Post on 24-Feb-2023
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
ditentukan oleh kualitas pendidikan yang di negara itu.
Kualitas pendidikan sangat penting dalam menyiapkan
generasi-generasi muda yang terampil dan siap menghadapi
tantangan dunia. Keterampilan dan kecakapan generasi muda
inilah yang dapat membawa negaranya maju dan dapat
bersaing dengan negara lain yang lebih maju.
Keberhasilan pendidikan dapat diketahui dari
ketercapaian belajar peserta didik sesuai tujuan
pembelajaran. Ketercapaian ini dapat diukur melalui
penilaian. Dalam hal ini, peran guru sangat penting dalam
melakukan penilaian. Guru tidak hanya mampu mendidik
tetapi juga mampu memberikan penilaian terhadap
ketercapaian belajar peserta didik. Hal ini sesuai dalam
Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
pasal 1 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik
2
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, dan menilai. Oleh karena itu
sudah jelas bahwa guru mempunyai peran penting dalam
proses penilaian terhadap belajar peserta didik.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
mempertegas Undang-undang No. 14 tahun 2005 bahwa
terdapat delapan standar nasional pendidikan antara lain
standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,
pengelolaan, dan penilaian. Salah satu standar nasional
pendidikan seperti yang telah disebutkan yaitu standar
penilaian. Standar penilaian ini masih dipertegas oleh
Peraturan Mendiknas No. 20 tahun 2007 pasal 1 (1) bahwa
penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar penilaian pendidikan yang berlaku secara
nasional. Jadi jelaslah bahwa di dalam pendidikan itu
tidak hanya terbatas pada interaksi guru dan peserta
didik dalam mencapai tujuan pendidikan melainkan juga
3
terdapat proses penilaian terhadap ketercapaian belajar
peserta didik yang berlaku secara nasional.
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah
assessment, bukan dari istilah evaluation. Menurut Depdikbud
(1994) yang dikutip oleh Zainal Arifin (2011: 4)
penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Endang
Poerwanti, dkk (2008: 1.3) menjelaskan asesmen sebagai
berikut.
Asesmen adalah proses untuk mendapatkan informasidalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasarpengambilan keputusan tentang siswa baik yangmenyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya,iklim sekolah, maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Cece Rakhmat dan Didi Suhedi (1999: 14) juga
mengungkapkan pengertian penilaian yaitu kegiatan
pembuatan keputusan mengenai derajat keberhasilan belajar
masing-masing siswa dan keberhasilan siswa dalam kelas
tersebut secara keseluruhan, serta keberhasilan guru
dalam mengajar. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat
4
disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan untuk memperoleh informasi secara menyeluruh dan
berkesinambungan sebagai dasar pengambilan keputusan
mengenai keberhasilan belajar siswa dan semua aspek yang
berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kemampuan penilaian harus dimiliki oleh guru. Hal
ini dikarenakan penilaian akan digunakan guru untuk
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Setelah
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mencapai kompetensi, hasil dari penilaian dapat digunakan
oleh guru dalam menentukan langkah yang akan diambil
selanjutnya. Langkah ini nantinya dapat digunakan guru
untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
sehingga keberhasilan belajar peserta didik akan semakin
meningkat. Penilaian keberhasilan belajar juga dapat
menjadi motivasi bagi peserta didik untuk meningkatkan
prestasi belajar.
Penilaian keberhasilan belajar peserta didik dapat
diketahui dari hasil pengukuran terhadap pencapaian
5
indikator hasil belajar. Endang Poerwanti, dkk (2008:
1.4) mengemukakan pengertian pengukuran sebagai kegiatan
atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka
pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat yang
digunakan dalam pengukuran yaitu berupa tes dan hasil
dari pengukuran diwujudkan dalam bentuk skor. Bentuk tes
dapat berupa objektif dan uraian.
Kemampuan guru tidak hanya terbatas pada penilaian
melainkan juga pengembangan dari penilaian tersebut. Cara
mengembangkan penilaian dimulai dari menentukan
kompetensi dasar yang akan dinilai. Dari kompetensi dasar
itu akan dijabarkan ke dalam indikator-indikator. Acuan
untuk menentukan sejauh mana peserta didik dalam mencapai
keberhasilan belajar melalui indikator-indikator
tersebut. Oleh karena itu, penjabaran indikator dilakukan
sedetail mungkin sesuai kompetensi yang diharapkan. Hal
ini dapat bermanfaat untuk mempermudah dan memperjelas
guru dalam mengembangkan indikator menjadi butir-butir
soal. sebelum mengembangkan menjadi butir-butir soal,
6
guru harus memilih strategi penilaian apa yang sesuai
untuk menilai indikator yang telah dibuat.
Penilaian yang dilakukan oleh guru di sekolah yaitu
dengan menggunakan tes. Ada yang tes objektif dan ada
pula yang tes uraian atau kedua-duanya. Dalam melakukan
penilaian, guru dihadapkan pada kemampuan untuk membuat
butir-butir tes yang baik. Tes yang baik yaitu yang dapat
memperhatikan syarat-syarat tes. Apabila tes tersebut
dapat memenuhi syarat-syarat tes yang baik maka hal ini
dapat berdampak baik pula bagi pencapaian kompetensi yang
ditentukan dan perkembangan belajar peserta didik. Tes
sebagai alat ukur dalam penilaian yang dilakukan oleh
guru, dapat membedakan antara peserta didik yang
berkemampuan tinggi dengan yang rendah. Hal ini sebagai
dasar guru untuk memberikan tindak lanjut terhadap
ketercapaian belajar setiap peserta didik. Selain itu,
tes juga dibuat dengan kategori yang merata dan
bertingkat, mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang
sukar. Hal tersebut bertujuan agar pola berpikir peserta
didik dapat berkembang.
7
Namun kenyataan yang ada di lapangan, banyak guru
yang dalam pembuatan tes tidak memenuhi syarat-syarat tes
yang baik. Guru juga kurang dapat menjabarkan kompetensi
dasar menjadi indikator-indikator yang jelas sehingga
dalam menentukan sejauh mana peserta didik memahami
pelajaran sesuai komperensi menjadi kurang jelas. Ada
pula yang dalam pembuatan tes terlalu mudah ataupun
terlalu sukar. Tes yang seperti itu kurang baik untuk
perkembangan belajar peserta didik. Tes yang terlalu
mudah dapat menyebabkan peserta didik kurang serius dalam
belajar karena terlalu menyepelekan. Tes yang terlalu
sukar juga kurang baik karena akan menyebabkan peserta
didik menjadi putus asa dan kurang bersemangat dalam
belajar. Hal ini berdampak pada kecenderungan peserta
didik yang akan melakukan hal-hal buruk, salah satunya
yaitu mencontek saat ujian. Guru diharapkan dapat
memperhatikan syarat-syarat dalam pembuatan tes yang baik
sehingga tes dapat berkualitas. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini, penyusun akan meneliti terhadap butir-
8
butir soal yang telah dibuat dengan mempertimbangkan
syarat-syarat tes.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar keefektifan pengecoh butir soal?
2. Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir soal?
3. Apakah butir soal dapat membedakan antara siswa yang
berkemampuan atas dan bawah?
4. Apakah butir soal memenuhi syarat validitas?
5. Apakah soal yang dibuat memenuhi syarat reliabilitas?
BAB IIKAJIAN TEORI
9
A. Pengertian Tes
Istilah tes berasal dari kata testum yang berarti
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (Suharsimi
Arikunto, 2012: 66). Menurut Sugihartono, dkk (2007: 141)
tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana yang telah ditentukan dan
dengan cara serta aturan-aturan yang sudah ditentukan.
James S Cangelosi (1995: 21) yang dikutip oleh Sigit
Suryono (2012) mengemukakan bahwa tes adalah pengukuran
terencana yang dipakai guru untuk mencoba menciptakan
kesempatan bagi para siswanya untuk memperlihatkan
prestasi mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang telah
ditentukan. Selain itu juga Endang Poerwanti, dkk (2008:
1.5) menjelaskan pengertian tes sebagai berikut.
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakanatau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab olehpeserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman danpenguasaannya terhadap cakupan materi yangdipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajarantertentu.
Dari beberapa pengertian tes di atas, dapat
disimpulkan bahwa tes adalah alat yang digunakan oleh
10
guru dalam melakukan penilaian untuk mengetahui dan
mengukur tingkat kemampuan belajar peserta didik dalam
penguasaan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes
berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab peserta
didik dan hasilnya dapat diketahui tingkat ketercapaian
peserta didik. Oleh karena itu, alat ukur jenis tes biasa
digunakan guru untuk mengukur sejauh mana peserta didik
dapat menguasai materi.
Endang Poerwanti, dkk (2008: 4.5-4.12) membedakan
jenis-jenis tes menjadi lima antara lain:
1. Berdasarkan tujuan penyelenggaraan
a. Tes seleksi (Selection test)
Tes seleksi diselenggarakan dengan tujuan untuk
memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan
yang menuntut kemampuan tertentu. Hasil dari tes
seleksi nantinya akan menjadi dasar pertimbangan
peserta dapat dinyatakan lolos atau tidak untuk
mengikuti program kegiatan selanjutnya. Sebagai
contoh yaitu tes seleksi untuk mengikuti olimpiade
matematika. Peserta didik yang berminat mengikuti
11
olimpiade akan mengikuti tes seleksi yang
diselenggarakan sekolah. Apabila peserta didik
berhasil, maka selanjutnya akan dibina untuk dapat
bersaing dalam olimpiade tersebut.
b. Tes penempatan (Placement test)
Salah satu karakteristik peserta didik yaitu
tingkat kemampuan yang dimilikinya berbeda-beda. Di
dalam suatu kelas, kemampuan peserta didik
bermacam-macam, mulai dari yang tinggi, sedang,
maupun rendah. Adanya perbedaan kemampuan dapat
menyebabkan ketidaklancaran dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, tes penempatan
umumnya dilakukan untuk menempatkan pesera didik
pada kelompok yang sesuai tingkat kemampuan yang
dimilikinya.
