skripsi hubungan determinan dengan kualitas hidup pada ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of skripsi hubungan determinan dengan kualitas hidup pada ...
SKRIPSI
HUBUNGAN DETERMINAN DENGAN
KUALITAS HIDUP PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK
TAHUN 2020
Oleh:
Avelina Simanjuntak
NIM. 032016050
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2020
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN DETERMINAN DENGAN
KUALITAS HIDUP PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK
TAHUN 2020
Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Oleh:
Avelina Simanjuntak
NIM. 032016050
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2020
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Avelina Simanjuntak
NIM : 032016050
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Determinan Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020.
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
iv
PROGRAM STUDI NERS
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Persetujuan
Nama : Avelina Simanjuntak
NIM : 032016050
Judul : Hubungan Determinan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Tahun 2020.
Menyetujui Untuk Diujikan Pada Ujian Jenjang Sarjana Keperawatan
Medan, Juli 2020
Pembimbing II Pembimbing I
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
v
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Telah diuji
Pada tanggal 06 Juli 2020,
PANITIA PENGUJI
Ketua : Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc
Anggota :1. Lindawati F.T. S.Kep.,Ns.,M.Kep
2. Jagentar P. Pane S.Kep., Ns., M.Kep
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
vi
PROGRAM STUDI NERS
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Pengesahan
Nama : Avelina Simanjuntak
NIM : 032016050
Judul : Hubungan Determinan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Tahun 2020.
Telah Disetujui, Diperiksa Dan Dipertahankan Dihadapan
Tim Penguji Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Jenjang Sarjana
Medan, 06 Juli 2020
TIM PENGUJI: TANDA TANGAN
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIKA
Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth
Medan, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : AVELINA SIMANJUNTAK
NIM : 032016050
Program Studi : Ners
Jenis Karya : Skripsi (Sistematik Review)
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan Hak Bebas Loyalti
Non-ekslusif (Non-exclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul “Hubungan Determinan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Tahun 2020”, beserta perangkat yang ada jika diperlukan.
Dengan Hak Bebas Loyalti Non-ekslusif ini Seoklah Tinggi Ilmu Kesehtan
Santa Elisabeth Medan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengolah
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta
dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Medan, 06 Juli 2020
Yang Menyatakan
(Avelina Simanjuntak)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
viii
ABSTRAK
Avelina Simanjuntak 032016050
Hubungan Determinan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Tahun 2020
Prodi S1 Keperawatan 2020
Kata kunci: Determinan, Kualitas Hidup, Pasien Gagal Ginjal Kronik
(xvi + 119 + lampiran)
Penyakit Ginjal Kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat global
dengan prevalensi gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya
yang tinggi. Kondisi perawatan dan perkembangan penyakit kronis membatasi
karier penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK). GGK memicu stres, isolasi sosial,
penurunan aktivitas fisik, ketergantungan dan perasaan takut menjadi penyebab
penurunan kualitas hidup pada pasien GGK. Pasien berjenis kelamin perempuan,
usia >60 tahun dan pendidikan rendah cenderung memiliki kualitas hidup yang
buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan determinan
dengan kualitas hidup pada pasien GGK Tahun 2020. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian systematic
review. Penulis mengumpulkan 20 jurnal terkait topik melalui penulusaran dari
database online Proquest dan Google Scholar untuk di telaah dan dianalisis.
Hasil penelitian dari 10 jurnal ditemukan adanya hubungan jenis kelamin dengan
kualitas hidup pada pasien GGK sebanyak (60%). Hasil penelitian dari 10 jurnal
ditemukan adanya hubungan usia dengan kualitas hidup pada pasien GGK
sebanyak (80%). Dan hasil penelitian dari 10 jurnal ditemukan adanya
hubungan pendidikan dengan kualitas hidup pada pasien GGK sebanyak (60%).
Jenis kelamin memiliki hubungan dengan kualitas hidup pada pasien GGK. Usia
memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pada pasien GGK.
Dan pendidikan memiliki hubungan dengan kualitas hidup pada pasien GGK.
Daftar Pustaka Indonesia ( 2010– 2020)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
ix
ABSTRACT
Avelina Simanjuntak 032016050
Relationship between Determinants and Quality of Life in Chronic Kidney
Disease Patients in 2020
Academic nursing study program 2020
Keywords: Determinant, Quality of Life, Patients with Chronic Kidney Disease
(xvi + 119 + attachments)
Chronic Kidney Disease (CKD) is a global public health problem with an
increasing prevalence of kidney failure, a poor prognosis and high costs.
Conditions of treatment and development of chronic diseases limit the careers of
patients with Chronic Kidney Failure. CKD triggers stress, social isolation,
decreased physical activity, dependence and feelings of fear are the causes of
decreased quality of life in CKD patients. Patients of female sex, age> 60 years
and low education tend to have poor quality of life. This study aims to identify
the relationship of determinants with quality of life in CKD patients in 2020. The
study design used was a descriptive study with a systematic review research
method. The author collected 20 journals related to the topic through
transmission from the Proquest and Google Scholar online databases to be
analyzed and analyzed. The results of research from 10 journals found a gender
relationship with quality of life in CKD patients (60%). The results of research
from 10 journals found an association of age with quality of life in CKD patients
(90%). And research results from 10 journals found an association of education
with quality of life in CKD patients (60%). Sex has a significant relationship
with quality of life in patients with chronic renal failure. Age has a significant
relationship with quality of life in CKD patients. And education has a significant
relationship with quality of life in CKD patients.
.
References (2010–2020)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan kurnia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Adapun judul proposal ini adalah “Hubungan Determinan
dengan Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020”.
Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam menyelesaikan pendidikan
Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan.
Penyusunan penelitian ini telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc selaku dosen pembimbing I dan penguji I
sekaligus selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah sabar dan
banyak memberikan waktu dalam membimbing dan memberikan arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Santa Elisabeth Medan yang yang telah mengizinkan dan
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
3. Lindawati F. Tampubolon S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II
sekaligus penguji II yang telah sabar dan banyak memberikan waktu, dalam
membimbing dan memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
4. Jagentar Parlindungan Pane S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji III sekaligus
dosen Pembimbing Akademik membimbing, mendidik, dan memotivasi dan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xi
membantu penulis serta memberikan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
5. Seluruh staf dosen dan pegawai STIKes program studi Ners Santa Elisabeth
Medan yang telah membimbing, mendidik, dan memotivasi dan membantu
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
6. Teristimewa kepada orangtua tercinta Ayahanda Kotaris Simanjuntak, Ibunda
Tiromsa Pangaribuan, Kakak-kakak saya Sr.Skolastika, Veronika, Hermala,
Lamhot, dan Abang- abang saya Septamor, Boston, Maradona, Yanto,
P.Thomas Simanjuntak OFM.Cap, P.Merdin Sitanggang OFM.Cap yang tak
hentinya memberi dukungan dan motivasi selama proses pendidikan dan
penyusunan penelitian ini.
7. Terkhusus kepada orang terdekat dengan penulis Hafry Sitanggang, Jeshica
Simanjuntak, Meliantina, Yenny, Maria LG, Maria Sitepu, Mariella, Sry
Malem, Puspa, Jesis, Nia, Esrida, dan Aprilya yang sudah membantu dan
memotivasi penulis selama menyelesaikan penelitian ini khususnya dimasa
pandemi covid-19 ini.
8. Kepada koordinator asrama dan tim yang telah memberikan nasihat dan
senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam
penyelesaian penelitian ini.
9. Seluruh teman- teman mahasiswa program studi Ners STIKes Santa Elisabeth
Medan angkatan ke X Tahun 2016 yang memberikan motivasi dan dukungan
selama proses pendidikan dan penyusunan penelitian ini.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xii
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
proposal ini, maka saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan ke masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Medan, 06 Juli 2020
Penulis
( Avelina Simanjuntak)
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iv
PENGESAHAN .............................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.3.1 Tujuan umum ..................................................................... 8
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................... 9
1.4. Manfaat ....................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat teoritis .................................................................. 9
1.4.2 Manfaat praktisi ................................................................. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
2.1. Rumah Sakit ................................................................................ 10
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ......................................................... 10
2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit .................................................... 11
2.1.3 Tugas dan fungsi Rumah Sakit .......................................... 12
2.1.4 Kewajiban dan hak Rumah Sakit ....................................... 13
2.1.5 Kewajiban dan hak pasien ................................................. 16
2.1.6 Manajemen layanan keperawatan .................................... 18
2.1.7 Indikator mutu pelayanan keperawatan ............................. 19
2.1.8 Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan .................................................................... 20
2.1.9 Tujuan dan prinsip manajemen keperawatan ..................... 21
2.2. Kualitas Hidup ............................................................................ 24
2.2.1 Definisi ............................................................................... 24
2.2.2 Klasifikasi .......................................................................... 25
2.2.3 Aspek ................................................................................. 26
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ........................ 28
2.2.5 Penilaian kualitas hidup ..................................................... 30
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xiv
gagal ginjal kronik ............................................................. 39
2.2.7 Penatalaksanaan ................................................................. 42
2.3. Gagal Ginjal Kronik .................................................................... 44
2.3.1 Defenisi ........................................................................... 44
2.3.2 Klasifikasi ....................................................................... 45
2.3.3 Etiologi ............................................................................ 45
2.3.4 Fisiologi .......................................................................... 46
2.3.5 Patofisiologi .................................................................... 48
2.3.6 Manifestasi klinis ............................................................ 52
2.3.7 Komplikasi ...................................................................... 55
2.3.8 Penatalaksanaan .............................................................. 55
2.4. Determinan .................................................................................. 58
2.4.1 Definisi ............................................................................... 58
2.4.2 Faktor-faktor determinan ................................................... 58
2.4.3 Faktor-faktor determinan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik ............................................................. 65
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........ 69
3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 69
3.2. Hipotesa ...................................................................................... 70
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 71
4.1. Rancangan Penelitian .................................................................. 71
4.2. Populasi dan Sampel ................................................................... 71
4.2.1 Populasi .............................................................................. 71
4.2.2 Sampel ............................................................................... 72
4.3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ............................ 73
4.3.1 Variabel Penelitian ............................................................. 73
4.3.2 Definisi Operasional .......................................................... 74
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................... 75
4.5. Lokasi Dan Waktu Penenlitian ................................................... 75
4.6. Prosedur Pengambilan Dan Teknik Pengumupalan Data ........... 76
4.7. Kerangka Operasional ................................................................. 77
4.8. Analisis Data ............................................................................... 77
4.9. Etika Penelitian ........................................................................... 78
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 79
5.1. Seleksi Study ............................................................................... 79
5.2. Hasil Telaah Jurnal ..................................................................... 97
5.3. Pembahasan................................................................................. 107
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 120
6.1. Simpulan ..................................................................................... 120
6.2 Saran ............................................................................................ 120
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xv
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 122
LAMPIRAN 1 Jadwal Kegiatan (Flowchart)
2 Lembar Usulan pengajuan judul penelitian
3 Lembar Pengajuan judul penelitian
4 Hasil Review Etik Penelitian Kesehatan
5 Buku bimbingan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel GFR Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik ............................... 45
Tabel 4.2. Tabel Definisi Operasional Hubungan Determinan Dengan
Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020. ... 74
Tabel 5.3 Tabel Determinan Pada Pasien GGK Tahun 2020........................... 81
Tabel 5.4 Tabel Kualitas Hidup Pada Pasien GGK Tahun 2020. .................... 88
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Bagan Lapisan Determinan ............................................................ 60
Bagan 4.2. Kerangka Operasional Hubungan Determinan Dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020................... 34
Bagan 5.3. Determinan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020 .......... 79
Bagan 5.4. Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020 ..... 80
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) (1957) rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik (Is Sadi, 2015). Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan
produk jasa kesehatan tergantung pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Peningkatan mutu pelayanan
keperawatan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat
guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan
kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal
(Nursalam, 2015).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)
melibatkan hilangnya fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Menurut The
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDQOI) of Kidney Foundation
mendefinisikan CKD sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan GFR
kurang dari 60 Ml/min/1.73 m2 selama lebih dari 3 bulan (Lewis et all, 2011).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif
1
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
2
dan irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2010). CKD adalah kerusakan
ginjal yang berkelanjutan sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal secara
terus-menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadium akhir atau sering
disebut Gagal Ginjal tahap akhir (Lewis et all, 2011).
Penyakit Ginjal Kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat global
dengan prevalensi dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang
buruk dan biaya yang tinggi. Menurut hasil global burden of disease tahun 2010,
penyakit ginjal kronik merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia
tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Sedangkan di
Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking ke-2 pembiayaan
terbesar BPJS kesehatan setelah penyakit jantung (Kementerian Kesehatan RI,
2017).
Prevalensi pasien Gagal Ginjal yang rawat jalan dan menjalani
haemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan meningkat
setiap tahunnya. Tahun 2017 sejumlah 276 orang, tahun 2018 sejumlah 393 dan
pada tahun 2019 sejumlah 437 orang. Dan data kunjungan haemodialisa dari
tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yaitu tahun 2017 sejumlah 11.356
orang, tahun 2018 sejumlah 15.262 orang dan tahun 2019 sejumlah 15.586
orang. Dari data yang didapat dari ruangan haemodialisa sekitar 70 orang setiap
hari. Prevalensi pasien yang menjalani haemodialisa lebih banyak laki-laki
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
3
daripada perempuan (Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan, 2020).
Menurut WHO (1996) mendefinisikan kualitas hidup sebagai suatu konsep
multidimensi yang menyangkut tentang kesejahteraan fisik, emosional dan
sosial. Penyakit GGK dapat menimbulkan kelelahan, menurunkan kemampuan
aktivitas fisik, respon imun dan menurunkan kualitas hidup yang meningkatkan
mobiditas dan mortalitas (J. et al., 2017). Kualitas hidup adalah kompleks,
membangun multifaset yang memerlukan beberapa pendekatan dari sudut teoritis
yang berbeda (Theofilou, 2013). Pengukuran kualitas hidup mendapat peran
yang lebih penting dalam perawatan kesehatan, khususnya dalam perawatan
medis yaitu menjadi mampu untuk memperpanjang hidup (Shafei et all, 2018).
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah
kerusakan ginjal atau penurunan fungsi ginjal kurang dari 60% ginjal normal
bersifat progresif dan irreversibel, menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk
membuang toksin dan produk sisa dari darah serta tidak dapat berfungsi secara
maksimal, dimana kerusakan ginjal tersebut ditandai dengan albuminuria (>30
mg albumin urin per garam dari kreatinin urin), Glomerular Filtration Rate
(GFR)/Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <60 mL/menit/1,73 m2 dengan jangka
waktu lebih dari 3 bulan (Smeltzer & Bare, 2001).
Patofisiologi CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan
fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
4
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sclerosis
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
(Smeltzer, 2010). Penyebab GGK adalah karena infeksi, kelebihan cairan atau
dehidrasi ginjal. Hal ini meyebabkan nefron ginjal mengalami kerusakan
sehingga mempengaruhi kreatinin serum, asam urat, fosforus dan tingkat Blood
Urea Nitrogen (BUN). Apabila berlangsung terus menerus dan tidak diobati
akan menimbulkan keparahan dan GGK (Ignatavicius dkk, 2010).
Manifestasi klinis adalah hasil dari zat yang ditahan, termasuk urea,
kreatinin, fenol, hormon elektrolit, dan air. Uremia adalah suatu sindrom di mana
fungsi ginjal menurun ke titik bahwa gejala dapat berkembang dalam berbagai
sistem tubuh (Lewis et all, 2011). Pada stadium paling dini CKD, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal GFR
masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada GFR sebesar 60%,
pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (Ignatavicius dkk, 2010).
GFR sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia,
badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. GFR
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
5
dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti,
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi
seperi infeksi saluran kemih infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna.
Pada GFR di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius,
dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Ignatavicius dkk, 2010).
Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan
eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal
dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin.
Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah disebuta
zotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal. Perubahan kardiak
pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan sistem kardiovaskuler. Manifestasi
umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan
perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat eritropoietin, penurunan
masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi besi dan asam laktat
dan perdarahan gastrointestinal. Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan
darah akibat overlood cairan dan sodium dan kesalahan fungsi sistem renin.
Angiostin aldosteron CRF menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena
anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan (Ignatavicius dkk, 2010).
Kualitas hidup merupakan kondisi dimana pasien kendati penyakit yang
dideritanya dapat tetap merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosial maupun
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
6
spiritual. Depresi berkaitan erat dengan kulitas hidup pasien. Berdasarkan teori
kulitas hidup pasien dapat dilihat dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Kulitas hidup pasien yang baik dari segi fisik dapat dilihat dari
sedikitnya keluhan fisik yang dialami seperti lelah, sesak, kesulitan beraktivitas,
pusing, mual, odema, dan lain-lain (Rustandi dkk, 2018). Lacson dalam Mulia
dkk (2018) menjelaskan bahwa pada pasien gagal ginjal kronik terjadi penurunan
kualitas hidup khususnya pada pasien yang menjalani hemodialisa, kualitas
hidup menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh paramedis (Mulia dkk, 2018).
Pengukuran kualitas hidup penting, dan hanya ada sedikit penelitian
mengenai kualitas hidup pada anak-anak dan remaja dengan penyakit ginjal
kronik yang melakukan terapi dialisis atau setelah transplantasi ginjal. Pada
pasien anak-anak yang mengalami gagal ginjal akan mengalami perubahan baik
dibidang kemampuan akademis, sosial dengan teman, stres psikologis karena
mereka harus megikuti diet ketat dan melakukan pengobatan seperti hemodialisis
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dan terlihat jelas bahwa penyakit gagal
ginjal kronik memberi dampak yang negatif pada seluruh dimensi kehidupan
(Shafei et all, 2018).
Determinan kesehatan sosial didefinisikan sebagai kondisi dimana orang
dilahirkan, tumbuh, hidup, bekerja dan berumur. Yang temasuk faktor
determinan seperti status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan, pendidikan),
faktor psikososial (dukungan sosial) dan akses ke pelayanan kesehatan serta
lngkungan hidup. Faktor-faktor deteteminan ini bepengaruh pada kesehatan,
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
7
morbiditas dan mortalitas sehingga berpengaruh juga pada kualitas hidup pasien
GGK (Norton et all, 2016).
Determinan kesehatan sosial yang dipelajari dari gagal ginjal kronik
adalah ukuran kesejahteraan sosial dan ekonomi, sering dinilai melalui tiga
aspek: pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Status ekonomi sosial yang
rendah dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan berbagai penyakit kronis.
Memahami faktor-faktor determinan kesehatan sosial dan menghargai perbedaan
mendasar terkait dengan pengobatan nefrologi klinis pada seluruh pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik adalah cara yang optimal. Mengubah determinan
kesehatan sosial merupakan hal yang sulit, tetapi bisa mewujudkan upaya
kebijakan yang penting dengan tujuan akhir meningkatkan hasil bagi pasien yang
menderita gagal ginjal kronik dan meminimalkan kesenjangan antar kelompok
(Norton et all, 2016).
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan terutama End Stage Renal
Disease (ESRD) memiliki efek yang merugikan pada harapan hidup kedua
pasien, serta pada Kesehatan Kualitas Terkait Hidup (HRQOL). Erythropoietin
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien CKD yang menjalani hemodialisis
rutin, sementara erythropoietin beta memberikan lebih banyak perbaikan. pasien
CKD yang menjalani hemodialisis rutin menggunakan erythropoietin
ditampilkan kualitas hidup yang lebih baik (J. et al., 2017). Penderita gagal ginjal
kronik tahap akhir membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis,
peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Tindakan hemodialisis yang
melibatkan bidang nefrologi dan psikologi sebagai timmulti disiplin untuk
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
8
meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik secara efektif (Alqahtani
et all, 2019).
Dukungan sosial mengacu pada jaringan orang-orang yang bertukar
emosional, informasi, dan dukungan materi pada setiap individu. Pasien GGK
menerima dukungan termasuk sumber daya, informasi/saran, atau empati/
pemahaman dari berbagai sumber, termasuk pasangan, anggota keluarga,
penyedia layanan kesehatan, anggota masyarakat, anggota kelompok berbasis
agama, dan sesama pasien. Tingkat yang lebih tinggi dari dukungan sosial telah
dikaitkan dengan peningkatan kepatuhan pengobatan, meningkatkan kepuasan
pasien, persepsi peningkatan kualitas hidup, rawat inap menurun, dan
menurunkan angka kematian (Norton et all, 2016).
Penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “hubungan determinan
dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020”.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah penelitian yang disusun berdasarkan latar belakang adalah
“apakah ada hubungan determinan dengan kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik Tahun 2020?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisa hubungan apakah ada hubungan determinan dengan kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
9
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi determinan (jenis kelamin, usia, pendidikan) pada pasien
gagal ginjal kronik Tahun 2020.
2. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020.
3. Menganalisa hubungan determinan dengan kualitas hidup pada pasien
gagal ginjal kronik Tahun 2020.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan menjadi sumber informasi kepada pihak
pasien di rumah sakit tentang adanya hubungan determinan dengan kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai materi/bahan ajar
dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Bagi pasien gagal jantung kongestif
Sebagai informasi bagi pasien gagal ginjal kronik tentang faktor
determinan dengan kualitas hidupnya.
