Post on 13-May-2023
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Judul : Reaksi Kimia Beberapa Hidrokarbon
TujuanPercobaan : 1. Mempelajari beberapa reaksi hidrokarbon
2. Memperkirakan banyaknya ikatan rangkap dalam
minyak tanah
dan premium
Pendahuluan
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang sederhana,
sebagaimana ditinjau dari namanya yaitu Hidro yang berarti
Hidrogen (H) dan karbon atau C. Senyawa hidrokarbon atau yang
biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu senyawa yang
unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom
hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor.
Senyawa hidrokarbon banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari
sebagai bahan-bahan yang penting misalnya minyak tanah, bensin,
gas alam, plastik dan lain-lain. Semua hidrokarbon mempunyai 3
sifat umum yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan dibanding
air dan mudah terbakar di udara.
Hidrokarbon dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yang
terdiri dari alkana, alkena dan alkuna dan hidrokarbon aromatik.
Hidrokarbon yang ada bersifat jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Hidrokarbon juga memiliki struktur dan rumus molekul yang
bermacam-macam sesuai dengan atom karbon yang berikatan pada
setiap rangkainnya. Berdasarkan susunan atom karbon dalam
ParafAsisten
molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu
senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik
adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu
memungkinkan bercabang (Brown, 1997).
Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu
hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal.
Hidrokarbon merupakan senyawa yang struktur molekulnya terdiri
dari hidrogen dan karbon. Molekul yang paling sederhana dari
alkana adalah metana. Metana berupa gas pada suhu dan tekanan
baku, merupakan komponen utama gas alam (Wilbraham, 1992).
Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air
dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana
juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak
jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya
dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam
ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon
yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh.
Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh.
Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu
rantai atau suatu cincin. Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya
bersatu dalam suatu rantai lurus atau rantai yang bercabang
diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai lurus berarti dari
tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih dari
dua atom karbon lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung
paling sedikit sebuah atom karbon yang terikat pada tiga atau
lebih atom karbon lain (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi
tiga kelompok besar yaitu Hidrogen alifatik yang terdiri atas
rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini
sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau
hidrokarbon siklik. Yang kedua adalah hidrokarbon alisiklik atau
hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam
satu lingkar atau lebih. Hidrokarbon selanjutnya adalah aromatik
yaitu senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar
enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti.
Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan
alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas (Syukri,
1999).
Beberapa hidrokarbon alkana dalam alam merupakan produk
proses kehidupan. Misalnya, metana dihasilkan oleh penguraian
anaerobik dari bahan nabati. Hidrokarbon alkana dalam jumlah
besar terdapat dalam gas alam dan minyak bumi. Minyak bumi
(petroleum) merupakan campuran kompleks hidrokarbon padat, cair
dan gas yang merupakan hasil akhir penguraian bahan-bahan hewani
dan nabati dalam waktu lama. Terdapat juga sedikit senyawaan
nitrogen dan belerang (Pudjaatmaka,1992).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja praktikum ini adalah untuk mengetahui reaksi
kimia hidrokarbon.
a. Reaksi hidrokarbon dengan Brom
Prinsipnya adalah dengan mengetahui perubahan warna dari zat
yang direaksikan, jika terdapat ikatan rangkap maka warna akan
berubah menjadi merah kecoklatan (oranye).
b. Reaksi hidrokarbon dengan Asam Sulfat pekat
Reaksi kedua adalah dengan H2SO4, dimana ketika ditambah
asam sulfat akan terdapat 2 fase dan berubah warna, setelah
ditambah air maka, hidrokarbon yang tidak larut akan membentuk
lapisan minyak diatas air.
c. Komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium
Prosedur ketiga dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak
hasil yang akan diperoleh pada saat hidrokarbon telah direaksikan
dengan H2SO4 dan air juga brom dengan mereaksikan dengan asam
sulfat pekat, lalu dibilas dengan akuades kemudian diambil hasil
hidrokarbon yang diperoleh kembali.
