SKRIPSI DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH ...

128
SKRIPSI DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARA DI KABUPATEN JENEPONTO RAHMATILLAH RAZAK K111 11 268 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Transcript of SKRIPSI DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH ...

SKRIPSI

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARADI KABUPATEN JENEPONTO

RAHMATILLAH RAZAK

K111 11 268

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

ii

v

RINGKASAN

vi

v

RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDINFAKULTAS KESEHATAN MASAYARAKAT

EPIDEMIOLOGI

RAHMATILLAH RAZAK

“DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBUMULTIPARA DI KABUPATEN JENEPONTO”(xvii + 93 + 21Tabel + 1 Grafik + 3 Gambar + 7 Lampiran)

Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untukmengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu pemberianAir Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Kabupaten Jeneponto merupakan daerahyang pernah berada pada urutan terendah cakupan pemberian ASI eksklusif,tercatat pada tahun 2012 pemberian ASI eksklusif di daerah tersebut hanya 20,6% dan meningkat secara signifikan pada tahun 2013 sebesar 67,7%. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui deteminan yang berhubungan dengan pemberian ASIeksklusif khusus melihat pada ibu multipara.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.Wawancara dilakukan pada 262 ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12bulan. Sampel diperoleh dengan cara proporsional random sampling. Analisisdata menggunakan SPSS 20 dengan uji statistic Chi square dengan p 0,05.

Penelitian ini menemukan bahwa sebesar (26,3%) ibu mutlipara yangmemberikan ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI, sikap Ibu danpenerimaan informasi dari petugas kesehatan merupakan faktor yangberhubungan. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif,memiliki sikap positif terhadap ASI eksklusif dan mendapat informasi daripetugas kesehatan akan cenderung memberikan ASI eksklusif pada bayinya.Sedangkan usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan, dan usiakehamilan ibu saat melahirkan bukan merupakan faktor yang berhubungan denganpemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara.

Diharapkan kepada tenaga kesehatan setempat agar dapat memberikaninformasi dan edukasi kepada ibu tentang manajmen laktasi demi untukkeberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Daftar Pustaka : 43 (1997-2014)Kata Kunci : ASI Eksklusif, Multipara

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi dengan judul “

Determinan Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Multipara Di Kabupaten

Jeneponto” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin

Makassar. Teriring salam dan shalawat semoga tercurahkan kepada teladan dan

junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan

orang–orang yang senantiasa istiqamah mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir

zaman.

Dengan Segala hormat dan rasa cinta kupersembahkan skripsi ini khusus

wujud bakti dan terima kasihku yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta

Ayahanda Drs H. Abdul Razak Maddu dan Ibunda Hj. Nurhidaya S.Pd atas segala

doa, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang tak ternilai dan tak

pernah usai sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin. Terima kasih pula kepada kakak saya

tersayang Puspita Sary Razak S.Ked dan adik saya Muh. Wardiman Razak, Nur

Afifah Razak dan Muhammad Naufal Razak serta seluruh keluarga tercinta atas

segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini.

vii

Tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada Ibu Dr. Ida Leida Maria, SKM, MKM, MScPH selaku Penasehat

Akademik atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama ini dalam bidang

akademik. Serta tak lupa pula penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada Bapak Ansariadi S.KM

MScPH Ph.D selaku Pembimbing I, beserta Dr. Ida Leida Maria, SKM, MKM,

MScPH selaku Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberi

masukan, bimbingan, dan motivasi yang membangun sehingga skripsi ini dapat

tersusun.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada tim penguji Bapak Dian

Sidik Arsyad, SKM, MKM, Bapak Abdul Salam, SKM, MKM dan Bapak

Dr.dr.Muh. Tahir A, M.Sc, MSPH yang telah banyak memberikan masukan serta

arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini. Melalui kesempatan ini pula

penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang tak

terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya

selama penulis mengikuti pendidikan.

2. Bapak Ansariadi, SKM, MScPH, Ph.D selaku Ketua Bagian Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

viii

3. Para dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikn di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Bupati Kabupaten Jeneponto, Badan Pembinaan Kesatuan Bangsa dan

Litbang, dan Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto yang telah

bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian

5. Seluruh Responden yang telah bersedia meluangkan waktu berbagi cerita dan

pengalaman.

6. Sahabat-sahabatku tersayang (Sri Sumarni, Uswatun Hasanah, Ryza Jazid,

Pujiastuti, Nur Hidaya) terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya,

senang bertemu dan mengenal kalian.

7. Teman seperjuangan penelitian Irmawati Syam, Annisa Suryani, Irnawati,

Dwi Jayanthi, dan Fitria Ramadhani terima kasih atas kerjasamanya selama

penelitian berlangsung dari suka dan duka.

8. Teman-teman di Jurusan Epidemiologi angkatan 2011, teman-teman angkatan

2011 “KALASI”, terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan doa kalian

selama ini.

9. Teman-teman PBL “Kel. Lakkang”, dan teman-teman KKN “posko

Toddolimae”

10. Terimakasih kepada seluruh staff bagian Epidemiologi (Bunda, Kak Ani, Kak

werdha) yang telah banyak membantu dan mendukung selama penulis masuk

jurusan Epidemiologi.

ix

11. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan

namanya yang telah banyak memberikan bantuannya dan dukungannya

selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Tidak lupa

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada salah dan khilaf selama

proses penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, April 2015

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. iii

PERNYATAAN KEASLINAN SKRIPSI ............................................... iv

RINGKASAN ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR............................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9

A. Tinjauan UmumTentang Pengertian ASI Eksklusif ................ 9

B. Tinjauan UmumTentang Pemberian ASI Eksklusif ................. 9

C. Tinjauan UmumTentang Manfaat Pemberian ASI .................. 15

D. Tinjauan UmumTentang Produksi ASI.................................... 18

xi

E. Tinjauan Umum Tentang Ibu Multipara ................................. 21

F. Tinjauan Umum Tentang Variabel Independen ..................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP............................................................. 33

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ..................................... 33

B. Kerangka Teori....................................................................... 35

C. Pola Pikir Variabel yang Diteliti ............................................. 37

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................... 38

E. Hipotesis Penelitian................................................................ 43

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 45

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 45

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 45

D. Pengumpulan Data ................................................................. 49

E. Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................... 52

F. Penyajian Data........................................................................ 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 54

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 54

B. Hasil Penelitian ....................................................................... 55

C. Pembahasan............................................................................. 72

D. Keterbatasan Penelitian........................................................... 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 88

A. Kesimpulan ............................................................................. 88

B. Saran ....................................................................................... 89

xii

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 90

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui 15

2 Karateristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan SuamiBerdasarkan Usia di Kabupaten Jeneponto

56

3 Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan SuamiBerdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan diKabupaten Jeneponto

57

4 Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Umur diKabupaten Jeneponto

57

5 Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Jenis Kelamin diKabupaten Jeneponto

58

6 Jenis Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara diKabupeten Jeneponto

58

7 Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara di KabupatenJeneponto

59

8 Distribusi Pelaksanaan IMD Responden di Kabupaten Jeneponto 60

9 Distribusi Umur Bayi Diberi Makanan Pendamping ASI diKabupaten Jeneponto

61

10 Distribusi Alasan Responden Memberikan MP-ASI SebelumUsia Bayi 6 Bulan di Kabupaten Jeneponto

61

11 Jumlah Bayi Menyusui Menurut Umur di Kabupaten Jeneponto 62

12 Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden diUmur 3 Hari Pertama di Kabupaten Jeneponto

63

13 Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden diUmur 1-5 Bulan Pertama di Kabupaten Jeneponto

64

14 Distribusi Usia Responden di Kabupaten Jeneponto 64

xiv

15 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASIEksklusif di Kabupaten Jeneponto

65

16 Distribusi Usia Kehamilan Responden di Kabupaten Jeneponto 66

17 Distribusi Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif diKabupaten Jeneponto

66

18 Distribusi Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan diKabupaten Jeneponto

67

19 Distribusi Alasan Responden Tidak Mendapat Informasi DariPetugas Kesehatan

68

20 Hubungan Karakteristik Demografi dengan Pemberian ASIEksklusif di Kabupaten Jeneponto

69

21 Hubungan Variabel Independen dengan Pemberian ASIEksklusif di Kabupaten Jeneponto

71

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Halaman

1 Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Multipara 60

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1 Kerangka Teori Penelitian 36

2 Kerangka Konsep Penelitian 37

3 Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto 54

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dari Kesbang Kabupaten Jeneponto

Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Jeneponto

Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 8 Riwayat Hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF

untuk mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (WHO, 2011). Berdasarkan

data United Nation Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan setiap

tahunnya sekitar 30 ribu kematian anak balita di Indonesia dan 10 juta

kematian balita di seluruh dunia dapat dicegah dengan ASI eksklusif

selama enam bulan sejak kelahiran bayi. Bayi yang diberi susu formula

(susu bayi) memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan

pertama kehidupannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui

ibunya secara eksklusif, yakni tanpa diberi minuman maupun makanan

tambahan (UNICEF, 2006)

Saat ini Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih terbilang

tinggi dan mengalami peningkatan yakni pada tahun 2008 tercatat

31,04/1000 kelahiran hidup, tahun 2010 meningkat menjadi 34/1000

kelahiran hidup kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi 32/1000

kelahiran hidup. Padahal MDGs menargetkan Indonesia harus mampu

menurunkan angka kematian bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada

tahun 2015 (Depkes, 2013).

2

Pemerintah Indonesia menekankan pemberian ASI eksklusif

sebagai salah satu prioritas nasional, ini bisa dilihat dengan adanya

peraturan Menkes No. 450/7 Men. Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004

menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Untuk

mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi

harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selain itu

rekomendasi juga telah ditetetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)

No. 33 tahun 2012 yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif sejak

bayi dilahirkan hinga berusia 6 bulan (Menkes RI, 2012). ASI eksklusif

merupakan pemberian ASI saja tanpa ada cairan lain atau makanan padat

yang diberikan termasuk air putih kecuali larutan dehidrasi

oral/vitamin/mineral/obat-obatan tetes/sirup (WHO, 2011).

Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang

diumumkan tanggal 2 Mei 2007, menunjukkan bahwa 61% kaum ibu mau

menyusui bayinya selama empat bulan dan hanya 35% kaum ibu mau

menyusui bayinya selama enam bulan. WHO dan UNICEF menyebut

gejala ini sebagai “tanda ancaman buat kelangsungan hidup anak-anak”.

Survey yang dilakukan WHO tahun 2013 menyatakan bahwa saat ini

hanya sekitar 38% bayi usia 0-6 bulan di dunia yang diberi ASI secara

eksklusif (WHO, 2013).

Data secara nasional tentang cakupan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif 0-6 bulan di Indonesia dalam tiga tahun terakhir

mengalami fluktuasi. Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan

3

indonesia (SDKI) tahun 2007 persentasi cakupan ASI sebesar 95,2%.

Namun jika dirata-ratakan pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 3

bulan, sedangkan hasil Riskesdas tahun 2010 bayi yang menyusui hanya

15,3% kemudian meningkat pada tahun 2012 yakni 27 %, dan tahun 2013

menjadi 30,2 %. Namun angka ini masih berada di bawah target nasional

yaitu sebesar 80% (Riskesdas, 2013).

Pemberian ASI eksklusif berdasarkan data Profil Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, menunjukkan 77,18% pada tahun

2008 kemudian kembali menurun pada tahun 2009 sebesar 59,80% dan

kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 66,85%. Data tersebut

menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Sulawesi

Selatan belum mencapai target yang ditentukan secara nasional yaitu

sebesar 80%. Salah satu yang pernah berada pada urutan terendah

cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu Kabupaten Jeneponto, tercatat

2012 pemberian ASI eksklusif di tersebut hanya 20,6 % (Dinkes, 2014b).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto pada

tahun 2011 pemberian ASI eksklusif sebanyak 28,3%, mengalami

penurunan pada tahun 2012 yakni 20,6 dan meningkat secara signifikan

pada tahun 2013 yakni 67,7%. Dalam tiga tahun terakhir jeneponto masuk

dalam 15 besar cakupan ASI eksklusif terendah di Provinsi Sulawesi

Selatan (Dinkes, 2014a).

Teori Lutter menyatakan bahwa determinan pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor ibu, faktor

4

peluang, faktor informasi dan dukungan fisik selama kehamilan, serta

faktor eksternal meliputi keluarga, medis, sikap budaya, dan norma-norma,

keadaan demografi, ekonomi, tekanan komersil serta kebijakan

internasional dan nasional (Lutter, 2000).

Beberapa penelitian sebelumnya terkait pemberian ASI eksklusif

melihat pada beberapa variabel salah satunya yaitu pendidikan ibu,

menurut (Nascimento, 2010) rendahnya pendidikan ibu berhubungan

dengan gangguan pemberian ASI eksklusif untuk bayi berusia 6 bulan di

wilayah selatan Brazil. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Thu,

Eriksson, & Khanh, 2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antar

tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI di wilayah pedesaan dan

perkotaan Vietnam, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin

lama durasi pemberian ASI.

Selain itu faktor lain yang juga menentukan keberhasilan

pemberian ASI eksklusif yaitu pekerjaan ibu. Hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh (Khassawne, 2009) menunjukkan bahwa wanita yang

bekerja lebih memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.

Penelitian yang dilakukan oleh (Bate, 2014) di Takalar menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI

eksklusif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda

sehingga diperlukan penelitian lanjutan tentang variabel pekerjaan

5

Faktor yang juga mempengaruhi pemberian ASI yaitu umur ibu,

penelitian di Amerika dan Kanada menemukan ibu yang berusia lebih tua

(>25 tahun) memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil memberikan

ASI eksklusif dibandingkan ibu yang berusia muda (<25 tahun). Penelitian

di Libanon menemukan kelompok ibu multipara memiliki kemungkinan

2,6 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan

primipara (Reni, 2013). Berbeda dengan penelitian (Sapna, 2009) di India

mengemukakan bahwa ibu yang berumur 10-30 tahun akan lebih

memungkinkan memberikan ASI kepada bayinya dibandingkan ibu yang

berumur > 30 tahun. Kategori umur pada penelitian tersebut tidak sama

dan menunjukkan hasil yang berbeda antara hubungan umur ibu dengan

pemberian ASI eksklusif maka perlu dilakukan penelitian terkait variabel

tersebut.

Pengetahuan ibu tentang ASI ekskusif merupakam salah satu faktor

yang menentukan pemberian ASI, hasil penelitian (Adwinanti, 2004)

menyatakan bahwa pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu

tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar terkait dengan

masa lalunya. Dalam hal ini motivasi dalam dirinya secara sukarela dan

penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Selain faktor

pengetahuan pemberian ASI juga dipengaruhi oleh sikap ibu, Menurut

(Nurhuda, Firmansyah, & Muhmudah, 2012) sikap ibu berhubungan

dengan praktek pemberian ASI, ibu yang menganggap bahwa ASI

6

merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI

selama 6 bulan.

