Juliastuti, H : Ekstrak Etanol Kacang Tanah... - Medika Kartika
PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma ...
PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma cottonii)
DAN ALGA COKLAT (Sargassum sp.) TERHADAP KADAR MDA
(MALONDIALDEHID) DAN SOD (SUPEROKSIDA DISMUTASE) TIKUS
YANG DIINDUKSI STRES OKSIDATIF DENGAN KONSUMSI DIET
TINGGI LEMAK
EFFECTS OF RED ALGAE (EUCHEUMA COTTONII) AND BROWN
ALGAE (SARGASSUM SP.) ETHANOLIC EXTRACT ON
MALONDIALDEHYDE AND SUPEROXIDE DISMUTASE LEVEL IN
OXIDATIVE-STRESS INDUCED RATS WITH OVER-CONSUMPTION OF
HIGH FAT DIET
ROUDHOTUL JANNAH
145100107111016
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
jl. Veteran Malang, 65145
i
Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma Cottonii) dan Alga Coklat
(Sargassum Sp.) terhadap Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD
(Superoksida Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan
Konsumsi Diet Tinggi Lemak
SKRIPSI
Oleh:
ROUDHOTUL JANNAH
145100107111016
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul TA :Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma
Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap
Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida
Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan
Konsumsi Diet Tinggi Lemak
Nama Mahasiswa : Roudhotul Jannah
NIM : 145100107111016
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Mengetahui,
Pembimbing I,
Dr. Siti Narsito Wulan, STP, MP, MSc
NIP. 197312251999032001
Tanggal Persetujuan :
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul TA :Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma
Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap
Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida
Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan
Konsumsi Diet Tinggi Lemak
Nama Mahasiswa : Roudhotul Jannah
NIM : 145100107111016
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Dosen Penguji I,
Dr. Erryana Martati, STP, MP
NIP. 196911261999032003
Dosen Penguji I,
Jaya Mahar Maligan, STP, MP
NIP. 198201142008121003
Dosen Penguji III,
Dr. Siti Narsito Wulan, STP, MP, MSc
NIP. 197312251999032001
Ketua Jurusan
Prof. Dr. Teti Estiasih, STP, MP
NIP. 19701226 200212 2 001
Tanggal Persetujuan :
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Roudhotul Jannah
NIM : 145100107111016
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Judul Skripsi :Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma
Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap
Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida
Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan
Konsumsi Diet Tinggi Lemak
Menyatakan bahwa,
Skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia
dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Topik penelitian ini adalah sebagai salah satu bagian dari penelitian mandiri Dr.
Siti Narsito Wulan, STP, MP, MSc yang berjudul βPotensi Alga Merah
(Eucheuma cottoni) dan Alga Cokelat (Sargassum sp.) Indonesia untuk
Pencegahan dan Terapi Inflamasi Sistemik dan Penyakit Degeneratifβ
Malang, 17 Februari 2019 Pembuat Pernyataan Roudhotul Jannah NIM. 145100107111016
v
ROUDHOTUL JANNAH. 145100107111016. Pengaruh Ekstrak Etanol Alga
Merah (Eucheuma Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap
Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida Dismutase) Tikus yang
Diinduksi Stres Oksidatif dengan Konsumsi Diet Tinggi Lemak. Tugas
Akhir. Pembimbing : Dr. Siti Narsito Wulan, STP., MP., MSc
RINGKASAN
Masyarakat di Indonesia cenderung mengabaikan dampak buruk dari
mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Perlemakan berlebih menyebabkan stres
oksidatif melalui peningkatan produksi radikal bebas terutama oksigen reaktif
(ROS). Senyawa radikal bebas dapat ditangkal oleh antioksidan endogenous,
namun jika radikal bebas terlalu banyak, maka diperlukan antioksidan dari luar
tubuh. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfatkan sebagai
pangan fungsional contohnya algaE. cottonii dan Sargassum sp yang memiliki
kandungan antioksidan cukup tinggi. Antioksidan dalam alga dapat diperoleh
secara maksimal melalui proses ekstraksi, salah satunya adalah Microwave
Assisted Extraction (MAE).
Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan terhadap pengaruh pemberian
ekstrak alga merah dan coklat terhadap kadar malondialdehid (MDA), kadar
superoxide dismutase (SOD) serum darah, histologi liver dan histologi jaringan
adiposa tikus yang diinduksi stres oksidatif melalui pemberian pakan yang
mengandung tinggi lemak. Tikus dibagi empat (4) kelompok dengan perlakuan
pakan: pakan standar (tikus normal), pakan tinggi lemak (tikus stres oksidatif),
pakan tinggi lemak + ekstrak E. cottonii dan pakan tinggi lemak + ekstrak
Sargassum sp. Perlakuan diberikan selama 28 hari, dan pada akhir percobaan,
tikus dilakukan euthanasia dan diambil darah dari jantung untuk analisis MDA,
SOD, histologi liver dan histologi jaringan adiposa.
Hasil penelitian menunjukkan total fenol pada E.cottonii yaitu 113,16 Β±
16,82 mg PGE/ g ekstrak sedangkan pada Sargassum sp. yaitu 119,74 Β± 35,51
mg PGE/ g ekstrak. Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak tanpa diberikan
ekstrak alga memiliki kadar MDA paling tinggi yaitu2,67 Β± 0,39 ng/100 Β΅L.
Pemberian eksrak E. cottoni menghasilkan kadar MDA yang tidak berbeda nyata
yaitu 2,57 Β± 0,15 ng/100 Β΅L. Sedangkanekstrak Sargassum sp. menghasilkan
kadar MDA lebih rendah yaitu 2,06 Β± 0,19 ng/100 Β΅L. Sebaliknya untukSOD
serum paling rendah yaitu 16,79 Β± 6,48unit/100 Β΅L pada tikus tinggi lemak tanpa
ekstrak. Kelompok ekstrak E.cottoni memiliki SOD yang tidak berbeda nyata
yaitu 22,19 Β± 0,88 unit/100 Β΅L. Sedangkan ekstrak Sargassum sp. memiliki SOD
lebih tinggi yaitu 32,70 Β± 8,51 unit/100 Β΅L. Kadar MDA tikus pakan standar
(normal) adalah yang paling rendah 1,38 Β± 0,17 ng/100 Β΅L dan SOD paling tinggi
46,43 Β± 4,67 unit/100 Β΅L.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
E.cottonii dan ekstrak Sargassum sp.memiliki kadar MDA yang rendah,SOD
serum lebih tinggi pada tikus yang diinduksi stres oksidatif dengan konsumsi diet
tinggi lemak serta dapat sedikit perlemakan pada jaringan adiposa dan hati.
Kata Kunci : Ekstrak alga merah, Ekstrak alga coklat, Diet tinggi lamak, Stres Oksidatif
vi
ROUDHOTUL JANNAH. 145100107111016. Effects of Red Algae (Eucheuma
cottonii) and Brown Algae (Sargassum sp.) Ethanolic Extract on
Malondialdehyde and Superoxide Dismutase Level in Oxidative-Stress
Induced Rats with Over-Consumption of High Fat Diet. Bachelor Thesis.
Supervisor: Dr. Siti Narsito Wulan, STP., MP., MSc
SUMMARY
Indonesians tend to ignore the adverse effects of consuming high-fat
foods. Excess fat causes oxidative stress through increased production of free
radicals, especially reactive oxygen species (ROS). Free radical compounds can
be resisted by endogenous antioxidants, howeverexcessive free radicals
antioxidants from outside the body are needed. Indonesia is rich in natural
resources that can be used as functional food, for example E. cottonii and
Sargassum sp algae which have high antioxidant content. Antioxidants in algae
can be obtained efficiently through the extraction process, such as Microwave
Assisted Extraction (MAE).
The purpose of this study is to observe the effect of red and brown algae
extracts on malondialdehyde (MDA) content, superoxide dismutase (SOD)
content of blood serum, liver and mouse adipose tissue histology induced by
oxidative stress through feeding feed containing high fat. Mice were divided into
four (4) groups with feeding treatment as follows: standard feed (normal mice),
high-fat feed (oxidative stress mice), high-fat feed + E. cottonii extract, and high-
fat feed + extract of Sargassum sp. The treatment was given for 28 days, and at
the end of the experiment, mice were euthanized and their blood was taken from
the heart for MDA and SOD analysis, liver and adipose tissue histology.
The experiment result showed that phenol total content inE.cottonii was
113,16 Β± 16,82 mg PGE/ g extract,whereas inSargassum sp. was 119,74 Β± 35,51
mg PGE/ g extract. The mice group with high-fat diet without algae extract had
the highest MDA content of 2,67 Β± 0,39 ng/100 Β΅L. E. cottoniextract treatment
produced MDA content which were not significantly different of2,57 Β± 0,15 ng/100
Β΅L. WhileSargassum sp.extract produced lower MDA content of2,06 Β± 0,19
ng/100 Β΅L. In contrast, for lowest content of SOD serum was 16,79 Β±
6,48unit/100 Β΅L from high-fat diet without algae extract mice group. Whereas the
mice group treated with E.cottoniextract had SOD serumwhich was not
significantly different, which was 22,19 Β± 0,88 unit/100 Β΅L. WhileSargassum sp.
extract has higher SOD content of 32,70 Β± 8,51 unit/100 Β΅L. MDA content for
mice with standard feeding (normal) is the lowest for 1,38 Β± 0,17 ng/100 Β΅L
andhighest serum SOD content of 46,43 Β± 4,67 unit/100 Β΅L.
Based on this study, it can be concluded that the treatment ofE.cottoniiand Sargassum sp.extracts gives lower MDA content and higher SOD serum content
on oxidative stress-induced mice by consuming high-fat diet and can be slightly fatty in adipose tissue and liver.
Keywords : Brown Algae Extract, Oxidative-Stress, Red Algae Extract, High Fat Diet
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepadaAllah Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan anugerah - Nya penulis dapat menyelesaikan laporanskripsi yang berjudul
βPengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma Cottonii) dan Alga Coklat
(Sargassum Sp.) terhadap Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida
Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan Konsumsi Diet Tinggi
Lemakβ dengan baik. Tak lupa penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Kedua Orang tuadan segenap keluarga yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan yang terbaik.
3. Prof. Dr. Teti Estiasih, STP., MP. selaku Ketua Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
4. Dr. Siti Narsito Wulan, STP, MP, MScselaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
5. Dr. Erryana Martati STP., MP dan Bapak Jaya Mahar Maligan, STP.
MP selaku dosen penguji
6. Tim tikusku(Fera, Yvette,Kitty, Dinan, dan Astrid) sebagai teman
senasib sepenanggungan dalam mengerjakan penelitian ini.
7. Ricky Kurniawan
8. Azizah, Devita, Deva sebagai teman yang selalu mengingatkan untuk
segera mengerjakan laporan ini
9. Semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan
ini.
Demikian laporan yang dapat saya sampaikan, saya mengucapkan terima kasih.
Malang, 17 Februari 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. iv
RINGKASAN ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB IPENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
1.5 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 3
BAB IIMETODE PENELITIAN .............................................................................. 4
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................... 4
2.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 4
2.3 Metode Penelitian ....................................................................................... 6
2.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 7
2.4.1 Proses Pengeringan Alga ................................................................ 7
2.4.2 Proses Ekstraksi Alga E. cottonii dan Sargassum sp ....................... 7
2.4.3 Analisis Kimia dan Senyawa Bioaktif Sampel .................................. 8
2.4.4 Perhitungan Dosis Ekstrak .............................................................. 8
2.4.5 Pembuatan Pakan Hewan Coba.................................................... 10
2.4.6 Pengujian In Vivo .......................................................................... 11
2.5Analisis data .............................................................................................. 14
2.6 Diagra Alir ................................................................................................ 14
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 18
3.1Karakteristik Bahan Baku .......................................................................... 18
3.2Kadar Total Fenol Ekstrak Alga ................................................................. 21
3.3Konsumsi Pakan Tikus Wistar ................................................................... 23
3.4Berat Badan Tikus ..................................................................................... 25
3.5Kadar MDA dan SOD Serum Darah Tikus ................................................. 27
3.6Analisis Hispatologi Hati Tikus................................................................... 30
3.7Analisis Jaringan Adiposa Tikus ................................................................ 32
ix
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 34
4.1Kesimpulan ............................................................................................... 34
4.2Saran ...................................................................................................... 34
Daftar Pustaka ................................................................................................... 35
LAMPIRAN ...................................................................................................... 44
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rancangan percobaan................................................................................6
Tabel 2.2 Formulasi pakan standar AIN-93M untuk tikus dewasa ........................ 10
Tabel 2.3 Modifikasi formulasi pakan mengacu pada standar AIN-93M ............... 11
Tabel 3.1 Hasil analisis kimia bahan baku alga E.cottonii dan Sargassum .......... 18
Tabel 3.2 Rerata Rendemen Ekstrak Alga............................................................... 20
Tabel 3.3 Kadar total fenol ekstrak alga ................................................................... 21
Tabel 3.4 Rata-rata Konsumsi pakan tikus wistar selama 28 hari ......................... 25
Tabel 3.5 Peningkatan Berat Badan Tikus............................................................... 26
Tabel 3.6 Rerata Kadar MDA serum darah tikus..................................................... 28
Tabel 3.7 Rerata Kadar SOD serum tikus ................................................................ 29
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Eucheuma cottonii dan
Sargassum sp. .............................................................................. 14
Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Metode Microwave-Assisted
Extraction ...................................................................................... 15
Gambar 2.3 Diagram alir pembuatan pakan standar modifikasi AIN 93M .......... 16
Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian In Vivo ....................................................... 17
Gambar 3.1 Grafik Konsumsi Pakan Tikus Tiap Minggu Selama 28 Hari ........... 24
Gambar 3.2 Gambar Grafik Berat Badan Tikus.................................................. 26
Gambar 3.3 Grafik Kadar MDA serum darah tikus ............................................. 27
Gambar 3.4 Grafik Kadar SOD Serum Darah Tikus ........................................... 29
Gambar 3.6 Adipocyte pada jaringan adipose subkutan abdominal: a. pakan
standard b. pakan HFD c.pakan HFD + ekstrak E.cottonii dan d.
pakan HFD + ekstrak Sargassum .................................................. 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, prevalensi obesitas dengan IMT β₯ 27.0 pada usia β₯ 15 tahun
adalah 10.5% pada tahun 2007, meningkat sebesar 14.8% pada tahun 2013,
dan pada tahun 2018 meningkat hingga 21.8%. Makanan yang digoreng dan
fast food merupakan jenis makanan yang banyak dikonsumsi karena sederhana,
rasa lezat, penyajian cepat, mudah diperoleh dan cukup mengenyangkan.
Mengkonsumsi makanan tinggi lemak setiap hari dalam waktu singkat dapat
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan seperti obesitas dan sindrom
metabolik(Riskesdas, 2018).
Lemak yang berlebih memberikan kontribusi terhadap perkembangan
aterosklerosis dan sindrom metabolik. Asupan lemak yang tinggi juga
berkontribusi menyebabkan perlemakan hati atau fatty liver ( Marchesni et
al.2005, Harrison 2008, Yin et al. 2009). Pemberian diet tinggi lemak yang
menyebabkan peningkatan LDLakan mengalami pembentukan Reactive Oxygen
Species (ROS) (Murray, 2003).LDL mudah teroksidasi oleh radikal bebas.
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung elektron yang tidak
berpasangan, bersifat tidak stabil dan merusak sel dengan mengambil satu
atom hidrogen dari molekul lain tubuh (Arkhaesi, 2008). Radikal bebas terdapat
dalam tubuh melalui metabolisme sehari-hari dan akan segera diubah menjadi
substansi yang tidak berbahaya bagi tubuh, yaitu H2O dan CO2. Namun apabila
radikal bebas melebihi batas proteksi antioksidan kemudian bertemu dengan
asam lemak tidak jenuh ganda maka akan terjadi peroksidasi lipid, yaitu reaksi
berantai oksidasi lipid oleh radikal bebas. Reaksi peroksidasi lipid pada akhirnya
akan menghasilkan senyawa aldehida salah satunya adalah MDA
(malondialdehyde) yang biasa digunakan sebagai biomarker biologis
peroksidasi lipid dan menggambarkan derajat stres oksidatif. Untuk mencegah
terjadinya peroksidasi lipid maka dibutuhkan antioksidan untuk menstabilkan
radikal bebas sehingga tidak berbahaya bagi tubuh (Winarsi, 2007). Oleh sebab
itu, kebutuhan antioksidan dan antiinflamasi dari luar dibutuhkan oleh tubuh
untuk membantu sistem pertahanan tubuh meminimalisir dampak negatif dari
stres oksidatif maupun inflamasi sistemik (Khansari et al., 2009).
2
Indonesia memiliki potensi alga yang cukup melimpah dan meningkat
dari tahun ke tahun. E. Cottonii merupakan jenis alga yang paling banyak
dibudidayakan untuk memenuhi permintaan ekspor dan industri karagenan,
sedangkan Sargassum sp. tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh masyarakat. Umumnya alga memiliki kandungan lemak
rendah yaitu 1-5% berat kering(Fleurence, 1993).
