PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma ...

78
PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma cottonii) DAN ALGA COKLAT (Sargassum sp.) TERHADAP KADAR MDA (MALONDIALDEHID) DAN SOD (SUPEROKSIDA DISMUTASE) TIKUS YANG DIINDUKSI STRES OKSIDATIF DENGAN KONSUMSI DIET TINGGI LEMAK EFFECTS OF RED ALGAE (EUCHEUMA COTTONII) AND BROWN ALGAE (SARGASSUM SP.) ETHANOLIC EXTRACT ON MALONDIALDEHYDE AND SUPEROXIDE DISMUTASE LEVEL IN OXIDATIVE-STRESS INDUCED RATS WITH OVER-CONSUMPTION OF HIGH FAT DIET ROUDHOTUL JANNAH 145100107111016 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya jl. Veteran Malang, 65145

Transcript of PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma ...

PENGARUH EKSTRAK ETANOL ALGA MERAH (Eucheuma cottonii)

DAN ALGA COKLAT (Sargassum sp.) TERHADAP KADAR MDA

(MALONDIALDEHID) DAN SOD (SUPEROKSIDA DISMUTASE) TIKUS

YANG DIINDUKSI STRES OKSIDATIF DENGAN KONSUMSI DIET

TINGGI LEMAK

EFFECTS OF RED ALGAE (EUCHEUMA COTTONII) AND BROWN

ALGAE (SARGASSUM SP.) ETHANOLIC EXTRACT ON

MALONDIALDEHYDE AND SUPEROXIDE DISMUTASE LEVEL IN

OXIDATIVE-STRESS INDUCED RATS WITH OVER-CONSUMPTION OF

HIGH FAT DIET

ROUDHOTUL JANNAH

145100107111016

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Brawijaya

jl. Veteran Malang, 65145

i

Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma Cottonii) dan Alga Coklat

(Sargassum Sp.) terhadap Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD

(Superoksida Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan

Konsumsi Diet Tinggi Lemak

SKRIPSI

Oleh:

ROUDHOTUL JANNAH

145100107111016

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul TA :Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma

Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap

Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida

Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan

Konsumsi Diet Tinggi Lemak

Nama Mahasiswa : Roudhotul Jannah

NIM : 145100107111016

Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Mengetahui,

Pembimbing I,

Dr. Siti Narsito Wulan, STP, MP, MSc

NIP. 197312251999032001

Tanggal Persetujuan :

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul TA :Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma

Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap

Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida

Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan

Konsumsi Diet Tinggi Lemak

Nama Mahasiswa : Roudhotul Jannah

NIM : 145100107111016

Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Penguji I,

Dr. Erryana Martati, STP, MP

NIP. 196911261999032003

Dosen Penguji I,

Jaya Mahar Maligan, STP, MP

NIP. 198201142008121003

Dosen Penguji III,

Dr. Siti Narsito Wulan, STP, MP, MSc

NIP. 197312251999032001

Ketua Jurusan

Prof. Dr. Teti Estiasih, STP, MP

NIP. 19701226 200212 2 001

Tanggal Persetujuan :

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Roudhotul Jannah

NIM : 145100107111016

Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Judul Skripsi :Pengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma

Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap

Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida

Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan

Konsumsi Diet Tinggi Lemak

Menyatakan bahwa,

Skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia

dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Topik penelitian ini adalah sebagai salah satu bagian dari penelitian mandiri Dr.

Siti Narsito Wulan, STP, MP, MSc yang berjudul β€œPotensi Alga Merah

(Eucheuma cottoni) dan Alga Cokelat (Sargassum sp.) Indonesia untuk

Pencegahan dan Terapi Inflamasi Sistemik dan Penyakit Degeneratif”

Malang, 17 Februari 2019 Pembuat Pernyataan Roudhotul Jannah NIM. 145100107111016

v

ROUDHOTUL JANNAH. 145100107111016. Pengaruh Ekstrak Etanol Alga

Merah (Eucheuma Cottonii) dan Alga Coklat (Sargassum Sp.) terhadap

Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida Dismutase) Tikus yang

Diinduksi Stres Oksidatif dengan Konsumsi Diet Tinggi Lemak. Tugas

Akhir. Pembimbing : Dr. Siti Narsito Wulan, STP., MP., MSc

RINGKASAN

Masyarakat di Indonesia cenderung mengabaikan dampak buruk dari

mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Perlemakan berlebih menyebabkan stres

oksidatif melalui peningkatan produksi radikal bebas terutama oksigen reaktif

(ROS). Senyawa radikal bebas dapat ditangkal oleh antioksidan endogenous,

namun jika radikal bebas terlalu banyak, maka diperlukan antioksidan dari luar

tubuh. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfatkan sebagai

pangan fungsional contohnya algaE. cottonii dan Sargassum sp yang memiliki

kandungan antioksidan cukup tinggi. Antioksidan dalam alga dapat diperoleh

secara maksimal melalui proses ekstraksi, salah satunya adalah Microwave

Assisted Extraction (MAE).

Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan terhadap pengaruh pemberian

ekstrak alga merah dan coklat terhadap kadar malondialdehid (MDA), kadar

superoxide dismutase (SOD) serum darah, histologi liver dan histologi jaringan

adiposa tikus yang diinduksi stres oksidatif melalui pemberian pakan yang

mengandung tinggi lemak. Tikus dibagi empat (4) kelompok dengan perlakuan

pakan: pakan standar (tikus normal), pakan tinggi lemak (tikus stres oksidatif),

pakan tinggi lemak + ekstrak E. cottonii dan pakan tinggi lemak + ekstrak

Sargassum sp. Perlakuan diberikan selama 28 hari, dan pada akhir percobaan,

tikus dilakukan euthanasia dan diambil darah dari jantung untuk analisis MDA,

SOD, histologi liver dan histologi jaringan adiposa.

Hasil penelitian menunjukkan total fenol pada E.cottonii yaitu 113,16 Β±

16,82 mg PGE/ g ekstrak sedangkan pada Sargassum sp. yaitu 119,74 Β± 35,51

mg PGE/ g ekstrak. Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak tanpa diberikan

ekstrak alga memiliki kadar MDA paling tinggi yaitu2,67 Β± 0,39 ng/100 Β΅L.

Pemberian eksrak E. cottoni menghasilkan kadar MDA yang tidak berbeda nyata

yaitu 2,57 Β± 0,15 ng/100 Β΅L. Sedangkanekstrak Sargassum sp. menghasilkan

kadar MDA lebih rendah yaitu 2,06 Β± 0,19 ng/100 Β΅L. Sebaliknya untukSOD

serum paling rendah yaitu 16,79 Β± 6,48unit/100 Β΅L pada tikus tinggi lemak tanpa

ekstrak. Kelompok ekstrak E.cottoni memiliki SOD yang tidak berbeda nyata

yaitu 22,19 Β± 0,88 unit/100 Β΅L. Sedangkan ekstrak Sargassum sp. memiliki SOD

lebih tinggi yaitu 32,70 Β± 8,51 unit/100 Β΅L. Kadar MDA tikus pakan standar

(normal) adalah yang paling rendah 1,38 Β± 0,17 ng/100 Β΅L dan SOD paling tinggi

46,43 Β± 4,67 unit/100 Β΅L.

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak

E.cottonii dan ekstrak Sargassum sp.memiliki kadar MDA yang rendah,SOD

serum lebih tinggi pada tikus yang diinduksi stres oksidatif dengan konsumsi diet

tinggi lemak serta dapat sedikit perlemakan pada jaringan adiposa dan hati.

Kata Kunci : Ekstrak alga merah, Ekstrak alga coklat, Diet tinggi lamak, Stres Oksidatif

vi

ROUDHOTUL JANNAH. 145100107111016. Effects of Red Algae (Eucheuma

cottonii) and Brown Algae (Sargassum sp.) Ethanolic Extract on

Malondialdehyde and Superoxide Dismutase Level in Oxidative-Stress

Induced Rats with Over-Consumption of High Fat Diet. Bachelor Thesis.

Supervisor: Dr. Siti Narsito Wulan, STP., MP., MSc

SUMMARY

Indonesians tend to ignore the adverse effects of consuming high-fat

foods. Excess fat causes oxidative stress through increased production of free

radicals, especially reactive oxygen species (ROS). Free radical compounds can

be resisted by endogenous antioxidants, howeverexcessive free radicals

antioxidants from outside the body are needed. Indonesia is rich in natural

resources that can be used as functional food, for example E. cottonii and

Sargassum sp algae which have high antioxidant content. Antioxidants in algae

can be obtained efficiently through the extraction process, such as Microwave

Assisted Extraction (MAE).

The purpose of this study is to observe the effect of red and brown algae

extracts on malondialdehyde (MDA) content, superoxide dismutase (SOD)

content of blood serum, liver and mouse adipose tissue histology induced by

oxidative stress through feeding feed containing high fat. Mice were divided into

four (4) groups with feeding treatment as follows: standard feed (normal mice),

high-fat feed (oxidative stress mice), high-fat feed + E. cottonii extract, and high-

fat feed + extract of Sargassum sp. The treatment was given for 28 days, and at

the end of the experiment, mice were euthanized and their blood was taken from

the heart for MDA and SOD analysis, liver and adipose tissue histology.

The experiment result showed that phenol total content inE.cottonii was

113,16 Β± 16,82 mg PGE/ g extract,whereas inSargassum sp. was 119,74 Β± 35,51

mg PGE/ g extract. The mice group with high-fat diet without algae extract had

the highest MDA content of 2,67 Β± 0,39 ng/100 Β΅L. E. cottoniextract treatment

produced MDA content which were not significantly different of2,57 Β± 0,15 ng/100

Β΅L. WhileSargassum sp.extract produced lower MDA content of2,06 Β± 0,19

ng/100 Β΅L. In contrast, for lowest content of SOD serum was 16,79 Β±

6,48unit/100 Β΅L from high-fat diet without algae extract mice group. Whereas the

mice group treated with E.cottoniextract had SOD serumwhich was not

significantly different, which was 22,19 Β± 0,88 unit/100 Β΅L. WhileSargassum sp.

extract has higher SOD content of 32,70 Β± 8,51 unit/100 Β΅L. MDA content for

mice with standard feeding (normal) is the lowest for 1,38 Β± 0,17 ng/100 Β΅L

andhighest serum SOD content of 46,43 Β± 4,67 unit/100 Β΅L.

Based on this study, it can be concluded that the treatment ofE.cottoniiand Sargassum sp.extracts gives lower MDA content and higher SOD serum content

on oxidative stress-induced mice by consuming high-fat diet and can be slightly fatty in adipose tissue and liver.

Keywords : Brown Algae Extract, Oxidative-Stress, Red Algae Extract, High Fat Diet

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepadaAllah Yang Maha Esa karena atas rahmat

dan anugerah - Nya penulis dapat menyelesaikan laporanskripsi yang berjudul

β€œPengaruh Ekstrak Etanol Alga Merah (Eucheuma Cottonii) dan Alga Coklat

(Sargassum Sp.) terhadap Kadar MDA (Malondialdehid) dan SOD (Superoksida

Dismutase) Tikus yang Diinduksi Stres Oksidatif dengan Konsumsi Diet Tinggi

Lemak” dengan baik. Tak lupa penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

2. Kedua Orang tuadan segenap keluarga yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan yang terbaik.

3. Prof. Dr. Teti Estiasih, STP., MP. selaku Ketua Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

4. Dr. Siti Narsito Wulan, STP, MP, MScselaku dosen pembimbing yang

telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

5. Dr. Erryana Martati STP., MP dan Bapak Jaya Mahar Maligan, STP.

MP selaku dosen penguji

6. Tim tikusku(Fera, Yvette,Kitty, Dinan, dan Astrid) sebagai teman

senasib sepenanggungan dalam mengerjakan penelitian ini.

7. Ricky Kurniawan

8. Azizah, Devita, Deva sebagai teman yang selalu mengingatkan untuk

segera mengerjakan laporan ini

9. Semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan

ini.

Demikian laporan yang dapat saya sampaikan, saya mengucapkan terima kasih.

Malang, 17 Februari 2019

Penulis

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. iv

RINGKASAN ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

BAB IPENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3

1.5 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 3

BAB IIMETODE PENELITIAN .............................................................................. 4

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................... 4

2.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 4

2.3 Metode Penelitian ....................................................................................... 6

2.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 7

2.4.1 Proses Pengeringan Alga ................................................................ 7

2.4.2 Proses Ekstraksi Alga E. cottonii dan Sargassum sp ....................... 7

2.4.3 Analisis Kimia dan Senyawa Bioaktif Sampel .................................. 8

2.4.4 Perhitungan Dosis Ekstrak .............................................................. 8

2.4.5 Pembuatan Pakan Hewan Coba.................................................... 10

2.4.6 Pengujian In Vivo .......................................................................... 11

2.5Analisis data .............................................................................................. 14

2.6 Diagra Alir ................................................................................................ 14

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 18

3.1Karakteristik Bahan Baku .......................................................................... 18

3.2Kadar Total Fenol Ekstrak Alga ................................................................. 21

3.3Konsumsi Pakan Tikus Wistar ................................................................... 23

3.4Berat Badan Tikus ..................................................................................... 25

3.5Kadar MDA dan SOD Serum Darah Tikus ................................................. 27

3.6Analisis Hispatologi Hati Tikus................................................................... 30

3.7Analisis Jaringan Adiposa Tikus ................................................................ 32

ix

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 34

4.1Kesimpulan ............................................................................................... 34

4.2Saran ...................................................................................................... 34

Daftar Pustaka ................................................................................................... 35

LAMPIRAN ...................................................................................................... 44

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rancangan percobaan................................................................................6

Tabel 2.2 Formulasi pakan standar AIN-93M untuk tikus dewasa ........................ 10

Tabel 2.3 Modifikasi formulasi pakan mengacu pada standar AIN-93M ............... 11

Tabel 3.1 Hasil analisis kimia bahan baku alga E.cottonii dan Sargassum .......... 18

Tabel 3.2 Rerata Rendemen Ekstrak Alga............................................................... 20

Tabel 3.3 Kadar total fenol ekstrak alga ................................................................... 21

Tabel 3.4 Rata-rata Konsumsi pakan tikus wistar selama 28 hari ......................... 25

Tabel 3.5 Peningkatan Berat Badan Tikus............................................................... 26

Tabel 3.6 Rerata Kadar MDA serum darah tikus..................................................... 28

Tabel 3.7 Rerata Kadar SOD serum tikus ................................................................ 29

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Eucheuma cottonii dan

Sargassum sp. .............................................................................. 14

Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Metode Microwave-Assisted

Extraction ...................................................................................... 15

Gambar 2.3 Diagram alir pembuatan pakan standar modifikasi AIN 93M .......... 16

Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian In Vivo ....................................................... 17

Gambar 3.1 Grafik Konsumsi Pakan Tikus Tiap Minggu Selama 28 Hari ........... 24

Gambar 3.2 Gambar Grafik Berat Badan Tikus.................................................. 26

Gambar 3.3 Grafik Kadar MDA serum darah tikus ............................................. 27

Gambar 3.4 Grafik Kadar SOD Serum Darah Tikus ........................................... 29

Gambar 3.6 Adipocyte pada jaringan adipose subkutan abdominal: a. pakan

standard b. pakan HFD c.pakan HFD + ekstrak E.cottonii dan d.

pakan HFD + ekstrak Sargassum .................................................. 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, prevalensi obesitas dengan IMT β‰₯ 27.0 pada usia β‰₯ 15 tahun

adalah 10.5% pada tahun 2007, meningkat sebesar 14.8% pada tahun 2013,

dan pada tahun 2018 meningkat hingga 21.8%. Makanan yang digoreng dan

fast food merupakan jenis makanan yang banyak dikonsumsi karena sederhana,

rasa lezat, penyajian cepat, mudah diperoleh dan cukup mengenyangkan.

Mengkonsumsi makanan tinggi lemak setiap hari dalam waktu singkat dapat

menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan seperti obesitas dan sindrom

metabolik(Riskesdas, 2018).

Lemak yang berlebih memberikan kontribusi terhadap perkembangan

aterosklerosis dan sindrom metabolik. Asupan lemak yang tinggi juga

berkontribusi menyebabkan perlemakan hati atau fatty liver ( Marchesni et

al.2005, Harrison 2008, Yin et al. 2009). Pemberian diet tinggi lemak yang

menyebabkan peningkatan LDLakan mengalami pembentukan Reactive Oxygen

Species (ROS) (Murray, 2003).LDL mudah teroksidasi oleh radikal bebas.

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung elektron yang tidak

berpasangan, bersifat tidak stabil dan merusak sel dengan mengambil satu

atom hidrogen dari molekul lain tubuh (Arkhaesi, 2008). Radikal bebas terdapat

dalam tubuh melalui metabolisme sehari-hari dan akan segera diubah menjadi

substansi yang tidak berbahaya bagi tubuh, yaitu H2O dan CO2. Namun apabila

radikal bebas melebihi batas proteksi antioksidan kemudian bertemu dengan

asam lemak tidak jenuh ganda maka akan terjadi peroksidasi lipid, yaitu reaksi

berantai oksidasi lipid oleh radikal bebas. Reaksi peroksidasi lipid pada akhirnya

akan menghasilkan senyawa aldehida salah satunya adalah MDA

(malondialdehyde) yang biasa digunakan sebagai biomarker biologis

peroksidasi lipid dan menggambarkan derajat stres oksidatif. Untuk mencegah

terjadinya peroksidasi lipid maka dibutuhkan antioksidan untuk menstabilkan

radikal bebas sehingga tidak berbahaya bagi tubuh (Winarsi, 2007). Oleh sebab

itu, kebutuhan antioksidan dan antiinflamasi dari luar dibutuhkan oleh tubuh

untuk membantu sistem pertahanan tubuh meminimalisir dampak negatif dari

stres oksidatif maupun inflamasi sistemik (Khansari et al., 2009).

