Post on 30-Jan-2023
i
LINGKUNGAN SOSIAL MENGAKIBATKAN ANAK PUTUS
SEKOLAH DI DESA BAHONSUAI KECAMATAN
BUMI RAYA KABUPATEN MOROWALI
RISNAWATI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
ii
LINGKUNGAN SOSIAL MENGAKIBATKAN ANAK PUTUS
SEKOLAH DI DESA BAHONSUAI KECAMATAN
BUMI RAYA KABUPATEN MOROWALI
Oleh RISNAWATI
A 351 14 132
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
vi
ABSTRAK
Risnawati (A 351 14 132) “Lingkungan Sosial Mengakibatkan Anak Putus Sekolah
Di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali”. Di bimbing oleh Bapak
Samuel Sanda Patampang.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
Morowali pada orang tua yang memiliki anak putus sekolah. Tujuan dalam penelitian ini
adalah ingin mengkaji kondisi lingkungan sosial dan faktor-faktor yang menyebabkan anak
putus sekolah di Desa Bahonsuai. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak putus
sekolah di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali, yaitu berjumlah
128 orang. Dalam pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu
dengan memilih 15 orang anak putus sekolah yang dapat memberikan penjelasan dan
jawaban permasalahan penelitian yang tersebar di tiga dusun yang berbeda. Pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi lingkungan sosial di Desa Bahonsuai banyak terdapat angka anak putus
sekolah. Faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Bahonsuai adalah faktor
lingkungan sosial yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
(pergaulan di masyarakat). Namun faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah faktor
lingkungan sosial di masyarakat, karena banyak terdapat anak putus sekolah. Lingkungan
sangat berpangaruh besar terhadap perkembangan anak, jika lingkungan tempat tinggal
banyak anak yang putus sekolah maka secara tidak langsung anak-anak yang sekolah akan
terpengaruh oleh anak-anak yang sudah tidak sekolah dikarenakan pergaulan, jika
pergaulannya mengarah kehal-hal yang negatif maka akan sangat merugikan orang tua dan
anaknya.
Kata Kunci: Lingkungan Sosial, Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
vii
Abstract
Risnawati (A 351 14 132) “Social Environment Affects Dropouts Children in
Bahonsuai Village Bumi Raya District Morowali Regency”. Supervised by Samuel Sanda
Patampang.
This research was conducted in Bahonsuai Village Bumi Raya District Morowali
Regency on parents who have dropouts children. The objective of this research is to examine
the condition of the social environment and the factors that cause dropouts children in
Bahonsuai Village Bumi Raya District Morowali Regency, Subject in this research was all
dropouts children in Bahonsuai Village Bumi Raya District Morowali Regency, totaling to
128 children. The selection of informants was carried out using purposive sampling technique
by selecting 15 dropouts children who could provide explanations and answer to research
problems spread across three different hamlets. Data collection used observation, interview,
and documentation. The result show that the social environment condition in Bahonsuai
Village has many numbers of dropouts children. Factors that cause dropouts children in
Bahonsuai Village are social environment, namely the school environment, family
environment, and community environment (association in the community). The
environmental factor that is very influential is the social environmental factor in the
community, because there are many dropouts children. The environment is very influential
on the development of children, if there are many dropouts children then indirectly children
who go to school will be affected by children who are not in school due to association, if the
association leads to negative things then it will very detrimental to parents and children.
Keywords: Social Environment, Factor Causing Dropouts Children
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum.Warahmatullahi.Wabarakatuh
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah swt, atas limpahan
berkah, rahmat, dan pertolongan serta hidayah-Nya, sehingga saya diberikan
kesempatan, kesehatan, dan keselamatan, serta kemampuan untuk dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul : “LINGKUNGAN SOSIAL
MENGAKIBATKAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA BAHONSUAI
KECAMATAN BUMI RAYA KABUPATEN MOROWALI”. Salawat dan salam
atas junjungan kita baginda Nabi Muhammad saw yang telah menyampaikan kepada
kita nikmat islam dan menuntun manusia ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang
dikehendaki serta diridhoi oleh Allah SWT.
Penyelesaian skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih dan
sebagai ungkapan rasa sayang yang tak terhingga kepada Ayahanda tercinta Hi.
Arsail Moh.Dae, S.Sos dan Ibunda tercinta Hj. Asnah. Terima kasih atas kasih
sayang, doa dan restunya yang senantiasa terpanjatkan untuk ananda serta bantuan
moril dan material yang tidak ternilai harganya, penyelesaian tugas akhir ini tidaklah
sebanding harganya dengan apa yang mereka persembahkan dalam kehidupan saya.
Namun semoga penelitian ini dapat menjadi kebanggaan bagi mereka.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan
ix
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Dalam penyusunan dan pembuatan skripsi
ini,
saya sadar masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan sumbangan sandaran kritikan dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik. Baik itu bimbingan dari para dosen
maupun rekan-rekan mahasiswa. Pada kesempatan ini saya sampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada bapak Dr. Samuel Sanda
Patampang, M.Si selaku pembimbing saya atas bimbingan, arahan, nasehat, dan
motivasinya mulai dari bimbingan proposal, persiapan penelitian, sampai dengan
selesainya penelitian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada Ibu Dra. Hj. Junarti, M.Hum, selaku penguji yang telah
memberikan banyak masukan yang begitu berarti demi kesempurnaan penulisan
skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ika Listiqowati,
S.Pd., M.Pd, selaku sekretaris penguji yang telah memberikan masukan demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Saya dengan tulus menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak/ibu.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP selaku Rektor Universitas Tadulako dengan
kepemimpinannya sehingga memungkinkan saya untuk menuntut ilmu di
Universitas Tadulako.
2. Bapak Dr. H. Anshari Syafar, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tadulako
x
3. Drs. Anang Wahid M. Diah, M.Si., Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
4. Dr. Jusman Mansyur, M.Si, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
5. Dr. Iskandar, M.Hum, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
6. Dr. Nuraedah, S.Pd., M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
7. Nurvita,S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
atas dukungan dan perhatiannya kepada saya sehingga dapat menempuh
pendidikan di Program Studi Geografi.
8. Ika Listiqowati, S.Pd., M.Pd, selaku Dosen Wali dan penguji yang telah
mendidik saya selama Studi di Universitas Tadulako.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah banyak memberikan
ilmunya selama penulis menyelesaikan studi.
10. Untuk sahabat seperjuangan semasa perkuliahan hingga pembuatan skripsi,
Musdalifah, Magfira Laikun, Sabrina Rizky, Zikria terima kasih banyak atas
bantuan, dukungan dan motivasinya selama ini.
11. Sahabat-sahabatku tercinta Atlit Rossalina Pratiwi, Nurhidayat Lapodo, Semi
Rahmawati, Titi Hardianti, Firdayanti, Besse Fitriani, Sri Rahayu, Selfiyanti,
xi
S.Sos, yang selalu memotivasi dan memberikan semangat selama ini terima kasih
banyak.
12. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, khusus
Prodi Geografi kelas A. Devi, Asmidar, Astri, Eltriska, Mira, Nurhamida, Lutfi,
Ningsih, Nurmi, Jumelda, Ade sunandar, Ayub, Fandi dan seluruh teman-teman
angkatan 2015 yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang telah menjadi
teman seperjuangan selama 4 tahun terima kasih atas dukungannya selama ini.
13. Saudara-saudaraku tercinta, Kakak Rusdiansah, S.Sos, M.M, Rosmayanti
Amd.Keb, adik saya Apriansah, dan kakak sepupu Asrun, S.Pd, Ipar Jajat Solihin
Kurniawan, Rasmawati, SKM, yang selalu memotivasi ataupun memberi
semangat selama di bangku kuliah.
14. Untuk bagian dari keluargaku Anita rahayu samir Amd.Keb, adik Ama, Nurulita,
Hasbula, Mutmainah, Marsuki, Irham, tanteku yang tersayang Asni dan Om saya
Jamaludin yang belum sempat di sebutkan namanya, terima kasih sudah
memberikan semangat, bantuan, dukungan serta canda dalam menyelesaikan
skripsi ini.
15. Untuk teman-teman SPKK Gel 2 posko 31, terima kasih banyak atas dukungan
dan kerja samanya selama dilokasi SPKK.
16. Untuk teman-teman PLP MAN 2 Model Palu, terima kasih banyak atas
dukungan dan kerja samanya selama di sekolah MAN 2 Model Palu.
17. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
xii
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu, dan saya menyadari bahwa
skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, semoga. Skripsi ini dapat
bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita semua. Amin Yaa Robal Alamin.