Menurut (Amahorseja, 2012) menunjukkan bahwa pemberian ASI

eksklusif juga dipegaruhi oleh usia kehamilan ibu, kelangsungan produksi

ASI ibu yang melahirkan prematur tidak lancar jika dibandingkan dengan

ibu dengan umur kelahiran normal. Faktor lain yang juga mempengaruhi

yaitu dukungan petugas konselor ASI untuk membantu dan menumbuhkan

kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI (Februhartanthy, 2008).

Penelitian-penelitian sebelumnya tentang determinan pemberian

ASI eksklusif, melihat subjek dari ibu bekerja, ibu di daerah pedasaan dan

perkotaan. Penelitian tentang pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara

masih sangat kurang. Hasil penelitian (Tan, 2011) menunjukkan

pemberian ASI eksklusif meningkat pada ibu dengan pengetahan baik, ibu

multipara, tidak bekerja serta mendapat dukungan dari suami atau

keluarga. Mckinney (2000) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi adaptasi adalah pengalaman sebelumnya, multipara

akan merasa lebih nyaman dan melakukan attachment lebih awal

dibandingkan dengan primipara.

Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui faktor determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara

di Kabupaten Jeneponto.

7

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan,

dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah determinan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

multipara di Jeneponto

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten

Jeneponto

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan suami dengan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten

Jeneponto

d. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan pemberian

ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten

Jeneponto

8

f. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

g. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

h. Untuk mengetahui hubungan penerimaan informasi dari petugas

kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di

Kabupaten Jeneponto

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi para

pengambil kebijakan maupun pembuat keputusan bagi Dinas

Kesehatan Provinsi pada umumnya dan pada khususnya Dinas

Kesehatan Jeneponto dalam upaya peningkatan cakupan pemberian

ASI eksklusif.

2. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan ilmu

pengetahuan serta dapat menjadi salah satu acuan melakukan

penelitian selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga untuk memperluas wawasan dan

pengetahuan di bidang kesehatan khususnya di bidang kesehatan ibu

dan anak.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengertian ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa ada cairan lain atau

makanan padat yang diberikan termasuk air putih kecuali larutan

rehidrasi oral/vitamin/mineral/obat-obatan tetes/ sirup (WHO, 2011).

Sedangkan menurut (Yuliarti, 2010), ASI eksklusif adalah pemberian

ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.

2. Komposisi ASI (Air Susu Ibu)

ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, lactose dan

garam organic yang di sekresi oleh kelenjar payudara ibu. Komposisi

ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Menurut (Arini, 2012).

Komposisi yang terkandung dalam ASI meliputi protein, lemak,

karbohidrat-laktosa, vitamin, mineral, kolostrum, karniti

B. Tinjauan Umum Pemberian ASI eksklusif

1. ASI Eksklusif

Definisi pemberian ASI atau menyusui menurut WHO (2002)

adalah:

1. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah hanya

memberikan ASI pad bayi dan tidak memberi bayi makanan

atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan

10

vitamin atau mineral tetes, serta ASI perah yang sampai bayi

berusia 6 bulan

2. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui predominan adalah

menyusui bayi, tapi pernah memberikan sedikit air atau

minuman berbasis air, misalnya the (biasanya

makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar).

3. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui parsial adalah

menyusui bayi serta memberikan makanan buatan selain ASI

baik, susu formula, bubur atau makanan lainnya, (baik

diberikan scara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan

prealektal).

ASI eksklusif harus diberikan hingga usia 6 bulan

karena dibawah usia tersebut bayi belum mampu mencerna

makanan lain selain ASI. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia

harus mampu mulai diperkenalkan dengan makanan padat,

sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun

bahkan lebih dari dua tahun. Para ahli menemukan bahwa

manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI

saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Dalam jangka

panjang pemberian ASI bisa mencegah anak kelak menderita

kegemukan dan diabetes mellitus (Arif, 2009).

Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia

berlandaskan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

11

No.450/Men.kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga

mengacu pada Resolusi World Health Assembly (WHA, 2010,

disitu dikatakan, bahwa untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus di beri

ASI eksklusif selama enam bulan pertama, selanjutnya untuk

kecukupan nutrisi bayi, harus mulai diberi makan pendamping

ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI selanjutnya

sampai usia 2 tahun atau lebih (Arif, 2009).

Meskipun manfaat ASI begitu besar, tidak banyak ibu

yang mau memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dengan

beragam alasan. Kelebihan pemberian ASI eksklusif

tampaknya belum cukup menarik bagi para ibu, ibu tidak lagi

menganggap ASI sebagai makanan terbaik dan tak tergantikan

oleh bayi.

ASI eksklusif sangat peting untuk peningkatan SDM

kita dimasa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan

gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi

berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan

kecerdasan anak secara optimal (Arini, 2012).

Bayi sehat pada umunya tidak memerlukan makanan

tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus

dibenarkan untuk mulai memberikan makanan pada setelah

bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya

12

karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari

standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan

bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik.

Selain itu, terlepas dari rekomendasi baru UNICEF, masih ada

pihak yang tetap mengusulkan pemberian makanan padat mulai

ada usia 4 bulan sesuai dengan isi Deklarasi Innocenti (1990),

yaitu “hanya diberi ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan”.

Namun, pengetahuan terakhir tentang efek pemberian makanan

padat yang terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan

definisi ASI eksklusif menjadi “ASI saja sampai usia sekitar 6

bulan” (Arini, 2012).

Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini

dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta

meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak

ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan

padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan.

Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang

negative terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif

untuk perkembangan pertumbuhan (Syahruni, 2012).

2. Manajmen Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi

dan pengeluaran ASI. Hormon estrogen dan progesterone berfungsi

untuk maturasi elveoli kelenjar laktiferus sedangkan prolaktin

13

berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan, kadar prolaktin

plasenta tinggi namun sekresi ASI belum keluar karena dihambat oleh

tingginya kadar estrogen. Pada hari kedua atau ketiga pasca-persalinan,

kadar estrogen dan progesterone turun drastic sehingga pengaruh

prolaktin lebih dominan dan sekresi ASI mulai terjadi.

Proses laktasi melibatkan 2 refleks yaitu reflex prolaktin dan reflex

pengaliran ASI. Hormon prolaktin adalah hormon yang berperan

dalam produksi ASI di alveoli duktus laktiferus, stimuli hisapan bayi

pada putting ibu akan merangsang sekresi prolaktin di hipofisis

anterior sehingga sekresi ASI meningkat. Selain hormone prolaktin,

proses menyusu juga akan merangsang kelenjar hipofisis posterior

untuk mensekresi hormone oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi

mioepitel alveoli sehingga ASI dapat dipompa keluar. Semakin sering

menyusui, pengosongan saluran alveoli semakin baik dan menyusui

akan semakin lancar, hal ini disebut let down reflex, Suradi (2007).

3. Pola Menyusui

Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi

tiga kategori, yaitu menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan

menyusui parsial sesuai definisi WHO.

1) Menyusui eksklusif

Tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk

air putih, selain menyusi (kecuali obat-obatan dan vitamin atau

mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan

14

2) Menyusui predominan

Menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau

minuman berbasis air, misalnya the, sebagai makanan/minuman

prelakteal sebelum ASI keluar.

3) Menyusui parsial

Menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI,

baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi

berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun

diberikan sebagai makanan prelakteal.

4. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (Ten Step to

Succesful Breastfeeding)

Pada tahun 1990, WHO dan UNICEF membuat program ten to

succesfull breatfeeding atau 10 langkah menuju keberhasilan menyusui

(LMKM) melalui pembentukan baby-friendly hospital initiative

(rumah sakit sayang ibu) yang bertujuan agar semua pelayanan

kesehatan yang menyediakan pelayanan metrnitas mendukung praktek

pemberian ASI.

15

Tabel 1Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

No Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

1 Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secararutin disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untukdiketahui

2 Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilanyang diperlukan untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakantersebut

3 Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat danpenatalaksanaan menyusui

4 Membantu ibu untuk mulai menyusui bayinya dalam kurunwaktu kurang dari 30 menit setelah melahirkan

5 Memperlihatkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan caramempertahankan produksi ASI pada saat ibu harus berpisahdengan bayinya

6 Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASIkepada bayi baru lahir, kecuali atas indikasi medis

7 Melaksanakan rawat gabumg, yang memungkinkan ibu dan bayiselalu bersama dalam 24 jam

8 Mendukung ibu untuk dapat memberi ASI sesuai dengankebutuhan bayi tanpa menjadwalkanya

9 Tidak memberi dot atau kempeng kepada bayi yang masihmenyusu

10 Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkanibu untuk berkonsultasi dengan kelompok ini

C. Tinjauan Umum Tentang Manfaat Pemberian ASI

Manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) telah banyak

dipublikasikan melalui laporan-laporan penelitian. Secara garis besar,

manfaat pemberian ASI dapat ditinjau dari sudut manfaat bagi bayi

dan bagi ibu.

1) Manfaat Bagi Bayi

ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi

(Roesli, 2009). Bayi yang diberi ASI lebih tahan terhadap sejumlah

16

penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut

(Quigley, Kelly, & Acker, 2007), mengurangi kemungkinan

kontaminasi dari makanan (Arifeen et all, 2001), lebih jarang

mencret (Beaudray, 1995), dan menurunkan resiko sindrom

kematian bayi mendadak (Mitchel, 1997). Selain itu, ASI membuat

anak lebih pandai, tidak tergantung pada latar belakang ekonomi

(Mortesen 2003, Jain 2002), dan mengurangi gangguan mental

pada nak an remaja (Weindy et all, 2009).

Terkait dengan manfaat dari lama pemberian ASI,

penelitian Nurmianti dan Bersal tahun 2008 menemukan, durasi

pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di

Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih

memiliki ketahan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang

disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disuse denga durasi 4-5

bulan memliki ketahan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang

disusui kurang dari 4 bulan.

Proses menyusui membuat bayi sering berada dalam

dekapan ibu. Bayi akan merasa aman dan tentram karena masih

mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam

kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi ini menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan spiritual yang baik (Roesli, 2009).

17

2) Manfaat Bagi Ibu

Menyusui merupakan suatu pengambilan keputusan yang

bijaksana dari orang tua (KemnegPP, 2008). Tidak hanya bagi bayi

dan anak saja, menyusui juga memberikan keuntungan bagi

kesehatan ibu. La Leche League Internasional (LLLI) sebuah

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Spayol, yang berdiri

sejak tahun 1956, secara terus menerus mempromosikan pemberian

ASI eksklusif. Dengan memberi ASI berarti telah memberi

perlindungan yang signifikan bagi ibu untuk melawan kanker

penyudara dan kanker ovarium.

Selain itu menyusui juga melindungi ibu dari kejadian

terhadap osteoporosis, dengan patah tulang pinggul lebih sedikit,

dan tulang lebih kuat pada wanita postmenopause. Menyusui

eksklusif juga memberi efek kontarasepsi 98% terhadap kehamilan

dalam enam bulan pertama. Pada banyak perempuan, menyusui

lanjutan akan menunda kembalinya kesuburan selama satu tahun

atau lebih. Dengan demikian, kesehatan dan status gizi wanita tidak

terganggu dengan hilangnya zat besi akibat haid dan kehamilan

berjarak dekat.

3) Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli

susu formula, botol sus, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat

berarti keluarga mengeluarkan leih sedikit biaya guna perawatan

18

kesehatan, penjarangan kelahiranlantaran efek kontrasepsi dari ASI

eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga,

menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,

keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika

bepergian (Kristiyanasari, 2009).

4) Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor

susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat Negara

lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah

bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup

anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan

sumber daya yang terus-menerus di produksi (Kristiyanasari,

2009).

D. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ASI

Menurut (Nugroho, 2011), faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ASI meliputi:

a. Frekuensi Pemberian Susu

Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan

bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih

dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.

Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat

menyusui.

19

Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup

bulan menujukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 + 3 kali per hari

selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungn dengan

produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan

penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada priode awal setelah

melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan

stimulasi hormone dalam kelenjar peyudara.

b. Berat Bayi Saat Lahir

Hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini

berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama

penyusunan dibidang bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari ke

dua dan usia bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan

menghisap yang mengakibatkan perbedaan yang besar dibanding

bayi yang mendapat formula

c. Usia Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi ASI. Hal

ini disebabkan bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang

dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara

efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang

lahir tidak premature. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi

premature dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.

20

d. Usia Ibu dan Paritas

Umur paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya

dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.

Penelitian luar menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja

dengan gizi baik, inti ASI mencukupi berdasarkan pengukuran

pertembuhan 22 bayi dari 15 bayi . Pada ibu yang melahirkan lebih

tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.

e. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stress dapat mengganggu laktasi

sehingga mengganggu produksi ASI karena menghambat

pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa

rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji

dampak dari berbagai tipe stress ibu khususnya kecemasan dan

tekanan darah terhadap produksi ASI.

f. Mengkomsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan

mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin

akan menghambat pelepasan oksitosin. Penelitian menunjukkan

adanya hubugan antara merokok dan penyapihan dini meskipun

volume ASI elitian diluar men dan penyapihan dini meskipun

volume ASI tidak diukur secara langsung.

21

g. Mengkomsumsi Alkohol

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan

progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI

sebaiknya bila pil hanya mengandung progestin makan tidak ada

dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini WHO

merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang

menggunakan pil kontrasepsi.

E. Tinjauan Umum Tentang Ibu Multipara

Menurut (Manuaba, 1999) paritas atau para adalah wanita yang

pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu

kali

2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak

hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari

lima kali

3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin

aterm lebih dari lima kali

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih

dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah

melahirkan bayi viable (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai

22

angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi

kematian maternal (Winkjosastro, 2002).

F. Tinjauan Umum Variabel Independen

1. Usia ibu

Umur menurut (Amiruddin, 2007) dibedakan menjadi dua yaitu tua

apabila berusia diatas 30 tahun dan muda kurang dari 30 tahun. Ibu

yang berumur kurang dari 30 tahun belum mempunyai pengetahuan

tentang pemberian ASI eksklusif, sedangkan ibu yang berumur lebih

dari 30 tahun mempunyai pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif.

Jadi umur ibu mempunyai peran dalam pemberian ASI eksklusif.

Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui

bayinya dengan ASI yang cukup sehingga terdapat hubungan yang

bermakna antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif (Lestarie,

2004). Proporsi pemberian ASI eksklusif paling banyak pada ibu

berusia muda dibandingkan dengan proporsi pemberian ASI eksklusif

pada ibu berusia tua (Yuliandarin, 2009).

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan menurut (Koesoema, 2007) merupakan sebuah proses

yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang

tidak tertata atau tertata liar menjadi semakin tertata, semacam proses

penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun

dalam diri orang lain.

23

Di lihat dari sudut pandang kesehatan, (Pickett, George, & Hanlon,

2009) mendefinisikan pendidikan adalah proses membantu seseorang

dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk

membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

mempengaruhi kesehatan pribadi orang lain

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2008 tentang wajib

belajar menyatakan bahwa wajib belajar adalah program minimal yang

harus diikuti oleh warga Negara atas tanggung jawab pemerintah.

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi dirinya agar

dapat hidup mandiri dalam masyarakat.

Sistem pendidikan nasional Indonesia mengakui ada 3 jalur

pendidikan, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal

(Sumardiono, 2007).

a. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan di sekolah mulai SD-

SMP-SMA-Perguruan Tinggi adalah perwujudan model

pendidikan formal yang paling muda dikenali masyarakat.

b. Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang. Jalur pendidikan ini diselenggarakan bagi warga

masyrakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi

sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan

24

formal dalam rangka mendukung pendidikan penunjang hayat.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan serta pendidikan lain yang ditujukan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan nonformal antara

lain: lembaga kursus, lembaga kepelatihan, kelompok belajar,

pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan

sejenis.

c. Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan

pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan

standar nasional pendidikan.

Tingkat pendidikan seorang ibu diharapkan mampu memberikan

kontribusi terhadap pemberian ASI. Pendidikan tinggi diharapkan akan

memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI, sehingga

berpengaruh positif terhadap pemberian ASI eksklusif, pendidikan ibu

juga berpengaruh terhadap produksi ASI, tingkat pendidikan tertinggi

yang ditamatkan oleh ibu mempunyai kemungkinan menyusui ASI

eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak sekolah dan

tamat SD, walaupun tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sosek tapi

terlihat bahwa justru ibu yang tidak berpendidikan formal memiliki

potensi lama untuk menyusui bayinya dari pada ibu yang

25

berpendidikan tinggi (Arfana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh

(Tan, 2011) melaporkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan

dengan pemberian ASI eksklusif.

3. Status Pekerjaan Ibu

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan ibu juga

diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu

dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang

bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden

yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di

luar rumah (sektor formal) memiliki akses mendapatkan informasi

tentang ASI eksklusif (Sudirham, 2010).

Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila ia tidak

bekerja maka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarganya,

bekerja untuk perempuan sering kali bukan pilihan tetapi karena

pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangganya (Arfana, 2010).

Tamal (2012) mengemukakan bahwa ibu yang bekerja di sektor

pertanian dan sebagai ibu rumah tangga lebih memungkinkan untuk

memiliki kebiasaan menyusui lebih panjang dibanding dengan wanita

yang bekerja pada sektor informal. Pernyataan tersebut diperjelas oleh

penelitian yang dilakukan oleh (Tan, 2011) yang mengatakan bahwa

26

berdasarkan hasil regresi logistic, ibu yang tidak bekerja 3,5 kali lebih

memungkinkan untuk memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang

bekerja. penelitian lain yang dilakukan oleh Khassawneh (2009)

dengan metode penelitian cross sectional mendapatkan bahwa wanita

yang bekerja lebih memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak

bekerja.

4. Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan seseorang dapat berguna sebagai motivasi dalam

bersikap dan bertindak bagi orang tersebut. Serangkaian pengetahuan

selama proses interaksi dengan lingkungannya menghasilkan

pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang

lain. Pengetahuan orang tua, ibu dan ayah bayi khususnya mengenai

kolostrum, ASI eksklusif dan manajemen laktasi memegang peranan

penting dalam pemberian ASI eksklusif (Amiruddin, 2007).

1. Pengertian Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya prilaku seseorang. Menurut (Taufik, 2007),

27

pengetahuan merupakan pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan lain sebagainya).

a. Tingkatan Pengetahuan

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif, yaitu (Notoatmodjo, 2007):

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan. Menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

28

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannyasatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

29

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

2. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkat pengetahuan

5. Usia Kehamilan Ibu

Usia kehamilan normal bagi ibu adalah 40 minggu. Menurut

WHO, usia kehamilan pada bayi baru lahir dikategorikan menjadi

premature, normal, dan lebih bulan. Kelahiran premature terjadi

sebelum 37 minggu usia kehamilan. Usia kehamilan ini dihitung dari

hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Pengeluaran ASI

tergantung dari umur kehamilan ibu sehingga ASI yang keluar dari ibu

dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya

cukup bulan.

30

6. Sikap Ibu

Berikut beberapa definisi istilah sikap yang dalam bahasa Inggris

disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Herber Spencer (1862),

yang menggunakan kata ini menunjukkan suatu status mental

seseorang. Pada tahun 1888 konsep sikap secara popular digunakan

oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi,

perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek

(Notoatmodjo,2003).

Penelitian yang dilakukan (Gibney, MM, MK, & Leonore, 2005)

menyatakan bahwa banyak sikap dan kepercayaan yang tidak

mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu

tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Umumnya alasan ibu

tidak memberikan ASI eksklusif meliputi rasa takut yang tidak

berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memiliki mutu

yang tidak baik. Keterlambatan memulai pemberian ASI dan

pembuangan kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah serta

31

kepercayaan yang keliru bahwa bayi haus dan memerlukan cairan

tambahan. Penelitian yang dilakukan oleh (Permana, 2006)

menunjukkan bahwa sikap positif ibu terhadap praktik pemberian ASI

eksklusif tidak diikuti dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya.

Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya

sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan dukungan dari pihak-

pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-orang terdekat ibu

7. Penerimaan Informasi Dari Petugas Kesehatan

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu

system. Peran dipengaruhi oleh kendala sosial baik dalam maupun dari

luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari prilaku yang

diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Surirham,

2010). Salah satu peran petugas kesehatan dalam meningkatkan

cakupan ASI eksklusif yaitu dengan memberikan informasi dan

edukasi (KIE) memulai kegiatan penyuluhan dalam hal yaan ini yang

dilakukan oleh petugas konselor ASI.

Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk

membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan

menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI pada bayi

(Amiruddin, 2007). Seorang konselor ASI mempunyai kemampuan

dalam menjadi konselor yaitu:

32

1. Keterampilan melakukan komunikasi antar pribadi

2. Pengetahuan tentang ASI dan segala faktor yang terkait dengan

pemberian ASI, baik secara nedis/teknis, social budaya dan

agama

3. Memahami program pemberian ASI yang dilakukan oleh

berbagai pihak baik dari kalangan pemerintah maupun

masyarakat.

Sedangkan penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan

pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan

pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak

hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan

anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Sudirham, 2010).

33

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untuk

mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (WHO, 2011). Selain itu

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.450/Men.kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 menyatakan bahwa

untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal,

bayi harus di beri ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Namun

demikian cakupan pemberian ASI eksklusif secara nasional tahun 2013

hanya 42% masih jauh dari target nasional yakni 80%.

Landasan teoritik yang mendasari penyususnan karangka konsep pada

bab ini yaitu berdasar pada teori Lutter (2000), dimana variabel dependen

yaitu pemberian ASI eksklusif serta variabel independen yaitu usia ibu,

tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan, status ekonomi

keluarga, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan

ibu, sikap ibu terhadap ASI eksklusif, dan penerimaan informasi dari

petugas kesehatan. Berikut merupakan alasan variabel penelitian:

1. Usia Ibu

Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui

bayinya dengan ASI yang cukup, proporsi pemberian ASI eksklusif

34

paling banyak pada ibu berusia muda dibandingkan dengan proporsi

pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia tua.

2. Tingkat Pendidikan ibu dan suami

Pendidikan merupakan proses membantu seseorang dengan

bertindak secara sendiri-sendiri ataupun kognitif untuk membuat

keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

mempengaruhi kesehatan orang lain. Tingkat pendidikan ibu dan

suami diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pemberian

ASI. Pendidikan tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang

cukup tentang pemberian ASI.

3. Status Pekerjaan

Pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan

ibu dalam memberikan ASI eksklusif, ibu yang tidak bekerja lebih

memungkinkan untuk memiliki kebiasaan menyusui lebih panjang

dibanding dengan ibu yang bekerja.

4. Tingkat pengetahuan ibu

Pengetahuan seseorang dapat berguna sebagai motivasi dalam

bertindak, pengetahuan ibu mengenai kolostrum, ASI ekskusif, dan

menajmen laktasi memegang peranan penting dalam pemberian ASI

eksklusif. Pengetahuan akan memberi pengalaman kepada ibu tentang

cara pemberian ASI ekskusif yang baik dan benar.

35

5. Usia Kehamilan Ibu

Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan ibu, sehingga

ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran premature akan berbeda

dengan ibu yang bayinya cukup bulan.

6. Sikap Ibu

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku seorang ibu,

sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar terhadap makna

pemberian ASI yang membuat para ibu tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya.

7. Penerimaan Infomasi Dari Petugas Kesehatan

Salah satu peran petugas kesehatan dalam meningkatkan cakupan

ASI eksklusif yaitu dengan memberikan informasi dan edukasi (KIE)

memulai kegiatan penyuluhan dalam hal yaan ini yang dilakukan oleh

petugas konselor ASI. Konselor ASI telah dibekali keterampilan untuk

membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan

menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI pada bayi

B. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan yaitu teori Lutter (2000),

menyatakan bahwa determinan pemberian ASI pada bayi dipengaruhi oleh

faktor ibu, faktor peluang, faktor informasi dan dukungan fisik selama

kehamilan, serta faktor eksternal meliputi keluarga, medis, sikap budaya,

dan norma-norma, keadaan demografi, ekonomi, tekanan komersil serta

kebijakan internasional dan nasional, sebagai berikut ini:

36

ProximateDeterminant

IntermediateDeterminants

UnderlyingDeterminant

Gambar 1 : Model determinan prilaku menyusui menurut Lutter

(2000), 478:355–68.

Infant feeding behaviours

Maternal choices Opportunities toact on these

choice

Infant feeding information and physical socialsupport during pregnancy, childbirth and

postpartum

1. Familial, medical and cultural,attitudes and norms

2. Demographics and economic condition3. Commercial pressures4. National and polices and norms

37

C. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti

Gambar 2 : Karangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen yang diteliti

Usia ibu

PemberianASI Eksklusif

Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat Pendidikan Suami

Status Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASIEksklusif

Usia Kehamilan Ibu

Sikap Ibu Terhadap ASI Eksklusif

Penerimaan Informasi dari PetugasKesehatan

38

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemberian ASI eksklusif

Yang dimaksud pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI

saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan cairan atau

makanan pengganti lainnya termasuk air putih dengan pengecualian

larutan rehidrasi oral, atau vitamin, mineral, dan obat-obatan tetes atau

sirup (Kemenkes, 2012).

Kriteria Objektif:

Ya : Apabila responden mengatakan bawa ia

menyusui bayinya sejak dilahirkan hingga

bayi tersebut berusia 6 bulan tanpa di beri

minuman/cairan atau makan tambahan

lain termasuk air putih dengan

pengecualian larutan rehidrasi oral, atau

vitamin, mineral, dan obat-obatan tetes

atau sirup.

Tidak : Apabila responden mengatakan bahwa

sejak lahir hingga barumur 6 bulan

bayinya pernah diberikan minuman/cairan

aatau makanan tambahan lain termasuk air

putih atau responden mengatakan bahwa ia

menghentikan pemberian ASI sebelum

bayi tersebut 6 bulan.

39

2. Usia Ibu

Usia ibu dalam penelitian ini yaitu umur responden sampai saat

melahirkan bayinya menurut pengakuan ibu

Kriteria Objektif

<20 tahun : Bila usia ibu<20 tahun

20-24 tahun : Bila usia ibu 20-24 tahun

25-29 tahun : Bila usia ibu 25-29 tahun

30-34 tahun : Bila usia ibu 30-34 tahun

>35 : Bila usia ibu > 35 tahun

3. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu dalam penelitian ini adalah formal dan pendidikan

terakhir yang pernah dicapai atau ditamatkan oleh responden, sesuai

dengan wajib belajar 9 tahun (PP No.47 Tahun 2008)

Kriteria Objektif:

Tinggi : Bila pendidikan > SMP

Rendah : Bila pendidikan < SMP

4. Tingkat Pendidikan Suami

Pendidikan suami dalam penelitian ini adalah formal dan

pendidikan terakhir yang pernah dicapai atau ditamatkan oleh suami

responden, sesuai dengan wajib belajar 9 tahun (PP No.47 Tahun

2008)

40

Kriteria Objektif:

Tinggi : Bila pendidikan > SMP

Rendah : Bila pendidikan < SMP

5. Status Pekerjaan

Yang dimaksud status pekerjaan ibu adalah aktivitas rutin yang

dilakukan ibu yang dapat menghasilkan uang untuk membantu

penghasilan dan keperluan keluarga.

Kriteria Objektif:

Bekerja : Apabila responden bekerja aktif untuk

menunjang ekonominya. Pekerjaan yang

dimaksud adalah PNS, Pegawai Swasta,

Buruh, Petani dan Pedagang.

Tidak Bekerja : Apabila responden di anggap tidak

bekerja aktif untuk menunjang

ekonominya (ibu rumah tangga).

6. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu dalam penelitian ini

adalah pemahaman ibu yang benar yang berhubungan dengan ASI

eksklusif meliputi pengertian, lama pemberian, manfaat ASI dan

menyusui buat bayi dan ibu serta teknik menyusui. Menggunakan

skala Guttman, dimana jawaban responden yang benar diberi skor 1

dan jawaban salah diberi skor 0

41

Kriteria Objektif

Cukup : jika skor responden sama atau lebih dari

median

Kurang : Jika skor responden kurang dari median

7. Usia Kehamilan

Usia kehamilan ibu terbagi atas usia kehamilan normal dan

prematur. Prematur adalah ibu yang melahirkan bayi baru lahir dengan

umur kehamilan kurang dari 37 minggu saat kelahiran.