2

Indonesia memiliki potensi alga yang cukup melimpah dan meningkat

dari tahun ke tahun. E. Cottonii merupakan jenis alga yang paling banyak

dibudidayakan untuk memenuhi permintaan ekspor dan industri karagenan,

sedangkan Sargassum sp. tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan

secara maksimal oleh masyarakat. Umumnya alga memiliki kandungan lemak

rendah yaitu 1-5% berat kering(Fleurence, 1993).

Menurut penelitian E. Cottoniijuga memiliki kandungan senyawa fenol,

terutama flavanoid. Menurut Wresdiyati (2008), E. Cottonii meningkatkan kadar

antioksidan alami SOD dalam tubuh dan menurunkan kadar total kolesterol dan

trigliserida. Menurut Dore (2013), Sargassum sp memiliki aktivitas antioksidan

dan antiinflamasi. Suplementasi alga coklat mencegah obesitas pada tikus yang

diinduksi high fat diet selama 16 minggu (jangka panjang). Alga mampu

memperbaiki inflamasi sistemik dan insulin resisten parsial pada obesitas

melalui penghambatan sinyal inflamasi di jaringan sel adiposa (Oh, 2016).

Radikal bebas yang meningkat menyebabkan peroksidasi lipid membran sel

juga meningkat yang menghasilkan produk akhir berupa Malondialdehida

(MDA) (Kristina, 2016). Untuk meredam kerusakan yang diakibatkan radikal

bebas diperlukan antioksidan (Setiawan et al., 2005). Secara alami di dalam

tubuh terdapat sistem pertahanan antioksidan enzim seperti superoksida

dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Berdasarkan studi

terdahulu dilaporkan bahwa superoksida dismutase (SOD) merupakan garis

pertahanan terdepan terhadap senyawa radikal bebas (Alvarez, 1987).

Antioksidan ini berperan dalam mengubah anion superoksida (O2-) yang

merupakan inisiator kuat berbagai reaksi berantai menjadi oksigen (O2) dan

hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat lebih stabil dibandingkan superoksida.

Pada penelitian ini akan diamati pengaruh pemberian ekstrak alga merah

E.cottoni dan alga coklat Sargassum sp.dengan metode MAE dengan suhu

60oC menggunakan pelarut etanol terhadap stress oksidatif yang diinduksi oleh

diet mengandung diet tinggi lemak selama jangka waktu 4 minggu (jangka

pendek) pada tikus wistar.

3

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh over konsumsi diet tinggi lemak dapat menginduksi

stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan MDA dan penurunan

SOD?

2. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak algaE.cottonii dan Sargassum sp.

terhadap kadar MDA dan SOD serum, histologi liver dan histologi jaringan

adiposa tikus wistar yang diinduksi diet tinggi lemak?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh konsumsi pakan tinggi lemak terhadap kadar MDA

dan SOD serum darah tikus Wistar

2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak alga Eucheuma cottonii dan

Sargassum sp. terhadap kadar MDA dan SOD serum darah dan histologi

liver dan histologi jaringan adiposa tikus Wistar yang diinduksi stres oksidatif

dengan konsumsi diet tinggi lemak

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan informasi mengenai kondisi stress oksidatif pada hewan

coba akibat konsumsi diet tinggi lemak

2. Memberikan informasi tentang potensi dari ekstrak algaEucheuma cottonii

dan Sargassum sp sebagai antioksidan dan anti-inflamasi

1.5 Hipotesis Penelitian

Diduga dengan pemberian ekstrak Eucheuma cottonii dan Sargassum sp.

pada tikus wistar yang diberi diet tinggi lemak akan berpengaruh nyata terhadap

kadar MDA dan SOD serum darah dan histologi liver dan histologi jaringan adiposa

tikus Wistar yang diinduksi stres oksidatif dengan konsumsi diet tinggi lemak.

4

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Laboratorium Institut Biosains

Universitas Brawijaya selama 5 minggu yang terdiri dari 1 minggu masa adaptasi

dan 4 minggu masa perlakuan. Pembuatan serbuk E. cottonii dan Sargassum sp

dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian Jurusan Keteknikan

Pertanian dan Laboratorium Nutrisi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

(THP) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Pembuatan ekstrak etanol E. cottonii

dan Sargassum sp. dilakukan di Laboratorium Nutrisi Pangan Jurusan THP FTP

dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawiaya Malang.

Pembuatan pakan perlakuan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Pangan Jurusan

THP FTP. Analisis kimia dan senyawa bioaktif dilaksanakan di Laboratorium Kimia

dan Biokimia Pangan dan Laboratorium Nutrisi Pangan THP FTP. Analisis kadar

malondialdehid (MDA) dan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) serum darah

hewan coba dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya. Analisis histologi liver dan jaringan adipose dilaksanakan di

Laboratorium Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Univresitas Brawijaya.

Penelitian berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan Januari hingga Juni 2018.

2.2 Alat dan Bahan Penelitian

2.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu :

a. Alat pembuatan bubuk E. cottonii dan Sargassum sp.

Disc-mill (merk Damiji Deluxe), Blender kering (merk Philips), cabinet dryer

(tanpa merk), ayakan 80 mesh (merk Retsch).

b. Alat pembuatan ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp

Alat microwave-assisted extraction closed system (merk Anton Paar), rotary

evaporator (merk IKA RV-10), timbangan digital (merk Mettler Toledo), glassware

(merk Pyrex, Schott Duran dan HBG).

c. Alat pengujian senyawa kimia dan bioaktif ekstrak etanol E. cottonii dan

Sargassum sp

5

Pengujian yang dilakukan terdiri dari analisis total fenol dan kadar air serbuk

yang diekstrak. Pada pengujian total fenol, alat yang digunakan yaitu

spektrofotometer UV-VIS (merk Genesys), vortex (merk LW-scientific) dan

glassware (merk Pyrex, Schott Duran dan HBG). Pada pengujian kadar air, alat

yang digunakan yaitu cup aluminium, oven (merk MMM Medcenter), timbangan

(merk Mettler Toledo) dan desikator. Pada pengujian kadar serat kasar, alat yang

digunakan yaitu reflux (merk Pyrex) dan kompor listrik (merk Maspion).

d. Alat pengujian ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp secara in vivo

Pengujian ekstrak etanol alga pada tikus dilakukan dengan penyondean, alat

yang dibutuhkan antara lain jarum sonde (force feeding needle), syringe volume 3

mL, kotak kandang ukuran 36 x 16 x 13 cm, tempat makan dan minum tikus.

e. Alat pengujian sampel darah tikus

Pengujian kadar MDA dan SOD dilakukan pada serum darah, maka untuk

memperoleh serum darah diperlukan alat sentrifuge (merk Hermle), mikropipet 10 –

1000 Β΅L, dan mikrotube.

2.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu :

a. Bahan utama

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga merah E. cottonii

kering yang diperoleh dari pembelian secara langsung pada petani budidaya alga di

Pantai Jumiang, Pamekasan, Madura dan alga cokelat Sargassum sp kering yang

diperoleh dari Pantai Poteran, Sumenep, Madura. Bahan penginduksi hewan coba

yaitu minyak dan lemak sapi. Minyak yang digunakan yaitu minyak kedelai (soybean

oil) merk Happy Soya Oil yang diperoleh dari swalayan Avia, sedangkan untuk

lemak sapi di dapatkan secara online dengan aplikasi tokopedia. Hewan coba yang

digunakan adalah tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) umur 8 minggu dengan

berat badan 100 – 150 gram yang berasal dari Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu (LPPT) UGM Yogyakarta.

b. Bahan dalam pembuatan ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp

Bahan yang digunakan untuk membuat ekstrak alga yaitu etanol teknis 95%

dan akuades.

c. Bahan pada pengujian senyawa kimia dan bioaktif ekstrak etanol E. cottonii dan

Sargassum sp

6

Pengujian yang dilakukan terdiri dari analisis total fenol, kadar air dan serat

kasar. Pada pengujian total fenol standar phloroglucinol, bahan yang digunakan

yaitu reagen Folin-Ciocalteau, larutan Na2CO3 7.5% dan standar phloroglucinol.

Pada pengujian total fenol standar asam galat, bahan yang digunakan yaitu reagen

Folin-Ciocalteau, larutan Na2CO3 2% dan standar asam galat. Pada pengujian kadar

air tidak digunakan bahan kimia. Pada pengujian serat kasar, bahan yang

diperlukan yaitu asam kuat H2SO4, basa kuat NaOH, etanol 95%, larutan K2SO4,

akuades dan aluminium foil.

d. Bahan pada pengujian ekstrak etanol E. cottonii dan Sargassum sp secara in

vivo

Bahan yang dibutuhkan yaitu sampel berupa ekstrak etanol E. cottonii dan

Sargassum sp., sekam, pakan standar yang telah diformulasi.

2.3 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi analisis kimia dan senyawa bioaktif sampel

alga, pembuatan pakan dan pengujian in vivo menggunakan tikus Wistar. Analisis

kimia meliputi kadar air serbuk alga, kadar serat kasar serbuk alga, dan uji cemaran

logam berat Hg. Analisis senyawa bioaktif sampel alga yang dilakukan adalah uji

total fenol. Uji in vivo bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak alga terhadap

kadar MDA dan SOD serum darah tikus Wistar jantan yang diinduksi konsumsi

pakan dengan diet tinggi lemak.Rancangan percobaan terhadap tikus dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rancangan percobaan

Kelompok Perlakuan

Standar (STD) kelompok tikus yang diberi pakan standar

modifikasi AIN 93M dan tidak diberi ekstrak alga

(normal)

Diet Tinggi Lemak/ Higt Fat Diet kelompok tikus yang diberi diet tiggi lemak dan

tidak diberi ekstrak alga (stres-oksidatif)

Tinggi lemak + Ekstrak E. cottonii kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak dan

diberi ekstrak E. cottonii dengan cara penyondean

Tinggi lemak + Ekstrak Sargassum sp. kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak dan

diberi ekstrak alga cokelat dengan cara

penyondean

7

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan

rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan

setelah dilakukan perlakuan di akhir penelitian dan membandingkan hasil kelompok

perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif.

2.4 Pelaksanaan Penelitian

2.4.1 Proses Pengeringan Alga

Proses pengeringan alga hingga menjadi serbuk dilakukan berdasarkan

modifikasi metode Damongilala et al (2013). Modifikasi dilakukan terhadap lama

pengeringan di cabinet dryer, dari 24 jam menjadi 5 jam pada suhu 40ΒΊC. Adapun

tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Alga E. cottonii dan Sargassum sp. yang telah diperoleh dicuci dengan air

mengalir dan dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 8-10 jam.

2. Alga yang telah dijemur kemudian dikeringkan pada cabinet dryer pada suhu

40Β±5ΒΊC selama 5 jam.

3. Alga E. cottonii dihancurkan menjadi bentuk bubuk menggunakan discmill dan

blender kering. Alga Sargassum sp. perlu dilakukan pemisahan batang dengan

daunnya terlebih dahulu. Daun Sargassum sp. dihancurkan menggunakan

blender kering hingga menjadi bentuk serbuk, sedangkan untuk batangnya

dibuang.

4. Serbuk alga kedua sampel kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh.

2.4.2 Proses Ekstraksi Alga E. cottonii dan Sargassum sp.

Proses ekstraksi alga E. cottonii dan Sargassum sp. dilakukan dengan metode

microwave-assisted extraction (MAE) dengan memodifikasi proses ekstraksi Wong-

Paz et al. (2014). Modifikasi dilakukan terhadap rasio sampel dengan pelarutnya,

yaitu dari 1:30 (b/v) menjadi 1:6 (b/v), dan lama ekstraksi MAE dari 1 – 6 menit

menjadi 10 menit. Proses ekstraksi menggunakan MAE dilakukan di Laboratorium

Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya. Tipe microwave yang digunakan

yaitu closed system. Tahapan proses ekstraksinya yaitu :

1. Sampel ditimbang 7 gram untuk 42 mL per 1 vessel (rasio 1 : 6). Pelarut

yang digunakan yaitu etanol 95% : akuades (104,5 : 1) (v/v) (Lampiran 4)

2. Suhu yang digunakan untuk ekstraksi yaitu 60ΒΊC selama 10 menit

3. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring dan diperoleh filtrat

8

4. Filtrat dipekatkan secara bertahap dengan menggunakan rotary vacuum

evaporator pada suhu 40, 50 dan 60ΒΊC dengan kecepatan 60 rpm, dengan

tujuan menguapkan seluruh etanol dalam pelarut MAE sehingga hanya

sampel dalam pelarut fase air yang tersisa. Hal ini dilakukan karena adanya

kandungan etanol pada ekstrak yang akan diberikan ke tikus dapat

menyebabkan fatty-liver.

5. Setelah etanol diuapkan, ekstrak pekat dalam fase air kemudian

ditambahkan akuades untuk mengembalikan ekstrak ke konsentrasi fenol

awal, sehingga ekstrak yang disondekan tetap mengandung fenol sesuai

dengan yang telah dihitung dalam dosis.

2.4.3 Analisis Kimia dan Senyawa Bioaktif Sampel

Analisis kimia dan senyawa bioaktif yang dilakukan yaitu pengukuran total fenol

dengan metode Folin-Ciocalteau pada ekstrak hasil MAE. Pengukuran total fenol

dilakukan dengan 2 standar, yaitu standar phloroglucinol yang mengacu pada

Ahmad et al. (2013) dan standar asam galat berdasarkan Rattaya et al. (2015).

Prosedur analisis kimia dan komponen bioaktif secara terperinci dapat dilihat

padaLampiran 1.3 dan 1.4.

2.4.4 Perhitungan Dosis Ekstrak

Ekstrak yang diberikan pada kelompok pakan tinggi lamak + ekstrak E. cottonii

dan tinggi lemak + ekstrak Sargassum sp. perlu dihitung dosisnya, sehingga volume

ekstrak yang disondekan sesuai dengan kapasitas lambung tikus dan konsentrasi

ekstrak mampu memberi efek yang diharapkan. Volume lambung tikus yaitu 2

hingga 3 mL, tergantung pada ukuran badan tikus. Perhitungan volume ekstrak

dapat dilakukan dengan rumus berikut :

Vol ekstrak (mL) = π·π‘œπ‘ π‘–π‘  (

π‘šπ‘”

π‘˜π‘”π΅π΅)π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (π‘˜π‘”)

π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– π‘“π‘’π‘›π‘œπ‘™ (π‘šπ‘”

π‘šπΏ)

Pada penelitian ini, berat tikus rata-rata yang digunakan adalah 125 hingga 130

gram. Perhitungan dosis ekstrak alga mengacu pada penelitian yang telah dilakukan

oleh Kang et al (2016) dengan menggunakan mencit. Menurut Kang et al (2006),

dosis alga freeze-dried yang diberikan pada mencit yaitu 100 mg/kg berat badan

(BB) tikus. Berat badan mencit rata-rata yang digunakan adalah 19-22 gram dan

pemberian ekstrak dilakukan selama 9 minggu. Berat badan tikus 7 kali lipat lebih

9

berat dari mencit (Nair and Jacob, 2016). Maka dosis yang diberikan pada tikus

dinaikkan 7 kali lipat menjadi 700 mg/kg, apabila menggunakan alga yang diproses

menggunakan freeze dryer. Hal ini dikarenakan pada proses freeze drying(-50oC)

polifenol masih terlindung maksimal. Pada penelitian ini, preparasi ekstrak alga

menggunakan pemanasan yang berulang kali antara lain pada pengeringan

matahari (8-10 jam), pengeringan pada cabinet dryer (suhu 40ΒΊC selama 5 jam),

proses ekstraksi MAE (suhu 60ΒΊC selama 10 menit).proses pemekatan

menggunakan rotary evaporator (suhu bertingkat 40, 50, 60ΒΊC dengan total waktu 3

jam).Polifenol pada pengeringan 50oC dapat berkurang sebesar 17.5% (Pascariu,

2014).sehingga diasumsikan sebagian polifenol terdegradasi. Oleh karena itu, dosis

ekstrak ditingkatkan 10 kali lipat. Volume ekstrak yang diberikan sesuai dengan

berat badan tikus.

a. Contoh perhitungan volume ekstrak E. Cottoniiuntuk berat badan tikus

tertentu

Dosis = 7000 mg/kg BB

Berat badan rata-rata = 130 gram β‰ˆ 0,13 kg

Konsentrasi fenol = 471,48 mg PGE/mL

Vol ekstrak (mL) = π·π‘œπ‘ π‘–π‘  (

π‘šπ‘”

π‘˜π‘”π΅π΅)π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (π‘˜π‘”)

π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– π‘“π‘’π‘›π‘œπ‘™ (π‘šπ‘”

π‘šπΏ)

Vol ekstrak (mL) = 7000 (

π‘šπ‘”

π‘˜π‘”π΅π΅)π‘₯ 0,13 (π‘˜π‘”)

471,48 (π‘šπ‘”

π‘šπΏ)

= 1,93 mL β‰ˆ 2 mL

b. Contoh perhitungan volume ekstrak Sargassum sp.unruk berat badan tikus

tertentu

Dosis = 7000 mg/kg BB

Berat badan rata-rata = 126 gram β‰ˆ 0,126 kg

Konsentrasi fenol = 446,96 mg PGE/mL

Vol ekstrak (mL) = π·π‘œπ‘ π‘–π‘  (

π‘šπ‘”

π‘˜π‘”π΅π΅)π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› (π‘˜π‘”)

π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– π‘“π‘’π‘›π‘œπ‘™ (π‘šπ‘”

π‘šπΏ)

Vol ekstrak (mL) = 7000 (

π‘šπ‘”

π‘˜π‘”π΅π΅)π‘₯ 0,13 (π‘˜π‘”)

446,96 (π‘šπ‘”

π‘šπΏ)

= 1,97 mL β‰ˆ 2 mL

10

2.4.5 Pembuatan Pakan Hewan Coba

Pakan yang diberikan pada tikus Wistar jantan ada 2 jenis, yaitu pakan standar

untuk kelompok kontrol negatif (Standar) dan pakan mengandung lemak sapi dan

minyak berlebih, kelompok perlakuan pakan tinggi lemak dengan penambahan

ekstrak E. cottonii dan perlakuan pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak

Sargassum sp. Pembuatan pakan dilakukan dengan mengacu pada standar formula

AIN-93M yang dipublikasikan oleh American Institute of Nutrition dan dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Formulasi pakan standar AIN-93M untuk tikus dewasa

Komposisi g/kg diet

Cornstarch 465,692 Casein (β‰₯85% protein) 140,000 Dextrinized cornstarch (90-94% tetrasaccharides)

155,000

Sucrose 100,000 Soybean oil (no additives) 40,000 Fiber 50,000 Mineral mix 35,000 Vitamin mix 10,000 L-cystine 1800 Choline bitartrate (41.1% choline) 2500 Tert-butylhydroquinone 0,008

Sumber: Reeves (1993)

Pada penelitian ini dilakukan beberapa modifikasi antara lain menggunakan

tepung maizena sebagai pengganti cornstarch, susu skim sebagai pengganti

kasein, suplemen komersil Renovit sebagai pengganti mineral mix dan vitamin mix.