Palu, Oktober 2019
Penulis
Risnawati
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Batasan Istilah 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIMIIKIRAN 6
2.1 Penelitian yang Relevan 6
2.2 Kajian Pustaka 9
2.3 Kerangka Pemikiran 19
BAB III METODE PENELITIAN 22
3.1 Jenis Penelitian 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 22
xiv
3.3 Subjek dan Objek 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data 23
3.5 Teknik analisis Data 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27
4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian 27
4.2 Hasil Penelitian 31
4.3 Pembahasan 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44
5.1 Kesimpulan 44
5.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 7
4.1 Jumlah Penduduk di Desa Bahonsuai 29
4.2 Kelompok Umur 30
4.3 Sebaran Anak Putus Sekolah di Desa Bahonsuai 32
4.4 Tingkatan Pendidikan Anak Putus Sekolah di Desa Bahonsuai 35
4.5 Alasan Anak Putus Sekolah 37
4.6 Kegiatan yang dilakukan Anak Bapak/Ibu yang Putus Sekolah 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan timbal balik dengan
lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun
lingkungan sosial satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Lingkungan sosial
meliputi “semua kondisi-kondisi dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkahlaku seseorang, termasuk pertumbuhan dan perkembangan
atau life processe, yang dapat pula dipandang sebagai penyiapan lingkungan (to
provide environment) bagi generasi yang lain” Stroz (1987: 76). Lingkungan sosial
merupakan “manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya yang belum
dikenal”Amsyari (1987).Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang terdapat di
sekitar manusia yang dapat memberikan pengaruh pada manusia tersebut, serta
manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya, seperti tetangga-tetangga, teman-teman,
bahkan juga orang lain disekitar yang belum di kenal sekalipun.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang berada diluar diri anak
dan mempengaruhi perkembangannya.Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi
pembawaan yang baik, tetapi lingkungan yang baik belum tentu dapat menjadi
pengganti suatu pembawaan yang baik. Bila lingkungan sekitar merupakan
lingkungan yang baik dan kondusif untuk belajar, maka dengan sendirinya
2
masyarakat penghuni lingkungan tersebut akan terpanggil atau terpengaruh untuk
belajar dengan baik.
Uraian di atas mengisyaratkan bahwa watak atau kepribadian seseorang selain
ditentukan oleh potensi dasar yang dimiliknya juga ditentukan oleh
lingkungan.Faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial
memberikan andil yang kuat dalam pembentukan, potensi-potensi dasar yang dimiliki
oleh anak serta dalam memotivasi belajar anak. Sehingga seorang anak didik akan
beruntung bila mendapatkan lingkungan yang baik, demikian pula sebaliknya anak
didik akan sangat rugi bila kebetulan bergaul dengan lingkungan yang kurang baik
sehingga menyebabkan mereka berhenti melanjutkan pendidikan. Putus sekolah
bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah
berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak
ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika
membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan
sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas
dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah
berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi
masyarakat.
Desa Bahonsuai terletak di Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali,
Provinsi Sulawesi Tengah.Desa Bahonsuai memiliki luas wilayah mencapai 750
ha.Terdiri dari tanah darat 381 ha dan tanah sawah 369 ha.Desa Bahonsuai
merupakan kawasan pedesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian dari
3
sebagian besar penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor pertanian,
perkebunan, perikanan, dan perdagangan.Dengan jumlah penduduk 1.578 jiwa.Dan
terbagi atas tiga dusun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Camat Bumi Raya, ternyata desa
Bahonsuai merupakan desa yang memiliki jumlah anak putus sekolah terbanyak
dibanding desa-desa lainnya.Dengan banyaknya angka anak putus sekolah pada tahun
2004-2019 berjumlah 128 orang, yang terdiri dari Laki-laki 68 orang dan perempuan
60 orang.
Banyaknya Anak Putus Sekolah di Kecamatan Bumi raya Kabupaten
Morowali Desa Bahonsuai tersebut sangat tergantung pada lingkungan sosial
masyarakat dimana mereka tinggal.Anak yang berada di lingkungan masyarakat yang
memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak biasanya memiliki motivasi yang
tinggi untuk belajar. Begitu juga sebaliknya anak yang lingkungan sosialnya kurang
peduli terhadap pendidikan maka anak tersebut tidak akan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bertolak dari kenyataan diatas, maka sangatlah penting
untuk melakukan penelitian tentang „Lingkungan Sosial Mengakibatkan Anak Putus
Sekolah Di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali‟.
4
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana Kondisi Lingkungan Sosial Di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi
Raya Kabupaten Morowali
2. Bagaimana Lingkungan Sosial Mengakibatkan Anak Putus Sekolah Di Desa
Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mendeskripsikan kondisi lingkungan sosial di Desa Bahonsuai Kecamatan
Bumi Raya
2. Mendeskripsikan lingkungan sosial yang menyebabkan anak putus sekolah di
Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam rangka pemecahan masalah
anak putus sekolah khususnya yang ada di Kecamatan Bumi Raya
2. Merupakan sarana bagi penulis untuk belajar mengembangkan wawasan
keilmuan yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
5
3. Sebagai bahan referensi atau rujukan bagi mereka yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pengaruh lingkungan sosial terhadap
anak putus sekolah.
1.5 Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang
ada pada penelitian ini maka dibutuhkan definisi operasional sebagai berikut:
1. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar manusia yang
dapat memberikan pengaruh pada manusia tersebut, serta manusia-manusia lain
yang ada di sekitarnya, seperti tetangga-tetangga, teman-teman, bahkan juga
orang lain disekitar yang belum di kenal sekalipun.
2. Anak adalah turunan kedua sesudah orang yang dilahirkan. Dari pengertian di
atas dapat dipahami bahwa anak adalah manusia yang hidup setelah orang yang
melahirkannya, anak itu merupakan rahmat Allah kepada manusia yang akan
meneruskan cita-cita orang tuanya dan sebagai estafet untuk masa yang akan
datang
3. Anak putus sekolah adalah berhentinya proses belajar anak secara formal di
sekolah.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Penelitian yang relevan
2.1.2 Fatmawati Lahama (2015), “Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Pada Masyarakat Petani Desa Los Kelurahan Leok 1 Kecamatan Biau
Kabupaten Buol”.Skripsi, Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan jurusan pendidikan IPS FKIP Universitas Tadulako.
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab anak putus
sekolah, yang kedua adalah dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah, dan
yang ketiga adalah upaya dalam hal mencegah terjadinya anak putus sekolah di Desa
Los.
Metode yang digunakan analisis deskriptif kualitatif dengan sumber data
orang tua dan anak putus sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) factor-
faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di desa Los dikarenakan 3 faktor, yaitu
: faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor lingkungan. (2) Dampak yang ditimbulkan
Dampak positif : Dapat membantu pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Dampak negatif : Membuat keresahan di masyarakat karena anak yang putus sekolah
berbuat tindakan amoral. Seperti minum minuman keras, berjudi, tawuran dan
pembunuhan. (3) Upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal mencegah terjadinya
anak putus sekolah adalah memberi motivasi, melakukan pembinaan, melaksanakan
pendidikan kesetaraan.
7
2.1.3. Sutriadin (2015) Studi Anak Putus Sekolah Pada Masyarakat Nelayan Desa
Lero Tatari Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Geografi jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Tadulako.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apa yang menyebabkan
anak putus sekolah pada masyarakat nelayan Desa Lero Tatari Kecamatan Sindue?
Yang kedua adalah upaya apa yang dilakukan dalam menanggulangi anak putus
sekolah pada masyarakat nelayan Desa Lero Tatari Kecamatan Sindue?
Metode yang digunakan analisis deskriptif kualitatif dengan sumber data
orang tua dan anak putus sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: putus
sekolah yang dialami oleh anak nelayan di Desa Lero Tatari dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan faktor lingkungan sosial serta latar belakang keluarga. Upaya
menanggulangi anak putus sekolah yaitu dengan penyempurnaan proses belajar,
mengembangkan program perbaikan, pendekatan usaha bimbingan, pelatihan
pemberdayaan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kepada orang tua.
Tabel 2.1 Persamaan Dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Komponen FatmawatiLah
ama
Sutriadin Risnawati
1 2 3 4
1 Judul
Skripsi/tesis
Tahun
Faktor-faktor
Penyebab
Anak Putus
Sekolah Pada
Studi Anak
Putus Sekolah
Pada
Masyarakat
Lingkungan Sosial
Mengakibatkan Anak Putus
Sekolah Di Desa Bahonsuai
Kecamatan Bumi Raya
8
2 3 4
Masyarakat
Petani Desa
Los Kelurahan
Leok 1
Kecamatan
Biau
Kabupaten
Buol
Nelayan Desa
Lero Tatari
Kecamatan
Sindue
Kabupaten
Donggala
Kabupaten Morowali
2 Jenis
Penelitian
Deskriptif
Kualitatif
Deskriptif
Kualitatif
Kualitatif
3 Subjek 34 377 128
4 Objek 34 56 15
5 Metode
Pendumpulan
data
Observasi,waw
ancara
Dokumentasi
Observasi,waw
ancara
Dokumentasi
Observasi,wawancara,dokume
ntasi
6 Tekhnik
Analisis data
Deskriptif
Kualitatif
Deskriptif
Kualitatif
Deskriptif Kualitatif
7 Hasil
Penelitian
Dari hasil
penelitian ini
menunjukkan
bahwa
penyebab anak
putus sekolah
di pengaruhi
oleh tiga faktor
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa: putus
sekolah yang
dialami oleh
anak nelayan
di Desa Lero
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penyebab
anak putus sekolah di Desa
Bahonsuai Kecamatan Bumi
Raya Kabupaten Morowali di
pengaruhi oleh faktor
lingkungan sosial.
1
9
yaitu faktor
ekonomi,kelua
rga dan
lingkungan
Tatari
dipengaruhi
oleh faktor
ekonomi dan
faktor
lingkungan
sosial serta
latar belakang
keluarga.
