penanaman nilai-nilai akhlak mulia peserta didik melalui ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of penanaman nilai-nilai akhlak mulia peserta didik melalui ...
PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA
PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN LITERASI
KITAB KUNING AL-AKHLÂQ LI AL-BANÎN
DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd)
Disusun oleh:
Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi
NIM. 11160110000030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1442 H
i
ABSTRACT
Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi (NIM: 11160110000030).
Cultivation of Students' Noble Moral Values through the Islamic Literacy al-
Akhlâq li al-Banîn Activities at MAN 3 Jakarta.
The problem currently faced in the world of education is that there are many
cases of moral degradation that occur among students, especially in adolescence.
This is a concern for every educator and parent regarding moral education that must
be instilled in every student. Through the Islamic literacy al-Akhlâq li al-Banîn
activities. These students are guided so that they can become humans who have
noble morals and behave well for themselves or others around them.
This study aims to determine how to instill noble moral values in students
through Islamic literacy al-Akhlâq li al-Banîn activities at MAN 3 Jakarta. The
research method used is descriptive qualitative research methods. This research was
conducted at Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta. The data analysis technique used
in this study is to reduce the data obtained, then present the data after reduction, and
after that provide conclusions from the data that has been presented.
The results of the study found that the inculcation of noble moral values in
students through these activities was quite successful. This can be seen from the
increase in student compliance with madrasah rules, the number of plus points
compared to the minus points obtained by students in the point book notes, the
adjustment of attitudes and behavior of students in the school, home and community
environment as well as from the affective value in student report cards. Then the
cultivation of moral values in these activities uses three of methods those are
bandongan, demonstrations and questions and answers. In the Islamic literacy al-
Akhlâq li al-Banîn activities the cultivation of moral values has reached three
learning domains, namely cognitive, affective, and psychomotor. The cognitive
realm can be seen from the increased knowledge and understanding of students
regarding noble morals. The affective domain can be seen from the good moral
habituation carried out by the teacher so that students get used to doing positive
things. The psychomotor domain can be seen from students who try to do positive
things in literacy activities such as not chatting or joking, listening to sources and
recording book material points.
Keywords: literacy activities, moral cultivation, moral education, al-Akhlâq li al-
Banîn.
ii
ABSTRAK
Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi (NIM: 11160110000030).
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia Peserta Didik Melalui Kegiatan Literasi
Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta.
Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam dunia pendidikan ialah
banyaknya kasus-kasus mengenai degradasi akhlak yang terjadi di kalangan peserta
didik khususnya di usia remaja. Hal tersebut menjadi perhatian bagi setiap Pendidik
dan orang tua mengenai pendidikan akhlak yang harus ditanamkan kepada setiap
peserta didik. Melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn ini
peserta didik dituntun agar dapat menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia dan
berperilaku yang baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain disekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai
akhlak mulia kepada peserta didik melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq
li al-Banîn di MAN 3 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan ialah metode
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri
3 Jakarta. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
mereduksi data yang didapat, kemudian menyajikan data setelah direduksi, dan
setelah itu memberikan kesimpulan dari data yang telah disajikan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa penanaman nilai akhlak mulia kepada
peserta didik melalui kegiatan tersebut cukup berhasil. Hal tersebut terlihat dari
meningkatnya kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib madrasah, banyaknya
poin plus dibandingkan poin minus yang didapatkan peserta didik dalam catatan
buku poin, penyesuaian sikap dan perilaku peserta didik di lingkungan sekolah,
rumah serta masyarakat serta dari nilai afektif dalam rapor peserta didik. Lalu
penanaman nilai akhlak pada kegiatan tersebut menggunakan metode bandongan,
demonstrasi dan tanya jawab. Dalam kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-
Banîn penanaman nilai akhlak telah mencapai tiga ranah pembelajaran yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif terlihat dari pengetahuan dan
pemahaman siswa bertambah mengenai akhlak mulia. Ranah afektif terlihat dari
pembiasaan akhlak baik yang dilakukan oleh guru agar peserta didik terbiasa
melakukan hal-hal positif. Ranah psikomotorik terlihat dari peserta didik yang
berusaha melakukan hal-hal positif dalam kegiatan literasi tersebut seperti tidak
mengobrol atau bercanda, mendengarkan narasumber dan mencatat poin-poin
materi kitab.
Kata Kunci: kegiatan literasi, penanaman akhlak, pendidikan akhlak, al-Akhlâq li
al-Banîn.
iii
KATA PENGANTAR
﷽
Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh
Mengawali dengan segala puji bagi Allah SWT dan mengakhiri dengan rasa
syukur kepada Allah Pencipta Alam atas segala karunia, taufik serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan lancar, semoga
apa yang penulis tulis dapat bermanfaat untuk semua pembaca.
Şalawat teriring salam penulis selalu curahkan kepada baginda Nabi
Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص, begitu pula kepada keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya
yang selalu senantiasa menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam kehidupanya.
Selama proses pembuatan skripsi ini, terdapat berbagai kesulitan serta
hambatan yang penulis alami baik eksternal maupun internal. Namun, hal tersebut
dapat penulis lalui berkat do’a , support, kesungguhan, istiqomah serta kritikan dan
pesan positif dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi
ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
4. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing hingga saat ini.
5. Dr. Abdul Majid Khon, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
mengarahkan serta membimbing selama proses pembuatan skripsi ini.
iv
6. Nuroto, M.Si., selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.
7. Adam Soleh Siregar, MM., selaku Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.
8. Achmad Rawi, S.Pd., selaku guru dan narasumber kegiatan literasi kitab
kuning di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.
9. Siti Fatimah, M.Pd., selaku guru dan narasumber kegiatan literasi kitab
kuning di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta.
10. Orang tua terkhusus Ibu, yang telah memberikan dukungannya serta
do’anya yang tiada hentinya teriring untuk penulis.
11. Bapak Reza yang telah memberikan dukugan materil kepada saya.
12. Teman-teman Mejelis Nurul Abdillah yang selalu menemai baik suka
maupun duka serta memberikan kritik dan saran dalam proses skripsi ini
13. Teman-teman Mahasiswa/i angkatan 2016 Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan dukungan, semangat serta do’a dalam setiap kesempatan
14. Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mampu mebalasnya dengan apapun,
semoga Allah SWT selalu memberkahi dan membalas dengan balesan yang
sebaik-baiknya di dunia maupun di Akhirat.
Demikianlah bentuk skripsi yang penulis buat, penulis menyadari kesalahan
serta kekurangan yang terdapat di skripsi ini, namun penulis berusaha sebaik
mungkin untuk mengurangi kesalahan serta kekurangan tersebut. Harapan penulis
ialah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya
bagi siapa saja yang membacanya, serta penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi pelajaran bagi penulis
di masa yang akan mendatang untuk menjadi lebih baik lagi.
Jakarta, 19 September 2020
Penulis
v
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin pada skripsi ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan
Huruf
Arab
Huruf
Latin
ţ ط
ť ظ
‘ ع
ģ غ
h ة
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Rangkap
Tanda dan
Huruf
Huruf Latin
Ai ئي
Au ئو
3. Mâdd (Panjang)
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
â ىا
î ىي
û ىو
Huruf Arab Huruf Latin
اTidak
dilambangkan
ś ث
h ح
kh خ
ź ذ
sy ش
ş ص
đ ض
Tanda Huruf Latin
a
i
u
vi
4. Tâ’Marbûţah
Tâ’Marbûţah hidup transliterasinya adalah /t/.
Tâ’Marbûţah mati transliterasinya adalah /h/.
Contoh:
hadîqat al-hayawânât atau hâdiqatul hayawânât = حديقة احليو اانت
زةمح = Hamzah
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah/Tasydîd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang
diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh:
yukarriru = يكر م allama‘ = علم al-maddu = المد kurrima = كر م
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf
yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:
aş-şalâtu = الصالة
b. Kata sandang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
al-bâhisû = الباحث al-falaqu = الفلق
7. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif,
contoh:
كلت أ = akaltu ûtiya = أوت
b. Bila di tengaj dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:
أكلون ت = ta’kulûna شيء = syai’un
8. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
al-Qur’ân = القرآن
ةاملدينة املنور = al-Madînatul Munawwarah
al-Mas’ûdî = املسعودي
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................i
ABSTRACT .............................................................................................................i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 10
D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 12
A. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak ...................................................................... 12
1. Pengertian Penanaman ........................................................................... 12
2. Pengertian Pendidikan Akhlak ............................................................... 14
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah ...................... 16
4. Nilai-Nilai Akhlak Mulia ....................................................................... 20
5. Pendekatan dan Metode Penanaman Akhlak ........... Error! Bookmark not
defined.
B. Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam Kurikulum ........... 22
1. Pengertian Kurikulum ............................................................................ 22
2. Jenis-Jenis Kurikulum ............................................................................ 23
3. Peranan Kurikulum ................................................................................. 26
4. Pengertian Literasi .................................................................................. 27
5. Pengertian Kitab Kuning ........................................................................ 28
vii
6. Kitab al-Akhlâq li al-Banîn .................................................................... 29
C. Kajian Yang Relevan ....................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 36
B. Metode Penelitian ............................................................................................. 36
C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
D. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data .................................... 43
E. Metode Analisis Data ....................................................................................... 45
F. Fokus Penelitian ................................................................................................ 46
G. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 48
A. Gambaran Umum MAN 3 Jakarta .............................................................. 48
1. Identitas Sekolah .................................................................................... 48
2. Sejarah Singkat ....................................................................................... 48
3. Visi dan Misi .......................................................................................... 49
4. Fasilitas ................................................................................................... 50
5. Struktur Oganisasi MAN 3 Jakarta ........................................................ 51
6. Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................................. 52
7. Peserta Didik .......................................................................................... 55
B. Pembahasan ....................................................................................................... 55
1. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia Melalui Kegiatan Literasi Kitab
Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ........................................... 56
2. Implementasi dan Evaluasi Dari Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-
Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ............................................................ 68
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penanaman Nilai Akhlak
Mulia .............................................................................................................. 72
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 81
A. Kesimpulan......................................................................................................... 81
B. Saran .................................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Umum .................................... 16
Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jurusan Keagamaan ............. 18
Tabel. 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara ................................................... 40
Tabel. 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi....................................................... 42
Tabel. 4.1 Sarana dan Prasarana MAN 3 Jakarta ........................................ 50
Tabel. 4.2 Daftar Pendidik MAN 3 Jakarta ................................................... 52
Tabel. 4.3 Daftar Karyawan dan Tenaga Kependidikan MAN 3 Jakarta ..... 54
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jumlah Siswa MAN 3 Jakarta.................................. 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 4.1 Struktur Organisasi MAN 3 Jakarta......................................... 51
Gambar 4.2 Jadwal Kegiatan Literasi .......................................................... 57
Gambar 4.3 Kitab Kuning Al-Akhlaq Lil Banîn ............................................ 57
Gambar 4.4 Proses Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning ............... 62
Gambar 4.4 Panggung untuk MC, Petugas dan Narasumber ....................... 64
Gambar 4.5 Sound System (kiri: sound di depan lab fisika, kanan: sound di
depan ruang TU) ............................................................................................ 64
Gambar 4.6 Bagian dalam Masjid (kiri: depan, kanan: belakang) .............. 77
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian …………………………..... 95
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Kanwil Kementrian Agama Jakarta …….. 96
Lampiran 3. Kisi – kisi Instrumen Penelitian ……………………………… 97
Lampiran 4. Pedoman Observasi …………………………………………... 99
Lampiran 5. Pedoman Wawancara ………………………………………… 102
Lampiran 6. Pedoman Dokumentasi ………………………………………. 109
Lampiran 7. Hasil Observasi ……………………………………………..... 110
Lampiran 8. Hasil Wawancara …………………………………………….. 114
Lampiran 9. Foto Dokumentasi Penelitian ………………………………… 140
Lampiran 10. Uji Refrensi …………………………………………………... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era yang semakin berkembang ini Pendidikan tetap menjadi suatu hal
yang terpenting bagi kehidupan manusia dalam keberlangsungan dan
mempertahankan hidupnya. Pendidikan juga merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan harkat martabat manusia sebagai makhluk yang sempurna.1
Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus
yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik.2
Oleh karena itu, menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No.IV/MPR/1973)
dikatakan bahwa Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.3 Namun, menurut Kingsley Price bahwa Pendidikan
ialah proses dimana kekayaan budaya non-fisik dipelihara atau dikembangkan
dalam mengasuh anak-anak atau mengajar orang-orang dewasa.
Lalu dalam UU Sisdiknas Tahun 1989 Bab I Pasal 1 ayat 1 dikemukakan
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.4
Selaras dengan hal tersebut, dalam UU Sisdiknas terbaru Tahun 2003 Pasal
1 ayat 1, menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.5
1 Syafril & Zelhendri, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h.3 2 M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 2009), h. 1 3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.7 4 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 2&3 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasar 1, Ayat 1
2
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh Pendidikan
Nasional Indonesia merumuskan pengertian Pendidikan “ialah sebagai daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek dan tubuh anak) dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-
bagian itu supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan
penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya.”6
Hal tersebut sesuai dengan misi ajaran Islam yang dijelaskan Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, MA. “bahwa tujuan ajaran Islam ialah terwujudnya manusia yang
sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan,
keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup (skill life) yang
memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan oleh Allah
termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di daratan, di lautan, bahkan di
ruang angkasa.”7
Dari pengertian Pendidikan yang telah dijelaskan di atas bahwa cakupan
Pendidikan sangatlah luas, salah satunya ialah mengenai budi pekerti dan akhlak
mulia yang selalu disinggung dalam setiap pengertian dan tujuan Pendidikan itu
sendiri.
Menurut Drs. Yatimin Abdullah, MA. dalam bukunya Studi Akhlak dalam
perspektif Al-Qur’an bahwa tujuan akhir dari setiap ibadah adalah pembinaan
takwa yang mengantarkan manusia kepada perbuatan baik dan menjauhi perbuatan
buruk. Orang yang bertakwa ialah orang yang berakhlak mulia, yaitu berbuat baik
dan berbudi luhur.8
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution dalam buku nya Islam ditinjau dari
berbagai aspeknya jilid I, bahwa tujuan dasar dari seluruh ajaran Islam ialah
mencegah manusia dari perbuatan buruk atau jahat dan mengarahkan manusia
kepada perbuatan baik. Mulai dari ibadah sholat, puasa, zakat, haji dan bahkan
6 Syafril & Zelhendri, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h.30 7 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005, h.24 8 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008),
h.5
3
hukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka erat hubungannya
dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia. 9
Sedangkan menurut Prof. Salman Harun dalam buku nya Tafsir Tarbawi:
Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an yang terbagi dalam beberapa surat dan
ayat, yaitu: Aź-Źariyat/51:56, Ali ‘Imran/3:137-139, Al-Hajj/22:40-41, dan Al-
Fath/48:29.
Dalam tafsir pada ayat-ayat tersebut mengenai tujuan pendidikan sangat
berkaitan menganai masalah perbuatan baik dan buruk, seperti misalnya:10
1. Membentuk hamba yang dedikatif, yaitu manusia yang bersemangat
pengorbanan, tidak mementingkan dirinya sendiri.
2. Menanamkan iman dalam jiwa siswa, yang mengandung dua sisi: sifat-
sifat luhur dan cinta berbuat baik.
3. Bila sudah berkuasa/jaya tetap taat beribadah, perhatian pada
kesejahteraan masyarakat, dan membina moral masyarakat.
4. Memiliki sikap toleran terhadap non-muslim dan sikap solidaritas
terhadap sesama Muslim lalu menjadi pelopor perdamaian dan
kerjasama.
Lalu menurut Hujjatul Islam Al Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Samsul
Munir dalam bukunya Ilmu Akhlak mengenai tujuan dari Pendidikan akhlak ialah
sa’adah ukhrawîyah (kebahagiaan akhir). Lebih lanjut, Al-Ghazali juga
menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan akhirat. Menurutnya
bukanlah sebuah kebahagiaan jika tidak nyata atau tiruan, seperti halnya
kebahagiaan dunaiwai yang tidak mengarahkan kepada kebahagiaan akhirat.11
Demikian pula menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. dalam buku nya
Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia “bahwa tujuan dari Pendidikan akhlak ialah
memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan
9 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 2015), h. 49 10 Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an, (Ciputat, UIN
Jakarta Press, 2013), h.33 11 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), h.19
4
yang baik atau yang buruk. Dengan cara berusaha melakukan perbuatan yang baik
dan menghindari segala perbuatan yang buruk.”12
Begitu pula dalam Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits telah
memfokuskan untuk membentuk akhlak yang baik. Sesuai hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah r.a:
ت م ا بعثت ل الخالق صالح إن “Sesungguhnya aku hanyalah diutus demi menyempurnakan akhlak yang
mulia.”13
Lalu Al-Qur’an pun menerangkan bahwa Rasulullah SAW ialah sebagai
contoh suri tauladan yang baik bagi umat manusia, karena beliau memiliki akhlak
yang sangat mulia. Ditegaskan dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 dan Al-Qalam ayat
4:
ر لقد كان لكم ف رسول الل أسوة حسنة لمن كان ي رجو الل والي وم الخ
وذكر الل كثريا Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-
Ahzab/33:21). 14
م ي ظ ع ق ل ى خ ل ع ل ك وإن Artinya:“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang
luhur.”(QS. Al-Qalam/68:4).15
12 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h.13 13 Ahmad Ibn Hambal, Kitab Musnad Ahmad Hambal, (Riyad, Baitul Ifkar, 1434 H), hadits
no. 2/381, h. 655 14 Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al – Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka 15 Ibid, Departemen Agama RI
5
Dari ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Islam sangat
mengedepankan masalah akhlak mulia hal tersebut dapat dilihat dari semua ibadah
yang Allah perintahkan kepada hamba-Nya, bahkan konsep keimanan pun
semuanya berkaitan dengan akhlak.
Jika melihat dari sisi historical Pendidikan Islam, tujuan dari Pendidikan
Islam pada masa Rasulullah SAW sangat mengesankan teo-humanis (berdimensi
ketuhanan dan kemanusiaan) dengan sasaran, agar terwujudnya masyarakat yang
beriman dan bertakwa, cerdas, produktif, mandiri, saling hormat, memberikan
penyadaran, bahwa hubungan antara pendidikan dengan umat merupakan masalah
yang aksiomatis16.
Salah satu misi kenabian Muhammad SAW adalah memperbaiki akhlak
(umatnya). Beliau diturunkan menjadi nabi dan rasul di suatu tempat yang
masyarakatnya mengalami degradasi akhlak (moral, susila) yang luar biasa.
Masyarakat itu adalah Bangsa Arab Makkah. Mabuk-mabukan, berjudi, dan
mengundi nasib adalah sebagian kerusakan akhlak tersebut. Karena kondisi moral
yang demikian rusak, maka mereka disebut sebagai masyarakat jahiliah. Mereka
jahil (bodoh) dan jauh dari nilai-nilai ketauhidan.17
Perjuangan yang diberikan Rasulullah dalam membenahi keadaan
masyarakat di Arab pada masa itu sangat berat dan membutuhkan perjuangan yang
tidaklah sebentar, Rasulullah dihadapi dengan kepedihan, kesabaran, ketabahan,
dan ujian agar menjadi teladan bagi manusia. Oleh karenanya, tidaklah heran jika
Rasulullah amat sangat pantas menjadi idola dan teladan dalam segala aspek
kehidupan kita. Hal tersebut telah diungkapkan pada Al-Qur’an dan hadits yang
telah dipaparkan di atas.
Kesemua hal tersebut sudah menjadi jelas bahwa Pendidikan dalam Islam
sangat mengutamakan atau memprioritaskan masalah akhlak. Al-Qur’an dan hadits
telah menerangkan secara gamblang hal tersebut, baik dari perkataan Rasulullah
SAW ataupun perbuatan Rasulullah SAW.
16 Dalam KBBI aksiomatis ialah dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. 17 Kumparan.com, Rasulullah Sang Teladan, (https://kumparan.com/hamdi-
mansur/rasulullah-sang-teladan-1qqXIdEr5fb), diakses pada hari Rabu,6 November 2019, pukul
12.22
6
Sehingga hal tersebut menjadi sumber dasar dalam konsep Pendidikan
Akhlak Islam sekaligus menjadi pedoman bagi setiap umat Islam seluruhnya dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupannya.
Namun, jika kita melihat keadaan saat ini di masa sekarang, sering terjadi
atau bahkan banyaknya kasus yang menggambarkan bahwa bobroknya atau
rusaknya moral serta akhlak para remaja khususnnya di Indonesia. Seperti
contohnya kasus pembullyan yang terjadi di daerah Bali yang berlokasi di Bukit
Buluh Desa Gunaksa, Klungkung, dekat dengan Pura Gunung Lingga, yang
melibatkan enam anak perempuan berusia belasan tahun membully dengan
mengumpat serta melakukan kekerasan hingga menelanjangi seorang perempuan
yang berinisial KA yang berusia 15 tahun.18
Lalu ada kasus yang kerap sekali terjadi, yaitu tawuran antar pelajar yang
terjadi di daerah Tambora, Jakarta Barat yang menelan korban hingga meninggal
dunia akibat luka bacok.19 Bahkan sering pula terjadi kasus asusila yang melibatkan
para remaja seperti yang terjadi di Tuban, Jawa Timur yang melibatkan empat
pelajar ditetapkan sebagai tersangka karena terlibat dalam video asusila.20
Masih banyak lagi kasus-kasus yang menggambarkan rusaknya akhlak atau
moral para remaja yang terjadi pada saat sekarang ini, namun tidak dapat penulis
cantumkan semuanya disini.
Kasus-kasus tersebut yang terjadi di kalangan remaja Indonesia saat ini
sungguh memprihatinkan dan menimbulkan pertanyaan besar, siapakah yang patut
disalahkan? Orangtua? Sekolah? Atau Guru?
Hal tersebut merupakan sebuah bukti nyata yang telah terjadi di negara kita
Indonesia, bahwa permasalahan yang terjadi pada saat ini dikalangan remaja
18 Kumparan.com, Kasus Bully di Bali Gadis 15 Tahun,
(https://kumparan.com/kanalbali/kasus-bully-di-bali-gadis-15-tahun-ditendang-hingga-
ditelanjangi-1rMcZiqGAPe), diakses pada hari Rabu, 30 Oktober 2019, pukul 7:08 19 Liputan6.com, Polisi Buru Pembacok Remaja yang Tewas dalam Tawuran di Tambora,
(https://www.liputan6.com/news/read/4096402/polisi-buru-pembacok-remaja-yang-tewas-dalam-
tawuran-di-tambora), diakses pada hari Rabu, 30 Oktober 2019, pukul 7:06 WIB 20 Detik.com, Pelajar yang Terlibat Video Mesum Tuban jadi Tersangka,
(https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4738436/4-pelajar-yang-terlibat-video-mesum-tuban-
jadi-tersangka), diakses pada hari Rabu, 30 Oktober 2019, pukul, 7:11
7
disebabkan karena kurangnya pengawasan orang tua, serta pemahaman agama yang
dirasa kurang dimiliki oleh para remaja.
Sehingga membuat turunnya kualitas akhlak, moral, ataupun budi pekerti
yang seharusnya telah tertanam dalam diri mereka melalui Pendidikan di sekolah
ataupun orang tua. Namun tidak seharusnya jika hanya menyalahkan salah satu
pihak saja, karena segala aspek yang berkaitan dengan para remaja atau peserta
didik memiliki tanggung jawab dan andil yang cukup besar dalam membentuk serta
membimbing kearah yang lebih baik.
Oleh karena itu, pentingnya Pendidikan akhlak yang harus diberikan atau
ditanamkan kepada setiap peserta didik melalui kegiatan formal belajar mengajar
di sekolah, kegiatan non formal di lingkungan rumah ataupun kegaitan informal di
dalam rumah.
Peran Pendidikan orangtua serta sekolah memiliki andil yang cukup besar
dalam proses pembentukkan akhlak, moral serta budi pekerti para remaja atau
peserta didik saat ini. Sesuai yang telah dijelaskan di atas mengenai fungsi dan
tujuan Pendidikan.
Sudah menjadi kewajiban untuk setiap orangtua dan Instansi atau Lembaga
Pendidikan mengarahkan serta membina peserta didik nya untuk menjadi insan
yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik agar tujuan dari pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai.
Oleh karena nya, perlu nya kerjasama ataupun kolaborasi antara pihak
sekolah dengan orangtua peserta didik untuk bersama-sama menciptakan
lingkungan yang dapat memberikan dorongan kepada peserta didik untuk selalu
berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.
Perlu kita pahami dari pernyataan di atas bahwa sekolah didirikan dengan
harapan untuk membimbing dan membina peserta didik sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Hal tersebut menjadi titik sentral bahwa kurikulum adalah anak didik
itu sendiri.
8
Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila dia memperoleh
pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik melalui
mata pelajaran maupun kegiatan lainnya.21
Menurut Abul Hasan Ali Al-Mawardi dalam buku nya Mutiara Akhlak Al
Karimah bahwa “Pendidikan itu seharusnya diusahakan dengan cara ujicoba dan
pembiasaan-pembiasaan serta dengan adanya perhatian dan tidak cukup hanya
dengan cara menyerah kepada akal fikiran dan tabiat saja.”22
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
Pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar meraka dapat hidup di
masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan
hanya berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai
atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat, akan tetapi juga Pendidikan
harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka.23
Sejalan dengan hal tersebut, telah pula ditetapkan visi Pendidikan tahun
2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang
dimaksud di sini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas
sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan,
serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.24
Dari visi Pendidikan tersebut serta tujuan dari kurikulum yang telah
dipaparkan di atas, bahwa harapan dari semua tersebut ialah menciptakan Insan
yang bukan hanya memiliki kecakapan dalam segi intelektual semata, tetapi juga
kecakapan dalam segi akhlak, moral serta budi pekerti yang baik sebagai bentuk
implementasi dari keberhasilan tujuan kurikulum dan visi Pendidikan tersebut.
Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah dalam membentuk
karakter serta akhlak peserta didik ialah melalui kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) sebagaimana dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari
21 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
2011), h.9 22 Abul Hasan Ali Al Mawardi, Mutiara Akhlak Al Karimah, (PJ: M. Qodirun Nur),
(Jakarta: Pustaka Amani, 1993), h.7 23 Ibid, hal.10 24 Dirman & Cici Juarsih, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h.13
9
pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kegiatan membaca buku
non pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bertujuan untuk memperkuat Gerakan
penumbuhan budi pekerti serta menumbuhkan minat baca peserta didik dan
meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih
baik. Materi bacaan berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional,
dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan turunnya kualitas akhlak
serta moral generasi muda di Indonesia serta peran Lembaga Pendidikan khususnya
sekolah dalam membina akhlak ataupun karakter peserta didik agar menjadi insan
yang baik sesuai dengan harapan serta tujuan dari Pendidikan itu sendiri. Oleh
karena itu peneliti akan mengangkat skripsi yang berjudul “Penanaman Nilai-
Nilai Akhlak Mulia Peserta Didik Melalui Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-
Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi
masalah yang akan diteliti, antara lain:
1. Masih ditemukan kurangnya kesadaran diri peserta didik untuk
membiasakan akhlak mulia.
2. Perlunya metode-metode pembiasaan dan peningkatan akhlak mulia.
3. Perlunya figure atau Uswatun Hasanah sebagai contoh untuk peserta didik
dalam pembiasaan akhlak mulia.
4. Menanamkan kepada peserta didik sejak usia dini tentang berperilaku yang
baik.
5. Perlunya lingkungan yang baik serta mendukung dalam membentuk akhlak
mulia.
10
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti jelaskan di atas, dalam
penelitian ini penulis membatasi masalah berupa Penanaman nilai-nilai akhlak
mulia siswa melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn. Dengan
fokus membahas Penanaman akhlak peserta didik melalui kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn, Evaluasi dari kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq
li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia peserta didik, serta hasil dari kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia peserta
didik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang peneliti telah paparkan di atas, maka
peneliti dapat merumuskan masalah yang akan menjadi acuan utama penelitian ini
dilakukan, yaitu:
1. Bagaimana penanaman nilai-nilai akhlak melalui kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam meningkatkan akhlak mulia peserta
didik?
2. Bagaimana hasil dari kegiatan tersebut dalam menanamkan akhlak mulia
peserta didik di MAN 3 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai akhlak peserta didik
melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn.
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari kegiatan literasi kitab kuning al-
Akhlâq li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia peserta didik di MAN
3 Jakarta.
11
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan yang peneliti paparkan di atas, maka manfaat dari penelitian
ini adalah:
1. Bagi penulis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan Informasi atau
masukkan dalam pelaksanaan literasi kitab kuning dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak mulia peserta didik.
2. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan Evaluasi bagi
Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
mulia peserta didik melalui kegiatan literasi kitab kuning.
3. Dapat menjadi tambahan atau khazanah pengetahuan bagi Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dalam bidang Pendidikan.
4. Menjadi bahan rujukan bagi para pembaca dalam menerapkan program
literasi kitab kuning dalam menanamkan nilai-nilai akhlak mulia peserta
didik di sekolah masing-masing.
5. Menjadi bahan rujukan untuk para guru dalam mengajarkan atau
menanamkan akhlak mulia peserta didik melalui kitab kuning al-Akhlâq
li al-Banîn baik itu di jam pelajaran ataupun pada saat kajian kegiatan.
