Post on 25-Jan-2023
PELANGGARAN TATA TERTIB PADA KALANGAN
PELAJAR SMA NEGERI 7 BANJARMASIN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Karya Tulis
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Sekolah (UAS) pada SMA Negeri 7 Banjarmasin
Tahun 2013/2014
Disusun oleh:
Julyanti Annisa Pratiwi Zunnun Ferdia Novianti
NIS 8030 NIS 7950
XII IPS 1 XII IPS 1
PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 7 BANJARMASIN
TAHUN 2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu pasti mempunyai
kepentingan yang berbeda. Hal ini mengakibatkan banyak kepentingan
individu yang satu sama lainnya saling bertentangan, yang apabila tidak
diatur maka akan menimbulkan suatu kekacauan. Untuk itulah maka perlu
diciptakan suatu aturan atau norma.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tujuan
membentuk manusia yang berkualitas, tentunya sangat diperlukan suatu
aturan guna mewujudkan tujuan tersebut. Lingkungan sekolah khususnya
tingkat SMA yang beranggotakan remaja-remaja yang sedang dalam masa
transisi, sangat rentan sekali terhadap perilaku yang menyimpang. Oleh
karena itu diperlukan suatu hukum atau aturan yang harus diterapkan di
sekolah yang bertujuan untuk membatasi setiap perilaku siswa. Di
lingkungan sekolah yang menjadi “hukum” nya adalah tata tertib sekolah.
Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah tidak dapat dipisahkan dari
siswa–siswi. Kadang dalam diri mereka terbesit untuk melakukan
pelanggaran–pelanggaran baik dengan tujuan atau tanpa tujuan apapun.
Salah satu tujuan melakukan pelanggaran untuk mencari atau ingin
mendapat perhatian dari teman, guru dan orang tua mereka. Namun tidak
jarang juga mereka melakukannya hanya karena ingin dicap sebagai jagoan.
Oleh karena itu, masalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa-siswi
disekolah jangan dianggap remeh, karena apabila ada satu orang siswa saja
2
yang mempunyai potensi untuk melakukan pelanggaran, maka dijamin
dengan beberapa kali dia melakukannya pasti berhasil mempengaruhi
temannya.
Walaupun dibeberapa sekolah telah menerapkan sistem poin untuk
memberikan ancaman kepada pelajar yang melanggar, namun siswa di
sekolah akan tetap saja melanggar.
Karena telah menjadi kebiasaan bagi mereka. Misalnya saja
menyontek, membully teman atau adik kelas, berpacaran di area sekolah,
menggunakan handphone pada jam belajar, berpakaian tidak lengkap,
sampai merokok dan mencuri barang orang lain. Pelanggaran-pelanggaran
ini disebabkan karena tidak ada kesadaran tentang arti dan pentingnya
peraturan.
1.2 Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, tenaga, dan supaya penelitian
dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah akan
diteliti. Untuk itu, penelitian ini membatasi pelanggaran tata tertib berupa
pelanggaran menyontek dan pakaian tidak lengkap yang sering diabaikan
oleh para siswa saat ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
3
1. Pelanggaran tata tertib apa saja yang terjadi di sekolah?
2. Apa faktor penyebab seorang siswa melakukan pelanggaran tata tertib?
3. Alasan siswa berpakaian tidak lengkap ke sekolah?
4. Bagaimana cara menghilangkan kebiasaan menyontek di kalangan
siswa?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja pelanggaran tata tertib yang terjadi di
sekolah.
2. Untuk mengidentifikasi faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran
tata tertib.
3. Untuk mengidentifikasi alasan siswa berpakaian tidak lengkap ke
sekolah.
4. Untuk mengetahui solusi menghilangkan kebiasaan menyontek di
kalangan siswa.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Akademis
Manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini adalah untuk
memenuhi persyaratan agar dapat mengikuti Ujian Akhir Sekolah
(UAS) Tahun Pelajaran 2013/2014 di Sekolah Menengah Atas
Negeri 7 Banjarmasin, juga sebagai pembelajaran untuk menempuh
bangku perkuliahan dan dunia kerja bagi penulis.
