PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH ...

59
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus) NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH ...

1

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT

DARAH KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)

NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2011

2

PENGARUH PEMBERIAN

MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH

KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2011

3

PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.)

TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI JANTAN (Orygtolagus cuniculus)

NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt. NIP. 19470314 198003 1 001

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt Usmar, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19651010 199203 2 002 NIP. 19710109 199702 1 001

Pada tanggal, November 2011

4

PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH ( Pandanus conoideus L.)

TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)

Oleh : Noela Natalia Mangape

N111 07 012

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada Tanggal 22 November 2011

Panitia Penguji Skripsi

1. Ketua

Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt. :………………..

2. Sekretaris

Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. : ……………….

3. Anggota

Dra. Sukati Kadis, MS., Apt. : …………….....

4. Ex Officio

Drs. Hasyim Bariun, M.S., Apt. : ……………….

5. Ex Officio

Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. : ……………….

6. Ex Officio

Usmar, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….

Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt.

NIP. 19560114 198601 2 001

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, November 2011

Penyusun

Noela Natalia Mangape

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Tiada kata yang patut diucapkan selain puji dan syukur setinggi-

tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala

berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir dengan judul : Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah

(Pandanus conoideus L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat

Darah Kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan sangat baik.

Dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa tercinta Salmon Mangape, SE dan mama tersayang Christina

Tarukponno atas segala doa, dukungan moril, materi, dan kasih

sayangnya yang sangat penulis rasakan selama menyusun tugas

akhir ini. Tanpa kalian penulis tidak akan mampu bertahan sampai

saat ini. Walau semua tinta di dunia ini dikumpulkan pun, tidak akan

cukup untuk menulis jasa dan kasih sayang yang telah diberikan.

Semoga papa dan mama sehat dan selalu dalam perlindungan

Tuhan.

2. Bapak Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt. selaku pembimbing utama,

Ibu Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama

dan Bapak Usmar, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing kedua atas

segala ilmu, bantuan, nasehat, bimbingan, dan kesabaran yang telah

diberikan kepada penulis.

vi

7

3. Ibu Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau., Apt., Bapak Subehan,

S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt., dan Ibu Dra. Sukati Kadis, MS., Apt.

selaku penguji

4. Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA, Wakil Dekan

I Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A.Manggau., Apt., Wakil Dekan II Drs.

Syahruddin Kasim, M.Si., Apt., Wakil Dekan III Drs. Abd. Muzakkir

Rewa, M.Si., Apt., dan bapak/ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas

Hasanuddin. Terima kasih atas ilmu, nasehat, dan saran yang telah

diberikan selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan ini, serta

seluruh pegawai akademik dan staf pegawai Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu penulis dalam

dunia kampus ini.

5. Kepala Laboratorium Biofarmasi dan Kimia Farmasi beserta staf yang

sudah turut membantu demi kelancaran jalannya penelitian penulis.

6. Ismail, S.Si., Apt. yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

demi membantu kelancaran jalannya penelitian penulis.

7. Saudari-saudariku, Garatu Andi Kulu Mangape dan Miranti Kesya

Mangape, tante tersayang Ningsih Parrangan, nenek Ludia

Parrangan, D.B Parrangan serta seluruh keluargaku yang telah

membantu dalam doa dan memberiku semangat dalam hidup ini.

8. Elvin Dwijaya Yalimo Tambunan, S.Si atas semua kesabaran,

ketulusan, kebaikan, kasih sayang serta dorongan semangat buat

penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

vii

8

9. Sahabat-sahabat terbaik Dian Dewi Astuti S.Si dan Viany Titarsole

yang telah memberikan nasehat dan motivasi serta menjadi penghibur

disaat penulis sedang sedih. Kalian adalah saudari-saudari terbaik.

10. Putri Ayu Puspita Sari S.Si, Devi Toding S.Si, dan Irma dewi atas

kerelaannya dalam membagi ilmu kepada penulis selama menyusun

tugas akhir ini.

11. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Saskiah, Andi Aulia

Tenri Paula, dan Novayanti yang sudah menemani selama penulis

melakukan penelitian ini.

12. Kepada seluruh angkatan MIXTURA 2007 Fakultas Farmasi UNHAS,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak

atas semua persaudaraan dan persahabatan yang kalian berikan.

Kalian selalu menjadi yang terbaik saat ini dan seterusnya.

Penulis sangat menyadari, dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan , sehingga saran, dan kritik yang membangun sangat

diharapkan oleh penulis kedepannya. Akhir kata semoga apa yang penulis

persembahkan ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan

kedepannya. Amin

Makassar, November 2011

Noela Natalia Mangape

viii

9

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) terhadap penurunan kadar asam urat darah kelinci jantan yang diinduksi dengan kalium bromat dosis 111 mg/kgBB. Sebanyak 15 ekor kelici jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi Natrium CMC 1% b/v, kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan yang diberikan minyak buah merah masing-masing dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB, dan kelompok V sebagai kontrol positif diberikan suspensi allopurinol 0,093% b/v dengan dosis 10 ml/kgBB. Hasil menunjukkan minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB dapat menurunkan kadar asam urat kelinci dengan nilai penurunan sebesar 0,66 mg/dL, 1,16 mg/dL dan 1,73 mg/dL. Semua kelompok uji memiliki efek penurunan kadar asam urat yang berbeda sangat signifikan dengan kelompok kontrol negatif. Minyak buah merah dengan volume pemberian 20 ml/2kgBB dapat mengakibatkan kematian pada hewan coba 24 jam setelah perlakuan. Minyak buah merah dengan volume pemberian 10 ml/2kgBB memiliki efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan allopurinol.

ix

10

ABSTRACT

The purpose of this research was to study the effect of oil red fruit (Pandanus conoideus L.) to uric acid concentration of rabbit treated by potassium bromate 111 mg/kgBW. fifteen male rabbits were divided into 5 groups, the first group as a negative control was only administrated with Sodium CMC 1% w/v, group two, three, and four as the treatment group administrated with oil red fruit (Pandanus conoideus L.) with dose administration 5 ml/2kgBW, 10 ml/2kgBW, and 20 ml/2kgBW , and group five as a positive control group administrated with allopurinol suspension 0,093% w/v with dose 10 ml/kgBW. From the result shows that the oil red fruit (Pandanus conoideus L.) with dose administration 5 ml/2kgBW, 10 ml/2kgBW, and 20 ml/2kgBW has 0,66 mg/dL, 1,16 mg/dL and 1,73 mg/dL decreasing uric acid of rabbit blood. All test groups have effect reduction in uric acid levels are very significant with a negative control group. Oil red fruit with a dose 20 ml/2kgBB can cause death in experimental rabbits 24 hours after treatment. The oil red fruit with a dose administration of 10 ml/2kgBB has effect reduction of uric acid which is almost equivalent to allopurinol.

x

11

DAFTAR ISI

halaman

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vi

ABSTRAK .......................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

II.1 Uraian Tanaman .......................................................................... 4

II.1.1 Klasifikasi ................................................................................. 4

II.1.2 Penamaan Tanaman Buah Merah ............................................ 4

II.1.3 Morfologi .................................................................................. 4

II.1.4 Kandungan Kimia ..................................................................... 5

II.1.5 Kegunaan ................................................................................. 5

II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam ..................................................... 5

II.2.1 Ekstraksi Dengan Cara Perebusan Bertingkat .......................... 5

II.3 Uraian Penyakit............................................................................ 6

II.3.1 Asam Urat, Hiperurisemia dan Gout ......................................... 6

II.3.2 Metabolisme Nukleotida Purin .................................................. 7

xi

12

II.3.3 Katabolisme Purin Menjadi Asam Urat ..................................... 8

II.3.4 Sifat Kelarutan Asam Urat dan Garam Asam Urat .................... 10

II.3.5 Klasifikasi Gout ......................................................................... 10

II.3.6 Patogenesis .............................................................................. 11

II.3.7 Etiologi ...................................................................................... 12

II.3.8 Manifestasi klinis........................................................................ 12

