RANGKUMAN PEMBAHASAN MID AUDIT KEUANGAN NEGARA

22
BAB 2 Pengantar pemeriksaan keuangan negara ( Dasar hukum, Kerangka institusional dan Standar Pemeriksaan keuangan Negara (SPKN) A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara Pemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Di dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengertian tersebut pada intinya menjelaskan empat hal yakni proses pemeriksaan, karakteristik pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, dan objek pemeriksaan. Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Lantas apa yang dimaksud dengan pengelolaan dan tanggung jawab. Menurut undang- undang, pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ini diwujudkan dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban

Transcript of RANGKUMAN PEMBAHASAN MID AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB 2 Pengantar pemeriksaan keuangan negara ( Dasar

hukum, Kerangka institusional dan Standar Pemeriksaan

keuangan Negara (SPKN)

A.Pengertian Pemeriksaan Keuangan NegaraPemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Di dalam

undang-undang ini yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah

proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang

dilakukan secara independen, objektif, dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi

mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pengertian tersebut pada intinya menjelaskan empat hal

yakni proses pemeriksaan, karakteristik pemeriksaan,

tujuan pemeriksaan, dan objek pemeriksaan.

Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan

atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas

tanggung jawab keuangan negara. Lantas apa yang dimaksud

dengan pengelolaan dan tanggung jawab. Menurut undang-

undang, pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan

kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan

kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ini

diwujudkan dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban

keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat

waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi

pemerintah yang telah diterima secara umum. Sedangkan

yang dimaksud dengan tanggung jawab keuangan negara

adalah kewajiban pemerintah untuk melaksanakan

pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan. Jadi pengertian pengelolaan keuangan negara

lebih ke arah proses manajemen, mulai dari tahap

perencanaan hingga tahap pertanggungjawaban. Sedangkan

tanggung jawab keuangan negara menitikberatkan pada

kewajiban melaksanakan sesuai dengan aturan dan rambu-

rambu yang ada.

B.Jenis dan Karakteristik Pemeriksaan Keuangan

Negara1. Pemeriksaan keuangan

a.Pengertian pemeriksaan keuangan

Secara sederhana pemeriksaan keuangan diartikan

sebagai pemeriksaan atas laporan keuangan. Laporan

keuangan yang diperiksa adalah laporan keuangan

pemerintah pusat dan laporan keuangan pemerintah daerah.

Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh Badan Pengawas

Keuangan dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang

tingkat kewajaran informasi yang disajikan di dalam

laporan keuangan pemerintah. Opini tersebut dibuat oleh

Badan Pemeriksa Keuangan yang intinya menyimpulkan apakah

laporan keuangan yang diperiksa telah disajikan secara

wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis

akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

2. Pemeriksaan kinerja

a. Pengertian pemeriksaan kinerja

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 4 ayat 3

menyatakan bahwa pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan

atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

terdiri dari pemeriksaan aspek ekonomi, aspek efisiensi,

serta aspek efektivitas. Selain itu pengujian terhadap

ketentuan perundang-undangan dan pengendalian intern juga

perlu dilaksanakan dalam melaksanakan pemeriksaan

kinerja.

b. Tujuan pemeriksaan kinerja

Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menilai apakah

entitas atau organisasi menggunakan sumber daya secara

ekonomis, efektif, dan efisien. Tujuan lebih lanjut dari

pemeriksaan kinerja ini adalah untuk mendorong ke arah

perbaikan sesuai dengan pernyataan yang dibuat oleh

INTOSAI karena pemeriksaan jenis ini menghasilkan temuan,

simpulan, dan rekomendasi. Pemeriksaan kinerja

menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan

kinerja suatu program dan memudahkan pengambilan

keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk

mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta

meningkatkan pertanggungjawaban publik.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

a. Pengertian pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004,

pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan di

luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.

Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat

kesimpulan. Pemeriksaan ini dapat bersifat eksaminasi,

reviu, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan dengan

tujuan tertentu ini antara lain meliputi pemeriksaan atas

hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan

investigatif dan pemeriksaan atas sistem pengendalian

internal.