Alat
Tabung reaksi, pipet Mohr, pipet tetes, erlenmeyer 50 mL, beaker
glass 100 mL.
Bahan
H2SO4 pekat, H2SO4 0.1 M, sikloheksena, minyak tanah, premium,
solar, air Brom dan toluena.
Prosedur Kerja
1. Reaksi dengan Brom
Dimasukkan masing-masing 3 mL air Brom ke dalam 5 tabung reaksi
yang bersih dan kering. Ditandai setiap tabung denagn nomor 1
sampai 5. Ditambahkan ke dalam tabung tetes demi tetes
hidrokarbon sambil dikocok dan dihitung jumlah tetes hidrokarbon
sampai tidak terjadi perubahan warna. Dimasukkan pengamatan ke
dalam tabel.
2. Reaksi Hidrokarbon dengan asam sulfat pekat
Dimasukkan 1 mL hidrokarbon ke dalam tabung reaksi yang bersih
dan kering, ditambahkan dengan 1 mL asam sulfat pekat dan dikocok
secara hati-hati. Diamati terjadinya perubahan dan timbulnya
panas, kemudian dituangkan campuran ke dalam tabung reaksi yang
diisi 5 mL akuades serta diamati ada tidaknya lapisan minyak
yang mengapung di atas air. Dicatat pengamatan dalam tabel.
3. Komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium
Dimasukkan 5 mL hidrokarbon ke dalam erlenmeyer 100 mL yang
bersih dan kering. Ditambahkan dengan 5 mL H2SO4 pekat, dikocok
campuran tersebut dan dibiarkan beberapa saat dan dibuang lapisan
bawah secara hati-hati menggunakan pipet. Diulangi penambahan 5
mL asam sulfat pekat untuk yang dua, dibuang asam sulfatnya dan
yang ketiga dicuci hidrokarbon dengan 5 mL air seperti penambahan
asam sulfat dan dibuang airnya. Diperkirakan apakah ke lima jenis
hidrokarbon yang tersisa jumlahnya sama? Ditambahkan tetes demi
tetes air Brom ke dalam hidrokarbon yang didapatsampai warna brom
tetap. Dibandingkan hasil yang diperoleh dengan yang didapat pada
langkah 1.
Waktu yang dibutuhkan
Prosedur Waktu yang dibutuhkan
Reaksi dengan Brom 13.15-13.30
Reaksi dengan Asam Sulfat 13.27-14.00
Menentukan komposisi karbon
dalam minyak tanah dan
13.37-14.50
premium
Data dan Perhitungan
1. Reaksi dengan Brom
No Sampel HasilJumlah
tetesGambar
1. Solar Terdapat 2 fasa dengan
lapisan atas berwarna
coklat dan lapisan
bawah kuning bening.
14 tetes
2. Minyak
tanah
Terdapat 2 fasa dengan
lapisan atas orange
dan lapisan bawah
putih kekuningan.
17 tetes
3. Premium Terdapat 2 fasa dengan
lapisan atas berwarna
putih dan lapisan
bawah putih bening.
15 tetes
4. Toluena Terdapat 2 fasa dengan
lapisan atas berwarna
orange dan lapisan
bawah putih
kekuningan.
14 tetes
5. Siklohekse
na
Terdapat 1 fase dengan
warna kuning.
