Merancang Strategi dan Media Pembelajaran Sastra untuk Pengembangan Apresiasi dan Nilai-nilai...

22
Merancang Strategi dan Media Pembelajaran Sastra untuk Pengembangan Apresiasi dan Nilai-nilai Humanisme A. PENDAHULUAN 1. Pembelajaran Sastra Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Dimasukkannya pembelajaran sastra ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia kiranya dapat dimaklumi karena secara umum, sastra adalah segala sesuatu yang ditulis. Pengertian semacam itu dianggap terlalu luas dan juga terlalu sempit. Dianggap terlalu luas karena dengan demikian, semua buku termasuk sastra. Pembelajaran sastra penting bagi siswa karena berhubungan erat dengan keharuan. Sastra dapat menimbulkan rasa haru, keindahan, moral, keagamaan, khidmat terhadap Tuhan, dan cinta terhadap sastra bangsanya. Di samping memberikan kenikmatan dan keindahan, karya sastra juga memberikan keagungan kepada siswa pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sastra Indonesia secara umum dapat dipakai sebagai cermin, penafsiran, pernyataan, atau kritik kehidupan bangsa. . Pada proses pembelajaran sastra tentunya melibatkan guru sastra (dalam hal ini guru bahasa Indonesia) sebagai pihak yang mengajarkan sastra, dan siswa sebagai subjek yang belajar sastra. Dalam pembelajaran sastra ada suatu metode sebagai suatu alternatif yang menawarkan keefektifan kerja guru bahasa Indonesia. Jika berbicara masalah metode tidak dapat lepas dari masalah pendekatan atau ancangan 1

Transcript of Merancang Strategi dan Media Pembelajaran Sastra untuk Pengembangan Apresiasi dan Nilai-nilai...

Merancang Strategi dan Media Pembelajaran Sastra untuk

Pengembangan Apresiasi dan Nilai-nilai Humanisme

A. PENDAHULUAN

1. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra merupakan bagian dari

pembelajaran bahasa. Dimasukkannya pembelajaran sastra ke

dalam pembelajaran bahasa Indonesia kiranya dapat dimaklumi

karena secara umum, sastra adalah segala sesuatu yang

ditulis. Pengertian semacam itu dianggap terlalu luas dan

juga terlalu sempit. Dianggap terlalu luas karena dengan

demikian, semua buku termasuk sastra. Pembelajaran sastra

penting bagi siswa karena berhubungan erat dengan keharuan.

Sastra dapat menimbulkan rasa haru, keindahan, moral,

keagamaan, khidmat terhadap Tuhan, dan cinta terhadap

sastra bangsanya. Di samping memberikan kenikmatan dan

keindahan, karya sastra juga memberikan keagungan kepada

siswa pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Sastra Indonesia secara umum dapat dipakai sebagai cermin,

penafsiran, pernyataan, atau kritik kehidupan bangsa. .

Pada proses pembelajaran sastra tentunya melibatkan

guru sastra (dalam hal ini guru bahasa Indonesia) sebagai

pihak yang mengajarkan sastra, dan siswa sebagai subjek

yang belajar sastra. Dalam pembelajaran sastra ada suatu

metode sebagai suatu alternatif yang menawarkan keefektifan

kerja guru bahasa Indonesia. Jika berbicara masalah metode

tidak dapat lepas dari masalah pendekatan atau ancangan

1

(approach) yang menurunkan metode (method). Untuk

selanjutnya, suatu metode ternyata akan menyarankan

penggunaan teknik-teknik tertentu pula. Dengan demikian,

secara hirarkis akan dikemukakan adanya tiga tataran,

yaitu: pendekatan (approach), metode (method), dan teknik

(technique).

Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh

pengalaman sastra merupakan tujuan utama pengajaran sastra

dan mampu mengapresiasi cipta sastra untuk mencapai tujuan

tersebut perlu ditetapkan strategi yang efektif. Strategi

yang hendak digunakan didasarkan pada pendekatan yang

paling serasi dan mendukung dalam pengajaran sastra.

Pendekatan humanistik menggarisbawahi bahwa membaca sastra

memberikan prioritas utama pada upaya memberikan warna yang

indah pada kehidupan. Tujuan strategi dalam pembelajaran

sastra menggiring siswa masuk dalam dan lebih dalam lagi ke

analisis wacana karena hal ini menghasilkan kegiatan ujian

yang terperinci yang hampir mustahil tidak membosankan

siswa. Tujuan pendekatan pengajaran sebaiknya berpola

divergen yang kebermaknaannya terutama dalam hubungan

sastra dengan masyarakat daripada hubungan sastra dengan

sastra itu sendiri.

