perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id...

106

Click here to load reader

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH SISWA SMK

DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN KRITIS

DI SMK N 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

HUDZAIFAH

K2507020

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ANALISIS PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH SISWA SMK

DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN KRITIS

DI SMK N 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

HUDZAIFAH

K2507020

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan

Teknik dan Kejuruan

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan

membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan

menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Q.S Al Lail ayat 5-7)

Sebaik-baik ciptaan Tuhan adalah ciptaan yang berguna bagi ciptaanNya

yang lain

Maju bukan sebuah cita-cita, tapi sedang dilakukan

Tidak ada yang lebih dicintai oleh para pecinta kebenaran dari pada

kebenaran itu sendiri, dari mana pun datangnya, dari siapa pun berasal, dan

dalam bentuk apapun adanya, bahkan dia bersedia mengabdi kepada

kebenaran itu dengan mengarahkan segenap jiwa raganya. (al-Kindi)

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Teriring syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

“Bapak dan Ibu”

Doamu yang tiada terputus, kerja keras yang tiada henti, pengorbanan

yang tak terbatas dan kasih sayang yang tiada terbatas pula. Semuanya membuatku

bangga memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan setulus dari yang

kalian berikan kepadaku.

“Zulaikah, Habibah, Salamah, dan Erna Widhi Rahayu”

Orang-orang yang selalu memompa semangatku dan mendorong

langkahku dengan perhatian dan semangat

Hanif Syaifudien dan Hasan Musthofa

Dua sahabat terdekat dari bangku SMA hingga meja kuliah,

Fauzi Sukri

Seorang yang memberikan semangat dalam menimba ilmu dari buku-buku

Program Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta

Almamater

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Hudzaifah. ANALISIS PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH SISWA SMK

DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN KRITIS DI SMKN 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah: (1)mengetahui bagaimana pemakaian seragam

sekolah di SMKN 5 Surakarta yang dievaluasi sesuai dengan metode evaluasi CIPP, yaitu

dari Context, Input, Process hingga Product,(2)mengetahui sejauh mana pemahaman

penyeragaman siswa dalam pelaksanaan pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta

ditinjau dari teori pendidikan kritis, (3)mengetahui pemakaian seragam sekolah di SMKN 5

Surakarta pada siswa yang kurang mampu.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan metode CIPP

(Context, Input, Process, Produck). Data dari penelitian ini bersumber dari data kualitatif

yang diperkuat oleh data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari sampel siswa SMKN 5

Surakarta sejumlah 289 siswa melalui kuesioner. Validitas data kuantitatif yang digunakan

adalah validitas internal dan eksternal, sedangkan reabilitas data dalam penelitian ini

merujuk pada rumus alpha yang dikemukakan oleh Saifuddin. Data kualitatif diperoleh

dengan cara wawancara, observasi, dan dengan analisis dokumen. Sampel penelitian ini

diambil dengan teknik purposive sampling yaitu, siswa, WKS-2, Guru Kesiswaan, dan

Guru piket. Selanjutnya kedua jenis data dianalisis dengan metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta dengan

metode evaluasi CIPP dari tiap indikator evaluasi sebagai berikut: (1) Context pemakaian

seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta berdasarkan ketiga indikator sebagai berikut,

(a)pemakaian seragam sekolah bertujuan untuk mendisiplinkan siswa ketika belajar di

SMKN 5 Surakarta, juga sebagai penanggulangan keberagaman siswa yang berasal dari

lingkungan dan kondisi sosial ekonomi yang beragam, (b)pemakaian seragam sekolah di

SMKN 5 Surakarta menciptakan kedisiplinan berpenampilan di sekolah, (c)pemakaian

seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta telah direncanakan oleh pihak kesiswaan, koprasi

dan dibantu oleh beberapa siswa yang dilibatkan. (2)Input pemakaian seragam sekolah di

SMKN 5 Surakarta berdasarkan ketiga indikator sebagai berikut,(a) dasar dari pemakaian

seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta berasal dari rujukan yang sangat jelas, yaitu

bersumber dari Kep.Dikdasmen. N0. 100/C/Kep/1991, (b)kemampuan penanganan pihak

sekolah dalam pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta dijalankan rutin yaitu

dengan adanya jadwal petugas piket pagi kesiswaan yang bertujuan untuk

mendisiplinkan siswa, (c)pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 surakarta

memungkinkan timbulnya proses intimidasi dikarenakan sepatu siswa sudah tidak turut

diseragamkan. (3)Process, pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta, terdapat

ketidakmapanan siswa pada saat kegiatan program, sehingga pihak sekolah (semua aparat

yang terlibat) bekerja secara ekstra yang ditunjukkan dari hasil pengukuran kepada siswa

secara sistematis melalui angket penelitian pada indikator penanganan kemampuan

program yang didominasi oleh kategori sangat tinggi. (4)Product pemakaian seragam

sekolah di SMKN 5 Surakarta berdasarkan data tiga indikator sebagai berikut,

(a)pemakaian seragam sekolah akan terus diterapkan dalam program pendisiplinan

berpenampilan siswa di SMKN 5 Surakarta, (b)pemakaian seragam sekolah di SMK N 5

Surakarta memberikan pengaruh bahwasanya pendidikan yang berlangsung condong

seperti yang di ungkapkan Fraire, yaitu berpola pendidikan gaya bank.

Kata Kunci: Seragam sekolah, pendidikan kritis, CIPP

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT Hudzaifah. SCHOOL UNIFORM USAGE ANALYSIS OF SMK STUDENTS ON

CRITICAL REVIEW OF EDUCATION IN SMKN 5 SURAKARTA

ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education

Faculty. Sebelas Maret University, July: 2012.

The purpose of this research are (1)to know the use of a school uniform in

SMKN 5 Surakarta who evaluated in accordance with the methods evaluation CIPP,

namely from the Context, Input, Process to Product, (2)to know how much understanding

of uniformity in the implementation of the use of students in SMKN 5 Surakarta in terms

of critical educational theory, (3)to know of uniform usage in school SMK N 5 Surakarta

on students who are less able to

This research is an evaluation study using the CIPP (Context, Input, Process,

Produck). The data’s research come from the quantitative data that is reinforced by the

qualitative data. Quantitative data obtained from a sample of students SMKN 5 Surakarta

by the number of 289 students through a questionnaire. The validity of the quantitative

data used are the internal and external validity, where as reliability of the data in this

research refers to the alpha formula proposed by Saifuddin. Qualitative data obtained by

interview, observation, and document analysis. Research sample was taken by purposive

sampling techniques, such as students, vice-principal,teacher. The next two types of data

were analyzed with descriptive analysis.

The result research on the use of a school uniform in SMKN 5 Surakarta with the

methods evaluation CIPP of every indicators evaluation as follows: (1)Context, the use of

school uniforms in SMK 5 Surakarta by three indicators, as follows, (a)the use of school

uniforms aim to discipline students when studying in SMK 5 Surakarta, as well as

students' response to the diversity of environmental and socio-economic conditions of

diverse, (b)the use of school uniforms in SMKN 5 Surakarta create dressed in school

discipline, (c)the use of school uniforms in SMK 5 Surakarta have been planned by the

student, cooperatives and assisted by some of the students involved. (2)Input, the use of

school uniforms in SMK 5 Surakarta by three indicators, as follows, (a)the basis of the use

of school uniforms in SMK 5 Surakarta comes from referrals are very clear, that is sourced

from Kep.Dikdasmen. N0. 100/C/Kep/1991, (b) handling capability of the school in the

use of school uniforms in SMK 5 Surakarta routine is executed with the schedule of

student affairs officer on duty in the morning aiming to discipline the student, (c)the use of

school uniforms in SMKN 5 Surakarta allow the intimidation because students have not

participated shoes uniform. (3)Process, use of uniform on the SMKN 5 Surakarta, students

are unsettled at the time of program activities, so that the school (all officers involved)

extra work is evident from the results of measurements to students systematically through

a questionnaire study on indicators handling capability program which is dominated by the

very high category. (4)Product, the use of school uniforms in Surakarta SMK 5 based on

data from the following three indicators, (a)the use of school uniforms will continue to be

applied in disciplinary program looking students SMKN 5 Surakarta, (b)the influence of

school uniforms in SMK N 5 Surakarta, education that lasts such as Freire says, like bank

style education.

Keywords: implementation a school uniform, critical education, CIPP.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala pujibagi Allah SWT Maha Pengasih lagi Penyayang, yang

memberikan ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PEMAKAIAN SERAGAM

SEKOLAH SISWA SMK DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN KRITIS DI

SMKN 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagaian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan

Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universtas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi

ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk

itu, penulis menyampaiakan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan.

3. Ketua Program Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Suwachid, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Emilly Dardy, M. Kes, selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Basori, S.Pd., M.Pd, selaku Dosen Tertunjuk Pembimbing I sebagi penguji

validitas internal kuesioner CIPP.

7. Kepala SMKN 5 Surakarta, yang telah memberikan kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

8. Drs. Supartin, selaku WKS-2 SMKN 5 Surakarta, yang telah member

bimbingan dan bantuan dalam penelitian ini.

9. Sukidi S.Pd dan Drs. Suharyono, selaku Guru Kesiswaan SKMN 5

Surakarta, yang telah meluangkan waktu ngajar untuk pengambilan data dari

siswa melalui kuesioner.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

10. Danar Susilo Wijayanto, ST.,M.Eng., atas dukungan dan tambahan

semangatnya baik di Facebook ataupun ketika bertemu langsung di kampus

tercinta.

11. Para siswa SMKN 5 Surakarta yang telah bersedia berpartisipasi dalam

pelaksanaan penelitian ini.

12. Teman-teman PTM angkatan 2007, yang telah membersamai dan saling

menyemangati bersama dalam proses penyelesaian skripsi.

13. Teman-teman adik tingkat PTM angkatan dibawah saya, yang telah

memberikan semangat dan dorongan juga rasa bangga bisa cepat lulus

dengan masa studi lebih cepat dari pada saya.

14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 12 Juli 2012

Penulis

Hudzaifah

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ii

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. v

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii

ABSTRAK ............................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6

1. Tinjauan tentang seragam sekolah ............................................. 6

2. Tinjauan pendidikan kritis ...................................................... 13

B. Model Evaluasi CIPP ................................................................... 22

C. Kerangka Berfikir .......................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 31

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 33

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Data dan Sumber Data .................................................................. 35

D. Teknik Sampling (Cuplikan) ......................................................... 35

E. Pengumpulan Data ........................................................................ 36

F. Validitas Data ................................................................................ 39

G. Analisis Data ................................................................................. 42

H. Prosedur Penelitian ....................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian .......................................................... 55

B. Deskripsi Temuan Penelitian ....................................................... 60

C. Pembahasan ................................................................................... 76

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI

A. Simpulan ...................................................................................... 87

B. Implikasi ........................................................................................ 88

C. Saran .............................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90

LAMPIRAN ...................................................................................................... 91

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 2.1. Rangkuman Indikator CIPP dari beberapa ahli ....................... 25

2. Tabel 2.2. Sintesis rangkuman indikator CIPP dari beberapa ahli ........... 26

3. Tabel 2.3. Indikator yang terpilih dalam penelitian ................................ 27

4. Tabel 3.1. Jadwal penelitian ..................................................................... 33

5. Tabel. 3.2. Data peserta didik sekolah menengah kejuruan

(SMK)Negri 5 Surakarta 2011/2012 ........................................................ 35

6. Tabel. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................ 38

7. Tabel. 3.4 hasil reabilitas ujicoba instrument angket penelitian .............. 41

8. Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Komponen ................................................... 44

9. Tabel 3.6 Skor Item Instrumen Tiap Indikator ........................................ 45

10. Tabel 3.7 kriteria tiap indikator dalam penelitian ................................... 49

11. Tabel 4.1 Deskripsi statsitik frekuensi Context indikator

tujuan yang akan dicapai ......................................................................... 61

12. Tabel 4.2 Deskripsi statsitik frekuensi Context indikator

kondisi lingkungan .................................................................................. 63

13. Tabel 4.3 Deskripsi statsitik frekuensi Context

indikator merencanakan keputusan .......................................................... 64

14. Tabel 4.4 Deskripsi statistik frekuensi Input

indikator sumber-sumber yang ada .......................................................... 66

15. Tabel 4.5 Deskripsi statistik frekuensi Input

indikator kemampuan subyek dalam menunjang program ...................... 67

16. Tabel 4.6 Deskripsi statistik frekuensi Input

indikator strategi untuk mencapai tujuan ................................................ 68

17. Tabel 4.7 Deskripsi statistik frekuensi Process

indikator kegiatan program .................................................................... 70

18. Tabel 4.8 Deskripsi statistik frekuensi Process

indikator kemampuan penanganan program ........................................... 71

19. Tabel 4.9 Deskripsi statistik frekuensi Process

indikator pemanfaatan sarana dan prasarana ........................................... 72

20. Tabel 4.10 Deskripsi statistik frekuensi Product

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

indikator ketercapaian hasil yang ditetpkan ........................................... 73

21. Tebel 4.11 Deskripsi statistik frekuensi Product

indikator hal yang dilakukan setelah program berjalan .......................... 74

22. Tabel 4.12 Deskripsi statistik frekuensi Product

indikator pengaruh program .................................................................... 75

23. Tabel 4.13 Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal E.1.1

Berseragam sekolah lengkap ................................................................... 84

24. Tabel 4.14 Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal E.1.2

Berseragam sesuai dengan jadwal seragam sekolah ................................ 85

25. Tabel 4.15 Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal E.1.3

Memakai wear pack saat praktikum ....................................................... 86

26. Tabel 4.16 Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.1

Seorang pelajar itu adalah orang-orang yang berseragam sekolah ......... 88

27. Tabel 4.17 Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.2

Setiap perkataan guru wajib ditaati .......................................................... 89

28. Tabel 4.18 Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.2

Ilmu yang didapat di sekolah sama dengan

ilmu yang diberikan oleh guru .................................................................. 90

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 2.1.Alur kerangka berfikir penelitian dengan model CIPP ........... 30

2. Gambar 3.1 Denah Gedung SMKN 5 Surakarta ......................................... 32

3. Gambar 3.2. Diagram alur penelitian .......................................................... 54

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman wawancara ................................................................................ 94

2. Catatan hasil wawancara .......................................................................... 98

3. Pedoman observasi ................................................................................... 113

4. Dokumentasi hasil penelitian ................................................................... 114

5. Angket penelitian .................................................................................... 118

6. Data Uji Validitas dan reabilitas .............................................................. 121

7. Perhitungan kriteria tiap indikator ........................................................... 129

8. Tabulasi data tiap indikator ...................................................................... 133

9. Analisis frekuensi data penelitian ............................................................ 212

10. Fotocopy buku tata tertib (hal4-5) ............................................................ 230

11. Data peserta didik SMKN 5 Surakarta ..................................................... 231

12. Jadwal piket STP2K ................................................................................. 232

13. Daftar kegatan seminar skripsi ................................................................. 233

14. Surat permohonan ijin skripsi .................................................................. 235

15. Surat ijin penyusunan skripsi ................................................................... 236

16. Surat ijin try out ....................................................................................... 237

17. Surat ijin penelitian dari Diksikpora ........................................................ 239

18. Surat tugas penelitian SMKN 5 Surakarta ............................................... 240

19. Surat keterangan telah melakukan penelitian ........................................... 241

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah sebuah tempat yang memberikan kenangan mendalam

bagi siapa saja yang pernah merasakan sekolah. Berbagai pengalaman yang

menakjubkan sekaligus mengharukan didapatkan penulis ketika di bangku

sekolah. Hampir sebagian orang memiliki pengalaman unik di sekolah. Unik

karena sekolah memang bukan sekadar tempat menumbuhkan pengetahuan tetapi

juga tempat perjumpaan sejumlah orang. Beberapa orang percaya jika sekolah

didirikan untuk mengabadikan sebuah pengalaman yang tidak lekang oleh waktu.

Sekolah identik dengan hal-hal yang menuntut sikap disiplin, salah satu

dari sikap disiplin itu adalah pemakaian seragam sekolah. Seragam sekolah yang

menjadi identitas siswa bersekolah memiliki kenangan yang mendalam bagi

semua orang yang pernah memakainya. Widji Thukul adalah seorang sastrawan

aktif dalam dunia puisi Indonesia juga seorang yang pernah memakai seragam

sekolah mengabadikan kenanganya dalam sebuah karya puisi yang berjudul

Kenangan Anak-Anak Seragam. Baju seragam sekolah menjadi kenangan getir

bagi Wiji Thukul yang berasal dari keluarga miskin. Baju seragam juga belum

selesai menjadi masalah orang tua dan siswa di awal tahun pelajaran 2011/2012,

di tahun ajaran baru tersebut ditemukan berbagai masalah, dan menjadi berita,

obrolan, diskusi, bahkan duka-lara bagi orang tua yang tidak mampu membeli

baju seragam sekolah.

Berita tentang seragam sekolah di awal tahun pelajaran 2011/2012 yang

ditulis oleh Sasongko dalam Solopos (posted, 23 Juni 2011), Sekitar sepuluh

warga mendatangi Kantor DPRD Sukoharjo. Mereka meminta bantuan anggota

DPRD untuk memberikan penjelasan mengenai jenis dan harga yang ditetapkan

untuk seragam sekolah. Di lokasi lain Sasongko menuliskan dalam Solopos

(posted, 25 Juli 2011), DPRD dan LSM di Karanganyar ramai-ramai membantah

dugaan adanya aliran dana dari potongan uang seragam untuk menutup kasus

pengadaan seragam. Indrawati menuliskan dalam Solopos (posted, 14 Juli 2011),

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Komisi IV DPRD Karanganyar menilai sejumlah sekolah di Karanganyar tidak

transparan dalam pengadaan seragam bagi sejumlah peserta didik baru. Mereka

bahkan menantang para pengelola sekolah untuk terang-terangan mengungkapkan

apa yang sebenarnya terjadi.

Penyeragaman siswa melalui pemakaian seragam sekolah ini

berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, No.052/C/Kep/D/82. Sekolah secara

resmi berhak memakaiakan seragam sekolah terhadap siswanya dengan berbagai

alasan bahwa seragam sekolah merupakan sebuah alat untuk membuat kerapian,

kedisiplinan dan keteraturan siswa dalam melaksanakan pendidikan. Seragam

sekolah juga sebagai peniada kelas ekonomi dari masing-masing siswa yang

heterogen.

Sebagian orang mengatakan bahwa seragam sekolah adalah sebentuk

sikap disiplin, tetapi disiplin ini lebih bersifat militeristik, birokratis, dan

formalistik yang sering ditentang oleh siswa sendiri. Baju seragam hanya berhasil

mendisiplinkan siswa dalam berpakaian di dalam kelas atau di dalam sekolah,

akibatnya banyak siswa yang tidak memiliki disiplin belajar dan etos pembelajar.

Mereka hanya merasa perlu belajar saat memakai seragam, atau saat menjelang

ujian.