6. Menjadi dasar, pedoman ataupun pengetahuan untuk peserta didik
dalam membiasakan diri atau membentuk akhlak mulia melalui kegiatan
tersebut.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak
1. Pengertian Penanaman
Secara Bahasa kata Penanaman berasal dari akar kata tanam yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti proses, cara, atau perbuatan
menanam.1 Kata penanaman juga dapat dikatakan sebagai Internalisasi yaitu sebuah
proses pemantapan atau penanaman keyakinan, sikap, nilai pada diri individu
sehingga nilai-nilai tersebut menjadi perilakunya (moral behaviour). Ketika
perilaku moral seseorang telah berubah, maka bisa dikatakan nilai-nilai itu sudah
tertanamkan dalam dirinya.2
Lebih lanjut lagi, Chabib Thoha menjelaskan dalam bukunya Kapita Selekta
Pendidikan Islam, Penanaman nilai adalah suatu tindakan, perilaku atau proses
menanamkan suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau
mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas dikerjakan.3
Oleh karena itu, menanamkan nilai-nilai akhlak adalah menanamkan sikap
atau perilaku yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa melalui
pertimbangan dan pemikiran (secara spontan). Dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak membutuhkan rangsangan yang tepat sehingga dapat terbentuk secara baik
dalam penerapan dan perkembangannya, dimana ada beberapa faktor baik internal
maupun eksternal yang berpengaruh dalam mendorong terbentuknya akhlak yang
baik, terutama akhlak terhadap diri sendiri.4
1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 2 Abdul Rohman, Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Remaja,
(Jurnal Nadwa, vol. 6, no. 1, 2012), diunduh pada, Kamis 5 Januari 2019. 3 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h.
61 4 Etik Kurniawati, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak Tunagrahita Dalam
Pendidikan Vaksional, (Jurnal Penelitian, vol. 11, No. 2, 2017), diunduh pada, Kamis 6 Januari
2019.
13
Pendidikan merupakan suatu ilmu terapan (applied science), yaitu terapan
dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, pskologi, sosiologi, dan humanitas
menurut March Beth dalam bukunya Education as a Discipline bahwa “Pendidikan
adalah suatu bidang studi (suatu disiplin) dalam bidangnya. Studi tentang
Pendidikan merupakan suatu kajian tentang bagaimana cara atau model-model
inkuri disusun, digunakan, dikembangkan, dan disusun kembali.”5
Menurut Prof. Lodge yang dikutip pleh Rulam Rahmadi, bahwa Pendidikan
memiliki arti yang luas dan sempit, dalam pengertian yang luas, semua pengalaman
itu adalah Pendidikan. Seorang anak dididik orangtuanya, seperti itu pula halnya
seorang murid dididik gurunya. Sehingga pengertian Pendidikan yang luas ini dapat
diartikan Pendidikan yang tidak hanya berlangsung dalam satu Lembaga
Pendidikan saja yang disebut sekolah. Dalam pengertian yang lebih sempit,
Pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu. Pendidikan ini identik dengan sekolah
yang mana pendidikan ini tidak berlangsung seumur hidup, tetapi berlangsung
dalam jangka waktu yang terbatas.6
Menurut W.J.S. Poerwadarminta yang dikutip oleh Tatang.S, menjelaskan
definisi Pendidikan secara linguistis, sebagai kata benda, Pendidikan berarti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.7
Hemat penulis, kaitannya penanaman dengan Pendidikan ialah penanaman
merupakan sebuah proses dalam sebuah Pendidikan melalui kegiatan belajar
mengajar ataupun metode yang digunakan pendidik kepada peserta didik yang
memberikan pengetahuan atau pemahaman secara bermakna. Sehingga dapat
diterima oleh peserta didik dan tertanam dalam hati, benak dan fikirannya. Melalui
hal tersebut harapan nya ialah tumbuhnya buah atau hasil yang baik dalam diri
peserta didik.
5 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:
Remaja Rosdkarya, 2009), h.26 6 Rulam Rahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h.31-32 7 Tatang S., Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h.13
14
2. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari akhlak, karena pada dasarnya tujuan
Pendidikan dalam Islam, adalah membentuk perilaku anak didik menjadi lebih baik
dan mulia. Hasil Pendidikan yang baik, akan menghasilkan perilaku akhlak yang
baik pula bagi anak didik.8
Kata Pendidikan berasal dari Bahasa Inggris dan Latin yaitu education9 dan
educare atau educere, yang artinya melatih atau menjinakkan (seperti dalam
konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi jinak sehingga bisa
diternakkan), juga berarti menyuburkan (membuat tanah menjadi baik yang siap
menjadi persemaian tumbuhan yang berkembang baik karena tanahnya digarap dan
diolah.10
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendidikan
memiliki pengertian bahwa Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.11
Secara sederhana definisi Pendidikan dapat dikatakan sebagai berikut:
“Proses Pertumbuhan dan Perkembangan manusia dengan semua
potensinya melalui pengajaran (teaching) dan pembelajaran (learning) untuk
mendapatkan pengetahuan (knowledge) dan atau keterampilan (skill) serta
mengembangkan tingkah laku (behavior) yang baik agar bisa bermanfaat bagi
kehidupan dirinya, masyarakat dan lingkungannya.” 12
Sedangkan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001 mendefinisikan Pendidikan
sebagai berikut. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
8 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), h.135 9 Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (TK: Mahoni.com, TT), h.222 10 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011), h. 288. 11 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 12 Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Jakarta: Al-Mawardi
Prima, 2012), h.71
15
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”13
Lalu, menurut Charles E. Siberman yang dikutip oleh Rulam Rahmadi
bahwa Pendidikan tidak sama dengan pengajaran, karena pengajaran hanya
menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Pendidikan
berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia,
baik aspek kognitif maupun psikomotorik. Pendidikan mempunyai makna yang
lebih luas dari pengajaran, tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam
penyelenggaraan Pendidikan.14
Kata “akhlaq” berasal dari Bahasa Arab yang secara Bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”15. Dalam konteks agama, akhlak bermakna
perangai, budi, tabiat, adab atau tingkah laku.16 Dalam al-Mujam al-Wasiţ17 yang
dikutip oleh Heny Narendrany disebutkan akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran ataupun pertimbangan.18
Lalu menurut Oemar Bakry dalam bukunya Akhlak Muslim, akhlak ialah
sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah
bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi.19 Bisa dikatakan hal tersebut sudah
menjadi sebuah kebiasaan, misalnya ialah orang yang pemurah sudah biasa
memberi, seolah-olah hal tersebut dilakukan tanpa harus dipikirkan atau
dipertimbangkan lagi. Begitu pula orang yang kikir, berat untuk memberi, seolah-
olah tangannya terpaku di dalam kantongnya tidak mau mengeluarkan bantuan
kepada fakir miskin.
13 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2001. 14 Rulam Rahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h.38 15 Atabik Ali & Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (TK: Multi Karya
Grafika, TT), h.59 16 Ahmad Bangun Nasution & Royani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Depok:
Rajagrafindo Persada, 2013), h.30 17 Syauqi đoifi, al-Mu’jam al-Wasîţ, (TT: Maktubah asy-syurûq al-dauliyyah, 2004), h.9 18 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), h.7 19 Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Percetakan ANGKASA, 1993), h.10
16
Sedangkan menurut Ibn Miskawaih yang dikutip oleh S.M. Zainuddin Alavi
mendefinisikan karakter atau akhlak sebagai perangai atau tingkah laku yang
muncul dari jiwa yang dengannya menyebabkan ia melakukan perbuatan tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.20
Hemat Penulis, dari penjelasan dan paparan di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa Pendidikan akhlak merupakan sebuah proses pembelajaran yang terjadi
antara pendidik dan peserta didik. Melalui metode yang digunakan pendidik untuk
memberikan nilai, pengetahuan serta pemahaman mengenai materi akhlak yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah
Ruang lingkup Pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah sebagaimana yang
tertulis dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahum 2019 Tentang
Kurikulum PAI dan Bahasa Arab Pada Madrasah. Terbagi menjadi dua bagian yaitu
ruang lingkup Pendidikan akhlak umum dan ruang lingkup Pendidikan akhlak
jurusan keagamaan.
Adapun ruang lingkupnya ialah sebagai berikut:
a. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Umum21
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Umum
Ruang Lingkup
Pendidikan Akhlak Umum
1) Aspek akhlak terpuji meliputi:
hikmah, iffah, syaja’ah, dan
‘adalah, pergaulan remaja, bekerja
keras, kolaboratif, fastabiqul
khairat, optimis, dinamis, kreatif,
dan inovatif, akhlak mulia dalam
berorganisasi dan bekerja.
2) Aspek akhlak tercela meliputi:
licik, tamak, zhalim, diskriminasi,
israf, tabzir, dan bakhil, dosa-dosa
20 S.M. Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan,
(Bandung: UIN Press dan Angkasa, 2003), h.45 21 Keputusan Menteri Agama, Nomor 183 Tahun 2019, h. 33
17
besar (membunuh, liwath, LGBT,
meminum khomar, judi, mencuri,
durhaka kepada orang tua,
meninggalkan sholat, memakan
harta anak yatim, dan korupsi),
nifaq, keras hati, dan ghadab
(pemarah), fitnah, berita bohong
(hoaks), namimah, tajassus dan
ghibah.
3) Aspek adab meliputi: adab
mengunjungi orang sakit, manfaat
berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu, dan menerima tamu,
bergaul dengan sebaya, yang lebih
tua, yang lebih muda dan lawan
jenis.
4) Aspek Kisah meliputi: keteladan
sifat utama Putri Rasulullah,
Fatimatuzzahrara. dan Uways al-
Qarni, sahabat Abdurrahman bin
Auf dan Abu Dzar alGifari r.a.,
tokoh utama dan inti ajaran
tasawuf (Imam Junaid al-
Baghdadi, Rabiah l-Adawiyah,
alGhazali, Syekh Abdul Qadir al-
Jailani), kesufian Imam Hanafi,
Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i
dan Imam Ahmad bin Hanbal,
keteladanan Kyai Kholil al-
Bangkalani, Kyai Hasyim Asy'ari,
dan Kyai Ahmad Dahlan.
18
b. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jurusan Keagamaan22
Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jurusan Keagamaan
Ruang Lingkup
Pendidikan Akhlak Keagamaan
1) Konsep kajian tasawuf, dan
hubungannya dengan ilmu akhlak
dan ilmu fikih
2) Aspek akhlak terpuji dalam
kehidupan sehari-hari, meliputi: (1)
kewajiban antar-sesama Muslim
(Menjawab salam, membesuk
orang sakit, takziyah, menghadiri
undangan, dan mendoakan orang
bersin), (2) Penggunaan media
sosial untuk menghindari hoaks,
ujaran kebencian, dan percakapan
berkonten pornografi sesuai
tuntunan agama, (3) Akhlak terpuji
dalam pergaulan remaja (ghadul
bashar, menghindari khalwat,
ikhtilath, dan tidak melakukan
sentuhan fisik dengan lawan jenis)
di dunia nyata maupun dunia maya,
(4) Perilaku toleran (tasamuh) dan
moderat (tawassut) untuk
mewujudkan persatuan dan
kesatuan umat, (5) Induk-induk
akhlak terpuji (hikmah, iffah,
syaja’ah, dan ‘adalah) dan cara
membiasakannya dalam kehidupan.
22 Keputusan Menteri Agama, Nomor 183 Tahun 2019, h. 40-41
19
3) Aspek akhlak tercela yang harus
dihindari dalam kehidupan sehari-
hari, meliputi: (1) Perilaku tercela:
pornografi dan pornoaksi dan cara-
cara menghindarinya, (2) Perilaku
dhalim, diskriminasi, ghadab,
fitnah, nanimah, dan ghibah, serta
cara-cara menghindarinya, (3)
Bahaya perilaku tercela (serakah,
tamak, bakhil, dan işraf/tabźir)
serta cara menghindarinya.
4) Aspek Ibrah dari perilaku buruk,
mencakup: (1) Perilaku tercela dari
kisah Abu Lahab dan istrinya, serta
Nabi Luth dan kaum Sadum, (2)
Perilaku tercela dari kisah Fir’aun
dan Qarun.
5) Aspek akhlak kepada lingkungan
hidup, mencakup: pandangan Islam
konsep taskhir, intifa’, dan ihtifadz
dalam kelestarian lingkungan.
6) Aspek ketaladanan akhlak
mahmudah, mencakup: (1)
Keteladanan akhlak al-Khulafa’ur
Rasyidun (Abu Bakar assiddiq Ra.,
Umar bin al-Khattab Ra., Utsman
bin ‘Affan Ra., dan Ali bin Abi
Thalib Ra.), serta aktualisasinya
dalam kehidupan modern, (2)
Keteladanan akhlak tokoh-tokoh
sufi Nusantara (Hamzah Fansuri,
20
Syamsuddin Sumatrani, Abdur
Ra’uf assinqili, Abdul Muhyi
Pamihajan, Yusuf almakasari, Nafis
al-Banjari).
Dari pemaparan di atas bahwa ruang lingkup pendidikan akhlak di
Madrasah Aliyah terbagi menjadi dua, yaitu Pendidikan akhlak jurusan umum dan
Pendidikan akhlak jurusan keagamaan. Oleh karena nya terdapat perbedaan
mengenai kuantitas serta kualitas materi yang diajarkan yang mana jurusan
keagamaan lebih mendalami materi tentang akhlak dibanding jurusan umum.
4. Nilai-Nilai Akhlak Mulia
Pengertian nilai menurut Sidi Ghazalba sebagaimana yang dikutip oleh
Chabib Thoha, Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, nilai bukan benda
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar atau salah yang menuntut
pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi.23 Lalu yang dimaksud dengan nilai-
nilai ialah banyak sedikitnya isi, kadar, mutu24 yang dimaksud ialah nilai-nilai yang
terkandung dalam akhlak. Sedangkan menurut Zakiyah Dradjat adalah suatu
perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai identitas yang
memberikan ciri khusus pada pemikiran, perasaan, kriteria maupun perilaku.25
Menurut Kartini Kartono dan Dali Guno yang dikutip oleh Aan Alamaidah
dalam skripsinya, bahwa nilai sebagai hal yang dianggap penting dan baik.
Semacam keyakinan seseorang terhadap yang seharusnya dan tidak seharusnya
dilakukan (misalnya jujur, ikhlas) atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang
(misalnya kebahagiaan, kebebasan).26
23 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
h. 60 24 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 25 Zakiyah Darajadjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.59 26 Aan Almaidah Fatmawati, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak oleh Orang Tua Kepada Anak
di Keluarga Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Juwangi Boyolali, (Skripsi: IAIN Surakarta, 2017), h.24
21
Nilai-nilai akhlak Mulia dalam ruang lingkup akhlak. Akhlak dalam ajaran
Islam mencakup berbagai aspek, dimulai akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap
manusia, dan akhlak terhadap lingkungan. Lebih lanjut lagi dipaparkan sebagai
berikut:
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak mulia terhadap Allah pada prinsipnya dapat diartikan penghambaan
diri kepada-Nya atau dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharsunya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai
Khalik.
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak mulia terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak kepada
keluhuran budi perkerti menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang
lain pada posisi yang tepat. Hal ini merupakan refleksi dari totalitas kita
dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Sehingga akhlak mulia yang
kita alamatkan terhadap sesama manusia semata-mata didasari oleh akhlak
mulia yang kita persembahkan untuk-Nya.
c. Akhlak terhadap lingkungan
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak
bernyawa. Akhlak mulia terhadap lingkungan pada prinsipnya
menempatkan sesuatu itu sesuai dengan posisinya masing-masing. Itu
merupakan refleksi dari totalitas penghambaan diri kita kepada Allah SWT.
Sehingga apa yang kita lakukan terhadap mereka, semata-mata hanya
didasari oleh akhlak mulia kepada Allah SWT. 27
Hemat Penulis, bahwa nilai akhlak merupakan suatu hal yang berhubungan
dengan tingkah laku atau perilaku manusia mengenai baik atau buruknya yang
diukur oleh agama, tradisi, adat, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam
masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud oleh nilai-nilai akhlak mulia, ialah
27 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Press, 2009), h.12
22
sebuah perilaku, tingkah laku atau perbuatan baik yang berhubungan dengan
berbagai aspek di dalamnya, khususnya aspek agama.
B. Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam Bahasa Inggris ditulis
‘curriculum’28 berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘curir’ yang berarti ‘pelari’, dan
‘curere’ yang berarti ‘tempat berpacu’. Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya
kurikulum tersebut pada awalanya digunakan dalam dunia olahraga, yaitu atletik.
Sehingga berdasarkan istilah ialah sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia
Pendidikan dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memperoleh ijazah’.29
Lalu menurut beberapa para ahli yang mendefinisikan kurikulum sbagai
berikut:
1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander yang dikutip oleh S. Nasution
mengatakan bahwa kurikulum ialah segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah atau di luar skeolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga
apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.30
2. Sanjaya menyatakan yang dikutip oleh S. Nasution dalam bukunya bahwa
kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting
dalam sistem Pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah Pendidikan,
28 Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (TK: Mahoni.com, TT), h. 171 29Hamzah. B. Uno, Dkk, Pengembangan Kurikulum Rekaya Pedagogik dalam
Pembelajaran, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2018), h.6 30 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.4
23
akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki setiap siswa.31
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum
bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler
yang formal juga kegiatan yang tak formal. Yang terakhir ini sering disebut
kegiatan ko-kurikuler atau ekstrakurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).
1. Kurikulum formal meliputi:
a. Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
b. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
c. Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
d. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
2. Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan
akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas
tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal.32
Dari beberapa pengertian yang dipaparkan oleh para ahli di atas, dapat
dikatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan yang berisi
tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus
dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, serta evaluasi yang
nyata. Dengan demikian pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen,
implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun sebelumnya.
2. Jenis-Jenis Kurikulum
Terdapat dua jenis kurikulum yang dapat penulis simpulkan dalam
penelitian ini, yaitu kurikulum tertulis dan kurikulum tersembunyi. Kurikulum pada
hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu selanjutnya dituangkan
31 Dirman & Cici Juarsih, Pengembangan Kurikulum: dalam Rangka Implementasi Standar
Proses Pendidikan Siswa, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), h.1 32 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.5
24
dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan logis yang memerhatikan
unsur scope dan sequence, selanjutnya dokumen tertulis itulah yang dinamakan
dengan kurikulum terencana (curriculum document or written curriculum). Salah
satu isi yang terdapat dalam dokumen kurikulum itu adalah sejumlah daftar tujuan
yang harus dicapai oleh peserta didik. Tujuan itulah yang selanjutnya dijadikan
pedoman oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai tahap implementasi dari
kurikulum.33
Kurikulum tertulis (written curriculum) terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Kurikulum Ideal, yaitu kurikulumm yang diharapkan apat dilaksanakan dan
berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan
mengajar.
b. Kurikulum Actual, yaitu kurikulum nyata yang dapat dilaksanakan oleh
guru sesuai dengan kondisi yang ada. 34
Lalu jenis kurikulum kedua ialah Kurikulum tersembunyi (Hidden
Curriculum) Istilah Hidden Curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang
dapat berpengaruh didalamnya berlangsungnya pengajaran dan Pendidikan, yang
mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha
pencapaian tujuan Pendidikan. Dengan kata lain hidden curriculum menunjuk pada
praktek dan hasil persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram
atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak
teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.35
Menurut beberapa pandangan para ahli yang dikutip oleh Subandijah
mengenai hidden curriculum ialah sebagai berikut:
a. Overly mengatakan bahwa hidden curriculum meliputi kurikulumm yang
tidak dipelajari, hasil persekolahan non akademik.
b. Dreeben memfokuskan pada “apa yang dipelajari di sekolah” sebagai suatu
fungsi struktur sosial kelas dan latihan otoritas guru.
33 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
2011),h.25
34 Ibid, Wina Sanjaya, h.22-24 35 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h.
25
25
c. Kohlberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal yang
berhubungan dengan Pendidikan moral dan peranan guru dalam
mentransformasikan standar moral.
d. Henry cenderung pada hubungan antara siswa dengan guru, aturan untuk
mengatur hubungan tersebut dan aturan ini dalam mendidik untuk
kepatuhan (decolitas).
e. Goodman, Friedenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden
curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan
penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma social tertentu. 36
Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses
Pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang muncul di luar tujuan
yang dideskripsikan oleh guru.37
Pelaksanaan kurikulum didasarkan kepada beberapa pola kegiatan, yaitu
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Ketiga kegiatan ini bertitik
tolak dan mengarah kepada kemungkinan belajar siswa, baik secara kelompok atau
pun individu. Adapaun definisi dari ketiga kegiatan tersebut, ialah sebagai berikut:
a. Kegiatan intrakurikuler, adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah
yang sudah teratur, jelas dengan sistematik yang merupakan program
utama dalam proses mendidik peserta didik.
b. Kegiatan kokurikuler, merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar
jam pelajaran, kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan
menghayati materi pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler di dalam kelas.
c. Kegiatan ekstrakurikuler, adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam
pelajaran biasa (di luar intrakurikuler), dan kebanyakan materinya pun
di luar intrakurikuler, yang berfungsi utamanya untuk
menyalurkan/mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat
36 Ibid, Subandijah, h.26 37 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h. 25
26
dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar bersosialisasi,
menambah keterampulan, mengisis waktu luang, dan lain sebagainya.38
3. Peranan Kurikulum
Dalam sistem Pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat
penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah Pendidikan
saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa serta
bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri. Sebagai salah satu komponen
dalam sistem Pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran
konservatif, peran kreatif, serta peran kritis dan evaluatif.39
a. Peran Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan
mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka
peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting.
Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal
berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat,
sehingga keajekan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara
dengan baik.
b. Peran Kreatif
Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru
sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat
tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu mengalami
perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam
38 Reni Anggraini, Pengaruh Kegiatan Kokurikuler dalam Mendukung Kegiatan
Intrakurikuler di SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2017/2018, (Lampung: Skripsi,
2018). Diunduh tanggal 9 Maret 2020. 39 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h.10
27
peran kreatif nya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga
dapat membantu siswa dalam
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah, sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih
berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dengan demikian,
kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu
dipertahankan, dan nilai atau budaya baru mana yang harus dimiliki
anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum
diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik.
Dalam proses pengembanga kurikulum ketiga peran tersebut harus berjalan
secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya
cenderung akan membuat Pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman,
sebalaiknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat
hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat.40
4. Pengertian Literasi
Berbicara mengenai literasi secara tradisional literasi dipandang sebagai
kemampuan membaca dan menulis. Lebih lanjut lagi pengertian literasi
berkembang menjadi kemampuan membaca , menulis, berbicara, dan menyimak.41
Namun seiring perkembangannya zaman definisi dari literasi pun terbagi
menjadi lima perkembangan, yaitu:
a. Pada masa perkembangan awal, literasi didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang
40 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h.12 41 Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.1
28
kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara,
melihat, menyajikan, dan berpikir kritis tentang ide-ide.
b. Pada masa perkembangan kedua, literasi berkaitan erat dengan situasi
dan praktik sosial. Pandangan ini mendefinisikan literasi sebagai praktik
sosial dan budaya ketimbang dipandangan sebagai prestasi kognitif
yang bebas konteks.
c. Pada masa perkembangan ketiga, literasi telah berkembang karena
pengaruh perkembangan teknologi informasi dan multimedia, oleh
karenanya literasi pada konteks ini terbagi kedalam beberapa jenis
elemen, seperti visual, auditori, dan spasial daripada kata-kata yang
tertulis.
d. Pada masa perkembangan keempat, literasi telah dipandang sebagai
konstruksi sosial dan tidak pernah netral. Maksudnya ialah teks yang
ditulis seorang penulis telah dibentuk berdasarkan posisi mereka
berdasarkan aspek keyakinan, nilai-nilai, sikap, posisi sosial (misalnya,
usia, ras, kelas, dan etnis), serta pengalaman (pendidikan, bahasa, dan
perjalanan).
e. Pada masa perkembangan kelima, literasi dikenal dengan istilah
multiliterasi, maksudnya ialah keterampilan menggunakan beragam
cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi, dengan
menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun teks inovatif,
simbol, dan multimedia. 42
5. Pengertian Kitab Kuning
Kitab merupakan istilah Bahasa Arab yang digunakan untuk menunjukkan
sebuah karya tulis di bidang keagamaan maupun non-keagamaan yang bertuliskan
42 Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.1-3
29
huruf Arab. Inilah yang membedakan antara karya tulis yang bertuliskan Arab
dengan yang tidak bertuliskan Arab yang disebut dengan buku.43
Pada umumnya kitab yang digunakan di berbagai pondok pesantren ialah
kitab kuning. Definisi secara rinci mengenai kitab kuning yang dikemukakan oleh
Mas’udi bahwa kitab kuning adalah:
a. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama asing, tetapi secara turun-temurun
menjadi referensi yang dipedomani oleh para Ulama Indonesia.
b. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis yang
independen.
c. Kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau
tejermahan atas kitab karya ulama asing. 44
Lebih lanjut lagi Azyumardi Azra yang dikutip oleh Samsul Nizar
mendefinisikan kitab kuning ialah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayau
atau Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara
Arab yang selain ditulis oleh ulama di Timur Tengah juga ditulis oleh ulama
Indonesia sendiri.45
Kitab kuning yang diajarkan pada umumnya dapat digolongkan menjadi 8
kelompok: Nahu/syaraf, fikih, ushul fikih, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, dan etika,
serta cabang-cabang ilmu lainnya seperti Tarikh dan balaghah. Lalu kitab-kitab itu
pula dapat digolongkan dari tingkatannnya, yakni ada tingkatan dasar, menengah
dan kitab-kitab besar.46
6. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
Metode pembelajaran kitab kuning merupakan cara-cara yang digunakan
dalam proses belajar mengajar demi tujuan pembelajaran kitab kuning dapat
43 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembanga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2017), h.129 44 Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Di Nusantara,
(Jakarta: Kencana, 2013), h.147 45 Ibid, Samsul Nizar, h.147 46 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuha dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h.72
30
tercapai. Adapun berikut ini adalah macam-macam metode pembelajaran kitab
kuning yang biasanya berlaku di pondok pesantren:
a. Metode Bandongan
Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur (monolog), yakni
kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadang-kadang memberi
komentar, sedang santri atau anak didik mendengarkan penuh perhatian
sambil mencatat makna harfiah (sah-sahan)-nya dan memberikan simbol-
simbol I’rob (kedudukan kata dalam struktur kalimat)-nya.
b. Metode Sorogan
Metode sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang
atau beberapa orang santri kepada kiyainya untuk diajari kitab tertentu,
pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang
cukup maju, khususnya yang berminat hendak menjadi kyai. Zamakhsyari
Dhofier menjelaskan metode sorogan adalah seorang murid mendatangi
guru yang akan membacakan beberapa baris Al-Quran atau kitab-kitab
bahasa arab dan menerjemahkan kata demi kata kedalam bahasa tertentu
yang pada giliranya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata
sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan sesuatu
permasalahan yang memerlukan jawaban alternatif yang dapat mendekati
kebenaran dalam proses belajar mengajar Didalam forum diskusi atau
munadhoroh ini, para santri biasanya mulai pada jenjang menengah,
membahas atau mendiskusikan suatu kasus dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari untuk kemudian dicari pemecahanya secara fiqih. Dan pada
dasarnya para santri tidak hanya belajar memetakan dan memecahkan suatu
permasalahan hukum namun didalam forum tersebut para santri juga belajar
berdemokrasi dengan menghargai pluralitas pendapat yang muncul dalam
forum.
d. Metode Hafalan
31
Suatu teknik yang dipergunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan
anak didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufrodad), atau
kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Tujuan teknik ini adalah agar anak
didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya
kognisinya, ingatan dan fantasinya.
e. Metode Klasikal
Metode klasikal di pondok pesantren merupakan penyesuaian dari
perkembangan sekolah formal modern. Metode ini hanya mengambil sistem
sekolah umum dengan model berjenjang seperti Sekolah Dasar (Madrasah
Diniyah Ibtidaiyah), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Diniyah
Tsanawiyah), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Diniyah Aliyah), dan
Perguruan Tinggi (Ma‟had Ali). Akan tetapi materi yang diajarkan pada
pesantren tetap menggunakan kitab kuning dengan perpaduan metode
bandongan, sorogan, hafalan, musyawarah dan sebagainya.
f. Metode Tanya Jawab
Suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya dan murid
menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya. Metode Tanya jawab
ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan
murid menjawab.
g. Metode Ceramah
Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning di lembaga pendidikan
formal dapat digunakan apabila guru ingin menyampaikan hal-hal baru yang
merupakan penjelasan atau generalisasi darimateri/bahan pengajaran yang
disampaikan. Menurut Nana Sudjana, metode ceramah ini wajar digunakan
apabila guru ingin mengajarkan topik baru, tidak ada sumber bahan
pelajaran pada siswa, dan menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak
h. Metode Demonstrasi
Metode ini merupakan suatu metode mengajar dimana guru atau orang lain
yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas
tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu. Metode
demonstrasi dapat diterapkan oleh pengajar kitab kuning untuk
32
mendemonstrasikan materi-materi yang telah diajarkan, seperti sholat,
wudlu, dan sebagainya.47
7. Kitab al-Akhlâq li al-Banîn
Salah satu dari sekian banyak kitab agama Islam yang berbahasa Arab yang
telah dijadikan sebagai refrensi atau sumber belajar, terutama pada pelajaran
Akhlak baik di Pesantren ataupun Madrasah ialah al-Akhlâq li al-Banîn yang
dikarang oleh seorang ulama salaf (ulama terdahulu) yaitu As-Syeikh Umar bin
Ahmad Baraja. Beliau hidup pada akhir abad keenam hijriyah, zaman kemunduran
dan kemerosotan daulah Abbasiyah.48
Kitab al-Akhlâq li al-Banîn telah disyarahi oleh Syaikh Djamilah Bachmid.
