Post on 17-Jan-2023
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI AJAR
KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
DI KELAS VIII MTS HIFZHIL QUR’AN MEDAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Yudi Pramono Pawiro Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara
email: yudistiraperwira@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah penerapan metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs
Hifzhil Qur’an Medan . Objek dalam penelitin ini adalah hasil belajar matematika siswa
melalui penerapan metode penemuan terbimbing pada materi ajar kubus dan balok. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan wawancara. Berdasarkan
hasil observasi pada setiap siklus penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengelolaan
kegiatan pembelajaran adalah rata- rata penilaian observasi setiap siklusnya yaitu 2,5
(kategori baik) dan 3,58 (kategori sangat baik). Berdasarkan tes hasil belajar menunjukkan
bahwa tingkat ketercapaian proses pembelajaran matematika berada di atas standar yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar
pada pokok bahasan kubus dan balok melalui penerapan metode penemuan terbimbing adalah
rata-rata pencapaian hasil belajar siswa setiap siklusnya yaitu 65,625% dan
90,625%.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa VIII MTs
Hifzhil Qur’an Medan
Kata Kunci : Metode Penemuan Terbimbing dan Hasil Belajar Siswa
Abstract
This research propose for know : what application guide discovery method can be
improve study result. Type of research is classroom action research consisting of two cycles.
Subjects is in this study were students of class VIII MTs Hifzhil Qur’an. Objects in this
experiment is the result of application of mathematics lerarning through guide discovery
method at subject matter cube and beam. The Instrument used this research is observation,
test and interview.Besed on observations at each cycle showed that improved management of
learning activities is the average valuation 2,5 (good catagories) and 3,58 (very good
categories). Besed on study result show achievement of the learning process of mathematics
is above the established standard that is equal to 85 %. The result showed improvement math
result on subject matter cube and beam with application guided discovery method every cyle
is 62,625% and 90,625%. Besed on that act can be concluded that the application of guided
discovery method can improve math study result of class VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan.
Key Word: Guided Discovery Method and Study Result
PENDAHULUAN
Standar kompetisi mata pelajaran matematika adalah siswa memiliki kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta mempunyai kemampuan
bekerjasama. Artinya, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
yang penekanannya pada penataan nalar, pembentukan sikap siswa serta ketrampilan dalam
penerapan matematika. Untuk siswa dalam pembelajaran matematika diharapkan tidak
menghafal rumus, konsep, dan prosedur yang diajarkan tetapi memahami konsep tersebut dan
tahu darimana rumus itu didapat. Peran seorang guru sangat dibutuhan dalam keberhasilan
pembelajaran, sehingga guru harus memiliki kompetensi keprofesian keguruan yang baik
termasuk memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai metode
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf
perkembangan siswa termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media
pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran di sekolah-sekolah.
Dari hasil pengamatan sementara peneliti melihat situasi MTs Hifzhil Qur’an sama
seperti sekolah-sekolah yang pernah peneliti lihat sebelumnya yaitu dalam proses
pembelajarannya, Guru matematika lebih menekankan pada metode ceramah dalam
menyampaikan pelajaran. Hal itu dapat dilihat dari interaksi antara guru dan siswa masih
kurang aktif. Siswa masih banyak mendengarkan ketika guru menerangkan materi tanpa
memiliki sikap timbal bailk yang positif. Sehingga siswa belajar dalam satu arah saja yaitu
mendengarkan. Oleh sebab itulah hasil pembelajaran matematika siswa kelas VIII masih
belum ada peningkatan. Jadi peneliti melihat siswa disini kurang aktif sehingga hasil
pembelajaran belum maksimal.
Salah satu metode pembelajaran aktif dari sekian banyak metode pembelajaran yang
ada, penemuan terbimbing yang merupakan satu model instruksional kognitif, model
penemuan yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga
dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar
menempatkan guru sebagai fasilitator, berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat
‘menemukan’ konsep umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru.