c. Tes hasil belajar (Achievement test)
Jenis tes yang lebih sering diketahui yaitu tes
hasil belajar. Tes hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh peserta didik mampu
menguasai materi yang telah diajarkan sesuai dengan
12
tujuan pembelajaran. Isi dari tes hasil belajar ini
harus disusun secara jelas agar dapat mengukur
tingkat ketercapaian peserta didik dalam menguasai
materi.
d. Tes diagnostik (Diagnostic test)
Tes diagnostik dirancang untuk menemukan kesulitan
belajar yang dihadapi peserta didik. Apabila telah
ditemukan kesulitannya, selanjutnya dapat dijadikan
dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
sebelumnya dan lebih disesuaikan dengan tingkat
kemampuan peserta didik. Tes diagnostik dilakukan
apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar
peserta didik gagal dalam mengikuti proses
pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil
tes ini akan memberikan informasi tentang konsep
yang belum dipahami dan telah dipahami oleh peserta
didik.
e. Tes uji coba
Guru pasti pernah mengembangkan tes. Pengembangan
tes belum tentu memenuhi kualifikasi sebagai tes
13
yang baik sehingga perlu adanya uji coba untuk
memperoleh informasi mengenai validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda dan juga
segi lain yang meliputi kecukupan waktu, kejelasan
tulisan maupun bahasa, perintah tes, dan lain-lain.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis,
termasuk tes uji coba. Hal tersebut karena pada
penelitian ini, penulis melakukan pengembangan penilaian
yang dijabarkan ke dalam indikator untuk menyusun butir-
butir tes. Butir-butir tes ini selanjutnya akan
diujicobakan ke peserta didik untuk mendapatkan informasi
mengenai tingkat kesukaran butir tes yang dibuat,
keefektifan pengecoh, daya beda, validitas, dan
reliabilitas.
2. Berdasarkan waktu penyelenggaraan
a. Tes masuk (Entrance test)
Tes masuk dilakukan pada saat menjelang suatu
program pembelajaran baru. Tes masuk sama halnya
dengan tes seleksi yaitu mengetahui dan menentukan
peserta yang berhasil untuk melanjutkan program
14
kegiatan selanjutnya.tes masuk dirancang sesuai
dengan tujuan program pembelajaran. Semakin sesuai
isi tes masuk dengan pokok program pembelajaran,
makan akan semakin tinggi tingkat relevansi dan
keefektifan dari tes masuk tersebut.
b. Tes formatif (Formative test)
Tes formatif dilakukan pada saat program
pembelajaran sedang berlangsung. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui jalannya pembelajaran sampai tahap
tertentu. Tes ini dilakukan secara periodik
sepanjang rentang proses pembelajaran. Materi tes
yang dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap
pokok bahasan atau sub materi. Jadi, tes formatif
digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar dan
untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
c. Tes sumatif (Summative test)
Tes sumatif dilakukan untuk mengetahui hasil
pembelajaran secara keseluruhan. Hal tersebut
berarti bahwa item tes sumatif mencakup seluruh
materi yang telah disampaikan. Hasil tes ini
15
sebagai dasar untuk menentukan keberhasilan peserta
didik dalam belajar. Tingkat keberhasilan dapat
dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian
sertifikat, dan lain-lain.
d. Pra-tes dan post-test
Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik di
awal pembelajaran, kadang-kadang guru akan
melakukan tes yang disebut pra-tes. Hasil pra-tes
ini dapat digunakan untuk mengetahui dan menentukan
sejauh mana kemajuan peserta didik di dalam
belajar. Kemajuan ini dapat dilihat dengan
membandingkan tes di akhir pembelajaran. Tes di
akhir pembelajaran disebut post-tes.
Dilihat dari jenis-jenis tes berdasarkan waktu
penyelenggaraan, penelitian yang dilakukan oleh penyusun
cenderung termasuk tes formatif. Hal ini karena soal yang
diujicobakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
belajar peserta didik dalam menguasai kompetensi dasar
tertentu. Dalam hal ini dipilih kompetensi dasar mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V semester 1
16
yaitu mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam,
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan
pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan
lingkungan sekitar..
3. Berdasarkan cara mengerjakan
a. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara
tertulis baik soal maupun jawabannya. Tes yang
soalnya berupa lisan sedangkan jawabannya
dikerjakan secara tertulis masih dapat
dikategorikan ke dalam tes tertulis. Lain halnya
apabila soal disampaikan secara tertulis namun
jawaban disampaikan secara lisan, tidak dapat
dikategorikan ke dalam tes tertulis.
b. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang dilakukan secara lisan
baik soal maupun jawabannya. Hasil dari tes lisan
biasanya hanya menjadi pelengkap dari instrumen
asesmen yang lain karena tes lisan relative tidak
memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku.
17
c. Tes unjuk kerja
Tes unjuk kerja biasanya peserta didik diminta
untuk melakukan sesuatu sebgai indikator pencapaian
kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
Apabila dilihat berdasarkan cara mengerjakan, tes
yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk tes
tertulis. Hal ini karena soal tes dan jawaban yang
diberikan peserta didik dilakukan secara tertulis.
4. Berdasarkan cara penyusunan
a. Tes buatan guru (Teacher-made test)
Dalam melakukan evaluasi, seorang guru harus dapat
mengembangkan alat ukur, salah satunya melalui tes.
Tes yang dikembangkan oleh guru disebut tes buatan
guru. Jadi, tes buatan guru adalah tes yang
dirancang dan dikembangkan oleh guru yang mengacu
pada karakteristik tes yang baik, dan dilakukan
secara cermat, serta tetap menjamin validitas dan
reliabilitasnya.
18
b. Tes terstandar (Standardized test)
Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan
mengikuti prosedur serta prinsip pengembangan tes
secara ketat. Semua prosedur pengembangan tes
diikuti sehingga karakteristik tes yang baik dapat
dipenuhi.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji coba butir-
butir tes yang telah dikembangkan sendiri oleh penulis.
Oleh karena itu, apabila dilihat berdasarkan cara
penyusunan, tes termasuk tes buatan guru karena
dikembangkan sendiri dengan mengacu karakteristik tes
yang baik. Dari segi bahasa, penulis mencoba
mengembangkan butir-butir soal dengan menggunakan bahasa
yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik. Selain
itu juga memperhatikan cara menyusun pengecoh yang baik.
5. Berdasarkan bentuk jawaban
a. Tes esei (Essay-type test)
Tes esei atau tes dalam bentuk uraian adalah tes
yang menuntut peserta didik mengorganisasikan
gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajari
19
dengan cara mengemukakan dalam bentuk tulisan.
Keungggulan tes uraian, guru dapat mengetahui
kemampuan peserta didik dalam mengemukakan
pendapat, mengorganisasikan pikirannya, dan
mengungkapkan gagasan melalui kata-kata atau
kalimat sendiri.
b. Tes jawaban pendek
Tes jawaban pendek adalah tes yang peserta didiknya
hanya memberikan jawaban-jawaban pendek dalam
bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas,
maupun angka-angka. Tes jenis ini termasuk tes yang
mengisi bagian kosong dari sebuah kalimat atau teks
sehingga diharapkan peserta tes dapat menjawab
sesingkat mungkin.
c. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi
yang diperlukan untuk menjawab tes sudah tersedia.
Tes ini disebut juga tes pilihan jawaban. Tes
objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya
dapat dilakukan secara objektif sehingga pemberian
20
skor dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Tes
objektif hanya memberikan jawaban benar dan salah
sehingga penilaian tidak bergradasi. Variasi tes
objektif antara lain benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.
Dari berbagai jenis tes berdasarkan bentuk jawaban,
tes dalam penelitian ini termasuk tes objektif yaitu
pilihan ganda, jawaban pendek, dan esei. Pilihan ganda
biasanya lebih sering digunakan oleh guru. Tes pilihan
ganda menurut Sumadi Suryabrata (2004: 85) yaitu tes yang
terdiri batang tubuh soal (stem), yang berupa pertanyaan
pengantar atau pernyataan tidak lengkap, dan dua atau
lebih kemungkinan jawaban. Suharsimi Arikunto (2012: 183)
juga memberikan penjelasan tentang tes pilihan ganda. Tes
pilihan ganda yaitu tes yang terdiri atas suatu
keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian
yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih
satu dari beberapa kemungkinan. Kemungkinan jawaban yang
benar disebut jawaban (kunci), dan yang lainnya disebut
21
pengecoh (distractors). Kesemua kemungkinan jawaban dalam
bahasa Inggris disebut option.
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai
berikut (H. Sujati, 2010: 22-23):
1. Pokok soal atau stem harus dirumuskan secarajelas sehingga mudah dipahami maknanya oleh siswa.
2. Hindari pernyataan negatif pada pokok soal ataustem.
3. Usahakan option atau kemungkinan jawabanbersifat homogeny atau sejenis.
4. Di antara option harus ada satu jawaban yangbenar atau tepat.
5. Pengecoh harus berfungsi bukan asal ada.6. Hindari adanya semacam petunjuk terhadapjawaban yang benar.
7. Apabila option berbentuk angka susunlah mulai
dari angka terkecil.
Menurut Zainal Arifin (2011: 143) menyebutkan
beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal dalam
bentuk pilihan ganda antara lain:
1. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikatorsoal.
2. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.3. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan
dengan apa yang sudah dipelajari peserta didik.4. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan
persoalan yang jelas dan berarti.
22
5. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakankesatuan kalimat yang tidak terputus.
6. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogeny, danlogis.
7. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebihpendek daripada itemnya.
8. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudahdiasosiasikan.
9. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangansistematis.
10. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar.
Dalam kumpulan materi yang dihimpun oleh H. Sujati
(2010: 23) menambahkan langkah-langkah penyusunan alat
penilaian sebagai berikut:
1. Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapatditentukan lingkup pertanyaan, terutama materipelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya.
2. Merumuskan tujuan dan indikator keberhasilanbelajar agar mudah dalam menentukan materi yangakan diujikan.
3. Membuat kisi-kisi atau blue print alat penilaian.Dalam kisi-kisi harus tampak kemampuan yangdiukur, lingkup materi/bahan yang diujikan,tingkat kesulitan soal, jenis alat penilaian yangdigunakan, jumlah soal.pertanyaan, dan perkiraanwaktu yang diperlukan untuk mengerjakansoal/pertanyaan tersebut.