Menurut penelitian E. Cottoniijuga memiliki kandungan senyawa fenol,
terutama flavanoid. Menurut Wresdiyati (2008), E. Cottonii meningkatkan kadar
antioksidan alami SOD dalam tubuh dan menurunkan kadar total kolesterol dan
trigliserida. Menurut Dore (2013), Sargassum sp memiliki aktivitas antioksidan
dan antiinflamasi. Suplementasi alga coklat mencegah obesitas pada tikus yang
diinduksi high fat diet selama 16 minggu (jangka panjang). Alga mampu
memperbaiki inflamasi sistemik dan insulin resisten parsial pada obesitas
melalui penghambatan sinyal inflamasi di jaringan sel adiposa (Oh, 2016).
Radikal bebas yang meningkat menyebabkan peroksidasi lipid membran sel
juga meningkat yang menghasilkan produk akhir berupa Malondialdehida
(MDA) (Kristina, 2016). Untuk meredam kerusakan yang diakibatkan radikal
bebas diperlukan antioksidan (Setiawan et al., 2005). Secara alami di dalam
tubuh terdapat sistem pertahanan antioksidan enzim seperti superoksida
dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Berdasarkan studi
terdahulu dilaporkan bahwa superoksida dismutase (SOD) merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap senyawa radikal bebas (Alvarez, 1987).
Antioksidan ini berperan dalam mengubah anion superoksida (O2-) yang
merupakan inisiator kuat berbagai reaksi berantai menjadi oksigen (O2) dan
hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat lebih stabil dibandingkan superoksida.
Pada penelitian ini akan diamati pengaruh pemberian ekstrak alga merah
E.cottoni dan alga coklat Sargassum sp.dengan metode MAE dengan suhu
60oC menggunakan pelarut etanol terhadap stress oksidatif yang diinduksi oleh
diet mengandung diet tinggi lemak selama jangka waktu 4 minggu (jangka
pendek) pada tikus wistar.
3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh over konsumsi diet tinggi lemak dapat menginduksi
stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan MDA dan penurunan
SOD?
2. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak algaE.cottonii dan Sargassum sp.
terhadap kadar MDA dan SOD serum, histologi liver dan histologi jaringan
adiposa tikus wistar yang diinduksi diet tinggi lemak?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh konsumsi pakan tinggi lemak terhadap kadar MDA
dan SOD serum darah tikus Wistar
2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak alga Eucheuma cottonii dan
Sargassum sp. terhadap kadar MDA dan SOD serum darah dan histologi
liver dan histologi jaringan adiposa tikus Wistar yang diinduksi stres oksidatif
dengan konsumsi diet tinggi lemak
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan informasi mengenai kondisi stress oksidatif pada hewan
coba akibat konsumsi diet tinggi lemak
2. Memberikan informasi tentang potensi dari ekstrak algaEucheuma cottonii
dan Sargassum sp sebagai antioksidan dan anti-inflamasi
1.5 Hipotesis Penelitian
Diduga dengan pemberian ekstrak Eucheuma cottonii dan Sargassum sp.
pada tikus wistar yang diberi diet tinggi lemak akan berpengaruh nyata terhadap
kadar MDA dan SOD serum darah dan histologi liver dan histologi jaringan adiposa
tikus Wistar yang diinduksi stres oksidatif dengan konsumsi diet tinggi lemak.
4
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Laboratorium Institut Biosains
Universitas Brawijaya selama 5 minggu yang terdiri dari 1 minggu masa adaptasi
dan 4 minggu masa perlakuan. Pembuatan serbuk E. cottonii dan Sargassum sp
dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian Jurusan Keteknikan
Pertanian dan Laboratorium Nutrisi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
(THP) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Pembuatan ekstrak etanol E. cottonii
dan Sargassum sp. dilakukan di Laboratorium Nutrisi Pangan Jurusan THP FTP
dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawiaya Malang.
Pembuatan pakan perlakuan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Pangan Jurusan
THP FTP. Analisis kimia dan senyawa bioaktif dilaksanakan di Laboratorium Kimia
dan Biokimia Pangan dan Laboratorium Nutrisi Pangan THP FTP. Analisis kadar
malondialdehid (MDA) dan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) serum darah
hewan coba dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Analisis histologi liver dan jaringan adipose dilaksanakan di
Laboratorium Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Univresitas Brawijaya.
Penelitian berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan Januari hingga Juni 2018.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
2.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu :
a. Alat pembuatan bubuk E. cottonii dan Sargassum sp.
Disc-mill (merk Damiji Deluxe), Blender kering (merk Philips), cabinet dryer
(tanpa merk), ayakan 80 mesh (merk Retsch).
b. Alat pembuatan ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp
Alat microwave-assisted extraction closed system (merk Anton Paar), rotary
evaporator (merk IKA RV-10), timbangan digital (merk Mettler Toledo), glassware
(merk Pyrex, Schott Duran dan HBG).
c. Alat pengujian senyawa kimia dan bioaktif ekstrak etanol E. cottonii dan
Sargassum sp
5
Pengujian yang dilakukan terdiri dari analisis total fenol dan kadar air serbuk
yang diekstrak. Pada pengujian total fenol, alat yang digunakan yaitu
spektrofotometer UV-VIS (merk Genesys), vortex (merk LW-scientific) dan
glassware (merk Pyrex, Schott Duran dan HBG). Pada pengujian kadar air, alat
yang digunakan yaitu cup aluminium, oven (merk MMM Medcenter), timbangan
(merk Mettler Toledo) dan desikator. Pada pengujian kadar serat kasar, alat yang
digunakan yaitu reflux (merk Pyrex) dan kompor listrik (merk Maspion).
d. Alat pengujian ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp secara in vivo
Pengujian ekstrak etanol alga pada tikus dilakukan dengan penyondean, alat
yang dibutuhkan antara lain jarum sonde (force feeding needle), syringe volume 3
mL, kotak kandang ukuran 36 x 16 x 13 cm, tempat makan dan minum tikus.
e. Alat pengujian sampel darah tikus
Pengujian kadar MDA dan SOD dilakukan pada serum darah, maka untuk
memperoleh serum darah diperlukan alat sentrifuge (merk Hermle), mikropipet 10 β
1000 Β΅L, dan mikrotube.
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu :
a. Bahan utama
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga merah E. cottonii
kering yang diperoleh dari pembelian secara langsung pada petani budidaya alga di
Pantai Jumiang, Pamekasan, Madura dan alga cokelat Sargassum sp kering yang
diperoleh dari Pantai Poteran, Sumenep, Madura. Bahan penginduksi hewan coba
yaitu minyak dan lemak sapi. Minyak yang digunakan yaitu minyak kedelai (soybean
oil) merk Happy Soya Oil yang diperoleh dari swalayan Avia, sedangkan untuk
lemak sapi di dapatkan secara online dengan aplikasi tokopedia. Hewan coba yang
digunakan adalah tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) umur 8 minggu dengan
berat badan 100 β 150 gram yang berasal dari Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT) UGM Yogyakarta.
b. Bahan dalam pembuatan ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp
Bahan yang digunakan untuk membuat ekstrak alga yaitu etanol teknis 95%
dan akuades.
c. Bahan pada pengujian senyawa kimia dan bioaktif ekstrak etanol E. cottonii dan
Sargassum sp
6
Pengujian yang dilakukan terdiri dari analisis total fenol, kadar air dan serat
kasar. Pada pengujian total fenol standar phloroglucinol, bahan yang digunakan
yaitu reagen Folin-Ciocalteau, larutan Na2CO3 7.5% dan standar phloroglucinol.
Pada pengujian total fenol standar asam galat, bahan yang digunakan yaitu reagen
Folin-Ciocalteau, larutan Na2CO3 2% dan standar asam galat. Pada pengujian kadar
air tidak digunakan bahan kimia. Pada pengujian serat kasar, bahan yang
diperlukan yaitu asam kuat H2SO4, basa kuat NaOH, etanol 95%, larutan K2SO4,
akuades dan aluminium foil.
d. Bahan pada pengujian ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp secara in
vivo
Bahan yang dibutuhkan yaitu sampel berupa ekstrak etanol E. cottonii dan
Sargassum sp., sekam, pakan standar yang telah diformulasi.
2.3 Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan meliputi analisis kimia dan senyawa bioaktif sampel
alga, pembuatan pakan dan pengujian in vivo menggunakan tikus Wistar. Analisis
kimia meliputi kadar air serbuk alga, kadar serat kasar serbuk alga, dan uji cemaran
logam berat Hg. Analisis senyawa bioaktif sampel alga yang dilakukan adalah uji
total fenol. Uji in vivo bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak alga terhadap
kadar MDA dan SOD serum darah tikus Wistar jantan yang diinduksi konsumsi
pakan dengan diet tinggi lemak.Rancangan percobaan terhadap tikus dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Rancangan percobaan
Kelompok Perlakuan
Standar (STD) kelompok tikus yang diberi pakan standar
modifikasi AIN 93M dan tidak diberi ekstrak alga
(normal)
Diet Tinggi Lemak/ Higt Fat Diet kelompok tikus yang diberi diet tiggi lemak dan
tidak diberi ekstrak alga (stres-oksidatif)
Tinggi lemak + Ekstrak E. cottonii kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak dan
diberi ekstrak E. cottonii dengan cara penyondean
Tinggi lemak + Ekstrak Sargassum sp. kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak dan
diberi ekstrak alga cokelat dengan cara
penyondean
7
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan
rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan
setelah dilakukan perlakuan di akhir penelitian dan membandingkan hasil kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif.
2.4 Pelaksanaan Penelitian
2.4.1 Proses Pengeringan Alga
Proses pengeringan alga hingga menjadi serbuk dilakukan berdasarkan
modifikasi metode Damongilala et al (2013). Modifikasi dilakukan terhadap lama
pengeringan di cabinet dryer, dari 24 jam menjadi 5 jam pada suhu 40ΒΊC. Adapun
tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Alga E. cottonii dan Sargassum sp. yang telah diperoleh dicuci dengan air
mengalir dan dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 8-10 jam.
2. Alga yang telah dijemur kemudian dikeringkan pada cabinet dryer pada suhu
40Β±5ΒΊC selama 5 jam.
3. Alga E. cottonii dihancurkan menjadi bentuk bubuk menggunakan discmill dan
blender kering. Alga Sargassum sp. perlu dilakukan pemisahan batang dengan
daunnya terlebih dahulu. Daun Sargassum sp. dihancurkan menggunakan
blender kering hingga menjadi bentuk serbuk, sedangkan untuk batangnya
dibuang.
4. Serbuk alga kedua sampel kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh.
2.4.2 Proses Ekstraksi Alga E. cottonii dan Sargassum sp.
Proses ekstraksi alga E. cottonii dan Sargassum sp. dilakukan dengan metode
microwave-assisted extraction (MAE) dengan memodifikasi proses ekstraksi Wong-
Paz et al. (2014). Modifikasi dilakukan terhadap rasio sampel dengan pelarutnya,
yaitu dari 1:30 (b/v) menjadi 1:6 (b/v), dan lama ekstraksi MAE dari 1 β 6 menit
menjadi 10 menit. Proses ekstraksi menggunakan MAE dilakukan di Laboratorium
Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya. Tipe microwave yang digunakan
yaitu closed system. Tahapan proses ekstraksinya yaitu :
1. Sampel ditimbang 7 gram untuk 42 mL per 1 vessel (rasio 1 : 6). Pelarut
yang digunakan yaitu etanol 95% : akuades (104,5 : 1) (v/v) (Lampiran 4)
2. Suhu yang digunakan untuk ekstraksi yaitu 60ΒΊC selama 10 menit
3. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring dan diperoleh filtrat
8
4. Filtrat dipekatkan secara bertahap dengan menggunakan rotary vacuum
evaporator pada suhu 40, 50 dan 60ΒΊC dengan kecepatan 60 rpm, dengan
tujuan menguapkan seluruh etanol dalam pelarut MAE sehingga hanya
sampel dalam pelarut fase air yang tersisa. Hal ini dilakukan karena adanya
kandungan etanol pada ekstrak yang akan diberikan ke tikus dapat
menyebabkan fatty-liver.
5. Setelah etanol diuapkan, ekstrak pekat dalam fase air kemudian
ditambahkan akuades untuk mengembalikan ekstrak ke konsentrasi fenol
awal, sehingga ekstrak yang disondekan tetap mengandung fenol sesuai
dengan yang telah dihitung dalam dosis.
2.4.3 Analisis Kimia dan Senyawa Bioaktif Sampel
Analisis kimia dan senyawa bioaktif yang dilakukan yaitu pengukuran total fenol
dengan metode Folin-Ciocalteau pada ekstrak hasil MAE. Pengukuran total fenol
dilakukan dengan 2 standar, yaitu standar phloroglucinol yang mengacu pada
Ahmad et al. (2013) dan standar asam galat berdasarkan Rattaya et al. (2015).
Prosedur analisis kimia dan komponen bioaktif secara terperinci dapat dilihat
padaLampiran 1.3 dan 1.4.
2.4.4 Perhitungan Dosis Ekstrak
Ekstrak yang diberikan pada kelompok pakan tinggi lamak + ekstrak E. cottonii
dan tinggi lemak + ekstrak Sargassum sp. perlu dihitung dosisnya, sehingga volume
ekstrak yang disondekan sesuai dengan kapasitas lambung tikus dan konsentrasi
ekstrak mampu memberi efek yang diharapkan. Volume lambung tikus yaitu 2
hingga 3 mL, tergantung pada ukuran badan tikus. Perhitungan volume ekstrak
dapat dilakukan dengan rumus berikut :
Vol ekstrak (mL) = π·ππ ππ (
ππ
πππ΅π΅)π₯ πππππ‘ πππππ (ππ)
ππππ πππ‘πππ π πππππ (ππ
ππΏ)
Pada penelitian ini, berat tikus rata-rata yang digunakan adalah 125 hingga 130
gram. Perhitungan dosis ekstrak alga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan
oleh Kang et al (2016) dengan menggunakan mencit. Menurut Kang et al (2006),
dosis alga freeze-dried yang diberikan pada mencit yaitu 100 mg/kg berat badan
(BB) tikus. Berat badan mencit rata-rata yang digunakan adalah 19-22 gram dan
pemberian ekstrak dilakukan selama 9 minggu. Berat badan tikus 7 kali lipat lebih
9
berat dari mencit (Nair and Jacob, 2016). Maka dosis yang diberikan pada tikus
dinaikkan 7 kali lipat menjadi 700 mg/kg, apabila menggunakan alga yang diproses
menggunakan freeze dryer. Hal ini dikarenakan pada proses freeze drying(-50oC)
polifenol masih terlindung maksimal. Pada penelitian ini, preparasi ekstrak alga
menggunakan pemanasan yang berulang kali antara lain pada pengeringan
matahari (8-10 jam), pengeringan pada cabinet dryer (suhu 40ΒΊC selama 5 jam),
proses ekstraksi MAE (suhu 60ΒΊC selama 10 menit).proses pemekatan
menggunakan rotary evaporator (suhu bertingkat 40, 50, 60ΒΊC dengan total waktu 3
jam).Polifenol pada pengeringan 50oC dapat berkurang sebesar 17.5% (Pascariu,
2014).sehingga diasumsikan sebagian polifenol terdegradasi. Oleh karena itu, dosis
ekstrak ditingkatkan 10 kali lipat. Volume ekstrak yang diberikan sesuai dengan
berat badan tikus.
a. Contoh perhitungan volume ekstrak E. Cottoniiuntuk berat badan tikus
tertentu
Dosis = 7000 mg/kg BB
Berat badan rata-rata = 130 gram β 0,13 kg
Konsentrasi fenol = 471,48 mg PGE/mL
Vol ekstrak (mL) = π·ππ ππ (
ππ
πππ΅π΅)π₯ πππππ‘ πππππ (ππ)
ππππ πππ‘πππ π πππππ (ππ
ππΏ)
Vol ekstrak (mL) = 7000 (
ππ
πππ΅π΅)π₯ 0,13 (ππ)
471,48 (ππ
ππΏ)
= 1,93 mL β 2 mL
b. Contoh perhitungan volume ekstrak Sargassum sp.unruk berat badan tikus
tertentu
Dosis = 7000 mg/kg BB
Berat badan rata-rata = 126 gram β 0,126 kg
Konsentrasi fenol = 446,96 mg PGE/mL
Vol ekstrak (mL) = π·ππ ππ (
ππ
πππ΅π΅)π₯ πππππ‘ πππππ (ππ)
ππππ πππ‘πππ π πππππ (ππ
ππΏ)
Vol ekstrak (mL) = 7000 (
ππ
πππ΅π΅)π₯ 0,13 (ππ)
446,96 (ππ
ππΏ)
= 1,97 mL β 2 mL
10
2.4.5 Pembuatan Pakan Hewan Coba
Pakan yang diberikan pada tikus Wistar jantan ada 2 jenis, yaitu pakan standar
untuk kelompok kontrol negatif (Standar) dan pakan mengandung lemak sapi dan
minyak berlebih, kelompok perlakuan pakan tinggi lemak dengan penambahan
ekstrak E. cottonii dan perlakuan pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak
Sargassum sp. Pembuatan pakan dilakukan dengan mengacu pada standar formula
AIN-93M yang dipublikasikan oleh American Institute of Nutrition dan dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Formulasi pakan standar AIN-93M untuk tikus dewasa
Komposisi g/kg diet
Cornstarch 465,692 Casein (β₯85% protein) 140,000 Dextrinized cornstarch (90-94% tetrasaccharides)
155,000
Sucrose 100,000 Soybean oil (no additives) 40,000 Fiber 50,000 Mineral mix 35,000 Vitamin mix 10,000 L-cystine 1800 Choline bitartrate (41.1% choline) 2500 Tert-butylhydroquinone 0,008
Sumber: Reeves (1993)
Pada penelitian ini dilakukan beberapa modifikasi antara lain menggunakan
tepung maizena sebagai pengganti cornstarch, susu skim sebagai pengganti
kasein, suplemen komersil Renovit sebagai pengganti mineral mix dan vitamin mix.