II.3.9 Pencegahan…………………………………………….................. 15

II.3.10 Pengobatan Hiperurisemia dan Gout....................................... 16

II.4 Metode Penentuan Asam Urat ..................................................... 21

II.5 Kalium Bromat (KBrO3) ................................................................ 22

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN............................................... 23

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan ......................................................... 23

III.2 Pengambilan dan Penyiapan Sampel Penelitian ........................ 23

III.3 Penyiapan Minyak Buah Merah .................................................. 23

III.4 Penyiapan Bahan Penelitian ....................................................... 24

III.4.1 Penyiapan Suspensi Allopurinol 0,93% b/v .............................. 24

III.4.2 Penyiapan Larutan Koloidal Natrium CMC 1% b/v ................. 24

III.4.3 Pembuatan Kalium bromat (KBrO3)........................... .............. 25

III.5 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji .......................................... 25

III.6 Perlakuan Terhadap Hewan Uji........................................... ....... 25

III.7 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah ......................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 27

IV.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 27

xii

13

IV.2 Pembahasan .............................................................................. 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 32

V.1 Kesimpulan .................................................................................. 32

V.2 Saran ........................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 33

LAMPIRAN

xiii

14

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Perubahan Kadar Asam Urat Darah Kelinci Yang Diberi Per-lakuan

Dengan Minyak Buah Merah, dibandingkan Dengan Kontrol ............ 27

2. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Sampel Terhadap Pe-nurunan Kadar Asam Urat ......................................................... 40

3. Perbandingan Rata-Rata Keseragaman Sediaan Uji ................ 41

xiv

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Pembentukan Asam Urat dari Nukleosida Purin Lewat Basa

Purin Hipoxantin, Xantin dan Guanin.......................................... 9

2. Kolkisin dan Senyawa-senyawa Urikosurat ................................ . 19 3. Penghambatan Sintesis Asam Urat Oleh

Allopurinol .................................................................................. . 21 4. Grafik Nilai Penurunan Masing-masing Kadar Asam

Urat Setelah Perlakuan .............................................................. . 39

5. Alat Pengukur Kadar Asam Urat (Humalyzer) ............................ . 42 6. Serum Kelinci ............................................................................. . 42

7. Alat Sentrifuge ............................................................................ . 43

8. Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus L.) ....................... . 43

xv

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Skema Kerja ………………………………………………………. 35

2. Perhitungan Dosis Allopurinol..…………................................... 36

3. Perhitungan Dosis KBrO3..…………......................................... 37

4. Analisis statistik dengan rancangan acak lengkap pengaruh pemberian minyak buah merah terhadap nilai penurunan kadar asam urat darah kelinci…………………………………... 38

5. Foto dan Gambar ...…………………………………………….… 42

xvi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Purin berasal

dari makanan, penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua, serta hasil

sintesa bahan-bahan yang ada di dalam tubuh, seperti CO2, glutamin,

glisin, asam aspartat dan asam folat. Dalam kondisi normal asam urat ada

dalam darah dan air seni (urin) (1).

Kadar asam urat darah yang berlebihan bisa menyebabkan suatu

penyakit yang disebut dengan gout (2). Gout adalah penyakit yang timbul

jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat berbentuk

seperti jarum pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya, dan mengakibat-

kan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri yang

hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan

menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak (3).

Berbagai jenis obat sintetis dalam pengobatan gout telah banyak

beredar. Salah satu obat pilihan dalam pengobatan gout adalah allo-

purinol. Allopurinol merupakan analog purin. Obat ini mengurangi produksi

asam urat dengan jalan menghambat secara kompetitif dua langkah ter-

akhir biosintesis asam urat, yang dikatalisis oleh xantin oksidase (4), tetapi

obat ini memiliki efek samping yang tidak sedikit. Efek samping yang

paling sering muncul adalah gangguan gastrointestinal, reaksi hiper-

sensitivitas, dan ruam kulit. Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi bahkan

setelah pengobatan selama beberapa bulan atau tahun (5). Oleh karena

2

itu, perlu dicari alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif, yaitu

pengobatan tradisional.

Indonesia merupakan negara tropis yang dikenal kaya dengan

keanekaragaman hayatinya, antara lain berbagai jenis tumbuhan yang

disebut sebagai tanaman obat tradisional. Walaupun industri obat sintesis

tumbuh dengan pesat, namun konsumen obat tradisional tetap terus

meningkat. Kecenderungan tersebut didukung oleh kondisi Indonesia

yang berada dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga obat

tradisional yang harganya relatif lebih murah menjadi alternatif pilihan

masyarakat. Menanggapi kecenderungan masyarakat tersebut, perlu

dilakukan penelitian tentang manfaat dan efek negatif dari setiap obat

tradisional sehingga penggunaanya tetap dapat dipertanggungjawabkan

secara medic (6).

Salah satu tanaman yang memiliki efek farmakologi dan terkenal

saat ini adalah buah merah. Buah Merah di Papua tersebar hampir merata

dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi lebih banyak tumbuh

didaerah dataran rendah, seperti di Jayapura dan Merauke juga ditemui

beberapa tanaman buah merah ini, tetapi populasinya sedikit (7).

Kandungan buah merah yang paling tinggi adalah betakaroten dan

tokoferol. Selain itu dilaporkan pula bahwa LD50 pada mencit jantan

sekitar 2,687 g/kg BB dan mencit betina 6,714 g/kg BB (8). Secara

empiris, buah merah digunakan dalam pengobatan untuk penyakit Kanker,

gout, diabetes mellitus, ambeien, hipertensi, gangguan pada mata (9).

3

Permasalahan yang timbul apakah minyak buah merah dapat

menurunkan kadar asam urat darah kelinci. Untuk memecahkannya maka

akan dilakukan penelitian yaitu pengaruh pemberian minyak buah merah

(P. conoideus) terhadap penurunan kadar asam urat darah kelinci

(Oryctolagus cuniculus), dengan hipotesis bahwa pemberian minyak buah

merah dapat menurunkan kadar asam urat darah kelinci yang diinduksi

dengan kalium bromat (KBrO3).

Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh pemberian

minyak buah merah terhadap penurunan kadar asam urat darah kelinci

(Oryctolagus cuniculus) yang dikondisikan hiperurisemia dengan

pemberian kalium bromat (KBrO3). Penelitian ini adalah studi

experimental dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji sebanyak

15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 3

ekor. Data dianalisis secara statistik dengan Rancangan Acak Lengkap

(RAL).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan

pengobatan tradisional khususnya sebagai obat asam urat. Selain itu

dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan

mampu mencari dosis efek yang tepat dan efektif.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi (9)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus conoideus L.

II.1.2 Penamaan Tanaman (9)

Tanaman buah merah belum dikenal secara menyeluruh oleh

masyarakat Indonesia. Sehingga hanya memiliki satu nama daerah yaitu

Buah merah

II.1.3 Morfologi (9)

Tanaman buah merah termasuk tanaman berbentuk semak, perdu

atau pohon. Daun tunggal berbentuk lanset sungsang (oblanceolate),

berwarna hijau tua, dan letaknya berseling. Ujung daun runcing (acute),

tepi daun berduri atau tidak berduri, tergantung jenisnya. Batang tanaman

bercabang banyak, tegak, bergetah, dan berwarna cokelat bebercak putih.

Tinggi tanaman mencapai 16 m dengan tinggi batang bebas cabang 5-8 m

5

di atas permukaan tanah. Akar tanaman berfungsi sebagai penyokong

tegaknya tanaman. Akar tanaman buah merah tergolong akar serabut

dengan tipe perakaran dangkal. Buah berbentuk silindris, ujung tumpul,

dan pangkal menjantung. Panjang buah mencapai 96-102 cm dengan

diameter 15-20 cm. Tanaman ini merupakan salah satu spesies bambu

endemik di Indonesia yang mengandung air dalam ruas batangnya dan

digunakan sebagai obat.

