PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL ... - e-Campus
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL ... - e-Campus
PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM
NOVEL
MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH (Karangan Tere Liye)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Sidang Munaqasyah Demi Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Islam Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
acc untuk dimunaqasahkan
Oleh Tanggal 15 Oktober 2021
Shafiyah Rahimi
NIM. 2117130
Dosen Pembimbing
Jasmienti, M. Pd.
NIP: 197504012009122001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI 1443H/ 2021M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini berjudul “PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
MORAL DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH
(Karangan Tere Liye).” Disusun oleh SHAFIYAH RAHIMI NIM 2117130
telah memenuhi persyaratan ilmiah dan disetujui untuk mengikuti sidang
munaqasyah pada program studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk dapat dipergunakan semestinya.
Padang, 14 Oktober 2021
Pembimbing
Jasmienti, M. Pd.
NIP. 197504012009122001
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbil’alamin
Segala puji hanya milik Allah semata, berkat nikmat serta hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “Nilai-nilai
Pendidikan Moral Dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah Karangan Tere
Liye”. Skripsi ini ditulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan strata satu (S1)
guna meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dengan Program Studi Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi.
Shalawat dan salam penulis mohonkan kepada Allah untuk junjungan
nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah menyampaikan risalah
kebenaran melalui al-Qur’an dan Hadis serta menjadi uswatun hasanatun demi
menerangi kehidupan manusia.
Sebagai manusia biasa, penulis merasakan banyak kekurangan, kesalahan
dan hambatan dalam penulisan ini baik materil, maupun moril. Namun berkat
ridho Allah subhanahu wata’ala serta usaha dan do’a, kemudian dukungan dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih pada orang-orang yang telah
membantu penulis dalam penelitian karya ilmiah ini, terutama kepada Ibunda
Zuriati, A, Ma. yang telah berupaya dengan segala kemampuan dalam men
gasuh, membimbing dan memotivasi penulis untuk selalu mengasah kemampuan
dan mencari ilmu.
iii
1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M. Hum, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Bukittinggi, Wakil Rektor I Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Si, Wakil Rektor 2
Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag dan Wakil Rektor 3 Bapak Dr. Miswardi,
M.Hum, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam menambah
ilmu pengetahuan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Ibu Dr. Zulfani
Sesmiarni, M.Pd, Wakil Dekan I Bapak Dr. Iswantir M, M.Ag, Wakil Dekan
2 Bapak Dr. Charles, S.Ag, M.Pd. I dan Wakil Dekan 3 Bapak Dr. Supratman
Zakir, M.Pd, M.Kom, yang telah mmberikan penulis fakultas dalam
menambah ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institus Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
3. Bapak Dr. Arifmiboy, S.Ag, M.Pd selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan fasilitas kepada penlis dalam menambah ilmu
pengetahuan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
4. Bapak Dr. Charles, S.Ag, M.Pd.I selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
5. Ibu Jasmienti, M.Pd, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing penulis juga memberikan arahan, dalam menyusun skripsi dari
awal sampai akhir. Dan memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi
penulis.
iv
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Bukittinggi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dalam
perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ini.
7. Staf Karyawan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi
8. Spesial teruntuk kedua orang tuaku Rasyidin (alm) dan ibunda Zuriati tercinta
yang selalu memberikan dorongan dan motivasi serta doa yang tak pernah
henti untuk anaknya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teristimewa untuk kekasih halalku Yuafi Alhamdani, M.H dan anakku
tercinta Mahreen Wafiyyah Shazfa yang tidak pernah henti memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas
cinta, kasih sayang dan kesetiaannya.
10. Terimakasih juga kepada uda Syufy Ma’arif, Syaifullah dan Ulil Amri yang
telah memberikan semangat dan semoga kita semua menjadi anak yang selalu
membanggakan kedua orang tua.
11. Rekan-rekan seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017 khususnya rekan PAI D yang tidak
dapat namanya disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwasannya tiada yang sempurna didunia ini,
termasuk skripsi yang penulis buat ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan
adanya kritikan dan saran dari setiap pembaca, untuk menutupi kekurangan
skripsi ini.
v
Akhirnya, mudah-mudahan penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Aamiin.
Padang, 14 Oktober 2021
Shafiyah Rahimi
NIM. 2117130
vi
ABSTRAK
Shafiyah Rahimi NIM 3112170 PENERAPAN NILAI-NILAI
PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG
ALLAH (Karangan Tere Liye). Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi tahun 2021.
Skripsi ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ditemukan karena
kurangnya moral yang ada pada setiap diri manusia saat sekarang ini dan
terkhusus terhadap pendidik dan anak didik. Seperti anak didik yang tidak
menghargai seorang guru, kemudian guru yang Tidak memahami karakter anak
didik, maupun orang tua yang tidak teralalu peduli terhadap pendidikan anaknya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu suatu jenis
penelitian yang bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel, dan dokumen-dokumen
lainnya. Adapun sumber data yang penulis gunakan adalah data primer yang
bersumber dari novel Moga Bunda Disayang Allah, dan data skunder dari buku-
buku, jurnal, skripsi terdahulu dan literatur yang berhubungan dengan penelitian
ini. Teknik pengumpulan data dalam penlitian ini yaitu dokumentasi, dan teknik
anlaisis yaitu dengan mengumpulkan data primer dan skunder kemudian diuraikan
dengan menganalisis keduanya sesuai teori dan cerita dalam novel Moga Bunda
Disayang Allah.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai pendidikan
moral dibagi kepada tiga, yang pertama penerapan nilai-nilai pendidikan moral
terhadap diri sendiri yang terdiri dari bentuk menerapkan kejujuran, menerapkan
kemandirian, menerapkan kesopanan, menerapkan keyakinan, menerapkan
kerendahan hati, menerapkan kedisiplinan, menerapkan rasa syukur, dan
menerapkan kesabaran, kedua penerapan nilai pendidikan moral terhadap benda
terdiri dari rasa tanggung jawab dan harus melindungi, sedangkan penerapan
nilai-nilai pendidikan moral terhadap lingkungan terdiri dari saling menghargai,
rasa tanggung jawab, saling tolong menolong, rasa kesetiaan, saling melindungi,
dan rasa kepedulian.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Moral, Novel, Moga Bunda Disayang Allah
vii
DAFTAR ISI
COVER ················································································
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ····································
HALAMAN PERSEMBAHAN ···················································
KATA PENGANTAR ······························································ ii
ABSTRAK ············································································ vi
DAFTAR ISI ·········································································· vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ……………………………………………… 1
B. Batasan masalah ……………………………………………………… 11
C. Rumusan masalah ……………………………………………………. 11
D. Tujuan penelitian …………………………………………………….. 12
E. Manfaat penelitian ……………………………………………………. 12
F. Penjelasan judul ………………………………………………………. 13
G. Sistematika penulisan ………………………………………………… 14
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Nilai …………………………………………………………………… 16
1. Pengertian Nilai ……………………………………………………. 16
2. Macam-macam Nilai ………………………………………………. 18
3. Sumber-sumber Nilai ……………………………………………… 22
B. Pendidikan ……………………………………………………………. 24
1. Pengertian pendidikan ……………………………………………... 24
2. Tujuan pendidikan …………………………………………………. 26
C. Moral ………………………………………………………………….. 26
1. Pengertian moral …………………………………………………… 26
2. Jenis dan Wujud Moral …………………………………………….. 27
3. Macam-macam Moral ……………………………………………… 28
D. Novel …………………………………………………………………… 31
1. Pengertian novel ……………………………………………………. 31
viii
2. Perbedaan novel dengan tulisan lain ……………………………….. 32
3. Unsur-unsur novel ………………………………………………….. 33
4. Jenis-jenis novel ……………………………………………………. 35
E. Tere Liye ………………………………………………………………. 35
1. Biografi Tere liye ………………………………………………….. 35
2. Sinopsis Novel Moga Bunda Disayang Allah …………………….. 36
F. Penelitian relevan …………………………………………………….. 40
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….. 43
B. Sumber Data ………………………………………………………….. 44
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 44
D. Teknik Analisis Data …………………………………………………. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penerapan nilai-nilai pendidikan dalam novel Moga Bunda Disayang Allah
A. Penerapan nilai-nilai pendidikan moral terhadap diri sendiri …………. 46
B. Penerapan nilai-nilai pendidikan moral terhadap benda ………………. 60
C. Penerapan nilai-nilai pendidikan moral terhadap Lingkungan sosial …. 62
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 72
B. Penutup ………………………………………………………………… 72
Daftar Kepustakaan ………………………………………………………. 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan penting demi kelangsungan
hidup setiap orang melalui pendidikan, sumber daya manusia yang berkualitas dan
menonjol akan dijadikan sebagai penggerak kemakmuran dan kesejahteraan
bangsa. Pendidikan merupakan sebuah keharusan, Education is a necessity of
life.1
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran terbagi kepada dua, yaitu
bentuk pendidikan yang dilakukan secara formal dan bentuk pendidikan secara
informal, pendidikan formal (sekolah) pendidikan yang diatur secara sistematis,
baik itu yang berhubungan dengan objeknya, waktunya, dan hal lain yang
berkaitan tentang dunia pendidikan. Bentuk pendidikan pembelajaran secara
informal yaitu pembelajaran yang dilakukan diluar sekolah tanpa ada ikatan dalam
proses belajar mengajarnya.
Pendidikan dalam Islam pun dianggap sebagai hal yang sangat penting, hal
ini terlihat dari wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW adalah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca.
Selain itu anggapan bahwa pendidikan itu merupakan hal yang sangat penting
dapat kita lihat dari firman Allah SWT dalam Q.S Al Mujadalah/58:11
1 Mahfud Junaedi, Filsafat dan Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: Karya
Abadi Jaya, 2015), h. 85
2
س ال ج م ال في حوا فس ت م ك ل يل ق ذا إ نوا آم ين ذ ال ا يه أ ا ي
ف ي حوا س اف ع ف ف ر ي زوا ش ان ف زوا ش ان يل ق ا ذ إ و م ك ل للا ح س
وللا جات در م ل ع ال وا وت أ ين ذ ال و م ك ن م نوا آم ين ذ ال للا
بير لون خ م ع ا ت م ب
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akanmeninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.2
Berdasarkan firman Allah di atas dapat dipahami bahwa orang-orang yang
berilmu dan beriman dalam artian manusia yang berpendidikan akan ditinggikan
derajatnya oleh Allah SWT beberapa derajat dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan yang ikut
menentukan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas suatu Negara. Pendidikan juga
merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, di mana
peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor yang mendukung
bagi manusia untuk mengarungi kehidupan.3
Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa
pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar yang membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa yang disesuaikan dengan proses perkembangan psikologis
2 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2008), h.
543 3 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung, angkasa, 2003), h. 75
3
dan sosiologis siswa4. Semua itu memberikan isyarat bahwa proses pendidikan
yang dilakukan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan yang ada serta kondisi
dan tuntutan lingkungan. Sebab pendidikan merupakan suatu sistem dan proses
yang melibatkan berbagai komponen yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam mencapai suatu tujuan.
Pendidikan memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan hiudp
manusia sebagai insane yang berilmu dan berkahlak mulia. Secara umum
pelaksanaan sebuah pendidikan bertujuan untuk membentuk kepribadian, moral,
menumbuhkan serta mengembangkan sikap religius terhadap yang didik.5
Jadi, pendidikan adalah suatu upaya untuk menjadi sesorang mempunyai
karakter, pengetahuan dan kearifan terhadap apa yang dikerjakan dan
lingkungannya. Karena pendidikan melatih diri untuk menjadi diri yang berguna
bagi kehidupannya juga bagi orang-orang di sekitarnya.
Secara garis besar dalam dunia pendidikan, mempunyai tiga lembaga yaitu
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. 6 Pertama, keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama. Keluarga sangat bertangung jawab dalam mendidik
anak, karena anak adalah titipan yang diberikan oleh Allah. Tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul kepada kedua orang tua. Diakui secara sadar
atau tidak, diterima dengan sepenuh hati atau tidak, hal itu adalah merupakan
fitrah yang telah dikodratkan Allah kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa
4 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet, ke-3,
h. 38 5 Sofyan Mustoip, Implementasi Pendidikan Karakter, (Surabaya, CV Jakad Publishing,
2018), h. 37 6 Sofyan Mustoip, Implementasi Pendidikan Karakter…., h. 37
4
mengelakkan itu karena merupakan amanah Allah yang dibebankan kepada
mereka. Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam Q.S At-Tahrim/66:6
ا قوده و ا ار ن م يك ل ه أ و م ك فس ن أ قوا نوا آم ين ذ ال ا يه أ ا ي
ل م ا ه ي ل ع ة ار ج ح ال و ون الناس يعص ل داد ش غلظ ة ك ئ
رون م ا يؤ لون م ع ف ي م و ه ر م ا أ م للا“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Menurut Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip dalam Tafsir Al-
Misbah, ayat di atas memberi tuntunan kepada kamu beriman bahwa:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu keluargamu antara
lain dengan meneladani Nabi, dan pelihara juga keluargamu yakni istri dan anak-
anak, dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu, dengan
membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga batu-batu
antara lain yang dijadikan berhala-berhala. Di atasnya yakni yang menangani
neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya, adalah malaikat-
malaikat yang kasar hati dan perlakuannya, yang keras-keras perlakuannya dalam
melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa
yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan,
kendati mereka kasar, tidak kurang dan tidak juga berlebih dari apa yang
diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing
penghuni neraka, dan mereka juga senantiasa dan dari saat ke saat mengerjakan
dengan mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.”7
Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah, walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), itu
bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan
dan laki-laki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat
yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan.
7 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 177
5
Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing, sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas
kelakuannya. Ayah atau ibu juga harus menciptakan satu rumah tangga yang
diliputi oleh nilai-nilai agama disertai dengan hubungan yang harmonis, agar
terciptanya contoh-contoh yang baik dan bisa menjadipanutan anak-anaknya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang tua sangat berperan penting dalam
mendidik anak-anaknya. Orang tua adalah faktor utama yang berkewajiban penuh
dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua tidak hanya
bertanggung jawab untuk kebutuhan makanan, minum, pakaian, atau sejenis
lainnya, namun orang tua juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pendidikan anaknya.
Kedua, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting
sesudah keluarga. Semakin besar anak, semakin banyak kebutuhannya. Karena
keterbatasannya, orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut.