Menurutnya, kitab tersebut banyak disukai dan mendapat tempat yang cukup
dikalangan para pelajar dan para guru. Terutama pada masa pemerintahan Murad
Khan bin Salim, yaitu pada abad XIV Masehi.49
Kitab ini bukanlah kitab hukum ataupun kitab fikih, kitab ini ialah kitab
akhlak menuntut ilmu. Yaitu akhlak yang membawa kepada kesuksesan dalam
menuntut ilmu, dengan menjabarkan tata cara bagaimana agar sukses dalam
menuntut ilmu.
Oleh karenanya, sangatlah penting bagi setiap peserta didik khususnya dan
bagi setiap penuntut ilmu umumnya dalam mempelajari segala ilmu yang
berhubungan dengan akhlak, moral, atau budi pekerti.
Adapun materi yang diajarkan dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn ialah, (1)
Bagaimana akhlak yang harus dimiliki anak, (2) Anak yang sopan, (3) Anak yang
tidak sopan, (4) Anak harus bersikap sopan sejak kecilnya, (5) Allah SWT, (6) Anak
yang jujur, (7) Anak yang ta’at, (8) Nabi Muhammad SAW, (9) Sopan santun dalam
rumah, (10) Abdullah di dalam rumahnya, (11) Ibumu yang penyayang, (12) Sopan
santun anak terhadap anaknya, (13) Shaleh dan ibunya, (14) Ayahmu yang berbelas
47 Muhammad Taufik, Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga, (Salatiga: Skripsi IAIN Salatiga, 2016). H.25-32 48 Rofa’atul Fauziyah, Aplikasi Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin Dalam Pembentukan
Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang,
(Surabaya: Skripsi IAIN Sunan Ampel, 2011). 49 Ibid, Rof’atul Fauziyah,.
33
kasih, (15) Sopan santun anak terhadap ayahnya, (16) Kasih saying ayah, (17)
Sopan santun anak terhadap saudara-saudaranya, (18) Dua saudara yang saling
mencintai, (19) Sopan santun anak terhadap kerabatnya, (20) Musthafa dan
kerabatnya Yahya, (21) Sopan santun anak terhadap pelayannya, (22) Anak yang
suka mengganggu, (23) Sopan santun anak terhadap tetangganya, (24) Hamid dan
para tetangganya, (25) Sebelum pergi ke sekolah, (26) Sopan santun dalam
perjalanan, (27) Sopan santun murid, (28) Bagaimana murid memelihara alat-
alatnya, (29) Bagaimana murid memelihara alat-alat sekolah, (30) Sopan santun
murid terhadap gurunya, (31) Sopan santun murid terhadap teman-temannya, (32)
Nasehat-nasehat umum kesatu,(33) Nasehat-nasehat umum kedua.
Dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn ini, setelah penulis melakukan analisis
terdapat beberapa metode penyampaian yang penulis dapat simpulkan, diantaranya:
1. Metode Kisah, dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn salah satu metode
penyampaian yang paling dominan ialah metode kisah, yang mana
memberikan cerita-cerita tentang kisah dari anak yang bernama Ahmad,
Muhammad, Soleh, Mustafa, Yahya, Abdullah ataupun Fatimah. Kisah-
kisah tersebut diceritakan bagaimana menjadi anak yang memiliki akhlak
yang baik, dan apa akibatnya jika memiliki akhlak yang buruk.
2. Metode Nasihat, metode ini adalah metode kedua yang digunakan dalam
kitab ini dalam menyampaikan materi mengenai akhlak, yaitu metode
nasihat, hal tersebut terlihat dari kata-kata yang digunakan dalam kitab
tersebut seperti “ يجب على الولد ” atau “ ا الولد العزيزايه ” atau “ ايها الولد األديب ”
atau “ اعلم يابني ”. dari kata-kata tersebut menunjukkan nasihat-nasihat yang
diberikan dengan menggunakan bahasa yang halus yang dipenuhi dengan
panggilan kasih sayang dan kemuliaan.
C. Kajian Yang Relevan
Kajian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Skripsi yang disusun oleh Putri Dewi Indah W dari Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, dengan judul “Implementasi Pembelajaran Kitab
34
Kuning Sebagai Upaya Peningkatan Religiusitas Peserta Didik di Pondok
Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin Bekasi”. Pada tahun 2018. Penelitian ini
menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa pengimplementasian
pembelajaran kitab kuning berperan aktif dalam memberikan esensi positif
secara berkelanjutan dalam meningkatkan intensitas keimanan dan
pemahaman santri tentang materi yang berhubungan dengan ajaran agama
Islam. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan
ialah penelitian ini lebih fokus terhadap implementasi pembelajaran kitab,
sedangkan penelitian penulis fokus terhadap penanaman serta proses nilia-
nilai akhlak dari kegiatan literasi
2. Skripsi yang disusun oleh Aan Syarifudin dari IAIN Purwokerto, dengan
judul “Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin dan Implementasi Dalam
Pembentukkan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin
Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas”. Pada tahun 2016. Penlitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran akhlak menggunakan kitab
akhlak lil banin menggunakan beberapa metode diantaranya: 1) Metode
Teladan, 2) Metode Kisah-kisah, 3) Metode Pembiasaan, 4) Metode
Hkuman dan Ganjaran, 5) Metode Ceramah. Sehingga pembelajaran akhlak
dapat terwujud ke arah yang lebih baik lagi. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian ini lebih fokus terhadap
pembelajaran serta implentasi dari kitab al-Akhlâq li al-Banîn, sedangkan
penelitian penulis lebih fokus terhadap penanaman serta proses penanaman
nilai-nilai akhlak melalui kegiatan literasi kitab kuning.
3. Skripsi yang disusun oleh Rofa’atul Fauziyah dari IAIN Sunan Ampel
Surabaya, dengan judul “Aplikasi Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin
Dalam Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Babussalam
Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang”. Pada tahun 2011. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut bahwa pada dalam
pembentukan akhlak di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin terdapat
beberapa usaha yang harus dilakukan, diantaranya: 1) Pendidikan
keagamaan, 2) Pengembangan bakat dan kreatifitas, 3) Melatih hidup
35
disiplin atau melatih kedisiplinan, 4) Mengantarkan santri menjadi orang
yang berakhlakul karimah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
penulis lakukan ialah dari segi pemfokusan terhadap aplikasi kitab kuning
al-Akhlâq li al-Banîn, penelitian yang penulis lakukan berfokus kepada
penanaman nilai-nilai akhlak mulia melalui kegiatan literasi kitab kuning
al-Akhlâq li al-Banîn.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta, Jl. Rawasari
Selatan I No. 11, RT.16/RW.02, Cemp. Putih Timur., Kec. Cempakah Putih,
Jakarta Pusat 10510, Indonesia
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini terhitung mulai dari tanggal 01 November 2019.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Cara ilmiah, penelitian ini menggunakan metode ilmiah yaitu sebuah proses
untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis yang mana
dikumpulkannya data-data yang didapatkan dari sumber primer dan
sekunder mengenai penelitian ini.
2. Data, penelitian ini mengumpulkan data melalui sumber primer yaitu kitab
al-Akhlâq li al-Banîn, hasil observasi dan wawancara, lalu sumber sekunder
yaitu sumber tambahan mengenai kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li
al-Banîn seperti dokumen tertulis seperti kurikulum ataupun evaluasinya.
3. Tujuan, penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana penanaman
nilai-nilai Akhlak peserta didik melalui kegiatan literasi kitab kuning al-
Akhlâq li al-Banîn dan untuk mengetahui bagaimana hasil dari kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn dalam menanamkan akhlak mulia
peserta didik di MAN 3 Jakarta.
37
4. Kegunaan, penelitian ini berguna sebagai refrensi untuk para
pendidik, yaitu guru dan juga sekolah dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn.1
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif. Metode penelitian ini bertujuan untuk meringkas berbagai kondisi,
menggambarkan berbagai fenomena realitas dan situasi yang terjadi untuk
dijadikan obyek penelitian. Metode penelitian ini berupaya untuk memunculkan
realitas dari ciri, sifat, karakter, tanda, model, dan gambaran terkait situasi dan
kondisi maupun fenomena tertentu. Format metode penelitian ini umumnya
dilakukan dalam bentuk studi kasus, yang menekankan kepada eksplorasi
mendalam untuk mendapatkan informasi lebih akurat.2 Tujuan dari penelitian
kualitatif deskriptif ialah untuk membantu pembaca mengetahui tentang apa yang
terjadi di lingkungan yang peneliti teliti, dan seperti apa aktivitas atau peristiwa
yang terjadi di tempat penelitian.3
Penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.4 Sedangkan menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis dara bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.5
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.2 2 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2011), Ed-2, Cet-5, h. 68-69. 3 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta,
Rajagrafindo Persada: 2016), Ed-Revisi, Cet- 6, h. 174. 4 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h.36 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.9
38
C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Selanjutnya dalam Teknik pengumpulan data, penelitian kualitatif
menggunakan dua sumber data, yaitu sumber primer dan sekunder:
1. Sumber Primer
Sumber Primer yang dimaksud di sini adalah sumber yang berasal dari
seseorang atau lebih untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
penanaman nilai akhlak mulai peserta didik melalui kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn. Adapun sumber-sumber tersebut peneliti
dapatkan:
a. Kitab al-Akhlâq li al-Banîn
b. Kepala Sekolah
c. Waka. Bidang Kurikulum
d. Guru pengajar literasi kitab
e. Peserta didik
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yang digunakan adalah buku-buku dan jurnal yang
berkaitan dengan penanaman nilai akhlak mulia peserta didik, buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian kualitatif, buku-buku tentang kurikulum,
buku-buku tentang kitab kuning, serta buku Pedoman Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
Selanjutnya ialah teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Adapun Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan
peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam
39
berbagai situasi dan konteks. Meskipun demikian, wawancara perlu
digunakan dengan berhati-hati karena perlu ditriangulasi dengan data lain.6
Wawancara Focus Group Discussion (FGD) adalah salah satu
teknik dalam pengumpulan data kualitatif, di mana sekelompok orang
berdiskusi dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator
mengenai suatu topik.7 Tujuan utama metode FGD adalah untuk
memperoleh interaksi data yang dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok
partisipan/responden dalam hal meningkatkan kedalaman informasi
menyingkap berbagai aspek suatu fenomena kehidupan, sehingga fenomena
tersebut dapat didefinisikan dan diberi penjelasan.8
Metode FGD memiliki karakteristik jumlah individu yang cukup
bervariasi untuk satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4 sampai 8 individu
atau 6 sampai 10 individu.9 Adapun berikut ini adalah narasumber yang
akan peneliti wawancarai untuk mencari data serta informasi mengenai
kegiatan literasi:
a. Drs. Nuroto, M.Si, Selaku Kepala MAN 3 Jakarta
b. Drs. H. Adam Soleh Siregar, MM. Selaku Wakil Kepala Madrasah
Bidang Kurikulum
c. Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Selaku guru Bahasa Arab dan Pengisi
kegiatan Literasi Kitab Kuning al-akhlaq lil banîn
d. Ibu Siti Fatimah, M.Pd., Selaku guru SKI dan Pengisi kegiatan
Literasi Kitab Kuning al-akhlaq lil banîn
e. Peserta didik kelas 10 & 11.
Dengan mewawancarai narasumber yang telah dipaparkan di atas,
peneliti bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan
6 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), h.45 7 Astridya Paramita dan Lusi Kristiana, “Teknik Fokus Group Discussion Dalam Penelitian
Kualitatif”, Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, Ed. 2, Pusat Hummaniora,
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI, 2013, h.118 8 Yati Afiyanti, “Focus Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian
Kualitatif”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. 1, Maret 2008, h. 59 9 Ibid, Yati Afiyanti, “Focus Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data
Penelitian Kualitatif”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. 1, Maret 2008, h. 59
40
dengan penanaman nilai akhlak seperti, pembiasaan, nasihat-nasihat serta
keteladanan, melalui cara pendekatan secara langsung dan bertatap muka
dengan narasumber. Metode wawancara dapat melengkapi informasi dan
data melalui pengalaman serta pengetahuan narasumber.
Tabel. 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara
No. Objek Penelitian Indikator Sumber data
1. Proses Penanaman
Nilai Akhlak Mulia
a. Materi yang
disampaikan
b. Startegi, metode atau
model Penanaman nilai
akhlak mulia
c. Peran guru dalam
proses penanaman
d. Nilai-nilai Akhlak
mulia yang ditanamkan
a. Guru
b. Peserta Didik
a. Waka. Bid.
Kurikulum
b. Guru
a. Guru
a. Guru
41
2. Kegiatan Literasi Kitab
Kuning al-Akhlâq li al-
Banîn
a. Perencanaan kegiatan
literasi kitab
b. Pelaksanaan Kegiatan
literasi kitab
c. Evaluasi atau hasil dari
kegiatan literasi kitab
d. Faktor Pendukung dan
Penghambat
a. Kepala
Sekolah
b. Waka. Bid.
Kurikulum
c. Guru
a. Kepala
Sekolah
b. Waka. Bid.
Kurikulum
c. Guru
d. Peserta didik
a. Kepala
Sekolah
b. Waka. Bid.
Kurikulum
c. guru
a. Waka. Bid.
Kurikulum
b. Guru
c. Peserta didik
2. Observasi
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut. Obersvasi selalu menjadi
bagian dalam penelitian, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium
(eskperimental) maupun dalam konteks alamiah. Observasi yang dilakukan
dalam laboratorium dalam konteks eksperimental adalah observasi dalam
rangka penelitian kuantitatif. Observasi dalam rangka penelitian kualitatif
harus dalam konteks alamiah (naturalistic).10
10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h.143
42
Oleh karena nya pengempulan data menggunakan observasi akan
berfokus terhadap kegiatan serta tingkah laku yang berkaitan dengan peserta
didik di lingkungan sekolah, yaitu MAN 3 Jakarta.
Tabel. 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi
No. Objek Pengamatan Indikator
1. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas
Madrasah
1.1. Kelengkapan Sarana, Prasarana
inti, meliputi Gedung, lapangan,
dsb.
1.2. Kondisi sarana prasarana inti
1.3. Sarana prasarana pendukung
kegiatan literasi
2. Pelaksanaan kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn
2.1. Kondisi lapangan
2.2. Kegiatan literasi kitab
2.3. Sumber belajar
2.4. Kondisi peserta didik
3. Faktor Pendukung & Penghambat 3.1. Faktor Pendukung dalam
Pelaksanaan kegiatan literasi
3.2. Faktor penghambat dalam
pelaksanaan kegiatan literasi
3.3. Kemampuan Narasumber dalam
memahami kitab kuning
43
3. Dokementasi
Dokumentasi ialah sebuah Teknik pengumpulan data dengan
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Dibandingkan dengan Teknik pengumpulan data lain, teknik ini
agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya
masih tetap, belum berubah. Dengan dokumentasi yang diamati bukan
benda hidup tetapi benda mati.11
Maka sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer
yang didapatkan langsung oleh peneliti melalui hasil observasi, wawancara,
dan dokumentasi pada objek penelitian ini.
D. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data
Untuk pengujian keabsahan data di penelitian kualitatif di dalamnya
pengecekan keabsahan data, meliputi uji kepercayaan, keteralihan, ketergantungan,
kepastian.12 Dan peneliti memakai triangulasi untuk pengecekan keabsahan data
mewakili uji kepercayaan/kredibiltas:
1. Triangulasi
Dalam bahasa kita, triangulasi bisa disebut dengan istilah cek dan
ricek, yaitu pengecekan data dengan beragam teknik, sumber, dan waktu.
Beragam teknik ialah penggunaan berbagai cara untuk memastikan data ini
benar atau tidak, beragam sumber ialah menggunakan berbagai sumber
lebih dari satu untuk memastikan benar atau tidaknya data tersebut, dan
beragam waktu untuk mengecek dan memeriksa keterangan dari sumber
yang sama namun dengan waktu yang berbeda untuk memastikan benar atau
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), h.274 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta: 2018),
h.364.
44
tidaknya data tersebut seperti di waktu pagi, siang, sore, atau malam.13
Triangulasi dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat data yang diambil,
yang dapat membuat si peneliti yakin akan kelengkapan dan kebenaran data.
Triangulasi dilakukan sampai si peneliti puas akan hasil dari data
penelitiannya, yakin dan valid.14
a. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik mengharuskan peneliti untuk menggunakan berbagai
macam teknik dalam mengecek data kepada sumber yang sama.15
Apabila dari hasil data diperoleh dari teknik yang berbeda, maka harus
dilakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
untuk memastikan data mana yang benar.16
b. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber mengharuskan peneliti untuk melakukan eksplorasi
dengan berbagai sumber untuk mengecek kebenaran data.17 Apabila
terjadi perbedaan hasil data dari sumber yang berbeda, maka data harus
dideskripsikan dan dikategorisasikan mana sudut pandang yang
berbeda, yang sama, dan mana yang spesifik dari banyaknya sumber
yang dipakai. Setelah data dianalisis, maka keluar suatu kesimpulan
yang diminta sebuah kesepakatan (member check) dengan banyaknya
sumber yang dipakai tersebut.18
13 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta, PT. Indeks: 2012),
Cet2, h.189-192. 14 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2016), Ed-1,
et-3, h. 168 15 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta:
2013), h. 171. 16 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:
2018), h. 371. 17 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta:
2013), h. 170. 18 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:
2018), h. 370.
45
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu mengharuskan peneliti mengecek kedalaman
konsistensi dan ketepatan/kebenaran suatu data dengan mengambil
waktu pengumpulan data yang berbeda.19 Dan apabila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti harus melakukan uji
data lagi secara terus-menerus sampai ditemukan data benar dan
pastinya.20
E. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu tahapan yang penting dalam sebuah
penelitian, karena dengan analisis data dapat memberikan makna terhadap data
yang telah dikumpulkan peneliti di lapangan yaitu melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi di lapangan yang kemudian akan dijadikan sebuah laporan hasil
penelitian.
Adapun pada penelitian ini dilakukan tiga analisis data guna mengkaitkan
antara variable x yaitu penanaman nilai dan variable y hasil dari penanaman, dengan
menggunakan beberapa langkah yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarik
kesimpulan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi
dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal
yang penting. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman
terhadap data yang telah didapat sehingga data yang direduksi dapat lebih
terperinci.
2. Penyajian Data
19 Op. Cit, Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,
Alfabeta: 2013), h. 171. 20 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:
2018), h. 371.
46
Penyajian (display) data adalah data-data hasil penelitian yang sudah
Peneliti dapatkan dari hasil observasi atau pengamatan serta wawancara dari
beberapa narasumber, kemudian peneliti kumpulkan serta disusun secara
rinci dan menyeluruh selanjutnya dicari hubungannya mengenai akhlak para
peserta didik untuk diambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data
selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil
penelitian diperoleh.
3. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk
memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan
data dimulai dengan penataan data lapangan (data mentah), kemudian
direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Adapun kesimpulan
sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan untuk
memverifikasi adalah triangulasi sumber data dan metode, diskusi teman
sejawat, dan pengecekan anggota.21
F. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif Batasan masalah disebut juga dengan fokus,
yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pembatasan dalam
penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan
feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga,
dana dan waktu.22
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai fokus penelitian, maka peneliti
memfokuskan penelitian ini dengan membatasi permasalahan mengenai
Penanaman nilai akhlak mulia serta hasil dari proses penanaman nilai akhlak mulia
melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn.
21 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami,
(Yogyakarta: Pustaka Baru, 2018), h.35 22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.207
47
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan
beberapa prosedur sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan atau persiapan
a. Peneliti menentukan permasalahan, menyusun rencana dan
rancangan penelitian
b. Peneliti mencari teori dan mendalami yang mendukung penelitian
c. Peneliti menentukan lapangan penelitian dan perizinan penelitian
d. Peneliti melakukan survey dan menilai keadaan di lapangan
e. Peneliti memilih informan untuk penelitian
f. Peneliti menyiapkan instrument penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti melakukan penelitian lokasi atau tempat penelitian
b. Penelitian mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian, seperti hasil transkip wawancara, dokumentasi
mengenai evaluasi kegiatan literasi, dll.
3. Tahap Penyelesaian
a. Peneliti melakukan pengolahan data dan informasi yang telah
didapatkan ketika di lapangan
b. Peneliti melakukan verifikasi dan kesimpulan hasil penelitian atas
data dan informasi yang didapatkan
c. Peneliti membuat kesimpulan akhir dan menyelesaikan rangkaian
penelitian
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MAN 3 Jakarta
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta
Nama Kepala Sekolah : Drs. Nuroto, M.Si
Alamat : Jl. Rawasari Selatan I No.11,
RT.16/RW.2, Cemp. Putih Tim., Kec.
Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510
Telp. : (021) 4219163
NPWP/NPSN : 60725001
Akreditasi : A
Status Gedung : Milik Madrasah (Kemenag)
Status Tanah : Milik Pemda
Luas Bangunan : 3552 m2
Luas Tanah : 3936 m2
Kurikulum : Kurtilas (2013)
2. Sejarah Singkat
Perkembangan madrasah tak lepas dari peran Kementerian Agama
sebagai lembaga yang secara politis telah mengangkat posisi madrasah hingga
memperoleh perhatian khusus yang terus menerus. Kurikulum madrasah terdiri
dari sepertiga pelajaran agama dan pelajaran umum.
Kesejajaran Madrasah dan Sekolah Umum tertuang dengan lahirnya Surat
Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No.6 Tahun 1975 dan No. 037/U/1975
antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam
Negeri, tentang peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah.
49
MAN 3 Jakarta merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang
terletak di wilayah Jakarta Pusat, bertempat di Jl. Rawasari Selatan, Komp.
Perkantoran Rawakerbau No.6, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
MAN 3 Jakarta merupakan status perubahan Pendidikan Guru Agama
Negeri (PGAN) 6 Pondok Pinang, berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 48 Tanggal 17 Maret 1978. Madrasah Aliyah Negeri 3 Pondok Pinang
kemudian di relokasi ke Srengseng dan ke Rawasari. Madrasah Aliyah Negeri
3 yang berada di Srengseng kemudian menjadi MAN 7 Jakarta, sedangkan
MAN 3 yang berada di Rawasari kemudian digabungkan dengan Madrasah
Aliyah Negeri 1 (kelas jauh) yang berada di Johar Baru dan menjadi Madrasah
Aliyah Negeri 3 Jakarta.
MAN 3 Jakarta berdiri di wilayah Jakarta Pusat sejak tahun 1991, yang
kemudian disahkan melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 16 tanggal 29
Mei 2000 sebagai relokasi dari Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta yang berada
di Pondok Pinang.1
3. Visi dan Misi
Visi dan Misi dari Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakartan adalah sebagai
berikut:
a. Visi
Terwujudnya Pendidikan Islami dan Berprestasi Internasional
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan Islam, berakhlakul karimah, berilmu
amaliah dan beramal ilmiah.
2) Menumbuh kembangkan budaya Islam dan peduli lingkungan hidup
sebagai wujud cinta tanah air.
3) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan
menyenangkan.
1 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan pada tanggal 15 Juli 2020
50
4) Menumbuh kembangkan bakat dan minat peserta didik berbasis
kebutuhan yang berorientasi prestasi Internasional.2
4. Fasilitas
MAN 3 Jakarta berdiri di atas tanah seluas 3936 m2 Sekolah tersebut
memiliki fasilitas pendukung seperti:3
Tabel. 4.1
Sarana dan Prasarana MAN 3 Jakarta
FASILITAS JUMLAH
Ruang Kepala Madrasah 1
Ruang Guru 1
Ruang Konseling 1
Ruang TU 1
Ruang UKS 1
Koperasi 1
Kantin 1
Ruang Kelas 15
Toilet Guru 1
Toilet Siswa 1
Toilet Siswi 1
Lab Kimia 1
Lab Komputer 1
Lab Fisika 1
Aula 1
Masjid 1
Perpustakaan 1
Sanggar Pramuka 1
Ruang Kesenian 1
2 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan tanggal 15 Juli 2020 3 Hasil Observasi di MAN 3 Jakarta, didapatkan tanggal 15 Juli 2020
51
Lapangan 2
Ruang OSIS & MPK 1
5. Struktur Oganisasi MAN 3 Jakarta
Gambaran struktur organisasi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta
sebagai beriku:4
Gambar. 4.1 Struktur Organisasi MAN 3 Jakarta
Pada dasarnya, struktur organisasi merupakan sebuah susunan dari
berbagai macam komponen ataupun unit kerja dalam suatu organisasi. Di
dalamnya terdapat bagian kerja dan fungsi-fungsi nya yang berbeda yang telah
dikoordinasikan dan juga terdapat adanya spesialisasi dari sebuah pekerjaan.
Struktur organisasi MAN 3 Jakarta terpasang di dinding Ruang Kepala
Madrasah. Dalam bagan struktur organisasi MAN 3 Jakarta bahwa Kepala
Madrasah dan Komite Madrasah memiliki jabatan tertinggi, lalu terdapat
Kepala Tata Usaha yang bertanggung jawab mengenai Administrasi Madrasah.
Selanjutnya terdapat empat Wakil Kepala Madrasah dengan berbagai bidang,
yaitu: Kurikulum, Kesiswaan, Sarana Prasarana, Humas yang masing-masing
4 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I
sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020
52
terdapat satu atau dua staff dalam membantu tugas wakil kepala dalam bidang-
bidang tersebut. Dan kemudian terdapat wali kelas, guru BK/BP serta guru yang
bertanggung jawab terhadap para peserta didik.