Sumber : Olah data, 2014
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Hakikat Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan remaja.
Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas sosial memegang peranan yang
strategis bagi kehidupan sosial masyarakat. Pada masa remaja lingkungan sosial yang
dominan antara lain dengan teman sebaya. Menurut Mappiare (1982) kelompok
teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk
hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman
sebaya merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang
jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bahkan apabila kelompok
tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga akan menyesuaikan dirinya
dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap nakal karena bagi mereka
penerimaan kelompok lebih penting, mereka tidak ingin kehilangan dukungan
kelompok dan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan. Sebagian dari remaja mengambil
1 2 3 4
10
jalan pintas untuk menghindarkan diri dari masalah sehingga cenderung untuk
keluyuran dan melakukan tindakan pergaulan yang salah dengan teman-temannya.
Akibatnya banyak yang terjerumus dalam tindakan kenakalan seperti menipu,
berkelahi, mencuri dan sebagainya (Wulandari, 2011).
Lingkungan sosial merupakan lingkungan kemasyarakatan yangmempunyai kaitan
erat dengan kehidupan sehari-hari. Purwanto (2003:28)“mengemukan bahwa
lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lainyang mempengaruhi kita”.
Manusia membentuk pengelompokan sosial diantara sesama dalam upayanya
mempertahankan hidup dan mengembangkankehidupan.Dalam suatu kehidupan
sosial manusia juga memerlukan organisasiyaitu sekolah, kelompok masyarakat dan
lain-lain.Dewantara (2010:212) “mengemukakan bahwa lingkungan sosial dibedakan
menjadi tiga tempat, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolahdan lingkungan
masyarakat”. Selanjutnya diuraikan indikator lingkungan sosialantara lain dari
lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik dansuasana rumah, dari
lingkungan sekolah meliputi relasi guru dengan guru dan relasi siswa dengan siswa,
dari lingkungan sosial meliputi bentuk kehidupan masyarakat dan teman
bergaul.Yuliyatun(2012).Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar
manusia,pergaulan antara pendidik dengan peserta didik serta orang-orang
lainnyayang terlibat dalam interaksi pendidikan.Interaksi pendidikan
dipengaruhikarakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang
terlibatdalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun
parapendidik (guru) dan pihak lainnya.Parjiyono (2008), “Korelasi Faktor Keluarga
11
Dan Lingkungan Sosial Dengan Prestasi Belajar Kelas IX Di SMP Negeri 4 Kudus”
jurnal of education 21.
Menurut Dalyono (1997: 246) lingkungan sosial terdiri dari:
a. Teman bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak,
apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah maka ia akan malas
belajar, sebab cara hidup mereka yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak
bersekolah.
b. Lingkungan tetangga
Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, mengkonsumsi minuman
keras, menganggur, tidak suka belajar, dsb, akan mempengaruhi anak-anak yang
bersekolah minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. Sebaliknya jika
tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur, akan mendorong semangat
belajar anak.
c. Aktivitas dalam masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi atau berbagai kursus-kursus akan menyebabkan belajar
anak akan menjadi terbengkalai.
Pengaruh lingkungan, terutama lingkungan sosial secara terbuka tidak hanya berupa
hal-hal yang positif saja, melainkan juga meliputi efek yang negatif. Efek negatif
yang timbul akibat pengaruh lingkungan sosial salah satunya adalah kepribadian yang
tidak selaras atau menyimpang dari lingkungan sosial dalam bentuk kenakalan
remaja, kejahatan, rendahnya rasa tanggungjawab, dan lain sebagainya yang dapat
12
dilakukan oleh masing-masing individu. Dalam hal ini individu yang dimaksud
adalah pemulung anak usia Sekolah Dasar.
Diakibatkan oleh adanya pengaruh dan perkembangan lingkungan yang tidak serasi
dengan kondisi manusia atau masyarakat yang menerimanya maka tidak menghindari
kemungkinan bahwa seseorang dapat melakukan tindakan-tindakan yang merugikan.
Lingkungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggota-anggota
keluarga seperti ayah, ibu, dan anak. Sebaliknya keluarga yang pecah atau broken
home terjadi karena tidak hadirnya salah satu orang tua yang disebabkan oleh
kematian atau perceraian, atau tidak hadir kedua-duanya (Hadi, 2002: 248).
Dengan demikian keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, dan ibu,
tetapi utuh dalam arti yang sebenarnya, yaitu disamping utuh dalam artian fisik juga
utuh dalam artian psikis. Keluarga yang utuh memiliki perhatian yang penuh atas
tugas-tugas sebagai orang tua.
Menurut Yusuf (2002: 128), seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang broken home, biasanya kurang harmonis, orang tua bersikap keras
terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga sehingga
perkembangan kepribadian anggota keluarganya (anak) cenderung akan mengalami
distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
Di dalam keluarga yang pecah atau broken home, perhatian orang tua terhadap anak-
anaknya sangat kurang dan antara ayah dan ibu tidak memiliki kesatuan perhatian
13
atas putra-putrinya. Situasi yang broken home, tidak menguntungkan bagi
perkembangan anak (Hadi, 2002: 248). Anak yang berasal dari keluarga yang broken
home akan mengalami hal-hal yang sulit dan terjerumus dalam kelompok anak-anak
yang nakal.
b. Teman Sebaya
Teman sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi
kehidupan anak. Terpengaruh atau tidaknya anak dalam kelompok teman sebaya
tergantung pada persepsi anak terhadap kelompoknya, sebab persepsi anak terhadap
kelompok teman sebaya menentukan keputusan yang diambil oleh anak, yang
nantinya akan mengarahkan pada tinggi atau rendahnya kecendurungan kenakalan
anak. Melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai
dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang
mendapatkan kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dari orang tuanya,
biasanya kurang memiliki kemampuan selektif memilih teman dan mudah sekali
terpengaruh oleh sifat atau perilaku kelompoknya. Teman sebaya yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah teman sekolah, atau teman di sekitar tempat tinggal.
c. Tetangga atau masyarakat
Tetangga atau masyarakat sosial yang buruk juga dapat mempengaruhi perilaku anak
yang masih sekolah untuk melakukan tindakan-tindakan kejahatan. Beberapa definisi
masyarakat menurut Soekanto (1986: 20) adalah sebagai berikut:
14
1. Masyarakat merupakan suatu kesatuan dan memiliki tata cara dari wewenang
sampai kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan mengenai
pengawasan tingkah laku serta kebebasannya.
2. Masyarakat adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah dan
hidup bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan
Tetangga atau masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat kelas atas, masyarakat
kelas menengah, dan masyarakat kelas bawah.
2.2.2 Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta
didik yang tidak mampu menyelesaikan satu jenjang pendidikan/melanjutkan
studinya kejenjang pendidikan berikutnya. (Suyanto, 2010:343). Misalnya seorang
anak yang hanya mengikuti pendidikan di sekolah dasar (SD) sampai Kelas V (Lima),
anak tersebut disebut anak putus sekolah dasar (SD) karena tanpa surat tanda tamat
belajar (STTB). Denikian juga anak yang punya STTB SD dan melanjutkan
pendidikan SMP hanya sampai kelas 1 (satu) atau kelas II (dua) saja atau belum
memiliki STTB disebut juga anak putus sekolah SMP dan begitu seterusnya.
Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah pertama berawal dari
tidak tertib mengikuti pelajaran di sekolah, terkesan memahami belajar hanya sekedar
kewajiban masuk di kelas, dan mendengarkan guru berbicara tanpa di barengi dengan
kesungguhan untuk mencerna pelajaran dengan baik.Kedua, akibat prestasi belajar
yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan
anak putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibandingkan anak-anak
15
sekelasnya.Ketiga kegiatan belajar di rumah tidak tertib, dan tidak disiplin, terutama
tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua. Keempat, perhatian
terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan yang lain yang tidak
ada hubungannya dengan pelajaran. Kelima kegiatan bermain dengan teman
sebayanya meningkat dengan pesat.Keenam mereka yang putus sekolah ini
kebanyakan dari keluarga ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak
teratur.(Suyanto,2010: 343).
Konveksi hak anak yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak
untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka sebaiknya tidak terlibat dalam
aktifitas ekonomi secara dini.Dari segi pendidikan, anak-anak yang bekerja disinyalir
cenderung mudah putus sekolah, baik putus sekolah karena bekerja terlebih dahulu
atau putus sekolah dahulu baru kemudian bekerja. Bagi anak-anak, sekolah dan
bekerja adalah beban ganda yang seringkali dinilai terlalu berat, sehingga setelah
ditambah tekanan ekonomi dan faktor lain yang sifatnya struktural, sehingga mereka
terpaksa memilih putus sekolah di tengah jalan. (Mulander, 1996: 343)
Masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian
tidak bekerja atau berpenghasilan tetap, dapat merupakan beban masyarakat tidak
bekerja atau berpenghasilan tetap, dapat merupakan beban masyarakat bahkan sering
menjadi pengganggu ketentraman masyarakat.Serta tidak memiliki keterampilan yang
dapat menunjukkan kehidupan sehari-hari.Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan
merasa rendah diri tetapi over kompensasi, bisa menimbulkan gangguan-gangguan
16
dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-
norma sosial yang positif.
