Post on 22-Feb-2023
Merancang Strategi dan Media Pembelajaran Sastra untuk
Pengembangan Apresiasi dan Nilai-nilai Humanisme
A. PENDAHULUAN
1. Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra merupakan bagian dari
pembelajaran bahasa. Dimasukkannya pembelajaran sastra ke
dalam pembelajaran bahasa Indonesia kiranya dapat dimaklumi
karena secara umum, sastra adalah segala sesuatu yang
ditulis. Pengertian semacam itu dianggap terlalu luas dan
juga terlalu sempit. Dianggap terlalu luas karena dengan
demikian, semua buku termasuk sastra. Pembelajaran sastra
penting bagi siswa karena berhubungan erat dengan keharuan.
Sastra dapat menimbulkan rasa haru, keindahan, moral,
keagamaan, khidmat terhadap Tuhan, dan cinta terhadap
sastra bangsanya. Di samping memberikan kenikmatan dan
keindahan, karya sastra juga memberikan keagungan kepada
siswa pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Sastra Indonesia secara umum dapat dipakai sebagai cermin,
penafsiran, pernyataan, atau kritik kehidupan bangsa. .
Pada proses pembelajaran sastra tentunya melibatkan
guru sastra (dalam hal ini guru bahasa Indonesia) sebagai
pihak yang mengajarkan sastra, dan siswa sebagai subjek
yang belajar sastra. Dalam pembelajaran sastra ada suatu
metode sebagai suatu alternatif yang menawarkan keefektifan
kerja guru bahasa Indonesia. Jika berbicara masalah metode
tidak dapat lepas dari masalah pendekatan atau ancangan
1
(approach) yang menurunkan metode (method). Untuk
selanjutnya, suatu metode ternyata akan menyarankan
penggunaan teknik-teknik tertentu pula. Dengan demikian,
secara hirarkis akan dikemukakan adanya tiga tataran,
yaitu: pendekatan (approach), metode (method), dan teknik
(technique).
Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh
pengalaman sastra merupakan tujuan utama pengajaran sastra
dan mampu mengapresiasi cipta sastra untuk mencapai tujuan
tersebut perlu ditetapkan strategi yang efektif. Strategi
yang hendak digunakan didasarkan pada pendekatan yang
paling serasi dan mendukung dalam pengajaran sastra.
Pendekatan humanistik menggarisbawahi bahwa membaca sastra
memberikan prioritas utama pada upaya memberikan warna yang
indah pada kehidupan. Tujuan strategi dalam pembelajaran
sastra menggiring siswa masuk dalam dan lebih dalam lagi ke
analisis wacana karena hal ini menghasilkan kegiatan ujian
yang terperinci yang hampir mustahil tidak membosankan
siswa. Tujuan pendekatan pengajaran sebaiknya berpola
divergen yang kebermaknaannya terutama dalam hubungan
sastra dengan masyarakat daripada hubungan sastra dengan
sastra itu sendiri.
Pendekatan humanistik dalam pembelajaran sastra
berusaha senantiasa mengingatkan guru bahwa mereka
berhubungan dengan subyek kaum sosiologi, psikologi,
filosofi dan sejarah. Sedangkan sastra kontemporer terfokus
pada masalah dan perilaku seseorang, kejelasan bahasa dan
tuturan, ketaksaan dalam hubungan pertanyaan benar atau
2
salah, penekanan pada plot dan perwatakan yang tersaji
secara jelas, kilasan tentang dilema etik dan hubungannya
dengan peristiwa sosial dan politik dunia.