6. Guru dan Tenaga Kependidikan
Jumlah Guru dan tenaga kependidikan yang terdapat di MAN 3 Jakarta
yaitu 60 orang, diantaranya:
a. Guru
Guru yang terdapat di MAN 3 Jakarta memiliki latar belakang dan
lulus yang beragam. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Tata Usaha
jumlah Pendidik yang berada di MAN 3 Jakarta ialah 41 Orang, yang
selengkapnya sebagai berikut:5
Tabel. 4.2 Daftar Guru MAN 3 Jakarta
NO NAMA JABATAN
1 Dra. Hj. Nida Qudsiah, M.Pd Guru Sosiologi
2 Laurensia, S.Pd. Guru Kimia
3 Nur Wulandari, S.Pd. Guru Fisika
4 Arief Fanani, S.Ag. Guru Qurdis
5 Siti Fatimah, S.Ag. Guru SKI
6 Dra. Is Farida Guru Bahasa Inggris
7 Ucup Supriadi, S.Pd Guru Geografi
8 Helmi Wijaya, M.Pd.I Guru Fikih
9 Drs. Saiful Falah, M.Kom.I Guru Bahasa Arab
10 Aan Harinuddin, M.PFis Guru Fisika
11 Nazmani Musfiriyah, S.Pd Guru Prakarya &
Kewirausahaan
12 Siti Samsiah, SE, M.Pd. Guru Ekonomi dan
Akutansi
5 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I
sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020
53
13 Sugiartana, S.Pd Guru Matematika
14 Achmad Rawi, S.Pd Guru Bahasa Arab
15 Aminullah, S.Pd Guru PPKN
16 Affaf Bahrul Fatiyah, M.Pd.I Guru Bahasa Inggris
17 Siwi Nur Fitriana D, M.Si Guru Matematika
18 Muthohir, S.Pd. Guru Matematika
19 Nurhayani, SE Guru Ekonomi
20 Dra. Siti Yuningsih, M.Pd Guru Bahasa Indonesia
21 Ghalib Maksum, SH Guru PPKN & SBK
22 Ngatmi, S.Pd Guru Matematika
23 Dian Halmaniah, S.Pd Guru Biologi
24 Dra. Nining Suryaningsih Guru Bahasa Inggris
25 Dra. Salmah Fitri, M.Pd Guru Bahasa Indonesia
26 Erceu Trisna Dewi, S.Pd Guru Olahraga
27 Hanum Surroya, S.Si Guru Geografi
28 Netty Nirmala, S.S Guru Sejarah
29 Sri Susiyanti, S.Si Guru Biologi
30 Yeni Marlina Suci A, S.Si Guru Fisika
31 Jafar Shodiq, S.Pd.O Guru Qurdis
32 Ratno Pujianto, ST Guru Informatika
33 Sabil Iman Ada, S.Ag Guru Akidah Akhlak
34 Endah Farista P, S.Si, MM Guru Biologi dan Guru
Prakaarya &
Kewirausahaan
35 Siti Rabbaniyah, SE Guru Ekonomi
36 Isna Nurhilmi, S.Pd Guru BK
37 Kurniasari Ariningsih, S.Pd Guru BK
38 Faqih Febrianto, S.Pd.Kons Guru BK
39 Fahmi Hidayatullael, S.Ag Guru Qurdis
40 Peni Suprapti, S.Pd Guru Bahasa Indonesia
54
41 Alvin Nourul Saepul Mimbar,
S.Or
Guru Olahrga
b. Karyawan dan Tenaga Kependidikan
Adapun jumlah karyawan dan tenaga kependidikan yang berada di
MAN 3 Jakarta, sebagaimana yang diperoleh dari Tata Usaha ialah sebagai
berikut:6
Tabel. 4.3 Daftar Karyawan dan Tenaga Kependidikan MAN 3 Jakarta
NO NAMA JABATAN
1 Faisal Fadhillah, S.IP Pustakawan
2 Siti Nur’aini, S.IP, MM Kepala Urusan TU
3 Ade Maria Thohiro, S.Sos Bendahara TU
4 Sri Hayati Pengelola Bantuan
Operasional Urusan TU
5 Imam Waraso, S.Pd.I Pengembang Potensi Siswa
6 Ulfaning Dwi N.H. S.Kom.I Staf TU
7 Jundi Pengelola Bahan
Kepegawaian dan
Ketataklasanaan Urusan
TU
8 Surtiasih Administrasi TU
9 Annisa Hayati, S.Pd Staf TU
10 Maulana Rasyid M, S.Kom Staf TU
11 Aziz Rifqi Farisi S.Ak Staf TU
12 Hendriyani, S.Kom Staf TU
13 Sulaeman Kebersihan
14 M. Syaefudin Kebersihan
15 Ahmad Yani Keamanan
6 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I
sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020
55
16 Iswansyah Kebersihan
17 Rana Ramadhan Kebersihan
18 Muhammad Sulaeman Keamanan
19 Ronny Butje Keamanan
7. Peserta Didik
Daftar jumlah peserta didik kelas X, XI & XII di Madrasah Aliyah
Negeri 3 Jakarta sebagai berikut:7
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jumlah Siswa MAN 3 Jakarta
JURUSAN
/KELAS
KELAS
X JML JML
KELAS
XI JML JML
KELAS
XII JML JML
L P L P L P
MIA 1 14 22 36
108
12 23 35
95
5 25 30
60 MIA 2 13 23 36 15 18 33 9 21 30
MIA 3 7 29 36 8 19 27 - - -
IIS 1 19 17 36
108
14 22 36
71
19 16 35
69 IIS 2 19 17 36 17 18 35 21 13 34
IIS 3 14 22 36 - - - - - -
AGAMA 13 23 36 36 11 24 35 35 17 19 36 36
TOTAL 99 153 252 77 124 201 71 94 165
618
B. Pembahasan
Kegiatan literasi yang diadakan oleh MAN 3 Jakarta ialah sebagai bentuk
program madrasah untuk dapat memberikan pengetahuan kepada para peserta didik
mengenai pentingnya literasi. Di MAN 3 Jakarta ini kegiatan literasi yang
dilaksanakan menggunakan kitab kuning yaitu al-Akhlâq li al-Banîn karya Syekh
Umar bin Ahmad Baraja. Penggunaan kitab ini sebagai bahan ajar literasi atau
sumber dari kegiatan literasi ialah karena isi dari kitab ini cukup mendasar untuk
diajarkan kepada anak-anak khususnya remaja pada masa sekarang ini. Sehingga
7 Hasil Dokumentasi, Data MAN 3 Jakarta, didapatkan dari Bapak Imam Waraso, S.Pd.I
sebagai Staf TU, pada tanggal 15 Juli 2020
56
dirasa mampu memberikan pengetahuan serta wawasan dan penalaran mengenai
materi akhlak kehidupan sehari-hari yang mudah untuk diaplikasikan dalam
dirinya. Oleh karenanya, hal tersebut dapat menghasilkan perilaku atau akhlak yang
baik seperti yang diharapkan oleh madrasah. Berikut ini penulis rincikan
pembahasan mengenai penanaman nilai-nilai akhlak mulia kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta
hasil dan pengimplementasian dari kegiatan tersebut.
1. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Mulia Melalui Kegiatan Literasi Kitab Kuning
al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta
a. Perencanaan kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN
3 Jakarta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama di MAN 3 Jakarta
sehingga terkumpul data-data yang dibutuhkan peneliti melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi mengenai kegiatan literasi kitab kuning al-
Akhlâq li al-Banîn. Bahwa penulis uraikan perencanaan yang dilakukan
pada kegiatan tersebut dari mulai Kepala Madrasah, Wakil Kepala Bidang
Kurikulum dan Guru sebagai Narasumber kegiatan tersebut, memiliki
perbedaan dalam melakukan perencanaan pada kegiatan tersebut. Agar
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, adapun jika diuraikan sebagai
berikut:
1) Kepala Madrasah
Perencanaan yang dilakukan oleh Kepala Madrasah sebagai pimpinan
Madrasah ialah dengan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan
pada kegiatan tersebut, mulai dari fasilitas sarana dan prasarana seperti
sound system, karpet, kitab al-Akhlâq li al-Banîn dan sebagainya yang
menjadi faktor pendukung dalam keberhasilan atau kelancaran pada
kegiatan tersebut.8
2) Wakil Kepala Bidang Kurikulum
8 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli
2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah
57
Perencanaan yang dilakukan oleh Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Bapak Adam Soleh Siregar dalam kegiatan literasi kitab kuning al-
Akhlâq li al-Banîn ialah menentukan jadwal untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut dan juga jadwal untuk para guru yang mendapatkan tugas untuk
menjadi narasumber pada kegiatan literasi tersebut. Kemudian juga
mempersiapkan kitab-kitab untuk guru sebagai bahan materi dan juga
tempat untuk pelaksanaan kegiatan literasi tersebut.9
Gambar 4.2 Jadwal Kegiatan Literasi
Gambar 4.3 Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn
3) Guru
Dari dua guru yang peneliti wawancarai mengenai perencanaan yang
dilakukan pada kegiatan tersebut bahwa hal yang pertama kali dilakukan
ialah mengeksplore materi atau menyiapkan materi yang nanti akan
9 Hasil wawancara dengan Bapak Adam Soleh Siregar, MM. Waka. Bid. Kurikulum,
Senin 13 Juli 2020, pukul 09.15, di depan ruang komputer
58
disampaikan dalam kegiatan tersebut. Kemudian mencari sumber
refrensi lain seperti dari kitab lain atau dalil-dalil naqli, lalu terakhir
mengaktualisasikannya dengan kehidupan sehari-hari atau contoh-
contoh yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik. Sehingga peserta didik dapat mudah memahami dan menerima
point dari apa yang disampaikan narasumber.10
Sedangkan mengenai materi yang terdapat dalam kitab kuning al-
Akhlâq li al-Banîn memiliki hierarki, maksudnya ialah materi yang
diajarkan dalam kitab tersebut yang pertama kali diajarkan ialah mengenai
Akhlak terhadap Allah, kemudian Akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW,
lalu Akhlak terhadap Orangtua dan guru, serta akhlak terhadap saudara dan
teman sejawat. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak
Achmad Rawi, S.Pd.
“Sesuai kegiatan literasi kita di dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn itu
ada hierarki nya, Ketika kita meliterasi kitab al-Akhlâq li al-Banîn
ini kitab ini mengajarkan yang pertama ialah akhlak kepada Allah.
Yang kedua adalah akhlak kepada Rasulullah, nah baru yang ketiga
kita diajarkan bagaimana kita bersikap kepada kedua orang tua kita,
baru akhlak kepada saudara-saudara kita yang serumah.”11
Jika penulis uraikan isi materi yang terdapat dalam kitab al-Akhlâq
li al-Banîn tersebut ialah: (1) Bagaimana akhlak yang harus dimiliki anak,
(2) Anak yang sopan, (3) Anak yang tidak sopan, (4) Anak harus bersikap
sopan sejak kecilnya, (5) Allah SWT, (6) Anak yang jujur, (7) Anak yang
taat, (8) Nabi Muhammad SAW, (9) Sopan santun dalam rumah, (10)
Abdullah di dalam rumahnya, (11) Ibumu yang penyayang, (12) Sopan
santun anak terhadap anaknya, (13) Shaleh dan ibunya, (14) Ayahmu yang
berbelas kasih, (15) Sopan santun anak terhadap ayahnya, (16) Kasih
sayang ayah, (17) Sopan santun anak terhadap saudara-saudaranya, (18)
10 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber
kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya 11 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
59
Dua saudara yang saling mencintai, (19) Sopan santun anak terhadap
kerabatnya, (20) Musthafa dan kerabatnya Yahya, (21) Sopan santun anak
terhadap pelayannya, (22) Anak yang suka mengganggu, (23) Sopan santun
anak terhadap tetangganya, (24) Hamid dan para tetangganya, (25)
Sebelum pergi ke sekolah, (26) Sopan santun dalam perjalanan, (27) Sopan
santun murid, (28) Bagaimana murid memelihara alat-alatnya, (29)
Bagaimana murid memelihara alat-alat sekolah, (30) Sopan santun murid
terhadap gurunya, (31) Sopan santun murid terhadap teman-temannya, (32)
Nasehat-nasehat umum kesatu,(33) Nasehat-nasehat umum kedua.
Dari materi-materi yang terdapat dalam kitab al-Akhlâq li al-Banîn
tersebut, sudah sepatutnya peserta didik dapat mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena materi tersebut merupakan materi
yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Sehingga
akan memudahkan peserta didik memahami dan menanamkan isi materi
tersebut ke dalam diri setiap peserta didik.
Perencanaan-perencanaan yang telah disebutkan di atas mulai dari
fasilitas sarana dan prasarana, penjadwalan, hingga materi. Hal tersebut
dilakukan agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar
sehingga apa yang diharapkan oleh Madrasah pun bisa tercapai,
sebagaimana yang Kepala Madrasah sampaikan.
“Ya harapannya semoga isi kitab kuning yang disampaikan itu
menjadi dasar perilaku siswa-siswi MAN 3, artinya dengan
mengikuti literasi kitab kuning itu budi pekertinya semakin baik.”12
Sejalan dengan hal tersebut Wina Sanjaya mengungkapkan bahwa
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan secara
rasional tentang tujuan pembelajaran tertentu dengan memanfaatkan segala
potensi dan sumber belajar yang ada.13 Sehingga, menurut penulis
12 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli
2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006)
60
perencanaan yang dilakukan oleh Madrasah dan Narasumber pada kegiatan
tersebut sudah cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat dari hal-hal yang
dipersiapkan untuk pelaksanaan kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li
al-Banîn. Meskipun perencanaan yang dilakukan tidak terlalu menyeluruh
atau dapat dikatakan hanya secara umum saja tidak memiliki perencanaan
yang khusus dilakukan pada kegiatan tersebut. Seperti halnya kegiatan ini
tidak termasuk ke dalam kurikulum tertulis sekolah. Oleh karena nya
kegiatan ini hanya sebatas kegiatan yang terjadwal saja dan termasuk ke
dalam kurikulum tersembunyi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak
Adam Soleh Siregar, MM.
“Ya pada dasarnya memang, kita tidak ada kurikulum khusus yang
berkaitan dengan kitab kuning hanya di serahkan kepada guru-guru
agama yang untuk menyiapkan materi-materi yang akan
disampaikan, jadi pada intinya jika ditanyakan apakah tertulis atau
tersembunyi, ya intinya tersembunyi tidak tertulis hanya cukup
terjadwal saja.”14
Seperti halnya juga yang disampaikan oleh Subandijah dalam
bukunya Pengembangan dan Inovasi kurikulum, yaitu bahwa kurikulum
tersembunyi (Hidden Curriculum) Istilah Hidden Curriculum menunjuk
kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh didalamnya berlangsungnya
pengajaran dan Pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong
atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan Pendidikan. Dengan kata
lain hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolahan yang
tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum
kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif
mengenai pengalaman sekolah.15
Oleh karena nya, dari penjelasan Subandijah tersebut bisa kita
pahami bahwa kegiatan literasi kitab kuning yang dilaksanakan di MAN 3
Jakarta. Memiliki pengaruh dalam meningkatkan atau mendorong
14 Hasil wawancara dengan Bapak Adam Soleh Siregar, MM. Waka. Bid. Kurikulum,
Senin 13 Juli 2020, pukul 09.15, di depan ruang komputer 15 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h.
25
61
pencapaian dari tujuan Pendidikan yang ada di MAN 3 Jakarta. Hal tersebut
karena pada kegiatan tersebut terdapatnya pengajaran atau pendidikan yang
berkenaan dengan perilaku atau akhlak peserta didik. Sehingga akan muncul
buah praktek dari proses penanaman dalam kegiatan tersebut pada
kehidupan sehari-hari peserta didik dan juga kegiatan ini tidak diuraikan
dalam kurikulum terprogram hanya pelaksaannya terjadwal dengan
program-program yang lain di MAN 3 Jakarta.
Kemudian dasar dari penyelenggaran atau pelaksanaan kegiatan
kitab kuning ini berdasarkan kebutuhan, yang mana dirasa perlu
dilaksanakan untuk MAN 3 Jakarta khususnya dan untuk Negara pada
umumnya agar terciptanya generasi-generasi yang berliterasi, seperti yang
diungkapkan oleh Wakil Kepala Bidang Kurikulum Bapak Adam Soleh
Siregar, MM.
“Ya pada intinya dari dasar penyelenggaraan kegiatan literasi ini ya
salah satunya memang kebutuhan ya, kebutuhan khususnya kita
MAN 3 Jakarta dan umumnya mungkin untuk negara kita sebagai
negara Indonesia yang membutuhkan generasi-generasi kita yang
sekarang untuk melakukan kegiatan-kegiatan literasi.”16
Hal tersebut pula sejalan dengan usaha pemerintah dalam
membentuk karakter serta akhlak peserta didik yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 mengenai Gerakan Literasi Sekolah
yang bertujuan untuk memperkuat Gerakan penumbuhan budi pekerti serta
menumbuhkan minat baca peserta didik dan meningkatkan keterampilan
membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi bacaan
berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan local, nasional, dan global
yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.17
Dengan demikian, perencanaan yang dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan literasi tersebut memiliki dasar sebagaimana yang terhimpun
16 Hasil wawancara dengan Bapak Adam Soleh Siregar, MM. Waka. Bid. Kurikulum,
Senin 13 Juli 2020, pukul 09.15, di depan ruang komputer 17 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015
62
dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 di atas. Namun, penulis merasa
perlunya perencanaan yang lebih khusus dan lebih terperinci dalam
mempersiapkan kegiatan tersebut, agar tujuan awal yang sudah dijelaskan
bisa tercapai sebagaimana mestinya.
b. Pelaksanaan kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN
3 Jakarta
Proses pelaksanaan kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-
Banîn di MAN 3 Jakarta diadakan 2 minggu sekali yaitu di minggu pertama
dan minggu ketiga pada hari selasa pukul 6.30 hingga 7.15 atau 7.30 atau
sekitar 45 menit kurang lebih, kemudian para peserta didik dikumpulkan di
lapangan yang telah digelar terpal dan karpet agar para peserta didik dapat
duduk di lapangan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Achmad Rawi,
S.Pd.
“Jadi pagi hari pukul 6:30 mereka berkumpul di lapangan ada
petugas pelaksana yang menyiapkan sarana kita dibantu oleh rohis,
jadi yang menyiapkan sarana dan prasarana adalah anak-anak rohis,
jadi kita gelar terpal dan karpet.”18
Gambar 4.4
Proses Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning
Pada gambar tersebut dapat kita melihat bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan literasi tersebut para peserta didik berkumpul dan
duduk di tengah lapangan yang telah digelar karpet terpal dibagi menjadi 2
kelompok yaitu perempuan dan laki-laki. Pada bagian kiri kelompok
18 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
63
perempuan dan bagian kanan kelompok laki-laki. Kemudian di bagian
depan terdapat panggung yang digunakan untuk peserta didik yang
membantu membuka acara atau membawa acara (MC) dan narasumber
yang akan mengisi materi pada pelaksanaan tersebut.19
Kemudian para peserta didik tidak hanya mendengarkan apa yang
disampaikan oleh narasumber, tetapi juga diharuskan mencatat point-point
apa yang disampaikan oleh narasumber, seperti yang disampaikan oleh Ibu
Fatimah dalam wawancaranya.
“Jadi Ketika guru menyampaikan dia menyimak, kemudian
menyalin inti-intinya, setelah itu buku yang dia salin itu di serahkan
kepada wali kelasnya untuk dinilai, karena kalau ga dinilai bisa jadi
dia bercanda, mengobrol, oleh karena nya itu merupakan taktik kita
agar anak-anak tidak mengobrol atau bercanda, jadi kita kumpulin
aja buku resume nya untuk dinilai.”20
Sehingga para peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan
oleh narasumber bukan hanya karena mendengarkan tetapi juga menyimak
serta mencatat atau meresume point-point materi yang disampaikan oleh
narasumber. Nantinya resume tersebut pun dikumpulkan kepada wali kelas
masing-masing sebagai bentuk penilaian yang nantinya akan dimasukkan
ke dalam nilai literasi dan juga nilai rapor. Lalu pada akhir kegiatan
narasumber memberikan kesempatan kepada peserta didik yang hendak
bertanya mengenai materi yang telah disampaikan.
Kemudian terdapat beberapa petugas yang mengarahkan jalannya
kegiatan tersebut seperti MC dan pembaca sholawat. Petugas-petugas
tersebut berasal dari para peserta didik yang ditunjuk atau mengajukan diri
sebagai petugas, dan biasanya petugas tersebut ialah peserta didik dari
jurusan Keagamaan dan Rohis. Kemudian kegiatan tersebut pun didukung
oleh sarana prasarana yang membuat kelancaran dari kegiatan tersebut,
19 Hasil Observasi kegiatan pelaksanaan literasi al akhlaq lil banin, tanggal 4 Februari
2020 20 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber
kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya
64
diantaranya terdapat panggung di lapangan untuk tempat MC, Petugas dan
Narasumber mengisi kegiatan tersebut
Gambar 4.4 Panggung untuk MC, Petugas dan Narasumber
Terdapat juga dua buah sound system yang mendukung sehingga
suara narasumber pun dapat terdengar dengan jelas ke seluruh area lapangan
yang terbuka, sound system pertama terletak di depan laboratorium fisika
dan sound system kedua terletak di depan ruang TU.21
Gambar 4.5 Sound System (kiri: sound di depan lab fisika,
kanan: sound di depan ruang TU)
21 Hasil Observasi, di MAN 3 Jakarta, Senin 10 Agustus 2020
65
Narasumber yang mengisi kegiatan tersebut ialah para guru-guru
yang mendapatkan tugas atau jadwal sebelumnya. Namun, biasanya
narasumber tersebut ialah guru bidang studi agama karena yang dibahas
ialah kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn yang membutuhkan pemahaman
mendalam mengenai Bahasa Arab atau ilmu luģowiah nya, sebagaimana
Kepala Madrasah menjelaskan mengenai kemampuan guru dalam
menguasai kitab kuning pada kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-
Banîn. 22
Oleh karena nya, hanya beberapa guru yang menjadi narasumber
pada kegiatan tersebut yang memiliki kemampuan dalam kitab kuning.
Akan tetapi, guru-guru bidang studi agama yang menjadi narasumber
mempersilahkan juga para guru bidang studi umum yang ingin menjadi
narasumber pada kegiatan tersebut dan juga guru-guru baru yang mungkin
ingin menjadi narasumber pada kegiatan tersebut dipersilahkan namun
harus dipersiapkan materi nya yang ingin dibahas pada kegiatan tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Achmad Rawi, S.Pd pada saat
wawancara.
“Kalau dari narasumbernya tidak hanya dari guru agama siapa pun
boleh, yang penting belajar dulu kitabnya, mana nih materi yang
ingin disampaikan seperti itu, makanya guru-guru baru yang
sekarang kita persilahkan juga untuk menjadi narasumber, bahkan
pak kepala pun kita tawarkan.”23
Hal tersebut menerangkan bahwa para guru bidang studi agama serta
madrasah memberikan kesempatan kepada semua guru untuk dapat mengisi
dan menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Sehingga tidak ada
pebedaan antara guru bidang studi agama maupun guru bidang studi umum,
selama dapat menguasai materi yang akan disampaikan. Kemudian guru-
guru yang tidak mendapat jadwal atau guru yang lain dan guru piket
22 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli
2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 23 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
66
mengawasi peserta didik yang duduk di barisan belakang karena khawatir
akan mengobrol atau berisik sehingga mengganggu jalannya kegiatan
literasi.
Sedangkan mengenai proses penanaman nilai akhlak mulia melalui
kegiatan tersebut menggunakan beberapa metode yaitu diantaranya:
1) Bandongan
Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur
(monolog), yakni kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadang-
kadang memberi komentar, sedang santri atau anak didik
mendengarkan penuh perhatian sambil mencatat makna harfiah
(sah-sahan)-nya dan memberikan simbol-simbol I’rob (kedudukan
kata dalam struktur kalimat)-nya.24
2) Demonstrasi
Metode ini adalah metode yang jarang digunakan oleh narasumber,
karena metode ini melihat dari isi materi yang disampaikan. Jika
materi yang disampaikan terdapat hal-hal yang mudah untuk
dicontohkan atau diperagakan seperti halnya mencontohkan
bagaimana salim tangan dengan guru atau orang tua. Sehingga
metode ini biasa digunakan apabila terdapat materi-materi yang
telah dicontohkan tersebut.
3) Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini digunakan oleh seluruh narasumber pada
setiap akhir kegiatan literasi. Ketika seluruh materi telah
tersampaikan oleh narasumber, maka setelah itu narasumber
memberi kesempatan kepada peserta didik yang ingin bertanya
mengenai materi yang telah disampaikan. Sehingga peserta didik
dapat lebih memahami materi yang disampaikan. 25
24 Muhammad Taufik, Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga, (Salatiga: Skripsi IAIN Salatiga, 2016). H.25 25 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber
kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya
67
Karena terbatasnya media dan faktor tempat yang tidak
memungkinkan sehingga metode atau strategi yang digunakan hanya
sebatas yang telah disebutkan. Meskipun demikian, penanaman nilai akhlak
pada kegiatan tersebut telah mencapai ketiga ranah dari hasil pembalajaran
yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
1) Ranah Kognitif
Penanaman nilai akhlak melalui ranah kognitif dalam kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn dapat dilihat dari
bagaimana narasumber menyampaikan materi mengenani kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn kepada peserta didik menggunakan
metode-metode yang telah dijelaskan di atas. Sehingga para peserta
didik dapat mendapatkan pengetahuan serta pemahaman yang lebih
mendalam mengenai nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Ranah Afektif
Penanaman nilai akhlak melalui ranah afektif dalam kegiatan literasi
tersebut dapat terlihat peserta didik sebelum dimulai nya kegiatan
literasi kitab kuning saling bertegur sapa, mengucap salam dan
salaman terhadap para guru, membawa kitab kuning dengan baik
dan benar, merapihkan sepatu nya pada saat dilepas untuk duduk di
atas karpet, para guru memisahkan tempat duduk antara laki-laki dan
perempuan, kemudian peserta didik mendengarkan apa yang
disampaikan narasumber dan mencatatnya dalam buku resume nya.
Sehingga hal tersebut secara tidak langsung telah menanamkan
kepada peserta didik mengenai nilai akhlak mulia dari hal terkecil
tersebut.
3) Ranah Psikomotorik
Kemudian penanaman nilai akhlak melalui ranah psikomotorik
dalam kegiatan literasi kitab kuning tersebut dapat terlihat
bagaimana para peserta didik membiasakan diri dalam menanamkan
nilai akhlak. Seperti halnya bertanya pada saat sesi tanya jawab
68
mengenai materi tersebut, tidak mengganggu temannya yang sedang
fokus memperhatikan, tidak bercanda dan mengobrol saat
narasumber menjelaskan, dan mencatat semua poin-poin yang
disampaikan oleh narasumber mengenai materi yang disampaikan.
Dari ketiga ranah di atas secara langsung atau tidak langsung,
kegiatan tersebut telah meningkatkan nilai akhlak kepada setiap peserta
didik melalui kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn yang
diadakan oleh Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta. Oleh karenanya, harapan
madrasah dari kegiatan tersebut adalah agar para peserta didik dapat
menjadikan isi dari kitab tersebut sebagai pedoman atau dasar dalam
berperilaku. Baik itu di lingkungan sekolah, rumah ataupun masyarakat.
2. Evaluasi dan Hasil Dari Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn
di MAN 3 Jakarta
Ketika mendegar kata evaluasi maka hal yang selalu terkait olehnya
ialah penilaian, pengetesan atau hasil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
evaluasi dimaknai sebagai pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam
bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas dari suatu objek, program, atau
proses berkaitan dengan spesifikasi dan persyaratan pengguna yang telah
ditetapkan sebelumnya.26 Namun lebih dari itu, bahwa evaluasi merupakan
sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh sebuah informasi tentang
perolehan belajar peserta didik secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep,
sikap, nilai, maupun keterampilan proses.27
Menurut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan
suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
26 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Daring, (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/evaluasi), Diakses pada 9 Agustus 2020 27 Nunung Nuriyah, Evaluasi Pembelajaran, Jurnal Edueksos, Vol III No. 1, Januari-Juni
2014, h. 73
69
dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa
orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.28
Oleh karena nya, evaluasi merupakan bagian terpenting dalam setiap
kegiatan pembelajaran karena dalam evaluasi kita dapat melihat atau menilai
sebarapa jauh perkembangan yang dipeoleh oleh para peserta didik dalam
proses pembalajaran yang dilakukan.
Evaluasi dari kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di
MAN 3 Jakarta dilakukan secara menyeluruh atau komprehensif mulai dari
waktu, tempat, narasumber, peserta didik, dll. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Achmad Rawi, S.Pd
“Iya kita biasanya mengevaluasi semuanya ya, mulai dari waktunya,
tempatnya, misalnya kalau waktu kemarin kalau tidak salah berganti
harinya, kemudian juga narasumbernya kita evaluasi misalnya ada
beberapa guru yang tidak siap nah itu biasanya digantikan sama guru
yang siap jadi ada badalnya, kemudian anak-anaknya juga, misalnya ada
yang lupa bawa kitabnya, besoknya kita siapin foto copy an nya aja yang
sesuai dengan materi yang akan di bahas aja tapi ga semua hanya
beberapa aja nah itu untuk yang tidak bawa, tapi tetap dapat sanksi nya
bisa berupa point atau meresume keseluruhan materi yang disampaikan
itu.”29
Dari evaluasi tersebutlah dapat dilihat apakah terdapat kekurangan yang
harus diperbaiki atau perlu ditambah, karena evaluasi dalam setiap
pembelajaran ataupun kegiatan itu hal yang cukup penting sehingga dari
evaluasi ini pihak madrasah dapat mempersiapkan kekurangan-kekurangan
tersebut. Akan tetapi, evaluasi yang dilakukan mengenai kegiatan tersebut tidak
terjadwal sehingga evaluasi mengenai tingkah laku atau perilaku peserta didik
setelah kegiatan literasi tersebut hanya melalui pemantauan oleh madrasah,
sebagaimana yang disampaikan oleh Waka. Bid. Kurikulum Bapak Adam Soleh
Siregar, MM.
28 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008),
h.335 29 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
70
“Secara umum memang evaluasinya tidak terjadwal hanya dilihat dari
segi kelakuan atau tingkah laku anak tersebut, jadi dipantau secara
keseluruhan saja, kita tidak melakukan evaluasi-evaluasi secara khusus
mengenai kegiatan tersebut, jadi evaluasinya hanya dipantau secara
keseluruhan saja.”
Meskipun demikian, evaluasi terhadap peserta didik mengenai hasil dari
kegiatan tersebut dapat dilihat pada penilaian rapor yang diberikan, hal tersebut
ditinjau dari resume-an yang ditulis oleh peserta didik kemudian mendapat
penilaian oleh wali kelas masing-masing sehingga menjadi nilai tambahan
dalam nilai kerajinan atau segi afektif di rapor.30 Oleh sebab itu, madrasah
melakukan pemantauan kepada peserta didik melalui wali kelas, guru BK dan
wakil kepala bidang kesiswaan. jika terdapat peserta didik yang melanggar tata
tertib atau berperilaku buruk dapat langsung dicover oleh wali kelas dan guru
BK serta jika diperlukan pula maka madrasah pun akan mengundang wali murid
untuk dapat melakukan pendekatan terhadap peserta didik yang bermasalah
tersebut. 31 Akan tetapi, jika tidak diperlukan maka hanya akan diberikan sanksi
yaitu berupa poin yang dicatat dalam buku poin sekolah. Buku poin tersebut
diberikan oleh wakil kepala bidang kesiswaan kepada setiap wali kelas dan guru
BK sebagai catatan baik atau buruk tingkah laku peserta didik dengan diberikan
poin plus atau minus.32
Kemudian, hasil dari evaluasi yang diperoleh melalui kegiatan literasi
pun dapat penulis bagi menjadi tiga, yaitu hasil secara kognitif, penilaian afektif
dan psikomotorik atau praktik.33 Jika penulis jabarkan ialah sebagai berikut:
1) Hasil Kognitif
Maksud dari hasil kognitif di sini ialah, meningkatnya pemahaman serta
pengetahuan peserta didik mengenai nilai-nilai akhlak mulia. Kemudian
30 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber
kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya 31 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli
2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 32 Hasil Dokumentasi, buku poin MAN 3 Jakarta dengan Ibu Yati Susanah, M.PFis.,
didapatkan pada 9 September 2020 33 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
71
hal tersebut menjadi dasar bagi peserta didik dalam mengamalkan atau
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Penilaian Afektif
Maksud dari hasil secara penilaian ialah hasil yang terdapat pada nilai
afektif atau kerajinan dalam rapor para peserta didik melalui penilaian
setiap guru dan wali kelas, sedangkan hasil secara praktik ialah hasil
yang dirasakan oleh setiap individu peserta didik yang ditinjau dari
tingkah laku, sikap atau perilaku nya di lingkungan sekolah ataupun di
luar lingkungan sekolah. Sehingga setiap tingkah laku dan perilaku yang
ditunjukkan oleh peserta didik akan berpengaruh ke dalam penilaian
rapor mereka masing-masing, sehingga feedback yang diterima oleh
sekolah mengenai hasil dari kegiatan tersebut ialah tumbuhnya sikap
dan perilaku atau akhlak yang baik pada setiap siswa.
