Post on 24-Apr-2023
KEDUDUKAN BUMDES BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
SKRIPSI
Oleh:
JUSMAN KHAIRUL HADI
NPM: 58932013FH17
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
SELONG
2021
ii
KEDUDUKAN BUMDES BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Gunung Rinjani
Oleh:
JUSMAN KHAIRUL HADI
NPM: 58932013FH17
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
SELONG
2021
vii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling pantas selain memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini untuk dapat segera di seminarkan, dan
selanjutnya peneliti langsung melakukan penelitian.
Dalam proses penulisan proposal penelitian ini penulis mendapatkan
bimbingan dan saran-saran dari dosen pembimbing utama maupun dosen
pembimbing pendamping, sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat
terselesaikan. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Moch Ali Bin Dachlan, SH., MM., selaku Rektor Universitas
Gunung Rinjani;
2. Bapak Basri Mulyani, SH., MH., Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Gunung Rinjani dan juga selaku Pembimbing utama yang telah memberikan
masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini;
3. Bapak Heri Dudiatman, SH.,MH., selaku dosen pembimbing pendamping
yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini;
4. Para dosen pengampu matakuliah pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama
menempuh pendidikan Strata Satu (S1);
5. Para karyawan Fakultas Hukum Universitas Gunung Rinjani, atas segala
pelayanan dan bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan;
viii
6. Keluarga besar trutama kedua orang tua yang telah banyak memberikan
semangat dan do’a kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan
ini;
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gunung Rinjani atas
bantuan dan kerjasama sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini;
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitianini.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga usaha
yang sudah penulis lakukan dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan orang lain
Aamiin.
Penulis,
JUSMAN KHAIRUL HADI
ix
KEDUDUKAN BUMDES BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
ABSTRAK
Kedudukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pilar kegiatan
ekonomi di desa untuk meningkatkan perekonomian dan pelayanan umum kepada
masyarakat di tingkat desa. Kedudukan BUMDes dalam Undang-undang No 6
Tahun 2014 Tentang Desa ( UU Desa) menyebutkan BUMDes sebagai badan
usaha yang kedudukanya tidak jelas apakah sebagai Badan Usaha yang berbadan
hukum atau Badan Usaha yang Bukan Badan Hukum. Hal ini menimbulkan
masalah dalam mengakses permodalan maupun dalam mengembangkang usaha
BUMDes.pelitian ini bertujuan untuk menganalisa kedudukan BUMDes sebelum
dan paska di berlakukannya Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja (UU Cipta Kerja) Serta implikasinya karena di dalam pasal 117 UU Cipta
Kerja mengubah Pasal 1 angka 6 yang sebelumnya menyebut BUMDes sebagai
badan usaha diubah menjadi Badan Hukum. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian Normatif fokus pada perbandingan hukum . sumber bahan/data hukum
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan-bahan hukum primer, bahan-
bahan hukum sekunder, serta bahan-bahaan hukum sekunder serta bahan-bahan
hukum tersier. Dapat di simpilkan bahwa BUMDes sebelum UU Cipta Kerja
adalah badan usaha yang yang tidak kedudukanya tidak jelas apakan badan usaha
berbadan hukum atau badan usaha bukan badan hukum. Kemudian kedudukan
BUMDes di Pertegas sebagai badan Hukum paska di sahkannya UU Cipta Kerja
dengan proses pendaftaran dari Desa ke Kementerian desa dari Kementerian Desa
masuk MENKUMHAM oleh MENKUMHAM dikasih nomor register maka
BUMDes sah sebagai badan hukum.
Kata Kunci : BUMDes, Badan Hukum.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.............................................. iv
HALAMAN PENERIMAAN SKRIPSI ............................................................... v
PERNYATAAN .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan & Mamfaat Penelitian ................................................................... 7
D. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pemerintah Daerah Dan
Otonomi Daerah .....................................................................................10
B. Tinjauan umum Pemerintah Desa dan otonomi desa ..............................12
C. Dana Desa dan Alokasi Dana Desa .........................................................14
D. Badan Usaha Milik Desa .........................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................19
B. Metode Pendekatan .................................................................................20
C. Jenis dan Sumber Data Hukum ...............................................................21
D. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................................22
xii
E. Analisis Bahan Hukum ............................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Badan Usaha Milik Negara di Indonesia ...................................24
B. Kedudukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pada Masa
Otonomi Daerah ......................................................................................44
C. Perubahan Pengaturan Kedudukan BUMDes Berdasarkan Undang-
Undang Cipta Kerja.................................................................................52
D. Bentuk Penguatan BUMDes Berdasarkan Undang-
Undang Cipta Kerja................................................................................. 57
1. Mekanisme Pembentukan BUM Desa/ BUM Desa Bersama ............57
2. Mekanisme BUMDesa/ BUMDes Bersama Untuk Memproleh
Badan hukum ....................................................................................61
3. Terminasi BUMDesa/ BUMDesa Bersama .......................................72
4. Modal Dan Aset BUMDes/BUMDes Bersama................................. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................80
B. Saran .......................................................................................................84
DAPTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BUMDes merupakan salah satu usaha yang didirikan oleh
pemerintahan desa dan masyarakat desa untuk mengelola usaha,
meningkatkan produktivitas dan investasi, memanfaatkan aset, memberikan
jasa dan/atau jenis usaha lain untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat. Terkait dengan pendirian BUMDes, dibangun atas prakarsa
masyarakat dan pemerintah setempat/desa berdasarkan prinsip kerjasama,
partisipasi, transparansi, emansipasi, akuntabilitas dan keberlanjutan. Yang
terpenting BUMDes harus diawasi secara profesinal. BUMDes untuk situasi
ini merupakan andalan pilar ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga
sosial yang memberkati kepentingan masyarakat melalui komitmennya untuk
penyediaan pelayanan sosial, dan sebagai badan usaha yang berencana untuk
mencari keuntungan melalui sumber daya desa atau barang dan jasa . atau
tenaga kerja dan produk ke pasar. Dalam bisnisnya aturannya efektivitas dan
efisiensi sangat diutamakan.
Dalam rangka penguatan ekonomi pedesaan dalam hal ini adalah
BUMDes menjadi bagian penting dan juga bisa menjadi titik lemah untuk
membantu memperkuat prekonomian di pedesaan. sebab itu dibutuhkan
upaya strategi dan terpadu dalam rangka mendorong BUMDes supaya dapat
mengelola aset ekonomii pedesaan sekaligus mengembangkann jaringan
ekonomi untuk meningkatnya daya saing ekonomi pedesaan. terkait Hal ini,
2
BUMDes adalah jenis pemantapan atau penguatan lembaga prekonomian
desa Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membina Sumber Daya
Manusianya agar dapat memberikan nilai tambah dalam penyelenggaraan
sumber daya ekonomi pedesaan, yaitu antara lain:
1. Mengintekgrasikan barang-barang ekonomi desa dengan tujuan agar
memiliki posisi barter yang layak dalam organisasi pasar.
2. Merealisasikan ekonomi/barang yang bersaing terhadap bisnis yang di
kembangkan
3. Memperkuat perusahaan moneter desa; dan
4. Membina komponen pendukung lainnya, misalnya data pasar, dukungan
inovasi dan kerangka kerja pelaksana ekonomi/bisnis, koneksi
korespondensi hanya sebagai bantuan dan arahan administrasi.
Peningkatan basis moneter/ekonomi pedesaan sebenarnya telah dilakukan
oleh pemerintah sejak lama melalui proyek/program. Meskipun demikian, ini
lebih merupakan program hierarkis dari pusat, desa hanyalah pelaksana. Jenis
kemajuan tersebut secara umum akan lebih seragam, tidak dilandasi oleh
kondisi, budaya dan potensi daerah yang pada umumnya akan luar biasa.
Selain kurangnya pedoman/regulasi yang mendorong munculnya inovasi, ada
juga ketakutan untuk melakukan, menghindari kesalahan dan lebih mencari
aman.
Pada tahun 1992, pemerintahhmengalakkan jenis usaha yang disebut
koperasi unit desa, yang ditandai dengan keluarnya UU NO. 25 Tahn 1992
mengenai Perkoperasian. tetapi, substansi badam usaha perkoprasian tersebut
3
gagal meningkatkan perekonomian pedesaan. Koperasi pada umumnya lebih
digunakan sebagai alat keuangan bagi juragan di daerah pedesaan.
Karenanya, koperasi hanyalah untuk memperkaya dari pemilik modalnya,
jauh dari tujuan koperasi itu sendiri, yaitu ekonomi kelompok yang yang
mensejahterakan klompoknya dan masyarakat pedesaan.
Dengan lahirnya jiwa otonomiidaerah,i muncul pemikiran untuk
memperkuat substansi bisnis/usaha di daerah. Untuk itu, pemerintah
memberikan pengaturan lain untuk membina dan membina perekonomian
daerah dengan membentuk Undang_Undang N0.32/2004 mengenai
pemerintah daerah. Pasl 213(1) undang-undang tersebut mengatur bahwa desa
bisa membangun BUMDes sesuai dibutuhan dan kemampuannya.
BUMDes adalah suatu badan yang bergerak dengan mengkhususkan diri
dalam bidang ekonomi dengan misi mengembangkan prekonomian pedesaan,
meningkatkan PADes, meningkatkan pengelolahan yang sesuai dengan
potensi dan kebutuhan rakyat setempat, dan bertanggung jawab atas
pertumbuhan yang berkeadilan prekonomian didesa dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.1
Otonomi daerah adalah kekuasaan untuk mengarahkan urusan dan
kepentingan daerahnya sendiri. Setelah reformasi, lahirlah perundang-
undangan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yaitu UU No. 22 Tahun
1999 yang diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, hingga
akhirnya terjadi perubahan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
1https://www.berdesa.com/4-tujuan-pendirian-bumdesa/ (diakses stangga l7 Maret 2021 Jam 13:39).
4
tentang Daerah. Pemerintahan yang mempengaruhi penyelenggaraan
pemerintahan desa, khususnya dengan dikeluarkannya Undang-Undanggg
Nomor 6 Tahun 2014 tentangg Desaaa. selanjutnyaaa disebuttt UUDesa.2
Selain menetapkan provinsiii dann kabupatennn/kota sebagai metode untukk
melaksanakann pemerintahan sendiri territorial otoritas publik (pemerintah)
melihat bahwa itu adalah peluang ideal bagi desa untuk menjalankan
swasembadanya. Kemandirian yang dimaksud adalah pelaksanaan
pemerintahan desa sendiri dengan lahirnya UUDesa yang memberikan
kebebasan kepada Desa untuk membina Desa dengan mendirikan BUMDes
yang didukung dengan lahirnya PP/43/2014 & PP/47/2015 atas perubahan
PP/43/2014 tentang Pedoman Pelaksanan UU Desa, yang selanjutnya disebut
PP No 43 Tahun 2014. Khususnya BAB VIII terkait BUMDes, Permendes
Nomor 4 Tahun 2015 tentang pendirian , pengurusan dan Pengelolaan dan
pembubarab Bumdes, dan PP No.60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari (APBN). telah memberikan landasan pembentukan yang
bertalian dengan pelaksanaan pemerintahan Desa dan pemberdayaan
masyarakat pedesaan sebagai bentuk daerah otonom. Dengan demikian untuk
membangun dan memajukan suatu desa, pemerintahan desa didorong
membentuk BUMDes guna membangun, kemajuan dan potensi desa.
Ketentuan ini di buat oleh pemerintah pusat tidak lain agar desa turut serta
2) [Utang Rosidin, Pemberdayaan [Desa [Dalam [Sistem [Pemerintahan Daerah, [CV [Pustaka [Setia, Bandung, Hal 3
5
atau berpartisipasi dan turun langsung untuk meningkatkan ekonomi desa
demi tewujudnya masyarakat adil makmur dengan tuhuan UU Desa.3
BUMDes yang merupakan Badan usaha yang di dirikan pemerintah desa
& masyarakat serta disetujui lewat mupakat desa dengan semangat gotong
royong untuk membangun dan mengembangkan potensi desa di bagian
ekonomi dan pelayanan umum dalam rangka meningkatkan kemakmuran
masyarakat desa sesuai dengan amanah UU Desa. Namun posisi BUMDes
menjadi suatu masalah yang berbelit-belit ketika UUDes, mengatakan
BUMDes merupakan badan usaha, tetapi tidak ditegaskan tertulis dari
kedudukan BUMDes itu sendiri. Kesulitan yang muncul adalah sulitnya
BUMDes bekerjasama urusan bisnis dengan pihak lain, BUMDes juga sulit
untuk mendapatkan permodalan dari perbankan, dan perluasan untuk
pengembangan BUMDes terhambat karena tidak adanya legitimasi standing
(situasi legal di hadapan hukum ) sehingga sulit bagi BUMDes untuk bermitra
setara dengan yang lain. Oleh karenaa itu BUMDes harus ada solusi dari
pemangku yang berwewenang mengenai legal standingnya sehingga lahirlah
Undang-Undang No. 11Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Pasal 117
menegaskan hal ini. BUMDes adalah badan hukum yang didirikan oleh desa
dan/ bersama desa untuk mengelola badan usaha, manfaatkan aset,
mengembangkan investasi dan produktivitas, penyediaan jasa pelayanan dan
3)Ibid.
6
jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.4
yang selanjutnya di sebut dengan UU CiptaKer.
UU CiptaKer, Lebih spesifik lagi, dalam Pasal 117 yang membahas
BUMDes, Pasal 117 mengubah pengaturan Pasal 1 dan Angka 6 UU Desa,
yang menyebutkan.5
―Badan Usaha Milik Desa atau yang dikamsud dengan BUMDes
Bersama merupakan badan usaha yang seluruh atau modalnya di
miliki desa dan ikut juga secara langsung dalam kekayaan desa
yang terpisahkan untuk mengola aset, jasa, dan usaha lainnya
manfaat raih yang besar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa―
.
menunjukkan bahwa modal BUMDes milik desa Semua, karena sumber
dana dengan partisipasi langsung. Ketentuan ini sekarang telah direvisi untuk
interpretasi lebih lanjut. ― Badann Usahaa Milikk Desaa yangg selanjutnyaa disebut
BUMDes adalahh badann hukumm yangg didirikann olehh desaa dann atauu bersamaa
desaa untuk memaksimalkan pengelolaan perusahaan, pengembangan aset,
pengembangan spekulasi dan kegunaan, penyediaan administrasi dan juga
berbagai corak bisnis perusahaan demi kemakmuran‖. Artinya bahwa
Pemerintah dukuh hanya mengambil peran dalam mengawasi/ sumber daya
bisnis/usaha yang berada di BUM Des. cuma saja, pemerintah dukuh/desa
dapat memberdayakan kemajuan BUMDes kewengan memberikan hibah atau
pemasukan modal jika merujuk pada pasal 117 UU CiptaKer. Selain itu UU
CiptaKer merevisi pasal 87 UU Desa. revisi tersebut ditambahkan ayat(4) dan
ayat(5) mengatakan . ―BUMDes dapat membingkai unit berbadan hukum
4) Republik Indoneia, Undangg-Undangg Nomor 11 Tahunn 2020, Tentangg Ciptaa Kerjaa. Psl 117 5 Republik Indonesa, Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa,psl 1 angka.
7
sesuai..kebutuhan dan tujuan‖. ―Kemudian pasal 5 menyatakan bahwa. ―setiap
pengaturan dalam ayat(1)-(4) pasal 87 diotur oleh PP‖. Sejalan dengan itu,
lahirlah PP Negara Indonesia No.11 Tahun 2021 mengenai BUMDes.
seterusnya di sebut dengan PP No. 11 Tahun 2021 Tentang BUMDes. itu
menandakan bahwa BUMDes mempunyai aturan yang di khususkan (lex
specialis) berbicara tentang BUMDes yang di anggap menjadi solusi dan
penyempurnaan terkait kekurangan BUMDes sebelumnya, sehingga peneliti
tertarik melakukan penelitian secara normatif karena aturan yang berlaku saat
ini telah banyak perubahan terkait dengan BUMDes dengan fokus penelitian
tentang ―Bagaimana kedudukan BUMDes dan Bentuk Penguatan BUMDes
Berdasarkan UU CiptaKer.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Apa saja perubahan pengaturan kedudukan BUMDes berdasarkan
Undand-Undang Cipta Kerja?
2. Bagaimanakah bentuk penguatan Badan usaha milik desa berdasarkan
Undang-undag Cipta Kerja ?
C. Tujuan dan mampaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Analisa disini adalah:
a. Agar di ketahui pengaturan kedudukan BUMDes berdasarkan
Undang-Undang Cipta Kerja.
8
b. Untuk mengetahui penguatan BUMDes berdasarkan Undang-
Undang Cipta Kerja.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan akan
memberikan mampaat sebagai berikut:
a. Keuntungan teoritis memberikan kontemplasi/pemikiran dalam
membangun keilmuan hukum secara umum dan ilmu pemerintahan
secara spesifik, eksplorasi/penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
sumber bagi para peneliti dan penulis hukum yang sama untuk tahap
selanjutnya.
b. Keuntungan praktis memberikan kontribusi pemikiran kepada pihak
yang berkepentingan dan memberikan tanggapan terhadap masalah
yang diteliti;
c. Semua hasil penelitian ini di harapkan bisa memberi pengetahuan
bagi masyarakat serta motivasi bagi pemerintah desa maupun pihak-
pihak yang terkait.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luas dan kompleksnya topik kajian yang di angkat dalam
penelitian ini maka perlu dilakukan pembatasan di luar pemeriksaan ini.
Pembatasan ruang lingkup penelitian ini di maksudkan untuk menghindari
pemeriksan ini tidak menyimpang terlalu jauh dari pokok permasalahan yang
di angkat, kedudukan BUMDes dan bagaimana penguatan BUMDes
berdasarkan UU Cipta Kerja, Pasal 117 khusus berbicara tentang perubahan
9
kedudukan BUMDes yang sebelumnya dalam UU Desa dan dipadukan
dengan PP Nomor 11 Tahun 2021 Tentang BUMDes.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun umum tentang pemerintah daerah dan otonomi daerah
Sudah banyak refrensi yang dihadirkan dalam penulisan maupun
pendapat para sarjana terkait tentang pemerintah daerah, dalam buku
Pengantar Ilmu Pemerintahan, karya Ratnia Solihah & J.R.G.