18 tetes
2. Reaksi Hidrokarbon dengan Asam Sulfat PekatNo Sampel Hasil Gambar1. Solar +
H2SO4
Panas, 2
fasa,
lapisan
bawah merah
kehitaman,
atas :
coklat
beningSolar +
H2SO4 +
Air
Panas,
terdapat
minyak di
fasa atas,
bagian bawah
larutan
putih keruh
2. Minyak
tanah +
H2SO4
2 fasa,
lapisan atas
tak berwarna
dan bawah
merah
kecoklatan,
panasMinyak
tanah +
H2SO4 +
Air
2 fasa, atas
: seperti
minyak,
bawah :
keruh3. Premium +
H2SO4
Panas, 2
fasa,
lapisan atas
:
kekuningan,
bawah :
merah
kecoklatanPremium +
H2SO4 +
Air
Lapisan atas
: seperti
minyak,
bawah :
putih susu4. Toluena +
H2SO4
Panas,
lapisan atas
keruh, bawah
tak berwarnaToluena +
H2SO4 +
Panas, 2
fasa,
Air lapisan atas
keruh,
lapisan
bawah tak
berwarna5. Silohekse
na +
H2SO4
Panas, warna
menjadi
kuning
kecoklatanSikloheks
ena +
H2SO4 +
Air
Hangat,
warna
menjadi
putih keruh
3. Komposisi hirokarbon dalam minyak tanah dan premiumNo Sampel Hasil Gambar1. Solar +
H2SO4
Panas, 2 fasa,
lapisan bawah
merah kehitaman,
atas : coklat
bening
Solar +
H2SO4 +
Air
Panas, terdapat
minyak di fasa
atas, bagian bawah
larutan putih
keruh
Solar +
Brom
2 fasa
Lapisan atas :
kuning keruh
Lapisan bawah :
kuning bening
Vawal : 5 mL
Vakhir : 3,1 mL2. Minyak
tanah +
H2SO4
2 fasa, lapisan
atas tak berwarna
dan bawah merah
kecoklatan, panas
Minyak
tanah +
H2SO4 +
Air
2 fasa, atas :
seperti minyak,
bawah : bening
Minyak
tanah +
Brom
2 fasa
Lapisan atas :
kuning keruh
Lapisan bawah :
kuning bening
Vawal : 5 mL
Vakhir : 3,9 mL
3. Premium +
H2SO4
Panas, 2 fasa,
lapisan atas :
kekuningan,
bawah : merah
kecoklatan
Premium +
H2SO4 +
Air
Lapisan atas :
seperti minyak,
bawah : putih susu
Premium +
Brom
2 fasa
Lapisan atas :
putih keruh
Lapisan bawah :
putih bening
Vawal : 5 mL
Vakhir : 1 mL4. Toluena +
H2SO4
Panas, lapisan
atas keruh, bawah
tak berwarna
Toluena +
H2SO4 +
Air
Panas, 2 fasa,
lapisan atas
seperti minyak,
lapisan bawah tak
berwarna
Toluena +
Brom
2 fasa
Lapisan atas :
kuning
Lapisan bawah :
putih
Vawal : 5 mL
Vakhir : 3,1 mL5. Silohekse
na +
H2SO4
Panas, warna
menjadi kuning
kecoklatan
Sikloheks
ena +
H2SO4 +
Air
- -
Sikloheks
ena +
Brom
2 fase, lapisan
atas kekuningan,
bawah : coklat
Hasil
Prosedur
keSampel yang digunakan
Sampel yang
bereaksiGambar
1
Solar + 14 tetes Brom
Minyak tanah + 17
tetes Brom
Premium + 15 tetes
Brom
Toluena + 14 tetes
Brom
sikloheksena + 18
tetes Brom
Sikloheksena
yang dapat
bereaksi secara
adisi dengan
Brom
2 Solar + 1 mL H2SO4
Minyak tanah + 1 mL
H2SO4
Premium + 1 mL H2SO4
Toluena + 1 mL H2SO4
sikloheksena + 1 mL
H2SO4
Sikloheksena
dapat bereaksi
dengan H2SO4 dan
tidak membentuk
2 fase.