4. Menulis soal-soal/pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam penulisan soal,perhatikan aturan penulisan soal sebagai alatpenilaian hasil belajar.
23
5. Membuat kunci jawaban soal agar pemeriksamempunyai pemahaman dan kriteria yang sama atasjawaban yang diberikan siswa.
Tes pilihan ganda memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapaun kelebihan dari tes pilihan ganda yaitu:
1. Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
dan objektif.
2. Dapat menilai kemampuan peserta didik dari aspek
kognitif.
3. Dapat mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan
domain yang dikehendaki.
4. Semua indikator dapat terwakili.
5. Dapat digunakan berulang-ulang.
6. Cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak.
Dari beberapa kelebihan, tes pilihan ganda juga terdapat
kelemahannya yaitu:
1. Cenderung menekankan pada aspek kognitif saja.
2. Membutuhkan waktu lama untuk membuat soal yang benar-
benar baik.
3. Membiasakan peserta didik berpikir untung-untungan
dari tebakan.
24
4. Kurang memacu peserta didik berpikir analisis.
5. Kurang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa peserta
didik, mengemukakan gagasan, dan pemecahan masalah
melalui tulisan.
B. Syarat-syarat Tes
1. Keefektifan Pengecoh
Soal pilihan ganda terdapat alternatif jawaban
(opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik
yaitu pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta
didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang
kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata
Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik
yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah
ideal. Menurut Zainal Arifin (2011, 279) indeks pengecoh
dapat dihitung dengan rumus:
IP= P(N−B )/ (n−1 )
×100%
25
Keterangan:IP = indeks pengecohP = jumlah peserta didik yang memilih pengecohN = jumlah peserta didik yang ikut tesB = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiapsoaln = jumlah alternatif jawaban (opsi)1 = bilangan tetap
Adapun kualitas pengecoh berdasar indeks pengecoh
(Zainal Arifin, 2011: 280) adalah:
Sangat baik IP= 76% - 125%Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%Kurang baik IP= 26% - 50% atau 151 % - 175%Jelek IP = 0% - 25% atau 176 %- 200% Sangat jelek IP = lebih dari 200%
Selain itu juga terdapat langkah-langkah untuk
mengetahui apakah suatu opsi (alternative jawaban) dari
setiap soal berfungsi secara efektif atau tidak. Langkah-
langkahnya sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah peserta didik (N)
b.Menentukan jumlah sampel (n), baik untuk kelompok
atas maupun kelompok bawah, yaitu 27% x N.
c. Membuat tabel pengujian efektivitas opsi sebagai
berikut:
Opsi
a b c D e
26
KelompokAtasBawah
d.Menghitung jumlah alternatif jawaban yang dipilih
peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun
kelompok bawah.
e.Menentukan efektivitas fungsi opsi dengan kriteria:
1) Untuk opsi kunci:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah
berada di antara 25% - 75%.
b) Rumusnya:
∑ PKA+∑PKBn1+n2
×100%
Keterangan:PKA = jumlah pemilih kelompok atasPKB = jumlah pemilih kelompok bawahn1 = jumlah sampel kelompok atas (27%)n2 = jumlah sampel kelompok bawah (27%)
c) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih besar
daripada jumlah pemilih kelompok bawah.
2) Untuk opsi pengecoh:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah
tidak kurang dari:
27
25 %× 12 (∑d )
× (Ka + Kb )
Keterangan:d = jumlah opsi pengecohKa = kelompok atasKb = kelompok bawah
b) Jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih besar
daripada jumlah pemilih kelompok atas.
Suharsimi Arikunto (2012: 234) mengemukakan
pendapatnya bahwa suatu distraktor (pengecoh) dapat
dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh
5% pengikut tes. Dari dua pendapat yang berbeda, dalam
penelitian ini, untuk mengetahui keefektifan pengecoh
menggunakan pendapat Suharsimi Arikunto. Hal ini juga
disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang diteliti
sebanyak 20 orang. Jumlah ini menurut Suharsimi Arikunto
(2012) termasuk kelompok kecil sehingga tidak membutuhkan
sampel 27% seperti yang dikemukakan Zainal Arifin (2011)
didalam rumusnya, melainkan cukup membagi jumlah tersebut
menjadi dua yaitu 5% kelompok atas dan 50% kelompok
bawah.
28
2. Indeks Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa
besar derajat kesukaran suatu soal (Zainal Arifin, 2011:
266). Soal yang baik yaitu yang memiliki tingkat
kesukarannya seimbang. Soal tes hendaknya tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Sebagai contoh, sebuah
soal sebaiknya memiliki proporsi penyebaran 25% sukar,
50% sedang, dan 25% mudah (Cece Rakhmat dan Didi Suherdi,
1999: 69). Saifuddin Azwar (2012: 134) juga menambahkan
bahwa indeks kesukaran item merupakan rasio antara
penjawab dengan benar dan banyaknya penjawab item. Untuk
menghitung tingkat kesukaran butir soal dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus (H. Sujati, 2012) :
Keterangan:P = indeks kesukaran soalB = subjek yang menjawab soal benarS = jumlah subjek yang mengikuti tes
Untuk kategori tingkat kesukaran antara sebagai berikut:
No. Skor Kategori1. ≥ 0, 80 Mudah2. 0,35 – 0,79 Sedang
P = BS
29
3. ≤ 0,34 Sukar
3. Daya Beda
Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 226) daya pembeda
soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Semakin tinggi
koefisien daya pembeda suatu butir soal, maka semakin
mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik
yang mampu menguasai kompetensi (pandai) dengan yang
kurang menguasai kompetensi (bodoh).
Penentuan daya beda dilakukan dengan cara seluruh
pengikut tes dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok
atas (pandai) dan kelompok bawah (bodoh). Untuk
menentukan daya beda pada kelompok kecil (kurang dari
100) dengan cara seluruh kelompok testee dibagi menjadi
dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari skor teratas
sampai skor terbawah, lalu dibagi menjadi dua (Suharsimi
Arikunto, 2012: 227). Untuk kelompok besar (100 orang ke
atas) dilakukan dengan cara mengambil kedua kutubnya saja
30
yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor
terbawah sebagai kelompok bawah.
Untuk menghitung daya beda menggunakan rumus (H.
Sujati, 2012):
D = Pu-Pl
Keterangan:D = daya bedaPu = proporsi kelompok atas yang menjawab benarPl = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori Daya Beda
No. Skor Kategori1. 1, 00 Sangat baik2. 0,80 – 0, 99 Baik3. 0, 56 - 0, 79 Sedang4. 0, 55 Kurang
4. Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:
121). Alat ukur dikatakan valid/sahih apabila dapat
mengungkapkan secara cermat apa yang seharusnya diukur.
Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999: 187) juga
31
menambahkan bahwa yang dimaksud validitas/kesahihan
adalah ketepatan suatu tes dalam menghasilkan data atau
informasi yang relevan dengan tujuan atau keputusan yang
akan dibuat.
Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999:187-200)
membedakan jenis-jenis validitas/kesahihan menjadi tiga
antara lain:
a.Kesahihan isi (content validity)
Kesahihan isi sangat penting di dalam tes hasil
belajar yaitu untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik menguasai materi yang telah diajarkan dan
perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada
diri peserta didik setelah mengalami proses
pembelajaran tertentu. Pengujian kesahihan isi
dilakukan secara logis dan rasional dengan cara
menimbang kesesuaian setiap soal dengan indikator
sehingga acuan dalam penimbangan soal adalah ruang
lingkup materi dan indikator yang diwujudkan dalam
bentuk kisi-kisi tes. Di dalam kisi-kis tes terdapat
indikator, banyak butir, dan nomor butir. Jadi kisi-
32
kisi tes sebagai pedoman dalam pembuatan butir-butir
tes. Adanya kisi-kisi tes maka pengujian validitas
dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
b.Kesahihan konstruk (construct validity)
Kesahihan konstruk digunakan dalam tes psikologi
yang akan menunjukkan sejauh mana tes dapat mengukur
konstruk yang dimaksud. Konstruk merupakan kualitas
psikologi yang secara teoritis tercakup dalam aspek
perilaku. Contohnya konstruk tentang konsep
intelegensi. Analisis kesahihan konstruk dilakukan
secara rasional maupun empirik. Analisis rasional
dilakukan dengan cara menimbang kesesuaian butir-
butir soal dengan konstruk yang dimaksud sedangkan
analisis empiris dengan teknis analisis faktor.
c.Kesahihan kriteria (criterion validity)
Kesahihan kriteria diuji secara empirik dengan
menggunakan tolak ukur eksternal sebagai patokannya.
Proses pengujiannya dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor tes yang akan divalidasikan
dengan skor tes yang dijadikan kriterianya. Apabila
33
kriteria yang digunakan berupa prestasi atau
perilaku mendatang maka validitasnya disebut
validitas prediktif. Validitas prediktif menunjukkan
tingkat ketepatan skor tes dalam memprediksikan
prestasi mendatang. Apabila kriterianya berupa
perilaku saat ini juga maka disebut concurrent validity
atau congruent validity.
Zainal Arifin (2011: 248-258) juga membedakan jenis-
jenis validitas menjadi lima sebagai berikut:
a.Validitas permukaan
Validitas permukaan hanya melihat dari sisi muka
atau tampang dari instrumen itu sendiri. Apabila
suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk
mengukur apa yang harus diukur, maka tes tersebut
sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas
permukaan.
b.Validitas isi
Validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil
belajar. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik menguasai mata pelajaran yang telah
34
disampaikan dan perubahan-perubahan psikologis apa
yang timbul pada diri peserta didik setelah
mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika dilihat
dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar,
maka validitas isi disebut juga validitas kurikuler
dan perumusan. Validitas kurikuler berkaitan dengan
pertanyaan apakah materi tes relevan dengan
kurikulum yang sudah ditentukan. Validitas kurikuler
dapat dilakukan dengan cara mencocokkan materi tes
dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi
dengan sesame pendidik, atau mencermati kembali
substansi dari konsep yang akan diukur. Validitas
perumusan berkaitan dengan pertanyaan apakah aspek-
aspek dalam soal-soal itu benar-benar tercakup dalam
perumusan tentang apa yang akan diukur.
c.Validitas empiris
Validitas empiris biasanya menggunakan teknik
statistik yaitu analisis korelasi. Validitas ini
mencari hubungan antara skor tes dengan suatu
kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di
35
luar tes yang bersangkutan. Kriteria tersebut harus
relevan dengan apa yang akan diukur. Ada tiga macam
validitas empiris yaitu validitas prediktif,
kongruen, dan sejenis. Validitas prediktif adalah
jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk
meramalkan prestasi belajar murid di masa yang akan
datang. Validitas kongruen adalah jika kriteria
standarnya berlainan. Misalnya skor tes bahasa
Inggris dikorelasikan dengan skor tes bahasa
Indonesia. Sebaliknya, jika kriteria standarnya
sejenis maka validitas tersebut disebut validitas
sejenis.
d.Validitas konstruk
Konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi dan
diukur. Validitas ini disebut juga validitas logis.