3) Hasil Psikomotorik (praktik)
Sedangkan maksud dari hasil psikomotorik ini ialah bagaimana peserta
didik mempraktikkan akhlak mulia yang terdapat di materi kitab al-
Akhlâq li al-Banîn baik itu di sekolah ataupun di luar sekolah. Namun,
secara praktik memang masih ada beberapa peserta didik yang belum
sepenuhnya bisa merasakan hasil dari kegiatan tersebut. Hal tersebut
dilihat dari tata tertib sekolah yang masih ada beberapa peserta didik
melanggarnya. Akan tetapi, menurut kepala madrasah hal tersebut
masih dirasa cukup bagus, dalam artian masih dapat terkontrol dengan
baik oleh para wali kelas dan guru BK. Sehingga hanya sedikit peserta
didik yang melanggar hal tersebut.34
Sedangkan hasil yang dapat dirasakan oleh beberapa peserta didik yang
penulis wawancarai dapat penulis simpulkan bahwa tidak semua materi yang
disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut dapat dirasakan atau diamalkan
sebagaimana mestinya. Karena hal tersebut tergantung setiap individu masing-
34 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli
2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah
72
masing bagaimana cara mereka dalam mengambil sebuah pelajaran dari materi
yang disampaikan melalui kegiatan literasi tersebut. Kemudian juga menurut
mereka dibutuhkannya waktu atau proses untuk dapat mengaplikasikan semua
materi yang disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut.35 Sehingga, perlunya
tindakan dari pihak madrasah untuk bisa selalu memantau setiap perilaku
peserta didik dalam usaha pengimplementasian hasil dari kegiatan literasi
tersebut.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penanaman Nilai Akhlak Mulia
Dalam menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik terdapat
beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam keberhasilan menanamkan
nilai akhlak mulia tersebut baik dalam pelaksanaan kegiatan literasi maupun
pada saat menanamkan nilai akhlak mulia. Adapun penulis uraikan faktor-
faktor tersebut sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan literasi
dan pada saat menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik.
Adapaun faktor pendukung pada saat pelaksanaa kegitan literasi
diantaranya ialah:
1) Fasilitas
Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan pelaksanaan
kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3
Jakarta ialah fasilitas yang mendukung. Fasilitas-fasilitas tersebut
ialah berupa lapangan yang luas, masjid sebagai tempat alternatif
kegiatan literasi, kemudian sound system yang bagus, lalu terpal
karpet untuk alas duduk peserta didik, jumlah kitab kuning yang
cukup untuk semua peserta didik. Oleh karenanya, dengan fasilitas
yang mendukung tersebut menjadikan tingkat keberhasilan dalam
35 Hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan Kelas 12 IPS pada tanggal 15 Juli 2020
di Perpustakaan dan dengan kelas 12 Agama pada tanggal 25 Juli 2020 di Aplikasi Zoom Meeting
73
pelaksanaan kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di
MAN 3 Jakarta dapat berjalan dengan baik.
2) Narasumber
Selanjutnya ialah faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ialah
narasumber yang mengisi kegiatan tersebut. Maksudnya ialah para
guru-guru yang mengisi kegiatan tersebut memiliki kemampuan
yang sangat mumpuni dalam mengajarkan serta menyampaikan isi
dari kitab kuning tersebut dengan baik. Sehingga hal tersebut dapat
mudah dipahami oleh para peserta didik. Seperti yang diungkapkan
oleh salah seorang peserta didik dalam FGD yang dilakukan melalui
zoom meeting “Kalo faktor pendukungnya, Alhamdulillah banyak
guru-guru yang mumpuni dalam membaca kitab kuningnya, dan
menjelaskannya secara mendetail, itu faktor pendukungnya.”36
3) Guru Piket dan Petugas
Kemudian faktor pendukung yang lainnya dalam kegiatan literasi
kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta ialah guru piket
dan petugas. Maksudnya ialah guru piket sangat membantu
menertibkan para peserta didik yang terlihat bercanda atau berisik
sehingga membuat kegiatan menjadi berjalan dengan baik,
sedangkan petugas ini ialah para peserta didik anggota rohis dan
keagamaan yang membantu dalam mempersiapkan tempat mulai
dari terpal karpet hingga menjadi MC atau pemandu acara.
Sedangkan faktor pendukung dalam menanamkan nilai akhlak mulia
kepada peserta didik, diantaranya:
1) Diri sendiri
Maksudnya ialah diri sendiri setiap peserta didik sehingga dalam
proses penanaman jika diri peserta didik bersungguh-sungguh atau
36 Hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan Kelas 12 IPS pada tanggal 15 Juli 2020
di Perpustakaan dan dengan kelas 12 Agama pada tanggal 25 Juli 2020 di Aplikasi Zoom Meeting
74
memiliki niat yang kuat maka penanaman nilai-nilai akhlak mulia
melalui kegiatan literasi pun dapat membuahkan hasil yang baik
seperti yang diungkapkan oleh bapak Achmad Rawi S.Pd.
“mereka harus mulai dari diri sendiri, kita inget kata Aa Gym, 3
M ap aitu 3 M? yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang
kecil dan Mulai saat ini, nah 3 M itu yang harus ditanamkan
terutama buat siswa, Ketika mereka berliterasi maka bukan
hanya mencatat tapi juga menerima dan mengolah hasil dari
literasi khususnya al-Akhlâq li al-Banîn ini untuk menjadikan
sikap, dimasukkan ke dalam hati dan diamalkan dalam
perbuatan baru akan berbuah, jadi literasi kitab al-Akhlâq li al-
Banîn ini tidak akan pernah berbuah tanpa ada pengamalan.”37
Hal tersebut pun sejalan dengan yang ditulis oleh Al Imam Ghazali
dalam kitabnya Tahźub al-Akhlâq wa Mu’alajat Amradh al-Qulub
yang diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir bahwa terdapat dua
cara menumbuhkan akhlak yang baik salah satunya ialah melalui
perjuangan melawan hawa nafsu (mujahadah) dan latihan-latihan
ruhani (riyadhah) yakni dengan memaksakan diri terhadap
perbuatan-perbuatan tertentu yang ingin dimiliki sebelumnya.38
Maksudnya ialah jika ingin memiliki sifat dermawan maka harus
membiasakan untuk bersedekah, jika ingin memiliki perangai yang
jujur maka harus membiasakan selalu berkata jujur. Sehingga dapat
dikatakan terdapat faktor yang penting dalam menumbuhkan akhlak
mulia yaitu melalui diri sendiri dengan melakukan sebuah
perjuangan dalam membiasakan hal-hal positif atau perbuatan yang
baik agar perilaku-perilaku yang buruk dapat tergantikan oleh
perbuatan yang baik tersebut yang merupakan buah dari hasil
perjuangan penanaman dalam pembiasaan akhlak mulia.
Oleh karena nya, faktor internal ini cukup berpengaruh dalam
keberhasilan menanamkan nilai akhlak mulia jika kurangnya niat
37 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer 38 Al Ghazali, Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu’alajat Amradh Al-Qulub, (PJ: Muhammad Al-
Baqir), (Bandung: Karisma, 1994), h.49-50
75
atau keinginan yang kurang kuat maka hasil dari kegiatan tersebut
pun akan tidak maksimal, namun jika memiliki niat yang kuat dan
keinginan yang kuat pula maka hasilnya pun akan lebih masksimal,
sehingga dapat dikatakan penanaman nilai akhlak mulia tersebut
berhasil, hal tersebut dilihat dari perubahan yang dirasakan oleh
peserta didik kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
2) Keluarga
Faktor pendukung selanjutnya ialah keluarga.39 Keluarga
merupakan salah satu faktor pendukung yang utama dalam
menanamkan nilai akhlak mulia karena keluarga merupakan wadah
pertama bagi seorang peserta didik dalam mengenyam pendidikan
sehingga orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada
setiap anak dalam mengajarkan dan menanamkan nilai akhlak mulia
sedari kecil agar dengan seiringnya waktu anak tersebut akan
terbiasa dengan perilaku baik dan akhlak mulia.
3) Lingkungan
Selanjutnya ialah lingkungan (environment) merupakan faktor yang
berpengaruh pula dalam menanamkan nilai akhlak mulia, yang
dimaksud lingkungan di sini ialah teman-teman sejawat baik itu
teman lingkungan sekolah atau teman lingkungan rumah ataupun
teman satu tongkrongan, kenapa dikatakan berpengaruh karena
lingkungan ini yang dapat membawa seseorang kearah yang baik
atau kearah yang buruk. Oleh karena nya, seseorang harus lebih
selektif dalam memilih teman yang baik agar dapat terpengaruh
kearah yang lebih baik pula. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Achmad Rawi S.Pd mengenai salah satu hadits Nabi SAW yaitu
“Jika kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka kita akan
mendapatkan wangi nya, namun jika kita berteman dengan tukang
pandai besi maka kita akan mendapatkan bau besinya atau terkena
39 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber
kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya
76
apinya.”40 Oleh karena nya, lingkungan ini dapat menjadi faktor
pendukung dalam menanamkan nilai akhlak mulia jika mendapat
lingkungan yang baik pula.
b. Faktor Penghambat
Selain terdapat faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat
pada saat pelaksanaan kegiatan literasi dan pada saat penanaman nilai
akhlak mulia. Adapun faktor penghambat yang terdapat pada saat
pelaksanaan ialah, sebagai berikut:
1) Cuaca
Salah satu faktor penghambat pada saat pelaksanaan kegiatan literasi
kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn di MAN 3 Jakarta adalah cuaca.
karena kegiatan tersebut diadakan di tempat yang terbuka yaitu
lapangan madrasah sehingga cuaca menjadi faktor penghambat
paling utama sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Achmad
Rawi, S.Pd. “Karena kita mengadakannya di lapangan yang terbuka
jadi tempatnya kadang-kadang cuaca, pernah waktu itu ujan, tapi
masih bisa diantisipasi dengan pindah ke dalam masjid.”41
Meskipun, dapat diantisipasi dengan dipindahkan ke dalam masjid
ternyata hal tersebut pun masih terdapat faktor penghambat yang
lain yaitu keterbatasan tempat dalam masjid sehingga peserta didik
harus sedikit merapat barisan dan membuat tidak nyaman. Hal
tersebut diungkapkan oleh kepala madrasah Bapak Nuroto, M.Si “ya
kalau Ketika cuaca tidak memungkinkan, misalnya hujan maka kita
merapatkan atau memindahkannya ke dalam masjid, cuman itu
40 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer 41 Ibid, Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus Narasumber kegiatan
literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
77
kurang sempurna saja karena keterbatasan tempat jika harus
berpindah ke dalam masjid.”42
Gambar 4.6 Bagian dalam Masjid (kiri: depan, kanan: belakang)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bagian dalam Masjid ketika
menjadi alternatif tempat kegiatan literasi ketika cuaca sedang tidak
mendukung. Bagian dalam masjid tersebut menurut penulis kurang
dapat menampung seluruh peserta didik yang hampir berjumlah 618
orang dan guru-guru yang mengawas kegiatan tersebut. Sehingga
akan menimbulkan penumpukkan dalam masjid tersebut dan
membuat tidak nyaman bagi peserta didik. Namun, madrasah pun
berusaha untuk mengatasi hal tersebut dengan langkah melakukan
renovasi perluasan bagian dalam masjid. Pada foto di atas bagian
belakang dalam masjid terdapat pintu yang mengarah ke bagian
yang sedang direnovasi sehingga setelah penulis amati bahwa
bagian tersebut akan menjadi tambahan tempat untuk masjid
sehingga akan mampu menampung seluruh peserta didik ketika
melakukan kegiatan literasi di dalam masjid.43
2) Peserta didik
42 Hasil Wawancara dengan Bapak Nuroto, M.Si. Kepala MAN 3 Jakarta, Senin 13 Juli
2020, pukul 10.15 di Ruang Kepala Madrasah 43 Hasil Observasi, di Masjid MAN 3 Jakarta, Senin 10 Agustus 2020
78
Kemudian penghambat yang kedua ialah dari para peserta didiknya
sendiri, yang mana pada saat pelaksanaan terdapat peserta didik
yang kerap kali mengobrol, bercanda atau berisik sehingga
mengganggu jalannya kegiatan literasi dikarenakan membuat
peserta didik yang lain menjadi kurang fokus. Hal tersebut
diungkapkan oleh Ibu Siti Fatimah “Kalau faktor penghambatnya
adalah ya itu tadi, ada anak yang tidak bawa kitab, sehingga dia tuh
kalo ga bawa kitab akhirnya iseng, temen nya lagi baca kitab dia
malah ajak ngobrol itu kan jadi penghambat sehingga berisik, yang
Namanya di lapangan jadi kedengaran suaranya sehingga kurang
konsentrasi.”44
Hal tersebut pun sama seperti apa yang disampaikan oleh Bapak
Achmad Rawi mengenai peserta didik yang mengganggu dan
menjadi penghambat dalam kegiatan literasi kitab kuning.
“kemudian itu penghambatnya dari peserta didik yang mungkin
berisik, tapi tetap masih bisa teratasi karena dari atas panggung
bisa terlihat oleh narasumber jadi bisa langsung diberi teguran,
dan dibelakang juga ada guru-guru yang menjadi pengawas pada
kegiatan tersebut, jadi jika ada anak-anak yang kurang aktif pada
kegiatan tersebut maka akan diberi sanksi.”45
Meskipun demikian, faktor penghambat yang melibatkan peserta
didik tersebut dapat diatasi dengan baik oleh narasumber dan guru-
guru pengawas dengan cara menegur dan diberi sanksi kepada
peserta didik yang berisik, mengobrol atau bercanda pada saat
pelaksanaan kegiatan literasi tersebut agar mereka lebih
memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh
narasumber dan tidak mengganggu konsentrasi yang lainnya.
44 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Fatimah, M.Pd. Guru SKI sekaligus Narasumber
kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 9.30 di Ruang Kepala SMA Wijaya 45 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rawi, S.Pd. Guru Bahasa Arab sekaligus
Narasumber kegiatan literasi, Rabu 15 Juli 2020, pukul 10.30 di depan Lab. Komputer
79
Sedangkan faktor penghambat dalam penanaman nilai akhlak
kepada peserta didik ialah, sebagai berikut:
1) Diri Sendiri
Salah satu faktor penghambat dalam keberhasilan menanamkan nilai
akhlak mulia kepada peserta didik ialah diri sendiri. Maksudnya
ialah jika kurangnya niat dan usaha yang dilakukan dalam
melakukan mujahadah dan riyadah seperti yang dijelaskan dalam
faktor pendukung. Maka keberhasilan tersebut tidak akan pernah
tercapai, sehingga membuat hambatan dalam menanamkan nilai
akhlak mulia yang diinginkan.
2) Keluarga
Seperti yang dijelaskan pada faktor pendukung bahwa keluarga
memiliki peran penting dalam menanamkan nilai akhlak mulia
sehingga menjadi faktor pendukung. Akan tetapi, keluarga juga
dapat menjadi faktor penghambat apabila peran keluarga seperti
orang tua tidak memberikan perhatian, kasih sayang dan pendidikan
mengenai akhlak mulia kepada anaknya. Maka akan dapat
dipastikan pada saat besar nanti, sang anak akan memiliki perangai
yang buruk. Karena sejak kecil tidak mendapatkan pendidikan yang
baik dari orang tua.
3) Lingkungan
Sama hal nya seperti faktor pendukung yang telah dijelaskan, bahwa
lingkungan memiliki peran yang penting dalam menanamkan nilai
akhlak mulia kepada peserta didik sehingga menjadi faktor
pendukung. Namun, lingkungan pula dapat menjadi faktor
penghambat yang sangat berpengaruh karena lingkungan lah yang
dapat membawa seseorang kearah yang lebih baik ataupun buruk.
Sehingga diperlukannya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua
dan guru mengenai lingkungan atau teman peserta didik.
80
Dengan demikian, dua faktor tersebut lah yang memiliki pengaruh
dalam menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik baik pada saat
pelaksanaan kegiatan literasi maupun saat penanaman nilai akhlak mulia.
Sehingga tingkat keberhasilan dalam menanamkan nilai akhlak mulia
tersebut pun tergantung bagaimana cara menghadapi kedua faktor tersebut,
khususnya faktor penghambat yang telah dijelaskan di atas. Oleh karenanya
diperlukannya usaha dan do’a dari diri peserta didik dan juga orang tua serta
guru peserta didik yang dapat memberikan dukungan dan dorongan kepada
peserta didik agar apa yang diharapkan dapat tercapai.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Madrasah Aliyah Negeri 3 (MAN 3) Jakarta merupakan salah satu
lembaga Pendidikan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama
Republik Indonesia yang terus berkembang dan mengedepankan kualitas baik
itu madrasah, fasilitas, guru hingga peserta didiknya agar selalu menjadi
sekolah yang dapat bersaing dan berprestasi dikancah Internasional, sehingga
visi dan misi nya ialah terwujudnya Pendidikan yang Islami dan berprestasi
Internasional yang mengedepankan akhlâq al-karimah sehingga dapat berilmu
amaliah dan beramal ilmiah. Berdasarkan apa yang penulis uraikan di atas
melalui perpaduan antara kajian teori dan hasil data penelitian lapangan,
sehingga dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Proses penanaman nilai akhlak mulia kepada peserta didik melalui
kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq li al-Banîn menggunakan
beberapa metode yaitu, Bandongan, Demonstrasi dan tanya jawab.
Sehingga melalui metode tersebut peserta didik dapat menerima isi
materi dari kitab al-Akhlâq li al-Banîn yang disampaikan oleh
narasumber dengan mudah dipahami. Kemudian, penanaman nilai
akhlak mulia pada kegiatan tersebut telah mencapai ketiga ranah dari
hasil pembalajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah
kognitif dapat dilihat dari metode yang digunakan narasumber. Ranah
afektif dapat dilihat dari pembiasaan yang dilakukan oleh guru kepada
peserta didik seperti membawa kitab dengan baik dan benar, merapihkan
sepatu pada saat dilepas dan duduk terpisah antara laki-laki dan
perempuan. Ranah psikomotorik dapat dilihat bagaimana peserta didik
melakukan hal-hal yang positif seperti mendengarkan saat narasumber
menjelaskan, tidak bercanda dan mengobrol, dan tidak mengganggu
teman nya yang sedang fokus mendengarkan. Sehingga proses
penanaman nilai akhlak pada kegiatan tersebut pun telah tercapai melalui
ketiga ranah tersebut.
82
2. Hasil dari kegiatan literasi kitab kuning dalam menanamkan akhlak
mulia kepada peserta didik dapat dikatakan cukup berhasil. Hal tersebut
terlihat dari meningkatnya kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib
madrasah, banyaknya poin plus dibandingkan poin minus yang
didapatkan peserta didik dalam catatan buku poin, penyesuaian sikap dan
perilaku peserta didik di lingkungan sekolah, rumah serta masyarakat
serta juga dari nilai afektif dalam rapor peserta didik. Oleh karena nya
madrasah pun memiliki acuan dalam menentukan keberhasilan atau
kesuksesan kegiatan tersebut dalam menanamkan nilai akhlak mulia
kepada peserta didik. Sedangkan, feedback atau hasil yang dirasakan oleh
peserta didik melalui kegiatan tersebut ialah bertambahnya pengetahuan
serta pemahaman mengenai akhlak mulia, sehingga hal tersebut dapat
dijadikan sebagai dasar dalam mengamalkannya di kehidupan sehari-hari
melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan sehingga akan
menjadikan sebuah perilaku atau akhlak baru yang lebih baik dari
sebelumnya. Mayoritas dari peserta didik mampu menerapkan atau
mengaplikasikan nilai akhlak mulia yang disampaikan melalui kegiatan
literasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari pada saat di lingkungan
rumah ataupun madrasah.
B. Saran
Dalam sebuah penelitian, sudah sebaiknya seorang peneliti memberikan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau yang berguna untuk sebuah
intansi atau lembaga, khususnya yang ditelitinya, semua pihak yang berkatian
dengan penelitian tersebut dan juga yang paling utama ialah untuk
perkembangan dari ilmu pengetahuan. Berdasarkan kesimpulan yang
dipaparkan di atas, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Kanwil Kemenag DKI Jakarta
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam mencari
data-data mengenai kegiatan literasi kitab kuning yang dilaksanakan di
83
MAN 3 Jakarta, karena madrasah tersebut masih dalam naungan dari
Kementerian Agama oleh karenanya teradapat beberapa saran, antara lain:
a. Mendukung selalu kegiatan yang diadakan oleh Madrasah dengan
memberikan bantuan yang dapat membantu kelancaran serta
keberhasilan dari kegiatan tersebut
b. Memberikan apresiasi kepada madrasah yang mendapatkan prestasi
dalam setiap pencapaian yang diraih
c. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk guru-guru untuk
meningkatkan kualitas guru baik dari segi pembelajaran ataupun
non pembelajaran
2. Bagi Madrasah
Berdasarkan penelitian, peran kepala madrasah dalam memimpin
madrasahh, khusunya dalam kegiatan literasi bagik dari fasilitas sarana
prasarana ataupun dari bidang guru sudah cukup baik. Sarana prasarana
yang mendukung untuk kelancaran kegiatan literasi dan juga kemampuan
guru dalam menyampaikan materi kitab kuning sebagai narasumber
kepada peserta didik. Oleh karena nya, dalam meningkatkan keberhasilan
dan kelancaran kegiatan literasi tersebut, penulis menyarankan kepada
pemimpin madrasah sebagai berikut:
a. Memberikan pelatihan kitab kuning kepada para guru yang belum
mengusai kitab kuning, agar dapat menjadi narasumber pada
kegiatan literasi
b. Menambah intensitas pelaksanaan kegiatan literasi menjadi 1
minggu sekali agar kegiatan literasi tersebut dapat berjalan secara
kontinuitas
c. Meningkatkan sarana prasarana pendukung lainnya dalam kegiatan
literasi agar pelaksanaan kegiatan literasi dapat berjalan dengan baik
tanpa adanya hambatan yang mengganggu
84
d. Memberikan apresiasi terhadap peserta didik yang menjadi petugas
pada kegiatan literasi dan kepada peserta didik yang berprestasi baik
dalam akademik maupun non akademik.
3. Bagi Guru
Guru memiliki peran penting dalam menanamkan akhlak mulia kepada
setiap peserta didiknya. Berdasarkan penelitian, guru di MAN 3 Jakarta
sudah cukup bagus dalam menjalankan perannya sebagai guru. Oleh
karena nya, penulis menyarankan kepada guru baik itu guru bidang studi
agama ataupun guru bidang studi umum untuk:
a. Selalu menjadi uswatun hasanah kepada setiap peserta didik baik itu
pada saat pembelajaran mauapun diluar pembelajaran
b. Memperbarui metode, strategi serta pendekatan kepada peserta didik
dalam menanamkan nilai akhlak mulia.
c. Selalu menjadi orang tua kedua yang baik bagi peserta didik di
sekolah dalam memberikan Pendidikan maupun kasih saying
d. Selalu mendo’akan peserta didik untuk dapat menjadi yang terbaik
yang berprestasi dan bermanfaat bagi orang lain
4. Bagi Orang tua
Peran orang tua cukup penting dalam pendidikan anak, karena pendidikan
yang diterima oleh setiap anak ialah berada di dalam keluarga, sehingga
orang tua memiliki kewajiban dalam menanamkan nilai akhlak mulia
kepada anak-anak nya sejak dini. Oleh karena nya, penulis menyarankan
kepada setiap orang tua untuk:
a. Selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak dan
juga pendidikan yang baik agar anak dapat menjadi anak yang
berakhlakul karimah
b. Jangan melibatkan anak dalam setiap masalah yang dihadapi atau
melampiaskan kepada anak sehingga anak menjadi tertekan
85
c. Menjadi contoh yang baik kepada anak agar anak dapat mencontoh
apa yang dilakukan oleh orang tua nya.
d. Memberikan pengawasan kepada anak agar tidak terpengaruhi
lingkungan yang buruk sehingga memberikan dampak yang buruk
pula
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: Amzah,
2008.
Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data
Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia Indonesia. Vol. 12, No.
1, 2008.
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta, Rajagrafindo
Persada: 2016. Ed-1, et-3.
Akurat.co. KPAI: Anak Pelaku Kriminalitas Banyak Berasal dari Keluarga Broken
Home: https://akurat.co/id-555037-read-kpai-anak-pelaku-kriminalitas-
banyak-berasal-dari-keluarga-broken-home.
Alavi, S.M. Ziamuddin. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan
Pertengahan. Bandung: UIN Press dan Angkasa, 2003.
Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah, 2016.
Anggraini, Reni. Pengaruh Kegiatan Kokurikuler dalam Mendukung Kegiatan
Intrakurikuler di SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran
2017/2018. Lampung: Skripsi, 2018.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta, 2014.
Aziz, Hamka Abdul. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2012.
Bakry, Oemar. Akhlak Muslim. Bandung: Percetakan Angkasa, 1993.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2011. Ed-2, Cet-5.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.
Detik.com. (n.d.). Pelajar yang Terlibat Video Mesum Tuban jadi Tersangka.
Retrieved from Detik.com: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-
4738436/4-pelajar-yang-terlibat-video-mesum-tuban-jadi-tersangka
Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur'an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka
87
Dkk, Uno, Hamzah. B. Pengembangan Kurikulum Rekaya Pedagogik dalam
Pebelajaran. Depok: RajaGrafindo Persada, 2018.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. (Jakarta, Rajagrafindo
Persada: 2016. Ed-Revisi, Cet- 6.
Fatmawati, Aan Almaidah. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak oleh Orang Tua Kepada
Anak di Keluarga Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) Juwangi Boyolali,
Skripsi: IAIN Surakarta, 2017.
Fauziyah, Rofa'atul. Aplikasi Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin Dalam
Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening
Tanggalrejo Mojoagung Jombang. Surabaya: Skripsi IAIN Sunan Ample,
2011.
Ghazali, Al. Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-Qulub. (PJ: Muhammad
Al-Baqi). Bandung: Karisma, 1994.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hambal, Ahmad Ibnu. Musnad Ahmad Hambal. Riyad: Bsitul Ifkar, 1434 H.
Harun, Salman. Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur'an. Ciputat:
UIN Jakarta Press, 2013.
Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009.
Juarsih, Dirman. & Cici. Pengembangan Kurikululm. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Keputusan Menteri Agama. Nomor 183 Tahun 2019.
Komarudin, M. Sukardjo dan Ukim, Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawal, 2009.
Kristiana, Lusi. dan Paramita, Astridya. Teknik Fokus Group Discussion Dalam
Penelitian Kualitatif. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16,
Ed. 2. Pusat Humaniora. Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI. 2013.
Kumparan. (2019, November 6). Rasulullah sang teladan. Retrieved from
Kumparan.com: https://kumparan.com/hamdi-mansur/rasulullah-sang-
teladan-lqqXIdEr5fb
__________.(n.d.). Kasus Bully di Bali Gadis 15 Tahun. Retrieved from Kumparan:
https://kumparan.com/kanalbali/kasus-bully-di-bali-gadis-15-tahun-
ditendang-hingga-ditelanjangi-1rMcZiqGAPe
88
__________.(n.d.). Polisi Buru Pembacok Remaja yang Tewas dalam Tawuran di
Tambora. Retrieved from Kumparan:
https://www.liputan6.com/news/read/4096402/polisi-buru-pembacok-
remaja-yang-tewas-dalam-tawuran-di-tambora
Kurniawati, Etik. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak pada Anak Tunagrahita dalam
Pendidikan Vaksional. Jurnal Penelitian, vol. 11, no. 2, 2017.
L, Idrus. ADAARA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 9, No. 2, 2019.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
Mawardi, Abul Hasan Al. Mutiara Akhlak Al Karimah. Jakarta: Pustaka Amani.
1993.
Mu'in, Fatchul. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011.
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Nasution, Ahmad Bangun & Siregar, Royani Hanum. Akhlak Tasawuf. Depok:
Rajagrafindo Persada, 2013.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, 2015.
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
_________. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Nata, Abuddin. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005.
______. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo, 2013.
______. Sejarah Pertembuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Salemba Diniyah, 2017.
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara. Jakarta: Kencana, 2013
Nuriyah, Nunung. Evaluasi Pembelajaran, Jurnal Edueksos. Vol. III, No. 1, 2014.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 23 Tahun 2015.
Putra, Nusa Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta, PT. Indeks: 2012.
Cet2.
Rahmadi, Rulam. Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2016.
Rohman, Abdul. Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak
Remaja. Jurnal Nadwa, vol 6, no. 1, 2012.
89
S., Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranada Media
Group, 2011.
__________. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group, 2008.
__________. Kurikulum dan Pengembangan: Teori dan Praktik Pengembangan
Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2008.
__________. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2006.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012.
Satori, Djam’an & Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung,
Alfabeta: 2013.
Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo, 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. Bandung:
Alfabeta, 2011.
________. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2013.
Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru, 2018.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Sultoni, Sehat. Filsafat Pendidikan Akhlak. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Syamhudi, M. Hasyim. Akhlak Tasawuf. Malang: Madani Media, 2015.
Taufik, Muhammad. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga. Salatiga: Skripsi IAIN Salatiga,
2016.
Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 2005.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001.
90
Yunus, dkk. Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampua Literasi
Matematika, Sains, Membaca dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.
Zelhendri, & Syafril. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana, 2017.
Zuhdi, Ahmad. & Atabik, Ali. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Multi Karya
Grafika.
KISI-KISI INSTRUMEN
Wawancara
No. Objek Penelitian Indikator Sumber data
1. Proses Penanaman
Nilai Akhlak Mulia
a. Materi yang
disampaikan
b. Startegi, metode atau
model Penanaman nilai
akhlak mulia
c. Peran guru dalam
proses penanaman
d. Nilai-nilai Akhlak
mulia yang ditanamkan
a. Guru
a. Kepala
Sekolah
b. Waka. Bid.
Kurikulum
c. Guru
a. Guru
a. Guru
2. Kegiatan Literasi Kitab
Kuning Al-Akhlaq lil
Banin
a. Perencanaan kegiatan
literasi kitab
b. Pelaksanaan Kegiatan
literasi kitab
c. Evaluasi atau hasil dari
kegiatan literasi kitab
d. Faktor Pendukung dan
Penghambat
a. Kepala
Sekolah
b. Waka. Bid.
Kurikulum
c. Guru
a. Waka. Bid.
Kurikulum
b. guru
a. Waka. Bid.
Kurikulum
b. guru
a. Waka. Bid.
Kurikulum
b. Guru
c. Peserta didik
94
KISI-KISI INSTRUMEN
Observasi
No. Objek Pengamatan Indikator
1. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas
Madrasah
1.1. Kelengkapan Sarana, Prasarana
inti, meliputi Gedung, lapangan,
dsb.
1.2. Kondisi sarana prasarana inti
1.3. Sarana prasarana pendukung
kegiatan literasi
2. Pelaksanaan kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn
1.1. Kondisi lapangan
1.2. Kegiatan literasi kitab
1.3. Sumber belajar
1.4. Kondisi peserta didik
3. Faktor Pendukung & Penghambat 1.1. Faktor Pendukung dalam
Pelaksanaan kegiatan literasi
1.2. Faktor penghambat dalam
pelaksanaan kegiatan literasi
1.3. Kemampuan Narasumber dalam
memahami kitab kuning
95
PEDOMAN OBSERVASI
No. Objek Pengamatan Indikator
1 Sarana, Prasarana dan Fasilitas
Madrasah
1.1. Kelengkapan Sarana, Prasarana inti,
meliputi Gedung, lapangan, dsb.
1.2. Kondisi sarana prasarana inti
1.3. Sarana prasarana pendukung
kegiatan literasi
2 Pelaksanaan Kegiatan Literasi
Kitab Kuning al-Akhlâq li al-
Banîn
2.1. Kondisi lapangan
2.2. Kegiatan literasi kitab
2.3. Sumber belajar
2.4. Kondisi peserta didik
3 Faktor Pendukung dan
Penghambat
3.1. Faktor Pendukung dalam
Pelaksanaan Kegiatan literasi
3.2. Faktor Penghambat dalam
Pelaksanaan kegiatan literasi
3.3. Kemampuan Narasumber dalam
memahami kitab kuning
Lembar Observasi
a. Objek Pengamatan :
b. Hari, Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat :
No. Objek Pengamatan Pengamatan
Deskripsi Ya Tidak
Sarana dan Prasarana Madrasah
96
1 Madrasah memiliki lapangan yang luas
untuk kegiatan literasi.
2 Madrasah memiliki sound system yang
bagus.
3 Madrasah memiliki karpet untuk
kegiatan literasi di lapangan.
4
Madrasah menyediakan kitab kuning
al-Akhlâq li al-Banîn kepada peserta
didik.
5
Madrasah memiliki tempat khusus
untuk narasumber saat menyampaikan
isi materi kitab pada kegiatan literasi
Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn
1 Lapangan madrasah dapat menampung
seluruh peserta didik
2 Lapangan tidak becek saat kegiatan
literasi
3 Kegiatan literasi dimulai pukul 6.30
atau 6.45
4 Kegiatan literasi diikuti oleh seluruh
peserta didik dan guru-guru
5 Terdapat guru pengawas selama
kegiatan literasi
6 Seluruh peserta didik memiliki kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn
7 Narasumber menggunakan kitab lain
selain kitab al-Akhlâq li al-Banîn
97
8 Peserta didik memerhatikan selama
kegiatan kitab kuning berlangsung
9 Posisi duduk dipisahkan antara laki-laki
dan perempuan
Faktor Pendukung dan Penghambat
1 Kegiatan literasi kitab kuning al-Akhlâq
li al-Banîn berlangsung lancar.
2
Narasumber mampu menjelaskan serta
menyampaikan isi kitab kuning secara
jelas.
3 Kegiatan literasi sempat ada hambatan
atau gangguan.
4 Guru pengawas mampu mengatasi
penghambat atau gangguan.
98
PEDOMAN WAWANCARA
1. Informa/Narasumber
a. Bapak Drs. Nuroto, M.Si. (Kepala MAN 3 Jakarta)
b. Bapak Drs. Adam Soleh Siregar, MM. (Wakil Kepala Bidang
Kurikulum MAN 3 Jakarta)
c. Bapak Achmad Rawi, M.Pd.(Guru Bahasa Arab dan Pengisi kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâk li al-Banîn)
d. Ibu Siti Fatimah, M.Pd. (Guru SKI dan Pengisi kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâk li al-Banîn)
e. Peserta Didik Kelas 11 dan 12
2. Uraian Wawancara
a. Wawancara bersama Bapak Drs. Nuroto, M.Si.
Kepala MAN 3 Jakarta
No. Aspek Butir Pertanyaan
1 Peran Guru dalam
Proses Penanaman
1. Bagaimana peran seluruh guru
di Madrasah ini dalam proses
penanaman nilai akhlak mulia
kepada peserta didik?
2. Seberapa pentingkah menurut
bapak, peran guru dalam
proses penanaman nilai akhlak
mulia kepada peserta didik?
3. Apakah terdapat perbedaan
peran antara guru bidang studi
agama dengan guru bidang
studi umum dalam proses
penanaman nilai akhlak mulia
kepada peserta didik?
4. Bagaimana langkah madrasah
dalam menyikapi guru yang
belum menjalankan perannya
dengan benar?
2 Perencanaan,
Pelaksanaan dan
Evaluasi Kegiatan
Literasi
1. Bagaimana perencanaan yang
dilakukan dalam kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâk
li al-Banîn?
2. Menurut bapak, langkah apa
saja yang harus dilakukan
dalam perencanaan kegiatan
tersebut agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai?
3. Bagaimana proses pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam
99
menanamkan nilai akhlak
mulia?
4. Menurut bapak, seberapa
efektif kah pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam
penanaman nilai akhlak mulia
kepada peserta didik?
5. Bagaimana evaluasi yang
dilakukan setelah kegiatan
tersebut?
6. Kapan evaluasi dilakukan?
3 Faktor Penghambat dan
Pendukung
1. Adakah faktor penghambat
dalam kegiatan tersebut?
2. Adakah faktor pendukung
dalam kegiatan tersebut?
3. Bagaimana cara menghadapi
atau menyelesaikan
penghambat tersebut ?
b. Wawancara bersama Bapak Drs. H. Adam Soleh Siregar, MM.
Wakil Kepala MAN 3 Jakarta bidang Kurikulum
No. Aspek Butir Pertanyaan
1 Perencanaan,
Pelaksanaan dan
Evaluasi kegiatan
literasi
1. Apakah dasar dari
penyelenggaran kegiatan
literasi tersebut ?
2. Apakah kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâk li al-Banîn
termasuk kedalam kurikulum
tertulis atau kurikulum
tersembunyi?
3. Bagaimana perencanaan yang
dilakukan dalam kegiatan
literasi kitab kuning al-Akhlâk
li al-Banîn?
4. Bagaimana proses pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam
menanamkan nilai akhlak
mulia kepada peserta didik?
5. Bagaimana langkah bapak
sebagai wakil kepala Madrasah
bid. Kurikulum dalam proses
evaluasi kegiatan tersebut?
6. Kapan evaluasi kegaiatn
tersebut dilakukan?
100
2 Faktor penghambat dan
pendukung
1. Apa saja faktor penghambat
dan pendukung pada kegiatan
tersebut?
2. Langkah apa yang bapak ambil
sebagai pemimpin madrasah
dalam mengatasi faktor
penghambat tersebut?
c. Wawancara bersama Bapak Achmad Rawi, M.Pd. dan Ibu Siti
Fatimah, M.Pd.
Guru Mapel B. Arab dan SKI sekaligus pengisi kegiatan literasi kitab
kuning al-Akhlâk li al-Banîn
No. Aspek Butir Pertanyaan
1 Materi yang
disampaikan
1. Materi apa saja yang
disampaikan dalam kegiatan
literasi tersebut?
2. Refrensi apa saja yang
bapak/ibu gunakan dalam
mengisi kegiatan tersebut?
3. Apakah materi yang
disampaikan mengenai akhlak
mulia sesuai kurikulum yang
diberikan ?
2 Strategi, Metode atau
model penanaman nilai
akhlak mulia
1. Bagaimana strategi yang
baak/ibu gunakan dalam proses
penanaman nilai akhlak mulia
kepada peserta didik melalui
kegiatan tersebut?
2. Metode apa yang bapak/ibu
gunakan dalam menanamkan
nilai akhlak peserta didik
melalui kegiatan tersebut?
3. Menurut bapak/ibu metode apa
saja yang dapat efektif dalam
menanamkan akhlak mulia
kepada peserta didik?
3 Peran guru dalam
proses penanaman
1. Menurut Bapak/Ibu, seberapa
pentingkah peran guru dalam
proses penanaman nilai akhlak
mulia ?
2. Bagaimana bapak/ibu
menanggapi guru yang belum
menjalankan peran dengan
semestinya?
101
3. Bagaimana peran guru dalam
menanamkan akhlak mulia
kepada peserta didik ?
4 Nilai-nilai akhlak mulia 1. Menurut bapak/ibu, nilai-nilai
akhlak mulia apa saja yang
perlu ditanamkan peserta didik
?
2. Bagaimana tanggapan
bapak/ibu melihat banyaknya
kasus degredasi akhlak yang
terjadi kepada para peserta
didik ?
3. Menurut bapak/ibu apakah
peserta didik mampu
menanamkan nilai-nilai akhlak
mulia pada dirinya sendiri ?
5 Perencanaan,
Pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan
literasi
1. Bagaimana persiapan
perencanaan bapak/ibu dalam
kegiatan literasi tersebut?
2. Bagaimana proses pelaksanaan
kegiatan tersebut dalam
menanamkan nilai akhlak
mulia?
3. Bagaimana bapak/ibu
melakukan evaluasi terhadap
peserta didik melalui kegiatan
tersebut?
4. Menurut bapak/ibu perlukah
adanya evaluasi dalam setiap
kegiatan ?
6 Faktor penghambat dan
pendukung
1. Apakah terdapat
penghambat/pendukung yang
bapak/ibu rasakan selama
kegiatan literasi ?
2. Bagaimana bapak/ibu
menanggapi faktor penghambat
pada kegiatan literasi tersebut?
102
PANDUAN FASILITATOR FGD
1. PEMBUKAAN
− Perkenalkan diri anda dan minta peserta untuk memperkenalkan diri.
− Jelaskan secara singkat tujuan dari FGD ini.
− Buat situasi nyaman dengan meyakinkan peserta bahwa idea tau kontribusi
mereka dalam diskusi ini akan sangat berharga
− Meminta peserta memperkenalkan diri dan dengan cepat mengingat nama
peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta
− Menjelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk memberikan
ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan
bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta.
− Menjelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan, jangan
berebutan menjawab pada waktu yang bersamaan.
− Menekankan bahwa fasilitator membutuhkan pendapat dari semua peserta
dan sangat penting. Jawaban tidak ada yang disalahkan atau dibenarkan
semuanya dibebaskan sesuai apa yang dialami responden.
2. PELAKSANAAN FGD
− Untuk setiap pertanyaan, berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk
menjawab.
− Setelah semua peserta memberikan komentar atau jawaban, persilahkan
mereka untuk saling mengklarifikasi hal-hal yang tidak jelas dari jawaban
atau komentar sebelumnya.
− Diskusi boleh diperdalam, buat suasana supaya diskusi terjadi di antara
peserta, bukan antara peserta dengan fasilitator.
− Perhatikan jalannya diskusi, partisipasi peserta. “Rem” peserta yang terlalu
dominan, dan dorong peserta yang kurang aktif lewat bahasa verbal maupun
non verbal.
3. MENGAKHIRI FGD
103
− Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk memberikan komentar
terakhir mengenai isu yang sedang dibahas.
− Cek, apakah terjadi kesalahan tertentu selama diskusi.
− Uraikan kesimpulan dari hasil diskusi.
− Ucapkan terimakasih dan ungkapkan kembali bahwa kontribusi mereka
dalam diskusi ini sangat bernilai.
104
PEDOOMAN WAWANCARA
FOKUS GRUP DISCUSSION (FGD)
PESERTA DIDIK KELAS 10 DAN 11
MAN 3 JAKARTA
Perkenalan
Penjelasan tentang penanaman nilai-nilai akhlak mulia melalui kegiatan literasi
kitab kuning al-Akhlâk li al-Banîn.
1. Bagaimana pendapat kalian mengenai kegiatan literasi yang dilaksanakan
oleh sekolah?
2. Menurut kalian, apa materi yang disampaikan bisa kalian tanamkan ke
dalam diri kalian?
3. Bagaimana pendapat kalian mengenai nilai-nilai akhlak mulia? apa menurut
kalian dari kegiatan tersebut mampu memberikan pengetahuan mengenai
akhlak mulia kepada diri kalian? Jika iya apa perubahan yang kalian
rasakan? Jika tidak berikan alasannya?
4. Dari kegiatan tersebut, apa ada faktor penghambat dan pendukung yang
kalian rasakan selama mengikuti kegiatan tersebut?
5. Apa kesan/pesan/kritik kalian mengenai kegiatan tersebut dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak mulia?
105
PEDOMAN DOKUMENTASI
No. Data/Dokumentasi Sumber Data
1 Profil madrasah Tata Usaha
2 Visi dan misi madrasah Tata Usaha Bid. Humas
3 Struktur organisasi madrasah Tata Usaha
4 Data guru Tata Usaha
5 Data peserta didik Tata Usaha
6 Foto pelaksanaan kegiatan literasi Peneliti
7 Jadwal kegiatan literasi Waka. Bid. Kurikulum
8 Resume materi Peserta didik
9 Sarana pendukung kegiatan Peneliti
106
HASIL OBSERVASI
Lembar Observasi
a. Objek Pengamatan : Kegiatan Literasi Kitab Kuning
b. Hari, Tanggal : Selasa, 4 Februari 2020
c. Waktu : 6.45 – 7.30
d. Tempat : Lapangan MAN 3 Jakarta
No. Objek Pengamatan Pengamatan
Deskripsi Ya Tidak
Sarana dan Prasarana Madrasah
1 Madrasah memiliki lapangan
yang luas untuk kegiatan
literasi.
v Lapangan di MAN 3
Jakarta, cukup luas
untuk kegiatan literasi.
2 Madrasah memiliki sound
system yang bagus.
v MAN 3 Jakarta
memiliki 2 buah sound
system yang memiliki
kualitas bagus
3 Madrasah memiliki karpet
untuk kegiatan literasi di
lapangan.
v MAN 3 Jakarta
menyiapkan karpet
terpal untuk alas peserta
didik yang duduk di
lapangan
4 Madrasah menyediakan kitab
kuning al-Akhlâq li al-Banîn
kepada peserta didik.
v Kitab al-Akhlâq li al-
Banîn disediakan oleh
Madrasah untuk para
peserta didik dan guru
5 Madrasah memiliki tempat
khusus untuk narasumber saat
v Terdapat panggung
yang berada di depan
107
menyampaikan isi materi kitab
pada kegiatan literasi
lapangan sebagai tempat
narasumber mengisi
materi kitab
Pelaksanaan Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akhlâq li al-Banîn
1 Lapangan madrasah dapat
menampung seluruh peserta
didik
v Lapangan yang cukup
luas dapat menampung
seluruh peserta didik
2 Lapangan tidak becek saat
kegiatan literasi
v Cuaca sangat
mendukung sehingga
kondisi lapangan tidak
terlihat becek atau kotor
3 Kegiatan literasi dimulai pukul
6.30 atau 6.45
v Kegiatan literasi dimulai
pukul 6.30 sebelum jam
pelajaran dimulai
4 Kegiatan literasi diikuti oleh
seluruh peserta didik dan guru-
guru
v Seluruh peserta didik
wajib mengikuti
kegiatan literasi dan
guru sebagai pengawas
5 Terdapat guru pengawas
selama kegiatan literasi
v Guru piket menjadi
pengawas kegiatan
biasanya berada di
barisan paling belakang
6 Seluruh peserta didik
membawa kitab kuning al-
Akhlâq li al-Banîn pada saat
kegiatan
v Terdapat beberapa
peserta didik yang tidak
membawa kitab, karena
alasan ketinggalan
108
7 Narasumber menggunakan
kitab lain selain kitab al-
Akhlâq li al-Banîn
v Narasumber focus
terhadap penyampaian
materi tentang kitab al-
Akhlâq li al-Banîn
sehingga tidak
menggunakan kitab lain
8 Peserta didik memerhatikan
selama kegiatan kitab kuning
berlangsung
v Seluruh peserta didik
terlihat memerhatikan
kegiatan literasi
9 Posisi duduk dipisahkan antara
laki-laki dan perempuan
v Posisi duduk dipisahkan
antara laki-laki dan
perempuan, perempuan
di bagian kiri sedangkan
laki-laki di bagian kanan
Faktor Pendukung dan Penghambat
1 Kegiatan literasi kitab kuning
al-Akhlâq li al-Banîn
berlangsung lancar.
v Rangkaian kegiatan
literasi berjalan dengan
lancer
2 Narasumber mampu
menjelaskan serta
menyampaikan isi kitab
kuning secara jelas.
v Narasumber mampu
menyampaikan materi
kitab dengan sangat baik
dan jelas kepada peserta
didik
3 Kegiatan literasi sempat ada
hambatan atau gangguan.
v Tidak ada hambatan
atau gangguan yang
esensial pada saat
kegiatan
109
4 Guru pengawas mampu
mengatasi penghambat atau
gangguan.
v Narasumber dan guru
pengawas sudah
menyiapkan alternatif
jika terdapat kendala
110
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Nuroto, M.Si
JABATAN : Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta
HARI/TANGGAL : Senin/13 Juli 2020
TEMPAT : Ruang Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta
Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb, mohon maaf sebelumnya
mengganggu waktu bapak, perkenalkan saya Muhammad
Ardhiyansah Sulthon Nabawi, Mahasiswa PAI UIN Jakarta,
ingin melakukan wawancara dengan bapak mengenai
penanaman akhlak mulia melalui kegiatan literasi kitab
kuning, yang pertama mungkin perkenalan terlebih dahulu
pak, nama lengkap bapak siapa pak?
Narasumber Nama saya Nuroto, M.Si. ini ada di kartu pengenal, mungkin
kamu bisa melihatnya
Peneliti Kalau Boleh saya tahu, bapak menjabat sebagai kepala
sekolah sejak tahun berapa pak?
Narasumber Sejak tahun 2019 sampai sekarang
Peneliti Baik pak, mungkin langsung saja ke pertanyaan nya agar
menyingkat waktu, pertanyaan pertama yaitu Bagaimana
peran seluruh guru di Madrasah ini dalam proses
penanaman nilai akhlak mulia kepada peserta didik?
Narasumber Iya para guru sangat berpartisipasi dalam proses penanaman
akhlak mulia kepada peserta didik
Peneliti Menurut Bapak, seberapa pentingkah peran guru dalam
proses penanaman nilai akhlak mulia kepada peserta didik?
Narasumber Iya sangat penting sekali, guru memiliki peran yang sangat
penting dalam proses penanaman nilai akhlak mulia itu kepada
peserta didik
Peneliti Apakah terdapat perbedaan peran antara guru bidang studi
agama dengan guru bidang studi umum dalam proses
penanaman nilai akhalk mulia kepada peserta didik?
Narasumber Pada dasarnya sama tidak ada perbedaan mengenai peran guru
bidang studi agama dan bidang studi umum dalam penanaman
akhlak mulia tersebut, hanya saja yang perbedaannya Ketika di
dalam kelas, kalau kewajiban nya tetap sama
Peneliti Bagaimana langkah bapak atau madrasah dalam menyikapi
guru yang belum terlalu aktif dalam melaksanakan proses
penanaman akhlak mulia kepada peserta didik?
Narasumber iya kita melakukan pembinaan terhadap guru yang kurang aktif
dalam menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik
111
Peneliti Lalu pak, bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam
kegiatan literasi kitab kuning ini? Dan Langkah apa saja
yang dilakukan dalam perencanaan tersebut agar tujuan
yang diharapkan tercapai?
Narasumber Kegiatan ini dilakukan 2 minggu sekali di lapangan, jadi ada guru
yang menjadi narasumber untuk menjelaskan materi dari kitab
tersebut dari mulai kata perkata kemudian murid di kumpulkan
di lapangan dengan digelar karpet.
Peneliti Dan Langkah apa saja yang dilakukan dalam perencanaan
tersebut agar tujuan yang diharapkan tercapai?
Narasumber Iya yang pertama guru harus menguasai tentang kitab kuning
tersebut dan guru yang lain ikut memandu dan menertibkan siswa
agar tidak bercanda, mengobrol atau sebagainya yang dapat
mengganggu jalannya kegiatan
Peneliti Menurut Bapak, sebarapa efektif kah pelaksanaan kegiatan
tersebut dalam penanaman nilai akhlak mulia kepada
peserta didik?
Narasumber Ya istilahnya berada di nominal yang cukup lah ya, artinya tidak
terlalu tinggi tapi tidak juga berarti jelek, sedanglah, karena kan
yang dibahas dalam kitab tersebut tentang budi pekerti dan
akhlak mulia
Peneliti Lalu pak, bagaimana evaluasi yang dilakukan setelah
kegiatan tersebut?
Narasumber Evaluasinya itukan semua anak pegang kitab, di kitab itu kalau
yang mengikuti penjelasan ada catatan yang harus dibuat oleh
peserta didik, makanya nanti itu adalah tanggung jawab wali
kelas masing-masing sebagai penilaian dari kegiatan tersebut
Peneliti Kemudian pak, kira-kira apa ada faktor penghambat dari
kegiatan tersebut? Serta untuk faktor pendukungnya seperti
apa pak?
Narasumber ya kalau Ketika cuaca tidak memungkinkan, misalnya hujan
maka kita merapatkan atau memindahkannya ke dalam masjid,
cuman itu kurang sempurna saja karena keterbatasan tempat jika
harus berpindah ke dalam Masjid.
Dan untuk faktor pendukungnya kita dengan sound system yang
bagus, kemudian sarana karpet, jumlah kitab yang cukup, dan
kitabnya disediakan oleh sekolah
Peneliti Lalu pak, Langkah bapak untuk mengatasi faktor
penghambat tersebut seperti apa pak?
Narasumber ya seperti yang saya bilang, palingan kalau cuaca hujan
dipindahkan ke dalam Masjid, cuman kan tidak muat kalau di
lapangan kan muat, jadi akan kurang sempurna itu aja
Peneliti Kalau boleh saya tahu, harapan bapak tentang kegiatan
tersebut kedepannya seperti apa ya pak?
112
Narasumber Ya harapannya semoga isi kitab kuning yang disampaikan itu
menjadi dasar perilaku siswa-siswi MAN 3, artinya dengan
mengikuti literasi kitab kuning itu budi pekertinya semakin baik
Peneliti Dan yang terakhir pak, kalau untuk langkah Madrasah
dalam mengawasi serta memperhatikan peserta didiknya
agar bisa mengimplementasikan isi kitab tersebut
bagaimana pak?
Narasumber Itukan ada tata tertib sekolah, itu bermacam-macam, mulai dari
berpakaiannya, kehadirannya, sikap di kelas, sikap di luar kelas,
oleh karena itu ada guru BK dan wali kelas, jadi anak-anak itu
tetap terkontrol dari sisi perilaku tadi yang semua itu sudah bisa
dicover oleh semua guru bidang studi, wali kelas dan guru BK
Dan kalau mungkin perlu pembinaan sampai diundang
orangtuanya karena ada masalah-masalah tertentu tetap kita
mengadakan suatu prefentif, jadi Alhamdulillah bagus-bagus lah,
artinya tidak ada yang sampai fatal atau yang kurang pantas
Peneliti Kalau boleh tau, menurut bapak jika dipresentasekan
berapa persen peserta didik yang mungkin melakukan hal
tersebut dalam artian bermasalah?
Narasumber Itu ga sampai 1% kayaknya, artinya sangat sedikit sekali,
misalnya dari 100 orang hanya 1 orang yang bermasalah, ya tapi
intinya masih bisa teratasi dan masih bisa dibimbing, jadi ga
sampai yang fatal seperti berantem, atau mencuri, dsb.
Penilti Oh begitu ya pak, oke deh pak, mungkin itu saja yang ingin
saya tanyakan, saya berterima kasih kepada bapak telah
meluangkan waktunya dan saya memohon maaf juga jika
mengganggu waktu bapak
Wassalamu’alakum wr.wb
Narasumber Iya sama-sama, semoga lancer ya skripsi nya
Wa’alaikummusslam
113
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Drs. H. Adam Soleh Siregar, MM.
JABATAN : Wakil Kepala Bidang Kurikulum
HARI/TANGGAL : Senin/13 Juli 2020
TEMPAT : Depan Lab Komputer MAN 3 Jakarta
Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb, selamat pagi pak Adam
mohon maaf mengganggu waktunya sebentar, saya
Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi, Mahasiswa
PAI UIN Jakarta, saya mau mewawancarai bapak
mengenai kegiatan literasi kitab kuning sebagai bahan
atau sumber data saya di penelitian atau tugas akhir saya
yaitu skripsi, mungkin sebelumnya perkenalan terlebih
dahulu pak, nama lengkap bapak siapa pak?
Narasumber Nama saya Drs. Adam Soleh Siregar, MM.
Peneliti Kalau boleh saya tau, bapak sudah menjadi wakil kepala
bidang kurikulum sejak tahun berapa pak?
Narasumber Saya menjadi wakil kurikulum sudah cukup lama, kalau tidak
salah sih sudah dari tahun 2006 sampai sekarang 2020
Peneliti Apakah dasar dari penyelenggaran kegiatan literasi
tersebut?
Narasumber Ya pada intinya dari dasar penyelenggaraan kegiatan literasi
ini ya salah satunya memang kebutuhan ya, kebutuhan
khususnya kita MAN 3 Jakarta dan umumnya mungkin untuk
negara kita sebagai negara Indonesia yang membutuhkan
generasi-generasi kita yang sekarang untuk melakukan
kegiatan-kegiatan literasi, kegiatan literasi yang kita lakukan
itu tidak hanya untuk dilaksanakan di lapangan, bisa juga
dilaksanakan di kelas atau di rumah, ini berdasarkan
pemantauan dari guru atau wali kelas, memang kita di MAN
3 ada kita khususkan untuk kegiatan literasi khususnya yaitu
membahas kitab kuning yang dibahas di lapangan yang
disampaikan dari narasumber-narasumber yaitu guru agama
MAN 3 Jakarta. Adapun kegiatan literasi yang kita
laksanakan ini kita jadwalkan setiap hari selasa minggu
pertama dan minggu ketiga, nanti guru-guru kita bergantian
untuk menjadi narasumber dan anak-anak juga kita
kumpulkan di lapangan, itu sebagai dasar dari kegiatan
tersebut
Peneliti Apakah kegiatan literasi kitab kuning Al-Akhlaq lil Banin
termasuk kedalam kurikulum tertulis atau tersembunyi?
114
Narasumber Ya pada dasarnya memang, kita memang tidak ada
khususkan kurikulum yang berkaitan dengan kitab kuning
hanya di serahkan kepada guru-guru agama yang untuk
menyiapkan materi-materi yang akan disampaikan, jadi pada
intinya jika ditanyakan apakah tertulis atau tersembunyi, ya
intinya tersembunyi tidak tertulis hanya cukup terjadwal saja
dan waktunya sekitar 45 menit kurang lebih.