3. Bagi Mahasiswa/i STIKes Santa Elisabeth Medan
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
sehingga mampu memberi pelayanan yang baik saat dinas di rumah sakit
khususnya pada pasien gagal ginjal kronik.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
2.1.1 Definisi
Menurut WHO (World Health Organization) (1957) rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik (Is Sadi, 2015). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011) rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna atau
menyeluruh yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (Manurung, 2015). Pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (Mentri
Kesehatan RI, 2018). Rumah sakit dibagi menjadi 2 Menurut Kementrian
Kesehatan RI (2011) rumah sakit dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Secara umum, Rumah
Sakit Umum (RSU) dibagi pula menjadi dua, yaitu Rumah Sakit Umum
(RSU) milik pihak Swasta, dan Rumah Sakit Umum (RSU) milik
pemerintah. Rumah Sakit Umum (RSU) Swasta adalah Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit mulai dari yang
10
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
11
bersifat dasar, spesialistik, hingga sub spesialistik yang diselenggarakan
dan dikelola oleh pihak swasta, baik perseorangan maupun kelompok.
Sedangkan Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah adalah Rumah Sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit mulai dari
yang bersifat dasar, spesialistik, hingga sub spesialistik yang
diselenggarakan dan dikelola olehpihak pemerintah baikpusat, daerah,
departemen pertahanan dan keamanan maupun badan usaha milik Negara.
2. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Jenis Rumah Sakit Khusus
(RSK) antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSIA), Jantung,
Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat,
Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik,
Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, serta Kulit dan
Kelamin.Namun jika dibedakan berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanannya, sama halnya dengan Rumah Sakit Umum (RSU), Rumah
Sakit Khusus (RSK) pun diklasifikasikan kedalam kelas A, B, dan C
(Manurung, 2015).
2.1.2 Klasifikasi rumah sakit berdasarkan tipenya
Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit kelas A, B
(pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas D.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
12
1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Kementrian Kesehatan
RI, 2011).
2.1.3 Tugas dan fungsi rumah sakit
Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pada pasal 4 dan 5 dijelaskan bahwa Rumah Sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Dan untuk
menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
13
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikanetika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Manurung,
2015).
2.1.4 Kewajiban dan hak rumah sakit
Setiap Institusi pasti memiliki kewajiban dan hak yang harus dipenuhi,
demikian pula kewajiban dan hak Rumah Sakit yang telah diatur dalam Undang-
undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada
pasal 29 dan pasal 30. Adapun kewajiban dari setiap Institusi Rumah Sakit
adalah:
1. Setiap Rumah Sakit memiliki kewajiban:
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit
kepada masyarakat.
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayananrumah sakit.
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;uang muka, ambulangratis, pelayanan korban bencana dan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
14
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat
tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
h. Menyelenggarakan rekam medis.
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita
menyusui, anak-anak, lanjut usia.
j. Melaksanakan sistem rujukan.
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi
dan etika serta peraturan perundang-undangan.
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
n. Melaksanakan etika rumah sakit.
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional.
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
15
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital
by laws).
s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas
rumah sakit dalam melaksanakan tugas.
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.
2. Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan sanksiadmisnistratif berupa:
a. Teguran.
b. Teguran tertulis.
c. Denda dan pencabutan izin rumah sakit.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) Hak dari Rumah Sakit adalah
sebagai berikut :
1. Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia
sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi,
insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
16
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.
f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan.
g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah
Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan .
2.1.5 Kewajiban dan hak pasien
Kewajiban dan hak pasien Rumah Sakit diatur dalam Undang-undang
Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 31
dan pasal 32. Kewajiban dari setiap pasien Rumah Sakit adalah:
1. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas
pelayanan yang diterimanya.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan
Peraturan Menteri.
Hak dari pasien adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
17
profesi dan standar prosedur operasional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data- data medisnya.
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakua. Rumah Sakit terhadap
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
18
dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
2.1.6 Manajemen layanan keperawatan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang
lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999) manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Menurut
Liang Lie Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Swanburg (2000) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya (Mugianti, 2016). Kualitas rumah sakit sebagai
institusi yang menghasilkan produk jasa kesehatan tergantung pada kualitas
pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan adalah derajat memberikan pelayanan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
19
secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan
kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Menurut Nursalam (2016) ada enam indikator utama kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit, yaitu:
1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi
nosokomial, angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan
dalam pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan.
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan.
2. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.
3. Perawatan diri.
4. Kecemasan pasien.
5. Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien.
2.1.7 Indikator mutu pelayanan keperawatan
Menurut Nursalam (2014) ada lima indikator mutu pelayanan yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan prima secara umum, yaitu:
1. Empati (empathy) berupa pemberian pelayanan dengan penuh perhatian
dan sesuai kebutuhan pasien.
2. Keterandalan (reliabilitas), yang terdiri atas kemampuan perawat untuk
memberikan pelayanan yang diharapkan secara akurat.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
20
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan untuk membantu dan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera.
4. Komunikasi (communication) berarti selalu memberikan informasi yang
sebaik-baiknya dan mendengarkan segala apa yang disampaikan oleh
pasien.
5. Caring yaitu mudah dihubungi dan selalu memberi perhatian kepada
pasien.
2.1.8 Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan
Menurut Mugiati (2016) prinsip-prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan adalah:
1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat
manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
21
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
2.1.9 Tujuan manajemen keperawatan
Menurut Mugiati (2016) tujuan manajemen keperawatan, yaitu:
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
22
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja
lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi
duplikasi tenaga dan upaya.
2.1.9 Prinsip manajemen keperawatan
Berikut dibawah ini akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip
manajemen tersebut.
1. Perencanaan (Planning).
Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen
(the first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung
dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses
mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting).
Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan
kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999).
Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian
adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya
yang lain yang relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan
capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.
2. Penggunaan waktu efektif (Effective utilization of time).
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan
dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda
organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung,
dan kegiatan perawat dikendalikan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
23
3. Pengambilan keputusan (Decision making).
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara
beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan/implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
4. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader).
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan
keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan
wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan
semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber
daya yang sangat menentukan.
5. Tujuan sosial (Social goal).
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing
kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit
lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg &
Swansburg, 1999).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
24
7. Perubahan (Change)
Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal
dengan yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988).
Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip
karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang
akan anda layani (Mugianti, 2016).
2.2. Kualitas Hidup
2.2.1 Definisi
Menurut WHO (1996) mendefinisikan kualitas hidup atau Quality of Life
(QOL) sebagai suatu konsep multidimensi yang menyangkut tentang
kesejahteraan fisik, emosional dan sosial. Penyakit GGK dapat menimbulkan
kelelahan, menurunkan kemampuan aktivitas fisik, respon imun dan menurunkan
kualitas hidup yang meningkatkan mobiditas dan mortalitas (J. et al., 2017).
Kualitas hidup adalah kompleks, membangun multifaset yang memerlukan
beberapa pendekatan dari sudut teoritis yang berbeda (Theofilou, 2013).
Kualitas hidup adalah kumpulan interaksi yang diukur secara objektif dan
subjektif. Kualitas hidup adalah konsep yang dinamis, bagian-bagiannya juga
saling mempengaruhi. Kualitas hidup ini erat kaitannya dengan kesehatan pada
model patologi dan ketegantungan, fokus pengukurannya yaitu pada penurunan
fungsi fisik dan mental, gangguan peran dan fungsi sosial. Skala pengukuran
status kesehatan lebih sering digunakan dengan mengukur kualitas hidup. Tujuan
memasukkan kualitas hidup dalam indikator tingkat kesehatan adalah untuk
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
25
melakukan tindakan responsif setelah evaluasi terhadap perawatan mereka
(Higginson & Robinson, 2003).
Definisi tentang kualitas hidup sangat beragam. Kesehatan dan kualitas
hidup sering kali dihubungkan dan keduanya menekankan pada komponen
kebahagiaan dan kepuasan hidup. Banyak konsep individu yang mengatakan
bahwa kualitas hidup itu adalah tentang fungsi emosional dan kelelahan. Namun,
jelas bahwa arti kualitas hidup itu berbeda bagi setiap orang, dan juga memiliki
makna yang berbeda sesuai dengan area tempat tinggalnya masing-masing. Oleh
karna itu, kuesioner tentang kualitas hidup dikembangkan dalam berbagai skala
pengukuran yang multi-item (Fayers P.M & Machin, 2000).
2.2.2 Klasifikasi utama pengukuran
Penilain kualitas hidup sangat penting dilakukan bagi semua orang
khususnya bagi penderita penyakit yang bersifat kronik atau tidak dapat
disembuhkn seperti kanker, HIV, dan penyakit kronis lainnya. Ketika
mengevaluasi pengobatan yang berpotensi menyembuhkan, penilaian kualitas
hidup mungkin saja tidak terlalu penting untuk dilakukan, namun banyak kasus
yang harus mempertimbangkan implikasi kualitas hidupnya. Gotay dan Moore
(1992) klasifikasi utama dilakukan pada beberapa kejadian, yaitu:
1. Kualitas hidup menjadi titik akhir utama. Ini sering dilakukan dalam
perawatan paliatif atau ketika pasien sakit parah dengan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan,
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
26
2. Perawatan diharapkan sejalan dengan kemanjuran pengobatan, dan
pengobatan baru akan dianggap baik bila memberikan manfaat pada
peningkatan kualitas hidup,
3. Perawatan baru menunjukkan sedikit manfaat dalam tingkat kesembuhan
atau lama bertahan hidup, tetapi ini diimbangi dengan penurunan kualitas
hidup,
4. Perawatan mungkin berbeda jauh dengan kemanjuran jangka pendek, tetapi
jika tingkat kegagalan keseluruhan tinggi maka masalah kualitas hidup
harus dipertimbangkan.
Selain itu, terlepas dari optimisme untuk meningkatkan kualitas
hidup, penilaian kualaitas hidup tersebut juga berdampak pada penurunan
kualitas hidup bila dilakukan terlalu sering. Sehingga, pengobatan dan
penilaian kualitas hidup harus diselaraskan dan dipertimbangkan efek
negatifnya (Fayers P.M & Machin, 2000).
2.2.3 Aspek
1. Aspek kesehatan fisik
Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan memberikan
pengalaman-pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke
tahap selanjutnya. Kesehatan fisik mencakup aktivitas sehari-hari,
ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, energi dan
kelelahan, mobilitas (keadaan mudah bergerak), sakit dan ketidak
nyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
27
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu.
Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu
menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan sesuai
dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri maupun dari luar
dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu
dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat
secara mental. Kesejahteraan psikologis mencakup body image dan
appearance, perasaan positif, perasaan negatif, self esteem,
spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan
konsentrasi.
3. Aspek hubungan sosial
Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau
lebih dimana tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat
manusia adalah mahluk sosial maka dalam hubungan sosial ini, manusia
dapat merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia
seutuhnya. Hubungan sosial mencakup hubungan pribadi, dukungan
sosial, aktivitas seksual.
4. Aspek lingkungan
Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di
dalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala
aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya adalah saran dan prasarana
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
28
yang dapat menunjang kehidupan. Hubungan dengan lingkungan
mencakup sumber financial, kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik,
perawatan kesehatan dan social care termasuk aksesbilitas dan kualitas;
lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi
baru maupun keterampilan (skill), partisipasi dan mendapat kesempatan
untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu
luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/keadaan air/iklim,
serta transportasi (Power, 2004).
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kulitas hidup, yaitu:
1. Jenis kelamin
Fadda dan Jiron (1999) mengatakan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali
terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting
bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini mengindikasikan
adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan
kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer (1998)
mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan
tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek
hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria
lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
29
2. Usia
Menurut Wagner et all (2004) terdapat perbedaan yang terkait
dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu.
Menurut Ryff dan Singer (1998) individu dewasa mengekspresikan
kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Umur manusia
dapat dibagi menjadi beberapa rentang atau kelompok dimana masing-
masing kelompok menggambarkan tahap pertumbuhan manusia tersebut.
3. Pendidikan
Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup, kualitas hidup
akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang
didapatkan oleh individu. Barbareschi et all (2011) mengatakan bahwa
tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup, mengatakan bahwa tingginya signifikansi perbandingan
dari pasien yang berpendidikan tinggi meningkat dalam keterbatasan
fungsional yang berkaitan dengan masalah emosional dari waktu ke waktu
dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan rendah serta menemukan
kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien berpendidikan tinggi dalam
domain fisik dan fungsional, khususnya dalam fungsi fisik,
energi/kelelahan, social fungsi, dan keterbatasan dalam peran berfungsi
terkait dengan masalah emosional.
4. Pekerjaan
Menurut Hultman et all (2006) menunjukkan dalam hal kualitas
hidup juga diperoleh hasil penelitian yang tidak jauh berbeda dimana
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
30
individu yang bekerja memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan individu yang tidak bekerja.
5. Status pernikahan
Glenn dan Weaver mengatakan bahwa individu yang menikah
memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak
menikah, bercerai, ataupun janda atau duda akibat pasangan meninggal
6. Finansial
Menurut Hultman et all (2006) menunjukkan bahwa aspek finansial
merupakan salah satu aspek yang berperan penting mempengaruhi
kualitas hidup individu yang tidak bekerja.
7. Standar referensi
Menurut O’Connor (1993) mengatakan bahwa kualitas hidup dapa
dipengaruhi oleh standar referensi yang digunakan seseorang seperti
harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu
dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang
dikemukakan oleh WHOQOL bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi
oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu (Power,
2004).
2.2.5 Penilaian kualitas hidup
Terdapat beberapa instrumen untuk menganalisis kualitas hidup yang
meliputi persepsi fisik, psikologi dan hubungan sosial pasien, seperti Sickness
Impact Profile, Karnofsky Scales, Kidney Disease Quality of Life (KDQL)
kuesioner dan Medical Outcomes Study 36-Item Short-Form Health Survey (SF-
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
31
36) yang telah banyak digunakan dalam mengevaluasi kualitas hidup pasien
penderita penyakit-penyakit kronis. SF-36 adalah salah satu instrumen untuk
menilai kualitas hidup, sederhana, mudah dan secara luas telah dipakai untuk
mengevaluasi kualitas hidup pada penyakit ginjal stadium akhir. Instrumen non
spesifik biasanya digunakan pada hampir semua penelitian penyakit kronis dan
bisa juga digunakan untuk menilai kualitas hidup pada populasi yang sehat
(Arfai, 2014).) Kidney Disease Quality of Life Short Form 1,3 (KDQOL-SF 1,3)
yang merupakan pengembangan dari Short Form 36 (SF-36). Alat ukur ini
merupakan alat ukur khusus yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik dan pasien yang menjalani dialisis (Hays et al., 1997).
Kelebihan kuisioner ini adalah menilai kualitas hidup dari dua aspek yaitu
spesifik penyakit tertentu (disease-specific) dan generik (generic instrument)
yang sudah meliputi domain fisik, psikologis, sosial maupun lingkungan.
Domain yang mencakup target untuk penyakit ginjal meliputi:
gejala/permasalahan klinis yang dialami, efek dari penyakit ginjal, tingkat
penderitaan oleh karena sakit ginjal, status pekerjaan, fungsi kognitif, kualitas
interaksi social, fungsi seksual, kualitas tidur, dukungan sosial, kualitas
pelayanan staf unit dialisis, dan kepuasan pasien. Sementara skala survei SF-36
yang bersifat generik mengukur fungsi fisik, peran fisik, persepsi rasa sakit,
persepsi kesehatan umum, emosi, peran emosional, fungsi social, dan
energi/kelelahan. Dalam penelitian ini digunakan alat ukur generik yaitu SF-36,
karena kuesioner ini adalah instrumen genericdimana dengan kuesioner ini
dapat dipergunakanuntuk bermacam penyakitnamun tetap memiliki batas
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
32
usia. Subjek yang dapat menggunakan kuesioner ini harus berusia diatas 14
tahun. Kuesioner SF-36 inidapat digunakan oleh subjek wanita maupun
pria (Auliana putri, 1998).
Menurut Mc Dowell, (2006) kuisioner yang spesifik untuk penyakit
tertentu biasanya berisikan pertanyaan-pertanyaan khusus yang sering terdapat
pada penyakit tersebut, misalnya pasien penyakit ginjal diukur dengan Kidney
Disease Quality of Life Short From (KDQOL SF), keuntungan alat pengukuran
ini adalah dapat mendeteksi lebih tepat keluhan/hal khusus yang sangat berperan
pada penyakit tertentu, misalnya kram otot, kulit kering, sesak nafas merupakan
hal yang penting pada pasien penyakit ginjal maka hal tersebut tergambarkan
pada pertanyaan kuisioner. SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala
antara lain :
1. Fungsi fisik (physical function)
Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas
seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat dan gerak
badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas
tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan
melakukan semua aktivitas fisik termasuk latihan berat.
2. Keterbatasan akibat masalah fisik (role of physical)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar
kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya.
Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan
masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
33
melakukannya dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas
tertentu atau kesulitan di dalam melakukan aktivitas. Nilai yang tinggi
menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap
pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.
3. Perasaan sakit/nyeri (bodily pain)
Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri
dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik di dalam maupun di
luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang sangat berat
dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada
keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri.
4. Persepsi kesehatan umum (general health)
Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan termasuk
kesehatan saat ini, ramalan tentang kesehatan dan daya tahan terhadap
penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan terhadap kesehatan
diri sendiri buruk atau memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan
perasaan terhadap kesehatan diri sendiri sangat baik.
5. Energi/fatique (vitality)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan,
capek dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, capek dan
lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh
semangat dan energi selama 4 minggu yang lalu.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
34
6. Fungsi sosial (social function)
Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan
fisik atau masalah emosional mengganggu aktivitas sosial yang normal.
Nilai yang rendah menunjukkan gangguan yang sering dan sangat
terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan selama 4
minggu yang lalu.
7. Keterbatasan akibat masalah emosional (role emotional)
Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana
masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu
aktivitas termasuk menurunnya waktu yang dihabiskan untuk aktivitas,
pekerjaan menjadi kurang sempurna dan bahkan tidak dapat bekerja
seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan
aktivitas karena masalah emosional.
8. Kesejahteraan mental (mental health)
Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan mental
secara umum. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan tegang dan
depresi sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh
kedamaian, bahagia dan tenang sepanjang 4 minggu yang lalu.
Kuesioner tentang kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisa:
1. Secara umum bagaimana kondisi kesehatan anda sekarang?
a. Sangat-sangat baik
b. Sangat baik
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
35
c. Baik
d. Sedang
e. Buruk
2. Dibandingkan dengan setahun yang lalu bagaiman kondisi kesehatan anda
sekarang?
a. Lebih baik daripada setahun yang lalu
b. Kadang-kadang lebih baik dari setahun yang lalu
c. Sama seperti setahun yang lalu
d. Kadang-kadang lebih buruk dari setahun yang lalu
e. Lebih buruk sekarang dibandingkan setahun yang lalu
3. Hal berikut ini mengenai aktivitas yang mungkin anda lakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Apakah kesehatan anda membatasi aktifitas anda?
Jika ya seberapa besar (pilihan jawaban: ya, sangat terbatas/ya, tidak tidak
terbatas/dan tidak, tidak terbatas sama sekali)
a. Aktifitas berat, seperti berlari, mengangkat benda yang berat,
berpartisipasi dalam olahraga
b. Aktifitas sedang, seperti mengangkat meja, mengepel lantai,
mendorong vacum cleaner, bowling, atau bermain golf
c. Mengangakat atau membawa belanjaan, mengangkat barang yang
ringan 7-10 kg
d. Menaiki anak tangga beberapa lantai
e. Menaiki anak tangga 1 lantai/jalan mendaki ±100m
f. Membungkuk, berlutut atau jongkok
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
36
g. Berjalan lebih dari 1 km
h. Berjalan beberapa ratus meter (±500m)
i. Mandi dan berpakaian sendiri
4. Selama 1 bulan terakhir, apakah anda mempunyai masalah pada pekerjaan
anda atau aktivitas rutin yang lain disebabkan oleh kesehatan fisik anda?
Seperti berikut:
a. Mengurangi waktu dalam melakukan perkerjaan (tetap) atau aktivitas
lain
b. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna
c. Hanya dapat melakukan pekerjaan/aktivitas tertentu
d. Sulit melaksanakan pekerjaan atau aktivitas pokok atau anda
membutuhkan harga ekstra untuk melakukan hal tersebut
5. Selama 1 bulan terakhir, apakah pekerjaan anda atau aktivitas rutin yang
lain terganggu karena masalah emosional seperti berikut ini
(depresi/stress/cemas). Jawab “Ya” bila “Ya” dan “Tidak” bila “Tidak”
a. Mengurangi waktu dalam melakukan pekerjaan (tetap) atau aktivitas
lain
b. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna
c. Tidak melakukan pekerjaan (rutin) atau aktivitas lain secermat
biasanya
6. Selama 1 bulan terakhir, seberapa besar kesehatan fisik atau masalah
emosional menghalangi aktifitas sosial anda dengan normal, bersama
keluarga, teman, tetangga atau kelompok?