Djoparitahun 2017 menyebutkan:6
“pemerintahan,secara,etimologis erasala dari perkataan
pemerintah,sedangkan,pemerintah berasal dari perkataan
perintah.pemerintah adalah kekusaan dalam memerintah sesuatu
Negara (daerahnegara) atau badan tertinggi yang memerintah
suatunegara ,sementara pemerintahan, adalah,perbuatan,hal urusan
dan sebagainya dalam pemerintah"
Sementara menurut Soemendar dalam buku berjudul Ilmu
Pemerintahan karangan Inu Kencana Syafiie, menyebutkan:7
―Pemerintah sebagai badan perlu didalam rangka
penyelenggaraan pemerintahannya, pemerintah terhitung’harus
perhatikan ketertiban dan ketentraman masyarakat, tuntutan dan
harapan dan juga pendapat masyarakat, kebutuhan dan
keperluan’ masyarakat, efek lingkungan, peraturan, komunikasi’
partisipasi berasal dari semua susunan masyarakat dan
legitimasi” 8
Mengingat perubahan kedua Pasal 1[2] Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, maka pemerintahan daerah
adalah pemerintahan daerah dan DPRD melakukan usaha pemerintah
6)Ratna S. & J.R.G. Djopari, Pengantar Ilmu Pemerintaha, Modul 2, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), hal. 2.3 7) Inu Kencana S., Ilmu Pemerintahan, (Semarang: Bumi Aksara, 2013), hlm. 11-12 8) Ibid.
11
sesuai dengan pengaturan hukum. prinsip otonomi Dan kelola bersama
dengan prinsip otonomi seluas mungkin.9
Pada bukunya karangan Agus Pramusinto&Erwan Agus Purwanto
dengan judul Reformasi Birokrasi,Kepemimpinan dan Pelayanan Publik
& Kajian tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia,
menyebutkan bahwa:10
“Otonomi Daerah artinya pemerintah daerah harus dapat
menjamin kelancaran kebijakan ekonomi nasional sekaligus
mampu mengembangkan perekonomian sesuai potensi yang
dimiliki oleh daerah, yang dengan demikian akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lebih cepat” 11
Sedangkan menurut Rahardjo Adisasmita dalam bukunya berjudul
Pengelolaan Pendapatan Anggaran Daerah, menyebutkan:12
“Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan pedoman hukum berlaku”.13
Dengan kata lain, otonomi daerah dapat disimpulkan sebagai
kewewenangan sebuah daerah/wilayah dalam mengatur dan sendiri
wilayahnya tampa intervensi pemerintah pusat.
Daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah memberikan acuan
penyusunan peraturan desa dan peraturan kepala desa dengan terlebih
9) Republik Indonesia,Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 1 ayat (2). 10) Agus Pramusinto & Erwan Agus P, Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan Pelayanan Publik, Kajian tentang
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Gava Media, Yogyakarta , 2009, Hal 398 11) Ibid. 12) Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm.161 13) Ibid.
12
dahulu pengejaran dan inventaris langsung bergantung pada hak awal
desa, sehingga menjadi dasar penyusunan peraturan daerah tentang
kewenanganya berlandaskan asal dan usul. kewenangan lokal berskala
desa.
Sesuai UUDesa, yang berkewenangan melakukan pembinaan dan
pengawasan jalanya pemerintahan desa adalah pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten / kota. Pemerintahan
daerah memberdayakann pedesaan dengan menerapkan konsekuensi dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi, inovasi yang sesuai dan
penemuan terkini guna kelajuan ekonomi dan agraria pedesaan.
Pemberdayaan didesa dilakukan dengan memperbaiki kualitas
pemerintahan dan masyarakat pedesaan melalui pendidikan, penyuluhan
dan pembinaan. Terlebih lagi, penting bagi otoritas publik untuk
mengakui dan menjalankan lembaga yang ada di masyarakat desa.
B. Tinjauan Umum Pemerintah Desa dan Otonomi Desa
Dalam buku karangan Utang Rosidin, berjudul Pemberdayaan Desa
dalam Sistem Pemerintah Daerah tahun menyebutkan:14
“Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa
Sansekertayaitu Desa yang berartikampung halaman, tanah
air, atau tempatkelahiran. Desa adalahkesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai kewenangan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan
14)Op. Cit, hlm. 6
13
adat istiadat yang diakui oleh pemerintahpusat dan berada
dalam wilayah kabupaten”. 15
Merujuk pada UUDesa menyebutkan bahwa pemerintah desa yang
dimaksud Melibatkan Dalam konteks manajemen pemerintahan
Indonesia, kepentingan pemerintah dan jaringan lokal. Pemerintah desa
terdiri dari kepala desa, kader desa dan BPD. Penggabungan struktur
pemerintahan tingkat desa ke dalam BPD bertujuan untuk meningkatkan
sistem demokrasi dan mencegah pemerintah tingkat desa bertindak
sewenang-wenang.
Sedangkan otonomi desa menurut Utang Rosidin, mengatakan:
“Otonomi desa ini murni, bulat, semua otonomi dan tidak memberikan
kepada pemerintah. Pemerintah harus menghormati otonomi asal yang
dipegang oleh desa” 16
Sebagai satuan wilayah lokal yang sah yang memiliki konstruksi
unik/asli yang didasari hak-hak istimewanya desa, ia dapat/bisa
melakukan kegiatan yang sah, baik hukuman pablik maupun hukum adat
atau /perdata memiliki/mempumyai properti, sumber daya, dan dapat
dituntut serta dilampirkan di pengadilan.17
Gagasan desa otonom Sebenarnya lahir UU No. 22 Tahun 1999 dan
UU No. 32 Tahun 2004 yang menegaskan bahwa : "Undang-undang ini
mempersepsikan swasembada yang diklaim oleh desa atau oleh berbagai
15)Ibid. 16)Utang Rosidin, Op. Cit, hlm.53 17)Ibid.
14
penugasan kepada desa melalui pemerintah kota dapat diberi tugas atau
penunjukan dari otoritas pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah
terdekat untuk menjalankan pemerintahan tertentu kepada desa.
sedangkan untuk desa di luar desa genologi, desa yang sifatnya luar
biasa, misalnya, desa yang dibingkai karena pemekaran atau karena
imigrasi atau karena alasan berbeda yang individu warganya bersifat
pluralistik, jamak, atau heterogen, kemerdekaan desa akan diberikan.
kesempatan untuk berkembang banyak mengikuti dari desa itu sendiri.
Berdasarkan gambaran di atas, maka swasembada (otonom desa)
dapat dianggap sebagai keistimewaan dan kewenangan serta komitmen
dalam mengarahkan dan menangani masalah-masalah pemerintahannya
sendiri yang bergantung pada keistimewaan permulaan dan kualitas
sosial-sosial yang ada di masyarakat. sebagaimana ditentukan secara
normatif dalam pedoman hukum.
C. Dana Desa dan Alokasi Dana Desa
Sebelum dijelaskan pengertian dana desa, dalam hal ini akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai perbedaan dna desa dan alokasi dana
Dasa. Antara keduanya dari sumber dana maupun penggunaannya
berbeda. Dana desa adalah kewajiban pemerintah pusat untuk
mengalokasikan dana anggaran belanja yang bersumber dari APBN
untuk desa dan desa adat yang transfer melalui APBD kabupaten
diperuntuk mendukung penyelenggaraan, pembenahan, dan
pemberdayaan dan masyarakat setempat sebagai bentuk Negara memuji
15
dan memberi penghargaan kepada kepala desa. pemanfaatan dana
dikendalikan melalui Pedoman Permendes dan Pemajuan Daerah
Tertinggal,serta transmigrasi Republik Indonesia.
Yang membedakan antara aset/dana desa dan distribusi cagar
desa(Alokasi DanaDesa) ada pada sumbernya. Keuangan desa bersumber
(APBN), sedangkan Pembagian Alokasi dana desaa berasal dari
APBDDyaitu minimal 10% dari keseluruhan cadangan penugasan (Dana
Alokasi Umum) selain dari aset bagi hasil (ABH). Dana di tingkat desa
masing-masing kecamatan dialokasikan setiap tahun sesuai tata cara
penyaluran dan penggunaan dana di tingkat desa yang diatur dalam
peraturan pengelolaan yang dikeluarkan setiap tahun.18
Dana desa adalah pendapatan desa yang diperoleh dari alokasi
APBN sesuai dengan pasal 72b UU Desa. Sedangkan menurut Pasal 72
huruf d, penyaluran dana….desa…merupakan…bagian…dari…dana kompensasi
yang diterima bupati. Sehingga dapat disimpulkan desa memperoleh 2
(dua) bantuan keuangan yaitu Dana Desa (DD) sumber APBNn dan
Alokasi…Dana…Desa (ADD)…yang sumbernya dari APBD Dari dana
perimbangan fiskal pusat dan daerah, 10% dari dana distribusi umum dan
dana penugasan khusus yang diterima dari Pemerintah kabupaten / kota
yang diterima dari pemerintah pusat dialokasikan 10% dari dana
distribusi pedesaan. Menurut Dedi Kusmana dan Ismail menyatakan,
18) http;//www.dpk.kemenku.go.id (diakses: 12 Apil 2021 jam 21:39).
16
bahwa desa dalam membuat rencana kebutuahannya dari alokasi dana
desa yang di peuntukkan bagi desa-desa antara lain:19
1. Membiayai dalam membangun desa.
2. Memberdayakan masyakarakat pedesaan
3. guna pelayanan publik yang lebih kuat didesa
4. guna menguatkan demokrasi dan partisipasi masyarakat
5. bagi tunjangann tugas aparat desa
Penyaluran dana desa yang dirancang dalam APBDes dilakukan
setahun sekali di desa, mekanismenya berdasarkan peraturan perundang-
undangan atau mengacu pada peraturan bupati/walikota, dan
dilaksanakan oleh tim pelaksana desa, yang adalah, kelompok terdiri dari
pemerintah desa dan disetujui oleh bupati/walikota.20
Mengacu pada Permendagri Nomor 37 Pada tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Kuangan Desa dalam Pasal 20, dan UU Desa
berkenaan dengan Desa, pengelolaan Alokasi dana desa sebagian integral
dari manajemen keuengan masyarakat agar pengelolaannya mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
D. BadannUsaha MilikDesa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pendapat Maryunani:21
“Bumdes adalah lembaga komersial desa yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintah desa untuk memperkuat ekonomi desa
dan memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat yang terbentuk
atas dasar kebutuhan desa dan potensi”
19) Dedi Kusmana & Ismail, Manfaat Alokasi Dana Desa Bagi Pembangunan Dan Masyarakat Desa, Jurnal Otonomi
Keuangan Daerah, Vol. 6, No. 1, (Juni 2018), hal.81-100 20) Ibid 21) Maryunanii. Pembangunann Bumdess dann Pemberdayaan Pemerintahh Desa,CV Pustaka Setia,Bandung,
2008,Hal.18
17
Oleh karena itu, BUMDes menemukan upaya / hukum yang
menyimpan kemustajaban kepada konstruktif perekonomian marga
malayari jual beli yang dikembangkan untuk mencapai hasil.
Dalam UU Desa. dijelaskan mengenai BUMDes pada Bab 1, Pasal 1
ayat 6 berbunyi ―Town Possessed Ventures adalah elemen bisnis yang
diklaim oleh desa dengan seluruhh…atauu…sebagiann…besa… modalnyaa melalui
investasi langsung…kekayaan…desa mulai dari sumber daya desa yang
terisolasi hingga sumber daya pengawasan, administrasi dan organisasi
untuk mencapai kesejahteraan‖. Dengan demikian menurut penjelasan
Undang-Undang Desa diatas, Bumdes dengan jarang diterima dengan
entitas hukum seperti PT, CV. atau kooperatif. Karena bumdes telah
menjadi bagian dari entitas komersialn pedesaan.
Sedangkan menurut UU CiptaKerja. Pasal 117 mengenai BUMDes,
perubahan atas ketentuan UU Desa, pasal 1 yang intinya bahwa…―Badann
Usahaa…Milikk…Desaa…yang…selanjutnyaa…disebutt Bumdesa adalahh
badann…hukum…yangg terdiri dari desa dan…atau desa yang digunakan untuk
mengelolaa badan usaha, mengalokasikan aset t, mengembangkann
investasii,…dan produktivitass,menyediakan layanan lain dan…atau
memberikan jeniss bisnis lain. Untukk…kesejahteraann komunitas desaa‖.
Sehingga dalam Undang-Undang Cipta Kerja, menegaskan BUMDes
sebagai badan hukum, yang membuat peran BUMDes semakin penting
antara lain sebagai konsolidaror produk atau jasa, produsen sebagai
kebutuhan, dan inkubator usaha masyarakat desa
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian adalah Alat (ilmuwan) dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
inovasi. Yang pasti, pemeriksaan ini berarti menemukan realitas, metodologis dan
suara. Melalui interaksi pemeriksaan, penyelidikan dan pengembangan informasi
yang dikumpulkan dan diproses dilakukan.22
Penelitian yang khusus dilakukan dalam konteks ilmu hukum adalah untuk
mengetahui mengenai proses hukum, peristiwa hukum dan ketentuan peraturan
hukum itu sendiri. Selain itu, juga untuk mengetahui subtansi maupun prosedur
hukumnya.23
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang
timbul, sehingga dapat dilakukan bahwa penelitian hukum merupakan suatu
penelitian di dalam kerangka hukum, untuk mendapatkan preskripsi
(petunjukperaturan) terhadap apa yang seharusnya dilakukan terhadap isu yang
dimunculkan.24
Melakukan suatu penelitian hukum pada dasarnya tidak dapat terlepas dari
penggunaan metode penelitian. Sebab, setiap penelitian pasti menggunakan
metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat. Metodologi pada
hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara mempelajari, menganalisa
22) Soejono Soekanto & Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,PT Raja Grafindo
Persada,Jakarta,2014,hal. 1 23
Sabian Utsman, Metodologi Penelitian Hukum Progresif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
,2014), hlm. 1. 24
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 41
19
dan memahami obyek yang ditelitinya. Metodologi merupakan unsur yang mutlak
ada di dalam suatu penelitian.25
Kerena penelitian merupakan sarana ilmiah, maka metodee penelitiann
merupakann prosedurr dann teknikk untukk menjawabb permasalahann penelitian,
karenaa ituu penggunaan metode penelitian senantiasa disesuaikan dengan
permasalahan apa yang akan diteliti dan bagaimana cara untuk menemukan
pemecahan masalah tersebut, berikut metodelogi penelitian yang peneliti gunakan:
A. jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan
hukum ini adalah penelitian hukum normatif disebut juga penelitian
hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, acapkali hukum
dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang dianggap pantas.26
Penelitian hukum normatif dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis, sebagai
berikut:27
a. Mencari inventaris untuk hukum positif
b. Penelitian-prinsip-hukum
c. Penelitian-hukum-klinis
d. Penelitian-hukum-yang meneliti sistematis legislasi
e. Penelitian hukum yang ingin memeriksa sinkronisasi suatu
perundang-undangan;
f. Penelitian perbandingan hukum;; dan
g. Penelitian historis hukum.
25
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2014), hlm. 6-7 26
Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi Revisi, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 118. 27 Ibid, hlm.120-132.
20
B. metode pendekatan
Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dengan
pendekatan tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai
aspek mengenai isu yang sedang dicari jawabnya. Pendekatan yang
digunakan dalam peneltian hukum ini adalah pendekatan undang-undang
(statute approach), dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang
dan regulasi yang terkait dengan BUMDes, bagi peneliti untuk
mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-
undang dengan undang-undang lainnya atau antara regulasi dengan
undang-undang.28
Selain pendekatan perundangan-undangan penelitiann inii juga
memakai pendekatan konseptual yang beranjak dari peraturan-peraturan
perudang-undangan dan doktrin yang mengembangkan ilmu hukum.
Analisis akan menemukan pikiran tentang pemahaman hukum, asas-asas
hukum dan konsep-konsep hukum yang sesuai dengan isu hukum yang
diteliti yakni kedudukan BUMDes berdasarkan undang-undang Cipta
kerja.29
C. Jenis,Sumber Data dan Bahan Hukum
Karena penelitian hukum ini adalah penelitian normatif atau doktrinal,
maka jenis dan sumber data yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menunjang penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berasal dari data
sekunder. Data sekunder dimaksud antara lain meliputi bahan hukum
28
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hlm. 93 29 Ibid, hlm. 95
21
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertsier berupa Norma
Dasar, perundang undangan, hasil penelitian ilmiah, buku-buku dan lain
sebagainya.30
a. Bahan hukum primer merupakan Undang-undang yang esensial,
khususnya bahan hukum yang memiliki kekuatan yang mengikat
karena dasar dari prinsip utama yang digunakan dalam sistem
perawatan ini adalah Undangg-Undang/Nomorr 23 Tahunn/2014-
tentangg Pemerintahan daerah, UU Desaa, UU Ciptaa Kerjaa. Dan PPp
No.11 Tahunn 2021 tentangg BUMDes .
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan sah yang memberikan
klarifikasi dari bahan-bahan penting yang sah, misalnya, hasil
penelitian, hasil kursus, karya dari kalangan yang sah, serta berbagai
laporan yang diidentifikasi dengan Badan Usaha Milik Desa. Materi
yang sah ini terdiri dari buku atau buku harian yang sah yang
memuat pokok (standar hukum), perspektif ahli hukum (prinsip),
konsekuensi pemeriksaan yang sah, rujukan kata yang sah, dan buku
rujukan yang sah. Pertemuan dengan narasumber yang merupakan
spesialis hukum yang sah untuk memberikan anggapan yang sah
tentang suatu penomena dapat diartikan sebagai materi hukum
skunder. Meskipun demikian, penting untuk melihat batas logis dan
30
Amiruddin, Zainal Asikin, Op. Cit, hlm. 118-119.