Peneliti Lalu pak, bagaimana perencanaan yang dilakukan
dalam kegiatan literasi kitab kuning Al-Akhlaq Lil
Banin?
Narasumber Ya memang sebelum pelaksanaannya, ada hal-hal yang harus
direncanakan sebelumnya, khususnya yaitu menyiapkan
materi dan tempat, karena materinya juga guru-guru kita
memang ada 1 buku atau kitab yang diserahkan kepada guru-
guru kita, bahkan semua siswa memiliki buku atau kitab
tersebut, jadi memang benar-benar direncanakan ataupun di
awal tahun ajaran baru sudah kita setting sudah kita
persiapkan kira-kira jadwalnya itu sudah dipersiapkan
Peneliti Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan tersebut dalam
menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik?
Narasumber Ya, memang persiapan untuk pelaksanaan dalam
menanamkan nilai-nilai agama ya kita menyampaikannya itu
hanya secara umum kepada siswa yang nantinya diperhatikan
bagaimana praktiknya yang sudah mereka laksanakan, ya
Alhamdulillah sih selama ini jika diperhatikan hasil dari
kegiatan literasi khususnya membahas kitab kuning, ya
mungkin sekitar 80% hasil dari hal tersebut, karena kita
melihat banyak siswa yang mempraktikan isi dari kitab
tersebut mulai dari berhadapan dengan guru atau sesame
siswa ataupun dengan mengucapkan salam atau sapa kepada
guru-guru
Peneliti Lalu pak, bagaimana langkah bapak sebagai wakil
kepala bidang kurikulum dalam proses evaluasi dari
kegiatan tersebut?
Narasumber Ya langkah-langkahnya yang pertama memang diserahkan
kepada wali kelas masing-masing untuk memantau, bahkan
di lapangan juga walaupun secara umum tetap ada absensi
siswa tersebut apakah sudah hadir atau sudah berada di
lapangan, kalau seandainya belum hadir atau tidak nanti
dilanjutkan kembali oleh wali kelas dan sampaikan di
lapangan nah ini yang berkaita dengan langkah-langkah yang
harus disiapkan oleh saya, dan nanti tinggal saya sampaikan
kepada wali kelas agar menyampaikan hasilnya.
Peneliti Kira-kira kapan evaluasi dari kegiatan tersebut
dilakukan pak?
115
Narasumber Secara umum memang evaluasinya tidak terjadwal hanya
dilihat dari segi kelakuan atau tingkah laku anak tersebut, jadi
dipantau secara keseluruhan saja, kita tidak melakukan
evaluasi-evaluasi secara khusus mengenai kegiatan tersebut,
jadi evaluasinya hanya dipantau secara keseluruhan saja
Peneliti Kemudian pak, apa saja faktor penghambat dan
pendukung dalam kegiatan tersebut?
Narasumber Ya faktor hambatannya itu yang sering kita temui adalah
adanya hujan karena dilapangan, jadi kalau sudah hujan
berarti tidak dilaksanakan, itu lah faktor paling itu, nah
disamping itu juga faktor yang lainnya karena ada siswa yang
telat.
Dan faktor pendukungnya yang kita pantau selama ini ialah
guru-guru sangat antusias untuk mengikuti kegiatan itu dan
mereka bisa membantu untuk mengamankan atau mengawasi
peserta didik yang mungkin ngobrol atau sebagainya,
Peneliti Lalu langkah apa saja yang bapak ambil dalam
mengatasi faktor-faktor penghambat tadi?
Narasumber Ya langkah-langkahnya untuk mengatasi faktor penghambat
tadi kalau hujan ya mau gamau diundur jadi selasa depan, dan
jika ada siswa yang mengobrol atau berisik nanti akan
disampaikan oleh wali kelasnya agar disampaikan agar tidak
mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut..
Peneliti Baik pak, mmungkin itu saja yang ingin saya tanyakan,
terimakasih sekali lagi bapak atas waktunya dan mohon
maaf kalau mengganggu waktunya
Wassalamu’alaikum wr.wb
Narasumber Iya sama-sama
Wa’alaikummussalam
116
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Achmad Rawi, S.Pd
JABATAN : Guru Bahasa Arab & Pengisi Kegiatan Literasi
HARI/TANGGAL : Rabu/15 Juli 2020
TEMPAT : Depan Lab Komputer MAN 3 Jakarta
Peneliti Bismillahirrahmanirrahim
Asssalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah terimakasih bapak Rawi yang telah
meluangkan waktunya untuk bisa saya wawancarai dan
mohon maaf pula apabila saya mengganggu waktunya
sebentar, sebelumnya akan lebih enak untuk perkenalan
terlebih dahulu pak, nama lengkap bapak siapa pak?
Narasumber Iya Wa’alaikummussalam wr.wb
Nama saya Achmad Rawi, S.Pd
Peneliti Bapak di MAN 3 ini menjabat sebagai guru bidang studi apa
pak?
Narasumber Saya di MAN 3 ini menjabat sebagai guru bidang studi Bahasa
Arab untuk kelas 10 untuk tahun ini, kalau tahun lalu sama kelas
12 Agama dan tahun ini pula InsyaAllah saya jadi wali kelas X
IPA 1
Peneliti Oh oke pak, mungkin langsung saja ke pertanyaannya agar
mempersingkat waktu, pertanyaan pertama ialah materi apa
saja yang disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut pak?
Narasumber Materi yang disampaikan itu adalah materi dari kitab al-Akhlâk
li al-Banîn
Peneliti Lalu untuk refrensi yang bapak gunakan selain kitab
tersebut dalam kegiatan literasi apa saja pak?
Narasumber Kalau refrensi lain yang saya gunakan selain dari kitab tersebut,
saya menggunakan kitab Talim Muta’alim
Peneliti Kemudian pak kalau materi yang disampaikannya itu apa
sesuai dengan kurikulum yang diberikan sekolah atau
gimana pak ?
Narasumber Iya karena kan muatan kurikulum yang saat ini kan kurikulum
nya menyangkut muatan afektif, perilaku, sikap, akhlak, adab itu
diutamakan, bahkan Ketika rapat kenaikan kelas aja Ketika ada
anak yang bermasalah di kognitif nya nilai ulangannya, dilihat
dulu nilai afektifnya, nilai sikapnya, nilai akhlak dia bagus atau
tidak? Kalau nilai akhlak nya masih bagus, berarti masih bisa
ditolong dengan perbaikan nilai. Namun, memang al akhlaq lil
banin sebenarnya kitab ini ditujuan buat anak-anak ya bukan buat
117
remaja, padahal ini kita adakan untuk remaja, karena di MAN 3
ini kegiatan tersebut memiliki fungsi yang mana bertujuan untuk
me rewind Kembali perilaku-perilaku anak-anak, sehingga kita
ingin menarik mereka ke masa anak-anak pernah ga mereka
berbuat seperti ini, gitu. Kalau mereka pernah berbuat yang
sayyi’ah artinya yang tidak baik maka memang sudah seharusnya
dari kecil ditanamkannya yang Namanya al akhlaq al karimah,
karena ini merupakan pemicu kebahagiaan kita untuk kehidupan
selanjutnya
Peneliti Nah terus pak, strategi atau metode yang bapak gunakan
dalam kegiatan tersebut apa pak?
Narasumber Iya, karena ini literasi ya, jadi kita literasinya tidak perkelas,
keseluruhan di lapangan seperti upacara, tetapi mereka duduk
bersama, kemudian mereka wajib memegang buku literasinya
atau refrensinya meka pegang dan mereka juga harus memegang
catatan, alat tulis dan mereka harus mencatat point-point penting
yang disampaikan dalam literasi al akhlaq lil banin ini
Peneliti Kemudian pak, menurut bapak metode yang paling efektif
dalam menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didik
seperti apa ?
Narasumber Iya yang pasti kalau sesuai Al-Qur’an ud’u ilaa sabili rabbika bil
hikmati wal mau’idzatil hasanah wa jadilhum bil lati hiya ahsan
jadi ketiga pendekatan dari Allah dalam Al-Qur’an ialah ajaklah
manusia itu ke jalan Tuhanmu dengan yang pertama hikmah, ya
dengan keteladanan dari guru-gurunya seperti itu, yang pertama
pasti itu hikmah, dan di al akhlaq lil banin ini disampaikan itu ya
memang bahwa yang pertama itu melalui hikmah nah kemudian
baru wal mau’idzatil hasanah yaitu nasihat-nasihat yang baik,
nah di al akhlaq lil banin ini hikmah dan akhlak yang baik itu
banyak gambarannya, banyak contoh-contohnya, banyak cerita-
cerita yang akhirnya bagaimana menggambarkan seharusnya
perilaku muslim Muslimah yang ber akhlaqul karimah, contoh-
contohnya sangat ril gitu di al akhlaq lil banin itu, makanya kita
mengambil buku kitab ini, walaupun sederhana sebenarnya
tentang kehidupan sehari-hari tetapi bisa dicerna oleh anak-anak
dan memang dikembangkan oleh narasumbernya gitu,
narasumbernya kan kita terjadwal ya bergantian
Peneliti Menurut bapak, seberapa pentingkah peran guru dalam
proses penanaman nilai akhlak mulia?
Narasumber Sangat sangat penting, karena guru itu orang tua di Lembaga
Pendidikan, bahkan malah menurut sumber yang lain guru itu
justru di atas orang tua, karena guru yang mengajarkan peserta
didik untuk hormat kepada orang tua nah gitu dan guru juga
mengajarkan kepada orang tua untuk mendidik anaknya dengan
benar, makanya kan ada Riwayat ya wallahu’alam yang akan
masuk surga itu siapa duluan? Nah itu ternyata guru duluan gitu,
118
jadi sangat penting guru itu menanamkan perilaku akhlak mulia
sejak dini nah itu kalau dalam al akhlaq lil banin itu sejak dini
dalam kitab tersebut digambarkan jika kita ingin meluruskan
pohon, kalau pohon tersebut rantingnya sudah tua, sudah besar,
sudah dewasa maka dia akan cepat patah, tapi kalau rantingnya
masih muda maka itu masih bisa diluruskan, begitu pula dengan
anak-anak masih bisa diluruskan nah remaja memang agak sulit
tapi mau ga mau juga kita harus berusaha untuk meluruskannya
InsyaAllah dengan usaha, ikhtiar dan do’a kita setelah solat
bukan hanya untuk anak-anak kandung kita tapi juga untuk anak-
anak murid kita, siswa kita, peserta didik kita di MAN 3 Jakarta
Peneliti Nah, lalu pak tanggapan bapak mengenai guru yang
mungkin belum maksimal dalam menanamkan akhlak mulia
tersebut kepada peserta didik seperti apa pak?
Narasumber Ya itu kalau teman sejawat kita ya, maka kita harus hati-hati, ya
mungkin ya itu tadi kita mengajaknya dengan hikmah dan dengan
contoh kepada teman sejawat atau guru, apabila ada guru yang
masih kurang maksimal mengani hal tersebut maka itu hanya
atasan yang bisa memberikan nasehat, kalau kita tidak bisa
memberikan nasehat kepada teman sejawat kita secara verbal ya
palingan dengan cara hikmah takutnya nanti tersinggung atau
giamana gitu, jadi itu kalau sesama guru
Peneliti Oh oke pak, lanjut pak, kira-kira menurut bapak nilai-nilai
apa saja yang perlu ditanamkan kepada peserta didik ?
Narasumber Sesuai kegiatan literasi kita di dalam kitab al akhlaq lil banin itu
ada hierarki nya, Ketika kita meliterasi kitab al akhlaq lil banin
ini kitab ini mengajarkan yang pertama ialah akhlak kepada
Allah, jadi di awal-awal sekali digambarkan bahwa kebahagiaan
hidup kita di dunia ini, itu faktor penyebabnya adalah perilaku
akhlak kita yang baik, akhlak kita yang baik InysaAllah dunia
dan akhirat kita akan baik, tapi kalau akhlak kita buruk maka itu
akan menjadi penyebab keburukan hidup kita baik di dunia
maupun di akhirat, dan maka dari itu yang pertama kali
diperkenalkan ialah akhlak kepada Allah, diperkenalkan dalam
kitab ini menganai akhlak kepada Allah SWT, diperkenalkan
ma’rifatullah kita mengenal Allah bahwa kita itu datang dari
Allah, berasal dari Allah dan akan Kembali kepada Allah, kita
wajib mengenal Allah, bahkan dalam kitab tersebut yang jilid ke
dua itu dikisahkan ada beberapa murid yang diuji oleh gurunya
untuk memotong seekor ayam ditempat yang tidak seorang pun
mengetahui nya, tapi ternyata ada 1 orang yang tidak memotong
ayam tersebut dan akhirnya ditanya sama guru nya ‘kenapa kamu
tidak memotong ayam tersebut?’ murid menjawab ‘karena tidak
ada tempat bersembunyi yang tidak diketahui siapapun karena
saya yakin ada Allah, nah berarti keimanan dia kepada Allah itu
benar-benar kuat, dia merasa bahwa Allah selalu mengawasi dia,
119
nah ini kan akhlak, akhlak pertama dan yang paling utama kita
itu harus merasa yakin diawasi terus oleh Allah tidak ada tempat
yang tersembunyi yang tidak diketahui oleh Allah, Allah Maha
Tahu, nah itu yang pertama.
Yang kedua adalah akhlak kepada Rasulullah, karena Rasulullah
itu bagaikan guru kita, guru teladan kita, uswatun hasanah kita,
setelah Allah lalu Rasulullah, nah baru yang ketiga kita diajarkan
bagaimana kita bersikap kepada kedua orang tua kita, bahkan di
situ diurutkan Ibu dulu baru Ayah, bahkan di kitab al akhlaq lil
banin jilid dua itu dijelaskan hadits nya, siapa yang kita wajib
berbuat baik kepadanya ya Rasulullah? Maka Rasulullah pun
menjawab Ummuka, Ummuka, Ummuka sampai tiga kali baru
yang terakhir abuka, jadi yang pertama adalah Akhlak kepada
Allah, kemudian Akhlak kepada Rasulullah, terus Akhlak kepada
orang tua Ibu dan Ayah, baru akhlak kepada saudara-saudara kita
yang serumah Kakak kita atau Adik kita, bahkan dalam kitab
tersebut disebutkan kepada yang tua kita menghormati dan
kepada yang muda kita sayangi, nah ini adalah ajaran dalam
literasi kitab al akhlaq lil banin, mudah-mudahan warga MAN 3
Jakarta khususnya siswa siswi nya bisa paham betul bagaimana
seharusnya kita berakhlak yang mulia.
Peneliti Lanjut pak, lalu tanggapan bapak mengenai banyaknya
kasus-kasus yang terjadi mengenai degredasi nya akhlak
anak-anak remaja atau peserta didik di luar sana, seperti
halnya kasus asusila, tawuran, bullying dan lain-lain, seperti
apa pak?
Narasumber Nah itulah kenapa hal itu bisa terjadi, karena Sebagian besar dari
mereka atau 99,99% dari mereka dari kecilnya tidak dibiasakan
berakhlak, contoh tadi berakhlak kepada Allah kalau dia
memiliki akhlak mulia kepada Allah, pasti dia tidak mungkin
berani sekali-sekali melakukan hal yang Allah murkai, karena
apa? Karena dia merasa selalu diawasi oleh Allah, begitu juga
dengan akhlak kepada orang tua, jadi dari kecil itu kita didik
untuk berakhlak mulia, mulai dari siapa yang bertanggung jawab
? tentunya orang tua, naah orang tua harus mendidik anaknya dari
kecil agar bisa menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang
memiliki akhlak mulia, bagaimana jika terjadi seperti itu ? ada
anak-anak atau remaja yang kurang ajar, kenapa ada sebutan
kurang ajar ? karena dia kurang diajar sama orang tuanya,
mengajar tidak harus dengan kekerasan tetapi bisa juga dengan
tadi yaitu hikmah, orang tua sangat bertanggung jawab atas baik
buruknya anak nah itu penting tuh, bahkan guru pertama itu
adalah Ibu, mereka-mereka yang punya masalah dengan broken
home, mereka-mereka yang punya masalah dengan asusila,
kriminal, kenapa? Karena mereka tidak dihadirkan dengan sosok
seorang guru yang benar di rumah, namun ada juga kasus di
120
rumah mereka diajarkan akhlak mulia tapi ternyata mereka
domoninan terpengaruh oleh guru-guru yang di luar, guru-guru
yang di luar itu bukan yang di sekolah, guru-guru itu adalah
teman-teman mereka, teman-teman mereka jadi guru yang ga
baik, guru yang jahat, teman sepergualan mereka, setongkrongan
mereka, kan kata Nabi kalau kita mau mencari teman maka
carilah teman yang baik kalau kita berteman dengan tukang
minyak wangi maka kita akan dapat bau minyak wanginya, dan
jika kita berteman dengan tukang besi maka kita akan
mendapatkan bau besinya atau panas besi nya yang ga enak, jadi
bagaimana kesimpulannya mengenai anak-anak remaja yang
terlibat kasus tersebut ialah karena mereka salah pergaulan dan
salah didikan sejak kecil
Peneliti Kemudian pak, apa menurut bapak peserta didik ini mampu
menanamkan nilai akhlak mulia ke dalam dirinya sendiri ?
Narasumber Itu yang harus, dari awal itu harusnya sebelum mereka
mencotohkan orang lain, mereka harus mulai dari diri sendiri,
kita inget kata Aa Gym, 3 M ap aitu 3 M? yaitu Mulai dari diri
sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai saat ini, nah 3 M itu
yang harus ditanamkan terutama buat siswa, Ketika mereka
berliterasi maka bukan hanya mencatat tapi juga menerima dan
mengolah hasil dari literasi khususnya al akhlaq lil banin ini
untuk menjadikan sikap, dimasukkan ke dalam hati dan
diamalkan dalam perbuatan baru akan berbuah, jadi literasi kitab
al akhlaq lil banin ini tidak akan pernah berbuah tanpa ada
pengamalan dan berbagai narasumber memang mengarahkan ke
sana dengan hikmah dan cerita-cerita supaya mereka paham,
maka sering ditanya mereka sudah bangun waktu subuh belum ?
sudah biasa sholat subuh belum? Nah bahkan ada juga pernah
contoh misalnya menghormati orang tua dan menghormati guru
bagimana cara cium tangan itu dicontohkan dalam kegiatan
literasi tersebut, jadi ada anak rohis jadi pemeraga nya di
panggung itu, mereka kemudian mencontohkan bagaimana cara
cium tangan dengan benar ada Tabarruk nah yang satu lagi bapak
lupa, jadi kalau kita cium tangan mencium punggung dari tangan
yang kita cium orang tua atau guru nah itu Namanya apa gitu,
nah ada lagi yang tabbaruk cium tangannya bolak balik, dulu
sering kita lihat di berbagai media cium tangan bolak balik itu
dijadikan cemoohan, dijadikan bahan lawakan, padahal itu yang
bener untuk guru dan orang tua yaitu cium tangan tabarruk yaitu
bolak balik cium punggung tangannya dan bagian dalamnya, nah
itu salah satu yang diajarkan dalam literasi kita kemarin, jadi kita
mengambil refrensi tambahan kan kalau dalam kitabnya tidak
digambarkan terlalu mendetail jadi kita tambahkan.
121
Peneliti Nah lanjut pak kepertanyaan selanjutnya yaitu mengenai
kegiatan tersebut, yaitu bagaimana perencanaan bapak
atauu persiapan bapak pada kegiatan tersebut?
Narasumber Iya sesuai dengan arahan dari program sekolah terutama
kurikulm, wakil kurikulum membuat program setiap hari selasa
dua pekan sekali, itu kita mengadakan kegiatan literasi kitab al
akhlaq lil banin, ini kita jilid satu sudah mau habis sedikit lagi,
nanti kemungkinan jilid ke dua kita akan mulai kembali kalau
situasi sudah kembali normal, kita akan mulai dengan jilid ke
dua, karena apa ? karena di jilid ke dua itu lebih komprehensif
dan lebih banyak contoh-contoh kisahnya terutama kisah Nabi,
Kisah Sahabat, seperti contohnya yang Nabi pernah bilang
‘barangsiapa yang mencuri sekalipun itu anak saya Fatimah,
maka akan tetap saya potong tangannya’ nah itu kan contohnya
ada di kitab jilid ke dua jadi lebih banyak contoh-contohnya
seperti itu
Peneliti Oh begitu pak, kemudian untuk proses pelaksanaannya
seperti apa pak?
Narasumber Prosesnya? Jadi pagi hari pukul 6:30 mereka berkumpul di
lapangan ada petugas pelaksana yang menyiapkan sarana kita
dibantu oleh rohis, jadi yang menyiapkan sarana dan prasarana
adalah anak-anak rohis, jadi kita gelar terpal dan karpet,
kemudian ada juga petugas MC nya dari siswa, kemudian ada
muqaddimahnya kita bershalawat dulu seperti sholawat dustur,
untuk memanggil anak-anak agar turun dan berkumpul di
lapangan, kemudian narasumber nya bergantian bahkan dulu
pernah bapak kepala langsung yang menjadi narasumber dan
guru-guru agama dari guru yang umum juga ada yang jelas
terjadwal
Peneliti Lalu pak, mengenai evaluasi dari kegiatan tersebut seperti
apa pak?
Narasumber Iya kita biasanya mengevaluasi semuanya ya, mulai dari
waktunya, tempatnya, misalnya kalau waktu kemarin kalau tidak
salah berganti harinya, kemudian juga narasumbernya kita
evaluasi misalnya ada beberapa guru yang tidak siap nah itu
biasanya digantikan sama guru yang siap jadi ada badalnya,
kemudian anak-anaknya juga, misalnya ada yang lupa bawa
kitabnya, besoknya kita siapin foto copy an nya aja yang sesuai
dengan materi yang akan di bahas aja tapi ga semua hanya
beberapa aja nah itu untuk yang tidak bawa, tapi tetap dapat
sanksi nya bisa berupa point atau meresume keseluruhan materi
yang disampaikan itu dan yang terakhir mungkin kita belum ada
tanya jawab, nah itu mungkin kedepan akan ada tanya jawab dan
juga kita minta ke pimpinan agar jangan 2 minggu sekali, literasi
ini kan digalakkan bukan hanya di pemda ya, tapi juga di
pemerintah kita ya Indonesia seperti Kementrian Pendidikan dan
122
Kementrian Agama itu kan menggalakkan literasi, maka kalau
bisa jangan hanya 2 minggu sekali tapi 1 minggu sekali gitu.
Kalau dulu sebelum ini literasi itu di kelas, di kelas masing-
masing itu tetap mereka membuat resume tapi tidak terkontrol
Ketika mereka melakukan literasi tersebut, kalau yang
dilapangan kan terkontrol dan terstruktur, dan kalau literasi yang
dikelas itu bukunya tidak ditentukan jadi pilihan mereka masing-
masing, mulai dari buku yang ilmiah dan yang non ilmiah seperti
novel seperti itu, nah kalau ini kan kita yang tentukan yaitu al
akhlaq lil banin karena ini kan ada hubungannya dengan afektif
yaitu pengamalan sikap dan perilaku nya
Peneliti Kemudian pak, kalau untuk pengimplementasian peserta
didik dalam kegiatan tersebut seperti apa pak? apakah ada
pengawasan setiap dari wali kelas ?
Narasumber Oh iya, jadi feedback mereka hasil resume mereka dikumpulkan
ke wali kelas dan dinilai kemudian itu masuk ke dalam nilai
literasi, nanti dimasukkan ke dalam nilai-nilai guru agama,
termasuk ke dalam nilai afektif dalam rapot
Peneliti Oke pak, lalu pak selama kegiatan tersebut ada kah faktor
penghambat dan pendukung yang bapak rasakan ?
Narasumber Karena kita mengadakannya di lapangan yang terbuka jadi
tempatnya kadang-kadang cuaca, pernah waktu itu ujan, tapi
masih bisa diantisipasi dengan pindah ke dalam masjid,
kemudian itu penghambatnya dari peserta didik yang mungkin
berisik, tapi tetap masih bisa teratasi karena dari atas panggung
bisa terlihat oleh narasumber jadi bisa langsung diberi teguran,
dan dibelakang juga ada guru-guru yang menjadi pengawas pada
kegiatan tersebut, jadi jika ada anak-anak yang kurang aktif pada
kegiatan tersebut maka akan diberi sanksi
Peneliti Tanggapan bapak atau cara bapak mengatasi faktor
penghambat pada kegiatan tersebut seperti apa pak?
Narasumber Kita selalu berusaha kegiatan literasi kita berjalan dengan lancar,
mulai dari fasilitasi, pernah waktu itu terpal kita ini belum punya,
akhirnya guru-guru patungan untuk membeli tarpel, waktu itu
ada rezeki, akhirnya terbeli lah terpal itu 3 atau 4 yang Panjang
lebih luas dari lapangan voli ya, kemudian ada juga karena proses
literasi kita mencoba melakukan siaran langsung di Facebook
nah itu ada inisiatif dari siswa kelas 12 yang sudah lulus akhirnya
dia belikan stand Handphone untuk kegiatan tersebut, nah itu
prasarana, kalau dari narasumbernya tidak hanya dari guru
agama siapa pun boleh, yang penting belajar dulu kitabnya, mana
nih materi yang ingin disampaikan seperti itu, makanya guru-
guru baru yang sekarang kita persilahkan juga untuk menjadi
narasumber, bahkan pak kepala pun kita tawarkan
Peneliti Alhamdulillah terimakasih banyak Pak Rawi atas waktunya
dan mohon maaf apabila saya mengganggu waktunya, sekali
123
lagi saya ucapkan terimakasih banyak pak, saya akhiri
wassalamu’alaikum wr.wb
Narasumber Iya sama-sama
Wa’alaikummussalam wr.wb
124
HASIL WAWANCARA
NAMA : Ibu Siti Fatimah, M.Pd
JABATAN : Guru Bidang Studi SKI & Narasumber Kegiatan Literasi
HARI/TANGGAL : Rabu/15 Juli 2020
TEMPAT : Ruang Kepala SMA Wijaya
Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb terimakasi bu Fatimah atas
waktunya dan mohon maaf bila mengganggu waktunya, saya
Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi, mahasiswa PAI
UIN Jakarta sekaligus Alumni MAN 3 Jakarta Angkatan
2013, saya mohon izin untuk mewawancari Ibu mengenai
kegiatan literasi kitab kuning, namun sebelumnya alangkah
lebih baik dimulai dengan perkenalan terlebih dahulu, nama
lengkap ibu siapa ya?
Narasumber Iya wa’alaikummussalam wr.wb, nama lengkap saya Siti
Fatimah, M.Pd
Peneliti Dan Ibu di MAN 3 menjadi guru bidang studi apa ya bu?
Narasumber Saya di MAN 3 menjadi guru bidang studi SKI untuk kelas 11
dan Qur’an hadits kelas 12
Peneliti Ohh begitu ya bu, baik bu, langsung saja ke pertanyaannya
agar mempersingkat waktu, pertanyaan pertama apa saja
materi yang disampaikan dalam kegiatan literasi tersebut?
Narasumber Materi nya banyak ya diantaranya akhlak-akhlak keseharian
bagaimana anak-anak berperilaku, itu ada akhlak kepada orang
tua, akhlak kepada guru, akhlak kepada lingkungan, akhlak
kepada sesama teman, gitu ya, bahkan bagaimana caranya
mereka berakhlak kepada benda mati sekalipun gitu, jadi di sini
makanya digunakan kitab Al Akhlaq lil banin, karena kitab ini
cukup sederhana namun isi nya cukup bagus sampai mendetail
sekali
Peneliti Lalu bu, kira-kira refrensi yang ibu gunakan dalam mengisi
kegiatan tersebut apa saja ya ? selain kitab Al Akhlaq lil
Banin
Narasumber Ya baik, untuk materi penyempurna nya, ibu kadang mengambil
dari hadits-hadits, ibu kaitkan dengan hadits-hadits, misalnya
tentang akhlak kepada orang tua, nanti ibu ambil bagaimana sih
harusnya berperilaku kepada orang tua, kemudian dari dalil-dalil
naqli ayat Al-Qur’an, nah ini kan lebih mengena sepertinya di
anak-anak, dan selain itu juga ibu mengambil contoh-contoh dari
kehidupan yang ada disekitaran, sekarang kan bagaimana ini
akhlak anak-anak kepada orangtua, guru dan lain sebagainya,
125
bisa dijadikan sebagai refrensi juga, supaya bisa lebih faktual,
seperti itu
Peneliti Lalu yang ketiga bu, apakah materi yang disampaikan
mengenai akhlak mulia sesuai dengan kurikulum yang
diberkan?
