Post on 22-Feb-2023
BAB 2 Pengantar pemeriksaan keuangan negara ( Dasar
hukum, Kerangka institusional dan Standar Pemeriksaan
keuangan Negara (SPKN)
A.Pengertian Pemeriksaan Keuangan NegaraPemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Di dalam
undang-undang ini yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah
proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pengertian tersebut pada intinya menjelaskan empat hal
yakni proses pemeriksaan, karakteristik pemeriksaan,
tujuan pemeriksaan, dan objek pemeriksaan.
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan
atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas
tanggung jawab keuangan negara. Lantas apa yang dimaksud
dengan pengelolaan dan tanggung jawab. Menurut undang-
undang, pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan
kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ini
diwujudkan dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum. Sedangkan
yang dimaksud dengan tanggung jawab keuangan negara
adalah kewajiban pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Jadi pengertian pengelolaan keuangan negara
lebih ke arah proses manajemen, mulai dari tahap
perencanaan hingga tahap pertanggungjawaban. Sedangkan
tanggung jawab keuangan negara menitikberatkan pada
kewajiban melaksanakan sesuai dengan aturan dan rambu-
rambu yang ada.
B.Jenis dan Karakteristik Pemeriksaan Keuangan
Negara1. Pemeriksaan keuangan
a.Pengertian pemeriksaan keuangan
Secara sederhana pemeriksaan keuangan diartikan
sebagai pemeriksaan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan yang diperiksa adalah laporan keuangan
pemerintah pusat dan laporan keuangan pemerintah daerah.
Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh Badan Pengawas
Keuangan dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang
tingkat kewajaran informasi yang disajikan di dalam
laporan keuangan pemerintah. Opini tersebut dibuat oleh
Badan Pemeriksa Keuangan yang intinya menyimpulkan apakah
laporan keuangan yang diperiksa telah disajikan secara
wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan kinerja
a. Pengertian pemeriksaan kinerja
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 4 ayat 3
menyatakan bahwa pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
terdiri dari pemeriksaan aspek ekonomi, aspek efisiensi,
serta aspek efektivitas. Selain itu pengujian terhadap
ketentuan perundang-undangan dan pengendalian intern juga
perlu dilaksanakan dalam melaksanakan pemeriksaan
kinerja.
b. Tujuan pemeriksaan kinerja
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menilai apakah
entitas atau organisasi menggunakan sumber daya secara
ekonomis, efektif, dan efisien. Tujuan lebih lanjut dari
pemeriksaan kinerja ini adalah untuk mendorong ke arah
perbaikan sesuai dengan pernyataan yang dibuat oleh
INTOSAI karena pemeriksaan jenis ini menghasilkan temuan,
simpulan, dan rekomendasi. Pemeriksaan kinerja
menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan
kinerja suatu program dan memudahkan pengambilan
keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk
mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta
meningkatkan pertanggungjawaban publik.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
a. Pengertian pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004,
pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan di
luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat
kesimpulan. Pemeriksaan ini dapat bersifat eksaminasi,
reviu, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan dengan
tujuan tertentu ini antara lain meliputi pemeriksaan atas
hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan
investigatif dan pemeriksaan atas sistem pengendalian
internal.
C.Pengertian dan Arti Pentingnya Standar
PemeriksaanStandar audit yang diterbitkan oleh organisasi audit
tersebut memiliki kekhasan masing-masing. Namun demikian
pada dasarnya standar audit yang diterbitkan oleh
organisasi-organisasi audit tersebut memuat tiga hal
utama yang sama, yaitu :
1. Standar Umum, yang mengatur mengenai persyaratan
profesional yang harus dipenuhi oleh pemeriksa.
2. Standar Pekerjaan Lapangan, yang mengatur mengenai bukti
audit serta kegiatan audit di lapangan.
3. Standar Pelaporan, yang mengatur mengenai pelaporan hasil
pelaksanaan audit.