II.1.4 Kandungan Kimia (9)

Buah merah (Pandanus conoideus L.) mengandung senyawa aktif

karotenoid, tokoferol, betakaroten, alfa-tokoferol, asam oleat, asam

linoleat, dekanoat.

II.1.5 Kegunaan (8,9)

Buah merah digunakan oleh masyarakat sebagai penyedap

makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung beta-karoten,

pewarna alami yang tidak mengandung logam berat dan mikroorganisme

berbahaya. Selain itu buah merah difungsikan sebagai penunjang

makanan pokok sehari-hari, dan obat berbagai penyakit yaitu kanker, HIV,

malaria, kolesterol, diabetes melitus, asam urat dan osteoporosis.

II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam

II.2.1. Ekstraksi dengan cara perebusan bertingkat (wet rendering)

Minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) diperoleh melalui

ekstraksi dengan cara perebusan bertingkat (wet rendering) dan

pemisahan minyak dari air dan pasta dilakukan dengan cara didiamkan

6

selama waktu tertentu (settling) .Perebusan bertingkat dilakukan dengan

cara merebus sisa pasta yang sebelumnya diperoleh dari hasil perasan

buah merah yang telah dikukus selama 1-1,5 jam dan telah dipisahkan

dari bijinya. Perebusan bertingkat pasta dilakukan hingga terbentuk atau

timbul minyak berwarna hitam pada permukaannya. Proses pemisahan

minyak murni dilakukan dengan mendiamkan selama 1 hari (settling)

hasil perebusan pasta hingga minyak terpisah secara total dari air dan

sisa pasta (11).

II.3 Uraian Penyakit

II.3.1 Asam Urat, Hiperurisemia, dan Gout

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang

menyusun bahan genetik. Produk purin dikonversi menjadi asam urat

melalui xantin dalam reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase. Tanpa

adanya xantin oksidase, asam urat tidak dapat dibentuk (15). Purin adalah

protein yang tergolong nukleoprotein. Sintesis purin dilakukan oleh tubuh

dari bahan-bahan CO2, glutamin, glisin, asam aspartat dan asam folat.

Metabolisme purin ini diangkut ke hati mengalami oksidasi menjadi asam

urat (13). Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75 dan 10,3.

Urat bentuk terionisasi, terutama dalam plasma, cairan ekstraselular dan

cairan sinovial dengan perkiraan 98% dalam bentuk urat monosodium

(MSU) pada pH 7,4 (14). Hiperurisemia adalah keadaan dimana

meningkatnya kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal,

sehingga menimbulkan kristal-kristal asam urat yang berbentuk jarum

7

yang menyebabkan kekakuan di bagian sendi. Hal itu terjadi ketika ginjal

tidak sanggup mengeluarkanya melalui air kemih (15). Nilai normal asam

urat pada laki-laki adalah 5,1±1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah

4,0±1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang

dengan gout (3).

Gout merupakan penyakit yang timbul jika terbentuk Kristal-kristal

monosodium urat monohidrat berbentuk seperti jarum pada sendi-sendi

dan jaringan sekitarnya, dan mengakibatkan reaksi peradangan yang jika

berlanjut akan menimbulkan nyeri yang hebat yang sering menyertai gout.

Jika tidak diobati, endapan Kristal akan menyebabkan kerusakan yang

hebat pada sendi dan jaringan lunak (3).

II.3.2 Metabolisme Nukleotida Purin

Kecuali protozoa yang bersifat parasitik, semua bentuk kehidupan

akan mensintesis nukleotida purin dan pirimidin. Sintesis dari intermediet

amfibolik berlangsung dengan kecepatan terkontrol yang sesuai untuk

semua fungsi selular. Karena kebutuhan terhadap nukleotida trifosfat

dapat beragam sebagai contoh selama pertumbuhan atau selama jaringan

mengadakan regenerasi dan saat sel akan membelah kecepatan

biosintesis purin dan pirimidin dikontrol oleh suatu mekanisme intrasel

yang mengindera serta mengatur secara efektif ukuran depot intermediet

sintesis asam nukleat ini (16). Biosintesis nukleotida dan pengaturannya

dalam tubuh manusia diperoleh dari penyelidikan terhadap proses yang

sama yang berlangsung pada burung serta Escherchia coli. Pada hewan-

8

hewan urikotelik (burung, amfibi, reptil), nukleotida memiliki fungsi

tambahan sebagai prekursor asam urat purin, produk akhir katabolisme

nitrogen purin. Ekskresi asam urat dalam jumlah yang besar oleh burung

telah dimanfaatkan dalam sejumlah penelitian awal terhadap biosintesis

purin. Dengan memberikan makanan yang mengandung prekursor

isotopik pada burung merpati, sumber setiap atom basa purin dapat

ditentukan dan penelitian terhadap berbagai reaksi serta intermediet

dalam biosintesis purin telah dimulai. Burung juga telah dimanfaatkan

untuk mengklon gen yang mengkodekan enzim biosintesis purin serta

protein pengatur yang mengendalikan kecepatan biosintesis purin (16).

Ada 3 proses yang menyumbang pada biosintesis nukleotida purin,

yang disusun berdasarkan penurunan urutan kepentingannya, yaitu:

sintesis dari intermediet amfibolik (sintesis de novo), fosforibosilasi purin

dan fosforilasi nukleosida purin (16).

II.3.3 Katabolisme Purin Menjadi Asam Urat

Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanin,

menjadi asam urat melalui intermediet serta melibatkan beberapa reaksi.

Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi ionosin oleh enzim

adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin,

yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepas

senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin

selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-

masing oleh enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian, xantin

9

teroksidase menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh

enzim xantin oksidase. Dengan demikian xantin oksidase merupakan

tempat yang essensial untuk intervens farmakologis pada penderita

penyakit gout. (16).

Gambar 1. Pembentukan Asam Urat (Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper ed. 25 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 2001)

Pada mamalia selain primata derajat tinggi, enzim urikase akan

memecah asam urat dan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat

sangat larut dalam air. Meskipun demikian, karena manusia tidak memiliki

enzim urikase, produk akhir katabolisme purin pada manusia adalah asam

urat. Amfibi, burung, dan reptil juga tidak memiliki enzim urikase, dan

10

mengekskresikan asam urat serta guanin sebagai produk akhir

katabolisme purinnya (16).

II.3.4 Sifat Kelarutan Asam Urat dan Garam Asam Urat

Sebagaimana untuk setiap asam lemah, proporsi relatif asam

lemah (asam urat) yang tidak berdisosiasi dengan konjugat basa uratnya

bergantung pada nilai pH. Hanya disosiasi proton pertamalah

(nilai pK1=5,8) yang perlu dipertimbangkan karena nilai pK2 untuk proton

kedua adalah 10,3 suatu nilai yang berada di atas nilai cairan fisiologis.

Dengan demikian, hanya asam urat dan garam monosodium uratlah yang

terdapat dalam cairan tubuh (16).

Garam urat jauh lebih larut di dalam air dibandingkan asam urat.

Urine pada pH 5 hanya dapat melarutkan sekitar sepersepuluh total urat

(15 mg/dL) yang dapat dilarutkan oleh urin pada pH 7 (150 mg-200

mg/dL), pH urin yang normal secara khas berada di bawah 5,8. Dengan

demikian, kristal saluran kemih berupa natrium urat ditemukan di sebelah

proksimal lokasi asidifikasi urin (tubulus distal dan duktus koligen),

sedangkan kristal asam urat ditemukan di sebelah distal. Karena sebagian

besar batu pada sistem pengumpul saluran kemih tersusun atas asam

urat, pembentukkan batu dapat dikurangi dengan alkalinasi urin (16).

II.3.5 Klasifikasi Pirai (Gout) (3,17)

1) Hiperurisemia primer

Hiperurisemia primer biasanya tidak diketahui penyebabnya, tetapi

sebagian besar disebabkan defisiensi enzim hipoksantin guanine

11

fosforibosil transferase (HGPRT) dan peningkatan aktivitas enzim

fosforibosil pirofosfatase.