22
tidak boleh dikaitkan dengan kejadian sehingga komentar yang
diberikan objektif.31
c. Bahan hukum tensier yaitu materi bukanhukum yaitu penelitiaan
yang bahanya terdiri dari bacaan bukan hukum yang
diidentifikasikan dengan pemeriksaan sebagai buku politik, buku
aspek keuangan, informasi statistik, laporan tahunan organisasi,
referensi kata bahasa dan buku referensi umum. Materi ini penting
karena menjunjung tinggi langkah investigasi yang sah .32
D. Tehnik Pengumpulan Dataa
Dalam pengaturan penelitian hukum normatif atau penulisan
informasi bermacam-macam prosedur dalam standarisasi pemeriksaan
hukum normatif dilengkapi dengan penyidikan secara tertulis terhadap
bahan hukum, baik bahan hukum esensial/primer, bahan hukum
penolong/skunder, dan peralatan hukum tersier dan / atau bahan non-
hukum Mencari peralatan hukum melalui media web.33
E. Analisis Bahan Hukum
Analisis baham hukum ialah Sebuah gerakan melalui pemeriksaan
konsekuensi penanganan sebagai bahan pemeriksaan dengan audit/kajian
pustaka tertulis yang telah dilakukan. Pemeriksaan terhadap akibat-akibat
eksplorasi/penelitian ini diselesaikan dengan mencermati/mengkritisi,
mendukung, atau memberi komentar, lalu mengakhiri akibat pemeriksaan
31 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit. hlm. 169 32 Ibid 33) Mukti Fajar & Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, ,Pustaka Pelaja, Cetakan
IV,Yogyakarta, 2017, hal.33.
23
tersebut dengan renungan/pikiriran sendiri dan bantuan kajian tertulis.
Strategi logis untuk standarisasi eksplorasi hukum semacam ini adalah
teknik preskriptif, tepatnya teknik penyelidikan yang memberikan
penilaian (pembelaan) terhadap barang yang diperiksa apakah sah atau
palsu, atau apa yang seharusnya menurut undang-undang.34
34) M. Endriyo Susila et al,Buku Pedoman Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
,Yogyakarta:,200 halm. 40-41
24
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perusahaan Milik Negara di Indonesia
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(UUD NRI 1945) menetapkan bahwa salah satu tujuan negara adalah
memajukan kesejahteraan umum berdasarkan Pancasila, dan lima
silanya merupakan falsafah dan gaya hidup bangsa Indonesia.
Pembangunan nasional adalah perwujudan pengukuhan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,
rehabilitasi tempat menggambarkan peningkatankesejahteraan dan
kemenangan akya Indonesi secara melantas bertiup secara adil dan
merata, tiru serupa rehabilitasi kehidupan publik dan penyelenggaraan
Negara demokrasi yang tumbuh berlapikkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai
landasan. Pada perian 1945.35
Dalam rangka mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan nasional,
industri-industri penting yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak
harus dikuasai oleh negara agar tidak digunakan industri-industri tersebut
semata-mata Untuk kepentingan golongan tertentu. Negara memiliki fungsi
pengaturan (regelendaad), administrasi (bestuursdaad), administrasi
(beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad). Guna mencapai
kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat. Artinya negara harus dapat
35 Indra Iskandar, Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Badan Usaha Milik Negara, Jakarta: Badan
Keahlian DPR RI, 2020, hlm. 1
25
memanfaatkan potensi setiap sektor produksi Ciptakan keuntungan yang
bisa digunakan untuk kemaslahatan umat. Negara sebagai subjek hukum
tidak memiliki kekuasaan tersebut, sehingga negara membentuk Badan
Usaha Milik Negara [BUMN], Badan Usaha Milik Daerah [BUMD] dan
Badan Usaha Milik Desa [BUMDes] untuk mengemban tugas mengelola
potensi seluruh sektor produksi Negara berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.36
aturan terhadap badan usaha miliknegara (selanjutnya BUMN)
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Perusahaan Tercatat Tahun
2003. Undang-undang ini bersumber pada teori negara kesejahteraan
yang secara jelas didukung oleh UUD 1945, diawali dengan pembukaan.
dari ketentuannya. Para perumus UUD 1945 dipengaruhi oleh konsep
negara kesejahteraan dan ingin membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum. Kecuali badan usaha swasta dan koperasi, kaki
kontribusi kepunyaan habitat yang serata atau kebanyakan modalnya
terbit berpangkal modal kepunyaan habitat yang wujud sendiri,
mewujudkan cacat tunggal materi ekonomi bagian dalam peraturan
perekonomian nasional. Dalam mewujudkan bisnis, BUMN, swasta, dan
koperasi saling menjunjung pangkal pokok demokrasi ekonomi.37
36 Ibid.
37 Ginting, Yuni Priskila. "Holding Bumn Memerlukan Adanya Standar Prosedur Operasi Dalam Mencapai Aspek Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik." Majalah Hukum Nasional 50, no. 1 (2020): 1-18.
DOI: https://doi.org/10.33331/mhn.v50i1.53 Sumber : https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-
240.pdf
26
UndangUndang N0 19 Tahun 2003 menakrifkan BUMN serupa
serata atau kebanyakan aktiva dimiliki oleh Negara, dan penyertaan
modalnya berbunga lanjut bersumber perusahaan dari negara yang
tampak sendiri. Sedangkan perusahaan perseroan (Persero) adalah
BUMN berpotongan konsorsium tertampung yang modalnya berkecai-
kecai tangkai serata atau sekurang-kurangnya 51% tagan / (51%) tagan
yang dimiliki oleh negara Indonesia.38
Perseroan (Persero) adalah unsur inayat kepunyaan mayapada yang
terjadwal seperti konsorsium tergalang berdasarkan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1969, dimana seluruh tubuh atau paling secercah 51%
sero yang dikeluarkan dimiliki oleh Negara menyeberangi penyertaan
langsung. Dengan ucapan lain, mayapada bekerja deposan bagian dalam
struktur sero di perusahaan-perusahaan kepunyaan mayapada.
Dalam sejarah Indonesia, Badan Usaha Milik Negara sudah ada sejak
masa kemerdekaan yaitu masa penjajahan Belanda di Indonesia. Belanda
mendirikan perusahaan di sini, dan nilai strategis kepentingan ekonominya
disebut Vereenigde, Oostindische Compagnie (VOC). Dalam hal ini, VOC
dikendalikan oleh banyak unit bisnisnya, seperti Gemeenschaappelijke
Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB) yang bergerak di bidang industri
timah, s`Lands Waterkracht Bedrijven (LB) yang bergerak di bidang
industri tenaga listrik, dan LJN Eindhoven & Co, yang bergerak di bidang
alam. industri gas. Staats Spoorwegen (SS) untuk kereta api, KLM
38 https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-240.pdf
27
Interinsulair Bedrijf (KLMIIB) untuk penerbangan, Algemenevolks Crediet
untuk pinjaman bank, pabrik gula, kilang, kelapa sawit dan area strategis
lainnya.39
Setelah Indonesia merdeka, Soekarno melihat perekonomian setelah
kemerdekaan masih lemah, sehingga negara harus menguasai kawasan
komersial yang dapat merangsang kegiatan ekonomi agar Indonesia dapat
menasionalisasikan semua perusahaan tersebut..40
Sebagian besarBadan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesian
disaat sekarang memiliki asal-usul sejarah selama masa kolonial, dan
beberapa dapat ditelusuri kembali ke masa kemerdekaan. Beberapa
perusahaan yang didirikan pada masa kolonial dinasionalisasi dan
dikelola oleh Kementerian BUMN. Kelahiran Perusahaan Hindia Timur
Belanda dimulai pada tahun 1870 dengan penyediaan tanah. Hukum
Tanah (Agrarische Wet) dikasi kejelasan hokum bagi tanah dibelanda
hindia. Bagi pemilik usaha swasta,ini berarti menegaskan penggunaan
tanah masyarakat adat, terutama melalui prosedur sewa tanah. Salah satu
aturannya adalah mengizinkan pengusaha untuk menyewakan hak atas
tanah di erpacht sampai dengan 75 tahun.41
Ketika Indonesia merdeka dalam lingkungan ekonomi, selain aset-aset
milik pemerintah Hindia Belanda, rasanya dikelilingi oleh aset-aset ekonomi
perusahaan-perusahaan swasta yang berkembang pada masa kolonial.
39 Gunawan Nachrawi, BUMN Sebagai Usaha Pemerintah Menuju Kesejahteraan Rakyat, Tinjauan
Filosopis,Sosiologis, Politik dan yuridis, Cendekia press, Bandung, 2021, Hal 43 40 Rozik M. Kaelani, Landasan Hukum Dan Sejarah BUMN Di Indonesia, bulletin KAHMI FE Universitas Brawijaya,
Edisi 1 Tahun 2007, dalam http://ketawanggede.tripod.com/edisi1.pdf. 41 Wasino. Sejarah nasionalisasi aset-aset BUMN: dari perusahaan kolonial menuju perusahaan nasional / Wasino
… [et al.]. Jakarta: Kementerian BUMN RI, 2014, hlm. 5
28
Karena status kepemilikan yang berbeda, maka proses perpindahan
kepemilikan juga berbeda, yaitu dari pemerintah Hindia Belanda ke
pemerintah Indonesia, dan nasionalisasi aset perusahaan swasta yang
mencapai puncaknya pada tahun 1957:42
Tindakan bahagia terhadap perusahaan-perusahaan Belanda yang
bersinggasana di Negara Kesatuan Republik Indonesia bagian dalam
mencarikan pemaafan Irian Barat setujuan tambah pembatalan K.M.B.43
Pada tahap perjuangan sekarang Ini, bagian dalam diagram
penghapusan KMB dan penentangan belas kasihan Irian Barat terkandung di
atas, ujung saatnya menyarankan pegangan yang peri terhadap perusahaan-
perusahaan Belanda yang bersemayam di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Nasionalisasi perusahaan Belanda seperti komposisi kepemilikan
Negara. 44
Dekrit No. 86 Tahun 1958 menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan milik
Belanda yang seluruhnya berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diwajibkan oleh peraturan pemerintah harus dinasionalisasi dan
dinyatakan merdeka sepenuhnya dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia..45
Atas dasar itu, Pemerintah Republik Indonesia membentuk badan
usaha/perusahaan yang dikuasai oleh negara/perusahaan negara, yang
dimulai dengan nasionalisasi perusahaan asing dan kemudian berubah
42 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahan Milik Belanda
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 162) 43 https://www.ndaru.net/wp-content/uploads/201106/UU_86_1958.pdf 44 https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1326.pdf 45 Op.Cit, pasal 1
29
menjadi perusahaan negara. Ketika ekonom Indonesia Sumitro
Djojohadikusumo sependapat dengan Muh.Hatta Pembahasan Hada tentang
ekonomi kerakyatan dapat dilihat dalam artikelnya yang berjudul "Het
Volkscredietwezen in Depressie" atau "Kredit Populer di Masa Depresi
Hebat". Sumitro menyumbangkan pemikirannya untuk dua buku,
"Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Teori Dasar Pertumbuhan Ekonomi
dan Pembangunan Ekonomi" dan "Kredit Populer di Depresi Besar."
Sumitro menerima gelar doktor. Pada tahun 1943, ia menerima gelar doktor
di bidang ekonomi dari Nederlandsche Economische Hogeschool di
Rotterdam, Belanda. Setelah lulus, Sumitro bekerja di Sekolah Ekonomi
Belanda, karena kondisi perang tidak memungkinkannya untuk kembali ke
kampung halamannya. Baru pada tahun 1946 Soemitro kembali ke
Indonesia dan dipercayakan sebagai bagian dari Perdana Menteri Sutan
Syahir. Dia juga presiden dan direktur pusat komersial atau bank BTC
dengan pasar luar negeri. Di bawah kepemimpinan Sumitro, BTC menjadi
penduduk Republik Indonesia di Washington, AS Dari tahun 1952 hingga
1953, ia menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pada masa pemerintahan
Presiden Suharto, ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan 1968-1972 dan
Menteri Negara Riset 1972-1978.46
Selama masa jabatannya, ia kemudian yang menjelaskan status
perusahaan Belanda yang dinasionalisasi. Keputusan No. 9 Tahun 1969.
Badn Usaha Milk Negra berbentuk Badan Usha dibagi menjadi 3 (tiga)
46 S. Dian Andryanto, ―Hari ini Kelahiran Sumitro Djojohadikusumo, Peletak Dasar Ekonomi
Pembangunan”, Sabtu, 29 Mei 2021 16:51 WIB, https://nasional.tempo.co/read/1466941/hari-ini-kelahiran-sumitro-
djojohadikusumo-peletak-dasar-ekonomi-pembangunan (diakses tanggal 7 Agustus 2021, pukul 10.09 Wita)
30
jenis, Pertama, perusahaan biro yang disingkat PERJAN adalah
perusahaan yang berdasarkan Indonesische Bedrijvennwet (Stbl. 1927: 419
diubah beberapa kali atau lebih). Kedua, perusahaan terbuka yang disebut
PERUM adalah perusahaan milik negara yang didirikan dan diawasi sesuai
dengan UU No. 19 Prp 1960. Ketiga, perseroan terbatas yang disingkat
PERSERO ini berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Stbl.
1847:23 telah diubah dan ditambah berkali-kali), terlepas dari apakah
saham itu seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh negara.47
Selain tetap menjadi BUMN pusaka pemerintah Hindia Belanda,
pemerintah Indonesia juga mendirikan BUMN sesuai dengan Pasal 33 ayat
2 UUD 1945, dan negara mengurus hajat hidup orang banyak dan negara. .
Bertanggung jawab untuk ini. ―Atas dasar ini, bank-bank BUMN (BNI,
BRI, BTN, Bank Mandiri), Garuda Flight Service Company, Pelayaran
Nasional Indonesia (Pelni), Semen Gresik, Semen Padang dan pabrik semen
lainnya didirikan. Semen Gujiang, Semen Zbynong, Semen Tonasa, Pabrik
Pupuk, dll.
Dari sudut pandang politik dan ekonomi, pendirian badan usaha milik
negara Indonesia dapat disederhanakan melalui tiga alasan utama. Pertama-
tama, sebagai wadah pengelolaan aset milik negara, hal ini pula yang
menjadi alasan pemerintah menasionalisasi perusahaan asing pada tahun
1950. Peristiwa tersebut bermula pada tahun 1957, ketika kabinet Ali
Satromicciocho II runtuh, disertai dengan krisis ekonomi. Runtuhnya
47 Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor 9Tahun1969 Tentang Penetapan PeraturanPemerintahPengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 (LembaranNegara Tahun 1969 NO. 16; TambahanLembaranNegara NO. 2890)
Tentang Bentuk-Bentuk UsahaNegaraMenjadiUndang-Undang,pasal 1 dan pasal 2
31
kabinet ini tampaknya memperkuat sinyal bahwa pemerintahan parlementer
akan menyebabkan depresi Di Indonesia. Kedua, bermanfaat maskapai yang
dibutuhkan umum, tetapi umum sendiri (atau swasta) tidak racun masuk,
dan investasinya rancangan atau dampak operasinya tinggi. Pada garis hari
1960-an, kuasa menginjak membudayakan pabrik kompos urea di Sumatera
Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Aceh. Pemerintah
memungut tukar Indosat seumpama pangkal kepemilikan dan
penyelenggaraan siarah Palapa, dan kuasa juga menetapkan maskapai
ketenagalistrikan seumpama tampang bakar kekuatan nasional. Selain itu,
kuasa juga membudayakan maskapai perjalanan IPTN, tambah sasaran
bekerja warga bisnis provinsialisme di loka gawai bawa leco dan menengah.
Ketiga, bermanfaat maskapai yang sangat strategis karena bersangkutan
tambah kesakinahan nasional. Oleh karena itu, kuasa membudayakan
maskapai senjata (Pindad), tampang peledak (Dahana), percetakan uang
(Peruri), dan penyelenggaraan ransum makanan (Bulog).48
Pada masa itu, BUMN diatur oleh Berbagai sistem perundang-
undangan, sebagai Undang-Undang Perseroan Terbatas (Indonesiche
Bedrijven Wet/BW), Undang-Undang Kementerian Keuangan
(Indonesische Comptabliteits Wet/ICW), cara perdata, dan cara niaga.
Namun, masyarakat segera menyadari bahwa hukum waris Belanda
Penggunaannya belum sepenuhnya dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyesuaian cara produksi dan distribusi sesuai dengan Pasal
48 Gunawan Nachrawi, Op. Cit., hal 44-45.
32
33 UUD 1945. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan
pemerintah untuk menggantikan UU Pep yang sebelumnya dikenal
dengan Prp. ) Nomor 19 Tahun 1960. Dengan Peru, pengertian badan
usaha milik negara disatukan, yaitu segala bentuk badan hukum yang
modalnya merupakan keseluruhan kekayaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Sejak tahun 1969, dengan terselenggaranya pembangunan, peran
BUMN semakin penting dalam mendukung pembangunan nasional. Namun,
di era orde baru, kinerja BUMN sudah mengkhawatirkan. Kinerja
perusahaan dinilai kurang memadai, terlihat dari rendahnya laba yang
diperoleh dibandingkan dengan modal yang ditanamkan.49
Berdasarkan peristiwa terkini, pemerintah kemudian menetapkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Dengan mengacu pada undang-undang, khususnya Bab 10 tentang Pasal 93
transisi mengatur bahwa dalam waktu dua tahun setelah undang-undang ini
diundangkan, semua BUMN yang ada dalam bentuk perusahaan jasa harus
berubah menjadi perusahaan publik (Perum) atau perseroan terbatas
(Persero).50
BUMN bertujuan untuk membentuk pengelolaan dan pengawasan
berdasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas untuk meningkatkan kinerja
dan nilai BUMN serta mencegah BUMN beroperasi di luar prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik. Undang-undang tersebut juga bertujuan
49 Penjelasan, Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 50 Janah,Nur A.M. 2019. Makalah Perusahaan Jawatan. OSF Preprints. April 26. Doi:10.31219/osf.io/mycp7.
33
kepada bersiap-siap dan memusatkan sokongan resam dan nilai penyuplai
kuasa serupa pembesar saham/tuan ekuitas BUMN, beiring kepada
mengisbatkan dan memperjelas asosiasi sirat-sirat BUMN serupa ahli mesin
dan pegawai negeri kuasa serupa regulator.