semua sampel (solar,
minyak tanah, premium,
toluena dan
sikloheksena) masing-
masing dituangkan ke
dalam tabung reaksi
yang berisi 5 mL
akuades
Sikloheksena
larut dalam air,
sedangkan
lainnya
membentuk
lapisan minyak
diatas permukaan
air
3
Solar + 10 tetes Brom
Minyak tanah + 12
tetes Brom
Premium + 20 tetes
Brom
Toluena + 5 tetes Brom
sikloheksena + 10
tetes Brom
Pembahasan Hasil
Prosedur pertama pada praktikum kali ini adalah mereaksikan
beberapa hidrokarbon dengan Brom atau Br2. Sampel hidrokarbon
yang digunakan pada percobaan ini adalah sikloheksena, solar,
minyak tanah, premium (bensin) dan toluena. Prosedur pertama
dilakukan untuk mengetahui hidrokarbon apa saja yang dapt
bereaksi dengan Brom. Prosedur dilakukan dengan memasukkan 3 mL
air Brom ke dalam 5 tabung reaksi, kemuadian pada masing-masing
tabung reaksi tersebut ditambahkan hidrokarbon seperti sampel
yang ada. Berikut adalah reaksi sikloheksena dengan Br2.
Sikloheksena hanya menghasilkan 1 fase, atau larut dalam
Brom. Hal tersebut terjadi karena solar, minyak tanah dan premium
adalah hidrokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang berikatan
tunggal (alkana). Alkana adalah hidrokarbon yang tidak dapat
melakukan reaksi adisi dengan Brom, alkana hanya dapat bereaksi
secara substitusi dan menghasilkan haloalkana dengan menggunakan
hidogen halida.
Reaksi Toluena dengan Br2.
Toluena juga menghasilkan 2 fase, walaupun juga merupakan
hidrokarbon tak jenuh dan memiliki ikatan rangkap 2 namun toluena
termasuk senyawa aromatik yang mana tidak akan dapat bereaksi
dengan Br2 kecuali jika ditambah katalis berupa FeBr3. Dalam hal
ini, yang dapat mengalami reaksi dengan Br2 adalah sikloheksena,
karena sikloheksena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang dapat
mengalami reaksi adisi elektrofilik dengan Br2. Berikut reaksi
yang tidak berlangsung pada prosedur pertama.
Reaksi Solar dengan Br2
Solar tidak dapat bereaksi dengan Brom. Hal ini disebabkan
karena solar merupakan rantai hidrokarbon yang tidak memiliki
ikatan rangkap. Oleh karena itu, solar tidak dapat bereaksi
dengan Brom karena alkana hanya dapat bereaksi secara substitusi
dan menghasilkan haloalkana dengan menggunakan hidogen halida
bukan Br2.
Reaksi Minyak tanah dengan Br2
Hal di atas juga terjadi pada minyak tanah yang juga
merupakan hidrokarbon jenuh (alkana). Minyak tanah juga tidak
dapat bereaksi dengan Br2 karena tidak dapat melakukan reaksi
adisi. Minyak tanah dan solar menghasilkan 2 fase yang hapir
sama, yaitu fase di bawah dengan warna kuning dan fase atas pada
solar berwarna kecoklatan sedangkan pada minyak tanah berwarna
oranye.
Reaksi Premium dengan Br2
Reaksi premium dengan Br2 juga tidak dapat terjadi, karena
premium merupakan golongan yang sama dengan solar dan juga minyak
tanah. Walaupun Brom mengalami perubahan warna, di mana Brom
aslinya berwarna kuning, pada reaksi ini menjadi putih, namun
tetap terbentuk dua fase, di mana fase atas putih keruh sedangkan
fase bawah tidak berwarna (bening) yang artinya tidak terjadi
reaksi diantara keduanya.
Prosedur kedua adalah mereaksikan hidroarbon dengan asam
sulfat pekat. Sampel yang digunakan masih sama seperti pada
prosedur sebelumnya. Pertama dimasukkan masing-masing hidrokarbon
sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan
dengan 1 mL asam sulfat pekat. Pada saat penambahan asam sulfat
pekat, hidrokarbon mengalami perubahan warna dan menjadi panas.