Masalah putus sekolah bisa menimbulkan akses dalam masyarakat, sebab
orang putus sekolah biasanya menjadi pengangguran yang belum memiliki keahlian
untuk bekerja/menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karena
jenjang pendidikannya masih rendah, orang putus sekolah belum punya pemikiran-
pemikiran yang bersifat kedewasaan maupun kemandirian sehingga ia akan menjadi
sampah masyarakat/pengangguran yang akan menjadi masalah sosial. Ini terjadi
dikarenakan mereka yang enggan bekerja atau kurang gigi berusaha, bahkan tidak
mau berusaha/bersusah payah tetapi mereka ingin hidup enak dan terpenuhi
kebutuhannya.Mereka bisa disebut parasit dalam masyarakat, keluarga, orang tua dan
saudaranya.
2.2.3 Faktor-faktor LingkunganSosial Yang Mengakibatkan Anak Putus
Sekolah
Umumnya lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap anak putus sekolah
adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan sosial dalam keluarga
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2009:74) bahwa
“Sahabat yang baik dan benar akan menunjang motivasi dan keberhasilan studi,
karena dengan mereka biasanya terjadi proses saling mengisi, yang mungkin
terbentuk persaingan yang sehat”. Seperti yang dikemukakan oleh Santrock (2003:
265) bahwa “Kebanyakan remaja yang putus sekolah memiliki teman-teman yang
17
juga putus sekolah”.Hal tersebut menjadikan anak kurang mempunyai keinginan
maupun dorongan untuk melanjutkan pendidikan, karena mengikuti seberapa tinggi
tingkat pendidikan teman bergaulnya. Anak yang berada dalam lingkungan pergaulan
yang akademis atau berpendidikan akan menumbuhkan sikap dan perilaku senang
belajar dan sama-sama mempunyai cita-cita dan saling mendorong untuk terus
mengenyampendidikan yang lebih tinggi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ahmadi (2007: 6), bahwa “Pergaulan itu dapat menimbulkan cita-cita. Pada tiap-tiap
individu terdapat keinginan untuk menjadi dokter, polisi, presiden, ahli pidato dan
lain-lain, ini adalah berkat adanya kekaguman terhadap orang dewasa yang ada di
sekitarnya, yang menjadi dokter, polisi atau lain-lainnya, yang dijumpainya dalam
pergaulan”. Aspek yang kedua yaitu aktivitas di saat bergaul, dapat diketahui bahwa
aktivitas yang dilakukan di saat bergaul sebagian besar hanyalah untuk berkumpul
dan mengobrol saja didepan rumah ataupun di warung sambil menonton televisi yang
disediakan bahkan ada yang merokok. Aktivitas tersebut tentunya merupakan hal
yang kurang baik dan tidak bermanfaat bagi anak dan akan berpengaruh ke hal yang
negatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmadi (2007: 6), bahwa “Pergaulan
itu memberi pengaruh secara diam-diam. Anak itu mempunyai sifat suka dan
gampang meniru.Apa saja yang ditemukan, dia lihat, dia dengar, di dalam pergaulan
entah itu baik atau buruk, seakan-akan.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jika anak yang berada
dilingkungan masyarakat yang berpendidikan, antusias terhadap masa depan anak-
anaknya, maka secara tidak langsung anak juga akan terpengaruh juga ke hal-hal
18
yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya dan begitu juga
sebaliknya, anak yang tinggal di lingkungan masyarakat pemabuk, penjudi dan lain
sebagainya, maka anak juga akan ikut terpengaruh dalam kondisi tersebut. Dalam
lingkungan masyarakat anak akan mempelajari hal-hal yang baik, sebaliknya anak
juga dapat mempelajari hal-hal yang buruk. (sumber: Siti Aisyah, Amrazi Zakso,
Gusti Budjang A “Analisis Faktor Lingkungan Sosial Penyebab Anak Tidak
Melanjutkan Pendidikan Ke SMP Di Desa Setalik” jurnal of education 6-10).
b. Lingkungan sosial dalam sekolah
Di lingkungan sekolah anak-anak banyak berinteraksi dengan teman yang
lainnya baik itu di luar kelas maupun di dalam kelas sehingga membutuhkan suasana
yang baik dan tidak ada perlakuan kurang enak. Faktor lingkungan sekolah yang
paling berpengaruh terhadap penyebab anak putus sekolah yaitu seringnya konflik
dengan teman di sekolah membuat anak tidak di sukai oleh teman-teman yang lain
sehingga merasa sendirian atau diasingkan lama kelamaan menjadi malas untuk
berangkat ke sekolah dan akhirnya mengalami putus sekolah. Pernyataan ini sesuai
dengan pendapatnya Slameto: 2010 yaitu siswa yang mempunyai sifat-sifat atau
tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri
atau sedang mengalami tekanan batin akan diasingkan oleh kelompoknya, akibatnya
akan mengganggu belajarnya dan menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan
yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan
dari teman-temannya.
c. Lingkungan sosial dalam masyarakat
19
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan dimana seseorang hidup,
bergerak dan melakukan interaksi dengan orang lain dan saling mempengaruhi.
Lingkungan yang tidak baik akan memberikan pengaruh yang tidak baik pula
terhadap seorang anak, apalagi anak berusia sekolah. Menurut Slameto, 2010
kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka
mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada
anak yang ada disitu. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah maka
akan mempengaruhi anak enggan untuk sekolah dan menjadi salah satu penyebab
anak putus sekolah. Anak tidak melanjutkan pendidikan karena mereka tinggal di
lingkungan yang masyarakatnya berpendidikan rendah dan menganggap pendidikan
kurang penting.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pengaruh lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah lingkungan sosial
merupakan salah satu pembentuk kepribadian anak, dalam lingkungan sosial terdapat
perilaku timbal balik antara individu dengan individu serta individu dengan kelompok
untuk bersosialisasi.Lingkungan sosial sering dikaitkan dengan lingkungan
masyarakat dimana dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota
masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-
orang disekitar, pembentukan pribadi anak juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga dimana lingkungan keluarga merupakan faktor utama dalam membentuk
kepribadian anak ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan dimana ketiga hal ini saling
20
berkaitan demikian dalam lingkungan masyarakat tidak dapat terlepas dengan
lingkungan keluarga dan sekolah ketiga hal ini sangat berkaitan dimana dalam
lingkungan sekolah anan-anak berinteraksi dan mencari teman dalam bergaul,
lingkungan sekolah juga berperan mengatasi masalah-masalah sosial di harapkan
dapat diatasi dengan mendidik generasi muda untuk mencegah penyakit-penyakit
sosial seperti kejahatan.
Demikian pula dalam lingkungan sekolah sangat berperan dalam mendidik
dan mempersiapkan mental. Dalam lingkungan sekolah pergaulan anak juga dapat
menentukan kepribadian anak kedepan jika dalam lingkungan sekolah mereka tidak
mendapatkan teman yang baik anak akan mencari teman yang ada diluar lingkungan
sekolah sehingga mereka akan terseret dalam pergaulan yang ada diluar sekolah
sehingga menyebabkan anak jarang mengikuti pelajaran dan minat bersekolah akan
semakin sedikit sehingga lama kelamaan mereka memutuskan untuk berhenti
bersekolah.
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Lingkungan Sosial Desa
Bahonsuai
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan
Sekolah
Anak Putus Sekolah
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk pada kategori jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, Sujarweni, (2014:19).menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang orang yang diamati.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
Morowali.Seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 01 April 2019, penelitian
dilaksanakan pada tanggal 24 Mei sampai bulan Juni. Kemudian seminar hasil
tanggal 01 Oktober 2019, dan ujian skripsi pada bulan Oktober 2019.
3.3 Subjek dan Objek penelitian
3.3.1 Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak putus sekolah di Desa
Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali, yaitu berjumlah 128 orang.
3.3.2 Objek
Dalam pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu
dengan memilih 15 orang anak putus sekolah yang dapat memberikan penjelasan dan
jawaban permasalahan penelitian
23
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data atau sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2
yaitu pengambilan data primer dan data sekunder.Data primer adalah data penelitian
yang diperoleh dari data mentah kemudian diolah menjadi sebuah data.Data primer
contohnya adalah data observasi, wawancara, angket atau kuisioner.Sedangkan data
sekunder adalah data yang sudah ada dan sudah menjadi data yang valid yang berasal
dari instansi terkait.Data sekunder contohnya daftar anak putus sekolah, dan
sebagainya.
1) Observasi
Observasi adalah kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian.Tujuan dari observasi adalah untuk melihat berbagai
fenomena dalam masyarakat yang berkaitan dengan bahan penelitian sehingga
peneliti dapat merumuskan permasalahan yang ada dan dapat membuat
kesimpulan sementara (Hipotesis). Selanjutnya, dilakukan pengamatan mengenai
kondisi lingkungan sosial dan aktivitas anak putus sekolah di Desa Bahonsuai
Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.