Pada metode penemuan terbimbing adalah sistem dua arah yang melibatkan siswa
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan penemuan, sedangkan guru
membimbing mereka kearah yang tepat atau benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Gagne
disebut penemuan terbimbing (guide discovery), sekalipun didalam kelas yang terdiri dari 20
sampai 30 siswa.
Dengan kata lain pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara
untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, dalam proses ini siswa
berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru. Kegiatan
pembelajaran semacam ini menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya
berperan sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran. Proses pembelajaran yang
demikian membawa dampak positif pada pengembangan kreativitas berpikir siswa. Dalam
model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena
pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar
mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas
untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Guru
menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka
mencari jawaban, kesimpulan generalisasi dan solusi. Pemecahan masalah merupakan suatu
tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan
akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika, karena siswa
dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan
masalah.
Pada metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas
dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya
dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan
ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru serta tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan
kepada kelas untuk dipecahkan.
Adapun Fase - Fase Penemuan Terbimbing yaitu:1
Fase Deskripsi
Fase 1: Pendahuluan Guru berusaha menarik perhatian siswa
dan menetapkan fokus pelajaran.
Fase 2: Fase Terbuka Guru memberi siswa contoh dan
meminta siswa mengamati dan
membandingkan contoh-contoh
Fase 3: Fase Konvergen Guru menanyakan pertanyaan-
pertanyaan lebih spesifik yang
dirancang untuk membimbing siswa
mencapai pemahaman tentang konsep
atau generalisasi.
Fase 4: Fase Penutup dan Penerapan Guru membimbing siswa memahami
defenisi suatu konsep atau pertanyaan
generalisasi dan siswa menerapkan
pemahaman mereka ke dalam konteks
baru.
Materi kubus dan balok merupakan materi ajar pada kelas VIII SMP/MTs, materi ini
spesifik dan sudah terdefenisi dengan jelas, artinya materi ini membahas terkait dengan
konsep sehingga metode penemuan terbimbing layak untuk dipakai dalam pembelajaran di
kelas untuk materi kubus dan balok. Adapun kerangka materi adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi : 5.Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian
bagiannya.
Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya.
1.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.
1 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran ,( Jakarta: PT Indeks,2012),h.189.
5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan
limas.
Indikator : 1. Menyebutkan bidang, rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, serta
diagonal ruang kubus.
2. Melukis jaring-jaring kubus dan balok.
3. Menghitung luas permukaan kubus dan balok.
4. Menghitung volume kubus dan balok.
Setelah membaca metode tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitin guna
meningkatkan hasil belajar siswa dengan judul “ Penerapan Metode Penemuan Terbimbing
Pada Materi Ajar Kubus Dan Balok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas VIII
MTs Hifzhil Qur’an Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:1) Pembelajaran masih berpusat pada guru ; 2) Kurangnya inovasi siswa
belajar matematika; 3) Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, masalah yang dikaji
dalam penelitian ini perlu dibatasi sehingga penelitian ini lebih terarah, efektif, dan efisien
serta memudahkan dalam melaksanakan penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: : Apakah penerapan metode penemuan terbimbing pada materi ajar kubus dan
balok dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan
Tahun Ajaran 2012/2013.
Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing
pada materi ajar kubus dan balok dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII MTs
Hifzhil Qur’an Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam upaya
mengembangkan konsep pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran
Matematika. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1) Bagi siswa, untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika; 2) Bagi guru,
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran matematika yang sesuai
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang
tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi para guru, dan; 4)
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai
bahan acuan pada penelitian selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode belajar
penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok. PTK dapat diartikan sebagai proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya
memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan tindakan yang terencana dalam situasi
nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.2Dari konsep diatas ada
beberapa hal yang harus digaris bawahi. Pertama, PTK adalah rangkaian kegiatan yang
dimulai menyadari masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah dan refleksi
terhadap tindakan yang dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah yang
terjadi di dalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas. Ketiga, PTK
dimulai dan diakhiri dengan kegitan refleksi diri artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri
adalah guru. Keempat, PTK dilakukan berbagai tindakan, artinya PTK bukan sekedar
mengetahui sesuatu akan tetapi adanya aksi dari guru untuk proses kebaikan. Kelima,PTK
dilakukan dlam situasi nyata,artinya aksi yang dilakukan guru dilakukan dalam setting
pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah
direncanakan.