Kriteria Objektif :

>37 minggu : Usia kehamilan lebih dari atau sama

dengan 37 minggu

<37 minggu : Usia kehamilan kurang dari 37

minggu

8. Sikap Ibu Terhadap ASI eksklusif

Sikap adalah kesiapan ibu untuk bertindak secara konsisten

terhadap perilaku menyusui secara eksklusif. Analisis sikap ibu dilihat

dalam bentuk pernyataan setuju atau tidak terhadap pemberian ASI

eksklusif. Skala yang digunakan yaitu skala Likert, adapun skoring

sebagai berikut:

Pertanyaan positif Pertanyaan negatif

Skor 1: Sangat Tidak setuju (STS) Skor 1: Sangat Setuju (SS)

Skor 2: Tidak Setuju (TS) Skor 2: Setuju (S)

42

Skor 3: Ragu-ragu (R) Skor 3: Ragu-ragu (R)

Skor 4: Setuju (S) Skor 4: Tidak Setuju (TS)

Skor 5: Sangat Setuju (SS) Skor 5: Sangat Tidak setuju (STS)

Kriteria Objektif :

Sikap Positif : Jika jumlah skor responden > nilai

median

Sikap Negatif : Jika jumlah skor responden < nilai

media

9. Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan

Adanya pemberian pemahaman dan informasi tentang kepentingan

ASI bagi bayi baru lahir oleh seorang konselor, atau petugas kesehatan

(dokter, bidan atau perawat) kepada ibu selama hamil dan setelah

melahirkan menurut pengakuan ibu menyusui. Menggunakan skala

Guttman, dimana jawaban responden yang benar diberi skor 1 dan

jawaban salah diberi skor 0

Kriteria Objektif :

Ya : Jika jawaban responden sama atau lebih

dari nilai median

Tidak : Jika jawaban responden kurang dari nilai

median

43

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Usia ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif

oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

b. Tingkat pendidikan ibu bukan merupakan determinan pemberian

ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

c. Tingkat pendidikan suami bukan merupakan determinan pemberian

ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

d. Status pekerjaan bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

e. Tingkat pengetahuan bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

f. Usia kehamilan bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

g. Sikap ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif

oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

h. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan ASI bukan

merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

multipara di Kabupaten Jeneponto

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Usia ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif

oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

44

b. Tingkat pendidikan bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

c. Status pekerjaan bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

d. Tingkat pengetahuan bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

e. Usia kehamilan ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

f. Sikap ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif

oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

g. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan ASI bukan

merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

multipara di Kabupaten Jeneponto

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional

dengan rancangan cross sectional study untuk mengetahui determinan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

Tahun 2014.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih yaitu wilayah Kabupaten Jeneponto

Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan

cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Jeneponto terbilang rendah bahkan

pada tahun 2012 Kabupaten Jeneponto berada pada posisi terendah

cakupan pemberian ASI eksklusif jika dibandingkan dengan kabupaten

lain di Sulawesi Selatan yakni 20,6 %.

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan september sampai dengan

januari 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi penelitian ini yaitu semua ibu multipara di Kabupaten

Jeneponto tahun 2014 yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.

Populasi ibu multipara diambil dari jumlah ibu yang melahirkan

pada bulan Februari-Juli tahun 2014 yakni sebanyak 1980 orang

(Dinas Kesehatan Jeneponto, 2014).

46

2. Sampel

Sampel penelitian ini yaitu ibu multipara yang memiliki kriteria

sebagaimana populasi diatas dan terpilih untuk dijadikan responden.

Kriteria sampel penelitian yaitu ibu multipara yang melahirkan pada

bulan Februari-Juli 2014 yang terdaftar dalam buku kohort persalinan

bidan desa dan berdomisili di desa yang terpilih. Adapun jumlah

keseluruhan sampel yang diambil dengan menggunakan rumus

(Lemeshow, 1997):

= N. ( ). .( − 1) + ( ) .Keterangan :

n = Jumlah sampel keseluruhan

N = Besar populasi (1980)

p = Perkiraan proporsi variabel penelitian (0,73)

d = Tingkat ketelitian yang diinginkan (0,05)

q = 1- p 1 – 0,73 = 0,27

z = Derajat kepercayaan: 95% (1,96)

Sehingga diperoleh sampel keseluruhan di Kabupaten Jeneponto

yaitu sebanyak 262 ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan,

sebagaimana perhitungan dibawah ini:

47

= . ( ) . .( − 1) + . .= 1980. (1,96) . 0,73.0,270,05 (1980 − 1) + 1,96 .0,73.0,27= 1980. 3,84 . 0,19710,0025 1979 + 3,84 . 0,1971= 1499,2154,9475 + 0,757= 262 ibu multipara

3. Cara Penarikan Sampel

Penarikan sampel ini dilakukan dengan metode proportional

random sampling dimana metode ini merupakan cara penarikan

sampel yang dilakukan secara bertahap, cara penarikan sampel

dilakukan sebagai berikut ini:

a. Menghitung jumlah sampel untuk Kab. Jenponto sebanyak 262

orang

b. Menghitung proporsi sampel untuk tiap kecamatan di Kabupaten

Jeneponto berdasarkan jumlah ibu multipara yang melahirkan dari

bulan Februari-Juli dengan menggunakan rumus:

ni = N

nNi.

Keterangan :

ni : jumlah sampel ibu multipara menurut kecamatan

Ni : jumlah populasi ibu miltipara menurut kecamatan

N : jumlah seluruh populasi ibu multipara Kab.Jeneponto

48

n : jumlah sampel keseluruhan

Jumlah sampel pada setiap kecamatan di Kabupaten Jeneponto

dapat dilihat sebagai berikut:

1) Binamu : ni =.

= = 40 sampel

2) Turatea : ni =.

= = 22 sampel

3) Tamalatea : ni =.

= = 26 sampel

4) Bontoramba : ni =.

= = 27 sampel

5) Bangkala : ni =.

= = 42 sampel

6) Bangkala Barat : ni =.

= = 26 sampel

7) Batang : ni =.

= = 15 sampel

8) Tarowang : ni =.

= = 21 sampel

9) Arungkeke : ni =.

= = 13 sampel

10) Kelara : ni =.

= = 16 sampel

11) Rumbia : ni =.

= = 14 sampel

c. Melakukan simple random sampling untuk memilih desa di tiap

kecamatan dengan cara mengocok atau lot, desa yang keluar

sebagai desa pertama yang akan di data. Pemilihan responden

dilakukan dengan cara yang sama sesuai dengan jumlah sampel ibu

multipara pada masing-masing desa. Jika responden yang ada di

49

desa tersebut telah selesai dan responden sudah tidak ditemukan,

selanjutnya mengocok atau lot desa selanjutnya yang terpilih.

d. Kecemata pertama sebagai tempat penelitian adalah kecamatan

yang dekat dengan tempat tinggal kami yakni Kecamatan

Bontoramba dan desa yang terpilih pertama yaitu Desa Baraya

selanjutnya Desa Bontoramba, Desa Kareloe, dan Desa

Bulusibatang. Kemudian Kecamatan Tamalatea, desa yang terpilih

adalah Desa Turatea, Desa Bontotangnga, dan Desa Karelayu.

Kemudian Kecamatan Binamu terpilih empat desa, Kecamatan

Bangkala terpilih empat desa, Kecamatan Bangkala Barat terpilih

dua desa, Kecamatan Batang terpilih dua desa, Kecamatan

Arungkeke terpilih tiga desa, Kecamatan Rumbia terpilih tiga desa,

Kecamatan Kelara terpilih dua desa, Kecamatan Tarowang terpilih

empat desa, dan terakhir kecamatan Turatea terpilih empat desa.

D. Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung (direct

interview) kepada ibu multipara yang menjadi responden dengan

menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya sebagai bahan

acuan peneliti saat mewawancarai sesuai dengan kuesioner standar.

Adapun data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden,

variabel independen yaitu usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan suami,

status pekerjaan ibu, status ekonomi keluarga, tingkat pengetahuan

tentang ASI eksklusif, usi kehamilan ibu saat melahirkan, sikap ibu

50

terhadap ASI eksklusif, mendapat informasi dari petugas kesehatan dan

variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara door to door atau

mengunjungi rumah ibu multipara yang alamatnya diperoleh dari daftar

buku kohor persalinan dan ANC bidan desa. Adapun tahapan pemilihan

sampelnya adalah sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten

Jeneponto, khusus pada bagian KIA. Selain itu, melakukan

koordinasi dengan bidan puskesmas, bidan desa, dan kader posyandu

di masing-masing puskesmas Kabupaten Jeneponto.

b. Mengumpulkan data dan membuat daftar nama ibu primipara dan

multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yaitu lahir pada bulan

Februari-Juli tahun 2014 di desa yang terpilih pada setiap kecamatan.

c. Sampel penelitian ini yaitu sebanyak 506 responden sekabupaten

Jeneponto yang terdiri atas 244 ibu primipara dan 262 ibu multipara.

Namun penelitian ini khusus akan menganalisis ibu multipara di

Kabupaten Jeneponto.

d. Setelah mendapatkan data ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan,

peneliti mencari alamat responden yang terdapat dalam daftar yang

telah dibuat sebelumnya. Setelah rumah responden ditemukan, maka

peneliti akan memperkenalkan diri dan meminta kesediaan calon

responden yang bersedia diwawancarai menggunakan instrumrn

kuesioner.

51

e. Setelah wawancara selesai, peneliti kemudian meminta informasi

kepada responden tentang tempat tinggal responden lainnya yang

terdapat dalam daftar. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9

Februsri sampai 17 Februari 2015. Untuk lebih jelas disajikan dalam

gambar sebagai berikut:

3244 ibuMemiliki bayi umur 6-12 bulan

506 ibuTerpilih menjadi sampel

595 ibu dikunjungi 73 ibuTidak ditemukan rumahnya

522 ibuDitemukan rumahnya

11 ibuTidak bersedia diwawancarai

506 ibuBersedia diwawancarai

5 ibuBerhenti ditengah wawancara

244Ibu primipara

Memiliki bayi umur6 bulan: 29 ibu (11, 9%)7 bulan: 35 ibu (14, 3%)8 bulan: 40 ibu (16, 4%)9 bulan: 36 ibu (14, 8%)10 bulan: 32 ibu (13, 1%)11 bulan: 49 ibu (20, 1%)12 bulan: 23 ibu (9,4%)

262Ibu multipara

Memiliki bayi umur6 bulan: 18 ibu (6, 9%)7 bulan: 40 ibu (15,3%)8 bulan: 27 ibu (10,3%)9 bulan: 38 ibu (14,5%)

10 bulan: 39 ibu (14, 9%)11 bulan: 48 ibu (18,3%)12 bulan: 52 ibu (19,8%)

Dianalisis

Gambar 3 Prosedur Seleksi

52

E. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dan dengan

menggunakan program SPSS 20 meliputi editing, coding, entry data,

cleaning dan analisis data. Pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi.

1. Editing

Pada fase ini dilakukan setelah data dikumpulkan dan dilakukan

dengan cara memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan

data, dan kesesuaian data. Proses ini dilakukan setelah data terkumpul.

2. Coding

Pelaksanaan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan

data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan

label-label tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean

dilakukan dengan memberikan nomor variable, nama variabel dan

kode.

3. Entry Data

Fase ini dilakuka setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya

mengimput data pada masing-masing variable. Urutan data yang

diinput berdasarkan nomor responden pada kuesioner.

4. Cleaning Data

Setelah melakukan entry data, maka selanjutnya yaitu fase cleaning

data. Hal ini dimaksudkan karena pada saat entry data peneliti

melakukan kesalahan dengan harapan ada perbaikan sebelum

dilakukan analisis data

53

5. Analisi Data

Analisis data dilakukan dengan uji statistik, yaitu meliputi:

a. Analisis univariat

Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada

setiap variabel independen maupun variabel dependen. Adapun

hasil dari analisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

b. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen

dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat

signifikansi (α ) = 0,05. Untuk membuktikan ada tidaknya

hubungan tersebut, dilakukan statistic. Hasil intrepretasi yakni

nilai P value > 0,05 menyatakan bahwa tidak ada hubungan

variabel independen dengan variabel dependen dan bila P

value < 0,05 menyatakan bahwa ada hubungan variabel

independen dengan variabel dependen

F. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis kemudin disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi kemudian diinterpretasi dan dibahas.

54

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto Provinsi

Sulawesi Selatan. Ibu kota Kabupaten Jeneponto yaitu Bonto Sunggu.

Adapun peta wilayah Kabupaten Jeneponto dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 4 Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto

Kabupaten Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749,8 km2,

dimana luas Sulawesi Selatan sebesar 62.361,71 km2. Adapun batas-batas

wilayahnya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kab. Gowa dan Kab.

Takalar

Sebelah Timur : berbatasan dengan kabupaten bantaeng

Sebelah Selatan : berbatasan dengan laut Flores

55

Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Takalar

Secara administrasi pemerintah Kabupaten Jeneponto terbagi atas

11 kecamatan, 82 desa dan 31 kelurahan. Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Jeneponto, jumlah penduduk pada tahun 2013 di

Kabupaten Jeneponto sebanyak 352.894 jiwa dengan 77.745 kepala

keluarga.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Responden

Pada bagian ini akan dibahas tentang hasil penelitian berupa

deskripsi responden, pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara.

Deskripsi responden terdiri dari karakteristik sosial demografi ibu dan

suami, status ekonomi keluarga, tingkat pengetahuan ibu, usia

kehamilan, sikap ibu serta pemberian informasi dari petugas kesehatan.

Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara variabel independen

(Usia ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pengetahuan

ibu, usia kehamilan ibu, sikap ibu, serta pemberian informasi dari

petugas kesehatan) dengan variabel dependen (pemberian ASI

eksklusif). Bagian akhir bab ini disajikan pembahasan terhadap temuan

dari penelitian ini.

a. Karakteristik sosial demografi ibu multipara dan suami

Karakteristik sosial demografi ibu dan suami dalam

penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan.

56

Karakteristik sosial demografi ibu dan suami dapat dilihat pada

tabel 2 dan 3 berikut ini:

Tabel 2Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan Suami

Berdasarkan Usia di Kabupaten Jeneponto

Karakteristik Ibu Multipara n

Usia Ibu (Tahun)Mean 30Minimum 18Maksimum 45Standar deviasi 5,595

Usia Suami (Tahun)Mean 33Minimum 22Maksimum 56Standar deviasi 5,984

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total 262 responden rata-

rata usia ibu yaitu 30 tahun. Usia tertinggi ibu yaitu 45 tahun dan

terendah adalah 18 tahun. Adapun rata-rata usia suami yaitu 33

tahun. Usia tertinggi yaitu 56 tahun dan yang terendah adalah 22

tahun.

Sebagian besar responden berpendidikan rendah (72,9%)

sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebesar 27,1 %.

Mayoritas responden tidak bekerja yakni 86,6%. Sedangkan

sebagaian besar suami responden dengan tingkat pendidikan

rendah (69,1%) dan mayoritas suami bekerja (98,9%), ini disajikan

pada tabel 3.