Oleh karena itu, orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada
sekolah. Ketiga, masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga setelah
keluarga dan sekolah. Pendidikan ini dimulai sejak anak-anak berlangsung
beberapa jam dalam satu hari lepas dari pendidikan keluarga dan sekolah. Corak
pendidikan yang diterima peserta didik dalam masyarakat meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan, pengetahuan, sikap, minat, maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan.8
8 Zainuddin Fananie, Pedoman Pendidikan Modern, (Solo: Tinta Medina, 2011), h. 22
6
Dari defenisi tersebut terlihat jelas bahwa pendidikan adalah bimbingan
yang diberikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Yang mana pendidik
adalah orang yang mampu mengembangkan ilmu dan mampu menjelaskan
dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan,
internalisasi, dan implementasi.9
Artinya pendidikan merupakan suatu sistem dan proses yang melibatkan
berbagai komponen yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Salah satu
komponennya adalah siswa. Siswa berkedudukan sebagai objek juga sekaligus
sebagai subjek di mana selain mendapat bimbingan dan didikan dari guru, siswa
dituntut untuk aktif dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pendidikan juga mengacu kepada segala sesuatu yang menyangkut proses
perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai bagi seseorang, sehingga nilai-nilai yang terkandung
dalam pendidikan tersebut menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang pada
glirannya iya akan menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi
masyarakat.10
Jika disebutkan bahwa dalam pendidikan tersebut ada nilai, berati nilai
dapat ditemukan di setiap perjalanan kehidupan manusia, baik itu dalam
kehidupan sosial, agama, politik sampai kepada hal yang berbau pribadi. Nilai pun
9 Iswantir M, (Integritas Pendidik Professional Dalam Melaksanakan Tugas Dan
Tanggung Jawabnyaperspektif Pendidikan Islam), Jurnal AICIS, di akses pada tanggal 1 juni
2021. 10 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam…., h. 11
7
juga bermacam jenisnya, di antaranya adalah nilai agama, nilai moral, nilai sosial
dan lain-lain.
Secara terperinci nya bahwa nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah:
1.Harga (dalam arti taksiran harga): sebenarnya tidak ada ukuran yang
pasti untuk menentukan--intan; 2.Harga uang (dibandingkan dengan harga uang
yang lain): -rupiah terus menurun; 3.Angka kepandaian; biji; ponten: rata-rata-
mata pelajarannya adalah sembilan; sekurang-kurangnya-tujuh untuk ilmu pasti
baru dapat diterima di akademi teknik itu; 4.Banyak sedikitnya isi; kadar; mutu:
gizi berbagai jeruk hampir sama; suatu karya sastra yang tingginya; 5.Sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan:tradisional yang dapat
mendorong pembangunan perlu kita kembangkan 6. Sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya: etika dan berhubungan
erat.11
Nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value (bahasa
inggris)(moral value). Dalam kehidupan sehari-hari, nilai merupakan sesuatuyang
berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia, maksudnya
adalah nilai merupakan kualitas yang berbasis moral, dalam filsafat istilah ini
digunakan untuk menunjukkan kata benda abstark yang artinya keberhargaan
yang setara dengan berrati atau kebaikan.12
Berkaitan dengan hal itu, ada beberapa macam bentuk dari nilai-nilai
pendidikan, menurut Sukardi nilai-nilai pendidikan dalam novel sada beberapa
macam, yaitu:13
11 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), ed-3, cet-3, h. 783 12 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian teori dan Praktik di sekolah, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2014), h. 14 13 Anwar Aziz, SKRIPSI Analisis Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi, Fakultas Bahasa dan Seni (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h,
16-19
8
1. Nilai pendidikan ketuhanan, yaitu nilai yang didasarkan pada ajaran agama
terkait kepercayaan atau iman, perintah atau latrangan yang harus
diperhatikan. Karena iman merupakan hakikat paling dasar pada sebuah
agama.
2. Nilai pendidikan moral, yaitu moral merupakan ajaran tentang baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi
pekerti dan susila. Nilai dalam pendidikan moral harus dimiliki oleh setiap
insan suapaya dapat menjadi pribadi yang utuh dan bermartabat sehingga
berbeda dengan makhluk lainnya.
3. Nilai pendidikan sosial, yaitu berbicara tentang bagaimana pola perilaku
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Tentunya seseorang tidak akan
bisa lepas dari ikatan sosial, yaitu menjalin hubungan antar sesama manusia.
4. Nilai pendidikan budaya, budaya bermakna akal budi, pikiran, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari kegiatan dan penciptaan batin (akal budi),
seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Karena dengan budaya suatu
kaum atau bangsa bisa dikenal.
5. Nilai pendidikan estetika, estetis berarti keindahan atau segala sesuatu yang
indah.
Nilai pendidikan itu bisa diajarkan melalui berbagai macam media, salah
satunya adalah novel. Novel berasal dari kata novella, dalam bahasa Jerman
disebut novella dan novel dalam bahasa Inggris, dan inilah yang masuk ke
Indonesia. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil,
9
kemudian di artikan sebagai cerita pendek yang berbentuk prosa. Secara istilah,
novel adalah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar
biasa karena kejadian tersebut terlahirlah konflik, suatu pertikaian, yang
mengalihkan perjalanan nasib mereka.14
Novel juga merupakan media penuangan fikiran, perasaan, dan gagasan
penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya, dan novel salah satu media yang
sangat banyak menginpirasi pembacanya. Karena novel banyak bercerita tentang
fakta kehidupan, baik itu yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seperti
keluarga sampai kepada kehidupan sosial yang membicarakan hubungan antara
sesama manusia.
Salah satu pengarang yang novelnya banyak menginspirasi pembacanya
yaitu Andrea Hirata, novelnya yaitu sang pemimpi yang menceritakan tentang
perjuangan tokoh yang ada di dalam cerita tersebut dalam meraih mimpi yang
mereka cita-citakan dahulu kala. kemudian ada Tere Liye dengan novelnya Dari
dalam novel Moga Bunda Disayang Allah.
Novel Moga Bunda Disayang Allah mengambarkan bahwa seoarang anak
yang bernama melati, tuli dan buta serta memiliki keterbatasan fisik yang dicoba
diajari oleh sorang pemuda bernama Karang, bagaiamana cara makan yang baik
dan benar yang sesuai aturan tanpa harus mengacak dan mengaduk-aduk
makanannya. Namun tokoh yang berperan dalam cerita novel ini buakn hanya
antara karang dan Melati, melainkan juga ada tokoh lain seperti orang tuanya
Melati dan pembantunya dan banyak lagi, dan setiap tokoh dalam cerita ini
14 Anwar Aziz, SKRIPSI Analisis Nilai-nilai Pendidikan…., h. 19
10
memainkan perannya dngan baik sehingga penulis menemukan pesan-pesan yang
berhubungan tentang nilai moral, yang mana penerapan yang ada dalam cerita ini
mencoba menggambarkan bagaimana cara mendidik yang seharusnya kepada
seorang anak yang serba keterbatasan, bagaimana bersikap kepada seseorang yang
tidak kita kenal, bersikap kepada orang di atas maupun di bawah kita derajatnya
dan lain-lain.
Dari hal tersebut, peneliti melihat dan mengkaitkan dengan apa yang
terjadi saat sekarang ini, di mana kurangnya moral pada setiap individu manusia,
ataupun pendidikan moral terhdap diri sendiri, kurangnya moral orang tua,
kurangnya moral masyarakat, terkhusus kepada anak-anak yang sekolah secara
daring selama masa pandemi covid-19. Sangat banyak para orang tua mengeluh
dengan keadaan anak yang melakukan sekolah di dalam jaringan (daring), dan
tentunya setiap anak memiliki sikap yang berbeda dalam menanggapi hal ini. Ada
di antara mereka yang acuh tak acuh dalam belajar, ada orang tua yang menjadi
murid, ada anak yang suka membangkang sama orang tua, ada orang tua yang
bahkan tidak bisa atau tidak peduli dengan pendidikan anaknya. Dengan sedikit
kenyataan tadi sangat erat hubungannya dengan keadan yang diceritakan dalam
novel ini. Di mana ada seorang anak yang membtuhkan pendidikan moral secara
baik, dan ada orang tua yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan
demi anak yang dicintainya dan tokoh-tokoh lain yang menggambarkan sebuah
nilai kebaikan dalam alur cerita ini. Insyaa Allah novel ini akan menjawab
bagaimana penerapan pendidikan terhadap anak yang dilakukan di rumah, dan
11
bukan hanya itu, novel ini juga akan memberikan beberapa bentuk sikap dan
moral yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.
Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti tentang bagaimana penerapan
pendidikan moral dalam novel Moga Bunda Disayang Allah ini, dengan itu
Penulis memberi judul penelitian ini dengan NILAI-NILAI PENDIDIKAN
MORAL DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH
(Karangan Tere Liye).
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis membatasi masalah ini
pada penerapan nilai-nilai pendidikan moral dalam novel “Moga Bunda Disayang
Allah” karangan Tere Liye
C. Rumusan Masalah
Agar lebih terarah dari uraian latar belakang penulisan penelitian ini, maka
penulis merumuskan masalah secara ringkas tentang penelitian ini yaitu
“bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel
Moga Bunda Disayang Allah” karangan Tere Liye?
D. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Moga Bunda Disayang
Allah.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari tujuan penelitian di atas adalah:
1. Teoritis
12
a. Menambah pengetahuan, wawasan, sumbangan dan pemikiran bagi
lembaga pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.
b. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan
baik dikalangan pendidikan maupun masyarakat luas.
c. Menjadi rujukan peneliti yang akan mengadakan penelitian pada masalah
yang bersangkutan dengan penelitian ini.
2. Praktis
a. Untuk mahasiswa: untuk mendapatkan gelar sarjana (S1)
b. Untuk guru: sebagai rujukan bagi guru dalam menerapkan nilai-nilai
pendidikan kepada siswa di sekolah
c. Untuk orang tua khusunya bisa memberikan pemahaman kepada anak
tentang pentingnya mengenalkan nilai-nilai pendidikan sejak dini kepada
anak mereka, dan
d. Untuk pembaca sebagai penguatan pemahaman tentang penerapan nilai-
nilai pendidikan moral.
F. Penjelasan Judul
Untuk memperjelas dan menghindari kekeliruan dalam memahami judul
penelitian skripsi ini, maka penulis memamparkan beberapa kosa kata yang
terdapat di dalam judul. Di antaranya sebagai berikut:
1. Nilai
13
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi
kehidupan manusia, khususnya mengenai kebaikan suatu hal. Nilai artinya sifat-
sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia.15
2. Pendidikan
Pendidikan adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan
dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai bagi seseorang, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
tersebut menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang pada glirannya iya akan
menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.16
3. Moral
Moral merupakan sesuatu yang mengacu pada akhlak yang sesuai dengan
peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku.17
4. Novel
Novel berasal dari kata novella. Dalam bahasa Jerman disebut novella dan
novel dalam bahasa Inggris, dan inilah yang masuk ke Indonesia. Secara harfiah
novella berarti sebuah barang baru yang kecil, kemudian di artikan sebagai cerita
pendek yang berbentuk prosa. Secara istilah, novel adalah suatu kejadian yang
luar biasa dari kehidupan orang-orang luar biasa karena kejadian tersebut
terlahirlah konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan perjalanan nasib mereka.18.
15 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian teori …., h. 14 16 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam…., h. 11 17 Dian Ibung, Mengembangkan Nilai-nilai Moral pada Anak.…., h. 3 18 Anwar Aziz, SKRIPSI Analisis Nilai-nilai Pendidikan…., h. 19
14
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang penelitian, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian,
penjelasan judul, dan sistematika penulisan
BAB II : Landasan Teoritis
Berisikan tentang teori, yaitu tentang nilai, pengertian nilai,
macam-macam nilai, sumber nilai, pendidikan, pengertian
pendidikan, tujuan pendidikan, moral, pengertian moral, jenis dan
wujud moral, macam-macam moral, pengertian novel, perbedaan
novel dengan karya tulis lainnya, unsur-unsur novel, jenis-jenis
novel, tentang Tere Liye, biografi Tere Liye, sinopsis Novel
Moga Bunda Di Sayang Allah, dan penelitian relevan.
BAB III : Metodologi Penelitian
Berisikan tentang jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian
Berisikan tentang pandangan penulis terhadap apa yang
diteliti, adapun pandangan ini tak lepas dari poin-poin penting
tentang nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Moga
Bunda Disayang Allah. Berisikan tentang penerapan nilai-nilai
pendidikan moral terhadap diri sendiri, penerapan nilai-nilai
15
pendidikan moral terhadap lingkungan (alam dan benda), dan
terhadap lingkungan sosial masyarakat.
BAB V : Penutup
Berisikan tentang sebuah kesimpulan ataupun hasil dari
penelitian, dan berisikan juga tentang saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Nilai dapat dimaknai sebagai keistimewaan, Kata “nilai” merupakan
terjemahan dari kata “value” dalam bahasa Inggris dan berasal dari bahasa Latin
“valere” atau bahasa Prancis Kuno “valoir” yang dalam makna denotatif berarti
harga. Namun, ketika kata tersebut sudah dihubungkan dengan suatu objek atau
16
dipersepsi dari suatu sudut pandang tertentu, maka harga yang terkandung di
dalamnya memiliki tafsiran bermacam- macam.19
Secara terperinci nya bahwa nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah:
1.Harga (dalam arti taksiran harga): sebenarnya tidak ada ukuran yang
pasti untuk menentukan--intan; 2.Harga uang (dibandingkan dengan harga uang
yang lain): -rupiah terus menurun; 3.Angka kepandaian; biji; ponten: rata-rata-
mata pelajarannya adalah sembilan; sekurang-kurangnya-tujuh untuk ilmu pasti
baru dapat diterima di akademi teknik itu; 4.Banyak sedikitnya isi; kadar; mutu:
gizi berbagai jeruk hampir sama; suatu karya sastra yang tingginya; 5.Sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan:tradisional yang dapat
mendorong pembangunan perlu kita kembangkan 6. Sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya: etika dan berhubungan
erat.20
Sehingga nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal yang
disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna serta suatu hal yang terpenting dan
beharga bagi manusia sekaligus inti dari kehidupan.
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit,
bukan fakta, bukan hanya persoalan benar dan salah yang menuntuk pembuktian
yang empirik, namun juga sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan
tidak disenangi.21
Nilai (Value) menurut Webster adalah prinsip, standar atau kualitas yang
dipandang bermanfaat dan diperlukan. Lebih jauh beliau mendefenisikan nilai
yaitu suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi seorang atau
19 Anwar Aziz, SKRIPSI Analisis Nilai-nilai Pendidikan…., h. 19 20 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 783 21 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Psutaka Utama, 2001),
h. 98
17
sekelompok orang untuk memilih tindakan, atau menilai suatu yang bermakna
atau tidak bermakna bagi kehidupannya.22
Nilai merupakan preferensi yang tercermin dari perilaku seseorang,
sehingga seseorang akan melakukan suatu tindakan yang bergantung pada sistem
nilai yang dipegangnya. Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan,
kebajikan dan keluhuran budi serta akan menjadikan suatu yang dihargai dan
dijunjung tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga merasakan adanya
kepuasaan dan merasakan menjadikan manusia yang sebenarmya.23
Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah
sampai pada taraf kebermaknaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu
bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain, karena nilai itu
sangat penting dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu hubungan yang penting
antara subyek dengan obyek dalam kehidupan ini.24
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
adalah suatu yang penting atau yang berharga bagi manusia sekaligus inti
kehidupan dan diyakini sebagai standar tingkah laku. Tanpa nilai, manusia tidak
akan memiliki arti dalam kehidupannya karena sebagai dasar dari aktifitas hidup
manusia harus memiliki nilai baik yang melekat pada pribadi maupun
masyarakatnya. Nilai terkandung dalam diri (hati manusia), menghasilkan suatu
perilaku positif sebagai daya pendorong dan menjadi pedoman dalam hidup dan
22 Muhaimin Nuansa, Baru Pendidikan Islam, (Jakarta : Grafindo Persada, 2006), h.148 23 Sutarjo Adisusilo JR. Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 57 24 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Isla,…..h. 99
18
dapat dijadikan sebagai panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan yang
akan diambil kemudian.