4
1.5.2 Manfaat Materi
Manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini diantaranya untuk
memberikan informasi tentang pelanggaran tata tertib yang sering
terjadi pada kalangan pelajar di SMA Negeri 7 Banjarmasin untuk
kedepannya dapat menjadi bahan perbaikan untuk meminialisir
pelanggaran yang serupa.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tata Tertib Sekolah
Tata tertib sekolah merupakan salah satu bentuk aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh siswa, sebagai satu perwujudan kehidupan
yang sadar akan hukum dan aturan. Tata tertib sekolah adalah rambu-rambu
kehidupan bagi siswa dalam melaksanakan kehidupan dalam masyarakat
sekolah.
Menurut Depdikbud (1989) pengertian tata tertib sekolah adalah
aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang
konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada. Menurut Mulyono (2000)
tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan
mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan
terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan–
larangan.
Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal
tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen
Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) ketertiban
berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah.
6
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau
aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan
dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung
terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan
mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di
sekolah.
Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan
kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di
lingkungan sekolah. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tata tertib
sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan
dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
2.2 Tujuan Tata Tertib Sekolah
Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan
penulis uraikan terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut Hurlock
(1990:85), yaitu: “peraturan bertujuan untuk membekali anak dengan
pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu”. Misalnya
dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sewaktu berada di
lingkungan sekolah.
Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang
menunjang terhadap kelancaran, ketertiban dan suasana yang damai dalam
7
pembelajaran. Dalam informasi tentang Wawasan Wiyatamandala (1993:21)
disebutkan bahwa: “ketertiban adalah suatu kondisi dinamis yang
menimbulkan keserasian dan keseimbangan tata kehidupan bersama
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa”.
Dalam kondisi sehari-hari, kondisi di atas mencerminkan
keteraturan dalam pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat serta
lingkungan. Menurut Kusmiati (2004:22), bahwa tujuan diadakannya tata
tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir tujuan
tata tertib, yaitu:
a. Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan
tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang
dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak saling
menggangu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri setiap
individu dan siap untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.
b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan
sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.
c. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur
yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada
tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian.
d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang
baik sehingga menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihat dan
menggunakannya.
8
e. Tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata hubungan
yang baik antar individu yang mencerminkan sikap dan rasa gotong
royong, keterbukaan, saling membantu, tenggang rasa dan saling
menghormati. Berdasarkan uraian diatas, maka setiap warga negara
bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang aman, tertib,
bersih, indah dan penuh kekeluargaan, agar proses interaksi antar warga
dalam rangka penanaman dan pengembangan nilai, pengetahuan,
keterampilan dan wawasan dapat dilaksanakan.
2.3 Peran dan Fungsi Tata Tertib Sekolah
Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu
sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah.
Soelaeman (1985:82), berpendapat bahwa: “peraturan tata tertib itu
merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Dengan adanya tata tertib itu
adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga
kelangsungan hidup sosial dapat dicapai.
Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta
konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan
dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang
dan tentram di sekolah. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Durkheim
(1990:107-108) bahwa: Hanya dengan menghormati aturan-aturan
sekolahlah si anak belajar menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar
mengembangkan kebiasaan, mengekang dan mengendalikan diri semata-
mata karena ia harus mengekang dan mengendalikan diri.
9
Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah
merupakan ajang pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan yang
lebih luas yaitu lingkungan masyarakat, dimana sebelum anak (siswa) terjun
ke masyarakat maka perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk
mengekang dan mengendalikan diri. Sehingga mereka diharapkan mampu
menciptakan lingkungan masyarakat yang tertib, tenang, aman, dan damai.
Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1990:76), bahwa:
“peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber
motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial”. Di samping itu,
peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk berperilaku.
Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting
dalam membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang
perilaku yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock
(1990:85), yaitu:
a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan
pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut.
Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat
bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugasnya sendiri
merupakan satu-satunya cara yang dapat diterima di sekolah untuk
menilai prestasinya.
b. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar
tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata
tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa.
10
Bila tata tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti,
maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu pedoman perilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tata tertib berfungsi mendidik dan
membina perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib berisikan keharusan
yang harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata tertib juga berfungsi
sebagai ’pengendali’ bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah berisi
larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga mengandung
sanksi bagi siswa yang melanggarnya.
