penanaman nilai-nilai akhlak mulia peserta didik melalui ...

166
PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN LITERASI KITAB KUNING AL-AKHLÂQ LI AL-BANÎN DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Disusun oleh: Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi NIM. 11160110000030 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1442 H

Transcript of penanaman nilai-nilai akhlak mulia peserta didik melalui ...

PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA

PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN LITERASI

KITAB KUNING AL-AKHLÂQ LI AL-BANÎN

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd)

Disusun oleh:

Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi

NIM. 11160110000030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

i

ABSTRACT

Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi (NIM: 11160110000030).

Cultivation of Students' Noble Moral Values through the Islamic Literacy al-

Akhlâq li al-Banîn Activities at MAN 3 Jakarta.

The problem currently faced in the world of education is that there are many

cases of moral degradation that occur among students, especially in adolescence.

This is a concern for every educator and parent regarding moral education that must

be instilled in every student. Through the Islamic literacy al-Akhlâq li al-Banîn

activities. These students are guided so that they can become humans who have

noble morals and behave well for themselves or others around them.

This study aims to determine how to instill noble moral values in students

through Islamic literacy al-Akhlâq li al-Banîn activities at MAN 3 Jakarta. The

research method used is descriptive qualitative research methods. This research was

conducted at Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta. The data analysis technique used

in this study is to reduce the data obtained, then present the data after reduction, and

after that provide conclusions from the data that has been presented.

The results of the study found that the inculcation of noble moral values in

students through these activities was quite successful. This can be seen from the

increase in student compliance with madrasah rules, the number of plus points

compared to the minus points obtained by students in the point book notes, the

adjustment of attitudes and behavior of students in the school, home and community

environment as well as from the affective value in student report cards. Then the

cultivation of moral values in these activities uses three of methods those are

bandongan, demonstrations and questions and answers. In the Islamic literacy al-

Akhlâq li al-Banîn activities the cultivation of moral values has reached three

learning domains, namely cognitive, affective, and psychomotor. The cognitive

realm can be seen from the increased knowledge and understanding of students

regarding noble morals. The affective domain can be seen from the good moral

habituation carried out by the teacher so that students get used to doing positive

things. The psychomotor domain can be seen from students who try to do positive

things in literacy activities such as not chatting or joking, listening to sources and

recording book material points.

Keywords: literacy activities, moral cultivation, moral education, al-Akhlâq li al-

Banîn.

ii

ABSTRAK

Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi (NIM: 11160110000030).

Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia Peserta Didik Melalui Kegiatan Literasi

Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta.

Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam dunia pendidikan ialah

banyaknya kasus-kasus mengenai degradasi akhlak yang terjadi di kalangan peserta

didik khususnya di usia remaja. Hal tersebut menjadi perhatian bagi setiap Pendidik

dan orang tua mengenai pendidikan akhlak yang harus ditanamkan kepada setiap

peserta didik. Melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn ini

peserta didik dituntun agar dapat menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia dan

berperilaku yang baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain disekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai

akhlak mulia kepada peserta didik melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq

li al-Banîn di MAN 3 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan ialah metode

penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri

3 Jakarta. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan

mereduksi data yang didapat, kemudian menyajikan data setelah direduksi, dan

setelah itu memberikan kesimpulan dari data yang telah disajikan.

Hasil penelitian ditemukan bahwa penanaman nilai akhlak mulia kepada

peserta didik melalui kegiatan tersebut cukup berhasil. Hal tersebut terlihat dari

meningkatnya kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib madrasah, banyaknya

poin plus dibandingkan poin minus yang didapatkan peserta didik dalam catatan

buku poin, penyesuaian sikap dan perilaku peserta didik di lingkungan sekolah,

rumah serta masyarakat serta dari nilai afektif dalam rapor peserta didik. Lalu

penanaman nilai akhlak pada kegiatan tersebut menggunakan metode bandongan,

demonstrasi dan tanya jawab. Dalam kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-

Banîn penanaman nilai akhlak telah mencapai tiga ranah pembelajaran yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif terlihat dari pengetahuan dan

pemahaman siswa bertambah mengenai akhlak mulia. Ranah afektif terlihat dari

pembiasaan akhlak baik yang dilakukan oleh guru agar peserta didik terbiasa

melakukan hal-hal positif. Ranah psikomotorik terlihat dari peserta didik yang

berusaha melakukan hal-hal positif dalam kegiatan literasi tersebut seperti tidak

mengobrol atau bercanda, mendengarkan narasumber dan mencatat poin-poin

materi kitab.

Kata Kunci: kegiatan literasi, penanaman akhlak, pendidikan akhlak, al-Akhlâq li

al-Banîn.

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh

Mengawali dengan segala puji bagi Allah SWT dan mengakhiri dengan rasa

syukur kepada Allah Pencipta Alam atas segala karunia, taufik serta hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan lancar, semoga

apa yang penulis tulis dapat bermanfaat untuk semua pembaca.

Şalawat teriring salam penulis selalu curahkan kepada baginda Nabi

Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص, begitu pula kepada keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya

yang selalu senantiasa menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam kehidupanya.

Selama proses pembuatan skripsi ini, terdapat berbagai kesulitan serta

hambatan yang penulis alami baik eksternal maupun internal. Namun, hal tersebut

dapat penulis lalui berkat do’a , support, kesungguhan, istiqomah serta kritikan dan

pesan positif dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi

ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

4. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing hingga saat ini.

5. Dr. Abdul Majid Khon, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

mengarahkan serta membimbing selama proses pembuatan skripsi ini.

iv

6. Nuroto, M.Si., selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.

7. Adam Soleh Siregar, MM., selaku Wakil Kepala Bidang Kurikulum

Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.

8. Achmad Rawi, S.Pd., selaku guru dan narasumber kegiatan literasi kitab

kuning di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.

9. Siti Fatimah, M.Pd., selaku guru dan narasumber kegiatan literasi kitab

kuning di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.

10. Orang tua terkhusus Ibu, yang telah memberikan dukungannya serta

do’anya yang tiada hentinya teriring untuk penulis.

11. Bapak Reza yang telah memberikan dukugan materil kepada saya.

12. Teman-teman Mejelis Nurul Abdillah yang selalu menemai baik suka

maupun duka serta memberikan kritik dan saran dalam proses skripsi ini

13. Teman-teman Mahasiswa/i angkatan 2016 Pendidikan Agama Islam yang

telah memberikan dukungan, semangat serta do’a dalam setiap kesempatan

14. Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mampu mebalasnya dengan apapun,

semoga Allah SWT selalu memberkahi dan membalas dengan balesan yang

sebaik-baiknya di dunia maupun di Akhirat.

Demikianlah bentuk skripsi yang penulis buat, penulis menyadari kesalahan

serta kekurangan yang terdapat di skripsi ini, namun penulis berusaha sebaik

mungkin untuk mengurangi kesalahan serta kekurangan tersebut. Harapan penulis

ialah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya

bagi siapa saja yang membacanya, serta penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi pelajaran bagi penulis

di masa yang akan mendatang untuk menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 19 September 2020

Penulis

v

TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin pada skripsi ini berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan

Huruf

Arab

Huruf

Latin

ţ ط

ť ظ

‘ ع

ģ غ

h ة

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Rangkap

Tanda dan

Huruf

Huruf Latin

Ai ئي

Au ئو

3. Mâdd (Panjang)

Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda

â ىا

î ىي

û ىو

Huruf Arab Huruf Latin

اTidak

dilambangkan

ś ث

h ح

kh خ

ź ذ

sy ش

ş ص

đ ض

Tanda Huruf Latin

a

i

u

vi

4. Tâ’Marbûţah

Tâ’Marbûţah hidup transliterasinya adalah /t/.

Tâ’Marbûţah mati transliterasinya adalah /h/.

Contoh:

hadîqat al-hayawânât atau hâdiqatul hayawânât = حديقة احليو اانت

زةمح = Hamzah

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah/Tasydîd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang

diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh:

yukarriru = يكر م allama‘ = علم al-maddu = المد kurrima = كر م

6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf

yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:

aş-şalâtu = الصالة

b. Kata sandang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

al-bâhisû = الباحث al-falaqu = الفلق

7. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif,

contoh:

كلت أ = akaltu ûtiya = أوت

b. Bila di tengaj dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:

أكلون ت = ta’kulûna شيء = syai’un

8. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh:

al-Qur’ân = القرآن

ةاملدينة املنور = al-Madînatul Munawwarah

al-Mas’ûdî = املسعودي

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................i

ABSTRACT .............................................................................................................i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 9

C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 10

D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 10

E. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 10

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 12

A. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak ...................................................................... 12

1. Pengertian Penanaman ........................................................................... 12

2. Pengertian Pendidikan Akhlak ............................................................... 14

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah ...................... 16

4. Nilai-Nilai Akhlak Mulia ....................................................................... 20

5. Pendekatan dan Metode Penanaman Akhlak ........... Error! Bookmark not

defined.

B. Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam Kurikulum ........... 22

1. Pengertian Kurikulum ............................................................................ 22

2. Jenis-Jenis Kurikulum ............................................................................ 23

3. Peranan Kurikulum ................................................................................. 26

4. Pengertian Literasi .................................................................................. 27

5. Pengertian Kitab Kuning ........................................................................ 28

vii

6. Kitab al-Akhlâq li al-Banîn .................................................................... 29

C. Kajian Yang Relevan ....................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 36

B. Metode Penelitian ............................................................................................. 36

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38

D. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data .................................... 43

E. Metode Analisis Data ....................................................................................... 45

F. Fokus Penelitian ................................................................................................ 46

G. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 48

A. Gambaran Umum MAN 3 Jakarta .............................................................. 48

1. Identitas Sekolah .................................................................................... 48

2. Sejarah Singkat ....................................................................................... 48

3. Visi dan Misi .......................................................................................... 49

4. Fasilitas ................................................................................................... 50

5. Struktur Oganisasi MAN 3 Jakarta ........................................................ 51

6. Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................................. 52

7. Peserta Didik .......................................................................................... 55

B. Pembahasan ....................................................................................................... 55

1. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia Melalui Kegiatan Literasi Kitab

Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ........................................... 56

2. Implementasi dan Evaluasi Dari Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-

Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ............................................................ 68

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penanaman Nilai Akhlak

Mulia .............................................................................................................. 72

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 81

A. Kesimpulan......................................................................................................... 81

B. Saran .................................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

LAMPIRAN ......................................................................................................... 91

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Umum .................................... 16

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jurusan Keagamaan ............. 18

Tabel. 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara ................................................... 40

Tabel. 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi....................................................... 42

Tabel. 4.1 Sarana dan Prasarana MAN 3 Jakarta ........................................ 50

Tabel. 4.2 Daftar Pendidik MAN 3 Jakarta ................................................... 52

Tabel. 4.3 Daftar Karyawan dan Tenaga Kependidikan MAN 3 Jakarta ..... 54

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jumlah Siswa MAN 3 Jakarta.................................. 55

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 4.1 Struktur Organisasi MAN 3 Jakarta......................................... 51

Gambar 4.2 Jadwal Kegiatan Literasi .......................................................... 57

Gambar 4.3 Kitab Kuning Al-Akhlaq Lil Banîn ............................................ 57

Gambar 4.4 Proses Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning ............... 62

Gambar 4.4 Panggung untuk MC, Petugas dan Narasumber ....................... 64

Gambar 4.5 Sound System (kiri: sound di depan lab fisika, kanan: sound di

depan ruang TU) ............................................................................................ 64

Gambar 4.6 Bagian dalam Masjid (kiri: depan, kanan: belakang) .............. 77

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian …………………………..... 95

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Kanwil Kementrian Agama Jakarta …….. 96

Lampiran 3. Kisi – kisi Instrumen Penelitian ……………………………… 97

Lampiran 4. Pedoman Observasi …………………………………………... 99

Lampiran 5. Pedoman Wawancara ………………………………………… 102

Lampiran 6. Pedoman Dokumentasi ………………………………………. 109

Lampiran 7. Hasil Observasi ……………………………………………..... 110

Lampiran 8. Hasil Wawancara …………………………………………….. 114

Lampiran 9. Foto Dokumentasi Penelitian ………………………………… 140

Lampiran 10. Uji Refrensi …………………………………………………... 144

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era yang semakin berkembang ini Pendidikan tetap menjadi suatu hal

yang terpenting bagi kehidupan manusia dalam keberlangsungan dan

mempertahankan hidupnya. Pendidikan juga merupakan kegiatan yang bertujuan

untuk mengembangkan harkat martabat manusia sebagai makhluk yang sempurna.1

Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus

yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik.2

Oleh karena itu, menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No.IV/MPR/1973)

dikatakan bahwa Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.3 Namun, menurut Kingsley Price bahwa Pendidikan

ialah proses dimana kekayaan budaya non-fisik dipelihara atau dikembangkan

dalam mengasuh anak-anak atau mengajar orang-orang dewasa.

Lalu dalam UU Sisdiknas Tahun 1989 Bab I Pasal 1 ayat 1 dikemukakan

bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang

akan datang.4

Selaras dengan hal tersebut, dalam UU Sisdiknas terbaru Tahun 2003 Pasal

1 ayat 1, menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5

1 Syafril & Zelhendri, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h.3 2 M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 2009), h. 1 3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.7 4 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 2&3 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasar 1, Ayat 1

2

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh Pendidikan

Nasional Indonesia merumuskan pengertian Pendidikan “ialah sebagai daya upaya

untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

(intelek dan tubuh anak) dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-

bagian itu supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan

penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya.”6

Hal tersebut sesuai dengan misi ajaran Islam yang dijelaskan Prof. Dr. H.

Abuddin Nata, MA. “bahwa tujuan ajaran Islam ialah terwujudnya manusia yang

sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan,

keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup (skill life) yang

memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan oleh Allah

termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di daratan, di lautan, bahkan di

ruang angkasa.”7

Dari pengertian Pendidikan yang telah dijelaskan di atas bahwa cakupan

Pendidikan sangatlah luas, salah satunya ialah mengenai budi pekerti dan akhlak

mulia yang selalu disinggung dalam setiap pengertian dan tujuan Pendidikan itu

sendiri.

Menurut Drs. Yatimin Abdullah, MA. dalam bukunya Studi Akhlak dalam

perspektif Al-Qur’an bahwa tujuan akhir dari setiap ibadah adalah pembinaan

takwa yang mengantarkan manusia kepada perbuatan baik dan menjauhi perbuatan

buruk. Orang yang bertakwa ialah orang yang berakhlak mulia, yaitu berbuat baik

dan berbudi luhur.8

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution dalam buku nya Islam ditinjau dari

berbagai aspeknya jilid I, bahwa tujuan dasar dari seluruh ajaran Islam ialah

mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan mengarahkan manusia

kepada perbuatan baik. Mulai dari ibadah sholat, puasa, zakat, haji dan bahkan

6 Syafril & Zelhendri, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h.30 7 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005, h.24 8 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008),

h.5

3

hukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka erat hubungannya

dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia. 9

Sedangkan menurut Prof. Salman Harun dalam buku nya Tafsir Tarbawi:

Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an yang terbagi dalam beberapa surat dan

ayat, yaitu: Aź-Źariyat/51:56, Ali ‘Imran/3:137-139, Al-Hajj/22:40-41, dan Al-

Fath/48:29.

Dalam tafsir pada ayat-ayat tersebut mengenai tujuan pendidikan sangat

berkaitan menganai masalah perbuatan baik dan buruk, seperti misalnya:10

1. Membentuk hamba yang dedikatif, yaitu manusia yang bersemangat

pengorbanan, tidak mementingkan dirinya sendiri.

2. Menanamkan iman dalam jiwa siswa, yang mengandung dua sisi: sifat-

sifat luhur dan cinta berbuat baik.

3. Bila sudah berkuasa/jaya tetap taat beribadah, perhatian pada

kesejahteraan masyarakat, dan membina moral masyarakat.

4. Memiliki sikap toleran terhadap non-muslim dan sikap solidaritas

terhadap sesama Muslim lalu menjadi pelopor perdamaian dan

kerjasama.

Lalu menurut Hujjatul Islam Al Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Samsul

Munir dalam bukunya Ilmu Akhlak mengenai tujuan dari Pendidikan akhlak ialah

sa’adah ukhrawîyah (kebahagiaan akhir). Lebih lanjut, Al-Ghazali juga

menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan akhirat. Menurutnya

bukanlah sebuah kebahagiaan jika tidak nyata atau tiruan, seperti halnya

kebahagiaan dunaiwai yang tidak mengarahkan kepada kebahagiaan akhirat.11

Demikian pula menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. dalam buku nya

Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia “bahwa tujuan dari Pendidikan akhlak ialah

memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan

9 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2015), h. 49 10 Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an, (Ciputat, UIN

Jakarta Press, 2013), h.33 11 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), h.19

4

yang baik atau yang buruk. Dengan cara berusaha melakukan perbuatan yang baik

dan menghindari segala perbuatan yang buruk.”12

Begitu pula dalam Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits telah

memfokuskan untuk membentuk akhlak yang baik. Sesuai hadits yang

diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah r.a:

ت م ا بعثت ل الخالق صالح إن “Sesungguhnya aku hanyalah diutus demi menyempurnakan akhlak yang

mulia.”13

Lalu Al-Qur’an pun menerangkan bahwa Rasulullah SAW ialah sebagai

contoh suri tauladan yang baik bagi umat manusia, karena beliau memiliki akhlak

yang sangat mulia. Ditegaskan dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 dan Al-Qalam ayat

4:

ر لقد كان لكم ف رسول الل أسوة حسنة لمن كان ي رجو الل والي وم الخ

وذكر الل كثريا Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-

Ahzab/33:21). 14

م ي ظ ع ق ل ى خ ل ع ل ك وإن Artinya:“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang

luhur.”(QS. Al-Qalam/68:4).15

12 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h.13 13 Ahmad Ibn Hambal, Kitab Musnad Ahmad Hambal, (Riyad, Baitul Ifkar, 1434 H), hadits

no. 2/381, h. 655 14 Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al – Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka 15 Ibid, Departemen Agama RI

5

Dari ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Islam sangat

mengedepankan masalah akhlak mulia hal tersebut dapat dilihat dari semua ibadah

yang Allah perintahkan kepada hamba-Nya, bahkan konsep keimanan pun

semuanya berkaitan dengan akhlak.

Jika melihat dari sisi historical Pendidikan Islam, tujuan dari Pendidikan

Islam pada masa Rasulullah SAW sangat mengesankan teo-humanis (berdimensi

ketuhanan dan kemanusiaan) dengan sasaran, agar terwujudnya masyarakat yang

beriman dan bertakwa, cerdas, produktif, mandiri, saling hormat, memberikan

penyadaran, bahwa hubungan antara pendidikan dengan umat merupakan masalah

yang aksiomatis16.

Salah satu misi kenabian Muhammad SAW adalah memperbaiki akhlak

(umatnya). Beliau diturunkan menjadi nabi dan rasul di suatu tempat yang

masyarakatnya mengalami degradasi akhlak (moral, susila) yang luar biasa.

Masyarakat itu adalah Bangsa Arab Makkah. Mabuk-mabukan, berjudi, dan

mengundi nasib adalah sebagian kerusakan akhlak tersebut. Karena kondisi moral

yang demikian rusak, maka mereka disebut sebagai masyarakat jahiliah. Mereka

jahil (bodoh) dan jauh dari nilai-nilai ketauhidan.17

Perjuangan yang diberikan Rasulullah dalam membenahi keadaan

masyarakat di Arab pada masa itu sangat berat dan membutuhkan perjuangan yang

tidaklah sebentar, Rasulullah dihadapi dengan kepedihan, kesabaran, ketabahan,

dan ujian agar menjadi teladan bagi manusia. Oleh karenanya, tidaklah heran jika

Rasulullah amat sangat pantas menjadi idola dan teladan dalam segala aspek

kehidupan kita. Hal tersebut telah diungkapkan pada Al-Qur’an dan hadits yang

telah dipaparkan di atas.

Kesemua hal tersebut sudah menjadi jelas bahwa Pendidikan dalam Islam

sangat mengutamakan atau memprioritaskan masalah akhlak. Al-Qur’an dan hadits

telah menerangkan secara gamblang hal tersebut, baik dari perkataan Rasulullah

SAW ataupun perbuatan Rasulullah SAW.

16 Dalam KBBI aksiomatis ialah dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. 17 Kumparan.com, Rasulullah Sang Teladan, (https://kumparan.com/hamdi-

mansur/rasulullah-sang-teladan-1qqXIdEr5fb), diakses pada hari Rabu,6 November 2019, pukul

12.22

6

Sehingga hal tersebut menjadi sumber dasar dalam konsep Pendidikan

Akhlak Islam sekaligus menjadi pedoman bagi setiap umat Islam seluruhnya dalam

menanamkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupannya.

Namun, jika kita melihat keadaan saat ini di masa sekarang, sering terjadi

atau bahkan banyaknya kasus yang menggambarkan bahwa bobroknya atau

rusaknya moral serta akhlak para remaja khususnnya di Indonesia. Seperti

contohnya kasus pembullyan yang terjadi di daerah Bali yang berlokasi di Bukit

Buluh Desa Gunaksa, Klungkung, dekat dengan Pura Gunung Lingga, yang

melibatkan enam anak perempuan berusia belasan tahun membully dengan

mengumpat serta melakukan kekerasan hingga menelanjangi seorang perempuan

yang berinisial KA yang berusia 15 tahun.18

Lalu ada kasus yang kerap sekali terjadi, yaitu tawuran antar pelajar yang

terjadi di daerah Tambora, Jakarta Barat yang menelan korban hingga meninggal

dunia akibat luka bacok.19 Bahkan sering pula terjadi kasus asusila yang melibatkan

para remaja seperti yang terjadi di Tuban, Jawa Timur yang melibatkan empat

pelajar ditetapkan sebagai tersangka karena terlibat dalam video asusila.20

Masih banyak lagi kasus-kasus yang menggambarkan rusaknya akhlak atau

moral para remaja yang terjadi pada saat sekarang ini, namun tidak dapat penulis

cantumkan semuanya disini.

Kasus-kasus tersebut yang terjadi di kalangan remaja Indonesia saat ini

sungguh memprihatinkan dan menimbulkan pertanyaan besar, siapakah yang patut

disalahkan? Orangtua? Sekolah? Atau Guru?

Hal tersebut merupakan sebuah bukti nyata yang telah terjadi di negara kita

Indonesia, bahwa permasalahan yang terjadi pada saat ini dikalangan remaja

18 Kumparan.com, Kasus Bully di Bali Gadis 15 Tahun,

(https://kumparan.com/kanalbali/kasus-bully-di-bali-gadis-15-tahun-ditendang-hingga-

ditelanjangi-1rMcZiqGAPe), diakses pada hari Rabu, 30 Oktober 2019, pukul 7:08 19 Liputan6.com, Polisi Buru Pembacok Remaja yang Tewas dalam Tawuran di Tambora,

(https://www.liputan6.com/news/read/4096402/polisi-buru-pembacok-remaja-yang-tewas-dalam-

tawuran-di-tambora), diakses pada hari Rabu, 30 Oktober 2019, pukul 7:06 WIB 20 Detik.com, Pelajar yang Terlibat Video Mesum Tuban jadi Tersangka,

(https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4738436/4-pelajar-yang-terlibat-video-mesum-tuban-

jadi-tersangka), diakses pada hari Rabu, 30 Oktober 2019, pukul, 7:11

7

disebabkan karena kurangnya pengawasan orang tua, serta pemahaman agama yang

dirasa kurang dimiliki oleh para remaja.

Sehingga membuat turunnya kualitas akhlak, moral, ataupun budi pekerti

yang seharusnya telah tertanam dalam diri mereka melalui Pendidikan di sekolah

ataupun orang tua. Namun tidak seharusnya jika hanya menyalahkan salah satu

pihak saja, karena segala aspek yang berkaitan dengan para remaja atau peserta

didik memiliki tanggung jawab dan andil yang cukup besar dalam membentuk serta

membimbing kearah yang lebih baik.

Oleh karena itu, pentingnya Pendidikan akhlak yang harus diberikan atau

ditanamkan kepada setiap peserta didik melalui kegiatan formal belajar mengajar

di sekolah, kegiatan non formal di lingkungan rumah ataupun kegaitan informal di

dalam rumah.

Peran Pendidikan orangtua serta sekolah memiliki andil yang cukup besar

dalam proses pembentukkan akhlak, moral serta budi pekerti para remaja atau

peserta didik saat ini. Sesuai yang telah dijelaskan di atas mengenai fungsi dan

tujuan Pendidikan.

Sudah menjadi kewajiban untuk setiap orangtua dan Instansi atau Lembaga

Pendidikan mengarahkan serta membina peserta didik nya untuk menjadi insan

yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik agar tujuan dari pendidikan yang

diharapkan dapat tercapai.

Oleh karena nya, perlu nya kerjasama ataupun kolaborasi antara pihak

sekolah dengan orangtua peserta didik untuk bersama-sama menciptakan

lingkungan yang dapat memberikan dorongan kepada peserta didik untuk selalu

berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.

Perlu kita pahami dari pernyataan di atas bahwa sekolah didirikan dengan

harapan untuk membimbing dan membina peserta didik sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Hal tersebut menjadi titik sentral bahwa kurikulum adalah anak didik

itu sendiri.

8

Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila dia memperoleh

pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik melalui

mata pelajaran maupun kegiatan lainnya.21

Menurut Abul Hasan Ali Al-Mawardi dalam buku nya Mutiara Akhlak Al

Karimah bahwa “Pendidikan itu seharusnya diusahakan dengan cara ujicoba dan

pembiasaan-pembiasaan serta dengan adanya perhatian dan tidak cukup hanya

dengan cara menyerah kepada akal fikiran dan tabiat saja.”22

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

Pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar meraka dapat hidup di

masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan

hanya berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai

atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat, akan tetapi juga Pendidikan

harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan

kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka.23

Sejalan dengan hal tersebut, telah pula ditetapkan visi Pendidikan tahun

2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang

dimaksud di sini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas

sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan,

serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.24

Dari visi Pendidikan tersebut serta tujuan dari kurikulum yang telah

dipaparkan di atas, bahwa harapan dari semua tersebut ialah menciptakan Insan

yang bukan hanya memiliki kecakapan dalam segi intelektual semata, tetapi juga

kecakapan dalam segi akhlak, moral serta budi pekerti yang baik sebagai bentuk

implementasi dari keberhasilan tujuan kurikulum dan visi Pendidikan tersebut.

Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah dalam membentuk

karakter serta akhlak peserta didik ialah melalui kegiatan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) sebagaimana dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari

21 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,

2011), h.9 22 Abul Hasan Ali Al Mawardi, Mutiara Akhlak Al Karimah, (PJ: M. Qodirun Nur),

(Jakarta: Pustaka Amani, 1993), h.7 23 Ibid, hal.10 24 Dirman & Cici Juarsih, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h.13

9

pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kegiatan membaca buku

non pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bertujuan untuk memperkuat Gerakan

penumbuhan budi pekerti serta menumbuhkan minat baca peserta didik dan

meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih

baik. Materi bacaan berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional,

dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan turunnya kualitas akhlak

serta moral generasi muda di Indonesia serta peran Lembaga Pendidikan khususnya

sekolah dalam membina akhlak ataupun karakter peserta didik agar menjadi insan

yang baik sesuai dengan harapan serta tujuan dari Pendidikan itu sendiri. Oleh

karena itu peneliti akan mengangkat skripsi yang berjudul “Penanaman Nilai-

Nilai Akhlak Mulia Peserta Didik Melalui Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-

Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi

masalah yang akan diteliti, antara lain:

1. Masih ditemukan kurangnya kesadaran diri peserta didik untuk

membiasakan akhlak mulia.

2. Perlunya metode-metode pembiasaan dan peningkatan akhlak mulia.

3. Perlunya figure atau Uswatun Hasanah sebagai contoh untuk peserta didik

dalam pembiasaan akhlak mulia.

4. Menanamkan kepada peserta didik sejak usia dini tentang berperilaku yang

baik.

5. Perlunya lingkungan yang baik serta mendukung dalam membentuk akhlak

mulia.

10

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti jelaskan di atas, dalam

penelitian ini penulis membatasi masalah berupa Penanaman nilai-nilai akhlak

mulia siswa melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn. Dengan

fokus membahas Penanaman akhlak peserta didik melalui kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn, Evaluasi dari kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq

li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia peserta didik, serta hasil dari kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia peserta

didik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang peneliti telah paparkan di atas, maka

peneliti dapat merumuskan masalah yang akan menjadi acuan utama penelitian ini

dilakukan, yaitu:

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai akhlak melalui kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam meningkatkan akhlak mulia peserta

didik?

2. Bagaimana hasil dari kegiatan tersebut dalam menanamkan akhlak mulia

peserta didik di MAN 3 Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai akhlak peserta didik

melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn.

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari kegiatan literasi kitab kuning al-

Akhlâq li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia peserta didik di MAN

3 Jakarta.

11

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan yang peneliti paparkan di atas, maka manfaat dari penelitian

ini adalah:

1. Bagi penulis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan Informasi atau

masukkan dalam pelaksanaan literasi kitab kuning dalam menanamkan

nilai-nilai akhlak mulia peserta didik.

2. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan Evaluasi bagi

Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai akhlak

mulia peserta didik melalui kegiatan literasi kitab kuning.

3. Dapat menjadi tambahan atau khazanah pengetahuan bagi Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dalam bidang Pendidikan.