Sebagaimana disebutkan di atas, gugus kalimat perdana argumen
reservoir UU BUMN merapikan bahwa BUMN adalah unsur dana yang
modalnya dari negara atau kebanyakan modalnya adalah negara atau
kebanyakan modalnya, dan modalnya pecah terbit kepemilikan kosmos.
harta yang dipisahkan oleh pemodalan langsung. Selain itu, Pasal 2
(reservoir) menetapkan reka-rekaan dan korban pendapat BUMN meliputi:
(a) Kondusif hisab pemodernan seluruh tubuh perekonomian nasional,
khususnya pengembangan pendapatan nasional (b) Mengejar keuntungan (c)
Memberikan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk penyediaan-barang-
dan/atau-jasa berkualitas tinggi yang-cukup untuk memenuhi-kebutuhan (d)
Swasta dan koperasi tidak dapat Kegiatan usaha perintis (e) secara aktif
melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pengusaha, koperasi dan
masyarakat yang lemah secara ekonomi.
Menurut undang-undang BUMN, jenis BUMN dibagi menjadi 2 (dua)
bentuk, yaitu:
a. perusahaan perseroan (persero)
BUMN adalah Persero berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya dibagi oleh Indonesia pada seluruh atau sekurang-
kurangnya 51% (51%) saham. Tujuan utamanya adalah untuk
34
mendapatkan laba. Persero didirikan pakai cita dan target kepada
menyisakan muatan dan kebijakan yang mengesankan tinggi dan
bertenaga suing tinggi, tempuh mengejar laba yang sebesar-
lebarnya kepada mempergiat pandangan hidup perusahaan.
b. perusahaan Umum (perum)
Perum adalah BUMN yang modalnya 100% kepunyaan negara dan
tidak berkeping-keping tangkai sero yang berharap menjelang
menyisakan beban dan/atau kebaikan yang berstatus tinggi
menjelang kurnia massa dan mencari manfaat satu bahasa pakai
anutan-anutan pengurusan perusahaan.51
Maksud dan target didirikannya Perum adalah kepada melebarkan
perusahaan yang tujuannya adalah kepada kekuatan umum, berlapikkan
anjuran-anjuran penyelenggaraan uluran tangan yang sehat, dan kepada
menyimpan bawaan dan kebijakan yang berperingkat tinggi pakai makna
yang kesampaian kurang masyarakat.52
Sedangkan bayang-bayang penyusunan Badan Usaha Milik Daerah
disingkat BUMD pergi pecah dimensi pemikiran perihal sketsa daerah
resam ketenteraman yang kulur setelah kurun abad 19 yang sejurusan
tambah penyusunan BUMN bagian dalam bukti 33 UUD Negara RI Tahun
1945. Di bagian dalam pemikiran dimaksud mementingkan bahwa daerah
harus campur tangan di bagian dalam kesibukan sosial-ekonomi massa
menjelang mensejahterakan warganya. Salah satu bentuk intervensi
51 Ibid, pasal 1 angka 4. 52 Ibid, pasal 36 ayat 1
35
dimaksudmelalui kewenangan membentuk BUMN di pusat maupun BUMD
di daerah.
Sejarah BUMD erat kaitannya dengan pengembangan pedoman
terkait BUMN. Awalnya, BUMD di Indonesia menyimpan pegangan
final yang arah-arah tambah BUMN, keduanya tersangkut tambah
nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Presiden Sukarno
mewartakan akumulasi Irian Barat dan Indonesia dekat perian 1957
karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak menyodorkan konklusi
yang menganjurkan Belanda dan Indonesia menjelang mengupas seksi
Irian Barat. Penyatuan Irian Barat berperan bintik umbi nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda yang bergerak di Indonesia.53
Sejak itu,pemerintah pusat telah mendirikan sejumlah badan usaha
milik negara. Pemerintah pusat juga mendorong kearifan tradisional satu
pemerintahan otonom dan pengetahuan tradisional dua pemerintahan
otonom (sekarang di tingkat provinsidankabupaten) Mendirikan
perusahaan milikdaerah untuk mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan produksi barang dan jasa yang didambakan.
Melalui masyarakat. Masyarakat saat itu. Perkembangan di tingkat pusat
mendapat respon positif dari pemerintah daerah otonom.
Istilah BUMD yang muncul selama ini tidak terlepas dari adanya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah,
namun tidak ada istilah perusahaan barangmilikdaerah dalam undang
53 Riris Prasetyo, Sejarah BUMD, diakses https://asetdaerah.wordpress.com/2011/07/15/sejarah-bumd/. Pada
tanggal 15 juli 2021 pukul 23:14 WIB.
36
undang ini. Yang dimaksud dengan "perusahaan daerah" dalam pasal 2
Undang-undang ini adalah perseroan yang modalnya seluruhnya atau
sebagian merupakan patrimonial daerah menurut ketentuan Undang-
undang ini, terkecual iditentukan…lain…oleh undang-undang atau Undang
undang ini. perusahaan daerah sebagai badan hukum yang memiliki
kekayaan sendiri, pasalnya sama sekali tidak disebutkan apakah
perusahaan daerah tersebut merupakan BUMD.54
Selain itu, beberapa
perusahaan tidak jelas tentang konsep perusahaan daerah, sehingga
menyulitkan perusahaan daerah untuk menjalankan fungsi, pengelolaan dan
pengembangannya.
UU Perusahaan Daerah N0. 5 Tahun 1962 dimulai tambah
diundangkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas Peru No. 17 Tahun
1960. Menurut Undang-Undang Perusahaan Daerah Nomor 5 Tahun
1962, yang dimaksud tambah perusahaan bidang adalah perusahaan yang
seluruh tubuh atau kebanyakan modalnya mengadakan modal. Berasal
dari. arta bidang yang berbeda. Karena alih generasi negara bidang
berdomisili di kaki Menteri Dalam Negeri, berwai Menteri Dalam
Negeri menyodorkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Sosial
Daerah Nomor 5 Tahun 1962 berwarna Peraturan Menteri Dalam
Negeri. Misalnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor reservoir
Tahun 1984 kondisi Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan.55
54 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2387), penjelasan pasal 2 55 Yudho Taruno Muryoto, ‖Implikasi Yuridis Diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah Terhadap Pengaturan Badan Usaha Milik Daerah Di Indonesia,” yustisia, Edisi 90, September-
Desember 2014, hal.130.
37
Perusahaan Daerah, Permendagri Nomor 3 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah.56
Perusahaan daerah adalah
suatu bentuk usaha yang pada hakekatnya mencerminkan potensi daerah
untuk mengembangkan eksistensi daerah, atau martabat pasal 33 dan 18
UndangUndang-Dasar -Negara -Republik -Indonesia -Tahun -1945 -dan
pasal 177 undangundang. Keputusan No./32/Tahun/2004/tentang
Pemerintah/Daerah.57
Dengan berkembangnya semangat otonomi/daerah, maka Undang
Undang Pemerintah daerah Nomor./23Tahun.2014 diundangkan,
disahkan pada tanggal 30 September 2014, dan diundangkan pada
tanggal 2 Oktober 2014, yang memiliki arti hukum bagi penguasaan
BUMD yang ada. Di Indonesia. Jika peraturan daerah sesuai dengan
peraturan daerah, Bab 12 secara khusus mengatur BUMD. Dari Pasal
331 sampai dengan Pasal 343 terdapat 12 pasal yang terbagi dalam
beberapa pasal. Dalam menentukan definisi BUMD, beberapa ketentuan
mengenai keberadaan BUMD sangat penting, seperti Pasal 134(1)c,
Pasal 188(1)c, Pasal 298(5)c.304(1), (2), 320 (2), g, 402 ayat (2), 405,
409. Menurut ketentuan Pasal 409, Undang-Undang Pemerintahan
Daerah dengan jelas mengatur bahwa: Mengikuti Undang-Undang
Pemerintah Daerah Nomor 23 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Gaceta del Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) Dokumen Tambahan Indonesia No.
56 Ibid. 57 Ibid
38
5587); dan dinyatakan tidak berlaku.58
a) UU No 5 Tahun 1962 perihal
Perusahaan Daerah (Tambahan Buletin Nasional Republik Indonesia Nomor
10 dan Berita Resmi Republik Indonesia Nomor 2387 Tahun 1962). (b) UU
No. 32 Tahun 2004 (Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia Tahun
2004), Tambahan Buletin Nasional Republik Indonesia Nomor 125, dan
Buletin Nasional Republik Indonesia Nomor 4437) sangkil diubah berkali-
kali. Pergantian pihak berkuasa tercatat mengadakan transmutasi ragil
pangkal UU Nomor 12 Tahun 2008 {Pemerintah Republik Indonesia}
{Pengumuman Nomor 59 Tahun 2008, Tambahan Pengumuman Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 4844}.
Namun, ada undang-undang baru. Sampai dengan tanggal 23
Februari 2014, aturan pelaksanaannya belum diterbitkan. Oleh karena
itu, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan baru, semua
Peraturan Perundangundangan, termasuk peraturan pelaksanaan dari
Undangundang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, tetap
dapat digunakan/dilaksanakan. Undang-undang (Pasal 405), yang
mengatur bahwa palng lmbat dua (dua) tahun,sejak tanggal dundangkan,
peraturan pembangunan harus diundangkan (Pasal 410). Tidak di hukum.
Keputusan No. 23 Tahun 2014 secara jelas mendefinisikan BUMD,
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 40. 1. Keputusan nomor. Nomor 23
Tahun 2014 mengatur bahwa BUMD adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah. Jika Anda melihat
58 ) Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 409.
39
Bab 12, Anda harus memasukkan bagian 331, yang menegaskan bahwa
BUMD mungkin unik di area ini. Anggaran rumah tangga BUMD diatur
dengan peraturan daerah dan terdiri dari perusahaan daerah dan
perusahaan yang terdaftar di daerah.59
Selain BUMD dapat didirikan oleh pemerintah daerah, di tingkat desa,
pemerintah tingkat desa dapat mendirikan badan usaha milik desa. Untuk
mencapai tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan, industri ini sangat
penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Menurut Pembukaan
UUD 1945, bangsa Indonesia harus memulai paradigma pembangunan
ekonomi dari tingkat terendah (desa), karena sebagian besar penduduk
Indonesia dan segala permasalahannya tinggal di desa.60
BUMDes adalah organisasi bisnis yang didedikasikan untuk mengelola
aset dan sumber daya ekonomi desa dalam rangka pemberdayaan
masyarakat pedesaan. Ketentuan BUMDes diatur dalam Pasal 213 (1).
Keputusan No. 32 Tahun 2004 mengatur bahwa .61
―setiap desa dapat mendirikan BUMDes sesuai dengan kebutuhan
dan potensi desa, mengoptimalkan pengelolaan aset desa yang
ada, memajukan pembangunan ekonomi desa, dan meningkatkan
kesejahteraan masyaraka pedesaan”
Sebelum membahas BUMDes, Hal lain yang sangat penting dalam
membangun BUMDes adalah belajar dari sejarah. Desa-desa di Indonesia
59 Ibid.,130
60 Jefri S. Pakaya, Pemberian Kewenangan Pada Desa Dalam Kontek Ekonomi Daerah, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 13, No. 1 ,(Maret 2016), Hal. 73
61 Jurnal Of Rural And Development, Vol. V, No. 1, (februari 2014), Hal. 2
40
harus mengakui bahwa mereka memiliki sejarah yang kurang
menguntungkan dalam proses pelembagaan ekonomi desa Desa-desa di
Indonesia telah gagal dalam proses pembentukan sistem ekonomi desa.
Dulu, Indonesia mengakui Badan Usaha Unit Desa (BUUD) sebagai
Koperasi Unit Desa (KUD), yang menjadi rencana utama untuk memulai
orde baru. Dari segi kuantitas, jumlah KUD memang meningkat, namun
seiring berjalannya waktu, banyak proyek lembaga-lembaga tersebut yang
terhenti atau sekadar didaftarkan. Hal ini disebabkan oleh permasalahan
sistem/struktur dan kebijakan organisasi elit, yang menekankan pendekatan
top-down dan tidak memperhatikan otonomi sipil.62
Jauh sebelum lahirnya KUD, pemerintah telah mengembangkan BUUD
pada tahun 1966. BUUD ini merupakan hasil penggabungan koperasi
pertanian dan koperasi desa menjadi satu desa. Tujuan dari BUUD ini
adalah untuk membantu petani mengatasi kendala dalam proses produksi,
mulai dari kenyamanan produk hingga komersialisasi. Seiring berjalannya
waktu, proses pengembangan koperasi di desa telah terintegrasi ke dalam
BUUD/KUD, dan KUD secara bertahap menggantikan peran BUUD.63
BUUD tepatnya merupakan koperasi tingkat desa pertama yang
didirikan di Yogyakarta pada bulan April 1971 dengan dilatarbelakangi
pelaksanaan peningkatan penargetan Bimbingan Masal (Bimas), meskipun
BUUD bukanlah bentuk koperasi yang diharapkan. Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1967, tetapi koperasi tidak keberatan menerimanya sebagai badan
62 Dodi Faedlullah, BUMDes Dan Kepemilikan Warga: Membangun Skema Organisasi Partisipatoris, Journal Of
Governance, Volume. 3, Issu 1, (Juni 2018) hal. 3 63 Ibid, hal. 8
41
Badan usaha di bidang ini, bahkan dalam perkembangan selanjutnya,
ekonomi tingkat desa dikembangkan melalui BUUD dan KUD, dan
pengoperasiannya berdasarkan instruksi presiden.64
Terkait Cikal bakal KUD adalah berawal dari Koperta (Koperasi
Pertanian) yang didirikan oleh pemerintah orde lama pada tahun 1963. Pada
tahun 1967 dikembangan BUUD (Badan Usaha Unit Desa) sebagai tindak
lanjut dari Koperta. Pembahasan ini telah dibahas pada sub bab sebelumnya.
KUD merupakan kesatuan ekonomi terkecil dari kerangka pembangunan
pedesaan yang telah di desain oleh pemerintah. KUD adalah wadah
organisasi dan pengembangan bagi berbagai kegiatan usaha ekonomi di
wilayah yang bersangkutan guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
KUD juga merupakan gabungan usaha bersama koperasi-koperasi pertanian
atau koperasi-koperasi desa yang terdapat diwilayah unit desa. KUD
dibentuk oleh warga desa dari suatu desa atau sekelompok desa-desa yang
disebut unit desa dengan sistem kekeluargaan, semangat yang pernah
dibangun oleh Mohammad Hatta, yakni ingin melaksanakan cita-cita
nasional yaitu untuk menyusun perekonomian bangsa atas dasar asas
kekeluargaan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
melalui usaha koperasi yang merupakan suatu kesatuan ekonomi masyarakat
kecil. KUD merupakan koperasi yang mulai diandalkan oleh anggota dan
64 Agnes Sunartiningsih, Reorientasi Pembinaan KUD. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 2, No.1 (January
2002). Hal. 82 DOI: 10.22146/jsp.11160
42
masyarakat. Semenjak berkembangnya KUD, kepercayaan koperasi mulai
tumbuh kembali.65
Sesuai peraturan, negara mengeluarkan Keppres No. 4 Tahun 1973
―Pendapat Sangat Bagus Tentang Pengelolaan dan Pembinaan Unit Tingkat
Desa‖, yang kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 4 Tahun 1973.
Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1978 tentang Peningkatan Fungsi
Badan Usaha Unit Desa (BUUD) dan KUD. Enam tahun kemudian, pada
tanggal 4 April 1984, dikeluarkanlah Instruksi Presiden tentang Pembinaan
dan Pengembangan KUD. Paragraf kedua Pasal 1 Perpres tersebut
menetapkan bahwa arah pembangunan pedesaan adalah menjadikan
kawasan perdesaan sebagai pusat pelayanan kegiatan ekonomi perdesaan
yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan negara melalui orientasi dan
pembangunan secara menyeluruh. Perencanaan lintas departemen.66
Namun dalam prakteknya, kondisi KUD jauh dari harapan menjadi
koperasi yang mandiri.Organisasi yang berwenang mengembangkan KUD
saat itu masih meyakini bahwa KUD hanyalah organisasi yang dikendalikan
oleh pemerintah, tidak bergantung pada kepentingan, dan kebutuhan.
Masyarakat. Selanjutnya pembangunan yang dilakukan jauh dari
berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat lokal, tetapi lebih
berorientasi pada akuntabilitas. Sementara itu, tujuan lembaga pendukung
65 Pujiyono, Hukum Koprasi Dalam Potret Sejarah Di indonesia. CV. Indotama Solo, Surakarta, Agustus 2015,
Hal. 123 66 Dodi Faedlullah, Loc.Cit. Hal. 9
43
seperti perbankan dan pengembangan usaha bukan untuk membantu KUD,
melainkan sebagai sasaran birokrasi.67
Di sisi lain, tujuan bantuan pemerintah adalah untuk memperkaya
rakyat secara adil. Bantuan pemerintah bahkan telah menjadi masalah yang
melekat dalam pengembangan koperasi. Karena pembentukan KUD
merupakan hasil dari kebijakan top-down dan kurangnya partisipasi warga,
karena perkembangan koperasi tidak merespon kebutuhan dan potensi
masyarakat. Pada akhirnya, KUD menjadi bahan ―rekayasa‖ elite desa.
Bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah bahkan digunakan oleh
sebagian kecil pengelola KUD. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat mengganti singkatan KUD menjadi
―Ketua Untung Duluan‖. Situasi ini tidak terlepas dari latar belakang politik
Indonesia yang dikuasai rezim orde baru, dan keberadaan KUD yang selalu
memantau pemerintah akan menghambat perkembangan KUD. kualitas. Hal
ini akan menghilangkan sifat mandiri KUD sebagai koperasi..68
Selanjutnya terkait BUMDes dalam proses pembangunan harus belajar
dari pengalaman. Seperti ungkapan pepatah lama, ―guru terbaik adalah
pengalaman.‖ Oleh karenanya penulis terkait BUMDes harus benar-benar di
perkuat dan didirikan berdasarkan yang sesuai dengan potensi desa dan
kebutuhan masyarakat sehingga bisa menjadi daya tarik partispasi
masyarakat yag sesuai dengan asas gotong royong dan tidak boleh
67 Agnes Sunartiningsih, Op. Cit. Hal.86 68 Dodi Faedlullah, Loc. Cit. Hal, 9
44
pemerintah terlalu intervensi yang dapat menghilangkan kemandirian
BUMDes itu sendiri.
B. Kedudukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pada Masa Otonomi
Daerah
Istilah Badan Usaha yang ada di desa telah ada semenjak lahirnya
semangat otonomi daerah yang di tandai dengan di sahkannya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-
Undang ini mendorong desa untuk mendirikan suata badan usaha yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Karena desa dapat memiliki
badan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan69
. Dan terkait
pendapatan asli desa yang salah satunya bersumber dari hasil usaha desa,
hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan
lain-lain pendapatan yang sah. Ini menandakan bahwa Undang-Undang ini
mendorong desa untuk melakukan pemberdayaan terhadap potensi desa
dalam rangka meningkatkan pendapatan desa yang di lakukan dengan
pendirian Badan Usaha Milik Desa, Kerja sama dengan pihak ketiga, dan
kewenangan melakukan pinjaman.70
Seiring waktu berjalan dengan lahirnya Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah yang merupakan hasil revisi atas
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang pemerintahan Daerah.
Memberikan landasan hukum terkait BUMDes yang menjelaskan bahwa
‖Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan
69 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60), Pasal 107 70 Ibid, Pasal 108.
45
dan potensi desa.71
Selain itu juga diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang didalamnya mengatur tentang
BUMDes, dari Pasal 78 –81, Bagian Kelima tentang Badan Usaha Milik
Desa, sebagai mana diuraikan di bawah ini:72
Dalam Pasal 78 menjelasakn bahwa ―Dengan meningkatkan pendapatan
masyarakat dan desa, pemerintah desa dapat mendirikan BUMDes sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa. Ayat (1) mengacu pada badan
hukum‖73
Kemudian Pasal 79 mengatur bahwa yang dimaksud dengan
―Usaha Desa‖ pada alinea pertama Pasal 78 adalah BUMDes dan BUMDes
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa yang dananya dapat berasal
dari Pemerintah Desa, tabungan masyarakat, Subsidi Pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pihak lain
meminjamkan dan berpartisipasi dalam kerja sama pemerataan atau bagi
hasil atau saling menguntungkan. Pengelolaan BUMD terdiri dari
pemerintah desa dan masyarakat‖74
Selain itu, Pasal 80 mengatur bahwa "Usaha Desa dapat mengeluarkan
pinjaman sesuai dengan undang-undang. Pinjaman sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 diterbitkan setelah mendapat persetujuan dari BPD." Dan Pasal
81 menjelaskan ―Peraturan tambahan tentang pembentukan dan tata cara
pengelolaan BUMDes yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana
71 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 213 Ayat 1. 72 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Pasal 78-81
73 Ibid.Pasal 78
74 Ibid. pasal 79
46
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: ( a) Bentuk badan hukum
(b) Pengurusan (c) Hak dan kewajiban (d) Modal (e) Bagi hasil (f)
Kerjasama dengan pihak ketiga (g) Mekanisme pengelolaan dan
pertanggungjawaban‖75
.
Namun menurut praturan perundang-undangan tersebut baik Undang-
Undang Nomer 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang desa. Belum di atur secara
terperinci mengenai BUMDes termasuk tidak di jelaskan secara terprinci
mengenai proses pendirian BUMDes, siapa saja yang berhak mengelola
BUMDes, sumber permodalan BUMDes yang belum jelas, jenis usaha yang
diperbolehkan dan pelaporannya pertanggung jawaban BUMDes itu sendiri
belum diatur secara rinci dalam undang-undang ini.
Pemerintah berharap BUMDes dapat merangsang dan mendorong
pembangunan ekonomi di pedesan. Aset ekonomi desaharus sepenuhnya
dikelolaoleh masyrakat dsa. Esensi dan flosofi BUMDsa herus penuh
dengan fantasi aliansi dalam upaya memperkuat aspek ekonomi organisasi.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah menerbitkan kembali landasan
hukum yang lebih rinci untuk BUMDes, kali ini melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa.
Dalam Permendagri ini, ia secara khusus menyebut BUMDes, yang terdiri
dari tujuh bab dan 25 pasal. Isi normatif terkait dengan pendirian BUMDes.
Pengurus BUMDes mengarahkan pengawasan BUMDes itu sendiri.76
75
Ibid. pasal 80,81. 76 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa.
47
Oleh karena itu, sejak tahun 2004, peraturan perundangan yang
membahas lebih rinci tentang BUMDes baru tersedia pada tahun 2014
dengan lahirnya semangat otonomi desa melalui UndangUndangDesa. Yang
memberikan hak, kewajiban dan kwenangan seluas-luasnya kepada desa
untuk mengatur urusan desanya sendiri tak terkecuali BUMDes itu sendiri.
BUMDes yang menurut UU Desa adalah Badan usaha yang modalnya
dimiliki atau sebagian besar modal desa, mengelola kekayaan, jasa dan
usaha lainnya dengan turut serta secara langsung atas kekayaan
perseorangan yang berasal dari desa untuk mencapai kesejahteraan yang
lebih besar bagi masyarakat desa.77
Desa dalam hal ini dapatmendirikan
Badan…Usaha…Milik…Desa…yang…disebut..BUM Desa78
.
UUDesa Standar Penerapan Terkait Desa. Peraturan Pemerintah
Nomor 43 (PP Desa) terkait desa tahun 2014 juga mengatur bahwa selruh
atau…sebagian…besar…modal badan usaha…desa (selanjutnya disebutBUMDesa)
harus dimiliki oleh desa. Melalui partisipasi langsung kekayaan desa sendiri
untuk mengelola aset, jasa dan usaha lainnya, untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat desa yang sebesar-besarnya.79
Selain itu, Pasal 87 Bab 10 ―UU Desa‖ mengatur: (1) Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang diberi nama BUMDes; (2)
Pengelolaan BUMDes didasarkan pada semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan; (3) BUMDes Usaha bidang ekonomi dan/atau pelayanan
77 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 1 angka 6 78 Ibid, Pasal 87 ayat (1) 79 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 Tentang Desa.
48
umum dapat diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.80
Pasal 88 UU Desa. Pasal 132 ―Peraturan Pemerintah Desa‖
menetapkan bahwa panitia desa terdiri dari majelis desa, yang akan
ditentukan oleh peraturan desa dan kesepakatan rakyat. Selanjutnya, Pasal
135 ―Peraturan Desa dan Kesepakatan Desa‖ mengatur bahwa pendanaan
awal panitia desa berasal dari anggaran desa dan merupakan aset yang
berdiri sendiri dan tidak terpisahkan di dalam desa. Modal Bumdes meliputi:
(1) Penyertaan modal desa, APBD, dan modal lainnya; 2) Penyertaan modal
dari masyarakat desa.81
BUMDes diakui secara hukum untuk pertama kalinya, tetapi sebagai
badan hukum harus memiliki organisasi yang terorganisir. Struktur
organisasi ini dapat dilihat pada pasal 132 Peraturan Pemerintah Desa yang
mengatur bahwa kepengurusan BUMdes paling sedikit harus meliputi: (1)
konsultan; 2) aktuator operasi. Konsultan tentunya berada di tangan kepala
desa, dan pelaksana adalah orang yang mengangkat dan memberhentikan
kepala desa.
Secara historis, BUMDes pada awalnya diatur sebagai badan hukum.
Hal ini sesuai dengan penafsiran pemerintah daerah dalam pasal 213 (2)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu masyarakat komunal adalah
badan hukum yang diaturdenganperaturan perundangundangan dan diatur
dalam pasal 78. (3) peraturan pemerintah tersebut di atas. Hal itu ditegaskan
80 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomer 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 87.
81 Op.Cit,Pasal 132 dan 135
49
kembali. PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, yaitu bentuk BUMDes
sebagaimanadimaksud padaayat 1 harus berbentuk…badan…hukum.82
Sekitar 10 hari kemudian, tambah disahkannya UU Desa struktur
anasir andil BUMDes berubah. Di bagian dalam Pasal reservoir poin 6 UU
Desa, disebutkan BUMDes adalah anasir andil dan bagian dalam
penjelasannya di Pasal 87 ayat (reservoir) BUMDesa menjadikan suatu
anasir andil berhaskan nagari yang secara eksplisit tidak upas disamakan
tambah anasir lembaga serupa maskapai terbatas, CV atau koperasi. Yang
memupuk BUMDes berperan struktur anasir andil berisi lembaga yang baru.
Berbeda tambah BUMN dan BUMD yang bagian dalam tertib perundang-
bujukan perkiraan eksplisit diatur bisa bercorak Perseroan Terbatas (PT)
maupun Perusahaan Umum (Perum).
Dari konvensi-konvensi tertulis di atas, hadir bahwa BUMDes
sebenarnya dibentuk pakai rangrangan anasir peraturan. Untuk bisa disebut
seperti anasir peraturan harus menyimpan tanda-tanda seperti berikut: (1)
adanya materi kapital yang maujud sendiri; (2) menyimpan sasaran tertentu;
(3) menyimpan kebaikan Anda sendiri; (4) adanya senat yang terorganisir.
Keempat sifat tertulis membayang bagian dalam kaidah-kaidah yang
membereskan Bumdes. Kekayaan Bumdes menemukan kapital marga dan
terpisah. Bumdes juga menyimpan sasaran dan maslahat undang-undang,
yaitu 4.444 digunakan menjelang melebarkan ekonomi marga dan
mempergiat tunjangan marga. Bumdes juga menyimpan senat yang
82 Peraturan Pemerintah, Nomor 72 Tahun 2015 Tentang Desa.
50
terorganisir, yang hadir berusul kehadiran dan Pelaksanaan bisnis
konsultasi.83
dikategorikan sebagai badan usaha berbadan hukum Secara
karakteristik, BUMDes telah dapat karena telah memenuhi karakteristik
sebagai berikut:
1. Adanya kekayaan yang terpisah
Pasal 135 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 mengucapkan bahwa modal BUMDes yang berbunga
pecah penyertaan kapital dusun menjadikan modal dusun yang
dipisahkan.
2. Mempunya tujuan tertentu
Penjelasan Pasal 87 ayat (1) UU Desa memutuskan bahwa BUMDes
dibentuk menjelang memanfaatkan segala bakat ekonomi,
kelembagaan perekonomian, kintil bakat asal buah tawang dan asal
buah jiwa bagian dalam denah memperteguh kedamaian khalayak
desa.
3. Mempunyai kepentingan sendiri
Kepentingan BUMDes terselip juga bagian dalam Penjelasan Pasal 87
ayat (1) UU Desa mengeja bahwa BUMDes mengarah untuk laba
keuangan dan memompong pertambahan ketenteraman masyarakat.
83 ) Erni Herawati, 2016, Badan Usaha Milik Desa, Status dan Pembentukannya, Bina Nusantara (onlain)
https://business-law.binus.ac.id/2016/10/16/badan-usaha-milik-desa-status-dan-pembentukannya/#, (26 juli 2021, jam
22:45)
51
4. Adanya organisasi yang teratur
Organisasi BUMDes tersendiri berasal yayasan otoritas kampung dan
yayasan BUMDes paling sekutil terjalin tangkai ketua menimbrung
manajer operasional. Peraturan ini diatur dengan Praturan
Pemerintah…Republik…Indonesia…Nomor 43Tahun 2014/Pemerintah
Pasal 132 ayat (3) dan (4).
Namun dengan dengan keterangan di atas baik menurut UU Desa dan
PP Desa ini Status BUMDes serupa Badan Usaha Berbadan Hukum bekerja
selaur pertanyaan dan panel yang ganjat lahir di masyarakat. Hal ini
melahirkan pertanyaan tempo BUMDes butuh beroperasi serupa tambah
segi ketiga ataupun mulai sejak indepedensi BUMDes itu sendiri karena
tidak ada regulasi yang secara tegas menyatakan BUMDes sebagai Badan
Hukum.
Dalam PP desa pasal 142 Menyebutkan Ketentuan lebih lanjut
mengenai pendirian, pengurusan dan pengelolaan, serta pembubaran
BUMDesa diatur dengan Peraturan Menteri.
Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang ― Pendirian,
Pengurusan dan penyelenggaraan dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Desa‖ menetapkan bahwa Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya
disebut BUMDes adalah seluruh tubuh atau kebanyakan kapital yang
dimiliki oleh Desa melintas rimba Berpartisipasi secara langsung dalam
pengelolaan aset, jasa dan usaha lainnya untuk mencapai kesejahteraan yang
lebih besar bagi masyarakat desa. BUMDes adalah ―Modal utamanya
52
dimiliki oleh desa, dan merupakan badan usaha yang dimiliki oleh
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa melalui penyertaan
langsung pada aset desa, aset operasional, jasa dan usaha lainnya.
BUMDes‖ merupakan wadah interaksi ekonomi antara pemerintah desa
dengan masyarakat desa. Tujuannya adalah untuk mengurangi kemiskinan
dan mengubah keluarga miskin menjadi keluarga kaya. BUMDes juga
berperan sebagai lembaga sosial dan komersial dan diharapkan dapat
menjadi motor penggerak perekonomian dsa Sebagai lembaga sosial,
BUMDes harus berpihak pada kepentingan masyarakat. Pada saat yang
sama, Bumdes sebagai organisasi bisnis bertujuan untuk mencari
keuntungan untuk meningkatkan pendapatan desa.84
C. Perubahan Pengaturan Kedudukan BUMDes Berdasarkan Undangg-
Undang Ciptaa Kerja.
Desa merupakan unit terkecil yang paling dekat dengan masyarakat
dalam struktur nasional, dan sebenarnya bersentuhan langsung dengan
kebutuhan kesejahteraan masyarakat. Sebagai wakil pemerintah, desa
berkewajiban mengembangkan sumber daya material dan manusia,
berupaya meningkatkan kualitas hidup dan kualitas hidup, serta memberikan
kesejahteraan dan sumber daya yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
desa. Masalah lain yang sering dihadapi oleh perekonomian pedesaan yang
kurang berkembang adalah kurangnya sumber daya manusia yang dapat
melihat peluang. Hal ini berimplikasi pada ketergantungan pada bantuan
84 Maryunani, Pembanguanan Bumdes dan Pemberdayaan Pemerintah Desa, (Bandung;CV Pustaka Setia,2007),
hlm. 31.
53
pemerintah daripada kemandirian. Olh karna itu, dsa membutuhkan inovasi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keberadaan desa merupakan hasil dari ketaatan pemerintah Indonesia
terhadap prinsip desentralisasi yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
bagi pelaksanaan otonomi daerah di daerah. BUMDes merupakan tulang
punggung kegiatan ekonomi kota, sebagai organisasi sosial, sejalan dengan
kepentingan masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial dan
menjalankan fungsi komersial, tujuannya adalah untuk mendapatkan
keuntungan melalui penyediaan barang dan pasar jasa. Sebagai badan
hukum, BUMDes didirikan sesuai dengan undang-undang dan kesepakatan
masyarakat desa, Oleh karena itu, diharapkan seluruh potensi daerah dapat
digarap secara optimal. 85
Sejak Jokowi Jusuf Kalla berkuasa, Jokowi Kyai Makruf Amin,
khususnya Nawacita ketiga, adalah ―membangun Indonesia dari pinggiran
untuk memperkuat daerah dan rakyat.‖ Salah satu agenda penting adalah
memastikan implementasi UU No. 6 Tahun 2014 melalui pemasangan,
pengawasan dan pendampingan secara sistematis, konsisten dan
berkesinambungan. Membantu masyarakat lebih dari sekedar memenuhi
kewajiban UU No. 1. No. 6 tahun 2014, selain itu juga merupakan cara
penting untuk memantau perubahan desa dan membangun desa inovasi
mandiri.86
85 Shara Mitha Mahfirah dan Adista Paramita dalam Muhammad Adib Junaidi,“Kajian Normatif Kedudukan
Badan Usaha Milik Desa Sebagai Subyek Hukum”, Jurnal Notaire, 4 (1) 2021: 127-136, DOI: 10.20473/ntr.v4il.23553 86 Ibid
54
UndangUndang…Nomor…11…Tahun…2020…tentan…Cipta…Kerja.(selanjutny
ya disebut UU Cipta Kerja) mulai berlaku pada tanggal 2 November 2020.
Melindungi dan menciptakan kesempatan kerja, memberdayakan koperasi
dan usaha kecil, menengah dan mikro, meningkatkan ekologi investasi dan
lingkungan bisnis, dan mempercepat promosi proyek strategis nasional dan
pusat investasi.87
Tujuan diundangkannya UU Cipta kriya adalah sebagaimana dimuat
di bagian dalam potongan konsiderannya. UU Cipta Kerja diharapkan
mampu meresap energi kriya Indonesia yang seluas-luasnya di celah
perlagaan yang semakin kompetitif dan komplain keuniversalan ekonomi.
Peraturan tergantung kemudahan, naungan dan pemberdayaan koperasi dan
inayat kecil, membatasi dan mikro, pertambahan ekosistem pendanaan dan
lejang ciptaan strategis nasional, terhitung naungan dan ketenangan
pencetus yang lebih besar, tersiar di seluruh tubuh marga di berbagai sektor.
Tetapi bisa memufakati kriteria resam menjelang menyegerakan reka cipta
medan kriya, sehingga bentuk diperlukan.88
Landasan filosofis pendirian UU Cipta Kerja didasarkan depan Psl4,
Psl5(1),Psl18,Psl18A,Psl18B,Psal20,Pasal22D(2), Pasal 27 (2)), Pasal 28D
(1) dan (2) menimbrung Pasal 33 Undang-UndangDasar NegaraRepublik
Indonesia Tahun 1945.89
87 Republik Indonesia,…Undang-Undang…Nomor..11 Tahun 2020 Tentang…Cipta…Kerja (Lembaran Negara RI
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 6573), Pasal 1 Angka 1 88 Alfiansyah, Alfiansyah. "Status Badan Usaha Milik Desa Sebagai Badan Hukum Atas Diundangkannya
Undang-Undang Cipta Kerja." JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) 5.2 (2021). DOI: http://dx.doi.org/10.36312/jisip.v5i2.1991, hal. 216 89 Ibid
55
Sedangkan yuridiksi tentang BUMDes bagian dalam UU Cipta Kerja
sebagaimana diatur bagian dalam Pasal 117 UU Cipta Kerja yang
memindahkan hukum bagian dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20l4
perihal Desa Pasal reservoir kredit 6:
―Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
Badan Hukum yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-desa guna
mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan
produktivitas, menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa‖
Serta Ketentuan Pasal 87 yang juga mengatur tentang BUMDes
diubah dalam UU Cipta Kerja dalam pasal 117 sehingga berbunyi sebagai
berikut:90
―[1] Desa dapatmendirikan BUM Desa‖.[2] BUM Desa
sebagaimana dimaksud hadirat ayat (1) dikelola pakai gelora perantaraan
dan kegotongroyongan‖.[3] BUM Desa bisa menjelmakan andil di jagat
ekonomi dan/atau saham biasa satu bahasa pakai kaidah tertib perundang-
undangan‖[4]BUM Desa sebagaimana dimaksud hadirat ayat (1) bisa
mencetak hal andil berisi hukumsesuai pakai niat dan objek
dan[5]‖Ketentuan lebih menyimpang perihal BUM Desa sebagaimana
dimaksud hadirat ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur pakai
Peraturan Pemerintah‖91
.