2.4 Peraturan dan Tata Tertib Siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin
2.4.1 Umum
a. Peserta didik masuk sekolah jam 07.30 WITA dan siswa sudah
harus berada di sekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum jam
pelajaran dimulai.
b. Peserta didik yang terlambat sampai 3 kali dalam satu semester
akan diberikan peringatan oleh sekolah dan harus menandatangani
surat perjanjian didepan orang tua atau wali siswa.
c. Peserta didik berdiri dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”
atau selamat pagi/siang terhadap guru yang masuk ke kelas untuk
mengajar.
d. Peserta didik membungkuk/menundukkan kepala seraya
mengucapkan salam ketika melitas, berpapasan dengan Kepala
Sekolah/Guru/TU.
11
e. Sebelum jam pertama dimulai dan setelah jam terakhir peserta
didik berdoa menurut agamanya masing-masing yang dipimpin
oleh ketua kelas.
f. Peserta didik tidak dibenarkan meninggalkan sekolah jam pelajaran
1-3 kecuali permintaan khusus orang tua/wali.
g. Peserta didik tidak dibenarkan keluar kelas pada waktu aktif jam
belajar.
h. Peserta didik tidak dibenarkan di warung selama jam pelajaran,
kecuali sesudah olahraga dan waktu istirahat.
i. Peserta didik sakit lebih dari 2 hari, harus disertai surat keterangan
dari dokter.
j. Peserta didik izin lebih dari 3 hari, surat izin diantar langsung orang
tua siswa ybs dan mendapat persetujuan dari kesiswaan atau kepala
sekolah.
k. Peserta didik aktif dan tertib mengikuti kegiatan sekolah (PBM,
Pengembangan Diri) dan aktivitas lainnya sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan.
l. Peserta didik putri beragama Islam berbusana muslim (baju dan rok
panjang serta berjilbab).
m. Peserta didik kelas X dan XI wajib mengikuti minimal 1 macam
ekstrakulikuler dan maksimal 3 macam ekstrakulikuler.
12
2.4.2 Larangan
a. Peserta didik dilarang keras membawa dan menggunakan rokok,
meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, berjudi,
berkelahi dan perbuatan yang melanggar tata tertib lainnya.
b. Peserta didik pria dilarang berambut panjang atau gondrong,
memelihara jambang, jenggot dan memelihara kumis, bertato,
memakai kalung, gelang atau menggundul habis rambut.
c. Peserta didik dilarang memelihara kuku hingga panjang dan
berpakaian eksentrik.
d. Peserta didik dilarang membuat keributan/onar, berkelahi di dalam
kelas atau di lingkungan sekolah.
e. Peserta didik dilarang keras melontarkan ucapan kotor, gunjingan,
hinaan, sapaan jorok atau panggilan yang tidak sopan terhadap
Kepala Sekolah, Guru/Tata Laksana sekolah atau teman.
f. Peserta didik dilarang berbuat tidak pantas seperti berbohong,
menyontek, jorok dan lain-lain.
g. Peserta didik dilarang menggunakan HP, menggunakan internet
untuk jejaring sosial (Facebook, Twitter) pada saat KBM atau
kegiatan yang penting.
h. Menikah. Hamil dan menghamili.
i. Peserta didik dilarang membawa kendaraan roda empat untuk kelas
X dan kelas XI.
j. Dilarang makan dan minum di ruang belajar serta membuang
sampah sembarangan.
13
2.4.3 Sanksi
Bagi peserta didik yang melanggar tata tertib di atas akan
dikenakan sanksi sebagai berikut:
a. Di nasihati/dibimbing oleh guru, walikelas dan guru BK.
b. Dipanggil orang tuanya dan diberi surat peringatan/surat perjanjian.
c. Dikembalikan kepada orang tuanya.
2.5 Pengertian Pelanggaran
Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk
melakukan tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan
peraturan yang telah dibuat.
Sedangkan pelanggaran menurut Tarmizi adalah ”tidak
terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi
salah satu penyebab utama terjadinya berbagai bentuk dan kenakalan
yang dilakukan siswa, baik di didalam maupun di luar sekolah”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelanggaran adalah bentuk kenakalan siswa yang dilakukan menurut
kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat.
2.6 Faktor Penyebab Pelanggaran
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi
14
dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan,
perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap
baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati
sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang
tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada
dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Biasanya penyebab siswa yang melanggar tata tertib yaitu:
1. Pengawasan yang kurang ketat, sehingga siswa berani melanggar tata
tertib tersebut.
