Post on 11-May-2023
PANDUANBINA KELUARGA LANSIAINTEGRASILANSIA SEHAT , AKTIF , MANDIRI , PRODUKTIF & BERMARTABAT
MENUA ITU PASTI, SEJAHTERAITU PILIHAN
Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan RentanBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
2020
TIM PENYUSUNPENYUSUNErisman, S.Si, M.Si (DirHanlan, BKKBN)DR. Sudibyo Alimoeso, MA (Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli ParentingIndonesia(iParent)/Direktur Center For Family and Ageing Studies(CeFAS, URINDO)dr. Elsa Pongtuluran, M.Kes (BKKBN)Sumiyati, SE (BKKBN)Erika Herry, S.Si (BKKBN)
KONTRIBUTORDrs. Rudy Budiman (DirLaptik, BKKBN)Dr. Mahyuzar, M.Si (Dirtifdok BKKBN)N. Nurlina Supartini, S.Kp, MPH (KEMENKES RI)dr. Yetty Mindo Parulian Silitonga (KEMENKES RI)Tina Priyandari, SE., MM (KEMENSOS RI)Wandansari (KEMENSOS RI)Wahyu Suharto (Kasubdit Sosial & Budaya, Ditjen Bina Bangda Kemendagri)Jodi Frency (Kepala Seksi Wilayah I, Subdit Sosial & Budaya, Ditjen Bina Bangda Kemendagri)Dra. Aswarni, M.Si (PPAPP Prov DKI Jakarta)dr. Iin Nadzifah Hamid (Perwakilan BKKBN Prov DIY)Sri Sudarwati (OPD Kab. Batanghari Jambi)Dra Cilawaty Lahabu (OPD Kab. Gorontalo)Sitti Arifah,S.Sos.M.Si (OPD Kota Samarinda, Kalimantan Timur)Dewi Endah (Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim)Arsyad (Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu)Hartatik Sulistyoningsih, S.Kom, M.Eng (BKKBN)Rezki Murwanto, S.Kom, MPH (BKKBN)Hemiliana Dwi Putri, S.Psi, Psi (BKKBN)Rani Widashanti,S.Sos, M.Si (BKKBN)dr. Mila (BKKBN)Titik Puspa Dewi, SE (BKKBN)Fajar Siddiq, S.Kom (BKKBN)
PEMBAHASdr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM (Direktur Kesehatan Keluarga KEMENKES RI)Drs. Andi Hanindito, M.Si.(Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, KEMENSOS RI)Prof, Dr. drg. Tri Budi W.Rahardjo, MS (Rektor dan guru besar gerontologi URINDO, dan Counsilmember Of Active Ageing Consortium Asia Pasific)
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Dasar Hukum ............................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................ 5
D. Sasaran ......................................................................................................................... 6
E. Batasan Pengertian ................................................................................................... 7
BAB II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKL TERINTEGRASI............................................. 10
A. Kebijakan .................................................................................................................... 10
C. Strategi Pelaksanaan ............................................................................................... 11
BAB III. PENGELOLAAN BKL TERINTEGRASI .................................................................. 12
A. Prinsip Dasar Kegiatan .......................................................................................... 12
1. Bina Keluarga Lansia (BKL) ............................................................................. 12
2. Posyandu Lansia ................................................................................................ 15
3. Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) ........................................................... 16
4. Pengintegrasian Kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA.......... 18
5. Sekolah Lansia. ................................................................................................... 21
B. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 24
1. Persiapan .............................................................................................................. 24
2. Pelaksanaan ......................................................................................................... 24
C. Peran Mitra Kerja .................................................................................................... 29
D. Kader Pelaksana ....................................................................................................... 31
E. Sarana dan Prasarana .............................................................................................. 32
F. Pendanaan ................................................................................................................. 32
BAB IV. PENCATATAN DAN PELAPORAN ..................................................................... 33
A. Pencatatan .................................................................................................................. 33
B. Pelaporan ..................................................................................................................... 34
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI
A. Tujuan........................................................................................................................ 34
B. Waktu............................................................................................................................... 34
C. Pelaksanaan..................................................................................................................... 36
D. Instrumen Monitoring dan Evaluasi ......................................................................... 36
BAB VI. PENUTUP.................................................................................................................... 37
Lampiran
Daftar Pustaka
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data statistik penduduk lanjut usia (BPS, 2019), pada tahun 2019,
persentase penduduk lanjut usia (Lansia) mencapai 9,60 persen atau sekitar 25,64
juta orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang bertransisi menuju
fenomena penuaan penduduk, sehingga yang harus diperhatikan salah satunya adalah
menjaga agar kondisi dan kualitas hidup Lansia agar tetap sehat, salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas dan kesehatan para Lansia tersebut yaitu adanya peran
keluarga.
Fenomena penuaan penduduk juga tidak luput adanya permasalahan terkait dengan
kesehatan, ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus menjadi perhatian oleh para
pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Namun
seringkali program-program yang dijalankan dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan bagi Lansia berjalan parsial dan masing-masing sehingga tidak
mendapatkan hasil yang maksimal.
1
Indonesia sedang bertransisi menuju fenomena penuaan penduduk, sehinggayang harus diperhatikan salah satunya adalah menjaga agar kondisi dankualitas hidup Lansia agar tetap sehat, salah satu faktor yang mempengaruhikualitas dan kesehatan para Lansia tersebut yaitu adanya peran keluarga..."
Ada berbagai program kelanjutusiaan yang dijalankan oleh kementerian/lembaga dan
mitrakerja yang berada didalam komunitas, diantaranya Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL),
Kementerian Kesehatan melalui kegiatan Posyandu Lansia, Kementerian Sosial
melalui Pusat Santunan Keluarga(PUSAKA) dan Sekolah Lansia yang dikelola oleh
Universitas Respati Indonesia (Urindo) dan Indonesia Ramah Lansia (IRL).
Keempat program tersebut memiliki tujuan yang sama dalam upaya meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan Lansia menjadi Lansia yang sehat, aktif, mandiri,
produktif dan bermartabat. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan program
kelanjutusiaan di komunitas dan manfaatnya dapat dirasakan oleh keluarga Lansia
dan Lansia itu sendiri, maka diharap penting dilakukan sinergitas program antara
kementerian/lembaga dan mitra kerja terkait.
