pemberian pupuk

38
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu di sekitar India, Pakistan sampai Palestina. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya sebagai bumbu pelezat masakan sungguh lekat dengan lidah masyarakat Indonesia. Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang sebagai salah satu bumbu penyedapnya (Wibowo, 1999). Sejak zaman dahulu, bawang merah telah banyak berperan dalam peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat tradisional. Hingga sekarang bawang merah banyak digunakan untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga (Rahayu, Estu & Berlian 2006). Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan

Transcript of pemberian pupuk

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia

Tengah, yaitu di sekitar India, Pakistan sampai

Palestina. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang

meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya

sebagai bumbu pelezat masakan sungguh lekat dengan

lidah masyarakat Indonesia. Hampir semua masakan

Indonesia menggunakan bawang sebagai salah satu bumbu

penyedapnya (Wibowo, 1999).

Sejak zaman dahulu, bawang merah telah banyak

berperan dalam peningkatan kesejahteraan manusia dan

mempunyai khasiat sebagai obat tradisional. Hingga

sekarang bawang merah banyak digunakan untuk pengobatan

sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan

serangga (Rahayu, Estu & Berlian 2006).

Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang

merah perlu ditingkatkan mengingat permintaan konsumen

dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan

2

dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya

belinya. Selain itu, dengan semakin berkembangnya

industri makanan siap saji maka akan terkait pula

peningkatan kebutuhan terhadap bawang merah yang

berperan sebagai salah satu bahan pembantunya (Rahayu,

Estu & Berlian 2006).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan

Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2012 luas

panen bawang merah di Aceh adalah 808 Ha, dengan

produksi sebesar 4.385 Ton dan produktivitas sebesar

5,43 Ton/Ha (Deptan.go.id/BPS Dirjen Hortikultura,

2012).

Salah satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan

kualitas dan kuantitas produksi bawang merah adalah

dengan pengaturan kerapatan tanaman dan penambahan

bahan organik dan pupuk dalam tanah yang dapat

memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur dan

akar tanaman lebih mudah menembus tanah dan menyerap

unsur hara yang ada dalam tanah dengan baik. Hal ini

akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3

Kerapatan tanaman (jarak tanam) memiliki hubungan

yang tidak dapat dipisahkan dengan jumlah hasil yang

diperoleh dari sebidang tanah. Produksi tanaman

merupakan hasil dari faktor reproduksi dan hasil

pertumbuhan vegetatif (Jumin, 2005).

Hasil penelitian Ferdinanta Sembiring (2010)

menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata

terhadap semua parameter kecuali jumlah daun. Dari

penelitian diperoleh hasil yang terbaik pada jarak 15 x

10 cm.

Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N

yang cukup besar ke dalam tanah, sehingga dengan

pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut

akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan

pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan

K. Fungsi nitrogen sebagai pupuk adalah untuk

memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (tanaman yang

tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih

hijau) dan membantu proses pembentukan protein.

Defisiensi phospor (P) menyebabkan pertumbuhan tanaman

4

lambat, lemah dan kerdil. Unsur hara kalium (K)

berfungsi dalam pembentukan gula dan pati, sintetis

protein, katalis bagi reaksi enzimatis, serta berperan

dalam pertumbuhan jaringan meristem, meningkatkan

ketahanan terhadap penyakit dan perbaikan kualitas

hasil tanaman (Hardjowigeno 2003).

Pemberian bahan organik berpengaruh besar

terhadap sifat – sifat tanah. Daya mengikat unsur kimia

yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu tidak

tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia di

dalam tanah. Selanjutnya tanaman akan mendapatkan

suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat meningkatkan

produksi tanaman (Murbandono, 2003).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pengaruh pengaturan jarak

tanam dan kombinasi NPK dengan pupuk organik pada

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium

ascalonicum, L).

5

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pengaturan jarak tanam

dan kombinasi NPK dengan pupuk organik pada pertumbuhan

dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum, L).

Hipotesis Penelitian

1. Pengaturan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

2. Kombinasi NPK dengan pupuk organik berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

bawang merah.

3. Terdapat interaksi antara pengaturan jarak tanam

dan kombinasi NPK dengan pupuk organik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Samudra.