Pemakaian seragam sekolah hingga saat ini adalah sebuah kewajiban

bagi setiap siswa yang belajar di sekolah. Penelitian yang sudah ada tentang

seragam sekolah yang penulis dapati adalah penelitian yang dilakukan Elisabetta

Gentile dan Scott A. Imberman dari Universitas Houston, mereka meneliti

seragam sekolah sebagai metode untuk mencapai sukses yang berhubungan

dengan perbaikan perilaku, kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di Southwest,

Washington, D.C. Amerika Serikat yang memberlakukan peraturan berseragam,

menunjukkan perbaikan pada skor ujian bahasa dan peningkatan tingkat

kehadiran antara 0,2 dan 0,4 persen poin. Penelitian terhadap pemakaian seragam

sekolah belum banyak dilakukan di Indonesia baik dampak dan gejala apa saja

jika pemakaian seragam itu diterapkan kepada siswa di sekolah. Peneliti

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

mengambil salah satu sekolah yaitu SMKN 5 Surakarta dengan

mempertimbangkan bahwa SMKN 5 Surakarta sebagai sekolah formal, memiliki

tanggung jawab yang sama dengan sekolah-sekolah lain dalam rangka turut serta

mencerdaskan anak bangsa. SMKN 5 Surakarta adalah sekolah yang

mengedepankan kedisiplinan dan etos pembelajar yang tinggi, terbukti

berdasarkan dari prestasi-prestasi yang pernah diraihnya. Salah satu dari prestasi

tersebut adalah pada ekstra PASILIMKA (Pasukan Inti SMKNegeri 5 Surakarta)

minggu 08/01/2012 yang berhasil memboyong trhopi dan uang pembinaan saat

mengikuti Lomba Baris Berbaris (LBB) tingkat Se-jateng DIY di Universitas

Widya Dharma Klaten yang diadakan Ramaka V , sebagai Juara Umum 2 LBB

Ramaka V, dan Juara Umum 1 Kriteria Danton Terbaik. Latar belakang tersebut

di atas telah menjadikan penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan mengadakan

penelitian dengan judul "ANALISIS PEMAKAIAN SERAGAM SEKOLAH

SISWA SMK DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN KRITIS DI SMKN 5

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah, mengajukan beberapa pertanyaan yang berusaha

penulis jawab melalui penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain :

1. Bagaimanakah pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta yang

dievaluasi sesuai dengan metode evaluasi CIPP, yaitu dari Context, Input,

Process hingga Product?

2. Sejauh mana penyeragaman siswa dalam pelaksanaan pemakaian seragam

sekolah di SMKN 5 Surakarta ditinjau dari teori pendidikan kritis?

3. Bagaimanakah pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta pada

siswa yang kurang mampu?

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain untuk:

1. Mengetahui bagaimana pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta

yang dievaluasi sesuai dengan metode evaluasi CIPP, yaitu dari Context,

Input, Process hingga Product.

2. Mengetahui sejauh mana penyeragaman siswa dalam pemakaian seragam

sekolah di SMKN 5 Surakarta ditinjau dari teori pendidikan kritis.

3. Mengetahui pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta pada siswa

yang kurang mampu?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis terkait dengan kontribusi tertentu dari

penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu

pengetahuan serta dunia akademis. Penelitian ini diharapkan memberi

manfaat teoritis sebagai berikut :

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pendidikan, khususnya

tentang pendidikan kritis dalam kaitanya dengan pemakaian seragam

sekolah siswa SMK.

b. Bahan informasi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang

pemakaian seragam sekolah siswa SMK.

c. Bahan perbandingan untuk penelitian yang relevan.

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar teoritis untuk

pengembangan penelitian lebih lanjut yang sejenis.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis yang

diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian, baik

individu, kelompok, maupun organisasi. Penelitian ini diharapkan memberi

manfaat praktis sebagai berikut :

a. Masukan dan bahan pertimbangan khususnya dalam pemakaian

seragam sekolah pada SMKN 5 Surakarta.

b. Bahan pertimbangan bagi guru agar mencapai tujuan proses belajar

mengajar dalam tinjauan pendidikan kritis.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap

pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk konsep-konsep,

hukum-hukum, dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan yang

dikemukakan. Kajian ini diperlukan untuk melihat kemungkinan adanya unsur-

unsur yang dapat mendukung penelitian yang sedang dilakukan, dengan mengkaji

teori yang relevan dengan masalah yang dirumuskan merupakan langkah awal

untuk mencari jawaban atas masalah itu. Sesuatu hal yang terpenting adalah teori

yang digunakan untuk memecahkan masalah, dikutip dari sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan. Penelitian ini memiliki aspek landasan teori yang

diuraikan meliputi : A. Tinjauan Pustaka yang memuat; l. Tinjauan Seragam

Sekolah, 2. Tinjauan Pendidikan Kritis, 3. Model Evaluasi CIPP. B. Kerangka

Berfikir.

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Seragam Sekolah

a. Pengertian Seragam Sekolah

Seragam dalam kamus bahasa indonesia berarti sama, sesuai, sepakat,

sebau, (pakaian dsb) yang sama potongan dan warnanya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2008:1010). Sedangkan definisi sekolah, Topatimasang(1998)

menyatakan:

Sekolah dalam bahasa aslinya, yakni skhole, scola, scolae atau scola

(Latin), keempat kata ini secara harafiah berarti waktu luang atau waktu

senggang atau waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar.

Orang Yunani tempo dulu biasanya mengisi waktu luang mereka dengan

mengunjungi suatu tempat atau tempat orang pandai tertentu untuk

mempertanyakan dan mempelajari hal-ikhwal yang mereka rasakan

memang perlu dan dibutuhkan untuk mereka ketahui (hlm.5).

Seragam sekolah berdasarkan arti dari kedua kata dasar yang telah

dipaparkan di atas berarti pakaian yang sama potongan dan warnanya yang

digunakan untuk melakukan kegiatan sekolah. Dhakidae(2003) menyatakan,

6

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

“untuk keperluan Ketahanan Sekolah diciptakan pakaian seragam, sebagai

pakaian digunakan untuk saat belajar di sekolah, yang disaturagamkan, yang

diatur bentuk/model, warna, tambahan atribut dan cara penggunaanya

(hlm.582)”.

b. Sejarah Pemakaian Seragam Sekolah di Indonesia

Peraturan pertama yang mengatur tentang pemakaian seragam sekolah

di Indonesia adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, No.052/C/Kep/D/82:

Bahwa pembinaan dan pengembangan kesiswaan sangat perlu untuk

menciptakan suasana dan tata cara kehidupan sekolah yang baik dan sehat,

sehingga akan menjamin terselenggaranya proses belajar mengajar dalam

rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya. … bahwa menciptakan

suasana dan tata kehidupan sekolah yang baik merupakan modal dasar dari

usaha meningkatkan ketahanan sekolah dalam rangka mewujudkan sekolah

sebagai pusat kebudayaan. … bahwa usaha meningkatkan ketahanan

sekolah dapat dicapai bila para siswa memiliki rasa bangga yang wajar dan

tidak berlebihan-lebihan terhadap sekolahnya … bahwa agar usaha tersebut

di atas dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka perlu adanya pakaian

seragam sekolah Bagi Siswa Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Tingkat Atas Dalam

Lingkungan Pembinaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan

Menengah (Dakidae, 2003:581).

Seragam sekolah yang ada hingga sekarang, memiliki sejarah yang

sangat berarti bagi beberapa golongan tertentu di Indonesia. Firdaus(2009)

menyatakan bahwa:

Secara historis, peraturan yang pertama kali mengatur seragam sekolah

secara nasional adalah Surat Keputusan (SK) 052/C/Kep/D/82. SK yang

dikeluarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 17 Maret 1982

ini (khusus berlaku untuk sekolah negeri) mengharuskan siswa SD

(Sekolah Dasar) memakai pakaian putih-merah, siswa SMP(Sekolah

Menengah Pertama) memakai putih-biru, dan siswa SMA(Sekolah

Menengah Atas) memakai putih-abu-abu. Peraturan ini tidak

mengakomodasi pemakaian busana muslimah bagi para siswa, terutama

dalam kaitannya dengan jilbab.

Penelitian yang dilakukan Alatas(2003) tentang kasus jilbab di

sekolah-sekolah negeri di Indonesia tahun 1982-1991, busana muslimah yang

umumnya terdiri atas jilbab, kemeja lengan panjang, dan rok panjang, tidak

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

diperbolehkan dipakai sebagai seragam sekolah. Persoalan tersebut sempat

memunculkan masalah terkait dengan pelarangan pemakaian jilbab di beberapa

SMA di Indonesia.

Firdaus(2009) menanggapi tentang permasalahan jilbab tahun 1982-

1991 sebagai berikut:

Masalah pelarangan pemakaian jilbab sudah muncul beberapa tahun

sebelum SK 052/C/Kep/D/82 disahkan. Pada 1979, pengelola Sekolah

Pendidikan Guru Negeri Bandung bermaksud memisahkan sejumlah siswi

yang memakai jilbab dengan siswa-siswi lainnya. Tindakan diskriminatif

ini jelas ditolak oleh para siswi sehingga sempat terjadi ketegangan antara

pihak sekolah dengan mereka. Masalah ini baru selesai tatkala Ketua

Majelis Ulama Jawa Barat, EZ Muttaqien, ikut campur dalam soal ini.

Setelah kasus di Bandung pada 1979, bermunculan sejumlah kejadian lain

terkait pemakaian jilbab di sekolah. Pengesahan peraturan pada 1982

tentang seragam sekolah yang tidak mengakomodasi jilbab dan busana

muslimah, membuat kasus-kasus pelarangan pemakaian jilbab meningkat.

Dalam catatan Alwi Alatas, ada sekira 35 SMA di berbagai kota di

Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Jember, dan Solo yang

terlibat kasus semacam itu. Selain karena peraturan pemerintah yang tidak

akomodatif, pelarangan itu juga terjadi akibat adanya kecurigaan bahwa

siswi-siswi yang memakai jilbab merupakan anggota gerakan Islam

fundamentalis. Pada 1980-an, gerakan Islam memang sedang mendapat

sorotan, sekaligus represi dari pemerintah, sehingga kecurigaan terhadap

ekspresi-ekspresi keislaman di ruang publik menjadi begitu besar.

Selama bertahun-tahun, larangan memakai jilbab terus terjadi, sejumlah

kasus besar dan kecil muncul, diselingi protes dan pelbagai kontroversi.

Masalah pelarangan itu baru selesai pada 1991 tatkala pemerintah

mengesahkan peraturan baru tentang seragam sekolah yang

mengakomodasi pakaian muslimah, yakni SK 100/C/Kep/D/1991.

Firdaus (2009), menyatakan lebih lanjut bahwa, “Heboh pemakaian

jilbab di sekolah-sekolah Indonesia pada 1979 - 1991 menunjukkan, siswa

ternyata tidak dapat diatur secara semena-mena oleh pemerintah sebagai

pengelola pendidikan”. Siswa yang memakai jilbab ke sekolah memiliki tata

nilai tersendiri yang tidak dapat disamakan dengan murid-murid lainnya. Tata

nilai tertentu inilah yang hendak disampaikan melalui pemakaian jilbab.

Bentuk visual jilbab atau busana muslimah yang mereka pakai merupakan

pernyataan yang jelas tentang identitas mereka. Jilbab saat ini sudah tidak

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

menjadi masalah bagi sekolah-sekolah atau bagi siswa yang memang ingin

mengenakannya, bahkan yang terjadi adalah jilbabisasi.

c. Seragam Sekolah sebagai Identitas

Ibrahim(2007:241) menyatakan bahwa, “Fashion, pakaian, busana

sudah menjadi bagian penting dari gaya trend, penampilan keseharian kita,

sebagai fenomena budaya dan komunikasi, fashion sesungguhnya dapat

berucap banyak tentang identitas pemakainya”, dalam bahasa Indonesia

fashion diartikan sebagai cara, kebiasaan, basa-basi, mode, pakaian. Pakaian

yang akan dikaji dalam peneletian ini adalah seragam sekolah. Seragam

sekolah merupakan pakaian yang dipakai sebagai penampilan seorang siswa di

sekolah sehari-hari, dalam fenomena budaya dan komunikasi pemakaian

seragam sekolah juga berucap banyak tentang identitas pemakainya.

Ibrahim(2007:243) menyatakan bahwa, “Pakaian yang kita pakai

dapat menampilkan berbagai fungsi, sebagai bentuk komunikasi, pakaian dapat

menyampaikan artifaktual yang bersifat non-verbal. Pakaian dapat melindungi

pemakainya dari cuaca buruk, atau dalam olahraga tertentu dari kemungkinan

cedera”. Wear pack merupakan salah satu dari jenis seragam sekolah

dikenakan siswa SMK di laboratorium atau bengkel, memiliki fungsi dapat

melindungi pemakainya dari kecelakaan kerja dan cedera.

Pakaian juga dapat membantu pemakainya dalam menyembunyikan

bagian-bagian tertentu dari tubuh pemakainya dan karenanya pakaian memiliki

fungsi kesopanan. Desmond Morris, dalam Manwatching: A Field Guide to

Human Behavior(1997), dalam Ibrahim(2007:243), “Pakaian juga

menampilkan peran sebagai pajangan budaya (cultural display) karena ia

mengafiliasikan budaya kita”, tidak terlalu sulit untuk mengenali negara atau

daerah asal-usul seseorang dari pakaian yang mereka kenakan.

Ibrahim(2007:243) menyatakan, “Pakaian dapat menunjukkan identitas

nasional dan kultural si pemakainya”, hal ini serupa dengan seragam sekolah

yang dipakai oleh pelajar dari taman kanak-kanan, sekolah dasar hingga

sekolah lanjutan tingkat atas ataupun sekolah menengah kejuruan. Seragam

sekolah menunjukkan identitas dan jenjang pendidikan pemakainya, dari

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

seragam sekolah dapat langsung diidentifikasi seorang pemakai seragam

sekolah terhadap jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya, begitu pula

dengan tempat sekolah seorang pelajar dapat diketahui hanya dari seragam

sekolahnya.

Persepsi seorang terhadap penampilan orang lain adalah benar

menurut orang tersebut, persepsi tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang

terhadap orang lain. “Orang membuat kesimpulan tentang siapa Anda,

sebagian juga melalui apa yang anda pakai, apakah kesimpulan tersebut

terbukti akurat atau tidak, tak ayal akan mempengaruhi pikiran orang tentang

anda dan bagaimana mereka bersikap pada anda” (Ibrahim,2007:243).

d. Seragam Sekolah sebagai Langkah Penyeragaman

Soedjatmoko(1989) dalam Ibrahim(2009:271) menyatakan bahwa,

“Konformitas merupakan bahaya terbesar untuk perkembangan kreativitas”.

Partanto dan Dahlan(1994:358) menyatakan bahwa, “Konformitas berarti

kesesuaian, kecocokan, keselarasan, penyesuaian”, dalam hal ini tindakan

penyeragaman merupakan bahaya terbesar dalam perkembangan kreativitas.

Kegiatan penyeragaman adalah kegiatan membuat kesamaan, kesesuaian untuk

mencapai kata sepakat.

Penyeragaman melalui pemakaian seragam sekolah terhadap siswa

bersifat wajib dilaksanakan dan ditaati, hal ini berdasarkan Surat Keputusan

Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, No.052/C/Kep/D/82, seperti yang telah diutarakan di atas.

Sekolah secara resmi berhak memakaiakan pakaian seragam sekolah terhadap

siswanya. Penjelasan tentang seragam sekolah dijelaskan dalam Keputusan

Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, No.052/C/Kep/D 82, Bab II sebagai berikut:

(1)Pakaian Seragam Sekolah bila dikenakan sebaik-baiknya akan

meninggikan citra siswa pada umumnya dan nama sekolah masing-masing

pada khususnya, untuk mencapai itu maka perlakuan terhadap seragam

sekolah hendaknya: a) bersih, lebih baik lagi jika disetrika; b) rapih,

baju/blus dimasukkan celana/rok, kancing-kancing digunakan, memakai

ikat pinggang, tidak menambah atribut selain yang ditentukan; c) tidak

lusuh warnanya; d) tidak membiarkan yang robek dan lepas jahitanya,

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

supaya ditisik dan dijahit kembali; e) digunakan lengkap (sedapat

mungkin) sesuai yang ditentukan; f) digunakan sesuai fungsinya, untuk

upacara berbeda dengan untuk tidak upacara (harian). (2) Pakaian Seragam

Sekolah yang dikenakan seenaknya sendiri akan menurunkan citra siswa

dan merusak nama sekolahnya, yaitu jika pakaian seragam tersebut: kotor,

kumal, lusuh, robek/lepas jahitanya, baju dikenakan di luar celana, kemeja

terbuka terlihat dada, atribut lain terpasang di sana-sini, sepatu tidak

mengenal semir atau dicuci dan sebagainya. (dalam Dhakidae, 2003:582-

583)

Pemakaian seragam sekolah kepada siswa di sekolah bertujuan untuk

membuat siswa mudah diarahkan, diatur, dan agar siswa berdisiplin diri.

Dhakidae (2003:583) manyatakan bahwa, “Penghormatan pantas diberikan

kepada pakaian seragam karena pakaian itu adalah metoda bagaimana

memperlakukan tubuh dan dengan demikian tubuh anak-anak itu menjadi

tubuh yang lunak, decile, dapat diperintah, governable body”.

Pakaian seragam tidak berarti hanya pakaian sebagai identitas,

melainkan bentuk pendisiplinan. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar

dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, No.052/C/Kep/D 82,

Bab III manyatakan sebagai berikut:

Berpakaian Seragam Sekolah memerlukan tertib dan disiplin, yaitu sikap

menaati peraturan secara berpakaian dan mematuhi ketentuan yang telah

disepakatkan. Sikap mental untuk taat dan patuh terhadap peraturan serta

tata tertib akan menumbuhkan kesadaran hukum dan disiplin diri, disiplin

yang tumbuh dari dalam, tanpa paksaan dan tekanan orang lain. Disiplin

diri untuk membentuk disiplin kelompok, yang pada akhirnya memperkuat

disiplin nasional (Dhakidae 2003:583).

Proses penyeragaman dalam dunia pendidikan masih terus terjadi,

tidak hanya di tingkat fisik, seperti pakaian atau buku ajar, tapi juga tidak

jarang dalam berpendapat. Siswa dituntut berpendapat yang serba sama untuk

segala hal. “Penyeragaman yang semula hanya untuk kebutuhan fisik(pakaian)

bahkan akhirnya dapat berubah menjadi penyeragaman pengetahuan/pikiran”

(Ibrahim,2007:276), tidak ada pertanyaan, tidak ada masalah, yang ada

hanyalah menerima penyeragaman pengetahuan, sehingga minim kreasi.

Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan dalam dunia pendidikan, dimana

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kondisi yang berkemungkinan ilmu pengetahuan mengalami perlambatan

dalam perkembanganya.

e. Seragam dan Intimidasi

Partanto & Dahlan(1994:286) menyatakan bahwa intimidasi adalah

Penggertakan, gertakan, atau ajaran dengan ancaman. Parsons(2009:60)

menyatakan bahwa “Intimidasi berarti menyakiti seseorang dengan cara-cara

tertentu. Intimidasi dapat dilakukan oleh satu orang atau atau lebih. Intimidasi

juga berarti sesorang atau orang-orang yang sama melakukan perbuatan

menyakiti tersebut lebih dari satu kali”. Perilaku intimidasi menurut

Parsons(2009:24) adalah, “Sesuatu yang endemik, dimulai ditahun pertama

sekolah dan mengganas sepanjang karier akademik seorang siswa”. Seorang

siswa memulai belajarnya di sekolah pada tahun pertama, baik tingkat TK

hingga SMA/SMK wajib mengenakan seragam sekolah, kaitanya dengan

perilaku intimidasi, seragam sekolah memiliki urun andil terhadap proses

intimidasi, lebih jelasnya Parsons(2009:25) menjelaskan tiga jenis perilaku

intimidasi sebagai berikut:

Intimidasi verbal atau tertulis : mengata-ngatai seperti menggunakan

ejekan yang bermuatan rasis, seksis, atau homofobik; ledekan terhadap

penampilan fisik, kemampuan atau status sosial ekonomi; telepon yang

berisi ancaman dan menakut-nakuti; nota, e-mail, dan sms yang

menyakitkan. Intimidasi fisik: memukul, menendang, menginjak,

menyerang; melemparkan benda-benda, melakukan sentuhan seksual yang

tidak diinginkan; mencuri atau merusak benda-benda atau milik pribadi;

mengancam dengan senjata; mengancam melakukakan kekerasan,

melakukan paksaan. Intimidasi sosial : merangkai rumor dan gossip;

mengucilkan, mempermalukan, atau mencemooh seseorang; secara publik

menceritakan informasi-informasi pribadi seseorang, termasuk

menanyangkan gambar atau tulisan pada web site; mengunakan

pertemanan atau status untuk melakukan paksaan atau manipulasi perilaku.

