Post on 09-Jan-2023
SKRIPSI
DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARADI KABUPATEN JENEPONTO
RAHMATILLAH RAZAK
K111 11 268
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
v
RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDINFAKULTAS KESEHATAN MASAYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
RAHMATILLAH RAZAK
“DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBUMULTIPARA DI KABUPATEN JENEPONTO”(xvii + 93 + 21Tabel + 1 Grafik + 3 Gambar + 7 Lampiran)
Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untukmengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu pemberianAir Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Kabupaten Jeneponto merupakan daerahyang pernah berada pada urutan terendah cakupan pemberian ASI eksklusif,tercatat pada tahun 2012 pemberian ASI eksklusif di daerah tersebut hanya 20,6% dan meningkat secara signifikan pada tahun 2013 sebesar 67,7%. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui deteminan yang berhubungan dengan pemberian ASIeksklusif khusus melihat pada ibu multipara.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.Wawancara dilakukan pada 262 ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12bulan. Sampel diperoleh dengan cara proporsional random sampling. Analisisdata menggunakan SPSS 20 dengan uji statistic Chi square dengan p 0,05.
Penelitian ini menemukan bahwa sebesar (26,3%) ibu mutlipara yangmemberikan ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI, sikap Ibu danpenerimaan informasi dari petugas kesehatan merupakan faktor yangberhubungan. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif,memiliki sikap positif terhadap ASI eksklusif dan mendapat informasi daripetugas kesehatan akan cenderung memberikan ASI eksklusif pada bayinya.Sedangkan usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan, dan usiakehamilan ibu saat melahirkan bukan merupakan faktor yang berhubungan denganpemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara.
Diharapkan kepada tenaga kesehatan setempat agar dapat memberikaninformasi dan edukasi kepada ibu tentang manajmen laktasi demi untukkeberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Daftar Pustaka : 43 (1997-2014)Kata Kunci : ASI Eksklusif, Multipara
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi dengan judul “
Determinan Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Multipara Di Kabupaten
Jeneponto” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin
Makassar. Teriring salam dan shalawat semoga tercurahkan kepada teladan dan
junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
orang–orang yang senantiasa istiqamah mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir
zaman.
Dengan Segala hormat dan rasa cinta kupersembahkan skripsi ini khusus
wujud bakti dan terima kasihku yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta
Ayahanda Drs H. Abdul Razak Maddu dan Ibunda Hj. Nurhidaya S.Pd atas segala
doa, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang tak ternilai dan tak
pernah usai sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Terima kasih pula kepada kakak saya
tersayang Puspita Sary Razak S.Ked dan adik saya Muh. Wardiman Razak, Nur
Afifah Razak dan Muhammad Naufal Razak serta seluruh keluarga tercinta atas
segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini.
vii
Tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada Ibu Dr. Ida Leida Maria, SKM, MKM, MScPH selaku Penasehat
Akademik atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama ini dalam bidang
akademik. Serta tak lupa pula penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada Bapak Ansariadi S.KM
MScPH Ph.D selaku Pembimbing I, beserta Dr. Ida Leida Maria, SKM, MKM,
MScPH selaku Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberi
masukan, bimbingan, dan motivasi yang membangun sehingga skripsi ini dapat
tersusun.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada tim penguji Bapak Dian
Sidik Arsyad, SKM, MKM, Bapak Abdul Salam, SKM, MKM dan Bapak
Dr.dr.Muh. Tahir A, M.Sc, MSPH yang telah banyak memberikan masukan serta
arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini. Melalui kesempatan ini pula
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya
selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Bapak Ansariadi, SKM, MScPH, Ph.D selaku Ketua Bagian Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
viii
3. Para dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikn di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Bupati Kabupaten Jeneponto, Badan Pembinaan Kesatuan Bangsa dan
Litbang, dan Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto yang telah
bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian
5. Seluruh Responden yang telah bersedia meluangkan waktu berbagi cerita dan
pengalaman.
6. Sahabat-sahabatku tersayang (Sri Sumarni, Uswatun Hasanah, Ryza Jazid,
Pujiastuti, Nur Hidaya) terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya,
senang bertemu dan mengenal kalian.
7. Teman seperjuangan penelitian Irmawati Syam, Annisa Suryani, Irnawati,
Dwi Jayanthi, dan Fitria Ramadhani terima kasih atas kerjasamanya selama
penelitian berlangsung dari suka dan duka.
8. Teman-teman di Jurusan Epidemiologi angkatan 2011, teman-teman angkatan
2011 “KALASI”, terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan doa kalian
selama ini.
9. Teman-teman PBL “Kel. Lakkang”, dan teman-teman KKN “posko
Toddolimae”
10. Terimakasih kepada seluruh staff bagian Epidemiologi (Bunda, Kak Ani, Kak
werdha) yang telah banyak membantu dan mendukung selama penulis masuk
jurusan Epidemiologi.
ix
11. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan
namanya yang telah banyak memberikan bantuannya dan dukungannya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Tidak lupa
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada salah dan khilaf selama
proses penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, April 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. iii
PERNYATAAN KEASLINAN SKRIPSI ............................................... iv
RINGKASAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9
A. Tinjauan UmumTentang Pengertian ASI Eksklusif ................ 9
B. Tinjauan UmumTentang Pemberian ASI Eksklusif ................. 9
C. Tinjauan UmumTentang Manfaat Pemberian ASI .................. 15
D. Tinjauan UmumTentang Produksi ASI.................................... 18
xi
E. Tinjauan Umum Tentang Ibu Multipara ................................. 21
F. Tinjauan Umum Tentang Variabel Independen ..................... 22
BAB III KERANGKA KONSEP............................................................. 33
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ..................................... 33
B. Kerangka Teori....................................................................... 35
C. Pola Pikir Variabel yang Diteliti ............................................. 37
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................... 38
E. Hipotesis Penelitian................................................................ 43
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 45
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 45
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 45
D. Pengumpulan Data ................................................................. 49
E. Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................... 52
F. Penyajian Data........................................................................ 53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 54
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 54
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 55
C. Pembahasan............................................................................. 72
D. Keterbatasan Penelitian........................................................... 87
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 88
A. Kesimpulan ............................................................................. 88
B. Saran ....................................................................................... 89
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui 15
2 Karateristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan SuamiBerdasarkan Usia di Kabupaten Jeneponto
56
3 Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan SuamiBerdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan diKabupaten Jeneponto
57
4 Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Umur diKabupaten Jeneponto
57
5 Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Jenis Kelamin diKabupaten Jeneponto
58
6 Jenis Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara diKabupeten Jeneponto
58
7 Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara di KabupatenJeneponto
59
8 Distribusi Pelaksanaan IMD Responden di Kabupaten Jeneponto 60
9 Distribusi Umur Bayi Diberi Makanan Pendamping ASI diKabupaten Jeneponto
61
10 Distribusi Alasan Responden Memberikan MP-ASI SebelumUsia Bayi 6 Bulan di Kabupaten Jeneponto
61
11 Jumlah Bayi Menyusui Menurut Umur di Kabupaten Jeneponto 62
12 Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden diUmur 3 Hari Pertama di Kabupaten Jeneponto
63
13 Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden diUmur 1-5 Bulan Pertama di Kabupaten Jeneponto
64
14 Distribusi Usia Responden di Kabupaten Jeneponto 64
xiv
15 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASIEksklusif di Kabupaten Jeneponto
65
16 Distribusi Usia Kehamilan Responden di Kabupaten Jeneponto 66
17 Distribusi Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif diKabupaten Jeneponto
66
18 Distribusi Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan diKabupaten Jeneponto
67
19 Distribusi Alasan Responden Tidak Mendapat Informasi DariPetugas Kesehatan
68
20 Hubungan Karakteristik Demografi dengan Pemberian ASIEksklusif di Kabupaten Jeneponto
69
21 Hubungan Variabel Independen dengan Pemberian ASIEksklusif di Kabupaten Jeneponto
71
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1 Kerangka Teori Penelitian 36
2 Kerangka Konsep Penelitian 37
3 Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto 54
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dari Kesbang Kabupaten Jeneponto
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Jeneponto
Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF
untuk mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (WHO, 2011). Berdasarkan
data United Nation Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan setiap
tahunnya sekitar 30 ribu kematian anak balita di Indonesia dan 10 juta
kematian balita di seluruh dunia dapat dicegah dengan ASI eksklusif
selama enam bulan sejak kelahiran bayi. Bayi yang diberi susu formula
(susu bayi) memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kehidupannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui
ibunya secara eksklusif, yakni tanpa diberi minuman maupun makanan
tambahan (UNICEF, 2006)
Saat ini Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih terbilang
tinggi dan mengalami peningkatan yakni pada tahun 2008 tercatat
31,04/1000 kelahiran hidup, tahun 2010 meningkat menjadi 34/1000
kelahiran hidup kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi 32/1000
kelahiran hidup. Padahal MDGs menargetkan Indonesia harus mampu
menurunkan angka kematian bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015 (Depkes, 2013).
2
Pemerintah Indonesia menekankan pemberian ASI eksklusif
sebagai salah satu prioritas nasional, ini bisa dilihat dengan adanya
peraturan Menkes No. 450/7 Men. Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004
menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi
harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selain itu
rekomendasi juga telah ditetetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
No. 33 tahun 2012 yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif sejak
bayi dilahirkan hinga berusia 6 bulan (Menkes RI, 2012). ASI eksklusif
merupakan pemberian ASI saja tanpa ada cairan lain atau makanan padat
yang diberikan termasuk air putih kecuali larutan dehidrasi
oral/vitamin/mineral/obat-obatan tetes/sirup (WHO, 2011).
Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang
diumumkan tanggal 2 Mei 2007, menunjukkan bahwa 61% kaum ibu mau
menyusui bayinya selama empat bulan dan hanya 35% kaum ibu mau
menyusui bayinya selama enam bulan. WHO dan UNICEF menyebut
gejala ini sebagai “tanda ancaman buat kelangsungan hidup anak-anak”.
Survey yang dilakukan WHO tahun 2013 menyatakan bahwa saat ini
hanya sekitar 38% bayi usia 0-6 bulan di dunia yang diberi ASI secara
eksklusif (WHO, 2013).
Data secara nasional tentang cakupan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif 0-6 bulan di Indonesia dalam tiga tahun terakhir
mengalami fluktuasi. Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan
3
indonesia (SDKI) tahun 2007 persentasi cakupan ASI sebesar 95,2%.
Namun jika dirata-ratakan pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 3
bulan, sedangkan hasil Riskesdas tahun 2010 bayi yang menyusui hanya
15,3% kemudian meningkat pada tahun 2012 yakni 27 %, dan tahun 2013
menjadi 30,2 %. Namun angka ini masih berada di bawah target nasional
yaitu sebesar 80% (Riskesdas, 2013).
Pemberian ASI eksklusif berdasarkan data Profil Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, menunjukkan 77,18% pada tahun
2008 kemudian kembali menurun pada tahun 2009 sebesar 59,80% dan
kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 66,85%. Data tersebut
menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Sulawesi
Selatan belum mencapai target yang ditentukan secara nasional yaitu
sebesar 80%. Salah satu yang pernah berada pada urutan terendah
cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu Kabupaten Jeneponto, tercatat
2012 pemberian ASI eksklusif di tersebut hanya 20,6 % (Dinkes, 2014b).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto pada
tahun 2011 pemberian ASI eksklusif sebanyak 28,3%, mengalami
penurunan pada tahun 2012 yakni 20,6 dan meningkat secara signifikan
pada tahun 2013 yakni 67,7%. Dalam tiga tahun terakhir jeneponto masuk
dalam 15 besar cakupan ASI eksklusif terendah di Provinsi Sulawesi
Selatan (Dinkes, 2014a).
Teori Lutter menyatakan bahwa determinan pemberian ASI
eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor ibu, faktor
4
peluang, faktor informasi dan dukungan fisik selama kehamilan, serta
faktor eksternal meliputi keluarga, medis, sikap budaya, dan norma-norma,
keadaan demografi, ekonomi, tekanan komersil serta kebijakan
internasional dan nasional (Lutter, 2000).
Beberapa penelitian sebelumnya terkait pemberian ASI eksklusif
melihat pada beberapa variabel salah satunya yaitu pendidikan ibu,
menurut (Nascimento, 2010) rendahnya pendidikan ibu berhubungan
dengan gangguan pemberian ASI eksklusif untuk bayi berusia 6 bulan di
wilayah selatan Brazil. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Thu,
Eriksson, & Khanh, 2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antar
tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI di wilayah pedesaan dan
perkotaan Vietnam, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin
lama durasi pemberian ASI.
Selain itu faktor lain yang juga menentukan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif yaitu pekerjaan ibu. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh (Khassawne, 2009) menunjukkan bahwa wanita yang
bekerja lebih memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh (Bate, 2014) di Takalar menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI
eksklusif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda
sehingga diperlukan penelitian lanjutan tentang variabel pekerjaan
5
Faktor yang juga mempengaruhi pemberian ASI yaitu umur ibu,
penelitian di Amerika dan Kanada menemukan ibu yang berusia lebih tua
(>25 tahun) memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil memberikan
ASI eksklusif dibandingkan ibu yang berusia muda (<25 tahun). Penelitian
di Libanon menemukan kelompok ibu multipara memiliki kemungkinan
2,6 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan
primipara (Reni, 2013). Berbeda dengan penelitian (Sapna, 2009) di India
mengemukakan bahwa ibu yang berumur 10-30 tahun akan lebih
memungkinkan memberikan ASI kepada bayinya dibandingkan ibu yang
berumur > 30 tahun. Kategori umur pada penelitian tersebut tidak sama
dan menunjukkan hasil yang berbeda antara hubungan umur ibu dengan
pemberian ASI eksklusif maka perlu dilakukan penelitian terkait variabel
tersebut.
Pengetahuan ibu tentang ASI ekskusif merupakam salah satu faktor
yang menentukan pemberian ASI, hasil penelitian (Adwinanti, 2004)
menyatakan bahwa pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu
tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar terkait dengan
masa lalunya. Dalam hal ini motivasi dalam dirinya secara sukarela dan
penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Selain faktor
pengetahuan pemberian ASI juga dipengaruhi oleh sikap ibu, Menurut
(Nurhuda, Firmansyah, & Muhmudah, 2012) sikap ibu berhubungan
dengan praktek pemberian ASI, ibu yang menganggap bahwa ASI
6
merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI
selama 6 bulan.
