TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37599/1/FAUZIA... · beberapa aspek yaitu...
Transcript of TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37599/1/FAUZIA... · beberapa aspek yaitu...
ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG
DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS
BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FAUZIA FIRDAWATI
1113054100006
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Fauzia Firdawati
Analisis Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Penyandang Disabilitas di PantiSosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur.
Pemenuhan kebutuhan dasar anak merupakan suatu hal mendasar dalamtumbuh kembang seorang anak. Terutama anak disabilitas yang memilikikekurangan fisik. PSAA Balita Tunas Bangsa merupakan salah satu panti sosialyang dinaungi oleh Dinas Sosial DKI Jakarta yang merawat serta mengasuh anak-anak balita dalam keadaan normal maupun disabilitas yang terlantar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh panti sudahmemenuhi kebutuhan dasar anak khususnya penyandang disabilitas. Pendekatanyang peneliti gunakan dalam skripsi ini adalah metodologi penelitian kualitatifdengan jenis penelitia studi kasus, dimana teknik pengumpulan data penulisdengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemilihaninforman yang peneliti gunakan ialah purposive sampling. Pemilihan purposivesampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Strategisampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi typicalsampling atau sampling yang bersifat khas atau unik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar diPSAA Balita Tunas Bangsa belum cukup terpenuhi. Hal tersebut ditinjau daribeberapa aspek yaitu yang pertama kebutuhan dasar asuh seperti gizi dan nutrisi,perawatan kesehatan, higienitas lingkungan serta olahraga dan rekreasi yangbelum cukup terpenuhi. Yang kedua kebutuhan dasar asih seperti kasih sayang,rasa aman serta penghargaan diri yang belum terpenuhi. Dan yang terakhir adalahkebutuhan dasar asah seperti stimulasi rangsangan terhadap kehidupan sosial anakyang belum cukup terpenuhi.
Kata Kunci : kebutuhan dasar anak, disabilitas, gizi dan nutrisi, kesehatan,kasih sayang, stimulasi rangsangan.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Analisis Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Penyandang
Disabilitas di Panti Sosisal Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung
Jakarta Timur.” Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman
kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai
syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
iii
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekertaris Prodi Kesejahteraan
Sosial.
3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membantu, mengarahkan, membina, dan memberi masukan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
5. Segenap pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung
Jakarta Timur yang sudah memberikan kesempatan untuk menjalankan
penelitian skripsi, khususnya Ibu Vivi, Ibu Ponirah, Ibu Nurli, Ibu Monthe,
dan staff lainnya serta pengasuh yang sudah bersedia diwawancarai dan
banyak memberikan data serta informasi kepada penulis.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mardi Susanto dan Ibu Katinah yang
tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung sepenuh hati kepada
penulis, sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi
ini. Dan untuk adik-adikku, Arifa Rizky Azyza, Zakkya Febrilian, dan
Zakky Alfathoni yang turut memberikan dukungan bagi kelancaran penulis.
Belajar yang sungguh-sungguh. Dan Kakak ku Fauzianii yang selalu
mendoakan, menasihati dan mendukung penulis.
7. Seluruh guru dan teman-teman Pondok Pesantren Mahasiswa Bina Insan
Mulia khususnya angkatan 2011, 2013, 2014 dan 2015 yang selalu
iv
mendoakan dan mendukung penulis hingga selesai. Alhamdulillahi Jaza
Kumullohu Khoiro.
8. Teman Kontrakan Hijau, Rani Susan Monika, Auliana Riztianti, dan Pipit
Nurahmah yang selama 4 tahun bersama tidak pernah terpisahkan. Yang
selalu mendukung penulis ketika penulis malas mengerjakan skripsi.
9. Keluarga besar Kesejahteraan Sosial Angkatan 2013 yang selalu
memberikan banyak cerita dalam kehidupan penulis semasa kuliah.
10. Sahabat seperjuangan, Vita Renita, Della Azizah, dan Rizkia Indriyani yang
selalu membantu penulis, mau mendengarkan keluh kesah, menemani
penelitian, dan setia menjadi bagian dari kebahagiaan serta kesedihan
penulis dari awal sampai akhir. Serta Ahmad Budi Setiawan, S.Sos yang
memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat sedari SMA, Kartika, Ulfah, April, dan Ratia yang selalu
mendukung penulis.
12. Sahabat Kepompong, Vellana, Taqwim, Susi, Agustin, Imron dan Endri
yang selalu mendukung, memberi hiburan dikala lelah dalam mengerjakan
skripsi. Khususnya Rendi Setiawan yang selalu meluangkan waktu dan
memberikan dukungan dengan cara apapun agar penulis cepat
menyelesaikan skripsi.
Jakarta, September 2017
Fauzia Firdawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................... 8
D. Metodologi Penelitian...................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka.............................................................. 19
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 24
A. KEBUTUHAN DASAR ANAK ...................................... 24
1. Kebutuhan Dasar Asuh .............................................. 26
2. Kebutuhan Dasar Asih ............................................... 29
3. Kebutuhan Dasar Asah............................................... 32
B. POLA ASUH................................................................... 32
C. ANAK DISABILITAS .................................................... 34
1. Pengertian Disabilitas................................................. 34
2. Jenis Disabilitas ......................................................... 36
D. HAK – HAK PENYANDANG DISABILITAS ............... 37
vi
E. PANTI SOSIAL .............................................................. 39
BAB III PROFIL LEMBAGA........................................................... 43
A. Sejarah Berdirinya Lembaga ............................................ 43
B. Tujuan, Visi, dan Misi ..................................................... 44
C. Struktur Management ...................................................... 44
D. Jumlah Staff..................................................................... 48
E. Jumlah Klien.................................................................... 49
F. Alur Metode Penanganan Klien ....................................... 50
G. Proses Pelayanan Lembaga .............................................. 52
H. Alur Pemberian Pelayanan............................................... 59
I. Sarana dan Prasarana ....................................................... 60
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS.................................... 62
A. Biodata Klien................................................................... 62
B. Hasil Temuan dan Analisis .............................................. 64
1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh............................ 65
a. Pemenuhan Gizi dan Nutrisi ................................. 65
b. Perawatan Kesehatan............................................ 72
c. Lingkungan yang Higienis.................................... 81
d. Olahraga dan Rekreasi.......................................... 89
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih ............................ 93
a. Kasih Sayang....................................................... 93
b. Rasa Aman.......................................................... 100
c. Penghargaan Diri................................................. 104
vii
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asah............................ 109
BAB V PENUTUP............................................................................ 115
A. KESIMPULAN ............................................................... 115
B. SARAN ........................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. x
LAMPIRAN – LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pemilihan Informan ............................................................... 19
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar ........................................ 37
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Pelayanan Sosial PSAA Balita Tunas Bangsa 58
Tabel 3.2 Jumlah Data Anak PSAA Balita Tunas Bangsa...................... 59
Tabel 3.3 Jumlah Anak Disabilitas PSAA Balita Tunas Bangsa............. 61
Tabel 4.1 Riwayat Imunisasi Dasar Anak Disabilitas............................. 80
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 - Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 - Pedoman Wawancara
Lampiran 3 - Pedoman Observasi
Lampiran 4 - Transkip Wawancara
Lampiran 5 - Transkip Observasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak penyandang disabilitas dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang harus mereka hadapi. Rentetan persoalan diawali dengan
keharusan anak untuk bisa menerima dan menyesuaikan diri terhadap
kekurangan fisik, kemudian anak harus berhadapan dengan reaksi lingkungan
sekitar yang tidak berpihak. Permasalahan fisik akibat disabilitas, masalah
sosial psikologis menjadi masalah berat yang harus dihadapi anak penyandang
disabilitas, terlebih lagi bila dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan
tidak diperoleh anak.
Keberadaan pendamping bagi anak penyandang disabilitas memiliki
makna yang berarti bagi proses perlindungan dan tumbuh kembangnya. Oleh
karena itu, pengetahuan dan peningkatan kapasitas pendamping, yaitu
orangtua, keluarga, dan masyarakat, dalam menghadapi anak penyandang
disabilitas sejak dini akan memberikan dampak signifikan dalam merawat,
memelihara, mendidik, dan meramu bakat atau potensi yang dimiliki setiap
anak berkebutuhan khusus. Hal ini karena masih adanya pemahaman yang
keliru dan sikap diskriminatif terhadap anak penyandang disabilitas di
lingkungan keluarga dan masyarakat, baik dalam bentuk verbal maupun non
2
verbal. Selain itu anak penyandang disabilitas rentan mendapatkan kekerasan
dan perlakuan salah.
Contoh kasusnya, dikutip dari beritaten.com, seorang bayi perempuan
berusia 3 bulan ditemukan terlantar dengan kondisi penuh bekas luka. Bayi
yang memiliki kekurangan atau disabilitas dengan tidak memiliki 5 jari di
tangan kanannya dititipkan kepada keluarga Safrudin di Kampung Pematang
Sempur, Kelurahan Bendulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Cilegon Puji Rahayu, yang
mengunjungi kediaman keluarga Safrudin menceritakan, orangtua si bayi
tidak jelas baik keberadaan maupun identitasnya. Lebih lanjut lagi, bayi
malang tersebut dalam kondisi badan hanya seberat 2,5 kg itu pun dalam
keadaan kurang sehat.1
Padahal dikutip dari detikhealth.com, menurut Rosdiana
Setyaningrum, komunikasi bagi anak penyandang disabilitas merupakan hal
yang sangat penting. Sebab, komunikasi dikatakannya sebagai kebutuhan
dasar yang harus dimiliki setiap anak sebelum melangkah ke hal yang lain.
Dengan komunikasi yang baik, maka lingkungan juga akan mengerti anak
1 http://www.beritaten.com/gaya-hidup/anak/di-anyer-bayi-disabilitas-penuh-bekas-luka-ditelantarkan-orangtuanya diakses pada tanggal 3 Juli 2017, pada pukul 14.12 WIB
3
tersebut. Selain itu, Diana menjelaskan, komunikasi yang tidak baik pada
anak penyandang disabilitas dapat menimbulkan masalah.2
Oleh sebab itu, dalam menangani anak-anak penyandang disabilitas,
para pendamping memerlukan pengetahuan tentang anak-anak tersebut,
keterampilan mengasuh dan melayaninya. Anak penyandang disabilitas perlu
mendapat dorongan, tuntunan, dan praktek langsung secara bertahap. Potensi
yang dimiliki anak-anak penyandang disabilitas akan tumbuh berkembang
seiring dengan keberhasilan peran pendamping dalam memahami dan
memupuk potensi anak-anak tersebut.
Keseriusan lembaga dalam memberikan perlindungan anak–anak
penyandang disabilitas terlantar terlihat dari adanya rumusan Standar
Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang
mengatur pengasuhan alternatif untuk anak. Pengasuhan anak melalui
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu diatur agar tata cara dan prosedur
pengasuhan yang diberikan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak sejalan
dengan kerangka kerja nasional pengasuhan alternatif untuk anak dan
lembaga-lembaga tersebut dapat berperan secara tepat.3
2https://health.detik.com/read/2017/03/20/071031/3451021/764/melatih-anak-berkebutuhan-khusus-berkomunikasi-penting-ini-alasannya diakses pada hari Senin, 20 Maret2017 pukul 07.41 WIB
3 Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak hlm. 3
4
Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan
alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan untuk anak-anak yang tidak bisa
diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga
pengganti. Upaya untuk menentukan kebutuhan anak terhadap pengasuhan
baik yang berbasis keluarga maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui
tahapan yang bersifat berkelanjutan mulai dari pendekatan awal, asesmen,
perencanaan, pelaksanaan rencana pengasuhan sampai dengan evaluasi, dan
pengakhiran pelayanan.4 Panti sosial merupakan lembaga pelayanan sosial
yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial
kearah kehidupan normatif secara fisik, mental, dan sosial.
Selain itu, salah satu factor pendukung pemenuhan kebutuhan dasar
anak-anak penyandang disabilitas adalah adanya sarana dan prasarana, yang
merupakan hal penting untuk mendukung pelaksanaan pelayanan dan
rehabilitasi sosial termasuk memenuhi kebutuhan dasar anak–anak bagi
penyandang disabilitas. Di Panti Sosial Bangun Daya yang mana di isi dengan
anak–anak penyandang disabilitas tubuh yang berusia remaja sampai dewasa
dan mereka diberikan pelayanan serta diberikan keterampilan.5
4 Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak hlm. 225Adi Fahrudin, ed., Efektifitas Pelayanan Panti Sosial Penyandang Disabilitas
Tubuh, (Jakarta: P3KS Press, 2015), cet. 1, h. 79
5
Salah satu panti asuhan yang merawat serta mengasuh anak–anak
terlantar baik keadaan normal maupun dengan disabilitas yang ada di Jakarta
yaitu Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01, memberikan
program penampungan perawatan untuk menyelematkan anak dari
ketelentaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar. Disini anak–anak baik
keadaan normal maupun disabilitas diberikan pelayanan seperti, pelayanan
kesehatan gizi, kesejahteraan sosial, mental, spiritual, pendidikan pra sekolah,
pendidikan taman kanak – kanak, rekreasi, dan penyaluran bina lanjut.6
Dengan adanya Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 diharapkan
dapat menumbuh kembangkan anak–anak kedalam kehidupan yang layak dan
normatif.
PSAA Balita Tunas Bangsa tidak hanya mengasuh anak normal
terlantar namun juga mengasuh anak – anak penyandang disabilitas terlantar
dengan jumlah mencapai 95 anak. Tentunya hal ini menjadi suatu upaya yang
tidak mudah dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) dengan jumlah
terbatas dan durasi 7X24 jam, untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar anak –
anak di sana.7 Terlebih lagi anak–anak penyandang disabilitas memiliki
kebutuhan jauh lebih kompleks daripada anak–anak normal lainnya. Sehingga
penting untuk bisa mengetahui seberapa jauh lembaga bisa memenuhi
kebutuhan dasar anak–anak penyandang disabilitas terlantar yang masuk
6 Profil Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, h.27 Hasil Observasi Peneliti di PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Bulan Maret 2016
sampai Juni 2016.
6
dalam program lembaga tersebut. Sedangkan, menurut petugas PSBD, SDM
sebagai pelaksana pelayanan dan rehabilitas dibutuhkan kuantitas dan kualitas
yang cukup secara bersamaan.
Dari beberapa hasil observasi yang dilakukan peneliti saat Praktikum I
di PSAA Balita Tunas Bangsa 01 ditemukan, perawatan, pengasuhan serta
pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas di PSAA Balita
Tunas Bangsa disama ratakan layaknya anak-anak normal. Sedangkan dalam
Undang – Undang No. 19 Tahun 2011 dijelaskan bahwa suatu Kewajiban
Negara merealisasikan hak termasuk merubah peraturan perundang –
undangan, kebiasaan dan praktik – praktik yang diskriminatif terhadap
penyandang disabilitas, baik anak perempuan maupun anak laki-laki,
menjamin partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan
seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya,
serta pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi.8 Apalagi mereka
adalah anak–anak terlantar yang pada dasarnya sangat kurang akan
pemenuhan kebutuhan dasar inti yaitu kasih sayang dan perhatian. Untuk itu
menarik meneliti tentang peran lembaga anak untuk bisa memenuhi
kebutuhan dasar bagi anak–anak penyandang disabilitas yang ditelantarkan
sebagai lembaga yang mengasuh anak–anak terlantar.
8 Murni, Ruaida. Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Mental MelaluiUnit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita. Pusat Kajian dan PengembanganKesejahteraan social RI. Jakarta: 2015 hlm. 279
7
Melibatkan warga binaan social lainnya dalam melaksanakan
pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas baik dalam bentuk
formal maupun informal, sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
salah satu usaha membentuk keberfungsian social anak penyandang disabilitas
didalam kesehariannya. Setidaknya anak–anak warga binaan social lainnya
tidak memiliki stigma buruk terhadap anak penyandang disabilitas. Karena
dengan menemukan hambatan – hambatan ataupun juga suatu keunggulan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak disabilitas terlantar, dapat membuat
kehidupan mereka menjadi sejahtera, lebih mandiri di kehidupan mereka
mendatang.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, peneliti ingin
meneliti lebih jauh lagi mengenai kebutuhan dasar anak disabilitas yang
tumbuh di dalam panti asuhan. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul
tentang “Analisis Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Disabilitas di Panti
Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya pembahasan yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar maka penulisan skripsi ini penulis membatasi
pada pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas yang terdaftar
di dalam Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya
8
2. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, penulis membuat
rumusan masalah, yaitu :
Bagaimana Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa dapat
memenuhi kebutuhan dasar anak disabilitas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu :
Untuk mengetahui pelaksanaan program pemenuhan kebutuhan dasar
anak disabilitas yang diberikan oleh PSAA Balita Tunas Bangsa 01.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan baik bagi penulis, para akademisi maupun masyarakat
mengenai pemenuhan kebutuhan dasar anak disabilitas. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam pemberian kebutuhan dasar khusus anak–anak disabilitas dan
berguna sebagai referensi tambahan bagi perkembangan Jurusan
Kesejahteraan Sosial.
9
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi
lembaga-lembaga terkait, khususnya bagi PSAA Balita Tunas Bangsa
01 dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak–anak disabilitas yang
terlantar dan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan
pekerja sosial.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis
atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.9 Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta
– fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik
berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau
system secara factual dan cermat.10
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: PT. RemajaRosda Karya) 2009. Hlm 5
10 Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003), -cet. 1, h.19
10
Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi –
informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu
generalisasi yang dapat diterima oleh sehat akal manusia.11
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah
peneliti itu sendiri sebab segala sesuatu yang dicari dari obyek penelitian
belum jelas dan pasti masalahnya. Rancangan penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek
penelitian.12
Pendekatan secara kualitatif dipilih karena peneliti ingin
mendeskripsikan, memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi
yang jelas mengenai pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak penyandang
disabilitas di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01
Cipayung, Jakarta Timur.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Bogdan
dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap
satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi
kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus adalah penelitian yang
11 Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. (Jogjakarta: Gajah MadaUniversity Press). 1992. Hlm: 209
12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet cv, 2010), h. 60
11
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna dan memperoleh
pemahaman dari kasus tersebut. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku
untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik
sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.13
Studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari
suatu “sistem yang berbatas” (bounded system) pada satu kasus atau
beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara
mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan
konteks. Sesuai dengan salah satu ciri dari model studi kasus adalah
keunikan dari kasus yang diangkat.14 Peneliti akan mencari tahu,
bagaimana sebuah panti sosial memenuhi kebutuhan dasar anak terutama
penyandang disabilitas.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti dalam mencari informasi
dan data – data terkait dengan objek penelitian adalah di Panti Sosial
Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung, Jakarta Timur.
13 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif,cet.1, (Yogyakarta: Ar – Ruzz Media, 2012), h. 61
14 Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial, cet3, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 76
12
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian atau kegiatannya terhitung mulai bulan Maret 2017
sampai dengan bulan Juni 2017. Peneliti melakukan riset berupa
wawancara, observasi serta studi dokumentasi selama kurang lebih
empat bulan.
4. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan
menganalisa data-data penelitian yang dikelompokan menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari para informan
yang ada di panti pada waktu penelitian berlangsung, yaitu
bersumber dari hasil wawancara langsung dengan pihak PSAA Balita
Tunas Bangsa 01 serta pengamatan peneliti.
b. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari beberapa literatur
terkait yang berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian,
diantaranya: buku-buku, brosur, buletin, makalah, majalah, internet
dan lain sebagainya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data,
diantaranya sebagai berikut :
13
a. Observasi
Observasi atau pengamatan kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan
kulit. Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.15
Sanafiah Faisal (1990) mengklasifisikasikan observasi menjadi
tiga. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah obervasi
partisipasi, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari – hari
orang yang sedang amati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Teknik ini digunakan hanya untuk tiga informan
saja, karena ketiga informan tersebut tidak dapat berkomunikasi,
sehingga untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik
observasi ini kepada ketiga informan. Peneliti mengikuti proses
yang dilakukan khususnya yang berkaitan langsung dengan
pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak disabilitas di Panti Sosial
Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung, Jakarta Timur.
15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet cv, 2010), h. 64
14
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.16 Dalam
wawancara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data
yakni dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada
pihak panti serta petugas harian lepas.
Bentuk wawancara yang digunakan adalah tidak terstruktur
karena peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam dan
percakapan ini mirip dengan percakapan informal. Penggunaan
metode ini dipilih karena peneliti dapat menggali informasi secara
mendalam dari para informan tentang pemenuhan kebutuhan dasar
anak – anak khususnya penyandang disabilitas.
c. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental
dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.17 Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
adalah foto – foto, rekam medis, buku – buku yang berkaitan
16 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet cv, 2010), h. 7217 Ibid, h. 82
15
dengan penelitian, teori maupun literatur lainnya termasuk salah
satunya hasil Praktikum I peneliti pada tahun 2015.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan uraian dasar.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis data ini
meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.18
Dalam hal ini, tahap pertama yang dilakukan adalah mereduksi
data yaitu, menggolongkan, mengelompokkan dan mengorganisasikan
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Langkah
berikutnya yaitu penyajian data, dilakukan dengan menyusun informasi,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.
Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif, matriks, grafik,
jaringan dan bagan. Yang terakhir adalah penarikan kesimpulan yang
merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil
tindakan.19
Hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti,
yaitu mengungkapkan lebih dalam, menganalisis, serta menggambarkan
18 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian Kualitatif. h.306
19 Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief. Terampil Mengolah Data Kualitatifdengan NVIVO. (Jakarta: Prenada Media Group. 2010) h. 54
16
tentang seberapa jauh pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak
penyandang disabilitas yang berada di panti sosial.
7. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan
ditentukan dengan informan kunci (Key Informan) tertentu yang sarat
dengan fokus penelitian, lebih tepat dilakukan secara sengaja (Purposive
Sampling) yaitu peneliti memilih narasumber yang terlibat dalam
kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak penyandang
disabilitas. Purposive sampling (pengambilan sample dengan tujuan) juga
mempunyai arti bahwa siapa yang akan diambil data yang menurut dia
atau peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.20
Strategi sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah startegi typical sampling atau sampling yang bersifat khas atau
unik. Typical sampling adalah suatu strategi yang digunakan untuk kasus
– kasus yang bersifat khas atau unik atau individu – individu yang
memiliki karakteristik unik. Identifikasi yang dapat dilakukan oleh
peneliti adalah dengan bertanya langsung kepada individu yang
bersangkutan atau dengan menggunakan data demografis atau data
survei, tergantung dari kasus yang diteliti.21 Untuk itu peneliti memilih 3
orang anak yang menyandang disabilitas sebagai sumber informan yang
20 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian DibidangKesejahteraan Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63
21 Hardiansyah. Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial, h. 108
17
sesuai dengan ciri – ciri dari penelitian yang akan dilakukan. Serta
peneliti akan menggali informasi yang diperoleh dari beberapa staff dan
juga pengasuh.
Tabel 1.1
Tabel Pemilihan Informan
No. Informan Jumlah Keterangan
1.Kepala PSAA Balita Tunas
Bangsa 011 orang Wawancara
2.Pegawai PSAA Balita Tunas
Bangsa4 orang
Wawancara
Studi
Dokumentasi
3.Psikolog PSAA Balita Tunas
Bangsa1 orang Wawancara
4.Pekerja Harian Lepas PSAA
Balita Tunas Bangsa
2 orang Wawancara
Observasi
5.Warga Binaan Sosial yang
mengalami kedisabilitasan3 orang Observasi
Dari tabel 1.1, pengambilan data dilakukan pada orang yang
terlibat langsung dalam penelitian ini, sebagai berikut :
18
a. Kepala Panti Sosia Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa
sebagai orang yang mengepalai seluruh kegiatan di PSAA
Balita Tunas Bangsa.
b. Pegawai atau Staff kantor sebanyak 4 orang, yaitu kepala
bagian tata usaha yang mengatur sarana dan prasarana panti,
satuan pelaksana pembinaan sosial yang membina seluruh
kegiatan di Panti, satuan pelaksana pelayanan sosial yang
mengatur pelayanan perawatan, pemeliharaan dan
perlindungan sosial di Panti, dan juga pekerja sosial yang
mengatur pelaksanaan penyaluran dan bimbingan lanjut
meliputi penempatan anak, monitoring konsultasi,
pemantauan, dan terminasi.
c. Psikolog PSAA Balita Tunas Bangsa sebagai yang mengatur
langsung pelaksaan pemenuhan kebutuhan dasar anak
utamanya penyandang disabilitas.
d. Pekerja harian lepas (PHL) sebanyak 2 orang, sebagai orang
yang mengasuh serta merawat anak – anak sehari – hari. 2
PHL dikategorikan yang pertama merupakan PHL
berpengalaman selama 5 tahun bertugas di PSAA Balita
Tunas Bangsa, dan yang kedua merupakan PHL dari bidang
keperawatan.
19
e. Warga binaan sosial sebanyak 3 anak dari 4 anak yang
menyandang disabilitas, yang akan menjadi obyek penelitian
sebab 3 anak tersebut sudah lama terdaftar menjadi anak asuh
di PSAA Balita Tunas Bangsa. 3 anak tersebut masing –
masing berusia 2 tahun, 4 tahun dan 6 tahun. Keadaan fisik
anak tersebut, dua diantaranya yaitu anak berusia 2 tahun dan
6 tahun mengalami kelumpuhan sebab micro cepallus yang
dialami sehingga WBS tidak dapat menggerakan anggota
badannya. Kemudian salah satunya yaitu anak berusia 4 tahun
mengalami kebutaan sejak kecil, namun WBS masih dapat
berjalan dengan pertolongan terapis.
8. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik triangulasi sumber
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan
cara mengecek daya yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Dalam hal ini, peneliti melakukan perbandingan wawancara dari
informan satu ke informan lainnya dan juga melakukan wawancara
terhadap hasil observasi yang peneliti lakukan.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai
langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti, agar terhindar dari
20
kesamaan judul dan lain – lain dari skripsi yang sudah ada sebelum –
sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti
menggunakan skripsi dan e-jurnal sebagai tinjauan pustaka pada skripsi ini.
Peneliti menggunakan literatur berupa e-jurnal yang dianggap relevan
dengan penelitian ini. E-jurnal yang digunakan membahas tentang
“Efektivitas Pelayanan Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh” oleh Dra.
Mulia Astuti, M.Si dan kawan – kawan, yang diterbitkan oleh P3KS, Jakarta
Timur tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang
pelayanan dan rehabilitasi penyandang disabilitas tubuh dari mulai remaja
hingga dewasa, untuk diberikan keterampilan, kemandirian selama mereka di
dalam panti sosial. Pendampingan yang dilakukan tentu saja untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka setelah mereka kembali kepada keluarga masing –
masing. Hasil dari penelitian ini adalah pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan dasar serta memberikan keterampilan dasar bagi warga binaan
sosial sudah efektif. Namun masih belum optimal karena masih terdapat
berbagai hambatan dan kekurangan, baik dilihat dari segi kondisi panti
(kelembagaan, komitmen pegawai, dan kebijakan) maupun dari lingkungan
masyarakat.22
Literatur yang kedua yaitu peneliti menggunakan skripsi berjudul
“Analisis Kebutuhan Dasar Anak Di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama
22http://puslit.kemsos.go.id/hasil-penelitian/362/efektivitas-pelayanan-panti-sosial-penyandang-disabilitas-tubuh#sthash.XDzOVF12.dpbs diakses pada 05/05/2017 pukul 03.50
21
Kelurahan Pondok Jaya Depok” oleh Faiz Fauzan (106054102069), Jurusan
Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2011. Penelitian ini dilakukan untuk memeahami pemenuhan kebutuhan
dasar anak – anak yatim piatu dari keluarga tidak mampu. Yayasan ini
melayani pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak yatim piatu dari keluarga
tidak mampu. Terdapat beberapa kebutuhan dasar anak yang tidak bisa
keluarga penuhi karena berbagai kekuranga yang dimiliki. Yayasan Bina
Yatama adalah yayasan yang membantu keluarga penerima layanan untuk
memenuhi kebutuhan dasar anak. Namun yayasan ini belum mampu
memenuhi semua kebutuhan dasar anak dikarenakan berbagai kendala. Hasil
penelitian ini adalah tidak semua kebutuhan dasar anak mampu dipenuhi oleh
keluarga maka menjadi tanggung jawab Yayasan Bina Yatama sebagai
lembaga yang mengasuh anak – anak dari keluarga – keluarga tersebut untuk
membantu memenuhi kebutuhan dasar anak mereka yang belum terpenuhi.