Nilai merupakan sesuatu yang penting, sangat bermanfaat bagi manusia
serta menjadi sebuah ukuran dalam sebuah kehidupan, dan ia menjadi
penghubung kehidupan pada masyarakat sosial sejak generasi terdahulunya.25
2. Macam-macam Nilai
Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang menyebabkan
terdapat bermacam macam, antara lain:26
a. Nilai teoritik
Yaitu nilai yang melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam
memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Logis berarti subjektif yaitu
reaksi antara subjek dan objek. Adapun rasional berarti objektif yaitu nilai-nilai
yang merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal
sehat, seperti nilai kemerdekaan, setiap orang berhak merdeka, dan nilai kesehatan
diaman setiap orang berhak atas keselamatan baik jasmanai maupun rohani.
b. Nilai ekonomis
Nilai yang berkaitan dengan pertimbangan nilai yang berkadar untung rugi
“harga”
c. Nilai estetik
25 Nining Salvia, Nilai Moral dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro, (Jurnal
Humanika, No. 15 Vol. 3, Desember 2015), ISSN 1979-8296, h. 6 26 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian teori …., h 20
19
Meletakkan nilai tertingginya pada bentuk keharmonisan. Seuatu yang
harmonis tentu akan terlihat indah, tentunya estetik juga disebut sebagai kajian
filsafat yang membicarakan tentang indah dan jelek.
d. Nilai sosial
Nilai tertinggi yang terdapat pada nilai ini adalah kasih sayang antar sesama
manusia
e. Nilai politik
Nilai tertinggi pada nilai ini adalah sebuah kekuasaan atau kedudukan.
f. Nilai agama
Nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan
nilai-nilai sebelumnya.
Semua nilai ini mengajarkan atau bertujuan untuk memberikan bimbingan
kepada setiap yang didik untuk menyadari terhadap nilai kebenaran, kebaikan, dan
keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak
konsisten
Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang
matang secara intelektual, emosional dan spiritual. Karena itu, komponen esensial
kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Nilai dan
kebajikan ini harus menjadi dasar pengembangan kehidupan manusia yang
memiliki peradaban, kebaikan dan kebahagiaan secara individual maupun sosial.
Untuk membangun pendidikan yang efektif, UNESCO menekankan
pentingnya martabat manusia (human dignity) sebagai nilai tertinggi.
20
Penghargaan terhadap martabat manusia dianggap sebagai nilai yang tidak
terbatas dan dapat mendorong manusia untuk memilih nilai-nilai dasar yang
berkisar di sekelilingnya. Menurut UNESCO, nilai dasar tersebut meliputi “Nilai
kesehatan, nilai kebenaran, nilai kasih sayang, nilai tanggung jawab sosial, nilai
efesiensi ekonomi, nilai solidaritas global dan nilai nasionalisme”. Berikut
penjelasannya:27
a. Nilai dasar kesehatan. Nilai dasar ini berimplikasi pada kebersihan dan
kebugaran fisik. Pada dasarnya, hakikat fisik manusia diciptakan Tuhan
dengan struktur yang paling sempurna. Hakikat fisik itu merupakan
pemahaman keindahan bentuk dan ukuran alam, serta benda-benda hasil
ciptaan manusia. Karena manusia dikaruniai rasa keindahan (sense of
aesthetic), maka ia harus mengembangkan apresiasinya terhadap seni dan
keindahan. Untuk itu, pendidikan harus mampu menumbuhkan rasa
keindahan peserta didik melalui keserasian segala materi yang ada dalam
lingkungan pendidikan.
b. Nilai dasar kebenaran. Kebenaran berimplikasi pada upaya memperoleh
pengetahuan secara terus-menerus dalam segala hal. Peserta didik tidak cukup
menemukan kebenaran hanya sampai pada penemuan data dan mengetahui
fakta namun juga harus mampu mengembangkan berpikir kritis dan kreatif
agar mampu menghadapi tantangan dunia di masa mendatang.
27 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004 ), h.
106-108
21
c. Nilai dasar kasih sayang. Nilai ini berimplikasi pada kebutuhan untuk
memperoleh integritas pribadi, harga diri, kepercayaan diri, kejujuran dan
disiplin diri pada peserta didik. Kemampuan mereka dalam
menginternalisasikan nilai kasih sayang akan tampak dari kematangan pribadi
dan peranan mereka dalam menjalin hubungan interpersonal yang saling
memahami.
d. Nilai dasar spiritual. Pada usia tertentu, peserta didik mampu menjangkau
kesadaran supralogis yang membuat dirinya lebih dari sekedar “manusia”
(man more than man). Perwujudan dimensi spiritual ini adalah keimanan.
Sedangkan semangat keimanan itu disebut spiritualitas.
e. Nilai dasar tanggung jawab sosial. Dalam kehidupannya, peserta didik tidak
dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Ia melakukan interaksi secara
individual maupun kelompok. Interaksi yang dilakukan ditandai oleh adanya
kepedulian terhadap orang lain, kebaikan antara sesama, kasih sayang,
kebebasan, persamaan dan penghargaan atas hak sesamanya. Karena itu,
penanaman rasa keadilan dan kedamaian merupakan hal penting dalam
menumbuhkan aspirasi peserta didik terhadap kehidupan sosial.
f. Nilai dasar efisiensi ekonomi. Nilai dasar ini menekankan bahwa tujuan
pendidikan harus diarahkan agar peserta didik mampu berkreasi
menghasilkan barang yang berharga dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Karena itu, elemen pendidikan dalam menanamkan nilai dasar efisiensi
ekonomi adalah upaya menciptakan semangat untuk berusaha.
22
g. Nilai dasar nasionalisme. Nilai dasar ini berarti cinta kepada negara dan
bangsa. Nilai nasionalisme ini membentuk suatu komitmen kolektif untuk
melakukan suatu upaya rekonsiliasi dan rekonstruksi bangsa. Pada gilirannya,
komitmen kolektif berimplikasi pada perlunya pendidikan untuk
menanamkan kesadaran bernegara (civic consciousness), sehingga tumbuh
kepedulian peserta didik atas hak dan kewajibannya.
Nilai dasar solidaritas global. Nilai ini penting, mengingat tatanan kehidupan
tidak lagi ditentukan oleh kehidupan suatu bangsa. Kehidupan dewasa ini banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan lintas negara dan kesadaran antar
bangsa. Dengan demikian, generasi di masa mendatang diharapkan mampu
melakukan kerjasama untuk memperjuangkan perdamaian dan keadilan.
3. Sumber Nilai
Sumber nilai, dapat dibagi kepada dua bentuk struktur nilai, yaitu:28
a. Nilai Ilahiyah
Nilai yang difitrahkan Tuhan melalui para Rasul-Nya yang berbentuk
iman, takwa, adil, yang diabadikan dalam wahyu Illahi. Nilai Illahi ini merupakan
sumber utama bagi para penganutnnya. Terdiri dari nilai Ubudiyah dan nilai
muamalah. Dari agama, mereka menyebarkan nilai-nilai kebajikan untuk
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam agama Islam di jelaskan
dalam Q.S. al-An’am/6: 115
ه ات م ل ك ل ل د ب م ل ل د ع و قا صد ك ب ر ت م ل ك ت م ت و و ه و
يم ل ع يع ال م الس
28 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian teori …., h. 20
23
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang
benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya
dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.”(Q.S. al-
An’am/6: 115).29
b. Nilai Etik Insaniyah
Nilai yang tumbuh atas dasar kesepakatan manusia serta hidup dan
berkembang dari peradaban manusia, nilai ini bersifat dinamis. Adapun nilai etik
insaniyah ini terdiri atas rasional, sosial, individual, ekonomi, politik, biofisik, dan
lain-lain. Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Anfal/8:53
ا ذ ر ي غ م يك م ل للا ن أ ب ك ى ل ت ح م و ق لى ع ا ه م ع ن أ ة م ع ن
يم ل يع ع م س ن للا أ م و ه فس ن أ ا ب روا م ي يغ“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
sesuatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum
itu meubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Q.S. Al-Anfal/8:53).30
Nilai-nilai insani yang kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi yang
diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.
Nilai Illahi mempunyai relasi dengan nilai insani. Namun nilai Illahi (hidup etis
religius) memiliki kedudukan vertikal yang lebih tinggi daripada nilai hidup
lainya. Di samping hirarkinya lebih tinggi, nilai keagamaan mempunyai
konsekuensi pada nilai lainya, dan sebaliknya nilai lainnya itu memerlukan nilai
pijakan yang berupa nilai etis religious.
29 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan dan Terjemahnya….., h. 142. 30 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya….., h. 57
24
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada umumnya merupakan bentuk suatu usaha sadar dan
terencana untuk membantu seseorang dalam mengangkat harkat dan martabatnya
dengan mengoptimalkan serta mengembangkan kemampuan diri.31
Demikian pula, pendidikan sebagai proses humanisasi mengarahkan
manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah moral, karena manusia hakikatnya
adalah makhluk bermoral, moral manusia berkaitan dengan Tuhan, sesama
manusia dan lingkungan. Dalam hal ini pendidikan seyogyanya tidak mereduksi
proses pembelajaran hanya semata-mata untuk kepentingan salah satu segi
kemampuan saja, melainkan harus mampu menyeimbangkan kebutuhan moral
dan intelektual.
UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.32
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan
dari proses pendidikan terbentuknya manusia yang utuh, memerhatikan aspek
jasmani dan rohani, aspek individu dan sosial, aspek kognitif, afektif, maupun
31 Sofyan Mustoip, Implementasi Pendidikan Karakter….,h. 35 32 Tri Sukitman, Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran (Upaya
Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Berkarakter), Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep, h.
88
25
psikomotorik. Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan itu erat kaitannya
dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.33
Dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah atau persekolahan.
Pendidikan tidak berlangsung seumur hidup, tetapi berlangsung dalam waktu yang
terbatas dan tidak berlangsung di mana pun dalam lingkungan hidup, tetapi di
tempat tertentu yang telah direkayasa untuk khusus berlangsungnya pendidikan.
Dalam pengertian sempit, bentuk pendidikan adalah terstruktur. Selain itu,
bentuk-bentuk kegiatan pendidikan berorientasi pada isi pendidikan yang
terprogram dalam sebuah kurikulum.34
Jadi, cara pandang sempit ini membatasi proses pendidikan berdasarkan
waktu atau masa pendidikan, lingkungan pendidikan maupun bentuk pendidikan.
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan.
Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi,
kecakapan dan karakteristik peserta didik, baik yang berkenaan dengan segi
intelektual, sosial afektif, maupun fisik motorik.
Proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang
terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan peserta didik (manusia) kepada titik
optimal serta kemampuan maksimalnya. Tujuan yang hendak dicapai proses
33 Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
h. 37 34 Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 49.
26
pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai manusia
individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidkan dapat dibagi kepada tiga macam, antara lain:35
a. Kognitif (head), yiatu tujuan yang berorientasi pada kemampuan
individual dalam mengenal dunia sekitar, meliputi perkembangan
intelektual atau mental.
b. Afektif (heart), yaitu tujuan yang berorientasi pada perkembangan
perasaan, sikap, dan nilai-nilai atau perkembangan moral dan emosional
c. Psikomotor (hand), yaitu tujuan yang berorientasi pada perkembangan
keterampilan yang mengandung unsur motorik.
C. Moral
1. Pengertian Moral
Secara umum moral arti moral mengarah kepada ajaran tentang baik buruk
yang diterima maupun dilakukan yang mrupakan sebuah perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila. Namun tidak jarang pengertian baik buruk
itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya sesuatu yang dipandang
baik oleh orang yang satu atau bangsa secaraluas, belum tentu baik bagi orang dan
bangsa lain. dan biasanya moral dipengaruhi oleh pandangan hidup.36
Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia. Nilai moral adalah tolak ukur untuk menentukan
35 Sofyan Mustoip, Implementasi Pendidikan Karakter….., h. 38 36Burhan Nurgiyantoro,Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 1998), h. 321
27
betul salahnyasikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.37
Pada kesimpulannya, moral merupakan semua tindakan baik dan tindakan
buruk pada diri manusia yang terbentuk karena sebuah kebiasaan. Pada
hakikatnya kita harus punya pengetahuan tentang moral, karena moral merupakan
variable yang harus dimiliki dalam kehidupan manusia.
Moral dalam sebuah cerita maupun novel dapar di artikan sebagai bentuk
ajaran pendidikan tertentu yang terkandung dalam alur ceritanya, dengan arti si
pengarang sengaja menggambarkan sebuah cerita mengenai sesuatu hal yang baik
dan buruk, yang mana hal tersebut memang disuguhkan bagi pembaca, dan
tentunya tidak bertetangan dengan nilai kemanusiaan.38
2. Jenis dan Wujud Moral
Dalam kehidupan manusia, setiap perbuatan, tingkah laku sangat banyak
mengandung sebuah moral, begitu juga dengan sebuah karya fiksi. Dengan itu
tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral itu sendiri. Terkhusus karya
tulis seperti novel, kebanyak meninggalkan pesan moral lebih dari satu pesan
moral. Dari sekian banyak pembaca tentunya akan menimbulkan berbagai macam
tafsiran yang berbeda baik itu tentang jenis maupun jumlah moral yang ada dalam
novel tersebut. Namun tetap pada intinya jenis dan wujud nilai moral dalam
sebuah karya tulis akan bergantung kepada keyakinan, keinginan dan interes
pengarang yang bersangkutan.
37 Frans Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafar Moral,
(Yogyakarta: Karnisius, 2007), h. 19 38 Nining Salvia, Nilai Moral dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro, (Jurnal
Humanika, No. 15 Vol. 3, Desember 2015), ISSN 1979-8296, h. 7
28
Jenis ajaran moral tersebut dapat mencakupmasalah yang tak terbatas,
yang mana tak lepas dari membicarakan hidup dan kehidupan, harkat dan
martabat dan lain sebagainya. Secara garis besar persoalan kehidupan manusia itu
dapat dibedakan kepada:
a. Hubungan manusia dengan diri sendiri
b. Hubungan manusia dengan lingkungan (alam, benda)
c. Hubungan manusia dalam ruang lingkup sosial sebagai masyarakat yang
selalu hidup berdampingan, dan
d. Hubungan manusia dengan Tuhan39
Sebuah keidupan yang dijalankan seseorang tentunya tak terlepas dari
empat hal tersebut, bagitu juga dengan sebuah karya tulis seperti novel, pasti
seorang pengarang novel menawarkan atau menyuguhkan salah satu, atau dua,
atau tiga bahkan keempatnya sekaligus.