Validitas konstruk banyak dikenal dan digunakan
dalam tes-tes psikologi untuk mengukur gejala
perilaku yang abstrak.
e.Validitas faktor
36
Penilaian hasil belajar sering menggunakan skala
pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri atas
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh
berdasarkan indikator dari variabel yang diukur
sesuai dengan apa yang terungkap dalam konstruksi
teoritisnya. Kriterium yang digunakan dalam
validitas faktor dapat diketahui dengan menghitung
homogenitas skor setiap faktor dengan total skor dan
antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari
faktor yang lain.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan validitas
isi. Seperti yang telah dijelaskan, validitas isi
digunakan untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
peserta didik dapat menguasai materi yang telah
diajarkan. Untuk mengetahui ketercapaian peserta didik
menguasai materi, maka dari kompetensi dasar akan
dijabarkan ke dalam indikator-indikator yang jelas agar
dalam proses penilaian juga menjadi jelas. Sebagai acuan
penilaian ini yaitu kisi-kisi tes yang berisi indikator,
jumlah butir, dan nomor butir.
37
Penelitian ini mengambil mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas V semester 1 dengan kompetensi
dasar yaitu mengidentifikasi perubahan yang terjadi di
alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan
pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan
lingkungan sekitar. Adapun kisi-kisi tes sebagai
berikut:
Kisi-Kisi Tes
No. Indikator Banyak
Butir
Nomor Butir
Objektif
Jawaban
Singkat
Esai
38
1.
Menentukan zatyang dibutuhkanmanusia untukbernafas.
1 1 0 0
2.Menyebutkansifat-sifat zatgas.
1 2 0 0
3.Menyebutkansifat-sifat zatcair.
5 3 12,16, 17 23
4.
Menyebutkanbenda-bendayang termasukzat padat.
1 4 0 0
5.Menentukanperubahan wujudbenda. 7 5
11,13,14,15
21, 22
6.
Menyebutkanperistiwaperubahanbenda.
2 6, 7 0 0
7.
Menyebutkancontohpelestarianalam.
5 9 18, 19 24, 25
8.Menyebutkancontohperusakan alam.
3 8, 10 20 0
Jumlah 10 10 5
Untuk menghitung indeks validitas tes pada pilihan
ganda digunakan rumus (H. Sujati, 2012):
Indeks validitas (γ) = Mp−MtSd √pq
39
Keterangan:γ = koefisien validitas yang dicariMp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul pada
item yang dicari validitasnya.Mt = rerata skor totalSd = simpangan baku
√∑ X2
N −(∑ XN )
2
p = proporsi siswa yang menjawab butir soal itu benar
p=banyaknya siswa yang benarjumlah seluruh siswa
q = proporsi siswa yang menjawab butir soal itu salah(q= 1 – p)
Skor butir soal dikatakan memiliki validitas yang
memuaskan apabila indeks validitas 0,3 (Saifuddin Azwar,
2012: 179). Jadi, apabila skor butir hasil penghitungan
berada di bawah atau kurang dari 0,30 maka butir soal
tersebut tidak valid.
5. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi
dari suatu instrumen (Zainal Arifin, 2011: 258). Suatu
tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu memberikan
hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama
pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Menurut Gronlund
40
(1985) dalam Zainal Arifin (2011: 258) mengemukakan ada
empat faktor yang mempengaruhi reliabilitas, antara lain:
a.Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada
kecenderungan semakin panjang suatu tes, tingkat
reliabilitas juga akan tinggi.
b.Sebaran skor. Besarnya sebaran skor akan membuat
tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi karena
koefisien reliabilitas yang lebih besar diperoleh
ketika peserta didik tetap pada posisi yang relative
sama dalam satu kelompok pengujian ke pengujian
berikutnya.
c.Tingkat kesukaran. Pada penilaian yang menggunakan
pendekatan penilaian acuan normal, soal yang mudah
maupun yang sukar cenderung menghasilkan tingkat
reliabilitas yang rendah karena keduanya berada pada
sebaran skor yang terbatas. Tingkat kesukaran soal
yang ideal untuk meningkatkan koefisien reliabilitas
adalah soal yang menghasilkan sebaran skor berbentuk
kurva normal.
41
d.Objektivitas menunjukkan skor tes kemampuan yang
sama antara peserta didik yang satu dengan lainnya.
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain (Sugiyono, 2009: 130-132):
a.Test-retest
Uji reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen
beberapa kali pada responden. Instrumen yang dibuat
sama, responden sama, dan waktu berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan berikutnya. Bila koefisien
korelasi positif dan signifikan maka instrumen
dinyatakan reliabel.
b.Ekuivalen
Pengujian dilakukan dengan cara sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu
sama, dan instrumen berbeda. Reliabilitas dihitung
dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen
yang satu dengan data instrumen yang dijadikan
equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan,
maka instrumen tersebut reliabel.
42
c.Gabungan
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang.
d.Internal consistency
Uji reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu, antara lain:
1) Rumus Spearman Brown
ri=2rb
1+rb
Keterangan:ri = reliabilitas internal seluruh instrumenrb = korelasi product momen antara belahan
pertama dan kedua
2) Rumus KR.20 (Kuder Richardson)
43
ri=k
(k−1) {s2−∑ piqi
s2 }Keterangan:k = jumlah item dalam instrumenpi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab
pada item 1qi = 1 - pi
s2 = varians total
3) Rumus KR.21
ri=k
(k−1) √1−M(k−M)
ks2
Keterangan:k = jumlah item dalam instrumenM = mean skor totals2 = varians total
4) Analisis varians Hoyt (Anova Hoyt)
ri=1−MKeMKs
Keterangan:MKs = mean kuadrat antara subjekMKe = mean kuadrat kesalahanri = reliabilitas instrumen
Menurut Feldt & Brennan (1989: 106) yang dikutip
oleh Friyatmi (2012) menyatakan bahwa suatu instrumen
sudah dianggap reliabel jika memiliki koefisien
reliabilitas minimal 0,7. Pernyataan tersebut juga
44
diperkuat oleh Kaplan (1982: 106) yang dikutip oleh S.
Eko Putro Widoyoko (2010: 155) mengemukakan bahwa harga
kritik atau standar reliabilitas untuk indeks
reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya bahwa suatu
instrumen dikatakan reliabel sekurang-kurangnya bernilai
0,7.
BAB III
45
HASIL UJI COBA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba
Uji coba tes dilakukan di SD Negeri Deresan yang
beralamat di Jalan Cempaka RT 014/05, Condongcatur,
Depok, Yogyakarta. Peserta tes yaitu kelas V yang
berjumlah 31 siswa. Hasil uji coba tes IPA yaitu sebagai
berikut:
No.
B1 B2 B3
B4 B5 B6 B7
B8
B9
B10
X X2 KET.
1. 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B2. 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 64 A3. 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 49 B4. 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9 C5. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A6. 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 49 B7. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 B8. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 64 A9. 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 49 B10.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
11.
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
12.
1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16 C
13.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
14.
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
15.
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
46
16.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
17.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
18.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
19.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
20.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
21.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
22.
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 A
23.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
24.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
25.
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
26.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
27.
1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36 B
28.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
29.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
30.
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81 A
31.
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
Jumlah 253
2149
B. Pembahasan
47
1. Keefektifan pengecoh
Butir 1
Distribusi Jawaban Peserta Didika b* c d
Kelompok Atas 0 22 0 0Kelompok Bawah 0 9 0 0Persentase 0% * 0% 0%
Kategori Tidakefektif * Tidak
efektifTidak
efektifSesuai pernyataan Zainal Arifin (2011) bahwa butir
soal yang baik itu pengecohnya akan dipilih secara merata
oleh peserta didik yang menjawab salah. Pada butir 1
menunjukkan pengecoh tidak dipilih secara merata sehingga
butir tersebut dapat dikatakan tidak baik. Apabila
dilihat pengecoh satu per satu dapat diketahui bahwa
pengecoh a, c, dan d sama sekali tidak ada yang memilih
sehingga pengecoh tersebut tidak efektif karena isinya
yang tidak relevan atau kalimat yang tidak tersusun
dengan baik sehingga tampak jelas sebagai pilihan yang
salah.
Butir 2
Distribusi Jawaban Peserta Didika* b c d
Kelompok Atas 22 0 0 0
48
Kelompok Bawah 9 0 0 0Persentase * 0% 0% 0%
Kategori *Tidakefekti
f
Tidakefektif
Tidakefektif
Butir 2 menunjukkan pengecoh tidak dipilih secara
merata sehingga butir tersebut dapat dikatakan tidak
baik. Dilihat pengecoh satu per satu dapat diketahui
bahwa pengecoh a, c, dan d tidak efektif karena sama
sekali tidak ada yang memilih. Hal ini dapat dikarenakan
isinya yang tidak relevan atau kalimat yang tidak
tersusun dengan baik sehingga tampak jelas sebagai
pilihan yang salah.
Butir 3
Distribusi Jawaban Peserta Didika b c d*
Kelompok Atas 2 1 0 19Kelompok Bawah 2 0 1 6Persentase 20% 5% 5% *
Kategori Efektif
Efektif Efektif *
Pada tabel terlihat bahwa distribusi jawaban peserta
didik terhadap pengecoh merata. Hal ini ditunjukkan oleh
pengecoh a, b, c dan d dipilih oleh peserta didik. Dapat
dikatakan bahwa butir 3 ini mampu mengecoh siswa.