Namun Yayasan Bina Yatama dengan pelayanan yang diberikan, belum
mampu untuk membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi
kebutuhan dasar anak. Hal ini disebabkan karena Yayasan ini memiliki
kendala, seperti kurangnya interaksi antara Yayasan dengan anak – anak asuh
karena anak – anak asuh tidak tinggal di dalam yayasan melainkan tinggal
dengan keluarga masing – masing.23
23 Faiz Fauzan. Analisis Kebutuhan Dasar Anak Di Yayasan Yatim Piatu Bina YatamaKelurahan Pondok Jaya Depok. (Skripsi S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam
22
Judul pada penelitian ini adalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak
Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa
Cipayung Jakarta Timur. Peneliti akan membahas cara panti memenuhi
kebutuhan dasar anak khususnya penyandang disabilitas di panti sosial
dimana anak – anak penyandang disabilitas ini merupakan anak terlantar.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini, peneliti menggunakan Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center
for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Untuk
mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi
ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Landasan Teori, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan
Skripsi.
BAB II Landasan Teori
Kebutuhan Dasar Manusia, Kebutuhan Dasar Anak, Pengertian
Disabilitas, Kebutuhan Dasar Anak Disabilitas, Panti Sosial
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
23
BAB III Gambaran Umum Lembaga
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian
yang terdiri dari latar belakang berdirinya panti, tugas fungsi
dan kedudukan Panti sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa,
prosedur penerimaan, struktur organisasi.
BAB IV Analisa Data
Hasil Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Analisa Data
Kebutuhan Dasar Anak Disabilitas di Panti Sosial Asuhan
Anak Balita Tunas Bangsa.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEBUTUHAN DASAR ANAK
Anak adalah asset yang paling berharga bagi keluarga dan negara.
Masa depan bangsa dan negara ada di tangan anak – anak, oleh karena itu
kita harus mengupayakan agar anak kita bertumbuh dan berkembang
optimal sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas dan tangguh.
Selain itu, kita juga harus mengetahui kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang yang optimal dan memenuhinya sejak dini.
Berdasarkan Konvensi Hak – hak Anak yang disetujui oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa – Bangsa pada tanggal 20 November 1989,
Bagian 1 Pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia
dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang – Undang yang berlaku
bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.1
Berdasarkan Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, Anak adalah seseorang yang berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.2
Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak antara 0 – 19 tahun.
Pengertian anak memiliki arti yang sangat luas, anak dikategorikan
menjadi beberapa kelompok usia, yaitu masa anak-anak yaitu berusia 0 –
1 https://www.kontras.org/baru/Kovensi%20Hak%20Anak.pdf diakses pada 23/07/2017pukul 01.41
2 Undang – undang no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
25
12 tahun, masa remaja berusia 13 – 20 tahun, dan masa dewasa berumur
21 – 25 tahun.3
Anak sebagai potensi dan generi penerus cita – cita perjuangan
bangsa, oleh karena itu, anak memiliki posisi sangat penting dalam
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa di masa depan. Dengan
demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan fisik, sosial maupun mental-rohaninya, maka mereka akan
tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas yang ditandai dengan
cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan.4 Agar factor
lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang
anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.
Kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih,
dan asah.5 Pemenuhan kebutuhan dasar menurut Soetjiningsih dalam
bukunya yang berjudul Tumbuh Kembang Anak dijelaskan bahwa
pemenuhan kebutuhan dasar anak ada 3, yaitu asuh yang mencakup
tentang pemenuhan gizi, kesehatan fisik, pakaian, serta kesegaran jasmani.
Yang kedua adalah kebutuhan asih yang mencakup tentang pemenuhan
rohani seperti kasih sayang, rasa aman, harga diri, serta dukungan. Yang
3 Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, (Djambatan : Jakarta, 2000)hlm. 2
4 Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial,Volume 10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan KesejahteraanSosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RepublikIndonesia, 2005, h.42
5 Nursalam, dkk. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat danBidan) Edisi 1. (Salemba Medika: Jakarta, 2005) hlm. 46
26
terakhir adalah kebutuhan asah yaitu pemenuhan akan stimulasi dari
lingkungan social.6
1. Asuh (Kebutuhan fisik – biomedis)
a. Pemenuhan Gizi dan Nutrisi
Yang termasuk kedalam kebutuhan asuh salah satunya
adalah zat gizi. Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai
sejak kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup
memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan
pemberian ASI secara ekslusif, yaitu pemberian ASI saja sampai
anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya
anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih
kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada
masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah
sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.7
Untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan balita, maka perlu asupan gizi yang cukup. Menurut
anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan Departemen
Kesehatan RI sebagai berikut :
6 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: EGC, 1995) h. 167 Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses dari
https://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20
27
1. Untuk usia 1-3 tahun membutuhkan 1,5 mangkok nasi
masing - masing sebanyak 200 gram, 0,5 ikan sebanyak
50 gram, 2 potong tempe masing – masing sebanyak 25
gram, satu mangkok sayur sebanyak 100 gram, seiris
buah pepaya seberat 100 gram dan segelas susu
sebanyak 200 ml.
2. Bagi anak usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi
masing – masing sebanyak 200 gram, 1 ikan seberat 50
gram, 3 tempe masing – masing 25 gram, 1,5 mangkok
sayur sebanyak 100 gram, 2 iris buah pepaya masing –
masing seberat 100 gram dan segelas susu sebanyak
200 ml.
Asupan gizi tersebut menjamin tercukupinya kebutuhan
kalori untuk balita antara 1360 – 1830 kalori per anak setiap
harinya dan kebutuhan protein untuk balita 16 sampai 20 gram
peranak setiap harinya.8
b. Perawatan Kesehatan
Selain itu perawatan kesehatan mendasar, misalnya
imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara berkala. Dengan
upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini,
8 https://s1gizistikeshusadaborneo.wordpress.com/2009/07/27/standar-pemenuhan-gizi/ di akses pada tanggal 22 September 2017
28
sehingga bila ada kelainan maka anak akan segera mendapatkan
penanganan yang benar.9
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit
menular khususnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) yang diberikan tidak hanya anak sejak masih
bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa. Cara kerja
imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus
tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
merangsang sistem imu tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi
yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau
mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.10
Adapun jadwal pemberian imunisasi dasar yang harus
diberikan pada bayi yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi11
No. Jenis Imunisasi Usia
1. Hepatitis B 0 0 – 7 Hari
2. BCG, Polio 1 1 Bulan
3. DPT-HB-HiB 1, OPV 2 2 Bulan
4. DPT-HB-HiB 2, OPV 3 3 Bulan
9 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: EGC, 1995) h. 1610 Situasi Imunisasi di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: 201611 ibid
29
5. DPT-HB-HiB 3, OPV 4 4 Bulan
6. Campak 9 Bulan
c. Lingkungan yang Higienis
Tempat tinggal layak bukan berarti harus berukuran besar,
namun tempat tinggal dengan keadaan sehat, cukup ventilasi, serta
terjaga kebersihan dan kerapiannya. Selain itu, lingkungan yang
bersih akan memberikan kesempatan kepada anak untuk
melakukan aktivitas bermain secara aman.12
d. Rekreasi dan Olahraga
Yang terakhir aktivitas olahraga dan rekreasi, dilakukan
guna melatih otot – otot tubuh dan membuang sisa metabolisme,
selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak. Aktivitas
olahraga dan rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas bermain
yang paling menyenangkan.13
2. Asih (Kebutuhan emosi dan kasih sayang)
a. Kasih Sayang
Kebutuhan akan kasih sayang tidak hanya tentang kasih
sayang tetapi juga mengenai perasaan yang dimiliki. Belongingness
and love needs mendorong anak untuk mengadakan hubungan
afektif atau ikatan emosional dengan individu seperti ayah, ibu,
12 Nursalam, dkk. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat danBidan) Edisi 1. (Salemba Medika: Jakarta, 2005) hlm. 46
13 ibid
30
dan atau anggota keluarga lain. Kebutuhan ini memungkinkan anak
belajar bagaimana menjalin perasaan kasih sayang dengan individu
baik sesama jenis maupun berlainan jenis. Ikatan emosi dan kasih
sayang yang erat antara orangtua dengan anak sangatlah penting,
karena berguna untuk menentukan perilaku anak dikemudian hari,
merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian
anak terhadap dunia luar.14
Beberapa bentuk kasih sayang yang diberikan orang tua
terhadap anak adalah bersikap lemah lembut terhadap anak.
Sebagian orang tua menganggap bahwa untuk meluruskan sikap
anak yang kurang baik harus ditempuh dengan cara – cara yang
kasar seperti menghukum, berkata keras dan kasar. Cara seperti itu
tidak akan berhasil, malah sebaliknya dapat menimbulkan dendam
pada diri anak. Oleh karena itu, terkadang orang tua terlalu cepat
memvonis nakal, malas, bandel atau bahkan durhaka terhadap anak
– anak mereka.15
Selain itu, orang tua harus mengetahui keadaan anak –
anaknya baik waktu sedang memiliki masalah seperti sedang sakit,
lelah, lapar, haus, atau bosan. Sehingga orang tua perlu selalu
berkomunikasi dengan anak secara intensif. Kesediaan mendengar
14 Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses darihttps://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20
15 Irawadi Istadi, Mendidik dengan Cintai, (Jakarta: Pustaka Inti, 2003) hlm. 10
31
dan memahami keluhan yang disampaikan anak penting untuk
melancarkan komunikasi.16
b. Rasa Aman
Dalam masa perkembangan anak dibutuhkan rasa aman
bagi anak. Tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,
psikologikal, dan intelektual. Rasa aman akan membuat anak lebih
mudah mengekspresikan dirinya, berkembang, dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru. Salah satu kesalahan yang sering kita
lakukan dalam memberikan rasa aman kepada anak memberikan
motivasi dengan cara menakut – nakuti. Padahal tindakan ini justru
akan membuat anak tidak berani berekspresi dan tidak mudah
melakukan hal baik. Sebagai anak – anak tentu saja mereka tidak
lepas dari yang namanya kesalahan, dan kesalahan anak perlu
diarahkan.17
c. Penghargaan Diri
Tidak ada komunitas yang untuk memenuhi esteem needs
anak daripada keluarga. Kebutuhan ini menyangkut penghormat
atau penghargaan dari diri sendiri dan penghormatan atau
penghargaan dari orang lain kepada anak. Tentu saja setiap anak
merindukan setiap karyanya dihargai. Kebutuhan ini juga mengacu
pada hak anak untuk bebas bicara, hak untuk menuntut sesuatu
16 Ibid hlm. 9517 Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses dari
https://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20
32
yang baik untuk kehidupannya, termasuk hak untuk menentukan
cita – citanya.18
3. Asah (Kebutuhan stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar
anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak
yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah
dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara
menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan
kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang
dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.19 Pijatan dan
belaian dari anggota keluarga membuat anak merasakan sentuhan
secara langsung dan dapat merasakan chemistry dan ikatan batin
dengan orang-orang terdekatnya. Stimulasi lainnya adalah dengan
mengajak anak bermain dengan menggunakan alat-alat permainan
yang dapat merangsang otaknya berkembang.
B. POLA ASUH ANAK
Pola asuh adalah konsep dasar tentang cara memperlakukan anak.
Perbedaan dalam konsep ini adalah ketika anak dilihat sebagai sosok yang
18Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses darihttps://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20
19 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: EGC, 1995) h. 16
33
sedang berkembang, maka konsep pengasuhan yang diberikan adalah
konsep psikologi perkembangan.
Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang
penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya waktu yang cukup untuk
menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Sementara pola asuh
menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak boleh menghukum
anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi
anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Orang tua melakukan
penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas perkembangan
anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda.20 Menurut Baumrid terdapat 4 jenis pola asuh21, yaitu
a. Pola Asuh Authoritharian
Gaya yang membatasi, menghukum, memandang pentingnya kontrol dan
kepatuhan tanpa syarat. Orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan
dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Menerapkan batas kendali
yang tegas kepada anak dan meminimalisir perdebatan verbal serta
memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan
amarah kepada anak.
b. Pola Asuh Authorithative
Pola asuh authorithative adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu – ragu mengendalikan mereka.
Orangtua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran – pemikiran. Bersikap realistis
terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui
20 Papalia D.E, dkk. Human Development. (Jakarta : Kencana, 2008) h. 5721 John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 167
34
kemampuan anak. Memberikan kebebasan anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Mendorong anak untuk mandiri namun menerapkan batas dan kendali pada
tindakan mereka.
c. Pola Asuh Permissive
Gaya pengasuhan dimana orangtua sangat terlibat dengan anak,
namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol. Membiarkan anak
melakukan apa yang mereka inginkan. Anak menerima sedikit
bimbingan dari orangtua, sedhingga anak sulit dalam membedakan
perilaku yang benar atau tidak. Serta orangtua menerapkan disiplin
yang tidak konsisten sehingga menyebabkan anak berperilaku agresif.
d. Pola Asuh Univolved
Gaya pengasuhan dimana orantua tidak terlibat dalam kehidupan anak
mereka. Lebih mementingkan akan kebutuhan mereka sendiri
dibandingkan dengan kebutuhan anak. Anak dari orangtua yang
mengasuh dengan cara uninvoveld maka memiliki keterampilan sosial
yang rendah, kemandirian yang kurang baik, dan tidak termotivasi
untuk berprestasi.
C. ANAK DISABILITAS
1. Pengertian Disabilitas
Disabilitas menurut John C. Maxwell adalah keadaan
seseorang yang memiliki kelainan fisik dan atau mental yang sifatnya
mengganggu atau merupakan suatu hambatan baginya untuk
melakukan kegiatan sehari – hari secara layak atau normal. Sedangkan
35
menurut WHO (World Health Organization) definisi disabilitas
adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik itu bersifat
fisiologis, psikologis, maupun kelainan strutur atau fungsi anatomis.22
Di dalam Undang – Undang no. 4 tahun 1997 mengenai
penyandang disabilitas menetapkan definisi penyandang disabilitas
sebagai berikut : “Penyandang cacat adalah setiap orang yang
mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
secara selayaknya”23, terdiri dari :
a) Penyandang cacat fisik
b) Penyandang cacat mental
c) Penyandang cacat fisik dan mental
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1980
tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat menyatakan
bahwa : “Penderita cacat adalah seseorang yang menurut ilmu
kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau mental yang
oleh karenanya merupakan suatu rintangan atau hambatan baginya
untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan secara layak”. Terdiri dari,
22 Anak Penyandang Disabilitas,https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf diakses pada 15 Maret 2017pukul 14.38 h.2
23 Undang – Undang No. 4 Tahun 1997 mengenai Penyandang Disabilitas
36
cacat tubuh, tuna netra, cacat mental, tuna rungu, tuna wicara, dan
cacat bekas penyandang penakit kronis.24
2. Jenis Disabilitas
Pada dasarnya ada dua penyebab kecacatan yaitu kecacatan
yang terjadi sejak lahir ataupun bawaan, tetapi ada juga kecacatan yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas.
Namun, dari hasil seminar nasional Pengembangan Pendidikan Luar
Biasa dan menurut Frida Mangunsong, secara umum klarifikasi atau
jenis disabilitas dapat dibagi atas25 :
a. Penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian D (SLB D) ialah
seseorang yang menderita cacat polio atau lainnya. Sehingga
mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot – otot atau
koordinasi fungsi otot – otot. Akan tetapi pada umumnya mereka
mempunyai kemampuan kecerdasan yang normal.
b. Penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian DI (SLB DI) ianlah
seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan
otak seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak
berfungsinya tulang, otot, sendi dan syaraf – syaraf sehingga
terjadi kelumpuhan, kekakuan, dan kurangnya koordinasi motorik.
24 http://peraturan.go.id/pp/nomor-36-tahun-1980-11e44c4f018ff680b743313231383133.html diakses pada 4 Januari 2017
25 Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta:Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat JendralPelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h. 11
37
Akibat adanya gangguan pada otak, maka sebagian besar dari
penderita ini mempunyai kecerdasan yang tidak normal.
D. HAK – HAK DASAR PENYANDANG DISABILITAS
Bagi anak-anak penyandang disabilitas pemenuhan hak tersebut
khususnya hak kesehatan meskipun telah diatur dalam Undang-Undang
masih merupakan hal yang tidak mudah. Disamping faktor kemiskinan,
faktor pengabaian hak-hak penyandang disabilitas dimasyarakat juga
menjadi faktor pendukung semakin tidak dianggapnya penyandang
disabilitas yang hanya menjadi beban di masyarakat. Peter Somerville
memberikan dua interpretasi mengenai ekslusi sosial yang terkait dengan
pengabaian hak di masyarakat26, yaitu :
status menganggur untuk waktu lama atau terputusnya dari pasar kerja
dan
penyangkalan hak – hak warganegara.
Masalah kedisabilitasan pada anak merupakan masalah yang cukup
kompleks baik secara kuantitas maupun kualitas, mengingat berbagai jenis
kecacatan mempunyai permasalahan tersendiri. Jika masalah ini ditangani
secara dini dengan baik dan keterampilan mereka ditingkatkan sesuai
minat, maka beban keluarga, masyarakat dan negara dapat dikurangi.
Sebaliknya jika tidak diatasi secara benar, maka dampaknya akan
memperberat beban keluarga dan negara. Masalah kesehatan yang dialami
26 Anak Penyandang Disabilitas,https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf diakses pada 15 Maret 2017pukul 14.38, h. 21
38
oleh anak penyandang disabilitas tidak jauh berbeda dengan anak pada
umumnya seperti batuk, pilek, diare dan influenza. Adapun dampak
disabilitas tertentu pada anak yaitu : anak mengalami hambatan dalam
penyesuaian diri, sulit berkomunikasi, terkena penyakit, terbatas dalam
proses belajar, kurang percaya diri.27
Hak – hak dasar bagi anak-anak penyandang disabilitas adalah28
a. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang anak, seperti pelayanan imunisasi, pemenuhan gizi
seimbang, dan pemantauan tumbuh kembang anak;
b. Anak penyandang disabilitas dari keluarga tidak mampu, pengemis,
atau terlantar berhak mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan
(jamkesmas atau jamkesda setempat) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
c. Diskriminasi atas dasar disabilitas adalah sebuah bentuk penindasan.
Membangun kekuatan untuk perlindungan dari diskriminasi
merupakan hal penting dalam mengurangi kerentanan anak
penyandang disabilitas. Negara-negara anggota KHPD dan PBB dan
badan – badannya telah menyatakan komitmen mereka untuk
melakukan kampanye peningkatan kesadaran, dan mereka juga
diminta untuk memberikan informasi kepada anak dan keluarga
27 ibid28 Tri Widya Kurniasari, dkk “Implementasi Hak Asasi Manusia di Indonesia:
Hak Pendidikan dan Kesehatan bagi Anak Penyandang Disabilitas”. LIPI Tahun 2011
39
mereka tentang bagaimana mencegah dan melaporkan eksploitasi,
kekerasan, dan penyalahgunaan.29
d. Pemerintah memiliki peranan yang menentukan dalam
memperkenalkan dan melaksanakan langkah - langkah legislatif,
administratif, dan pendidikan yang diperlukan untuk melindungi
anak penyandang disabilitas dari segala bentuk eksploitasi,
kekerasan, dan penyalahgunaan. Seluruh lingkungan anak – sekolah,
fasilitas kesehatan, transportasi umum dan sebagainya – bisa
dibangun untuk memudahkan akses dan mendorong partisipasi anak
penyandang disabilitas bersama dengan rekan-rekannya.
E. PANTI SOSIAL
Panti sosial atau lembaga sejenis merupakan pihak diluar keluarga
yang berupaya memberikan layanan kepada penyandang disabilitas,
sebagai wahana untuk membantu para penyandang cacat yang kurang
beruntung atau yang menggalami masalah dalam hubungamn sosial
dengan keluarga maupun dirinya sendiri.
Panti sosial penyandang cacat adalah panti sosial yang mempunyai
tugas memberikan bimbingan pelayanan dan rehabilitasi bagi penyandang
cacat agar hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Keputusan
Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor:59/HUK/2003, Departemen
Sosial, 2003).
29 https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf di akses pada Kamis,5 Januari 2017 pukul 23.46
40
Panti sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang
memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteran
sosial ke arah kehidupan normative secara fisik, mental, maupun sosial.
Standar panti sosial sebagaimana tercantum didalam Peraturan Menteri
Sosial (PERMENSOS) nomor 50/HUK/2005 tentang standarisasi panti
sosial dan pedoman akreditasi panti sosial.
Panti sosial dalam Undang - Undang nomor No 11 tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial, disebut kesejahteraan sosial. Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS) yaitu organisasi sosial atau perkumpulan
sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.
Panti sosial atau lembaga kesejahteraan sosial memiliki posisi
strategis, karena memiliki tugas dan tangung jawabnya mencakup 4
kategori yaitu meliputi:
1. Bertugas untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial
penyandang masalah dengan melakukan deteksi pencegahan sedini
mungkin.
2. Bertugas melakukan rehabilitasi sosialuntuk memulikan rasa
percaya diri, dan tangung jawab terhadap diri dan keluarganya, dan
meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk mendukung kemandiriannya di masyarakat.
41
3. Bertugas untuk mengembalikan PMKS ke masyarakat melalui
penyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan mau
menerima kehadiran kembali mereka, dan membantu penyaluran
mereka ke pelbagai sektor kerja dan usaha produksi.
4. Bertugas melakukan pengembangan individu dan keluarga, seperti
mendorong peningkatan pribadinya, meningkatkan rasa tangung
jawab sosial untuk berpartisipasi aktif di tengah masyarakat,
mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan iklim yang
mendukung pemulihan dan memfasilitas dukungan psiko-sosial
dari keluarganya.
Sedangkan fungsi utamanya, antara lain sebagai tempat penyebaran
layanan, pengembangan kesempatan kerja, pusat informasi kesejahteraan
sosial, tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi
seperti di bawahnya (dalam system rujukan/referral system) dan tempat
pelatihan keterampilan.Kementerian Sosial RI menjabarkan peran, fungsi
dan tugas panti sosial sebagai berikut:
1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial.
Fungsi dan tugasnya yaitu:
a. Menggugah, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran
sosial, tanggung jawab sosial, prakarsa dan peran serta
perorangan kelompok dan masyarakat.
b. Penyembuhan dan pemulihan sosial.
c. Penyantunan dan penyediaan bantuan sosial.
42
d. Mengadakan bimbingan lanjut.
2. Sebagai pusat informasi masalah kesejahteraan sosial.
Fungsi dan tugasnya yaitu:
a. Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang masalah
kesejahteraan sosial.
b. Menyelengarakan konsultasi sosial bagi masyarakat.
3. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial.
Fungsi dan tugasnya yaitu:
a. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan sosial.
b. Mengembangkan metode kesosialan.
4. Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.
Fungsi dan perannya yaitu:
a. Penyelengaraan pendidikan dan pelatihan kepada klien, serta
capacity building kepada pegawai.
b. Menyenggarakan pendidikan dan pelatihan di luar panti.30
30 Pioh, Efanke Y. Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Kemandirian AnakDIisabilitas Netra Di Panti Sosial Bartemeus Manado. Acta Diurna VI. No.1 (2017). h. 6
43
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Lembaga1
Maraknya masalah anak terlantar di DKI Jakarta, seperti anak yang
dibuang, anak yang ditinggalkan orangtuanya di rumah sakit, ataupun anak
hasil hubungan diluar nikah, merupakan masalah yang perlu mendapatkan
penanganan. Pada saat itu lembaga pemerintah maupun swasta yang
menangani masalah tersebut masih sangat terbatas, sehingga timbul gagasan
dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial untuk mendirikan
sebuah penampungan guna menangani masalah tersebut.
Panti ini berdiri pada Tahun 1985 dengan sarana dan prasarana yang
terbatas, dahulu panti ini masih bernama Panti Asuhan Balita dengan daya
tampung sebanyak 50 anak, kini daya tampungnya bisa mencapai 78 anak
balita. Operasionalisasi dilakukan setelah pengukuhan oleh Gubernur Provinsi
DKI Jakarta dengan Nomor SK 1640/1986 tertanggal 31 Agustus 1986. Lalu
pada tahun 1996, tepatnya tanggal 1 Mei 1996 berubah nama menjadi Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung tanpa
perubahan tugas Pokok dan Fungsinya. Pada tanggal 19 Maret 2010,
Gubernur DKI Jakarta menerbitkan SK No. 72 tahun 2010 tentang
pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Asuhan Anak Balita
1 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur
44
Tunas Bangsa. Saat ini PSAA Balita Tunas Bangsa berlokasi di Jl. Raya Bina
Marga, No.79 Cipayung, Jakarta Timur.
B. Tujuan, Visi, dan Misi2
1. Tujuan Lembaga
a. Sebagai upaya pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam mengani balita
terlantar balita terlantar dapat hidup layak dan normatif.
b. Sebagai upaya Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
Provinsi DKI Jakarta untuk menyelamatkan anak balita dari
keterlantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar.
2. Visi Lembaga
“Mewujudkan balita terlantar agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal”
3. Misi Lembaga
a. Mengembalikan anak balita terlantar ke dalam kehidupan yang layak
dan normatif.
b. Anak mempunyai disiplin tinggi, percaya diri, penuh semangat dan
tanggung jawab.
C. Struktur Management3
1. Struktur Organisasi Lembaga
2 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur3 Studi Dokumentasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017
45
Sumber: Hasil Pengarsipan dan Pendataan Praktikan, 2016
Keterangan:
Kepala Panti : Dra. Vivi Kafilatul Jannah, Msi
Kepala Sub TU : Siti Murtofingah, SAP
Kepala Satlak Pembinaan Sosial : Mia Rumbari, SH
Kepala Satlak Pelayanan Sosial : Harmani Riza, S.Sos
Jabatan Fungsional Pekerja Sosial: Delpi Munthe
2. Deskripsi Pekerjaan
Tugas dan fungsi masing – masing jabatan :
Kepala PSAA Balita TunasBangsa
(Dra. Vivi Kafilatul Jannah,M.Si)
Satlak PembinaanSosial
(Mia Rumbari, SH)
SUB KelompokJabatan Fungsional
(Delpi Munthe)
Satlak Pelayanan Sosial
(Harmani Riza, S.Sos)
KA. SUB Bagian TataUsaha
(Siti Murtofingah, SAP)
46
a. Kepala Panti
Kepala Panti bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis
operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan
Perundang - undangan yang berlaku.
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Dalam tugasnya Kepala Sub Bagian Tata Usaha ini melakukan urusan
surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah
tangga serta kehumasan.
c. Satuan Pelaksanaan Pelayanan Sosial
Tugasnya menyusun standar dan prosedur asuhan serta pelayanan
sosial, melaksanakan pendekatan awal (observasi, identifikasi,
motivasi dan seleksi), melaksanakan penerimaan (registrasi
administrasi dan penempatan dalam panti), melaksanakan pelayanan
perawatan, pemeliharaan dan perlindungan sosial, dan lainnya).
d. Satuan Pelaksnaan Pembinaan Sosial
Tugasnya menyusun standar dan prosedur sosialisasi dan pembinaan
sosial, melaksanakan bimbingan sosialisasi kepribadian, melaksanakan
pembinaan fisik dan kesehatan mental, sosial, dan pendidikan,
melaksanakan persiapan pelaksaan penyuluhan ke asuhan keluarga,
Panti Sosial, dan lembaga sosial lainnya.
47
e. Sub Kelompok Jabatan Fungsional
Tugasnya melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan
observasi, identifikasi, motivasi meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, dan seleksi; Pelaksanaan penerimaan meliputi
registrasi, persyaratan, administrasi, penempatan dalam panti dan
penitipan dalam panti; Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta
asuhan dan perlindungan sosial; Pelaksanaan assesment meliputi
penelaahan, pengungkapan, pemahaman masalah dan potensi;
Pelaksanaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan sosial dan
pengembangan kepribadian; Pelaksanaan sosialisasi meliputi
kemampuan bermasyarakat, kehidupan dalam keluarga dan kesiapan
pendidikan; Pelaksanaan penyaluran dan bimbingan lanjut meliputi
penempatan anak, monitoring, konsultasi, pemantauan, dan terminasi.
3. Penerapan Kebijakan dalam Organisasi
Penerapan kebijakan dalam organisasi dilakukan sesuai dengan
permintaan Dinas Sosial dan Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas
Bangsa langsung melaksanakan tugas yang sudah diamanatkan.
4. Pendanaan
Panti Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa ini memperoleh anggaran dana
dari pemerintah karena Panti ini berada dibawah naungan Gubernur DKI
Jakarta. Selain itu panti ini juga mendapat bantuan dari donatur dan peran
serta masyarakat.
48
5. Model Kepemimpinan
Model kepemimpinan yang diterapkan yaitu Non direktif. Setelah
menerima permintaan dari Dinas Sosial, Kepala Panti Sosial Asuhan
Anak Balita Tunas Bangsa memusyawarahkan dengan anggota dan
langsung menerapkan program yang telah disepakati.
