dipindahakan kepemilikan

barang kepadanya) yang mencermikan hak kepemilikan melalui pembuatan

akad.4

Pertama penerapan multi akad dalam produk pembiayaan gadai IB

Barokah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura dimulai dengan akad

qard. Akad qard secara umum adalah penyediaan dana atau tagihan antara

bank syariah atau lembaga gadai dengan pihak peminjam yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan

dalam jangka waktu tertentu.5 Pengembalian dalam pinjama akad qard

tersebut sesuai dengan jumlah pinjaman yang diterima oleh nasabah karea

akad qard merupakan bentuk akad tolong menolong atau tabarru‟. Jenis akad

3 Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori Dan Praktek (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf

Prima Yasa: 1997), h. 189. 4 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2007), h. 66. 5Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah (Bandung : PT Refika Aditama, 2011), h.

268.

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

140

tabarru‟ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang

menyangkut non profit transaction (transaksi nirlaba),6 pengaplikasian akad

qard pada produk gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang

dilaksanakan pada awal kontrak gadai.7

Tijauan pelaksanaan gadai emas tersebut mengacu pada ketentuan

Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Namun,

sebelum ijab-qobul dilakukan, nasabah harus mengikuti prosedur pembiayaan

gadai, yaitu sebagai berikut:8

1. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas IB Barokah

a. Nasabah datang ke Bank Jawa Timur Syariah Sampang

Di dalam mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis

maupun secara langsung nasabah mendatangi kepada officer bank

dengan mengisi form pengajuan pembiayaan. Selanjutnya formulir

tersebut diserahkan kepada petugas bagian pembiayaan. Persyaratan

pengajuan antara lain:

1) Mengisi formulir permohonan;

2) Fotokopi KTP atau identitas lainnya yang masih berlaku;

6 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press,

2008), h. 259. Lihat juga dalam karangan Yusuf al-Shubaily, Muqaranah Bayna Nizam Al-waqf

Wa-al Taa‟min Al-takafuli, “Internasional Conference On Coorperative Insurance In The

Framework Of Wakf, (Kuala lumpur: Universiti Antarbangsa Malaysia, 4-6 Mac 2008), h. 7-8.

Menyatakan bahwa akad tabarru‟ adalah kontrak yang melibatkan pemindahan hak milik kepada

pemilik baru tanpa sebarang bayan atau pampasan seperti hibah, sumbangan kebajikan, derma,

wasiat, dan wakaf. 7 Amsari,Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal

27 Maret 2016. 8 Ratna: wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada

tanggal 27 Maret 2016.

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

141

3) Barang jaminan berupa emas lantakan atau perhiasan minimal 16

karat dengan berat minimal 5 gram.9

Prosedur yang disyaratkan oleh pihak Bank Jawa Timur

Syariah sesuai dengan standar prosedur pembiayaan gadai pada

umunya yang mensyaratkan nasabah memberikan keterangan yang

diperlukan dengan benar mengenai alamat, data pengahsilan, dana data

lainnya seta adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk emas dapa

berupa emas batangan, emas perhiasan atau emas koin dengan

kemurnian minimal 18 karat atau kadar emas 75%.10

Prosedur yang

dimaksud sebagai bentuk rukun dan syarat yang harus dipenuhi oleh

nasabah seperti halnya pendapat beberapa ulama tentang rukun rahn

dan syarat gadai syariah, terdapat dua pandangan utama yaitu jumhur

ulama (madzhab Maliki, madzhab Syafi’i dan madzhab Hanbali) dan

pandangan madzhab hanafi secara umum memiliki empat rukun11

:

أركانه : هرهوى وهرهوى به وصيغت وعاقد 12.

Adapun yang menjadi rukun ar-rahn antara lain, yaitu: adanya

barang yang digadaikan, adanya hutang/tanggungan, ucapan

searah terima, dan adanya orang yang berakad.

9 Brosur Gadai Emas IB Barokah Bank Jatim Syariah Sampag 2016.

10 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.

403 11

Selain Pendapat para ulama tersebut, ada pendapat ulama yang dikutip oleh Arrum

Mahmudahningtyas Analisis Kesyariahan Transaksi Rahn Emas (Studi Pada Pegadaian Syariah

Cabang Landungsari Malang) “Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis”(Malang: Universitas Brawijaya, 2015) h. 6. Menyatakan bahwa: Madzhab Hanafiyah

memandang Al rahn (gadai) hanya memiliki satu rukun yaitu shighat, karena ia pada hakekatnya

adalah transaksi hanya ijab (pernyataan menyerahkan barang sebagai jaminan pemilik barang) dan

qabul (pernyataan kesediaan memberi utang dan menerima barang jaminan itu). Menurut ulama

Hanafiyah, agar lebih sempurna dan mengikat akad rahn, maka diperlukan qardh (penguasaan

barang) oleh penerima gadai (murtahin). Adapun rahin, murtahin, marhun, dan marhun bih itu

bukan termasuk syarat-syarat rahn, bukan rukunnya hanya sebagai pendukung akad saja. 12

Asmadi Mohamwed Naim, Skim al-Rahn Antara Keaslian Dan Penyelesaian Semasa

Menurut Perundangan Islam (Universitii Utara Malaysia: Jurnal Pembangunan Nasional Jilid

4&5, Juni-Desember, 2002), h.143.

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

142

Rukun gadai syariah yang pertama adalah adanya marhun (barang yang

digadaikan), adanya utang, sighat ijab qabul, dan orang yang berakad.

b. Membuka Rekening Tabungan

Membuka rekening bagi nasabah yang belum menjadi nasabah

Bank Jatim13

. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amsari selaku analisis

gadai, menyampaikan:

“Nasabah yang mengajukan pembiayaan Gadai Emas IB

Barokah, adalah mereka yang telah menjadi nasabah di PT.

Bank Jatim, tidak terdaftar dalam kredit macet perbankan,

mengajukan pembiayaan kepada Bank Jatim, kemudian bank

menyetujui, bank melakukan analisis emas, setalah itu ketika

nasabah dinyatakan berhak mendapatkan biaya, maka bank

mencairkan dana tersebut.”14

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa nasabah yang

mengajukan pembiayaan Gadai Emas IB Barokah adalah mereka yang

telah menjadi nasabah di Bank Jawa Timur Syariah. Hal ini senada

dengan penuturan Ibu Riska selaku nasabah yang mengajukan

pembiayaan umum modal kerja, menyatakan:

“Yang bisa mengajukan pembiayaan umum Gadai Emas IB

Barokah adalah mereka yang menjadi nasabah Bank Jatim ini,

saya sebenarnya tidak memiliki tabungan di bank ini. Namun,

karena saya ingin mengajukan pembiayaan Gadai Emas IB

Barokah maka saya harus menjadi nasabah di Bank Jatim

ini.”15

Pembukaan rekening tabungan di Bank Jawa Timur Syariah

harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:

1) Mengisi formulir pembukaan rekening

13

Ibu Riska, Nasabah Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

pada tanggal 27 Maret 2016. 14

Amsari,Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal

27 Maret 2016. 15

Ibu Riska, Nasabah Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

pada tanggal 27 Maret 2016.

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

143

2) Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku

(KTP/SIM/Paspor)

3) Setoran awal minimal Rp 50.000,00.16

c. Pengumpulan data

Setelah terdaftar menjadi nasabah langkah selanjutnya dalam

pembiayaan Gadai IB Barokah adalah pengumpulan data. Data yang

diperlukan didasari adalah tentang kelayakan nasabah baik dari segi

umur nasabah, tujuan pembiayaan, usaha nasabah, serta lokasi usaha

nasabah, yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan nasabah untuk

mendapatkan pembiayaan dari Bank Jatim Syariah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Amsari, menyatakan:

“Dalam pengumpulan data nasabah yang dicek antara lain

identitas nasabah, dan jaminan emas.”17

Dari wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa Bank Jatim

Syariah Cabang Pembantu Sampang dalam menilai nasabah

pembiayaan Gadai IB Barokah hanya melihat identitas dan jaminan

emas nasabah.

d. Standar Penilaian Logam Emas

Nilai pinjaman yang diperoleh oleh nasabah minimal 50% dari

nilai taksiran sedangkan maksimal pinjaman 100% dari nilai taksiran,

contoh penghitungan nilai taksiran:

Nilai bersih emas sebesar 24,650

Harga taksiran sebesar 258, 125

16

Brosur Tabungan Barokah dan Tabungan Haji Amanah Bank Jatim Syariah 2016. 17

Ach Rahbini, Marketing Lending Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura pada tanggal 27 Maret 2016.

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

144

Maka penghitungan besaran pinjaman sebesar 24,650 X 258,125 =

6.362.789,49

Dari penghitungan tersebut pinjaman yang bisa diterima oleh

nasabah maksimal sebesar Rp 6.362.789,49.18

Dari nilai taksiran

tersebut nasabah akan mendapat pembiayaan berkisar 50% sampai

100% dari nilai taksiran tersebut. Dengan merujuk kepada paparan

tersebut memberikan pemahaman besaran hutang yang diberikan

harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada

pemilik jaminan (Nasabah), serta memungkinkan pemanfaatan.

Bila sesuatu menjadi utang tidak bisa dimanfaatkan, maka tidak

sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak

dapat dikukur atau tidak dikualifikasi rahn itu tidak sah.19

Sehingga

besaran utang tersebut harus jelas dan dapat dihitung.

2. Pelaksanaan Akad Qard

Nasabah yang telah mengajukan permohonan Gadai IB

Barokah, maka nasabah diberi surat penandatanganan yang disediakan

oleh Bank Jatim yang berdasarkan akad Qard. Kutipan akad qard

dalam Bank Jatim; 20

dalam akad dijelaskan bahwa PT Bank

pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang/Cabang Pembantu Syariah

Sampang, sebagaimana tersabut dalam surat Gadai IB Barokah yang

dalam hal ini diwakili oleh pejabat bank dan oleh karenanya bertindak

18

Amsari Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal

28 Maret 2016. 19

Fransiska Cicylia Prabasanti Analisis Gadai Emas Bank Syariah Terhadap Perolehan

Feebase Income (StudiKasus Pegadaian Emas Bank Syariah Mandiri Semarang) Tugas Akhir

DIII (Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri 2014), h. 28. 20

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

145

untuk dan atas nama serta kepentingan bank sebagai muqarid (pemberi

pinjaman) selanjutnya disebut Bank. Tinjauan dari akibat hukum suatu

akad akan menimbulkan hak dan kewajiban yang disebut juga hukum

tambahan akad, akibat hukum tambahan akad dimaksud, dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu akibat hukum yang ditentukan

oleh syariah dan akibat hukum yang ditentukan oleh para pihak sendiri,

apa yang baru dikemukakan terdahulu merupakan akibat hukum

tambahan yang ditentukan oleh syariah.21

Dalam hal ini kutipan akad

tersebut menunjukkan adanya akibat hukum yang ditimbulkan Bank

Jatim Syariah berkewajiban untuk memberikan dana sebagai bentuk

piutang kepada Nasabah, sehingga Nasabah memiliki hak untuk

menerima pinjaman tersebut.

Selanjutnya yang disebut Nasabah atau muqtarid yaitu orang

yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat Gadai IB Barokah.

Nasabah dan pihak Bank merupakan orang yang berakad yang harus

dipenuhi sebagai pelaku transaksi gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan

murtahin (penerima gadai) adalah telah dewasa, berakal sehat, dan atas

keinginan sendiri. Berhubungan dengan transaktor (orang yang

bertransaksi) yaitu Orang yang menggadaikan barangnya adalah orang

yang memiliki kompetensi beraktivitas, yaitu baligh, berakal dan rusyd

(kemampuan mengatur).22

Dalam kontrak qard para pihak terlebih dahulu menerangkan

bahwa dengan ini telah setuju dan sepakat untuk membuat perjanjian

21

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2007), h. 66. 22

A. Zainuddin dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, h. 21.

Page 159: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

146

pembiayaan berdasarkan prinsip qardh untuk transaksi utang-piutang.23

akad qard adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan

kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara

sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Kontrak berbasis

qard bertumpu pada pemberian pinjaman yang harus dibayar sesuai

dengan besaran pinjaman yang diberikan karena tambahan atas pokok

pinjaman qard termasuk kategori riba yang diharamkan yang tergolong

pada riba jahiliyah.24

Ketentuan tersebut sejalan dengan konsep fikih yang

menyebutkan akad qard secara umum adalah penyediaan dana atau

tagihan antara bank syariah atau lembaga gadai dengan pihak peminjam

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara

tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.25

Begitu halnya dengan

ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 19/DSN-

MUI/IV/2001 yang menjelaskan bahwa al-qardh adalah pinjaman yang

diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.26

Selanjutnya dalam kotrak qardh dijelaskan tentang keberdaan

Bank atau muqarid sebagai pihak yang memberikan sejumlah uang

sebagai pinjaman kepada nasabah, Nasabah atau muqtarid adalah

penerima pinjaman atas sejumlah uang yang harus dikembalikan kepada

23

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 24

Abd. Al-Razzaq Sa’id Bal Abbas, Hal Qasar Al-Fuqaha Al-Muasirun Fi Bayan Usul

Al-Nizam Al-Iqtisad Al-Islami? “Jurnal Ekonomi Islam Universitas King Abdul Aziz, Vol.21,

No.1”, (2008), h. 35-36. 25

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah (Bandung : PT Refika Aditama, 2011), h.

268. 26

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, ketentuan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV/2001.