Pendekatan humanistik dalam pembelajaran sastra

berusaha senantiasa mengingatkan guru bahwa mereka

berhubungan dengan subyek kaum sosiologi, psikologi,

filosofi dan sejarah. Sedangkan sastra kontemporer terfokus

pada masalah dan perilaku seseorang, kejelasan bahasa dan

tuturan, ketaksaan dalam hubungan pertanyaan benar atau

2

salah, penekanan pada plot dan perwatakan yang tersaji

secara jelas, kilasan tentang dilema etik dan hubungannya

dengan peristiwa sosial dan politik dunia.

2. Strategi Pembelajaran Sastra

Menurut Kemp (dalam Muslich dan Suyono, 2010:2)

strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran

yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya Subana dan Sunarti (2000:16) juga menyatakan

bahwa strategi pembelajaran adalah rencana menyeluruh

mengenai perbuatan belajar mengajar yang serasi untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, strategi pembelajaran

adalah rencana pembelajaran di kelas yang harus dilakukan

guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Strategi pengajaran sastra diperguruan tinggi secara

essensial memperkenalkan guru-guru dengan berbagai buku

dengan genre yang bercakupan luas untuk menjelajahi

strategi dan pengajaran sastra. Juga memberi guru

kesempatan untuk mengamati perasaannya sendiri tentang

episode dan gagasan yang kontroversial yang terdapat dalam

buku Jerzy Kosinski, seorang penulis ternama menjelaskan

sekolah sebagai salah satu institusi yang dapat membantu

para dewasa masa depan menjadi pribadi pemikir yang mampu

merenung dan berfungsi dalam dunia yang penuh tekanan,

konflik-konflik nilai, dan keracuan moral. Kosinski melihat

fungsi pendidikan dalam masyarakat sebagai lembaga yang

memiliki kemampuan untuk membantu siswa berjuang dan

3

bergumul dalam hidup dengan penjelajahan tentang realitas

dan ketaksaan yang ditemukan dalam cipta sastra.

Menurut Wena (2011:5), strategi pembelajaran adalah

cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran

yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Strategi

pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang

dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. PAILKEM

merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik (Mohamad,

2011:10-16).

a. Pembelajaran yang Aktif

Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru

sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang

kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar,

sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.

b.         Pembelajaran yang Inovatif

Inovatif disini, guru tidak saja tergantung dari

materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat

mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat

cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari

siswa.

c.          Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan

Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar

kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang

perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa

yang ada pada lingkungannya.

d.         Pembelajaran yang Kreatif

4

Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan

belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat

kemampuan siswa

e.          Pembelajaran yang Efektif

Segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut

tujuan yang disusun berdasarkan kemampuan siswa,

pemilihan materi yang benar-benar menunjang tujuan,

penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa,

penggunaan media yang pas serta evaluasi yang tertuju

pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya tetap

terpulang pada bagaimana peran seorang guru dalam

mengelola proses pembelajaran.

f.          Pembelajaran yang Menarik

Inti dari strategi pembelajaran yang menarik

terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa

sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah

perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu

dilayani dengan baik.

3. Media Pembelajaran Sastra

“Masyarakat selalu dibentuk oleh hakikat media yang

memungkinkan terjadinya komunikasi efektif, daripada oleh

isi komunikasi tersebut.” kata Marshall (dalam Gani, 1988).

Sebab media atau proses waktu merupakan pola pembentukan

kembali ketergantungan antarsosial dan setiap aspek

kehidupan personal kita kini. Hal ini memaksa kita

mempertimbangkan dan mengevaluasi kembali setiap pikiran,

5

kegiatan dan setiap institusi terdahulu yang begitu saja

kita terima.

Prinsip media adalah pesan selalu bergerak dan

melihat sesuatu yang terjadi dalam proses perubahan yang

sedang berlangsung. Dengan demikian, media lebih

terkonsentrasi pada alat atau proses daripada substansinya.

Kadangkala malah berperan sebagai pengganti substansi

tersebut. kehadiran media dalam proses belajar sastra,

berdasarkan logika pengembangan peran media tersebut,

haruslah menunjang keberlangsungan pola berpikir,

berbincang dan bertanya pada siswa. Hal ini selaras dengan

pendapat Robert (dalam Gani, 1988) yang menegaskan

pendekatan respon dan analisis (PRA) seyogyanya mendorong:

pengembangan proses berpikir, berbincang dan bertanya

siswa.