Kandungan lemak dalam pakan diet tinggi lemak juga ditingkatkan untuk
menyumbangkan 50% kalori dalam pakan (sebesar 2000 kkal). Minyak dalam
pakan diet tinggi lemak terdiri dari 20% minyak kedelai baru dan 80% lemak sapi.
Berdasarkan modifikasi yang dilakukan, diperoleh formulasi pakan baru seperti
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
11
Tabel 2.3 Modifikasi formulasi pakan mengacu pada standar AIN-93M
Komposisi g/kg diet
STD Tinggi Lemak
Tinggi Lemak + ekstrak E. Cottonii
Tinggi Lemak + ekstrak
Sargassum sp.
Pati maizena 370,4100 195,7080 195,7080 195,7080 Susu skim 361,7021 361,7021 361,7021 361,7021 Dekstrin 112,6035 65,1391 65,1391 65,1391 Sukrosa 72,6464 42,0252 42,0252 42,0252 Minyak kedelai 40,0000 44,4444 44,4444 44,4444 Lemak Sapi - 177,7778 177,7778 177,7778 CMC 34,1375 40,8238 40,8238 40,8238 Mineral 6,4255 6,4255 6,4255 6,4255 Vitamin 2,0739 2,0739 2,0739 2,0739
Dosis ekstrak E. cottonii (g/kg BB)
-
-
7,0000
-
Dosis ekstrak Sargassum sp.(g/kg BB)
- - - 7,0000
Kalori (kkal/kg) 3242,768 4000 4000 4000
(Reeves, 1993 dan Buetter et al. 2012)
2.4.6 Pengujian In Vivo
Pengujian in vivo dilakukan pada tikus Wistar jantan yang telah dirandomisasi
terlebih dahulu, kemudian dikelompokkan sesuai dengan perlakuan pakan yang
diberikan. Penelitian menggunakan hewan coba bertujuan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak alga E. cottonii dan Sargassum sp. terhadap kadar MDA serum
dan kadar SOD serum akibat konsumsi pakan tinggi lemak selama 28 hari. Pakan
diberikan setiap hari, dan sisa pakan ditimbang hari sebelumnya ditimbang untuk
mengetahui konsumsi pakan per tikus per hari. Berat badan tikus ditimbang setiap
minggu untuk mengetahui pengaruh konsumsi pakan terhadap peningkatan berat
badan. Berat badan tikus juga menjadi indikator sehat atau tidaknya tikus yang
diberi perlakuan
2.4.6.1 Perhitungan Sampel Tikus
Penelitian ini menggunakan tikus wistar (Rattus norvegicus) yang dipilih secara
acak dan dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan sehingga jumlah tikus per
kelompok dapat ditentukan berdasarkan rumus Federer sebagai berikut (Federer,
1966) :
12
Keterangan :
βPβ adalah jumlah perlakuan
βnβ adalah banyaknya sampel pada tiap kelompok perlakuan
Banyaknya sampel yang dibutuhkan untuk 4 kelompok perlakuan pada penelitian ini
adalah :
(4-1) (n-1) β₯ 15
3 (n-1) β₯ 15
(n-1) β₯ 5
n β₯ 6
Penelitian ini memerlukan minimal 6 ekor tikus dalam setiap perlakuan. Namun
perlakuan dalam penelitian ini tidak bersifat membahayakan sehingga dapat
digunakan jumlah tikus seminimal mungkin. Penelitian ini menggunakan 5 ekor tikus
dalam setiap kelompok perlakuan, akan tetapi hanya diambil 3 sampel tikus yang
menunjukkan tingkat konsumsi pakan yang tinggi (90-100%) dari pakan yang
diberikan dan penambahan berat badan yang diharapkan selama minggu ke-0
hingga minggu ke-4.
2.4.6.2 Masa Aklimatisasi (Pra Perlakuan)
Masa aklimatisasi atau disebut juga masa adaptasi dilakukan terhadap tikus
selama satu minggu sebelum masuk ke dalam masa perlakuan (minggu ke-0).
Hewan coba ditempatkan pada kandang yang dilengkapi dengan peralatan makan
dan minum, serta dijaga kebersihannya dengan dicuci menggunakan sabun. Tikus
diberi pakan standar modifikasi AIN-93M dan minum air secara ad libitum. Setiap
hari dilakukan perhitungan terhadap sisa pakan yang diberikan. Masa aklimatisasi
ini penting sebagai masa transisi tikus dari tempat breeder ke kandang
laboratorium, sehingga tikus dapat merasa nyaman terlebih dahulu sebelum diberi
perlakuan.
(P-1) (n-1) β₯ 15
13
2.4.6.3 Masa Perlakuan atau Treatment
Masa perlakuan terhadap 4 kelompok tikus percobaan dilakukan selama 28
hari. Selama 28 hari, masing-masing kelompok perlakuan mendapat pakan
perlakuan yang telah disesuaikan. Pakan diberikan 15 gram pada 1 minggu pertama
perlakuan (hari ke-1 sampai hari ke-8), kemudian diberikan 20 gram pada minggu
ke-2 hingga minggu ke-4 perlakuan (hari ke-9 sampai hari ke-28), untuk
mengantisipasi adanya kekurangan asupan kalori yang dibutuhkan sehingga tidak
mengkatabolisme cadangan makanan dalam tubuh. Air minum diberikan secara ad
libitum. Sisa pakan ditimbang setiap hari, berat badan ditimbang seminggu sekali
selama 4 minggu.
Ekstrak alga hanya diberikan pada kelompok tinggi lemak + ekstrak E. cottonii
dan tinggi lemak + ekstrak Sargassum sp., sedangkan pakam yang mengandung
lebak sapi berlebih atau tinggi lemak diberikan pada pakan tinggi lemak, pakan
tinggi lemak + ekstrak E. cottonii dan pakantinggi lemak+ ekstrak Sargassum
sp.Ekstrak diberikan 1 kali dalam sehari, yaitu pada siang hari (pukul 10.00-14.00).
Pada hari ke-29,tikus dibedah untuk diambil darah. Hewan coba terlebih dahulu
diberi perlakuan euthanasia dengan bius kloroform agar tikus tertidur secara
perlahan. Perlakuan euthanasia dengan kloroform bertujuan agar tikus tidak
merasakan sakit ketika dilakukan pembedahan (nekropsi) dan pengambilan darah.
Pengambilan darah dilakukan melalui jantung (cardiac puncture).
2.4.6.4 Prosedur Pengerjaan Preparat Histopatologi
Prosedur pengerjaan preparat histopatologi merupakan prosedur pemotongan
jaringan hingga pengecatan pada objekglass / slide berdasarkan Rattaya et al.
(2015). Prosedur pengerjaan preparat histopatologi secara terperinci dapat dilihat
padaLampiran 1.8
2.4.6.5 Pengukuran kadar MDA dan SOD Serum Darah
Darah tikus diambil melalui jantung. Darah yang telah diambil dimasukkan ke
dalam tabung sentrifuge kemudian di-sentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm
selama 25 menit pada suhu 4ΒΊC. Serum darah yang telah terpisah dengan bagian
padatan darah diambil menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam
microtube untuk selanjutnya disimpan dalam deep-freezer (suhu -80ΒΊC) sebelum
diuji kadar MDA dan SOD. Pengukuran kadar MDA dan SOD serum darah
14
dilakukan berdasarkan metode Rukmini et al. (2004), yang dilakukan oleh
Laboratorium Farmakologi Universitas Brawijaya.
2.5 Analisis data
Data konsumsi pakan, berat badan tikus, kadar MDA dan kadar SOD yang
diperoleh dianalisis statistik dengan Analisis Varian (ANOVA) menggunakan
program Microsoft Excel. Apabila terjadi perbedaan, maka dilakukan uji lanjut BNT
dengan taraf 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan.
2.6 Diagra Alir
2.6.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Eucheuma cottonii dan Sargassum sp.
(Modifikasi metode Damongilala et al., 2013)
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Eucheuma cottonii dan
Sargassum sp.
Alga kering
Dicuci dengan air tawar mengalir
Dikeringkan pada sinar matahari selama 8-10 jam
Dikeringkan dengan cabinet dryer (suhu 40Β±5ΒΊC, 5 jam)
Pengecilan ukuran dengan disc mill
Diayak menggunakan ayakan 80 mesh
Bubuk alga
Dihaluskan menggunakan blenderkering
Analisis: - Kadar air - Kadar serat kasar
- Logam berat Hg
15
2.6.2 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Metode Microwave-Assisted Extraction
(Modifikasi metode Wong-Paz et al., 2014)
Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Metode Microwave-
Assisted Extraction
Bubuk alga
Ditimbang rasio sampel dan pelarut 1 : 6 (b/v)
Diekstraksi dengan etanol 95% dan akuades 104.5 : 1
(v/v) menggunakan Microwave Assisted Extraction
Diekstrak pada suhu 60oC selama 10 menit menggunakan microwave assisted extraction
Dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator secara bertahap pada
suhu 40, 50, dan 60oC, 60 rpm
Ekstrak kasar
Disaring dengan kertas saring
Analisis: - Rendemen - Total fenol
filtrat residu
16
2.6.3 Pembuatan pakan standar modifikasi AIN 93M (Reeves, 1993)
Diaduk hingga rata
Ditambahkan ke dalam adonan dan dicampur hingga rata
Diuleni hingga kalis
Digiling menggunakan mesin penggiling
Dipotong +/- 3 cm
Dikeringkan dengan cabinet dryer pada suhu 50 Β± 4oC hingga kering
Gambar 2.3 Diagram alir pembuatan pakan standar modifikasi AIN 93M
Hasil
Pati maizena 370,41 gram
Susu skim 361,7021 gram
Dekstrin 112,6035 gram
Sukrosa 72,6474 gram
CMC 34,1375 gram
Multivitamin 11,5 kaplet
Minyak kedelai 40 gram
Air 250 mL
17
2.6.4 Diagram Alir Pengujian In Vivo
Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian In Vivo
Analisis :
- kadar MDA serum
- kadar enzim SOD
serum
Analisis :
- histologi liver
- histologi jaringan
adiposa
Tikus wistar jantan berat 100-150
gram, umur 8 minggu
Diberi pakan secara ad libitum dan aklimatisasi bagi tikus
selama 7 hari, serta penimbangan berat badan tikus
Kontrol positif
(Diet Tinggi
Lemak)
Kontrol negatif
(standar/normal)
Pakan tinggi
lemak + disonde
ekstrak E.
cottoniisesuai
dosis berat badan
Pakan tinggi lemak +
disonde ekstrak
Sargassum sp.
sesuai dosisberat
badan
Diberi perlakuan selama 4 minggu dan ditimbang berat badan setiap minggu
Dilakukan euthanasia dengan kloroform dan dibedah (nekropsi)
Diambil darah dari
jantung
Dihitung sisa pakan setiap hari
Diambil organ liver dan
jaringan adiposa
18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga merah
(E.Cottonii) yang didapatkan dari daerah pantai Pamekasan dan alga coklat
(Sargassum Sp.) yang didapatkan dari daerah pantai Sumenep Madura. Alga merah
(E.cottonii) dan alga coklat (Sargassum sp.) sebelum dilakukan penelitian terlebih
dahulu dilakukan pencucian dan sortasi untuk memisahkan kotoran yang menempel
pada alga tersebut. Bahan baku dianalisis dengan beberapa aspek seperti kadar air,
serat kasar, kandungan logam Hg, dan kandungan fenol. Analisis bahan baku ini
bertujuan untuk mengetahui dampak perlakuan pemberian ekstrak alga secara in
vivo. Hasil analisis kimia dari bahan baku alga dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Hasil analisis kimia bahan baku alga E.cottonii dan Sargassum
Parameter E. cottonii Sargassum sp.
Penelitian Literatur Penelitian Literatur
Kadar air (%) 11,59 12,70a 11,30 Β± 0,14 13,90b Kadar serat kasar (%)
20,97 18,57 Β± 0,15c 27,02 Β± 0,41 34,71 Β± 1,99d
Kadar total fenol (mg GAE/g serbuk)
123,84 Β± 20,17 34,43 Β± 0,00f 231,19 Β± 27,42 69,03 Β± 3,24e
Kadar total fenol (mg PGE/g serbuk)
158,08 Β± 28,47 10,47 Β± 1,01c 180,91 Β± 13,51 23,03 Β± 1,86d
Cemaran Hg (mg/kg)
tidak terdeteksi
<0,5d tidak terdeteksi
<0,5d
Keterangan: Data merupakan rerata 3 kali ulangan Β± standar deviasi (SD). GAE: gallic aicd
equivalent; PGE: phloroglucinol equivalent. (a) Mushollaeni (2011; (b) Istini. (1986) (c)
Sargassum polycystum dalam Ahmad et al. (2012); (d) SNI 7387 : 2009 (e) Corpuz et al.
(2013); (f) Fu et al., (2016)
Pada Tabel 3.1, merupakan hasil rata-rata dari tiga kali ulangan yang
menunjukkan hasil dari analisisn kadar air dari alga Sargassum Sp. sebesar 11.30%
dan hasil dari analisis kadar air alga E. Cottoni sebesar 11.59%. Sedangkan pada
penelitian Mushollaeni (2011) menyebutkan bahwa kadar air alga Sargassum
sebesar 12.70%. dan kadar air alga E. Cottoni sebesar 13.90%(Istini, 1986). Proses
pengeringan matahari dan kombinasinya dengan pengeringan cabinet
menyebabkan kadar air alga menjadi relative lebih rendah dibandingkan literature.
Analisis yang digunakan untuk melihat adanya potensi aktivitas antioksidan
dapat dilakukan pengukuran kadar total fenol. Total fenol diukur terhadap standar
19
asam galat dan phloroglucinol. Tabel 3.1 menunjukkan dalam 1 gram serbuk E.
cottonii terdapat 123,84 mg GAE atau 158,08 mg PGE, sedangkan untuk 1 gram
serbuk Sargassum sp. terdapat 231,19 mg GAE atau 180,91 mg PGE. Menurut Fu
et al. (2016), total fenol E. cottonii standar GAE adalah 34.43 mg GAE/g dan
menurut Ahmad et al. (2012), total fenol E. cottonii standar PGE adalah 69,03 mg
PGE/g. Hasil pengukuran total fenol E. cottonii pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Fu et al. (2016) dan Ahmad et al.
(2012). Total fenol alga coklat Sargassum sp. pada penelitian ini adalah 231,19 mg
GAE/g atau 180,91 mg PGE/g. Hasil yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya, dimana menurut Corpuz et al. (2013) total fenol
Sargassum sp. pada Sargassum siliquosum adalah 69,03 mg GAE/g dan menurut
Ahmad et al. (2012) total fenol Sargassum sp. pada Sargassum polycystum adalah
23,03 mg PGE/g.Kadar total fenol alga E. cottonii dan Sargassum sp. yang
digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan literatur.
Perbedaan data hasi pegukuran kadar total fenol dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain asal alga didapatkan, umur panen , varietas, jenis dan
konsentrasi pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, suhu serta lama ekstraksi
(Rajauria et al., 2016; Budhiyanti et al., 2012).Alga yang dipakai dalam penelitian ini
berasal dari pantai Pamekasan pulau Madura, sedangkan penelitan oleh Fu et al.
(2016) menggunakan alga yang berasal dari Sabah, Malaysia dan Cortez et al.
(2013) menggunakan alga yang berasal dari Filipina. Lokasi geografis yang berbeda
menyebabkan perbedaan parameter lingkungan tempat tumbuh seperti suhu air,
intensitas sinar matahari dan tingkat salinitas.
Proses ekstraksi terhadap senyawa fenol juga dapat mempengaruhi kadar total
fenol dengan kadar polaritas pelarut dapat berpengaruh terhadap proses ekstraksi.
Senyawa fenol bersifat polar, sehingga diperlukan pelarut yang bersifat polar.
Pelarut yang digunakan pada umumnya adalah etanol dan metanol.Perlakuan
pemanasan pada ekstraksi juga dapat membantu optimalisasi proses ekstraksi, hal
ini dikarenakan suhu tinggi dapat melemahkan komponen penyusun sel, sehingga
melepas ikatan fenol dan larut dalam pelarut (Fu et al., 2016).
Dari analisis kimia yang telah dilakukan tidak didapatkan kandungan logam
yang terdapat pada bahan baku. Rendahnya hasil analisis logam berat,
mengindikasikan perairan yang tidak tercemar. Pantai Pamekasan dan Sumenep di
Madura terletak pada daerah yang tidak berdekatan dengan industri yang
20
menghasilkan limbah berbahaya, sehingga masih terjaga keamanan dan kualitas
lingkungannya.