Menurut (Amahorseja, 2012) menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif juga dipegaruhi oleh usia kehamilan ibu, kelangsungan produksi
ASI ibu yang melahirkan prematur tidak lancar jika dibandingkan dengan
ibu dengan umur kelahiran normal. Faktor lain yang juga mempengaruhi
yaitu dukungan petugas konselor ASI untuk membantu dan menumbuhkan
kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI (Februhartanthy, 2008).
Penelitian-penelitian sebelumnya tentang determinan pemberian
ASI eksklusif, melihat subjek dari ibu bekerja, ibu di daerah pedasaan dan
perkotaan. Penelitian tentang pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara
masih sangat kurang. Hasil penelitian (Tan, 2011) menunjukkan
pemberian ASI eksklusif meningkat pada ibu dengan pengetahan baik, ibu
multipara, tidak bekerja serta mendapat dukungan dari suami atau
keluarga. Mckinney (2000) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi adaptasi adalah pengalaman sebelumnya, multipara
akan merasa lebih nyaman dan melakukan attachment lebih awal
dibandingkan dengan primipara.
Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui faktor determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara
di Kabupaten Jeneponto.
7
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan,
dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah determinan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
multipara di Jeneponto
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten
Jeneponto
c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan suami dengan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten
Jeneponto
d. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan pemberian
ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten
Jeneponto
8
f. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
g. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
h. Untuk mengetahui hubungan penerimaan informasi dari petugas
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di
Kabupaten Jeneponto
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi para
pengambil kebijakan maupun pembuat keputusan bagi Dinas
Kesehatan Provinsi pada umumnya dan pada khususnya Dinas
Kesehatan Jeneponto dalam upaya peningkatan cakupan pemberian
ASI eksklusif.
2. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan ilmu
pengetahuan serta dapat menjadi salah satu acuan melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan di bidang kesehatan khususnya di bidang kesehatan ibu
dan anak.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengertian ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa ada cairan lain atau
makanan padat yang diberikan termasuk air putih kecuali larutan
rehidrasi oral/vitamin/mineral/obat-obatan tetes/ sirup (WHO, 2011).
Sedangkan menurut (Yuliarti, 2010), ASI eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.
2. Komposisi ASI (Air Susu Ibu)
ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, lactose dan
garam organic yang di sekresi oleh kelenjar payudara ibu. Komposisi
ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Menurut (Arini, 2012).
Komposisi yang terkandung dalam ASI meliputi protein, lemak,
karbohidrat-laktosa, vitamin, mineral, kolostrum, karniti
B. Tinjauan Umum Pemberian ASI eksklusif
1. ASI Eksklusif
Definisi pemberian ASI atau menyusui menurut WHO (2002)
adalah:
1. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah hanya
memberikan ASI pad bayi dan tidak memberi bayi makanan
atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan
10
vitamin atau mineral tetes, serta ASI perah yang sampai bayi
berusia 6 bulan
2. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui predominan adalah
menyusui bayi, tapi pernah memberikan sedikit air atau
minuman berbasis air, misalnya the (biasanya
makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar).
3. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui parsial adalah
menyusui bayi serta memberikan makanan buatan selain ASI
baik, susu formula, bubur atau makanan lainnya, (baik
diberikan scara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan
prealektal).
ASI eksklusif harus diberikan hingga usia 6 bulan
karena dibawah usia tersebut bayi belum mampu mencerna
makanan lain selain ASI. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia
harus mampu mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
bahkan lebih dari dua tahun. Para ahli menemukan bahwa
manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI
saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Dalam jangka
panjang pemberian ASI bisa mencegah anak kelak menderita
kegemukan dan diabetes mellitus (Arif, 2009).
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia
berlandaskan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
11
No.450/Men.kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga
mengacu pada Resolusi World Health Assembly (WHA, 2010,
disitu dikatakan, bahwa untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus di beri
ASI eksklusif selama enam bulan pertama, selanjutnya untuk
kecukupan nutrisi bayi, harus mulai diberi makan pendamping
ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI selanjutnya
sampai usia 2 tahun atau lebih (Arif, 2009).
Meskipun manfaat ASI begitu besar, tidak banyak ibu
yang mau memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dengan
beragam alasan. Kelebihan pemberian ASI eksklusif
tampaknya belum cukup menarik bagi para ibu, ibu tidak lagi
menganggap ASI sebagai makanan terbaik dan tak tergantikan
oleh bayi.
ASI eksklusif sangat peting untuk peningkatan SDM
kita dimasa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan
gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan
kecerdasan anak secara optimal (Arini, 2012).
Bayi sehat pada umunya tidak memerlukan makanan
tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus
dibenarkan untuk mulai memberikan makanan pada setelah
bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya
12
karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari
standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan
bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik.
Selain itu, terlepas dari rekomendasi baru UNICEF, masih ada
pihak yang tetap mengusulkan pemberian makanan padat mulai
ada usia 4 bulan sesuai dengan isi Deklarasi Innocenti (1990),
yaitu “hanya diberi ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan”.
Namun, pengetahuan terakhir tentang efek pemberian makanan
padat yang terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan
definisi ASI eksklusif menjadi “ASI saja sampai usia sekitar 6
bulan” (Arini, 2012).
Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini
dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta
meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak
ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan
padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan.
Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negative terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif
untuk perkembangan pertumbuhan (Syahruni, 2012).
2. Manajmen Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
dan pengeluaran ASI. Hormon estrogen dan progesterone berfungsi
untuk maturasi elveoli kelenjar laktiferus sedangkan prolaktin
13
berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan, kadar prolaktin
plasenta tinggi namun sekresi ASI belum keluar karena dihambat oleh
tingginya kadar estrogen. Pada hari kedua atau ketiga pasca-persalinan,
kadar estrogen dan progesterone turun drastic sehingga pengaruh
prolaktin lebih dominan dan sekresi ASI mulai terjadi.
Proses laktasi melibatkan 2 refleks yaitu reflex prolaktin dan reflex
pengaliran ASI. Hormon prolaktin adalah hormon yang berperan
dalam produksi ASI di alveoli duktus laktiferus, stimuli hisapan bayi
pada putting ibu akan merangsang sekresi prolaktin di hipofisis
anterior sehingga sekresi ASI meningkat. Selain hormone prolaktin,
proses menyusu juga akan merangsang kelenjar hipofisis posterior
untuk mensekresi hormone oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi
mioepitel alveoli sehingga ASI dapat dipompa keluar. Semakin sering
menyusui, pengosongan saluran alveoli semakin baik dan menyusui
akan semakin lancar, hal ini disebut let down reflex, Suradi (2007).
3. Pola Menyusui
Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan
menyusui parsial sesuai definisi WHO.
1) Menyusui eksklusif
Tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk
air putih, selain menyusi (kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan
14
2) Menyusui predominan
Menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau
minuman berbasis air, misalnya the, sebagai makanan/minuman
prelakteal sebelum ASI keluar.
3) Menyusui parsial
Menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI,
baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi
berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun
diberikan sebagai makanan prelakteal.
4. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (Ten Step to
Succesful Breastfeeding)
Pada tahun 1990, WHO dan UNICEF membuat program ten to
succesfull breatfeeding atau 10 langkah menuju keberhasilan menyusui
(LMKM) melalui pembentukan baby-friendly hospital initiative
(rumah sakit sayang ibu) yang bertujuan agar semua pelayanan
kesehatan yang menyediakan pelayanan metrnitas mendukung praktek
pemberian ASI.
15
Tabel 1Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
No Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
1 Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secararutin disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untukdiketahui
2 Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilanyang diperlukan untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakantersebut
3 Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat danpenatalaksanaan menyusui
4 Membantu ibu untuk mulai menyusui bayinya dalam kurunwaktu kurang dari 30 menit setelah melahirkan
5 Memperlihatkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan caramempertahankan produksi ASI pada saat ibu harus berpisahdengan bayinya
6 Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASIkepada bayi baru lahir, kecuali atas indikasi medis
7 Melaksanakan rawat gabumg, yang memungkinkan ibu dan bayiselalu bersama dalam 24 jam
8 Mendukung ibu untuk dapat memberi ASI sesuai dengankebutuhan bayi tanpa menjadwalkanya
9 Tidak memberi dot atau kempeng kepada bayi yang masihmenyusu
10 Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkanibu untuk berkonsultasi dengan kelompok ini
C. Tinjauan Umum Tentang Manfaat Pemberian ASI
Manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) telah banyak
dipublikasikan melalui laporan-laporan penelitian. Secara garis besar,
manfaat pemberian ASI dapat ditinjau dari sudut manfaat bagi bayi
dan bagi ibu.
1) Manfaat Bagi Bayi
ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi
(Roesli, 2009). Bayi yang diberi ASI lebih tahan terhadap sejumlah
16
penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut
(Quigley, Kelly, & Acker, 2007), mengurangi kemungkinan
kontaminasi dari makanan (Arifeen et all, 2001), lebih jarang
mencret (Beaudray, 1995), dan menurunkan resiko sindrom
kematian bayi mendadak (Mitchel, 1997). Selain itu, ASI membuat
anak lebih pandai, tidak tergantung pada latar belakang ekonomi
(Mortesen 2003, Jain 2002), dan mengurangi gangguan mental
pada nak an remaja (Weindy et all, 2009).
Terkait dengan manfaat dari lama pemberian ASI,
penelitian Nurmianti dan Bersal tahun 2008 menemukan, durasi
pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di
Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih
memiliki ketahan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang
disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disuse denga durasi 4-5
bulan memliki ketahan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang
disusui kurang dari 4 bulan.
Proses menyusui membuat bayi sering berada dalam
dekapan ibu. Bayi akan merasa aman dan tentram karena masih
mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi ini menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang
percaya diri dan spiritual yang baik (Roesli, 2009).
17
2) Manfaat Bagi Ibu
Menyusui merupakan suatu pengambilan keputusan yang
bijaksana dari orang tua (KemnegPP, 2008). Tidak hanya bagi bayi
dan anak saja, menyusui juga memberikan keuntungan bagi
kesehatan ibu. La Leche League Internasional (LLLI) sebuah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Spayol, yang berdiri
sejak tahun 1956, secara terus menerus mempromosikan pemberian
ASI eksklusif. Dengan memberi ASI berarti telah memberi
perlindungan yang signifikan bagi ibu untuk melawan kanker
penyudara dan kanker ovarium.
Selain itu menyusui juga melindungi ibu dari kejadian
terhadap osteoporosis, dengan patah tulang pinggul lebih sedikit,
dan tulang lebih kuat pada wanita postmenopause. Menyusui
eksklusif juga memberi efek kontarasepsi 98% terhadap kehamilan
dalam enam bulan pertama. Pada banyak perempuan, menyusui
lanjutan akan menunda kembalinya kesuburan selama satu tahun
atau lebih. Dengan demikian, kesehatan dan status gizi wanita tidak
terganggu dengan hilangnya zat besi akibat haid dan kehamilan
berjarak dekat.
3) Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli
susu formula, botol sus, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat
berarti keluarga mengeluarkan leih sedikit biaya guna perawatan
18
kesehatan, penjarangan kelahiranlantaran efek kontrasepsi dari ASI
eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga,
menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,
keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika
bepergian (Kristiyanasari, 2009).
4) Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor
susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat Negara
lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah
bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup
anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan
sumber daya yang terus-menerus di produksi (Kristiyanasari,
2009).
D. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ASI
Menurut (Nugroho, 2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ASI meliputi:
a. Frekuensi Pemberian Susu
Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan
bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih
dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat
menyusui.
19
Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup
bulan menujukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 + 3 kali per hari
selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungn dengan
produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan
penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada priode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormone dalam kelenjar peyudara.
b. Berat Bayi Saat Lahir
Hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama
penyusunan dibidang bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari ke
dua dan usia bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan
menghisap yang mengakibatkan perbedaan yang besar dibanding
bayi yang mendapat formula
c. Usia Kehamilan Saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi ASI. Hal
ini disebabkan bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang
dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara
efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang
lahir tidak premature. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi
premature dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
20
d. Usia Ibu dan Paritas
Umur paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya
dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.
Penelitian luar menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja
dengan gizi baik, inti ASI mencukupi berdasarkan pengukuran
pertembuhan 22 bayi dari 15 bayi . Pada ibu yang melahirkan lebih
tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.
e. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stress dapat mengganggu laktasi
sehingga mengganggu produksi ASI karena menghambat
pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa
rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji
dampak dari berbagai tipe stress ibu khususnya kecemasan dan
tekanan darah terhadap produksi ASI.
f. Mengkomsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin
akan menghambat pelepasan oksitosin. Penelitian menunjukkan
adanya hubugan antara merokok dan penyapihan dini meskipun
volume ASI elitian diluar men dan penyapihan dini meskipun
volume ASI tidak diukur secara langsung.
21
g. Mengkomsumsi Alkohol
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan
progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI
sebaiknya bila pil hanya mengandung progestin makan tidak ada
dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang
menggunakan pil kontrasepsi.
E. Tinjauan Umum Tentang Ibu Multipara
Menurut (Manuaba, 1999) paritas atau para adalah wanita yang
pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:
1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu
kali
2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak
hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari
lima kali
3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin
aterm lebih dari lima kali
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih
dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi viable (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai
22
angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal (Winkjosastro, 2002).
F. Tinjauan Umum Variabel Independen
1. Usia ibu
Umur menurut (Amiruddin, 2007) dibedakan menjadi dua yaitu tua
apabila berusia diatas 30 tahun dan muda kurang dari 30 tahun. Ibu
yang berumur kurang dari 30 tahun belum mempunyai pengetahuan
tentang pemberian ASI eksklusif, sedangkan ibu yang berumur lebih
dari 30 tahun mempunyai pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif.
Jadi umur ibu mempunyai peran dalam pemberian ASI eksklusif.
Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui
bayinya dengan ASI yang cukup sehingga terdapat hubungan yang
bermakna antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif (Lestarie,
2004). Proporsi pemberian ASI eksklusif paling banyak pada ibu
berusia muda dibandingkan dengan proporsi pemberian ASI eksklusif
pada ibu berusia tua (Yuliandarin, 2009).
2. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan menurut (Koesoema, 2007) merupakan sebuah proses
yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang
tidak tertata atau tertata liar menjadi semakin tertata, semacam proses
penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun
dalam diri orang lain.