Proses intimidasi merupakan proses yang bertahap, dimulai dari

intimidasi verbal atau tertulis, kemudian intimidasi fisik, dan yang terakhir

adalah intimidasi sosial. Intimidasi dalam seragam sekolah terjadi ketika

seorang siswa tidak dapat memakai seragam sekolah, kemudian ejekan dan

gunjingan mengarah kepada siswa yang tidak memakai seragam sekolah.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Ejekan dan gunjingan tidak hanya berasal dari sesama siswa, melainkan juga

dari guru dan kepala sekolah, selanjutnya adalah adanya sanksi kepada siswa

yang tidak mengenakan seragam sekolah, jika masih tidak puas dengan

menghukum secara fisik, bisa jadi siswa yang tidak memakai seragam sekolah

masih dicemooh dan dikucilkan di dalam kelas.

2. Tinjauan Pendidikan Kritis

a. Definisi pendidikan kritis

Pendidikan kritis menurut Nuryanto (2011);

Pendidikan kritis (critical pedagogy) adalah mazhab pendidikan yang

meyakini adanya muatan politik dalam semua aktifitas pendidikan. Aliran

ini dalam diskursus pendidikan disebut juga “aliran kiri” karena orientasi

politiknya yang berlawanan dengan mazhab liberal dan konservatif, dalam

konteks akademik, mazhab ini disebut dengan “The New Sociology Of

Education” Atau “Critical Theory Of Education.(hlm. 1)”

Henry Giroux (1993) dalam Nuryanto(2011:1) menyebut mazhab ini

adalah pendidikan radikal (radical education), sedangkan Allman (1998)

dalam Nuryanto(2011:1) menyebutnya dengan pendidikan revolusioner

(revolusionery pedagogy). Mazhab Kritis tidak merepresentasikan satu

gagasan yang tunggal dan homogen, namun para pendukung mazhab ini

disatukan dalam satu tujuan yang sama, yaitu memberdayakan kaum tertindas

dan mentransformasi ketidakadilan sosial yang terjadi di masyarakat melalui

media pendidikan (McLaren,1998) dalam Nuryanto(2011:2).

Berbagai sudut pandang para pakar di atas tentang pendidikan kritis

dapat dikatakan bahwa pendidikan kritis adalah sebuah sarana yang

menjembatani pengetahuan seseorang dengan realitas lingkungan di sekitarnya

agar dapat membuat keadaan di masa depan lebih baik dari sekarang. Realitas

lingkungan yang ada adalah kesemua yang berhubungan dengan proses

berlangsungnya pendidikan, dalam hal ini adalah proses berlangsungnya

pembelajaran yang terjadi di sekolah ataupun di luar sekolah.

Nuryanto(2011:2) menyatakan bahwa, “Visi pendidikan kritis

dilandaskan pada suatu pemahaman bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dari konteks sosial, kultural, ekonomi dan politik yang lebih luas”, secara jelas

menunjukan bahwa di dalam institusi pendidikan tidaklah bersifat netral,

independen, dan bebas dari kepentingan-kepentingan, melainkan juga menjadi

bagian dari isntitusi sosial lain yang menjadi ajang pertarungan kepentingan.

Berbagai kepentingan di dalam pendidikan akan membentuk wajah institusi

pendidikan dan mempengaruhi subyektifitas siswa. Subyektifitas manusia

tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial yang lebih luas. Secara garis besar

Nuryanto(2011) menyatakan bahwa:

Subyektifitas manusia dipengaruhi oleh apa yang dibaca dan dipelajari,

lingkungan belajar di sekolah, lingkungan sosial tempat berinteraksi,

lingkungan keluarga sistem politik yang mengatur kehidupan publik, media

masa dan televisi, dan entitas-entitas lain yang membentuk dan

mempengaruhi kesadaran individu (hlm. 2).

Kesadaran kritis siswa perlu dibangun agar mereka mampu

memandang secara sebab akibat kepentingan ideologis yang menyelimuti

realitas mereka. Terdegradasinya sikap kritis manusia disebabkan oleh

berlangsungnya intimidasi atau penindasan, eksploitasi dan dominasi, sehingga

kesadaran kritis adalah kata kunci yang sangat penting dalam pendidikan kritis.

Kincholoe(2005), pendidikan kritis berbasis kepada keadilan dan

kesetaraan. Pendidikan tidak berkutat pada pertanyaan seputar sekolah,

kurikulum, dan kebijakan pendidikan, tetapi juga tentang keadilan sosial dan

kesetaraan (Nuryanto, 2011:3). Visi sosial dan pendidikan yang berbasis pada

keadilan dan kesetaraan tidak hanya tertuang di dalam tulisan dan kata, tetapi

juga termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari (Nuryanto,2011:3),

sehingga kejelasan dan kekonsistenan yang direncanakan secara teori harus

sesuai dengan praktek di lapangan.

Sekolah seringkali menampakkan wajah yang ambigu, kontradiktif,

dan paradoks. Sekolah dalam sudut pandang lain dilandaskan pada satu visi

untuk membangun masyarakat yang demokratis, namun kadang pada

prakteknya bertindak otoriter dan anti-demokrasi dengan tidak memberikan

ruang bagi tumbuhnya subyek yang kritis, toleransi dan multi-kulturalisme.

Taylor(1983) menyatakan :

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Untuk mendukung peningkatan kesadaran kritis, ada tiga tahapan dalam

pendidikan kritis yang selalu diajarkan di kelas. Tahap pertama adalah

naming, yaitu tahap menanyakan sesuatu, dalam tahap ini merupakan

latihan untuk menanyakan sesuatu baik yang berkaitan dengan teks, realita

sosial ataupun sturktur ekonomi politik. Tahap kedua adalah reflecting,

yaitu dengan mewujudkan pertanyaan mendasar untuk mencari akar

persoalan, dalam tahapan ini dimaksudkan agar siswa untuk berfikir kritis

dan reflektif. Pada tahap ketiga, adalah acting, yaitu proses pencarian

alternatif untuk memecahkan persoalan. Tahapan ini merupakan tahapan

praksis, refleksi dan aksi merupakan dua sisi dari satu koin yang sama

dalam pendidikan kritis. Tiga tahap ini merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan (Nuryanto,2011;10).

Nuryanto(2011) filsafat pendidikan kritis didasarkan pada beberapa

asumsi berikut ini :

… (a) manusia diyakini memiliki kapasitas untuk berkembang dan berubah

karena memiliki potensi untuk belajar, dibekali dengan kapasitas berfikir

dan self-reflection; (b) manusia, sebagai mahluk yang tidak sempurna,

mampunyai panggilan ontologism, dan historis untuk menjadi manusia

yang lebih sempurna; (c) manusia, dalam bahasa Colin Lankshear(1993)

adalah “mahluk praksis yang hidup secara otentik hanya ketika terlibat

dalam transformasi dunia”… (hlm.10).

Nuryato merangkumkan pandangan yang berakar dari filsafat ke

dalam tiga asumsi dasar tersebut. Ketiga asumsi tersebut sangat dibutuhkan

dalam pelaksanaan pendidikan kritis.

b. Teori pendidikan kritis

Lather(1986) menyatakan, “Sumber yang dijadikan rujukan sebagai

basis teori dan metodologi Pendidikan kritis ada tiga: teori kritis Frankfurt,

Antonio Gramsci, dan Paulo Fraire” (Nuryanto,2011:11). Ketiga sumber

tersebut sangat popular bagi mereka yang memiliki perhatian teori imu sosial

dan teori sosial kritis.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1. Pokok pikiran Antonio Gramsci (hegemoni dan pendidikan)

Livingstone (1976:235) menyatakan bahwa, “Hegemoni dalam

pengertian Gramsci adalah a social condition in which all aspects of social

reality are dominated by or supportive of a single

class”(Nuryanto,2011:33). “Single class” disini diartikan secara tepat

untuk sekarang adalah “dominant group”(kelompok dominan) sebagai

penggambaran kompleksitas kekuasaan yang bermain.

Nuryanto (2011) menyatakan bahwa;

Konsep hegemoni bisa digunakan sebagai alat analisis untuk

memahami mengapa kelompok-kelompok subordinat secara

sukarela mau berasimilasi ke dalam pandangan dunia kelompok

dominan, yang pada giliranya membuat kelompok ini menjadi

mudah untuk terus melanggengkan dominasi dan kekuasaan

mereka. Gramsci berpendapat situasi seperti ini memungkinkan

karena kelompok dominan menerapkan apa yang dia sebut sebagai

hegemoni yaitu rule by consent and by virtue of moral and

intellectual authority. Dengan demikian, untuk mempertahankan

posisi kelompok dominan selalu berupaya untuk mengamankan

persetujuan spontan kelompok marginal dengan cara

menegosiasikan penciptaan konsesus politik dan ideologi (Dominic

Strinati:1995) (hlm.33).

Penelitian ini, menyinggung hegemoni pemakaian seragam

sekolah, dimana kelompok pemakai seragam sekolah secara lengkap

merupakan komunitas yang dominan, dibandingkan dengan kelompok

siswa yang tidak memakai seragam sekolah secara lengkap. Siswa yang

mampu membeli seragam sekolah serta mengenakanya membuat percaya

dan yakin bahwa pendidikan layak mereka dapatkan di bangku sekolah.

Boggs(1976) menyatakan:

Proses hegemoni melibatkan penetrasi dan sosialisasi nilai,

keyakinan, sikap, dan moralitas di masyarakat yang dimediasi oleh

praktek-praktek sosial, politik, dan ideologi. Ketika prinsip-prinsip

ini diinternalisasi oleh masyarakat maka akan berubah menjadi

common sense, yang pada giliranya mendegradasi fakultas kritis

masyarakat dan sebaliknya memperkuat status quo. disinilah bisa

dipahami dapat dipahami bahwa mengapa kaum tertindas secara

tidak sadar berpartisipasi dalam proses dominasi dan mau

bekerjasama dengan para penindas, ini terjadi karena masyarakat

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menganggap bahwa tindakan kelas yang berkuasa sebagai sesuatu

yang natural dan normal serta sesuai dengan kepentingan

mereka(Nuryanto,2011:34).

Pernyataan tersebut dapat dipahami bawasanya kelompok

dominan disini yaitu pemakai seragam sekolah secara lengkap memperkuat

status quo bahwa pengetahuan akan legal didapatkan dan hanya boleh

didapatkan oleh seorang yang memakai seragam sekolah secara lengkap.

Pengertian masyarakat tentang seragam sekolah sudah menjamur

bawasanya seorang yang bersekolah adalah seorang yang mengenakan

seragam sekolah, dan ini adalah wajar menurut mereka. MAL ataupun

supermarket dengan tegas menolak pengunjung yang mengenakan seragam

sekolah, karena seragam sekolah menegaskan bawasanya pemakainya

adalah seorang yang seharusnya belajar di sekolah, bukan untuk

berkunjung ke MAL atau ke supermarket.

Gramsci(1971:350) mengatakan, “Every relationship of hegemony

is essentially an educational relationship” (Nuryanto,2011:34). Nuryanto

(2011) mempertegas:

Agen-agen yang terlibat dalam hubungan edukatif adalah institusi-

institusi yang turut membentuk masyarakat sipil, atau institusi-

institusi yang turut sosial ideologis yang ikut mengkonstruksi basis

kultural kekuasaan, seperti hukum, pendidikan, agama, media

massa, dan lain sebagainya. Dengan demikian, institusi-insititusi

seperti ini tidaklah netral, tapi justru mendukung dan memperkuat

hegemoni yang ada, termasuk di dalamnya dunia pendidikan

(hlm.34).

Konsep hegemoni tidaklah eklusif milik kelas borjuis, atau kelas

dominan (pemakai seragam sekolah). Nuryanto menyatakan bahwa,

“Pandangan Gramsci, kelas pekerja dapat membangun hegemoninya

sendiri dengan cara membuat aliansi dengan kelompok-kelompok

minoritas dan kekuatan sosial yang lain berdasarkan prinsip saling

menghormati” (2011:34). Masing-masing kelompok memiliki kontribusi

terhadap aliansi baru tersebut, jika demikian, Nuryanto(2011), “Hegemoni

bukanlah sebuah konsep yang statis, tetapi dinamis, fleksibel dan terbuka

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

untuk dinegosiasi ulang” (hlm:34), dengan kata lain, Adamson (1980:174)

dalam Nuryanto menyatakan “Hegemoni adalah a process of continous

creation” (2011:34).

2. Paulo Fraire (pendidikan kritis yang membebaskan)

Adeny&Risakotta(2001) menyatakan sebagai berikut:

Fraire membangun ide-idenya dengan cara mempertimbangkan dua

hal yang kontradiktif. Pikiran dialektis ini dimulai dengan ide atau

praktik (tesis) yang harus ditolak, kemudian diusulkan antitesisnya,

yaitu ide atau pikiran yang melawan tesis yang ditolak. Istilah

terkenal dalam pikiran Fraire adalah “Pendidikan Menurut Teori

Banking”. Teori banking tersebut ditolak oleh Fraire (halm.14).

Adeny&Risakotta(2001), “Metafor banking berasumsi bahwa

ilmu pengetahuan adalah semacam barang, seperti uang, yang dapat

ditrasfer dari satu orang ke orang lain. Pendidikan banking berarti ilmu

pengetahuan ditransfer dari pengajar kepada pelajar(hlm. 14), dengan kata

lain siswa menerima pengetahuan seperti layaknya hadiah atau barang yang

dibeli, dan pengajar menganjurkan siswanya harus menerima apa saja yang

diberikan oleh gurunya.

Fraire(1985), menyatakan bahwa:

… dalam konsep pendidikan gaya bank, pengetahuan merupakan

sebuah anugrah yang dihibahkan oleh mereka yang menggagap

dirinya berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak

memiliki pengetahuan apa-apa. Pengetahuan dapat diartikan

sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seorang guru, dan akan

diberikan kepada siswa yang sebelumnya siswa dianggap bodoh,

tidak tahu apa-apa dan siap menerima pengetahuan layaknya gelas

kosong yang siap diisi oleh air minum (hlm. 51).

Fraire(1985), sebagaimana kebiasaan pendidikan gaya bank antara

lain sebagai berikut :

1. Guru mengajar, murid diajar.

2. Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa.

3. Guru berfikir, murid difikirkan.

4. Guru bercerita, murid patuh mendengarkan.

5. Guru menentukan peraturan, murid diatur.

6. Guru memilih dan memaksakan pilihanya, murid menyetujuinya.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

7. Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui

perbuatan gurunya.

8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta

pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.

9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan

kewenangan jabatanya, yang ia lakukan untuk menghalangi

kebebasan murid.

10. Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek

belaka.

(hlm. 51-52)

Pendidikan gaya bank memandang manusia sebagai mahluk yang

dapat disamakan dengan sebuah benda yang dapat diatur, semakin banyak

siswa yang menyimpan tabungan yang dititipkan kepada mereka, semakin

kurang mengembangkan kesadaran kritis mereka, semakin penuh mereka

menerima peran pasif yang disodorkan kepada dirinya, mereka semakin

cenderung menyesuaikan diri dengan dunia menurut apa adanya serta

pandangan terhadap realitas yang terpotong-potong sebagaimana yang

ditanamkan dalam diri mereka.

Fraire(1985), menyatakan bahwa;

Kemampuan pendidikan gaya bank untuk mengurangi atau

menghapuskan daya kreasi pada murid serta menumbuhkan sikap

mudah percaya, menguntungkan kepentingan dengan dunia yang

terkuak atau yang berubah. Kaum penindas memanfaatkan

humanitarianisme mereka untuk melindungi situasi menguntungkan

bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu naluriah mereka akan

selalu menentang setiap usaha percobaan dalam bidang pendidikan

yang akan merangsang kemampuan kritis dan tidak puas dengan

pandangan terhadap dunia yang berat sebelah, tetapi selalu mencari

ikatan yang menghubungkan satu hal dengan hal-hal lainya atau

satu masalah dengan masalah lain (hlm.52).

Fraire menawarkan lawan dari pendidikan banking, yaitu

“Pendidikan hadap masalah” atau dalam bahasa Adeny dan Risakotta

(2001) “Penddikan yang Menonjolkan Masalah Sosial” (PMMS).

Perbedaan kedua teori ini sangatlah jauh, dalam pendidikan banking semua

kekuasaan dan ilmu pengetahuan di tangan pengajar, siswa dianggap

bodoh, belum tahu apa-apa. “Siswa dikayakan oleh belas kasihan guru

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

yang rela menyetor ilmu pengetahuan kepada otak siswanya” (Adeny dan

Risakotta,2001:14). Teori PMMS mengasumsikan bahwa murid-murid

juga memiliki ilmu pengetahuan, walaupun mereka belum mengerti ilmu

yang diketahui oleh gurunya(Adeny&Risakotta,2001:15). Guru seharusnya

hadir sebagai seorang yang dapat membimbing siswanya agar menjadi

sadar akan masalah-masalah di dalam dunianya, kemudian siswa mencari

cara sendiri untuk memecahkan masalahnya.

Fraire(1985) menyatakan bahwa;

Metode pendidikan gaya bank menekankan pentingnya hal-hal yang

tetap dan karenanya menjadi reaksioner; sementara pendidikan

hadap masalah (yang tidak mau menerima suatu masa kini yang

“baik-baik saja maupun masa depan yang telah ditakdirkan)

mendasarkan dirinya kepada kekinian yang dinamis dan karenanya

revolusioner. Pendidikan hadap masalah adalah sikap revolusioner

terhadap masa depan (hlm.68).

Bentuk bahasa yang dikemukakan oleh Adeny&Risakotta, yaitu

“pendidikan hadap masalah” Fraire dibahasakan menjadi PMMS. Teori

Fraire menurut Adeny&Risakotta(2001) menyatakan bahwa, “Ilmu

pengetahuan bukan merupakan barang yang dimiliki oleh seseorang, tetapi

kemampuan/keterampilan untuk melihat dan mengerti kenyataan melalui

bahasa yang tepat” (hlm.15). Maksud dari bahasa yang tepat adalah

pemecahan masalah yang telah didapati untuk menyongsong masa depan

yang lebih baik.

Tujuan pendidikan kritis menurut Fraire adalah, “Membuka

cakrawala pelajar (dan juga si guru), supaya dengan kesadaran yang lebih

mendalam mereka dapat mengerti masalah-masalah nyata dalam dunia

mereka sendiri” (Adeny&Risakotta,2001:16). Penulis menekankan bahwa

PMMS merupakan pendidikan yang kritis, sehingga siswa dibimbing

supaya tidak secara mentah menerima struktur sosial, ekonomi, budaya,

agama, dan politik, tetapi dengan mempersoalkan terlebih dahulu. Pengajar

menolong siswa untuk mengkritik kenyataan sturktural yang tidak adil

dengan cara dialogis, sehinga PMMS dimulai dengan pengalaman dan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pengetahuan siswa sendiri. Guru dan siswa bersama-sama mempersoalkan

hal-hal yang dianggap menyusahkan kehidupan rakyat.

Peneliti mengusung pemakaian seragam sekolah sebagai

permasalahan dalam penelitian ini, sehingga baik guru, siswa, orang tua

wali murid mempertanyakan mengapa sekolah harus mengenakan seragam

sekolah, karena kehadiranya hingga sekarang masih ada yang dibuatnya

bermasalah ketika akan belajar di bangku sekolah, berawal dari

mempertanyakan hal yang kecil seperti seragam sekolah, akan membawa

kepada sebuah permasalahan yang lebih besar dan kompleks.

Adeny&Risakotta menyatakan bahwa:

Guru yang kritis-radikal menolong siswa untuk mempersoalkan

struktur ketidakadilan yang lebih besar dari konteks lokal mereka.