Penjelasan Pasal 117 ayat (1) UU Cipta Kerja yang mengubah
ketentuan dalam Pasal 87 UU Desa menjelaskan bahwa BUMDesa dibentuk
Pemerintah desa memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan sepenuhnya
potensi ekonomi, sistem ekonomi, dan potensi…sumber…daya…alam…dan
90 Ibid, hlm, 683 91 Ibid.
56
manusia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Scara
khusus, BUMDes tidaak dapat disamakan dengan badan hukum, seperti
perseroan terbatas atau koperasi. Oleh karena itu, BUMDes menakhlikkan
bagian usaha yang berperangai manusiawi. Selain sehat penyeliaan negeri
tingkat desa, BUMDes juga mengamalkan agenda kepada memufakati
tujuan publik desa. BUMDes juga bisa memanifestasikan kepentingan
pelayanan, komersial dan pembinaan ekonomi lainnya.
Dalam bagian kenaikan sumber tip desa, BUMDes bisa
mengumpulkan cadangan domestik berusul kebanyakan desa, terutama
melintas rimba pemerintahan usaha berputar dan simpan pinjam. Kegiatan
BUM Desa tidak semata-mata mengarah dekat keefektifan ekonomi, tetapi
juga mengarah dekat menggotong kenaikan ketenteraman kebanyakan
pedesaan. Diharapkan BUMDes bisa memanfaatkan potensi ekonomi untuk
mengembangkan unit usaha. Apabila kegiatan usaha tersebut dapat
dijalankan dan berjalan dengan lancar, maka sangat mungkin BUMDes
dapat dijalankan sesuai dengan badan hukum yang dipersyaratkan oleh
undang-undang.
Posisi BUMDes setelah UU Cipta Kerja seumpama Badan Hukum
fisik baru yang kedudukannya sama pakai Perseroan Terbatas (PT) sama
pakai BUMN front imbangan kewarganegaraanisme dan BUMD front
imbangan rat sebagaimana dijelaskan bagian dalam Penjelasan Pasal 117
UU Cipta Kerja yang menukar Pasal 87 UU Desa bahwa Posisi BUMDes
serupa ahli resam tidak bisa dipersamakan tambah Perseroan dan Koperasi.
57
Adapun Dampak Positif yang diharapkan ujung pangkat BUMDes serupa
ahli Hukum diantaranya adalah melecehkan kemitraan desa, melecehkan
memasarkan kepandaian rat, menyegerakan revisi ekonomi rat melalui desa
dan mempercepat keberhasilan Sustainable Development Goals (SDGs)
Nasional.
D. Bentuk Penguatan BUMDes Berdasarkan Undang-Undang Cipta Kerja
Berdasarkan Undang-Undang Cipta Kerja,posisi BUMDes di pertegas
kedudukannya sebagai Badan Usaha yang Berbadan Hukum yang di
harapkan menjadi kunci pengembangan BUMDes di masa yang akan
datang. Selain mempertegas kedudukan dari BUMDes, paska berlakunya
Undang-Undang Cipta Kerja ini juga memperkuat BUMDes dari Segi
admistratif atau teknisnya sebagai mana yang di jelaskan dibawah ini
sebagai berikut :
1. Mekanisme Pembentukan BUM Desa/BUM Desa Bersama
Paska UU Cipta Kerja disahkan oleh presiden Jokowi, pemerintah
kerja cepat untuk menerbitkan aturan pelaksananya khususnya tentang
BUMDes, tiga bulan berikutnya. Pada tgl 2/2/2021, pemerintah
menerbitkan PP BUMDes terkait BUMDES , yang selanjutnya disebut
PP BUMDes, yang merupakan aturan pelaksanaan Pasal 117 dan Pasal
185 UU Cipta Kerja. Peraturan pemerintah harus ditetapkan untuk
BUMDes. BUMDes yang kita kenal dalam PP BUMDes/BUMDes
Bersam, menegaskan BUMDes adalah badan hukum. cara yang
didirikan oleh desa dan/atau berikut kampung, yang digunakan kepada
58
mewujudkan usaha, menunggangi aset, meluaskan pendanaan dan
produktivitas, menyerahkan pelayanan, dan/atau meninggalkan jenis
usaha lain yang cocok untuk banyak orang. penduduk desa Kepentingan
terbaik masyarakat desa. .92
PP BUMDes juga menghapuskan berbagai ketentuan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu Pasal 132142 Bab 8
―Peraturan Pemerintah‖. Keputusan No. 43 Tahun 2014 tentang
Penerapan UU No. 43. 43. Peraturan Pemerintah No. 6 tentang Desa
Tahun 2014 (Berita Negara Republik Indonesia No. 123 Tahun 2014,
Tambahan Buletin Pemerintah Republik Indonesia No. 5539), setelah
mengalami beberapa kali revisi, adalah Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. Nomor 11 Tahun 2019, dibandingkan
dengan Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014),
Republik Indonesia bernomor . 41, Nomor 41 Tahun 2019 dan
Tambahan Nasional Nomor 6321 Republik Indonesia) telah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.93
Dalam PP BUM Desa ini terkait dengan mekanisme pembentukan
BUMDes/BUMDes Bersama yang bertujuan untuk mengelola badan
usaha, menggunakan Aset, melebarkan pemodalan dan produktivitas,
merelakan kontribusi atau jasa lain menjelang memperteguh ketenangan
92 Republik Indonesia, Peraturan…Pemerintah,…Nomor 11 Tahun…2021 Tentang…Badan Usaha Milik Desa 93 Ibid..Pasal 76
59
biasa desa. BUMDes didirikan untuk menyerap tenaga kerja pedesaan
dan meningkatkan kreativitas serta peluang usaha ekonomi produktif
bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tujuan pemberdayaan
masyarakat pedesaan dengan kekuatan ekonomi melalui BUMDes
adalah untuk memberikan pelayanan bagi pengembangan usaha
produktif masyarakat pedesaan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pendirian BUMDes/
BUMDes bersama dalam konteks pembangunan desa yaitu:94
(a)
Mengembangkan kegiatan ekonomi dan komersial melalui kegiatan
komersial, mengembangkan investasi dan produktivitas ekonomi serta
mengembangkan Potensi Desa (b) Melaksanakan kegiatan pelayanan
publik, menyediakan barang atau jasa yang memenuhi kebutuhan
umum masyarakat pedesaan, mengelola lumbung desa (c)
Meningkatkan pendapatan asli dan pendapatan desa, serta memperoleh
pendapatan atau pendapatan bersih yang lebih tinggi melalui
pengembangan ekonomi kerakyatan. Sumberdaya (d)) Memanfaatkan
aset desa menjelang membuat pandangan hidup dengan aset desa; (e)
Pengembangan ekosistem ekonomi digital pedesaan. 95
Untuk mencapai tujuan di atas, pengelolaan harus dilandasi oleh
semangat pertalian darah dan gotong royong, berdasarkan prinsip
94 Ibid, pasal 3 95 Ibid, pasal 3
60
profesionalisme, keterbukaan, tanggung jawab dan partisipasi, dengan
mengutamakan sumber daya lokal dan berkelanjutan.96
Pendirian BUMDes/BUMDes Bersama di sepakati melalui
Musyawarah Desa, sebagaimana di atur dalam ketentuan PP BUMDes
yaitu:97
pertama, BUMDesa didirikanoleh 1(satu) desa…berdasarkan
Panitia desa…dan pembentukannya ditapkan oleh panitia perencanaan
desa. Kedua, panitia desa dibentuk bersama…oleh lebih dari 2 (dua)
panitia desa dan dirumuskan bersama oleh kepala desa. Perbedaannya
terletak pada peraturan bersama BUMDes dan kepala desa, yang
didasarkan pada kesamaan potensi, kegiatan komersial atau kedekatan
wilayah, tetapi tidak dibatasi oleh wilayah administrasi (seperti jalan
yang berbeda). Desa secara langsung membentuk BUMDes bersama
dengan desa lain, terlepas dari apakah ada BUMDes di desa masing-
masing. Pada saat yang sama, "Peraturan Desa" dan "Peraturan
Bersama Kepala Desa" setidaknya memuat ketentuan untuk membentuk
kotamadya / kotamadya terkait, kotamadya / kotamadya / asosiasi
kotamadya, dan menentukan jumlah desa dan / atau komunitas desa. .
Modal ikut serta dalam pembentukan kerangka kerja
BUMDes/BUMDes bersama.
Dalam pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama hendaknya di
dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang di antaranya:98
(a)
Kebutuhan masyarakat desa (b) Pemecahan persoalan bersama (c)
96 Ibid, pasal 4 97 Ibid, pasal 7
98 Ibid, pasal 10
61
Kekayaan usaha (d) Model bisnis tata kelola bentuk organisasi dan jenis
usaha, pengetahuan dan teknologi (e) Visi pelestarian orentasi
keberlanjutan dan misi perlindungan nilai religi adat istiadat, perilaku
sosial, dan kearifan local99
.
2. Mekanisme BUMDes/BUMDes Bersama untuk memproleh Badan
Hukum.
Menurut Utrecht, tangan peraturan mewujudkan setiap barisan
peruntungan yang tidak bersukma atau bukan pribadi. Menurut Sudikno
Mertokusumo yaitu: Badan peraturan adalah instansi atau lembaga
pribadi yang memegang objek terpaku yang bisa mengidap peruntungan
dan kewajiban. Menurut Subekti tangan peraturan adalah suatu tangan
atau federasi yang bisa memegang hakhak mengerjakan korenah serupa
seorang pribadi, turut memegang substansi batang tubuh yang bisa
digugat atau melewa di arah hakim.100
Badan hukum adalah badan yang mempunyai hak dan kewajiban
untuk melakukan perbuatannya sendiri. Badan hukum adalah subjek
hukum yang sama dengan orang. Persyaratan untuk mengklasifikasikan
suatu badan sebagai badan hukum, dll; kekayaan dengan tujuan tertentu
dipisahkan dari kekayaan pribadi mitra atau pendiri yang
kepentingannya adalah kepentingan bersama, dan ada beberapa orang
yang menjabat sebagai direktur. Badan hukum dapat dibedakan menjadi
dua bagian utama, yaitu badan hukum publik dan badan hukum perdata.
99 Ibid, pasal 10
100 Alfiansyah, Alfiansyah, Op. Cit. Hal. 217
62
Pasal 1653 KUHPerdata mengatur bahwa badan-badan publik dapat
berupa badan hukum; badan hukum yang diakui oleh penguasa umum;
badan hukum yang diizinkan dan didirikan untuk tujuan tertentu.
melanggar hukum atau bermartabat.101
Persoalan corporate personality mempertanyakan kemampuan
BUMD untuk menjadi badan hukum dalam kegiatan usahanya, bahkan
menjadi pemegang saham unit usaha yang didirikannya. Pengelola unit
usaha BUMDes yang berbentuk badan hukum seperti PT sebenarnya
memiliki kekuatan dan keleluasaan yang lebih besar untuk bekerja sama
dengan pihak ketiga. peningkatan PAD. Tanggung jawab pemilik modal
tempat vila dipesan dan ditempatkan di BUMDes tidak dibatasi secara
tegas dan dapat mempengaruhi pemesanan BUMDes dan klaim pihak
ketiga yang melebihi modal yang dimasukkan.102
Sebagaimana telah diuraikan diatas dengan keberlakuan UU Cipta
Kerja, status BUMDes secara tegas menjadi unit usaha berbadan
hukum, BUMDes serupa Badan Hukum objek baru yang kedudukannya
sama dengan Perseroan Terbatas (PT), tiru setimpal tambah BUMN
muka mutu nasional dan BUMD muka Level Daerah. Namun BUMDes
memiliki Payung Hukum yang berbeda, Otoratifnya juga berbeda
karena desa adalah entitas khusus yang memiliki karaktristik tertentu
101 Ibid, Hal. 217-218 102 Sukarja, Detania, Mahmul Siregar, and Tri Murti Lubis. "Badan Usaha Milik Desa: Berbadan Hukum atau
Tidak Berbadan Hukum?." Arena Hukum 13.3 (2020): 568-588.
DOI https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2020.01303.9 sumber https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena/article/download/1216/90898
63
dan UU Desa di berikan kekhususan, termasuk soal kemandirian desa
yang sudah memiliki setting budaya berbeda.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2021 Tentang
Badan Usaha Milik Desa sebagai aturan pelaksana atas UU Cipta Kerja,
bahwa BUM Desa atau BUM Desa Bersama dalam memproleh status
badan hukum terlebih dahulu harus mendapatkan registarasi dari
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT) Yang menghendaki menjelang menjauhi beberapa
bidang sebagai afinitas nama. Setelah tenggang registrasi di Kemendes,
kemudian di lanjutkan ke kementerian Hukum dan HAM untuk di
dokumentasikan. Hal ini dilakukan karena sebagai badan hukum,
BUMDes bisa membuat Badan Hukum baru seperti Perseroan Terbatas
(PT). Sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa (PP BUM Desa) yang mengatur
sebagai berikut: Pertama, BUM Desa/BUM Desa bersama-sama
memperoleh status badan hukum setelah akta pendaftaran elektronik
Diterbitkan oleh menteri yang mengurus program negara di bidang
hukum dan hak asasi manusia. Namun apabila BUM Desa/BUM Desa
secara bersama-serupa menyimpan BUM Desa/BUM Desa, maka lokasi
badan hukum unit usaha tersebut akan dipisahkan dari BUM
Desa/BUM Desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.103
103 PP BUM Desa, Ibid, pasal 8
64
Pemerintah desa akan mendaftarkan BUMDsa/BUMDesa
Bersama ke menteri melalu isisteminformasidesa untuk mendapatkan
status badan hukum. Era digital yang berlaku di semua sistem
pemerintahan juga berdampak pada pencatatan BUM Desa/BUM Desa
Bersama yang terintegrasi dengan sistem administrasi badan hukum
yangmenyelenggarakanurusanpemerintahan dibidang hukumdanhukum.
Kementerian Hukumdan HakAsasiManusia (Kemenkumham). Selain
itu, hasil pendaftaran BUM Desa/BUM Desa Bersama menjadi dasar
untuk diterbitkannya sertifikat pendaftaran oleh Kementerian
Hukumdan HakAsasi Manusia bagi badan hukum BUM Des/BUMdsa
Bersama.104
Pada saat yang sama, Menteri Pedesaan merumuskan ―Permen
Desa PDTT No. 3…Tahun…2021‖ Tentang Pendaftaran, Pendataan dan
Pemeringkatan, Pembinaan dan Pengembangan, dan Pengadaan Barang
Dan/atau Jasa Badan Usaha Milik Desa/ Badan Usaha Milik Desa
Bersama. Dalam Permen Desa PDTT Pasal 2 sampai dengan Pasal 13
Bab 2 peraturan tersebut, tentang pendaftaran dan pendaftaran nama
BUM Desa/BUM Desa Bersama disebutkan secara rinci, seperti terlihat
di bawah ini.105
Pertama, Pasal 2 mewajibkan pemohon mendaftarkan nama BUM
Desa / BUM Desa Bersama melalui sistem informasi desa. Pelamar
104 Ibid, pasal 9 105 Republik Indonesia, Permendes, PembangunanDaerah tertinggal,dan Transmigrasi, Nomor 3 tahun 2021
TentanTentang Pendaftaran, Pendataan dan Pemeringkatan, Pembinaan dan Pengembangan, dan Pengadaan
BarangDan/atau Jasa Badan Usaha Milik Desa/ Badan Usaha Milik Desa Bersama.
65
termasuk kepala desa BUM Desa dan BUMDes Bersama. Kepala desa
diberi wewenang oleh kepala desa lain. akan melaksanakan BUM Desa
Bersama. Mereka akan bekerja dengan kepala desa yang disetujui untuk
membentuk BUM Desa / BUM Desa Bersama sebelum melaksanakan
komite desa. / Negosiasi di antara orang-orang.106
Kedua, pada saat mengisi formulir pendaftaran nama BUM Desa /
BUM Desa Bersama, bersama-sama secara elektronik mendaftarkan
nama BUM Desa / BUM Desa. Daftar nama BUM Desa/BUM Desa
berisi.107
―(a) Usulan dengan BUM Desa / BUM Desa (b) Jenis BUM
Desa yaitu bersama BUM Desa atau BUM Desa (c) Nama Administratif
Desa pendiri dan (d) Alamat BUM Desa / BUM Desa‖ 108
Selain membuat formulir pendaftaran nama BUM Desa / BUM
Desa dengan pemohon, pemohon harus menyerahkan pernyataan
elektronik dengan nama BUM Desa / BUM Desa Bersama yang
diajukan pada tahun 2018 yang memenuhi persyaratan aplikasi. Saran
umum bertanggung jawab penuh.109
Pada saat yang sama, BUM Desa / BUM Desa Bersama harus
mematuhi peraturan dimana nama BUM Desa / BUM Desa Bersama
berbeda atau berbeda dengan nama instansi pemerintah dan organisasi
internasional lainnya. Dimulai dengan frasa BUM Desa dan diakhiri
dengan nama administratif kota. Ini adalah BUMDes dan dimulai
106 Ibid, Pasal 2 107 Ibid 108 Ibid 109 Ibid, Pasal 3
66
dengan frasa BUMDes. Ini secara kolektif disebut BUM Desa Bersama.
