Post on 13-May-2023
Ringkasan Eksekutif
i‐1
Ringkasan Eksekutif
A. LATAR BELAKANG
Setahun setelah peluncuran dokumen Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framework for Action/HFA), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) yang saat ini menjadi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa‐Bangsa (UNDP) meluncurkan dokumen Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB). Pelaksanaan peluncuran RAN PRB ini dilaksanakan pada tangal 24 Januari 2007 di Jakarta yang diikuti berbagai pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah. Hal ini sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap Resolusi PBB No.63/1999 yang ditindaklanjuti dengan HFA dan Beijing Action. Berdasarkan kebijakan tersebut mulai dimasukkan kegiatan‐kegiatan pengurangan risiko bencana ke dalam program pembangunan. RAN PRB ini bertujuan untuk mengubah paradigma dalam menangani bencana alam yang selama ini lebih bersifat responsif dalam menangani bencana, menjadi suatu kegiatan yang bersifat preventif, sehingga bencana alam itu selain mungkin dapat dicegah atau diminimalkan (mitigasi), juga risikonya dapat dikurangi atau malah ditiadakan. Sejak diluncurkan dokumen RAN PRB, belum diketahui sejauhmana kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdapat di dalam dokumen tersebut. Selain itu, perlu juga ditelusuri bagaimana pengalaman dan strategi masing‐masing pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun di daerah. Selain itu, banyak instansi pemerintah di pusat dan daerah, donor/komunitas internasional, NGO dan Perguruan Tinggi yang melakukan program dan kegiatan pengurangan risiko bencana dengan menggunakan cara pandang masing‐masing dalam konteks kebijakan. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk melakukan evaluasi kemajuan pelaksanaan RAN PRB dan sekaligus dapat menjadi masukan kebijakan dalam rangka penyusunan National Platform pengurangan risiko bencana dan pelaksanaan HFA di Indonesia.
B. POSISI RAN PRB 2006‐2009
Pada awal munculnya RAN PRB 2006‐2009 belum terdapat dasar hukum yang menjadi landasan dalam penyusunan dokumen tersebut. Dasar penyusunan dokumen itu merujuk kepada dokumen HFA yang merupakan komitmen global dalam rangka pengurangan risiko bencana. Setelah peluncuran RAN PRB itu baru terbit berbagai peraturan perundang‐undangan yang terkait dengan penyusunan RAN PRB walaupun di dalam dokumen RAN PRB terdapat daftar kegiatan penyusunan Undang‐undang Penanggulangan Bencana beserta berbagai peraturan turunannya. Setelah peluncuran
Ringkasan Eksekutif
i‐2
RAN PRB pada tahun 2007, maka dilakukan proses evaluasi terhadap implementasi kebijakan dimaksud. Dari hasil evaluasi ini akan melahirkan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan terhadap proses penyusunan RAN PRB selanjutnya yaitu untuk Tahun 2010‐2014. Di samping itu, sebagaimana arahan dalam HFA untuk membentuk National Platform atau semacam forum nasional yang terdiri dari berbagai stakeholders yang memiliki komitmen kebijakan dan program pengurangan risiko bencana. Berikut ini dapat digambarkan posisi hubungan antara dokumen RAN PRB Tahun 2006‐2009 terhadap berbagai peraturan perundang‐undangan, sebagai berikut:
C. TUJUAN PELAKSANAAN EVALUASI
Kegiatan evaluasi pelaksanaan RAN‐PRB Tahun 2007‐2008 ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan gambaran mengenai implementasi RAN PRB melalui implementasi
RKP, Rencana Kerja kementerian/lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, komitmen donor/komunitas internasional, komitmen NGO dan komitmen kalangan Perguruan Tinggi.
2. Melihat sejauhmana dinamika dalam pelaksanaan RAN PRB yang difokuskan pada aspek mekanisme, kelembagaan, pendanaan dan indikator sebagaimana yang telah dirumuskan dalam dokumen rencana aksi dimaksud.
3. Memberikan masukan kebijakan dalam rangka penyusunan National Platform pengurangan risiko bencana dan pelaksanaan komitmen HFA di Indonesia.
Ringkasan Eksekutif
i‐3
D. METODOLOGI EVALUASI
Aspek evaluasi yang dipergunakan untuk menilai pelaksanaan RAN PRB yaitu konsistensi, koordinasi, kapasitas dan konsultasi. Kelompok sasaran dalam pelaksanaan evaluasi ini yaitu Kementerian/Lembaga, Donor/komunitas internasional, NGO, Perguruan Tinggi dan Pemerintag Daerah. Beberapa teknik pengumpulan data dan informasi dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008 ini yaitu sebagai berikut; Review terhadap dokumen perencanaan, Review terhadap regulasi, Review terhadap laporan sekunder , Konsultasi dan pengumpulan dengan pemangku kepentingan terkait, Rapat/forum koordinasi, dan FGD/Workshop. E. RUANG LINGKUP EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan RAN PRB ini akan difokuskan pada lima prioritas RAN PRB yang ini sesuai dengan HFA. yaitu sebagai berikut : 1 Meletakkan PRB sebagai prioritas nasional maupun daerah dengan dasar
kelembagaan yang kuat untuk melaksanakan. 2 Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau resiko bencana serta menerapkan
system peringatan dini. 3 Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya
keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan. 4 Mengurangi cakupan resiko bencana. 5 Meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat,
agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif. F. EVALUASI ASPEK KONSISTENSI
Pada aspek konsistensi ada beberapa hasil, antara lain; Pertama, terdapat konsistensi antara dokumen perencanaan pada K/L secara formal melalui proses Musrenbang Nasional yang dokumen perencanaannya dituang ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007 dan 2008. Kedua, minimnya jumlah K/L yang memasukkan PRB ke dalam Renja K/L di setiap prioritas nasional tahunan. Ketiga, secara umum antara perencanaan dengan pelaksanaan telah terjadi konsistensi, namun ada beberapa stakeholders yang kurang berperan aktif, serta ada beberapa stakeholders yang tidak tercantum dalam RAN PRB namun melaksanakan kegiatan. Keempat, terdapat beberapa stakeholders yang tidak merujuk kepada RAN PRB namun memiliki dasar yang kuat dalam melaksanakan PRB G. EVALUASI ASPEK KOORDINASI
Untuk aspek koordinasi, terdapat beberapa hasil evaluasi, antara lain; Pertama, terdapat beberapa mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan yang dilakukan oleh stakeholders, seperti antara K/L dengan K/L, K/L dengan Donor/komunitas
Ringkasan Eksekutif
i‐4
internasional/NGO, Perguruan Tinggi dengan K/L dan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi dengan Donor/komunitas internasional/NGO dan pola hubungan lainnya. Kedua, mekanisme koordinasi pelaksanaan maka dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kuadran, yaitu :
1) Stakeholders yang berkomitmen dan melaksanakan kegiatan PRB 2) Stakeholders yang berkomitmen namun tidak melaksanakan kegiatan PRB 3) Stakeholders yang tidak berkomitmen tapi melaksanakan kegiatan PRB 4) Stakeholders yang tidak berkomitmen dan tidak melaksanakan kegiatan PRB
Ketiga, mekanisme koordinasi yang baik telah menghasilkan pelaksanaan kegiatan PRB yang saling mendukung, saling melengkapi, dan menghindari terjadinya tumpang tindih program/kegiatan PRB antar stakeholders H. EVALUASI ASPEK KAPASITAS
Sedangkan hasil evaluasi untuk kapasitas, antara lain; Pertama, sangat minim stakeholders yang fokus dalam melaksanakan kegiatan PRB. Kedua, terdapat keberagaman aturan, mekanisme, dan tindak lanjut dalam menyusun perencanaan sampai pelaksanaan. Ketiga, terdapat unit khusus atau struktural pada K/L yang menangani kegiatan PRB, namun ada pula K/L yang tidak memiliki unit khusus atau struktural namun melaksanakan kegiatan PRB. Keempat, masih terbatasnya kapasitas SDM baik secara kuantitas dan kurang memadai secara kualitas. Kelima, keterbatasan kemampuan pendanaan dari berbagai stakeholders menyebabkan minimnya kegiatan PRB yang terimplementasi oleh stakeholders I. EVALUASI ASPEK KONSULTASI
Untuk hasil penilaian aspek konsultasi, yaitu; Pertama, media partisipasi masyarakat dilaksanakan melalui forum pertemuan, pelatihan dan kampanye pendidikan/lokakarya/seminar, dan fasilitasi pendampingan. Kedua, ketersediaan akses informasi dan kemudahan akses informasi publik dalam rangka mendukung partisipasi publik melalui media elektronik dan cetak seperti film, video, radio, TV, buku, brosur, pamfet, leaflet, stiker. website dan internet J. REKOMENDASI
11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt
• Diperlukannya percepatan penyusunan kebijakan turunan dan pedoman teknis
yang merupakan penjabaran dari peraturan perundang‐undangan yang terkait dengan PRB
• Perlunya keseriusan K/L dalam mengintegrasikan program/kegiatan PRB ke dalam salah satu prioritas kebijakan kelembagaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing‐masing
Ringkasan Eksekutif
i‐5
• Mendorong komitmen Donor/Komunitas Internasional/NGO dalam perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan PRB dengan memperhatikan regulasi atau peraturan perundang‐undangan yang berlaku secara nasional
• Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam penyusunan program/kegiatan PRB pada masing‐masing instansi melalui beberapa bentuk kegiatan antara lain pelatihan manajemen bencana, pengolahan data bencana, TOT, dan lain sebagainya.
• Pentingnya penyelenggaraan kegiatan PRB yang berbasis masyarakat secara berkelanjutan dan berkesinambungan, misalnya kelompok kerja masyarakat, kelompok belajar masyarakat
22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa
mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii
• Meningkatkan penguasaaan pengembangan aplikasi pengkajian risiko bencana pada seluruh stakeholders di tingkat pusat dan daerah melalui riset secara terpadu untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
• Mengembangkan inovasi dan mengintensifkan kegiatan pengembangan dan pengenalan terhadap berbagai sistem peringatan dini (early warning system) yang berbasis teknologi tepat guna dalam rangka kesiapsiagaan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi bencana di ditingkat nasional dan lokal.
• Mengoptimalkan kegiatan pemetaan dan sosialisasi program/kegiatan RAN PRB terutama pada daerah rawan bencana
• Meningkatkan profesionalisme dan penguatan kapasitas aparatur di tingkat pusat dan daerah dalam pengelolaan sistem peringatan dini (early warning system)
• Perlunya pelaksanaan standarisasi yang dilakukan oleh stakeholders terhadap sistem evakuasi yang aman, identifikasi jalur penyelamatan, pelatihan dan dilengkapi dengan simulasi dalam menghadapi resiko regional darurat
33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk
mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt..
• Peningkatan pengetahuan dan keterampilan terhadap aparatur dan masyarakat
dalam merespon dan memahami aplikasi teknologi informasi terhadap risiko bencana
• Peningkatan kepedulian publik terhadap isu pengurangan risiko bencana melalui keterlibatan media massa dalam rangka penyebarluasan pemahaman dan pengetahuan publik terhadap penanganan dan penanggulangan becana di Indonesia
• Peningkatan kapasitas masyarakat untuk pengurangan risiko bencana melalui pelatihan dan pendidikan yang lebih terfokus dan terstruktur
Ringkasan Eksekutif
i‐6
• Menciptakan variasi dalam public education untuk risiko bencana melalui peta maupun pengembangan data dan informasi bencana untuk mengetahui grafik perkembangan bencana.
44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa
• Perlunya penanganan masalah lingkungan secara menyeluruh dengan mereduksi kerentanan dan kondisi tidak aman, tekanan‐tekanan dinamis dan akar permasalahan.
• Perlunya upaya‐upaya strategis penguatan kapasitas dalam meminimalkan dampak, membangun cadangan pangan, penganekaragaman sumber produksi, penganekaragaman sumber pemasukan, membangun jaringan dukungan sosial, serta adaptasi pasca kejadian.
• Perlunya percepatan penyusunan dokumen strategi nasional dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara nasional di kawasan rawan bencana termasuk wilayah pesisir dan pulau‐pulau kecil, yang dapat diimplementasikan oleh segenap stakeholder baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah
• Mengarusutamakan (mainstreaming) konsep pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan pembangunan daerah (RPJMD/RKPD dan RTRW di tingkat Provinsi/Kab/Kota)
55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff..
• Perlunya mengakomodasi skema pengurangan risiko bencana dan/atau
pemberdayaan masyarakat ke dalam kebijakan pembangunan • Perlunya upaya untuk lebih memperkuat kesiapsiagaan masyarakat melalui
pelatihan, tsunami drill, dan lain sebagainya secara merata di seluruh provinsi di Indonesia
• Pemerintah Kabupaten/Kota perlu melibatkan partisipasi masyarakat dalam Musrenbang di setiap tingkatan
• Perlunya penyediaan contigency plan (penanganan sewaktu terjadi bencana) termasuk sumberdaya manusia dan sarana‐prasarana yang memadai.
• Mengikutsertakan peran serta dan partisipasi masyarakat (kelompok‐kelompok masyarakat) pada tingkat kesiapsiagaan dalam upaya pengarusutamaan pengurangan resiko bencana dalam konteks kelembagaan di tingkat pusat dan daerah.
Daftar Isi
i‐7
Daftar Isi Ringkasan Eksekutif i‐1 Daftar Isi i‐7 Daftar Tabel i‐9 Daftar Gambar i‐11 Daftar Singkatan i‐12 I PENDAHULUAN I‐1 I.1 Latar Belakang I‐1 I.2 Beberapa Kegiatan Penyebarluasan RAN PRB I‐5 I.3 Tujuan Evaluasi I‐6 I.4 Sasaran Evaluasi I‐7 I.5 Ruang Lingkup I‐7 I.6 Tahapan Pelaksanaan I‐8 1.7 Sistematika Penulisan Laporan I‐9 II METODOLOGI EVALUASI II‐1 II.1 Kerangka Dasar Evaluasi Kinerja II‐1 II.2 Kelompok Sasaran II‐1 II.3 Teknik Pelaksanaan Evaluasi II‐4 II.4 Kerangka Kerja Logis Evaluasi II‐4 II.5 Aspek Evaluasi dan Indikator II‐6
III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI NASIONAL PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2007‐2008
III‐1
III.1
Fokus Prioritas I : Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat
III‐2
III.2 Fokus Prioritas II : Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini
III‐18
III.3
Fokus Prioritas III : Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat
III‐36
III.4 Fokus Prioritas IV : Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana
III‐52
III.5 Fokus Prioritas V : Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respon yang dilakukan lebih efektif.
III‐62
Daftar Isi
i‐8
IV EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI NASIONAL PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2007‐2008 III
IV‐1
IV.1 Aspek Konsistensi IV‐1 IV.2 Aspek Koordinasi IV‐14 IV.3 Aspek Kapasitas IV‐33 IV.4 Aspek Konsultasi IV‐40 V PENUTUP V‐1 V.1 KESIMPULAN V‐1 5.1.1 Konsistensi V‐1 5.1.2 Koordinasi V‐1 5.1.3 Kapasitas V‐2 5.1.4 Konsultasi V‐3 V.2 REKOMENDASI V‐3 VI DAFTAR PUSTAKA VI‐1 Daftar Pustaka VI‐1
Daftar Tabel
i‐9
Daftar Tabel
No Judul Tabel Hal I‐1 Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008 I‐9
II‐1 Pengkategorian Kelompok Sasaran Evaluasi Menurut Institusi II‐2 II‐2 Aspek dan Indikator Evaluasi II‐7
3‐1 Stakeholders pada Prioritas I RAN PRB III‐2 3‐2 Matriks Kegiatan Prioritas I RAN PRB III‐3
3‐3 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas I, Kegiatan Utama: Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukum
III‐4
3‐4 Beberapa Regulasi yang Terkait dengan Pengurangan Risiko Bencana III‐9
3‐5 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas I, Kegiatan Utama: Sumber Daya
III‐12
3‐6 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas I, Kegiatan Utama: Partisipasi Masyarakat
III‐16
3‐7 Stakeholder pada Prioritas II RAN PRB III‐18
3‐8 Matriks Kegiatan Prioritas II RAN PRB III‐18
3‐9 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II, Kegiatan Utama: Pengkajian Risiko Pada Skala Nasional dan Lokal
III‐20
3‐10 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II, Kegiatan Utama: Peringatan Dini
III‐25
3‐11 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II, Kegiatan Utama: Kapasitas
III‐30
3‐12 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II, Kegiatan Utama: Risiko Regional Darurat
III‐32
3‐13 Stakeholder Pada Prioritas III RAN PRB III‐34
3‐14 Matriks Kegiatan Prioritas III RAN PRB III‐35
3‐15 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB, Kegiatan Utama : Manajemen Informasi dan Pertukaran Informasi
III‐36
3‐16 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB, Kegiatan Utama : Pendidikan dan Pelatihan
III‐41
3‐17 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB, Kegiatan Utama : Penelitian
III‐44
3‐18 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB, Kegiatan Utama : Kepedulian Publik
III‐46
Daftar Tabel
i‐10
No Judul Tabel Hal 3‐19 Stakeholders Pada Prioritas IV RAN PRB III‐49
3‐20 Matriks Kegiatan Prioritas IV RAN PRB III‐50
3‐21 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas IV RAN PRB, Kegiatan Utama : Manajemen Sumberdaya Alam dan Lingkungan
III‐52
3‐22 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas IV RAN PRB, Kegiatan Utama : Pengembangan Sosial dan Ekonomi
III‐55
3‐23
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas IV RAN PRB, Kegiatan Utama : Perencanaan Tata Guna Lahan dan Pengaturan Teknis Lainnya
III‐57
3‐24 Stakeholders Pada Prioritas V RAN PRB III‐59
3‐25 Matriks Kegiatan Prioritas V RAN PRB III‐59
3‐26
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V, Sub Kegiatan Kapasitas Penanganan Bencana: Kebijakan, Kapasitas Teknik dan Kelembagaan
III‐60
3‐27
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V, Sub Kegiatan Dialog, Koordinasi Dan Pertukaran Informasi Antara Manajer dan Sektor Pembangunan
III‐62
3‐28
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V, Sub Kegiatan Pendekatan Regional Untuk Respon Bencana Dengan Fokus Pengurangan Risiko
III‐64
3‐29
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V, Sub Kegiatan Review Dan Menyiapkan Latihan Kesiapsiagaan Serta Rencana Kontinjensi
III‐66
3‐30 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V, Sub Kegiatan Dana Darurat
III‐72
3‐31 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V, Sub Kegiatan Sukarela dan Partisipasi
III‐73
4‐1 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas I RAN PRB IV‐16
4‐2 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas II RAN PRB IV‐18
4‐3 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas III RAN PRB IV‐22
4‐4 Perencanaan Prioritas IV RAN PRB dalam RKP Tahun 2007 dan 2008 IV‐24
4‐5 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas IV RAN PRB IV‐25
4‐6 Perencanaan Prioritas V RAN PRB dalam RKP Tahun 2007 dan 2008 IV‐27
4‐7 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas V RAN PRB IV‐29
4‐8 Pandangan Stakeholders tentang Kapasitas Pendanaan Kegiatan PRB IV‐33
Daftar Gambar
i‐11
Daftar Gambar
No Judul Gambar Hal I.1 Posisi RAN PRB 2006‐2009 terhadap Regulasi Penanggulangan Bencana I‐4
II.1 Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) Evaluasi II‐5
Daftar Singkatan
i‐12
Daftar Singkatan 4‐K Konsistensi, Koordinasi, Kapasitas dan Konsultasi
AACDM ASEAN Committee on Disaster ManagementADRC Asian Disaster Reduction CenterAMDAL Analisis Mengenai Dampak LingkunganASEAN Association of Southeast Asian NationsAUSAID Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and
Development
BBAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBakornas PB Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana sekarang menjadi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) BAKOSURTANAL Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional BBR Bantuan‐Bahan Bangunan RumahBGR‐GTZ Bundesanstalt für Geowissenschaften und Rohstoffe ‐ German
Cooperation Agency (Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit)
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKPRD Badan Koordinasi Penataan Ruang DaerahBMG Badan Meteorologi dan GeofisikaBPPT Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiBPS Badan Pusat StatistikBPBD Badan Penanggulangan Bencana DaerahBRR Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan
Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara
BSB Brigade Siaga Bencana
Daftar Singkatan
i‐13
CCBDM Community Based Disaster ManagementCCR Coastall Commmunity ResilienceCBRR Community‐Based Risk ReductionCEEDEDS Center for Earthquake Engineering, Dynamic Effect and Disaster
Studies, UII DIY CIDA Canadian International Development AgencyCII CARE International of IndonesiaCSS Children Science Support
DDEPDAG Departemen PerdaganganDEPDAGRI Departemen Dalam NegeriDEPDIKNAS Departemen Pendidikan NasionalDEPHAN Departemen PertahananDEPHUB Departemen PerhubunganDEPHUKHAM Departemen Hukum Dan Hak Asasi ManusiaDEPHUT Departemen KehutananDEPKES Departemen KesehatanDEPKOMINFO Departemen Komunikasi dan InformatikaDEPPERIN Departemen PerindustrianDEP.PU Departemen Pekerjaan UmumDEPSOS Departemen SosialDEPTAN Departemen PertanianDESDM Departemen Energi dan Sumber Daya MineralDiBi Data dan Informasi Bencana IndonesiaDIPECHO Disaster Preparedness The European Commission's Humanitarian
Aid Department DIY Daerah Istimewa YogyakartaDKP Departemen Kelautan dan PerikananDRH‐AA Disaster Reduction Hyperbase‐Asian Aplication DRR Pengurangan Resiko Bencana (Disaster Risk Reduction) DSF Fasilitas Pendukung Desentralisasi (Decentralization Support
Facility) DUMLAP Dapur Umum Lapangan
EECHO European Commission Humanitarian Aid Department ECLAC Economic Commission for the Latin America and Caribean ELM Emergency Logistic Management
Daftar Singkatan
i‐14
ERT Emergency Response Team (Tim Tanggap Darurat) EWS Early Warning System
FFAO Food and Agriculture OrganizationFASOS Fasilitas SosialFASUM Fasilitas UmumFAQ Frequently Asked QuestionsFKDM Forum Kewaspadaan Dini MasyarakatFGD Focus Group DiscussionFOSS‐GIS Free Open Source Software ‐ Geographic Information System
GGITEWS German‐Indonesian Cooperation for Tsunami Early Warning SystemGPS Global Positioning SystemGRA General Risk AssessmentGTZ German Cooperation Agency (Gesellschaft fuer Technische
Zusammenarbeit)
HHEA Household Economic ApproachHFA Hyogo Framework for Action (Kerangka Aksi Hyogo) HOPE Hospital Preparedness for EmergencyHSF Hanns Seidel Foundation
IIFRC International Federation of Red CrossIGOS Indonesia Go Open SourceILO Organisasi Buruh Internasional (International Labor Organization)INDR International Decade for Natural Disaster Reduction IOC Intergovernmental Oceanographic Commission IRACT Indonesian Rapid Assessment and Coordination Training ISDR International Strategy for Disaster ReductionITB Institut Teknologi Bandung, Jawa BaratITCDRR International Training Consortium on Disaster Risk Reduction ITS Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
JJabar Jawa Barat Jateng Jawa TengahJICA Japan International Cooperation AgencyJICS Japan International Cooperation System
Daftar Singkatan
i‐15
JTIC Jakarta Tsunami Information CentreJSPS The Japan Society for the Promotion of Science
KKBBM Kesiapsiagaan Bencana Berbasis MasyarakatKEMENEG PP Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan KEMENEG RISTEK Kementerian Negara Riset dan TeknologiKEMENKO KESRA Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat KEMENPERA Kementerian Perumahan RakyatKEPMEN Keputusan MenteriKesos Linmas Kesejahteraan Sosial dan Perlindungan Masyarakat KK Kepala KeluargaK/L Kementerian/ LembagaKLH Kementerian Lingkungan HidupKNPI Komite Nasional Pemuda IndonesiaKOGAMI Komunitas Siaga Tsunami
LLAPAN Lembaga Antariksa dan Penerbangan Angkasa Nasional LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaLKS Lembar Kerja SiswaLSS Logistic Support System
MMDGs Millenium Development GoalsMEWS Meteorologi Early Warning SystemMFR Medical First ResponderMI Madrasah IbtidaiyahMIS Management Information SystemMMI Modified Mercalli Intensity (peta Informasi makro gempa bumi)MPBI Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia MTR Evaluasi Paruh Waktu (Mid Term Review)Monev Monitoring dan Evaluasi
NNAD Nanggroe Aceh DarussalamNGO Lembaga Swadaya Masyarakat (Non‐Govermental Organization)NSPM Norma Standar Prosedur ManualNTB Nusa Tenggara BaratNTT Nusa Tenggara TimurNU Nahdatul Ulama
Daftar Singkatan
i‐16
OOxfam GB Oxford Family Great BritainOISCA Organization for Industrial, Spiritual and Cultural AdvancemenOrsos Organisasi SosialOSS Open Source Software
PP3B Perencanaan dan Pengendalian BencanaPAD Pendaptan Asli DaerahPBDRM NU Pesantren Based Disaster Risk Management– Nahdlatul UlamaPBB Perserikatan Bangsa‐BangsaPCA People’s Consultative AssemblyPemda Pemerintah DaerahPerda Peraturan Daerahperpres Peraturan Presidenperpu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang PERTAMA Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat PIRBA Pusat Informasi Riset Bencana AlamPMB ITB Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung PMI Palang Merah Indonesiapp Peraturan PemerintahPOLRI Kepolisian Republik IndonesiaPOSKO POS KomandoPRIME Preparedness Response Influence to Policy a Model for Emergency
Response PROTAP Prosedur TetapPSBA UGM Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gajah Mada PSC Public Save Community, MakassarPT Perguruan Tinggi
RRI Republik IndonesiaRADIUS Risk Assessment Tool for Diagnostic of Urban against Seismic
Disaster RAPI Radio Antar Penduduk IndonesiaRAD Rencana Aksi DaerahRAN PRB Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana RAM Rencana Aksi MasyarakatRanperda Rancangan Peraturan DaerahRenja Rencana Kerja
Daftar Singkatan
i‐17
Renstra Rencana StrategisRakor Rapat KoordinasiRCC Regional Crissis Center (Pusat Penanggulangan Krisis Regional)RKA‐KL Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga RKP Rencana Kerja PemerintahRKPD Rencana Kerja Pemerintah DaerahRPJM Rencana Pembangunan Jangka MenengahRPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RTRW Rencana Tata Ruang WilayahRTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenRTU Rescue Tactical UnitRUU PB Rancangan Undang‐Undang Penanggulangan Bencana
SSATGAS Satuan TugasSatgassos PB Satuan Petugas Sosial Penanggulangan Bencana SATKORLAK PB Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Provinsi)SATLAK PB Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Kabupaten/Kota)SC‐DRR Safe Community‐Disaster Risk ReductionSD Sekolah DasarSDA Sumber Daya AirSDM Sumber Daya ManusiaSEKDA Sekretaris DaerahSETDA Sekretariat DaerahSIKN Sistem Informasi Kebencanaan NasionalSIRMA Sistem Informasi Risiko Multi BencanaSKPD Satuan Kerja Perangkat DaerahSMP Sekolah Menengah PertamaSMU Sekolah Menengah UmumSOP Sistem Operasi dan ProsedurSPGDT Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu SulSel Sulawesi Selatan
TTA Tahun AnggaranTAGANA Taruna Siaga BencanaTEWS Tsunami Early Warning SystemTMC Teknik Modifikasi CuacaTNI Tentara Nasional IndonnesiaTOT Training of Trainer Course
Daftar Singkatan
i‐18
TRC Tim Reaksi CepatTTF Technical Task Force
UUGM Universitas Gajah MadaUII Universitas Islam IndonesiaUKM Usaha Kecil dan MenengahUN Perserikatan Bangsa‐Bangsa (United Nations)UNDP Program Pembangunan PBB (United Nations Development
Programme) UNFPA United Nations Family Planning AgencyUNICEF United Nations Children’s FundUNISDR United Nations International Strategy for Disaster Reduction UNHAS Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan UNOCHA United Nations Office Coordination Humanitarian Affairs UNORC United Nations Office of the Recovery Coordinator UNTWG‐DRR The United Nations Technical working Group for Disaster Risk
Reduction UPN Veteran Universitas Perjuangan Nasional VeteranUSAID United State Agency for International Development UU Undang‐Undang
WWB World Bank (Bank Dunia)WFP World Food ProgramWHO Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) WSSD World Summit on Sustainability Development
YYayasan‐IDEP Yayasan‐Indonesian Development of Education and Permaculture
Pendahuluan Bab I
I‐1
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan bahwa tahun 1990‐1999 sebagai Dekade Internasional untuk Reduksi Bencana Alam dengan tema “Membangun Budaya Pencegahan”. Beberapa upaya dilakukan untuk mengembangkan komitmen luas bagi aktivitas yang dapat mereduksi konsekuensi dari bencana alam. International Decade for Natural Disaster Reduction (INDR) ini idenya berasal dari ilmuwan dan teknokrat, yang termotivasi untuk memperluas ruang lingkup ilmu pengetahuan dan kemampuan teknologi dalam reduksi bencana.