Page 160: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

147

Bank secara sekaligus atau cicilan pada saat jatuh tempo;27

sebagaimana ketentuan Fatwa DSN-MUI yang menyatakan bahwa

Nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang

diterimanya pada waktu yang telah disepakati bersama.28

Selain

penjelasan mengenai kewajiban Nasabah kontrak tersebut menjelaskan

hak Bank untuk menagih kepada nasabah sejumlah hutang atau bagian

dari hutang yang belum dibayar oleh nasabah29

serta kewajiban

Nasabah sebagai pihak yang menerima pinjaman uang dari Bank Jawa

Timur Syariah Sampang dan oleh karena itu mengaku berhutang serta

berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar kembali kepada Bank

sejumlah uang dengan jangka waktu dan cara pembayaran yang

ditetapkan.30

Adapun besaran pembiayaan dijelaskan jumlah qard adalah

sebesar sebagaimana telah tercantum dalam surat Gadai IB Barokah31

serta penjelasan tentang adanya adanya biaya-biaya yang timbul

sehubungan dengan pembuatan perjanjian ini seperti biaya

pemeliharaan atau sewa tempat penyimpanan dan biaya lainnya. Biaya

tersebut telah disepakati akan menjadi beban nasabah dan untuk itu

Bank sebagai pihak yang berpiutang diebaskan untuk menanggung

27

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 28

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, ketentuan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV/2001. 29

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 30

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 31

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 161: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

148

biaya-biaya tersebut32

sejalan dengan materi Fatwa DSN-MUI yang

memberikan beban kewajiban kepada nasabah untuk membeyar biaya-

biaya yang timbul atas kontrak qardh seperti biaya administrasi.33

Bahkan dalam kelanjutan Fatwa DSN-MUI tersebut ada penambahan

ayat yang menyatakan adanya kebolehan Nasabah untuk memberikan

tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak

diperjanjikan dalam akad.34

Selanjutnya tentang pembayaran dalam akad dijelaskan dengan

ketentuan akad Nasabah berjanji dengan ini mengikat diri untuk

membayar sejumlah uang kepada Bank dalam jangka waktu

sebagaimana tersebut dalam surat Gadai IB Barokah terhitung sejak

akad ini ditandatangani serta berahir pada tanggal sebagaimana tersebut

dalam surat Gadai IB Barokah35

dalam ayat Fatwa DSN-MUI

ditentukan dalam ayat yang menyatakan bahwa Nasabah wajib

mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang

disepakati bersama.36

Penjelasan akad juga dilengkapi dengan

penjelasan tentang apabila tanggal jatuh tempo pembayaran

pembiayaan sebagaimana dimaksud pada surat Gadai IB Barokah

32

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 33

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, ketentuan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV/2001. 34

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, ketentuan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV/2001. 35

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 36

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, ketentuan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV/2001.

Page 162: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

149

bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran oleh nasabah harus

dilakukan pada hari kerja sebelum hari libur tesebut.37

Pembayaran hutang oleh Nasabah harus membawa rekening

tabungan dengan nama yang tertera dalam tabungan Nasabah. Hal ini

sesuai dengan penjelasana isi kontrak yang menyatakan Setiap

pembayaran atau pelunasan pembiayaan oleh nasabah kepada Bank

dilakukan melalui pemindabukuan atas rekening yang dibuka oleh dana

atas Nasabah di kantor Bank atau tunai; Nasabah memberikan kuasa

yang tidak dapat berakhir karena sebab-sebab yang ditentukan dalam

pasal 1813 KUHPerdata kepada Bank, untuk mendebet rekening

nasabah guna membayar/pelunasan pokok pembiayaan;38

sesuai dengan

penjelasan Amsari39

Dalam gadai emas IB Barokah ini pihak Nasabah setiap

pembayaran diharuskan membawa rekening tabungan sesuai

dengan nama yang tertera dalam SBR dan tabungan, Nasabah juga

bisa melalui telepon dengan cara mendebet saldo dalam rekening

tersebut.

Dalam hal terjadi perbedaan penaksiran terhadap pelaksanaan

akad pembiayaan ini maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan

secara musyawarah mufakat40

sesuai dengan kajian Fatwa DSN-MUI

yang menjelaskan bahwa jika terjadi perselisihan di antara kedua belah

pihak, maka penyelesainnya dilakukan melalui Badan Arbiterase

37

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 38

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 39

Amsari Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal

28 Maret 2016. 40

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 163: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

150

Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui Musyawarah41

Segala akibat hukum yang terjadi atas perbuatan perjanjian ini, para

pihak memilih domisili tetap memilih di Kantor Kepaniteraan

Pengadilan Agama.42

Sesuai dengan penjelasan Amsari:

Penyelesaian sengketa dalam pembiayaan gadai IB Barokah sampai

saat ini hanya sebatas musyawarah karena Alhamdulillah dengan

jalan tersebut antara pihak Bank Jawa-Timur Syariah Sampang

dengan Nasabah telah mengahasilkan mufakat. Namun apabila

musyawarah tidak dapat berhasil maka ketentuan Bank Jaw Timur

Syariah Sampang pasti ke Pengadilan Agama terdekat karena di

Sampang belum ada Lembaga Arbiterase meskipun Pengadilan

prosesnya lebih rumit dari pada Lembaga Arbiterase dan hal itu

akan menambah pekerjaan bagi Pihak Bank Jawa Timur Syariah

sendiri.43

Bagian penutup dalam kontrak qardh disisi dengan penjelasan

bahwa setiap pemberi tahuan dan komunikasi sehubungan dengan

perjanjian kontrak qardh tersebut dianggap telah disampaikan secara

baik dan sah, apabila dikirim dengan surat tercatat atau disampaikan

secara pribadi dengan tanda terima ke alamat Para Pihak Nasabah serta

hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam perjanjian

yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini, maka

akan diatur kemudian dengan sesuai kesepakatan kedua belah pihak

dalam perjanjian tambahan (addendum) yang merupakan satu

kesatuan.44

41

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No.5, Poin. B, h. 155. 42

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 43

Amsari Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal

28 Maret 2016. 44

Contoh Akad Qardh Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 164: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

151

B. Kesesuain Akad Rahn pada Praktik Gadai IB Barokah dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Bank Jawa Timur Syariah Sampang

Madura

Akad rahn dilaksanakan setelah akad qard, akad rahn ini

merupakan bentuk kesepakatan antara pihak Bank Jatim dengan Nasabah

sebagai bentuk kesepakatan penyerahan barang jaminan untuk

mendapatkan hutang.45

Seperti pandangan fikih yang menyatakan (al

rahn) dapat diartikan sebagai (al stubut,al habs) yaitu penetapan dan

penahanan,46

dapat diartikan pula sebagai bentuk transaksi yang

menjadikan suatu benda berharga dalam pandangan syariah sebagai

jaminan atas adanya dua kemungkinan, untuk mengembalikan uang itu

atau mengambil sebagian benda itu.47

Bentuk transaksi penahanan emas

sebagai jaminan dari Nasabah utang yang dibentuk dengan akad qard

oleh pihak Bank Jawa Timur Syariah Sampang.

45

Amsari Wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada

tanggal 28 Maret 2016. 46

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an Dan Hadits, Cet.2, Vol.2 (Jakarta: Almahira, 2012) h. 73. Lihat juga Ustman bin

Muhammad Syattha, hasiyyat I‟anat At-thalibien „ala Hall Alfadz Fath al-Mu‟in, (Beirut: Dar Al-

kutub Al-Ilmiyah, 2007, Cet.2, Vol.3) h. 94. lihat juga dalam Muhamad Nawawi Al-jawiy, Quuth

Al-Habib Al-Gharib Tausyekh „Ala Fath el-Qarib Al-Mujieb, (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-

Islamiyah, 2002) h. 275.Menyatakan bahwa definisi Rahn dalam istilah Syari'at, para ulama telah

menjelaskan, yaitu menjadikan harta benda sebagai jaminan hutang untuk dilunasi dengan jaminan

tersebut, apabila (si peminjam) tidak mampu melunasinya. Sejalan dengan pendapat Muhamad

Shatta dalam bukunya menjelaskan bahwa Rahn menjadikan suatu barang yang bernilai menurut

syara’, sebagai jaminan atas piutang, yang memungkinkan terbayarnya hutang si peminjam kepada

pihak yang memberikan pinjaman 47

H. Hendi suhendi. Fiqh muamalah, (Jakarta: pt. Grafindo persada, 2000), h. 105-106.

Lihat juga Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 240. Menyatakan Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan al-habs yaitu

penetapan dan penahanan. Secara istilah, rahn yaitu menjadikan suatu benda bernilai menurut

pandangan syara’ sebagai tanggungan hutang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu

maka sebagian atau bahkan seluruh hutang dapat dilunasi. Dan Menurut bahasa, gadai (rahn)

berarti al-tsubut dan al-habs yaitu tetap, kekalatau penahanan. Serta lihat Wahbah zuhaili, Fiqih

Imam Syafi‟i Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur‟an Dan Hadits, Cet.2, Vol.2

(Jakarta: Almahira, 2012) h. 73.

Page 165: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

152

Pelaksanan rahn dalam syariah sesuai dengan Ayat Al-qur’an

yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah Al-

Baqarah ayat 283, diantaranya adalah :

قبوضت ى اهفر ه و إى كنتن على سفر و لن تجدوا كاتبا

“jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh

seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283)

Penggabungan pelaksanaan akad rahn sebagai bentuk jaminan

dari akad qard sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI tentang

pembiayaan at-tamwil al-mautsuq bi al-rahn menyatakan bahwa pada

prinsipnya akad rahn dibolehkan hanya atas utang-piutang (al-dain) yang

antara lain timbul karena akad qardh48

dan Fatwa DSN-MUI tentang

qardh yang dibolehkan atas LKS utuk meminta barang berharga sebagai

jaminanan49

dan Fatwa DSN-MUI tentang rahn yang menyatakan bahwa

pinjaman dengn menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam

bentuk rahn itu dibolehkan.50

Bank Jawa Timur Syariah Cabang

Pembantu Sampang Madura menjelaskan beberapa hal dalam kontrak

rahn antara lain: PT Bank pembangunan daerah Jawa Timur

Cabang/Cabang Pembantu Syariah, Gadai IB Barokah yang dalam hal ini

diwakili oleh pejabat Bank dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas

nama serta kepentingan Bank bertindak sebagai penerima gadai

selanjutnya disebut Bank. Nasabah atau muqtarid yaitu orang yang

48

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Tentang Pembiayaan yang disertai Rahn (At-Tamwil Al-Mautsuq Bi Al-Rahn) Nomor: 29/DSN-

MUI/IV/2014. 49

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, ketentuan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV/2001. 50

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Penutup, h. 155.

Page 166: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

153

bertindak sebagai pemberi gadai, nama dan alamatnya tercantum dalam

surata Gadai IB Barokah.51

Awal akad tersebut menjelaskan bahwa Bank

Jawa Timur bertindak sebagai pemberi hutang sekaligus sebagai

penerima gadai sedangkan Nasabah bertindak sebagai pihak yang

berpiutang serta sebagai pihak yang menyerahkan gadai

Selanjutnya mengenai spesifikasi barang jaminan (marhun) yang

tercantum di surat Gadai IB Barokah merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari akad qard, dengan ketentuan Nasabah menjamin bahwa

barang-barang tersebut adalah miliknya, serta Bank tidak akan dapat

tuntutan atau gugatan apapun dari pihak yang menyatakan mempunyai

hak atas barang-barang tersebut sebagai pemilik dan oleh karena itu Bank

dibebaskan oleh Nasabah dari segala tuntutan atau gugatan tersebut dan

selanjutnya Nasabah membeabaskan serta mengambil alih segala

tanggungjawab dalam bentuk apapun juga yang dipertanggungjawabkan

atau dibebankan kepada Bank sebagai akibat tuntutan gugatan tersebut.52

Dalam ketentuan fikih Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh

aqid atau ia memiliki kekuasaan penuh untuk akad (ahliah). Dengan

demikian, ijarah al-fudhul (ijarah yang dilakukan oleh orang yang tidak

memiliki kekuasaan atau tidak dizinkan oleh pemilikinya) tidak dapat

menjadikan adanya ijarah.53

Adapun bentuk pertanggung jawaban Bank Jawa Timur Syariah

Sampang terhadap barang jaminan dapat diamati dari isi kontrak yang

51

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang

Madura Tahun 2016. 52

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang

Madura Tahun 2016. 53

Rachmat Syafei Fiqih Muamalah. hlm., 134

Page 167: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

154

menyatakan Bank menerima barang jaminan (marhun) dari Nasabah dan

bertanggungjawab sepenuhnya atas barang jaminan (marhun) yang

dititipkan tersebut termasuk mengenai keberadaanya, jumlahnya,

keadaanya dan oleh karena itu wajib memelihara dengan sebaik-baiknya,

mengganti dengan barang yang sama jenis dan nilainya jika barang-

barang tersebut hilang atau rusak selama barang jaminan (marhun) berada

dalam penguasaanya.54

Sesuai dengan materi Fatwa DSN No 25/DSN-

MUI/III/2002 hak penahanan barang jaminan (al-marhun) di tangan

penerima gadai (al-murtahin) sementara kepemilikan dan manfaat tetap

menjadi hak dan tangggung jawab pemeliharaan, penyimpanan, dan

pemanfaatan menjadi hak dan tanggung jawab al-rahin, dengan seizin al-

rahin, al-murtahin dimungkinkan memanfaatkan dengan mengganti

biaya.55

Serta ptinjauan fikih yang menjelaskan jika marhun hilang bukan

karena force majeure (keadaan memaksa) dengan ketentuan bahwa

keadaan memaksa adalah tidak terbatas pada bencana alam, perang,

pemogokan, sabotase, dan huru-hara maka rahin akan mendapat

penggantian maksimal sebesar taksiran nilai marhun,56

Keberlakuan untuk penyimpanan barang jaminan bisa diamati

dalam kontrak yang menjelaskan bahwa Bank dan Nasabah menyetujui

bahwa penyerahan barang jaminan (marhun) yang dilakukan dan diterima

54

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah Sampang

Madura Tahun 2016. 55

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

Penutup, h. 155. 56

Muhammad Azani Praktik Akad Gadai Dengan Jaminan Lahan/Sawah Dan Gadai

Emas Di Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Berdasarkan Hukum Islam “jurnal Perspektif

Hukum, Vol. 15 No. 2 ”( Riau: Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

November 2015), h. 77.

Page 168: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

155

dengan perjanjian bahwa barang-barang tersebut terhitung sejak tanggal

akad qard ditandatangani.57

Sesuai dengan pendapat Amsari. Bahwa

untuk perhitungan tempat simpanan barang jaminan gadai ini terhitung

sejak akad qard dilaksanakan dalam artian ketika uang sudah cair maka

penahanan barang juga terhitung.58

Adapun jatuh tempo pembayaran maka Bank akan memberi

peringatan kepada Nasabah. Naum, apabila Nasabah lalai membayar

kewajiban atau wanprestasi, Bank berhak untuk memberikan peringatan

secara lisan maupun tertulis dan dengan ini Nasabah memberi kuasa

kepada Bank dengan hak untuk menjual, kuasa mana merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari pemberian pembiayaan qard.59

hal ini

sejalan dengan ketentuang Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 bahwa

apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untk segera

melunasi utangnya.60

Berkaitan dengan penjualan barang jaminan tersebut Fatwa DSN

juga menjelaskan apabila rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka

marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang syariah61

begitu halnya

dalam kajian fikih yang menjelaskan bahwa Barang gadai yang dijadikan

sebagai jaminan ada kalanya menjadi barang lelang ketika penggadai tidak

mampu membayar dan jatuh tempo berahir dan pemilik jaminan tidak

57

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 58

Amsari Wawancara langsung Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal

28 Maret 2016. 59

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 60

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No. 5 Poin. a, h. 155. 61

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No. 5 Poin. b, h. 155.