4. Menjadi bahan rujukan bagi para pembaca dalam menerapkan program

literasi kitab kuning dalam menanamkan nilai-nilai akhlak mulia peserta

didik di sekolah masing-masing.

5. Menjadi bahan rujukan untuk para guru dalam mengajarkan atau

menanamkan akhlak mulia peserta didik melalui kitab kuning al-Akhlâq

li al-Banîn baik itu di jam pelajaran ataupun pada saat kajian kegiatan.

6. Menjadi dasar, pedoman ataupun pengetahuan untuk peserta didik

dalam membiasakan diri atau membentuk akhlak mulia melalui kegiatan

tersebut.

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

1. Pengertian Penanaman

Secara Bahasa kata Penanaman berasal dari akar kata tanam yang dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti proses, cara, atau perbuatan

menanam.1 Kata penanaman juga dapat dikatakan sebagai Internalisasi yaitu sebuah

proses pemantapan atau penanaman keyakinan, sikap, nilai pada diri individu

sehingga nilai-nilai tersebut menjadi perilakunya (moral behaviour). Ketika

perilaku moral seseorang telah berubah, maka bisa dikatakan nilai-nilai itu sudah

tertanamkan dalam dirinya.2

Lebih lanjut lagi, Chabib Thoha menjelaskan dalam bukunya Kapita Selekta

Pendidikan Islam, Penanaman nilai adalah suatu tindakan, perilaku atau proses

menanamkan suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem

kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau

mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas dikerjakan.3

Oleh karena itu, menanamkan nilai-nilai akhlak adalah menanamkan sikap

atau perilaku yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa melalui

pertimbangan dan pemikiran (secara spontan). Dalam menanamkan nilai-nilai

akhlak membutuhkan rangsangan yang tepat sehingga dapat terbentuk secara baik

dalam penerapan dan perkembangannya, dimana ada beberapa faktor baik internal

maupun eksternal yang berpengaruh dalam mendorong terbentuknya akhlak yang

baik, terutama akhlak terhadap diri sendiri.4

1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 2 Abdul Rohman, Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Remaja,

(Jurnal Nadwa, vol. 6, no. 1, 2012), diunduh pada, Kamis 5 Januari 2019. 3 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h.

61 4 Etik Kurniawati, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak Tunagrahita Dalam

Pendidikan Vaksional, (Jurnal Penelitian, vol. 11, No. 2, 2017), diunduh pada, Kamis 6 Januari

2019.

13

Pendidikan merupakan suatu ilmu terapan (applied science), yaitu terapan

dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, pskologi, sosiologi, dan humanitas

menurut March Beth dalam bukunya Education as a Discipline bahwa “Pendidikan

adalah suatu bidang studi (suatu disiplin) dalam bidangnya. Studi tentang

Pendidikan merupakan suatu kajian tentang bagaimana cara atau model-model

inkuri disusun, digunakan, dikembangkan, dan disusun kembali.”5

Menurut Prof. Lodge yang dikutip pleh Rulam Rahmadi, bahwa Pendidikan

memiliki arti yang luas dan sempit, dalam pengertian yang luas, semua pengalaman

itu adalah Pendidikan. Seorang anak dididik orangtuanya, seperti itu pula halnya

seorang murid dididik gurunya. Sehingga pengertian Pendidikan yang luas ini dapat

diartikan Pendidikan yang tidak hanya berlangsung dalam satu Lembaga

Pendidikan saja yang disebut sekolah. Dalam pengertian yang lebih sempit,

Pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu. Pendidikan ini identik dengan sekolah

yang mana pendidikan ini tidak berlangsung seumur hidup, tetapi berlangsung

dalam jangka waktu yang terbatas.6

Menurut W.J.S. Poerwadarminta yang dikutip oleh Tatang.S, menjelaskan

definisi Pendidikan secara linguistis, sebagai kata benda, Pendidikan berarti proses

perubahan sikap dan tingkah laku seorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.7

Hemat penulis, kaitannya penanaman dengan Pendidikan ialah penanaman

merupakan sebuah proses dalam sebuah Pendidikan melalui kegiatan belajar

mengajar ataupun metode yang digunakan pendidik kepada peserta didik yang

memberikan pengetahuan atau pemahaman secara bermakna. Sehingga dapat

diterima oleh peserta didik dan tertanam dalam hati, benak dan fikirannya. Melalui

hal tersebut harapan nya ialah tumbuhnya buah atau hasil yang baik dalam diri

peserta didik.

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:

Remaja Rosdkarya, 2009), h.26 6 Rulam Rahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016), h.31-32 7 Tatang S., Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h.13

14

2. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari akhlak, karena pada dasarnya tujuan

Pendidikan dalam Islam, adalah membentuk perilaku anak didik menjadi lebih baik

dan mulia. Hasil Pendidikan yang baik, akan menghasilkan perilaku akhlak yang

baik pula bagi anak didik.8

Kata Pendidikan berasal dari Bahasa Inggris dan Latin yaitu education9 dan

educare atau educere, yang artinya melatih atau menjinakkan (seperti dalam

konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi jinak sehingga bisa

diternakkan), juga berarti menyuburkan (membuat tanah menjadi baik yang siap

menjadi persemaian tumbuhan yang berkembang baik karena tanahnya digarap dan

diolah.10

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendidikan

memiliki pengertian bahwa Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.11

Secara sederhana definisi Pendidikan dapat dikatakan sebagai berikut:

“Proses Pertumbuhan dan Perkembangan manusia dengan semua

potensinya melalui pengajaran (teaching) dan pembelajaran (learning) untuk

mendapatkan pengetahuan (knowledge) dan atau keterampilan (skill) serta

mengembangkan tingkah laku (behavior) yang baik agar bisa bermanfaat bagi

kehidupan dirinya, masyarakat dan lingkungannya.” 12

Sedangkan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001 mendefinisikan Pendidikan

sebagai berikut. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

8 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), h.135 9 Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (TK: Mahoni.com, TT), h.222 10 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2011), h. 288. 11 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 12 Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Jakarta: Al-Mawardi

Prima, 2012), h.71

15

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”13

Lalu, menurut Charles E. Siberman yang dikutip oleh Rulam Rahmadi

bahwa Pendidikan tidak sama dengan pengajaran, karena pengajaran hanya

menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Pendidikan

berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia,

baik aspek kognitif maupun psikomotorik. Pendidikan mempunyai makna yang

lebih luas dari pengajaran, tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam

penyelenggaraan Pendidikan.14

Kata “akhlaq” berasal dari Bahasa Arab yang secara Bahasa bermakna

“pembuatan” atau “penciptaan”15. Dalam konteks agama, akhlak bermakna

perangai, budi, tabiat, adab atau tingkah laku.16 Dalam al-Mujam al-Wasiţ17 yang

dikutip oleh Heny Narendrany disebutkan akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam

jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa

membutuhkan pemikiran ataupun pertimbangan.18

Lalu menurut Oemar Bakry dalam bukunya Akhlak Muslim, akhlak ialah

sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah

bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi.19 Bisa dikatakan hal tersebut sudah

menjadi sebuah kebiasaan, misalnya ialah orang yang pemurah sudah biasa

memberi, seolah-olah hal tersebut dilakukan tanpa harus dipikirkan atau

dipertimbangkan lagi. Begitu pula orang yang kikir, berat untuk memberi, seolah-

olah tangannya terpaku di dalam kantongnya tidak mau mengeluarkan bantuan

kepada fakir miskin.

13 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2001. 14 Rulam Rahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016), h.38 15 Atabik Ali & Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (TK: Multi Karya

Grafika, TT), h.59 16 Ahmad Bangun Nasution & Royani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Depok:

Rajagrafindo Persada, 2013), h.30 17 Syauqi đoifi, al-Mu’jam al-Wasîţ, (TT: Maktubah asy-syurûq al-dauliyyah, 2004), h.9 18 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2009), h.7 19 Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Percetakan ANGKASA, 1993), h.10

16

Sedangkan menurut Ibn Miskawaih yang dikutip oleh S.M. Zainuddin Alavi

mendefinisikan karakter atau akhlak sebagai perangai atau tingkah laku yang

muncul dari jiwa yang dengannya menyebabkan ia melakukan perbuatan tanpa

membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.20

Hemat Penulis, dari penjelasan dan paparan di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa Pendidikan akhlak merupakan sebuah proses pembelajaran yang terjadi

antara pendidik dan peserta didik. Melalui metode yang digunakan pendidik untuk

memberikan nilai, pengetahuan serta pemahaman mengenai materi akhlak yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah

Ruang lingkup Pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah sebagaimana yang

tertulis dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahum 2019 Tentang

Kurikulum PAI dan Bahasa Arab Pada Madrasah. Terbagi menjadi dua bagian yaitu

ruang lingkup Pendidikan akhlak umum dan ruang lingkup Pendidikan akhlak

jurusan keagamaan.

Adapun ruang lingkupnya ialah sebagai berikut:

a. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Umum21

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Umum

Ruang Lingkup

Pendidikan Akhlak Umum

1) Aspek akhlak terpuji meliputi:

hikmah, iffah, syaja’ah, dan

‘adalah, pergaulan remaja, bekerja

keras, kolaboratif, fastabiqul

khairat, optimis, dinamis, kreatif,

dan inovatif, akhlak mulia dalam

berorganisasi dan bekerja.

2) Aspek akhlak tercela meliputi:

licik, tamak, zhalim, diskriminasi,

israf, tabzir, dan bakhil, dosa-dosa

20 S.M. Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan,

(Bandung: UIN Press dan Angkasa, 2003), h.45 21 Keputusan Menteri Agama, Nomor 183 Tahun 2019, h. 33

17

besar (membunuh, liwath, LGBT,

meminum khomar, judi, mencuri,

durhaka kepada orang tua,

meninggalkan sholat, memakan

harta anak yatim, dan korupsi),

nifaq, keras hati, dan ghadab

(pemarah), fitnah, berita bohong

(hoaks), namimah, tajassus dan

ghibah.

3) Aspek adab meliputi: adab

mengunjungi orang sakit, manfaat

berpakaian, berhias, perjalanan,

bertamu, dan menerima tamu,

bergaul dengan sebaya, yang lebih

tua, yang lebih muda dan lawan

jenis.

4) Aspek Kisah meliputi: keteladan

sifat utama Putri Rasulullah,

Fatimatuzzahrara. dan Uways al-

Qarni, sahabat Abdurrahman bin

Auf dan Abu Dzar alGifari r.a.,

tokoh utama dan inti ajaran

tasawuf (Imam Junaid al-

Baghdadi, Rabiah l-Adawiyah,

alGhazali, Syekh Abdul Qadir al-

Jailani), kesufian Imam Hanafi,

Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i

dan Imam Ahmad bin Hanbal,

keteladanan Kyai Kholil al-

Bangkalani, Kyai Hasyim Asy'ari,

dan Kyai Ahmad Dahlan.

18

b. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jurusan Keagamaan22

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jurusan Keagamaan

Ruang Lingkup

Pendidikan Akhlak Keagamaan

1) Konsep kajian tasawuf, dan

hubungannya dengan ilmu akhlak

dan ilmu fikih

2) Aspek akhlak terpuji dalam

kehidupan sehari-hari, meliputi: (1)

kewajiban antar-sesama Muslim

(Menjawab salam, membesuk

orang sakit, takziyah, menghadiri

undangan, dan mendoakan orang

bersin), (2) Penggunaan media

sosial untuk menghindari hoaks,

ujaran kebencian, dan percakapan

berkonten pornografi sesuai

tuntunan agama, (3) Akhlak terpuji

dalam pergaulan remaja (ghadul

bashar, menghindari khalwat,

ikhtilath, dan tidak melakukan

sentuhan fisik dengan lawan jenis)

di dunia nyata maupun dunia maya,

(4) Perilaku toleran (tasamuh) dan

moderat (tawassut) untuk

mewujudkan persatuan dan

kesatuan umat, (5) Induk-induk

akhlak terpuji (hikmah, iffah,

syaja’ah, dan ‘adalah) dan cara

membiasakannya dalam kehidupan.

22 Keputusan Menteri Agama, Nomor 183 Tahun 2019, h. 40-41

19

3) Aspek akhlak tercela yang harus

dihindari dalam kehidupan sehari-

hari, meliputi: (1) Perilaku tercela:

pornografi dan pornoaksi dan cara-

cara menghindarinya, (2) Perilaku

dhalim, diskriminasi, ghadab,

fitnah, nanimah, dan ghibah, serta

cara-cara menghindarinya, (3)

Bahaya perilaku tercela (serakah,

tamak, bakhil, dan işraf/tabźir)

serta cara menghindarinya.

4) Aspek Ibrah dari perilaku buruk,

mencakup: (1) Perilaku tercela dari

kisah Abu Lahab dan istrinya, serta

Nabi Luth dan kaum Sadum, (2)

Perilaku tercela dari kisah Fir’aun

dan Qarun.

5) Aspek akhlak kepada lingkungan

hidup, mencakup: pandangan Islam

konsep taskhir, intifa’, dan ihtifadz

dalam kelestarian lingkungan.

6) Aspek ketaladanan akhlak

mahmudah, mencakup: (1)

Keteladanan akhlak al-Khulafa’ur

Rasyidun (Abu Bakar assiddiq Ra.,

Umar bin al-Khattab Ra., Utsman

bin ‘Affan Ra., dan Ali bin Abi

Thalib Ra.), serta aktualisasinya

dalam kehidupan modern, (2)

Keteladanan akhlak tokoh-tokoh

sufi Nusantara (Hamzah Fansuri,

20

Syamsuddin Sumatrani, Abdur

Ra’uf assinqili, Abdul Muhyi

Pamihajan, Yusuf almakasari, Nafis

al-Banjari).

Dari pemaparan di atas bahwa ruang lingkup pendidikan akhlak di

Madrasah Aliyah terbagi menjadi dua, yaitu Pendidikan akhlak jurusan umum dan

Pendidikan akhlak jurusan keagamaan. Oleh karena nya terdapat perbedaan

mengenai kuantitas serta kualitas materi yang diajarkan yang mana jurusan

keagamaan lebih mendalami materi tentang akhlak dibanding jurusan umum.

4. Nilai-Nilai Akhlak Mulia

Pengertian nilai menurut Sidi Ghazalba sebagaimana yang dikutip oleh

Chabib Thoha, Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, nilai bukan benda

konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar atau salah yang menuntut

pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak

dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi.23 Lalu yang dimaksud dengan nilai-

nilai ialah banyak sedikitnya isi, kadar, mutu24 yang dimaksud ialah nilai-nilai yang

terkandung dalam akhlak. Sedangkan menurut Zakiyah Dradjat adalah suatu

perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai identitas yang

memberikan ciri khusus pada pemikiran, perasaan, kriteria maupun perilaku.25

Menurut Kartini Kartono dan Dali Guno yang dikutip oleh Aan Alamaidah

dalam skripsinya, bahwa nilai sebagai hal yang dianggap penting dan baik.

Semacam keyakinan seseorang terhadap yang seharusnya dan tidak seharusnya

dilakukan (misalnya jujur, ikhlas) atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang

(misalnya kebahagiaan, kebebasan).26

23 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),

h. 60 24 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 25 Zakiyah Darajadjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.59 26 Aan Almaidah Fatmawati, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak oleh Orang Tua Kepada Anak

di Keluarga Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Juwangi Boyolali, (Skripsi: IAIN Surakarta, 2017), h.24

21

Nilai-nilai akhlak Mulia dalam ruang lingkup akhlak. Akhlak dalam ajaran

Islam mencakup berbagai aspek, dimulai akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap

manusia, dan akhlak terhadap lingkungan. Lebih lanjut lagi dipaparkan sebagai

berikut:

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak mulia terhadap Allah pada prinsipnya dapat diartikan penghambaan

diri kepada-Nya atau dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang

seharsunya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai

Khalik.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak mulia terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak kepada

keluhuran budi perkerti menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang

lain pada posisi yang tepat. Hal ini merupakan refleksi dari totalitas kita

dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Sehingga akhlak mulia yang

kita alamatkan terhadap sesama manusia semata-mata didasari oleh akhlak

mulia yang kita persembahkan untuk-Nya.

c. Akhlak terhadap lingkungan

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berada di

sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak

bernyawa. Akhlak mulia terhadap lingkungan pada prinsipnya

menempatkan sesuatu itu sesuai dengan posisinya masing-masing. Itu

merupakan refleksi dari totalitas penghambaan diri kita kepada Allah SWT.

Sehingga apa yang kita lakukan terhadap mereka, semata-mata hanya

didasari oleh akhlak mulia kepada Allah SWT. 27

Hemat Penulis, bahwa nilai akhlak merupakan suatu hal yang berhubungan

dengan tingkah laku atau perilaku manusia mengenai baik atau buruknya yang

diukur oleh agama, tradisi, adat, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam

masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud oleh nilai-nilai akhlak mulia, ialah

27 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN

Press, 2009), h.12

22

sebuah perilaku, tingkah laku atau perbuatan baik yang berhubungan dengan

berbagai aspek di dalamnya, khususnya aspek agama.

B. Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam Bahasa Inggris ditulis

‘curriculum’28 berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘curir’ yang berarti ‘pelari’, dan

‘curere’ yang berarti ‘tempat berpacu’. Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya

kurikulum tersebut pada awalanya digunakan dalam dunia olahraga, yaitu atletik.

Sehingga berdasarkan istilah ialah sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh

seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau

penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia

Pendidikan dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh

oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memperoleh ijazah’.29

Lalu menurut beberapa para ahli yang mendefinisikan kurikulum sbagai

berikut:

1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander yang dikutip oleh S. Nasution

mengatakan bahwa kurikulum ialah segala usaha sekolah untuk

mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman

sekolah atau di luar skeolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga

apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.30

2. Sanjaya menyatakan yang dikutip oleh S. Nasution dalam bukunya bahwa

kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting

dalam sistem Pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan

tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah Pendidikan,

28 Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (TK: Mahoni.com, TT), h. 171 29Hamzah. B. Uno, Dkk, Pengembangan Kurikulum Rekaya Pedagogik dalam

Pembelajaran, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2018), h.6 30 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.4

23

akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang

harus dimiliki setiap siswa.31

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum

bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan peristiwa-

peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler

yang formal juga kegiatan yang tak formal. Yang terakhir ini sering disebut

kegiatan ko-kurikuler atau ekstrakurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).

1. Kurikulum formal meliputi:

a. Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.

b. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.

c. Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.

d. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.

2. Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan

akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas

tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal.32

Dari beberapa pengertian yang dipaparkan oleh para ahli di atas, dapat

dikatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan yang berisi

tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus

dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, serta evaluasi yang

nyata. Dengan demikian pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen,

implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun sebelumnya.

2. Jenis-Jenis Kurikulum

Terdapat dua jenis kurikulum yang dapat penulis simpulkan dalam

penelitian ini, yaitu kurikulum tertulis dan kurikulum tersembunyi. Kurikulum pada

hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu selanjutnya dituangkan

31 Dirman & Cici Juarsih, Pengembangan Kurikulum: dalam Rangka Implementasi Standar

Proses Pendidikan Siswa, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), h.1 32 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.5

24

dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan logis yang memerhatikan

unsur scope dan sequence, selanjutnya dokumen tertulis itulah yang dinamakan

dengan kurikulum terencana (curriculum document or written curriculum). Salah

satu isi yang terdapat dalam dokumen kurikulum itu adalah sejumlah daftar tujuan

yang harus dicapai oleh peserta didik. Tujuan itulah yang selanjutnya dijadikan

pedoman oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai tahap implementasi dari

kurikulum.33

Kurikulum tertulis (written curriculum) terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

a. Kurikulum Ideal, yaitu kurikulumm yang diharapkan apat dilaksanakan dan

berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan

mengajar.

b. Kurikulum Actual, yaitu kurikulum nyata yang dapat dilaksanakan oleh

guru sesuai dengan kondisi yang ada. 34

Lalu jenis kurikulum kedua ialah Kurikulum tersembunyi (Hidden

Curriculum) Istilah Hidden Curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang

dapat berpengaruh didalamnya berlangsungnya pengajaran dan Pendidikan, yang

mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha

pencapaian tujuan Pendidikan. Dengan kata lain hidden curriculum menunjuk pada

praktek dan hasil persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram

atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak

teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.35

Menurut beberapa pandangan para ahli yang dikutip oleh Subandijah

mengenai hidden curriculum ialah sebagai berikut:

a. Overly mengatakan bahwa hidden curriculum meliputi kurikulumm yang

tidak dipelajari, hasil persekolahan non akademik.

b. Dreeben memfokuskan pada “apa yang dipelajari di sekolah” sebagai suatu

fungsi struktur sosial kelas dan latihan otoritas guru.

33 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,

2011),h.25

34 Ibid, Wina Sanjaya, h.22-24 35 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h.

25

25

c. Kohlberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal yang

berhubungan dengan Pendidikan moral dan peranan guru dalam

mentransformasikan standar moral.

d. Henry cenderung pada hubungan antara siswa dengan guru, aturan untuk

mengatur hubungan tersebut dan aturan ini dalam mendidik untuk

kepatuhan (decolitas).

e. Goodman, Friedenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden

curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan

penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma social tertentu. 36

Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses

Pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang muncul di luar tujuan

yang dideskripsikan oleh guru.37

Pelaksanaan kurikulum didasarkan kepada beberapa pola kegiatan, yaitu

kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Ketiga kegiatan ini bertitik

tolak dan mengarah kepada kemungkinan belajar siswa, baik secara kelompok atau

pun individu. Adapaun definisi dari ketiga kegiatan tersebut, ialah sebagai berikut:

a. Kegiatan intrakurikuler, adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah

yang sudah teratur, jelas dengan sistematik yang merupakan program

utama dalam proses mendidik peserta didik.

b. Kegiatan kokurikuler, merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar

jam pelajaran, kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan

menghayati materi pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan

intrakurikuler di dalam kelas.

c. Kegiatan ekstrakurikuler, adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam

pelajaran biasa (di luar intrakurikuler), dan kebanyakan materinya pun

di luar intrakurikuler, yang berfungsi utamanya untuk

menyalurkan/mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat

36 Ibid, Subandijah, h.26 37 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h. 25

26

dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar bersosialisasi,

menambah keterampulan, mengisis waktu luang, dan lain sebagainya.38

3. Peranan Kurikulum

Dalam sistem Pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat

penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah Pendidikan

saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa serta

bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri. Sebagai salah satu komponen

dalam sistem Pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran

konservatif, peran kreatif, serta peran kritis dan evaluatif.39

a. Peran Konservatif

Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya

sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai

akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan

mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka

peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting.

Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal

berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat,

sehingga keajekan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara

dengan baik.

b. Peran Kreatif

Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru

sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat

tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu mengalami

perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.

Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam

38 Reni Anggraini, Pengaruh Kegiatan Kokurikuler dalam Mendukung Kegiatan

Intrakurikuler di SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2017/2018, (Lampung: Skripsi,

2018). Diunduh tanggal 9 Maret 2020. 39 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h.10

27

peran kreatif nya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga

dapat membantu siswa dalam

c. Peran Kritis dan Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah, sekolah tidak hanya

mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih

berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dengan demikian,

kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu

dipertahankan, dan nilai atau budaya baru mana yang harus dimiliki

anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum

diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan

mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk

kehidupan anak didik.

Dalam proses pengembanga kurikulum ketiga peran tersebut harus berjalan

secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya

cenderung akan membuat Pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman,

sebalaiknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat

hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat.40

4. Pengertian Literasi

Berbicara mengenai literasi secara tradisional literasi dipandang sebagai

kemampuan membaca dan menulis. Lebih lanjut lagi pengertian literasi

berkembang menjadi kemampuan membaca , menulis, berbicara, dan menyimak.41

Namun seiring perkembangannya zaman definisi dari literasi pun terbagi

menjadi lima perkembangan, yaitu:

a. Pada masa perkembangan awal, literasi didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang

40 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h.12 41 Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi

Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.1

28

kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara,

melihat, menyajikan, dan berpikir kritis tentang ide-ide.

b. Pada masa perkembangan kedua, literasi berkaitan erat dengan situasi

dan praktik sosial. Pandangan ini mendefinisikan literasi sebagai praktik

sosial dan budaya ketimbang dipandangan sebagai prestasi kognitif

yang bebas konteks.

c. Pada masa perkembangan ketiga, literasi telah berkembang karena

pengaruh perkembangan teknologi informasi dan multimedia, oleh

karenanya literasi pada konteks ini terbagi kedalam beberapa jenis

elemen, seperti visual, auditori, dan spasial daripada kata-kata yang

tertulis.

d. Pada masa perkembangan keempat, literasi telah dipandang sebagai

konstruksi sosial dan tidak pernah netral. Maksudnya ialah teks yang

ditulis seorang penulis telah dibentuk berdasarkan posisi mereka

berdasarkan aspek keyakinan, nilai-nilai, sikap, posisi sosial (misalnya,

usia, ras, kelas, dan etnis), serta pengalaman (pendidikan, bahasa, dan

perjalanan).

e. Pada masa perkembangan kelima, literasi dikenal dengan istilah

multiliterasi, maksudnya ialah keterampilan menggunakan beragam

cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi, dengan

menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun teks inovatif,

simbol, dan multimedia. 42

5. Pengertian Kitab Kuning

Kitab merupakan istilah Bahasa Arab yang digunakan untuk menunjukkan

sebuah karya tulis di bidang keagamaan maupun non-keagamaan yang bertuliskan

42 Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi

Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.1-3

29

huruf Arab. Inilah yang membedakan antara karya tulis yang bertuliskan Arab

dengan yang tidak bertuliskan Arab yang disebut dengan buku.43

Pada umumnya kitab yang digunakan di berbagai pondok pesantren ialah

kitab kuning. Definisi secara rinci mengenai kitab kuning yang dikemukakan oleh

Mas’udi bahwa kitab kuning adalah:

a. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama asing, tetapi secara turun-temurun

menjadi referensi yang dipedomani oleh para Ulama Indonesia.

b. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis yang

independen.

c. Kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau

tejermahan atas kitab karya ulama asing. 44

Lebih lanjut lagi Azyumardi Azra yang dikutip oleh Samsul Nizar

mendefinisikan kitab kuning ialah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayau

atau Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara

Arab yang selain ditulis oleh ulama di Timur Tengah juga ditulis oleh ulama

Indonesia sendiri.45

Kitab kuning yang diajarkan pada umumnya dapat digolongkan menjadi 8

kelompok: Nahu/syaraf, fikih, ushul fikih, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, dan etika,

serta cabang-cabang ilmu lainnya seperti Tarikh dan balaghah. Lalu kitab-kitab itu

pula dapat digolongkan dari tingkatannnya, yakni ada tingkatan dasar, menengah

dan kitab-kitab besar.46

6. Metode Pembelajaran Kitab Kuning

Metode pembelajaran kitab kuning merupakan cara-cara yang digunakan

dalam proses belajar mengajar demi tujuan pembelajaran kitab kuning dapat

43 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembanga-Lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2017), h.129 44 Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Di Nusantara,

(Jakarta: Kencana, 2013), h.147 45 Ibid, Samsul Nizar, h.147 46 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuha dan Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h.72

30

tercapai. Adapun berikut ini adalah macam-macam metode pembelajaran kitab

kuning yang biasanya berlaku di pondok pesantren:

a. Metode Bandongan

Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur (monolog), yakni

kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadang-kadang memberi

komentar, sedang santri atau anak didik mendengarkan penuh perhatian

sambil mencatat makna harfiah (sah-sahan)-nya dan memberikan simbol-

simbol I’rob (kedudukan kata dalam struktur kalimat)-nya.

b. Metode Sorogan

Metode sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang

atau beberapa orang santri kepada kiyainya untuk diajari kitab tertentu,

pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang

cukup maju, khususnya yang berminat hendak menjadi kyai. Zamakhsyari

Dhofier menjelaskan metode sorogan adalah seorang murid mendatangi

guru yang akan membacakan beberapa baris Al-Quran atau kitab-kitab

bahasa arab dan menerjemahkan kata demi kata kedalam bahasa tertentu

yang pada giliranya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata

sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan sesuatu

permasalahan yang memerlukan jawaban alternatif yang dapat mendekati

kebenaran dalam proses belajar mengajar Didalam forum diskusi atau

munadhoroh ini, para santri biasanya mulai pada jenjang menengah,

membahas atau mendiskusikan suatu kasus dalam kehidupan masyarakat

sehari-hari untuk kemudian dicari pemecahanya secara fiqih. Dan pada

dasarnya para santri tidak hanya belajar memetakan dan memecahkan suatu

permasalahan hukum namun didalam forum tersebut para santri juga belajar

berdemokrasi dengan menghargai pluralitas pendapat yang muncul dalam

forum.

d. Metode Hafalan

31

Suatu teknik yang dipergunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan

anak didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufrodad), atau

kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Tujuan teknik ini adalah agar anak

didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya

kognisinya, ingatan dan fantasinya.

e. Metode Klasikal

Metode klasikal di pondok pesantren merupakan penyesuaian dari

perkembangan sekolah formal modern. Metode ini hanya mengambil sistem

sekolah umum dengan model berjenjang seperti Sekolah Dasar (Madrasah

Diniyah Ibtidaiyah), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Diniyah

Tsanawiyah), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Diniyah Aliyah), dan

Perguruan Tinggi (Ma‟had Ali). Akan tetapi materi yang diajarkan pada

pesantren tetap menggunakan kitab kuning dengan perpaduan metode

bandongan, sorogan, hafalan, musyawarah dan sebagainya.

f. Metode Tanya Jawab

Suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya dan murid

menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya. Metode Tanya jawab

ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan

murid menjawab.

g. Metode Ceramah

Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning di lembaga pendidikan

formal dapat digunakan apabila guru ingin menyampaikan hal-hal baru yang

merupakan penjelasan atau generalisasi darimateri/bahan pengajaran yang

disampaikan. Menurut Nana Sudjana, metode ceramah ini wajar digunakan

apabila guru ingin mengajarkan topik baru, tidak ada sumber bahan

pelajaran pada siswa, dan menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak

h. Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan suatu metode mengajar dimana guru atau orang lain

yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas

tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu. Metode

demonstrasi dapat diterapkan oleh pengajar kitab kuning untuk

32

mendemonstrasikan materi-materi yang telah diajarkan, seperti sholat,

wudlu, dan sebagainya.47

7. Kitab al-Akhlâq li al-Banîn

Salah satu dari sekian banyak kitab agama Islam yang berbahasa Arab yang

telah dijadikan sebagai refrensi atau sumber belajar, terutama pada pelajaran

Akhlak baik di Pesantren ataupun Madrasah ialah al-Akhlâq li al-Banîn yang

dikarang oleh seorang ulama salaf (ulama terdahulu) yaitu As-Syeikh Umar bin

Ahmad Baraja. Beliau hidup pada akhir abad keenam hijriyah, zaman kemunduran

dan kemerosotan daulah Abbasiyah.48

Kitab al-Akhlâq li al-Banîn telah disyarahi oleh Syaikh Djamilah Bachmid.