Pada tahun 1994, sebuah konferensi dunia tentang Reduksi Bencana Alam dilaksanakan di Yokohama, Jepang. Konferensi ini menekankan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan dan tanggungjawab utama untuk melindungi warganya, infrastruktur dan kepentingan nasional, aset sosial atau ekonomi dari dampak bencana alam. Konferensi Yokohama kemudian merumuskan strategi dan rencana aksi bagi dunia yang lebih aman. Basis dari strateginya adalah kesadaran dan pengakuan bahwa bencana alam terus menimpa dan meningkat dalam magnitude, kompleksitas, frekuensi dan dampak ekonomi. Fenomena bencana alam yang menyebabkan bencana yang terjadi di luar kontrol manusia itu merupakan hasil dari aktivitas manusia. Untuk itu, masyarakat harus mengenali dan memperkuat metode‐metode tradisional dan mencari jalan baru untuk hidup dengan risiko bencana, dan mengambil langkah‐langkah penting untuk mencegah dan juga mengurangi dampak dari bencana. Kapasitas untuk melakukan hal ini sangat memungkinkan. Berikut ini 10 prinsip strategi Yokohama yang sangat relevan bagi pengurangan risiko bencana saat ini, sebagai berikut :
1. Pengkajian risiko bencana adalah langkah yang diperlukan untuk penerapan kebijakan dan upaya pengurangan risiko bencana yang efektif;
2. Pencegahan dan kesiapsiagaan bencana sangat penting dalam mengurangi kebutuhan tanggap bencana;
3. Pencegahan bencana dan kesiapsiagaan merupakan aspek terpadu dari kebijakan pembangunan dan perencanaan pada tingkat nasional, regional dan internasional
4. Pengembangan dan penguatan kemampuan untuk mencegah, mengurangi dan mitigasi bencana adalah prioritas utama dalam Dekade Pengurangan Bencana Alam Internasional;
5. Peringatan dini terhadap bencana dan penyebarluasan informasi bencana yang dilakukan secara efektif dengan menggunakan sarana telekomunikasi adalah faktor kunci bagi kesuksesan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana;
6. Upaya‐upaya pencegahan akan sangat efektif bila melibatkan partisipasi masyarakat lokal (lembaga adat dan budaya setempat), nasional, regional dan internasional;
Pendahuluan Bab I
I‐2
Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana, dimana di dalamnya telah disusun prioritas aksi reduksi bencana 2005 sampai dengan 2015 yang meliputi 5 Prioritas Rencana Aksi RAN PRB : 1. Memastikan bahwa peredaman risiko
bencana merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya
2. Mengidentifikasi, menjajagi dan memonitor risiko‐risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini
3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat
4. Meredam faktor‐faktor risiko yang mendasari
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat
7. Kerentanan terhadap bencana dapat dikurangi dengan menerapkan desain dan pola pembangunan yang difokuskan pada kelompok‐kelompok masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat;
8. Masyarakat internasional perlu berbagi teknologi untuk mencegah, mengurangi dan mitigasi bencana, dan hal ini sebaiknya dilaksanakan secara bebas dan tepat waktu sebagai bagian dari kerjasama teknik;
9. Perlindungan lingkungan merupakan salah satu komponen pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan pengentasan kemiskinan dan merupakan upaya yang sangat penting dalam pencegahan dan mitigasi bencana alam;
10. Setiap negara bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat, infrastruktur dan aset nasional lainnya dari dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Masyarakat internasional harus menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk mengerahkan sumber daya yang ada secara optimal dan efisien termasuk dalam hal pendanaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya pengurangan risiko bencana yang sangat dibutuhkan oleh negara‐negara berkembang.
Pada tahun 2000, Majelis Umum PBB membentuk ISDR (International Strategy for
Disaster Reduction) sebagai penerus IDNDR. ISDR bertugas untuk melanjutkan kinerja dan komitmen dalam reduksi (pengurangan) bencana. Fokus utama pada bahaya dan konsekuensi fisiknya berubah dengan lebih menekankan pada dimensi‐dimensi fisik dan sosio‐ekonomi dari kerentanan menuju pemahaman yang lebih luas, penilaian dan pengelolaan risiko bencana. ISDR mempunyai target membangun resiliensi (daya tahan) terhadap bencana bagi masyarakat dengan mempromosikan peningkatan kesadaran akan pentingnya reduksi (pengurangan) bencana sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan (sustainability development), pada World Summit on Sustainability Development (WSSD) yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan tahun 2003 mengadopsi Johannesburg Plan of Implementation yang memasukkan reduksi risiko dan kerentanan sebagai target utama sampai tahun 2015 dalam rangka pencapaian 8 sasaran Millenium Development Goals (MDGs).
Pada bulan Januari 2005, World Conferences of Disaster Reduction, diselenggarakan di Kobe, Jepang, melalui pertemuan masyarakat sipil dari 140 negara yang diselenggarakan pada 18‐22 Januari 2005 dan menghasilkan dokumen tersebut yang memuat kesepakatan rencana aksi kegiatan pengurangan risiko bencana. Konferensi ini
Pendahuluan Bab I
I‐3
menghasilkan Kerangka Kerja Aksi Hyogo (Hyogo Framework for Action/ HFA) 2005‐20015.
Khusus untuk regional Asia, selang beberapa bulan dari Konferesi di Kobe, tepatnya bulan September 2005, sebuah konferensi Asia tentang pengurangan risiko bencana dilaksanakan di Beijing, China. Konferesi ini kemudian semakin memperkuat Kerangka Kerja Hyogo 2005‐2015 dengan menghasilkan “Aksi Beijing untuk Pengurangan Risiko Bencana Di Asia”. Sedangkan Indonesia, setahun setelah peluncuran dokumen Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framework for Action/HFA), maka Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) yang saat ini menjadi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa‐Bangsa (UNDP) meluncurkan dokumen Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006‐2009. Pelaksanaan peluncuran RAN PRB ini dilaksanakan pada tangal 24 Januari 2007 di Jakarta yang diikuti berbagai pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah. Hal ini merupakan perwujudan dari komitmen Pemerintah Republik Indonesia terhadap Resolusi PBB No.63/1999 yang ditindaklanjuti dengan HFA dan Beijing Action. Dari sini mulai memasukkan kegiatan‐kegiatan pengurangan risiko bencana ke dalam program pembangunan. Tujuan disusunnya RAN PRB ini adalah untuk mengubah paradigma dalam menangani bencana alam yang selama ini lebih bersifat responsif dalam menangani bencana, menjadi suatu kegiatan yang bersifat preventif, sehingga bencana alam itu selain mungkin dapat dicegah atau diminimalkan (mitigasi), namun juga risikonya dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan.
Pada awal munculnya RAN PRB 2006‐2009 belum terdapat dasar hukum yang menjadi landasan dalam penyusunan dokumen tersebut. Dasar penyusunan dokumen itu merujuk kepada dokumen HFA yang merupakan komitmen global dalam rangka pengurangan risiko bencana. Setelah peluncuran RAN PRB itu baru terbit berbagai peraturan perundang‐undangan yang terkait dengan penyusunan RAN PRB walaupun di dalam dokumen itu terdapat daftar kegiatan penyusunan Undang‐undang Penanggulangan Bencana beserta berbagai peraturan turunannya. Setelah peluncuran RAN PRB pada tahun 2007, maka diperlukannya untuk dilakukan proses evaluasi terhadap implementasi kebijakan dimaksud. Sehingga dari hasil evaluasi ini akan melahirkan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan terhadap proses penyusunan RAN PRB selanjutnya yaitu untuk Tahun 2010‐2014. Di samping itu, sebagaimana rekomendasi dalam HFA untuk membentuk National Platform atau semacam forum nasional yang terdiri dari berbagai stakeholders yang memiliki komitmen kebijakan dan program pengurangan risiko bencana. Berikut ini dapat digambarkan posisi hubungan antara dokumen RAN PRB Tahun 2006‐2009 terhadap berbagai peraturan perundang‐undangan, serta bagaimana posisi hasil evaluasi RAN PRB 2007‐2008 akan memberikan masukan/rekomendasi terhadap penyusunan RAN PRB selanjutnya untuk tahun 2010‐2014. Secara konkrit dapat dilihat sebagaimana digambarkan sebagai berikut ;
Pendahuluan Bab I
I‐4
Gambar 1‐1 Posisi RAN PRB 2006‐2009 terhadap Regulasi Penanggulangan Bencana
Sumber : Tim Evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008 Dokumen RAN PRB sangat penting mengingat sebagian besar wilayah kepulauan
Indonesia merupakan kawasan rawan bencana. Upaya terkait dengan pengurangan dampak bencana ini memang bukan yang pertama kali. Dengan sejumlah bencana yang terus terjadi di Indonesia, Pemerintah memang telah menyadari perlunya menyusun langkah‐langkah dan upaya untuk mengurangi akibat bencana yang terjadi. Kesadaran tersebut telah tercermin dengan dimasukkannya Mitigasi dan Penanggulangan Bencana sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007 dan RKP tahun 2008. Dengan adanya RKP ini maka langkah‐langkah dan upaya pengurangan risiko bencana diharapkan akan lebih diperkuat lagi.
Namun sejak diluncurkan dokumen RAN PRB, belum diketahui sejauhmana kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdapat di dalam dokumen tersebut. Selain itu, perlu juga ditelusuri bagaimana pengalaman dan strategi masing‐masing pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun di daerah. Di sisi lain, fakta menunjukkan banyak instansi pemerintah di pusat dan daerah, komunitas internasional, NGO dan Perguruan Tinggi yang melaksanakan program dan kegiatan PRB telah menggunakan cara pandang masing‐masing yang berbeda‐beda dalam konteks kebijakan. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk melakukan evaluasi kemajuan pelaksanaan RAN PRB dan sekaligus dapat menjadi masukan kebijakan dalam rangka penyusunan National Platform pengurangan risiko bencana dan pelaksanaan HFA di Indonesia.
Pendahuluan Bab I
I‐5
1.2. Beberapa Kegiatan Penyebarluasan RAN PRB
Pada tahap awal, untuk mendukung penyusunan RAN PRB maka diselenggarakan sosialisasi dokumen tersebut kepada semua pihak yang terkait baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan yang diharapkan dapat memberikan masukan penyempurnaan rencana aksi dan dapat meningkatkan kesadaran semua pihak atas risiko bencana dan mempersiapkan upaya‐upaya preventif dalam menghadapi bencana. Karena itu maka dilakukan Roadshow Sosialisasi RAN PRB di empat kota yaitu Medan, Yogyakarta, Makassar, dan Jakarta yang dimulai sejak tanggal 15 November 2006 sampai 9 Januari 2007. Adapun tujuan dari kegiatan sosialisasi adalah :
1. Memberikan informasi tentang RAN PRB untuk mempersiapkan upaya‐upaya preventif dalam menghadapi bencana
2. Menyediakan sarana untuk konsultasi publik sehingga diperoleh tanggapan dan masukan dalam rangka penyempurnaan rancangan RAN PRB
3. Memberikan pemahaman arti pentingnya RAN PRB sebagai acuan bagi pengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan pengurangan risiko bencana.
Berdasarkan masukan‐masukan hasil sosialisasi baik dari pemerintah daerah,
Perguruan Tinggi dan LSM maka dilakukan perbaikan terhadap dokumen RAN PRB. Kemudian, baru diselenggarakan Launching Buku RAN PRB 2006‐2009 yang dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2007 di Jakarta. Beberapa harapan yang ingin dicapai dengan kegiatan peluncuran buku tersebut yaitu :
1. Referensi bagi semua pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan PRB 2. Mendorong penetapan Undang‐Undang Penanggulangan Bencana yang dibahas
oleh Panitia Khusus Rancangan Undang‐Undang tentang Penanggulangan Bencana DPR RI
3. Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) PRB. Beberapa upaya tindaklanjut dari kegiatan sosialisasi RAN PRB ini antara lain:
1. Sosialisasi RAN PRB perlu terus dilakukan, dimana Pemerintah Provinsi diharapkan dapat melaksanakan sosialisasi lanjutan untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
2. Prinsip penanganan bencana secara preventif (sebagai pengganti dari prinsip represif) dalam pembangunan menjadi bagian dari prioritas kebijakan daerah. Oleh karena itu, prinsip ini perlu dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) bagi yang belum menyusun maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sebagai konsekuensi dari hal tersebut adalah : a) Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) perlu menyusun RAD PRB dengan
mengacu kepada RAN PRB; b) Kelembagaan (platform) yang melaksanakan RAD PRB perlu diinisiasi lebih
lanjut. 3. Dalam Rancangan Undang‐Undang (RUU) Penanggulangan Bencana perlu
dimasukkan substansi tentang penanganan risiko bencana sebagai payung hukum pelaksanaan RAN PRB dan RAD PRB.
4. Bagi daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang berminat untuk dijadikan sebagai Daerah Percontohan dalam: Penyusunan RAD PRB; Penyusunan peta risiko
Pendahuluan Bab I
I‐6
bencana; serta Penyusunan tata ruang berbasiskan risiko bencana, maka Pemerintah Pusat yang dikoordinasikan oleh Kementerian Negara PPN/Bappenas dan Bakornas PB dapat memberikan asistensi di tingkat daerah.
5. Pengalaman Pemerintah Daerah yang telah berhasil dalam hal penanggulangan (represif) maupun dalam hal pencegahan dan pengurangan risiko bencana (preventif) dapat dijadikan sebagai referensi untuk daerah lainnya. Selain kegiatan sosialisasi dan launching diatas, terdapat juga berbagai kegiatan
lain dalam rangka penyebarluasan dokumen RAN PRB sebagaimana yang diselenggarakan oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) yang bekerja sama dengan USAID IOTWS yaitu dengan melakukan dialog publik tentang Undang‐Undang Penanggulangan Bencana dan RAN PRB yang berlangsung di tiga kota yaitu tanggal 6 Juni 2007 di Bali, tanggal 9 Juni 2007 di NTB dan tanggal 13 Juni 2007 di Sumatera Barat. Selain bentuk dialog publik di tiga kota tersebut, MPBI juga melaksanakan kegiatan Lokakarya (Workshop) Pembelajaran Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di Komunitas, Pelaksanaan HFA dan RAN/RAD PRB Menuju Penyusunan Platform Nasional PRB”. Penyelenggara kegiatan ini diselenggarakan oleh MPBI yang bekerja sama dengan Oxfam GB, CORDAID dan lembaga lainnya yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan waktu kegiatan lokakarya diselenggarakan selama satu hari, 18 Desember 2007 di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan dimaksud adalah untuk:
a) Pembelajaran dan Sharing kegiatan Pengurangan Risiko Bencana. b) Telaah/Kaji ulang terhadap Pelaksanaan HFA, RAN PRB dan RAD di Indonesia. c) Memotret Peran Masyarakat dalam Pelaksanaan RAN dan RAD. d) Membahas agenda bersama menuju Penyusunan platform Pengurangan Risiko
Bencana. Upaya penyebarluasan dokumen RAN PRB juga dilakukan oleh Bappeda
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan “Sosialisasi UU No. 24 Tahun 2007 dan RAN PRB” pada tanggal 2 Agustus 2007 di ruang pertemuan Kantor Bupati Kab.Klaten. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kerjasama antara Bappeda Kab. Klaten dan UNDP – ERA yang dihadiri 53 orang yang berasal dari dinas, instansi, camat, anggota Komisi IV DPRD Klaten di lingkungan pemerintah Kab. Klaten serta dari UNDP – ERA dan GTZ – GLG.
1.3. Tujuan Evaluasi Kegiatan evaluasi pelaksanaan RAN‐PRB Tahun 2007‐2008 ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan gambaran mengenai implementasi RAN PRB melalui implementasi RKP, Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, komitmen komunitas internasional, komitmen NGO dan komitmen kalangan Perguruan Tinggi.
2. Melihat sejauhmana dinamika dalam pelaksanaan RAN PRB yang difokuskan pada aspek mekanisme, kelembagaan, pendanaan dan indikator sebagaimana yang telah dirumuskan dalam dokumen rencana aksi dimaksud.
3. Memberikan masukan kebijakan dalam rangka penyusunan National Platform pengurangan risiko bencana dan pelaksanaan komitmen HFA di Indonesia.
Pendahuluan Bab I
I‐7
1.4. Sasaran Evaluasi Sasaran evaluasi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu sebagai berikut :
1. Diperolehnya gambaran dan pemetaan terhadap perkembangan dan kemajuan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana.
2. Diperolehnya kondisi dinamika pelaksanaan RAN PRB 3. Terwujudnya masukan kebijakan terhadap kerangka National Platform dan HFA di
Indonesia. 1.5. Ruang Lingkup Pelaksanaan Evaluasi
Untuk melakukan evaluasi pelaksanaan RAN PRB ini akan difokuskan pada lima prioritas RAN PRB yang ini sesuai dengan HFA. yaitu sebagai berikut : 1 Meletakkan PRB sebagai prioritas nasional maupun daerah dengan dasar
kelembagaan yang kuat untuk melaksanakan. 1) Mekanisme kelembagaan PRB (landasan nasional); tanggung jawab yang
ditetapkan. 2) PBR menjadi bagian dari perencanaan dan kebijakan pembangunan, secara
sektoral dan multi sektoral. 3) Legislasi untuk mendukung PRB. 4) Desentralisasi tanggung jawab dan sumber daya. 5) Pengkajian sumber daya manusia dan kapasitas. 6) Mengembangkan komitmen politik. 7) Partisipasi masyarakat.
2 Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau resiko bencana serta menerapkan
sistem peringatan dini. 1) Pengkajian dan pemetaan resiko; multi‐resiko, penjabaran dan
penyebarluasannya. 2) Indikator‐indikator PRB dan kerawanan. 3) Informasi data dan statisik kerugian. 4) Peringatan dini: berpusat pada masyarakat; sistem informasi; kebijakan
publik. 5) Pengembangan ilmu dan teknologi; pembagian data; observasi bumi
berdasarkan ruang, modeling dan peramalan cuasa; peringatan dini. 6) Resiko regional dan resiko yang sedang muncul.
3 Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan. 1) Pembagian informasi dan koordinasi. 2) Disiplin antar jaringan dan region; dialog. 3) Penggunaan terminologi standar PRB.
Pendahuluan Bab I
I‐8
4) Memasukkan PRB ke dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.
5) Pelatihan dan pembelajaran PRB : level masyarakat, mereka yang berwenang pada tingkat lokal, sektor yang ditargetkan; akses yang sama.
6) Kemampuan riset: multi‐resiko; social‐ekonomi; penggunaannya. 7) Kesadaran publik dan media.
4 Mengurangi cakupan resiko bencana.
1) Manajemen ekosistem dan lingkungan yang berkelanjutan. 2) Strategi PRB yang ter‐integrasi dengan adaptasi perubahan iklim. 3) Ketahanan pangan untuk kekuatan. 4) PRB terintegrasi dalam sektor kesehatan dan rumah sakit yang aman. 5) Perlindungan fasilitas publik yang penting. 6) Skema pemulihan dan jaringan pengaman sosial. 7) Pengurangan kerawanan dengan opsi diversitas pendapatan. 8) Mekanisme pembagian resiko secara finansial. 9) Kemitraan public‐privat. 10) Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis (kode). 11) Rencana pengembangan pedesaan dan DRR.
5 Meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif. 1) Kapasitas penanganan bencana: kebijakan, kapasitas teknik dan
kelembagaan. 2) Dialog, koordinasi dan pertukaran informasi antara manajer dan sektor
pembangunan. 3) Pendekatan regional untuk respon bencana dengan fokus pengurangan
resiko. 4) Review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan serta rencana kontinjensi. 5) Dana darurat. 6) Sukarela dan partisipasi.
Di dalam RAN PRB ini terdapat beberapa aspek sebagaimana penjabaran
operasional program prioritas di atas seperti rencana kegiatan yang telah disusun, pelaksana kegiatan dan kerangka waktu pelaksanaan pada masing‐masing kegiatan dalam rencana aksi tersebut. Hal‐hal tersebut akan dijadikan sebagai baseline untuk dilakukan kegiatan evaluasi pelaksanaan. 1.6. Tahapan Pelaksanaan
Jangka waktu yang diperlukan dalam proses pelaksanaan evaluasi implementasi kebijakan RAN‐PRB yaitu selama 7 (tujuh) bulan. Dengan tahapan penyusunan laporan yang terdiri dari: Inception Report, Interim Report, Draft Final dan Laporan Final. Secara rinci pelaksanaan kegiatan evaluasi ini dapat digambarkan sebagaimana yang tertera pada tabel di bawah ini :
Pendahuluan Bab I
I‐9
Tabel 1‐ 1 Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008
NO
URAIAN KEGIATAN Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov
2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4
1 Penyusunan Kerangka Acuan Evaluasi Pelaksanaan RAN‐PRB Tahun 2007‐2008
2 Penyusunan Instrumen Evaluasi
3 Identifikasi secara rinci terhadap kelompok sasaran dalam evaluasi
4 Koordinasi Internal Tim Evaluasi
5 Melakukan review terhadap berbagai regulasi yang terkait dengan penangnan bencana
6 Mereview terhadap berbagai laporan stakeholders terkait tentang pelaksanaan RAN‐PRB
7 Penyelesaian Inception Report
8
Melakukan Konsultasi dan Pengumpulan Data dengan K/L, Donor, Komunitas Internasional, NGO, Perguruan Tinggi dan Pemda
9 Melakukan kompilasi dan pengolahan data informasi Hasil Kegiatan Konsultasi dan Pengumpulan Data
10 Penyusunan Prosiding Kegiatan Konsultasi dan Pengumpulan Data
11 Lanjutan Penyempurnaan Prosiding Kegiatan Konsultasi dan Pengumpulan Data
12 Penyelesaian Interim Report
13 Lanjutan Penyelesaian kegiatan Konsultasi dan Pengumpulan Data dengan K/L dan NGO (yang di re‐schedule)
14 Melakukan kompilasi dan pengolahan data dan informasi (lanjutan)
15 Analisis Data dan Informasi
16 Ringkasan Eksekutif Interim Report dan Draf Final Report RAN PRB
17 Penyelesaian Draf Final Report
18 Pelaksanaan Small FGD (Focus Group Discussion) (Presentasi Draft Final Report)
19 Final Report Evaluasi RAN PRB
Sumber : Tim Evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan evaluasi pelaksanaan RAN PRB ini akan dijabarkan sebagai berikut :
Pendahuluan Bab I
I‐10
BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini akan digambarkan mengenai latar belakang pelaksanaan kegiatan evaluasi RAN PRB. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa hal pokok lainnya yaitu tujuan kegiatan evaluasi ini dilakukan, apa saja sasaran dalam evaluasi dan sejauhmana ruang lingkup dari evaluasi dokumen tersebut. Kemudian baru diuraikan pula tentang proses dan tahap teknis yang akan dilalui dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi. Pada bagian akhir bab ini perlu dideskripsikan secara singkat muatan substansi yang disajikan dalam laporan ini.
BAB II METODOLOGI EVALUASI. Untuk metodologi evaluasi ini dijelaskan tentang kerangka dasar evaluasi kinerja sebagai konsep dasar. Kemudian akan digambarkan kelompok sasaran yang akan dijadikan subjek dalam kegiatan evaluasi ini dengan menggunakan berbagai metode yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi. Hal yang terpenting dan signifikan dalam evaluasi ini yaitu gambaran kerangka kerja logis yang memberikan arah dan desain secara keseluruhan proses pelaksanaan evaluasi pelaksanaan RAN PRB. Sedangkan pada aspek yang terakhir akan dijelaskan aspek‐aspek yang digunakan dalam kajian evaluasi beserta parameter pada masing‐masing aspek dimaksud.
BAB III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI NASIONAL PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2007‐2008. Di bagian bab ketiga akan dielaborasi lebih jauh mengenai sejauhmana perkembangan pelaksanaan kegiatan RAN PRB yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pihak kementerian/lembaga, donor/komunitas internasional, NGO, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah. Ruang lingkup perkembangan kegiatan tersebut akan dilihat dari lima aspek prioritas yang terdapat dokumen RAN PRB yang sebangun dengan lima aksi prioritas HFA yaitu 1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat, 2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini, 3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat, 4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana, 5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respon yang dilakukan lebih efektif.
BAB IV EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI NASIONAL PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2007‐2008. Bagian yang sangat terpenting dalam proses pelaksanaan kegiatan ini merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan RAN PRB itu sendiri. Ada 4 (empat) aspek evaluasi yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan evaluasi ini yaitu aspek konsistensi, aspek koordinasi, aspek kapasitas dan aspek konsultasi.
BAB V PENUTUP. Untuk bagian akhir dari keseluruhan laporan ini akan disampaikan berbagai kesimpulan berdasarkan perkembangan pelaksanaan dan evaluasi terhadap hasil kegiatan yang terdapat dalam RAN PRB. Selanjutnya yang terakhir, akan digambarkan tentang saran dan masukan kepada berbagai stakeholders yang terkait terhadap pelaksanaan RAN PRB.