2. Para pelanggar biasanya ingin mencari perhatian dari teman, guru atau
orang tua.
3. Sanksi–sanksi yang diberikan kurang membuat siswa jera, sehingga
siswa berani melakukan tindakan tersebut lagi.
4. Kedisiplinannya kurang
5. Pergaulan yang salah
6. Kurangnya bimbingan/arahan dari orang tua.
2.7 Pengertian Sanksi
WJS Poerwadaminto dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia”
sanksi berarti tanggungan (tindakan, hukuman) yang dilakukan untuk
memaksa seseorang menepati atau mentaati apa–apa yang sudah ditentukan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian sanksi atau hukuman adalah
suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh
seseorang (guru pembimbing, orang tua) terhadap siswa akibat dari
15
kelalaian perbuatan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tata nilai
yang berlaku dalam lingkungan hidupnya. Dimana tindakan tersebut
menimbulakan penderitaan terhadap siswa dengan maksud supaya
penderitaan itu benar–benar dirasakannya dan akhirnya sadar akan
kesalahannya untuk menuju ke arah kebaikan.
2.8 Pengertian Menyontek
Menyontek atau menjiplak adalah mencontoh, meniru, atau
mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Menurut
pendapat Bower yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang
menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat
yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan
akademis.
Selain itu, menurut Deighton (1971), cheating adalah upaya yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara
yang tak fair (tak jujur). Tak hanya itu, menyontek dapat pula diartikan
sebagai suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan
menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan
atau ujian pada setiap mata pelajaran.
2.9 Kategori Menyontek
Menyontek sendiri dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu
menyontek sendiri dengan cara membuat catatan-catatan pribadi dan
membuka buku. Sedangkan menyontek bersama dengan orang lain melalui
kerjasama yang diutarakan terlebih dahulu.
16
Menurut Alhadza (2004) dalam makalahnya, yang termasuk dalam
kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya
langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa
catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang
ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal,
saling tukar-menukar mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau
meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas atau
tugas penulisan paper dan take home test.
Oleh sebab itu, menyontek saat ini merupakan suatu masalah moral
dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh menyontek dapat
memberikan bias dalam penilaian yang dilakukan oleh para guru, sehingga
penilaian yang ada tidak sesuai dengan kemampuan para siswa yang
sesungguhnya.
2.10 Tata Cara Berpakaian Siswa dan Siswi SMAN 7 Banjarmasin
2.10.1 Identitas pakaian peserta didik
a. Senin : Pakaian putih dan abu-abu lengkap
b. Selasa dan Kamis : Pakaian putih dan abu-abu
c. Rabu : Pakaian batik
d. Jum’at : Seragam sasirangan khas SMA Negeri 7
e. Sabtu : Seragam pramuka
17
2.10.2 Ciri khas berpakaian peserta didik
a. Pakaian bersih, rapi, disetrika (tidak lusuh) dan baju dimasukkan
b. Celana dan rok tidak ketat. Rok pendek 10 cm dibawah lutut
c. Lengan baju tidak boleh digulung
d. Memakai kaos kaki dan jilbab berlambang SMAN 7
e. Sepatu berwarna hitam
f. Melepas jaket dan topi lain ketika memasuki lingkungan sekolah
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Pelanggaran Tata Tertib Pada
Kalangan Pelajar SMA Negeri 7 Banjarmasin” penulis menggunakan
metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
menggambarkan suatu situasi atau keadaan populasi tertentu yang bersifat
faktual secara sistematis dan akurat. Dengan kata lain, tujuan penelitian
deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi
populasi saat ini.
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian
3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 7
Banjarmasin. Dimulai pada pertengahan Mei 2013 sampai akhir Juni
2013. Dengan menyebarkan angket pada hari Selasa, 21 Mei 2013 di
ruangan kelas masing-masing.
3.2.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel. Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
siswa dan siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin. Karena jumlah populasi
terlalu besar, maka penulis mengambil sampel, yaitu angkatan kelas X
yang berjumlah 7 kelas yang setiap kelasnya diambil 10 orang
responden.