Page 169: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

156

mampu membayar maka barang jaminan menajadi barang lelang62

lelang

merupakan bentuk penjualan barang yang dilakukan di muka umum

termasuk melalui media elektronik (sosial media) dengan cara penawaran

lisan dengan yang semakin meningkat atau harga yang semakin menurun

dan atau dengan penawaran harga secara tertulis yang didahului dengan

usaha mengumpulkan para peminat (Kep. Men.Keu.RI.No.

337/KMK.01/2000 Bab I, Ps.1)63

Pada gadai emas, apabila nasabah tidak

melakukan perpanjangan dengan Membayar ijarah, itu berarti Nasabah

telah menghendaki barang jaminannya dilelang.64

Dalam hal ini, Bank mempergunakan hasil penjualan tersebut

untuk melunasi kewajiban Nasabah dengan ketentuan bahwa jika hasil

penjualannya itu lebih, maka kelebihannya akan diserahkan ke Nasabah

atau ahli waris, sedangkan jika ada kekurangannya maka itu menjadi

kewajiban Nasabah.65

Dengan merujuk pada Fatwa DSN No. 25/DSN-

MUI/III/2002 yang menyatakan bahawa kelebihan hasil penjualan menjadi

milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.66

Sebagian biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan

penjualannya tersebut di atas diperhitungkan dengan hasil penjualan.67

Isi

kontrak tersebut juga dijelaskan oleh Fatwa DSN No.25/DSN-

62

Nispan Rahmi Gadai Emas IB Pada PT BPD Kalsel Syariah Cabang Kandangan, h. 2. 63

Atiqoh Prakasi Pelasksanaan Gadai Emas Di Bank Mega Syariah “Skripsi Fakultas

Ilmu Hukum” (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), h. 45. 64

Lina Aulia Rahman, Analisis Kesesuaian Akuntansi Transaksi Gadai Emas Syariah

Dengan Psak Dan Fatwa Dsn Mui (Studi Kasus Praktik Gadai Emas Di Pegadaian Syariah

Surabaya) “Jurnal Jestt Vol. 2 No. 11”, (Surabaya: universitas airlangga, November 2015), h. 948. 65

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 66

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No. 5 Poin. d, h. 155. 67

Contoh Akad Rahn Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 170: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

157

MUI/III/2002 menjelaskan ketentuan hasil penjualan marhun digunakan

untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum

dibayar serta biaya penjualan.68

C. Penerapan Akad Ijarah pada Praktik Gadai Emas dengan ketentuan

Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah Sampang Madura

Akad ijarah dilakukan setelah akad qard, dan akad rahn

dilaksanakan. Hal ini memberi pemahaman tentang adanya penerapan multi

akad yang dipraktikkan dalam produk pembiayaan gadai emas IB Barokah.

Sesuai dengan pendapat Abdurraruf yang menyatakan bahwa Fatwa DSN-

MUI tidak secara khusus menjelaskan tentang multi akad. Namun, adanya

produk kontemporer yang menggabungkan beberapa akad tersebut sehingga

dipahami tentang multi akad.69

Berkaitan dengan kajian ini Fatwa DSN-MUI

memberikan kebolehan pembiayaan yang disertai rahn dengan

penggabungan atas utang piutang yang antara lain akad qardh, jual-beli yang

tidak tunai, atau akad sewa menyewa (ijarah) yang pembayaran ujrahnya

tidak tunai.70

Berkaitan dengan kontrak gadai yang mengandung multi akad,

Hasanudin menyebutkan bahwa Fatwa DSN yang menyebutkan keberdaan

biaya pemeliharaan jaminan sebagai bagian tambahan terhadap kontrak al-

rahn, artinya unsur biaya pemeliharaan yang ditimbulkan dari penyimpanan

barang jaminan merupakan unsur tambahan karena kebutuhan sewa tempat

68

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No. 5 Poin. c, h. 155. 69

Dr Abdurrauf: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Mei 2016. 70

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa

Dewan Syariah Nasional Nomor:92/DSN-MUI/IV/2014.

Page 171: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

158

dan biaya pemeliharaan jaminan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

tersebut ditambahkan akad al-ijarah.71

Dalam akad ijarah Ulama Syafiiyah menjelaskan bahwa

بعوض هعلوم عقد على هنفعت هقصودة هعلوهت هباحت قابلت للبدل واإلباحت

Artinya: “Akad atas suatu manfaat yang diketahui

kebolehannya dengan serah terima dan ganti yang diketahui manfaat

kebolehannya”.72

Menurut Ulama Hanafiyah

عقد على الونافع بعوض

Artinya: ”Akad terhadap suatu manfaat dengan adanya

ganti”.73

Menurut Ulama Malikiyyah dan Hanbaliyah

ة هعلوهت بعوض توليك هنافع شيء هباحت هد

Artinya: ”Ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan

yang mubah dalam waktu tertentu”.74

Ada yang menerjemahkan, Ijarah sebagai jual beli jasa (upah-

mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang

menerjemahkan sewa menyewa, yakni mengambil dari barang. Jumhur ulama

fikih berpendapat bahwa Ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh

disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.75

Dalam praktik gadai IB

Barokah akad ijarah digunakan untuk menjual manfaat dari tempat

71

Dr Hasanudin: Wawancara langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016. 72

Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj,juz II (Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2008),

hlm. 332. 73

Alauddin Al-Kasani, Badai‟ Ash-Shanai‟ Fi Tartib Asy- Syara‟i, juz IV, ,(Surabaya :

CM Grafika, 2010), hlm.174. 74

Ibn Qudamah,Al-Mugni,juz V,hlm.398. 75

Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah Fhathul Qarib,(Surabaya : CM Grafika, 2010),

hlm. 209.

Page 172: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

159

penyimpanan untuk barang jaminan sehingga dalam kategori fikih penjualan

manfaat tersebut dibenarkan.

Selanjutnya penetapan biaya sewa disesuaikan dengan besaran

pinjaman yang diperoleh oleh nasabah yaitu sebesar 1,2% per/ 1 bulan atau

0,4% per/10 hari76

dari jumlah pinjaman ditambah dengan biaya administrasi

yang ditetapkan oleh Bank Jatim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amsari

selaku marketing lending, menyatakan:

“Setelah semua persyaratan dari pengajuan nasabah kepada

pihak Bank Jatim, dan disetujui oleh nasabah maka besaran

sewa sebagai biaya tempat penyimpanan emas diperoleh dari

perkalian besaran pinjaman yang diterima oleh nasabah dengan

1,2% biaya yang diinginkan oleh pihak Bank Jatim ditambah

dengan biaya administrasi.”77

Penerapan akad ijarah dalam penentuan biaya sewa tempat yang

digunakan oleh pihak Bank Jatim Syariah sesuai dengan ketentuan Fatwa

DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas pada poin tiga

“Biaya penyimpanan barang (marhun) berdasarkan akad ijarah.78

Namun,

ketidak sesuainnya, perhitungan besaran sewa tempat yang dikaitkan

dengan besaran pinjaman. Perhitungan tersebut memberikan pengertian

bahwa ada penambahan atas utang yang dijalankan dengan akad qard,

dimana dalam konsep fikih hal demikian disebut riba. Menurut Hasanudin

kedua kontrak (kontrak qard dan kontrak ijrah) merupakan kontrak yang

berbeda79

Akad ijarah sebuah akad yang mengambil manfaat dari barang

76

Data Ujroh Bank Jawa Timur Syraiah Sampang 05 April 2016. 77

Ach Rahbini, Marketing Lending, Wawancara Langsung di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Pada Tanggal 28 Maret 2016. 78

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No. 5 Poin. c, h. 155. 79

Hasanudin: Wawancara Langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 20 Mei 2016.

Page 173: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

160

atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum syara’ yang berlaku.

Oleh sebab itu, sewa atau imbalan mesti jelas dengan ketentuan awal yang

telah disepakati.80

Sedangkan kontrak qard merupakan akad tabarru‟

transaksinya dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka

berbentuk kebaikan sehingga pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak

berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan

datang dari tabarru‟ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia.81

Dengan demikian DSN-MUI mencoba memisahkan antara dua akad

tersebut sesuai dengan pendapat Hasanudin.82

Untuk mengantisipas praktik riba dalam penerapan multi akad gadai,

DSN-MUI mencoba memisahkan antara dua akad. Dalam rangka

pemisahan dan menghindari kesalingterhubungan atau

ketergantungan antara akad qard dan akad ijarah dengan

menetapkan bahawa biaya pemeliharaan dan penyimpanan al-

marhum tidak boleh ditentukan berdasarkan pada besaran pinjaman.

Kontrak berbasis qard bertumpu pada pemberian pinjaman yang harus

dibayar sesuai dengan besaran pinjaman yang diberikan karena tambahan atas

pokok pinjaman qard termasuk kategori riba yang diharamkan yang

tergolong pada riba jahiliyah.83

Begitu halnya dengan ketentuan Fatwa DSN

yang menyajikan peraturan tentang besaran biaya pemeliharaan dan

penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.84

Kenyataannya dilapangan menunjukkan bahwa besaran sewa tempat

80

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarat : PT Rajagrafindo Persada,2002) hlm.,117-

118 81

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajahmada

University Press, 2007), h. 61. 82

Hasanudin: Wawancara Langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 20 Mei 2016. 83

Abd. Al-Razzaq Sa’id Bal Abbas, Hal Qasar Al-Fuqaha Al-Muasirun Fi Bayan Usul

Al-Nizam Al-Iqtisad Al-Islami? “Jurnal Ekonomi Islam Universitas King Abdul Aziz, Vol.21,

No.1”, (2008), h. 35-36. 84

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ketentuan

No. 4, h. 155.

Page 174: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

161

pemeliharaan barang jaminan ditentukan sesuai dengan besaran pinjaman

yaitu 1,2% per/bulan atau 0,4 per/1 minggu dari total pinjaman.

Selanjutnya pembayaran sewa dan administrasi yang timbul dari

pembiayaan Gadai IB Barokah yang merupakan produk pembiayaan

pelengkap disalurkan dengan prinsip qard, rahn, dan ijarah tersebut maka

Bank akan mendapatkan keuntungan dari penyaluran dana ini, antara lain:

1. Keuntungan Bank (ujroh)

Ujroh yang merupakan keuntungan bank yang berbasis syariah,

Ujroh ini merupakan biaya yang ditanggung oleh nasabah sebagai bentuk

sewa tempat penyimpanan barang jaminan. Dalam penentuan Ujroh

Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu Sampang tidak ikut menentukan

besar kecilya margin. Karena bank ini hanya bank yang merupakan

cabang pembantu, maka Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu Sampang

hanya mengikuti ketentuan dari bank pusat yaitu Bank Jatim di Surabaya

atau BPP (buku pedoman pelaksanan) Bank Jatim. Namun, margin yang

telah ada sampai saat ini rata-rata 1,2%. Hal ini senada dengan penyataan

Ratna Dwi S. Bahwa dalam penentuan Ujroh pihak bank di sini tidak

ikut menentukan, karena bank ini hanya bank cabang pembantu.”85

2. Biaya administrasi

Selain ujroh, keuntungan dari pembiayaan Gadai IB Barokah ini

adalah biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah oleh pihak.

Tabel 5.1.Biaya Adminstrasi Gadai Emas IB Barokah86

No Berat Perhiasan (GR…) Berat Kotor BY. ADM

85

Dwi Ratna S. Karyawan Umum dan Pembiayaan, Wawancara langsung di Bank Jawa

Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal 28 Maret 2016. 86

Data rincian biaya Ujroh Gadai Emas Pegadaian Syariah Sampang 2016.

Page 175: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

162

1 1-25 Rp 10.000,00

2 25-50 Rp 13.500,00

3 50-100 Rp 20.000,00

4 >100 Rp 35.000,00

Sumber: Data Rincian Ujroh Gadai IB Barokah 2016

Sesuai dengan pendapat Amsari yang menyatakan selain biaya

sewa untuk penyimpanan barang jaminan, pihak Bank Jatim juga

meminta biaya adminstrasi. Besaran tersebut disesuaikan dengan barang

jaminan.87

Dari tabel tersebut dapat kita amati contoh perhitungan biaya

sewa serta biaya administrasi dari satu transaksi:88

Dengan barang jaminan dan jumlah pinjaman yang sama

dilakukan penghitungan dengan perbandingan dari bab sebelumnya yaitu

bab empat tentang paparan contoh perhitungan biaya sewa dan

administrasi dari satu transaksi gadai emas yaitu:

- Barang jaminan : cincin 5 gram

- Taksiran : Rp 500.000

- Pinjaman : Rp 1.500.000

- Biaya Administrasi : 10.000

- Lama pinjaman : 1 bulan

- Biaya Sewa : 1,2% X 1.500.000 = 18.000

- Jumlah Semua Hutang : 1.500.000+10.000+18.000= 1.528.000

Dari simulasi tersebut diperoleh biaya di Bank Jatim Syariah

dengan menggunakan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan

87

Amsari: Wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada

tanggal 28 Maret 2016. 88

Amsari: Wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada

tanggal 28 Maret 2016.

Page 176: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

163

Pegadaian. Selain itu, penentuan tarif ijarah berdasarkan besaran

pinjaman sehingga penggunaan akad ijarah dalam pembiayaan gadai IB

Barokah tidak dibenarkan. Maka, akan lebih tepat adalah dengan

menggunakan akad murabah dieprtegas dengan merujuk kepada

pernyataan Amsari yang menyatakan, bahwa pembiayaan gadai IB

Barokah bukan pembiayaan murni gadai.