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 1
Bab II Metodologi Evaluasi
II.1. Kerangka Dasar Evaluasi Kinerja
Sebagai pedoman dan panduan dalam melakukan kegiatan evaluasi pelaksanaan RAN‐PRB ini maka dirancang kerangka dasar evaluasi yaitu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilihat dari 4 (empat) tahapan proses yang secara lengkap dan komprehensif meliputi unsur‐unsur :
a. Input, yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan, baik program dan kegiatan, sumber dana, sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun yang berupa teknologi dan informasi, agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
b. Proccess, yaitu upaya yang dilakukan di dalam mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator ini umumnya dikaitkan dengan keterlibatan stakeholders termasuk penerima manfaat, serta dikaitkan dengan mekanisme pelaksanaannya, termasuk koordinasi dan hubungan kerja antar unit organisasi.
c. Output, yaitu pencapaian sasaran dari suatu kegiatan, baik berupa realisasi fisik maupun berupa non fisik.
d. Outcome, yaitu menunjukkan telah dicapainya maksud dan tujuan dari kegiatan‐kegiatan yang telah selesai dilaksanakan atau indikator yang mencerminkan manfaat keluaran kegiatan. Dengan menggunakan pendekatan sistem evaluasi di atas, di mana dalam setiap
tahapan akan menekankan pada 4 (empat) aspek evaluasi yaitu konsistensi, koordinasi, kapasitas dan konsultasi yang tidak terpisah satu dengan lainnya. II.2. Kelompok Sasaran
Untuk kelompok sasaran dalam evaluasi ini akan diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) kategori kelompok sasaran yang meliputi instansi kementerian/lembaga, instansi donor/komunitas internasional, instansi NGO, Perguruan Tinggi, dan instansi Pemerintah Daerah. Kelompok sasaran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 2
Tabel 2‐1 Pengkategorian Kelompok Sasaran Evaluasi Menurut Institusi
Kementerian / Lembaga Donor/ Komunitas
Internasional NGO Perguruan Tinggi
Pemerintah Daerah
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
3. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM)
4. Departemen Kesehatan (DEPKES)
5. Departemen Dalam Negeri (DEPDAGRI)
6. Departemen Pekerjaan Umum (DEP.PU)
7. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
8. Departemen Pertahanan (DEPHAN)
9. Departemen Hukum dan HAM (DEPHUKHAM)
10. Departemen Sosial (DEPSOS)
11. Departemen Perhubungan (DEPHUB)
12. Departemen Komunikasi dan Informatika (DEKOMINFO)
13. Departemen Kehutanan (DEPHUT)
14. Departemen Pertanian (DEPTAN)
15. Departemen Perindustrian (DEPERIN)
16. Departemen Perdagangan (DEPDAG)
17. Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS)
18. Kementerian Perumahan Rakyat (MENPERA)
19. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
20. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (MENKO KESRA)
21. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP)
22. Kejaksaan
1. United Nation Development Program (UNDP)
2. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)
3. The United Nations Technical working Group for Disaster Risk Reduction (UNTWG‐DRR)
4. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
5. Japan International Cooperation Agency (JICA)
6. Australian Government Overseas Aid Program (AUSAID)
7. The United Nations Children's Fund (UNICEF)
8. International Strategy for Disaster Reduction (UN ISDR)
9. The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA)
10. World Food Program (WFP)
11. World Health Organization (WHO)
1. Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)
2. Palang Merah Indonesia (PMI)
3. OXFAM GB 4. Yayasan IDEP 5. Disaster Preparedness The European Commission's Humanitarian Aid department (DIPECHO)
6. IFRC (International Federation of Red Cross)
1. Universitas Hasanuddin, Makassar
2. CEEDEDS (Center for Earthquake Engineering, Dynamic Effect and Disaster Studies) UII Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta
3. UPN Veteran Jogjakarta
4. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
5. PMB‐Iinstitut Teknologi Bandung, Bandung
6. Universitas Gajah Mada, Jogjakarta
1. Provinsi Sulawesi Selatan
2. Provinsi Jawa Barat
3. Provinsi Jawa Timur
4. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 3
Kementerian / Lembaga Donor/ Komunitas
Internasional NGO Perguruan Tinggi
Pemerintah Daerah
23. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
24. Badan Pusat Statistik (BPS)
25. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
26. Lembaga Antariksa dan Penerbangan Angkasa Nasional (LAPAN)
27. Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Menneg RISTEK)
28. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
29. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
30. Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
31. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD‐Nias (BRR NAD‐Nias)
32. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
Berdasarkan stakeholders yang tercantum dalam dokumen RAN PRB 2006‐2009,
maka ditentukan sampel evaluasi yang diambil dari kelompok sasaran tersebut dapat dilihat pada daftar di bawah ini. a. Kementerian/ Lembaga
1. Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
3. Kepala Pusat Informasi Riset Bencana Alam (PIRBA), Kementerian Negara Riset dan Teknologi
4. Direktorat Kelembagaan Komunikasi Pemerintah, Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, Departemen Komunikasi dan Informasi
5. Kepala Sub Direktorat Penanggulangan Bencana Alam, Direktorat Sungai Danau dan Waduk, Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum
6. Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Alam, Departemen Sosial 7. Kepala Pusat Sistem Informasi dan Data Meteorologi, Badan Meteorologi dan
Geofisika 8. Kedeputian Bidang Survei Dasar dan Sumber Daya Alam, Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional 9. Direktorat Pesisir dan Lautan, Departemen Kelautan dan Perikanan 10. Direktorat Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 4
b. Lembaga Donor/Komunitas Internasional 11. UNESCO 12. UNOCHA
c. Lembaga NGO 13. MPBI 14. OXFAM GB
d. Perguruan Tinggi
15. Kepala Public Save Community (PSC/BSB) Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan
16. Kepala Pusat Mitigasi Bencana (PMB) Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat 17. Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gajah Mada, DI.Yogyakarta
e. Pemerintah Daerah
18. Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan 19. Kepala Satkorlak Provinsi Sulawesi Selatan 20. Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat 21. Kepala Satkorlak Provinsi Jawa Barat 22. Kepala Bappeda Provinsi DI.Yogyakarta 23. Kepala Satkorlak Provinsi DI.Yogyakarta
II.3. Teknik Pelaksanaan Evaluasi Beberapa teknik pengumpulan data dan informasi dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008 ini yaitu sebagai berikut;
1. Review terhadap dokumen perencanaan 2. Review terhadap regulasi 3. Review terhadap laporan sekunder 4. Konsultasi dan pengumpulan dengan pemangku kepentingan terkait 5. Rapat/forum koordinasi 6. FGD/Workshop
II.4. Kerangka Kerja Logis Evaluasi Di dalam melakukan kegiatan evaluasi pelaksanaan RAN PRB ini menggunakan kerangka kerja logis (logical framework) yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 5
Gambar 2‐1 KERANGKA KERJA LOGIS (LOGICAL FRAMEWORK) EVALUASI
Sumber : Tim Evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008
RAN PRB 2006-2009
Evaluasi 4-K
Kapasitas
Kapasitas
Kapasitas
Indikator Kine
rja
INPUT
PROCESS
OUTPUT
OUTCOME
Kerangka Aksi Hyogo
(Hyogo Framework for Action)
Kesimpulan Rekomendasi
Kemajuan Pelaksanaan
RAN PRB
Masukan Kebijakan untuk National
Platform dan HFA
Basis Evaluasi Proses Evaluasi Target Evaluasi
Konsistensi
5 Prioritas Program
Pelaksanaan Pengurangan
Resiko Bencana
(PRB)
Koordinasi
Konsultasi
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 6
Alur dan proses dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi RAN PRN Tahun 2007‐2008 dapat digambarkan dalam kerangka kerja logis (logical framework) diatas yang terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu sebagai berikut;
1) Basis Evaluasi Rujukan atau referensi utama atas munculnya dokumen RAN PRB Tahun 2006‐2009 didasarkan kepada HFA sebagai bentuk komitmen global dalam rangka pengurangan risiko bencana di Indonesia. Kedua rencana aksi dimaksud dijadikan basis dalam pelaksanaan evaluasi, namun basis evaluasi secara langsung didasarkan kepada dokumen RAN PRB yang sudah diluncurkan pada awal tahun 2007 lalu.
2) Proses Evaluasi Selanjutnya, basis evaluasi tersebut akan dievaluasi dengan melihat pada evaluasi kinerja yang terdiri dari : input, process, output dan outcome serta melihat pada aspek evaluasi yang terdiri dari aspek konsistensi, koordinasi, kapasitas dan konsultasi. Dari hasil proses evaluasi diharapkan tercapainya target evaluasi ini yang memfokuskan pada kemajuan pelaksanaan RAN PRB dan memberikan masukan kebijakan untuk penyusunan National Platform dan HFA.
3) Target Evaluasi Akhir dari keseluruhan pelaksanaan kegiatan evaluasi ini dapat dirumuskan kesimpulan dan rekomendasi bagi berbagai pihak dalam rangka pelaksanaan PRB dengan berpedoman kepada dokumen RAN PRB itu sendiri. II.5. Aspek dan Indikator Evaluasi
1. Konsistensi yaitu proses penelaahan kesesuaian : a) antara perencanaan yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) dengan Rencana Kerja yang disusun oleh para stakeholders yang terlibat;
b) antara Rencana Aksi yang disusun oleh pelaksana dengan hasil pelaksanaan kegiatan di lapangan;
2. Koordinasi yaitu suatu interaksi dan komunikasi antar berbagai stakeholders dalam mendorong tercapainya kesepahaman, kebersamaan, kesepakatan, dan komitmen dalam perencanan dan pelaksanaan kegiatan RAN‐PRB
3. Kapasitas yaitu kemampuan kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM), dan sumber pendanaan yang didayagunakan dalam melaksanakan berbagai upaya perencanaan dan pelaksanaan RAN‐PRB.
4. Konsultasi yaitu keikutsertaan atau partisipasi masyarakat dalam rangka pelaksanaan pengurangan risiko bencana. Berbagai media komunikasi dan informasi yang dapat digunakan dalam menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kegiatan PRB melalui berbagai forum dalam rangka menyerap aspirasi dan pandangan dalam konteks pada saat sebelum bencana, saat bencana dan setelah peristiwa bencana.
Metodologi Evaluasi Bab II
II‐ 7
Sedangkan aspek‐aspek evaluasi beserta indikatornya dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2‐2 Aspek dan Indikator Evaluasi
NO ASPEK EVALUASI INDIKATOR EVALUASI
1. KONSISTENSI
a. Konsistensi antar dokumen perencanaan, yaitu antara RAN PRB dengan: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 3. Rencana Kerja kementerian/lembaga (Renja K/L), 4. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 5. Komitmen Donor/Komunitas Internasional/NGO, dan 6. Komitmen Perguruan Tinggi.
b. Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan, yaitu antara RAN‐PRB yang dilakukan oleh kalangan kementerian/lembaga, donor, komunitas internasional, NGO, perguruan tinggi dan pemerintah daerah.
2. KOORDINASI
a. Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan antar : 1. Kementerian/Lembaga, 2. Pemerintah Daerah, 3. Donor/Komunitas Internasional/NGO, dan 4. Perguruan Tinggi.
b. Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan: antar Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Donor, Komunitas Internasional, NGO, dan Perguruan Tinggi.
3. KAPASITAS
a. Kelembagaan 1. Kelembagaan perencanaan dan pelaksanaan RAN PRB 2. Aturan dan mekanisme dalam perencanaan dan pelaksanaan 3. Tindak lanjut dalam perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian permasalahan
b. Sumber Daya Manusia 1. Personalia yang terlibat dalam proses pelaksaanaan kegiatan 2. Pelatihan/capacity building bagi para pelaksana kegiatan
c. Pendanaan 1. Sumber pendanaan yang dipergunakan untuk kegiatan PRB 2. Kemampuan pendanaan pada institusi yang melakukan kegiatan PRB
4 KONSULTASI
a. Media partisipasi masyarakat secara langsung 1. Sistem atau mekanisme untuk fasilitasi konsultasi publik dalam perencanaan
dan pelaksanaan 2. Forum pertemuan yang diadakan untuk mengakomodasi permasalahan,
perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan pelaksanaan 3. Pola fasilitasi pendampingan yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan RAN PRB b. Ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik melalui;
1. Media elektronik dan cetak 2. Website dan internet 3. Kotak pos pengaduan 4. Telpon bebas pulsa
Sumber : Tim Evaluasi RAN PRB Tahun 2007‐2008
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐1
Bab III PPeerrkkeemmbbaannggaann PPeellaakkssaannaaaann RReennccaannaa AAkkssii NNaassiioonnaall PPeenngguurraannggaann RRiissiikkoo BBeennccaannaa TTaahhuunn 22000077--22000088
Indonesia telah mengadopsi Strategi Yokohama, Kerangka Kerja Hyogo, dan Aksi
Beijing, sehingga lahirnya Rancangan Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) tahun 2006 – 2009 yang disusun oleh Bappenas dan BAKORNAS PB/BNPB. Masyarakat menduduki tempat penting dalam RAN PRB karena masyarakat merupakan subyek, obyek sekaligus sasaran utama upaya pengurangan risiko bencana. Rencana aksi ini berupaya mengadopsi dan memberikan perhatian khusus ke pada dua aspek, yaitu kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang ada dan berkembang dalam masyarakat. Kedua aspek ini merupakan faktor penentu dalam keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana, mengingat banyaknya tradisi penanganan bencana yang telah ada dan berkembang di masyarakat.
RAN PRB merupakan pernyataan komitmen politik bagi bangsa Indonesia untuk
memasukkan penanggulangan bencana yang dalam hal ini menitikberatkan pada pengurangan risiko bencana, langsung ke jantung pemerintahan dan pembangunan. Pengurangan risiko bencana di indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kelanjutan dan partisipasi dari semua pihak terkait upaya ini dilakukan dengan komitmen yang kuat dengan mengedepankan tindakan‐tindakan yang harus diprioritaskan. Penyusunan prioritas ini perlu dilakukan untuk membangun dasar yang kuat dalam melaksanakan upaya pengurangan resiko bencana yang berkelanjutan serta mengakomodasikan kesepakatan internasional dan regional dalm rangka mewujudkan upaya bersama yang terpadu. RAN PRB menjadi platform nasional yang dinyatakan sebagai prioritas nasional, sebagai suatu pandangan baru terhadap risiko bencana dan wahana menyatukan langkah administratif, sebagai jabaran implementasi bersama pengaturan kelembagaan, mekanisme serta alokasi sumberdayanya. Ada 5 (lima) prioritas yang menjadi dasar analisa dalam melihat perkembangan dari RAN PRB, yaitu:
1. Meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana 5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat
agar respon yang dilakukan lebih efektif
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐2
Perkembangan untuk setiap prioritas‐prioritas diatas dalam kurun waktu tahun 2007‐2008 yang dilaksanakan oleh setiap stakeholders akan dijelaskan berdasarkan data‐data yang diperoleh dari :
• Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007 • Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2008 • Hasil pengumpulan data oleh SCDRR‐Bappenas • Hasil konsultasi dan pengumpulan data tim evaluasi RAN PRB • Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas • Hasil pengumpulan data evaluasi HFA Tahun 2007 • Hasil Monitoring Progress on implementation of the Hyogo Framework for Action
(HFA) di Indonesia • Website stakeholders yang terdapat dalam RAN PRB
Berdasarkan data‐data diatas penjelasan lebih lanjut tentang perkembangan dari
setiap prioritas dijelaskan sebagai berikut.
33..11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt
Prioritas I RAN PRB adalah meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai
prioritas nasional maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat. Dalam mengimplementasikan fokus ini diperlukan beberapa kegiatan utama yang terkait antara lain pada: Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukum; Sumber Daya; dan Partisipasi Masyarakat. Berdasarkan RAN PRB tahun 2006‐2009 yang menjadi pelaksana (stakeholders) tiga kegiatan utama tersebut adalah 23 pelaksana yang berasal dari K/L, 14 pelaksana dari kategori lembaga Donor/Komunitas internasional/NGO, serta ada 8 instansi/ lembaga yang mewakili dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Rincian seluruh stakeholders diatas yang telah berkomitmen dalam melaksanakan kegiatan pengurangan resiko bencana pada prioritas I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3‐ 1
Stakeholders pada Prioritas I RAN PRB
Kementerian/ lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1. BAPPENAS 2. BAKORNAS PB/BNPB 3. DESDM 4. DEP.PU 5. DEPKES 6. DEPDAGRI 7. KEMENPERA 8. KEMENEG PP 9. KEMENEG LH 10. KEMENKO KESRA 11. DKP 12. DEPHAN
1. MPBI, 2. PMI 3. IFRC 4. GTZ 5. CARE Internasional Indonesia 6. UNDP 7. OXFAM GB 8. UNTWG DRR 9. UNESCO 10. Yayasan IDEP 11. JICA, 12. UNICEF
1. BSB UNHAS, Makassar, 2. UPN Veteran, Yogyakarta 3. ITS, Surabaya 4. CEEDEDS UII, Yogyakarta 5. SATKORLAK PB 6. SATLAK PB 7. Pemda
Provinsi/Kabupaten/ Kota
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐3
Kementerian/ lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
13. DEPKUMHAM 14. DEPSOS 15. DEPDAG 16. DEPPERIN 17. DEPKOMINFO 18. KEJAKSAAN RI 19. POLRI 20. TNI 21. LIPI 22. BAKOSURTANAL 23. BPS 24. BKKBN 25. BRR NAD‐NIAS 26. DPR‐RI
13. DIPECHO 14. Pramuka
Sumber : RAN PRB Tahun 2006‐2009
Pada prioritas I RAN PRB terdiri dari 3 (tiga) kegiatan utama, rincian dari kegiatan
utama dan pelaksananya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3‐ 2 Matriks Kegiatan Prioritas I RAN PRB
No Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan
Pelaksana
Kementerian/ Lembaga
Donor/ Komunitas
Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1 Kelembagaan nasional dan kerangka hukum
• Menyusun atau memperkuat mekanisme pengurangan risiko bencana terpadu.
• Integrasi pengurangan risiko dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan, termasuk strategi pengurangan kemiskinan serta kebijakan dan perencanaan sektoral dan multisektoral
• Mengadopsi atau memodifikasi hukum yang menunjang pengurangan risiko bencana, termasuk peraturan dan mekanisme untuk memberikan insentif bagi kegiatan‐kegiatan pengurangan risiko bencana maupun kegiatan mitigasi bencana.
• Mengenali karakteristik dan pola bencana pada skala lokal, melaksanakan desentralisasi kewenangan dan sumberdaya kepada tingkatan pemerintahan yang lebih rendah.
BAPPENAS, BAKORNAS PB/ BNPB, BADAN GEOLOGI/ DESDM, DPR, DEPKES, DEPDAGRI, DEP.PU, KEMENEG PERA, BRR NAD‐Nias, DKP, BAKOSURTANAL,DEPHAN, DEPKUMHAM, DEPSOS
MPBI, IFRC, PMI, GTZ/ Good Governance, CARE Internastional Indonesia, BGR‐GTZ (Georisk Project), UNDP, OXFAM
BSB UNHAS Makassar, CEEDEDS UII Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, SATKORLAK PB dan SATLAK PB.
2 Sumberdaya • Mengkaji kapasitas sumberdaya manusia yang ada saat ini dan menyusun rencana dan program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia serta kebutuhannya di
BAKORNAS PB/ BNPB, DESDM, DKP, LIPI, DEP.PU, DEPSOS, KEMENEG LH,
UNTWG DRR, UNESCO, Yayasan IDEP, MPBI, OXFAM International Indonesia,
SATKORLAK PB, SATLAK PB, BSB UNHAS Makassar, Pemda
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐4
No Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan
Pelaksana
Kementerian/ Lembaga
Donor/ Komunitas
Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
masa mendatang.
• Mengalokasikan sumberdaya untuk penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, program‐program, hukum dan peraturan dalam upaya pengurangan risiko bencana.
• Pemerintah harus menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk menerapkan upaya pengurangan risiko bencana yang terpadu ke dalam program pembangunan.
DEPDAGRI, BKKBN, DEPKES, KEJAKSAAN, POLRI, DEPPERIN, TNI, DEPDAG, DEPKOMINFO, BPS, KEMENEG PP, BAPPENAS, KEMENKO KESRA, DEPKUMHAM,
JICA, BGR/ GTZ (Georisk Project), UNICEF
Provinsi, Kabupaten/ Kota
3 Partisipasi masyarakat
Membuka kemungkinan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana, melalui kebijakan khusus, membuat jejaring, pengelolaan sumberdaya yang strategis, membuat peraturan hukum dan tanggungjawab, serta pendelegasian kepada otoritas tertentu.
BAKORNAS PB/ BNPB, DEPDAGRI, DEP.PU, DEPKES, DKP, BADAN GEOLOGI/DESDM, BAPPENAS
PMI, LSM Lokal, BGR/GTZ (Georisk Project), DIPECHO, UNESCO, OXFAM, MPBI, UNDP, Pramuka
Pemda, UPN Veteran Yogyakarta, ITS Surabaya, CEEDEDS UII Yogyakarta
Sumber : RAN PRB Tahun 2006‐2009
Berdasarkan tabel diatas, berikut ini dijelaskan mengenai perkembangan kegiatan‐
kegiatan pada prioritas I RAN PRB oleh seluruh stakeholders yang dilaksanakan pada tahun 2007 dan 2008.
Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukum
Tabel 3‐ 3
Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas I Kegiatan Utama: Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukum
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.1 KELEMBAGAAN NASIONAL DAN KERANGKA HUKUM 1
DEPDAGRI • Penataan kelembagaan untuk BDPB (bersama BAKORNAS PB)
• Penyusunan produk terkait mitigasi Bencana, diantaranya: 1. Permendagri 33/2007 tentang
mitigasi bencana. 2. Permendagri 27/2007 tentang
sarana prasarana PRB. 3. Prosedur tetap (PROTAP) atau
SOP untuk segala potensi bencana telah disusun masing‐masing provinsi dan telah dibakukan dalam bentuk SK Gubernur.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Program Penataan Ruang : Penguatan • Penguatan kelembagaan BKPRD Rencana Kerja
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐5
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.1 KELEMBAGAAN NASIONAL DAN KERANGKA HUKUM kelembagaan penataan ruang di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang tanggap terhadap bencana
• Kelembagaan Penataan ruang (BKPRD) yang berkualitas di daerah
Pemerintah (RKP)
2
BAKORNAS PB/ BNPB
• Fasilitasi pembentukan BNPB sesuai amanat UU 24/2004, diprediksi akhir Desember 2007 terbentuk.
• Fasilitasi penyusunan PP dan Perpres turunan dari UU 24/2004, total jumlah kebijakan adalah 17 PP dan Perpres. PP/Perpres ini merupakan pedoman bagi BNPB dalam menjalankan tugasnya.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah : Penguatan kelembagaan dalam pencegahan dan penanganan bencana di daerah‐daerah yang rawan bencana.
• Program Pencarian dan Penyelamatan : Penatakelolaan pencegahan dan penanggulangan bencana yang memadukan kegiatan penanggulangan bencana dalam pemerintahan dan pembangunan
• Terbentuknya lembaga penanganan bencana yang handal di pusat dan daerah
• Tersusunnya kebijakan nasional dalam penanganan bencana
RKP
Penyusunan Pedoman sebanyak 2 paket yang terdiri dari Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan Pedoman Analisis Risiko Bencana pada Pembangunan Berisiko Tinggi
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3
DEP.PU • Pendampingan dalam pembuatan qanun Aceh (Perda) khususnya tentang bangunan
• Penyiapan mitigasi bencana bersama JICA : 1. Pembuatan Perda tahan gempa
untuk seluruh Kab/Kota 2. Rancangan Permen untuk
pengelolaan dan antisipasi banjir bangunan air pada gedung‐gedung bersama Ditjen SDA
3. Penyusunan Perda untuk kota Padang (2 kabupaten) dan Bengkulu (17 Kabupaten/kota lain di sekitarnya) akan merujuk Payung perda mengacu ke UU 28/2002 dan PP 36/2005
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Program Penataan Ruang : Penguatan kelembagaan penataan ruang di tingkat Provinsi dan kabupaten/ kota yang tanggap terhadap bencana
• Penguatan kelembagaan BKPRD • Kelembagaan Penataan ruang
(BKPRD) yang berkualitas di daerah
RKP
• Pada tahun 2006 besama Asosiasi Semen Indonesia menerbitkan pedoman teknis rumah dan bangunan gedung tahan gempa, dilengkapi dengan metode dan cara perbaikan konstruksi
• Memformulasikan RUU PB
• Mensosialisasikan UU PB dan integrasi kegiatan mitigasi ke satu strategi mitigasi nasional
• Penyusunan peraturan keharusan pelaksanaan simulasi kebakaran dan kerusuhan
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐6
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.1 KELEMBAGAAN NASIONAL DAN KERANGKA HUKUM • Sosialisasi RUU PB ke dalam
tingkatan pembuatan kebijakan nasional
• Membantu integrasi kegiatan mitigasi ke satu strategi mitigasi nasional
• Membuat buku panduan fasilitasi upaya penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor di Mataram, Makasar dan Medan
4 DKP • Penguatan kelembagaan BKPRD • Kelembagaan Penataan ruang
(BKPRD) yang berkualitas di daerah
RKP
• Melakukan penyusunan turunan dari hasil UU 27/2007 tentang Pengelolaan Pesisir Terpadu berupa pembuatan PP tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir
• Memfasilitasi pembuatan Rencana Strategis di 4 kota (Kota Denpasar, Serang, Medan dan Padang) tentang Mitigasi Bencana.
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Tersusunnya UU 27/2007 mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil
• Menyusun Renstra Mitigasi Bencana Kota Padang, Kota Denpasar, Lombok Tengah, Serang
• Menyusun Renstra Mitigasi Bencana dan Rencana Aksi Daerah tentang Mitigasi Bencana sebagai acuan penyusunan Perda tentang penanggulangan bencana di Sumbar, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Yogya, Kalsel, Sulut Gorontalo, Sulteng melalui dana dekonsentrasi
• Penyusunan PP Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi wilayah Pesisir bersama Bappenas dan BNPB
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Penyusunan dokumen strategi nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil, yang dapat diimplementasikan oleh segenap stakeholders tingkat nasional dan daerah dengan pilot area pesisir utara Pulau Jawa
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
5 BAKOSURTANAL • Penguatan kelembagaan BKPRD • Kelembagaan Penataan ruang
(BKPRD) yang berkualitas di daerah
RKP
6 DEPHUT Melakukan penyusunan PP tentang peta tata ruang (target Oktober 2008, dengan skala peta: Provinsi 1:250.000, Kab 1:100.000, dan Kota 1:50.00)
Mempersiapkan Rancangan UU konservasi tanah (PAD) dan Rancangan RDP pengelolaan DAS terpadu
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐7
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.1 KELEMBAGAAN NASIONAL DAN KERANGKA HUKUM Penyusunan rencana aksi RHL, peta
rawan batas daerah aliran sungai Solo untuk penanggulangan banjir dan longsor.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
7 KEMENEG LH Penyusunan draft system untuk mengantisipasi terhadap dampak gelombang pasang
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
8 DEPKES Penyusunan Pedoman Teknis Pelayanan kesehatan bagi petugas kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang mengacu pada standar nasional di wilayah nasional
Lanjutan Penyusunan Pedoman Teknis Pelayanan kesehatan bagi petugas kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang mengacu pada standar nasional di wilayah nasional
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
9 DEPSOS Menerbitkan buku • TARUNA SIAGA BENCANA Sebagai
Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas
• Pedoman Kelengkapan dan Atribut TAGANA Serta Tanda Kecakapan/Keahlian Khusus Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Bidang Bantuan Sosial
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
10 DIPECHO Melaksanakan kesiagsiagaan terhadap bencana melalui berbagai komponen dan sub komponen yaitu : KOMPONEN HUBUNGAN INSTITUSI meliputi hukum , fasilitasi koordinasi, penguatan kapasitas dan lain‐lain
Lanjutan pelaksanakan kesiagsiagaan terhadap bencana melalui berbagai komponen dan sub komponen yaitu : KOMPONEN HUBUNGAN INSTITUSI meliputi hukum , fasilitasi koordinasi, penguatan kapasitas dan lain‐lain
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
11 IFRC Dukungan terhadap PCA (People’s Consultative Assembly) dalam mengkaji tentang “Disaster Bill” dengan memperhatikan hukum internasional, mencakup manajemen bencana, hukum sipil, hukum administrasi negara dan hukum konstitusi.
Memelihara integritas dari project KBBM dan Pertama kedalam kebijakan di tingkat daerah dan perencanaan pembangunan.
Menyusun panduan untuk POSKO yang menjadi dasar dalam diskusi antar anggota.
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
12 OXFAM GB Penyusunan RANPERDA Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dengan menyediakan legal analysis serta contextual analysis PRB di NTT
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
13 MPBI • Bersama Cordaid dan UN‐ISDR menerbitkan 1) ketiga Kerangka Aksi Hyogo: pengurangan risiko bencana 2005‐2015 membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana (dalam Bahasa Indonesia); 2) Pedoman Platform Nasional untuk Pengurangan Resiko Bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐8
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.1 KELEMBAGAAN NASIONAL DAN KERANGKA HUKUM • Bersama USAID dan GTZ
menerbitkan Panduan penyusunan Perda Penanggulangan Bencana
Pelatihan RAD Kota Jogyakarta, Kota Semarang dan Alor NTT
Website MPBI
14 GTZ Indonesia dan Timor Leste
Good Local Governance and Georisk Project, output berupa manual manajemen resiko bencana dan mitigasi georisk di Provinsi Jawa Tengah, DIY, NTB, NTT
Lanjutan Good Local Governance and Geo‐risk Project, output berupa manual manajemen resiko bencana dan mitigasi georisk di Provinsi Jawa Tengah, DIY, NTB, NTT (2006 ‐2009)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
15 PMB ITB, JABAR Developing Community Based Risk Reduction in Aceh Province and West Sumatra Province, dengan keluaran : Rekomendasi kerangka CBDRR
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
16 PSMB UPN Veteran, Yogyakarta
Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Peredaman Risiko Bencana Letusan Gunung Merapi dalam rangka kebutuhan dan rencana advokasi untuk mempengaruhi kebijakan penganggaran dan kelembagaan pemerintah di 4 kabupaten (Kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang) tersusun dan dilaksanakan
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
17 BAPPEDA PROVINSI SULSEL
Melalui Dinas Kesos linmas melaksanakan Program peran kelembagaan Orsos, TKSM/PSM dan dunia usaha serta peningkatan kesejahteraan sosial perlindungan masyarakat dalam penanggulangan bencana
Melalui Dinas Kesos Linmas melaksanakan: 1. Pelatihan Petugas
Penanggulangan Bencana 2. Pelatihan tenaga penyuluh
penanggulangan bencana 3. Pelatihan petugas dokumentasi
dan komunikasi penanggulangan bencana
4. Pelatihan petugas rehabilitasi dan relokasi bencana
5. Peningkatan SDM Taruna Siaga Bencana (TAGANA)
6. Pemetaan daerah rawan bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
18 BAPPEDA PROVINSI JABAR
Melalui Distarkim melaksanakan kegiatan Penyusunan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Rawan Bencana
Bekerja sama dengan PMB ITB menyusun Rencana Induk Pengurangan Risiko Bencana (kerangka umum). Pembagian kerjasamanya yaitu PMB ITB akan melaksanakan analisis risiko bencana dan Bappeda akan menyusun strategi pengurangan risiko bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pada prioritas I dari 26 K/L, 14 lembaga
Donor/komunitas internasional/NGO, dan 8 Perguruan Tinggi dan pemerintah daerah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 9 K/L, 5 lembaga Donor/Komunitas Internasional/ NGO, dan 4 dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah yang aktif dalam kegiatan utama yang terkait kelembagaan nasional dan kerangka hukum.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐9
Upaya mengintegrasikan kegiatan utama terkait kelembagaan nasional dan kerangka hukum ke dalam pengurangan resiko kedalam kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders, diantaranya melalui:
• Kegiatan yang terkait dengan Program Penataan Ruang dalam rangka Penguatan kelembagaan penataan ruang di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang tanggap terhadap bencana yang dilaksanakan oleh Depdagri, Dep.PU dan Bakosurtanal;
• Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah melalui Penguatan kelembagaan dalam pencegahan dan penanganan bencana di daerah‐daerah yang rawan bencana;
• Memformulasikan RUU PB Membantu memperkenalkan RUU PB ke dalam tingkatan pembuatan kebijakan nasional; dan termasuk
• Penyusunan RANPERDA Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dengan menyediakan legal analysis serta contextual analysis PRB seperti yang dilaksanakan oleh lembaga OXFAM GB yang didukung oleh Pemda. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan‐kegiatan tersebut telah menghasilkan
beberapa produk peraturan perundang‐undangan terkait kebijakan pemerintah dalam pengurangan risiko bencana yang dapat dijadikan landasan hukum. Beberapa regulasi yang terkait dengan pengurangan risiko bencana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 4 Beberapa Regulasi yang Terkait dengan Pengurangan Risiko Bencana
No Dasar Hukum Substansi
1 Undang‐Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
• Ketentuan umum, pada Pasal 1, ayat (6) Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. Ayat (7) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Ayat (8) Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Ayat (9) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
• Bab VII Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, pada paragraph kesatu Prabencana, Pasal 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, dan 47.