19
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam
penelitian ini berupa metode angket (kuisioner), wawancara dan metode
kepustakaan. Melalui metode angket, diharapkan responden akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jujur dan tanpa mendapat tekanan dari pihak
manapun. Sehingga data yang diberikan benar-benar akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dan menggunakan metode
wawancara agar mendapat data dari narasumber yang bersangkutan. Serta
dengan menggunakan metode kepustakaan yang akan menjadi sumber
pedoman dalam menyelesaikan penelitian ini dan juga sebagai perbandingan
dan pelengkap untuk data-data yang tidak diperoleh dari metode angket dan
wawancara.
3.4 Analisis Data
Terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, dianalisis
dengan metode kuantitatif atau dengan menggunakan tabel dan persentasi
yang jelas dan berkaitan dengan masalah pelanggaran tata tertib yang sering
terjadi pada kalangan pelajar di SMA Negeri 7 Banjarmasin yang selanjutnya
dapat ditarik beberapa kesimpulan. Cara ini penulis anggap paling efektif dan
akurat.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui teknik pengumpulan
data dengan menyebarkan kuisioner. Dari 70 orang responden, penulis
memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang telah terkumpul
dan dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang telah dianalisis
sesuai dengan kemampuan penulis tentang beberapa pelanggaran tata tertib
yang sering terjadi pada kalangan siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin sebagai
berikut:
a) Pertanyaan 1
Apakah siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin pernah berpakaian
tidak lengkap ke sekolah?
Tabel 4.1 Pertanyaan 1
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Ya
b. Tidak
54
16
77%
23%
Jumlah 70 100%
Tabel diatas menunjukan dari 70 orang responden yang penulis
teliti, dapat diketahui sebanyak 77% atau 54 orang responden menjawab
ya atau pernah, sedangkan sisanya yang berjumlah 16 orang atau
sebanyak 23% mengaku selalu berpakaian lengkap ke sekolah. Hal ini
21
membuktikan bahwa sebagian besar siswa dan siswi SMA Negeri 7
Banjarmasin pernah berpakaian tidak lengkap saat sekolah.
b) Pertanyaan 2
Mengapa siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin berpakaian tidak
lengkap ke sekolah?
Tabel 4.2 Pertanyaan 2
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Tidak mempunyai
kelengkapan
b. Malu memperlihatkan
identitas sekolah
c. Meremehkan tata
tertib
d. Lupa memakai
10
2
8
50
14%
3%
12%
71%
Jumlah 70 100%
Tabel diatas menunjukan beberapa alasan mengapa siswa dan siswi
SMA Negeri 7 Banjarmasin berpakaian tidak lengkap ke sekolah. 10
orang responden atau sebanyak 14% melanggar karena mereka tidak
memiliki kelengkapan. 2 orang responden atau sebanyak 3% mengaku
malu memperlihatkan identitas sekolah. Sebanyak 8 orang responden atau
12% berpakaian tidak lengkap karena meremehkan tata tertib sekolah
yang ada. Sedangkan jawaban dominan dari responden adalah lupa, hal
22
ini dapat dibuktikan sebanyak 50 orang responden atau 71% beralasan
lupa memakai kelengkapan tersebut saat sekolah
c) Pertanyaan 3
Jenis kelengkapan apa yang sering siswa-siswi SMA Negeri 7
Banjarmasin abaikan?
Tabel 4.3 Pertanyaan 3
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Kaos kaki tidak berlogo SMAN 7
b. Jilbab / kerudung tidak berlogo
SMAN 7
c. Baju tidak rapi
d. Tidak memakai dasi
e. Baju tidak beremblem dan
berlokasi
f. Sepatu tidak hitam
32
12
6
18
-
2
46%
17%
8%
26%
-
3%
Jumlah 70 100%
Berdasarkan tabel jenis kelengkapan yang sering diabaikan oleh
para siswa diatas dapat dilihat dari 70 orang responden, sebanyak 32
responden atau sebanyak 46% tidak memakai kaos kaki berlogo sekolah.
12 responden lainnya (17%) memakai jilbab/kerudung yang tidak berlogo
SMAN 7. 6 orang responden atau sebanyak 8% mengaku sering
berpakaian tidak rapi. Sedangkan 26% responden atau sebanyak 18 orang
23
tidak memakai dasi saat di sekolah. Dan 2 orang responden lainnya (3%)
memakai sepatu selain berwarna hitam.
d) Pertanyaan 4
Kapan siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin biasa tidak
memakai pakaian yang lengkap?