2
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3976);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);
4. Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengintegrasian
Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem
Informasi Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
319, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5614);
3
7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
8. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga;
9. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024;
10. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 145 Tahun 2015 Tentang perubahan kedelapan atas keputusan
presiden Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (lembaran negara republik
indonesia tahun 2015 nomor 322);
11. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2011 Tentang
Lembaga Kesejahteraan Sosial;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020;
13. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020
Tentang Gerakan PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga);
15. Peraturan Menteri Sosial Republik ndonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;
16. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
11 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi;
17. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Balai Pendidikan, dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
18. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional;
19. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Balai Pendidikan, dan Pelatihan Kependudukan, dan
Keluarga Berencana4
Umum
Buku panduan ini sebagai acuan bagi para pelaksana dan pengelola program dalam
memberikan pelayanan bagi Lansia dan keluarga Lansia melalui kegiatan BKL
Terintegrasi.
Khusus
a. Adanya persamaan persepsi dalam memahami kegiatan layanan lanjut usia
melalui BKL terintegrasi.
b. Meningkatkan keefektifan kegiatan layanan lanjut usia melalui BKL terintegrasi.
c. Meningkatkan p embinaan ketahanan keluarga Lansia dan rentan melalui
sinergitas lintas pemangku kepentingan dan mitra.
5
C. TUJUAN
1. Sasaran Langsung
a. Perwakilan BKKBN Provinsi yang membidangi Ketahanan Keluarga Lansia
b. Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang membidangi urusan
pengendalian penduduk dan KB
c. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten dan Kota yang membidangi
urusan pengendalian penduduk dan KB
d. Kepala Unit Pelaksana Teknis KB/Koordinator Penyuluh KB/ PLKB di
tingkat kecamatan
e. Penyuluh KB/PLKB beserta pengurus dan ketua kader kelompok kegiatan
BKL di tingkat desa/kelurahan
2. Sasaran Tidak Langsung
a. Pengelola program kelanjutusiaan tingkat pusat
b. Pengelola program kelanjutusiaan tingkat provinsi
c. Pengelola program kelanjutusiaan tingkat kabupaten/kota
d. Pengelola program kelanjutusiaan tingkat kecamatan
e. Pengelola program kelanjutusiaan tingkat desa/kelurahan
f. Pendamping LKS LU
g. Kader Posyandu Lansia
h. Pemangku kepentingan dan mitra kerja di pusat dan daerah
6
D. SASARAN
7
E. BATASAN PENGERTIAN
Bina Keluarga Lansia yang selanjutnya disingkat BKL adalah wadah kelompok
masyarakat yang terdiri dari keluarga Lansia yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, dan keterampilan keluarga Lansia dan Pralansia
untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan Lansia dan Pralansia.
1.
2. Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) adalah wadah masyarakat yang
berperan serta dalam pengelolaan Program KKBPK, baik dalam bentuk kelompok,
organisasi, maupun perorangan yang mempunyai pengaruh di masyarakat.
3. Kartu Pendaftaran Kelompok Kegiatan Pembinaan Ketahanan keluarga BKL
(K/0/BKL) merupakan kartu catatan yang dibuat oleh ketua kelompok BKL yang
berisi data potensi kelompok yang meliputi identitas, informasi pengurus maupun
anggota kelompok serta ketersediaan sarana BKL.
4. Kader adalah orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dipandang sebagai
orang-orang yang memiliki kelebihan berupa keberhasilan dalam kegiatan,
keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan kelebihan
lainnya.
5. Kelompok Kegiatan yang selanjutnya disingkat Poktan adalah Kelompok
masyarakat yang melaksanakan dan mengelola kegiatan ekonomi produktif
keluarga (seperti UPPKS,Takesra/Kukesra) dan kegiatan bina keluarga sejahtera
(BKB, BKR, BKL, dan PIKR) serta kegiatan Posyandu, PIKSA, PAKBD yang
berada di tingkat desa/keseluruhan ke bawah.
6. Keluarga Lansia adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya
telah lanjut usia atau keluarga yang terdiri dari suami istri yang telah lanjut usia
atau suami istri yang telah lanjut usia beserta keluarganya.
7. Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
Tahun ke atas.
8. Lansia Rentan adalah Lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, karena
mengalami keterbatasan fungsional, sebagian atau seutuhnya, baik fisik, mental,
dan spiritual sehingga memerlukan pendampingan dan perawatan jangka panjang.
8
9. Lansia Tangguh adalah Lansia yang sehat, aktif, mandiri, dan produktif melalui
penerapan 7 (tujuh) dimensi Lansia tangguh, yaitu: dimensi spiritual, intelektual
fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan lingkungan.
10. Pusat Santunan Keluarga yang selanjutnya disingkat PUSAKA merupakan
nama lain dari LKS LU yang sudah di SK kan oleh Dinas Sosial Provinsi
adalah wadah berhimpun para Lansia dalam komunitas tertentu yang bersifat
kekeluargaan.
11. Mitra Kerja adalah perseorangan, lembaga pemerintah, organisasi swasta,
lembaga swadaya organisasi masyarakat yang berperan serta dalam
pengelolaan Program Banggakencana, meliputi kader, tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, kepala desa/kelurahan, dan lainnya.
12. Pemangku kepentingan adalah individu atau kelompok yang dan
mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,
serta kinerja organisasi serta terkait dengan isu dan permasalahan yang
menjadi fokus kajian atau perhatian.
11. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan Keluarga adalah
tata cara pencatatan dan pelaporan program pengendalian penduduk dan
Keluarga Berencana.
12. Pemangku Kepentingan adalah individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,serta
kinerja organisasi serta terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi
fokus kajian atau perhatian
13. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan Keluarga adalah tata
cara pencatatan dan pelaporan program Pembangunan Keluarga,Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Banggakencana).
14. Pendampingan dan Perawatan Jangka Panjang(PJP) di BKL adalah Kegiatan
pendampingan dan perawatan yang dilakukan oleh anggota keluarga
dan/atau kader sebagai pendamping informal pada lansia yang tidak dapat
merawat dirinya sendiri baik sebagian maupun seutuhnya, akibat
keterbatasan fisik, mental dan spiritual, untuk menjaga kualitas hidupnya
sehingga tetap bermartabat sampai akhir hayat.
15. Pengelola Program Kelanjutusiaan adalah tenaga yang melakukan fungsi
memimpin dan mengorganisir, dalam rangka menggiatkan dan
memasyarakatkan program kelanjutusiaan di semua tingkatan wilayah kerja
BKKBN, Perwakilan Provinsi, Organisasi Perangkat Daerah Pengendalian
Penduduk dan KB Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemangku Kepentingan,
dan Mitra Kerja serta pihak terkait lainnya.
