AJANG APRESIASI INDUSTRI ANAK NEGERI

68
Edisi 2021 AN APRECIATION TO THE LOCAL MANUFACTURER Kemenperin Awards AJANG APRESIASI INDUSTRI ANAK NEGERI Karya Indonesia MEDIA SHOWCASE PRODUK INDONESIA

Transcript of AJANG APRESIASI INDUSTRI ANAK NEGERI

E d i si 2021

AN APRECIATION TO THELOCAL MANUFACTURER

K e m e n p e r i n A w a r d s

AJANG APRESIASIINDUSTRI ANAK NEGERI

KaryaIndonesiaM E D I A S H O W C A S E P R O D U K I N D O N E S I A

Dari meja RedaksiFrom the editorial desk

Pengarah: Menteri PerindustrianAgus Gumiwang Kartasasmita. Pemimipin Umum: Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo. Pemimpin Redaksi: Kepala Biro Hubungan Masyarakat Ni Nyoman Ambareny. Wakil Pemimpin Redaksi: Muhamad Basri. Redaktur Pelaksana: Andi Suandi. Editor: Cynthia Fotografer: ZoelfikarAnggota Redaksi:Krisna Sulistyani, Titin Fauziyah Rochmawati,Arief Febriant Putra.

Alamat Redaksi:Biro Hubungan MasyarakatGedung Kementerian Perindustrian Lt. 6Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53, JakartaTelp : (021) 5255509 ext. 2648Fax : (021) 5255609

Akun Media SosialTwitter : @Kemenperin_RIFacebook : Kementerian Perindustrian RIInstagram : @kemenperin_riYoutube : Kementerian Perindustrian RI

Redaksi menerima artikel, opini, surat pembaca. Setiap tulisan hendaknya diketik dengan spasi rangkap dengan panjang naskah 3.000-6.000 karakter,disertai identitas penulis.

Naskah dikirim ke email:[email protected]

Majalah ini dapat diakses melaluiwww.kemenperin.go.id/majalah

E d i si 2021

AN APRECIATION TO THELOCAL MANUFACTURER

K e m e n p e r i n A w a r d s

AJANG APRESIASIINDUSTRI ANAK NEGERI

KaryaIndonesiaM E D I A S H O W C A S E P R O D U K I N D O N E S I A

I Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA)

menyelenggarakan beragam kompetisi dan memberikan penghargaan kepada IKM-IKM terpilih.

Kompetisi ini bertujuan sebagai wadah bagi IKM untuk lebih mengembangkan kreativitas dan

inovasi yang tidak hanya memberikan apresiasi kepada IKM, tetapi juga diberikan program yang

berkelanjutan berupa pelatihan dan pendampingan dalam rangka pengembangan kemampuan dan

keterampilan pelaku industri, serta pembentukan ekosistem IKM yang berdaya saing tinggi. Sehingga

diharapkan IKM tersebut akan naik kelas dan menjadi IKM yang modern dan tangguh.

E The Ministry of Industry’s Directorate General of Small, Medium, and Multifarious Industries

(SMMI) organizes various competitions and awards selected Small Medium Industries

(SMI’s). This competition aims to serve as a forum for SMI’s to develop creativity and innovation that not only gives appreciation to SMI’s, but

also provides sustainable programs in the form of training and assistance in the context

of developing the capabilities and skills of industry players, as well as establishing a highly

competitive SMI ecosystem. So it is hoped that the SMI will go up in class and become a modern

and tough SMI.

44 Majalah Karya Indonesia

C O N T E N T S

DAFTAR ISI

6

26

AKTUALITA

MADE IN INDONESIA

I“Pelaku IKM Perlu Terus Meningkatkan Keahlian dan Keterampilan”

E“Small and Medium Industry Players Need to Continuously Improve Their Skills and Expertise”

IPelaku UMKM Tak Perlu repot Mengecek Transaksi Hingga Stok Barang

EMSMEs Player No Need to Fuss Checking the Transaction nor The Stock of Goods

28 IAplikasi Cek Suhu Tubuh Hingga Absensi Karyawan

EBody Temperature Check to Employee Attendance Apllication

30 IMemudahkan Perusahaan Konstruksi Ukur Volume Material

EMake it Easier for Construction Companies to Measure the Volume of Materials

12 ICiptakan Bangku dari Limbah Puntung Rokok

ECreate a Bench From Cigarette Butt Waste

14 IOptimalkan Limbah Jadi Nilai Tambah

EOptimize Waste to Add Valuel

16 IKilaunya Lampu Tanah yang Bercahaya

EGlittering ‘Lighting Land’ Lamp

IKunci Suksesnya Adalah Inovasi dan Kolaborasi

EThe Key to Success are Innovation and Collaboration

18

IMemdadukan Permainan Congklak dan Puzzle

ECombining Congklak Games with Puzzles

20

IPerhiasan Unik berbahan Daur Ulang Plastik

EUnique Jewelry Made from Recycled Plastics

22

IMemudahkan Pelaku UMKM Catat Transaksi Keuangan

EMaking it Easier for MSMEs to Record Financial Transactions

24

12

24

32

5

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 5

C O N T E N T S62

64

APA & SIAPAIKami Juga Melakukan

Pemberdayaan Kepada Pengrajin yang Sudah Lansia

EWe Also Empower Elderly Craftsmen

IManfaatkan Gambir Berdayakan IKM Batik di Kampung Halamannya

ETaking Advantage of Gambir, Empowering Batik SMI in Their Hometown

IEnak dan Sehat, Cemilan Anak Berbahan Sayuran

EDelicious and Healthy Kids Snack Made of Vegetable

54

IMemberikan Solusi dari Masalah Limbah Buah dan Sayuran

EProviding Solutions to The Problem of Fruit and Vegetable Waste

56

IMeracik Tepung Singkong Serbaguna Bebas Gluten

EMixing Gluten Free Versatile Cassava Flour

58

IMengolah Rempah Nusantara Jadi Sirup Berkhasiat

EProcessing Indonesian Spices Into Efficacious Syrup

60

IMulai Modal Rp 2 Juta, Jadi Omzet Rp 4 Miliar

E Initial Capital of 2 Million Rupiah become Turnover of 4 Billion Rupiah

32

I Ingin Mendorong Rasa Cinta Kita terhadap Produk Lokal

EWe Want to Encourage Our Love for Local Products

34

IMenulari Teknik Ecoprint kepada Warga Penyintas Kusta

E Infecting Ecoprint Technique to Leprosy Survivor

36

ICiptakan Perlengkapan Outdoor yang Inovatif

ECreate Innovative Outdoor Equipment

38

IMemberikan Solusi Pemantauan Real-time Kepada User

EProviding Real-time Monitoring Solutions to Users

40

ILebih Kreatif dan Harus Memberikan Inovasi Baru

EMore Creative and Must Provide New Innovations

42

IManfaatkan Kain Batik Bekas dengan Polesan Desain Modern

ETaking Advantage of Used Batik Fabrics with Modern Design Polish

44

IManfaatkan Kain Tenun Bulu Garut Dengan Pewarna Alam

ETaking Advantage of Arrowroot Woven Fabric With Natural Dyes

46

IMengusung Konsep Bertahan Hidup Saat Pandemi

ECarrying the Concept of Survival During Pandemic

48

IKeju Natural dengan Cita Rasa Lokal

ENatural Cheese with Local Taste

50

IRasakan Manisnya Peluang Bisnis Madu

EFeel the Sweetness of Honey Business Opportunity

52

42

51

6 Majalah Karya Indonesia

AKTUALITA

I Imbas pandemi memunculkan berbagai kendala yang dihadapi oleh para pelaku IKM, di antaranya permintaan pasar menurun, sulitnya ketersediaan dan akses sumber bahan baku, kapasitas produksi yang menurun hingga operasional berhenti sementara, merumahkan sebagian karyawannya, serta kebutuhan modal untuk menggaji karyawan.

Mengenai adanya kendala tersebut, para pelaku IKM diharapkan dapat mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru di saat pandemi ini. Hal ini agar usaha yang dijalankan tetap beroperasi dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor.

Kementerian Perindustrian telah memiliki berbagai program dan kegiatan strategis untuk mendukung para pelaku IKM supaya bisa bertahan di tengah masa pandemi. Apa saja? Berikut hasil kutipan wawancara langsung tim Mjalah KINA dengan Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.

Upaya apa saja yang sudah dilakukan Kemenperin khususnya Direktorat Jenderal IKMA dalam

membangkitkan kembali gairah usaha sektor IKM di Tanah Air yang terkena dampak pandemi Covid-19?

Kami telah melalukan berbagai macam pembinaan dan pendampingan, sekaligus juga memberikan pelatihan dan fasilitas teknis kepada para IKM untuk dapat bertahan, beradaptasi, dan berkembang di tengah perubahan yang sedang terjadi.

Pada masa pandemi dari tahun 2020 hingga Juni 2021, kami telah memberikan pelatihan dan seminar online, yang meliputi 314 webinar dengan peserta sebanyak 18.135 pelaku IKM. Berikutnya, kegiatan penumbuhan Wirausaha Baru (WUB) sebanyak 13.228 IKM, bimbingan dan fasilitasi promosi pemasaran online melalui program e-Smart IKM dan Bangga Buatan Indonesia (BBI) kepada 8.704 IKM.

Ada pula fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan yang telah diberikan kepada 209 IKM, serta terdapat fasilitasi pengembangan produk IKM antara lain melalui pemberian sertifikasi SNI, Halal, HACCP, GMP, ISO, dan Penguatan Mesin/Peralatan kepada 881 IKM.

Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita

“Pelaku IKM Perlu Terus Meningkatkan Keahlian dan Keterampilan”Pandemi Covid-19 telah memberikan ujian yang sangat berat bagi para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia. Padahal, IKM merupakan tulang punggung bagi perekonomian nasional karena jumlahnya yang mendominasi dari seluruh sektor industri di dalam negeri.

Oleh: M. Basri

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 7

Apa yang Ibu harapkan kepada para pelaku IKM saat ini untuk turut mempecepat upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19?

Dalam situasi kompleks seperti saat ini, pelaku IKM perlu terus meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam manajemen bisnis industri mereka. Kemampuan leadership, keterampilan teknis, kreativitas, inovasi, dan orisinalitas harus dimiliki oleh setiap pelaku IKM.

Soft skills tersebut merupakan sepuluh keterampilan teratas yang wajib dimiliki pada tahun 2025 menurut World Economic Forum. Dengan bekal tersebut, pelaku IKM dapat terus bersaing, bertahan, dan mengembangkan usahanya (scalling up).

Selain itu, para IKM harus mampu beradaptasi mengikuti perkembangan dan bisa membaca peluang dan tren yang berkembang, yang disukai konsumen. Kemudian, IKM dapat memanfaatkan program dan fasilitas yang disiapkan oleh pemerintah.

Program dan kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh Ditjen IKMA Kemenperin selama ini dalam upaya berkontribusi pada pencegahan dan pengendalian Covid-19 di tanah air?

Dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19, Ditjen IKMA terus memastikan sektor industri, khususnya IKM agar dapat terus beroperasi dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Ditjen IKMA mendorong industri agar mematuhi standar Izin Operasional Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) sesuai dengan Surat Edaran Menperin Nomor 5 Tahun 2021 tentang Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri Pada Masa Kedaruratan Covid-19.

Perusahaan pemegang IOMKI wajib melaporkan aktivitasnya secara elektronik secara rutin, melalui Sistem Informasi Industri Nasional atau SIINas (siinas.kemenperin.go.id). Hal ini guna memastikan pelaksanaan protokol kesehatan di lingkungan industri.

Sejak pandemi melanda Tanah Air pada 2020, IKM juga berinovasi dan berkontribusi dalam mencegah dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan menghasilkan produk kesehatan seperti obat-obatan herbal, jamu, bahan sanitasi hingga alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan dan masyarakat umum.

Saat ini, bagaimana peran IKM dalam menopang perekonomian nasional? Mohon disertakan datanya.

Selama ini, IKM berhasil menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pada kuartal II 2021, kontribusi sektor industri pengolahan non migas mencapai 19,29 persen. Jumlah ini tak luput dari kontribusi IKM terhadap PDB nasional (nilai didapatkan melalui pendekatan nilai output IKM terhadap nilai output industri pengolahan total) yang mencapai 21,47 persen pada tahun 2020, yang sebelumnya 21,22 persen pada tahun 2019, dan 20,57 persen pada tahun 2018.

Kontribusi tersebut, terdiri dari 36,24 persen merupakan IKM makanan, 17,35 persen IKM Kayu, Barang dari Kayu, Anyaman Rotan, serta 12,69 persen adalah IKM Pakaian Jadi.

Di samping itu, jumlah IKM juga menyumbang tenaga kerja industri yang cukup besar, yaitu 10,36 juta dari total 15,67 juta pekerja industri. Dari segi unit usaha, total unit usaha IKM saat ini mendominasi 99,7 persen atau sekitar 4.400.374 juta IKM, dari total 4.410.557 unit usaha industri di Tanah Air.

Program prioritas apa saja yang sudah dilakukan Ditjen IKMA pada tahun 2021 ini, dan yang akan dilaksanakan pada tahun 2022 nanti?

Ditjen IKMA Kemenperin memiliki program-program untuk meningkatkan daya saing pelaku IKM antara lain (1) Fasilitasi akses terhadap Sumber bahan baku/penolong, diantaranya melalui material center. (2) Fasilitasi Teknologi dan Sarana Prasarana Produksi, antara lain melalui peningkatan teknologi termasuk Restrukturisasi Mesin/Peralatan, Penguatan Sentra-Sentra Produksi di daerah dan Unit Pelayanan Teknis.

(3) Peningkatan Kualitas Produk dan Keahlian SDM, antara lain melalui bimbingan teknis, pendampingan, fasilitasi sertifikasi (seperti SNI, GMP, HACCP, Halal, dan juga TKDN), dengan berbagai pelatihan manajemen dan teknis produksi, serta peningkatan kualitas kemasan serta fasilitasi Kekayaan Intelektual.

(4) Peningkatan Akses Pasar, diantaranya melalui pameran, promosi pemasaran online maupun offline, link and match atau kemitraan dengan industri besar serta sektor ekonomi lainnya, serta mendorong masuk ke pasar ekspor.

Untuk perlindungan bagi pelaku industri dalam negeri, Kemenperin bekerja sama dengan LKPP

Untuk perlindungan bagi pelaku industri dalam negeri, Kemenperin bekerja sama dengan LKPP mendorong para pelaku usaha untuk mengikuti program Bela Pengadaan, selain itu, juga mendorong IKM masuk kedalam e-catalog untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah.

8 Majalah Karya Indonesia

AKTUALITA

mendorong para pelaku usaha untuk mengikuti program Bela Pengadaan, selain itu, juga mendorong IKM masuk kedalam e-catalog untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Bagaimana Ibu melihat sejumlah inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pelaku IKM di tanah air saat ini? Terutama mereka yang sudah mengikuti sejumlah ajang kompetisi yang diinisiasi oleh Ditjen IKMA Kemenperin.

Kami melihat IKM pada saat ini cukup inovatif dan kreatif. Bisa terlihat dari sejumlah IKM yang mengikuti kompetisi yang telah kami laksanakan. Kami terus mendorong tumbuhnya IKM yang inovatif melalui ekosistem yang kondusif, serta berbagai ajang penghargaan dan kompetisi.

Tak hanya sampai di sana, selanjutnya IKM juga diberikan pembinaan berkelanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan demand. Pembinaan dilakukan dalam bentuk upgrading skill dari IKM itu sendiri atau pun melalui pendampingan dan perluasan pasar.

Para peserta kompetisi program Ditjen IKMA menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Banyak di antara mereka yang kualitas inovasinya tak hanya diakui di pasar domestik, tetapi juga mancanegara.

Penghargaan atau kompetisi apa saja yang telah dilaksanakan Ditjen IKMA pada tahun ini, dan yang akan digelar pada tahun depan?

Ditjen IKMA Kemenperin menyelenggarakan beragam kompetisi dan memberikan penghargaan kepada IKM-IKM terpilih. Kompetisi ini bertujuan sebagai wadah bagi IKM untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi yang tidak hanya memberikan apresiasi kepada IKM, tetapi juga diberikan program yang berkelanjutan berupa pelatihan dan pendampingan dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan pelaku industri, serta

pembentukan ekosistem IKM yang berdaya saing tinggi. Sehingga diharapkan IKM tersebut akan naik kelas dan menjadi IKM yang modern dan tangguh.

Program yang digelar tahun ini adalah Indonesia Food Inovation (IFI), yaitu program akselerasi bisnis bagi IKM pangan terpilih, yang memiliki inovasi dalam proses dan produknya, yang bertujuan mendorong IKM agar siap menjadi industri pangan yang marketable, profitable, dan sustainable.

Modest Fashion Project (MOFP), merupakan kompetisi desain dan konsep bisnis fesyen muslim untuk menjaring desainer muda, untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan sebagai wirausaha fesyen. Untuk tahun 2021 telah diselenggarakan Inagurasi MOFP 2021 untuk pemenang I, II, dan III serta pemenang favorit kompetisi MOFP ini.

Indonesia Fashion and Crafts Awards (IFCA), merupakan kompetisi untuk bidang fesyen dan kriya, untuk membuat desain produk yang yang berkualitas. Para pemenang kompetisi ini akan diikutkan dalam program Inkubator Bisnis Kreatif (Creative Business Incubator) Bali Creative Industry Center. Saat ini sedang masuk pada tahap persiapan penjurian final.

Startup For Industry (S4i), yaitu kompetisi yang berfokus pada implementasi solusi teknologi atau produk startup di industri manufaktur atau jasa, untuk memunculkan solusi-solusi teknologi dari para pelaku startup teknologi sebagai penghubung kebutuhan industri dan masyarakat dengan para penyedia teknologi. Startup4industry digelar untuk membentuk ekosistem solusi teknologi industri 4.0.

Indonesia Good Design Selection (IGDS), yaitu penghargaan tertinggi di bidang desain produk industri kepada desainer produk industri dan atau perusahaan industri, untuk dua kategori, yaitu design product dan design concept. IGDS sudah dilaksanakan sejak tahun 2001 dan tahun 2021 merupakan penyelenggaraan IGDS yang ke 18.

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 9

Ad interim. Director General of Small, Medium and Multifarious Industries (SMMI), Reni Yanita

“Small and Medium Industry Players Need to Continuously Improve Their Skills and Expertise”

E The impact of the pandemic has raised various obstacles faced by SMI actors, including declining market demand, difficulty in availability and access to sources of raw materials, decreased production capacity until operations are temporarily suspended, laying off some employees, and capital requirements to pay employees.

The Ministry of Industry already has various strategic programs and activities to support SMI players so that they can survive in the midst of the pandemic. Anything? The following is an excerpt from the direct interview of the Majalah KINA team with Ad interim. Director General of Small, Medium and Multifarious Industries (SMMI) Reni Yanita in her office some time ago.

What efforts have been made by the Ministry of Industry, especially the Directorate General of SMMI, in reviving the enthusiasm of SMI sector in the country that has been affected by the Covid-19 pandemic?

We have carried out various kinds of coaching and mentoring, as well as providing training and technical facilities to SMI’s to be able to survive, adapt, and thrive in the midst of the changes that are happening.

During the pandemic period from 2020 to June 2021, we have provided online training and seminars, which include 314 webinars with 18,135 SMI participants. Next, the activities of growing New Entrepreneurs as many as 13,228 SMI’s, guidance and facilitation of online marketing promotions through the e-Smart SMI and Proudly Made Indonesia program to 8,704 SMI’s.

There is also the facilitation of machinery and equipment restructuring that has been given to 209 SMI, and there is facilitation for the development of SMI products, among others, through the provision

The Covid-19 pandemic has given a very tough test for small and medium industry (SMI) players in Indonesia. In fact, SMI’s are the backbone of the national economy because their numbers dominate all industrial sectors in the country.

of SNI, Halal, HACCP, GMP, ISO certifications, and Strengthening of Machinery/Equipment to 881 SMI’s.

What do you hope for the current SMI players to help speed up efforts to recover the national economy due to the Covid-19 pandemic?

In a complex situation like today, SMI players need to continuously improve their expertise and skills in industrial business management. Leadership abilities, technical skills, creativity, innovation, and originality must be possessed by every SMI actor.

These soft skills are the top ten skills that must be possessed by 2025 according to the World Economic Forum. With this provision, SMI’s can continue to compete, survive, and develop their business (scaling up).

10 Majalah Karya Indonesia

AKTUALITA

In addition, SMI’s must be able to adapt to developments and be able to read emerging opportunities and trends, which are preferred by consumers. Then, SMI’s can take advantage of programs and facilities prepared by the government.

What programs and activities have been carried out by the Directorate General of SMMI of the Ministry of Industry so far in an effort to contribute to the prevention and control of Covid-19 in the country?

In the context of preventing and controlling Covid-19, the Directorate General of SMMI continues to ensure that the industrial sector, especially SMI, can continue to operate while prioritizing health protocols in preventing the spread of Covid-19. The Directorate General of SMMI encourages the industry to comply with the Industrial Activity Mobility Operational Permit standard or called with IOMKI in accordance with the Minister of Industry Circular Letter Number 5 of 2021 concerning Operations and Mobility of Industrial Activities during the Covid-19 Emergency Period.

IOMKI are required to report their activities electronically on a regular basis, through the National Industrial Information System or called with SIINas (siinas.kemenperin.go.id). This is to ensure the implementation of health protocols in industrial environments.

Since the pandemic hit the country in 2020, SMI’s have also innovated and contributed to preventing and increasing the body’s resistance by producing health products such as herbal medicines, herbs, sanitation materials to personal protective equipment for health workers and the general public.

Currently, what is the role of SMEs in supporting the national economy? Please include the data.

So far, SMI’s have succeeded in becoming the backbone of the national economy. In the second quarter of 2021, the contribution of the non-oil and gas processing industry sector reached 19.29 percent. This number does not escape the contribution of SMI’s to national GDP (the value is obtained through the approach of the output value of SMI’s to the total output value of the manufacturing industry) which reached 21.47 percent in 2020, which was previously 21.22 percent in 2019, and 20.57 percent. in 2018.

The contribution consists of 36.24 percent of food SMI’s, 17.35 percent of wood, wooden goods, and rattan weaving, and 12.69 percent of apparel SMI’s.

In addition, the number of SMI’s also contributes quite a lot to the industrial workforce, which is 10.36 million out of a total of 15.67 million industrial workers. In terms of business units, the total SMI business units currently dominate 99.7 percent or around 4,400,374 million SMI, out of a total of 4,410,557 industrial business units in the country.

What priority programs have been carried out by the Directorate General of SMI in 2021, and which will be implemented in 2022?

The Directorate General of SMMI of the Ministry of Industry has programs to increase the competitiveness of SMI’s, including (1) Facilitating access to sources of raw/auxiliary materials, including through a material center. (2) Facilitation of Technology and Production Infrastructure Facilities, among others through technology improvement including Restructuring of Machinery/Equipment, Strengthening of Production Centers in the regions and Technical Service Units.

(3) Improvement of Product Quality and Human Resources Expertise, among others through technical guidance, assistance, facilitation of certification (such as SNI, GMP, HACCP, Halal, and also TKDN), with various management and production technical trainings, as well as improving packaging quality and wealth facilitation intellectual.

(4) Increasing Market Access, including through exhibitions, online and offline marketing promotions, link and match or partnerships with large industries and other economic sectors, as well as encouraging entry into the export market.

For protection for domestic industry players, the Ministry of Industry in collaboration with LKPP encourages business actors to take part in the Procurement Defense program, besides that, it

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 11

also encourages SMI’s to enter the e-catalog for the procurement of government goods and services.

How do you Not only that, furthermore, SMI’s are also given continuous coaching tailored to their needs and demands. Coaching is carried out in the form of upgrading the skills of the SMI itself or through mentoring and market expansion. see a number of innovations made by SMI’s in the country today? Especially those who have participated in a number of competitions initiated by the Ministry of Industry’s Directorate General of SMMI.

We see that SMI’s are currently quite innovative and creative. It can be seen from the number of SMI’s that have participated in the competitions that we have held. We continue to encourage the growth of innovative SMI’s through a conducive ecosystem, as well as various awards and competitions.

Not only that, furthermore, SMI’s are also given continuous coaching tailored to their needs and demands. Coaching is carried out in the form of upgrading the skills of the SMI itself or through mentoring and market expansion.

The participants of the Directorate General of SMMI program competition showed extraordinary abilities. Many of them have recognized the quality of their innovations not only in the domestic market, but also abroad.

What awards or competitions has been carried out by the Directorate General of IKMA this year, and which will be held next year?

The Ministry of Industry’s Directorate General of SMMI organizes various competitions and awards selected SMI’s. This competition aims to serve as a

forum for SMI’s to develop creativity and innovation that not only gives appreciation to SMI’s, but also provides sustainable programs in the form of training and assistance in the context of developing the capabilities and skills of industry players, as well as establishing a highly competitive SMI ecosystem. So it is hoped that the SMI will go up in class and become a modern and tough SMI.

The program held this year is Indonesia Food Innovation (IFI), which is a business acceleration program for selected food SMI’s, which have innovations in their processes and products, which aims to encourage SMI’s to be ready to become marketable, profitable, and sustainable food industries.

Modest Fashion Project (MOFP), is a Muslim fashion design and business concept competition to attract young designers, to increase their capacity and ability as fashion entrepreneurs. For 2021, the MOFP 2021 Inauguration has been held for winners I, II, and III as well as the favorite winners of this MOFP competition.

Indonesia Fashion and Crafts Awards (IFCA), is a competition for fashion and crafts, to create quality product designs. The winners of this competition will be included in the Bali Creative Industry Center’s Creative Business Incubator program. Currently in the preparation stage for the final judging.

Startup For Industry (S4i), which is a competition that focuses on implementing technology solutions or startup products in the manufacturing or service industry, to bring up technological solutions from technology startups as a liaison between industry and community needs with technology providers. Startup4industry was held to form an ecosystem of industrial 4.0 technology solutions.