Kandungan lemak dalam pakan diet tinggi lemak juga ditingkatkan untuk

menyumbangkan 50% kalori dalam pakan (sebesar 2000 kkal). Minyak dalam

pakan diet tinggi lemak terdiri dari 20% minyak kedelai baru dan 80% lemak sapi.

Berdasarkan modifikasi yang dilakukan, diperoleh formulasi pakan baru seperti

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

11

Tabel 2.3 Modifikasi formulasi pakan mengacu pada standar AIN-93M

Komposisi g/kg diet

STD Tinggi Lemak

Tinggi Lemak + ekstrak E. Cottonii

Tinggi Lemak + ekstrak

Sargassum sp.

Pati maizena 370,4100 195,7080 195,7080 195,7080 Susu skim 361,7021 361,7021 361,7021 361,7021 Dekstrin 112,6035 65,1391 65,1391 65,1391 Sukrosa 72,6464 42,0252 42,0252 42,0252 Minyak kedelai 40,0000 44,4444 44,4444 44,4444 Lemak Sapi - 177,7778 177,7778 177,7778 CMC 34,1375 40,8238 40,8238 40,8238 Mineral 6,4255 6,4255 6,4255 6,4255 Vitamin 2,0739 2,0739 2,0739 2,0739

Dosis ekstrak E. cottonii (g/kg BB)

-

-

7,0000

-

Dosis ekstrak Sargassum sp.(g/kg BB)

- - - 7,0000

Kalori (kkal/kg) 3242,768 4000 4000 4000

(Reeves, 1993 dan Buetter et al. 2012)

2.4.6 Pengujian In Vivo

Pengujian in vivo dilakukan pada tikus Wistar jantan yang telah dirandomisasi

terlebih dahulu, kemudian dikelompokkan sesuai dengan perlakuan pakan yang

diberikan. Penelitian menggunakan hewan coba bertujuan untuk mengetahui

pengaruh ekstrak alga E. cottonii dan Sargassum sp. terhadap kadar MDA serum

dan kadar SOD serum akibat konsumsi pakan tinggi lemak selama 28 hari. Pakan

diberikan setiap hari, dan sisa pakan ditimbang hari sebelumnya ditimbang untuk

mengetahui konsumsi pakan per tikus per hari. Berat badan tikus ditimbang setiap

minggu untuk mengetahui pengaruh konsumsi pakan terhadap peningkatan berat

badan. Berat badan tikus juga menjadi indikator sehat atau tidaknya tikus yang

diberi perlakuan

2.4.6.1 Perhitungan Sampel Tikus

Penelitian ini menggunakan tikus wistar (Rattus norvegicus) yang dipilih secara

acak dan dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan sehingga jumlah tikus per

kelompok dapat ditentukan berdasarkan rumus Federer sebagai berikut (Federer,

1966) :

12

Keterangan :

β€œP” adalah jumlah perlakuan

β€˜n” adalah banyaknya sampel pada tiap kelompok perlakuan

Banyaknya sampel yang dibutuhkan untuk 4 kelompok perlakuan pada penelitian ini

adalah :

(4-1) (n-1) β‰₯ 15

3 (n-1) β‰₯ 15

(n-1) β‰₯ 5

n β‰₯ 6

Penelitian ini memerlukan minimal 6 ekor tikus dalam setiap perlakuan. Namun

perlakuan dalam penelitian ini tidak bersifat membahayakan sehingga dapat

digunakan jumlah tikus seminimal mungkin. Penelitian ini menggunakan 5 ekor tikus

dalam setiap kelompok perlakuan, akan tetapi hanya diambil 3 sampel tikus yang

menunjukkan tingkat konsumsi pakan yang tinggi (90-100%) dari pakan yang

diberikan dan penambahan berat badan yang diharapkan selama minggu ke-0

hingga minggu ke-4.

2.4.6.2 Masa Aklimatisasi (Pra Perlakuan)

Masa aklimatisasi atau disebut juga masa adaptasi dilakukan terhadap tikus

selama satu minggu sebelum masuk ke dalam masa perlakuan (minggu ke-0).

Hewan coba ditempatkan pada kandang yang dilengkapi dengan peralatan makan

dan minum, serta dijaga kebersihannya dengan dicuci menggunakan sabun. Tikus

diberi pakan standar modifikasi AIN-93M dan minum air secara ad libitum. Setiap

hari dilakukan perhitungan terhadap sisa pakan yang diberikan. Masa aklimatisasi

ini penting sebagai masa transisi tikus dari tempat breeder ke kandang

laboratorium, sehingga tikus dapat merasa nyaman terlebih dahulu sebelum diberi

perlakuan.

(P-1) (n-1) β‰₯ 15

13

2.4.6.3 Masa Perlakuan atau Treatment

Masa perlakuan terhadap 4 kelompok tikus percobaan dilakukan selama 28

hari. Selama 28 hari, masing-masing kelompok perlakuan mendapat pakan

perlakuan yang telah disesuaikan. Pakan diberikan 15 gram pada 1 minggu pertama

perlakuan (hari ke-1 sampai hari ke-8), kemudian diberikan 20 gram pada minggu

ke-2 hingga minggu ke-4 perlakuan (hari ke-9 sampai hari ke-28), untuk

mengantisipasi adanya kekurangan asupan kalori yang dibutuhkan sehingga tidak

mengkatabolisme cadangan makanan dalam tubuh. Air minum diberikan secara ad

libitum. Sisa pakan ditimbang setiap hari, berat badan ditimbang seminggu sekali

selama 4 minggu.

Ekstrak alga hanya diberikan pada kelompok tinggi lemak + ekstrak E. cottonii

dan tinggi lemak + ekstrak Sargassum sp., sedangkan pakam yang mengandung

lebak sapi berlebih atau tinggi lemak diberikan pada pakan tinggi lemak, pakan

tinggi lemak + ekstrak E. cottonii dan pakantinggi lemak+ ekstrak Sargassum

sp.Ekstrak diberikan 1 kali dalam sehari, yaitu pada siang hari (pukul 10.00-14.00).

Pada hari ke-29,tikus dibedah untuk diambil darah. Hewan coba terlebih dahulu

diberi perlakuan euthanasia dengan bius kloroform agar tikus tertidur secara

perlahan. Perlakuan euthanasia dengan kloroform bertujuan agar tikus tidak

merasakan sakit ketika dilakukan pembedahan (nekropsi) dan pengambilan darah.

Pengambilan darah dilakukan melalui jantung (cardiac puncture).

2.4.6.4 Prosedur Pengerjaan Preparat Histopatologi

Prosedur pengerjaan preparat histopatologi merupakan prosedur pemotongan

jaringan hingga pengecatan pada objekglass / slide berdasarkan Rattaya et al.

(2015). Prosedur pengerjaan preparat histopatologi secara terperinci dapat dilihat

padaLampiran 1.8

2.4.6.5 Pengukuran kadar MDA dan SOD Serum Darah

Darah tikus diambil melalui jantung. Darah yang telah diambil dimasukkan ke

dalam tabung sentrifuge kemudian di-sentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm

selama 25 menit pada suhu 4ΒΊC. Serum darah yang telah terpisah dengan bagian

padatan darah diambil menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam

microtube untuk selanjutnya disimpan dalam deep-freezer (suhu -80ΒΊC) sebelum

diuji kadar MDA dan SOD. Pengukuran kadar MDA dan SOD serum darah

14

dilakukan berdasarkan metode Rukmini et al. (2004), yang dilakukan oleh

Laboratorium Farmakologi Universitas Brawijaya.

2.5 Analisis data

Data konsumsi pakan, berat badan tikus, kadar MDA dan kadar SOD yang

diperoleh dianalisis statistik dengan Analisis Varian (ANOVA) menggunakan

program Microsoft Excel. Apabila terjadi perbedaan, maka dilakukan uji lanjut BNT

dengan taraf 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

2.6 Diagra Alir

2.6.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Eucheuma cottonii dan Sargassum sp.

(Modifikasi metode Damongilala et al., 2013)

Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Bubuk Eucheuma cottonii dan

Sargassum sp.

Alga kering

Dicuci dengan air tawar mengalir

Dikeringkan pada sinar matahari selama 8-10 jam

Dikeringkan dengan cabinet dryer (suhu 40Β±5ΒΊC, 5 jam)

Pengecilan ukuran dengan disc mill

Diayak menggunakan ayakan 80 mesh

Bubuk alga

Dihaluskan menggunakan blenderkering

Analisis: - Kadar air - Kadar serat kasar

- Logam berat Hg

15

2.6.2 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Metode Microwave-Assisted Extraction

(Modifikasi metode Wong-Paz et al., 2014)

Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Metode Microwave-

Assisted Extraction

Bubuk alga

Ditimbang rasio sampel dan pelarut 1 : 6 (b/v)

Diekstraksi dengan etanol 95% dan akuades 104.5 : 1

(v/v) menggunakan Microwave Assisted Extraction

Diekstrak pada suhu 60oC selama 10 menit menggunakan microwave assisted extraction

Dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator secara bertahap pada

suhu 40, 50, dan 60oC, 60 rpm

Ekstrak kasar

Disaring dengan kertas saring

Analisis: - Rendemen - Total fenol

filtrat residu

16

2.6.3 Pembuatan pakan standar modifikasi AIN 93M (Reeves, 1993)

Diaduk hingga rata

Ditambahkan ke dalam adonan dan dicampur hingga rata

Diuleni hingga kalis

Digiling menggunakan mesin penggiling

Dipotong +/- 3 cm

Dikeringkan dengan cabinet dryer pada suhu 50 Β± 4oC hingga kering

Gambar 2.3 Diagram alir pembuatan pakan standar modifikasi AIN 93M

Hasil

Pati maizena 370,41 gram

Susu skim 361,7021 gram

Dekstrin 112,6035 gram

Sukrosa 72,6474 gram

CMC 34,1375 gram

Multivitamin 11,5 kaplet

Minyak kedelai 40 gram

Air 250 mL

17

2.6.4 Diagram Alir Pengujian In Vivo

Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian In Vivo

Analisis :

- kadar MDA serum

- kadar enzim SOD

serum

Analisis :

- histologi liver

- histologi jaringan

adiposa

Tikus wistar jantan berat 100-150

gram, umur 8 minggu

Diberi pakan secara ad libitum dan aklimatisasi bagi tikus

selama 7 hari, serta penimbangan berat badan tikus

Kontrol positif

(Diet Tinggi

Lemak)

Kontrol negatif

(standar/normal)

Pakan tinggi

lemak + disonde

ekstrak E.

cottoniisesuai

dosis berat badan

Pakan tinggi lemak +

disonde ekstrak

Sargassum sp.

sesuai dosisberat

badan

Diberi perlakuan selama 4 minggu dan ditimbang berat badan setiap minggu

Dilakukan euthanasia dengan kloroform dan dibedah (nekropsi)

Diambil darah dari

jantung

Dihitung sisa pakan setiap hari

Diambil organ liver dan

jaringan adiposa

18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga merah

(E.Cottonii) yang didapatkan dari daerah pantai Pamekasan dan alga coklat

(Sargassum Sp.) yang didapatkan dari daerah pantai Sumenep Madura. Alga merah

(E.cottonii) dan alga coklat (Sargassum sp.) sebelum dilakukan penelitian terlebih

dahulu dilakukan pencucian dan sortasi untuk memisahkan kotoran yang menempel

pada alga tersebut. Bahan baku dianalisis dengan beberapa aspek seperti kadar air,

serat kasar, kandungan logam Hg, dan kandungan fenol. Analisis bahan baku ini

bertujuan untuk mengetahui dampak perlakuan pemberian ekstrak alga secara in

vivo. Hasil analisis kimia dari bahan baku alga dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil analisis kimia bahan baku alga E.cottonii dan Sargassum

Parameter E. cottonii Sargassum sp.

Penelitian Literatur Penelitian Literatur

Kadar air (%) 11,59 12,70a 11,30 Β± 0,14 13,90b Kadar serat kasar (%)

20,97 18,57 Β± 0,15c 27,02 Β± 0,41 34,71 Β± 1,99d

Kadar total fenol (mg GAE/g serbuk)

123,84 Β± 20,17 34,43 Β± 0,00f 231,19 Β± 27,42 69,03 Β± 3,24e

Kadar total fenol (mg PGE/g serbuk)

158,08 Β± 28,47 10,47 Β± 1,01c 180,91 Β± 13,51 23,03 Β± 1,86d

Cemaran Hg (mg/kg)

tidak terdeteksi

<0,5d tidak terdeteksi

<0,5d

Keterangan: Data merupakan rerata 3 kali ulangan Β± standar deviasi (SD). GAE: gallic aicd

equivalent; PGE: phloroglucinol equivalent. (a) Mushollaeni (2011; (b) Istini. (1986) (c)

Sargassum polycystum dalam Ahmad et al. (2012); (d) SNI 7387 : 2009 (e) Corpuz et al.

(2013); (f) Fu et al., (2016)

Pada Tabel 3.1, merupakan hasil rata-rata dari tiga kali ulangan yang

menunjukkan hasil dari analisisn kadar air dari alga Sargassum Sp. sebesar 11.30%

dan hasil dari analisis kadar air alga E. Cottoni sebesar 11.59%. Sedangkan pada

penelitian Mushollaeni (2011) menyebutkan bahwa kadar air alga Sargassum

sebesar 12.70%. dan kadar air alga E. Cottoni sebesar 13.90%(Istini, 1986). Proses

pengeringan matahari dan kombinasinya dengan pengeringan cabinet

menyebabkan kadar air alga menjadi relative lebih rendah dibandingkan literature.

Analisis yang digunakan untuk melihat adanya potensi aktivitas antioksidan

dapat dilakukan pengukuran kadar total fenol. Total fenol diukur terhadap standar

19

asam galat dan phloroglucinol. Tabel 3.1 menunjukkan dalam 1 gram serbuk E.

cottonii terdapat 123,84 mg GAE atau 158,08 mg PGE, sedangkan untuk 1 gram

serbuk Sargassum sp. terdapat 231,19 mg GAE atau 180,91 mg PGE. Menurut Fu

et al. (2016), total fenol E. cottonii standar GAE adalah 34.43 mg GAE/g dan

menurut Ahmad et al. (2012), total fenol E. cottonii standar PGE adalah 69,03 mg

PGE/g. Hasil pengukuran total fenol E. cottonii pada penelitian ini lebih tinggi

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Fu et al. (2016) dan Ahmad et al.

(2012). Total fenol alga coklat Sargassum sp. pada penelitian ini adalah 231,19 mg

GAE/g atau 180,91 mg PGE/g. Hasil yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan

dengan penelitian sebelumnya, dimana menurut Corpuz et al. (2013) total fenol

Sargassum sp. pada Sargassum siliquosum adalah 69,03 mg GAE/g dan menurut

Ahmad et al. (2012) total fenol Sargassum sp. pada Sargassum polycystum adalah

23,03 mg PGE/g.Kadar total fenol alga E. cottonii dan Sargassum sp. yang

digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan

dengan literatur.

Perbedaan data hasi pegukuran kadar total fenol dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain asal alga didapatkan, umur panen , varietas, jenis dan

konsentrasi pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, suhu serta lama ekstraksi

(Rajauria et al., 2016; Budhiyanti et al., 2012).Alga yang dipakai dalam penelitian ini

berasal dari pantai Pamekasan pulau Madura, sedangkan penelitan oleh Fu et al.

(2016) menggunakan alga yang berasal dari Sabah, Malaysia dan Cortez et al.

(2013) menggunakan alga yang berasal dari Filipina. Lokasi geografis yang berbeda

menyebabkan perbedaan parameter lingkungan tempat tumbuh seperti suhu air,

intensitas sinar matahari dan tingkat salinitas.

Proses ekstraksi terhadap senyawa fenol juga dapat mempengaruhi kadar total

fenol dengan kadar polaritas pelarut dapat berpengaruh terhadap proses ekstraksi.

Senyawa fenol bersifat polar, sehingga diperlukan pelarut yang bersifat polar.