23
Di lihat dari sudut pandang kesehatan, (Pickett, George, & Hanlon,
2009) mendefinisikan pendidikan adalah proses membantu seseorang
dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan pribadi orang lain
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2008 tentang wajib
belajar menyatakan bahwa wajib belajar adalah program minimal yang
harus diikuti oleh warga Negara atas tanggung jawab pemerintah.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi dirinya agar
dapat hidup mandiri dalam masyarakat.
Sistem pendidikan nasional Indonesia mengakui ada 3 jalur
pendidikan, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal
(Sumardiono, 2007).
a. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan di sekolah mulai SD-
SMP-SMA-Perguruan Tinggi adalah perwujudan model
pendidikan formal yang paling muda dikenali masyarakat.
b. Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Jalur pendidikan ini diselenggarakan bagi warga
masyrakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
24
formal dalam rangka mendukung pendidikan penunjang hayat.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan nonformal antara
lain: lembaga kursus, lembaga kepelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan
sejenis.
c. Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
Tingkat pendidikan seorang ibu diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap pemberian ASI. Pendidikan tinggi diharapkan akan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI, sehingga
berpengaruh positif terhadap pemberian ASI eksklusif, pendidikan ibu
juga berpengaruh terhadap produksi ASI, tingkat pendidikan tertinggi
yang ditamatkan oleh ibu mempunyai kemungkinan menyusui ASI
eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak sekolah dan
tamat SD, walaupun tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sosek tapi
terlihat bahwa justru ibu yang tidak berpendidikan formal memiliki
potensi lama untuk menyusui bayinya dari pada ibu yang
25
berpendidikan tinggi (Arfana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
(Tan, 2011) melaporkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif.
3. Status Pekerjaan Ibu
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan ibu juga
diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu
dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang
bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden
yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di
luar rumah (sektor formal) memiliki akses mendapatkan informasi
tentang ASI eksklusif (Sudirham, 2010).
Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila ia tidak
bekerja maka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarganya,
bekerja untuk perempuan sering kali bukan pilihan tetapi karena
pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya (Arfana, 2010).
Tamal (2012) mengemukakan bahwa ibu yang bekerja di sektor
pertanian dan sebagai ibu rumah tangga lebih memungkinkan untuk
memiliki kebiasaan menyusui lebih panjang dibanding dengan wanita
yang bekerja pada sektor informal. Pernyataan tersebut diperjelas oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Tan, 2011) yang mengatakan bahwa
26
berdasarkan hasil regresi logistic, ibu yang tidak bekerja 3,5 kali lebih
memungkinkan untuk memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang
bekerja. penelitian lain yang dilakukan oleh Khassawneh (2009)
dengan metode penelitian cross sectional mendapatkan bahwa wanita
yang bekerja lebih memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak
bekerja.
4. Tingkat Pengetahuan Ibu
Pengetahuan seseorang dapat berguna sebagai motivasi dalam
bersikap dan bertindak bagi orang tersebut. Serangkaian pengetahuan
selama proses interaksi dengan lingkungannya menghasilkan
pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang
lain. Pengetahuan orang tua, ibu dan ayah bayi khususnya mengenai
kolostrum, ASI eksklusif dan manajemen laktasi memegang peranan
penting dalam pemberian ASI eksklusif (Amiruddin, 2007).
1. Pengertian Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya prilaku seseorang. Menurut (Taufik, 2007),
27
pengetahuan merupakan pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan lain sebagainya).
a. Tingkatan Pengetahuan
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif, yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan. Menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
28
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannyasatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
29
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
2. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat pengetahuan
5. Usia Kehamilan Ibu
Usia kehamilan normal bagi ibu adalah 40 minggu. Menurut
WHO, usia kehamilan pada bayi baru lahir dikategorikan menjadi
premature, normal, dan lebih bulan. Kelahiran premature terjadi
sebelum 37 minggu usia kehamilan. Usia kehamilan ini dihitung dari
hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Pengeluaran ASI
tergantung dari umur kehamilan ibu sehingga ASI yang keluar dari ibu
dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya
cukup bulan.
30
6. Sikap Ibu
Berikut beberapa definisi istilah sikap yang dalam bahasa Inggris
disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Herber Spencer (1862),
yang menggunakan kata ini menunjukkan suatu status mental
seseorang. Pada tahun 1888 konsep sikap secara popular digunakan
oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi,
perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo,2003).
Penelitian yang dilakukan (Gibney, MM, MK, & Leonore, 2005)
menyatakan bahwa banyak sikap dan kepercayaan yang tidak
mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu
tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Umumnya alasan ibu
tidak memberikan ASI eksklusif meliputi rasa takut yang tidak
berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memiliki mutu
yang tidak baik. Keterlambatan memulai pemberian ASI dan
pembuangan kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah serta
31
kepercayaan yang keliru bahwa bayi haus dan memerlukan cairan
tambahan. Penelitian yang dilakukan oleh (Permana, 2006)
menunjukkan bahwa sikap positif ibu terhadap praktik pemberian ASI
eksklusif tidak diikuti dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya
sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan dukungan dari pihak-
pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-orang terdekat ibu
7. Penerimaan Informasi Dari Petugas Kesehatan
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
system. Peran dipengaruhi oleh kendala sosial baik dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari prilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Surirham,
2010). Salah satu peran petugas kesehatan dalam meningkatkan
cakupan ASI eksklusif yaitu dengan memberikan informasi dan
edukasi (KIE) memulai kegiatan penyuluhan dalam hal yaan ini yang
dilakukan oleh petugas konselor ASI.
Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk
membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan
menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI pada bayi
(Amiruddin, 2007). Seorang konselor ASI mempunyai kemampuan
dalam menjadi konselor yaitu:
32
1. Keterampilan melakukan komunikasi antar pribadi
2. Pengetahuan tentang ASI dan segala faktor yang terkait dengan
pemberian ASI, baik secara nedis/teknis, social budaya dan
agama
3. Memahami program pemberian ASI yang dilakukan oleh
berbagai pihak baik dari kalangan pemerintah maupun
masyarakat.
Sedangkan penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan
pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan
pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak
hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan
anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Sudirham, 2010).
33
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untuk
mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (WHO, 2011). Selain itu
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.450/Men.kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 menyatakan bahwa
untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal,
bayi harus di beri ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Namun
demikian cakupan pemberian ASI eksklusif secara nasional tahun 2013
hanya 42% masih jauh dari target nasional yakni 80%.
Landasan teoritik yang mendasari penyususnan karangka konsep pada
bab ini yaitu berdasar pada teori Lutter (2000), dimana variabel dependen
yaitu pemberian ASI eksklusif serta variabel independen yaitu usia ibu,
tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan, status ekonomi
keluarga, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan
ibu, sikap ibu terhadap ASI eksklusif, dan penerimaan informasi dari
petugas kesehatan. Berikut merupakan alasan variabel penelitian:
1. Usia Ibu
Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui
bayinya dengan ASI yang cukup, proporsi pemberian ASI eksklusif
34
paling banyak pada ibu berusia muda dibandingkan dengan proporsi
pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia tua.
2. Tingkat Pendidikan ibu dan suami
Pendidikan merupakan proses membantu seseorang dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun kognitif untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan orang lain. Tingkat pendidikan ibu dan
suami diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pemberian
ASI. Pendidikan tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang
cukup tentang pemberian ASI.
3. Status Pekerjaan
Pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan
ibu dalam memberikan ASI eksklusif, ibu yang tidak bekerja lebih
memungkinkan untuk memiliki kebiasaan menyusui lebih panjang
dibanding dengan ibu yang bekerja.
4. Tingkat pengetahuan ibu
Pengetahuan seseorang dapat berguna sebagai motivasi dalam
bertindak, pengetahuan ibu mengenai kolostrum, ASI ekskusif, dan
menajmen laktasi memegang peranan penting dalam pemberian ASI
eksklusif. Pengetahuan akan memberi pengalaman kepada ibu tentang
cara pemberian ASI ekskusif yang baik dan benar.
35
5. Usia Kehamilan Ibu
Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan ibu, sehingga
ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran premature akan berbeda
dengan ibu yang bayinya cukup bulan.
6. Sikap Ibu
Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku seorang ibu,
sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar terhadap makna
pemberian ASI yang membuat para ibu tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.
7. Penerimaan Infomasi Dari Petugas Kesehatan
Salah satu peran petugas kesehatan dalam meningkatkan cakupan
ASI eksklusif yaitu dengan memberikan informasi dan edukasi (KIE)
memulai kegiatan penyuluhan dalam hal yaan ini yang dilakukan oleh
petugas konselor ASI. Konselor ASI telah dibekali keterampilan untuk
membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan
menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI pada bayi
B. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan yaitu teori Lutter (2000),
menyatakan bahwa determinan pemberian ASI pada bayi dipengaruhi oleh
faktor ibu, faktor peluang, faktor informasi dan dukungan fisik selama
kehamilan, serta faktor eksternal meliputi keluarga, medis, sikap budaya,
dan norma-norma, keadaan demografi, ekonomi, tekanan komersil serta
kebijakan internasional dan nasional, sebagai berikut ini:
36
ProximateDeterminant
IntermediateDeterminants
UnderlyingDeterminant
Gambar 1 : Model determinan prilaku menyusui menurut Lutter
(2000), 478:355–68.
Infant feeding behaviours
Maternal choices Opportunities toact on these
choice
Infant feeding information and physical socialsupport during pregnancy, childbirth and
postpartum
1. Familial, medical and cultural,attitudes and norms
2. Demographics and economic condition3. Commercial pressures4. National and polices and norms
37
C. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti
Gambar 2 : Karangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel independen yang diteliti
: Variabel dependen yang diteliti
Usia ibu
PemberianASI Eksklusif
Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan Suami
Status Pekerjaan
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASIEksklusif
Usia Kehamilan Ibu
Sikap Ibu Terhadap ASI Eksklusif
Penerimaan Informasi dari PetugasKesehatan
38
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pemberian ASI eksklusif
Yang dimaksud pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI
saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan cairan atau
makanan pengganti lainnya termasuk air putih dengan pengecualian
larutan rehidrasi oral, atau vitamin, mineral, dan obat-obatan tetes atau
sirup (Kemenkes, 2012).
Kriteria Objektif:
Ya : Apabila responden mengatakan bawa ia
menyusui bayinya sejak dilahirkan hingga
bayi tersebut berusia 6 bulan tanpa di beri
minuman/cairan atau makan tambahan
lain termasuk air putih dengan
pengecualian larutan rehidrasi oral, atau
vitamin, mineral, dan obat-obatan tetes
atau sirup.
Tidak : Apabila responden mengatakan bahwa
sejak lahir hingga barumur 6 bulan
bayinya pernah diberikan minuman/cairan
aatau makanan tambahan lain termasuk air
putih atau responden mengatakan bahwa ia
menghentikan pemberian ASI sebelum
bayi tersebut 6 bulan.
39
2. Usia Ibu
Usia ibu dalam penelitian ini yaitu umur responden sampai saat
melahirkan bayinya menurut pengakuan ibu
Kriteria Objektif
<20 tahun : Bila usia ibu<20 tahun
20-24 tahun : Bila usia ibu 20-24 tahun
25-29 tahun : Bila usia ibu 25-29 tahun
30-34 tahun : Bila usia ibu 30-34 tahun
>35 : Bila usia ibu > 35 tahun
3. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dalam penelitian ini adalah formal dan pendidikan
terakhir yang pernah dicapai atau ditamatkan oleh responden, sesuai
dengan wajib belajar 9 tahun (PP No.47 Tahun 2008)
Kriteria Objektif:
Tinggi : Bila pendidikan > SMP
Rendah : Bila pendidikan < SMP
4. Tingkat Pendidikan Suami
Pendidikan suami dalam penelitian ini adalah formal dan
pendidikan terakhir yang pernah dicapai atau ditamatkan oleh suami
responden, sesuai dengan wajib belajar 9 tahun (PP No.47 Tahun
2008)
40
Kriteria Objektif:
Tinggi : Bila pendidikan > SMP
Rendah : Bila pendidikan < SMP
5. Status Pekerjaan
Yang dimaksud status pekerjaan ibu adalah aktivitas rutin yang
dilakukan ibu yang dapat menghasilkan uang untuk membantu
penghasilan dan keperluan keluarga.
Kriteria Objektif:
Bekerja : Apabila responden bekerja aktif untuk
menunjang ekonominya. Pekerjaan yang
dimaksud adalah PNS, Pegawai Swasta,
Buruh, Petani dan Pedagang.
Tidak Bekerja : Apabila responden di anggap tidak
bekerja aktif untuk menunjang
ekonominya (ibu rumah tangga).
6. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu dalam penelitian ini
adalah pemahaman ibu yang benar yang berhubungan dengan ASI
eksklusif meliputi pengertian, lama pemberian, manfaat ASI dan
menyusui buat bayi dan ibu serta teknik menyusui. Menggunakan
skala Guttman, dimana jawaban responden yang benar diberi skor 1
dan jawaban salah diberi skor 0
41
Kriteria Objektif
Cukup : jika skor responden sama atau lebih dari
median
Kurang : Jika skor responden kurang dari median
7. Usia Kehamilan
Usia kehamilan ibu terbagi atas usia kehamilan normal dan
prematur. Prematur adalah ibu yang melahirkan bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang dari 37 minggu saat kelahiran.