Sesuai dengan kondisi pendidikan Indonesia, guru

diharapkan dapat secara kreatif menciptakan, mengembangkan,

dan mendayagunakan imajinasinya untuk memilih media yang

ada dan menciptakan serta mengebangkan media baru dari

media lama yang telah dikenal sebelumnya, misalnya.

1) Memanfaatkan drama televisi yang bermutu, kaset video

yang memenuhi syarat, kaset rekaman pembacaan puisi,

cerpen, drama, dan pemutaran lagu-lagu puitis seperti:

Bimbo, Ebiet, Uli Sigar.

2) Merekam kegiatan-kegiatan seni sastra dan drama (taman

budaya).

6

3) Merekam langsung sastrawan-sastrawan nasional dan

daerah yang kebetulan berkunjung ke kota tertentu.

4) Merekam kegiatan kelas (guru dan siswa yang berbakat).

5) Menggunakan kaset video dan kaset rekaman komersial,

baik yang berasal dari luar negeri maupun buatan dalam

negeri.

4. Aplikasi Teori Belajar Humanisme dalam Pendidikan

Peran pendidik dalam pengembangan apresiasi dan

nilai-nilai humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para

siswa. Pendidik memberikan motivasi, kesadaran mengenai

makna belajar dalam kehidupan siswa. Pendidik memberi

fasilitas pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi

siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok

untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang

bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan

sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator

dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang,

berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola

pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa

diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak

terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya

sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak

orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau

etika yang berlaku.

Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran pendidik

lebih mengarahkan peserta didik untuk berpikir induktif,

7

mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan

peserta didik secara aktif dalam proses belajar. Hal ini

dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi

secara berkelompok sehingga peserta didik dapat

mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas.

Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang

diajarkan.

Beberapa hal yang harus dilakukan pendidik terhadap

peserta didik dalam pengembangan apresiasi dan nilai-nilai

humanisme adalah:

a. Pendidik menciptakan suasana kelas yang memberi

peluang kepada peserta didik untuk memperoleh hasil

yang diinginkan dan membuat peserta didik bersikap

positif terhadap pembelajaran.

b. Pendidik menyediakan sumber-sumber dan media

pembelajaran.

8

B. ANALISIS

1. Strategi dan Media yang Digunakan dalam Pembelajaran

Apresiasi Puisi

Strategi dan media ini digunakan di kelas X SMA

(Peminatan) pada semester ganjil yaitu pada materi

Membandingkan Karakteristik Puisi Lama dan Puisi Baru dan

Menulis Puisi Lama dan Puisi Baru. Jenis media yang

digunakan adalah media visual yang dibuat atau dirancang

sendiri oleh guru, tetapi materi seperti teks puisi, lirik

lagu dan gambar diunduh dari internet.

Berdasarkan silabus untuk kelas X SMA (Peminatan)

pada semester ganjil, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,

Materi Pokok, dan Pembelajaran yang dilakukan adalah

sebagai berkut.

Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya dengan mematuhi norma-norma bahasa Indonesia

serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan bahasa dan

sastra Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,

toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap

pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam kehidupan sosial secara efektif dengan

memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia

9

serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan

mengapresiasi sastra Indonesia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu

tentang bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

(ipteks).

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah

konkret dan ranah abstrak untuk mengembangkan ilmu bahasa

dan sastra Indonesia secara mandiri dengan menggunakan

metode ilmiah sesuai kaidah keilmuan terkait.

Kompetensi Dasar:

3.4 Membandingkan karakteristik puisi lama dan puisi baru

secara memadai serta mengapresiasinya.

4.4 Menulis puisi lama dan baru

Materi Pokok:

1. Karakteristik Puisi Lama

2. Karakteristik Puisi Baru

Pembelajaran:

Mengamati:

1. membaca teks tentang karakteristik puisi lama dan puisi

baru secara memadai serta mengapresiasinya.

10

2. mencermati uraian yang berkaitan dengan karakteristik

puisi lama dan puisi baru

Menanya:

1. bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan

isi bacaan.