6

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang

membutuhkan, seperti petani dan pengusaha yang

bergerak dalam budidaya bawang merah.

7

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Bawang Merah

Klasifikasi

Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan ke

dalam golongan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Species : Allium ascalonicum, L (Rahayu, Estu & Berlian

2006).

Morfologi

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang

berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut,

tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan membentuk rumpun.

Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang.

8

Bentuk daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni

bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang,

bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai

hijau tua dan letak daun melekat pada tangkai yang

ukurannya relatif pendek. Pangkal daunnya dapat berubah

fungsi seperti menjadi umbi lapis (Hapsoh dan Yaya

Hasanah, 2011).

a. Akar

Akar tanaman bawang merah terdiri dari primary root

(akar pokok) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar

adventif dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang

berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat – zat

hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga

kedalaman 30 cm, berwarna putih dan jika diremas berbau

menyengat seperti bawang merah (Setijo, 2003).

b. Batang

Bawang merah memiliki batang sejati atau discus

yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai

tempat melekat perakaran dan mata tunas. Pada bagian

9

atas discus ini terbentuk batang semu yang tersusun

dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada

dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi

umbi lapis (bulbus). Diantara lapis kelopak bulbus

terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru

atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa

(Rukmana, 2002).

c. Daun

Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan

memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk

setengah lingkaran pada penampang melintang daun.

Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian bawahnya

melebar dan membengkak. Daun bawang merah berwarna

hijau. Kelopak daun bawang merah sebelah luar selalu

melingkar menutup kelopak daun bagian dalam (Rahayu,

Estu & Berlian 2006).

d. Bunga

10

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk

berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50 – 200 kuntum

bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di

bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang

berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat

panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai

30 – 50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek,

antara 0,2 – 0,6 cm (Wibowo, 1999).

Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna,

terdiri dari 5 – 6 benang sari dan putik. Daun bunga

berwarna agak hijau bergaris putih. Bakal buah duduk

diatas membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas

seperti kubah (Rahayu, Estu & Berlian 2006).

e. Umbi

Syarat Tumbuh

Iklim

Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah

menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang

agak panas dan cuaca cerah, terutama mendapat sinar

11

matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah tidak tahan

kekeringan karena akarnya yang pendek. Selama

pertumbuhan dan perkembangan umbi, dibutuhkan air yang

cukup banyak (Rukmana, 2002).

Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran

rendah sampai dataran tinggi (0 – 900 m dpl) dengan

curah hujan 300 – 2500 mm/thn. Pertumbuhan tanaman

maupun umbi yang terbaik di ketinggian sampai 250 m dpl

(Rahayu, Estu & Berlian 2006).

Tanah

Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen

padi dan dapat juga di tanah darat seperti tegalan,

kebun dan pekarangan. Tanah yang gembur, subur, banyak

mengandung bahan organis atau humus sangat baik untuk

bawang merah. Tanah yang genbur dan subur akan

mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar –

besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah

lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat yang

demikian ini mempunyai aerasi yang bagus dan

drainasenya baik (Wibowo, 1999).

12

Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk

bawang merah adalah yang agak asam sampai normal (6,0 –

6,8). Tanah yang memiliki pH 5,5 – 7,0 masih dapat

digunakan untuk penanaman bawang merah (Rahayu, Estu &

Berlian 2006).

Kerapatan Tanaman

Kerapatan tanaman (jarak tanam) memiliki hubungan

yang tidak dapat dipisahkan dengan jumlah hasil yang

diperoleh dari sebidang tanah. Produksi tanaman

merupakan hasil dari faktor reproduksi dan hasil

pertumbuhan vegetatif (Jumin, 2005).

Kerapatan tanaman atau jarak tanam akan sangat

berhubungan dengan persaingan antar tanaman dalam

mendapatkan sinar matahari dan unsur hara. Dalam hal

persaingan mendapatkan sinar matahari, kerapatan

tanaman yang tinggi menyebabkan tingkat persaingan

menjadi tinggi sehingga kelembapan udara di sekitar

13

pertanaman tinggi dan meningkatkan risiko terserang

hama dan penyakit.