3. Denda keterlambatan

Hal lain yang menjadi keuntungan oleh pihak yaitu denda

keterlambatan nasabah dalam pembayaran angsuran sebesar 0,00067. Hal

ini sesuai denga prkataan Ratna Dwi S. selaku karyawan umum dan

pembiayaan, menyatakan:

“Tetap ditagih angsurannya, mengirimkan surat teguran, surat

peringata 1 sampai 3 dan denda ini sebesar 0,00067. Namun,

jika nasabah tetap tidak memberikan respon balik maka, pihak

bank akan menjual agunan yang kemudian jika harga jaminan

tersebut melebihi dari pembiayaan yang diajukan uang tersebut

akan dikembalikan oleh pihak bank setelah memotong biaya

untuk menjual jaminan nasabah.”89

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa nasabah yang

melakukan keterlabatan dalam pembayaran angsuran maka dikenakan

denda sebesar 0,00067.90

Selain itu, ketika nasabah tetap tidak membayar

meskipun pihak telah memberikan surat peringatan 1 sampai 3 maka

pihak akan menjual (lelang) jaminannya. Di mana hasil pelelangan

jaminan akan diambil oleh pihak bank sesuai dengan kewajiban nasabah

89

Dwi Ratna S. Karyawan Umum dan Pembiayaan, Wawancara langsung di Bank Jawa

Timur Syariah Sampang Madura pada tanggal 30 Maret 2016. 90

Surat Peringatan Satu (SP.1) Untuk Pemabyaran Tunggakan Nasabah di Bank Jawa

Timur Syariah Sampang, 2013-2016.

Page 177: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

164

serta semua dari proses pelelangan biaya, sisanya akan dikembalikan

kepada nasabah.

Adapun pembayaran angsuran kedua belah pihak sepakat bahwa

pembayaran kembali seluruh kewajiban nasabah kepada bank sesuai dengan

jadwal angsuran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yudha Prasetya selaku

analisi pembiayaan, menyatakan:

“Pembayaran dari nasabah dilakukan sesuai jadwal angsuran

yang disepakati, pembayaran itu juga bisa dilakukan secara

langsung oleh nasabah ke Bank Jatim dan bisa juga dilakukan

dengan melalui rekening nasabah di bank maka dengan ini

nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk mengambil dana

di rekeningnya sebesar kewajiban nasabah”91

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembayaran

angsuran sesuai dengan jadwal yang disepakati oleh nasabah. Di mana cara

pembayarannya bisa secara langsung nasabah datang ke bank jatim atau

melalui rekening nasabah.

Selanjutnya mengenai jatuh tempo pembayaran kembali kewajiban

nasabah jatu bukan pada hari kerja, maka nasabah bersedia untuk melakukan

pembayaran pada hari kerja sebelumnya. Nasabah yang tidak membayar

kewajiban angsuran termasuk dalam kredit macet, maka pihak bank

melakukan penagihan. Hal ini seuai dengan pernyataan Ach Rahbini selaku

marketing lendning, menyatakan:

“Ketika ada nasabah yang tidak membayar kewajiban setelah

jatuh tempo maka pihak Bank Jatim Syariah Sampang akan

menagih, misalnya lewat via telepon, karena biasanya ada juga

nasabah itu lupa dengan jadwal angsuran dengan adanya

kesibukan mereka.”92

91

Amsari, Analisi Pembiayaan, Wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura pada tanggal 29 Maret 2016. 92

Ach Rahbini, Marketing Lending, Wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura pada tanggal 28 Maret 2016.

Page 178: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

165

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ketika ada nasabah

yang termasuk pembiayaan macet atau tidak lancar, maka pihak perbankan

akan melaukakan beberapa tindakan antara lain :

1. Tetap menagih angsuran dengan via telepon atau alat media lainnya.

2. Menagih dengan mendatangi rumah nasabah

3. Memberikan surat teguran

4. Memberikan surat peringatan dari suarat 1 sampai ke 3

5. Menjual jaminan.

Pelaksanan pembayaran angsuran, pada pokoknya secara teknis

yuridis telah dijelaskan dalam PBI No. 5/7/PBI/2003 tentang kualitas aktiva

produktif bagi Bank Syariah dan PBI No. 5/9/PBI/2003 tentang penyisihan

penghapusan aktiva produktif bagi Bank Syariah. Penjelasan peraturan

tersebut memberikan pengertian bahwa akad qard secara umum adalah

penyediaan dana atau tagihan antara Bank Syariah dengan pihak peminjam

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai

atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.93

Terkait dengan kontrak akad ijarah dalam Bank Jatim Syariah bisa

diamati dengan ketentuan yang dituangkan dalam akad Perjanjian/akad ini

dibuat dan ditandatangani PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur

Cabang/Cabang Pembantu Syariah sebagaimana tersebut dalam surat Gadai

IB Barokah ini yang dalam hal ini diwakili oleh pejabat Bank dan oleh

karenanya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan bank selaku

93

Atang Abd. Hakim, Fiqih Perbankan Syariah (Bandug: PT Refika Adimata, 2011), h.

268.

Page 179: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

166

pihak yang menyewakan selanjutnya disebut yang menyewakan;94

dalam

kontrak ini sighat yang disepakati dengan cara tertulis dan lisan. Sighat pada

akad ijarah merupakan suatu hal yang penting sekali karena dari sighat-lah

terjadinya ijarah. Karena sighat merupakan suatu bentuk persetujuan dari

kedua belah pihak untuk melakukan ijarah. Dalam sighat ada ijab dan qabul.

Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu‟jir) untuk menyewakan

barang atau jasa sedangkan qabul merupakan jawaban persetujuan dari pihak

kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu‟jir.95

Nasabah selaku penyewa yaitu orang yang nama dan alamtnya tercatat

dalam surat Gadai IB Barokah.96

Sesuai dengan teori fikih bahwan Nasabah

merupakan mu‟jir yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk

mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Sedangkan Bank musta‟jir sebagai

pihak yang menyumbangkan tenaganya atau orang yang menjadi tenaga kerja

dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari pekerjaannya itu.97

Namun, Sebelumnya para pihak menerangkan bahwa Nasabah

sebelumnya telah mengadakan perjanjian dengan Bank sebagaimana

tercantum dalam akad Rahn yang juga tercantum dalam surat Gadai IB

Barokah dimana Nasabah bertindak sebagai pemberi gadai dan Bank bertidak

sebagai penerima gadai dan oleh karenya surat Gadai IB Barokah tersebut

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan akad ini.98

Dalam Fatwa

94

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 95

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarat : PT Rajagrafindo Persada,2002) hlm., 118 96

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 97

Sayyid Sabiq, Terjemah Fikih Sunnah 13, (Bandung : PT. AL – Ma’arif, 1987) hlm., 9. 98

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 180: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

167

penggabungan akad akad ijarah dan akad rahn dilakukan secara terpisah

untuk mengantisipasi praktek riba.99

Bahwa atas marhun (barang jaminan) berdasarkan akad diatas

penyewa telah menyetujui menyewa tempat penyimpanan marhun (barang

jaminan) dari yang menyewakan bersedia menyewakan objek sewa sebagai

tempat penyimpanan marhun (barang jaminan) kepada penyewa dengan

menggunakan sewa tempat.100

Nasabah dalam akad ini membeli manfaat dari

tempat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang jaminanan

karena akad Ijarah dapat dikategorikan jual beli sebab mengandung unsur

pertukaran harta.101

Untuk maksud tersebut para pihak membuat dan

menandatangani akad ini dengan ketentuan:

Para pihak sepakat dengan sewa tempat atas marhun (barang jaminan)

dengan ketentuan yang berlaku. Apabila telah jatuh tempo sementara

penyewa belum melunasi pinjaman maka dikenakan biaya pemeliharaan sewa

tempat penyimpanan masa tanggang yang besarnya sesuai denga ketentuan

yang berlaku.102

Diantara cara untuk mengetahui ma‟qud a‟laih (barang)

adalah dengan menjelaskan manfaatnya pembatasan waktu atau menjelaskna

jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa seseorang.103

dalam bagian

ini Bank telah menjalskan objek dalam akad ijarah yaitu tempat penyimpanan

barang jaminan sehingga jelas kesesuaiannya dengan konsep fikih.

99

Hasanudin: Wawancara Langsung di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 20 Mei 2016. 100

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 101

A. T. Hamid, Ketentuan Fiqih dan Ketentuan Hukum yang Kini Berlaku Dilapangan Hukum

Perikatan (Surabaya : Bina Ilmu, 1983) hlm., 69. 102

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 103

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah. hlm., 134.

Page 181: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

168

Apabila nasabah melunasi sebelum jangka waktu pembiayaan qard

jatuh tempo Nasabah akan dikenakan biaya pemeliharaan atau sewa tampat

penyimpanan berdasarkan taif yang dihitnug per 10 hari. Pembayaran biaya

pemeliharaan atau sewa tempat penyimpanan dibayarkan pada saat pelunasan

pinjaman;104

Sesuai dengan konsep fikih Tentang batasan waktu sangat

bergantung pada pekerjaan dan kesepakatan dalam akad.105

Sehingga dalam

akad tersebut kejelasan hari sangat diperlukan untuk memenuhi syarat sahnya

sebuah akad ijarah.

Adapun ketentuan selanjutnya tentang penyewa jika tidak megambil

marhun (barang jaminan) bersamaan dengan pelunasan pinjaman, maka yang

menyewakan memberikan waktu selambat lambatnya 5 (lima) hari setelah

pelunasan dan keterlambatan pengambilan marhun (barang jaminan) ini

dikenakan biaya titipan yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.106

Jika marhun (barang jaminan) rusak/hilang, maka penyewa akan

mendapat penggantian dari yang menyewakan sebesar 100% dari nilai

taksiran marhun (barang jaminan) tersebut kecuali hilang/rusaknya marhun

(barang jaminan) disebabkan oleh kejadian diluar kemampuan (force

majeure) yang menyewakan seperti bencana alam, sabotase, perang dan

kerusuhan untuk tidak diberikan ganti rugi.107

Namun, kerusakan barang tidak

104

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 105

Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qarib (Surabaya : Mutiara Ilmu, 2010), hlm., 209. 106

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016. 107

Contoh Akad Ijarah Pembiayan Gadai IB Barokah di Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura Tahun 2016.

Page 182: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

169

menyebabkan batalnya akad gadai IB Barokah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Amsari, menyatakan:108

Ketika barang jaminan rusak atau hal lain tidak serta merta akad gadai

emas ini batal karena pihak Bank JatimSyariah Sampang memiliki

tanggung jawab untuk mengganti atau memperbaiki barang jaminan

sesuai dengan kerusakan. Namun, nasabah tetap harus membayar dan

tetap terikat pada kontrak.

Hal lain terkait dengan keadaan jaminan dalam transaksi gadai Emas

IB Barokan di Bank Jatim Syariah belum menerapkan akad mudharabah. Hal

ini seseuai dengan hasil wawancara;

Dalam gadai emas ini pihak Bank Jatim Syariah Sampang

belum menerapkan akad mudharabah karena emas yang

dijadikan jaminan oleh Nasabah hanya disimpan oleh pihak

Bank tidak dijadikan pengembangan untuk mencari profit atau

dikelola untuk pengembangan karena emas tersebut merupakan

barang yang tidak bisa dimanfaatkan.109

Paparan di atas dapat dikaji bahwa Pembiayaan gadai IB Barokah

belum menerapkan akad mudharabah. Akad mudharabah merupakan akad

kerja sama usaha antara pihak pemilik dana dengan pihak pengelola dana,

dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sedang kerugian

ditanggung oleh pemilik dana.110

Namun, pada transaksi gadai IB Barokah

Nasabah sebagai pemodal (pemilik emas) dan Bank sebagai pengelola, Bank

tidak ada kewenangan untuk mengambil manfaat (mengelola) emas. Sesuai

dengan pendapat Ulama Hanafi jika barang gadai berupa hewan, pemegang

gadai boleh memanfaatkan seperti mengendarai atau mengambil susunya

108

Amsari, wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada 15

April 2016. Dalam ketentuan fikih Menurut jumhur ulama, ijarah adalah akad lazim, seperti jual-

beli. Oleh karena itu, tidak bisa batal tanpa ada sebab yang membatalkannya. Menurut ulama’

Hanafiyah, jika tidak ada uzur, tetapi masih memungkinkan untuk diganti dengan barang yang

lain, ijarah tidak batal, tetapi diganti dengan yang lain. Ijarah dapat dikatakan batal jika

kemanfaatannya betul-betul hilang, seperti hancurnya rumah yang disewakan menurut

Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qarib. hlm., 210. 109

Amsari, wawancara langsung di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura pada 15

April 2016 110

Wiroso, Produk Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), h. 166.

Page 183: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

170

sekedar mengganti biaya, meskipun tidak diizinkan oleh orang yang

menggadaikan barang.111

Sehingga jaminan emas tidak bisa diambil manfaat.

111

Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah (Bandung : Pustaka Setia, 2001), h. 174.

Page 184: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

170

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis

mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Praktik akad qard digunakan untuk transaksi pinjam uang tanpa imbalan,

di Pegadaian Syariah Sampang Madura telah sesuai dengan ketentuan

Fatwa DSN-MUI begitu halnya dengan Bank Jawa Timur Syariah

Sampang Madura dengan Fatwa DSN-MUI, meskipun pelafadzan akad

berbeda. Pegadaian Syariah Sampang kontrak akad qard dilakukan secara

lisan sedangkan Bank Jawa Timur Syariah Sampang kontrak dilakukan

secara tertulis.

2. Selanjutnya akad rahn digunakan untuk transaksi penahanan jaminan

nasabah berupa emas yang kemudian membutuhkan ijrah sebagai akad

terahir untuk kesapakatan antara Pegadaian Sampang dan nasabah untuk

kontrak kesepakatan pembayaran biaya sewa atas tempat penyimpanan

barang jaminan dan pembayaran asuransi barang jaminan milik nasabah

begitu pula di Bank Jawa Timur Syariah Sampang. Sesuai dengan

ketentuan Fatwa DSN-MUI di Pegadaian Syariah Sampang dan Bank

Jawa Timur Syariah Sampang telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-

MUI.

3. Terahir penerapan akad ijarah yang digunakan untuk sebagai media untuk

pembayaran sewa atas penyimpanan dan pemeliharaan barang jaminan ada

perbedaan antara Pegadaian Syariah Sampang dan Bank Jawa Timur

Page 185: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

171

Syariah Sampang. Di Pegadaian Syariah Sampang ujrah yang dibayar oleh

nasabah setelah jatuh tempo dan dihitung berdasarkan jenis jaminan untuk

jaminan dari harga Rp 50.000-Rp 500.000 ujroh sebesar 0,71% per/10 hari

dari taksiran, harga Rp 500.000-Rp 20.000.000 ujroh sebesar 0,45%

per/10 hari dari taksiran, harga Rp 20.000.000 dan diatasnya ujroh sebesar

0,62% per/10 hari dari taksiran.

Sedangkan di Bank Jawa Timur Syariah Sampang Madura

Nasabah untuk kontrak kesepakatan pembayaran biaya sewa atas tempat

penyimpanan barang jaminan dan pembayaran angsuransi barang jaminan

milik nasabah. Biaya sewa yang dibayar oleh nasabah sebesar 1,2% dari

pinjaman dan dibayar setelah jatuh tempo. Akad ijarah ini tidak sesuai

dengan Fatwa DSN-MUI tentang penentuan besaran sewa karena

dikaitkan dengan besaran pinjaman, sehingga termasuk kategori riba.