49
Pengecoh a efektif karena dapat mengecoh sebesar 20%.
Pengecoh b dan c efektif karena dapat mengecoh sebesar 5%
seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto. Menurut
Suharsimi Arikunto (2012) menjelaskan bahwa pengecoh
berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5%
dari pengikut tes.
Butir 4
Distribusi Jawaban Peserta Didika b c* D
Kelompok Atas 1 0 20 1Kelompok Bawah 0 0 8 1Persentase 5% 0% * 10%
Kategori Efektif
Tidakefektif
* Efektif
Butir 4 menunjukkan bahwa pengecoh a dapat mengecoh
sebesar 5% dan pengecoh d dapat mengecoh sebesar 10%.
Sedangkan pengecoh b tidak efektif karena tidak ada
satupun siswa yang memilih pengecoh b.
Butir 5
Distribusi Jawaban Peserta Didika* b c d
50
Kelompok Atas 20 0 2 0Kelompok Bawah 4 0 3 2Persentase * 0% 25% 10%
Kategori *Tidakefekti
fEfektif Efektif
Sama seperti butir nomor 4, butir nomor 5 memiliki 2
pengecoh yang efektif yaitu pengecoh c dan d dan memiliki
satu pengecoh yang tidak efektif yaitu pengecoh b.
Pengecoh c mampu mengecoh sebesar 25%, pengecoh d mampu
mengecoh sebesar 10%. Sedangkan pengecoh b tidak ada
siswa yang memilihnya sehingga pengecoh tersebut tidak
efektif.
Butir 6
Distribusi Jawaban Peserta Didika* b c d
Kelompok Atas 22 0 0 0Kelompok Bawah 8 0 1 0Persentase * 0% 5% 0%
Kategori *TidakEfekti
fEfektif Tidak
efektif
Butir soal nomor 6 ada dua pengecoh yang tidak
efektif karena tidak ada satu pun yang memilih opsi
tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa pengecoh tersebut
51
tampak jelas sebagai pilihan yang salah. Pengecoh c
berfungsi efektif. Pengecoh c dapat mengecoh sebesar 5%.
Apabila dilihat secara keseluruhan pengecoh, butir soal
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai soal yang baik
karena pengecoh tidak dipilih secara merata oleh peserta
tes (peserta didik).
Butir 7
Distribusi Jawaban Peserta Didika b c* d
Kelompok Atas 8 5 9 0Kelompok Bawah 5 2 1 1Persentase 65% 35% * 5%
Kategori Efektif
Efektif * Efektif
Pada tabel dapat dilihat bahwa semua pengecoh
berfungsi efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penghitungan yang menunjukkan bahwa pengecoh a sebesar
65% dan b dapat mengecoh sebesar 35% sedangkan pengecoh d
sebesar 5%. Hal tersebut lebih besar dari standar
keefektifan pengecoh yaitu sebesar 5% dari seluruh
peserta didik yang mengikuti tes. Distribusi jawaban juga
52
secara merata dipilih oleh peserta didik yang menjawab
salah dan lebih banyak kelompok bawah yang terkecoh.
Jadi, butir soal nomor 7 termasuk soal yang baik.
Butir 8
Distribusi Jawaban Peserta Didika b c d
Kelompok Atas 0 0 0 22Kelompok Bawah 2 1 2 4Persentase 10% 5% 10% *
Kategori Efektif Efektif Efektif *
Pada tabel di atas menujukkan ketiga pengecoh yaitu
a, b dan c dapat berfungsi efektif karena pada pengecoh
tersebut ada yang memilih baik dari kelompok atas maupun
bawah. Pengecoh a dan c berfungsi efektif yang dapat
mengecoh peserta didik yang menjawab salah sebesar 10%.
Pemilih pengecoh b juga efektif yang mampu mengecoh siswa
sebesar 5%. Selain itu, distribusi jawaban merata
keseluruh pengecoh sehingga dapat disimpulkan bahwa butir
soal nomor 8 termasuk soal yang baik.
Butir 9
Distribusi Jawaban Peserta Didika b* c d
Kelompok Atas 4 18 0 0
53
Kelompok Bawah 3 4 0 2Persentase 35% * 0% 10%
Kategori Efektif * Tidak
efektif Efektif
Butir nomor 9 menunjukkan ketidak efektifan dari
semua pengecoh. Pengecoh a dapat mengecoh sebesar 35%,
pengecoh d sebesar 10%. Sedangkan pengecoh c tidak
efektif. Distribusi jawaban tidak merata tidak dipilih
oleh seluruh peserta didik yang menjawab salah. Secara
keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 9
termasuk soal yang tidak baik.
Butir 10
Distribusi Jawaban Peserta Didika b c d*
Kelompok Atas 1 0 0 1Kelompok Bawah 1 2 1 3Persentase 10% 10% 5% *
Kategori Efektif
Efektif Efektif *
Sama halnya dengan butir soal nomor 8, butir nomor
10 juga menunjukkan keefektifan semua pengecoh. Pada
tabel dapat dilihat bahwa penegcoh a dapat mengecoh
sebesar 10%, pengecohbc sebesar 10%, dan pengecoh c
sebesar 5%. Angka tersebut lebih besar atau sama dengan
54
5% keseluruhan peserta didik yang mengikuti tes. Terdapat
adanya distribusi jawaban yang merata terhadap semua
pengecoh dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut
baik.
2. Indeks kesukaran
IndeksKesukaran
Butir
HasilPenghitungan Kategori
B1 1 MudahB2 1 MudahB3 0,81 MudahB4 0,90 MudahB5 0,77 SedangB6 0,97 MudahB7 0,32 SukarB8 0,84 MudahB9 0,71 SedangB10 0,84 Mudah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indeks
kesukaran butir soal meliputi kategori mudah, sedang, dan
sukar. Keseluruhan butir soal, indeks kesukarannya yaitu
mudah. Hal ini dapat dilihat dari butir soal yang
55
berkategori mudah berjumlah 7, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6,
8 dan 10. Butir soal yang kategorinya sedang yaitu butir
soal nomor 5 dan 9. Hal ini disebabkan hampir seluruh
siswa mampu menjawab soal dengan benar. Untuk butir soal
yang sukar yaitu nomor 7. Butir soal nomor 7 hanya dapat
dijawab benar oleh 10 siswa. Dari data tersebut, soal
yang digunakan dalam penelitian ini termasuk soal yang
kurang baik karena mayoritas soal mudah dan dapat dijawab
benar oleh kebanyakan siswa. Sesuai pada pendapat Cece
Rakhmat dan Didi Suherdi (1999) yang menyatakan bahwa
soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah dan memiliki proporsi penyebaran 25% sukar, 50%
sedang, dan 25% mudah. Dari tabel di atas telah
ditunjukkan bahwa soal terlalu mudah tidak sesuai
proporsi penyebaran yang telah diungkapkan di atas.
3. Daya beda
Daya BedaButir
HasilPenghitungan
Kategori
B1 0, 84 Baik
56
B2 0, 84 BaikB3 0, 84 BaikB4 0,77 SedangB5 1, 03 Sangat baikB6 0,90 BaikB7 0,52 KurangB8 1,16 Sangat baikB9 0, 90 BaikB10 1, 03 Sangat baik
Daya beda merupakan kemampuan butir untuk membedakan
peserta tes antara kelompok atas dengan kelompok bawah.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di bab sebelumnya
yaitu semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir
soal, maka semakin mampu butir soal tersebut membedakan
antara peserta didik yang mampu menguasai kompetensi
(pandai) dengan yang kurang menguasai kompetensi (bodoh).
Dari tabel di atas menunjukkan koefisien daya beda yang
termasuk kategori sangat baik sebanyak tiga soal yaitu
butir nomor 5, 8 dan 10 sedangkan yang baik pada butir
nomor 1, 2, 3, 6, dan 9. Butir soal yang daya bedanya
sedang sebanyak satu soal yaitu pada butir nomor 4
sedangkan selebihnya yaitu sebanyak satu soal berkategori
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang dibuat sudah
57
baik dalam membedakan antara kelompok atas dan kelompok
bawah.
4. Validitas
Indeks ValiditasButir
HasilPenghitungan
Kategori
B1 0 Tidak validB2 0 Tidak validB3 0,56 ValidB4 0,03 Tidak validB5 0,82 ValidB6 0,57 ValidB7 0,5 ValidB8 0,1 Tidak validB9 0,58 ValidB10 0,6 Valid
Validitas suatu butir soal dicapai apabila hasil
penghitungan lebih dari atau sama dengan 0,3 seperti yang
dijelaskan oleh Saifuddin Azwar (2012). Berdasarkan tabel
di atas, terlihat bahwa hasil penghitungan yang mencapai
lebih dari atau sama dengan 0,3 sebanyak 6 butir yaitu
58
pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7, 9, dan 10. Oleh karena
itu, butir soal yang valid sebanyak 6 butir. Butir soal
yang tidak valid pada butir soal nomor 1, 2, 4, dan 8.
Secara keseluruhan soal tersebut termasuk valid karena
lebih banyak soal yang valid dibandingkan dengan yang
tidak valid. Semakin rendah indeks validitas suatu butir
soal, maka butir soal tersebut tidak baik untuk
digunakan. Dari data pada tabel di atas, indeks validitas
terendah yaitu 0 pada butir nomor 1, 2 dan 0,03 pada
butir nomor 4.
5. Reliabilitas
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya
bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat
konsistensi dari suatu instrumen (Zainal Arifin, 2011:
59
258). Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok
yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Kaplan
(1982: 106) yang dikutip oleh S. Eko Putro Widoyoko
(2010: 155) mengemukakan bahwa harga kritik atau standar
reliabilitas untuk indeks reliabilitas instrumen adalah
0,7.
Dari hasil penghitungan menggunakan rumus KR21,
indeks reliabilitas pada butir soal yang diuji coba yaitu
0,4995. Angka tersebut di bawah indeks minimal
reliabilitas sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa soal
tes termasuk tidak baik karena tidak reliabel. Apabila
diujicobakan kembali kepada subjek yang sama, dengan soal
yang sama, tetapi waktunya berbeda akan menunjukkan hasil
yang berbeda. Oleh karena itu, butir soal yang telah
dibuat dalam penelitian ini tidak reliabel.