57

Tabel 3Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan SuamiBerdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan di

Kabupaten Jeneponto

KarakteristikJumlah

n %Tingkat Pendidikan Ibu

Rendah 191 72,9Tinggi 71 27,1

Status Pekerjaan ibuTidak bekerja/ibu rumah tangga 217 86,6Bekerja 45 13,4

Tingkat Pendidikan suamiRendah 181 69,1Tinggi 81 30,9

Status Pekerjaan suamiTidak bekerja 3 1,1Bekerja 259 98,9

Sumber: Data Primer, 2015

b. Karakteristik bayi umur 6-12 bulan

Karakteristik bayi dalam penelitian ini meliputi umur dan

jenis kelamin. Karakteristik bayi berdasarkan umur adalah sebagai

berikut:

Tabel 4Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Umur di

Kabupaten JenepontoUmur Bayi (bulan) n

Median 10Minimum 6Maksimum 12Standar deviasi 1,941

Sumber: Data Primer, 2015

Tebel 4 menunjukkan bahwa dari total 262 bayi responden

rata-rata umur bayi adalah 10 bulan, umur maksimum yaitu 12

bulan dan umur minimum bayi yaitu 6 bulan, dengan standar

deviasi sebesar 1,941.

58

Distribusi bayi ibu multipara berdasarkan jenis kelamin

adalah sebagai berikut:

Tabel 5Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Jeneponto

Jenis KelaminJumlah

n %Laki-laki 135 51,5Perempuan 127 48,5Total 262 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tebel 5 menunjukkan bahwa Proporsi bayi laki-laki

(51,5%) hampir sama dengan bayi perempuan yakni (48,5%).

c. Jenis penolong dan tempat persalinan

Distribusi jenis penolong dan tempat persalinan ibu

multipara adalah sebagai berikut:

Tabel 6Jenis Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara

di Kabupaten Jeneponto

Jenis Penolong dan Tempatpersalinan

Jumlah

n %Jenis Penolong

Tenaga kesehatan 225 85,9%Non tenaga kesehatan 37 14,1

Tempat PersalinanFasilitas kesehatan 197 75,2%Non fasilitas kesehatan 65 24,8%

Sumber: Data Primer, 2011

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari total 262 responden

sebagian besar (85,9%) bersalin dengan jenis penolong tenaga

kesehatan dan mayoritas melahirkan di fasilitas kesehatan 75,2%.

59

d. Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara

Dalam penelitian ini status kesehatan reproduksi ibu yang

disajikan meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak yang meninggal,

dan pernah keguguran atau aborsi. Berikut ini merupakan

persentase status kesehatan reproduksi ibu multipara:

Tabel 7Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara di

Kabupaten Jeneponto

Karakteristik Ibu Jumlahn %

Jumlah kehamilan2 kali 132 50,43 kali 78 29,84 kali 31 11,8>4 kali 21 8,0

Ada anak yang meninggalTidak ada 258 98,51 orang 3 1,12 orang 1 0,4

Pernah mengalami keguguranYa 7 2,7Tidak 255 97,3

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari total 262 responden

sebagian besar responden memiliki jumlah kehamilan sebanyak

dua kali (50,4%). Sebagian besar responden tidak pernah

mengalami keguguran (97.3%).

60

2. Hasil Analisis Univariat

a. Pemberian ASI Eksklusif

Kategori pemberian ASI Eksklusif terdiri dari ASI

eksklusif dan tidak ASI eksklusif. Distribusi Responden

berdasarkan pemberian ASI eksklusif adalah sebagai berikut:

Sumber: Data Primer, 2015

Grafik 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya (73.7%), sedangkan

responden yang memberikan ASI eksklusif hanya sebesar 26.3%.

Distribusi ibu multipara yang melakukan inisiasi menyusu

dini (IMD) adalah sebagai berikut:

Tabel 8Distribusi Pelaksanaan Inisisasi Menyusu Dini Responden

di Kabupaten Jeneponto

IMDJumlah

n %Tidak 230 87,8

Ya 32 12,2

Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015

73.7%

26.3%Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

Grafik 1 Persentase Pemberian ASI Eksklusif oleh IbuMultipara di Kabupaten Jeneponto

n = 262

61

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 87,8 % responden

tidak melakukan inisiasi menyusu dini pada saat pertama kali

menyusui dan hanya 12,2 % responden yang melakukan IMD.

Umur bayi pada saat diberi makanan selain ASI adalah

sebagai berikut:

Tabel 9Distribusi Umur Bayi Diberi Makanan Pendamping ASI di

Kabupaten Jeneponto

Umur Bayi Diberiakan MP-ASIJumlah

n %3 Hari pertam 99 51,31 Bulan 72 37,3

2 Bulan 4 2,13 Bulan 8 4,14 Bulan 1 0,55 Bulan 9 4,7Total 193 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar umur bayi

pada saat diberi makanan selain ASI yakni 3 hari pertama setelah

dilahirkan (51,3%), dan yang terendah yaitu umur 4 bulan yakni

(0,51%).

Alasan Ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya

selama 0 sampai 6 bulan adalah sebagai berikut:

62

Tabel 10Distribusi Alasan Responden Memberikan MP-ASI

Sebelum Usia Bayi 6 Bulan di Kabupaten Jeneponto

Alasan tidak memberi MP-ASIJumlah

n %Air susu tidak keluar 140 72,5Anak tidak mau 15 7,8Ibu sibuk bekerja 15 7,8Bayi sakit 6 3,1Nasehat suami 6 3,1Ada masalah kesehatan 5 2,6Ibu sakit 3 1,6Nasehat tenaga kesehatan 3 1.6Total 193 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak

memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 193, sebagian besar

disebabkan karena air susu ibu tidak keluar dengan lancar (72.5%),

selain itu bayi sudah tidak mau menyusu (7,8%) dan ibu sibu

bekerja (7,8%).

Tabel 11Jumlah Bayi Menyusui Menurut Umur di Kabupaten

Jeneponto

Umur BayiDiberika MP-ASI

Bayi Diberikan MP-ASIJumlah

Ya Tidakn % n % n %

3 Hari pertama 68 68,7 31 31,3 99 1001 Bulan 58 80,6 14 19,4 72 1002 Bulan 1 25,0 3 75,0 4 1003 Bulan 4 50,0 4 50,0 8 1004 Bulan 1 100 0 0 1 1005 Bulan 8 88,9 1 11,1 9 100Total 140 72,5 53 27,4 193 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang

telah diberi MP-ASI saat usia 3 hari pertama setelah dilahirkan,1

63

bulan dan 5 bulan sebagian besar masih tetap menyusui sampai

sekarang, setangah dari bayi responden yang telah diberi MP-ASI

saat usia 3 bulan masih tetap menyusui sampai sekarang (50,0%).

Dan 100% bayi masih tetap menyusui sampai sekarang setelah

diberi MP-ASI saat usia 4 bulan.

Tabel 12Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden di

Umur 3 Hari Pertama di Kabupaten Jeneponto

Makanan/minuman yang DiberikanJumlah

n %Susu formula 65 65,7Jus buah 1 2,0Air puith 7 7,1Air beras 19 19,2Madu 1 1,0Makanan setengah padat 5 5,1Total 99 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar

makanan/minuman yang diberikan kepada bayi 3 hari pertama

setelah lahir adalah susu formula (65,7%), dan yang paling sedikit

adalah madu yaki sebesar 1,0 %.

Berikut ini merupakan jenis makanan atau minuman yang

diberikan kepada bayi umur 1-5 bulan:

64

Tabel 13Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden di

Umur 1-5 Bulan di Kabupaten Jeneponto

Makanan/minuman yang DiberikanJumlah

n %Susu formula 56 59,6Air putih 11 11,7Air beras 6 17,0Madu 2 2,1Makanan setengah padat 9 9,6Total 94 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memberikan susu formula pada anaknya di umur 1-5 bulan

(59,6%) sedangkan paling sedikit yaitu madu (2,1%).

b. Usia ibu

Usia responden dalam penelitian ini terdiri dari 5 kategori

Distribusi responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut ini:

Tabel 14Distribusi Usia Responden di Kabupaten Jeneponto

Usia IbuJumlah

n %<20

20-2425-2930-34>35

231957757

811.836.329.421.8

Total 262 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tebel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berada pada kelompok umur lebih atau sama dengan 25 tahun

(85,5%). Umur termuda responden adalah 19 tahun sedangkan

umur tertua responden adalah 45 tahun.

65

c. Tingkat pengetahuan ibu

Tingkat pengetahuan responden dikategorikan menjadi dua

yaitu tingkat pengetahuan rendah dan tinggi berdasarkan kriteria

objektif. Distribusi tingkat pengetahuan responden adalah sebagai

berikut:

Tabel 15Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI

Eksklusif di Kabupaten Jeneponto

Tingkat PengetahuanJumlah Presentase

n %

Kurang 120 45.8

Cukup 142 54.2

Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 15 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang ASI eksklusif lebih banyak

(54,2%) dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan

yang kurang (45,8%).

d. Usia kehamilan ibu

Usia keamilan ibu pada saat melahirkan terdiri atas dua

kategori yaitu <37 minggu dan >37 minggu berdasarkan kriteria

objektif. Distribusi responden berdasarkan usia kehamilan saat

melahirkan adalah sebagai berikut:

66

Tabel 16Distribusi Usia Kehamilan Responden di Kabupaten Jeneponto

Usia Kehamilan IbuJumlah

n %

<37 minggu 50 19.1

>37 minggu 212 80.9

Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden usia kehamilannya saat melahirkan yaitu cukup bulan

yakni 80,9%.

e. Sikap ibu

Sikap responden berdasarkan kriteria objektif dikategorikan

menjadi dua yaitu sikap positif dan negative. Distribusi sikap

responden adalah sebagai berikut:

Tabel 17Distribusi Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif di

Kabupaten Jeneponto

Sikap IbuJumlah

n %Negatif 129 49.2

Positif 133 50.8

Total 262 100Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa proporsi sikap

ibu multipara terhadap pemberian ASI eksklusif hampir sama

antara sikap negatif (49.2%) dan sikap positif (50.8%).

67

f. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan

Distribusi Penerimaan informasi dari petugas kesehatan

dikategorikan menjadi dua berdasarkan kriteria objektif, dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 18Distribusi Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan di

Kabupaten Jeneponto

Penerimaan informasiJumlah

n %Tidak 107 40.8

Ya 155 59.2

Total 262 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

telah mendapat informasi tentang ASI eksklusif dari petugas

kesehatan 59,2, namun masih terdapat 40,8% responden yang tidak

pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan.

Alasan responden tidak pernah mendapat informasi secara

lengkap dari petugas kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif

adalah sebagai berikut:

68

Tabel 19Distribusi Alasan Responden Tidak Mendapat Informasi Dari

Petugas Kesehatan

Alasan tidak memperoleh informasiJumlah

n %

1. Berhalangan hadir saat penyuluhan 88 33.62. Jarang datang ke pelayanan

kesehatan4 1.5

3. Sibuk mengurus rumah tangga 15 5,7

Total 107 40.8Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 19 menunjukkan bahwa alasan sebagian besar

responden yang tidak pernah mendapat informasi dari petugas

kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif yaitu berhalangan

hadir saat penyuluhan oleh petugas (33.6%), selain itu juga

disebabkan karena responden jarang datang ke pelayanan

kesehatan (1,5%) dan sibuk mengurus rumah tangga (5,7%).

3. Hasil Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen

Analisis bivariat merupakan analisis untuk melihat hubungan

variabel independent dengan variabel dependent. Analisis ini

digunakan untuk mengukur sejauh mana hubungan kemaknaan secara

statistik.

Penelitian ini melihat hubungan karakteristik demografi (umur ibu,

tingkat pendidikan, satus pekerjaan ibu dan tingkat pendidikan suami),

serta pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan ibu saat

melahirkan, sikap ibu terhadap ASI eksklusif dan penerimaan

69

informasi dari petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif oleh

ibu multipara.

Hasil analisis hubungan antara karakteristik demografi dengan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 20Hubungan Karakteristik Demografi dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Kabupaten Jeneponto

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 20 menunjukkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20

tahun lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya

dibandingkan ibu dengan rentang usia 20-24, 25-29 dan diatas 30

tahun, hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.

KarakteristikDemografi

Pemberian ASIEksklusif Total

p-valueTidak Yan % n % n %

Usia Ibu

0,237<20 3 42,9 4 57,1 7 10020-24 24 77,4 7 22,6 31 10025-29 65 71,4 26 28,6 91 100>30 101 75,9 32 24,1 133 100

TingkatPendidikan Ibu

Rendah 143 74.9 48 25.1 191 100 0,468Tinggi 50 70.4 21 29.6 71 100

TingkatPendidikan Suami

Rendah 134 74.0 47 26.0 181 100 0,476Tinggi 59 72.8 22 27.2 81 100

Status PekerjaanIbu

Bekerja 36 80,0 9 20,0 45 100 0,289Tidak bekerja 157 72,4 60 27,6 217 100

70

Variabel tingkat pendidikan ibu menunjukkan bahwa pemberian

ASI eksklusif oleh ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih banyak

sebesar 29,6% dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan rendah

sebesar 25,1%, berdasarkan hasil uji statistik diperoleh perbedaan yang

tidak signifikan.

Hasil analisis pada variabel pekerjaan ibu menunjukkan bahwa,

pemberian ASI eksklusif mayoritas dilakukan oleh ibu yang tidak

bekerja sebesar 27,6% dibandingkan dengan ibu yang bekerja sebesar

20,0%, berdasarkan hasil uji statistik tidak diperoleh perbedaan yang

signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif dengan

tingkat pendidikan suami yang tinggi lebih banyak yakni sebesar

27,2% dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan suami

yang rendah sebesar 26,0%, hasil uji statistik menunjukkan tidak

diperoleh perbedaan yang signifikan.

Selain karakteristik demografi, analisis hubungan juga dilakukan

terhadap faktor pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan

ibu saat melahirkan , sikap ibu terhadap ASI eksklusif serta

penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan hubungannya

dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara. Hasil analisis

dapat dilihat sebagai berikut ini:

71

Tabel 21Hubungan Variabel Independen dengan Pemberian ASI Eksklusif

di Kabupaten Jeneponto

VariabelIndependen

Pemberian ASIEksklusif Total

p-valueTidak Yan % n % n %

TingkatPengetahuan Ibutentang ASIeksklusif

Kurang 101 84.2 19 15.8 120 100 0,000Cukup 92 64.8 50 35.2 142 100

Usia KehamilanIbu

0.095<37 minggu 37 74,0 13 26,0 50 100>37 minggu 156 73,6 56 26,4 212 100

Sikap Ibu tentangASI

0.000Negatif 123 95,3 6 4,7 129 100Positif 70 52,6 63 47,4 133 100

PenerimaanInformasi DariPetugasKesehatan

Tidak 93 86.9 14 13.1 107 100 0.000Ya 100 64.5 55 35.5 155 100

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 21 menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif mayoritas

dilakukan oleh ibu dengan tingkat pengetahuan yang cukup 35,2%

dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang

15,8%, hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Pada variabel usia kehamilan ibu pemberian ASI eksklusif mayoritas

dilakukan oleh ibu dengan usia kehamilan >37 minggu (26,4%)

dibandingkan dengan ibu dengan usia kehamilan <37 minggu, hasil uji

statistic menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.