Perhitungan rendemen dalam penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui
efisiensi proses yang dilakukan terhadap suatu bahan. Rendemen merupakan hasil
akhir yang diperoleh dari bahan baku yang telah diproses. Rendemen ekstrak pekat
alga merupakan berat ekstrak setelah dilakukan proses evaporasi dibandingkan
dengan berat sampel awal pada filtrat ekstrak setelah MAE. Proses evaporasi
dilakukan untuk menguapkan seluruh etanol pada alga yang telah di ekstrak
sehingga diperoleh ekstrak dalam fase air. Perhitungan rendemen pada penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah ekstrak yang diperoleh dibandingkan dengan
jumlah bahan baku yang dibutuhkan. Data hasil rendemen dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Rerata Rendemen Ekstrak Alga
Bentuk Sediaan Rendemen (%)
E. cottonii Sargassum sp.
Ekstrak etanol MAE (a) 55.74 62.54 Ekstrak pekat (b) 10.34 9.59
Keterangan : (a) Berat ekstrak terhadap berat etanol+serbuk alga; (b) berat ekstrak pekat terhadap ekstrak etanol MAE
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa rendemen alga setelah diektraks dengan
metode ektraksi etanol MAE diperoleh 55.74% untuk alga E. cottonii dan 62.54%
untuk alga Sargassum sp. Hal ini disebabkan karena adanya proses filtrasi yang
dilakukan setelah proses ekstraksi, untuk memisahkan residu padatan dengan
filtrat. Rendemen ekstrak yang telah dipekatkan diperoleh Β±10% karena pada
proses pemekatan, pelarut ekstrak diuapkan sebanyak 90% sehingga
dapatdikatakan bahwa seluruh etanol telah menguap dan menyisakan ekstrak
dalam fase air.
Rendemen ekstrak etanol Sargassum sp. setelah MAE lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak etanol E. cottonii, sedangkan setelah proses
evaporasi rendemen ekstrak pekat E. cottonii lebih tinggi dibandingkan dengan
rendemen ekstrak pekat Sargassum sp. Hal ini dapat disebabkan adanya
polisakarida dalam masing-masing alga yang memiliki kemampuan memerangkap
air yang berbeda, sehingga diduga pada proses filtrasi setelah ekstraksi MAE
pelarut lebih banyak yang terperangkap dalam residu E. cottonii dibandingkan
21
dengan residu Sargassum sp. Pada proses evaporasi, pelarut ekstrak etanol
Sargassum sp. lebih banyak yang diuapkan sehingga rendemen lebih rendah dari
E. cottonii. Hal ini dikarenakan pelarut pada ekstrak E. cottonii lebihterikat kuat oleh
padatan terlarut di dalamnya. Padatan terlarut tersebut diduga merupakan
komponen polisakarida alga.
Alga E cottonii mengandung polisakarida karagenan, khususnya jenis kappa
yang memiliki suhu gelasi cukup rendah, yaitu 35 - 65ΒΊC, sedangkan alginat,
polisakarida dalam Sargassum sp. membutuhkan ion Ca2+ dan pH asam 3,38 β 3,65
untuk membentuk gel. Proses gelasi pada polisakarida menyebabkan pelarut
terperangkap dalam rantai polisakarida (Alba dan Kontogiorgos, 2018). Proses
ekstraksi MAE menggunakan suhu cukup tinggi yaitu 60ΒΊC, dimana pada suhu
tersebut rantai polisakarida karagenan dapat mengalami gelatinisasi dan
memerangkap pelarut.
3.2 Kadar Total Fenol Ekstrak Alga
Pengukuran total fenol terhadap alga dilakukan untuk mengetahui jumlah
kandungan senyawa fenolik didalamnya. Penelitian ini melakukan pengukuran total
fenol terhadap 2 standar, yaitu standar asam galat dan phloroglucinol. Asam galat
merupakan standar yang paling umum digunakan sebagai standar total fenol, hal ini
dikarenakan asam galat merupakan senyawa fenol yang terdapat pada hampir
seluruh tumbuhan terrestial, sehingga total fenol dalam alga dapat dibandingkan
dengan komoditas lain. Phloroglucin merupakan komponen fenol monomer
phlorotannin. Phlorotannin merupakan senyawa fenolik kelompok tanin yang
umumnya ditemukan pada alga coklat (Wang et al., 2009). Meski demikian,
phlorotannin juga ditemukan pada alga merah (Singh dan Bharate, 2006). Hasil
pengukuran total fenol terhadap ekstrak etanol alga E. cottonii dan Sargassum sp.
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kadar total fenol ekstrak alga
Total Fenol E. cottonii Sargassum sp. Notasi
Standar Asam Galat (mg GAE/g ekstrak)
61,58 Β± 6,22 92,40 Β± 5,87 *
Standar Phloroglucinol (mg PGE/g ekstrak)
113,16 Β± 26,82 119,74 Β± 35,51 tn
Keterangan: nilai diatas menunjukkan nilai rata-rata kadar total fenol Β± standar deviasi. Data
merupakan rerata 3 kali ulangan. (tn) menunjukkan tidak beda nyata (*) menunjukkan
berbeda nyata pada uji paired t-Test
22
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa rerata total fenol ekstrak Sargassum sp. baik
yang diukur dengan standar asam galat maupun phloroglucinol lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak E. cottonii. Pada uji paired t-Test, pengukuran total
fenol standar phloroglucinol kedua ekstrak tidak berbeda nyata sedangkan pada
pengukuran standar asam galat kedua ekstrak berbeda nyata. Hal ini diduga
senyawa fenolik polimer monomer asam galat lebih banyak dalam ekstrak
Sargassum sp. sedangkan senyawa fenolik monomer phloroglucinol pada kedua
ekstrak hampir sama banyaknya.
Total fenol ekstrak E. cottonii dan Sargassum sp. yang diekstrak menggunakan
metode MAE pada standar asam galat berturut-turut adalah 61.58 mg GAE/g dan
92.40 mg GAE/g. Menurut Yanuarti et al. (2017), ekstrak metanol E. cottonii
memiliki total fenol 114 mg GAE/g. Sementara itu untuk total fenol ekstrak
Sargassum sp., menurut Chandini et al. (2008) kadar total fenol dalam ekstrak
aqueous Sargassum marginatum adalah 24.6 mg GAE/g ekstrak dan menurut
Vijayabaskar (2011), kadar total fenol dalam ekstrak metanol Sargassum wightii
yaitu 35.98 mg GAE/g ekstrak. Apabila total fenol hasil penelitian dibandingkan
dengan literatur, total fenol E. cottonii pada literatur lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil penelitian, sedangkan total fenol ekstrak Sargassum sp. pada
penelitian ini lebih tinggi.
Hasil pengukuran total fenol terhadap standar phloroglucinol menunjukkan
bahwa dalam ekstrak etanol Sargassum sp. terdapat 119.74 mg PGE/g ekstrak dan
ekstrak etanol E. cottonii terdapat 113.16 mg PGE/g ekstrak. Kedua hasil
pengukuran ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan literatur yang menyatakan
bahwa total fenol dalam ekstrak metanol Sargassum polycystum adalah 55.16 mg
PGE/g ekstrak (Matanjun et al., 2010) dan ekstrak metanol E. cottonii adalah 22.50
mg PGE/g ekstrak (Matanjun et al., 2008)
Perbedaan hasil pengukuran total fenol dalam bentuk sediaan ekstrak dapat
dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi (Budhiyanti et al.,
2012). Pelarut ekstrak seperti metanol cenderung menghasilkan nilai total fenol
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut organik lainnya seperti etanol dan
dietil eter karena bersifat lebih polar, sehingga mampu mengekstrak secara optimal
senyawa fenolik seperti phlorotannin yang bersifat hidrofilik (Matanjun et al., 2008).
Polifenol yang terkandung pada alga bervariasi sesuai dengan letak geografis,
musim, waktu panen dan jenis alga (Rajauria et al., 2016). Pemilihan bahan baku
juga berpengaruh terhadap perbedaan kandungan total fenol alga, seperti adanya
23
perbedaan sumber lokasi perolehan alga dan kondisi lingkungan perairan tempat
alga tumbuh. Penelitian oleh Yanuarti et al. (2017) menggunakan alga yang berasal
dari perairan Serang, Banten sedangkan pada penelitian oleh Matanjun et al. (2008)
dan (2010) alga berasal dari kawasan Pulau Kalimantan. Pertumbuhan dan
penyebaran alga dan jenis biota perairan lainnya dipengaruhi oleh toleransi
fisiologinya untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti substrat,
salinitas, suhu, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi (Pakidi dan Suwoyo, 2016).
Alga coklat seperti Sargassum sp. merupakan alga yang tumbuh liar. Sargassum
sp. merupakan spesies yang tumbuh di zona pasang-surut dimana ada arus dan
ombak, serta perairan yang jernih.
Menurut Pavia dan Brock (2000), konsentrasi senyawa fenolik pada alga lebih
tinggi saat gelombang surut dibandingkan saat pasang. Hal ini dikarenakan pada
saat gelombang surut, radiasi sinar matahari tinggi sehingga mendorong adanya
adaptasi fisiologis. Sargassum sp. memiliki kemampuan photoprotection untuk
beradaptasi terhadap iradiasi yang terjadi saat gelombang surut. Selain itu, pada
musim kemarau paparan radiasi matahari tinggi sehingga senyawa fenolik
melindungi dari Photosynthetically Active Radiation (PAR).
Phlorotannin alga yang berada pada dinding sel diasumsikan sebagai sistem
pertahanan alga untuk melindungi dari tingginya PAR dan kerusakan UV (Pavia et
al., 1997). Meski demikian, alga coklat tumbuh subur di daerah tropis karena
memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis (Sulisetjono, 2009). Sementara itu,
untuk alga merah seperti E. cottonii merupakan alga hasil budidaya, sehingga
kondisi lingkungannya lebih terkontrol. E. cottonii dibudidayakan dengan kedalaman
30 cm dan pada kondisi suhu, salinitas, kandungan fosfat dan nitrat yang terkontrol
(Kumar et al., 2015). Perbedaan musim menunjukkan bahwa pada musim panas
kandungan senyawa fenolik pada alga mencapai titik maksimum, dan pada musim
gugur ataupun dingin senyawa fenolik mencapai titik terendah (Connan et al., 2004).
3.3 Konsumsi Pakan Tikus Wistar
Konsumsi pakan tikus wistar perlu diamati setiap hari selama perlakuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan standar, pakan yang tinggi lemak
(Higt Fat Diet) dan pakan tinggi lemak dengan dilakukannya penyondean ektrak
algaSargassum sp. dan ekstrak algaE.cottonii. Hasil pengamatan konsumsi pakan
tikus Wistar dapat dilihat pada Gambar 3.1
24
Gambar 3.1 Grafik Konsumsi Pakan Tikus Tiap Minggu Selama 28 Hari
Gambar 3.1 menunjukkan grafik perkembangan dari konsumsi pakan pada
tikus tiap minggu selama 28 hari. Pada grafik tersebut dapat dilihat di setiap
kelompok pakan mengalami peningkatan pada minggu kedua. Minggu pertama
pakan yang diberikan pada tikus sebanyak 15 gram setiap hari, namun karena di
hari berikutnya dilihat pakan selalu habis dan tikus terlihat agresif, makan diminggu
kedua ditingkatkan jumlah pakan yang diberikan menjadi 20gram/tikus/hari .
Sedangkan untuk minggu ke tiga dan minggu ke empat grafik menunjukkan
penurunan.
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat untuk perlakuan pemberian pakan tinggi
lemak dengan penambahan ekstrak alga sargassum sp. maupun E.cottoni lebih
sedikit pakan yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan kerana pada saat pembersihan
kandang dan pemberian pakan, tikus tersebut langsung diberikan ekstrak alga
seingga membuat tikus lebih cepat kenyang daripada tikus yang tidak diberikan
ekstrak alga.
Jumlah konsumsi pakan tikus per hari diperoleh dengan penimbangan sisa
pakan tikus setiap hari selama masa perlakuan. Jumlah konsumsi pakan
merupakan selisih dari jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan tikus
selama masa perlakuan. Rata-rata konsumsi pakan tikus selama 28 hari dapat
dilihat pada Tabel 3.4
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
1 2 3 4
Ko
nsu
msi
Pak
an (
g)
Minggu ke
Standart Tinggi Lemak
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum Tinggi Lemak + Ekstrak E. Cottoni
25
Tabel 3.4 Rata-rata Konsumsi pakan tikus wistar selama 28 hari
Kelompok Pakan Minggu Ke- (g) Rata-rata
(g/ekor/minggu) 1 2 3 4
Standart 102,32 130,53 126,73 106,4 116,51 Β± 14,18
Tinggi Lemak 99,63 119,30 105,86 95,7 105,12 Β± 10,34
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum
98,10 105,52 103,21 83,4 97,55 Β± 9,95
Tinggi Lemak + Ekstrak E. Cottoni
94,78 116,94 108,45 92,6 103,18 Β± 11,56
Tabel 3.4 Menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan tikus selama 28
hari tidak terjadi perubahan secara signifikan dalam minggu pertama hingga minggu
ketiga secara keseluruhan. Untuk minggu ke empat hari ke-28 tikus dipuasakan
mulai jam 3 sore, sehingga pakan yang diberikan dikonsumsi sebagian. Hal tersebut
berpengaruh terhadap rerata konsumsi pakan tikus pada minggu keempat.
Hasiljumlah pakan yang dikonsumsi dari setiap jenis pakan tidak berbeda nyata
setiap minggunya.Berdasarkan hasil analisis ragam ANOVA (Ξ±=0,05)(Lampiran 8),
jumlah pakan yang dikonsumsi dari setiap jenis pakan tidak berbeda nyata setiap
minggunya.
Kelompok pakan standar pada umumnya memiliki nilai konsumsi pakan lebih
besar dibandingkan dengan kelompok pakan yang lain. Hal ini disebabkan karena
kelompok pakan standart tidak memiliki kandungan lemak yang banyak ataupun
cepat membuat kenyang.Sedangkan untuk kelompok pakan dengan tinggi lemak
lebih sedikit di konsumsi karena tekstur yang dihasilkan lebih mudah pecah dan
menjadi serbuk. Preferensi konsumsi tikus dipengaruhi oleh sifat sensori seperti
bau, warna dan tekstur (Larsen et al., 2011).
3.4 Berat Badan Tikus
Berat badan tikus perlu diamati dan ditimbang setiap minggunya untuk
mengetahui adanya pengaruh pakan (pakan standart dan kontrol positif) yang
diberikan oleh tikus setiap harinya dengan penambahan berat badan tikus, serta
pengaruh penyondean ekstrak dari Alga. Penimbangan berat badan tikus dilakukan
seminggu sekali selama 28 hari perlakuan. Hasil pengamatan berat badan tikus
dapat dilihat pada Gambar 3.2
26
Gambar 3.2 Gambar Grafik Berat Badan Tikus
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan berat badan
tikus mengalami peningkatan setiap minggu selama 28 hari perlakuan. Penelitian
yang dilakukan oleh Widodo dkk. (2006) menyatakan bahwa peningkatan berat
badan tikus terjadi karena makanan yang diberikan dan dikonsumsi oleh tikus
sesuai dengan kemampuannya atau proporsional dengan energi yang dikeluarkan,
sehingga energi yang ada digunakan untuk pertumbuhan dan peningkatan massa
jaringan. Dalam keadaan normal, keadaan yang baik dan seimbang antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi yang sesuai, maka berat badan berkembang
seiring dengan bertambahnya umur. Persentase peningkatan berat badandapat
dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 PeningkatanBerat Badan Tikus
Pada Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa berat badan tikus yang diberikan ektrak
dari Alga E.cottoni mengalami peningkatan berat badan yang lebih
sedikit.Berdasarkan hasil analisis ragam ANOVA (Ξ±=0,05)(Lampiran 7),
0
50
100
150
200
250
300
350
0 1 2 3 4
Ber
at B
adan
(g)
Minggu Ke-
Standart (STD) Tinggi Lemak
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii
Kelompok Pakan Berat badan awal
(g) Berat badan akhir
(g) Peningkatan
(%)
Standar 134,33 250,83 116,50 Β± 17,51
Tinggi Lemak 139,17 252,83 113,67Β± 15,33
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 120,83 235,33 114,50 Β± 14,60
Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 131,33 240,83 109,50 Β± 20,62
27
peningkatan berat badan antar kelompok jenis pakan tidak berbeda nyata, sehingga
perbedaan peningkatan berat badan antar kelompok tidak berpengaruh terhadap
efek yang ditimbulkan akibat konsumsi tinggi lemak.Penelitian ini menunjukkan
bahwa pakan tinggi lemak yang dikonsumsi mengandung kalori tinggi, dimana 50%-
nya disumbangkan oleh lemak dari minyak dan lemak sapi murni (Buettner, 2007).