Kriteria Objektif :
>37 minggu : Usia kehamilan lebih dari atau sama
dengan 37 minggu
<37 minggu : Usia kehamilan kurang dari 37
minggu
8. Sikap Ibu Terhadap ASI eksklusif
Sikap adalah kesiapan ibu untuk bertindak secara konsisten
terhadap perilaku menyusui secara eksklusif. Analisis sikap ibu dilihat
dalam bentuk pernyataan setuju atau tidak terhadap pemberian ASI
eksklusif. Skala yang digunakan yaitu skala Likert, adapun skoring
sebagai berikut:
Pertanyaan positif Pertanyaan negatif
Skor 1: Sangat Tidak setuju (STS) Skor 1: Sangat Setuju (SS)
Skor 2: Tidak Setuju (TS) Skor 2: Setuju (S)
42
Skor 3: Ragu-ragu (R) Skor 3: Ragu-ragu (R)
Skor 4: Setuju (S) Skor 4: Tidak Setuju (TS)
Skor 5: Sangat Setuju (SS) Skor 5: Sangat Tidak setuju (STS)
Kriteria Objektif :
Sikap Positif : Jika jumlah skor responden > nilai
median
Sikap Negatif : Jika jumlah skor responden < nilai
media
9. Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan
Adanya pemberian pemahaman dan informasi tentang kepentingan
ASI bagi bayi baru lahir oleh seorang konselor, atau petugas kesehatan
(dokter, bidan atau perawat) kepada ibu selama hamil dan setelah
melahirkan menurut pengakuan ibu menyusui. Menggunakan skala
Guttman, dimana jawaban responden yang benar diberi skor 1 dan
jawaban salah diberi skor 0
Kriteria Objektif :
Ya : Jika jawaban responden sama atau lebih
dari nilai median
Tidak : Jika jawaban responden kurang dari nilai
median
43
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol (Ho)
a. Usia ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif
oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
b. Tingkat pendidikan ibu bukan merupakan determinan pemberian
ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
c. Tingkat pendidikan suami bukan merupakan determinan pemberian
ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
d. Status pekerjaan bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
e. Tingkat pengetahuan bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
f. Usia kehamilan bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
g. Sikap ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif
oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
h. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan ASI bukan
merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
multipara di Kabupaten Jeneponto
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Usia ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif
oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
44
b. Tingkat pendidikan bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
c. Status pekerjaan bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
d. Tingkat pengetahuan bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
e. Usia kehamilan ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
f. Sikap ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif
oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
g. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan ASI bukan
merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
multipara di Kabupaten Jeneponto
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional study untuk mengetahui determinan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
Tahun 2014.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih yaitu wilayah Kabupaten Jeneponto
Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan
cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Jeneponto terbilang rendah bahkan
pada tahun 2012 Kabupaten Jeneponto berada pada posisi terendah
cakupan pemberian ASI eksklusif jika dibandingkan dengan kabupaten
lain di Sulawesi Selatan yakni 20,6 %.
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan september sampai dengan
januari 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi penelitian ini yaitu semua ibu multipara di Kabupaten
Jeneponto tahun 2014 yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.
Populasi ibu multipara diambil dari jumlah ibu yang melahirkan
pada bulan Februari-Juli tahun 2014 yakni sebanyak 1980 orang
(Dinas Kesehatan Jeneponto, 2014).
46
2. Sampel
Sampel penelitian ini yaitu ibu multipara yang memiliki kriteria
sebagaimana populasi diatas dan terpilih untuk dijadikan responden.
Kriteria sampel penelitian yaitu ibu multipara yang melahirkan pada
bulan Februari-Juli 2014 yang terdaftar dalam buku kohort persalinan
bidan desa dan berdomisili di desa yang terpilih. Adapun jumlah
keseluruhan sampel yang diambil dengan menggunakan rumus
(Lemeshow, 1997):
= N. ( ). .( − 1) + ( ) .Keterangan :
n = Jumlah sampel keseluruhan
N = Besar populasi (1980)
p = Perkiraan proporsi variabel penelitian (0,73)
d = Tingkat ketelitian yang diinginkan (0,05)
q = 1- p 1 – 0,73 = 0,27
z = Derajat kepercayaan: 95% (1,96)
Sehingga diperoleh sampel keseluruhan di Kabupaten Jeneponto
yaitu sebanyak 262 ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan,
sebagaimana perhitungan dibawah ini:
47
= . ( ) . .( − 1) + . .= 1980. (1,96) . 0,73.0,270,05 (1980 − 1) + 1,96 .0,73.0,27= 1980. 3,84 . 0,19710,0025 1979 + 3,84 . 0,1971= 1499,2154,9475 + 0,757= 262 ibu multipara
3. Cara Penarikan Sampel
Penarikan sampel ini dilakukan dengan metode proportional
random sampling dimana metode ini merupakan cara penarikan
sampel yang dilakukan secara bertahap, cara penarikan sampel
dilakukan sebagai berikut ini:
a. Menghitung jumlah sampel untuk Kab. Jenponto sebanyak 262
orang
b. Menghitung proporsi sampel untuk tiap kecamatan di Kabupaten
Jeneponto berdasarkan jumlah ibu multipara yang melahirkan dari
bulan Februari-Juli dengan menggunakan rumus:
ni = N
nNi.
Keterangan :
ni : jumlah sampel ibu multipara menurut kecamatan
Ni : jumlah populasi ibu miltipara menurut kecamatan
N : jumlah seluruh populasi ibu multipara Kab.Jeneponto
48
n : jumlah sampel keseluruhan
Jumlah sampel pada setiap kecamatan di Kabupaten Jeneponto
dapat dilihat sebagai berikut:
1) Binamu : ni =.
= = 40 sampel
2) Turatea : ni =.
= = 22 sampel
3) Tamalatea : ni =.
= = 26 sampel
4) Bontoramba : ni =.
= = 27 sampel
5) Bangkala : ni =.
= = 42 sampel
6) Bangkala Barat : ni =.
= = 26 sampel
7) Batang : ni =.
= = 15 sampel
8) Tarowang : ni =.
= = 21 sampel
9) Arungkeke : ni =.
= = 13 sampel
10) Kelara : ni =.
= = 16 sampel
11) Rumbia : ni =.
= = 14 sampel
c. Melakukan simple random sampling untuk memilih desa di tiap
kecamatan dengan cara mengocok atau lot, desa yang keluar
sebagai desa pertama yang akan di data. Pemilihan responden
dilakukan dengan cara yang sama sesuai dengan jumlah sampel ibu
multipara pada masing-masing desa. Jika responden yang ada di
49
desa tersebut telah selesai dan responden sudah tidak ditemukan,
selanjutnya mengocok atau lot desa selanjutnya yang terpilih.
d. Kecemata pertama sebagai tempat penelitian adalah kecamatan
yang dekat dengan tempat tinggal kami yakni Kecamatan
Bontoramba dan desa yang terpilih pertama yaitu Desa Baraya
selanjutnya Desa Bontoramba, Desa Kareloe, dan Desa
Bulusibatang. Kemudian Kecamatan Tamalatea, desa yang terpilih
adalah Desa Turatea, Desa Bontotangnga, dan Desa Karelayu.
Kemudian Kecamatan Binamu terpilih empat desa, Kecamatan
Bangkala terpilih empat desa, Kecamatan Bangkala Barat terpilih
dua desa, Kecamatan Batang terpilih dua desa, Kecamatan
Arungkeke terpilih tiga desa, Kecamatan Rumbia terpilih tiga desa,
Kecamatan Kelara terpilih dua desa, Kecamatan Tarowang terpilih
empat desa, dan terakhir kecamatan Turatea terpilih empat desa.
D. Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung (direct
interview) kepada ibu multipara yang menjadi responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya sebagai bahan
acuan peneliti saat mewawancarai sesuai dengan kuesioner standar.
Adapun data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden,
variabel independen yaitu usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan suami,
status pekerjaan ibu, status ekonomi keluarga, tingkat pengetahuan
tentang ASI eksklusif, usi kehamilan ibu saat melahirkan, sikap ibu
50
terhadap ASI eksklusif, mendapat informasi dari petugas kesehatan dan
variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara door to door atau
mengunjungi rumah ibu multipara yang alamatnya diperoleh dari daftar
buku kohor persalinan dan ANC bidan desa. Adapun tahapan pemilihan
sampelnya adalah sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Jeneponto, khusus pada bagian KIA. Selain itu, melakukan
koordinasi dengan bidan puskesmas, bidan desa, dan kader posyandu
di masing-masing puskesmas Kabupaten Jeneponto.
b. Mengumpulkan data dan membuat daftar nama ibu primipara dan
multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yaitu lahir pada bulan
Februari-Juli tahun 2014 di desa yang terpilih pada setiap kecamatan.
c. Sampel penelitian ini yaitu sebanyak 506 responden sekabupaten
Jeneponto yang terdiri atas 244 ibu primipara dan 262 ibu multipara.
Namun penelitian ini khusus akan menganalisis ibu multipara di
Kabupaten Jeneponto.
d. Setelah mendapatkan data ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan,
peneliti mencari alamat responden yang terdapat dalam daftar yang
telah dibuat sebelumnya. Setelah rumah responden ditemukan, maka
peneliti akan memperkenalkan diri dan meminta kesediaan calon
responden yang bersedia diwawancarai menggunakan instrumrn
kuesioner.
51
e. Setelah wawancara selesai, peneliti kemudian meminta informasi
kepada responden tentang tempat tinggal responden lainnya yang
terdapat dalam daftar. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9
Februsri sampai 17 Februari 2015. Untuk lebih jelas disajikan dalam
gambar sebagai berikut:
3244 ibuMemiliki bayi umur 6-12 bulan
506 ibuTerpilih menjadi sampel
595 ibu dikunjungi 73 ibuTidak ditemukan rumahnya
522 ibuDitemukan rumahnya
11 ibuTidak bersedia diwawancarai
506 ibuBersedia diwawancarai
5 ibuBerhenti ditengah wawancara
244Ibu primipara
Memiliki bayi umur6 bulan: 29 ibu (11, 9%)7 bulan: 35 ibu (14, 3%)8 bulan: 40 ibu (16, 4%)9 bulan: 36 ibu (14, 8%)10 bulan: 32 ibu (13, 1%)11 bulan: 49 ibu (20, 1%)12 bulan: 23 ibu (9,4%)
262Ibu multipara
Memiliki bayi umur6 bulan: 18 ibu (6, 9%)7 bulan: 40 ibu (15,3%)8 bulan: 27 ibu (10,3%)9 bulan: 38 ibu (14,5%)
10 bulan: 39 ibu (14, 9%)11 bulan: 48 ibu (18,3%)12 bulan: 52 ibu (19,8%)
Dianalisis
Gambar 3 Prosedur Seleksi
52
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dan dengan
menggunakan program SPSS 20 meliputi editing, coding, entry data,
cleaning dan analisis data. Pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.
1. Editing
Pada fase ini dilakukan setelah data dikumpulkan dan dilakukan
dengan cara memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan
data, dan kesesuaian data. Proses ini dilakukan setelah data terkumpul.
2. Coding
Pelaksanaan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan
data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan
label-label tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean
dilakukan dengan memberikan nomor variable, nama variabel dan
kode.
3. Entry Data
Fase ini dilakuka setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya
mengimput data pada masing-masing variable. Urutan data yang
diinput berdasarkan nomor responden pada kuesioner.
4. Cleaning Data
Setelah melakukan entry data, maka selanjutnya yaitu fase cleaning
data. Hal ini dimaksudkan karena pada saat entry data peneliti
melakukan kesalahan dengan harapan ada perbaikan sebelum
dilakukan analisis data
53
5. Analisi Data
Analisis data dilakukan dengan uji statistik, yaitu meliputi:
a. Analisis univariat
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada
setiap variabel independen maupun variabel dependen. Adapun
hasil dari analisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
b. Analisis Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen
dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat
signifikansi (α ) = 0,05. Untuk membuktikan ada tidaknya
hubungan tersebut, dilakukan statistic. Hasil intrepretasi yakni
nilai P value > 0,05 menyatakan bahwa tidak ada hubungan
variabel independen dengan variabel dependen dan bila P
value < 0,05 menyatakan bahwa ada hubungan variabel
independen dengan variabel dependen
F. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis kemudin disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi kemudian diinterpretasi dan dibahas.
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto Provinsi
Sulawesi Selatan. Ibu kota Kabupaten Jeneponto yaitu Bonto Sunggu.
Adapun peta wilayah Kabupaten Jeneponto dapat dilihat sebagai berikut
Gambar 4 Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto
Kabupaten Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749,8 km2,
dimana luas Sulawesi Selatan sebesar 62.361,71 km2. Adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kab. Gowa dan Kab.
Takalar
Sebelah Timur : berbatasan dengan kabupaten bantaeng
Sebelah Selatan : berbatasan dengan laut Flores
55
Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Takalar
Secara administrasi pemerintah Kabupaten Jeneponto terbagi atas
11 kecamatan, 82 desa dan 31 kelurahan. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jeneponto, jumlah penduduk pada tahun 2013 di
Kabupaten Jeneponto sebanyak 352.894 jiwa dengan 77.745 kepala
keluarga.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Responden
Pada bagian ini akan dibahas tentang hasil penelitian berupa
deskripsi responden, pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara.
Deskripsi responden terdiri dari karakteristik sosial demografi ibu dan
suami, status ekonomi keluarga, tingkat pengetahuan ibu, usia
kehamilan, sikap ibu serta pemberian informasi dari petugas kesehatan.
Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara variabel independen
(Usia ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pengetahuan
ibu, usia kehamilan ibu, sikap ibu, serta pemberian informasi dari
petugas kesehatan) dengan variabel dependen (pemberian ASI
eksklusif). Bagian akhir bab ini disajikan pembahasan terhadap temuan
dari penelitian ini.
a. Karakteristik sosial demografi ibu multipara dan suami
Karakteristik sosial demografi ibu dan suami dalam
penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan.
56
Karakteristik sosial demografi ibu dan suami dapat dilihat pada
tabel 2 dan 3 berikut ini:
Tabel 2Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan Suami
Berdasarkan Usia di Kabupaten Jeneponto
Karakteristik Ibu Multipara n
Usia Ibu (Tahun)Mean 30Minimum 18Maksimum 45Standar deviasi 5,595
Usia Suami (Tahun)Mean 33Minimum 22Maksimum 56Standar deviasi 5,984
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total 262 responden rata-
rata usia ibu yaitu 30 tahun. Usia tertinggi ibu yaitu 45 tahun dan
terendah adalah 18 tahun. Adapun rata-rata usia suami yaitu 33
tahun. Usia tertinggi yaitu 56 tahun dan yang terendah adalah 22
tahun.
Sebagian besar responden berpendidikan rendah (72,9%)
sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebesar 27,1 %.
Mayoritas responden tidak bekerja yakni 86,6%. Sedangkan
sebagaian besar suami responden dengan tingkat pendidikan
rendah (69,1%) dan mayoritas suami bekerja (98,9%), ini disajikan
pada tabel 3.