Tabel 4.4 Pertanyaan 4
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Setiap hari
b. Senin
c. Selasa
d. Rabu
e. Kamis
15
6
17
20
12
21%
9%
24%
29%
17%
Jumlah 70 100%
Tabel diatas menunjukan kapan responden biasanya tidak memakai
pakaian yang lengkap. Dari 70 orang responden, 15 orang diantaranya
(21%) berpakaian tidak lengkap setiap hari. Sebanyak 9% atau 6
responden berpakaian tidak lengkap pada hari Senin. 17 responden lainnya
(24%) tidak memakai pakaian yang lengkap pada hari Selasa. Sedangkan
pada hari Rabu sebanyak 20 orang responden atau 29%. Dan sebanyak
17% atau 12 orang responden melanggar pada hari Kamis.
24
e) Pertanyaan 5
Apakah siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin pernah menyontek?
Tabel 4.5 Pertanyaan 5
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Ya
b. Tidak
65
5
93%
7%
Jumlah 70 100%
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar responden mengaku pernah
menyontek. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang berjumlah 70
orang responden 65 orang diantaranya (93%) menjawab pernah.
Sedangkan 5 responden lainnya atau 7% mengaku tidak pernah
menyontek.
f) Pertanyaan 6
Pada saat apa siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin menyontek?
Tabel 4.6 Pertanyaan 6
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Ulangan
b. Tugas
c. PR
15
22
33
21%
32%
47%
Jumlah 70 100%
25
Dari tabel diatas dapat dilihat dari 70 responden yang diteliti, 15
responden diantaranya atau sebanyak 21% menyontek pada saat ulangan.
22 responden lainnya (32%) menyontek pada saat diberikan tugas oleh
guru. Sedangkan 47% responden atau sebanyak 33 orang sering
menyontek pekerjaan rumah (PR).
g) Pertanyaan 7
Mengapa siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin menyontek?
Tabel 4.7 Pertanyaan 7
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Kurang percaya diri c. Ingin nilai tinggi
b. Tidak belajar
c. Ingin nilai tinggi
d. Soal sulit d. Soal suli
9
7
6
48
13%
10%
9%
68%
Jumlah 70 100%
Berdasarkan tabel alasan mengapa para responden menyontek dari
70 responden yang diteliti, 9 responden (13%) menyontek karena mereka
merasa kurang percaya diri menjawab soal. 7 orang responden lainnya
(10%) menyontek karena belum siap sebab mereka tidak belajar
sebelumnya. Sedangkan 6 orang responden atau sebanyak 9% menyontek
karena mereka ingin memperoleh nilai yang tinggi. Dan sebagian besar
responden atau 48 siswa (68%) menyontek karena soal yang diberikan
menurut mereka sulit.
26
h) Pertanyaan 8
Bagaimana biasanya cara siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin
menyontek?
Tabel 4.8 Pertanyaan 8
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Membuat contekan
(catatan kecil)
b. Melihat internet
dengan handphone
c. Bertanya langsung
kepada teman
7
9
54
10%
13%
77%
Jumlah 70 100%
Tabel diatas menunjukan bagaimana cara siswa dan siswi SMA
Negeri 7 Banjarmasin menyontek. Dari 70 responden, 7 diantaranya
(10%) membuat contekan atau catatan kecil sebelum ulangan dimulai. 9
orang respoden lainnya atau sebanyak 13% menyontek dengan
menggunakan internet pada handphone mereka. Sedangkan 54 orang
responden atau 77% sisanya mengaku menyontek dengan cara bertanya
langsung kepada temannya.
i) Pertanyaan 9
Menurut siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin, wajarkah pelajar
menyontek?
27
Tabel 4.9 Pertanyaan 9
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Ya
b. Tidak
45
25
64%
36%
Jumlah 70 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebagian besar responden
berpendapat bahwa seorang pelajar wajar saja menyontek. Hal ini
dibuktikan dari 70 responden, 45 orang diantaranya (64%) mengatakan
wajar sedangkan sisanya 25 orang atau sebanyak 36% berpendapat pelajar
tidak wajar menyontek.
j) Pertanyaan 10
Menurut siswa-siswi SMA Negeri 7 Banjarmasin, apa faktor
penyebab terbesar seorang siswa menyontek?