C.Pengertian dan Arti Pentingnya Standar

PemeriksaanStandar audit yang diterbitkan oleh organisasi audit

tersebut memiliki kekhasan masing-masing. Namun demikian

pada dasarnya standar audit yang diterbitkan oleh

organisasi-organisasi audit tersebut memuat tiga hal

utama yang sama, yaitu :

1. Standar Umum, yang mengatur mengenai persyaratan

profesional yang harus dipenuhi oleh pemeriksa.

2. Standar Pekerjaan Lapangan, yang mengatur mengenai bukti

audit serta kegiatan audit di lapangan.

3. Standar Pelaporan, yang mengatur mengenai pelaporan hasil

pelaksanaan audit.

Pentingnya Standar Pemeriksaan Sebagai suatu pedoman

atau panduan, maka standar audit memiliki arti yang

sangat penting, bukan saja bagi pemeriksa tetapi juga

pihak-pihak lainnya seperti manajemen entitas yang

diaudit, para pengguna laporan audit dan stakeholder

lainnya.

a. Standar audit sebagai pedoman bagi pemeriksa

Standar audit memuat persyaratan kualifikasi

pemeriksa serta standar mutu pelaksanaan dan pelaporan

audit. Dengan demikian standar audit berfungsi sebagai

pedoman bagi pemeriksa mengenai persyaratan apa saja yang

harus dipenuhi oleh pemeriksa serta memberikan arah bagi

pemeriksa untuk dapat melaksanakan dan melaporkan hasil

auditnya.

b. Standar audit sebagai alat ukur kinerja pemeriksa

Pemeriksa yang memenuhi persyaratan dalam standar

audit serta audit yang dilaksanakan berdasarkan standar

audit, akan memberikan jaminan terhadap kualitas hasil

audit itu sendiri. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak

memenuhi persyaratan dalam standar audit dan audit tidak

dilaksanakan berdasarkan standar audit, maka hasil audit

tidak dapat dijamin kualitasnya. Lebih dari itu, audit

yang dilaksanakan berdasarkan standar audit akan menjadi

semakin efisien dan efektif. Dengan demikian standar

audit dapat berfungsi sebagai alat ukur kinerja bagi

pemeriksa.

c. Jaminan mutu bagi para pengguna laporan audit

Standar audit mensyaratkan agar pemeriksa dapat

mempertahankan kompetensi, integritas, obyektivitas, dan

independensi dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pelaporan. Dengan demikian audit yang dilaksanakan

berdasarkan standar audit akan menghasilkan laporan audit

yang dapat diandalkan oleh para pengguna laporan audit.

Para pengguna laporan audit akan memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi terhadap laporan hasil audit

karena audit (dimaksud) dilakukan oleh pemeriksa yang

kompeten dan independen serta dilaksanakan sesuai dengan

standar audit.

BAB 3 Standar Perilaku Auditor Keuangan Negara(SPAKN)/ Kode etik. Penerimaan Penugasan danPerencanaan dalam pemeriksaan keuangan negara

A. KODE ETIK APIP

Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan

pegawai negeri sipil yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan

pemantauan tindak lanjutnya. Isi dari kode etik APIP ini

memuat 2 (dua) komponen, yaitu:

1.     Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan

pokok-pokok yang melandasi perilaku auditor :

a.      Integritas

Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang

dilandasi oleh sikap jujur, berani, bijaksana, dan

bertanggung  jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan

dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.

b.     Obyektivitas

Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan

profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memroses

data/informasi audit. Auditor APIP membuat penilaian seimbang

atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh

kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

c.      Kerahasiaan

Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi

yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut

tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh

peraturan perundang-undangan.

d.   Kompetensi

Dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk

memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

2.     Aturan perilaku  yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-

prinsip perilaku auditor.

Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan

oleh auditor dan merupakan pertanggungjawaban prinsip-prinsip

perilaku auditor. Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:

a) Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti,

bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh;

b) Dapat menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang

berkaitan dengan profesi dan  organisasi dalam

melaksanakan tugas;

c) Dapat mengikuti perkembangan peraturan perundang-

undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan

oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang

berlaku;

d) Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi

organisasi;

e) Tidak menjadi bagian kegiatan ilegal atau mengikatkan

diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan

profesi APIP atau organisasi;

f) Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara sesama

auditor dalam pelaksanaan audit; dan

g) Saling  mengingatkan,  membimbing, mengoreksi perilaku

sesama auditor.

BAB 4 Hubungan antara struktur pengendalian internal,

resiko pengendalian dan pemeriksaan atas laporan

keuangan pemerintah pusat dan daerah

A.Pengendalian InternalPengendalian internal adalah sebuah sistem pengendalian

internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang

agar manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa

perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan

prosedur yang sering disebut sebagai pengendalian dan secara

kolektif akan membentuk suatu pengendalian internal entitas.

Manajemen biasanya memiliki 3 (tiga) tujuan umum terkait

dalam merancang sistem pengendalian:

Keandalan laporan keuangan.

Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan

keuangan bagi para investor, kreditur dan pengguna

lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun

profesional untuk meyakinkan bahwa informassi disajikan

secara wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan

seperti misalnya GAAP. Tujuan pengendalian internal yang

efektif terhadap laporan keuangan adalah untuk memenuhi

tanggung jawab pelaporan keuaangan ini.

Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi.

Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong

penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan

efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju

perusahaan. Sebuah tujuan penting atas pengendalian

tersebut adalah akurasi informasi keuangan dan

nonkeuangan mengenai kegiatan operasi perusahaan yang

akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh para

pengguna laporan.

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

Perusahaan publik, perusahaan nonpublik maupun organisasi

nirlaba diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hukum

dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan

akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan

terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil, sedang yang

terkait erat dengan akuntansi misalnya peraturan pajak

penghasilan dan kecurangan.

B. Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor dalam Pengendalian

Internal

Tanggung jawab terhadap pengendalian internal berbeda bagi

manajemen dan auditor. Manajemen bertanggung jawab untuk

menegakkan dan menjaga pengendalian internal entitas. Tanggung

jawab auditor termasuk memahami dan menguji pengendalian

internal atas laporan keuangan.

1. Tanggung jawab Manajemen untuk Menegakkan Pengendalian

Internal Manajemen yang harus menegakkan dan

memeilihara pengendalian internal entitasnya. Konsep

ini konsisten bahwa manajemen, bukan auditor yang

bertanggung jawab dalam penyusunan laporan keuangan

sesuai dengan PABU.

2. konsep penting yang mendasari manajemen dalam

merancang dan menerapkan pengendalian internal:

keyakinan yang memadai dan keterbatasan-keterbatasan

bawaan.

C. Komponen Pengendalian Internal COSO

Kerangka Terintegrasi-Pengendalian Internal COSO, kerangka

pengendalian internal yang paling banyak diterima di Amerika

Serikat menjelaskan lima komponen pengendalian internal yang

dirancang dan diterapkan manajemen untuk memberikan keyakinan

yang memadai bahwa tujuantujuan pengendalian dapat terpenuhi.

Komponen pengendalian internal COSO terdiri dari hal-hal

berikut ini:

Lingkungan Pengendalian

Penilaian Risiko

Aktivitas Pengendalian

Informasi dan Komunikasi

Pengawasan

BAB 5 Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP)

A.Menilai Resiko Pengendalian

Auditor mendapatkan bahwa pemahaman atas rancangan

dan implementasi pengendalian internal untuk membuat

penilaian awal resiko pengendalian sebagai bagian dari

penilaian keseluruhan auditor terhadap resiko salah saji

yang material. Dalam beberapa kondisi, auditor mungkin

mempelajari bahwa kelemahan dalam pengendalian adalah

signifikan sehingga laporan keuangan klien tidak dapat

diudit. Sehingga, sebelum membuat penilain awal atas

resiko pengendalian untuk setiap kelompok transaksi yang

material, auditor pertama kali harus menentukan apakah

entitas tersebut dapat diaudit.

Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah

menukur resiko pengendalian dengan menghubungkan

pengndalian kekurangan-kekurangan yng signifikan dan

kelemahan-kelemahan material terhadap tujuan audit

terkait dengan transaksi.

B. Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan ( SPIP )

Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi

Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus

dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan

efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang

dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan

dapat mencapai tujuan. Sistem inilah yang dikenal sebagai

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang

integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,

keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem

Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan,

dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya

memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan

mutlak, sehingga dalam pengembangan dan penerapannya

perlu dilakukan secara komprehensif dan harus

memperhatikan aspek biaya manfaat (cost and benefit), rasa

keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran,

kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah.

BAB 6 Audit atas transaksi Pendapatan

A. Mendapatkan Pemahaman dan Menilai Risiko Pengendalian

Menilai risiko pengendalian.

Empat penilaian yang spesifik harus dibuat untuk tiba

dipenilaian awal :

1. Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit

2. Menentukan resiko kendali yang telah dinilai

didukung oleh pemahaman yang diperoleh

3. Menilai apakah mungkin bahwa resiko kendali

yang dinilai lebih rendah bisa didukung

4. Menentukan resiko pengendalian yang sesuai yang

telah dinilai

• Mengidentifikasi sasaran audit yang terkait dengan

transaksi

à auditor biasanya menilai resiko pengendalian untuk

sasaran hasil audit yang terkait dengan transaksi untuk

masing-masing jenis transaksi dalam setiap siklus

transaksi

• Mengidentifikasi pengendalian spesifik

à auditor mengidentifikasi kendali dengan

melanjutkan informasi yang deskriptif tentang sistem

klien.

Pengujian Pengendalian (test of control)

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang

dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian

intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan

untuk mendapatkan informsi mengenai:

1) frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang

ditetapkan.

2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut dan.

3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian

tersebut. Perancangan program audit untuk pengujian

pengendalian di bahas lebih lanjut dalam bab 8 penaksiran

resiko dan desain pengendalian.

Prosedur Analitis

Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan

oleh auditor pada tahap awal proses audinya dan pada

tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian

ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari

perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan

data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian

analitij dimaksudkan untuk membantu auditor dalam

memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang

memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor

melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap

objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh

mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis

ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan

keuangan perbandingan (comparative financial statements)

merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk

mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis besar

mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien.

Pengujian Substantif

Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi

karena kesalahan dalam:

a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di

Indonesia

b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum

di Indonesia

c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia

d. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan

transaksi

e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan

pembagian)

f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan

informasi

g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu

dalam laporan keuangan

Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap

pendapatan penjualan (sale revenues), auditor melakukan

prosedur audit untuk menemukan:

BAB 7 Audit atas transaksi belanja

A. SIFAT SIKLUS BELANJA DAERAH

Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan

keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan

dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk dinas

dan instansi pemerintah daerah.siklus ini dimulai dengan

adanya permintaan pembelian dari berbagai dinas/setingkat

dinas melalui pengajuan daftar isian anggaran dari masing –

masing dinas. Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah

daerah bisa dilakukan secara tunai maupun kredit (menimbulkan

uang), baik untuk belanja aparat maupun belanja pelayanan

publik. Audit siklus belanja ini berkaitan dengan belanja

pegawai; belanja operasional seperti pengadaan barang

inventaris kantor dan ATK; belanja pemeliharaan dan lain-lain.

Dua kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi

pembelian dan pengeluaran kas.