Indonesia Good Design Selection (IGDS), which is the highest award in the field of industrial product design to industrial product designers and/or industrial companies, for two categories, namely product design and design concept. IGDS has been held since 2001 and 2021 will be the 18th IGDS.

For protection for domestic industry players, the Ministry of Industry in collaboration with LKPP encourages business actors to take part in the Procurement Defense program, besides that, it also encourages SMI’s to enter the e-catalog for the procurement of government goods and services.

1212 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Ciptakan Bangku dari Limbah Puntung Rokok

I Menurut Febryan, Conture menggunakan sampah puntung rokok sebagai komponen campuran beton. Untuk tetap menjaga kehigienisan pada material tersebut, sampah putung rokok diproses menggunakan mesin hydrothermal menciptakan unsur rustic dan lebih berkarakter pada beton yang dirancang dapat terlihat pada produk Nyalira Stool.

“Conture terbentuk sejak tahun 2010, dan berjalan menjadi studio pada 2013. Conture sendiri ada karena satu project pada saat di bangku kuliah desain produk, CONTURE yang merupakan kependekan dari Concrete Furniture. Kini conture terdiri dari 11 orang tim di dalamnya,” ungkap Febryan.

Pada ajang Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020, Conture berhasil menyabet juara I kategori kriya. Keberhasilannya tersebut tak terlepas dari proses inovasi yang ditempuh. Misalnya melihat fenomena terdekat yang kerap terjadi.

“Conture memiliki banyak

klien arsitek untuk mengerjakan komersial area, pada umumnya area outdoor yang didominasi ruang untuk merokok. Kemudian jumlah puntung yang banyak itu menjadi sebuah kegelisahan bagi para pemilik bisnis dan akhirnya coba dikembangkan bersama kami,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Conture bekerjasama dengan PARONGPONG untuk pengolahan puntung rokok tersebut untuk memastikan proses tersebut higienis. Proses riset hingga selesai menjadi produk, kurang lebih memakan waktu hampir dua tahun.

“Alasan kami mengikuti IFCA, yakni untuk mengenalkan karya

Berawal dari melihat banyaknya sampah puntung rokok yang dihasilkan ruang komersial seperti kafe, Febryan Tricahyo selaku desainer dari Conture Studio, terinspirasi untuk mengolah material tersebut dikombinasikan dengan bahan beton sehingga menghasilkan inovasi baru dari sisi fungsi, estetika, dan ekonomi.

baru ke ajang kompetisi yang dinotifikasi mengapresiasi hal-hal yang bersifat sustainability dengan menyiapkan karya terbaik,” ujar Febryan. Saat ini, Conture terus melakukan pengembangan produk dengan ragam lain untuk produk puntung rokok.

“Kami juga sedang mengolah limbah masker menjadi pengganti sepenuhnya peran pasir pada beton,” imbuhnya. Febryan berharap, pemerintah dapat memfasilitasi para peserta IFCA untuk kesempatan ekspor melaui pameran di luar negeri dan bantuan ekspansi workshop. “Kuncinya kami adalah tetap berinovasi, melakukan riset, selalu peka, dan tajam membaca peluang,” pungkasnya.

Juara I IFCA 2020 Kategori Kriya, Conture Concrete Lab

13

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 13

Create a Bench from Cigarette Butt Waste

E According to Febryan, Conture uses cigarette butts as a component of the concrete mix. To maintain the hygiene of the material, cigarette butts are processed using a hydrothermal machine to create rustic and more characteristic elements in the designed concrete, which can be seen in the Nyalira Stool product.

“Conture was formed in 2010, and went on to become a studio in 2013. Conture exists because of a project when I was in product design college, CONTURE which stands for Concrete Furniture. Now, Conture consists of 11 team members in it, “said Febryan.

At the Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020 event, Conture won first place in the craft category. Its success is inseparable from the innovation process it takes. For example, look at the nearest phenomenon that often occurs.

“Conture has many architectural clients to work on commercial areas, generally outdoor areas which are dominated by smoking rooms. Then the large number of butts became a concern for business owners and finally tried to develop it with us, “he said.

Therefore, Conture cooperates with PARONGPONG for the processing of cigarette butts to

Starting from seeing the amount of cigarette butt waste produced by commercial spaces such as cafes, Febryan Tricahyo as the designer of Conture Studio, was inspired to process these materials in combination with concrete materials to produce innovations in terms of function, aesthetics, and economy.

ensure the process is hygienic. The research process until it is finished into a product, takes approximately two years.

“The reason we join IFCA is to introduce new works to competitions that are notified of appreciating things that are sustainable by preparing the best works,” said Febryan. Currently, Conture continues to develop different products for cigarette butts.

“We are also processing mask waste into a full replacement for the role of sand in concrete,” he added. Febryan hopes that the government can facilitate IFCA participants for export opportunities through exhibitions abroad and assistance for workshop expansion. “The key is for us to keep innovating, doing research, always being sensitive, and keen to read opportunities,” he concluded.

1st Winner of IFCA 2020 Craft Category, Conture Concrete Lab

Conture. Concrete LabAddress Jl. Linggawastu No.17, Tamansari,

Bandung, Jawa Barat

Phone. 0811-2270-302

Instagram @contureconcretelab

1414 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Optimalkan Limbah Jadi Nilai Tambah

I Saparo mulai terbentuk di awal tahun 2016. Kata saparo memiliki arti yang sama dengan separuh, setengah, atau sebagian. Selama kurang lebih dari dua setengah tahun sejak didirikan, sang pemilik Jemi Nikolaus Rahangiar lebih cenderung untuk melakukan riset serta memantapkan niat dan tujuannya.

“Pada tahun 2018 adalah titik balik kami untuk meyakinkan niat dan tujuan kami, dengan memulai memproduksi,” ungkapnya.

Berangkat dari latar belakangnya di bidang fesyen, Jemi menyadari bahwa limbah dari industri fesyen dapat dioptimalkan nilai tambahanya sebagai peluang usaha. “Untuk itu, kami mulai merespons dan experiment menggunakan limbah dan teknik khusus untuk diaplikasikan ke berbagai produk, seperti tas, topi, kemeja, celana, dan jaket,” sebutnya.

Kenapa harus limbah? “Semua adalah cerita tentang kebiasaan dan semangat untuk berkarya yang sudah lama kami lakukan terus menerus sejak sekolah dasar, yaitu merespons limbah yang kami kumpulkan dari tempat pembuangan sampah sebagai media untuk berkarya,” paparnya.

Melalui inovasinya, Saparo dinobatkan sebagai Juara II pada ajang Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020. “Di IFCA 2020, kami merespons apa yang sedang terjadi dari dua buah konteks yang berbeda, namun semangat yang sama. Pertama, yaitu pertempuran lima hari di Semarang tahun 1945 dan di bangunnya Tugu Muda sebagai pengingatnya. Kedua, kondisi pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi sekarang ini,” terangnya.

Jemi menjelaskan, semangat yang sama adalah ‘Bahu Membahu

Saparo adalah studio desain di Semarang yang fokus merespons limbah sebagai media eksplorasinya. Inovasi yang diciptakannya melalui penggabungan konsep art ke dalam berbagai macam alternatif produk, baik itu fesyen maupun kerajinan.

Juara II IFCA 2020 Kategori Fesyen, Saparo

Bangkit dan Berjuang’ dengan semangat ‘Gotong Royong’. “Semangat inilah yang kami aplikasikan, melalui penggabungan dari kain-kain perca dengan berbagi teknik experiment kami sehingga menjadi kesatuaan inovasi baru,” tuturnya.

Dalam proses penciptaan inovasi tersebut, Saparo mengajak dan melatih para warga sekitar di studio serta menggandeng beberapa artisan brand yang ada di Semarang. “Jadi, bersama sama saling bahu membahu merespons ide ini, yang kurang lebih dari satu bulan untuk menyiapkan semuanya bisa tercipta. Semangat gotong royong menjadi kuncinya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Jemi mengemukakan, alasan mengikuti ajang IFCA adalah untuk memvalidasi konsep atau ide-ide yang sedang dikerjakan dan dikembangkan. Selain itu sebagai ‘batu loncatan’ untuk meraih pengalaman dan network. “Pelaksanaan IFCA, seperti proses coaching sangat membantu kami dalam pemahaman banyak hal, di antaranya ilmu desain, sustainable, dan bisnis,” sebutnya.

Selain pengembangan konsep produk untuk ajang IFCA, Saparo juga berinovasi dengan penggabungan antara plastik kresek dan kain perca. Pendekatannya adalah art exhibition dengan konteks isu sosial dan human interest.

“Yang juga sedang kami kembangan adalah membangun kelompok produksi dengan memberdayakan warga sekitar dalam rangka pengembangan SDM, dengan mengusung kampanye #conrolyourwaste dan ayoo berkarya dari limbah teman,’’ ungkapnya.

Saparo berharap, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang probisnis, antara lain membangun pop up market untuk produk ramah lingkungan baik fesyen maupun kerajinan sehingga memperluas pasar pelakunya, kemudian lebih banyak lagi program edukasi dan pelatihan tentang tanggung jawab dan pengolahan limbah, serta mempermudah perizinan dan modal usaha. (*)

15

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 15

Optimize Waste to Add Value

E Saparo began to form in early 2016. The word Saparo has the same meaning as half, or part. For more than two and a half years since its establishment, the owner Jemi Nikolaus Rahangiar is more inclined to do research and establish his intentions and goals.

“2018 was the turning point for us to convince our intentions and goals, by starting to produce,” he said.

In the process of creating these innovations, Saparo invites and trains residents in the studio and collaborates with several artisan brands in Semarang. “So, together we worked for hand in hand to respond to this idea, which took more than a month to prepare everything. The spirit of gotong royong is the key,” he added.

Furthermore, Jemi said, the reason for participating in the IFCA event was to validate concepts or ideas that were being worked on and developed. In addition, as a ‘stepping stone’ to gain experience and network. “The implementation of IFCA, such as the coaching process, really helps us in understanding many things, including design, sustainability, and business,” he said.

In addition to developing product concepts for the IFCA event, Saparo also innovates by combining crackle plastic and patchwork. The approach is an art exhibition with the context of social issues and human interest.

“What we are also developing is building a production group by empowering residents in the context of developing human resources, by carrying out the #controlyourwaste campaign and let’s work from friends’ waste,” he said.

Saparo hopes that the government can issue pro-business policies, including building a pop-up market for environmentally friendly products, both fashion and handicrafts to expand the market for players, then more education and training programs on responsibility and waste management, as well as facilitating licensing and business capital. (*)

Saparo is a design studio in Semarang that focuses on responding to waste as a medium for exploration. The innovations he creates are through incorporating the concept of art into a variety of alternative products, be it fashion or crafts.

SaparoAddress Jl. Karang Gawang Bar. No.17,

RT.04/RW.14, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50274

Phone 0813-5359-2548

Website saparo.id

Departing from his background in fashion, Jemi realizes that waste from the fashion industry can be optimized for added value as a business opportunity. “For that, we began to respond and experiment using waste and special techniques to be applied to various products, such as bags, hats, shirts, pants, and jackets,” he said.

Why waste? “All of them are stories about habits and passion for work that we have been doing continuously since elementary school, namely responding to the waste we collect from landfills as a medium for creating works,” he explained.

Through his innovations, Saparo get 2nd Winner of Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020. “At IFCA 2020, we respond to what is happening from two different contexts, but with the same spirit. The first was the five-day battle in Semarang in 1945 and the Tugu Muda was built as a reminder. Second, the condition of the Covid-19 pandemic that we are currently facing,” he explained.

Jemi explained that the same spirit is ‘Shoulder to shoulder to rise and fight’ with the spirit of ‘Gotong Royong’. “This spirit is what we apply, through the incorporation of patchwork by sharing our experimental techniques so that it becomes a new innovation unit,” he said.

Second Winner IFCA 2020 Fashion Category, Saparo

1616 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Kilaunya Lampu “Tanah yang Bercahaya”

I Buana yang memiliki arti kata tanah adalah sebagai representasi dari material yang digunakan, yaitu material lokal yang sudah ada di tanah air Indonesia sejak dulu. “Pada karya ini, kami mengangkat material kuningan dan batu teraso. Sebab, kedua material ini adalah material kuno, tetapi sebenarnya masih punya potensi untuk dikembangkan variasi produknya,” kata William Vijadhammo Lumintan.

Biasanya teraso banyak digunakan untuk membuat benda-benda fungsional seperti lantai, bak mandi, wastafel, dan lain sebagainya. Tetapi William mencoba untuk membuatnya menjadi star of the show, di mana justru dari teraso inilah muncul estetika keindahan visualnya.

“Pecahan dan serpihan yang terdapat pada batu teraso ini adalah hasil pemanfaatan limbah para artisan keramik yang semula tidak mempunyai nilai sama sekali. Kemudian kami kombinasikan dengan armatur lampu yang terbuat dari kuningan untuk menambah kesan mewah dari produk tersebut,” paparnya.

Sedangkan, lanjut William, Kara memiliki arti kata cahaya yang merupakan semangat dalam karya yang diciptakannya. “Bahwa produk ini tidak hanya berfungsi untuk memberikan cahaya bagi para penggunanya saja, tetapi juga dapat memberikan cahaya harapan bagi para artisan yang turut berpartisipasi,” imbuhnya.

Secara desain, proses mendapatkan ide untuk inovasi produk BuanaKara diawali dengan berempati terhadap potensi-potensi lokal yang ada. “Dari ide-ide yang sudah ada, kami teruskan ke proses purwarupa produk secara digital untuk melihat bagaimana hasil gambaran yang sudah kami buat ketika dikomposisikan menjadi satu kesatuan produk,” tuturnya.

Selama menjalani proses desain pembuatan karya ini, William berkolaborasi dengan beberapa pihak seperti artisan kuningan di Kampung Kuningan Boyolali, artisan keramik di Kampung Keramik Malang, dan artisan batu di Surabaya. “Keseluruhan proses desain ini berlangsung cukup intensif dan memerlukan beberapa literasi,” tandasnya.

Dengan kepercayaan dan dukungan yang telah

diberikan oleh Kementerian Perindustrian, William akan mulai memetakan strategi agar produknya bisa dipasarkan secara nasional terlebih dahulu. “Jika nanti sudah lebih matang, maka tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan persiapan untuk ekspor,” ujarnya.

Saat ini, William sedang mengembangkan inovasi untuk lebih mendalami material teraso. “Kami merasa material tersebut sebenarnya masih sangat potensial jika dibandingkan dengan produk-produk yang sekarang beredar pada umumnya.Harapannya dengan pengetahuan mendalam pada teraso ini, kami bisa mengembangkan produk-produk baru yang lebih fresh di pasaran,” tandasnya.

Ke depannya, William berencana untuk mengikuti kegiatan Creative Business Incubator (CBI) dan Indonesia Good Design Selection (IGDS) sebagai target jangka pendek yang dapat membantu percepatan pengembangan usaha. “Tentunya dari kegiatan IFCA sendiri, kami juga mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dari apa yang telah kami pelajari di dunia perkuliahan, yang mana hal ini dapat kami gunakan sebagai tambahan pertimbangan dalam mengembangkan usaha kami,” terangnya.

William berharap, pemerintah dapat memfasilitasi pelatihan-pelatihan yang sifatnya bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dalam menjalani usaha. Selain itu program yang dapat membantu untuk mengenalkan brand lebih luas lagi. “Lalu, jika ke depan kami sudah siap untuk mendirikan badan usaha dan mulai memikirkan untuk ekspansi, maka fasilitas pendanaan yang disediakan oleh pemerintah pastinya akan sangat kami apresiasi,” ujarnya.

Sebuah karya dengan nama BuanaKara menjadi daya tarik tersendiri pada ajang Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020. Produk lampu meja dari kombinasi material kuningan dan batu teraso ini mampu menyabet juara III kategori kriya.

Juara III IFCA 2020 Kategori Kriya, BuanaKara

17

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 17

Glittering “Lighting Land” Lamp

E Buana which means the word land is a representation of the material used, namely local materials that have existed in Indonesia for a long time. “In this work, we raised brass and terrazzo materials. This is because these two materials are ancient, but they still have the potential to develop product variations,” said William Vijadhammo Lumintan.

Usually, terrazzo is widely used to make functional objects such as floors, bathtubs, sinks, and so on. But William tries to make it a star of the show, where it is precisely from this terrazzo that his aesthetic visual beauty emerges.

“The shards and flakes found in this terrazzo stone are the results of utilizing the waste of ceramic artisans which originally had no value at all. Then we combined it with a lamp armature made of brass to add to the luxurious impression of the product,” he explained.

Meanwhile, William continued, Kara has the meaning of the word light which is the spirit in the work he creates. “That this product not only serves to provide light for its users, but also can provide a light of hope for the participating artisans,” he added.

By design, the process of getting ideas for BuanaKara product innovation begins with empathy for existing local potentials. “From the existing ideas, we proceed to the digital product prototyping process to see how the results of the images that we have created when they are composed into a single product,” he said.

During the design process of making this work, William

collaborated with several parties such as brass artisans in Kampung Kuningan Boyolali, ceramic artisans in Malang Ceramic Village, and stone artisans in Surabaya. “The whole design process is quite intensive and requires some literacy,” he said.

With the trust and support that has been given by the Ministry of Industry, William will begin to map out a strategy so that his products can be marketed nationally first. “When it is more mature, it is possible that we will make preparations for export,” he said.

Currently, William is developing innovations to further explore terrazzo materials. “We feel that the material is still very potential when compared to products that are currently circulating in general. We hope that with in-depth knowledge of this terrazzo, we can develop new, fresher products on the market,” he said.

A Work with the name BuanaKara became the main attraction at the Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020. This table lamp product from a combination of brass and terrazzo materials was able to win third place in the craft category.

In the future, William plans to participate in the Creative Business Incubator (CBI) and Indonesia Good Design Selection (IGDS) activities as short-term targets that can help accelerate business development. “Of course, from IFCA’s activities, we also gain broader knowledge from what we have learned in the world of lectures, which we can use as additional considerations in developing our business,” he explained.

William hopes that the government can facilitate useful training to develop knowledge in running a business. In addition, programs can help to introduce the brand more broadly. “Then, if in the future we are ready to establish a business entity and start thinking about expansion, then the funding facilities provided by the government will certainly be highly appreciated by us,” he said.

Third Winner of IFCA 2020 Craft Category, BuanaKara

Terra Buana KaraAddress Rangkah 1 No.25 Tambak Sari,

Surabaya, Jawa Timur

Phone 085648806188

Website @williamvije

1818 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Kunci Suksesnya Adalah Inovasi dan Kolaborasi

I “Kami merancang program riset, pelatihan, dan pendampingan komunitas sehingga komunitas dapat membuat produk unggulan dengan nilai tambah yang tinggi,” kata Yohannes Aryaduta. Menurutnya, Sepatokimin juga sebuah wadah untuk komunitas bisa mengangkat cerita dan produk unggulannya, yang dipertemukan dengan produsen lokal atau pelaku industri kreatif yang lebih luas.

Melalui inovasinya, Sepatokimin berhasil meraih juara III pada ajang Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020 untuk kategori fesyen. Pada ajang IFCA, Sepatokimin berkolaborasi dengan brand sepatu PANNA Footwear dan komunitas desainer Footwear Forum Indonesia untuk membuat produk gaya hidup bermuatan kampanye sosial.

“Kami meluncurkan artikel sepatu PANNA Senua Eco-print yang

menggunakan kain kanvas eco-print buatan warga penyintas kusta di kampung Liposos, Pakunam, Singkawang, Kalimantan Barat,” ujarnya.

Seluruh kain yang digunakan tersebut dibuat secara hand-made dan menggunakan pewarna alam di sekitar desa Liposos. Selain mempromosikan hasil karya buatan warga, Sepatokimin juga turut mengedukasi masyarakat luas tentang stigma negatif dan perlakuan diskrimintif terhadap penyintas kusta.

“Dalam prosesnya, kami mengajak tokoh masyarakat, influencer, dan lembaga sosial untuk terus mengkampanyekan hal tersebut. Hasil penjualan sepatu ini juga didistribusikan ke sejumlah program pembinaan penyintas kusta di Jawa Timur dan Pakunam, Kalimantan Barat,” papar Yohannes.

Sepatokimin adalah sebuah organisasi-inisiatif pemberdayaan komunitas marginal di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2019. Bergerak bersama komunitas untuk membangun kapasitas manusia, sosial, intelektual, dan finansial melalui pengembangan ekonomi kreatif.

Cara menelurkan inovasi, Sepatokimin berkolaborasi dengan berbagai sponsor, komunitas, dan pelaku kreatif di Indonesia dalam meluncurkan sepatu eco-print. Pihak-pihak yang ikut mendukung, antara lain Footwear Forum Indonesia, Yayasan Satu Jalan Bersama, dan Desa Sejahtera Astra.

“Kami juga melibatkan beberapa brand sepatu seperti Brodo, Prabu Indonesia, dan Panna footwear. Narasi yang kami bawa turut diperkuat dengan bantuan influencer seperti Najwa Shihab, Adityalogi, Isser James, dan lain-lainnya,” imbuh Yohannes. Dalam prosesnya, membutuhkan waktu empat bulan untuk mempersiapkan kolaborasi tersebut.

Yohannes menjelaskan, sepatu dipilih sebagai medianya karena merupakan produk gaya hidup yang dekat dengan anak muda, bahkan lintas generasional. “Sehingga kesan yang dibawa saat melihat produk kami tidak seperti kampanye sosial yang biasa atau melulu bernarasikan kisah sedih dari suatu komunitas, melainkan berisikan pesan optimisme dan segar melalui produk yang bisa diapresiasi dan digunakan oleh siapa saja,” ungkapnya.

Keikutsertaannya pada ajang IFCA, yakni untuk membangun networking dan membuka kemungkinan funding untuk pelaksanaan program pendampingan di desa-desa binaan. Kunci keberhasilannya, menyiapkan karya yang baik, jujur, dan berkualitas dari hasil kolaborasi warga dan rekanan brand.

“Inovasi baru yang sedang dikembangkan adalah membangun jejaring dan rekanan program untuk pendampingan Sekolah Tenun di beberapa darerah timur Indonesia, seperti Kupang NTT dan Wakatobi Sulawesi Tenggara,” ujarnya.

Pada tahun 2020, Sepatokimin terpilih sebagai salah satu pemenang kategori ‘Best Design” di Indonesian Good Design Selection dengan judul karya Vantage Eco-Print dengan Brodo. Selain itu, pada ajang yang sama, karya bersama Prabu Indonesia mendapat penghargaan “Honorable Mention”. (*)

Juara III IFCA 2020 Kategori Fesyen, Sepatokimin

19

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 19

The Key to Success are Innovation and Collaboration

I “We design research, training, and community assistance programs so that the community can create superior products with high added value,” said Yohannes Aryaduta. According to him, Sepatokimin is also a forum for the community to raise stories and superior products, which are brought together with local producers or wider creative industry players.

Through his innovation, Sepatokimin becomes 3rd winner of the Indonesia Fashion and Craft (IFCA) 2020 event for the fashion category. At the IFCA event, Sepatokimin collaborated with the shoe brand PANNA Footwear and the Indonesian Footwear Forum designer community to create lifestyle products with social campaigns.

“We launched the PANNA Senua Eco-print shoe article using eco-print canvas fabric made by leprosy survivors in Liposos village, Pakunam, Singkawang, West Kalimantan,” he said.

All the fabrics used are handmade and use natural dyes around the village of Liposos. Apart from promoting the creations made by residents, Sepatokimin also educates the general public about negative stigma and discriminatory treatment of leprosy survivors.

“In the process, we invite community leaders, influencers, and social institutions to continue campaigning for this. The proceeds from the sale of these shoes are also distdistributed several leprosy survivor developmevvnt programs in East Java and Pakunam, West Kalimantan,” said Yohannes.

How to spawn innovation, Sepatokimin collaborates with various sponsors, communities, and creative

actors in Indonesia in launching eco-print shoes. Supporting parties included Footwear Forum Indonesia, One Street Together Foundation, and Astra Sejahtera Village.

“We also involve several shoe brands such as Brodo, Prabu Indonesia, and Panna footwear. The narrative that we carry is also strengthened with the help of influencers such as Najwa Shihab,

Sepatokimin is an initiative to empower marginalized communities in Indonesia that were founded in 2019. Working with the community to build human, social, intellectual, and financial capacities through the development of the creative economy.

Third Winner of IFCA 2020 Fashion Category, Sepatokimin

Adityalogi, Isser James, and others,” added Yohannes. In the process, it took four months to prepare for the collaboration.

Yohannes explained that shoes were chosen as the medium because it is a lifestyle product that is close to young people, even across generations. “So the impression that is brought when seeing our products is not like an ordinary social campaign or merely narrating a sad story from a community, but contains a message of optimism and freshness through products that can be appreciated and used by anyone,” he said.

His participation in the IFCA event was to build networking and open up funding possibilities for the implementation of mentoring programs in the assisted villages. The key to its success is preparing good, honest, and quality works from the collaboration of citizens and brand partners.

“The innovation that is being developed is to build networks and program partners to assist Weaving Schools in several eastern regions of Indonesia, such as Kupang, NTT and Wakatobi, Southeast Sulawesi,” he said.

In 2020, Sepatokimin was selected as one of the winners of the ‘Best Design’ category at the Indonesian Good Design Selection with the title Vantage Eco-Print with Brodo. In addition, at the same event, the work with Prabu Indonesia received an “Honorable Mention” award. ( *)

SepatokiminAddress Komplek Bali Creative Industry

Center (BCIC, Jl. WR Supratman No.302, Kota Denpasar, Bali 80237

Phone +62 857 1885 2228

Website sepatokimin.com

2020 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Memadukan Permainan Congklak dengan Puzzle

I Mainan anak yang dibuat Ribka dinamakan Pulak (Puzzle Congklak). “Pulak adalah permainan congklak dengan kombinasi puzzle dengan sentuhan hewan khas Indonesia,” ujarnya.

Di setiap lubang congklak terdapat muka hewan dan harus di pasangkan dengan balok puzzle yang merupakan pasangan dari setiap lubang. Pemain harus mencocokkan setiap balok, dengan bermain congklak seperti pada umumnya.