Dalam PMMS memang dimulai dengan pengetahuan lokal, tetapi

struktur ketidakadilan tidak hanya muncul dari konteks lokal,

melainkan dari struktur daerah, sturktur nasional, dan struktur

global. Guru yang radikal menolong siswa untuk membuka

cakrawala siswanya agar bisa mengerti konteks yang lebih besar

(2001:17).

Seragam sekolah jika memang dirasa memberikan ketidakadilan

bagi siswa, peran mendasar pendidikan kritis untuk menguak permasalahan

dari yang kecil semacam ini sangat dibutuhkan agar nantinya pendidikan

menjadi sebuah keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.

Pendidikan kritis hadir memberikan solusi sekaligus pengharapan.

Adeny&Risakotta(2001) menyatakan bahwa, “Pengharapan menurut Fraire

tidak sama dengan rasa optimis, dapat saja dalam situasi tertentu kita

menjadi pesimis, tetapi kita tetap membutuhkan pengharapan sebagai

keharusan ontologism(ontological necessity)”(hlm.17). Maksud dari

keharusan ontologism disini adalah pengharapan diharuskan untuk

kehidupan manusia yang sejati, dengan demikian pengharapan memang

sikap normatif, yaitu sikap etis yang menjadikan syarat untuk hidup baik.

Pengharapan memiliki dua unsur, unsur pertama adalah sikap

kritis atau tidak puas dengan kenyataan. Kedua pengharapan merupakan

kepercayaan bahwa dunia yang penuh dengan penderitaan orang tertindas

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dapat dirubah(Adeny-Risakotta,2001:17), jika sikap kritis dalam diri

seorang siswa tidak ada, maka pengharapan keadilan dalam pendidikan

tidaklah diperlukan. Kemugkinan yang ada adalah mengikut serta dengan

kenyataan yang ada, menerimanya dengan selaras sebuah kenyataan. Unsur

yang kedua menyatakan bahwa pengharapan itu bukanlah mimpi-mimpi

yang kosong melainkan kemungkinan nyata yang belum diuji.

3. Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product)

Terdapat beragam jenis evaluasi program, salah satu dari model evaluasi

program adalah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).

Penjelasan mengenai metode evaluasi CIPP dapat dipahami sebagai berikut:

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Arikunto dan Jabar(2004) mengemukakan bahwa, “Evaluasi konteks

adalah upaya yang menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang

tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan

proyek”(hlm.29). Pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi

konteks yaitu mengenai kebutuhan yang belum terpenuhi oleh program, tujuan

pengembangan yang belum tercapai dan tujuan yang paling mudah

pencapaianya.

Sudjana(2006) menjelaskan bahwa, “Evaluasi ini menjelaskan

mengenai kondisi lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada

dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum

dimanfaatkan”(hlm.54-55). Evaluasi ini berkaitan pula dengan sistem nilai

yang ada dan yang baru, menyajikan alat untuk menetapkan prioritas, serta

perubahan-perubahan yang diinginkan. Stufflebeam menegaskan bahwa

konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan

kebutuhan yang dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan

program(Tayibnapis,2008: 14).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Sudjana(2006) menjelaskan bahwa, “Evaluasi masukan (input)

program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-

sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program”(hlm.55).

Evaluasi ini mencakup kegiatan identifikasi dan penilaian kemampuan sistem

yang digunakan dalam program, strategi-strategi untuk mencapai tujuan-tujuan

program yang dipilih. Menurut Stufflebeam, “Evaluasi input menolong

mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa

yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan dan

bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya” (Tayibnapis,2008: 14).

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses dalam CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai

penanggung jawan program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Evaluasi

proses dalam CIPP diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan

di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Stufflebeam

mengemukakan pertanyaan yang harus dijawab sehubungan dengan evaluasi

proses ini, yaitu mengenai pelaksanaan program yang sudah sesuai dengan

jadwal, kemampuan penanganan staf yang terlibat di dalam pelaksanaan

program, pemanfaatan secara maksimal sarana dan prasara yang disediakan,

dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama pelaksanaan program

kemungkinan berkelanjutan program(Arikunto&Jabar,2004: 30).

Sudjana(2006) memaparkan bahwa, “Evaluasi proses ini mendeteksi

dan memprediksi kekurangan dalam rancangan prosedur kegiatan program dan

pelaksanaanya, menyediakan dan untuk keputusan dalam implementasi

program, dan memelihara dokumentasi tentang prosedur yang dilakukan”

(hlm.55-56). Dokumentasi tentang prosedur kegiatan pelaksanaan program

akan membantu untuk kegiatan analisis akhir tentang hasil-hasil program yang

telah dicapai. Lebih lanjut Stufflebeam menyatakan bahwa, “Evaluasi proses

membantu mengimplementasikan keputusan mengenai sampai sejauh mana

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

rencana diterapkan dan apa saja rencana yang membutuhkan revisi”

(Tayibnapis,2008: 14), begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat

dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.

d. Evaluasi Hasil (Product Evaluation)

Evaluasi hasil atau produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan

perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk merupakan

tahap akhir dari serangkaian evaluasi program. Evaluasi produk untuk

menolong keputusan selanjutnya. Stufflebeam mengemukakan pertanyaan-

pertanyaan sehubungan dengan evaluasi produk ini, yaitu mengenai

ketercapaian tujuan atau hasil yang ditetapkan, pertanyaan-pertanyaan yang

mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian

tujuan, kebutuhan individu yang telah terpenuhi dan tentang hasil jangka

panjang (dampak) sebagai akibat dari kegiatan program dan mengenai hal yang

akan dilakukan setelah proses berjalan(Arikunto&Jabar,2004: 31). Sudjana

mendefinisikan evaluasi program sebagai kegiatan sistematis untuk mengambil

keputusan(2006:21). Batasan evaluasi program ini mengandung tiga unsur

penting yaitu :

1) Kegiatan sistematis; mengandung makna bahwa evaluasi program

dilakukan melalui prosedur yang tertib berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.

2) Data: data yang dikumpulkan, sebagai fokus evaluasi program, diperoleh

melalui kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian dengan

menggunakan metode pendekatan, model, metode dan teknik ilmiah.

3) Pengambilan keputusan; data yang disajikan itu akan bernilai apabila

menjadi masukan berharga untuk proses pengambilan keputusan tentang

alternative yang akan diambil terhadap program.

Penjelasan beberapa ahli mengenai CIPP menjadi acuan dasar dalam

penentuan indikator evaluasi program pada penelitian ini. Indikator yang dipilih

sebagai indikator evaluasi dengan metode CIPP dalam penelitian ini disesuaikan

dengan program yang dievaluasi. indikator yang dimaksudkan adalah sebagaimana

dalam tabel 2.1 di bawah ini :

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Tabel. 2.1: Rangkuman Indikator CIPP dari beberapa ahli

METODE

PENDAPAT

C I P P

SUHASIMI

ARIKUNTO

DAN CEPI

SAFRUDDIN

1. Kebutuhan yang belum

terpenuhi.

2. Tujuan pengembangan

yang belum tercapai.

3. Tujuan termudah yang

dicapai

1. Kemampuan subyek

dalam menunjang

program

1. Kegiatan yang

dilakukan dalam

program “apa”(what)

2. Penanggung jawab

program “siapa”

(who)

3. Waktu kegiatan

“kapan” (when)

4. Kemampuan

penanganan

5. Pemanfaatan sarana

dan prasarana

6. Hambatan-hambatan

yang dijumpai

1. Ketercapaian

tujuan/hasil yang

ditetapkan

2. Kebutuhan yang

telah terpenuhi

3. Hasil (jangka

panjang) dari

kegiatan

program

4. Hal yang

dilakukan setelah

program berjalan

DJUJU

SUDJANA

1. Kondisi lingkungan

2. Kebutuhan-kebutuhan

yang belum terpenuhi

3. Peluang yang belum

dimanfaatkan

4. Sistem nilai

5. Penyajian alat untuk

memantapkan priritas

6. Perubahan-perubahan

yang diinginkan

1. Identifikasi dan

penilaian kemampuan

sistem

2. Strategi untuk

mencapai tujuan

program

3. Rancangan

implementasi yang

dipilih

1. Kekurangan dalam

rancangan prosedur

kegiatan program

2. Data yang

dibutuhkan untuk

keputusan

implementasi

program

3. Dokumentasi tentang

prosedur yang

dilaksanakan

1. Pengaruh utama

2. Pengaruh

sampingan biaya

3. Keunggulan

program

FARIDA YUSUF

TAYIBNAPIS

1. Merencanakan

keputusan

2. Menentukan

kebutuhan yang akan

dicapai

3. Merumuskan tujuan

program

1. Sumber-sumber yang

ada

2. Rencana dan strategi

3. Alternative yang

diambil

4. Prosedur kerja

pencapaian

1. Sejauh mana rencana

diterapkan

2. Rencana apa saja

yang membutuhkan

revisi

1. Hasil yang

dicapai

2. Hal yang

dilakukan

setelah program

berjalan

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Berdasarkan tabel indikator CIPP dari beberapa ahli dapat disintesis sebagai berikut :

Tabel. 2.2. Tabel sintesis rangkuman indikator CIPP dari beberapa ahli

Context Input Process Product

1. Kebutuhan yang

belum terpenuhi

2. Tujuan yang

ingin dicapai

3. Kondisi

lingkungan

4. Peluang yang

belum

dimanfaatkan

5. Sistem nilai

6. Penyajian alat

untuk

memantapkan

prioritas

7. Merencanakan

keputusan

1. Sumber-

sumber yang

ada

2. Kemampuan

subyek dalam

menunjang

program

3. Strategi untuk

mencapai

tujuan

program

4. Prosedur

kerja

pencapaian

1. Kegiatan program

2. Penanggung jawab

program

3. Waktu kegiatan

4. Kemampuan

penanganan

5. Pemanfaatan sarana

dan prasarana

6. Kekurangan dalam

rancangan prosedur

kegiatan program

7. Data yang dibutuhkan

untuk keputusan

implementasi program

8. Dokumentasi tentang

prosedur yang

dilakukan

9. Sejauh mana rencana

diterapkan

10. Rencana apa saja

yang membutuhkan

revisi

1. Ketercapaian

tujuan/hasil yang

diharapkan

2. Kebutuhan yang

telah terpenuhi

3. Hal yang dilakukan

setelah program

berjalan

4. Pengaruh program

5. Biaya

6. Keunggulan

program

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Penelitian ini hanya mengambil beberapa indikator yang sesuai dalam

proses pemakaian seragam sekolah siswa SMKN 5 Surakarta. Indikator-indikator

terpilih sebagai berikut,

Tabel. 2.3. Indikator yang terpilih dalam penelitian

Context Input Process Product

Indikator

1. Tujuan yang

ingin dicapai

2. Kondisi

lingkungan

3. Merencanakan

keputusan

1. Sumber-

sumber yang

ada

2. Kemampuan

subyek dalam

menunjang

program

3. Strategi untuk

mencapai

tujuan

1. Kegiatan

program

2. Kemampuan

penanganan

program

3. Pemanfaatan

sarana dan

prasarana

1. Ketercapaian/

hasil yang

ditetapkan

2. Hal yang

dilakukan

setelah

program

berjalan

3. Pengaruh

program

Secara lebih jelas penggunaan indikator dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Indikator konteks dalam penelitian ini dipilih tiga indikator dari

tujuh indikator berdasarkan sintesis para ahli yaitu, kebutuhan yang belum

terpenuhi, tujuan yang ingin dicapai, dan kondisi lingkungan. Pemilihan

indikator tersebut dikarenakan ketiga indikator tersebut bersifat umum dan

dinilai sebagai indikator yang paling sesuai dengan obyek evaluasi yaitu,

evaluasi pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta.

b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Indikator masukan dalam penelitian ini menggunakan tiga indikator

yang antara lain: sumber-sumber yang ada, kemampuan subyek dalam

menunjang program, strategi untuk mencapai tujuan.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Indikator dalam evaluasi proses antara lain: kegiatan program,

kemampuan penanganan program, dan pemanfaatan sarana dan prasarana.

d. Evaluasi Hasil (Produck Evaluation)

Indikator yang digunakan antara lain: ketercapaian hasil yang

ditetapkan, hal yang dilakukan setelah program berjalan, dan seberapa besar

pengaruh program.

B. Kerangka Berfikir

Seragam sekolah pada awalnya diyakini dapat memberikan keadilan bagi

pelajar yang duduk di bangku sekolah, karena dengan hadirnya seragam sekolah

dapat menghapus kesenjangan pelajar dari keluarga kaya, menengah atau-pun

kurang mampu. Seragam sekolah di awal tahun pelajaran 2011/2012 menjadi

penghalang bagi sebagian golongan pelajar untuk mendapatkan pendidikan di

bangku sekolah, hal ini sangat bertolak belakang dengan teori pendidikan kritis.

Teori pendidkan kritis menegaskan bahwa hal kecil seperti pemakaian seragam

sekolah ketika belajar di bangku sekolah sangat perlu dipertanyakan, karena

dengan mengetahui maksud dan tujuan yang jelas, serta saling memahami antara

pihak sekolah dan pelajar, diharapkan dapat memberikan sebuah perlakuan adil

terhadap mereka yang tidak mampu membeli seragam sekolah.

Berseragam sekolah merupakan bentuk sikap disiplin bagi pelajar di

sekolah, oleh karenanya berseragam sekolah sesuai dengan ketentuan yang

diberlakukan sekolah merupakan bentuk kedisiplinan pelajar. Pemakaian seragam

sekolah merupakan salah satu dari program sekolah untuk mendisiplinkan

siswanya, maka dari itu program ini perlu dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi

umumnya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan

yang telah dihasilkan dari pelaksanaan program yang telah direncanakan. Suatu

program apabila tidak dievaluasi, maka tidak dapat diketahui bagaimana suatu

kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan adalah model evaluasi

CIPP (Context, Input, Process, Product). Contect merupakan deskripsi rinci

mengenai kekhususan karakteristik lokasi daerah siswa dan masyarakatnya,

sebagai dasar untuk menentukan strategi yang paling tepat bagi pelaksanaan

program. Beberapa hal yang dikaji antara lain meliputi tujuan yang ingin dicapai,

kondisi lingkungan, kondisi sosial ekonomi orang tua siswa, tingkat pendapatan,

kondisi sosial budaya siswa dalam lingkungan belajar, pola interaksi pembelajaran

dan kebiasaan-kebiasaan/tradisi yang masih dijalankan untuk membantu

merencanakan keputusan dari sebuah program.

Input merupakan usaha yang dilakukan dengan menyajikan beragam hal

baik fisik maupun non-fisik yang menjadi dasar dan kelengkapan, untuk

terselenggaranya proses dan mekanisme kerja bagi tercapainya tujuan. Beragam

input yang dikaji antara lain: sumber-sumber yang ada mencakup organisasi

pendukung, dasar-dasar pemakaian seragam sekolah. Kemampuan subyek dalam

menunjang program mencakup penegak disiplin sekolah, dan yang terakhir adalah

beberapa strategi pihak sekolah untuk mencapai tujuan dari pemakaian seragam

sekolah.

Process merupakan pelaksanaan program kegiatan dan mekanisme kerja

program untuk mencapaian tujuan. Proses kegiatan meliputi : pengukuran

sistematis kepada siswa melalui angket penelitian, survei lokasi dan pengamatan

proses belajar mengajar di ruang kelas dan di bengkel/workshop.

Product merupakan hasil dari proses kegiatan program yang

menggambarkan tingkat efektivitas program. Product ini juga dapat mengetahui

pengetahuan baik guru, pelajar atau Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

(WKS-2) tentang pendisiplinan seragam sekolah jika ditinjau dari teori pendidikan

kritis. Kemudian memuat hal-hal apakah yang akan dilakukan setelah program

berjalan, juga pengaruh dari program.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

Procuct

1. Ketercapaia

n hasil yang

ditetapkan.

2. Hal yang

dilakukan

setelah

program

berjalan.

3. Pengaruh

program

Process

1. Kegiatan

program.

2. Kemampuan

penanganan

program.

3. Pemanfaatan

sarana dan

prasarana.

Input

1. Kemampua

n subyek

dalam

menunjang

program.

2. Sumber-

sumber

yang ada.

3. Strategi

mencapai

tujuan

program.

Context

1. Tujuan yang

ingin

dicapai

2. Kondisi

sosial

ekonomi

orang tua

siswa.

3. Merencanak

an

keputusan

Analisis pemakaian seragam sekolah siswa SMK dalam tinjauan pendidikan kritis di

SMKN 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012

Gambar 2.1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian dengan model CIPP

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitan

Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan

sebagai tempat untuk memperoleh data yang berguna untuk mendukung

tercapainya tujuan penelitian. Peneliti memilih lokasi penelitian di SMKN 5

Surakarta yang beralamat di jalan LU. Adi Sucipto No. 42 Surakarta yang

didirikan di atas lahan yang luasnya 22.580𝑚2, dengan 36 ruang kelas, taman,

bengkel, masjid, kantin, lapangan olahraga, dan bangunan pendukung lainya.

Pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan peneliti

bahwa SMKN 5 Surakarta adalah SMKN yang mengutamakan kedisiplinan dan

etos pembelajar yang tinggi, terbukti berdasarkan dari prestasi-prestasi yang

pernah diraihnya. Salah satu dari prestasi tersebut adalah pada ekstra

PASILIMKA (Pasukan Inti SMKNegeri 5 Surakarta) minggu 08/01/2012 yang

berhasil memboyong trophi dan uang pembinaan saat mengikuti Lomba Baris

Berbaris (LBB) tingkat Se-jateng DIY di Universitas Widya Dharma Klaten

yang diadakan Ramaka V , sebagai Juara Umum 2 LBB Ramaka V, dan Juara

Umum 1 Kriteria Danton Terbaik.

26

31

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar. 3.1.Denah Gedung SMKNegeri 5 Surakarta

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih 5 bulan, dari bulan Desember

2011-Juli 2012. Jadwal pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jadwal penelitian

No. Kegiatan Waktu Penelitian

1. Penyusunan proposal penelitian 20 September 2011 - 26 Oktober 2011

2. Seminar proposal 16 November 2011

3. Revisi proposal penelitian 21 November 2011 – 27 Januari 2012

4. Perijinan penelitian 3 Februari 2012 – 15 Maret 2012

5. Penelitian 19 April 2012 – 19 Mei 2012

6. Analisis data penelitian 22 Mei 2012 – 23 Juni 2012

7. Penulisan laporan penelitian 24 Juni 2012 – 3 Juli 2012

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian campuran

(prosedur kuantitatif dan kualitatif). Pendekatan penelitian campuran digunakan

peneliti karena dipandang sangat cocok untuk mengkaji permasalahan

penelitian, yaitu tentang pemakaian seragam sekolah yang dikaji dalam

pendidikan kritis, oleh karena itu data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif

dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari angket penelitian dan data

kualitatif didapatkan melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen.

Kedua jenis data tersebut diperoleh dari siswa, wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan (WKS-2), dan guru SMKN 5 Surakarta. Kedua jenis data ini

kemudian dianalisis untuk mengambil sebuah kesimpulan hasil penelitian.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian evaluatif, dimana

penelitian evalutif yang digunakan adalah penelitian evalusi program dengan

menggunakan model Context, Input, Process, Product (CIPP). Arikunto&Jabar

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

menyatakan, “model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk (1967) di

Ohio State University”(2004:29).

Sukmadinata (2008:130-131) sebenarnya ada lima macam model

campuran kualitatif-kuantitatif, tetapi yang terkenal dan banyak digunakan

hanya tiga model: komplementer, penggabungnan dan perluasan.

a. Model Komplementer (complementary model), menguraikan,

mengembangkan, mengilustrasikan, menjelaskan hasil yang diperoleh dari

suatu metode dangan metode lainnya. Bentuk campuranya adalah simultan

dan keduanya digunakan bersama-sama.

b. Model pengembangan (developmental model), menggunakan hasil dari

suatu metode untuk mengembangkan atau melengkapi informasi bagi

metode yang lain, informasi untuk penentuan sampel, teknik pengumpulan

data, dan lain-lain. Bentuk campuranya adalah pararel.

c. Metode ekspansi (expansion model), memperluas lingkup dan memperkaya

hasil penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda untuk

mengevaluasi komponen pendidikan yang berbeda, atau untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang beraneka. Bentuk campuranya adalah

sekuensial atau pararel.

