Post on 01-Mar-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat memiliki peranan penting dalam proses
pembangunan, karena sekumpulan orang tersebut mempunyai
potensi yang dapat dikembangkan. Masyarakat sangat
dibutuhkan dalam kelangsungan pembangunan yang akan
direncanakan dan dilaksanakan. Oleh karena itu dalam
membentuk masyarakat untuk mau ikut serta dalam proses
tersebut dan kesadaran yang tinggi pada masyarakat
dibutuhkan pula kemauan individu untuk mau berusaha
dalam memperbaiki hidup mereka. Dalam mengembangkan
masyarakat dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan baik
pembangunan fisik ataupun non fisik. Keberlangsungan
manusia, baik secara fisik maupun secara spesies
bergantung dari perubahan radikal hati manusia.
Transformasi hati manusia hanya ada jika terjadi mutasi
secara drastic di bidang ekonomi dan sosial yang
memberi ruang harapan bagi manusia untuk berubah.
kemiskinan, pengangguran, dan distribusi pendapatan
menjadi hal yang “remeh-temeh“, semua daya
terkonsentrasi hanya pada upaya meraih pertumbuhan yang
tinggi.
1
Tak hanya itu pembangunan memiliki multi dimensi
pendekatannya, salah satunya yaitu pendekatan
pertumbuhan ekonomi. Salah satu modal pembangunan yang
di anut oleh Indonesia sangat sentralistik dan top-
down, model ini berpikiran bahwa pmbangunan ekonomi
yang direncanakan pemerintah dimana kenaikan GNP untuk
menciptkan tetesan kebawah (trickel-down effect) kepada
masyarakat luas dalam bentuk pekerjaan dan kesempatan
ekonomi lainnya adalah salah satunya obat mujarab, ini
sudah ketinggalan zaman. Karena model ini tidak hanya
buruk secara kemanusiaan, tetapi juga terbukti gagal
memperbaiki hidup kaum miskin. Menurut Mustasya (2005),
konsep top-down juga bersifat memaksa dan tidak
aspiratif terhadapa kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dimana proses industrialisasi ternyata hanya
menciptakan sektor-sektor petumbuhan yang terbatas,
dinikmati di kalangan terbatas pula yang hanya
membentuk lapisan masyarakat dengan daya beli yang kuat
dan didukung aliran barang industri produk teknologi
modern atau maju. Dengan demikian, terjadi ekploitasi
dan kolonialisasi daerah pedalaman Indonesia oleh
pusat-pusat ekonomi negara maju serta mendiktenya arah
pertumbuhan kepentingan pasar dunia. Hal ini dapat
terjadi karena dukungan perusahaan multinasional,
dimana perusahan-perusahan itu memiliki perusahan lokal
2
di pusat ekonomi lokal yang memelihara hubungan dagang
yang kuat dengan pusat-pusat dekonomi Negara industry.
Dari penjelasan model pembangunan yang di anut
oleh Indonesia di atas, disini kami mencoba untuk
mengubah model tersebut dengan mencoba model baru yaitu
bottom-up. Model tersebut kami aplikasikan saat
praktek mata kuliah di Kp.Cikoneng 01 Desa Cibiru Wetan
Kab. Bandung. Mata pencaharian disana kebanyakan
masyarakatnya sebagai peternak sapi, hampir 80% dari
seluruh masyarakat disana. Tanpa disadari atau tidak
hal ini dapat menjadi potensi untuk pembangunan ekonomi
khususnya di kalangan peternak. Untuk memanfaatkan
potensi tersebut kami mencoba mengajukan program
pemberdayaan ekonomi yaitu pengolahan susu sapi. Hal
ini di harapkan mampu memperbaiki ekonomi masyarakat di
Kp.Cikoneng tersebut, dan harapannya masyarakat tidak
hanbya tergantung oleh pihak korporasi (perusahaan)
saja melainkan mereka mampu mengolah dan mengelola
produk olahan sendiri dengan sistem Home Industri ataupun
sistem koperasi.
Selain itu masih banyak pula potensi-potensi yang
ada dan dihasilkan di daerah Cikoneng I, misalnya kopi,
kapol (rempah-rempah), jeruk bali dll. Ini semua
menjadi peluang yang semakin besar terutama dalam
peningkatan perekonomian masyarakat, dengan catatan
seberapa besar kemauan dan partisipasi warga dalam
3
memulai usaha mikro tersebut, karena sebesar apapun
potensi yang ada tanpa didukung dengan SDM yang memadai
hanya akan menjadi agenda yang tak terlaksana.
Ditambah dengan potensi wisata yang ada, menjadi
salah satu peluang besar untuk mereka dalam memasarkan
produk olahannya, sehingga Cikoneng I bukan hanya
terkenal dengan wisata Batu Kuda nya saja akan tetapi
terkenal dengan makanan olahan asli Cikoneng, khususnya
susu olahan.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian diatas dapat dirumuskan
beberapa masalah yang mengenai penelitian ini yaitu:
1.Bagaimana peranan masyarakat dalam peningkatkan
sumber-sumber ekonomi?
2.Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan
pendorong dalam pengelolaan susu sapi ?
3.Bagaimana hasil yang dicapai oleh masyarakat dalam
pengolahan susu sapi ?
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya
sebagai berikut:
1.Mengetahui potensi-potensi ekonomi yang ada dan
yang mungkin bisa ditingkatkan dari segi
pengelolaannya.
4
2.Untuk mengetahui peranan masyarakat dalam
meningkatkan sumber daya ekonomi.
3.Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan
pendorong dalam pengelolaan susu sapi.