4. Macam-macam Moral
Adapun bentuk-bentuk moral secara umum menurut Suseno adalah:40
a. Jujur
Jujur berarti berkata dengan benar, yaitu mengungkap sesuatu yang fakta
adanya. Dengan kata lain sikap jujur merupakan suatu sikap yang tidak
menentang apa yang dikatakan oleh hati maupun keyakinannya. Dan sikap jujur
seseorang tentunya akan membuat orang lain percaya kepadanya. Pada dasarnya
39 Nining Salvia, Nilai Moral dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro, (Jurnal
Humanika, No. 15 Vol. 3, Desember 2015), ISSN 1979-8296, h. 8 40 Frans Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafar Moral…., h.
142-149
29
manusia yang terlahir baik, oleh karena itu sikap jujur perlu dikembangkan dalam
diri manusia itu sendiri.
b. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab berati bersedia untuk melakukan apa yang telah
dibebankan pada seseorang tersebut, tanpa ada rasa malas ataupun paksaan.
Tanggung jawab merupakan sikap inti yang harus ditanamkan dalam diri pribadi
seseorang, karena seseorang akan bertanggung jawab terhadap perkataan maupun
perbuatan yang ia lakukan. Dan ketika seseorang sudah memiliki sikap ataupun
rasa tanggung jawan terhadap diri sendiri, maka bisa dipastikan akan bertanggung
jawab terhadap apa yang ada disekelilingnya.
c. Kemandirian
Kemandirian merupakan bentuk sikap seseorang yang memepunyai
pendirian teguh terhadap perbuatannya, atau memiliki pendirian dalam bertindak
maupun berucap, dan tentunya tidak akan terpangaruh oleh hal-hal yang berbau
tidak baik atau negatif. Tujuan mandiri bukan hanya sekedar memiliki pendirian
yang kokoh melainkan juga untuk bisa hidup tanpa bantuan orang lain, terlepas
dari makna bahwa manusia satu sama lain saling membutuhkan. Pada dasarnya
sikap kemandirian ini melatih seseorang untuk hidup di manapun ia berada, dan
bagaimanapun keadaan yang ia alami, untuk menjadi seseorang yang lebih baik
dari hari-kehari.
d. Keberanian moral
30
Keberanian moral adalah kesetiaan suara hati, keberanian untuk
mempertahankan keyakinan terhadap sesuatu yang diyakini benar adanya. Sikap
keberanian moral ini memiliki keistimewaan, yaitu tidak mudah terpengaruh dan
mundur dalam mengemban tanggung jawab dengan catatan tidak melanggar
aturan maupun norma-norma yang berlaku disekelilingnya. Sikap ini
sangatdibutuhkan demi menegakkan keadilan, dan mengungkap sebuah kebenaran.
e. Kerendahan hati
Kerendahan hati merupakan bentuk sikap yang tidak berlebihan atau bisa
disebut sebagai tidak menyombongkan diri, melainkan melihat diri sendiri sesuai
dengan kenyataannya, dan bukan berarti merendahkan diri. Kerendahan hati
bukan berarti sikap mengalah, orang yang tidak berani, dan tidak mampu
membela suatu pendirian, akan tetapi sikap rendah diri merupakan suatu bentuk
bahwa seorang manusia memiliki keterbatasan, baik itu secara ilmu terbatas,
kekuatan pun juga terbatas, dengan kerendahan hati, maka seseorang akan
mencoba dan memotivasi dirinya dengan kelebihan-kelebihan yang ia punya agar
lebih baik serta mensyukuri kelibihan tersebut dan dipergunakan pada hal-hal
yang berbau positif.
f. Kritis
Sikap kritis yaitu tindakan untuk mengoreksi, memberikan aran baik
terhadap segala kekuatan, kekuasaan dan wewenang yang dapat merugikan
kehidupan individual maupun masyarakat. Pada dasarnya sikap kritis merupakan
pemebrian suatu saran yang bermanfaat pada seseoarang maupun untuk diri
31
sendiri agar kedepannya menjadi lebih baik dalam bertindak dalam kehidupan
sehari-hari maupun di kemudian hari.
Menurut Durkheim, moral mem[punyai tiga unsur pokok, di mana ketiga
unsur ini saling berkaitan, dan ini menunjukkan bahwa titik beratnya terletak pada
manusia dan daya fikir manusia itu sendiri. Adapun unsur-unsur moral tersebut
yaitu semangat disiplin, ikatan pada kelompok-kelompok sosial, dan otonomi
penentuan nasib sendiri.41
D. Novel
1. Pengertian Novel
Sebelum masuk kepada teori yang dibutuhkan dalam penelitian ini, di sini
penulis ingin mengulas sedikit tentang teori yang berhubungan dengan novel.
Novel berasal dari kata novella. Dalam bahasa Jerman disebut novella dan novel
dalam bahasa Inggris, dan inilah yang masuk ke Indonesia. Secara harfiah novella
berarti sebuah barang baru yang kecil, kemudian di artikan sebagai cerita pendek
yang berbentuk prosa. Secara istilah, novel adalah suatu kejadian yang luar biasa
dari kehidupan orang-orang luar biasa karena kejadian tersebut terlahirlah konflik,
suatu pertikaian, yang mengalihkan perjalanan nasib mereka. 42 Novel adalah
media penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon
kehidupan di sekitarnya. Ketika di dalam kehidupan sekitar muncul permasalahan
baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan sebuah
cerita.
41 Setia Paulina Kasih, Teori Pendidikan Moral Menurut Emile Durkheim Relevansinya
bagi Pendidikan Moral Anak di Indonesia, (Jambi: Jurnal Filsafat, Vol. 6 No. 2, Agustus 2016), h.
231 42 Anwar Aziz, SKRIPSI Analisis Nilai-nilai Pendidikan…., h. 19
32
Sebagai bentuk karya sastra tengah (bukan cerpen atau roman) novel
sangat ideal untuk mengangkat peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan
manusia dalam suatu kondisi kritis yang menentukan. Berbagai ketegangan
muncul dengan bermacam persoalan yang menuntut pemecahan.
Sebagai salah satu karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri bila
dibandingkan dengan karya sastra lain. Dari segi jumlah kata ataupun kalimat,
novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses
pemaknaan relatif jauh lebih mudah dari pada memaknai sebuah puisi yang
cenderung mengandung beragam bahasa kias. Dari segi panjang cerita novel lebih
panjang dari pada cerpen sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara
lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasalahan yang komplek.
2. Perbedaan Novel dengan Tulisan Lain (Cerpen)
Adapun perbedaan novel dengan tulisan lain seperti cerpen yaitu adalah:43
a. Formalitas bentuk
b. Panjang cerita, yaitu cerita yang berjumlah lebih seratus halaman atau bisa
disebut ratusan halaman, jelas tidak bisa disebut sebagai cerpen
c. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menajikan sesuatu lebih
banyak
d. Menceritakan sesuatu lebih rinci dan detil
e. Lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks
43 Burhan Nurgiyantoro,Teori Pengkajian Fiksi….., h. 10
33
f. Kemampuan penulis atau ceritanya menyampaikan permasalahan yang
kompleks secara penuh
g. Mengkreasikan sebuah dunia atau kehidupan dunia
3. Unsur-unsur Novel
Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu unsur extrinsic dan unsur intrinsik. Berikut penjelasannya:
a. Unsur extrinsic adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur extrinsic terdiri
dari keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup, biografi, keadaan lingkungan pengarang
seperti ekonomi, politik dan sosial yang kesemuanya itu mempengaruhi karya
yang ditulisnaya.
b. Unsur intrinsic adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya
sastra. Unsur intrinsic sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud adalah plot, tema,
penokohan, latar, dan kepaduan.
Berikut penjelasan dari unsur-unsur intrinsic:44
1) Plot, berhubung ada ketidak terikatan pada panjang cerita yang memberi
kebebasan pada pengarang, umumnya novel memiliki lebih dari satu plot.
44 Burhan Nurgiyantoro,Teori Pengkajian Fiksi….., h. 12-14
34
Terdira dari satu plot utama dan sub-sub plot. Plot utama berisi konflik
utama yangmenjadi inti persoalan yang diceitakan sepanjang karya itu,
sedangkan sub-sub plot adalah, berupa munculnya konflik-konflik
tambahan yang bersifat menopang dan mengintensifkan konflik utama
untuk sampai kepada klimaks
2) Tema, novel dapat saja menawarkan lebih dari satu tema, yaitu satu tema
utama dan tema-tema tambahan.
3) Penokohan, jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam novel terbatas, apalagi
yang berstatus tokoh utama. Tokoh-tokoh cerita novel biasanya
ditampilkan secara lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan
cirri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku, sifat kebiasaan, dan lain-lain.
4) Latar, pelukisan latar cerita untuk novel dilihat secara kuantitatif, novel
dapat melukiskan keadaan latar secara rinci, sehingga dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas, kongkrit dan pasti
5) Kepaduan, novel yang baik haruslah memenuhi kepaduan, artinya segala
sesuatu diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung tema utama.
Penampilan berbagai peristiwa yang saling menyusul yang membentuk
plot.
5. Jenis-jenis Novel
Ada beberapa macam ataupun jenis novel yang kurang dibahas secara
teoritis, di antaranya adalah:
35
a. Novel romantis, yaitu cerita panjang tentang sebuah percintaan, yang
mana pada akhir cerita bisa menjadi happy ending, dan sad ending, atau
pembaca dibiarkan menyelesaikan ceritanya sendiri.
b. Novel religi, yaitu kisah romantis maupun inspiratif yangditulis leat sudut
pandang religi, meski dengan tema yang berbeda.
c. Novel inspiratif, yaitu sebuah kisah yang dapat memberikan inspirasi
kepada pembaca, dan biasanya kisah seperti ini diambil dari kisah nyata
atau nonfiksi. Tema yang dihadirkan dalam novel ini biasanya
berhubungan dengan pendidikan, agama, ekonomi, sosial dan lain
sebagainya.
E. Tere Liye
1. Biografi Tere Liye
Tere liye merupakan nama pena bagai seorang penulis tanah air yang
sangat berbakat, nama ini diambil dari bahasa India yang artimya “untukmu”.
Tere Liye mempunyai nama asli Darwis. Meskipun nama Tere Liye sangat
dikenal di kalangan pemuda khususnya, tapi data biografi beliau sangat sedikit
untuk bisa ditemukan, bahkan dalam karya-karya yang telah ia ciptakan tidak
terdapat banyak informasi tentang itu. Namun informasi tersebut bisa ditemukan
di media sosial seperti internet dan pencarian online lainnya.
Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979 dan tumbuh dewasa di pedalaman
Sumatera Selatan. Ia berasal dari keluarga yang sederhana yang orang tuanya
berprofesi sebagai petani. Anak ke-6 dari 7 bersaudara.
36
Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yang bernama Darwis ini
adalah SDN 2 dan SMP 2 di Kikim Timur Sumatera Selatan, kemudian lanjut
SMU N 9 Bandar Lampung. Setalah lusus ia meneruskan pendidikannya pada
jenjang perkuliahan di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan ekonomi.
Darwis telah menghasilkan banyak karya tulis, di antara karyanya adalah,
novel yang berjudul Kisah Sang Penandai, Ayahku (bukan) Pembohong,
ELIANA(Serial anak-anak mamak), Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin, PUKAT (Serial anak-anak mamak), BURLIAN(Serial anak-anak mamak),
Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-bidadari Surga,
Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Senja Bersama Rosie, Mimpi-mimpi si Patah
Hati, Cintaku antara Jakarta dan Kuala Lumpur, The Gogons Series1, Negeri di
Ujung Tanduk, Negeri Para Bedebah, Bumi dan banyak lainnya.
2. Sinopsis Novel Moga Bunda Disayang Allah
Novel Moga Bunda di Sayang Allah ini menceritakan tentang seorang
anak yang memiliki kekurangan dari segi fisik atau jasmani. Yaitu keterbatasan
dalam penglihatan, pendengaran dan kesulitan dalam berbicara. Anak tersebut
bernama Melati yang berumur 6 tahun, kebutaan dan ketuliannya tersebut alami
sejak dia berusia 3 tahun.
Selama 3 tahun ini dunia Melati teraa gelap, dia tidak memiliki akses
untuk bisa mengenal dunia dan sesisnya. Dia terpenah mendapatkan cara untuk
mengenal apa yang ia ingin kenal, rasa ingin tahu yang selalu dipendam bertahun-
tahun lamanya itu akhirnya meluap, sehingga Melati menjadi anak yang depresi,
frustasi serta sulit untuk dikendalikan.
37
Melati hanya bisa mengucapkan “baa….maa..”. orang tuanya (selanjutnya
disebut keluarga HK) berusaha melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan
anaknya ini. Bahkan mereka sempat mendatangkan tim dokter ahli dari berbagai
pelosok daerah demi kesembuhan putri semata wayang mereka. Singkat cerita,
suatu ketika Tuhan memberi petunjuk demi kesembuhan Melati dari seorang
pemuda yang pemabuk. Kehadiran pemuda tersebut dimulai ketika seorang dokter
muda yang mimiliki hubungan dekat dengan keluarga HK menyarankan untuk
mengundang pemuda yang disebutkannya.
Pemuda tersebut bernama Karang, ia merupakan seorang pemuda yang
yatim piatu dan seorang anak yang kurang beruntung dari kecilnya. Tapi ia
mempunyai tekad yang sangat kuat untuk menjadi lebih baik dan mempunyai
kehidupan yang diinginkannya. Setelah ia lulus dari pendidikannya akhirnya ia
mendirikan taman bacaan dengan teman lainnya yang sebaya dengannya. Di sana
ia mempunyai seorang anak kesayangan yang bernama Qintan (6 tahun) yang
mana anak ini terlahir lumpuh hingga ia bisa berlari hanya karena mendengarkan
cerita Karang yang memotivasi.
Namun kejadian itu hanya masa lalu Karang, ia kini hanyalah seorang
pemabuk yang terbelenggu perasaan bersalah setelah kematian 18 anak didiknya
dalam kecelakaan kapal yang ia alami. Perasaan bersalahpun datang setiap hari
menghampiri dan menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan seakan tak
memiliki semangat untuk hidup. Namun sesosok Ibu gendut yang akan selalu
38
mendoakannya, menyemangatinya dan terus menemaninya dalam kesulitan dan
kesendirian yang dirasakan Karang.
Pada akhirnya Bunda Melati memohon agar Karang mau membantu dan
mengajari anaknya Melati. Sempat terjadi penolakan dari pihak Karang karena
alasan-alasan yang berhubungan dengan masa lalu yang terjadi 3 tahun
sebelumnya. Namun pada akhirnya Karang pun memutuskan untuk menerima
permohonan keluarga HK, dengan dorongan dari Ibu gendut dan sifat
kemanusiannya itulah yang menjadikan ia mau menerima permintaan dan
permohonan keluarga HK tersebut.
Perjalanan ini pun tidak berjalan mulus, karena pada awal perkenalan
antara Karang dan keluarga Melati sempat terjadi penolakan terkhusus dari Tuan
HK terhadap Karang, karena melihat penampilan pemuda tersebut, terlebih ketika
ia mengajari Melati dengan kasar hal wajar memang kalau Tuan HK menolak.