Menurutnya, kitab tersebut banyak disukai dan mendapat tempat yang cukup

dikalangan para pelajar dan para guru. Terutama pada masa pemerintahan Murad

Khan bin Salim, yaitu pada abad XIV Masehi.49

Kitab ini bukanlah kitab hukum ataupun kitab fikih, kitab ini ialah kitab

akhlak menuntut ilmu. Yaitu akhlak yang membawa kepada kesuksesan dalam

menuntut ilmu, dengan menjabarkan tata cara bagaimana agar sukses dalam

menuntut ilmu.

Oleh karenanya, sangatlah penting bagi setiap peserta didik khususnya dan

bagi setiap penuntut ilmu umumnya dalam mempelajari segala ilmu yang

berhubungan dengan akhlak, moral, atau budi pekerti.

Adapun materi yang diajarkan dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn ialah, (1)

Bagaimana akhlak yang harus dimiliki anak, (2) Anak yang sopan, (3) Anak yang

tidak sopan, (4) Anak harus bersikap sopan sejak kecilnya, (5) Allah SWT, (6) Anak

yang jujur, (7) Anak yang ta’at, (8) Nabi Muhammad SAW, (9) Sopan santun dalam

rumah, (10) Abdullah di dalam rumahnya, (11) Ibumu yang penyayang, (12) Sopan

santun anak terhadap anaknya, (13) Shaleh dan ibunya, (14) Ayahmu yang berbelas

47 Muhammad Taufik, Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan

Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga, (Salatiga: Skripsi IAIN Salatiga, 2016). H.25-32 48 Rofa’atul Fauziyah, Aplikasi Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin Dalam Pembentukan

Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang,

(Surabaya: Skripsi IAIN Sunan Ampel, 2011). 49 Ibid, Rof’atul Fauziyah,.

33

kasih, (15) Sopan santun anak terhadap ayahnya, (16) Kasih saying ayah, (17)

Sopan santun anak terhadap saudara-saudaranya, (18) Dua saudara yang saling

mencintai, (19) Sopan santun anak terhadap kerabatnya, (20) Musthafa dan

kerabatnya Yahya, (21) Sopan santun anak terhadap pelayannya, (22) Anak yang

suka mengganggu, (23) Sopan santun anak terhadap tetangganya, (24) Hamid dan

para tetangganya, (25) Sebelum pergi ke sekolah, (26) Sopan santun dalam

perjalanan, (27) Sopan santun murid, (28) Bagaimana murid memelihara alat-

alatnya, (29) Bagaimana murid memelihara alat-alat sekolah, (30) Sopan santun

murid terhadap gurunya, (31) Sopan santun murid terhadap teman-temannya, (32)

Nasehat-nasehat umum kesatu,(33) Nasehat-nasehat umum kedua.

Dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn ini, setelah penulis melakukan analisis

terdapat beberapa metode penyampaian yang penulis dapat simpulkan, diantaranya:

1. Metode Kisah, dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn salah satu metode

penyampaian yang paling dominan ialah metode kisah, yang mana

memberikan cerita-cerita tentang kisah dari anak yang bernama Ahmad,

Muhammad, Soleh, Mustafa, Yahya, Abdullah ataupun Fatimah. Kisah-

kisah tersebut diceritakan bagaimana menjadi anak yang memiliki akhlak

yang baik, dan apa akibatnya jika memiliki akhlak yang buruk.

2. Metode Nasihat, metode ini adalah metode kedua yang digunakan dalam

kitab ini dalam menyampaikan materi mengenai akhlak, yaitu metode

nasihat, hal tersebut terlihat dari kata-kata yang digunakan dalam kitab

tersebut seperti “ يجب على الولد ” atau “ ا الولد العزيزايه ” atau “ ايها الولد األديب ”

atau “ اعلم يابني ”. dari kata-kata tersebut menunjukkan nasihat-nasihat yang

diberikan dengan menggunakan bahasa yang halus yang dipenuhi dengan

panggilan kasih sayang dan kemuliaan.

C. Kajian Yang Relevan

Kajian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Skripsi yang disusun oleh Putri Dewi Indah W dari Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta, dengan judul “Implementasi Pembelajaran Kitab

34

Kuning Sebagai Upaya Peningkatan Religiusitas Peserta Didik di Pondok

Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin Bekasi”. Pada tahun 2018. Penelitian ini

menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa pengimplementasian

pembelajaran kitab kuning berperan aktif dalam memberikan esensi positif

secara berkelanjutan dalam meningkatkan intensitas keimanan dan

pemahaman santri tentang materi yang berhubungan dengan ajaran agama

Islam. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan

ialah penelitian ini lebih fokus terhadap implementasi pembelajaran kitab,

sedangkan penelitian penulis fokus terhadap penanaman serta proses nilia-

nilai akhlak dari kegiatan literasi

2. Skripsi yang disusun oleh Aan Syarifudin dari IAIN Purwokerto, dengan

judul “Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin dan Implementasi Dalam

Pembentukkan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin

Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas”. Pada tahun 2016. Penlitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran akhlak menggunakan kitab

akhlak lil banin menggunakan beberapa metode diantaranya: 1) Metode

Teladan, 2) Metode Kisah-kisah, 3) Metode Pembiasaan, 4) Metode

Hkuman dan Ganjaran, 5) Metode Ceramah. Sehingga pembelajaran akhlak

dapat terwujud ke arah yang lebih baik lagi. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian ini lebih fokus terhadap

pembelajaran serta implentasi dari kitab al-Akhlâq li al-Banîn, sedangkan

penelitian penulis lebih fokus terhadap penanaman serta proses penanaman

nilai-nilai akhlak melalui kegiatan literasi kitab kuning.

3. Skripsi yang disusun oleh Rofa’atul Fauziyah dari IAIN Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul “Aplikasi Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin

Dalam Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Babussalam

Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang”. Pada tahun 2011. Penelitian

ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut bahwa pada dalam

pembentukan akhlak di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin terdapat

beberapa usaha yang harus dilakukan, diantaranya: 1) Pendidikan

keagamaan, 2) Pengembangan bakat dan kreatifitas, 3) Melatih hidup

35

disiplin atau melatih kedisiplinan, 4) Mengantarkan santri menjadi orang

yang berakhlakul karimah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

penulis lakukan ialah dari segi pemfokusan terhadap aplikasi kitab kuning

al-Akhlâq li al-Banîn, penelitian yang penulis lakukan berfokus kepada

penanaman nilai-nilai akhlak mulia melalui kegiatan literasi kitab kuning

al-Akhlâq li al-Banîn.

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta, Jl. Rawasari

Selatan I No. 11, RT.16/RW.02, Cemp. Putih Timur., Kec. Cempakah Putih,

Jakarta Pusat 10510, Indonesia

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini terhitung mulai dari tanggal 01 November 2019.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Cara ilmiah, penelitian ini menggunakan metode ilmiah yaitu sebuah proses

untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis yang mana

dikumpulkannya data-data yang didapatkan dari sumber primer dan

sekunder mengenai penelitian ini.

2. Data, penelitian ini mengumpulkan data melalui sumber primer yaitu kitab

al-Akhlâq li al-Banîn, hasil observasi dan wawancara, lalu sumber sekunder

yaitu sumber tambahan mengenai kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li

al-Banîn seperti dokumen tertulis seperti kurikulum ataupun evaluasinya.

3. Tujuan, penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana penanaman

nilai-nilai Akhlak peserta didik melalui kegiatan literasi kitab kuning al-

Akhlâq li al-Banîn dan untuk mengetahui bagaimana hasil dari kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia

peserta didik di MAN 3 Jakarta.

37

4. Kegunaan, penelitian ini berguna sebagai refrensi untuk para

pendidik, yaitu guru dan juga sekolah dalam menanamkan nilai-nilai

akhlak melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn.1

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif

deskriptif. Metode penelitian ini bertujuan untuk meringkas berbagai kondisi,

menggambarkan berbagai fenomena realitas dan situasi yang terjadi untuk

dijadikan obyek penelitian. Metode penelitian ini berupaya untuk memunculkan

realitas dari ciri, sifat, karakter, tanda, model, dan gambaran terkait situasi dan

kondisi maupun fenomena tertentu. Format metode penelitian ini umumnya

dilakukan dalam bentuk studi kasus, yang menekankan kepada eksplorasi

mendalam untuk mendapatkan informasi lebih akurat.2 Tujuan dari penelitian

kualitatif deskriptif ialah untuk membantu pembaca mengetahui tentang apa yang

terjadi di lingkungan yang peneliti teliti, dan seperti apa aktivitas atau peristiwa

yang terjadi di tempat penelitian.3

Penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati.4 Sedangkan menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis dara bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.5

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2013), h.2 2 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2011), Ed-2, Cet-5, h. 68-69. 3 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta,

Rajagrafindo Persada: 2016), Ed-Revisi, Cet- 6, h. 174. 4 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h.36 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2013), h.9

38

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Selanjutnya dalam Teknik pengumpulan data, penelitian kualitatif

menggunakan dua sumber data, yaitu sumber primer dan sekunder:

1. Sumber Primer

Sumber Primer yang dimaksud di sini adalah sumber yang berasal dari

seseorang atau lebih untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

penanaman nilai akhlak mulai peserta didik melalui kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn. Adapun sumber-sumber tersebut peneliti

dapatkan:

a. Kitab al-Akhlâq li al-Banîn

b. Kepala Sekolah

c. Waka. Bidang Kurikulum

d. Guru pengajar literasi kitab

e. Peserta didik

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang digunakan adalah buku-buku dan jurnal yang

berkaitan dengan penanaman nilai akhlak mulia peserta didik, buku-buku

yang berkaitan dengan penelitian kualitatif, buku-buku tentang kurikulum,

buku-buku tentang kitab kuning, serta buku Pedoman Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

Selanjutnya ialah teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Adapun Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan

peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam

39

berbagai situasi dan konteks. Meskipun demikian, wawancara perlu

digunakan dengan berhati-hati karena perlu ditriangulasi dengan data lain.6

Wawancara Focus Group Discussion (FGD) adalah salah satu

teknik dalam pengumpulan data kualitatif, di mana sekelompok orang

berdiskusi dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator

mengenai suatu topik.7 Tujuan utama metode FGD adalah untuk

memperoleh interaksi data yang dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok

partisipan/responden dalam hal meningkatkan kedalaman informasi

menyingkap berbagai aspek suatu fenomena kehidupan, sehingga fenomena

tersebut dapat didefinisikan dan diberi penjelasan.8

Metode FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup

bervariasi untuk satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4 sampai 8 individu

atau 6 sampai 10 individu.9 Adapun berikut ini adalah narasumber yang

akan peneliti wawancarai untuk mencari data serta informasi mengenai

kegiatan literasi:

a. Drs. Nuroto, M.Si, Selaku Kepala MAN 3 Jakarta

b. Drs. H. Adam Soleh Siregar, MM. Selaku Wakil Kepala Madrasah

Bidang Kurikulum

c. Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Selaku guru Bahasa Arab dan Pengisi

kegiatan Literasi Kitab Kuning al-akhlaq lil banîn

d. Ibu Siti Fatimah, M.Pd., Selaku guru SKI dan Pengisi kegiatan

Literasi Kitab Kuning al-akhlaq lil banîn

e. Peserta didik kelas 10 & 11.

Dengan mewawancarai narasumber yang telah dipaparkan di atas,

peneliti bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan

6 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), h.45 7 Astridya Paramita dan Lusi Kristiana, “Teknik Fokus Group Discussion Dalam Penelitian

Kualitatif”, Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, Ed. 2, Pusat Hummaniora,

Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementrian RI, 2013, h.118 8 Yati Afiyanti, “Focus Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian

Kualitatif”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. 1, Maret 2008, h. 59 9 Ibid, Yati Afiyanti, “Focus Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data

Penelitian Kualitatif”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. 1, Maret 2008, h. 59

40

dengan penanaman nilai akhlak seperti, pembiasaan, nasihat-nasihat serta

keteladanan, melalui cara pendekatan secara langsung dan bertatap muka

dengan narasumber. Metode wawancara dapat melengkapi informasi dan

data melalui pengalaman serta pengetahuan narasumber.

Tabel. 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No. Objek Penelitian Indikator Sumber data

1. Proses Penanaman

Nilai Akhlak Mulia

a. Materi yang

disampaikan

b. Startegi, metode atau

model Penanaman nilai

akhlak mulia

c. Peran guru dalam

proses penanaman

d. Nilai-nilai Akhlak

mulia yang ditanamkan

a. Guru

b. Peserta Didik

a. Waka. Bid.

Kurikulum

b. Guru

a. Guru

a. Guru

41

2. Kegiatan Literasi Kitab

Kuning al-Akhlâq li al-

Banîn

a. Perencanaan kegiatan

literasi kitab

b. Pelaksanaan Kegiatan

literasi kitab

c. Evaluasi atau hasil dari

kegiatan literasi kitab

d. Faktor Pendukung dan

Penghambat

a. Kepala

Sekolah

b. Waka. Bid.

Kurikulum

c. Guru

a. Kepala

Sekolah

b. Waka. Bid.

Kurikulum

c. Guru

d. Peserta didik

a. Kepala

Sekolah

b. Waka. Bid.

Kurikulum

c. guru

a. Waka. Bid.

Kurikulum

b. Guru

c. Peserta didik

2. Observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara

akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut. Obersvasi selalu menjadi

bagian dalam penelitian, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium

(eskperimental) maupun dalam konteks alamiah. Observasi yang dilakukan

dalam laboratorium dalam konteks eksperimental adalah observasi dalam

rangka penelitian kuantitatif. Observasi dalam rangka penelitian kualitatif

harus dalam konteks alamiah (naturalistic).10

10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), h.143

42

Oleh karena nya pengempulan data menggunakan observasi akan

berfokus terhadap kegiatan serta tingkah laku yang berkaitan dengan peserta

didik di lingkungan sekolah, yaitu MAN 3 Jakarta.

Tabel. 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi

No. Objek Pengamatan Indikator

1. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas

Madrasah

1.1. Kelengkapan Sarana, Prasarana

inti, meliputi Gedung, lapangan,

dsb.

1.2. Kondisi sarana prasarana inti

1.3. Sarana prasarana pendukung

kegiatan literasi

2. Pelaksanaan kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn

2.1. Kondisi lapangan

2.2. Kegiatan literasi kitab

2.3. Sumber belajar

2.4. Kondisi peserta didik

3. Faktor Pendukung & Penghambat 3.1. Faktor Pendukung dalam

Pelaksanaan kegiatan literasi

3.2. Faktor penghambat dalam

pelaksanaan kegiatan literasi

3.3. Kemampuan Narasumber dalam

memahami kitab kuning

43

3. Dokementasi

Dokumentasi ialah sebuah Teknik pengumpulan data dengan

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya. Dibandingkan dengan Teknik pengumpulan data lain, teknik ini

agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya

masih tetap, belum berubah. Dengan dokumentasi yang diamati bukan

benda hidup tetapi benda mati.11

Maka sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer

yang didapatkan langsung oleh peneliti melalui hasil observasi, wawancara,

dan dokumentasi pada objek penelitian ini.

D. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data

Untuk pengujian keabsahan data di penelitian kualitatif di dalamnya

pengecekan keabsahan data, meliputi uji kepercayaan, keteralihan, ketergantungan,

kepastian.12 Dan peneliti memakai triangulasi untuk pengecekan keabsahan data

mewakili uji kepercayaan/kredibiltas:

1. Triangulasi

Dalam bahasa kita, triangulasi bisa disebut dengan istilah cek dan

ricek, yaitu pengecekan data dengan beragam teknik, sumber, dan waktu.

Beragam teknik ialah penggunaan berbagai cara untuk memastikan data ini

benar atau tidak, beragam sumber ialah menggunakan berbagai sumber

lebih dari satu untuk memastikan benar atau tidaknya data tersebut, dan

beragam waktu untuk mengecek dan memeriksa keterangan dari sumber

yang sama namun dengan waktu yang berbeda untuk memastikan benar atau

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2014), h.274 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta: 2018),

h.364.

44

tidaknya data tersebut seperti di waktu pagi, siang, sore, atau malam.13

Triangulasi dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat data yang diambil,

yang dapat membuat si peneliti yakin akan kelengkapan dan kebenaran data.

Triangulasi dilakukan sampai si peneliti puas akan hasil dari data

penelitiannya, yakin dan valid.14

a. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik mengharuskan peneliti untuk menggunakan berbagai

macam teknik dalam mengecek data kepada sumber yang sama.15

Apabila dari hasil data diperoleh dari teknik yang berbeda, maka harus

dilakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

untuk memastikan data mana yang benar.16

b. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber mengharuskan peneliti untuk melakukan eksplorasi

dengan berbagai sumber untuk mengecek kebenaran data.17 Apabila

terjadi perbedaan hasil data dari sumber yang berbeda, maka data harus

dideskripsikan dan dikategorisasikan mana sudut pandang yang

berbeda, yang sama, dan mana yang spesifik dari banyaknya sumber

yang dipakai. Setelah data dianalisis, maka keluar suatu kesimpulan

yang diminta sebuah kesepakatan (member check) dengan banyaknya

sumber yang dipakai tersebut.18

13 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta, PT. Indeks: 2012),

Cet2, h.189-192. 14 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2016), Ed-1,

et-3, h. 168 15 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta:

2013), h. 171. 16 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:

2018), h. 371. 17 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta:

2013), h. 170. 18 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:

2018), h. 370.

45

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu mengharuskan peneliti mengecek kedalaman

konsistensi dan ketepatan/kebenaran suatu data dengan mengambil

waktu pengumpulan data yang berbeda.19 Dan apabila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti harus melakukan uji

data lagi secara terus-menerus sampai ditemukan data benar dan

pastinya.20

E. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu tahapan yang penting dalam sebuah

penelitian, karena dengan analisis data dapat memberikan makna terhadap data

yang telah dikumpulkan peneliti di lapangan yaitu melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi di lapangan yang kemudian akan dijadikan sebuah laporan hasil

penelitian.

Adapun pada penelitian ini dilakukan tiga analisis data guna mengkaitkan

antara variable x yaitu penanaman nilai dan variable y hasil dari penanaman, dengan

menggunakan beberapa langkah yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarik

kesimpulan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi

dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal

yang penting. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman

terhadap data yang telah didapat sehingga data yang direduksi dapat lebih

terperinci.

2. Penyajian Data

19 Op. Cit, Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,

Alfabeta: 2013), h. 171. 20 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:

2018), h. 371.

46

Penyajian (display) data adalah data-data hasil penelitian yang sudah

Peneliti dapatkan dari hasil observasi atau pengamatan serta wawancara dari

beberapa narasumber, kemudian peneliti kumpulkan serta disusun secara

rinci dan menyeluruh selanjutnya dicari hubungannya mengenai akhlak para

peserta didik untuk diambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data

selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil

penelitian diperoleh.

3. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan

data dimulai dengan penataan data lapangan (data mentah), kemudian

direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Adapun kesimpulan

sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan untuk

memverifikasi adalah triangulasi sumber data dan metode, diskusi teman

sejawat, dan pengecekan anggota.21

F. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif Batasan masalah disebut juga dengan fokus,

yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pembatasan dalam

penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan

feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga,

dana dan waktu.22

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai fokus penelitian, maka peneliti

memfokuskan penelitian ini dengan membatasi permasalahan mengenai

Penanaman nilai akhlak mulia serta hasil dari proses penanaman nilai akhlak mulia

melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn.

21 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami,

(Yogyakarta: Pustaka Baru, 2018), h.35 22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2013), h.207

47

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan

beberapa prosedur sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan atau persiapan

a. Peneliti menentukan permasalahan, menyusun rencana dan

rancangan penelitian

b. Peneliti mencari teori dan mendalami yang mendukung penelitian

c. Peneliti menentukan lapangan penelitian dan perizinan penelitian

d. Peneliti melakukan survey dan menilai keadaan di lapangan

e. Peneliti memilih informan untuk penelitian

f. Peneliti menyiapkan instrument penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti melakukan penelitian lokasi atau tempat penelitian

b. Penelitian mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian, seperti hasil transkip wawancara, dokumentasi

mengenai evaluasi kegiatan literasi, dll.

3. Tahap Penyelesaian

a. Peneliti melakukan pengolahan data dan informasi yang telah

didapatkan ketika di lapangan

b. Peneliti melakukan verifikasi dan kesimpulan hasil penelitian atas

data dan informasi yang didapatkan

c. Peneliti membuat kesimpulan akhir dan menyelesaikan rangkaian

penelitian

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MAN 3 Jakarta

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta

Nama Kepala Sekolah : Drs. Nuroto, M.Si

Alamat : Jl. Rawasari Selatan I No.11,

RT.16/RW.2, Cemp. Putih Tim., Kec.

Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510

Telp. : (021) 4219163

NPWP/NPSN : 60725001

Akreditasi : A

Status Gedung : Milik Madrasah (Kemenag)

Status Tanah : Milik Pemda

Luas Bangunan : 3552 m2

Luas Tanah : 3936 m2

Kurikulum : Kurtilas (2013)

2. Sejarah Singkat

Perkembangan madrasah tak lepas dari peran Kementerian Agama

sebagai lembaga yang secara politis telah mengangkat posisi madrasah hingga

memperoleh perhatian khusus yang terus menerus. Kurikulum madrasah terdiri

dari sepertiga pelajaran agama dan pelajaran umum.

Kesejajaran Madrasah dan Sekolah Umum tertuang dengan lahirnya Surat

Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No.6 Tahun 1975 dan No. 037/U/1975

antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam

Negeri, tentang peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah.

49

MAN 3 Jakarta merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang

terletak di wilayah Jakarta Pusat, bertempat di Jl. Rawasari Selatan, Komp.

Perkantoran Rawakerbau No.6, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

MAN 3 Jakarta merupakan status perubahan Pendidikan Guru Agama

Negeri (PGAN) 6 Pondok Pinang, berdasarkan Keputusan Menteri Agama

Nomor 48 Tanggal 17 Maret 1978. Madrasah Aliyah Negeri 3 Pondok Pinang

kemudian di relokasi ke Srengseng dan ke Rawasari. Madrasah Aliyah Negeri

3 yang berada di Srengseng kemudian menjadi MAN 7 Jakarta, sedangkan

MAN 3 yang berada di Rawasari kemudian digabungkan dengan Madrasah

Aliyah Negeri 1 (kelas jauh) yang berada di Johar Baru dan menjadi Madrasah

Aliyah Negeri 3 Jakarta.

MAN 3 Jakarta berdiri di wilayah Jakarta Pusat sejak tahun 1991, yang

kemudian disahkan melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 16 tanggal 29

Mei 2000 sebagai relokasi dari Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta yang berada

di Pondok Pinang.1

3. Visi dan Misi

Visi dan Misi dari Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakartan adalah sebagai

berikut:

a. Visi

Terwujudnya Pendidikan Islami dan Berprestasi Internasional

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan Islam, berakhlakul karimah, berilmu

amaliah dan beramal ilmiah.

2) Menumbuh kembangkan budaya Islam dan peduli lingkungan hidup

sebagai wujud cinta tanah air.

3) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan

menyenangkan.

1 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan pada tanggal 15 Juli 2020

50

4) Menumbuh kembangkan bakat dan minat peserta didik berbasis

kebutuhan yang berorientasi prestasi Internasional.2

4. Fasilitas

MAN 3 Jakarta berdiri di atas tanah seluas 3936 m2 Sekolah tersebut

memiliki fasilitas pendukung seperti:3

Tabel. 4.1

Sarana dan Prasarana MAN 3 Jakarta

FASILITAS JUMLAH

Ruang Kepala Madrasah 1

Ruang Guru 1

Ruang Konseling 1

Ruang TU 1

Ruang UKS 1

Koperasi 1

Kantin 1

Ruang Kelas 15

Toilet Guru 1

Toilet Siswa 1

Toilet Siswi 1

Lab Kimia 1

Lab Komputer 1

Lab Fisika 1

Aula 1

Masjid 1

Perpustakaan 1

Sanggar Pramuka 1

Ruang Kesenian 1

2 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan tanggal 15 Juli 2020 3 Hasil Observasi di MAN 3 Jakarta, didapatkan tanggal 15 Juli 2020

51

Lapangan 2

Ruang OSIS & MPK 1

5. Struktur Oganisasi MAN 3 Jakarta

Gambaran struktur organisasi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta

sebagai beriku:4

Gambar. 4.1 Struktur Organisasi MAN 3 Jakarta

Pada dasarnya, struktur organisasi merupakan sebuah susunan dari

berbagai macam komponen ataupun unit kerja dalam suatu organisasi. Di

dalamnya terdapat bagian kerja dan fungsi-fungsi nya yang berbeda yang telah

dikoordinasikan dan juga terdapat adanya spesialisasi dari sebuah pekerjaan.

Struktur organisasi MAN 3 Jakarta terpasang di dinding Ruang Kepala

Madrasah. Dalam bagan struktur organisasi MAN 3 Jakarta bahwa Kepala

Madrasah dan Komite Madrasah memiliki jabatan tertinggi, lalu terdapat

Kepala Tata Usaha yang bertanggung jawab mengenai Administrasi Madrasah.

Selanjutnya terdapat empat Wakil Kepala Madrasah dengan berbagai bidang,

yaitu: Kurikulum, Kesiswaan, Sarana Prasarana, Humas yang masing-masing

4 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I

sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020

52

terdapat satu atau dua staff dalam membantu tugas wakil kepala dalam bidang-

bidang tersebut. Dan kemudian terdapat wali kelas, guru BK/BP serta guru yang

bertanggung jawab terhadap para peserta didik.