Sebaliknya kerapatan tanaman yang rendah

menyebabkan persaingan antartanaman menjadi rendah,

sehingga kelembapan di sekitar pertanaman rendah dan

menekan serangan hama dan penyakit. Dalam hal

persaingan usur hara dan air, kerapatan tanaman yang

tinggi menyebabkan persaingan antartanaman semakin

tinggi sehingga tanaman sering mengalami kekurangan

hara dan air. Demikian pula sebaliknya pada kerapatan

rendah.

Pupuk NPK

Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair

atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen,

fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu

jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan

(Wikipedia, 2013).

14

Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang

mengandung unsur Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium

(K) dengan kadar yang beragam. Jenis dan kadar unsur

yang dikandungnya berdasarkan negara asalnya. Seperti

amafoska I (12-24-12) dari Amerika Serikat, nitrofoska

I (17.5-13-22) dari Jerman, compound fertilizer (14-12-

9) dari Jepang dan NPK Holland (15-15-15) dari Belanda

(Lingga dan Marsono, 2008).

Pupuk NPK mempunyai berbagai bentuk, yang paling

khas adalah pupuk padat yang berbentuk granul atau

bubuk. Ada juga pupuk NPK yang berbentuk cair, beberapa

keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan

jangkauannya yang luas (Pusat Marketing NPK, 2012).

Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N

yang cukup besar ke dalam tanah, sehingga dengan

pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut

akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan

pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan

K. Fungsi nitrogen sebagai pupuk adalah untuk

memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (tanaman yang

15

tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih

hijau) dan membantu proses pembentukan protein

(Hardjowigeno 2003).

Unsur kalium berfungsi membantu pembentukan

protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman

serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan

kekeringan. Salah satu fungsi sppesifik unsur K adalah

sebagai pengimbang atau penetral efek kelebihan N yang

menyebabkan tanaman menjadi sukulen (awet muda)

sehingga lebih mudah terserang hama penyakit, rapuh dan

mudah rontoknya bunga, buah, daun, cabang. Hal ini

karena unsur K berfungsi meningkatkan sintesis dan

translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat penebalan

dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai/buah/cabang

(Hanafiah 2007).

Unsur fosfor sangat berguna untuk merangsang

pertumbuhan akar, bahan dasar protein, memperkuat

batang tanaman serta membantu asimilasi dan respirasi.

Gejala-gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat

(kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-daun

16

menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun,

terlihat jelas pada tanaman yang masih muda

(Hardjowigeno 2003).

Rinsema (1983) dalam Yulyatin (2007) menyatakan

bahwa penggunaan pupuk NPK mempunyai faktor positif dan

negatif. Faktor positif dari pupuk NPK adalah sebagai

berikut : pupuk buatan yang harus dikerjakan biasanya

lebih sedikit dan menaburkan zat makanan tanaman dapat

dilakukan dalam satu kali kerja. Faktor negatif dari

pupuk NPK adalah kemungkinan pupuk kurang merata bila

dibandingkan dengan menggunakan pupuk tunggal,

adakalanya tanaman memperlihatkan gejala tanaman kurang

baik sebagai akibat dari konsentrasi garam yang tinggi

di dalam tanah dan NPK bereaksi masam.

Bahan Organik

Sejak berabad – abad yang lalu petani telah

mengenal pupuk organik. Para ilmuwan kemudian

17

membuktikan bahwa peranan bahan organik sangat vital

dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas

lahan melalui mekanisme perbaikan sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah (Premono dan Widayati, 2000).

Pemberian bahan organik berpengaruh besar

terhadap sifat – sifat tanah. Daya mengikat unsur kimia

yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu tidak

tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia di

dalam tanah. Selanjutnya tanaman akan mendapatkan

suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat meningkatkan

produksi tanaman (Murbandono, 2003).

Sumber primer bahan organik di dalam tanah adalah

jaringan tanaman berupa akar, batang, daun, ranting,

bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami

dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah, serta

bercampur dengan tanah. Tumbuhan tidak saja menjadi

sumber bahan organik tanah, tetapi juga sumber bahan

organik bagi makhluk hidup (Hakim, dkk, 2010).