Kedua kelompok ini mempengaruhi rekening-rekening sebagai

berikut :

1) Kas

2) Persediaan barang habis pakai

3) Aktiva tetap

4) Aktiva lain lain

5) Utang

Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah ini

sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan pemerintah

daerah. Kesalahan dalam membedakan antara pengeluaran /

belanja untuk belanja aparat dengan pengeluaran/belanja

untuk pelayanan publik akan menyebabkan laporan keuangan

yang salah saji. Berbagai pos rekening seperti belanja

administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta

belanja modal/pembangunan dapat bersifat material secara

individual. Dengan demikian, auditor berusaha untuk mencapai

tingkat resiko yang lebih rendah dengan memastikan bahwa

transaksi dalam pos belanja daerah bukan merupakan sumber

salah saji material dalam laporan keuangan.

 

B. RESIKO BAWAAN

Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak entitas

adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan

tingginya resiko bawaan siklus belanja, yaitu :

1) Volume transaksi yang selalu tinggi

2) Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa

rotasi

3) Pembelian aktifa yang tidak perlu

4) Masalah akuntansi yang berkembang.

Tingginya volume transaksi akan meningkatkan kemungkan

terjadinya salah saji. Semakin tinggi volume transaksi, maka

semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya kesalahan dalam

pencatatan transaksi tersebut. Disamping it, terdapat juga

kemungkinan

bahwa entitas melakukan pembelian aktiva yang tidak perlu.

Namun, sering terjadi kasus dimana dimana entitas masih

tetap mencatumkan aktiva yang tidak berguna dalam neracanya

sebesar nilai dari aktiva tersebut. Masalah akuntansi

mengenai penetuan apakah harga perolehan aktiva

dikapitalisasi atau dibebankan mengakibatkan tingginya

kemungkinan kesalahan dalam pengeluaran kas.

BAB 8 Audit atas transaksi Penerimaan dan Pengeluaranpembiayaan

AUDIT TERHADAP TRANSAKSI KAS

( PENERIMAAN )

A. Permasalahan Audit Terhadap Saldo Kas

Tujuan menyeluruh dalam audit atas siklus penjualan dan

penerimaan kas adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo

yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara

wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.

Auditor dalam rangka pelaksanaan audit terhadap saldo

rekening kas menghadapi kemungkinan adanya risiko deteksi

yang pada dasarnya dipengaruhi oleh tingkat risiko melekat

dan risiko pengendalian. Mengingat transaksi yang terbentuk

dalam siklus ini demikian besarnya (berpengaruh terhadap ke

lima siklus yang lain) dengan sendirinya risiko melekat

yang ada dalam siklus ini juga sangat tinggi. Oleh

karenanya tujuan audit untuk memperoleh keyakinan terhadap

eksistensi dan peristiwa yang melatar belakangi pembentukan

transaksi, serta kesempurnaan penyajian elemen kas harus

mendapat perhatian yang seksama.sangat berbeda dengan

permasalahan dalam pencapaian tujuan memperoleh keyakinan

terhadap hak dan kewajiban, maka dalam hal ini tingkat

risiko salah saji menjadi sangat rendah. Demikian halnya

terhadap tujuan penyajian dan pengungkapannya cenderung

beresiko rendah. Namun demikian harus diingat, bahwasanya

efektivitas pengendalian terhadap penerimaan dan

pengeluaran kas sangat tergantung pada kelima siklus yang

terkait dengan rekening kas.

Memperhatikan hal-hal yang relevan dengan pengujian ini,

maka langkah yang harus dipertimbangkan oleh auditor

adalah:

1. auditor menentukan perencanaan pendahuluan auditor

terhadap risiko deteksi sebagai dasar penentuan strategi

audit terhadap setiap asresi kas,

2. menentukan revisi risiko

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN

( PEMBIAYAAN )

Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan

barang atau jasa. Barang yang diperoleh perusahaan dapat

berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan

untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari

satu tahun atau sediaan dan surat berharga yang akan

dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam

jangka waktu satu tahun atau kurang. Jasa yang diperoleh

perusahaan juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu jasa yang

hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang (jasa

personel, bunga, asuransi, iklan) dan jasa yang menghasilkan

manfaat lebih dari satu tahun (aktiva tidak berwujud).