“Keunggulan Pulak adalah memodifikasi congklak konvensional dengan sentuhan puzzle dan memperkenalkan anak-anak tentang keanekaragaman hayati Indonesia, terutama Indonesia bagian barat,” papar Ribka.

Ia menjelaskan, inovasi Pulak berawal dari tugas kuliahnya saat di semester 3 untuk mata kuliah Desain Produk 2. “Saat itu, tugas yang diberikan oleh dosen saya adalah membuat maianan anak-anak dengan menggunakan teknik mekanik sederhana,” ungkapnya.

Tim dosen turut membantu dalam proses pembuatan Pulak, mulai dari proses sketsa, development produk, sampai pembuatan prototipe. “Pada saat pembuatan Pulak di kampus, membutuhkan waktu tiga bulan,” imbuhnya.

Alasannya mengikuti IFCA, disampaikan Ribka, karena ingin menguji diri dan menambah pengalaman berkompetisi terutama di bidang desain. “IFCA merupakan ajang kompetisi yang pertama kali saya ikuti. Awalnya, saya tidak yakin akan diri sendiri bisa lanjut ke babak selanjutnya, terutama di tahap I karena banyak peserta yang sudah memiliki usaha sendiri, sedangkan saya hanya peserta individu,” paparnya.

Namun, dia bersyukur bisa melalui tahapan dalam kompetisi IFCA sampai final. “Upaya yang saya lakukan untuk sampai ke babak final adalah saya selalu mengikuti pelatihan yang di berikan panitia IFCA dari pelatihan tersebut saya mendapat insight baru dari para pembicaranya untuk men-develop produk saya dan juga model bisinis yang ingin saya kembangkan,” tandasnya.

Ribka terus melakukan diskusi dengan dosen dan teman-temannya dalam rangka meminta pendapat dan pemikiran mereka tentang upaya yang harus dikembangkan lagi untuk produk Pulak. “Saya ingin produk Pulak bisa lebih dikenal dan bisa menjadi mainan favorit anak-anak,” harapnya.

Ribka menceritakan, selama mengikuti program IFCA khususnya tahap seleksi satu dan dua, dirinya mendapat sesi pelatihan dari para mentor yang berpengalaman dari sektor desain maupun bisnis. “Dari mentor tersebut, saya mendapat masukkan baru, terutama dalam bidang bisnis karena sektor tersebut adalah hal yang saya kurang kuasai,” ujarnya.

Selain mentoring dari para mentor yang andal di ajang IFCA, Ribka juga mendapat bantuan penuh untuk proses prototyping dan juga akomodasi yang sangat memadai saat penjurian tahap final. “Bagi saya, program IFCA adalah program yang tidak akan pernah saya lupakan dalam proses saya menjadi seorang desainer,” tegasnya.

Melalui ajang IFCA, Ribka optimistis, akan lebih banyak anak muda yang berani untuk merealisasikan ide kreatif mereka terutama di bidang desain kriya dan fesyen. “Yang terpenting jangan takut untuk gagal. Untuk pemerintah semoga bisa terus mengapresiasi anak-anak muda kreatif di bidangnya,” pungkasnya.

Memiliki latar belakang pendidikan Desain Produk, Ribka Emmanauli memberanikan diri untuk ikut ajang Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020. Partisipasinya tersebut dalam rangka memperkenalkan inovasinya membuat mainan anak yang edukatif dan menyenangkan.

20 Finalis Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020, Ribka Emmanauli

21

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 21

Combining Congklak Games with Puzzles

I The children’s toy that Ribka made is called Pulak (Puzzle Congklak). “Pulak is a game of congklak with a combination of puzzles with a touch of Indonesian animals,” she said.

In each congklak hole, there is an animal face and must be paired with puzzle blocks that are pairs of each hole. Players must match each block by playing congklak as usual.

“Pulak’s advantage is she modified conventional congklak with a puzzle and introduces children to Indonesia’s biodiversity, especially western Indonesia,” said Ribka.

She explained that Pulak’s innovation started from her college assignment in semester 3 for the

Product Design 2 course. “At that time, the task given by my lecturer was to make children’s toys using simple mechanical techniques,” she said.

The team of lecturers helped make Pulak, starting from the sketch process, product development to creating prototypes. “At the time of making Pulak on campus, it took three months,” she added.

The reason for joining IFCA, said Ribka, was because she wanted to test herself and gain experience in competing, especially in design. “IFCA is the first competition I have participated in. At first, I wasn’t sure that I could advance to the next round, especially in the first stage

Having an educational background in Product Design, Ribka Emmanauli was encouraged to participate in the Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020. Her participation was to introduce her innovation in making educational and fun children’s toys.

because many participants already had their own businesses, while I was only an individual participant,” she explained.

However, she is grateful to go through the stages in the IFCA competition until the final. “My effort to get to the final round is that I always follow the training given by the IFCA committee. I get new insights from the speakers from the training to develop my products and the business model I want to develop,” she said.

Ribka continued to discuss with her lecturers and friends to ask for their opinions and thoughts on the efforts that must be further developed for Pulak’s products. “I want Pulak’s products to be better known and become children’s favorited toys,” she hoped.

Ribka said that while participating in the IFCA program, especially the first and second selection stages, she received training sessions from experienced mentors from the design and business sectors. “From the mentor, I got new input, especially in the business sector because that sector is something I’m not very good at,” she said.

In addition to mentoring from reliable mentors at the IFCA event, Ribka also received full assistance for the prototyping process and very appropriate accommodation during the final judging stage. “For me, the IFCA program is a program that I will never forget in my process of becoming a designer,” she said.

Through the IFCA event, Ribka is optimistic that more young people will dare to realize their creative ideas, especially in craft and fashion design. “The most important thing is not to be afraid to fail. Hopefully, the government can continue to appreciate creative young people in their fields,” she concluded.

20 Finalist Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020, Ribka Emmanauli

Ribka EmmanauliPhone 0881 1031 614

Website https://bcic-ikm.net/product/pulak-puzzle-congklak/

2222 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Perhiasan Unik Berbahan Daur Ulang Plastik

I “Untuk produk bertema light sudah dimulai proses konsepnya lumayan lama, dan dalam pembuatnya melibatkan komunitas lapak di Tangerang,” ungkap Risa Gama selaku Co Founder Rubysh. Sementara untuk yang tema dark, hanya dalam waktu singkat. Namun pembuatannya lebih menantang karena harus melibatkan pelelehan dan mixing campuran plastik HDPE.

Produk tersebut rencananya akan diekspor ke Eropa pada akhir tahun ini, atas kerja sama dengan salah satu eksportir dari Portugal. “Tahun depan juga akan kerja sama dengan Heinemaan Asia Paficic (kantor di Singapura), jumlah yang

direncanakan sekitar 200‐500 pcs dalam sekali shipping,” tuturnya.

Risa menjelaskan, alasannya mengikuti ajang IFCA 2020 adalah untuk mendapatkan platform exposure karena IFCA merupakan event prestisius yang diselenggarakan oleh Kemenperin, dan banyak lulusan IFCA mendapatkan kesempatan luar biasa ke depannya setelah megikuti IFCA. “Persiapan kami agar memenangkan event ini adalah dengan mengasah terus originalitas dan kreativitas dari produk kami,” ujarnya.

Saat ini, Rubysh sedang melakukan pengembangan inovasi baru, dengan mengekspolrasi material daur ulang baru, yaitu dari bahan daur ulang PP (botol Propylene, botol minuman kemasan bentuk gelas) dan bahan karet (limbah ban motor dan sepeda).

“Dalam strategi pengembangan bisnis, kami terus berjejaring dan membangun ekosistem bisnis yang kondusif dan supportif. Selain itu harus peka dan jeli terhadap tren ke depan untuk terus bisa bertahan dan berinovasi,” imbuhnya.

Risa berharap pemerintah dapat lebih memberikan dukungan exposure, relasi dan bantuan teknis khususnya dalam kegiatan ekspor. “Ketersediaan dana tambahan untuk pengembangan working capital khususnya dalam memenuhi kebutuhan pesanan ekspor yang besar, juga sangat diperlukan,” ujarnya.

Rubysh telah banyak mengikuti kegiatan yang diinisiasi oleh Kemenperin, khususnya dalam

Pada ajang Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020, Rubysh memperkenalkan satu pasang koleksi perhiasan dengan tema, DAK POSITIVSM dengan tone yang dark (sebagian dibuat dari botol HDPE) dan light (sebagian dibuat dari botol PET) yang meliputi anting, gelang dan kalung. Keunggulan produk perhiasan ini terletak pada keunikan material daur ulang yang digunakan.

20 Finalis Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020, Rubysh

program desain produk dan kemasan. “Program ini sangat membantu kami dalam memberikan produk yang diminati pasar dalam dan luar negeri, salah satu event yang penting bagi dengan Kemenperin adalah IFCA, di mana kami mendapatkan dukungan yang luar biasa termasuk didalamnya capacity training dan exposure,” ungkapnya.

Risa menambahkan, pemerintah juga diharapkan bisa memberikan dukungan untuk menciptakan ekosistem bisnis yang lebih kondusif. “Kemudahan akses informasi, layanan dan ketersediaan dana, sangat diperlukan khususnya bagi startup di tahun‐tahun awal pembentukan,” ujarnya.Sampai saat ini, selain jewelry custom, Rubysh memiliki tiga tema koleksi perhiasan dengan keunikan desain dan material daur ulangnya masing‐masing (mulai dari daur ulang botol PET, HDPE dan botol gelas). Produk yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari cincin, anting, bangle, choker sampai dengan kalung.

“Saat ini, kami sudah berekspansi untuk memiliki tambahan workshop di Bekasi dan Jakarta. Sebanyak 30 orang perempuan terlibat dalam proses produksinya, dan perusahaan sudah mencapai keuntungan hingga Rp120 juta per tahun,” pungkasnya.

23

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 23

Unique Jewelry Made from Recycled Plastic

E ”For light-themed products, the concept process has started for quite a long time, and the development involved the hangout community in Tangerang,” said Risa Gama as Co-Founder of Rubysh. As for the dark theme, only for a short time. However, its manufacture is more challenging because it involves melting and mixing the HDPE plastic mixture.

The product is planned to be exported to Europe by the end of this year, in cooperation with an exporter from Portugal. “Next year will also cooperate with Heinemaan Asia Paficic (office in Singapore), the planned number is around 200-500 pcs in one shipment,” she said.

Risa explained that the reason for participating in the IFCA 2020 event was to get an exposure platform

continue to survive and innovate,” she added.

Risa hopes that the government can provide more support for exposure, relations and technical assistance, especially in export activities. “The availability of additional funds for the development of working capital, especially in meeting the needs of large export orders, is also very necessary,” she said.

Rubysh has participated in many activities initiated by the Ministry of Industry, particularly in product and packaging design programs. “This program really helps us in providing products that are of interest to domestic and foreign markets, one of the important events for the Ministry of Industry is IFCA, where we get extraordinary support including capacity training and exposure,” she said.

Risa added that the government is also expected to provide support to create a more conducive business ecosystem. “Easy access to information, services and availability of funds is very much needed, especially for startups in the early years of formation,” she said.

Until now, apart from custom jewelry, Rubysh has three jewelry collection themes with their own unique designs and recycled materials (starting from recycled PET, HDPE and glass bottles). The products offered are very diverse, ranging from rings, earrings, bangles, chokers to necklaces.

“Currently, we have expanded to have additional workshops in Bekasi and Jakarta. As many as 30 women are involved in the production process, and the company has achieved a profit of up to IDR 120 million per year,” she concluded.

At the Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020, Rubysh introduced a pair of jewelry collections with the theme, DARK POSITIVSM with dark tones (partly made from HDPE bottles) and light (partly made from PET bottles) which include earrings, bracelets and necklaces. The advantage of this jewelry product lies in the uniqueness of the recycled materials used.

Rubysh JewelryWebsite https://rubysh-jewelry.com/

Phone +62-85-77777-1474

Instagram @rubysh.jewelry

because IFCA is a prestigious event organized by the Ministry of Industry, and many IFCA graduates will have extraordinary opportunities in the future after participating in IFCA. “Our preparation to win this event is to continue to hone the originality and creativity of our products,” she said.

Currently, Rubysh is developing new innovations, by exploring new recycled materials, namely from recycled PP materials (Propylene bottles, glass-shaped beverage bottles) and rubber materials (waste motorcycle and bicycle tires).

“In our business development strategy, we continue to network and build a conducive and supportive business ecosystem. In addition, you must be sensitive and observant to future trends to

20 Finalists of Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2020, Rubysh

2424 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Memudahkan Pelaku UMKM Catat Transaksi Keuangan

I “Amiga pada saat ini terdiri dari dua tim, yakni tim service dan product, dengan total karyawan 20 orang,” kata Fitri Hardiyanti selaku CEO/Founder Tri Stuba Amiga.

Selain jasa konsultasi dan administrasi, Amiga juga mempunyai suatu produk unggulan, yaitu aFin. Aplikasi yang menyediakan jasa keuangan dan administrasi untuk bisnis kecil yang terintegrasi dengan aplikasi Whatsapp, mudah penggunaannya dan cepat bisa digunakan dimana saja dan kapan saja.

“Inilah salah satu keunggulan aFin, mudah dan cepat, sesuai dengan tagline dari aFin adalah Your Finance Assistance,” ungkapnya.

Fitri menjelaskan, ide awal dari aFin adalah membuat kemudahan pelanggan Amiga dalam melakukan pencatatan transaksi keuangannya. Sebelum adanya aFin, mereka melaporkan transaksi satu persatu atau dalam file excel dengan format yang berbeda-beda.

“Sehingga kami berinisiatif untuk membuat suatu cara bagaimana untuk membuat tools agar mereka bisa melakukan pencatatat secara real-time, mudah, bisa dilakukan kapan dan di mana saja, serta bisa dilakukan oleh siapa

saja tanpa perlu tutorial yang membingungkan,” paparnya.

Dalam pembuatan aFin, Amiga berkolaborasi dengan rekan-rekan tim developer dengan pola pikir “Agile”, di mana mengutamakan outcome dalam prosesnya. Hal ini yang membuat waktu pembuatan aFin relatif cepat, kurang lebih tiga bulan dari ideasi hingga proses beta.

“Pada saat ini aFin dalam proses kerja sama dengan OKOce untuk digunakan dalam komunitas mereka, yang berjumlah kurang lebih 1000 UMKM binaan. Dalam hal ini aFin melakukan repackaging menjadi OKGan,” ungkap Fitri.

Alasannya mengikuti StartUp4Industry adalah sebagai ajang pembuktian dari aplikasi aFin itu sendiri. “Kami hendak mengetahui, apakah aFin bisa memberikan impact bagi IKM sebagai visi awal kita dalam membuat aFin, dan bagaimana respon masyarakat terhadap aFin,” imbuhnya.

Berbagai usaha telah disiapkan Amiga dalam mengikuti StartUp4Industry, terlebih lagi ajang ini adalah kompetisi pertamanya dalam mengusung aFin. “Penyempurnaan aFin, collect

Tri Stuba Amiga atau lebih dikenal dengan Amiga, berdiri pada tahun 2019 atas ide dari tiga orang, Fitri Hardiyanti, Audy Exto, dan Ria Anggraeni. Ide awalnya adalah keinginan untuk membantu para startup dan UMKM di kota bandung dalam pengelolaan keuangan dan administrasi.

feedback dari klien kami yang sudah menggunakan aFin untuk proses improvement,” ujar Fitri.

Saat ini, Amiga sedang mengembangkan satu fitur yang memiliki kemamapuan NLP (Natural Language Processing), yakni kemampuan untuk mengolah permintaan atau instruksi berdasarkan voice atau suara. Selain itu juga ditambahkan fitur lain dari yang sudah tersedia, seperti dashboard, payment gateway, dan juga berencana untuk melakukan integrasi dengan layanan BPJS dan DJP Pajak.

“Staretegi yang kami lakukan saat ini adalah memperluas kolaborasi dengan startup-startup, serta komunitas yang bisa menunjang product development dari aFin itu sendiri,” tandasnya.

“Salah satu dampak setelah mengikuti kegiatan program Kemenperin, terutama StartUp4Industry adalah networking. Amiga bisa melakukan berbagai eksplorasi dari networking yang tercipta dari StartUp4Industry, terlepas apakah tujuan kolaborasi bisnis, ataupun pengembangan produk bersama,” kata Fitri.

Startup4Industry 2020, Amiga

25

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 25

Making it Easier for MSMEs to Record Financial Transactions

E “Amiga currently consists of two teams, namely the service and product teams, with a total of 20 employees,” said Fitri Hardiyanti as CEO/Founder of Tri Stuba Amiga.

In addition to consulting services, Amiga also has a superior product, namely aFin. An application that provides financial and administrative services for small businesses that is integrated with the Whatsapp application, it’s easy to us, fast, and can be used anywhere, anytime.

“This is one of the advantages of aFin, it is easy and fast, in accordance with the tagline of aFin, Your Finance Assistance,” she said.

Fitri explained that the initial idea of aFin was to make it easier for

Amiga customers to record their financial transactions. Prior to the availability of aFin, they reported transactions individually or in excel files with a different formats.

“So we took the initiative to create a tool, so that they can record in real-time, easily,and can be done anytime and anywhere, by anyone without the need for confusing tutorials,” he explained.

In making aFin, Amiga collaborated with fellow development teams with an “Agile” mindset, which prioritizes outcomes in the process. This makes the aFin creation time relatively fast, approximately three months from ideation to the beta process.

“Currently aFin is in the process

Tri Stuba Amiga or better known as Amiga, was founded in 2019 on the idea of three people, Fitri Hardiyanti, Audy Exto, and Ria Anggraeni. The initial idea was the desire to help startups and MSMEs in the city of Bandung in financial and administrative management.

of collaborating with OK Oce to be used in their community, which amounts to approximately 1000 assisted MSMEs. In this case, aFin repackaged to become OKGan,” said Fitri.

The reason for participating in the StartUp4Industry event is as a means of proving the aFin application itself. “We want to know whether aFin can have an impact on IKM as our initial vision in making aFin, and how the community responds to aFin,” she added.

Various efforts have been prepared by Amiga in participating in StartUp4Industry, moreover this event is the first competition in carrying aFin. “Completion of aFin, collect feedback from our clients who have used aFin for process improvement,” said Fitri.

Currently, Amiga is developing a feature that has NLP (Natural Language Processing) capabilities, namely the ability to process requests or instructions based on voice. In addition, other features are also added from those already available, such as dashboards, payment gateways, and also plans to integrate with BPJS and DJP Tax services.

“The strategy we are currently doing is expanding collaboration with startups, as well as communities that can support product development from aFin itself,” she said.

“One of the impacts after participating in the Ministry of Industry’s program activities, especially StartUp4Industry, is networking. Amiga can do various explorations of the networking created by StartUp4Industry, regardless of whether the goal is business collaboration, or joint product development,” Fitri said.

Startup4Industry 2020, Amiga

AmigaWebsite https://www.amiga.id/

2626 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Pelaku UMKM Tak Perlu Repot Mengecek Transaksi Hingga Stok Barang

I “Jadi, mereka tidak perlu repot lagi untuk log in dan melakukan pengecekan satu-satu di marketplace. Dengan menggunakan satu dashboard AturToko saja, maka akan terlihat seluruh transaksi, stok barang, hingga info dari pembeli,” kata Direktur Utama PT Atur Toko Solusi Indonesia, Bagus Dewantara.

Dengan menggunakan teknologi Big Data dan Business Intelligence, inovasi dari AturToko ini, dapat memberikan informasi terkait pricing kepada UMKM, agar mereka dapat menentukan harga yang tepat bila dibandingkan dengan produk sejenis atau kompetitor.

Bagus menjelaskan, proses inovasi Omni Channel dan E-commerce enabler, yang merupakan awal dari produk AturToko, bermula dari keresahan terhadap pelaku UMKM yang harus repot untuk mengecek transaksi hingga stok barang dengan membuka satu persatu marketplace.

“Hal tersebut cukup merepotkan apabila satu orang harus mengontrol beberapa marketplace atau channel penjualan sekaligus, dan berangkat dari niat untuk memberikan kemudahan inilah AturToko kemudian berinovasi,” paparnya.

Dalam proses inovasinya, pihak yang terlibat adalah Divisi Teknologi, yakni para programmer AturToko, manajer produk, tim marketing, dan masukan dari pengguna UMKM. “Sampai platform tersebut dapat digunakan, memakan waktu hingga satu tahun dengan menggunakan metode pengembangan Agile,” imbuhnya.

Sampai saat ini pun masih terus dilakukan pengembangan untuk penyempurnaan dan memberikan kemudahan dalam menggunakan platform AturToko. AturToko memiliki rencana untuk melakukan pengembangan pasar ke Asia Tenggara dalam waktu dua tahun ke depan untuk membantu UMKM agar dapat melakukan ekspor ke marketplace di Asia Tenggara.

“Saat ini, kami sedang mengembangkan Inovasi sistem Offline-Online sehingga kami dapat membantu

UMKM tidak hanya berjualan di digital tetapi juga terintegrasi dengan penjualan di Toko-toko atau Outlet-outlet di Mall maupun pusat perbelanjaan lainnya,” paparnya.

Bagus menambahkan, strategi yang dilakukan oleh manajemen AturToko untuk mengembangkan bisnisnya supaya semakin maju adalah dengan berfokus pada beberapa channel penjualan, termasuk Digital Campaign yang berfokus pada konten dan sosial media serta akuisisi customer secara langsung.

Alasan AturToko mengikuti ajang Startup4Industri, Bagus mengemukakan, tujuannya adalah untuk memperkenalkan AturToko ke masyarakat luas, yang tentunya juga mencari peluang untuk bekerja sama dengan pemerintah pusat ataupun daerah.

“Upaya yang telah disiapkan tentunya menyempurnakan materi presentasi kami, kemudian menampilkan demo dari produk dan yang terpenting adalah dukungan dari seluruh Tim AturToko,” tandasnya.

Lebih lanjut, Bagus berharap, pemerintah dapat memberikan dukungan dari sisi keterbukaan akses dan informasi terkait pelayanan terhadap sektor publik yang berkaitan dengan sektor UMKM nasional, sehingga AturToko dapat turut serta terlibat aktif dalam mengembangkan sektor UMKM.

Inovasi yang AturToko hadirkan di Startup4Industry 2020 adalah Omni Channel dan E-commerce enabler. Keunggulannya adalah pelaku UMKM dapat memasarkan produknya di berbagai market place.

Startup4Industry 2020, AturToko

27

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 27

MSME Player No Need To Fuss Checking the Transaction nor the Stock of Goods

E “So, they don’t have to bother logging in again and checking one by one on the marketplace. By using only one AturToko dashboard, you will see all transactions, stock of goods, and info from buyers,” said President Director of PT Atur Toko Solusi Indonesia, Bagus Dewantara.

By using Big Data and Business Intelligence technology, this innovation from AturToko can provide information related to pricing to MSMEs, so that they can determine the right price when compared to similar products or competitors.

Bagus explained, the innovation process of Omni Channel and E-commerce enabler, which was the

beginning of the AturToko product, started from anxiety about MSME players who had to bother checking transactions to stock goods by opening marketplaces one by one.

“This is quite inconvenient if one person has to control several marketplaces or sales channels at once, and departing from the intention to provide convenience, this is what ArrangeToko then innovates,” he explained.

In the innovation process, the parties involved are the Technology Division, namely the AturToko programmers, product managers, the marketing team, and input from MSME users. “Until the platform can be used, it can take up to a year

The innovations that AturToko presents at Startup4Industry 2020 are Omni Channel and E-commerce enabler. The advantage is that MSMEs can market their products in various market places.

Startup4Industry 2020, AturToko

using Agile development methods,” he added.

Until now, development is still being carried out to improve and provide convenience in using the AturToko platform. AturToko has plans to expand its market to Southeast Asia within the next two years to help MSMEs export to marketplaces in Southeast Asia.

“Currently, we are developing an Offline-Online system innovation so that we can help MSMEs not only sell digitally but also integrate with sales in shops or outlets in malls and other shopping centers,” he explained.

Bagus added, the strategy taken by the management of AturToko to develop its business to be more advanced is to focus on several sales channels, including the Digital Campaign which focuses on content and social media as well as direct customer acquisition.

The reason for AturToko’s participation in the Startup4Industri event, Bagus said, was that the aim was to introduce AturToko to the wider community, who of course also looked for opportunities to collaborate with the central or regional government.

“The efforts that have been prepared are of course perfecting our presentation material, then displaying a demo of the product and most importantly the support from the entire AturToko Team,” he said.

Furthermore, Bagus hopes that the government can provide support in terms of open access and information related to services to the public sector related to the national MSME sector, so that AturToko can be actively involved in developing the MSME sector.

AturTokoAddress Metropolitan Tower, Jl. R.A.

Kartini Jl. TB Simatupang No.Kav. 14, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 12430

Website https://www.aturtoko.id/

2828 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Aplikasi Cek Suhu Tubuh Hingga Absensi Karyawan

I Sejak tahun 2015, DycodeX menghasilkan produk dan layanan yang menjangkau berbagai vertikal, mulai dari pelacakan aset, pertanian dan peternakan, energi, lingkungan, kesehatan, hingga industri, yang semuanya dirancang dan dikembangkan secara lokal, end-to-end mulai dari hardware hingga software.

Pada ajang Startup4Industry 2020, DycodeX membawa produk “HeatraX”, sebuah sistem thermal screening berbasis IoT dan AI sebagai solusi untuk Adaptasi Kebiasaan Baru. “HeatraX sebagai solusi thermal screening berbasis wajah, untuk mengurangi adanya potensi penularan virus saat melakukan protokol kesehatan,” jelas Operation Lead DycodeX, Ria Sri Rahayu.

Melalui HeatraX, pengunjung dapat melakukan cek suhu tubuh secara mandiri, setelah itu hasil pengukuran dikumpulkan di aplikasi HeatraX untuk pemantauan dan analisis lebih lanjut. HeatraX dibuat 100% di Indonesia oleh anak bangsa sendiri. “Sehingga penggunaannya dapat disesuaikan untuk konsumen Indonesia,” ujar Ria.