2) Wawancara (interview)
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka
dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si peneliti, atau dengan
kata lain teknik ini dilakukan dengan jalan mengajukan pertanyaan langsung
(face to face), dengan para informan yang ada hubungannya dengan data yang
24
diperlukan dan menggunakan pedoman wawancara. Teknik wawancara
dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah faktor-faktor
yang menjadi penyebab banyaknya anak putus sekolah, dampak apa saja yang
ditimbulkan sebagai akibat putus sekolah dan upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi anak putus sekolah yang ada di
Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik memperoleh informasi melalui bermacam-macam
sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat tinggal
responden dan sebagainya, Contoh dokumentasi adalah foto-foto, surat-surat, dan
sebagainya.
3.5 Teknik analisis data
Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian
diolah dengan statistic dan dapat digunakan untuk menjawab masalah dalam
penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara
melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut untuk
menjawab rumusan masalah, (Sujarweni, 2014:103).
Setelah data terkumpul kemudian dan dianalisis, sehingga nantinya akan
menghasilkan kesimpulan yang akan dipertanggung jawabkan kebenarannya. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Teknik
ini digunakan karena dalam penulisan ini menjelaskan data yang lebih mengutamakan
25
kata–kata ditunjang dengan menggunakan tabel seperlunya, sesuai dengan yang
ditemukan dalam penelitian dan persentase data. Berdasarkan instrument yang
digunakan dalam penelitian di lapangan dengan menggunakan wawancara, dan
dokumentasi, maka analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif ( hasil wawancara). Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis data
kedalam tabulasi dan persentasi penulis menggunakan rumus untuk menghitung
persentase (%) yaitu :
P =
× 100 %
Keterangan :
P : Presentase yang akandicapai
F : Jumlahfrekuensijawaban yang benar
N : Banyaknyaresponden
Setelah menentukan persentase terhadap masing-masing kategori jawaban untuk
setiap tanggapan, maka dilakukan interpretasi (Pemahaman) secara mendalam dengan
memberikan penjelasan terhadap besaran-besaran presentase, yang dituangkan dalam
pembahasan untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Untuk menganalisis hasil wawancara dilakukan melalui tiga tahap yang terjadi
secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Miles
Huberman ( dalam sugiyono, 1984:91).
26
a) Reduksi Data
Data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama penelitian di
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal
– hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting.
b.) Data Display( Penyajian data )
setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi.
c.) Conclusion drawing( penarikan kesimpulan)
penarikan kesimpulan dilakukan setelah diperoleh sekumpulan informasi dan
data yang tersusun melalui penyajian data. Ketiga alur analisis ini berlangsung secara
terus menerus sepanjang penelitian ini berlangsung.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Desa Bahonsuai
Pada mulanya awal tahun 1900- an zaman pemerintahan Kolonial (zaman
penjajahan Belanda), Salah satu suku dari daerah Mori tiba diwilayah kerajaan
Bungku dan berdomisili di satu tempat yang diberi nama “Bahonsuai” mereka tinggal
bersama-sama dengan sebagian penduduk masyarakat suku Bungku. Suku dari daerah
Mori tersebut adalah suku Tomaoki.Setelah beberapa tahun kemudian, kedua suku
tersebut hidup dan tinggal bersama-sama secara rukun, saling menjalin hubungan
kekeluargaan, beradaptasi dengan lingkungan, dan akhirnya mereka saling
melangsungkan hubungan perkawinan antara kedua suku dengan melahirkan
keturunan. Keturunan ini didominasi oleh suku Tomoiki.
Perkembanganya bahasa Bahonsuai merupakan perpaduan antara bahasa
Bungku dan Bahasa Tomoiki atau bahasa dari suku Mori, karena nama Desa
Bahonsuai berasal dari 2 (dua) kata yaitu: Kata Baho dan Nsuai. Baho berasal dari
bahasa Bungku yang artinya Air, sedangkan Nsuai dari bahasa Tomoiki yang artinya
Semangka.Jadi nama bahonsuai berasal dari Air Semangka, sehingga bahasa yang
dipergunakan oleh masyarakat Desa Bahonsuai sampai sekarang ini adalah Bahasa
Tomoiki.
28
4.1.2 Kondisi Geografis
Desa Bahonsuai memiliki luas wilayah yang cukup besar, serta daerah
administratif Desa Bahonsuai jika melihat ke desa lainnya yang terdapat di
Kecamatan Bumi Raya adalah menjadi salah satu desa yang memiliki wilayah
administratif terbesar. Namun demikian, dengan besarnya wilayah yang harus
dikembangkan oleh Pemerintahan Desa Bahonsuai maka hal itu dirasa cukup
memabantu dalam meningkatkan potensi yang terdapat di Desa Bahonsuai pada masa
ke masa.
Secara geografis Desa Bahonsuai adalah Desa Pesisir dan merupakan salah satu Desa
di Kecamatan Bumi Raya yang mempunyai luas wilayah 750 Ha.Dengan jumlah
penduduk Desa Bahonsuai 1.578 Jiwa.Desa Bahonsuai merupakan Ibu Kota
Kecamatan Bumi Raya.
4.1.3 Letak Administrasi
Batas – batas administrasi Desa Bahonsuai sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Samarenda dan Desa Pebotoa
Sebelah Timur : Teluk Tolo
Sebelah Selatan : Desa Parilangke dan Desa Harapan Jaya
Sebelah Barat : Desa Atananga dan Desa Beringin Jaya.
29
4.1.3 Kondisi Demografis
Berdasarkan pemutahiran data pada bulan Desember 2018 jumlah penduduk
Desa Bahonsuai terdiri dari 1.578 Jiwa degan rincian sebagai berikut ini.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk di Desa Bahonsuai
No RT
Jumlah Penduduk
L P L+P
1 01 129 147 276
2 02 199 122 231
3 03 130 114 244
4 04 129 122 251
5 05 196 193 389
6 06 93 94 187
Jumlah 796 782 1.578
Sumber Data : Kantor Desa Bahonsuai
Tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa di Desa Bahonsuai terdiri dari 1.578
Jiwa. Dengan jumlah Laki-laki 796 orang dan perempuan 782 orang. Dan terdapat 6
RT, di mana RT 01 berjumlah 276 0rang, terdiri dari laki-laki 129 orangdan
perempuan 147 orang. RT 02 berjumlah 231 orang, laki-laki 199 orang dan
perempuan 122 orang. RT 03 berjumlah 244 orang, laki-laki 130 orang dan
perempuan 114 orang. RT 04 berjumlah 251 orang, laki-laki 129 orang dan
30
perempuan 122 orang. RT 05 berjumlah 389 orang, laki-laki 196 orang dan
perempuan 193 orang. RT 06 berjumlah 187 orang, laki-laki 93 orang dan perempuan
94 orang.
Berikut ini, merupakan tabel kelompok umur pada laki-laki dan perempuan di Desa
Bahonsuai.
Tabel 4.2
Kelompok Umur
Sumber Data : Kantor Desa Bahonsuai
Seperti dapat dilihat pada tabel 4.2 kelompok umur terbagi dalam 12 kategori. Dari
usia 0-5 tahunberjumlah 130 orang, dengan jumlah laki-laki 62 orang dan perempuan
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio
Usia 0 - 5 Thn 62 68 130 91
Usia 5 - 7 Thn 57 18 75 3,17
Usia 7 - 13 Thn 93 114 207 82
Usia 13 - 16 Thn 50 51 101 98
Usia 16 - 19 Thn 52 49 101 1,06
Usia 19 - 23 Thn 64 63 127 1,02
Usia 23 - 30 Thn 97 116 213 84
Usia 30 - 40 Thn 132 126 258 1,05
Usia 40 - 56 Thn 143 127 270 1,13
Usia 56 - 65 Thn 29 28 57 1,04
Usia 65 - 75 Thn 15 16 31 94
Usia> 75 Thn 2 6 8 33
JUMLAH 796 782 1.578 13
31
68 orang. Usia 5-7 tahun berjumlah 75 orang, laki-laki 57 orang dan perempuan 18
orang. Usia 7-13 tahun berjumlah 207 orang, laki-laki 93 orang dan perempuan 114
orang. Usia 13-16 tahun berjumlah 101 orang, laki-laki 50 orang dan perempuan 51
orang. Usia 16-19 tahun berjumlah 101 orang, laki-laki 52 orang dan perempuan 49
orang. Usia 19- 23 tahun berjumlah 127 orang, laki-laki 64 orang dan perempuan 63
orang. Usia 23-30 tahun berjumlah 213 orang, laki-laki 97 orang dan perempuan 116
orang. Usia 30-40 tahun berjumlah 258 orang, laki-laki 132 orang dan perempuan
126 orang. Usia 40-56 tahun berjumlah 270 orang, laki-laki 143 orang dan
perempuan 127 orang. Usia 56-65 tahun berjumlah 57 orang, laki-laki 29 orang dan
perempuan 28 orang. Usia 65-75 tahun berjumlah 31 orang, laki-laki 15 orang dan
perempuan 16 orang. Usia diatas 75 tahun berjumlah delapan orang, laki-laki dua
orang dan perempuan enam orang. Jumlah keseluruhan penduduk di Desa Bahonsuai
1.578 jiwa dengan jumlah laki-laki 796 orang dan perempuan 782 orang.