Pentingnya Standar Pemeriksaan Sebagai suatu pedoman
atau panduan, maka standar audit memiliki arti yang
sangat penting, bukan saja bagi pemeriksa tetapi juga
pihak-pihak lainnya seperti manajemen entitas yang
diaudit, para pengguna laporan audit dan stakeholder
lainnya.
a. Standar audit sebagai pedoman bagi pemeriksa
Standar audit memuat persyaratan kualifikasi
pemeriksa serta standar mutu pelaksanaan dan pelaporan
audit. Dengan demikian standar audit berfungsi sebagai
pedoman bagi pemeriksa mengenai persyaratan apa saja yang
harus dipenuhi oleh pemeriksa serta memberikan arah bagi
pemeriksa untuk dapat melaksanakan dan melaporkan hasil
auditnya.
b. Standar audit sebagai alat ukur kinerja pemeriksa
Pemeriksa yang memenuhi persyaratan dalam standar
audit serta audit yang dilaksanakan berdasarkan standar
audit, akan memberikan jaminan terhadap kualitas hasil
audit itu sendiri. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak
memenuhi persyaratan dalam standar audit dan audit tidak
dilaksanakan berdasarkan standar audit, maka hasil audit
tidak dapat dijamin kualitasnya. Lebih dari itu, audit
yang dilaksanakan berdasarkan standar audit akan menjadi
semakin efisien dan efektif. Dengan demikian standar
audit dapat berfungsi sebagai alat ukur kinerja bagi
pemeriksa.
c. Jaminan mutu bagi para pengguna laporan audit
Standar audit mensyaratkan agar pemeriksa dapat
mempertahankan kompetensi, integritas, obyektivitas, dan
independensi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan. Dengan demikian audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar audit akan menghasilkan laporan audit
yang dapat diandalkan oleh para pengguna laporan audit.
Para pengguna laporan audit akan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi terhadap laporan hasil audit
karena audit (dimaksud) dilakukan oleh pemeriksa yang
kompeten dan independen serta dilaksanakan sesuai dengan
standar audit.
BAB 3 Standar Perilaku Auditor Keuangan Negara(SPAKN)/ Kode etik. Penerimaan Penugasan danPerencanaan dalam pemeriksaan keuangan negara
A. KODE ETIK APIP
Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan
pegawai negeri sipil yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan
pemantauan tindak lanjutnya. Isi dari kode etik APIP ini
memuat 2 (dua) komponen, yaitu:
1. Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan
pokok-pokok yang melandasi perilaku auditor :
a. Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang
dilandasi oleh sikap jujur, berani, bijaksana, dan
bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan
dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.
b. Obyektivitas
Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan
profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memroses
data/informasi audit. Auditor APIP membuat penilaian seimbang
atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh
kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.
c. Kerahasiaan
Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi
yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut
tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan.
d. Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk
memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-
prinsip perilaku auditor.
Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan
oleh auditor dan merupakan pertanggungjawaban prinsip-prinsip
perilaku auditor. Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:
a) Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti,
bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh;
b) Dapat menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang
berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam
melaksanakan tugas;
c) Dapat mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang
berlaku;
d) Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi
organisasi;
e) Tidak menjadi bagian kegiatan ilegal atau mengikatkan
diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi APIP atau organisasi;
f) Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara sesama
auditor dalam pelaksanaan audit; dan
g) Saling mengingatkan, membimbing, mengoreksi perilaku
sesama auditor.
BAB 4 Hubungan antara struktur pengendalian internal,
resiko pengendalian dan pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah pusat dan daerah
A.Pengendalian InternalPengendalian internal adalah sebuah sistem pengendalian
internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang
agar manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa
perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan
prosedur yang sering disebut sebagai pengendalian dan secara
kolektif akan membentuk suatu pengendalian internal entitas.
Manajemen biasanya memiliki 3 (tiga) tujuan umum terkait
dalam merancang sistem pengendalian:
Keandalan laporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangan bagi para investor, kreditur dan pengguna
lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun
profesional untuk meyakinkan bahwa informassi disajikan
secara wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan
seperti misalnya GAAP. Tujuan pengendalian internal yang
efektif terhadap laporan keuangan adalah untuk memenuhi
tanggung jawab pelaporan keuaangan ini.
Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi.
Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong
penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan
efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju
perusahaan. Sebuah tujuan penting atas pengendalian
tersebut adalah akurasi informasi keuangan dan
nonkeuangan mengenai kegiatan operasi perusahaan yang
akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh para
pengguna laporan.
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
Perusahaan publik, perusahaan nonpublik maupun organisasi
nirlaba diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hukum
dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan
akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan
terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil, sedang yang
terkait erat dengan akuntansi misalnya peraturan pajak
penghasilan dan kecurangan.
B. Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor dalam Pengendalian
Internal
Tanggung jawab terhadap pengendalian internal berbeda bagi
manajemen dan auditor. Manajemen bertanggung jawab untuk
menegakkan dan menjaga pengendalian internal entitas. Tanggung
jawab auditor termasuk memahami dan menguji pengendalian
internal atas laporan keuangan.