Prosedur tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus. Dalam satu siklus terdiri atas
empat tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan ; 2) Pelaksanaan tindakan ; 3) Observasi dan
wawancara ; 4) Refleksi. Lebih jelasnya prosedur tindakan kelas ini adalah:
Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan dilakukan adalah merencanakan tindakan yaitu sebagai berikut:
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat langkah-langkah kegiatan belajar
mengajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas kelas ketika pembelajaran berlangsung.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan kegiatan mengajar, dimana
peneliti yang bertindak sebagai guru. Kegitan mengajar yang dilakukan merupakan
pengembangan dan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang telah dirancang. Pada akhir
tindakan kepada siswa test hasil belajar untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa setelah
pemberian tindakan.
2 Wina Sanjaya,Penelitian Tindakan Kelas,( Jakarta:Kencana,2011), h.26.
Tahap Observasi
Tahap observasi yang dimaksud adalah tahap pengamatan yang dilakukan saat kegiatan
pembelajaran berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, gunanya untuk
mengamati aktivitas belajar mengajar di kelas. Dalam tahapan ini peneliti didampingi seorang
guru pengamat. Pengamatan dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII MTs
Hifzhil Qur’an Medan.
Tahap Refleksi
Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus
selanjutnya.
Penelitian ini akan dilakukan di MTs Hifzhil Qur’an Medan. Adapun subjek
penelitian ditetapkan di kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan yang berjumlah 32 siswa
semester II T.A. 2012/2013.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes, lembar observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Amir Daien
Indrakusuma bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan
cara yang cepat dan tepat.3 Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan
kurikulum (materi dan tujuan) agar memenuhi validasi dapat pula diminta bantuan ahli
bidang studi untuk menotasikan apakah konsep materi yang diajarkan telah memadai atau
tidak sebagai sampel tes. Dengan demikian validasi isi tidak memerlukan uji coba dan
analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka.4 Observasi merupakan kegiatan
pengamatan terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan perubahan yang telah terjadi pada
saat diberikan tindakan. Hal ini dilihat dari segi sikap, respon, pandangan, minat dan motivasi
sewaktu guru mengajar. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung yang
dilakukan oleh peneliti pada saat berlangsungnya tindakan, pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan melalui wawancara diarahkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa
dalam meneyelesaikan soal-soal kubus dan balok yang diberikan pada saat pelaksanaan
tindakan. Wawancara yang dilakukan difokuskan pada tes hasil belajar siswa di akhir
pemberian tindakan.Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran pada siswa melalui pendokumentasian foto-foto pada saat proses tindakan
penelitian di MTs Hifzhil Qur’an.
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h. 32.
4 Samsul Sitakar, “Penerapan Metode Tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Tajwid Al-Qur’an Di Kelas IV MDA Yayasan Pendidikan Rusyda Medan T.A 2011/2012”(
Skripsi ; Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, 2012),h, 62
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi, katagori hasil belajar siswa
penyajian data, analisis hasil observasi dan indikator keberhasilan.Proses reduksi data
dilakukan dengan menyeleksi, menyederhanakan, dan mengorganisasikan data yang telah
disajikan dalam bentuk transkrip catatan lapangan. Untuk katagori hasil belajar secara
individu siswa dikatakan telah tuntas apabila DS ≥ 65% dan secara klasikal,suatu kelas
dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85%. Ketuntasan belajar perorangan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
%100B
ADS
Keterangan :
DS = Daya Serap
A = Skor yang telah diperoleh siswa
B = Skor maksimal
Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan mengggunakan rumus :
%100N
XD
Keterangan :
D = Persentase kelas yang tuntas belajar
X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa
Hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer yaitu guru matematika kelas VIII
MTs Hifzhil Qur’an, dilakukan penganalisaan degan rumus:
Pi:
Dimana Pi = hasil pengamatan pada pertemuan ke-i
Adapun kriteria rata-rata penilaian observasi menurut Sugito :
0-1 - 1 artinya kurang baik
1,2- 2,1 artinya cukup
2,2 - 3,1 artinya baik
3,4 - 4,0 artinya sangat baik.