Orang tua mana yang tega melihat anaknya yang di bentang oleh orang lain, apa
lagi setelah Tuan HK tahu bahwa pemuda itu seorang pemabuk. Ia marah besar
dan berkeinginan untuk mengusir Karang. Namun karang bersih kukuh karena ia
merasa sudah terikat perjanjian untuk mendidik Melati.
Sampai suatu ketika keajaiban terjadi, harapan dan mimpi Bunda
berangsur menjadi nyata. Melati sudah bisa makan menggunakan sendok-garpu.
Semua itu tidak terlepas dari peranan Karang yang selalu mengajari Melati.
Hingga akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia mulai bisa mengenali benda
disekelilingnya, kursi, sendok, pohon dan orang-orang terdekatnya. Perubahan itu
39
tidak berhenti sampai disitu saja. Melati mulai bisa berkomunikasi dengan orang
lain meski dengan bahasa yang tak lazim seperti orang pada umumnya.
Di lain sisi Karang seakan mendapat berkah lebih dari Tuhan. Ia
dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah dulu mencintainya dirumah
keluarga HK. Sampai pada akhir cerita, keluarga HK mengajak Karang untuk
menyaksikan pesta kembang api di tengah kota. Namun tak pernah disangka oleh
Karang, kalau sebelum ke kota mereka akan malam bersama dengan keluarga
dokter Ryan (orang tua Kinasih). Karang sedikit salah tingkah karena grogi. Usai
makan malam, kedua keluarga melanjutkan menuju kota untuk melihat kembang
api.
Terlihat kegembiraan di wajah semuanya, terlebih keluarga HK. Karena
sudah 3 tahun ini mereka tidak pernah merayakan pesta kembang api karena
Melati sakit. Melati yang tak dapat melihat dan mendengar, di pandu oleh Karang
dan Bunda untuk memvisualisasikan keadaan sekitar. Seperti apa kembang api,
bagaimana bentuknya, dan seperti apa bunyinya. Seakan semua gambaran tersebut
telah terlihat dalam pikirannya.
Kisah ini diakhiri dengan pamitnya Karang dari rumah keluarga HK. Mesti
terlihat kesedihan dari Melati, karena akan ditinggal gurunya yang selalu
membimbing dan mendongeng untuknya. Untuk menghilangkan kekesalan melati
melepas ayam kate dengan Mang Jeje. Ucapan terimakasih dan doa Melati
mengiringi kepergian Karang. Keluarga HK juga terima kasih kepada pemuda
40
mantan pemabuk itu. Berkat jasanya, setidaknya anak semata wayangnya dapat
mengenal dunia.
F. Penelitian Relevan
Sejauh pengamatan yang telah penulis lakukan, pembahasan mengenai
nila-nilai pendidikan atau yang berhubungan dengan pendidikan dalam sebuah
novel ataupun cerita, sudah banyak dilakukan ataupun ditulis oleh beberapa orang
penulis karya ilmiah atau skripsi. Untuk menghindari kesalah pahaman, supaya
tidak terjadi pengulangan terhadap penelitian yang telah ada, maka penulis di
sini mencantumkan nama dan rumusan masalah serta kesimpulan dari karya
ilmiah yang telah ada berkaitan dengan bahasan yang akan penulis teliti.
1. Skripsi atas nama Ihsanul Fadhlin dengan NIM 2115191, seorang mahasiswa
fakultas Tarbiyah IAIN Bukittinggi yang meneliti sebuah novel dengan judul
“Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Novel di Bawah
Lindungan Ka’bah”.
Adapun rumusan masalah dalam penulisan penelitian ini yaitu apa
saja nilai-nilai pendidikan Islam dan novel di bawah lindungan Ka’bah,
berdasarkan hasil penelitiannya, diambil kesimpulan bahwa novel di bawah
lindungan Ka’bah karya Hamka mengandung nilai-nilai pendidikan Islam di
antaranya dalam bidang akidah yaitu percaya bahwa Allah SWT itu ada,
yakin pada pertolongan-Nya, percaya bahwa bersama Allah SWT adalah
sebuah kecukupan. Dalam bidang ibadah yaitu menyembah Allah SWT,
melaksanakan ibadah haji. Sedangkan bidang akhlak yaitu memberikan
pertolongan kepada orang lain.
41
2. Skripsi atas nama Anwar Aziz dengan NIM 05201244039, Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Adapun judul Penelitiannya adalah “Analisis Nilai-nilai Pendidikan dalam
Novel Negeri 5 Menara”.
Adapun rumusan masalahnya adalah apa-apa saja yang menjadi nilai
dalam novel Negeri 5 Menara, dengan mengunakan teknik deskriptif-
interpretatif maka dihasilkanlah sebuah kesimpulan dalam penelitian ini,
yaitu dalam novel Negeri 5 Menara ini secara umum terdapat 5 Nilai
pendidikan, di antaranya nilai ketuhanan, moral, sosial, budaya, dan estetika.
Di mana tiap-tiap nilai tersebut memiliki bagiannya masing-masing, salah
satunya seperti nilai sosial yang di dalamnya memebicarakan tentang sebuah
kekeluargaan, menjalin sebuah hubungan yang baik dengan sahabat dan
bagaimana bersipati serta cara berbagi.
3. Skripsi atas nama Ronny Franto dengan NIM A1A010057, seorang
mahasiswa Universitas Bengkulu. Judul penelitiananya adalah “Nilai-nilai
Pendidikan Pada Novel 9 Matahari”.
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Nilai-
nilai pendidikan pada novel 9 Matahari, dengan metode kualitatif deskriptif
maka disimpulkan bahwa nilai pendidikan dalam novel 9 mathari ini adalah
nilai ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan percaya kepada j alan
yang diberikan, nilai ketabahan dalam menjalani kehidupan, nilai motivasi di
mana seseorang harus memotivasi diri sendiri demi menggapai tujuannya,
42
dan nilai optimis di mana seseorang harus optimis terhadap cita-cita muapun
harapan yang ingin diraihnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kepustakaan
(Library Research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian.
43
Tegasnya, penelitian pustaka membatasi kegiatannya hanya pada koleksi
perpustakaan saja tanpa memerlukan penelitian lapangan.45
Berdasarkan pendapat Mestika Zed, ada empat ciri utama studi pustaka di
antaranya:
1. Peneliti langsung berhadapan dengan teks (naskah) atau data angka bukan
dengan data pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa
kejadian, orang, atau benda lainnya
2. Data pustaka bersifat siap pakai artinya peneliti tidak pergi kemana-mana
kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia
diperpustakaan
3. Bahwa data pustaka adalah sumber sekunder, artinya bahwa peneliti
memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan
pertama dari lapangan
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.46
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah benda, hal atau orang tempat peneliti
mengamati, membaca dan bertanya tentang data. 47 Penelitian kepustakaan
mempunyai dua data yaitu primery data (data primer) dan secundery data (data
sekunder).
1. Data Primer
45 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan…,h. 2 46 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan…, h. 4-5 47 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993), h. 116
44
Sumber data primer adalah sumber data yang secara khusus menjadi objek
penelitian. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Moga
Bunda di Sayang Allah
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang menjadi pendukung data
primer dalam melengkapi tema pilihan. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian adalah buku maupun jurnal dan literatur yang berhubungan atau
membicarakan masalah nilai, pendidikan dan moral.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
berbagai sumber data dalam penelitian adalah dokumentasi (documentation).
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan , misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita
biografi, novel, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Pada tahapan ini, dilakukan pengamatan terhadap novel Moga Bunda di
Sayang Allah. Secara terperinci, langkah-langkah pengumpulan data di antaranya:
1. Menyiapkan alat perlengkapan
2. Menyusun bibliografi kerja
3. Mengatur waktu
45
4. Membaca dan membuat catatan penelitian.48
D. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan peneliti dalam menganalisis data pada
penelitian ini adalah Contents Analisys. Analisis juga dapat dilakukan terhadap
buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Membaca novel yang dijadikan objek penelitian
2. Memberi kode terhadap bagian yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan
3. Mentransfer rekaman ke dalam bentuk tulisan atau memo
4. Melakukan analisis data dengan mengacu pada kerangka teori dan sumber-
sumber data yang digunakan
5. Menjabarkan hasil analisis ke dalam hasil penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Novel Moga Bunda Disayang
Allah
A. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Moral Terhadap Diri Sendiri
1. Menerapkan Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur, jujur berarti berkata dengan benar, yaitu
mengungkap sesuatu yang fakta adanya. Dengan kata lain sikap jujur merupakan
48 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan ….., h. 24
46
suatu sikap yang tidak menentang apa yang dikatakan oleh hati maupun
keyakinannya. Dan sikap jujur seseorang tentunya akan membuat orang lain
percaya kepadanya. Pada dasarnya manusia yang terlahir baik, oleh karena itu
sikap jujur perlu dikembangkan dalam diri manusia itu sendiri.49
Dalam novel Moga Bunda Disayang Allah juga ditampilkan beberapa
cerita atau percakapan yang mengandung makna kejujuran, berikut ulusannya:
Perkataan Karang, yaitu:
“anak ini memang buta dan tuli tuan, tapi bukan berarti dia tidak berotak.
Hanya binatang tidak berotaklah yang tidak memiliki adab makan.
Mengaduk-ngaduk makanannya. Bahkan, monyet terlatihpun bisa
menggunakan sendok garpu!” (Moga Bunda Disayang Allah: hlm. 100)
Kejujuran yang disampaikan oleh Karang merupakan bentuk suatu yang
nyata dan apa adanya. Dan pada kenyataannya Melati pada hakikatmya adalah
seorang anak yang berkedudukan sama dengan anak lain pada umumnya, bukan
berarti karena keterbatasan yang dimilikinya, ia tidak bisa mengecap dan
merasakan apa yang diperbuat anak-anak pada usianya saat sekarang ini, dan ini
lah tujuan Karang berkata seperti itu, agar melati terlatih menjadi anak yang
normal pada umumnya walaupun dengan keadaan fisik yang serba kekurangan.
Ketika sebuah kejujuran bisa menimbulkan aura positif, maka akan
muncul keinginan yang sangat kuat untuk membenarkan kejujuran itu. Walaupun
kejujuran itu pahit, namun bernilai postif. maka akan berimbas baik jika tidak
menolak kejujuran tersebut.
49 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2000), h. 149
47
Penulis ingin mengatakan bahwa kejujuran merupakan sendi terpenting
agar terjadinya komunikasi atau hubungan yang baik, dan saling pengertian.
Dengan saling pengertian akan muncul rasa untuk saling tolong-menolong.
2. Menerapkan Kemandirian
Kemandirian merupakan bentuk sikap seseorang yang tidak terpengaruh
oleh orang lain, dan melakukan sesuatu berdasarkan kemauan sendiri, mampu
memepengaruhi lingkungan dengan sikap, maupun ucapannya, dan tentunya
merasa bangga dengan apa yang ia lakukan serta hasilnya.50
Dalam novel ini diceritakan bahwa Karang sebenarnya hampir kehilangan
semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu.
Perasaan bersalahnya hampir setiap hari menghantuinya selama 3 tahun terakhir.
Dia bahkan hampir tidak berminat ketika ibunya Melati memintanya untuk
membimbing Melati. Dan setelah kejadian tersebut Karang menjadi seseorang
yang suka mabuk-mabukan dan tidak mau kembali pada dunia pendidikan. Tapi
demi cintanya terhadap anak-anak Karang dan berkat bujukan Ibu Gendut yang
selalu menasehatinya akhirnya Karang datang memenuhi permintaan ibunya
Melati.
Dalam peristiwa ini Karang merupakan seorang yang menekuni dan
bergelut di bidang pendidikan terkhusus pendidikan di dunia anak-anak, namun
pada kenyaataannya, dengan adanya peristiwa yang penulis sebutkan di atas, ia
tidak pernah mengusik dunia pendidikan itu lagi setelah tiga tahun lamanya, dan
50 Pardnya Patriana, Hubungan antara Kemandirian dengan Motivasi Bekerja Sebagai
Pengajar Les Privat Pada Mahasiswa di Semarang, Jurnal, (Semarang: Universitas Diponegoro,
2007), h. 21
48
ia menjadi seorang yang berantakan, tidak terurus, dan itu bukanlah dirinya yang
sebenarnya. Namun berkat bujukan dari beberapa pihak dan juga tekad dirinya, ia
bernai kembali pada jati diri yang ia miliki selama ini. Dan ia mengambil
keputusan untuk mendidik Melati. Ini merupakan suatu sikap yang seharusnya
juga dimiliki oleh para pendidik, karena ada saatnya di mana seorang pendidik
akan bosan dengan apa yang ia jalani, maka perlu niat yang ikhlas dan tujuan awal
diri pendidik dengan terjun ke dunia pendidikan dan tak lepas adanya dukungan
dari pihak lain.
Adapun percakapan nya yaitu
“jadi maafkan aku Tuan! Dengarkan, ini aturan mainnya. Karena aku
sudah memutuskan untuk membantunya, maka aku tidak peduli apakah
Tuan berkeberatan atau tidak dengan kehadiran ku di sini, Tuan tidak bisa
mengusirku! (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 104)
Percakapan seperti yang di atas merupakan bentuk jati diri seorang Karang
yang tegas terhadap dunia pendidikan, dan memang betul menjadi seorang karang
yang faham akan dunia pendidikan, dan sikap seperti ini juga merupakan suatu
bentuk kejujuran antara satu pihak dengan pihak lain, karena kita lihat saat
sekarang ini, banyak orang yang tidak mau menjadi diri sendiri agar dipandang
baik oleh orang, agar dipandang rendah hati oleh orang lain, dan juga agar orang
lain berbuat baik kepadanya. Namun tidak dengan karang, ia memilih untuk
menjalani tugas pendidik yang seharusnya dengan apa yang ia yakini dan ia jalani
selama ini tanpa ada ganguan dari orang lain, terserah orang lain mau berkata apa,
dan berbuat apa.
3. Menerapkan Kesopanan
49
Kesopanan berarti adat ataupun sopan santun, bisa berupa tingkah laku
atau tutur kata yang baik, dan juga bisa disebut sebagai tata karma.51
Adapun bentuk teks maupun percakapan yang berbicara tentang
kesopanan dalam novel Moga Bunda Disayang Allah adalah:
Perkataan Bunda kepada Melati”
Melati terus meraba-raba, tidak peduli , tidak mendengarkan, tiba di tepi
ranjang dan menyibakan bantal. Mulutnya terbuka mendesikan suara yang
tak terbentuk kata. “Terimakasih sudah membangunkan Bunda sayang,
Bunda lembut meraih tangan putrid semata wayangnya. Tertatih mencoba
berdiri, menghela nafas pelan, bunda tahu persis tak ada siapa yang
membangunkan siapa, ini hanyalah ritual pagi Melati.
Ucapan “terimakasih”, bukanlah sesuatu yang mudah untuk diucapkan,
apalagi seseorang sudah merasa paling besar, paling pintar, paling kaya dan lain
hal sebagainya. Namun ucapan terimakasih Bunda kepada Melati itu patut
diberikan nilai terbaik, karena seorang Bunda memberikan contoh kepada
anaknya yang bisu, tuli, dan buta bagaimana menghargai sesorang setelah
seseorang tersebut memberikan pertolongan kepada kita. Pada hakikatnya Melati
tidak bisa melihat, tidak mendengar dan tidak bisa berbicara, secara normalnya
perkataan Bunda tentu tidak berpengaruh banyak terhadap Melati, tapi di balik itu
semua ada makna saling menghargai yang ditanamkan oleh Bunda kepada dirinya
sendiri dan kepada lingkungan sekitarnya.
