perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id...

54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi proses penyidikan, penuntutan dan peradilan ditinjau dari segi kode etik kepolisian, kejaksaan dan hakim selaku penegak hukum SKRIPSI Akbar Mahar E.1106084 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi proses penyidikan,

penuntutan dan peradilan ditinjau dari segi kode etik kepolisian, kejaksaan dan hakim

selaku penegak hukum

SKRIPSI

Akbar Mahar

E.1106084

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan kondisi aktual yang belakangan ini telah

menjadi perhatian bagi masyarakat luas di tanah air, yaitu perihal maraknya Mafia

Peradilan. Mafia Peradilan atau sebutan lainnya, merupakan permasalahan dalam

penegakan hukum di Indonesia, yang bersembunyi di dalam lembaga hukum itu

sendiri. Mafia peradilan atau mafia hukum memang tidak dapat disangkal

keberadaannya, nyata dan ada. Bahkan sudah masuk dan merasuk kesemua lini

dalam struktur aparat hukum. Mafia peradilan bukan hanya buruk bagi proses

penegakan hukum tetapi juga sangat memperburuk citra Indonesia dimata dunia.

Keberadaan para mafia peradilan memperpanjang daftar komponen yang

menjadikan Indonesia sebagai negara yang tergolong buruk dalam bidang hukum

di mata dunia internasional (http://www.p2d.org/index.php/kon/35-18-september-

2008/177-markus-sang-makelar-kasus.html).

Birokrasi disektor penegakan hukum mewujud dalam bentuk lembaga

kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Sedangkan mafia peradilan terdapat dalam

sistem peradilan maupun di luar sistem peradilan. Dalam sistem peradilan

misalnya polisi merangkap menjadi mafia peradilan, demikian pula jaksa maupun

hakim yang merangkap jabatan ilegal sebagai mafia peradilan. Sedangkan di luar

sistem peradilan terdapat pegawai negeri sipil atau birokrat di luar sistem

peradilan maupun warga sipil yang memiliki hubungan dekat dengan penegak-

penegak hukum yang berada dalam sistem peradilan (Ismantoro Dwi Yuwono,

2010: 27).

Mafia peradilan eksis karena adanya supply and demand. Rusaknya mental

sebagian masyarakat dan aparat memunculkan potensi lahirnya para mafia

peradilan. Mereka yang berurusan dengan hukum mempercayai bahwa hukum

bisa diatur. Mereka yang berurusan dengan polisi pastilah ingin dinilai tidak

bersalah sejak awal. Begitu juga ketika telah diproses oleh jaksa, pastilah

berusaha agar dikenakan pasal dengan tuntutan yang seringan-ringannya. Sama

halnya ketika proses itu telah menjadi kewenangan hakim. Ada yang percaya

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

hakim itu bisa dikontak, bisa di lobi. Kondisi ini melahirkan kelompok yang

membutuhkan seseorang yang dapat mengurusi kasusnya diberbagai tingkatan dan

lembaga hukum itu. Contohnya, kasus Gayus Tambunan; jaksa dicurigai oleh

satgas pemberantasan mafia hukum telah terlibat dalam konspirasi perekayasaan

kasus yaitu kasus korupsi direkayasa menjadi kasus penggelapan, akibatnya

Gayus Tambunan oleh pengadilan negeri hanya di putus hukuman 1 tahun, itupun

dengan masa percobaan (Jawa Pos, 21 Maret 2010). Serta pada kasus Gayus

terdapat indikasi bahwa hakim Asnun telah terjerat pada lingkaran mafia

peradilan. Praktek transaksi kasus ini juga nampak pada tertangkap basah hakim

Ibrahim pada pengadilan tinggi tata usaha negara saat menerima uang suap dari

seorang pengacara. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 Maret 2010 (Jawa Pos, 31

Maret 2010).

Mafia Hukum mempunyai ranah yang luas. Berbagai penyimpangan

dalam penegakan hukum, baik itu dilakukan oleh pembuat undang-undang

maupun oleh pelaksana penegak hukum, digolongkan sebagai Mafia Hukum.

Reformasi hukum berjalan tidak hanya sekedar pembaharuan perundang-

undangan, tetapi juga reformasi hukum harus didukung oleh para penegak hukum

di dalamnya. Tentunya para penegak hukum yang bermental baik dan bersih

bukan penegak hukum yang bermentalkan mafia. Selama ini kita hanya terfokus

kepada bagaimana merancang suatu undang-undang atau peraturan yang terlihat

begitu kuat dan mengikat semua pihak. Kita menjadi terlena dan seolah lupa akan

reformasi yang sebenarnya yaitu reformasi mental para penegak hukum

(http://blogprajapunya.blogspot.com/2010/11/reformasi-mentalitas-para-penegak-

hukum.html).

Suatu hukum yang dibuat secara baik dan memihak kepada rakyat akan

menjadi tidak berarti apa-apa apabila tidak didukung oleh mentalitas para penegak

hukum tersebut. Sehingga muncul suatu sindiran bersifat sarkasme dalam dunia

hukum “berikan aku hakim yang baik, jaksa yang baik, polisi yang baik dengan

undang-undang yang kurang baik sekalipun, hasil yang akan aku capai pasti akan

lebih baik dari hukum yang terbaik yang pernah ada di negeri ini”

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

(http://blogprajapunya.blogspot.com/2010/11/reformasi-mentalitas-para-penegak-

hukum.html

Sementara pada saat yang bersamaan perilaku aparat dalam melaksanakan

tugas, dibatasi oleh kode etik profesi masing-masing. Etika profesi memberikan

pedoman atau tuntunan tingkah laku manusia dalam melaksanakan suatu profesi,

mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan profesi yang baik dan tidak

melakukan profesi sekehendak hati serta pertanggung-jawabannya terhadap

pelaksanaan profesi tersebut. Etika profesi dalam menciptakan atau merealisasi

pelaksanaan profesi yang baik mensyaratkan pemegang profesi memiliki latar

belakang pendidikan yang memadai untuk memperoleh ketrampilan atau keahlian

yang bersangkutan dengan profesinya.

Kode etik adalah norma-norma dan asas-asas yang diterima oleh suatu

kelompok tertentu sebagai landasan ukuran tingkah laku seseorang terhadap

profesi yang dilakukannya, tujuan diadakannya kode etik adalah : 1) Menjunjung

tinggi martabat profesi. 2) Untuk menjaga atau memelihara kesejahteraan para

anggota sehingga tidak melakukan pelanggaran atau larangan yang bersangkutan

dengan profesi yang dijalaninya (E.Sumaryono, 1995: 20).

Jika demikian, kemana hilangnya kode etik ketika para mafia peradilan

menggurita? Dimana pula norma-norma aturan kerja yang mulia ketika praktik

markus peradilan menggejala? Berlandaskan pertanyaan-pertanyaan semacam

inilah penulis menemukan urgensi dan eksesnya mengkaji tentang mafia kasus

jika tidak segera dicermati modus operandinya.

Maka dengan berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa hal-

hal tersebut, merupakan latar belakang permasalahan yang penulis akan

kemukakan pada bab-bab selanjutnya. Oleh karena itu penulis menuangkan

sebuah penulisan yang berbentuk penulisan hukum dengan judul : “ANALISIS

MODUS OPERANDI MAFIA PERADILAN DALAM MEMENGARUHI

PROSES PENYIDIKAN, PENUNTUTAN DAN PERADILAN DITINJAU

DARI SEGI KODE ETIK KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN HAKIM

SELAKU PENEGAK HUKUM”.

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk memfokuskan masalah

pokok yang timbul secara jelas dan sistematis. Perumusan masalah dimaksudkan

untuk lebih menegaskan masalah yang akan diteliti, sehingga dapat ditentukan

suatu penyelesaian masalah yang tepat dan mencapai tujuan atau sasaran sesuai

yang dikehendaki. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, perumusan

masalah dalam penulisan hukum ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah modus operandi praktik mafia peradilan dalam memengaruhi

proses penyidikan, penuntutan dan peradilan?

2. Bagaimanakah kajian modus operandi praktik mafia peradilan ditinjau dari

pelanggaran kode etik polisi, jaksa dan hakim?

C. Tujuan Penelitian

Pada suatu penelitian tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.

Tujuan ini tidak dilepas dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui secara jelas mengenai modus operandi praktik mafia

peradilan dalam memengaruhi proses penyidikan, penuntutan dan

peradilan.

b. Untuk mengetahui secara jelas kajian modus operandi praktik mafia

peradilan ditinjau dari pelanggaran kode etik polisi, jaksa dan hakim.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan penulis dalam bidang

hukum acara pidana, khususnya yang berkaitan dengan modus operandi

mafia peradilan dalam memengaruhi proses penyidikan, penuntutan dan

peradilan ditinjau dari segi kode etik polisi, jaksa dan hakim selaku aparat

penegak hukum.

b. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang

ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan wawasan yang dapat dipergunakan dalam penulisan karya

ilmiah di bidang hukum.

b. Untuk lebih mendalami teori–teori yang telah dipelajari selama kuliah di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak mengenai modus

operandi praktik mafia peradilan dalam memengaruhi proses penyidikan,

penuntutan dan peradilan.

b. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai modus operandi praktik

mafia peradilan ditinjau dari pelanggaran kode etik polisi, jaksa dan

hakim.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan

dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang

sistematis yang menyangkut masalah kerjanya yaitu cara kerja untuk dapat

memahami yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, melalui prosedur

penelitian dan teknik penelitian (M. Iqbal Hasan, 2002:20).

Dengan demikian masalah pemilihan metode adalah masalah yang sangat

signifikan dalam suatu penelitian ilmiah, karena mutu, nilai, validitas dari hasil

penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metodenya. Adapun metode

atau teknis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenisnya penelitian hukum yang penulis lakukan termasuk

jenis penelitian hukum doktrinal. Penelitian hukum doktrinal adalah penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara menyediakan suatu penampilan yang

sistematis menyangkut aturan yang mengatur kategori sah tentang undang-

undang tertentu, meneliti hubungan antara aturan, serta meneliti bahan pustaka

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

atau sumber bahan hukum sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier (Peter Mahmud Marzuki,

2006: 32). Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian

doktrinal ini adalah modus operandi mafia peradilan yang memengaruhi

proses penyidikan, penuntutan dan peradilan ditinjau dari segi kode etik polisi,

jaksa dan hakim selaku aparat penegak hukum.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bersifat preskriptif.

Sebagai penelitian yang bersifat preskriptif, maka penelitian ini mempelajari

tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep

hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 22).

3. Jenis Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa bahan-bahan hukum primer dan sekunder yaitu sejumlah bahan hukum

atau fakta atau keterangan yang digunakan oleh seseorang yang secara tidak

langsung dan diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan, terdiri dari literatur

Kisah Para Markus karangan Ismantoro Dwi Yuwono, Penerapan KUHAP

dalam Praktik Hukum karangan H.M.A Kuffal, peraturan perundang-

undangan yang berlaku, laporan, desertasi, teori-teori dan sumber tertulis

lainnya yang berkaitan dan relevan dengan masalah yang diteliti.

4. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan berupa :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan pustaka

yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun yang penulis

gunakan adalah :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 jo

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

4) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

5) Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

6) Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman..

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer, seperti :

1) Hasil karya ilmiah para sarjana yang relevan atau terkait dalam

penelitian ini.

2) Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

3) Buku-buku penunjang lain. Salah satu buku karya E. Sumaryono

tentang Etika Profesi Hukum, Ismantoro Dwi Yuwono tentang Kisah

Para Markus.

4) Peraturan Kapolri Nomor. POL: 7 tahun 2006 tentang kode etik

profesi kepolisian Negara Republik Indonesia.

5) Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 5 Kep-

052/JA/S/1979 tentang Doktrin Adhyaksa Trikrama Adhyaksa.

6) Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Komisi

Yudisial Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009-02/SKB/B.KY/IV/2009

tanggal 8 April 2009 tentang kode etik dan pedoman perilaku hakim.

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, diantaranya:

1. Bahan dari media internet yang relevan dengan penelitian ini,

contohnya: http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id/2010/03/21/kode-

etik-kejaksaan/.

2. Bahan dari Koran yang relevan dengan penelitian ini, contohnya:

Koran Jawa Pos. 2010, 21 Maret 2010. Kejaksaan diduga Terlibat.

.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian

ini adalah studi kepustakaan, yaitu pengumpulan bahan hukum dengan cara

mendokumentasi bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian yang

dimaksud. Penulis mengumpulkan bahan hukum yang ada hubungannya

dengan masalah yang akan diteliti yang digolongkan sesuai dengan

katalogisasi. Selanjutnya bahan hukum yang diperoleh kemudian dipelajari,

diklasifikasikan dan pada akhirnya dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan

dan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang

dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau

bahan pustaka yaitu pengumpulan bahan hukum sesuai tujuan kajian

penelitian. Penulis mengumpulkan bahan hukum dari peraturan perundang-

undangan, buku-buku, karangan ilmiah, dokumen resmi, karangan ilmiah,

literasi resmi serta pengumpulan bahan hukum melalui media internet.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, setiap tahap penyidikan, penuntutan dan

peradilan akan dianalisis dengan logika deduktif berkenaan dengan mafia

peradilan yang melingkupinya. Dalam hal ini, sumber penelitian yang

diperoleh dalam penelitian ini dengan melakukan inventarisasi sekaligus

mengkaji dari penelitian studi kepustakaan, literasi-literasi yang dapat

membantu menafsirkan norma terkait, kemudian sumber penelitian tersebut

diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap akhir

adalah menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah, sehingga pada

akhirnya dapat diketahui modus operandi praktik mafia peradilan dalam

memengaruhi proses penyidikan, penuntutan dan putusan pengadilan serta

modus operandi praktik mafia peradilan ditinjau dari pelanggaran kode etik

polisi, jaksa dan hakim.

Menurut Philipus M.Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter Mahmud

metode deduktif sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles

penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor

(pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau

conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 47).

Di dalam logika silogistik untuk penalaran hukum yang bersifat premis

mayor adalah aturan hukum sedangkan premis minornya adalah fakta hukum.

Sedangkan menurut Johnny Ibrahim, mengutip pendapat Bernand Arief

Shidarta, logika deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik kesimpulan

dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual (Johnny

Ibrahim, 2006: 249).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk mempermudah penulisan hukum ini, maka penulis dalam

penelitiannya membagi menjadi 4 (empat) bab, dan tiap–tiap bab dibagi dalam

sub-bab yang disesuaikan dengan lingkup pembahasannya. Adapun

sistematika penulisan hukum atau penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai pendahuluan yang terdiri dari:

Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai dua hal yaitu, yang

pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta

mendukung di dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam

penulisan hukum ini, yang meliputi : Pertama mengenai Tinjauan

tentang Mafia peradilan. Kedua, Tinjauan tentang Penyidikan,

Penuntutan dan Peradilan. Ketiga, Tinjauan tentang Kode Etik.

Pembahasan yang kedua adalah mengenai kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis membahas dan menjawab permasalahan

yang telah ditentukan sebelumnya yaitu bagaimana modus

operandi mafia peradilan dalam memengaruhi proses penyidikan,

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penuntutan dan peradilan ditinjau dari segi kode etik kepolisian,

kejaksaan dan hakim selaku penegak hukum.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran terkait dengan pembahasan

permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum, baik

langsung maupun tidak langsung.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Mafia Peradilan

Di dalam ilmu hukum maupun kamus istilah hukum tidak diketemukan

tentang pengertian mafia peradilan. Di dalam penulisan hukum ini penulis

memberikan batasan pengertian dengan memberikan uraian secara etimologi.

Berikut ini merupakan uraian mengenai arti dari mafia peradilan.

Atas dasar arti kata-kata tersebut maka menurut kamus besar bahasa

Indonesia yang dimaksud dengan mafia adalah perkumpulan rahasia yang

bergerak di bidang kejahatan (kriminal). Sedangkan pengertian mafia

peradilan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kelompok advokad

yang menguasai proses peradilan sehingga mereka dapat membebaskan

terdakwa apabila terdakwa dapat menyediakan uang sesuai dengan yang

diminta mereka.

Dalam Pelatihan Anti Mafia Peradilan yang diselenggarakan KP2KKN

dirumuskan definisi mafia peradilan sebagai perbuatan yang bersifat

sistematis, konspiratif, kolektif, dan terstruktur yang dilakukan oleh aktor

tertentu (aparat penegak hukum dan masyarakat pencari keadilan) untuk

memenangkan kepentingannya melalui penyalahgunaan wewenang, kesalahan

administrasi dan perbuatan melawan hukum yang mempengaruhi proses

penegakan hukum sehingga menyebabkan rusaknya sistem hukum dan tidak

terpenuhinya rasa keadilan (http://bemittelkom.blogspot.com/2008/06/what-

do-u-know-about-mafia-peradilan.html).

Menurut Leo Tukas Leonard mendefinisikan mafia peradilan sebagai

aktivitas yang terjadi di lingkungan peradilan termasuk jual beli putusan

pengadilan. Sedangkan menurut Komite Penyelidikan dan Pemberantasan

KKN, mendefinisikan mafia peradilan sebagai perbuatan yang bersifat

sistematis, terstruktur, konspiratif dan kolektif yang dilakuakan oleh aktor

aparat penegak hukum dan masyarakat umum, dimana masyarakat umum

demi mencapai tujuannya menggunakan penyalahgunaan wewenang aparat

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

penegak hukum sehingga terjadi simbiosis mutalisme antara masyarakat dan

aparat penegak hukum yang melakukan penyalahgunaan wewenang, tindakan

mal administrasi dan perbuatan melawan hukum

(http://izzuljustitia.wordpress.com/2010/12/04/pola-pola-mafia-peradilan).

Akibat dari mafia peradilan adalah sangat luar biasa sehingga sebagai

suatu bentuk Tindak Pidana Korupsi , mafia peradilan merupakan kejahatan

yang luar biasa (extra ordinary crime) dan berdampak bagi timbulnya

kejahatn yang lain ( bersifat kriminogen) dan viktimogen ( secara potensial

dapat merugikan berbagai dimensi kepentingan), dan yang pasti lembaga

peradilan dan aparat penegak hukum menjadi invalid, tidak independen,

kriminogen dan yang jelas merugikan bagi para masyarakat pencari keadilan

(http://izzuljustitia.wordpress.com/2010/12/04/pola-pola-mafia-peradilan).

Mafia Peradilan tidak bisa dibuktikan keberadaannya. Jika bisa

dibuktikan berarti bukan “mafia” namun kejahatan biasa. Menurut

Ensiklopedi Nasional Indonesia, mafia adalah suatu organisasi kriminal yang

hampir menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat. Istilah mafia merujuk

pada kelompok rahasia tertentu yang melakukan tindak kejahatan terorganisasi

sehingga kegiatan mereka sangat sulit untuk dilacak secara hukum.

Istilah mafia disini menunjuk pada adanya suasana yang sedemikian

rupa sehingga perilaku, pelayanan, kebijaksanaan maupun keputusan tertentu

akan terlihat secara kasat mata sebagai suatu yang berjalan sesuai dengan

hukum padahal sebetulnya tidak. Dengan kata lain mafia peradilan ini tidak

akan terlihat karena mereka bisa berlindung dibalik penegakkan dan

pelayanan hukum. Mereka akan tampil seolah olah sebagai pahlawan

keadilan. Media masa akan ikut mengelu-elukannya sebagai pemberantas

korupsi padahal yang dielu-elukan adalah aktivis atau penegak hukum yang

sedang berada dalam pengaruhnya mafioso, si aktor intelektualis korupsi.

Masyarakat menjadi sulit untuk mengenali mana penegak hukum yang jujur

yang tidak terpengaruh oleh mafioso dengan penegak hukum yang sudah

terkontaminasi. Kekaburan ini telah mengecoh masyarakat sehingga

masyarakat memberi pujian kepada yang tampil sebagai pemberantas korupsi

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

ketika yang sebenarnya yang dipuja itu sedang melakukan korupsi besar-

besaran. Oleh karena itu mafia peradilan bisa hidup secara terhormat ditengah-

tengah masyarakat tanpa bisa disentuh oleh hukum (http://www.suara-

islam.com/news/muhasabah/analisis-kontemporer/314-mafia-peradilan-apa-

bisa-dibrantas-).

Adapun orang yang berperan sebagai mafia peradilan adalah oknum-

oknum: 1) Polisi. 2) Jaksa. 3) Hakim lain. 4) Panitera. 5) Pegawai pengadilan.

6) Pengacara. 7) bahkan tukang parkir di kepolisian, kejaksaan dan pengadilan

itupun bisa berperan sebagai mafia peradilan. Jadi intinya siapa saja yang

melancarkan pelaku tindak pidana ke aparat hukum dapat disebut sebagai

mafia peradilan.

Di tangan polisi dan jaksa, pasal-pasal dalam undang-undang telah

mempunyai nilai jual yang tinggi. Sementara hakim, dalam membuat putusan

ia ibarat koki dan putusan adalah hidangannya. Dalam membuat hidangannya,

hakim melihat dulu apa pesanannya, baru kemudian meramu argumen-

argumen hukumnya. Hasil ramuannya inilah yang bernilai jual tinggi. Tidak

penting apakah argumen hukumnya masuk akal atau tidak, yang penting

pemesannya merasa bahagia ketika mengunyah-ngunyah hidangannya

(http://www.p2d.org/index.php/kon/35-18-september-2008/177-markus-sang-

makelar-kasus.html).

2. Tinjauan Tentang Penyidikan, Penuntutan dan Peradilan

a. Penyidikan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana, penyidikan adalah serangkaian

tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-

Undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti

itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna

menemukan tersangkanya.

Pengertian penyidikan adalah suatu tindak lanjut dari kegiatan

penyelidikan dengan adanya persyaratan dan pembatasan yang ketat dalam

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

penggunaan upaya paksa setelah pengumpulan bukti permulaan yang

cukup guna membuat terang suatu peristiwa yang patut diduga merupakan

tindak pidana (M.Yahya Harahap, 2002: 99-100).

Pengertian penyidikan dalam bahasa Belanda disejajarkan dengan

pengertian opsporing. Menurut De Pinto, menyidik (opsporing) berarti

pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh

undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar

kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran

hukum (Andi Hamzah, 2008: 120).

Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa penyidikan

merupakan suatu tahapan yang sangat penting untuk menentukan tahap

pemeriksaan yang lebih lanjut dalam proses administrasi peradilan pidana

karena apabila dalam proses penyidikan tersangka tidak cukup bukti dalam

terjadinya suatu tindak pidana yang disangkakan maka belum dapat

dilaksanakan kegiatan penuntutan dan pemeriksaan didalam persidangan.

Penyidikan sebagai bagian terpenting dalam hukum acara pidana

yang pada pelaksanaannya kerap kali harus menyinggung martabat

individu yang dalam persangkaan kadang-kadang wajib untuk dilakukan.

Suatu semboyan penting dalam hukum acara pidana yaitu hakikat

penyidikan perkara pidana adalah untuk menjernihkan persoalan sekaligus

menghindarkan orang yang tidak bersalah dari tindakan yang seharusnya

dibebankan kepadanya. Oleh karena tersebut sering kali proses penyidikan

yang dilakukan oleh penyidik membutuhkan waktu yang cenderung lama,

melelahkan dan mungkin pula dapat menimbulkan beban psikis

diusahakan dari penghentian penyidikan (H.M.A. Kuffal. 2008: 47).