6. Guru dan Tenaga Kependidikan

Jumlah Guru dan tenaga kependidikan yang terdapat di MAN 3 Jakarta

yaitu 60 orang, diantaranya:

a. Guru

Guru yang terdapat di MAN 3 Jakarta memiliki latar belakang dan

lulus yang beragam. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Tata Usaha

jumlah Pendidik yang berada di MAN 3 Jakarta ialah 41 Orang, yang

selengkapnya sebagai berikut:5

Tabel. 4.2 Daftar Guru MAN 3 Jakarta

NO NAMA JABATAN

1 Dra. Hj. Nida Qudsiah, M.Pd Guru Sosiologi

2 Laurensia, S.Pd. Guru Kimia

3 Nur Wulandari, S.Pd. Guru Fisika

4 Arief Fanani, S.Ag. Guru Qurdis

5 Siti Fatimah, S.Ag. Guru SKI

6 Dra. Is Farida Guru Bahasa Inggris

7 Ucup Supriadi, S.Pd Guru Geografi

8 Helmi Wijaya, M.Pd.I Guru Fikih

9 Drs. Saiful Falah, M.Kom.I Guru Bahasa Arab

10 Aan Harinuddin, M.PFis Guru Fisika

11 Nazmani Musfiriyah, S.Pd Guru Prakarya &

Kewirausahaan

12 Siti Samsiah, SE, M.Pd. Guru Ekonomi dan

Akutansi

5 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I

sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020

53

13 Sugiartana, S.Pd Guru Matematika

14 Achmad Rawi, S.Pd Guru Bahasa Arab

15 Aminullah, S.Pd Guru PPKN

16 Affaf Bahrul Fatiyah, M.Pd.I Guru Bahasa Inggris

17 Siwi Nur Fitriana D, M.Si Guru Matematika

18 Muthohir, S.Pd. Guru Matematika

19 Nurhayani, SE Guru Ekonomi

20 Dra. Siti Yuningsih, M.Pd Guru Bahasa Indonesia

21 Ghalib Maksum, SH Guru PPKN & SBK

22 Ngatmi, S.Pd Guru Matematika

23 Dian Halmaniah, S.Pd Guru Biologi

24 Dra. Nining Suryaningsih Guru Bahasa Inggris

25 Dra. Salmah Fitri, M.Pd Guru Bahasa Indonesia

26 Erceu Trisna Dewi, S.Pd Guru Olahraga

27 Hanum Surroya, S.Si Guru Geografi

28 Netty Nirmala, S.S Guru Sejarah

29 Sri Susiyanti, S.Si Guru Biologi

30 Yeni Marlina Suci A, S.Si Guru Fisika

31 Jafar Shodiq, S.Pd.O Guru Qurdis

32 Ratno Pujianto, ST Guru Informatika

33 Sabil Iman Ada, S.Ag Guru Akidah Akhlak

34 Endah Farista P, S.Si, MM Guru Biologi dan Guru

Prakaarya &

Kewirausahaan

35 Siti Rabbaniyah, SE Guru Ekonomi

36 Isna Nurhilmi, S.Pd Guru BK

37 Kurniasari Ariningsih, S.Pd Guru BK

38 Faqih Febrianto, S.Pd.Kons Guru BK

39 Fahmi Hidayatullael, S.Ag Guru Qurdis

40 Peni Suprapti, S.Pd Guru Bahasa Indonesia

54

41 Alvin Nourul Saepul Mimbar,

S.Or

Guru Olahrga

b. Karyawan dan Tenaga Kependidikan

Adapun jumlah karyawan dan tenaga kependidikan yang berada di

MAN 3 Jakarta, sebagaimana yang diperoleh dari Tata Usaha ialah sebagai

berikut:6

Tabel. 4.3 Daftar Karyawan dan Tenaga Kependidikan MAN 3 Jakarta

NO NAMA JABATAN

1 Faisal Fadhillah, S.IP Pustakawan

2 Siti Nur’aini, S.IP, MM Kepala Urusan TU

3 Ade Maria Thohiro, S.Sos Bendahara TU

4 Sri Hayati Pengelola Bantuan

Operasional Urusan TU

5 Imam Waraso, S.Pd.I Pengembang Potensi Siswa

6 Ulfaning Dwi N.H. S.Kom.I Staf TU

7 Jundi Pengelola Bahan

Kepegawaian dan

Ketataklasanaan Urusan

TU

8 Surtiasih Administrasi TU

9 Annisa Hayati, S.Pd Staf TU

10 Maulana Rasyid M, S.Kom Staf TU

11 Aziz Rifqi Farisi S.Ak Staf TU

12 Hendriyani, S.Kom Staf TU

13 Sulaeman Kebersihan

14 M. Syaefudin Kebersihan

15 Ahmad Yani Keamanan

6 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I

sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020

55

16 Iswansyah Kebersihan

17 Rana Ramadhan Kebersihan

18 Muhammad Sulaeman Keamanan

19 Ronny Butje Keamanan

7. Peserta Didik

Daftar jumlah peserta didik kelas X, XI & XII di Madrasah Aliyah

Negeri 3 Jakarta sebagai berikut:7

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jumlah Siswa MAN 3 Jakarta

JURUSAN

/KELAS

KELAS

X JML JML

KELAS

XI JML JML

KELAS

XII JML JML

L P L P L P

MIA 1 14 22 36

108

12 23 35

95

5 25 30

60 MIA 2 13 23 36 15 18 33 9 21 30

MIA 3 7 29 36 8 19 27 - - -

IIS 1 19 17 36

108

14 22 36

71

19 16 35

69 IIS 2 19 17 36 17 18 35 21 13 34

IIS 3 14 22 36 - - - - - -

AGAMA 13 23 36 36 11 24 35 35 17 19 36 36

TOTAL 99 153 252 77 124 201 71 94 165

618

B. Pembahasan

Kegiatan literasi yang diadakan oleh MAN 3 Jakarta ialah sebagai bentuk

program madrasah untuk dapat memberikan pengetahuan kepada para peserta didik

mengenai pentingnya literasi. Di MAN 3 Jakarta ini kegiatan literasi yang

dilaksanakan menggunakan kitab kuning yaitu al-Akhlâq li al-Banîn karya Syekh

Umar bin Ahmad Baraja. Penggunaan kitab ini sebagai bahan ajar literasi atau

sumber dari kegiatan literasi ialah karena isi dari kitab ini cukup mendasar untuk

diajarkan kepada anak-anak khususnya remaja pada masa sekarang ini. Sehingga

7 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I

sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020

56

dirasa mampu memberikan pengetahuan serta wawasan dan penalaran mengenai

materi akhlak kehidupan sehari-hari yang mudah untuk diaplikasikan dalam

dirinya. Oleh karenanya, hal tersebut dapat menghasilkan perilaku atau akhlak yang

baik seperti yang diharapkan oleh madrasah. Berikut ini penulis rincikan

pembahasan mengenai penanaman nilai-nilai akhlak mulia kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta

hasil dan pengimplementasian dari kegiatan tersebut.

1. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia Melalui Kegiatan Literasi Kitab Kuning

al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta

a. Perencanaan kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN

3 Jakarta

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama di MAN 3 Jakarta

sehingga terkumpul data-data yang dibutuhkan peneliti melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi mengenai kegiatan literasi kitab kuning al-

Akhlâq li al-Banîn. Bahwa penulis uraikan perencanaan yang dilakukan

pada kegiatan tersebut dari mulai Kepala Madrasah, Wakil Kepala Bidang

Kurikulum dan Guru sebagai Narasumber kegiatan tersebut, memiliki

perbedaan dalam melakukan perencanaan pada kegiatan tersebut. Agar

tujuan yang diharapkan dapat tercapai, adapun jika diuraikan sebagai

berikut:

1) Kepala Madrasah

Perencanaan yang dilakukan oleh Kepala Madrasah sebagai pimpinan

Madrasah ialah dengan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan

pada kegiatan tersebut, mulai dari fasilitas sarana dan prasarana seperti

sound system, karpet, kitab al-Akhlâq li al-Banîn dan sebagainya yang

menjadi faktor pendukung dalam keberhasilan atau kelancaran pada

kegiatan tersebut.8

2) Wakil Kepala Bidang Kurikulum

8 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli

2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah

57

Perencanaan yang dilakukan oleh Wakil Kepala Bidang Kurikulum

Bapak Adam Soleh Siregar dalam kegiatan literasi kitab kuning al-

Akhlâq li al-Banîn ialah menentukan jadwal untuk pelaksanaan kegiatan

tersebut dan juga jadwal untuk para guru yang mendapatkan tugas untuk

menjadi narasumber pada kegiatan literasi tersebut. Kemudian juga

mempersiapkan kitab-kitab untuk guru sebagai bahan materi dan juga

tempat untuk pelaksanaan kegiatan literasi tersebut.9

Gambar 4.2 Jadwal Kegiatan Literasi

Gambar 4.3 Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn

3) Guru

Dari dua guru yang peneliti wawancarai mengenai perencanaan yang

dilakukan pada kegiatan tersebut bahwa hal yang pertama kali dilakukan

ialah mengeksplore materi atau menyiapkan materi yang nanti akan

9 Hasil wawancara dengan Bapak Adam Soleh Siregar, MM. Waka. Bid. Kurikulum,

Senin 13 Juli 2020, pukul 09.15, di depan ruang komputer

58

disampaikan dalam kegiatan tersebut. Kemudian mencari sumber

refrensi lain seperti dari kitab lain atau dalil-dalil naqli, lalu terakhir

mengaktualisasikannya dengan kehidupan sehari-hari atau contoh-

contoh yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik. Sehingga peserta didik dapat mudah memahami dan menerima

point dari apa yang disampaikan narasumber.10

Sedangkan mengenai materi yang terdapat dalam kitab kuning al-

Akhlâq li al-Banîn memiliki hierarki, maksudnya ialah materi yang

diajarkan dalam kitab tersebut yang pertama kali diajarkan ialah mengenai

Akhlak terhadap Allah, kemudian Akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW,

lalu Akhlak terhadap Orangtua dan guru, serta akhlak terhadap saudara dan

teman sejawat. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak

Achmad Rawi, S.Pd.

“Sesuai kegiatan literasi kita di dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn itu

ada hierarki nya, Ketika kita meliterasi kitab al-Akhlâq li al-Banîn

ini kitab ini mengajarkan yang pertama ialah akhlak kepada Allah.

Yang kedua adalah akhlak kepada Rasulullah, nah baru yang ketiga

kita diajarkan bagaimana kita bersikap kepada kedua orang tua kita,

baru akhlak kepada saudara-saudara kita yang serumah.”11

Jika penulis uraikan isi materi yang terdapat dalam kitab al-Akhlâq

li al-Banîn tersebut ialah: (1) Bagaimana akhlak yang harus dimiliki anak,

(2) Anak yang sopan, (3) Anak yang tidak sopan, (4) Anak harus bersikap

sopan sejak kecilnya, (5) Allah SWT, (6) Anak yang jujur, (7) Anak yang

taat, (8) Nabi Muhammad SAW, (9) Sopan santun dalam rumah, (10)

Abdullah di dalam rumahnya, (11) Ibumu yang penyayang, (12) Sopan

santun anak terhadap anaknya, (13) Shaleh dan ibunya, (14) Ayahmu yang

berbelas kasih, (15) Sopan santun anak terhadap ayahnya, (16) Kasih

sayang ayah, (17) Sopan santun anak terhadap saudara-saudaranya, (18)

10 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber

kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya 11 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

59

Dua saudara yang saling mencintai, (19) Sopan santun anak terhadap

kerabatnya, (20) Musthafa dan kerabatnya Yahya, (21) Sopan santun anak

terhadap pelayannya, (22) Anak yang suka mengganggu, (23) Sopan santun

anak terhadap tetangganya, (24) Hamid dan para tetangganya, (25)

Sebelum pergi ke sekolah, (26) Sopan santun dalam perjalanan, (27) Sopan

santun murid, (28) Bagaimana murid memelihara alat-alatnya, (29)

Bagaimana murid memelihara alat-alat sekolah, (30) Sopan santun murid

terhadap gurunya, (31) Sopan santun murid terhadap teman-temannya, (32)

Nasehat-nasehat umum kesatu,(33) Nasehat-nasehat umum kedua.

Dari materi-materi yang terdapat dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn

tersebut, sudah sepatutnya peserta didik dapat mengimplementasikannya

dalam kehidupan sehari-hari. Karena materi tersebut merupakan materi

yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Sehingga

akan memudahkan peserta didik memahami dan menanamkan isi materi

tersebut ke dalam diri setiap peserta didik.

Perencanaan-perencanaan yang telah disebutkan di atas mulai dari

fasilitas sarana dan prasarana, penjadwalan, hingga materi. Hal tersebut

dilakukan agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar

sehingga apa yang diharapkan oleh Madrasah pun bisa tercapai,

sebagaimana yang Kepala Madrasah sampaikan.

“Ya harapannya semoga isi kitab kuning yang disampaikan itu

menjadi dasar perilaku siswa-siswi MAN 3, artinya dengan

mengikuti literasi kitab kuning itu budi pekertinya semakin baik.”12

Sejalan dengan hal tersebut Wina Sanjaya mengungkapkan bahwa

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan secara

rasional tentang tujuan pembelajaran tertentu dengan memanfaatkan segala

potensi dan sumber belajar yang ada.13 Sehingga, menurut penulis

12 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli

2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2006)

60

perencanaan yang dilakukan oleh Madrasah dan Narasumber pada kegiatan

tersebut sudah cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat dari hal-hal yang

dipersiapkan untuk pelaksanaan kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li

al-Banîn. Meskipun perencanaan yang dilakukan tidak terlalu menyeluruh

atau dapat dikatakan hanya secara umum saja tidak memiliki perencanaan

yang khusus dilakukan pada kegiatan tersebut. Seperti halnya kegiatan ini

tidak termasuk ke dalam kurikulum tertulis sekolah. Oleh karena nya

kegiatan ini hanya sebatas kegiatan yang terjadwal saja dan termasuk ke

dalam kurikulum tersembunyi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak

Adam Soleh Siregar, MM.

“Ya pada dasarnya memang, kita tidak ada kurikulum khusus yang

berkaitan dengan kitab kuning hanya di serahkan kepada guru-guru

agama yang untuk menyiapkan materi-materi yang akan

disampaikan, jadi pada intinya jika ditanyakan apakah tertulis atau

tersembunyi, ya intinya tersembunyi tidak tertulis hanya cukup

terjadwal saja.”14

Seperti halnya juga yang disampaikan oleh Subandijah dalam

bukunya Pengembangan dan Inovasi kurikulum, yaitu bahwa kurikulum

tersembunyi (Hidden Curriculum) Istilah Hidden Curriculum menunjuk

kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh didalamnya berlangsungnya

pengajaran dan Pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong

atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan Pendidikan. Dengan kata

lain hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolahan yang

tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum

kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif

mengenai pengalaman sekolah.15

Oleh karena nya, dari penjelasan Subandijah tersebut bisa kita

pahami bahwa kegiatan literasi kitab kuning yang dilaksanakan di MAN 3

Jakarta. Memiliki pengaruh dalam meningkatkan atau mendorong

14 Hasil wawancara dengan Bapak Adam Soleh Siregar, MM. Waka. Bid. Kurikulum,

Senin 13 Juli 2020, pukul 09.15, di depan ruang komputer 15 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h.

25

61

pencapaian dari tujuan Pendidikan yang ada di MAN 3 Jakarta. Hal tersebut

karena pada kegiatan tersebut terdapatnya pengajaran atau pendidikan yang

berkenaan dengan perilaku atau akhlak peserta didik. Sehingga akan muncul

buah praktek dari proses penanaman dalam kegiatan tersebut pada

kehidupan sehari-hari peserta didik dan juga kegiatan ini tidak diuraikan

dalam kurikulum terprogram hanya pelaksaannya terjadwal dengan

program-program yang lain di MAN 3 Jakarta.

Kemudian dasar dari penyelenggaran atau pelaksanaan kegiatan

kitab kuning ini berdasarkan kebutuhan, yang mana dirasa perlu

dilaksanakan untuk MAN 3 Jakarta khususnya dan untuk Negara pada

umumnya agar terciptanya generasi-generasi yang berliterasi, seperti yang

diungkapkan oleh Wakil Kepala Bidang Kurikulum Bapak Adam Soleh

Siregar, MM.

“Ya pada intinya dari dasar penyelenggaraan kegiatan literasi ini ya

salah satunya memang kebutuhan ya, kebutuhan khususnya kita

MAN 3 Jakarta dan umumnya mungkin untuk negara kita sebagai

negara Indonesia yang membutuhkan generasi-generasi kita yang

sekarang untuk melakukan kegiatan-kegiatan literasi.”16

Hal tersebut pula sejalan dengan usaha pemerintah dalam

membentuk karakter serta akhlak peserta didik yang tertuang dalam

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 mengenai Gerakan Literasi Sekolah

yang bertujuan untuk memperkuat Gerakan penumbuhan budi pekerti serta

menumbuhkan minat baca peserta didik dan meningkatkan keterampilan

membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi bacaan

berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan local, nasional, dan global

yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.17

Dengan demikian, perencanaan yang dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan literasi tersebut memiliki dasar sebagaimana yang terhimpun

16 Hasil wawancara dengan Bapak Adam Soleh Siregar, MM. Waka. Bid. Kurikulum,

Senin 13 Juli 2020, pukul 09.15, di depan ruang komputer 17 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015

62

dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 di atas. Namun, penulis merasa

perlunya perencanaan yang lebih khusus dan lebih terperinci dalam

mempersiapkan kegiatan tersebut, agar tujuan awal yang sudah dijelaskan

bisa tercapai sebagaimana mestinya.

b. Pelaksanaan kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN

3 Jakarta

Proses pelaksanaan kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-

Banîn di MAN 3 Jakarta diadakan 2 minggu sekali yaitu di minggu pertama

dan minggu ketiga pada hari selasa pukul 6.30 hingga 7.15 atau 7.30 atau

sekitar 45 menit kurang lebih, kemudian para peserta didik dikumpulkan di

lapangan yang telah digelar terpal dan karpet agar para peserta didik dapat

duduk di lapangan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Achmad Rawi,

S.Pd.

“Jadi pagi hari pukul 6:30 mereka berkumpul di lapangan ada

petugas pelaksana yang menyiapkan sarana kita dibantu oleh rohis,

jadi yang menyiapkan sarana dan prasarana adalah anak-anak rohis,

jadi kita gelar terpal dan karpet.”18

Gambar 4.4

Proses Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning

Pada gambar tersebut dapat kita melihat bagaimana proses

pelaksanaan kegiatan literasi tersebut para peserta didik berkumpul dan

duduk di tengah lapangan yang telah digelar karpet terpal dibagi menjadi 2

kelompok yaitu perempuan dan laki-laki. Pada bagian kiri kelompok

18 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

63

perempuan dan bagian kanan kelompok laki-laki. Kemudian di bagian

depan terdapat panggung yang digunakan untuk peserta didik yang

membantu membuka acara atau membawa acara (MC) dan narasumber

yang akan mengisi materi pada pelaksanaan tersebut.19

Kemudian para peserta didik tidak hanya mendengarkan apa yang

disampaikan oleh narasumber, tetapi juga diharuskan mencatat point-point

apa yang disampaikan oleh narasumber, seperti yang disampaikan oleh Ibu

Fatimah dalam wawancaranya.

“Jadi Ketika guru menyampaikan dia menyimak, kemudian

menyalin inti-intinya, setelah itu buku yang dia salin itu di serahkan

kepada wali kelasnya untuk dinilai, karena kalau ga dinilai bisa jadi

dia bercanda, mengobrol, oleh karena nya itu merupakan taktik kita

agar anak-anak tidak mengobrol atau bercanda, jadi kita kumpulin

aja buku resume nya untuk dinilai.”20

Sehingga para peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan

oleh narasumber bukan hanya karena mendengarkan tetapi juga menyimak

serta mencatat atau meresume point-point materi yang disampaikan oleh

narasumber. Nantinya resume tersebut pun dikumpulkan kepada wali kelas

masing-masing sebagai bentuk penilaian yang nantinya akan dimasukkan

ke dalam nilai literasi dan juga nilai rapor. Lalu pada akhir kegiatan

narasumber memberikan kesempatan kepada peserta didik yang hendak

bertanya mengenai materi yang telah disampaikan.

Kemudian terdapat beberapa petugas yang mengarahkan jalannya

kegiatan tersebut seperti MC dan pembaca sholawat. Petugas-petugas

tersebut berasal dari para peserta didik yang ditunjuk atau mengajukan diri

sebagai petugas, dan biasanya petugas tersebut ialah peserta didik dari

jurusan Keagamaan dan Rohis. Kemudian kegiatan tersebut pun didukung

oleh sarana prasarana yang membuat kelancaran dari kegiatan tersebut,

19 Hasil Observasi kegiatan pelaksanaan literasi al akhlaq lil banin, tanggal 4 Februari

2020 20 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber

kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya

64

diantaranya terdapat panggung di lapangan untuk tempat MC, Petugas dan

Narasumber mengisi kegiatan tersebut

Gambar 4.4 Panggung untuk MC, Petugas dan Narasumber

Terdapat juga dua buah sound system yang mendukung sehingga

suara narasumber pun dapat terdengar dengan jelas ke seluruh area lapangan

yang terbuka, sound system pertama terletak di depan laboratorium fisika

dan sound system kedua terletak di depan ruang TU.21

Gambar 4.5 Sound System (kiri: sound di depan lab fisika,

kanan: sound di depan ruang TU)

21 Hasil Observasi, di MAN 3 Jakarta, Senin 10 Agustus 2020

65

Narasumber yang mengisi kegiatan tersebut ialah para guru-guru

yang mendapatkan tugas atau jadwal sebelumnya. Namun, biasanya

narasumber tersebut ialah guru bidang studi agama karena yang dibahas

ialah kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn yang membutuhkan pemahaman

mendalam mengenai Bahasa Arab atau ilmu luģowiah nya, sebagaimana

Kepala Madrasah menjelaskan mengenai kemampuan guru dalam

menguasai kitab kuning pada kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-

Banîn. 22

Oleh karena nya, hanya beberapa guru yang menjadi narasumber

pada kegiatan tersebut yang memiliki kemampuan dalam kitab kuning.

Akan tetapi, guru-guru bidang studi agama yang menjadi narasumber

mempersilahkan juga para guru bidang studi umum yang ingin menjadi

narasumber pada kegiatan tersebut dan juga guru-guru baru yang mungkin

ingin menjadi narasumber pada kegiatan tersebut dipersilahkan namun

harus dipersiapkan materi nya yang ingin dibahas pada kegiatan tersebut.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Achmad Rawi, S.Pd pada saat

wawancara.

“Kalau dari narasumbernya tidak hanya dari guru agama siapa pun

boleh, yang penting belajar dulu kitabnya, mana nih materi yang

ingin disampaikan seperti itu, makanya guru-guru baru yang

sekarang kita persilahkan juga untuk menjadi narasumber, bahkan

pak kepala pun kita tawarkan.”23

Hal tersebut menerangkan bahwa para guru bidang studi agama serta

madrasah memberikan kesempatan kepada semua guru untuk dapat mengisi

dan menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Sehingga tidak ada

pebedaan antara guru bidang studi agama maupun guru bidang studi umum,

selama dapat menguasai materi yang akan disampaikan. Kemudian guru-

guru yang tidak mendapat jadwal atau guru yang lain dan guru piket

22 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli

2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 23 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

66

mengawasi peserta didik yang duduk di barisan belakang karena khawatir

akan mengobrol atau berisik sehingga mengganggu jalannya kegiatan

literasi.

Sedangkan mengenai proses penanaman nilai akhlak mulia melalui

kegiatan tersebut menggunakan beberapa metode yaitu diantaranya:

1) Bandongan

Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur

(monolog), yakni kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadang-

kadang memberi komentar, sedang santri atau anak didik

mendengarkan penuh perhatian sambil mencatat makna harfiah

(sah-sahan)-nya dan memberikan simbol-simbol I’rob (kedudukan

kata dalam struktur kalimat)-nya.24

2) Demonstrasi

Metode ini adalah metode yang jarang digunakan oleh narasumber,

karena metode ini melihat dari isi materi yang disampaikan. Jika

materi yang disampaikan terdapat hal-hal yang mudah untuk

dicontohkan atau diperagakan seperti halnya mencontohkan

bagaimana salim tangan dengan guru atau orang tua. Sehingga

metode ini biasa digunakan apabila terdapat materi-materi yang

telah dicontohkan tersebut.

3) Tanya Jawab

Metode tanya jawab ini digunakan oleh seluruh narasumber pada

setiap akhir kegiatan literasi. Ketika seluruh materi telah

tersampaikan oleh narasumber, maka setelah itu narasumber

memberi kesempatan kepada peserta didik yang ingin bertanya

mengenai materi yang telah disampaikan. Sehingga peserta didik

dapat lebih memahami materi yang disampaikan. 25

24 Muhammad Taufik, Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan

Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga, (Salatiga: Skripsi IAIN Salatiga, 2016). H.25 25 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber

kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya

67

Karena terbatasnya media dan faktor tempat yang tidak

memungkinkan sehingga metode atau strategi yang digunakan hanya

sebatas yang telah disebutkan. Meskipun demikian, penanaman nilai akhlak

pada kegiatan tersebut telah mencapai ketiga ranah dari hasil pembalajaran

yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.

1) Ranah Kognitif

Penanaman nilai akhlak melalui ranah kognitif dalam kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn dapat dilihat dari

bagaimana narasumber menyampaikan materi mengenani kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn kepada peserta didik menggunakan

metode-metode yang telah dijelaskan di atas. Sehingga para peserta

didik dapat mendapatkan pengetahuan serta pemahaman yang lebih

mendalam mengenai nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Ranah Afektif

Penanaman nilai akhlak melalui ranah afektif dalam kegiatan literasi

tersebut dapat terlihat peserta didik sebelum dimulai nya kegiatan

literasi kitab kuning saling bertegur sapa, mengucap salam dan

salaman terhadap para guru, membawa kitab kuning dengan baik

dan benar, merapihkan sepatu nya pada saat dilepas untuk duduk di

atas karpet, para guru memisahkan tempat duduk antara laki-laki dan

perempuan, kemudian peserta didik mendengarkan apa yang

disampaikan narasumber dan mencatatnya dalam buku resume nya.

Sehingga hal tersebut secara tidak langsung telah menanamkan

kepada peserta didik mengenai nilai akhlak mulia dari hal terkecil

tersebut.

3) Ranah Psikomotorik

Kemudian penanaman nilai akhlak melalui ranah psikomotorik

dalam kegiatan literasi kitab kuning tersebut dapat terlihat

bagaimana para peserta didik membiasakan diri dalam menanamkan

nilai akhlak. Seperti halnya bertanya pada saat sesi tanya jawab

68

mengenai materi tersebut, tidak mengganggu temannya yang sedang

fokus memperhatikan, tidak bercanda dan mengobrol saat

narasumber menjelaskan, dan mencatat semua poin-poin yang

disampaikan oleh narasumber mengenai materi yang disampaikan.

Dari ketiga ranah di atas secara langsung atau tidak langsung,

kegiatan tersebut telah meningkatkan nilai akhlak kepada setiap peserta

didik melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn yang

diadakan oleh Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta. Oleh karenanya, harapan

madrasah dari kegiatan tersebut adalah agar para peserta didik dapat

menjadikan isi dari kitab tersebut sebagai pedoman atau dasar dalam

berperilaku. Baik itu di lingkungan sekolah, rumah ataupun masyarakat.

2. Evaluasi dan Hasil Dari Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn

di MAN 3 Jakarta

Ketika mendegar kata evaluasi maka hal yang selalu terkait olehnya

ialah penilaian, pengetesan atau hasil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

evaluasi dimaknai sebagai pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam

bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas dari suatu objek, program, atau

proses berkaitan dengan spesifikasi dan persyaratan pengguna yang telah

ditetapkan sebelumnya.26 Namun lebih dari itu, bahwa evaluasi merupakan

sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh sebuah informasi tentang

perolehan belajar peserta didik secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep,

sikap, nilai, maupun keterampilan proses.27

Menurut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan

suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang

26 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Daring, (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/evaluasi), Diakses pada 9 Agustus 2020 27 Nunung Nuriyah, Evaluasi Pembelajaran, Jurnal Edueksos, Vol III No. 1, Januari-Juni

2014, h. 73

69

dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa

orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.28

Oleh karena nya, evaluasi merupakan bagian terpenting dalam setiap

kegiatan pembelajaran karena dalam evaluasi kita dapat melihat atau menilai

sebarapa jauh perkembangan yang dipeoleh oleh para peserta didik dalam

proses pembalajaran yang dilakukan.

Evaluasi dari kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di

MAN 3 Jakarta dilakukan secara menyeluruh atau komprehensif mulai dari

waktu, tempat, narasumber, peserta didik, dll. Seperti yang diungkapkan oleh

Bapak Achmad Rawi, S.Pd

“Iya kita biasanya mengevaluasi semuanya ya, mulai dari waktunya,

tempatnya, misalnya kalau waktu kemarin kalau tidak salah berganti

harinya, kemudian juga narasumbernya kita evaluasi misalnya ada

beberapa guru yang tidak siap nah itu biasanya digantikan sama guru

yang siap jadi ada badalnya, kemudian anak-anaknya juga, misalnya ada

yang lupa bawa kitabnya, besoknya kita siapin foto copy an nya aja yang

sesuai dengan materi yang akan di bahas aja tapi ga semua hanya

beberapa aja nah itu untuk yang tidak bawa, tapi tetap dapat sanksi nya

bisa berupa point atau meresume keseluruhan materi yang disampaikan

itu.”29

Dari evaluasi tersebutlah dapat dilihat apakah terdapat kekurangan yang

harus diperbaiki atau perlu ditambah, karena evaluasi dalam setiap

pembelajaran ataupun kegiatan itu hal yang cukup penting sehingga dari

evaluasi ini pihak madrasah dapat mempersiapkan kekurangan-kekurangan

tersebut. Akan tetapi, evaluasi yang dilakukan mengenai kegiatan tersebut tidak

terjadwal sehingga evaluasi mengenai tingkah laku atau perilaku peserta didik

setelah kegiatan literasi tersebut hanya melalui pemantauan oleh madrasah,

sebagaimana yang disampaikan oleh Waka. Bid. Kurikulum Bapak Adam Soleh

Siregar, MM.

28 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008),

h.335 29 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

70

“Secara umum memang evaluasinya tidak terjadwal hanya dilihat dari

segi kelakuan atau tingkah laku anak tersebut, jadi dipantau secara

keseluruhan saja, kita tidak melakukan evaluasi-evaluasi secara khusus

mengenai kegiatan tersebut, jadi evaluasinya hanya dipantau secara

keseluruhan saja.”