“Tidak apa-apa Salamah, basah sedikit. Melati tidak sengaja melemparkan
gelas air jeruk” Bunda menoleh tersenyum.
“aduh maaf, seharusnya Salamah meletakkan gelasnya ditempat yang
lebih tinggi” (Moga Bunda DisayangAllah, hlm. 15)
51 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1330
50
Perkataan “maaf” yang dilontarkan oleh Salamah tersebut merupakan
suatu bentuk kesopanan dan itu merupakan moral tertinggi dalam hidup, karena
dengan kata-kata “maaf” seseorang bisa berubah, dari ia melakukan perbuatan
buruk menjadi berbuat baik, dan dari seseorang yang berhati kasar menjadi berhati
lembut, walaupun Bunda telah mengatakan “tidak apa-apa”, secara tak langsung
Bunda telah memaafkan Salamah, namun dengan kerendahan hati Salamah dan
sikap sopannya, ia tetap mengucapkan kata “maaf” sebagai bentuk bahwa ia telah
melakukan sebuah kesalahan. Dan perkataan “maaf” tadi memberi arti bahwa
Salamah tidak akan mengulangi perbuatan itu kembali.
“nanti tolong teleponkan dokter Ryan, Salamah. Bunda berkata lemah dan
tubuhnya semakin lelah.(Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 22)
“bilang kalau dokter Ryan ada waktu malam, tolong datag kemari. Bunda
berkata sambil tersenyum lemah, memotong lamunan Salamah”. (Moga
Bunda Disayang Allah, hlm. 23)
Kesopanan atau pun rasa hormat yang ada dalam diri Bunda merupakan
sesuatu yang sangat patut dicontoh. Karena Bunda HK tidak pernah memandang
rendah seseorang, baik dari segi pangkat juga harta seseorang. Mau seorang
tersebut berada di atasnya, ataupun di bawahnya, nmaun Bunda tetap
menunjukkan rasa hormat-menghormati antarsesema makhluk ciptaan Tuhan
dengan mengucapkan kata-kata yang sopan, ramah dan enak didengar seperti
penyampaian kata “tolong” ketika kita memang butuh pertolongan dari orang lain.
Pembicaraan Tuan HK dengan Bunda HK:
“maafkan aku Yang” Tuan HK berbisik pelan “maafkan aku yang telah
membentak mu”( Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 161)
51
Dari kutipan di atas kata-kata “membentak” merupakan suatu perkataan
yang tidak boleh di contoh atau di gunakan terkhusus dalam dunia pendidikan,
karena nada membentak atau perkataan membentak merupakan suatu perbuatan
atau sikap yang tidak baik. Kutipan di atas memberikan pesan bahwa permintaan
maaf bukan hanya di peruntukkan bagi orang-orang kecil lemah, orang-orang
yang kecil (derajatnya) melainkan permintaan maaf adalah keharusan semua
orang yang memiliki kesalahan dan merasa bersalah. Permintaan maaf sekaligus
mengartikan bahwa ada sikap ataupun perbuatan yang lebih baik dalam berbicara
selain dengan membentak. Seperti ujaran yang pantas di mana perkataan tersebut
muncul dari hati sanubari dan insyaallah akan mengeluarkan sikap maupun
perbuatan yang baik dalam berbicara.
“tolong ambilkan air hangat juga Salamah, Bunda berbisik lirih.” (Moga
Bunda Disayang Allah, hlm. 212)
Pernyataan “tolong” yang diucapkan oleh Bunda kepada Salamah
merupakan suatu bentuk adab dan juga kesopanan. Sikap tersebut mencerminkan
bahwa Bunda merupakan seseorang yang memiliki moral yang baik antar sesama
manusia, dan tentunya perkataan Bunda tersebut menggambarkan bahwa ia tidak
memandang kehormatan manusia dari kedudukan, harta, jabatan dan lain
sebagainya. Sebagai pendidik, sikap seperti ini sangatlah berguna untuk
berinteraksi dengan anak didiknya dan secara umum tentunya berguna bagi
seluruh pembaca.
4. Menerapkan Keyakinan
52
Keyakinan adalah kesetiaan suara hati, keberanian untuk mempertahankan
keyakinan terhadap sesuatu yang diyakini benar adanya. Sikap keberanian moral
ini memiliki keistimewaan, yaitu tidak mudah terpengaruh dan mundur dalam
mengemban tanggung jawab dengan catatan tidak melanggar aturan maupun
norma-norma yang berlaku disekelilingnya. Sikap ini sangat dibutuhkan demi
menegakkan keadilan, dan mengungkap sebuah kebenaran.
Adapun teks yang membicarakan tentang sebuah bentuk keyakinan yaitu:
“suatu saat Kinasih percaya, bahkan Melati pasti bisa memanggil Bunda
dengan sempurna, memeluk dan menyatakan cintanya kepada Bunda
dengan utuh”(Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 39)
Ucapan yang keluar dari mulut Kinasih merupakan sebauah harapan dan
kayakinan yang sangat mendalam, serat memberikan semangat kepada orang yang
mendengar perkataan tersebut. Mungkin bisa dikatakan bahwa perkataan tersebut
sebuah motivasi untuk menjadikan mimpi sebuah kenyataan dalam hidup. Dan itu
perlu dan harus ada dalam kehidupan seseorang, karena tanpa keyakinan dan
motivasi yang kuat sesorang tidak akan mau dan tidak bisa bergerak dalam hidup,
tidak ada perubahan, tidak akan ada pencapaian dalan sebagainya.
Teks lain percakapan Karang kepada Tuan HK, yaitu:
“pagi ini, demi melihat anak tuan, aku berubah pikiran. Ya, hidup memang
penuh paradoks. Pagi ini, aku memutuskan membantunya. Aku bersumpah
akan menemukan cara agar anak ini mengenal dunia dan seisinya,
nebenukan acara agar ia bisa membedakan mana sendok, mana garpu.
Meskipun itu hal terakhir yang bisa ku lakukan sebelum kematian.”
(Moga Bunda Disayang Allah: h.107)
Keputusan Karang ini merupakan bentuk keyakinan yang bulat, dan
sesuatu yang tidak terpatahkan dan digoyahkan lagi, karena sebauah kayakinan
53
tersebut diiringi niat yang tulus dan baik. Pada intinya keyakinan yang dibarengi
dengan niat dan perbuatan yang baik akan terealisasikan juga dengan baik dan
tidak akan mudah tergoyahkan pada saat proses pencapaian terhadap apa yang
diniatkan tersebut.
Sikap seperti ini selayaknya memang menjadi contoh bagi kita para
pembaca. Dan juga patut ditanamkan kepada anak didik bahwa keyakinan itu
tidak akan mematahkan semangat dan keinginan kita terhdap niat baik yang kita
cari, atau kita kejar.
Percakapan Karang dengan Bunda HK:
“Omong kosong Nyonya, Melati masih memiliki kesempatan, dia tidak
akan menghabiskan hidupnya hanya dengan mengerung seperti seekor
lebah, meraba-raba seperti moncong musang, Melati tidak akan
menghabiskan hidupnya untuk dikasihi. Ia tidak akan pergi ke rumah sakit
jiwa untuk belajar menyulam seperti anak-anak lain. ia tetap di sini
berjuang demi masa depan. Menaklukkan dunia yang kejam sekali
padanya. (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 171)
Sikap dan perkataan Karang ini merupakan sebuah bentuk meyakinkan
Bunda, memotivasi dan memberikan harapan positif. Meyakinkan bukan hanya
dengan kata-kata yang bijak, namun juga dengan sikap dan perbuatan Karang
ketika berinteraksi dengan Melati.
Pada intinya ketika kita mencoba untuk meyakinkan orang terhadap
sesuatu argument yang kita miliki, terlebih dahulu kita harus meyakinkan diri kita
sendiri terhadap argumen yang kita miliki.
Karang bercerita kepada Bunda HK tentang Qintan:
“aku tidak pernah bisa membuatnya berlari Nyonya, keinginannya lah
yang bisa membuat ia berlari, aku hanya bercerita tentang banyak hal,
54
membuatnya mengerti tentang makna berusaha, proses belajar, mimpi-
mimpi dan cita-cita. Hingga suatu malam dia memegang lenganku,
memotong ceritaku tentang anak-anak yang cacat sepertinya, qintan
menatap wajahku lambat-lambat, lantas berkata dengan suara serak tapi
sungguh menggetarkan, ‘Qintan akan berlari.. Qintan akan berlari
sepertinya kak karang… seperti cerita kak karang!’ ya tuhan wajahnya
bercahaya oleh keinginan yang kuat, wajahnya seperti bercahaya saat
mengatakan kalimat itu… dan dia sungguh selalu melakukan apa yang ia
ucapkan.” “esok paginya, ia melepas tongkatnya. Merangkak turun dari
lantai dua, merangkak kemana saja. Ya tuhan aku bahkan menangis saat
melihat ia turun pertamakali merangkak dari kamarnya. Gadis itu sengaja
menyembunyikan sendiri tongkatnya. Ia belajar berdiri jatuh berkali-kali,
ia belajar melangkah tak peduli meski tubuhnya penuh lecet. Ia memaksa
syaraf-syaraf itu kembali bekerja.”
“Umurnya baru enam tahun nyonya tapi Qintan sungguh mengerti dan
bangga atas sebuah proses belajar, ia mengerti benar tentang makna kata
mimpi-mimpi, cita-cita dan pengharapan.” (Moga Bunda Disayang Allah,
hlm. 237)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak kecil yang
memiliki keterbatasan masih memiliki sebuah harapan dan keyakinan yang kuat
untuk bisa hidup normal layaknya manusia pada umumnya. Dari tokoh Qintan di
novel ini kita bisa memberikan sebuah makna bahwa keyakinan bukan hanya
timbul dari diri senidiri tetapi keyakinan itu juga bisa muncul dari orang-orang
yang berada di sekitar kita.
5. Menerapkan Kerendahan hati
Kerendahan hati merupakan bentuk sikap yang tidak berlebihan atau bisa
disebut sebagai tidak menyombongkan diri, melainkan melihat diri sendiri sesuai
dengan kenyataannya, dan bukan berarti merendahkan diri. Kerendahan hati
bukan berarti sikap mengalah, orang yang tidak berani, dan tidak mampu
membela suatu pendirian, akan tetapi sikap rendah diri merupakan suatu bentuk
55
bahwa seorang manusia memiliki keterbatasan, baik itu secara ilmu terbatas,
kekuatan pun juga terbatas, dengan kerendahan hati, maka seseorang akan
mencoba dan memotivasi dirinya dengan kelebihan-kelebihan yang ia punya agar
lebih baik serta mensyukuri kelibihan tersebut dan dipergunakan pada hal-hal
yang berbau positif.
Dalam novel moga bunda disayang Allah ini diceritakan bagaiaman Bunda
HK membujuk Tuan HK yang awalnya tidak mau menerima Karang dalam
mengajari anaknya Melati, dan dengan bujukan Bunda HK serta dengan
kerendahan hati Tuan HK ia mau menerima Karang sebagai pendidik anaknya,
walaupun jawaban Tuan HK tidak menyatakannya secara langsung.
Percakapannya,
“ Aku mohon Yang, seminggu saja. Jika melati tidak mengalami kemajuan
aku sendiri yang akan memintanya pergi secara baik-baik. Bunda
menyentuh lembut lengan suaminya, mendesah berharap.
Tuan HK menatap lamat-lamat wajah istrinya, mengusap dahi wanita yang
amat dicintainya. Berfikir, menghela nafas.( Moga Bunda Disayang Allah:
h. 120)
Dan keesokan harinya Karang datang kerumah keluarga HK.
Ini merupakan bentuk persetujuan secara halus, dan kerendahan hati Tuan
HK yang memang awalnya tidak setuju dengan pemuda yang bernama Karang
tersebut untk mengajari anaknya Melati, Karena dia melihat Karang hanya sebagai
pmuda yang suka mabuk-mabukan dan tidak bisa diharapkan. Dan dari kutipan di
atas kita juga belajar bahwa dalam dunia pendidikan, mencoba akan lebih baik
dari pada menyesal karena tidak pernah mencoba.
6. Menerapkan Kedisiplinan
56
Mentaati suatu norma berarti bertindak secara moral, yang mana
mengambil sebuah sikap atau menetapkan suatu keputusan pada saat tertentu, atau
dalam arti lain yaitu memutuskan sesuatu tindakan yang harus diambil sebelum
ada tuntutan.52
Adapun percakapan yang membahas tentang bentuk kedisiplinan yaitu:
Percakapan Karang dengan Melati, yaitu:
“Makannya tidak boleh pakai tangan!”. Karang mendesis.
“BA! BAAA!!”. Melati berteriak marah, seperti ular diinjak ekornya,
mengamuk. Ada yang melanggar aturannya.
“Ini sendok! KAU HARUS MAKAN DENGAN INI!”. Karang tidak kalah
galaknya membentak. Mencengkram tangan melati yang bagai belalai
mengelepak marah bergerak ke mana saja. Meletakkan pakasa sendok ke
telapak tangan Melati. Moga Bunda Disayang Allah: h. 101)
Perbuatan tersebut merupakan bentuk kebaikan Karang dalam memberi
arahan yang baik kepada Melati, walaupun dengan cara yang agak tegas dan bisa
dikatakan dengan menggunakan suara yang lantang, tapi maksud dan tujuannya
adalah baik, agar perbuatan Melati maupun kebiasaan buruknya itu bisa berubah
menjadi lebih baik sesuai moral maupun kebiasan yang dipakai pada anak
seumurnya.
Dan kutipan selanjutnya:
“baik kalau kau tidak mau makan dengan sendok, berati tidak ada sarapan
pagi ini” (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 127)
“KAU! sebagai hukuman, kau tetap di sini sampai sarapan selesai” (Moga
Bunda Disayang Allah, hlm. 129)
52 Setia Paulina Kasih, Teori Pendidikan Moral Menurut Emile Durkheim Relevansinya
bagi Pendidikan Moral…., h. 231
57
Semua kutipan di atas menggambarkan bahwa, apa yang telah dijadikan
sebuah aturan, atau perintah, harus ditaati dan dilaksanakan dengan baik. Tapi
perintah dan aturan yang harus ditaati hanyalah peraturan atau perintah yang
menyeru pada kebaikan. Maka apabila seseorang belajar untuk mentaati aturan
atau perintah yang baik tersebut, maka jalan kehidupannya juga akan baik. Dan itu
merupakan bentuk kedisiplinan seseorang dalam menata kehidupan.
“tidak ada sarapan jika kau membantingnya” (Moga Bunda Disayang
Allah, hlm. 133)
“ini namanya tembikar! Ini bukan mainan, kau tidak boleh
melemparkannya juga benda-benda lain” (Moga Bunda Disayang Allah,
hlm. 206)
Bentuk disiplin dalam kutipan di atas yaitu menghargai benda-benda yang
ada di sekeliling kita, bagaimana kita disiplin terhdap barang yang kita miliki.