2. Strategi Pembelajaran Sastra
Menurut Kemp (dalam Muslich dan Suyono, 2010:2)
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya Subana dan Sunarti (2000:16) juga menyatakan
bahwa strategi pembelajaran adalah rencana menyeluruh
mengenai perbuatan belajar mengajar yang serasi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, strategi pembelajaran
adalah rencana pembelajaran di kelas yang harus dilakukan
guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pengajaran sastra diperguruan tinggi secara
essensial memperkenalkan guru-guru dengan berbagai buku
dengan genre yang bercakupan luas untuk menjelajahi
strategi dan pengajaran sastra. Juga memberi guru
kesempatan untuk mengamati perasaannya sendiri tentang
episode dan gagasan yang kontroversial yang terdapat dalam
buku Jerzy Kosinski, seorang penulis ternama menjelaskan
sekolah sebagai salah satu institusi yang dapat membantu
para dewasa masa depan menjadi pribadi pemikir yang mampu
merenung dan berfungsi dalam dunia yang penuh tekanan,
konflik-konflik nilai, dan keracuan moral. Kosinski melihat
fungsi pendidikan dalam masyarakat sebagai lembaga yang
memiliki kemampuan untuk membantu siswa berjuang dan
3
bergumul dalam hidup dengan penjelajahan tentang realitas
dan ketaksaan yang ditemukan dalam cipta sastra.
Menurut Wena (2011:5), strategi pembelajaran adalah
cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Strategi
pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang
dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. PAILKEM
merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik (Mohamad,
2011:10-16).
a. Pembelajaran yang Aktif
Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru
sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang
kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar,
sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.
b. Pembelajaran yang Inovatif
Inovatif disini, guru tidak saja tergantung dari
materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat
mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat
cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari
siswa.
c. Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan
Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar
kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang
perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa
yang ada pada lingkungannya.
d. Pembelajaran yang Kreatif
4
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa
e. Pembelajaran yang Efektif
Segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut
tujuan yang disusun berdasarkan kemampuan siswa,
pemilihan materi yang benar-benar menunjang tujuan,
penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa,
penggunaan media yang pas serta evaluasi yang tertuju
pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya tetap
terpulang pada bagaimana peran seorang guru dalam
mengelola proses pembelajaran.
f. Pembelajaran yang Menarik
Inti dari strategi pembelajaran yang menarik
terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa
sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah
perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu
dilayani dengan baik.
3. Media Pembelajaran Sastra
“Masyarakat selalu dibentuk oleh hakikat media yang
memungkinkan terjadinya komunikasi efektif, daripada oleh
isi komunikasi tersebut.” kata Marshall (dalam Gani, 1988).
Sebab media atau proses waktu merupakan pola pembentukan
kembali ketergantungan antarsosial dan setiap aspek
kehidupan personal kita kini. Hal ini memaksa kita
mempertimbangkan dan mengevaluasi kembali setiap pikiran,
5
kegiatan dan setiap institusi terdahulu yang begitu saja
kita terima.
Prinsip media adalah pesan selalu bergerak dan
melihat sesuatu yang terjadi dalam proses perubahan yang
sedang berlangsung. Dengan demikian, media lebih
terkonsentrasi pada alat atau proses daripada substansinya.
Kadangkala malah berperan sebagai pengganti substansi
tersebut. kehadiran media dalam proses belajar sastra,
berdasarkan logika pengembangan peran media tersebut,
haruslah menunjang keberlangsungan pola berpikir,
berbincang dan bertanya pada siswa. Hal ini selaras dengan
pendapat Robert (dalam Gani, 1988) yang menegaskan
pendekatan respon dan analisis (PRA) seyogyanya mendorong:
pengembangan proses berpikir, berbincang dan bertanya
siswa.
Sesuai dengan kondisi pendidikan Indonesia, guru
diharapkan dapat secara kreatif menciptakan, mengembangkan,
dan mendayagunakan imajinasinya untuk memilih media yang
ada dan menciptakan serta mengebangkan media baru dari
media lama yang telah dikenal sebelumnya, misalnya.
1) Memanfaatkan drama televisi yang bermutu, kaset video
yang memenuhi syarat, kaset rekaman pembacaan puisi,
cerpen, drama, dan pemutaran lagu-lagu puitis seperti:
Bimbo, Ebiet, Uli Sigar.
2) Merekam kegiatan-kegiatan seni sastra dan drama (taman
budaya).