2 Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
• Pasal 2 ayat (4) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk: a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antarruang, antarwaktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
• Evaluasi pelaksanaan merupakan tahapan dari perencanaan pembangunan nasional, yaitu pada Pasal 8, Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi: a. penyusunan rencana; b. penetapan rencana; c. pengendalian pelaksanaan rencana; dan d. evaluasi pelaksanaan rencana.
• Pentingnya Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan suatu perencanaan, sebagaimana tertera dalam Pasal 28, 29 dan 30.
3 Undang‐Undang Nomor 26 Tahun
• Pengaturan dan pembinaan tata ruang diatur dalam pasal 12 dan Pasal 13. • Pada paragraf 2 tentang perencanaan tata ruang wilayah nasional, khususnya
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐10
No Dasar Hukum Substansi
2007 tentang Penataan Ruang
pada pasal 19, Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional harus memperhatikan: harus memperhatikan: a. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional; b. perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil pengkajian implikasi penataan ruang nasional; c. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi; d. keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah; e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; f. Rencana pembangunan jangka panjang nasional; g. rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan h. rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
• Pengendalian Pemanfaatan Ruang, pada Pasal 35, Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
• Peraturan tentang zonasi dibahas lebih lanjut dalam Pasal 36 ayat (1), (2) dan (3). 4 Undang‐Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil
• Terkait dengan Mitigasi bencana, pada Pasal 56, dalam menyusun rencana pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil terpadu, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib memasukkan dan melaksanakan bagian yang memuat mitigasi bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil sesuai dengan jenis, tingkat, dan wilayahnya.
• Pasal 57, Mitigasi bencana Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil dilakukan dengan melibatkan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
• Pasal 58, Penyelenggaraan mitigasi bencana Wilayah Pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dilaksanakan dengan memperhatikan aspek: a. sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat; b. kelestarian lingkungan hidup; c. kemanfaatan dan efektivitas; serta d. lingkup luas wilayah.
• Pasal 59, Ayat (1) Setiap Orang yang berada di Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil wajib melaksanakan mitigasi bencana terhadap kegiatan yang berpotensi mengakibatkan kerusakan Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil. Ayat (2) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan struktur/fisik dan/atau nonstruktur/nonfisik. Ayat (3) Pilihan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan oleh instansi yang berwenang. Ayat (4) Ketentuan mengenai mitigasi bencana dan kerusakan Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
5 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
• Bab II Prabencana, pada situasi tidak terjadi bencana, terutama pada Pasal 5, ayat (1) penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi: a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pengurangan risiko bencana; c. pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. persyaratan analisis risiko bencana; f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g. pendidikan dan pelatihan; dan h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
• Pasal 7, ayat (1) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Ayat (2) Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui kegiatan: a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana; b. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; c. pengembangan budaya sadar bencana; d. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan e. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
• Pasal 8, ayat (1) Untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana dilakukan penyusunan rencana aksi pengurangan risiko bencana. Ayat (2) Rencana aksi pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana; dan b. rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana. Ayat (3) Rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang meliputi unsur dari Pemerintah, non pemerintah, masyarakat, dan lembaga usaha yang dikoordinasikan oleh BNPB. Ayat (4) Rencana aksi nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala BNPB setelah dikoordinasikan dengan instansi/lembaga yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional. Ayat (5)
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐11
No Dasar Hukum Substansi
Rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang meliputi unsur dari pemerintah daerah, non pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha di daerah yang bersangkutan yang dikoordinasikan oleh BPBD. Ayat (6) Rencana aksi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh kepala BPBD setelah dikoordinasikan dengan instansi/lembaga yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan daerah dengan mengacu pada rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana. Ayat (7) Rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana ditetapkan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat ditinjau sesuai dengan kebutuhan.
6 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
• Penggunaan dana penanggulangan Bencana, khususnya pada Pasal 12, dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi: a. tidak terjadi bencana; dan b. terdapat potensi terjadinya bencana.
• Pasal 13, Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi: a. fasilitasi penyusunan rencana penanggulangan bencana; b. program pengurangan risiko bencana; c. program pencegahan bencana; d. pemaduan perencanaan pembangunan dengan perencanaan penanggulangan bencana; e. penyusunan analisis risiko bencana; f. fasilitasi pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana; dan h. penyusunan standar teknis penanggulangan bencana.
7 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana
• Bab III Pelaksanaan Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Nonpemerintah, Pasal 10 ayat (1) Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dalam kegiatan penanggulangan bencana pada tahap prabencana dan pascabencana wajib menyesuaikan dengan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
8 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN 2004‐2009
Tidak disebutkan secara spefisik pembahasan tentang Pengurangan Resiko Bencana.
9 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
• Pada Bab I menjelaskan tentang kedudukan, tugas dan fungsi BNPB. Bab II tentang Organisasi. Bab III tata kerja. Bab IV tentang Pengangkatan dan Pemberhentian. Bab V tentang Pembiayaan. Bab VI Ketentuan Lain‐lain. Bab VII Ketentuan Peralihan. Bab VIII Ketentuan Penutup.
• Pada Bab I, Pasal 2 point (a), Bahwa BNPB mempunyai tugas: memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
10 Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah
• Pasal 1 ayat (1), Kewaspadaan dini masyarakat adalah kondisi kepekaan, kesiagaan dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi potensi dan indikasi timbuinya bencana, baik bencana perang, bencana alam, maupun bencana karena ulah manusia. Ayat (2) Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat yang selanjutnya disingkat FKDM adalah wadah bagi elemen masyarakat yang dibentuk dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan din' masyarakat.
11 Permendagri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana
• Pasal (1), Kegiatan Mitigasi Bencana di daerah dilaksanakan untuk mengetahui potensi bencana yang ada di daerah dan melakukan upaya antisipasi penanganannya
• Pasal (2), Pemerintah Daerah dalam melaksanakan mitigasi bencana dilakukan secara berjenjang melalui struktur kelembagaan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana, Satuan Pelaksana Penanganan Bencana, Unit Operasi Penanganan Bencana dan Kepala Desa/Lurah.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐12
Sumber : Analisis Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008 Berdasarkan kerangka regulasi diatas dapat tergambarkan dengan jelas tentang
pedoman hukum maupun pedoman untuk pelaksanaan yang yang dapat dijadikan pegangan dalam implementasi RAN PRB. Namun pada salah satu dokumen regulasi diatas, yaitu pada Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN 2004‐2009 tidak menyebutkan secara spesifik tentang pengurangan resiko bencana dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Provinsi NAD dan Sumatera Utara, sehingga dalam dokumen RPJMN 2004‐2009 pada Bagian I.1‐35 sampai Bagian I.1‐36 hanya menjabarkan mengenai “Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara”. Bagian tersebut menjelaskan mengenai rencana penanggulangan di kedua wilayah tersebut yang terbagi ke dalam tiga tahapan yaitu 1) tahap tanggap darurat (selama 6‐10 bulan); 2) tahap pemulihan yang mencakup rehabilitasi sosial dan restorasi fisik (1,5 sampai 2 tahun); 3) tahap rekonstruksi (selama 5 tahun).
Lahirnya Undang‐Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(UUPB) dan RAN PRB semakin memperkuat keyakinan daerah agar relatif lebih siap untuk melaksanakan perubahan yang akan diperlukan. RAN PRB adalah instrumen kebijakan kedua yang akan merubah cara bangsa Indonesia untuk dapat hidup dengan risiko bencana yang dapat terjadi kapan saja.
Sumber Daya
Tabel 3‐ 5 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas I
Kegiatan Utama: Sumber Daya
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.2 SUMBER DAYA 1 BAKORNAS PB/
BNPB • Tersedianya SDM yang
memahami penanganan bencana
• Terselenggaranya pelatihan SDM
RKP
Pelatihan untuk Pelatih (Bakornas Train of Trainer Course) dari tanggal 18‐22 Juni 2007 di Hotel Four Season Jakarta. Pelatihan ini dirancang untuk menghasilkan Pelatih Tingkat Nasional di Bidang Kebencanaan di Indonesia
Website Kemenneg RISTEK
2 DEPSOS Peningkatan kualitas SDM melalui ”TAGANA : Taruna Siaga Bencana” di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Penyiapan tenaga dari sumber masyarakat yang berpotensi dari berbagai unsur. Dasar pembentukan: Kepmen No. 28 tahun 2006. Total Tagana: 142.000 orang. Tagana sudah mengikuti pelatihan: ± 44.000 orang (Sumber APBN : 19.000 orang dan
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐13
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.2 SUMBER DAYA Sumber APBD : ± 25.000 orang). Tagana masih dalam daftar tunggu dan belum mengikuti pelatihan 123.000 orang. Target sampai akhir tahun 2008 (APBN) : 40.000 orang. Setiap tagana mendapat insentif Rp. 50.000,‐ per bulan/orang.
• Perekrutan personil penanggulangan bencana seperti Taruna Siaga Bencana (TAGANA) di 33 provinsi, Instruktur penanggulangan bencana, Tim Reaksi Cepat (TRC), Satuan Petugas Sosial Penanggulangan Bencana (Satgassos PB) dan Petugas Posko, termasuk :
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan penguatan masyarakat dalam penanggulangan bencana :
2. Pemantapan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) sebagai personel penanggulangan bencana berbasis komunitas
3. Pengembangan SDM TAGANA
4. Penguatan Tim Manajemen TAGANA di Pusat dan Daerah
• Pemantapan Evaluasi Program Penanggulangan Bencana Alam
Melanjutkan perekrutan personil penanggulangan bencana seperti Taruna Siaga Bencana (TAGANA) yang jumlahnya sampai Mei 2008 sebanyak 20.973 orang yang tersebar di 33 provinsi, Instruktur penanggulangan bencana, Tim Reaksi Cepat (TRC), Satuan Petugas Sosial Penanggulangan Bencana (Satgassos PB) dan Petugas Posko, termasuk :
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan penguatan masyarakat dalam penanggulangan bencana :
2. Pemantapan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) sebagai personel penanggulangan bencana berbasis komunitas
3. Pengembangan SDM TAGANA
4. Penguatan Tim Manajemen TAGANA di Pusat dan Daerah
5. Pemantapan Evaluasi Program Penanggulangan Bencana Alam
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 DEP. PU Mengelola data geospasial untuk mendukung rehabilitasl dan rekonstruksi NAD‐Nias serta mendukung BRR NAD‐Nias
Mengelola data geospasial untuk mendukung rehabilitasl dan rekonstruksi NAD‐Nias serta mendukung BRR NAD‐Nias
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
4 DEPDAGRI Terlaksananya Training of Trainer Satlak dan Satkorlak, sarana dan prasarana kebencanaan, pelatihan penanganan bencana dan pengkaderan karang taruna.
RKP
Pelatihan untuk Satlak dan Satkorlak untuk kegiatan PRB
Pengumpulan data K/L oleh SC DRR‐ Bappenas
5 DEPKES • Pelatihan DSTC. Teknis untuk tenaga medis baru (non management)
• Training disaster preparedness lewan program HOPE (Hospital Disaster Management) yang diperuntukkan untuk training direktur, kabag keuangan, kabag medik, farmasi, dan kepala dinas.
Pengumpulan data K/L oleh SC DRR‐Bappenas
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐14
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.2 SUMBER DAYA • Penyelenggaraan pelatihan HOPE
Pelatihan Disaster Victim Identification untuk staff rumah sakit
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
6 KEMENEG RISTEK Pelatihan untuk Pelatih FOSS‐GIS (Free Open Source Software ‐ Geographic Information System) untuk penanganan bencana di Gedung PDII LIPI, 22‐25 Oktober 2007
Training Of Trainer FOSS ‐ GIS WITH SAHANA
Website Kemenneg RISTEK
7 OXFAM GB Pelatihan dasar‐dasar Pengelolaan Bencana kepada 511 pegawai pemerintah tingkat kabupaten
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
8 UNHAS, PROVINSI SULSEL
• Bersama Brigade Siaga Bencana (BSB) dan PSC melaksanakan pelatihan Medical First Responder (MFR) yang ketiga dan penyelamatan air
• BSB/PSC bersama IMC dan AGD 118 melaksanakan pelatihan Basic Life Support and Disaster Management
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
9 PSBA UGM YOGYAKARTA
• Bersama UNESCO dan Menbudpar melaksanakan pelatihan “Disaster Risk Management of Cultural Heritage” bagi aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
• Bersama Depsos melaksanakan Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia bagi aparatur Dinsos seluruh Indonesia
• Bersama Pemda Kab. Wonogiri melaksanakan Training of Trainers bagi Aparatur Pemda Kab. Wonogiri
• Bersama Pemda Kab. Bantul melaksanakan Diklat Mitigasi Bencana Angkatan I dan II
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
10 CEEDEDS UII, YOGYAKARTA
Melaksanakan Sertifikasi Mandor Bangunan Tahan Gempa dengan keluaran agar adanya mandor bangunan yang memiliki kompetensi yang ditentukan akan memperoleh sertifikat dengan lokasi Yogyakarta
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
11 PSMB UPN VETERAN YOGYAKARTA
Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Peredaman Risiko Bencana Letusan Gunung Merapi untuk Pembelajaran penanganan bencana Gunung Merapi tersebar di tingkat nasional dengan lokasi Kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang dan lokakarya serta pelatihan (peningkatan kapasitas) bagi 44 aktor pemerintah dan masyarakat dari Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐15
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.2 SUMBER DAYA 12 BAPPEDA
PROVINSI JABAR Melalui Bakesbanglinmas melaksanakan Pelatihan Penanggulangan Bencana Bagi Aparat Tramtib Kab/kota Di Jawa Barat
Melalui Bakesbanglinmas melaksanakan Pelatihan Penanggulangan Bencana Bagi Aparat Tramtib Kab/kota Di Jawa Barat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
13 SATKORLAK (DINSOS) PROVINSI SULSEL
Penyaluran personil TAGANA (Taruna Siaga Bencana) dalam setiap kejadian bencana. Tagana ini diberikan bantuan berupa tali kasih sejumlah Rp 50.000 per bulan. TAGANA yang ada di Sulsel data ini sekitar 400‐500 personil yang terdiri dari Pramuka, Karang Taruna, PMI, RAPI, KNPI dan MPBI yang ada di Sulsel
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
14 SATKORLAK PROVINSI JABAR
Melaksanakan Pelatihan Manejemen Kedaruratan dan Perencanaan Kontijensi (Ciamis Tahun 2007)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pada prioritas I dari 26 K/L, 14 lembaga
Donor/Komunitas internasional/NGO, 7 Perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 6 kementerian/lembaga, 1 lembaga donor/Komunitas internasional/NGO, dan 4 dari perguruan tinggi dan 3 instansi dari pemerintah daerah yang aktif dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia.
Upaya mengintegrasikan kegiatan peningkatan sumberdaya manusia ke dalam
pengurangan resiko kedalam kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders, diantaranya melalui:
• Kegiatan yang terkait peningkatan kualitas SDM melalui ”TAGANA : Taruna Siaga Bencana” di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Penyiapan tenaga dari sumber masyarakat yang berpotensi dari berbagai unsur, yang dilaksanakan oleh Depsos dan instansi di tingkat daerah;
• Program Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia bagi aparatur pemerintah di daerah maupun pusat, yang dilakukan oleh BNPB, PSBA UGM, Oxfam GB dan instansi di daerah; termasuk
• Kegiatan pelatihan teknis, seperti FOSS‐GIS (Free Open Source Software ‐ Geographic Information System) oleh Kemeg Ristek, Pelatihan Disaster Victim Identification untuk staff rumah sakit oleh Depkes, disamping dilaksanakannya Pelatihan dasar‐dasar Pengelolaan Bencana kepada pegawai pemerintah tingkat kabupaten oleh Oxfam GB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐16
Partisipasi Masyarakat
Pada kegiatan utama yang ketiga dari prioritas I berikutnya adalah kegiatan yang terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pengurangan resiko bencana. Secara lebih detail tentang kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3‐ 6 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas I
Kegiatan Utama: Partisipasi Masyarakat
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.3 PARTISIPASI MASYARAKAT 1 DEP. PU • Menyelenggarakan seminar hasil
investigasi sebagai masukan untuk PU dalam Diskusi Nasional untuk penentuan building codes
• Menyelenggarakan seminar asuransi risiko bencana yang akan mengundang pihak‐pihak terkait (Munich RE‐lnsurance)
• Mendorong peningkatan komitmen politik dalam PRB di lingkup daerah, nasional dan internasional melalui kerangka institusi pemerintah, perundang‐undangan, pengembangan organisasi dan peran serta masyarakat
• Menyelenggarakan seminar hasil investigasi sebagai masukan untuk PU dalam Diskusi Nasional untuk penentuan building codes
• Menyelenggarakan seminar asuransi risiko bencana yang akan mengundang pihak‐pihak terkait (Munich RE‐lnsurance)
• Mendorong peningkatan komitmen politik dalam PRB di lingkup daerah, nasional dan internasional melalui kerangka institusi pemerintah, perundang‐undangan, pengembangan organisasi dan peran serta masyarakat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
2 IFRC Menyusun Kerangka untuk CBRR (Community‐based risk reduction) melalui seminar nasional dan mempublikasikannya.
Melanjutkan project ke 4 dari Rencana Aksi dari DIPECHO di Asia Tenggara
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
3 MPBI • Dialog Publik UU Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana, Sumatera Barat, NTB dan Bali
• Simposium Nasional CBDRM III: Memposisikan CBDRM secara strategis pada kerangka kerja UU Penanggulangan Bencana
• Seminar Nasional: ”Tanggung Jawab Pemerintah Daerah dalam Konteks Perubahan Kebijakan pada Penanggulangan Bencana: RUU PB dan RAN”
Website MPBI
4 OXFAM GB • Pembentukan Kelompok kerja antar dinas dan/atau kabupaten terbentuk dan berfungsi di 10 kabupaten.
• Pelaksanaan 2 kali lokakarya (bekerjasama dengan MPBI) untuk pengumpulan input dari masyarakat/publik berkaitan dengan penyusunan PP/PERPRES dari UU 24/2007
• Kunjungan belajar pegawai pemerintah dari NTT ke Merapi.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐17
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
I.3 PARTISIPASI MASYARAKAT 5 BAPPEDA
PROVINSI SULSEL Melalui Dinas Kesos Linmas melaksanakan:
1. Pelatihan tenaga penyuluh penanggulangan bencana
2. Pelatihan petugas rehabilitasi dan relokasi bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
6 BAPPEDA PROVINSI JABAR
Melalui Dinas Kehutanan melaksanakan pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Untuk kegiatan utama yang terkait dengan partisipasi masyarakat berdasarkan
RAN PRB dilaksanakan oleh 26 K/L, 14 lembaga Donor/Komunitas internasional/NGO, 7 lembaga dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 1 K/L, 3 lembaga Donor/Komunitas internasional/NGO, dan 2 instansi dari pemerintah daerah yang aktif.
Upaya mengintegrasikan kegiatan utama terkait partisipasi masyarakat kedalam
kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders, diantaranya melalui:
• Menyelenggarakan seminar asuransi risiko bencana yang akan mengundang pihak‐pihak terkait (Munich RE‐lnsurance) oleh Dep.PU, dan juga Seminar Nasional: ”Tanggung Jawab Pemerintah Daerah dalam Konteks Perubahan Kebijakan pada Penanggulangan Bencana: RUU PB dan RAN PRByang dilaksanakan oleh MPBI;
• Dinas Kehutanan Jabar melaksanakan pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
33..22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii
Prioritas II RAN PRB adalah mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko
bencana serta menerapkan sistem peringatan dini, dengan fokus utama kegiatan antara lain pada: Pengkajian Risiko pada Skala Nasional dan Lokal; Peringatan Dini; Kapasitas; dan Penanganan Risiko Bencana di Tingkat Regional. Dalam RAN PRB tahun 2006‐2009 disebutkan yang menjadi stakeholders pelaksana dari tiga kegiatan utama tersebut, terdiri dari 20 K/L, 11 Donor/komunitas Internasional/NGO, serta 10 instansi/ lembaga yang mewakili dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Semua pelaksana yang terlibat tersebut dipaparkan dalam tabel dibawah ini.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐18
Tabel 3‐ 7 Stakeholder pada Prioritas II RAN PRB
Kementerian/ lembaga
Donor/ Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1. BAKORNAS PB/ BNPB 2. DEPDIKNAS 3. DESDM 4. DEP. PU 5. DEPKES 6. DEPDAGRI 7. KEMENEG RISTEK 8. KEMENEG LH 9. DKP 10. DEPTAN 11. DEPSOS 12. DEPHUB 13. DEPHUT 14. LIPI 15. LAPAN 16. BAKOSURTANAL 17. BMG 18. BPS 19. BPPT 20. BKKBN
1. BGR/GTZ 2. WFP 3. UN‐OCHA 4. MPBI 5. OXFAM GB 6. URL‐Jerman 7. KOGAMI 8. UNESCO 9. PMI 10. PRTMB NAD 11. JSPS
1. Pemda Provinsi, Kabupaten/ Kota
2. PMB ITB, Jabar 3. PSBA UGM, Yogyakarta, 4. SATKORLAK PB 5. SATLAK PB 6. UPN Veteran Yogyakarta 7. BSB UNHAS, Makassar 8. Universitas Bengkulu 9. CEEDEDS UII, Yogyakarta, 10. ITS , Surabaya
Sumber : RAN PRB 2006‐2009
Seluruh stakeholders diatas yang telah berkomitmen dalam melaksanakan kegiatan pengurangan resiko bencana khususnya yang terdapat dalam prioritas II. Pengelompokan kegiatan yang terdapat dalam prioritas II ke dalam kegiatan utama selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 8 Matriks Kegiatan Prioritas II RAN PRB
No. Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan Kementerian/
Lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1 Pengkajian risiko pada skala nasional dan lokal
• Mengembangkan,memperbaharui, dan menyebarluaskan peta risiko beserta informasi terkait terutama kepada para pengambil kebijakan dan masyarakat umum.
• Mengembangkan sistem indikator risiko bencana dan ketahanan di pusat dan di daerah, yang akan membantu para pengambil keputusan dalam mengkaji dampak bencana.
• Merekam, menganalisa, merangkum dan menyebarluaskan informasi sistem mengenai kejadian bencana, dampak dan kerugian.
BAKORNAS PB/ BNPB, DKP, DEPDIKNAS, KEMENEG RISTEK, DEP.PU, BMG, LAPAN, DEPKES, BAKOSURTANAL, KEMENEG LH, DEPHUT, DEPHUB, BPPT, BADAN GEOLOGI/DESDM, DEPTAN, BPS, MENKO KESRA, GEOTEKNOLOGI‐LIPI, BKKBN
BGR/GTZ (Georisk Project), WFP, UN‐OCHA, MPBI, OXFAM GB, URL‐Jerman, KOGAMI, UNESCO
Pemda dan Instansi terkait, PMB ITB Bandung, PSBA UGM Yogyakarta, SATKORLAK PB, UPN Veteran Yogyakarta, BSB UNHAS Makassar, SATLAK PB, Univ. Bengkulu, CEEDEDS UII Yogyakarta
2 Peringatan dini
• Mengembangkan sistemperingatan dini, termasuk petunjuk‐petunjuk tindakan pada
BPPT, DEP.PU, BMG, BAKORNAS PB/ BNPB,
PMI, UNESCO, WFP, PRTMB NAD, BGR/GTZ (Georisk
UPN Veteran Yogyakarta, CEEDEDS UII
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐19
No. Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan Kementerian/
Lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
saat peringatan. • Melakukan review secara periodik,
dan memelihara sistem informasi sebagai bagian dari sistem peringatan dini.
• Melakukan penguatan kapasitas yang menunjukkan bahwa sistem peringatan dini terintegrasi dengan baik dengan kebijakan pemerintah dan proses pengambilan keputusan.
• Memperkuat koordinasi dan kerjasama multi sektor dan multi stakeholder dalam rantai sistem peringatan dini.
• Menciptakan dan memperkuat sistem peringatan dini yang efektif pada pulau‐pulau kecil.
DEPDAGRI, DEPKES, BAKOSURTANAL, LIPI, DEPTAN, BKKBN, LAPAN, KEMENEG RISTEK, DEPSOS, BADAN GEOLOGI/DESDM
Project), UN‐OCHA Yogyakarta bekerjasama dengan UNISI, Pemda NAD, Lembaga Pengabdian Masyarakat UNHAS Makassar,
3 Kapasitas • Mendukung pengembangan dan pelestarian infrastruktur, ilmu pengetahuan, teknologi, kapasitas teknis dan institusi yang diperlukan dalampenelitian, pengamatan, analisis, pemetaan, dan apabila memungkinkan proyeksi bencana, kerentaan, dan dampak bencana di masa mendatang.
• Mendukung pengembangan dan peningkatan database serta pertukaran dan penyebarluasan data untuk pengkajian, monitoring dan keperluan peringatan dini.
• Mendukung bagi peningkatan metoda ilmiah dan teknis serta kapasitas pengkajian risiko, monitoring dan peringatan dini melalui penelitian, kerjasama, pelatihan, dan peningkatan kapasitas teknis.
• Menciptakan dan memperkuat kapasitas untuk merekam, menganalisa, merangkum, menyebarluaskan, dan saling bertukar data dan informasi.
DEPKES, BAKOSURTANAL, BAKORNAS PB/ BNPB, DESDM, DEP.PU, DKP, KEMENEG RISTEK, BPPT, LAPAN, DEPDAGRI
UN‐OCHA, BGR/GTZ (Georisk Project)
PSBA UGM Yogyakarta, CEEDEDS UII Yogyakarta, ITS Surabaya, SATKORLAK PB, SATLAK PB
4 Risiko regional darurat
• Mengumpulkan dan melakukan standarisasi data dan informasi sistem mengenai risiko, dampak, dan kerugian bencana.
• Melakukan kerjasama dalam lingkup regional dan internasional untuk mengkaji dan memantau bencana lintas batas.
• Meneliti, menganalisa dan melaporkan perubahan jangka panjang yang mungkin peningkatan kerentaan dan risiko serta kapasitas masyarakat dalam merespon bencana.
LAPAN, BMG, BADAN GEOLOGI/ DESDM, BAKORNAS/BNPB, DEP.PU, BPPT, KEMENEG RISTEK, GEOTEKNOLOGI‐LIPI
OXFAM GB, JSPS UNHAS Makassar, FT‐ARSI/PWK, CEEDEDS UII Yogyakarta, PMB ITB Bandung, PRTMB,
Sumber : RAN PRB 2006‐2009
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐20
Berdasarkan tabel diatas, berikut ini diuraikan lebih lanjut mengenai perkembangan kegiatan‐kegiatan oleh seluruh stakeholders yang terkait dengan pengurangan resiko bencana yang dilaksanakan pada tahun 2007 dan 2008. Pengkajian Risiko Pada Skala Nasional dan Lokal
Tabel 3‐ 9 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II
Kegiatan Utama: Pengkajian Risiko Pada Skala Nasional dan Lokal
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.1 PENGKAJIAN RISIKO PADA SKALA NASIONAL DAN LOKAL 1 DEPDAGRI Penyusunan Peta Rawan Bencana di 11
Provinsi dengan dukungan dana dekon Rp. 360jt/Provinsi, meliputi Provinsi: Sumatera Barat (Kota Padang dan Mentawai), Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jateng, Jatim, NTB, NTT, Kalteng, Sulut, Maluku, Papua
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
2 BMG • Pembuatan Peta Prakiraan Potensi Banjir di seluruh Indonesia, bekerjasama dengan Ditjen SD Air‐Departemen PU dan Bakosurtanal. Daerah yang telah selesai disusun peta tematiknya: Tahun 2006: 3 Kabupaten di Jawa Tengah, 3 Kabupaten di Jawa Timur dan 3 Kabupaten di Sumatera Selatan. 2007: 10 Kabupaten (awal Desember rampung).
• Pembuatan Peta Prakiraan Potensi Longsor di seluruh Indonesia, bekerjasama dengan Puslit Vulkanologi dan Bakosutanal
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi dan Geofisika : Pengembangan sistem deteksi dini (early warning system) dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakat
RKP
3 DEPSOS • Up‐dating data korban bencana dan rumah rusak.
• Bekerjasama dengan PSBA‐UGM dalam penentuan identifikasi wilayah rawan bencana. Rekomendasi wilayah di‐update dan disampaikan tiap akhir tahun.