Dan juga seseorang harus mengetahui fungsi dari setiap benda yang ada tersebut.
7. Menerapkan Rasa Syukur
Adapun teks yang membicarakan tentang bersyukur dalam novel ini yaitu:
“Bunda memang selalu terlihat lembut dan menyenangkan dengan wajah
yang senantiasa menjanjikan perasaan damai dan tenteram. Wajah keibuan
yang memberikan perlindungan, tapi tetap tidak bisa disembunyikan gurat
harapan yang dari hari ke hari semakin menipis. Harapan yang mulai
dibujuk untuk menerima kenyataan, mengalah atas takdir (Moga Bunda
Disayang Allah: h. 6).
Data di atas menunjukkan aspek moral bersyukur. Dapat dilihat dari tokoh
Bunda yang selalu bersyukur dan tidak menyalahkan takdir, biarpun Melati
anaknya buta tetapi tidak mengurangi perhatian, perlindungan, cinta dan kasih
sayang yang Bunda berikan kepada Melati.
58
Bersyukur merupakan apresiasi kita terhadap nikmat, kenyataan maupun
harapan yang kita terima dan kita hadapi. Bersyukur bukan hanya berbicara
tentang sebuah kebahagiaan, kesuksesan, kebaikan, namun juga penerapan syukur
juga dibutuhkan pada setiap kesusahan, kesedihan, ataupun keburukan. Kalau lah
Bunda HK tidak memiliki sikap syukur, maka nilai yang akan didapat akan
negatif, yaitu Bunda HK akan menjadi seorang ibu yang akan melantarkan
anaknya, dan tentunya tidak memiliki harapan apa-apa terhadapa anaknya, serta
kehilangan cinta dan kasihnya terhadapa Melati.
8. Menerapkan Kesabaran
Kesabaran berasal dari kata sabar, yang mana sabar ini meruapakan arti
dari menahan, mengekang. Sabar secara istilah dapat diartikan sebagai bentuk
menahan diri dari hal yang tidak disukai ataupun tidak diingini dan juga dari hal
kehilangan sesuatu yang dicintai. Imam al-Ghazali menyatakan bahwa sabar
adalah sesuatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu seseorang atas dasar
ajaran agamanya. Dalam Islam sabar menahan diri dari hal yang tidak disukai
karena atau demi mengharap ridha Allah.53
Teks yang menceritakan tentang nilai kesabaran yaitu:
“Melati memukul-mukul meja dekat ranjang, menarik gengang telepon
dan melemparnya sembarangan.
“kau sudah bangun sayang, Bunda bertanya lemah. Berusaha tersenyum,
meski seluruh dunia tahu senyuman itu percuma. Sama seperti dengan
menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan” ( Moga Bunda Disayang
Allah, hlm. 14)
53 Agus Miswanto, Studi Islam Agama, Keyakinan, dan Etika, (Magelang: P3SI
Universitas Muhammadiyah Magelang, 2012), h. 207
59
Dari teks di atas tampak bahwa Bunda HK tetap bertanya kepada Melati
walaupun ia tahu bahwa Melati tidak akan menjawab pertanyaannya, dan itu
merupakan bentuk sikap sabar yang ia wujudkan pada dirinya, walaupun sudah
bertahun ia menjalani hidup seperti itu dengan anaknya.
Sabar tidak akan bisa diperbuat maupun dilakukan jika kemarahan
seseorang sudah tidak bisa ditahan, sedangakan Bunda HK bisa menahannya,
berarti nilai sabar bisa diterapkan pada orang-orang yang yang kita sayang
khususnya, jangan sampai kemarahan kita mendatangakan keburukan-keburukan
kepada keluarga. Dan terkhusus bagi pendidik yang bosan ataupun jenuh dalam
menghadapi sikap maupun perbuatan dan ucapan anak-anak didiknya, ingatlah
tgas pendidik adalah meberikan nilai, makna yang baik dalam didikannya, agar
apa yang diperbuatnya bisa menjadi contoh untuk anak-anak didiknya.
Percakapan Bunda kepada Karang:
“Hingga belasan tahun usia pernikahan kami, hingga aku tidak kunjung
hamil…kecemasan itu mulai timbul, aah sederhana sekali kenapa
kecemasan itu datang, buat apa suami ku bekerja siang malam jika tidak
ada yang akan mewarisi seluruh kekayaan ini, terputuslah garis keturunan
keluarga HK. Kenyaatan itu membuatkan Tuan HK dan begitu juga aku
lebih cemas lagi. Suamiku berusaha menenangkanku siang malam.
Suamiku sangat mencintaiku, aku tau itu”. Bunda tersenyum dengan muka
memerah. (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 200)
Kutipan di atas mengambarkan bahwa bersabar terhadap sesuatu itu
tidaklah mudah, karena ada godaan-godaan atau hal-hal yang menghilangkan
kesabaran tersebut, sehingga membuat seseorang menjadi khawatir, cemas, bisa
marah dan aura negatif lainnya akan mudah datang.
60
Tidak dengan Bunda HK dari perkataannya di atas secara tak langsung ia
sempat tidak sabar ingin memiliki seorang anak, karena usia pernikahannya sudah
belasan tahun, tapi tidak kunjung memiliki seorang anak. Sehingga ia pun sempat
khawatir terhadap kerja keras suaminya selama ini, karena banyak harta tetapi
tidak ada pewarisnya. Namun Tuan HK sebagai suami tetap memberikan harapan-
harapan bahwa mereka akan punya anak, dan Bunda pun sabar untuk menantinya,
sehingga lahirlah Melati sebagai amanah yang dititipkan oleh Tuhan kepada
mereka.
B. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Moral Terhadap Benda
1. Rasa Tanggung Jawab
Bertanggung jawab adalah rasa yang perlu untuk diajarkan juga
ditanamkan kepada setiap diri manusia. Sikap ini merupakan suatu bentuk
perbuatan yang baik atau perilaku terpuji. Seseorang yang terlatih dan dalam
dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab kelak akan tumbuh menjadi
pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktivitasnya.
Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat menghantarkan
seseorang dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkannya.
Percakapan Karang kepada Salamah:
Dalam ceritanya, si Karang di suruh keluar dari rumah keluarga HK, maka
Bunda HK menyuruh Salamah untuk membantu Karang membereskan barang-
barangnya, namun Karang berkata:
“biarkan aku menyiapkan barang-barangku, Salamah. Karang berkata
pelan menghentikan langkah Salamah untuk merapikan barang-
barangnya.” (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 175)
61
Kutipan di atas menyampaikan bahwa “aku bisa bertanggung jawab
terhadap barang-barangku dan aku bisa merapikannya sendiri. Ini suatu contoh
sikap seseorang yang bertanggung jawab terhadap kepemilikannya. Sebelum
seseorang tunjukkan sikap bertanggung jawab tersebut, seseorang harus
mempunyai rasa memiliki. Terkadang tanpa rasa memiliki maka seseorang belum
bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dimilikinya.
2. Sikap Melindungi
“Melati mengaduk-ngaduk piring di hadapan Bunda, ia tidak duduk di
kursinya. Tidak pernah, Melati sarapan samnbil berdiri. Kakinya sibuk
menghentak-hentak lantai, tagannya mengacak-ngacak nasi goring buatan
Salamah. “pelan-pelan sayang, bunda yang di sebelahnya membantu
membenarkan posisi piring yang hampir jatuh terkena senggolan gerekan
jemari Melati”.(Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 55)
Sikap bunda pada kutipan di atas merupakan bentuk melindungi benda-
benda yang takutnya nanti akan dirusak atau diacak-acak oleh Melati, walaupun
piring yang dipakai Melati bukan piring kaca, namun tetap sikap Bunda tersebut
tak lepas dari sikap melindungi benda maupun makanan yang ada dalam piring
tersebut agar tidak tumpah dan terbuang sia-sia.
Sikap melindungi ini tidak akan muncul begitu saja kalau tidak adanya
kasih sayang di dalamnya. Mustahil Bunda HK tidak menyayangi benda-benda
maupun makanan yang ada di atas rumah mereka. Pasti apa yang ada di atas
rumah tersebut Bunda sayangi, apalagi dari sikap Bunda dalam novel Moga
Bunda Disayang Allah ini ia merupakan seseorang yang ramah, sopan, penyayang
dan sabar.
62
C. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Moral Terhadap Lingkungan Sosoial
1. Saling Menghargai
Percakapan Bunda dan Tuan HK
“Tapi kita sudah berjanji memberikannya waktu satu minggu! Tinggal 2
hari lagi. Aku mohon, biarkan dia menyelesaikannya sesuai dengan janji
kita, setelah itu baru kita putuskan, kita lihat apakah ada kemajuan atau
tidak. Bunda berkata terbata, berusaha membujuk. (Moga Bunda Disayang
Allah, hlm. 160)
Menghargai bukan hanya soal kecil besar, tetapi juga dalam bentuk
perjanjian, jika rasa saling menghargai itu ada dalam diri dan kehidupan seseorang,
maka tentunya semua hal yang akan dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai
dengan keadaan yang ada. Seperti janji yang ada pada kutipan di atas merupakan
bentuk menghargai sesama manusia. Apa yang telah disepakati, itulah yang harus
dilakukan sampai kesepakatan itu selesai.
Adapun kutipan lain yaitu perkataan Karang kepada Melati:
“kau tahu, aku akan mengambil beberapa benda, buku-buku, cata-catatan
salah satunya ku ambilkan untuk kau, hadiah special”. Karang menggigit
bibir menggenggam erat benda yang hendak diberikannya, menatap wajah
Melati yang sempurna seperti sedang menatapnya. “. (Moga Bunda
Disayang Allah, hlm. 230)
Kutipan di atas mencerminkan salah satu sikap menghargai, yaitu
menghargai dalam bentuk mengapresiasi Melati yang telah banyak berubah dari
kehidupan yang ia jalani sebelumnya, di mana Melati yang awalnya tidak tahu
dengan aturan, suka membuat masalah dan lain-lain. Namun karena didikan yang
diberikan Karang, Melati sekarang sudah bisa makan dengan baik, melatih diri
untuk mengontrol emosinya dan lain-lain. sikap menghargai seperti ini juga bagus
diterapkan dalam dunia pendidikan, karena ini salah satu bentuk penunjang
63
kemampuan anak dalam dunia pendidikan. Penghargaan yang dilakukan oleh
Karang ini yaitu dalam bentuk pemberian barang atau benda
2. Rasa Tanggung Jawab
Bertanggung jawab berati bersedia untuk melakukan apa yang telah
dibebankan pada seseorang tersebut, tanpa ada rasa malas ataupun paksaan.
Tanggung jawab merupakan sikap inti yang harus ditanamkan dalam diri pribadi
seseorang, karena seseorang akan bertanggung jawab terhadap perkataan maupun
perbuatan yang ia lakukan. Dan ketika seseorang sudah memiliki sikap ataupun
rasa tanggung jawan terhadap diri sendiri, maka bisa dipastikan akan bertanggung
jawab terhadap apa yang ada disekelilingnya.
Adapun teksnya yaitu:
“ kami tak lelah mencari jalan untuk membantu keterbatasan Melati,
Kinasih…” (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 35)
Dalam novel ini diceritakan bahwa Karang berhasil memegang jaket
pelampung tiga anak-anak di dekatnya. Beberapa kakak-kakak lainnya juga
berhasil memegangi yang lain. Berusaha bertahan di tengah buruknya cuaca
(Moga Bunda Disayang Allah: h. 76).
Dari perbuatan di atas menunjukkan aspek moral tanggung jawab, dapat
dilihat dari tokoh Karang sebagai orang yang dituakan atau diserahi amanah
berusaha keras untuk bertanggung jawab menyelamatkan anak-anak yang
tenggelam di tengah cuaca yang sangat buruk. Jadi sikap Karang termasuk ke
dalam orang yang bertanggung jawab karena dia sudah berhasil menyelamatkan
anak-anak didiknya dari terjangan Badai.
64
Pada percakapan lain tentang nilai tanggung jawab yaitu perkataan Bunda
kepada Karang:
Terimakasih telah membantu Melati sejauh ini, anak ku. Bunda tersenyum,
menoleh menatap Karang.( Moga Bunda Disayang Allah: h. 199)
Perkataan ini bisa dilontarkan oleh Bunda HK karena ada perubahan pada
diri Melati setelah Karang mengajarinya, di antaranya ia telah bia makan pakai
sendok, dan juga sudah bisa duduk manis di kursi. Yang memang keadan seperti
ini tidak ditemui oleh Bunda HK dan selalu berharap bisa seperti ini.
3. Saling Tolong-menolong
Merupakan bentuk sikap saling bahu-membahu antar sesama karena ada di
antara kiat ayang membutuhkan pertolongan dari orang lain, dan pada hakikatnya
manusia adalah makhluk yang membutuhkan pertolongan orang lain.
Dalam novel ini diceritakan bahwa Karang merupakan tokoh yang mau
menolong Melati yang buta, tuli, dan bisu. Karang selalu berusaha membantu
Melati agar dia bisa merasakan kebahagiaan yang anak lain bisa rasakan. Karang
memohon dan meminta waktu 21 hari kepada Bunda agar dia bisa membantu
Melati. Karang berjanji dia akan berubah menjadi lebih baik lagi, tidak ada
kekasaran dan minuman keras lagi. Kalau selama 21 hari Melati belum juga ada
perubahan, Karang sendiri yang akan pergi dari rumah itu.
Adapun percakapannya yaitu:
“Dua belas jam yang lalu, aku sedikit pun tidak tertarik untuk membantu
keluarga Anda, Tuan. Membantu anak ini, apa peduliku? Hanya akan
menghabiskan waktu. Aku sama sekali tidak berniat meski hanya
65
menjejakkan kaki di rumah mewah kalian. Percuma! Buat apa! Tapi pagi
ini, aku berubah pikiran. Ya! Berubah pikiran begitu saja. Sedetik yang
lalu aku sudah memutuskan membantu anak Anda!” (Moga Bunda
Disayang Allah: h. 104).
Percakapan di atas menunjukkan aspek moral tolong menolong, dapat
dilihat dari tokoh Karang yang awalnya tidak ingin sama sekali menolong
keluarga tuan HK, tetapi pada akhirnya Karang memutuskan untuk menolong dan
membantu keluarga tuan HK khususnya kepada Melati anak tuan HK. Hal yang
dilakukan oleh Karang tersebut termasuk orang yang peduli dan tolong menolong
terhadap sesama manusia.
Dan juga Ibu gendut yang selalu memberi motivasi kepada Karang untuk
bangkit dari keterpurukan yang ia alami, dan ini merupakan bentuk rasa tolong-
menolong antar sesama
Dan percakapan lain yang melihatkan bentuk sikap tolong menolong
adalah percakapan Karang kepada Tuan HK:
“Pagi ini demi melihat anak Tuan, aku berubah pikiran. Ya, hidup benar-
benar penuh paradoks. Pagi ini, aku memutuskan membantunya. Aku
bersumpah akan menemukan cara agar anak ini mengenal dunia dan
seisinya. Menemukan cara agar ia bisa membedakan mana sendok, mana
garpu. Meskipun itu hal terakhir yang bisa kulakukan sebelum kematian.