16. Penyuluh KB adalah Aparatur Sipil Negara(ASN) yang memenuhi kualifikasi
dan standar kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga berencana
(BanggaKencana)
17. Petugas Lapangan KB yang selanjutnya disingkat PLKB adalah Aparatur Sipil
Negara dan Non Aparatur Sipil Negara yang bertugas melaksanakan,
mengelola, dan menggerakkan masyarakat dalam Program BanggaKencana
di tingkat Desa/Kelurahan.
18. Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
19. Pralansia adalah seseorang yang berusia 45-59 Tahun.
20. Program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana
(Banggakencana) adalah upaya terencana dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas melalui pengaturan kelahiran
anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, serta
mewujudkan keluarga yang sejahtera, mandiri dan bahagia.
21. Sekolah Lansia adalah salah satu upaya pendidikan secara informal yang
dilakukan sepanjang hayat bagi lanjut usia.
22. Sistem Informasi Keluarga yang selanjutnya disebut SIGA adalah
seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur
perangkat, teknologi dan sumber daya manusia yang saling bertkaitan dan
dikelola secara terpadu u ntuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang
berguna dalam mendukung pembangunan keluarga.
23. Surat Keputusan (SK) kelompok kegiatan (Poktan) BKL adalah surat
keputusan pembentukan Poktan BKL yang dikeluarkan oleh wilayah setempat
seperti kepala Desa/lurah, camat, bupati/walikota.
9
BAB II
KEBIJAKAN & STRATEGI
BKL INTEGRASI
A. LATAR BELAKANGDalam upaya meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga Lansia, maka
diperlukan kebijakan dan strategi pelaksanaan kegiatan BKL terintegrasi antara lain
sebagai berikut:
1. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan mitra kerja
dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan ketahanan keluarga Lansia.
2. Menguatkan akses dan kualitas penyelenggaraan BKL Integrasi
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pelaksana dan pengelola kegiatan
BKL Integrasi.
10
BKL adalah kelompok kegiatan keluarga Lansia yang bertujuanmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansiauntuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangkamewujudkan lansia tangguh
A. KEBIJAKAN
11
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Penyerasian kebijakan layanan lanjut usia termasuk pendampingan
Perawatan Jangka Panjang (PJP)/ Long Term Care (LTC) sesuai dengan
tingkatan wilayah.
2. Penguatan implementasi BKL melalui triple helix (BKKBN, perguruan
tinggi, dan sektor swasta).
3. Penyediaan materi dan media KIE yang inovatif, komunikatif, dan berbasis
IT yang user friendly dan sesuai keatrifan lokal.
4. Peningkatan sinergitas, komitmen dan peran serta pemangku
kepentingan dan mitra kerja.
5. Pengintegrasian operasional kegiatan.
6. Peningkatan promosi dan KIE program kelanjutusiaan
7. Peningkatan kapasitas SDM pelaksana dan pengelola kegiatan BKL
Integrasi.
8. Penyediaan Sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan BKL Integrasi.
A. LATAR BELAKANG
1. BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
a. Sasaran BKL meliputi keluarga Lansia dan Lansia dengan wilayah
sasaran tingkat dusun dan/atau rukun warga.
b. Pembentukan BKL dapat dilakukan oleh Penyuluh KB, PLKB, IMP dan/
atau bersama Mitra Kerja dengan jumlah anggota paling sedikit 20
(dua puluh) orang dan 2 (dua) orang Kader.
Sasaran BKL meliputi keluarga Lansiadan Lansia dengan wilayah sasarantingkat dusun dan/atau rukun warga.
BAB III
PENGELOLAAN BKL
TERINTEGRASI
12
A. PRINSIP DASAR KEGIATAN
Gambar 1. Kegiatan di BKL
c. Tahapan Pembentukan BKL antara lain :
1) Melakukan pemetaan wilayah dan mengkompilasi data kependudukan
yang berkaitan dengan kelanjutusiaan dari hasil penelitian dan laporan
rutin;
2) Melakukan pemetaaan potensi, sumber daya, dan sarana yang dimiliki;
3) Penggalangan kesepakatan dilaksanakan oleh Penyuluh KB/PLKB dan IMP
dan/atau bersama Mitra Kerja;
4) Menyusun kepengurusan Poktan BKL; dan
5) Pengesahan pembentukan Poktan BKL
d. Pelaksanaan BKL dilakukan oleh kader, Penyuluh KB/Penyuluh Lapangan KB
tokoh agama, tokoh adat dan mitra kerja lain.
e. Kegiatan BKL terdiri atas kegiatan utama dan pengembangan, yang
di jelaskan sebagai berikut:
1) Kegiatan utama antara lain:
a) Penyuluhan, meliputi materi pembangunan Keluarga Lansia Tangguh
dan materi kelanjutusiaan sesuai dengan budaya kearifan lokal.
b) Kunjungan rumah, merupakan pembimbingan langsung kepada
Keluarga Lansia, khususnya yang tidak hadir dalam pertemuan
penyuluhan selama 2 (dua) kali berturut-turut.
c) Pendampingan, merupakan kegiatan pendampingan bagi Lansia yang
memiliki gangguan dan atau permasalahan yang berkaitan dengan 7
(tujuh) dimensi Lansia Tangguh dan atau pendampingan perawatan
jangka panjang bagi Lansia yang memiliki gangguan status fungsional
fisik, mental dan kognitif yang cenderung berkurang dengan
bertambahnya usia.
d) Rujukan merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
anggota BKL.
e) Pencatatan dan pelaporan
2) Kegiatan pengembangan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
penerapan 7 (tujuh) dimensi Lansia Tangguh, paling sedikit berupa:
a) Menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan fisik antara lain
olahraga, penyediaan makanan tambahan;
b) Kegiatan sosial kemasyarakatan, bina lingkungan dan kegiatan
keagamaan;
13
c) Kegiatan peningkatan pendapatan usaha ekonomi produktif melalui
kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera, usaha
peningkatan pendapatan keluarga, dan koperasi;
d) Penguatan kemitraan.
f. Materi penyuluhan BKL sebagai berikut :
1) Buku Pegangan Kader 7 Dimensi Lansia Tangguh
2) Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia
3) Media Partisipatif Lansia Tangguh (BKL Kit)
4) Video Tutorial Media Partisipatif Lansia Tangguh (BKL Kit)
5) Menyiapkan PraLansia menjadi Lansia Tangguh
6) Mobile Apps Lansia Tangguh (Golantang)
14
Gambar 2. Materi Penyuluhan di BKL
INVESTASI
TERBESAR PADA
MASA TUA
HANYALAH
TUBUH YANG
SEHAT
2. POSYANDU LANSIA
Posyandu Lansia merupakan salah satu bentukUpaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat(UKBM) sebagai wadah pelayanan kepada Lansiadi masyarakat.