2) Hiperurisemia sekunder

Hiperurisemia sekunder disebabkan karena pembentukan asam

urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat berkurang akibat

proses penyakit lain seperti leukemia dan pneumonia, asam urat

meningkat disebabkan meningkatnya pemecahan sel darah putih

yang kaya asam urat; kelainan ginjal; kegemukan (obesitas) , atau

pemakaian obat- obatan tertentu seperti penggunaan yang lama

dari diuretik (contoh: furosemid); obat tuberculosis (contoh: INH,

pirazinamid,ethionamid).

II.3.6 Patogenesis

Serangan akut diprovokasi oleh endapan urat, yang jarum-jarum

kristalnya merusak sel dengan menimbulkan nyeri yang hebat. Sendi

membengkak, menjadi panas, merah dan amat sakit bila disentuh (dolor,

tumor, calor dan rubor), paling sering di jempol kaki atau pergelangan

kaki, tangan, dan bahu. Sering kali terdapat pula demam tinggi dan pada

stadium lanjut tofi yakni benjolan keras di cuping telinga, kaki atau tangan

Peradangan di sendi mengakibatkan pelepasan zat-zat chemotactic, yang

menarik neutrofil ke cairan sinovial. Granulosit ini memakan kristal urat

dengan jalan fagocytose, dengan sendirinya pun musnah sambil

melepaskan beberapa zat, antara lain suatu glycol-protein, radikal

oksigen, dan enzim-enzim lisosomal (protease dan fosfatase), yang

12

bersifat dekstruktif bagi tulang rawan. Selain itu dibentuk pula asam laktat,

yang mempermudah presipitasi urat selanjutnya karena sifat asamnya.

Mungkin terjadi pula aktivasi sistem prostaglandin. Dengan demikian,

proses peradangan diperkuat dan terpelihara terus-menerus (17).

II.3.7 Etiologi

Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan

terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Dilihat dari

penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.

Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu

hiperurisemia yang terjadi karena (18):

1. Pembentukan asam urat yang berlebihan

a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang

bertambah.

b. Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia.

2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal

a. Gout primer renal, terjadi karena adanya gangguan ekskresi asam

urat di tubuli distal ginjal yang sehat.

b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya

pada glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

3. Perombakan dalam usus yang berkurang.

II.3.8 Manifestasi Klinis

1. Arthritis gout

13

Gout merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan

meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia) (1). Gout dapat

bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat

langsung pembentukan asam urat yang berlebihan atau akibat penurunan

ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan

asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat

proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu (1). Ada 4 tahap

perjalanan klinis penyakit gout yang tidak diobati yaitu (18):

a. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Dalam tahap ini

pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam

urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang

berlanjut menjadi serangan gout akut.

b. Tahap kedua adalah arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan

mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada

sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Artriris bersifat

monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal.

Mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah leukosit. Serangan

dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan, alkohol atau

stress emosional. Serangan gout akut biasanya pulih tanpa

pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10 sampai 14 hari.

c. Tahap ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak

terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari

14

beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan

gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

d. Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat

yang terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak

dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat

mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan

sendi yang bengkak. Serangan akut arthritis gout dapat terjadi dalam

tahap ini.

2. Tofi

Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang

pada sinovia, tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Tofi ini merupakan

manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan

arthritis akut pertama. Secara klinis tofi mungkin sulit dibedakan dengan

nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan menghilang

dengan terapi yang tepat (18).

3. Batu ginjal

Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan

bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam

interstitium medula, papila, dan piramid, sehingga timbul proteinuria dan

hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat juga dapat terbentuk sebagai

akibat sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil, bulat dan tidak

terlihat pada pemeriksaan radiografi (18).

15

II.3.9 Pencegahan

Pencegahan untuk penyakit asam urat bertujuan untuk menurunkan

frekuensi serta keparahan serangan pada penderita penyakit asam urat.

Pada pencegahan ini juga dimaksudkan agar asam urat dalam darah

dapat berada dalam keadaan normal.

1. Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk,

serta diet rendah purin. Hindari alkohol dan makanan tinggi purin (hati,

ginjal, ikan sarden, daging kambing, dan sebagainya), termasuk roti

manis. Perbanyak minum air putih. Pengeluaran urin 2 liter/hari atau

lebih akan membantu pengeluaran asam urat dan mengurangi

pembentukan endapan di saluran kemih.

2. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti

diuretik tiazid, aspirin dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi

asam urat dari ginjal, dimana terjadi persaingan antara diuretikum

dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli.

3. Kolkisin secara teratur diindikasikan untuk:

a. Mencegah serangan gout yang akan datang. Obat ini tidak

mempengaruhi tingginya kadar asam urat namun menurunkan

frekuensi terjadinya serangan.

b. Menekan serangan akut yang dapat terjadi akibat perubahan

mendadak dari kadar asam urat serum dalam pemakaian obat

urikosurik atau allopurinol.

16

4. Penurunan kadar urat serum

Diindikasikan pada arthritis akut yang sering dan tidak terkontrol

dengan kolkisin, terdapat endapan tofi atau kerusakan ginjal.

Tujuannya untuk mempertahankan kadar asam urat serum di bawah

6mg/dL, agar tidak terbentuk kristalisasi urat (18).

II.3.10 Pengobatan Hiperurisemia dan Gout

Pengobatan untuk penyakit gout bertujuan untuk mengurangi atau

meringankan rasa sakit, mencegah serangan berulang pada tahap lebih

lanjut dan lithiasis urat. Gambaran patofisiologis penyakit ini adalah asam

urat pada awalnya difagositosis oleh synofiosit yang kemudian

melepaskan prostaglandin, enzim lisosomal, dan interleukin-1, akibatnya

polymorphonuclear leukosit berpindah ke sela-sela jaringan dan semakin

memperluas peradangan dengan intensitas nyeri yang tinggi. Pada tahap

serangan berikutnya terjadi peningkatan jumlah mononuklear fagosit

(makrofag), mencerna kristal urat, dan melepaskan mediator inflamasi

yang lebih banyak lagi. Dari rangkaian peristiwa ini dapat disimpulkan

bahwa cara untuk mengatasi induksi inflamasi oleh kristal asam urat

adalah dengan pemberian obat yang mengurangi aktifitas leukosit (19).

a. Kolkisin

Merupakan suatu isolat alkaloid dari Colchicum autumnale. Cepat

diabsorbsi setelah pemberian oral dan kadar puncak dalam plasma

tercapai dalam 2 jam. Kolkisin secara drastis mengurangi rasa nyeri pada

serangan gout dalam 12-24 jam tanpa merubah proses metabolisme atau

17

tanpa mengekskresikan urat dan tanpa memberikan efek analgetik yang

lain. Efek antiinflamasi yang dihasilkan akibat pengikatan protein tubular

intraselular sehingga polimerisasi dicegah dan mengawali penghambatan

migrasi leukosit dan fagositosis.

Efek merugikan dari kolkisin adalah dapat menyebabkan diare,

mual, muntah, dan nyeri dibagian abdominalis. Toksisitas akut setelah

penyerapan akan dosis yang besar menyebabkan tenggorokan terbakar,

buang air besar berdarah, paling fatal jika sampai menyebabkan depresi

sistem saraf pusat. Dosis untuk pencegahan adalah 0,6 mg 1-3 kali

sehari, untuk membatasi serangan gout dosis yang biasa digunakan

adalah 0,6 atau 1,2 mg, diikuti 0,6 mg tiap 2 jam sampai rasa nyeri hilang

atau muncul rasa mual dan diare. Pemberian dosis yang optimum melalui

rute intravena bisa diberikan jika dibutuhkan, namun harus diperhatikan

jika dosis mencapai 8 mg dalam sehari bisa menyebabkan akibat yang

fatal (19).

b. Senyawa AINS

Untuk mencegah sintesis prostaglandin, indometasin dan senyawa

AINS lainnya biasa digunakan untuk menghambat proses fagositosis dari

kristal urat. Indometasin digunakan sebagai terapi awal pengganti kolkisin

dengan dosis 3-4 kali sehari 50 mg setiap 6 jam, jika ada respon, dosis

dikurangi hingga 25 mg 3-4 kali sehari selama 5 hari. Semua senyawa

AINS kecuali salisilat, aspirin, dan tolmetin dilaporkan baik dalam

mengatasi gout (19).