Meskipun demikian, evaluasi terhadap peserta didik mengenai hasil dari

kegiatan tersebut dapat dilihat pada penilaian rapor yang diberikan, hal tersebut

ditinjau dari resume-an yang ditulis oleh peserta didik kemudian mendapat

penilaian oleh wali kelas masing-masing sehingga menjadi nilai tambahan

dalam nilai kerajinan atau segi afektif di rapor.30 Oleh sebab itu, madrasah

melakukan pemantauan kepada peserta didik melalui wali kelas, guru BK dan

wakil kepala bidang kesiswaan. jika terdapat peserta didik yang melanggar tata

tertib atau berperilaku buruk dapat langsung dicover oleh wali kelas dan guru

BK serta jika diperlukan pula maka madrasah pun akan mengundang wali murid

untuk dapat melakukan pendekatan terhadap peserta didik yang bermasalah

tersebut. 31 Akan tetapi, jika tidak diperlukan maka hanya akan diberikan sanksi

yaitu berupa poin yang dicatat dalam buku poin sekolah. Buku poin tersebut

diberikan oleh wakil kepala bidang kesiswaan kepada setiap wali kelas dan guru

BK sebagai catatan baik atau buruk tingkah laku peserta didik dengan diberikan

poin plus atau minus.32

Kemudian, hasil dari evaluasi yang diperoleh melalui kegiatan literasi

pun dapat penulis bagi menjadi tiga, yaitu hasil secara kognitif, penilaian afektif

dan psikomotorik atau praktik.33 Jika penulis jabarkan ialah sebagai berikut:

1) Hasil Kognitif

Maksud dari hasil kognitif di sini ialah, meningkatnya pemahaman serta

pengetahuan peserta didik mengenai nilai-nilai akhlak mulia. Kemudian

30 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber

kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya 31 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli

2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 32 Hasil Dokumentasi, buku poin MAN 3 Jakarta dengan Ibu Yati Susanah, M.PFis.,

didapatkan pada 9 September 2020 33 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

71

hal tersebut menjadi dasar bagi peserta didik dalam mengamalkan atau

mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Penilaian Afektif

Maksud dari hasil secara penilaian ialah hasil yang terdapat pada nilai

afektif atau kerajinan dalam rapor para peserta didik melalui penilaian

setiap guru dan wali kelas, sedangkan hasil secara praktik ialah hasil

yang dirasakan oleh setiap individu peserta didik yang ditinjau dari

tingkah laku, sikap atau perilaku nya di lingkungan sekolah ataupun di

luar lingkungan sekolah. Sehingga setiap tingkah laku dan perilaku yang

ditunjukkan oleh peserta didik akan berpengaruh ke dalam penilaian

rapor mereka masing-masing, sehingga feedback yang diterima oleh

sekolah mengenai hasil dari kegiatan tersebut ialah tumbuhnya sikap

dan perilaku atau akhlak yang baik pada setiap siswa.

3) Hasil Psikomotorik (praktik)

Sedangkan maksud dari hasil psikomotorik ini ialah bagaimana peserta

didik mempraktikkan akhlak mulia yang terdapat di materi kitab al-

Akhlâq li al-Banîn baik itu di sekolah ataupun di luar sekolah. Namun,

secara praktik memang masih ada beberapa peserta didik yang belum

sepenuhnya bisa merasakan hasil dari kegiatan tersebut. Hal tersebut

dilihat dari tata tertib sekolah yang masih ada beberapa peserta didik

melanggarnya. Akan tetapi, menurut kepala madrasah hal tersebut

masih dirasa cukup bagus, dalam artian masih dapat terkontrol dengan

baik oleh para wali kelas dan guru BK. Sehingga hanya sedikit peserta

didik yang melanggar hal tersebut.34

Sedangkan hasil yang dapat dirasakan oleh beberapa peserta didik yang

penulis wawancarai dapat penulis simpulkan bahwa tidak semua materi yang

disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut dapat dirasakan atau diamalkan

sebagaimana mestinya. Karena hal tersebut tergantung setiap individu masing-

34 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli

2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah

72

masing bagaimana cara mereka dalam mengambil sebuah pelajaran dari materi

yang disampaikan melalui kegiatan literasi tersebut. Kemudian juga menurut

mereka dibutuhkannya waktu atau proses untuk dapat mengaplikasikan semua

materi yang disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut.35 Sehingga, perlunya

tindakan dari pihak madrasah untuk bisa selalu memantau setiap perilaku

peserta didik dalam usaha pengimplementasian hasil dari kegiatan literasi

tersebut.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penanaman Nilai Akhlak Mulia

Dalam menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik terdapat

beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam keberhasilan menanamkan

nilai akhlak mulia tersebut baik dalam pelaksanaan kegiatan literasi maupun

pada saat menanamkan nilai akhlak mulia. Adapun penulis uraikan faktor-

faktor tersebut sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan literasi

dan pada saat menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik.

Adapaun faktor pendukung pada saat pelaksanaa kegitan literasi

diantaranya ialah:

1) Fasilitas

Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan pelaksanaan

kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3

Jakarta ialah fasilitas yang mendukung. Fasilitas-fasilitas tersebut

ialah berupa lapangan yang luas, masjid sebagai tempat alternatif

kegiatan literasi, kemudian sound system yang bagus, lalu terpal

karpet untuk alas duduk peserta didik, jumlah kitab kuning yang

cukup untuk semua peserta didik. Oleh karenanya, dengan fasilitas

yang mendukung tersebut menjadikan tingkat keberhasilan dalam

35 Hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan Kelas 12 IPS pada tanggal 15 Juli 2020

di Perpustakaan dan dengan kelas 12 Agama pada tanggal 25 Juli 2020 di Aplikasi Zoom Meeting

73

pelaksanaan kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di

MAN 3 Jakarta dapat berjalan dengan baik.

2) Narasumber

Selanjutnya ialah faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ialah

narasumber yang mengisi kegiatan tersebut. Maksudnya ialah para

guru-guru yang mengisi kegiatan tersebut memiliki kemampuan

yang sangat mumpuni dalam mengajarkan serta menyampaikan isi

dari kitab kuning tersebut dengan baik. Sehingga hal tersebut dapat

mudah dipahami oleh para peserta didik. Seperti yang diungkapkan

oleh salah seorang peserta didik dalam FGD yang dilakukan melalui

zoom meeting “Kalo faktor pendukungnya, Alhamdulillah banyak

guru-guru yang mumpuni dalam membaca kitab kuningnya, dan

menjelaskannya secara mendetail, itu faktor pendukungnya.”36

3) Guru Piket dan Petugas

Kemudian faktor pendukung yang lainnya dalam kegiatan literasi

kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ialah guru piket

dan petugas. Maksudnya ialah guru piket sangat membantu

menertibkan para peserta didik yang terlihat bercanda atau berisik

sehingga membuat kegiatan menjadi berjalan dengan baik,

sedangkan petugas ini ialah para peserta didik anggota rohis dan

keagamaan yang membantu dalam mempersiapkan tempat mulai

dari terpal karpet hingga menjadi MC atau pemandu acara.

Sedangkan faktor pendukung dalam menanamkan nilai akhlak mulia

kepada peserta didik, diantaranya:

1) Diri sendiri

Maksudnya ialah diri sendiri setiap peserta didik sehingga dalam

proses penanaman jika diri peserta didik bersungguh-sungguh atau

36 Hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan Kelas 12 IPS pada tanggal 15 Juli 2020

di Perpustakaan dan dengan kelas 12 Agama pada tanggal 25 Juli 2020 di Aplikasi Zoom Meeting

74

memiliki niat yang kuat maka penanaman nilai-nilai akhlak mulia

melalui kegiatan literasi pun dapat membuahkan hasil yang baik

seperti yang diungkapkan oleh bapak Achmad Rawi S.Pd.

“mereka harus mulai dari diri sendiri, kita inget kata Aa Gym, 3

M ap aitu 3 M? yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang

kecil dan Mulai saat ini, nah 3 M itu yang harus ditanamkan

terutama buat siswa, Ketika mereka berliterasi maka bukan

hanya mencatat tapi juga menerima dan mengolah hasil dari

literasi khususnya al-Akhlâq li al-Banîn ini untuk menjadikan

sikap, dimasukkan ke dalam hati dan diamalkan dalam

perbuatan baru akan berbuah, jadi literasi kitab al-Akhlâq li al-

Banîn ini tidak akan pernah berbuah tanpa ada pengamalan.”37

Hal tersebut pun sejalan dengan yang ditulis oleh Al Imam Ghazali

dalam kitabnya Tahźub al-Akhlâq wa Mu’alajat Amradh al-Qulub

yang diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir bahwa terdapat dua

cara menumbuhkan akhlak yang baik salah satunya ialah melalui

perjuangan melawan hawa nafsu (mujahadah) dan latihan-latihan

ruhani (riyadhah) yakni dengan memaksakan diri terhadap

perbuatan-perbuatan tertentu yang ingin dimiliki sebelumnya.38

Maksudnya ialah jika ingin memiliki sifat dermawan maka harus

membiasakan untuk bersedekah, jika ingin memiliki perangai yang

jujur maka harus membiasakan selalu berkata jujur. Sehingga dapat

dikatakan terdapat faktor yang penting dalam menumbuhkan akhlak

mulia yaitu melalui diri sendiri dengan melakukan sebuah

perjuangan dalam membiasakan hal-hal positif atau perbuatan yang

baik agar perilaku-perilaku yang buruk dapat tergantikan oleh

perbuatan yang baik tersebut yang merupakan buah dari hasil

perjuangan penanaman dalam pembiasaan akhlak mulia.

Oleh karena nya, faktor internal ini cukup berpengaruh dalam

keberhasilan menanamkan nilai akhlak mulia jika kurangnya niat

37 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer 38 Al Ghazali, Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu’alajat Amradh Al-Qulub, (PJ: Muhammad Al-

Baqir), (Bandung: Karisma, 1994), h.49-50

75

atau keinginan yang kurang kuat maka hasil dari kegiatan tersebut

pun akan tidak maksimal, namun jika memiliki niat yang kuat dan

keinginan yang kuat pula maka hasilnya pun akan lebih masksimal,

sehingga dapat dikatakan penanaman nilai akhlak mulia tersebut

berhasil, hal tersebut dilihat dari perubahan yang dirasakan oleh

peserta didik kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

2) Keluarga

Faktor pendukung selanjutnya ialah keluarga.39 Keluarga

merupakan salah satu faktor pendukung yang utama dalam

menanamkan nilai akhlak mulia karena keluarga merupakan wadah

pertama bagi seorang peserta didik dalam mengenyam pendidikan

sehingga orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada

setiap anak dalam mengajarkan dan menanamkan nilai akhlak mulia

sedari kecil agar dengan seiringnya waktu anak tersebut akan

terbiasa dengan perilaku baik dan akhlak mulia.

3) Lingkungan

Selanjutnya ialah lingkungan (environment) merupakan faktor yang

berpengaruh pula dalam menanamkan nilai akhlak mulia, yang

dimaksud lingkungan di sini ialah teman-teman sejawat baik itu

teman lingkungan sekolah atau teman lingkungan rumah ataupun

teman satu tongkrongan, kenapa dikatakan berpengaruh karena

lingkungan ini yang dapat membawa seseorang kearah yang baik

atau kearah yang buruk. Oleh karena nya, seseorang harus lebih

selektif dalam memilih teman yang baik agar dapat terpengaruh

kearah yang lebih baik pula. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Achmad Rawi S.Pd mengenai salah satu hadits Nabi SAW yaitu

“Jika kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka kita akan

mendapatkan wangi nya, namun jika kita berteman dengan tukang

pandai besi maka kita akan mendapatkan bau besinya atau terkena

39 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber

kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya

76

apinya.”40 Oleh karena nya, lingkungan ini dapat menjadi faktor

pendukung dalam menanamkan nilai akhlak mulia jika mendapat

lingkungan yang baik pula.

b. Faktor Penghambat

Selain terdapat faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat

pada saat pelaksanaan kegiatan literasi dan pada saat penanaman nilai

akhlak mulia. Adapun faktor penghambat yang terdapat pada saat

pelaksanaan ialah, sebagai berikut:

1) Cuaca

Salah satu faktor penghambat pada saat pelaksanaan kegiatan literasi

kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta adalah cuaca.

karena kegiatan tersebut diadakan di tempat yang terbuka yaitu

lapangan madrasah sehingga cuaca menjadi faktor penghambat

paling utama sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Achmad

Rawi, S.Pd. “Karena kita mengadakannya di lapangan yang terbuka

jadi tempatnya kadang-kadang cuaca, pernah waktu itu ujan, tapi

masih bisa diantisipasi dengan pindah ke dalam masjid.”41

Meskipun, dapat diantisipasi dengan dipindahkan ke dalam masjid

ternyata hal tersebut pun masih terdapat faktor penghambat yang

lain yaitu keterbatasan tempat dalam masjid sehingga peserta didik

harus sedikit merapat barisan dan membuat tidak nyaman. Hal

tersebut diungkapkan oleh kepala madrasah Bapak Nuroto, M.Si “ya

kalau Ketika cuaca tidak memungkinkan, misalnya hujan maka kita

merapatkan atau memindahkannya ke dalam masjid, cuman itu

40 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer 41 Ibid, Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus Narasumber kegiatan

literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

77

kurang sempurna saja karena keterbatasan tempat jika harus

berpindah ke dalam masjid.”42

Gambar 4.6 Bagian dalam Masjid (kiri: depan, kanan: belakang)

Dari gambar tersebut dapat dilihat bagian dalam Masjid ketika

menjadi alternatif tempat kegiatan literasi ketika cuaca sedang tidak

mendukung. Bagian dalam masjid tersebut menurut penulis kurang

dapat menampung seluruh peserta didik yang hampir berjumlah 618

orang dan guru-guru yang mengawas kegiatan tersebut. Sehingga

akan menimbulkan penumpukkan dalam masjid tersebut dan

membuat tidak nyaman bagi peserta didik. Namun, madrasah pun

berusaha untuk mengatasi hal tersebut dengan langkah melakukan

renovasi perluasan bagian dalam masjid. Pada foto di atas bagian

belakang dalam masjid terdapat pintu yang mengarah ke bagian

yang sedang direnovasi sehingga setelah penulis amati bahwa

bagian tersebut akan menjadi tambahan tempat untuk masjid

sehingga akan mampu menampung seluruh peserta didik ketika

melakukan kegiatan literasi di dalam masjid.43

2) Peserta didik

42 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli

2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 43 Hasil Observasi, di Masjid MAN 3 Jakarta, Senin 10 Agustus 2020

78

Kemudian penghambat yang kedua ialah dari para peserta didiknya

sendiri, yang mana pada saat pelaksanaan terdapat peserta didik

yang kerap kali mengobrol, bercanda atau berisik sehingga

mengganggu jalannya kegiatan literasi dikarenakan membuat

peserta didik yang lain menjadi kurang fokus. Hal tersebut

diungkapkan oleh Ibu Siti Fatimah “Kalau faktor penghambatnya

adalah ya itu tadi, ada anak yang tidak bawa kitab, sehingga dia tuh

kalo ga bawa kitab akhirnya iseng, temen nya lagi baca kitab dia

malah ajak ngobrol itu kan jadi penghambat sehingga berisik, yang

Namanya di lapangan jadi kedengaran suaranya sehingga kurang

konsentrasi.”44

Hal tersebut pun sama seperti apa yang disampaikan oleh Bapak

Achmad Rawi mengenai peserta didik yang mengganggu dan

menjadi penghambat dalam kegiatan literasi kitab kuning.

“kemudian itu penghambatnya dari peserta didik yang mungkin

berisik, tapi tetap masih bisa teratasi karena dari atas panggung

bisa terlihat oleh narasumber jadi bisa langsung diberi teguran,

dan dibelakang juga ada guru-guru yang menjadi pengawas pada

kegiatan tersebut, jadi jika ada anak-anak yang kurang aktif pada

kegiatan tersebut maka akan diberi sanksi.”45

Meskipun demikian, faktor penghambat yang melibatkan peserta

didik tersebut dapat diatasi dengan baik oleh narasumber dan guru-

guru pengawas dengan cara menegur dan diberi sanksi kepada

peserta didik yang berisik, mengobrol atau bercanda pada saat

pelaksanaan kegiatan literasi tersebut agar mereka lebih

memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh

narasumber dan tidak mengganggu konsentrasi yang lainnya.

44 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber

kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya 45 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus

Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer

79

Sedangkan faktor penghambat dalam penanaman nilai akhlak

kepada peserta didik ialah, sebagai berikut:

1) Diri Sendiri

Salah satu faktor penghambat dalam keberhasilan menanamkan nilai

akhlak mulia kepada peserta didik ialah diri sendiri. Maksudnya

ialah jika kurangnya niat dan usaha yang dilakukan dalam

melakukan mujahadah dan riyadah seperti yang dijelaskan dalam

faktor pendukung. Maka keberhasilan tersebut tidak akan pernah

tercapai, sehingga membuat hambatan dalam menanamkan nilai

akhlak mulia yang diinginkan.

2) Keluarga

Seperti yang dijelaskan pada faktor pendukung bahwa keluarga

memiliki peran penting dalam menanamkan nilai akhlak mulia

sehingga menjadi faktor pendukung. Akan tetapi, keluarga juga

dapat menjadi faktor penghambat apabila peran keluarga seperti

orang tua tidak memberikan perhatian, kasih sayang dan pendidikan

mengenai akhlak mulia kepada anaknya. Maka akan dapat

dipastikan pada saat besar nanti, sang anak akan memiliki perangai

yang buruk. Karena sejak kecil tidak mendapatkan pendidikan yang

baik dari orang tua.

3) Lingkungan

Sama hal nya seperti faktor pendukung yang telah dijelaskan, bahwa

lingkungan memiliki peran yang penting dalam menanamkan nilai

akhlak mulia kepada peserta didik sehingga menjadi faktor

pendukung. Namun, lingkungan pula dapat menjadi faktor

penghambat yang sangat berpengaruh karena lingkungan lah yang

dapat membawa seseorang kearah yang lebih baik ataupun buruk.

Sehingga diperlukannya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua

dan guru mengenai lingkungan atau teman peserta didik.

80

Dengan demikian, dua faktor tersebut lah yang memiliki pengaruh

dalam menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik baik pada saat

pelaksanaan kegiatan literasi maupun saat penanaman nilai akhlak mulia.

Sehingga tingkat keberhasilan dalam menanamkan nilai akhlak mulia

tersebut pun tergantung bagaimana cara menghadapi kedua faktor tersebut,

khususnya faktor penghambat yang telah dijelaskan di atas. Oleh karenanya

diperlukannya usaha dan do’a dari diri peserta didik dan juga orang tua serta

guru peserta didik yang dapat memberikan dukungan dan dorongan kepada

peserta didik agar apa yang diharapkan dapat tercapai.

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Madrasah Aliyah Negeri 3 (MAN 3) Jakarta merupakan salah satu

lembaga Pendidikan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama

Republik Indonesia yang terus berkembang dan mengedepankan kualitas baik

itu madrasah, fasilitas, guru hingga peserta didiknya agar selalu menjadi

sekolah yang dapat bersaing dan berprestasi dikancah Internasional, sehingga

visi dan misi nya ialah terwujudnya Pendidikan yang Islami dan berprestasi

Internasional yang mengedepankan akhlâq al-karimah sehingga dapat berilmu

amaliah dan beramal ilmiah. Berdasarkan apa yang penulis uraikan di atas

melalui perpaduan antara kajian teori dan hasil data penelitian lapangan,

sehingga dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Proses penanaman nilai akhlak mulia kepada peserta didik melalui

kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn menggunakan

beberapa metode yaitu, Bandongan, Demonstrasi dan tanya jawab.

Sehingga melalui metode tersebut peserta didik dapat menerima isi

materi dari kitab al-Akhlâq li al-Banîn yang disampaikan oleh

narasumber dengan mudah dipahami. Kemudian, penanaman nilai

akhlak mulia pada kegiatan tersebut telah mencapai ketiga ranah dari

hasil pembalajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah

kognitif dapat dilihat dari metode yang digunakan narasumber. Ranah

afektif dapat dilihat dari pembiasaan yang dilakukan oleh guru kepada

peserta didik seperti membawa kitab dengan baik dan benar, merapihkan

sepatu pada saat dilepas dan duduk terpisah antara laki-laki dan

perempuan. Ranah psikomotorik dapat dilihat bagaimana peserta didik

melakukan hal-hal yang positif seperti mendengarkan saat narasumber

menjelaskan, tidak bercanda dan mengobrol, dan tidak mengganggu

teman nya yang sedang fokus mendengarkan. Sehingga proses

penanaman nilai akhlak pada kegiatan tersebut pun telah tercapai melalui

ketiga ranah tersebut.

82

2. Hasil dari kegiatan literasi kitab kuning dalam menanamkan akhlak

mulia kepada peserta didik dapat dikatakan cukup berhasil. Hal tersebut

terlihat dari meningkatnya kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib

madrasah, banyaknya poin plus dibandingkan poin minus yang

didapatkan peserta didik dalam catatan buku poin, penyesuaian sikap dan

perilaku peserta didik di lingkungan sekolah, rumah serta masyarakat

serta juga dari nilai afektif dalam rapor peserta didik. Oleh karena nya

madrasah pun memiliki acuan dalam menentukan keberhasilan atau

kesuksesan kegiatan tersebut dalam menanamkan nilai akhlak mulia

kepada peserta didik. Sedangkan, feedback atau hasil yang dirasakan oleh

peserta didik melalui kegiatan tersebut ialah bertambahnya pengetahuan

serta pemahaman mengenai akhlak mulia, sehingga hal tersebut dapat

dijadikan sebagai dasar dalam mengamalkannya di kehidupan sehari-hari

melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan sehingga akan

menjadikan sebuah perilaku atau akhlak baru yang lebih baik dari

sebelumnya. Mayoritas dari peserta didik mampu menerapkan atau

mengaplikasikan nilai akhlak mulia yang disampaikan melalui kegiatan

literasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari pada saat di lingkungan

rumah ataupun madrasah.

B. Saran

Dalam sebuah penelitian, sudah sebaiknya seorang peneliti memberikan

sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau yang berguna untuk sebuah

intansi atau lembaga, khususnya yang ditelitinya, semua pihak yang berkatian

dengan penelitian tersebut dan juga yang paling utama ialah untuk

perkembangan dari ilmu pengetahuan. Berdasarkan kesimpulan yang

dipaparkan di atas, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Kanwil Kemenag DKI Jakarta

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam mencari

data-data mengenai kegiatan literasi kitab kuning yang dilaksanakan di

83

MAN 3 Jakarta, karena madrasah tersebut masih dalam naungan dari

Kementerian Agama oleh karenanya teradapat beberapa saran, antara lain:

a. Mendukung selalu kegiatan yang diadakan oleh Madrasah dengan

memberikan bantuan yang dapat membantu kelancaran serta

keberhasilan dari kegiatan tersebut

b. Memberikan apresiasi kepada madrasah yang mendapatkan prestasi

dalam setiap pencapaian yang diraih

c. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk guru-guru untuk

meningkatkan kualitas guru baik dari segi pembelajaran ataupun

non pembelajaran

2. Bagi Madrasah

Berdasarkan penelitian, peran kepala madrasah dalam memimpin

madrasahh, khusunya dalam kegiatan literasi bagik dari fasilitas sarana

prasarana ataupun dari bidang guru sudah cukup baik. Sarana prasarana

yang mendukung untuk kelancaran kegiatan literasi dan juga kemampuan

guru dalam menyampaikan materi kitab kuning sebagai narasumber

kepada peserta didik. Oleh karena nya, dalam meningkatkan keberhasilan

dan kelancaran kegiatan literasi tersebut, penulis menyarankan kepada

pemimpin madrasah sebagai berikut:

a. Memberikan pelatihan kitab kuning kepada para guru yang belum

mengusai kitab kuning, agar dapat menjadi narasumber pada

kegiatan literasi

b. Menambah intensitas pelaksanaan kegiatan literasi menjadi 1

minggu sekali agar kegiatan literasi tersebut dapat berjalan secara

kontinuitas

c. Meningkatkan sarana prasarana pendukung lainnya dalam kegiatan

literasi agar pelaksanaan kegiatan literasi dapat berjalan dengan baik

tanpa adanya hambatan yang mengganggu

84

d. Memberikan apresiasi terhadap peserta didik yang menjadi petugas

pada kegiatan literasi dan kepada peserta didik yang berprestasi baik

dalam akademik maupun non akademik.

3. Bagi Guru

Guru memiliki peran penting dalam menanamkan akhlak mulia kepada

setiap peserta didiknya. Berdasarkan penelitian, guru di MAN 3 Jakarta

sudah cukup bagus dalam menjalankan perannya sebagai guru. Oleh

karena nya, penulis menyarankan kepada guru baik itu guru bidang studi

agama ataupun guru bidang studi umum untuk:

a. Selalu menjadi uswatun hasanah kepada setiap peserta didik baik itu

pada saat pembelajaran mauapun diluar pembelajaran

b. Memperbarui metode, strategi serta pendekatan kepada peserta didik

dalam menanamkan nilai akhlak mulia.

c. Selalu menjadi orang tua kedua yang baik bagi peserta didik di

sekolah dalam memberikan Pendidikan maupun kasih saying

d. Selalu mendo’akan peserta didik untuk dapat menjadi yang terbaik

yang berprestasi dan bermanfaat bagi orang lain

4. Bagi Orang tua

Peran orang tua cukup penting dalam pendidikan anak, karena pendidikan

yang diterima oleh setiap anak ialah berada di dalam keluarga, sehingga

orang tua memiliki kewajiban dalam menanamkan nilai akhlak mulia

kepada anak-anak nya sejak dini. Oleh karena nya, penulis menyarankan

kepada setiap orang tua untuk:

a. Selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak dan

juga pendidikan yang baik agar anak dapat menjadi anak yang

berakhlakul karimah

b. Jangan melibatkan anak dalam setiap masalah yang dihadapi atau

melampiaskan kepada anak sehingga anak menjadi tertekan

85

c. Menjadi contoh yang baik kepada anak agar anak dapat mencontoh

apa yang dilakukan oleh orang tua nya.

d. Memberikan pengawasan kepada anak agar tidak terpengaruhi

lingkungan yang buruk sehingga memberikan dampak yang buruk

pula

86

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: Amzah,

2008.

Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data

Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia Indonesia. Vol. 12, No.

1, 2008.

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta, Rajagrafindo

Persada: 2016. Ed-1, et-3.

Akurat.co. KPAI: Anak Pelaku Kriminalitas Banyak Berasal dari Keluarga Broken

Home: https://akurat.co/id-555037-read-kpai-anak-pelaku-kriminalitas-

banyak-berasal-dari-keluarga-broken-home.

Alavi, S.M. Ziamuddin. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan

Pertengahan. Bandung: UIN Press dan Angkasa, 2003.

Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah, 2016.

Anggraini, Reni. Pengaruh Kegiatan Kokurikuler dalam Mendukung Kegiatan

Intrakurikuler di SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran

2017/2018. Lampung: Skripsi, 2018.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:

Rineka Cipta, 2014.

Aziz, Hamka Abdul. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta: Al-

Mawardi Prima, 2012.

Bakry, Oemar. Akhlak Muslim. Bandung: Percetakan Angkasa, 1993.

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2011. Ed-2, Cet-5.

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.

Detik.com. (n.d.). Pelajar yang Terlibat Video Mesum Tuban jadi Tersangka.

Retrieved from Detik.com: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-

4738436/4-pelajar-yang-terlibat-video-mesum-tuban-jadi-tersangka

Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur'an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka

87

Dkk, Uno, Hamzah. B. Pengembangan Kurikulum Rekaya Pedagogik dalam

Pebelajaran. Depok: RajaGrafindo Persada, 2018.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. (Jakarta, Rajagrafindo

Persada: 2016. Ed-Revisi, Cet- 6.

Fatmawati, Aan Almaidah. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak oleh Orang Tua Kepada

Anak di Keluarga Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) Juwangi Boyolali,

Skripsi: IAIN Surakarta, 2017.

Fauziyah, Rofa'atul. Aplikasi Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin Dalam

Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening

Tanggalrejo Mojoagung Jombang. Surabaya: Skripsi IAIN Sunan Ample,

2011.

Ghazali, Al. Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-Qulub. (PJ: Muhammad

Al-Baqi). Bandung: Karisma, 1994.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Hambal, Ahmad Ibnu. Musnad Ahmad Hambal. Riyad: Bsitul Ifkar, 1434 H.

Harun, Salman. Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur'an. Ciputat:

UIN Jakarta Press, 2013.

Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2009.

Juarsih, Dirman. & Cici. Pengembangan Kurikululm. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

Keputusan Menteri Agama. Nomor 183 Tahun 2019.

Komarudin, M. Sukardjo dan Ukim, Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawal, 2009.

Kristiana, Lusi. dan Paramita, Astridya. Teknik Fokus Group Discussion Dalam

Penelitian Kualitatif. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16,

Ed. 2. Pusat Humaniora. Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

RI. 2013.

Kumparan. (2019, November 6). Rasulullah sang teladan. Retrieved from

Kumparan.com: https://kumparan.com/hamdi-mansur/rasulullah-sang-

teladan-lqqXIdEr5fb

__________.(n.d.). Kasus Bully di Bali Gadis 15 Tahun. Retrieved from Kumparan:

https://kumparan.com/kanalbali/kasus-bully-di-bali-gadis-15-tahun-

ditendang-hingga-ditelanjangi-1rMcZiqGAPe

88

__________.(n.d.). Polisi Buru Pembacok Remaja yang Tewas dalam Tawuran di

Tambora. Retrieved from Kumparan:

https://www.liputan6.com/news/read/4096402/polisi-buru-pembacok-

remaja-yang-tewas-dalam-tawuran-di-tambora

Kurniawati, Etik. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak pada Anak Tunagrahita dalam

Pendidikan Vaksional. Jurnal Penelitian, vol. 11, no. 2, 2017.

L, Idrus. ADAARA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 9, No. 2, 2019.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Mawardi, Abul Hasan Al. Mutiara Akhlak Al Karimah. Jakarta: Pustaka Amani.

1993.

Mu'in, Fatchul. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2011.

Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Nasution, Ahmad Bangun & Siregar, Royani Hanum. Akhlak Tasawuf. Depok:

Rajagrafindo Persada, 2013.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, 2015.

Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

_________. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Nata, Abuddin. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005.

______. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo, 2013.

______. Sejarah Pertembuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan

Islam di Indonesia. Jakarta: Salemba Diniyah, 2017.

Nizar, Samsul. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara. Jakarta: Kencana, 2013

Nuriyah, Nunung. Evaluasi Pembelajaran, Jurnal Edueksos. Vol. III, No. 1, 2014.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 23 Tahun 2015.

Putra, Nusa Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta, PT. Indeks: 2012.

Cet2.

Rahmadi, Rulam. Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2016.

Rohman, Abdul. Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

Remaja. Jurnal Nadwa, vol 6, no. 1, 2012.

89

S., Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.

Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranada Media

Group, 2011.

__________. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group, 2008.

__________. Kurikulum dan Pengembangan: Teori dan Praktik Pengembangan

Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2008.

__________. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana, 2006.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012.

Satori, Djam’an & Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung,

Alfabeta: 2013.

Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo, 1996.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung:

Alfabeta, 2011.

________. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2013.

Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah

Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru, 2018.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Sultoni, Sehat. Filsafat Pendidikan Akhlak. Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Syamhudi, M. Hasyim. Akhlak Tasawuf. Malang: Madani Media, 2015.

Taufik, Muhammad. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan

Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga. Salatiga: Skripsi IAIN Salatiga,

2016.

Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2000.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 2005.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001.

90

Yunus, dkk. Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampua Literasi

Matematika, Sains, Membaca dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.

Zelhendri, & Syafril. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana, 2017.

Zuhdi, Ahmad. & Atabik, Ali. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Multi Karya

Grafika.

91

LAMPIRAN

92

93

KISI-KISI INSTRUMEN

Wawancara

No. Objek Penelitian Indikator Sumber data

1. Proses Penanaman

Nilai Akhlak Mulia

a. Materi yang

disampaikan

b. Startegi, metode atau

model Penanaman nilai

akhlak mulia

c. Peran guru dalam

proses penanaman

d. Nilai-nilai Akhlak

mulia yang ditanamkan

a. Guru

a. Kepala

Sekolah

b. Waka. Bid.

Kurikulum

c. Guru

a. Guru

a. Guru

2. Kegiatan Literasi Kitab

Kuning Al-Akhlaq lil

Banin

a. Perencanaan kegiatan

literasi kitab

b. Pelaksanaan Kegiatan

literasi kitab

c. Evaluasi atau hasil dari

kegiatan literasi kitab

d. Faktor Pendukung dan

Penghambat

a. Kepala

Sekolah

b. Waka. Bid.

Kurikulum

c. Guru

a. Waka. Bid.

Kurikulum

b. guru

a. Waka. Bid.

Kurikulum

b. guru

a. Waka. Bid.

Kurikulum

b. Guru

c. Peserta didik

94

KISI-KISI INSTRUMEN

Observasi

No. Objek Pengamatan Indikator

1. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas

Madrasah

1.1. Kelengkapan Sarana, Prasarana

inti, meliputi Gedung, lapangan,

dsb.

1.2. Kondisi sarana prasarana inti

1.3. Sarana prasarana pendukung

kegiatan literasi

2. Pelaksanaan kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn

1.1. Kondisi lapangan

1.2. Kegiatan literasi kitab

1.3. Sumber belajar

1.4. Kondisi peserta didik

3. Faktor Pendukung & Penghambat 1.1. Faktor Pendukung dalam

Pelaksanaan kegiatan literasi

1.2. Faktor penghambat dalam

pelaksanaan kegiatan literasi

1.3. Kemampuan Narasumber dalam

memahami kitab kuning

95

PEDOMAN OBSERVASI

No. Objek Pengamatan Indikator

1 Sarana, Prasarana dan Fasilitas

Madrasah

1.1. Kelengkapan Sarana, Prasarana inti,

meliputi Gedung, lapangan, dsb.

1.2. Kondisi sarana prasarana inti

1.3. Sarana prasarana pendukung

kegiatan literasi

2 Pelaksanaan Kegiatan Literasi

Kitab Kuning al-Akhlâq li al-

Banîn

2.1. Kondisi lapangan

2.2. Kegiatan literasi kitab

2.3. Sumber belajar

2.4. Kondisi peserta didik

3 Faktor Pendukung dan

Penghambat

3.1. Faktor Pendukung dalam

Pelaksanaan Kegiatan literasi

3.2. Faktor Penghambat dalam

Pelaksanaan kegiatan literasi

3.3. Kemampuan Narasumber dalam

memahami kitab kuning

Lembar Observasi

a. Objek Pengamatan :

b. Hari, Tanggal :

c. Waktu :

d. Tempat :

No. Objek Pengamatan Pengamatan

Deskripsi Ya Tidak

Sarana dan Prasarana Madrasah

96

1 Madrasah memiliki lapangan yang luas

untuk kegiatan literasi.

2 Madrasah memiliki sound system yang

bagus.

3 Madrasah memiliki karpet untuk

kegiatan literasi di lapangan.

4

Madrasah menyediakan kitab kuning

al-Akhlâq li al-Banîn kepada peserta

didik.

5

Madrasah memiliki tempat khusus

untuk narasumber saat menyampaikan

isi materi kitab pada kegiatan literasi

Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn

1 Lapangan madrasah dapat menampung

seluruh peserta didik

2 Lapangan tidak becek saat kegiatan

literasi

3 Kegiatan literasi dimulai pukul 6.30

atau 6.45

4 Kegiatan literasi diikuti oleh seluruh

peserta didik dan guru-guru

5 Terdapat guru pengawas selama

kegiatan literasi

6 Seluruh peserta didik memiliki kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn

7 Narasumber menggunakan kitab lain

selain kitab al-Akhlâq li al-Banîn

97

8 Peserta didik memerhatikan selama

kegiatan kitab kuning berlangsung

9 Posisi duduk dipisahkan antara laki-laki

dan perempuan

Faktor Pendukung dan Penghambat

1 Kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq

li al-Banîn berlangsung lancar.

2

Narasumber mampu menjelaskan serta

menyampaikan isi kitab kuning secara

jelas.

3 Kegiatan literasi sempat ada hambatan

atau gangguan.

4 Guru pengawas mampu mengatasi

penghambat atau gangguan.

98

PEDOMAN WAWANCARA

1. Informa/Narasumber

a. Bapak Drs. Nuroto, M.Si. (Kepala MAN 3 Jakarta)

b. Bapak Drs. Adam Soleh Siregar, MM. (Wakil Kepala Bidang

Kurikulum MAN 3 Jakarta)

c. Bapak Achmad Rawi, M.Pd.(Guru Bahasa Arab dan Pengisi kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâk li al-Banîn)

d. Ibu Siti Fatimah, M.Pd. (Guru SKI dan Pengisi kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâk li al-Banîn)

e. Peserta Didik Kelas 11 dan 12

2. Uraian Wawancara

a. Wawancara bersama Bapak Drs. Nuroto, M.Si.

Kepala MAN 3 Jakarta

No. Aspek Butir Pertanyaan

1 Peran Guru dalam

Proses Penanaman

1. Bagaimana peran seluruh guru

di Madrasah ini dalam proses

penanaman nilai akhlak mulia

kepada peserta didik?

2. Seberapa pentingkah menurut

bapak, peran guru dalam

proses penanaman nilai akhlak

mulia kepada peserta didik?

3. Apakah terdapat perbedaan

peran antara guru bidang studi

agama dengan guru bidang

studi umum dalam proses

penanaman nilai akhlak mulia

kepada peserta didik?

4. Bagaimana langkah madrasah

dalam menyikapi guru yang

belum menjalankan perannya

dengan benar?

2 Perencanaan,

Pelaksanaan dan

Evaluasi Kegiatan

Literasi

1. Bagaimana perencanaan yang

dilakukan dalam kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâk

li al-Banîn?

2. Menurut bapak, langkah apa

saja yang harus dilakukan

dalam perencanaan kegiatan

tersebut agar tujuan yang

diharapkan dapat tercapai?

3. Bagaimana proses pelaksanaan

kegiatan tersebut dalam

99

menanamkan nilai akhlak

mulia?

4. Menurut bapak, seberapa

efektif kah pelaksanaan

kegiatan tersebut dalam

penanaman nilai akhlak mulia

kepada peserta didik?

5. Bagaimana evaluasi yang

dilakukan setelah kegiatan

tersebut?

6. Kapan evaluasi dilakukan?

3 Faktor Penghambat dan

Pendukung

1. Adakah faktor penghambat

dalam kegiatan tersebut?

2. Adakah faktor pendukung

dalam kegiatan tersebut?

3. Bagaimana cara menghadapi

atau menyelesaikan

penghambat tersebut ?

b. Wawancara bersama Bapak Drs. H. Adam Soleh Siregar, MM.

Wakil Kepala MAN 3 Jakarta bidang Kurikulum

No. Aspek Butir Pertanyaan

1 Perencanaan,

Pelaksanaan dan

Evaluasi kegiatan

literasi

1. Apakah dasar dari

penyelenggaran kegiatan

literasi tersebut ?

2. Apakah kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâk li al-Banîn

termasuk kedalam kurikulum

tertulis atau kurikulum

tersembunyi?

3. Bagaimana perencanaan yang

dilakukan dalam kegiatan

literasi kitab kuning al-Akhlâk

li al-Banîn?

4. Bagaimana proses pelaksanaan

kegiatan tersebut dalam

menanamkan nilai akhlak

mulia kepada peserta didik?

5. Bagaimana langkah bapak

sebagai wakil kepala Madrasah

bid. Kurikulum dalam proses

evaluasi kegiatan tersebut?

6. Kapan evaluasi kegaiatn

tersebut dilakukan?

100

2 Faktor penghambat dan

pendukung

1. Apa saja faktor penghambat

dan pendukung pada kegiatan

tersebut?

2. Langkah apa yang bapak ambil

sebagai pemimpin madrasah

dalam mengatasi faktor

penghambat tersebut?

c. Wawancara bersama Bapak Achmad Rawi, M.Pd. dan Ibu Siti

Fatimah, M.Pd.

Guru Mapel B. Arab dan SKI sekaligus pengisi kegiatan literasi kitab

kuning al-Akhlâk li al-Banîn

No. Aspek Butir Pertanyaan

1 Materi yang

disampaikan

1. Materi apa saja yang

disampaikan dalam kegiatan

literasi tersebut?

2. Refrensi apa saja yang

bapak/ibu gunakan dalam

mengisi kegiatan tersebut?

3. Apakah materi yang

disampaikan mengenai akhlak

mulia sesuai kurikulum yang

diberikan ?

2 Strategi, Metode atau

model penanaman nilai

akhlak mulia

1. Bagaimana strategi yang

baak/ibu gunakan dalam proses

penanaman nilai akhlak mulia

kepada peserta didik melalui

kegiatan tersebut?

2. Metode apa yang bapak/ibu

gunakan dalam menanamkan

nilai akhlak peserta didik

melalui kegiatan tersebut?

3. Menurut bapak/ibu metode apa

saja yang dapat efektif dalam

menanamkan akhlak mulia

kepada peserta didik?

3 Peran guru dalam

proses penanaman

1. Menurut Bapak/Ibu, seberapa

pentingkah peran guru dalam

proses penanaman nilai akhlak

mulia ?

2. Bagaimana bapak/ibu

menanggapi guru yang belum

menjalankan peran dengan

semestinya?

101

3. Bagaimana peran guru dalam

menanamkan akhlak mulia

kepada peserta didik ?

4 Nilai-nilai akhlak mulia 1. Menurut bapak/ibu, nilai-nilai

akhlak mulia apa saja yang

perlu ditanamkan peserta didik

?

2. Bagaimana tanggapan

bapak/ibu melihat banyaknya

kasus degredasi akhlak yang

terjadi kepada para peserta

didik ?

3. Menurut bapak/ibu apakah

peserta didik mampu

menanamkan nilai-nilai akhlak

mulia pada dirinya sendiri ?

5 Perencanaan,

Pelaksanaan dan

evaluasi kegiatan

literasi

1. Bagaimana persiapan

perencanaan bapak/ibu dalam

kegiatan literasi tersebut?

2. Bagaimana proses pelaksanaan

kegiatan tersebut dalam

menanamkan nilai akhlak

mulia?

3. Bagaimana bapak/ibu

melakukan evaluasi terhadap

peserta didik melalui kegiatan

tersebut?

4. Menurut bapak/ibu perlukah

adanya evaluasi dalam setiap

kegiatan ?

6 Faktor penghambat dan

pendukung

1. Apakah terdapat

penghambat/pendukung yang

bapak/ibu rasakan selama

kegiatan literasi ?

2. Bagaimana bapak/ibu

menanggapi faktor penghambat

pada kegiatan literasi tersebut?

102

PANDUAN FASILITATOR FGD

1. PEMBUKAAN

− Perkenalkan diri anda dan minta peserta untuk memperkenalkan diri.

− Jelaskan secara singkat tujuan dari FGD ini.

− Buat situasi nyaman dengan meyakinkan peserta bahwa idea tau kontribusi

mereka dalam diskusi ini akan sangat berharga

− Meminta peserta memperkenalkan diri dan dengan cepat mengingat nama

peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta

− Menjelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk memberikan

ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan

bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta.

− Menjelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan, jangan

berebutan menjawab pada waktu yang bersamaan.

− Menekankan bahwa fasilitator membutuhkan pendapat dari semua peserta

dan sangat penting. Jawaban tidak ada yang disalahkan atau dibenarkan

semuanya dibebaskan sesuai apa yang dialami responden.

2. PELAKSANAAN FGD

− Untuk setiap pertanyaan, berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk

menjawab.

− Setelah semua peserta memberikan komentar atau jawaban, persilahkan

mereka untuk saling mengklarifikasi hal-hal yang tidak jelas dari jawaban

atau komentar sebelumnya.

− Diskusi boleh diperdalam, buat suasana supaya diskusi terjadi di antara

peserta, bukan antara peserta dengan fasilitator.

− Perhatikan jalannya diskusi, partisipasi peserta. “Rem” peserta yang terlalu

dominan, dan dorong peserta yang kurang aktif lewat bahasa verbal maupun

non verbal.

3. MENGAKHIRI FGD

103

− Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk memberikan komentar

terakhir mengenai isu yang sedang dibahas.

− Cek, apakah terjadi kesalahan tertentu selama diskusi.

− Uraikan kesimpulan dari hasil diskusi.

− Ucapkan terimakasih dan ungkapkan kembali bahwa kontribusi mereka

dalam diskusi ini sangat bernilai.

104

PEDOOMAN WAWANCARA

FOKUS GRUP DISCUSSION (FGD)

PESERTA DIDIK KELAS 10 DAN 11

MAN 3 JAKARTA

Perkenalan

Penjelasan tentang penanaman nilai-nilai akhlak mulia melalui kegiatan literasi

kitab kuning al-Akhlâk li al-Banîn.

1. Bagaimana pendapat kalian mengenai kegiatan literasi yang dilaksanakan

oleh sekolah?

2. Menurut kalian, apa materi yang disampaikan bisa kalian tanamkan ke

dalam diri kalian?

3. Bagaimana pendapat kalian mengenai nilai-nilai akhlak mulia? apa menurut

kalian dari kegiatan tersebut mampu memberikan pengetahuan mengenai

akhlak mulia kepada diri kalian? Jika iya apa perubahan yang kalian

rasakan? Jika tidak berikan alasannya?

4. Dari kegiatan tersebut, apa ada faktor penghambat dan pendukung yang

kalian rasakan selama mengikuti kegiatan tersebut?

5. Apa kesan/pesan/kritik kalian mengenai kegiatan tersebut dalam

menanamkan nilai-nilai akhlak mulia?

105

PEDOMAN DOKUMENTASI

No. Data/Dokumentasi Sumber Data

1 Profil madrasah Tata Usaha

2 Visi dan misi madrasah Tata Usaha Bid. Humas

3 Struktur organisasi madrasah Tata Usaha

4 Data guru Tata Usaha

5 Data peserta didik Tata Usaha

6 Foto pelaksanaan kegiatan literasi Peneliti

7 Jadwal kegiatan literasi Waka. Bid. Kurikulum

8 Resume materi Peserta didik

9 Sarana pendukung kegiatan Peneliti

106

HASIL OBSERVASI

Lembar Observasi

a. Objek Pengamatan : Kegiatan Literasi Kitab Kuning

b. Hari, Tanggal : Selasa, 4 Februari 2020

c. Waktu : 6.45 – 7.30

d. Tempat : Lapangan MAN 3 Jakarta

No. Objek Pengamatan Pengamatan

Deskripsi Ya Tidak

Sarana dan Prasarana Madrasah

1 Madrasah memiliki lapangan

yang luas untuk kegiatan

literasi.

v Lapangan di MAN 3

Jakarta, cukup luas

untuk kegiatan literasi.

2 Madrasah memiliki sound

system yang bagus.

v MAN 3 Jakarta

memiliki 2 buah sound

system yang memiliki

kualitas bagus

3 Madrasah memiliki karpet

untuk kegiatan literasi di

lapangan.

v MAN 3 Jakarta

menyiapkan karpet

terpal untuk alas peserta

didik yang duduk di

lapangan

4 Madrasah menyediakan kitab

kuning al-Akhlâq li al-Banîn

kepada peserta didik.

v Kitab al-Akhlâq li al-

Banîn disediakan oleh

Madrasah untuk para

peserta didik dan guru

5 Madrasah memiliki tempat

khusus untuk narasumber saat

v Terdapat panggung

yang berada di depan

107

menyampaikan isi materi kitab

pada kegiatan literasi

lapangan sebagai tempat

narasumber mengisi

materi kitab

Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn

1 Lapangan madrasah dapat

menampung seluruh peserta

didik

v Lapangan yang cukup

luas dapat menampung

seluruh peserta didik

2 Lapangan tidak becek saat

kegiatan literasi

v Cuaca sangat

mendukung sehingga

kondisi lapangan tidak

terlihat becek atau kotor

3 Kegiatan literasi dimulai pukul

6.30 atau 6.45

v Kegiatan literasi dimulai

pukul 6.30 sebelum jam

pelajaran dimulai

4 Kegiatan literasi diikuti oleh

seluruh peserta didik dan guru-

guru

v Seluruh peserta didik

wajib mengikuti

kegiatan literasi dan

guru sebagai pengawas

5 Terdapat guru pengawas

selama kegiatan literasi

v Guru piket menjadi

pengawas kegiatan

biasanya berada di

barisan paling belakang

6 Seluruh peserta didik

membawa kitab kuning al-

Akhlâq li al-Banîn pada saat

kegiatan

v Terdapat beberapa

peserta didik yang tidak

membawa kitab, karena

alasan ketinggalan

108

7 Narasumber menggunakan

kitab lain selain kitab al-

Akhlâq li al-Banîn

v Narasumber focus

terhadap penyampaian

materi tentang kitab al-

Akhlâq li al-Banîn

sehingga tidak

menggunakan kitab lain

8 Peserta didik memerhatikan

selama kegiatan kitab kuning

berlangsung

v Seluruh peserta didik

terlihat memerhatikan

kegiatan literasi

9 Posisi duduk dipisahkan antara

laki-laki dan perempuan

v Posisi duduk dipisahkan

antara laki-laki dan

perempuan, perempuan

di bagian kiri sedangkan

laki-laki di bagian kanan

Faktor Pendukung dan Penghambat

1 Kegiatan literasi kitab kuning

al-Akhlâq li al-Banîn

berlangsung lancar.

v Rangkaian kegiatan

literasi berjalan dengan

lancer

2 Narasumber mampu

menjelaskan serta

menyampaikan isi kitab

kuning secara jelas.

v Narasumber mampu

menyampaikan materi

kitab dengan sangat baik

dan jelas kepada peserta

didik

3 Kegiatan literasi sempat ada

hambatan atau gangguan.

v Tidak ada hambatan

atau gangguan yang

esensial pada saat

kegiatan

109

4 Guru pengawas mampu

mengatasi penghambat atau

gangguan.

v Narasumber dan guru

pengawas sudah

menyiapkan alternatif

jika terdapat kendala

110

HASIL WAWANCARA

NAMA : Bpk. Nuroto, M.Si

JABATAN : Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta

HARI/TANGGAL : Senin/13 Juli 2020

TEMPAT : Ruang Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta

Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb, mohon maaf sebelumnya

mengganggu waktu bapak, perkenalkan saya Muhammad

Ardhiyansah Sulthon Nabawi, Mahasiswa PAI UIN Jakarta,

ingin melakukan wawancara dengan bapak mengenai

penanaman akhlak mulia melalui kegiatan literasi kitab

kuning, yang pertama mungkin perkenalan terlebih dahulu

pak, nama lengkap bapak siapa pak?

Narasumber Nama saya Nuroto, M.Si. ini ada di kartu pengenal, mungkin

kamu bisa melihatnya

Peneliti Kalau Boleh saya tahu, bapak menjabat sebagai kepala

sekolah sejak tahun berapa pak?

Narasumber Sejak tahun 2019 sampai sekarang

Peneliti Baik pak, mungkin langsung saja ke pertanyaan nya agar

menyingkat waktu, pertanyaan pertama yaitu Bagaimana

peran seluruh guru di Madrasah ini dalam proses

penanaman nilai akhlak mulia kepada peserta didik?

Narasumber Iya para guru sangat berpartisipasi dalam proses penanaman

akhlak mulia kepada peserta didik

Peneliti Menurut Bapak, seberapa pentingkah peran guru dalam

proses penanaman nilai akhlak mulia kepada peserta didik?

Narasumber Iya sangat penting sekali, guru memiliki peran yang sangat

penting dalam proses penanaman nilai akhlak mulia itu kepada

peserta didik

Peneliti Apakah terdapat perbedaan peran antara guru bidang studi

agama dengan guru bidang studi umum dalam proses

penanaman nilai akhalk mulia kepada peserta didik?

Narasumber Pada dasarnya sama tidak ada perbedaan mengenai peran guru

bidang studi agama dan bidang studi umum dalam penanaman

akhlak mulia tersebut, hanya saja yang perbedaannya Ketika di

dalam kelas, kalau kewajiban nya tetap sama

Peneliti Bagaimana langkah bapak atau madrasah dalam menyikapi

guru yang belum terlalu aktif dalam melaksanakan proses

penanaman akhlak mulia kepada peserta didik?

Narasumber iya kita melakukan pembinaan terhadap guru yang kurang aktif

dalam menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik

111

Peneliti Lalu pak, bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam

kegiatan literasi kitab kuning ini? Dan Langkah apa saja

yang dilakukan dalam perencanaan tersebut agar tujuan

yang diharapkan tercapai?

Narasumber Kegiatan ini dilakukan 2 minggu sekali di lapangan, jadi ada guru

yang menjadi narasumber untuk menjelaskan materi dari kitab

tersebut dari mulai kata perkata kemudian murid di kumpulkan

di lapangan dengan digelar karpet.

Peneliti Dan Langkah apa saja yang dilakukan dalam perencanaan

tersebut agar tujuan yang diharapkan tercapai?

Narasumber Iya yang pertama guru harus menguasai tentang kitab kuning

tersebut dan guru yang lain ikut memandu dan menertibkan siswa

agar tidak bercanda, mengobrol atau sebagainya yang dapat

mengganggu jalannya kegiatan

Peneliti Menurut Bapak, sebarapa efektif kah pelaksanaan kegiatan

tersebut dalam penanaman nilai akhlak mulia kepada

peserta didik?

Narasumber Ya istilahnya berada di nominal yang cukup lah ya, artinya tidak

terlalu tinggi tapi tidak juga berarti jelek, sedanglah, karena kan

yang dibahas dalam kitab tersebut tentang budi pekerti dan

akhlak mulia

Peneliti Lalu pak, bagaimana evaluasi yang dilakukan setelah

kegiatan tersebut?

Narasumber Evaluasinya itukan semua anak pegang kitab, di kitab itu kalau

yang mengikuti penjelasan ada catatan yang harus dibuat oleh

peserta didik, makanya nanti itu adalah tanggung jawab wali

kelas masing-masing sebagai penilaian dari kegiatan tersebut

Peneliti Kemudian pak, kira-kira apa ada faktor penghambat dari

kegiatan tersebut? Serta untuk faktor pendukungnya seperti

apa pak?

Narasumber ya kalau Ketika cuaca tidak memungkinkan, misalnya hujan

maka kita merapatkan atau memindahkannya ke dalam masjid,

cuman itu kurang sempurna saja karena keterbatasan tempat jika

harus berpindah ke dalam Masjid.

Dan untuk faktor pendukungnya kita dengan sound system yang

bagus, kemudian sarana karpet, jumlah kitab yang cukup, dan

kitabnya disediakan oleh sekolah

Peneliti Lalu pak, Langkah bapak untuk mengatasi faktor

penghambat tersebut seperti apa pak?

Narasumber ya seperti yang saya bilang, palingan kalau cuaca hujan

dipindahkan ke dalam Masjid, cuman kan tidak muat kalau di

lapangan kan muat, jadi akan kurang sempurna itu aja

Peneliti Kalau boleh saya tahu, harapan bapak tentang kegiatan

tersebut kedepannya seperti apa ya pak?

112

Narasumber Ya harapannya semoga isi kitab kuning yang disampaikan itu

menjadi dasar perilaku siswa-siswi MAN 3, artinya dengan

mengikuti literasi kitab kuning itu budi pekertinya semakin baik

Peneliti Dan yang terakhir pak, kalau untuk langkah Madrasah

dalam mengawasi serta memperhatikan peserta didiknya

agar bisa mengimplementasikan isi kitab tersebut

bagaimana pak?

Narasumber Itukan ada tata tertib sekolah, itu bermacam-macam, mulai dari

berpakaiannya, kehadirannya, sikap di kelas, sikap di luar kelas,

oleh karena itu ada guru BK dan wali kelas, jadi anak-anak itu

tetap terkontrol dari sisi perilaku tadi yang semua itu sudah bisa

dicover oleh semua guru bidang studi, wali kelas dan guru BK

Dan kalau mungkin perlu pembinaan sampai diundang

orangtuanya karena ada masalah-masalah tertentu tetap kita

mengadakan suatu prefentif, jadi Alhamdulillah bagus-bagus lah,

artinya tidak ada yang sampai fatal atau yang kurang pantas

Peneliti Kalau boleh tau, menurut bapak jika dipresentasekan

berapa persen peserta didik yang mungkin melakukan hal

tersebut dalam artian bermasalah?

Narasumber Itu ga sampai 1% kayaknya, artinya sangat sedikit sekali,

misalnya dari 100 orang hanya 1 orang yang bermasalah, ya tapi

intinya masih bisa teratasi dan masih bisa dibimbing, jadi ga

sampai yang fatal seperti berantem, atau mencuri, dsb.

Penilti Oh begitu ya pak, oke deh pak, mungkin itu saja yang ingin

saya tanyakan, saya berterima kasih kepada bapak telah

meluangkan waktunya dan saya memohon maaf juga jika

mengganggu waktu bapak

Wassalamu’alakum wr.wb

Narasumber Iya sama-sama, semoga lancer ya skripsi nya

Wa’alaikummusslam

113

HASIL WAWANCARA

NAMA : Bpk. Drs. H. Adam Soleh Siregar, MM.

JABATAN : Wakil Kepala Bidang Kurikulum

HARI/TANGGAL : Senin/13 Juli 2020

TEMPAT : Depan Lab Komputer MAN 3 Jakarta

Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb, selamat pagi pak Adam

mohon maaf mengganggu waktunya sebentar, saya

Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi, Mahasiswa

PAI UIN Jakarta, saya mau mewawancarai bapak

mengenai kegiatan literasi kitab kuning sebagai bahan

atau sumber data saya di penelitian atau tugas akhir saya

yaitu skripsi, mungkin sebelumnya perkenalan terlebih

dahulu pak, nama lengkap bapak siapa pak?

Narasumber Nama saya Drs. Adam Soleh Siregar, MM.

Peneliti Kalau boleh saya tau, bapak sudah menjadi wakil kepala

bidang kurikulum sejak tahun berapa pak?

Narasumber Saya menjadi wakil kurikulum sudah cukup lama, kalau tidak

salah sih sudah dari tahun 2006 sampai sekarang 2020

Peneliti Apakah dasar dari penyelenggaran kegiatan literasi

tersebut?

Narasumber Ya pada intinya dari dasar penyelenggaraan kegiatan literasi

ini ya salah satunya memang kebutuhan ya, kebutuhan

khususnya kita MAN 3 Jakarta dan umumnya mungkin untuk

negara kita sebagai negara Indonesia yang membutuhkan

generasi-generasi kita yang sekarang untuk melakukan

kegiatan-kegiatan literasi, kegiatan literasi yang kita lakukan

itu tidak hanya untuk dilaksanakan di lapangan, bisa juga

dilaksanakan di kelas atau di rumah, ini berdasarkan

pemantauan dari guru atau wali kelas, memang kita di MAN

3 ada kita khususkan untuk kegiatan literasi khususnya yaitu

membahas kitab kuning yang dibahas di lapangan yang

disampaikan dari narasumber-narasumber yaitu guru agama

MAN 3 Jakarta. Adapun kegiatan literasi yang kita

laksanakan ini kita jadwalkan setiap hari selasa minggu

pertama dan minggu ketiga, nanti guru-guru kita bergantian

untuk menjadi narasumber dan anak-anak juga kita

kumpulkan di lapangan, itu sebagai dasar dari kegiatan

tersebut

Peneliti Apakah kegiatan literasi kitab kuning Al-Akhlaq lil Banin

termasuk kedalam kurikulum tertulis atau tersembunyi?