1. Tanggung jawab Manajemen untuk Menegakkan Pengendalian
Internal Manajemen yang harus menegakkan dan
memeilihara pengendalian internal entitasnya. Konsep
ini konsisten bahwa manajemen, bukan auditor yang
bertanggung jawab dalam penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan PABU.
2. konsep penting yang mendasari manajemen dalam
merancang dan menerapkan pengendalian internal:
keyakinan yang memadai dan keterbatasan-keterbatasan
bawaan.
C. Komponen Pengendalian Internal COSO
Kerangka Terintegrasi-Pengendalian Internal COSO, kerangka
pengendalian internal yang paling banyak diterima di Amerika
Serikat menjelaskan lima komponen pengendalian internal yang
dirancang dan diterapkan manajemen untuk memberikan keyakinan
yang memadai bahwa tujuantujuan pengendalian dapat terpenuhi.
Komponen pengendalian internal COSO terdiri dari hal-hal
berikut ini:
Lingkungan Pengendalian
Penilaian Risiko
Aktivitas Pengendalian
Informasi dan Komunikasi
Pengawasan
BAB 5 Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP)
A.Menilai Resiko Pengendalian
Auditor mendapatkan bahwa pemahaman atas rancangan
dan implementasi pengendalian internal untuk membuat
penilaian awal resiko pengendalian sebagai bagian dari
penilaian keseluruhan auditor terhadap resiko salah saji
yang material. Dalam beberapa kondisi, auditor mungkin
mempelajari bahwa kelemahan dalam pengendalian adalah
signifikan sehingga laporan keuangan klien tidak dapat
diudit. Sehingga, sebelum membuat penilain awal atas
resiko pengendalian untuk setiap kelompok transaksi yang
material, auditor pertama kali harus menentukan apakah
entitas tersebut dapat diaudit.
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah
menukur resiko pengendalian dengan menghubungkan
pengndalian kekurangan-kekurangan yng signifikan dan
kelemahan-kelemahan material terhadap tujuan audit
terkait dengan transaksi.
B. Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan ( SPIP )
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi
Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus
dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan
efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang
dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
dapat mencapai tujuan. Sistem inilah yang dikenal sebagai
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem
Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan,
dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya
memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan
mutlak, sehingga dalam pengembangan dan penerapannya
perlu dilakukan secara komprehensif dan harus
memperhatikan aspek biaya manfaat (cost and benefit), rasa
keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.
BAB 6 Audit atas transaksi Pendapatan
A. Mendapatkan Pemahaman dan Menilai Risiko Pengendalian
Menilai risiko pengendalian.
Empat penilaian yang spesifik harus dibuat untuk tiba
dipenilaian awal :
1. Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit
2. Menentukan resiko kendali yang telah dinilai
didukung oleh pemahaman yang diperoleh
3. Menilai apakah mungkin bahwa resiko kendali
yang dinilai lebih rendah bisa didukung
4. Menentukan resiko pengendalian yang sesuai yang
telah dinilai
• Mengidentifikasi sasaran audit yang terkait dengan
transaksi
à auditor biasanya menilai resiko pengendalian untuk
sasaran hasil audit yang terkait dengan transaksi untuk
masing-masing jenis transaksi dalam setiap siklus
transaksi
• Mengidentifikasi pengendalian spesifik
à auditor mengidentifikasi kendali dengan
melanjutkan informasi yang deskriptif tentang sistem
klien.
Pengujian Pengendalian (test of control)
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang
dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian
intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan
untuk mendapatkan informsi mengenai:
1) frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang
ditetapkan.
2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut dan.
3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian
tersebut. Perancangan program audit untuk pengujian
pengendalian di bahas lebih lanjut dalam bab 8 penaksiran
resiko dan desain pengendalian.
Prosedur Analitis
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan
oleh auditor pada tahap awal proses audinya dan pada
tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian
ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari
perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan
data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian
analitij dimaksudkan untuk membantu auditor dalam
memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor
melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap
objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis
ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan
keuangan perbandingan (comparative financial statements)
merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk
mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis besar
mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien.
Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi
karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia
c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia
d. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan
transaksi
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan
pembagian)
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan
informasi
g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu
dalam laporan keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap
pendapatan penjualan (sale revenues), auditor melakukan
prosedur audit untuk menemukan:
BAB 7 Audit atas transaksi belanja
A. SIFAT SIKLUS BELANJA DAERAH
Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan
keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk dinas
dan instansi pemerintah daerah.siklus ini dimulai dengan
adanya permintaan pembelian dari berbagai dinas/setingkat
dinas melalui pengajuan daftar isian anggaran dari masing –
masing dinas. Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah
daerah bisa dilakukan secara tunai maupun kredit (menimbulkan
uang), baik untuk belanja aparat maupun belanja pelayanan
publik. Audit siklus belanja ini berkaitan dengan belanja
pegawai; belanja operasional seperti pengadaan barang
inventaris kantor dan ATK; belanja pemeliharaan dan lain-lain.