Pelarut yang digunakan pada umumnya adalah etanol dan metanol.Perlakuan

pemanasan pada ekstraksi juga dapat membantu optimalisasi proses ekstraksi, hal

ini dikarenakan suhu tinggi dapat melemahkan komponen penyusun sel, sehingga

melepas ikatan fenol dan larut dalam pelarut (Fu et al., 2016).

Dari analisis kimia yang telah dilakukan tidak didapatkan kandungan logam

yang terdapat pada bahan baku. Rendahnya hasil analisis logam berat,

mengindikasikan perairan yang tidak tercemar. Pantai Pamekasan dan Sumenep di

Madura terletak pada daerah yang tidak berdekatan dengan industri yang

20

menghasilkan limbah berbahaya, sehingga masih terjaga keamanan dan kualitas

lingkungannya.

Perhitungan rendemen dalam penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui

efisiensi proses yang dilakukan terhadap suatu bahan. Rendemen merupakan hasil

akhir yang diperoleh dari bahan baku yang telah diproses. Rendemen ekstrak pekat

alga merupakan berat ekstrak setelah dilakukan proses evaporasi dibandingkan

dengan berat sampel awal pada filtrat ekstrak setelah MAE. Proses evaporasi

dilakukan untuk menguapkan seluruh etanol pada alga yang telah di ekstrak

sehingga diperoleh ekstrak dalam fase air. Perhitungan rendemen pada penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui jumlah ekstrak yang diperoleh dibandingkan dengan

jumlah bahan baku yang dibutuhkan. Data hasil rendemen dapat dilihat pada Tabel

3.2.

Tabel 3.2 Rerata Rendemen Ekstrak Alga

Bentuk Sediaan Rendemen (%)

E. cottonii Sargassum sp.

Ekstrak etanol MAE (a) 55.74 62.54 Ekstrak pekat (b) 10.34 9.59

Keterangan : (a) Berat ekstrak terhadap berat etanol+serbuk alga; (b) berat ekstrak pekat terhadap ekstrak etanol MAE

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa rendemen alga setelah diektraks dengan

metode ektraksi etanol MAE diperoleh 55.74% untuk alga E. cottonii dan 62.54%

untuk alga Sargassum sp. Hal ini disebabkan karena adanya proses filtrasi yang

dilakukan setelah proses ekstraksi, untuk memisahkan residu padatan dengan

filtrat. Rendemen ekstrak yang telah dipekatkan diperoleh Β±10% karena pada

proses pemekatan, pelarut ekstrak diuapkan sebanyak 90% sehingga

dapatdikatakan bahwa seluruh etanol telah menguap dan menyisakan ekstrak

dalam fase air.

Rendemen ekstrak etanol Sargassum sp. setelah MAE lebih tinggi

dibandingkan dengan ekstrak etanol E. cottonii, sedangkan setelah proses

evaporasi rendemen ekstrak pekat E. cottonii lebih tinggi dibandingkan dengan

rendemen ekstrak pekat Sargassum sp. Hal ini dapat disebabkan adanya

polisakarida dalam masing-masing alga yang memiliki kemampuan memerangkap

air yang berbeda, sehingga diduga pada proses filtrasi setelah ekstraksi MAE

pelarut lebih banyak yang terperangkap dalam residu E. cottonii dibandingkan

21

dengan residu Sargassum sp. Pada proses evaporasi, pelarut ekstrak etanol

Sargassum sp. lebih banyak yang diuapkan sehingga rendemen lebih rendah dari

E. cottonii. Hal ini dikarenakan pelarut pada ekstrak E. cottonii lebihterikat kuat oleh

padatan terlarut di dalamnya. Padatan terlarut tersebut diduga merupakan

komponen polisakarida alga.

Alga E cottonii mengandung polisakarida karagenan, khususnya jenis kappa

yang memiliki suhu gelasi cukup rendah, yaitu 35 - 65ΒΊC, sedangkan alginat,

polisakarida dalam Sargassum sp. membutuhkan ion Ca2+ dan pH asam 3,38 – 3,65

untuk membentuk gel. Proses gelasi pada polisakarida menyebabkan pelarut

terperangkap dalam rantai polisakarida (Alba dan Kontogiorgos, 2018). Proses

ekstraksi MAE menggunakan suhu cukup tinggi yaitu 60ΒΊC, dimana pada suhu

tersebut rantai polisakarida karagenan dapat mengalami gelatinisasi dan

memerangkap pelarut.

3.2 Kadar Total Fenol Ekstrak Alga

Pengukuran total fenol terhadap alga dilakukan untuk mengetahui jumlah

kandungan senyawa fenolik didalamnya. Penelitian ini melakukan pengukuran total

fenol terhadap 2 standar, yaitu standar asam galat dan phloroglucinol. Asam galat

merupakan standar yang paling umum digunakan sebagai standar total fenol, hal ini

dikarenakan asam galat merupakan senyawa fenol yang terdapat pada hampir

seluruh tumbuhan terrestial, sehingga total fenol dalam alga dapat dibandingkan

dengan komoditas lain. Phloroglucin merupakan komponen fenol monomer

phlorotannin. Phlorotannin merupakan senyawa fenolik kelompok tanin yang

umumnya ditemukan pada alga coklat (Wang et al., 2009). Meski demikian,

phlorotannin juga ditemukan pada alga merah (Singh dan Bharate, 2006). Hasil

pengukuran total fenol terhadap ekstrak etanol alga E. cottonii dan Sargassum sp.

dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kadar total fenol ekstrak alga

Total Fenol E. cottonii Sargassum sp. Notasi

Standar Asam Galat (mg GAE/g ekstrak)

61,58 Β± 6,22 92,40 Β± 5,87 *

Standar Phloroglucinol (mg PGE/g ekstrak)

113,16 Β± 26,82 119,74 Β± 35,51 tn

Keterangan: nilai diatas menunjukkan nilai rata-rata kadar total fenol Β± standar deviasi. Data

merupakan rerata 3 kali ulangan. (tn) menunjukkan tidak beda nyata (*) menunjukkan

berbeda nyata pada uji paired t-Test

22

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa rerata total fenol ekstrak Sargassum sp. baik

yang diukur dengan standar asam galat maupun phloroglucinol lebih tinggi

dibandingkan dengan ekstrak E. cottonii. Pada uji paired t-Test, pengukuran total

fenol standar phloroglucinol kedua ekstrak tidak berbeda nyata sedangkan pada

pengukuran standar asam galat kedua ekstrak berbeda nyata. Hal ini diduga

senyawa fenolik polimer monomer asam galat lebih banyak dalam ekstrak

Sargassum sp. sedangkan senyawa fenolik monomer phloroglucinol pada kedua

ekstrak hampir sama banyaknya.

Total fenol ekstrak E. cottonii dan Sargassum sp. yang diekstrak menggunakan

metode MAE pada standar asam galat berturut-turut adalah 61.58 mg GAE/g dan

92.40 mg GAE/g. Menurut Yanuarti et al. (2017), ekstrak metanol E. cottonii

memiliki total fenol 114 mg GAE/g. Sementara itu untuk total fenol ekstrak

Sargassum sp., menurut Chandini et al. (2008) kadar total fenol dalam ekstrak

aqueous Sargassum marginatum adalah 24.6 mg GAE/g ekstrak dan menurut

Vijayabaskar (2011), kadar total fenol dalam ekstrak metanol Sargassum wightii

yaitu 35.98 mg GAE/g ekstrak. Apabila total fenol hasil penelitian dibandingkan

dengan literatur, total fenol E. cottonii pada literatur lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil penelitian, sedangkan total fenol ekstrak Sargassum sp. pada

penelitian ini lebih tinggi.

Hasil pengukuran total fenol terhadap standar phloroglucinol menunjukkan

bahwa dalam ekstrak etanol Sargassum sp. terdapat 119.74 mg PGE/g ekstrak dan

ekstrak etanol E. cottonii terdapat 113.16 mg PGE/g ekstrak. Kedua hasil

pengukuran ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan literatur yang menyatakan

bahwa total fenol dalam ekstrak metanol Sargassum polycystum adalah 55.16 mg

PGE/g ekstrak (Matanjun et al., 2010) dan ekstrak metanol E. cottonii adalah 22.50

mg PGE/g ekstrak (Matanjun et al., 2008)

Perbedaan hasil pengukuran total fenol dalam bentuk sediaan ekstrak dapat

dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi (Budhiyanti et al.,

2012). Pelarut ekstrak seperti metanol cenderung menghasilkan nilai total fenol

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut organik lainnya seperti etanol dan

dietil eter karena bersifat lebih polar, sehingga mampu mengekstrak secara optimal

senyawa fenolik seperti phlorotannin yang bersifat hidrofilik (Matanjun et al., 2008).

Polifenol yang terkandung pada alga bervariasi sesuai dengan letak geografis,

musim, waktu panen dan jenis alga (Rajauria et al., 2016). Pemilihan bahan baku

juga berpengaruh terhadap perbedaan kandungan total fenol alga, seperti adanya

23

perbedaan sumber lokasi perolehan alga dan kondisi lingkungan perairan tempat

alga tumbuh. Penelitian oleh Yanuarti et al. (2017) menggunakan alga yang berasal

dari perairan Serang, Banten sedangkan pada penelitian oleh Matanjun et al. (2008)

dan (2010) alga berasal dari kawasan Pulau Kalimantan. Pertumbuhan dan

penyebaran alga dan jenis biota perairan lainnya dipengaruhi oleh toleransi

fisiologinya untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti substrat,

salinitas, suhu, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi (Pakidi dan Suwoyo, 2016).

Alga coklat seperti Sargassum sp. merupakan alga yang tumbuh liar. Sargassum

sp. merupakan spesies yang tumbuh di zona pasang-surut dimana ada arus dan

ombak, serta perairan yang jernih.

Menurut Pavia dan Brock (2000), konsentrasi senyawa fenolik pada alga lebih

tinggi saat gelombang surut dibandingkan saat pasang. Hal ini dikarenakan pada

saat gelombang surut, radiasi sinar matahari tinggi sehingga mendorong adanya

adaptasi fisiologis. Sargassum sp. memiliki kemampuan photoprotection untuk

beradaptasi terhadap iradiasi yang terjadi saat gelombang surut. Selain itu, pada

musim kemarau paparan radiasi matahari tinggi sehingga senyawa fenolik

melindungi dari Photosynthetically Active Radiation (PAR).

Phlorotannin alga yang berada pada dinding sel diasumsikan sebagai sistem

pertahanan alga untuk melindungi dari tingginya PAR dan kerusakan UV (Pavia et

al., 1997). Meski demikian, alga coklat tumbuh subur di daerah tropis karena

memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis (Sulisetjono, 2009). Sementara itu,

untuk alga merah seperti E. cottonii merupakan alga hasil budidaya, sehingga

kondisi lingkungannya lebih terkontrol. E. cottonii dibudidayakan dengan kedalaman

30 cm dan pada kondisi suhu, salinitas, kandungan fosfat dan nitrat yang terkontrol

(Kumar et al., 2015). Perbedaan musim menunjukkan bahwa pada musim panas

kandungan senyawa fenolik pada alga mencapai titik maksimum, dan pada musim

gugur ataupun dingin senyawa fenolik mencapai titik terendah (Connan et al., 2004).

3.3 Konsumsi Pakan Tikus Wistar

Konsumsi pakan tikus wistar perlu diamati setiap hari selama perlakuan

untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan standar, pakan yang tinggi lemak

(Higt Fat Diet) dan pakan tinggi lemak dengan dilakukannya penyondean ektrak

algaSargassum sp. dan ekstrak algaE.cottonii. Hasil pengamatan konsumsi pakan

tikus Wistar dapat dilihat pada Gambar 3.1

24

Gambar 3.1 Grafik Konsumsi Pakan Tikus Tiap Minggu Selama 28 Hari

Gambar 3.1 menunjukkan grafik perkembangan dari konsumsi pakan pada

tikus tiap minggu selama 28 hari. Pada grafik tersebut dapat dilihat di setiap

kelompok pakan mengalami peningkatan pada minggu kedua. Minggu pertama

pakan yang diberikan pada tikus sebanyak 15 gram setiap hari, namun karena di

hari berikutnya dilihat pakan selalu habis dan tikus terlihat agresif, makan diminggu

kedua ditingkatkan jumlah pakan yang diberikan menjadi 20gram/tikus/hari .

Sedangkan untuk minggu ke tiga dan minggu ke empat grafik menunjukkan

penurunan.

Pada Gambar 3.1 dapat dilihat untuk perlakuan pemberian pakan tinggi

lemak dengan penambahan ekstrak alga sargassum sp. maupun E.cottoni lebih

sedikit pakan yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan kerana pada saat pembersihan

kandang dan pemberian pakan, tikus tersebut langsung diberikan ekstrak alga

seingga membuat tikus lebih cepat kenyang daripada tikus yang tidak diberikan

ekstrak alga.

Jumlah konsumsi pakan tikus per hari diperoleh dengan penimbangan sisa

pakan tikus setiap hari selama masa perlakuan. Jumlah konsumsi pakan

merupakan selisih dari jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan tikus

selama masa perlakuan. Rata-rata konsumsi pakan tikus selama 28 hari dapat

dilihat pada Tabel 3.4

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

1 2 3 4

Ko

nsu

msi

Pak

an (

g)

Minggu ke

Standart Tinggi Lemak

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum Tinggi Lemak + Ekstrak E. Cottoni

25

Tabel 3.4 Rata-rata Konsumsi pakan tikus wistar selama 28 hari

Kelompok Pakan Minggu Ke- (g) Rata-rata

(g/ekor/minggu) 1 2 3 4

Standart 102,32 130,53 126,73 106,4 116,51 Β± 14,18

Tinggi Lemak 99,63 119,30 105,86 95,7 105,12 Β± 10,34

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum

98,10 105,52 103,21 83,4 97,55 Β± 9,95

Tinggi Lemak + Ekstrak E. Cottoni

94,78 116,94 108,45 92,6 103,18 Β± 11,56

Tabel 3.4 Menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan tikus selama 28

hari tidak terjadi perubahan secara signifikan dalam minggu pertama hingga minggu

ketiga secara keseluruhan. Untuk minggu ke empat hari ke-28 tikus dipuasakan

mulai jam 3 sore, sehingga pakan yang diberikan dikonsumsi sebagian. Hal tersebut

berpengaruh terhadap rerata konsumsi pakan tikus pada minggu keempat.

Hasiljumlah pakan yang dikonsumsi dari setiap jenis pakan tidak berbeda nyata

setiap minggunya.Berdasarkan hasil analisis ragam ANOVA (Ξ±=0,05)(Lampiran 8),

jumlah pakan yang dikonsumsi dari setiap jenis pakan tidak berbeda nyata setiap

minggunya.

Kelompok pakan standar pada umumnya memiliki nilai konsumsi pakan lebih

besar dibandingkan dengan kelompok pakan yang lain. Hal ini disebabkan karena

kelompok pakan standart tidak memiliki kandungan lemak yang banyak ataupun

cepat membuat kenyang.Sedangkan untuk kelompok pakan dengan tinggi lemak

lebih sedikit di konsumsi karena tekstur yang dihasilkan lebih mudah pecah dan

menjadi serbuk. Preferensi konsumsi tikus dipengaruhi oleh sifat sensori seperti

bau, warna dan tekstur (Larsen et al., 2011).

3.4 Berat Badan Tikus

Berat badan tikus perlu diamati dan ditimbang setiap minggunya untuk

mengetahui adanya pengaruh pakan (pakan standart dan kontrol positif) yang

diberikan oleh tikus setiap harinya dengan penambahan berat badan tikus, serta

pengaruh penyondean ekstrak dari Alga. Penimbangan berat badan tikus dilakukan

seminggu sekali selama 28 hari perlakuan. Hasil pengamatan berat badan tikus

dapat dilihat pada Gambar 3.2

26

Gambar 3.2 Gambar Grafik Berat Badan Tikus

Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan berat badan

tikus mengalami peningkatan setiap minggu selama 28 hari perlakuan. Penelitian

yang dilakukan oleh Widodo dkk. (2006) menyatakan bahwa peningkatan berat

badan tikus terjadi karena makanan yang diberikan dan dikonsumsi oleh tikus

sesuai dengan kemampuannya atau proporsional dengan energi yang dikeluarkan,

sehingga energi yang ada digunakan untuk pertumbuhan dan peningkatan massa

jaringan. Dalam keadaan normal, keadaan yang baik dan seimbang antara

konsumsi dan kebutuhan zat gizi yang sesuai, maka berat badan berkembang

seiring dengan bertambahnya umur. Persentase peningkatan berat badandapat

dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 PeningkatanBerat Badan Tikus

Pada Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa berat badan tikus yang diberikan ektrak

dari Alga E.cottoni mengalami peningkatan berat badan yang lebih

sedikit.Berdasarkan hasil analisis ragam ANOVA (Ξ±=0,05)(Lampiran 7),

0

50

100

150

200

250

300

350

0 1 2 3 4

Ber

at B

adan

(g)

Minggu Ke-

Standart (STD) Tinggi Lemak

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii

Kelompok Pakan Berat badan awal

(g) Berat badan akhir

(g) Peningkatan

(%)

Standar 134,33 250,83 116,50 Β± 17,51

Tinggi Lemak 139,17 252,83 113,67Β± 15,33

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 120,83 235,33 114,50 Β± 14,60

Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 131,33 240,83 109,50 Β± 20,62

27

peningkatan berat badan antar kelompok jenis pakan tidak berbeda nyata, sehingga

perbedaan peningkatan berat badan antar kelompok tidak berpengaruh terhadap

efek yang ditimbulkan akibat konsumsi tinggi lemak.Penelitian ini menunjukkan

bahwa pakan tinggi lemak yang dikonsumsi mengandung kalori tinggi, dimana 50%-

nya disumbangkan oleh lemak dari minyak dan lemak sapi murni (Buettner, 2007).