Indikator keberhasilan untuk indikator proses :Tindakan dikategorikan berhasil bila
minimal baik pelaksanaannya telah sesuai dengan pembelajaran matematika melalui metode
penemuan terbimbing. Sedangkan indikator hasil : Tindakan dikatakan berhasil jika tingkat
ketuntasan klasikal telah mencapai 85%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah pertama sebelum dilakukannya perencanaan dan tindakan terhadap siswa adalah
pemberian tes awal. Tujuannya diberikannya tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum
melakukan perencanaan adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang berhubungan kubus dan balok. Setelah tes wal diberikan
kepada 32 orang siswa di kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan, maka dapat diketahui
bahwa hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar individu. Dimana ada 19 orang
(59,375%) dari keseluruhan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 13 orang
(40,625%) dari jumlah siswa keseluruhan yang mencapai ketuntasan belajar, kemudian
peneliti melakukan siklus I untuk mencapai ketuntasan belajar klasikal ≥ 85%.
Siklus I
Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan terlebih dahulu membuat rencana
pelaksaanan pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing, membuat observasi dan membuat
tes hasil belajar. Pada tahap ini diberikan tes awal kepada siswa, tujuannya diberikan tes awal
untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap mata pelajaran matematika. Setelah tes
awal diberikan ada beberapa siswa yang tidak tuntas dalam belajar matematika yaitu
59,375%.
Hasil tes awal tersebut digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan dilakukan
suatu tindakan pembelajaran yaitu dengan pembelajaran penemuan terbimbing, dimana
peneliti bertindak sebagai guru. Pengajaran yang kan dilaksanan terdiri dari dua siklus dan
setia siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pemberian tindakan dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan penemuan terbimbing.
a. Sebelum memulai masuk ke materi, peneliti bertindak sebagai guru terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pembelajaran materi kubus dan balok dan memberikan motivasi
siswa agar bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam proses pembelajaran.
b. Guru menginformasikan tentang pembelajaran penemuan terbimbing serta prosedur
pembelajaran.
c. Guru membagi kelompok menjadi 6, tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.
d. Guru meminta peserta didik untuk mencari informasi mengenai materi kubus dan
balok.
e. Setiap siswa melakukan penemuan dengan bimbingan dari guru.
f. Guru meminta perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusinya dan guru
merumuskan jawaban yang benar.
g. Siswa diminta membuat catatan penting dari kegiatan belajar ini.
Kegiatan belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari rencana
pelaksanaan pembelajaran yang disusun pada siklus I. Peneliti mengembangkan rencana
pelaksanaan pada siklus I berdasarkan hasil dari tes awal dan wawancara terhadap beberapa
siswa.
Setelah pengajaran siklus I, diberikan tes I kepada siswa untuk melihat hasil belajar
setelah penerapan metode penemuan terbimbing yang diterapkan didalam kelas. Adapun hasil
belajar siswa pada tes I sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini.