B. Saran dan Rekomendasi

Mengacu pada hasil pengolahan data dan pembahasan, saran-saran

dan rekomendasi yang dapat penulis berikan :

1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti juga pada akad

mudharabah yang diterapkan pada produk gadai syariah.

2. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti tentang

multi yang diterapkan pada produk pembiayaan Gadai Emas akan tetapi,

penelitiannya diharapkan untuk meneliti pada semua produk-produk

pembiayaan yang menerapkan multi akad di lembaga keuangan syariah.

Page 186: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

172

3. Akad mudharabah yang dianjurkan oleh Fatwa DSN-MUI hendaknya juga

diterapkan sehingga membantu nasabah meringankan dalam membayar

ujrah, sehingga muncul etika usaha kerjasama dengan unsur moralitas,

sikap saling percaya, ukhuwah Islamiyah, rasa tanggung jawab dan hakikat

kerjasama investasi yang bersifat amanah.

4. Pegadaian Syariah Sampang dan Bank Jatim Syariah Cabang pembantu

Sampang diharapkan meningkatkan sosialisasi yang tidak hanya

berorientasi pada publikasi eksistensi perusahaan tetapi juga penekanan

pada berbagai jenis pembiayaan untuk menarik minat masyarakat menjadi

nasabah dan memberikan pemahaman masyarakat khususnya nasabah

berupa sosialisasi yang sifatnya informatif dan edukatif, melalui sarana

kunjungan, penyuluhan, publikasi berbagai media massa, dan sponsorship.

Adapun melalui kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memahami

mekanisme pembiayaan terutama pembiayaan umum modal kerja.

5. Hendaklah dilakukan pengaturan konstruksi sistem operasional pembiayaan

gadai baik di Pegadaian Syariah Sampang ataupun Bank Jawa Timur

Syariah Sampang Madura agar selalu didasarkan pada standar Fatwa

Dewan Syariah Nasional 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, Fatwa DSN

MUI No 26/DSN-MUI/III/2002, hendaknya standar fatwa tersebut dapat

ditingkatkan fungsinya menjadi instrument pengaturan untuk menjamin

kepatuhan operasional Pegadaian Syariah Sampang ataupun Bank Jawa

Timur Syariah Sampang Maduraterhadap prinsip dasarnya, yaitu prinsip

syariah

Page 187: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Syamsuddin Abu Terjemah Fhathul Qarib, Surabaya : CM Grafika,

2010.

Abdurrahman, Yahya Pegadaian dalam Pandangan Islam, Jakarta: Kencana,

2010.

Alauddin Al-Kasani, Badai‟ Ash-Shanai‟ Fi Tartib Asy- Syara‟i, juz IV, Surabaya

: CM Grafika, 2010.

Ahmad, Amrullah et.al., Dimensi Hukum Islam dalam Sistim Hukum Nasional

Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Asqalani, Ibnu Hajar Fathul Bari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari, Jakarta:

Pustaka Azzam, 2003.

--------, Ibnu Hajar Bulughul Maram, Beirut: Dar El-Fiker, 1994.

Anshori, Abdul Ghofur Perbankan Syariah di Indonesia Cet. I Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 2007.

Anwar, Syamsul Hukum Perjajian Syariah Studi Tentang Teori Akad dalam

Fikih Muamalat, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.

Anwar, H. Moh Fiqh Islam Bandung: PT. Al Ma‟arif, 1998.

Arharam, Clark R. Dan Mingyuan Zhang, Fair Lending Compliance Intelligenci

And Implications For Credit Risk Management, New Jersey: John Wiley

& Sons, Inc., Hoboken, 2007.

Anshori, Abdul Ghofur Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gajahmada

University Press, 2007

Antonio, Muhammad Syafi‟i Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Cetakan 1,

Jakarta: Gema Insani Press dengan Tazkia Institute, GIP, 2001.

Az-Zaidi, Imam Terjemahan Ringkasan Shahih Bukhari Jakarta: Lutfi, 2013.

Bassām, Syeikh Abdullah Taudhih Al Ahkam Min Bulugh Al Maram cetakan

kelima, KSA 4, Makkah: Maktabah Al Asadi, 1423.

Basri, Cik Hasan Model Penelitian Fiqh; Pradigma Penelitian Fiqh Dan Fiqh

Penelitian, Jilid 1 Jakarta: Kencana, 2003.

Basyir, A.A. Hukum Islam Tentang Riba, Utang-Piutang Gadai, Al-Ma‟arif,

Bandung:1983.

Page 188: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Bank Negara Malaysia, Resolusi Syariah dalam Kewangan Islam Malaysia: Bank

Negara Malaysia, 2010.

Dahlan, Abdul Aziz Ensiklopedia Hukum Islam, Cetakan Keempat, Jakarta PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000.

Dabbu, Ibrahim Fadhil Al-Iqtishad Al-Islami: Dirasah Wa Tatbhiq Jordan: Dar

Al-Manahij, 2008.

Djakfar, Muhammad Hukum Bisnis Membangun Wacana Integrasi Perundangan

Nasional Dengan Syariah Malang: UIN Maliki, 2013.

Djamil, Fathurrahman Filsafat Hukum Islam Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997.

-------- Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah Jakarta: Logos, 1995.

Djuwaini, Dimyauddin Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

2008.

Dumairi Ekonomi Syariah Versi Salaf Jawa Timur : Pustaka Sidogiri, 2008.

Elsefy, Hossan Islamic Finance; A Comparative Jurisprudential Study Kuala

Lumpur: University Malaya Press, 2007.

Fadani, Abu al-Faydl Muhammad Yasin Ibn „Isa Al-Fawa‟id al-Janiyyab Bairut:

Dar al-Fikr, cet. I, 1997.

Fatwa DSN-MUI dan BI, Himpunan Fatwa, jilid 1.

Hakim, Atang Abd. Fiqh Perbankan Syariah Bandung : PT Refika Aditama,

2011.

Hanbali, Ahmad bin Hamdan al-Harranial Sifat al-Fatwa wa al-Mufti wa al-

Mustafti cet.1 Damsyik : Mansyurah al-Maktab al-Islami, 1380 H.

Haritsi, Jaribah Bi Ahmad Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab (Jakarta: Khalifa

Pustaka Al-Kautsar Grup, 2006.

Hasan, Hasbi Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah Di Dunia

Islam Kontemporer Jakarta: Gramata Publishing, 2011.

Hasan, M. Ali Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah),

Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.

Hanisisva, Pelaksanaan Gadai Syariah Pada Perum Pegadaian Syariah (Studi Kasus:

Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padang) Skripsi Universitas Andalas

Padang, 2011.

Page 189: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Hasanudin, Konsep Keadilan dan Standar Multi Akad dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional MUI, Tesis Pasca Sarjana UIN, Jakarta, 2008.

H. M. Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa

Dewan Syariah Nasional Nomor:92/DSN-MUI/IV/2014.

Hosen, Muhammad Nadratuzzaman dan Sunarwin Kartika Setiawati, Tuntutan

Praktis Menggunakan Jasa Perbankan Syariah Jakarta: Pusat Ekonomi

Syariah, 2007.

Huda, Nurul dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan

Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010.

Indah, Vivin Sofia dalam skripsi yang dibuktikan dengan judul “Pengaruh

Bauran Pemasaran Gadai Emas Ib Barokah Terhadap Minat Nasabah

Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu Sampang” Pamekasan: sekolah

tinggi agama islam negeri, 2014.

Janwari, Yadi dan H.A. Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah

Pengenalan,Edisi 1, Cetakan 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002.

Jawiy, Muhamad Nawawi Quuth Al-Habib Al-Gharib Tausyekh „Ala Fath el-

Qarib Al-Mujieb, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2002.

Karim, Adiwarman A Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2007.

--------, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Jakarta : PT Rajagrafido Persada,

2012.

Majid, Baihaqi Abdul dkk. Pedoman Pendirian, Pembinanaan dan Pengawasan

Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal Wat Tamwil (Jakarta: Laznas

BMT, 2010.

Malik, Muhammad Shaukal, Ali Malik Dan Waqas Mustafa, “Controversies That

Make Islamic Banking Controversial: An Analysis Of Issues And

Challenges,” American Jurnal of Social and Management Sciences. 2,1

(2011): 41-46. http://www.scihub.org/AJMS. (diakses 1/10/2015.

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI,

Cipayung-Ciputat: DSN MUI 2006.

Mamoor, Salamah Binti Dan Abdul Ghafar Bin Ismail “Micro-Credit Program:

Pawnshop Vs Ar-Rahn”, Working Paper, Malaysia Finance Assocition

(MFA)‟S 7th Annual Conference, Primula Beach Resort, Kuala

Terengganu, Malaysia, 9-10th May 2005.

Page 190: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Mannan, Abdul Ekonomi Islam: Teori dan Praktek Terjemahan Abd. Rasyid),

Seri Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, Prima Yasa, 1997.

Mardhiah, Izzatul dalam Disertasi yang dibuktikan dengan judul “Prinsip

Keadilan Dalam Penetapan Biaya Ijarah Di Pegadain Syariah” Jakarta:

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Maksum, Muhammad Fatwa Ekonomi Syariah Di Indonesia, Malaysia, Dan

Timur Tengah Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI,

2013.

Mannan, Ekonomi Islam, Teori Dan Praktik Jakarta: PT. Intermasa, 1992.

Muhadzab, Al Majmu' Syarhul imam Nawawi dengan penyempurnaan Muhamma

Najieb Al Muthi'I, KSA 12 Beirut, 1419.

Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj,juz II Yogyakarta;Pustaka Pelajar,

2008.

Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Ed.1, Cet.1,

Yogyakarta : UII Press, 2000.

--------, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah

Yogyakarta: UII Press, 2004.

Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, No.970, Cet.2, Bandung: Jabal, 2013.

Mu‟allim, Amir dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam Cet. I;

Yogyakarta: UI Press, 1999.

Mulya, E Siregar dan Dhani Gunawan, Standarisasi Akad Kafalah, Rahn,

Hawalah, Sharf Jakarta: Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah,

2006.

Musthafa, Dib Al-Bugha fikih islam lengkap penjelasan hukum-hukum islam

madzhab syafi‟I Surakarta: arafahgroup, 2009.

Mudzhar, M. Atho Esai-Esai Sejarah Sosial Hukum Islam Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2014.

Nawawi, Imam dengan penyempurnaan Muhamma Najieb Al Muthi‟I, Al Majmu‟

Syarhul Muhadzab, cetakan KSA 12, Beirut: Dar Ihyaa Al TUrats Al

„Arabi, 1419H.

Nasution, Bismar Hukum Ekonomi Syariah dalam Regulasi Nasional Medan:

Fakultas Syariah Sumatera Utara, 2007.

Purnamasari, Irma Devita dan Suswinarno, Akad Syariah Bandung : Kaifa, 2011.

Page 191: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Qardawi, Yusuf Al-Fatwa Bayn Al-Indibat Wa-Al-Tasayyub, Ter. As‟ad Yasin

Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Rais, Sasli Pegadaian Syariah, Jakarta:Press, 2005.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Tentang Produk Bank

Syariah Dan Unit Usaha Syariah.

Rosadi, Imron Ringkasan Kitab Al Umm, Terj.Al-Umm, Jakarta: Pustaka Azzam,

2008.

Sabiq, Al-Sayyid Fiqh Al Sunnah, Fiqh Al Sunnah Cairo: Dar Al Kitab Al Islamy

Dar Al Hadits, t.th.

Sarkawi, Azila Ahmad Akad-Akad Muamalah Dalam Fiqh: Satu Analisis Jurnal

Syariah 6 (t.t, t.p, t.t

Sjahdeini, Sutan Remi Perbankan Syariah, Produk-Produk dan Aspek-Aspek

Hukumnya, Jakarta: Kencana Prenada Media, Cetakan Kesatu, 2014.

Soemitra, Andri Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana, 2009.

Sukardi, Budi Kepatuhan Syariah (Shariah Compliance) Dan Inovasi Produk

Bank Syariah di Indonesia (IAIN Surakarta, t.t.

Suwiknyo, Dwi Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

Suhendi, Hendi Fiqh muamalah, Jakarta: PT. Grafindo persada, 2000.

Susanto, Burhanuddin Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: UII

Press, 2008.

Syafei, Rahmat Konsep Gadai; Ar-Rahn dalam Fiqh Islam Antara Nilai Sosial

dan Nilai Komersial dalam Huzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshari,

Problematika Hukum Islam Kontemporer 60.

--------, Rachmat Fiqih Muamalah Bandung : Pustaka Setia, 2001.

Syaltout, Syaikh Mahmoud Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqih, Jakarta

: Bulan Bintang, 1973.

Soemitra, Andri Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana, 2009.

Swasono, Sri Edi Kebersamaan Dan Asas Kekeluargaan; Mutualism &

Brotherhood, Kerakyatan, Nasionalisme Dan Kemandirian Jakarta: UJN

Press, 2005.

Page 192: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Tahqiq, Ibnu Qudamah dan Abdullah bin Abdulmuhsin Alturki dan Abdulfatah

Muhammad Al Hulwu, Mughni, cetakan kedua KSA 6, Kairo: Mesir hajar,

1412H.

Ustman bin Muhammad Syattha, hasiyyat I‟anat At-thalibien „ala Hall Alfadz

Fath al-Mu‟in, Cet.2, Vol.3. Beirut: Dar Al-kutub Al-Ilmiyah, 2007.

Vogel, Frank E. Dan Samuel L. Hayes, Islamic Law And Finance: Religion, Risk

And Return , The Netherlands: Kluwer Internasional, 1998.

Yahya bin syarifuddin, Minhaj At-Thalibin, Bairut-Lebanon, Dar El-Fiker, 2005.

Yanggo, Huzaimah T. Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2004.

Yulianti, Rahmani Timorita Asas-Asas Perjanjian (Akad) Dalam Hukum Kontrak

Syariah (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam

Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam La-Riba Vol.11, No. 1, Juli 2008.

Z, A.Wangsawidjaja Pembiayaan Bank Syariah Jakarta: Kompas Gramedia,

2012.

Zainuddin, A dan Jamhuri Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak Bandung: Cv.

Pustaka Setia, 1998.

Zubair, Maimoen Formulasi Nalar Fiqh Telaah Kaidah Fiqh Konseptual

Surabaya: Khalista, 2005.