4.Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam
pengelolaan susu sapi.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini
adalah
1.Untuk menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam peningkatan atau pemberdayaan
sumber daya ekonomi masyarakat.
2.Masyarakat dapat memaksimalkan pengelolaan dan
pengolahan susu murni dengan adanya pelatihan-
pelatihan dan penyadaran kepada masyarakat akan
peluang yang ada dari pengelolaan tersebut,
sebagai sumber penghasilan tambahan.
3.Dampak positif yang dihasilkan dari Praktek
Lapangan Terpadu yang dilaksanakan di Cikoneng I
kaitannya dalam aspek keagamaan, ekonomi, dan
sosial budaya.
D. Waktu dan Lokasi
Praktek Lapangan Terpadu ( PLT ) ini di laksanakan
di Kp.Cikoneng 01 Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung, tepatnya di RT 01 dan 02.
5
Waktu pelaksanaan selama 1 bulan lebih yang di
laksanakan dari bulan April tanggal 21 sampai dengan
bulan Mei tanggal 25.
6
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penyusun melakukan penelitian di Kampung
Cikoneng RW 01. Daerah ini merupakan salah satu
bagian dari wilayah Desa Cibiru Wetan (sebelah
utara) Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
1. Keadaan Geografis
Secara geografis Kampung Cikoneng I
berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut:
a. Sebelah Barat : Kampung Cipulus Wetan
b. Sebelah Utara : Wisata Batu Kuda-Pegunungan
Manglayang
c. Sebelah Timur : Kampung Cikoneng Babakan
d. Sebelah Selatan : Cikoneng II (RW. 02 Desa
Cibiru Wetan)
Daerah Cikoneng I ini memiliki luas ± 25 Ha.
Dikarenakan daerah ini berada di kaki gunung
Manglayang sehingga memiliki view (pemandangan)
yang cukup indah dan kondisi udara yang masih
segar.
7
Jarak dari Kampung ini ke kantor desa pun
relatif dekat, ± 5 Km sehingga bisa dijangkau
atau diakses oleh warga dengan mudah.
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk warga Cikoneng I secara
keseluruhan ± 1230 jiwa dari 300 KK,
B. Aspek-Aspek Hasil Penelitian
1.Aspek Ekonomi
Kampung ini juga merupakan daerah penghasil
susu sapi perah, terbukti dengan jumlah sapi perah
± 250 ekor menghasilkan 5.000 liter perhari.
Hampir 90 % warga merupakan peternak sapi perah
yang kesehariannya tidak lain mengurusi sapi dan
sibuk mencari pakan sapi di ladang-ladang yang
telah ditanami rumput-rumput gajah (khusus pakan
sapi). Namun potensi ini tidak terlihat secara
terbuka, kalah pamor dengan wisata Batu Kuda-
Manglayang. Ini terjadi dikarenakan aktivitas
peternak lebih terpusat pada waktu-waktu tertentu
terutama ketika pemerasan dan pengumpulan susu
sapi perah ditempat penampungan sementara atau
agen dari CV yakni pukul 07.00 pagi dan pukul
17.00 sore. Selain itu banyak dari warga yang juga
memiliki dan mengelola usaha domba garut, rempah-
rempah (tanaman kappol), jeruk bali dan pohon
8
kopi. Namun itu semua hanya dijadikan sebagai
tambahan penghasilan warga saja karena tetap
penghasilan utama mereka berasal dari susu sapi
perah.
Secara ekonomi warga Cikoneng I bisa
dikatakan menengah ke bawah, ini ditambah dengan
masih adanya warga yang terikat hutang dengan CV
mengenai pengelolalan sapi. Disisi lain ada juga
warga yang memiliki banyak sapi, ada yang belasan
hingga puluhan ekor sapi. Kondisi ini menjadi
kontras ketika adanya perbedaan yang cukup besar
diantara warga, biasanya jumlah sapi dijadikan
ukuran mereka dalam menilai apakan ia kaya atau
tidak.
Dari segi pendapatan warga cukup bervariatif
ada yang 1,8 juta; 3 juta sampai ada yang mencapai
15 juta/bulan, lagi-lagi ini semua dipengaruhi
dari banyaknya sapi yang dimiliki dan usaha lain
yang digelutinya. Misalnya saja Bp. Ujang Sumaya
(Mantan Ketua RW. Cikoneng I) beliau merupakan
salah satu pengusaha multi talent mulai dari usaha
sapi perah, domba garut, kopi, kappol, jeruk bali
sampai produsen langseng alumunium. Beliau memang
selalu menjadi panutan bagi warga Cikoneng I
khususnya, terutama dari segi keahlian dalam
merintis usaha-usaha yang potensial.
9
2. Aspek Pendidikan
Aspek ini merupakan salah satu hal yang
kurang diperhatikan oleh warga baik dari segi
pendidikan umum ataupun pendidikan agama, ini
berdampak kepada tingkat kemauan warga untuk
menyekolahkan anak-anaknya sangat rendah, untuk
ukuran lulusan SMA pun sangat sedikit apalagi
lulusan sarjana sangat minim sekali sekitar satu
atau dua orang saja. Ini menjadi keprihatinan
tersendiri terlebih untuk menunjang masa depan
anak-anak khususnya di Cikoneng.
Namun untuk generasi TK, SD dan SMP sekarang
ini sudah mulai meningkat terlebih setelah adanya
sekolah-sekolah yang didirikan tepatnya di daerah
Cikoneng II dengan jarak yang relatif dekat, ini
menjadi jawaban bagi masyarakat yang merasa jarak
yang terlalu jauh untuk mensekolahkan anaknya.