72

Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif mayoritas

dilakukan oleh ibu dengan sikap positif terhadap ASI eksklusif

(47,4%) dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif

terhadap ASI eksklusif (4,7%), dari hasil uji statistik diperoleh

perbedaan yang signifikan. Sejalan dengan sikap ibu, penerimaan

informasi juga menunjukkan perbedaan yang signifikan, pemberian

ASI eksklusif mayoritas dilakukan oleh ibu dengan yang pernah

menerima informasi dari petugas kesehatan (35,5) dibandingkan

dengan ibu yang tidak menerima informasi dari petugas kesehatan

(13,1%).

C. Pembahasan

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto

menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara tergolong

rendah yakni sebesar 26,3% dan ibu multipara yang tidak memberikan

ASI eksklusif sebanyak 73,7%.

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

tahun 2011 melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Kabupaten

Jeneponto tergolong rendah yakni 28,30% kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2012 yakni sebesar 20,60% dan meningkat secara

signifikan pada tahun 2013 menjadi 67,70%. Namun data tentang

pemberian ASI Eksklusif yang dilaporkan tersebut tidak membedakan

antara ibu primipara dan multipara.

73

Pemberian ASI eksklusif lebih umum dilakukan oleh ibu

multipara, karena pengalaman memegang peranan penting dalam

meningkatkan pengetahuan (Bate, 2013). Namun hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar ibu multipara yang tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya, dengan alasan air susu ibu tidak keluar dengan

lancar. Apabila air susu ibu tidak keluar dengan lancar terutama pada hari-

hari pertama setelah melahirkan, maka ibu merasa cemas dan takut

bayinya kelaparan, maka ibu segera memberikan susu formula atau

minuman lain seperti air tajin dan air putih untuk bayinya.

Dalam rangka meningkatkan pemberian ASI ekslusif, maka

diperlukan upaya peningkatan produksi ASI salah satunya yaitu melalui

IMD (inisiasi menyusui dini) saat setelah melahirkan, penelitian ini

mendapatkan bahwa hanya 12,2% ibu yang melakukan IMD. Melalui

IMD, bayi diberikan kesempatan untuk menemukan, menghisap putting

ibu dan memperoleh kolostrum. Seringkali proses yang terjadi saat IMD

meningkatkan kemampuan menyusu bayi dan melancarkan produksi dan

sekresi ASI pada ibu melalui sekresi hormon prolaktin dan oksitosin

(Suradi, 2007).

Penelitian ini mendapatkan hubungan antara pengetahuan ibu,

sikap ibu, dan pemberian informasi dari petugas kesehatan dengan

pemberian ASI eksklusif dan tidak ada hubungan antara umur ibu, tingkat

pendidikan ibu dan suami, status sosial ekonomi keluarga dan usia

kehamilan ibu saat melahirkan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

74

multipara. Hasil penelitian yang telah disajikan dapat diketahui lebih lanjut

pada pembahasan berikut ini:

1. Hubungan usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif

Hasil penelitian ini menemukan bahwa usia ibu tidak memiliki

hubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Ida (2012) di wilayah kerja

Puskesmas Kemiri Kota Depok menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Heather Lk et al (2009)

di Kanada melaporkan hasil yang berbeda bahwa ibu yang berusia <25

tahun memiliki kemungkinan 2,3 kali lebih besar untuk gagal

memberikan ASI eksklusfi dibandingkan dengan ibu yang berusi >25

tahun. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya

pemberian ASI eksklusif pada kelompok ibu yang berusia lebih muda,

yaitu pengetahuan yang lebih sedikit mengenai ASI, kurangnya

dukungan sosial saat menyusui, dan belum adanya pengalaman.

Penelitian di Palembang yang dilakukan Amiruddin (2007)

menunjukkan bahwa umur sangat berpengaruh dalam pemberian ASI

eksklusif pada bayi, karena kebanyakan ibu yang berumur lebih dari 30

tahun mempunyai tanggung jawab dalam pemberian ASI eksklusif

sedangkan ibu yang berumur kurang dari 30 tahun lebih memberikan

susu formula dari pada ASI eksklusif.

75

2. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif

Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat pendidikan ibu

tidak memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

multipara. Hasil tabulasi silang menunjukkan ibu dengan tingkat

pengetahuan tinggi lebih banyak tidak memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya dibandingkan dengan ASI eksklusif

Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan tinggi menyatakan bahwa ia tidak memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya karena terhambat oleh kesibukan pekerjaan

dan jarak antara rumah dan tempat kerja yang jauh. Sedangkan ibu

dengan pendidikan rendah tidak memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya karena memiliki pengetahuan yang minim tentang ASI

ekskusif dan penyerapan informasi yang sulit.

Tingkat pendidikan seorang ibu diharapkan mampu memberikan

kontribusi terhadap pemberian ASI eksklusif. Pendidikan tinggi di

harapkan akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemberian

ASI, sehingga berpengaruh positif terhadap produksi ASI, tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu mempunyai

kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu

yang tidak sekolah dan tamat SD, walaupun tidak dapat dipisahkan

pendidikan formal memiliki potensi lama untuk menyusui bayinya dari

pada ibu berpendidikan tinggi (Arfana, 2010).

76

Penelitian ini tidak sejalan oleh penelitian yang dilakukan (Tan,

2011) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan

dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian (Nascimento, 2010)

menyatakan bahwa rendahnya pendidikan ibu berhubungan dengan

gangguan pemberian ASI eksklusif untuk bayi berusia 6 bulan di

wilayah selatan Brazil. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Thu,

Eriksson, & Khanh, 2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antar

tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI di wilayah pedesaan dan

perkotaan Vietnam, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka

semakin lama durasi pemberian ASI.

Tingkat pendidikan ibu diharapkan mampu untuk memberikan

kontribusi terhadap pemberian ASI eksklusif. Namun dalam penelitian

ini terlihat bahwa ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi justru

cenderung tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya disebabkan

karena ibu yang berpendidikan tinggi banyak yang bekerja. Maka

penting bagi ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi dapat

mengaplikasikan pengetahuannya dalam pemberian ASI eksklusif

karena saat ini banyak cara yang dapat dilakukan ibu untuk

memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya meskipun sibuk

bekerja.

77

3. Hubungan tingkat pendidikan suami dengan pemberian ASI

eksklusif

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami

tidak berhubungan dengan pemberian ASI. Hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa pemberian ASI esklusif oleh ibu multipara yang

memiliki suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi hanya 27,2%,

angka tersebut termasuk rendah jika dibandingkan dengan yang tidak

memberikan ASI eksklusif (72,8%) meskipun tingkat pendidikan

suami tinggi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

suami yang tinggi belum tentu akan membuat ibu memberikan ASI

eksklusif pada bayinya. Hal ini disebabkan karena kontribusi suami

dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi tergolong rendah.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, menyatakan

bahwa responden merasa telah berpengalaman karena sudah pernah

menyusui sebelumnya. Responden lebih sering berdiskusi dengan ibu

atau ibu mertua seputar pemberian ASI dibandingkan dengan suami.

Penelitian Februhartanty (2008) melaporkan hasil yang berbeda

bahwa suami yang mendukung dan berperan aktif membantu ibu

dalam proses menyusui menjadi faktor dominan penentu keberhasilan

pemberian pemberian ASI eksklusif. Berbagai tipe peran ayah mencari

informasi tentang ASI serta mendampingi ibu proses selama kehamilan

dan menyusui hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi memiliki

78

hubungan yang signifikan terhadap keberhasilan pemberian ASI

eksklusif.

Penelitian Roesli (2005) menyatakan bahwa hubungan yang baik

antara ayah dan bayi merupakan faktor yang penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian hari.

Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka ayah

perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui.

4. Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan

ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan

kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan

responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan

pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan

karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses

mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif (Sudirham, 2010).

Namun demikian ibu bekerja cenderung untuk tidak memberikan

ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja di

luar rumah mempunyai keterbatasan kesempatan untuk menyusui

bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau

tempat, terutama jika tempat kerja tidak tersedia fasilitas tersebut

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil

79

tabulasi silang menunjukkan bahwa masih banyak ibu multipara yang

tidak bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal

ini disebabkan karena kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya

pemberian ASI eksklusif untuk bayi.

Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya (Bate, 2011)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan

pemberian ASI eksklusif, ibu yang tidak bekerja lebih sedikit

memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan tidak ASI eksklusif.

Berbeda dengan penelitian Tamal (2012) mengemukakan bahwa

ibu yang bekerja, khususnya di sektor pertanian dan sebagai ibu rumah

tangga lebih memungkinkan untuk memiliki kebiasaan menyusui lebih

panjang dibanding dengan wanita yang bekerja pada sektor informal.

Pernyataan tersebut diperjelas oleh penelitian yang dilakukan oleh

(Tan, 2011) yang mengatakan bahwa berdasarkan hasil regresi logistik,

ibu yang tidak bekerja 3,5 kali lebih memungkinkan untuk

memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang bekerja. penelitian lain

yang dilakukan oleh Khassawneh (2009) dengan metode penelitian

cross sectional mendapatkan bahwa wanita yang bekerja lebih

memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.

Bayi dapat menolak disusui secara tiba-tiba, alasan bayi menolak

yaitu disebabkan karena adanya perubahan rutinitas ibu atau aktivitas

80

ibu misalnya meninggalkan rumah untuk kembali bekerja, sehingga

bayi terpaksa diberikan susu formula (Nur Khasanah, 2011).

Ibu bekerja memiliki waktu yang sedikit untuk mengurus bayinya,

termasuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Namun

meskipun demikian bekerja bukan alasan untuk menghentikan

pemberian ASI selama 6 bulan karena dengan pengetahuan yang benar

tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan

lingkungan kerja maka ibu dapat tetap memberiakan ASI eksklusif.

Perlu dilakukan pemberian informasi dan edukasi pada ibu tentang

cara memerah ASI dan menyimpannya dibotol, agar bayi tetap

mendapat ASI meskipun ibu sibuk bekerja.

5. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan

pemberian ASI eksklusif

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

tentang ASI memiliki hubungan yang bermakna dengan pemberian

ASI eksklusif oleh ibu multipara. Pemberian ASI eksklusif lebih

banyak dilakukan oleh ibu multipara yang memiliki pengetahuan yang

cukup dibandingkan ibu dengan pengetahuan yang kurang.

Hasil peneletian ini sejalan didukung dengan penelitian Nuraeni

(2011) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah balita yang

dimiliki, kecenderungan perilaku pemberian ASI semakin baik. Hal ini

dikarenakan adanya pengalaman menyusui sebelumnya. Pengalaman

81

yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang dalam

pemberian ASI.

Sejalan dengan Adwinanti (2004) penelitian yang dilakukan di

wilayah puskesmas Kotabaru Bekasi yang menunjukkan adanya

hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif, pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu

tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar terkait

dengan masa lalunya. Dalam hal ini motivasi dalam dirinya secara

sukarela dan penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya.

Penelitian Juliastuti (2011) menunjukkan hasil yang konsisten bahwa

makin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka akan semakin tinggi

kemungkinan pemberian ASI eksklusif dari pada ibu dengan

pengetahuan rendah.

Pengetahuan ibu sangat berperan terhadap pemberian ASI eksklusif

pada bayi. Manajmen laktasi yang benar dapat meningkatkan produksi

dan pengeluaran ASI, bayi yang lahir akan mempunyai naluri untuk

menyusu kepada ibunya pada 20-30 menit setelah lahir, dengan

bantuan bidan ibu dapat meletakkan bayi di atas perut dan dia akan

mampu mencari payudara dan dan mulai untuk menyusu

(Kristiyanasari, 2009).

Pengetahuan ibu tentang menajmen laktasi yang benar dapat

membantu keberhasilan pemberian ASI, terutama pada saat setelah

melahirkan. Cara pertama meningkatkan produksi ASI adalah dengan

82

meningkatkan frekuensi mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi

disusui, semakin banyak ASI diproduksi.

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pengetahuan ibu

dengan pemberian ASI eksklusif, maka penting untuk memberi

penyuluhan tentang ASI eksklusif dan manajmen laktasi kepada ibu,

demi untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi.

6. Hubungan usia kehamilan dan pemberian ASI eksklusif

Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat hubungan

usia kehamilan ibu saat melahirkan dengan pemberian ASI eksklusif.

Ibu dengan usia kehamilan normal saat melahirkan yakni 9 bulan bulan

lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan yang

memberikan ASI eksklusif. Sedangkan pemberian ASI eksklusif oleh

ibu dengan usia kehamilan saat melahirkan premature memiliki

proporsi yang hampir sama dengan ibu dengan usia kehamilan saat

melahirkan cukup bulan.

Umur kehamilan saat melahirkan memiliki pengaruh dalam

kemampuan menyusunya. Bayi yang lahir dengan usia kandungan

kurang (belum mencukupi untuk dilahirkan), biasanya belum mampu

menyusu segera. Penelitian sebelumnya (Amahorseja, 2012)

menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh usia

kehamilan ibu, kelangsungan produksi ASI ibu yang melahirkan

premature tidak lancar jika dibandingkan dengan ibu dengan usia

kehamilan cukup bulan.

83

Ibu yang melahirkan secara premature memiliki kelangsungan

produksi ASI yang tidak lancar. Produksi ASI sangat berperan

terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, maka ibu yang

melahirkan secara premature harus melakukan usaha-usaha tertentu

untuk mempertahankan produksi ASInya salah satunya yaitu melaukan

manajmen laktasi yang benar setelah melahirkan dan makan makanan

atau minuman khusus untuk memperlancar ASI, seperti sayur dan

buah.

7. Hubungan sikap ibu terhadap ASI terhadap pemberian ASI

eksklusif

Selain pengetahuan ibu, hasil dari penelitian ini juga mendapatkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara. Ibu multipara yang

memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI cenderung memberikan

ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan ibu multipara yang memiliki

sikap negatif.

Sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap obyek lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Soekidjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo, kondisi pengetahuan sangat berperan dalam

membentuk sikap positif atau sikap negatif seseorang. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan.