Jumlah Posyandu Lansia di Indonesia sebanyak105.830 (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Tujuan pelaksanaan Posyandu Lansia adalah Lansia menjadi SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, pRodukTif).
Proses pembentukan dan pelaksanaannyadilakukan oleh masyarakat bersama LSM, LS,swasta, organisasi sosial.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kadedengan pendampingan dari tenaga kesehatanPuskesmas.
Memberikan pelayanan kesehatan denganmenitikberatkan pada upaya promotif danpreventif.
Gambar 3.Kegiatan di Posyandu Lansia
15
3. PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA)
a. PUSAKA sebagai wujud peran masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
b. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
c. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu
dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
d. PUSAKA berkedudukan baik di provinsi maupun kabupaten/kota yang
bersifat otonom dan mandiri dengan fungsinya sebagai mitra pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/ kota dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
e. PUSAKA memiliki peran, antara lain:
1) Mencegah terjadinya masalah
2) Memberikan pelayanan sosial kepada Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS)
3) Menyelenggarakan konsultasi kesejahteran keluarga.
f. Jumlah PUSAKA di masyarakat sebanyak 793 dengan 270 PUSAKA
terakreditasi, dengan total Lansia sebanyak 179.921 orang yang tersebar di
seluruh Indonesia (Kementerian Sosial RI, November 2020).
16
g. PUSAKA memiliki program yaitu Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Pada tahun
2020 Kemensos sudah tidak ada Dana Asistensi Sosial Lanjut Usia (ASLU) berganti
menjadi Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang terdiri dari 4 komponen antara
lain pemenuhan kebutuhan dasar, dukungan Keluarga perawatan sosial dan terapi.
h. Anggota Posyandu Lansia maupun Lansia di Kelompok BKL dapat mengajukan dana
ASTENSI melalui apabila memiliki kriteria penerima manfaat. Adapun kriteria
Penerima Manfaat Kriteria lanjut usia penerima ATENSI dimaksud adalah:
1) Lanjut Usia 60 tahun keatas dalam kategori lanjut usia tidak berdaya dalam
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2) Mempunyai identitas yang jelas dan terdaftar sebagai binaan di PUSAKA dan
terdaftar di Dinas Sosial setempat.
i. Prosedur untuk pengajuan ATENSI yaitu PUSAKA mengajukan proposal untuk
Lansia binaannya ke Direktorat Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI melalui
Balai Budi Dharma Bekasi, Balai Gau Mabaju di Makassar, Bali Loka Minaula di
Kendari.
j. Dukungan yang dapat diberikan oleh PUSAKA dalam mewujudkan kesejahteraan
Lansia anggota kelompok BKL maupun Posyandu Lansia antara lain:
1) Memfasilitasi anggota BKL dan Posyandu Lansia yang perlu mendapatkan
ATENSI.
2) Mengajak Lansia ataupun anggota keluarga Lansia penerima ATENSI untuk ikut
aktif mengikuti Kegiatan Integrasi BKL baik pemeriksaan kesehatan maupun
kegiatan penyuluhan di kelompok BKL setiap bulannya.
3) Melakukan updating data Lansia bersama-sama dengan para kader BKL dan
Posyandu Lansia terkait data Lansia penerima dana ATENSI.
4) Kader BKL maupun Kader Posyandu Lansia dapat mengusulkan kepada
PUSAKA untuk membantu keperluan Lansia antara lain berupa alat bantu lansia
seperti kursi roda dan tongkat.
17
4. PENGINTEGRASIAN KEGIATAN BKL, POSYANDU LANSIA &
PUSAKA
Pengintegrasian kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA adalah suatu
upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi
kesehatan Lansia, kesejahteraan Lansia, peningkatan ekonomi keluarga,
ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. Sasaran kegiatan
Kegiatan BKL Integrasi ini adalah semua pelayanan melalui pertemuan dan
dilakukan di satu tempat oleh para kader serta masyarakat. Para pelaksana
dan pengelola kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA saling
berkoordinasi dan bekerja sama dimulai dari persiapan, pelaksanaan sampai
kepada evaluasi kondisi Lansia.
BKL Integrasi
memiliki 2 (dua) tahap, yaitu tahap 1 adalah BKL yang terintegrasi dengan
Posyandu Lansia atau PUSAKA sedangkan tahap 2 adalah BKL yang
terintegrasi dengan Posyandu Lansia dan PUSAKA, seperti pada Gambar 5 di
bawah ini.
18
Gambar 5. Skema BKL Integrasi
Pada kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA dilakukan pembinaan oleh tiga
kementerian/lembaga (BKKBN, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial)
ada fungsi yg tidak saling beririsan, antara lain dijelaskan pada tabel 1 sebagai
berikut.
Dalam peningkatan kualitas pelaksanaan BKL Integrasi, BKKBN
bekerjasama dengan Kemenkes, Kemensos dan mitra kerja lainnya diperlukan hal
sebagai berikut;
a. Pelatihan kader BKL dalam menggunakan BKL Kit Penggunaan BKL Kit dapat
dilatih secara offline/online oleh pengelola program kelanjutusiaan di berbagai
tingkatan wilayah. Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan
(Dithanlan) BKKBN telah membuat video tutorial permainan media partisipatif
BKL (BKL Kit) yang telah diunggah di channel youtube dan pada konten
aplikasi Go Lansia Tangguh (Golantang) mobile dan berbasis web sehingga
kader dapat terlatih dalam menggunakan media tersebut.
b. Penyediaan BKL Kit di kelompok BKL Pengadaan BKL Kit dapat melalui DAK
fisik dan pengadaan mandiri melalui APBD. Dithanlan BKKBN juga akan
mengembangkan media tersebut agar lebih praktis, misalnya melalu
penyusunan aplikasi game BKL online atau e-learning.