Daftar Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
No Nama Siswa Skor
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 2 3 4 5
1 Ainun Mardiyah 66,875 Tuntas
2 Alfan Aulia 100 Tuntas
3 Anita Firdaus Harahap 82,5 Tuntas
4 Anjeli Septi Anggrani 100 Tuntas
5 Avivatur Rohima Arva 75 Tuntas
6 Azlita Rahma Sitompul 58,75
Tidak Tuntas
7 Danny Chalik Malik 75 Tuntas
8 Dzakiyatul Ilmi 87,5 Tuntas
9 Eva Syahrina 75 Tuntas
10 Fahrozi 82,5 Tuntas
11 Farah Afivah 87,5 Tuntas
12 Ida Aprriala 87,5 Tuntas
13 Khairul Anwar 48,25
Tidak Tuntas
14 M. Nuh Salam Lubis 45,25
Tidak Tuntas
15 M.Ary Hamzah 82,5 Tuntas
16 M.Fauzi 10
Tidak Tuntas
17 M.Hafiz 75 Tuntas
18 M.Harun 37,5
Tidak Tuntas
No 1 2 3 4
19 M.Yasin Asyraf 100 Tuntas
20 Mardiana Harahap 66,25 Tuntas
21 Mila Sulistiani 25
Tidak Tuntas
22 Nadia Umami 25
Tidak Tuntas
23 Nida Khofifa 25
Tidak Tuntas
24 Nur Asnita 86,25 Tuntas
25 Nur Hasanah 40
Tidak Tuntas
26 Nurhidayah 42,5
Tidak Tuntas
27 Rahma Nur 82,5 Tuntas
28 Rizki Fauziah Harahap 87,5 Tuntas
29 Shailala Aidriva 57,5
Tidak Tuntas
30 Siti Sakinah Siregar 75 Tuntas
31 Zahirah Firmansyah 100 Tuntas
32 Zuliana Nasution 100 Tuntas
Jumlah 2189
Rata-rata ∑ X 68,40625
Persentase
65,625 % 34,375%
Ketuntasan Klasikal 65,625 %
Observasi
Dari tabel diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar individual maka pembelajaran pada siklus I masih belum memenuhi kriteria
peningkatan hasil belajar. Dimana ada 11 orang (34,375%) dari keseluruhan siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar dan 21 orang (65,625%) dari jumlah siswa keseluruhan
yang mencapai ketuntasan belajar. Dari data tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran pada
siklus I perlu ada perbaikan yakni dengan melanjutkan ke siklus II.
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I
No Indikator Deskriptor Nilai
A Membuka Pelajaran 1. Menarik perhatian siswa.
2. Menertibkan siswa.
3. Merincikan tujuan
pembelajaran.
4. Memotivasi siswa
2
2
2
2
B Mengatur Waktu dan
Strategi Pembelajaran
1. Merancang materi ajar
dengan sistematis.
2. Menggunakan waktu secara
efektif dan efisiensi
2
2
3. Melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan
metode penemuan
terbimbing .
4. Kegiatan Pembelajaran
bervariasi.
3
2
C Menggalakan ketertiban
siswa dalam proses
pembelajaran.
1. Membentuk kelompok siswa
dengan tertib.
2. Memberi dorongan kepada
siswa agar turut serta
mengerjakan tugasnya
dalam kelompknya.
3. Mengamati kegiatan siswa
sedang berdiskusi.
4. Memimpin diskusi kelas
antar kelompok.
2
2
2
2
D Berkomunikasi dengan
Siswa
1. Memotivasi siswa untuk
bertanya.
2. Membantu siswa untuk
memahami soal-soal.
3. Melatih siswa untuk
member komentar.
4. Memberikan pertanyaan
kepada siswa.
2
2
3
2
E Aktivitas Siswa 1. Menyakan yang tidak
dimengerti kepada guru.
2. Memperhatikan guru.
3. Aktif pada saat diskusi
kelompok.
4. Menjawab pertanyaan
guru/siswa dari kelompok
lain.
3
3
3
3
F Menutup Pelajaran 1. Merangkum materi
pelajaran.
2. Member pujian atau
penghargaan kelompok yang
nilainya tinggi.
3. Memotivasi kelompok yang
nilainya rendah.