57
Tabel 3Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan SuamiBerdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan di
Kabupaten Jeneponto
KarakteristikJumlah
n %Tingkat Pendidikan Ibu
Rendah 191 72,9Tinggi 71 27,1
Status Pekerjaan ibuTidak bekerja/ibu rumah tangga 217 86,6Bekerja 45 13,4
Tingkat Pendidikan suamiRendah 181 69,1Tinggi 81 30,9
Status Pekerjaan suamiTidak bekerja 3 1,1Bekerja 259 98,9
Sumber: Data Primer, 2015
b. Karakteristik bayi umur 6-12 bulan
Karakteristik bayi dalam penelitian ini meliputi umur dan
jenis kelamin. Karakteristik bayi berdasarkan umur adalah sebagai
berikut:
Tabel 4Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Umur di
Kabupaten JenepontoUmur Bayi (bulan) n
Median 10Minimum 6Maksimum 12Standar deviasi 1,941
Sumber: Data Primer, 2015
Tebel 4 menunjukkan bahwa dari total 262 bayi responden
rata-rata umur bayi adalah 10 bulan, umur maksimum yaitu 12
bulan dan umur minimum bayi yaitu 6 bulan, dengan standar
deviasi sebesar 1,941.
58
Distribusi bayi ibu multipara berdasarkan jenis kelamin
adalah sebagai berikut:
Tabel 5Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Jenis Kelamin
di Kabupaten Jeneponto
Jenis KelaminJumlah
n %Laki-laki 135 51,5Perempuan 127 48,5Total 262 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tebel 5 menunjukkan bahwa Proporsi bayi laki-laki
(51,5%) hampir sama dengan bayi perempuan yakni (48,5%).
c. Jenis penolong dan tempat persalinan
Distribusi jenis penolong dan tempat persalinan ibu
multipara adalah sebagai berikut:
Tabel 6Jenis Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara
di Kabupaten Jeneponto
Jenis Penolong dan Tempatpersalinan
Jumlah
n %Jenis Penolong
Tenaga kesehatan 225 85,9%Non tenaga kesehatan 37 14,1
Tempat PersalinanFasilitas kesehatan 197 75,2%Non fasilitas kesehatan 65 24,8%
Sumber: Data Primer, 2011
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari total 262 responden
sebagian besar (85,9%) bersalin dengan jenis penolong tenaga
kesehatan dan mayoritas melahirkan di fasilitas kesehatan 75,2%.
59
d. Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara
Dalam penelitian ini status kesehatan reproduksi ibu yang
disajikan meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak yang meninggal,
dan pernah keguguran atau aborsi. Berikut ini merupakan
persentase status kesehatan reproduksi ibu multipara:
Tabel 7Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara di
Kabupaten Jeneponto
Karakteristik Ibu Jumlahn %
Jumlah kehamilan2 kali 132 50,43 kali 78 29,84 kali 31 11,8>4 kali 21 8,0
Ada anak yang meninggalTidak ada 258 98,51 orang 3 1,12 orang 1 0,4
Pernah mengalami keguguranYa 7 2,7Tidak 255 97,3
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari total 262 responden
sebagian besar responden memiliki jumlah kehamilan sebanyak
dua kali (50,4%). Sebagian besar responden tidak pernah
mengalami keguguran (97.3%).
60
2. Hasil Analisis Univariat
a. Pemberian ASI Eksklusif
Kategori pemberian ASI Eksklusif terdiri dari ASI
eksklusif dan tidak ASI eksklusif. Distribusi Responden
berdasarkan pemberian ASI eksklusif adalah sebagai berikut:
Sumber: Data Primer, 2015
Grafik 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya (73.7%), sedangkan
responden yang memberikan ASI eksklusif hanya sebesar 26.3%.
Distribusi ibu multipara yang melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) adalah sebagai berikut:
Tabel 8Distribusi Pelaksanaan Inisisasi Menyusu Dini Responden
di Kabupaten Jeneponto
IMDJumlah
n %Tidak 230 87,8
Ya 32 12,2
Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015
73.7%
26.3%Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Grafik 1 Persentase Pemberian ASI Eksklusif oleh IbuMultipara di Kabupaten Jeneponto
n = 262
61
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 87,8 % responden
tidak melakukan inisiasi menyusu dini pada saat pertama kali
menyusui dan hanya 12,2 % responden yang melakukan IMD.
Umur bayi pada saat diberi makanan selain ASI adalah
sebagai berikut:
Tabel 9Distribusi Umur Bayi Diberi Makanan Pendamping ASI di
Kabupaten Jeneponto
Umur Bayi Diberiakan MP-ASIJumlah
n %3 Hari pertam 99 51,31 Bulan 72 37,3
2 Bulan 4 2,13 Bulan 8 4,14 Bulan 1 0,55 Bulan 9 4,7Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar umur bayi
pada saat diberi makanan selain ASI yakni 3 hari pertama setelah
dilahirkan (51,3%), dan yang terendah yaitu umur 4 bulan yakni
(0,51%).
Alasan Ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya
selama 0 sampai 6 bulan adalah sebagai berikut:
62
Tabel 10Distribusi Alasan Responden Memberikan MP-ASI
Sebelum Usia Bayi 6 Bulan di Kabupaten Jeneponto
Alasan tidak memberi MP-ASIJumlah
n %Air susu tidak keluar 140 72,5Anak tidak mau 15 7,8Ibu sibuk bekerja 15 7,8Bayi sakit 6 3,1Nasehat suami 6 3,1Ada masalah kesehatan 5 2,6Ibu sakit 3 1,6Nasehat tenaga kesehatan 3 1.6Total 193 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 193, sebagian besar
disebabkan karena air susu ibu tidak keluar dengan lancar (72.5%),
selain itu bayi sudah tidak mau menyusu (7,8%) dan ibu sibu
bekerja (7,8%).
Tabel 11Jumlah Bayi Menyusui Menurut Umur di Kabupaten
Jeneponto
Umur BayiDiberika MP-ASI
Bayi Diberikan MP-ASIJumlah
Ya Tidakn % n % n %
3 Hari pertama 68 68,7 31 31,3 99 1001 Bulan 58 80,6 14 19,4 72 1002 Bulan 1 25,0 3 75,0 4 1003 Bulan 4 50,0 4 50,0 8 1004 Bulan 1 100 0 0 1 1005 Bulan 8 88,9 1 11,1 9 100Total 140 72,5 53 27,4 193 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang
telah diberi MP-ASI saat usia 3 hari pertama setelah dilahirkan,1
63
bulan dan 5 bulan sebagian besar masih tetap menyusui sampai
sekarang, setangah dari bayi responden yang telah diberi MP-ASI
saat usia 3 bulan masih tetap menyusui sampai sekarang (50,0%).
Dan 100% bayi masih tetap menyusui sampai sekarang setelah
diberi MP-ASI saat usia 4 bulan.
Tabel 12Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden di
Umur 3 Hari Pertama di Kabupaten Jeneponto
Makanan/minuman yang DiberikanJumlah
n %Susu formula 65 65,7Jus buah 1 2,0Air puith 7 7,1Air beras 19 19,2Madu 1 1,0Makanan setengah padat 5 5,1Total 99 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar
makanan/minuman yang diberikan kepada bayi 3 hari pertama
setelah lahir adalah susu formula (65,7%), dan yang paling sedikit
adalah madu yaki sebesar 1,0 %.
Berikut ini merupakan jenis makanan atau minuman yang
diberikan kepada bayi umur 1-5 bulan:
64
Tabel 13Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden di
Umur 1-5 Bulan di Kabupaten Jeneponto
Makanan/minuman yang DiberikanJumlah
n %Susu formula 56 59,6Air putih 11 11,7Air beras 6 17,0Madu 2 2,1Makanan setengah padat 9 9,6Total 94 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memberikan susu formula pada anaknya di umur 1-5 bulan
(59,6%) sedangkan paling sedikit yaitu madu (2,1%).
b. Usia ibu
Usia responden dalam penelitian ini terdiri dari 5 kategori
Distribusi responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut ini:
Tabel 14Distribusi Usia Responden di Kabupaten Jeneponto
Usia IbuJumlah
n %<20
20-2425-2930-34>35
231957757
811.836.329.421.8
Total 262 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tebel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berada pada kelompok umur lebih atau sama dengan 25 tahun
(85,5%). Umur termuda responden adalah 19 tahun sedangkan
umur tertua responden adalah 45 tahun.
65
c. Tingkat pengetahuan ibu
Tingkat pengetahuan responden dikategorikan menjadi dua
yaitu tingkat pengetahuan rendah dan tinggi berdasarkan kriteria
objektif. Distribusi tingkat pengetahuan responden adalah sebagai
berikut:
Tabel 15Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI
Eksklusif di Kabupaten Jeneponto
Tingkat PengetahuanJumlah Presentase
n %
Kurang 120 45.8
Cukup 142 54.2
Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 15 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang ASI eksklusif lebih banyak
(54,2%) dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan
yang kurang (45,8%).
d. Usia kehamilan ibu
Usia keamilan ibu pada saat melahirkan terdiri atas dua
kategori yaitu <37 minggu dan >37 minggu berdasarkan kriteria
objektif. Distribusi responden berdasarkan usia kehamilan saat
melahirkan adalah sebagai berikut:
66
Tabel 16Distribusi Usia Kehamilan Responden di Kabupaten Jeneponto
Usia Kehamilan IbuJumlah
n %
<37 minggu 50 19.1
>37 minggu 212 80.9
Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden usia kehamilannya saat melahirkan yaitu cukup bulan
yakni 80,9%.
e. Sikap ibu
Sikap responden berdasarkan kriteria objektif dikategorikan
menjadi dua yaitu sikap positif dan negative. Distribusi sikap
responden adalah sebagai berikut:
Tabel 17Distribusi Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif di
Kabupaten Jeneponto
Sikap IbuJumlah
n %Negatif 129 49.2
Positif 133 50.8
Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa proporsi sikap
ibu multipara terhadap pemberian ASI eksklusif hampir sama
antara sikap negatif (49.2%) dan sikap positif (50.8%).
67
f. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan
Distribusi Penerimaan informasi dari petugas kesehatan
dikategorikan menjadi dua berdasarkan kriteria objektif, dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 18Distribusi Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan di
Kabupaten Jeneponto
Penerimaan informasiJumlah
n %Tidak 107 40.8
Ya 155 59.2
Total 262 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
telah mendapat informasi tentang ASI eksklusif dari petugas
kesehatan 59,2, namun masih terdapat 40,8% responden yang tidak
pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan.
Alasan responden tidak pernah mendapat informasi secara
lengkap dari petugas kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif
adalah sebagai berikut:
68
Tabel 19Distribusi Alasan Responden Tidak Mendapat Informasi Dari
Petugas Kesehatan
Alasan tidak memperoleh informasiJumlah
n %
1. Berhalangan hadir saat penyuluhan 88 33.62. Jarang datang ke pelayanan
kesehatan4 1.5
3. Sibuk mengurus rumah tangga 15 5,7
Total 107 40.8Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 19 menunjukkan bahwa alasan sebagian besar
responden yang tidak pernah mendapat informasi dari petugas
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif yaitu berhalangan
hadir saat penyuluhan oleh petugas (33.6%), selain itu juga
disebabkan karena responden jarang datang ke pelayanan
kesehatan (1,5%) dan sibuk mengurus rumah tangga (5,7%).
3. Hasil Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Analisis bivariat merupakan analisis untuk melihat hubungan
variabel independent dengan variabel dependent. Analisis ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana hubungan kemaknaan secara
statistik.
Penelitian ini melihat hubungan karakteristik demografi (umur ibu,
tingkat pendidikan, satus pekerjaan ibu dan tingkat pendidikan suami),
serta pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan ibu saat
melahirkan, sikap ibu terhadap ASI eksklusif dan penerimaan
69
informasi dari petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif oleh
ibu multipara.
Hasil analisis hubungan antara karakteristik demografi dengan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 20Hubungan Karakteristik Demografi dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kabupaten Jeneponto
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 20 menunjukkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20
tahun lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya
dibandingkan ibu dengan rentang usia 20-24, 25-29 dan diatas 30
tahun, hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
KarakteristikDemografi
Pemberian ASIEksklusif Total
p-valueTidak Yan % n % n %
Usia Ibu
0,237<20 3 42,9 4 57,1 7 10020-24 24 77,4 7 22,6 31 10025-29 65 71,4 26 28,6 91 100>30 101 75,9 32 24,1 133 100
TingkatPendidikan Ibu
Rendah 143 74.9 48 25.1 191 100 0,468Tinggi 50 70.4 21 29.6 71 100
TingkatPendidikan Suami
Rendah 134 74.0 47 26.0 181 100 0,476Tinggi 59 72.8 22 27.2 81 100
Status PekerjaanIbu
Bekerja 36 80,0 9 20,0 45 100 0,289Tidak bekerja 157 72,4 60 27,6 217 100
70
Variabel tingkat pendidikan ibu menunjukkan bahwa pemberian
ASI eksklusif oleh ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih banyak
sebesar 29,6% dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan rendah
sebesar 25,1%, berdasarkan hasil uji statistik diperoleh perbedaan yang
tidak signifikan.
Hasil analisis pada variabel pekerjaan ibu menunjukkan bahwa,
pemberian ASI eksklusif mayoritas dilakukan oleh ibu yang tidak
bekerja sebesar 27,6% dibandingkan dengan ibu yang bekerja sebesar
20,0%, berdasarkan hasil uji statistik tidak diperoleh perbedaan yang
signifikan.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif dengan
tingkat pendidikan suami yang tinggi lebih banyak yakni sebesar
27,2% dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan suami
yang rendah sebesar 26,0%, hasil uji statistik menunjukkan tidak
diperoleh perbedaan yang signifikan.