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
37
a. Tidak sama sekali
b. Sedikit
c. Lumayan
d. Agak besar
e. Sangat besar
7. Seberapa besar rasa nyeri pada tubuh yang anda rasakan selama 1 bulan
terakhir ini?
a. Tidak ada sama sekali
b. Nyeri sangat ringan
c. Nyeri ringan
d. Nyeri sedang
e. Nyeri sekali
f. Luar biasa nyeri
8. Selama 1 bulan terakhir, apakah sering rasa nyeri tersebut mengganggu
pekerjaan normal anda (termasuk pekerjaan di dalam dan di luar rumah)
a. Tidak sama sekali
b. Sedikit
c. Sedang-sedang
d. Cukup sering
e. Sangat sering
9. Pertanyaan ini mengenai perasaaan anda dan bagaimana pikiran anda
selama 1 bulan terakhir. Setiap pertanyaan berikut ini satu jawaban yang
mendekati dengan apa yang anda rasakan dalam 1 bulan terakhir dengan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
38
pilihan jawabnnya ( pilihan jawaban: stiap waktu/ sering/ kadang-kadang/
sekali-sekali/ jarang /tidak pernah)
a. Apakah penuh semangat
b. Apakah anda selalu ragu-ragu dalam menghadapi sesuatu
c. Pernahkah anda merasa begitu tenteram
d. Apakah anda merasa begitu tenteram
e. Apakah anda merasa penuh energi
f. Apakah anda merasa kecewa atau sedih
g. Apakah anda merasa lelah atau loyo
h. Apakah anda merasa orang yang bahagia
i. Apakah anda merasa capek
10. Selama 1 bulan terakhir seberapa lama kesehatan fisik atau masalah emosi
yang mengganggu aktifitas sosial anda (seperti mengunjungi kawan,
saudara dan yang lainnya)
a. Selalu
b. Sering sekali
c. Kadang-kadang
d. Sekali-sekali
e. Tidak pernah
11. Menurut anda seberapa besar pernyataan dibawah ini yang sesuai dengan
anda. Kalau sesuai seberapa benar, kalau tidak sesuai seberapa salah)
(pilihan jawaban: sangat benar/ benar/ tidak tahu/ salah/ salah sama sekali)
a. Saya kelihatan lebih mudah sakit dibandingkan dengan orang lain
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
39
b. Saya merasa sam sehatnya seperti orang lain yang saya kenal
c. Saya merasa kesehatan saya akan memburuk
d. Kesehatan saya baik luar biasa
Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi
kesehatan umum, energi, fungsi sosial dan keterbatasan akibat masalah
emosional disebut sebagai dimensi Kesehatan Mental (Mental Component Scale)
dan fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi
kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi Kesehatan Fisika (Physical
Component Scale). Masing-masing skala dinilai dengan kemungkinan cakupan
nilai 0-100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih
baik (m fahmi arfai, 2014)
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien GGK
1. Usia
Kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita
GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh
karena biasanya kondisi fisiknya yang lebih baik dibanding yang berusia
tua. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh
mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi,
sementara yang sudah berusia tua lebih menyerahkan keputusan pada
keluarga atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua,
capek hanya menunggu waktu, akibatnya mereka kurang motivasi dalam
menjalani terapi hemodialisis.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
40
2. Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibanding
perempuan.
3. Status nutrisi
Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis
sering mengalami protein kalori malnutrisi. Malnutrisi akan menyebabkan
defisiensi respon imun, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan
septikemia. Ternyata semakin jelek status nutrisi semakin jelek kualitas
hidup penderita gagal ginjal terminal. Malnutrisi pada gagal ginjal
terminal disebabkan oleh toksin uremi dan oleh prosedur hemodialisa.
4. Pendidikan
Pada penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas juga memungkinkan pasien itu
dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai
perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti
tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat
mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam
membuat keputusan. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan.
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas
seseorang yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
41
untuk memperoleh penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang
maupun barang demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karna tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar tranportasi.
6. Lama hemodialisa
Pada awal menjalani hemodialisa respon pasien seolah-olah tidak
menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian yang
ada dan merasa sedih dengan kejadian yang dialami sehingga memerlukan
penyesuaian diri yang lama terhadap lingkungan yang baru dan harus
menjalani hemodialisa dua kali seminggu. Waktu yang diperlukan untuk
beradaptasi masing-masing pasien berbeda lamanya, semakin lama pasien
menjalani hemodialisa adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah
mendapat pendidikan kesehatan atau informasi yang diperlukan semakin
banyak dari petugas kesehatan.
7. Anemia
Anemia adalah kondisi klinis yang dihasilkan akibat insufisiensi
suplai darah merah yang sehat, volume sel darah merah, dan atau jumlah
hemoglobin (Hb) dengan hasil pemeriksaan laboratorium kadar Hb <11
gr/dl. Nilai Hb yang direkomendasikan pada pasien gagal ginjal kronik
berdasarkan National Kidney Foundation’s Kidney Disease Quality
Initiative (NKF-K/DOQI) adalah pada level 11-12 gr/dl.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
42
8. Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap
pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas
pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan
volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan
volume darah akan menurunkan tekanan darah, adapun klsifikasi tekanan
darah (m fahmi arfai, 2014).
2.2.7 Penatalaksaan
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan terutama End Stage Renal
Disease (ESRD) memiliki efek yang merugikan pada harapan hidup kedua
pasien, serta pada Kesehatan Kualitas Terkait Hidup (HRQOL). Efek merugikan
dari GGK dan perawatan dialisis pada HRQOL telah dikonfirmasi di tiga benua
yang berbeda (Malindretos, 2012). Erythropoietin dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien CKD yang menjalani hemodialisis rutin, sementara erythropoietin
beta memberikan lebih banyak perbaikan. pasien CKD yang menjalani
hemodialisis rutin menggunakan erythropoietin beta ditampilkan QOL lebih baik
dibandingkan dengan pasien CKD menggunakan erythropoietin alpha tapi secara
keseluruhan mereka tidak berbeda secara signifikan (Sihombing dkk, 2016).
Menurut peneliti Deddy bahwa semakin lama penderita menjalani hemodialisa
maka penderita gagal ginjal kronik (GGK) semakin dapat beradaptasi dengan
segala aktivitas-aktivitas rutin yang dijalaninya sehingga hal tersebut akan
mendukung kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik (GGK). Menurut
Nurcahyati (2010) bahwa semakin lama responden manjalani hemodialisa maka
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
43
responden akan semakin patuh untuk menjalani terapi hemodialisa karena pada
tahap ini responden telah mencapai tahap menerima dan ditambah responden
juga mendapatkan pengetahuan pendidikan kesehatan dari perawat atau pun
dokter tentang penyakitnya dan pentingnya melaksanakan hemodialisa secara
teratur (Sarastika et al., 2019).
Penderita gagal ginjal kronis tidak dapat bertahan hidup jika tidak
melakukan terapi penggantian ginjal (hemodialisa) (Juwita, 2018). Hemodialisis
(HD) adalah salah satu pilihan terapi pada pasien dengan ESRD. Penyakit ginjal
kronik terutama dengan terapi HD akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan seperti aspek fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi. Hal tersebut
tidak hanya berdampak pada diri sendiri tapi juga berdampak pada keluarga dan
masyarakat (Mayuda, 2017). Pola diet dan cairan pada pasien GGK sangat
penting diperhatikan karena asupan cairan yang berlebihan dapat meningkatkan
kenaikan berat badan, edema, bronkhi basah dalam paru - paru, kelopak mata
yang bengkak dan sesak nafas yang diakibatkan oleh berlebihnya cairan didalam
tubuh. Pengalaman pasien GGK dalam mengatur pola makan dan cairan adalah
dengan membatasi minuman dan makanan dengan frekuensi yang sama serta
menghindari pantangan (Juwita, 2018).
Hasil penelitian pada tema ketiga didapatkan motivasi terdiri dari motivasi
internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal yaitu adanya keyakinan diri,
kesadaran diri, keharusan untuk melakukan HD, usaha untuk sembuh, semangat
dari diri sendiri, rutin minum obat, rutin HD, dan pasrah kepada Allah.
Sedangkan motivasi eksternal terdiri dari adanya dukungan keluarga, perhatian
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
44
keluarga, semangat keluarga, motivasi dari anak, pengawasan keluarga,
didampingi keluarga, dukungan tentangga, dan perawat yang ramah. Lingkungan
juga memegang peranan dalam membantu pasien hemodialisa dalam menjaga
kesehatan pasien. Selama sakit interaksi pasien dan lingkungan juga memberikan
dampak terhadap kesehatan pasien. Adapun harapan dari pasien terhadap
lingkungan adalah adanya perilaku saling membantu antara tetangga sekitar.
Apalagi bagi pasien yang tidak memiliki suami sehingga keluarga terdekat
adalah tetangga pasien (Juwita, 2018).
2.3. Gagal Ginjal Kronik
2.3.1 Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)
melibatkan hilangnya fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Menurut The
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDQOI) of Kidney Foundation
mendefinisikan CKD sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan GFR
kurang dari 60 Ml/min/1.73 m2 selama lebih dari 3 bulan (Lewis et all, 2011).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2010). CKD adalah kerusakan
ginjal yang berkelanjutan sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal secara
terus-menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadium akhir atau sering
disebut Gagal Ginjal tahap akhir (William and Wilkins, 2013). GGK merupakan
kerusakan ginjal dan nefron yang progresif dan tidak bisa dipulihkan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
45
(irreversible) (Ignatavicius dan Workman, 2009). GGK atau CKD atau End
Stage Renal Disease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi uremia dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer and Bare,
2002).
2.3.2 Klasifikasi
Tahap gangguan ginjl menjadi GGK apabila terjadi dalam 5 tahap
berdasarkan estimasi Glomerulal Filtration Rate (GFR) yaitu:
Tabel 2.1. Tabel GFR Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Stage Penjelasan GFR (mL/menit/1,73)
0 Memiliki faktor resiko ≥90 dengan faktor
resiko
1 Kerusakan ginjal dengan
GFR normal atau meningkat
≥90
2 Kerusakan ginjal dengan
GFR ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan
GFR sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan
GFR berat
15-29
5 Gagal Ginjal <15
(Lewis et all, 2011).
2.3.3 Etiologi
Menurut Brunner and Suddart dalam Smeltzer and Bare (2002) GGK
disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glomerulonefritis
kronis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, pielonefritis, obstruksi traktus
urinarius, lesi herediter seperti penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskulera,
infeksi, medikasi atau agen toksik. Lingkungan dan agen berbahaya yang
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
46
mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah, kadmium, merkuri, dan
kromium (Smeltzer and Bare, 2002). Lebih dari 100 proses penyakit yang
berbeda dapat mengakibatkan gangguan ginjal yang bersifat progresif. Penyebab
GGK ada 2 yaitu sebagai berikut:
1. Morfologi, yaitu:
a. Tubular penyakit glomerular, seperti glomerulonefritis, penyakit
membrane, glomerulonefritis interkapilari.
b. Penyakit, seperti hiperkalsemia kronik, deplesi potasium kronik,
sindrom fanconi, keracunan logam berat.
c. Penyakit ginjal vaskular, seperti penyakit ginjal iskemik, stenosis erteri
ginjal bilateral, neprosklerosis, hiperparatiroidisme.
d. Penyakit saluran kemih yaitu uropati obstruktif seperti ginjal
hipoplastik, penyakit kistik meduler, penyakit ginjal polikistik.
2. Etiologi, yaitu:
a. Infeksi seperti pyelonefritis, tuberkulosis.
b. Penyakit vaskular sistemik seperti hipertensi renovaskuler intrarenal,
renovaskuler ekstrarenal.
c. Penyakit ginjal metabolik sperti amiloidosis, nefropati diabetik
(Ignatavicius dan workman, 2009).
2.3.4 Fisiologi
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding
abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
47
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.
Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah
fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma
dan memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang
dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011). Ginjal menjalankan fungsi tubuh sebagai pengatur volume
dan komposisi darah dan lingkaran dalam tubuh . kelebihan zat terlarut dan air di
ekskresi keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Syaifuddin
2011). Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
2. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah.
3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
4. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
5. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
48
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan
dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di
kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan
lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi
secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula
bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas
oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).
2.3.5 Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan
fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
49
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sclerosis
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Adanya peningkatan aktifitas renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sclerosis dan
progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensin-
aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth
factor (TGF- ) (Smeltzer, 2010). Namun menurut Ignatavicius dkk penyebab
GGK adalah karena infeksi, kelebihan cairan atau dehidrasi ginjal. Hal ini
meyebabkan nefron ginjal mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi
kreatinin serum, asam urat, fosforus dan tingkat Blood Urea Nitrogen (BUN).
Apabila berlangsung terus menerus dan tidak diobati akan menimbulkan
keparahan dan GGK (Ignatavicius dkk, 2010)
Manifestasi klinis adalah hasil dari zat yang ditahan, termasuk urea,
kreatinin, fenol, hormon elektrolit, dan air. Uremia adalah suatu sindrom di mana
fungsi ginjal menurun ke titik bahwa gejala dapat berkembang dalam berbagai
sistem tubuh (Lewis et all, 2011). Pada stadium paling dini CKD, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal GFR
masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada GFR sebesar 60%,
pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (Ignatavicius dkk, 2010).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
50
GFR sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia,
badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berab badan. GFR
dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti,
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi
seperi infeksi saluran kemih infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna.
Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hypervolemia,
gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan
keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada GFR di bawah
15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
stadium gagal ginjal (Ignatavicius dkk, 2010)
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek
termasuk diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran
produksi urine dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan
metabolik abnormal. Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini
terjadi karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi dan sisa-
sisa produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi
hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria adalah
peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKD
dan dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Perkembanganpenyakit selanjutnya,
kemampuan memekatkan urin menjadi semakinberkurang. Osmolitasnya
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
51
(isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini serum BUN meningkat
secara otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan
output urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi
dehidrasi/ mengalami kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagal
ginjal (Ignatavicius dkk, 2010)
Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan
eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal
dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin.
Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah disebuta
zotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal. Perubahan kardiak
pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan sistem kardiovaskuler. Manifestasi
umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan
perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkateritropetin, penurunan
masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi besi dan asam laktat
dan perdarahan gastrointestinal. Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan
darah akibat overlood cairan dan sodium dan kesalahan fungsi sistem renin.
Angiostin aldosteron CRF menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena
anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan (Ignatavicius dkk, 2010).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
52
2.3.6 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adalah hasil dari zat yang ditahan, termasuk urea,
kreatinin, fenol, hormon elektrolit, dan air. Uremia adalah suatu sindrom di mana
fungsi ginjal menurun ke titik bahwa gejala dapat berkembang dalam berbagai
sistem tubuh (Lewis et all, 2011). GGK mempengaruhi sistem tubuh yang lain.
Tanda dan gejala GGK adalah sebagai berikut:
1. Manifestasi neurologi:
a. Letargi dan ngantuk siang hari.
b. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau berkurangnya rentang
perhatian.
c. Kejang.
d. Koma.
e. Bicara tidak jelas.
f. Tremor.
g. Asterixis.
h. Mioklonus.
i. Ataxia (perubahan gait).
j. Paretesias.
2. Manifestasi kardiologi:
a. Kardiomiopati.
b. Hipertensi.
c. Edema perifer.
d. Gagal jantung.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
53
e. Perikarditis uremik.
f. Efusi perikardial.
g. Gesekan perikardial.
h. Temponade jantung.
3. Manifestasi respiratorik:
a. Uremik halitosis.
b. Takipnea.
c. Menguap sambil menghela napas.
d. Pernapasan kussmaul.
e. Edema pumonal.
f. Efusi pleura.
g. Refleks batuk.
h. Crackles.
4. Manifestasi gastrointestinal:
a. Anoreksia.
b. Nausea.
c. Vomiting.
d. Diare.
e. Stomatitis.
f. Konstipasi.
g. Fetor uremik.
h. Gastritis uremik.
i. Kolitis uremik.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
54
j. Perubahan dalam rasa ketajaman dan sensasi.
5. Manifestasi urinaria:
a. Poliuria.
b. Nokturia.
c. Anuria.
d. Proteinuria.
6. Manifestasi integumen:
a. Kerusakan turgor kulit.
b. Pucat pasi.
c. Kulit kering.
d. Pruritus.
e. Purpura.
f. Ecimosis.
7. Manifestasi muskuluskletal:
a. Kram otot.
b. Nyeri pada tulang.
c. Lemah otot.
8. Manifestasi reproduktif
a. Kesuburan menurun.
b. Menstruasi jarang.
c. Tidak ada penurunan libido.
d. Impotensi (ignatavicius dan workman, 2009).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
55
2.3.7 Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik ada beberapa, yaitu:
1. Hiperkalemia
Hiperkalemia terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme, dan masukan diet berlenihan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat penurunan eitropoietin, penurunan rentang usia
sel darah merah, perdarahan gastrointstinal akibat iritasi oleh toksin, dan
kehilangan darah selama hemodialisa.
3. Hipertensi
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi renin-
angiotensin-aldosteron.
4. Perikaditis, efusi pleura, dan tamponade jantung
Perikarditis, efusi pleura, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang idak adekuat
5. Penyakit tulang
Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfor, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang tidak normal dan
peningkatan kadar aluminium.
2.3.8 Penatalaksanaan
Terapi pada penderita GGK adalah dengan melakukaan hemodialisa (HD).
HD merupakan salah satu dari beberapa terapi pengganti ginjal. HD
menyingkirkan cairan dan produk limbah yang berlebihan dan memulikan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
56
keseimbangan kimia dan elektrolit. HD melibatkan blood passing pada pasien
melalui sebuah membran semipermiabel buatan untuk mengganti fungsi ginjal
dalam menyaring dan mengekskresi darah (Ignatavicius dan Workman, 2009).
Dialisis dilakukan ketika pasien mengalami keadaan uremik yang tidak bisa
dilakukan tindakan konservatif yang lebih lama dan sewaktu GFR kurang dari 5-
10 ml/menit. Namun, kriteria untuk tindakan dialisis ini berbeda-beda tergantung
dengan situasi klinis dan kapan dokter menganjurkan untuk dilakukan tindakan
dialisis berdasarkan keadaan pasien.tindakan dialisis harus segera dilaksanakan
ketika terjadi komplikasi uremik tertentu seperti ensefalopati, neuropati,
hiperkalemia tak terkontrol, perikarditis, dan tekanan darah tinggi (Lewis et all,
2011).
Hasil penelitian pada tema ketiga didapatkan motivasi pasien GGK terdiri
dari motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal yaitu adanya
keyakinan diri, kesadaran diri, keharusan untuk melakukan HD, usaha untuk
sembuh, semangat dari diri sendiri, rutin minum obat, rutin HD, dan pasrah
kepada Allah. Sedangkan motivasi eksternal terdiri dari adanya dukungan
keluarga, perhatian keluarga, semangat keluarga, motivasi dari anak, pengawasan
keluarga, didampingi keluarga, dukungan tentangga, dan perawat yang ramah.
Lingkungan juga memegang peranan dalam membantu pasien hemodialisa dalam
menjaga kesehatan pasien. Selama sakit interaksi pasien dan lingkungan juga
memberikan dampak terhadap kesehatan pasien. Adapun harapan dari pasien
terhadap lingkungan adalah adanya perilaku saling membantu antara tetangga
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
57
sekitar. Apalagi bagi pasien yang tidak memiliki suami sehingga keluarga
terdekat adalah tetangga pasien (Juwita, 2018).
Penderita GGK yang mengalami anemia ditangani dengan epogen
(eritropoetin manusia rekombinasi). Anemia pada pasien (hematokrit kurang dari
30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise, keletihan umum, dan
penurunn toleransi aktivitas. Terapi epogen diberikan untuk memperoleh nilai
hematokrit sebesar 33% sampai 38%, yang biasanya memulihkan gejala anemia.
Pasien yang yang mendapat epogen dilaporkan menurunkan kadar keletihannya,
rasa sejahtera meningkat, kadar energi yang tinggi dan toleransi aktivitasnya
membaik (Smeltzer and Bare, 2002).
Semua orang yang mengalami GGK dan menjalani terapi HD mempunyai
pembatasan nutrisi, meskipun kebutuhan individual sangat bervariasi. Untuk
memenuhi kebutuhan diit, kebiasaan makan seumur hidup harus diubah,
membuat aktivitas pasien sangat terbatas. Pembatasan natrium diperlukan agar
tidak terjadi retensi natrium (Hudak dan Gallo, 1996). Pola diet dan cairan
selama hemodialisis pada pasien HD sangat penting diperhatikan karena asupan
cairan yang berlebihan dapat meningkatkan kenaikan berat badan, edema,
bronkhi basah dalam paru - paru, kelopak mata yang bengkak dan sesak nafas
yang diakibatkan oleh berlebihnya cairan didalam tubuh. Pengalaman pasien
selama HD dalam mengatur pola makan dan cairan adalah dengan membatasi
minuman dan makanan dengan frekuensi yang sama serta menghindari
pantangan (Juwita, 2018).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
58
Intervensi diet diperlukan pada gangguan fungsi renal dan mencakup
pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk
mengganti cairan yang hilang, masukan natrium untuk mengganti natrium yang
hilang dan pembatasan kalium. Pada saat yang sama, masukan kalori yang
adekuat dan suplemen vitamin harus dianjurkan. Pemberian vitamin dianjurkan
karena diet rendah protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang
diperlukan (Smeltzer and Bare, 2002).
2.4. Determinan
2.4.1 Definisi
Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) KBBI deterninan adalah faktor-
faktor yang menentukan. Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima
luas dewasa ini adalah bahwa tingkat kesehatan individu dan distribusi kesehatan
yang adil dalam populasi ditentukan oleh banyak faktor yang tersebar di berbagai
level (Ridlo et al., 2019). Menurut WHO Kesehatan adalah keadaan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak
adanya penyakit atau kelemahan. Kesehatan sosial adalah suatu kemampuan
untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya. Kesehatan fisik
adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan
sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal (Kuntari, 2012).
2.4.2 Faktor-faktor determinan
Menurut Teori Lawrence Green ada dua determinan masalah kesehatan
yaitu:
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
59
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antgara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai, dan
tradisi.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku serta tindakan. Faktor
pemungkin adalah saran dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat
pembuangan air.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku (kuntari, 2019).
Pengembangan baru ilmu kesehatan menuntut adopsi pada kerangka yang
lebih luas dan kaya, bahwa kesehatan bukan hanya dipengaruhi faktor risiko
yang dimiliki seseorang. Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dapat
ditemukan pada berbagai level makro, antara lain
1. Perbedaan kesejahteraan.
2. Perilaku individu.
3. Level mikro seperti genetik (laksono and rachmawati dalam ridlo dkk,
2019).