• Melakukan updating rekapitulasi kejadian bencana beserta dampak yang ditimbulkan untuk semua daerah di Indonesia melalui formulir yang diisi oleh institusi sosial di daerah sampai dengan tingkat RT.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Pendataan daerah rawan bencana; dari 469 kabupaten/kota yang ada di tanah air
Hasil Konsultasi dan
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐21
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.1 PENGKAJIAN RISIKO PADA SKALA NASIONAL DAN LOKAL sebanyak 383 kabupaten/kota rawan bencana dan tiap daerah diharapkan memiliki peta rawan bencana sehingga terciptanya sistem peringatan dini
Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
4 BAKOSURTANAL • Pembuatan peta wilayah potensi bencana longsor dan banjir. Tahun 2006: Provinsi Jateng, Jatim, Sumsel, DKI. Tahun 2007: Provinsi Jabar, Riau, Jambi, Banten dan Sumbar.
• Penyelenggaraan workshop/FGD untuk menyusun panduan pembuatan peta risiko bencana
• Pembuatan peta wilayah potensi bencana longsor dan banjir. Tahun 2008: Provinsi Bengkulu, Jabar, Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Selatan, Kab. Kaur, Kab. Lampung Barat, Kab. Garut, Kab. Cilacap. Tahun 2009: Provinsi Kalsel, Lampung, Sumut dan Sulteng.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Program Peningkatan Daya Tahan Masyarakat Terhadap Bencana : Perumusan dan penetapan kebijakan nasional di bidang penanganan bencana dan kedaruratan melalui pemetaan tematik sumber daya alam dan lingkungan hidup matra darat, penelitian dan pengembangan geomatika, serta pengembangan geodesi dan geodinamika
RKP
• Peta multirawan bencana alam terpadu: pemetaan rawan banjir Skala 1:250.000, (Pulau Kalimantan, Sulawesi, papua, Kep.Nusa Tenggara, Bali dan Maluku).
• Pengembangan sistem informasi bencana alam berbasis WEB
• Penyusunan Basisdata Rawan Bencana Alam Terpadu
• Pokja Rawan Bencana (BMG, DESDM dan Dep.PU) meyusun: peta rawan banjir, multi rawan bencana alam (banjir, longsor, dan kekeringan dan tsunami)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
• Pembuatan (riset) geomatika pendukung kebencanaan
• Pengembangan sistem audit atas data spasial kebencanaan
• Pengembangan model survey sosial ekonomi daerah rawan bencana
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Melaksanakan Difusi dan pemanfaatan ristek, Peta RBI skala 1:10.000 untuk penyusunan daerah rawan bencana untuk lokasi Padang dan Bengkulu
• Pemetaan tematik sumber daya alam dan lingkungan hidup matra darat yang merupakan hasil pengolahan dari data spasial dengan cakupan wilayah nasional
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
5 DEP. PU • Penyusunan peta rawan bencana banjir dan longsor (Subdit Mitigasi Bencana Alam – Ditjen SDA) sebagai upaya mitigasi bencana
• Khusus DKI, melalui balai besar Penanganan Ciliwung‐Cisadane
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐22
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.1 PENGKAJIAN RISIKO PADA SKALA NASIONAL DAN LOKAL menyusun upaya mitigasi terhadap banjir Jabodetabek dan terkendala pada kendala teknis dan nonteknis di lapangan maupun kebijakan pemerintah
• Penanganan lahar dingin • Pembangunan Balai Besar Wilayah
Sungai, yang berlokasi di : 1. Sungai Brantas, Jawa Timur 2. Sungai Bengawan Solo, Jawa
Tengah 3. Sungai Pemalijuana, Jawa
Tengah 4. Sungai Serayuopa, DIY 5. Sungai Ciujung Ciliuan, Banten 6. Sungai Ciliwung Cisadane,
Cawang 7. Sungai Cimanuk Cisanggarung,
Cirebon 8. Sungai Citarum, Bandung 9. Sungai Pompengan Jinebrang,
Makasar 10. Sungai Citandui, Banjarnegara 11. Sungai Mesuji Tulang Bawang,
Lampung • Pembangunan EWS, kerjasama
dengan Radio antar Penduduk Indonesia (RAPI) untuk menyebarluaskan bencana, akses ketinggian muka air untuk seluruh wilayah Jakaerta.
• Balai Besar ; Cisadane, Ciliwung, Brantas, Bengawan SoloSabo adalah penanganan kantong pasir untuk daerah vulkanik
• STC sudah tersedia di Provinsi DIY termasuk peralatan evakuasi (Merapi, Semeru dan Kelut)
• Penyusunan buku panduan fasilitasi upaya penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor dengan wilayah sosialisasi di Makassar, Mataram dan Medan
• Pembangunan Balai Besar Wilayah Sungai, yang berlokasi di : 1. Sungai Brantas, Jawa Timur 2. Sungai Bengawan Solo, Jawa
Tengah 3. Sungai Pemalijuana, Jawa
Tengah 4. Sungai Serayuopa, DIY 5. Sungai Ciujung Ciliuan, Banten 6. Sungai Ciliwung Cisadane,
Cawang 7. Sungai Cimanuk Cisanggarung,
Cirebon 8. Sungai Citarum, Bandung 9. Sungai Pompengan Jinebrang,
Makasar 10. Sungai Citandui, Banjarnegara 11. Sungai Mesuji Tulang Bawang,
Lampung • Pembangunan EWS, kerjasama
dengan Radio antar Penduduk Indonesia (RAPI) untuk menyebarluaskan bencana, akses ketinggian muka air untuk seluruh wilayah Jakarta.
• Balai Besar ; Cisadane, Ciliwung, Brantas, Bengawan Solo Sabo adalah penanganan kantong pasir untuk daerah vulkanik
• STC sudah tersedia di Provinsi DIY termasuk peralatan evakuasi (Merapi, Semeru dan Kelut)
• Sosialisasi fasilitasi banjir dan tanah longsor meliputi 3 lokasi pada tahun ini yaitu : 1. Bali yang mewakili NTT, NTB,
Bali dan Jawa 2. Medan yang mewakili Pulau
Sumatera dan sebagian Kalimantan
3. Makasar yang mewakili Sulawesi, Maluku, sebagian Kalimantan dan Papua
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
6 BAKORNAS PB/ BNPB
• Program Peningkatan Daya Tahan Masyarakat Terhadap Bencana : Perumusan dan penetapan kebijakan nasional di bidang penanganan bencana dan kedaruratan melalui pemetaan tematik sumber daya alam dan lingkungan hidup matra darat, penelitian dan pengembangan geomatika, serta pengembangan
• Tersedianya data rehabilitasi dan rekonstruksi
• Terlaksananya pemulangan, relokasi, pemberdayaan pengungsi secara terkoordinasi dan terpadu
• Terlaksananya pemulihan daerah yang terkena bencana fisik maupun non fisik
RKP
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐23
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.1 PENGKAJIAN RISIKO PADA SKALA NASIONAL DAN LOKAL geodesi dan geodinamika
• Program Peningkatan Daya Tahan Masyarakat terhadap Bencana : Pengembangan sistem deteksi dini dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakat
• Program penguasaan pengembangan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi : pengembangan sistem deteksi dini dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakat
7 DESDM Pemantauan kegiatan gunung api, EWS dan Sosialisasi kebencanaan geologi serta penanggulanganya
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Pengamatan terpadu gunung api di 10 lokasi
• Penyelidikan Deformasi gunung api di 4 lokasi
• Penyelidikan Geokimia gunung api di 4 lokasi
• Penyelidikan Geofisika gunung api di 4 lokasi
• Penyelidikan pasca bencana gempa bumi di 3 lokasi
• Penyelidikan sesar aktif di 2 lokasi • Penyelidikan pasca bencana gerakan
tanah di 6 lokasi • Penyelidikan kestabilan lereng
daerah rawan gerakan tanah di 2 lokasi
• Survey geologi pasca bencana geologi di kab.Sleman dan Kulonprogo di 2 lokasi
• Pembuatan Peta KRB sebanyak 5000 lembar
• Pembuatan peta geologi gunung api sebanyak 1125 lembar
• Pembuatan Peta digital rupa bumi 1 paket
• Pembuatan Peta zona rawan gempa bumi sebanyak 1000 lembar
• Pembuatan Peta zona rawan tsunami sebanyak 500 lembar
• Pembuatan peta kerentanan gerakan tanah sebanyak 2000 lembar
• Pengamatan terpadu gunung api 1 paket
• Penyelidikan Deformasi gunung api 1 paket
• Penyelidikan Geokimia gunung api 1 paket
• Penyelidikan Geofisika gunung api 1 paket
• Penyelidikan pasca bencana gempa bumi 1 paket
• Penyelidikan sesar aktif 1 paket • Penyelidikan pasca bencana gerakan
tanah 1 paket • Penyelidikan kestabilan lereng
daerah rawan gerakan tanah 1 paket • Penyelidikan amplifikasi gempa bumi
1 paket • Pembuatan Peta KRB sebanyak 5000
lembar • Pembuatan peta Geologi gunung api
sebanyak 1500 lembar • Pembuatan Peta digital rupa bumi 1
paket • Pembuatan Peta zona rawan gempa
bumi sebanyak 1000 lembar • Pembuatan Peta zona rawan tsunami
sebanyak 500 lembar • Pembuatan peta kerentanan gerakan
tanah sebanyak 2500 lembar
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Penelitian alat dan pemetaan geologi lingkungan untuk mengintegrasikan dengan proses perencanaan tata ruang
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
8 OXFAM GB • Penjajakan dan analisa resiko bencana tingkat kabupaten dilakukan 17 kabupaten (Ende, Manggarai, Lembata, Belu, TTU, TTS, Sangihe, Minahasa, Donggala, Parigi Moutong,
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐24
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.1 PENGKAJIAN RISIKO PADA SKALA NASIONAL DAN LOKAL Luwu, Enrekang, Kota Ternate, Halmahera Barat, Jayawijaya, Nabire) dan 1 cluster Gn. Merapi.
• Penjajakan, analisa (termasuk pemetaan) resiko bencana berbasis masyarakat selesai di 14 desa di NTT dan 156 dusun (62 desa) di kawasan Merapi.
9 UNESCO Pengujian kerangka kerja untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan masyarakat di tiga pilot sites: Padang, Bengkulu, dan dua desa di Aceh (tahun 2006 akhir). Dan dilanjutkan dengan kegiatan workshop sebagai sarana sosialisasi.
Melaksanakan kajian tahap II “Building Model For Disaster Preparadness”
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
10 IFRC Menggunakan participatory video sebagai alat partisipatif dan interaktif dalam menilai tingkat resiko di lingkungan masyarakat. Seperti ICBRR di Jakarta Barat.
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
11 YAYASAN IDEP SELARAS ALAM
Melaksanakan Bali Wide Disaster Preparedness Implementation, dengan lokasi dampingan adalah Perancak, Jembrana, Nusa Ceningan, Klungkung, Pupuan, Tegalalang, Gianyar, diharapkan keluaran : Adanya peta risiko bencana di 3 daerah dampingan
Lanjutan pelaksanakan Bali Wide Disaster Preparedness Implementation, dengan lokasi dampingan adalah Perancak, Jembrana, Nusa Ceningan, Klungkung, Pupuan, Tegalalang, Gianyar, diharapkan keluaran : Adanya peta risiko bencana di 3 daerah dampingan
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
12 PMB ITB, JABAR • Penyempurnaan/perbaikan Peta Zonasi Gempa Indonesia yang dilakukan dengan Analisis Sumber Gempa 3D
• Pembuatan Peta Zonasi Tsunami Indonesia
• Pembuatan Peta Microzonasi Gempa, Peta Potensi Liku Kajian kesiapsiagaan Menghadapi Bencana ifaksi, Peta MMI, Peta Hazard Tsunami dan Hazard lain untuk kota rawan bencana (Kecamatan Meuraksa, NAD)
• Kajian singkat risiko (Rapid Risk Assessment) bencana di 14 kota Indonesia
• Penyempurnaan/perbaikan Peta Zonasi Gempa Indonesia yang dilakukan dengan Analisis Sumber Gempa 3D
• Pembuatan Peta Zonasi Tsunami Indonesia
• Penyusunan Pedoman Pemetaan Risiko Bencana Penyusunan Peta Risiko Bencana Alam Nasional
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Developing Community Based Risk Reduction in Aceh Province and West Sumatra Province, dengan keluaran : Adanya hasil kajian General Risk Assessment (GRA) di tiap lokasi studi
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
13 UGM YOGYAKARTA (TEKNIK GEOLOGI)
Pemetaan dan analisis resiko bencana dan AMDAL dengan lokasi DIY, Jateng, Jatim
Pemetaan dan analisis resiko bencana dan AMDAL dengan lokasi DIY, Jateng, Jatim
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008.
Dalam pelaksanaan kegiatan utama untuk pengkajian risiko pada skala nasional
dan lokal pada prioritas II dari 20 K/L, 11 lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO,
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐25
10 lembaga dari Perguruan Tinggi dan pemerintah daerah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 7 K/L, 4 lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO, dan 2 instansi dari Perguruan Tinggi yang aktif.
Pelaksanaan pengkajian risiko pada skala nasional dan lokal pada prioritas II
kedalam kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders, diantaranya melalui:
• Peningkatan daya tahan masyarakat terhadap bencana dalam perumusan dan penetapan kebijakan nasional di bidang penanganan bencana dan kedaruratan melalui pemetaan tematik sumber daya alam dan lingkungan hidup matra darat, penelitian dan pengembangan geomatika, serta pengembangan geodesi dan geodinamika, yang dilaksanakan oleh Bakornas PB/BNPB dan Bakosurtanal.
• Penyusunan pedoman pemetaan risiko bencana dan penyusunan peta risiko bencana alam nasional yang dilaksanakan oleh PMB ITB, PSBA UGM, Bakosurtanal dan Dep.PU
• Peningkatan daya tahan masyarakat terhadap bencana melalui Pengembangan sistem deteksi dini (early warning system) dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakat, oleh Bakusurtanal, Oxfam GB, Depdagri, BMG, Depsos dan DESDM
Peringatan Dini Kegiatan utama mengenai pengembangan sistem peringatan dini yang merupakan
bagian dari prioritas II. Perkembangan kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai stakeholders pada kegiatan peringatan dini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3‐ 10 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II
Kegiatan Utama: Peringatan Dini
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.2 PERINGATAN DINI 1 BAKOSURTANAL • Pengembangan jaringan Tsunami
Early Warning System (TEWS) melalui pemasangan stasiun pengamatan pasang surut sebanyak 38 stasiun di seluruh Indonesia.
• Pengamatan deformasi/gerakan kerak bumi dengan GPS di 20 stasiun pengamatan
Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004‐2009
• Tersedianya pedoman manajemen pengurangan resiko bencana
• Penyediaan sistem control geodesi dan geodinamika nasional, 30 titik pengamatan pasang surut
• Tersedianya 20 Tide Gauge • Terbangunnya 12 GPS
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐26
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.2 PERINGATAN DINI • Data Geo Spasial Pulau Sumatera
bagian barat Pengembangan basis data rawan
bencana Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
2 DEP. PU Pembuatan EWS di beberapa wilayah sungai di Indonesia dan kendala besar pada sering hilangnya peralatan
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Pengembangan data spasial dan nonspasial sebagai dasar informasi dalam pengurangan risiko bencana.
• Pembuatan peta wilayah potensi bencana longsor dan bajir serta peta risiko bencana lain di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Riau, Jambi, Banten, Sumatera Barat dan Bengkulu.
Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004‐2009
• Bekerjasama dengan BPPT pada Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menghadapi bencana kekeringan biasanya dilaksanakan di : Jawa Timur di 3 Kabupaten, Jawa Tengah (Wonogiri, Gajah Mungkur, Gunung ngomo, sempur, wadas Lintang), Jawa Barat (Saguling, Cirata, Jatiluhur) dan Lampung di Batutegi
• Penguatan kapasitas institusi pengelola sistem peringatan dini bekerjasama dengan dengan BMG, Bakosurtanal, dan RAPI
• Pembuatan peta banjir dilaksanakan di 9 Kabupaten di Jawa Timur, 6 Kabupaten di Jawa Tengah, 3 Kabupaten di Sumatera Selatan, serta sebagian Provinsi Sumatera Barat dan Lampung
• Penguatan kapasitas institusi pengelola sistem peringatan dini bekerjasama dengan dengan BMG, Bakosurtanal, dan RAPI
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 KEMENEG RISTEK
• Tersedianya Kelembagaan TEWS terpadu
• Tersedianya Modelling Tsunami • Tersedianya Sistem Integrasi
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Sosialisasi sistem EWS ke wilayah Tangerang, Banten
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
4 KEMENEG LH Tersedianya pedoman manajemen pengurangan resiko bencana
RKP
5 DEPHUT Tersedianya pedoman manajemen pengurangan resiko bencana
RKP
Tahun 2004‐2008, pemetaan DAS, lahan kritis di seluruh Indonesia
Tahun 2004‐2008, pemetaan DAS, lahan kritis di seluruh Indonesia
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
6 DESDM Tersedianya pedoman manajemen pengurangan resiko bencana
RKP
• Pengembangan data spasial dan nonspasial sebagai dasar informasi dalam pengurangan risiko bencana.
Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004‐
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐27
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.2 PERINGATAN DINI • Pembuatan peta wilayah potensi
bencana longsor dan bajir serta peta risiko bencana lain di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Riau, Jambi, Banten, Sumatera Barat dan Bengkulu.
2009
Pembuatan peta peringatan dini gerakan tanah, kerjasama dengan BMG
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Peringatan dini bahaya gunung api di 20 lokasi
• Pemetaan geologi gunung api di 3 lokasi
• Pemetaan zona rawan gempa bumi di 3 lokasi
• Pemetaan zona rawan tsunami di 2 lokasi
• Identifikasi tsunamigenik di 1 lokasi • Pemetaan zona kerentanan
gerakan tanah di 6 lokasi • Identifikasi erosi dan sedimentasi
di 2 lokasi • Pemetaan KRB gunung api di 5
lokasi • Pemetaan topografi gunung api di
3 lokasi • Pemetaan potensi bencana lahar di
1 lokasi • Identifikasi kebakaran batubara di
2 lokasi
• Peringatan dini bahaya gunung api 1 paket
• Pemetaan geologi gunung api 1 paket
• Pemetaan zona rawan gempa bumi 1 paket
• Pemetaan zona rawan tsunami 1 paket
• Identifikasi tsunamigenik 1 paket • Pemetaan zona kerentanan gerakan
tanah 1 paket • Identifikasi erosi dan sedimentasi 1
paket • Pemetaan KRB gunung api 1 paket • Pemetaan topografi gunung api 1
paket • Pemetaan potensi bencana lahar 1
paket • Instalasi peralatan mitigasi bencana
yang bekerjasama dengan Amerika (USGS) di lapangan dalam memonitoring gunung api di Sulawesi Utara meliputi Gunung Mahawu, Ruang, Alu, dan lain sebagainya. Instalasi peralatan tersebut dapat dipantau dari pusat (DESDM). Rencananya Indonesia Timur diupayakan dapat dipantau dari pusat
• Instalasi peralatan mitigasi bencana yang bekerjasama Jepang di Gunung Guntur, Gunung Simeru, dan lain sebagainya
• Instalasi peralatan mitigasi bencana yang bekerjasama Italia di Gunung Merapi
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
7 BPPT Penyediaan Oceanographic Monitoring
RKP
Telah terpasang 1 EWS skala mikro dan peringatan langsung dengan alarm.
Telah terpasang 5 EWS skala mikro dan peringatan langsung dengan alarm. Juga EWS terhadap tsunami, banjir, dan longsor (rancang bangun)
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
8 LAPAN Penyediaan Peta Geospatial data EWS RKP9 BMG • Pengembangan TEWS (Tsunami
Early Warning System) termasuk seismometer, accelerometer, system
RKP
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐28
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.2 PERINGATAN DINI komunikasi
• Pengembangan MEWS (Meteorologi Early Warning System) termasuk pembangunan pusat peringatan siklon tropis dan radar cuaca
• Pengembangan data spasial dan nonspasial sebagai dasar informasi dalam pengurangan risiko bencana. Bakosurtanal juga telah mulai melaksanakan pembuatan peta wilayah potensi bencana longsor dan bajir serta peta risiko bencana lain di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Riau, Jambi, Banten, Sumatera Barat dan Bengkulu.
• Pengembangan berbagai peta bencana (hazard maps) sesuai dengan tingkat kepentingannya masing‐masing.
Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004‐2009
• Kegiatan PRB yang dilaksanakan oleh bidang meteorologi, diantaranya: 1. Prakiraan Cuaca Maritim dan
Gelombang (Harian) 2. Indonesia Weather Bulletin for
Shipping (Harian) 3. Prakiraan cuaca dan angin
dIndonesia (Harian) 4. Curah Hujan Wilayah (Harian) 5. Prakiraan Gelombang Laut
Maksimum di Wilayah Indonesia (Harian/ Mingguan)
6. Tropical Cyclone Track and Impact Map (Harian)
Kegiatan PRB yang dilaksanakan oleh bidang meteorologi, diantaranya: 1. Prakiraan Cuaca Maritim dan
Gelombang (Harian) 2. Indonesia Weather Bulletin for
Shipping (Harian) 3. Prakiraan cuaca dan angin
dIndonesia (Harian) 4. Curah Hujan Wilayah (Harian) 5. Prakiraan Gelombang Laut
Maksimum di Wilayah Indonesia (Harian/ Mingguan)
6. Tropical Cyclone Track and Impact Map (Harian)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang berlokasi di seluruh wilayah RI dengan keluaran : Terpasangnya 160 sensor gempa bumi di seluruh wilayah Indonesia ; Terbangunnya 1 Nasional Center dan perangkatnya ; Terbangunnya 10 Regional Center dan perangkatnya ; Terpasangnya sarana komunikasi data ; Tersedianya diseminasi info dini tentang tsunami
Penyelesaian Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang berlokasi di seluruh wilayah RI dengan keluaran : Terpasangnya 160 sensor gempa bumi di seluruh wilayah Indonesia ; Terbangunnya 1 Nasional Center dan perangkatnya ; Terbangunnya 10 Regional Center dan perangkatnya ; Terpasangnya sarana komunikasi data ; Tersedianya diseminasi info dini tentang tsunami
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
10 POLRI Melaksanakan kontroling terhadap peralatan EWS (connect dengan BMG).
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
11 DEPKOMINFO Pengadaan peralatan EWS untuk RRI dan TVRI melalui bantuan dari Austria dan Jerman (melalui BPPT)
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
12 BAKORNAS PB/ BNPB
Pemasangan EWS untuk bencana longsor yang bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada (UGM)
Hasil Konsultasi dan
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐29
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.2 PERINGATAN DINI Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
13 DKP • Bersama 15 provinsi serta 43 kab/kota telah melakukan survei data dasar dan tematik kelautan termasuk bencana di wilayah pesisir
• Pembuatan peta risiko bencana Kota Padang, Painan, Cilacap, Denpasar, Gorontalo
• Pengembangan sistem informasi tsunami di Painan, Sumatera Barat
• Pengembangan sistem evakuasi vertikal melalui pembangunan shelter di Kota Padang dan Denpasar
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Penyusunan sistem informasi mitigasi bencana, sehingga terintegrasi untuk mitigasi tsunami di daerah‐daerah pusat aktifitasi perikanan dan kelautan dengan lokasi Kab. Pesisir Selatan, Kab. Cilacap, Kab. Gorontalo
Lanjutan penyusunan sistem informasi mitigasi bencana, sehingga terintegrasi untuk mitigasi tsunami di daerah‐daerah pusat aktifitasi perikanan dan kelautan dengan lokasi Kab. Pesisir Selatan, Kab. Cilacap, Kab. Gorontalo
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
14 OXFAM GB Pengadaan alat komunikasi (HT) dan pendirian pos jaga di Merapi
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
15 GERMAN FEDERAL INSTITUTE FOR GEOSCIENCES AND NATURAL RESOURCES (BGR) GTZ
Melaksanakan mitigasi resiko geologi (Georisk Project) bersama Badan Geologi untuk mengembangkan dan menguji kajian metodologi praktis risiko geologi serta mendukung implementasi temuan‐temuan strategi‐strategi mitigasi risiko geologi tersebut di tingkat nasional, provinsi hingga tingkat daerah untuk jangka panjang dn jangka pendek di lokasi Jawa Tengah (Semarang), Yogyakarta (Bantul), NTT, NTB
Melaksanakan mitigasi resiko geologi (Georisk Project) bersama Badan Geologi untuk mengembangkan dan menguji kajian metodologi praktis risiko geologi serta mendukung implementasi temuan‐temuan strategi‐strategi mitigasi risiko geologi tersebut di tingkat nasional, provinsi hingga tingkat daerah untuk jangka panjang dn jangka pendek di lokasi Jawa Tengah (Semarang), Yogyakarta (Bantul), NTT, NTB
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
GTZ Indonesia dan Timor Leste
GITEWS WP 6300 (German‐Indonesian Cooperation for Tsunami Early Warning System, Capacity Building in Local Communities), dengan output mengembangakan mekanisme peringatan dini dan kesiapsiagaan bencana di: • Sumatra: Kota Padang, • Bali: Bali & Badung, • Jawa: Bantul, Kebumen, Cilacap.
Lanjutan GITEWS WP 6300 (German‐Indonesian Cooperation for Tsunami Early Warning System, Capacity Building in Local Communities), dengan output mengembangakan mekanisme peringatan dini dan kesiapsiagaan bencana di: • Sumatra: Kota Padang, • Bali: Bali & Badung, • Jawa: Bantul, Kebumen, Cilacap.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
16 IFRC • Membangun EWS untuk seluruh Negara yang bekerjasama dengan IFRC dan jaringan Palang Merah
• Mengintegrasikan dan mempergunakan EWS yang berbasis masyarakat ke seluruh kecamatan/ pedesaan dan juga ikut mengimplementasikan project KBBM dan Pertama
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
17 BAPPEDA PROVINSI SULSEL
Melalui Dinas Kesos Linmas melaksanakan pemetaan daerah rawan bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐30
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.2 PERINGATAN DINI Evaluasi RAN PRB
18 BAPPEDA PROVINSI JABAR
• Melalui Distamben melaksanakan kegiatan pengembangan mitigasi bencana alam geologi di Jawa Barat
• Dinas perhubungan melaksanakan pengembangan fasilitas jaringan telekomunikasi bencana alam di Jawa Barat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
19 UGM YOGYAKARTA (TEKNIK GEOLOGI)
• Inovasi Sistem Peringatan dini berbasis teknologi tepat guna dan pemberdayaan masyarakat
• EWS berbasis masyarakat dengan lokasi DIY, Jateng, Jatim
• Inovasi Sistem Peringatan dini berbasis teknologi tepat guna dan pemberdayaan masyarakat
• EWS berbasis masyarakat dengan lokasi DIY, Jateng, Jatim
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008.
Dalam pelaksanaan kegiatan utama untuk peringatan dini pada prioritas II dari 20 K/L, 11 lembaga Donor/Komunitas internasional/NGO, 10 lembaga dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah, berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 13 K/L, 3 Donor/Komunitas internasional/NGO, 2 instansi dari pemerintah daerah serta 1 instansi dari perguruan tinggi yang aktif.
Pelaksanaan kegiatan terkait sistem peringatan dini pada prioritas II kedalam
kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders, diantaranya melalui:
• Membangun EWS untuk seluruh wilayah serta mengintegrasikan dan mempergunakan EWS yang berbasis masyarakat ke seluruh kecamatan/ pedesaan, oleh IFRC, UGM, Bakornas/BNPB, Dep. PU.
• Pengembangan data spasial dan nonspasial sebagai dasar informasi dalam pengurangan risiko bencana, oleh DESDM, BMG, Bakosurtanal
• Melaksanakan kontroling terhadap peralatan EWS oleh Polri, BMG dan Depkominfo.