Selain itu, dengan solusi thermal screening yang terjangkau, fitur HeatraX tidak kalah dengan produk lainnya dari luar Indonesia. Bahkan, saat ini penggunaan HeatraX tidak hanya sebagai thermal screening saja, tetapi juga sudah bisa digunakan sebagai sistem absensi karyawan. HeatraX sudah diekspor ke beberapa Negara seperti Malaysia, Oman, dan Kanada.

“Idenya muncul pada awal pandemi, ketika kami melihat penerapan protokol kesehatan yang ada belum maksimal, masih melibatkan hubungan antar manusia, yang justru berpotensi untuk penularan virus,” ungkap Ria. Dengan semangat untuk ikut berkontribusi terhadap penyelesaian pandemi, akhirnya DycodeX berpikir untuk membuat sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah tersebut.

“Mulai dari mendesain sistem, membuat perangkat, pemasaran, hingga penjualan semua dilakukan hanya dengan empat orang tim kami. Dengan pengalaman kami membuat produk selama lima tahun, akhirnya kami dapat menjual HeatraX pertama kurang dari dua bulan sejak pembuatannya dimulai,” imbuhnya.

Pada saat proses inovas tersebut, DycodeX melakukan banyak kolaborasi dengan para startup dan perusahaan lainnya untuk melakukan pemasaran dan penjualan, hingga akhirnya

DycodeX merupakan perusahaan teknologi yang bervisi untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan teknologi. Startup ini mempelopori pengembangan produk dan solusi berbasis Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) di Indonesia, dengan cakupan global.

mendapat banyak pesanan dan tim kami dapat berkembang. “Sampai saat ini, kami terus berinovasi membuat solusi berbasis teknologi,” ujar Ria.

Selain HeatraX, DycodeX juga sedang membangun sistem Vaccine Cold-Chain Monitoring. Sistem ini terdiri dari aplikasi dan perangkat IoT. “Sistem yang kami bangun memiliki fitur seperti pelacakan lokasi dan pengukuran suhu, sehingga dapat membantu pemantauan penyebaran vaksin ke seluruh penjuru Indonesia dengan tetap menjaga kualitasnya agar tetap baik ketika dipakai,” paparnya.

Salah satu strategi yang diterapkan DycodeX adalah meningkatkan komersialisasi dari produk-produk yang dimiliki, dengan membangun lebih banyak relasi dengan distributor, reseller, dan sistem integrator. Dengan demikian, produksi juga bisa meningkat sehingga perusahaan bisa berkembang besar.

Menjadi pemenang di ajang Startup4Industry, sangat membantu DycodeX untuk memasarkan produknya lebih luas lagi. “Kemenperin telah memberikan bantuan kepada kami seperti pendaftaran TKDN gratis untuk mendukung penjualan produk dalam negeri,” tandasnya.

Ria juga berharap, pemerintah dapat memberikan dukungan dengan cara terus mengupayakan penggunaan produk dalam negeri, terutama produk dan solusi teknologi, secara maksimal. “Selain itu, kami juga berharap pemerintah dapat membantu untuk mempermudah pengadaan bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi. Sehingga harga produk bisa bersaing” ungkapnya. (*)

Startup4Industry 2020, DycodeX

29

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 29

Body Temperature Check to Employee Attendance Applications

E Since 2015, DycodeX has produced products and services spanning multiple verticals, from asset tracking, agriculture and livestock, energy, environment, health, to industry, all designed and developed locally, end-to-end from hardware to software.

At the Startup4Industry 2020 event, DycodeX brought the product “HeatraX”, an IoT and AI-based thermal screening system as a solution for New Habit Adaptation. “HeatraX as a face-based thermal screening solution, to reduce the potential for virus transmission when carrying out health protocols,” explained DycodeX’s Operation Lead, Ria Sri Rahayu.

Through HetraX, visitors can check their body temperature independently, after which the measurement results are collected in the HetraX application for further monitoring and analysis. HetraX is made 100% in Indonesia by the nation’s own children. “So that its use can be adjusted for Indonesian consumers,” said Ria.

In addition, with an affordable thermal screening solution, HetraX features are not inferior to other products from outside Indonesia. Even

today, the use of HetraX is not only for thermal screening, but can also be used as an employee attendance system. HetraX has been exported to several countries such as Malaysia, Oman, and Canada.

“The idea emerged at the beginning of the pandemic, when we saw that the implementation of the existing health protocols was not optimal, it still involved human-to-human relationships, which actually had the potential for virus transmission,” said Ria. With the enthusiasm to contribute to solving the pandemic, DycodeX finally thought of making something that could solve the problem.

“Starting from designing the system, making devices, marketing, to sales, everything is done with only four people from our team. With our five years of experience making products, we were finally able to sell the first HetraX in less than two months from the start of production,” she said.

During the innovation process, DycodeX did a lot of collaboration with startups and other companies to do marketing and sales, and eventually got many orders. “Until

DycodeX is a technology company whose vision is to solve problems with a technology approach. This startup pioneered the development of Internet of Things (IoT) and Artificial Intelligence (AI)-based products and solutions in Indonesia, with global coverage.

now, we continue to innovate to create technology-based solutions,” said Ria.

Besides HetraX, DycodeX is also developing a Vaccine Cold-Chain Monitoring system. This system consists of IoT applications and devices. “The system we built has features such as location tracking and temperature measurement, so it can help monitor the spread of vaccines throughout Indonesia while maintaining good quality when used,” she explained.

One of the strategies implemented by DycodeX is to increase the commercialization of its products, by building more relationships with distributors, resellers, and system integrators. Thus, production can also increase so that the company can grow big.

Being a winner in the Startup4Industry event really helps DycodeX to market its products more widely. “The Ministry of Industry has provided assistance to us such as free TKDN registration to support the sale of domestic products,” she said.

Ria also hopes that the government can provide support by continuing to strive for the maximum use of domestic products, especially technological products and solutions. “In addition, we also hope that the government can help to facilitate the procurement of raw materials needed for the production process. So the price of the product can be competitive,” she said. (*)

Startup4Industry 2020, DycodeX

DycodeXAddress Jl. Sarikaso No.6A, Sarijadi, Kec.

Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40151

Phone (022) 82004356

Website dycodex.com

3030 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Memudahkan Perusahaan Konstruksi Ukur Volume Material

I Pada ajang Startup4Industry 2020, Widya Robotics mengajukan Widya Load Scanner, sebuah alat yang memiliki core teknologi laser. Digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi di konstruksi.

Manfaat alat tersebut antara lain adalah membantu perusahaan konstruksi yang fokus di batching plant atau sektor yang memproduksi precast. “Setiap perusahaan konstruksi pasti punya produksi beton yang membutuhkan material,” kata Alwy Herfian Satriatama selaku CEO & Founder Widya Robotics.

Alwy menjelaskan cara kerjanya, yaitu material masuk dibawa oleh truk vendor. Ketika truk masuk ke area produksi beton precast, harus diukur dulu volume yang masuk. Biasanya diukur secara manual dengan meteran, itu membuang energi dan waktu.

“Sehingga muncullah Widya Load Scanner untuk bisa scanning volumetrik dengan cepat dan realtime, kurang dari lima menit dibandingkan metode konvensional yang akurasi tidak tinggi karena manusia bisa mengalami kelelahan dan salah ukur,” ungkapnya.

Alwy menceritakan, awal mulanya ide muncul membuat Widya Load Scanner lantaran dari latar belakang ilmuannya di bidang elektronik dan otomasi. Selain itu, koneksi dekat dengan bidang konstruksi sehingga ia mencoba menggali kebutuhan mereka untuk dicarikan solusinya.

“Kami mengamati di salah satu proyek pemerintah dan dalam observasi Widya Load Scanner sangat cocok untuk membantu perusahaan konstruksi untuk lebih efektif dan efisien,” ujarnya. Inovasi ini membutuhkan waktu setahun

untuk pengembangan, yang sebelumnya melalui masa enam bulan untuk obesrvasi terlebih dahulu.

“Saat ini, kami sedang mengembangkan versi portable yang mudah dipindahkan. Kami melihat pasar terus berkembang dan melihat bahwa perusahaan konstruksi butuh alat yang mudah dipindahkan sewaktu waktu. Jadi, kami melakukan upgrade kemampuan laser menjadi lebih akurat dan instalasi jadi lebih mudah,” paparnya.

Menurut Alwy, keikutsertaannya pada ajang Startup4Industry 2020 agar bisa mendapatkan banyak koneksi dan bisa terekspose di kalangan industri lain yang bisa jadi target pasar. “Dari koneksi itu dan dari Kemenperin, kami matching dengan beberapa stakeholders lainnya. Itu adalah ekosistem yang kami butuhkan,” ujarnya.

Upaya untuk menjadi pemenang, Widya Robotics telah menyiapkan produk dengan baik untuk bisa memberikan kebermanfaatan di kehidupan nyata. “Kebetulan memang ketika produk kami sudah siap, maka kompetisipun dapat dimenangkan. Selain itu kami ada tim yang terdedikasi untuk mengerjakan hal ini,” ucapnya.

Alwy menambahkan, agar bisa menjadi pionir, tantangan terbesar itu adalah edukasi. “Harus terus menerus edukasi ke pasar. Makin banyak orang tahu, makin banyak orang tertarik. Kami jg coba kasih layanan yg terbaik untuk klien. Kami juga selalu melakukan exposure seperti pameran,” imbuhnya.

Widya Robotics berharap, pemerintah dapat memfaslitasi akses ke banyak peusahaan yang

Widya Robotics, perusahaan rintisan yang dibentuk sejak tahun 2018 ini memiliki tiga fokus sektor utama, yaitu Robotics, Automations, and Artificial Intelligence (AI). Apa produk unggulannya?

sesuai market. Selanjutnya, perlu kemudahan dalam pengurusan TKDN, promosi melalui kegiatan pameran di dalam dan luar negeri.

“Dengan mengikuti program Startup4Industry yang diinisiasi oleh Kemenperin, kami mendapatkan banyak sekali exposure baik itu akses ke dalam pameran dan publikasi media nasional. Ada juga akses terhadap event-event dan program pembinaan dari kemenperin,” ungkapnya.

Alwy mengingatkan, apabila ingin bikin startup yang berdaya saing, harus berguna buat Indonesia dan profitable. “Indonesia sudah jauh lebih baik di bidang regulasi. Bikin PT untuk perizinan juga sekarang sudah mudah. Bahkan, sarana dan prasarana juga sudah di-update sehingga fasilitas buat bikin startup juga bagus,” pungkasnya. (*)

Startup4Industry 2020, Widya Robotics

Widya RoboticsAddress Jl. Palagan Tentara Pelajar No.31A,

Mudal, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Phone (0274) 4542495

Website widya.ai

31

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 31

Make it Easy For Construction Companies to Measure The Volume of Materials

E At the Startup4Industry 2020 event, Widya Robotics proposed the Widya Load Scanner, a tool that has a laser technology core. Used to increase effectiveness and efficiency in construction.

The benefits of this tool include helping construction companies that focus on batching plants or sectors that produce precast. “Every construction company must have a concrete production that requires materials,” said Alwy Herfian Satriatama as CEO & Founder of Widya Robotics.

Alwy explained how it works, namely that incoming materials are carried by vendor trucks. When trucks enter the precast concrete production area, the volume that enters must first be measured. Usually measured manually with a meter, it’s a waste of energy and time.

“So the Widya Load Scanner emerged to be able to do volumetric scanning quickly and in real time, in less than five minutes compared to conventional methods, which have low accuracy because humans can experience fatigue and make wrong measurements,” he said.

Alwy said that at first the idea arose to make a Widya Load Scanner because of his scientific background in electronics and automation. In addition, the close connection with the construction area so he try to dig their need to find a solution.

“We observed in one government project and in our observation the Widya Load Scanner is very suitable

to help construction companies to be more effective

and efficient,” he said. This innovation took a year to develop, which previously took six months for observation.

“Currently, we are developing a portable version that is easy to move. We see the market continue to grow and the construction companies need

Widya Robotics, a start-up company that was formed in 2018, has three main sector focuses, namely Robotics, Automations, and Artificial Intelligence (AI). What is the flagship product?

tools that are easy to move around at any time. So, we upgraded the laser capability to be more accurate with easier installation,” he explained.

According to Alwy, his participation in the Startup4Industry 2020 event was to gain many connections and be exposed to other industries that could be their target market. “From that connection and from the Ministry of Industry, we matched with several other stakeholders. That’s the ecosystem we need,” he said.

In an effort to become a winner, Widya Robotics has prepared a product well to be able to provide benefits in real life. “Incidentally, when our products are ready, the competition can be won. In addition, we have a dedicated team to work on this,” he said.

Alwy added that in order to become a pioneer, the biggest challenge was education. “We must continue to educate the market. The more people know, the more people are interested. We also try to give the best service to our clients. We also always do exposures such as exhibitions,” he added.

Widya Robotics hopes that the government can facilitate access to many companies that are suitable for the market. Furthermore, it is necessary to facilitate the management of TKDN, promotion through exhibition activities at home and abroad.

“By participating in the Startup4Industry program initiated by the Ministry of Industry, we have gained a lot of exposure, both in terms of access to exhibitions and national media publications. There is also access to events and coaching programs from the Ministry of Industry,” he said.

Alwy reminded, if you want to create a startup that is competitive, it must be useful for Indonesia and profitable. “Indonesia is already much better in the field of regulation. Permitting the establishment of PT is now easy. In fact, the facilities and infrastructure have also been updated so that the facilities for making startups are also good,” he concluded. (*)

Startup4Industry 2020, Widya Robotics

3232 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Mulai Modal Rp 2 Juta, Jadi Omzet Rp 4 Miliar

I Profesi “jualan” ini bukan kali pertama yang Afidha tekuni, sudah 12 bidang usaha yang ia jalani, mulai dari kuliner sampai elektronik. Namun, saat itu keberuntungan belum memihak alias usahanya gagal di tengah jalan. Sebab, latar belakang pendidikannya bukanlah bisnis ataupun ekonomi. Keteguhan untuk terus berwirausahalah yang menjadi modal utamanya.

“Saya lulusan dari D3 Bahasa Inggris, yang biasanya jadi guru atau translator. Tetapi, passion saya memang jualan, dan cita-citanya ingin jadi pebisnis sudah dari saya kecil. Jadi, setelah berulang kali gagal atau jatuh bangun, akhinya saya sampai di titik ini,” ungkapnya.

Afidha menceritakan, pada tahun 2014 lalu, ia melihat ada produk jam tangan yang terbuat dari kayu. Menurutnya hal itu sangat menarik dan unik. Apalagi, Afidha menyukai produk handicraft, dan ia sempat menekuni bisnis handmade produk tas dan dompet

yang terbuat dari bahan kulit.

Ia lantas berpikir untuk membuat jam tangan kayu yang nyaman dan trendi, dengan harga yang kompetitif. “Walaupun saya nggak punya basic desain, saya terus mencari ide untuk mengombinasikan berbagai desain. Akhirnya tercipta desain awal, sebagai autentiknya Eboni,” imbuhnya.

Hingga saat ini, Eboni fokus memproduksi jam tangan kayu. Bahan bakunya terbuat dari dua jenis kayu, yakni Sonokeling dan Maple. Kedua jenis kayu itu terbilang paling kuat dan tahan lama. “Nama Eboni sebenarnya juga terinspirasi dari kayu Eboni, yang berasal dari Makassar. Maka itu, kami berharap brand kami sesuai dengan karakteristiknya yang kuat, eksotis, dan diminati oleh masyarakat global,” terangnya.

“Inovasi yang kami ajukan pada saat ikut IGDS, yaitu jam tangan kayu yang water resistant. Karena banyak jam tangan kayu yang tidak tahan air. Sebab, secara nature-nya, kayu di dalam air itu akan memuai. Nah, kami telah membuat formulanya untuk membuat jam tangan kayu yang water resistant,” paparnya.

Eboni telah melewati tahap pengujian tahan air pada saat wudhu, kehujanan, berenang, dan menyelam atau snorkeling yang jangka waktunya tidak lebih dari satu jam. “Ini inovasi pertama kami yang diajukan pada ajang IGDS dari sisi daya tahan, yang akhirnya kami meraih penghargaan,” ujar Afidha.

Selain itu, afida menjelaskan bahwa ia memasukan filosofi desain yang berbasis visual story. “Jadi, ketika orang melihat desain produk kami, dia langsung mengetahui filosofi bentuknya. Misal, kami pernah buat desain dari kontur atau topografi Goa Jomblang yang ada di Yogyakarta,” ucapnya.

Desain yang dimunculkan Eboni dinilai dapat mengangkat kearifan lokal. “Selain mengandung makna yang dalam, desain yang dibuat juga harus menarik, baik dari value maupun sejarahnya. Kemudian, inovasi desain terbaru kami adalah Eboni Pamor, kami bekerjasama dengan Empu atau pengrajin keris langsung,” ungkapnya.

Afidha pun menceritakan, modal awalnya menekuni bisnis ini sekitar Rp2,5 juta yang dipinjam dari “Pakde”-nya untuk membuat 10 unit jam tangan kayu. Keuntungan hasil penjualannya saat itu, ia terus putar untuk menambah modalnya.

“Saat ini, kami sudah punya kantor empat lantai yang terdapat ruang workshop sendiri. Untuk omzet, per tahun rata-rata sekitar Rp3-4 miliar,” sebutnya. (*)

Eboni Watch terbentuk sejak 10 Oktober 2014, diawali dengan usaha yang dikelola sendiri oleh Afidha Fajar Adhitya. Seiring berjalannya waktu, pada Oktober 2017, Eboni mulai menambah tenaga produksinya hingga saat ini timnya berjumlah 18 orang. Saat ini, Eboni telah berjalan tujuh tahun, dan cukup banyak lika liku yang telah dihadapi sang pendirinya.

Pemenang IGDS 2020 Kategori People’s Choice Desain Produk, Ebony Watch

33

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 33

Initial Capital of 2 Million Rupiah, Become a Turnover of 4 Billion Rupiah

E This “selling” profession is not the first time that Afidha has been involved, she has 12 business fields, ranging from culinary to electronics. However, at that time luck was not on his side, his efforts failed halfway. Because, his educational background is not business or economics. The determination to continue entrepreneurship is the main capital.

“I graduated from D3 English, which is usually a teacher or translator. However, my passion is selling, and I have dreamed of becoming a businessman since I was little. So, after repeated failures, I have finally arrived at this point,” he said.

Afidha said that in 2014, he saw a watch product made of wood. According to him it is very interesting and unique. Moreover, Afidha likes handicraft products, and he was in the business of

handmade bags and wallets made of leather.

He then thought of making a comfortable and trendy wooden watch, at a competitive price. “Even though I don’t have a basic design, I keep looking for ideas to combine various designs. Finally created the initial design, as an authentic Eboni,”he added.

Until now, Eboni focuses on producing wooden watches. The raw material is made of two types of wood, namely Sonokeling and Maple. Both types of wood are considered the strongest and most durable. “The name Eboni is actually also inspired from Ebony wood, which comes from Makassar. Therefore, we hope that our brand is in accordance with its strong, exotic characteristics, and is in demand by the global community,” he explained.

“The innovation that we proposed

Eboni Watch was formed on October 10, 2014, starting with a self-managed business by Afidha Fajar Adhitya. As time goes by, in October 2017, Eboni began to increase its production staff until now the team consists of 18 people. Today, Ebony is seven years old, and its founder has faced quite a few twists and turns.

when we joined the IGDS was a water-resistant wooden watch. Because many wooden watches are not waterproof. Because, by nature, the wood in the water will expand. So, we have made a formula to make wooden watches that are water resistant,” he explained.

Ebony has passed the waterproof testing stage during ablution, rain, swimming, and diving or snorkeling which lasts no more than one hour. “This is our first innovation proposed at the IGDS event in terms of durability, which we finally won an award for,” said Afidha.

In addition, Afida explained that he included a design philosophy based on visual stories. “So, when people see our product designs, they immediately know the philosophy of the shape. For example, we have made designs from the contours or topography of Jomblang Cave in Yogyakarta,” he said.

Eboni’s design is considered to be able to elevate local wisdom. “In addition to containing deep meaning, the designs made must also be interesting, both in terms of value and history. Then, our latest design innovation is Eboni Pamor, we collaborate with Empu or keris craftsmen directly, “he said.

Afidha also said that the initial capital to start this business was around Rp. 2.5 million which she borrowed from her “Pakde” to make 10 units of wooden watches. The next additional capital is obtained from turning the sales profit at that time

“Currently, we already have a four-floor office with its own workshop space. For turnover, per year on average around IDR 3-4 billion,” he said. (*)

The Winner of IGDS 2020 Category People’s Choice Product Design, Ebony Watch

Ebony WatchAddress Jl. Raya Bayat no. 34, Lemah

Miring, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah

Phone 0272-8931739

Website eboni-watch.com

3434 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

“Ingin Mendorong Rasa Cinta Kita terhadap Produk Lokal”

I Sang desainer dan pemilik Limesoda interior, Daniesh Musthafa menceritakan, awalnya ia mendirikan Limesoda Interior sebagai industri rumahan pada tahun 2008. Kala itu, mengeluarkan dana modal sebesar Rp30 juta, dengan didukung tiga karyawan dan beberapa tenaga borongan.

“Saat iitu, kami hanya menangani produksi furnitur dan interior dalam skala yang sangat kecil,” ungkapnya. Seiring berjalannya waktu, perusahaannya semakin berkembang, dan sejak tahun 2014 berubah menjadi PT Limesoda Kreasindo.

“Kami mulai bergerak mengerjakan proyek-proyek prestisius di bidang interior dan furnitur,” ujarnya. Limesoda selalu fokus untuk membuat dan menyajikan produk yang berkualitas dan bermutu tinggi.

“Secara market, kami masih mendominasi untuk di sektor furnitur dan interior komersil untuk hotel, resort, kafe, resto dan perkantoran,” sebutnya. Sebelum masa pandemi Covid-19, Limesoda memiliki karyawan bulanan mencapai 27 orang serta tenaga tukang dan borongan lebih dari 100 orang.

Pada tahun 2018 Daniesh Musthafa bertemu dengan sang teman desainer Lucky Akbar dan memulai perjalanan untuk mendesign NDALU. Lucky mengemukakan, pada ajang IGDS 2020, Limesoda memilih untuk mengolah furnitur memakai bahan rotan Manau dan kayu jati. “Kami memilih dua bahan ini dikarenakan rotan dan jati adalah bahan yang autentik dengan Indonesia dan keunggulan produk kami adalah desain. Selain itu, tata cara kerja yang tidak mudah dilakukan oleh manufaktur lain,” paparnya.

Alasan mengikuti ajang IGDS, menurut Lucky, pihaknya ingin memberikan bukti nyata bahwa produk Indonesia khususnya furnitur, banyak yang memiliki kualitas bagus dan patut diberikan apresiasi. Selain itu, sebagian telah di kenal market internasional.

“Selain ingin membantu pemerintah mendorong ekspor furnitur Indonesia, kami juga sebenarnya ingin mendorong rasa cinta kita terhadap produk lokal. Maka itu kami kampanyekan #supportbrandlokal,” terangnya.

Produk unggulan Limesoda dinamakan NDALU, yang

merupakan singkatan dari Daniesh Musthafa dan Lucky Akbar. Keduanya merancang lebih dari enam bulan dengan diskusi yang intens oleh tim desainnya. Akhirnya di dapat inovasi, yang membuat buyer dari Maldives tertarik pada produknya.

“Proses produksi NDALU sendiri memakan waktu tiga bulan untuk trial error, dan saat kami launch di Mozaik Expo 2019, langsung mendapatkan respons yang luar biasa dari buyer asal Maldives, dengan langsung memborong produk kami,” ungkapnya.

Dampak pandemi Covid-19, mempengaruhi terhadap kinerja pemasarannya, termasuk menembus pasar ekspor. Padahal, omzet penjualan NDALU mencapai USD37,800 pada tahun 2020. “Karena pandemi, penjualan NDALU masih belum menunjukkan performa yang baik karena tidak adanya expo dan buyer kami banyak yang cancel order,” imbuhnya.

“Dalam pengembangan usaha kami, diharapkan pemerintah terus mendukung kemajuan produk Indonesia di kancah international. Kami juga berharap, pemerintah tidak hanya memfasilitasi perusahaan besar saja, namun juga memberikan porsi yang cukup besar kepada para pengusaha muda dan juga industri kecil untuk naik kelas, termasuk diberikan fasilitas expo di luar negeri dengan slot yang lebih banyak,” pungkasnya.(*)

Memadukan rotan dan kayu jati sebagai bahan pembuatan produk furniturnya, dengan dipoles desain yang menarik, menjadikan PT Limesoda Kreasindo menyabet juara II pada ajang Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2020. Bagaimana kisahnya?

Juara II IGDS 2020 Kategori BEST 3,PT Limesoda Kreasindo

35

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 35

“We Want to Encourage Our Love for Local Products”

E The designer and owner of Limesoda interior, Daniesh Musthafa said, initially he founded Limesoda Interior as a cottage industry in 2008. At that time, he spent 30 million IDR in capital, supported by three employees and several contract workers.

“At that time, we only handled furniture and interior production on a very small scale,” he said. As time goes by, the company is growing, and since 2014 it has changed to PT Limesoda Kreasindo.

“We started working on prestigious projects in the interior and furniture sector,” he said. Limesoda has always focused on making and serving quality and high-quality products.

“In terms of market, we still dominate in the commercial furniture and interior sector for hotels, resorts, cafes, restaurants, and offices,” he said. Before the Covid-19 pandemic, Limesoda had 27 monthly employees and more than 100 carpenters and wholesalers.

In 2018 Daniesh Musthafa met his designer friend Lucky Akbar and embarked on a journey to design NDALU. Lucky said, at the 2020 IGDS event, Limesoda chose

to process furniture using Manau rattan and teak wood. “We chose these two materials because rattan and teak are authentic materials with Indonesia and the advantage of our product is the design. In addition, the work procedures are not easily carried out by other manufacturers,” he explained.