Zuhaili, Wahbah Fiqih Imam Syafi‟i Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan

Al-Qur‟an Dan Hadit , Cet.2, Vol.2 Jakarta: Almahira, 2012.

--------, Nazhariyyah al-dhaman, Damaskus: Dar al-Fikr, 1998.

Zuhdi, Masyfuk Masail fiqhiyah, Jakarta: CV. Haji masagung, 1997.

Jurnal:

Abbas, Anwar “Agama Dan Kehidupan Ekonomi Menurut Sjafruddin

Prawiranegara” Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah Al-Iqtishad Jakarta:

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2003.

Abubakar, Lastuti Pranata Gadai Sebagai Alternatif Pembiayaan Berbasis

Kekuatan Sendiri (Gagasan Pembentukan UU Pergadaian) “Mimbar

Hukum Volume 24, Nomor 1” (Bandung, Fakultas Hukum Universitas

Padjadjaran, Februari 2012.

Page 193: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Aisyah, Siti Preferensi Usaha Kecil dan Mikro di Pasar Baru Cikarang dalam

Memilih Akses Pembiayaan “Al-Iqtishad Vol. VI. 1”, (Jakarta: Universitas

Islam Syarif Hidayatullah, 2014.

Amalia, Euis “Mekanisme Pasar dan Kebijakan Penetapan Harga Adil dalam

Perspektif Ekonomi Islam” Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah Al-Iqtishad

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Januari 2014.

Andisetya, Anggarian Sinkronisasi Fatwa DSN-MUI No: 68/DSN-MUI/III/2008

Tentang Rahn Tasjily Terhadap Pasal 5, Pasal 7, dan Pasal 11 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Artikel Ilmiah

Malang: Universitas Brawijaya, Mei 2014.

Azani, Muhammad Praktik Akad Gadai Dengan Jaminan Lahan/Sawah Dan

Gadai Emas Di Kecamatan Mempura Kabupaten Siak Berdasarkan

Hukum Islam “jurnal Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2, Riau: Fakultas

Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru November 2015.

Aziz, Mukhlish Arifin Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah,

Harga Emas dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai

Golongan C (Studi Pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo) “Jurnal

Ilmiah” (Malang: Universitas Brawijaya, 2013.

Buang, Ahmad Hidayat Analisis Fatwa-Fatwa Semasa Syariah Di Malaysia

“Jurnal Syariah,jld. 10”, Kuala Lumpur, 2001.

Candra, Reski Mai dan Novriyanto Framework E-Auction Berbasis Syariah untuk

Membangun Kepercayaan Konsumendalam Menggunakan Sistem Lelang

“Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 13, No.1”, UIN Sultan Syarif

Kasim Riau Desember 2015.

Firdaus, Wan Mohd Khairul Bin Wan Khairuldin Metode Fatwa Sheikh „Ali

Juma‟Ah Dalam Kitab Al-Kalim Al-Tayyib -Fatawa „Asriyyah “Disertasi”

(Kuala Lumpur: Jabatan Fiqh Dan Usul Akademi Pengajian Islam

Universiti Malaya, 2011.

Herfika, Cahyusha Desmutya Analisis Komparasi Mekanisme Produk Kredit

Pada Pegadaian Konvensional dan Pembiayaan Pada Pegadaian Syariah

(Studi Pada PT Pegadaian di Nganjuk dan Kediri) “Jurnal Ilmiah”

(Malang: Universitas Brawijaya, 2013.

Hidayati, Maslihati Nur Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum

Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada Prinsip-

Prinsip Islam “Lex Jurnalica Vol.6 No.1” Jakarta: Universitas Al-Azhar

Indonesia, Desember 2008.

Page 194: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Hulam, Taufiqul Jaminan dalam Transaksi Akad Mudharabah Pada Perbankan

Syariah “Mimbar Hukum Volume 22, Nomor 3” (Fakultas Hukum

Universitas Lancang Kuning, Oktober 2010.

Hussin, Mohd Yahya Mohd dan Joni Tamkin Borhan, Analisis Perkembangan

Pasaran Saham Islam Di Malaysia Shariah “Journal , Vol. 17, No. 3 2009.

Ichsan, Nurul Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah “Al-Iqtishad Vol. VI. 1”,

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Iswandi, Andi Peran Etika Qur‟ani Terhadap Sistem Ekonomi Islam “Jurnal Ilmu

Ekonomi Syariah Al-Iqtishad”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Januari

2014.

Irfan, Andi Suatu Tinjauan Islam: Praktik “Boroh” (Pegadaian) (Mengatasi

Masalah Dengan Masalah) “Jurnal Akuntansi Universitas Jember” UIN

Suska Riau, 2012.

Lutfi Sahal, Implementasi Al-Uqud Al-Murakkabah Atau Hibrid Contracs (Multi

Akad Gadai Emas) Pada Bank Syariah Mandiri Dan Pegadaian Syariah

“Jurnal At-Taradhi Jurnal Studi Ekonomi Vol.6, No. 2 ” (Banjarmasin:

Institut Agama Islam Negeri Antasari, 2015).

Maulidizen, Ahmad Alikasi Gadai Emas Syariah: Studi Kasus Pada BRI Syariah Cabang

Pekan Baru “Falah Jurnal Ekonomi Syariah Vol.1, No,1 Malaysia: Univesiti

Malaya, Februari 2016.

Mlazid, Ade Sofyan Kedudukan Sistem Gadai Syariah dalam Sistem Hukum

Nasional Indonesia “Jurnal Inovatio, Vol. XI, No. 2”, Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Juli-Desember 2012.

Maulidizen, Ahmad Aplikasi Gadai Emas Syariah: Studi Kasus Pada BRI Syariah

Cabang Pekan Baru “Falah Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.1, No.1”,

Malaysia: Universiti Malaya, 2016.

Mulawarman, Rezeki Aji Dedi Eksistensi Laporan Nilai Tambah Syari‟ah

Berbasis Rezeki “Artikel Simposium Nasional Akuntansi (Sna) Ke Xi”

Pontianak: Universitas Cokroaminoto Yogyakarta 23-24 Juli 2008.

Mahmudahningtyas, Arrum Analisis Kesyariahan Transaksi Rahn Emas (Studi

Pada Pegadaian Syariah Cabang Landungsari Malang) “Jurnal Ilmiah

Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis” Malang:

Universitas Brawijaya, 2015.

Munandar Anwar, Akad Rahn di Perum Pegadaian Unit Layanan Gadai

Syaria‟ah Cabang Kusumanegara Yogyakarta “Skripsi Jurusan Muamalat

Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta, 2005).

Page 195: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Naim, Asmadi Mohamed “Sistem Gadaian Islam,” Jurnal Islamiyyat. 26 Februari

2004.

--------, Skim Al-Rahn Antara Keaslian Dan Penyelesaian Semasa Menurut

Perundangan Islam (Universitii Utara Malaysia: Jurnal Pembangunan

Nasional Jilid 4&5, Juni-Desember, 2002.

Prakasi, Atiqoh Pelasksanaan Gadai Emas Di Bank Mega Syariah “Skripsi

Fakultas Ilmu Hukum” Jakarta: Universitas Indonesia, 2012.

Pujiyono, Arif Posisi dan Prospek Bank Syariah dalam Dunia Usaha Perbankan

“Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1, No. 1/Juli” Semarang: Universitas

Diponogoro, 2004.

Sari, Melinda dan Ilyda Sudardjat, Persepsi Masyarakat Tentang Gadai Emas di

Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi “Jurnall Ekonomi dan Keuangan,

Vol.1, No.2,” t.t.,t.t, Januari 2013.

Suhendi, Chrisna Kritik Untuk Bank Syariah(Antara Harapan, Kenyataan dan

Paradigma Rahmatan Lil Alamin) Jurnal Fokus Ekonomi (Fe), Vol.7, No.

1 Issn: 1412-3851 Semarang: Fakultas Ekonomi Unissula April 2008.

Sukmasari, Bella Dina Putri Kesesuaian Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan

Rahn Bermasalah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor

25/DSN-MUI/III/2002 (Studi di PT. Bank Bri Syariah Cabang Kota

Malang) “Artikel Ilmiah” Malang: Universitas Brawijaya, 2013.

Supriyadi, Ahmad Struktur Hukum Pegadaian Syariah Dalam Perspektif Hukum

Islam Dan Hukum Positif (SuatuTinjauan Yuridis NormatifTerhadap

Praktek Pegadaian Syariah di Kudus) Jurnal Penelitian Islam Vol. 3, No.

2, (Semarang: IAIN Walisongo Juli-Desember 2010.

--------, Struktur Hukum Akad Rahn di Pegadaian Syariah Kudus “Jurnal

Penelitian Islam Vol. 5, No. 2” (Semarang: IAIN Walisongo juli-Desember 2012.

Othman, Azizah Perkembangan Ar-Rahnu Di Terengganu:Kajian Kes Terhadap

Ar-Rahnu Majlis Agama Islam Dan Adat Melayu Terengganu (Maidam)

Prosiding Perkem VIII, Jilid 2, 951 -959 ISSN: 2231-962X Malaysia:

University Utara Malaysia, 2013.

Prabasanti, Fransiska Cicylia Analisis Gadai Emas Bank Syariah Terhadap

Perolehan Feebase Income (StudiKasus Pegadaian Emas Bank Syariah

Mandiri Semarang) Tugas Akhir DIII Salatiga: Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri 2014..

Page 196: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Rahman, Lina Aulia Analisis Kesesuaian Akuntansi Transaksi Gadai Emas

Syariah Dengan Psak Dan Fatwa Dsn Mui (Studi Kasus Praktik Gadai

Emas Di Pegadaian Syariah Surabaya) Jurnal Jestt Vol. 2 No. 11,

Surabaya: universitas airlangga, November 2015.

Samat, Dato‟ Sri Zukri Asia‟s Growth And Innovation In The New Financial

Order: Sustainable Growth Paradigm For Islamic Finance, Asian Finance

Forum 2011 Laguna Resor Bali, 24-25 November 2011.

Triyanta, Agus Implementasi Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Islam

(Syariah) (Studi Perbandingan antara Malaysia dan Indonesia), “Jurnal

Hukum No. Edisi Khusus Vol. 16, Oktober 2009.

Utomo, Toni Prasetyo Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan

Nasabah dalam Memilih Jasa Perbankan Syariah (Studi Pada Bank

Syariah Mandiri, Kantor Cabang Malang) Jurnal Ilmiah Malang: Jurusan

Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014.

Wardhani, Anggia Jancynthia Nurizki Kesesuaian Produk Gadai Emas

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(Dsn-Mui) Di Bank Syariah Mandiri Surabaya Jurnal Jestt Vol. 2 No. 12

Surabaya: Universitas Airlangga, Desember 2015.

Yulianti, Rahmani Timorita Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum Kontrak

Syari‟ah Jurnal Ekonomi Islam Vol. Ii, No. 1, Yogyakarta: Pusat Studi

Islam (PSI) UII, Juli 2008.

Yusuf al-Shubaily, Muqaranah Bayna Nizam Al-waqf Wa-al Taa‟min Al-takafuli,

“Internasional Conference On Coorperative Insurance In The Framework Of

Wakf, Kuala lumpur: Universiti Antarbangsa Malaysia, 4-6 Mac 2008.

Website dan Data Lapangan:

Http://fatimaajja.blogspot.com/2012/07/study-komporatif-tentang-

pemanfaatan.html(di akses pada tanggal 29 Maret 2016 pukul 20.00

WIB).

Data Pinjaman dengan Jaminan Emas Dari Periode 2013-2015.

Data Nilai Taksiran Besaran Emas Periode 2015.

Akad Pembiayaan Gadai Syariah Di Pegadaian Syariah Sampang 2015.

Akad Dengan Akad Gadai Emas IB Barokah Bank Jatim Syariah Sampang Tahun

2015.

Page 197: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

GLOSSARIUM

A

- Akad

Sesuatu yang menjadi keinginan seseorang

untuk melaksanakan suatu hal, baik yang

muncul dari suatu pihak seperti wakaf dan

sumpah maupun yang muncul dari dua belah

pihak untuk melakukan atau menyerahkan

sesuatu. Penyerahan sesuatu dalam akad

disebut dengan ijab (menyerahkan) dana

pernyataan qabul (menerima).

- Adil

Suatu keadaan yang seimbang

B

- BI

Bank Indonesia

- Bank

Lemabaga keuangan yang usaha pokonya

memberikan kredit, atau jasa dalam lalu lintas

uang

- Bank Konvensional

Bank yang beroperasi dengan sistem bunga

- Bank Syariah

Merupakan lembaga keuangan syariah yang

beroperasi dengan sistem bagi hasil

- Bunga

Tembahan terhadap uang yang disimpan pada

lembaga keuangan, atau terhadap uang yang

dipinjamkan

D

- DPS

Dewan Pengawas Sayriah

- DSN

Dewan Syariah Nasional

Page 198: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

F

- Fatwa

Kesepakatan para ulama dalam ketetapan

suatu hukum, atau pendapat hukum.

- Fikih

Merupakan salah satu bidang ilmu hukum

dalam syariah Islam yang mengatur kehidupan

manusia

G

- Gadai

Merupakan suatu hak yang diperoleh

seseorang yang berpiutang atas suatu barang

baik bergerak atau tidak, serta pengambilan

barang setelah pelunasan

M

- Marhun

Barang yang dijadikan jaminan termasuk

salah satu rukun yang harus ada dalam

transaksi dengan menggunakan prinsip rahn

- Mudharabah

Kontak kerja sama usaha antara pihak yang

pemilik dana dengan pihak pengelola dana

Q

- Qard

Kontrak utang-piutang dengan ketentuan

pihak yang menerima pinjaman wajib

mengembalikan dana sebesar yang dipinjam

Page 199: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

LAMPIRAN I

PERTANYAAN PENELITIAN MELALUI WAKIL

PEGADAIAN SYARIAH

Tuhu Aji: Direktur Pegadaian Syariah Sampang Madura

1. S. Bagaimana raktik Gadai Emas di Pegadaian Syariah Sampang?

J. Gadai emas merupakan bentuk produk pembiayaan dengan barang

jaminan berbentuk emas yang sangat diminati oleh nasabah karena

proses yang singkat dan cepat serta barang jaminan yang tidak

menyulitkan Nasabah dan pihak Pegadaian

2. S. Bagaimana prosedur Pembiayaan Gadai Emas di Pegadaian Syariah

Sampang?

J. Prosedur pembiayaan gadai emas nasabah harus melengkapi

beberapa persyarata yaitu: (a) syarat semua jenis profisi bisa; (b)

cakap hukum; (c) KTP; (d) barang milik sendiri atau dianggap milik

sendiri; (e) tidak harus buka rekening.