Selain karakteristik demografi, analisis hubungan juga dilakukan
terhadap faktor pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan
ibu saat melahirkan , sikap ibu terhadap ASI eksklusif serta
penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan hubungannya
dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara. Hasil analisis
dapat dilihat sebagai berikut ini:
71
Tabel 21Hubungan Variabel Independen dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kabupaten Jeneponto
VariabelIndependen
Pemberian ASIEksklusif Total
p-valueTidak Yan % n % n %
TingkatPengetahuan Ibutentang ASIeksklusif
Kurang 101 84.2 19 15.8 120 100 0,000Cukup 92 64.8 50 35.2 142 100
Usia KehamilanIbu
0.095<37 minggu 37 74,0 13 26,0 50 100>37 minggu 156 73,6 56 26,4 212 100
Sikap Ibu tentangASI
0.000Negatif 123 95,3 6 4,7 129 100Positif 70 52,6 63 47,4 133 100
PenerimaanInformasi DariPetugasKesehatan
Tidak 93 86.9 14 13.1 107 100 0.000Ya 100 64.5 55 35.5 155 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 21 menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif mayoritas
dilakukan oleh ibu dengan tingkat pengetahuan yang cukup 35,2%
dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang
15,8%, hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Pada variabel usia kehamilan ibu pemberian ASI eksklusif mayoritas
dilakukan oleh ibu dengan usia kehamilan >37 minggu (26,4%)
dibandingkan dengan ibu dengan usia kehamilan <37 minggu, hasil uji
statistic menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
72
Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif mayoritas
dilakukan oleh ibu dengan sikap positif terhadap ASI eksklusif
(47,4%) dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif
terhadap ASI eksklusif (4,7%), dari hasil uji statistik diperoleh
perbedaan yang signifikan. Sejalan dengan sikap ibu, penerimaan
informasi juga menunjukkan perbedaan yang signifikan, pemberian
ASI eksklusif mayoritas dilakukan oleh ibu dengan yang pernah
menerima informasi dari petugas kesehatan (35,5) dibandingkan
dengan ibu yang tidak menerima informasi dari petugas kesehatan
(13,1%).
C. Pembahasan
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto
menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara tergolong
rendah yakni sebesar 26,3% dan ibu multipara yang tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 73,7%.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2011 melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Kabupaten
Jeneponto tergolong rendah yakni 28,30% kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2012 yakni sebesar 20,60% dan meningkat secara
signifikan pada tahun 2013 menjadi 67,70%. Namun data tentang
pemberian ASI Eksklusif yang dilaporkan tersebut tidak membedakan
antara ibu primipara dan multipara.
73
Pemberian ASI eksklusif lebih umum dilakukan oleh ibu
multipara, karena pengalaman memegang peranan penting dalam
meningkatkan pengetahuan (Bate, 2013). Namun hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar ibu multipara yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya, dengan alasan air susu ibu tidak keluar dengan
lancar. Apabila air susu ibu tidak keluar dengan lancar terutama pada hari-
hari pertama setelah melahirkan, maka ibu merasa cemas dan takut
bayinya kelaparan, maka ibu segera memberikan susu formula atau
minuman lain seperti air tajin dan air putih untuk bayinya.
Dalam rangka meningkatkan pemberian ASI ekslusif, maka
diperlukan upaya peningkatan produksi ASI salah satunya yaitu melalui
IMD (inisiasi menyusui dini) saat setelah melahirkan, penelitian ini
mendapatkan bahwa hanya 12,2% ibu yang melakukan IMD. Melalui
IMD, bayi diberikan kesempatan untuk menemukan, menghisap putting
ibu dan memperoleh kolostrum. Seringkali proses yang terjadi saat IMD
meningkatkan kemampuan menyusu bayi dan melancarkan produksi dan
sekresi ASI pada ibu melalui sekresi hormon prolaktin dan oksitosin
(Suradi, 2007).
Penelitian ini mendapatkan hubungan antara pengetahuan ibu,
sikap ibu, dan pemberian informasi dari petugas kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif dan tidak ada hubungan antara umur ibu, tingkat
pendidikan ibu dan suami, status sosial ekonomi keluarga dan usia
kehamilan ibu saat melahirkan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
74
multipara. Hasil penelitian yang telah disajikan dapat diketahui lebih lanjut
pada pembahasan berikut ini:
1. Hubungan usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif
Hasil penelitian ini menemukan bahwa usia ibu tidak memiliki
hubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Ida (2012) di wilayah kerja
Puskesmas Kemiri Kota Depok menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Heather Lk et al (2009)
di Kanada melaporkan hasil yang berbeda bahwa ibu yang berusia <25
tahun memiliki kemungkinan 2,3 kali lebih besar untuk gagal
memberikan ASI eksklusfi dibandingkan dengan ibu yang berusi >25
tahun. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya
pemberian ASI eksklusif pada kelompok ibu yang berusia lebih muda,
yaitu pengetahuan yang lebih sedikit mengenai ASI, kurangnya
dukungan sosial saat menyusui, dan belum adanya pengalaman.
Penelitian di Palembang yang dilakukan Amiruddin (2007)
menunjukkan bahwa umur sangat berpengaruh dalam pemberian ASI
eksklusif pada bayi, karena kebanyakan ibu yang berumur lebih dari 30
tahun mempunyai tanggung jawab dalam pemberian ASI eksklusif
sedangkan ibu yang berumur kurang dari 30 tahun lebih memberikan
susu formula dari pada ASI eksklusif.
75
2. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat pendidikan ibu
tidak memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
multipara. Hasil tabulasi silang menunjukkan ibu dengan tingkat
pengetahuan tinggi lebih banyak tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dibandingkan dengan ASI eksklusif
Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden dengan tingkat
pendidikan tinggi menyatakan bahwa ia tidak memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya karena terhambat oleh kesibukan pekerjaan
dan jarak antara rumah dan tempat kerja yang jauh. Sedangkan ibu
dengan pendidikan rendah tidak memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya karena memiliki pengetahuan yang minim tentang ASI
ekskusif dan penyerapan informasi yang sulit.
Tingkat pendidikan seorang ibu diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap pemberian ASI eksklusif. Pendidikan tinggi di
harapkan akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemberian
ASI, sehingga berpengaruh positif terhadap produksi ASI, tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu mempunyai
kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu
yang tidak sekolah dan tamat SD, walaupun tidak dapat dipisahkan
pendidikan formal memiliki potensi lama untuk menyusui bayinya dari
pada ibu berpendidikan tinggi (Arfana, 2010).
76
Penelitian ini tidak sejalan oleh penelitian yang dilakukan (Tan,
2011) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian (Nascimento, 2010)
menyatakan bahwa rendahnya pendidikan ibu berhubungan dengan
gangguan pemberian ASI eksklusif untuk bayi berusia 6 bulan di
wilayah selatan Brazil. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Thu,
Eriksson, & Khanh, 2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antar
tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI di wilayah pedesaan dan
perkotaan Vietnam, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin lama durasi pemberian ASI.
Tingkat pendidikan ibu diharapkan mampu untuk memberikan
kontribusi terhadap pemberian ASI eksklusif. Namun dalam penelitian
ini terlihat bahwa ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi justru
cenderung tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya disebabkan
karena ibu yang berpendidikan tinggi banyak yang bekerja. Maka
penting bagi ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi dapat
mengaplikasikan pengetahuannya dalam pemberian ASI eksklusif
karena saat ini banyak cara yang dapat dilakukan ibu untuk
memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya meskipun sibuk
bekerja.
77
3. Hubungan tingkat pendidikan suami dengan pemberian ASI
eksklusif
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami
tidak berhubungan dengan pemberian ASI. Hasil tabulasi silang
menunjukkan bahwa pemberian ASI esklusif oleh ibu multipara yang
memiliki suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi hanya 27,2%,
angka tersebut termasuk rendah jika dibandingkan dengan yang tidak
memberikan ASI eksklusif (72,8%) meskipun tingkat pendidikan
suami tinggi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
suami yang tinggi belum tentu akan membuat ibu memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Hal ini disebabkan karena kontribusi suami
dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi tergolong rendah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, menyatakan
bahwa responden merasa telah berpengalaman karena sudah pernah
menyusui sebelumnya. Responden lebih sering berdiskusi dengan ibu
atau ibu mertua seputar pemberian ASI dibandingkan dengan suami.
Penelitian Februhartanty (2008) melaporkan hasil yang berbeda
bahwa suami yang mendukung dan berperan aktif membantu ibu
dalam proses menyusui menjadi faktor dominan penentu keberhasilan
pemberian pemberian ASI eksklusif. Berbagai tipe peran ayah mencari
informasi tentang ASI serta mendampingi ibu proses selama kehamilan
dan menyusui hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi memiliki
78
hubungan yang signifikan terhadap keberhasilan pemberian ASI
eksklusif.
Penelitian Roesli (2005) menyatakan bahwa hubungan yang baik
antara ayah dan bayi merupakan faktor yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian hari.
Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka ayah
perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui.
4. Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan
ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan
kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan
responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan
pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan
karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses
mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif (Sudirham, 2010).
Namun demikian ibu bekerja cenderung untuk tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja di
luar rumah mempunyai keterbatasan kesempatan untuk menyusui
bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau
tempat, terutama jika tempat kerja tidak tersedia fasilitas tersebut
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil
79
tabulasi silang menunjukkan bahwa masih banyak ibu multipara yang
tidak bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal
ini disebabkan karena kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya
pemberian ASI eksklusif untuk bayi.
Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya (Bate, 2011)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif, ibu yang tidak bekerja lebih sedikit
memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan tidak ASI eksklusif.
Berbeda dengan penelitian Tamal (2012) mengemukakan bahwa
ibu yang bekerja, khususnya di sektor pertanian dan sebagai ibu rumah
tangga lebih memungkinkan untuk memiliki kebiasaan menyusui lebih
panjang dibanding dengan wanita yang bekerja pada sektor informal.
Pernyataan tersebut diperjelas oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Tan, 2011) yang mengatakan bahwa berdasarkan hasil regresi logistik,
ibu yang tidak bekerja 3,5 kali lebih memungkinkan untuk
memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang bekerja. penelitian lain
yang dilakukan oleh Khassawneh (2009) dengan metode penelitian
cross sectional mendapatkan bahwa wanita yang bekerja lebih
memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.
Bayi dapat menolak disusui secara tiba-tiba, alasan bayi menolak
yaitu disebabkan karena adanya perubahan rutinitas ibu atau aktivitas
80
ibu misalnya meninggalkan rumah untuk kembali bekerja, sehingga
bayi terpaksa diberikan susu formula (Nur Khasanah, 2011).
Ibu bekerja memiliki waktu yang sedikit untuk mengurus bayinya,
termasuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Namun
meskipun demikian bekerja bukan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI selama 6 bulan karena dengan pengetahuan yang benar
tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan
lingkungan kerja maka ibu dapat tetap memberiakan ASI eksklusif.
Perlu dilakukan pemberian informasi dan edukasi pada ibu tentang
cara memerah ASI dan menyimpannya dibotol, agar bayi tetap
mendapat ASI meskipun ibu sibuk bekerja.
5. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan
pemberian ASI eksklusif
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
tentang ASI memiliki hubungan yang bermakna dengan pemberian
ASI eksklusif oleh ibu multipara. Pemberian ASI eksklusif lebih
banyak dilakukan oleh ibu multipara yang memiliki pengetahuan yang
cukup dibandingkan ibu dengan pengetahuan yang kurang.
Hasil peneletian ini sejalan didukung dengan penelitian Nuraeni
(2011) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah balita yang
dimiliki, kecenderungan perilaku pemberian ASI semakin baik. Hal ini
dikarenakan adanya pengalaman menyusui sebelumnya. Pengalaman
81
yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang dalam
pemberian ASI.
Sejalan dengan Adwinanti (2004) penelitian yang dilakukan di
wilayah puskesmas Kotabaru Bekasi yang menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI
eksklusif, pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu
tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar terkait
dengan masa lalunya. Dalam hal ini motivasi dalam dirinya secara
sukarela dan penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya.
Penelitian Juliastuti (2011) menunjukkan hasil yang konsisten bahwa
makin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka akan semakin tinggi
kemungkinan pemberian ASI eksklusif dari pada ibu dengan
pengetahuan rendah.
Pengetahuan ibu sangat berperan terhadap pemberian ASI eksklusif
pada bayi. Manajmen laktasi yang benar dapat meningkatkan produksi
dan pengeluaran ASI, bayi yang lahir akan mempunyai naluri untuk
menyusu kepada ibunya pada 20-30 menit setelah lahir, dengan
bantuan bidan ibu dapat meletakkan bayi di atas perut dan dia akan
mampu mencari payudara dan dan mulai untuk menyusu
(Kristiyanasari, 2009).
Pengetahuan ibu tentang menajmen laktasi yang benar dapat
membantu keberhasilan pemberian ASI, terutama pada saat setelah
melahirkan. Cara pertama meningkatkan produksi ASI adalah dengan
82
meningkatkan frekuensi mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi
disusui, semakin banyak ASI diproduksi.
Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif, maka penting untuk memberi
penyuluhan tentang ASI eksklusif dan manajmen laktasi kepada ibu,
demi untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
6. Hubungan usia kehamilan dan pemberian ASI eksklusif
Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat hubungan
usia kehamilan ibu saat melahirkan dengan pemberian ASI eksklusif.
Ibu dengan usia kehamilan normal saat melahirkan yakni 9 bulan bulan
lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan yang
memberikan ASI eksklusif. Sedangkan pemberian ASI eksklusif oleh
ibu dengan usia kehamilan saat melahirkan premature memiliki
proporsi yang hampir sama dengan ibu dengan usia kehamilan saat
melahirkan cukup bulan.
Umur kehamilan saat melahirkan memiliki pengaruh dalam
kemampuan menyusunya. Bayi yang lahir dengan usia kandungan
kurang (belum mencukupi untuk dilahirkan), biasanya belum mampu
menyusu segera. Penelitian sebelumnya (Amahorseja, 2012)
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh usia
kehamilan ibu, kelangsungan produksi ASI ibu yang melahirkan
premature tidak lancar jika dibandingkan dengan ibu dengan usia
kehamilan cukup bulan.
83
Ibu yang melahirkan secara premature memiliki kelangsungan
produksi ASI yang tidak lancar. Produksi ASI sangat berperan
terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, maka ibu yang
melahirkan secara premature harus melakukan usaha-usaha tertentu
untuk mempertahankan produksi ASInya salah satunya yaitu melaukan
manajmen laktasi yang benar setelah melahirkan dan makan makanan
atau minuman khusus untuk memperlancar ASI, seperti sayur dan
buah.
7. Hubungan sikap ibu terhadap ASI terhadap pemberian ASI
eksklusif
Selain pengetahuan ibu, hasil dari penelitian ini juga mendapatkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara. Ibu multipara yang
memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI cenderung memberikan
ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan ibu multipara yang memiliki
sikap negatif.
Sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap obyek lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Soekidjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo, kondisi pengetahuan sangat berperan dalam
membentuk sikap positif atau sikap negatif seseorang. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan.