Kapasitas Pada bagian ketiga dari prioritas II yang mengkaji perkembangan terkait kapasitas
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3‐ 11 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II
Kegiatan Utama: Kapasitas
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.3 KAPASITAS 1 BAKOSURTANAL Pengamatan Deformasi/ pergerakan
kerak bumi dengan GPS di 20 stasiun pengamatan.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐31
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.3 KAPASITAS Pembaharuan, investasi, dan pemetaan
sumber daya alam darat dan lingkungan hidup di wilayah cakupan nasional, dengan keluaran : • Data sumber daya alam darat dan
lingkungan hidup yang terbaharui • Data tematik sumber daya alam
darat dan lingkungan hidup hasil inventarisasi
• Peta tematik sumber daya alam darat dan lingkungan hidup hasil dari pengolahan data spasial
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
2 DEP. PU Pengiriman tim assessment pasca bencana untuk rekomendasi dalam kegiatan rekonstruksi
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Pemutakhiran database kejadian dan jumlah korban dan kerugian bencana banjir
Pemutakhiran database kejadian dan jumlah korban dan kerugian bencana banjir
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 DEPDAGRI Program peningkatan profesionalisme aparatur Pemerintah Daerah : Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam usaha mitigasi bencana
RKP
4 OXFAM GB Pelatihan dan Penjajagan keamanan pangan melalui metode HEA (Household Economic Approach) di Lembata
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
5 IFRC • Memperkuat kapasitas dan jaringan relawan terhadap PMI melalui kantor pusat PMI
• Membangun komunitas yang tahan uji
• Melanjutkan memperkuat kapasitas dan jaringan relawan terhadap PMI melalui kantor pusat PMI
Melanjutkan membangun komunitas yang tahan uji
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
6 SATKORLAK DAN BAPPEDA PROVINSI DIY
Rencana pendirian Pusat Data Pengendalian dan Operasi kebencanaan di Yogyakarta
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008.
Kegiatan utama kapasitas dalam mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini pada prioritas II melibatkan 20 K/L, 11 lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO, 10 lembaga dari Perguruan Tinggi dan pemerintah daerah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 3 K/L, 2 lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO dan 1 instansi dari pemerintah daerah yang terlibat.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐32
Pelaksanaan kegiatan terkait kapasitas pada prioritas II kedalam kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders, diantaranya melalui:
• Memperkuat kapasitas dan jaringan relawan dan membangun komunitas yang tahan uji, oleh IFRC, Oxfam GB.
• Bakosurtanal dan Dep PU melaksanakan pembaharuan, Investasi, dan pemetaan sumber saya alam darat dan lingkungan hidup di wilayah cakupan nasional serta pemutakhiran database kejadian dan jumlah korban dan kerugian bencana.
Risiko Regional Darurat
Tabel 3‐ 12
Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas II Kegiatan Utama: Risiko Regional Darurat
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.4 RISIKO REGIONAL DARURAT 1 DEPDAGRI Identifikasi terhadap berbagai potensi
bencana Pengumpulan
Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
2 DESDM • Pemantauan kegiatan gunung api di 20 lokasi
• Pemantaun dan instalasi peralatan gunung api di 12 lokasi
• Studi kelayakan KRV Maluku Utara 1di 1 lokasi
• Pemantauan gerakan tanah di 3 lokasi
• Evaluasi prakiraan bahaya gunung api di 4 lokasi
• Evaluasi potensi bencana geologi di 4 lokasi
• Pemantauan kegiatan gunung api 14 paket
• Pemantaun dan instalasi peralatan gunung api 1 paket
• Pemantauan gerakan tanah 21 paket
• Evaluasi prakiraan bahaya gunung api 1 paket
• Evaluasi potensi bencana geologi 1 paket
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 BAKORNAS PB/ BNPB
• Meningkatnya koordinasi penanganan bencana di pusat
• Meningkatnya sarana dan prasarana kelembagaan dalam pelaksanaan Penanggulangan Bencana
RKP
Bersama JICA dalam memfasilitasi kegiatan disater management plan tingkat dasar di 6 Provinsi
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
4 DEP. PU Penelitian/riset banjir bandang, studi untuk daerah perbatasan dengan pilot project yaitu daerah perbatasan Sumatera Utara dengan NAD, Bojonegoro Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan (Kerjasama dengan JICA)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
5 DEP. SOS Penyusunan perencanaan dan evaluasi kegiatan penanggulangan bencana, terdiri dari:
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐33
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
II.4 RISIKO REGIONAL DARURAT 1. Penyusunan perencanaan
kegiatan
2. Pembinaan evaluasi dan monitoring kegiatan
3. Peninjauan dan pengkajian ke lokasi bencana alam
4. Penilaian dan seleksi kebutuhan bantuan korban bencana alam
Evaluasi RAN PRB
6 DEPKES Pemantapan kesiapsiagaan pusat dalam penanggulangan krisis regional akibat kejadian bencana. Dengan wilayah regional : Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Menado dan makassar. Sub regional: Padang dan Jayapura.
Pemantapan kesiapsiagaan pusat dalam penanggulangan krisis regional akibat kejadian bencana. Dengan wilayah regional : Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Menado dan makassar. Sub regional: Padang dan Jayapura.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
7 European Commission Humanitarian Aid Department (ECHO) melalui DIPECHO
Melaksanakan kesiagsiagaan terhadap bencana melalui berbagai komponen dan sub komponen yaitu : komponen manajemen bencana lokal meliputi EWS, pemetaan, dan komputerisasi pendataan, penguatan kapasitas, pelatihan dan lain‐lain
Lanjutan pelaksanakan kesiagsiagaan terhadap bencana melalui berbagai komponen dan sub komponen yaitu : komponen manajemen bencana lokal meliputi EWS, pemetaan, dan komputerisasi pendataan, penguatan kapasitas, pelatihan dan lain‐lain
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
8 IFRC • Mengkoreksi dan mengupdate informasi statistik di PMI terhadap setiap bencana yang terjadi pada semua tingkatan (nasional, cabang, maupun di pusat)
• Mejalankan proyek siaga bencana secara berkelanjutan terkait tentang sistem evakuasi yang aman, identifikasi jalur penyelamatan, pelatihan dan dilengkapi contoh‐contoh simulasinya. Seperti yang dilakukan oleh Tim SIBAT dan Satgana.
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008.
Untuk prioritas II khususnya pada kegiatan yang terkait risiko regional darurat dari 20 K/L, 11 lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO, 10 lembaga dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 6 kementerian/lembaga dan 2 lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO yang terlibat.
Pelaksanaan kegiatan terkait resiko regional darurat pada prioritas II kedalam
kebijakan dan perencanaan telah mulai dilakukan oleh masing‐masing stakeholders pelaksana, diantaranya melalui :
• Pemantauan dan identifikasi terhadap berbagai potensi bencana oleh Depdagri dan DESDM,
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐34
• Pemantapan kesiapsiagaan pusat dalam penanggulangan krisis regional akibat kejadian bencana, serta penyusunan perencanaan dan evaluasi kegiatan penanggulangan bencana, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Depkes, Depsos dan IFRC.
33..33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt..
Prioritas III dalam RAN PRB ini yaitu memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan
pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat. Di dalam prioritas III ini terdiri dari 4 (empat) aktivitas kunci sebagai berikut; manajemen informasi dan pertukaran informasi, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan kepedulian publik. Instansi yang terkait dengan prioritas III ini diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3‐ 13 Stakeholders Pada Prioritas III RAN PRB
Kementerian/Lembaga
Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1. DESDM 2. DEPDIKNAS 3. BMG 4. DEP. PU 5. BAPPENAS 6. DEPDAGRI 7. BNPB 8. DEPKES 9. DEPSOS 10. BKKBN 11. NENKO KESRA 12. DEPHULHAM 13. Kejaksanaan 14. POLRI 15. DEPERIN 16. DEPDAG 17. DEKOMINFO 18. BPS 19. NENNEG PP 20. MENNEG RISTEK 21. BPPT 22. KLH 23. DKP 24. BRR NAD‐Nias 25. MENPERA 26. DEPHUB 27. LAPAN 28. LIPI 29. PEMDA
1. UNESCO 2. WFP 3. GTZ 4. JICA 5. UNICEF 6. PMI 7. MPBI 8. Yayasan IDEP 9. OXFAM GB
1. ITB 2. ITS 3. UNHAS 4. UGM 5. CEEDES UII 6. UPN Veteran Jogja
Sumber : RAN PRB Tahun 2006‐2009
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐35
Rincian kegiatan utama diatas dijabarkan ke dalam rincian kegiatan, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 14
Matriks Kegiatan Prioritas III RAN PRB
No Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan Kementerian/
lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1 Manajemen informasi dan pertukaran informasi
• Menyediakan informasi resiko dan pilihan perlindungan bencana yang mudah dipahami, terutama pada masyarakat pada daerah beresiko tinggi.
• Memperkuat jaringan ahli bencana, pejabat berwenang, dan perencana antar sektor dan wilayah, dan menyusun atau memperkuat prosedur untukmemanfaatkan keahlian dalam menyusun rencana pengurangan resiko bencana.
• Meningkatkan dialog dan kerjasama antara para ilmuwan dan praktisi di bidang pengurangan resiko bencana.
• Meningkatkan pemanfaatan dan penerapan informasi terkini, komunikasi dan teknologi untuk mendukung upaya pengurangan resiko bencana.
• Dalam jangka menengah, mengembangkan direktori, inventaris, dan sistem pertukaran informasi skala lokal, nasional, regional dan internasional.
• Institusi yang berhubungan dengan pengembangan perkotaan harus menyediakan informasi mengenai pemilihan konstruksi, pemanfaatan lahan atau jual beli tanah.
• Memperbaharui dan menyebarluaskan terminologi standar internasional tentang pengurangan resiko bencana.
DESDM, DEPDIKNAS, BMG, DEP. PU, BAPPENAS, LIPI, BNPB, DEPDAGRI, DEPKES, DEPSOS, BKKBN, KEMENEG KESRA, DEPKUMHAM, KEJAKSANAA, POLRI, DEPPERIN, DEPDAG, DEPKOMINFO, BPS, KEMENEG PP, KEMENEG RISTEK, KLH, DKP, MENPERA, LAPAN, DEPHUB, BPPT, BRR
UNESCO, UNICEF, GTZ, JICA, YAYASAN IDEP, MPBI, OXFAM, PMI
ITB, ITS, UNHAS, UGM, CDS UII,
2 Pendidikan dan pelatihan
• Memasukkan unsur pengetahuan pengurangan resiko bencana pada kurikulum sekolah yang relevan.
• Mempelopori implementasi pengkajian resiko dan program‐program kesiapsiagaan bencana di sekolah‐sekolah dan institusi pendidikan yang lebih tinggi.
• Mempelopori penerapan program dan kegiatan minimalisasi dampak bencana di sekolah‐sekolah.
• Mengembangkan program‐program pelatihan dan pembelajaran pengurangan resiko bencana pada sektor tertentu (perencana pembangunan, penanggungjawab keadaan darurat, Pemda, dsb).
DEPDIKNAS, DEPKES, DESDM, BPPT, BAPPENAS, DEP. PU, DEPHUB, BMG, DKP, LIPI, KEMENEG RISTEK
UNESCO, UNICEF, JICA PMI, MPBI, YAYASAN IDEP
ITB, UPN VETERAN, ITS, UNHAS, UGM, CDS UII
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐36
No Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan Kementerian/
lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
• Mempelopori inisiatif pelatihan berbasis masyarakat, ditekankan pada aturan‐aturan bagi sukarelawan.
• Menyediakan peluang akses pelatihan dan pendidikan yang sama bagi perempuan dan konstituen yang rentan lainnya.
3 Penelitian • Membangun metode lanjutan untuk pengkajian prediksi bencana multi resiko dan analisis sosio‐ekonomi cost‐benefit dalam kegiatan pengurangan resiko bencana.
• Memperkuat kapasitas teknis dan ilmiah untuk mengembangkan dan menerapkan metodologi, kajian, dan model dari pengkajian kerentaan, sertadampak bencana geologis, cuaca, klimat, dan air.
KEMENEG RISTREK, LAPAN, DESDM
GTZ ITS, ITB
4 Kepedulian publik
• Memperkuat peran media untuk merangsang budaya kesiapsiagaan terhadap bencana dan keterlibatan masyarakat
KOMINFO, BNPB, DKP
MPBI ITB
Sumber : RAN PRB Tahun 2006‐2009
Untuk melihat dan menilai perkembangan pelaksanaan RAN PRB pada prioritas III
sebagaimana digambarkan pada tabel diatas, berikut ini akan dijelaskan perkembangan kegiatan‐kegiatan terkait RAN PRB pada tahun 2007 dan 2008. Manajemen Informasi dan Pertukaran Informasi
Tabel 3‐ 15 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB Kegiatan Utama : Manajemen Informasi dan Pertukaran Informasi
No Kegiatan Utama Kegiatan
Keterangan Instansi Tahun 2007 Tahun 2008
III.1 MANAJEMEN INFORMASI DAN PERTUKARAN INFORMASI 1 BAKORNAS PB/BNPB Penyediaan data dan sistem informasi
lingkungan. • Meningkatnya sistem informasi
manajemen Penanganan Bencana • Tersedianya alat pengolah data
daerah bencana secara spatial • Terselenggaranya rakor
pengembangan sistem informasi manajemen Pengembangan Bencana
• Meningkatnya pemahaman aplikasi teknologi informasi dan terselenggaranya studi banding
RKP
Seminar Nasional Pengurangan Risiko Bencana, Bogor 4‐5 Maret 2008
Website
Pembuatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DiBi) melalui
Launching Aplikasi DIBI
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐37
No Kegiatan Utama Kegiatan
Keterangan Instansi Tahun 2007 Tahun 2008
III.1 MANAJEMEN INFORMASI DAN PERTUKARAN INFORMASI Website DIBI on line (29 Juli 2008)
Sosialisasi Siaga Bencana di Banten, Manado, dan Cilacap
Kerja sama dengan pihak Korea tentang kegiatan assessment PRB
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Tersedia dan tersosialisasinya informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana
RKP
Pembuatan proyek Sistem Diseminasi informasi Bencana Nasional (Establishment of a National Disaster Information Dissemination System) di Indonesia terutama untuk daerah rawan tsunami (Kerja sama dengan Korea Selatan)
Website
2 DEPKOMINFO Sosialisasi Siaga Bencana di Banten, Manado, dan Cilacap
Kerja sama dengan pihak Korea tentang kegiatan assessment PRB
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Tersedia dan tersosialisasinya informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana
RKP
Pembuatan proyek Sistem Diseminasi informasi Bencana Nasional (Establishment of a National Disaster Information Dissemination System) di Indonesia terutama untuk daerah rawan tsunami (Kerja sama dengan Korea Selatan)
Website
3 LIPI
Tersusunnya teknologi informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana
RKP
Seminar Internasional dan Workshop Nasional bertemakan Pendidikan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Antisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami pada 5‐7 September 2007
Website
• Pemahaman secara utuh dan komprehensif kepada masyarakat dan khususnya masyarakat dan sektor‐sektor yang rentan terhadap bencana (gempa dan tsunami).
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam merespon informasi potensi bencana dan langkah‐langkah serta ketrampilan yang diperlukan dalam bertindak sebelum, selama dan setelah bencana datang.
• Menggali potensi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mempersiapkan diri secara swadaya terhadap bencana yang mengancam.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐38
No Kegiatan Utama Kegiatan
Keterangan Instansi Tahun 2007 Tahun 2008
III.1 MANAJEMEN INFORMASI DAN PERTUKARAN INFORMASI 4 DEP. PU • Penyediaan informasi dan data
spatial rawan bencana • Penguatan dukungan sistem
informasi dan monitoring penataan ruang dalam rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang
RKP
Management Information System (MIS) untuk data bangunan
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
5 DEPSOS Pembuatan sistem jaringan informasi dan komunikasi, salah satunya dengan kerjasama dengan radio‐radio di daerah
Pengumpulan data K/L oleh SC DRR‐Bappenas
6 BMG
Sosialisasi produk peta tematik prakiraan banjir kepada masyarakat maupun instansi terkait
Pengumpulan data K/L oleh SC DRR‐ Bappenas
• Pertemuan ke‐3 Technical Task Force (TTF) dari Steering Committee Meteorological and Geophysical pada Selasa,19 Juni 2007 (Kerja sama dengan ASEAN)
• Lokakarya Perencanaan Penyelamatan dari Tsunami di Provinsi NAD pada 28 Juni 2007, BRR NAD‐ Nias bekerjasama dengan Sea Defence Consultant
• Lokakarya Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami dan SOP bagi Provinsi Banten di Hotel Median Serang pada tanggal 11‐13 Juli 2007
• Rapat Koordinasi Pemasangan Sirene di BTS‐BTS Telkomsel pada Senin, 28 Mei 2007
Pameran BMG : Observing Our Planet for a Better Future pada tanggal 8 April ‐ 11 April 2008
Website
7 KEMENEG RISTEK
• International Forum on Tsunami and Earthquake yang diselenggarakan oleh Asian Disaster Reduction Center (ADRC), Kobe, Jepang (Kemenneg RISTEK sebagai peserta)
• Lokakarya Nasional Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Kerjasama dengan UNDP)
• Menteri Negara Riset dan Teknologi beserta Deputi PPI dan Tim IGOS mengadakan kunjungan ke Provinsi NAD. Diawali dengan acara silaturahmi bersama sekitar 20 anggota komunitas open source software (OSS) Aceh ‐ KPLI Aceh pada 26‐27 Februari 2007
• Rapat Lanjutan Program Peningkatan Kapasitas dalam rangka kerja sama GI‐TEWS
• Partisipasi dalam pameran Bangkit Bersama Genggam Harapan di Jogja Expo Center dari tanggal 25 sampai dengan 27 Mei 2007 yang diselenggarakan oleh Tim Teknis Nasional Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Gempa Bumi Provinsi DIY dan Jateng
• The 4TH Indonesian ‐ German Inter‐Ministerial Committee Meeting On Science and Technology pada tanggal 20 November 2007
Website
8 BPPT “Hands on Training Workshops” tentang Penggunaan “Human Resource Development Management
Website Kemenneg RISTEK
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐39
No Kegiatan Utama Kegiatan
Keterangan Instansi Tahun 2007 Tahun 2008
III.1 MANAJEMEN INFORMASI DAN PERTUKARAN INFORMASI Platform” berbasis Internet 9 ‐ 14 May 2008
Mendesain SIRMA, yang didesain user‐friendly dan mobile acces center, kajian risiko bencana (hazard, vulnerability assessment, database, peta, langkah, dasar penyusunan basis tata ruang). Melalui kerjasama dengan pemerintah Jerman (masih tahap awal)
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
SIRMA (sistem informasi risiko multi bencana), melaksanakan kajian terhadap resiko multi bencana, termasuk monitoring iklim dan cuaca dengan lokasi: Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan wilayah Samudera Indonesia.
SIRMA (sistem informasi risiko multi bencana), melaksanakan kajian terhadap resiko multi bencana, monitoring iklim dan cuaca dengan lokasi: Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan wilayah Samudera Indonesia.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
9 MENKO KESRA National Stakeholders Round Table Meeting I, Ina‐TEWS, pada 29 Mei 2008
Website
10 BAKOSURTANAL
Penandatagan Naskah kerjasama Antara Bakosurtanal dengan ITB, ITS, Univ.Pakuan, Dep. PU, dan BMG pada Rabu,21 November 2007
The Second Indonesian Geospatial Technology Exhibition (IGTE, 2007) yang bertempat di Assembly Hall Jakarta Convention Center, pada tanggal 29 Agustus sampai 1 September 2007
Website
11 LAPAN Seminar Persiapan Pembuatan Peta Evakuasi Tsunami pada tanggal 19 Februari 2008
Website
12 KLH Bersama Dephub‐perhubungan laut melaksanakan sosialisasi Perpres 109 Tahun 2006 tentang penanggulangan keadaan darurat
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
13 DKP Sosialisasi dan Bintek tentang mitigasi bencana di Aceh, Gorontalo, Manado, Serang
Sosialisasi dan bintek tentang mitigasi bencana di Jayapura, Biak, lampung Barat, DIY, Banjarmasin, Madura, Maumere, Pemalang
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
14 DESDM Data dan Informasi: Peta geologi gunung berapi; Peta zona rawan gunung berapi; Peta zona rawan tsunami dan gempa bumi; Peta patahan aktif; Peta zona rawan longsor
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
15 OXFAM GB Seminar dan lokakarya utk sosialisasi UU No. 24/2007 di Sulut, Sulteng, NTT
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
16 GTZ Good Local Governance and Geo‐risk Project, output berupa manual manajemen resiko bencana dan mitigasi geo‐risk tersusun dan terlaksana di beberapa daerah (Provinsi Jawa tengah, DIY, NTB, NTT)
Lanjutan Good Local Governance and Geo‐risk Project, output berupa manual manajemen resiko bencana dan mitigasi geo‐risk tersusun dan terlaksana di beberapa daerah (Provinsi Jawa tengah, DIY, NTB, NTT)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
17 MPBI Konferensi Internasinal tentang Keselamatan Sekolah terhadap Bencana, Ahmedabad
Website
18 PSBA UGM • Seminar Nasional Refleksi Satu Laporan PSBA
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐40
No Kegiatan Utama Kegiatan
Keterangan Instansi Tahun 2007 Tahun 2008
III.1 MANAJEMEN INFORMASI DAN PERTUKARAN INFORMASI Tahun Gempabumi Yogyakarta
• Workshop Profile Kebencanaan dan Rencana Strategis Penanggulangan Bencana di Provinsi DIY
• Workshop Penyusunan Agenda Aksi Bagi Penguatan Kelembagaan Pemda dan Masyarakat dalam Merespon dan Menangani Bencana di Kabupaten Pacitan dan Cilacap
• Workshop Disaster Preparedness and Response for Youth
19 PMB ITB Diseminasi pengetahuan bangunan tahan gempa dan review disain serta konstruksi RHK sesuai site visit
Database internasional yang terbuka dan interaktif dalam penerapan teknologi, memfasilitasi forum, diseminasi model mitigasi pengurangan resiko bencana, dan sebagai jaringan dari praktisi‐praktisi pengurangan risiko bencana
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Bersama Kemeneg Ristek melaksanakan pengelolaan sistem informasi dan update data terkait kebencanaan
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008
Berdasarkan hasil pemetaan tabel diatas, terdapat 19 stakeholders yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan utama 1 pada prioritas III ini, yaitu : • Kelompok K/L, (14 instansi) terdiri dari BNPB, Kominfo, LIPI, Dept. PU, Depsos,
BMG, Kemenneg Ristek, BPPT, Kemenko Kesra, Bakosurtanal, Depkes, DKP, LAPAN. • Kelompok Donor/Komunitas Internasional/NGO (3 instansi) yaitu GTZ, OXFAM,
dan MPBI. • Kelompok Perguruan Tinggi (2 instansi) yaitu UGM dan ITB.
Pada kegiatan utama manajemen informasi dan pertukaran informasi ini secara
empirik ada beberapa bentuk pelaksanaan kegiatan yang memfokuskan pada aspek manajemen informasi antara lain, membangun sistem informasi, mengembangkan teknologi informasi, menyediakan sistem informasi terkait dengan data spasial, pembuatan sistem disseminasi informasi, dan pembuatan sistem jaringan informasi. Beberapa instansi yang terlibat pada kategori kegiatan ini antara lain, yaitu; BNPB, Dekominfo, LIPI, Dep. PU, DEPSOS, BPPT, ITB dan GTZ.
Selain itu, tedapat kegiatan‐kegiatan yang dapat dikategorikan ke dalam
pertukaran informasi seperti seminar, sosialisasi, kerja sama, mensosialisasikan informasi, kunjungan, pameran, lokakarya, rapat koordinasi, forum internasional, workshop, dialog publik, simposium, dan konferensi. Beberapa instansi yang terkait dengan kategori kegiatan tersebut, antara lain yaitu; MPBI, OXFAM, ITB, UGN, DKP, KLH, LAPAN, BAKOSURTANAL, MENKO KESRA, BPPT, MENNEG RISTEK, BMG, LIPI dan DEKOMINFO.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐41
Pendidikan dan Pelatihan Tabel 3‐ 16
Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB Kegiatan Utama : Pendidikan dan Pelatihan
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.2 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1 DEPDIKNAS Mempersiapkan modul‐modul
pengembangan pelatihan guna untuk program kesiapan sekolah terhadap bahaya gempa
Evaluasi Tiga Tahun RPJMN 2004‐2009
2 BAKORNAS PB/BNPB
Workshop Indonesia Disaster Management
Pengumpulan data K/L oleh SC DRR‐ Bappenas
Lokakarya Penyusunan Sistem Nasional Penanggulangan Bencana, Pasca UU No. 24 Tahun 2007 Pada hari Kamis dan Jum’at tanggal 5 dan 6 Juli 2007 bertempat di Hotel Milenium Jakarta
ASEAN Training on Emergency Logistic Management (ELM) oleh ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) yang akan diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26‐30 Mei 2008
Website
3 BAKOSURTANAL
'Workshop on Disaster Risk Management Information System' pada hari Senin tanggal 10 Desember 2007, di Hotel Millenium
Pengumpulan data K/L oleh SCDRR‐ Bappenas
4 DESDM • Melakukan public education untuk risiko bencana melalui peta dengan skala yang sesuai agar dapat diimplementasikan pemda untuk sosisliasi.
• Public Education: Kerjasama Pusat Vulkanologi dengan Pemerintah provinsi dan daerah dalam mengadakan sosialisasi peta geologi
Pengumpulan data K/L oleh SCDRR‐ Bappenas
5 BRR NAD‐Nias International Workshop & Expo Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction) pada tanggal 8‐11 Desember 2007 (Kerja sama dengan Unsyiah)
Website
6 MENNEG RISTEK
• Workshop Bencana Banjir di Indonesia, Masalah dan Penanggulangannya
• Workshop Bencana Gempabumi di Indonesia pada tanggal 5 Juli 2007.
• Workshop Bencana Tanah Longsor di Indonesia
• Workshop Peranan IPTEK Dalam Penaggulangan Bencana di Indonesia
• Workshop Petarencana Litbangrap Iptek Mendukung Tugas Polri di ruang Mutiara, Gedung Djoko Soetono, 23 Nopember 2007
Website
7 LAPAN Workshop internasional yang Website
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐42
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.2 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN bertemakan peringatan dini dan gempabumi menggunakan satelit deteksi magnet listrik, selama 3 hari, mulai tanggal 25‐27 Juli 2007
8 LIPI DLR Workshop on Risk Modelling and Vulnerability Assessment pada di Hotel Panghegar, Bandung pada tanggal 31 Juli 2007
Website
9 Oxfam Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana (Proyek 1), output pelatihan dasar‐dasar Managemen Tanggap Darurat di 80 desa.
Lanjutan Proyek Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana (Proyek 1) engan lokasi yang berbeda, output pelatihan dasar‐dasar managemen tanggap darurat
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
10 WHO
International Training Consortium on Disaster Risk Reduction (ITCDRR), dimana implementasi kegiatan tersebut berupa pengembangan 9 Pusat Penanggulangan Krisis Regional/Regional Crissis Center (RCC) di seluruh Indonesia, dan penyelenggaraan International Training on Emergency and Disaster Manajemen secara berkala. Output: Membangun dan meningkatkan kesadaran akan pengurangan resiko bencana di seluruh Indonesia melalui kerjasama yang melibatkan 3 sektor, yakni WHO, Depkes dan Universitas‐Universitas di 9 Regional Crisis Center tersebut, yang sasarannya adalah tingkatan mid‐level manager dalam tataran pemerintah, NGO/INGO, di • Regional I : PPK Regional
Sumatra Utara • Regional II : PPK Regional
Sumatra Selatan • Regional III : PPK Regional
Jakarta • Regional IV : PPK Regional Jawa
Tengah • Regional V : PPK Regional Jawa
timur • Regional VI : PPK Regional
Kalimantan Selatan • Regional VII : PPK Regional Bali • Regional VIII: PPK Regional
Sulawesi Utara • Regional IX : PPK Regional
Sulawesi Selatan
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
11 UNESCO • Memasukkan pengetahuan pengurangan bencana dalam kurikulum sekolah baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal
• Pendampingan school and
• Memasukkan pengetahuan pengurangan bencana dalam kurikulum sekolah baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal
• Melanjutkan pendampingan
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐43
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.2 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN community based disaster risk reduction on Nias Island
school and community based disaster risk reduction on Nias Island
12 UNOCHA Indonesian Rapid Assessment and Coordination Training (IRACT)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
13 MPBI Pelatihan Fasilitator mengenai Basic Disater Managemen
Website
14 Yayasan IDEP Terlaksananya pelatihan fasilitator untuk kader‐kader fasilitator lokal masyarakat
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
15 Pusat Studi Kebumian dan Bencana ITS Surabaya
Workshop Peningkatan Kemampuan Masyarakat dalam melakukan penyelamatan jiwa dan asset untuk bencana banjir bandang Sungai Sampeyan di Situbondo (Jawa Timur). Output : 1. Masyarakat memahami peristiwa
banjir bandang dan mengetahui penyebabnya
2. Masyarakat mampu menghindar dari bencana banjir bandang
3. Masyarakat mampu melakukan tindakan tanggap darurat jika terjadi banjir bandang di masa yang akan datang
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
16 PSBA UGM Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
17 BAPPEDA JABAR Fasilitasi Pelatihan Terpadu Pemuda Peduli Bencana Di Jawa Barat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008
Berdasarkan hasil pemetaan tabel diatas, terdapat 17 stakeholders yang terdiri dari kategori; K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan utama 2 pada prioritas III ini. Secara detail dapat digambarkan sebagai berikut;
• Kelompok K/L (8 instansi) terdiri dari DEPDIKNAS, BNPB, BAKOSURTANAL, DESDM, BRR NAD‐NIAS, MENNEG RISTEK, LIPI, dan LAPAN.