Dalam teori determinan sosial kesehatan, Dhalgren dan Whitehead (1991)
menjelaskan bahwa kesehatan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terletak di berbagai lapisan lingkungan. Sebagian besar determinan kesehatan
tersebut dapat diubah (modifiable factors). Model pelangi dalam determinan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
60
sosial kesehatan menggambarkan bahwa status kesehatan individu atau
masyarakat dalam setengah lingkaran yang berlapis. Individu yang kesehatannya
ingin ditingkatkan terletak di pusat, dengan faktor genetik dan sistem
lingkungan. Bagian-bagian dari lapisan tersebut adalah sebagai brikut:
Bagan 2.1. Bagan Lapisan Determinan
(Dhalgren dan Whitehead, 1991)
1. Lapisan pertama determinan kesehatan meliputi perilaku dan gaya hidup
individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan, misalnya
pilihan untuk merokok atau tidak merokok. Pada level mikro, faktor
genetik berinteraksi dengan paparan lingkungan dan memberikan
perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat menghadapi
paparan lingkungan yang merugikan. Perilaku dan karakteristik individu
dipengaruhi oleh pola keluarga, pola pertemanan, dan norma-norma di
dalam komunitas. Salah satu pembagian kelompok umur atau kategori
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
61
umur dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (2009) dalam situs
resminya yaitu depkes.go.id sebagai berikut:
a. Masa balita = 0 –5 tahun,
b. Masa kanak-kanak = 6 –11 tahun.
c. Masa remaja Awal = 12 –16 tahun.
d. Masa remaja Akhir = 17 –25 tahun.
e. Masa dewasa Awal = 26 –35 tahun.
f. Masa dewasa Akhir = 36 –45 tahun.
g. Masa Lansia Awal = 46 –55 tahun.
h. Masa Lansia Akhir = 56 –65 tahun.
i. Masa Manula = 65 –atas (Al Amin, 2017).
2. Lapisan kedua adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi
norma komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial,
jejaring sosial, dan sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas dapat
memberikan dukungan bagi anggota-anggota komunitas pada keadaan
yang menguntungkan bagi kesehatan. Sebaliknya faktor yang ada pada
level komunitas dapat juga memberikan efek negatif bagi individu dan
tidak memberikan dukungan sosial yang diperlukan bagi kesehatan
anggota komunitas;
3. Lapisan ketiga meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan pemukiman
yang baik, ketersediaan pangan, ketersediaan energi, kondisi di tempat
bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan,
akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, akses terhadap
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
62
pendidikan yang berkualitas, lapangan kerja yang layak. Menurut
kementerian pendidikan dan kebudayaan (2016), tingkat pendidikan di
Indonesia terdiri atas:
a. Taman Kanak-kanak / Kindergarten.
b. Sekolah Dasar / Primary School.
c. Sekolah Menengah Pertama / Junior Secondary School.
d. Sekolah Menengah / Senior Secondary School.
e. Pendidikan tinggi.
4. Lapisan terluar meliputi kondisi-kondisi dan kebijakan sosial-ekonomi,
budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan fisik. Termasuk beberapa
faktor makro yang terletak di lapisan luar adalah kebijakan publik,
stabilitas sosial, ekonomi, dan politik, hubungan internasional, investasi
pembangunan ekonomi, peperangan/ perdamaian, perubahan iklim dan
cuaca, ekosistem, bencana alam maupun bencana buatan manusia seperti
kebakaran hutan. Berdasarkan model determinan ekologi sosial kesehatan
Dahlgren dan Whitehead (1991) dapat dijelaskan bahwa kesehatan
individu, kelompok, dan komunitas yang optimal membutuhkan:
a. Realisasi potensi penuh dari individu. Beberapa potensi individu
tersebut antara lain fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi.
b. Pemenuhan ekspektasi peran seseorang dalam keluarga komunitas,
tempat bekerja.
c. Realisasi kebijakan makro (ridlo et al., 2019).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
63
Dapat disimpulkan bahwa penanggulangan yang hanya berfokus pada
faktor risiko pada level individu saja tidak dapat memberikan hasil yang optimal.
Perlu diperhatikan secara seimbang faktor penyebab pada level sosial (Ridlo et
al., 2019). Dampaknya terhadap kebijakan adalah bahwa diperlukan kebijakan
yang baik langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan tidak hanya
kesehatan individu melainkan juga kesehatan komunitas/masyarakat, serta
menciptakan pemerataan pembangunan kesehatan. Pada perkembangannya
terjadinya perubahan dinamika yang terjadi di masyarakat serta transisi
epidemiologi penyakit mengakibatkan semakin berkembangnya permasalahan
kesehatan. Tingginya mortalitas, meningkatnya penyakit infeksi, meluasnya
penyakit degeneratif seperti kanker, hipertensi, diabetes dan penyakit lainnya
merupakan serangkaian bentuk permasalahan kesehatan yang mengakibatkan
penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat (Ridlo et al., 2019).
Perubahan situasi global yang dinamakan dengan berubahnya era industri
menuju pada fase perubahan ke-empat dan derasnya arus informasi secara tidak
langsung berpengaruh pada pola hidup masyarakat. Pergeseran pola penyakit
serta dampaknya terhadap kesehatan dapat dilihat dari meningkatnya kasus
penyakit degeneratif lebih dini. Di satu sisi beberapa kasus penyakit infeksi
masih ada. Dengan kata lain, terjadi pergeseran pola demografi usia di
masyarakat (Ridlo et al., 2019). Pola transisi tersebut menimbulkan masalah
yang mengakibatkan beban ganda (double burden). Transisi tersebut meliputi
demografi, epidemiologi, gizi dan juga perilaku. Transisi demografi dijelaskan
dengan meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH) sehingga penduduk usia
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
64
lanjut meningkat walaupun Indonesia sedang menikmati bonus demografi (Ridlo
et al., 2019).
AHH di Jawa Timur misalnya, terpantau meningkat pada tahun 2017
dibanding tahun sebelumnya (Ridlo et al., 2019). Derajat kesehatan masyarakat
tidak hanya dilihat dari AHH, akan tetapi juga perlu memperhatikan indikator
lain seperti Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kesakitan/Morbiditas akibat penyakit menular dan tidak menular. Hasil
pencapaian MDGs di Indonesia menunjukkan belum tercapainya target antara
lain dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), akses kepada sanitasi dan
air minum, dan penurunan prevalensi AIDS dan HIV (Ridlo et al., 2019).
Pendekatan demografi membuka sudut pandang yang lebih luas, serta
mengarah pada langkah penyelesaian masalah yang lebih efektif sesuai dengan
karakteristik kelompok masyarakat yang menjadi sasaran. Kelompok rentan yang
masih menjadi pusat perhatian bidang kesehatan antara lain bayi, balita, ibu
hamil dan lansia (World Health Organization dalam Ridlo et al., 2019).
Piagam Ottawa tahun (1986) menegaskan bahwa untuk menciptakan
kesehatan individu dan populasi dibutuhkan sejumlah pra syarat. Pra syarat
tersebut meliputi 9 faktor, yaitu:
1. Perdamaian atau keamanan (peace).
2. Tempat tinggal (shelter).
3. Pendidikan (education).
4. Makanan (food).
5. Pendapatan (income).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
65
6. Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem).
7. Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources).
8. Keadilan sosial (social justice).
9. Pemerataan (equity) (world health organization dalam Ridlo dkk, 2019).
Teori klasik H. L. Blum menyatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu:
1. Gaya hidup (life style).
2. Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya).
3. Pelayanan kesehatan.
4. Faktor genetik (keturunan).
Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status
kesehatan seseorang. Sering banyak menjadi perhatian adalah determinan
pelayanan kesehatan. Meski yang sering menjadi fokus adalah pelayanan
kesehatan, namun itu bukanlah satu-satunya determinan yang penting. Pelayanan
kesehatan hanya satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan
individu (Blum dalam Ridlo dkk, 2019).
2.4.3 Faktor-faktor determinan kualitas hidup pasien GGK
Determinan kesehatan sosial didefinisikan sebagai kondisi dimana orang
dilahirkan, tumbuh, hidup, bekerja dan berumur. Yang temasuk faktor
determinan seperti status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan, pendidikan),
faktor psikososial (dukungan sosial) dan akses ke pelayanan kesehatan serta
lngkungan hidup. Faktor-faktor deteteminan ini bepengaruh pada kesehatan,
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
66
morbiditas dan mortalitas sehingga berpengaruh juga pada kualitas hidup pasien
GGK (Norton et all, 2016).
Determinan kesehatan sosial yang dipelajari dari gagal ginjal kronik
adalah ukuran kesejahteraan sosial dan ekonomi, sering dinilai melalui tiga
aspek: pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Status ekonomi sosial yang
rendah dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan berbagai penyakit kronis.
Memahami faktor-faktor determinan kesehatan sosial dan menghargai perbedaan
mendasar terkait dengan pengobatan nefrologi klinis pada seluruh pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik adalah cara yang optimal. Mengubah determinan
kesehatan sosial merupakan hal yang sulit, tetapi bisa mewujudkan upaya
kebijakan yang penting dengan tujuan akhir meningkatkan hasil bagi pasien yang
menderita gagal ginjal kronik dan meminimalkan kesenjangan antar kelompok.
(Norton et all, 2016).
Menurut Norton (2016) faktor determinan kesehatan sosial kualitas hidup
dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Faktor biologis/klinis
Faktor biologis/klinis seperti usia, jenis kelamin, genetik, ras/suku
komorbiditas, pengobatan. Hal yang paling terlihat dalam perbedaan
kualitas hidup pasien GGK adalah ras. Di Amerikas serikat, ras kulit hitam
memiliki tingkat kualitas hidup, mortalitas dan morbiditas yang lebih baik
daripada ras kulit hitam.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
67
2. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi menjadi penentu sosial yang paling dipelajari
dari penderita GGK. Ukuran kesejahteraan sosial dan ekonomi dinilai dari
3 aspek yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Semakin rendah
status sosial ekonomi, maka akan meningkatkan mortalitas dan berbagai
penyakit kronis.
3. Faktor psikososial
Faktor psikososial termasuk stres, depresi, dan dukungan sosiaapl.
stres pada pasien GGK dapat menyebabkan peningkatan beban alostatik
yang berhubungan pada penurunan peran dan fungsi ginjal. Depresi dapat
memperburuk keadaan pasien GGK, meningkatkan angka rawat inap,
morbiditas dan mortalitasnya. Dukungan sosial mengacu pada setiap orang
yang saling memberi informasi, memberi bantuan material dan emosional.
Dukungan sosial mampu meningkatkan kepuasan pasien dalam hidup,
meningkatkan kualitas hidup, penurunan angka rawat inap dan
menurunkan angka kematian.
4. Akses pelayanan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi perawatan yang
optimal pada penderita GGK. Hal ini dihubungkan dengan tingkat akses
dalam memperoleh, mengolah, dan memahami informasi dan layanan yang
dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang tepat tentang dasar
kesehatan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
68
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan seperti kualtas udara, aman untuk melakukan
aktivitas fisik, sumber makanan seperti supermarket, makan cepat saji dan
paparan timbal. Kondisi lingkungan mampu menghambat pengelolaan
aktifitas fisik sehingga mempengaruhi kebiasaan diet yang buruk pada
pasien GGK. Akibatnya kualitas hidup menurun, dan angka kematian
meningkat.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
69
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Model konseptual, kerangka konseptual dan skema konseptual adalah
suatu pengorganisasian fenomena yang kurang formal daripada teori. Seperti
teori, model konseptual berhubungan dengan abstraksi (konsep) yang disusun
berdasarkan prelevansinya dengan tema umum (Polit & Beck , 2012).
Bagan 3.2. Kerangka Konseptual Hubungan Determinan Dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2020
Determinan:
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Pendidikan
4. Suku
5 Pekerjaan
6 Perilaku dan
Gaya hidup
7 Pengaruh Sosial
dan komunitas
8 Lingkungan
hidup
9 Ekonomi
10 Politik
Kualitas hidup:
1. Klasifikasi utama
pengukuran
2. Aspek
3. Faktor yang
mempengaruhi
secara umum
4. Penilaian kualitas
hidup SF-36
5. penatalaksanaan
Gagal ginjal kronik
1. Klasifikasi
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
4. Komplikasi
5. Penatalaksanaan
1. Hemodialisa 2. Dukungan
Eksternal 3. Dukungan internal 4. Eritropoietin
VA
RI
AB
EL
IN
DE
PE
ND
EN
VA
RI
AB
EL
DE
PE
ND
EN
HU
BU
NG
AN
69
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
70
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Menghubungkan antar variabel
3.2. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah prediksi, hampir selalu merupakan prediksi tentang
hubungan antar variabel. Hipotesa ini diprediksi bisa menjawab pertanyaan.
Hipotesa kadang-kadang mengikuti dari kerangka teoritis. Validitas teori
dievaluasi melalui pengujian hipotesa (Polit & Beck, 2012).
Di dalam penelitian ini, tidak menggunakan hipotesa karena penulis
menggunakan metode systematic review.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
71
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah keseluruhan rencana untuk mendapatkan
jawaban atas pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk menangani berbagai
tantangan terhadap bukti penelitian yang layak. Dalam merencanakan penelitian
ini, peneliti memutuskan mana spesifik yang akan diadopsi dan apa yang akan
mereka lakukan untuk meminimalkan bias dan meningkatkan interpretabilitas
hasil (Creswell, 2014). Penelitian studi literature review adalah menulis
ringkasan berdasarkan masalah penelitian (Polit & Beck, 2012).
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan rancangan systematic
review. Systematic review ini akan diperoleh dari penelusuran artikel penelitian-
penelitian ilmiah dari rentang tahun 2010-2020 dari Google Scholar dan
Proquest dengan menggunakan database determinan gagal ginjal kronik, kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik, dan gagal ginjal kronik. penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya hubungan determinan dengan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana seorang peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian. Suatu populasi menunjukkan pada
sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian dan anggota
71
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
72
populasi didalam penelitian harus dibatasi secara jelas (Polit & Beck, 2012).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh jurnal yang
terdapat di Google Scholar dan Proquest dengan kata kunci determinan gagal
ginjal kronik, kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, dan gagal ginjal kronik.
Populasi yang terdapat dari Google Scholar dan Proquest tentang determinan
pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 60 jurnal. Populasi untuk kualitas
hidup Google Scholar dan Proquest pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 50
jurnal.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian atau elemen dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili karakteristik populasi tersebut (Polit & Beck, 2012). Sampel dalam
penelitian ini adalah jurnal yang telah di seleksi oleh penulis dan memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh penulis.
Kriteria inklusi:
1. Diterbitkan full text selama periode 2010-2020
2. Hanya diterbitkan dalam bahasa Inggris
3. Penelitian kuantitatif (data primer)
4. Penelitian yang terkait dengan determinan dan kualitas hidup pada pasien
gagal ginjal kronik
5. Penelitian menampilkan ada hubungan dan tidak ada hubungan antara
determinan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik
6. Menampilkan analisa data
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
73
7. Jurnal yang memenuhi standar publikasi dan mendapatkan nomor
identifikasi jurnal atau artikel seperti Digital Object Identifier (DOI),
International Standard Serial Number (ISSN), dan International Standard
Book Number (ISBN).
Ada 2 jenis sampel dalam penelitian ini. Sampel pada variabel independen
yaitu determinan dan sampel pada variabel independen yaitu kualitas hidup
masing-masing sebanyak 10 artikel.
4.3. Variabel Dan Defenisi Operasional
4.3.1 Variabel penelitian
Variabel independen adalah intervensi yang dimanipulasi atau bervariasi
oleh peneliti untuk menciptakan efek pada variabel dependen (Grove, 2014).
Variabel independen dalam proposal ini adalah determinan (jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan suku). Variabel dependen adalah hasil yang peneliti ingin
prediksi atau jelaskan (Grove, 2014). Yang menjadi variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kualitas hidup.
4.3.2 Definisi operasional
Defenisi operasional adalah berasal dari seperangkat prosedur atau
tindakan progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik vang
menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove, 2014).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
74
Tabel 4.2. Definisi Operasional Hubungan Determinan Dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020.
Variabel Definisi Indikator Alat
ukur
Skala
ukur Skor
Independen
Determinan
Determinan
adalah faktor-
faktor yang
menentukan
terjadinya suatu
hal yang
meliputi jenis
kelamin, usia,
pendidikan,
suku.
Jenis
kelamin
Jenis kelamin
adalah
perbedaan
bentuk, sifat,
dan fungsi
biologi laki-laki
dan perempuan
yang
menentukan
perbedaan
peran mereka
dalam
menyelenggara
kan upaya
meneruskan
garis keturunan.
1. Perempuan
2. Laki-laki
Systemat
ic
review:
jurnal
1. Pere
mpu
an
2. Laki
-laki
Usia Jumlah tahun
masa kehidupan
responden
mulai dari lahir
hingga waktu
penelitian
dilakukan.
Usia dalam
tahun
Systemat
ic
review:
jurnal
1.17-25
tahun
2.26-35
tahun
3.36-45
tahun
4.46-55
tahun
5.56-65
tahun
6.65
tahun-
atas
Pendidikan Pendidikan
adalah usaha
untuk
menanamkan
ilmu pada
makhluk hidup
agar tumbuh
pemahaman,
sikap dan
perilaku positif
1. 1.Tidak
sekolah
2. 2.Primery
school
3. 3.Junior
Secondary
School
4. 4.Senior
Secondary
school
Systemat
ic
review:
jurnal
7. 1.Tidak
sekolah
8. 2.Prime
ry
school
9. 3.Junior
Second
ary
School
10. 4.Senior
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
75
Variabel Definisi Indikator Alat
ukur
Skala
ukur Skor
pada individu
yang
bersangkutan
dengan
mengurangi
faktor perilaku
dan sosial
budaya yang
negatif.
5. 5.Pendidikan
Tinggi
6.
Second
ary
school
5.Pendi
dikan
Tinggi
Depeden
Kualitas
hidup
Kualitas hidup
adalah sebuah
persepsi yang
menggambarka
n keadaan
dirinya saat ini.
Kualitas hidup Systemat
ic
review:
jurnal
1. baik
2. buruk
<50=
Buruk
≥50=
Baik
4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data agar penelitian dapat berjalan dengan baik (Polit & Beck, 2012). Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian yaitu diagram
Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta –Analisys
(PRISMA) dan Buku Panduan Systematic Review Tahun 2020. Penulis
menggunakan beberapa jurnal yang diperoleh dari Google Scholar dan Proquest
dari tahun 2006-2020 yang kembali di telaah dalam bentuk systematic review.
4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi penelitian
Penulis tidak akan melakukan penelitian di sebuah tempat, karena
penelitian ini merupakan systematic review. Namun, penulis mengambil data dari
website yaitu Google Scholar dan Proquest. Keterbatasan penelitian ini adalah
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
76
penulis tidak dapat langsung terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan determinan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik, dikarenakan dampak dari Covid-19 di seluruh dunia sehingga penulis
melakukan metode systematic review.
4.5.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2020.
4.6. Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data
4.6.1 Pengambilan data
Pengambilan data diperoleh dari data sekunder berdasarkan hasil atau
temuan penulis dalam membaca dan menelaah beberapa jurnal dalam bentuk
systematic review.
4.6.2 Teknik pengumpulan data
Jenis pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis data sekunder yakni memperoleh data secara tidak langsung melalui jurnal
atau hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan determinan dan kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik. Pengumpulan data akan dilakukan setelah
peneliti mendapat izin dari Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan. Setelah
mendapatkan izin, penulis akan mencari beberapa jurnal yang akan ditelaah terkait
dengan determinan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
4.6.3 Uji validitas dan reabilitas
Penulis tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena penelitian ini
menggunakan metode systematic review.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
77
4.7 Kerangka Operasional
Bagan 4.2 Kerangka Operasional Hubungan Determinan Dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020
4.8. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena, melalui berbagai macam uji statistik. Statistik
merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Salah satu
fungsi statistik adalah menyederhanakan data yang berjumlah sangat besar
menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk
membuat keputusan, statistik memberikan metode bagaimana memperoleh data
dan menganalisis data dalam proses mengambil suatu kesimpulan berdasarkan
data tersebut (Nursalam, 2020).
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan metode
systematic review. Awalnya penulis mengumpulkan jurnal tentang determinan
dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik, hingga terkumpul 20 jurnal
Menarik kesimpulan Seminar Hasil
Pengajuan judul Ijin etik penelitian
Seleksi study Melakukan seleksi
dalam bentuk tabel
pembahasan
Melakukan telaah
jurnal
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
78
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh penulis. Lalu
penulis memasukkan ke dalam tabel, menganalisis dan menarik kesimpulan.
4.9. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu harus mengajukan
ijin etik dan mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
(KEPK) STIKes Santa Elisabeth Medan (sesuai SR/ minta izin). Prinsip etik
yang digunakan oleh penulis dalam penelitin ini adalah anti plagiarisme, yaitu
penulis tidak melakukan plagiarisme. Penulis menyertakan nama pemilik jurnal
dan memasukkan ke sumber pustaka.
Penelitian ini telah lulus uji etik dari komisi etik penelitian kesehatan
STIKes Santa Elisabeth Medan dengan nomor surat No.0193/KEPK-SE/PE-
DT/VI/2020.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
79
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Seleksi Studi
Bagan 5.3. Determinan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020
Identification
Screening
Elligibility
Included
N= 1.600 jurnal penelitian
berdasarkan penelusuran
melalui Google Scholar.