Kelompok pakan konsumsi tinggi lemak dengan penambahan ekstrak alga memiliki

persentase perningkatan yang rendah dikarenakan polyphenol dilaporkan dapat

meningkatan oksidasi lemak (Belza and Jessen, 2005) dan meningkatkan

biosintesis mitokondria (organel dalam sel tempat untuk membakar lemak) (Santos

et al, 2018)

3.5 Kadar MDA dan SOD Serum Darah Tikus

3.5.1 Kadar MDA (Malondialdehid) Serum Darah Tikus

Analisis kadar MDA serum darah tikus dilakukan karena pengukuran MDA telah

lama digunakan sebagai indikator kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh

sekaligus sebagai indikator keberadaan radikal bebas. Hasil Analisis kadar MDA

serum darah tikus yang diberi pakan standar, pakan tinggi lemak, dan yang diberi

ekstrak E.cottonii serta Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Grafik Kadar MDA serum darah tikus

Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa kelompok pakan tinggi lemak

memiliki MDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pakan yang lain.

Kelompok pakan tinggi lemak cenderung memiliki kadar MDA yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompol pakan standar. Perlakuan pemberian pakan tinggi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Standar Tinggi Lemak Tinggi Lemak + EkstrakCottonii

Tinggi Lemak + EkstrakSargassum

Kad

ar M

DA

(ng/

100Β΅

L)

Kelompok Pakan

28

lemak dibandingkan dengan pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak E.

cottoniimenghasilkan kadar MDA yang tidak berbeda nyata sedangkan perlakuan

pemberian pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak Sargassum sp.

menghasilkan kadar MDA yang lebih rendah seperti yang disajikan pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Rerata Kadar MDA serum darah tikus

Kelompok pakan Rerata(ng/100Β΅L)

Standar 1,38 Β± 0,17a

Tinggi Lemak 2,67 Β± 0,39c

Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 2,57 Β± 0,15c

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 2,06 Β± 0,19b

BNT 5% 0,37 Keterangan: nilai diatas menunjukkan nilai rata-rata kadar MDA Β± standar deviasi. Data

merupakan rerata 3 kali ulangan. Data dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

(Ξ±=0.05)

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa kadar MDA kelompok tikus yang diberikan

pakan tinggi lemak secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pakan standar.

Tingginya kadar MDA disebabkankan oleh ketidakseimbangan jumlah antioksidan

baik yang berupa enzim endogen maupun antioksidan dari diet dengan jumlah

prooksidan dapat menyebabkan kondisi stres oksidatif (Daneil et. al, 2009).

Peningkatan konsentrasi MDA membuktikan adanya reaksi lipid peroksida pada

tubuh hewan coba.

Pemberian pakan tinggi lemak pada tikus dalam jangka panjang akan

mengakibatkan terjadinya reactive oxygen species (ROS) dan akan muncul radikal

– radikal bebas yang dapat meningkatkan stress oksidatif. Produksi ROS yang

meningkat dapat mendegradasi lemak tak jenuh ganda membentuk MDA dan

mengakibatkan komplikasi.

3.5.2 Kadar SOD(Superoxide dismutase) Serum Darah Tikus

Analisis kadar SOD (Superoxide dismutase) serum darah tikus dilakukan

karena SOD (Superoxide dismutase) merupakan suatu antioksidan yang berasal

dari dalam tubuh yang dapat mengeliminasi radikal superoksida dan melindungi sel

dari kerusakan akibat radikal bebas. Hasil Analisis kadar SOD serum darah tikus

yang diberi pakan standar, pakan tinggi lemak, dan yang diberi ekstrak E.cottonii

serta Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3.4

29

Gambar 3.4 Grafik Kadar SOD Serum Darah Tikus

Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa kelompok pakan standar

memiliki aktivitas SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pakan

tinggi lemak. Namun pada pakan tinggi lemak dengan perlakuan pemberian

ekstrak aktivitas SOD cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pakan tinggi

lemak tanpa perlakuan pemberian ekstrak alga. Peningkatan ini disebabkan oleh

kandungan antioksidan polifenol yang dapat menghambat terjadinya reaksi

oksidasi. Perlakuan pemberian ekstrak E. cottonii dan Sargassum sp pada tikus

yang diinduksi stres oksidatif dengan pemberian pakan tinggi lemak memiliki kadar

MDA serum lebih rendah namun belum mencapai tingkat yang signifikan seperti

yang disajikan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7 Rerata Kadar SOD serum tikus

Kelompok pakan Rerata(unit/100Β΅L)

Standar 46,43 Β± 4,67c

Tinggi Lemak 16,79 Β± 6,48a

Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 22,19 Β± 0,88a

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 32,70 Β± 8,51c

BNT 5% 8,89 Keterangan: nilai diatas menunjukkan nilai rata-rata kadar MDA Β± standar deviasi. Data

merupakan rerata 3 kali ulangan. Data dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

(Ξ±=0.05)

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa kadar SOD kelompok tikus yang diberikan

pakan standar memiliki nilai paling tinggi. Pakan tinggi lemak dengan pemberian

ekstrak sargassum secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi lemak yang

tidak diberikan ekstrak alga. Kadar SOD yang lebih tinggi pada perlakuan kelompok

0

10

20

30

40

50

60

Standar Tinggi Lemak Tinggi Lemak +Ekstrak Cottonii

Tinggi Lemak +Ekstrak Sargassum

Kadar

SO

D

(unit/1

00Β΅L)

Kelompok Pakan

30

tikus yang diinduksi stres oksidatif dengan konsumsi lemak berlebih dan ada

penambahan ekstrak alga dapat terjadi karena adanya polyphenol dapat

meningkatkan enzim antioksidan dalam tubuh (Chun Yi Ng et al., 2012).Keadaan ini

juga menyebabkan ketidakseimbangan antara senyawa oksidatif dan komponen

antioksidan endogen sehingga aktivitas antioksidan di dalam tubuh menurun dan

akan menyebabkan kerusakan sel, terutama sel hati yang dapat merubah fungsi

hati sebagai penetralisir senyawa yang berbahaya. Pakan tinggi lemak dengan

penambahan esktrak Sargassum memiliki kadar SOD yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak E.cottonii

hal ini dikarenkan pada perlakuan ekstraksi, polyohenol yang pada Sargassum lebih

banyak dibandingkan polyphenol pada E. cottoni. Polyphenol dapat memicu

ekspresi enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), glutathione

peroxidase dan katalase (Kang et al., 2005, 2006).

Pakan tinggi lemak tanpa perlakuan ekstrak ini mengakibatkan keseimbangan

antara prooksidan dan antioksidan menjadi terganggu dan terjadi pelepasan nitrit

oksida (NO) dan penurunan kadar mikronutrien dalam tubuh yang mengakibatkan

sel akan lebih sensitif terhadap stres oksidatif dan terjadi penurunan kadar SOD

(Boaventura, 2015).SOD merupakan metaloensim dengan Cu sebagai gugus aktif

sementara Zn lebih berperan pada strukturnya (Robinson dan Eskin,1989)

3.6 Analisis Hispatologi Hati Tikus

Pengamatan struktur histologis secara menyeluruh pada hati tikus

kelompokpakan standar, pakan tinggi lemak, dan yang diberi ekstrak E.cottonii serta

Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3.5

31

Gambar 3.5 Histologi Hati Tikus dengan perlakuan A. kelompok pakan standar; B. kelompok

pakan tinggi lemak; C. kelompok pakan tinggi lemak + ekstrak Sargassum; D. kelompok

pakan tinggi lemak + ekstrak E.Cottoni. Keterangan : N(Nukleus). G(glukosa). DL (Droplet Lemak)

Berdasarkan Gambar 3.5 dapat dilihat pada kelompok pakan tinggi lemak

mengalami droplet lemak yang sangat banyak, pada kelompok pakan tinggi lemak

dengan perlakuan pemberian ekstrak alga juga memiliki droplet lemak namun

sedikit, sedangkan pada kelompok pakan standar memiliki droplet lemak yang

sangat sedikit. Penelitian Nam (2017) menyebutkan histologi jaringan hati

menunjukkan bahwa tikus dengan diet tinggi lemak memiliki proporsi droplet dan

akumulasi lemak hati yang tinggi pada hati tetapi suplementasi antioksidan dari

greentea menyebabkan penurunan droplet lemak yang signifikan dalam sel hati.

Droplet pada hati terjadi karena konsumsi lemak berlebih yang dapat

menyababkan kapasitas penyimpanan dari jaringan adiposa berlebih atau tidak

berfungsi secara normal sehingga terjadi peningkatan asam lemak disirkulasi yang

dapat menyebabkan akumulasi lemak pada organ seperti hati, otot dan pangkreas

(Lahino, 2014). Kelompok pakan tinggi lemak dengan pemberian ekstrak alga

terdapat droplet lemak namun sedikit hal ini disebabkan karena banyak antioksidan

yang dapat meredam efek buruk dari radikal bebas, salah satunya adalah alga yang

memiliki komponen bioaktif polifenol. Polifenol dapat memberikan atom hidrogen

yang dimilikinya pada radikal bebas dan membentuk senyawa yang non-reaktif dan

berperan dalam menekan terjadinya peroksidasi lipid dan cincin fenol berperan

sebagai electron traps untuk radikal bebas(Chojnacka et al., 2012; Namvar et al.,

2013).

A B

C D

32

Asupan diet tinggi lemak dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

terjadinya steatosis dalam sel hati. Trigliserida yang dibentuk dalam hati akan

mengalami dua hal yakni disimpan dalam droplet lemak yang mengakibatkan

steohepatis dan dikemas bersama apoprotein B (apo-b) dan disekresikan kedalam

sirkulasi dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL) (Salt, 2004). Ekstrak

etanolik daun bayam merah mampu mencegah terjadinya perlemakan hati dan

kenaikan kadarALT (Alanin Transaminase) karena mengandung senyawa aktif atau

pilofenol. polifenil merupakan antioksidan yang mana dapat menghambat sekresi

apo-B 100 pada sel CaCO2 serta dapat menurunkan aktivitas MTP yang berperan

dalam pembentukan kolesterol dan trigliserida. Kuersetin juga dapat menghambat

aktivitas enzim HMG-KoA reduktase, yaitu enzim yang berperan dalam

pembentukan kolesterol selain itu juga sebagai antioksidan yang dapat menekan

radikal bebas (Benz, 2009).

3.7 Analisis Jaringan Adiposa Tikus

Diet tinggi lemak dapat menyebabkan membesarnya adipocyte (sel lemak)

apabila durasi pemberiannya cukup panjang. Pengamatan struktur histologis secara

menyeluruh pada jaringan adipose tikus kelompok pakan standar, pakan tinggi

lemak, dan yang diberi ekstrak E.cottonii serta Sargassum sp. dapat dilihat pada

Gambar 3.6

Gambar 3.6 Adipocyte pada jaringan adipose subkutan abdominal: a. pakan standard

b. pakan HFD c.pakan HFD + ekstrak E.cottonii dan d. pakan HFD + ekstrak Sargassum

33

Berdasarkan Gambar 3.6 kelompok yang diinduksi dengan pakan tinggi lemak

yang memiliki tebal lemak subkutan yang lebih besar.Peningkatan massa jaringan

adiposa yang disebabkan oleh energi yang masuk melebihi energi yang

dikeluarkan, sehingga terjadi akumulasi dalam bentuk lemak. Akumulasi dalam

bentuk lemak akan mengakibatkan hipertrofi dan hiperplasia pada jaringan adiposa

(Derdemezis et al., 2011; Enns et al., 2011) Kelompok yang diinduksi pakan tinggi

lemak akan memiliki trigliserida yang berlebih sehingga akan disimpan dalam

jaringan adiposa dibawah kulit (Baron, 1994)

Kelompok tikus dengan pertambahan ekstrak Alga memiliki ketebalan lemak

yang lebih kecil hal ini sesuai dengan penelitian Fuji et al. (2007) dalam Sakurai et

al. (2008) melaporkan bentuk molekul polifenol yang kompleks lebih sulit dicerna

daripada bentuk molekul polifenol yang lebih sederhana. Hasil penelitian Sakurai et

al. (2008) menunjukkan bentuk oligomer polifenol dari ekstrak perikarp buah leci,

yakni oligonol memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat daripada ekstrak perikarp

buah leci biasa, baik secara in vivo maupun in vitro. Hal ini menunjukkan tingkat

penyerapan polifenol berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan pada sel adiposa.

Antioksidan mempunyai pengaruh anti inflamasi yang poten, menekan ekspresi gen

makrofag secara in vitro dan in vivo, serta menghambat sel mononuklear pro

inflamasi (Jiao, 2009:108). Polfenol mengakibatkan menurunnya jumlah total

ATMs(Adipose Tissue Macrophage) (Fujisaka, 2009)

34

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Kelompok tikus yang diberi pakan tinggi lamak tanpa perlakuan

penambahan ekstrak alga memiliki nilai kadar MDA paling tinggi dan

memiliki kadar SOD paling rendah

2. Kelompok tikus pakan tinggi lemak yang diberikan ekstrak alga E.cottoni dan

Sargassum sp kadar MDA serum tikus lebih rendah dan kadar SOD serum

tikus lebih tinggi dibandinkan dengan kelompok pakan tinggi lemak tanpa

pemberian ekstrak.

3. Pada kelompok pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak Sargassum

kadar MDA serum tikus lebih rendah dibandingkan perlakuan ekstrak E.

cottonnii dan kadar SOD serum tikus lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak E.cottoni

4. Kelompok pakan tinggi lemak terdapat banyak perlemakan pada hepar tikus

dibandingkan dengan kelompok pakan dengan pemberian ekstrak alga

5. Kelompok pakan tinggi lemak terdapat ukuran sel lemak (adipocyte) yang

lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok pakan

standard dan kelompok pakan tinggi lemak dengan penambahan ekstrak

alga

4.2 Saran

1. Perlu dilakukan masa perlakuan yang lebih panjang sehingga dapat diamati

efek pemberian ekstak alga pada terhadap penurunan kadar MDA dan

peningkatan kadar SOD serta perlemakan pada jaringan. Perlu dilakukan

penambahan kelompok perlakuan yang tanpa diet tinggi lemak tetapi

diberikan ekstrak alga. Untuk melihat ekstrak alga bersifat preventif atau

curative terhadap stress oksidatif.

35

Daftar Pustaka

Alvarez JG. 1987. Spontaneous Lipid Peroxidation and Production Of

Hydrogen Peroxide and Superoxide in Human Spermatozoa:

Superoxide As Major Enzyme Protectant Againts Oxygen Toxixity. J.

Androl. 8: 338- 348.

Arkhaesi, Nahwa. 2008. Kadar Malondialdehyde (MDA) Serum Sebagai Indikator

Prognosis Keluaran pada Sepsis Neonatorum. Tesis. Program

Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter

Spesialis-1 Ilmu Kesehatan Anak Univesitas Diponegoro, Semarang.

Asni, E., dkk. 2009. Pengaruh Hipoksia Berkelanjutan Terhadap Kadar

Malondialdehid, Glutation Tereduksi, dan Aktivitas Katalase Ginjal

Tikus. Maj Kedokt Indon. 59(12): 595-600.

Aziz AA, Kenney LS, Goulet B, Abdel-Aal ES. 2009. Dietary Starch Type Affects

Body Weight and Glycemic Control in Freely Fed but Not Energy-

Restricted Obese Rats. The Journal of Nutrition. 2009;139(10):1881-9.

Bandini LG, Must A, Phillips SM, Naumova EN, Dietz WH. 2004.Relation of Body

Mass Index and Body Fatness to Energy Expenditure: Longitudinal

Changes from Preadolescence Through adolescence. Am J Clin Nutr

2004; 80:1262-9.

Baraas F, 2006. Kardiologi Molekuler. Kardia Iqratama. Jakarta

Belza, A., Jessen, AB. 2005. Bioactive food stimulants of sympathetic activity:

effect on 24-h energy expenditure and fat oxidation. European Journal of

Clinical Nutrition (2005) 59, 733–741

Bentz, A. B. 2009. A review of quercetin: Chemistry, antioxidant properties, and

bioavailability. Journal of young investigators, 19(10).

Beyegue CFN, Ngangoum RMC, Kuate D, Ngondi JL, Oben JE .2012. Effect of

Guibourtia tessmannii extracts on blood lipids and oxidative stress

markers in triton WR 1339 and high fat diet induced hyperlipidemic

rats. Biol. Med 4(1):1-9.

Buettner, Roland., Scholmerich, Jurgen., Bollheimer, Cornelius. 2007. High Fat

Diet: Modeling the Metabolic Disorders of Human Obesity in Rodents.

36

Department of Internal Medicine I, University of Regensburg, Regensburg,

Germany Obesity. 2007;15:798–808 Vol 15 No 4

Caspar-Bauguil S, Cousin B, Galiner A, Segafredo C, Nibbelink M, Andre M,

Casteilla L, Pecaud L. 2005. Adipose tissue as an ancestral immune

organ: Sitespecific change in obesity. FEBS Lett 579(17):3487-3492,

2005

Chojnacka, K., Witkowska, Z., Saeid, A., Tuhy, L. 2012. Biologically Active

Compounds in Seaweed Extracts- The Prospects for The

Application.The Open Conference Procedings Journal. Vol:3, 20-28.

Daniels ,TF., Killinger, KM., Michal, JJ., Wright, RW.,and Jiang, Z. 2009.

Lipoproteins, cholesterol homeostatis and cardiac health. Int J Biol Sci

;5(5):474-88

Delazar, Abbas, Lutfun Nahar, Sanaz Hamedeyazdan, Satyajit D. Sarker. 2012.