Model penelitian yang digunakan adalah model komplementer

(complementary model) karena data kuantitatif yang diperoleh akan mendukung

dan mempertegas data kualitatif.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan angket penelitian,

sedangkan data kualitatif diperoleh dengan metode wawancara, observasi, dan

studi dokumen.

D. Teknik Sampling

Sugiyono menyatakan bahwa, “Teknik sampling adalah teknik

pengambilan sampel”(2012:62). Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik purposive rundom sampling, mengingat besarnya data

dalam penelitian ini yang akan diambil, yakni data bersumber dari siswa SMKN 5

Surakarta, WKS-2, dan guru kesiswaan. Berikut data jumlah siswa SMKN 5

Surakarta.

Tabel. 3.2.

Data siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) Negri 5 Surakarta 2011/2012.

No. Kompetensi

keahlian

X XI XII Jumlah

Total Ket.

L P Jml L P Jml L P Jml

1. Tek. Bangunan 92 6 98 76 3 79 77 2 81 258

2. Tek.

Ketenagalistrikan 99 1 100 94 1 95 79 2 81 276

3. Tek. Elektronika 92 5 97 100 1 101 81 1 82 280

4. Tek. Mesin 138 1 139 134 - 134 126 - 126 399

5. Tek. Otomotif 106 1 107 104 - 104 88 - 88 299

6. Tek. RPL 91 17 108 80 21 101 - - - 209

Jumlah 618 31 649 649 26 614 451 5 458 1721

Sumber : Dokumen data siswa SMKN 5 Surakarta.

Metode penentuan jumlah sampel angket penelitian dalam penelitian ini

mengacu pada tabel yang dikembangkan Isaac dan Michael, dengan tingkat

kesalahan 5% untuk jumlah populasi sebanyak 1721 yaitu berjumlah 289 sampel

data dari siswa (Sugiyono,2012:71).

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui angket

penelitian, observasi, wawancara, dan analisis dokumen, secara lebih jelas sebagai

berikut;

1. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada

responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Angket ini diberikan

kepada siswa untuk diperoleh informasi tentang pemakaian seragam sekolah di

SMKN 5 Surakarta.

2. Metode Observasi

Peneliti menggunakan teknik observasi berperan aktif. Peneliti datang

ke lokasi penelitian yaitu di SMKN 5 Surakarta untuk mencari data dengan

pengamatan terhadap situasi dan kondisi yang ada untuk mendapatkan

kebenaran dan melihat kenyataan yang terjadi. Observasi dilakukan untuk

menggali data atau informasi dari sumber data yang berupa tempat atau lokasi,

peristiwa, benda dan rekaman gambar baik langsung maupun tidak langsung.

Spradley dalam Sutopo(2002) menyatakan bahwa:

Observasi dapat dibagi menjadi observasi tak berperan dan observasi

berperan yang terdiri dari berperan pasif, berperan aktif dan berperan

penuh.

... Observasi berperan aktif adalah Peneliti memainkan berbagai peran yang

memungkinkan berada dalam situasi yang berkaitan dengan penelitiannya.

Peneliti tidak hanya berperan dalam bentuk dialog yang mengarah pada

pendalaman dan kelengkapan data, juga dapat mengarahkan peristiwa yang

sedang dipelajari demi kemantapan data (hlm.65).

3. Metode Wawancara

Moleong menyatakan bahwa, “Wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (2007:186).

Sutopo(2002) menyatakan bahwa, “Secara umum, teknik wawancara

dibedakan menjadi teknik wawancara terstruktur dan wawancara yang tidak

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terstruktur yang disebut wawancara mendalam”(hlm.58-59). Wawancara

terstruktur merupakan jenis wawancara yang terfokus dan pertanyaannya telah

disiapkan oleh peneliti secara pasti.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur karena dalam wawancara ini pertanyaan yang diajukan disiapkan

terlebih dahulu oleh peneliti berdasarkan pada pedoman wawancara yang

dibuat peneliti sebelum terjun ke lapangan. Narasumber dalam penelitian ini

adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan (WKS-2), guru kesiswaan,

beberapa guru, dan siswa untuk diperoleh informasi pemakaian seragam

sekolah di SMKN 5 Surakarta.

4. Analisis Dokumen

Guba dan Lincoln menyatakan bahwa, “Dokumen adalah setiap

bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik”(Sutopo,2002: 161). Dokumen dapat dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.

Yin dalam Sutopo menyatakan bahwa, “Mencatat dokumen disebut

sebagai content analysis dan dimaksudkan bahwa peneliti bukan sekedar

mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip tetapi juga

tentang maknanya yang tersirat”(2002:69-70). Data-data yang dicatat adalah

data-data yang mendukung informasi yang didapatkan.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

dokumen dengan cara mencatat dan menyimpulkan makna atau isi setiap

dokumen dan arsip. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari dokumen dan arsip-arsip yang relevan dengan pemakaian

seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta.

Metode dan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel. 3.3

berikut :

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel. 3.3

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Komponen

Evaluasi Indikator

Objek/Sumber

data

Instrumen yang

digunakan

Context Tujuan yang akan

dicapai

WKS-2, Guru

Kesiswaan,

Siswa.

Angket

Lembar Wawancara

Kondisi lingkungan WKS-2, Guru

Kesiswaan, Siswa

Angket

Lembar Observasi dan

Wawancara

Merencanakan

keputusan

WKS-2, Guru

Kesiswaan, Siswa

Angket

Lembar Observasi dan

Wawancara

Input Sumber-sumber

yang ada

WKS-2, Guru

Kesiswaan

Angket, Lembar

Wawancara

Kemampuan

subyek dalam

menunjang

program

WKS-2, Guru,

Siswa

Angket

Lembar Wawancara

Strategi untuk

mencapai tujuan

WKS-2, Guru

kesiswaan, Siswa

Angket

Lembar wawancara

Process

Kegiatan Program WKS-2, Guru,

Siswa

Angket

Lembar Wawancara

Dokumentasi

Kemampuan

Penanganan

Program

WKS-2, Guru

Kesiswaan

Angket, Lembar

Wawancara

Pemanfaatan

Sarana dan

Prasarana

WKS-2, Guru,

Siswa

Angket

Lembar Observasi dan

Wawancara

Product Ketercapaian Hasil

yang Ditetapkan

WKS-2, Guru

Kesiswaan, Siswa

Angket

Lembar Observasi dan

Lembar Wawancara

Hal yang dilakukan

setelah program

berjalan

WKS-2, Guru Angket,

Lembar Observasi,

Dan Wawancara

Pengaruh Program WKS-2, Guru

Kesiswaan, Siswa

Angket

Lembar Observasi dan

Lembar Wawancara

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

F. Validitas Data

Data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian ini

harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya untuk menjamin dan

mengembangkan kesahihan data. Penelitian ini mempunyai dua jenis data, yaitu

data kuantitatif yang di dapat dari angket penelitian dan data kualitatif yang di

dapat dari wawancara, observasi dan analisis dokumen.

1. Validitas Instrumen

Validitas diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan

sejauhmana suatu alat ukur yang akan digunakan dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Validitas instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah validitas isi (content) dan validitas konstruk. Untuk mengetahui

validitas isi dalam penelitian ini dilakukan rational judgment, yaitu apakah

butir-butir pertanyaan yang ada dalam angket telah menggambarkan

indikator yang dimaksud. Validitas konstruk mengarah pada sejauh mana

instrumen tersebut mengukur pengembangan teori yang menjadi dasar

penyusunan instrumen tersebut. Pendekatan validitas konstruk dilakukan

berdasarkan pendekatan rasional dan pendekatan empirik. Pendekatan

rasional dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur yang membentuk

konstruk, selain itu diarahkan pada penetapan butir-butir sesuai dengan

unsur-unsur yang terdapat pada konstruk tersebut. Pendekatan empirik

dimaksudkan untuk menilai sejauhmana kesesuaian unsur-unsur di dalam

instrumen dengan apa yang diramalkan dalam konstruk tersebut.

2. Reliabilitas Instrumen.

Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran,

yaitu seberapa konsisten skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran

berikutnya. Azwar(2008) reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan

pengukuran (hlm.83). Reliabilitas instrumen pada penelitian ini merujuk

pada rumus alpha yang dikemukakan oleh Azwar(2008:78) yaitu:

𝛼 = 𝑘

𝑘 − 1 1 −

𝑠𝑗2

𝑠𝑥2

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Keterangan :

α = Koefisien Reliabilitas

k = Banyaknya belahan tes

𝑠𝑗2 = Varians belahan j; j = 1,2,... k

𝑠𝑥2 = Varians skor tes

Kriteria yang digunakan untuk menetapkan keterandalan instrumen

adalah indeks kehandalan instrumen dengan formula Crombach-Alpha, dengan

indeks kehandalan tes lebih besar dari 0,70. Penelitian ini perhitungan reliabilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan software

SPSS 16.0.

Angket penelitian yang dibuat harus memenuhi validitas dan reliabilitas,

serta melalui proses validasi demi kestabilan dan konsistensi instrumen jika

digunakan secara berulang-ulang pada obyek yang sama. Untuk mendapatkan

instrumen yang valid dan reliabel sebelum digunakan dalam menjaring data

penelitian, angket terlebih dahulu diujicobakan. Ujicoba instrumen diharapkan

untuk mendapatkan instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi,

sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur instrumen penelitian ini terlebih

dahulu diujicobakan pada 32 orang responden dengan maksud untuk mengetahui

kesahihan (validitas) dan tingkat keandalan (reliabilitas) instrumen tersebut.

Ujicoba instrumen dilakukan terhadap 32 siswa SMKN 5 Surakarta yang dianggap

memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian, hal ini bertujuan untuk

mencapai akuntabilitas kebenaran data instrumen yang valid, reliabel, mengukur

apa yang hendak diukur dengan tepat dan konsisten. Hasil dari ujicoba tersebut

diperoleh 8 item soal angket tidak valid dari 64 item soal keseluruhan, sehinga 8

item soal tidak digunakan dalam penelitian selanjutnya. Hasil reabilitas ujicoba

instrumen diperoleh dengan dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 16.0 dengan

perolehan nilai alpha 0,816 , secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.4 hasil

reabilitas ujicoba intrumen angket penelitian berikut;

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 3.4

Hasil reabilitas ujicoba instrumen angket penelitian

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.816 64

Sumber : SPSS 16.0

Data kedua adalah data kualitatif, dalam penelitian kualitatif terdapat

beberapa cara untuk pengembangan validitas data penelitian, antara lain teknik

trianggulasi dan review informan.

1. Trianggulasi

Moleong menyatakan bahwa, “Trianggulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu” (2007:330). Patton menyatakan bahwa, “Ada 4 macam teknik trianggulasi

yaitu: (1) trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi peneliti

(investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologi (methodological

triangulation) dan (4) trianggulasi teoretis (theoretical triangulation)” (H.B

Sutopo,2002:78).

Trianggulasi data juga disebut tringgulasi sumber. Trianggulasi data

ini digunakan untuk memperoleh data yang sejenis dari sember data yang

berbeda-beda. Trianggulasi metodologi dilakukan dengan menggunakan

metode atau teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data

yang sama atau sejenis. Trianggulasi peneliti merupakan hasil penelitian data

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji

validitasnya dari beberapa peneliti. Trianggulasi teori yaitu dalam membahas

permasalahan yang dikaji peneliti menguraikan perspektif dari beberapa teori.

Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

trianggulasi data dan trianggulasi metodologi, dengan trianggulasi data

peneliti memperoleh data dari narasumber yang berbeda-beda posisinya

dengan teknik wawancara terstruktur sehingga informasi dari nara sumber

yang satu dapat dibandingkan dengan informasi dari nara sumber yang lain.

Trianggulasi ini juga diterapkan dengan cara menggali informasi dari hasil

pengamatan dan dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang

memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksudkan peneliti.

Trianggulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode atau

teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama

atau sejenis yaitu dengan penyebaran angket penelitian, teknik pengamatan

langsung (observasi), teknik wawancara terstruktur dan teknik analisis

dokumen.

2. Review Informan

Review informan juga merupakan usaha pengembangan validitas

penelitian. Data yang telah diperoleh dan ditulis dikomunikasikan dengan

informan khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan),

hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut

merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang dapat disetujui mereka,

dengan demikian juga dapat diketahui jika ada data yang salah atau tidak

lengkap sehingga peneliti dapat memperbaiki dan melengkapi data-data

tersebut.

G. Analisis Data

Kegiatan menganalisis data merupakan kegiatan lanjutan setelah data

terkumpul, dari pengolahan data didapatkan keterangan/informasi yang bermakna

atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.

Informasi tersebut akan menggambarkan kondisi yang ingin diketahui tentang

program pendidikan yang di evaluasi. Berdasarkan informasi itulah evaluator akan

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada para pemegang kebijakan yang

terkait maupun stakeholder (Arikunto&Jabar,2010:143).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik

deskriptif melalui perhitungan komputer dengan menggunakan perangkat lunak

Microsoft Excel dan SPSS 16.0. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi

untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti

melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis

dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,2012:29).

Data dari hasil angket penelitian secara lebih rinci dianalisis secara deskriptif

kuantitatif yaitu dengan cara membandingkan persentase perolehan skor tiap

responden pada tiap kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase

menunjukkan kriteria informasi yang terungkap sehingga dapat diketahui posisi

masing-masing indikator dalam keseluruhannya maupun bagian permasalahan

yang diteliti. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif

kualitatif.

Data kuantitatif yang diperoleh dari Context, Input, Process, dan Product

dievaluasi dengan cara membandingkan persentase perolehan skor setiap

responden pada tiap kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase

menunjukkan kriteria informasi yang terungkap, sehingga dapat diketahui posisi

masing-masing indikator dalam keseluruhan maupun sebagian indikator yang

diteliti. Kriteria kecenderungan yang digunakan mengacu pada rumus yang

dikembangkan oleh Azwar(2008: 108). Kriteria penilaian komponen dapat dilihat

pada tabel 3.5 berikut;

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Komponen

Rentangan Skor Kriteria

X < µ– 1,5

µ - 1,5 < X ≤ µ - 0,5

µ - 0,5 < X ≤ µ + 0,5

µ + 0,5 < X ≤ µ + 1,5

µ + 1,5 < X

Sangat rendah

rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Keterangan :

µ = Mean ideal yang dapat dicapai instrumen

= ½ (skor tertinggi + skor terendah)

= Standar deviasi ideal yang dapat dicapai instrumen

= 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

X = Skor yang dicapai

Cara mengetahui setiap hasil evaluasi yang dilakukan, maka diperlukan

kriteria penilaian, adapun kriteria penilaian yang dipakai berdasarkan pada kriteria

empiris, yaitu kriteria yang disusun atau dikembangkan berdasarkan kondisi

lapangan yang terekam atau mengacu pada komponen-komponen yang terlibat,

yaitu siswa. Perhitungan Kriteria data evaluasi yang diperoleh melalui angket

untuk masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 3.6

Skor Item Instrumen Tiap Indikator

Uraian

Context Input Process Product

C.1 C.2 C.3 D.1 D.2 D.3 E.1 E.2 E.3 F.1 F.2 F.3

Jumlah Item 6 8 4 3 4 5 11 2 3 5 2 3

Skor Maksimum 30 40 20 15 20 25 55 10 15 25 10 15

Skor Minimum 6 8 4 3 4 5 11 2 3 5 2 3

Rentang nilai 24 32 16 12 16 20 44 8 12 20 8 12

Mean (µ) 18 24 12 9 12 15 33 6 9 15 6 9

Standar deviasi () 4 5,3 2,7 2 2,7 3,3 7,3 1,3 2 3,3 1,3 2

Sumber : Data primer diolah

1. Context

a. Tujuan yang akan dicapai

Diukur dengan 6 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban

menurut skala Likert dimana penskoran yang digunakan adalah 5, 4, 3,

2 dan 1. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap

responden adalah 6, sedangkan skor tertinggi adalah 30. Rentangan

minimum dan maksimum datanya adalah 24, dengan demikian deviasi

standarnya () bernilai 4 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 18.

b. Kondisi lingkungan

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

Konteks indikator kondisi lingkungan sebanyak 8 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 8 sedangkan

skor tertinggi adalah 40. Rentangan minimum dan maksimum datanya

adalah 32, dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 5,3 dan

mean teoritisnya (µ) bernilai 24.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

c. Merencanakan keputusan

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

Konteks indikator merencanakan keputusan sebanyak 4 butir. Skor

terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 4

sedangkan skor tertinggi adalah 20. Rentangan minimum dan

maksimum datanya adalah 16, dengan demikian deviasi standarnya ()

bernilai 2,7 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 12.

2. Input

a. Sumber-sumber yang ada

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi input

indikator sumber-sumber yang ada sebanyak 3 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 3 sedangkan

skor tertinggi adalah 15. Rentangan minimum dan maksimum datanya

adalah 12, dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 2 dan mean

teoritisnya (µ) bernilai 9.

b. Kemampuan subyek dalam menunjang program

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi input

indikator kemampuan subyek dalam menunjang program sebanyak 4

butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden

adalah 4 sedangkan skor tertinggi adalah 20. Rentangan minimum dan

maksimum datanya adalah 16, dengan demikian deviasi standarnya ()

bernilai 2,7 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 12.

c. Strategi untuk mencapai tujuan

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi input

indikator strategi untuk mencapai tujuan ada 5 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 5 sedangkan

skor tertinggi adalah 25. Rentangan minimum dan maksimum datanya

adalah 20, dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 3,3 dan

mean teoritisnya (µ) bernilai 15.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3. Process

a. Kegiatan program

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

proses indikator kegiatan program sebanyak 11 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 11 sedangkan

skor tertinggi adalah 55. Rentangan minimum dan maksimum datanya

adalah 44, dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 7,3 dan

mean teoritisnya (µ) bernilai 33.

b. Kemampuan penanganan program

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

proses indikator kegiatan program sebanyak 2 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 2 sedangkan

skor tertinggi adalah 10. Rentangan minimum dan maksimum datanya

adalah 8, dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 1,3 dan

mean teoritisnya (µ) bernilai 6.

c. Pemanfaatan sarana dan prasarana

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

proses indikator pemanfaatan sarana dan prasarana sebanyak 3 butir.

Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah

3 sedangkan skor tertinggi adalah 15. Rentangan minimum dan

maksimum datanya adalah 12, dengan demikian deviasi standarnya ()

bernilai 2 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 9.

4. Product

a. Ketercaiapan hasil yang ditetapkan

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

produk indikator ketercapaian hasil yang diharapkan sebanyak 5 butir.

Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah

5 sedangkan skor tertinggi adalah 25. Rentangan minimum dan

maksimum datanya adalah 20, dengan demikian deviasi standarnya ()

bernilai 3,3 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 15.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

b. Hasil yang dilakukan setelah program berjalan

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

produk indikator hasil yang dilakukan setelah program berjalan

sebanyak 2 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap

responden adalah 2 sedangkan skor tertinggi adalah 10. Rentangan

minimum dan maksimum datanya adalah 8, dengan demikian deviasi

standarnya () bernilai 1,3 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 6.

c. Pengaruh program

Jumlah butir pertanyaan angket penelitian untuk evaluasi

Produk indikator pengaruh program sebanyak 3 butir. Skor terendah

yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 3 sedangkan

skor tertinggi adalah 15. Rentangan minimum dan maksimum datanya

adalah 12, dengan demikian deviasi standarnya () bernilai 2 dan mean

teoritisnya (µ) bernilai 9.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 3.7 Kriteria tiap indikator dalam penelitian

KRITERIA INDIKATOR

C.1 C.2 C.3 D.1 D.2 D.3 E.1 E.2 E.3 F.1 F.2 F.3

Sangat

Rendah ≤ 12 ≤ 16 ≤ 8 ≤ 6 ≤ 8 ≤ 10 ≤ 22 ≤ 4 ≤ 6 ≤ 10 ≤ 4 ≤ 6

Rendah 12<X≤16 16<X≤21 8<X≤11 6<X≤8 8<X≤11 10<X≤13 22<X≤29 4<X≤5 6<X≤8 10<X≤13 4<X≤5 6<X≤8

Sedang 16<X≤20 21<X≤27 11<X≤13 8<X≤10 11<X≤13 13<X≤17 29<X≤37 5<X≤7 8<X≤10 13<X≤17 5<X≤7 8<X≤10

Tinggi 20<X≤24 27<X≤32 13<X≤16 10<X≤12 13<X≤16 17<X≤20 37<X≤44 7<X≤8 10<X≤12 17<X≤20 7<X≤8 10<X≤12

Sangat

Tinggi > 24 > 32 >16 > 12 > 16 > 20 > 44 > 8 > 12 > 20 > 8 > 12

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Penjelasan dari tabel 3.7 kriteria tiap indikator dalam penelitian sebagai

berikut;

1. Context

a. Tujuan yang ingin dicapai

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

12,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 12,01

sampai dengan 16,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

16,01 sampai dengan 20,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 20,01 sampai dengan 24,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 24,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

b. Kondisi lingkungan

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

16,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 16,01

sampai dengan 21,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

21,01 sampai dengan 27,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 27,01 sampai dengan 32,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 32,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

c. Merencanakan keputusan

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

8,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 8,01

sampai dengan 11,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

11,01 sampai dengan 13,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 13,01 sampai dengan 16,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 16,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

50

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Input

a. Sumber-sumber yang ada

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

6,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 6,01

sampai dengan 8,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

8,01 sampai dengan 10,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 10,01 sampai dengan 12,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 12,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

b. Kemampuan subyek untuk menunjang program

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

8,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 8,01

sampai dengan 11,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

11,01 sampai dengan 13,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 13,01 sampai dengan 16,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 16,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

c. Strategi untuk mencapai tujuan

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

10,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 10,01

sampai dengan 13,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

13,01 sampai dengan 17,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 17,01 sampai dengan 20,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 20,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

3. Process

a. Kegiatan program

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

22,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 22,01

sampai dengan 29,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

29,01 sampai dengan 37,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 37,01 sampai dengan 44,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 44,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b. Kemampuan penanganan program

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

4,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 4,01

sampai dengan 5,30 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

5,31 sampai dengan 6,70 dikelompokkan pada kriteria sedang, rentang

skor 6,71 sampai dengan 8,00 dikelompokkan pada kriteria tinggi, dan

skor diatas 8,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

c. Pemanfaatan sarana dan prasarana

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

6,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 6,01

sampai dengan 8,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

8,01 sampai dengan 10,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 10,01 sampai dengan 12,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 12,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

4. Product

a. Ketercapaian hasil yang ditetapkan

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

10,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 10,01

sampai dengan 13,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

13,01 sampai dengan 17,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 17,01 sampai dengan 20,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 20,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

b. Hal yang dilakukan setelah program berjalan

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

4,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 4,01

sampai dengan 5,30 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

5,31 sampai dengan 6,70 dikelompokkan pada kriteria sedang, rentang

skor 6,71 sampai dengan 8,00 dikelompokkan pada kriteria tinggi, dan

skor diatas 8,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c. Pengaruh program

Jawaban responden yang berada pada rentang skor di bawah

6,00 dikelompokkan pada kriteria sangat rendah, rentang skor 6,01

sampai dengan 8,00 dikelompokkan pada kriteria rendah, rentang skor

8,01 sampai dengan 10,00 dikelompokkan pada kriteria sedang,

rentang skor 10,01 sampai dengan 12,00 dikelompokkan pada kriteria

tinggi, dan skor diatas 12,00 dikelompokkan pada kriteria sangat tinggi.

H. Prosedur Penelitian

Penjelasan secara rinci langkah-langkah penelitian dari awal hingga akhir.

Langkah-langkah tersebut meliputi :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi :

a. Pengajuan Judul skripsi

b. Studi Pustaka

c. Penyusunan Proposal

d. Seminar proposal.

e. Penyusunan Pedoman Penelitian (Alat pengumpul data)

f. Pengurusan perizinan penelitian, meliputi :

1) Perizinan ke Pembantu Dekan I FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2) Perizinan penelitian ke SMKN 5 Surakarta (lokasi penelitian)

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan pada tahap pelaksanaan adalah mengumpulkan data dari

lokasi penelitian (SMKN 5 Surakarta) dengan menggunakan metode

campuran, yaitu pengumpulan data kuantitatif (angket penelitian) dan data

kualitatif (observasi, wawancara dan analisis dokumen) dalam kaitannya

dengan pemakaian seragam sekolah siswa di SMKN 5 Surakarta.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

3. Tahap Analisis dan Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dikoreksi kemudian dianalisis dengan

analisis interakstif dan mengalir yang selanjutnya disajikan dalam bentuk

deskriptif kualitatif (teks empirik).

4. Penyajian Simpulan/Hasil

Simpulan data yang disajikan berupa laporan yang bersifat deskriptif

kualitatif, untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar diagaram alur penelitian

sebagai berikut :

Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian

Tahap Persiapan

1. Pengajuan Judul Skripsi

2. Study Pustaka

3. Penyusunan Proposal

4. Seminar Proposal

5. Penyusunan Pedoman Penelitian

(alat pengumpulan data)

6. Pengurusan Perizinan Penelitian

Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan Data (Observasi, Interview, Cek dokumen, Angket/kuisioner)

Tahap Analisis dan Pengolahan Data

Penyajian Simpulan/ Hasil

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Data SMKNegeri 5 Surakarta

a. Nama Sekolah : SMKN 5 Surakarta

b. Nomor Statistik Sekolah : 321036101002

c. Propinsi : Jawa Tengah

d. Otonomi Daerah : Pemerintah Kota Surakarta

e. Kecamatan : Laweyan

f. Desa/Kelurahan : Kerten

g. Jalan & Nomor : L.U Adisucipto Nomor : 42

h. Kode Pos : 57143

i. Telepon : Kode Wilayah : 0271

Nomor 713916

j. Faximile : Kode Wilayah : 027

Nomor:727068

k. Daerah : Perkotaan

l. Status Sekolah : Negeri

m. Kelompok Sekolah : Teknologi & Industri

n. Akreditas : A

Surat Keputusan BAS : No: 018/BASPROP/TU1/2006

Tgl :28-01-2006

o. Penerbit SK BAS ditandatangani oleh : Drs.Sudharto M.A

p. Tahun Berdiri : 1965

q. Tahun Perubahan : 1997

r. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi

s. Bangunan Sekolah : Dinding Batu bata (Permanen)

t. Lokasi Sekolah : Dalam Kota

u. Jarak ke pusat Kecamatan : 2 Km

v. Jarak ke pusat Otoda : 8 Km

55

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

w. Terletak pada lintasan : Kabupaten/Kota

x. Perubahan Sekolah

1) STM N 2 Surakarta, tgl. 7-8-1965 No.88-65/ Dirpt/Bl

2) SMKN 5 Surakarta, tgl. 7-3-1997 No.036/ O /1997

y. Kepala Sekolah : Drs. Sudarto, M. M.

NIP. 19520607 197903 1 012

z. Email dan Website : [email protected] dan

www.smkn5solo.net

aa. Program Keahlian : 1) Teknik Konstruksi Beton

2) Teknik Perkayuan

3) Teknik Gambar Bangunan

4) Tekanik Elektronika Industri

5) Teknik Tenaga Listrik

6) Teknik Pemesinan

7) Teknik Otomotif

8) Teknik Rekayasa Perangkat Lunak

bb. Sertifikasi ISO 9001-2008

Status : Sudah bersertifikasi

No : 01 100 065361

Tanggal : 26 Juni 2006

Lembaga yg mengeluarkan: TUV Rheinland Group

2. Profil SMKN 5 Surakarta

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta, dirintis sejak

tahun 1962. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta semula

berstatus swasta dan terletak di Purwanegaran, dahulu bernama Sekolah

Teknik Negeri 1 yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 15 Surakarta. Pada saat itu Sekolah

Teknologi Menengah merupakan Sekolah Teknologi Menengah Persiapan

Negeri di Purwanegaran, berdasarkan SK Menteri Pendidikan RI

No.8065/RI tanggal 7 Agustus 1965 statusnya berubah menjadi Negeri

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

yang terdiri dari dua jurusan, yaitu Mesin dan Bangunan Gedung.

Tahun 1965 terjadi pemberontakan G.30 S/PKI , sehingga

Sekolah Teknologi Menengah Negeri Purwanegaran pindah ke

Jayanegaran, kemudian setelah tahun 1966 Sekolah Teknologi Menengah

Negeri Purwanegaran namanya dirubah menjadi Sekolah Teknologi

Menengah Negeri 2 Surakarta yang terletak di Jalan Lanut. Adi Sucipto

No. 19 Surakarta.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia tentang perubahan Nomenklatur SMKTA menjadi SMK serta

organisasi dan Tata Kerja SMK, Nomor: 036/0/1997 tertanggal 7 Maret

1997, yang dahulu bernama Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2

Surakarta menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta dengan

alamat yang berubah nomornya menjadi Jalan. Lanut. Adi Sucipto 42

Surakarta.

Lokasi SMKN 5 Surakarta berdekatan dengan lembaga

pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di lingkungan

kompleks sekolah, baik negeri maupun swasta. Faktor ini dapat

meningkatkan motivasi tersendiri bagi siswa, karena letak dipinggir jalan

raya utama Solo-Jogja-Semarang, maka transportasi tidak menjadi masalah

yang berarti karena sangat mudah dijangkau, baik untuk kendaraan umum

maupun kendaraan pribadi. SMKN 5 Surakarta berdiri di atas area tanah

seluas 22.530 m2 yang terdiri dari gedung dan halaman, karena penataan

gedung, halaman, sarana olah raga dan lainnya baik, kemudian letaknya

berdekatan dengan Stadion Manahan Solo, sehingga sangat menunjang

untuk kegiatan belajar mengajar terutama diklat olah raga. Untuk

menunjang Pendidikan dan Pelatihan, sekolah mempunyai fasilitas antara

lain: Bengkel Teknik Konstruksi Kayu, Bengkel Konstruksi Batu dan

Beton, Bengkel Teknik Gambar Bangunan, Bengkel Teknik Elektronika

Industri, Bengkel Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, Bengkel Teknik

Pemesinan dan CNC, Bengkel Teknik Mekanik Otomotif, lab. Bahasa

Inggris, lab komputer, perpustakaan dan lain-lain.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

SMKN 5 Surakarta memiliki beberapa program keahlian,

diantaranya: Teknik Bangunan, Teknik Ketenagalistrikan, Teknik Mesin,

Teknik Otomotif, Teknik Elektronika dan Teknik Komputer.

Sejak tahun 2006, tepatnya tanggal 26 Juni dengan Nosertifikat 01

100 065 dari PT. TUV Rheinland Grup menyatakan bahwa SMKN 5 layak

mendapatkan sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2000, kemudian

setelah diadakan audit internal ulang pada tahun 2009 SMKN 5 Surakarta

telah meng-upgrade status manajemen mutu ISO menjadi SMM ISO

9001:2008, yang menandakan SMKN 5 Surakarta terus berkembang dan

berbenah menjadi sebuah institusi pendidikan kejuruan yang profesional,

bersaing dan berkualitas.

3. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-Nilai Sekolah

Sebagai sekolah negeri SMKN 5 Surakarta berusaha membantu

pemerintah baik tingkat daerah maupun pusat dalam mempersiapkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkarakter sebagai iron stock yang

unggul terutama di tingkat menengah demi terwujudnya tujuan pendidikan

nasional melalui visi, misi, tujuan, kebijakan mutu dan etos kerja sekolah,

SMKN 5 memiliki visi dan misi sebagai acuan kerja untuk meraih hasil

yang terbaik.

a. Visi:

Menciptakan teknisi tingkat menengah yang profesional.

b. Misi:

1) Mendidik dan melatih siswa yang berkarakter.

2) Mendidik dan melatih siswa sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

3) Mendidik dan melatih siswa agar memiliki karakter enterpreneur.

4) Mewujudkan sekolah sebagai wadah pengembangan daya kreatif

dan inovatif.

5) Mewujudkan sekolah berstandard Internasional.

6) Memberikan pelayanan prima pada pelanggan.

7) Mewujudkan SMK model.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

c. Tujuan:

1) Menyiapkan siswa yang cakap, mampu memahami dan

menerapkan budi pekerti luhur.

2) Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta

mengembangkan sikap profesional

3) Menyiapkan siswa dalam memilih karier, berkompetensi dan

mengembangkan sikap mandiri.

4) Menyiapkan tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan dunia

usaha/industri.

5) Menyiapkan siswa agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang leebih tinggi.

6) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan rekayasa teknologi.

7) Menyiapkan dan melaksanakan komponen – komponen persyaratan

sekolah berstandard Internasional.

8) Merumuskan dan melaksanakan kebutuhan dan harapan pelanggan.

9) Menjadikan tempat praktek bersama dengan SMK lain.

10) Menjadikan tempat pelatihan kerja, memberikan pelatihan

ketrampilan bagi masyarakat setempat.

11) Memiliki mitra dengan industri lokal, Nasional dan Internasional.

12) Menyelenggarakan program pendidikan karakter bangsa.

13) Menyelenggarakan praktek kewirausahaan, teaching

factroy/business center dan bermitra dengan industri.

14) Mewujudkan sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standard

dunia industri serta sesuai dengan kemajuan teknologi.

d. Nilai-Nilai Sekolah

Menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kegotongroyongan.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana

pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta yang dievaluasi sesuai dengan

metode evaluasi CIPP, yaitu dari Context, Input, Process hingga Product, sejauh

mana pemahaman penyeragaman siswa dalam pelaksanaan pemakaian seragam

sekolah di SMKN 5 Surakarta ditinjau dari teori pendidikan kritis, dan bagaimana

pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta pada siswa yang kurang

mampu. Deskripsi hasil penelitian ini akan dijabarkan menjadi 4 macam jawaban

dari pertanyaan tersebut. Analisis dilakukan di masing-masing

komponen/indikator baik dalam Context, Input, Process, dan Product.

1. Context

Penelitian ini ada tiga macam indikator Context yang dipilih peneliti

yaitu, tujuan yang akan dicapai dalam pemakaian seragam sekolah, kondisi

lingkungan dan merencanakan keputusan.

a. Tujuan yang akan dicapai.

Indikator pada Context yang pertama dalam penelitian ini adalah

tujuan yang akan dicapai dalam pemakaian seragam sekolah siswa SMKN

5 Surakarta. Di SMKN 5 Surakarta dari hasil wawancara menurut Supartin

selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan(WKS-2) mengatakan:

Seragam sekolah dipakai siswa untuk ketertiban, kerapian,

kedisiplinan, keseragaman, sehingga antara yang kaya dan yang miskin

itu tidak mencolok. Kenapa harus seragam, karena menurut saya untuk

tataran SMA/SMK agar tidak terjadi oncor-oncoran, kemudian yang

kaya semaunya sendiri dan sebagainya, sehingga harapanya ada

kebersamaan.

Hasil wawancara dengan Sukidi, selaku Pembina OSIS SMKN 5

Surakarta tujuan pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 menurutnya,

“Tujuan ya untuk ketertiban, dimana-mana tujuan ini agar tidak terjadi

kesenjangan”. Tidak berbeda dengan apa yang diungkapkan Suharyono

selaku guru kesiswaan bidang STP2K(Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan

Kesiswaan) SMKN 5 Surakarta sebagai berikut, “Tujuan pemakaian

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

seragam sekolah ini untuk menghilangkan kesenjangan ekonomi siswa

yang berbeda-beda”.

Hasil wawancara dengan WKS-2, dua guru kesiswaan bahwa

tujuan pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta adalah sebagai

langkah menanggulangi keberagaman siswa, baik keberagaman sosial

maupun keberagaman ekonomi keluarga siswa SMKN 5 Surakarta juga

untuk ketertiban dan keteraturan siswa berpenampilan. Penulis juga

mengambil pengukuran secara sistematis melalui angket penelitian yang

diberikan kepada siswa untuk mengukur Context pada indikator tujuan

yang akan dicapai yang disajikan pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Deskripsi statsitik frekuensi Context

indikator tujuan yang akan dicapai

C.1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tinggi 1 .3 .3 .3

Sangat Tinggi 288 99.7 99.7 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator tujuan yang akan dicapai dalam kriteria rentang skor tinggi

sebanyak 0,3% dan kriteria rentang skor sangat tinggi 99,7%, dapat

dikatakan bahwa pengukuran dalam indikator tujuan yang akan dicapai

didominasi kriteria sangat tinggi. Kriteria sangat tinggi disini diartikan

bahwa siswa mengetahui berseragam itu adalah salah satu tindakan

mentaati tatatertib sekolah.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b. Kondisi lingkungan

Pemakaian seragam sekolah yang bertujuan untuk ketertiban

siswa berpenampilan di sekolah dalam penerapanya akan membentuk

sebuah kondisi lingkungan sekolah yang kondusif untuk belajar. Seragam

sekolah diterapkan pada siswa SMKN 5 Surakarta yang berasal dari daerah

yang beragam, seperti yang diungkapkan Supartin, “Siswa SMKN 5 itu

30% dalam kota dan 70 % luar kota”. 10% dari total 30%, berasal dari

dalam kota harus diambilakan jalur khusus. Jalur khusus ini adalah jalur

bantuan Pemerintah Kota Surakarta bagi warganya yang tidak mampu.

70% siswa dari luar kota tersebut berasal dari Sukoharjo, Boyolali, Klaten,

Sragen dan Karanganyar.

Daerah asal siswa yang beragam, dan kondisi sosial ekonomi

siswa yang beragam, namun menurut Supartin, “yang namanya SMK itu ya

rata-rata dari keluarga menengah”, hal ini dilihat dari animo calon siswa

yang mendaftarkan diri ke SMKN 5 yang rata-rata berasal dari SMP luar

kota dan tidak terkenal, juga dilihat dari tunggakan administrasi tiap bulan.

Suharyono mengatakan, “Siswa disini rata-rata menengah kebawah mas,

dilihat dari satu bayare kan tiap bulanan mesti karo bagian administrasi

kan ada tunggakan, dari data pekerjaan orang tua rata-rata adalah buruh”.

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket

penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur Context pada

indikator kondisi lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4.2

Deskripsi statsitik frekuensi Context

indikator kondisi lingkungan

C.2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sedang 23 8.0 8.0 8.0

Tinggi 88 30.4 30.4 38.4

Sangat Tinggi 178 61.6 61.6 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator kondisi lingkungan dalam kriteria rentang skor sedang sebanyak

8%, rentang skor tinggi 30,4%, rentang skor sangat tinggi 61,6%, terbukti

dari hasil pengukuran terhadap siswa melalui angket penelitian perolehan

skor didominasi oleh kriteria sangat tinggi sebesar 61,6%.

c. Merencanakan keputusan

Pemakaian seragam sekolah adalah sebuah program sekolah

dalam menciptakan ketertiban siswa ketika belajar di sekolah, oleh karena

itu ada beberapa keputusan yang direncanakan oleh sekolah, dalam hal ini

adalah bidang kesiswaan melalui WKS-2 sebagai penentu keputusan yang

dibantu oleh beberapa guru-guru kesiswaan dan juga bekerjasama dengan

koprasi siswa. Proses pengadaan seragam sekolah seperti yang dikatakan

Supartin, “Pada prinsipnya, seragam itu diserahkan ke siswa. Siswa itu kan

punya koprasi, dan koprasi siswa menyediakan, lha orang tua kalau pesen

ya silahkan”, namun siswa yang diwadahi dalam organisasi sekolah yaitu

Koprasi Siswa juga didampingi oleh guru pembimbing dan kordinator guru

pembimbing yang telah ditunjuk. Guru-guru tersebut berperan lebih vital

dari pada siswa dalam proses pengadaan seragam sekolah, oleh karena itu

pengadaan seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta diurus oleh guru yang

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

bertugas di koprasi tersebut, beberapa siswa yang dilibatkan dan guru

kesiswaan.