32
4.2 HASIL PENELITIAN
Sebelum membahas hasil penelitian anak putus sekolah di Desa Bahonsuai
Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali, menggunakan teknik observasi dan
wawancara yang di edarkan kepada 15 anak yang putus sekolah pada jenjang tingkat
pendidikan, terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Kepala
Desa,tanggal 24 Mei 2019, pukul 10.20 yang menyatakan bahwa:
Pandangan saya tentang anak putus sekolah yang ada di Desa Bahonsuai
sangat memprihatinkan sekali kita bisa lihat data yang ada di desa ini banyak
anak yang tidak melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya atau dikatakan
putus sekolah, ini dikarenakan faktor yang paling utama yaitu faktor
lingkungan, dimana banyaknya anak putus sekolah di lingkungan masyarakat
yang memberikan pengaruh negatif.
Dari hasil wawancara tersebut selain menyatakan pendapat, Bapak Kepala Desa juga
memberikan data sebaran anak putus sekolah untuk lebih memperjelas dan
mempermudah dalam melakukan penelitian di Desa Bahonsuai. Berikut sebaran anak
putus sekolah per dusun dan perjenjang pendidikan yang ada di Desa Bahonsuai Lihat
Tabel 4.3
4.2.1 Sebaran Anak Putus Sekolah Per Dusun Dan Perjenjang
Anak putus sekolah di Desa Bahonsuai tersebar di beberapa dusun. Yaitu
dusun 1, dusun 2, dan dusun 3. Untuk lebih jelasnya, sebaran anak putus sekolah di
buatkan kedalam bentuk tabel.
33
Dibawah ini, merupakan tabel sebaran anak putus sekolah di tiga dusun dari jenjang
pendidikan SD SMP dan SMA.
Tabel 4.3Sebaran Anak Putus Sekolah di Desa Bahonsuai
No Dusun Jumlah Anak
Putus Sekolah
Jenjang Pendidikan
Jumlah SD SMP SMA
1. Dusun 1 6 2 1 3 6
2. Dusun 2 2 - 2 - 2
3. Dusun 3 7 1 4 2 7
TOTAL 15 3 7 5 15
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2019)
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebaran anak putus sekolah perjenjang
pendidikan yang ada di Desa Bahonsuai berjumlah 15 orang tersebar di beberapa
dusun dan perjenjang pendidikan yaitu SD,SMP dan SMA. Jumlah anak putus
sekolah yang terdapat di Dusun 1 berjumlah enam orang terbagi di berapa jenjang
pendidikan yaitu SD jumlah dua orang, SMP satu orang dan SMA tiga orang. Dusun
2 berjumlah dua orang tersebar dibeberapa jenjang pendidikan yaitu SD kosong, SMP
dua orang dan SMA kosong. Dusun 3 berjumlah tujuh orang dan tersebar di beberapa
jenjang pendidikan yaitu SD satu orang, SMP empat orang dan SMA dua orang.
Setelah itu, penjelasan mengenai anak putus sekolah juga di kemukakan oleh Sekdes,
tanggal 24 Mei 2019, pukul 11.30 bahwa:
Pandangan saya tentang anak putus sekolah yang ada di Desa Bahonsuai ini
sungguh sangat membuat hati sedih bagaimana tidak, anak-anak yang seharus
nya bersekolah akan tetapi mereka bekerja untuk membantu orang tuanya
34
mencari nafkah karena mereka putus sekolah disebabkan pengaruh lingkungan
sekitarnya. Anak tersebut putus sekolah dipengaruhi oleh teman
sepergaulannya yang sudah duluan putus sekolah.
Penjelasan dari Sekdes tersebut diperkuat lagi dengan hasil wawancara salah satu
tokoh masyarakat, tanggal 25 Mei 2019 yang menyatakan:
Pandangan saya tehadap anak putus sekolah yag ada di Desa Bahonsuai ini
sangat memprihatinkan, Anak-anak disini yang sudah putus sekolah baik dari
SD,SMP,SMA dikarenakan faktor pergaulan di lingkungan masyarakat karena
begitu banyaknya anak yang putus sekolah memberikan contoh perilaku-
perilaku negatif sehingga mempengaruhi anak-anak lainnya menjadi malas
memikirkan pendidikan dan melanjutkan sekolahnya. Mereka di doktrin oleh
teman-temannya yang putus sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan informan di atas, bahwa banyaknya anak putus
sekolah di Desa Bahonsuai sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat.
Kebanyakan pengaruh negatif atau kegiatan-kegiatan yang tidak baik yang dilakukan
anak putus sekolah tersebut, seperti rusaknya moral karena tidak memiliki
pendidikan, sering melakukan perkelahian yang dapat mengganggu masyarakat
lainnya, dan kemudian menjerumuskan anak yang masih sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan. Seperti, bermain sampai lupa waktu,
mabuk-mabukan, sehingga membuat anak yang masih sekolah menjadi malas untuk
masuk sekolah.
3.2.2 Kondisi Internal
Kondisi internal anak putus sekolah merupakan kondisi yang ada di dalam diri
anak tersebut yang mempengaruhi anak tersebut tidak bisa melanjutkan
35
pendidikannya ketingkat pendidikan selanjutnya. Tingkat pendidikan anak putus
sekolah yang ada di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali
dapat disajikan dalam Tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Tingkatan Pendidikan Anak Putus Sekolah di Desa Bahonsuai
No Tingkat Pendidikan F %
a. SD 3 20
b. SMP 7 46,67
c. SMA 5 33,33
JUMLAH 15 100
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2019)
Tabel 4.4diatas kita dapat ketahui bahwa yang paling banyak orang tua yang
memiliki anak putus sekolah pada tingkat jenjang pendidikan SMP, diikuti dengan
SMA dan SD. Orang tua yang memiliki anak putus sekolah pada jenjang pendidikan
yaitu urutan pertama SMP dengan jumlah tujuh KK46,67% dan urutan kedua
yaituSMA dengan jumlah lima KK 33,33% dan yang terakhir atau yang paling sedikit
yaitu SD dengan jumlah tiga KK20%.
Berikut ini hasil wawancara dengan anak putus sekolah Daus (22 thn), tanggal 25
Mei 2019 bahwa :
Saya putus sekolah karena pada waktu saya duduk di bangku SD, saya sering
di bully. Teman-teman saya sering memanggil saya dengan sebutan si monyet.
Karena, muka saya jelek mempunyai bekas kebakaran ini. Waktu saya tinggal
di kompleks pasar rumah saya ikut terbakar pada saat peristiwa kebakaran
pasar dan saya masih duduk di bangku SD. Dari situlah, saya merasa
dikucilkan di sekolah dan menjadi malas untuk sekolah lagi, sampai sekarang
ini.
36
Lain lagi menurut Ranti (17 thn), tanggal 25 Mei 2019 menyatakan bahwa :
Saya memang memutuskan untuk berhenti sekolah, karena kemauan saya
sendiri. Saya lebih memilih berdagang daripada bersekolah, karena saya lebih
suka dan terbiasa mendapatkan uang dari hasil berdagang.
Setelah mengetahui alasan anak putus sekolah tersebut, saya kembali melakukan
wawancara dengan anak putus sekolah lainnya, yaitu ibu Bintang (60 thn), tanggal
25 Mei 2019 :
Saya putus sekolah karena pada zaman dulu, orang-orang di Desa Bahonsuai
ini rata-rata hanya tamatan SD. Maka dari itu, saya juga hanya tamat SD
terpengaruh dengan lingkungan di sini dan bergaul dengan teman yang hanya
tamat SD juga.
Hasil wawancara dengan ibu Bintang, sama dengan alasan bapak Lukman Taher (30
thn), tanggal 25 Mei 2019 yang menyatakan bahwa :
Alasan saya putus sekolah, karena saya terpengaruh dengan lingkungan di
sekitar tempat tinggal saya. Di lingkungan saya, banyak teman-teman yang
putus sekolah. Saya terpengaruh untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang
biasa dilakukan teman-teman saya, seperti keluyuran sampai larut malam,
sering tawuran antar desa tetangga kalau ada pesta. Sampai saya juga jadi
tidak masuk sekolah, dan sering bolos pada jam sekolah, sehingga saya
memutuskan untuk berhenti. Padahal, orang tua saya mampu menyekolahkan
saya, hanya saja saya yang muda terpengaruh dengan lingkungan pergaulan
bebas. Akhirnya, sekarang saya memilih untuk membuka usaha saja daripada
sekolah.
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa anak putus sekolah di Desa
Bahonsuai, Peneliti mengetahui bahwa penyebab anak putus sekolah di Desa
Bahonsuai itu ada berbagai Alasan. Yaitu, kasus bullying di sekolah, kemauan
sendiri, kemauan orang tua,dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Namun, alasan
37
anak putus sekolah yang lebih banyak terjadi dikarenakan lingkungan pergaulan di
masyarakat. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5Alasan Anak Putus Sekolah
No Pernyataan F %
a. Kemauan sendiri 2 13,33
b. Kemauan orang tua 0 0
c. Pergaulan di masyarakat 10 66,67
d. Bullying di sekolah 3 20
JUMLAH 15 100
( Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2019)
Tabel 4.5diatas dapat diketahui bahwa penyebab anak putus sekolah yang ada
di Desa Bahonsuaipaling banyak dikarenakan pergaulan dengan anak putus sekolah
di Masyarakat yang dapat mempengaruhi anak enggan untuk sekolah atau menjadi
malas untuk bersekolah.Urutan yang pertama yaitu pergaulandi masyarakat dengan
jumlah 10 orang66,67% sedangkan yang urutan kedua dengan pernyataan yang
disebabkan oleh bullying di sekolah sebanyak 3 KK 20%.