The reason for participating in the IGDS event, according to Lucky, is that his party wants to provide concrete evidence that many Indonesian products, especially furniture, have good quality and deserve appreciation. In addition, some have been recognized by the international market.

“In addition to helping the government encourage Indonesian furniture exports, we also really want to encourage our love for local products. That’s why we campaign #supportbrandlokal,” he explained.

Limesoda’s flagship product is

Combining rattan and teak wood as materials for making furniture products, with polished attractive designs, made PT Limesoda Kreasindo won second place at the Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2020. What’s the story?

PT Limesoda KreasindoAddress Jl. Gatot Subroto II/2 Denpasar Bali

Phone. (0361) 9009165

Website limesodainterior.com

called NDALU, which stands for Daniesh Musthafa and Lucky Akbar. The two of them were designed over six months with intense discussion by their design team. Finally got innovation, which made buyers from Maldives interested in their products.

“The NDALU production process took three months for trial and error, and when we launched at Mozaik Expo 2019, we immediately received an extraordinary response our buyers from Maldives, by directly buying the products,” he said.

The impact of the Covid-19 pandemic has affected its marketing performance, including penetrating the export market. NDALU’s sales turnover reached 37.800 USD in 2020. “Due to the pandemic, NDALU sales have not shown good performance because there is no expo and many of our buyers have canceled orders,” he added.

“In developing our business, it is hoped that the government will continue to support the progress of Indonesian products in the international arena. We also hope that the government will not only facilitate large companies, but also provide a sizable portion to young entrepreneurs and also small industries to upgrade their ranks, including being given expo facilities abroad with more slots,” he concluded.(*)

2nd Winner of IGDS 2020 BEST 3 Category, PT Limesoda Kreasindo

3636 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Menulari Teknik Ecoprint kepada Warga Penyintas Kusta

I “Saat pertama bertemu, warga di sana yang sebagian besar berprofesi sebagai petani ladang itu sedang mengalami kendala akibat musim kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan hasil panen kurang baik,” ungkap Felicia Emily Widjaja selaku Fasilitator Ruang Terampil Sepatokimin.

Akhirnya, tim Sepatokimin yang kebetulan memiliki latar belakang desain, mencoba mencari sumber daya potensial yang dapat digali. Teknik ecoprint kemudian dipilih sebagai respon akan keragaman tanaman di sekitar Desa Liposos.

“Teknik ecoprint juga tidak membutuhkan keterampilan tangan yang sangat halus layaknya menjahit ataupun menganyam, sehingga masih memungkinkan untuk dikerjakan warga penyintas secara gotong-royong walaupun dengan adanya keterbatasan fisik,” paparnya.

Sepatokimin Initiative lantas merancang materi pelatihan, pendampingan dan pembinaan dengan metode desain inklusif untuk membuka kesempatan lebih luas bagi komunitas warga penyintas. “Karya mereka kemudian kami pasarkan lewat brand Ruang Terampil,” ujar Felicia.

“Untuk alat produksi, ecoprint sebenarnya dapat dilakukan dengan memanfaat peralatan dapur sederhana, berupa dandang kukusan. Hanya saja, di Ruang Terampil Sepatokimin, kami menggunakan dandang kukusan berukuran besar agar proses produksi berjalan lebih efisien,” jelasnya.

Produk ecoprint yang dihasilkan

berupa kain dengan bahan serat alam, seperti katun, kanvas atau rayon. Bahan ini kemudian diolah menjadi beragam produk, meliputi tas, sepatu, pakaian dan lain-lain.

Pada tahun 2020, Sepatokimin Initiative berusaha untuk meningkatkan kepedulian serta penerimaan masyarakat terhadap komunitas warga penyintas kusta di Desa Liposos melalui gerakan kolaboratif bernama Simpul Projek. Gerakan ini menggandeng Footwear Forum Indonesia (FF) dan tiga brand sepatu lokal, yaitu Brodo Footwear, Panna Footwear dan Prabu Indonesia.

Felicia menjelaskan, siluet desain sepatu Vantage merupakan desain produk industri siap jual, berpadu dengan penggunaan material kanvas ecoprint yang diproduksi warga Ruang Terampil Sepatokimin, sehingga menjadi salah satu keunggulan utama Vantage Ecoprint. “Lewat karya kolaboratif ini, masing-masing pihak saling memberi nilai tambah, baik dari segi desain maupun nilai sosial yang diusungnya,” imbuhnya.

Dampak positifnya, tidak hanya industri lokal yang turut bergeliat, tetapi juga manfaat nilai ekonomis yang dirasakan langsung oleh warga Ruang Terampil. Terlebih lagi, peningkatan kesadaran serta penerimaan sosial masyarakat terhadap keberadaan dan karya yang dihasilkan oleh warga penyintas kusta dari Desa Liposos.

“Dalam kolaborasi ini, kami ingin mengangkat hasil karya ecoprint warga Ruang Terampil sebagai

Sepatokimin Initiative berdiri sejak tahun 2019, yang bermula dari niat untuk membantu komunitas warga penyintas kusta dalam melawan stigma negatif yang sering kali masih melekat di masyarakat. Para penyintas ini tinggal di Desa Liposos, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, tepatnya di bagian pinggiran selatan kota.

media kreativitas kami,” ujar Felicia. Proses kreatifnya sendiri berjalan sekitar enam bulan, mulai dari diskusi awal, prototipe, pembuatan konsep promosi, hingga akhirnya launching pada akhir Juli 2020.

Untuk saat ini, produk Vantage Ecoprint masih dipasarkan di dalam negeri dan diproduksi secara terbatas dalam tiga batch. “Saat IGDS diadakan, kami sebenarnya sedang dalam proses memasarkan produk-produk kolaboratif kami,” ucap Felicia.

Dari awal komitmen untuk membawa cerita gerakan dalam melawan stigma negatif kusta secara naratif dalam setiap materi promosi produk, ternyata direspons sangat baik oleh masyarakat. “Lewat IGDS, kami melihat adanya platform yang lebih besar untuk bisa mengenalkan produk kami ke lebih banyak orang lagi,” ujar Felicia. (*)

Best 3 IGDS 2020 Kategori Desain Produk, Sepatokimin Initiative

37

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 37

Infecting the Ecoprint Technique to Leprosy Survivors

E “When we first met, the residents there, most of whom work as field farmers, were experiencing problems due to the prolonged dry season which resulted in poor yields,” said Felicia Emily Widjaja as the Facilitator of Ruang Terampil Sepatokimin.

Finally, the Sepatokimin team, who happened to have a design background, tried to find potential resources that could be explored. The ecoprint technique was then chosen as a response to the diversity of plants around Liposos Village.

“The ecoprint technique also does not require very fine hand skills such as sewing or weaving, so it is still possible for the survivors to work together, even with physical limitations,” she explained.

The Sepatokimin Initiative then designed training materials, mentoring and coaching with an inclusive design method to open wider opportunities for the community of survivors. “Then we market their work through the brand

Ruang Terampil,” said Felicia.

“For production equipment, ecoprinting can actually be done by using simple kitchen equipment, in the form of a steamer. It’s just that, in the Ruang Terampil Sepatokimin, we use a large steaming pot to make the production process run more efficiently,” she explained.

The ecoprint products produced are fabrics made from natural fibers, such as cotton, canvas or rayon. This material is then processed into various products, including bags, shoes, clothes and others.

In 2020, the Sepatokimin Initiative seeks to increase public awareness and acceptance of the community of leprosy survivors in Liposos Village through a collaborative movement called the Simpul Project. This movement collaborates with Footwear Forum Indonesia (FF) and three local shoe brands, namely Brodo Footwear, Panna Footwear and Prabu Indonesia.

The Sepatokimin Initiative was founded in 2019, which began with the intention to help the community of leprosy survivors in fighting the negative stigma that is often still attached to society. These survivors live in Liposos Village, Singkawang City, West Kalimantan, precisely on the southern outskirts of the city.

Felicia explained, the silhouette of the Vantage shoe design is a ready-to-sell industrial product design, combined with the use of ecoprint canvas material produced by the residents of the Ruang Terampil Sepatokimin, so that it becomes one of the main advantages of Vantage Ecoprint. “Through this collaborative work, each party adds value to each other, both in terms of design and the social value it carries,” he added.

The positive impact is that not only local industries continue to operate, but also the benefits of economic value that are directly felt by the residents of Ruang Terampil. Moreover, increasing awareness and social acceptance of the community towards the existence and works produced by leprosy survivors from Liposos Village.

“In this collaboration, we want to highlight the ecoprint work of Ruang Terampil residents as a medium for our creativity,” said Felicia. The creative process itself runs for about six months, starting from initial discussions, prototypes, making promotional concepts, until finally launching at the end of July 2020.

For now, Vantage Ecoprint products are still marketed domestically and are produced in limited quantities in three batches. “When the IGDS was held, we were actually in the process of marketing our collaborative products,” said Felicia.

From the beginning, the commitment to bring the story of the movement against the negative stigma of leprosy in a narrative manner in every product promotion material, it turned out to be very well responded by the community. “Through IGDS, we see a bigger platform to be able to introduce our products to more people,” said Felicia. (*)

Best 3 IGDS 2020 Category Product Design, Sepatokimin Initiative

SepatokiminAddress Komplek Bali Creative Industry

Center (BCIC, Jl. WR Supratman No.302, Kota Denpasar, Bali 80237

Phone +62 857 1885 2228

Website sepatokimin.com

3838 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Ciptakan Perlengkapan Outdoor yang Inovatif

I Equatoride Tank Bag, salah satu dari serial produk Equatoride yang dirancang khusus untuk Ekspedisi EIGER Equatoride yang menjelajahi setiap sudut area tropis 23.5o LU dan 23.5o LS. “Equatoride adalah perjalanan berkendara motor, yang dilakukan oleh seorang tokoh petualang yang mengelilingi dunia menggunakan sepeda motor untuk menjelajahi setiap sudut wilayah tropis,” jelas Rifki Zaenal selaku desainer Eigerindo MPI.

Maka itu, Equatoride Tank Bag hadir untuk menunjang aktivitas berkendaranya sebagai wadah untuk menampung berbagai kebutuhan saat berkegiatan selama berkeliling dunia, khususnya di wilayah tropis. Tank bag ini memiliki kompartemen utama yang dapat diperluas dengan sekat di bagian dalam yang dapat dilepas pasang.

Di bagian luar, terdapat kompartemen khusus dengan layar transparan untuk menyimpan peta, GPS, dan smartphone. Equatoride Tank Bag juga memberikan kemudahan saat mengisi bahan bakar, yakni dengan cara membuka sebagian ritsleting penyambung pada bagian tank-bag pad, tanpa harus memindahkan posisi tas. Selain itu, tank bag ini dilengkapi dengan teknologi Seam Sealing Tape yang mampu mencegah rembesnya air dari lapisan paling luar tas.

Rifki menambahkan, dalam mengembangkan produk Equoatoride Tank Bag, pihaknya memakan waktu kurang lebih dua tahun. “Dimulai pembuatan sketsa, mockup/dummy, proto sample 1-3 sample setelah melewati beberapa pengujian baik oleh desainer maupun oleh motorcycle expert.

Selanjutnya dieksekusi pada tas tersebut lalu dibuatkan final sample untuk dibuat mass production,” ungkapnya.

Sementara itu, EcoSavior 45L adalah ransel mendaki gunung berkapasitas 45 liter yang mengusung konsep produk eco-friendly dan sustainability. Hal ini terlihat dari material kain dan beberapa bagian tas yang dikembangkan dari bahan daur ulang yang diolah dari sampah botol PET dan penggunaan bambu untuk komponen ergonomic frame pada backsystem.

Apalagi, ransel ini dilengkapi pula fitur khusus kantong sampah yang dapat dilepas-pasang untuk memfasilitasi pendaki gunung membawa turun kembali sampahnya. Keunggulan lain dari carrier ini adalah penggunaan “Ergocomfort Eco Natural Flexibility” sebagai adjustable backsystem yang menggunakan bambu sebagai bahan dasar frame.

Frame bambu yang pembuatannya bekerjasama dengan para pengrajin di area Temanggung, Jawa Tengah ini, sudah dirancang sesuai kurva tulang punggung dan memiliki fungsi untuk memperkokoh konstruksi tas sehingga tetap stabil saat digunakan.

“Dari segi fungsional, teknologi adjustable backsystem yang digunakan dapat memudahkan pengguna dalam mengatur backsystem sesuai ukuran torso masing-masing,” ungkap Oki Lutfi, yang juga desainer Eigerindo MPI.

Oki pun mengemukakan, pengembangan dari produk

Pada ajang Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2020, PT Eigerindo Multi Produk Industri (MPI) menampilkan dua produk unggulannya, yaitu Equatoride Tank Bag dan EcoSavior 45L. Perusahaan lokal ini merupakan penyedia perlengkapan kegiatan luar ruang (outdoor) yang sudah berdiri sejak tahun 1989.

Best 3 IGDS 2020 Kategori Desain Konsep, PT Eigerindo Multi Produk Industri

ECOSAVIOR 45L merupakan salah satu upaya dalam mencari solusi permasalahan sampah plastik yang semakin mendegradasi kualitas lingkungan. “Hal ini makin kami sadari dari berbagai perjalanan yang sudah kami lakukan ke berbagai gunung, yang sejalan dengan misi perusahaan PT Eigerindo MPI, yaitu dengan semangat terhadap keberlanjutan, kami menyajikan kepuasan yang penuh pengalaman bagi pelanggan dalam bisnis gaya hidup,” ungkapnya.

GM Marketing EIGER, Riadi Suwarno, menambahkan, saat ini pihaknya masih fokus dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan memperluas jaringan, membuka toko offline dan memperkuat layanan e-commerce. “Namun, usaha untuk dapat ekspansi ke negera lain pun sudah kami lakukan, salah satunya melalui channel marketplace yang kami punya,” ujarnya. (*)

39

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 39

Create Innovative Outdoor Equipment

E Equatoride Tank Bag, one of the Equatoride product series specially designed for the EIGER Equatoride Expedition that explores every corner of the tropics 23.5o North and 23.5o South. “Equatoride is a motorcycle ride, carried out by an adventurous figure who travels the world using a motorcycle to explore every corner of the tropics,” explained Rifki Zaenal as the designer of Eigerindo MPI.

Therefore, the Equatoride Tank Bag is here to support driving activities as a place to accommodate various needs while traveling around the world,

especially in tropical areas. This tank bag has an expandable main compartment with a removable inner bulkhead.

On the outside, there is a special compartment with a transparent screen for storing maps, GPS, and smartphones. Equatoride Tank Bag also provides convenience when refueling, by partially opening the zipper connector on the tank-bag pad, without having to move the bag position. In addition, this tank bag is equipped with Seam Sealing Tape technology which is able to prevent water seeping from the outermost layer of the bag.

Rifki added, in developing the Equoatoride Tank Bag product, his party took approximately two years. “Starting from making sketches, mockups/dummys, proto samples, 1-3 samples after passing several tests by both designers and motorcycle experts. Then it is executed on the bag and a final sample is made for mass production,” he said.

Meanwhile, the EcoSavior 45L is a mountain climbing backpack with a capacity of 45 liters that carries the concept of eco-friendly and sustainability products. This can be seen from the cloth material and some parts of the bag which were developed from recycled materials processed from PET bottle waste and the use of bamboo for the ergonomic frame components on the back system.

Moreover, this backpack is also equipped with a special feature of removable trash bags to facilitate mountain climbers bringing back their trash. Another advantage of this carrier is the use of “Ergocomfort Eco Natural Flexibility” as an adjustable backsystem that uses bamboo as the base material

At the Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2020 event, PT Eigerindo Multi Industrial Products (MPI) displayed two of its superior products, namely the Equatoride Tank Bag and EcoSavior 45L. This local company is a provider of outdoor activity equipment that has been established since 1989.

Best 3 IGDS 2020 Category Concept Design, PT Eigerindo Multi Produk Industri

for the frame.

The bamboo frame, which was made in collaboration with craftsmen in the Temanggung area, Central Java, has been designed according to the curve of the spine and has a function to strengthen the construction of the bag so that it remains stable when used.

“From a functional point of view, the adjustable backsystem technology used can make it easier for users to adjust the backsystem according to their respective torso sizes,” said Oki Lutfi, who is also the designer of Eigerindo MPI.

Oki also stated that the development of the ECOSAVIOR 45L product is one of the efforts in finding solutions to the problem of plastic waste which is increasingly degrading environmental quality. “We are increasingly aware of this from the various trips we have taken to various mountains, which is in line with the company’s mission of PT Eigerindo MPI, namely, with a passion for sustainability, we provide full experience satisfaction for customers in the lifestyle business,” he said.

General Manager of Marketing EIGER, Riadi Suwarno, added that currently his party is still focused on meeting domestic needs by expanding its network, opening offline stores and strengthening e-commerce services. “However, we have also made efforts to expand to other countries, one of which is through our marketplace channel,” he said. (*)

EigerWebsite eigeradventure.com

4040 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

I Alat tersebut menggunakan sensor ultrasonic atau sensor pressure gauge yang dapat mengukur hingga rentang 100 meter. Ideal untuk pengukuran level air, seperti pasang surut baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Hasil bacaan sensornya secara otomatis dikirimkan ke cloud server sehingga pengguna dapat mengakses dengan mudah. Selain itu, datanya akan direkam secara lokal di dalam memori card sebagai backup.

“Berbeda dengan produk-produk lain, Promithevo kami desain dengan ringkas dan kokoh, all-in-one datalogger, sensor, modem, serta power supply dalam satu kesatuan yang dapat memudahkan pengguna untuk melakukan instalasi,” kata Direktur PT. Luwes Inovasi Mandiri, Farida Katarina.

Farida menjelaskan, Promithevo dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan produk level sensor yang berkualitas dan mudah untuk dioperasikan dan online mendukung industri 4.0. “Kami melihat banyak produk level sensor yang cenderung susah untuk di install dan dioperasikan, serta memiliki banyak komponen,” ungkapnya.

Inovasi Luwes Inovasi Mandiri adalah memanfaatkan komponen-komponen tersebut dalam satu kesatuan yang lebih ringkas dan lebih kecil agar lebih mudah di-install di daerah remote. “Kami melakukan riset dan uji coba kurang lebih satu tahun untuk menemukan formula dan desain yang terbaik sehingga alat siap digunakan oleh customer,” ujarnya.

Luwes Inovasi Mandiri sedang menginisiasi ekspor perdana sensor

Water Level beserta sistem onlinenya ke Brunei Darussalam. “Brunei Survey Department tertarik menggunakan produk kami setelah melihat kinerjanya melalui website salah satu pelanggan di Indonesia yang menunjukkan keandalannya selama lima tahun dengan service level agreement lebih dari 98%. Artinya alat operasional hampir 100% dalam masa lima tahun,” tutur Farida.

Luwes Inovasi Mandiri berupaya untuk terus mengembangkan sistem pemantauan berbasis IoT seperti pemantauan longsor, gempa bumi dengan satelit GNSS, penurunan tanah, kestabilan gedung tinggi dan jembatan serta inovasi lainnya untuk pemantauan lingkungan seperti limbah.

“Kami akan menjaga kualitas produk kami yang berbasis IoT ini dengan moto kami yang disingkat RAPI, yaitu produk yang keandalannya cukup tinggi (Reliable), dengan harga terjangkau (Affordable), berpartner dengan customer dalam pengoperasian alat (Partnership), dan kualitas pengamatan berdasarkan standar internasional (International),” sebutnya.

Farida mengemukakan, Luwes Inovasi Mandiri memproduksi alat karya anak bangsa, yaitu Water Level and Weather Monitoring system sejak tahun 2015. Alat ini telah digunakan oleh banyak instansi seperti Kementerian Perhubungan untuk pengamatan di 49 titik tol laut dan Pushidrosal TNI-AL untuk pengamatan di 10 area perbatasan negara.

“Luwes Inovasi Mandiri bertujuan untuk memberikan solusi pemantauan real-time kepada user,” tegas Farida. Solusi yang diberikan kepada user merupakan alat yang andal hingga 5-10 tahun masa guna. Bahkan, harga yang diberikan terjangkau dibandingkan dengan alat lain di kategorinya. “Kami juga menjamin ketersediaan data sebagai bentuk after sales kepada user. Penggunaan alat dan sistem telah memenuhi kaidah standar internasional,” lanjutnya. (*)

“Memberikan Solusi Pemantauan Real-time kepada User”Salah satu inovasi unggulannya adalah alat pengukuran tinggi muka air dan pasang surut real time yang reliable, affordable dan mudah dikonfigurasikan dengan kemampuan untuk penambahan sensor. Produk ini dinamakan dengan Promithevo.

Best 3 IGDS 2020 Kategori Desain Produk, PT. Luwes Inovasi Mandiri

41

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 41

E The tool uses an ultrasonic sensor or pressure gauge sensor that can measure up to a range of 100 meters. Ideal for measuring water levels, such as tides both long term and short term.

The sensor readings are automatically sent to the cloud server so that users can access them easily. In addition, the data will be recorded locally on the memory card as a backup.

“Unlike other products, we design Promithevo with a compact and sturdy design, an all-in-one datalogger, sensor, modem, and power supply in one unit that can make it easier for users to install,” said the Director of PT. Luwes Inovasi Mandiri, Farida Katarina.

Farida explained, Promithevo was created with the aim of producing quality sensor level products that are easy to operate and online to support industry 4.0. “We see many sensor level products that tend to be difficult to install and operate, and have many components,” she said.

The innovation of Luwes Inovasi Mandiri is to utilize these components in a compact and smaller unit to make it easier to install in remote areas. “We conducted research and trials for approximately one year to find the best formula and design so that the tool is ready to be used by customers,” she said.

Luwes Inovasi Mandiri is initiating the first export of the Water Level sensor and its online system to Brunei Darussalam. “Brunei Survey Department is interested in using our product after seeing its performance through the website of a customer in Indonesia which

has shown its reliability for five years with a service level agreement of more than 98%. This means that the operational tools are almost 100% within five years,” said Farida.

Luwes Inovasi Mandiri strives to continue to develop IoT-based monitoring systems such as monitoring landslides, earthquakes with GNSS satellites, land subsidence, stability of tall

buildings and bridges as well as other innovations for environmental monitoring such as waste.

“We will maintain the quality of our IoT-based products with our motto, which is abbreviated as RAPI, which are products with high reliability (Reliable), at affordable prices (Affordable), partnering with customers in operating the equipment (Partnership), and quality of observations based on international standards” she said.

Farida said, Luwes Innovation Mandiri has been producing tools made by the nation’s children, namely the Water Level and Weather Monitoring system since 2015. This tool has been used by many agencies such as the Ministry of Transportation for observations at 49 marine toll points and the TNI-AL Hydrosal Center for observations

in 10 national border areas.

“Luwes Innovation Mandiri aims to provide real-time monitoring solutions to users,” said Farida. The solution provided to the user is a reliable tool with up to 5-10 years of service life. In fact, the price given is affordable compared to other tools in its category. “We also guarantee the availability of data as a form of after sales to users. The use of tools and systems has complied with international standards” she continued. (*)

“Providing Real-time

Monitoring Solutions to

Users”One of its superior

innovations is a reliable, affordable and easy-to-

configure real-time water level and tidal measurement tool with the ability to add

sensors. This product is called Promithevo.

Best 3 IGDS 2020 Category Desain Produk, PT. Luwes

Inovasi Mandiri

Luwes Inovasi MandiriAddress Jl. Tole Iskandar No.36,

Mekar Jaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat

16411

Phone. (021) 77828320

Website luwesinovasimandiri.com/

4242 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

“Lebih Kreatif dan Harus Memberikan Inovasi Baru”

I Berawal dari kecintaannya terhadap wastra Indonesia, Putroh ingin sekali fokus dalam mengembangkan wastra Indonesia sebagai bahan utamanya dari setiap koleksi pakaian yang ia buat. Niatnya ini sekaligus untuk mengenalkan ke masyarakat luas bahwa Indonesia memiliki banyak sekali wastra yang menarik dan unik dari Sabang sampai Merauke.

“Investasi awal kurang lebihnya Rp30 juta, dengan produksi sebanyak 20 pcs sampai 25 pcs per bulan dengan harga jual sekitar Rp700 ribu-800 ribu. Keuntungan yang didapat kurang lebihnya Rp15 juta-20 juta per bulan,” ungkapnya. Produk yang telah dibuat antara lain blus, outer, kemeja, dress dan celana panjang.

Putroh mengemukakan, perkembangan industri fesyen di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat cepat, sehingga para designer harus cukup jeli untuk melihat peluang pasar yang besar. “Kita sebagai desainer dituntut untuk lebih kreatif dan harus memberikan inovasi baru agar tetap bertahan di industri fesyen,” ungkapnya.

Melalui proses inovasinya, Putroh menghadirkan koleksi ready to wear berupa blus, outer, dress dan celana

panjang berbahan tenun Sumba, yang dikombinasikan dengan tenun tapis lampung dan lurik gerimis. Adapun keunggulannya, antara lain adalah memberikan warna baru pada wastra Indonesia dengan sentuhan gaya edgy modern.

“Saya memberikan ide yang cemerlang dengan palet warna yang berwibawa dan eksekusi yang rapi dengan gaya rancangan yang berjiwa muda, bergaya romantic hippie. Saya mengolah tenun sumba yang tadi nya terkesan kuno menjadi lebih modern,” paparnya.

Dalam upaya menciptakan inovasinya tersebut, dilalui proses riset dan mencari ide, yang kemudian didapatkan konsep yang sesuai dengan tema MOFP 2020. “Diawali mencari bahan utamanya, yaitu tenun Sumba dan dikombinasikan dengan kain lainnya. Setelah itu, membuat desain sesuai konsep, dan yang terakhir merealisasikannya menjadi pakaian jadi,” tuturnya.