N= 60 artikel dikumpulkan oleh peneliti
N= 60 jurnal diseleksi melalui
pemilihan judul yang sesuai
N= 20 jurnal penelitian tidak
sesuai kriteria inklusi.
N =40 jurnal penelitian
diseleksi melaui pemilihan
abstrak yang sesuai
N = 10 jurnal penelitian tidak
sesuai dengan kriteria inklusi
N = 30 full text jurnal dikaji
apakah memenuhi persyaratan
atau kelayakan
N = 20 jurnal penelitian tidak
sesuai dengan kriteria inklusi
N = 10 jurnal penelitian termasuk kriteria inklusi
N= 700 jurnal penelitian
berdasarkan penelusuran
melalui Proquest.
79
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
80
Bagan 5.4. Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Tahun 2020
Identification
Screening
Eligibility
Included
N= 1.900 jurnal penelitian
berdasarkan penelusuran
melalui Google Scholar
N=50 jurnal dikumpulkan oleh peneliti
N= 50 jurnal diseleksi melalui
pemilihan judul yang sesuai
judul sesusi
N = 35 jurnal penelitian
diseleksi melaui pemilihan
abstrak yang sesuai
N = 25 full text jurnal dikaji
apakah memenuhi persyaratan
atau kelayakan
N= 15 jurnal penelitian tidak
sesuai kriteria inklusi.
inklusi
N = 10 jurnal penelitian tidak
sesuai dengan kriteria inklusi
N = 15 jurnal penelitian tidak
sesuai dengan kriteria inklsi
N = 10 jurnal penelitian termasuk kriteria inklusi
N= 850 jurnal penelitian
berdasarkan penelusuran
melalui Proquest
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
81
5.1.1 Seleksi study determinan pada pasien gagal ginjal kronik Tahun
2020
Tabel 5.3 Tabel Determinan Pada Pasien GGK Tahun 2020
N
o
Jurnal Tujuan Design Sampel Instrument Hasil Rekomendasi
1 Determinants and
burden of chronic
kidney disease in the
population-based
CoLaus study: a
cross-sectional
analysis
Nephrol Dial
Transplant (2013) 28:
2329–2339
doi:
10.1093/ndt/gft206
Ponte, et all (2013)
Switzerland
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
mengeksplorasi
faktor-faktor
yang terkait
dengan penyakit
ginjal kronis
Metode
cross-
sectional
Lausanne,Swiss
(2003) - 2006)
yaitu sebanyak
2.810 pria dan
3.111 wanita
berusia 35 - 75.
Dengan teknik
nonstratified
random
sampling
Alat
pengumpulan
data adalah
menggunakan
kuesioner
sosiodemografi
Usia dan obesitas lebih
kuat terkait dengan CKD
pada pria. Hipertensi,
diabetes tipe 2, serum
homocysteine dan asam
urat secara positif terkait
secara independen dengan
CKD pada pria dan wanita.
Satu dari 10 orang dewasa
menderita CKD di populasi
Lausanne. Homosistein
serum dan kadar asam urat
dikaitkan dengan CKD
terlepas dari faktor risiko
klasik seperti usia,
hipertensi, dan diabetes.
2 Dialysis-Related
Factors Affecting
Quality of Life in
Patients
on Hemodialysis
IJKD 2011;5:9-14
Penelitian ini
bertujuan untuk
menilai kualitas
hidup pasien
pada
hemodialisis
dan
Desain
cross-
sectional
Sampel
sebanyak 125
pasien yang
menjalani
hemodialisis
selama lebih
dari 3 bulan.
Alat
pengumpulan
data adalah
kuesioner
sosiodemografi
dan WHOQOL-
BREF
Di antara 125 pasien yang
menjalani hemodialisis, 89
(71,2%) adalah laki-laki,
99 (79,2%) menikah, 84
(67,2%) melek huruf, 103
(82,4%) menganggur, dan
75 (60,0%) berusia lebih
Penelitian ini menemukan
bahwa kualitas hidup pasien
hemodialisis buruk
dibandingkan dengan
pengasuh pasien (orang
sehat), terutama penderita
diabetes. Juga, durasi dialisis
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
82
Anees, et all (2011) membandingkan
nya dengan
faktor
penyebabnya.
dari 45 tahun. Seratus
pasien (80,0%) adalah
penduduk di daerah
perkotaan dan 77 (61,6%)
menggunakan dialisis
selama lebih dari 8 bulan.
Penghasilan bulanan
kurang dari US $ 90 pada
sebagian besar pasien
(60,8%). Pasien yang
menjalani hemodialisis
memiliki kualitas hidup
yang lebih buruk
dibandingkan dengan
orang sehat di semua
domain kecuali untuk
domain 4 (lingkungan).
memiliki korelasi terbalik
dengan kualitas hidup.
3 Quality of Life of
Chronic Kidney
Disease Patients in a
Nigerian Teaching
Hospital
Journal of Biology,
Agriculture and
Healthcare
ISSN 2224-3208
(Paper) ISSN 2225-
093X (Online)
Vol.4, No.5, 2014
Ayanda, et all (2014)
Nigeria
Penelitian ini
bertujuan untuk
menilai faktor
yang
mempengaruhi
kualitas hidup
pasien gagal
ginjal
studi
cross
sectional
113 pasien
penyakit ginjal
kronis dewasa
berturut-turut
yang
menghadiri
klinik ginjal
universitas
rumah sakit
pendidikan
Ilorin, Ilorin,
Nigeria.
Pengumpulan
data dilakukan
dengan cara
wawancara dan
menggunakan
kuesioner
sosiodemografi
dan World
Health
Organization
quality of life
instrument
(WHOQOL-
BREF)
Usia pasien gagal ginjal
kronik dibagi menjadi 3
kelompok yaitu 18-40
tahun (41,6%), 41-60
(32,7%) dan >60 tahun
(25,7%). Pasien dengan
usia >60 tahun memiliki
korelasi negatif dengan
kualitas hidup. Pria
(51,3%) dan perempuan
(48,7%). Tidak ada
pendidikan/sekolah dasar
(40,7%) dan
sekunder/tersier (59,3).
Faktor sisiodemografi
memengaruhi kualitas hidup
pasien penyakit ginjal
kronis. Namun, upaya dibuat
pada deteksi dini dan
pengobatan serta bantuan
sosial dapat membantu
mengurangi dampak
negatifnya mempengaruhi
kualitas hidup pasien ini.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
83
4 Quality of life in
patients with chronic
kidney disease
CLINICS
2011;66(6):991-995
DOI:10.1590/S1807-
59322011000600012
Cruz, et all (2011)
Brazil
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
membandingkan
dimensi kualitas
hidup pada
tahap penyakit
ginjal kronis
dan pengaruh
data
sosiodemografi,
klinis dan
laboratorium.
Desain
cross-
sectional
202 pasien yaitu
165 pasien
dalam stadium
1-5 penyakit
ginjal kronis
dan 37 di
hemodialisis
dengan teknik
systematic
random
sampling
Kuesioner
sosiodemografi
dan Medical
Outcomes Study
Short Form 36-
Item( SF-36)
Peneliti mengamati
dampak negatif pada
kualitas hidup pasien pada
tahap awal CKD,
meskipun kami tidak dapat
mendeteksi hubungan yang
signifikan antara tahap
penyakit dan domain SF-
36. Namun, ditetapkan
faktor risiko
sosiodemografi, klinis dan
laboratorium untuk
kualitas hidup yang lebih
buruk dalam populasi ini
(tingkat pendidikan, jenis
kelamin, pendapatan
individu, aktivitas
profesional, usia, kadar
hemoglobin, kadar fosfor
serum, diabetes dan
komorbiditas).
Meskipun beberapa
variabel yang dikaitkan
dengan perubahan dalam
kualitas hidup tidak dapat
diubah (misalnya, usia, jenis
kelamin, etnis), upaya harus
dilakukan untuk mengurangi
efekdari faktor-faktor yang
dapat diubah, seperti
meningkatkan kadar
hemoglobin dan secara
memadai mengelola
komorbiditas.
5 The role of
sociodemographic
factors in health -
related quality of life
of patients with end -
stage renal disease
International Journal
of Caring Sciences
2011 January-April
Vol 4 Issue 1
Paraskevi, Theofilou
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
mengidentifikas
i hubungan
kualitas hidup
dan variabel
kesehatan
mental terhadap
sosiodemografi.
cross-
sectional
study
144 pasien di
pusat
hemodialisis
(HD) dengan
teknik total
sampling
Pengumpulan
data dilakukan
melalui
wawancara dan
kuesioner World
Health
Organization
QoL instrument
(WHOQOLBR
EF)
Jenis kelamin, usia,
pendidikan memiliki
hubungan yang signifikan
dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal. 86 pria
(59,7%) dan 58 wanita
(40,3%), dengan usia rata-
rata 60,6 tahun ± 14.9.
pendidikan Elementary
(33,7 %) Secondary
(40,7%) University Total
(25,6 %)
1.wanita memiliki kualitas
Temuan memberikan bukti
bahwa variabel
sosiodemografi, seperti
perempuan, lebih tua,
kurang berpendidikan dan
bercerai / janda,
berhubungan dengan
seorang QoL yang
dikompromikan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
84
(2011)
Greece
hidup lebih baik daripada
pria.
2.pasien yang lebih
berpendidikan (> 9 tahun)
menunjukkan skor kualitas
hidup yang lebih tinggi
(baik).
3. pasien yang lebih muda
(<45 tahun) menunjukkan
kualitas hidup baik.
4. janda menunjukkan skor
kualitas hidup yang
lebih rendah
6 Validation of the
Kidney Disease
Quality of
Life-Short Form: a
cross-sectional study
of a
dialysis-targeted
health measure in
Singapore
BMC Nephrology
2010, 11:36 doi:10.1186/1471-
2369-11-36
Joshi et all (2010)
Singapore
Penelitian
bertujuan
untuk
menentukan
keandalan dan
validitas
KDQOL-SF ™
untuk pasien
hemodialisis di
Singapura.
Studi
cross-
sectional
980 pasien
hemodialisis
sesuai kriteria
inklusi dan
eksklusi yang
ditemtukan oleh
peneliti.
Pengumpulan
data
menggunakan
kuesioner yaitu
kuesioner
sosiodemografi
dan kuesioner
Kidney Disease
Quality Of Life-
Short Form
(KDQOL-SF™)
Dari sampel 980 orang,
pria penderita gagal ginjal
550 (56.1%), usia >60
tahun 350 (35.8%) dan
pendidikan sekolah dasar
394 (41.3%). Subskala
kesehatan umum
ditemukan memiliki
hubungan yang signifikan
dengan usia, pendapatan
dan pendidikan,
mengukuhkan validitas
konvergen dan divergen
menemukan bahwa
peningkatan usia dikaitkan
dengan penurunan fungsi
fisik dan kesehatan umum.
Pendidikan dan pendapatan
ditemukan terkait dengan
sejumlah KDQOL-SF ™
sub-skala, yang
menunjukkan bahwa sub-
skala ini terbukti sangat
berguna dalam populasi
yang beragam secara sosial
ekonomi dengan penyakit
ginjal kronis
7 Quality of life of
patients with chronic
kidney disease
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengevaluasi
Desain
cross-
sectional
Sampel terdiri
dari 39 subjek
Pengumpulan
data dilakukan
dengan cara
Penelitian ini termasuk
pasien dari kedua jenis
kelamin: 54% pria dan
profesional kesehatan
semakin berusaha untuk
menginformasikan pasien
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
85
undergoing
Hemodialysis
Enfermería Global Nº
43 Julio 2016
Costa, et all (2016)
Brazil
kualitas hidup
pasien dengan
penyakit ginjal
kronis yang
menjalani
perawatan
hemodialisis,
serta
mengkarakterisa
si mereka,
mengidentifikas
i faktor-faktor
yang
mempengaruhi
dan
mempengaruhi
mereka.
membagikan
Kuesioner
Sosio-
demografis dan
WHOQOL-
BREF
46% wanita, mengenai
kelompok usia yaitu 18-30
tahun (10,25 %), 31-50
tahun (33,34 %), dan >51
tahun (56,41%). Secara
umum, domain yang
paling terpengaruh di
antara peserta adalah
domain fisik (FD), rata-
rata 59,44, dan yang paling
terpelihara adalah domain
sosial, rata-rata 72,87 yang
mencerminkan Kualitas
Hidup (QOL) pasien.
tentang penyakit, kondisi
individu, batas yang
ditentukan oleh modalitas
pengobatan dan mengetahui
kebutuhan, keinginan dan
ketakutan; bertujuan untuk
mengklarifikasi, mendorong
pembelajaran, sehingga
target audiens yang
bersangkutan, dapat
mengetahui pentingnya
kesinambungan pengobatan,
dan mengembangkan
perawatan diri yang lebih
baik dan kualitas hidup yang
lebih baik.
8 A Comparison of
Health-related
Quality of Life in
Patients with Renal
Failure under
Hemodialysis and
Healthy Participants
Saudi J Kidney Dis
Transpl
2017;28(1):133-140
Hajian-Tilaki, et all
(2017)
Iran
Tujuan dari
penelitian ini
adalah untuk
mengevaluasi
kualitas hidup
terkait
kesehatan
(kualitas hidup)
pasien di bawah
hemodialisis
(HD) dan untuk
membandingkan
ini dengan
peserta yang
sehat.
studi
kasus
kontrol
Sampel yang
digunkan
sebanyak 154
pasien HD
dengan 308
kontrol
yang sehat
berdasarkan usia
dan jenis
kelamin yang
direkrut dari
Rumah Sakit
Shahid Beheshti
di Babol, Iran
Utara
Data kualitas
hidup dalam
delapan
subskala
dikumpulkan
dengan
wawancara
menggunakan
kuesioner
SF_36. Data
demografis dan
berat kering
serta tinggi
badan diukur.
Pengaruh independen usia,
jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan sebagai
prediktor kualitas hidup
adalah signifikan di
berbagai subskala ( P =
0,001). usia rata-rata
prospektif pasien dan
kontrol adalah 54,2 ± 16,3
dan 51,6 ± 16,0 tahun,
masing masing ( P = 0,12),
dan 85 (55,2%) pasien dan
70 (55,2%) dari kontrol
adalah laki-laki.
Temuan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa skor
rata-rata kualitas hidup
pasien dialisis secara
signifikan lebih rendah
daripada peserta yang sehat
di semua subskala setelah
disesuaikan dengan usia,
jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat
pendidikan, dan BMI.
9 Prevalence and some Penelitian ini cross 276 peserta Data Penyakit ginjal kronis Penyakit ginjal kronis sering
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
86
of determinant
factors of chronic
kidney diseases
among Saudi elderly
in Arar, KSA
The Egyptian Journal
of Hospital Medicine
(October 2018) Vol.
73 (4), Page 6522-
6530
Alruwaili, et all
(2018)
KSA
bertujuan untuk
menentukan
prevalensi dan
beberapa faktor
penentu
penyakit ginjal
kronis di
kalangan lansia
Saudi di Arar,
KSA.
sectional berusia 60 tahun
dan lebih
dengan teknik
Systematic
random
sampling
dikumpulkan
melalui
wawancara
pribadi dengan
populasi sampel
dan mengisi
kuesioner
sosiodemografi.
sering terjadi pada orang
tua di kota Arar, Arab
Saudi Utara. 6,5%
mengalami insufisiensi
ginjal, 5,8% mengalami
nefropati diabetik, 1,4%
mengalami gagal ginjal
kronis, dan 1,4%
mengalami reseksi ginjal.
Mayoritas peserta adalah
perempuan (55,2%),
memiliki usia rata-rata 60
tahun, 62,3% menikah dan
48,6% buta huruf. Sekitar
7,2% dari mereka adalah
perokok.
terjadi pada orang tua di
kota Arar. Diperlukan studi
berbasis masyarakat skala
besar dengan investigas
terperinci. Pendidikan
kesehatan diarahkan kepada
populasi lansia dan pemberi
perawatan mereka tentang
penyakit ginjal dan faktor
risikonya wajib.
10 Prevalence of
Chronic Kidney
Disease and Its
Determinants in
Rural
Pondicherry, India-A
Community Based
Cross-Sectional
Study
The Open Urology &
Nephrology Journal,
2019, Volume 12 15
DOI:
10.2174/1874303X01
912010014, 2019, 12,
14-22
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
mengetahui
prevalensi dan
penentu
Penyakit Ginjal
Kronis (CKD)
di antara orang
dewasa di
pedesaan
Pondicherry,
India
studi
analitik
cross
sectional
berbasis
komunita
s
Sampel
representatif
dari 422 orang
dewasa berusia
lebih dari atau
sama dengan 50
tahun dari kedua
jenis kelamin
dipilih
berdasarkan
populasi yang
sebanding
dengan metode
ukuran. Di
setiap cluster,
14 rumah
tangga dipilih
Data
dikumpulkan
oleh tim
fakultas terlatih
dalam
Kedokteran
Komunitas,
yang dilatih
dalam
perawatan
paliatif, seorang
perawat, dan
dokter magang.
Data
dikumpulkan
selama jam
malam dan pagi,
Prevalensi CKD
ditemukan 24,2% dalam
sampel penelitian
responden 50 tahun atau
lebih. Sebagian besar
(73,5%) dari kasus CKD
berada pada tahap 2.
Faktor penentu CKD
adalah (60-69 tahun), gizi
buruk (kurang berat badan,
kelebihan berat badan dan
obesitas) status gizi buruk,
kelebihan berat badan,
obesitas dan adanya
setidaknya satu
komorbiditas kronis
Prevalensi CKD yang lebih
tinggi di wilayah tempat
penelitian, penapisan yang
ditargetkan pada populasi
orang dewasa harus
dilakukan sebagai alat
deteksi dini, diagnosis,
pengobatan dan tindak lanjut
pada individu yang berisiko
untuk mencegah
perkembangan CKD lebih
lanjut. Implikasi utama
lainnya adalah bahwa jika
dapat mendeteksi CKD lebih
awal, pada tahap 2 dan 3,
perubahan gaya hidup yang
drastis dapat membantu
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
87
P Kumar, et all
(2019)
India
secara acak. ketika
sebagian besar
orang tersedia di
rumah mereka.
Setelah
mendapatkan
persetujuan,
dokter yang
terlatih
memberikan alat
skrining -
Screening for
Occult Renal
Disease.
sensitivitas-92%
dan
spesifisitas
68%) untuk
menyaring
peserta yang
dipilih. Juga
menggunakan
kuesioner Socio-
Economic Status
(SES) dan
Physical
Activity
Questionnaire
untuk
mengumpulkan
informasi
tentang aktivitas
fisik yang
rendah
dalam pencegahan dan
perkembangan CKD.
Memperoleh bukti bahwa
intervensi saat ini untuk
mengurangi risiko CKD di
obesitas efektif dan dapat
digunakan, merupakan
prioritas mendesak untuk
menetapkan tujuan dan
sarana untuk modifikasi
risiko. Karena CKD juga
merupakan faktor risiko
utama untuk morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular,
deteksi dini CKD sangat
penting.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
88
Tabel 5.4 Tabel Kualitas Hidup Pada Pasien GGK Tahun 2020
N
o
Judul Tujuan Design Sampel Instrument Hasil Rekomendasi
1 Quality of life among
patients with chronic
renal failure on
hemodialysis at the
military hospital in
southern region of
Saudi Arabia
MOJ Anat & Physiol.
2019;6(5):155‒158.
Alqahtani, et all
(2019)
Saudi Arabia
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
mengetahui
kualitas hidup
pasien penyakit
ginjal kronis
pada
hemodialisis
dan untuk
menilai gaya
hidup dan
hubungan sosial
mereka.
Studi
cross-
sectional
Menggunakan
teknik total
sampling 164
pasien yang
menjalani
hemodialisis
yang berusia 20
tahun ke
atas dari kedua
jenis kelamin
dan pada
hemodialisis
tiga kali per
minggu selama
setidaknya
tiga bulan. Studi
ini
mengecualikan
pasien dengan
keganasan atau
kegagalan
sistem organ
multipel
(penyakit hati-
penyakit
jantung-stroke
COPD), dan
Pasien yang
menjalani
Data
dikumpulkan
menggunakan
kuesioner yang
terdiri dari dua
bagian utama:
Bagian pertama
termasuk
demografi
pasien, dan
Bagian kedua
termasuk skala
Kualitas
Penyakit Ginjal
(KDQOL-SF-
1.3).
Tingkat kualitas hidup
(QoL) jauh lebih
rendah/buruk untuk
Pasien gagal ginjal kronik
daripada populasi umum.
Ada korelasi negatif yang
antara kualitas hidup
pasien dan usia, ini berarti
bahwa kesehatan pasien
secara keseluruhan
menurun dengan
bertambahnya usia dan
karenanya penurunan
kualitas hidup. Rentang
usia peserta adalah 20-93
tahun dengan rata-rata 58
tahun. Korelasi negatif
antara usia dan semua
subskala yang dinilai,
kecuali dalam efek
penyakit Ginjal. Juga,
dalam penelitian ini
korelasi negatif yang
ditemukan antara
kesehatan keseluruhan
pasien dan durasi dialisis (r
= -0,159), ini
menunjukkan bahwa
peningkatan durasi hasil
Peneliti merekomendasikan
supaya dilakukan penelitian
observasional dan intervensi
lebih lanjut mengenai
peningkatan kualitas hidup
yang diperlukan untuk
perawatan yang berpusat
pada pasien.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
89
hemodialisis
rutin tetapi
kurang dari tiga
bulan.
dialisis menurunkan
kesehatan secara
keseluruhan dan kualitas
hidup secara keseluruhan,
sehingga diagnosis dini
sangat penting untuk
menghindari perlunya
dialisis yang lama.