4. Memberi tugas.
4
4
3
3
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru matematika kelas VIII pada
siklus I, diperoleh bahwa penguasaan bahan/materi, kemampuan guru membuka pelajaran,
berkomunukasi dengan siswa, memotivasi siswa serta menutup pelajaran sudah baik yaitu 2,5
tetapi mempersiapkan materi pelajaran, menggunakan waktu serta aktivitas siswa masih
kurang baik.
Sedangkan wawancara dilakukan terhadap siswa yang mendapat nilai rendah yang
tujuannya untuk menelusuri kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
kubus dan balok. Berdasarkan hasil wawancara ternyata siswa menjawab bahwa soal yang
diberikan tidak sesuai dengan waktu yang tersedia serta siswa kurang teliti dalam
menyelesaikan soal yang diberikan.
Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil belajar siklus I dan lembar observasi guru serta wawancara yang
diperoleh bahwa hasil belajar siswa terletak pada katagori sedang, siswa masih banyak yang
belum memahami materi kubus dan balok disebabkan kurang optimalnya guru dalam
mengajar. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan pengajaran secara umum belum terlaksana
sesuai dengan perencanaan, masih terdapat kekurangan dan penggunaan waktu yang kurang
efisien. Siswa masih kelihatan kaku dan kondisi pembelajaran belum berjalan lancar, hal ini
disebabkan siswa kurang antusias dengan pembelajaran penemuan terbimbing yang masih
asing yang mereka alami. Selain itu siswa masih takut untuk menanyakan hal yang tidak
mereka mengerti kepada guru.
Berdasarkan permasalahan di atas menjadikan penulis berfikir untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang diperoleh, maka pada siklus II direncanakan:
a. Guru harus mampu mengatur penggunakan waktu pembelajaran denagn baik.
b. Guru harus mampu meningkatkan pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya
membuka pelajaran dengan lebih baik salah satunya dengan membawa media
balok dan kubus untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan metode penemuan terbimbing yang telah dicapai sebelumnya pada siklus I.
Siklus II
Perencanaan Tindakan
Yang masih menjadi permasalahan pada siklus I adalah:
a. Siswa masih kurang mampu menyelesaikan soal-soal tentang kubus dan balok
b. Pembelajaran penemuan terbimbing masih belum terlaksana sesuai dengan
perencanaan.
Oleh karena itu dibuat suatu perencanaan tindakan yaitu membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) siklus II, dimana RPP ini mengalami perubahan dari RPP siklus I,
kemudian membuat lembar observasi dan tes akhir. Tes akhir ini digunakan untuk melihat
bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam belajar matematika setelah pembelajarn
penemuan terbimbing diterapkan dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus ini peneliti membagi pertemuan belajar atas dua kali pertemuan. Pemberian
tindakan dilakukan dengan kegiatan belajar dimana peneliti bertindak sebagai guru. Kegiatan
belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari rencana perbaikan
pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan ( lampiran 2).
Pengajaran yang dilakukan difokuskan pada proses belajar yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam belajar matematika. Pada pertemuan terakhir, peneliti kembali
memberikan tes hasil belajar kepada siswa untuk melihat bagaimana hasil belajar siswa
setelah diajarkan dengan penerapan pembelajaran penemuan terrbimbing.