Pendidikan agama yang kurang juga berdampak
pada kemampuan warga yang minim dalam membaca Al-
Quran, mungkin bisa dikatakan hanya beberapa orang
saja yang bisa membaca Al-Qur’an selebihnya masih
belajar IQRA baik anak-anak ataupun orang tua
sekalipun. Padahal masyarakat mengetahui dan
meyakini bahwa kitab suci sebagai pedoman
hidupnya. Ini semua terjadi karena tingkat belajar
yang kurang disemua lini sehingga untuk
10
mendapatkan pendidikan yang normal pun cukup
sulit.
3. Aspek Potensi Alam
Potensi lain yang dimiliki masyarakat yakni
potensi alam yang melimpah khususnya wisata alam,
ini mungkin yang menjadi daya tarik tersendiri
kenapa banyak wisatawan banyak datang ke daerah
ini khsusnya untuk berwisata ke Batu Kuda -
Manglayang. Potensi wisata ini sebenarnya bisa
terus dikembangkan dengan terus memperbaiki
fasilitas yang ada dan menambahkan wahana-wahana
baru untuk terus meningkatkan daya jual wisata
ini, tentulah perlu adanya kesungguhan dan
keseriusan dari pengelola (Dinas Perhutani) dan
masyarakarat Cikoneng I selaku warga lokal. Yang
kemudian itu bisa meningkatkan pendapatan dan kas
warga Cikoneng sendiri selain menjadi potensi
untuk membuka usaha ditempat wisata.
4. Aspek Kebudayaan
Dilihat dari aspek ini ada beberapa keunikan
tersendiri khususnya untuk masyarakat di lereng
pegunungan Manglayang yakni memiliki kesamaan
dalam melaksanakan budaya karena masyarakat
11
menganggap budaya sebagai suatu hal yang harus ada
dan terus dilestarikan, misalnya saja kebiasaan
masyarakat yang selalu mengadakan kesenian Benjang
dalam memeriahkan acara nikahan ataupun khitanan.
Kesenian dan kebudayaan ini diperkuat dengan
muncul dan berkembangnya berbagai perguruan-
perguruan atau lebih dikenal sebagai Paguron yang
ada di sekitar kaki gunung manglayang dengan terus
memberikan inovasi dan pengembangan kebudayaan.
Salah satunya kesenian Benjang yang sudah
dikembangkan menjadi dua macam yakni Benjang Gulat
yang kini sering diadakan turnamen antar daerah,
kemudian Benjang Rajawali yang biasa dipakai untuk
acara-acara khitanan. Selain itu masih banyak lagi
kebudayaan yang masih ada di masyarakat khususnya
Cikoneng seperti Silat, Dogdog, Dugong (Adu
Bagong) dsb.
Masih adanya kepercayaan kepada mitos Batu
Kuda sebagai tempat yang sakral ataupun tempat-
tempat lainnya seperti Batu Tumpeng, Batu Bereum
dll. mereka masih terbiasa untuk memberikan
sesajen untuk mensyukuri nikmat yang telah
diberikan baik itu air gunung dan sebagai tolak
bala dengan acuan kepada Kuncen Gunung
Malanglayang. Selain sebagai rasa syukur dan tolak
bala, ada juga yang mencari ilmu dan bertapa di
12
daerah-daerah sakral tersebut, misalnya
menginginkan kesaktian dll.
Kondisi daerah yang dekat dengan gunung ini
menjadi salah satu sebab kebanyakan warga
memelihara anjing sebagai peliharaan atau
antisipasi adanya babi hutan yang turun dari
gunung, tidak sedikit dari masayarakat yang sering
mencari dan menangkap babi hutan untuk dijadikan
pertontonan Dugong (adu bagong). Namun ada hal
yang lebih unik lagi yang menjadi kebiasaan
masyarakat yakni masih adanya warga yang gemar
memakan daging babi. Daging tersebut didapat dari
hasil dugong, setelah dugong selesai daging babi
pun diperjualbelikan kepada warga yang biasa
memakan daging babi. Yang lebih memprihatinkannya
lagi bukan hanya orang dewasa yang gemar memakan
babi temasuk anak-anak kecil pun biasa disodori
orang tuanya untuk memakan babi. Dan itu semua
merupakan kebiasaan-kebiasaan masyarakat baik yang
positif ataupun yang negatif.
5. Aspek Keagamaan
Secara umum mayoritas agama yang dipeluk oleh
masyarakat Cikoneng I yakni Islam, namun itu semua
menjadi rancu ketika perilaku-perilaku yang
diharamkan dalam Islam itu ada di lingkungan
masyarakat seperti, memelihara dan memegang
13
anjing, adu babi, memakan daging babi dsb.
Ditambah kewajiban-kewajiban agama yang rutin
dilaksanakan pun masih kadang-kadang dilaksanakan,
terlebih ketika banyak masyarakat yang sibuk
mengurusi sapinya, pergi ke ladang sampai sore,
masjid yang selalu kosong, adzan yang jarang
terdengar, mungkin hanya waktu jum’atan dan magrib
saja. Ini menjadi indikasi kurang pekanya
masyarakat terhadap kewajiban dalam beragama,
warga mungkin akan lebih antusias ketika mendengar
tabuhan kesenian Benjang daripada suara adzan,
semua ini menjadi hal biasa yang terjadi di
masyarakat Cikoneng, terlebih dari alim ulama yang
ada sangat minim.
Berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang
bersifat perayaan, misalnya dalam Peringatan Hari
Besar Islam, warga mungkin akan dengan sangat
antusiasnya datang ke masjid untuk bersama-sama
menyaksikan pelaksanaan acara tersebut. Untuk
masalah rempug warga pun yang dilaksanakannya di
dalam masjid warga secara otomatis akan menarik
minatnya untuk hadir, seperti adanya sekat yang
memisahkan antara masjid dan masyarakat, yang
seharusnya masjid sebagai pusat bersilaturrahim,
berkumpulnya warga menjadi tidak terlihat.
14
Sehingga adanya istilah Masjid hanyalah tempat
untuk beribadah saja.
6. Aspek Lingkungan
Ada beberapa masalah yang ada dan timbul dari
peternakan sapi, salah satunya adalah masalah
sanitasi lingkungan, ini semua diakibatkan dari
sistem pembuangan kotoran sapi yang berpusat ke
selokan-selokan air, dan tidak sedikit warga yang
merasa terganggu dengan masalah ini terutama warga
yang berada di bawah kampung ini. Dan yang menjadi
anehnya lagi masalah yang disebabkan secara
bersama ini sudah tidak dianggap sebagai masalah,
khususnya bagi warga Cikoneng I, mereka menganggap
hal yang biasa-biasa saja, karena tidak ada cara
lain untuk mereka membuang kotoran sapi ke
selokan-selokan. Akibatnya polusi udara yang
disebabkan cukup menyengat terlebih waktu-waktu
menjelang pemerasan susu, karena sebelum mulai
pemerasahan harus adanya pembersihan kandang dan
sapi-sapi mereka.
Maka dari itu perlu adanya antisipasi jitu
minimal untuk mengurangi volume kotoran yang
dibuang ke selokan-selokan yang berada disekitar
jalan. Misalnya saja dengan adanya pembuatan
15
reaktor Biogas sebagai solusi untuk mengurangi
polusi dan merupakan energi terbarukan.
C. Peternak Susu Sapi Perah
Sudah kita ketahui bahwa Cikoneng I merupakan
penghasil susu murni yang cukup besar, ini ditunjang
dari sebagian besar warga Cikoneng I merupakan
peternak sapi perah ± 80% dari seluruh warga.
Karena itulah salah satu potensi besar ini
menjadi daya tarik tersendiri terutama dalam
pengelolaan dan pengolahan susu murni
Dari hasil wawancara dengan ketua kelompok
peternak sapi Kp. Cikoneng, Bp. Mamat, kurang lebih
ada 41 peternak sapi perah yang ada, dengan jumlah
sapi ± 201 ekor. Sebagaimana terlampir.
BAB III
PROGRAM KEGIATAN PLT DAN HASIL YANG DICAPAI
A. Program Kelompok I – SDE
Secara umum program yang kita jalankan lebih
mengarah kepada segala hal yang berkaitan dengan
16
peningkatan sumber-sumber ekonomi, adapun beberapa
poin dari program kami yakni:
1. Pengolahan makanan dari susu
Yang pertama kami lakukan yakni melakukan
eksperimen terlebih dahulu, untuk modal awal bagi
dalam menjalankan program-program selanjutnya,
yang intinya kami berusaha menemukan cita rasa
yang khas dan resep yang original.
2. Pelatihan pengolahan susu kepada masyarakat
Pelatihan ini merupakan hasil kesepakatan dari
rempug warga yang dilaksanakan pada tanggal 30
April 2014 dan menjadi program unggulan FGD
kelompok 1. Misalnya, Pembuatan Youghurt,
Karamel, Krupuk Susu, Ladu Susu dan Pudding vla
susu.
3. Pengemasan produk-produk olahan melalui branding
Ini merupakan salah satu strategi kami dalam
mengemas produk yang telah jadi hasil dari
eksperimen-eksperimen sebelumnya, itu semua
menjadi penting ketika tuntutan zaman semakin
maju dan mengharuskan kita untuk mampu bersaing
di persaingan lokal maupun global, tanpa adanya
kemasan hanya akan menjadi produk biasa yang
sulit berkembang.
17
B. Program Bersama PLT
1. Pelembagaan Karang Taruna Periode 2014/2015
Pelembagaan ini dimulai dari kondisi
organisasi ditingkat RW yang belum stabil, adanya
kevakuman dalam menjalankan organisasi menjadi
faktor awal tidak berjalannya program-program
yang seharusnya ada dimasyarakat, terlebih kaum
muda yang masih memiliki potensi besar dan
kemauan yang tinggi dalam menjalankan organisasi
kemasyarakatan paling bawah, salah satunya Karang
Taruna Bina Remaja.
Karang Taruna yang merupakan unit terkecil
ditingkat RW yang mempunyai tujuan pensejahteraan
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan baik itu yang berkaitan dengan
lingkungan, ekonomi, seni budaya dll. Ini semua
menjadi penting ketika dalam pemberdayaan sendiri
membutuhkan partner yang siap turun langsung ke
masyarakat lokal dan menjadi motor penggeraknya.
2. Pendirian Percontohan Biogas
Salah satu program unggulan kami dalam
menjalankan PLT 2014 yakni Pendirian Percontohan
Biogas, ini dilakukan sebagai solusi dalam
mengurangi sanitasi lingkungan yang ada, karena
dilihat dari potensi kotoran hewan yang . Biogas
sendiri memang bukan merupakan hal baru bagi
18
warga Cikoneng, ini sudah dimulai dari bantuan
yang diberikan dari POLBAN sejumlah tiga unit
reaktor dengan type II yang berbahan fiber. Namun
itu menjadi kendala ketika reaktor tersebut tidak
berjalan semestinya. Untuk itu kami berusaha
membuat percontohan biogas baru dengan
menggunakan teknologi tipe III yang terbuat dari
beton.