Berdasarkan faktor penyebab tidak reliabelnya soal
menurut Gronlund (1985) dalam Zainal Arifin (2011: 258),
ada kemungkinan soal yang digunakan penelitian ini kurang
panjang (banyaknya soal hanya 10) karena menurutnya ada
60
kecenderungan semakin panjang tes/soal maka tingkat
reliabilitas akan semakin tinggi. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh tingkat validitasnya. Semakin panjang
tes, akan semakin menggambarkan apa yang hendak diukur
secara jelas. Apabila dilihat tingkat validitas pada soal
tes dalam penelitian ini, tingkat validitasnya masih
kurang karena antara yang valid dengan yang tidak valid
jumlahnya seimbang sehingga hal ini menyebabkan soal
menjadi tidak reliabel.
PEMBAHASAN SOAL JAWABAN SINGKAT
No.
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
B18
B19
B20
X KET.
1. 2 0 2 0 2 0 2 2 2 0 12
A
2. 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18
A
3. 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18
A
4. 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 10
B
5. 2 0 2 0 2 0 0 2 2 2 12
A
6. 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14
A
7. 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 12
A
8. 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 1 A
61
49. 0 0 0 0 2 0 0 2 2 2 8 B10.
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19
A
11.
2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 16
A
12.
0 0 2 0 0 2 2 0 0 0 6 B
13.
0 0 2 0 0 2 0 2 0 2 8 B
14.
2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 16
A
15.
2 0 2 2 2 0 2 2 0 0 12
A
16.
2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18
A
17.
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
A
18.
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
A
19.
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19
A
20.
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
A
21.
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
A
22.
0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
A
23.
0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 12
A
24.
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
A
25.
0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14
A
26.
2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18
A
27.
0 0 2 0 0 0 2 2 2 2 10
B
62
28.
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
A
29.
0 0 2 2 2 0 0 2 0 2 10
B
30.
0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14
A
31.
0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14
A
Jumlah
Soal untuk jawaban singkat berjumlah 10 butir. Dalam
setiap butir soal jika siswa menjawab benar akan
mendapatkan skor 2 atau jumlah soal yang dijawab siswa
dengan benar akan dikalikan 2. Berdasarkan tabel tersebut
terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai A lebih
banyak dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan nilai
B. Secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal tersebut
terbukti banyak siswa yang mendapatkan skor di atas 10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal jawaban singkat
tersebut termasuk dalam kategori mudah, karena sebagian
besar siswa mampu menjawabnya. Terlihat bahwa siswa yang
mendapat nilai A ada sebanyak 25 siswa. Sedangkan siswa
yang mendapatkan nilai B ada sebanyak 6 orang. Terjadi
perbandingan yang sangat jelas, dimana nilai A lebih
63
dominan dibandingkan nilai A. Siswa mendapatkan nilai A
jika skor total ≥ 11. Jika ≤ 10 maka siswa tersebut
akan mendapatkan nilai B.
Untuk setiap butir soal memiliki kategori sendiri.
Butir soal 11 pada soal jawaban singkat berdasarkan tabel
di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab salah
ada sebanyak 13 siswa, yang menjawab benar sebanyak 18.
Sehingga dapat disimpulkan bawa butir soal 11
dikategorikan dalam soal yang mudah karena lebih dari
setengah siswa mampu menjawab soal tersebut.
Butir soal 12 siswa mampu menjawab benar sebanyak 14
orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak
17 orang. Soal tersebut dikategorikan tingkat
kesukarannya sedang karena tidak lebih dari setengah
siswa yang mampu menjawab benar soal.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa butir
soal 13 hanya 2 orang siswa saja yang menjawab salah
soal, selebihnya atau sebanyak 29 siswa mampu menjawab
soal dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan bawa butir
64
soal 13 dikategorikan dalam soal yang mudah karena
sebagian besar siswa mampu menjawab soal tersebut.
Sama seperti butir soal 12, butir soal 14 siswa
mampu menjawab benar sebanyak 14 orang. Sedangkan siswa
yang menjawab salah ada sebanyak 17 orang. Soal tersebut
dikategorikan tingkat kesukarannya sedang karena tidak
lebih dari setengah siswa yang mampu menjawab benar soal.
Butir soal 15 siswa mampu menjawab benar sebanyak 28
orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 3
orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena
mayoritas atau sebagian besar siswa mampu menjawab benar
soal.
Butir soal 16 siswa mampu menjawab benar sebanyak 22
orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 9
orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena lebih
dari setengah siswa yang mampu menjawab benar soal.
Butir soal 17 siswa mampu menjawab benar sebanyak 27
orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 4
orang. Hampir sama seperti butir soal 15 karena mayoritas
65
atau lebih dari setengah siswa mampu menjawab soal dengan
benar maka butir soal 17 ini dikatakan mudah.
Butir soal 18 siswa mampu menjawab benar sebanyak 30
orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah hanya ada 1
orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena
mayoritas atau sebagian besar siswa mampu menjawab benar
soal.
Sama seperti butir soal 16, butir soal 19 siswa mampu
menjawab benar sebanyak 22 orang. Sedangkan siswa yang
menjawab salah ada sebanyak 9 orang. Soal tersebut
dikategorikan mudah karena lebih dari setengah siswa
yang mampu menjawab benar soal.
Sama seperti butir soal 11 dan 15, butir soal 20
mampu dijawab benar oleh siswa sebanyak 28 orang.
Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 3 orang.
Soal tersebut dikategorikan mudah karena mayoritas atau
sebagian besar siswa mampu menjawab benar soal.
PEMBAHASAN SOAL ESAI
No B2 B2 B2 B2 B2 X X2 KET
66
. 1 2 3 4 5 .1. 5 0 0 0 0 5 25 C2. 10 0 3 10 5 28 784 B3. 15 15 0 15 0 45 2025 A4. 10 0 3 10 5 28 784 B5. 10 0 3 15 5 33 1089 B6. 15 0 5 15 5 40 1600 A7. 15 0 3 15 5 38 1444 A8. 15 0 3 15 0 33 1089 B9. 15 0 3 15 5 38 1444 A10.
20 15 5 15 5 60 3600 A
11.
0 0 0 0 0 0 0 C
12.
5 0 5 10 5 25 625 B
13.
0 0 5 10 3 18 324 B
14.
15 0 5 15 5 40 1600 A
15.
25 0 5 15 5 50 2500 A
16.
15 0 5 15 5 40 1600 A
17.
30 15 5 15 5 70 4900 A
18.
10 0 5 15 5 35 1225 A
19.
15 0 5 15 5 40 1600 A
20.
25 0 5 15 5 50 2500 A
21.
30 15 5 15 5 70 4900 A
22.
30 0 5 15 5 55 3025 A
23.
15 0 5 15 5 40 1600 A
67
24.
10 0 5 15 5 35 1225 A
25.
15 0 5 15 5 40 1600 A
26.
30 15 5 15 5 70 4900 A
27.
10 0 5 15 5 35 1225 A
28.
25 7 5 15 5 57 3249 A
29.
20 0 5 15 5 45 2025 A
30.
15 0 5 15 5 40 1600 A
31.
15 0 5 15 5 40 1600 A
Total 1.243
57.707
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa soal esai
berjumlah 5 soal dan memiliki skor yang berbeda-beda
setiap butir soal tergantung dari bobot soal. Namun
sebagian besar siswa mampu menjawab soal dengan skor yang
tinggi. Terlihat siswa yang mendapat nilai A ada sebanyak
23 siswa, yang mendapatkan nilai B ada sebanyak 6 siswa
dan ada 2 orang yang mendapatkan nilai C. Nilai A
diperoleh siswa jika skor total siswa tersebut ≥ 35.
Nilai B diperoleh siswa jika skor total siswa tersebut
68
antara 16-34. Nilai C diperoleh siswa jika skor total
siswa tersebut 0-15. Karena lebih dari setengah atau
mayoritas siswa mendapatkan nilai A yaitu sebanyak 23
siswa maka soal esai tersebut dikategorikan sebagai soal
yang mudah.
Berbeda dengan soal pilihan ganda dan soal jawaban
singkat, soal esai ini setiap siswa dalam setiap butir
soal mendapatkan skor yang berbeda-beda sesuai dengan
bobot jawaban siswa. Untuk butir soal 21 ada siswa yang
hanya menjelaskan saja perubahan wujud tanpa memberikan
contoh dari perubahan wujud yang telah ditentukan. Namun
ada pula siswa yang hanya menyebutkan contohnya saja dan
tidak memberikan penjelasan padahal dalam soal sudah
jelas siswa diminta untuk menjelaskan dan menyebutkan
contohnya. Hal tersebut bisa terjadi mungkin karena siswa
kurang teliti dalam membaca soal atau mungkin juga lupa
dan terburu-buru sehingga tidak mengecek kembali soal dan
jawabannya.
Dalam butir soal 22 ini sebagian besar siswa salah
dalam menjawab soal, banyak yang mendapatkan skor 0.
69
Berdasarkan hasil wawancara dan keluhan siswa selama uji
coba tes soal tersebut, hal tersebut terjadi karena
sebagian besar siswa lupa bahwa materi telah disampaikan
oleh gurunya, ada juga yang mengaku kalau soal tersebut
belum pernah dijelaskan oleh gurunya, namun ada sebagian
kecil siswa yang mengaku kalau itu sudah dijelaskan oleh
gurunya. Berdasarkan masalah tersebut dapat diketahui
bawa soal dalam butir ini terjadi miss comunication antara
guru dengan siswa karena ada siswa yang mengaku belum
dijelaskan materi tersebut sehingga membuat siswa merasa
kesusahan dalam menjawab soal tersebut.
Butir soal 23 sebagian besar siswa mampu menjawab
soal dengan benar dan banyak yang mendapatkan skor tinggi
pada butir soal tersebut. Namun ada juga siswa yang
menjawab soal hanya menyebutkan satu atau dua saja sifat-
sifat zat cair sehingga membuat siswa kurang mendapatkan
nilai sempurna. Nilai sempurna akan didapat siswa jika
menyebutkan sifat-sifat zat cair sebanyak 3 atau lebih
jawaban. Namun sebagian besar siswa mendapat skor baik
sehingga soal tersebut dalam kategori soal yang mudah.