84
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, menemukan
bahwa terdapat beberapa responden yang memiliki sikap yang positif
terhadap pemberian ASI eksklusif namun tidak diikuti dengan tindakan
yang baik, hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa bayi yang
diberi air tajin saat setelah lahir akan lebih kuat dan memiliki kulit
yang bangus. Menurut Goksen (2002) pemberian ASI eksklusif dilatar
belakangi lingkungan sosial yang kompleks yang mana norma-norma
lebih penting daripada pertimbangan sikap dalam memilih ASI
eksklusif.
Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Setiowati (2011) di Kabupaten Subang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI
eksklusif, pemberian ASI eksklusif mayoritas dilakukan oleh ibu
dengan sikap positif. Sejalan dengan penelitian Astuti (2013) di
Kecamatan Serpong Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif, penyebab
gagalnya ASI eksklusif adalah kondisi psikologis ibu dimana sang ibu
merasa tidak yakin akan persediaan ASInya. Ibu yang dari awal
mempunyai mindset bahwa bayi yang lahir diberi ASI saja, maka akan
dengan berbagai usaha untuk keberhasilan pemberian AS.
Namun tidak sejalan dengan penelitian Gibney et al (2005)
menyatakan bahwa banyak sikap dan kepercayaan yang tidak
mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu
85
tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Umumnya alasan ibu
tidak memberikan ASI eksklusif meliputi rasa takut yang tidak
berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup.
Sikap positif ibu terhadap ASI eksklusif terbukti berperan pada
keberhasilan pemberian ASI. Hal itu disebabkan karena ibu dengan
sikap positif akan lebih siap menyusui bayinya, maka penting untuk
memberikan informasi dan motivasi kepada ibu sejak dini, terutama
pada saat kehamilannya agar ibu dapat siap secara mental untuk
melahirkan dan menyusui bayinya secara eksklusif.
8. Hubungan penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif
Peran adalah bentuk dari prilaku yang diharapkan dari seseorang
pada situasi sosial tertentu (Surirham, 2010). Salah satu peran petugas
kesehatan dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif yaitu dengan
memberikan informasi dan edukasi (KIE) melalui kegiatan
penyuluhan.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang berhubungan antara
mendapat informasi dari petugas kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif. Berdasarkan hasil analisis masih terdapat sekitar 40,8% ibu
multipara yang tidak pernah mendapat informasi secara lengkap
seputar ASI eksklusif dari petugas kesehatan. Adapun alasan sebagian
besar ibu yang tidak pernah mendapat informasi tentang ASI eksklusif
adalah pada saat petugas mengadakan penyuluhan tentang ASI
86
eksklusif mereka berhalang hadir, adapun alasan lainnya karena jarang
datang ke pelayanan kesehatan dan sibuk mengurus rumah tangga.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif
lebih banyak dilakukan oleh ibu multipara yang pernah mendapat
informasi secara lengkap tantang ASI dari petugas kesehatan
dibandingkan dengan ibu multipara yang tidak pernah memperoleh
informasi secara lengkap dari petugas kesehatan. Pemberian informasi
dalam hal ini meliputi manfaat pemberian ASI, pemberian motivasi
kepada ibu untuk menyusui, tata cara memerah ASI, informasi tentang
pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan,
teknik menyusui bayi, perawatan payudara dan cara untuk
mempertahankan produksi ASI.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Astuti menunjukkan bahwa hasil uji secara statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peranan petugas
kesehatan dan pemberian ASI eksklusif. Salah satu penyebab dari
kurangnya pemberian ASI eksklusif adalah pelayanan yang diberikan
di fasilitas kesehatan tidak mendukung pemberian ASI eksklusif
(Astuti, 2013).
Hasil dari wawancara yang dilakukan kepada responden
menunjukkan bahwa masih ada bidan yang menganjurkan memberikan
susu formula kepada bayi apabila saat setelah melahirkan air susu ibu
87
tidak keluar, maka perlu adanya sanksi yang tegas terhadap bidan yang
menganjurkan susu formula
Informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki
kontribusi terhadap pemberian ASI eksklusif, maka penting untuk
melakukan penyuluhan dan pemberian informasi pada ibu tentang
manajemen laktasi, karena salah satu sebab ibu memberikan susu
formula pada 3 hari pertama setelah melahirkan adalah air susu ibu
tidak keluar dengan lancar. Dengan memberikan informasi kepada ibu
tentang manajmen laktasi diharapkan mampu untuk meningkatkan
usaha ibu untuk melakukan prosedur laktasi yang benar untuk
kelancaran produksi ASInya.
D. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang ditemui selama penelitian ini
dilaksanakan yaitu
1. Ada pergantian responden yang telah di list menjadi sampel karena
ada responden hanya datang melahirkan di Kabupaten Jeneponto,
setelah responden melahirkan kemudian kembali ke daerah tempat
mereka bekerja sehingga tidak dapat dijumpai saat dilakukan
penelitian
2. Potensi kelemahan penelitian ini adalah recall bias karena kualitas
data yang dikumpulkan sangat tergantung dari kemampuan
responden mengingat kembali peristiwa atau apa yang dilakukan
saat melahirkan dan menyusui.
88
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian melihat determinan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto
2. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
3. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan suami dengan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
4. Tidak ada hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif
oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
5. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
6. Tidak ada hubungan usia kehamilan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
7. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu
multipara di Kabupaten Jeneponto
8. Ada hubungan penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto
89
B. Saran
1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang ASI
eksklusif dan manajmen laktasi
2. Kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi dan
edukasi kepada ibu tentang manajmen laktasi, dan pemberian
suplemen untuk memperlancar produksi ASI demi untuk keberhasilan
pemberian ASI eksklusif
3. Diharapkan adanya penelitian selanjutnya dengan topik yang sama
namun menjadikan petugas kesehatan sebagai sampel untuk melihat
kualitas dan cara pemberian informasi tentang ASI eksklusif dan
manajmen laktasi kepada ibu menyusui di Kabupaten Jeneponto.
90
DAFTAR PUST AKA
Adwinanti. (2004). Hubungan Praktek Pemberian ASI dengan Pengetahuan Ibutentang ASI, Kekhawatiran Ibu, Dukungan Keluarga dan Status Gizi BayiUsia 0-6 Bulan. (Skripsi), Fakultas Pertanian Bogor.
Afifah, D. N. (2007). Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan PraktekPemberian ASI Eksklusif. (Skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang.
Amahorseja. (2012). Faktor Determinan Kelangsungan Produksi ASI di RumahSakit Umum Daerah DR M. Haulussy. Universitas Hasanuddin.
Amiruddin. (2007). Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusifdi Kelurahan PaBaeng Makassar. (S1), Universitas Hasanuddin.
Arini. (2012). Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian ASIEksklusif. Universitas Sumatra Utara.
Bate, A. I. (2014). Determinan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah KerjaPuskesmas Mangarabombang. (Skripsi), Universitas Hasanuddin,Makassar.
Dinkes. (2014a). Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2013: PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan.
Dinkes. (2014b). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013:Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Februhartanthy. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan PelaksanaanInisisasi menyusui Dini di Kamar Bersalin IGN RSUPN Dr CiptoMangunkusumo. (Skripsi), Universitas Indonesia.
Gibney, M., MM, B., MK, J., & Leonore, A. (2005). Public Health Nutrition.Blackwell Publishing.
Heather LK, Katie HC, Suzanne CT. (2009). Risk Factor For Cessation OfBreastfeeding Prior to Six Month Postpartum a Community Sampel ofWoman in Calgary, Alberta. Can J of Pub Health:68:1-4.
Juliastuti, R. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, DanPelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Pemberian ASI Eksklusif.Universitas Sebelas Maret.
Khassawne. (2009). Knowledge Attitude And Practice of Breastfeeding in TheNorth Of Jordan: A Cross-Sectional Study. international breastfeedingjournal.
91
Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi, Mendidik Anka di ZamanGlobal. Jakarta: Grasindo.
Kristiyanasari, W. (2009). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogjakarta: Nuha Medika.Lutter, C. K. (2000). Breastfeeding Promotion is its Effectivess Supported by
Scientific Evidence and Global Changes in Breastfeeding Behavior?Plenum Press.
Manuaba, I. B. G. (1999). Memahami Kesehatan reproduksi. Jakarta: Arcan.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nascimento. (2010). Exclusive Breastfeeding In Outhern Brazil: Prevalence AndAssociated Factors Breastfeeding Med.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: RinekaCipta.
Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogjakarta: Nuha Medika.
Nuraeni. (2011). Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASIEksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Cedrawasih. (Skripsi). FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan
Nurhuda, Firmansyah, & Muhmudah. (2012). Pengaruh Karakteristik(Pendidikan,Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui TerhadapPemberian ASI Eksklusif Kabupaten Tuban. Jurnal Media Kesehatan,08(29).
Nurkhasanah. (2011). ASI atau Susu Formula. Yogjakarta: Flashbooks.
Permana. (2006). Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Pemberian ASI EksklusifPada Ibu Tidak bekerja. (Skripsi), Universitas Diponegoro.
Pickett, George, & Hanlon, J. (2009). Kesehatan Masyarakat, Administrasi danPraktek. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Nasional Mternal dan Neonatal. Jakarta:JPN KR-Pogi.
Purnawati, S. (2003). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian ASIPada Bayi Usia Empat Bulan. Badan Litban Kesehatan.
92
Reni, F. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada BayiCukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Salah SatuRumah Sakit Sayang Bayi. (Tesis), Universitas Indonesia.
Riskesdas. (2013). Laporan Dasar 2013: Badan Penelitian Dan PengembanganKesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Roesli, U. (2009). Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif. Cibinong: Arcan.Sapna. (2009). Prevalence Of Exclusive Breastfeeding and Its Correlates In Urban
Clum In Western India. ieJsME:3(2), 14-18.
Setiowati, Tri. (2011). Hubungan Faktor-Faktor Ibu Dengan PelaksanaanPemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di Desa Cidadap WilayahKerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang. Stikes Jenderal A.Yani
Sudirham. (2010). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif diDesa Selli kecamatan Bengo Kebupaten Bone. (S1), UniversitasHasanuddin.
Suradi R. (2007). Manajmen Laktasi. Jakarta: Perinasia.h.1-5
Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Syahruni. (2012). Analisis Faktor Determinan Pemberian ASI Eksklusif diWilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo KotaMakassar. Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Tan, K. L. (2011). Factors Associated With Exclusive Breastfeeding AmongInfants Under Six Months Of Age in Peninsular Malaysia. internationalbreastfeeding journal, 6:2.
Taufik. (2007). Analisis Praktek Bidan Dalam Pelayanan Bagi Ibu Bersalin danBayi Baru Lahir 0-7 Hari Pasca Persalinan Di Kecamatan LembahGumanti Kabupaten Solok. (Tesis), Universitas Indonesia.
Thu, H. N., Eriksson, B., & Khanh, T. T. (2012). Breastfeeding Practices in Urbanand Rural Vietnam. BMC Public Health, 12:964.
UNICEF. (2006). Breastfeeding Saves Lives Of 30.000 Indonesian ChildrenYearly. Retrieved 21 november 2014http://www.unicef.org/indonesi/breastfeedingreleaseEnglish.pdf
WHO. (2011). E-library of Evidence For Nutrition Actions (Elena) Breastfeeding-Exclusive Breastfeeding. Retrieved tanggal 17 oktobel 2014Online(http:www.who.int/elena)
93
WHO. (2013). Celebrating World Breastfeeding Week 2013. Retrieved tanggal17 oktober 2014 (http:www.who.int/topics/breastfeeding/en)
Wienman. (1998). Delayed Breastfeeding Initiation Increses Risk Of neonatalMortality. Pediatrics, 117(3), e380-386.
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI-Makanana Terbaik untukKesehatan,Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogjakarta: C.V Andi.
ID. Responden: No Urut Responden:
KUESIONER PENELITIAN
DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARA
DI KABUPATEN JENEPONTO
TAHUN 2015
PENGANTAR WAWANCARA
Selamat (pagi, siang, sore, ……), Dengan Rumah Ibu ……. Nama saya ………………………………… Saya adalahMahasiswa FKM Universitas Hasanuddin sedang melaksanakan penelitian, akan melaksanakan wawancaramengenai ASI Eksklusif. Saya ingin bertanya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalampemberian ASI eksklusif kepada bayi ibu.
Keterangan/jawaban/pendapat yang Ibu berikan sangat diperlukan, karena akan membantu untukmerencanakan peningkatan dan perbaikan gizi balita serta menurunkan angka kematian bayi (AKB) diKabupaten Jeneponto. Oleh karena itu, saya akan sangat menghargai partisipasi/kesertaan Bapak/Ibu dalamkegiatan ini.
Dalam wawancara ini akan berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Keterangan apapun yang Ibu berikanakan dijaga kerahsasiaannya dan tidak akan diberitahuakn kepada pihak lain.
Apakah ada yang ingin ditanyakan mengenai wawancara ini?
Apakah saya boleh mulai mewawancarai Ibu sekarang?
Jeneponto,
TTD Pewawancara TTD Responden
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
ID. Responden: No Urut Responden:
B. IDENTITAS LOKASIB1 Kecamatan 1. Kecamatan Binamu
2. Kecamatan Turatea
3. Kecamatan Tamalatea
4. Kecamatan Bontoramba
5. Kecamatan Bangkala
6. Kecamatan Bangkala Barat
7. Kecamatan Batang
8. Kecamatan Tarowang
9. Kecamatan Arungkeke
10. Kecamatan Kelara
11. Kecamatan Rumbia
B2 Kelurahan/Desa ___________________________________
D. KARAKTERISTIK IBU MULTIPARA
D1 Nomor Responden
D2 Tanggal lahir responden(tgl/bulan/tahun) / /
Umur = tahunD3 Pendidikan Terakhir Ibu 1. Tidak pernah sekolah
2. Tidak tamat SD3. Tamat SD4. Tamat SLTP5. Tamat SLTA6. Tamat Perguruan Tinggi
A. IDENTITAS BAYI (UMUR 6-12 BULAN)A1 Tanggal lahir
(Tgl/Bln/Thn) / /A2 Jenis kelamin bayi? 1. Laki-laki
2. Perempuan
C. KETERANGAN PENCACAHAN
C1 Tanggal wawancara(tgl/bulan/tahun) ____/____/_______
C2 Nama Pewawancara _________________________________
ID. Responden: No Urut Responden:
D4 Pekerjaan Ibu 1. Tidak kerja2. Ibu Rumah tangga3. PNS/TNI/Polri4. Pegawai BUMN5. Pegawai swasta6. Wiraswasta/Pedagang7. Petani/Nelayan/Buruh/Becak8. Lainnya, .......................................