• Kelompok Donor/Komunitas Internasional/NGO (6 instansi) yaitu UNESCO, WHO, UNOCHA, OXFAM, Yayasan IDEP dan MPBI.
• Kelompok Perguruan Tinggi (2 instansi) yaitu UGM dan ITS. • Kelompok Pemerintah Daerah (1 instansi) yaitu Bappeda Provinsi JABAR.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐44
Pada kegiatan utama 2 untuk kategori kegiatan‐kegiatan pendidikan ini terdapat
beberapa bentuk pelaksanaan kegiatan antara lain, penyusunan modul‐modul pengurangan risiko bencana yang diperuntukkan untuk sekolah dilakukan oleh DEPDIKNAS, pembuatan sistem nasional penanggulangan bencana yang dilakukan oleh BNPB, kegiatan public education untuk risiko bencana melalui peta dengan skala yang sesuai agar dapat diimplementasikan pemda untuk sosisliasi yang dilaksanakan oleh DESDM, kegiatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah dan pendampingan sekolah dan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat yang diselenggarakan oleh UNESCO.
Kegiatan utama 2 untuk kategori pelatihan antara lain dapat dilihat dari workshop
khusus untuk peningkatan kapasitas masyarakat yang dilaksankan oleh ITS, workshop‐workshop lainnya dalam rangka mendukung pengurangan risiko bencana yang dilakukan antara lain oleh BNPB, BAKOSURTANAL, BRR NAD‐NIAS, MENNEG RISTEK, LAPAN dan LIPI. Sedangkan kegiatan training yang dilaksanakan antara lain oleh BNPB, UN OCHA, OXFAM, dan WHO. Selain itu, terdapat pula kegiatan pelatihan untuk fasilitator untuk pengurangan risiko bencana yang diselenggarakan oleh Yayasan IDEP dan MPBI.
Penelitian
Tabel 3‐ 17
Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB Kegiatan Utama : Penelitian
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.3 PENELITIAN 1 BAKORNAS
PB/BNPB • Penyusunan draf Standarisasi Risk
Analysis mengenai metodologi dalam penyusunan peta risiko bencana. Outputnya digunakan sebagai panduan bagi Pemda dan pihak atau instansi yang akan menyusun peta risiko bencana.
• Perumusan metodologi untuk analisis risiko agar didapat pedoman yang standar bagi seluruh pihak terutama untuk keperluan peta risiko bencana dan revisi peta tata ruang.
Pengumpulan data K/L oleh SCDRR‐ Bappenas
2 DESDM • Pusat Geologi Lingkungan melakukan penelitian alat dan pemetaan geologi lingkungan untuk mengintegrasikan dengan proses perencanaan tata ruang
• Pusat Survey Geologi
Pengumpulan data K/L oleh SCDRR‐ Bappenas
3 BAKOSURTANAL Penelitian dan pengembangan SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN NASIONAL (SIKN) di wilayah DKI Jakarta dan Padang, yang akan menghasilkan: • Konsep SIKN terintegrasi (ICT dan
Tradisional) yang praktis sesuai
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐45
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.3 PENELITIAN kondisi aktual daerah
• Model peta kapasitas dan risiko bencana
4 OXFAM GB Gender assessment untuk melihat bagaimana gender telah di‐mainstreamed ke dalam proyek dan kelembagaan mitra yang melaksanakan proyek PRB di NTT, DIY, Jateng
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
5 UNESCO Rangkuman Istilah Tsunami (buku panduan)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Kajian I Komunitas Siaga Bencana di Indonesia, Community Based Disaster Preparadness in Indonesia bekerjasama dengan UNISDR. Target kajian I ini untuk akademisi
Kegiatan lanjutan Kajian II yang berjudul "Building Model For Disaster Preparadness” kerjasama dengan MPBI. Tujuannya untuk mempermudah kajian I dan targetnya adalah aparat Pemda
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
6 JICA Kajian Penanggulangan Bencana Alam di Indonesia dengan output Rencana Nasional Penanggulangan Bencana di Jember (Jawa Timur), Kota Pariaman, dan Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat)
Lanjutan Kajian Penanggulangan Bencana Alam di Indonesia dengan output Rencana Nasional Penanggulangan Bencana di Jember (Jawa Timur), Kota Pariaman, dan Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
7 PSBA UGM • Survei Penelitian Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Pacitan dan Cilacap
• Survei La[anagn Daerah Rawan Banjir dan Tanah Longsor di Provinsi Papua
• Survei Lapangan kejadian bencana Tanah Longsor di Tawangmangu Karanganyer
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
8 PMB ITB, JABAR Pengumpulan data gempa dan kajian hazard gempa probabilistik sumber gempa 3D untuk perbaikan zonasi gempa Indonesia
Pengumpulan data gempa dan kajian hazard gempa probabilistik sumber gempa 3D untuk perbaikan zonasi gempa Indonesia
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
9 BAPPEDA JABAR Kajian Pengembangan Penanganan Kerusakan Lingkungan Akibat Bencana Alam
Kajian Terap Model Penanganan Bencana Alam Banjir Di Metropolitan Bandung dan DAS Citarum Hilir
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008
Berdasarkan hasil pemetaan tabel diatas, terdapat 9 (Sembilan) stakeholders yang
terdiri dari kategori; K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan utama 3 pada prioritas III ini. Secara detail dapat digambarkan sebagai berikut;
• Kelompok K/L (3 instansi) terdiri dari BNPB, BAKOSURTANAL dan, DESDM.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐46
• Kelompok Donor/Komunitas Internasional/NGO (3 instansi) yaitu UNESCO, JICA, dan OXFAM
• Kelompok Perguruan Tinggi (2 instansi) yaitu UGM dan ITB. • Kelompok Pemerintah Daerah (1 instansi) yaitu BAPPEDA Provinsi JABAR.
Pada kegiatan utama 3 ini terdapat kegiatan yang bertujuan untuk membangun
kerangka penelitian dalam pengurangan risiko bencana seperti kegiatan Penyusunan draf Standarisasi Risk Analysis mengenai metodologi dalam penyusunan peta risiko bencana dan Perumusan metodologi untuk analisis risiko agar didapat pedoman yang standar yang dilaksanakan oleh BNPB serta kegiatan penyusunan rangkuman istilah tsunami dalam bentuk buku yang dilaksanakan oleh UNESCO. Kegiatan‐kegiatan yang termasuk ketegori penelitian, survey dan assessment dilakukan BAKOSURTANAL, UGM dan OXFAM. Untuk kegiatan yang termasuk kategori kajian yang terkait dengan tujuan untuk siaga bencana, penanggulangan bencana dan pengembangan penanganan kerusakan lingkungan akibat dampak bencana dilakukan oleh UNESCO, JICA dan BAPPEDA Provinsi JABAR.
Kepedulian Publik
Tabel 3‐ 18 Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas III RAN PRB
Kegiatan Utama : Kepedulian Publik
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.4 KEPEDULIAN PUBLIK 1 BAKORNAS
PB/BNPB Publikasi dan kampanye bahaya banjir dan kesiapsiagaan melalui; iklan layanan masyarakat, televisi, radio (pembuatan jingle), pambuatan poster dan leaflet.
Pengumpulan data K/L oleh SCDRR‐ Bappenas
Seminar Pengurangan Risiko Bencana dengan Bakohumas, Jakarta 19 Maret 2008 (bekerjasama dengan Depkominfo)
Website
2 DESDM
Leaflet/Booklet tentang kebencanaan geologi
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
• Buku Saku “Gerakan Tanah” • Buku Saku “Gempabumi dan Tsunami” • Buku Saku “Gunungapi” • Leaflet Hindari Bahaya Tanah Longsor • Leaflet Yang Harus Dilakukan Ketika
Terjadi Gempabumi dan Tsunami • Leaflet Mengenal Gunungapi
• Sosialisasi/pameran/pembuatan film/penyuluhan dan penyebaran informasi
• Pencetakan/penerbitan peta/buku
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 BMG Penayangan film‐film dokumenter tentang Gempabumi dan Tsunami pada Pameran Siaga Bencana ke III di Padang.
Website
4 LIPI • Buku Saku Siaga Bencana • Komik Serial Pembelajaran Anak “Pesisir dan Laut Kita” TSUNAMI
• Komik Serial Pembelajaran Anak “Pesisir dan Laut Kita” DETEKTIF SIAGA BENCANA
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐47
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.4 KEPEDULIAN PUBLIK • Brosur Sudah Siapkah Sekolah Kita? • Komik CSS (Children Science Support)
PRB
5
KEMENEG RISTEK • Komik Pendidikan Siaga Gempa Bumi dan Tsunami; TK, SD dan Panduan Guru
• Buku Iptek Sebagai Asas Dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia
• Media Iptek, Edisi 18, April 2008, Pusat Informasi Riset Bencana (PIRBA)
• Media Iptek, Edisi 19, Mei 2008, IGOS (Indonesia Go Open Source)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
6 BPPT Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
7 DKP • Komik Tsunami (Seri Pengetahuan Keluatan)
• Komik Tsunami (Edisi Buku Tulis)
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
8 BAPPENAS Penerbitan Bulletin P3B, Edisi III September 2007
Pengumpulan data sekunder
9 UNESCO Project: Jakarta Tsunami Information Centre (JITC) yang meliputi keluaran kegiatan; • JTIC Website • Development and distribution of
promotional materials • public education
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
• Buku Program Kesiapan Sekolah Terhadap Bahaya Gempa, (kerja sama dengan Depdiknas) o Buku 1 : Buku Pengayaan Guru o Buku 2 : Bahan Ajar Guru o Buku 3 : Lembar Kerja Siswa
• Leaflet Apa yang Harus Dilakukan ? Merasakan Tsunami
• Brosur Jakarta Tsunami Information Centre (JTIC)
• Stiker Setelah Gempa Bumi, Mungkin Terjadi Tsunami
Hasil Konsult asi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
10 MPBI • Membuat buku saku standar minimum untuk merespon bencana gempa dan banjir
• Penyusunan buku saku bencana, brosur, talkshow, dan penyusunan modul
• Pembuatan Video “No More Mistake” • Buku Saku Sphere: Piagam
Kemanusiaan dan Standar‐standar Minimum Respon Bencana
Website MPBI
• Buku Merajut Benang Kepedulian (Studi Kasus Penyusunan UU
Hasil Konsultasi
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐48
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
III.4 KEPEDULIAN PUBLIK Penanggulangan Bencana)
• Buku Hidup Akrab dengan Bencana; Sebuah Tinjauan Global tentang Inisiatif‐inisiatif Pengurangan Bencana
dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang kaidah‐kaidah penanganan bencana
Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang kaidah‐kaidah penanganan bencana
Website
11 PMI Peluncuran Buku “Stories of Hope: Kembali Hidup”
Website
12 OXFAM GB • Buletin di Flores dan Timor Barat • Siaran Radio komunitas di Merapi • Diskusi rutin dan penerbitan melalui
Flores Pos • Pelatihan dan lokakarya PRB kepada
sekitar 30 wartawan dari Provinsi dan national.
• Perbaikan, pencetakan dan distribusi buku Panduan CBDM IDEP.
• Pembuatan 4 film tentang teknik‐teknik CBDM.
• Strategi membangun jaringan dan komunikasi yang efektif diantara elemen‐elemen civil society
• Kegiatan pendidikan dan penyadaran risiko bencana yang mendasar kepada target kunci komponen CSO.
• Rencana aksi kolektif elemen civil society
• Kajian deskriptif Institusi Perempuan di wilayah bencana dan kajian‐kajian kemitraan antara privat sektor dengan CSO
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
13 PSBA UGM Jurnal Kebencanaan Indonesia Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
14 UNHAS • Ambulans 118‐SEPRI Newsletter, Vol. 21 May 2007
• EAS 118‐SEPRI Newsletter, Vol. 3 Juni 2007
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
15 PMB ITB, JABAR • Bersama UNCRD melaksanakan pengembangan informasi dalam bentuk brosur dan poster untuk masyarakat dalam menurunkan risiko bencana
• Pengumpulan dan kajian data kegempaan Indonesia untuk penyusunan zonasi kegempaan dalam skala lebih detil
Melanjutkan pengembangan informasi dalam bentuk brosur dan poster untuk masyarakat dalam menurunkan risiko bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐49
Berdasarkan hasil pemetaan tabel diatas, terdapat 15 stakeholders yang terdiri dari kategori; K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO, dan Perguruan Tinggi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan utama 4 pada prioritas III ini. Secara detail dapat digambarkan sebagai berikut;
• Kelompok kementerian/lembaga (8 instansi) terdiri dari BNPB, BMG, LIPI, MENNEG RISTEK, BPPT, DKP, BAPPENAS, dan, DESDM.
• Kelompok Donor/Komunitas internasional/NGO (4 instansi) yaitu UNESCO, PMI, MPBI dan OXFAM
• Kelompok Perguruan Tinggi (3 instansi) yaitu UNHAS, UGM dan ITB.
Pada kegiatan utama 4 ini terdapat kegiatan yang bertujuan untuk membangun kepedulian publik dalam pengurangan risiko bencana melalui kegiatan publikasi dan sosialisasi seperti yang diselenggarakan oleh BNPB dan DESDM. Selain itu, peningkatan kepedulian publik dalam rangka penyadaran berbagai pihak terhadap pengurangan risiko bencana yang diwujudkan melalui berbagai produk media yaitu leaflet, booklet, buku saku, buku, penayangan film, komik, brosur, jurnal, majalah, bulletin, website, stiker, bulletin, siaran radio dan newsletter yang diterbitkan oleh UNHAS, UGM, OXFAM, MPBI, PMI, UNESCO, BAPPENAS, BPPT, MENNEG RISTEK, LIPI, DESDM, dan DKP
33..44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa
Prioritas IV RAN PRB yaitu mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana.
Stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan prioritas IV tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 19
Stakeholders Pada Prioritas IV RAN PRB
Kementerian/Lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1. KEMENEG RISTEK 2. KEMENEG LH 3. KEMENKO KESRA 4. KEMENEG PP 5. DEPDIKNAS 6. DESDM 7. DEP PU 8. DEPDAGRI 9. DKP 10. DEPHUKHAM 11. DEPSOS 12. DEPHUB 13. DEPKES 14. DEPHUT 15. DEPERIN 16. DEPDAG 17. DEKOMINFO 18. BAPPENAS
1. BGR/GTZ (Georisk Project)
2. UNICEF 3. DIPECHO 4. UNESCO 5. YAYASA KIRAI 6. PRAMUKA 7. PMI
1. UPN Veteran Yogyakarta
2. CEEDEDS UII 3. PMB‐ITB 4. UN HAS 5. Pemprov dan
Pemkab/ Pemkot 6. SATKORLAK PB
dan SATLAK PB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐50
Kementerian/Lembaga Donor/Komunitas Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
19. BAKORNAS PB/BNPB 20. BPS 21. BPPT 22. BKKBN 23. BRR 24. LIPI 25. LAPAN 26. KEJAKSAAN 27. POLRI
Sumber : RAN PRB Tahun 2006‐2009
Kegiatan utama prioritas IV meliputi 1) manajemen sumberdaya alam dan
lingkungan; 2) pengembangan sosial dan ekonomi; dan 3) perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya.
Tabel 3‐ 20 Matriks Kegiatan Prioritas IV RAN PRB
No Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan
Pelaksana
Kementerian/ Lembaga
Donor/ Komunitas
Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Daerah
1 Manajemen sumberdaya alam dan lingkungan
• Memperkuat pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem secara lestari, termasuk melalui rencana pemanfaatan ruang yang baik dan kegiatan pembangunan yang menurunkan risiko dan kerentaan.
• Menerapkan pendekatan manajemen sumberdaya alam dan lingkungan terpadu yang berhubungan dengan upaya pengurangan risiko bencana.
• Melakukan penyesuaian antara pengurangan risiko bencana dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini dan masa mendatang.
Dep. PU, KLH, Badan Geologi / DESDM, DEPHUT, BAKORNAS PB, DEPDAGRI, DEPKES, DEPSOS, BKKBN, KEMENKO KESRA, DEPKUMHAM, Kejaksaan, POLRI, DEPPERIN, DEPDAG, DEPKOMINFO, BPS, KEMENEG PP, BPPT, Oseanografi – LIPI, LAPAN, BRR
BGR/GTZ (Georisk Project) UNICEF DIPECHO UNESCO Yayasan Kirai Pramuka PMI
UPN Veteran Yogyakarta, CEEDEDS UII, Pemprov dan Pemkab/ Pemkot, Satkorlak PB Dan Satlak PB
2 Pengembangan sosial dan ekonomi
• Meningkatkan keamanan bahan makanan,
• Menggabungkan perencanaan pengurangan risiko bencana dalam sector kesehatan, untuk menciptakan rumah sakit yang bebas dari dampak bencana,
• Melindungi dan memperkuat fasilitas‐fasilitas publik (sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik, dsb.) agar tidak rentan terhadap bencana,
• Memperkuat pelaksanaan mekanisme jaring pengaman sosial,
• Menyatukan pengurangan risiko bencana dalam pemulihan paska bencana dan proses rehabilitasi,
• Meminimalkan risiko bencana dan
DEPHUB, DEPKES , Geoteknologi LIPI, BAKORNAS PBP, DEPDAGRI DEPKES, Dep. PU DEPDIKNAS, DKP, BRR, DEPSOS, BAPPENAS
BGR/GTZ (Georisk Project), PMI
ITB CEEDEDS UII
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐51
No Kegiatan Utama
Rincian Kegiatan
Pelaksana
Kementerian/ Lembaga
Donor/ Komunitas
Internasional/NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Daerah
kerentaan yang diakibatkan oleh perpindahan manusia,
• Mengupayakan diversifikasi pendapatan untuk masyarakat dalam wilayah berisiko bencana tinggi untuk mengurangi kerentaan terhadap bencana,
• Membangun mekanisme pendanaan risiko bencana seperti asuransi bencana .
• Memfasilitasi terjadinya kerjasama swasta untuk meningkatkan partisipasi swasta dalam kegiatan pengurangan risiko bencana,
• Membangun instrumen keuangan alternatif dan inovatif dalam rangka mengurangi risiko bencana,
3 Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya
• Memasukkan aspek pengkajian risiko bencana ke dalam perencanaan perkotaan dan pengelolaan pemukiman tahan bencana.
• Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana dalam prosedur perencanaan untuk proyek‐proyek infrastruktur utama, termasuk kriteria desain, persetujuan dan pelaksanaan proyek itu sendiri.
• Menyusun pedoman dan perangkat pengawasan pengurangan risiko bencana dalam konteks kebijakan dan perencanaan pemanfaatan lahan dan meningkatkan pemanfaatan perangkat‐perangkat ini.
• Mengintegrasikan pengkajian risiko bencana ke dalam perencanaan pengembangan perkotaan.
• Menyempurnakan NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) dan aturan rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan‐bangunan yang ada
Dep. PU, Badan Geologi/ DESDM, KEMENEG RISTEK, DEPHUB, DEPKES, BAKORNAS PB dan DEPDAGRI
GTZ (BGR/georisk project, SLGSR/program local pemerintahan) PMI
PMB‐ITB UN HAS, CEEDEDS UII
Sumber : Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006‐2009
Perkembangan pelaksanaan kegiatan prioritas IV pada tahun 2007‐2008 dijabarkan sebagai berikut. Manajemen sumberdaya alam dan lingkungan
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap perubahan iklim, hal ini
terlihat dari kenaikan permukaan laut, kenaikan suhu permukaan laut, kenaikan suhu udara, peningkatan curah hujan di musim hujan, peningkatan penguapan di musim kemarau, peningkatan intensitas badai tropis. Perubahan tersebut berdampak langsung
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐52
misalnya adanya gangguan cuaca, bajir dan tanah longsor, kekeringan, intrusi air laut, dan lain sebagainya. Perubahan iklim yang sedang terjadi serta dampak yang timbul tidak dapat dihindari, oleh karena itu harus dilakukan upaya adaptasi dalam mempersiapkan diri dan hidup dengan berbagai perubahan akibat perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana merupakan permasalahan pembangunan yang mempunyai tujuan serupa dalam membangun masyarakat yang mempunyai ketahanan. Rincian perkembangan kegiatan manajemen sumberdaya alam dan lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 21
Perkembangan Kegiatan Tahun 2007‐2008 pada Prioritas IV RAN PRB Kegiatan Utama : Manajemen Sumberdaya Alam dan Lingkungan
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
IV.1 MANAJEMEN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN 1 DEP. PU Penanganan waduk dan sungai sebagai
pengendalian banjir
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Survei di lokasi rawan banjir dalam rangka pengelolaan sumber daya air
• Manajemen lingkungan • Peningkatan dan perluasan
greenbelt di waduk • Peningkatan kualitas air bersih
• Survei di lokasi rawan banjir dalam rangka pengelolaan sumber daya air
• Manajemen lingkungan • Peningkatan dan perluasan
greenbelt di waduk • Peningkatan kualitas air bersih
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
2 KEMENEG LH Rehabilitasi hutan dan lahan RKP Pengelolaan limbah B3 dan
perubahan iklim Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
3 DEPHUT
Gerakan rehabilitasi hutan dan lahan pada tahun 2003‐2009, hampir diseluruh provinsi (400 kabupaten). Tahun 2007 target 900.000 Ha
• Gerakan rehabilitasi hutan dan lahan pada tahun 2003‐2009, hampir diseluruh provinsi (400 kabupaten).
• Pembangunan hutan mangrove di daerah rawan bencana (tsunami), kerjasama dengan korea di Provinsi NAD
• Penanganan kebakaran hutan dan lahan
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas dan Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
4 BAKORNAS PB/BNPB
Bakornas PB/BNPB bekerja bersama Dephut melibatkan masyarakat melalui penanaman pohon dengan tujuan menjaga kondisi hutan dan lingkungan
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
5 BPPT Mengatasi bencana kebakaran melalui Unit Teknis Hujan Buatan
Melaksanakan Program global warming yang merupakan tindak lanjut dari Konferensi Bali.
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
6 BRR Penenaman kembali hutan bakau dengan sasaran mulai dari pantai timur
Website
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐53
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
IV.1 MANAJEMEN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN hingga pantai barat Aceh.
7 DKP Mitigasi dan penanggulangan bencana lingkungan laut dan pesisir
Tersusunnya model penataan lingkungan pesisir berbasis pengurangan risiko bencana
RKP
• Rehabilitasi mangrove untuk mitigasi bencana erosi berbasis masyarakat di Demak bersama OISCA (Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement)
• Rehabilitasi terumbu karang untuk mitigasi bencana berbasis masyarakat di Bali, Pangandaran, Batang, Lombok Tengah
Penyusunan indeks kerentanan kawasan pesisir terhadap sea level rise di sepanjang Pantura Jawa
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
• Pembangunan greenbelt untuk mitigasi tsunami di Pacitan
• Pembangunan artificial wetland untuk mitigasi pencemaran di Kab. Sidoarjo
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
8 OXFAM Proyek Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana, terdiri dari : • Pembangunan 24 sumur di
Manggarai (2007), dan 12 sumur di Ende (2007).
• Perlindungan tepi sungai melalui penanaman pohon dan bronjoing di sepanjang sungai Benenain, Ende, dan Manggarai.
• Perlindungan mata air dengan penanam pohon di 3 desa di Lembata.
• Pembuatan parit pencegah kebakaran kebun sepanjang 1 km di 3 desa di Lembata.
• Pilot kandang ternak tahan banjir sebanyak 20 unit di 5 desa di Belu.
Lanjutan Proyek Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana di lokasi yang berbeda, terdiri dari : • Pembangunan sumur • Perlindungan tepi sungai
melalui penanaman pohon dan bronjoing di sepanjang sungai
• Perlindungan mata air dengan penanam pohon
• Pembuatan parit pencegah kebakaran kebun
• Pilot kandang ternak tahan banjir
Proyek dimulai sejak 2006/2007 (dan terus berlangsung 2008): 1. Sleman, Yogyakarta 2. Klaten, Jawa Tengah 3. Boyolali, Jawa Tengah 4. Magelang, Jawa Tengah 5. Belu, NTT 6. Timor Tengah Selatan, NTT 7. Timor Tengah Utara, NTT 8. Ende, NTT 9. Manggarai, NTT 10. Lembata, NTT Lokasi tahun 2008: 11. Sangihe, Sulawesi Utara 12. Donggala, Sulawesi Tengah 13. Jayawijaya, Papua 14. Nabire, Papua 15. Blitar, Jawa Timur 16. Malang, Jawat Timur 17. Kediri, Jawat Timur
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐54
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
IV.1 MANAJEMEN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN 9 IFRC • Mengintegrasikan perubahan
iklim dan livelihood dalam program KBBM (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat) dan PERTAMA (Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat)
• Pencegahan erosi pantai, membangun pemecah gelombang, dan penanaman mangrove untuk masyarakat pesisir di Bali, Lampung, Sulawesi Barat
• Kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat bersama Pemda dan PMI melalui penanaman pohon “bake” untuk mencegah bencana longsor
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
10 BAPPEDA SULSEL Melalui dinas kelautan dan perikanan melaksanakan peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
11 BAPPEDA JABAR • Melalui Distamben mengembangkan upaya mitigasi bencana dan perlindungan lingkungan geologi
• Melalui Balitbangda menyusun Kajian pengembangan penanganan kerusakan lingkungan akibat bencana alam
• Melalaui BPLHD melaksanakan Mitigasi Kebencanaan Pesisir Di Jawa Barat
• Melalui Distamben mengembangkan mitigasi bencana alam geologi di Jawa Barat
• Melalui Balitbangda menyusun Kaji terap model penanganan bencana alam banjir di metropolitan bandung dan DAS Citarum Hilir
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Perkembangan pelaksanaan kegiatan manajemen sumberdaya alam dan
lingkungan melibatkan 9 (sembilan) stakeholders yaitu DEP. PU, KEMENEG LH, DEPHUT, BAKORNAS PB/BNPB, BPPT, BRR, DKP, OXFAM, dan IFRC serta 2 (dua) Pemda yang dijadikan sampel yaitu Bappeda Provinsi Sumatera Selatan dan Bappeda Provinsi Jawa Barat. Upaya manajemen sumber daya alam dan lingkungan diintegrasikan ke dalam pengurangan risiko bencana pada tahun 2007 dan 2008 diantaranya :
• Adanya kesadaran untuk dapat menjaga kondisi hutan dan lingkungan melalui gerakan rehabilitasi hutan dan lahan serta penanaman pohon yang dilaksanakan oleh Kemeneg LH, Bakornas PB/BNPB dan DEPHUT. Selain itu Dephut juga menangani kebakaran hutan dan lahan, BPPT menanganinya melalui unit teknis hujan buatan, serta Oxfam membuat parit pencegah kebakaran
• Dep. PU menangani waduk dan sungai sebagai pengendali banjir, survey di lokasi rawan banjir dalam rangka pengelolaan sumberdaya air, serta manajemen lingkungan. Oxfam sebagai salah satu NGO pun turut terlibat dalam
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐55
pembangunan sumur, perlindungan tepi sungai melalui penanaman pohon dan bronjong, dan perlindungan mata air dengan penanaman pohon.
• Untuk mitigasi bencana wilayah pesisir yang berbasis pengurangan risiko bencana dilaksanakan DKP pada tahun 2007 dan 2008 melalui rehabilitasi terumbu karang, pembangunan greenbelt serta penyusunan indeks kerentanan kawasan pesisir terhadap sea level rise. Selain itu DEPHUT, BRR, DKP dan IFRC juga membangun dan merehabilitasi hutan mangrove berbasis masyarakat. Pada daerah sampel, Bappeda Sulsel melalui Dinas Kelautan dan Perikanan melaksanakan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut sedangkan Bappeda Jabar melalui BPLHD juga melaksanakan mitigasi kebencanaan pesisir.