Tabel 4.10 Pertanyaan 10
Pilihan Frekuensi (F) Presentase (P)
a. Orientasi lebih besar
terhadap nilai daripada ilmu
b. Malas belajar
c. Pengawasan yang ‘longgar’
d. Lemahnya pemberlakuan
sanksi/hukuman
43
18
5
4
61%
26%
7%
6%
Jumlah 70 100%
28
Tabel diatas menunjukan alasan mengapa seorang pelajar
menyontek. Dari 70 responden yang diteliti sebagian besar diantara
mereka (43 responden atau 61%) memilih alasan utama mereka
menyontek karena orientasi nilai lebih besar dari pada ilmu. 18 orang
responden lainnya (26%) alasan menyontek karena tidak belajar. Dan
sisanya beralasan pengawasan guru yang ‘longgar’ dan lemahnya
pemberlakuan sanksi atau hukuman.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara dengan seorang guru tentang pelanggaran
dalam hal berpakaian dan menyontek, dapat disimpulkan bahwa:
a. Alasan mengapa siswa berpakaian tidak lengkap ke sekolah adalah
malas, kadang mereka lupa atau perlengkapan seragamnya tertinggal.
Atau bisa juga karena mereka ingin tampil beda, dengan harapan
mendapat perhatian dari orang lain.
b. Alasan mengapa siswa menyontek, yaitu karena malas belajar, tidak
memahami materi sehingga tidak siap menghadapi ulangan, atau
karena mereka ingin mendapat hasil yang baik tanpa belajar sungguh-
sungguh.
c. Wajarkah siswa menyontek? Tidak, karena apapun alasannya itu
adalah perbuatan curang. Guru lebih menghargai siswa yang jujur,
tidak menyontek walaupun nilai mereka tidak tinggi.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah tidak dapat dipisahkan dari
pelajar. Tidak adanya pengawasan yang ketat oleh guru dan hukuman yang
tidak memberikan efek jera membuat para siswa leluasa melanggar tata
tertib dan menjadi kebiasaan bagi mereka. Misalnya saja menyontek,
membully teman atau adik kelas, berpacaran di area sekolah, menggunakan
handphone pada jam belajar, berpakaian tidak lengkap, bolos, sampai
merokok dan mencuri barang orang lain. Pelanggaran-pelanggaran ini
disebabkan karena tidak ada kesadaran tentang arti dan pentingnya
peraturan.
Faktor lingkungan, keluarga dan terutama sekolah dapat
membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Penyebab siswa melanggar
tata tertib sekolah karena para pelanggar biasanya ingin mencari perhatian
dari teman, guru atau orang tua. Sanksi–sanksi yang diberikan juga kurang
membuat siswa jera, sehingga siswa berani melakukan tindakan tersebut
lagi. Kedisiplinan mereka kurang. Dan mereka terlibat pada pergaulan yang
salah serta kurangnya bimbingan/arahan dari orang tua.
Berdasarkan tabel 4.2 beberapa alasan mengapa siswa dan siswi
SMA Negeri 7 Banjarmasin berpakaian tidak lengkap ke sekolah. Pertama,
karena mereka tidak memiliki kelengkapan. Kedua, malu memperlihatkan
30
identitas sekolah. Ketiga, karena mereka meremehkan tata tertib sekolah
yang ada. Keempat, lupa memakai kelengkapan tersebut saat sekolah.
Beberapa cara untuk mencegah pelajar supaya tidak mencontek, ini
ditujukan kepada guru atau pembimbing agar dapat mengerti posisi
psikologis siswa tersebut:
a. Perlu menyelidiki perkembangan pola belajar siswa sebagai usaha
pencegahan.
b. Bantulah siswa untuk menemukan jalan keluarnya dan berikan motivasi,
jika siswa merasa tidak siap untuk menghadapi tes dan merasa takut
gagal.
c. Berilah bantuan dan bimbingan pada siswa dalam belajar di rumah.
d. Berikan penjelasan tentang keburukan mencontek kepada siswa.
e. Katakan pada siswa jika segala sesuatu dengan kejujuran.
f. Jika kemampuan siswa di bawah standar, maka berilah tambahan belajar
di luar jam sekolah.
g. Jika siswa ketahuan mencontek, jangan dihukum atau diejek namun
berilah kesempatan untuk bertanggungjawab.
h. Pujilah atas usaha terbaiknya dan hargailah.