Kami tidak melanggar ketertiban umum dan ketertiban umum dan
moral. BUM Desa / BUM Desa Bersama terdiri dari rangkaian huruf
yang membentuk bahasa selain bahasa asing, tergantung atau
mencerminkan maksud, tujuan, dan kegiatan Bersama.110
Oleh karena itu, Menteri Elektronika menyetujui penggunaan
nama BUM Desa/BUM Desa Bersama berdasarkan nama yang
digunakan dalam sistem informasi kota. Surat persetujuan sekurang-
kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: a) Nomor registrasi nama
BUM Desa/BUM Desa; (B) Bisa menggunakan nama BUM Desa/BUM
Desa Bersma. (C) Nama Pemohon (d) BUMDSA/BUMDESA bersama
Nama tanggal pendaftaran akan ditentukan. Tanggal kedaluwarsa (E).
Email persetujuan hanya berlaku untuk salah satu nama BUM Desa /
BUM Desa Bersama.111
Jika persyaratan tidak dipenuhi, Menteri secara elektronik akan
menolak untuk menolak atas nama BUM Desa/BUM Desa. Sekalipun
nama yang disetujui berlaku selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari
kerja setelah nama tersebut disetujui untuk digunakan. 112
Sedangkan menurut Pasal 8 PP BUMDes, pemerintah mendata w
BUM Desa/BUM Desa kepada menteri melalui sistem informasi desa
yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan simpan pinjam. Di bidang
hukum dan hak asasi manusia, kami melakukan pekerjaan pemerintah.
110 Ibid, Pasal 4 111 Ibid, Pasal 5 112 Ibid, Pasal 6
67
Pemerintah desa diwakili oleh seorang sekretaris, termasuk pasar BUM
Desa. Atau pasar yang disetujui oleh kepala desa yang mendirikan
BUM Desa Bersama.
Pendaftaran BUMDes/BUMDes sebagaimana…dimaksud...dalam
Pasal…8…dilakukan…secara…elektronik dengan mengisiformulir
pendaftaran BUMDsa/BUMDes secara bersma-sama. Formulir
pendaftaran BUM Desa/BUM Desa sekurang-kurangnya harus memuat:
Nomor registrasi nama BUMDes/BUMDes diperoleh pada saat proses
registrasi nama. Nama-nama yang ditetapkan oleh BUM Desa/BUM
Desa disetujui oleh Kabinet. Jenis BUMD atau BUMD gabungan
adalah: (a) Nama administratif desa pendiri. (b) Pengelolaan bersama
BUM Desa/BUMDesa. (c) modal awal BUM Desa/BUMDesa. (d)
Identitas Pendiri. (5) Lingkungan bisnis. Nama administratif desa
pendiri dapat disesuaikan dengan mendaftar ke BUM Desa. Pendaftaran
harus diajukan dalam waktu 20 hari sejak tanggal yang ditetapkan
dalam peraturan kota dan/atau peraturan walikota tentang pendirian
BUM Desa/BUM DesaBersama. Apabila masa pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa melebihi 20 hari kerja sejak tanggal yang tercantum
dalam Peraturan Daerah Kota dan/atau Peraturan Pasar Bersama,
pendaftar harus mengulang kiat pendataan menginjak tersungkap
berikutnya. Tanggal pendataan BUM Desa / BUM dan individualitas
desa.113
113 Ibid, Pasal 9
68
Selain itu, pada saat pengisian formulir pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa, dokumen pendukung harus dikirimkan secara
elektronik melalui sistem informasi publik. Dokumen pendukung antara
lain: (a) Musyawarah lintas desa/lintas desa untuk bersama-sama
menentukan risalah rapat BUM Desa/BUM Desa; (b) BUM Desa/BUM
Desa Peraturan udik diputuskan berikut atau dimusyawarahkan berikut
oleh walikota udik. Peraturan BUM Desa/BUM Desa dan Anggaran
Dasar merupakan bagian dari peraturan bersama dan peraturan desa
yang dibentuk oleh pasar bersama-sama untuk membentuk BUM
Desa/BUM Desa. (c) BUM Desa / BUM Des dan Anggaran Dasar. (d)
Terkait dengan rencana kerja BUM/BUMDes Desa.114
Selain itu, pendaftar harus menyiapkan deklarasi elektronik
berikut. (A) Dokumen pendaftaran BUM Desa / BUM Desa lengkap
dan akurat. b) Bukti formulir pendaftaran bersama BUM Desa/BUM
Desa dan dokumen persyaratan sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9; (c) Bertanggung jawab penuh atas formulir pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa dan dokumen pendukungnya.
Kementerian kemudian akan memverifikasi data pendaftaran
melalui sistem informasi desa Dalamwaktu 5 harikerjasejak tanggal
pendaftaran. Data yang disetujui oleh BUM Desa/BUM Desa
diserahkan kepada Kementerian HukumdanHakAsasiManusia untuk
diterbitkannya pendaftaranbadanhukum di BUM Dsa/BUM Dsa. Pada
114 Ibid, Pasal 10
69
saat yang sama, kembalikan data BUM Desa / BUM Desa yang gagal
ke pencatat untuk diperbaiki.115
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 2
(dua) kementerian yang bertanggung jawab atas pendaftaranBUM
Dsa/BUMDsaBersama. BagianKesatu Kepala Desa memeriksa apakah
ada kesamaan nama yang disebutkan dalam Pasal 4, dan jika disetujui,
mereka akan mendaftar ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia untuk mendapatkan status hukum orang tersebut..
Di sisi lain, BUMDes dinyatakan sebagai badan hukum sejak
peraturan desa dirumuskan. Ini adalah produk dari pengesahan
musyawarah kepala desa dan tanda tangan oleh kepala desa. Namun,
dalam PP BUM Desa di atas, BUMDes harus dilakukan dalam prosedur
Registrasi Kemendes. PDTT. Tujuannya untuk menghindari sesuatu
dengan nama yang sama, nama yang sama dengan instansi pemerintah
dan lembaga internasional. Setelah mendaftar di Kementerian Rakyat,
pergi ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk
mengajukan, lalu keluarkan nomor pendaftaran badan hukum. Hal ini
dilakukan agar BUMDes dapat menjadi badan hukum baru sebagai
perseroan terbatas (PT).
Dalam proses pembentukan badan hukum BUMDes, secara
umum konstitusi BUMN/BUMD dan perusahaan lain memiliki
beberapa tujuan, yaitu untuk menjalankan fungsi pelayanan publik dan
115 Ibid, Pasal 12
70
profitabilitas, BUMN/BUMD merupakan badan hukum swasta (PT ).
Bahkan untuk mencari keuntungan, pemerintah/pemda juga dapat
memiliki kekuatan untuk memenuhi kewajiban pelayanan publik
(public service obligation/PSO). BUMN/BUMD merupakan bentuk
badan hukum publik (public/otonom company). Meskipun posisi
utamanya adalah pelayanan publik, tetapi juga mengejar keuntungan
dan melakukan manajemen profesional seperti perusahaan swasta biasa
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Demikian pula, BUM Desa tidak hanya untuk bisnis, tetapi juga untuk
masyarakat.116
Definisi operasional BUM Desa dalam ―UU Penciptaan Lapangan
Kerja‖ mengusulkan atau menghilangkan pernyataan bahwa ―modalnya
adalah seluruhatau sebagianbesar modalnya,yang dimilikiolehdesa
mellui penyertaanlangsung pada kekayan pribadi kota dan kota‖.
Perubahan ini menghilangkan standar kepemilikan dan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam BUM Desa.
Paragraf kedua Pasal 109 UU Cipta Kerja diubah Pasal 7 ―UU
Perusahaan‖ dan Pasal 7 ayat 7 ―UU Perusahaan‖ menjadi ―UU
Penciptaan Lapangan Kerja‖ setelah diundangkan sebagai berikut: (5 )
dan 2 (dua) atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak
berlaku bagi orang-orang yang didirikan oleh orang-orang sebagai
berikut: a.) Seluruh kegiatan milik Persero milik negara; b) Perusahaan
116 Sukarja, Detania etl, Loc. Cit, Hal. 584
71
milik daerah; C) Perusahaan yang dijalankan oleh kota; d) Menurut
modal. Hukum pasar Perusahaan yang menyelenggarakan bursa efek,
lembaga penjaminan ganti rugi, lembaga penyelesaian simpanan dan
lembaga lainnya yaitu perusahaan yang memenuhi standar usaha kecil
dan mikro. ―BUM Desa adalah badan hukum publik, karena didirikan
sesuai dengan peraturan masyarakat yang telah ditetapkan. Jika bentuk
PT didirikan, BUM Desa akan menjadi badan hukum swasta, dan lagi
dalam pasal
UU penciptaan lapangan kerja. Tafsir‖, sebut PT yang disebutkan
dalam undang-undang rakyat.117
117 Ibid
72
3. Terminasi BUMDesa / BUMDesa Bersama
Penghentian merupakan padanan kata dari terminasi, yang di
dalam PP tentang BUMDesa/ BUMDesa Bersama yang merupakan
aturan pelaksana dari UU Cipta Kerja. Bahwa BUMDes/BUMDes
Bersama secara tegas bersatatus Badan Hukum, sebagai Badan hukum
BUMDes ketika sudah di memiliki status badan hukum tidak dapat
dibubarkan. Tetapi hanya bisa memberhentikan kegiatan usaha dari
BUMDes tersebut. Dalam hal ini BUMDes bisa di berhentikan kegiatan
usahanya apabila Ia menderita kerugian abadi Yang tidak bisa
diselamatkan dan dinyatakan pailit, menghitamkan angkasa dan
mengakibatkan pasal-pasal lain yang sah.118
Pemberhentian BUMDes/BUMDes Bersama sebagaimana yang
telah dinyatakan dalam pasal 64 ayat (1) dan (2) PP BUMDes,
Selanjutnya penyelesaian serata tanggung jawab dan peragih perabot
atau modal pengaruh pembubaran daftar usaha BUMDes/BUMDes
Bersama kepada masingmasing penyerta modal dan kriditur yang di
tunjuk penyelesaiannya melaluimusyawarahdesa danatau/atau
pertemuan antardesa.119
Dlam rangka menyelesaikan semua kewajiban dan aset atau
alokasi aset. Hasil dari pembekuan dana BUM Desa/BUM Desa
Bersama ditentukan oleh karet finalis menjelajahi musyawarah desa
dan/atau musyawarah antardesa. Jika tidak ada likuidator yang ditunjuk,
118 PP BUMDes, Loc. Cit, pasal 64 ayat (1) dan ayat (2) 119 Ibid, Pasal 64 ayat (5)
73
pelaksana usaha akan bertindak sebagai likuidator. Selama proses
finalisasi, Dea BUM / Dea BUM disimpan dengan nama Dea BUM /
Dea BUM selama proses finalisasi.120
Penyelesaian adalah pihak yang bertanggung jawab untuk saling
hapus aset badan usahaBUMDsaBUM DesaBersama internal atau
eksternal berdasarkan kebutuhan dan kemampuan BUM Desa / BUM
Desa.121
Perjanjian ini mempunyai hak dan izin sebagai berikut: Mewakili
BUM Desa/BUM Desa untuk bersama-sama melakukan segala
perbuatan hukum dalam perjanjian, Kumpulkan semua informasi yang
Anda butuhkan dan undang pengelola BUM Desa / BUM Desa. untuk
memperoleh, memeriksa dan menggunakan secara bersama-sama,
sendiri-sendiri atau BUM Desa/BUM Desa Bersama mendaftarkan dan
mengarsipkan, menetapkan dan memenuhi seluruh kewajiban
pembayaran sebelum utang lainnya dilunasi, dan Menggunakan sisa
aset BUMDsa/BUMDsa untukmelunasi sisahutang BUMDsa/
BUmDesa Bersama dan membayar sisa saldo. hutang dan bagikan
hasilnya dengan pemangku kepentingan dan pertahankan catatan
amortisasi.122
Setelah panitia desa/panitia antar desa memutuskan untuk
bersama-sama menghentikan kegiatan BUM Desa/BUM Desa dan para
finalis penanggung jawab panitia desa/panitia antar desa, tercapai
120 Ibid, Pasal 65 121 Ibid, Penjelasan Pasal 65 ayat (1)
122 Ibid, Pasal 66
74
kesepakatan. Apabila usaha patungan BUM Desa / BUM Desa hanya
menanggung kerugian penyertaan dalam penutupan penyertaan modal
saham.
Diberitahukan kepada Menteri bahwa penghentian kegiatan
bersama BUM Desa / BUM Desa
untuk pemutakhiran data tidak akan mengakibatkan batalnya
badan bersama Memasukkan perusahaan milik desa / perusahaan milik
kota. BUM Desa dapat kembali beroperasi melalui investasi baru,
pengembangan bersama BMdsa/BUMdsa, pendirian usahabaru dan
langkah-langkah yang sesuaidengan persyaratan hukum dan peraturan
lainnya. Revitalisasi BUM / BUM Dsa Bersa disahkan oleh undang-
undang atau undang-undang desa mengembalikan kepada seluruh
kepala desa, dan harus melapor kepada kepala untuk memperbarui
data.123
Berdasarkan yang teruraia diatas jelas ada pengaturan yang
berbeda dari sebelumnya, dimana BUMDes/BUMDes Bersama tidak
dapat dibubarkan tetapi hanya penghentian sementara waktu dan dapat
beroperasional kembali yang Setelah musyawarah sesa, itu diatur ulang
ke aturan kota atau keputusan walikota umum. Pemutusan hubungan
kerja tidak berarti bahwa BUM Desa/BUMDesa akan dihapuskan
secara bersama-sama sebagai badan hukum..
123 Ibid, Pasal 69
75
4. Modal Dan Aset BUMDes/BUMDes Bersama
Sebelumnya dalam UU Desa di sebutkan bahwa modal BUMDes
dimiliki oleh desa, sebab merupakan kekayaan desa yang di berikan
melalui mekanisme penyertaan langsung. Namun ketentuan tersebut
berubah setelah UU Cipta Kerja Berlaku dalam pasal 117
menyebutkan:124
―BadanUsahaMilik Desa, yang selanjutnya di sebut BUMDesa
adalah Badan Hukum yang di dirikan oleh desa dan/atau bersama
desa-dessa guna mengelola usaha, memampaatkan aset,
mengembangkan invesatasi dan pruduktivitas, menyediakan jasa
pelayanan, dan/atau jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa‖
Ini menandakan bahwa desa hanya berperan untuk mengelola usaha
dan aset yang sudah ada di BUM Des, hanya saja, Pemerintah desa bisa
mendorong perkembangan BUMDes dengan memberikan Hibah atau
akses permodalan sebagaimana ketentuan pasal 90 UU Desa yang tidak
berubah dalam UU CiptKerja.
Modal hulu BUM Desa/BUM Desa Bersama bisa tampak
berpokok penyertaan kapital dsa dan penyertaan sero massa marga.
Diantaranya, serata atau kebanyakan kapital BUM Desa/BUM
DesaBersama berbunga berpokok marga. Atau marga di marga.
Sebagaimana disebutkan di atas, penyertaan modal masyarakat desa
dapat berasal dari gabungan badan hukum, perseorangan, penduduk
desa dan/atau desa setempat, yang kesemuanya dapat dicapai melalui
124 Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik desa, Pasal 40,41.
76
musyawarah desa dan/atau penyertaan modal desa yang ditentukan
antar desa. Disengaja.125
Konsekuensi dari BUMDes berbadan hukum adalah adanya
pemisahan aset, karenanya BUMDes harus dipisahkan jelas mana aset
desa mana aset BUMDes. Oleh karna itu dalam ketentua Pasal 45 –
Pasal 47 PP BUM Desa yang merupakan aturan pelaksana dari UU
Cipta Kerja Pasal 117 BUMDes/BUMDes Bersama ditegaskan bahwa
desa memberikan modal kepada BUMDes yang dipisahkan atau
dipindah tangankan ke BUMDes, sekali desa menyertakan modal ke
BUMDes modal tersebut atau aset tersebut pindah tangan menjadi milik
BUMDes.
Pengalaman pemerintah di tingkat desa memberikan pelajaran
untuk mengelola hubungan di tingkat desa. Ini adalah cara baru yang
diharapkan dapat merangsang dan mendorong pembangunan ekonomi
pedesaan. Langkah-langkah stimulus yang dibahas adalah melalui
pembentukan lembaga-lembaga Secara ekonomi, sepenuhnya dikelola
oleh masyarakat desa. Sistem ekonomi ini tidak lagi dikembangkan di
bawah arahan pemerintah. Namun kemungkinan ini bisa diatasi dengan
kemauan masyarakat desa. Dengan manajemen yang tepat, ada
permintaan pasar. Oleh karena itu, keberadaan suatu sistem ekonomi
tidak berada di bawah kendali kelompok tertentu yang bermodal besar
di pedesaan. Oleh karena itu, organisasi ini dimiliki dan dikelola oleh
125
ibid
77
kota, dan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat..
Pembentukan BUMDes/BUMDes bersama bertujuan untuk
mengurangi peran tengkulak, yang seringkali menyebabkan
peningkatan biaya transaksi antara produsen dan konsumen akhir.
Melalui BUMDes / BUMDes Bersama, diharapkan seluruh petani di
bidang ini dapat menikmati selisih harga jual produknya dengan biaya
produksi yang wajar tanpa konsumen harus menanggung harga beli
yang tinggi. Membantu masyarakat yang membutuhkan dana produktif
dan konsumtif. Menjadi distributor unggulan yang memenuhi
kebutuhan sembilan produk pokok (sembako). Selain itu juga berperan
dalam memajukan kegiatan pelaku ekonomi di pedesaan.126
Operasional BUMDes didukung oleh lembaga keuangan tingkat
desa (departemen keuangan), seperti departemen transaksi keuangan
dalam bentuk kredit dan tabungan. Jika sistem ekonomi kuat dan
didukung oleh kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan distribusi aset di
antara banyak orang dapat memecahkan banyak masalah enomi di
daerah pedesan. Tujuan ahir buntukan BUMDes dharapkan menjadi
jembatan untuk memperkuat perekonomian pedesaan.