Kelompok pakan konsumsi tinggi lemak dengan penambahan ekstrak alga memiliki
persentase perningkatan yang rendah dikarenakan polyphenol dilaporkan dapat
meningkatan oksidasi lemak (Belza and Jessen, 2005) dan meningkatkan
biosintesis mitokondria (organel dalam sel tempat untuk membakar lemak) (Santos
et al, 2018)
3.5 Kadar MDA dan SOD Serum Darah Tikus
3.5.1 Kadar MDA (Malondialdehid) Serum Darah Tikus
Analisis kadar MDA serum darah tikus dilakukan karena pengukuran MDA telah
lama digunakan sebagai indikator kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh
sekaligus sebagai indikator keberadaan radikal bebas. Hasil Analisis kadar MDA
serum darah tikus yang diberi pakan standar, pakan tinggi lemak, dan yang diberi
ekstrak E.cottonii serta Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3.3
Gambar 3.3 Grafik Kadar MDA serum darah tikus
Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa kelompok pakan tinggi lemak
memiliki MDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pakan yang lain.
Kelompok pakan tinggi lemak cenderung memiliki kadar MDA yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompol pakan standar. Perlakuan pemberian pakan tinggi
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Standar Tinggi Lemak Tinggi Lemak + EkstrakCottonii
Tinggi Lemak + EkstrakSargassum
Kad
ar M
DA
(ng/
100Β΅
L)
Kelompok Pakan
28
lemak dibandingkan dengan pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak E.
cottoniimenghasilkan kadar MDA yang tidak berbeda nyata sedangkan perlakuan
pemberian pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak Sargassum sp.
menghasilkan kadar MDA yang lebih rendah seperti yang disajikan pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Rerata Kadar MDA serum darah tikus
Kelompok pakan Rerata(ng/100Β΅L)
Standar 1,38 Β± 0,17a
Tinggi Lemak 2,67 Β± 0,39c
Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 2,57 Β± 0,15c
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 2,06 Β± 0,19b
BNT 5% 0,37 Keterangan: nilai diatas menunjukkan nilai rata-rata kadar MDA Β± standar deviasi. Data
merupakan rerata 3 kali ulangan. Data dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(Ξ±=0.05)
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa kadar MDA kelompok tikus yang diberikan
pakan tinggi lemak secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pakan standar.
Tingginya kadar MDA disebabkankan oleh ketidakseimbangan jumlah antioksidan
baik yang berupa enzim endogen maupun antioksidan dari diet dengan jumlah
prooksidan dapat menyebabkan kondisi stres oksidatif (Daneil et. al, 2009).
Peningkatan konsentrasi MDA membuktikan adanya reaksi lipid peroksida pada
tubuh hewan coba.
Pemberian pakan tinggi lemak pada tikus dalam jangka panjang akan
mengakibatkan terjadinya reactive oxygen species (ROS) dan akan muncul radikal
β radikal bebas yang dapat meningkatkan stress oksidatif. Produksi ROS yang
meningkat dapat mendegradasi lemak tak jenuh ganda membentuk MDA dan
mengakibatkan komplikasi.
3.5.2 Kadar SOD(Superoxide dismutase) Serum Darah Tikus
Analisis kadar SOD (Superoxide dismutase) serum darah tikus dilakukan
karena SOD (Superoxide dismutase) merupakan suatu antioksidan yang berasal
dari dalam tubuh yang dapat mengeliminasi radikal superoksida dan melindungi sel
dari kerusakan akibat radikal bebas. Hasil Analisis kadar SOD serum darah tikus
yang diberi pakan standar, pakan tinggi lemak, dan yang diberi ekstrak E.cottonii
serta Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3.4
29
Gambar 3.4 Grafik Kadar SOD Serum Darah Tikus
Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa kelompok pakan standar
memiliki aktivitas SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pakan
tinggi lemak. Namun pada pakan tinggi lemak dengan perlakuan pemberian
ekstrak aktivitas SOD cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pakan tinggi
lemak tanpa perlakuan pemberian ekstrak alga. Peningkatan ini disebabkan oleh
kandungan antioksidan polifenol yang dapat menghambat terjadinya reaksi
oksidasi. Perlakuan pemberian ekstrak E. cottonii dan Sargassum sp pada tikus
yang diinduksi stres oksidatif dengan pemberian pakan tinggi lemak memiliki kadar
MDA serum lebih rendah namun belum mencapai tingkat yang signifikan seperti
yang disajikan pada Tabel 3.7
Tabel 3.7 Rerata Kadar SOD serum tikus
Kelompok pakan Rerata(unit/100Β΅L)
Standar 46,43 Β± 4,67c
Tinggi Lemak 16,79 Β± 6,48a
Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 22,19 Β± 0,88a
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 32,70 Β± 8,51c
BNT 5% 8,89 Keterangan: nilai diatas menunjukkan nilai rata-rata kadar MDA Β± standar deviasi. Data
merupakan rerata 3 kali ulangan. Data dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(Ξ±=0.05)
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa kadar SOD kelompok tikus yang diberikan
pakan standar memiliki nilai paling tinggi. Pakan tinggi lemak dengan pemberian
ekstrak sargassum secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi lemak yang
tidak diberikan ekstrak alga. Kadar SOD yang lebih tinggi pada perlakuan kelompok
0
10
20
30
40
50
60
Standar Tinggi Lemak Tinggi Lemak +Ekstrak Cottonii
Tinggi Lemak +Ekstrak Sargassum
Kadar
SO
D
(unit/1
00Β΅L)
Kelompok Pakan
30
tikus yang diinduksi stres oksidatif dengan konsumsi lemak berlebih dan ada
penambahan ekstrak alga dapat terjadi karena adanya polyphenol dapat
meningkatkan enzim antioksidan dalam tubuh (Chun Yi Ng et al., 2012).Keadaan ini
juga menyebabkan ketidakseimbangan antara senyawa oksidatif dan komponen
antioksidan endogen sehingga aktivitas antioksidan di dalam tubuh menurun dan
akan menyebabkan kerusakan sel, terutama sel hati yang dapat merubah fungsi
hati sebagai penetralisir senyawa yang berbahaya. Pakan tinggi lemak dengan
penambahan esktrak Sargassum memiliki kadar SOD yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak E.cottonii
hal ini dikarenkan pada perlakuan ekstraksi, polyohenol yang pada Sargassum lebih
banyak dibandingkan polyphenol pada E. cottoni. Polyphenol dapat memicu
ekspresi enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), glutathione
peroxidase dan katalase (Kang et al., 2005, 2006).
Pakan tinggi lemak tanpa perlakuan ekstrak ini mengakibatkan keseimbangan
antara prooksidan dan antioksidan menjadi terganggu dan terjadi pelepasan nitrit
oksida (NO) dan penurunan kadar mikronutrien dalam tubuh yang mengakibatkan
sel akan lebih sensitif terhadap stres oksidatif dan terjadi penurunan kadar SOD
(Boaventura, 2015).SOD merupakan metaloensim dengan Cu sebagai gugus aktif
sementara Zn lebih berperan pada strukturnya (Robinson dan Eskin,1989)
3.6 Analisis Hispatologi Hati Tikus
Pengamatan struktur histologis secara menyeluruh pada hati tikus
kelompokpakan standar, pakan tinggi lemak, dan yang diberi ekstrak E.cottonii serta
Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3.5
31
Gambar 3.5 Histologi Hati Tikus dengan perlakuan A. kelompok pakan standar; B. kelompok
pakan tinggi lemak; C. kelompok pakan tinggi lemak + ekstrak Sargassum; D. kelompok
pakan tinggi lemak + ekstrak E.Cottoni. Keterangan : N(Nukleus). G(glukosa). DL (Droplet Lemak)
Berdasarkan Gambar 3.5 dapat dilihat pada kelompok pakan tinggi lemak
mengalami droplet lemak yang sangat banyak, pada kelompok pakan tinggi lemak
dengan perlakuan pemberian ekstrak alga juga memiliki droplet lemak namun
sedikit, sedangkan pada kelompok pakan standar memiliki droplet lemak yang
sangat sedikit. Penelitian Nam (2017) menyebutkan histologi jaringan hati
menunjukkan bahwa tikus dengan diet tinggi lemak memiliki proporsi droplet dan
akumulasi lemak hati yang tinggi pada hati tetapi suplementasi antioksidan dari
greentea menyebabkan penurunan droplet lemak yang signifikan dalam sel hati.
Droplet pada hati terjadi karena konsumsi lemak berlebih yang dapat
menyababkan kapasitas penyimpanan dari jaringan adiposa berlebih atau tidak
berfungsi secara normal sehingga terjadi peningkatan asam lemak disirkulasi yang
dapat menyebabkan akumulasi lemak pada organ seperti hati, otot dan pangkreas
(Lahino, 2014). Kelompok pakan tinggi lemak dengan pemberian ekstrak alga
terdapat droplet lemak namun sedikit hal ini disebabkan karena banyak antioksidan
yang dapat meredam efek buruk dari radikal bebas, salah satunya adalah alga yang
memiliki komponen bioaktif polifenol. Polifenol dapat memberikan atom hidrogen
yang dimilikinya pada radikal bebas dan membentuk senyawa yang non-reaktif dan
berperan dalam menekan terjadinya peroksidasi lipid dan cincin fenol berperan
sebagai electron traps untuk radikal bebas(Chojnacka et al., 2012; Namvar et al.,
2013).
A B
C D
32
Asupan diet tinggi lemak dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya steatosis dalam sel hati. Trigliserida yang dibentuk dalam hati akan
mengalami dua hal yakni disimpan dalam droplet lemak yang mengakibatkan
steohepatis dan dikemas bersama apoprotein B (apo-b) dan disekresikan kedalam
sirkulasi dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL) (Salt, 2004). Ekstrak
etanolik daun bayam merah mampu mencegah terjadinya perlemakan hati dan
kenaikan kadarALT (Alanin Transaminase) karena mengandung senyawa aktif atau
pilofenol. polifenil merupakan antioksidan yang mana dapat menghambat sekresi
apo-B 100 pada sel CaCO2 serta dapat menurunkan aktivitas MTP yang berperan
dalam pembentukan kolesterol dan trigliserida. Kuersetin juga dapat menghambat
aktivitas enzim HMG-KoA reduktase, yaitu enzim yang berperan dalam
pembentukan kolesterol selain itu juga sebagai antioksidan yang dapat menekan
radikal bebas (Benz, 2009).
3.7 Analisis Jaringan Adiposa Tikus
Diet tinggi lemak dapat menyebabkan membesarnya adipocyte (sel lemak)
apabila durasi pemberiannya cukup panjang. Pengamatan struktur histologis secara
menyeluruh pada jaringan adipose tikus kelompok pakan standar, pakan tinggi
lemak, dan yang diberi ekstrak E.cottonii serta Sargassum sp. dapat dilihat pada
Gambar 3.6
Gambar 3.6 Adipocyte pada jaringan adipose subkutan abdominal: a. pakan standard
b. pakan HFD c.pakan HFD + ekstrak E.cottonii dan d. pakan HFD + ekstrak Sargassum
33
Berdasarkan Gambar 3.6 kelompok yang diinduksi dengan pakan tinggi lemak
yang memiliki tebal lemak subkutan yang lebih besar.Peningkatan massa jaringan
adiposa yang disebabkan oleh energi yang masuk melebihi energi yang
dikeluarkan, sehingga terjadi akumulasi dalam bentuk lemak. Akumulasi dalam
bentuk lemak akan mengakibatkan hipertrofi dan hiperplasia pada jaringan adiposa
(Derdemezis et al., 2011; Enns et al., 2011) Kelompok yang diinduksi pakan tinggi
lemak akan memiliki trigliserida yang berlebih sehingga akan disimpan dalam
jaringan adiposa dibawah kulit (Baron, 1994)
Kelompok tikus dengan pertambahan ekstrak Alga memiliki ketebalan lemak
yang lebih kecil hal ini sesuai dengan penelitian Fuji et al. (2007) dalam Sakurai et
al. (2008) melaporkan bentuk molekul polifenol yang kompleks lebih sulit dicerna
daripada bentuk molekul polifenol yang lebih sederhana. Hasil penelitian Sakurai et
al. (2008) menunjukkan bentuk oligomer polifenol dari ekstrak perikarp buah leci,
yakni oligonol memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat daripada ekstrak perikarp
buah leci biasa, baik secara in vivo maupun in vitro. Hal ini menunjukkan tingkat
penyerapan polifenol berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan pada sel adiposa.
Antioksidan mempunyai pengaruh anti inflamasi yang poten, menekan ekspresi gen
makrofag secara in vitro dan in vivo, serta menghambat sel mononuklear pro
inflamasi (Jiao, 2009:108). Polfenol mengakibatkan menurunnya jumlah total
ATMs(Adipose Tissue Macrophage) (Fujisaka, 2009)
34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Kelompok tikus yang diberi pakan tinggi lamak tanpa perlakuan
penambahan ekstrak alga memiliki nilai kadar MDA paling tinggi dan
memiliki kadar SOD paling rendah
2. Kelompok tikus pakan tinggi lemak yang diberikan ekstrak alga E.cottoni dan
Sargassum sp kadar MDA serum tikus lebih rendah dan kadar SOD serum
tikus lebih tinggi dibandinkan dengan kelompok pakan tinggi lemak tanpa
pemberian ekstrak.
3. Pada kelompok pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak Sargassum
kadar MDA serum tikus lebih rendah dibandingkan perlakuan ekstrak E.
cottonnii dan kadar SOD serum tikus lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak E.cottoni
4. Kelompok pakan tinggi lemak terdapat banyak perlemakan pada hepar tikus
dibandingkan dengan kelompok pakan dengan pemberian ekstrak alga
5. Kelompok pakan tinggi lemak terdapat ukuran sel lemak (adipocyte) yang
lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok pakan
standard dan kelompok pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak
alga
4.2 Saran
1. Perlu dilakukan masa perlakuan yang lebih panjang sehingga dapat diamati
efek pemberian ekstak alga pada terhadap penurunan kadar MDA dan
peningkatan kadar SOD serta perlemakan pada jaringan. Perlu dilakukan
penambahan kelompok perlakuan yang tanpa diet tinggi lemak tetapi
diberikan ekstrak alga. Untuk melihat ekstrak alga bersifat preventif atau
curative terhadap stress oksidatif.
35
Daftar Pustaka
Alvarez JG. 1987. Spontaneous Lipid Peroxidation and Production Of
Hydrogen Peroxide and Superoxide in Human Spermatozoa:
Superoxide As Major Enzyme Protectant Againts Oxygen Toxixity. J.
Androl. 8: 338- 348.
Arkhaesi, Nahwa. 2008. Kadar Malondialdehyde (MDA) Serum Sebagai Indikator
Prognosis Keluaran pada Sepsis Neonatorum. Tesis. Program
Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis-1 Ilmu Kesehatan Anak Univesitas Diponegoro, Semarang.
Asni, E., dkk. 2009. Pengaruh Hipoksia Berkelanjutan Terhadap Kadar
Malondialdehid, Glutation Tereduksi, dan Aktivitas Katalase Ginjal
Tikus. Maj Kedokt Indon. 59(12): 595-600.
Aziz AA, Kenney LS, Goulet B, Abdel-Aal ES. 2009. Dietary Starch Type Affects
Body Weight and Glycemic Control in Freely Fed but Not Energy-
Restricted Obese Rats. The Journal of Nutrition. 2009;139(10):1881-9.
Bandini LG, Must A, Phillips SM, Naumova EN, Dietz WH. 2004.Relation of Body
Mass Index and Body Fatness to Energy Expenditure: Longitudinal
Changes from Preadolescence Through adolescence. Am J Clin Nutr
2004; 80:1262-9.
Baraas F, 2006. Kardiologi Molekuler. Kardia Iqratama. Jakarta
Belza, A., Jessen, AB. 2005. Bioactive food stimulants of sympathetic activity:
effect on 24-h energy expenditure and fat oxidation. European Journal of
Clinical Nutrition (2005) 59, 733β741
Bentz, A. B. 2009. A review of quercetin: Chemistry, antioxidant properties, and
bioavailability. Journal of young investigators, 19(10).
Beyegue CFN, Ngangoum RMC, Kuate D, Ngondi JL, Oben JE .2012. Effect of
Guibourtia tessmannii extracts on blood lipids and oxidative stress
markers in triton WR 1339 and high fat diet induced hyperlipidemic
rats. Biol. Med 4(1):1-9.
Buettner, Roland., Scholmerich, Jurgen., Bollheimer, Cornelius. 2007. High Fat
Diet: Modeling the Metabolic Disorders of Human Obesity in Rodents.
36
Department of Internal Medicine I, University of Regensburg, Regensburg,
Germany Obesity. 2007;15:798β808 Vol 15 No 4
Caspar-Bauguil S, Cousin B, Galiner A, Segafredo C, Nibbelink M, Andre M,
Casteilla L, Pecaud L. 2005. Adipose tissue as an ancestral immune
organ: Sitespecific change in obesity. FEBS Lett 579(17):3487-3492,
2005
Chojnacka, K., Witkowska, Z., Saeid, A., Tuhy, L. 2012. Biologically Active
Compounds in Seaweed Extracts- The Prospects for The
Application.The Open Conference Procedings Journal. Vol:3, 20-28.
Daniels ,TF., Killinger, KM., Michal, JJ., Wright, RW.,and Jiang, Z. 2009.