D. Jumlah Staff4
PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung ini memiliki pegawai dan petugas
sebanyak 85 orang, berikut adalah rinciannya:
Tabel 3.1
Jumlah Tenaga Pelayanan Sosial PSAA Balita Tunas Bangsa
No. Tugas Jumlah
1. Kepala Panti 1 orang
2. Staff Kantor 19 orang
3. Psikolog + Asisten Psikolog 2 orang
4. Terapis 1 orang
5. Pekerja Harian Lepas (PHL) 35 orang
6. Petugas Kebersihan + Tenaga Mekanikal 8 orang
Jumlah 85 orang
Sumber : Studi Dokumentasi Peneliti, Tahun 2017
4 Studi Dokumentasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017
49
E. Jumlah Klien5
Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa memiliki jumlah Anak
sebanyak 95 anak dan digolongkan atas beberapa kelompok, yaitu:
1. Ruang Arjuna dari usia 0-6 bulan, (12 anak)
2. Ruang Ramashinta dari usia 7 bulan- 3 tahun (34 anak)
3. Ruang Krisna dari usia 3-5 tahun (49 anak)
Tabel 3.2
Jumlah Data Anak PSAA Balita Tunas Bangsa Tahun 2017
No. BulanAwal Bulan Masuk Keluar Akhir Bulan
JumlahLK PR LK PR LK PR LK PR
1. Januari 55 40 2 4 3 2 54 42 96
2. Februari 54 42 2 1 5 2 49 41 90
3. Maret 49 41 1 - 1 - 49 41 90
4. April 49 41 5 - 1 1 53 40 93
5. Mei 53 40 5 1 2 2 56 39 95
Sumber : Studi Dokumentasi Peneliti Tahun 2017
5 ibid
50
F. Alur Metode Penanganan Klien Lembaga6
a. Sasaran Lembaga
Pelayanan diberikan untuk anak balita terlantar baik laki-laki atau
perempuan, yang masih berusia 0-5 tahun, anak yatim, piatu, dan yatim
piatu, anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, anak korban
kekerasan dan perdagangan, anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya, seperti tidak ada yang mengurus di buang dirumah sakit.
b. Profil Anak Asuh
Hingga bulan Mei tahun 2017, jumlah anak asuh laki-laki dan perempuan
adalah 95 anak. Dengan perincian jumlah WBS sebagai berikut.
Tabel 3.3
Jumlah anak-anak Asuh PSAA Balita Tunas Bangsa
No. Jenis Kelamin Normal Disabilitas Jumlah
1. Laki – Laki 56 anak 1 anak 57 anak
2. Perempuan 35 anak 3 anak 38 anak
Jumlah 91 anak 4 anak 95 anak
Sumber: Hasil Studi Dokumentasi Peneliti, 2017
6 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur
51
c. Kegiatan Lembaga
1) Penampungan perawatan : memberikan kasih sayang pengganti
orangtua kandung, memelihara kebersihan dan kesehatan anak –
anak.
2) Pelayanan kesehatan dan gizi : melakukan imunisasi serta mencukupi
makanan anak berupa 4 sehat 5 sempurna.
3) Kesejahteran sosial mental dan spiritual : anak – anak diajarkan
mengenal Tuhan Yang Maha Esa dengan cara sholat dan mengaji.
4) Pendidikan pra sekolah : anak – anak sebelum memasuki sekolah
taman kanak – kanak, anak – anak ada kegiatan belajar belajar sambil
bermain. Anak – anak diajarkan bagaimana cara memegang alat tulis,
mengenal warna, menyanyi, menulis, dan membaca. Kegiatan ini
dilakukan didalam PSAA Balita Tunas Bangsa dengan
mendatangkan guru dari luar.
5) Pendidikan Taman Kanak-Kanak : anak yang berusia 5tahun
dimasukkan kedalam Pendidikan Taman Kanak – Kanak, pendidikan
ini dilakukan di luar lingkungan panti dengan tujuan anak – anak bisa
bersosialisasi.
6) Rekreasi : rekreasi dilakukan minimal satu tahun sekali, supaya anak
– anak bisa refreshing dan mengenal lingkungan/taman bermain.
52
7) Penyaluran Bina Lanjut. : setelah mengayomi Pendidikan Taman
Kanak – Kanak, anak tidak ditempatkan di PSAA Balita Tunas
Bangsa karena harus melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar.
G. Proses Pelayanan Lembaga7
Proses penanganan anak terlantar yang dilakukan oleh PSAA Balita Tunas
Bangsa adalah pertama di proses asal anak, lalu proses penerimaan setelah itu
pembinaan lalu resosialisasi, penyaluran, bina lanjut dan terakhir terminasi.
Berikut penjabarannya:
1) Asal Anak
Balita yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa 01 ini berasa dari :
1. Rumah Sakit
Anak asuhan yang berasal dari rumah sakit biasanya merupakan
anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua mereka saat mereka baru
saja dilahirkan. Hal yang pertama dilakukan oleh dinas adalah
mencari orang tua mereka dengan berbagai cara melalui media cetak
maupun elektronik. Apabila orang tua tidak ditemukan, maka anak
tersebut dapat dikatakan anak negara dan diasuh oleh negara di Panti
Asuhan Balita ini. Tetapi apabila ternyata orang tua dari anak
tersebut diketahui keberadaannya, maka orang tua tersebut dimintai
keterangan alasan mereka meninggalkan anak mereka begitu saja di
Rumah Sakit. Apabila alasannya karena faktor ekonomi, maka
7 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur
53
mereka dapat menyerahkan atau menitipkan anak mereka tersebut
agar dipelihara oleh negara maka di PSAA Balita ini. Prosedur dan
penerimaan anak tesebut adalah menyerahkan ke panti dengan surat
rekomendasi dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan
Sosial Provinsi DKI Jakarta/Suku Dinas Bina Mental Spiritual dan
Kesejahteraan Sosial setempat. Kelengkapannya antara lain : Surat
kelahiran, Surat penyerahan, berita acara penyerahan, study case.
2. Kepolisian
Anak asuhan yang berasal dari kepolisian biasanya merupakan anak-
anak yang telah mengalami tindakan kriminal, misalnya kasus
penjualan anak atau child abuse. Prosedur dan penerimaan anak
tersebut adalah dengan penyerahan langsung ke panti dengan
melengkapi surat penyerahan. Dan anak-anak yang hasil dari
kegiatan ketertiban di jalan-jalan yang dilakukan oleh pihak
keamanan ketertiban DKI Jakarta. Anak-anak ini hidup dijalan dan
diterlantarkan oleh orang tua mereka. Prosedur dan penerimaan anak
tersebut adalah penyerahan dari lembaga sosial pemerintah atau
swasta dengan melengkapi surat pengantar peyerahan serta laporan
sosial yang bersangkutan.
3. Panti Sosial
Merupakan anak-anak yang berasal dari panti sosial lainnya, yaitu
panti sosial swasta yang bukan bawahan dari dinas.
54
4. Masyarakat
Merupakan anak-anak yang dititipkan oleh masyarakat yang berada
dikelas strata sosial bawah, dimana mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup anak-anaknya. Oleh sebab itu mereka menitipkan
anak mereka di PSAA Balita ini dan anak-anak mereka pun dapat
diambil dikemudian hari. Prosedur dan penerimaan anak tersebut
adalah penyerahan dari keluarga/masyarakat dengan menyerahkan
langsung ke panti, membuat surat pernyataan/perjanjian di atas
materai, serta memberikan keterangan dari lurah setempat.
Tahap-tahap dalam menerima anak-anak balita yang berasal dari keempat
tempat di atas melalui proses identifikasi, seleksi dan akomodasi. Baik anak-
anak yang berasal dari keempat tempat tersebut sebelumnya dilacak
keberadaan orang tua mereka dan juga alasan orang tua mereka menelantarkan
anak-anaknya. Apabila alasan tersebut dapat dipahami (misalnya karena
faktor ekonomi) maka anak-anak mereka akan diasuh di dalam PSAA Balita
ini, karena anak terlantar merupakan kewajiban bagi Negara untuk
memelihara dan merawatnya.
2) Pembinaan
Dalam PSAA Balita ini dilakukan pembinaan dan diberikan pula
pelayanan pelayanan untuk anak-anak yang diasuh di Panti ini, yaitu:
55
a) Fisik
PSAA Balita ini memberikan pelayanan pembinaan atau
pengembangan fisik atau jasmani untuk anak-anak asuhan mereka.
Pelayanan ini diantaranya memberikan makan-makanan yang
bergizi, empat sehat lima sempurna, serta melakukan pengecekan
laboratorium terhadap tumbuh kembang anak. Apabila ada anak
yang sakit, maka dengan segera para pengasuh membawanya ke
dokter. Panti Asuhan ini bekerja sama dengan berbagai rumah sakit
dan Puskesmas setempat. Panti Asuhan ini juga menyediakan ruang
isolasi yang digunakan sebagai tempat istirahat bagi anak yang
sedang sakit agar tidak menularkan virus kepada anak-anak yang
lainnya.
b) Mental Sosial
PSAA Balita ini membina mental sosial atau kepribadian anak
asuhan mereka dengan cara belajar, bermain, dan rekreasi. Panti
asuhan ini menyediakan pelayanan ruang bermain yang cukup luas
untuk anak-anak, dimana terdapat ayunan, jungkat-jungkit, dan
sebagainya. Kegiatan lainnya diadakan kegiatan bermain outdoor,
seperti bermain sepeda dihalaman dan berolahraga bersama-sama.
c) Pendidikan
PSAA Balita ini juga membina pendidikan, yaitu melalui:
56
Pendidikan Pra Sekolah: Kegiatan ini yaitu mengadakan
playgroup bagi anak-anak yang berusia 3-4 tahun, dimana
mereka dibekali ilmu sebelum menempuh pendidikan di Taman
Kanak-kanak nantinya.
Sekolah TK diluar Panti: Kegiatan ini diberlakukan bagi anak-
anak yang berusia 5 tahun yang harus mulai menempuh
pendidikan. Sekolah TK ini berada disekitar PSAA Balita Tunas
Bangsa di sekitar daerah Cipayung. Selain belajar membaca dan
menulis sebagaimana layaknya anak-anak Sekolah TK, mereka
pun dapat berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka yang
juga merupakan agen sosialisasi bagi mereka.
d) Spiritual
Pembinaan dalam segi spiritual diadakan kegiatan mengaji di TPA
Panti Asuhan Balita tersebut. Kegiatan ini dilakukan di sore hari
sekitar pukul 16.00 WIB setelah mereka beristirahat siang. Kegiatan
ini bermanfaat untuk mengajarkan mereka tentang agama.
3) Resosialisasi
Anak asuhan balita dipersiapkan untuk memiliki kemampuan
bermasyarakat, dapat kehidupan dalam keluarga dan mempersiapkan
pendidikannya.
57
4) Penyaluran
Pada proses penyaluran maka ada tiga hal yang akan dilakukan, yaitu :
1. Mengembalikan kepada keluarga
Apabila keluarga telah bersedia mengasuh dan telah sanggup
memenuhi hak-hak anaknya, maka anak dapat dikembalikan kepada
orang tua kandung mereka.
2. Pindah panti sosial atau ke lembaga lain
Apabila keluarga tidak bersedia mengasuh dan memenuhi hak-hak
anaknya, ataupun pihak keluarga tidak ditemukan sehingga tidak
ada yang merawatnya, maka anak-anak yang telah melewati tahap
balita ini dipindahkan ke Panti Asuhan Sekolah Dasar.
3. Adopsi
Apabila anak tersebut telah ditetapkan sebagai anak negara dan
tidak ada ikatan dengan institusi keluarga manapun, maka anak
tersebut berhak dan dapat diadopsi oleh siapapun, namun dengan
persyarat-persyaratan yang telah ditetapkan oleh Dinas Sosial.
Adapun proses adopsi adalah sebagai berikut. Calon Orang Tua
Asuh (COTA) menetapkan Calon Anak Angkat (CAA), selanjutnya
dilakukan pemberkasan persyaratan administrasi adopsi, kemudian
dilakukan home visit pertama oleh petugas panti dan Dinas Sosial,
selanjutnya adalah penyerahan CAA kepada COTA dalam asuhan
keluarga, lalu setelah itu dilakukan home visit kedua oleh petugas
58
panti dan Dinas Sosial, selanjutknya siding tim PIPA (Dinas
Sosial), kemudian melakukan rekomendasi dari tim PIPA bagi
COTA dan yang terakhir adalah siding Pengadilan Negeri untuk
penetapan status Orang Tua Angkat.
5) Bina Lanjut
Monitoring
Konsultasi
Asistensi
Pemantapan
6) Terminasi
59
H. Alur/Cara Pemberian Pelayanan
Sumber: Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa, 2016
Asal WBS
Penempatan dalam Panti
- Pengasuh
- Perawatan
- Pemeliharaan
- Perlindungan Sosial
- Pelayanan dan
permakanan dan
Peningkatan Gizi
- Kebersihan dan Kesehatan
- Rujukan ke Rumah Sakit
dan laboratorium
- Rumah Sakit
- Kepolisian
- Sudin Sosial
- Panti Sosial
- Masyarakat
Pendekatan Awal Registrasi
- Pencatatan
- Verifikasi
- Persyaratan
- Administrasi
- Penjangkauan
- Observasi
- Identifikasi
- Motivasi
- Seleksi
Assessment
- Penelaahan
- Pengungkapan Masalah
- Pemahaman Masalah
60
I. Sarana dan Prasarana8
Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa telah dilengkapi berbagai
sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung proses
pelayanan. Berbagai upaya pembenahan sarana dan prasarana terus dilakukan
agar pelayanan maksimal.
Fasilitas Panti
1. Ruang Kantor : 1 Lokal
2. Ruang Tata Usaha : 1 Lokal
3. Ruang Komputer : 1 Lokal
4. Ruang Psikolog : 1 Lokal
5. Ruang Tamu : 1 Lokal
6. Ruang Asrama :
a. Kamar Arjuna : 1 Lokal
b. Kamar Dewi Shinta : 1 Lokal
c. Kamar Srikandi : 1 Lokal
d. Kamar Isolasi : 1 Lokal
7. Ruang Bermain : 2 Lokal
8. Ruang Belajar : 1 Lokal
9. Ruang Poliklinik : 1 Lokal
10. Ruang Terapi : 1 Lokal
11. Aula : 1 Lokal
8 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017
61
12. Taman Bermain : 1 Lokal
13. Mushola : 1 Lokal
14. Ruang Makan :
a. Ruang Makan Pegawai : 1 Lokal
b. Ruang Makan Anak : 1 Lokal
15. Dapur : 1 Lokal
16. Ruang Cuci : 1 Lokal
17. Mess Pegawai : 2 Lokal
18. Kamar Mandi : 8 Lokal
62
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. BIODATA KLIEN
1. “JI”
a. Nama Lengkap : Jihan Jahira Azhar
b. Nama Inisial : “JI”
c. Tanggal Lahir : 05 Januari 2015
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Umur : 2 Tahun, 8 Bulan
f. Tanggal Masuk : 27 Juli 2015
g. Asal : RS. Persahabatan
h. Keadaan : Terlantar
i. Kondisi Fisik :
Kondisi fisik yang dialami “JI” adalah “JI” mengalami micro
cepallus. Sehingga ia sering mengalami kejang dan sulit untuk
bernapas. Berat badan “JI” juga tidak normal seperti anak lainnya
bahkan dibawah rata - rata. “JI” juga sering mengalami panas tinggi,
sehingga sangat membutuhkan perawatan intensif.
Menurut hasil observasi peneliti, saat ini “JI” sudah mampu
merespon orang yang mengajaknya berbicara yaitu dengan
senyuman. Kemudian “JI” mampu memindahkan tubuhnya dengan
cara bergeser menggunakan punggungnya. “JI” juga mampu
memutar badannya.
63
2. “MA”
a. Nama Lengkap : Aril Maulana
b. Nama Inisial : “MA”
c. Tanggal Lahir : 19 Juni 2010
d. Jenis Kelamin : Laki - Laki
e. Umur : 7 Tahun, 3 Bulan
f. Tanggal Masuk : 23 Juli 2015
g. Asal : PSP BK Kebon Kacang
h. Keadaan : Titipan
i. Kondisi Fisik :
Mengalami Cerebral Palsy sejak lahir. Keadaan “MA” hanya bisa
terbaring diatas kasur yang menyebabkan infeksi pada kulitnya. Kini
“MA” dapat menekuk tangan dan kaki dan menggerakkan kepalanya
setelah sebelumnya tidak dapat menggerakkan apapun dari
tubuhnya. “MA” seperti “JI” yang memiliki berat badan dibawah
rata-rata usianya.
Menurut hasil observasi peneliti, “MA” mengalami keberhasilan
melalui terapi yang dijalaninya. “MA” sudah dapat mengangkat
tangan dan kakinya walaupun sebatas siku dan lutut. Hanya saja
“MA” masih belum memiliki kekuatan untuk menggenggam sesuatu,
sehingga “MA” belum dapat memegang botol susu dengan
tangannya sendiri.
64
3. “WA”
a. Nama Lengkap : Wulan Sari
b. Nama Inisial : “WA”
c. Tanggal Lahir : 28 Agustus 2011
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Umur : 6 Tahun, 1 Bulan
f. Tanggal Masuk : 30 Januari 2012
g. Asal : RSUD Koja Jakarta Utara
h. Keadaan : Terlantar
i. Kondisi Fisik :
Kondisi fisik “WA” matanya mengalami katarak sehingga bentuk
matanya berbeda dengan anak lainnya. “WA” dapat menggerakkan
seluruh anggota badannya. Namun ia tidak dapat berbicara. Setelah
dibantu adanya terapi, akhirnya “WA” dapat berjalan dengan
bantuan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, “WA” sudah menjalani terapi
selama 2 tahun. Hasil yang didapati saat ini adalah “WA” sudah
mampu berjalan walaupun harus dibantu dengan dituntun orang lain
sebab kebutaan yang dialaminya.
B. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan, peneliti dapat memperoleh informasi
mengenai pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas. Pada bab
ini, hasil temuan peneliti dijelaskan melalui teori kebutuhan dasar anak.
65
Adapun sub-bab yang akan dibahas, pertama yaitu pemenuhan kebutuhan dasar
anak penyandang disabilitas secara biologis diantaranya ada pemenuhan gizi
dan nutrisi yang mencakup aspek pemberian menu makan seimbang, kesehatan
dasar yaitu mengenai imunisasi dan pemeriksaan kesehatan rutin, lingkungan
tempat tinggal yang higienis, serta kegiatan olahraga dan rekreasi. Kedua,
kebutuhan emosional yang berhubungan dengan psikologis anak seperti, kasih
sayang, rasa aman dan penghargaan terhadap diri. Dan yang terakhir yaitu
pemenuhan stimulus yang mencakup tentang bagaimana cara anak
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.1
1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh
Pada dasarnya, pemenuhan kebutuhan dasar asuh merupakan pemenuhan
kebutuhan dasar bersifat biologis serta biomedik termasuk salah satunya
adalah pemenuhan gizi dan nutrisi, perawatan kesehatan, tempat tinggal
yang layak dan higienis, serta kegiatan olahraga dan rekreasi.2
a. Pemenuhan Gizi dan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Selain
itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari
karena nutrisi sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ
dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur
dalam tubuh.
1 BAB II hlm. 352 BAB II hlm. 35
66
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Harmani Riza selaku
satuan pelaksana pelayanan sosial menjelaskan bahwa dalam
memenuhi gizi dan nutrisi sudah diatur setiap bulannya. Hal ini di
uraikan dalam wawancara di bawah ini:
“Dalam hal pemenuhan gizi dan nutrisi salah satunya pemberianmakanan 4 sehat 5 sempurna ya Mbak, prosesnya kami buatrancangan jadwal makan anak – anak untuk pagi, siang danmalam untuk sepuluh hari. Kemudian dilaporkan ke DinasSosial DKI Jakarta untuk mendapat persetujuan, ini diserahkansetiap satu minggu sebelumnya. Kami juga memberikanmakanan kepada anak – anak berdasarkan persetujuan ahligizi.”3
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Sariah selaku petugas
masak di PSAA Balita Tunas Bangsa, menyatakan bahwa pemberian
asupan makanan anak – anak PSAA Balita Tunas Bangsa sudah
dijadwalkan:
“Jadwal makanan yang dimasak sudah didapat dari petugaskantor. Adapun jadwal masaknya untuk 10 hari, biasanyaseminggu sebelumnya sudah diberikan kepada kami.”4
Dari dua pemaparan di atas, dapat terlihat bahwa pemberian
asupan nutrisi makanan oleh panti tidak secara sembarangan. Menu
yang diberikan adalah 4 sehat 5 sempurna dengan melalui persetujuan
ahi gizi serta Dinas Sosial DKI Jakarta. Menu yang dibuat oleh petugas
panti, diserahkan kepada ahli gizi yang berada di Puskesmas
Cipayung. Setelah mendapat persetujuan baru diserahkan kepada
3 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza selaku Satuan Pelaksana PelayananSosial di PSAA Balita Tunas Bangsa tanggal 10 April 2017
4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sariah selaku Petugas Masak PSAA Balita TunasBangsa pada tanggal 10 April 2017
67
Dinas Sosial DKI Jakarta untuk mendapatkan persetujuan. Hasil ini
dapat dilihat di bagian lampiran.
Dalam satu hari, panti memberikan asupan makan kepada anak
asuh dengan menu lengkap 4 sehat 5 sempurna. Untuk sekali makan,
seorang anak disabilitas diberikan satu mangkuk bubur halus. Bubur
halus yang diberikan ini merupakan campuran nasi dengan lauk pauk
yang mengandung protein serta lemak. Hal ini di ungkapkan oleh Ibu
Wasri selaku pengasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa sebagai berikut
:
“Dalam memberikan makanan, kami tidak sampai menghitungharus sebanyak apa. Selama cukup untuk anak, maka itu ukurancukup bagi kami. Biasanya blenderan pertama kami bisa banyakberikan sayur, kalau blenderan akhir sudah tinggal sisa. Karenadari petugas kantor pun hanya diberikan jadwal menu makannyasaja, tidak dengan ukuran harus sebanyak apa kita berikankepada anak.”5
Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa pemberian asupan
nutrisi terhadap anak baik normal maupun disabilitas tidak mengacu
kepada standar pemenuhan gizi dan nutrisi anak. Diungkapkan bahwa
pemberian makan kepada anak hanya dengan perkiraan pengasuh
dalam memenuhi nutrisi anak. Hal ini menerangkan bahwa ada suatu
indikasi kesenjangan terhadap pemenuhi gizi dan nutrisi anak.
Menurut pengamatan peneliti, penyajian yang dilakukan olehpengasuh yaitu, sebelum diblender, makanan bayi masihberbentuk bubur kasar dengan ukuran sedang diisi dengan buburnasi sebanyak setengah panci. Kemudian terdapat satu pancikecil yang berisi sayur, dan beberapa mangkok yang berisi lauk.
5 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri salah satu pengasuh PSAA Balita Tunas Bangsapada tanggal 22 September 2017
68
Pengasuh menghaluskan semua makanan tersebut denganblender dengan pembagian, penghalusan yang pertama masihterdapat banyak lauk maka makanan yang dicampur masihdengan jumlah yang banyak lauknya sedangkan ketika sudahbagian akhir maka makanan yang di blender adalah bagian sisa.6
Dari hasil observasi diatas, dapat dilihat jelas bahwa pengasuh
dalam penyajian memberikan makanan kepada anak tidak mengukur
berdasarkan standar yang sudah diberikan oleh departemen kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi anak, namun hanya
dengan ukuran perkiraan pengasuh.
Selain pemberian makanan, pemberian susu juga termasuk
dalam pemenuhan gizi dan nutrisi. Dalam satu hari panti memberikan
setidaknya tiga kali untuk anak berusia 0 bulan sampai 18 bulan
masing - masing sebanyak 120 mL perbotol, tiga kali untuk anak
berusia 19 bulan sampai 3 tahun masing - masing sebanyak 240 mL,
dan dua kali untuk anak usia 3 tahun sampai 6 tahun masing - masing
sebanyak 240 mL. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Wasri sebagai berikut :
“Untuk pemberian susu, biasanya untuk bayi tiga kali sehariukuran botol kecil, untuk balita sama tiga kali sehari denganukuran botol yang besar. Untuk yang sudah besar, biasanyadiberikan dua kali dengan gelas seukuran dengan botol yangbesar.”7
Dari pemaparan Ibu Wasri diatas, dijelaskan susu yang
diberikan pengasuh kepada anak hanya berdasarkan kebiasaan. Jika
ditinjau dari aspek pemenuhan kalsium yang diperoleh dari susu,
pemberian susu kepada anak terjadi adanya ketimpangan sehingga
6 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 20177 ibid
69
dapat ditarik kesimpulan terpenuhinya kebutuhan akan susu tidak
diberikan kepada anak – anak tersebut sesuai dengan teori pada bab 2
(h. 36).
Dalam observasi peneliti menemukan tidak adanya masalah dari
sisi kuantitas dalam memenuhi gizi dan nutrisi anak. Terlihat dari
banyaknya bubur instant, susu formula, serta makanan bayi lainnya
yang tersimpan di gudang panti bahkan sampai habis kadaluarsa.8
1) Pemenuhan Gizi dan Nutrisi “JI”
Menurut pengamatan peneliti dalam memenuhi gizi dan
nutrisinya, pengasuh memberikan makan kepada “JI” dalam bentuk
bubur halus sebanyak satu mangkuk penuh. Lauk pauk yang
diberikan kepada “JI” sama dengan yang diberikan kepada anak
normal lainnya.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemenuhan
kebutuhan akan gizi dan nutrisi terhadap “JI” ditinjau dari menu
yang diberikan sudah memenuhi. Namun dilihat dari aspek standar
pemenuhan gizi dan nutrisi yang dikeluarkan olek departemen
kesehatan RI, belum cukup terpenuhi sebab perkiraan yang
digunakan pengasuh ketika memberikan makan kepada anak.
Berdasarkan pengamatan peneliti, cara pengasuh memberikan
makan kurang tepat, kebanyakan pengasuh memberikan makan
secara paksa kepada anak – anak, terutama anak disabilitas. Anak
8 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017
70
disabilitas pada umumnya tidak dapat mengunyah dan menelan
makanan secara baik, bahkan ada salah satu pengasuh yang
menekan hidung seorang anak disabilitas yang berinisial “JI” agar
makanannya mudah masuk. Walaupun makanan tersebut hanya
berupa susu dicampur dengan milna (makanan bayi) namun
pengasuh tetap memaksa untuk makanan mudah ditelan, hal
tersebut bukanlah hal yang bagus untuk pencernaan anak.9
2) Pemenuhan Gizi dan Nutrisi “MA”
Dalam memenuhi gizi dan nutrisi, “MA” termasuk anak yang
tidak bisa diberikan bubur halus. Maka asupan nutrisinya yaitu
susu formula dicampur dengan biskuit bayi yang kemudian
dimasukkan kedalam botol susu sebanyak 240 mL. Hal ini
dijelaskan kembali oleh Ibu Wasri sebagai berikut :
“Untuk “MA”, kami tidak bisa memberikan bubur halus.Biasanya kami memberikan susu formula dicampur denganbiskuit bayi. Banyaknya sampai dia kenyang, biasanya dua kaliukuran botol besar.”10
Dari penjelasan diatas, diungkapkan bahwa pemberian makan
terhadap salah satu anak disabilitas bukan dengan bubur halus
seperti anak lainnya, melainkan dengan susu formula yang
dicampur dengan biskuit bayi. Banyaknya susu yang diberikan
kembali tidak berdasarkan standar pemenuhan nutrisi yang sudah
dijelaskan pada bab 2 (h. 36).
9 Observasi pribadi pada tanggal 13 Oktober 201710 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 22 September 2017
71
Dalam cara pemberian makan, “MA” diberikan makanan
didalam botol susu biasa, lalu dibiarkan begitu saja. Sedangkan
“MA” tidak dapat memegang botol tersebut sendiri. Botol tersebut
didirikan meggunakan bantuan seperti bantal yang terletak di atas
perut “MA”. Yang lebih disesalkan lagi adalah ketika anak – anak
disabilitas ini masih kelaparan, mereka hanya bisa menangis sambil
berteriak, namun pengasuh mengacuhkannya.11
3) Pemenuhan Gizi dan Nutrisi “WA”
Dalam memenuhi gizi dan nutrisi “WA”, pengasuh memberikan
makan “WA” dalam bentuk bubur kasar. Dalam bubur tersebut
tidak dapat diperkirakan terpenuhi atau tidaknya gizi dan nutrisi
yang diberikan kepada “WA” sebab jumlah makanan yang
diberikan kepada “WA” hanya melalui perkiraan pengasuh.