Setelah pengajaran siklus II, diberikan tes II kepada siswa untuk melihat hasil belajar
setelah penerapan metode penemuan terbimbing. Adapun hasil belajar dari tes II siswa MTs
Hifzhil Qur’an kelas VIII sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini :
Daftar Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No Nama Siswa Skor
Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 2 3 4 5
1 Ainun Mardiyah 100 Tuntas
2 Alfan Aulia 85 Tuntas
3 Anita Firdaus Harahap 100 Tuntas
4 Anjeli Septi Anggrani 100 Tuntas
5 Avivatur Rohima Arva 100 Tuntas
6 Azlita Rahma Sitompul 70 Tuntas
7 Danny Chalik Malik 85 Tuntas
8 Dzakiyatul Ilmi 100 Tuntas
9 Eva Syahrina 100 Tuntas
10 Fahrozi 20
Tidak Tuntas
11 Farah Afivah 100 Tuntas
12 Ida Aprriala 85 Tuntas
13 Khairul Anwar 85 Tuntas
14 M. Nuh Salam Lubis 100 Tuntas
15 M.Ary Hamzah 85 Tuntas
16 M.Fauzi 45
Tidak Tuntas
17 M.Hafiz 85 Tuntas
18 M.Harun 60
Tidak Tuntas
19 M.Yasin Asyraf 65 Tuntas
20 Mardiana Harahap 100 Tuntas
21 Mila Sulistiani 100 Tuntas
22 Nadia Umami 75 Tuntas
No 1 2 3 4
23 Nida Khofifa 75 Tuntas
24 Nur Asnita 85 Tuntas
25 Nur Hasanah 75 Tuntas
26 Nurhidayah 100 Tuntas
27 Rahma Nur 100 Tuntas
28 Rizki Fauziah Harahap 100 Tuntas
29 Shailala Aidriva 80 Tuntas
30 Siti Sakinah Siregar 100 Tuntas
31 Zahirah Firmansyah 100 Tuntas
32 Zuliana Nasution 100 Tuntas
Jumlah 2760
Rata-rata ∑ X 86,25
Persentase
90,625 % 9,375 %
Ketuntasan Klasikal 90,625 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa tercapai. Dimana siswa
yang tuntas belajar berjumlah 29 orang (90,625%) dari jumlah siswa. Dan yang tidak tuntas
belajar adalah 3 orang (9,375%) dari jumlah siswa. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
belajar siswa secara klasikal tercapai yaitu 90,625% dengan nilai rata-rata mencapai 85,06,
dengan demikian penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Observasi
Pada pengajaran siklus II, diberikan tes II kepada siswa untuk melihat adanya
peningkatan hasil belajar dengan menerapkan metode penemuan terbimbing. Setelah
dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus II, maka hasil belajar siswa mencapai
ketuntasan belajar klasikal. Sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut:
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II
No Indikator Deskriptor Nilai
A Membuka Pelajaran 1. Menarik perhatian siswa.
2. Menertibkan siswa.
3. Merincikan tujuan
pembelajaran.
4. Memotivasi siswa
3
4
4
4
B Mengatur Waktu dan
Strategi Pembelajaran
1. Merancang materi ajar dengan
sistematis.
2. Menggunakan waktu secara
efektif dan efisiensi
3. Melaksanakan kegiatan
4
4
pembelajaran sesuai dengan
metode penemuan terbimbing .
4. Kegiatan Pembelajaran
bervariasi.
4
3
C Menggalakan ketertiban
siswa dalam proses
pembelajaran.
1. Membentuk kelompok siswa
dengan tertib.
2. Memberi dorongan kepada
siswa agar turut serta
mengerjakan tugasnya
dalam kelompknya.
3. Mengamati kegiatan siswa
sedang berdiskusi.
4. Memimpin diskusi kelas
antar kelompok.
3
4
4
4
Berdasarkan rincian hasil penelitian, diketahui bahwa penelitian berlangsung dua siklus.
Pada siklus I dengan menggunakan rencana pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan tes
hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam belajar matematika. Setelah tes
awal dan tes siklus I diberikan kepada siswa maka hasil dari tes tersebut digunakan sebagai
acuan tindakan selanjutya.Yang menjadi permasalahan adalah hasil belajar siswa masih
rendah dan pembelajaran penemuan terbimbing belum terlaksana sesuai dengan perencanaan.