i. Jangan membuat siswa merasa rendah.
j. Bersikap tenang, jika siswa mengakui perbuatan curang yang dilakukan
karena kemauannya sendiri
31
5.2 Saran
Untuk Sekolah
a. Pihak sekolah sebaiknya mensosialisasikan atau merazia secara rutin
serta memberi teguran agar siswa enggan melanggar peraturan dalam
berpakaian di sekolah.
b. Pihak sekolah dibantu oleh dewan guru memberi pengarahan bahwa
guru lebih menghargai siswa yang jujur, tidak menyontek walaupun
nilai mereka tidak tinggi.
c. Boleh menerapkan sanksi/hukuman untuk memberikan efek jera hanya
saja harus diiringi dengan bimbingan dari pihak sekolah agar tidak
terulang lagi.
Untuk Siswa
a. Siswa diharapkan dapat memahami bahwa pelanggaran yang dilakukan
merupakan perbuatan yang tidak terpuji.
b. Siswa dapat memahami akan arti penting kejujuran dan mentaati
peraturan berpakaian bagi dirinya dan bagi sekolah untuk terciptanya
suasanya yang kondusif.
Untuk Orangtua
a. Orangtua siswa agar dapat mendidik dan mengawasi anaknya untuk
lebih giat belajar agar tidak terjadi kecurangan dalam mengerjakan
ulangan.
b. Orangtua agar memberikan perhatian dan bimbingan serta senantiasa
memantau tumbuh kembang anaknya disekolah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Diah Blogger. 2012. Pengertian Menyontek dan Kategorinya, (Online),
(http://mencontekindonesia.blogspot.com/2012/01/menyontek-atau-
menjiplak-adalah.html, diakses 20 Mei 2013)
Psyhologymania. 2013. Pengertian Tata Tertib Sekolah, (Online),
(http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-
sekolah.html, diakses 20 Mei 2013)
Shvoong.com. 2011. Pengertian Sanksi, (Online), (http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2173611-pengertian-sanksi/#ixzz2TFbyMbDk, diakses 20
Mei 2013)
Sudrajat, Agus. 2012. Makalah Tata Tertib Sekolah, (Online),
(http://yayasankurniaalam.blogspot.com/2012/04/makalah-tata-tertib-
sekolah.html, diakses 20 Mei 2013)
SMA Negeri 7 Banjarmasin. 2011. Buku Pembinaan Siswa. Banjarmasin: Dinas
Pendidikan.
33
Lampiran
Kuisioner KTI
Kelas : Jenis Kelamin : L / P
Jawablah dengan jujur, boleh memilih lebih dari satu.
1. Apakah anda pernah berpakaian tidak lengkap kesekolah?
a. Ya b. Tidak
2. Mengapa anda berpakaian tidak lengkap kesekolah?
a. Tidak mempunyai kelengkapan (emblem, lokasi, dll)
b. Malu memperlihatkan identitas sekolah
c. Meremehkan tata tertib
d. Lupa Memakai
3. Jenis kelengkapan apa yang sering anda abaikan?
a. Kaos kaki tidak berlogo SMAN 7
b. Jilbab / kerudung tidak berlogo SMAN 7
c. Baju tidak rapi
d. Tidak memakai dasi
e. Baju tidak beremblem dan berlokasi
f. Sepatu tidak hitam
4. Kapan anda biasa tidak memakai pakaian yang lengkap?
a. Setiap hari c. Selasa e. Kamis
b. Senin d. Rabu
5. Apakah anda pernah menyontek?
a. Ya b. Tidak
6. Pada saat apa anda menyontek?
a. Ulangan b. Tugas c. PR
34
7. Mengapa anda menyontek?
a. Kurang percaya diri c. Ingin nilai tinggi
b. Tidak belajar d. Soal sulit
8. Bagaimana biasanya cara anda menyontek?
a. Membuat contekan (catatan kecil)
b. Melihat internet dengan handphone
c. Bertanya langsung kepada teman
9. Menurut anda, wajarkah pelajar menyontek?
a. Wajar b. Tidak wajar
10. Menurut anda, apa faktor penyebab terbesar seorang siswa menyontek?
a. Orientasi lebih besar terhadap nilai daripada ilmu
b. Malas belajar
c. Pengawasan yang ‘longgar’
d. Lemahnya pemberlakuan sanksi/hukuman