Berdasarkan penjelasan informan diatas bahwa pemenuhan gizi
dan nutrisi yang diberikan kepada panti hanya berdasarkan menu 4
sehat 5 sempurna tanpa adanya perhitungan pemenuhan kalori, energi
serta beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pemenuhan gizi dan
nutrisi anak. Sehingga pemenuhan gizi dan nutrisi anak disabilitas di
PSAA Balita Tunas Bangsa berdasarkan standar pemenuhan gizi dan
nutrisi yang dijelaskan dalam bab 2 (h. 36), yaitu kebutuhan nutrisi
anak usia 1-3 tahun yang seharusnya membutuhkan 1,5 mangkok nasi
masing - masing sebanyak 200 gram, 0,5 ikan sebanyak 50 gram, 2
11 Observasi pribadi pada tanggal 13 Oktober 2017
72
potong tempe masing – masing sebanyak 25 gram, satu mangkok
sayur sebanyak 100 gram, seiris buah pepaya seberat 100 gram, dan
usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi masing – masing
sebanyak 200 gram, 1 ikan seberat 50 gram, 3 tempe masing – masing
25 gram, 1,5 mangkok sayur sebanyak 100 gram, 2 iris buah pepaya
masing – masing seberat 100 gram belum cukup terpenuhi.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dari sisi standarisasi
dan ketersediaan bahan makanan, panti sudah memenuhi peraturan
terhadap tumbuh kembang anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar
akan gizi dan nutrisi anak yang ditandai oleh lengkapnya menu
makanan yang sudah disetujui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Namun
ketika implementasi terhadap penghitungan gizi dan nutrisi anak yang
sudah diberikan oleh departemen kesehatan anak tidak terpenuhi
sebab pengasuh hanya mengikuti perkiraan dari pengasuh.
b. Perawatan Kesehatan
Salah satu aspek penunjang adanya perawatan kesehatan
terhadap anak adalah terlaksananya imunisasi dasar yang diberikan
untuk anak. Selain itu, kepedulian panti terhadap anak cukup baik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalammasalah kesehatan, panti sangat peduli dengan kondisi anakasuh terutama anak penyandang disabilitas. Apabila ada seoranganak yang sakit, dengan sigapnya panti memberikan pelayanankesehatan kepada anak. Hal kecil yang dilakukan adalah denganpemberian obat secara rutin kepada anak yang membutuhkanobat-obatan. Hanya saja, cara pengasuh memberikan obatkepada yaitu dengan satu sendok yang sama kepada beberapaanak yang mengalami penyakit yang sama. Dan juga setelah
73
memberikan obat kepada anak, anak tidak langsung diberikanminum, namun ditinggal begitu saja.12
Hal ini diungkapkan oleh Ibu Harmani Riza sebagai berikut :
“Kesehatan anak itu nomor satu Mbak sangat diutamakan,menjadi tanggung jawab kami sebagai orang tua. Apabila adaanak yang sakit, maka pengasuh yang lulusan perawat kamikerahkan. Tapi kalo sampai 2 atau 3 hari anak belum sembuh,langsung dibawa kerumah sakit, kebetulan kami bekerja samadengan rumah sakit haji pondok gede.”13
Dari pemaparan di atas, dalam hal pelayanan kesehatan panti
sangat bertanggung jawab terhadap kesehatan anak – anak terutama
penyandang disabilitas. PSAA Balita Tunas Bangsa memiliki
pengasuh yang merupakan lulusan keperawatan yang bertanggung
jawab terhadap anak – anak yang membutuhkan perawatan kesehatan
dasar. Namun ketika anak tersebut tidak sembuh dalam kurun waktu 3
hari, maka panti akan merawat secara intensif anak tersebut ke rumah
sakit. PSAA Balita Tunas Bangsa juga bekerja sama dengan beberapa
rumah sakit negeri maupun swasta di Jakarta.
Dalam pengamatan peneliti, disetiap kamar anak – anak terdapatalat – alat medis serta obat – obatan. Panti juga memilikifasilitas klinik yang terdapat inkubator, infus serta tabung gasoksigen.14
Hal ini disampaikan oleh Ibu Siti Murtofingah selaku Kepala
Bagian Tata Usaha di PSAA Balita Tunas Bangsa.
“Panti memang memiliki fasilitas cukup lengkap. Cumapemakaiannya memang jarang – jarang. Dan yang pengasuh
12 Observasi pribadi pada tanggal 20 Juni 201713 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 2017
14 Observasi pribadi pada tanggal 14 Maret 2017
74
yang lulusan perawat tadi yang membantu mengoperasikanperalatan tersebut.”15
Senada dengan Ibu Siti, salah satu pengasuh yaitu Kak Sari yang
merupakan lulusan keperawatan menyampaikan hal serupa berikut ini
:
“Lulusan perawat disini cukup banyak. Pokoknya kalo ada yangsakit, butuh bantuan oksigen, obat – obatan, sampe masalahinfusan tanggung jawabnya PHL lulusan keperawatan yangpenting harus sesuai anjuran dokter. Yang lain juga diajarin kok.Tapi jarang juga sih pakenya, lebih sering langsung ke rumahsakit. Soalnya resikonya juga tinggi kan kalo salah pemakaian,apalagi untuk pengobatan anak – anak.”16
Dari dua pemaparan diatas, dapat dijelaskan bahwa panti
memiliki fasilitas medis yang cukup memadai. Dimulai dari petugas
yang merupakan perawat yang dibutuhkan saat merawat anak yang
sakit, hingga peralatan medis serta lemari obat – obatan. Yang
disayangkan adalah ketika peneliti menanyakan pemakaian peralatan
tersebut, Ibu Siti serta pengasuh menjawab dengan hal yang sama,
yaitu pemakaian alat medis jarang dipergunakan. Hal tersebut
berkaitan dengan resiko yang harus diambil ketika terjadi kesalahan.
Selain fasilitas tenaga kerja dan peralatan, panti juga memiliki
fasilitas pelayanan kesehatan. Seperti yang dituturkan oleh Ibu
Harmani Riza sebagai berikut :
15 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 201716 Wawancara pribadi dengan Ka Fitri Afrilia Sari salah satu Pengasuh PSAA Balita
Tunas Bangsa pada tanggal 20 Juni 2017
75
“Tentu ada pemeriksaan dokter rutin, Mbak. Jadwalnya setiaphari Selasa waktunya pagi hari. Kegiatannya dimulai dari jam08.00 sampai selesai. Dokternya kami datangkan dariPuskesmas Cipayung sini.”17
Ibu Vivi juga mengungkapkan hal yang sama mengenai
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan rutin yang diberikan di
panti sebagai berikut :
“Kegiatan pemeriksaan kesehatan sudah dari jaman dulu ya,Mbak. Rutin dilakukan setiap hari Selasa waktunya pagi hari.Dokternya juga sudah kerjasama dengan kami dari PuskesmasCipayung.”18
Dari pemaparan diatas, disebutkan bahwa salah satu kegiatan
panti dalam hal perawatan kesehatan yaitu adanya pemeriksaan
kegiatan rutin yang dilaksanakan satu minggu sekali. Adapun
kegiatannya dilaksanakan setiap hari Selasa dimulai dari jam 08.00
hingga selesai. Dokter yang didatangkan berasal dari Puskesmas
Cipayung yang sudah bekerja sama dengan PSAA Balita Tunas
Bangsa. Dokter akan memeriksakan anak yang mengalami gangguan
kesehatan, baik masalah demam, flu, batuk hingga gangguan
kesehatan kulit. Dimulai dengan memeriksa berat dan suhu anak serta
memeriksa kondisi kesehatan anak.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pemeriksaan kesehatan anakhanya dilakukan kepada anak yang mengalami gangguankesehatan saja. Namun sebelum dilakukan pemeriksaan, dokterterlebih dahulu mengukur berat seluruh anak. Yang sangatdisayangkan adalah ketika anak tersebut dalam keadaankekurangan maka petugas kantor dan pengasuh justru
17 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 2017.18 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi Kafilatul Jannah pada tanggal 20 Juni 2017.
76
menertawakan dan menyebut anak tersebut dengan kata-katayang kurang pantas, seperti “cacingan lu”, “dari jalanan sih,makanannya ga bersih” dan lain sebagainya.19
Banyaknya jumlah anak – anak yang berada di dalam panti tidak
menutup kemungkinan terjadinya penyakit menular. Dari hasil
observasi peneliti terdapat beberapa anak yang mengalami infeksi
penyakit kulit dan telinga. Dalam hal ini pun, panti memiliki kegiatan
khusus yaitu pemeriksaan kulit, kuku, telinga, hidung dan mulut.
Hal ini dijelaskan oleh Ibu Riza bahwa pemeriksaan tersebut
dilakukan sebab anak – anak di panti sangatlah banyak. Beberapa
anak dipanti menderita penyakit kulit, telinga maupun hidung.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pencegahan penularan
penyakit – penyakit tersebut.
“Pemeriksaan kulit, telinga itu salah satu merawat kesehatan.Disini kan anaknya banyak ya Mbak, diantara mereka jugabanyak yang kulitnya atau telinganya terinfeksi. Nah daripadamenyebar, lebih baik dicegah dulu. Terutama kulit, penyakitkulit itu kan mudah menularnya.”20
Salah satu pengasuh yang merawat serta memeriksa kuku, kulit,
telinga, hidung dan mulut adalah Kak Sari.
“Di sini ada beberapa anak yang infeksi kulit sama telinga.Makanya harus rutin diperiksa, dijaga kebersihannya. Kalo nggarutin, gampang nularnya. Malah kasian yang lain kaloketularan.”21
19 Observasi pribadi pada tanggal 13 Oktober 201720 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 201721 Wawancara pribadi dengan Kak Sari pada tanggal 20 Juni 2017
77
Pemeriksaan kulit, kuku, telinga, hidung dan mulut rutin
dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit. Baju yang tercampur, makanan yang diberikan secara
bersamaan, peralatan makan yang digunakan secara bersama – sama
menjadi salah satu penyebab terjadinya penularan penyakit terutama
penyakit kulit. Kegiatan pemeriksaan ini dilaksanakan setiap sore hari
setelah anak – anak mandi sore. Peralatan mandi serta kamar mandi
yang digunakan anak – anak yang mengalami gangguan infeksi kulit
dipisahkan, sebab salah satu penularan penyakit adalah melalui air dan
peralatan mandi. Setelah selesai mandi, luka infeksi tersebut
dibersihkan serta diberikan obat oleh pengasuh yang bertugas.
1) Perawatan Kesehatan terhadap “JI”
Aspek pertama dalam perawatan kesehatan dilihat dari imunisasi
yang diberikan. Berikut ini mengenai imunisasi “JI”
Tabel 4.1
Tabel Imunisasi Dasar “JI” 22
No. Jenis Imunisasi Tanggal Imunisasi
1. DPT II 6 Agustus 2015
2. DPT III 13 Oktober 2015
3. Polio III 6 Agustus 2015
4. Polio IV 13 Oktober 2015
5. Campak 23 Desember 2015
22 Wawancara pribadi dengan Ibu Dana pada tanggal 22 September 2017
78
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dana, peneliti
memperoleh informasi mengenai pemenuhan imunisasi anak. Yang
pertama “JI”. “JI” menjadi anak asuh panti sejak berumur 0 bulan.
Dari 10 imunisasi dasar yang diberikan oleh kementrian kesehatan,
“JI” hanya mendapatkan imunisasi dasar DPT II, OPV III, DPT III,
OPV IV dan campak. Sedangkan berdasarkan waktunya, DPT II dan
OPV III yang seharusnya diberikan pada bulan ke 3, “JI”
mendapatkannya saat berusia 7 bulan. Kemudian DPT III, OPV IV
pada bulan ke 4, “JI” mendapatkan pada bulan ke 9. Dan yang terakhir
imunisasi campak, seharusnya diberikan pada bulam ke 9, “JI”
mendapatkan pada bulan ke 11. “JI” tidak mendapatkan imunisasi
Hepatitis B 0, BCG, Polio 1, DPT I dan Polio II.
Berdasarkan pemaparan diatas, jelas terlihat bahwa adanya suatu
kesenjangan pemenuhan imunisasi dasar terhadap “JI” baik dalam
jumlah pemberian imunisasi maupun dengan ketepatan waktu yang
diberikan.
Kemudian mengenai pemeriksaan kesehatan, “JI” selalu rutin
dilakukan. Hal ini disebabkan kondisi fisik “JI” yang lemah dan sering
mengalami sesak napas. Sehingga panti memberikan perhatian khusus
terhadap kesehatan “JI”.
79
2) Perawatan Kesehatan terhadap “MA”
Dalam pemberian imunisasi, dikatakan bahwa “MA” tidak
memiliki riwayat imunisasi dasar. Hal ini dijelaskan Ibu Dana
dalam wawancara berikut :
“”MA” terdaftar di panti ini saat usianya sudah 5 tahun.Sebelumnya juga tidak ada berkas riwayat tumbuh kembangnya.Jadi kami tidak memberikan imunisasi dasar apapun.”23
Berdasarkan hasil wawancara di atas, imunisasi dasar yang
diberikan kepada anak “JI” dari 10 imunisasi dasar hanya diberikan
5 dengan waktu yang tidak tepat. Kepada “WA” dari 10 Imunisasi
dasar hanya 8 yang diberikan dengan waktu yang tidak tepat.
Sedangkan “MA” tidak diberikan imunisasi dikarenakan “MA”
sudah berusia dewasa ketika terdaftar di dalam panti.
Sama halnya seperti “JI” dalam pemeriksaan kesehatan, “MA”
selalu rutin dilakukan. Hal ini disebabkan kondisi fisik “MA” yang
lemah, terlebih lagi “MA” mengalami infeksi pada kulitnya.
Selain pemeriksaan kesehatan, “MA” juga menjalankan
pemeriksaan kulit, kuku, hidung dan telinga.
Saat peneliti mengobservasi kegiatan pemeriksaan kebersihan,“MA” yang mengalami infeksi kulit tidak terlepas daripemeriksaan. Dalam memandikan “MA” pengasuh memisahkan“MA” dari semua agar anak-anak yang lainnya tidak tertular.Setelah memandikan, pengasuh membersihkan luka pada kulit“MA”. Kehati-hatian dalam membersihkan luka “MA” dinilaikurang, karena pengasuh mengelap tubuh “MA” dengan handuksangat kasar. Pengasuh melakukan hal tersebut dengan alasanagar tidak memakan waktu lama.24
23 Wawancara pribadi dengan Ibu Dana pada tanggal 22 September 201724 Observasi pribadi pada tanggal 14 Oktober 2017
80
Gambar 4.1Gambar diatas adalah ketika “MA” mendapatkan penanganankhusus dari RS. Haji Jakarta. “MA” menderita gangguan saluranpernafasan sehingga membutuhkan penanganan medis darirumah sakit.Dari seluruh kegiatan perawatan kesehatan, dapat disimpulkan
bahwa ditinjau dari aspek pelaksanaan imunisasi yang diberikan kepda
anak – anak disabilitas kurang terpenuhi. Hal tersebut dilihat dari
kelengkapan dan ketepatan waktu yang seharusnya diberikan kepada
anak – anak sesuai standar yang diberikan Departemen Kesehatan
yang tertera dalam bab 2 (h. 38), terlebih lagi anak tersebut dalam
keadaan disabilitas yang seharusnya mendapat perhatian khusus.
Selain itu, dalam hal perawatan kesehatan rutin yang diadakan setiap
hari Selasa dimulai dari jam 08.00 hingga selesai. Pemeriksaan ini
dilakukan oleh dokter yang berasal dari Puskesmas Cipayung.
Pemeriksaan ini dilakukan hanya terhadap anak – anak yang kurang
sehat, seperti demam, flu, batuk, hingga infeksi kulit. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bawah pemenuhan kebutuhan dasar dalam hal
81
perawatan kesehatan di PSAA Balita Tunas Bangsa sesuai dengan
teori yang dijelaskan dalam bab 2 (h. 37) belum cukup terpenuhi.
Cara panti memantau kesehatan anak – anak salah satunya yaitu
mengadakan case conference setiap tiga bulan sekali. Case conference
ini melibatkan petugas kantor dan pengasuh. Dalam case conferense
yang diadakan pihak panti bersama pengasuh pada Rabu, 7 Juni 2017,
membahas perihal perawatan kesehatan serta riwayat penyakit yang
dialami anak – anak. Pengasuh melaporkan bahwa anak – anak dalam
keadaan sehat. Adapun perawatan rutin yang dijalani beberapa anak
yang memiliki penyakit bawaan tetap berjalan lancar. Salah satu
contohnya adalah “JI” yang sering mengalami sesak napas karena
saluran pernapasannya terganggu sehingga harus menjalani
penguapan.25
c. Lingkungan yang Higienis
Kesehatan tidak akan terjaga apabila tidak didukung dengan
tempat tinggal yang layak. Tempat tinggal layak bukan hanya
berukuran besar, namun juga terjaga kebersihannya, cukup ventilasi,
dan dengan keadaan sehat. Selain itu, lingkungan tempat tinggal yang
bersih akan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
aktivitas dengan aman.26
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mengamati keadaan
tempat tinggal panti, terutama kamar tidur sebagai tempat istirahat
25 Hasil studi dokumentasi case conferense pada tanggal 7 Juni 201726 BAB II hlm. 36
82
anak–anak. Kamar yang dihuni oleh anak – anak terdapat pendingin
ruangan, memiliki ventilasi yang cukup, terdapat kamar mandi serta
kasur untuk masing – masing anak. Selain itu, kamar terlihat selalu
bersih serta wangi. Hal ini dikarenakan petugas kebersihan panti yang
selalu tepat waktu membersihkan serta merapikan ruangan. Ruang
tidur serta ruang bermain anak selalu berada dalam keadaan steril,
tidak boleh ada pengunjung masuk kecuali dengan izin petugas. Ruang
tidur anak memiliki dua ruangan besar serta dua kamar mandi. Dalam
satu ruang besar terdapat 15 sampai 20 kasur bayi untuk masing –
masing anak.27
Selain ruang tidur, terdapat dua ruangan bermain anak – anak,yaitu yang pertama untuk anak berusia 18 bulan sampai 3 tahun.Ruang bermain ini terletak di lantai 3 gedung panti, berisipermainan anak seperti perosotan, mandi bola, serta puzzleuntuk melatih motorik anak. Ruang bermain ini dilengkapidengan pendingin ruangan, ventilasi serta pencahayaan yangcukup. Dan yang kedua ruang bermain untuk anak berusia 3tahun sampai 6 tahun. Ruang bermain ini terletak di lantai 1gedung panti. Ruang ini hanya berisi televisi, namun tetapdilengkapi dengan pendingin ruangan. Ventilasi danpencahayaan yang didapat dalam ruangan ini dinilai kurangkarena letak ruangan ini berada di lantai paling bawah yanglebih terlihat seperti basement.28
Hasil pengamatan peneliti diperjelas dengan pernyataan Ibu
Wasri sebagai berikut :
“Kamarnya emang begini, Mbak, harus ber AC, anak – anaknyakan banyak, ngga mungkin kalo ngga pake AC. Setiap pagiketika anak – anak sedang dijemur, kita buka semua jendelanyasupaya ada pertukaran udara” 29
27 Observasi pribadi pada tanggal 14 Maret 201728 ibid29 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017
83
Selain itu juga mengenai fasilitas panti dijelaskan oleh Bu Siti
sebagai berikut :
“Standar fasilitas dari dinsos DKI Jakarta adalah setiap kamardiberikan pendingin untuk kenyamanan serta sterilisasi ruangananak. Karena kenyamanan yang paling di utamakan. Setiap pagikalau anak – anak sedang berjemur atau olahraga semua kamardibuka jendelanya, supaya ada pertukaran udara. Kebetulan jugalokasi gedungnya ngga terlalu banyak kena polusi, jadi bukajendela pagi – pagi cukup segar dan bagus.”
Berdasarkan standar fasilitas yang ditentukan Dinas Sosial DKI
Jakarta, semua ruang di panti dilengkapi dengan pendingin ruangan.
Hal ini dikarenakan jumlah anak di panti, serta untuk kenyamanan dan
sterilisasi ruangan. Namun adakalanya setiap ruangan dibuka guna
adanya pertukaran udara, utamanya di pagi hari. Ibu Siti
menambahkan bahwa letak posisi gedung panti yang tidak terlalu
banyak polusi sehingga banyak mendapatkan udara yang cukup segar
dan bagus untuk pernafasan di pagi hari. Maka dari itu, PSAA Balita
Tunas Bangsa sudah memenuhi syarat fasilitas yang dijelaskan dalam
bab 3 h. 74.
84
Gambar 4.3Gambar diatas membuktikan bahwa ruangan memenuhi syaratpemenuhan kebutuhan dasar mengenai lingkungan higienis.Ruangan dilengkapi dengan pendingin ruangan serta dalamkeadaan bersih.
Selain ruangan, tempat tidur anak juga harus dijaga
kebersihannya. Hal ini dibuktikan dengan pengasuh mengganti sprei
kasur minimal setiap enam jam sekali. Dijelaskan oleh Bu Wasri
sebagai berikut :
“Paling ngga ya 6 Jam sekali harus ganti seprai. Yang pasti kalospreinya udah kotor harus langsung diganti. Jadwal pasti gantinyaitu waktu baru bangun tidur, setelah makan siang, dan setelah tidursiang.”30
Salah satu syarat lingkungan yang higienis adalah tempat tidur
yang senantiasa dalam keadaan bersih. Maka dari itu, cara panti menjaga
kebersihan tersebut yaitu dengan sering mengganti sprei yang digunakan
anak. Mengganti sprei juga sebagai upaya mencegah adanya bau tidak
sedap yang disebabkan oleh susu yang ditumpahkan anak atau terkena
muntah anak.
Untuk kebersihan ruangan, panti memiliki banyak petugas
kebersihan, diantaranya membersihkan ruangan, mencuci pakaian serta
sprei. Salah satu petugas laundry yang peneliti amati memiliki tugas yang
sangat banyak. Dalam satu ruangan dipenuhi oleh pakaian bersih,
sedangkan di luar ruangan masih banyak pakaian kotor. Berikut
penjelasan Mas Rahmat selaku petugas laundry panti :
30 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017
85
“Wah kalo cucian ya sebanyak ini, bisa liat sendiri kan. Ini 3 kamarbaru dari pagi sampe siang ini doang. Saya sekali nyuci sprei bisa100 buah sprei. Kan anak – anak disini ada 100an, satu kasur buatsendiri, ya kira – kira segitu banyaknya saya nyuci. Baru sprei yabelom bajunya, kalo bajunya bisa seratusan lebih. Mereka sih adabaju lain, cuma kan tetep aja harus ada cadangan lainnya. Makanyakalo udah turun baju sama seprai kotor ya harus langsung cuci.”31
Dari penuturan di atas jelas menerangkan bahwa tugas mencuci
sprei dan pakaian tidaklah sedikit dan mudah. Dalam satu hari Mas
Rahmat bisa mencuci sprei sebanyak 100 buah sedangkan mencuci
pakaian anak lebih dari 100 buah. Hal ini disebabkan banyaknya anak
serta pentingnya menjaga kebersihan.
Selain kebersihan tempat tidur dan pakaian, kebersihan popok
termasuk salah satu hal penting. Hal ini juga disebutkan oleh ibu Wasri
dalam wawancara sebagai berikut:
“Sesuai jadwal, kita sering ganti popok anak. Ngga mungkin dongudah kotor dan bau terus kita diemin. Anaknya juga pasti ngganyaman. Jadi setiap ada yang bau ya kita periksain satu – satu yangmana yang harus ganti popok. Biasanya juga kan kalo merekamulai ngga nyaman paling nangis.”32
Dari penuturan diatas dapat dijelaskan bahwa pengasuh harus rutin
memeriksa kebersihan popok anak. Dengan cara memeriksakan satu
persatu maka pengasuh akan mengetahui mana yang harus dibersihkan
atau digantikan popoknya.
1) Higienitas Lingkungan terhadap “JI”
Dari hasil observasi peneliti, penempatan kasur khusus anakdisabilitas justru diletakan di tempat yang tidak mudah dilihat
31 Wawancara pribadi dengan Mas Rahmat selaku petugas cucian pada tanggal 20 Juni2017
32 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017
86
orang. “JI” berada diruang arjuna bersama anak asuh berusia 0bulan hingga 18 bulan. Ruang arjuna terdiri dari 1 ruang utamaberukuran besar, dimana banyak kasur bayi untuk anak – anaknormal diletakkan. Kemudian ada satu ruang cukup besar dengandilengkapi kasur besar, kasur ini biasanya sebagai tempat pengasuhberistirahat. Kamar ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan,namun kurang mendapatkan cahaya serta kurangnya ventilasi.Kasur “JI” terdapat dikamar tersebut dan berada diujung ruangandengan keadaan keliling kasurnya di tutupi dengan kasur tebalguna melindungi “JI” dari benturan.33
Dari hasil observasi diatas, dapat dijelaskan bahwa dari sisi
kebutuhan akan higienitas lingkungan, panti sudah memenuhi
standar yang diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta. Namun ada hak
sosial anak yang dapat diindikasikan tidak terpenuhi sebab ia
berada di ruangan yang tidak mudah terlihat oleh orang lain.
Gambar 4.2Gambar 4.2 merupakan salah satu bukti bahwa tempat tidur yangdimiliki anak asuh dalam keadaan higienis.
Penulis juga mengamati cara pengasuh menggantikan popok padaanak terutama pada anak disabilitas salah satunya “JI”. Caramelepas diapers pada anak disabilitas khususnya “JI” dengan carameletakkan tubuhnya di atas kasur dengan tanpa memperhatikankeamanan kepalanya. Setelah terbuka popoknya, “JI” digendongdengan mengangkat bagian ketiak tanpa memperhatikan keadaankepala dan lehernya sehingga terkadang kepala “JI” terkulaikebelakang. Kemudian diletakkan di lengan pengasuh untuk
33 ibid
87
dibawa ke wastafel agar dibersihkan kotorannya. Kemudian setelahselesai, “JI” diangkat menuju meja ganti. Sebelum dipakaikanpopok, “JI” terlebih dahulu diberikan minyak bayi, baru dipakaikanpopok tanpa adanya interaksi antara pengasuh dan anak sehinggahanya menjadi kegiatan yang monoton.34
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa dalam hal kebersihan
anak dengan kegiatan menggantikan popok bayi sudah sesuai
rancangan kegiatan yang diberikan panti, namun pengasuh kurang
memperhatikan keamanan dan keselamatan bayi dilihat dari cara
menggendong maupun meletakkan bayi. Dan kegiatan tersebut
hanya menjadi kegiatan yang rutin sebab tidak adanya interaksi
yang memposisikan bahwa pengasuh sebagai pengganti orang tua
yang berhadapan dengan anak sehingga tidak terlihat suatu
kedekatan antara anak dengan pengasuh.
Wastafel yang digunakan adalah wastafel khusus sanitasi. Hal
ini dijelaskan oleh Pak Udin selaku salah satu petugas teknisi panti
sebagai berikut.
“Wastafel yang dipakai untuk sanitasi khusus di ruang arjunaaja, karena mereka juga masih bayi. Salurannya juga langsungke septictank, tapi dihubungkan ke saluran wc dulu jadi nggabau.”35
Menurut penuturan Pak Udin, penggunaan wastafel sebagai
tempat sanitasi anak hanya khusus ruangan bayi. Saluran yang
terhubung langsung ke septictank karena wastafel ini memang
digunakan sebagai toilet bayi. Namun peletakan saluran menuju
34 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 201735 Wawancara pribadi dengan Pak Udin pada tanggal 29 Agustus 2017
88
septictank diatur secara rapih sehingga tidak terjadi polusi udara
yang akan mengganggu pernafasan serta kesehatan anak – anak.
2) Higienitas Lingkungan terhadap “MA”
Dari hasil pengamatan peneliti, lokasi tempat tidur “MA” berada
diruang Rama Shinta. “MA” diberikan kasur yang diletakkan di
pojok ruangan, dekat dengan jendela. Kasur “MA” selalu terlihat
bersih sebelum ia diberikan makan. Namun ketika diberikan
makan, kasur “MA” akan terlihat kotor yang disebabkan oleh
makanan yang tumpah dari mulut “MA”.
3) Higienitas Lingkungan terhadap “WA”
“WA” berada diruang Rama Shinta. Kasur “WA” berada dipojok
sisi kanan ruangan. Kasur “WA” juga selalu dalam keadaan bersih.
Hal ini tidak terlepas dari petugas kebersihan yang bersedia
membantu membersihkan ruangan.
Seperti yang sudah dijelaskan Ibu Siti Murtofingah, kebersihan
ruangan merupakan salah satu prioritas untuk menjaga kesehatan dan
kenyamanan anak–anak. Tidak hanya ruangan, pakaian dan
kebersihan tempat tidur juga harus dijaga dengan baik. Begitupun
yang disampaikan oleh pengasuh, keadaan kamar dan pakaian yang
kurang bersih membuat kenyamanan terganggu. Panti Sosial Asuhan
Anak Balita Tunas Bangsa memiliki tiga ruang tidur utama, yaitu
ruang Arjuna untuk bayi berumu 0 bulan sampai 6 bulan, ruang
89
Ramashinta untuk batita berumur 7 bulan sampai 3 tahun, dan ruang
Krisna untuk anak berumur 3 tahun sampai 6 tahun.