Pihak yang dilibatkan dalam mencari inovasi produk untuk ikut MOFP 2020, di antaranya keluarga serta teman di bidang yang sama untuk sharing dan diskusi. Selanjutnya mencari masukan ke pengrajin tenun. “Saat itu, waktu yang dibutuhkan kurang lebihnya

Putroh Ramadhan merupakan fashion brand yang berfokus pada wastra Indonesia, dengan ciri khas gaya klasik dan modern. Memiliki tagline ‘Authentic Chic with Ethnic’ ini dinobatkan sebagai Juara I pada ajang Modest Fashion Project (MOFP) 2020.

dua bulan, sehingga terciptalah tema Rambu yang saya angkat di MOFP 2020,” ujarnya.

Dari hasil inovasinya itu, diharapkan produknya bisa menembus pasar ekspor. “Ada salah satu customer dari Malaysia yang membeli salah satu koleksi unggulan saya di MOFP 2020. Semoga ke depannya, saya bisa mengekspor produk saya ke luar negeri, seperti Malaysia dan Dubai,” tandasnya.

Putroh menceritakan, alasannya mengikuti MOFP 2020, awalnya ingin meningkatkan kualitas diri khususnya mengasah kemampuan dalam membuat sebuah desain dan mewujudkannya dalam bentuk pakaian jadi. Sasaran berikutnya, menambah relasi atau networking, supaya bisa dikenal masyarakat luas di Indonesia dan interasional.

Saat ini, Putroh ingin terus mengeksplorasi berbagai wastra yang ada di Indonesia dalam setiap koleksi yang akan dibuatnya. Ia ingin menjangkau berbagai kalangan dari yang muda hingga tua supaya bangga untuk berwastra. “Oleh karena itu, saya sedang berinovasi terhadap desain saya supaya lebih wearable dan diterima di berbagai kalangan yang ada,” tandasnya.

Juara I MOFP 2020,Putroh Ramadhan

43

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 43

MOFP 2020 1st Winner, Putroh Ramadhan

“More Creative and Must Provide New Innovations”

E Starting from his love for Indonesian literature, Putroh wanted to focus on developing Indonesian literature as the main ingredient of every clothing collection he made. The intention is at the same time to introduce to the wider community that Indonesia has a lot of interesting and unique literature from Sabang to Merauke.

“The initial investment is approximately 30 million IDR, with the production of 20 to 25 pieces per month with a selling price of around 700 thousand to 800 thousand IDR. The profit obtained is approximately 15 million-20 million IDR per month, “he said. Products that have been made include blouses, outers, shirts, dresses, and trousers.

Putroh said that the development of the fashion industry in Indonesia has increased very quickly, so designers must be observant enough to see a large market opportunity. “We as designers are required to be more creative and must provide new innovations to survive in the fashion industry,” he said.

Through its innovation process, Putroh presents ready-to-wear collections in the form of blouses, outers, dresses, and trousers made from Sumba weaving, which are combined with Lampung tapis and lurik drizzle weaving. The advantages include giving new colors to Indonesian literature with a touch of modern edgy style.

“I came up with a brilliant idea with an authoritative color palette and immaculate execution in a youthful, romantic hippie style design. I am processing Sumba weaving which previously seemed old-fashioned to be more modern,” he explained.

To create this innovation, the research process and looking for ideas were carried out, which later resulted in a concept that was in line with the MOFP 2020 theme. After that, making designs according to the concept, and finally realizing it into ready-made clothes,” he said.

Parties involved in seeking product innovation to participate in MOFP 2020, including family and friends in the same field for sharing and discussion. Next look for input from the weaving craftsmen. “At that time, it took approximately two months, so that the Rambu theme that I adopted at MOFP 2020 was created,” he said.

From the results of these innovations, it is hoped that their products can penetrate the export market. “There is a customer from Malaysia who bought one of my featured collections at MOFP 2020. Hopefully, in the future, I can export my products abroad, such as Malaysia and Dubai,” he said.

Putroh said that the reason for participating in MOFP 2020 was initially wanting to improve one’s quality, especially to hone skills in making a design and making it happen in the form of ready-made clothes. The next target is to add relationships or networking, so that they can be known by the wider community in Indonesia and internationally.

Currently, Putroh wants to continue to explore various literature in Indonesia in every collection he will make. He wants to reach various groups from young to old so that they are proud to be literature. “Therefore, I am innovating my design to make it more wearable and accepted in various circles,” he said.

Putroh Ramadhan is a fashion brand that focuses on Indonesian literature, with the characteristics of classic and modern styles. Having the tagline ‘Authentic Chic with Ethnic’, he was named the 1st Winner at the 2020 Modest Fashion Project (MOFP) event.

Putroh RamadhanAddress Jl. Kramat Batu Dalam No. 19 A, RT.2/RW.5, Gandaria

Selatan, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Phone 081283718769

4444 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Manfaatkan Kain Batik Bekas dengan Polesan Desain Modern

I Jovi Ahmedi, desainer fesyen asal Muaradua, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan ini membangun brand Bakas sejak tahun 2019. “Nama Bakas itu berasal dari bahasa Dayo di OKU Selatan, yang artinya pria atau laki-laki,” ungkapnya.

Awal idenya bermula ingin membuat batik bisa lebih kontemporer lagi desainnya dan lebih disukai anak muda, dengan menggunakan batik garutan dan motif yang terbarukan. “Saya memanfaatkan limbah kain batik dan juga bahan sisa garmen,” ujar pria kelahiran 20 Mei 1990 ini.

Menurutnya, inovasi tersebut tercipta karena visi dari brand Bakas dengan memanfaatkan bahan sisa kain tradisional seperti batik, yang dipadukan melalui desain lebih modern. Dalam prosesnya, dibutuhkan lebih kurang satu bulan untuk memastikan konsep dan desain yang diinginkan.

“Produk kami belum diekspor, tetapi telah dipakai oleh beberapa selebriti Indonesia seperti Kotak band dan Sabyan gambus,” ungkapnya.

Jovi mengemukakan, alasan mengikuti ajang MOFP, salah satunya adalah sebagai tolak ukur diri untuk produk dan desain yang dibuatnya bisa diterima masyarakat dan memiliki daya jual. “Upaya yang saya lakukan agar lancar dan bisa menang, yakni dipersiapkan dengan matang baik itu konsep dan desain itu sendiri. Selain itu kesiapan diri dan doa dari keluarga,” tuturnya.

Untuk saat ini, Jovi sedang menyiapkan koleksi unggulannya untuk show di final MOFP 2021 dengan judul DUALISME, yang terinspirasi dari manusia dan alam. Menurutnya, terdapat dua keadaan atau sifat yang bertentangan, tetapi sebagai penyeimbang kehidupan mausia itu sendiri.

“Saya terinspirasi dari motif Mega Mendung, Jawa Barat yang mengartikan langit atau awan serta gunung yang melambangkan bumi dengan motif dibuat menggunakan patchwork dan shashiko,” ujarnya.

Jovi mengakui, dampak pandemi Covid-19 saat ini membuat kendala untuk memulai produksinya. Namun, dia sudah meniatkan diri untuk mengkreasikan produknya pada kuartal keempat tahun ini. “Salah satu strategi yang juga lebih penting adalah meningkatkan digital marketing,” imbuhnya.

Ia berharap, dalam pengembangan industri fesyen di tanah air, pemerintah dapat memfasilitasi modal dan pemasaran produk yang lebih masif bagi para pelaku usahanya. Apalagi untuk memacu daya saing fesyen muslim.

“Karena Indonesia ini merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, dengan inovasi dan kemampuaan yang luar biasa, pemerintah bisa men-support lebih, tidak hanya sebagai fasilitator saja untuk market tetapi mempermudah para pengusaha adau kreator di bidang industri fesyen muslim untuk melakukan transaksi baik itu di dalam maupun luar negeri,” paparnya. (*)

Terinspirasi dari keindahan lautan, akhirnya membuat motif patchwork ombak Jepang dengan memanfaatkan bahan sisa kain batik. Melalui sentuhan desain yang lebih modern, karyanya bisa menyabet Juara II pada Modest Fashion Project (MOFP) 2020.

Juara II MOFP 2020, Jovi Ahmedi

45

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 45

2nd Winner of MOFP 2020, Jovi Ahmedi

Taking Advantage of Used Batik Fabrics with Modern Design Polish

E Jovi Ahmedi, a fashion designer from Muaradua, Ogan Komering South Ulu Regency, South Sumatra, has built the Bakas brand since 2019. “The name Bakas comes from the Dayo language in South OKU, which means male,” he said.

as the Kotak Band and Sabyan Gambus,” he said.

Jovi said that the reason for participating in the MOFP event, one of which was as a benchmark for himself for the products and designs he made, could be accepted by the public and had selling power. “The effort I made to run smoothly and win was to be prepared carefully, both in terms of the concept and the design itself. In addition, self-preparation and prayers from the family, “he said.

For now, Jovi is preparing his flagship collection to show at the MOFP 2021 finals with the title DUALISM, which is inspired by humans and nature. According to him, there are two contradictory conditions or traits, but as a balance of human life itself.

“I was inspired by the Mega Mendung motif, West Java, which means the sky or clouds and a mountain that symbolizes the earth with motifs made using patchwork and shashiko,” he said.

Jovi admits that the current impact of the Covid-19 pandemic has made it difficult to start production. However, he has intended to create his product in the fourth quarter of this year. “One strategy that is also more important is to increase digital marketing,” he added.

He hopes that in developing the fashion industry in the country, the government can facilitate more massive capital and product marketing for business actors. Moreover, to spur the competitiveness of Muslim fashion.

“Because Indonesia is a country with the largest Muslim majority in the world, with extraordinary innovation and capabilities, the government can support more, not only as a facilitator for the market but also make it easier for entrepreneurs and creators in the Muslim fashion industry to make good transactions. both at home and abroad,” he said. (*)

Inspired by the beauty of the ocean, he finally made a patchwork motif of Japanese waves by using leftover batik cloth. Through a touch of a more modern design, his work was able to be 2nd winner in the Modest Fashion Project (MOFP) 2020.

Initially, the idea started with want to make batik more contemporary in design and preferred by young people, by using Garutan batik and renewable motifs. “I use batik cloth waste and also garment scraps,” said the man who was born on May 20, 1990.

According to him, the innovation was created because of the vision of the Bakas brand by utilizing leftover traditional fabrics such as batik, which were combined through more modern designs. In the process, it takes approximately one month to confirm the desired concept and design.

“Our products have not been exported, but have been used by several Indonesian celebrities such

Jovi ahmedi Instagram @bakas.Studio

4646 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Manfaatkan Kain Tenun Bulu Garut dengan Pewarnaan Alam

I “Koleksi tersebut berfokus pada pemilihan material yang ramah lingkungan, seperti tenun bulu garut untuk kain utama sebagai bentuk mendukung UMKM pengrajin tenun,” kata sang desainer, Dian Rafi’ul.

Kemudian kain utama itu dipadukan dengan kain linen dan rayon sebagai bahan tambahan. Kedua kain ini memiliki sifat ramah lingkungan (sustainable). “Dalam proses pewarnaan alam, untuk warna fuchia, saya menggunakan kulit buah naga. Sedangkan, kancingnya pakai wood button,” ungkapnya.

Proses inovasi tersebut membutuhkan waktu tujuh hari lebih hingga tahap pembuatannya, termasuk pre order tenun, dan menggambar motif batik di bagian tertentu sekaligus proses pewarnaanya. “Saya ingin produk ini dikenal luas oleh masyarakat, sambil mencari peluang market luar nengeri untuk dapat diekspor,” papar Dian.

Alasannya mengikuti Modest Fashion Project (MOFP) 2020 adalah untuk mencari pengalaman dan relasi. Selain itu, agar mendapat bimbingan untuk pengembangan bisnisnya. Dian Rafi’ul berhasil menjadi 20 finalis MOFP 2020.

“Inovasi baru yang sedang saya kembangkan adalah menjadikan kain berbahan serat alam ini yang nyaman dipakai. Selain itu dapat digunakan setiap saat dan mudah dipakai oleh pria maupun wanita,” imbuhnya.

Menurut Dian, strateginya untuk memenangkan kompetisi tersebut adalah mengeluarkan inovasi-inovasi untuk desain baru yang segar dan modis. “Itu bisa diikuti melalui

event-event virtual maupun live fashion,” ujarnya.

Dian berharap, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian agar lebih sering dan fokus lagi untuk menggelar berbagai kompetisi fesyen, serta pelatihan dan konseling mengenai bisnis dan fesyen agar mempermudah dalam pengembangan industri fesyen di indonesia.

“Setiap ada event atau informasi mengenai pengembangan produk bisnis fesyen, pasti akan saya ikuti. Hal ini karena untuk mempermudah bagi kita agar dapat memperkenalkan diri semakin luas,” ucapnya.

Menurut Dian, industri fesyen di Indonesia sedang berkembang pesat, sehingga semakin banyak pula persaingan antar dagang dan bermitra. “Karena masih banyak orang yang belum paham bagaimana untuk berbisnis khususnya di bidang fesyen, maka semoga pemerintah lebih memperhatikan dan lebih gencar lagi mengadakan event atau apapun untuk kita anak muda agar terus tetap berkarya walau d imasa yang sedang susah seperti ini,” paparnya. Agar ada peluang2 lain untuk menjadikan kita lebih berkembang dan maju.

Inovasinya adalah membuat busana siap pakai untuk wanita dewasa, dengan sentuhan teknik semi tailoring yang memanfaatkan material kain tenun bulu garut dan linen. Uniknya lagi, menggunakan pewarnaan alam dengan teknik tie dye.

20 Finalis Modest Fashion Project (MOFP) 2020, Dian Rafi’ul

47

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 47

20 Finalists of Modest Fashion Project (MOFP) 2020, Dian Rafi’ul

Taking Advantage of Arrowroot Woven Fabric With Natural Dyes

E“The collection focuses on selecting environmentally friendly materials, such as arrowroot weaving for the main fabric as a form of supporting SMI’s for weaving craftsmen,” said the designer, Dian Rafi’ul.

Then the main fabric is combined with linen and rayon as additional materials. Both of these fabrics are environmentally friendly (sustainable). “In the natural coloring process, for the fuchia color, I used dragon fruit skin. Meanwhile, the buttons use wood buttons,” he said.

The innovation process takes more than seven days until the manufacturing stage, including

pre-order weaving, and drawing batik motifs in certain parts as well as the coloring process. “I want this product to be widely known by the public, while looking for foreign market opportunities to be exported,” said Dian

The reason for joining the Modest Fashion Project (MOFP) 2020 is to seek experience and relationships.

In addition, in order to receive guidance for business development. Dian Rafi’ul managed

to become 20 finalists of MOFP 2020. “The new innovation that I am developing

is to make this natural fiber fabric that is comfortable to wear. In

addition, it can be used at any time and is easy to

use by both men and women,” he added.

According to Dian, her strategy to win the

competition is to come up with innovations for

fresh and fashionable new designs. “It can be followed

through virtual events and live fashion,” he said.

Dian hopes that the government

through the Ministry of Industry will be more frequent and focused on holding various fashion competitions, as well as training and counseling on business and fashion in order to facilitate the development of the fashion industry in Indonesia. “Every time there is an event or information regarding the development of a fashion business product, I will definitely follow it. This is because it makes it easier for us to introduce ourselves more widely,” he said.

According to Dian, the fashion industry in Indonesia is growing rapidly, so there is more competition between trades and partners. “Because there are still many people who don’t understand how to do business, especially in the fashion sector, hopefully the government will pay more attention and be more aggressive in holding events or whatever for us young people to continue to work even in difficult times like this,” he explained. So that there are other opportunities to make us more developed and advanced. (*)

The innovation is to make ready-to-wear clothing for adult women, with a touch of semitailoring technique that utilizes arrowroot and linen woven fabrics. The uniquely is using natural coloring with tie dye technique.

4848 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Mengusung Konsep Bertahan Hidup Saat Pandemi

I Sang desainer, Dian Dwi Widyasari menjelaskan, adanya dampak pandemi Covid-19 serta tuntutan melanjutkan hidup dan aktivitas yang harus dan tetap terus berlangsung, maka dirinya mengusung tema Fight in Vigorous yang bertujuan untuk mengimplementasikan kesungguhan untuk bertahan hidup dan melawan keadaan yang sulit saat ini dengan berkegiatan serta berperang melawan situasi yang ada.

Menurutnya, inovasi baru yang sedang dikembangkan saat ini, yaitu membuat dan mengembangkan produk ready to wear modest yang trendi, simple, nyaman, berkualitas dan dapat dikenakan oleh semua kalangan. “Dengan keunggulan produk ini nyaman digunakan, cocok untuk mobilitas bekerja sehari hari namun tetap trendi dan sesuai dengan protokol kesehatan dalam situasi new normal saat ini,” ungkap Dian.

Proses penciptaan inovasi tersebut diawali dengan kondisi atau keadaan saat ini yang sedang berlangsung, yang kemudian dituangkan ke dalam desain dan setelah itu memasuki tahap proses produksi. “Dalam seluruh pembuatannya, membutuhkan waktu sekitar empat belas hari,” sebutnya.

Dian mengemukakan, alasan mengikuti ajang MOFP adalah untuk menambah pengalaman dan membuktikan kepada diri sendiri dan orang lain bahwa dirinya bisa berkompetisi di ajang bergengsi tersebut.

“Selain itu juga sebagai ajang memperkenalkan diri dan produk saya kepada khalayak. Upaya yang saya lakukan saat itu adalah membuat

produk dengan desain yang menarik, nyaman dipakai dan berkualitas, serta meminta dukukungan dan doa kepada orang-orang di sekitar,” ujarnya.

Dalam upaya agar perusahaannya dapat berkembang, Dian menyatakan, strategi ke depannya adalah dengan pemasaran dan marketing yang lebih gencar lagi baik secara online maupun offline dari mulut ke mulut atau membuka offline store.

“Selain itu, kami mengharapkan bantuan promosi dan dukungan

dari berbagai pihak termasuk dari pemerintah,” ucapnya. Adapun

bantuan lain yang diharapkan dari pemerintah, antara lain

berupa bantuan dalam bidang permodalan serta

pemasaran di dalam maupun luar negeri.

Menurut Dian, perkembangan industri

fesyen muslim di indonesia telah berkembang dengan sangat pesat, namun masih terdapat banyak pelaku usaha kecil yang kesulitan berkembang, padahal memiliki nilai yang baik atau bagus. “Maka sekiranya dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, khususnya dari pemerintah, agar dapat lebih berkembang dan menjadi lebih baik lagi,” imbuhnya.

Dian menceritakan, sejarah terbentuknya usahanya dilatar belakangi oleh pendidikannya di produksi garmen dengan konsentrasi fashion design “Sejauh ini, saya memproduksi produk-produk ready to wear, dengan metode membuat busana secara pre order dan custom made,” ungkapnya.

Inovasi produk yang diajukan dalam ajang Modest Fashion Project (MOFP) 2020 adalah baju ready to wear, yang mengusung tema Fight in Vigorous dengan look semi formal. Konsep desain tersebut menggambarkan keadaan saat ini, khususnya pada kesibukan di perkotaan.

20 Finalis Modest Fashion Project (MOFP) 2020, Dian Dwi Widyasari

49

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 49

Carrying the Concept of Survival During a Pandemic

E The designer, Dian Dwi Widyasari explained, due to the impact of the Covid-19 pandemic as well as the demands for continuing life and activities that must continue, he carried the theme Fight in Vigorous which aims to implement sincerity to survive and fight current difficult conditions by activities and fight against the existing situation.

According to him, new innovations that are currently being developed are making and developing ready-to-wear modest products that are trendy, simple, comfortable, quality and can be worn by all groups. “With the advantages of this product, it is comfortable to use, suitable for daily work mobility but still trendy and in accordance with health protocols in the current new normal situation,” said Dian.

The process of creating the innovation begins with the current state or condition that is currently in progress, which is then poured into the design and after that enters the production process stage. “In the whole manufacture, it takes about fourteen days,” she said.

Dian said that the reason for participating in the MOFP event was to gain experience and prove to herself and others that she could compete in this prestigious event.

“Besides that, it is also a place to introduce myself and my products to the public. The effort I made at that time was to make products with attractive designs, comfortable to wear and of good quality, and to ask for support and prayers from the people around me,” she said.

In an effort to make the company grow, Dian stated, the strategy going forward is marketing and marketing that is even more aggressive, both online and offline by word of mouth or by opening an offline store.

“In addition, we expect promotional assistance and support from various parties, including the

government,” she said. As for other assistance expected

from the government, among others, in the

form of assistance in the field of capital and

marketing at home and abroad.

According to Dian, the development of the Muslim

fashion industry in Indonesia has grown very rapidly, but there are still many small business actors who have difficulty developing, even though they have good or good values. “So if support is needed from various parties, especially from the government, so that it can develop and become even better,” he added.

Dian said, the history of the formation of his business was motivated by his education in garment production with a concentration of fashion design. “So far, I have produced ready-to-wear products, using pre-order and custom-made clothing methods,” she said.

The product innovation proposed in the Modest Fashion Project (MOFP) 2020 event is ready-to-wear clothing, which carries the theme of Fight in Vigorous with a semi-formal look. The design concept describes the current situation, especially in busy urban areas.

20 Finalists of Modest Fashion Project (MOFP) 2020, Dian Dwi Widyasari

Dian Dwi WidyasariAddress Jl. Cihanjuang, Cimahi Utara,

Jawa Barat

Website linkedin.com/in/dian-dwi-widyasari-75a4711bb

5050 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Keju Natural dengan Cita Rasa Lokal

I Founder & Direktur Rosalie Cheese, Ayu Linggih menjelaskan, perusahaannya yang berbasis produk pangan dengan inovasi teknologi ini mulai berproduksi sejak tahun 2017 di Denpasar, Bali. “Produksi utama kami adalah natural Indonesian cheese dari bahan peternakan segar tanpa menggunakan pewarna dan pengawet,” ujarnya.

Guna mendukung proses produksinya, Rosalie cheese menjalin kerja sama dengan peternak kecil di daerah Bali dan Jawa Timur. “Kami melihat mitra peternak sebagai long-term partner for growth. Tujuan kami adalah membuat specialty cheese with a unique twist on local flavour,” ungkapnya.

Produk yang diajukan Rosalie Cheese pada IFI 2020 adalah produk Black & White Cheese. “Keju ini adalah keju dari susu sapi yang dibalut dengan coconut ash. Bisa dibilang ini keju mild blue cheese versi Indonesia,” tuturnya.

Di keju Black & White Cheese ini, Rosalie memasukkan unsur kelapa untuk menambah rasa produknya dan memberikan indentitas geografis. Selain itu, Rosalie Cheese menggunakan kemasan yang informatif dan modern sehingga bisa bersaing dengan produk impor

“Ini adalah jawaban kami kepada market yang menginginkan keju lokal dengan harga dan kualitas yang bersaing. Saat ini, konsumsi

Fokus usahanya adalah memproduksi keju natural dari susu sapi dan susu kambing dengan added local twist. Melalui inovasinya, CV Rosalie Kalyana Bali (Rosalie Cheese) meraih juara I kategori End Product pada ajang Indonesia Food Innovation (IFI) 2020.

Juara I IFI 2020 Kategori End Product, CV Rosalie Kalyana Bali

keju di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, dan Rosalie ingin berkontribusi di Indonesian cheese industry untuk meng-cater palate yang menginkan keju natural dengan rasa yang kompleks,” papar Ayu.

Dalam tahap mencipatkan produk, Rosalie selalu memasukan unsur Indonesia di dalamnya, baik secara ingredients maupun local wisdom. Ini yang menjadi salah satu keunggulan Rosalie dalam membuat produk yang inovatif dan kompetitif.

Pada proses pengentalan keju Rosalie, dinilai aman untuk anak-anak dan kalangan vegetarian. “Kami menggunakan teknik pembuatan keju tradisional dan susu kambing lokal yang memiliki cita rasa khas karena tergantung dari pakan, iklim dan lingkungan di sekitar peternakan,” terang Ayu.

Daya tahan keju Rosalie beragam, dari tiga hingga delapan bulan tergantung jenis kejunya. Keju Rosalie memiliki beberapa jenis produk, di antaranya Halloumi, Gouda, dan Chevre yang cocok untuk olahan masakan.

Selain itu, Black Pepper Goat, Black & White, dan Milton yang pas untuk dimakan langsung. Ada pula Grated Cheese yang bisa digunakan untuk bahan adonan kue. Saat ini, Rosalie sedang mengikuti program sertifikasi HACPP yang difasilitasi oleh Kementrian Perindustrian.

“Ada beberapa jenis inovasi yang sedang kami jalankan baik secara produk, manajemen maupun proses produksi. Pastinya inovasi yang sedang kami kembangkan mengikuti market demand, customer behaviour dan food trend,” imbuhnya.

Ayu mengakui, pendampingan yang diberikan melalui Food Camp pada ajang IFI, dan materi yang ditawarkan sangat menarik untuk menambah pengetahuan dan membuka wawasan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. “Selain itu, IFI memberikan fasilitasi sertifikasi HACCP yang memang sudah menjadi target Rosalie untuk grow our market further,” pungkasnya.

51

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 51

Juara I IFI 2020 Category End Product, CV Rosalie Kalyana Bali

Natural Cheese with Local Taste

E Founder & Director of Rosalie Cheese, Ayu Linggih explained, her company based on food products with technological innovations started production in 2017 in Denpasar, Bali. “Our main production is natural Indonesian cheese from fresh farm ingredients without using dyes and preservatives,” she said.

To support the production process, Rosalie Cheese cooperates with small farmers in Bali and East Java. “We see farmer partners as long-term partners for growth. Our goal is to make specialty cheese with a unique twist on local flavour,” she said.

The product that Rosalie Cheese proposed at IFI 2020 was a Black & White Cheese product. “This is cheese from cow’s milk wrapped with coconut ash. You could say this is the Indonesian version of mild blue cheese,” she said.

In this Black & White Cheese, Rosalie incorporates an element of coconut to add flavor to the product and give it a geographical identity. In addition, Rosalie Cheese uses informative and modern packaging so that it can compete with imported products.