18

c. Senyawa Urikosurat

Probenesid dan sulfinpirazon merupakan senyawa urikosurat yang

digunakan untuk mengurangi deposit asam urat dalam tubuh untuk pasien

dengan tophycal gout dan frekuensi serangan nyeri yang tinggi. Urikosurat

adalah asam organik dimana memberikan transpor anion pada tubuls

ginjal, sedangkan sulfinpirazon adalah metabolit analog fenilbutazon (19).

Probenesid diabsorbsi sempurna dalam tubulus ginjal dan

dimetabolisme sangat lambat, sedangkan sulfinpirazon dan turunan

hidroksillatnya yang aktif diekskresikan sangat cepat, meskipun begitu

durasi efek yang diberikan setelah pemberian oral hampir sama dengan

probenesid (19).

Pemberian urikosurat mula-mula diberikan pada saat beberapa

serangan gout yang terjadi, saat terjadi tofi atau kadar asam urat dalam

plasma meningkat dan kerusakan jaringan tidak bisa dihindari, terapi ini

jangan diulang lagi 2-3 minggu setelah serangan akut (19).

Probenesid biasanya dimulai pada dosis 0,5 g perhari dalam dosis

terbagi, ditingkatkan 1 g perhari setelah satu minggu. Sulfinpirazon dimulai

pada dosis 200 mg perhari dan ditingkatkan 400 mg perhari dan lebih baik

diberikan dalam dosis tebagi untuk menghindari efek yang merugikan

pada sistem pencernaan (19).

19

Gambar 2. Kolkisin dan senyawa-senyawa urikosurat (Sumber : Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8 Salemba Medika Jakarta 2002)

d. Allopurinol

Allopurinol merupakan analog purin. Allopurinol dan metabolit

utamanya, oksipurinol bekerja dengan cara menghambat enzim xantin

oksidase, enzim yang mengubah hipoksantin menjadi xantin dan

selanjutnya menjadi asam urat.

Kolkisin

Probenesid

Sulfinpirazon

20

Allopurinol mengurangi pembentukan asam urat dengan cara

penghambatan xantin oksidase, mengurangi jumlah hipoksantin dan

xantin diubah menjadi asam urat. Cara ini menghasilkan hipoksantin

dan xantin menjadi lebih banyak, untuk digunakan kembali dalam

lingkungan metabolik purin, yang akhirnya secara mekanisme umpan

balik, mengurangi pembentukan purin baru secara keseluruhan (4).

Allopurinol dan metabolit utamanya dikeluarkan melalui ginjal,

karena allopurinol mengurangi pembentukan asam urat maka

konsentrasi garam atau asam urat pada cairan tubuh maupun air

kemih menjadi rendah..

Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila timbul

kemerahan pada kulit maka obat harus dihentikan karena gangguan

dapat menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil,

leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, atralgia dan pruritus juga

pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna kadang-kadang juga

terjadi (4). Mekanisme penghambatan pembentukan asam urat oleh

allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.

21

Gambar 3. Penghambatan sintesis asam urat oleh allopurinol (Sumber : Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8 Salemba Medika Jakarta 2002.

Dosis mula-mula untuk allopurinol adalah 100 mg per hari, namun bisa

ditingkatkan menjadi 300 mg per hari tergantung kadar asam uratnya.

Kolkisin dan senyawa AINS dapat diberikan selama satu minggu saat

terapi allopurinol untuk mencegah serangan gout yang tiba-tiba (19).

II.4 Metode Penentuan Asam Urat

Metode yang paling umum digunakan untuk penentuan asam urat

dalam serum adalah berdasarkan penggunaan enzim urikase. Asam urat

secara enzimatis dioksidasi menghasilkan hidrogen peroksida, allantoin,

dan karbondioksida (20).

22

Secara garis besar ada tiga metode yang paling umum digunakan

untuk penentuan asam urat dalam darah :

1. Metode fotometer (photometric method) yang berdasarkan pada reaksi

reduksi asam phospho-tungstic oleh asam urat memberikan warna biru

tungsten.

2. High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

3. Uricase Based Methods yaitu metode yang menggunakan kemampuan

enzim urikase dalam mengoksidasi asam urat menjadi persenyawaan

hidrogen peroksida, allantoin, dan karbondioksida (20).

II.5 Kalium Bromat (KBrO3)

Kalium bromat (KBrO3) adalah senyawa kimia berbentuk serbuk

hablur putih yang larut dalam air. Kalium bromat merupakan senyawa

oksidator yang bersifat karsinogenik. Senyawa ini merupakan bahan

pengoksidasi. Dahulu kalium bromat (KBrO3) biasa digunakan sebagai zat

tambahan pada makanan, digunakan pada pengempal tepung, namun

pada zaman sekarang sudah dilarang penggunaannya pada makanan

karena sifatnya yang karsinogenik (21).

Meskipun efek merugikan terhadap hewan percobaan belum jelas

tapi sudah dibuktikan bahwa pemberian KBrO3 secara oral dalam dosis

yang tinggi dapat bersifat karsinogenik dan bersifat nefrotoksis baik pada

tikus dan manusia (21). Kalium bromat bisa menginduksi peningkatan

kadar asam urat dalam darah dengan cara mempercepat metabolisme

purin melalui peningkatan aktivitas xantin oksidase (XO) (22).

23

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala

100 ml, gelas ukur 10 ml, humalyzer junior, labu tentukur 100 ml,

mikropipet, mortir dan stamper, sentrifuge, spoit injeksi, spoit oral, tabung

darah, timbangan analitik, timbangan hewan dan timbangan gram.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah

merah (Pandanus conoideus L.), larutan Natrium CMC 1% b/v, kalium

bromat (KBrO3), tablet allopurinol, dan reagen untuk analisis asam urat.

III.2 Pengambilan dan Penyiapan Sampel

Sampel buah merah (P. conoideus L.) diperoleh dari pasar Jibama,

Kabupaten Wamena, Provinsi Papua. Sampel dipetik, dibersihkan, dan

dikeluarkan empulurnya, kemudian dipotong.

III.3 Penyiapan Minyak Buah Merah

Pembuatan minyak buah merah dimulai dengan memilih buah

yang matang. Selanjutnya, buah dibelah dan empulurnya dikeluarkan, lalu

daging buah dipotong-potong dan dicuci bersih. Daging buah dikukus

selama 1−1,50 jam, dan setelah matang atau lunak diangkat dan

didinginkan. Irisan buah matang ditambah sedikit air lalu diremas dan

diperas hingga menjadi pasta. Pasta lalu disaring untuk memisahkan

ampas biji dari pasta selanjutnya dilakukan proses perebusan bertingkat.

24

Perebusan bertingkat dilakukan dengan cara merebus sisa pasta yang

sebelumnya diperoleh dari hasil perasan buah merah yang telah dikukus

selama 1-1,5 jam dan telah dipisahkan dari bijinya. Perebusan bertingkat

pasta dilakukan hingga terbentuk atau timbul minyak berwarna hitam pada

permukaannya. Proses pemisahan minyak murni dilakukan dengan

mendiamkan selama 1 hari (settling) hasil perebusan pasta hingga

minyak terpisah secara total dari air dan sisa pasta (11).