Reaksi sikloheksena dengan H2SO4
Reaksi antara sikloheksena dan toluena yang melepaskan panas
yang lebih dari yang lain, dari sini terlihat bahwa adanya
perpindahan panas dari sistem ke lingkungan. Seperti yang
diketahui bahwa reaksi itu dinamakan reaksi eksotermik yang
ditandai dengan pelepasan panas. Reaksi yang terjadi antara
sikloheksena dengan asam sulfat pekat adalah reaksi sulfonasi, di
mana ikatan rangkap pada sikloheksena diubah menjadi ikatan
tunggal dan mengikat HSO4- seperti yang terjadi pada reaksi di
atas. Sikloheksena adalah satu-satunya yang dapat bereaksi dengan
asam sulfat pekat, karena yang lain membentuk 2 fase.
Sikloheksena mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan
pada saat penambahan asam sulfat pekat, dan berubah menjadi
berwarna putih keruh pada saat ditambah dengan air.
Reaksi antara solar dengan asam sulfat pekat.
Selain dari sikloheksena, semua hidrokarbon yang lain
mengalami perubahan warna dengan 2 fasa. Seperti yang dapat
dilihat dari solar, pada saat ditambah asam sulfat, berubah
menjadi 2 fase dengan lapisan atas coklat bening dan dan lapisan
bawah merah kehitaman dan sangat pekat. Solar yang telah menjadi
dua fasa tadi di pindahkan ke dalam tabung reaksi lain yang telah
berisi akuades sebanyak 5 mL. Hasil yang diperoleh pada saat
penambahan ini adalah terbentuk lapisan minyak diatas air, dan
dibawahnya terdapat larutan putih keruh dan semakin ke bawah
menjadi hijau.
Reaksi minyak tanah dengan H2SO4
Pada minyak tanah setelah ditambah H2SO4 terdapat dua fasa
dengan lapisan atas bening (tak berwarna) dan lapisan bawah merah
kecoklatan. Setelah ditambahkan ke dalam 5 mL akuades larutan
menjadi putih keruh dengan terdapat lapisan minyak diatasnya.
Premium mirip dengan minyak tanah, hanya saja pada saat ditambah
asam sulfat lapisan atasnya agak kekuningan tidak bening seperti
pada minyak tanah.
Reaksi toluena dengan H2SO4
Toluena juga mengalami 2 fasa, dengan lapisan atas keruh dan
lapisan bawahnya tak berwarna seperti air, begitupula pada saat
ditambah 5 mL akuades. Sikloheksana pada saat ditmbah dengan asam
sulfat juga melepaskan panas, namun tidak terbentuk 2 fasa.
Sikloheksana menjadi berwarna kuning kecoklatan. Pada saat
ditambah 5 mL akuades, larutan menjadi putih keruh dan masih
tetap 1 fasa. Hal ini disebabkan karena hasil reaksi antara
sikloheksena dengan H2SO4 dapat larut dalam air, maka tidak
terbentuk 2 fase. Sedangkan pada sampel lain, terdapat 2 fase
karena tidak dapat larut dalam air.