19
Tabel 1. Kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA
Gambar 5. Video Tutorial Media Partisipatif BKL
20
Pengintegrasian kegiatan BKL, Posyandu lansia dan PUSAKA serta lainnyasebagai suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkanmasyarakat meliputi kesehatan Lansia, kesejahteraan Lansia, peningkatanekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial.
5. SEKOLAH LANSIA
Sekolah Lansia merupakan model komprehensif pengelolaan Lansia di
masyarakat dengan pendekatan 7 Dimensi Lansia Tangguh. Sekolah Lansia
berupaya dalam pemberian informasi, pelatihan dan permainan edukatif kepada
Lansia tentang kesehatan, keagamaan, ekonomi, sosial budaya sehingga menjadi
Lansia SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, pRoduktif dan bermartabaT). Konsep
Sekolah Lansia bersifat informal sesuai kurikulum dengan pembelajaran andragogi
atau pendidikan orang dewasa (pelibatan peserta didik dalam kegiatan). Sasaran
Sekolah Lansia yaitu pra Lansia (45 – 59 tahun) dan Lansia (usia 60 tahun ke atas).
Tujuan Sekolah Lansia antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan dan perilaku Lansia terhadap kesehatan.
b) Meningkatkan kedekatan Lansia dengan nilai spiritual sehingga husnul
khatimah.
c) Meningkatkan usia harapan hidup yang berkualitas, tangguh dan
berdaya guna
d) Meningkatkan kebahagiaan dan kemandirian Lansia.
21
Gambar 6. Materi dan Buku Panduan Sekolah Lansia
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Sekolah
Lansia, antara lain dijelaskan didalam tabel. 2 berikut:
Tabel 2.
Penyelenggaraan Sekolah Lansia
Sesuai dengan tujuan dan penyelenggaraan Sekolah Lansia, maka indikator
keberhasilan Sekolah Lansia antara lain:
1. Partisipasi Kehadiran yaitu dihitung setiap selesai pelajaran minimal
80% kehadiran (sesuai kesepakatan dengan peserta)
2. Keaktifan Lansia yaitu Lansia aktif, menjalankan praktik sebagai syarat
wisuda S1
3. Penyerapan Pelajaran yaitu Ada peningkatan pengetahuan dan penilaian
ADL pada lanjut usia
22
24
Gambar 7. Ijazah dan Wisuda Sekolah Lansia
B. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Persiapana. Masing-masing pelaksana kegiatan baik BKL, Posyandu Lansia
maupun LKS LU melakukan pertemuan untuk membahas potensikegiatan bersama antara BKL dan Posyandu Lansia (brainstorming).
b. Menggalang kesepakatan/komitmen antar instansi terkait tentang tupoksi/peran BKL, Posyandu Lansia dan LKS LU dalam kegiatan yangterintegrasi.
2. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan BKL terintegrasi, hal yang perlu diperhatikanyaitu kegiatan dilakukan secara terstruktur dan dalam waktu dan tempatyang bersamaan.
a. Waktu PenyelenggaraanWaktu penyelenggaraan BKL terintegrasi dilaksanakan minimal 1 (satu)kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan hasilkesepakatan.
b. Tempat PenyelenggaraanTempat penyelenggaran BKL terintegrasi sebaiknya berada padalokasi yang mudah dijangkau masyarakat. Tempat kegiatan tersebutdapat disalah satu rumah warga, halaman rumah, balaidesa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salahsatu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secaraswadaya oleh masyarakat serta berada di lingkungan masyarakat.
c. Penyelenggara KegiatanKegiatan rutin diselenggarakan dan digerakkan oleh kader baikkader BKL maupun kader Posyandu Lansia dengan bimbingan teknisdari PKB/PLKB, Puskesmas, dan pekerja sosial serta sektor terkait.Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah memilikipenanggung jawab di masing-masing tahap kegiatan, baikpelaksanaan saat pemeriksaan di Posyandu Lansia maupun saatpenyuluhan di Kelompok Kegiatan BKL.
d. Pelaksanaan Kegiatan BKL TerintegrasiPelaksanaan kegiatan BKL Intergrasi sebagai Suatu upayamensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan untuk kesehatandan kesejahteraan keluarga Lansia. Integrasi layanan inidilaksanakan dalam bentuk kegiatan di Posyandu Lansia, kegiatanBKL dan LKS LU melalui skema pelaksanaan sebagai berikut:
25
Gambar 8. Skema Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi
Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi yang dilaksanakan pada waktu yang sama dandilaksanakan di satu tempat dan diadakan setiap bulan sekali dengan tahapanpelaksanaan kegiatan sebagai berikut antara lain :
1) Pembukaan : Kegiatan diawali dengan doa bersama dan senam Lansia2) Pendaftaran dan pemeriksaan melalui 5 (lima) meja yang ada di Posyandu Lansia antara lain: a) Meja I : Pendaftaran anggota sebelum pelaksanaan Pelayanan. PLKB serta
pendamping PUSAKA yang ada mendampingi kader BKL dan Posyandu Lansia dalam kegiatan ini.b) Meja II : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pemeriksaan status pemeriksaan status kemandirian melalui formulir Activity Daily Living
(ADL)/ Instrumental Activity Daily Living (IADL), serta wawancara faktor risiko. PLKB serta pendamping PUSAKA yang ada mendampingi kader BKL dan Posyandu Lansia dalam kegiatan ini.
c) Meja III : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental /Pengisian KMS dilakukan oleh kader terlatih/ terorientasi. Selain itu, PLKB mendampingi kader BKL dan Posyandu Lansia serta supervisi dari tenaga kesehatan dalam kegiatan ini.
d) Meja IV : Penyuluhan Perorangan berdasarkan KMS dan Pemeriksaan kadar gula darah (laboratorium sederhana) dilakukan oleh kaderterlatih/terorientasi. Selain itu, PLKB mendampingi kader BKL danPosyandu Lansia serta supervisi dari tenaga kesehatan dalam kegiatanini.
e) Meja V : Pemberian penyuluhan konseling kesehatan, konseling 7 dimensi Lansia tangguh, dan konseling kesehatan Reproduksi dan KB bagi keluargaLansia atau bagi praLansia yang masih berstatus PUS atau konselingtentang kegiatan yang bersifat produktif seperti peningkatanpendapatan atau ekonomi bagi Lansia, dan lain-lain. Catatan:1. Meja I dan Meja II dilakukan oleh kader PKK, Kader BKL dan
Pendamping/Pekerja Sosial 2. Meja III dan IV oleh kader/pekerja sosial terlatih/terorientasi serta supervisi oleh tenaga kesehatan 3. Meja V oleh Mitra kerja
3) Penyuluhan : Anggota Posyandu Lansia dan keluarga Lansia mengikuti kegiatan
Penyuluhan tentang kesehatan dan 7 (tujuh) dimensi Lansia tangguh yang dapat disampaikan melalui simulasi media partisipatif BKL Kit oleh kader (Permainan 7 Dimensi Lansia Tangguh ada pada lampiran), Lansia atau keluarga Lansia dapat mengikuti kegiatan penyuluhan setelah pemeriksaan kesehatan atau sebelum pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sambil menunggu giliran pemeriksaan.