Dalam program percontohan sendiri kami
bekerja sama dengan pihak BIRU (Biogas Rumah) PT.
Mason Group yang telah lama menggeluti dunia
energi terbarukan ini. Untuk proyek pembuatan
sendiri memakan waktu ± tiga minggu.
C. Jadwal Kegiatan Selama PLT
Jadwal kami selama PLT berlangsung sebagaimana
terlampir dalam agenda kelompok dari tanggal 21
April-25 Juni 2014.
BAB IV
KAJIAN MATA KULIAH
A. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak lingkungan)
1. Fenomena Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan
19
Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan yang
memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan
secara optimal oleh pemerintah maupun masyarakatnya,
adanya Taman Wisata Alam Batu Kuda dan Pendakian
Gunung Manglayang belum ditunjang dengan sarana dan
prasarana yang memadai, untuk mengakses kesana saja
kita harus melalui jalanan penuh lubang.
Selain itu masyarakat Kampung Cikoneng 1 Desa
Cibiru Wetan memiliki potensi di bidang peternakan,
salah satunya komoditi Sapi perah, namun komoditi
ini belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Hasil
perahan susu sapi biasa mereka jual ke tengkulak
dengan harga yang relatif murah, padahal susu sapi
dapat diolah menjadi jenis makanan yang dapat
menghasilkan profit yang relatif tinggi, misalkan
kerupuk susu, karamel, dan yoghurt. Selain dapat
menjadi penghasilan yang menjanjikan, jenis makanan
tadi dapat menjadi ciri khas makanan Kampung
Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan.
2. Solusi: PS2A
Perbaiki Akses Jalan Munuju Objek Wisata
Seperti yang telah kita ketahui roda
transportasi akan berjalan mulus apabila akses jalan
yang dilalui tak ada hambatan. Dewasa ini banyak
akses jalan yang mulai memunculkan geliatnya,
program-program pemerintah dalam memperbaiki sarana
20
utama transportasi ini menjadi hal yang mutlak
mengingat akses jalan merupakan sarana utama dalam
proses menuju terciptanya masyarakat sejahtera.
Potensi yang melimpah dari Wisata Batu Kuda
dan Pendakian Gunung manglayang tak seirama dengan
akses jalan yang di laluinya, radius satu kilometer
menuju gerbang Objek Wisata atau sepanjang jalan Kp.
Cikoneng 1 banyak ditemukan jalan-jalan yang rusak
dan mengganggu kenyamanan para wisatawan yang hendak
berkunjung ke tempat wisata eksotis ini.
Perlu adanya sikap tegas aparat setempat dalam
menyikapi hal ini mengingat akses jalan merupakan
sarana utama dalam menjangkau tempat wisata ini,
dengan akses jalan yang nyaman akan banyak menarik
para wisatawan dan program Kampung Wisata akan
berjalan sesuai rencana.
3. Sarana sesuai 3 Azas
(Something to See, Something to Do, Something to
Use)
a.) Something to see
Dalam sebuah pariwisata yang bertujuan untuk
menunjang perekonomian, maka sebuah tempat wisata
harus memiliki nilai jual yang lebih dan meiliki
ciri khasnya, baik dari segi alam ataupun lingkungan
masyarakat yang terbuka kepada para wisatawan.
21
Alam yang indah merupakan modal utama Wisata
Batu Kuda, selain itu potensi di Kampung ini sangat
beragam, mayoritas masyarakat Kp. Cikoneng 1
memiliki peternakan sapi dapat menjadi potensi dalam
bidang pendidikan, dapat mengajarkan kepada para
pengunjung bagaimana cara memerah susu sapi.
Kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Wisata
Batu Kuda sesuai dengan potensi yang dimiliki bisa
saja di optimalkan dengan menjadikan Kampung
Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir ini menjadi ”Kampung
Wisata”
Kampung Wisata ini di kembangkan agar Kampung
Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir ini memiliki nilai jual
yang lebih dengan kekayaan alam yang dimilikinya.
Dalam menarik minat wisatawan agar datang ke Kampung
Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir, sebelumnya masyarakat
di Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir ini haruslah
diberdayakan terlebih dahulu agar mereka siap dengan
diadakannya program “Kampung Wisata” ini, sehingga
yang terangkat perekonomiannya tentunya masyarakat
desa sendiri, bukan masyarakat luar yang menanamkan
modalnya di Kampung Cikoneng 1Desa Cibiruhilir ini.
Dalam menunjang program “Kampung Wisata” ini
yang pertama dilakukan adalah mengembangkan Something
22
to see. Dalam mengembangkan Something to see, hal yang
dapat dilakukan adalah:
1. Bangun gerbang dengan semenarik mungkin
Seperti yang telah kita ketahui, saat kita
memasuki kawasan Kampung Cikoneng 1 Desa
Cibiruhilir ini hanya disambut oleh tugu yang
tidak jelas kelihatannya, ini jelas harus
diperbaiki terlebih dahulu agar saat kita memasuki
kawasan Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir
memiliki aura yang memanjakan wisatawan datang
lagi ke Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir.