Dari semua penjelasan mengenai lingkungan yang higienis,
ditinjau dari aspek cukupnya ventilasi, kebersihan serta kenyamanan
ruangan panti sudah cukup memenuhi syarat sesuai dengan teori yang
dijelaskan mengenai pemenuhan kebutuhan lingkungan yang higienis.
Namun masih terdapat perbedaan antara penempatan kasur anak
normal dengan anak disabilitas. Ketika anak normal diletakkan
diruangan besar yang terlihat oleh banyak pengunjung justru anak
disabilitas disembunyikan diruangan yang gelap, yang tidak terlihat
oleh siapapun kecuali yang memperhatikannya. Sebab anak disabilitas
diletakkan di pojok ruangan.
d. Olahraga dan Rekreasi
Salah satu program yang dijalankan Panti Sosial Asuhan Anak
Balita Tunas Bangsa adalah olahraga setiap satu minggu dua kali
dipagi hari serta rekreasi minimal satu tahun sekali.
Kegiatan olahraga dilaksanakan untuk merenggangkan otot –
otot motorik anak – anak. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu
pagi serta Jumat Pagi mulai pukul 07.30 sampai selesai. PSAA Balita
Tunas Bangsa memanggil guru senam dari luar guna memimpin
senam.
90
Hal ini dijelaskan oleh Ibu Mia Rumbari selaku satuan pelaksana
pembinaan sosial di PSAA Balita Tunas Bangsa dalam wawancara
sebagai berikut :
“Kegiatan diluar kamar untuk anak – anak ya salah satunya ini,olahraga Mbak, kalo hari Rabu sama Jumat kita senam. Rabuuntuk anak – anaknya aja, tapi kalo Jumat bareng orang – orangkantor semuanya senam. Paling lama satu jam sampe satusetengah jam. Untuk instruktur senamnya kita panggil dariluar.”36
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Vivi sebagai berikut :
“Olahraga yang kami laksanakan ini termasuk kegiatan rutinMbak. Dilakukannya setiap Rabu khusus anak – anak berusia 3tahun sampai 6 tahun dan Jumat anak – anak bersama semuapetugas. Dimulai jam 08.00 sampai selesai. Kebetulan instruktursenamnya kita panggil dari luar.”37
Dua pernyataan diatas menjelaskan, bahwa kegiatan olahraga
senam di panti merupakan kegiatan rutin. Dilaksanakan setiap hari
Rabu yang diikuti oleh anak – anak khususnya berusia 3 tahun sampai
6 tahun, dan Jumat yang diikuti oleh anak – anak dan seluruh petugas
panti. Sedangkan untuk instruktur senam Ibu Vivi menambahkan
bahwa instruktur senam berasal dari luar panti.
Kegiatan yang lainnya adalah rekreasi yang diadakan minimal
satu tahun sekali. Rekreasi ini untuk anak – anak yang berusia 3 tahun
sampai 6 tahun. Sedangkan untuk anak – anak disabilitas, mereka
tidak pernah diikutkan dalam kegiatan rekreasi, karena keterbatasan
36 Wawancara pribadi dengan Ibu Mia Rumbari pada tanggal 20 Juni 201737 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017
91
fisik mereka dan kurangnya fasilitas yang dimiliki panti. Seperti yang
dijelaskan Ibu Vivi sebagai berikut :
“Di agenda kegiatan tahunan memang ada rekreasi paling tidakdalam satu tahun dilaksanakan sekali, tapi ini khusus anak –anak yang berumur 3 tahun sampai 6 tahun saja. Kalau untukanak bayi apalagi anak disabilitas kami tidak ajak, karena kamitidak mau mengambil resiko kalau terjadi apa – apa. Karena kankita juga belum punya fasilitas seperti kursi roda khusus anakdisabilitas ya, Mbak.”38
Ibu Vivi menuturkan bahwa kegiatan rekreasi dilaksanakan
setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini dilakukan khusus anak – anak
berumur 3 tahun sampai 6 tahun. Untuk anak disabilitas serta bayi
tidak diikutkan karena kurangnya fasilitas yang dimiliki panti serta
tidak seimbangnya jumlah pengasuh dengan anak asuh sehingga panti
tidak ingin mengambil resiko apabila terjadi sesuatu. Resiko yang
dihadapi seperti hilang atau jatuh sehingga menyebabkan anak
disabilitas terluka atau tidak terawat selama diperjalanan.
1) Olahraga dan Rekreasi untuk “JI”
Kegiatan olahraga dan rekreasi hanya dilaksanakan kepada anak –
anak berusia 3 tahun hingga 6 tahun. “JI” yang masih berusia 2
tahun hanya memiliki kegiatan berjemur bersama bayi lainnya.
Sedangkan dalam kegiatan rekreasi, seperti yang sudah dijelaskan
oleh Ibu Vivi bahwa anak disabilitas tidak dapat mengikuti
kegiatan rekreasi dengan beberapa alasan, seperti kurangnya
38 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017
92
fasilitas untuk anak disabilitas, serta umur yang tidak mencukupi
untuk mengikuti kegiatan rekreasi.
2) Olahraga dan Rekreasi untuk “MA”
Sama halnya dengan “JI”, “MA” juga tidak dapat mengikuti
kegiatan olahraga dan rekreasi karena kondisi fisiknya.
3) Olahraga dan Rekreasi untuk “WA”
Terdapat perbedaan kegiatan untuk anak penyandang disabilitas,
seperti yang dijelaskan Ibu Mia sebagai berikut :
“Untuk kegiatannya anak – anak yang keterbatasan fisik seperti“WA” ya kita paling menuntun dia berjalan. Sebetulnya kalaujalan merayap udah bisa, cuma mungkin dia tidak bisa melihatjadi kita bantu dia jalan – jalan biasa. Tapi kalau “MA” sama“JI” kan memang maaf ya sudah lumpuh, ya jadi kita ngga bisaajarin mereka jalan, palingan sambil kita jemur gini, supayakena matahari juga.”39
Dari pemaparan informan diatas, kegiatan untuk anak disabilitas
tidak mengikuti kegiatan seperti anak panti lainnya yang
melakukan senam. Kegiatan ini diganti dengan berjemur atau
belajar berjalan. Khususnya “WA”, karena “WA” sudah menjalani
terapi dan mulai bisa berjalan namun “WA” tetap membutuhkan
bantuan orang lain. Hal ini juga bertujuan agar fisik “WA” mudah
digerakkan.
Sementara yang tertera pada bab 2 (h. 38) kegiatan ini
merupakan salah satu kebutuhan dasar. Sedangkan kegiatan fisik
yang dilakukan “WA” hanya sebatas pelatihan fisik yang khusus
39 Wawancara pribadi dengan Ibu Mia Rumbari pada tanggal 20 Juni 2017
93
dilakukan untuk “WA” dan bukan termasuk olahraga seperti anak
lainnya. Sehingga panti tidak memberikan kesempatan kepada anak
tersebut untuk berinteraksi sosial bersama teman – temannya dan
seakan – akan melaksanakan kegiatan eksklusif.
Dari penjelasan diatas, belum ada kegiatan olahraga dan rekreasi
yang dapat melibatkan anak – anak penyandang disabilitas. Hal
tersebut terlihat adanya pembedaan karena ada suatu ketentuan yang
diberikan panti disebabkan keterbatasan fisik yang mereka alami yaitu
kegiatan rekreasi yang hanya diperuntukkan khusus anak normal
berusia 3 tahun sampai 6 tahun. Adapun pemenuhan kebutuhan akan
olahraga khusus anak penyandang disabilitas sangat bergantung pada
terapis. Menurut laporan case conferense yang diadakan panti, sampai
saat ini belum ada kegiatan olahraga maupun rekreasi yang dapat
melibatkan anak – anak penyandang disabilitas.40
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih
Kebutuhan dasar asuh merupakan kebutuhan yang bersifat psikologis.
Kebutuhan psikologis adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan
perkembangan psikis anak. Jenis kebutuhan tersebut adalah kasih sayang,
rasa aman, dan penghargaan terhadap diri anak. Terhambatnya pemenuhan
kebutuhan psikologis ini menyebabkan anak terhambat perkembangan
psikisnya, atau perkembangan mentalnya menjadi tidak wajar.
a. Kasih Sayang
40 Hasil case conferense pada tanggal 7 Juni 2017
94
Untuk menunjang tercapainya tumbuh dan kembang yang
optimal, orang tua hendaknya mengenal kebutuhan-kebutuhan dasar
anak terutama sejak anak masih bayi dan balita. Salah satu bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar adalah pemberian kasih sayang kepada
anak.
Mengenai pemberian kasih sayang, Ibu Vivi memberikan
penjelasan sebagai berikut :
“Anak – anak di panti hampir semuanya tidak punya orang tuakan Mbak, jadi kita semua baik petugas kantor maupunpengasuh harus memberikan kasih sayang sebagai penggantiorang tua bagi anak – anak.”41
Dalam pemberian kasih sayang, panti memiliki ketentuan
khusus yaitu memberikan kasih sayang kepada anak asuh sebagai
pengganti orang tua kandung. Anank – anak yang berada di PSAA
Balita Tunas Bangsa merupakan anak – anak terlantar yang
membutuhkan banyak kasih sayang, sehingga sebagai petugas dan
pengasuh wajib memberikan kasih sayang kepada anak layaknya anak
kandung mereka sendiri.
Salah satu aspek yang penting dalam memberikan kasih sayang
yaitu memberikan perhatian kepada anak. Bentuk perhatian pengasuh
terhadapa anak salah satunya dilihat dari respon pengasuh ketika
mendengar anak tersebut menangis.
Dari hasil pengamatan, terlihat adanya pembiaran yangdilakukan pengasuh ketika ada anak yang menangis. Ketika adaseorang anak menangis, pengasuh tidak langsung memberikan
41 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017
95
perhatian kepada anak tersebut. Setelah 3 – 5 menit lamanyamenangis, baru pengasuh merespon anak tersebut denganmemberikan susu. Pengasuh tidak akan menggendong anaktersebut, terlebih lagi apabila ia termasuk anak disabilitas.Seperti “JI”, ketika menangis maka pengasuh hanyamembiarkannya saja, tidak diperiksa apakah ia sedang haus,atau lapar, atau popoknya harus diganti.42
Hasil pengamatan ini diperjelas dengan penuturan Kak Sari,
sebagai berikut :
“Kalau ada anak yang menangis, kami biasanya memberikansusu supaya anak tersebut diam. Biasanya mereka menangiskarena haus atau laper. Atau kalau tidak karena harus gantipopok. Kita juga ngga sering – sering gendong kalau nangis,takut anaknya malah manja.”43
Dari penjelasan di atas jelas bahwa kelekatan yang dilakukan
oleh pengasuh terhadap anak dikatakan kurang. Karena ketika anak
menangis tidak ada respon perhatian yang diberikan pengasuh dan
hanya diberikan sebotol susu dengan harapan anak tersebut berhenti
menangisnya. Terlebih lagi respon terhadap anak disabilitas ketika
menangis tidak langsung ditanggapi atau didatangkan. Bahkan terlihat
adanya pembiaran yang dilakukan oleh pengasuh.
Berdasarkan studi dokumentasi yang peneliti dapatkan selamaPraktikum I di PSAA Balita Tunas Bangsa adalah salah satuanak disabilitas yang berinisial “NI”. Ia mengalamiketerbelakangan mental sejak lahir, sehingga memiliki emosiyang tidak dapat diatur. “NI” memiliki kebiasaan buruk, yaituketika ia menginginkan sesuatu namun tidak ia dapatkan makaia akan marah. Yang dilakukan oleh “NI” tidak hanya menangisdan berteriak, ia akan membenturkan kepalanya hingga iamendapatkan apa yang diinginkan. Pengasuh yang adadisekitarnya tidak akan menolongnya atau memberikan
42 Observasi pribadi pada tanggal 07 Juni 201743 Wawancara pribadi dengan Kak Sari pada tanggal 20 Juni 2017
96
perlindungan kepadanya, justru membiarkan “NI”membenturkan kepalanya hingga ia merasa puas.44
Dalam kejadian terlihat adanya suatu pembiaran yang dilakukan
oleh pengasuh terhadap “NI” saat ia membenturkan kepalanya ke
dinding. Seharusnya pengasuh dengan sigap mencegah “NI” supaya
tidak membenturkan kepalanya. Namun, hal ini dijelaskan oleh Ibu
Wasri sebagai berikut :
“Kebiasaan “NI” itu kalo lagi marah ya nge-jedotin kepalanyake tembok atau ngga pintu. Kita udah sering tahan, tapi yang adamalahan kita di pukul jadi suka kita biarin aja. Biasanya jugananti diem sendiri.”45
Tindakan “NI” dalam membeturkan kepalanya ke dinding
merupakan suatu kebiasaan yang ia lakukan ketika dalam keadaan
marah. Hal tersebut sebagai pengungkapan rasa kesalnya terhadap
sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan.
Penyampaian perhatian lainnya yaitu salah satunya ketikamemberikan makan kepada anak. Berdasarkan pengamatanpeneliti, cara pengasuh memberikan makan kurang tepat,kebanyakan pengasuh memberikan makan secara paksa kepadaanak – anak, terutama anak disabilitas. Anak disabilitas padaumumnya tidak dapat mengunyah dan menelan makanan secarabaik, bahkan ada salah satu pengasuh yang menekan hidungseorang anak disabilitas yang berinisial “JI” agar makanannyamudah masuk. Walaupun makanan tersebut hanya berupa susudicampur dengan milna (makanan bayi) namun pengasuh tetapmemaksa untuk makanan mudah ditelan, hal tersebut bukanlahhal yang bagus untuk pencernaan anak.46
Selain memberikan perhatian, kasih sayang yang diberikan juga
dengan cara berbicara yang lemah lembut terhadap anak. Berbicara
44 Studi dokumentasi Praktikum I Tahun 201445 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 201746 Observasi pribadi pada tanggal 15 Oktober 2017
97
dengan anak yang benar adalah bukan dengan nada bicara yang keras,
berbicara kasar.
Yang peneliti dapatkan selama observasi adalah ketika ada anak
dalam keadaan bermain, bernyanyi justru oleh pengasuh dimarahi dan
disuruh diam. Bahkan anak tersebut di bentak dengan nada tinggi dan
dikatakan berisik.
Ibu Wasri menjelaskan mengenai hal di atas sebagai berikut :
“Kalau ada yang berisik, semuanya jadi ikutan berisik, Mbak.Kebetulan yang berjaga juga hanya sedikit dibandingkan jumlahanaknya. Jadi daripada semuanya tidak bisa diatur, saya pikirlebih baik saya suruh diam.”47
Jumlah pengasuh yang berjaga dalam setiap kamar terdiri dari 3
sampai 4 orang dan harus merawat sebanyak 20 sampai 30 anak.
Sebab hal tersebut, pengasuh mengeluhkan perbuatan anak – anak
yang berisik dan tidak bisa di atur. Sedangkan dalam teori pada bab 2
(h. 39) dijelaskan bahwa orang tua harus bisa membangun komunikasi
yang baik terhadap anak, sehingga ketika anak mulai merajuk, berisik,
dan menangis pengasuh mampu memahami keinginan anak – anak
tersebut.
Dari pernyataan diatas, peneliti mengamati keseharian pengasuhdalam memberikan kasih sayang kepada anak. Perlakuanpengasuh ketika tidak ada petugas kantor sangat berbedadibanding ketika petugas kantor mengunjungi kamar. Ketikatidak ada petugas kantor, pengasuh bisa dikatakan berlaku kerasterhadap anak, apapun yang pengasuh katakan anak – anakharus ikuti termasuk tidak boleh berisik, rewel, bahkan untukberkeliaran turun dari kasur serta pengasuh bisa saja berbicaradengan nada tinggi. Padahal, terdapat pengawasan berupa
47 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017
98
CCTV di setiap sudut kamar, namun pengasuh sudah mengertisituasi dan kondisi kapan mereka keras kapan mereka haruslemah lembut. Namun, ada beberapa pengasuh yangmenganggap bahwa salah satu dari anak – anak ini sebagai“anak emas”. Bahkan kasih sayang yang mereka berikanterhadap anak itu sangat berbeda dengan anak – anak yang lain,sangat terlihat pilih kasih diantara mereka. Disayang,didahulukan, dipilihkan pakaian yang bagus merupakan halyang dilakukan pengasuh terhadap anak kesayangannya.48
Dari hasil observasi di atas, ditemukan adanya tindakan pilih
kasih yang diberikan pengasuh terhadap anak kesayangan mereka.
Pengasuh bisa berbuat baik, lemah lembut bahkan memberikan
perhatian lebih terhadap anak itu saja. Namun pengasuh berlaku keras
terhadap anak yang tidak disukainya. Padahal ruangan di panti juga
dilengkapi dengan fasilitas CCTV untuk memantau kegiatan yang
dilakukan anak – anak dan pengasuh selama di dalam ruangan.
Perbuatan pengasuh seperti yang peneliti jelaskan di atas,
berakibat pada perilaku anak – anak yang mudah mencontoh orang tua
disekitarnya. Sekali waktu, anak yang lebih dewasa membentak anak
yang lebih kecil mencontoh pengasuh yang suka membentak anak –
anak. Mengenai penerapan pola asuh dijelaskan oleh Kak Putri selaku
asisten psikolog PSAA Balita Tunas Bangsa sebagai berikut :
“Pola asuh yang diberikan pengasuh terhadap anak kebanyakanmenggunakan pola asuh otoriter ya. Pengasuh menerapkan haltersebut bertujuan supaya anak – anak mau menuruti pengasuh.Cuma ini dampaknya negatif. Anak – anak bisa tumbuh menjadianak yang keras bahkan suka melawan.”49
48 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 201749 Wawancara pribadi dengan Kak Putri selaku Asisten Psikolog PSAA Balita Tunas
Bangsa pada tanggal 20 Juni 2017
99
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Kak Putri menjelaskan
pola asuh yang diterapkan oleh pengasuh adalah pola asuh
authoritharian yang menerapkan hukuman, pembatasan, serta
mendesak anak untuk mengikuti arahan. Semua anak harus mengikuti
perintah pengasuh, dengan begitu kegiatan akan berjalan dengan baik.
Namun penerapan pola pengasuhan tersebut berdampak kurang baik
pada anak. Anak menjadi suka melawan, lebih berani terhadap yang
lebih tua, dan mencontoh yang dilakukan pengasuh kepada anak yang
lebih muda dibandingnya.
1) Kasih Sayang terhadap “JI”
Kasih sayang yang diberikan kepada “JI” terlihat kurang
terpenuhi, terlihat dari perlakuan pengasuh terhadap anak
disabilitas salah satunya “JI”. Pengasuh mengatakan ketika anak
tersebut diajak berbicara kemudian ditinggalkan maka anak itu
menjadi rewel.
Saat peneliti mengajak berbicara “JI”, pengasuh yang merasaterganggu melarang peneliti dengan alasan ketika penelitimeninggalkan “JI”, maka “JI” akan berubah menjadi rewel.Sedangkan saat peneliti mengajak “JI” berbicara, “JI” terlihatsenang dan tersenyum. Bahkan saat ditinggal pun “JI” tidakrewel atau merengek.50
Dalam pemberian kasih sayang terhadap anak disabilitas,
terlihat adanya pembiaran yang dilakukan oleh pengasuh. Pengasuh
lebih senang bermain atau melakukan interaksi bersama anak –
anak normal dibandingkan dengan anak disabilitas.
50 ibid
100
2) Kasih Sayang terhadap “MA”
Sama halnya terhadap “JI”, kasih sayang yang diberikan kepada
“MA” juga kurang terpenuhi. “MA” lebih sering terlihat
ditinggalkan di kasurnya. Pada dasarnya “MA” bukan termasuk
anak yang mudah menangis. Namun perlakuan pengasuh yang
enggan, bahkan membiarkan “MA” menjadikan kasih sayang
terhadap “MA” tidak terpenuhi.
3) Kasih Sayang terhadap “WA”
Ketika peneliti melakukan observasi, terlihat “WA” sedangberdiam diri di pojok ruangan tanpa ada yang mengajaknyaberinteraksi. Pengasuh yang berada di dalam ruangan tersebuthanya mau bermain dengan anak – anak normal. Begitu pulaketika kegiatan bermain di ruang bermain, pengasuh hanyameletakkan “WA” di ayunan lalu dibiarkan bermain dengandirinya sendiri.51
Sebuah panti anak seharusnya bersuasana seperti taman kanak –
kanak, ramai, banyak anak kecil bernyanyi, namun kenyataannya
terkadang berbanding terbalik, adakalanya justru suasana panti
menegangkan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemenuhan
kebutuhan dasar akan kasih sayang yang diberikan pengasuh terhadap
anak belum terpenuhi. Dimulai dari hal memberikan perhatian kepada
anak saat anak menangis, pengasuh hanya memberikan susu dengan
harapan anak tersebut diam. Selanjutnya mengenai cara bicara
pengasuh terhadap anak yang menggunakan nada yang keras serta
kasar terhadap anak serta belum terbangunnya komunikasi yang baik
51 Observasi pribadi pada tanggal 15 Oktober 2017
101
antara pengasuh dan anak sehingga pengasuh masih belum bisa
memahami kemauan anak.
b. Rasa Aman
Yang termasuk dalam safety needs adalah pakaian, tempat
tinggal, dan perlindungan atas tindakan yang sewenang-wenang
disamping ketenteraman, dan keteraturan. Rasa aman akan membuat
anak lebih mudah mengekspresikan dirinya, berkembang, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Rasa aman meliputi
rasa aman secara fisik, emosi, dan ekonomi.
Seperti halnya memberikan perhatian dalam kasih sayang,
memberikan rasa aman merupakan suatu bentuk pemberian
perlindungan kepada anak. Dalam bab 2 dijelaskan, salah satu
kesalahan orang tua dalam memberikan rasa aman kepada anak justru
dengan memberikan motivasi dengan menakut-nakuti anak.
Contoh nyata yang peneliti dapatkan selama melaksanakanPraktikum I di PSAA Balita Tunas Bangsa adalah ketika adaanak yang nakal, justru oleh pengasuh di takut-takuti dengandipanggilkan orang yang ditakuti anak tersebut. Misalnya, “NI”ketika sedang membenturkan kepalanya ke dinding yangdilakukan pengasuh bukanlah menghentikan dengan memeluk“NI” tapi justru di takut-takuti. “NI” mengalami trauma terhadapsupir angkutan umum. Hal ini yang dijadikan pengasuh untukmenghentikan “NI” dari membenturkan kepalanya. Memangsaat itu “NI” akan menghentikan aktivitasnya namun ia jugamenjadi ketakutan bahkan bersembunyi di belakang pintu.52
52 Hasil studi dokumentasi Praktikum I pada tahun 2014
102
Dalam hal ini, peneliti bertanya langsung kepada Ka Putri
selaku asisten Psikolog yang bertugas di PSAA Balita Tunas Bangsa
mengenai keadaan tersebut melalui wawancara sebagai berikut :
“Kondisi yang dialami “NI” bisa disebut panic disorder karenadia menghadapi ketakutan akan dimarahi pengasuh sehinggacara ia mengambil perhatian pengasuh ya dengan membeturkankepalanya ke tembok. Sedangkan dia anak yang kurangsempurna, sehingga susah diberikan pengertian. Pengasuhsebagai pengganti orangtua seharusnya bisa memahami danmelindungi “NI” dari kebiasaannya.”53
Dari penuturan di atas, jelas bahwa seorang pengasuh yang
bekerja sebagai pengganti orang tua seharusnya memberikan rasa
aman kepada “NI”. “NI” merupakan anak yang membutuhkan
perhatian lebih, butuh dilindungi dan diberikan pengertian. Motivasi
menakut-nakuti terhadap kehadiran supir angkutan umum justru akan
membuat mental “NI” semakin terganggu. Ini terlihat jelas bahwa
adanya pembiaran dari pengasuh terhadap anak yang menyakiti
dirinya sebab kedisabilitasan yang dialaminya. Karena pada dasarnya
seorang pengasuh sebagai pengganti orang tua kandung seharusnya
memberikan rasa aman terhadap anak sehingga anak lebih mudah
mengekspresikan dirinya seperti yang dijelaskan pada bab 2 (h. 40).
Selain itu, memberikan rasa aman secara psikologis yang
lainnya adalah dengan menjaga perkataan kepada anak. Seorang anak
yang memiliki kekurangan atau melakukan kesalahan tidak serta
merta di cap jelek atau labelling.
53 Wawancara pribadi dengan Kak Putri pada tanggal 20 Juni 2017
103
Menurut observasi yang peneliti dapatkan, seorang anakmemiliki kekurangan seperti keterbatasan fisik ataukedisabilitasan banyak pengasuh yang mengecap anak tersebutdengan sebutan “Peyot” walaupun dengan keadaan berguraudengan sesama petugas. Hal tersebut bagi pengasuh maupunpetugas kantor dianggap sebagai hal biasa. Namun bagi penelitihal tersebut menjadi hal yang tidak pantas dilakukan, terlebihlagi kondisi fisik mereka yang sangat kekurangan.54
Dari hasil observasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
jelas anak – anak di dalam PSAA Balita Tunas Bangsa tidak diberikan
rasa aman baik secara fisik maupun mental seperti yang dijelaskan
pada bab 2 (h. 40) bahwa dalam masa perkembangan anak
dibutuhkan rasa aman bagi anak baik secara fisik, mental, psikologikal
maupun intelektual.
1) Rasa Aman terhadap “JI”
Salah satu aspek untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu rasa aman
yang diberikan kepada anak. Namun hal tersebut tidak terpenuhi,
terutama dalam memberikan rasa aman secara fisik terhadap “JI”.
Peneliti mengamati cara pengasuh menggendong anak juga tidakdalam tingkat aman. Seperti saat akan memandikan “MA”,maka pengasuh hanya mengangkat tangan dan kaki “MA”.Bukan dengan mengangkat tubuh “MA”. Atau memindahkan“JI” dari keadaan telungkup, pengasuh hanya mengangkatdengan satu tangannya untuk memutar tubuh “JI”.55
Hasil observasi diatas menjelaskan bahwa pengasuh
memperlakukan “JI” tidak dengan hati – hati, bahkan terlihat kasar
terhadap anak.
54 ibid55 Observasi pribadi pada tanggal 15 Oktober 2017
104
2) Rasa Aman terhadap “MA”
Salah satu yang menjadi perhatian peneliti adalah tidak adanyarasa aman yang diberikan pengasuh saat memberikan makanankepada anak. Peneliti mengamati anak disabilitas mengalamikelumpuhan seperti “JI” dan “MA” saat diberikan makanan.Makanan yang diberikan kepada mereka berupa susu formulayang dicampur dengan biskuit bayi dengan media botol susu.“MA” diberikan makanan didalam botol susu biasa, laludibiarkan begitu saja. Sedangkan “MA” tidak dapat memegangbotol tersebut sendiri. Botol tersebut didirikan meggunakanbantuan seperti bantal yang terletak di atas perut “MA”. Dalamhal ini, “MA” bisa saja tersedak sedangkan makanannya justrumasuk ke saluran pernafasan. Yang dilakukan oleh pengasuhsaat “MA” tersedak hanya membersihkan bagian mulutnya, lalubotol itu kembali di suapi kepada “MA” sampai makanannyahabis.56
Dari pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa rasa aman secara
fisik yang diberikan pengasuh kepada anak kurang terpenuhi yaitu
terlihat dari cara pengasuh memberikan makan terhadap anak.
3) Rasa Aman terhadap “WA”
“WA” merupakan anak yang mengalami kebutaan sejak kecil.
Namun dengan berjalannya waktu, “WA” mampu berjalan dengan
keadaan tidak bisa melihat. Dengan begitu, “WA” membutuhkan
bantuan orang lain untuk berjalan atau bermain salah satunya
pengasuh.
Menurut hasil pengamatan, ketika “WA” berjalan atau bermainjustru dibiarkan tanpa melihat bahaya yang ada di sekitarnya.Pengasuh justru lebih nyaman menjaga anak – anak yangnormal.
Dari pengamatan diatas, terlihat kurang terpenuhinya pemberian
rasa aman oleh pengasuh terhadap “WA”. Rasa aman lebih yang
56 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017
105
seharusnya diberikan kepada “WA”, justru dibiarkan dan lebih
memilih bermain atau berinteraksi dengan anak normal lainnya.