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket

penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur Context pada

indikator merencanakan keputusan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut

Tabel 4.3

Deskripsi statsitik frekuensi Context indikator merencanakan keputusan

C.3

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 4 1.4 1.4 1.4

Sedang 48 16.6 16.6 18.0

Tinggi 163 56.4 56.4 74.4

Sangat Tinggi 74 25.6 25.6 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator merencanakan keputusan dalam kriteria rentang skor rendah

sebanyak 1,4%, sedang sebanyak 16,6%, tinggi sebanyak 56,4%, dan

sangat tinggi sebanyak 25,6%, dari hasil pengukuran tersebut, evaluasi

konteks untuk indikator merencanakan keputusan dominasi skor terbanyak

terdapat pada kriteria tinggi dengan perolehan skor sebanyak 163/56,4%,

disusul sangat tinggi sebanyak 74/25,6%.

Seragam yang direncanakan menurut Supartin, “19

rounbel(rombongan belajar), 19 kali 36 siswa untuk tahun pelajaran

2011/2012”. Jenis seragam sekolah yang ada di SMKN 5 Surakarta antara

lain, putih abu-abu untuk hari senin dan selasa, pakaian khusus untuk

identitas SMKN 5 Surakarta lengkap dengan logo SMKN 5 Surakarta yang

dikenakan setiap hari rabu dan kamis, Seragam batik dipakai pada hari

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

jumat, seragam pramuka di hari sabtu, seragam olah raga, dan baju praktek

(wear pack).

2. Input

Indikator Input dalam penelitian ini antara lain, sumber-sumber yang

ada, kemampuan subyek dalam menunjang program, dan strategi untuk

mencapai tujuan.

a. Sumber-sumber yang ada.

Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta didasari oleh

dasar-dasar yang jelas, oleh karena itu seragam sekolah wajib dikenakan

oleh siswa dengan ketentuan yang telah ditetapkan di dalam buku tata

tertib siswa SMKN 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, untuk ketertiban

seragam sekolah dibahas secara spesifik dalam Bab IV yang dirinci dalam

tiga pasal. Seragam sekolah sesuai peraturan di dalam buku tatatertib

SMKN 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 pada Bab IV Pasal 15

dijelaskan sebagai berikut:

Setiap siswa wajib memakai seragam sekolah sesuai dengan

ketentuan, kemeja/blus harus dimasukkan dalam celana/rok, badge

dijahit pada saku kemeja/blus di bagian kiri, lokasi sekolah dijahit

pada lengan kemeja/blus sebelah kanan dengan jarak 2cm dari

jahitan bahu, dan tanda tingkat dijahit pada lengan kemeja/blus

sebelah kiri dengan jarak 2 cm dari jahitan bahu (hlm.4)

Ketentuan-ketentuan khusus berseragam sekolah di SMKN 5

Surakarta diatur dalam buku tatatertib siswa SMK N 5 Surakarta tahun

pelajaran 2011/2012 pada Bab IV Pasal 16 sebagai berikut:

Ketentuan seragam sekolah SMK N 5 Surakarta adalah sebagai

berikut:

1. Seragam hari senin dan selasa, pakaian putih abu-abu lengkap

dengan badge OSIS.

2. Seragam hari rabu dan kamis, pakaian khusus identitas SMK N

5 Surakarta, lengkap dengan logo SMK N 5 Surakarta.

3. Seragam hari jumat, batik sedang sabtu pakaian pramuka.

4. Sepatu warna hitam, kaos kaki putih dan sabuk hitam standar.

5. Pada waktu pelajaran praktek, siswa wajib memakai pakaian praktek dan perlengkapan lain yang telah ditentukan dari

sekolah.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

6. Pada waktu pelajaran praktek olah raga, siswa wajib memakai

seragam olah raga yang telah ditentukan dari sekolah.

7. Khusus bagi siswa putrid yang karena keyakinan pribadinya

menghendaki mamakai pakaian seragam khas, dapat

menggunakan pakaian tersebut dengan warna dan rancangan

sesuai dengan lampiran IV edaran Dirjen Dikdasmen

Depdikbud no. 100/C/Kep/1991.

8. Bagi siswa puteri yang memakai pakaian seragam khas

sebagaimana dimaksud dalam ayat 6, harus mendapat

persetujuan dari orang tua atau wali siswa (Kep.Dir.Dikdasmen

No.100/C/Kep/1991 Bab V Pasal 10 ayat 2).

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket

penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur Input pada

indikator sumber-sumber yang ada dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut,

Tabel 4.4

Deskripsi statistik frekuensi Input indikator sumber-sumber yang ada

D.1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 2 .7 .7 .7

Rendah 26 9.0 9.0 9.7

Sedang 99 34.3 34.3 43.9

Tinggi 126 43.6 43.6 87.5

Sangat Tinggi 36 12.5 12.5 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator sumber-sumber yang ada dalam kriteria rentang skor sangat

rendah sebanyak 0,7%, rendah sebanyak 9%, sedang sebanyak 34,3%,

tinggi sebanyak 43,6%, dan sangat tinggi sebanyak 12,5%.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b. Kemampuan subyek dalam menunjang program

Subyek dalam pemakaian seragam sekolah adalah siswa SMKN 5

Surakarta. Pengukuran lebih terfokus kepada hasil pengukuran angket

penelitian pada indikator kemampuan subyek dalam menunjang program

yang dapat dilihat pada tabel 4.5 yang diisi oleh siswa berikut,

Tabel 4.5

Deskripsi statistik frekuensi Input

indikator kemampuan subyek dalam menunjang program

D.2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 12 4.2 4.2 4.2

Rendah 63 21.8 21.8 26.0

Sedang 51 17.6 17.6 43.6

Tinggi 108 37.4 37.4 81.0

Sangat Tinggi 55 19.0 19.0 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

kemampuan subyek dalam menunjang program dalam kriteria rentang skor

sangat rendah sebanyak 4,2%, rendah sebanyak 21,8%, sedang sebanyak

17,6%, tinggi sebanyak 37,4%, dan sangat tinggi sebanyak 19,0%.

Pengukuran untuk indikator kemampuan subyek dalam menunjang

program didominasi oleh kriteria tinggi.

c. Strategi untuk mencapai tujuan

Strategi untuk mencapai tujuan dalam Input ditujukan lebih

kepada strategi pihak sekolah dalam pemakaian seragam sekolah untuk

dapat mencapai tujuan yang akan dicapai dari program ini. Strategi untuk

mencapai tujuan ini lebih kepada strategi pemecahan masalah yang

dihadapi pada tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2010/2011 dan

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dicarikan solusi untuk tahun pelajaran 2011/2012. Untuk permasalah

tersebut antara lain permasalahan pemakaian seragam sekolah kepada

siswa yang kurang mampu. Peneliti mendapati beberapa solusi yang di

tawarkan oleh sekolah seperti dengan adanya kartu gold dan biasiswa

kurang mampu. Sistem mencicil juga diadakan untuk pembayaran awal

pertama masuk sekolah, dimana di dalamnya sudah termasuk pembayaran

seragam sekolah.

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket

penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur evaluasi input

pada indikator strategi untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut,

Tabel 4.6

Deskripsi statistik frekuensi Input indikator strategi utuk mencapai tujuan

D.3

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 17 5.9 5.9 5.9

Sedang 91 31.5 31.5 37.4

Tinggi 116 40.1 40.1 77.5

Sangat Tinggi 65 22.5 22.5 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator strategi untuk mencapai tujuan dalam kriteria rentang skor rendah

sebanyak 5,9%, sedang sebanyak 31,5%, tinggi sebanyak 40,1%, dan

sangat tinggi sebanyak 22,5%. Pengukuran indikator strategi untuk

mencapai tujuan didominasi oleh kriteria tinggi.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

3. Process

Indikator Process dalam penelitian ini antara lain, kegiatan program,

kemampuan penanganan program, dan pemanfaatan sarana dan prasarana.

a. Kegiatan program

Pemakaian seragam sekolah terkhusus pada saat seragam sekolah

dikenakan oleh siswa ketika di lingkungan sekolah dan di lingkungan

sekitar sekolah. Kegiatan program sarat akan penertiban pemakaian

seragam sekolah oleh guru yang bertugas untuk mendisiplinkan siswa

dengan pemakaian seragamnya, meskipun sebenarnya setiap guru dan

karyawan seperti satpam memiliki kewajiban yang sama dalam

pendisiplinan seragam sekolah ini namun Supartin mengatakan bahwa,

Yang terlibat dalam pendisiplinan seragam sekolah adalah semua

aparat, kesiswaan, guru wali. Maksudnya dalam arti begini, kalau

ada anak yang tidak seragam yang negur yang mana yang tahu

lebih dulu, ya semua warga mengingatkan, menegur, anak tidak

seragam nggak rapi.

Peneguran langsung dilakukan ketika siswa tidak tertib

berseragam sekolah di SMKN 5 Surakarta, selain itu juga terdapat sidak di

kelas yang rutin diadakan setiap minggu sekali dan setiap sebelum bel

masuk sekolah terdapat penertiban di gerbang utama siswa masuk

lingkungan sekolah. Menurut Suharyono,

Kita sidak ada, tapi setiap hari kita piket di depan, jadi STP2K itu

punya jadwal piket. Ini fungsinya yaitu mengontrol kelengkapan

seragam sekolah siswa, sudah rapi belum. Diharapkan masuk sini

rapi. Jaket dibuka, pakai topi ya topi SMK sini, kalau topi yang

diluar topi SMK sini, di simpan saja, jangan dipakai masuk.

Tahapan peneguran siswa ketika tidak berseragam sekolah tidak

sesuai dengan ketentuan dikenakan nilai skorsing sebesar 10 point, hal ini

sudah diatur dalam buku tata tertip siswa SMKN 5 Surakarta tahun

pelajaran 2011/2012 pada Bab VI sanksi-sanksi. Pengambilan pengukuran

melalui angket penelitian kepada siswa yang secara sistematis untuk

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

mengukur evaluasi proses pada indikator kegiatan program dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut,

Tabel 4.7

Deskripsi statistik frekuensi Process indikator kegiatan program

E.1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 226 78.2 78.2 78.2

Rendah 44 15.2 15.2 93.4

Sedang 12 4.2 4.2 97.6

Tinggi 7 2.4 2.4 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator kegiatan program dalam kriteria rentang skor sangat rendah

sebanyak 78,2%, rendah sebanyak 15,2%, sedang sebanyak 4,2%, dan

tinggi sebanyak 2,4%. Kriteria dengan perolehan skor terbanyak adalah

kriteria sangat rendah sejumlah 226/78,2%. Pengukuran pada indikator

kegiatan program didominasi kriteria sangat rendah.

b. Kemampuan penanganan program

Indikator kemampuan penanganan program ini mengukur tingkat

efektifitas pelaksanaan kegiatan program yang dilakukan oleh pihak

sekolah sebagai upaya menegakkan kedisiplinan kepada siswa di

lingkungan sekolah. Pengukuran lebih terfokus kepada angket penelitian

yang dibagikan kepada siswa, karena dari jawaban siswa inilah proyeksi

secara obyektif kemampuan penanganan kegiatan program yang dilakukan

oleh pihak sekolah kepada siswanya. Pengambilan pengukuran secara

sistematis melalui angket penelitian yang diberikan kepada siswa untuk

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

mengukur Process pada indikator kemampuan penanganan program dapat

dilihat pada tabel 4.8 berikut,

Tabel 4.8

Deskripsi statistik frekuensi Process indikator kemampuan penanganan program

E.2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 1 .3 .3 .3

Rendah 8 2.8 2.8 3.1

Sedang 44 15.2 15.2 18.3

Tinggi 115 39.8 39.8 58.1

Sangat Tinggi 121 41.9 41.9 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator sumber-sumber yang ada dalam kriteria rentang skor sangat

rendah sebanyak 0,3%, rendah sebanyak 2,8%, sedang sebanyak 15,2%,

tinggi sebanyak 39,8%, dan sangat tinggi sebanyak 41,9%. Pengukuran

pada indikator sumber-sumber yang ada didominasi oleh kriteria rentang

skor sangat tinggi.

c. Pemanfaatan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana dalam pemakaian seragam sekolah di

SMKN 5 Surakarta lebih kepada momentum waktu untuk mengingatkan

siswa agar berdisiplin mengenakan seragam sekolah, baik di saat akan

masuk ke lingkungan sekolah oleh guru piket, saat upacara bendera, atau

saat di dalam kelas ketika ada sidak atau bahkan saat ketika di lingkungan

sekolah siswa ditegur oleh guru atau karyawan. Suharyono menjelaskan

terkait dengan sarana prasaran sebagai berikut, “Sarana, nggak ada saya

rasa, paling ya buku tartib untuk back-up-in anak yang melanggar. Ini

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

bukunya. Kalau yang khusus nggak ada, seperti pentungan, saya taruh di

atas lemari, dan buat pajangan”. Pengambilan pengukuran secara sistematis

melalui angket penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur

Process pada indikator pemanfaatan sarana dan prasarana dapat dilihat

pada tabel 4.9 berikut,

Tabel 4.9

Deskripsi statistik frekuensi Process

indikator pemanfaatan sarana dan prasarana

E.3

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 149 51.6 51.6 51.6

Rendah 45 15.6 15.6 67.1

Sedang 56 19.4 19.4 86.5

Tinggi 27 9.3 9.3 95.8

Sangat Tinggi 12 4.2 4.2 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator pemanfaatan sarana dan prasarana dalam kriteria rentang skor

sangat rendah sebanyak 51,6%, rendah sebanyak 15,6%, sedang sebanyak

19,4%, tinggi sebanyak 9,3%, dan sangat tinggi sebanyak 4,2%.

Pengukuran indikator pemanfaatan sarana dan prasarana didominasi oleh

kriteria sangat rendah.

4. Product

Indikator Product dalam penelitian ini antara lain, ketercapaian hasil

yang ditetapkan, hal yang dilakukan setelah program berjalan, pengaruh

program.

a. Ketercapaian hasil yang ditetapkan

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Hasil yang diharapkan dari pemakaian seragam sekolah adalah

terwujudnya lingkungan yang kondusif dan tertib. Pengambilan

pengukuran secara sistematis melalui angket penelitian yang diberikan

kepada siswa untuk mengukur Product pada indikator ketercapaian hasil

yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut,

Tabel 4.10

Deskripsi statistik frekuensi Product

indikator ketercapaian hasil yang ditetapkan

F.1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 52 18.0 18.0 18.0

Rendah 66 22.8 22.8 40.8

Sedang 96 33.2 33.2 74.0

Tinggi 65 22.5 22.5 96.5

Sangat Tinggi 10 3.5 3.5 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator ketercapaian hasil yang ditetapkan dalam kriteria rentang skor

sangat rendah sebanyak 18,0%, rendah sebanyak 22,8%, sedang sebanyak

33,2%, tinggi sebanyak 22,5%, dan sangat tinggi sebanyak 3,5%.

Pengukuran indikator ketercapaian hasil yang ditetapkan didominasi oleh

kriteria sedang.

b. Hal yang dilakukan setelah program berjalan

Pemakaian seragam sekolah akan terus dijalankan karena

mempertimbangkan bahwa seragam sekolah ini adalah bentuk komitmen

siswa ketika berada di sekolah. Sukidi mengatakan, “Kalau siswa pada

awal masuknya sudah berkomitmen untuk masuk dalam sebuah sekolah,

maka aturan sekolah tersebut harus ditaati, walaupun niatnya belajar, kalau

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

dalam aturan di sini harus berseragam, menggunakan sepatu dan

sebagainya, maka wajib menggunakan sepatu dan sebagainya”. Menurut

pendapat Suharyono tentang keberadan seragam sekolah adalah sebagai

berikut,

Seragam sekolah harus tetap ada karena disamping kerapian, juga

untuk menghindari kesenjangan antara yang miskin dengan yang

kaya itu. Tetapi yang inti utamanya dari saya, jangan sampai nanti

jor-joran. Pakaian bebas yang mampu beli pakaian yang mahal-

mahal, yang tidak mampu beli kasihan.

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket

penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur Product pada

indikator ketercapaian hasil yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel 4.10

berikut,

Tebel 4.11

Deskripsi statistik frekuensi Product

indikator hal yang dilakukan setelah program berjalan

F.2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 28 9.7 9.7 9.7

Rendah 47 16.3 16.3 26.0

Sedang 146 50.5 50.5 76.5

Tinggi 60 20.8 20.8 97.2

Sangat Tinggi 8 2.8 2.8 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber: SPSS 16.0

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator hal yang dilakukan setelah program berjalan dalam kriteria

rentang skor sangat rendah sebanyak 9,7%, rendah sebanyak 16,3%,

sedang sebanyak 50,5%, tinggi sebanyak 20.8%, dan sangat tinggi

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

sebanyak 2,8%. Pengukuran indikator hal yang dilakukan setelah program

berjalam didominasi oleh kriteria sedang.

c. Pengaruh program

Pengaruh program dalam penelitian ini adalah gejala yang timbul

ketika seragam sekolah dikenakan dalam lingkungan sekolah. Pendapat

yang ditemui oleh peneliti di SMKN 5 Surakarta bawasanya seragam

sekolah berperan sebagai identitas siswa, Supartin mengatakan bahwa,

Dengan seragam sekolah itu kita kan lebih mudah

mengindentifikasi kui cah kene opo udu, lha coba kalau bebas itu

kan, membedakan mana siswa sini opo bukan, ketertiban dan

keamanan. Bahkan kalau masuk jaketnya itu harus di buka.

Memastikan bahwa yang masuk itu siswa kita. Nanti jojo masuk

ngambil motor.

Identitas pelajar melalui seragam sekolah ini melekat kepada

seorang pelajar yang duduk dibangku sekolahan, oleh karenanya seorang

yang berseragam sekolah dapat dikatakan seorang pelajar yang duduk

dibangku sekolah. Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui

angket penelitian yang diberikan kepada siswa untuk mengukur Product

pada indikator pengaruh program dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut,

Tabel 4.12

Deskripsi statistik frekuensi Product indikator pengaruh program

F.3

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Rendah 15 5.2 5.2 5.2

Rendah 4 1.4 1.4 6.6

Sedang 89 30.8 30.8 37.4

Tinggi 124 42.9 42.9 80.3

Sangat Tinggi 57 19.7 19.7 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa perolehan hasil skor siswa untuk

indikator pengaruh program dalam kriteria rentang skor sangat rendah

sebanyak 5,2%, rendah sebanyak 1,4%, sedang sebanyak 30,8%, tinggi

sebanyak 42,9%, dan sangat tinggi sebanyak 19,7%. Pengukuran indikator

pengaruh program didominasi oleh kriteria tinggi.