Penyebabnya adalah media yang digunakan tidak sesuai dengan materi pembelajaran, pada
siklus I guru seharusnya membawa kerangka kubus dan balok bukan kotak yang berbentuk
kubus dan balok sehingga kurang menarik minat serta tidak membantu menjelaskan konsep
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Pada Siklus I diberikan berupa pembelajaran dengan menerapkan metode penemuan
terbimbing yaitu menyampaikan materi, memberi contoh soal, memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya, dan memberikan motivasi kepada siswa yang minat belajarnya masih
kurang serta membentuk kelompok belajar yang masing-masing kelompok tersebut
berusahan memecahkan permasalahan matematika dengan penemuan terbimbing. Siklus I
berakhir setelah diberikan tes I. Dari hasil tes I tersebut terdapat 34,375% atau 11 orang siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 65,625% atau 21 orang siswa yang sudah
mencapai ketuntasan belajar. Dan dari hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran
diperoleh jumlah rata-rata keseluruhan 2,5. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih rendah. Maka siklus II harus
dilaksanakan.
Pada siklus II sesuai dengan pengembangan pada pembelajaran siklus I dan masih
menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan memperbaiki pengelolaan
kegiatan pembelajaran diantaranya membuka pelajaran, mengatur waktu dan strategi
pembelajaran, menggalakan ketertiban siswa dalam proses pembelajaran. Pada membuka
pelajaran guru menunjukan media kubus dan balok yang terbuat dari karton serta aplikasi
pelajaran kubus dan balok sehari-hari, hal ini akan menarik perhatian serta minat siswa
sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas serta
media tersebut sesuai dengan konsep materi luas permukaan, volume kubus dan balok.
Pada tes II terdapat tiga orang atau 9,375% dari jumlah siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar dan terdapat 29 orang atau 90,625% dari jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal sudah memenuhi ketuntasan. Dari hasil
observasi diperoleh jumlah rata-rata keseluruhan adalah 3,58. Dalam hal ini kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil dari siklus I dan siklus II di atas, sejalan dengan teori Lesle J.Briggs
yang menyatakan media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya
terjadi proses pembelajaran. Dalam hal ini pada siklus II guru menggunakan media yang tepat
dalam menanamkan konsep luas permukaan dan volume kubus dan balok kepada siswa
sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan pada siklus II. Hal ini sesuai
dengan prosedur dalam merencanakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing,
yaitu menyiapkan contoh, dalam hal ini kubus dan balok sebagai contoh atau media yang
membantu siswa dalam memahami pelajaran.
Kemudian pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas berjalan dengan
baik sehingga sistem pembelajaran terjadi secara dua arah antara siswa dan guru. Siswa
melakukan penemuan, sedangkan guru membimbing mereka kearah tepat atau benar. Maka
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan secara efektif dan
efisien. Dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar
karena pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa. Hal ini dapat dilihat
pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat baik, maka dapat
disimpulkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang aktif sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Dengan demikian di MTs Hifzhil Qur’an, pembelajaran dengan menerapkan metode
penemuan terbimbing merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mempelajari kubus dan balok.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal hasil belajar kubus dan balok kelas VIII
MTs Hifzhil Qur’an mengalami peningkatan. Maka metode penemuan terbimbing pada
pokok bahasan kubus dan balok dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas VIII MTs
Hifzhil Qur’an Medan tahun ajaran 2012/2013.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran,
yaitu :
1) Sebaiknya guru memakai metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada pokok bahasan kubus dan balok; 2) Diharapkan seluruh siswa, khususnya
siswa kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an agar lebih giat dan aktif serta mempererat kerjasama
antara sesama siswa sehingga dapat lebih memahami materi yang dipelajari; 3) Bagi peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti topik atau masalah yang sama disarankan untuk melakukan
penelitian pada pokok bahasan atau metode pembelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto ,Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara, 2005.
Eggen, Paul.,Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran.Jakarta:PT Indeks,2012.
Samsul Sitakar, “Penerapan Metode Tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Tajwid Al-Qur’an Di Kelas IV MDA Yayasan
Pendidikan Rusyda Medan T.A 2011/2012”( Skripsi ; Fakultas Tarbiyah IAIN
Sumatera Utara.
Sanjaya,Wina,Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Kencana,2011.