. III.4 Penyiapan Bahan Penelitian

III.4.1 Penyiapan Suspensi Allopurinol 0,093% b/v

Sebanyak 20 tablet allopurinol ditimbang dan dihitung bobot rata-

ratanya, kemudian tablet digerus hingga menjadi serbuk. Sebanyak 284,9

mg serbuk tablet yang setara dengan 93,3 mg allopurinol dimasukkan ke

dalam lumpang, kemudian ditambahkan larutan koloidal Natrium CMC

1% b/v sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen, lalu dimasukkan

ke dalam labu tentukur 100 ml dan volumenya dicukupkan dengan

Natrium CMC 1% b/v hingga 100 ml. (Cara perhitungan dapat dilihat pada

lampiran II).

III.4.2 Penyiapan Larutan Koloidal Na CMC 1 % b/v

Natrium CMC sebanyak 2 g dimasukkan sedikit demi sedikit ke

dalam air suling panas (suhu 70C) sambil diaduk dengan pengaduk

elektrik hingga terbentuk larutan koloidal dan volumenya dicukupkan

hingga 200 ml dengan air suling.

25

III.4.3 Penyiapan Kalium bromat (KBrO3)

Kalium bromat sebanyak 5,55 g dimasukkan ke dalam lumpang, lalu

ditambahkan air suling secukupnya, digerus hingga homogen dan

dicukupkan volumenya hingga 250 ml dengan air suling. (Cara

perhitungan dapat dilihat pada lampiran III)

III.5 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah kelinci jantan sebanyak 15 ekor

dengan bobot badan 1,5 – 2 kg yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan

yaitu kelompok 1 (kontrol negatif) yang diberi suspensi Natrium CMC 1%,

kelompok 2 (kontrol positif) yang diberi allopurinol 0,093% b/v, kelompok 3

diberi minyak buah merah sebanyak 5 ml/2kgBB, kelompok 4 diberi

minyak buah merah sebanyak 10 ml/2kgBB, dan kelompok 5 diberi

minyak buah merah sebanyak 20 ml/2kgBB.

III.6 Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Sebelum perlakuan, semua kelinci terlebih dulu dipuasakan selama

3-4 jam. Setelah itu berat badannya ditimbang dan dikelompokkan.

Kemudian sampel darah awal diambil sebanyak 1 ml pada telinga kelinci

(vena marginalis) dan disentrifuge untuk mendapatkan serum, selanjutnya

diukur kadar asam urat awal. Setelah itu semua kelinci diinduksi kenaikan

kadar asam urat dengan pemberian kalium bromat (KBrO3) dengan dosis

per oral sebesar 111 mg/kg BB kelinci. Setelah 72 jam, sampel darah

diambil sebanyak 1 ml pada telinga kelinci (vena marginalis), disentrifuge

26

untuk mendapatkan serum dan diukur kadar asam urat. Selanjutnya

masing-masing kelompok diberi perlakuan per oral. Kelompok I sebagai

kontrol negatif diberi larutan koloidal Natrium CMC 1% b/v, kelompok II;

kelompok III; dan kelompok IV sebagai kelompok perlakuan masing-

masing diberi minyak buah merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB,

10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB dan kelompok V sebagai kontrol positif

diberi suspensi allopurinol 0,093% b/v. Setelah itu, sampel darah diambil

sebanyak 1 ml pada telinga kelinci (vena marginalis) setelah 1 jam

perlakuan dan 3 jam perlakuan lalu disentrifuge untuk mendapatkan

serum, kemudian diukur kadar asam urat setelah perlakuan.

III.7 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Darah

Cuplikan darah yang diperoleh (1ml) disentrifuge selama 10 menit,

akan diperoleh larutan supernatan yang kemudian diukur kadar asam

uratnya menggunakan Humalyzer junior.

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Hasil pengamatan kadar asam urat setelah pemberian minyak buah

merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10 ml/2kgBB, 20 ml/2kgBB

dibandingkan dengan kontrol negatif (Natrium CMC 1% b/v) dan kontrol

positif (allopurinol 0,093% b/v) pada kelinci, disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Perubahan Kadar Asam Urat Darah Kelinci Yang Diberi Perlakuan Dengan Minyak Buah Merah, Dibandingkan Dengan Kontrol

Perlakuan

Replikasi

Kadar asam urat (mg/dL)

Perubahan

Kadar setelah 3 jam (mg/dL)

Awal Setelah Induksi

3 Jam Setelah Perlakuan

Kontrol Negatif

(Natrium CMC 1 %

b/v)

1 0,70

2,30

2,10

0,20

2 0,90 2,10 1,90 0,20 3 0,90 2,20 2,00 0,20

Rata-rata 0,85 2,20 2,00 0,20 Minyak Buah

Merah 5 ml

1 0,80 1,90 1,20 0,70 2 0,80 1,90 1,10 0,80 3 0,70 1,50 1,00 0,50

Rata-rata 0,76 1,76 1,10 0,66 Minyak Buah

Merah 10 ml

1 0,90 2,30 1,00 1,30

2 0,80 2,00 0,80 1,20 3 0,90 2,00 1,00 1,00

Rata-rata 0,86 2,10 0,93 1,16 Minyak Buah

Merah 20 ml

1 0,90 2,80 0,90 1,90 2 0,70 2,30 0,60 1,70 3 0,50 2,20 0,60 1,60

Rata-rata 0,70 2,43 0,70 1,73 Kontrol Positif

(Alopurinol 0,093%

b/v)

1 0,60 1,90 0,70 1,20 2 0,70 2,00 0,70 1,30 3 0,90 2,10 0,90 1,20

Rata-rata 0,73 2,00 0,77 1,23

28

Gambar 4. Grafik nilai rata-rata penurunan kadar asam urat kelinci setelah perlakuan dibanding dengan kontrol.

IV.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) terhadap penurunan kadar

asam urat darah kelinci (Oryctolagus cuniculus). Minyak buah merah

(Pandanus conoideus L.) diperoleh melalui ekstraksi dengan cara

perebusan bertingkat (wet rendering) dan pemisahan minyak dari air dan

pasta dilakukan dengan cara didiamkan selama waktu tertentu (settling).

Perebusan bertingkat dilakukan dengan cara merebus sisa pasta yang

sebelumnya diperoleh dari hasil perasan buah merah yang telah dikukus

selama 1-1,5 jam dan telah dipisahkan dari bijinya. Perebusan bertingkat

pasta dilakukan hingga terbentuk atau timbul minyak berwarna hitam pada

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Kontrol Positif Kontrol Negatif Minyak Buah Merah 5 ml

Minyak Buah Merah 10 ml

Minyak Buah Merah 20 ml

Nila

i Rat

a-ra

ta P

enur

unan

Kad

ar A

sam

Ura

t (m

g/dL

)

29

permukaannya. Proses pemisahan minyak murni dilakukan dengan

mendiamkan selama 1 hari (settling) hasil perebusan pasta hingga

minyak terpisah secara total dari air dan sisa pasta (11).

Penelitian ini adalah studi eksperimental, menggunakan hewan

kelinci jantan dengan bobot antara 1,5 – 2 kg. Dibagi dalam 5 kelompok,

masing-masing terdiri dari 3 ekor kelinci. Sebelumnya seluruh kelinci

diperiksa kadar asam urat awalnya dengan tujuan untuk mengetahui

kadar asam urat kelinci pada keadaan normal, kemudian diinduksi untuk

menaikkan kadar asam urat menggunakan kalium bromat (KBrO3) 111

mg/kgBB selama 72 jam. Mekanisme kerja dari kalium bromat (KBrO3)

dalam menaikkan kadar asam urat darah dengan cara mempercepat

metabolisme purin melalui peningkatan aktivitas xantin oksidase (XO)

(22). Kalium bromat merupakan senyawa oksidator, dimana dapat

berbahaya untuk DNA. Kelebihan KBrO3 dapat menyebabkan toksisitas

pada ginjal dan kerusakan ginjal (23). Seluruh kelinci percobaan yang

telah diinduksi dengan menggunakan kalium bromat, dibagi menjadi 5

kelompok, dimana kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan Natrium

CMC 1% b/v, kelompok II; kelompok III; dan kelompok IV sebagai

kelompok perlakuan masing-masing diberikan minyak buah merah

(Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB; 10

ml/2kgBB; 20 ml/2kgBB, serta kelompok ke-V sebagai kontrol positif

diberikan suspensi allopurinol 0,093% b/v. Kemudian diukur kadar asam

urat darah untuk mengetahui efek pemberian masing-masing perlakuan.