70
Untuk butir soal 24 dan 25 dikategorikan dalam soal
yang mudah karena hanya sedikit siswa yang merasa
kesusuahna dalam menjawab soal tersebut. Mayoritas siswa
mampu menjawab butir soal 24 dan 25.
Penghitungan Reliabilitas
Diketahui:
Mt = Jumlahskor
Jumlahpeserta=1243
31=40,1
Sd = √∑ X2
N −(∑ XN )
2
=√5770731−(124331 )
2
¿√1,86−49,84¿√−47,98¿−6,9
Diketahui: k= 5
M= 40, 1
S = Sd2 = (-6, 9)2 = 47, 61
Ditanya: KR21 = ….?
Jawab:
KR21 = ( kk−1 )(1−
M (k−M )kS )
71
=( 55−1)(1−
40,1 (5−40,1 )5×47,61 )
= (54 )(1−40,1 (−35,1)
238,05 )= (1,25 )(1−
−1,42238,05 )
= 1,25×0,01= 0,0125
Dari hasil penghitungan menggunakan rumus KR21,
indeks reliabilitas pada butir soal yang diuji coba yaitu
0,0125. Angka tersebut di bawah indeks minimal
reliabilitas sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa soal
tes termasuk tidak baik karena tidak reliabel. Apabila
diujicobakan kembali kepada subjek yang sama, dengan soal
yang sama, tetapi waktunya berbeda akan menunjukkan hasil
yang berbeda. Oleh karena itu, butir soal yang telah
dibuat dalam penelitian ini tidak reliabel.
72
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penghitungan dan pembahasan di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan keefektifan pengecoh masih kurang
karena dari 10 butir soal yang pengecohnya dijawab
secara merata oleh peserta didik hanya empat butir
saja.
2. Tingkat kesukaran pada butir soal yang diujicobakan
belum termasuk baik karena terlalu mudah dijawab oleh
siswa. (tidak sesuai proporsi 25% sukar, 50% sedang,
dan 25% mudah).
3. Butir soal secara keseluruhan sudah dapat membedakan
antara kelompok atas dan bawah karena daya beda yang
sangat baik sebanyak tiga butir, yang baik sebanyak
lima butir, yang sedang sebanyak satu butir sedangkan
yang kurang baik sebanyak satu butir.
73
4. Butir soal sudah dapat memenuhi syarat validitas
karena jumlah antara yang valid dengan yang tidak
valid jumlahnya lebih banyak yang valid.
5. Soal yang dibuat tidak memenuhi syarat reliabilitas
atau dengan kata lain soal tidak reliabel karena
berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan dibawah dari
harga reliabel.
DAFTAR PUSTAKA
Cece Rakhmat dan Didi Suherdi. 1999. Evaluasi Pengajaran.
Jakarta: Depdikbud.
Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Friyatmi. 2012. Analisis Butir Tes dengan Pendekatan Teori Tes Klasik.Diambil pada tanggal 25 Desember 2012 darihttp://friyatmi.blogspot.com/2012/09/analisis-item-klasik.html.
74
H. Sujati. 2010. Kumpulan Materi Perkuliahan Penilaian Hasil BelajarSekolah Dasar. Jakarta: Direktur Tenaga Kependidikan.
------------. 2012. Parameter Kualitas Tes. Diambil padatanggal 24 Desember 2012 dari power point ParameterKualitas Tes.
S. Eko Putro Widoyoko. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sigit Suryono. 2012. Pengertian Tes, Pengukuran, dan PenilaianPembelajaran. Diambil pada tanggal 23 Desember 2012dari http://ciget.info/?p=373.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2004. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.
Yogyakarta: Andi.
Zainal Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
76
A. Kompetensi Inti : Memahami pengetahuan faktual dan
konseptual dengan cara mengamati,
menanya, mencoba berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah,
di sekolah dan tempat bermain.
B. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi perubahan yang
terjadi di alam, hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam, dan
pengaruh kegiatan manusia terhadap
keseimbangan lingkungan sekitar.
C. Indikator :
1. Menentukan zat yang dibutuhkan manusia untuk
bernafas.
2. Menyebutkan sifat-sifat zat gas.
3. Menyebutkan sifat-sifat zat cair.
4. Menyebutkan benda-benda yang termasuk zat padat.
5. Menentukan perubahan wujud benda.
77
6. Menyebutkan peristiwa perubahan benda.
7. Menyebutkan contoh pelestarian alam.
8. Menyebutkan contoh perusakan alam.
D. Kisi-kisi
Kisi-Kisi Tes
No. Indikator Banyak
Butir
Nomor Butir
Objektif
Jawaban
Singkat
Esai
1.
Menentukan zatyang dibutuhkanmanusia untukbernafas.
1 1 0 0
2.Menyebutkansifat-sifat zatgas.
1 2 0 0
78
3.Menyebutkansifat-sifat zatcair.
5 3 12,16, 17 23
4.
Menyebutkanbenda-bendayang termasukzat padat.
1 4 0 0
5.Menentukanperubahan wujudbenda. 7 5
11,13,14,15
21, 22
6.
Menyebutkanperistiwaperubahanbenda.
2 6, 7 0 0
7.
Menyebutkancontohpelestarianalam.
5 9 18, 19 24, 25
8.Menyebutkancontohperusakan alam.
3 8, 10 20 0
Jumlah 10 10 5
E. Butir-butir Soal
79
Mata Pelajaran : IPATahun Ajaran : 2014/ 2015Kelas/ Semester : 5 /1Tema 1 : Benda-Benda di Lingkungan Sekitar
Nama Lengkap : Kelas : Nama Sekolah :
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang paling tepat!
1. Zat yang dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas adalah. . . a. nitrogen c. karbondioksida b. oksigen d. uap air
2. Balon jika dilepaskan akan terbang. Hal itu terjadi karena di dalam balon ada . . . a. gas c. benda cairb. benda padat d. minyak
3. Sifat dari benda cair adalah . . . a. bentuk tetap c. dapat mengembang dan
menyusut b. dapat dimampatkan d. meresap melalui celah-
celah kecil
4. Benda-benda dibawah ini termasuk zat padat, yaitu . . . a. minyak, buku, dan penghapus c. batu, kapas dan
kertas
80
b. air, kayu dan papan tulis d. kayu, kaca, dan minyak
5. Perubahan wujud padat menjadi gas disebut . . . a. menyublim c. mengembunb. mencair d. menguap
6. Peristiwa perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula adalah . . . a. lilin yang dibakar dan dibekukan kembalib. kayu yang dibakar dan didinginkan c. kain yang dibakar dan didinginkan d. kertas yang dibakar dan didinginkan
7. Peristiwa perubahan wujud benda yang tidak dapat kembali kebentuk semula adalah. . . a.telur yang direbus dan didinginkan b.plastik yang dipanaskan dan didinginkan c.kayu yang dibakar dan didinginkan d.karet yang dibakar dan didinginkan
8. Penebangan hutan yang tak terkendali bisa menyebabkan,kecuali. . . a. hilangnya tempat tinggal para hewan b. tanah longsor didaerah tinggi c. gersangnya tanah hutan d. meningkatnya jumlah populasi hewan
9. Berikut hewan yang dilindungi di Indonesia adalah. . .a. koala c. kambingb. orang utan d. ayam
10. Kabut asap kebanyakan disebabkan oleh, kecuali... . . a. pembakaran hutan c. asap kendaraan tak
terkendali b. asap pabrik d. kegiatan memasak
rumah tangga
81
B. Isilah titik-titik pada soal berikut dengan jawaban yang tepat!
11. Persamaan wujud benda gas dan benda cair adalah . . .
12. Air teh yang diberi gula dan diaduk menjadi manis. Peristiwa ini menunjukkan sifat air . . .
13. Ketika kamu memasukkan air ke dalam kulkas, akan terjadi perubahan wujud benda dari . . . . . . . . . .ke . . . . .
14. Contoh benda yang mengalami penyubliman adalah . . .. . . . . . . . . . . . . dan . . . . .
15. Kamar mandi menjadi harum karena adanya kamper. Perubahan pada kamper disebut . . .
16. Benda cair yang tenang permukaannya selalu . . . 17. Air yang direbus jika dibiarkan lama-kelamaan akan
habis. Peristiwa itu disebut . . . 18. Sikap kita terhadap hewan atau tumbuhan langka
adalah . . . 19. Melindungi makhluk hidup dari kepunahan adalah
tujuan dari . . . 20. Salah satu contoh perusakan alam adalah . . .
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 21. Jelaskan perubahan wujud benda di bawah ini beserta beri contohnya!
a. Mengembun b. Menyublim c. Mengkristal
22. Apa perbedaan perubahan wujud fisika dan perubahan wujud kimia? Berikan contohnya!
23. Sebutkan sifat-sifat benda cair!
82
24. Sebutkan 3 cara melestarikan alam! 25. Jelaskan mengapa manusia harus menghemat penggunaan
bahan bakar minyak/gas?
PEMBERIAN SKOR DALAM SETIAP BUTIR SOAL
83
ButirSoal
Kunci Jawaban SkorJawaban
Keterangan
1. B 1 Soal pilihanganda, setiapjawaban benarakan mendapatkanskor 1. Jikasalah, makatidak akanmendapatkan skoratau skor 0.Jadi keseluruhanskor total untuksoal pilihanganda adalah 10.
2. A 13. D 14. C 15. A 16. A 17. C 18. D 19. B 110. D 1
11. Menempati ruang 2 Setiap pilihanjawaban singkatakan mendapatkanskor 2. Untuk no13 dan 14 jikamenjawab hanya 1maka akanmendapatkan skor1. Jika salahsemua akanmendapatkan skor0. Jadi skortotal untuk soaljawaban singkatadalah 20.