Lipoproteins, cholesterol homeostatis and cardiac health. Int J Biol Sci
;5(5):474-88
Delazar, Abbas, Lutfun Nahar, Sanaz Hamedeyazdan, Satyajit D. Sarker. 2012.
MicrowaveAssisted Extraction in Natural Products Isolation. Di dalam
Satyajit D. Sarker and Lutfun Nahar (eds.), Natural Products Isolation,
Methods in Molecular Biology, vol. 864. Springer Science : New York
Derdemezis, C. S., Kiortsis, D. N., Tsimihodimos, V., Petraki, M. P., Vezyraki, P., Elisaf, M. S., dan Tselepis, A. D. 2011. Effect of Plant Polyphenols on Adipokine Secretion from Human SGBS Adipocytes. Biochemistry Research International Volume 2011, Article ID 285618, 5 pages
Derdemezis, C. S., Kiortsis, D. N., Tsimihodimos, V., Petraki, M. P., Vezyraki, P.,
Elisaf, M. S., dan Tselepis, A. D. 2011. Effect of Plant Polyphenols on
Adipokine Secretion from Human SGBS Adipocytes. Biochemistry
Research International Volume 2011, Article ID 285618, 5 pages
Esposito G, Scuderi C, Savani C, Steardo L, Jr, De Filippis D, Cottone P, et al.
2007. Cannabidiol in vivo blunts beta-amyloid induced
neuroinflammation by suppressing IL-1beta and iNOS expression. Br J
Pharmacol. 2007;151:1272β1279.
Esposito G, Scuderi C, Savani C, Steardo L, Jr, De Filippis D, Cottone P, et al.
2007. Cannabidiol in vivo blunts beta-amyloid induced
neuroinflammation by suppressing IL-1beta and iNOS expression. Br J
Pharmacol. 2007;151:1272β1279.
Federer, W.T. 1966. Experimental Design Theory and Application. Calcutta :
Oxford & IBH Publishing Co
37
Fujisaka S, Usui I, Bukhari A, Ikutani M, Oya T, Kanatani Y. 2009.Regulatory
Mechanisms for Adipose Tissue M1 and M2 Macrophages in Diet-
Induced Obese Mice. Diabetes 58:2574β2582,2009
Halliwell B, Guttridge JMC. 1998. Free radicals in biology and medicine. 3rd Ed.
Oxford. Clarendon Press. P. 301
Halliwell B. 2006. Reactive spesies and antioxidants: Redox biology is a
fudamental theme of aerobic life. Plant Physiol. 141:312-322
Himawan. 2003. Kumpulan Kuliah Patologi. Bagian Anatomi Patologi. Depok: FK
UI
Hitner H, Barbara TN. 2011. Pharmacology: An introduction Ed ke-6. (US):
McGraw-Hill
Jiao P, Chen Q, Shah S . 2009.Obesity-Related Upregulation of Monocyte
Chemotactic Factors in Adipocytes. Diabetes 58:104β115, 2009
Karalis KP, Giannogonas P, Kodela E, Koutmani Y, Zoumakis M, and Teli T. 2009.
Mechanism of obesity and related pathology: linking immune
responses to metabolic stress. Mini review FEBS journal 276: 5747-5754
Khansari, N., Shakiba Y and Mahmoudi M. 2009. Chronic inflammation and
oxidative stress as a major cause of age-related diseases and cancer.
Recent Patents on Inflammation & Allergy Drug Discovery. Vol. 3, Issue 1:
73-80
Khotimah,K., Darius dan B.B. Sasmito. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Aktif Alga
Coklat (Sargassum fillipendulla) Sebagai Antioksidan Pada Minyak Ikan
Lemuru (Sardinella longiceps). THPI Student Journal Universitas
Brawijaya, Malang , Volume. I No. 1 pp 10-20.
Kintscher U, Hartge M, Hess K, Forsyst-Ludwig A, Clemenz M, Wabitsch M,
FischerPosovszky P, Barth TF, Dragun D, Skurk T et al. 2008. T-
lymphocyte infiltration in visceral adipose tissue: A primary event in
adipose tissue inflammation and the development of obesity-mediated
insulin resistance. Atertiorcler Thromb Vasc Biol 28(7):1304-1310.
Klass S. 1997. Functional differentiation of white and brown adipocytes.
Bioessays 19:215.
38
Kristina, Heni., Sartono, Nurmasari., Rusdi. 2016. Kadar Peroksida Lipid Dan
Aktivitas Superoksida Dismutase Serum Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 .Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta ISSN :
0126-3552
Kristina, Heni., Sartono, Nurmasari., Rusdi. 2016. Kadar Peroksida Lipid Dan
Aktivitas Superoksida Dismutase Serum Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 .Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta
ISSN : 0126-3552
Kuroshima A. 1993. Brown adipose tissue thermogenesis as a physiological
strategy for adaptation. Japan J Physiol 43:117
Lahino, Hasya. 2014. Perbedaan antara Obesitas Sentral dan Non Sentral
terhadap Kejadian Hipertensi. Fakultasi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta
Lahino, Hasya. 2014. Perbedaan antara Obesitas Sentral dan Non Sentral
terhadap Kejadian Hipertensi. Fakultasi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta
Larsen, D., Quek S.Y., Eyres L. (2011) Evaluating Instrumental Colour and
Texture of Thermally Treated New Zealand King Salmon (Oncorhynchus
Tshawytscha) and Their Relation to Sensory Properties. LWTβ Food Sci.
Technol. 44, 1814β1820.
Larsen, D., Quek S.Y., Eyres L. (2011) Evaluating Instrumental Colour and
Texture of Thermally Treated New Zealand King Salmon
(Oncorhynchus Tshawytscha) and Their Relation to Sensory
Properties. LWTβ Food Sci. Technol. 44, 1814β1820.
Lumeng CN, Bodzin JL, Saltiel AR. 2007. Obesity induces a phenotypic switch in
adipose tissue macrophage polarization. J. Clin. Invest. 117, 175β184
Luqman, A.W., dan Yunianta. 2012. Ekstraksi Antosianin Dari Limbah Kulit Ubi
Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Metode Microwave Assisted Extraction
(Kajian Waktu Ekstraksi dan Rasio Bahan:Pelarut). Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Manurung, E. 2004. Hubungan Antara Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal
dengan Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Plasma Penderita
Penyakit Jantung Koroner. Magister Sains Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
39
Matarase G, Procaccini C, De Rosa V, Horvath TL, La Cava A. 2010. Regulating T
cells in obesity: the leptin connection. Trends Mol Med 16(6):247-56. doi:
10.1016/j.molmed.04.002
Mayes PA. 2003. Biosintesis asam lemak. In: Murray RK, Granner DK, Mayes PA,
Rodwell VW, editors. Biokimia. Jakarta.
McBride, J.M. dan Kraemer, W.J. 1999. Free Radical, Exercise, and
Antioxidants. Journal of Strength and Conditioning Research, 13(2): 175-
183.
Montero D, Walther G, Perez-Martin A, Roche E, dan Vinet A. 2012. Endothelial
dysfunction, inflammation, and oxidative stress in obese children:
markers and effect of lifestyle intervention. Obesity review (2012) 13,441-
455
Mourey, Alaan. 2008. Nutrition Manual For Humanitarian Action. International
Committee of the Red Cross Assistance Division 19. Avenue de la Paix 1202
Geneva. Switzerland
Mourey, Alaan. 2008. Nutrition Manual For Humanitarian Action. International
Committee of the Red Cross Assistance Division 19. Avenue de la Paix 1202
Geneva. Switzerland
Muller H, Lindman AS, Brantsaeter AL, Pedersen JI. 2003. The serum LDL/HDL
cholesterol ratio is influenced more favorably by exchanging saturated
with unsaturated fat than by reducing saturated fat in the diet of
women. J Nutr. 2003.
Mushollaeni, W. 2011. Karakteristik Natrium Alginat dari Sargassum sp.,
Turbinaria sp., dan Padina sp. Program studi teknologi industri pertanian.
Fakultas pertanian. Universitas Tribuwana Tunggadewi. Vol. XXII no 1 th
2011
Nair, AB., Jacob, SA. 2016. Simple Practice Guide For Dose conversion
between Animal and Human. J Basic Clin Pharma 2016;7:27-31
Nair, AB., Jacob, SA. 2016. Simple Practice Guide For Dose conversion
between Animal and Human. J Basic Clin Pharma 2016;7:27-31
Namvar, F., Mohamad, R., Baharara, J., Balanejad, S.Z., Fargahi, F., Rahman, H.
S. 2013. Antioxidant, Antiproliferative and Antiangiogenesis Effects of
40
Polyphenol- Rich Seaweed. Hindawi Publishing Corporation Biomed
Research International. Vol : 2013.
Nielsen, F., Mikkelsen, B.B., Nielsen, J.B., Andersen, H.R., dan Grandjean, P. 1997.
Plasma Malondialdehyde as Biomarker for Oxidative Stress: Reference
Interval and Effect of Life-style Factors. Journal Clinical Chemistry, 43(7):
1209-1214.
Nissa, C., Majdid, IJ. 2016. Potensi Glukomanan pada Tepung Porang sebagai
Agen Anti-Obesitas pada Tikus dengan Induksi Diet Tinggi Lemak.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 13 No 1 - Juli 2016 (1-6) ISSN 1693-900X
(Print), ISSN 2502-4140 (Online)
Novelli, E.L.B., Y.S. Diniz, C.M. Galhardi, G.M.X Ebaid, H.G. Rodrigues, F. Mani,
A.A.H Fernandes, A.C. Cicogna and J.L.V.B Noverlli Filho. 2007.
Anthropometrical Parameters and Markers of Obesity in Rats.
Laboratory Animals 41: 111-119
Nurman, A. 2007. Perlemakan hati non alkoholik. Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Vol.26 - No.4
Nurman, A. 2007. Perlemakan hati non alkoholik. Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Vol.26 - No.4
Owen JA, Punt J, Stranford SA, Jones PP. 2013. Kuby Immunology. Edisi ke-7.
New york (US) : WH Freeman and Company
Pan, Xuejun,, Niu, Guoguang., Liu, Huizhou. 2003. Microwave-Assisted
Extraction of Tea Polyphenols and Tea Caffeine from Green Tea Leaves.
Chem. Engineering & Processing, 42, 129-133.
Pan, Xuejun,, Niu, Guoguang., Liu, Huizhou. 2003. Microwave-Assisted
Extraction of Tea Polyphenols and Tea Caffeine from Green Tea
Leaves. Chem. Engineering & Processing, 42, 129-133.
Panchal SK, Poudyal H, Iyer A, Nazer R, Alam A, Diwan V, et al. 2011.High-
carbohydrate High-fat Dietβinduced Metabolic Syndrome and
Cardiovascular Remodeling in Rats. Journal of Cardiovascular
Pharmacology. 2011;57(1):51 -64
Paravicini, T.M. dan Touyz, R.M. 2008. NADPH oxidase, reactive oxygen
species, and hypertention. Journal Diabetes Care, 31(2): S170-S180
41
Pascareu, Silvia., POP, ioan., Albu, Aida. 2014. Degradation Degree of
Polyphenols Depending on Drying Temperature of the Grape Pomace
Faculty of Animal Husbandry, University of Agricultural Sciences and
Veterinary Medicine. Romania Bulletin UASVM Animal Science and
Biotechnologies 71(2) / 2014
Pascareu, Silvia., POP, ioan., Albu, Aida. 2014. Degradation Degree of
Polyphenols Depending on Drying Temperature of the Grape Pomace
Faculty of Animal Husbandry, University of Agricultural Sciences and
Veterinary Medicine. Romania Bulletin UASVM Animal Science and
Biotechnologies 71(2) / 2014
Price SA, Lorraine MW. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Priyambodo S, 2007. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar
Swadaya
Puspita, E.V. 2014. Pengaruh Taurine terhadap Aktifitas Enzim Superoksida
Dismutase, Malondialdehida dan Histologi pada Hati Mencit (Mus
Musculus) Jantan yang Diinduksi Herbisida Glifosfat. (Tesis). Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Rahardjani, Kamilah Budi. 2010. Hubungan antara Malondialdehyde (MDA)
dengan Hasil Luaran Sepsis Neonatorum. Jurnal Sari Pediatri, 12(2): 82-
87.
Reuter, S., Gupta S.C., Chaturvedi M.M dan B.B. Aggarwal. 2010. Oxidative
stress, inflammation, and cancer: How are they linked?. Free Radic Biol
Med 49(11): 1603β1616
Robinson, DS., N.A.M, Eskin. 1989. Oxidative Enzyme in Food. Elsiver. London
Ross R. 1993. The pathogenesis of atherosclerosis: a perspective for the
1990s. nature 1993; 362: 801β809
Sakurai, T., Nishioka, H., Fujii, H., Nakano, N., Kizaki, T., Radak, Z., Izawa, T.,
Haga, S., dan Ohno, H. 2008. Antioxidative Effects of a New Lychee
Fruit-Derived Polyphenol Mixture,Oligonol, Converted into a Low-
Molecular Form in Adipocytes.Biosci. Biotechnol. Biochem., 72 (2), 463β
476, 2008
42
Sakurai, T., Nishioka, H., Fujii, H., Nakano, N., Kizaki, T., Radak, Z., Izawa, T.,
Haga, S., dan Ohno, H. 2008. Antioxidative Effects of a New Lychee
Fruit-Derived Polyphenol Mixture,Oligonol, Converted into a Low-
Molecular Form in Adipocytes. Biosci. Biotechnol. Biochem., 72 (2), 463β
476, 2008
Salasia SI, Bambang Hariono. 2010. Patologi Klinik Veteriner.
Yogyakarta:Samudra Biru
Salt, W. B. 2004. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD): a comprehensive
review. Journal of Insurance Medicine, 36(1), 27-41
Santos, TW., Pereira, QC., Teixeira, Lucimara., Gambero , Alessandra. 2018.
Effects of Polyphenols on Thermogenesis and Mitochondrial Biogenesis.
Int. J. Mol. Sci. 2018, 19, 2757
Santos, TW., Pereira, QC., Teixeira, Lucimara., Gambero , Alessandra. 2018.
Effects of Polyphenols on Thermogenesis and Mitochondrial
Biogenesis. Int. J. Mol. Sci. 2018, 19, 2757
Santoso, J., Yoshie-Stark, Y., and Suzuki, T. 2004. Antioxidant Activity of
Methanol Extracts from IndonesianSeaweeds in an Oil Emulsion Model.
Fisheries Science. 70: 183-188.
Setiawan, Bambang dan Eko Suhartono. 2005. Stres Oksidatif dan Peran
Antioksidan pada Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran Indonesia. 55 (2):
87-90.
Setiawan, meddy. 2011. Hubungan Antara Kejadian Asites Pada Cirrhosis
Hepatis Dengan Komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis. Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Vol.7 No. 15 Desember 2011
Setiawan, meddy. 2011. Hubungan Antara Kejadian Asites Pada Cirrhosis
Hepatis Dengan Komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis. Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Vol.7 No. 15 Desember 2011
Smith JB, S Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan
Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press
Soegih R. 2004.BMI and WC cut offs for the risk of comorbidities of obesity in
a population of Indonesia. Med J Indones 2004;13:241-5.
43
Spector. 2006. Pengantar Patologi Umum. Yogyakarta: Gadjah mada university
Steinberger J, Moran A, Hong CP, et al. 2003. Adiposity in childhood predicts
obesity and insulin resistance in young adulthood. J
Pediatr. 2003; 138: 469β473.
Tilg H and Moschen AR .2006. Adipocytokine: mediators linking adipose tissue,
inflammation and immunity. Nat Rev Immunol 6, 772-783
Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. 2007. Review: Free
Radicals and Antioxidants in Normal Physiological Functions and
Human Disease. Inter J Biochem Cell Biol. 39:44-84.
Werdhasari, Astri. 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia . Vol.3.2.2014: 59-68
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.
Wresdiyati, T., dkk. 2004. Pengaruh Ξ±-Tokoferol Terhadap Profil Superoksida
Dismutase dan Malondialdehida pada Jaringan Hati Tikus di Bawah
kondisi Stres. Jurnal Veteriner. 202-209.
Yunus, Moch. 2001. Pengaruh Antioksidan Vitamin C Terhadap MDA Eritrosit
Tikus Wistar Akibat Latihan Anaerobik. Jurnal Pendidikan Jasmani. (1): 9-
16.
Zainuri, M. dan Wanandi, S.I. 2012. Aktivitas Spesifik Manganase Superoxide
Dismutase (MnSOD) dan Katalase pada Hati Tikus yang Diinduksi
Hipoksia Sistemik: Hubungannya dengan Kerusakan Oksidatif. Jurnal
Media Litbang Kesehatan. 22(2): 87-92.