Penyidikan mulai dapat dilaksanakan sejak dikeluarkannya Surat

Perintah Penyidikan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dalam

instansi penyidik, dimana penyidik tersebut telah menerima laporan

mengenai terjadinya suatu peristiwa tindak pidana. Maka berdasar surat

perintah tersebut penyidik dapat melakukan tugas dan wewenangnya

dengan menggunakan taktik dan teknik penyidikan berdasarkan KUHAP

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

agar penyidikan dapat berjalan dengan lancar serta dapat terkumpulnya

bukti-bukti yang diperlukan dan bila telah dimulai proses penyidikan

tersebut maka penyidik harus sesegera mungkin memberitahukan telah

dimulainya penyidikan kepada penuntut umum (H.M.A. Kuffal. 2008: 51).

Setelah diselesaikannya proses penyidikan maka penyidik

menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada penuntut

umum, dimana penuntut umum nantinya akan memeriksa kelengkapan

berkas tersebut apakah sudah lengkap atau belum, bila belum maka berkas

perkara tersebut akan dikembalikan kepada penyidik untuk dilengkapi dan

dilakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk penuntut umum

dan bila telah lengkap yang dilihat dalam empat belas hari penuntut umum

tidak mengembalikan berkas pemeriksaan atau penuntut umum telah

memberitahu bahwa berkas tersebut lengkap sebelum waktu empat belas

hari maka dapat dilanjutkan prosesnya ke persidangan.

b. Penuntutan

1) Pengertian Penuntutan

Pada Pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi penuntutan

sebagai berikut: Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk

melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang

pengadilan (Andi Hamzah,2008:161). Dalam hal-hal untuk

memperoleh putusan hakim agar terhadap seseorang dijatuhi pidana

(tuntutan pidana) inisiatifnya adalah pada perseorangan, yaitu pada

pihak yang dirugikan.

Lama kelamaan sistem ini menunjukan kekurangan-

kekurangan yang menyolok. Penuntutan secara terbuka (accusatory

murni), dengan sendirinya telah menyebabkan penuntutan kesalahan

seseorang menjadi lebih sulit, sebab yang bersangkutan segera akan

mengetahui dalam keseluruhannya, semua hal yang memberatkan diri

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

penuntut umum, sehingga akan memperoleh kesempatan untuk

menghilangkan sebanyak mungkin bukti-bukti atas kesalahannya.

Sifat perdata dari penuntutan tersebut menyebabkan pula

bahwa kerap kali sesuatu tuntutan pidana tidak dilakukan oleh orang

yang dirugikan, karena ia takut terhadap pembalas dendam atau ia

tidak mampu untuk mengungkapkan kebenaran dari tuntutannya, sebab

kekurangan alat-alat pembuktian yang diperlukan. Atas alasan inilah

maka pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pembinaan

peradilan yang baik telah dan menyerahkan kepada suatu badan

Negara. Yang khusus diadakan untuk itu adalah openbaar ministrie

atau openbaar aanklager, yang kita kenal sebagai penuntut umum

(http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1026).

2) Tugas dan Wewenang Penuntut Umum

Di dalam Pasal 13 KUHAP ditentukan bahwa penuntut umum

adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk

melakukan tuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Menurut Pasal 14 KUHAP, Penuntut Umum mempunyai

wewenang:

a) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik

atau pembantu penyidik.

b) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada

penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan

ayat 4 dengan memberi petunjuk dalam rangka menyempurnakan

penyidikan dan penyidik.

c) Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan

lanjutan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya

dilimpahkan oleh penyidik.

d) Membuat surat dakwaan.

e) Melimpahkan perkara kepengadilan.

f) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan

dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang

yang telah ditentukan.

g) Melakukan penuntutan.

h) Menutup perkara demi kepentingan hukum.

i) Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung

jawab sebagai penuntut umum menurut undang-undang.

j) Melaksanakan penetapan hakim.

Menurut pasal 138 KUHAP, penuntut umum setelah menerima

hasil penyidikan, ia segera mempelajarinya dan menelitinya, dalam

waktu 7 hari penuntut umum wajib memberitahukan kepada penyidik

apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. Dalam hal hasil

penyidikan ternyata belum lengkap, maka penuntut umum akan

mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk

tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi. Dan dalam waktu

14 hari sejak tanggal penerimaan berkas perkara, penyidik harus sudah

menyampaikan kembali berkas perkara kepada penuntut umum.

Selanjutnya, pasal 139 KUHAP menyatakan bahwa setelah

penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan

yang lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas

perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak

dilimpahkan ke pengadilan.

c. Peradilan

1) Pengertian Peradilan

Peradilan dalam arti yang luas adalah penegakan hukum yang

meliputi unsur-unsur yang berkaitan erat satu sama lain, yaitu terutama

kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Ketiga unsur itulah yang pada

dasarnya bertanggung jawab atas penegakan hukum. Dalam hal ini

tegak tidaknya hukum tidak dapat dimintakan tanggung jawab

sepenuhnya kepada pengadilan saja, karena masing-masing unsur tidak

berdiri sendiri lepas satu sama lain

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/mewujudkan-peradilan-

sebagai-benteng.html).

Dalam arti yang sempit yang dimaksudkan dengan peradilan

ialah pelaksanaan hukum dalam hal konkrit adanya tuntutan hak, yang

fungsinya dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan

diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun,

dengan cara memberikan putusan yang bersifat mengikat dan bertujuan

mencegah eigenrichting. Jadi peradilan dalam arti yang sempit ini

semata-mata berhubungan dengan pengadilan

(http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/mewujudkan-peradilan-

sebagai-benteng.html).

Ada 4 lingkungan peradilan negara yang kesemuanya

berpuncak pada Mahkamah Agung. Empat lingkungan peradilan itu

dapat dibagi menjadi dua, yang bersifat umum, yaitu lingkungan

peradilan umum (peradilan dengan general jurisdiction), dan yang

bersifat khusus (peradilan dengan special jurisdiction), yaitu

lingkungan peradilan agama, Iingkungan peradilan militer dan

lingkungan peradilan tata usaha negara (pasal 10 ayat 1 UU no.14 th

1970). Disebut sebagai peradilan umum karena peradilan umum ini

diperuntukkan bagi semua warga masyarakat tanpa membedakan

golongan atau agama, yustisiable atau pencari keadilannya umum, jadi

diperuntukkan untuk setiap orang. Di dalam peradilan umum masih

dikenal spesialisasi seperti pengadilan ekonomi. Peradilan khusus

disediakan untuk yustisiable atau pencari keadilan yang khusus

(beragama Islam, militer) atau yang menggunakan hukum materiil

khusus (hukum pidana militer, hukum Islam). Khas bagi peradilan

agama terdapat pilihan hukum: orang Indonesia asli yang beragama

Islam khususnya dalam pembagian warisan dapat memilih tunduk pada

hukum adat yang menjadi wewenang peradilan umum atau hukum

Islam yang menjadi wewenang peradilan agama

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/sistem-peradilan-di-

indonesia.html).

Di samping 4 lingkungan peradilan negara seperti yang

disebutkan dalam pasal 10 ayat 1 Undang-undang no.14 tahun 1970

sistem peradilan kita masih mengenal peradilan sui generis atau

peradilan semu yang tidak diatur dalam Undang-undang no.14 tahun

1970. Dikatakan "semu" karena petugas yang diberi wewenang untuk

memeriksa dan menyelesaikan konflik atau pelanggaran bukanlah

petugas yang khusus diangkat untuk itu seperti hakim pada pengadilan

negeri, akan tetapi mempunyai tugas rangkap. Termasuk peradilan

semu ialah peradilan perburuhan (UU no.22 th 1957), peradilan

perumahan (PP no.55 th 1981 jo. PP no.49 th 1963), peradilan

pelayaran (Skp. Mphbl. No.Kab 4/3/24 jo. S 1949 no.103).

Di samping badan-badan peradilan yang telah disebutkan

masih dikenal juga arbitrase atau pewasitan. Kalau 4 peradilan negara

itu berpuncak pada Mahkamah Agung, maka 3 peradilan semu yang

telah dikemukakan di atas tidak berpuncak pada Mahkamah Agung.

Hakim sebagai manusia tidak luput dari kekurangan dan

kekhilafan, sehingga putusan yang dijatuhkannya belum tentu cermat,

tepat dan adil. Untuk mengantisipasi hal itu dan untuk memenuhi rasa

keadilan maka peradilan dibagi menjadi dua tingkat, yaitu peradilan

tingkat pertama (peradilan dengan original jurisdiction), yaitu

peradilan dalam tingkat awal atau permulaan dan peradilan tingkat

banding (peradilan dengan appellate jurisdiction), yaitu peradilan

dalam tingkat pemeriksaan ulang

(http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/sistem-peradilan-di-

indonesia.html).

3. Tinjauan Tentang Kode Etik

a. Kode Etik Kepolisian

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Upaya pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam menjalankan tugas pokoknya sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 dilaksanakan melalui

pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta

pengalaman penugasan secara berjenjang, berlanjut dan terpadu. Setiap

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diwajibkan untuk

menghayati dan menjiwai etika profesi Kepolisian yang tercermin dalam

sikap dan perilakunya dalam kedinasan maupun kehidupannya sehari-hari.

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

merupakan pedoman perilaku dan sekaligus pedoman moral yang sangat

kuat bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai upaya

pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai

pembimbing pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap

anggota agar terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan

wewenang (http://kuncupmuda.blogspot.com).

Untuk pertama kali Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik

Indonesia ditetapkan oleh Kapolri dengan Surat Keputusan Kapolri Nomor

Pol: Skep/213/VII/1985 tanggal 1 Juli Tahun 1985 yang selanjutnya

naskah tersebut terkenal dengan Naskah Ikrar Kode Etik Kepolisian

Negara Republik Indonesia beserta pedoman pengalamannya.

Perumusan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik

Indonesia memuat norma perilaku dan moral yang disepakati bersama

serta dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas dan wewenang bagi

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga dapat menjadi

pemacu semangat dan penegak rambu-rambu nurani setiap anggota untuk

pemuliaan profesi Kepolisian guna meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat.

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan organisasi

pembina profesi Kepolisian yang berwenang membentuk Komisi Kode

Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia di semua tingkat organisasi,

selain itu juga untuk menilai dan memeriksa pelanggaran yang dilakukan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

oleh anggota terhadap ketentuan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia (http://kuncupmuda.blogspot.com).

Liliana Tedjosaputro berpendapat, di dalam pengamalan “Bhakti

Dharma Waspada”, pedoman pengamalan seseorang polisi adalah “Rasta

Sewakottama, nagara Janottama, Yana Anucasana Dharma, yaitu sebagai

berikut :

Insan Rastra Sewakottama :

1) Mengabdi kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

2) Berbakti demi keagungannusa dan bangsa yang bersendikan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai kehormatan tertinggi.

3) Membela tanah air, mengamankan dan mengamalkan pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 dengan tekad juang pantang menyerah.

4) Menegakkan hukum dan menghormati kaidah-kaidah yang hidup di

dalam masyarakat secara adil dan bijaksana.

5) Melindungi, mengayomi, serta membimibing masyarakat sebagai

wujud panggilan tugas pengayoman yang luhur.

Insan Janottama :

1) Berdharma untuk menjamin ketentraman umum bersama-sama warga

masyarakat membina ketertiban dan keamanan demi terwujudnya

kegairahan kerja dan kesejahteraan lahir dan batin.

2) Menampilkan dirinya sebagai warga Negara yang berwibawa dan di

cintai oleh sesama warga Negara.