MicrowaveAssisted Extraction in Natural Products Isolation. Di dalam

Satyajit D. Sarker and Lutfun Nahar (eds.), Natural Products Isolation,

Methods in Molecular Biology, vol. 864. Springer Science : New York

Derdemezis, C. S., Kiortsis, D. N., Tsimihodimos, V., Petraki, M. P., Vezyraki, P., Elisaf, M. S., dan Tselepis, A. D. 2011. Effect of Plant Polyphenols on Adipokine Secretion from Human SGBS Adipocytes. Biochemistry Research International Volume 2011, Article ID 285618, 5 pages

Derdemezis, C. S., Kiortsis, D. N., Tsimihodimos, V., Petraki, M. P., Vezyraki, P.,

Elisaf, M. S., dan Tselepis, A. D. 2011. Effect of Plant Polyphenols on

Adipokine Secretion from Human SGBS Adipocytes. Biochemistry

Research International Volume 2011, Article ID 285618, 5 pages

Esposito G, Scuderi C, Savani C, Steardo L, Jr, De Filippis D, Cottone P, et al.

2007. Cannabidiol in vivo blunts beta-amyloid induced

neuroinflammation by suppressing IL-1beta and iNOS expression. Br J

Pharmacol. 2007;151:1272–1279.

Esposito G, Scuderi C, Savani C, Steardo L, Jr, De Filippis D, Cottone P, et al.

2007. Cannabidiol in vivo blunts beta-amyloid induced

neuroinflammation by suppressing IL-1beta and iNOS expression. Br J

Pharmacol. 2007;151:1272–1279.

Federer, W.T. 1966. Experimental Design Theory and Application. Calcutta :

Oxford & IBH Publishing Co

37

Fujisaka S, Usui I, Bukhari A, Ikutani M, Oya T, Kanatani Y. 2009.Regulatory

Mechanisms for Adipose Tissue M1 and M2 Macrophages in Diet-

Induced Obese Mice. Diabetes 58:2574–2582,2009

Halliwell B, Guttridge JMC. 1998. Free radicals in biology and medicine. 3rd Ed.

Oxford. Clarendon Press. P. 301

Halliwell B. 2006. Reactive spesies and antioxidants: Redox biology is a

fudamental theme of aerobic life. Plant Physiol. 141:312-322

Himawan. 2003. Kumpulan Kuliah Patologi. Bagian Anatomi Patologi. Depok: FK

UI

Hitner H, Barbara TN. 2011. Pharmacology: An introduction Ed ke-6. (US):

McGraw-Hill

Jiao P, Chen Q, Shah S . 2009.Obesity-Related Upregulation of Monocyte

Chemotactic Factors in Adipocytes. Diabetes 58:104–115, 2009

Karalis KP, Giannogonas P, Kodela E, Koutmani Y, Zoumakis M, and Teli T. 2009.

Mechanism of obesity and related pathology: linking immune

responses to metabolic stress. Mini review FEBS journal 276: 5747-5754

Khansari, N., Shakiba Y and Mahmoudi M. 2009. Chronic inflammation and

oxidative stress as a major cause of age-related diseases and cancer.

Recent Patents on Inflammation & Allergy Drug Discovery. Vol. 3, Issue 1:

73-80

Khotimah,K., Darius dan B.B. Sasmito. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Aktif Alga

Coklat (Sargassum fillipendulla) Sebagai Antioksidan Pada Minyak Ikan

Lemuru (Sardinella longiceps). THPI Student Journal Universitas

Brawijaya, Malang , Volume. I No. 1 pp 10-20.

Kintscher U, Hartge M, Hess K, Forsyst-Ludwig A, Clemenz M, Wabitsch M,

FischerPosovszky P, Barth TF, Dragun D, Skurk T et al. 2008. T-

lymphocyte infiltration in visceral adipose tissue: A primary event in

adipose tissue inflammation and the development of obesity-mediated

insulin resistance. Atertiorcler Thromb Vasc Biol 28(7):1304-1310.

Klass S. 1997. Functional differentiation of white and brown adipocytes.

Bioessays 19:215.

38

Kristina, Heni., Sartono, Nurmasari., Rusdi. 2016. Kadar Peroksida Lipid Dan

Aktivitas Superoksida Dismutase Serum Darah Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 .Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta ISSN :

0126-3552

Kristina, Heni., Sartono, Nurmasari., Rusdi. 2016. Kadar Peroksida Lipid Dan

Aktivitas Superoksida Dismutase Serum Darah Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 .Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta

ISSN : 0126-3552

Kuroshima A. 1993. Brown adipose tissue thermogenesis as a physiological

strategy for adaptation. Japan J Physiol 43:117

Lahino, Hasya. 2014. Perbedaan antara Obesitas Sentral dan Non Sentral

terhadap Kejadian Hipertensi. Fakultasi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta

Lahino, Hasya. 2014. Perbedaan antara Obesitas Sentral dan Non Sentral

terhadap Kejadian Hipertensi. Fakultasi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta

Larsen, D., Quek S.Y., Eyres L. (2011) Evaluating Instrumental Colour and

Texture of Thermally Treated New Zealand King Salmon (Oncorhynchus

Tshawytscha) and Their Relation to Sensory Properties. LWT– Food Sci.

Technol. 44, 1814–1820.

Larsen, D., Quek S.Y., Eyres L. (2011) Evaluating Instrumental Colour and

Texture of Thermally Treated New Zealand King Salmon

(Oncorhynchus Tshawytscha) and Their Relation to Sensory

Properties. LWT– Food Sci. Technol. 44, 1814–1820.

Lumeng CN, Bodzin JL, Saltiel AR. 2007. Obesity induces a phenotypic switch in

adipose tissue macrophage polarization. J. Clin. Invest. 117, 175–184

Luqman, A.W., dan Yunianta. 2012. Ekstraksi Antosianin Dari Limbah Kulit Ubi

Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Metode Microwave Assisted Extraction

(Kajian Waktu Ekstraksi dan Rasio Bahan:Pelarut). Fakultas Teknologi

Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Manurung, E. 2004. Hubungan Antara Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal

dengan Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Plasma Penderita

Penyakit Jantung Koroner. Magister Sains Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

39

Matarase G, Procaccini C, De Rosa V, Horvath TL, La Cava A. 2010. Regulating T

cells in obesity: the leptin connection. Trends Mol Med 16(6):247-56. doi:

10.1016/j.molmed.04.002

Mayes PA. 2003. Biosintesis asam lemak. In: Murray RK, Granner DK, Mayes PA,

Rodwell VW, editors. Biokimia. Jakarta.

McBride, J.M. dan Kraemer, W.J. 1999. Free Radical, Exercise, and

Antioxidants. Journal of Strength and Conditioning Research, 13(2): 175-

183.

Montero D, Walther G, Perez-Martin A, Roche E, dan Vinet A. 2012. Endothelial

dysfunction, inflammation, and oxidative stress in obese children:

markers and effect of lifestyle intervention. Obesity review (2012) 13,441-

455

Mourey, Alaan. 2008. Nutrition Manual For Humanitarian Action. International

Committee of the Red Cross Assistance Division 19. Avenue de la Paix 1202

Geneva. Switzerland

Mourey, Alaan. 2008. Nutrition Manual For Humanitarian Action. International

Committee of the Red Cross Assistance Division 19. Avenue de la Paix 1202

Geneva. Switzerland

Muller H, Lindman AS, Brantsaeter AL, Pedersen JI. 2003. The serum LDL/HDL

cholesterol ratio is influenced more favorably by exchanging saturated

with unsaturated fat than by reducing saturated fat in the diet of

women. J Nutr. 2003.

Mushollaeni, W. 2011. Karakteristik Natrium Alginat dari Sargassum sp.,

Turbinaria sp., dan Padina sp. Program studi teknologi industri pertanian.

Fakultas pertanian. Universitas Tribuwana Tunggadewi. Vol. XXII no 1 th

2011

Nair, AB., Jacob, SA. 2016. Simple Practice Guide For Dose conversion

between Animal and Human. J Basic Clin Pharma 2016;7:27-31

Nair, AB., Jacob, SA. 2016. Simple Practice Guide For Dose conversion

between Animal and Human. J Basic Clin Pharma 2016;7:27-31

Namvar, F., Mohamad, R., Baharara, J., Balanejad, S.Z., Fargahi, F., Rahman, H.

S. 2013. Antioxidant, Antiproliferative and Antiangiogenesis Effects of

40

Polyphenol- Rich Seaweed. Hindawi Publishing Corporation Biomed

Research International. Vol : 2013.

Nielsen, F., Mikkelsen, B.B., Nielsen, J.B., Andersen, H.R., dan Grandjean, P. 1997.

Plasma Malondialdehyde as Biomarker for Oxidative Stress: Reference

Interval and Effect of Life-style Factors. Journal Clinical Chemistry, 43(7):

1209-1214.

Nissa, C., Majdid, IJ. 2016. Potensi Glukomanan pada Tepung Porang sebagai

Agen Anti-Obesitas pada Tikus dengan Induksi Diet Tinggi Lemak.

Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 13 No 1 - Juli 2016 (1-6) ISSN 1693-900X

(Print), ISSN 2502-4140 (Online)

Novelli, E.L.B., Y.S. Diniz, C.M. Galhardi, G.M.X Ebaid, H.G. Rodrigues, F. Mani,

A.A.H Fernandes, A.C. Cicogna and J.L.V.B Noverlli Filho. 2007.

Anthropometrical Parameters and Markers of Obesity in Rats.

Laboratory Animals 41: 111-119

Nurman, A. 2007. Perlemakan hati non alkoholik. Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Vol.26 - No.4

Nurman, A. 2007. Perlemakan hati non alkoholik. Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Vol.26 - No.4

Owen JA, Punt J, Stranford SA, Jones PP. 2013. Kuby Immunology. Edisi ke-7.

New york (US) : WH Freeman and Company

Pan, Xuejun,, Niu, Guoguang., Liu, Huizhou. 2003. Microwave-Assisted

Extraction of Tea Polyphenols and Tea Caffeine from Green Tea Leaves.

Chem. Engineering & Processing, 42, 129-133.

Pan, Xuejun,, Niu, Guoguang., Liu, Huizhou. 2003. Microwave-Assisted

Extraction of Tea Polyphenols and Tea Caffeine from Green Tea

Leaves. Chem. Engineering & Processing, 42, 129-133.

Panchal SK, Poudyal H, Iyer A, Nazer R, Alam A, Diwan V, et al. 2011.High-

carbohydrate High-fat Diet–induced Metabolic Syndrome and

Cardiovascular Remodeling in Rats. Journal of Cardiovascular

Pharmacology. 2011;57(1):51 -64

Paravicini, T.M. dan Touyz, R.M. 2008. NADPH oxidase, reactive oxygen

species, and hypertention. Journal Diabetes Care, 31(2): S170-S180

41

Pascareu, Silvia., POP, ioan., Albu, Aida. 2014. Degradation Degree of

Polyphenols Depending on Drying Temperature of the Grape Pomace

Faculty of Animal Husbandry, University of Agricultural Sciences and

Veterinary Medicine. Romania Bulletin UASVM Animal Science and

Biotechnologies 71(2) / 2014

Pascareu, Silvia., POP, ioan., Albu, Aida. 2014. Degradation Degree of

Polyphenols Depending on Drying Temperature of the Grape Pomace

Faculty of Animal Husbandry, University of Agricultural Sciences and

Veterinary Medicine. Romania Bulletin UASVM Animal Science and

Biotechnologies 71(2) / 2014

Price SA, Lorraine MW. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta: EGC

Priyambodo S, 2007. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar

Swadaya

Puspita, E.V. 2014. Pengaruh Taurine terhadap Aktifitas Enzim Superoksida

Dismutase, Malondialdehida dan Histologi pada Hati Mencit (Mus

Musculus) Jantan yang Diinduksi Herbisida Glifosfat. (Tesis). Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Rahardjani, Kamilah Budi. 2010. Hubungan antara Malondialdehyde (MDA)

dengan Hasil Luaran Sepsis Neonatorum. Jurnal Sari Pediatri, 12(2): 82-

87.

Reuter, S., Gupta S.C., Chaturvedi M.M dan B.B. Aggarwal. 2010. Oxidative

stress, inflammation, and cancer: How are they linked?. Free Radic Biol

Med 49(11): 1603–1616

Robinson, DS., N.A.M, Eskin. 1989. Oxidative Enzyme in Food. Elsiver. London

Ross R. 1993. The pathogenesis of atherosclerosis: a perspective for the

1990s. nature 1993; 362: 801–809

Sakurai, T., Nishioka, H., Fujii, H., Nakano, N., Kizaki, T., Radak, Z., Izawa, T.,

Haga, S., dan Ohno, H. 2008. Antioxidative Effects of a New Lychee

Fruit-Derived Polyphenol Mixture,Oligonol, Converted into a Low-

Molecular Form in Adipocytes.Biosci. Biotechnol. Biochem., 72 (2), 463–

476, 2008

42

Sakurai, T., Nishioka, H., Fujii, H., Nakano, N., Kizaki, T., Radak, Z., Izawa, T.,

Haga, S., dan Ohno, H. 2008. Antioxidative Effects of a New Lychee

Fruit-Derived Polyphenol Mixture,Oligonol, Converted into a Low-

Molecular Form in Adipocytes. Biosci. Biotechnol. Biochem., 72 (2), 463–

476, 2008

Salasia SI, Bambang Hariono. 2010. Patologi Klinik Veteriner.

Yogyakarta:Samudra Biru

Salt, W. B. 2004. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD): a comprehensive

review. Journal of Insurance Medicine, 36(1), 27-41

Santos, TW., Pereira, QC., Teixeira, Lucimara., Gambero , Alessandra. 2018.

Effects of Polyphenols on Thermogenesis and Mitochondrial Biogenesis.

Int. J. Mol. Sci. 2018, 19, 2757

Santos, TW., Pereira, QC., Teixeira, Lucimara., Gambero , Alessandra. 2018.

Effects of Polyphenols on Thermogenesis and Mitochondrial

Biogenesis. Int. J. Mol. Sci. 2018, 19, 2757

Santoso, J., Yoshie-Stark, Y., and Suzuki, T. 2004. Antioxidant Activity of

Methanol Extracts from IndonesianSeaweeds in an Oil Emulsion Model.

Fisheries Science. 70: 183-188.

Setiawan, Bambang dan Eko Suhartono. 2005. Stres Oksidatif dan Peran

Antioksidan pada Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran Indonesia. 55 (2):

87-90.

Setiawan, meddy. 2011. Hubungan Antara Kejadian Asites Pada Cirrhosis

Hepatis Dengan Komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis. Ilmu

Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Vol.7 No. 15 Desember 2011

Setiawan, meddy. 2011. Hubungan Antara Kejadian Asites Pada Cirrhosis

Hepatis Dengan Komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis. Ilmu

Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Vol.7 No. 15 Desember 2011

Smith JB, S Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan

Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press

Soegih R. 2004.BMI and WC cut offs for the risk of comorbidities of obesity in

a population of Indonesia. Med J Indones 2004;13:241-5.

43

Spector. 2006. Pengantar Patologi Umum. Yogyakarta: Gadjah mada university

Steinberger J, Moran A, Hong CP, et al. 2003. Adiposity in childhood predicts

obesity and insulin resistance in young adulthood. J

Pediatr. 2003; 138: 469–473.

Tilg H and Moschen AR .2006. Adipocytokine: mediators linking adipose tissue,

inflammation and immunity. Nat Rev Immunol 6, 772-783

Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mazur M, Telser J. 2007. Review: Free

Radicals and Antioxidants in Normal Physiological Functions and

Human Disease. Inter J Biochem Cell Biol. 39:44-84.

Werdhasari, Astri. 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biotek

Medisiana Indonesia . Vol.3.2.2014: 59-68

Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Wresdiyati, T., dkk. 2004. Pengaruh Ξ±-Tokoferol Terhadap Profil Superoksida

Dismutase dan Malondialdehida pada Jaringan Hati Tikus di Bawah

kondisi Stres. Jurnal Veteriner. 202-209.

Yunus, Moch. 2001. Pengaruh Antioksidan Vitamin C Terhadap MDA Eritrosit

Tikus Wistar Akibat Latihan Anaerobik. Jurnal Pendidikan Jasmani. (1): 9-

16.

Zainuri, M. dan Wanandi, S.I. 2012. Aktivitas Spesifik Manganase Superoxide

Dismutase (MnSOD) dan Katalase pada Hati Tikus yang Diinduksi

Hipoksia Sistemik: Hubungannya dengan Kerusakan Oksidatif. Jurnal

Media Litbang Kesehatan. 22(2): 87-92.