D5 Sejak kapan ibu bekerja?________________________________________
E. KARAKTERISTIK SUAMI
E1 Tanggal lahir responden(tgl/bulan/tahun) / /
Umur = tahunE2 Pendidikan Terakhir Suami 1. Tidak pernah sekolah
2. Tidak tamat SD3. Tamat SD4. Tamat SLTP5. Tamat SLTA6. Tamat Perguruan Tinggi
E3 Pekerjaan Suami 1. Tidak kerja2. Pensiunan3. PNS/TNI/Polri4. Pegawai BUMN5. Pegawai swasta6. Wiraswasta/Pedagang7. Petani/Nelayan/Buruh/Becak8. Lainnya,
..............................................
F. RIWAYAT PERSALINANF1 Berapa umur kehamilan (nama bayi) pada waktu
lahir? (Minggu)1. Cukup bulan (........... bulan)2. Kurang Bulan (........ bulan)
F2 Dimanakah ibu melahirkan (nama bayi)? 1. Fasiltas kesehatan2. Non fasilitas kesehatan3. Lainnya…………………………
F3 Siapa yang menolong ibu ketika melahirkan(nama bayi)?
1. Dokter Kandungan2. Dokter Umum3. Bidan4. Perawat/Mantri5. Dukun6. Lainnya, sebutkan ____________
ID. Responden: No Urut Responden:
F4 Apakah ketika lahir (nama bayi) ditimbang (Beratbayi lahir kurun waktu 48 jam)?
1. Ya2. Tidak98. Tidak Tahu/lupa
F5 Jika ya, berapa berat badan ketika dilahirkan?(Berdasarkan KMS/buku KIA/Ingatan ibu)
(gram)98. Tidak tahu/lupa
G. PEMBERIAN ASI ELSLUSIFG1 Apakah ibu pernah menyusui (nama anak)? 1. Ya (Selanjutnya ke G3)
2. Tidak (Selanjutnya ke G2)G2 Mengapa ibu tidak pernah menyusui (nama
anak)?1. Bayi sakit2. Ibu sakit3. Ada masalah payudara4. Air susu tidak keluar5. Anak tidak mau6. Ibu sibuk bekerja7. Agar payudara tidak berubah
bentuk8. Nasehat suami9. Nasehat tenaga kesehatan10. Lainnya …………………
G3 Apakah saat ini ibu masih menyusui (nama anak)? 1. Ya2. Tidak
G4 Apakah setelah dilahirkan bayi letakkan didada ibu dalam posisi tengkurap?
1. Ya2. Tidak
G5 Apakah ibu membiarkan kulit bayibersentuhan dengan kulit ibu hingga ibumenemukan puting susu ibu?
1. Ya2. Tidak
G6 Apakah saat bayi menemukan puting susu ibuapakah bayi kemudian menyusui?
1. Ya2. Tidak
G7 Apakah bayi bergerak secara alami mencaripayudara ibu tanpa diarahkan?
1. Ya2. Tidak
G8 Berapa lama setelah (nama bayi) dilahirkandilakukan hal tersebut?
1. < 1 jam2. < 24 jam (……….. jam)3. ≥ 24 jam (………… hari)
G9 Dalam 3 hari pertama setelah dilahirkan, sebelumair susu ibu keluar dengan lancar, apakah (namaanak) diberi makanan/minuman selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G10)2. Tidak (Selanjutnya ke G11)
G10 Makanan/minuman apakah yang diberikan kepada (nama anak)Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Susu formula bayi 1 0b. Susu lainnya 1 0
ID. Responden: No Urut Responden:
c. Air putih 1 0d. Gula 1 0e. Air gula 1 0f. Air beras/air tajin 1 0g. Jus buah 1 0h. The 1 0i. Madu 1 0j. Makan setengah padat/makanan lembut/makanan lumat 1 0k. Lainnya sebutkan:------------------ 1 0
G11 Berapa bulan ibu menyusui (nama anak)?(isidengan 98=Tidak tahu/lupa) ………………………
G12 Apakah usia bayi 1 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak
G13 Apakah usia bayi 2 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak
G14 Apakah usia bayi 3 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak
G15 Apakah usia bayi 4 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak
G16 Apakah usia bayi 5 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak
G17 Apakah usia bayi 6 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak (Selanjutnya ke G20)
G18 Makanan/minuman apakah yang diberikan kepada (nama anak)Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Susu formula bayi 1 0b. Susu lainnya 1 0c. Air putih 1 0d. Gula 1 0e. Air gula 1 0f. Air beras/air tajin 1 0g. Jus buah 1 0h. Teh 1 0i. Madu 1 0j. Makan setengah padat/makanan lembut/makanan
lumat 1 0
k. Lainnya sebutkan:------------------ 1 0G19 Mengapa ibu memberikan makanan bayi usia <6
bulan?1. Bayi sakit2. Ibu sakit3. Ada masalah payudara4. Air susu tidak keluar5. Anak tidak mau6. Ibu sibuk bekerja
ID. Responden: No Urut Responden:
7. Agar payudara tidak berubahbentuk
8. Nasehat suami9. Nasehat tenaga kesehatan10. Lainnya …………………
G20 Sejak usia 0-6 bulan anak (nama bayi) diberimakanan selain ASI?
1. Ya (Selanjutnya ke H1)2. Tidak (Selanjutnya ke G21)
G21 Adakah yang menjaga bayi selain ibu? 1. Ya2. Tidak (Selanjutnya ke H1)
G22 Siapa yang menjaga bayi selain ibu? 1. Orang Tua2. Mertua3. Suami4. Keluarga lain5. Lainnya, sebutkan ________
G23 Sejak usia 0-6 bulan anak (nama bayi) diberimakanan selain ASI?
1. Ya2. Tidak3. Lupa
H. TINGKAT PENGETAHUANH1 Apakah ibu pernah mendengar sesuatu tentang
ASI Eksklusif (gunakan istilah lokal)?
1. Ya2. Tidak98. Tidak tahu/lupa
H2 Dari siapa ibu terutama menerima informasitentang ASI Eksklusif?
1. Suami2. Ibu3. Ibu mertua4. Tetangga5. Dukun melahirkan6. Pemimpin masyarakat informal7. Pemimpin masyarakat formal8. Pemimpin agama/ulama9. Kader10. Bidan di desa11. Dokter12. Petugas kesehatan dari
Pustu/Puskesmas98. Tidak tahu/lupa
H3 Apa yang ibu ketahui tentang ASI Eksklusif? Tunggu jawabanresponden,jangan membacakan alternatif. (jawaban spontan dan bolehlebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Hanya memberi bayi ASI saja 1 0
b. Hanya memberi bayi ASI saja selama 6 bulan 1 0
c. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI tanpa susuformula saja
1 0
d. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI tanpa air putih 1 0
ID. Responden: No Urut Responden:
e. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI saja, tetapiberikan juga susu formula apabila bayi masih lapar/rewel/menangisterus
0 0
f. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI saja, tetapiberikan juga pisang apabila bayi masih lapar/rewel/menangis terus
0 1
g. Lainnya (sebutkan): _______________ 0 1
h. Tidak tahu/lupa 0 1
H4 Apabila seorang ibu ingin memberikan ASI Eksklusif, apakah minuman berikut ini boleh diberikan?(Tanyakan satu demi satu)
a. Air Putih 1. Ya2. Tidak98. Tidak tahu/lupa
b. Susu formula 1. Ya2. Tidak98. Tidak tahu/lupa
H5 Apabila seorang ibu ingin memberikan ASIEksklusif, berapa bulan ibu harus memberi ASIsaja kepada bayinya?
a. 6 bulanb. Bukan 6 bulan,
sebutkan………………98. Tidak tahu
H6 Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi? Tunggu jawabanresponden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Meningkatkan kesehatan bayi 1 0b. Melindungi bayi dari penyakit/mencegah bayi sakit/membuat bayi
jarang sakit1 0
c. Meningkatkan ikatan emosional/bathin antara ibu dan bayi 1 0
d. Membuat bayi lebih pandai 1 0e. Mencegah bayi mengalami kegemukan 1 0f. Lainnya (sebutkan): _______________ 1 0g. Tidak tahu/lupa 0 1
H7 Selama 6 bulan pertama, berapa sering ibu harus menyusui bayinya?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Sesuai dengan kebutuhan bayi 1 0b. Setiap kali bayi menangis 1 0c. Setiap saat bayi rewel 1 0d. Setiap saat bayi lapar atau haus 1 0e. Setiap 2 jam 1 0f. Setiap 3 jam 1 0g. Setiap 4 jam 1 0h. Lainnya (sebutkan): _______________ 1 0i. Tidak tahu/lupa 0 1
H8 Pada saat bayi belum mencapai usia 6 bulan, bila ibu harus pergi danmeninggalkan bayi di rumah, apa yang harus ibu lakukan kepada bayi?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Memeras ASI, menyimpannya ke dalam botol dan memberikannyakepada bayi pada saat ibu meninggalkan rumah
1 0
b. Memberi susu formula kepada bayi 1 0c. Memberi air putih kepada bayi 1 0
ID. Responden: No Urut Responden:
d. Memberi ar madu kepada bayi 1 0e. Memberi air gula kepada bayi 1 0f. Memberi air beras/air tajin kepada bayi 1 0g. Memberi jus buah kepada bayi 1 0h. Memberi pisang kepada bayi 1 0i. Memberi minuman/makanan lain (sebutkan): _______________ 1 0j. Meminta ibu lain yang sedang menyusui untuk menyusui bayi 1 0k. Tidak member makanan atau minuman apa pun 1 0l. Tidak tahu/lupa 0 1
H9 Zat gizi apakah yang terkandung dalam ASI?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Protein 1 0b. Karbohidrat 1 0c. Lemak 1 0d. Zat kecerdasan 1 0e. Antibodi (zat penangkal penyakit) 1 0f. Vitamin 1 0g. Garam-garam 1 0h. Tidak tahu 0 1
H10 Apa tanda-tanda anak yang telah cukup minum ASI?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Kelihatan kenyang setelah disusui seperti putting dilepas 1 0b. Tidur pulas minimal 1-2 jam 1 0c. Meningkatkan berat badan setiap bulan 1 098. Tidak tahu 0 1
H11 Menurut ibu, bagaimana cara terbaik untuk memperbanyak ASI?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)
Disebutkan Tidakdisebutkan
a. Menyusui lebih sering 1 0b. Biarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong 1 0c. Posisi bayi benar (mulut dan badan) 1 0d. Ibu minum minuman dan makan makanan khusus 1 0e. Ibu dan bayi tenang 1 0f. Ibu cukup makan dan minum 1 0g. Tidak tahu 0 1
I. SIKAP IBU STS TS R S SS
I1 Menyusui adalah kegiatan yang merepotkan ibu 5 4 3 2 1
I2Sebelum ASI keluar, susu formula adalah makananterbaik untuk diberikan kepada bayi baru lahir
5 4 3 2 1
I3Sebelum mulai disusui, bayi baru lahir perlu diberi madulebih dahulu
5 4 3 2 1
I4Bila bayi masih rewel, maka bayi perlu diberi minumanatau makanan lain selain ASI
5 4 3 2 1
ID. Responden: No Urut Responden:
I5Memberi ASI saja selama 6 bulan akan membuat bayilebih tahan terhadap penyakit
1 2 3 4 5
I6Bayi yang diberi pisang sebelum berusia 6 bulan akanlebih kuat daripada yang diberi ASI saja
5 4 3 2 1
I7Campuran nasi dan pisang yang dihaluskan adalahmakanan terbaik bagi bayi berusia <6 bulan
5 4 3 2 1
I8Menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan hanyatanggung jawab ibu saja
5 4 3 2 1
I9Bayi yang diberi pisang sebelum berusia 6 bulan akanlebih kuat daripada yang tidak
5 4 3 2 1
I10Bila suami saya melarang saya untuk menyusui, makasaya akan menurutinya
5 4 3 2 1
I11Bila ibu saya atau ibu mertua saya melarang saya untukmenyusui, maka saya akan menurutinya
5 4 3 2 1
J. PENERIMAAN INFORMASI DARI PETUGAS KESEHATANKode: Ya= 1 dan Tidak = 0
J1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang pemberian ASI secara eksklusifkepada bayi? (Jika J1=Tidak, selanjutnya ke J9)
J2 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang manfaat pemberian ASI secaraeksklusif kepada bayi?
J3 Apakah petugas kesehatan pernah memberikan motivasi pada ibu untuk memberikan ASIeksklusif sesuai kebutuhan dan keinginan bayi?
J4 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan kepada ibu tata cara memerah ASI dalambotol ASI dan cara menyimpan ASI?
J5 Apakah ibu pernah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan tentang bahaya bilamemberikan makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan?
J6 Apakah petugas kesehatan menganjurkan kepada ibu teknik menyusui (posisi menyusui)yang benar dalam hal pemberian ASI eksklusif?
J7 Apakah petugas kesehatan pernah memberikan penjelasan ibu tentang perawatanpayudara demi kelancaran pemberian ASI eksklusif?
J8 Apakah petugas kesehatan mengajarkan kepada ibu tentang cara mempeertahankanproduksi ASI pada saat harus berpisah dengan bayi ibu?
J9 Kenapa ibu tidak dijelaskan oleh petugas kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayi?...............................................................................................................................................
ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data dari Dinkes Kabupaten Jeneponto
ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Jeneponto
ID. Responden: No Urut Responden:
Pengambilan data list ibu bersalin diPuskesmas Kapita
Pengambilan data list ibu bersalin diPuskesmas Rumbia
Wawancara dengan responden diKecamatan Bontoramba
Wawancara dengan responden diKecamatan Kelara
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
ID. Responden: No Urut Responden:
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Rahmatillah Razak
Alamat : Telkomas, Satelit IV no. 71
Tempat/Tanggal Lahir : Bilokka, 14 Juli 1993
Agama : Islam
Suku : Bugis
Bangsa : Indonesia
Email : rahmatillah.razak@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan : 1. TK Darma Wanita Bilokka
2. SDN 4 Carawali tahun 2005
3. SMPN 1 Panca Rijang tahun 2008
4. SMAN 5 Parepare tahun 2011
5. FKM Unhas angkatan 2011
Lampiran 8. Riwayat Hidup Penulis