114

Narasumber Ya pada dasarnya memang, kita memang tidak ada

khususkan kurikulum yang berkaitan dengan kitab kuning

hanya di serahkan kepada guru-guru agama yang untuk

menyiapkan materi-materi yang akan disampaikan, jadi pada

intinya jika ditanyakan apakah tertulis atau tersembunyi, ya

intinya tersembunyi tidak tertulis hanya cukup terjadwal saja

dan waktunya sekitar 45 menit kurang lebih.

Peneliti Lalu pak, bagaimana perencanaan yang dilakukan

dalam kegiatan literasi kitab kuning Al-Akhlaq Lil

Banin?

Narasumber Ya memang sebelum pelaksanaannya, ada hal-hal yang harus

direncanakan sebelumnya, khususnya yaitu menyiapkan

materi dan tempat, karena materinya juga guru-guru kita

memang ada 1 buku atau kitab yang diserahkan kepada guru-

guru kita, bahkan semua siswa memiliki buku atau kitab

tersebut, jadi memang benar-benar direncanakan ataupun di

awal tahun ajaran baru sudah kita setting sudah kita

persiapkan kira-kira jadwalnya itu sudah dipersiapkan

Peneliti Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan tersebut dalam

menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik?

Narasumber Ya, memang persiapan untuk pelaksanaan dalam

menanamkan nilai-nilai agama ya kita menyampaikannya itu

hanya secara umum kepada siswa yang nantinya diperhatikan

bagaimana praktiknya yang sudah mereka laksanakan, ya

Alhamdulillah sih selama ini jika diperhatikan hasil dari

kegiatan literasi khususnya membahas kitab kuning, ya

mungkin sekitar 80% hasil dari hal tersebut, karena kita

melihat banyak siswa yang mempraktikan isi dari kitab

tersebut mulai dari berhadapan dengan guru atau sesame

siswa ataupun dengan mengucapkan salam atau sapa kepada

guru-guru

Peneliti Lalu pak, bagaimana langkah bapak sebagai wakil

kepala bidang kurikulum dalam proses evaluasi dari

kegiatan tersebut?

Narasumber Ya langkah-langkahnya yang pertama memang diserahkan

kepada wali kelas masing-masing untuk memantau, bahkan

di lapangan juga walaupun secara umum tetap ada absensi

siswa tersebut apakah sudah hadir atau sudah berada di

lapangan, kalau seandainya belum hadir atau tidak nanti

dilanjutkan kembali oleh wali kelas dan sampaikan di

lapangan nah ini yang berkaita dengan langkah-langkah yang

harus disiapkan oleh saya, dan nanti tinggal saya sampaikan

kepada wali kelas agar menyampaikan hasilnya.

Peneliti Kira-kira kapan evaluasi dari kegiatan tersebut

dilakukan pak?

115

Narasumber Secara umum memang evaluasinya tidak terjadwal hanya

dilihat dari segi kelakuan atau tingkah laku anak tersebut, jadi

dipantau secara keseluruhan saja, kita tidak melakukan

evaluasi-evaluasi secara khusus mengenai kegiatan tersebut,

jadi evaluasinya hanya dipantau secara keseluruhan saja

Peneliti Kemudian pak, apa saja faktor penghambat dan

pendukung dalam kegiatan tersebut?

Narasumber Ya faktor hambatannya itu yang sering kita temui adalah

adanya hujan karena dilapangan, jadi kalau sudah hujan

berarti tidak dilaksanakan, itu lah faktor paling itu, nah

disamping itu juga faktor yang lainnya karena ada siswa yang

telat.

Dan faktor pendukungnya yang kita pantau selama ini ialah

guru-guru sangat antusias untuk mengikuti kegiatan itu dan

mereka bisa membantu untuk mengamankan atau mengawasi

peserta didik yang mungkin ngobrol atau sebagainya,

Peneliti Lalu langkah apa saja yang bapak ambil dalam

mengatasi faktor-faktor penghambat tadi?

Narasumber Ya langkah-langkahnya untuk mengatasi faktor penghambat

tadi kalau hujan ya mau gamau diundur jadi selasa depan, dan

jika ada siswa yang mengobrol atau berisik nanti akan

disampaikan oleh wali kelasnya agar disampaikan agar tidak

mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut..

Peneliti Baik pak, mmungkin itu saja yang ingin saya tanyakan,

terimakasih sekali lagi bapak atas waktunya dan mohon

maaf kalau mengganggu waktunya

Wassalamu’alaikum wr.wb

Narasumber Iya sama-sama

Wa’alaikummussalam

116

HASIL WAWANCARA

NAMA : Bpk. Achmad Rawi, S.Pd

JABATAN : Guru Bahasa Arab & Pengisi Kegiatan Literasi

HARI/TANGGAL : Rabu/15 Juli 2020

TEMPAT : Depan Lab Komputer MAN 3 Jakarta

Peneliti Bismillahirrahmanirrahim

Asssalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah terimakasih bapak Rawi yang telah

meluangkan waktunya untuk bisa saya wawancarai dan

mohon maaf pula apabila saya mengganggu waktunya

sebentar, sebelumnya akan lebih enak untuk perkenalan

terlebih dahulu pak, nama lengkap bapak siapa pak?

Narasumber Iya Wa’alaikummussalam wr.wb

Nama saya Achmad Rawi, S.Pd

Peneliti Bapak di MAN 3 ini menjabat sebagai guru bidang studi apa

pak?

Narasumber Saya di MAN 3 ini menjabat sebagai guru bidang studi Bahasa

Arab untuk kelas 10 untuk tahun ini, kalau tahun lalu sama kelas

12 Agama dan tahun ini pula InsyaAllah saya jadi wali kelas X

IPA 1

Peneliti Oh oke pak, mungkin langsung saja ke pertanyaannya agar

mempersingkat waktu, pertanyaan pertama ialah materi apa

saja yang disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut pak?

Narasumber Materi yang disampaikan itu adalah materi dari kitab al-Akhlâk

li al-Banîn

Peneliti Lalu untuk refrensi yang bapak gunakan selain kitab

tersebut dalam kegiatan literasi apa saja pak?

Narasumber Kalau refrensi lain yang saya gunakan selain dari kitab tersebut,

saya menggunakan kitab Talim Muta’alim

Peneliti Kemudian pak kalau materi yang disampaikannya itu apa

sesuai dengan kurikulum yang diberikan sekolah atau

gimana pak ?

Narasumber Iya karena kan muatan kurikulum yang saat ini kan kurikulum

nya menyangkut muatan afektif, perilaku, sikap, akhlak, adab itu

diutamakan, bahkan Ketika rapat kenaikan kelas aja Ketika ada

anak yang bermasalah di kognitif nya nilai ulangannya, dilihat

dulu nilai afektifnya, nilai sikapnya, nilai akhlak dia bagus atau

tidak? Kalau nilai akhlak nya masih bagus, berarti masih bisa

ditolong dengan perbaikan nilai. Namun, memang al akhlaq lil

banin sebenarnya kitab ini ditujuan buat anak-anak ya bukan buat

117

remaja, padahal ini kita adakan untuk remaja, karena di MAN 3

ini kegiatan tersebut memiliki fungsi yang mana bertujuan untuk

me rewind Kembali perilaku-perilaku anak-anak, sehingga kita

ingin menarik mereka ke masa anak-anak pernah ga mereka

berbuat seperti ini, gitu. Kalau mereka pernah berbuat yang

sayyi’ah artinya yang tidak baik maka memang sudah seharusnya

dari kecil ditanamkannya yang Namanya al akhlaq al karimah,

karena ini merupakan pemicu kebahagiaan kita untuk kehidupan

selanjutnya

Peneliti Nah terus pak, strategi atau metode yang bapak gunakan

dalam kegiatan tersebut apa pak?

Narasumber Iya, karena ini literasi ya, jadi kita literasinya tidak perkelas,

keseluruhan di lapangan seperti upacara, tetapi mereka duduk

bersama, kemudian mereka wajib memegang buku literasinya

atau refrensinya meka pegang dan mereka juga harus memegang

catatan, alat tulis dan mereka harus mencatat point-point penting

yang disampaikan dalam literasi al akhlaq lil banin ini

Peneliti Kemudian pak, menurut bapak metode yang paling efektif

dalam menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik

seperti apa ?

Narasumber Iya yang pasti kalau sesuai Al-Qur’an ud’u ilaa sabili rabbika bil

hikmati wal mau’idzatil hasanah wa jadilhum bil lati hiya ahsan

jadi ketiga pendekatan dari Allah dalam Al-Qur’an ialah ajaklah

manusia itu ke jalan Tuhanmu dengan yang pertama hikmah, ya

dengan keteladanan dari guru-gurunya seperti itu, yang pertama

pasti itu hikmah, dan di al akhlaq lil banin ini disampaikan itu ya

memang bahwa yang pertama itu melalui hikmah nah kemudian

baru wal mau’idzatil hasanah yaitu nasihat-nasihat yang baik,

nah di al akhlaq lil banin ini hikmah dan akhlak yang baik itu

banyak gambarannya, banyak contoh-contohnya, banyak cerita-

cerita yang akhirnya bagaimana menggambarkan seharusnya

perilaku muslim Muslimah yang ber akhlaqul karimah, contoh-

contohnya sangat ril gitu di al akhlaq lil banin itu, makanya kita

mengambil buku kitab ini, walaupun sederhana sebenarnya

tentang kehidupan sehari-hari tetapi bisa dicerna oleh anak-anak

dan memang dikembangkan oleh narasumbernya gitu,

narasumbernya kan kita terjadwal ya bergantian

Peneliti Menurut bapak, seberapa pentingkah peran guru dalam

proses penanaman nilai akhlak mulia?

Narasumber Sangat sangat penting, karena guru itu orang tua di Lembaga

Pendidikan, bahkan malah menurut sumber yang lain guru itu

justru di atas orang tua, karena guru yang mengajarkan peserta

didik untuk hormat kepada orang tua nah gitu dan guru juga

mengajarkan kepada orang tua untuk mendidik anaknya dengan

benar, makanya kan ada Riwayat ya wallahu’alam yang akan

masuk surga itu siapa duluan? Nah itu ternyata guru duluan gitu,

118

jadi sangat penting guru itu menanamkan perilaku akhlak mulia

sejak dini nah itu kalau dalam al akhlaq lil banin itu sejak dini

dalam kitab tersebut digambarkan jika kita ingin meluruskan

pohon, kalau pohon tersebut rantingnya sudah tua, sudah besar,

sudah dewasa maka dia akan cepat patah, tapi kalau rantingnya

masih muda maka itu masih bisa diluruskan, begitu pula dengan

anak-anak masih bisa diluruskan nah remaja memang agak sulit

tapi mau ga mau juga kita harus berusaha untuk meluruskannya

InsyaAllah dengan usaha, ikhtiar dan do’a kita setelah solat

bukan hanya untuk anak-anak kandung kita tapi juga untuk anak-

anak murid kita, siswa kita, peserta didik kita di MAN 3 Jakarta

Peneliti Nah, lalu pak tanggapan bapak mengenai guru yang

mungkin belum maksimal dalam menanamkan akhlak mulia

tersebut kepada peserta didik seperti apa pak?

Narasumber Ya itu kalau teman sejawat kita ya, maka kita harus hati-hati, ya

mungkin ya itu tadi kita mengajaknya dengan hikmah dan dengan

contoh kepada teman sejawat atau guru, apabila ada guru yang

masih kurang maksimal mengani hal tersebut maka itu hanya

atasan yang bisa memberikan nasehat, kalau kita tidak bisa

memberikan nasehat kepada teman sejawat kita secara verbal ya

palingan dengan cara hikmah takutnya nanti tersinggung atau

giamana gitu, jadi itu kalau sesama guru

Peneliti Oh oke pak, lanjut pak, kira-kira menurut bapak nilai-nilai

apa saja yang perlu ditanamkan kepada peserta didik ?

Narasumber Sesuai kegiatan literasi kita di dalam kitab al akhlaq lil banin itu

ada hierarki nya, Ketika kita meliterasi kitab al akhlaq lil banin

ini kitab ini mengajarkan yang pertama ialah akhlak kepada

Allah, jadi di awal-awal sekali digambarkan bahwa kebahagiaan

hidup kita di dunia ini, itu faktor penyebabnya adalah perilaku

akhlak kita yang baik, akhlak kita yang baik InysaAllah dunia

dan akhirat kita akan baik, tapi kalau akhlak kita buruk maka itu

akan menjadi penyebab keburukan hidup kita baik di dunia

maupun di akhirat, dan maka dari itu yang pertama kali

diperkenalkan ialah akhlak kepada Allah, diperkenalkan dalam

kitab ini menganai akhlak kepada Allah SWT, diperkenalkan

ma’rifatullah kita mengenal Allah bahwa kita itu datang dari

Allah, berasal dari Allah dan akan Kembali kepada Allah, kita

wajib mengenal Allah, bahkan dalam kitab tersebut yang jilid ke

dua itu dikisahkan ada beberapa murid yang diuji oleh gurunya

untuk memotong seekor ayam ditempat yang tidak seorang pun

mengetahui nya, tapi ternyata ada 1 orang yang tidak memotong

ayam tersebut dan akhirnya ditanya sama guru nya ‘kenapa kamu

tidak memotong ayam tersebut?’ murid menjawab ‘karena tidak

ada tempat bersembunyi yang tidak diketahui siapapun karena

saya yakin ada Allah, nah berarti keimanan dia kepada Allah itu

benar-benar kuat, dia merasa bahwa Allah selalu mengawasi dia,

119

nah ini kan akhlak, akhlak pertama dan yang paling utama kita

itu harus merasa yakin diawasi terus oleh Allah tidak ada tempat

yang tersembunyi yang tidak diketahui oleh Allah, Allah Maha

Tahu, nah itu yang pertama.

Yang kedua adalah akhlak kepada Rasulullah, karena Rasulullah

itu bagaikan guru kita, guru teladan kita, uswatun hasanah kita,

setelah Allah lalu Rasulullah, nah baru yang ketiga kita diajarkan

bagaimana kita bersikap kepada kedua orang tua kita, bahkan di

situ diurutkan Ibu dulu baru Ayah, bahkan di kitab al akhlaq lil

banin jilid dua itu dijelaskan hadits nya, siapa yang kita wajib

berbuat baik kepadanya ya Rasulullah? Maka Rasulullah pun

menjawab Ummuka, Ummuka, Ummuka sampai tiga kali baru

yang terakhir abuka, jadi yang pertama adalah Akhlak kepada

Allah, kemudian Akhlak kepada Rasulullah, terus Akhlak kepada

orang tua Ibu dan Ayah, baru akhlak kepada saudara-saudara kita

yang serumah Kakak kita atau Adik kita, bahkan dalam kitab

tersebut disebutkan kepada yang tua kita menghormati dan

kepada yang muda kita sayangi, nah ini adalah ajaran dalam

literasi kitab al akhlaq lil banin, mudah-mudahan warga MAN 3

Jakarta khususnya siswa siswi nya bisa paham betul bagaimana

seharusnya kita berakhlak yang mulia.

Peneliti Lanjut pak, lalu tanggapan bapak mengenai banyaknya

kasus-kasus yang terjadi mengenai degredasi nya akhlak

anak-anak remaja atau peserta didik di luar sana, seperti

halnya kasus asusila, tawuran, bullying dan lain-lain, seperti

apa pak?

Narasumber Nah itulah kenapa hal itu bisa terjadi, karena Sebagian besar dari

mereka atau 99,99% dari mereka dari kecilnya tidak dibiasakan

berakhlak, contoh tadi berakhlak kepada Allah kalau dia

memiliki akhlak mulia kepada Allah, pasti dia tidak mungkin

berani sekali-sekali melakukan hal yang Allah murkai, karena

apa? Karena dia merasa selalu diawasi oleh Allah, begitu juga

dengan akhlak kepada orang tua, jadi dari kecil itu kita didik

untuk berakhlak mulia, mulai dari siapa yang bertanggung jawab

? tentunya orang tua, naah orang tua harus mendidik anaknya dari

kecil agar bisa menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang

memiliki akhlak mulia, bagaimana jika terjadi seperti itu ? ada

anak-anak atau remaja yang kurang ajar, kenapa ada sebutan

kurang ajar ? karena dia kurang diajar sama orang tuanya,

mengajar tidak harus dengan kekerasan tetapi bisa juga dengan

tadi yaitu hikmah, orang tua sangat bertanggung jawab atas baik

buruknya anak nah itu penting tuh, bahkan guru pertama itu

adalah Ibu, mereka-mereka yang punya masalah dengan broken

home, mereka-mereka yang punya masalah dengan asusila,

kriminal, kenapa? Karena mereka tidak dihadirkan dengan sosok

seorang guru yang benar di rumah, namun ada juga kasus di

120

rumah mereka diajarkan akhlak mulia tapi ternyata mereka

domoninan terpengaruh oleh guru-guru yang di luar, guru-guru

yang di luar itu bukan yang di sekolah, guru-guru itu adalah

teman-teman mereka, teman-teman mereka jadi guru yang ga

baik, guru yang jahat, teman sepergualan mereka, setongkrongan

mereka, kan kata Nabi kalau kita mau mencari teman maka

carilah teman yang baik kalau kita berteman dengan tukang

minyak wangi maka kita akan dapat bau minyak wanginya, dan

jika kita berteman dengan tukang besi maka kita akan

mendapatkan bau besinya atau panas besi nya yang ga enak, jadi

bagaimana kesimpulannya mengenai anak-anak remaja yang

terlibat kasus tersebut ialah karena mereka salah pergaulan dan

salah didikan sejak kecil

Peneliti Kemudian pak, apa menurut bapak peserta didik ini mampu

menanamkan nilai akhlak mulia ke dalam dirinya sendiri ?

Narasumber Itu yang harus, dari awal itu harusnya sebelum mereka

mencotohkan orang lain, mereka harus mulai dari diri sendiri,

kita inget kata Aa Gym, 3 M ap aitu 3 M? yaitu Mulai dari diri

sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai saat ini, nah 3 M itu

yang harus ditanamkan terutama buat siswa, Ketika mereka

berliterasi maka bukan hanya mencatat tapi juga menerima dan

mengolah hasil dari literasi khususnya al akhlaq lil banin ini

untuk menjadikan sikap, dimasukkan ke dalam hati dan

diamalkan dalam perbuatan baru akan berbuah, jadi literasi kitab

al akhlaq lil banin ini tidak akan pernah berbuah tanpa ada

pengamalan dan berbagai narasumber memang mengarahkan ke

sana dengan hikmah dan cerita-cerita supaya mereka paham,

maka sering ditanya mereka sudah bangun waktu subuh belum ?

sudah biasa sholat subuh belum? Nah bahkan ada juga pernah

contoh misalnya menghormati orang tua dan menghormati guru

bagimana cara cium tangan itu dicontohkan dalam kegiatan

literasi tersebut, jadi ada anak rohis jadi pemeraga nya di

panggung itu, mereka kemudian mencontohkan bagaimana cara

cium tangan dengan benar ada Tabarruk nah yang satu lagi bapak

lupa, jadi kalau kita cium tangan mencium punggung dari tangan

yang kita cium orang tua atau guru nah itu Namanya apa gitu,

nah ada lagi yang tabbaruk cium tangannya bolak balik, dulu

sering kita lihat di berbagai media cium tangan bolak balik itu

dijadikan cemoohan, dijadikan bahan lawakan, padahal itu yang

bener untuk guru dan orang tua yaitu cium tangan tabarruk yaitu

bolak balik cium punggung tangannya dan bagian dalamnya, nah

itu salah satu yang diajarkan dalam literasi kita kemarin, jadi kita

mengambil refrensi tambahan kan kalau dalam kitabnya tidak

digambarkan terlalu mendetail jadi kita tambahkan.

121

Peneliti Nah lanjut pak kepertanyaan selanjutnya yaitu mengenai

kegiatan tersebut, yaitu bagaimana perencanaan bapak

atauu persiapan bapak pada kegiatan tersebut?

Narasumber Iya sesuai dengan arahan dari program sekolah terutama

kurikulm, wakil kurikulum membuat program setiap hari selasa

dua pekan sekali, itu kita mengadakan kegiatan literasi kitab al

akhlaq lil banin, ini kita jilid satu sudah mau habis sedikit lagi,

nanti kemungkinan jilid ke dua kita akan mulai kembali kalau

situasi sudah kembali normal, kita akan mulai dengan jilid ke

dua, karena apa ? karena di jilid ke dua itu lebih komprehensif

dan lebih banyak contoh-contoh kisahnya terutama kisah Nabi,

Kisah Sahabat, seperti contohnya yang Nabi pernah bilang

‘barangsiapa yang mencuri sekalipun itu anak saya Fatimah,

maka akan tetap saya potong tangannya’ nah itu kan contohnya

ada di kitab jilid ke dua jadi lebih banyak contoh-contohnya

seperti itu

Peneliti Oh begitu pak, kemudian untuk proses pelaksanaannya

seperti apa pak?

Narasumber Prosesnya? Jadi pagi hari pukul 6:30 mereka berkumpul di

lapangan ada petugas pelaksana yang menyiapkan sarana kita

dibantu oleh rohis, jadi yang menyiapkan sarana dan prasarana

adalah anak-anak rohis, jadi kita gelar terpal dan karpet,

kemudian ada juga petugas MC nya dari siswa, kemudian ada

muqaddimahnya kita bershalawat dulu seperti sholawat dustur,

untuk memanggil anak-anak agar turun dan berkumpul di

lapangan, kemudian narasumber nya bergantian bahkan dulu

pernah bapak kepala langsung yang menjadi narasumber dan

guru-guru agama dari guru yang umum juga ada yang jelas

terjadwal

Peneliti Lalu pak, mengenai evaluasi dari kegiatan tersebut seperti

apa pak?

Narasumber Iya kita biasanya mengevaluasi semuanya ya, mulai dari

waktunya, tempatnya, misalnya kalau waktu kemarin kalau tidak

salah berganti harinya, kemudian juga narasumbernya kita

evaluasi misalnya ada beberapa guru yang tidak siap nah itu

biasanya digantikan sama guru yang siap jadi ada badalnya,

kemudian anak-anaknya juga, misalnya ada yang lupa bawa

kitabnya, besoknya kita siapin foto copy an nya aja yang sesuai

dengan materi yang akan di bahas aja tapi ga semua hanya

beberapa aja nah itu untuk yang tidak bawa, tapi tetap dapat

sanksi nya bisa berupa point atau meresume keseluruhan materi

yang disampaikan itu dan yang terakhir mungkin kita belum ada

tanya jawab, nah itu mungkin kedepan akan ada tanya jawab dan

juga kita minta ke pimpinan agar jangan 2 minggu sekali, literasi

ini kan digalakkan bukan hanya di pemda ya, tapi juga di

pemerintah kita ya Indonesia seperti Kementrian Pendidikan dan

122

Kementrian Agama itu kan menggalakkan literasi, maka kalau

bisa jangan hanya 2 minggu sekali tapi 1 minggu sekali gitu.

Kalau dulu sebelum ini literasi itu di kelas, di kelas masing-

masing itu tetap mereka membuat resume tapi tidak terkontrol

Ketika mereka melakukan literasi tersebut, kalau yang

dilapangan kan terkontrol dan terstruktur, dan kalau literasi yang

dikelas itu bukunya tidak ditentukan jadi pilihan mereka masing-

masing, mulai dari buku yang ilmiah dan yang non ilmiah seperti

novel seperti itu, nah kalau ini kan kita yang tentukan yaitu al

akhlaq lil banin karena ini kan ada hubungannya dengan afektif

yaitu pengamalan sikap dan perilaku nya

Peneliti Kemudian pak, kalau untuk pengimplementasian peserta

didik dalam kegiatan tersebut seperti apa pak? apakah ada

pengawasan setiap dari wali kelas ?

Narasumber Oh iya, jadi feedback mereka hasil resume mereka dikumpulkan

ke wali kelas dan dinilai kemudian itu masuk ke dalam nilai

literasi, nanti dimasukkan ke dalam nilai-nilai guru agama,

termasuk ke dalam nilai afektif dalam rapot

Peneliti Oke pak, lalu pak selama kegiatan tersebut ada kah faktor

penghambat dan pendukung yang bapak rasakan ?

Narasumber Karena kita mengadakannya di lapangan yang terbuka jadi

tempatnya kadang-kadang cuaca, pernah waktu itu ujan, tapi

masih bisa diantisipasi dengan pindah ke dalam masjid,

kemudian itu penghambatnya dari peserta didik yang mungkin

berisik, tapi tetap masih bisa teratasi karena dari atas panggung

bisa terlihat oleh narasumber jadi bisa langsung diberi teguran,

dan dibelakang juga ada guru-guru yang menjadi pengawas pada

kegiatan tersebut, jadi jika ada anak-anak yang kurang aktif pada

kegiatan tersebut maka akan diberi sanksi

Peneliti Tanggapan bapak atau cara bapak mengatasi faktor

penghambat pada kegiatan tersebut seperti apa pak?

Narasumber Kita selalu berusaha kegiatan literasi kita berjalan dengan lancar,

mulai dari fasilitasi, pernah waktu itu terpal kita ini belum punya,

akhirnya guru-guru patungan untuk membeli tarpel, waktu itu

ada rezeki, akhirnya terbeli lah terpal itu 3 atau 4 yang Panjang

lebih luas dari lapangan voli ya, kemudian ada juga karena proses

literasi kita mencoba melakukan siaran langsung di Facebook

nah itu ada inisiatif dari siswa kelas 12 yang sudah lulus akhirnya

dia belikan stand Handphone untuk kegiatan tersebut, nah itu

prasarana, kalau dari narasumbernya tidak hanya dari guru

agama siapa pun boleh, yang penting belajar dulu kitabnya, mana

nih materi yang ingin disampaikan seperti itu, makanya guru-

guru baru yang sekarang kita persilahkan juga untuk menjadi

narasumber, bahkan pak kepala pun kita tawarkan

Peneliti Alhamdulillah terimakasih banyak Pak Rawi atas waktunya

dan mohon maaf apabila saya mengganggu waktunya, sekali

123

lagi saya ucapkan terimakasih banyak pak, saya akhiri

wassalamu’alaikum wr.wb

Narasumber Iya sama-sama

Wa’alaikummussalam wr.wb

124

HASIL WAWANCARA

NAMA : Ibu Siti Fatimah, M.Pd

JABATAN : Guru Bidang Studi SKI & Narasumber Kegiatan Literasi

HARI/TANGGAL : Rabu/15 Juli 2020

TEMPAT : Ruang Kepala SMA Wijaya

Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb terimakasi bu Fatimah atas

waktunya dan mohon maaf bila mengganggu waktunya, saya

Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi, mahasiswa PAI

UIN Jakarta sekaligus Alumni MAN 3 Jakarta Angkatan

2013, saya mohon izin untuk mewawancari Ibu mengenai

kegiatan literasi kitab kuning, namun sebelumnya alangkah

lebih baik dimulai dengan perkenalan terlebih dahulu, nama

lengkap ibu siapa ya?

Narasumber Iya wa’alaikummussalam wr.wb, nama lengkap saya Siti

Fatimah, M.Pd

Peneliti Dan Ibu di MAN 3 menjadi guru bidang studi apa ya bu?

Narasumber Saya di MAN 3 menjadi guru bidang studi SKI untuk kelas 11

dan Qur’an hadits kelas 12

Peneliti Ohh begitu ya bu, baik bu, langsung saja ke pertanyaannya

agar mempersingkat waktu, pertanyaan pertama apa saja

materi yang disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut?

Narasumber Materi nya banyak ya diantaranya akhlak-akhlak keseharian

bagaimana anak-anak berperilaku, itu ada akhlak kepada orang

tua, akhlak kepada guru, akhlak kepada lingkungan, akhlak

kepada sesama teman, gitu ya, bahkan bagaimana caranya

mereka berakhlak kepada benda mati sekalipun gitu, jadi di sini

makanya digunakan kitab Al Akhlaq lil banin, karena kitab ini

cukup sederhana namun isi nya cukup bagus sampai mendetail

sekali

Peneliti Lalu bu, kira-kira refrensi yang ibu gunakan dalam mengisi

kegiatan tersebut apa saja ya ? selain kitab Al Akhlaq lil

Banin

Narasumber Ya baik, untuk materi penyempurna nya, ibu kadang mengambil

dari hadits-hadits, ibu kaitkan dengan hadits-hadits, misalnya

tentang akhlak kepada orang tua, nanti ibu ambil bagaimana sih

harusnya berperilaku kepada orang tua, kemudian dari dalil-dalil

naqli ayat Al-Qur’an, nah ini kan lebih mengena sepertinya di

anak-anak, dan selain itu juga ibu mengambil contoh-contoh dari

kehidupan yang ada disekitaran, sekarang kan bagaimana ini

akhlak anak-anak kepada orangtua, guru dan lain sebagainya,

125

bisa dijadikan sebagai refrensi juga, supaya bisa lebih faktual,

seperti itu

Peneliti Lalu yang ketiga bu, apakah materi yang disampaikan

mengenai akhlak mulia sesuai dengan kurikulum yang

diberkan?