44
LAMPIRAN
1. Analisis Prosedur
1.1 Analisis kadar air (AOAC, 1999)
1. Diatur suhu oven pada 105ΒΊC
2. Cawan yang akan digunakan dioven selama 24 jam pada suhu 105ΒΊC lalu
didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang
3. Ditimbang sampel sebanyak 2 gram pada cawan yang telah didinginkan tersebut
4. Dikeringkan sampel dalam oven pada suhu 105ΒΊC selama 4 jam, didinginkan
dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang
5. Dikeringkan lagi sampel dalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator
selama 15 menit dan ditimbang
6. Diulang langkah nomor 5 sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan
berturut-turut kurang dari 0.0002 g)
7. Kadar air dihitung sebagai persentase kehilangan berat sampel setelah
pengeringan
%πππππ πππ (ππ) =π3
π2π₯100%
%πππππ πππ (π€π) =π3
π1π₯100%
Keterangan :
W1 = berat sampel (gram)
W2 = berat sampel setelah dikeringkan (gram)
W3 = kehilangan berat (gram) = W1 -W2
45
1.2 Analisis kadar serat kasar (Sudarmadji dkk., 1997)
1. Dihaluskan bahan dan ditimbang 2 gram
2. Dipindahkan bahan dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer 600 ml
3. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendidih (1,25 gram H2SO4 pekat / 100 ml =
0,255 N H2SO4) selama 30 menit sambil digoyangkan
4. Disaring suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam
erlenmeyer dicuci dengan akuades mendidih. Residu dalam kertas saring dicuci
dengan hingga pH air cucian menjadi netral
5. Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer dengan spatula,
kemudian dicuci dengan larutan NaOH mendidh (1,25 gram NaOH / 100 ml =
0,313 N NaOH) sebanyak 200 ml. Residu tersebut kemudian dididihkan dengan
pendingin balik sambil digoyangkan selama 30 menit
6. Disaring sampel melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya dan
dikeringkan, kemudian dicuci dengan larutan K2SO4 10%, akuades mendidih, lalu
kurang lebih 15 ml alkohol 95%
7. Dikeringkan kertas saring dengan isinya pada suhu 110ΒΊC sampai berat konstan
(Β± 2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang
8. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang
kadar serat kasar (%) =berat endapan kering (g)
berat sampel g)x100%
1.3 Analisis Total Fenol Standar Phloroglucinol (Ahmad et al., 2013)
1. Larutan standar phloroglucinol 120 mg/L dilarutkan dengan akuades ke dalam
berbagai konsentrasi yaitu 120, 100, 80, 60, 40, 20 mg/L untuk pembuatan
kurva standar
2. Siapkan 0.5 Β΅L sampel, dilarutkan dalam 10 mL etanol 96% menjadi
konsentrasi 50 Β΅L /L Tambahkan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu 10%. Sampel
diganti dengan larutan standar untuk pembuatan kurva standar.
3. Sampel segera dihomogenkan menggunakan vortex dan diinkubasi pada ruang
gelap, suhu ruang selama 5 menit
4. Tambahkan 4 mL Na2CO3 7.5% kemudian dihomogenkan menggunakan vortex
selama 20 detik
5. Sampel diinkubasi pada ruang gelap, suhu ruang selama 2 jam
6. Sampel diukur absorbansi pada panjang gelombang 740 nm
46
7. Kurva standar dibuat dengan konsentrasi pada sumbu X dan nilai absorbansi
pada sumbu Y
8. Total fenol dihitung menggunakan rumus
πππ‘ππ πβππππππ πΆπππ‘πππ‘ (ππ
ππππ πππ π‘πππ) =
(π₯). π£πππ’ππ(πΏ)
πππ π π (π)
1.4 Analisis Total Fenol Standar Asam Galat (Modifikasi Rattaya et al., 2015)
1. Larutan standar asam galat 200 mg/L dilarutkan dengan akuades ke dalam
berbagai konsentrasi yaitu 100, 80, 60, 40, 20 mg/L untuk pembuatan kurva
standar
2. Siapkan 0.5 Β΅L sampel, dilarutkan dalam 10 mL etanol 96% menjadi konsentrasi
50 Β΅L /L
3. Tambahkan 0.2 mL reagen Folin-Ciocalteu : akuades (1:1). Sampel diganti
dengan larutan standar untuk pembuatan kurva standar.
4. Sampel segera dihomogenkan menggunakan vortex dan diinkubasi pada ruang
gelap, suhu ruang selama 3 menit
5. Tambahkan 3 mL Na2CO3 2% kemudian dihomogenkan menggunakan vortex
6. Sampel diinkubasi pada ruang gelap, suhu ruang selama 30 menit
7. Sampel diukur absorbansi pada panjang gelombang 760 nm
8. Kurva standar dibuat dengan konsentrasi pada sumbu X dan nilai absorbansi
pada sumbu Y
9. Total fenol dihitung menggunakan rumus
1.5 Pengambilan Sampel Darah
Pengumpulan sampel darah dilakukan pada pagi hari melalui cardiac puncture
setelah tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Darah yang diperlukan
untuk analisis MDA dan SOD kurang lebih 0.5 mL. Darah yang telah diperoleh
kemudian didiamkan pada suhu ruang hingga menggumpal, kemudian diambil
serumnya. Serum tersebut disentrifugasi pada suhu 4ΒΊC selama 15 menit dengan
kecepatan 5000 rpm, lalu diambil supernatan (sampel).
47
1.6 Pengukuran MDA serum darah
Prinsip pengukuran MDA yaitu terjadi reaksi antara MDA dengan thiobarbituric
acid (TBA) pada suasana asam (pH 2-3) dan suhu 97-100ΒΊC memberikan warna
pink (Rukmini et al., 2004).
Penentuan kadar MDA sampel dilakukan dengan penetapan panjang
gelombang maksimal terlebih dahulu, kemudian pembuatan kurva baku dan
penetapan kadar MDA sampel. Panjang gelombang maksimal yang didapatkan
yaitu 531.6 nm.
Sampel serum darah diambil sebanyak 200 Β΅L kemudian ditambahkan 1.25 mL
TCA 40%, HCL 200 Β΅L, natrium tiosbarbiturat 1% sebanyak 100 Β΅L, akuades 500
Β΅L dan dipanaskan dalam air mendidih selama 25 menit. Sentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan diambil dan diencerkan dengan
akuades hingga 3 mL. Ukur absorbansi sampel dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 532 nm. Penentuan kadar dilakukan dengan menggunakan
kurva baku. Persamaan kurva yang digunakan yaitu y = 0.3036x + 0.0279.
1.7 Pengukuran SOD serum darah
Prinsip pengukuran SOD yaitu dengan mengukur formazan hasil reduksi NBT
oleh radikal superoksida. Radikal superoksida terbentuk dari reaksi xanthine
oksidase. Satu unit aktivitas SOD menunjukkan sejumlah enzim yang
dibutuhkan untuk menghambat reduksi NBT menjadi 50% dalam kondisi tertentu
(Rukmini et al., 2004). Sampel serum darah diambil sebanyak 200 Β΅L,
ditambahkan EDTA 200 ΞΌL, NBT 25 unit 100 ΞΌL, Xanta 25 mM 100 ΞΌL, dan XO
1 unit 100 ΞΌL. Setelah itu tambahkan akuades 0.5 mL dan vortex hingga
homogen. Reagen PBS ditambahkan hingga volume menjadi 1 mL. Inkubasi
pada suhu 37ΒΊC selama 30 menit. Sampel disentrifuge pada kecepatan 3000
rpm. Saring sampel untuk memisahkan dari koloid, kemudian tambahkan
akuades hingga volume akhir 3 cc. Ukur absorbansi sampel dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm. Penentuan kadar dilakukan
dengan menggunakan kurva baku. Persamaan kurva yang digunakan yaitu y=-
0.0111+0.842.
48
1.8 Prosedur Pengerjaan Preparat Histopatologi
I. Proses Pemotongan Jaringan Berupa Makross
1. Jaringan atau Spesimen Penelitian harus sudah terfiksasi dengan
formalin 10 % atau dengan bafer formalin 10 % minimal selama 7 jam
sebelum dilakukan proses pengerjaan berikutnya
2. Jaringan dipilih yang terbaik sesuai dengan lokasi yang akan di teliti
3. Jaringan di potong kurang lebih ketebalan 2-3 mili meter
4. Di masukan kekaset dan diberi kode sesuai dengan kode gross peneliti
5. Jaringan kemudian diproses dengan alat Automatik Tissue Tex Prosesor
atau dengan cara manual
6. Standar di Laboratorium Patologi Anatomi FKUB menggunakan
Automatik Tissue Tex Prosesor selama 90 Menit
7. Alarm bunyi tanda selesai.
II. Proses Pengeblokan & Pemotongan Jaringan
1. Jaringan di angkat dari mesin Tissue Tex Prosesor
2. Jaringan di blok dengan paraffin sesuai kode jaringan
3. Jaringan di potong dengan alat microtome ketebalan 3-5 mikron
III. Proses Deparafinisasi
Setelah di sayat atau di potong dengan ketebalan 3-5 mikron , di taruh
dalam oven selama 30 Menit dengan suhu panas 70-80 drajat , kemudian
di masukan ke dalam 2 tabung larutan sylol masing-masing 20 menit,
setelah itu di masukan ke 4 tabung alkohol masing-masing tempat 3 menit
(Hidrasi), dan yang terakhir dimasukan air mengalir selama 15 menit
IV. Proses Pewarnaan ( He )
1. Cat utama Harris Hematoksilin selama 10-15 Menit
2. Cuci dengan air mengalir selama 15 Menit
3. Alkohol asam 1 % 2-5 Celup
4. Amonia lithium karbonat 3-5 Celup (bila kurang biru)
5. Eosin 10-15 Menit
49
V. Alkohol bertingkat :
Alkohol 70% 3 menit
Alkohol 80% 3 menit
Alkohol 96% 3 menit
Alkohol Absolud 3 menit
VI. Penjernihan (Clearring) :
- Xylol 15 menit
- Xylol 15 menit
VII. Mounting dengan entelan dan deckglass.
Slide / objekglass ditutup dengan cover glass dan biarkan slide kering pada suhu
ruangan Setelah slide kring siap untuk diamati
2. Analisis Kadar Air Serbuk E. cottonii dan Sargassum sp.
Sampel Berat (g) Kadar Air
(%) Awal Cawan Akhir
E. cottonii 1 2,00 3,13 4,89 11,77 E. cottonii 2 2,00 3,23 4,99 11,95 E. cottonii 3 2,00 3,28 5,06 11,05 Sargassum sp. 1 2,00 3,15 4,92 11,46 Sargassum sp. 2 2,00 3,23 5,01 11,19 Sargassum sp. 3 2,00 3,21 4,99 11,23
Sampel Ulangan (%)
Rerata SD 1 2 3
Serbuk E. cottonii 10,97 10,92 10,99 10,96 0,04
Serbuk Sargassum 11,77 11,95 11,05 11,59 0,47
Rumus perhitungan kadar air:
%πΎπ΄ =πππ€ππ β (ππππ€ππ β πππβππ)
πππ€πππ₯ 100%
3. Analisis Kadar Serat Kasar E. cottonii dan Sargassum sp.
Sampel Berat (g) Kadar Air
(%) Awal Kertas Akhir
E. cottonii 1 2,00 0,45 0,87 20,78
50
E. cottonii 2 2,00 0,46 0,87 20,30 E. cottonii 3 2,00 0,84 1,28 21,82 Sargassum sp. 1
Diujikan di laboratorium Maxzer
26,55 Sargassum sp. 2 27,29 Sargassum sp. 3 27,21
Sampel Ulangan
Rerata SD 1 2 3
Serbuk E. cottonii 20,78% 20,30% 21,82% 20,97% 0,78% Serbuk Sargassum sp. 26,55% 27,29% 27,21% 27,02% 0,41%
Rumus perhitungan kadar serat kasar:
%ππΎ =πππβππ β πππππ‘ππ
πππ€πππ₯100%
4. Perhitungan Rasio Ekstraksi alga menggunakan MAE
Perkiraan
Pelarut Massa Jenis (M/V, g/ml)
Massa (M, g)
Volume (V, ml)
V1 Air 1 1 1
Metanol 0.791 0.791 1
V2 Etanol 0.789 0.789 1
0.791 =
(M1 + M2) (V1 + V2)
0.791 = V1 + 0.789V2 (M1/V*V1 ) + (M2/V*V2)
(V1 + V2)
0.791 (V1 + V2) = V1 + 0.789V2
0.791V1 + 0.791 V2 = V1 + 0.789V2
(0.791-0.789 )V2 = V1 (1-0.791)
0.002 V2 = 0.209 V1
V1/V2 = 0.009569
V2/V1 = 104.5
Untuk mendapatkan sifat masa jenis seperti methanol, maka rasio etanol : air yang dicampurkan adalah 104.5 : 1. Misal 104.5 ml etanol + 1 ml air. Jika ethanol murni konsentrasi 95% maka:
51
y = 0,0236x + 0,0022RΒ² = 0,9973
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 5 10 15
Absorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
Kurva Standar Galat
C2V2 = C3V3 95% X
104.5 = C3 (104.5 +1) 95% X 104.5 = C3 (105.5)
C3 = 95% X 104.5 X
100
105.5
C3 = 94.09953%
Jadi etanol dengan konsentrasi 94.09953% kira-kira massa jenisnya = methanol Ini hanya perkiraan saja. Jadi sebetulnya selisihnya (kepolaran) hanya sedikit.
5. Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bentuk Sediaan Berat (g)
E. cottonii Sargassum sp.
Serbuk 7,0002 7,0006
Etanol 33,337 33,337
Serbuk + etanol 39,925 40,4756
Ekstrak hasil MAE 22,254 25,313
Ekstrak pekat 2,3012 2,4265
Perhitungan rendemen :
Rendemen =berat akhir (g)
berat awal (g)x100%
5. Perhitungan dan Kurva Standar Total Fenol Standar Asam Galat
Data kurva standar
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
0 0,000
1 0,024
2 0,050
3 0,082
4 0,092
5 0,123
6 0,141
7 0,168
8 0,188
9 0,211
10 0,242
52
y = 0,0073x + 0,0003RΒ² = 0,9851
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0 5 10 15 20 25
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
Kurva Standar Phloroglucinol
Data total fenol standar asam galat
Sampel Absorbansi
(nm)
Konsentrasi
(ppm)
Total fenol
(mg
GAE/gr
ekstrak)
Rerata
total
fenol
(mg
GAE/gr)
SD
E. cottonii 1 0,064 2,62 62,94
61,58 6,22 E. cottonii 2 0,068 2,79 67,02
E. cottonii 3 0,056 2,28 54,79
Sargassum sp. 1 0,098 4,06 98,95
92,40 5,87 Sargassum sp. 2 0,090 3,72 90,68
Sargassum sp. 3 0,087 3,59 87,59
Rumus perhitungan total fenol:
πππΆ = ππππ πππ‘πππ π Γππππ’ππ (πΏ)
πππ π π (π)π₯ππππ‘ππ πππππππππππ
1. Perhitungan dan Kurva Standar Total Fenol Standar Phloroglucinol
Data kurva standar
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
0 0,000
2 0,020
4 0,032
6 0,038
8 0,059
10 0,065
12 0,081
14 0,114
16 0,121
18 0,133
20 0,142
Data total fenol standar phloroglucinol
Sampel Absorbansi
(nm)
Konsentrasi
(ppm)
Total fenol
(mg PGE/gr
ekstrak)
Rerata
total
fenol
(mg
PGE/gr)
SD
E. cottonii 1 0,032 4,34 104,37
118,64 30,59 E. cottonii 2 0,047 6,40 153,76
E. cottonii 3 0,030 4,07 97,79
53
Sargassum sp. 1 0,052 7,08 172,63
122,54 43,41 Sargassum sp. 2 0,029 3,93 95,83
Sargassum sp. 3 0,030 4,07 99,17
Rumus perhitungan total fenol:
πππΆ = ππππ πππ‘πππ π Γππππ’ππ (πΏ)
πππ π π (π)π₯ππππ‘ππ πππππππππππ
2. Analisis Paired t-Test Total Fenol Ekstrak Alga Standar GAE
TPC (mg GAE/gr ekstrak MAE)
E. cottonii Sargassum sp.
62,94 98,95
67,02 90,68
54,79 87,59
t-Test: Paired Two Sample for Means
5%
E. cottonii Sargassum sp.
Mean 61,58340787 92,40497866
Variance 38,72506433 34,49202626
Observations 3 3
Pearson Correlation 0,441329495
Hypothesized Mean Difference 0
df 2
t Stat -8,341507618
P(T<=t) one-tail 0,007034604
t Critical one-tail 2,91998558
P(T<=t) two-tail 0,014069208
t Critical two-tail 4,30265273
3. Analisis Paired t-Test Total Fenol Ekstrak Alga Standar PGE
TPC (mg PGE/g ekstrak)
E. cottonii Sargassum sp.
104,37 172,6290181
153,76 95,83080887
97,79 99,16986144
54
t-Test: Paired Two Sample for Means 5%
E. cottonii Sargassum sp.
Mean 118,6427684 122,5432295
Variance 935,9489793 1884,226983
Observations 3 3
Pearson Correlation -0,438776402
Hypothesized Mean Difference 0
Df 2
t Stat -0,107011968
P(T<=t) one-tail 0,462273409 t Critical one-tail 2,91998558 P(T<=t) two-tail 0,924546818 t Critical two-tail 4,30265273
4. Perhitungan Formulasi Modifikasi Pakan
FORMULASI PAKAN STANDAR AIN93M
FORMULASI PAKAN STANDAR MODIFIKASI
KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)
KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)
Pati maizena 465,692 Pati maizena 338,3133
Kasein 140 Susu skim 361,7021
Dekstrin 155 Dekstrin 112,6035
Sukrosa 100 Sukrosa 72,6474
Minyak kedelai 40 Minyak kedelai 40
Serat 50 CMC 34,1375
Mineral mix 35 Mineral (Renovit) 6,4255
Vitamin mix 10 Vitamin (Renovit) 2,0739
L-sistein 1,8 Jumlah 967,9034
Kolin Bitartrat 2,5 Pati maizena tambahan 32,0966
Terbutil Hidroquinon 0,008 Jumlah 1000
Jumlah 1000
Syarat modifikasi pakan :
1. Isonitrogen/isoprotein, merupakan suatu kondisi dimana kadar N antar jenis
pakan tetap
2. Isokalori, merupakan suatu kondisi dimana asupan kalori untuk setiap kg
pakan sama
Perhitungan Isonitrogen
Isonitrogen dapat tercapai apabila :
55
Kadar protein modifikasi pakan standar = kadar protein pakan standar AIN-93M
Kadar protein pakan standar AIN-93M = 85
100π₯140 gram=119 gr/kg pakan
Kadar protein susu skim = 32.9%, maka berat susu skim yang dibutuhkan yaitu :
=100
32.9π₯119= 361.7021gr
Susu skim juga mengandung komponen lain, yaitu laktosa sebanyak 54.5%.