Mengeksplorasi:

1. Mencari dari berbagai sumber informasi tentang

karakteristik puisi lama dan puisi baru

Mengasosiasikan:

1. mendiskusikan tentang karakteristik puisi lama dan puisi

baru

2. menyimpulkan hal-hal terpenting dalam karakteristik

puisi lama dan puisi baru

Mengomunikasikan :

1. menuliskan laporan kerja kelompok tentang karakteristik

puisi lama dan puisi baru

2. membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa

lain memberikan tanggapan

3. menulis puisi lama dan puisi baru

Strategi yang dilakuan guru dan media yang digunakan guru

dalam pembelajaran adalah:

a. Guru menyiapkan media yang berupa kartu kerja yang

telah terlebih dahulu di desain oleh guru sesuai

11

dengan kebutuhan pembelajaran. Kartu kerja ini dibuat

oleh guru di kertas ukuran A4. Isinya berupa

ilustrasi, contoh, dan gambar yang dapat memancing

kreatifitas dan pendapat siswa dalam menentukan

karakteristik puisi lama dan puisi baru serta

memancing imajinasi siswa untuk bisa menulis puisi

lama dan puisi baru.

b. Ketika pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu

menjelaskan materi apa yang akan dipelajari. Dalam hal

ini yaitu materi Membandingkan Karakteristik Puisi

Lama dan Puisi Baru dan Menulis Puisi Lama dan Puisi

Baru.

c. Selanjutnya, peserta didik dibagi menjadi beberapa

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang.

Masing-masing kelompok menerima dua lembar kartu kerja

yang isinya contoh teks puisi lama dan puisi baru.

Dengan melihat contoh teks tersebut siswa diharapkan

dapat merumuskan apa perbedaan puisi lama dan pusi

baru dan apa karakteristik puisi lama dan puisi baru.

Media Kartu Kerja 1 “Contoh teks puisi lama”

Contoh teks yang diberikan adalah teks pantun.

12

Kalau ada jarum yang patahJangan dimasukkan ke dalam petiKalau ada kata yang salahJangan dimasukkan ke dalam hati

13

Media Kartu Kerja 2 “Contoh teks puisi baru”

Contoh teks yang diberikan adalah teks puisi berjudul

Umpama karya Dedi Supendra.

d. Setelah melihat contoh teks puisi lama dan puisi baru,

peserta didik berdiskusi dalam kelompok merumuskan

karakteristik puisi lama dan puisi baru. Masing-masing14

Umpama

Baru kali ini aku punya rinduBertandang ke ruang hati

Semisal QaisSeperti Romeo

Aku patah di rimbun-rimbun daunAngin kecil gelak sambil lalu

Resah berserakan,Mudah saja pincang

Laksana gunungSaking besar menanggung kesah,

Mengelegak-gelegak

SeseorangTolong katakan sesuatu

Tentang cinta yang mengunung di

kelompok menyampaikan pendapatnya dan saling

menanggapi. Setelah itu guru menyempurnakan pendapat

peserta didik dengan menjelaskan karakteristik puisi

lama dan puisi baru.

e. Peserta didik sudah mengetahui perbedaan puisi lama

dan puisi baru dan karakteristik masing-masingnya.

Selanjutnya guru mengarahkan peserta didik untuk

menciptakan sebuah puisi lama dan puisi baru. Guru

memberikan kartu kerja berikutnya yang berisi lirik

lagu dan gambar. Dengan membaca lirik lagu dan melihat

gambar tersebut diharapkan dapat memancing imajinasi

siswa dalam menciptakan sebuah puisi lama dan puisi

baru.

Media Kartu Kerja 3 “Penggalan Lirik lagu Nasihat

Pengemis Untuk Istri Dan Doa Untuk Ha - Ebiet G Ade”

15

Istriku, marilah kita tidurhari telah larut malamlagi sehari kita lewati

meskipun nasib semakin tak pastilihat anak kita tertidur menahankan laparerat memeluk bantal dingin pinggiran jalan

wajahnya kurus pucat, matanya dalamistriku, marilah kita berdoa

sementara biarkan lapar terlupaseperti yang pernah ibu ajarkan

tuhan bagi siapa sajameskipun kita pengemis pinggiran jalan

doa kita pun pasti ia dengarkanbila kita pasrah diri, tawakal

esok hari perjalanan kitamasih sangatlah panjang

mari tidurlah, lupakan sejenakbeban derita lepaskandengarkanlah nyanyidari seberang jalanusah kau tangisi

nasib kita hari inituhan, selamatkan istri dan anakku

hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki

Media Kartu Kerja 4 “Penggalan Lirik lagu Sahabat-

Peterpan”