26
e. Kegiatan BKL Integrasi lainnyaSelain kegiatan utama BKL integrasi, terdapat beberapa kegiatan integrasi lainnya,antara lain: 1) Pendampingan PJP
Pendampingan PJP bagi Lansia adalah proses pemberian bantuan dan dukunganjangka panjang kepada Lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri baiksebagian maupun total, karena mempunyai keterbatasan dalam aspek fisik danatau mental. Pendampingan PJP diberikan oleh caregiver informal maupunprofesional. Pengetahuan dalam hal pemberian pendampingan PJP bagi paraLansia sangatlah diperlukan oleh para kader dengan tujuan meningkatkankualitas hidup Lansia dalam keluarga.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam hal perawatan jangka panjang oleh parakader antara lain:a) Pemeriksaan ADL dan IADL oleh kader atau keluarga
dan didampingi oleh tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi Lansia yangmembutuhkan PJP atau tidak. Jika tidak didampingi oleh tenaga kesehatan,kader atau keluarga harus dilatih terkait pendampingan PJP danpemeriksaan ADL dan IADL oleh instansi terkait.
b) Penyuluhan di kelompok BKL kepada keluarga Lansiatentang pendampingan PJP oleh kader BKL agar dapat memberikanpendampingan PJP bagi Lansia secara optimal di rumah.
c) Adanya sistem rujukan dalam hal PJP yang harus dilakukan oleh keluarga maupun kader.
27
28
Gambar 9 Sistem Rujukan Perawatan Jangka Panjang
Pendampingan PJP bagi Lansia adalah proses pemberian bantuan dandukungan jangka panjang kepada Lansia yang tidak mampu merawatdirinya sendiri baik sebagian maupun total.
2) Kunjungan Rumah oleh KaderPara Kader dapat melakukan kunjungan rumah apabila Lansia atau keluarga Lansiatidak hadir dalam pertemuan selama 2 kali berturut-turut atau dapat melakukankunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui kondisi Lansia terhadap Lansiayang memerlukan pendampingan PJP.
3) Kuliah Kerja Nyata (KKN) MahasiswaDalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan bagi keluarga Lansia diperlukansinergitas antara keluarga, masyarakat, pemerintah, organisasi profit dan non profit,termasuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai salah satu wadah pendidikan diindonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan Tri Darma PT sesuai denganamanah UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi. Selain itu sebagaibentuk penerapan pengabdian masyarakat adalah dengan melaksanakan KKNdengan mengikuti standar pengabdian masyarakat yang diatur dalamPermenristekdikti Nomor 44 tahun 2015. KKN adalah suatu bentuk pengabdianmahasiswa terhadap masyarakat dan merupakan salah satu bagian dari Tri DharmaPerguruan Tinggi. Melalui kegiatan KKN, mahasiswa diharapkan mampu untukmengenal lingkungan masyarakat secara langsung dengan segala permasalahanyang terjadi. Tujuan penyelenggaraan KKN mahasiswa antara lain : (a). Melakukanpembentukan, pengelolaan dan pendampingan Poktan BKL, (b). Mensosialisasikanmateri kelanjutusiaan KKN kepada masyarakat, (c.) Penerapan teori dan ilmupengetahuan tentang kelanjutusiaan dalam menangani permasalahan yang dihadapi,serta (d). Mahasiswa dapat menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, menanamkankarakter dan softskill sebagai salah satu metode pembelajaran, melatih kemampuanmemecahkan masalah dan sebagai sarana belajar dari masyarakat danmembelajarkan masyarakat
Peran mitra kerja dalam penyelenggaraan BKL Integrasi antara lain :1. Membantu penyelenggaraan kegiatan BKL Integrasi2. Melakukan sinkronisasi/koordinasi antar mitra kerja agar pelaksanaan BKL
Integrasi berjalan secara optimal.3. Membantu melakukan advokasi dan KIE program kelanjutusiaan kepada pemangku kepentingan dan mitra kerja terkait.4. Memanfaatkan dana desa untuk pelayanan/penggarapan BKL Integrasi.5. Melaksanakan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan BKL Integrasi .6. Mendampingi kader BKL Integrasi.7. Melakukan monitoring dan evaluasi. Tugas dan tanggung jawab dari lintas sektor dan berbagai pihak tersebut di atasantara lain melalui lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat, profesi sertaswasta seperti dijelaskan pada tabel 3 dan 4 sebagai berikut.
29
C. PERAN MITRA KERJA
31
Berdomisili di lokasi kegiatan, yang aktif dan empunyai minat dalam halpemberian pelayanan terhadap LansiaDapat membaca, menulis dan mampu berkomunikasi engan para Lansia dalamBahasa Indonesia atau Bahasa daerah setempatSehat jasmani dan rohaniUsia tidak dibatasi, tetapi dalam kondisi ertentu usia kader maksimal 50 tahun(misalnya : kondisi pandemi covid-19)Bersedia mengikuti peningkatan kapabilitas eperti pelatihan/orientasi/magang
Sebagai motivator untuk meningkatkan kesehatan Lansia erta keikutsertaandalam kegiatan BKL IntegrasiSebagai petugas data Kader berperan dalam mengidentifikasi,mencatat dan melaporkan setiapperkembangan anggota maupun kegiatan kelompok (termasuk data ADL danADL).Sebagai fasilitator, hendaknya membantu anggota BKL Integrasi dalammelaksanakan kegiatan. Selain itu, kader juga berperan dalam membangunkesadaran anggota serta mendorong dan keterlibatan seluruh komponenmasyarakat.Sebagai konselor konseling berupa penyuluhan atau informasi secara individukepada anggota kelompok BKL.Sebagai pendamping, Kader berperan dalam memberi masukan ataumendampingi khususnya kepada anggota kelompok BKL dan masyarakat padaumumnya.