Ditemukan bahwa ada
hubungan negatif antara
kualitas hidup dan durasi
dialisis. Penurunan
kualitas hidup pada pasien
yang telah menjalani
dialisis untuk waktu yang
lama.
2 Quality of life in
people with chronic
hemodialysis:
association with
sociodemographic,
medical-clinical and
laboratory variables
Rev. Latino-Am.
Enfermagem
2012 Sept.-
Oct.;20(5):838-46\
Guerra-Guerrero, et
all (2012)
Chile
Penelitian ini
bertujuan untuk
menentukan
kualitas hidup
orang dengan
hemodialisis
kronis dan
hubungannya
dengan variabel
sosiodemografi,
medis-klinis,
dan
laboratorium.
Desain
cross-
sectional
354 sampel
dengan teknik
stratified
probability
sampling
Pengumpulan
data Kualitas
hidup dinilai
menggunakan
KDQOL-36
Hasil penelitian
inimengungkapkan profil
sosiodemografi dan
karakteristik medis-klinis
dan laboratorium
pasien hemodialisis
berkontribusi pada tingkat
kualitas hidup yang
rendah. Usia yang lebih
tinggi, pendidikan yang
rendah, tinggal di daerah
pedesaan, berpenghasilan
rendah, lamanya perawatan
hemodialisis, rawat inap
dan tidak adanya
transplantasi adalah
beberapa aspek terkait.
Strategi untuk meningkatkan
tingkat kesehatan dalam
populasi ini mungkin harus
fokus pada aspek-aspek
yang mempengaruhi kualitas
hidup. Penelitian lebih
lanjut dapat melibatkan
subjektivitas orang-orang
untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih
dalam tentang aspek-aspek
terkait QoL lainnya,
memungkinkan tim
kesehatan untuk
memberikan perawatan
holistik kepada populasi ini.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
90
3 Correlation between
quality of life and
adherence to
treatment in
hemodialysis patients
Journal of Renal
Injury Prevention,
Volume 8, Issue 1,
March 2019
DOI:
10.15171/jrip.2019.0
5
Naderifar,et all
(2018)
Iran
Penelitian ini
bertujuan untuk
menentukan
kualitas hidup
pada pasien
hemodialisis
yang datang ke
pusat
hemodialisis
yang berafiliasi
dengan
Universitas Ilmu
Kedokteran
Shahid
Beheshti,
Teheran, Iran,
berdasarkan
kepatuhan pada
pengobatan.
penelitia
n
deskriptif
-analitik
korelasio
nal
Sampel dalam
penelitian ini
sebanyak
200 pasien yang
menjalani
hemodialisis.
memilih sampel
berdasarkan
kriteria inklusi.
Kuesioner
informasi
demografis,
KDQOL-SF dan
The standard
questionnaire of
adherence to
treatment in
end-stage
chronic renal
failure patients
(ESRD-AQ)
dalam
pengumpulan
data.
Sebagian besar responden
penelitian (23%)
berusia 51-60 tahun. Skor
total rata-rata kualitas
hidup pasien adalah 46,43
(25,47%) . Penelitian ini
menunjukkan bahwa
kualitas hidup pasien
hemodialisis dalam batas
normal. Dan tidak ada
korelasi yang signifikan
antara variabel demografis
(tingkat pendidikan, status
pekerjaan, dan waktu
hemodialisis) dengan
kualitas hidup dan
kepatuhan terhadap
pengobatan, namun
terdapat korelasi yang
signifikan antara skor total
kualitas hidup dan tingkat
kepatuhan terhadap
pengobatan, hal ini
menunjukkan bahwa
kepatuhan terhadap
pengobatan mempengaruhi
kualitas hidup secara
signifikan. Dengan kata
lain, kepatuhan terhadap
pengobatan dapat
memprediksi kualitas
Penelian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien
yang diteliti menunjukkan
kepatuhan terhadap
pengobatan yang
mempengaruhi kualitas
hidup mereka secara
signifikan. Oleh karena itu,
mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi
kurangnya kepatuhan pasien
terhadap pengobatan dapat
diterapkan untuk mendorong
kualitas hidup pada pasien
ini. Perawat dapat
memainkan peran penting
dalam meningkatkan
kepatuhan terhadap
pengobatan pada pasien
hemodialisis melalui
membangun hubungan
suportif yang kuat dengan
pasien. Dalam penelitian ini
mengatakan bahwa
kuesioner yang terlalu
panjang membuat pasien
menjadi kelelahan untuk
mengisi.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
91
hidup pada pasien yang
menjalani hemodialisis.
4 A Study of Quality of
Life and its
Determinants among
Hemodialysis
Patients
Using the KDQOL-
SF Instrument in One
Center in Saudi
Arabia
Arab Journal of
Nephrology and
Transplantation
DOI:
10.4314/ajnt.v4i3.710
24 · Source: PubMed
AL-Jumaih, et all
(2011)
Saudi Arabia
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
menilai kualitas
hidup (QOL) di
antara pasien
hemodialisis
(HD) dan
dampak pada
kualitas hidup
dari faktor
demografi dan
klinis tertentu.
Metode
deskriptif
kuantitati
f
100 pasien yang
menjalani HD
yaitu Pasien
laki-laki
sebanyak 68
orang dan
pasien
perempuan 32
orang,
menggunakan
teknik simple
random
sampling
Alat
pengumpulan
data adalah
menggunakan
kuesioner
KDQOL-SF36.
Survei ini berisi
36 pertanyaan,
di antaranya 15
pertanyaan
tentang data
demografis dan
sisanya
mencakup 19
domain QOL.
19 domain ini
dikelompokkan
menjadi tiga
domain utama.
Skor rata-rata kualitas
hidup keseluruhan adalah
60,4. Efek gender, usia,
status perkawinan, tingkat
pendidikan, penyebab
gagal ginjal, durasi dialisis
dan pendapatan pada tiga
skor komposit utama. Skor
KDC, MCS dan PCS
semuanya secara
signifikan lebih tinggi
pada pria dibandingkan
dengan wanita. Skor PCS
secara signifikan lebih
tinggi di antara pasien
berusia <40 tahun. Skor
KDC secara signifikan
lebih tinggi di antara yang
menikah. Skor MCS dan
PCS secara signifikan
lebih tinggi di antara
kelompok pendapatan
yang lebih tinggi.
Sampel pasien HD dalam
penelitian ini memiliki skor
yang lebih rendah dalam
domain peran-emosional,
peran-fisik dan fungsi
kognitif. Di sisi lain, pasien
kami mendapat skor lebih
tinggi dalam domain kualitas
interaksi sosial, kepuasan
pasien dan dorongan staf staf
dialisis. Temuan ini dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa
di masyarakat kita memiliki
dukungan sosial yang kuat,
ikatan keluarga, staf terlatih
dan pusat dialisis yang
mapan.
5 Quality of life among
patients with
moderate to
advanced chronic
kidney
disease in Ghana - a
single centre study
BMC Nephrology
Penelitian ini
bertujuan untuk
menilai kualitas
hidup pada
pasien dengan
CKD sedang
hingga lanjut
(bukan dialisis)
dan menetapkan
penelitia
n
observasi
onal
cross
sectional
202 pasien
dengan penyakit
ginjal krinis
yang tidak
menjalani
dialisis
Pengumpulan
data
menggunakan
kuesioner
RAND 36-Item
Health
Survey
Kualitas hidup keseluruhan
pada pasien dengan CKD
sedang sampai lanjut
buruk. Jenis kelamin laki-
laki telah dikaitkan dengan
perkembangan penyakit
ginjal yang lebih cepat
dibandingkan dengan
perempuan. Usia rata-rata
Kualitas hidup keseluruhan
pada pasien dengan CKD
sedang sampai lanjut adalah
buruk. Skor MCS secara
signifikan lebih buruk
daripada skor PCS. Ada
kebutuhan untuk dukungan
pemerintah untuk pasien
dengan CKD untuk
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
92
(2019) 20:122
doi.org/10.1186/s128
82-019-1316-z
Tannor, et all (2019)
Ghana
faktor penentu. dalam kelompok kami
diatas 46 tahun. Pasien
dengan CKD sedang
sampai lanjut memiliki
status pendapatan rendah,
menderita penyakit lanjut
dan memiliki kualitas
hidup yang buruk. Anemia
dan status penghasilan
rendah secara signifikan
terkait dengan kualitas
hidup yang buruk.
meningkatkan kualitas hidup
mereka. Penilaian kualitas
hidup harus diperkenalkan
untuk tinjauan klinis rutin
untuk mengidentifikasi
mereka yang memiliki
kualitas hidup buruk untuk
manajemen yang tepat
berdasarkan pada
determinan kualitas hidup
buruk. Seorang psikolog dan
atau psikiater harus
dilibatkan dalam manajemen
pasien dengan CKD sedang
hingga lanjut untuk fokus
pada komponen mental yang
mempengaruhi kualitas
hidup untuk meningkatkan
kesehatan keseluruhan
pasien dengan CKD sedang
hingga lanjut di Ghana..
6 Quality of life and its
predictors among
patients with chronic
kidney disease: A
hospital-based cross
sectional study
PLOS ONE |
https://doi.org/10.137
1/journal.pone.02121
84
Kefale, et all (2019)
penelitian ini
bertujuan untuk
menilai kualitas
hidup dan
prediktornya di
antara pasien
dengan CKD di
Tikur Anbessa
Specialized
Hospital
(TASH).
study
cross-
sectional
Sampel dalam
penelitian ini
sebanyak 256
pasien direkrut
melalui
pengambilan
systematic
random
sampling.
Pengumpulan
data
menggunakan
kuesioner
Medical
Outcomes Study
Short Form 36-
Items (SF-36).
Dalam penelitian ini,
kualitas hidup menurun di
semua tahap CKD.
Penurunan fungsi fisik (p =
0,03), nyeri tubuh (p =
0,004), vitalitas (p =
0,019) dan fungsi sosial (p
= 0,002) diamati secara
progresif di seluruh
tahap CKD. Status
pendapatan tinggi dan
kadar hemoglobin lebih
dari 11 g / dl ditemukan
Kualitas hidup semakin
menurun di 5 tahap CKD.
Domain yang membentuk
kualitas fisik kehidupan
lebih terganggu daripada
domain yang membentuk
kualitas mental kehidupan.
Peserta penelitian dengan
pendapatan rendah dan
tingkat hemoglobin
dianggap memiliki kualitas
hidup yang lebih buruk
dalam ringkasan komponen
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
93
Ethiopia
sebagai prediktor semua
domain skor tinggi SF-36.
Penghasilan keluarga
tinggi (p <0,001), status
pendidikan tinggi (p
<0.001), dan he moglobin
11 g / dl (<0,001) adalah
prediktor kualitas hidup
yang lebih baik dalam
ringkasan komponen fisik,
sedangkan tidak adanya
CKD komplikasi (p =
0,014), pendapatan
keluarga tinggi (p <0,001)
dan hemoglobin 11 g / dl
(p = 0,001) adalah
prediktor kualitas hidup
yang lebih baik dalam
ringkasan komponen
mental.
fisik dan mental.
7 The Health-Related
Quality of Life of
Chinese Patients
on Hemodialysis and
Peritoneal Dialysis
Patient (2017)
10:799–808
DOI 10.1007/s40271-
017-0256-6
Chen, et all (2017)
Hongkong
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengevaluasi
kualitas hidup
pasien gagal
ginjal di
Tiongkok yang
menjalani HD
atau PD
menggunakan
ukuran penyakit
tertentu.
cross-
sectional
study
Sampel pada
penelitian ini
adalah 253
pasien
hemodialisis
(HD) dan 103
pasien dialisis
peritoneal (PD)
yang direkrut
pada tahun
2014-2015.
Menggunakan
kuesioner
Kidney Disease
and Quality of
Life-36
(KDQOL-36).
Jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, dan
perkawinan dikaitkan
dengan hasil kualitas
hidup. Pasien yang wanita,
lebih muda, menikah, dan
kurang berpendidikan
dan memiliki riwayat
penyakit kardiovaskular
dan tidak mencapai target
kadar hemoglobin dan
albumin memiliki hasil
HRQOL yang lebih buruk.
1. kualitas hidup yang
Untuk meningkatkan
kualitas hidup di antara
pasien dengan pemeliharaan
dialisis, lebih banyak
perhatian harus diberikan
kepada mereka yang
memiliki faktor risiko
demografis, mencegah
cardiovascular disease
(CVD), dan memenuhi
target hasil dialisis klinis
seperti kadar hemoglobin
dan albumin.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
94
lebih buruk pada wanita
daripada pasien ESRD pria
2. efek penyakit pada
kehidupan sehari-hari
dikaitkan dengan usia yang
lebih muda yang memiliki
kualits hidup lebih buruk.
3. pendidikan tinggi dapat
mengembangkan
keterampilan koping dan
manajemen diri yang lebih
baik sehingga kualitas
hidup lebih baik.
8 Factors associated
with healthrelated
quality of life in
elderly
patients on
hemodialysis
Braga et all (2011)
Brasil
Penelitian ini
bertujuan Untuk
mengidentifikas
i faktor-faktor
yang terkait
dengan kualitas
hidup pada
pasien usia
lanjut pada
hemodialisis
cross-
sectional
study
223 pasien
berusia ≥ 60
tahun pada
hemodialisis
yang dilakukan
di pusat-pusat
dialisis di kota
Belo Horizonte,
Brasil tenggara
Pengumpulan
data dilakukan
dengan Kidney
Disease Quality
of Life Short
Form (KDQOL-
SF)
Asosiasi negatif
independen yang
signifikan ditemukan
antara penyakit ginjal dan
komponen mental dan
jumlah penyakit kronis dan
durasi pengobatan.
Komponen fisik yang lebih
rendah terlihat di antara
wanita, mereka yang
memiliki usia lebih lanjut,
lebih banyak dirawat di
rumah sakit, dan tiga atau
lebih penyakit kronis.
Faktor-faktor terkait yang
diidentifikasi termasuk usia
lanjut, jenis kelamin
perempuan, jumlah
rawat inap di rumah sakit
dan lamanya perawatan
dapat memberikan masukan
untuk merencanakan
tindakan kesehatan yang
dapat secara lebih memadai
memenuhi kebutuhan
populasi ini.
9 Health-related
quality of life and
wellbeing
in people over 75
years of age
with end-stage kidney
disease managed
Penelitia ini
bertujuan untuk
mengukur
kualitas hidup
terkait
kesehatan
(HRQoL) dan
cross-
sectional
study
Sampel dalam
penelitian ini
sebanyak 129
pasien dengan
ESKD dikelola
dengan dialisis
atau dengan
Pengumpulan
data dengan
cara wawancara
dan
menggunkan
kuesioner
Kidney Disease
Kualitas hidup dan
kesejahteraan yang lebih
rendah untuk pasien yang
lebih tua dengan ESKD
yang dikelola dengan
dialisis dibandingkan
dengan perawatan
mengukur kesejahteraan
menggunakan indeks
kemampuan, memberikan
wawasan tambahan tentang
dampak dialisis pada orang
tua daripada pengukuran
HRQoL saja dan memiliki
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
95
with dialysis or
comprehensive
conservative care: a
cross-sectional study
in the UK and
Australia
Shah KK, et al. BMJ
Open
2019;9:e027776.
doi:10.1136/bmjopen
-2018-027776
Shah, et all (2018)
Australia
kesejahteraan
pada orang tua
dengan penyakit
ginjal stadium
akhir.
perkiraan filtrasi
glomerulus ≤10
mL / mnt / 1,73
m 2 dan dikelola
dengan
perawatan
konservatif,
non-dialitik
yang
komprehensif.
Quality of Life
(KDQOL-36)
(0–100
scale).
konservatif yang
komprehensif. Usia rata-
rata 81 tahun. Kualitas
hidup lebih buruk pada
wanita daripada pria (p =
0,004). Kualitas hidup
lebih buruk pada kelompok
dialisis daripada kelompok
perawatan konservatif (p
<0,001).
potensi untuk meningkatkan
evaluasi ekonomi
pengobatan untuk
ESKD.
10 To assess the quality
of life in patients with
chronic
kidney disease
undergoing
hemodialysis at a
satellite clinic,
comparing patients
from a median low-
income
household with
patients from median
middle- and
upper-income
households: cross-
sectional study
Forte, et all (2016)
Penelitian ini
bertujuan untuk
menilai kualitas
hidup pasien
dengan penyakit
ginjal kronis
pada
hemodialisis di
klinik satelit di
Recife,
Northeast
Brazil.
cross-
sectional
study
Semua pasien
(N = 225)
berusia ≥ 18
tahun dan telah
menjalani
hemodialisis
konvensional
setidaknya tiga
kali seminggu
selama empat
jam selama
periode
minimum tiga
bulan.
Pengumpulan
data
menggunakan
Kuesioner
Penelitian
Medical
Outcomes Study
Questionnaire
Short Form 36
Health Survey
(SF-36)
diterapkan,
bersama dengan
wawancara
pelengkap
dengan data
sosio-
demografis
Skor kualitas hidup yang
paling buruk dengan SF-36
terkait dengan fungsi fisik
dan rasa sakit. Skor terbaik
dikaitkan dengan
kesehatan mental, fungsi
sosial, kesehatan umum
dan vitalitas tanpa
perbedaan antara
pendapatan rumah tangga.
Ada hubungan positif
antara pendidikan,
peran-emosional dan
fungsi fisik. Waktu
perawatan hemodialisis
yang lebih lama
menunjukkan hubungan
positif dengan aspek
Pengobatan hemodialisis
berpengaruh negatif
terhadap kualitas hidup
pasien dengan penyakit
ginjal kronis. Pendidikan
tampaknya membantu
pasien untuk lebih
memahami dan menerima
pengobatan, dengan
meningkatkan skor fungsi
fisik dan peran-fisik. Tahun
pertama hemodialisis
tampaknya memberikan
pengaruh yang lebih negatif
pada kualitas hidup. Di
antara semua pasien, rasa
sakit dan aspek fisik
tampaknya menjadi poin
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
96
Brazil
untuk semua
pasien di klinik
hemodialisis
konvensional.
Hasil:
kesehatan umum.
Pasien yang telah
menjalani hemodialisis
antara satu dan lima tahun
menunjukkan skor kualitas
hidup yang lebih baik
dengan SF-36.
penting, terlepas dari kelas
sosial atau pendapatan.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
99
Systematic review ini dimulai dengan mencari beberapa jurnal
internasional yang berkaitan dengan determinan dan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik. Awal pencarian menemukan ribuan referensi. Pencarian referensi
terbatas pada artikel yang diterbitkan antara tahun 2010-2020. Artikel terkait
yang menjelaskan tentang determinan dengan kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik dikumpulkan. Kata kunci dalam pencarian adalah determinan,
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, dan gagal ginjal kronik. Data yang
relevan diekstrak dengan memilih artikel yang sesuai dengan kriteria
inklusi/eksklusi yang telah ditetapkan untuk kemudian dilakukan sintesis narasi.
Kriteria inklusi terdiri dari laporan penelitian primer yang mengeksplorasi
deteminan dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang ditulis dalam
bahasa Inggris.
Pada tabel systematic review ini, instrumen yang digunakan adalah
instrument pada variabel determinan dan kualitas hidup. Dari 10 jurnal, pada
variabel kualitas hidup, kuesioner KDQOL-SF-1.3 (1), KDQOL-SF- 36 (7),
kuesioner RAND 36-Item Health Survey, SF-36 (2). Sedangkan pada variabel
determinan, instrumen yang digunakan adalah kuesioner Socio-Economic Status
(SES) (1) dan kuesioner sosiodemografi (9).
5.2 Hasil Telaah Jurnal
5.2.1. Determinan pada pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020
Penulis berhasil mereview jurnal-jurnal tentang determinan pada pasien
GGK, yaitu:
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
100
1. Penelitian Ponte, dkk (2013) dari keseluruhan sampel 5.921 orang, laki-
laki penderita penyakit ginjal kronik sebanyak 2.810 orang (47,4%)
sedangkan wanita sebanyak 3.111 orang (52,6%). Prevalensi meningkat
dengan bertambahnya usia terutama pada subjek yang berusia lanjut ≥55
tahun, lebih dari 25% setelah 65 tahun. Pendidikan pria >9 tahun (82,8%)
dan wanita <9 tahun (76,2%).
2. Menurut Anees, dkk (2011) di antara 125 pasien yang menjalani
hemodialisis, 89 orang (71,2%) adalah laki-laki, 75 orang (60,0%) berusia
lebih dari 45 tahun dan 84 orang (67,2%) melek huruf.
3. Penelitian Ayanda, dkk (2014) sampel yang digunakan 113 sampel.
Penderita gagal ginjal kronik wanita sebanyak 58 orang (51,3%) dan laki-
laki 55 orang (48,7%). Usia digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu 18-
40 tahun sebanyak 47 orang (41,6%), 41-60 tahun sebanyak 37 orang
(32,7 %) dan >60 tahun sebanyak 29 orang (25,7%). Pendidikan dibagi
menjadi 2 kelompok, tidak sekolah-primer 46 orang (40,7%) dan
sekunder-tersier 67 orang (59,3%).
4. Penelitian Cruz, dkk (2011) Pembagian determinan pada pasien penyakit
ginjal kronik berdasarkan stadium. Jenis kelamin pria sebanyak 108 orang
(56,4%) dan wanita 83 orang (43,6%). Usia rata-rata 55 tahun dan
pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu buta huruf sebanyak 18 orang (9,4%),
tidak sekolah-primer 110 orang (57,8%) dan sekunder-tersier 63 orang
(32,8%).