Narasumber Ya sesuai ya sama kurikulum, karena gini nak, kalau kurikulum

2013 itu, kan ada 4 KI, KI 1, 2, 3 dan 4 ya, hebatnya kurikulum

2013 ini KI 1 nya itu bagian spiritualnya, spiritual itu bagaimana

anak itu bersikap kan begitu ya, Sikap spiritual itu bagaimana

pendalaman keagamaannya, yang kedua KI 2 ini sosialnya,

bagaimana mereka bersosialisasi dengan lingkungan dan lain

sebagainya, nah baru KI 3 ini adalah keilmuan nya, kognitifnya,

kalau dulu kan tidak ya, dulu mah ilmu dulu atau kognitif dulu

baru yang lainnya. Nah kurikulum ini tidak, jadi anak yang

nilainya bagus tetapi akhlaknya jelek bisa jadi dia tidak naik

kelas, jadi ini sangat cocok sekali dengan kurikulum yang

sekarang, begitu

Peneliti Lanjut bu, ke pertanyaan selanjutnya, kira-kira strategi atau

metode yang Ibu gunakan dalam proses penanaman nilai

akhlak mulia pada kegiatan tersebut gimana bu?

Narasumber Ketika literasi itu, karena dilapangan itu kita gabisa pakai media

ya, media nya palingan hanya media audio saja, seperti mic dan

sound gitu, tidak bisa menggunakan slide-slide seperti itu, jadi

metode nya seperti ceramah saja dan tanya jawab, karena sulit

untuk menggunakan media, karena di lapangan.

Peneliti Nah menurut ibu, kira-kira metode yang paling efektif dalam

kegiatan tersebut atau diluar kegiatan tersebut untuk bisa

menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik?

Narasumber Pembiasaan contohnya. pembiasaan ke anak-anak, contoh yang

paling gampang aja, akhlak mulia itu memungut sampah itu kan

bagian akhlak mulia gitu kan ya, jadi bagaimana kita ini menjaga

kebersihan gitu kan, nah pembiasaan itu yang paling penting,

bagaimana contohnya, ya kita pun guru kalau menurut ibu Ketika

melihat sampah ya ambil itukan dari pembelajaran, kalau

gurunya liat sampah cuek ya anaknya pasti cuek, jadi dari yang

gampang aja seperti itu sih contohnya, pembiasaan dan

menanamkan budaya, seperti itu.

Peneliti Lalu selanjutnya bu, menurut ibu seberapa pentingkah

peran seorang guru dalam menanamkan akhlak mulia

kepada peserta didik serta bagaimana peran guru tersebut ?

Narasumber Peran guru dalam menanamkan akhlak itu sangat penting, ya

karena kan seperti dalam Al-Qur’an yang mana Nabi saja

menjadi contoh teladan kita, yakan kita harus mencontoh

Rasulullah, nah guru itu juga uswatun hasanah untuk muridnya

gitu kalau menurut ibu, jadi kita mau menjadikan anak ini

berakhlak mulia, nah kita disini (guru) berakhlak mulia tidak?

126

Gitukan, jadi Ibda’ binnafsik (mulai dari diri sendiri) dulu ya,

mulai dari gurunya baru nanti anak akan mencontoh, jadi guru

itu memiliki peran penting dalam menanamkan akhlak kepada

anak-anak, karena ga mungkin guru menyuruh berakhlak mulia,

tapi Ketika itu melihat gurunya marah-marah kepada satpam

dengan nada kasar contohnya, jadi sangat penting sekali ya

Peneliti Nah, menurut ibu dan tanggapan ibu mengenai guru yang

mungkin belum cukup maksimal menjalankan perannya

dalam menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik,,

seperti apa bu?

Narasumber Kalau ada guru yang belum maksimal dalam penanaman akhlak,

ya paling tidak kita sebagai teman mengingatkan begitu kan,

khususnya kita punya yang Namanya MGMP Agama

(Musyarawah Guru Mata Pelajaran) ada yang tingkat DKI dan

tingkat Sekolah yang setiap 2 bulan sekali kita melakukan

meeting nah disini lah kita membahas apa sih kekurangan-

kekurangan kita baik dari segi Teknik mengajar maupun dari

kepribadian apa sih yang kurang, nah di sini lah kita bisa sharing

kepada teman-teman gitu, tapi kalau seandainya ada yang keras

kepala yaitu biarlah utusan atasan yang mengatasinya, seperti itu.

Peneliti Menurut ibu, nilai-nilai akhlak mulia apa saja yang perlu

dan harus ditanamkan kepada peserta didik?

Narasumber Pertama hormat ya, baik hormat dengan orang tua, guru, maupun

dengan sesama teman itu yang paling penting dalam nilai-nilai

akhlak, kemudian yang kedua akhlak mulia itu bagaimana dia

menjalankan ibadahnya, jadi kita bisa tahu anak ini akhlak nya

baik atau tidak Ketika dia di suruh sholat langusng sholat kan

bisa keliatan oh ini anak berarti akhlaknya bagus, itukan menjadi

indicator, kalau ada anak yang disuruh sholat, tapi malah dia

muter-muter ke kantin atau ke mana, nah ini kan bisa

menindikasikan bahwa akhlaknya masih kurang gitu ya. Jadi

akhlak mulia yang perlu ditanamkan itu intinya hormat kepada

orang tua, guru dan sesama teman serta bagaimana anak tersebut

dalam menjalankan atau pengamalan ibadahnya.

Peneliti Lalu, bagaimana tanggapan ibu melihat banyaknya kasus-

kasus degredasi akhlak yang terjadi di luar sana, seperti

misalnya kasus asusila, tawuran, dan sebagainya?

Narasumber Ya tanggapan ibu sih, sangat menyedihkan bukan lagi

memprihatinkan tapi sangat menyedihkan, karena anak-anak

sekarang itu sepertinya etika kepada orang tua, akhlakul karimah

nya itu sudah sangat-sangat turun ya, pergaulan bebas sudah

merajalela gitu kan, luar biasa lah yang terjadi dimana-mana,

kemudian faktor pengaruh tontonan-tontonan, media social dan

lain sebagainya, ini lah yang menurunkan sebenarnya akhlak-

akhlak mulia anak-anak, ya karena kalau kita bandingkan dengan

masa dulu yang belum handphone itu kan akhlak masih bisa

127

dibina dengan baik gitu ya, dengan mudah dengan bisa

diperhatikan, tapi dengan adanya media sosial itu yang baik bisa

jadi rusak atau buruk.

Peneliti Menurut ibu, apakah bisa peserta didik menanamkan nilai

akhlak mulia ke dalam dirinya sendiri?

Narasumber Sebenarnya sangat bisa ya kalau dia ada kemauan, nah jadi gini

ada faktor-faktor pendukung bagaimana dia cara menanamkan

akhlak? Yang pertama faktor pendukungnya ialah keluarga, jadi

di keluarga pun orang tuanya harus menanamkan akhlakul

karimah, nah kalau di rumah sudah tertanamkan akhlakul

karimah otomatis Ketika keluar rumah pun anak tersebut juga

berakhlak baik, contoh ayah ibu tidak boleh memanggil anak

dengan kata-kata kasar atau dengan kata-kata panggilan yang

kurang baik, misalnya “eh si males, mau kemana?” nah itu kan

akan tertanamkan, nanti Ketika anak ini keluar dia pun akan

berbuat seperti apa yang dilakukan orang tuanya kepada teman-

teman nya. Lalu yang kedua faktor pendukungnya adalah

lingkungan, lingkungan ini adalah teman-teman nya bergaul baik

di sekolah maupun di rumahnya, nah makanya Nabi saja

mengingatkan kalau cari teman tuh yang benar, kalau teman nya

tukang minyak wangi kita jadi wangi, kalau teman nya main api

kita pun kena api nya, jadi temen itu sangat berpengaruh terhadap

penanaman akhlak itu sebenernya, jadi anak itu bisa memilih

mau akhlak yang baik atau yang buruk, gitu

Peneliti Baik bu, lanjut sekarang ke pertanyaan mengenai

kegiatannya, kira-kira bagaimana persiapan atau

perencanaan ibu dalam kegiatan literasi tersebut?

Narasumber Persiapan ibu dalam kegiatan tersebut mengeksplore dulu

materinya, jadi ibu mencari tahu dulu materinya tentang apa,

kemudian setelah itu ibu cari literasi lagi dari kitab maupun dalil-

dalil al-Qur’an dan hadits, kemudian ibu kaitkan dengan masalah

yang mungkin sedang terjadi saat ini di masyarakat, karena ga

mungkin anak itu diceramahin mulu tanpa mereka mengerti

tentang hal tersebut yang ada mereka malah bosen.

Peneliti Lalu untuk proses pelaksanaan dalam kegiatan tersebut

seperti apa ya bu?

Narasumber Kalau di MAN 3 kegiatan literasi itu setiap selasa kita literasi di

lapangan tempatnya, jadi semua anak dikumpulin di lapangan,

semua anak punya kitab masing-masing, jadi Ketika guru

menyampaikan dia menyimak, kemudian menyalin inti-intinya,

setelah itu buku yang dia salin itu di serahkan kepada wali

kelasnya untuk dinilai, karena kalau ga dinilai bisa jadi dia

bercanda, mengobrol, oleh karena nya itu merupakan taktik kita

agar anak-anak tidak mengobrol atau bercanda, jadi kita

kumpulin aja buku resume nya untuk dinilai

128

Peneliti Berarti, evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan tersebut

ialah dari segi penilaian yang dilakukan oleh wali kelas ya

bu?

Narasumber Iya, berarti kan ketuan nih siapa yang hadir siapa yang tidak, nah

itu nanti akan berimbas kepada nilai kerajinan nya di rapot

Peneliti Nah menurut ibu, perlukah evaluasi yang dilakukan setelah

kegiatan tersebut?

Narasumber Perlu, karena kita melihat kekurangan nya apa nih dalam literasi

ini, kan bisa jadi juga setiap literasi ada aja kan masalahnya apa,

ada anak yang tidur-tiduran, ada anak yang ga bawa kitab, nah

setelah evaluasi ini baru kita cari untuk anak yang ga membawa

kitab apa nih sanksi nya, misalnya gitu, biasanya kita gitu, untuk

anak yang ga bawa buku catatan apa nih sanksinya gitu, karena

kan ini penting gitu loh, ini kan untuk seluruh anak bukan hanya

untuk anak jurusan agama saja.

Peneliti Lalu bu, selama ibu mengisi kegiatan tersebut apakah ada

faktor penghambat atau pendukungnya ?

Narasumber Kalau faktor penghambatnya adalah ya itu tadi, ada anak yang

tidak bawa kitab, sehingga dia tuh kalo ga bawa kitab akhirnya

iseng, temen nya lagi baca kitab dia malah ajak ngobrol itu kan

jadi penghambat sehingga berisik, yang Namanya di lapangan

jadi kedengaran suaranya sehingga kurang konsentrasi, kalau

faktor pendukungnya mungkin cuaca ya, kalau cuaca nya lagi

cerah ya kita bisa mengadakannya, cuman kalau lagi hujan ya

jadi faktor penghambat sehingga kita ga bisa ngadain kegiatan

literasi.

Peneliti Nah, terus bagaimana cara ibu mengatasi faktor

penghambat pada kegiatan tersebut?

Narasumber Ya itu tadi ya, kalau anak yang ga bawa kitab biasanya kita

sanksi, kalau di MAN 3 itu ada point, jadi kalau tidak bawa kitab

maka dapat point berapa gitu misalnya, terus yang ngobrol,

kegiatan tersebut kan masuk ke dalam pembalajaran juga jadi ada

point-pointnya untuk anak-anak yang bercanda, ngobrol atau

yang lainnya seperti itu

Peneliti Ohh, terimakasih banyak bu atas jawabannya,

Alhamdulillah pertanyaannya sudah selesai, jadi saya tutup

saja wawancara kali ini, sekali saya ucapkan terimakasih

banyak ya bu dan mohon maaf bila mengganggu waktunya,

wassalamu’alaikum wr.wb

Narasumber Iya sama-sama nak

Wa’alaikummussalam wr.wb

129

HASIL WAWANCARA

NAMA : Silmi, Amelia, Khiza, Amanda dan Syifa (5 Orang)

KELAS : XII IPS

HARI/TANGGAL : Rabu/15 Juli 2020

TEMPAT : Perpustakaan MAN 3 Jakarta

Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb, Alhamdulillah terimakasih untuk

kalian yang telah meluangkan waktunya untuk kakak

wawancarai mengenai kegiatan literasi kitab kuning, jadi

perkenalkan nama kakak Sulthon Nabawi, Mahasiswa UIN

Jakarta Jurusan PAI dan kakak alumni MAN 3 Jakarta

Angkatan 2013, nah jadi langsung aja biar ga

mempersingkat waktu, pertanyaan yang pertama

bagaimana pendapat kalian mengenai kegiatan literasi yang

dilaksanakan oleh sekolah?

Jawaban A Bagus sih, buat nambahin apa dah? Hmm akhlak gitu kak kan

kitab itu kayak mencerminkan agar akhlak keseharian kita bisa

lebih baik lagi gitu kak

Jawaban B Kurang lebih sih seperti itu kak, untuk menambah pengetahuan

kita tentang akhlak kita sehari-hari aja

Jawaban C Iya menurut saya jga begitu kak, karena kan isi dari kitab itu

sendiri emg ngebahas masalah seputar akhlak jadi bagus lah buat

menambah pengetahuan kita

Jawaban D Saya setuju sih kak dengan yang lain, emang kegiatan ini cukup

bagus buat diadakan oleh sekolah

Jawaban E Iya sama saya juga setuju kak, kegiatan ini bisa memberikan

pengetahuan tentang akhlak pokoknya deh

Peneliti Oke deh, lanjut ke pertanyaan berikutnya, menurut kalian

apa materi yang disampaikan bisa kalian tanamkan ke

dalam diri kalian?

Jawaban A Inysa Allah bisa sih kak, cuman kayaknya ga seluruhnya bisa

ditanamkan gitu kak

Jawaban B Iya kak bisa sih menurut saya, cuman yaitu ga seluruhnya yang

disampaikan dalam kitab tersebut gabisa langsung tertanam gitu

kak

Jawaban C Betul, karena butuh proses untuk menanamkan isi dari kitab

tersebut juga kak

Jawaban D Setuju kak, butuh proses dan waktu juga dalam menanamkan isi

kitab itu

Jawaban E Saya setuju kak dengan yang lain nya hehehe

Peneliti Lanjut, lalu bagaimana pendapat kalian mengenai nilai-nilai

akhlak mulia yang terkandung dalam kitab tersebut?

Kemudian kira-kira kegiatan tersebut mampu memberikan

130

pengetahuan mengenai akhlak kepada diri kalian ? kalau

misalkan iya apakah ada perubahan ? dan kalau tidak

kenapa ?

Jawaban A Iya ada sih kak perubahannya, cuman yang tadi saya bilang, ga

semuanya gitu, palingan kadang masih ada melencengnya sedikit

Jawaban B Betul kak, ada perubahan cuman ga 100% bisa dilakukan gitu

kak

Jawaban C Heem kak karena kan yaitu tadi butuh proses buat melakukannya

dan kalau ditanya ada perubahan sih, ya Alhamdulillah ada

perubahan nya sih kak

Jawaban D Iya kak, meski perubahannya juga ga langsung berubah gitu kak,

ibaratnya masih sedikit demi sedikit

Jawaban E Iya kita merasakan perubahannya kok kak walaupun secara ga

langsung tapia da manfaatnya, dari yang tadi ga tau mungkin bisa

jadi tau gimana cara berakhlak gitu kak

Peneliti Nah, sekarang ada ga faktor penghambat atau pendukung

yang kalian rasakan selama kegiatan tersebut?

Jawaban A Banyak sih kak hahaha, kyk misalkan fokus ke handphone itu

termasuk ga sih kak? Hahaha ya pokoknya itu deh kak ada aja

gangguan entah dari luar atau dari diri sendiri

Jawaban B Betul kak, kayak ada aja temen yang ngajakkin ngobrol gitu kak

terus juga kadang suka ngantuk juga kak kalo dengerin itu kak,

jadi bosen aja rasanya

Jawaban C Iya kak hahah ngomongin orang contohnya kak kayak gitu deh

kak pokoknya mah kalo ga ngobrol ya malah ngantuk bawaannya

gitu hahaha

Jawaban D Iya kadang juga ga fokus karena dengerin musik kak, Namanya

juga bosen kak jadi gman ya hahaha

Jawaban E Betul kak, kyk boring gitu kak, soalnya masih pagi kan udh

disuruh turun ke lapangan, panas-panas sama aja kyk upacara

kak, cuman kan upacara bediri kalo ini duduk jadi kyk ngantuk

gitu bawaannya kak

Peneliti Oke terakhir ini, kesan pesan atau kritik kalian mengenai

kegiatan tersebut bagaimana ?

Jawaban A Iya mungkin kalo bisa sih kak jangan di tengah lapangan, soalnya

panas dan juga bawaanya jadi ngantuk gitu

Jawaban B Iya kak terus juga sih kalo bisa suara nya jangan terlalu cepet-

cepet kalo ngejelasin, soalnya yang nyatet buat resume nya kan

jadi kebingungan kalo cepet-cepet gitu kak

Jawaban C Kadang juga sih kak ngejelasinnya ga sesuai materi nya, awalnya

sih iya ngejelasinnya sesuai materi cuman lama kelamaan kadang

keluar dari materi nya gitu kak

Jawaban D Iya kak saya sama kyk mereka aja hahaha

Jawaban E Iya saya juga kak hehe

131

HASIL WAWANCARA

NAMA : Sofian, Fitra, Robby, Satrio (4 orang)

KELAS : XII Agama

HARI/TANGGAL : Sabtu/25 Juli 2020

TEMPAT : Room Meeting Zoom

Peneliti Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah, terimakasih buat temen-temen kelas 12

Agama yang udah berkenan menyempatkan waktunya

untuk diwawancari mengenai kegiatan literasi di MAN 3

Jakarta, jadi langsung ada agar mempersingkat waktu

Pertanyaan pertama bagaimana pendapat kalian mengenai

kegiatan literasi yang diadakan oleh sekolah ?

Jawaban A Kalo saya pribadi, kalo dilihat dari zaman sekarang semakin

sedikit orang-orang yang mengerti apa itu kitab kuning, orang-

orang yang jauh dari kehidupan beragama meskipun mereka

sekolah di sekolaah agama. Menurut saya kegiatan ini sangat

positif sekali, karena kita bisa mempelajari kitab-kitab ulama dari

sumbernya langsung yaitu kitab kuning, kit aga hanya belajar

agama dari buku paket saja, kita ga hanya belajar agama dari

sumber-sumber internet, tapi kita belajar agama dari sumbernya

langsung yaitu kitab kuning yang membawa dampak tersendiri

bagi kita yaitu para siswa terutama ga semua siswa yang ada di

MAN 3 Jakarta di berasal dari pondok, jadi mereka bisa tahu apa

itu kitab kuning, dan bisa belajar apa itu isinya, dan yang

terpenting bisa melestarikan budaya dari para ulama, demikian

Jawaban B Kalau menurut saya sih bang, cukup bagus kegiatan tersebut, ya

kurang lebih persis lah kayak yang sofian bilang melestarikan

budaya ulama

Jawaban C Iya bang, kalo menurut saya sih cukup bagus bang, karena kan

itu ada anak-anak yang mungkin berasal dari SMP atau dari

pesantren, jadi mereka tau seperti apa itu Bahasa Arab bang,

termasuk mufradat-mufradat nya, begitu bang

Jawaban D Iya kalo menurut saya sih cukup bagus bang, karena kegiatan ini

bisa menjadi media sekolah untuk mencari bakat-bakat siswa

yang ingin mendalami atau mempelajari kitab kuning secara

mendalam

Peneliti Oke, bagus jawabannya, sekarang lanjut ke pertanyaan

selanjutnya, menurut kalian apa materi yang disampaikan

bisa kalian tanamkan kepada diri kalian pribadi ?

Jawaban A Sebenarnya itu tergantung diri masing-masing, bagaimana cara

menerapkan materi tersebut di kehidupan sehari-hari, tapi saya

juga merasa masih bingung gitu sama materi nya, rasanya masih

132

pengen lagi gitu bang, masih penasaran dan ingin tahu lebih

lanjut

Jawaban B Kalau ke diri pribadi… karena di kegiatan ini menggunakan kitab

yang membahas akhlak keseharian di rumah, makanya sangat,

sangat bisa diterapkan ke diri pribadi. Karena yang dipelajari di

sekolah dari kitab tersebut berhubungan erat dengan akhlak

keseharian kita di rumah, yang mana kehidupan kita saat ini

apalagi pada saat pandemic ini tentunya lebih banyak di rumah,

jadi pembelajaran atau materi yang kita dapatkan dari kegitan

literasi kitab kuning bisa kita terapkan sekarang

Jawaban C Iya kalo menurut saya sih bisa bang, karena kan nama kitabnya

aja akhlaq lil banin, jadi nyambung lah sama kehidupan kita

sehari-hari di lingkunan rumah, sekolah, dan misal contohnya

hormat kepada guru, adab kepada orang tua nah itu kan di ajarkan

dalam kitab tersebut bang, jadi sangat bisa diterapkan dalam

kehidupan kita

Jawaban D Ya menurut sih ya karena ini berhubungan dengan akhlak kita

ya, bagaimana kita berakhlak yang baik, jadi dengan kegiatan ini

bisa menerapkan apa yang tadi kita belum tau menjadi tau bang,

sehingga kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Peneliti Bagaimana pendapat kalian mengenai nilai-nilai akhlak

mulia? Apa dari kegiatan tersebut memberikan kalian

pengetahuan mengenai akhlak mulia ? Jika iya apakah ada

perubahan ? dan kalau tidak kira-kira kenapa alasannya?

Jawaban A Ya kalo menurut saya sih tergantung bang, tergantung orangnya,

kalo misalkan orangnya antusian banget buat ngikutin

kegiatannya ya InsyAllah bakalan dapet pengetahuannya dan

perubahannya, contohnya yang bisa saya terapin kayak ga

melawan orang tua, bicara ga membentak dan sebagainya jadi

tergantung orang bang pada akhirnya

Jawaban B Ya kalo menurut saya sih bang, setuju sih apa yang dibilang fitra,

tergantung diri masing-masing sih bang, kalo ada perubahan

misalkan dari akhlaknya yang kurang baik jadi setelah belajar

kitab kuning ini jadi bisa tau dan belajar bagaimana cara beradab

kepada teman atau sesama, dan lain-lain, begitu sih bang

Jawaban C Iya kalo menurut saya sama sih bang, bagiamana orangnya

mengambil pembelajaran dari akhlaq lil banin itu seperti apa dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Jawaban D Kalo menurut saya, melihat dari akhlak mulia yang diajarkan

dalam kitab akhlaq lil banin, seharusnya bisa membawa dampat

positif, bisa membawa perubahan dalam hidup, karena yang

diajarka dalam kitab akhlaq lil banin, sangat ringan dan dasar

sekali, seperti adab kepada orang tua, jadi materi nya tidak terlalu

berat, kesemuanya adalah adab keseharian kita yang sering kita

lakukan seperti mencium tangan, membantu orang tua, namun

balik lagi ke orang masing-masing bang, jadi ada Sebagian orang

133

yang mungkin hanya menganggap ini sekedar pelajaran sehingga

mereka hanya menerapkan dari apa yang mereka sudah

praktekan tanpa melakukan upgrade atau perkembangan dari apa

yang mereka telah pelajari dari kitab tersebut, jadi mereka hanya

stuck di situ, karena menganggap di sekolah hanya sekedar

materi saja, jadi mereka melakukan apa yang mereka sukai saja,

sehingga ga semua orang akan mendapatkan dampak positif dari

kegiatan literasi tersebut, padahal nilai akhlak mulia dalam kitab

tersebu sangat bagus, sangat ringan dan sangat mudah diamalkan,

namun hal tersebut Kembali lagi kepada diri masing-masing

Peneliti Oke lanjut, kira-kira adakah faktor penghambat dan faktor

pendukung yang kalian rasakan selama kegiatan literasi

tersebut?

Jawaban A Menurut saya bang, faktor penghambatnya tuh banyak yang

ngobrol saat literasi, kadang ada juga yang ga bawa kitab, terus

kalo faktor pendukungnya adanya guru piket yang bantuin

ngawasin, lalu adanya eskul rohis yang berpartisipasi untuk

membantu menyiapkan kegiatan tersebut seperti menggelar

karpet, membuka acara, dan sebagainya.

Jawaban B Kalo faktor pendukungnya, Alhamdulillah banyak guru-guru

yang mumpuni dalam membaca kitab kuningnya, itu faktor

pendukungnya, dan ada juga beberapa siswa yang antusias,

namun di sisi lain faktor penghambatnya seperti ngulur-ngulur

waktu anak-anaknya, males-malesan, ngumpet di kamar mandi

dan kadang juga cuaca bang, karena kita kan di lapangan dan ga

pake tenda, jadi kalau cuaca nya hujan kita jadi ga bisa di

lapangan, palingan di masjid, cuman kalo di masjid biasanya

pada ngobrol sih apalagi yang bagian belakang terlebih

perempuan jadi yang di depan merasa terganggu gitu bang, itu

yang jadi faktor penghambatnya

Jawaban C Iya kalo saya sih sama bang kayak Sofian dia udh mewakili,

karena emang betul di MAN 3 ada guru-guru yang MasyaAllah

hebatnya sebagai faktor pendukung dan juga kadang murid-

muridnya yaitu para oknum hahaha yang males-malesan sebagai

faktor penghambat

Jawaban D Iya sih bang faktor pendukungnya itu banyak guru-guru yang

bisa jelasin kitab kuning secara detail, dan juga ada murid-murid

yang antusias yang bisa membantu dalam kegiatan tersebut dan

faktor penghambatnya ya itu bang, anak-anaknya suka ulur-ulur

waktu kadang suka alasan sakit biar ga ikut literasi gitu bang

Peneliti Nah pertanyaan terakhir nih, apakah ada

Kesan/Pesan/Kritik dari kalian pribadi mengenai kegiatan

literasi ini ?

Jawaban A Kalo menurut saya sih, guru piketnya kalo bisa lebih tegas lagi

dalam mengawasi jalannya kegiatan literasi di MAN 3, terus

anak yang mungkin antusias ikut kegiatan ini bisa mengajak

134

temannya yang mungkin males-malesan bisa lebih aktif lagi

mengikuti kegiatan literasi ini, nah kalo bisa juga sih bang

dibuatin eskul untuk belajar kitab kuning gitu bang

Jawaban B Kalo saya sih mungkin saran aja bang, supaya ditegasin lagi buat

anak-anak yang mungkin ga bawa buku atau alat tulis atau

kitabnya, itu aja mungkin bang

Jawaban C Kalo menurut saya sih kesannya Ketika mimpin sholawat di

kegiatan tersebut, karena pertama kalinya mimpin sholawat

burdah, kemudian untuk saran aja sih bang agar guru-guru bisa

lebh teliti lagi dalam mengawasi dan juga kalo bisa guru-guru

jangan ikutan ngobrol atau ga guru-guru jangan diam aja gitu,

dan yang dibelakang kalo bisa jangan mengganggu konsentrasi

yang sedang serius, dan lebih tegas lagi untuk yang tidak

membawa kitab padahal udah disuruh, seperti itu bang

Jawaban D Kalo saya sih saran aja bang, lebih ketat aja penjagaannya dan

juga jangan hanya anak rohis saja yang turun, maksudnya anak-

anak osis kalo bisa ikut bantuin juga gitu, jadi bisa terlaksana

dengan baik gitu bang, udah itu aja bang

Peneliti Alhamdulillah, terimakasih kepada teman-teman semua atas

jawabannya dan kerja samanya, abang ucapkan terimakasih

dan mohon maaf mengganggu waktu kalian, jadi abang

akhiri aja karena waktu udah mau dzuhur, abang tutup ya

Wassalamu’alaikum wr.wb

135

FOTO KEGIATAN

Foto Lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta

136

Foto Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akkhlâk Li al-Banîn di MAN 3 Jakarta

Foto Panggung untuk Narasumber memberikan materi kegiatan literasi kitab kuning

137

Foto Fasilitas Pendukung Kegiatan Literasi Kitab Kuning berupa 2 buah Sound

System

Foto Bagian Masjid sebagai tempat alternatif kegiatan literasi kitab kuning ketika

cuaca tidak mendukung seperti hujan

138

Foto Resume an yang ditulis oleh peserta didik pada saat pelaksanaan kegitan literasi

kitab kuning

Buku Poin Madrasah kelas 12 IPS 1

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

BIODATA PENULIS

Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi,

Lahir di Jakarta pada hari Sabtu tanggal 28 Maret 1998,

Penulis tinggal di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.

Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan M.

Romli dan Dede Juhanah. Penulis memulai

pendidikannya di Sekolah Dasar selama enam tahun di

SDN 13 Rawamangun Pagi, kemudian melanjutkan ke

Sekolah Menengah di SMPN 44 Gading Raya Jakarta,

dan menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di Madrasah Aliyah Negeri 3

Jakarta. Setelah lulus dari MA, penulis melanjutkan studi nya ke perguruan tinggi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Selama kuliah penulis aktif mengikuti organisasi intra ataupun ekstra kampus.

Penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama

Islam di bagian Sekretaris Departemen Keagamaan tahun 2019/2020. Penulis juga

anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat. Penulis juga merupakan

ketua dari kelompok kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 46 VALENSI di Desa

Pangaur, Jasing, Bogor yang diadakan oleh kampus Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019.

Motto:

“Teruslah berusaha dan bekerja keras.

hingga suara cemoohan, berubah menjadi suara tepuk tangan”

150