2. Buat tulisan-tulisan yang memberikan informasi
edukasi di setiap flora yang ada
Dengan adanya tulisan-tulisan di setap tanaman
yang ada, baik di sepanjang jalanan Kampung
Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir yang membentang menuju
Taman Wisata Batu kuda, dan utamanya di Taman
Wisata Batu kuda seyogyanya haruslah ada sehingga
dapat memberi nilai edukasi kepada masyarakat yang
datang dan wisatawan yang berkunjung.
b.) Something to do
Ketika kita pergi ke suatu tempat untuk
berwisata kita akan memikirkan apa yang ada dan kita
lakukan disana. Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir
23
haruslah memiliki kejelasan lebih menitik beratkan
kepada wisata apa, penulis mengajukan kepada dinas
perhutani agar membuat plan menjadikan Taman Wiasata
Batu Kuda.
Sesuai dengan potensi yang di miliki TWBK maka
wisatawan dapat melakukan kegiatan berupa :
1. Wisata alam : berupa rekreasi di alam terbuka
sambil menikmati keindahan, keunikan, kesejukan,
gejala dan panorama alam lainnya. Kegiatan
lainnya yang dapat dilakukan adalah, mendaki
gunung, lintas alam, photo huting, bersantai dan
lain-lain.
2. Wisata Konvensi : kegiatan yang dapat
dilakukan adalah konvensi, lokakarya, workshop,
rapat yang dilakukan di lingkungan alam terbuka
sambil berwisata.
3. Wisata Pendidikan : berupa rekreasi di alam
terbuka sambil belajar tentang alam dan
lingkungan hidup sekitarnya, sehingga dapat
menanamkan rasa memiliki dan menyayangi alam.
c.) Something to buy
Tidak lengkap rasanya bila beriwisata tanpa
mencicipi atau membeli oleh-oleh khas daerah
tersebut, TWBK menawarkan makanan khas masyarakat D
Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir yang tidak mudah
24
didapatkan di daerah lain. Kupuk susu, karamael, dan
yoghurt menjadi pelengkap bagi para wisatawan yang
datang untuk berwisata.
Dalam hal ini masyarakat haruslah disadarkan
bahwa mereka memiliki potensi yang bisa di
maksimalkan, misalnya susu perah, jangan sampai
masyarakat Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir kalah
bersaing dengan para pendatang atau pemilik modal
dari daerah lain.
Masyarakat harus bisa menjadi pengusaha di
rumahnya sendiri, di Kampung Cikoneng Desa
Cibiruhilir haruslah ada rumah makan yang bisa
menjadi mata pencaharian warga dan wisatawan
pastinya memerlukan tempat istirahat selepas
mengakses Taman Wiasata yang jaraknya cukup jauh
daari gerbang.
4. Sosialisasi Gencarkan
Jika semua pihak yakni Dinas terkait dan
masyarakat sebagai objek pemberdayaan telah siap
dalam menjadikan Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir
ini menjadi Kampung Wisata maka hal mutlak yang
harus dilakukan adalah Sosialisasi.
Beragam metode sosialisasi haruslah dilakukan
dalam proses ini, misalnya mengundang pihak media
pertelevisian dan media elektronik lainnya, hal ini
25
dijadikan sebagai ajang perkenalan dan promosi
Kampung Wisata Cikoneng 1. Misalnya, media televisi
melakukan liputan khusus pariwisata mengenai objek
wisata, atau melakukan promosi atau iklan di koran
dengan kemasan yang menarik.
Ataupun ada metode lain, misalnya dengan jargon
Visit Batu Kuda 2016 dengan membagikan atau
menempelkan brosur ke daerah-daerah sekitar
Kabupaten Bandung dan keseluruh daerah di Indonesia.
Dan beberapa metode yang paling mutakhir yakni
dengan memanfaatkan media internet yang dengan mudah
dapat diakses oleh semua pihak baik wisatawan
domestik maupun mancanegara.
5. Amdal Pada Bidang Pariwisata
Jika dilihat dari AMDAL nya tentang pariwisata
tersebut dalam Undang-undang kepariwisataan tahun
2002 pada bab VII pasal 36 menekankan bahwa
pengembangan kawasan objek wisata agar didasarkan
pada pertimbangan aspek agama, sosial budaya,
kelestarian dan mutu lingkungan dan mengikutsertakan
masyarakat dalam mitra kepemilikan. Dengan mengacu
pada keputusan tersebut, kawasan wisata dapat
dikatakan baik dan atau bermutu adalah jika kawasan
dan objek wisata di bangun telah memperhatikan
aspek-aspek sesuai undang-undang.
26
Sektor pariwisata pada umumnya di jadikan
sektor unggulan oleh Pemerintah Daerah, karena
sektor ini dapat memacu sektor lainnya, seperti
peningkatan bisnis transportasi, hotel, restoran,
hiburan, perbankan, dll. Pada bidang pariwisata,
Amdal juga perlu digunakan untuk meminimalisir
kemunginan-kemungkinan dampak negative dari hasil
kegiatan mengenai pariwisata.
Pariwisata semula diduga tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan karena pariwisata adalah GREEN
INDUSTRY, ternyata akhir-akhir ini juga telah
memberikan dampak negatif terhadap SDA dan
lingkungan. Contoh saja pada area rekreasi yang ada
di tempat wisata. Dimana pengelolaan yang kurang
baik menyebabkan sampah sisa-sisa pengunjung
bertebaran di area tempat wisata. Dan hal ini
berimplikasi selain pada tingkat penurunan
pendapatan masyarakat sekitar, juga mengurangi
jumlah pengunjung dikawasan wisata. Selain itu
sampah dari pengunjung juga merusak habitat tumbuhan
sekitar yang di huni oleh binatang-binatang yang
juga dikonsumsi oleh masyarakat sekitar wisata.