30

Metode pengukuran kadar asam urat yang digunakan pada penelitian ini

adalah metode enzimatik dengan menggunakan alat Humalyzer Junior.

Mekanisme yang terjadi adalah asam urat dioksidasi oleh enzim urikase

dengan bantuan H2O dan O2 menjadi allantoin, karbondioksida dan

hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan bereaksi

dengan suatu reagen asam urat menghasilkan kuinonimin yang berwarna

merah violet dimana reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim peroksidase

(POD) (20). Pada penelitian ini digunakan kontrol positif suspensi

allopurinol. Allopurinol merupakan analog purin yang efektif sekali untuk

menormalkan kadar asam urat dalam darah dan kemih yang meningkat

(17). Obat ini bekerja dengan menghambat enzim xantin oksidasi, enzim

yang mengubah hipoxantin menjadi xantin yang selanjutnya menjadi asam

urat. Melalui mekanisme umpan balik, allopurinol menghambat sintesis

purin yang merupakan prekursor xantin. Allopurinol sendiri mengalami

biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi alloxantin. Allopurinol

80% diabsorbsi setelah pemberian oral dan memiliki durasi efek yang

cukup sekali dalam sehari(19).

Dari data pengamatan menunjukkan bahwa nilai penurunan kadar

asam urat pada minyak buah merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB,

10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB masing-masing sebesar 0,66 mg/dL, 1,16

mg/dL, dan 1,73 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan volume

pemberian minyak pada dosis pemberian 5 ml – 20 ml/2kgBB

memperlihatkan adanya kenaikan nilai penurunan kadar asam urat, dan

nilai penurunan kadar asam urat terbesar terdapat pada dosis pemberian

31

20 ml/2kgBB, tetapi nilai penurunan kadar asam urat pada dosis

20 ml/2kgBB ini telah melebihi nilai penurunan kadar asam urat pada

kontrol positif allopurinol 0,093% b/v sehingga kemungkinan terjadinya

toksisitas, karena telah menyebabkan kematian pada hewan coba 24 jam

setelah perlakuan. Sedangkan persentase penurunan kadar asam urat

pada dosis pemberian 10 ml/2kgBB inilah yang hampir setara dengan

kontrol positif. Data pengamatan untuk kadar asam urat setelah induksi

memperlihatkan hasil yang kurang maksimal atau kenaikan yang kurang

signifikan, hal ini disebabkan oleh faktor kondisi fisik dari kelinci tersebut,

dimana ketika kelinci memperoleh tekanan dari lingkungan luar atau

stress, kelinci akan mengalami diuresis yaitu sering mengeluarkan urin.

Asam urat yang berlebih dalam darah sebagai akibat penginduksian

KBrO3 akan masuk kedalam ginjal dan kemudian akan keluar bersama

urin. Hal ini yang mempengaruhi kurang maksimalnya hasil pengukuran

kadar asam urat darah kelinci setelah induksi.

Berdasarkan hasil analisis data pengamatan dengan menggunakan

metode Analisis Sidik Ragam (ASR) (Lampiran IV) menunjukkan bahwa

setiap perlakuan memberikan perbedaan yang sangat nyata. Minyak buah

merah (Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10

ml/2kgBB, 20 ml/2kgBB dan kontrol positif (allopurinol 0,093% b/v)

memperlihatkan adanya nilai penurunan kadar asam urat jika

dibandingkan dengan kontrol negatif (Natrium CMC 1% b/v). Hal ini berarti

antara kontrol positif (allopurinol 0,093% b/v) dan pemberian minyak buah

merah dengan dosis pemberian 10 ml/2kgBB memberikan nilai penurunan

yang hampir setara.

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang

telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) memperlihatkan adanya nilai

penurunan kadar asam urat pada dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10

ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB, kenaikan volume pemberian menunjukkan

adanya kenaikan nilai penurunan kadar asam urat.

2. Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) dosis pemberian 20 ml/2kgBB

memberikan efek penurunan yang lebih besar dibanding allopurinol,

sehingga kemungkinan memberikan efek toksik.

3. Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 10

ml/2kgBB memperlihatkan nilai penurunan asam urat yang hampir setara

dengan allopurinol 0,093% b/v, dimana pada analisis data yang dilakukan

diperoleh hasil yang non signifikan antara volume pemberian 10 ml dan

kontrol positif allopurinol 0,093% b/v.

V.2 Saran

Sebaiknya dilakukan isolasi senyawa aktif buah merah (Pandanus

conoideus L.) yang dapat menurunkan kadar asam urat dan dilakukan uji

toksisitas minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) terhadap hewan

coba kelinci jantan.

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Harjanti, TR. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap kadar

Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih. 2006. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

2. Utami, WI. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur BALB-C Yang Diinduksi Dengan Kalium Oksanat. 2008. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

3. Prince, SA, dan Wilson, LM. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol 2 Ed 6. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. 2006. Hal 1402.

4. Mycek, MJ, Harvey R.A, Champe P.C, & Fisher B.D. Farmakologi Ulasan

Bergambar. Ed 2. Jakarta. Widya Medika. 2001. Hal. 419.

5. Ganiswarna, GS. Farmakologi dan Terapi. Ed 4. Jakarta. Gaya Baru. 1995. Hal. 221

6. Ismiyatun, S. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sidaguri Terhadap Kadar Enzim AST dan ALT Pada Darah Tikus Putih. 2006. Universitas Negeri Semarang.

7. Retnomurti, H. Pengujian Toksisitas Akut Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) Secara In Vivo. 2008. Institut Pertanian. Bogor.

8. Wiryanta, WTB. 2005. Keajaiban Buah Merah ; Kesaksian dari mereka yang tersembuhkan. Agromedia Pustaka. Jakarta

9. Made, IB dan Paimin, RF. Buah Merah. 2005. Penerbit Swadaya. Jakarta.

10. Limbongan, J. Peluang Pengembangan Buah Merah (Pandanus conoideus

Lamk.) Di Provinsi Papua. 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar.

11. Wijaya, H. Kajian Standar Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus). 2009.

Prosiding PPI Standardisasi. Jakarta.

34

12. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia. ed. 4 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal. 4, 6 ,8,12.

13. Misnadiarly. Rematik: Asam Urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. Pustaka Obat. Jakarta. 2007. Hal.10.

14. Horison AA. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran

EGC.Yogyakarta. 2000. Hal. 85 15. Kurniastuty, Arie. Pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol 70%

herba meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan galur BALB-C hiperurisemia. 2008. Universitas Muhammadiah. Surakarta.

16. Rodwell VW. Biokimia Harper. Ed.25. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 2001.Hal.366.

17. Tan HT dan Rahardja K. Obat-obat Penting,Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Ed.5. PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta. 2002. Hal. 319, 321-322.

18. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Penerbit Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2001. Hal. 542. 19. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed.8. Salemba Medika. Jakarta.

2002. Hal. 487. 20. Zhao Y, Yang X, Lu W, Hong L. Uricase Based Methods for Determination of

Uric Acid in Serum. Review Article. [serial on the internet]. 2008. [cited 2009 March 29]. 10. [6screens]. Available from http://www.springerlink.com.

21 Kurokawa Y, Maekawa A, Takahashi M, and Hayashi Y. Toxicity and

Carcinogenicity of Potassium Bromated-a New Renal Carcinogen. Ehp environmental health. 1990. [cited 2009 November 29]. 51. [6 screens]. Available from http://www.springerlink.com.

22 Watanabe S, Tajima Y, Yamaguchi T, Fukui T. Potassium Bromate-Induced

Hyperuricemia Stimulates Acute Kidney Damage Oxidative Stress. Journal of Health Science. [serial on the internet]. 2004. [cited 2009 august 10]. 50. [6 screens]. Available from http://www.springerlink.com.