Karang menghentikan kalimatnya, menatap tajam tubuh Melati yang
masih bersimpuh di anak tangga pualam.” (Moga Bunda Disayang Allah:
107)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa sikap dan tindakan Karang
yang akhirnya bersedia menolong Melati agar Melati bisa mengenal dunia luar
merupakan sikap seorang manusia yang baik. Karang tanpa pamrih menolong
keluarga Bunda yang sedang mengalami kesusahan. Sikap tersebut dapat
mengokohkan persaudaraan antara sesame manusia. Dan menunjukkan bahwa
66
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri di muka bumi ini. 48
Dari perilaku yang lain terwujud dalam persaudaraan manusia yang saling
menguatkan satu sama lain terlihat pada kutipan di bawah ini
“Melati akan baik-baik saja, bun… jika bunda tetap yakin, maka ia pasti
akan baik-baik saja.” Kinasih berbisik pelan. Tersenyum. Memotong cerita
dua hari yang lalu. Mencoba membesarkan hati.” “Bunda menatap wajah
cantik Kinasih lamat-lamat. Wajah yang tulus bersimpati. Bunda ikut
tersenyum meski getir.” “Suatu saat Kinasih percaya, bahkan Melati pasti
bisa memanggil ‘Bunda’ dengan sempurna. Memeluk dan menyatakan
cintanya kepada Bunda dengan utuh.” “Bunda sudah mendekap erat
Kinasih. Penuh perasaan haru.” “Terima kasih, Anakku! Kau sungguh
gadis yang baik. Semoga Tuhan memberikan jodoh yang baik bagimu!”
(Moga Bunda Disayang Allah: 39)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat Kinasih yang menunjukkan rasa
simpatinya kepada Bunda agar selalu yakin akan kesembuhan Melati. Kinasih
juga memberikan semangat agar Bunda selalu tegar dalam menghadapi semua
cobaan.
4. Rasa Kesetiaan
Kesetiaan Salamah, perempuan berumur tiga puluh tahun yang tak
kunjung menikah itu mengangguk. Ia satu di antara sembilan pembantu di rumah
super-mewah itu. Pembantu yang amat baik. Terlalu setia malah. Gara-gara terlalu
setia itulah makanya Salamah tetap menjomblo. Kakek buyutnya dulu penjaga
rumah keluarga ini. Buyutnya dulu penjaga rumah keluarga ini. Kakeknya dulu
tukang kebun keluarga ini. Ayahnya dulu sopir pribadi keluarga ini. Nah, ia
mewarisi posisi keren itu. Meski dengan jabatan beda, menjadi pembantu andalan.
Ibarat playmaker dalam pemain sepak bola, Salamah kapten kesebelasan. (Moga
Bunda Disayang Allah: h. 22).
67
Dari data di atas menunjukkan aspek moral kesetiaan, dapat dilihat dari
tokoh Salamah yang selalu setia bekerja menjadi pembantu di keluarga Tuan HK,
walaupun dia harus rela menjomblo. Dia merasa bahwa keluarga tuan HK sudah
banyak berjasa khususnya untuk keluarganya mulai dari kakek buyut, kakek, dan
ayahnya yang dulu juga bekerja sebagai pembantu tuan HK tetapi jabatannya
berbeda-beda.
Cerita lain yang mengacu kepada sebuah kesetiaan, yaitu Salamah yang
membatalkan pernikahannya dengan seorang laki-laki pujaan hatinya tiga tahun
sebelum kedatangan Karang ke rumah itu, dikarenakan Melati yang hampir loncat
dari lantai dua dan Bunda yang dilanda penyakit yaitu thypus. Dan ia memutuskan
untuk tetap tinggal mengabdi pada keluarga Tuan dan Bunda HK.
5. Saling Melindungi
Adapun teks yang membicarakan tentang sebuah sikap melindungi yaitu:
“ibu-ibu gendut itu menghela nafas panjang. Sekilas menatap pemuda
yang masih tidur terlentang. Lantas menuju meja kecil mengganti termos
lama dengan yang baru. Ia tau air-air ini jarang disentuh, tapi tak mengapa,
setidaknya ritual pagi ini memastikan kalau anak muda ini masih
bernafas.” (Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 13)
Perlakuan Ibu gendut yang rutin setiap paginya memastikan bahwa Karang
masih hidup dan baik-baik saja, itu salah satu bentuk kasih sayang dan peduli
kepada sesama. Dengan selalu mengganti termos itu juga meruapakan tindakan
peduli tentunya dengan tujuan agar si Karang bisa meminum air yang segar setiap
harinya. Apabila seseorang sudah memiliki rasa peduli, maka di sana lah ia akan
melindungi terhadap apa yang dipedulikannya.
68
Kutipan lainnya yaitu:
“Tubuh terbungkus jaket pelampung oranye itu mengambang di dekat
Karang. Naik turun-naik turun. Bergerak liar seiring ganasnya gelombang
lautan. Karang beringas berenang mendekat, den gan terus memegang tiga
anak lainnya. Benar-benar sulit. Ombak besar membuat badannya selalu
terbanting. Tapi setelah berjibaku setengah menit, Karang bisa menarik
jaket pelampung itu (Moga Bunda Disayang Allah: hlm. 76).
Dari teks di atas menunjukkan aspek moral perlindungan, dapat dilihat
dari usaha tokoh Karang yang berusaha keras untuk berenang memegangi ketiga
anak yang tenggelam di laut agar bisa melindungi kemudian menyelamatkan
ketiga anak tersebut dari ombak yang besar walaupun Karang sampai diterjang
oleh ombak sekalipun.
Adapun cerita lain yang menggambarkan tentang sebuah kepedulian yaitu
ketika Karang mencoba menjauhkan lilin yang ia letakkan (dengan tujuan
memberikan sebuh rasa ataupun pelajaran) di depan Melati yang membuat telapak
tangan Melati memerah karena kepanasan, Karang tidak akan membiarkan telapak
tangan Melati terbakar, sejengkel apapun dan sekeras apapun ia untuk
menemukan caranya (agar Melati memahami tentang keadaan sekitar), Karang
tidak akan membiarkan Melati terluka lagi. Melati tidak bereaksi sedikutpun
terhadap lilin api yang diberikan oleh Karang. (Moga Bunda Disayang Allah, hlm.
243)
Pesan singkat pada cerita di atas yaitu sesukar dan sepayah apapun
seseorang dalam mendidik, jangan sampai ada bentuk emosi, amarah, dendam
dalam proses pendidikan tersebut, karena moralnya pendidikan itu tujuaannya
untuk melindungi bukan untuk menyakiti, walaupun di awal cerita Melati
69
diberikan pelajaran yang tak sewajarnya (tidak diberi makan), namun efek
tersebut tidak berimbas langsung kepada fisik Melati, melainkan ia akan berfikir
kenapa tidak boleh makan atau tidak diberi makanan. Berbeda dengan kejadian
cerita di atas, di sini Melati hanya diam tak berkutik ketika api itu membakar
kulitnya. Jika kulit itu terbakar, maka ia akan tersakiti langsung secara fisik. Hal
yang menyakiti fisik seperti ini tidak boleh dilakukan oleh seseorang pendidik dan
manusia secara umumnya.
6. Rasa Kepedulian
Dikutip dari jurnal Teruna Bhakti, peduli merupakan sebuah istilah yang
bermakna memperhatikan, mengindahkan, atau menghiraukan. Kata ini juga dapat
diartikan sebagai suatu sikap yang diciptakan atau ada pada diri seseorang supaya
ia dapat berbuat keindahan maupun mengindahkan, memperhatikan hal-hal yang
ada di sekitarnya. Rasa peduli atau sikap peduli ini bisa saja diperuntukan
terhadap benda maupun mahkluk hidup lainnya. Secara umumnya peduli atau
kepedulian adalah sikap bagaimana seseorang memperlakukan lingkungannya.54
“Melati akan baik-baik saja bun, jika Bunda tetap yakin, maka dia kan
baik-baik saja, Kinasih berbisik-bisik pelan dan tersenyum. (Moga Bunda
Disayang Allah, hlm. 39)
Rasa kepedulian sudah jelas ditampakkan oleh Kinasih kepada Bunda HK,
yaitu dengan cara memberi keyakinan kepada Bunda bahwa Melati akan baik-baik
saja selama proses pendidikan yang ia lakukan bersama Karang. Bentuk
kepedulian ini merupakan suatu dukungan terhadap orang-orang disekeliling kita
54 Nurilam Sarumaha, Strategi Membangun Karakter Peduli Sesama di Kalangan
Mahasiswa Teologi Bedasarkan Filipi 2:1-8, (Jakarta, Jurnal Teruna Bhakti, Vol. 2 No. 2,
Februari 2020, h. 1
70
yang membutuhkan semangat, motivasi, kebaikan dan lain-lain. Dalam dunia
pendidikan kepdulian guru terhadap murid juga sangat diutamakan, seperti contoh
memotivasi, memberikan harapan yang baik-baik, ataupun berita-berita gembira
lainnya.
Kutipan lain yaitu perkataan Bunda pada Karang :
“sudah larut, kau seharusnya juga tidur, anakku! Matamu merah kurang
tidur, bukan? Suaramu juga serak. Lenganmu juga sedikit terasa panas,
kau sakit ? apa perlu besok aku panggilkan Kinasih?” karang terbatuk
seketika memerah mukanya. ((Moga Bunda Disayang Allah, hlm. 238)
Sikap atau perkataan Bunda HK kepada Karang di atas merupakan bentuk
perhatian dan kepeduliannya terhadap orang disekitar. Terlebih lagi Karang
merupakan seorang pendidik yang mengajari anaknya untuk mengenal dunia. Dan
semua harapan-harapan Bunda HK maupun keinginannya selama ini terhadap
Melati, ia topangkan kepada Karang. Tentu saja Bunda bersikap peduli terhadap
Karang. Dan sikap ini bukan karena tanda balas jasa, melainkan murni kepedulian
kita terhadap orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Do’a Karang :
“ya Tuhan, jika semua urusan ini memang adil maka Kau akan membuat
Melati bisa membaca, bisa menulis. Bahkan Kau sungguh akan
menakdirkan gadis kecil ini bisa melakukan hal-hal besar yang justru tidak
bisa dilakukan orang-orang yang bisa melihat dan mendengar dalam
hidupnya, Karang berbisik lirih.
Kepudulian juga bisa direalisasikan dalam bentuk do’a, jangankan dengan
do’a, seseorang yang membicarakan yang baik-baik untuk saudaranya pun
merupakan sebuah bentuk kepdulian. Dalam kutipan di atas tampak jelas bahwa
Karang sangat peduli dengan Melati, peduli terhadap kesembuhannya, peduli
71
terhadap kehidupannya, dan kepedulian yang Karang ucapkan melalui do’a
tersebut, merupakan harapan terbesar Karang sebagai guru pendidik dan
terkhususnya harapan Melati dan keluarga HK.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis teliti maka penulis menemukan
beberapa nilai pendidikan moral dalam novel Moga Bunda Disayang Allah.
Adpun hasilnya yaitu nilai-nilai pendidikan moral penulis bagi menjadi tiga
bentuk. Pertama penerapan nilai-nilai pendidikan moral terhadap diri sendiri yang
terdiri dari menerapkan kejujuran, menerapkan kemandirian, menerapkan
kesopanan, menerapkan keyakinan, menerapkan kerendahan hati, menerapkan
kedisiplinan, menerapkan rasa syukur, menerapkan kesabaran, kedua penerapan
72
nilai-nilai pendidikan moral terhadap benda terdiri dari rasa tanggung jawab dan
harus melindungi, ketiga penerapan nilai-nilai pendidikan moral terhadap sosial
yang terdiri dari saling menghargai, rasa tanggung jawab, saling tolong menolong,
rasa kesetiaan, saling melindungi, rasa kepedulian.
B. Saran
Setelah mengadakan kajian nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung
dalam novel Moga Bunda Disayang Allah, ada beberapa saran yang penulis
sampaikan:
1. Bagi para pendidik, semoga lebih professional dalam mendidik dengan
menggunakan beberapa cara yang sesuai dengan moral ataupun nilai yang
terkandung dalam novel Moga Bunda Disayang Allah, karena sangat banyak
cara yang bisa ditempuh untuk menjadikan anak terdidik dengan baik,
sehingga harus diawali dari sikap pendidik yang baik, tegas dan mempunyai
keyakinan yang kuat.
2. Bagi orang tua, semoga selalu peduli dalam mendidik, serta menanamkan
lebih dalam lagi mengenai nilai-nilai pendidikan moral dalam kehidupan si
anak, dimulai dari orang tua untuk selalu sabar dan yakin dalam mendidik.
Apalagi kondisi pendidikan saat sekarang ini terkhusus di Inodnesia sangat
memprihatinkan.
3. Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan mengenai nilai-nilai pendidikan
moral, yang tidak hanya diperoleh dari buku, atau mendengarkan ceramah
73
saja, namun juga dapat menggunakan novel Moga Bunda Disayang Allah ini,
karena sangat banyak pesan pendidikan moral di dalamnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, Anwar. 2012. Skripsi Analisis Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Negeri 5
Menara karya A. Fuadi, Fakultas Bahasa dan Seni. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Darajat, Zakiyah. dkk. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet,
ke-3
Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Al-Qur’an dan dan Terjemahnya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Fananie, Zainuddin . 2011. Pedoman Pendidikan Modern, Solo: Tinta Medina.
Garudhawaca.
Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai-nilai Moral pada Anak, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
74
Isna, Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Psutaka
Utama.
JR, Sutarjo Adisusilo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Junaedi, Mahfud. 2015. Filsafat dan Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang: Karya Abadi Jaya.
Liye , Tere. 2006. Moga Bunda Disayang Allah, Jakarta: Republika.
M, Iswantir. (Integritas Pendidik Professional Dalam Melaksanakan Tugas Dan
Tanggung Jawabnyaperspektif Pendidikan Islam), Jurnal AICIS, di akses
pada tanggal 1 juni 2021.
Miswanto, Agus. 2012. Studi Islam Agama, Keyakinan, dan Etika, Magelang:
P3SI Universitas Muhammadiyah Magelang.
Mudyahardjo, Redja. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Rohmat. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:
Alfabeta, cet- 2
Mustoip, Sofyan. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter, Surabaya: CV Jakad
Publishing
Nata, Abuddin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung,: Angkasa
Nuansa, Muhaimin. 2006. Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Grafindo Persada.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Sukitman, Tri. Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran (Upaya
Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Berkarakter), Jurnal Prodi
PGSD STKIP PGRI Sumenep
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta,
75
Zakiyah, Qiqi Yuliati. 2014. Pendidikan Nilai Kajian teori dan Praktik di sekolah,
Bandung: CV Pustaka Setia.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Sarumaha, Nurilam. 2020. Strategi Membangun Karakter Peduli Sesama di
Kalangan Mahasiswa Teologi Bedasarkan Filipi 2:1-8. Jakarta, Jurnal
Teruna Bhakti, Vol. 2 No. 2, Februari.