84

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, menemukan

bahwa terdapat beberapa responden yang memiliki sikap yang positif

terhadap pemberian ASI eksklusif namun tidak diikuti dengan tindakan

yang baik, hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa bayi yang

diberi air tajin saat setelah lahir akan lebih kuat dan memiliki kulit

yang bangus. Menurut Goksen (2002) pemberian ASI eksklusif dilatar

belakangi lingkungan sosial yang kompleks yang mana norma-norma

lebih penting daripada pertimbangan sikap dalam memilih ASI

eksklusif.

Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Setiowati (2011) di Kabupaten Subang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI

eksklusif, pemberian ASI eksklusif mayoritas dilakukan oleh ibu

dengan sikap positif. Sejalan dengan penelitian Astuti (2013) di

Kecamatan Serpong Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif, penyebab

gagalnya ASI eksklusif adalah kondisi psikologis ibu dimana sang ibu

merasa tidak yakin akan persediaan ASInya. Ibu yang dari awal

mempunyai mindset bahwa bayi yang lahir diberi ASI saja, maka akan

dengan berbagai usaha untuk keberhasilan pemberian AS.

Namun tidak sejalan dengan penelitian Gibney et al (2005)

menyatakan bahwa banyak sikap dan kepercayaan yang tidak

mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu

85

tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Umumnya alasan ibu

tidak memberikan ASI eksklusif meliputi rasa takut yang tidak

berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup.

Sikap positif ibu terhadap ASI eksklusif terbukti berperan pada

keberhasilan pemberian ASI. Hal itu disebabkan karena ibu dengan

sikap positif akan lebih siap menyusui bayinya, maka penting untuk

memberikan informasi dan motivasi kepada ibu sejak dini, terutama

pada saat kehamilannya agar ibu dapat siap secara mental untuk

melahirkan dan menyusui bayinya secara eksklusif.

8. Hubungan penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan

pemberian ASI eksklusif

Peran adalah bentuk dari prilaku yang diharapkan dari seseorang

pada situasi sosial tertentu (Surirham, 2010). Salah satu peran petugas

kesehatan dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif yaitu dengan

memberikan informasi dan edukasi (KIE) melalui kegiatan

penyuluhan.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang berhubungan antara

mendapat informasi dari petugas kesehatan dengan pemberian ASI

eksklusif. Berdasarkan hasil analisis masih terdapat sekitar 40,8% ibu

multipara yang tidak pernah mendapat informasi secara lengkap

seputar ASI eksklusif dari petugas kesehatan. Adapun alasan sebagian

besar ibu yang tidak pernah mendapat informasi tentang ASI eksklusif

adalah pada saat petugas mengadakan penyuluhan tentang ASI

86

eksklusif mereka berhalang hadir, adapun alasan lainnya karena jarang

datang ke pelayanan kesehatan dan sibuk mengurus rumah tangga.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif

lebih banyak dilakukan oleh ibu multipara yang pernah mendapat

informasi secara lengkap tantang ASI dari petugas kesehatan

dibandingkan dengan ibu multipara yang tidak pernah memperoleh

informasi secara lengkap dari petugas kesehatan. Pemberian informasi

dalam hal ini meliputi manfaat pemberian ASI, pemberian motivasi

kepada ibu untuk menyusui, tata cara memerah ASI, informasi tentang

pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan,

teknik menyusui bayi, perawatan payudara dan cara untuk

mempertahankan produksi ASI.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Astuti menunjukkan bahwa hasil uji secara statistik menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peranan petugas

kesehatan dan pemberian ASI eksklusif. Salah satu penyebab dari

kurangnya pemberian ASI eksklusif adalah pelayanan yang diberikan

di fasilitas kesehatan tidak mendukung pemberian ASI eksklusif

(Astuti, 2013).

Hasil dari wawancara yang dilakukan kepada responden

menunjukkan bahwa masih ada bidan yang menganjurkan memberikan

susu formula kepada bayi apabila saat setelah melahirkan air susu ibu

87

tidak keluar, maka perlu adanya sanksi yang tegas terhadap bidan yang

menganjurkan susu formula

Informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki

kontribusi terhadap pemberian ASI eksklusif, maka penting untuk

melakukan penyuluhan dan pemberian informasi pada ibu tentang

manajemen laktasi, karena salah satu sebab ibu memberikan susu

formula pada 3 hari pertama setelah melahirkan adalah air susu ibu

tidak keluar dengan lancar. Dengan memberikan informasi kepada ibu

tentang manajmen laktasi diharapkan mampu untuk meningkatkan

usaha ibu untuk melakukan prosedur laktasi yang benar untuk

kelancaran produksi ASInya.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang ditemui selama penelitian ini

dilaksanakan yaitu

1. Ada pergantian responden yang telah di list menjadi sampel karena

ada responden hanya datang melahirkan di Kabupaten Jeneponto,

setelah responden melahirkan kemudian kembali ke daerah tempat

mereka bekerja sehingga tidak dapat dijumpai saat dilakukan

penelitian

2. Potensi kelemahan penelitian ini adalah recall bias karena kualitas

data yang dikumpulkan sangat tergantung dari kemampuan

responden mengingat kembali peristiwa atau apa yang dilakukan

saat melahirkan dan menyusui.

88

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian melihat determinan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto

2. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

3. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan suami dengan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

4. Tidak ada hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif

oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

5. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

6. Tidak ada hubungan usia kehamilan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

7. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

multipara di Kabupaten Jeneponto

8. Ada hubungan penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan

pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

89

B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang ASI

eksklusif dan manajmen laktasi

2. Kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi dan

edukasi kepada ibu tentang manajmen laktasi, dan pemberian

suplemen untuk memperlancar produksi ASI demi untuk keberhasilan

pemberian ASI eksklusif

3. Diharapkan adanya penelitian selanjutnya dengan topik yang sama

namun menjadikan petugas kesehatan sebagai sampel untuk melihat

kualitas dan cara pemberian informasi tentang ASI eksklusif dan

manajmen laktasi kepada ibu menyusui di Kabupaten Jeneponto.

90

DAFTAR PUST AKA

Adwinanti. (2004). Hubungan Praktek Pemberian ASI dengan Pengetahuan Ibutentang ASI, Kekhawatiran Ibu, Dukungan Keluarga dan Status Gizi BayiUsia 0-6 Bulan. (Skripsi), Fakultas Pertanian Bogor.

Afifah, D. N. (2007). Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan PraktekPemberian ASI Eksklusif. (Skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang.

Amahorseja. (2012). Faktor Determinan Kelangsungan Produksi ASI di RumahSakit Umum Daerah DR M. Haulussy. Universitas Hasanuddin.

Amiruddin. (2007). Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusifdi Kelurahan PaBaeng Makassar. (S1), Universitas Hasanuddin.

Arini. (2012). Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian ASIEksklusif. Universitas Sumatra Utara.

Bate, A. I. (2014). Determinan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah KerjaPuskesmas Mangarabombang. (Skripsi), Universitas Hasanuddin,Makassar.

Dinkes. (2014a). Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2013: PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan.

Dinkes. (2014b). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013:Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Februhartanthy. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan PelaksanaanInisisasi menyusui Dini di Kamar Bersalin IGN RSUPN Dr CiptoMangunkusumo. (Skripsi), Universitas Indonesia.

Gibney, M., MM, B., MK, J., & Leonore, A. (2005). Public Health Nutrition.Blackwell Publishing.

Heather LK, Katie HC, Suzanne CT. (2009). Risk Factor For Cessation OfBreastfeeding Prior to Six Month Postpartum a Community Sampel ofWoman in Calgary, Alberta. Can J of Pub Health:68:1-4.

Juliastuti, R. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, DanPelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Pemberian ASI Eksklusif.Universitas Sebelas Maret.

Khassawne. (2009). Knowledge Attitude And Practice of Breastfeeding in TheNorth Of Jordan: A Cross-Sectional Study. international breastfeedingjournal.

91

Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi, Mendidik Anka di ZamanGlobal. Jakarta: Grasindo.

Kristiyanasari, W. (2009). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogjakarta: Nuha Medika.Lutter, C. K. (2000). Breastfeeding Promotion is its Effectivess Supported by

Scientific Evidence and Global Changes in Breastfeeding Behavior?Plenum Press.

Manuaba, I. B. G. (1999). Memahami Kesehatan reproduksi. Jakarta: Arcan.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nascimento. (2010). Exclusive Breastfeeding In Outhern Brazil: Prevalence AndAssociated Factors Breastfeeding Med.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: RinekaCipta.

Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogjakarta: Nuha Medika.

Nuraeni. (2011). Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASIEksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Cedrawasih. (Skripsi). FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan

Nurhuda, Firmansyah, & Muhmudah. (2012). Pengaruh Karakteristik(Pendidikan,Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui TerhadapPemberian ASI Eksklusif Kabupaten Tuban. Jurnal Media Kesehatan,08(29).

Nurkhasanah. (2011). ASI atau Susu Formula. Yogjakarta: Flashbooks.

Permana. (2006). Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Pemberian ASI EksklusifPada Ibu Tidak bekerja. (Skripsi), Universitas Diponegoro.

Pickett, George, & Hanlon, J. (2009). Kesehatan Masyarakat, Administrasi danPraktek. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Nasional Mternal dan Neonatal. Jakarta:JPN KR-Pogi.

Purnawati, S. (2003). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian ASIPada Bayi Usia Empat Bulan. Badan Litban Kesehatan.

92

Reni, F. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada BayiCukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Salah SatuRumah Sakit Sayang Bayi. (Tesis), Universitas Indonesia.

Riskesdas. (2013). Laporan Dasar 2013: Badan Penelitian Dan PengembanganKesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Roesli, U. (2009). Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif. Cibinong: Arcan.Sapna. (2009). Prevalence Of Exclusive Breastfeeding and Its Correlates In Urban

Clum In Western India. ieJsME:3(2), 14-18.

Setiowati, Tri. (2011). Hubungan Faktor-Faktor Ibu Dengan PelaksanaanPemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di Desa Cidadap WilayahKerja Puskesmas Pagaden Barat Kabupaten Subang. Stikes Jenderal A.Yani

Sudirham. (2010). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif diDesa Selli kecamatan Bengo Kebupaten Bone. (S1), UniversitasHasanuddin.

Suradi R. (2007). Manajmen Laktasi. Jakarta: Perinasia.h.1-5

Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Syahruni. (2012). Analisis Faktor Determinan Pemberian ASI Eksklusif diWilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo KotaMakassar. Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Tan, K. L. (2011). Factors Associated With Exclusive Breastfeeding AmongInfants Under Six Months Of Age in Peninsular Malaysia. internationalbreastfeeding journal, 6:2.

Taufik. (2007). Analisis Praktek Bidan Dalam Pelayanan Bagi Ibu Bersalin danBayi Baru Lahir 0-7 Hari Pasca Persalinan Di Kecamatan LembahGumanti Kabupaten Solok. (Tesis), Universitas Indonesia.

Thu, H. N., Eriksson, B., & Khanh, T. T. (2012). Breastfeeding Practices in Urbanand Rural Vietnam. BMC Public Health, 12:964.

UNICEF. (2006). Breastfeeding Saves Lives Of 30.000 Indonesian ChildrenYearly. Retrieved 21 november 2014http://www.unicef.org/indonesi/breastfeedingreleaseEnglish.pdf

WHO. (2011). E-library of Evidence For Nutrition Actions (Elena) Breastfeeding-Exclusive Breastfeeding. Retrieved tanggal 17 oktobel 2014Online(http:www.who.int/elena)

93

WHO. (2013). Celebrating World Breastfeeding Week 2013. Retrieved tanggal17 oktober 2014 (http:www.who.int/topics/breastfeeding/en)

Wienman. (1998). Delayed Breastfeeding Initiation Increses Risk Of neonatalMortality. Pediatrics, 117(3), e380-386.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI-Makanana Terbaik untukKesehatan,Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogjakarta: C.V Andi.

ID. Responden: No Urut Responden:

KUESIONER PENELITIAN

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARA

DI KABUPATEN JENEPONTO

TAHUN 2015

PENGANTAR WAWANCARA

Selamat (pagi, siang, sore, ……), Dengan Rumah Ibu ……. Nama saya ………………………………… Saya adalahMahasiswa FKM Universitas Hasanuddin sedang melaksanakan penelitian, akan melaksanakan wawancaramengenai ASI Eksklusif. Saya ingin bertanya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalampemberian ASI eksklusif kepada bayi ibu.

Keterangan/jawaban/pendapat yang Ibu berikan sangat diperlukan, karena akan membantu untukmerencanakan peningkatan dan perbaikan gizi balita serta menurunkan angka kematian bayi (AKB) diKabupaten Jeneponto. Oleh karena itu, saya akan sangat menghargai partisipasi/kesertaan Bapak/Ibu dalamkegiatan ini.

Dalam wawancara ini akan berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Keterangan apapun yang Ibu berikanakan dijaga kerahsasiaannya dan tidak akan diberitahuakn kepada pihak lain.

Apakah ada yang ingin ditanyakan mengenai wawancara ini?

Apakah saya boleh mulai mewawancarai Ibu sekarang?

Jeneponto,

TTD Pewawancara TTD Responden

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

ID. Responden: No Urut Responden:

B. IDENTITAS LOKASIB1 Kecamatan 1. Kecamatan Binamu

2. Kecamatan Turatea

3. Kecamatan Tamalatea

4. Kecamatan Bontoramba

5. Kecamatan Bangkala

6. Kecamatan Bangkala Barat

7. Kecamatan Batang

8. Kecamatan Tarowang

9. Kecamatan Arungkeke

10. Kecamatan Kelara

11. Kecamatan Rumbia

B2 Kelurahan/Desa ___________________________________

D. KARAKTERISTIK IBU MULTIPARA

D1 Nomor Responden

D2 Tanggal lahir responden(tgl/bulan/tahun) / /

Umur = tahunD3 Pendidikan Terakhir Ibu 1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak tamat SD3. Tamat SD4. Tamat SLTP5. Tamat SLTA6. Tamat Perguruan Tinggi

A. IDENTITAS BAYI (UMUR 6-12 BULAN)A1 Tanggal lahir

(Tgl/Bln/Thn) / /A2 Jenis kelamin bayi? 1. Laki-laki

2. Perempuan

C. KETERANGAN PENCACAHAN

C1 Tanggal wawancara(tgl/bulan/tahun) ____/____/_______

C2 Nama Pewawancara _________________________________

ID. Responden: No Urut Responden:

D4 Pekerjaan Ibu 1. Tidak kerja2. Ibu Rumah tangga3. PNS/TNI/Polri4. Pegawai BUMN5. Pegawai swasta6. Wiraswasta/Pedagang7. Petani/Nelayan/Buruh/Becak8. Lainnya, .......................................