3. S. Apakah setelah semua persyaratan lengkap, nasabah langsung bisa

mendapatkan pembiayaan?

J. Dalam perolehan pembiayaan nasabah tidak serta merta langsung

mendapatkan pembiayaan. Namun, pihak Pegadaian melakukan

pengumpulan data nasabah yang dicek antara lain identitas nasabah,

kelyakan nasabah, dan jaminan emas serta melakukan nilai taksiran

4. S. Bagaimana pihak Pegadaian Syariah Sampang Tanggung Jawab

Pegadaian Terhadap Barang Jaminan?

J. Untuk jaminan emas pihak Pegadaian Syariah Sampang menyimpan

ditempat khusus di Kantor Pegadaian Sampang serta diasuransikan.

Page 200: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

5. S. Bagaimana penerapan akad qard dalam pembiayaan gadai emas di

Pegadaian Syariah?

J. Akad qard di Pegadaian Syariah Sampang tidak dituangkan dalam

kontrak akad secara tertulis. Namun, dijelaskan atau dilakukan

secara lisan antara pihak Pegadaian dan Nasabah.

6. S. Bagaimana penerapan akad Rahn, Ijarah serta Mudharabah di

Pegadaian Syariah sampang?

J. penerapan akad Rahn, Ijarah semuanya secara rinci sudah ada didraf

akad. Namun, untuk akad mudharabah pihak Pegadaian Syariah

belum bisa merealisasikan karena semua barang jaminan baik emas

atau barang lainnya seperti motor, mobil kita tidak melakukan bisnis

atau diputar untuk mendapatkan keuntungan.

7. S. Bagaimana perhitungan nilai taksiran emas untuk perhitungan

besaran pembiayaan yang diperleh nasabah?

J. perhitungan besaran pembiayaan nasabah dengan cara menimbang

berapa gram emas dan kadar karat emas tersebut kemudian pihak

Pegadaian mengacu pada harga pasar. Harga pasar tersebut tiap hari-

hari berubah-rubah serta pihak Pegadaian bisa melihat secara on-

line.

8. S. Jika sudah mendapatkan nilai untuk besaran pinjaman nasabah,

bagaimana untuk perhitungan biaya sewa (ujroh)?

J. untuk perhitungan biaya sewa atau ujroh kita melihat kadar barang

jaminan karena perhitungan ujroh tidak boleh dikaitkan dengan

besaran pinjaman itu termasuk riba, maka rincian perhitungannya:

untuk emas dari harga Rp 50.000,00- Rp 500.000,00 ujrohnya

sebesar 0,45% per/10 hari, emas harga Rp 500.000,00-Rp

20.000.000,00 ujrohnya sebesar 0,71% per/10 hari, untuk emas

Page 201: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

harga Rp >Rp 20.000.000,00 ujrohnya sebesar 0,82% per/10 hari.

Harga tersebut menghitung dari nilai taksiran.

9. S. Selanjutnya berapa untuk biaya administrasi yang harus dibayar oleh

nasabah?

J. untuk perhitungan biaya administrasi kita sudah mempunyai

pedoman dari Pegadaian Syariah Pusat di Surabay, dengan rincian

sebagai berikut: (a) Rp 500.000,00- Rp 1.000.000,00 = Rp

8.000.000,00 (b) Rp Rp 1.000.000,00- Rp 2.500.000,00 = Rp

15.000,00 (c) Rp 2.500.000,00- Rp 5.000.000,00 = 25. 000,00 dan

seterusnya bisa dilihat di dokumen Pegadaian Syariah

10. S. Bagaimana prosedur Pelunasan dan Pengambilan Barang Jaminan

nasabah?

J. untuk pelunasana harus datang ke Kantor Pegadaian Syariah

Sampang ini, dengan membawa KTP dan surat bukti gadai atau struk

yang diperoleh ketika pencairan.

11. S. Apakah pelunasan dan pengambilan barang jaminan tidak boleh

diwakilkan?

J. Untuk proses pelunasan dan pengambilan barang jaminan bisa saja

diwakilkan namun harus ada surat kuasa, surat kuasa tersebut

disediakan oleh pihak Pegadaian Syariah Sampang yang harus

ditandatangani oleh pemberi kuasa dan penerima kuasa dengan

adanya materai.

12. S. Apakah selama beroperasi Pegadaian tidak ada kredit macet?

J. untuk jenis pembiayaan kredit macet itu banyak. Namun, ketika ada

nasabah yang tergolong dengan kredit macet kita memberi

peringatan untuk pertama kali pihak Pegadaian memberi tahukan

dengan SMS, jika belum ada respon pihak Pegadain menelpon baru

Page 202: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

pihak Pegadaian member surat peringatan (SP) 1 jika belum ada

respon dari nasabah sampai tiga kali surat peringatan, jika tetap

belum ada respon pihak Pegadaian mendatangi nasabah. Namun,

ketika semua sudah dilakukan tetapi tidak ada respon baik oleh

nasabah pihak Pegadaian akan melaksanakan pelelangan. Tetapi

lelang itu sangat kita hindari karena akan memberikan nilai negatif

bagi nasabah serta nasabah akan enggan dalam bertransaksi lagi.

13. S. Bagaimana proses pelelangan barang jaminan di Pegadaian Syariah

Sampang ini?

J. untuk pertama kalinya pihak Pegadaian akan melaksanak lelang di

Kantor Pegadaian Syariah Sampang ini dengan menaru emas di

depan loket selama tiga hari, jika belum laku maka pihak Pegadaian

Syariah akan memanggil pelaku pasar emas. Jika ada kelebihan dari

hasil penjualan emas maka pihak Pegadaian akan mengembalikan

pada nasabah dan pengambilan uang kelebihan tersebut berjangka

waktu setahun, namun jika ada kekurangan maka pihak Pegadaian

akan menagihnya karena semua biaya lelang akan dibebankan pada

nasabah.

Page 203: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

LAMPIRAN II

PERTANYAAN PENELITIAN MELALUI WAKIL

BANK JAWA TIMUR SYARIAH SAMPANG MADURA

Amsari : Bagian Pembiayaan Gadai IB Barokah

1. S. Bagaimana raktik Gadai Emas IB Barokah di Bank Jawa Timur

Syariah Sampang?

J. Praktik gadai emas IB Barokah merupakan bentuk produk

pembiayaan pelengkap dengan barang jaminan berbentuk emas yang

sangat diminati, proses yang singkat dan cepat serta barang jaminan

menyulitkandan nasabah cenderung memilih produk ini jika ingin

melakukan pembiayaan di Bank Jatim ini.

2. S. Bagaimana prosedur Pembiayaan Gadai Emas IB Barokah di Bank

Jawa Timur Syariah Sampang?

J. Prosedur pembiayaan gadai emas IB Barokah nasabah harus

melengkapi beberapa persyarata yaitu: (a) nasabah harus telah

menjadi nasabah di Bank Jatim Syariah ini (b) syarat semua jenis

profisi pekerjaan karena pihak Bank melihat pada jaminan; (c) cakap

hukum; (d) KTP; (e) barang milik sendiri atau dianggap milik

sendiri;

3. S. Bagaimana persyaratan untuk pembukaan rekening untuk nasabah

yang ingin melakukan pembiayaan gadai emas IB Barokah?

J. Persyaratan sama saja seperti pada umunya, secara singkat adala:

a. Mengisi formulir pembukaan rekening

b. Menyerahkan fotocopy KTP identitas diri yang masih berlaku

(KTP/SIM/Paspor)

Page 204: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

c. Setoran awal minimal Rp 50.000,00

4. S. Apa langkah selajutnya setelah persyaratan lengkap?

J. setelah semua persyaratan lengkap, maka pihak Bank Jawa Timur

Syariah melakukan pengumpulan data nasabah yang dicek antara

lain identitas nasabah, kelyakan nasabah, dan jaminan emas serta

melakukan nilai taksiran

5. S. Bagaimana pihak Bank Jawa Timur Syariah Sampang Tanggung

Jawab Pegadaian Terhadap Barang Jaminan?

J. Untuk tanggung jawab terhadap barang jaminan emas pihak Bank

Jawa Timur Syariah Sampang menyimpan ditempat khusus di

Kantor Bank Jawa Timur Syariah Sampang serta ikut asuransi untuk

lebih menjamin ketika ada kehilangan atau kerusakan. Namun,

ketika hilang atau rusak maka pihak Bank Jawa Timur Syariah

ampang memberikan ganti sesuai nilai taksiran.

Dwi Ratna S: Bagian Umum dan Pembiayaan

1. S. Bagaimana penerapan akad qard dalam pembiayaan gadai emas IB

Barokah di Bank Jawa Timur Syariah?

J. Akad qard di Bank Jawa Timur Syariah Sampang diterapkan akad

untuk memberikan pinjaman murni terhadap nasabah dituangkan

dalam kontrak akad secara tertulis.

2. S. Bagaimana penerapan akad Rahn, Ijarah serta Mudharabah di Bank

Jawa Timur Syariah sampang?

J. penerapan akad Rahn merupakan akad sebagai kontrak pemberian

jaminan oleh nasabah kepada pihak Bank Jawa Timur Syariah untuk

diambil setelah pelunasan, Ijarah sebagai kontrak perantara Bank

Jawa Timur Syariah untuk mendapatkan kelebihan sebagai sewa

tempat. Namun, untuk akad mudharabah pihak Bank Jawa Timur

Page 205: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Syariah Syariah belum bisa merealisasikan karena semua barang

jaminan baik emas atau barang lainnya seperti motor, mobil kita

tidak melakukan bisnis atau diputar untuk mendapatkan keuntungan.

3. S. Bagaimana perhitungan nilai taksiran emas untuk perhitungan

besaran pembiayaan yang diperleh nasabah?

J. perhitungan besaran pembiayaan nasabah dengan cara menimbang

berapa gram emas dan kadar karat emas tersebut kemudian pihak

Pegadaian mengacu pada harga pasar. Harga pasar tersebut tiap hari-

hari berubah-rubah serta pihak Bank Jawa Timur Syariah

memperoleh informasi dari Bank Jawa Timur Syariah Pusat di

Surabaya.

4. Jika sudah mendapatkan nilai untuk besaran pinjaman nasabah,

bagaimana untuk perhitungan biaya sewa (ujroh)?

J. untuk perhitungan biaya sewa atau ujroh kita melihat kadar barang

jaminan karena perhitungan ujroh 0,4% per/10 hari dari besaran

pembiayaan yang diperoleh nasabah. Secara umum besaran itu

sangat murah dibandingkan dengan lembaga lainnya baik Bank atau

Pegadaian namun dalam perhitungan pihak Bank Jawa Timur

Syariah menyadari belum syar’i.

5. S. Selanjutnya berapa besaran biaya administrasi yang harus dibayar

oleh nasabah?

J. untuk perhitungan biaya administrasi kita sudah mempunyai

pedoman dari Pegadaian Syariah Pusat di Surabay, dengan rincian

sebagai berikut: (a) perhiasan dengan berat 1-25 GR = Rp 10. 000,00

(b) 25-50 GR = Rp 13.500,00 (c) 50-100 GR = 20. 000,00 dan untuk

emas >100 GR = 35.000,00

Page 206: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

6. S. Bagaimana prosedur pembayaran, pelunasan dan Pengambilan

Barang Jaminan nasabah?

J. Untuk prosedur pembayaran pembiayaaan atau utang nasabah bisa

diangsur dengan jangka waktu maksimal 4 bulan dan perpanjangan

sebanyak 2 kali. Sedangkan pelunasana harus datang ke Kantor

Bank Jawa Timur Syariah Sampang dengan membawa KTP dan

surat bukti gadai emas IB Barokah atau struk yang diperoleh ketika

pencairan.

7. S. Apakah pelunasan dan pengambilan barang jaminan tidak boleh

diwakilkan?

J. Untuk proses pelunasan dan pengambilan barang jaminan bisa saja

diwakilkan namun harus ada surat kuasa, surat kuasa tersebut harus

ditandatangani di atas materai oleh pemberi kuasa dan penerima

kuasa serta membawa KTP asli yang member kuasa dan pemberi

kuasa.

8. S. Apa yang dilakukan Bank Jawa Timur Syariah ketika ada kredit

macet?

J. Nasabah dengan kreteria kredit macet itu banyak. Namun, ketika ada

nasabah yang tergolong dengan kredit macet kita memberi

peringatan untuk pertama kali pihak Bank Jawa Timur Syariah

memberi tahukan dengan SMS, jika belum ada respon pihak Bank

Jawa Timur Syariah menelpon baru pihak Bank Jawa Timur Syariah

memberi surat peringatan (SP) 1 jika belum ada respon dari nasabah

sampai tiga kali surat peringatan, jika tetap belum ada respon pihak

Bank Jawa Timur Syariah mendatangi nasabah. Namun, ketika

semua sudah dilakukan tetapi tidak ada respon baik oleh nasabah

pihak Bank Jawa Timur Syariah akan melaksanakan pelelangan.

Tetapi lelang itu sangat kita hindari karena pihak Bank Jawa Timur

Page 207: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

Syariah tidak memiliki wewenang untuk proses lelang harus

dialihkan ke Pegadaian setempat.

9. S. Apakah selama ada kredit macet Bank Jawa Timur Syariah tidak

pernah melakukan lelang?

J. Selama produk gadai emas IB Barokah in belum pernah ada nasabah

yang sampai dilelang, karena pihak Bank Jawa Timur Syariah sangat

menghindari lelang tersebut disamping membuat nasabah menjadi

tidak pada Bank Jawa Timur Syariah hal itu juga merepotkan Bank

Jawa Timur Syariah. Biasanya ketika perpanjang sudah 2 kali maka,

pihak Bank Jawa Timur Syariah melakukan akad baru dengan

persetujuan nasabah dan Alhamdulillah selalu lancer.

Achmad Rahbini: Marketing Lending

1. S. Apa saja yang dicek oleh pihak Bank dalam pembiayaan Gadai

Emas IB Barokah ini?

J. Pembiayaan ini hanya mengecek Identitas Nasabah dan jaminan

emas

2. S. Berapa biaya sewa yang harus dibayar oleh nasabah dalam

pembiayaan gadai IB Barokah ini?

J. besaran sewa yang harus dibayar oleh nasabah 1,2% ditambah

dengan biaya administrasi

Riska: Nasabah Gadai IB Barokah

1. S. Apakah ibu dalam mengajukan pembiayaan Gadai IB Barokah

terlebih dahulu membuka rekening tabungan?