Pengembangan kepariwisataan adalah pembangunan
kawasan wisata. Kawasan wisata adalah kawasan dengan
luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan wisata. Di dalam kawasan wisata
27
terdapat berbagai kegiatan seperti vila, taman
rekreasi, lapangan kemping, dan sebagainya. Kegiatan
pembangunan kawasan wisata menimbulkan dampak
penting, karena itu perlu disertai dengan studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
B. TTGSL (Teknologi Tepat Guna Sanitasi Lingkungan)
1. Methodologia. Alat Dan Bahan
1.) Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan biogas adalah :
a. Las
b. Martil
c. Pahat besi
d. Gergaji besi
e. Gergaji kayu
f. Penggaris
g. Mesin bubut
h. Bambu
i. Paku
j. Cangkul
k. Linggis
l. Serok
m. Ember
2.) Bahan
28
Bahan yang digunakan untuk membuat alat penghasil biogas ini berupa: a. Pipa besi dengan diameter 1-1,5 cm
dengan kran untuk saluran gas
b. Pipa besi dengan garis tengah 8cm untuk
saluran pengisian dan buangan
c. Pipa paralon untuk mengalirkan gas
d. Manometer sebanyak 3 buah
2. Lokasi Pembuatan Alat dan Pengoperasian
Pembuatan alat biogas ini dikerjakan oleh
pihak PT. Biru oleh Kang Yudi(senior alumni
jurusan PMI), karena keterbatan tenaga dan
peralatan yang dimiliki oleh mahasiswa.
Pengoperasian biogas berlokasi di Kampung
Cikoneng I Rt/Rw 02/01, Ds. Cibiru Wetan, Kec.
Cileunyi, Kab. Bandung. Tepatnya di lahan samping
Rumah Bpk. Yayat yang rumahnya ingin disaluri
biogas.
3. Rangkaian Alat
Rangkaian alat biogas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
29
4. Cara Kerja Alat(reaktor)
Campuran kotoran dan air (yang bercampur
dalam inlet atau tangki pencampur) mengalir
melalui saluran pipa menuju kubah. Campuran
tersebut lalu memproduksi gas setelah melalui
proses pencernaan di dalam reaktor. Gas yang
dihasilkan lalu ditampung di dalam ruang
penampung gas (bagian atas kubah).
Kotoran yang sudah berfermentasi dialirkan
keluar dari kubah menuju outlet. Ampas ini
dinamakan bio-slurry. Ia akan mengalir keluar
melalui overflow outlet ke lubang penampung
slurry. Gas yang dihasilkan di dalam kubah lalu
mengalir ke dapur melalui pipa. Model Pembangunan
Biogas yang kami buat di Cikoneng ini terdiri
dari 6 bagian utama yang akan dijelaskan berikut
ini:
Inlet (tangki pencampur)
Merupakan tempat (Tangki) untuk mencampur
kotoran dan air dengan perbandingan 1:1.
30
Pipa Inlet (bisa diadaptasi untuk dihubungkan
ke toilet) Pipa inlet untuk mengalirkan
campuran kotoran sapi ke dalam tangki reaktor
Digester
Penampung Gas (Kubah)
Manhole
Outlet & Overflow
Pipa Gas Utama
Katup Gas Utama
Saluran Pipa
Waterdrain
Pengukur Tekanan
Keran Gas
Kompor Gas dengan pipa selang karet
Lampu (opsional)
Lubang Bio-slurry
5. Tata Cara Pengisian
Kotoran ternak sapi segar yang sudah dihaluskan/dirajang dikumpulkan dimasukan ke dalaminlet dengan proses sebagai berikut:1. Kotoran sapi dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:1
2. Pengisian dilakukan melalui saluran
C. PPS (Pekerja Pelayanan Sosial)
31
Kampung Cikoneng 1 RW 001 Desa Cibiru Wetan
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Sesuai Pedoman
Dasar Karang Taruna, pengertian Karang Taruna adalah
Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi muda
yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan
tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di wilayah
desa/kelurahan ataukomunitas adat sederajat dan
terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan
sosial. Karang Taruna yang ada di kampung Cikoneng
sebelumnya mengalami kefakuman. Fakumnya Karang
Taruna ini disebabkan karena anggota beserta
Ketuanya banyak kegiatan sendiri - sendiri sehingga
masa depan karang taruna yang ada di Kampung
tersebut mengalami kefakuman. Setelah beberapa lama
fakum akhirnya karang taruna tersebut kembali
bangkit setelah adanya Praktek Lapngan Terpadu yang
di laksanakan oleh jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam Sunan Gunung Djati. Karang Taruna yang ada di
Kampung Cikoneng terdiri dari 22 orang. Hampir semua
anggota karang taruna ini masih aktif sekolah di SMP
maupun SMA. Adapun kegitan yang karang taruna
lakukan adalah :
Bidang Usaha Ekonomi Produktif
1.Merencanakan kegiatan usaha yang bertujuan
meningkatkan perekonomian anggota masyarakat.
32
2. Mengikutsertakan anggota dalam setiap
kegiatan pelatihan olahan makan dari susu sapi
seperti yougurt, caramel, kerupuk susu, dan ladu
susu pertanian dan lain-lain yang dapat
meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Bidang Pendidikan dan Latihan
1. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif agar
generasi muda tidak terjebak dalam pergaulan yang
negatif.
2. Mengikutsertakan generasi muda mengikuti latihan-
latihan kerja.
3. Membudayakan gerakan Hidup Sehat melalui gerakan
perilaku hidup sehat dan bersih
4. Mengaktifkan dan pengkaderan kader kesehatan
untuk menunjang keberhasilan kegiatan Posyandu di
desa.