“This is our answer to the market that wants local cheese at competitive prices and quality. Currently, cheese consumption in Indonesia continues to increase every year, and Rosalie wants to contribute to the Indonesian cheese industry to cater to palates who want natural cheeses with complex flavors,” said Ayu.

“There are several types of innovations that we are running in terms of products, management and production processes. Certainly the innovations that we are developing follow market demand, customer behavior and food trends,” she added.

Ayu admitted that the assistance provided through the Food Camp at the IFI event, and the materials offered were very interesting to increase knowledge and open insights to improve company performance. “In addition, IFI provides facilitation for HACCP certification, which has become Rosalie’s target to grow our market further,” she concluded.

The focus of its business is to produce natural cheese from cow’s milk and goat’s milk with an added local twist. Through its innovation, CV Rosalie Kalyana Bali (Rosalie Cheese) won first place in the End Product category at the Indonesia Food Innovation (IFI) 2020.

Rosalie CheeseAddress Jl. Kenanga No.30B, Cilandak

Tim., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Website rosaliecheese.co.id

In the product creation stage, Rosalie always incorporates Indonesian elements in it, both in terms of ingredients and local wisdom. This is one of Rosalie’s advantages in making innovative and competitive products.

In the thickening process, Rosalie cheese is considered safe for children and vegetarians. “We use traditional cheese making techniques and local goat’s milk which have a distinctive taste because it depends on the feed, climate and the environment around the farm,” said Ayu.

The shelf life of Rosalie cheese varies from three to eight months depending on the type of cheese. Rosalie cheese has several types of products, including Halloumi, Gouda, and Chevre which are suitable for cooking.

In addition, there are Black Pepper Goat, Black & White, and Milton which are suitable for direct consumption. There is also a Grated Cheese that can be used for cake dough ingredients. Currently, Rosalie is participating in the HACPP certification program facilitated by the Ministry of Industry.

5252 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Rasakan Manisnya Peluang Bisnis Madu

I Diawali merintis usahanya dengan nama TJ Superfoods pada pertengahan Mei 2017 lalu, Fransisca Natalia Widowati menciptakan madu bermerek Beema Honey. “Saat itu, bisnis madu belum semarak seperti saat ini, di mana pilihan madu terutama di pasar ritel modern tidak terlalu banyak pilihan dan didominasi oleh madu impor dari Australia serta Selandia Baru,” ungkapnya.

Fransisca menjelaskan, Beema Honey diambil dari filosofi Bima - Pandawa Lima, yang merupakan sosok ksatria jujur, kuat dan tanpa basa basi. Hal ini menjadikan nilai-nilai yang dianut dalam berbisnis dan juga nilai tambah yang ditawarkan dari produk-produknya.

“Kami membuat produk yang natural, tanpa pengawet, dan tanpa bahan kimia tambahan apapun,” ujarnya. Selain itu, Beema Honey juga mempunyai arti makna tersendiri, yaitu “Be My Honey” yang dirasa “fun” serta mudah diingat jika masuk ke pasar global.

Seiring makin berkembangnya bisnis dan melihat banyaknya permintaan pasar, akhirnya bulan Mei 2019, Fransisca meresmikan usahanya menjadi PT Beema Boga Arta yang memfokuskan pada produk-produk makanan sehat yang berkelanjutan.

“Kami sedang dalam tahap perolehan sertifikasi BPOM serta HACCP untuk memenuhi permintaan ekspor ke beberapa negara seperti India, Rusia, Singapura dan Eropa,” kata perempuan bergelar Sarjana Teknik Arsitektur dan Magister Manajemen yang sudah memiliki 10 karyawan ini.

Selain itu, PT Beema Boga Arta juga merangkul produk-produk UMKM lainnya, seperti Empon-empon, Jahe Madu, Kunyit Asam yang kemudian dikemas cantik di bawah merek Beema Wellness yang merupakan merek kedua perusahaan ini pada lini kudapan sehat.

Fransisca mengemukakan, inovasi produk yang diajukan dalam ajang Indonesia Food Innovation (IFI) 2020 adalah Detox Charcoal Honey, merupakan madu murni yang telah berbentuk krim (whipped honey) karena proses kristalisasi alami yang diformulasikan dengan bubuk arang (edible charcoal powder) yang terbuat dari batok kelapa yang diproses pada pembakaran suhu 1000° C, menjadi bubuk halus berukuran 325mesh.

“Inovasinya tercetus ide dari internal dan mencoba secara in house, yang kemudian melakukan percobaan kepada beberapa audience yang dikenal dan mempunyai masalah

Melihat kala itu banyak produk madu impor yang mendominasi di pasar domestik, akhirnya membidik celah peluang untuk mengembangkan usaha produksi madu lokal. Hal ini didukung niatnya ingin membangun bisnis kuliner dan makanan sehat yang bisa menembus pasar global.

yang sama. Proses pembuatan dari ide, percobaan dan launching memakan waktu kurang lebih enam bulan,” ujar Fransisca.

Menurut Fransisca, madu mentah masih mengandung enzim yang berfungsi menjaga keseimbangan asam dan bakteri baik di dalam pencernaan, sedangkan arang berfungsi untuk menyerap kelebihan gas dan juga menetralkan racun-racun dalam tubuh. “Beema Honey merupakan satu-satunya brand di dunia yang membuat madu charcoal ini,” ungkapnya.

“Tidak ada proses pemanasan, penambahan bahan kimia, pewarna buatan maupun perisa buatan. Madu mentah (raw honey) dan bubuk arang, merupakan pilihan alternatif yang sering digunakan untuk meredakan atau mengatasi keluhan asam lambung (GERD - gastroesophageal reflux disease),” paparnya.

Keunggulan produknya, antara lain meredakan kelebihan gas asam lambung, meredakan gejala keracunan makanan, dan memperbaiki kinerja ginjal. Berbagai inovasi dan keunggulan yang dimiliki Beema Honey, akhirnya dinobatkan sebagai juara II kategori End Product pada IFI 2020.

Juara II IFI 2020 Kategori End Product, PT Beema Boga Arta

53

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 53

Juara II IFI 2020 Category End Product, PT Beema Boga Arta

Feel the Sweetness of Honey Business Opportunity

E Starting her business under the name TJ Superfoods in mid-May 2017, Fransisca Natalia Widowati created the Beema Honey brand. “At that time, the honey business was not as vibrant as it is today, where the choice of honey, especially in the modern retail market, was not too many choices and was dominated by imported honey from Australia and New Zealand,” she said.

Fransisca explained, Beema Honey was taken from the philosophy of Bima - Pandawa Lima, which is a figure of an honest, strong and no-nonsense knight. This makes the values embraced in business and also the added value offered from its products.

“We make products that are natural, without preservatives, and without any chemical additives,” she said. In addition, Beema Honey also has its own meaning, namely “Be My Honey” which is considered “fun” and easy to remember when entering the global market.

As the business grew and the increasing market demand, finally in May 2019, Fransisca inaugurated her business to become PT Beema Boga Arta which focuses on sustainable healthy food products.

“We are in the stage of obtaining BPOM and HACCP

certifications to meet export demand to several countries such as India, Russia, Singapore and Europe,” said the woman with a Bachelor of Architectural Engineering and Master of Management who already has 10 employees.

In addition, PT Beema Boga Arta also embraces other MSME products, such as Empon-empon, Ginger Honey, Kunyit Asam which are then beautifully packaged under the Beema Wellness brand which is the company’s second brand in the healthy snack line.

Fransisca said that the product innovation proposed at the Indonesia Food Innovation (IFI) 2020 event was Detox Charcoal Honey, which is pure honey that has been in the form of a cream (whipped honey) due to a natural crystallization process formulated with edible charcoal powder which is made from coconut shells which are processed at a temperature of 1000°C, into a fine powder of 325mesh size.

“The innovation came from internal ideas and tried it in house, which then experimented with several audiences who were known and had the same problem. The process of making ideas, trials and launching takes approximately six months,” said Fransisca.

According to Fransisca, raw honey still contains enzymes that function to maintain the balance of acids and good bacteria in the digestive tract, while charcoal serves to absorb excess gas and also neutralize toxins in the body. “Beema Honey is the only brand in the world that makes this charcoal honey,” she said.

“There is no heating process, the addition of chemicals, artificial coloring or artificial flavours. Raw honey and charcoal powder are alternative options that are often used to relieve or treat complaints of stomach acid (GERD)” she explained.

Its advantages are to relieve excess gastric acid, relieve symptoms of food poisoning, and improve kidney performance. Beema Honey’s various innovations and advantages have finally been crowned as the second winner in the End Product category at IFI 2020.

Seeing that at that time many imported honey products were dominating in the domestic market, finally aiming for an opportunity to develop a local honey production business. This is supported by her intention to build a culinary and healthy food business that can penetrate the global market.

PT Beema Boga ArtaAddress Jl. Pd. Cabe Raya No.68, Pd. Cabe Udik, Kec.

Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15418

Phone. 0815-8600-1336

Website beemahoney.com

5454 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

manisnya. Tekstur pudding sangat lembut seperti silky pudding yang lebih sehat,” jelasnya.

Sandra mengemukakan, proses inovasi produk dimulai dengan pengalaman pribadi dan riset market terhadap ketersediaan produk cemilan anak yang minim gluten dan berukuran kecil. Setelah itu, menentukan USP (poin unik jual) dari produk Unicorn Drops, yaitu berwarna warni yang berasal dari sayuran, bukan pewarna makanan.

“Nutrisinya pun sudah teruji di lab terakreditasi, sehingga dapat terjamin bahwa nutrisi sayuran masih terkandung di dalam produk Unicorn Drops. Lama inovasi produk untuk Unicorn Drops ini selama enam bulan, dengan proses tes market terlebih dahulu sebelum launching secara resmi,” sebutnya.

Inovasi baru yang sedang dikembangkan Sunkrisps adalah produk siap masak dengan konsep warna-warni dari sayuran, yang menarik untuk anak-anak. “Segera diluncurkan pada akhir tahun ini,” ujarnya.

Juara III IFI 2020 Kategori End Product, PT. Kreasi Krispi Indonesia

Enak dan Sehat, Camilan Anak Berbahan SayuranTujuannya ingin menutrisi anak-anak di Indonesia dan dunia, Sunkrisps berinovasi pada produk makanan ringan sehat dari sayuran, dengan menggunakan teknologi terkini yang membuat nutrisi sayuran tetap terjaga. Mimpi Sunkrisps adalah anak-anak menjadi generasi sehat dan gemilang.

I Sunkrisps berdiri sejak tahun 2018 di bawah perusahaan PT. Kreasi Krispi Indonesia, dengan diawali tiga tahun sebelumnya melalui riset market dan pengembangan produk agar sesuai pasar. Perusahaan ini didirikan oleh Sandra Alfina dan Ricky Kurnia Chandra, pasangan suami-istri sekaligus partner bisnis.

Hingga kini, Sunkrisps berkembang pesat dan produknya telah tersebar di berbagai wilayah Sumatera hingga Maluku. “Produksi makanan dilakukan di Pabrik Sunkrisps yang berlokasi di Bogor, yang bekerja sama dengan para petani di daerah Bogor dan sekitarnya, untuk menjamin kualitas sayur segar saat diolah di pabrik Sunkrisps,” kata Sandra Alfina selaku CEO Sunkrisps Indonesia.

Saat ini, ada dua seri produk andalan Sunkrisps, yaitu Rainbow Sunkrisps dan Unicorn Series. “Best seller-nya adalah Rainbow Series, yang terdiri dari Rainbow Puff dan Rainbow Stick, sus kering renyah yang warna-warninya berasal dari sayuran,” terangnya.

Selain itu, ada Unicorn Drops, kukis kentang bebas gluten yang inovatif, berhasil menjadi favorit anak-anak karena warnanya yang menarik dan sehat dari sayuran. Produk ini yang ditandingkan pada ajang Indonesia Food Innovation 2020, dengan akhirnya menyabet juara III kategori End Product.

“Unicorn Drops ini bentuknya biskuit imut. Selain itu, kukis kentang ini dapat menjadi sarana anak untuk berlatih motorik halus dengan posisi jari yang menjepit, juga mengenal warna. Dengan bahan tepung kentang, Unicorn Drops memiliki sifat minim gluten sehingga lebih sehat untuk pencernaan anak-anak,” paparnya.

Ada pula, Unicorn Melts, kukis meringue menjadi substitusi permen anak yang lebih sehat, karena sifatnya yang mudah lumer di mulut. Sunkrisps juga memiliki Unicorn Pudding, premix pudding yang terdiri dari enam rasa, yaitu buah bit, talas ungu (taro), pandan suji, cokelat, vanilla dan bunga telang.

“Uniknya, Unicorn Pudding dari Sunkrisps bebas susu dan kemasan gula terpisah sehingga dapat diatur

55

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 55

Juara III IFI 2020 Category End Product, PT. Kreasi Krispi Indonesia

Delicious and Healthy Kids Snacks Made of Vegetables

E Sunkrisps was founded in 2018 under the company PT. Kreasi Krispi Indonesia, started three years earlier through market research and product development to fit the market. The company was founded by Sandra Alfina and Ricky Kurnia Chandra, husband and wife as well as business partners.

Until now, Sunkrisps is growing rapidly and its products have spread in various regions of Sumatra to Maluku. “Food production is carried out at the Sunkrisps Factory located in Bogor, in collaboration with farmers in the Bogor and surrounding areas, to ensure the quality of fresh vegetables when processed at the Sunkrisps factory,” said Sandra Alfina as CEO of Sunkrisps Indonesia.

can be a means for children to practice fine motor skills with the pinching finger position, as well as recognizing colors. With potato starch ingredients, Unicorn Drops has minimal gluten properties so it is healthier for children’s digestion” she explained.

There is also Unicorn Melts, meringue cookies are a healthier substitute for children’s candy, because they are easy to melt in the mouth. Sunkrisps also has Unicorn Pudding “Uniquely, Unicorn Pudding from Sunkrisps is dairy free and comes in separate sugar packaging so you can adjust the sweetness. The texture of the pudding is very soft, like silky pudding, which is healthier,” she explained.

Sandra said that the product innovation process began with personal experience and market research on the availability of gluten-free and small-sized children’s snack products. After that, determine the USP (unique selling points) of the Unicorn Drops product, which is colorful from vegetables.

“The nutrition has also been tested in an accredited lab, so it can be guaranteed that the vegetable nutrition is still contained in Unicorn Drops products. The product innovation period for Unicorn Drops is six months, with a market test process before it is officially launched,” she said.

The new innovation that is being developed by Sunkrisps is a ready-to-cook product with a colorful concept of vegetables, which is attractive to children. “It will be launched at the end of this year,” she said.

The goal is to nourish children in Indonesia and the world, Sunkrisps innovates on healthy snack products from vegetables, using the latest technology that keeps vegetable nutrition intact. Sunkrisps dream is for children to become a healthy and bright generation.

Currently, there are two main product series of Sunkrisps, namely Rainbow Sunkrisps and Unicorn Series. “The best seller is the Rainbow Series, which consists of Rainbow Puff and Rainbow Stick, crispy dry milk whose colors come from vegetables,” she explained.

Plus, Unicorn Drops, an innovative gluten-free potato cookie, has managed to become the kids favourite, thanks to its attractive and healthy color made of vegetables. This product was competed at the Indonesia Food Innovation 2020 event, finally winning third place in the End Product category.

“The Unicorn Drops are in the shape of cute biscuits. In addition, these potato cookies

PT. Kreasi Krispi NusantaraAddress Ruko Green Avenue Blok DD2

No.10G Bukit Cimanggu City Tanah Sareal, Bogor 16167

Website sunkrisps.id

5656 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Memberikan Solusi dari Masalah Limbah Buah dan Sayuran

I “Kami memiliki mimpi untuk mewujudkan kualitas produk makanan yang lebih baik, sistem pangan yang lebih berkelanjutan, dan produksi yang lebih tahan lama-menciptakan nilai di seluruh rantai pasokan, dan masa depan yang lebih berlimpah” kata Founder dan CEO PT. Berkah Inovasi Kreatif Indonesia (BIKI) Muhammad Hafid Rosidin. BIKI terbentuk pada tahun 2018 dan secara resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada September 2019.

Pada tahun 2018, BIKI fokus dalam inovasi pengolahan kulit udang menjadi chitosan, yang merupakan bahan utama produk edible coating buah dan sayuran. Kemudian, mulai

mengembangkan produk turunan berbasis chitosan.

“Pada 2019, kami memperoleh omzet Rp152 juta, dan di tahun 2020 kami memperoleh kenaikan omzet 277% menjadi sebesar Rp420 juta,” ungkap Hafid. Tidak hanya keuntungan secara bisnis yang diperoleh, tetapi BIKI juga berhasil mengurangi risiko food loss dan waste buah dan sayuran sebesar 1.750 ton di tahun 2020.

Oleh karenanya, BIKI mengikuti ajang Indonesia Food Innovation (IFI) tahun 2020 yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian untuk memperkenalkan inovasinya, yaitu produk edible coating buah dan sayuran dengan brand Chitasil. Tagline

Perusahaan ini mengemban misi untuk berinovasi dalam pertanian berkelanjutan demi terwujudnya ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun konsep inovasi yang dikembangkan adalah mengkombinasikan pendekatan Sociopreneur, Technopreneur, dan Enviropreneur.

Juara I IFI 2020 Kategori Intermediate Product, PT. Berkah Inovasi Kreatif Indonesia

dari produk Chitasil Edible Coating adalah “Extra Shield for Your Produce, Nature Based Protection, Longer-Lasting Produce, Less Waste, More Happiness”.

Bagaimana kerjanya? Sifat penghalang yang ditingkatkan (mengurangi transmisi oksigen, penyerapan air, dan produksi etilen), peningkatan aktivitas bakteri (bakteri gram positif dan negatif, jamur dan kapang), serta meningkatkan aktivitas antioksidan (mencegah hilangnya klorofil, kebocoran lipid peroksida dan elektrolit, mereduksi spesies pengoksidasi, dan menunda pencoklatan).

Keunggulannya, berbahan alami, biomaterial food waste (chitosan), standar food grade BPOM, edible (dapat dimakan langsung) dan non toxic, biodegradable dan ramah lingkungan, praktis, serta ekonomis. Berkat keunggulannya ini, BIKI berhasil menyandang Juara I IFI 2020 Kategori Intermediate Product.

“Tujuan utama pembuatan produk ini adalah sebagai alternatif solusi penyelesaian masalah food loss dan waste di Indonesia yang ternyata paling banyak berasal dari sayuran dan buah,” tuturnya. Riset pengujian produk edible coating dilakukan bersama dengan mitra pemilik komoditas buah dan sayuran untuk memformulasikan bahan yang paling efektif dalam memperpanjang umur simpan.

Strategi yang dilakukan BIKI untuk terus berkembang dan menjadi leader di Indonesia adalah melakukan penguatan dan perbanyakan uji coba produk dan kemitraan dari hulu, serta melakukan kerja sama penempelan label Chitasil di komoditas mitra untuk meningkatkan kesadaran konsumen untuk turut serta sebagai bagian dari campaign food loss dan waste.

“Setiap konsumsi buah dan sayuran yang berlabel Chitasil, maka buah dan sayuran yang dibeli lebih awet dan turut berkontribusi dalam mengurangi resiko food loss dan waste dalam mewujudkan SDG’s (Sustainable Development Goal’s) nomor 2 (Tanpa Kelaparan), 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan 13 (Aksi Iklim),” sebut Hafid.

57

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 57

Providing Solutions to the Problem of Fruit and Vegetable Waste

E “We have a dream to realize better quality food products, more sustainable food systems, and more durable production-creating value throughout the supply chain, and a more abundant future for all of us,” said Founder and CEO of PT. Berkah Inovasi Kreatif Indonesia (BIKI) Muhammad Hafid Rosidin. BIKI was formed in 2018 and officially became a Limited Liability Company (PT) in September 2019.

In 2018, BIKI focused on innovation in processing shrimp shells into chitosan, which is the main ingredient for edible coating products for fruits and vegetables. Then, began to develop chitosan-based derivative products.

“In 2019, we obtained a turnover of 152 million Rupiah, and in 2020 we obtained a 277% increase in turnover to 420 million Rupiah,” said Hafid. Not only business benefits were obtained, but BIKI also succeeded in reducing the risk of food loss and fruit and vegetable waste by 1,750 tons in 2020.

Therefore, BIKI participated in the 2020 Indonesia Food Innovation (IFI) event which was initiated by

fruit,” he said. Research on testing edible coating products is carried out together with fruit and vegetable commodity owners to formulate the most effective ingredients in extending shelf life.

BIKI’s strategy to continue to grow and become a leader in Indonesia is to strengthen and multiply product trials and partnerships from upstream, as well as cooperate with Chitasil labeling on partner commodities to increase consumer awareness to participate as part of food loss and waste campaigns.

“Every consumption of fruit and vegetables labeled with Chitasil, the fruits and vegetables purchased are more durable and contribute to reducing the risk of food loss and waste in realizing SDGs (Sustainable Development Goals) number 2 (No Hunger), 12 (Responsible Consumption and Production), and 13 (Climate Action),” said Hafid.

This company has a mission to innovate in sustainable agriculture for the realization of food security and community welfare. The innovation concept developed is to combine the Sociopreneur, Technopreneur, and Enviropreneur approaches.

Juara I IFI 2020 Category Intermediate Product, PT. Berkah Inovasi Kreatif Indonesia

the Ministry of Industry to introduce its innovation, namely fruit and vegetable edible coating products with the Chitasil brand. The tagline of the Chitasil Edible Coating product is “Extra Shield for Your Produce, Nature Based Protection, Longer-Lasting Produce, Less Waste, More Happiness”.

How do it products work? Improved barrier properties (reduced oxygen transmission, water absorption, and ethylene production), increased bacterial activity (gram positive and negative bacteria, fungi and molds), and increased antioxidant activity (prevents chlorophyll loss, lipid peroxide and electrolyte leakage, reduces oxidizing species, and delay browning).

The advantages are natural ingredients, food waste (chitosan) biomaterials, BPOM food grade standards, edible (can be eaten directly) and non-toxic, biodegradable and environmentally friendly, practical, and economical. Thanks to these advantages, BIKI managed to become the IFI 2020 Champion in the Intermediate Product Category.

“The main purpose of making this product is as an alternative solution to solving the problem of food loss and waste in Indonesia, which turns out to be mostly from vegetables and

PT. Berkah Inovasi Kreatif Indonesia

Address Gedung TBI 2, Jl. Taman Pluit Kencana Utara No.3, RT.01/RW.03,

Babakan, Bogor, Jawa Barat

Phone 0813-3224-2942

Website halobiki.com

5858 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Meracik Tepung Singkong Serbaguna Bebas Gluten

I Chief Operating Officer PT Rumah Mocaf Indonesia (RMI) Wakhyu Budi Utami menceritakan, awal lahir RMI adalah sebagai organisasi pemberdayaan masyarakat untuk petani singkong pada tahun 2014. Saat itu, Riza Azyumarridha Azra selaku founder, tengah melakukan penerjunan relawan untuk program Sekolah Inspirasi Pedalaman di sebuah desa di Banjarnegara.

“Pemuda asli Banjarnegara itu bertemu dengan petani singkong yang menangis karena mengalami

kerugian berhubung harga singkong anjlok hingga sepertiga harga normal. Akibatnya banyak singkong yang tidak dipanen, dibiarkan membusuk di ladang” ungkap Tami, sapaan akrab Wakhyu Budi Utami

“Kondisi tersebut mendorong Riza untuk melakukan reorientasi organisasi yang awalnya 100% sosial menjadi bisnis berbasis sosial atau sociopreneur di tahun 2017, dan menggandeng saya sebagai co-founder,” imbuhnya.

RMI terus berkembang, dari awalnya hanya dikelola dua orang, kini menjadi 20 orang di tim manajemen. “Dengan modal awal Rp10 juta, omzet RMI terus naik hingga kini mencapai kurang lebih Rp1 miliar per tahunnya,” ujar Tami.

Tami menjelaskan, produk yang diajukan pada Indonesia Food Innovation (IFI) 2020 adalah Mocafine. Berbeda dengan tepung singkong tradisional atau gaplek, proses produksi mocaf melibatkan proses fermentasi sehingga tepung yang dihasilkan memiliki karakteristik yang mirip dengan terigu, tidak berbau, dan warnanya lebih putih.

“Di RMI, Mocafine diproses melalui serangkaian proses yang terstandar sesuai regulasi keamanan pangan dan menggunakan starter organik agar menghasilkan mocaf dengan kualitas terbaik sesuai dengan filosofi Mocafine, yaitu the finest mocaf,” paparnya.

Riza selaku founder sekaligus inventor memerlukan waktu sekitar dua tahun untuk menyempurnakan produk mocaf produksi RMI. “Saat ini, inovasi yang tengah kami kembangkan adalah terkait RnD produk cepat saji dan siap santap karena tingginya minat pasar pada produk-produk tersebut,” kata Tami.

Tami menginformasikan, Ekspor perdana RMI adalah Mocafine dalam bentuk bulk ke Inggris sejumlah 10 ton atau senilai Rp180 juta. “Digitalisasi marketing ternyata sangat ampuh untuk memperluas jangkauan pasar kami, apalagi sejak akhir tahun 2020 kami tengah mengupayakan perluasan pasar ekspor,” tandasnya. RMI juga tengah proses negoisasi dengan buyer dari Oman dan Kanada.

“Pasar untuk produk gluten free sangat terbuka di negara-negara maju karena masyarakatnya sudah lebih teredukasi mengenai konsumsi makanan sehat sehingga kami optimis bisa meningkatkan nilai ekspor kami,” ungkap Tami.

Oleh karena itu, RMI berharap, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih pro pada petani dan pangan lokal, agar dunia agraria nasional kembali berjaya. “Kami optimis bahwa industri pangan di Indonesia akan terus bertumbuh dan berkembang. Apalagi, pemerintah melalui Kemenperin sangat support pada IKM pangan lokal, dengan memberikan berbagai program fasilitasi, sertifikasi, sampai training dan workshop untuk meningkatkan daya saing” pungkasnya. (*)

Perusahaan berbasis sociopreneur ini bergerak di bidang pangan dengan fokus pengembangan produk mocaf (modified cassava flour). Produk unggulannya adalah mocaf atau tepung singkong serbaguna bebas gluten dengan brand Mocafine.