J. saya sebelum memperoleh pembiayaan Gadai IB Baroka, terlebih

dahulu membuka tabungan atau rekening Bank Jawa Timur Syariah,

karena yang bisa mengajukan pembiayaan ini hanya nasabah yang

telah menjadi nasabah.

Page 208: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa saja yang menjadi pertimbangan DSN-MUI dalam menetapkan Fatwa tentang

Gadai Emas?

2. Mengenai multi akad yang difatwakan oleh DSN-MUI, bagaimana pendapat bapak

selaku anggota pembuat fatwa?

3. Bagaimana rincian akad yang seharusnya dipraktikkan oleh lembaga keuangan

syariah?

4. Mengenai penelitian bapak tentang multi akad dalam Tesis dan Disertasinya apa yang

menjadi kesimpulan bapak?

5. Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak dalam menemukan kesimpulan dari

penelitian tersebut?

6. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut apa saja yang menjadi rekomendasi bapak untuk

menjadikan fatwa lebih baik?

7. Apakah menurut bapak para pelaku atau aktor ekonomi syariah mampu untuk

menerapkan multi akad yang dimaksud oleh DSN-MUI?

8. Bagaimana seharusnya pelaku atau aktor ekonomi syariah menempatkan akad ijarah

agar terhindar dari riba?

9. Bagaimana tanggapan bapak mengenai anggapan beberapa masyarakat yang

menyatakan bahwa multi akad yang difatwakan oleh DSN-MUI hanya akan

menjadikan transaksi tabarru’ menjadi tijari?

10. Apa saja tindakan DSN-MUI untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat

tentang keberadaan fatwa?

Ciputat, 20 Mei 2016

Informan Pewawancara

Dr. Hasanudin, M.A Harisah

Page 209: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

JAWABAN HASIL WAWANCARA

DR. HASANUDIN, M.A

1. Pertimbangan DSN-MUI dalam pembuatan fatwa karena ada permintaan

fatwa disebabkan kebutuhan lembaga keuangan syariah untuk penambahan

produk serta untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan kehalalan

suatu produk. Multi akad dalam gadai emas pada dasarnya hanya terdiri dari

dua aka yaitu akad qard dan rahn hal ini menunjukkan sejalan dengan

syariah.

Akad qard disini berfungsi untuk memberikan bentuk pinjaman dari

lembaga kepada nasabah, baru kemudikan akad rahn ada karena pada

dasarnya dalam syariah menahan jaminan untuk antisipasi resiko itu

dibolehkan sehingga dalam penahanan jaminan ini dibutuhkan akad rahn;

2. Multi akad dalam fatwa yang dimaksud adalah adanya satu akad yang tidak

dipisahkan dengan akad lain. Namun, antara akad yang digabungkan tidak

menghasilkan bentuk hukum yang bertabrakan sehingga tidak menyalahi

pendapat dua ulama yaitu pendapat ulama formalitas yang menyatakan akad

tergantung pada lafadz dan mabani sedangkan ulama lain yaitu ulama

substansi yang menyatakan tergantung pada substansi akad;

3. Untuk rincian akad dalam lembaga keuangan syariah mengenai produk gada

syariah hanya ada dua akad yaitu akad qard dan rahn sedangkan akad ijarah

itu tidak ada. Hanya saja akad tersebut disepadankan dengan ujroh atau sewa

tempat sehinggan disebut dengan akad ijarah. Hal ini karena perbedaan

pendapat ulama tentang pihak yang wajib menjaga jaminan.

Pendapat ulama minoritas menyatakan bahwa yang wajib menjaga

jaminan yaitu pember gadai atau lembaga keuangan syariah dalam hal ini.

Selanjutnya pendapat mayoritas sebenarnya yang wajib menjaga barang

jaminan itu rahin (pemilik gadai) maka dengan demikian akan mempersulit

rahin jika harus menjaga jaminan yang ada dilembaga sehingga kesepakatan

mayoritas lembaga nasabah memberikan jaminan untuk disimpan oleh

pemberi gadai sehingga pembayaran ujroh dibutuhkan untuk membayar sewa

Page 210: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

tempat penyimpanan. Meskipun demikian fluktuasi harga baik keuntungan

atau kerugian tetap milik rahin.

4. Dalam penelitian Tesis dan Disertasi sebenarnya hanya mengenai syarat-

syarat dalam multi akad untuk tidak melanggar dari syariah.

5. Pertimbangan dalam kesimpulan tersebut multi akad yang dibenarkan oleh

syariah harus ada beberapa syarat antara lain:

a. Tidak boleh ada dua jual beli dalam satu akad dalam hal ini setidaknya

ada delapan penafsiran; contoh bai’salaf (jual beli dengan utang piutang);

b. Tidak boleh menjadi wasilah (media) untuk melakukan hal haram;

c. Tidak boleh menjadi khilah ribawiyah (rekayasa dengan cara tertentu

untuk membenarkan tindakan ribawi yang dilakukan secara formalitas

tetapi sebenarnya haram menurut syariah) contoh bai’ul inah;

d. Tidak boleh terdiri dari akad-akad yang akibat hukumnya bertentangan

atau hukumnya saling menafikan, contoh sewa beli.

6. Utuk rekomendasi sama halnya dengan syarat-syarat di atas;

7. Para pelaku ekonomi syariah itu mampu dalam melaksanakan multi akad

yang ada dalam fatwa jika para aktor sudah dibekali dengan ilmu-ilmu atau

pengetahuan tentang ekonomi syariah yang mendalam, sehingga dalam

praktik akan benar baik secara substansial tidak hanya formalitas.

8. Dalam penempatan akad ijarah itu sebenarya tidak ada seperti yang sudah

saya jelaskan. Namun sewa itu tidak boleh dikaitkan dengan utang piutang

karena yang dibenarkan sewa itu harus ditentukan sebelum hutang atau akad

ijarah baru akad qard;

9. Masyarakat hanya saja belum memahami apa yang dimaksud dalam fatwa

karena pada dasarnya fatwa hanya pedoman yang belum memberikan rincian

secra khusus namun gambaran akad itu sudah dalam fatwa. Seharusnya akad

ijarah itu sudah ditentukan sebelum utang piutang terjadi dan hal itu sudah

ada dalam fatwa;

10. Dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat DSN-MUI melalui

beberapa cara, antara lain: Web DSN-MUI, Lakorda MUI, Diklat, melalui

DPS, dan Sosialisasi.

Page 211: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

LAMPIRAN IV

PERTANYAAN WAWANCARA

1. Bagaimana pendapat bapak tentang multi akad yang difatwakan oleh DSN-MUI?

2. Mengenai penelitian bapak tentang multi akad dalam Disertasinya apa yang menjadi

kesimpulan bapak?

3. Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak dalam menemukan kesimpulan dari

penelitian tersebut?

4. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut apa saja yang menjadi rekomendasi bapak untuk

menjadikan fatwa lebih baik?

5. Apa yang bisa menjadi lanjutan dari penelitian bapak untuk penelitian selanjutnya

terkait dengan multi akad?

6. Bagaimana rincian akad yang seharusnya dipraktikkan oleh lembaga keuangan

syariah sesuai dengan hasil penelitian bapak?

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai hadits nabi tentang pelarangan gabungan

beberapa akad dalam satu transaksi?

8. Apakah menurut bapak para pelaku atau aktor ekonomi syariah mampu untuk

menerapkan multi akad yang dimaksud oleh DSN-MUI sesuai dengan hasil penelitian

bapak?

9. Selaku dosen atau tenaga pengajar bagaimana bapak memberikan penjelasan tentang

multi akad yang sesuai dengan syariah?

10. Bagaimana tanggapan bapak mengenai anggapan beberapa masyarakat yang

menyatakan bahwa multi akad yang difatwakan oleh DSN-MUI hanya akan

menjadikan transaksi tabarru’ menjadi komersil?

Ciputat, 23 Mei 2016

Informan Pewawancara

Dr. Abdurrauf Harisah

Page 212: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

JAWABAN HASIL WAWANCARA

DR ABDURRAUF

1. Mengenai Fatwa DSN-MUI tentang multi akad tidak secara khusus

menyebutkan tentang multi akad tersebut. Namun, beberapa Fatwa DSN-MUI

dipahami mengandung multi akad. Contoh fatwa tentang produk gadai yang

dijelaskan menggunakan beberapa akad yaitu qard, rahn, dan ijraha dan

Fatwa DSN-MUI tentang kartu kredit syariah dijelaskan menggunakan akad

kafalah, ijarah, dan qard.

2. Hasil disertasi ada beberapa yang menjadi kesimpulan antara lain; dua

lembaga (BNI syariah dan asuransi syariah) tidak semua menggunakan multi

akad baik dari funding, landig, dan produk jasanya. Beberapa produk yang

menggunakan multi akad seperti akad pembiayaan dengan skim murabahah

bil wakalah, kartu kredit hasanah serta dirham card yaitu menggunakan akad

qard, kafalah, dan ijarah di bank BNI Syariah. Selanjutnya mengenai

ksesuaian multi dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI telah sesuai hanya ada

beberapa yang perlu dipertegas agar nasabah memahami untuk menghindari

kesalah pahaman.

3. Mengatakan sesuai karena setelah membaca akta perjanjian itu disampaikan

secara terbuka, sehingga itu keterbukaan dan dijelaskan hak-hak dan

kewajibannya.

4. Rekomendasi mengenai Fatwa DSN-MUI perlu semacam memahami kondisi

faktual yang saat ini, kadang Fatwa DSN-MUI masa lalu tidak sesui dengan

saat ini teknologi lebih cepat maka nasabah perlu pelayananan cepat juga

denga memangkas yang tidak terlalu penting dalam Fawa DSN-MUI selama

tidak mempengaruhi hukum.

5. Harus up to date misalnya bank akad-akad dalam saat ini A,B,C ini perlu up

to date misalnya LC Impor dan ekspor perlu dilakukan penelitian karena ada

beberapa akadnya relevan.

6. Rincian akad yang seharusnya dipraktikkan oleh lembaga keuangan syariah

contoh dari hasil penelitian Bank BNI syariah dalam produk hasanah card

menggunakan tiga akad sekaligusdimana akad qard digunakan untuk akad

pinjaman nasabah terhadap Bank, akad kafalah digunakan sebagai akad yang

menempatkan Bank sebagai pihak yang menananggulangi nasabah dalam

dana yang digunakan sedangkan ijarah sebagai akad untuk pembayaran sewa

nasabah dalam menggunakan jasa Bank.

Dalam Asuransi menggunakan tiga akad sekaligus yang

pelaksanaannya terpisah yaitu akad hibah, kafalah,dan ijarah. Ijarah

merupakan akad pembayaran sewa oleh anggota asuransi untuk lembaga

asuransi karena telah mengelola dana, akad hibah digunakan sebagai akad

untuk pembayaran klim yang dibayarkan perusahaan untuk anggota asuransi

karena lembaga sudah mendapat fee dari akad ijarah, sedangkan akad kafalah

Page 213: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

digunakan sebagai akad atas jasa yang diberikan Asuransi kepada anggota

asuransi. Bahkan menggunakan akad tambahan lagi seperti mdharabah atau

mudharabah musytarakah atas dana hibah yang dikumpulkan dan

diinvestasikan oleh Asuransi.

7. Mengenai hadits merupakan salah satu penyebab munculnya multi akad

karena adanya multi tafsir terhadap hadits yang melarang adanya multi akad

sekaligus dalam satu transaksi sehingga adanya multi tafsir tersebut multi

akad dibenarkan selama terhindar dari hal riba. Contoh pelaragan

penggabungan akad jual beli dengan utang piutang, pada dasarnya konsep

utang piutang tersebut adalah mengasihi sehingga dengan adanya persyaratan

utang piutang dikaitkan dengan jual beli maka konsep tersebut akan hilang.

Sehingga multi akad itu dibolehkan dengan syarat tertentu diantaranya adalah

bukan dalam bentuk persyaratan dan tidak ada niat lain melakukan multi akad

dengan hal riba.

8. Aktor ekonomi syariah mereka mampu karena merupakan pelaksana dan

mengeluarkan produk dengan meggunakan multi akad di dalamnya. Namun,

setiap produk yang dikeluarkan sebelum direalisasikan dan sesudah

diaplikasikan ada Dewan Pengawas Syariah yang memantau, hanya saja

pelaku ekonomi syariah harus mampu memberi pemahaman kepada

masyarakat luas agar tidak ada kesalahpahaman mengenai multi akad.

9. Dalam kegiatan ngajar mengajar selaku dosen itu penting memberikan

pemahaman tentang multi akad seperti halnya faktor-faktor yang

mempengaruhi kenapa multi akad penting diterapkan, diantaranya; pertama

perubahan Fatwa karena kebutuhan produk, kedua faktor kemudahan atau

menghilangkan kesulitan dalam transaksi syariah, ketiga faktor kondisi yang

menuntut adanya multi akad yang harus diterapkan karena dalam transaksi

kontemporer itu melibatkan beberapa pihak sehingga antara pihak pertama,

kedua, ketiga, dan seterusnya membutuhkan akad untuk menghindari adanya

riba.

10. Setiap transaksi pasti ada anggapan atau pendapat yang berbeda-berbeda

dengan demikian semua masyarkat baik lembaga atau nasabah perlu

memahami perkembangan ekonomi islam. Bahkan anggapan atau pendapat

yang berbeda-beda sebenarnya harus berbentuk anggapan yang saling

mendukung, karena setiap kritik itu boleh namun bukan untuk merusak,

menggagalkan atau bahkan menafikan multi akad sehinggan agar semua

tataran saling mendukung maka perlu keterbukaan.

Page 214: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44213/1/HARISAH...repository.uinjkt.ac.idAuthor: HarisahPublish Year: 2016

RIWAYAT HIDUP

Harisah dilahirkan di Desa Karang Penang, Sampang, Jawa

Timur pada tanggal 14 Juni 1992, anak ketiga dari delapan

bersaudara, pasangan Bapak Marsiya dan Abd.Rouf.

Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi ditempuh di

sejumlah tempat yang berbeda. Sekolah Dasar lulus Tahun

2004 di SDN Oloh III Karang Penang, SLTP Tahun 2007 di

SMP Negeri I Karang Penang, SLTA Tahun 2010 di MA

Miftahul Ulum Bettet Pamekasan. Pendidikan tingginya

ditempuh di STAIN Pamekasan sejak tahun 2010 pada

jurusan Syariah dan Ekonomi program studi Perbankan

Syariah, Pendidikan Magister di Universitas Negeri Islam

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2014 pada

fakultas Syariah dan Hukum konsentrasi Hukum Ekonomi

Syariah.