16

Istriku, marilah kita tidurhari telah larut malamlagi sehari kita lewati

meskipun nasib semakin tak pastilihat anak kita tertidur menahankan laparerat memeluk bantal dingin pinggiran jalan

wajahnya kurus pucat, matanya dalamistriku, marilah kita berdoa

sementara biarkan lapar terlupaseperti yang pernah ibu ajarkan

tuhan bagi siapa sajameskipun kita pengemis pinggiran jalan

doa kita pun pasti ia dengarkanbila kita pasrah diri, tawakal

esok hari perjalanan kitamasih sangatlah panjang

mari tidurlah, lupakan sejenakbeban derita lepaskandengarkanlah nyanyidari seberang jalanusah kau tangisi

nasib kita hari inituhan, selamatkan istri dan anakku

hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki

Bayangkan ku melayangSeluruh nafasku terbangBayangkan ku menghilangSemua tanpa mu teman Bila nafasku lepasSemua langkahnya lelahSemua waktu yang hilangTapi bayangmu tetapIngat ’kan aku semua, wahai sahabatKita untuk selamanya, kita percaya Kita terbakar arang dan tak pernah lelahIngat ’kan aku semua semua, wahai sahabatIngat ’kan aku semua semua, wahai sahabat

17

Media Kartu Kerja 5 “Gambar atau ilustrasi tentang korupsi”

Media Kartu Kerja 6 “Gambar atau ilustrasi tentang anak berprestasi”

18

f. Setelah membagikan kartu kerja yang ke tiga, empat,

lima, dan enam. Peserta didik diminta menulis sebuah

puisi lama dan puisi baru. Dari lirik lagu Ebiet G Ade

peserta didik dapat membuat sebuah puisi lama berupa

pantun nasehat. Dari lirik lagu Peterpan peserta bisa

membuat puisi baru yang bertema sahabat. Dari gambar

atau ilustrasi tentang korupsi peserta didik bisa

membuat puisi yang bertema koruptor. Dari gambar atau

ilustrasi tentang anak berprestasi peserta didik bisa

membuat puisi lama berupa pantun nasehat agar rajin

belajar. Masing-masing peserta didik membuat satu buah

puisi lama dan puisi baru (tidak satu karya dalam satu

kelompok).

g. Setelah semua peserta didik selesai membuat karya

berupa puisi lama dan puisi baru, guru meminta

beberapa perwakilan kelompok membaca hasil karyanya.

19

Hasil karya peserta didik yang lain dikumpul dan

dinilai oleh guru.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Strategi pembelajaran adalah rencana pembelajaran di

kelas yang harus dilakukan guru dan siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat

penyampaian pesan yang digunakan guru untuk menyampaikan

20

materi pelajaran. Strategi dan media yang digunakan di

kelas X SMA (Peminatan) pada semester ganjil yaitu pada

materi Membandingkan Karakteristik Puisi Lama dan Puisi

Baru dan Menulis Puisi Lama dan Puisi Baru. Jenis media

yang digunakan adalah media visual berupa kartu kerja yang

berisi contoh teks puisi lama dan puisi baru, lirik lagu,

dan gambar atau ilustrasi yang dibuat sendiri oleh guru.

Media tersebut dapat membantu siswa memahami materi secara

mandiri.

2. Implikasi

Makalah ini bisa dijadikan referensi strategi dan

media bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam

mengajarkan materi mengenai apresiasi puisi dan menambah

referensi berupa contoh-contoh yang ada dalam makalah ini.

Sedangkan bagi penulis sendiri dengan dibuatnya makalah ini

menambah pengetahuan mengenai strategi dan media

pembelajaran sastra dan nantinya dapat diimplikasikan

ketika mengajar di sekolah.

3. Saran

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi peneliti

sendiri dan orang lain dalam mengaplikasikan strategi dan

media pembelajaran sastra di sekolah.

21

KEPUSTAKAAN

Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra (Pengantar MemahamiSastra untuk Perguruan Tinggi. (Cetakan ke-2). Magelang:Indonesiatera.

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respon dan Analisis.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mohamad, Nurdin dan Hamzah B. Uno. 2011. Belajar denganPendekatan Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, M & Suyono. 2010. Aneka Model Pembelajaran Membaca danMenulis. Malang: A3 (Asah Asih Asuh).

Subana, M & Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar BahasaIndonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer SuatuTinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

22