1. Syarat Kader/Pelaksana
2. PeranKader/Pelaksana
3. Tugas Kader/Pelaksana
a. Sebelum Pelaksanaan Kegiatan1) Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatandan penentuan
waktu dan hari pelaksanaan meliputi kesiapan sarana dan prasaranaantara lain lagu atau cd untuk senam, lembar balik, buku catatan, kursi danmeja, materi penyuluhan, alat pemeriksaan kesehatan sederhana dan lainsebagainya.
2) Menginformasikan tentang waktu pelayanan kegiatan melalui pertemuan warga atau pengumuman melalui balai warga, pengeras uarasetempat atau melalui surat edaran.
3) Menghubungi atau melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila ada penyuluhan yang menghadirkan petugas kesehatan ataupetugas lainnya.
4) Melakukan pembagian tugas antara kader antara lain yang memimpin senam, pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhanbaik kader BKL maupun kader posyandu Lansia dan serta yangmemberikan makanan tambahan.
D. KADER/PELAKSANA
32
melakukan pendaftaran memimpin senam Lansia melakukan pemeriksaan tensi, penimbangan berat badan melakukan penyuluhan materi Lansia tangguhmelakukan pencatatanmelakukan pemberian makanan tambahanmendampingi Lansia saat pelaksanaan kegiatan
b. Saat Pelaksanaan Kegiatan
c. Setelah Pelaksanaan Kegiatan1) Melakukan kunjungan rumah apabila Lansia atau keluarga Lansia tidak hadir dalam pertemuan selama 2 kali berturut-turut atau dapat melakukan kunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui kondisi Lansia terhadap Lansia yang memerlukan pendampingan PJP.2) Memberikan motivasi kepada Lansia yang memerlukan pendampingan perawatan jangka panjang atau Lansia y ang hidup sendiri3) Melakukan atau mendampingi Lansia yang memerlukan rujukan untuk perawatan lebih lanjut ke fasilitas kesehatan4) Melaporkan kegiatan pencatatan data atau informasi tentang pelaksanaan pelayanan BKL Terintegrasi secara berjenjang kepada pimpinan wilayah setempat atau PKB/PLKB5) Menyusun rencana kegiatan pertemuan BKL Terintegrasi selanjutnya.
E. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana kegiatan BKL terintegrasi merupakan segala sesuatu yangmenjadi penunjang terselenggaranya kegiatan, antara lain:1. Tempat kegiatan, Meja dan kursi, alat tulis2. Alat pemeriksaan kesehatan sederhana (Timbangan dewasa, meteran/pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, termometer, peralatan lab sederharna,3. Obat-obatan dengan pengawasan Dokter4. Media dan materi penyuluhan;5. Media partisipatif BKL kit;6. Buku kesehatan Lansia;7. Buku Pedoman Kader8. Buku/Formulir pencatatan kegiatan dan pelaporan.
F. PENDANAAN
Pendanaan penyelenggaran pelaksanaan kegiatan BKL Integrasi yaitu antara lain:bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), AnggaranPendapatan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes), dansumber lainnya yang tidak mengikat.
33
b
A. PENCATATAN
Pencatatan dan pelaporan terkait kegiatan BKL Integrasi perlu dilakukan secara rutindalam jangka waktu tertentu baik dilakukan bersama-sama antara BKKBN, KementerianKesehatan dan Kementerian Sosial maupun dilakukan oleh masing-masing sektor secaraberjenjang untuk mengetahui kegiatan BKL Integrasi berjalan berkesinambungan sesuaidengan yang direncanakan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan penyediaaninformasi tertulis secara berjenjang, disajikan tepat waktu, terjamin akurasinya, tertibdan teratur.
F. PENDANAAN
BAB IV
PENCATATAN &
PELAPORAN
Setiap penyelenggaraan kegiatan BKL dilakukan pencatatan oleh kader atau Pengurus BKL dengan pengawasan PKB/PLKB yang meliputi kartupendaftarankelompok kegiatan pembinaan ketahanan Keluarga BKL (K/0/BKL), registerpembinaan ketahanan keluarga BKL (R/I/BKL) dan lembar pencatatan lainnya.Setiap awal tahun dilakukan pencatatan pemutakhiran data potensi kelompokBKL dengan menggunakan K/0/BKL, maupun pada saat terjadi perubahan data.Setiap bulan dilakukan pencatatan hasil kegiatan BKL ke dalam R/I/BKL setelahpenyelenggaraan BKL.Lembar pencatatan lainnya antara lain meliputi daftar anggota BKL denganberbagai kondisinya, rencana kegiatan, notulen pertemuan, buku tamu danpencatatan Activity Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity Daily Living(IADL). Formulir Activity Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity DailyLiving (IADL) terdapat di dalam Pedoman Pendampingan PJP berbasis keluargadan dapat diakses melalui aplikasi Golantang mobile dan berbasis web. Pencatatan K/0/BKL dan R/I/BKL dilakukan dengan menggunakan formatpencatatan yang telah tersedia (terlampir).Hasil pencatatan K/0/BKL dan R/I/BKL yang telah diisi oleh kader atau pengurusBKL diserahkan kepada PKB/PLKB selaku pengawas untuk bisa dilaporkan ketingkat lebih atas dan disampaikan umpan balik kepada mitra terkait.