5. Penelitian Paraskevi (2011) menggunakan sampel sebanyak 144 orang
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
101
Karakteristik pasien dengan gagal ginjal kronik sesuai jenis kelamin, laki-
laki 86 orang (59,7%) dan perempuan 58 orang (40,3%). Rata-rata usia
laki-laki 59,90 dan perempuan 61,84. Pendidikan dibagi menjadi 3
kelompok yaitu primer 62 orang (43,0%), sekunder sebanyak 56 orang
(39,0%) dan universitas sebanyak 26 orang (18,0%).
6. Penelitian Joshi, dkk (2010) menunjukkan data dari sampel 980 orang,
pria penderita gagal ginjal 550 orang (56.1%) dan wanita 430 orang
(43.9%). Usia <40 tahun 84 orang (8.6%), 40-50 tahun 213 orang
(21.7%), 50-60 tahun 333 orang (34.0%) dan >60 tahun 350 orang
(35.8%) dan pendidikan dibagi menjadi 4 kelompok dan sekolah dasar
394 orang (41.3%).
7. Penelitian Costa, dkk (2016) Sampel dalam penelitian ini termasuk pasien
dari kedua jenis kelamin: 21 0rang (54%) pria dan 18 orang (46%)
wanita, mengenai kelompok usia yaitu 18-30 tahun (10,25 %), 31-50
tahun (33,34 %), dan >51 tahun (56,41%). Pendidikan dibagi menjadi 7
kelompok yaitu tidak dapat membaca dan menulis 6 orang (17%), literasi
2 orang (5%), tidak lengkap sekolah dasar 19 orang (53%), sekolah dasar
lengkap 2 orang (5%), sekolah menengah tidak lengkap 1 orang (3%),
sekolah menengah atas 6 orang (17%), sekolah teknik 1 orang (3%), dan
pendidikan tinggi 2 orang (5%).
8. Sampel penderita gagal ginjal dalam penelitian Hajian-Tilaki, dkk (2017)
mendapat data tentang karakteristik pasien gagal ginjal dan grup kontrol.
Usia (rata-rata) pada pasien 54,2. Mayoritas penderita gagal ginjal adalah
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
102
laki-laki (55,2%). Pendidikan dikelompokkan menjadi 5 dan pasien dan
grup kontrol yang tidak sekolah adalah yang baling banyak (64,9%).
9. Penelitian Alruwaili, dkk (2018) dari sampel sebanyak 276 orang,
mayoritas peserta adalah perempuan (55,2%). Usia dibagi menjadi 3
bagian, yaitu <60 tahun 180 0rang (65,2%), 60-70 72 orang (26,1%) dan
>80 tahun 24 orang (8,7%), sehingga memiliki usia rata-rata 60 tahun.
Pendidikan dibagi menjadi 5, yaitu buta huruf 134 orang (48,7%),
primer54 orang (19,6%), persiapan 22 orang (8,0%), sekunder 22 orang
(8,0%), dan universitas 44 orang (15,9%).
10. Penelitian P Kumar, dkk (2019) penderita penyakit ginjal kronik dalam
penelitian ini sebanyak 422 orang sampel. Jenis kelamin pria sebanyak
187 orang (44,3%) sedangkan wanita 235 orang (55,7%). Usia
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu 50-59 tahun 194 orang (46%),
60-69 tahun 138 orang (32,7%), 70-79 tahun 68 orang (16,1%) dan >80
tahun 22 orang (5,2%). Pendidikan dibagi menjadi 7 kelompok yaitu
paling banyak pasien tidak terpelajar 191 orang (45,3%).
Dari 10 jurnal yang telah diuraikan di atas, sebanyak (6) jurnal menunjukkan
prevalensi penderita GGK terbanyak adalah laki-laki, sebanyak (4) jurnal
menunjukkan prevalensi penderita GGK terbanyak adalah perempuan.
Berdasarkan usia, sebanyak (1) jurnal menunjukkan prevalensi terbanyak
penderita GGK pada usia 18-40 tahun, sebanyak (1) jurnal menunjukkan
prevalensi terbanyak penderita GGK pada usia >40 tahun, sebanyak (7) jurnal
menunjukkan prevalensi terbanyak penderita GGK pada usia >50 tahun, dan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
103
sebanyak (1) jurnal menunjukkan prevalensi terbanyak penderita GGK pada usia
<60 tahun. Berdasarkan pendidikan, sebanyak (5) jurnal menunjukkan prevalensi
penderita GGK terbanyak pada pasien yang tidak sekolah, sebanyak (1) jurnal
menunjukkan prevalensi penderita GGK terbanyak pada pasien yang tidak
sekolah sampai dengan berpendidikan primer, sebanyak (3) jurnal menunjukkan
prevalensi penderita GGK terbanyak pada pasien dengan pendidikan primer, (1)
jurnal menunjukkan prevalensi penderita GGK terbanyak pada pasien
berpendidikan sekunder sampai dengan tersier dan (1) jurnal menunjukkan
prevalensi penderita GGK terbanyak pada pasien berpendidikan tersier.
5.2.2. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik Tahun 2020
Penulis berhasil mereview jurnal-jurnal tentang kualitas hidup pada pasien
GGK, yaitu:
1. Menurut penelitian Alqahtani, dkk (2019), penelitian ini dilakukan pada
164 pasien. Kuesioner KDQOL yang digunakan untuk menyelidiki
kualitas hidup bergantung pada 5 subskala termasuk beban penyakit
ginjal. Skor <50 adalah kualitas hidup buruk. Mengenai beban penyakit
ginjal, ada (75%) pasien memiliki skor kurang dari 50 poin, menurut
fungsi fisik ada (80%) pasien mendapat skor kurang dari 50 poin dan
(60%) pasien mendapat skor kurang dari 50 poin mengenai fungsi mental.
Secara keseluruhan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal memiliki
kualitas hidup buruk (<50 poin).
2. Menurut Guerra-Guerrero, dkk (2012) dari 354 peserta, skor persentase
tinggi dari pasien yang mencetak di bawah nilai referensi 50 poin (skala
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
104
dari 1 hingga 100 poin) ditemukan di tiga dari lima KDQOL-36 TM
subskala. Tanda dan gejala 74,61 poin, efek penyakit 56,92 poin, beban
penyakit 31,88 poin, PCS 37,63 poin dan MCS 43,49 poin. Secara
keseluruhan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal memiliki kualitas
hidup buruk yaitu 48,906 poin (<50 poin).
3. Hasil penelitian Naderifar, dkk (2017) dari 200 orang yang ditentukan
sebagai sampel dalam penelitian ini, penilaian kualitas hidup pada pasien
gagal ginjal menggunakan Kidney Disease Quality of Life Questionnaire
(KDQOL). Penelitian ini menunjukkan bahwa skor total rata-rata kualitas
hidup pada pasien hemodialisis adalah 46,43 poin (25,47%). Sehingga
skor total rata-rata kualitas hidup pada pasien hemodialisis ini tergolong
buruk (<50 poin).
4. Penelitian AL-Jumaih, dkk (2011) menilai kualitas hidup pada pasien
gagal gijal kronik menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life
Instrument Short Form (KDQOL-SF). Dari 100 orang sampel, rata-rata
keseluruhan adalah 60,4 (SD 27,3). Skor untuk ringkasan komponen
penyakit ginjal (KDCS), ringkasan komponen mental (MCS) dan
ringkasan komponen fisik (PCS) masing-masing adalah 59,7, 54,2 dan
52.7. Secara keseluruhan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal memiliki
kualitas hidup baik (≥50 poin).
5. Penelitian Tannor, dkk (2019) dari 202 pasien dengan CKD, kualitas
hidup dinilai dengan menggunakan (RAND®) 36-Item Health Survey
questionnaire. Skor berkisar dari 0 hingga 100 dengan 100 mewakili skor
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
105
QOL terbaik dan 0 mewakili skor QOL terburuk. Rata-rata skor ringkasan
komponen mental (MCS) (37,3 poin) secara signifikan lebih rendah
daripada skor rata-rata ringkasan komponen fisik (PCS) (43,3 poin). Nilai
QOL rata-rata keseluruhan adalah (40,3 poin). Kualitas hidup keseluruhan
pada pasien dengan CKD ini adalah 40,3 poin dan kategori buruk (<50
poin).
6. Penelitian yang dilakukan oleh Kefale, dkk (2019) kualitas hidup pada
pasien penyakit ginjal kronik semakin menurun seiring meningkat tahap
atau stage penyakit. Pengumpulan data kualitas hidup dengan
menggunakan kuesioner Medical Outcomes Study Short Form 36-Items
(SF-36). Kualitas hidup rata-rata dari 63 pasien penyakit ginjal kronik
yaitu 41,31 poin, sehingga kualita hidup pada pasien gagal ginjal kronik
dalam penelitian Kefale, dkk adalah buruk (<50 poin).
7. Penelitian yang dilakukan oleh Chen, dkk (2017) dari 344 pasien gagal
ginjal, menunjukkan dampak yang merugikan pada kualitas hidup terkait
kesehatan (HRQOL). KDQOL-SF 36 rata-rata: PCS 38,43 dan MCS
50,65. Skor total keseluruhan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal ini
adalah 44,54, sehingga kualitas hidup pada pasien ini adalah buruk (<50
poin).
8. Penelitian Braga, dkk (2011) menunjukkan pada 223 orang sampel dalam
dari KDQOL-SF nilai rata-rata KDCS adalah 69,27, jauh lebih tinggi dari
rata-rata PCS (38,28) dan skor MCS (41,45). Skor rata-rata keseluruhan
adalah 49,66, sehingga masuk kategori kualitas hidup buruk (skor <50).
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
106
9. Penelitian Shah, dkk (2018) menunjukkan skor KDQOL rata-rata dari 129
paien pada lima domain dengan data lengkap adalah sebagai berikut: Skor
PCS dari 32.41, Skor MCS 47,25, Nilai Beban Penyakit Ginjal 44,46,
Gejala / Masalah skor Penyakit Ginjal 72,78, dan Efek dari Penyakit
Ginjal skor 70,24. Skor rata-rata keseluruhan adalah 53,42 . KDQOL
menunjukkan hasil QOL baik (≥50).
10. Penelitian Forte, dkk (2016) 225 pasien yang menjalani hemodialisa
dinilai kualitas hidupnya menggunakan kuesioner Medical Outcomes
Study Questionnaire Short Form 36 Health Survey (SF-36). Rata-rata
kualitas hidup keseluruhan adalah 48,92 poin sehingga masuk dalam
kategori buruk (<50 poin).
Dari 10 jurnal yang telah diuraikan di atas, sebanyak (8) jurnal menunjukkan
kualitas hidup pada pasien GGK adalah buruk atau sesuai dengan skor kualitas
hidup yang telah ditentukan oleh penulis yaitu buruk (<50 poin) dan sebanyak
(2) jurnal menunjukkan kualitas hidup pada pasien GGK adalah baik atau sesuai
dengan skor kualitas hidup yang telah ditentukan oleh penulis yaitu baik (≥50
poin).
5.2.3. Hubungan determinan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik Tahun 2020
1. Penelitian Braga, dkk (2011) menunjukkan pada 223 orang sampel
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan
jenis kelamin dengan kualitas hidup (p<0,001) pada pasien gagal ginjal,
namun pendidikan tidak memiliki pengaruh dengan kualitas hidup
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
107
(p=0,995).
2. Penelitian AL-Jumaih, dkk (2011) Statistik signifikan ( P nilai < 0,05).
dari 100 orang sampel skor KDC, MCS dan PCS semuanya secara
signifikan lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita (p=0,001).
Skor PCS secara signifikan lebih tinggi di antara pasien berusia <40 tahun
(p=0,02). Skor tidak dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat
pendidikan, durasi dialisis atau penyebab gagal ginjal (p=0,7).
3. Penelitian Tannor, dkk (2019) dari 202 pasien dengan CKD, kualitas
hidup tidak memiliki hubungan dengan usia, jenis kelamin dan status
pendidikan. Statistik signifikan ( P nilai < 0,001). Usia memiliki nilai
(p=0,678), jenis kelamin (p=0,268), dan pendidikan (p=0,806).
4. Penelitian Kefale, dkk (2019) Statistik signifikan ( P nilai < 0,05).
Terdapat korelasi yang signifikan antara usia dan pendidikan dengan
kualitas hidup pada pasien dengan gagal ginjal yaitu dengan (p < 0,001),
sedangkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan kuallitas hidup
pada pasien dengan gagal ginjal (p = 0,093).
5. Penelitian yang dilakukan oleh Chen, dkk (2017) dari 456 pasien gagal
ginjal, Pasien yang wanita, lebih muda, dan kurang berpendidikan
memiliki hasil HRQOL yang lebih buruk. Jenis kelamin, usia dan
pendidikan memiliki hubungan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik ( p<0,05).
6. Berdasarkan penelitian Ayanda dkk (2014), jumlah responden sebanyak
113 orang penderita GGK. Kualitas hidup dibagi menjadi 4 domain dan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
108
tiap domain dihubungkan dengan data sosiodemografi pasien gagal ginjal
kronik, sehingga didapatkan hubungan yang signifikan antara pasien
berusia >60 tahun dengan kualitas hidup yang buruk (p nilai=0,001),
sedangkan jenis kelamin (p nilai = 0,541) dan pendidikan (p nilai = 0,
437) atau tidak ada hubungan.
7. Penelitian Guerra-Guerrero, dkk (2012) dari 354 pasien hemodialisis yang
diteliti, terdapat korelasi antara jenis kelamin dengan kualitas hidup yang
lebih buruk (p<0,005), usia dengan kualitas hidup yang lebih buruk
(p<0,005), dan pendidikan dengan kualitas hidup yang lebih buruk pada
pasien dengan gagal ginjal kronik (p<0,005).
8. Penelitian Paraskevi (2011) menggunakan sampel sebanyak 149 orang
Karakteristik pasien dengan gagal ginjal kronik sesuai jenis kelamin, Jenis
kelamin laki-laki, lebih muda (<45 tahun), dan lebih berpendidikan
tampaknya memiliki efek yang menguntungkan pada beberapa aspek
kualitas hidup pasien (p<0,05).
9. Penelitian Forte, dkk (2016). Dari 225 pasien hemodialisa ditemukan
adanya hubungan positif antara pendidikan dengan kualitas hidup pada
domain peran-emosional dan fungsi fisik (p=0,003) atau (p<0,005).
Namun tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas
hidup(p>0,005) dan hubungan usia dengan kualitas hidup (p>0,005).
10. Sampel penderita gagal ginjal dalam penelitian Hajian-Tilaki, dkk (2017)
di semua delapan sub-skala, setelah disesuaikan dengan karakteristik
demografis, pasien memiliki kualitas hidup yang lebih rendah secara
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
109
signifikan daripada kontrol ( P = 0,001). Selain itu, pengaruh independen
usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan sebagai prediktor kualitas
hidup adalah signifikan di berbagai subskala (P = 0,001).
Dari 10 jurnal yang telah diuraikan di atas, sebanyak (6) jurnal menunjukkan ada
hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup pada pasien GGK dan sebanyak
(4) jurnal menunjukkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup
pada pasien GGK. Sebanyak (8) jurnal menunjukkan ada hubungan usia dengan
kualitas hidup pada pasien GGK dan sebanyak (2) jurnal menunjukkan tidak ada
hubungan usia dengan kualitas hidup pada pasien GGK. Sebanyak (6) jurnal
menunjukkan ada hubungan pendidikan dengan kualitas hidup pada pasien GGK
dan sebanyak (4) jurnal menunjukkan tidak ada hubungan pendidikan dengan
kualitas hidup pada pasien GGK.
5.3 Pembahasan
5.3.1. Determinan pada pasien gagal ginjal kronik
Determinan pada pasien dengan gagal ginjal kronik dalam penelitian ini
adalah jenis kelamin, usia dan pendidikan. Dari systematic review ini didapat
hasil bahwa prevalensi terbanyak menderita gagal ginjal kronik adalah laki-laki
sebanyak 6 jurnal (60%) dan yang menyatakan prevalensi terbanyak adalah
perempuan sebanyak 4 jurnal (40%). Jenis kelamin laki-laki lebih memiliki
risiko mengalami penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan dengan perempuan.
Hal ini dikarenakan pola hidup sehat lebih dijaga dan diperhatikan oleh
perempuan. Menurut Karundeng (2015) gagal ginjal kronik banyak terjadi pada
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
110
laki-laki karena pada pola hidup yang tidak sehat seperti: merokok, minuman
keras dan makanan olahan, istirahat yang kurang, mengkonsumsi banyak
makanan yang mengandung kolestrol dan kurang olah raga. Menurut
Morningstar et al dalam Pranandari dan Supadmi (2015) secara klinik laki-laki
mempunyai risiko mengalami gagal ginjal kronik 2 kali lebih besar daripada
perempuan. Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih memperhatikan
kesehatan dan menjaga pola hidup sehat dibandingkan laki-laki, sehingga laki-
laki lebih mudah terkena gagal ginjal kronik dibandingkan perempuan.
Perempuan lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam menggunakan obat karena
perempuan lebih dapat menjaga diri mereka sendiri serta bisa mengatur tentang
pemakaian obat.
Dalam systematic review ini didapat hasil prevalensi terbanyak usia
penderita gagal ginjal kronik adalah >50 tahun (70%). Usia yang paling banyak
menderita gagal ginjal kronik adalah yang lebih tua. Penuaan sebagai faktor
risiko untuk CKD telah muncul sebagai tema yang signifikan dalam beberapa
tahun terakhir. Pertambahan usia mempengaruhi berbagi aspek dalam hidup
manusia terutama fisik. Semakin bertambahnya usia, maka fungsi tubuh
seseorang juga akan mengalami penurunan, temasuk fungsi ginjal. Sehingga
semakin tua, maka akan semakin beresiko mengalami penyakit gagal ginjal
kronik.
Menurut Nurcahayati (2010) semakin bertambahnya usia seseorang maka
terjadi penurunan fungsi ginjal, ginjal menjadi kurang kemampuannya. Bahwa
pada usia 40 tahun akan terjadi penuruan laju filtrasi glomerulus, dan akhirnya
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
111
berdampak terjadinya gagal ginjal kronik. Sejalan dengan pendapat Pranandari
dan Supadmi (2015) yang mengatakan secara klinik pasien usia >60 tahun
mempuyai risiko 2,2 kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronik
dibandingkan dengan pasien usia <60 tahun. Hal ini disebabkan karena semakin
bertambah usia, semakin berkurang fungsi ginjal dan berhubungan dengan
penurunan kecepatan ekskresi glomerulus dan memburuknya fungsi tubulus.
Penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan proses normal bagi setiap
manusia seiring bertambahnya usia, namun tidak menyebabkan kelainan atau
menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang dapat
ditoleransi ginjal dan tubuh. Namun, akibat ada beberapa faktor risiko dapat
menyebabkan kelainan dimana penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat atau
progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat,
kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (GGK).
Menurut Arruda, dkk (2016) peningkatan insiden gagal ginjal kronik
seiring bertambahnya usia. Menurut KDIGO dalam Sorat (2019) faktor risiko
penyakit ginjal kronik yang paling menonjol adalah diabetes, usia >60 tahun,
jenis kelamin laki-laki, menjadi perokok, dan penggunaan alkohol berat juga
merupakan prediktor penyakit ginjal kronik.
Dalam systematic review ini didapat hasil tingkat pendidikan pasien gagal
ginjal kronik adalah rendah (tidak sekolah hingga pendidikan primer) (80%).
Pendidikan menjadi faktor penyebab gagal ginjal kronik karena pasien yang
berpendidikan lebih cenderung mengikuti pengobatan yang tepat dan mengatasi
diagnosis mereka dengan lebih sukses. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
112
Tan, dkk (2010) menunjukkan hampir semua peserta (96%) melaporkan bahwa
pasien GGK setidaknya telah menyelesaikan sekolah menengah. Pada peserta
yang menyadari diagnosis CKD mereka, (31,5%) tidak tahu tingkat kreatinin
serum mereka dan hampir (5%) membantah memiliki CKD meskipun berada di
kantor ahli nefrologi. Pasien yang berpendidikan lebih cenderung mengikuti
pengobatan yang tepat dan mengatasi diagnosis mereka dengan lebih sukses, dan
berpartisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan yang mempengaruhi hasil
mereka.
5.3.2. Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik
Hasil systematic review oleh penulis, 8 jurnal (80%) menunjukkan bahwa
kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik adalah buruk (skor <50) dan 2
jurnal (20%) menunjukkan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik baik
(skor ≥50). Gagal ginjal kronik mempengaruhi kualitas hidup pasien. Penderita
gagal ginjal kronik akan mengalami perburukan kualitas hidup akibat penurunan
kesehatan fisik, psikologis dan lingkungan pada pasien gagal ginjal kronik ini.
Ketidakterimaan terhadap penyakit memicu stress sehingga berampak pada
penurunan kualias hidup pasien GGK.
Menurut Poppe, dkk (2013) kualitas hidup yang rendah (buruk) dikaitkan
dengan evolusi penyakit ginjal kronis menjadi penyakit ginjal stadium akhir dan
mortalitas pada pasien pada tahap akhir penyakit. Kesehatan mental misalnya
depresi, tekanan psikologis yang tinggi dan gangguan kejiwaan, sering terjadi di
antara pasien penyakit ginjal kronik. Dan kesehatan mental ini merupakan
prediktor negatif kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik. Ketidakterimaan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
113
terhadap penyakit merupakan salah satu penyebab perburukan kualitas hidup
pasien penyakit ginjal kronik. Menurut Costa, dkk (2016) kondisi perawatan dan
perkembangan penyakit kronis membatasi karier penderita gagal ginjal kronik.