23. Jaloszynski P, Murata S, Shinkai Y, Takahashi S, Kumagai Y, Nishimura S

and Yamamoto M. Dysfunction of Nrf2 Decreases KBrO3-Induced Oxidative DNA Damage in Ogg1-Null Mice. Journal of Health Science. [serial on the internet]. 2005. [cited 2010 February 7]. 50. [6 screens]. Available from http://www.springerlink.com.

35

LAMPIRAN I

SKEMA KERJA

Diukur kadar asam urat awal Diberikan KBrO3 111 mg/kgBB Kadar Asam Urat diukur

Diberikan secara oral

Diberikan secara oral

Diberikan secara oral

Dibersihkan, dipotong, dikukus, diperas, dimasak, didiamkan

Kelinci jantan 15 ekor

Pemeliharaan

Penimbangan

Dipuasakan

Dikelompokkan

Buah Merah (Pandanus conoideus L.)

Minyak Buah Merah

Minyak buah merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB,

10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB

Perlakuan

Kontrol Negatif Na CMC 1 % b/v

Minyak buah merah 5 ml/2kgBB

Minyak buah merah 20 ml/2kgBB

Data

Pembahasan

Kesimpulan

Kelompok I Kelompok III Kelompok V Kelompok II Kelompok IV

Kontrol Positif Allopurinol 0,093%

b/v

Minyak buah merah 10 ml/2kgBB

Diberikan secara oral

Diberikan secara oral

36

LAMPIRAN II

PERHITUNGAN DOSIS PEMBERIAN ALLOPURINOL

1. Perhitungan Suspensi Allopurinol

Dosis allopurinol untuk manusia : 100 mg

Faktor konversi dari manusia ke kelinci : 0,07 (untuk kelinci 1,5 kg)

Volume pemberian per oral : 10 ml (untuk kelinci 2 kg)

Dosis allopurinol untuk 1,5 kg BB kelinci = 100 mg x 0,07

= 7 mg

2 Dosis allopurinol untuk 2 kg BB kelinci = X 7 mg 1,5

= 9,33 mg/10 ml

= 0,00933 g/10 ml x 100 %

= 0,093%

2. Penimbangan Allopurinol

Dibuat sebanyak 100 ml suspensi allopurinol sehingga allopurinol yang

dibutuhkan sebanyak = 0,0933 g/100 ml x 100 ml = 0,0933 g= 93,3 mg

Bobot 20 tablet allopurinol = 6,109 g = 6109 mg

= 6109 mg/20 tablet

= 305,4 mg/tablet

Bobot yang ditimbang = (93,3 mg/100 mg) x 305,4 mg

= 284,9 mg

37

LAMPIRAN III

PERHITUNGAN PEMBERIAN DOSIS KBrO3

1. Perhitungan Larutan KBrO3

Dosis KBrO3 untuk kelinci = 111 mg/kg BB

Volume pemberian per oral = 10 ml (untuk kelinci 2 kg)

Dosis KBrO3 untuk 2 kg BB kelinci = 2 x 111

= 222 mg/10 ml

Dibuat larutan KBrO3 = 2,22 g/100 ml

= 2,22%

2. Penimbangan KBrO3

Dibuat sebanyak 250 ml larutan KBrO3 sehingga KBrO3 yang

dibutuhkan sebanyak = 2,22 g/100 ml x 250 ml = 5,55 g = 5550 mg

Dosis pemberian untuk kelinci dengan berat 1,5 kg BB kelinci

Volume larutan KBrO3 untuk 1,5 kg BB kelinci =1,5/2 kg x 10 ml

=7,5 ml (111 mg KBrO3)

38

LAMPIRAN IV

ANALISIS STATISTIK DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH TERHADAP NILAI

PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI

Perlakuan Replikasi

Total Rata-rata 1 2 3

NaCMC 1% b/v (Kontrol negatif) 0,2 0,2 0,2 0,6 0,2

Minyak Buah Merah 5 ml 0,7 0,8 0,5 2,0 0,6

Minyak Buah Merah 10 ml 1,3 1,2 1,0 3,5 1,1

Minyak Buah Merah 20 ml 1,9 1,7 1,6 5,2 1,7 Allopurinol 0,933% b/v (Kontrol positif) 1,2 1,3 1,2 3,7 1,2

Total 5,3 5,2 4,2 15,0 4,8

Analisis Sidik Ragam (ASR)

A. Sumber Keragaman

Sumber Keragaman adalah :

1. Perlakuan (P)

2. Kesalahan/Galat (G)

3. Total Percobaan (T)

B. Perhitungan Derajat Bebas (Db)

1. DbT = (r.t) - 1 = (3 x5) – 1 = 14

2. DbP = t – 1 = 5 – 1 = 4

3. DbG = DbT – DbP = 14 – 4 = 10

39

C. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

1. Faktor Koreksi (FK)

FK = r.t

Tij2

= 3x515 2

= 15225 = 15

2. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

JKP = r

2TP – FK

= 3

23,7 25,2 23,5 + 22,0 + 20,6 - 15

= 4,11

3. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT = T(Yij2) – FK

= (0,22 + 0,22 + 0,22 + . . . + 1,22) – 15

= 19,26 – 15

= 4,26

4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JKG = JKT – JKP

= 4,26 – 4,11

= 0,15

D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)

1. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

KTP = DbPJKP =

44,11

= 1,02

40

2. Kuadrat Tengah Galat (KTG)

KTG = = 10

0,15

= 0,015

E. Perhitungan Distribusi F (Fh)

1. Fh Perlakuan

Fh=KTGKTP =

0,0151,027 = 68,46

F. Perhitungan Koefisien Keragaman KK

KK = x100%γ

KTG

= x100%1

0,015

= 12,24 %

Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam pengaruh sampel terhadap penurunan kadar asam urat.

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah Fh

Ft 5% 1%

Perlakuan 4 4,11 1,027 68,46** 3,48 5,99 Galat 10 0,15 0,015 Total 14 4,26

Keterangan: (**) Sangat signifikan ( * ) Signifikan ns Tidak signifikan Pemberian minyak buah merah berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kadar asam urat kelinci. Karena nilai koefisien keragaman (KK) besar yakni 12,24 % maka akan dilanjutkan dengan analisis uji beda jarak nyata Duncan.

DbGJKG

41

Uji Beda Nyata Jarak Duncan (Uji BNJD)

JNTD = P(p.v). yS

yS = r

KTG

yS = 3015.0

yS = 0,07

JNTD0,05 = P0.05(p.10). 0,07

JNTD0,01 = P0.01(p.10). 0,07

Tabel 4. Perbandingan rata-rata keragaman sediaan uji

Ket : **= Berbeda sangat nyata (sangat signifikan) * = Berbeda nyata (signifikan) ns= Tidak signifikan Dosis 10 ml dengan kontrol positif tidak berbeda nyata Dosis 20 ml jauh lebih besar daripada kontrol positif sehingga perlu di-lakukan uji toksisitas.

SEDIAAN UJI RATA-RATA

BEDA NYATA PADA JARAK P= 2 3 4 5

Kontrol Negatif 0,2 Minyak buah merah 5 ml 0,6 0,4** Minyak buah merah 10 ml Kontrol Positif

1,1 1,2

0,5**

0,1ns 0,9**

0,6** 1** Minyak buah merah 20 ml 1,7 0,5** 0,6** 1,1** 1,5** P0.05(10) 3,26 3,39 3,47 3,52 P0.01(10) 4,24 5,00 5,14 5,4 JNTD 0.05 (P.10) = P.Sy 0,23 0,24 0,24 0,25 JNTD 0.01 (P.10) = P.Sy 0,29 0,35 0,36 0,38

42

LAMPIRAN V

FOTO DAN GAMBAR

Gambar 5. Alat Pengukur Kadar Asam Urat (Humalyzer)

43

Gambar 6. Serum Kelinci

Gambar 7. Alat Sentrifuge

Gambar 8. Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus L.)