Dari hasil observasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
jelas anak – anak di dalam PSAA Balita Tunas Bangsa tidak diberikan
rasa aman baik secara fisik maupun mental seperti yang dijelaskan
pada bab 2 (h. 40) bahwa dalam masa perkembangan anak
dibutuhkan rasa aman bagi anak baik secara fisik, mental, psikologikal
maupun intelektual.
c. Penghargaan Diri
Tentu saja setiap anak merindukan setiap karyanya dihormati
dan dihargai. Sebagai orang tua, kita menginginkan anak menghormati
kita. Begitu pula, anak menginginkan penghormatan kita. Dan
memang orang tua perlu menghormati anak juga. Ketika orang tua
menghormati anak, hal yang sama juga akan didapat orang tua dari
anak. Bu Vivi menjelaskan tentang pernghargaan diri sebagai berikut :
“Di panti ini ada sistem reward and punisment Mbak. Ketikaada anak yang berbuat baik, maka anak tersebut akan mendapatpenghargaan, minimal pujian ya. Sedangkan anak yang tidakbisa berbuat baik, maka mendapatkan hukuman. Bukan denganpukulan atau omelan ya, Mbak, tapi dengan memberikanperingatan dan diberikan contoh yang benar, bukan dengankekerasan.”57
Sistem pendidikan di panti menerapkan reward and punishment.
Yaitu ketika seorang anak melakukan hal yang baik dimata orang
dewasa ia akan mendapat pujian. Dengan begitu ia akan merasa
57 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017
106
dihargai perbuatannya. Namun ketika seorang anak melakukan
kesalahan, maka anak tersebut mendapatkan punishment. Punishment
bukan berarti mendapat hukuman dengan kekerasan, namun dengan
diberikan pengertian bahwa ia melakukan kesalahan dan diberikan
contoh yang benar. Dengan begitu anak akan memahami
kesalahannya dan tidak akan diulangi di kemudian hari.
Senada dengan yang di ungkapkan Kak Putri mengenai
penghargaan diri terhadap anak dibawah ini :
“Dalam penerapan pendidikan terhadap anak memang harus adayang namanya reward and punishment ya. Reward berupapujian untuk anak udah bikin mereka senang, minimal sambilmengelus kepalanya. Nah yang banyak disalah gunakan inipunishment. Kebanyakan orang memberikan punishmentdengan kekerasan, padahal sama sekali tidak benar. Punishmentyang seharusnya adalah diberikan peringatan kepada anak.”58
Reward yang lebih jelas lagi adalah memberikan pujian terhadap
anak ditambah dengan sentuhan verbal seperti mengelus kepala sang
anak. sedangkan memberikan punishment dengan hukuman dan
kekerasan justru akan membuat anak mengulangi perbuatannya karena
anak – anak tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka harus
lakukan. Maka dari itu, punishment yang seharusnya diberikan adalah
dengan memberikan pengertian dan diberikan contoh yang benar.
Cara yang efektif yang dilakukan ketika memberikan reward
dari pengasuh kepada anak – anak yang paling dasar adalah
memberikan pujian terhadap mereka. Misal ada anak yang dimintakan
58 Wawancara pribadi dengan Kak Putri pada tanggal 29 Agustus 2017
107
bantuan untuk mengambilkan obat ke ruangan lain dan mereka benar
melakukannya, maka ia mendapat pujian seperti “Pinternya, ini baru
anak ibu”, kemudian keesokan harinya anak itu kembali yang
dimintakan tolong karena sudah dipercaya.
Dari observasi yang peneliti lakukan, seorang pengasuh seringmenyuruh salah satu anak panti untuk membantu pengasuhcontohnya obat, piring, kursi dan lain sebagainya. Ketika anakini benar, maka yang dilakukan pengasuh yaitu dengan memujianak tersebut dengan menyebut kalimat, “Eh, pinternya. Terimakasih ya.” Dengan begitu, sang anak akan merasa senang danmengeluarkan senyuman. Dan ketika ia dimintakan tolongkembali, ia akan dengan senang hati mengerjakannya.59
Berbeda dengan seorang anak yang mendapat punishment.
Seorang anak dimintakan tolong untuk membantu pengasuh, namun
anak tersebut melakukan kesalahan. Yang dilakukan pengasuh adalah
membentak, memukul, bahkan mengatakan bahwa ia anak bodoh. Hal
tersebut justru akan membuat anak ini menjadi sedih, dan ketika ia
dimintakan tolong kembali, ia tidak akan mau membantu sebab ia
takut kejadian sebelumnya terulang.
Menurut Kak Sari, semua pengasuh juga sering memberikan
pujian atau reward kepada anak seperti penjelasan berikut ini :
“Setiap pengasuh ada caranya masing – masing ya buat ngasihreward ke anak. Kalo gue sih yang penting terima kasih ke anakitu, pujiannya ya minimal bilang pinter. Kita ngga bisa kasihsnack, soalnya malah bikin rebutan dan berantem. Jujur aja, kaloke “JI” atau “WA” gue jarang kasih pujian secara langsung.”60
59 Observasi pribadi pada tanggal 07 Juni 201760 Wawancara pribadi dengan Kak Sari pada tanggal 29 Agustus 2017
108
Kak Sari mengatakan bahwa reward juga berlaku di kalangan
pengasuh namun dengan cara mereka masing – masing. Namun
pengasuh tidak diperbolehkan memberikan snack atau reward
berbentuk makanan kepada anak – anak. sebab dapat memunculkan
pertengkaran diantara mereka. Termasuk anak – anak disabilitas,
contoh mudahnya ketika mereka tidak rewel, mau makan banyak,
maka hal tersebut yang membuat mereka mendapatkan reward seperti
pujian.
Sedangkan dalam memberikan punishment, ketika ia berbuat
salah sebaiknya kita tidak memarahi apalagi sampai terjadi kekerasan
fisik. Karena pada saat kita sedang marah maka biasanya yang terjadi
justru akan membentak anak, sehingga setelah marah yang timbul
hanya penyesalan. Sebaiknya usahakan memberikan pemahaman
kepada anak, bahwa dia perbuatannya salah kemudian berikan contoh
yang benar. Dengan cara seperti itu, anak aja berfikir bagaimana
perilaku baik dan buruk sehingga anak juga akan merasa disayang dan
merasa dibawah kontrol kita.
Sedangkan dalam memberikan punishment terhadap penyandang
disabilitas Kak Sari menjelaskan sebagai berikut :
“ Kalo sama anak – anak yang cacat ya ngga diapa – apain sih.Ngga berani kita juga, mau diomelin kayak gimana juga merekangga bakal ngerti kita ngomong apa. Paling ya pukul pukul dikitsih kalo udah geregetan banget.”61
61 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017
109
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa punishment tidak
dapat diberikan kepada anak penyandang disabilitas. Hal ini
dikarenakan anak – anak penyandang disabilitas tidak akan mengerti
tentang punishment yang diberikan. Pada dasarnya anak – anak
penyandang disabilitas tidak mampu berbuat apa – apa dengan
keterbatasan kondisi fisik mereka. Pengasuh berusaha memahami
keterbatasan fisik yang dialami oleh anak disabilitas, sehingga
pengasuh tidak berani memberikan punishment terhadap anak
disabilitas.
1) Penghargaan Diri terhadap “JI”
Pada dasarnya “JI” bukan seperti anak normal yang dapat
melakukan banyak hal. Namun menurut Ibu Wasri seperti yang
sudah dijelaskan dalam wawancara halaman ... ketika “JI” makan
dengan baik maka pengasuh akan memberikan reward seperti
pujian. Namun apabila “JI” menumpahkan makanan, maka
pengasuh akan memberikan pukulan kecil terhadap “JI”.
2) Penghargaan Diri terhadap “MA”
Sama halnya seperti “JI”, “MA” juga tidak bisa melakukan hal –
hal besar seperti anak normal lainnya. Sehingga pengasuh tidak
banyak memberikan reward ataupun punishment kepada “MA”.
3) Penghargaan Diri terhadap “WA”
Walaupun dalam keadaan bisa berjalan, namun “WA” tidak
dapat berbuat banyak. Seperti “JI” dan “MA”, reward and
110
punishment yang diberikan kepada “WA” tidak diberikan seperti
anak normal lainnya.
Dari penjelasan diatas, jelas ditarik kesimpulan bahwa
pemenuhan kebutuhan dasar akan penghargaan diri kepada anak sudah
terpenuhi sesuai dengan teori yang dijelaskan pada bab 2 (h. 40)
bahwa seorang anak akan merasa dirinya dihargai apabila orang lain
mengapresiasi perbuatan yang ia lakukan.
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asah
Yang termasuk kedalam pemenuhan kebutuhan dasar asah yaitu
dengan adanya stimulusisasi perangsangan dari lingkungan luar yang
berupa latihan atau bermain.
Dalam kegiatan sehari-hari yang diberikan panti terhadap anak – anak
adalah mengadakan kegiatan bersepeda atau bermain di ruang bermain.
Adapun di dalam ruang bermain tersedia beberapa permainan yang
mengedukasi anak seperti puzzle.
Keadaan anak – anak disabilitas sebelumnya tidak bisa apa – apa,
hingga panti mendatangkan terapis untuk memperbaiki tulang serta saraf
motorik anak. Kegiatan terapi ini dilaksanakan setiap hari Kamis di sore
hari. Dilakukan terhadap empat anak yang menderita delayed
development. Dijelaskan oleh Ibu Riza sebagai berikut :
“Iya, Mbak ada terapisnya. Kegiatannya setiap hari Senin waktusore tergantung terapisnya datang jam berapa. Ini dilakukanuntuk empat anak penyandang disabilitas aja.”62
62 Wawancara pribadi dengan Ibu Riza pada tanggal 10 April 2017
111
Selengkapnya tentang terapi ini dijelaskan oleh Pak Tasrin selaku
terapis PSAA Balita Tunas Bangsa berikut ini :
“Saya sudah bekerja sama dengan panti cukup lama, sekitar duatahun. Terapi yang saya lakukan untuk anak – anak yang lambatperkembangan psikomotoriknya. Biasanya untuk bayi sambilsaya ajarkan duduk atau berdiri, saya sambil memijat kakinya,tulang – tulangnya.”63
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapis sudah
berpengalaman dalam menerapi anak penyadang disabilitas di panti.
Adapun terapi yang dilakukan terhadap satu anak dengan anak lainnya
berbeda tergantung tingkatan kedisabilitasannya.
a. Stimulasi untuk “JI”
Menurut terapis, anak yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya maka
terapis hanya melatih ototnya seperti menggerakkan tangan dan kaki.
Karena “JI” merupakan anak yang masih bisa tumbuh dan
berkembangnya otot motoriknya. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak
Tasrin sebagai berikut :
“Khusus “JI” dan “MA” karena mereka mengalami kelumpuhantotal maka saya hanya terapi motorik saja. Seperti saya pijat areasiku, lutut dan pergelangan tangan dan kakinya.”64
Untuk “MA” dan “JI”, terapis menjelaskan ia hanya melakukan
pijatan – pijatan di area khusus seperti bagian lutut, siku, pergelangan
tangan dan pergelangan kaki. Hal ini guna melatih otot motorik “JI”
63 Wawancara pribadi dengan Bapak Tasrin selaku terapis di PSAA Balita TunasBangsa pada tanggal 10 April 2017
64 Wawancara pribadi dengan Bapak Tasrin selaku terapis di PSAA Balita TunasBangsa pada tanggal 10 April 2017
112
dan “MA” supaya paling tidak bisa menggerakkan anggota badan
tersebut.
Namun terapi untuk “JI” belum bisa terlihat hasilnya, sebab iabaru menjalankan terapi ini selama satu tahun dikarenakankondisi fisiknya yang sangat lemah.65
b. Stimulasi untuk “MA”
Sama halnya seperti “JI” terapi yang dilakukan oleh “MA”
hanya dengan melakukan pijatan – pijatan di area khusus.
Terapi yang dilakukan selama 2 tahun ini sudah membuahkanhasil. Menurut pengamatan peneliti “MA” yang sudah bisamengangkat tangan walaupun hanya sebatas siku dan bisamemutar pergelangan tangannya. 66
c. Stimulasi untuk “WA”
Sedangkan kegiatan fisik yang dilakukan “WA” hanya sebatas
pelatihan fisik yang khusus dilakukan untuk “WA” dan bukan
termasuk olahraga seperti anak lainnya. Sehingga panti tidak
memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk berinteraksi
sosial bersama teman – temannya dan seakan – akan melaksanakan
kegiatan eksklusif.
Dijelaskan oleh Bapak Tasrin sebagai berikut :
“Untuk “WA”, saya ajak jalan – jalan keliling ruangan ataulapangan panti sambil dituntun. Tujuannya supaya otot – ototnyatidak kaku.” 67
65 Observasi pribadi pada tanggal 22 September 201766 Observasi pribadi pada tanggal 22 September 201767 Wawancara pribadi dengan Bapak Tasrin selaku terapis di PSAA Balita Tunas
Bangsa pada tanggal 10 April 2017
113
Dalam menangani “WA”, terapis terlebih dahulu meregangkan
otot – otot kakinya. Sebab dilihat dari kondisi fisik, “WA” masih
memiliki kekuatan untuk berdiri serta berjalan.
Selain terapis, pengasuh juga membantu untuk meningkatkanperkembangan psikomotorik anak. Dari hasil pengamatanpeneliti, pengasuh melakukan hal yang sama seperti terapislakukan kepada anak – anak tersebut. Seperti “WA” diajakberjalan – jalan dengan cara dituntun dikarenakan kedua mata“WA” tidak berfungsi. Namun tidak sesuai dengan anjuranterapis bahwa “WA” seharusnya sering diajak belajar berjalan,pengasuh hanya menuntun “WA” saat kegiatan diluar. 68
Berdasarkan pengamatan, “WA” diajari berjalan dengandituntun mengelilingi lapangan. Hal ini disebabkan karena mata“WA” mengalami gangguan penglihatan, sehingga untuk dapatberjalan “WA” membutuhkan bantuan orang lain.
Terapi yang dilakukan selama 2 tahun ini sudah membuahkan
hasil. Yaitu “WA” sudah bisa berjalan dengan lancar walaupun tetap
membutuhkan tuntunan seseorang sebab kebutaan yang ia alami.
Selain terapi terdapat kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh
“WA” yaitu bermain dengan anak normal lainnya.
Ketika anak normal bermain di ruang bermain, maka “WA” jugadi ajak bermain karena “WA” dinilai mampu mengikuti kegiatanbermain bersama yang lain, seperti bermain ayunan. Penelitimengamati “WA” selama di ruang bermain, “WA” hanyadiayunkan di permainan ayunan oleh pengasuh beberapa kalisaja. Selanjutnya, ia akan dibiarkan bermain sendiri atau hanyaduduk diam karena ia membutuhkan bantuan orang untukbergerak. Sedangkan pengasuh hanya mau bermain dengan anak– anak normal dan atau justru sibuk dengan handphone merekamasing – masing.69
68 Observasi pribadi pada tanggal 07 Juni 201769 Observasi pribadi pada tanggal 20 Juni 2017
114
Hal diatas membuktikan bahwa stimulasi yang diberikan pengasuh
kepada anak – anak terhadap lingkungannya menurut teori pada bab 2 (h.
41) sangatlah kurang. Dalam memberikan stimulasi kepada anak terjadi
pembedaan antara anak disabilitas yang seharusnya diberikan stimulasi
lebih justru dibiarkan dibandingkan dengan stimulasi yang diberikan anak
normal lainnya.
Dari keseluruhan hasil temuan yang peneliti dapatkan selama melakukan
penelitian, dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut :
No. Klien
Kebutuhan Dasar
Asuh Asih Asah
1. “JI”Cukup
TerpenuhiKurang
TerpenuhiKurang
Terpenuhi
2. “MA”Cukup
TerpenuhiKurang
TerpenuhiKurang
Terpenuhi
3. “WA”Cukup
TerpenuhiKurang
TerpenuhiCukup
Terpenuhi
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan
masing – masing anak disabilitas berbeda. Dilihat dari pemenuhan kebutuhan
asuh, ketiga anak disabilitas yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa dinilai
cukup terpenuhi.
Kemudian dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar asih, dinilai kurang
terpenuhi sebab perhatian yang diberikan pengasuh hanya terpaku kepada anak
normal saja.
Yang terakhir mengenai pemenuhan kebutuhan dasar asah yang kurang
terpenuhi bagi “JI” dan “MA” sebab kelumpuhan yang dialami keduanya.
Sehingga terapi tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Namun bagi “WA”
115
cukup terpenuhi karena dengan adanya terapi, “WA” sudah mampu berjalan
walaupun masih membutuhkan pertolongan orang lain.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis cara PSAA Balita Tunas Bangsa
memenuhi kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas, terdapat tiga macam
kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan dasar asuh yang mencakup aspek
biologis anak, kebutuhan dasar asih yang mencakup aspek psikologis anak
dan juga kebutuhan dasar asah yang mencakup aspek sosial anak. Dari ketiga
aspek tersebut bahwa cara pemenuhan kebutuhan dasar anak disabilitas di
PSAA Balita Tunas Bangsa dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebutuhan dasar asuh pada dasarnya mengenai aspek biologis. Dalam hal
ini peneliti menganalisa mengenai pemenuhan kebutuhan gizi dan nutrisi,
perawatan kesehatan, higienitas lingkungan, serta kegiatan olahraga dan
rekreasi. Dari hasil penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan gizi dan
nutrisi anak penyandang disabilitas kurang terpenuhi ditinjau dari aspek
penghitungan kesetaraan gizi dan nutrisi menurut kementrian kesehatan.
Hal ini disebabkan pemberian makanan dari pengasuh kepada anak hanya
berdasarkan perkiraan pengasuh walaupun menu yang diberikan sudah
sesuai dengan standar yang disetujui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.
Namun dari aspek ketersediaan makanan panti sudah sangat memenuhi
terbukti dari banyaknya makanan yang tersimpan di gudang penyimpanan
panti.
117
Sedangkan mengenai perawatan kesehatan ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu yang pertama mengenai pemberian imunisasi dasar yang dilihat dari
kelengkapan imunisasi yang diberikan dan ketepatan waktunya dinilai
kurang terpenuhi dan ada suatu pembedaan untuk anak yang terdaftar
menjadi anak asuh diusia yang sudah balita maka tidak mendapatkan hak
imunisasi dasar. Yang kedua mengenai pemeriksaan kesehatan yang rutin
dijalankan setiap hari Selasa di pagi hari dan juga pemeriksaan kulit,
kuku, hidung, telinga dan mulut dinilai sudah terpenuhi.
Selain itu mengenai higienitas, sudah di nilai baik. Bahkan dilihat dari sisi
kelengkapan fasilitas, panti sudah sangat memenuhi standar yang
diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta.
Kemudian dibidang olahraga dan rekreasi, dinilai kurang bahkan untuk
anak disabilitas dapat dikatakan eksklusif karena tidak dilibatkan dengan
kegiatan anak – anak panti yang lain. Bahkan untuk anak disabilitas yang
termasuk dalam kategori tidur, mereka tidak mendapatkan kegiatan
kecuali dengan fisioterapis.
2. Kebutuhan dasar asih merupakan kebutuhan yang mencakup aspek
psikologis, seperti memberikan kasih sayang, rasa aman serta
penghargaan diri. Dalam hal pemberian kasih sayang, panti dinilai kurang
mampu memenuhi, dilihat dari terjadinya pembiaran terhadap anak
disabilitas dan tidak adanya perhatian khusus yang diberikan kepada anak
disabilitas.
118
Kemudian rasa aman yang diberikan pengasuh terhadap dinilai kurang,
dilihat dari aspek keselamatan anak yaitu secara fisik berdasarkan dari
pemberian cara makan kepada anak, secara emosional dengan memotivasi
anak dengan menakut-nakuti. Serta secara psikologis dengan memberikan
labelling terhadap anak khususnya anak disabilitas.
Yang terakhir mengenai penghargaan diri terhadap anak yang dinilai
cukup bagus. Dengan adanya penerapan sistem reward and punishment
anak akan senang melakukan hal kebaikan karena mendapat pujian,
namun takut untuk melakukan kesalahan.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar asah yaitu kebutuhan dasar yang mencakup
aspek sosiologis dinilai kurang dalam memberikan stimulasi terhadap
anak. Dilihat dari kegiatan pengasuh yang justru sibuk dengan
kepentingannya sendiri tanpa berinteraksi dengan anak khususnya
penyandang disabilitas. Sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
asah dinilai dari kegiatan bermain dan latihan yang dilakukan oleh
pengasuh terhadap anak.
Secara keseluruhan, pemenuhan kebutuhan dasar disabilitas di
PSAA Balita Tunas Bangsa dinilai kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh
keterbatasan jumlah pengasuh, serta kurangnya pengetahuan akan merawat
anak disabilitas.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan dalam skripsi ini, maka
ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut :
119
1. Kepada Dinas Sosial supaya meningkatkan standar kualitas
kepengasuhan dalam merekrut pekerja khususnya pengasuh untuk
anak. Serta memberikan pendidikan khusus untuk meningkatkan
standar kepengasuhan.
2. Kepada pihak PSAA Balita Tunas Bangsa supaya lebih
memperhatikan kinerja seluruh petugas serta melengkapi fasilitas yang
mendukung kegiatan anak disabilitas. Karena dalam merawat anak
terutama penyandang disabilitas tidak bisa disamakan seperti
memperlakukan anak – anak normal. Serta melaksanakan adanya
evaluasi pengasuhan antara petugas kantor dengan pengasuh minimal
satu minggu sekali, guna me-monitoring kegiatan pengasuh. Dan
memberikan reward and punishment kepada pengasuh yang tidak
mengikuti standar kepengasuhan.
3. Kepada pengasuh PSAA Balita Tunas Bangsa sebaiknya
memperlakukan anak sesuai dengan standar kepengasuhan, karena hal
tersebut dibutuhkan bagi anak terutama penyandang disabilitas.
Berhenti melakukan kekerasan baik secara fisik maupun psikis dalam
keadaan tidak sengaja sekalipun, karena posisi mereka sudah tidak
sempurna dan dalam keadaan terlantar.
4. Kepada penelitian selanjutnya supaya dapat meneliti mengenai
kepengasuhan terhadap anak normal maupun anak disabilitas di PSAA
Balita Tunas Bangsa.
x
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati . Belajar TeoriPekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SyarifHidayatullah, 2011.
Charlton, James I. Nothing About Us Without Us, Disabillity Opression andEmpowerment. California: University of California Press Barkeley andLos Angeles, 1998.
Fahrudin, Adi, Prof. Dr. Efektifitas Pelayanan Panti Sosial PenyandangDisabilitas Tubuh, cet. 1. Jakarta: P3KS Press, 2015
Ghony , M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. Metodelogi Penelitian Kualitatif,cet.1. Yogyakarta: Ar – Ruzz Media, 2012.
Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gajah MadaUniversity Press, 1992.
Herdiansyah, Haris. Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial, cet3. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Hidayat , A. Aziz dan Uliya, Musrifatul. Pengantar Kebutuhan Dasar ManusiaEdisi 2. Jakarta: Salemba Medika, 2014.
Husaini, Usman dan Purnomo, Akbar Setiady. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006
Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian PermasalahanKesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan SosialDepartemen Sosial Republik Indonesia, 2005, h.42
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. RemajaRosda Karya, 2009.
Murni, Ruaida. Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Mental MelaluiUnit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita. Pusat Kajian danPengembangan Kesejahteraan social RI. Jakarta: 2015
Papalia D.E, dkk. Human Development. Jakarta : Kencana, 2008.
Pioh, Efanke Y. Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Kemandirian AnakDIisabilitas Netra Di Panti Sosial Bartemeus Manado. Acta Diurna VI.No.1 201.
Santrock, John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 2007.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 1995.
xi
Soewadji, Jusuf. Metodologi Penelitian Sosial, cet. 1. Jakarta: Jurusan Sosiologi,2003
Soeharto, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian DibidangKesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Sugiyono, Prof. Dr. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet cv, 2010
Sutopo, Ariesto Hadi dan Adrianus, Arief. Terampil Mengolah Data Kualitatifdengan NVIVO. Jakarta: Prenada Media Group. 2010.
Tri Widya Kurniasari, Jane Propiona, M.Asfar Marzuki. Implementasi Hak AsasiManusia di Indonesia: Hak Pendidikan dan Kesehatan bagi AnakPenyandang Disabilitas. LIPI Tahun 2011
UNDANG – UNDANG
Undang – undang no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
SKRIPSI
Faiz Fauzan. Analisis Kebutuhan Dasar Anak Di Yayasan Yatim Piatu BinaYatama Kelurahan Pondok Jaya Depok. (Skripsi S1) JurusanKesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta, 2011.
WEBSITE
http://www.centroone.com/news/2012/07/2m/pemda-harus-jamin-hak-pilihpenyandang-cacat/printpage , diakses tanggal 3 Juli 2017.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/04/o53oyb359-mensos-kartu-disabilitas-pintu-masuk-pemenuhan-hak-dasar diakses pada 14Maret 2017
http://www.beritaten.com/gaya-hidup/anak/di-anyer-bayi-disabilitas-penuh-bekas-luka-ditelantarkan-orangtuanya diakses pada 3 Juli 2017
https://health.detik.com/read/2017/03/20/071031/3451021/764/melatih-anak-berkebutuhan-khusus-berkomunikasi-penting-ini-alasannya diaksespada 20 Maret 2017
https://www.kontras.org/baru/Kovensi%20Hak%20Anak.pdf diakses pada 23 Juli2017
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-arummeiran-5087-3-bab2.pdf diakses pada 4 Januari 2017
http://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 dikutip pada tanggal 20 Juli 2017
https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf di akses pada 5 Januari2017
xii
LAINNYA
Profil Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.
Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK KEPALA DAN STAFF PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS
BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Golongan :
4. Jabatan :
B. Pertanyaan
1. Apa saja program pemenuhan kebutuhan dasar yang dimiliki PSAA Balita Tunas
Bangsa?
2. Bagaimana cara panti memenuhi kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas?
3. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap masing – masing kebutuhan dasar?
4. Apa saja fasilitas yang diberikan panti dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak
penyandang disabilitas?
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK PSIKOLOG PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA 01
CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Golongan :
4. Jabatan :
B. Pertanyaan
1. Secara psikologis, bagaimana seharusnya panti memenuhi kebutuhan dasar anak
penyandang disabilitas?
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK PEKSOS PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA 01
CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Golongan :
4. Jabatan :
B. Pertanyaan
1. Dari sisi sosial, bagaimana seharusnya panti memenuhi kebutuhan dasar anak
penyandang disabilitas?
2. Apa saja peran peksos dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang
disabilitas di panti?
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK PEKERJA HARIAN LEPAS (PHL) PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
BALITA TUNAS BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Jabatan :
4. Golongan :
B. Pertanyaan
1. Apa saja peran pekerja harian lepas dalam memenuhi kebutuhan dasar anak
penyandang disabilitas di panti?
2. Bagaimana cara pekerja harian lepas memberikan kasih sayang, rasa aman, serta
penghargaan terhadap anak terutama penyandang disabilitas?
LAMPIRAN 3
PEDOMAN OBSERVASI
1. Untuk melihat bagaimana kelengkapan fasilitas serta keadaan panti
2. Untuk melihat apa saja kegiatan anak – anak di PSAA Balita Tunas Bangsa
3. Untuk melihat apa saja kegiatan pengasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa
4. Untuk melihat bagaimana interaksi antara petugas kantor dengan anak – anak
di PSAA Balita Tunas Bangsa
5. Untuk melihat bagaimana interaksi antara pengasuh dengan anak – anak di
PSAA Balita Tunas Bangsa
LAMPIRAN 5
TRANSKIP OBSERVASI
Waktu Observasi : Selasa, 14 Maret 2017
Tempat Observasi : Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Menyerahkan surat penelitian, memperhatikan fasilitas
serta keadaan panti
Waktu Deskripsi Makna
09.00 – 09.15WIB
Pada hari pertama observasi,peneliti menyerahkan surat izinpenelitian kepada Ibu Ponirahselaku petugas pembinaan PSAABalita Tunas Bangsa. Setelah itupeneliti di ajak berkeliling pantiuntuk melihat keadaan panti. Sertapeneliti diajak untuk melihatfasilitas yang dimiliki oleh panti.Selain itu, peneliti diperbolehkanberkenalan dengan anak – anakpanti terutama anak disabilitasyang akan dijadikan sebagai objekpenelitian.Saat itu, peneliti mengunjungiruang arjuna dimana “JI”bertempat. Selain itu, peneliti jugamengunjungi ruang ramashintayaitu ruangan dimana “MA” dan“WA” berada.
Dari observasi yangpeneliti lakukan padahari pertama, penelitihanya mendapatkaninformasi tentangkeadaan panti, fasilitaspanti, serta berkenalandengan klien yaitu “JI”,“MA”, serta “WA”.Dalam pengamatanpeneliti, disetiap kamaranak – anak terdapat alat– alat medis serta obat –obatan. Panti jugamemiliki fasilitas klinikyang terdapat inkubator,infus serta tabung gasoksigen.