Hal tersebut menjadi faktor agresif yang memicu stres, isolasi sosial serta
keterbatasan untuk kemungkinan penggerak dan wisata, penurunan aktivitas
fisik, ketergantungan dan perasaan takut serta ketidakpastian mengenai
kesehatan dan kesejahteraan menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
Menurut Shera, dkk (2018) menunjukkan bahwa fisik, psikologis,
lingkungan yang merupakan domain kualitas hidup terpengaruh pada pasien
gagal ginjal kronik tersebut. Dan menurut Alqahtani, et all (2019) secara
keseluruhan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal adalah sedang-buruk.
Menurut Mbeje, dkk (2019) jumlah pasien dengan gagal ginjal akan meningkat
hingga hampir 60% pada tahun 2020, dengan potensi untuk sangat
mempengaruhi kualitas hidup pasien (QOL). Dan Menurut Chen, dkk (2017)
menjelaskan bahwa Penyakit ginjal stadium akhir memiliki dampak yang
merugikan pada kualitas hidup terkait kesehatan.
5.3.3. Hubungan determinan dengan kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik
1. Ada hubungan determinan (jenis kelamin, usia, pendidikan) dengan
kualitas hidup pada pasien GGK
Berdasarkan hasil systematic review ini, sebanyak 2.039 orang
jumlah keseluruhan responden dalam 10 jurnal yang menghubungkan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
114
antara determinan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
Didapatkan bahwa adanya hubungan usia dengan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik sebanyak 6 jurnal (60%). Jenis kelamin
memiliki hubungan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik
karena jenis kelamin laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih buruk
dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pekerjaan,
kebiasaan hidup, dan genetik antara laki-laki dan perempuan. Peneliti
Yuliaw (2010) mengemukakan bahwa bahwa jenis kelamin laki-laki
mempunyai kualitas hidup lebih buruk dibandingkan perempuan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, dan genetik.
Menurut Chen, dkk (2017) untuk faktor sosiodemografi, jenis kelamin,
usia, dan tingkat pendidikan, dikaitkan dengan hasil kualitas hidup.
Berdasarkan hasil systematic review ini, sebanyak 2.039 orang
jumlah keseluruhan responden dalam 10 jurnal yang menghubungkan
antara usia dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
Didapatkan bahwa jurnal yang mengatakan adanya hubungan usia dengan
kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 8 jurnal (80%).
Pasien dengan usia yang lebih tua memiliki kualitas hidup yang lebih
buruk daripada yang lebih muda, karena semakin bertambah usia fungsi
tubuh yang semakin menurun dan kerentanan terjadinya komplikasi
sehingga mempengaruhi harapan hidup atau kualitas hidup pada pasien
GGK.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
115
Menurut Putri (2014) meningkatnya usia seseorang akan
memberikan dampak pada penurunan fungsi-fungsi tubuh sehingga
semakin rentan terhadap penyakit. Usia juga berpengaruh pada prognosis
suatu penyakit dan harapan hidup, usia responden penderita gagal ginjal
kronik yang lebih dari 50 tahun tentunya lebih mudah untuk terjadi
komplikasi dibandingkan dengan dengan penderita yang usianya dibawah
40 tahun. Menurut Guerra-Guerrero, dkk (2012) Orang yang berusia di
atas 60 tahun memperoleh skor kualitas hidup yang lebih rendah daripada
orang di bawah usia itu.
Berdasarkan hasil systematic review ini, sebanyak 2.039 orang
jumlah keseluruhan responden dalam 10 jurnal yang menghubungkan
antara pendidikan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
Didapatkan bahwa jurnal yang menjelaskan adanya hubungan pendidikan
dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 6 jurnal
(60%), sehingga pendidikan berhubungan dengan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik. Pada tingkat pendidikan, semakin tinggi
tingkat pendidikan pasien, maka kualitas hidup akan semakin baik karena
tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang terhadap
kesehatan.
Salah satu faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah
pendidikan, bahwa pada pasien yang berpendidikan rendah berisiko
memiliki penyakit ginjal (Suparti, 2016). Penelitian dilakukan oleh Fitri
(2015) bahwa pendidikan mempengaruhi kualitas hidup pasien, pasien
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
116
dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki kualitas hidup
yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien berpendidikan tinggi,
karena tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang
terhadap kesehatan.
Sama seperti penjelasan yang diberikan oleh Chen, dkk (2017)
yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan, pasien dengan pendidikan
tinggi dapat mengembangkan keterampilan koping dan manajemen diri
yang lebih baik, berkontribusi pada kualitas hidup domain mental yang
lebih baik daripada mereka yang kurang pendidikan. Hal tersebut sesuai
dengan teori Ghozally dalam Fadlilah (2019), kualitas hidup akan
meningkat seiring dengan tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan
oleh individu, hasil penelitian menunjukkan tingginya signifikasi
perbandingan dari pasien yang berpendidikan tinggi meningkat dalam
keterbatasan fungsional yang berkaitan dengan masalah emosional dari
waktu ke waktu dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan rendah
serta menemukan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien
berpendididkan tinggi dalam domain fisik dan fungsional, khususnya
dalam fungsi fisik, energi/kelelahan, sosial fungsi, dan keterbatasan dalam
peran berfungsi terkait dengan masalah emosional.
Penelitian Dewi (2015) responden penderita gagal ginjal kronik
yang mempunyai pendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas sehingga membuat pasien dapat lebih mudah mengerti tentang
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
117
penyakit yang dideritanya yang akan berdampak pula pada peningkatan
kualitas hidup responden itu sendiri.
2. Tidak ada hubungan determinan (jenis kelamin, usia, pendidikan)
dengan kualitas hidup pada pasien GGK
Berdasarkan hasil systematic review ini, sebanyak 2.039 orang
jumlah keseluruhan responden dalam 10 jurnal yang menghubungkan
antara jenis kelamin dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
Didapatkan bahwa jurnal yang menjelaskan tidak ada hubungan jenis
kelamin dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 4
jurnal (40%). Menurut asumsi penulis jenis kelamin tidak mempengaruhi
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik (GGK). Hal ini disebabkan
karena setiap penyakit menyerang siapa saja baik laki-laki maupun
perempuan.
Menurut Nurcahayati (2010) pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, antara
laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki resiko yang sama untuk
menderita penyakit gagal ginjal kronik. Pada umumnya penyakit gagal
ginjal kronik diawali oleh penyakit hipertensi, dimana penyakit ini dapat
disebabkan karena gaya hidup yang tidak baik seperti merokok dan
mengkonsumsi kafein, hipertensi yang berkepanjangan merupakan salah
satu faktor resiko gagal ginjal kronik.
Berdasarkan hasil systematic review ini, sebanyak 2.039 orang
jumlah keseluruhan responden dalam 10 jurnal yang menghubungkan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
118
antara usia dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik. Didapatkan
bahwa Jurnal mengatakan tidak ada hubungan usia dengan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 2 jurnal (20%). Usia tidak
mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik (GGK) karena
suatu penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan usia.
Menurut Handy dkk (2018) mengemukan bahwa suatu penyakit dapat
menyerang pada semua golongan usia, tergantung dari tingkat terpaparnya
seperti: faktor pekerjaan, kebiasaan hidup, dan penyalahgunaan obat.
Penelitian Sarastika, dkk (2019) bahwa usia tidak mempengaruhi kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani terapi
hemodialisa. Hal ini disebebkan karena suatu penyakit dapat menyerang
setiap orang pada semua golongan usia.
Berdasarkan hasil systematic review ini, sebanyak 2.039 orang
jumlah keseluruhan responden dalam 10 jurnal yang menghubungkan
antara pendidikan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.
Didapatkan bahwa jurnal menjelaskan tidak ada hubungan pendidikan
dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik sebanyak 4 jurnal
(40%). Pendidikan tidak mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik (GGK). Setiap penyakit menyerang dari berbagai golongan
pendidikan dan semakin rendah tingkat pendidikan pasien tidak
berpengaruh terhadap kualitas hidupnya.
Menurut Ahmad (2018) bahwa kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik tidak dipengaruhi dari tingkat pendidikan karena dapat disebabkan
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
119
dari faktor lain baik dari segi demografi, biomedis, mau pun psikososial.
Menurut Sarastika, dkk (2019) pendidikan tidak mempengaruhi kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani terapi
hemodialisa. Setiap penyakit menyerang dari berbagai golongan
pendidikan dan semakin rendah tingkat pendidikan pasien tidak
berpengaruh terhadap kualitas hidupnya.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
120
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
6.1.1. Determinan pada pasien gagal ginjal kronik
Prevalensi terbanyak menderita gagal ginjal kronik adalah laki-laki. Usia
rata-rata penderita gagal ginjal kronik adalah >50 tahun. Dan tingkat pendidikan
pasien gagal ginjal kronik adalah rendah tidak sekolah.
6.1.2. Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik
Prevalensi terbanyak kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik adalah
buruk (skor<50).
6.1.3. Hubungan determinan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik
Ada hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik. Ada hubungan usia dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik. Ada hubungan pendidikan dengan kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik.
6.2 Saran
Penulis menyarankan kepada petugas kesehatan agar memberi edukasi
kepada penderita GGK tentang penyakit GGK dan aspek-aspek yang terkait
dengan kualitas hidup pada pasien GGK tersebut, sehingga pasien GGK tersebut
mampu meningkatkan kualitas hidup mereka.
Penderita gagal ginjal kronik cenderung memiliki kualitas hidup rendah
baik dari aspek fisik, psikologis dan lingkungan. Dukungan sosial sangat
120
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
121
dibutuhkan oleh pasien GGK, sehingga diharapkan kepada keluarga untuk selalu
memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas penderita GGK tersebut dan
dapat menerima keadaannya.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
122
DAFTAR PUSTAKA
Al Amin, M. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia Berdasarkan Analisis
Dimensifraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi
Canny. MATHunesa, 2(6).
AL-Jumaih, Ahmed; Al-Onazi, Kamel; Binsalih, Salih; Hejaili, Fayez; & Al-
Sayyari, Abdulla. (2011). A Study of Quality of Life and its
Determinants among Hemodialysis Patients Using the KDQOL-SF
Instrument in One Center in Saudi Arabia. Arab Journal of Nephrology
and Transplantation. 2011 Sep;4(3):125-30
Alruwaili, Ajaweed Saud Muharrab; Alrowili, Amjad Saud Mhrb; Alshammari,
Manal Nashi O; Alanazi, Fahad Saad Salem; Alanazi Nouf Saad;
Alanazi, Mona Theyab; Alanazi, Reem Abdullaha; Almarjan , Mubark
Saleh Mubark, Alenezi , Mohammad Humood Meshref; & Aljamal
Mohammed Sulaiman . (2018). Prevalence and some of determinant
factors of chronic kidney diseases among Saudi elderly in Arar, KSA.
The Egyptian Journal of Hospital Medicine (October 2018) Vol. 73 (4),
Page 6522-6530.
Alqahtani, Norah Ayed; Al-Metrek, Metrek Ali; Al-Alsheikh, Khalid; & Elnazer,
Weam Helmy. (2019). Quality of life among patients with chronic renal
failure on hemodialysis at the military hospital in southern region of
Saudi Arabia. MOJ Anat & Physiol. 2019;6(5):155‒158.
Anees M, Hameed F, Mumtaz A, Ibrahim M, Saeed Khan MN. Dialysis related
factors affecting quality of life in patient on hemodialysis. Iran J
Kidney Dis. 2011;5:9-14.
Cruz M, Andrade C, Urrutia M, Draibe S, Nogueira-Martins L, De Castro R.
Quality of life in patients with chronic kidney disease. Clinics.
2011;66(6):991-995.
Creswell, J. W. (2014). Proceedings of the Annual Conference of the
International Speech Communication Association, INTERSPEECH.
Proceedings of the Annual Conference of the International Speech
Communication Association, INTERSPEECH.
Dhalgren G, Whitehead M., 1991. Policies and Strategies to Promote
Social Equity in Health. Stockholm: Ins�tute for Future Studies.
Fadda G, Jiron P (1999).Quality of Life and Gender : a Methodology for
UrbanResearch. Environment and Urbanization. P 261-70
Fayers P.M & Machin, D. (2000). Quality of Life. Assessment, Analysis and
122
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
123
Interpretation (Vol. 7).
Guerra-Guerrero V, Sanhueza-Alvarado O, Caceres-Espina M. Quality of life in
people with chronic hemodialysis: association with sociodemographic,
medical-clinical and laboratory variables. Rev Latino Am Enfermagem.
2012:20(5):838–846.
Higginson, I. J., & Robinson, P. G. (2003). Quality of Life Quality of Life.
Textbook of Palliative Care, 142.
Hasrat, Kresensia Trisnawati. (2016). Evaluasi Kualitas Hidup Responden
Hipertensi Menggunakan Instrumen SF-36: Kajian Faktor Usia Dan Jenis
Kelamin Di Kecamatan Kalasan, Slema, DIY. Fakultas farmasi:
Yogyakarta
Hultman, B., Hemlin, S., & Hörnquist, J.O. (2006). Quality of life among
unemployed and employed people in northern Sweden. Are there any
differences?
Infodatin pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. (2017) Situasi
penyakit ginjal kronis. ISSN 2442-7659
Is, Muhammad Sadi. (2015). Etika Hukum Kesehatan. Jakarta: Kencana.
J., S., L., H., M., A. T., & F., I. (2017). Quality of Life of Chronic Kidney
Disease Patients With Routine Hemodialysis in General Hospitals in
Sleman Yogyakarta. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 9(2), 213.
Juwita, L., & Kartika, I. R. (2019). Pengalaman Menjalani Hemodialisa Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis. Jurnal Endurance, 4(1), 97.
Joshi, V. D. (2014). Quality of life in end stage renal disease patients. W orld
journal of nephrology, 3(4), 308.
Kazel, Francois Folefack et all. (2015). Prevalence and determinants of chronic
kidney disease in rural and urban Cameroonians: a cross-sectional study.
Kaze et al. BMC Nephrology (2015) 16:117 DOI 10.1186/s12882-015-
0111-8
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pusat Data dan Informasi. Jakarta
Selatan.
Larasati TA.Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RS Abdul
MoelockPropinsi Lampung.Jurusan Kedokteran dan Kesehatan Universitas
lampung.2012; Vol.2, No.: 17-20.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
124
Lewis, Sharon L et al. 2011. Medical Surgical Nursing Volume 1. United States
America : Elsevier Mosby.
Mailani, Fitri. (2014). Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialisis Dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. Tesis USU Medan.
Mayuda, A., Chasani, S., & Saktini, F. (2017). Hubungan Antara Lama
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Studi
Di Rsup Dr.Kariadi Semarang). Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2), 167–
176.
Mulia, Dewi Sari et all. (2018). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di rsud dr. Doris sylvanus palangka raya. Quality of
Life of Chronic Kidney Disease Patients on Hemodialysis at Dr. Doris
Sylvanus Hospital Palangka Raya. Borneo Journal of Pharmacy, Volume 1
Issue 1, May 2018, Page 19 – 21 e-ISSN: 2621-4814
Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik
SDM Kesehatan
Naderifar, Mahin; Tafreshi, Mansoureh Zagheri; Ilkhani, Mahnaz; Akbarizadeh,
Magid Reza; & Ghaljaei, Fereshteh. (2018). Correlation between quality of
life and adherence to treatment in hemodialysis patients. J Renal Inj Prev.
2019; 8(1): 22-27.
Ningrum, Windy Astuti cahya. (2016). Kualitas Hidup Pasien Urolithiasis Pada
Komponen Fisik Dan Komponen Mental Dengan Instrumen Short Form-36
(Sf-36). Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 Yogyakarta.
Norton et all. (2016). Social determinan of racial disparities in CKD. J Am Soc
Nephrol
Nur, E. (2012). Determinan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Skala Husada, 9(1), 90–96.
Nursalam, 2016, metode penelitian. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta; Penerbit Salemba Medika
P, Ravi Kumar, et all. (2019). Prevalence of Chronic Kidney Disease and Its
Determinants in Rural Pondicherry, India-A Community Based Cross-
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
125
Sectional Study. The Open Urology & Nephrology Journal, 2019, Volume
12.
Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia. (2014). Tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit. Nomor 56 Tahun 2014; Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Ponte, Belén; Pruijm, Menno; Marques-Vidal, Pedro; Martin, Pierre-Yves;
Burnier, Michel; Paccaud, Fred; Waeber, Gérard; Vollenweider, Peter; &
Bochud, Murielle. (2013). Determinants and burden of chronic kidney
disease in the population-based CoLaus study: a cross-sectional analysis.
Nephrol Dial Transplant (2013) 28: 2329–2339.
Rezaei, Satar, et all. (2017). Determinants of health-related quality of life in
Iranian adults: evidence from a cross-sectional study. Epidemiol Health
Volume: 39, Article ID: e2017038, 8 pages.
Ridlo, I. A., Laksono, A. D., ridwanah, azizah andzar, & Yoto, M. (2019).
Intervensi Berbasis Komunitas: Sebuah Pengantar. May.
https://doi.org/10.31227/osf.io/2fpjz
Russel, C & Swanburg R,J (1999) Introductory Management and
Leadership for Nurses London : Jones and Bartlett Publishers, Inc
Sarastika, Y., Kisan, K., Mendrofa, O., & Siahaan, J. V. (2019). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik (Ggk)
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rsu Royal Prima Medan. Jurnal
Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 4(1), 53.
Shafei, Arwa M. El; Hegazy, Ibrahim Soliman; Fadel, Fatina Ibrahim; & Nagy,
Eman M. (2018). Assessment of Quality of Life among Children with End-
Stage Renal Disease: A Cross-Sectional Study. Journal of Environmental
and Public Health Volume 2018, Article ID 8565498, 6 pages.
Sherwood, LZ., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC, 595-677.
Siregar, Bangun Tua. (2014). Hubungan modifikasi kadar natrium dialisat
dengan kualitas hidup yang diukur dengan sf-36 pada pasien
hemodialisis reguler. Skripsi.
Tannor, Elliot K. Tanno; Norman, Betty R.; Adusei, Kwame K.; Sarfo, Fred S.;
Davids, Mogamat R.; & Bedu-Addo, George. (2019). Quality of life
among patients with moderate to advanced chronic kidney disease in
Ghana - a single centre study.. BMC Nephrology (2019) 20:122.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
126
Theofilou, P. (2013). Quality of life: Definition and measurement. Europe’s
Journal of Psychology, 9(1), 150–162.
Tortora, 2011. (2011). Anatomi Dan Fisiologi Ginjal. Anatomi Dan Fisiologi
Ginjal, 8–22.
Wan, E. Y., Chen, J. Y., Choi, E. P., Wong, C. K., Chan, A. K., Chan, K. H., &
Lam, C. L. (2015). Patterns of health-related quality of life and associated
factors in Chinese patients undergoing haemodialysis. Health and quality
of life outcomes, 13(1), 108
Wagner JA, Abbott G, Lett S. (2004).Age related difference in individual
qualityof life domains in youth with type I diabetes, Health Qual L
ife Outcomes2;54.
Wardhani, Vini. (2006). Gambaran Kualitas Hidup Dewasa Muda Berstatus
Lajang melalui Adaptasi Instrumen WHOQOL-BREF dan SRPB. Thesis.
Depok: Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
World Health Organization. (1996). WHOQOL-BREF: Introduction,
administration, scoring and generic version of the assessment. Geneva:
WHO.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23825103/
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21189427/
https://www.researchgate.net/publication/327623644_Quality_of_Life_of_Chron
ic_Kidney_Disease_Patients_in_a_Nigerian_Teaching_Hospital
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3130152/#:~:text=Quality%20o
f%20life%20is%20decreased,of%20life%20in%20this%20population.
https://www.semanticscholar.org/paper/The-role-of-sociodemographic-factors-
in-health-re-Theofilou/d3ffa8dac2549226449fff006baa11f45f69be2e
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21172008/
http://scielo.isciii.es/pdf/eg/v15n43/en_clinica3.pdf
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28098114/
http://egyptianjournal.xyz/734_22.pdf
https://benthamopen.com/FULLTEXT/TOUNJ-12-14
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
127
https://medcraveonline.com/MOJAP/quality-of-life-among-patients-with-
chronic-renal-failure-on-hemodialysis-at-the-military-hospital-in-southern-
region-of-saudi-arabia.html
https://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0104-
11692012000500004&lng=en&tlng=en
file:///C:/Users/acer/Downloads/jrip-8-22%20(4).pdf
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22026335/
https://bmcnephrol.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/s12882-019-1316-z
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6392259/pdf/pone.0212184.pdf
https://link.springer.com/article/10.1007/s40271-017-0256-6
https://www.scielo.br/pdf/rsp/v45n6/en_2844.pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6530299/pdf/bmjopen-2018-
027776.pdf
https://www.researchgate.net/publication/340191829_To_assess_the_quality_of_
life_in_patients_with_chronic_kidney_disease_undergoing_hemodialysis_at_a_s
atellite_clinic_comparing_patients_from_a_median_low-
income_household_with_patients_from_median_midd/fulltext/5e7d01a1a6fdcc1
39c08c9cf/To-assess-the-quality-of-life-in-patients-with-chronic-kidney-disease-
undergoing-hemodialysis-at-a-satellite-clinic-comparing-patients-from-a-
median-low-income-household-with-patients-from-median-mid.pdf
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan
HUBUNGAN DETERMINAN DENGAN KUALITAS HIDUP
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
TAHUN 2020
No Kegiatan
Waktu Penelitian
Jan Feb April Mei Juni Juli
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pengajuan Judul
2 Penyususnan Proposal
Penelitian
3 Seminar Proposal
4 Prosedur Izin Penelitian
5 Mencarian dan analisa jurnal
6 Revisi : Sistematik Review
7 Hasil
8 Seminar Hasil
9 Revisi Skripsi
10 Pengumpulan Skripsi