Bahan organik yang dapat ditambahkan ke dalam

tanah antara lain berbagai jenis pupuk kandang, pupuk

18

hijau, kompos, guano, bokashi, tepung tulang dan

sebagainya.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak

lengkap dari campuran bahan -bahan organik yang dapat

dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,

lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari

J.H. Crawford, 2003 dalam Wikipedia).

Menurut Redaksi Agromedia (2007), kompos adalah

sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan

atau dekomposisi akibat adanya interaksi mikroorganisme

yang bekerja di dalamnya. Bahan – bahan organik yang

biasa dipakai bisa berupa dedaunan, rumput, jerami,

sisa ranting atau dahan pohon, kotoran hewan, kembang

yang telah gugur, air kencing hewan dan sampah dapur.

Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik

terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pupuk kandang

dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur hara)

bagi tanaman, yang dapat diserapnya dari dalam tanah,

dengan perkataan lain pupuk kandang mempunyai kemampuan

19

mengubah berbagai faktor dalam tanah menjadi faktor –

faktor yang dapat menjamin kesuburan tanah (Sutanto,

2006).

Pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk

kandang yang sudah matang. Artinya, dalam pupuk

tersebut tidak terjadi lagi proses dekomposisi atau

penguraian oleh jasad renik. Tanda – tanda pupuk

kandang sudah matang adalah tidak berbau tajam (bau

amoniak), berwarna coklat tua, tampak kering, tidak

terasa panas bila dipegang, dan gembur bila diremas

(Prihmantoro, 2001).

Pupuk guano merupakan bahan yang efektif untuk

penyubur tanah maupun mesiu karena kandungan fosfor dan

nitrogennya tinggi. Superfosfat yang terbuat dari guano

digunakan untuk topdressing. Tanah yang kekurangan zat

organik dapat dibuat lebih produktif dengan tambahan

pupuk ini. Guano mengandung amonia, asam urat, asam

fosfat, asam oksalat, dan asam karbonat, serta garam

tanah. Tingginya kandungan nitrat juga menjadikan guano

komoditas strategis; Perang di Pasifik antara aliansi

20

Peru-Bolivia dan Chili utamanya berdasarkan pada

percobaan Bolivia memungut pajak kepada pengusaha guano

dari Chili (Wikipedia, 2013).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Durian

Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang dengan pH 5,5 –

21

6 dan curah hujan agak basah (BPP Kecamatan Rantau).

Waktu penelitian ini direncanakan pada Bulan Desember

2013 sampai dengan Bulan Maret 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : bibit bawang

merah varietas Thailand, pupuk NPK Mutiara, pupuk

kompos bokashi, pupuk kandang sapi, pupuk guano, tali

rafia, triplek, paku, cat, insektisida Sevin 85 S,

fungisida Dithane-M 45 WP.

Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah hand sprayer, timbangan meteran, parang,

cangkul, alat tulis menulis, alat dokumentasi dan

lainnya yang menunjang penelitian ini.

22

Metode Penelitian

Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang

terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu :

1. Faktor pengaturan jarak tanam (J) dengan 3 taraf,

yaitu :

J1 = 25 x 25 cm

J2 = 20 x 20 cm

J3 = 15 x 15 cm

2. Faktor kombinasi NPK dengan pupuk organik (K)

dengan 3 taraf, yaitu :

K1 = Pupuk NPK dengan pupuk kompos bokashi

K2 = Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi

K3 = Pupuk NPK dengan pupuk guano

Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan,

dengan susunannya seperti tertera pada tabel 1. Setiap

23

percobaan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan

percobaan, dan jumlah rumpun dalam setiap satuan

percobaan tergantung dari jarak tanamnya (perlakuan).

Sebagai tanaman sampel diambil secara acak 4 rumpun

dari tiap – tiap plot.

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Pengaturan JarakTanam dan Kombinasi Pupuk NPK dengan PupukOrganik

No.