3) Bersikap disiplin, percaya diri, tanggung jawab, penh keikhlasan

dalam tugas kesanggupan, serta selalu menyadari bahwa dirinya adalah

warga masyarakat.

4) Selalu peka dan tanggap dalam tugas, mengembangkan kemampuan

dirinya, menilai tinggi mutu kerja, penuh keaktifan dan efisiensi serta

menempatkan kepentingan tugas secara wajar diatas kepentingan

pribadinya.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

5) Memupuk rasa persatuan, sesatuan dan kebersamaan serta

kesetiakawanan dalam lingkungan masyarakat.

6) Menjauhkan diri dari perbuatan dan sikap tercela serta mempelopori

setiap tindakan, mengatasi setiap kesulitan-kesulitan masyarakat

sekelilingnya.

Insan Yana Anucasana Dharma :

1) Selalu waspada, siap sedia dan sanggup menghadapi setiap

kemungkinan dalam tugas.Mampu mengendalikan diri dari perbuatan-

perbuatan penyalahgunaan.

2) Tidak mengenal berhenti dalam memberantas kejahatan dan

mendahulukan cara-cara pencegahan daripada penindakan secara

hukum.

3) Memelihara dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya

memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.

4) Bersama-sama segenp komponen kekuatan pertahanan keamanan

lainnya dan peran serta masyarakat, memelihara dan meningkatkan

kemanungggalan ABRI-Rakyat.

5) Meletakkan setiap langkah tugas sebagai bagian dari pencapaian tujuan

pembangunan nasional sesuai dengan amanat penderitaan rakyat

(http://brimobpolri.wordpress.com/08-kode-etik-polri/).

b. Kode Etik Kejaksaan

Sebagai pengemban tugas dan wewenang kejaksaan, maka jaksa

selaku insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta memiliki asas satu dan tidak terpisah-pisahkan, senantiasa bertindak

berdasarkan hukum dan sumpah jabatan dengan mengindahkan norma-

norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan serta menggali nilai

kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat dan juga

berpedoman pada Doktrin TriKrama Adhyaksa.

Doktrin Trikrama Adhyaksa perlu dijabarkan dalam kode etik jaksa

sebagai tuntutan tata pikir, tata tutur dan tata laku dalam mewujudkan jati

diri jaksa mandiri dan mumpuni, memiliki kemampuan profesional.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Integritas pribadi dan disiplin tinggi dalam mengemban bakti profesi

kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan pemahaman dan penghayatan panggilan tugas sebagai abdi

negara, abdi masyarakat dan abdi hukum, seluruh jaksa yang tergabung

dalam Persatuan Jaksa bersepakat menetapkan Kode Etik Jaksa

(http://lawjusticia.blogspot.com).

Tata Krama Adhyaksa

1) Jaksa adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa yang tercermin dari kepribadian yang utuh dalam

pemahaman, penghayatan dan pengamalan Pancasila.

2) Jaksa sebagai insan yang cinta tanah air dan bangsa senantiasa

mengamalkan dan melestarikan pancasila serta secara efektif dan

kreatif menjadi pelaku pembangunan hukum dalam mewujudkan

masyarakat adil yang berkemakmuran dan makmur yang berkeadilan.

3) Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara

daripada kepentingan pribadi atau golongan.

4) Jaksa mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak dan

kewajiban antara sesama pencari keadilan serta menjunjung tinggi asas

praduga tak bersalah, disamping asas-asas hukum yang berlaku.

5) Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban melindungi

kepentingan umum sesuai peraturan perundang-undangan dengan

mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan

serta menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang

hidup dalam masyarakat.

6) Jaksa senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pengabdiannya

dengan mengindahkan disiplin ilmu hukum, memantapkan

pengetahuan dan keahlian hukum serta memperluas wawasan dengan

mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat.

7) Jaksa berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari

keadilan.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

8) Jaksa dalam melaksanakan taugas dan kewajiban senantiasa memupuk

serta mengembangkan kemampuan profesional, integritas pribadi dan

disiplin yang tinggi.

9) Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermin dari sikap

dan perilaku baik dalam maupun diluar kedinasan.

10) Jaksa terbuka untuk menerima kebenaran bersikap mawas diri, berani

bertanggung jawab dan dapat menjadi teladan di lingkungannya.

11) Jaksa mengindahkan norma-norma kesopanan dan kepatutan dalam

menyampaikan pandangan dan menyalurkan aspirasi profesi,

disamping mematuhi hirarki dan aturan kedinasan.

12) Jaksa berbudi luhur serta berwatak mulia, setia, jujur arif dan bijaksana

dalam tata pikir, tata tutur dan tata laku.

13) Jaksa memelihara rasa kekeluargaan, semangat kesetiakawanan dan

mendahulukan kepentingan korps dari pada kepentingan pribadi.

14) Jaksa menjunjung dan membela kehormatan korps serta menjaga

harkat dan martabat profesi.

15) Jaksa senantiasa membina dan mengembangkan kader Adhyaksa

dengan semangat ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso,

Tut Wuri Handayani.

16) Jaksa wajib menghormati dan mematuhi kode etik jaksa serta

mengamalkan secara nyata dalam lingkungan kedinasan maupun

dalam pergaulan masyarakat.

17) Kode Etik jaksa ini disebut Tata Krama Adhyaksa

(http://lawjusticia.blogspot.com).

c. Kode Etik Kehakiman

Kode Kehormatan Hakim adalah segala sifat batiniah dan sikap-

sikap lahiriah yang wajib dimiliki oleh para hakim untuk menjamin

tegaknya kewibawaan dan kehormatan hakim atau korps hakim. KKH ini

diperlukan berkaitan dengan peranan hakim sebagai soko guru terakhir

dari negara hukum yang berdasarkan Pancasila dengan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri,

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

bangsa dan negara. Untuk jabatan hakim, Kode Etik Hakim disebut Kode

Kehormatan Hakim.

Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan

fungsional. Oleh karena itu Kode Kehormatan Hakim memuat 3 jenis

etika, yaitu :

1) Etika kedinasan pegawai negeri sipil.

2) Etika kedinasan hakim sebagai pejabat fungsional penegak hukum.

3) Etika hakim sebagai manusia pribadi manusia pribadi anggota

masyarakat.

Uraian Kode Etik Hakim meliputi :

1) Etika keperibadian hakim.

2) Etika melakukan tugas jabatan.

3) Etika pelayanan terhadap pencari keadilan.

4) Etika hubungan sesama rekan hakim.

5) Etika pengawasan terhadap hakim

(http://hamildiluarnikah.blogspot.com/2010/03/kode-etik-hakim.html).

Dari kelima macam uaraian kode etik ini akan kita lihat apakah

Kode Etik Hakim memiliki upaya paksaan yang berasal dari Undang-

Undang.

1) Etika keperibadian hakim

Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :

a) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Menjunjung tinggi, citra, wibawa dan martabat hak.

c) Berkelakuan baik dan tidak tercela.

d) Menjadi teladan bagi masyarakat.

e) Menjauhkan diri dari perbuatan dursila dan kelakuan yang dicela

oleh masyarakat.

f) Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim.

g) Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab.

h) Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu.

i) Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

j) Dapat dipercaya.

k) Berpandangan luas

2) Etika melakukan tugas jabatan.

Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :

a) Bersikap tegas, disiplin

b) Penuh pengabdian pada pekerjaan.

c) Bebas dari pengaruh siapa pun juga.

d) Tidak menyalahgunakan kepercayaan, kedudukan dan wewenang

untuk kepentingan pribadai atau golongan.

e) Tidak berjiwa mumpung.

f) Tidak menonjolkan kedudukan.

g) Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam hubungan kedinasan.

h) Berpegang teguh pada Kode Kehormatan Hakim.

3) Etika pelayanan terhadap pencari keadilan.

Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :

a) Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan di

dalam hukum acara yang berlaku.

b) Tidak memihak, tidak bersimpati, tidak antipati pada pihak yang

berperkara.

c) Berdiri di atas semua pihak yang kepentingannya bertentangan,

tidak membeda-bedakan orang.

d) Sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam

ucapan maupun perbuatan.

e) Menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan.

f) Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.

g) Memutus berdasarkan hati nurani.

h) Sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

4) Etika hubungan sesama rekan hakim.

Sebagai sesama rekan pejabat penegak hukum, hakim :

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

a) Memelihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara

sesama rekan.

b) Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa, dan saling menghargai

antara sesama rekan.

c) Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap korp hakim.

d) Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan, baik di dalam

maupun di luar kedinasan.

e) Bersikap tegas. Adil dan tidak memihak.

f) Memelihara hubungan baik dengan hakim bawahannya dan hakim

atasannya.

g) Memberi contoh yang baik di dalam dan di luar kedinasan

(http://hamildiluarnikah.blogspot.com/2010/03/kode-etik-

hakim.html).

5) Etika pengawasan terhadap hakim.

Urusan Kode Kehormatan Hakim tidak terdapat rumusan

mengenai pengawasan dan sanksi ini. Berarti pengawasan dan sanksi

akibat pelanggaran Kode Kehormatan Hakim dan pelanggaran undang-

undang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Hakim. Menurut

ketentuan Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986

tentang Peradilan Umum; Pembentukan, susunan, dan tata kerja

Majelis Kehormatan Hakim serta tata cara pembelaan diri ditetapkan

oleh Ketua Mahkamah Agung bersama-sama Menteri Kehakiman

(http://oktaglory.blogspot.com).

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Terdapat suatu kasus yang sedang diproses di pengadilan, sebelum pada

pengadilan biasanya dilakukan terlebih dahulu tahap penyidikan oleh polisi, akan

tetapi jaksa juga berwenang sebagai penyidik di dalam tindak pidana tertentu yang

mempunyai kewenangan khusus berdasarkan hukum acara pidana. Pada proses

penyidikan tersebut para mafia peradilan mempunyai celah untuk masuk dengan

embel-embel untuk membantu tersangka agar tidak ditahan atau sebagainya. Pada

proses penuntutanpun mafia peradilan bisa masuk dan menjelma sebagai malaikat

penolong bagi para tersangka atau terdakwa, biasanya dalam proses penuntutan

mafia peradilan menawari tersangka atau terdakwa untuk membayar sejumlah

uang agar tuntutannya dikurangi atau diperingan.

KASUS

Makelar Kasus

Penyidikan Penuntutan

Putusan Pengadilan

Mafia Peradilan

Makelar kasus

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tidak hanya dalam proses penyidikan dan penuntutan saja bahkan proses

peradilan pun juga bisa dipengaruhi oleh mafia peradilan. Di sini mafia peradilan

meminta sejumlah uang kepada tersangka atau terdakwa supaya putusan peradilan

nantinya tidak terlalu tinggi atau bahkan bebas.

Penyidikan, penuntutan dan peradilan bisa dimasuki mafia peradilan

karena adanya celah-celah seperti pada penyidikan, penyidik mempunyai

wewenang untuk menahan atau melepaskan tersangka, begitu juga dengan proses

penuntutan dan penjatuhan putusan peradilan. Modus-modus mafia peradilan

disetiap tahapan penegakan hukum acara pidana inilah yang selanjutnya dikaji

dalam penelitian ini.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Modus Operandi Praktik Mafia peradilan dalam Memengaruhi Proses

Penyidikan, Penuntutan dan Peradilan.

Praktek mafia peradilan dapat merusak sendi-sendi hukum di

Indonesia, sebab para mafia peradilan dalam menjalankan aksinya selalu

mengintervensi oknum aparat hukum secara halus, mulai dari penyidikan,

penuntutan dan peradilan. Sebenarnya aparat hukum dalam menjalankan

tugas selalu memegang teguh aturan dalam undang-undang, namun

keterlibatan para mafia peradilan dalam proses hukum dapat merusak

tatanan hukum yang telah berlaku. Berikut merupakan uraian lebih detail

mengenai modus yang dilakukan mafia peradilan disetiap tahapan

pemeriksaan menurut hukum acara pidana di Indonesia.

1. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan dalam Memengaruhi Proses

Penyidikan

a. Proses Penyidikan Pada Status Terperiksa (Saksi)

Sebelum peneliti memaparkan tentang proses penyidikan pada

status terperiksa maka penulis akan menyajikan contoh kasus yang

relevan dengan pembahasan mengenai pengaruh mafia peradilan

dalam proses penyidikan yang dilakukan pada status terperiksa,

contoh kasus:

Sejak tanggal 7 September 2009 saat dilakukan penyidikan terhadap perkara Gayus di Bareskrim, yang bersangkutan tidak pernah di tahan. Itu terjadi karena adanya konspirasi jahat antara Gayus, pengacara dan 2 orang oknum penyidik yang menangani kasus Gayus, selanjutnya terbongkar 2 oknum penyidik itu adalah Kompol AE dan Ajun Komisaris Polisi SS. Kompol AE mendapatkan imbalan sebuah sepeda motor Harley Davidson seharga ratusan juta rupiah, mobil toyota fortuner dan rumah. Sedangkan Ajun Komisaris Polisi SS mendapat uang suap sebesar Rp. 100 juta (Ismantoro Dwi Yuwono, 2010: 144).

Setelah membaca bahan kasus di atas, maka penulis akan

memaparkan analisis guna mengetahui modus operandi praktik mafia

peradilan dalam memengaruhi proses penyidikan.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Pada tahapan ini biasanya mafia peradilan menawarkan pasal-pasal

yang dapat meringankan terperiksa. Apabila pihak terperiksa tidak

merespon atau tidak mengindahkan tawaran mafia peradilan, maka

proses akan berjalan dengan penuh intimidasi dan tentunya akan

mengahadapi proses penyidikan yang menakutkan. Proses demikian

yang dialami Mohammad Chambali yang akhirnya terpaksa mengakui

membunuh Asrori alias mister X yang akhirnya terbukti keliru karena

mister X dibunuh Rian jagal dari Jombang. Sehingga dalam hal ini

pihak terperiksa akan sangat cemas dan cenderung mengikuti kemauan

mafia peradilan agar proses penyidikan dapat berjalan secara persuasif.

Bahkan mafia peradilan juga menggunakan modus menjanjikan

dapat merekayasa kasus dengan menawarkan pasal-pasal ringan dalam

menjerat kasus pidana yang telah dilakukan oleh terperiksa. Para mafia

peradilan mampu menawarkan kepada terperiksa untuk menghilangkan

barang bukti, agar kasus pidana yang dihadapinya bisa lemah dalam

pembuktian pada sidang pengadilan kelak, sehingga pada saatnya

terperiksa akan lolos dari jeratan hukum. Ini merupakan bentuk

rekayasa kasus yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang tentu

tidak dapat di biarkan terus menerus terjadi. Sejak puluhan tahun yang

lalu peristiwa rekayasa kasus pidana berkali-kali terjadi, bahkan

menimpa dikalangan masyarakat dan telah menjadi sorotan publik

serta menuai kecaman dalam masyarakat, namun praktek semacam itu

hingga kini masih saja terus terjadi.

Tentu saja harga sebuah rekayasa kasus seperti ini biayanya

sangat mahal karena penyidik harus bersedia melanggar ketentuan

aturan yang ada dalam undang-undang. Penyimpangan dapat terjadi

karena mafia peradilan pada proses penyidikan amatlah dominan yang

terus-menerus mempengaruhi penyidik dengan segala cara agar mau

mengikuti kemauannya, tentunya dengan kompensasi dana yang sangat

menarik. Seperti pada kasus di atas sang mafia peradilan menwarkan

pada terperiksa untuk memberikan imbalan pada penyidik yang

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

menangani kasusnya. Penyidik Kompol AE mendapatkan imbalan

sebuah sepeda motor Harley Davidson seharga ratusan juta rupiah,

mobil toyota fortuner dan rumah. Sedangkan Ajun Komisaris Polisi SS

mendapat uang suap sebesar Rp.100 juta.

Sepak terjang mafia peradilan ini sangat merusak moral dan

mental para penyidik, mafia peradilan dengan gigih memengaruhi

proses penyidikan untuk menyimpang dari ketentuan aturan yang ada

demi kepentingan terperiksa. Praktek mafia peradilan ini sangatlah rapi

misalnya komunikasi rahasia antara Gayus dengan penyidik yang

hanya bisa diketahui masing-masing pelaku atau dengan teknologi

penyadapan yang terencana sehingga kejahatan mafia peradilan sulit di

bongkar karena sulitnya barang bukti yang ada, jejak praktek mafia

peradilan dapat dengan mudah dihilangkan. Mafia peradilan hampir

selalu ada pada kasus tindak pidana tetapi keberadaannya sulit untuk

dibuktikan, seperti itulah mafia peradilan yang ada pada setiap tahapan

proses hukum. Mafia peradilan sulit di bongkar karena tidak

meninggalkan bukti dan jejak tindak pidana.

Guna kepentingan terperiksa mafia peradilan akan mencermati

kewenangan penyidik untuk selanjutnya di lobi agar penyidik mau

melanggar aturan untuk tidak menggunakan kewenangan penyidik

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 KUHAP yang antara lain

berbunyi : ”salah satu kewenangan penyidik adalah menghentikan

penyidikan”. Kewenangan penyidik inilah yang dibidik oleh mafia

peradilan untuk dimanfaatkan guna kepentingan terperiksa agar status

terperiksa tidak dinaikkan menjadi tersangka. Melainkan perkaranya

diminta untuk dihentikan dengan cara penyidik dirayu untuk

mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3). Resiko

pembuatan SP3 ini adalah sangat besar, kalaupun penyidik tidak berani

membuatkan SP3, sang mafia peradilan menurunkan tawarannya untuk

meminta penyidik agar menerapkan pasal-pasal ringan yang

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menguntungkan tersangka. Inilah upaya para mafia peradilan dalam

memengaruhi oknum penyidik.

b. Proses penyidikan pada status tersangka

Setelah penyidik melakukan serangkaian tindakan dalam

mengungkap tindak pidana dengan didukung alat bukti yang cukup

maka penyidik ditingkat kepolisian ini dapat meningkatkan status

terperiksa (saksi) menjadi tersangka. Pada posisi ini mafia peradilan

berusaha sekuat tenaga untuk melobi pada penyidik agar tersangka

tidak di tahan. Penyidik dapat menahan atau tidak menahan tersangka,

ini sudah sesuai ketentuan aturan yang ada yaitu diatur dalam Pasal 20

ayat (1) KUHAP yang berbunyi: untuk kepentingan penyidikan,

penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik berwenang

melakukan penahanan.

Alasan penahanan subyektif yaitu: 1) Tersangka diduga keras

melakukan tindak pidana. 2) Dikhawatirkan tersangka melarikan diri.

3) Dikhawatirkan merusak atau menghilangkan barang bukti. 4)

Dikhawatirkan mengulangi tindak pidana.

Atas dasar ketentuan tersebut penyidik dapat menyalahgunakan

kewenangan untuk menahan atau tidak menahan tersangka, karena hal

itu merupakan kewenangan mutlak pada penyidik. Oleh karena itu

mafia peradilan dengan segala cara untuk mempengaruhi oknum

penyidik agar tersangka tidak ditahan. Betapa besar kekuasaan mafia

peradilan dalam merekayasa kasus sangatlah lihai, sehingga aparat

hukum tidak berkutik dan bertekuk lutut untuk menuruti segala

keinginan mafia peradilan.

2. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan dalam Memengaruhi Proses

Penuntutan

Sebelum penulis memaparkan lebih jauh tentang modus operandi

praktik mafia peradilan dalam memengaruhi proses penuntutan, maka

penulis akan menyajikan terlebih dahulu contoh kasus sebagai berikut:

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Pada kasus Gayus Tambunan, jaksa dicurigai oleh satgas pemberantasan mafia hukum telah terlibat dalam konspirasi perekayasaan kasus yaitu kasus korupsi direkayasa menjadi kasus penggelapan, akibatnya Gayus Tambunan oleh pengadilan negeri hanya di putus hukuman 1 tahun, itupun dengan masa percobaan (Jawa Pos, 21 Maret 2010). Dari contoh kasus di atas maka penulis akan mencoba menganalisis

sebagai berikut, apabila tersangka sudah menjalani proses penyidikan oleh

kepolisian dan berkasnya dinyatakan lengkap (P21), maka berkas

pemeriksaan kasus pidana tersangka segera dilimpahkan kekejaksaaan,

dengan demikian status tersangka berubah menjadi terdakwa dan sejak itu

penyidik kepolisian sudah tidak mempunyai wewenang atas terdakwa dan

terdakwa menjadi kewenangan penuntut umum (jaksa) sebagaimana diatur

dalam Pasal 20 ayat (2) KUHAP yang berbunyi: “Untuk kepentingan

penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau

penahanan lanjutan”.

Dalam kasus Gayus di atas arsitek yang mengutak-ngatik perkara

adalah CS. CS bahkan menjemput sendiri surat perintah dimulainya

penyidikan (SPDP) ke penyidik kepolisian. Peran kedua di pegang oleh PM

sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku, PM lah yang menunjuk CS

sebagai koordinator jaksa peneliti dan penuntut umum. Sebagai koordinator,

CS lah yang lantas aktif berhubungan dengan PM. Dan keduanyalah yang

mengendalikan perkara di tingkat pra penuntutan (Ismantoro Dwi Yuwono,

2010: 152).

Hasil penelitian jaksa menyebutkan hanya terdapat satu pasal yang

terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke pengadilan, yaitu

penggelapan. Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang

saat itu di duga PPATK dan Polri sebagai money laundrying atau korupsi.

Jaksa menilai bahwa dugaan PPATK sama sekali tidak terbukti bahwa uang

senilai Rp. 25 milyar itu merupakan hasil kejahatan money laundrying.

Seiring berjalannya waktu, mantan Kabareskrim Susno Duadji menuding

bahwa dalam kasus Gayus terlibat juga beberapa jaksa dalam jejaring mafia

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

peradilan. Tudingan Susno tersebut ternyata membuat merah telinga

Hendarman Supandji yang pada waktu itu menjabat sebagai Jaksa Agung.

Beberapa hari setelah Susno menyatakan kecurigaannya itu, Hendarman

membentuk tim eksaminasi untuk meneliti ada tidaknya kejanggalan dalam

berkas perkara Gayus Tambunan. Setelah satu pekan bekerja, tim yang

dipimpin oleh Direktur Upaya Hukum Eksekusi dan Eksaminasi Suroso itu

memang menemukan sejumlah kejanggalan dalam berkas kasus Gayus

Tambunan (Ismantoro Dwi Yuwono, 2010: 151).

Dalam kasus Gayus tersebut jelas nampak peristiwa yang tersirat

bahwa jaksa telah dapat dipengaruhi oleh pihak Gayus untuk: 1) Tidak

menuntut pasal-pasal yang memberatkan. 2) Tidak menuntut hukuman

maksimal. Akibat dari peristiwa ini polisi, jaksa dan hakim di proses secara

hukum untuk dihadapkan pada sidang pengadilan.

Praktek mafia peradilan sulit dibongkar, dan hanya dapat terbongkar

jika terjadi pada situasi yang luar biasa, contoh: a) Terbongkarnya praktek

markus Artha Litha Suryani (Ayin) berawal dari tertangkap basah jaksa Urip

Tri Gunawan oleh petugas KPK ketika menerima suap dari Ayin melalui

cara penyadapan telepon oleh petugas KPK. b) Terungkapnya praktek

markus Anggodo karena adanya penyadapan oleh petugas KPK dan pernah

di perdengarkan secara umum didepan sidang Mahkamah Konstitusi.

Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa praktek mafia peradilan

hanya dapat dibongkar pada situasi yang istimewa dan luar biasa, kejadian

itu sangatlah langka, jadi kalau bukan kedua peristiwa besar tersebut praktek

mafia peradilan sulit di bongkar. Praktek mafia peradilan yang demikian

sering terjadi, dimulai dari kejaksaan ditingkat Kejari, Kejati maupun

Kejagung. Jadi praktek mafia peradilan selalu ada di tingkat penyidikan.

Peran utama pada mafia peradilan adalah perekayasaan kasus, dan

keberadaan mafia peradilan ini sangat membahayakan aparat hukum dalam

penegakan hukum.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan Dalam Memengaruhi Proses

Peradilan.

Sebelum mengurai lebih lanjut mengenai modus operandi mafia

peradilan dalam memengaruhi proses peradilan, penulis akan memberikan

contoh kasus sebagai berikut:

Muhtadi Asnun kena batunya. Ketua Majelis Hakim kasus Gayus Tambunan itu dinonpalukan, mulai Senin (19/04). Mahkamah Agung (MA) menghukum Ketua Pengadilan Negeri Tangerang itu, menjadi hakim biasa, di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, tanpa wewenang apapun. Itulah sanksi yang dijatuhkan kepada Muhtadi Asnun, setelah diperiksa sejak Senin pagi. Ia diperiksa berkaitan dengan pengakuannya telah mendapat imbalan Rp50 juta, atas pembebasan Gayus Tambunan dari dakwaan kasus penggelapan pajak. Muhtadi sebenarnya sudah pernah diperiksa pihak MA, tetapi dinyatakan tidak ada pelanggaran yang dilakukan dalam persidangan Gayus Tambunan di Pengadilan Negeri Tangerang, beberapa waktu lalu. Ternyata dalam pemeriksaan di Komisi Yudisial, terungkap Muhtadi kebagian Rp50 juta, yang menurut Gayus untuk membantu biaya sang hakim berangkat umrah. Atas pengakuan itulah, MA kembali memeriksa Muhtadi Asnun, Senin pagi. Alasannya, pemeriksaan terdahulu baru menyangkut masalah teknis. Pemeriksaan di MA kali ini berkaitan dengan kasus suap. Seperti di KY, saat diperiksa di MA pun, Muhtadi mengaku menerima Rp50 juta itu. Karena itu, MA menjatuhkan sanksi hakim pengadilan tinggi nonpalu itu. "Berdasarkan pengakuan itu, MA mengambil tindakan Muhtadi Asnun dinonpalukan di Pengadilan Tinggi DKI, terhitung mulai hari ini (Senin). SK-nya dalam proses," kata Hatta Ali kepada wartawan. MA juga sedang memeriksa 2 anggota majelis hakim lainnya, Harun Tarigan dan Bambang Widyatmoko. yang memutus perkara Gayus (http://politikindonesia.com/index.php?k=hukum&i=6606).

Dari contoh kasus di atas penulis akan menganalisis berdasarkan sub

bahasan mengenai modus operandi mafia peradilan dalam proses peradilan.

Peradilan dewasa ini seperti yang telah diketahui sejak kurang lebih

tahun 80an keadaan peradilan kita tidak seperti yang diharapkan. Di dalam

praktek dewasa ini hakim tidak bebas dalam menjalankan tugasnya.

Sekalipun tidak dapat dibuktikan secara langsung hal ini ternyata dari

adanya tekanan-tekanan ekstern seperti suap yang dilakukan oleh para mafia

peradilan, pernyataan pejabat mengenai terbukti tidaknya suatu perkara yang

sedang diperiksa di pengadilan, ancaman-ancaman, kolusi, dan juga

tekanan-tekanan intern yang berupa campur tangan dalam penyelesaian

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

perkara seperti adanya surat sakti, telfon sakti dan sebagainya. Kebebasan

hakim seperti yang diatur dalam pasal 4 ayat (3) Undang-undang nomor 14

tahun 1970 belumlah dapat kita nikmati sepenuhnya. Karena adanya campur

tangan para mafia peradilan itu kiranya hakim tidak dapat bersikap obyektif.

Ini semuanya tidak hanya menyangkut integritas hakim, tetapi juga

menyangkut jaminan ketentraman dan keamanan bagi hakim dalam

menjalankan tugasnya.

Sebagaimana disebutkan dalam kajian pustaka, setiap hakim

bertanggung jawab atas perbuatannya di bidang penegakan hukum

(peradilan). Tanggung jawab tersebut dibedakan antara tanggung jawab

undang-undang (publik) dan tanggung moral. Tanggung jawab undang-

undang adalah tanggung jawab hakim kepada penguasa (negara) karena

telah melaksanakan peradilan berdasarkan perintah undang-undang.

Tanggung jawab moral adalah tanggung jawab hakim selaku manusia

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberinya amanat supaya

melaksanakan peradilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Abdulkdir

Muhammad, 2001: 131).

Perbuatan hakim Muhtadi Asnun tersebut selain melanggar kode etik

Kehakiman juga mengingkari tanggung jawab hakim kepada penguasa dan

kepada Tuhan. Hakim Asnun dianggap mengingkari tanggung jawab kepada

penguasa karena, yang bersangkutan tidak melaksanakan peradilan yang

sesuai dengan undang-undang, nilai-nilai hukum yang hidup dalam

masyarakat dan kepatutan (equality).

Dengan uang Rp. 50 juta seorang hakim Asnun tega

mengesampingkan undang-undang, ini yang ditakutkan oleh masyarakat

dengan berkeliarannya para mafia peradilan yang tidak bertanggung jawab.

Hakim Asnun memberikan putusan bebas kepada Gayus sebab pasal

penggelapan uang Rp.370 juta yang dituntut kepada Gayus Tambunan tidak

terbukti. Disini hakim Asnun tidak memberikan keadilan seperti yang

diharapkan oleh semua orang, padahal keadilan yang ditetapkan oleh hakim

merupakan perwujudan nilai-nilai undang-undang, hasil penghayatan nilai-

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

nilai yang hidup dalam masyarakat, etika moral masyarakat dan tidak

melanggar hak orang lain. Selain itu keputusan hakim harus memberi

dampak positif bagi masyarakat dan negara serta harus dapat dijadikan

panutan dan yurisprudensi yang selanjutnya akan berguna bagi

pengembangan hukum nasional. Tetapi yang dilakukan hakim Asnun justru

sebaliknya, yang bersangkutan memberikan dampak negatif terhadap

masyarakat dan negara.

Hakim Asnun juga telah mengingkari tanggung jawab kepada Tuhan

Yang Maha Esa yang artinya hakim tersebut tidak melaksanakan peradilan

sesuai dengan amanat Tuhan yang diberikan kepada manusia, menurut

hukum kodrat manusia yang telah ditetapkan oleh Tuhan melalui hati

nuraninya. Dampak negatif bagi hakim yang memutus tidak adil memang

tidak dapat diketahui karena itu adalah rahasia Tuhan. Berlainan dengan

undang-undang yang mengancam dengan sanksi keras, ancaman sanksi itu

dapat diketahui melalui rumusan undang-undang. Tetapi manusia tidak

menyadari bahwa sanksi Tuhan lebih keras lagi dan pasti tetapi tidak dapat

diketahui seketika, yang namanya hukuman pembalasan. Suatu ketika

manusia mendapat penyakit yang sulit bahkan tidak dapat disembuhkan,

tetapi tidak disadari karena dia pernah berlaku tidak adil.

Hakim yang kukuh pendirian tidak akan pernah goyah pada rayuan

mafia peradilan, karena hakim berpedoman pada Pasal 4 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-ketentuan pokok

Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi: ”Segala campur tangan dalam

peradilan dari pihak-pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang,

kecuali dalam hal-hal yang tersebut dalam undang-undang dasar”. Seorang

hakim sebelum melaksanakan jabatan sebagai hakim telah disumpah

sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999

tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:

”Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian”.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

”Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945 dan segala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia”. ”Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya senantiasa akan enjalankan jabatan ini dengan jujur, seksama dan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim anggota mahkamah agung yang berbudi baik dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan”. Sumpah di atas diharapkan mengandung akibat sakral bagi hakim yang

melanggarnya, sehingga seorang hakim tidak berani melanggar sumpah,

karena agama yang dianutnya melarang perbuatan tercela.

B. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan Ditinjau dari Pelanggaran

Kode Etik Polisi, Jaksa dan Hakim

Praktek mafia peradilan merupakan suatu kenyataan bahwa

keberadaan mereka sangat menghambat proses perkembangan hukum di

Indonesia, karena terus menerus memengaruhi oknum aparat hukum

dalam menegakkan hukum. Oleh karena itu semua oknum aparat hukum di

beri rambu-rambu hukum yang dituangkan dalam kode etik profesi yang

harus ditaati dan menjadi pedoman setiap oknum aparat hukum dalam

menjalankan tugas.

1. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan Ditinjau dari Pelanggaran Kode

Etik Kepolisian

Bagi penyidik (Polisi) yang terlibat dalam perekayasaan kasus

bersama para mafia peradilan pada hakikatnya telah melanggar kode etik

kepolisian. Dalam Peraturan Kapolri No. Pol: 7 Tahun 2006 tentang kode

etik profesi kepolisian Negara Republik Indonesia telah dinyatakan bahwa

anggota kepolisian negara RI dalam melaksanakan tugas wajib

mempelihara perilaku terpercaya dengan:

a. Menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.

b. Tidak memihak.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

c. Tidak melakukan pertemuan di luar ruang pemeriksaan dengan pihak-

pihak yang terkait dengan perkara.

d. Tidak mempublikasikan nama terang tersangka dan saksi.

e. Tidak mempublikasikan tata cara, taktik dan teknik penyidikan.

f. Tidak menimbulkan penderitaan akibat penyalahgunaan wewenang

dan sengaja menimbulkan rasa kecemasan, kebimbangan dan

ketergantungan pada pihak-pihak yang terkait dengan perkara.

g. Menunjukkan penghargaan terhadap semua benda-benda yang berada

dalam penguasaan nya karena terkait dengan penyelesaian perkara.

h. Menunjukkan penghargaan dan kerjasama dengan sesama pejabat

negara dalam sistem peradilan pidana.

i. Dengan sikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang

perkembangan penanganan perkara yang ditanganinya kepada semua

pihak yang terkait dengan perkara pidana yang dimaksud, sehingga

diperoleh kejelasan tentang penyelesaiaannya

(http://kuncupmuda.blogspot.com).

Kode etik kepolisian poin a bahwa polisi wajib menyatakan yang

benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kenyataannya kalau

mafia peradilan sudah masuk dan ikut campur pada proses penyidikan

maka yang salah adalah menjadi benar yaitu dengan cara merusak mental

dan moral penyidik melalui lobi tercela agar penyidik mau melanggar

ketentuan undang-undang. Upaya mafia peradilan ini sungguh sangat

tercela. Padahal penyidik atau polisi dalam menjalankan tugas telah

dibatasi oleh undang-undang dan kode etik kepolisian.

Kode etik kepolisian poin b bahwa polisi tidak memihak, jika ada

penyidik memihak pada tersangka karena ulah mafia peradilan, maka

penyidik tersebut telah melanggar kode etik kepolisian yang tersebut

diatas.