D5 Sejak kapan ibu bekerja?________________________________________

E. KARAKTERISTIK SUAMI

E1 Tanggal lahir responden(tgl/bulan/tahun) / /

Umur = tahunE2 Pendidikan Terakhir Suami 1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak tamat SD3. Tamat SD4. Tamat SLTP5. Tamat SLTA6. Tamat Perguruan Tinggi

E3 Pekerjaan Suami 1. Tidak kerja2. Pensiunan3. PNS/TNI/Polri4. Pegawai BUMN5. Pegawai swasta6. Wiraswasta/Pedagang7. Petani/Nelayan/Buruh/Becak8. Lainnya,

..............................................

F. RIWAYAT PERSALINANF1 Berapa umur kehamilan (nama bayi) pada waktu

lahir? (Minggu)1. Cukup bulan (........... bulan)2. Kurang Bulan (........ bulan)

F2 Dimanakah ibu melahirkan (nama bayi)? 1. Fasiltas kesehatan2. Non fasilitas kesehatan3. Lainnya…………………………

F3 Siapa yang menolong ibu ketika melahirkan(nama bayi)?

1. Dokter Kandungan2. Dokter Umum3. Bidan4. Perawat/Mantri5. Dukun6. Lainnya, sebutkan ____________

ID. Responden: No Urut Responden:

F4 Apakah ketika lahir (nama bayi) ditimbang (Beratbayi lahir kurun waktu 48 jam)?

1. Ya2. Tidak98. Tidak Tahu/lupa

F5 Jika ya, berapa berat badan ketika dilahirkan?(Berdasarkan KMS/buku KIA/Ingatan ibu)

(gram)98. Tidak tahu/lupa

G. PEMBERIAN ASI ELSLUSIFG1 Apakah ibu pernah menyusui (nama anak)? 1. Ya (Selanjutnya ke G3)

2. Tidak (Selanjutnya ke G2)G2 Mengapa ibu tidak pernah menyusui (nama

anak)?1. Bayi sakit2. Ibu sakit3. Ada masalah payudara4. Air susu tidak keluar5. Anak tidak mau6. Ibu sibuk bekerja7. Agar payudara tidak berubah

bentuk8. Nasehat suami9. Nasehat tenaga kesehatan10. Lainnya …………………

G3 Apakah saat ini ibu masih menyusui (nama anak)? 1. Ya2. Tidak

G4 Apakah setelah dilahirkan bayi letakkan didada ibu dalam posisi tengkurap?

1. Ya2. Tidak

G5 Apakah ibu membiarkan kulit bayibersentuhan dengan kulit ibu hingga ibumenemukan puting susu ibu?

1. Ya2. Tidak

G6 Apakah saat bayi menemukan puting susu ibuapakah bayi kemudian menyusui?

1. Ya2. Tidak

G7 Apakah bayi bergerak secara alami mencaripayudara ibu tanpa diarahkan?

1. Ya2. Tidak

G8 Berapa lama setelah (nama bayi) dilahirkandilakukan hal tersebut?

1. < 1 jam2. < 24 jam (……….. jam)3. ≥ 24 jam (………… hari)

G9 Dalam 3 hari pertama setelah dilahirkan, sebelumair susu ibu keluar dengan lancar, apakah (namaanak) diberi makanan/minuman selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G10)2. Tidak (Selanjutnya ke G11)

G10 Makanan/minuman apakah yang diberikan kepada (nama anak)Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Susu formula bayi 1 0b. Susu lainnya 1 0

ID. Responden: No Urut Responden:

c. Air putih 1 0d. Gula 1 0e. Air gula 1 0f. Air beras/air tajin 1 0g. Jus buah 1 0h. The 1 0i. Madu 1 0j. Makan setengah padat/makanan lembut/makanan lumat 1 0k. Lainnya sebutkan:------------------ 1 0

G11 Berapa bulan ibu menyusui (nama anak)?(isidengan 98=Tidak tahu/lupa) ………………………

G12 Apakah usia bayi 1 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak

G13 Apakah usia bayi 2 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak

G14 Apakah usia bayi 3 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak

G15 Apakah usia bayi 4 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak

G16 Apakah usia bayi 5 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak

G17 Apakah usia bayi 6 bulan diberikanmakanan/minuman tambahan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke G18)2. Tidak (Selanjutnya ke G20)

G18 Makanan/minuman apakah yang diberikan kepada (nama anak)Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Susu formula bayi 1 0b. Susu lainnya 1 0c. Air putih 1 0d. Gula 1 0e. Air gula 1 0f. Air beras/air tajin 1 0g. Jus buah 1 0h. Teh 1 0i. Madu 1 0j. Makan setengah padat/makanan lembut/makanan

lumat 1 0

k. Lainnya sebutkan:------------------ 1 0G19 Mengapa ibu memberikan makanan bayi usia <6

bulan?1. Bayi sakit2. Ibu sakit3. Ada masalah payudara4. Air susu tidak keluar5. Anak tidak mau6. Ibu sibuk bekerja

ID. Responden: No Urut Responden:

7. Agar payudara tidak berubahbentuk

8. Nasehat suami9. Nasehat tenaga kesehatan10. Lainnya …………………

G20 Sejak usia 0-6 bulan anak (nama bayi) diberimakanan selain ASI?

1. Ya (Selanjutnya ke H1)2. Tidak (Selanjutnya ke G21)

G21 Adakah yang menjaga bayi selain ibu? 1. Ya2. Tidak (Selanjutnya ke H1)

G22 Siapa yang menjaga bayi selain ibu? 1. Orang Tua2. Mertua3. Suami4. Keluarga lain5. Lainnya, sebutkan ________

G23 Sejak usia 0-6 bulan anak (nama bayi) diberimakanan selain ASI?

1. Ya2. Tidak3. Lupa

H. TINGKAT PENGETAHUANH1 Apakah ibu pernah mendengar sesuatu tentang

ASI Eksklusif (gunakan istilah lokal)?

1. Ya2. Tidak98. Tidak tahu/lupa

H2 Dari siapa ibu terutama menerima informasitentang ASI Eksklusif?

1. Suami2. Ibu3. Ibu mertua4. Tetangga5. Dukun melahirkan6. Pemimpin masyarakat informal7. Pemimpin masyarakat formal8. Pemimpin agama/ulama9. Kader10. Bidan di desa11. Dokter12. Petugas kesehatan dari

Pustu/Puskesmas98. Tidak tahu/lupa

H3 Apa yang ibu ketahui tentang ASI Eksklusif? Tunggu jawabanresponden,jangan membacakan alternatif. (jawaban spontan dan bolehlebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Hanya memberi bayi ASI saja 1 0

b. Hanya memberi bayi ASI saja selama 6 bulan 1 0

c. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI tanpa susuformula saja

1 0

d. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI tanpa air putih 1 0

ID. Responden: No Urut Responden:

e. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI saja, tetapiberikan juga susu formula apabila bayi masih lapar/rewel/menangisterus

0 0

f. Selama 6 bulan pertama, hanya memberi bayi ASI saja, tetapiberikan juga pisang apabila bayi masih lapar/rewel/menangis terus

0 1

g. Lainnya (sebutkan): _______________ 0 1

h. Tidak tahu/lupa 0 1

H4 Apabila seorang ibu ingin memberikan ASI Eksklusif, apakah minuman berikut ini boleh diberikan?(Tanyakan satu demi satu)

a. Air Putih 1. Ya2. Tidak98. Tidak tahu/lupa

b. Susu formula 1. Ya2. Tidak98. Tidak tahu/lupa

H5 Apabila seorang ibu ingin memberikan ASIEksklusif, berapa bulan ibu harus memberi ASIsaja kepada bayinya?

a. 6 bulanb. Bukan 6 bulan,

sebutkan………………98. Tidak tahu

H6 Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi? Tunggu jawabanresponden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Meningkatkan kesehatan bayi 1 0b. Melindungi bayi dari penyakit/mencegah bayi sakit/membuat bayi

jarang sakit1 0

c. Meningkatkan ikatan emosional/bathin antara ibu dan bayi 1 0

d. Membuat bayi lebih pandai 1 0e. Mencegah bayi mengalami kegemukan 1 0f. Lainnya (sebutkan): _______________ 1 0g. Tidak tahu/lupa 0 1

H7 Selama 6 bulan pertama, berapa sering ibu harus menyusui bayinya?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Sesuai dengan kebutuhan bayi 1 0b. Setiap kali bayi menangis 1 0c. Setiap saat bayi rewel 1 0d. Setiap saat bayi lapar atau haus 1 0e. Setiap 2 jam 1 0f. Setiap 3 jam 1 0g. Setiap 4 jam 1 0h. Lainnya (sebutkan): _______________ 1 0i. Tidak tahu/lupa 0 1

H8 Pada saat bayi belum mencapai usia 6 bulan, bila ibu harus pergi danmeninggalkan bayi di rumah, apa yang harus ibu lakukan kepada bayi?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Memeras ASI, menyimpannya ke dalam botol dan memberikannyakepada bayi pada saat ibu meninggalkan rumah

1 0

b. Memberi susu formula kepada bayi 1 0c. Memberi air putih kepada bayi 1 0

ID. Responden: No Urut Responden:

d. Memberi ar madu kepada bayi 1 0e. Memberi air gula kepada bayi 1 0f. Memberi air beras/air tajin kepada bayi 1 0g. Memberi jus buah kepada bayi 1 0h. Memberi pisang kepada bayi 1 0i. Memberi minuman/makanan lain (sebutkan): _______________ 1 0j. Meminta ibu lain yang sedang menyusui untuk menyusui bayi 1 0k. Tidak member makanan atau minuman apa pun 1 0l. Tidak tahu/lupa 0 1

H9 Zat gizi apakah yang terkandung dalam ASI?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Protein 1 0b. Karbohidrat 1 0c. Lemak 1 0d. Zat kecerdasan 1 0e. Antibodi (zat penangkal penyakit) 1 0f. Vitamin 1 0g. Garam-garam 1 0h. Tidak tahu 0 1

H10 Apa tanda-tanda anak yang telah cukup minum ASI?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Kelihatan kenyang setelah disusui seperti putting dilepas 1 0b. Tidur pulas minimal 1-2 jam 1 0c. Meningkatkan berat badan setiap bulan 1 098. Tidak tahu 0 1

H11 Menurut ibu, bagaimana cara terbaik untuk memperbanyak ASI?Tunggu jawaban responden,jangan membacakan alternatif.(jawaban spontan dan boleh lebih dari satu)

Disebutkan Tidakdisebutkan

a. Menyusui lebih sering 1 0b. Biarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong 1 0c. Posisi bayi benar (mulut dan badan) 1 0d. Ibu minum minuman dan makan makanan khusus 1 0e. Ibu dan bayi tenang 1 0f. Ibu cukup makan dan minum 1 0g. Tidak tahu 0 1

I. SIKAP IBU STS TS R S SS

I1 Menyusui adalah kegiatan yang merepotkan ibu 5 4 3 2 1

I2Sebelum ASI keluar, susu formula adalah makananterbaik untuk diberikan kepada bayi baru lahir

5 4 3 2 1

I3Sebelum mulai disusui, bayi baru lahir perlu diberi madulebih dahulu

5 4 3 2 1

I4Bila bayi masih rewel, maka bayi perlu diberi minumanatau makanan lain selain ASI

5 4 3 2 1

ID. Responden: No Urut Responden:

I5Memberi ASI saja selama 6 bulan akan membuat bayilebih tahan terhadap penyakit

1 2 3 4 5

I6Bayi yang diberi pisang sebelum berusia 6 bulan akanlebih kuat daripada yang diberi ASI saja

5 4 3 2 1

I7Campuran nasi dan pisang yang dihaluskan adalahmakanan terbaik bagi bayi berusia <6 bulan

5 4 3 2 1

I8Menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan hanyatanggung jawab ibu saja

5 4 3 2 1

I9Bayi yang diberi pisang sebelum berusia 6 bulan akanlebih kuat daripada yang tidak

5 4 3 2 1

I10Bila suami saya melarang saya untuk menyusui, makasaya akan menurutinya

5 4 3 2 1

I11Bila ibu saya atau ibu mertua saya melarang saya untukmenyusui, maka saya akan menurutinya

5 4 3 2 1

J. PENERIMAAN INFORMASI DARI PETUGAS KESEHATANKode: Ya= 1 dan Tidak = 0

J1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang pemberian ASI secara eksklusifkepada bayi? (Jika J1=Tidak, selanjutnya ke J9)

J2 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang manfaat pemberian ASI secaraeksklusif kepada bayi?

J3 Apakah petugas kesehatan pernah memberikan motivasi pada ibu untuk memberikan ASIeksklusif sesuai kebutuhan dan keinginan bayi?

J4 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan kepada ibu tata cara memerah ASI dalambotol ASI dan cara menyimpan ASI?

J5 Apakah ibu pernah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan tentang bahaya bilamemberikan makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan?

J6 Apakah petugas kesehatan menganjurkan kepada ibu teknik menyusui (posisi menyusui)yang benar dalam hal pemberian ASI eksklusif?

J7 Apakah petugas kesehatan pernah memberikan penjelasan ibu tentang perawatanpayudara demi kelancaran pemberian ASI eksklusif?

J8 Apakah petugas kesehatan mengajarkan kepada ibu tentang cara mempeertahankanproduksi ASI pada saat harus berpisah dengan bayi ibu?

J9 Kenapa ibu tidak dijelaskan oleh petugas kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayi?...............................................................................................................................................

ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas

ID. Responden: No Urut Responden:

ID. Responden: No Urut Responden:

ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari BKPMD

ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data dari Dinkes Kabupaten Jeneponto

ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Jeneponto

ID. Responden: No Urut Responden:Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

ID. Responden: No Urut Responden:

Pengambilan data list ibu bersalin diPuskesmas Kapita

Pengambilan data list ibu bersalin diPuskesmas Rumbia

Wawancara dengan responden diKecamatan Bontoramba

Wawancara dengan responden diKecamatan Kelara

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

ID. Responden: No Urut Responden:

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Rahmatillah Razak

Alamat : Telkomas, Satelit IV no. 71

Tempat/Tanggal Lahir : Bilokka, 14 Juli 1993

Agama : Islam

Suku : Bugis

Bangsa : Indonesia

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. TK Darma Wanita Bilokka

2. SDN 4 Carawali tahun 2005

3. SMPN 1 Panca Rijang tahun 2008

4. SMAN 5 Parepare tahun 2011

5. FKM Unhas angkatan 2011

Lampiran 8. Riwayat Hidup Penulis