Kombinasi

Perlakuan

PengaturanJarak Tanam

(cm)

Kombinasi Pupuk NPK denganPupuk Organik

1

2

3

4

J1K1

J1K2

J1K3

J2K1

25 x 25

25 x 25

25 x 25

20 x 20

Pupuk NPK dengan pupuk

kompos

Pupuk NPK dengan pupuk

kandang sapi

24

5

6

7

8

9

J2K2

J2K3

J3K1

J3K2

J3K3

20 x 20

20 x 20

15 x 15

15 x 15

15 x 15

Pupuk NPK dengan pupuk

guano

Pupuk NPK dengan pupuk

kompos

Pupuk NPK dengan pupuk

kandang sapi

Pupuk NPK dengan pupuk

guano

Pupuk NPK dengan pupuk

kompos

Pupuk NPK dengan pupuk

kandang sapi

Pupuk NPK dengan pupuk

guano

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model matematika (Kemas, 2010) yaitu

sebagai berikut :

Y = µ + β + J + K + JK + Ɛ

Dimana :

Y = Nilai-nilai hasil pengamatan

µ = Nilai rerata

β = Pengaruh blok/pengelompokan

25

J = Pengaruh pengaturan jarak tanam

K = Pengaruh kombinasi NPK dengan pupuk organik

JK = Pengaruh interaksi antara pengaturan jarak tanamdan kombinasi NPK dengan pupuk organik

Ɛ = pengaruh galat

Apabila hasil analisis sidik ragam terhadap

perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap parameter

yang diamati, maka akan dilanjutkan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

1. Penyiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan cara

membersihkan areal penelitian dari gulma yang tumbuh,

adapun cara pembersihan yaitu dengan cara membabat,

setelah pembabatan gulma selesai selanjutnya dilakukan

pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dua kali,

pengolahan tanah pertama dilakukan menggunakan cangkul

dengan kedalaman 20 – 30 cm, kemudian dibiarkan selama

satu minggu. Setelah itu dilakukan pengolahan tanah

26

kedua dengan menghancurkan gumpalan tanah lalu

diratakan dan selanjutnya dibuat plot - plot dengan

ukuran 120 x 120 cm sebanyak 27 plot yang tersusun

dalam tiga blok dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak

antar blok 80 cm.

2. Perlakuan Bibit

Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu diberi

fungisida Dithane M-45 sebanyak 5 gram yang dilarutkan

dalam 7,5 ml air. Umbi calon bibit dan fungisida

dimasukan kedalam baskom plastik lalu diaduk sampai

rata selama ± 5 menit sampai fungisida merata mengenai

seluruh benih, kemudian bibit segera ditanam. Tujuan

perlakuan ini adalah untuk mencegah jamur dan cendawan

baik yang ada dalam benih maupun yang ada di lapangan.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menggali lubang

sedalam 2 cm. Tiap lubang diisi dengan 2 (dua) umbi

bawang merah. Penanaman dilakukan pada sore hari.

27

4. Aplikasi Perlakuan

a. Pengaturan Jarak Tanam

Pada saat penanaman jarak tanam yang digunakan

sesuai dengan perlakuan yaitu 25 x 25 cm, 20 x 20 cm

dan 15 x 15 cm.

b. Kombinasi Pupuk NPK dengan Pupuk Organik

Kombinasi pupuk NPK dengan pupuk organik ini

diaplikasikan sebagai pupuk dasar yang akan diberikan

seminggu sebelum penanaman (pada saat penyiapan

lahan). Kombinasi pupuk NPK dengan pupuk organik ini

ditaburkan di atas permukaan bedeng, kemudian sambil

menghaluskan permukaan bedeng pupuk dicampurkan dan

diratakan. Dosis yang digunakan adalah masing –

masing setengah dari dosis anjuran, yaitu

5. Pemupukan

Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan

dosis 500 kg/ha (72 gr/plot), TSP dengan dosis 300

kg/ha (43,2 gr/plot) dan KCl dengan dosis 200 kg/ha

28

(28,8 gr/ha). Pemberian pupuk Urea dilakukan 2 kali.

Yang pertama, setengah bagian diberikan bersama pupuk

TSP dan KCl pada waktu 2 minggu setelah tanam. Dan yang

kedua diberikan 4 minggu setelah tanam.

Pemupukan diberikan dengan cara ditaburkan pada

larikan antara barisan tanaman di dalam plot sedalam ±

5 cm. Kemudian alur pupuk ditutup lagi dengan tanah.

6. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 – 2 kali dalam sehari, yaitu

pagi dan sore hari kecuali jika hari hujan maka

penyiraman tidak dilakukan.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati

atau pertumbuhannya kurang baik, diganti dengan

tanaman yang telah disiapkan. Penyulaman dilakukan 1

minggu setelah pindah tanam.

c. Penyiangan

29

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang

ada di sekitar pertanaman, yaitu dengan cara mencabut

rerumputan tanaman dan disesuaikan dengan kondisi di

lapangan.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan

menggunakan fungisida Dithane M-45 dan insektisida

Sevin 85 S dengan dosis 2 gr/liter air. Penyemprotan

dilakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit.

8. Panen

Panen dilakukan pada umur 70 HST dengan ciri-ciri

tanaman : Tanaman sudah cukup tua dengan hampir 60% -

90% batang telah lemas dan daun menguning. Umbi lapis

terlihat penuh padat berisi dan sebagian tersembul

dipermukaan tanah. Warna kulit telah mengkilap atau

memerah. Cara panen dengan mencabut tanaman bersama

30

daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel

dibersihkan. Saat panen pada kondisi kering.

Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang

sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan mulai

tanaman berumur 15, 25 dan 35 hari setelah tanam.

2. Jumlah daun

Jumlah daun yang diamati pada saat tanaman berumur

15, 25 dan 35 hari setelah tanam.

3. Berat umbi per rumpun (Kg)

Berat umbi ditimbang pada saat panen dengan cara

menimbang berat umbi per tanaman sampel.

4. Produksi per Hektar (Ton)

Berat umbi ditimbang pada saat panen dengan cara

menimbang berat umbi per plot dan dikonversikan ke

hektar.

31

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, N.M.Y. Nyakpa;A.M.Lubis;S.G.Nugraha;M.R.Saul;M.A dan H.H.Beiley. 2010. Dasar – Dasar IlmuTanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Hapsoh. Hasanah, Yaya. 2011. Budidaya Bawang Merah. Usu

Press. Medan

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika

Pressindo.

http://id.wikipedia.org/wiki/Guano

http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_NPK

http://npkgresik.blogspot.com/2012/10/pengertian-pupuk-

npk.html

http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/

isi_dt5thn_horti.php

Jumin, Hasan Basri, M.Sc. 2005. Dasar – Dasar Agronomi.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kemas Ali, 2010. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers.

Jakarta

32

Murbandono, L. 2003. Membuat Kompos. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Lingga Pinus, 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk.Penebar Swadaya. Jakarta

Premono, E & E Widyawati. 2000. Kompos dan Pupuk HayatiSebagai Pupuk Organik, Majalah Penelitian Gula.No. 419. Jakarta.

Prihmantoro, H. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Rahayu, Estu & Berlian, Nur. 2006. Bawang Merah.

Penebar Swadaya. Jakarta

Redaksi AgroMedia, 2010. Petunjuk Pemupukan. Agromedia

Pustaka, Jakarta.

Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.

Yogyakarta

Wibowo, Singgih. 1999. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya.

Jakarta

Yulyatin A. 2007. Pengaruh NPK (15-15-15) dancampuran media tanah dan kompos terhadappertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight)

33

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. InstitutPertanian Bogor.

34

Lampiran I. Tata Letak Bagan Percobaan di Lapangan

J1K1

J1K2

J1K3

J3K2

J3K2

J3K1

J2K1

J2K2

J2K3

J1K1

J1K2

J1K3

J3K2

J3K2

J3K1

J2K1

J2K2

J2K3

J1K1

J1K2

J1K3

J3K2

J3K2

J3K1

J2K1

J2K2

J2K3

30 cm

80 cm120 x 120

U

S

35

Lampiran II. Letak Tanaman Dalam Plot

120 x 120 cm

120 x 120 cm

Jarak Tanam = 20 x 20 cm

36

Jarak Tanam = 25 x 25 cm

120 x 120 cm

Jarak Tanam = 25 x 25 cm

37

Lampiran III. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Bulan dan Minggu Pelaksanaan PenelitianDesember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Konsultasi dengan Dosen Pembimbing

2Penyusunan Rencana Penelitian

3 Seminar

4Persiapan Lahan di Lapangan

5 Pengolahan Tanah & Pemberian Kompos

6 Penanaman7 Pemeliharaan8 Pengamatan9 Panen10 Analisa Data

38

11 Penulisan Skripsi12 Ujian