12. Melarutkan gula 213. Cair, Padat 214. Pewangi ruangan,
kapur barus2
15. Menyublim 216. Datar 217. Menguap 218. Melestarikannya 219. Menjaga
kelestarian alam2
20. Penebangan hutansecara liar
2
21. a. Mengembunadalahperubahan wujuddari gas kecair. Contohnyaadalah airembun di pagihari
b. Menyublim
30 Setiap poin jikadijelaskan dandiberi contohakan mendapatkanskor 10 sehinggaskor total dalam1 nomor adalah30. Jika hanyamenjelaskan saja
84
adalahperubahan wujuddari padat kegas. contohnyaadalah kapurbarus yangdidiamkan ditempat terbukalama kelamaanakan habis.
c. Mengkristaladalahperubahan wujuddari gas kepadat.Contohnya airlaut melaluiprosespenjemuran akanmenghasilkanbutir-butirkristal yaitugaram.
tanpa ada contohdan sebaliknyahanyamenyebutkancontoh sajatanpamenjelasakanmaka setiap poinakan mendapatkanskor 5.
22. Perubahan wujudfisika adalahperubahan bendatanpa menghasilkanzat baru.Contohnya adalahberas yangditumbuk menjaditepung.Perubahan wujudkimia adalahperubahan bendayang menghasilkanzat baru dengansifat awalnya.Contohnya adalah
15 Jika dijawablengkap adapenjelasan dancontoh akanmendapatkan skortotal 15. Jikatidak dibericontoh atautidak dijelaskanmaka hanya akanmendapatkan skor7,5.
85
pembakaran kertasyang menghasilkanabu.
23. a. Mengikutiwadahnya
b. Mengalir daritempat tinggike tempat yanglebih rendah
c. Meresap dalamcelah-celahkecil
5 Skor 5 hanyadidapat jikasiswamenyebutkan 3sifat zat cair.Jika hanyamenyebutkan 2akan mendapatkanskor 3, jikahanyamenyebutkan 1maka akanmendapatkan skor1. Sedangkanjika tidakmenjawab soalatau jawabansalah maka dapatskor 0.
24. a. Reboisasi ataupenghijauan
b. Membuang sampahpada tempatnya
c. Melindungihewan dantumbuhan darikepunahan
15 Jawaban lengkapdisebutkanketiga-tiganyaakan mendapatkanskor total 15.Jika hanyamenyebutkan 2maka akanmendapatkan skor10, jikamenjawab hanyasatu maka hanyaakan mendapatkanskor 5.
25. Karena bahan bakarminyak/gasmerupakan sumber
5 Jawaban siswayang benara akanmendapatkan skor
86
daya yang tidakdapat diperbaruisehingga perludihemat untukkelagsungan hidupmanusia agar tidakcepat habis.
5.
Total skor keseluran 100
87
TABEL HASIL TES IPA PILIHAN GANDA KELAS V
NO NAMA B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 X X2 KET.1. Aditya Zaky
Naufal1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
2. Ainun 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 64 A3. Alya Rosa
Rachmawati1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 49 B
4. Amelda RiskiLuftami
1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9 C
5. Avya Satya R. D. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A6. Azzahra Febby
Deyanda1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 49 B
7. Azzarel F. K. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 B8. Bhemodeta Aurora
A. K.1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 64 A
9. Bima Alista 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 49 B10.
Bunga Devriani 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
11.
Deka Wafa Ananta 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
12 Dera Wulandari 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16 C
88
.13.
Dihya KevaMaulana
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
14.
Dinda Aulia SetiaSari
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
15.
Dita Nugrahani 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
16.
Ihval Razzan F. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
17.
Kania Kanawijaya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
18.
M. Rizky J. P. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
19.
M. Rovihan N. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
20.
Morista SasiApriliana
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
21.
Ninda Dewi AnjaniP.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
22.
Nur Oktaviana 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 A
23.
Raffa DevinoKautsar P.
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
24 Ramadhan F. A. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
89
.25.
Safronius FiloSophia
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
26.
Talitha NesyaAzaria
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
27.
Widiastuti 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36 B
28.
Wina Widiartaya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
29.
Winarsih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
30.
YessantariAstadiarso
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81 A
31.
Yulfarinda DeaIka S.
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
Jumlah 253 2149
PARAMETER KUALITAS TES
Lampiran Keefektifan Pengecoh
Butir Jumlah Pilihan yang DipilihA B C D
B1 0 31(K) 0 0B2 31(K) 0 0 0B3 4 1 1 25 (K)B4 1 0 28(K) 2B5 24(K) 0 5 2B6 30(K) 0 1 0B7 13 7 10(K) 1B8 2 1 2 26(K)B9 7 22(K) 0 2B10 2 2 1 26(K)
Keterangan:
K = Kunci jawaban yang benar
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. pengecoh yang efektif terdapat pada
butir soal nomor 3, 7, 8, dan 10 karena mampu
mengecoh siswa dalam memilih jawaban sehingga
pilihan A, B, C, dan D rata dipilih oleh siswa.
2. pengecoh yang tidak efektif antara
lain:
a. Butir soal nomor 1 pengecoh A, C, D
karena tidak ada siswa yang memilih. Semua memilih
B.
b. Butir soal nomor 2 pengecoh B, C, D
karena tidak ada siswa yang memilih. Semua memilih
A.
90
c. Butir soal nomor 4 pengecoh B karena
tidak ada siswa yang memilih.
d. Butir soal nomor 5 pengecoh B karena
tidak ada siswa yang memilih.
e. Butir soal nomor 6 pengecoh B dan D
karena tidak ada siswa yang memilih.
f. Butir soal nomor 9 pengecoh C karena
tidak ada siswa yang memilih.
Penghitungan Keefektifan Pengecoh
Butir 1
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=031
×100%=0%
91
Butir 2
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
Butir 3
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 431
×100%=13%
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=131
×100%=3%
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=131
×100%=3%
Butir 4
92
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 131
×100%=3%
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=031
×100%=0%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=231
×100%=7%
Butir 5
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=031
×100%=0%
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 531
×100%=16%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=231
×100%=7%
Butir 6
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
93
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 131
×100%=3%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=031
×100%=0%
Butir 7
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=1331
×100%=42%
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=731
×100%=23%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=131
×100%=3%
Butir 8
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=231
×100%=7%
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=131
×100%=3%
94
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 231
×100%=7%
Butir 9
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=731
×100%=23%
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%= 031
×100%=0%
Pengecoh d
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=231
×100%=7%
Butir 10
Pengecoh a
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=231
×100%=7%
Pengecoh b
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=231
×100%=7%
Pengecoh c
jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa
×100%=131
×100%=3%
95
Lampiran Penghitungan Indeks Kesukaran dan Daya Beda
1. P1 = BS=3131
=1
2. P2 = BS=3131
=1
3. P3 = BS=2531
=0,81
4. P4 = BS=2831
=0,90
5. P5 = BS=2431
=0,77
96
6. P6 = BS=3031
=0,97
7. P7 = BS=1031
=0,32
8. P8 = BS=2631
=0,84
9. P9 = BS=2231
=0,71
10. P10 = BS=2631
=0,84
Daya Beda
1. D1 = 2215,5
− 915,5
= 1315,5 ¿0,84
2. D2 = 2215,5
−9
15,5=
1315,5 ¿0,84
3. D3 = 1915,5
− 615,5
= 1315,5
=0,84
4. D4 = 2015,5
− 815,5
= 1215,5
=0,77
5. D5 = 2015,5
−4
15,5=
1615,5
=1,03
6. D6 = 2215,5
− 815,5
= 1415,5
=0,90
7. D7 = 915,5
− 115,5
= 815,5
=0,52
8. D8 = 2215,5
−4
15,5=
115,5
=1,16
97
9. D9 = 1815,5
−4
15,5=
1415,5
=0,90
10. D10 = 2115,5
− 515,5
= 1615,5
=1,03
Lampiran Penghitungan Validitas dan Reliabilitas
Diketahui:
Mt = Jumlahskor
Jumlahpeserta=25331
=8,16
Sd = √∑ X2
N −(∑ XN )
2
=√214931−(25331 )
2
¿√69,32−66,59¿√2,73¿1,65
1. Butir nomor 1
Mp1 = 25331
= 8,16
γ1=Mp−Mt
Sd √pq¿8,16−8,16
1,65 √ 3131031¿0
98
2. Butir nomor 2
Mp2= 25331
= 8,16
γ1=Mp−Mt
Sd √pq¿8,16−8,16
1,65 √ 3131031¿0
3. Butir nomor 3
Mp3 = 21525
= 8,6
γ3=Mp−Mt
Sd √pq¿8,6−8,16
1,65 √ 2531631¿0,441,65 √0,810,19
¿0,27×2,06¿0,56
99
4. Butir nomor 4
Mp4 = 22928
= 8,18
γ4=Mp−Mt
Sd √pq¿8,18−8,16
1,65 √ 2831331¿0,021,65 √0,900,09
¿0,01×3,16¿0,03
5. Butir nomor 5
Mp5 = 21224
= 8,83
γ5=Mp−Mt
Sd √pq¿8,83−8,16
1,65 √ 2431731¿0,671,65 √0,80,2
¿0,41×2
100
¿0,82
6. Butir nomor 6
Mp6 = 25030
= 8,33
γ6=Mp−Mt
Sd √pq¿8,33−8,16
1,65 √ 3031131¿0,171,65 √0,970,03
¿0,10×5,69¿0,57
7. Butir nomor 7
Mp7 = 9410
= 9,4
γ7=Mp−Mt
Sd √pq¿9,4−8,16
1,65 √ 10312131101
¿1,241,65 √0,30,7
¿0,75×0,66¿0,5
8. Butir nomor 8
Mp8 = 22626
= 8,7
γ8=Mp−Mt
Sd √pq¿8,7−8,16
1,65 √ 2631531¿0,541,65 √ 0,840,16
¿0,33×0,29¿0,1
9. Butir nomor 9
Mp9 = 19322
=8,77
γ9=Mp−Mt
Sd √pq
102
¿8,77−8,16
1,65 √ 2231931¿0,611,65 √0,710,29
¿0,37×1,57¿0,58
10. Butir nomor 10
Mp10 = 22426
= 8,62
γ10=Mp−Mt
Sd √pq¿8,62−8,16
1,65 √ 2631531¿0,461,65 √0,80,2
¿0,3×2¿0,6
Reliabilitas
Diketahui: k=10
M= 8, 16
103