Dua kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
Kedua kelompok ini mempengaruhi rekening-rekening sebagai
berikut :
1) Kas
2) Persediaan barang habis pakai
3) Aktiva tetap
4) Aktiva lain lain
5) Utang
Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah ini
sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan pemerintah
daerah. Kesalahan dalam membedakan antara pengeluaran /
belanja untuk belanja aparat dengan pengeluaran/belanja
untuk pelayanan publik akan menyebabkan laporan keuangan
yang salah saji. Berbagai pos rekening seperti belanja
administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta
belanja modal/pembangunan dapat bersifat material secara
individual. Dengan demikian, auditor berusaha untuk mencapai
tingkat resiko yang lebih rendah dengan memastikan bahwa
transaksi dalam pos belanja daerah bukan merupakan sumber
salah saji material dalam laporan keuangan.
B. RESIKO BAWAAN
Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak entitas
adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan
tingginya resiko bawaan siklus belanja, yaitu :
1) Volume transaksi yang selalu tinggi
2) Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa
rotasi
3) Pembelian aktifa yang tidak perlu
4) Masalah akuntansi yang berkembang.
Tingginya volume transaksi akan meningkatkan kemungkan
terjadinya salah saji. Semakin tinggi volume transaksi, maka
semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pencatatan transaksi tersebut. Disamping it, terdapat juga
kemungkinan
bahwa entitas melakukan pembelian aktiva yang tidak perlu.
Namun, sering terjadi kasus dimana dimana entitas masih
tetap mencatumkan aktiva yang tidak berguna dalam neracanya
sebesar nilai dari aktiva tersebut. Masalah akuntansi
mengenai penetuan apakah harga perolehan aktiva
dikapitalisasi atau dibebankan mengakibatkan tingginya
kemungkinan kesalahan dalam pengeluaran kas.
BAB 8 Audit atas transaksi Penerimaan dan Pengeluaranpembiayaan
AUDIT TERHADAP TRANSAKSI KAS
( PENERIMAAN )
A. Permasalahan Audit Terhadap Saldo Kas
Tujuan menyeluruh dalam audit atas siklus penjualan dan
penerimaan kas adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo
yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Auditor dalam rangka pelaksanaan audit terhadap saldo
rekening kas menghadapi kemungkinan adanya risiko deteksi
yang pada dasarnya dipengaruhi oleh tingkat risiko melekat
dan risiko pengendalian. Mengingat transaksi yang terbentuk
dalam siklus ini demikian besarnya (berpengaruh terhadap ke
lima siklus yang lain) dengan sendirinya risiko melekat
yang ada dalam siklus ini juga sangat tinggi. Oleh
karenanya tujuan audit untuk memperoleh keyakinan terhadap
eksistensi dan peristiwa yang melatar belakangi pembentukan
transaksi, serta kesempurnaan penyajian elemen kas harus
mendapat perhatian yang seksama.sangat berbeda dengan
permasalahan dalam pencapaian tujuan memperoleh keyakinan
terhadap hak dan kewajiban, maka dalam hal ini tingkat
risiko salah saji menjadi sangat rendah. Demikian halnya
terhadap tujuan penyajian dan pengungkapannya cenderung
beresiko rendah. Namun demikian harus diingat, bahwasanya
efektivitas pengendalian terhadap penerimaan dan
pengeluaran kas sangat tergantung pada kelima siklus yang
terkait dengan rekening kas.
Memperhatikan hal-hal yang relevan dengan pengujian ini,
maka langkah yang harus dipertimbangkan oleh auditor
adalah:
1. auditor menentukan perencanaan pendahuluan auditor
terhadap risiko deteksi sebagai dasar penentuan strategi
audit terhadap setiap asresi kas,
2. menentukan revisi risiko
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN
( PEMBIAYAAN )
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan
barang atau jasa. Barang yang diperoleh perusahaan dapat
berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan
untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun atau sediaan dan surat berharga yang akan
dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam
jangka waktu satu tahun atau kurang. Jasa yang diperoleh
perusahaan juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu jasa yang
hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang (jasa
personel, bunga, asuransi, iklan) dan jasa yang menghasilkan
manfaat lebih dari satu tahun (aktiva tidak berwujud).