6
3) Merekam langsung sastrawan-sastrawan nasional dan
daerah yang kebetulan berkunjung ke kota tertentu.
4) Merekam kegiatan kelas (guru dan siswa yang berbakat).
5) Menggunakan kaset video dan kaset rekaman komersial,
baik yang berasal dari luar negeri maupun buatan dalam
negeri.
4. Aplikasi Teori Belajar Humanisme dalam Pendidikan
Peran pendidik dalam pengembangan apresiasi dan
nilai-nilai humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa. Pendidik memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Pendidik memberi
fasilitas pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi
siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok
untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau
etika yang berlaku.
Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran pendidik
lebih mengarahkan peserta didik untuk berpikir induktif,
7
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
peserta didik secara aktif dalam proses belajar. Hal ini
dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi
secara berkelompok sehingga peserta didik dapat
mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas.
Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang
diajarkan.
Beberapa hal yang harus dilakukan pendidik terhadap
peserta didik dalam pengembangan apresiasi dan nilai-nilai
humanisme adalah:
a. Pendidik menciptakan suasana kelas yang memberi
peluang kepada peserta didik untuk memperoleh hasil
yang diinginkan dan membuat peserta didik bersikap
positif terhadap pembelajaran.
b. Pendidik menyediakan sumber-sumber dan media
pembelajaran.
8
B. ANALISIS
1. Strategi dan Media yang Digunakan dalam Pembelajaran
Apresiasi Puisi
Strategi dan media ini digunakan di kelas X SMA
(Peminatan) pada semester ganjil yaitu pada materi
Membandingkan Karakteristik Puisi Lama dan Puisi Baru dan
Menulis Puisi Lama dan Puisi Baru. Jenis media yang
digunakan adalah media visual yang dibuat atau dirancang
sendiri oleh guru, tetapi materi seperti teks puisi, lirik
lagu dan gambar diunduh dari internet.
Berdasarkan silabus untuk kelas X SMA (Peminatan)
pada semester ganjil, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
Materi Pokok, dan Pembelajaran yang dilakukan adalah
sebagai berkut.
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya dengan mematuhi norma-norma bahasa Indonesia
serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan bahasa dan
sastra Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap
pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam kehidupan sosial secara efektif dengan
memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia
9
serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan
mengapresiasi sastra Indonesia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu
tentang bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks).
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak untuk mengembangkan ilmu bahasa
dan sastra Indonesia secara mandiri dengan menggunakan
metode ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.
Kompetensi Dasar:
3.4 Membandingkan karakteristik puisi lama dan puisi baru
secara memadai serta mengapresiasinya.
4.4 Menulis puisi lama dan baru
Materi Pokok:
1. Karakteristik Puisi Lama
2. Karakteristik Puisi Baru
Pembelajaran:
Mengamati:
1. membaca teks tentang karakteristik puisi lama dan puisi
baru secara memadai serta mengapresiasinya.
10
2. mencermati uraian yang berkaitan dengan karakteristik
puisi lama dan puisi baru
Menanya:
1. bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan
isi bacaan.
Mengeksplorasi:
1. Mencari dari berbagai sumber informasi tentang
karakteristik puisi lama dan puisi baru
Mengasosiasikan:
1. mendiskusikan tentang karakteristik puisi lama dan puisi
baru
2. menyimpulkan hal-hal terpenting dalam karakteristik
puisi lama dan puisi baru
Mengomunikasikan :
1. menuliskan laporan kerja kelompok tentang karakteristik
puisi lama dan puisi baru
2. membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa
lain memberikan tanggapan
3. menulis puisi lama dan puisi baru
Strategi yang dilakuan guru dan media yang digunakan guru
dalam pembelajaran adalah:
a. Guru menyiapkan media yang berupa kartu kerja yang
telah terlebih dahulu di desain oleh guru sesuai
11
dengan kebutuhan pembelajaran. Kartu kerja ini dibuat
oleh guru di kertas ukuran A4. Isinya berupa
ilustrasi, contoh, dan gambar yang dapat memancing
kreatifitas dan pendapat siswa dalam menentukan
karakteristik puisi lama dan puisi baru serta
memancing imajinasi siswa untuk bisa menulis puisi
lama dan puisi baru.
b. Ketika pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu
menjelaskan materi apa yang akan dipelajari. Dalam hal
ini yaitu materi Membandingkan Karakteristik Puisi
Lama dan Puisi Baru dan Menulis Puisi Lama dan Puisi
Baru.
c. Selanjutnya, peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang.