Hal tersebut diatas didukung hasil wawancara dengan salah satu informan
yang bernama bapak Jamaluddin.
"faktor yang terbesar yang menyebabkan anak-anak di Desa Bahonsuai ini
putus sekolah disebabkan oleh faktor pergaulan di masyarakat hal ini
dikarenakan banyaknya anak putus sekolah di lingkungan masyarakat Desa
Bahonsuai yang memberikan dampak negatif kepada anak-anak yang masih
sekolah. Contohnya, merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-
obat terlarang, dan berjudi. Sehingga anak yang masih sekolah dengan mudah
terpengaruh, dan menjadi malas untuk sekolah apalagi anak saya
38
pergaulannya lebih banyak dengan anak yang putus sekolah, Sehingga anak
saya juga putus sekolah pada jenjang tingkat SMP”. (J 48 thn 4 Mei 2019).
a. Lingkungan ( pergaulan)
Kondisi lingkungan masyarakat yang ada di Desa Bahonsuai Kecamatan
Bumi Raya Kabupaten Morowali yaitu lingkungan yang dimana masyarakatnya
bekerja sebagai petani. Lingkungan yang ada di Desa Bahonsuaiorang tua banyak
memiliki anak yang putus sekolah atau tidak melanjutkan kejenjang yang selanjutnya,
dengan otomotis pengaruh lingkungan anak yang tidak melanjutkan sekolah akan
mempengaruhi teman sebayanya atau sepergaulannya, karena lingkungan juga
berperan penting dalam hal proses pendidikan. Sehingga anak akan sangat mudah
terpengaruh oleh tindakan-tindakan yang ada di lingkungan di mana ia berada, baik
yang sifatnya positif maupun yang sifatnya negatif.
b. Motivasi anak
Peranan orang tua untuk menyukseskan pendidikan anak sangat besar.Kunci
keberhasilan pendidikan sorang anak disamping kemampuan anak itu sendiri.Untuk
bersekolah juga harus ditunjang oleh perhatian atau kepedulian orang tuanya,
terutama dalam hal biaya pendidikan.
Hasil penelitian menunjukkan kepada orang tua anak putus sekolah mayoritas
atau keseluruhan responden memberikan motivasi kepada anak-anak mereka. Adapun
motivasi yang diberikan oleh orang tua berupa nasehat dan perhatian kepada anak-
anak mereka,adapun respon yang diberikan oleh anak-anak merekan mereka
39
merespon apa yang diberikan orang tuanya dengan menjalankan perintah maupun
nasehat yang diberikan orang tua mereka.
c. Bullying di Sekolah
Salah satu penyebab anak putus sekolah yang terjadi di lingkungan sekolah
adalah bullying. Seperti kita ketahui bahwa mental anak-anak, masih sangat lemah
yang dapat merubah kepribadian mereka. Salah satunya ejekan dari teman-temannya,
dan hinaan. Sehingga dia merasa dikucilkan dan dijauhi oleh teman-temannya. Yang
membuat dirinya tidak percaya diri dan malas untuk ke sekolah.
Hal tersebut diatas didukung hasil wawancara dengan salah satu informan.
“Anak saya sudah putus sekolah sejak duduk di bangku SD. Sejak saya
dan suami saya bercerai. Saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Sehingga anak saya sering mendapat hinaan dari teman-temannya, dia
dikatakan anak pembantu. Dari situlah anak saya merasa di kucilkan di
sekolahnya, sehingga dia berhenti sekolah”. (Asni 45 thn 25 Mei 2019).
a. Aktifitas Anak Putus Sekolah
Tabel 4.6 Kegiatan yang dilakukan anak bapak/ibu yang putus sekolah
No Pernyataan F %
a. Membantu kedua orang tua bekerja 5 33,33
b. Melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat 7 46,67
c. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 3 20
JUMLAH 15 100
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2019)
40
Pada Tabel4.11 dapat dilihat kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yang
putus sekolah yaitu membantu kedua orang tuanya bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.Jumlah yaitu sebanyak lima orang atau 33,33% sedangkan
tujuh orang atau 46,67% melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, dan tiga orang
atau 20% menyatakan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara oleh salah satu orang tua yang
memilki anak putus sekolah
“kegiatan yang dilakukan anak saya setelah tidak melanjutkan sekolahnya
kejenjang SMA karena pergaulannyadengan anak putus sekolah maka setiap
harinya anak saya membantu saya bekerja di kebun untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saya sehingga anak saya membantu saya meringankan
pekerjaan saya “.( Masni 50 thn, 25 Mei 2019).
4.3 Pembahasan
1. Pembahasan kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya
berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa banyak terdapat angka anak putus
sekolah yang memberikan pengaruh besar bagi masyarakat sekitar. Namun, di Desa
Bahonsuai faktor ekonomi bukan lagi menjadi faktor utama penyebab anak putus
sekolah. Dikarenakan penduduk Desa Bahonsuai umumnya adalah seorang petani
yang sukses, dan lainnya bekerja sebagai pedagang. Seperti yang saya temui di
lapangan, banyak orang tua yang masih mampu membiayai anaknya untuk bersekolah
akan tetapi, anaknya yang enggan untuk ke sekolah karena sudah terpengaruh oleh
41
lingkungan sosialnya baik itu di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat
tempatnya bergaul.
2 Pembahasan penyebab anak putus sekolah
Siswa dapat putus sekolah yang disebabkan oleh alasan-alasan yang berkaitan
dengan lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah, pergaulan (teman sebaya) dan
masalah pribadi. Banyak siswa berhenti sekolah karena pengaruh dari lingkungan
tempatnya bergaul. Faktor lingkungan sosial merupakan faktor utama dari penyebab
anak putus sekolah di Desa Bahonsuai. Lingkungan sosial responden sebagian besar
yaitu anak yang tidak sekolah dan bekerja.
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan ada sebagian anak yang dimana
Orang tuanya cukup mampu menyekolahkan anaknya akan tetapi anaknya tidak mau
melanjutkan ketingkat selanjutnya atau putus sekolah dikarenakan bukan karena
kondisi sosial ekonomi akan tetapi kemauan anak itu sendiri. Ada juga anak putus
sekolah yang disebabkan karena kasus bullying di sekolah. Anak tersebut mendapat
hinaan, ejekkan dari teman-temannya di sekolah dan dia dikucilkan, sehingga dia
menjadi enggan untuk ke sekolah dan akhirnya memilih untuk berhenti. Kemudian
penyebab anak putus sekolah yang paling sering ditemukan oleh peneliti dan menjadi
faktor penyebab utama adalah kondisi lingkungan sosial di masyarakat. Kondisi
lingkungan yang banyak anak putus sekolah secara perlahan pergaulan dengan anak
sekolah akan terpengaruh dalam konteks negatif sehingga anak yang bersekolah
42
merasa malas untuk melanjutkan ketingkat berikutnya karena banyak doktrin yang
negatif dari lingkungannya. Kemudian karena pengaruh dari teman di lingkungannya,
sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering
membolos dan tidak naik kelas, prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali
ke sekolah. Maksudnya adalah terlepas dari keinginan pribadi, lingkungan dalam hal
ini sahabat sebaya merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
perilaku anak. Dan masih banyak akibat yang ditimbulkan seperti kenakalan remaja,
tawuran, kebut-kebutan di jalan raya,minum-minuman dan perkelahian.
Karena tidak ada kegiatan yang menentu, sehingga kadang-kadang dapat
menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak nakal dengan
kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk-
mabukan, menipu, menodong, dan sebagainya. Produktifitas anak putus sekolah
dalam pembangunan tidak seluruhnya dapat mereka kembangkan, padahal semua
anak Indonesia memiliki potensi untuk maju. Akibat yang disebabkan anak putus
sekolah sangat banyak, diantaranya adalah kenakalan remaja, tawuran, kebut-kebutan
di jalan raya, minum-minuman dan perkelahian, akibat lainnya juga adalah perasaan
minder dan rendah diri, banyak orang yang menganggur. Itu dikarenakan banyak
sekali anak yang tidak mempunyai ijasah, maupun tidak adanya pembekalan skiil
bagi mereka yang putus sekolah. Hanya dengan generasi penerus yang terdidik dan
cerdas serta bermoral, maka hari depan bangsa bisa dibayangkan titik terangnya.
Namun pendidikan di Indonesia semakin lama semakin mahal. Program pendidikan
43
gratis yang diterapkan pemerintah pun masih dianggap belum efektif dalam
meningkatkan pendidikan di Indonesia.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagaiberikut:
1. Kondisi lingkungan sosial di Desa Bahonsuai, menunjukkan bahwa banyak
terdapat angka anak putus sekolah yang memberikan pengaruh besar bagi masyarakat
sekitar. Di Desa Bahonsuai faktor ekonomi bukan lagi menjadi faktor utama
penyebab anak putus sekolah. Dikarenakan penduduk Desa Bahonsuai umumnya
adalah seorang petani yang sukses, dan lainnya bekerja sebagai pedagang.
2. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah yang ada di Desa Bahonsuai
Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali disebabkan oleh faktor lingkungan
sosial. Faktor lingkungan sosial yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa
Bahonsuai ada berbagai macam. Yaitu, lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial
keluarga, dan lingkungan sosial masyarakat. Faktor utama yang menyebabkan anak
putus sekolah di Desa Bahonsuai adalah faktor lingkungan sosial di masyarakat.
Faktor Lingkungan di masyarakat sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan
pola pikir seseorang. Jika disuatu lingkungan tempat tinggal kita banyak hal-hal yang
negatif otomatis dengan seiring berjalannya waktu kita akan terpengaruh oleh
lingkungan tersebut. Sebaliknya lingkungan yang kita tempati banyak yang
memberikan hal-hal positif serta bermannfaat bagi kita otomatis kita juga akan ikut,
45
karena pendidikan bukan hanya didapat di lingkungan sekolah maupun keluarga,
lingkungan masyarakat juga sangat berperan penting dalam proses pendidikan
karakter yang ada di lingkungan sekitar, jika lingkungan tempat tinggal anak banyak
anak yang putus sekolah maka secara tidak langsung akan berpangaruh besar
terhadap anak-anak lainnya.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan dikaitakan dengan
permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat pula dikemukakan saran-saran
yang dapat berguna sebagai bahan pertimbangan atau informasi dalam rangka
mengatasi atau mencegah maupun mengurangi terjadinya lagi anak putus sekolah
yang ada di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.
1. Pemerintah setempat lebih memperhatikan kondisi lingkungan masyarakat
yang ada di daerah dimana kondisi lingkungan social di masyarakat yang
masih begitu banyak anak putus sekolah yang melakukan kegiatan-kegiatan
negatif. Sehingga mempengaruhi anak-anak lainnya yang masih sekolah.
2. Pemerintah lebih memperhatikan anak-anak yang putus sekolah yang ada di
desa tersebut agar kiranya dilakukan sosialisasi atau pembekalan keterampilan
dan skil bagi mereka yang sudah tidak bias lagi melanjutkan kesekolah agar
kiranya mereka juga punya keterampilan sehingga bisa mendatangkan
keuntungan bagi mereka karena sudah dibekali ilmu-ilmu yang mereka dapat.
Dengan pembekalan tersebut membuat mereka mempunyai kegiatan yang
46
positif dan tidak merugikan mereka sendiri selain menambah wawasan juga
dapat membantu pemenuhan kebutuhan bagi keluarganya.
3. Pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para petani dalam hal hasil
panen serta pengadaan lapangan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh
masyarakat sekitar dengan tujuan penambahan kebutuhan hidup mereka.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.
Ahmadi. (2007:6). Psikologi Sosial,Jakarta : Rineka Cipta.
Andi, Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Dewantara (2010:212). Ki Hadjar Dewantara. Jogjakarta: Madjelis-Leluhur
TamanSiswa
Fatmawati Lahama. (2015).Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada
Masyarakat Petani Desa Los Kelurahan Leok 1 Kecamatan Biau Kabupaten
Buol.Skripsi, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
jurusan pendidikan IPS FKIP Universitas Tadulako.
Mulander, Surya. (1996). Dehumanisasi Anak Marginal, Berbagai
PengalamanPemberdayaan.Bandung: Akatiga-Gugus Analisis.
Parjiyono, (2008).“Korelasi Faktor Keluarga Dan Lingkungan Sosial Dengan Prestasi
Belajar Kelas IX Di SMP Negeri 4 Kudus”Jurnal of education 21.
Purwanto, M. Ngalim. 2003.Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Santrock (2003:265). Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Soerjono, (2009:74). Peranan Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru,Rajawali Pers,
Jakarta.
Stroz & Amsyari (1987)“Pengertian Lingkungan Sosial”Jurnal of education 8-9.
Siti Aisyah,dkk “Analisis Faktor Lingkungan Sosial Penyebab Anak Tidak
Melanjutkan Pendidikan Ke SMP Di Desa Setalik”Jurnal of education 6-10.
Sugiyono, (1984:91). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
alfabeta
Sujarweni, (2014: 103). Metode penelitian: Lengkap, praktis, dan mudah dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
48
Sutriadin.(2015).Studi Anak Putus Sekolah Pada Masyarakat Nelayan Desa Lero
Tatari Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala.Skripsi, Program Studi
Pendidikan Geografi jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Tadulako.
Suyanto.(2010). Masalah Sosial Anak. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).
Titik Kamsihyati dkk (2016), “Kajian faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di
Desa Jangrana Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap”Jurnal of education
19-20.
Wulandari, Lstyo. 2011.Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT Taman Kampus
Presindo.
Yuliyatun, (2012).“Pengaruh Lingkungan Sosial DanMotivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIIIMts Al Irsyad Ngawi” Jurnal
of education 6-7.
Yusuf, Syamsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
50
Lampiran 1
SEBARAN ANAK PUTUS SEKOLAH YANG ADA DI DESA BAHONSUAI
KECAMATAN BUMI RAYA KABUPATEN MOROWALI
DUSUN 1
NAMA ANAK PUTUS
SEKOLAH
SebaranAnakPutusSekol
ah
Jumlah
SD SMP SMA
1. RAMLAH 1 1
2. RAHMAN DALEME 1 1
3. RUKMIN 1 1
4. LUKMAN TAHER 1 1
5. ASRI 1 1
6. GERSON 1 1
JUMLAH 2 1 3 6
DUSUN 2
NAMA ANAK PUTUS
SEKOLAH
SebaranAnakPutusSekolah Jumlah
SD SMP SMA
1.. ARPAAT 1 1
2. DAUD TARATU 1 1
JUMLAH 0 2 0 2
DUSUN 3
NAMA ANAK PUTUS
SEKOLAH
SebaranAnakPutusSekolah
Jumlah SD SMP SMA
1. BINTANG 1 1
2. ANTON 1 1
3. RANTI 1 1
4. DAUS 1 1
5. AGUS SETIAWAN 1 1
6. INDRA NUGROHO 1 1
7. ARMIN 1 1
JUMLAH 1 4 2 7
(Sumber:Hasil penelitian di Desa Bahonsuai 23-25 Mei 2019)
51
LAMPIRAN 2
DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN
No Nama Umur PendidikanTerakhir
1. Ramlah 46 SD
2. Rahman Daleme 17 SMA
3. Rukmin 18 SMA
4. Lukman Taher 30 SMP
5. Asri 11 SD
6. Gerson 49 SMA
7. Arpaat 47 SMP
8. Daud Taratu 50 SMP
9. Bintang 60 SMA
10. Anton 60 SMP
11. Ranti 17 SMP
12. Daus 22 SMP
13. Agus Setiawan 30 SD
14. Indra Nugroho 29 SMA
15. Armin 48 SMP
52
Lampiran 3
Wawancara Dengan Masyarakat Tentang Anak Putus Sekolah pada masing-
masing dusun di Desa Bahonsuai
Dusun 1
Menurut saya dampak yang ditimbulkan adanya anak putus sekolah yaitu
bertambahnya tingkat pengangguran, bagaimana tidak anak-anak yang putus sekolah
kesulitan untuk mencari pekerjaan yang menetap dikarenakan tidak adanya skill dan
keahlian khusus, ( wawancara: Ramlah 46 thn 25 Mei 2019)
Dusun 2
Dampak yang ditimbulkan adanya anak yang putus sekolah yaitu bertambahnya
pengangguran yang tinggi, (wawancara: Daud Taratu 50 thn 25 Mei 2019)
Dusun 3
Dampak yang ditimbulkan adanya anak -anak yang putus sekolah adalah tumbuhnya
tingkat pengangguran yang tinggi, ( wawancara: Anton 60 thn 25 Mei 2019).
53
Pedoman Wawancara
Identitas Informan
A. Nama :
B. Pekerjaan :
C. Alamat :
D. Umur :
1. Hal apa saja yang menyebabkan putus sekolah ?
2. Apakah faktor ekonomi juga ikut mempengaruhi anak putus sekolah ?
3. Apakah ada pengaruh faktor lingkungan sosial dengan banyaknya anak putus
sekolah ?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah ?
5. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi anak putus
sekolah ?
61
Tabel Waktu Seminar dan Penelitian
SEMINAR DAN PENELITIAN WAKTU
SEMINAR PROPOSAL 1 April 2019
PENELITIAN 23 Mei sampai Juni 2019
SEMINAR HASIL 1 Oktober 2019
SKRIPSI Oktober 2019
76
BIODATA PENULIS
I. UMUM
1. Nama : Risnawati
2. TempatdanTanggalLahir : Bahonsuai, 10 April 1996
3. JenisKelamin : Perempuan
4. Nama Orang Tua : a. Ayah : Hi. ArsailMohDae, S.Sos
b. Ibu : Hj.Asnah
5. Agama : Islam
6. Alamat : Tondo
II. PENDIDIKAN
1. SD : SDN 1Bahonsuai, Tamat 2008
2. SMP : SMP N 1 Bumi Raya, Tamat 2011
3. SMA : SMA N 1 Bumi Raya, Tamat 2014
4. PerguruanTinggi : UNIVERSITAS TADULAKO