Kode etik kepolisan poin c dinyatakan bahwa polisi tidak

melakukan pertemuan di luar persidangan dengan pihak-pihak yang terkait

dengan perkara.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Dalam perekayasaan kasus biasanya mafia peradilan menawarkan

kepada oknum penyidik untuk melakukan pertemuan rahasia ditempat

aman dan tidak diketahui oleh umum. Ditempat tersembunyi inilah mafia

peradilan melakukan aksi tercelanya yaitu membayar oknum penyidik

untuk melakukan penyimpangan. Tindakan ini jelas melanggar kode etik

kepolisian penyidik dilarang mengadakan pertemuan di luar ruang

pemerikasaan. Penyidik yang melanggar kode etik akan dikenakan sanksi

moral berupa:

a. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela.

b. Kewajiban pelanggar untuk menyatakan penyesalan atau meminta

maaf secara terbatas atau terbuka.

c. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi.

d. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi

kepolisian.

Pemeriksaan atas pelanggaran pada kode etik profesi kepolisian

Negara Republik Indonesia dilakukan oleh komisi kode etik Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Berangkat dari pelanggaran kode etik ini

penyidik dapat juga diproses secara hukum, tergantung dari kadar

kesalahannya.

Pada kode etik kepolisian dinyatakan bahwa polisi dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat senantiasa:

a. memberikan pelayanan terbaik;

b. menyelamatkan jiwa seseorang pada kesempatan pertama;

c. mengutamakan kemudahan dan tidak mempersulit;

d. bersikap hormat pada siapapun dan tidak menunjukkan sikap congkak

atau arogan karena kekuasaan;

e. tidak membeda-bedakan cara pelayanan pada semua orang;

f. tidak mengenal waktu istirahat selama 24 jam atau tidak mengenal hari

libur;

g. tidak membebani biaya kecuali diatur dalam peraturan perundang-

undangan;

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

h. tidak boleh menolak permintaan pertolongan bantuan dari masyarakat

dengan alasan bukan wilayah hukumnya atau karena kekurangan alat

dan orang;

i. tidak mengeluarkan kata-kata atau melakukan gerakan-gerakan

anggota tubuhnya yang mengisyaratkan meminta imbalan atas bantuan

polisi yang telah diberikan kepada masyarakat.

Jika dicermati pada poin e dinyatakan bahwa polisi dalam

memberikan pelayanan pada masyarakat tidak membeda-bedakan cara

pelayanan kepada semua orang. Isi kode etik tersebut sangat mulia

yaitu polisi tidak akan membeda-bedakan pelayanan pada masyarakat,

tetapi pada kenyataannya penyidik (polisi) dalam menangani kasus

perkara pidana masih memberikan pelayanan berbeda pada tersangka.

Jelas hal ini merupakan pelanggaran pada kode etik kepolisian.

2. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan Ditinjau dari Pelanggaran Kode

Etik Kejaksaan

Sebelum membahas permasalahan pokok, perlu penulis sampaikan

tentang Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Kep-

052/JA/S/1979 yang didalamnya terdapat doktrin tri krama adhyaksa.

Doktrin Tri Krama Adhyaksa merupakan suatu ajaran dan citra yang

dianggap benar, dimana kebenaran itu bisa dibuktikan berdasarkan

penalaran dan merupakan pedoman bagi arah perjuangan serta pencapaian

asas serta cita-cita korps. Doktrin ini juga berarti sebagai kebulatan tekat

segenap warga korp yang bersumber pada kesatuan pemikiran dan

pendapat untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Doktrin Tri Krama

Adhyaksa berfungsi sebagai pembimbing, pendorong, sumber motivasi

dan inspirasi bagi jaksa dalam pengertian korps secara bulat dan utuh

untuh menciptakan adanya kesatuan bahasa, sikap dan tindak dari jaksa

untuk mencapai cita-cita korps.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Doktrin tri krama adhyaksa dibagi dalam:

a. Catur Asana

Catur Asana adalah empat landasan yang melandasi eksistensi

peranan, wewenang dan tindakan kejaksaan dalam mengemban tugas

baik dibidang yustisial, yudikatif atau pun eksekutif.

Keempat landasan tersebut adalah:

1) Landasan idiil: Pancasila.

2) Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar 1945.

3) Landasan struktural: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991

tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

4) Landasan operasional: KUHAP, KUHP, Peraturan perundang-

undangan lainnya yang berhubungan dengan peranan jaksa.

b. Tri Atmaka

Tri Atmaka adalah ciri yang merupakan sifat hakiki dari

kejaksaan yang membedakannya dengan alat negara lain.

Tri Atmaka mempunyai makna yaitu:

1) Tunggal Artinya kejaksaan adalah satu-satunya lembaga negara

yang berdasarkan peraturan para jaksa mewakii pemerintah dalam

urusan peradilan dengan sistem hierarki dimana tindakan setiap

jaksa dalam kedinasan dianggap sebagai tindakan seluruh korps.

Tunggal dapat berarti pula suatu ikatan batin yang erat antar

sesama anggota keluarga besar adhyaksa, dimana suka duka baik

didalam maupun diluar kedinasan yang dialami dan dirasakan oleh

seorang anggota akan dirasakan pula oleh anggota yang lainnya.

2) Mandiri Artinya instansi kejaksaan merupakan instansi yang

berdiri sendiri, bukan bagian dari suatu instansi. Kejaksaan dulu

berada dibawah menteri Kehakiman (1960) kemudian dengan

Surat Keputusan Presiden Nomor 204 Tahun 1960 tanggal 15

Agustus 1960 Kejaksaan lepas dari departemen kehakiman. Jadi

mandiri disini menunjukkan adanya kekuasaan istimewa yang

dimiliki kejaksaan selaku alat negara penegak hukum yang

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mewakili kejaksaan dalam perbuatannya baik didalam maupun

diluar dinas selalu dilandasi dengan alasan-alasan yang benar

sehingga perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan. Aparat

kejaksaan harus mempenyai sifat wicaksana, artinya bijaksana

dalam tutur kata dan tingkah laku khususnya dalam penerapan

kekuasaan dan kewenangannya, hal ini berarti setiap warga

kejaksaan dalam menunaikan tugas disamping harus cakap, mampu

dan terampil, harus pula membuktikan dirinya sebagai petugas

yang matang dan dewasa dengan tanpa mengorbankan prinsip dan

ketegasan serta dapat bertindak bijaksana.

3) Mumpuni Kejaksaan merupakan instansi yang memiliki tugas luas

meliputi bidang-bidang yustisial dan non yustisial dengan

dilengkapi kewenangan yang cukup memberikan keleluasaan serta

kebebasan dirinya untuk melaksanakan tugas tanpa tergantung

pada kekuasaan lembaga negara yang lainnya

(http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id)

c. Tri krama adhyaksa

Tri krama adhyaksa merupakan sikap mental yang baik dan

terpuji yang harus dimiliki oleh karyawan kejaksaan yang bersifat:

Satya, adhy dan wicaksana. Satya berarti ketiaan yang bersumber pada

rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi

dan keluarga maupun sesama manusia. Jujur dalam melaksanakan

tugas harus ditujukan dengan pelaksanaan tugas yang baik.

Adhy mengandung pengertian kesempurnaan dalam tugas yang

mempunyai unsur utama memiliki rasa tanggung jawab terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, keluarga dan sesama manusia. Hal ini terdapat

dalam Doktrin: 1) Indrya Adhyaksa. 2) Kritya Adhyaksa. 3) Upakrya

Adhyaksa. 4) Anukara Adhyaksa.

Indra Adhyaksa berarti kejaksaan dalam melaksanakan tugas

bertrilogi: hening (peka), nastiti (cermat) dan kerti (tuntas). Doktrin ini

berkaitan dengan tugas intelejen yang meliputi mengamankan

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kebijakan pemerintah, menghilangkan segala bentuk gangguan,

hambatan maupun ancaman terhadap Negara Republik Indonesia.

Kritya Adhyaksa berarti pekerjaan utama kejaksaan dalam

penegakan hukum dan pelaksanaannya mempunyai trilogi: akas

(cepat), titis (tepat) dan paskita (cermat) doktrin ini berhubungan

dengan tugas jaksa dalam bidang operasi yaitu penegakan hukum,

pemeliharaan ketentraman, keamanan dan ketertiban umum.

Upakrya Adhyaksa mempunyai arti dalam tugas pembinaan di

lingkungan kejaksaan harus berpedoman asuh(pendidikan), asih (cinta

kasih) dan asah (ketrampilan). Doktrin ini berkaitan dengan tugas

bidang pembinaan yaitu menyelenggarakan pembinaan administrasi

organisasi dan ketatalaksanaan serta memberikan pelayanan teknis

administrasi.

Anukara Adhyaksa artinya mengikuti dan mengawasi dalam

lingkungan kejaksaan dengan landasan kerja taat (teratur), titi (teliti)

dan tatas (cepat). Doktrin ini berkaitan dengan tugas bidang

pengawasan umum yaitu menyangkut pelaksanaan dan pengawasan

umum di lingkungan kejaksaan (E. Sumaryono, 1995: 213).

Dari ajaran Doktrin Tri Krama Adhyaksa tersebut diatas

terdapat ajaran Satya yang berarti jujur. Suatu ajaran yang sangat

mulia bagi seorang jaksa dalam menjalakan tugas, namun pada

kenyataannya banyak jaksa yang mengabaikan ajaran ini dimana

dalam penyidikan seorang jaksa mengancam terdakwa dengan cara

menunjukkan pasal-pasal berat dengan ancaman hukuman maksimal.

Dalam kondisi ini terdakwa tergoncang jiwanya dan dia berusaha

minta tolong melalui mafia peradilan agar jaksa mau membantu untuk

tidak menjerat dengan pasal-pasal berat. Biasanya dalam membahas

transaksi ini pihak jaksa tidak mau berhubungan secara langsung

dengan terdakwa, melainkan melalui mafia peradilan agar pihak jaksa

dapat secara leluasa melakukan transaksi pasal yang nantinya di

pergunakan dalam penuntutan. Semakin ringan pasal yang digunakan

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dalam penuntutan, maka semakin besar pula dana yang harus

dikeluarkan oleh terdakwa. Perilaku jaksa ini merupakan bentuk

pengingkaran dari ajaran Doktrin Tri Krama Adhyaksa pada ajaran

Satya yang artinya jujur. Kejujuran seorang jaksa sangat diharapkan

oleh pencari keadilan, dengan harapan masyarakat mendapatkan

pengayoman dari jaksa. Seorang oknum jaksa sebagai penuntut umum

akan sangat mudah menuntut kasus tindak pidana dengan pasal yang

sebenarnya (tepat) atau menyimpangkan kasus pidana dan menuntut

dengan pasal yang dapat menguntungkan terdakwa (tentunya melalui

perekayasaan kasus).

Contohnya:

1) Pada kasus pembunuhan yang disengaja yang diatur didalam Pasal

338 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun,

kemudian oleh jaksa direkayasa menjadi Pasal 351 ayat (3) KUHP

tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan orang lain

meninggal dunia dengan ancaman hukuman yang jauh lebih ringan

yaitu 7 tahun.

2) Perbuatan tindak pidana pemerkosaan Pasal 285 KUHP yang

ancaman hukumannya 12 tahun, kemudian oleh jaksa direkayasa

menjadi perbuatan hubungan badan yang dilakukan suka sama

suka, sehingga kasusnya bukanlah kasus pemerkosaan tetapi

menjadi kasus persetubuhan yang aturan hukumnya tidak ada

dalam KUHP sehingga terdakwa tersebut dapat lolos dari jeratan

hukum. Asas hukum pidana berbunyi: tindak pidana tidak dapat

dihukum kecuali ada aturan yang terlebih dulu ada. Jadi sepanjang

persetubuhan yang dilakukan oleh orang dewasa (telah berusia 21

tahun) maka perbuatan itu tidak dapat dipidana, karena perbuatan

persetubuhan tidak diatur dalam KUHP.

3) Perbuatan penyuapan kemudian oleh jaksa direkayasa menjadi

pemerasan sebagaimana diatur dalam Pasal 368 KUHP.