Reaksi Premium dengan H2SO4
Premium yang merupakan zat dengan jenis sama seperti minyak
tanah juga tidak data mengalami reaksi dengan H2SO4. Premium
sangat mirip dengan minyak tanah pada aat ditambah dengan H2SO4,
perubahan warna pada dua fase antara minyak tanah dan premium
secara sekilas hampir sama, hanya berbeda pada lapisan atasnya
jika diperhatikan secara seksama. Pada minyak tanah fase atasnya
tidak berwarna sedangkan pada premium agak kekuningan. Warna
tersebut juga terlihat mirip pada saat penambahan air, hanya
saja pada premium lebih keruh daripada minyak tanah
Prosedur terakhir adalah mengamati volume awal dan akhir dari
suatu hidrokarbon stelah direaksikan dengan H2SO4 dan dicuci
dengan air. Pertama, hidrokarbon sebanyak 5 mL dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer, kemudian ke dalam Erlenmeyer tadi ditambah 5 mL
H2SO4 pekat, campuran dikocok dan didiamkan sampai terbentuk 2
fasa, setelah terbentuk 2 fasa, bagian bawah diambil dengan
menggunakan pipet, diulangi penambahan asam sulfat pekat. Setelah
dua kali penambahan asam sulfat pekat, hidrokarbon tersebuut
dicuci menggunakan air dengan cara yang sama pada penambahan asam
sulfat pekat. Sikloheksena yang dapat bereaksi dengan H2SO4 pekat
tetap terbentuk menjadi 1 fase. Oleh karena itu, tidak dapat
dipisahkan sehingga tidak dapat dihitung volume akhirnya. Pada
solar yang ditambah dengan asam sulfat pekat dan air sama seperti
pada prosedur kedua di atas. Setelah diukur volume akhirnya
dengan mengambil air pada saat pencucian tadi didapat 3,1 mL.
Setelah diketahui volume akhirnya, hidrokarbon tersebut ditambah
dengan Brom sampai warnanya tidak berubah. Solar membutuhkan 10
tetes Brom sampai tidak berubah warna. Pada minyak tanah didapat
volume akhir sebesar 3,9 mL dan membutuhkan 12 tetes Brom sampai
warnanya tidak berubah. Toluena membutuhkan 5 tetes Brom sampai
tidak berubah warna. Toluene menghasilkan volume akhir sebanyak
3,1 mL. Volume akhir ini berkurang karena pada saat pengambilan
bagian bawah pada saat penambahan asam sulfat pekat dan pencucian
dengan air, ada beberapa hidrokarbon yang ikut pada saat dipipet.
Hal tersebut menyebabkan volume berkurang. Sedangkan pengurangan
yang sangat besar terjadi pada sampel premium. Sampel ini hanya
menghasilkan 1 mL pada volume akhir dari volume awal sebanyak 5
mL. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada saat memipet bagian
bawah dari dua fase yang terbentuk pada saat penambahan asam
sulfat pekat, banyak hidrokarbon yang ikut terbuang, sehingga
hasil akhir yang diperoleh sangat sedikit. Premium juga
membutuhkan jumlah Brom yang lebih banyak daripada prosedur
pertama tadi, hal ini disebabkan pada saat penambahan Brom yang
ke 10 tetes sudah tidak berubah warna, namun pada saat tetesan
Brom dilanjutkan, campurn masih berubah warna kembali menjadi
kuning sehingga sampai 20 tetes dan tidak mengalami perubahan
warna kembali.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini diantaranya
adalah mengetahui bahwa alkana tidak dapat bereaksi dengan Brom,
toluena yang merupakan aromatik juga tidak dapat bereaksi dengan
Brom kecuali dengan penambahan katalis, hidrokarbon yang dapat
beraksi dengan Brom adalah alkena dengan reaksi adisi
elektrofilik. Alkena juga dapat bereaksi dengan asam sulfat pekat
menghasilkan alkilhidrogensulfat yang dapat larut dalam air.
Hidrokarbon yang direaksikan dengan asam sulfat pekat dan dicuci
dengan air menghasilkan volume yang berbeda pada saat awal dan
setelah dicuci, disebabkan pada saat direaksikan dengan asam
sulfat dan diambil fasa bawahnya, fasa yang atas ikut terambil
sehingga volume akhirnya makin sedikit.
Referensi
Brown, Theodore L & H. Eugene Lemey JR. 1997. Chemistry the Central
Science. New Jersey : Printice Hall Inc.
Fessenden, RJ & J. Fessenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta : Bina Aksara.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar dan Prinsip Terapan Modern Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Pudjaatmaka A,H. 1992. Kimia Untuk Universitas JILID 2. Jakarta :
Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 3. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Wilbraham. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
Saran
Praktikum kali berjalan dengan baik dan lancar, karena bekerja