Narasumber Ya sesuai ya sama kurikulum, karena gini nak, kalau kurikulum
2013 itu, kan ada 4 KI, KI 1, 2, 3 dan 4 ya, hebatnya kurikulum
2013 ini KI 1 nya itu bagian spiritualnya, spiritual itu bagaimana
anak itu bersikap kan begitu ya, Sikap spiritual itu bagaimana
pendalaman keagamaannya, yang kedua KI 2 ini sosialnya,
bagaimana mereka bersosialisasi dengan lingkungan dan lain
sebagainya, nah baru KI 3 ini adalah keilmuan nya, kognitifnya,
kalau dulu kan tidak ya, dulu mah ilmu dulu atau kognitif dulu
baru yang lainnya. Nah kurikulum ini tidak, jadi anak yang
nilainya bagus tetapi akhlaknya jelek bisa jadi dia tidak naik
kelas, jadi ini sangat cocok sekali dengan kurikulum yang
sekarang, begitu
Peneliti Lanjut bu, ke pertanyaan selanjutnya, kira-kira strategi atau
metode yang Ibu gunakan dalam proses penanaman nilai
akhlak mulia pada kegiatan tersebut gimana bu?
Narasumber Ketika literasi itu, karena dilapangan itu kita gabisa pakai media
ya, media nya palingan hanya media audio saja, seperti mic dan
sound gitu, tidak bisa menggunakan slide-slide seperti itu, jadi
metode nya seperti ceramah saja dan tanya jawab, karena sulit
untuk menggunakan media, karena di lapangan.
Peneliti Nah menurut ibu, kira-kira metode yang paling efektif dalam
kegiatan tersebut atau diluar kegiatan tersebut untuk bisa
menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik?
Narasumber Pembiasaan contohnya. pembiasaan ke anak-anak, contoh yang
paling gampang aja, akhlak mulia itu memungut sampah itu kan
bagian akhlak mulia gitu kan ya, jadi bagaimana kita ini menjaga
kebersihan gitu kan, nah pembiasaan itu yang paling penting,
bagaimana contohnya, ya kita pun guru kalau menurut ibu Ketika
melihat sampah ya ambil itukan dari pembelajaran, kalau
gurunya liat sampah cuek ya anaknya pasti cuek, jadi dari yang
gampang aja seperti itu sih contohnya, pembiasaan dan
menanamkan budaya, seperti itu.
Peneliti Lalu selanjutnya bu, menurut ibu seberapa pentingkah
peran seorang guru dalam menanamkan akhlak mulia
kepada peserta didik serta bagaimana peran guru tersebut ?
Narasumber Peran guru dalam menanamkan akhlak itu sangat penting, ya
karena kan seperti dalam Al-Qur’an yang mana Nabi saja
menjadi contoh teladan kita, yakan kita harus mencontoh
Rasulullah, nah guru itu juga uswatun hasanah untuk muridnya
gitu kalau menurut ibu, jadi kita mau menjadikan anak ini
berakhlak mulia, nah kita disini (guru) berakhlak mulia tidak?
126
Gitukan, jadi Ibda’ binnafsik (mulai dari diri sendiri) dulu ya,
mulai dari gurunya baru nanti anak akan mencontoh, jadi guru
itu memiliki peran penting dalam menanamkan akhlak kepada
anak-anak, karena ga mungkin guru menyuruh berakhlak mulia,
tapi Ketika itu melihat gurunya marah-marah kepada satpam
dengan nada kasar contohnya, jadi sangat penting sekali ya
Peneliti Nah, menurut ibu dan tanggapan ibu mengenai guru yang
mungkin belum cukup maksimal menjalankan perannya
dalam menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik,,
seperti apa bu?
Narasumber Kalau ada guru yang belum maksimal dalam penanaman akhlak,
ya paling tidak kita sebagai teman mengingatkan begitu kan,
khususnya kita punya yang Namanya MGMP Agama
(Musyarawah Guru Mata Pelajaran) ada yang tingkat DKI dan
tingkat Sekolah yang setiap 2 bulan sekali kita melakukan
meeting nah disini lah kita membahas apa sih kekurangan-
kekurangan kita baik dari segi Teknik mengajar maupun dari
kepribadian apa sih yang kurang, nah di sini lah kita bisa sharing
kepada teman-teman gitu, tapi kalau seandainya ada yang keras
kepala yaitu biarlah utusan atasan yang mengatasinya, seperti itu.
Peneliti Menurut ibu, nilai-nilai akhlak mulia apa saja yang perlu
dan harus ditanamkan kepada peserta didik?
Narasumber Pertama hormat ya, baik hormat dengan orang tua, guru, maupun
dengan sesama teman itu yang paling penting dalam nilai-nilai
akhlak, kemudian yang kedua akhlak mulia itu bagaimana dia
menjalankan ibadahnya, jadi kita bisa tahu anak ini akhlak nya
baik atau tidak Ketika dia di suruh sholat langusng sholat kan
bisa keliatan oh ini anak berarti akhlaknya bagus, itukan menjadi
indicator, kalau ada anak yang disuruh sholat, tapi malah dia
muter-muter ke kantin atau ke mana, nah ini kan bisa
menindikasikan bahwa akhlaknya masih kurang gitu ya. Jadi
akhlak mulia yang perlu ditanamkan itu intinya hormat kepada
orang tua, guru dan sesama teman serta bagaimana anak tersebut
dalam menjalankan atau pengamalan ibadahnya.
Peneliti Lalu, bagaimana tanggapan ibu melihat banyaknya kasus-
kasus degredasi akhlak yang terjadi di luar sana, seperti
misalnya kasus asusila, tawuran, dan sebagainya?
Narasumber Ya tanggapan ibu sih, sangat menyedihkan bukan lagi
memprihatinkan tapi sangat menyedihkan, karena anak-anak
sekarang itu sepertinya etika kepada orang tua, akhlakul karimah
nya itu sudah sangat-sangat turun ya, pergaulan bebas sudah
merajalela gitu kan, luar biasa lah yang terjadi dimana-mana,
kemudian faktor pengaruh tontonan-tontonan, media social dan
lain sebagainya, ini lah yang menurunkan sebenarnya akhlak-
akhlak mulia anak-anak, ya karena kalau kita bandingkan dengan
masa dulu yang belum handphone itu kan akhlak masih bisa
127
dibina dengan baik gitu ya, dengan mudah dengan bisa
diperhatikan, tapi dengan adanya media sosial itu yang baik bisa
jadi rusak atau buruk.
Peneliti Menurut ibu, apakah bisa peserta didik menanamkan nilai
akhlak mulia ke dalam dirinya sendiri?
Narasumber Sebenarnya sangat bisa ya kalau dia ada kemauan, nah jadi gini
ada faktor-faktor pendukung bagaimana dia cara menanamkan
akhlak? Yang pertama faktor pendukungnya ialah keluarga, jadi
di keluarga pun orang tuanya harus menanamkan akhlakul
karimah, nah kalau di rumah sudah tertanamkan akhlakul
karimah otomatis Ketika keluar rumah pun anak tersebut juga
berakhlak baik, contoh ayah ibu tidak boleh memanggil anak
dengan kata-kata kasar atau dengan kata-kata panggilan yang
kurang baik, misalnya “eh si males, mau kemana?” nah itu kan
akan tertanamkan, nanti Ketika anak ini keluar dia pun akan
berbuat seperti apa yang dilakukan orang tuanya kepada teman-
teman nya. Lalu yang kedua faktor pendukungnya adalah
lingkungan, lingkungan ini adalah teman-teman nya bergaul baik
di sekolah maupun di rumahnya, nah makanya Nabi saja
mengingatkan kalau cari teman tuh yang benar, kalau teman nya
tukang minyak wangi kita jadi wangi, kalau teman nya main api
kita pun kena api nya, jadi temen itu sangat berpengaruh terhadap
penanaman akhlak itu sebenernya, jadi anak itu bisa memilih
mau akhlak yang baik atau yang buruk, gitu
Peneliti Baik bu, lanjut sekarang ke pertanyaan mengenai
kegiatannya, kira-kira bagaimana persiapan atau
perencanaan ibu dalam kegiatan literasi tersebut?
Narasumber Persiapan ibu dalam kegiatan tersebut mengeksplore dulu
materinya, jadi ibu mencari tahu dulu materinya tentang apa,
kemudian setelah itu ibu cari literasi lagi dari kitab maupun dalil-
dalil al-Qur’an dan hadits, kemudian ibu kaitkan dengan masalah
yang mungkin sedang terjadi saat ini di masyarakat, karena ga
mungkin anak itu diceramahin mulu tanpa mereka mengerti
tentang hal tersebut yang ada mereka malah bosen.
Peneliti Lalu untuk proses pelaksanaan dalam kegiatan tersebut
seperti apa ya bu?
Narasumber Kalau di MAN 3 kegiatan literasi itu setiap selasa kita literasi di
lapangan tempatnya, jadi semua anak dikumpulin di lapangan,
semua anak punya kitab masing-masing, jadi Ketika guru
menyampaikan dia menyimak, kemudian menyalin inti-intinya,
setelah itu buku yang dia salin itu di serahkan kepada wali
kelasnya untuk dinilai, karena kalau ga dinilai bisa jadi dia
bercanda, mengobrol, oleh karena nya itu merupakan taktik kita
agar anak-anak tidak mengobrol atau bercanda, jadi kita
kumpulin aja buku resume nya untuk dinilai
128
Peneliti Berarti, evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan tersebut
ialah dari segi penilaian yang dilakukan oleh wali kelas ya
bu?
Narasumber Iya, berarti kan ketuan nih siapa yang hadir siapa yang tidak, nah
itu nanti akan berimbas kepada nilai kerajinan nya di rapot
Peneliti Nah menurut ibu, perlukah evaluasi yang dilakukan setelah
kegiatan tersebut?
Narasumber Perlu, karena kita melihat kekurangan nya apa nih dalam literasi
ini, kan bisa jadi juga setiap literasi ada aja kan masalahnya apa,
ada anak yang tidur-tiduran, ada anak yang ga bawa kitab, nah
setelah evaluasi ini baru kita cari untuk anak yang ga membawa
kitab apa nih sanksi nya, misalnya gitu, biasanya kita gitu, untuk
anak yang ga bawa buku catatan apa nih sanksinya gitu, karena
kan ini penting gitu loh, ini kan untuk seluruh anak bukan hanya
untuk anak jurusan agama saja.
Peneliti Lalu bu, selama ibu mengisi kegiatan tersebut apakah ada
faktor penghambat atau pendukungnya ?
Narasumber Kalau faktor penghambatnya adalah ya itu tadi, ada anak yang
tidak bawa kitab, sehingga dia tuh kalo ga bawa kitab akhirnya
iseng, temen nya lagi baca kitab dia malah ajak ngobrol itu kan
jadi penghambat sehingga berisik, yang Namanya di lapangan
jadi kedengaran suaranya sehingga kurang konsentrasi, kalau
faktor pendukungnya mungkin cuaca ya, kalau cuaca nya lagi
cerah ya kita bisa mengadakannya, cuman kalau lagi hujan ya
jadi faktor penghambat sehingga kita ga bisa ngadain kegiatan
literasi.
Peneliti Nah, terus bagaimana cara ibu mengatasi faktor
penghambat pada kegiatan tersebut?
Narasumber Ya itu tadi ya, kalau anak yang ga bawa kitab biasanya kita
sanksi, kalau di MAN 3 itu ada point, jadi kalau tidak bawa kitab
maka dapat point berapa gitu misalnya, terus yang ngobrol,
kegiatan tersebut kan masuk ke dalam pembalajaran juga jadi ada
point-pointnya untuk anak-anak yang bercanda, ngobrol atau
yang lainnya seperti itu
Peneliti Ohh, terimakasih banyak bu atas jawabannya,
Alhamdulillah pertanyaannya sudah selesai, jadi saya tutup
saja wawancara kali ini, sekali saya ucapkan terimakasih
banyak ya bu dan mohon maaf bila mengganggu waktunya,
wassalamu’alaikum wr.wb
Narasumber Iya sama-sama nak
Wa’alaikummussalam wr.wb
129
HASIL WAWANCARA
NAMA : Silmi, Amelia, Khiza, Amanda dan Syifa (5 Orang)
KELAS : XII IPS
HARI/TANGGAL : Rabu/15 Juli 2020
TEMPAT : Perpustakaan MAN 3 Jakarta
Peneliti Assalamu’alaikum wr.wb, Alhamdulillah terimakasih untuk
kalian yang telah meluangkan waktunya untuk kakak
wawancarai mengenai kegiatan literasi kitab kuning, jadi
perkenalkan nama kakak Sulthon Nabawi, Mahasiswa UIN
Jakarta Jurusan PAI dan kakak alumni MAN 3 Jakarta
Angkatan 2013, nah jadi langsung aja biar ga
mempersingkat waktu, pertanyaan yang pertama
bagaimana pendapat kalian mengenai kegiatan literasi yang
dilaksanakan oleh sekolah?
Jawaban A Bagus sih, buat nambahin apa dah? Hmm akhlak gitu kak kan
kitab itu kayak mencerminkan agar akhlak keseharian kita bisa
lebih baik lagi gitu kak
Jawaban B Kurang lebih sih seperti itu kak, untuk menambah pengetahuan
kita tentang akhlak kita sehari-hari aja
Jawaban C Iya menurut saya jga begitu kak, karena kan isi dari kitab itu
sendiri emg ngebahas masalah seputar akhlak jadi bagus lah buat
menambah pengetahuan kita
Jawaban D Saya setuju sih kak dengan yang lain, emang kegiatan ini cukup
bagus buat diadakan oleh sekolah
Jawaban E Iya sama saya juga setuju kak, kegiatan ini bisa memberikan
pengetahuan tentang akhlak pokoknya deh
Peneliti Oke deh, lanjut ke pertanyaan berikutnya, menurut kalian
apa materi yang disampaikan bisa kalian tanamkan ke
dalam diri kalian?
Jawaban A Inysa Allah bisa sih kak, cuman kayaknya ga seluruhnya bisa
ditanamkan gitu kak
Jawaban B Iya kak bisa sih menurut saya, cuman yaitu ga seluruhnya yang
disampaikan dalam kitab tersebut gabisa langsung tertanam gitu
kak
Jawaban C Betul, karena butuh proses untuk menanamkan isi dari kitab
tersebut juga kak
Jawaban D Setuju kak, butuh proses dan waktu juga dalam menanamkan isi
kitab itu
Jawaban E Saya setuju kak dengan yang lain nya hehehe
Peneliti Lanjut, lalu bagaimana pendapat kalian mengenai nilai-nilai
akhlak mulia yang terkandung dalam kitab tersebut?
Kemudian kira-kira kegiatan tersebut mampu memberikan
130
pengetahuan mengenai akhlak kepada diri kalian ? kalau
misalkan iya apakah ada perubahan ? dan kalau tidak
kenapa ?
Jawaban A Iya ada sih kak perubahannya, cuman yang tadi saya bilang, ga
semuanya gitu, palingan kadang masih ada melencengnya sedikit
Jawaban B Betul kak, ada perubahan cuman ga 100% bisa dilakukan gitu
kak
Jawaban C Heem kak karena kan yaitu tadi butuh proses buat melakukannya
dan kalau ditanya ada perubahan sih, ya Alhamdulillah ada
perubahan nya sih kak
Jawaban D Iya kak, meski perubahannya juga ga langsung berubah gitu kak,
ibaratnya masih sedikit demi sedikit
Jawaban E Iya kita merasakan perubahannya kok kak walaupun secara ga
langsung tapia da manfaatnya, dari yang tadi ga tau mungkin bisa
jadi tau gimana cara berakhlak gitu kak
Peneliti Nah, sekarang ada ga faktor penghambat atau pendukung
yang kalian rasakan selama kegiatan tersebut?
Jawaban A Banyak sih kak hahaha, kyk misalkan fokus ke handphone itu
termasuk ga sih kak? Hahaha ya pokoknya itu deh kak ada aja
gangguan entah dari luar atau dari diri sendiri
Jawaban B Betul kak, kayak ada aja temen yang ngajakkin ngobrol gitu kak
terus juga kadang suka ngantuk juga kak kalo dengerin itu kak,
jadi bosen aja rasanya
Jawaban C Iya kak hahah ngomongin orang contohnya kak kayak gitu deh
kak pokoknya mah kalo ga ngobrol ya malah ngantuk bawaannya
gitu hahaha
Jawaban D Iya kadang juga ga fokus karena dengerin musik kak, Namanya
juga bosen kak jadi gman ya hahaha
Jawaban E Betul kak, kyk boring gitu kak, soalnya masih pagi kan udh
disuruh turun ke lapangan, panas-panas sama aja kyk upacara
kak, cuman kan upacara bediri kalo ini duduk jadi kyk ngantuk
gitu bawaannya kak
Peneliti Oke terakhir ini, kesan pesan atau kritik kalian mengenai
kegiatan tersebut bagaimana ?
Jawaban A Iya mungkin kalo bisa sih kak jangan di tengah lapangan, soalnya
panas dan juga bawaanya jadi ngantuk gitu
Jawaban B Iya kak terus juga sih kalo bisa suara nya jangan terlalu cepet-
cepet kalo ngejelasin, soalnya yang nyatet buat resume nya kan
jadi kebingungan kalo cepet-cepet gitu kak
Jawaban C Kadang juga sih kak ngejelasinnya ga sesuai materi nya, awalnya
sih iya ngejelasinnya sesuai materi cuman lama kelamaan kadang
keluar dari materi nya gitu kak
Jawaban D Iya kak saya sama kyk mereka aja hahaha
Jawaban E Iya saya juga kak hehe
131
HASIL WAWANCARA
NAMA : Sofian, Fitra, Robby, Satrio (4 orang)
KELAS : XII Agama
HARI/TANGGAL : Sabtu/25 Juli 2020
TEMPAT : Room Meeting Zoom
Peneliti Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, terimakasih buat temen-temen kelas 12
Agama yang udah berkenan menyempatkan waktunya
untuk diwawancari mengenai kegiatan literasi di MAN 3
Jakarta, jadi langsung ada agar mempersingkat waktu
Pertanyaan pertama bagaimana pendapat kalian mengenai
kegiatan literasi yang diadakan oleh sekolah ?
Jawaban A Kalo saya pribadi, kalo dilihat dari zaman sekarang semakin
sedikit orang-orang yang mengerti apa itu kitab kuning, orang-
orang yang jauh dari kehidupan beragama meskipun mereka
sekolah di sekolaah agama. Menurut saya kegiatan ini sangat
positif sekali, karena kita bisa mempelajari kitab-kitab ulama dari
sumbernya langsung yaitu kitab kuning, kit aga hanya belajar
agama dari buku paket saja, kita ga hanya belajar agama dari
sumber-sumber internet, tapi kita belajar agama dari sumbernya
langsung yaitu kitab kuning yang membawa dampak tersendiri
bagi kita yaitu para siswa terutama ga semua siswa yang ada di
MAN 3 Jakarta di berasal dari pondok, jadi mereka bisa tahu apa
itu kitab kuning, dan bisa belajar apa itu isinya, dan yang
terpenting bisa melestarikan budaya dari para ulama, demikian
Jawaban B Kalau menurut saya sih bang, cukup bagus kegiatan tersebut, ya
kurang lebih persis lah kayak yang sofian bilang melestarikan
budaya ulama
Jawaban C Iya bang, kalo menurut saya sih cukup bagus bang, karena kan
itu ada anak-anak yang mungkin berasal dari SMP atau dari
pesantren, jadi mereka tau seperti apa itu Bahasa Arab bang,
termasuk mufradat-mufradat nya, begitu bang
Jawaban D Iya kalo menurut saya sih cukup bagus bang, karena kegiatan ini
bisa menjadi media sekolah untuk mencari bakat-bakat siswa
yang ingin mendalami atau mempelajari kitab kuning secara
mendalam
Peneliti Oke, bagus jawabannya, sekarang lanjut ke pertanyaan
selanjutnya, menurut kalian apa materi yang disampaikan
bisa kalian tanamkan kepada diri kalian pribadi ?
Jawaban A Sebenarnya itu tergantung diri masing-masing, bagaimana cara
menerapkan materi tersebut di kehidupan sehari-hari, tapi saya
juga merasa masih bingung gitu sama materi nya, rasanya masih
132
pengen lagi gitu bang, masih penasaran dan ingin tahu lebih
lanjut
Jawaban B Kalau ke diri pribadi… karena di kegiatan ini menggunakan kitab
yang membahas akhlak keseharian di rumah, makanya sangat,
sangat bisa diterapkan ke diri pribadi. Karena yang dipelajari di
sekolah dari kitab tersebut berhubungan erat dengan akhlak
keseharian kita di rumah, yang mana kehidupan kita saat ini
apalagi pada saat pandemic ini tentunya lebih banyak di rumah,
jadi pembelajaran atau materi yang kita dapatkan dari kegitan
literasi kitab kuning bisa kita terapkan sekarang
Jawaban C Iya kalo menurut saya sih bisa bang, karena kan nama kitabnya
aja akhlaq lil banin, jadi nyambung lah sama kehidupan kita
sehari-hari di lingkunan rumah, sekolah, dan misal contohnya
hormat kepada guru, adab kepada orang tua nah itu kan di ajarkan
dalam kitab tersebut bang, jadi sangat bisa diterapkan dalam
kehidupan kita
Jawaban D Ya menurut sih ya karena ini berhubungan dengan akhlak kita
ya, bagaimana kita berakhlak yang baik, jadi dengan kegiatan ini
bisa menerapkan apa yang tadi kita belum tau menjadi tau bang,
sehingga kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Peneliti Bagaimana pendapat kalian mengenai nilai-nilai akhlak
mulia? Apa dari kegiatan tersebut memberikan kalian
pengetahuan mengenai akhlak mulia ? Jika iya apakah ada
perubahan ? dan kalau tidak kira-kira kenapa alasannya?
Jawaban A Ya kalo menurut saya sih tergantung bang, tergantung orangnya,
kalo misalkan orangnya antusian banget buat ngikutin
kegiatannya ya InsyAllah bakalan dapet pengetahuannya dan
perubahannya, contohnya yang bisa saya terapin kayak ga
melawan orang tua, bicara ga membentak dan sebagainya jadi
tergantung orang bang pada akhirnya
Jawaban B Ya kalo menurut saya sih bang, setuju sih apa yang dibilang fitra,
tergantung diri masing-masing sih bang, kalo ada perubahan
misalkan dari akhlaknya yang kurang baik jadi setelah belajar
kitab kuning ini jadi bisa tau dan belajar bagaimana cara beradab
kepada teman atau sesama, dan lain-lain, begitu sih bang
Jawaban C Iya kalo menurut saya sama sih bang, bagiamana orangnya
mengambil pembelajaran dari akhlaq lil banin itu seperti apa dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Jawaban D Kalo menurut saya, melihat dari akhlak mulia yang diajarkan
dalam kitab akhlaq lil banin, seharusnya bisa membawa dampat
positif, bisa membawa perubahan dalam hidup, karena yang
diajarka dalam kitab akhlaq lil banin, sangat ringan dan dasar
sekali, seperti adab kepada orang tua, jadi materi nya tidak terlalu
berat, kesemuanya adalah adab keseharian kita yang sering kita
lakukan seperti mencium tangan, membantu orang tua, namun
balik lagi ke orang masing-masing bang, jadi ada Sebagian orang
133
yang mungkin hanya menganggap ini sekedar pelajaran sehingga
mereka hanya menerapkan dari apa yang mereka sudah
praktekan tanpa melakukan upgrade atau perkembangan dari apa
yang mereka telah pelajari dari kitab tersebut, jadi mereka hanya
stuck di situ, karena menganggap di sekolah hanya sekedar
materi saja, jadi mereka melakukan apa yang mereka sukai saja,
sehingga ga semua orang akan mendapatkan dampak positif dari
kegiatan literasi tersebut, padahal nilai akhlak mulia dalam kitab
tersebu sangat bagus, sangat ringan dan sangat mudah diamalkan,
namun hal tersebut Kembali lagi kepada diri masing-masing
Peneliti Oke lanjut, kira-kira adakah faktor penghambat dan faktor
pendukung yang kalian rasakan selama kegiatan literasi
tersebut?
Jawaban A Menurut saya bang, faktor penghambatnya tuh banyak yang
ngobrol saat literasi, kadang ada juga yang ga bawa kitab, terus
kalo faktor pendukungnya adanya guru piket yang bantuin
ngawasin, lalu adanya eskul rohis yang berpartisipasi untuk
membantu menyiapkan kegiatan tersebut seperti menggelar
karpet, membuka acara, dan sebagainya.
Jawaban B Kalo faktor pendukungnya, Alhamdulillah banyak guru-guru
yang mumpuni dalam membaca kitab kuningnya, itu faktor
pendukungnya, dan ada juga beberapa siswa yang antusias,
namun di sisi lain faktor penghambatnya seperti ngulur-ngulur
waktu anak-anaknya, males-malesan, ngumpet di kamar mandi
dan kadang juga cuaca bang, karena kita kan di lapangan dan ga
pake tenda, jadi kalau cuaca nya hujan kita jadi ga bisa di
lapangan, palingan di masjid, cuman kalo di masjid biasanya
pada ngobrol sih apalagi yang bagian belakang terlebih
perempuan jadi yang di depan merasa terganggu gitu bang, itu
yang jadi faktor penghambatnya
Jawaban C Iya kalo saya sih sama bang kayak Sofian dia udh mewakili,
karena emang betul di MAN 3 ada guru-guru yang MasyaAllah
hebatnya sebagai faktor pendukung dan juga kadang murid-
muridnya yaitu para oknum hahaha yang males-malesan sebagai
faktor penghambat
Jawaban D Iya sih bang faktor pendukungnya itu banyak guru-guru yang
bisa jelasin kitab kuning secara detail, dan juga ada murid-murid
yang antusias yang bisa membantu dalam kegiatan tersebut dan
faktor penghambatnya ya itu bang, anak-anaknya suka ulur-ulur
waktu kadang suka alasan sakit biar ga ikut literasi gitu bang
Peneliti Nah pertanyaan terakhir nih, apakah ada
Kesan/Pesan/Kritik dari kalian pribadi mengenai kegiatan
literasi ini ?
Jawaban A Kalo menurut saya sih, guru piketnya kalo bisa lebih tegas lagi
dalam mengawasi jalannya kegiatan literasi di MAN 3, terus
anak yang mungkin antusias ikut kegiatan ini bisa mengajak
134
temannya yang mungkin males-malesan bisa lebih aktif lagi
mengikuti kegiatan literasi ini, nah kalo bisa juga sih bang
dibuatin eskul untuk belajar kitab kuning gitu bang
Jawaban B Kalo saya sih mungkin saran aja bang, supaya ditegasin lagi buat
anak-anak yang mungkin ga bawa buku atau alat tulis atau
kitabnya, itu aja mungkin bang
Jawaban C Kalo menurut saya sih kesannya Ketika mimpin sholawat di
kegiatan tersebut, karena pertama kalinya mimpin sholawat
burdah, kemudian untuk saran aja sih bang agar guru-guru bisa
lebh teliti lagi dalam mengawasi dan juga kalo bisa guru-guru
jangan ikutan ngobrol atau ga guru-guru jangan diam aja gitu,
dan yang dibelakang kalo bisa jangan mengganggu konsentrasi
yang sedang serius, dan lebih tegas lagi untuk yang tidak
membawa kitab padahal udah disuruh, seperti itu bang
Jawaban D Kalo saya sih saran aja bang, lebih ketat aja penjagaannya dan
juga jangan hanya anak rohis saja yang turun, maksudnya anak-
anak osis kalo bisa ikut bantuin juga gitu, jadi bisa terlaksana
dengan baik gitu bang, udah itu aja bang
Peneliti Alhamdulillah, terimakasih kepada teman-teman semua atas
jawabannya dan kerja samanya, abang ucapkan terimakasih
dan mohon maaf mengganggu waktu kalian, jadi abang
akhiri aja karena waktu udah mau dzuhur, abang tutup ya
Wassalamu’alaikum wr.wb
135
Foto Kegiatan Literasi Kitab Kuning al-Akkhlâk Li al-Banîn di MAN 3 Jakarta
Foto Panggung untuk Narasumber memberikan materi kegiatan literasi kitab kuning
137
Foto Fasilitas Pendukung Kegiatan Literasi Kitab Kuning berupa 2 buah Sound
System
Foto Bagian Masjid sebagai tempat alternatif kegiatan literasi kitab kuning ketika
cuaca tidak mendukung seperti hujan
138
Foto Resume an yang ditulis oleh peserta didik pada saat pelaksanaan kegitan literasi
kitab kuning
Buku Poin Madrasah kelas 12 IPS 1
139
BIODATA PENULIS
Muhammad Ardhiyansah Sulthon Nabawi,
Lahir di Jakarta pada hari Sabtu tanggal 28 Maret 1998,
Penulis tinggal di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.
Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan M.
Romli dan Dede Juhanah. Penulis memulai
pendidikannya di Sekolah Dasar selama enam tahun di
SDN 13 Rawamangun Pagi, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah di SMPN 44 Gading Raya Jakarta,
dan menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di Madrasah Aliyah Negeri 3
Jakarta. Setelah lulus dari MA, penulis melanjutkan studi nya ke perguruan tinggi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Selama kuliah penulis aktif mengikuti organisasi intra ataupun ekstra kampus.
Penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama
Islam di bagian Sekretaris Departemen Keagamaan tahun 2019/2020. Penulis juga
anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat. Penulis juga merupakan
ketua dari kelompok kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 46 VALENSI di Desa
Pangaur, Jasing, Bogor yang diadakan oleh kampus Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019.
Motto:
“Teruslah berusaha dan bekerja keras.
hingga suara cemoohan, berubah menjadi suara tepuk tangan”
150