Pelaporan BKL Integrasi dilakukan secara rutin bulanan dan tahunansesuai dengan format pencatatan yang telah tersedia dari masing-masing lembaga yaitu BKKBN, Kementerian Kesehatan danKementerian Sosial. Untuk di lingkup BKKBN, pelaporanpenyelenggaraan BKL yang wajib dilaporkan yaitu K/0/BKL danR/I/BKL ke dalam sistem aplikasi SIGA. Pelaporan K/0/BKL dilakukan sekali dalam setahun di awal tahunberjalan atau pada pertama kali BKL dibentuk dandiupdate pada saat ada perubahan data dalam K/0/BKL.Pelaporan R/I/BKL dilakukan setiap kali setelah penyelenggaraanBKL. Misalnya BKL menyelenggarakan kegiatan sekali dalam sebulan,R/I/BKL dilaporkan perbulan.Pelaporan dilakukan oleh kader atau pengurus BKL secara onlineapabila tersedia sarana dan prasarana yang memadai.Jika tidak, maka bundel laporan tersebut dilaporkan ke jenjang lebihatas untuk dapat dilakukan entry data.Pelaporan K/0/BKL dan R/I/BKL dilakukan secara online ke dalamsistem informasi keluarga yang telah disediakan oleh BKKBN denganalamat http://siga.bkkbn.go.id
34
B. PELAPORAN
Gambar 10. Alur Pencatatan dan Pelaporan BKL
35
b
A. TUJUAN
Monitoring dan evaluasi terkait kegiatan BKL Integrasi perlu dilakukan secara rutindalam jangka waktu tertentu baik dilakukan bersama-sama antara BKKBN, KementerianKesehatan dan Kementerian Sosial maupun dilakukan oleh masing-masing sektor secaraberjenjang untuk mengetahui kegiatan BKL Integrasi berjalan berkesinambungan sesuaidengan yang direncanakan.
F. PENDANAAN
BAB V
MONITORING & EVALUASI
Tujuan monitoring adalah untuk mengukur proses pelaksanaan, identifikasimasalah dan penyebabnya serta menyepakati tindakan-tindakan untukperbaikan penyelenggaraan kegiatan BKL Integrasi.Tujuan evaluasi adalah untuk mengukur tingkat capaian keberhasilan danmanfaat pelaksanaan BKL sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan programketahanan Keluarga Lansia. Hasil evaluasi tersebut diperlukan untukmerencanakan kegiatan dan penyempurnaan kekurangan pelaksanaan kegiatanpelayanan BKL Integrasi yang akan datang.
1.
2.
B. WAKTU
Waktu pelaksanaan monitoring terhadap penyelenggaraan BKL Integrasi palingsedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Waktu pelaksanaan evaluasi terhadap penyelenggaraan BKL Integrasi secaraberkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
1.
2.
36
C. PELAKSANA
Pelaksana monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut.1. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat adalah bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan (Dithanlan) BKKBN Pusat, Perwakilan BKKBN provinsi dan mitra kerja pusat yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial;2. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi adalah Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani program Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan dan mitra kerja provinsi;3. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten/kota adalah Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani program Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan dan mitra kerja kabupaten/k ota;4. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat kecamatan adalah pengelola Program KKBPK di kecamatan.
F. PENDANAAN
D. INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan terkait penyelenggaraan BKL Integrasi antara lain:
1.
a. pelaksanaan tugas pengelola BKL; b. kegiatan BKL; dan c. Seluruh unsur yang berkaitan dengan pengelolaan BKL.
2. Instrumen dan laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi BKL Integrasi mengacu kepada panduan monitoring dan evaluasi BKL.
"Diharapkan juga panduan ini dapat mendorong terlaksananya layanan lanjut usia melalui BKLyang terintegrasi dan terkoordinasi yang dilaksanakan oleh berbagai sektor pemerhati Lansia danjuga dapat memberikan kontribusi secara luas kepada para pengelola dan pelaksana programdalam rangka mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup Lansia sehingga pelaksanaanprogram yang dilaksanakan secara terpadu dapat berjalan dengan baik dan terarah gunamewujudkan keluarga Lansia yang berkualitas.."
Selanjutnya dengan adanya panduan diharapkan dapat dijadikan acuan dasarkerjasama berbagai pihak dan ini tidak menutup kemungkinan adanyapengembangan lebih lanjut sesuai dengan kondisi atau prioritas yang ada di setiapdaerah..
Panduan Pelaksanaan Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) Terintegrasi inidiharapkan dapat menjadi acuan bagi para pelaksana program di setiap tingkatanwilayah dalam menyelenggarakan kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan LKS LUsebagai upaya memberikan perhatian kepada Lansia baik secara fisik yaitukesehatan Lansia maupun pengetahuan dan kesejahteraan sosial dalam rangkamewujudkan ketahanan keluarga Lansia.
37
BAB IV
PENUTUP
LAMPIRAN 2
Panduan BKL Integrasi TA 2020
SEBARAN JUMLAH BKL& ANGGOTA BKL
43
Sumber : Dallap, November 2020
LAMPIRAN 3
Panduan BKL Integrasi TA 2020
Jumlah Puskesmas SantunLansia & Posyandu LansiaTahun 2019
65
Sumber: Kemenkes (2020)
LAMPIRAN 4
Panduan BKL Integrasi TA 2020
Jumlah Pusat Santunankeluarga (PUSAKA) Tahun 2019
86
Sumber: Kemensos (2020)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. PedomanPembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Jakarta, BKKBN, 2012
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2014. BukuPegangan Kader: Lansia Tangguh dengan Tujuh Dimensi. Jakarta, BKKBN, 2014
Kementerian Sosial RI, 2014. Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia Melalui LembagaKesejahteraan Sosial (LKS). Jakarta, Kemensos, 2014
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2016a. PetunjukPenggunaan Media Apron: Lansia Peduli dan AKtif. Jakarta, BKKBN, 2016.
2016b. Petunjuk Penggunaan Media Beberan : Lansia Ramah dan Nyaman.Jakarta, BKKBN, 2016.
2016c. Petunjuk Penggunaan Media Beberan Tangga : Lansia Sehat danProduktif. Jakarta, BKKBN, 2016.
2016d. Petunjuk Penggunaan Media Kartu Ajaib : Lansia Handal danTrampil. Jakarta, BKKBN, 2016.
2016e. Petunjuk Penggunaan Media Poster Lipat : Lansia Tanggap danCerdas. Jakarta, BKKBN, 2016.
2016f. Petunjuk Penggunaan Media Poster Seri Terbuka : Lansia Mantapdan Berdaya. Jakarta, BKKBN, 2016.
2016g. Petunjuk Penggunaan Media Potongan Ganda : Lansia Bertaqwadan Bersyukur. Jakarta, BKKBN, 2016.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2017. PedomanPerawatan Jangka Panjang (PJP)/Long Term Care (LTC) bagi Lansia berbasisKeluarga. Jakarta, BKKBN, 2017
Badan Pusat Statistik, 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta, BPS, 2019
Kementerian Kesehatan RI, 2019. Pedoman Puskesmas dalam penyelenggaraanKegiatan Kesehatan Lanjut Usia di Posyandu Lansia. Jakarta, Kemenkes, 2019
DAFTAR PUSTAKA
111