BUMDes adalah tulang punggung kegiatan ekonomi desa,
bertindak sebagai lembaga sosial dan komersial. Sebagai lembaga
sosial, BUMDes menyelaraskan dengan kepentingan masyarakat
126 Zulkarnain Ridlwan, Urgensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Pembangun Perekonomian Desa.
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 8 No. 3, (Juli-September 2014)
78
melalui kontribusinya dalam penyediaan layanan sosial. Salahsatu
tujuandidirikannya BUMDesadalah untuk meningkatkanpendapatan
aslidesa. Pada saat yang sama, sebagai organisasi bisnis, ia bertujuan
untuk menghasilkan uang dengan menyediakan Membawa sumber daya
lokal (produk dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan bisnis, kita harus
selalu mengutamakan prinsip efisiensi dan efektivitas. Sebagai badan
hukum, BUMDes diselenggarakan sesuai dengan Hukum dan Peraturan
yang Berlaku Peraturan-peraturan ini bersifat universal, dan
pengembangannya dikoordinasikan sesuai dengan konsensus yang
dicapai oleh masyarakat. Jadi format BUMD berbeda-beda untuk setiap
desa di Indonesia. Bentuk-bentuk yang berbeda ini didasarkan pada
karakteristik daerah, kemungkinan dan sumber daya masing-masing
dsa.127
Tujuan akhirnya adalah mengharapkan BUMDes, alat modal
sosial, menjadi jembatan antara masyarakat lokal dan ekonomi
eksternal dan menjadi kekuatan pendorong ekonomi pedesaan. Untuk
mencapai kondisi tersebut, perlu diambil langkah-langkah strategis dan
taktis untuk mengintegrasikan potensi potensi, kebutuhan pasar dan
persiapan desain sistem ke dalam rencana. Potensi daerah dan dukungan
politik (garis) dari pemerintahan sebelumnya juga perlu diperhatikan
untuk menghilangkan surplus kegiatan ekonomi kota yang rendah,
karena ekonomi pedesaan mungkin kurang berkembang. Perdagangan
127 Umanailo, M Chairul Basrun, Said A. Assagaf, Husen Bahasoan, Mansyur Nawawi, Rosita Umanailo, Idrus
Hentihu, M. Bula, et al. 2018. ―NASKAH AKADEMIK BADAN USAHA MILIK DESA.‖ LawArXiv. April 10.
doi:10.31228/osf.io/ua92n.
79
dan jasa bisnis terpadu digunakan sebagai pedoman tata kelembagaan
untuk integrasi sistem dan struktur pertanian dalam arti luas.
Pendirian perusahaan memerlukan upaya peningkatan kapasitas
dan dukungan kebijakan daerah (kabupaten/jam) untuk memajukan dan
melindungi perusahaan dari ancaman persaingan dari investor besar.
Badan hukum semacam ini merupakan bentuk baru dari organisasi
ekonomi pedesaan dan membutuhkan landasan yang kokoh untuk
pembangunan dan pertumbuhan. Pembangun infrastruktur BUMDes
adalah pemerintah.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian dan Pembahasan di atas di dapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam rangkan memajukan kesejahteraan Umum, Negara membentuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang pada sejarah terbentuknya
adalah hasil dari nasionalisasi perusahaan-perusahaa hindia belanda
paska indonesia merdeka yang dilakukan oleh presiden Soekarno. Dan
juga amanat dari ―UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2 yang menyatakan bahwa
―cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat orang banyak di kuasai oleh Negara‖ sehingga atas dasar inilah
sehingga di dirikan BUMN di atur secara tersendiri. BUMN di bagi
menjadi tiga jenis yaitu Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan
Umum (PERUM) dan Perusahaan Persero (Persero) sebagai Mana yang
tertera dalam UU 9 Tahun 1969.dan kini berdasarkan UU NO. 19
Tahun 2003 Tentang BUMN, yang menurut UU ini Perusahaan Jawatan
di rubah Bentuknya Menjadi Perusahaan Umum (Perum) atau
Perusahaan Perseroan (Persero).
Selain Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah pusat juga
mendorong Pemerintah Mandiri Pengetahuan Tradisional 1 dan
Pemerintahan Mandiri Pengetahuan Tradisional 2 (saat ini di tingkat
Negara dan wilayah) mendirikan badan usaha milik daerah untuk
81
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan produksi.
Masyarakat pada saat itu sangat membutuhkan segala produk dan jasa
perusahaan. Selanjutnya dengan semangat otonomi daerah menjadi
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk oleh daerah sesuai
dengan kebutuhan daerah. Hal ini ditegaskan oleh Pasal 331 Undang-
Undang Pemerintah Daerah Nomor 23 Tahun 2014, yang mengatur
bahwa daerah dapat mendirikan BUMD. PembentukanBUMDd diatur
denganPERDAa dan terdrii dari badan usaha daerahdanperseroan
terbatasdaerah. Undang-undang ini dicabut setelah diundangkan, dan
Undangg-Undang Perusahann Daerah Nomorr 5 Tahunn 1962 dan Undang-
Undangg Pemerintahh Daerah Nomorr 32 Tahun 2004 telahh beberapa kali
diubah, dan baru-baru ini diumumkan perubahannya sehubungan
dengan Undangg-Undang Nomorr 12 Tahunn 2008. Reformasi kedua.
Undang-Undangg Nomorr 32 Tahunn 2004 tentangg Pemerintah Daerahh.
2. Bumdes dirikan oleh pemerintah desa dengan harapan mampu
menggerakkan roda prekonomian di pedesaaan. Namun permaslahan
yang berbelit-belit terkait BUMDes ini karna Status BUMDes yang
tidak jelas sebagai badan Hukum sehingga akses permodalannya sulit
di dapatkan hanya mengandalkan dari dana desa yang melalui
penyertaan langsung. UU Desa dan PP No 43 Tentang Desa ini Status
BUMDes seperti Badan Usaha Berbadan Hukum menjabat sebangun
kesulitan dan perhimpunan yang tegang tersua di masyarakat. Hal ini
mengeluarkan kesulitan momen BUMDes ingin bekerja sama dengan
82
pihak ketiga ataupun dari indepedensi BUMDes itu sendiri karena tidak
ada regulasi yang secara tegas menyatakan BUMDes sebagai Badan
Hukum.
3. Dengan diundangkannya "UU Cipta kerjan", status hukum BUMDes
telah dikukuhkan, dan BUMDes sesuai dengan status badan hukum
publik. Oleh karena itu, BUMDes memiliki kepribadian hukum dan
kapasitas hukum, terutama di bidang hukum perdata. , dan perdebatan
paska berlakunya "UU Cipta Kerja" tentang status BUMDes setelah
finalisasi.
Bicara tentang badan hukum maka BUMDes harus teregistrasi di
MENKUMHAM dengan proses pendaftaran dari Desa ke Kementerian
desa dari Kementerian Desa masuk MENKUMHAM oleh
MENKUMHAM dikasih nomor register maka BUMDes sah sebagai
badan hukum.
dengan posisi BUMDes sebagai badan hukum ini banyak sekali
yang bisa dilakukan oleh BUMDes yang sebelumya tidak bisa
dilakukan sebelum UU Cipta Kerja berlaku karena BUMDes belum
sebagai badan hukum karena BUMDes hanya sebagai badan usaha
Yang Statusnya tidak Jelas. salah satu yang bisa dilakukan oleh
BUMDes sebagai badan hukum ialah BUMDes bisa mendirikan apa
saja unit usaha yang berbadan hukum contoh BUMDes bisa mendirikan
Perseroan Terbatas misalnya dan bumdes juga bisa melakukan usaha di
bidang penerangan bekerjasama dengan PLN bekerjasama dengan
83
BUMN bekerjasama dengan Pertamina untuk mengadakan listrik desa
Apakah itu dalam bentuk PLDes yang dikelola oleh BUMDes atau
bekerja sama dengan BUMN atau BUMD.
Selain itu dalam UU Cipta Kerja dan PP BUMDesa aturan
pelaksana dari UU Cipta Kerja bahwa di Setiap desa bisa mendirikan
satu BUMDes tetapi satu BUMDes Bisa Memiliki Sekian banyak usaha
dan kemudian disebut juga dengan Badan Usaha Milik Desa Bersama
(BUMDes Bersama) yaitu badan usaha milik desa yang didirikan oleh
lebih dari satu desa yang kebetulan memiliki potensi desa yang sama
untuk efektif kerjanya skalanya lebih luas maka bisa mendirikan
BUMDes Bersama yang di dirikan dua Desa Tiga desa Empat Desa,
bebas yang penting didasarkan pada dasar kesamaan potensi dan saling
menguntungkan antara desa dengan desa yang lainnya, sesuai denagan
prinsip dari pendirian BUMDes berdasarkan undang-undang Cipta kerja
dan juga tidak kalah pentingnya organisasi BUMDes itu terpisah dari
pemerintah Desa dengan demikian maka kepala desa tidak bisa
mengintervensi kebijakan apapun di BUMDes di luar dari Kesepakatan
atas apa yang disepakati di Musyawarah Desa.
B. SARAN
Berdasarkan Hasil pembahasan analisis hasil kajian tentang Kedudukan
BUMDes berdasarkan UU Cipta Kerja di atas penulis menyarankan:
1. Pemerintah Daerah supaya Peraturan Pelaksana Maupun peraturan
tehnisnya terkaitkait BUMDes paska berlakunya UU Cipta Kerja ini di
84
harapkan dapat disosialisasikan secara merata agar tujuan dari status
badan Hukum BUMDes dapat tercapai, Dan BUMDes harus mendapat
kemudahan secara khusus dalam hal melakukan pengesahan sebagai
badah Hukum agar dapat bertindak sebagai rechtperson. Pemerintah
daerah juga harus benar-benar serius dalam upaya penguatan kapasitas
BUMDes yang didukung oleh kebijakan daerah (kabupaten/kota) yang
mempasilitasi dan dan melindungi usaha ini dari dari ancaman
persaingan dari para pemodal besar.
2. Pemerintah Desa Pemerintah desa di harapkan untuk lebih
memberikan perhatian khusus dalam pengelolaan BUMDes, baik
berupa sosialisasi,pengawasan, pembinaan, memberikan
nesehat,motivasi, saran, serta meningkatkan kerjasama dengan
masyarakat desa. Dan jangan sampai dalam Pengembangan usaha
BUMDes Justru mematikan usaha yang sudah dijalankan oleh
masyarakat trutama usaha rumahan dan sebagainya dan itu harus
perkuat melalui kebijakan Peraturan Desa.
3. Perguruan Tinggi harus lebih meningkatkan perannya dalam
mendukung Pengembangan riset dan teknologi, khususnya dalam
bidang ilmu sosial sehingga lulusan-lulusan yang di hasilkan adalah
generasi yang mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan
berbangsa dan Negara.
85
DAPTAR PUSTAKA
1. Buku
Adisasmita, Rahardjo. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.
(Yogjakarta: GrahaIlmu, 2011).
Amiruddin,Zainal Asikin,PengantarMetodePenelitianHukum, Edisi Revisi
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2016).
M.Endriyo Susila etal. 2007. Buku Pedoman Penulisan Hukum.Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Maryunani. 2008. Pembangunan Bumdes dan Pemberdayaan Pemerintah
Desa. Bandung: CV PustakaSetia.
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Cetakan IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017)
Sabian Utsman. Metodologi Penelitian Hukum Progresif.(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014).
Kencana S, Ilmu Pemerintahan. (Semarang: Bumi Aksara, 2013).
Rosidin, Utang, Pemberdayaan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Daereh.
(Bandung: Pustaka Setia, 2019).
Sahdan, dkk. ADD Untuk Kesejahteraan Masyarakat, (Yogyakarta: Forum
Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD), 2006)
SoejonoSoekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014).
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2014)
S., Ratna & Djopari, J.R.G., Pengantar Ilmu Pemerintahan. Modul 2,
(Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka. 2017).
Peter, Mahmud Marzuki.2005. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.
Pramusinto, etl,. Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan Dan Pelayanan Publik: Kajian
Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia,(Yogyakarta: Gava
Media, 2009).
Indra Iskandar, Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Badan
Usaha Milik Negara,( Jakarta: Badan Keahlian DPR RI, 2020), hlm. 1
86
Gunawan Nachrawi, BUMN Sebagai Usaha Pemerintah Menuju Kesejahteraan
Rakyat, Tinjauan Filosopis,Sosiologis, Politik dan yuridis, (Bandung,
Cendekia press, 2021)
Wasino,et al. Sejarah nasionalisasi aset-aset BUMN: dari perusahaan kolonial
menuju perusahaan nasiona. (Jakarta: Kementerian BUMN RI, 2014)
Yudho Taruno Muryoto, ‖Implikasi Yuridis Diundangkannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Terhadap Pengaturan
Badan Usaha Milik Daerah Di Indonesia,‖ yustisia, Edisi 90, September-
Desember 2014.
Pujiyono, Hukum Koprasi Dalam Potret Sejarah Di indonesia.(Surakarta, CV.
Indotama Solo, Agustus 2015)
2. ARTIKEL DAN JURNAL
Ginting, Yuni Priskila. "Holding Bumn Memerlukan Adanya Standar
Prosedur Operasi Dalam Mencapai Aspek Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik." Majalah Hukum Nasional 50, no. 1 (2020): DOI:
https://doi.org/10.33331/mhn.v50i1.53 Rozik M. Kaelani, Landasan Hukum Dan Sejarah BUMN Di Indonesia, bulletin
KAHMI FE Universitas Brawijaya, Edisi 1 Tahun 2007, dalam
http://ketawanggede.tripod.com/edisi1.pdf
S. Dian Andryanto, ―Hari ini Kelahiran Sumitro Djojohadikusumo, Peletak
Dasar Ekonomi Pembangunan‖, Sabtu, 29 Mei 2021 16:51 WIB,
https://nasional.tempo.co/read/1466941/hari-ini-kelahiran-sumitro-
djojohadikusumo-peletak-dasar-ekonomi-pembangunan
S. Dian Andryanto, ―Hari ini Kelahiran Sumitro Djojohadikusumo, Peletak
Dasar Ekonomi Pembangunan‖, Sabtu, 29 Mei 2021 16:51 WIB,
https://nasional.tempo.co/read/1466941/hari-ini-kelahiran-sumitro-
djojohadikusumo-peletak-dasar-ekonomi-pembangunan
Janah,Nur A.M.. Makalah Perusahaan Jawatan. OSF Preprints. 26 April 2019
Doi:10.31219/osf.io/mycp7
Riris Prasetyo, Sejarah BUMD.diakses
https://asetdaerah.wordpress.com/2011/07/15/sejarah-bumd/. Pada
tanggal 15 juli 2021 pukul 23:14 WIB.
Jefri S. Pakaya, Pemberian Kewenangan Pada Desa Dalam Kontek Ekonomi Daerah,
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 13, No. 1 ,(Maret 2016),
Jurnal Of Rural And Development, Vol. V, No. 1, (februari 2014)
Dodi Faedlullah, BUMDes Dan Kepemilikan Warga: Membangun Skema Organisasi
Partisipatoris, Journal Of Governance, Volume. 3, Issu 1, (Juni 2018) Agnes Sunartiningsih, Reorientasi Pembinaan KUD. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Vol. 2, No.1 (January 2002). Hal. 82 DOI: 10.22146/jsp.11160
87
Erni Herawati, 2016, Badan Usaha Milik Desa, Status dan Pembentukannya,
Bina Nusantara (onlain) https://business-law.binus.ac.id/2016/10/16/badan-
usaha-milik-desa-status-dan-pembentukannya/#
Shara Mitha Mahfirah dan Adista Paramita dalam Muhammad Adib Junaidi,“Kajian
Normatif Kedudukan Badan Usaha Milik Desa Sebagai Subyek Hukum”,
Jurnal Notaire, 4 (1) 2021: 127-136, DOI: 10.20473/ntr.v4il.23553
Alfiansyah, Alfiansyah. "Status Badan Usaha Milik Desa Sebagai Badan Hukum Atas
Diundangkannya Undang-Undang Cipta Kerja." JISIP Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (5
feruari 2021) DOI: http://dx.doi.org/10.36312/jisip.v5i2.1991,
Sukarja, Detania, Mahmul Siregar, and Tri Murti Lubis. "Badan Usaha Milik Desa:
Berbadan Hukum atau Tidak Berbadan Hukum?." Arena Hukum 13.3
(2020): 568-588.DOI https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2020.01303.9
Zulkarnain Ridlwan.Urgensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam
Pembangun Perekonomian Desa. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 8
No. 3,( Juli-September 2014)
Umanailo, M Chairul Basrun, Said A. Assagaf, Husen Bahasoan, Mansyur Nawawi,
Rosita Umanailo, Idrus Hentihu, M. Bula, et al. 2018. ―NASKAH
AKADEMIK BADAN USAHA MILIK DESA.‖ LawArXiv. April 10.
doi:10.31228/osf.io/ua92n
3. Perundangan-undangan
Republik Indonesia,‖ Undangg-Undang tentang Desa Nomr 6 Tahunn 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)‖
Republik Indonesia, Undang—-undang "Tentang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun
2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 249,
Tambahann Lembarann Negaraa Republikkc Indonesiaa Tahun 2020
Nomor Nomor 6573);
Peraturann Pemerintahh Nomorr 11 Tahunn 2021 Tentangg Badann Usahaa Milikk
Desaa (LembaranNegara Tahun 2021 Nomor 21,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6683)
Republik Indonesiaa,Undangg-undang Nomorr 9Tahun 2015 Perubahann Kedua
Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomorr 23 Tahun 2014
Tentangg Pemerintah Daerahh (Lembarann Negara Tahun 2014 Nomor
24, Tambahann Lembaran Negaraa Republikn Indonesia Nomor 5657)
88
Republik Indonesia, UndanggUndang Nomorr 19 Tahunn 2003 tentangg Perusahann
BUMN (Lembarann Negaraa Tahunn 2003 Nomor r 70, Tambahan Lembarann
Negaraa Nomorr 4297),
Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi
Perusahaan-Perusahan Mili Belanda (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor
162)
Republik IndonesiaUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969
Tentang PenetapanPeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1
Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 NO. 16; Tambahan Lembaran
Negara NO. 2890) Tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-
Undang.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2387)
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60)