44

LAMPIRAN

1. Analisis Prosedur

1.1 Analisis kadar air (AOAC, 1999)

1. Diatur suhu oven pada 105ΒΊC

2. Cawan yang akan digunakan dioven selama 24 jam pada suhu 105ΒΊC lalu

didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang

3. Ditimbang sampel sebanyak 2 gram pada cawan yang telah didinginkan tersebut

4. Dikeringkan sampel dalam oven pada suhu 105ΒΊC selama 4 jam, didinginkan

dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang

5. Dikeringkan lagi sampel dalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator

selama 15 menit dan ditimbang

6. Diulang langkah nomor 5 sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan

berturut-turut kurang dari 0.0002 g)

7. Kadar air dihitung sebagai persentase kehilangan berat sampel setelah

pengeringan

%π‘˜π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘Žπ‘–π‘Ÿ (𝑑𝑏) =π‘Š3

π‘Š2π‘₯100%

%π‘˜π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘Žπ‘–π‘Ÿ (𝑀𝑏) =π‘Š3

π‘Š1π‘₯100%

Keterangan :

W1 = berat sampel (gram)

W2 = berat sampel setelah dikeringkan (gram)

W3 = kehilangan berat (gram) = W1 -W2

45

1.2 Analisis kadar serat kasar (Sudarmadji dkk., 1997)

1. Dihaluskan bahan dan ditimbang 2 gram

2. Dipindahkan bahan dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer 600 ml

3. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendidih (1,25 gram H2SO4 pekat / 100 ml =

0,255 N H2SO4) selama 30 menit sambil digoyangkan

4. Disaring suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam

erlenmeyer dicuci dengan akuades mendidih. Residu dalam kertas saring dicuci

dengan hingga pH air cucian menjadi netral

5. Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam erlenmeyer dengan spatula,

kemudian dicuci dengan larutan NaOH mendidh (1,25 gram NaOH / 100 ml =

0,313 N NaOH) sebanyak 200 ml. Residu tersebut kemudian dididihkan dengan

pendingin balik sambil digoyangkan selama 30 menit

6. Disaring sampel melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya dan

dikeringkan, kemudian dicuci dengan larutan K2SO4 10%, akuades mendidih, lalu

kurang lebih 15 ml alkohol 95%

7. Dikeringkan kertas saring dengan isinya pada suhu 110ΒΊC sampai berat konstan

(Β± 2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang

8. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang

kadar serat kasar (%) =berat endapan kering (g)

berat sampel g)x100%

1.3 Analisis Total Fenol Standar Phloroglucinol (Ahmad et al., 2013)

1. Larutan standar phloroglucinol 120 mg/L dilarutkan dengan akuades ke dalam

berbagai konsentrasi yaitu 120, 100, 80, 60, 40, 20 mg/L untuk pembuatan

kurva standar

2. Siapkan 0.5 Β΅L sampel, dilarutkan dalam 10 mL etanol 96% menjadi

konsentrasi 50 Β΅L /L Tambahkan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu 10%. Sampel

diganti dengan larutan standar untuk pembuatan kurva standar.

3. Sampel segera dihomogenkan menggunakan vortex dan diinkubasi pada ruang

gelap, suhu ruang selama 5 menit

4. Tambahkan 4 mL Na2CO3 7.5% kemudian dihomogenkan menggunakan vortex

selama 20 detik

5. Sampel diinkubasi pada ruang gelap, suhu ruang selama 2 jam

6. Sampel diukur absorbansi pada panjang gelombang 740 nm

46

7. Kurva standar dibuat dengan konsentrasi pada sumbu X dan nilai absorbansi

pada sumbu Y

8. Total fenol dihitung menggunakan rumus

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ƒβ„Žπ‘’π‘›π‘œπ‘™π‘–π‘ πΆπ‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘›π‘‘ (π‘šπ‘”

π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘’π‘˜π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘˜) =

(π‘₯). π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’(𝐿)

π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž (𝑔)

1.4 Analisis Total Fenol Standar Asam Galat (Modifikasi Rattaya et al., 2015)

1. Larutan standar asam galat 200 mg/L dilarutkan dengan akuades ke dalam

berbagai konsentrasi yaitu 100, 80, 60, 40, 20 mg/L untuk pembuatan kurva

standar

2. Siapkan 0.5 Β΅L sampel, dilarutkan dalam 10 mL etanol 96% menjadi konsentrasi

50 Β΅L /L

3. Tambahkan 0.2 mL reagen Folin-Ciocalteu : akuades (1:1). Sampel diganti

dengan larutan standar untuk pembuatan kurva standar.

4. Sampel segera dihomogenkan menggunakan vortex dan diinkubasi pada ruang

gelap, suhu ruang selama 3 menit

5. Tambahkan 3 mL Na2CO3 2% kemudian dihomogenkan menggunakan vortex

6. Sampel diinkubasi pada ruang gelap, suhu ruang selama 30 menit

7. Sampel diukur absorbansi pada panjang gelombang 760 nm

8. Kurva standar dibuat dengan konsentrasi pada sumbu X dan nilai absorbansi

pada sumbu Y

9. Total fenol dihitung menggunakan rumus

1.5 Pengambilan Sampel Darah

Pengumpulan sampel darah dilakukan pada pagi hari melalui cardiac puncture

setelah tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Darah yang diperlukan

untuk analisis MDA dan SOD kurang lebih 0.5 mL. Darah yang telah diperoleh

kemudian didiamkan pada suhu ruang hingga menggumpal, kemudian diambil

serumnya. Serum tersebut disentrifugasi pada suhu 4ΒΊC selama 15 menit dengan

kecepatan 5000 rpm, lalu diambil supernatan (sampel).

47

1.6 Pengukuran MDA serum darah

Prinsip pengukuran MDA yaitu terjadi reaksi antara MDA dengan thiobarbituric

acid (TBA) pada suasana asam (pH 2-3) dan suhu 97-100ΒΊC memberikan warna

pink (Rukmini et al., 2004).

Penentuan kadar MDA sampel dilakukan dengan penetapan panjang

gelombang maksimal terlebih dahulu, kemudian pembuatan kurva baku dan

penetapan kadar MDA sampel. Panjang gelombang maksimal yang didapatkan

yaitu 531.6 nm.

Sampel serum darah diambil sebanyak 200 Β΅L kemudian ditambahkan 1.25 mL

TCA 40%, HCL 200 Β΅L, natrium tiosbarbiturat 1% sebanyak 100 Β΅L, akuades 500

Β΅L dan dipanaskan dalam air mendidih selama 25 menit. Sentrifuge dengan

kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan diambil dan diencerkan dengan

akuades hingga 3 mL. Ukur absorbansi sampel dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 532 nm. Penentuan kadar dilakukan dengan menggunakan

kurva baku. Persamaan kurva yang digunakan yaitu y = 0.3036x + 0.0279.

1.7 Pengukuran SOD serum darah

Prinsip pengukuran SOD yaitu dengan mengukur formazan hasil reduksi NBT

oleh radikal superoksida. Radikal superoksida terbentuk dari reaksi xanthine

oksidase. Satu unit aktivitas SOD menunjukkan sejumlah enzim yang

dibutuhkan untuk menghambat reduksi NBT menjadi 50% dalam kondisi tertentu

(Rukmini et al., 2004). Sampel serum darah diambil sebanyak 200 Β΅L,

ditambahkan EDTA 200 ΞΌL, NBT 25 unit 100 ΞΌL, Xanta 25 mM 100 ΞΌL, dan XO

1 unit 100 ΞΌL. Setelah itu tambahkan akuades 0.5 mL dan vortex hingga

homogen. Reagen PBS ditambahkan hingga volume menjadi 1 mL. Inkubasi

pada suhu 37ΒΊC selama 30 menit. Sampel disentrifuge pada kecepatan 3000

rpm. Saring sampel untuk memisahkan dari koloid, kemudian tambahkan

akuades hingga volume akhir 3 cc. Ukur absorbansi sampel dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm. Penentuan kadar dilakukan

dengan menggunakan kurva baku. Persamaan kurva yang digunakan yaitu y=-

0.0111+0.842.

48

1.8 Prosedur Pengerjaan Preparat Histopatologi

I. Proses Pemotongan Jaringan Berupa Makross

1. Jaringan atau Spesimen Penelitian harus sudah terfiksasi dengan

formalin 10 % atau dengan bafer formalin 10 % minimal selama 7 jam

sebelum dilakukan proses pengerjaan berikutnya

2. Jaringan dipilih yang terbaik sesuai dengan lokasi yang akan di teliti

3. Jaringan di potong kurang lebih ketebalan 2-3 mili meter

4. Di masukan kekaset dan diberi kode sesuai dengan kode gross peneliti

5. Jaringan kemudian diproses dengan alat Automatik Tissue Tex Prosesor

atau dengan cara manual

6. Standar di Laboratorium Patologi Anatomi FKUB menggunakan

Automatik Tissue Tex Prosesor selama 90 Menit

7. Alarm bunyi tanda selesai.

II. Proses Pengeblokan & Pemotongan Jaringan

1. Jaringan di angkat dari mesin Tissue Tex Prosesor

2. Jaringan di blok dengan paraffin sesuai kode jaringan

3. Jaringan di potong dengan alat microtome ketebalan 3-5 mikron

III. Proses Deparafinisasi

Setelah di sayat atau di potong dengan ketebalan 3-5 mikron , di taruh

dalam oven selama 30 Menit dengan suhu panas 70-80 drajat , kemudian

di masukan ke dalam 2 tabung larutan sylol masing-masing 20 menit,

setelah itu di masukan ke 4 tabung alkohol masing-masing tempat 3 menit

(Hidrasi), dan yang terakhir dimasukan air mengalir selama 15 menit

IV. Proses Pewarnaan ( He )

1. Cat utama Harris Hematoksilin selama 10-15 Menit

2. Cuci dengan air mengalir selama 15 Menit

3. Alkohol asam 1 % 2-5 Celup

4. Amonia lithium karbonat 3-5 Celup (bila kurang biru)

5. Eosin 10-15 Menit

49

V. Alkohol bertingkat :

Alkohol 70% 3 menit

Alkohol 80% 3 menit

Alkohol 96% 3 menit

Alkohol Absolud 3 menit

VI. Penjernihan (Clearring) :

- Xylol 15 menit

- Xylol 15 menit

VII. Mounting dengan entelan dan deckglass.

Slide / objekglass ditutup dengan cover glass dan biarkan slide kering pada suhu

ruangan Setelah slide kring siap untuk diamati

2. Analisis Kadar Air Serbuk E. cottonii dan Sargassum sp.

Sampel Berat (g) Kadar Air

(%) Awal Cawan Akhir

E. cottonii 1 2,00 3,13 4,89 11,77 E. cottonii 2 2,00 3,23 4,99 11,95 E. cottonii 3 2,00 3,28 5,06 11,05 Sargassum sp. 1 2,00 3,15 4,92 11,46 Sargassum sp. 2 2,00 3,23 5,01 11,19 Sargassum sp. 3 2,00 3,21 4,99 11,23

Sampel Ulangan (%)

Rerata SD 1 2 3

Serbuk E. cottonii 10,97 10,92 10,99 10,96 0,04

Serbuk Sargassum 11,77 11,95 11,05 11,59 0,47

Rumus perhitungan kadar air:

%𝐾𝐴 =π‘Šπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ βˆ’ (π‘Šπ‘π‘Žπ‘€π‘Žπ‘› βˆ’ π‘Šπ‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ)

π‘Šπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™π‘₯ 100%

3. Analisis Kadar Serat Kasar E. cottonii dan Sargassum sp.

Sampel Berat (g) Kadar Air

(%) Awal Kertas Akhir

E. cottonii 1 2,00 0,45 0,87 20,78

50

E. cottonii 2 2,00 0,46 0,87 20,30 E. cottonii 3 2,00 0,84 1,28 21,82 Sargassum sp. 1

Diujikan di laboratorium Maxzer

26,55 Sargassum sp. 2 27,29 Sargassum sp. 3 27,21

Sampel Ulangan

Rerata SD 1 2 3

Serbuk E. cottonii 20,78% 20,30% 21,82% 20,97% 0,78% Serbuk Sargassum sp. 26,55% 27,29% 27,21% 27,02% 0,41%

Rumus perhitungan kadar serat kasar:

%𝑆𝐾 =π‘Šπ‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ βˆ’ π‘Šπ‘˜π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘ 

π‘Šπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘™π‘₯100%

4. Perhitungan Rasio Ekstraksi alga menggunakan MAE

Perkiraan

Pelarut Massa Jenis (M/V, g/ml)

Massa (M, g)

Volume (V, ml)

V1 Air 1 1 1

Metanol 0.791 0.791 1

V2 Etanol 0.789 0.789 1

0.791 =

(M1 + M2) (V1 + V2)

0.791 = V1 + 0.789V2 (M1/V*V1 ) + (M2/V*V2)

(V1 + V2)

0.791 (V1 + V2) = V1 + 0.789V2

0.791V1 + 0.791 V2 = V1 + 0.789V2

(0.791-0.789 )V2 = V1 (1-0.791)

0.002 V2 = 0.209 V1

V1/V2 = 0.009569

V2/V1 = 104.5

Untuk mendapatkan sifat masa jenis seperti methanol, maka rasio etanol : air yang dicampurkan adalah 104.5 : 1. Misal 104.5 ml etanol + 1 ml air. Jika ethanol murni konsentrasi 95% maka:

51

y = 0,0236x + 0,0022RΒ² = 0,9973

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0 5 10 15

Absorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar Galat

C2V2 = C3V3 95% X

104.5 = C3 (104.5 +1) 95% X 104.5 = C3 (105.5)

C3 = 95% X 104.5 X

100

105.5

C3 = 94.09953%

Jadi etanol dengan konsentrasi 94.09953% kira-kira massa jenisnya = methanol Ini hanya perkiraan saja. Jadi sebetulnya selisihnya (kepolaran) hanya sedikit.

5. Perhitungan Rendemen Ekstrak

Bentuk Sediaan Berat (g)

E. cottonii Sargassum sp.

Serbuk 7,0002 7,0006

Etanol 33,337 33,337

Serbuk + etanol 39,925 40,4756

Ekstrak hasil MAE 22,254 25,313

Ekstrak pekat 2,3012 2,4265

Perhitungan rendemen :

Rendemen =berat akhir (g)

berat awal (g)x100%

5. Perhitungan dan Kurva Standar Total Fenol Standar Asam Galat

Data kurva standar

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

(nm)

0 0,000

1 0,024

2 0,050

3 0,082

4 0,092

5 0,123

6 0,141

7 0,168

8 0,188

9 0,211

10 0,242

52

y = 0,0073x + 0,0003RΒ² = 0,9851

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

0,16

0 5 10 15 20 25

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar Phloroglucinol

Data total fenol standar asam galat

Sampel Absorbansi

(nm)

Konsentrasi

(ppm)

Total fenol

(mg

GAE/gr

ekstrak)

Rerata

total

fenol

(mg

GAE/gr)

SD

E. cottonii 1 0,064 2,62 62,94

61,58 6,22 E. cottonii 2 0,068 2,79 67,02

E. cottonii 3 0,056 2,28 54,79

Sargassum sp. 1 0,098 4,06 98,95

92,40 5,87 Sargassum sp. 2 0,090 3,72 90,68

Sargassum sp. 3 0,087 3,59 87,59

Rumus perhitungan total fenol:

𝑇𝑃𝐢 = π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– Γ—π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ (𝐿)

π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž (𝑔)π‘₯π‘“π‘Žπ‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›

1. Perhitungan dan Kurva Standar Total Fenol Standar Phloroglucinol

Data kurva standar

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

(nm)

0 0,000

2 0,020

4 0,032

6 0,038

8 0,059

10 0,065

12 0,081

14 0,114

16 0,121

18 0,133

20 0,142

Data total fenol standar phloroglucinol

Sampel Absorbansi

(nm)

Konsentrasi

(ppm)

Total fenol

(mg PGE/gr

ekstrak)

Rerata

total

fenol

(mg

PGE/gr)

SD

E. cottonii 1 0,032 4,34 104,37

118,64 30,59 E. cottonii 2 0,047 6,40 153,76

E. cottonii 3 0,030 4,07 97,79

53

Sargassum sp. 1 0,052 7,08 172,63

122,54 43,41 Sargassum sp. 2 0,029 3,93 95,83

Sargassum sp. 3 0,030 4,07 99,17

Rumus perhitungan total fenol:

𝑇𝑃𝐢 = π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– Γ—π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ (𝐿)

π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž (𝑔)π‘₯π‘“π‘Žπ‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›

2. Analisis Paired t-Test Total Fenol Ekstrak Alga Standar GAE

TPC (mg GAE/gr ekstrak MAE)

E. cottonii Sargassum sp.

62,94 98,95

67,02 90,68

54,79 87,59

t-Test: Paired Two Sample for Means

5%

E. cottonii Sargassum sp.

Mean 61,58340787 92,40497866

Variance 38,72506433 34,49202626

Observations 3 3

Pearson Correlation 0,441329495

Hypothesized Mean Difference 0

df 2

t Stat -8,341507618

P(T<=t) one-tail 0,007034604

t Critical one-tail 2,91998558

P(T<=t) two-tail 0,014069208

t Critical two-tail 4,30265273

3. Analisis Paired t-Test Total Fenol Ekstrak Alga Standar PGE

TPC (mg PGE/g ekstrak)

E. cottonii Sargassum sp.

104,37 172,6290181

153,76 95,83080887

97,79 99,16986144

54

t-Test: Paired Two Sample for Means 5%

E. cottonii Sargassum sp.

Mean 118,6427684 122,5432295

Variance 935,9489793 1884,226983

Observations 3 3

Pearson Correlation -0,438776402

Hypothesized Mean Difference 0

Df 2

t Stat -0,107011968

P(T<=t) one-tail 0,462273409 t Critical one-tail 2,91998558 P(T<=t) two-tail 0,924546818 t Critical two-tail 4,30265273

4. Perhitungan Formulasi Modifikasi Pakan

FORMULASI PAKAN STANDAR AIN93M

FORMULASI PAKAN STANDAR MODIFIKASI

KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)

KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)

Pati maizena 465,692 Pati maizena 338,3133

Kasein 140 Susu skim 361,7021

Dekstrin 155 Dekstrin 112,6035

Sukrosa 100 Sukrosa 72,6474

Minyak kedelai 40 Minyak kedelai 40

Serat 50 CMC 34,1375

Mineral mix 35 Mineral (Renovit) 6,4255

Vitamin mix 10 Vitamin (Renovit) 2,0739

L-sistein 1,8 Jumlah 967,9034

Kolin Bitartrat 2,5 Pati maizena tambahan 32,0966

Terbutil Hidroquinon 0,008 Jumlah 1000

Jumlah 1000

Syarat modifikasi pakan :

1. Isonitrogen/isoprotein, merupakan suatu kondisi dimana kadar N antar jenis

pakan tetap

2. Isokalori, merupakan suatu kondisi dimana asupan kalori untuk setiap kg

pakan sama

Perhitungan Isonitrogen

Isonitrogen dapat tercapai apabila :

55

Kadar protein modifikasi pakan standar = kadar protein pakan standar AIN-93M

Kadar protein pakan standar AIN-93M = 85

100π‘₯140 gram=119 gr/kg pakan

Kadar protein susu skim = 32.9%, maka berat susu skim yang dibutuhkan yaitu :

=100

32.9π‘₯119= 361.7021gr

Susu skim juga mengandung komponen lain, yaitu laktosa sebanyak 54.5%.