C. PEMBAHASAN

Pemakaian Seragam Sekolah di SMK N 5 Surakarta

Terhadap Pendidikan Kritis dengan Metode CIPP

Seragam sekolah adalah salah satu bagian dari program ketertiban yang

tertulis di tatatertib sekolah (SMKN 5 Surakarta) yang ditujukan untuk siswa agar

tertib dan rapi saat proses belajar mengajar di sekolah, sehingga terciptalah

suasana belajar yang kondusif. Penelitian tentang pemakaian seragam sekolah

dikaji dari awal proses Context, Input, Process hingga Product pada siswa SMKN

5 Surakarta.

1. Context

Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta dari beberapa

sumber wawancara, WKS-2, Pembina OSIS dan guru STP2K memiliki tujuan

pencapaian. Tujuan tersebut antara lain sebagai peniada keberagaman siswa

berpenampilan, peniada kesenjangan sosial dan salah satu metoda

pendisiplinan diri siswa di sekolah. Mengingat dalam Keputusan Direktur

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan No.052/C/Kep/D 82 Bab II, bawasanya dijelaskan pakaian

seragam sekolah jika dikenakan dengan sebaik-baiknya akan meninggikan

citra siswa pada umumnya dan meninggikan citra sekolah pada khususnya.

Kemudian pada bab selanjutnya, yaitu Bab III dijelaskan berpakaian seragam

sekolah memerlukan ketertiban dan kedisiplinan, yang tidak lain adalah sikap

mentaati peraturan berpenampilan sesuai dengan ketentuan yang telah

disepakati. Sikap tersebut akan membentuk kesadaran hukum dan disiplin diri

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

yang kemudian secara berkelompok akan membentuk disiplin kelompok

(disiplin sekolah) dan dimungkinkan turut andil dalam memperkuat disiplin

nasional.

Kedisiplinan inilah yang akan membawa kepada kondisi lingkungan

sekolah yang kondusif sebagai tempat untuk belajar, yaitu ketika seragam

sekolah ini dikenakan siswa dengan kesadaran disiplin diri, sehingga

kelancaran belajar mengajar di sekolah tercipta dengan sendirinya. Pihak

sekolah dalam hal ini WKS-2 yang dibantu guru kesiswaan dan beberapa siswa

telah membuat perencanaan proses pemakaian seragam sekolah beserta

panduan manual penertiban disiplin sekolah yang salah satunya disiplin

berseragam sekolah yang dibukukan dalam buku tatatertib tahunan.

2. Input

Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta memiliki dasar

yang sangat kuat, dimana dasar tersebut tertulis dalam buku tata tertib tahunan

pada Bab IV. Dasar yang sangat kuat dikarenakan dalam buku tatatertib

tahunan tersebut, terkhusus pada Bab IV tentang seragam sekolah, ada dua

ayat, yaitu ayat 7 dan 8 pada pasal 16, tentang peraturan seragam khusus siswa

putri yang pada dasarnya berasal dari Kep.Dir.Dikdasmen No.100/C/Kep/1991

Bab V Pasal 10 ayat 2.

Siswa sebagai obyek penyeragaman berpakaian dengan seragam

sekolah, diukur dengan angket penelitian memberikan hasil dengan jumlah

skor dari masing-masing item soal didominasi oleh kriteria tinggi, hal ini

berarti bahwa kemampuan penanganan subyek yaitu pihak sekolah dalam

mendisiplinkan siswanya berjalan sesuai dengan baik atau sesuai dengan

rencana. Strategi untuk mencapai tujuan pemakaian seragam sekolah, pihak

sekolah memberikan beberapa kemudahan dalam pembayaran seragam

sekolah, terdapat sistem mencicil seragam, kartu gold, dan beasiswa kurang

mampu, sehingga kesenjangan yang mengakibatkan terjadinya proses

intimidasi pada seragam sekolah dapat dihindari.

Intimidasi dalam seragam sekolah terjadi dalam kasus ketika ada

siswa yang tidak mampu membeli seragam sekolah dan tidak diperkenankan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

untuk bersekolah di SMKN 5 Surakarta. Peneliti tidak mendapati kasus

semacam ini, namun bukan berarti intimidasi dalam seragam sekolah hanya

ada dalam seperti kasus semacam itu. SMKN 5 Surakarta tidak mengharuskan

sepatu siswa ikut serta diseragamkan, hanya diberikan patokan peraturan

sepatu harus gelap, berbagai macam kualitas. Sepatu siswa yang dipakai setiap

hari mencerminkan siswa yang berasal dari keluarga mampu, atau kurang

mampu, hal ini berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial dan berdampak

pada tumbuhnya proses intimidasi antar siswa.

3. Process

Proses pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta yang dikaji

dalam penelitian ini adalah pemakaian seragam sekolah pada siswa di tahun

pelajaran 2011/2012. Kegiatan yang sering dijumpai oleh peneliti adalah

penertiban kedisiplinan berseragam sekolah. Siswa mulai dari pintu gerbang

sekolah ditertibkan berseragam sekolah oleh guru piket yang bertugas setiap

pagi, tidak hanya di pintu gerbang sekolah setiap akan masuk lingkungan

sekolah, di dalam sekolah juga sering diadakan sidak di kelas dan peneguran

langsung oleh guru yang mengetahui siswa tidak tertib dalam berpenampilan

sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket penelitian

yang diberikan kepada siswa pada indikator kegiatan program memberikan

jumlah skor yang didominasi oleh kriteria sangat rendah, hal tersebut pada

dasarnya sesuai dengan pendapat Dakidhae(2003), “Seragam sekolah sebagai

sebuah metoda bagaimana memperlakukan tubuh dan dengan demikian siswa

itu menjadi tubuh yang lunak, dapat diperintah ketika memakai seragam

sekolah”, tidak dengan mudah untuk dicapai, ada beberapa kekurang disiplinan

siswa seperti pada item soal E.1(berseragam lengkap ke sekolah),

E.2(berseragam sesuai dengan jadwal seragam sekolah), dan E.3(memakai

wearpack saat praktikum) yang hasilnya setelah analisis statistik deskriptif

frekuensi dengan perangkat lunak SPSS 16.0 hasilnya seperti tabel 4.13

berikut,

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 4.13

Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal E.1.1

Berseragam sekolah lengkap

E.1.1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Tidak

setuju 169 58.5 58.5 58.5

Tidak Setuju 99 34.3 34.3 92.7

Cukup Setuju 5 1.7 1.7 94.5

Setuju 12 4.2 4.2 98.6

Sangat Setuju 4 1.4 1.4 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber: SPSS 16.0

Tabel 4.12 diketahui bahwa 58,5% siswa yang mengisi angket

penelitian menyatakan sangat tidak setuju berseragam sekolah secara lengkap,

34,3% menyatakan tidak setuju, 1,7% menyatakan cukup setuju, 4,2%

menyatakan sangat setuju dan 1,4% menyatakan sangat setuju.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 4.14

Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal E.1.2

berseragam sesuai dengan jadwal seragam sekolah

E.1.2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Tidak

setuju 203 70.2 70.2 70.2

Tidak Setuju 65 22.5 22.5 92.7

Setuju 13 4.5 4.5 97.2

Sangat Setuju 8 2.8 2.8 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.13 diketahui bahwa 70,2% siswa yang mengisi angket

penelitian menyatakan sangat tidak setuju berseragam sesuai dengan jadwal

seragam sekolah, 22,5% menyatakan tidak setuju, 4,5% menyatakan sangat

setuju dan 2,8% menyatakan sangat setuju.

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Tabel 4.15

Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal E.1.3

memakai wear pack saat praktikum

E.1.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak

setuju 147 50.9 50.9 50.9

Tidak Setuju 107 37.0 37.0 87.9

Cukup Setuju 26 9.0 9.0 96.9

Setuju 5 1.7 1.7 98.6

Sangat Setuju 4 1.4 1.4 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.14 diketahui bahwa 50,9% siswa yang mengisi angket

penelitian menyatakan sangat tidak setuju memakai wear pack saat praktikum,

37,0% menyatakan tidak setuju, 9,3% menyatakan cukup setuju, 1,7%

menyatakan sangat setuju dan 1,4% menyatakan sangat setuju.

Ketiga tabel diatas, mewakili sebelas pertanyaan lain pada indikator

kegiatan program bawasanya siswa di SMKN 5 Surakarta pada hakikatnya

sulit untuk berdisiplin seragam sekolah, hal inilah yang memompa STP2K dan

guru kesiswaan lain untuk semaksimalnya mampu menangani permasalahan

tersebut, terlihat dari hasil pengukuran indikator penanganan program yang

didominasi oleh kriteria sangat tinggi. Sarana dan prasarana yang peneliti

temui di SMKN 5 Surakarta lebih kepada momentum waktu untuk

mengingatkan siswa untuk berdisiplin diri.

4. Product

Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta memberikan

beberapa ketercapaian hasil yang diharapkan. Hasil yang diharapkan dalam

pemakaian seragam sekolah adalah terwujudnya lingkungan yang kondusif

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

untuk kegiatan belajar mengajar dan tertib. Hasil observasi, siswa di SMKN 5

Surakarta berpakaian sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Banyak

prestasi yang diperoleh SMKN 5 Surakarta terkait dengan kedisiplinan salah

satu contohnya prestasi dari organisasi PASIMLIKA (Pasukan Inti SMKN 5

Surakarta). PASIMLIKA inilah yang menjadi andalan di ajang Karesidenan

dan Tingkat Kabupaten Jawa Tengah dalam perlombaan baris-berbaris,

terbukti dengan diboyongnya tiga tahun berturut-turut(2010-2012) menjadi

juara I.

Pengambilan pengukuran secara sistematis melalui angket penelitian

yang diberikan kepada siswa untuk mengukur Product pada indikator

ketercapaian hasil yang ditetapkan didominasi oleh kriteria sedang, hal ini

disebabkan karena keberagaman siswa di SMKN 5 Surakarta dan banyaknya

siswa yang ada, tidak semuanya turut berperan aktif dalam oraganisasi

PASIMLIKA, OSIS, ROIS ataupun organisasi yang lain.

Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta akan terus

dijalankan karena mempertimbangkan bahwa seragam sekolah ini adalah

bentuk komitmen siswa ketika berada di sekolah. Pemakaian seragam sekolah

mempengaruhi bagaimana siswa bersikap menjawab pertanyaan dari indikator

pengaruh program, yaitu item soal F.3.1(seorang pelajar itu adalah orang-

orang yang berseragam sekolah), F.3.2(setiap perkataan guru wajib ditaati),

F.3.3(ilmu yang didapat di sekolah sama dengan ilmu yang diberikan guru).

Setelah dilakukan analisis frekuensi dengan perangkat lunak SPSS 16.0

hasilnya seperti tabel 4.15 berikut,

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 4.16

Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.1

seorang pelajar itu adalah orang-orang yang berseragam sekolah

F.3.1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Tidak

setuju 15 5.2 5.2 5.2

Tidak Setuju 12 4.2 4.2 9.3

Cukup Setuju 85 29.4 29.4 38.8

Setuju 92 31.8 31.8 70.6

Sangat Setuju 85 29.4 29.4 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.15 diketahui bahwa 5,2% siswa yang mengisi angket

penelitian menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa seorang

pelajar itu adalah orang-orang yang berseragam sekolah, 4,2% menyatakan

tidak setuju, 29,4% menyatakan cukup setuju, 31,8% menyatakan sangat

setuju dan 29,4% menyatakan sangat setuju.

Pemakaian seragam sekolah merupakan hegemoni, dimana kelompok

yang dominan adalah mereka yang mengenakan seragam sekolah ketika

belajar di sekolah secara lengkap atributnya baik badge logo dan sejenisnya,

sedangkan mereka yang tidak berseragam sekolah lengkap tergolong dalam

kelompok minoritas. Peneliti sering menjumpai ketika berada di lapangan

kasus pelanggaran berpakaian seragam sekolah secara lengkap baik badge atau

logo. Peneliti mengambil salah satu contoh pada seragam pramuka, seragam

pramuka yang digunakan siswa di SMKN 5 Surakarta adalah seragam

pramuka jenis kain OXFORD, namun ada beberapa kelompok siswa yang dari

awal hanya memakai seragam pramuka asal SMP atau dengan kata lain tidak

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

membeli seragam pramuka di sekolah, dan di lapangan yang ditemui peneliti

dalam kondisi tidak lengkap atributnya.

Peneliti dengan mudah mengenali siswa yang membeli seragam

pramuka di sekolah dan yang tidak, karena jenis kain OXFORD

berkarakteristik tebal dan seratnya tidak padat. Kelompok siswa yang

mengenakan bahan seragam pramuka berupa kain OXFORD membuat lebih

percaya diri dan menambah keyakinan bahwa pendidikan itu layak mereka

dapatkan ketika memakai seragam lengkap dengan atributnya atau secara tertib

dan disiplin.

Tabel 4.17

Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.2

setiap perkataan guru wajib ditaati

F.3.2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Tidak

setuju 4 1.4 1.4 1.4

Cukup Setuju 86 29.8 29.8 31.1

Setuju 122 42.2 42.2 73.4

Sangat Setuju 77 26.6 26.6 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.16 diketahui bahwa 1,4% siswa yang mengisi angket

penelitian menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan setiap perkataan

guru wajib ditaati, 29,8% menyatakan cukup setuju, 42,2% menyatakan setuju,

dan 26,6% menyatakan sangat setuju. Peneliti mengambil kesimpulan

berdasarkan hasil analisis statistik frekuensi item soal F3.2 yang didominasi

oleh jawaban setuju, menunjukkan secara jelas bahwa pemakaian seragam

sekolah membuat siswa menjadi lebih mudah di atur oleh guru mereka.

Dakidhae(2003:583) manyatakan bahwa, “Penghormatan pantas diberikan

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kepada pakaian seragam karena pakaian itu adalah metoda bagaimana

memperlakukan tubuh dan dengan demikian tubuh anak-anak itu menjadi

tubuh yang lunak, decile, dapat diperintah, governable body”. Ketaatan siswa

inilah yang menjadi titik kunci keberhasilan siswa dalam berdisiplin diri.

Ketaatan siswa terhadap guru juga merupakan penghormatan yang paling

sederhana yang dapat diberikan siswa ketika di lingkungan sekolah.

Tabel 4.18

Analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.2

ilmu yang didapat di sekolah sama dengan ilmu yang diberikan oleh guru

F.3.3

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat Tidak

setuju 4 1.4 1.4 1.4

Tidak Setuju 15 5.2 5.2 6.6

Cukup Setuju 136 47.1 47.1 53.6

Setuju 72 24.9 24.9 78.5

Sangat Setuju 62 21.5 21.5 100.0

Total 289 100.0 100.0

Sumber : SPSS 16.0

Tabel 4.17 diketahui bahwa 1,4% siswa yang mengisi angket

penelitian menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan ilmu yang

didapat di sekolah sama dengan ilmu yang diberikan oleh guru, 5,2%

menyatakan tidak setuju,47,1% menyatakan cukup setuju, 24,9% menyatakan

setuju dan 21,5% menyatakan sangat setuju. Peneliti mengambil kesimpulan

berdasarkan analisis statistik deskriptif frekuensi item soal F3.2 yang

didominasi oleh jawaban cukup setuju, setuju dan sangat setuju, menunjukkan

bawasanya siswa lebih merasa ketika belajar di SMKN 5 Surakarta setiap

harinya memiliki pengetahun yang sama diberikan oleh guru mereka, hal ini

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

seperti yang dikatakan Fraire bahwa pendidikan seperti ini adalah pendidikan

gaya bank, dimana pendidikan adalah sebuah anugrah yang dihibahkan kepada

mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang

dianggap tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Pengetahuan ini dapat diartikan

sebagai sesuatu yang dimiliki seorang guru dan akan diberikan kepada siswa

yang sebelumnya siswa dianggap tidak tahu apa-apa siap menerima

pengetahuan layaknya gelas kosong yang siap diisi oleh air.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis pemakaian

seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta dalam kajian pendidikan kritis dengan

metode evaluasi CIPP maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Evaluasi Context pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta

berdasarkan ketiga indikator dapat disimpulkan sebagai berikut,

a. Pemakaian seragam sekolah bertujuan untuk mendisiplinkan siswa ketika

belajar di SMKN 5 Surakarta, juga sebagai penanggulangan keberagaman

siswa yang berasal dari lingkungan dan kondisi sosial ekonomi yang

beragam.

b. Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta menciptakan

kedisiplinan berpenampilan di sekolah.

c. Perencanaan pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta oleh pihak

sekolah adalah dengan membuat panduan penertiban disiplin sekolah yang

terwujud dalam buku tatatertib tahunan.

2. Evaluasi Input pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta berdasarkan

ketiga indikator dapat disimpulkan sebagai berikut,

a. Dasar dari pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta berasal dari

rujukan yang sangat jelas, yaitu bersumber dari Kep.Dikdasmen. N0.

100/C/Kep/1991.

b. Kemampuan penanganan pihak sekolah dalam pemakaian seragam sekolah

di SMKN 5 Surakarta dijalankan rutin yaitu dengan adanya jadwal petugas

piket pagi kesiswaan yang bertujuan untuk mendisiplinkan siswa.

c. Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 surakarta memungkinkan

timbulnya proses intimidasi dikarenakan sepatu siswa sudah tidak turut

diseragamkan.

87

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

3. Evaluasi Process pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta dapat

disimpulkan bahwa terdapat ketidakmapanan siswa pada saat kegiatan program,

sehingga pihak sekolah (semua aparat yang terlibat) bekerja secara ekstra yang

ditunjukkan dari hasil pengukuran kepada siswa secara sistematis melalui

angket penelitian pada indikator penanganan kemampuan program yang

didominasi oleh kategori sangat tinggi.

4. Evaluasi Product pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta

berdasarkan data tiga indikator dapat disimpulkan sebagai berikut,

a. Pemakaian seragam sekolah akan terus diterapkan dalam program

pendisiplinan berpenampilan siswa di SMKN 5 Surakarta.

b. Pemakaian seragam sekolah di SMK N 5 Surakarta memberikan pengaruh

bahwasanya pendidikan yang berlangsung condong seperti yang di

ungkapkan Fraire, yaitu berpola pendidikan gaya bank.

5. Pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta kepada siswa yang kurang

mampu adalah diberikannya keringanan dari pembebasan biaya sekolah jika

tergolong memiliki kartu gold, beasiswa kurang mampu, dan mencicil uang

masuk sekolah yang di dalamnya tersertakan uang seragam sekolah.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang

pendidikan tingkat Sekolah Menegah Kejuruan, selain itu juga dapat menambah

pengetahuan tentang pemakaian seragam sekolah. Pendidikan kritis yang dijadikan

rujukan teoritis telah dapat memberikan penjelasan dari dampak dan gejala yang

ditimbulkan dari pemakaian seragam sekolah.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS .../Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

2. Implikasi Praktis

Evaluasi pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta semoga dapat

menjadi dasar refleksi dalam upaya peningkatan kualitas lulusan dan mutu sekolah

yang didedikasi memiliki disiplin sekolah yang tinggi. Hasil penelitian ini juga

dapat digunakan sebagai dasar pengembangan pemakaian seragam sekolah siswa

SMKN 5 Surakarta.

C. Saran

Saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Kepada SMK N 5 Surakarta

a. Dilakukan dialog tentang perlunya pemakaian seragam sekolah ketika awal

tahun pelajaran dengan siswa dan orang tua wali.

b. Transparansi sekolah terkait dengan harga dan kualitas seragam sekolah

perlu dilakukan agar tidak ada yang merasa dirugikan dalam pemakaian

seragam sekolah.

2. Kepada Guru SMKN 5 Surakarta

Guru hendaknya mengajak siswa untuk berdialog pentingnya

seragam sekolah dipakai di lingkungan sekolah.

3. Kepada Siswa

a. Hendaknya siswa paham mengapa sekolah harus memakai seragam sekolah.

b. Hendaknya siswa ikut berpartisipasi dan berkomitmen terhadap peraturan

sekolah.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan penelitian yang

sejenis sehingga dapat menghasilkan karya yang aktual dan berkualitas.

b. Diharapkan akan ada penelitian selanjutnya yang lebih memfokuskan pada

penelitian yang mengkaji pada pemakaian seragam sekolah secara lebih

mendalam.