09.15 – 12.00WIB
Penulis mengamati keadaantempat tinggal panti, terutamakamar tidur sebagai tempatistirahat anak–anak. Kamar yangdihuni oleh anak – anak terdapatpendingin ruangan, memilikiventilasi yang cukup, terdapatkamar mandi serta kasur untukmasing – masing anak. Selain itu,kamar terlihat selalu bersih sertawangi. Hal ini dikarenakan
Dari hasil observasi,dapat dijelaskan bahwadari sisi kebutuhan akanhigienitas lingkungan,panti sudah memenuhistandar yang diberikanDinas Sosial DKIJakarta. Namun ada haksosial anak yang dapatdiindikasikan tidakterpenuhi sebab ia
petugas kebersihan panti yangselalu tepat waktu membersihkanserta merapikan ruangan. Ruangtidur serta ruang bermain anakselalu berada dalam keadaan steril,tidak boleh ada pengunjung masukkecuali dengan izin petugas.Ruang tidur anak memiliki duaruangan besar serta dua kamarmandi. Dalam satu ruang besarterdapat 15 sampai 20 kasur bayiuntuk masing – masing anak.Penempatan kasur khusus anakdisabilitas justru diletakan ditempat yang tidak mudah dilihatorang. “JI” berada diruang arjunabersama anak asuh berusia 0 bulanhingga 18 bulan. Ruang arjunaterdiri dari 1 ruang utamaberukuran besar, dimana banyakkasur bayi untuk anak – anaknormal diletakkan. Kemudian adasatu ruang cukup besar dengandilengkapi kasur besar, kasur inibiasanya sebagai tempat pengasuhberistirahat. Kamar ini jugadilengkapi dengan pendinginruangan, namun kurangmendapatkan cahaya sertakurangnya ventilasi. Kasur “JI”terdapat dikamar tersebut danberada diujung ruangan dengankeadaan keliling kasurnya ditutupi dengan kasur tebal gunamelindungi “JI” dari benturan.Selain ruang tidur, terdapat duaruangan bermain anak – anak,yaitu yang pertama untuk anakberusia 18 bulan sampai 3 tahun.Ruang bermain ini terletak dilantai 3 gedung panti, berisipermainan anak seperti perosotan,mandi bola, serta puzzle untukmelatih motorik anak. Ruangbermain ini dilengkapi denganpendingin ruangan, ventilasi serta
berada di ruangan yangtidak mudah terlihat olehorang lain.
pencahayaan yang cukup. Danyang kedua ruang bermain untukanak berusia 3 tahun sampai 6tahun. Ruang bermain ini terletakdi lantai 1 gedung panti. Ruang inihanya berisi televisi, namun tetapdilengkapi dengan pendinginruangan. Ventilasi danpencahayaan yang didapat dalamruangan ini dinilai kurang karenaletak ruangan ini berada di lantaipaling bawah yang lebih terlihatseperti basement.
Waktu Observasi : Sabtu, 13 Mei 2017
Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Memperhatikan kegiatan anak dan pengasuh,
memperhatikan interaksi yang dilakukan pengasuh kepada
anak
Waktu Deskripsi Makna
10.00 – 12.00WIB
Pengamatan yang peneliti lakukanhari ini adalah melihat bagaimanapengasuh menyajikan makananuntuk anak. Penyajian yangdilakukan oleh pengasuh yaitu,sebelum diblender, makanan bayimasih berbentuk bubur kasardengan ukuran sedang diisidengan bubur nasi sebanyaksetengah panci. Kemudian terdapatsatu panci kecil yang berisi sayur,dan beberapa mangkok yang berisilauk. Pengasuh menghaluskansemua makanan tersebut denganblender dengan pembagian,penghalusan yang pertama masih
Dari hasil observasi,dapat dilihat jelas bahwapengasuh dalampenyajian memberikanmakanan kepada anaktidak mengukurberdasarkan standaryang sudah diberikanoleh departemenkesehatan untukmemenuhi kebutuhangizi dan nutrisi anak,namun hanya denganukuran perkiraanpengasuh.
terdapat banyak lauk makamakanan yang dicampur masihdengan jumlah yang banyaklauknya sedangkan ketika sudahbagian akhir maka makanan yangdi blender adalah bagian sisa.
12.00 – 13.00WIB
Selanjutnya peneliti berkelilingmelihat keadaan panti. Penelitimelihat petugas sedangmerapihkan gudang yang berisibubur instant, susu formula, popokbayi, serta pakaian bayi. Penelitimelihat beberapa kotak yangsudah dalam kadaluarsa dalamjumlah yang tidak sedikit,
Dalam observasi penelitimenemukan tidakadanya masalah dari sisikuantitas dalammemenuhi gizi dannutrisi anak. Terlihatdari banyaknya buburinstant, susu formula,serta makanan bayilainnya yang tersimpandi gudang panti bahkansampai habis kadaluarsa.
13.30 – 14.00WIB
Penulis juga mengamati carapengasuh menggantikan popokpada anak terutama pada anakdisabilitas salah satunya “JI”. Caramelepas diapers pada anakdisabilitas khususnya “JI” dengancara meletakkan tubuhnya di ataskasur dengan tanpamemperhatikan keamanankepalanya. Setelah terbukapopoknya, “JI” digendong denganmengangkat bagian ketiak tanpamemperhatikan keadaan kepaladan lehernya sehingga terkadangkepala “JI” terkulai kebelakang.Kemudian diletakkan di lenganpengasuh untuk dibawa kewastafel agar dibersihkankotorannya. Kemudian setelahselesai, “JI” diangkat menuju mejaganti. Sebelum dipakaikan popok,“JI” terlebih dahulu diberikanminyak bayi, baru dipakaikanpopok tanpa adanya interaksiantara pengasuh dan anaksehingga hanya menjadi kegiatanyang monoton.
Dari penjelasan diatas,dapat dilihat bahwadalam hal kebersihananak dengan kegiatanmenggantikan popokbayi sudah sesuairancangan kegiatan yangdiberikan panti, namunpengasuh kurangmemperhatikankeamanan dankeselamatan bayi dilihatdari cara menggendongmaupun meletakkanbayi. Dan kegiatantersebut hanya menjadikegiatan yang rutinsebab tidak adanyainteraksi yangmemposisikan bahwapengasuh sebagaipengganti orang tuayang berhadapan dengananak sehingga tidakterlihat suatu kedekatanantara anak denganpengasuh.
14.30 – 15.00 Peneliti mengamati keseharian Dari hasil observasi,
WIB pengasuh dalam memberikankasih sayang kepada anak.Perlakuan pengasuh ketika tidakada petugas kantor sangat berbedadibanding ketika petugas kantormengunjungi kamar. Ketika tidakada petugas kantor, pengasuh bisadikatakan berlaku keras terhadapanak, apapun yang pengasuhkatakan anak – anak harus ikutitermasuk tidak boleh berisik,rewel, bahkan untuk berkeliaranturun dari kasur serta pengasuhbisa saja berbicara dengan nadatinggi. Padahal, terdapatpengawasan berupa CCTV disetiap sudut kamar, namunpengasuh sudah mengerti situasidan kondisi kapan mereka keraskapan mereka harus lemah lembut.Namun, ada beberapa pengasuhyang menganggap bahwa salahsatu dari anak – anak ini sebagai“anak emas”. Bahkan kasih sayangyang mereka berikan terhadapanak itu sangat berbeda dengananak – anak yang lain, sangatterlihat pilih kasih diantaramereka. Disayang, didahulukan,dipilihkan pakaian yang bagusmerupakan hal yang dilakukanpengasuh terhadap anakkesayangannya.
ditemukan adanyatindakan pilih kasih yangdiberikan pengasuhterhadap anakkesayangan mereka.Pengasuh bisa berbuatbaik, lemah lembutbahkan memberikanperhatian lebih terhadapanak itu saja. Namunpengasuh berlaku kerasterhadap anak yang tidakdisukainya. Padahalruangan di panti jugadilengkapi denganfasilitas CCTV untukmemantau kegiatan yangdilakukan anak – anakdan pengasuh selama didalam ruangan.
15.00 – 16.00WIB
Penyampaian perhatian lainnyayaitu salah satunya ketikamemberikan makan kepada anak.Berdasarkan pengamatan peneliti,cara pengasuh memberikan makankurang tepat, kebanyakanpengasuh memberikan makansecara paksa kepada anak – anak,terutama anak disabilitas. Anakdisabilitas pada umumnya tidakdapat mengunyah dan menelanmakanan secara baik, bahkan adasalah satu pengasuh yang menekan
Peneliti memperhatikanbagaimana interaksipengasuh dalammemberikan kasihsayang salah satucaranya saat pengasuhmemberikan makankepada anak. Penelitimengamati bahwa carayang dilakukan olehpengasuh bukan halyang benar. Bahkanpengasuh memaksa anak
hidung seorang anak disabilitasyang berinisial “JI” agarmakanannya mudah masuk.Walaupun makanan tersebut hanyaberupa susu dicampur denganmilna (makanan bayi) namunpengasuh tetap memaksa untukmakanan mudah ditelan, haltersebut bukanlah hal yang bagusuntuk pencernaan anak.
untuk menelanmakanannya dengan caramemencet hidungnya.
15.00 – 16.00WIB
Salah satu yang menjadi perhatianpeneliti adalah tidak adanya rasaaman yang diberikan pengasuhsaat memberikan makanan kepadaanak. Peneliti mengamati anakdisabilitas mengalami kelumpuhanseperti “JI” dan “MA” saatdiberikan makanan. Makananyang diberikan kepada merekaberupa susu formula yangdicampur dengan biskuit bayidengan media botol susu. “MA”diberikan makanan didalam botolsusu biasa, lalu dibiarkan begitusaja. Sedangkan “MA” tidak dapatmemegang botol tersebut sendiri.Botol tersebut didirikanmeggunakan bantuan sepertibantal yang terletak di atas perut“MA”.Dalam hal ini, “MA” bisa sajatersedak sedangkan makanannyajustru masuk ke saluranpernafasan. Yang dilakukan olehpengasuh saat “MA” tersedakhanya membersihkan bagianmulutnya, lalu botol itu kembali disuapi kepada “MA” sampaimakanannya habis
Peneliti mengamatipengasuh dalammemberikan makankepada “MA”, anakpenyandang disabilitasdengan kondisi fisiklumpuh. “MA” hanyadiberikan makan denganmedia botol, namunpengasuh hanyamenyenderkan botoltersebut dengan bantal.Hal tersebut tidakmemperhatikan bahayayang akan terjadi kepadaanak.
16.00 – 16.30WIB
Yang peneliti dapatkan selamaobservasi adalah ketika ada anakdalam keadaan bermain, bernyanyijustru oleh pengasuh dimarahi dandisuruh diam. Bahkan anaktersebut di bentak dengan nadatinggi dan dikatakan berisik.
Pemberian kasih sayanglainnya yaitu denganberinteraksi dengananak. namun penelitimenemukan bahwa anaktidak boleh banyakmelakukan kegiatan,
yaitu bernyanyi, bermainatau berbicara.
Waktu Observasi : Rabu, 07 Juni 2017
Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Memperhatikan kegiatan anak danpengasuh, mengikuti
kegiatan anak, mengikuti case conferense
Waktu Deskripsi Makna
07.30 – 09.00WIB
Peneliti mengamati kegiatan panti,melaksanakan olahraga diluarruangan. Olahraga ini dilakukanoleh anak – anak usia 2,5 tahunsampai 6 tahun.Pengasuh juga membantu untukmeningkatkan perkembanganpsikomotorik anak. Dari hasilpengamatan peneliti, pengasuhmelakukan hal yang sama sepertiterapis lakukan kepada anak –anak tersebut. Seperti “WA”diajak berjalan – jalan dengan caradituntun dikarenakan kedua mata“WA” tidak berfungsi. Namuntidak sesuai dengan anjuran terapisbahwa “WA” seharusnya seringdiajak belajar berjalan, pengasuhhanya menuntun “WA” saatkegiatan diluar.Berdasarkan pengamatan, “WA”diajari berjalan dengan dituntunmengelilingi lapangan. Hal inidisebabkan karena mata “WA”mengalami gangguan penglihatan,sehingga untuk dapat berjalan“WA” membutuhkan bantuan
Dalam pengamatan kaliini, peneliti menemukanperbedaan kegiatan yangdilakukan anak normaldengan anak penyandangdisabilitas. Sehinggakegiatan yang dilakukananak disabilitas sepertikegiatan eksklusif.
orang lain. Sedangkan “JI” dan“MA” yang mengalamikelumpuhan total, mereka dijemurdibawa sinar matahari.
09.00 – 10.00WIB
Setelah kegiatan senam,dilanjutkan kegiatan bermaindidalam ruangan. Untuk anakpenyandang disabilitas, kegiatanyang mereka lakukan berbeda –beda. Ketika anak normal bermaindi ruang bermain, maka “WA”juga di ajak bermain karena “WA”dinilai mampu mengikuti kegiatanbermain bersama yang lain, sepertibermain ayunan. Penelitimengamati “WA” selama di ruangbermain, “WA” hanya diayunkandi permainan ayunan olehpengasuh beberapa kali saja.Selanjutnya, ia akan dibiarkanbermain sendiri atau hanya dudukdiam karena ia membutuhkanbantuan orang untuk bergerak.Sedangkan pengasuh hanya maubermain dengan anak – anaknormal dan atau justru sibukdengan handphone mereka masing– masing.Sedangkan terhadap “MA” dan“JI” yang mengalami kelumpuhanfisik, tidak pernah diberikankegiatan yang menstimulasimereka. Bahkan ketika anaknormal lainnya bermain, terkadangmereka hanya ditinggal di dalamruangan. Atau mereka diajakkeluar kamar dengan di jemurbersamaan dengan anak – anakyang sedang bermain. Namunsetelah diletakan dikasur berjemur,pengasuh yang seharusnyamenstimulasi dengan mengajakbermain atau berbicara justrumeninggalkan dan sibuk bermaindengan anak – anak yang normal.
Hal diatas membuktikanbahwa stimulasi yangdiberikan pengasuhkepada anak – anakterhadap lingkungannyasangatlah kurang. Dalammemberikan stimulasikepada anak terjadipembedaan antara anakdisabilitas yangseharusnya diberikanstimulasi lebih justrudibiarkan dibandingkandengan stimulasi yangdiberikan anak normallainnya.
10.00 – 11.30 Peneliti mengikuti case conferense Dalam case conferense
WIB yang diadakan dengan melibatkanpetugas kantor dan pengasuh.Case conferense kali inimembahas tentang kesehatan anakserta kegiatan yang diberikankepada anak.
yang diadakan pihakpanti bersama pengasuhpada Rabu, 7 Juni 2017,membahas perihalperawatan kesehatanserta riwayat penyakityang dialami anak –anak. Pengasuhmelaporkan bahwa anak– anak dalam keadaansehat. Adapun perawatanrutin yang dijalanibeberapa anak yangmemiliki penyakitbawaan tetap berjalanlancar. Salah satucontohnya adalah “JI”yang sering mengalamisesak napas karenasaluran pernapasannyaterganggu sehinggaharus menjalanipenguapan.Menurut laporan caseconferense yangdiadakan panti, sampaisaat ini belum adakegiatan olahragamaupun rekreasi yangdapat melibatkan anak –anak penyandangdisabilitas.
11.30 – 14.30 Peneliti kembali mengamatiinteraksi pengasuh terhadap anakpenyandang disabilitas. Dari hasilpengamatan, terlihat adanyapembiaran yang dilakukanpengasuh ketika ada anak yangmenangis. Ketika ada seoranganak menangis, pengasuh tidaklangsung memberikan perhatiankepada anak tersebut. Setelah 3 –5 menit lamanya menangis, barupengasuh merespon anak tersebutdengan memberikan susu.
Dalam pengamatan ini,pengasuh melakukanpembiaran kepada anaksaat menangis.
15.00 – 16.00 Dari observasi yang peneliti Pengasuh memberikan
WIB lakukan, seorang pengasuh seringmenyuruh salah satu anak pantiuntuk membantu pengasuhcontohnya obat, piring, kursi danlain sebagainya. Ketika anak inibenar, maka yang dilakukanpengasuh yaitu dengan memujianak tersebut dengan menyebutkalimat, “Eh, pinternya. Terimakasih ya.” Dengan begitu, sanganak akan merasa senang danmengeluarkan senyuman. Danketika ia dimintakan tolongkembali, ia akan dengan senanghati mengerjakannya.
reward kepada anakyang mau membantupengasuh dengan baikdan benar.
Waktu Observasi : Selasa, 20 Juni 2017
Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Mengamati kegiatan perawatan kesehatan
Waktu Deksripsi Makna
08.00 – 10.00WIB
Panti mengadakan kegiatanpemeriksaan rutin setiap hariselasa pada pagi hari. Dokter yangmemeriksa didatangkan dariPuskesmas Cipayung. Doktermemeriksa secara satu persatu.Dimulai dari anak bayi berusia 0bulan – 1.5 tahun, dilanjutkandengan anak berumur 1,5 tahun –3 tahun dan yang terakhir 3 tahun– 6 tahun.Yang pertama kali dilakukanadalah dengan memeriksa beratdan tinggi anak, kemudiandilanjutkan dengan memeriksakesehatan anak.
Berdasarkan pengamatanyang dilakukan olehpeneliti dalam masalahkesehatan, panti sangatpeduli dengan kondisianak asuh terutama anakpenyandang disabilitas.Apabila ada seoranganak yang sakit, dengansigapnya pantimemberikan pelayanankesehatan kepada anak.
15.00 – 16.00WIB
Selain dengan dokter, pengasuhjuga memeriksa kebersihan kuku,kulit, telinga, hidung dan mulutanak.
Banyaknya jumlah anak– anak yang berada didalam panti tidakmenutup kemungkinanterjadinya penyakit
menular. Dari hasilobservasi penelititerdapat beberapa anakyang mengalami infeksipenyakit kulit dantelinga. Dalam hal inipun, panti memilikikegiatan khusus yaitupemeriksaan kulit, kuku,telinga, hidung danmulut
Waktu Observasi : Jumat, 13 Oktober 2017
Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh
Waktu Kegiatan Makna
14.00 – 16.00 Peneliti tiba di PSAA Balita TunasBangsa langsung menuju ruangarjuna. Di ruangan pengasuhsedang beristirahat. Kegiatan yangdilakukan anak-anak adalah tidursiang termasuk “JI”. Memasukipukul 15.00 beberapa anak sudahmulai terbangun dari tidurnya.Anak-anak yang sudah terbangunlangsung diberikan susu.Lalu peneliti menuju ruang RamaShinta untuk meneliti “MA” dan“WA”. Saat itu, “WA” dan “MA”sedang diberikan makanan ringanoleh pengasuh yaitu buah pepayayang diblender. Pengasuhmenyuapi “MA” dikasurnya.Posisi “MA” dalam keadaanmerebahkan tubuhnya dan tanpapenyangga di kepalanya sehinggabisa saja menyebabkan tersedak.Setelah menghabiskan juspepayanya, “WA” dimandikandengan air hangat. Posisi “WA”
Dalam menjagakebersihan tubuh anak,pengasuh sangat telaten.Hanya saja perlakuanyang diberikan kepadaanak kurang halus.Terlebih lagi seperti“MA” yangmembutuhkan perhatiankhusus sebab infeksikulit yang dialaminya.
dalam keadaan duduk di kursi bayiuntuk memudahkan pengasuh.Begitu pula “MA”, hanya saja saatmengangkat tubuh “MA”,pengasuh hanya mengangkatbagian tangan dan kakinya saja,tanpa memegang tubuh ataupunggung “MA”. Setelah dimandikan, tubuh “MA”dikeringkan dengan handuk yangberbeda dengan yang lainnyauntuk mencegah terjadinyapenularan penyakit kulit yangdisebabkan oleh infeksi kulit yangdialami “MA”.
16.00 – 17.00WIB
Pengasuh memberikan makankepada anak-anak. Seperti biasa,“JI” diberikan bubur bayi instan.Cara pengasuh menyuapi “JI”yaitu menahan kaki tangan anakdengan kaki pengasuh. Hal inidilakukan karena “JI” seringmengalami kejang sehingga ketikamakanan yang diberikan untuk“JI” dapat mengotori sekitarnya.Sedangkan “MA” diberikanmakan yaitu susu dan bubur instanyang dicampur di dalam botolsusu. Pengasuh tidak selalumenunggui “MA” sampaimakanannya habis. Botol susuyang diberikan hanya disenderkandengan bantal yang bisa sajamenyebabkan tersedak ataumakanan masuk ke dalam lubangpernafasan. Ketika terjaditersedak, yang dilakukan pengasuhhanya mengelap lalu kembalimemasukan botol tersebut kemulut “MA”.“WA” diberikan makan sepertianak normal lainnya. “WA”dikumpulkan di dalam satu kasuryang sama dengan anak normallainnya.
Cara pengasuhmemberikan makankepada anakmembutuhkan perhatiankhusus.
Waktu Observasi : Sabtu, 14 Oktober 2017
Lokasi Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh dan Asih
Waktu Kegiatan Makna
07.30 – 08.30WIB
Pada pagi hari ini penelitimelakukan pengamatan kegiatanyang dilakukan pengasuh dengantanpa pengawasan petugas kantor.Dimulai dari memandikan anak,pengasuh terlihat lebih santai.Bahkan setelah memandikan anak,pengasuh dengan leluasamemainkan handphone nya tanpamemperhatikan anak – anak secaraserius.Seperti hari – hari biasa, pengasuhjuga menyalakan lagu anak-anak,sambil menunggu sarapan pagi.
Kurangnya kehati –hatian terhadap anakmenjadikan salah satuaspek pemenuhankebutuhan dasar yaitumemberikan rasa amankurang terpenuhi.
08.30 – 09.30WIB
Waktu untuk pengasuhmemberikan sarapan kepada anak.Seperti biasanya, makanan yangdiberikan “JI” adalah bubur instandalam ukuran satu mangkuk bayipenuh. Peneliti membantupengasuh menyuapi “JI” danmemang membutuhkan kesabaranlebih. Sebab “JI” seringmengalami kejang dan berakibatmakanan yang diberikan membuatkotor sekitarnya.Berpindah ke ruang Rama Shinta,cara setiap pengasuh memberikanmakan kepada “MA” sama. Yaitudengan menyenderkan botol kebantal atau kain tanpa
Selain itu, cara pengasuhdalam memberikanmakan kepada anakdisabilitas juga menjadikegiatan yang monotonkarena tidak banyakterjadi interaksi.
memperhatikan keselamatan“MA”.Setelah selesai makan, leher danmulut “MA” dibersihkan lalukemudian pengasuh kembalimeninggalkan “MA” tanpamengajak berinteraksi.
09.30 – 11.30WIB
Kegiatan selanjutnya adalahbermain. Bagi anak – anak yangberada di ruang arjuna, makapengasuh mengajak berbicaraanak, atau paling tidakmengumpulkan anak diruangtengah untuk diajak berinteraksi.Namun “JI” tetap dibiarkan didalam kasurnya. Tidak adaperlakuan khusus terhadap “JI”.Pengasuh hanya akan memberikanperhatian, mengajak berinteraksikepada anak normal saja.Sedangkan untuk ruang RamaShinta, pengasuh mengajakbermain di ruang bermain anak.untuk anak disabilitas, hanya“WA” yang bisa berjalan dandiajak bermain. Di dalam ruangbermain, pengasuh membiarkan“WA” hanya berpegangan padasatu mainan, atau hanya dinaikkan ke atas ayunan.Sedangkan “MA” ditinggalkan didalam ruangan karena tidak dapatmenggerakkan tubuhnya.
Dalam memberikankasih sayang terhadapanak penyandangdisabilitas, pengasuhterkesan membiarkandan lebih memilihbermain dengan anaknormal.
11.30 – 13.00 Anak – anak kembali ke ruangandan kasur masing-masing.Sebelum memberikan makansiang, pengasuh terlebih dahulumenggantikan popok anak.selanjutnnya anak diberikanmakan siang oleh pengasuhdengan cara yang sama.
13.00 – 15.00WIB
Waktu untuk tidur siang. Carapengasuh menidurkan anak – anakhanya dengan diberikan susu laluditinggalkan begitu saja. Karenamenurut pengasuh, apabila anak
tersebut ditunggui, mereka tidakakan tertidur.
15.00 – 16.00WIB
Setelah bangun tidur, anak – anaklangsung dimandikan. Ketika diruang Arjuna, pengasuhmengumpulkan semua anakterlebih dahulu diruang tengah.Kemudian satu persatu anakdimandikan dengan dibagi tugasdengan pengasuh lainnya. Adayang melepaskan pakaian, adayang memandikan dan ada yangmemakaikan pakaian. Pengasuhmelakukan dengan gerakan yangsangat cepat sehingga terkadangtidak memperhatikan keselamatanbayi.
Waktu Observasi : Minggu, 15 Oktober 2017
Lokasi Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih
Waktu Kegiatan Makna
07.30 – 08.30WIB
Peneliti kali ini memperhatikankasih sayang dan perhatian yangdiberikan pengasuh kepada anakdisabilitas. Dimulai darimemberikan makan, seorangpengasuh seharusnya sambilmengajak anak berinteraksi.Terjadi interaksi kecil antarapengasuh dengan “JI” ketikamenyuapi sarapan, seperti “Nah,pinter makannya yang banyakyaa” lalu respon yang diberikan“JI” hanya tersenyum.Namun “MA” sama sekali tidakdiajak berbicara bahkan dibiarkanbegitu saja oleh pengasuh.Sedangkan “WA” diajak makanbersama dengan yang lainnya,
namun terkadang pengasuh sambilmengejek “WA” karena berbedadengan anak lainnya.
08.30 – 11.00WIB
Anak diberikan waktu bebas.Pengasuh hanya memberikan laguanak – anak, namun anak tetapberada di kasurnya masing –masing. Bukan dengan diajakbernyanyi bersama justrupengasuh hanya sibuk bermaingadget atau berbincang denganrekannya sesama pengasuh.Adapun anak yang diajakberbicara hanyalah anak yangmereka senangi saja terutama anaknormal.Seperti “WA”, dia hanya bisaberdiam diri di pojok ruangankarena tidak tahu harus berjalankemana. Tidak ada yangmemperhatikan “WA”. Ketikapeneliti memegang tangan “WA”,dia langsung berdiri dan mengajakberjalan mengelilingi ruangan.
Dengan tanpa adanyapengawasan dari petugaskantor, pengasuhterkesan lebih bersantai-santai.
11.00 – 13.00WIB
Kegiatan selanjutnya adalahmenggantikan popok anak.Peneliti berpindah ke RuangArjuna dan memperhatikanpengasuh menggantikan popok“JI”. Cara pengasuh menggendong“JI” dapat dikatakan tidak hati –hati. Sebab pengasuh hanyamemegang bagian ketiak sajatanpa memegang kepalanya.Setelah itu, “JI” diberikan makansiang yaitu bubur yang diblenderhalus sebanyak satu mangkukpenuh. “JI” disuapi denganditidurkan di kursi malas bayi,dengan tujuan supaya tidakbanyak bergerak.Setelah selesai makan siang,kemudian “JI” dibersihkan dandigantikan pakaiannya, laludikembalikan ke kasurnya untuktidur siang.
Waktu Observasi : Senin, 16 Oktober 2017
Lokasi Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa
Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asah
Waktu Kegiatan Makna
07.30 – 08.30WIB
Berbeda dengan hari libur,kegiatan pagi hari ini adalahberjemur untuk anak – anak, tidakhanya untuk anak bayi namun jugauntuk anak balita termasuk “JI”dan “MA”.Sedangkan kegiatan yangdilakukan “WA” adalah belajarberjalan bersama dengan anak –anak yang berusia 4 sampai 6tahun dilapangan. Namun keadaan“WA” yang tidak dapat melihatsehingga kegiatan ini tetap sajaterasa eksklusif bagi “WA”sehingga tidak banyak interaksiyang dilakukan anak – anak laindengan ”WA”.
08.30 – 10.30WIB
Setelah berjemur, kegiatanselanjutnya adalah kegiatan bebasbagi “JI”, namun yang dilakukan“JI” hanyalah terbaring di kasurkarena tidak diajak berinteraksisama halnya seperti “MA”.Sedangkan “WA” diikutkanbermain diruang bermain bersamaanak lainnya. Pengasuh hanyameletakkan “WA” di ayunan lalu“WA” dibiarkan bermain sendiri.Pengasuh hanya bermain dengananak – anak normal lainnya.
Dalam memberikanstimulasi terhadap anak,pengasuh tidak banyakmelakukan apa – apa.Bahkan terkesanmembiarkan anakdisabilitas.
10.30 – 12.30 Setelah lelah bermain, anak – anak
WIB kembali ke ruangan untuk bergantipopok lalu makan siang. Setelahmakan siang, dilanjutkan dengantidur siang sebagai jam istirahat.