5. Ikut berpartisipasi aktif dalam penyuluhan kepada
orang tua yang memiliki anak usia sekolah untuk
mengikuti Pendidikan TK dan TPA agar memenuhi
tuntutan pendidikan yang lebih maju dan agamis.
Bidang Keagamaan / Kerohanian
1. Mengadakan peringatan hari – hari besar
Keagamaan.
2. Mengadakan gotong royong menjaga kebersihan
lingkungan mesjid dan langgar.
33
3. Mengadakan yasinan dan shalawatan.
4. Mengikutsertakan masyarakat/remaja dalam setiap
kegiatan lomba yang bersifat agamis.
Bidang Pemuda / Olahraga
1. Selalu tampil dalam kegiatan yang diadakan oleh
masyarakat.
2. Membangun Jati Diri Bangsa dengan sikap mental dan
perilaku yang berbudaya dengan menumbuhkan
pengamalan sila-sila dalam Pencasila serta
membudayakan pemahaman Cinta Tanah Air dan ada
kemampuan awal bela negara.
3. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kemampuan
hidup dan keterampilan untuk bisa mandiri dan
upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
4. Mengikutsertakan generasi muda dalam pelatihan-
pelatihan untuk memperkaya pengetahuan sebagai
bekal untuk hidup mandiri.
5. Mempersiapkan tim olahraga baik putra maupun putri
dengan mengadakan latihan rutin minimal satu kali
seminggu.
6. Mengadakan dan mengikuti pertandingan persahabatan
dan kejuaraan olah raga baik di dalam mupun luar
desa.
34
Pembinaan Karang Taruna diatur dalam Permensos
83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.
Berikut kutipan isi pedoman:
Tujuan
Tujuan Karang Taruna adalah :
1. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan
kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap
generasi muda warga Karang Taruna dalam
mencegah, menagkal, menanggulangi dan
mengantisipasi berbagai masalah sosial.
2. Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan
generasi muda warga Karang Taruna yang
Trampil dan berkepribadian serta berpengetahuan.
3. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda
dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga
Karang Taruna.
4. Termotivasinya setiap generasi muda warga
Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi
dan menjadi perekat persatuan dalam
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
5. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga
Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
35
6. Terwujudnya Kesejahteraan Sosial yang semakin
meningkat bagi generasi muda di
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat
yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya
sebagai manusia pembangunan yang mampu
mengatasi masalah kesejahteraan sosial
dilingkungannya.
7. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial
generasi muda di desa/kelurahan atau
komunitas adat sederajat yang dilaksanakan
secara komprehensif, terpadu dan terarah
serta berkesinambungan oleh Karang Taruna
bersama pemerintah dan komponen masyarakat
lainnya.
Tugas
Setiap Karang Taruna mempunyai tugas pokok
secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen
masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah
kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi
muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif
maupun pengembangan potensi generasi muda di
lingkungannya.
Fungsi
Setiap Karang Taruna melaksanakan fungsi :
36
1. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.
2. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi
masyarakat.
3. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama
generasi muda dilingkunggannya secara
komprehensif, terpadu dan terarah serta
berkesinambungan.
4. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa
kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.
5. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan
kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda.
6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan,
jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan
memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk
dapat mengembangkan tanggung jawab sosial
yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif,
ekonomis produktif dan kegiatan praktis
lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan
potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya
secara swadaya.
8. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan
advokasi social bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial.
37
9. Penguatan sistem jaringan komunikasi,
kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai
sektor lainnya.
10. Penyelenggara usaha-usaha pencegahan
permasalahan sosial yang aktual.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dilihat dari aspek ekonomi di Kp Cikoneng ini
merupakan penghasil susu. Hampir 90 % warga
merupakan peternak sapi perah yang kesehariannya
tidak lain mengurusi sapi dan sibuk mencari pakan
sapi di ladang-ladang yang telah ditanami rumput-
rumput gajah (khusus pakan sapi). Selain dilihat
dari aspek ekonominya, Kp Cikoneng juga dilihat dari
aspek pendidikan. Pendidikan di Kp Cikoneng kurang
diperhatikan oleh warga baik dari segi pendidikan
umum ataupun pendidikan agama, ini berdampak kepada
tingkat kemauan warga untuk menyekolahkan anak-
anaknya sangat rendah, untuk ukuran lulusan SMA pun
sangat sedikit apalagi lulusan sarjana sangat minim
sekali sekitar satu atau dua orang saja. Ini menjadi
keprihatinan tersendiri terlebih untuk menunjang
masa depan anak-anak khususnya di Cikoneng.
Adapun program yang di lakukan oleh kelompok 1
yaitu lebih menekankan kepada sumber daya ekonomi.
Tujuannya yaitu memberdayakan masyarakat Kp Cikoneng
1 dalam potensi yang ada di dalamnya seperti
mengolah susu sapi menjadi bahan olahan makanan
seperti caramel, yuogurt, kerupuk susu dan ladu
39
susu. Program ini terlaksana semua. Keberhasilan
program ini dapat dikembalikan lagi terhadap warga
Cikoneng 1, karena mereka yang memberikan respon
baik atau tidaknya.
Jika diukur dengan nilai baik atau tidaknya itu
sudah biasa, Namun dalam program yang dilaksanakan
ini tidak dilakukan ketika praktik saja, akan
tetapi, ada kelanjutan dari program tersebut. Agar
masyarakat dapat melanjutkannya.
40