Perekayasaan kasus oleh jaksa ini diharapkan diharapkan agar si

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

penyuap (terdakwa) lolos dari jeratan hukum, sebab seseorang

yang mengeluarkan uang karena diperas tidak dapat dihukum.

Ingat kasus Anggodo (sebagai markus), dia menyuap KPK agar

saudaranya (Anggoro) dibebaskan dari jeratan hukum, tapi

pengakuan Anggodo dia tidak menyuap anggota KPK tetapi

diperas oleh anggota KPK dan sekarang kasusnya sudah di putus

oleh pengadilan negeri kepada Anggodo dijatuhi hukuman 4 tahun

dikurangi masa tahanan dan denda sebesar 150 juta rupiah

(Ismantoro Dwi Yuwono, 2010: 62).

Perekayasaan kasus demikian masih akan terus berlangsung

sepanjang markus masih berkeliaran dilingkungan kejaksaan.

Keberadaan markus menjadi penyebab terjadinya pelanggaran-

pelanggaran kode etik kejaksaan yang dilakukan oleh para jaksa dalam

menangani kasus pidana. Pemerintah dalam rangka memberantas

markus dibentuklah satuan tugas (Satgas) Mafia Hukum yang salah

satu tugasnya adalah memberantas praktek-praktek mafia peradilan di

Indonesia (http://iwaninlawschool.wordpress.com).

3. Modus Operandi Praktik Mafia Peradilan Ditinjau dari Pelanggaran Kode

Etik Kehakiman

Sebelum lebih lanjut membahas peran mafia peradilan yang dapat

merusak mental para hakim maka perlu penulis sampaikan tentang kode

etik hakim. Kode etik hakim telah diatur dalam Keputusan bersama Ketua

Mahkamah Agung dan Ketua Komisi Yudisial Nomor

047/KMA/SKB/IV/2009-02/SKB/B.KY/IV/2009 tanggal 8 Apri 2009

tentang kode etik dan pedoman perilaku hakim. Salah satu kode etik yang

ada adalah etika kepribadian hakim. Sebagai pejabat penegak hukum

hakim:

a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Menjunjung tinggi citra, wibawa dan martabat hakim.

c. Berkelakuan baik dan tidak tercela.

d. Menjadi teladan bagi masyarakat.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

e. Menjauhkan diri dari perbuatan dan kelakuan yang dicela masyarakat.

f. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim.

g. Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab.

h. Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu.

i. Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai keadilan).

j. Dapat dipercaya.

k. Berpandangan luas.

Sebagai pejabat penegak hukum hakim:

a. Bersikap tegas, disiplin.

b. Penuh pengabdian pada pekerjaan.

c. Bebas pengaruh dari siapapun juga.

d. Tidak menyalahgunakan kepercayaan, kedudukan dan wewenang

untuk kepentingan pribadi atau golongan.

e. Tidak berjiwa mumpung.

f. Tidak menonjolkan kedudukan.

g. Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam hubungan kedinasan.

h. Berpegang teguh pada kode kehormatan hakim.

Selain itu hakim sebagai pejabat penegak hukum harus:

a. bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam

hukum acara yang berlaku

b. tidak memihak, tidak bersimpati, tidak anti pati pada pihak yang

berperkara

c. berdiri diatas semua pihak yang kepentingannya bertentangan, tidak

membeda-bedakan orang

d. sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang baik dalam ucapan

maupun perbuatan

e. menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan

f. bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan

g. memutus berdasarkan hati nurani

h. sanggup mempertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Etika hubungan sesama hakim, harus:

a. Memelihara dan mempelihara hubungan kerja sama yang baik sesama

rekan.

b. Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara

sesama rekan.

c. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan kepada korp hakim.

d. Menjaga nama baik dan martabat rekan baik didalam maupun diluar

kedinasan.

e. Bersikap tegas adil dan tidak memihak.

f. Memelihara hubungan baik dengan hakim bawahannya dan hakim

atasanya.

g. Memberi contoh yang baik didalam dan diluar kedinasan.

Kode kehormatan hakim dikenal dengan Tri Prasetya Hakim Indonesia,

yaitu: ”Saya berjanji:

1) bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi citra, wibawa dan

martabat hakim Indonesia;

2) bahwa saya dalam menjalankan jabatan berpegang teguh pada kode

kehormatan hakim Indonesia;

3) bahwa saya menjunjung tinggi dan mempertahankan jiwa korp

hakim Indonesia.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membimbing saya kepada jalan

yang benar.”

Dari bunyi kode etik hakim tersebut diatas, jika dicermati dari

kenyataan yang masih ada penyuapan hukum yang melanggar tatanan

yang ada pada kode etik kehakiman.

Kita lihat saja pada kode etik kepribadian hakim tersebut diatas

pada angka c di sebutkan bahwa hakim harus berkelakuan baik dan tidak

tercela. Tetapi pada kenyataannya masih ada oknum hakim dalam

memutus perkara sering dipengaruhi oleh mafia peradilan (ingat kasus

hakim Asnun pada kasus Gayus), pada kasus Gayus terdapat indikasi

bahwa hakim Asnun telah terjerat pada lingkaran mafia peradilan. Praktek

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

transaksi kasus ini juga nampak pada tertangkap basah hakim Ibrahim

pada pengadilan tinggi tata usaha negara saat menerima uang suap dari

seorang pengacara. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 Maret 2010 (Jawa

Pos, 31 Maret 2010).

Transaksi kasus ini, dulu dilakukan dengan sangat rapi yaitu

melalui hand phone (hp), tetapi cara tersebut sudah tidak aman lagi karena

ada penyadapan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) maka pola ini berubah transaksi tidak melalui hp, melainkan

bertemu langsung ditempat steril.

Etika kepribadian hakim angka f dinyatakan bahwa: hakim tidak

boleh merendahkan martabat hakim. Jika ada hakim dalam menjalankan

tugas telah dipengaruhi oleh mafia peradilan agar mau mengikuti

kehendak mafia peradilan demi kepentingan terdakwa jelas hal itu

merupakan pengingkaran terhadap hukum. Kita masih ingat betapa

tercelanya hakim Asnun dari pengadilan Tangerang yang telah menerima

suap dari mafia peradilannya Gayus Tambunan agar hakim tersebut mau

memberikan putusan yang sangat ringan, sehingga Gayus Tambunan dapat

dengan mudah melenggang bebas diluar penjara. Gayus melalui mafia

peradilan mampu mempengaruhi aparat hukum dengan lihai mulai dari

polisi, jaksa dan hakim. Hal ini terbukti Kompol AE (penyidik Gayus) di

hadapkan ke pengadilan sebagai terdakwa, dan telah diputus 5 tahun

pidana penjara.

Pada kode etik hakim angka g berbunyi: bahwa hakim harus

bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab. Hakim dalam

mewujudkan kode etik tersebut harus terbebas dari pengaruh mafia

peradilan agar putusan hakim sesuai ketentuan undang-undang.

Pada kode etik angka h dinyatakan bahwa hakim harus

berkepribadian, sabar, bijaksana dan berilmu. Setiap hakim dalam

menjalankan tugas dibatasi dengan kode etik agar supaya hakim tidak

lepas kendali dalam menggunakan kewenangannya. Jika ada oknum hakim

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

yang melakukan tindakan tercela, maka oknum hakim tersebut telah

melakukan penyimpangan hukum.

Pada kode etik angka i dinyatakan bahwa hakim harus dapat di

percaya., Pada etika tugas jabatan hakim sebagaimana tertulis bahwa

hakim sebagai penegak hukum harus mengabdi pada pekerjaan. Sikap

terpuji dari aparat penegak hukum adalah mengabdi pada pekerjaan secara

otomatis hakim tersebut juga mengabdi pada negara. Jika ada kesediaan

oknum hakim melakukan transaksi putusan melalui mafia peradilan demi

kepentingan pribadi yang berorientasi pada profit adalah salah. Tidak

selayaknya lembaga peradilan dirubah menjadi perusahaan peradilan

dimana, setiap menjalankan pekerjaan selalu mencari keuntungan

sebanyak-banyaknya (www.pamajene.co.cc).

Pada etika tugas jabatan hakim sebagaiman tertulis bahwa hakim

dilarang berjiwa mumpung. Putusan hakim yang telah terkontaminasi

virus mafia peradilan dapat menabrak rambu-rambu kode etik hakim.

Larangan bahwa hakim tidak boleh berjiwa mumpung merupakan rambu-

rambu hukum yang harus ditaati.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

1. Modus operandi mafia peradilan dapat di uraikan sebagai berikut :

a. Pada tahap penyidikan

Mafia peradilan menggunakan modus menjanjikan kepada tersangka

bahwa ia dapat merekayasa kasus dengan menawarkan pasal-pasal

ringan dalam menjerat kasus pidana yang telah dilakukan oleh

terperiksa.

b. Pada tahap penuntutan

Didalam proses ini modus operandi mafia peradilan adalah

berkonspirasi dengan oknum jaksa untuk tidak menuntut pasal-pasal

yang memberatkan, tidak menuntut hukuman maksimal.

c. Pada tahap Peradilan

Mafia peradilan melobi hakim dengan cara mengajak oknum hakim

tersebut ke tempat yang telah disepakati guna membahas nasib

terdakwa yang sedang diproses dipengadilan, karena putusan hakim

merupakan tahap terakhir dalam proses peradilan. Disini mafia

peradilan merekayasa peradilan yang seharusnya berjalan menurut

ketentuan undang-undang menjadi peradilan yang berjalan menurut

keinginan mafia peradilan.

2. Penerapan kode etik profesi aparat penegak hukum di Indonesia akan

terhambat jika para mafia peradilan masih berkeliaran dan tidak segera di

berantas. Karena tidak bisa dipungkiri lagi mafia peradilan mempunyai peran

penting akan terjadinya pelanggaran kode etik. Secara lebih detail antara lain:

a. Pada kode etik polisi: Kode etik Kepolisian dibuat untuk mengatur

norma-norma dan moral polisi untuk mewujudkan kinerja yang lebih

baik. Tapi dengan adanya para mafia peradilan, maka harapan untuk

mewujudkan kinerja yang lebih baik menjadi sulit. Mafia peradilan

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis modus operandi … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Analisis modus operandi mafia peradilan dalam mempengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

menawari oknum polisi untuk melanggar kode etik guna kepentingan

terdakwa dan mafia peradilan itu sendiri.

b. Pada kode etik jaksa: Jaksa dalam proses peradilan mempunyai

kewenangan sebagai penuntut umum. Kode etik Kejaksaan mengatur

semua tingkah laku oknum jaksa dalam melaksanakan proses

peradilan, tetapi masih banyak oknum jaksa yang melanggar kode etik

kejaksaan karena peran serta mafia peradilan.

c. Pada kode etik hakim: Hakim dalam menjalankan tugas harus

menjunjung tinggi kode etik hakim, karena hakim menjadi panutan

masyarakat baik di dalam maupun di luar sidang pengadilan. Tetapi

pada kenyataannya masih ada oknum hakim yang tergoda dengan

tawaran mafia peradilan untuk melanggar kode etik hakim.

B. Saran

1. Satuan Tugas (Satgas) pemberantasan mafia hukum hendaknya dapat berjalan

secara efektif untuk memberantas mafia peradilan dengan cara menambah

perwakilan di daerah dengan program operasi yang jelas dan perlu di

sosialisasikan pada masyarakat.

2. Pasal 20 KUHAP hendaknya ditinjau ulang untuk di ganti, karena pasal

tersebut memberikan peluang penyelewengan hukum yang aman bagi oknum

polisi, oknum jaksa dan oknum hakim. Karena hak menahan atau tidak

menahan menjadi kewenangan aparat hukum. Seharusnya kalau terperiksa

dinyatakan sebagai tersangka harus segera ditahan. Jadi hak alternatif menjadi

tidak ada dan yang ada adalah hak mutlak (absolut).