LAMPIRAN 4
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Dra. Vivi Kafilatul Jannah, M.Si
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa
4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 08.30 sampai 09.30
5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja kepala panti
B. Hasil Wawancara
1. Apa yang ibu ketahui tentang kebutuhan dasar anak?
Jawab : Kebutuhan dasar ya, Mbak? Kebutuhan dasar ya memberikan kasih sayang,
memenuhi nutrisi serta gizi, yang jelas udah ada kok Mbak di program di
profil panti. Sejauh ini sudah berjalan dengan baik pemenuhannya, ya
adapun kurang – kurangnya, mungkin di karenakan fasilitas dan
keterbatasan pekerja, Mbak.
2. Bagaimana cara panti memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi anak terutama anak
disabilitas?
Jawab : Selama ini panti memenuhi nutrisi anak dengan 4 sehat 5 sempurna. Setiap
hari jadwal makan anak beda – beda, Mbak. Sebelum lapor ke Dinsos kami
konsultasikan dulu ke ahli gizi. Untuk lebih jelasnya bisa tanyakan ke Bu
Riza ya, Mbak.
3. Bagaimana cara panti merawat kesehatan anak penyandang disabilitas?
Jawab : Kesehatan itu kan paling utama Mbak, apalagi yang disabilitas ya. Kondisi
fisik mereka juga sangat lemah. Ada yang suka tiba – tiba kambuh
penyakitnya. Jadi butuh perawatan lebih untuk mereka. Seperti “JI” kadang
– kadang sesak nafasnya kambuh, pengasuhnya bantu dia dengan oksigen.
Atau “MA” kan kulitnya sensitif, pengasuhnya yang merawat kulitnya. Jadi
pertolongan pertama ketika anak sakit ya perawatan dari pengasuh atau
petugas kantor, Mbak. Semuanya disini dituntut serba cekatan, ngga
nunggu parah baru dirawat. Kalaupun ada yang butuh perawatan intesif, ya
kita langsung bawa anak itu ke rumah sakit. Kebetulan kita bekerja sama
dengan beberapa rumah sakit salah satunya Rumah Sakit Haji, Mbak.
4. Apa saja dan kapan kegiatan yang diberikan panti dalam merawat kesehatan terutama
untuk anak disabilitas?
Jawab : Kegiatan pemeriksaan kesehatan sudah dari jaman dulu ya, Mbak. Rutin
dilakukan setiap hari Selasa waktunya pagi hari. Dokternya juga sudah
kerjasama dengan kami dari Puskesmas Cipayung. Kemudian ada
pemeriksaan kuku, kulit, telinga, mulut dan hidung karena ada beberapa
anak yang mengalami infeksi pada kulit dan telinganya.
5. Apa saja fasilitas yang diberikan panti untuk memenuhi kebutuhan dasar anak
penyandang disabilitas?
Jawab : PSAA Balita Tunas Bangsa memiliki beberapa pengasuh yang dari akademi
keperawatan, Mbak. Karena sewaktu – waktu anak sakit dan butuh
perawatan, pengasuh inilah yang bertanggung jawab terhadap anak tersebut.
Bukan berarti yang lain tidak bisa. Tapi setidaknya ada yang bisa mengajari
yang lain. Selain itu fasilitas alat kesehatan di sini juga lumayan lengkap.
Setiap ruangan kami berikan pendingin untuk kenyamanan anak dan supaya
steril. Kemudian kami juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di
Jakarta. Ohiya, Mbak ada khusus kami datangkan terapis dari rumah sakit
haji untuk anak – anak yang delayed development supaya perkembangan
psikomotorik mereka kembali normal.
6. Kegiatan olahraga atau rekreasi seperti apa yang diberikan panti untuk anak – anak
penyandang disabilitas?
Jawab : Olahraga yang kami laksanakan ini termasuk kegiatan rutin Mbak.
Dilakukannya setiap Rabu khusus anak – anak berusia 3 tahun sampai 6
tahun dan Jumat anak – anak bersama semua petugas. Dimulai jam 08.00
sampai selesai. Kebetulan instruktur senamnya kita panggil dari luar. Di
agenda kegiatan tahunan memang ada rekreasi paling tidak dalam satu
tahun dilaksanakan sekali, tapi ini khusus anak – anak yang berumur 3
tahun sampai 6 tahun saja. Kalau untuk anak bayi apalagi anak disabilitas
kami tidak ajak, karena kami tidak mau mengambil resiko kalau terjadi apa
– apa.
7. Bagaimana kasih sayang yang diberikan panti terhadap anak – anak penyandang
disabilitas?
Jawab : Anak – anak di panti hampir semuanya tidak punya orang tua kan Mbak,
jadi kita semua baik petugas kantor maupun pengasuh harus memberikan
kasih sayang sebagai pengganti orang tua bagi anak – anak. Pada dasarnya
kasih sayang kepada anak – anak harus diberikan secara sepenuhnya.
Namun karena keterbatasan petugas jadi harus dibagi – bagi. Setiap kamar
cuma ada tiga sampai empat pengasuh, sedangkan jumlah anaknya lebih
dari 20 anak. Kami sebagai pekerja dan pengganti orang tua cuma bisa
bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan kasih sayang kepada
mereka.
8. Bagaimana cara panti memberikan perlindungan rasa aman terhadap anak – anak
penyandang disabilitas?
Jawab : Salah satu fasilitas yang dimiliki panti adalah adanya CCTV di setiap
ruangan. Kami sebagai petugas memberikan rasa aman kepada anak melalui
pantauan kamera CCTV. Kami memantau kegiatan anak – anak dan
pengasuh selama di dalam ruangan.
9. Bagaimana cara panti memberikan penghargaan terhadap anak?
Jawab : Di panti ini ada sistem reward and punisment Mbak. Ketika ada anak yang
berbuat baik, maka anak tersebut akan mendapat penghargaan, minimal
pujian ya. Sedangkan anak yang tidak bisa berbuat baik, maka mendapatkan
hukuman. Bukan dengan pukulan atau omelan ya, Mbak, tapi dengan
memberikan peringatan dan diberikan contoh yang benar, bukan dengan
kekerasan.
10. Apa saja kegiatan yang diberikan panti terhadap anak penyandang disabilitas dalam
menstimulasi kehidupan sosial mereka?
Jawab : Untuk anak disabilitas, cara kami menstimulasi mereka hidup di lingkungan
sosial itu kami ajak mereka berjemur dibawah bersamaan anak – anak lain
senam atau bersepeda. Jadi teman – teman yang mengenali ada “MA” ada
“WA”, walaupun ada beberapa diantara mereka yang justru takut karena
kondisi fisik mereka.
11. Bagaimana pendidikan yang diberikan panti untuk anak penyandang disabilitas?
Jawab : Mengenai pendidikan terhadap anak disabilitas kami ngga bisa kasih
keterangan apa – apa ya, Mbak. Karena di panti sendiri pendidikan khusus
anak disabilitas belum ada. Pendidikan dalam bentuk belajar mengajar ya.
Bukan cuma karena fasilitasnya tidak memadai, tapi juga karena keadaan
kondisi fisik mereka yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Mia Rumbari, SH
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Satuan Pelaksana Pembinaan Sosial
4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 10.00 sampai 10.15
5. Situasi Informan : Duduk santai di meja kerja
B. Hasil Wawancara
1. Sebelumnya, tugas ibu di panti sebagai apa?
Jawab : Saya sebagai koordinator satuan pelaksana pembinaan sosial, Mbak. Jadi
mengenai jadwal kegiatan anak saya yang koordinir.
2. Apa yang ibu pahami tentang kebutuhan dasar anak sendiri?
Jawab : Kebutuhan dasar anak itu segala sesuatu yang mencakup aspek kehidupan
seseorang, Mbak. Contohnya kasih sayang, makan, tempat tinggal, lingkungan sosial.
Itu sih setau saya.
3. Selama ini, bagaimana cara panti memenuhi kebutuhan dasar tersebut, Bu? Kegiatan
apa saja yang dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan dasar?
Jawab : Kegiatan diluar kamar untuk anak – anak ya salah satunya ini, olahraga
Mbak, kalo hari Rabu sama Jumat kita senam. Rabu untuk anak – anaknya aja, tapi
kalo Jumat bareng orang – orang kantor semuanya senam. Paling lama satu jam
sampe satu setengah jam. Untuk instruktur senamnya kita panggil dari luar.
4. Itu kan untuk anak – anak pada umumnya ya, Bu. Kalau untuk anak disabilitas
sendiri, apa saja kegiatan untuk mereka?
Jawab : Untuk kegiatannya anak – anak yang keterbatasan fisik seperti “WA” ya
kita paling menuntun dia berjalan. Sebetulnya kalau jalan merayap udah bisa, cuma
mungkin dia tidak bisa melihat jadi kita bantu dia jalan – jalan biasa. Tapi kalau
“MA” sama “JI” kan memang maaf ya sudah lumpuh, ya jadi kita ngga bisa ajarin
mereka jalan, palingan sambil kita jemur gini, supaya kena matahari juga.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Harmani Riza, S.Sos
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial
4. Waktu Wawancara : Senin, 10 April 2017 pukul 10.15-10.40 dan Selasa 29
Agustus
2017 pukul 09.00-09.15
5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja
B. Hasil Wawancara
1. Kalau ibu, apa saja tugas Ibu selama di panti?
Jawab : Saya koordinator pelaksana pelayanan sosial, Mbak. Jadi kalau ada kegiatan
pelayanan kesehatan, pelayanan anak, pengangkatan anak hubungannya
dengan saya.
2. Menurut ibu, apa yang ibu ketahui tentang kebutuhan dasar anak?
Jawab : Kebutuhan dasar itu ya hal yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh
manusia. Seperti makan, kesehatan jasmani dan rohani, emosional. Kira –
kira begitu.
3. Karena tugas ibu disini pelayanan sosial, apa saja kegiatan panti dalam memenuhi
kebutuhan dasar anak? Khususnya untuk anak penyandang disabilitas.
Jawab : Pelayanan sosial yang kami berikan disini seperti pelayanan kesehatan,
pemberian imunisasi serta pemenuhan gizi anak, Mbak.
4. Bagaimana cara panti dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi anak, Bu?
Jawab : Dalam hal pemenuhan gizi dan nutrisi salah satunya pemberian makanan ya
Mbak, prosesnya kami buat rancangan jadwal makan anak – anak untuk
pagi, siang dan malam selama satu bulan. Kemudian dilaporkan ke Dinas
Sosial DKI Jakarta untuk mendapat persetujuan, jatuh temponya setiap satu
minggu sebelum akhir bulan. Kami juga memberikan makanan kepada anak
– anak berdasarkan persetujuan ahli gizi. Yang pasti setiap jadwal makanan
harus 4 sehat 5 sempurna.
5. Apakah nutrisi yang diberikan antara anak normal dengan anak penyandang
disabilitas disamakan, Bu?
Jawab : Dibedakan Mbak, untuk yang bayi ini kita kasihnya bubur blender halus,
kalo yang balita ya kita kasih bubur tim kasar terus kalo yang udah gede
makannya nasi biasa sama lauk pauknya. Kalo kayak “MA” sama “WU”
mereka biasanya ngga makan bubur, makanannya susu dicampur milna atau
nestle. Karena kan mereka ngga bisa nyerna atau ngunyah makanan.
6. Tadi Ibu sempat menyebutkan mengenai imunisasi. Bagaimana panti memberikan
imunisasi kepada anak – anak?
Jawab : Imunisasi untuk bayi selalu kita lakukan Mbak setiap bulannya.
Imunisasinya di rumah sakit atau puskesmas dimana anak itu terdaftar. Kan
anak – anak di panti asalnya ngga tentu. Kalau yang ditinggal di rumah
sakit, imunisasinya ya di rumah sakit itu, tapi kalau engga biasanya kita
bawa ke puskesmas atau rumah sakit yang kerja sama dengan panti, Mbak.
Kebetulan di Puskesmas Kelurahan ada program PIN (Pekan Imunisasi
Nasional). Kegiatannya rutin setiap bulan sekali.
7. Lalu bagaimana cara panti memberikan pelayanan kesehatan kepada anak?
Jawab : Kesehatan anak itu nomor satu Mbak sangat diutamakan, menjadi tanggung
jawab kami sebagai orang tua. Apabila ada anak yang sakit, maka pengasuh
yang lulusan perawat kami kerahkan. Tapi kalo sampai 2 atau 3 hari anak
belum sembuh, langsung dibawa kerumah sakit, kebetulan kami bekerja
sama dengan rumah sakit haji pondok gede.
8. Selain itu, kegiatan apa yang dilaksanakan panti dalam memberikan pelayanan
kesehatan?
Jawab : Tentu ada pemeriksaan dokter rutin, Mbak. Jadwalnya setiap hari Selasa
waktunya pagi hari. Kegiatannya dimulai dari jam 08.00 sampai selesai.
Dokternya kami datangkan dari Puskesmas Cipayung sini. Menjemur bayi
juga termasuk kegiatan kami, Mbak. Waktu jemurnya pagi hari Mbak,
sekitar jam 07.30 sampai jam 08.00 kira-kira. Karena kan matahari pagi
bagus untuk pertumbuhan tulang anak.
9. Lalu apakah masih ada lagi, Bu?
Jawab : Pemeriksaan kulit, telinga itu salah satu merawat kesehatan. Disini kan
anaknya banyak ya Mbak, diantara mereka juga banyak yang kulitnya atau
telinganya terinfeksi. Nah daripada menyebar, lebih baik dicegah dulu.
Terutama kulit, penyakit kulit itu kan mudah menularnya.
10. Untuk anak penyandang disabilitas, apakah ada pelayanan khusus dalam masalah
kesehatan?
Jawab : Iya, Mbak ada terapisnya. Kegiatannya setiap hari Senin waktu sore
tergantung terapisnya datang jam berapa. Ini dilakukan untuk enam anak
penyandang disabilitas aja.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Siti Murtofingah, SAP
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Kepala Bagian Tata Usaha
4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 10.45 sampai 11.00
5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja
B. Hasil Wawancara
1. Apa saja fasilitas yang disediakan panti dalam memenuhi kebutuhan dasar anak?
Jawab : Mulai dari pengasuh untuk merawat serta memberikan kasih sayang sebagai
orang tua pengganti, ruangan, alat kesehatan, serta tenaga kerja.
2. Kriteria apa saja untuk menjadi pengasuh di panti?
Jawab : Kalau untuk kriteria, sampai saat ini kami belum punya kriteria khusus.
Yang penting mereka mau bekerja dengan sepenuh hati. Karena
perekrutannya juga dari Dinas Sosial DKI Jakarta, Mbak
3. Lalu bagaimana panti memberikan perawatan terhadap anak sebagai salah satu syarat
pemenuhan kebutuhan dasar anak?
Jawab : PHL itu dari Dinas Sosial, Mbak. Mungkin kalau ada melamar lulusan
akademi keperawatan, langsung ditugaskan di beberapa panti di Jakarta
salah satunya ke PSAA Balita Tunas Bangsa, Mbak. Perawat disini juga
bertanggung jawab untuk merawat anak – anak yang sakit. Jadi kalau ada
yang butuh perawatan khusus, pengasuh ini yang merawat anak – anak
sesuai anjuran dokter, termasuk menggunakan peralatan medis yang ada di
panti ini.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Putri, S.Psi
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Asisten Psikolog
4. Waktu Wawancara : Selasa, 29 Agustus 2017 pukul 10.00 – 10.30 WIB
5. Situasi Informan : Santai sambil berkeliling panti
B. Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama ka putri disini?
Jawab : Aku disini dari tahun 2013. Berarti sekitar 4 tahunan Insya Allah.
2. Selama bertugas di panti, bagaimana panti memenuhi kebutuhan dasar terutama
untuk anak disabilitas?
Jawab : Selama disini, ka putri belum sampai menemukan yang aneh – aneh ya.
Petugasnya juga menjalankan tugas dengan baik. Cuma untuk kontrol
emosi, perlakuan kasar, menurut ka putri itu belum sepenuhnya dimiliki
pengasuh.
3. Pola asuh seperti apa yang diterapkan pengasuh untuk anak – anak panti?
Jawab : Pola asuh yang diberikan pengasuh terhadap anak kebanyakan
menggunakan pola asuh otoriter ya. Pengasuh menerapkan hal tersebut
bertujuan supaya anak – anak mau menuruti pengasuh. Cuma ini
dampaknya negatif. Anak – anak bisa tumbuh menjadi anak yang keras
bahkan suka melawan.
4. Mengingat kejadian “NI” dulu, apa yang seharusnya pengasuh lakukan?
Jawab : Kondisi yang dialami “NI” bisa disebut panic disorder karena dia
menghadapi ketakutan akan dimarahi pengasuh sehingga cara ia mengambil
perhatian pengasuh ya dengan membeturkan kepalanya ke tembok.
Sedangkan dia anak yang kurang sempurna, sehingga susah diberikan
pengertian. Pengasuh sebagai pengganti orangtua seharusnya bisa
memahami dan melindungi “NI” dari kebiasaannya.
5. Pendidikan seperti apa yang seharusnya diterapkan di panti untuk mendidik anak bisa
berbuat baik?
Jawab : Dalam penerapan pendidikan terhadap anak memang harus ada yang
namanya reward and punishment ya. Reward berupa pujian untuk anak
udah bikin mereka senang, minimal sambil mengelus kepalanya. Nah yang
banyak disalah gunakan ini punishment. Kebanyakan orang memberikan
punishment dengan kekerasan, padahal sama sekali tidak benar. Punishment
yang seharusnya adalah diberikan peringatan kepada anak.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Delpi Monthe
2. Jenis kelamin : Wanita
3. Jabatan : Pekerja Sosial Terampil
4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 11.00 – 11.15
5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja
B. Hasil Wawancara
1. Dari sisi sosial, bagaimana panti memenuhi kebutuhan dasar anak disabilitas?
Jawab : Pemenuhan kebutuhan dasar untuk anak disabilitas saya rasa masih kurang.
Panti belum memiliki fasilitas lengkap untuk anak – anak disabilitas,
sehingga kegiatan bermain sambil belajar juga belum bisa maksimal
diberikan kepada mereka.
2. Apa saja peran peksos dalam memenuhi kebutuhan dasar anak disabilitas di panti?
Jawab : Selama ini kita hanya memantau, kegiatan yang dilakukan pengasuh
bersama anak – anak berjalan atau tidak, bagaimana perkembangannya.
Karena kami lebih banyak mengurus pengangkatan anak ya. Sibuk home
visit, jadi kami biasanya tunggu laporan saja.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Wasri
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Pekerja Harian Lepas (PHL) Pengasuh
4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 12.30 – 13.00 WIB dan Senin,
22 September 2017
5. Situasi Informan : Santai sambil menjaga anak – anak
B. Hasil Wawancara
1. Dalam memberikan makan untuk anak, apakah makanannya dihitung dulu sesuai gizi
yang dibutuhkan anak?
Jawab : Dalam memberikan makanan, kami tidak sampai menghitung harus
sebanyak apa. Selama cukup untuk anak, maka itu ukuran cukup bagi kami.
Biasanya blenderan pertama kami bisa banyak berikan sayur, kalau
blenderan akhir sudah tinggal sisa. Karena dari petugas kantor pun hanya
diberikan jadwal menu makannya saja, tidak dengan ukuran harus sebanyak
apa kita berikan kepada anak.
2. Kalau untuk “MA”, biasanya mereka makan apa? Apakah sama dengan yang lain
atau berbeda?
Jawab : Untuk “MA”, kami tidak bisa memberikan bubur halus. Biasanya kami
memberikan susu formula dicampur dengan biskuit bayi. Banyaknya
sampai dia kenyang, biasanya dua kali ukuran botol besar.
3. Bagaimana pengasuh memberikan susu kepada anak asuh?
Jawab : Untuk pemberian susu, biasanya untuk bayi tiga kali sehari ukuran botol
kecil, untuk balita sama tiga kali sehari dengan ukuran botol yang besar.
Untuk yang sudah besar, biasanya diberikan dua kali dengan gelas seukuran
dengan botol yang besar.
4. Ruangannya bagus ya bu, dingin lagi. Apakah semuanya harus seperti ini, atau
khusus ruangan bayi saja?
Jawab : Kamarnya emang begini, Mbak, harus ber AC, anak – anaknya kan banyak,
ngga mungkin kalo ngga pake AC. Setiap pagi ketika anak – anak sedang
dijemur, kita buka semua jendelanya supaya ada pertukaran udara.
5. Bagaimana dengan menjaga kebersihan ruangannya ya, Bu?
Jawab : Disini selalu ada petugas kebersihannya yang bertanggung jawab setiap
ruangan. Terus untuk kebersihan kasurnya, kita juga sering ganti spreinya.
Paling ngga ya 6 Jam sekali harus ganti seprai. Yang pasti kalo spreinya
udah kotor harus langsung diganti. Jadwal pasti gantinya itu waktu baru
bangun tidur, setelah makan siang, dan setelah tidur siang.
6. Kalau untuk kebersihan anaknya, bagaimana, Bu? Seperti mengganti popok
contohnya?
Jawab : Sesuai jadwal, kita sering ganti popok anak. Ngga mungkin dong udah
kotor dan bau terus kita diemin. Anaknya juga pasti ngga nyaman. Jadi
setiap ada yang bau ya kita periksain satu – satu yang mana yang harus
ganti popok. Biasanya juga kan kalo mereka mulai ngga nyaman paling
nangis.
7. Kalau ingat tentang kebiasaan “NI”, menurut Ibu bagaimana?
Jawab : Kebiasaan “NI” itu kalo lagi marah ya nge-jedotin kepalanya ke tembok
atau ngga pintu. Kita udah sering tahan, tapi yang ada malahan kita di pukul
jadi suka kita biarin aja. Biasanya juga nanti diem sendiri.
8. Bagaimana sikap Ibu ketika mendengar anak yang berisik?
Jawab : Kalau ada yang berisik, semuanya jadi ikutan berisik, Mbak. Kebetulan
yang berjaga juga hanya sedikit dibandingkan jumlah anaknya. Jadi
daripada semuanya tidak bisa diatur, saya pikir lebih baik saya suruh diam.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Fitri Afrilia Sari
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Jabatan : Pekerja Harian Lepas (PHL) Pengasuh
4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 13.00 – 13.30 WIB
5. Situasi Informan : Santai sambil mengasuh anak
B. Hasil Wawancara
1. Sebagai lulusan perawat, lalu bekerja sebagai pengasuh. Bagaimana seharusnya
peran Ka Sari?
Jawab : Lulusan perawat disini cukup banyak. Pokoknya kalo ada yang sakit, butuh
bantuan oksigen, obat – obatan, sampe masalah infusan tanggung jawabnya
PHL lulusan keperawatan yang penting harus sesuai anjuran dokter. Yang
lain juga diajarin kok. Tapi jarang juga sih pakenya, lebih sering langsung
ke rumah sakit. Soalnya resikonya juga tinggi kan kalo salah pemakaian,
apalagi untuk pengobatan anak – anak
2. Menurut kakak, apa saja perawatan kesehatan yang panti lakukan?
Jawab : Di sini ada beberapa anak yang infeksi kulit sama telinga. Makanya harus
rutin diperiksa, dijaga kebersihannya. Kalo ngga rutin, gampang nularnya.
Malah kasian yang lain kalo ketularan.
3. Bagaimana tanggapan Kak Sari ketika menderngar anak yang menangis?
Jawab : Kalau ada anak yang menangis, kami biasanya memberikan susu supaya
anak tersebut diam. Biasanya mereka menangis karena haus atau laper.
Atau kalau tidak karena harus ganti popok. Kita juga ngga sering – sering
gendong kalau nangis, takut anaknya malah manja.
4. Ibu Vivi mengatakan ketika ada anak yang berbuat baik maka akan mendapat
reward. Bagaimana dengan pengasuh kepada anak? Juga kepada anak disabilitas?
Jawab : Setiap pengasuh ada caranya masing – masing ya buat ngasih reward ke
anak. Kalo gue sih yang penting terima kasih ke anak itu, pujiannya ya
minimal bilang pinter. Kita ngga bisa kasih snack, soalnya malah bikin
rebutan dan berantem. Jujur aja, kalo ke “JI” atau “WA” gue jarang kasih
pujian secara langsung.
5. Bagaimana punishment yang diberikan kepada anak disabilitas?
Jawab : Kalo sama anak – anak yang cacat ya ngga diapa – apain sih. Ngga berani
kita juga, mau diomelin kayak gimana juga mereka ngga bakal ngerti kita
ngomong apa. Paling ya pukul pukul dikit sih kalo udah geregetan banget.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Profil Informan
1. Nama : Tasrin
2. Jenis Kelamin : Pria
3. Jabatan : Terapis
4. Waktu Wawancara : Senin, 10 April 2017
5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang tamu panti
B. Hasil Wawancara
1. Bapak sudah berapa lama menjadi terapis disini? Terapi apa saja yang Bapak berikan
kepada anak – anak penyandang disabilitas khusunya?
Jawab : Saya sudah bekerja sama dengan panti cukup lama, sekitar dua tahun.
Terapi yang saya lakukan untuk anak – anak yang lambat perkembangan
psikomotoriknya. Biasanya untuk bayi sambil saya ajarkan duduk atau
berdiri, saya sambil memijat kakinya, tulang – tulangnya. Untuk “WA”,
saya ajak jalan – jalan keliling ruangan atau lapangan panti sambil dituntun.
Tujuannya supaya otot – ototnya tidak kaku. Khusus “JI” dan “MA” karena
mereka mengalami kelumpuhan total maka saya hanya terapi motorik saja.
Seperti saya ajak bicara, bagaimana respon mereka.
DAFTAR MENU MAKANAN ANAK DALAM 10 HARI DI PANTI SOSIAL ASUHAN
ANAK BALITA TUNAS BANGSA
Hari Pagi Snack Siang Snack Sore Snack
1
-Susu-Bayam
-RotiBakar-Air Putih
-Air Putih-Bistik daging-Tahu Kecap-Tumis Wortel
-TehManis-Agar-agar
-Nasi Putih-udanggoreng-tempegoreng-capcai
-Susu ultra-Biskuit
2
-Susu-MieGoreng-Sosis
-Buburkacanghijau-air putih
-Nasi Putih-Ayam Goreng-Sayur Sop-Buah Pepaya
-TehManis-Lemper
-Nasi putih-Lelegoreng-Bacemtahu-CahKangkung
-Susu-Boli kukus
3
-Susu-NasiPutih-Nugetgoreng
-Arem-arem-TahuSumedang-Air putih
-Nasi Putih-IkanKembung-Tahu Bacem
-TehManis-Pisanggoreng
-Nasi putih-Empalgoreng-Tempegoreng-TumisSawi
-Susu-Biskuit
4
-Susu-Nasigoreng-Dadartelor
-Baksokuah-Air putih
-Nasi Putih-Semur Ati-Tempe-Sayur Kare-Buah Apel
-TehManis-KueTalam
-Nasi putih-Gurame-KeringTempe-SayurLodeh
-Susu-RotiManis
5
-Susu-TelorRebus
-Bubursum-sum-Air putih
-Nasi Putih-Perkedel-Kentang-Kerupuk
-TehManis-KueMangkok
-Nasi putih-Semurdaging-Tahugoreng-BeningBayam
-Susu-Biskuit
6
-Susu-Nasiputih-TelorDadar-Tumisbuncis-Tempe
-KueHungkue-Pisang-Air putih
-Nasi putih-Giramegoreng-Kangkung-Semangka
-IceCream-BoluKukus
-Nasi putih-Rawon-TempeGoreng-Bayam
-Susu-KueMangkok
7-Susu-Nasi
-Jus Jambu -Nasi putih-Mendoan
-TehManis-Kue
-Nasi putih-Telor dadar
-Susu-Kue
putih-Sarden-Timun
-Empal-Buah Melon
Nogosari -KerupukUdang-SayurLodeh
pisang
8
-Susu-MieRebus-Telor-Bakso
-PukisKeju-Kuepepek-Air putih
-Nasi putih-Ayam goreng-Kimlo-Jeruk
-TehManis-Risol
-Nasi putih-Udangtepung-Tempegoreng-OsengSawi
-Susu-Biskuit
9
-Susu-NasiUduk-Semurtahu-TelorDadar
-Nogosari-Jeruk
-Nasi putih-Semur daging-Tahu Goreng-Tumis Buncis
-TehManis-Lemper
-Nasi putih-Opor ayam-Bakwan-Tumis sawi
-Susu-Kuepisang
10
-Susu-LontongSayur-OporAyam-Kerupik
-Kue BikaAmbon-TehManis
-Nasi putih-Ikan Tuna-Tempegoreng-Sayur beningbayam-Wortel-Semangka
-TehManis-Pastel
-Nasi putih-Soto ayam-Perkedel-Kentang-Emping
-Susu-MartabakManis
Jakarta, 29 September 2017
Mengetahui,
Dra. Vivi Kafilatul Jannah, M.Si