Masing-masing kelompok menerima dua lembar kartu kerja
yang isinya contoh teks puisi lama dan puisi baru.
Dengan melihat contoh teks tersebut siswa diharapkan
dapat merumuskan apa perbedaan puisi lama dan pusi
baru dan apa karakteristik puisi lama dan puisi baru.
Media Kartu Kerja 1 “Contoh teks puisi lama”
Contoh teks yang diberikan adalah teks pantun.
12
Kalau ada jarum yang patahJangan dimasukkan ke dalam petiKalau ada kata yang salahJangan dimasukkan ke dalam hati
Media Kartu Kerja 2 “Contoh teks puisi baru”
Contoh teks yang diberikan adalah teks puisi berjudul
Umpama karya Dedi Supendra.
d. Setelah melihat contoh teks puisi lama dan puisi baru,
peserta didik berdiskusi dalam kelompok merumuskan
karakteristik puisi lama dan puisi baru. Masing-masing14
Umpama
Baru kali ini aku punya rinduBertandang ke ruang hati
Semisal QaisSeperti Romeo
Aku patah di rimbun-rimbun daunAngin kecil gelak sambil lalu
Resah berserakan,Mudah saja pincang
Laksana gunungSaking besar menanggung kesah,
Mengelegak-gelegak
SeseorangTolong katakan sesuatu
Tentang cinta yang mengunung di
kelompok menyampaikan pendapatnya dan saling
menanggapi. Setelah itu guru menyempurnakan pendapat
peserta didik dengan menjelaskan karakteristik puisi
lama dan puisi baru.
e. Peserta didik sudah mengetahui perbedaan puisi lama
dan puisi baru dan karakteristik masing-masingnya.
Selanjutnya guru mengarahkan peserta didik untuk
menciptakan sebuah puisi lama dan puisi baru. Guru
memberikan kartu kerja berikutnya yang berisi lirik
lagu dan gambar. Dengan membaca lirik lagu dan melihat
gambar tersebut diharapkan dapat memancing imajinasi
siswa dalam menciptakan sebuah puisi lama dan puisi
baru.
Media Kartu Kerja 3 “Penggalan Lirik lagu Nasihat
Pengemis Untuk Istri Dan Doa Untuk Ha - Ebiet G Ade”
15
Istriku, marilah kita tidurhari telah larut malamlagi sehari kita lewati
meskipun nasib semakin tak pastilihat anak kita tertidur menahankan laparerat memeluk bantal dingin pinggiran jalan
wajahnya kurus pucat, matanya dalamistriku, marilah kita berdoa
sementara biarkan lapar terlupaseperti yang pernah ibu ajarkan
tuhan bagi siapa sajameskipun kita pengemis pinggiran jalan
doa kita pun pasti ia dengarkanbila kita pasrah diri, tawakal
esok hari perjalanan kitamasih sangatlah panjang
mari tidurlah, lupakan sejenakbeban derita lepaskandengarkanlah nyanyidari seberang jalanusah kau tangisi
nasib kita hari inituhan, selamatkan istri dan anakku
hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki
Media Kartu Kerja 4 “Penggalan Lirik lagu Sahabat-
Peterpan”
16
Istriku, marilah kita tidurhari telah larut malamlagi sehari kita lewati
meskipun nasib semakin tak pastilihat anak kita tertidur menahankan laparerat memeluk bantal dingin pinggiran jalan
wajahnya kurus pucat, matanya dalamistriku, marilah kita berdoa
sementara biarkan lapar terlupaseperti yang pernah ibu ajarkan
tuhan bagi siapa sajameskipun kita pengemis pinggiran jalan
doa kita pun pasti ia dengarkanbila kita pasrah diri, tawakal
esok hari perjalanan kitamasih sangatlah panjang
mari tidurlah, lupakan sejenakbeban derita lepaskandengarkanlah nyanyidari seberang jalanusah kau tangisi
nasib kita hari inituhan, selamatkan istri dan anakku
hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki
Bayangkan ku melayangSeluruh nafasku terbangBayangkan ku menghilangSemua tanpa mu teman Bila nafasku lepasSemua langkahnya lelahSemua waktu yang hilangTapi bayangmu tetapIngat ’kan aku semua, wahai sahabatKita untuk selamanya, kita percaya Kita terbakar arang dan tak pernah lelahIngat ’kan aku semua semua, wahai sahabatIngat ’kan aku semua semua, wahai sahabat
Media Kartu Kerja 5 “Gambar atau ilustrasi tentang korupsi”
Media Kartu Kerja 6 “Gambar atau ilustrasi tentang anak berprestasi”
18
f. Setelah membagikan kartu kerja yang ke tiga, empat,
lima, dan enam. Peserta didik diminta menulis sebuah
puisi lama dan puisi baru. Dari lirik lagu Ebiet G Ade
peserta didik dapat membuat sebuah puisi lama berupa
pantun nasehat. Dari lirik lagu Peterpan peserta bisa
membuat puisi baru yang bertema sahabat. Dari gambar
atau ilustrasi tentang korupsi peserta didik bisa
membuat puisi yang bertema koruptor. Dari gambar atau
ilustrasi tentang anak berprestasi peserta didik bisa
membuat puisi lama berupa pantun nasehat agar rajin
belajar. Masing-masing peserta didik membuat satu buah
puisi lama dan puisi baru (tidak satu karya dalam satu
kelompok).
g. Setelah semua peserta didik selesai membuat karya
berupa puisi lama dan puisi baru, guru meminta
beberapa perwakilan kelompok membaca hasil karyanya.
19
Hasil karya peserta didik yang lain dikumpul dan
dinilai oleh guru.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Strategi pembelajaran adalah rencana pembelajaran di
kelas yang harus dilakukan guru dan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat
penyampaian pesan yang digunakan guru untuk menyampaikan
20
materi pelajaran. Strategi dan media yang digunakan di
kelas X SMA (Peminatan) pada semester ganjil yaitu pada
materi Membandingkan Karakteristik Puisi Lama dan Puisi
Baru dan Menulis Puisi Lama dan Puisi Baru. Jenis media
yang digunakan adalah media visual berupa kartu kerja yang
berisi contoh teks puisi lama dan puisi baru, lirik lagu,
dan gambar atau ilustrasi yang dibuat sendiri oleh guru.
Media tersebut dapat membantu siswa memahami materi secara
mandiri.
2. Implikasi
Makalah ini bisa dijadikan referensi strategi dan
media bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
mengajarkan materi mengenai apresiasi puisi dan menambah
referensi berupa contoh-contoh yang ada dalam makalah ini.
Sedangkan bagi penulis sendiri dengan dibuatnya makalah ini
menambah pengetahuan mengenai strategi dan media
pembelajaran sastra dan nantinya dapat diimplikasikan
ketika mengajar di sekolah.
3. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi peneliti
sendiri dan orang lain dalam mengaplikasikan strategi dan
media pembelajaran sastra di sekolah.
21
KEPUSTAKAAN
Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra (Pengantar MemahamiSastra untuk Perguruan Tinggi. (Cetakan ke-2). Magelang:Indonesiatera.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respon dan Analisis.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mohamad, Nurdin dan Hamzah B. Uno. 2011. Belajar denganPendekatan Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, M & Suyono. 2010. Aneka Model Pembelajaran Membaca danMenulis. Malang: A3 (Asah Asih Asuh).
Subana, M & Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar BahasaIndonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer SuatuTinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
22