Berat laktosa dalam 361.7021 gram susu skim = berat susu skim x kadar laktosa

Berat laktosa dalam 361.7021 gram susu skim = 361.7021 x 54.5%

Berat laktosa dalam 361.7021 gram susu skim = 197.1277 gram

Perhitungan Isokalori

Isokalori dapat tercapai apabila :

Kalori pada modifikasi pakan standar = kalori pada pakan standar AIN-93M

Kalori didapatkan dari sumber karbohidrat, protein dan lemak. Oleh karena itu, berat

dari masing-masing sumber kalori harus sama antar jenis pakan.

Pada pakan standar AIN-93M, berat total sumber karbohidrat adalah:

π‘€π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = π‘€π‘šπ‘Žπ‘–π‘§π‘’π‘›π‘Ž + π‘€π‘‘π‘’π‘˜π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘› + π‘€π‘ π‘’π‘˜π‘Ÿπ‘œπ‘ π‘Ž

= 465,692 + 155 + 100

π‘€π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = 720,692 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

Dalam modifikasi pakan standar terdapat 197,1277 gram laktosa, maka berat

sumber karbohidrat (dari maizena, dekstrin dan sukrosa) yang dibutuhkan adalah

523,5643 gram.

Sumber karbohidrat sebanyak 523,5643 gram kemudian dibagi berdasarkan

proporsi masing-masing bahan, dimana:

Proporsi maizena dalam karbohidrat = π‘€π‘šπ‘Žπ‘–π‘§π‘’π‘›π‘Ž

π‘€π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™=

465,692

720,692= 0.6462

Maka, berat maizena yang dibutuhkan adalah 338.3133

Proporsi dekstrin dalam karbohidrat = π‘€π‘‘π‘’π‘˜π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘›

π‘€π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™=

155

720,692= 0.2151

Maka, berat dekstrin yang dibutuhkan adalah 112.6035

Proporsi sukrosa dalam karbohidrat = π‘€π‘ π‘’π‘˜π‘Ÿπ‘œπ‘ π‘Ž

π‘€π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™=

100

720,692= 0.1388

Maka, berat sukrosa yang dibutuhkan adalah 72.6474

56

Perhitungan Kebutuhan Serat

Pakan standar mengandung 50 gram serat kasar. Dalam modifikasi pakan standar,

terdapat serat dari maizena sebanyak 15,8625 gram. Sehingga berat CMC yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serat adalah 50 – 15,8625 = 34,1375 gram.

Perhitungan Kebutuhan Mineral

Pakan standar mengandung 35 gram mineral. Dalam modifikasi pakan standar,

terdapat mineral dari susu skim sebanyak 28,5745 gram. Sehingga berat mineral

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mineral adalah 35 – 28,5745 = 6,4255

gram.

Modifikasi pakan standar menggunakan kaplet multivitamin merek Renovit sebagai

sumber vitamin dan mineral, dimana setiap kapletnya mengandung 466,225 mg

mineral dan 150,475 mg vitamin. Maka, kebutuhan vitamin dalam modifikasi pakan

standar sebanding dengan kandungan vitamin dalam kaplet.

π‘‰π‘–π‘‘π‘Žπ‘šπ‘–π‘›π‘˜π‘Žπ‘π‘™π‘’π‘‘

π‘€π‘–π‘›π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘™π‘˜π‘Žπ‘π‘™π‘’π‘‘=

π‘‰π‘–π‘‘π‘Žπ‘šπ‘–π‘›π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘›

π‘€π‘–π‘›π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘™π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘›

Maka, jumlah kaplet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mineral dan

vitamin 14 kaplet.

5. Pakan Perlakuan Tinggi Lemak

FORMULASI PAKAN STANDAR MODIFIKASI

FORMULASI PAKAN TINGGI LEMAK

KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)

KOMPOSISI BERAT (gr/kg pakan)

Pati maizena 370,4099

Pati maizena 195,7080

Susu skim 361,7021

Susu skim 361,7021

Dekstrin 112,6035

Dekstrin 65,1391

Sukrosa 72,6474

Sukrosa 42,0252

Minyak kedelai 40

Minyak kedelai 44,4444

CMC 34,1375

Lemak Sapi 177,7778

Mineral (Renovit) 6,4255

CMC 40,8238

Vitamin (Renovit) 2,0739

Mineral (Renovit) 6,4255

Vitamin (Renovit) 2,0739

Jumlah 1000

Jumlah 936,1199

Perhitungan Isonitrogen

Pakan standar mengandung protein sebanyak 119 gram. Seluruh pakan perlakuan

harus isonitrogen, sehingga jumlah susu skim yang diperlukan tetap sama, yaitu

361,70 gram

57

Perhitungan lemak

Pakan tinggi lemak mengandung 50% lemak. Maka dengan asumsi kalori/kg pakan

tinggi lemak berlebih adalah 4000 kkal, kalori yang disumbangkan lemak adalah

50% Γ— 4000 = 2000 π‘˜π‘˜π‘Žπ‘™, dengan berat lemak:

π‘š Γ— 9 π‘˜π‘˜π‘Žπ‘™π‘”β„ = 2000 π‘˜π‘˜π‘Žπ‘™

π‘š =2000

9= 222,22 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

Komposisi lemak yang diinginkan adalah 80% lemak jenuh dan 20% lemak tak

jenuh, dimana lemak jenuh disumbangkan oleh lemak sapi dan lemak tak jenuh oleh

minyak kedelai.

Perhitungan berat minyak kedelai dan lemak sapi:

o Berat minyak kedelai: 20% Γ— 222,22 = 44,44 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š (400 kkal)

o Berat lemak sapi: 80% Γ— 222,22 = 177,78 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š (1600 kkal)

Perhitungan karbohidrat dan isokalori

Dalam pakan tinggi lemak telah terdapat laktosa sebanyak 197,13 gram, dengan

kalori sebanyak 788,51 kkal

Kalori yang harus dipenuhi oleh pati maizena, dekstrin, dan sukrosa adalah 4000 βˆ’

(788,51 + 2000) = 1211,49 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

Perhitungan berat pati maizena, dekstrin, dan sukrosa:

o Proporsi pati maizena:

465,69

720,69= 0,65

o Kalori pati maizena: 0,65 Γ— 1211,49 = 782,83 π‘˜π‘˜π‘Žπ‘™

o Berat pati maizena: 782,83 Γ· 4 = 195,71 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

o Proporsi dekstrin:

155

720,69= 0,22

o Kalori dekstrin: 0,22 Γ— 1211,49 = 260,56 π‘˜π‘˜π‘Žπ‘™

o Berat dekstrin: 260,56 Γ· 4 = 65,14 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

o Proporsi sukrosa:

100

720,69= 0,14

o Kalori sukrosa: 0,14 Γ— 1211,49 = 168,10 π‘˜π‘˜π‘Žπ‘™

o Berat sukrosa: 168,10 Γ· 4 = 42,03 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

58

Perhitungan kebutuhan serat

Pati maizena mengandung serat 4,69%, sehingga berat serat dalam pati maizena

adalah 4,69% Γ— 195,71 = 9,18 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

Pakan tinggi lemak mengandung serat sebanyak 50 gram, sehingga jumlah CMC

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serat adalah

50 βˆ’ 9,18 = 40,82 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

6. Perbandingan komponen vitamin dan mineral suplemen Renovit dengan

standar AIN-93M

TabelPerbandingan Komponen Mineral Mix Standar AIN-93M dengan Multimineral Renovit

Komponen AIN 93-M (mg/kg diet) Merk Renovit (per kaplet)

Elemen Mineral Esensial

Kalsium 5000 162 mg Fosfor 1561 125 mg Potasium 3600 30 mg Sulfur 300 Sodium 1019 Klorida 1571 27,2 mg Magnesium 507 100 mg Besi 35 27 mg Seng 30 15 mg Mangan 10 5 mg Copper 6 2 mg Iodin 0.2 150 mcg Molibdenum 0.15 25 mcg Selenium 0.15 25 mcg Elemen Mineral yang Berpotensi Menguntungkan

Silikon 5 Kromium 1 25 mcg Florida 1 Nikel 0.5 Boron 0.5 Lithium 0.1 Vanadium 0.1

TabelPerbandingan Komponen Vitamin Mix Standar AIN-93M dengan Multivitamin Renovit

Komponen AIN 93-M (U/kg diet)

Komponen Merk Renovit (per kaplet)

Asam Nikotinat (mg) 30 Niacinamide 20 Pantotenat (mg) 15 Asam pantotenat 10 Piridoksin (mg) 6 Vitamin B6 HCl 10 Tiamin (mg) 5 Vitamin B1 HCl 10 Riboflavin (mg) 6 Vitamin B2 10 Asam folat (mg) 2 Asam folat (Β΅g) 400 Vitamin K (Β΅g) 750

59

D-biotin (Β΅g) 200 Biotin (Β΅g) 45 Vitamin B12 (Β΅g) 25 Vitamin B12 (Β΅g) 30 Vitamin A (IU) 4000 Vitamin A (IU) 5000 Vitamin D3 (IU) 1000 Vitamin D (IU) 400 Vitamin E (IU) 75 Vitamin E (IU) 30 Vitamin C (mg) 90

7. Data Berat Badan Tikus Wistar

Kelompok Pakan Berat minggu ke- (gram)

0 1 2 3 4

Standar 1 133 166 206,5 246 268,5

Standar 2 127,5 160 198 217 228,5

Standar 3 142,5 166 206 239 255,5

Tinggi Lemak 1 138 159,5 210 227,5 259,5

Tinggi Lemak 2 109 141 169,5 178,5 205

Tinggi Lemak 3 170,5 198,5 246 279 294

Tinggi Lemak +ekstrak E. cottonii 1 124,5 152,5 177 191 216

Tinggi Lemak +ekstrak E. cottonii 2 162 192 233,5 272 294

Tinggi Lemak +ekstrak E. cottonii 3 107,5 146,5 177,5 191,5 212,5

Tinggi Lemak +ekstrak Sargassum sp. 1 129,5 153 180 209,5 230,5

Tinggi Lemak +ekstrak Sargassum sp. 2 126,5 168,5 204,5 211 239

Tinggi Lemak +ekstrak Sargassum sp. 3 106,5 172,5 200 229,5 236,5

Data Analisis Rerata Peningkatan Berat Badan Tikus Wistar

Kelompok Pakan Ulangan

1 2 3

Standar 102% 79% 79%

TINGGI LEMAK 94% 65% 55%

TINGGI LEMAK +ekstrak E. cottonii

86% 61% 101%

TINGGI LEMAK +ekstrak Sargassum sp.

75% 91% 87%

60

Tabel Satu Arah

Kelompok Ulangan Total Rerata SD

1 2 3

Standar 102% 79% 79% 261% 87% 13%

TINGGI LEMAK 94% 65% 55% 214% 71% 20%

TINGGI LEMAK +ekstrak E. cottonii

86% 61% 101% 248% 83% 20%

TINGGI LEMAK +ekstrak Sargassum sp.

75% 91% 87% 253% 84% 8%

Total 357% 296% 322% 976%

Rerata 89% 74% 81%

Tabel ANOVA

Sumber Keragaman

db JK KT F tabel Notasi

F hitung 0,05

Perlakuan 3 4% 0,01 0,53 4,07 tn

Galat 8 21% 0,03

Total 11 25%

Faktor Koreksi 7,93

8. Data Analisis Rerata Konsumsi Pakan Tikus Wistar

Perlaku-an

Minggu ke-

1 2 3 4

Standar 102,32 Β± 4.64 130,53 Β± 3.98 126,73 Β± 18.34 106,45 Β± 15.86

TINGGI LEMAK

97,37 Β± 7.24 109,62 Β± 7.20 99,36 Β± 5.95 81,75 Β± 8.18

TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii

99,10 Β± 2.74 111,16 Β± 5.41 106,71 Β± 11.96 92,12 Β± 6.17

TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp

97,77 Β± 12.52 114,71 Β± 7.36 111,11 Β± 10.20 93,69 Β± 5.98

61

Tabel Satu Arah

Bentuk Sediaan Minggu

Total Rerata SD 1 2 3 4

Standar 102,32 130,53 126,73 106,45 466,03 116,51 14,18

TINGGI LEMAK 97,37 109,62 99,36 81,75 388,09 97,02 11,51

TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii

99,10 111,16 106,71 92,12 409,10 102,27 8,40

TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum

sp 97,77 114,71 111,11 93,69 417,29 104,32 10,16

Total 396,57 466,02 443,91 374,01 1680,50

Rerata 99,14 116,51 110,98

Tabel ANOVA

Sumber Keragaman db JK KT F hitung F Tabel Notasi

5%

Perlakuan 3 815,80 271,93 2,14 3,49 tn

Galat 12 1522,87 126,91 Total 15 2338,67

Faktor Koreksi 176505,7

9. Analisis Statistik Kadar MDA serum

Kelompok Kadar MDA (ng/100Β΅L)

STD 1 1,361

STD 2 1,222

STD 3 1,556

Tinggi Lemak 1 3,750

Tinggi Lemak 2 2,889

Tinggi Lemak 3 3,222

Tinggi Lemak + Ekstrak E. cottonii 1 2,722

Tinggi Lemak + Ekstrak E. cottonii 2 2,500

Tinggi Lemak + Ekstrak E. cottonii 3 2,639

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum sp. 1 2,500

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum sp. 2 2,389

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum sp. 3 2,000

62

Tabel satu arah

Kelompok Ulangan

Total Rerata SD 1,00 2,00 3,00

Standar 1,36 1,22 1,56 4,14 1,38 0,17

Tinggi Lemak 2,83 2,94 2,22 8,00 2,67 0,39

Tinggi Lemak + Ekstrak

Cottonii 2,58 2,72 2,42 7,72 2,57 0,15

Tinggi Lemak + Ekstrak

Sargassum 2,28 1,92 1,97 6,17 2,06 0,19

Total 9,06 8,81 8,17 26,03

Rerata 2,26 2,20 2,04

Tabel ANOVA

Sumber

Keragaman db JK KT

F

hitung

F Tabel Notasi

0,05 0,01

Perlakuan 3,00 3,14 1,05 17,42 4,07 7,59 **

Galat 8,00 0,48 0,06

Total 11,00 3,62

Faktor Koreksi (FK) = 56,45

Uji Lanjut BNT pada taraf 5%

Bentuk Sediaan Rerata BNT 5% Notasi

Standar 1,38 0,37

a

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 2,06 b

Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 2,57 c

Tinggi Lemak 2,67 c

10. Analisis Statistik Kadar SOD Serum

Kelompok Kadar SOD (unit/100Β΅L)

STD 1 41,081

STD 2 49,73

STD 3 48,468

TINGGI LEMAK 1 13,694

TINGGI LEMAK 2 16,306

TINGGI LEMAK 3 15,225

63

TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii 1 20,901

TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii 2 21,441

TINGGI LEMAK + Ekstrak E. cottonii 3 20,991

TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp. 1

21,802

TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp. 2

21,982

TINGGI LEMAK + Ekstrak Sargassum sp. 3

25,766

Tabel Satu Arah

Kelompok Perlakuan Ulangan

Total Rerata SD 1,00 2,00 3,00

Standar 41,08 49,73 48,47 139,28 46,43 4,67

Tinggi Lemak 13,69 12,43 24,23 50,36 16,79 6,48

Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 22,70 21,17 22,70 66,58 22,19 0,88

Tinggi Lemak + Ekstrak

Sargassum 22,88 38,02 37,21 98,11 32,70 8,51

Total 100,36 121,35 132,61 354,32

Rerata 25,09 30,34 33,15

Tabel ANOVA

Sumber

Keragaman db JK KT

F

hitung

F Tabel Notasi

0,05 0,01

Perlakuan 3,00 1.535,36 511,79 14,93 4,07 7,59 **

Galat 8,00 274,18 34,27

Total 11,00 1.809,54

Faktor Koreksi (FK) = 10462,12

Uji Lanjut BNT 5% Kelompok Perlakuan

Rerata BNT 5% Notasi

Tinggi Lemak 16,79 8,89

a

Tinggi Lemak + Ekstrak Cottonii 22,19 a

Tinggi Lemak + Ekstrak Sargassum 32,70 b

Standar 46,43 c

64

11. Dokumentasi Penelitian

Eucheuma cottonii dan Sargassum sp. sebelum pencucian

Proses pengeringan matahari E. cottonii dan Sargassum sp.

Alga setelah pengeringan cabinet dryer 40ΒΊC

Discmill dan penghancuran dengan

blender

Pengayakan dan hasil ayak

Hasil total fenol standar asam galat dan PGE

Pembuatan pakan dan pengeringan pakan pada cabinet dryer

Pakan (a) standar (b) Tinggi Lemak

65

Ekstraksi MAE

Pemekatan dengan rotary evaporator

Ekstrak E. cottonii dan Sargassum sp.

untuk sonde

Penyondean

Pengambilan darah dari jantung

Serum hasil sentrifuge

66

12. Sertifikat Kode Etik