Juara II IFI 2020 Kategori Intermediate Product, PT Rumah Mocaf Indonesia

59

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 59

Juara II IFI 2020 Category Intermediate Product, PT Rumah Mocaf Indonesia

Mixing Gluten Free Versatile Cassava Flour

E Chief Operating Officer of PT Rumah Mocaf Indonesia (RMI) Wakhyu Budi Utami said that RMI was born as a community empowerment organization for cassava farmers in 2014. At that time, Riza Azyumarridha Azra, the founder, was deploying volunteers for the Inland Inspiration School program in a village in Banjarnegara.

“The young man from Banjarnegara met with cassava farmers who were crying because they had suffered losses due to the cassava price dropping to a third of the normal price. As a result, many cassavas are not harvested, left to rot in the fields” said Tami, Wakhyu Budi Utami’s nickname.

“This condition prompted Riza to reorient the organization which was originally 100% social to become a social-based business or sociopreneur in 2017, and took me as a co-founder,” she added.

RMI continues to grow, from initially only managed by two people, now to 20 people in the management team. “With an initial capital of Rp. 10 million, RMI’s turnover continues to increase until now it reaches approximately Rp. 1 billion per year,” said Tami.

Tami explained that the product proposed at the Indonesia Food Innovation (IFI) 2020 was Mocafine. In contrast to traditional cassava flour or gaplek, the mocaf production process involves a fermentation process so that the resulting flour has characteristics similar to wheat, has no odor, and is whiter in color.

“At RMI, Mocafine is processed through a series of standardized

countries because people are more educated about healthy food consumption, so we are optimistic that we can increase the value of our exports,” said Tami.

Therefore, RMI hopes that the government will issue policies that are more pro to local farmers and food, so that the national agrarian world will be victorious again. “We are optimistic that the food industry in Indonesia will continue to grow and develop. Moreover, the government through the Ministry of Industry is very supportive of local food SMIs, by providing various facilitation programs, certifications, to training and workshops to increase competitiveness,” she concluded. (*)

This sociopreneur-based company is engaged in the food sector with a focus on developing mocaf (modified cassava flour) products. Its superior product is mocaf or gluten-free versatile cassava flour with the Mocafine brand.

PT. Rumah Mocaf IndonesiaAddress Jl. Mayjend Panjaitan,

Kutabanjarnegara, Banjarnegara, Jawa Tengah

Phone 0853-8023-0003

Website rumahmocaf.id

processes according to food safety regulations and uses an organic starter to produce the best quality mocaf in accordance with the Mocafine philosophy, namely the finest mocaf,” she explained.

Riza as the founder and inventor took about two years to perfect the mocaf product produced by RMI. “Currently, the innovation we are developing is related to RnD for fast food and ready-to-eat products because of the high market interest in these products,” said Tami.

Tami informed that RMI’s first export was Mocafine in bulk to the UK in the amount of 10 tons or Rp. 180 million. “Digitalization of marketing has proven to be very effective in expanding our market reach, especially since the end of 2020 we have been trying to expand the export market,” she said. RMI is also in the process of negotiating with buyers from Oman and Canada.

“The market for gluten free products is very open in developed

6060 Majalah Karya Indonesia

MADE IN INDONESIA

Mengolah Rempah Nusantara Jadi Sirup Berkhasiat

I “Kami hadir untuk men-deliver produk inovasi pangan natural berbahan rempah, rimpang, bunga, dan herba Nusantara dengan kualitas dan cita rasa terbaik, serta bernutrisi, sesuai dengan kebutuhan konsumen,” kata Anneke Putri Purwidyantari selaku CEO CV. Ramu Padu Nusantara.

Menurutnya, Ramu Padu Nusantara terbentuk untuk menjadi platform yang mampu menghubungkan petani dengan konsumen sekaligus memberikan value pada pertanian Indonesia melalui inovasi pangan.

“Sejak pertengahan tahun 2019, kami mengajak kelompok petani di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Sleman, untuk menanam bunga telang,” ungkapnya. Bunga telang yang ditanam para petani itu kemudian dibeli oleh Ramu Padu Nusantara untuk digunakan sebagai bahan baku produk Moonshine dan Ramu Padu.

MoonShine adalah sirup natural multifungsi yang dapat diaplikasikan untuk minuman, dessert, dan warm dishers. Berbahan baku natural yang berasal dari rempah dan rimpang Indonesia dan tanpa menggunakan bahan tambahan sintetis.

Sedangkan, Ramu Padu adalah functional foods yang berbahan baku rempah, rimpang, bunga, dan herba kualitas premium dari hasil pertanian Indonesia. Functional food tidak hanya mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral, tetapi mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena juga nutrisi yang dikandungnya.

“Seiring tren produk natural meningkat diiringi dengan gaya hidup masyarakat yang mulai peduli akan produk-produk natural, hal ini membuat peningkatan dalam pemasaran dan penjualan produk kami pun terus meningkat,” papar Putik sapaan akrab Anneke Putri Purwidyantari.

Putik mengemukakan, produk yang diajukan dalam ajang Indonesia Food Innovation (IFI) 2020 adalah Natural Gourmet Syrup (sirup natural multifungsi) dengan nama brand MoonShine, yang memilki cita rasa unik rempah dan rimpang indonesia. Keunggulan produk MoonShine, antara lain adalah multifungsi produk, natural produk

berbasis rempah dan rimpang Indonesia, bahan baku yang ditanam secara pertanian alami, serta cocok untuk bisnis kuliner.

Dari inovasinya tersebut, Ramu Padu Nusantara berhasil meraih juara III pada IFI 2020 dengan kategori Intermediate Product. “Setiap proses dalam menciptakan inovasi kurang lebih memakan waktu selama satu tahun. Mulai dari riset bahan, proses mixing sampai terbentuknya suatu produk baru. Semua riset ini dilakukan oleh tim RnD kami, yang salah satunya merupakan seorang dokter sekaligus pendiri CV. Ramu Padu Nusantara,” ujarnya.

Saat ini, Putik dan tim sedang melakukan beberapa riset untuk produk natural, salah satunya riset tentang cara memperpanjang umur produk natural. “Tentunya kami akan terus berinovasi, beradaptasi dan terus mengikuti tren dan menangkap peluang market yang ada,” imbuhnya.

Putik berharap, guna lebih memacu pengembangan usahanya, pemerintah dapat memberikan sejumlah fasilitas kemudahan seperti akses pendanaan, sertifikasi, pasar, dan uji lab gratis untuk setiap produk. “Dari Kemenperin, kami sudah mendapat fasilitas halal dan beberapa pameran virtual,” sebutnya.

Putik juga ingin pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia bisa semakin luas penyebarannya dan pemasarannya, sehingga menjadi diplomasi negara melalui produk makanan dan minuman. Selain itu, pemerintah turut andil dalam proses pengembangannya, sehingga bisa menciptakan kolaborasi yang lebih baik dan bisa mendukung perekonomian Indonesia.

Keunggulannya adalah mengolah kekayaan rasa dari rempah, rimpang, dan buah Nusantara menjadi sirup dan produk pangan fungsional. Usaha yang dijalankannya bermitra dengan petani lokal untuk menyuplai bahan baku, yang kemudian diracik menjadi produk berkualitas tinggi.

Juara III IFI 2020 Kategori Intermediate Product, CV. Ramu Padu Nusantara

61

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 61

Processing Indonesian Spices into Efficacious Syrup

E “We are here to deliver natural food innovation products made from spices, rhizomes, flowers, and herbs of the archipelago with the best quality and taste, as well as nutrition, according to consumer needs,” said Anneke Putri Purwidyantari as CEO of CV. Ramu Padu Nusantara.

According to him, Ramu Padu Nusantara was formed to become a platform that is able to connect farmers with consumers while providing value to Indonesian agriculture through food innovation.

“Since mid-2019, we have invited a group of farmers in Merdikorejo Village, Tempel District, Sleman, to plant telang flowers,” she said. The telang flower planted by the farmers was then purchased by Ramu Padu Nusantara to be used as raw material for Moonshine and Ramu Padu products.

MoonShine is a multifunctional natural syrup that can be used for drinks, desserts, and warm dishes.

Made from natural raw materials derived from Indonesian spices and rhizomes and without the use of synthetic additives.

Meanwhile, Ramu Padu is functional foods made from premium quality spices, rhizomes, flowers and herbs from Indonesian agricultural products. Functional food does not only contain carbohydrates, fats, proteins, vitamins, and minerals, but also contains substances that are beneficial to the health of the body because of the nutrients they contain.

“Along with the increasing trend of natural products accompanied by the lifestyle of people who are starting to care about natural products, this has led to an increase in the marketing and sales of our products,” said Putik, the nickname of Anneke Putri Purwidyantari.

Putik said that the product proposed in the Indonesia Food Innovation (IFI) 2020 event was Natural Gourmet Syrup

The advantage is processing the rich taste of spices, rhizomes, and fruits of the archipelago into syrups and functional food products. Her business partners with local farmers to supply raw materials, which are then blended into high-quality products.

Juara III IFI 2020 Category Intermediate Product, CV. Ramu Padu Nusantara

(multifunctional natural syrup) under the brand name MoonShine, which has a unique taste of Indonesian spices and rhizomes. Moonshine product advantages among others are multifunctional products, natural products based on Indonesian spices and rhizomes, raw materials grown in natural agriculture, and suitable for the culinary business.

From this innovation, Ramu Padu Nusantara won third place at IFI 2020 in the Intermediate Product category. “Each process of creating innovation takes approximately one year. Starting from material research, mixing process to the formation of a new product. All of this research was carried out by our RnD team, one of whom is a doctor and founder of CV. Ramu Padu Nusantara,”she said.

Currently, Putik and her team are conducting some research for natural products, one of which is research on how to extend the life of natural products. “Of course we will continue to innovate, adapt and continue to follow trends and capture existing market opportunities,” she added.

Putik hopes that, in order to further spur business development, the government can provide a number of convenience facilities such as access to funding, certification, markets, and free lab tests for each product. “From the Ministry of Industry, we have received halal facilities and several virtual exhibitions,” she said.

Putik also wants the food and beverage industry players in Indonesia to be able to expand their distribution and marketing, so that it becomes state diplomacy through food and beverage products. In addition, the government takes part in the development process, so that it can create better collaboration and can support the Indonesian economy.

CV. Ramu Padu NusantaraAddress Jl. Raya Banteng 3, Ngabean

Kulon, Kec. Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Phone 0859-4460-9409

626262 Majalah Karya Indonesia

APA & SIAPA/WHAT&WHO

“Kami juga Melakukan Pemberdayaan kepada Pengrajin yang Sudah Lansia”

I PT. Efrata Retailindo berdiri pada 14 Agustus 2012, bergerak di bidang garmen. Perusahaan ini telah memproduksi berbagai pakaian seperti kemeja, celana, rok, blazer, dan dress, bahkan juga masker kain. “Selain itu kami juga menerima pesanan dari desainer, seragam untuk kantor, instansi maupun sekolah. Saat ini, jumlah karyawan kami sebanyak 503 orang,” ungkap CEO PT Efrata Retailindo, Michelle Tjokrosaputro.

Pada awalnya, menurut Michelle, pihaknya menjalin kerja sama dengan pengrajin cap hanya dengan membeli hasil produk mereka, lalu mulai memberikan pendampingan dalam pemilihan bahan baku dan pembinaan keterampilan kerja supaya standar kualitas produk mereka semakin meningkat.

“Selain pengrajin cap, kami juga melakukan pemberdayaan kepada pengrajin lurik yang sudah lansia, kami menggunakan sisa-sisa kapas dari pabrik kami sendiri yang kemudian diolah menjadi benang dan dikirim ke para pengrajin tersebut untuk dibuat menjadi lurik,” paparnya.

Dengan adanya pemberdayaan ini, juga turut memberikan penghasilan yang layak dan sepadan untuk mereka. “Kami juga mendampingi dan membina serta memfasilitasi para desainer lokal mulai dari pemilihan bahan baku hingga menjadi barang jadi dengan standar kualitas internasional dan

juga membantu proses logistik hingga ke berbagai kota dan negara tujuan,” imbuhnya.

Adapun beberapa keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam melakukan pembangunan dan pemberdayaan IKM, antara lain mudah mendapatkan supply bahan dengan kualitas yang baik dari para pengrajin, memperluas jaringan dengan bertambahnya kerja sama yang terjalin dari para desainer lokal, dan mendapatkan tambahan ilmu dan inspirasi dari para desainer.

Sementara itu, Michelle menyebutkan beberapa kendala yang ditemukan, di antaranya kapasitas produksi oleh pengrajin tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan. Selain itu, pada saat musim penghujan, kualitas dari batik cap yang dihasilkan oleh para pengrajin belum maksimal. Contohnya, warna yang dihasilkan tidak merata.

Michelle pun mengemukakan, dari sisi pengrajin, menjadi satu tantangan tersendiri dalam mengkoordinir SDM dikarenakan dari kultur dan budaya setempat yang masih kental dengan kebersamaan dan gotong royong.

“Pengalaman unik yang kami rasakan contohnya pada saat ada tetangga yang punya hajat, maka secara serentak para pengrajin ini tidak akan masuk kerja karena mereka sibuk ikut membantu acara tersebut,” ujarnya. Contoh

PT. Efrata Retailindo melakukan pendampingan dan pembinaan kepada pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sejak tahun 2013. Perusahaan ini meraih Penghargaan Upakarti 2020. Bagaimana kiprahnya?

lain, misalnya pada saat musim tanam padi, sebagian besar pengrajin ini tidak akan bekerja dikarenakan keperluan untuk tanam padi ke sawah.

Sedangkan, dari desainer, pengalaman menarik yang didapatkan adalah menemukan berbagai macam pattern dan style pakaian, koleksi dari para desainer yang unik, dengan kombinasi pabrik yang sangat bervariasi. “Hal tersebut juga memberikan keuntungan pada perusahaan, karena dapat menambah ilmu dan bisa lebih meningkatkan keahlian kami,” tandasnya.

Peraih Penghargaan Upakarti 2020, PT. Efrata Retailindo

Oleh: M. Basri

6363

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 63

E PT. Efrata Retailindo was established on August 14, 2012, engaged in the garment sector. This company has produced various clothes such as shirts, pants, skirts, blazers, and dresses, even cloth masks. “Besides that, we also accept orders from designers, uniforms for offices, agencies and schools. Currently, we have 503 employees,” said CEO of PT Efrata Retailindo, Michelle Tjokrosaputro.

At first, according to Michelle, her party cooperated with stamp craftsmen only by buying their products, then began to provide assistance in the selection of raw materials and training of work skills so that the quality standards of their products would increase.

“In addition to stamp craftsmen, we also empower elderly ‘lurik’ craftsmen. We use leftover cotton from our own factory which is then processed into yarn and sent to these craftsmen to be made into lurik,” she explained.

With this empowerment, it also provides a decent and commensurate income for them. “We also assist and foster and facilitate local designers starting from the selection of raw materials to finished goods with international quality standards and also assisting the logistics process to various cities and destination countries,” she added.

There are several benefits that the

company gets in developing and empowering SMI, including easy access to good quality materials from craftsmen, expanding network by increasing collaboration with local designers, and getting additional knowledge and inspiration from designers.

Meanwhile, Michelle mentioned several obstacles that were found, including the production capacity of the craftsmen could not meet the company’s needs. In addition, during the rainy season, the quality of the stamped batik produced by the craftsmen is not optimal. For example, the resulting color is uneven.

Michelle also said, from the craftsman’s point of view, it is a challenge in coordinating human resources because of the local culture and culture which is still thick with togetherness and mutual cooperation.

“We have a unique experience, for example, when a neighbor has an intention, simultaneously these craftsmen will not come to work because they are busy helping the event,” she said. Another example, for example during the rice planting season, most of these craftsmen will not work due to the need to plant rice in the fields.

Meanwhile, from designers, the interesting experience gained is finding various patterns and styles of clothing, collections from unique designers, with very varied factory combinations. “This also gives benefits to the company, because it can add knowledge and can further improve our expertise,” she said.

“We also Empower Elderly Craftsmen”PT. Efrata Retailindo has provided assistance and guidance to small and medium industry players (SMI) since 2013. This company won the 2020 Upakarti Award. How is it going?

Upakarti 2020 Award Winner, PT. Efrata Retailindo

PT. Efrata RetailindoAddress Jl. Cemani, Banaran Baru,

Cemani, Kec. Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah

Website bateeq.com

646464 Majalah Karya Indonesia

APA & SIAPA/WHAT&WHO

Manfaatkan Gambir, Berdayakan IKM Batik di Kampung Halamannya

I Perempuan kelahiran 10 November 1981 di Painan tepatnya di Nagari Ampuan Lumpo, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ini dari kecil memiliki cita-cita ingin jadi perancang busana (fashion designer). Novia alumni dari SMK Negeri 3 Payakumbuh jurusan tata busana. Modal pendidikannya ini menjadi bekal karier dan usahanya.

“Sejak sekolah, saya banyak

mengikuti kontes merancang busana dan sering mendapatkan peringkat pertama sehingga dapat meraih beasiswa untuk mengikuti kuliah singkat di ESMOD Jakarta. Dari situ, saya terus mengejar impian saya,” ungkapnya.

Dengan sedikit modal yang ia punya, kemudian Novia membangun sebuah butik di Kota Padang dengan nama Nvee Mode yang menjual berbagai macam

Melihat kehidupan masyarakat di kampung halamannya yang sebagian belum berkembang saat itu, menjadikan motivasi Novia Hertini untuk melakukan program pemberdayaan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar dapat meningkatkan perekonomian mereka. Upaya apa saja yang telah dilakukannya?

ready to wear hasil karyanya. Saat itu, ia juga menerima pesanan private order dan make up artist untuk pengantin.

“Hasil keuntungan tersebut, saya kumpulkan untuk membangun brand saya yang bernama Novia Hertini Fashion Designer di bawah naungan CV. NOVIA,” tuturnya. Saat itu, ia bergabung di Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Dirinya memfokuskan setiap rancangan pada produk kerajinan daerah, yang kala itu mengangkat tentang potensi Tenun Silungkang.

“Dengan berjalannya waktu, sampai pada tahun 2013, saya pulang ke kampung kelahiran saya. Pada saat itu, saya melihat sangat banyak sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dengan baik terutama gambir. Apalagi harga getah gambir sangatlah tidak seimbang dengan hasil kerja para petani,” ungkapnya.

Guna ingin mengubah kondisi ekonomi masyarakat di kampung halamannya, Novia melakukan memberdayakan masyarakat di sana untuk mengembangkan batik Minang yang diberi nama batik Loempo dengan menggunakan gambir sebagai pewarna tekstil alami.

Gambir merupakan salah satu komoditas utama di Kabupaten Pesisir Selatan. Masyarakat yang ikut pemberdayaan datang dari berbagai kalangan, yaitu anak-anak putus sekolah, para petani, ibu rumah tangga dan para pengangguran,” sebutnya.

Pada akhirnya, tahun 2017, batik Loempo resmi berdiri hingga kini masih diproduksi. “Saya berperan aktif dalam pembinaan IKM gambir dan batik dari tahun 2013 sampai sekarang, kurang lebih sudah delapan tahun,” ujar Novia.

Hingga saat ini, sudah mencapai 500 orang yang Novia didik dan berdayakan. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan. “Oleh karena itu, saya adakanlah kegiatan pemberdayaan

Pemenang Upakarti Award Kategori Jasa Pengabdian, Novia Hertini

mimbarsumbar.id

Oleh: M. Basri

6565

Edisi 2021

Karya Indonesia Magazine 65

masyarakat, yaitu kegiatan membatik. Dari kegiatan membatik tersebut, sebanyak 118 orang yang sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan,” sebutnya.

Novia mengemukakan, permasalahan utama yang dihadapi dirinya dalam pemberdayaan IKM, yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses produksi batik. “Para IKM sangat membutuhkan sentral batik. Yang mana sentral batik tersebut dapat dijadikan sebagai tempat berdiskusi para IKM, tempat sosialisasi mengenai batik dan lain sebagainya,” terangnya.

Selain itu, pihaknya juga belum memiliki peralatan yang lengkap, yang sesuai dengan standar kelayakan. Oleh karena itu, untuk

menghasilkan produk IKM yang bagus dan berkualitas, menurut Novia, dibutuhkan uluran tangan atau bantuan dari pemerintah untuk menunjang kegiatan tersebut dan juga membantu penyerapan produk yang dihasilkan oleh IKM lokal.

Menurutnya, kebijakan atau bantuan dari pemerintah yang dapat mendukung kemajuan dan pembedayaan sektor IKM di wilayahnya, antara lain adanya peraturan pemerintah untuk membeli produk IKM lokal, mewajibkan ASN untuk memakai batik Minang satu kali dalam seminggu, dan adanya e-Katalog di lingkungan pemerintahan.

Berikutnya, pembinaan SDM secara berkelanjutan, fasilitas promosi produk IKM lokal, dan perlu adanya industri tekstil batik di Sumatera Barat. Selain itu, pemerintah perlu menciptakan inovasi dari gambir sehingga dapat menciptakan produk turunan lainnya.

Bagi Novia, ia punya kisah menarik selama berperan aktif dalam melakukan pemberdayaan sektor IKM di kampung halamannya. “Saya pernah pergi ke hutan-hutan untuk melihat

perkebunan gambir yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. Betapa terkejutnya, saya melihat banyak limbah gambir yang dibuang begitu saja oleh para petani,” ungkapnya.

Padahal limbah tersebut masih dapat dimanfaatkan lagi, salah satunya dijadikan pewarna tekstil alami. Novia pun memanfaatkan gambir untuk produksi batik tulis dan cap. “Ada juga limbah yang dicampur dengan air bensin, tentunya hal ini membuat zat yang ada pada limbah tersebut tidak melekat di kain,” imbuhnya.

Bahkan, kala itu ia pernah meminta anak-anak berusia 6 - 10 tahun untuk mengumpulkan limbah kulit manggis, jengkol dan buah sikaduduk. Mereka dapat menghasilkan uang jajan mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000 per Kilogram. “Anakanak tersebut pun senang dan bangga karena bisa mendapatkan uang jajan hasil keringat mereka sendiri,” ujarnya.

Novia pun terharu melihat kekompakan para petani gambir dan pengrajin batik yang pada saat itu baru saja memulai pelatihan membatik. Saa itu, Nobia tidak memiliki cukup dana konsumsi untuk para peserta pelatihan.

“Namun karena semangat dan keikhlasan mereka untuk mengembangkan desa, mereka rela berpatungan hasil kebun untuk menanggulangi dana konsumsi pada saat itu. Ada yang membawa nasi, cabai, lauk dan berbagai macam sembako lainnya,” tuturnya. (*)

666666 Majalah Karya Indonesia

APA & SIAPA/WHAT&WHO

Taking Advantage of Gambir,Empowering Batik SMI in their Hometown

E This woman, who was born on November 10, 1981, in Painan, Nagari Ampuan Lumpo, Pesisir Selatan Regency, West Sumatra, has dreamed of becoming a fashion designer. Novia graduated from SMK Negeri 3 Payakumbuh majoring in fashion. However, her educational background is her major capital to pursue her career and business.

“Since school, I have participated in many fashion designing contests and have often won the first place so that I could get a scholarship to attend a short course at ESMOD Jakarta. From there, I continued to pursue my dream,” she said.

With the bit of money she had, Novia built a boutique in Padang City with the name Nvee Mode which sells various kinds of ready-to-wear products. She also received jobs for private orders and did make-up artists for the bride and groom.

“I saved the profits to build my brand, named Novia Hertini Fashion Designer under of CV NOVIA,” she said. At that time, she joined the Indonesian Fashion Designers and Entrepreneurs Association (APPMI). She focused each design on regional handicraft products, which raised the potential of Silungkang Weaving.

“Time went by, until 2013, I returned to my hometown. At that time, I saw many natural resources that had not been used properly, especially gambir. Moreover, the price of gambir’s sap is very unbalanced with the work of the farmers,” she said.

To change the economic conditions of the people in her hometown, Novia empowered the people there to develop Minang batik, which was named Loempo batik, by using gambir as a natural textile dye.

Gambir is one of the primary

commodities in the Pesisir Selatan Regency. The people who participate in the empowerment come from various groups, namely children who have dropped out of school, farmers, housewives, and the unemployed,” she said.

In 2017, Loempo batik was officially established and still produced until now. “I have played an active role in the development of gambir and batik SMIs from 2013 until now; it’s been about eight years,” said Novia.

Until now, Novia has trained and empowered 500 people. Most of them are unemployed and have no income. “Therefore, I held community empowerment activities, namely batik activities. From these batik activities, as many as 118 people already have jobs and incomes,” he said.

Novia said that the main problem in empowering IKM was the lack of supporting facilities and infrastructure in the batik production process. “SMIs really need a batik center. The batik

Seeing people’s lives in their hometowns, which were partially undeveloped at the time, motivated Novia Hertini to carry out a program to empower small and medium‐sized industries (IKM) to improve their economy. What efforts has she made?

center can be used as a place to discuss SMIs, a place to socialize about batik and so on,” she explained.

In addition, she also does not have complete equipment, which follows the feasibility standard. Therefore, to produce good and quality SMIs products, according to Novia, a helping hand or assistance from the government is needed to support these activities and help absorb products made by local SMIs.

In her opinion, policies or assistance from the government that can support the progress and empowerment of the SMIs sector in the region include government regulations to buy local SMIs products, requiring ASN to wear Minang batik once a week, and the existence of e-catalogs in the government environment.

The Next one, sustainable HR development, promotion facilities for local IKM products, and the need for a batik textile industry in West Sumatra. In addition, the government needs to create innovations from gambir to create other derivative products.

Winner of the Upakarti Award for Community Dedication, Novia Hertini

Novia HertiniInstagram @batik.loempo