Berat laktosa dalam 361.7021 gram susu skim = berat susu skim x kadar laktosa
Berat laktosa dalam 361.7021 gram susu skim = 361.7021 x 54.5%
Berat laktosa dalam 361.7021 gram susu skim = 197.1277 gram
Perhitungan Isokalori
Isokalori dapat tercapai apabila :
Kalori pada modifikasi pakan standar = kalori pada pakan standar AIN-93M
Kalori didapatkan dari sumber karbohidrat, protein dan lemak. Oleh karena itu, berat
dari masing-masing sumber kalori harus sama antar jenis pakan.
Pada pakan standar AIN-93M, berat total sumber karbohidrat adalah:
ππ‘ππ‘ππ = πππππ§πππ + πππππ π‘πππ + ππ π’ππππ π
= 465,692 + 155 + 100
ππ‘ππ‘ππ = 720,692 ππππ
Dalam modifikasi pakan standar terdapat 197,1277 gram laktosa, maka berat
sumber karbohidrat (dari maizena, dekstrin dan sukrosa) yang dibutuhkan adalah
523,5643 gram.
Sumber karbohidrat sebanyak 523,5643 gram kemudian dibagi berdasarkan
proporsi masing-masing bahan, dimana:
Proporsi maizena dalam karbohidrat = πππππ§πππ
ππ‘ππ‘ππ=
465,692
720,692= 0.6462
Maka, berat maizena yang dibutuhkan adalah 338.3133
Proporsi dekstrin dalam karbohidrat = πππππ π‘πππ
ππ‘ππ‘ππ=
155
720,692= 0.2151
Maka, berat dekstrin yang dibutuhkan adalah 112.6035
Proporsi sukrosa dalam karbohidrat = ππ π’ππππ π
ππ‘ππ‘ππ=
100
720,692= 0.1388
Maka, berat sukrosa yang dibutuhkan adalah 72.6474
56
Perhitungan Kebutuhan Serat
Pakan standar mengandung 50 gram serat kasar. Dalam modifikasi pakan standar,
terdapat serat dari maizena sebanyak 15,8625 gram. Sehingga berat CMC yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serat adalah 50 β 15,8625 = 34,1375 gram.
Perhitungan Kebutuhan Mineral
Pakan standar mengandung 35 gram mineral. Dalam modifikasi pakan standar,
terdapat mineral dari susu skim sebanyak 28,5745 gram. Sehingga berat mineral
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mineral adalah 35 β 28,5745 = 6,4255
gram.
Modifikasi pakan standar menggunakan kaplet multivitamin merek Renovit sebagai
sumber vitamin dan mineral, dimana setiap kapletnya mengandung 466,225 mg
mineral dan 150,475 mg vitamin. Maka, kebutuhan vitamin dalam modifikasi pakan
standar sebanding dengan kandungan vitamin dalam kaplet.
πππ‘ππππππππππ‘
πππππππππππππ‘=
πππ‘πππππππππ
ππππππππππππ
Maka, jumlah kaplet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mineral dan
vitamin 14 kaplet.
5. Pakan Perlakuan Tinggi Lemak
FORMULASI PAKAN STANDAR MODIFIKASI
FORMULASI PAKAN TINGGI LEMAK
KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)
KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)
Pati maizena 370,4099
Pati maizena 195,7080
Susu skim 361,7021
Susu skim 361,7021
Dekstrin 112,6035
Dekstrin 65,1391
Sukrosa 72,6474
Sukrosa 42,0252
Minyak kedelai 40
Minyak kedelai 44,4444
CMC 34,1375
Lemak Sapi 177,7778
Mineral (Renovit) 6,4255
CMC 40,8238
Vitamin (Renovit) 2,0739
Mineral (Renovit) 6,4255
Vitamin (Renovit) 2,0739
Jumlah 1000
Jumlah 936,1199
Perhitungan Isonitrogen
Pakan standar mengandung protein sebanyak 119 gram. Seluruh pakan perlakuan
harus isonitrogen, sehingga jumlah susu skim yang diperlukan tetap sama, yaitu
361,70 gram
57
Perhitungan lemak
Pakan tinggi lemak mengandung 50% lemak. Maka dengan asumsi kalori/kg pakan
tinggi lemak berlebih adalah 4000 kkal, kalori yang disumbangkan lemak adalah
50% Γ 4000 = 2000 ππππ, dengan berat lemak:
π Γ 9 πππππβ = 2000 ππππ
π =2000
9= 222,22 ππππ
Komposisi lemak yang diinginkan adalah 80% lemak jenuh dan 20% lemak tak
jenuh, dimana lemak jenuh disumbangkan oleh lemak sapi dan lemak tak jenuh oleh
minyak kedelai.
Perhitungan berat minyak kedelai dan lemak sapi:
o Berat minyak kedelai: 20% Γ 222,22 = 44,44 ππππ (400 kkal)
o Berat lemak sapi: 80% Γ 222,22 = 177,78 ππππ (1600 kkal)
Perhitungan karbohidrat dan isokalori
Dalam pakan tinggi lemak telah terdapat laktosa sebanyak 197,13 gram, dengan
kalori sebanyak 788,51 kkal
Kalori yang harus dipenuhi oleh pati maizena, dekstrin, dan sukrosa adalah 4000 β
(788,51 + 2000) = 1211,49 ππππ
Perhitungan berat pati maizena, dekstrin, dan sukrosa:
o Proporsi pati maizena:
465,69
720,69= 0,65
o Kalori pati maizena: 0,65 Γ 1211,49 = 782,83 ππππ
o Berat pati maizena: 782,83 Γ· 4 = 195,71 ππππ
o Proporsi dekstrin:
155
720,69= 0,22
o Kalori dekstrin: 0,22 Γ 1211,49 = 260,56 ππππ
o Berat dekstrin: 260,56 Γ· 4 = 65,14 ππππ
o Proporsi sukrosa:
100
720,69= 0,14
o Kalori sukrosa: 0,14 Γ 1211,49 = 168,10 ππππ
o Berat sukrosa: 168,10 Γ· 4 = 42,03 ππππ
58
Perhitungan kebutuhan serat
Pati maizena mengandung serat 4,69%, sehingga berat serat dalam pati maizena
adalah 4,69% Γ 195,71 = 9,18 ππππ
Pakan tinggi lemak mengandung serat sebanyak 50 gram, sehingga jumlah CMC
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serat adalah
50 β 9,18 = 40,82 ππππ
6. Perbandingan komponen vitamin dan mineral suplemen Renovit dengan
standar AIN-93M
TabelPerbandingan Komponen Mineral Mix Standar AIN-93M dengan Multimineral Renovit
Komponen AIN 93-M (mg/kg diet) Merk Renovit (per kaplet)
Elemen Mineral Esensial
Kalsium 5000 162 mg Fosfor 1561 125 mg Potasium 3600 30 mg Sulfur 300 Sodium 1019 Klorida 1571 27,2 mg Magnesium 507 100 mg Besi 35 27 mg Seng 30 15 mg Mangan 10 5 mg Copper 6 2 mg Iodin 0.2 150 mcg Molibdenum 0.15 25 mcg Selenium 0.15 25 mcg Elemen Mineral yang Berpotensi Menguntungkan
Silikon 5 Kromium 1 25 mcg Florida 1 Nikel 0.5 Boron 0.5 Lithium 0.1 Vanadium 0.1
TabelPerbandingan Komponen Vitamin Mix Standar AIN-93M dengan Multivitamin Renovit
Komponen AIN 93-M (U/kg diet)
Komponen Merk Renovit (per kaplet)
Asam Nikotinat (mg) 30 Niacinamide 20 Pantotenat (mg) 15 Asam pantotenat 10 Piridoksin (mg) 6 Vitamin B6 HCl 10 Tiamin (mg) 5 Vitamin B1 HCl 10 Riboflavin (mg) 6 Vitamin B2 10 Asam folat (mg) 2 Asam folat (Β΅g) 400 Vitamin K (Β΅g) 750
59
D-biotin (Β΅g) 200 Biotin (Β΅g) 45 Vitamin B12 (Β΅g) 25 Vitamin B12 (Β΅g) 30 Vitamin A (IU) 4000 Vitamin A (IU) 5000 Vitamin D3 (IU) 1000 Vitamin D (IU) 400 Vitamin E (IU) 75 Vitamin E (IU) 30 Vitamin C (mg) 90
7. Data Berat Badan Tikus Wistar
Kelompok Pakan Berat minggu ke- (gram)
0 1 2 3 4
Standar 1 133 166 206,5 246 268,5
Standar 2 127,5 160 198 217 228,5
Standar 3 142,5 166 206 239 255,5
Tinggi Lemak 1 138 159,5 210 227,5 259,5
Tinggi Lemak 2 109 141 169,5 178,5 205
Tinggi Lemak 3 170,5 198,5 246 279 294
Tinggi Lemak +ekstrak E. cottonii 1 124,5 152,5 177 191 216
Tinggi Lemak +ekstrak E. cottonii 2 162 192 233,5 272 294
Tinggi Lemak +ekstrak E. cottonii 3 107,5 146,5 177,5 191,5 212,5
Tinggi Lemak +ekstrak Sargassum sp. 1 129,5 153 180 209,5 230,5
Tinggi Lemak +ekstrak Sargassum sp. 2 126,5 168,5 204,5 211 239
Tinggi Lemak +ekstrak Sargassum sp. 3 106,5 172,5 200 229,5 236,5
Data Analisis Rerata Peningkatan Berat Badan Tikus Wistar
Kelompok Pakan Ulangan
1 2 3
Standar 102% 79% 79%
TINGGI LEMAK 94% 65% 55%
TINGGI LEMAK +ekstrak E. cottonii
86% 61% 101%
TINGGI LEMAK +ekstrak Sargassum sp.
75% 91% 87%
60
Tabel Satu Arah
Kelompok Ulangan Total Rerata SD
1 2 3
Standar 102% 79% 79% 261% 87% 13%
TINGGI LEMAK 94% 65% 55% 214% 71% 20%
TINGGI LEMAK +ekstrak E. cottonii
86% 61% 101% 248% 83% 20%
TINGGI LEMAK +ekstrak Sargassum sp.
75% 91% 87% 253% 84% 8%
Total 357% 296% 322% 976%
Rerata 89% 74% 81%
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
db JK KT F tabel Notasi
F hitung 0,05
Perlakuan 3 4% 0,01 0,53 4,07 tn
Galat 8 21% 0,03
Total 11 25%
Faktor Koreksi 7,93
8. Data Analisis Rerata Konsumsi Pakan Tikus Wistar
Perlaku-an
Minggu ke-
1 2 3 4
Standar 102,32 Β± 4.64 130,53 Β± 3.98 126,73 Β± 18.34 106,45 Β± 15.86
TINGGI LEMAK
97,37 Β± 7.24 109,62 Β± 7.20 99,36 Β± 5.95 81,75 Β± 8.18
TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii
99,10 Β± 2.74 111,16 Β± 5.41 106,71 Β± 11.96 92,12 Β± 6.17
TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp
97,77 Β± 12.52 114,71 Β± 7.36 111,11 Β± 10.20 93,69 Β± 5.98
61
Tabel Satu Arah
Bentuk Sediaan Minggu
Total Rerata SD 1 2 3 4
Standar 102,32 130,53 126,73 106,45 466,03 116,51 14,18
TINGGI LEMAK 97,37 109,62 99,36 81,75 388,09 97,02 11,51
TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii
99,10 111,16 106,71 92,12 409,10 102,27 8,40
TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum
sp 97,77 114,71 111,11 93,69 417,29 104,32 10,16
Total 396,57 466,02 443,91 374,01 1680,50
Rerata 99,14 116,51 110,98
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman db JK KT F hitung F Tabel Notasi
5%
Perlakuan 3 815,80 271,93 2,14 3,49 tn
Galat 12 1522,87 126,91 Total 15 2338,67
Faktor Koreksi 176505,7
9. Analisis Statistik Kadar MDA serum
Kelompok Kadar MDA (ng/100Β΅L)
STD 1 1,361
STD 2 1,222
STD 3 1,556
Tinggi Lemak 1 3,750
Tinggi Lemak 2 2,889
Tinggi Lemak 3 3,222
Tinggi Lemak + Ekstrak E. cottonii 1 2,722
Tinggi Lemak + Ekstrak E. cottonii 2 2,500
Tinggi Lemak + Ekstrak E. cottonii 3 2,639
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum sp. 1 2,500
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum sp. 2 2,389
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum sp. 3 2,000
62
Tabel satu arah
Kelompok Ulangan
Total Rerata SD 1,00 2,00 3,00
Standar 1,36 1,22 1,56 4,14 1,38 0,17
Tinggi Lemak 2,83 2,94 2,22 8,00 2,67 0,39
Tinggi Lemak + Ekstrak
Cottonii 2,58 2,72 2,42 7,72 2,57 0,15
Tinggi Lemak + Ekstrak
Sargassum 2,28 1,92 1,97 6,17 2,06 0,19
Total 9,06 8,81 8,17 26,03
Rerata 2,26 2,20 2,04
Tabel ANOVA
Sumber
Keragaman db JK KT
F
hitung
F Tabel Notasi
0,05 0,01
Perlakuan 3,00 3,14 1,05 17,42 4,07 7,59 **
Galat 8,00 0,48 0,06
Total 11,00 3,62
Faktor Koreksi (FK) = 56,45
Uji Lanjut BNT pada taraf 5%
Bentuk Sediaan Rerata BNT 5% Notasi
Standar 1,38 0,37
a
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 2,06 b
Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 2,57 c
Tinggi Lemak 2,67 c
10. Analisis Statistik Kadar SOD Serum
Kelompok Kadar SOD (unit/100Β΅L)
STD 1 41,081
STD 2 49,73
STD 3 48,468
TINGGI LEMAK 1 13,694
TINGGI LEMAK 2 16,306
TINGGI LEMAK 3 15,225
63
TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii 1 20,901
TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii 2 21,441
TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii 3 20,991
TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp. 1
21,802
TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp. 2
21,982
TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp. 3
25,766
Tabel Satu Arah
Kelompok Perlakuan Ulangan
Total Rerata SD 1,00 2,00 3,00
Standar 41,08 49,73 48,47 139,28 46,43 4,67
Tinggi Lemak 13,69 12,43 24,23 50,36 16,79 6,48
Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 22,70 21,17 22,70 66,58 22,19 0,88
Tinggi Lemak + Ekstrak
Sargassum 22,88 38,02 37,21 98,11 32,70 8,51
Total 100,36 121,35 132,61 354,32
Rerata 25,09 30,34 33,15
Tabel ANOVA
Sumber
Keragaman db JK KT
F
hitung
F Tabel Notasi
0,05 0,01
Perlakuan 3,00 1.535,36 511,79 14,93 4,07 7,59 **
Galat 8,00 274,18 34,27
Total 11,00 1.809,54
Faktor Koreksi (FK) = 10462,12
Uji Lanjut BNT 5% Kelompok Perlakuan
Rerata BNT 5% Notasi
Tinggi Lemak 16,79 8,89
a
Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 22,19 a
Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 32,70 b
Standar 46,43 c
64
11. Dokumentasi Penelitian
Eucheuma cottonii dan Sargassum sp. sebelum pencucian
Proses pengeringan matahari E. cottonii dan Sargassum sp.
Alga setelah pengeringan cabinet dryer 40ΒΊC
Discmill dan penghancuran dengan
blender
Pengayakan dan hasil ayak
Hasil total fenol standar asam galat dan PGE
Pembuatan pakan dan pengeringan pakan pada cabinet dryer
Pakan (a) standar (b) Tinggi Lemak
65
Ekstraksi MAE
Pemekatan dengan rotary evaporator
Ekstrak E. cottonii dan Sargassum sp.
untuk sonde
Penyondean
Pengambilan darah dari jantung
Serum hasil sentrifuge