• Sebagai tindak lanjut dari Konferensi Bali pada Desember 2007 yang lalu, pemerintah mulai mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim dengan pengurangan risiko bencana pada tahun 2008. Misalnya Kemeng LH mengelola limah B3 dan perubahan iklim, BPPT melaksanakan monitoring iklim dan cuaca serta adaptasi mitigasi global warming, serta IFRC mengintegrasikan perubahan iklim dan aspek mata pencaharian melalui proyek KBBM dan PERTAMA
Pengembangan Sosial dan Ekonomi
Menangani pengurangan risiko bencana dalam proses pembangunan sosial ekonomi merupakan suatu situasi yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah dan masyarakat. Kebutuhan terhadap bantuan darurat akan berkurang dan meningkatkan ketersediaan sumberdaya untuk mengejar pembangunan dan pada saat yang bersamaan memberikan cara‐cara efektif dari segi biaya untuk mempercepat bantuan pada waktu yang diperlukan. Rincian perkembangan kegiatan pengembangan sosial dan ekonomi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 22 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas IV RAN PRB
Kegiatan Utama : Pengembangan Sosial dan Ekonomi
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
IV.2 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI 1 DEPKES
Penyusunan pedoman pembuatan rencana aksi rumah sakit untuk bencana
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
2 DKP Kredit mikro ketahanan ekonomi masyarakat pesisir
Hasil konsultasi Tim Evaluasi RAN PRB
3 BAKOSURTANAL Pengembangan system informasi rawan ketahanan pangan
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
4 AusAID
Muhammadiyah Hospital Preparedness for Emergency (HOPE) and Community Resilience on Muhammadiyah Disaster Management, di
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐56
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
IV.2 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI • Prov. Sumsel (Palembang) • Prov. DKI Jakarta (Jakarta) • Prov. Sumbar (Padang) • Prov. DIY (Bantul) • Prov. Kalsel (Banjarmasin)
5 PMB ITB Proyek Reducing Vulnerability of School Children to Earthquake in Asia‐Pacific Region, ouput yaitu terdapatnya bangunan sekolah (SD Cirateun Kota Bandung) yang sudah di rettrofit sesuai dengan kaidah bangunan tahan gempa.
Reducing Vulnerability of School Children to Earthquake in Asia‐Pacific Region, output terdapatnya bangunan sekolah (sedang dilaksanakan di SD Padasuka, Soreang, Kabupaten Bandung) yang sudah di rettrofit sesuai dengan kaidah bangunan tahan gempa
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Perkembangan pelaksanaan kegiatan pengembangan sosial dan ekonomi
melibatkan 5 (lima) stakeholders yaitu Depkes, DKP, Bakosurtanal, AusAID, dan PMB ITB. Perkembangan tersebut diantaranya adalah:
• Sisi ketahanan pangan diterapkan oleh Bakosurtanal melaui pengembangan system informasi rawan ketahanan pangan.
• Pengurangan risiko bencana terintegrasi ke dalam sektor kesehatan dan RS yang aman juga sudah diterapkan oleh Depkes yang menyusun pedoman pembuatan rencana aksi RS untuk bencana serta AusAID melalui proyek HOPE untuk kesiapsiagaan bencana RS.
• Untuk melindungi dan memperkuat fasilitas umum dan prasarana fisik dan risiko bencana diterapkan oleh PMB ITB melalui pembangunan sekolah dasar (SD) yang sesuai dengan kaidah bangunan tahan gempa pada tahun 2007 dan 2008
• Akses micro‐insurance untuk kelompok rentan bencana juga sudah dilaksanakan yaitu DKP memfasilitasi adanya kredit mikro ketahanan ekonomi masyarakat pesisir pada tahun 2007
• Adanya kebijakan terkait dengan pengidentifikasian dan pengkategorian kelompok rentan bencana untuk menciptakan sistem perlindungan sosial misalnya melalui JPS, BLT, Jamkesmas (Askeskin).
Perencanaan Tata Guna Lahan dan Pengaturan Teknis Lainnya
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungannya menjadi
salah satu penyebab terjadinya bencana alam. Penataan ruang yang tepat merupakan salah satu upaya pengurangan risiko bencana, mengingat Indonesia memiliki sejumlah wilayah rawan bencana. Peta rawan bencana dapat dijadikan alat dalam menyusun rencana tata ruang, selain itu penerapan zoning regulation (peraturan zona) oleh Pemerintah Daerah juga menjadi acuan dalam pemberian ijin kawasan yang boleh atau tidak boleh dibangun.
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐57
Tabel 3‐ 23 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas IV RAN PRB Kegiatan Utama : Perencanaan Tata Guna Lahan dan Pengaturan Teknis Lainnya
No
Kegiatan Utama/Instansi
Kegiatan Keterangan
Tahun 2007 Tahun 2008 IV.3 PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN DAN PENGATURAN TEKNIS LAINNYA 1 DEP. PU • Penguatan koordinasi dalam rangka
mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang
• Penyusunan Norma Standar Prosedur Manual (NSPM) pengendalian pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap bencana melalui pendekatan mitigasi bencana
• RTRW Kab/Kota berbasis pengurangan risiko bencana
• Panduan zoning regulation dan bulding code serta sosialisasinya
• Sistem dan mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang pada wilayah rawan bencana
• Tersedianya pedoman penjabaran Rencana Tata Ruang dalam strategi pemanfaatan ruang dan pengendaliannya
RKP
• Peningkatan FASOS‐FASUM dan permukiman sehat
• Keterlibatan aktif dalam pembuatan rencana tata ruang perkotaan dan permukiman
• Sosialisasi standar bangunan • Peningkatan dan perluasan
bangunan sabo • Membantu pembuatan panduan
rencana tata ruang dan building codes di tingkat nasional
• Perencanaan perbaikan kerusakan infrastruktur akibat bencana alam
• Sosialisasi ke Tim Satuan Tugas Pekerjaan Umum (SATGAS) PU Penanganan Bencana Alam Provinsi/ Kabupaten/Kota
• Peningkatan FASOS‐FASUM dan permukiman sehat
• Keterlibatan aktif dalam pembuatan rencana tata ruang perkotaan dan permukiman
• Sosialisasi standar bangunan • Peningkatan dan perluasan
bangunan sabo • Membantu pembuatan panduan
rencana tata ruang dan building codes di tingkat nasional
• Perencanaan perbaikan kerusakan infrastruktur akibat bencana alam
• Sosialisasi ke Tim Satuan Tugas Pekerjaan Umum (SATGAS) PU Penanganan Bencana Alam Provinsi/ Kabupaten/Kota
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
2 DKP Meningkatnya koordinasi penataan ruang laut, pesisir, dan pulau‐pulau kecil serta terfasilitasinya penyusunan tata ruang laut dan pesisir di 25 kab/kota
RKP
Pembangunan rumah nelayan tahan gempa dan tsunami di Tegal, Pacitan, Lamongan, Tangerang, Tulungagung, Lombok Tengah, Pariaman, Painan, Demak, pangandaran
Pembangunan rumah nelayan tahan gempa dan tsunami di Jayapura, Bengkulu, Muko‐Muko, Kupang, Agam, Biak
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 IFRC Mendorong adanya komitmen bersama dalam menata permukiman yang berbasis pada penyadaran PRB
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
4 PMB ITB • Pelatihan “RHK Training for Engineers”, output berupa diseminasi pengetahuan bangunan tahan gempa dan review disain serta konstruksi RHK sesuai site visit
• Provision of Support & Services to CARE International of Indonesia (CII)
• Provision of Support and Services to CARE International of Indonesia for GRIYO LESTARI – project di Kota Banda Aceh. Output o Meningkatnya kapasitas
tukang dalam pembangunan
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐58
No Kegiatan
Utama/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
IV.3 PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN DAN PENGATURAN TEKNIS LAINNYA for GRIYO Project – Klaten, Banda Aceh (NAD) dan Bandung. Output: o Meningkatnya pengetahuan
pengawas bangunan mengenai konstruksi rumah tahan gempa
• Provision of Support and Services to CARE International of Indonesia for GRIYO LESTARI – project di Kota Banda Aceh. Output : o Meningkatknya kapasitas
tukang dalam pembangunan rumah tahan gempa
o Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai risiko bencana melalui pengembangan/pembuatan/ demonstrasi shake table dan pengembangan materi sosialisasi dalam bentuk kalender dan poster
rumah tahan gempa o Meningkatnya kesadaran
masyarakat mengenai risiko bencana melalui pengembangan/ pembuatan demonstrasi shake table dan pengembangan materi sosialisasi dalam bentuk kalender dan poster
Bersama asosiasi ARGI memasukkan hasil analisis untuk penyempurnaan Peraturan Bangunan Tahan Gempa Indonesia
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
5 BAPPEDA JABAR
Melalui Distarkim Jabar melaksanakan Kegiatan Penyusunan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Rawan Bencana
RTRW Jabar akan direvisi dan akan memasukan program penanggulangan bencana
Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Perkembangan pelaksanaan kegiatan perencanaan tata guna lahan dan
pengaturan teknis lainnya melibatkan 4 (empat) stakeholders yaitu Dep. PU, DKP, IFRC, dan PMB ITB serta 1 (satu) Pemda yang dijadikan sampel yaitu Bappeda Provinsi Jawa Barat. Perkembangan tersebut diantaranya adalah :
• Kebijakan perencanan tata guna lahan dan pengaturan teknis (kode) sudah mulai diterapkan di Indonesia. Hal ini terlihat pada RKP tahun 2007 dan 2008 oleh Dep.PU dan DKP yang melaksanakan penyusunan RTRW Kab/Kota berbasis pengurangan risiko bencana, penguatan koordinasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada daerah rawan bencana, penyusunan NSPM, zoning regulation, dan building code. Tahun 2008, Bappeda Jabar merevisi RTRW dan akan memasukkan program penangulangan bencana yang merupakan salah satu common goals di Provinsi Jabar dan Distarkim Jabar terlibat dalam penyusunan pedoman perencanaan tata ruang rawan bencana
• Langkah‐langkah pengurangan risiko bencana yang sudah diterapkan yaitu telah dipadukan ke dalam proses‐proses pemulihan dan rehabilitasi pasca bencana. Hal ini terlihat pada pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang roboh karena bencana mengacu kepada konstruksi yang tahan bencana, misalnya DKP membangun rumah nelayan tahan gempa dan tsunami, IFRC mengembangkan
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐59
permukiman berdasarkan kesiagaan terhadap risiko bencana, PMB ITB membangun sekolah sesuai dengan kaidah bangunan tahan gempa. Selain juga dilaksanakan peningkatan kapasitas tukang dalam pembangunan rumah tahan gempa yang dilaksanakan oleh PMB ITB
33..55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff..
Prioritas V RAN PRB yaitu memperkuat kesiapan bencana agar tercapai respons
yang efektif di segala tingkatan. Pada saat bencana, dampak dan kerugian dapat dikurangi jika pihak berwenang, individu dan komunitas di wilayah‐wilayah yang rawan bencana sudah dipersiapkan dengan baik dan siap untuk bertindak dan dilengkapi dengan pengetahuan dan kapasitas untuk mengelola bencana secara efektif. Berdasarkan RAN PRB, stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan prioritas V serta rincian sub kegiatannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 24
Stakeholders Pada Prioritas V RAN PRB
Kementerian/Lembaga Donor, Komunitas Internasional
dan NGO Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah
1. BAKORNAS PB/BNPB 2. DESDM 3. DEP. PU 4. DEPKES 5. DEPDAGRI 6. KEMENEG RISTEK 7. DKP 8. DEPSOS 9. DEPHUB 10. LIPI 11. LAPAN
1. BGR/GTZ (Georisk Project) 2. OCHA 3. UNESCO 4. WFP dan anggota UNTWG
lainnya 5. OXFAM 6. MPBI 7. PMI 8. LSM Lokal (PPMA), 9. Islamic Relief Indonesia
1. ITS 2. PMB – ITB 3. CEEDEDS UII 4. Pemkab/ Pemkot, 5. Satkorlak PB dan
Satlak PB
Sumber : Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006‐2009
Tabel 3‐ 25
Matriks Kegiatan Prioritas V RAN PRB
No Rincian Kegiatan
Pelaksana
Kementerian/Lembaga Donor, Komunitas Internasional dan
NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Daerah 1 Memperkuat kebijakan, kemampuan teknis
dan kelembagaan dalam penanggulangan bencana regional, nasional dan lokal, termasuk yang berhubungan dengan teknologi, pelatihan, sumberdaya manusia, dll.
DEPKES, DEPHUB, DKP, BAKORNAS PB, Badan Geologi / DESDM
BGR/GTZ (Georisk Project, PMI
‐
2 Mendukung dialog dan pertukaran informasi KEMENEG RISTEK dan OCHA ‐
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐60
No Rincian Kegiatan
Pelaksana
Kementerian/Lembaga Donor, Komunitas Internasional dan
NGO
Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Daerah
dan koordinasi antara lembaga‐lembaga yang menangani peringatan dini, pengurangan risiko bencana, tanggap darurat, pembangunan, dan sebagainya pada semua tingkatan.
LPND terkait
3 Memperkuat dan bila perlu membangun koordinasi kewilayahan, dan membuat atau meningkatkan kebijakan regional, mekanisme operasional, dan sistem komunikasi perencanaan untuk menyiapkan respons yang efektif dalam kasus bencana antarnegara.
Dep. PU, DEPSOS
‐ ‐
4 Menyiapkan atau mengkaji ulang, dan secara periodik memperbaharui rencana kesiapan bencana, serta kebijakan dan rencana tanggap darurat pada semua tingkatan
DEPKES,BAKORNAS PB Badan Geologi/ DESDM, LIPI‐Pemerintah Kab Bandung
WFP dan anggota UNTWG lainnya, BGR/GTZ (Georisk Project) MPBI
ITS, Pemkab/ Pemkot,
5 Mengupayakan diadakannya dana darurat , logistic dan peralatan untuk mendukung tanggap darurat bencana, pemulihan dan langkah‐langkah kesiapsiagaan bencana
DEPKES, LAPAN, BAKORNAS PB, DEPDAGRI, Dep. PU Badan Geologi/DESDM
BGR/GTZ melalui Georisk Project , Oxfam Emergency Response Team kerjasama dengan LSM dan instansi pemerintah terkait, PMI
‐
6 Membangun mekanisme khusus untuk menggalang paritisipasi aktif dan rasa memiliki dari para pemangku kepentingan terkait termasuk masyarakat
KEMENEG RISTEKdan LPND terkait, Badan Geologi/ DESDM/ Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NAD, BAKORNAS PB
BGR/GTZ (Georisk Project), UNESCO, OCHA, LSM Lokal (PPMA), Islamic Relief Indonesia, PM
PMB – ITB, CEEDEDS UII manajemen, Pemda Satkorlak PB dan Satlak PB
Sumber : RAN PRB Tahun 2006‐2009
Perkembangan sub kegiatan pada tahun 2007‐2008 pada prioritas IV dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3‐ 26 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V
Sub Kegiatan Kapasitas Penanganan Bencana: Kebijakan, Kapasitas Teknik dan Kelembagaan
No Sub Kegiatan/
Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.1 KAPASITAS PENANGANAN BENCANA: KEBIJAKAN, KAPASITAS TEKNIK DAN KELEMBAGAAN 1 DEPKES
Penyediaan peralatan medis kesiapsiagaan bencana dengan lingkup regional, dan pengembangan sub regional Papua dan Sumbar.
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
2 GTZ GITEWS WP 6300,German‐Indonesian Cooperation for Capacity Building in Local Communities (institutional and
Lanjutan GITEWS WP 6300,German‐Indonesian Cooperation for Capacity Building in Local Communities
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐61
No Sub Kegiatan/
Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.1 KAPASITAS PENANGANAN BENCANA: KEBIJAKAN, KAPASITAS TEKNIK DAN KELEMBAGAAN individual) , dengan output pengembangan peringatan bencana dan mekanisme kesiapsiagaan bencana di Sumatera (Kota Padang), Bali (Provinsi Bali dan Kab. Badung, dan Jawa (Kab. Bantul, Kebumen dan Cilacap)
(institutional and individual) , dengan output pengembangan peringatan dini dan mekanisme kesiapsiagaan bencana di Sumatera (Kota Padang), Bali (Provinsi Bali dan Kab. Badung, dan Jawa (Kab. Bantul, Kebumen dan Cilacap)
3 OXFAM Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana (Proyek 1), output SOP tersusun di 14 desa di NTTdan 66 desa di sepanjang 14 alur sungai Gn. Merapi.
Lanjutan Proyek Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana (Proyek 1) dengan lokasi yang berbeda, output penyusunan SOP
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
4 IFRC • Pengembangan kapasitas organisasi PMI di semua tingkatan di bidang penanganan bencana
• Membangun dan memperluas gudang‐gudang logistik yang ada serta mengembangkan gudang sentral dan pembangunan gudang regional termasuk pengadaan kelengkapan logistik dan bantuan relief (restock)
• Meningkatkan kapasitas staff dan Satgana dalam upaya‐upaya pemberian informasi darurat bencana dan peringatan dini berbasis masyarakat
• Memberdayakan kapasitas masyarakat desa/kelurahan area pilot program KBBM dan PERTAMA melalui gladi dan simulasi kesiapsiagaan tanggap darurat bencana
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
5 PMB ITB Proyek bersama AusAID yaitu Dukungan Peningkatan Kapasitas Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam Penanggulangan Risiko Bencana, output : - Peningkatan kapasitas santri di pesantren dengan melakukan pengelolaan risiko bencana terutama pada tahap mitigasi dan kesiapsiagaan untuk NU
- Peningkatan kapasitas masyarakat pelajar melalui Penerbitan modul dan buku LKS bagi siswa SD/MI Muhammadiyah
Lokasi NU di Kab. Jember (Prov. Jatim), Kab. Magelang (Prov. Jateng), dan Kota Jakarta Barat (Prov. DKI Jakarta) Lokasi Muhammadiyah di Kab. Garut (Prov. Jabar), Kab. Bantul (Prov. DI Yogyakarta), Kota Padang (Prov. Sumbar), Kab. Rejang Lebong (Prov. Bengkulu).
Lanjutan Proyek bersama AusAID yaitu Dukungan Peningkatan Kapasitas Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam Penanggulangan Risiko Bencana, output : - Peningkatan kapasitas santri di pesantren dengan melakukan pengelolaan risiko bencana terutama pada tahap mitigasi dan kesiapsiagaan untuk NU
- Peningkatan kapasitas masyarakat pelajar melalui Penerbitan modul dan buku LKS bagi siswa SD/MI Muhammadiyah
Lokasi NU di Kab. Jember (Prov. Jatim), Kab. Magelang (Prov. Jateng), dan Kota Jakarta Barat (Prov. DKI Jakarta) Lokasi Muhammadiyah di Kab. Garut (Prov. Jabar), Kab. Bantul (Prov. DI Yogyakarta), Kota Padang (Prov.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐62
No Sub Kegiatan/
Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.1 KAPASITAS PENANGANAN BENCANA: KEBIJAKAN, KAPASITAS TEKNIK DAN KELEMBAGAAN Sumbar), Kab. Rejang Lebong (Prov. Bengkulu).
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Sub kegiatan kapasitas penanganan bencana : kebijakan, kapasitas teknik dan
kelembagaan melibatkan 5 (lima) stakeholder yaitu DEPKES, GTZ, OXFAM, IFRC, dan PMB ITB, serta 1 Pemda sampel yaitu Bappeda Jabar. Sebagian besar daerah di Indonesia sudah mempunyai mekanisme kesiapsiagaan terhadap bencana, meskipun belum terintegrasi dengan baik, contohnya Depkes menyediakan peralatan medis kesipsiagaan bencana pada lingkup regional dan sub regional, GTZ mengembangkan peringatan bencana dan mekanisme kesiapsiagaan bencana di beberapa daerah di Indonesia, serta tersusunnya SOP untuk mengurangi kerentanan terhadap bahaya oleh OXFAM
Kelembagaan dalam penanggulangan bencana regional, nasional dan lokal
memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda karena adanya perbedaan fungsi dan kepentingan. Kapasitas teknis dan kelembagaan penanggulangan risiko bencana masih terkonsentrasi di kota‐kota besar, walaupun beberapa perguruan tinggi dan instansi‐instansi yang terkait sudah mulai meningkatkan upaya pengembangan kapasitas. Contohnya PMB ITB bersama AusAID memberikan dukungan peningkatan kapasitas Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah dalam penanggulangan risiko bencana. Selain itu IFRC melaksanakan peningkatan kapasitas PMI untuk penanganan bencana pada semua tingkatan. Ketika terjadi bencana, banyak pihak‐pihak dan sukarelawan dari tingkat pusat/nasional sampai dengan tingkat desa ikut terlibat dalam penanggulangana bencana (misalnya dengan keberadaan PMI, TRC, Tagana, Dasipena, dll).
Tabel 3‐ 27
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V Sub Kegiatan Dialog, Koordinasi Dan Pertukaran Informasi Antara Manajer dan Sektor
Pembangunan
No Sub Kegiatan/
Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.2 DIALOG, KOORDINASI DAN PERTUKARAN INFORMASI ANTARA MANAJER DAN SEKTOR PEMBANGUNAN. 1 DKP Pertemuan rutin forum mitigasi
bencana Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Rapat Koordinasi Forum Mitigasi Bencana pada Kamis,05 Juli 2007
Website
2 DEPHUT Pembentukan Forum DAS Nasional, bertujuan terbentuknya lembaga koordinasi pengelolaan DAS tingkat Nasional di Jakarta.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
3 DEPKES Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor, keluaran terlaksanakanya kerjasama penyediaan informasi dengan BMG dan RAPI. Lokasi di Pusat dan seluruh Provinsi (sejak tahun 2006)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐63
No Sub Kegiatan/
Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.2 DIALOG, KOORDINASI DAN PERTUKARAN INFORMASI ANTARA MANAJER DAN SEKTOR PEMBANGUNAN.
Pusat pengendali krisis Depkes melaksanakan pertemuan Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Tingkat Nasional pada Senin,30 Juli 2007
Website
4 DEPSOS Program bersifat Non Fisik yaitu Kerjasama, pengembangan sistem informasi, koordinasi, dan konsultasi • Studi kebijaksanaan kerjasama
dengan Akademisi dalam kesiapsiagaan dan mitigasi lokasi rawan bencana.
• Koordinasi pertemuan periodik dengan RAPI
• Kongres penanggulangan bencana • Rapat‐rapat koordinasi dengan
stakeholders
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
5 UNOCHA • Pengumpulan, pembaharuan dan penyebaran informasi mengenai situasi dan respon pada saat bencana alam terjadi
• Penyebaran informasi laporan pengkajian situasi lapangan yang tepat waktu dan akurat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Indonesian Rapid Assessment and Coordination Training (IRACT) dengan output terbentuknya tim yang akan mengkoordinasi respon nasional untuk bencana alam pada tahap awal yang didukung oleh upaya pemerintah lokal
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
6 OXFAM Melalui Proyek 3 : PRIME – Tanggap Darurat, Oxfam senantiasa berhubungan dan berkoordinasi dengan pihak‐pihak terkait, baik dari pemerintahan lokal terkait (dinsos, dpu, dinkes dll) maupun dari lembaga non‐pemerintahan (lsm lokal dan internasional).
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
7 PMI Membina saluran informasi dan komunikasi dengan institusi terkait.
Membina saluran informasi dan komunikasi dengan institusi terkait.
Website
8 PMB ITB Pengembangan Disaster Reduction Hyperbase (DRH) – Asian Aplication (AA) di Indonesia. Output : database internasional yang terbuka dan interaktif dalam penerapan teknologi, memfasilitasi forum, diseminasi model mitigasi pengurangan risiko bencana, dan sebagai jaringan dari praktisi‐praktisi pengurangan risiko bencana
Lanjutan Pengembangan Disaster Reduction Hyperbase (DRH) – Asian Aplication (AA) di Indonesia. Output : database internasional yang terbuka dan interaktif dalam penerapan teknologi, memfasilitasi forum, diseminasi model mitigasi pengurangan risiko bencana, dan sebagai jaringan dari praktisi‐praktisi pengurangan risiko bencana
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
9 BAPPEDA JABAR Melalui Bakesbanglinmas melaksanakan Koordinasi Penanggulangan Bencana Di Jawa Barat
Melalui Bakesbanglinmas melaksanakan peningkatan Koordinasi dan Fasilitasi Penanggulangan Bencana Di Jawa Barat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐64
Perkembangan pada sub bidang dialog koordinasi dan pertukaran informasi antara manajer dan sektor pembangunan yaitu sebagian besar belum memiliki mekanisme koordinasi yang baik karena terkendala oleh kondisi yang bersifat sektoral, adminsitrasi pemerintahan dan letak geografis. Kegiatan ini melibatkan 8 (delapan) stakeholders yaitu DKP, Dephut, Depkes, Depsos, Oxfam, UNOCHA, PMI, PMB ITB, dan 1 Pemda sebagai sampel yaitu Bappeda Jabar.
Beberapa K/L seperti DKP, Dephut, Depsos sudah melaksanakan forum mitigasi bencana secara rutin. Tujuan kegiatan ini adalah terciptanya nasional platform yang berisikan seluruh stakeholders lintas institusi dan departemen terkait dengan penanggulangan bencana untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dalam rangka implementasi RAN PRB. Selain itu juga dilaksanakan rapat‐rapat koordinasi pada saat terjadi situasi tanggap darurat. UNOCHA, Oxfam, PMI, dan PMB ITB pun terlibat dalam pengumpulan, pembaharuan dan penyebaran informasi mengenai situasi dan respon pada saat bencana alam terjadi dengan tujuan untuk menghubungkan pemerintah lokal dengan komunitas internasional dan mengkoordinasikan bantuan internasional di tingkat nasional.
Tabel 3‐ 28 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V
Sub Kegiatan Pendekatan Regional Untuk Respon Bencana Dengan Fokus Pengurangan Risiko
No Kegiatan/Instansi
Kegiatan Keterangan
Tahun 2007 Tahun 2008 V.3 PENDEKATAN REGIONAL UNTUK RESPON BENCANA DENGAN FOKUS PENGURANGAN RISIKO 1 DEPSOS Pada tahap pra bencana/kesiapsiagaan,
Depsos menyediakan logistic support system (LSS), evaluasi kit, dan kendaraan siaga bencana di sentra‐sentra logistic pada tiap provinsi dan kabupaten/kota terpilih.
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
2 DEPKES Pemantapan Kesiapsiagaan Pusat Penanggulangan Krisis Nasional, dengan output meningkatnya kemampuan sumber daya di regional dalam merespons krisis kesehatan akibat kejadian bencana di Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Manado dan Makkasar, serta Sub Regional di Padang dan Jayapura.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
3 IFRC • Membangun jaringan nasional dan menyediakan perlengkapan dan peralatan tanggap darurat
• Bekerjasama untuk mendukung pembentukan pusat nasional dan pusat operasi untuk system peringatan dini di 6 provinsi (Jakarta, Aceh, Sumatera Barat, Bali, Yogyakarta, Jambi)
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐65
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.3 PENDEKATAN REGIONAL UNTUK RESPON BENCANA DENGAN FOKUS PENGURANGAN RISIKO 5 OXFAM
Proyek 3 : PRIME – Preparedness Response Influence to Policy a Model for Emergency Response (Tanggap Darurat), output : • Membuat jaringan yang terdiri
dari aktor‐aktor pengelola bencana pada daerah‐daerah rawan bencana (level kabupaten/provinsi)
• Meningkatkan kapasitas internal dan eksternal (mitra lokal dan pemerintah lokal), termasuk di dalamnya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana.
• Peran aktif dalam proyek berfokus pengurangan bencana adalah : (a)berperan aktif dalam respon banjir bengawan solo dan Bojonegoro, (b) penguatan kapasitas pemerintah kabupaten dalam pengurangan risiko bencana dan pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat untuk klaster merapi serta (c) melakukan proyek manajemen untuk menghadapi ancaman letusan gunung kelud.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
6 MPBI Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai lembaga baik NGO maupun pemerintah di tingkat nasional dan internasional dalam bidang penanganan bencana.
Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai lembaga baik NGO maupun pemerintah di tingkat nasional dan internasional dalam bidang penanganan bencana.
Website
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Sub kegiatan Pendekatan Regional Untuk Respon Bencana dengan Fokus
Pengurangan Risiko melibatkan 6 (enam) K/L yaitu Depsos, Depkes, IFRC, Oxfam dan MPBI. Perkembangannya antara lain :
• Pada tahap pra bencana/kesiapsiagaan, Depsos menyediakan logistic support system (LSS), evaluasi kit, dan kendaraan siaga bencana di sentra‐sentra logistik pada tiap provinsi dan kabupaten/kota terpilih. Depkes melaksanakan pemantapan kesiapsiagaan Pusat Penanggulangan Krisis Nasional, dengan output meningkatnya kemampuan sumber daya di regional
• MPBI, IFRC dan Oxfam sama‐sama mambangun jaringan nasional yang terdiri dari aktor‐aktor pengelola bencana pada daerah‐daerah rawan bencana (level kabupaten/provinsi) yang nantinya akan memudahkan dalam mendapatkan informasi darurat bencana ataupun dalam mitigasi bencana. Dengan pengetahuan regional (local knowledge) yang dimiliki oleh mitra‐mitra lokal tersebut akan membantu dalam menentukan jenis respon bencana yang dapat diterima secara budaya oleh masyarakat setempat. Oxfam juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas internal dan eksternal (mitra lokal dan pemerintah lokal), termasuk di dalamnya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana. Selain itu Oxfam
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐66
melakukan pendekatan regional melalui peran aktif dalam respon benjir, penguatan kapasitas pemerintah kabupaten dalam pengurangan risiko bencana dan pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat untuk klaster merapi, serta manajemen untuk menghadapi ancaman letusan gunung api.
Tabel 3‐ 29
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V Sub Kegiatan Review dan Menyiapkan Latihan Kesiapsiagaan Serta Rencana Kontinjensi
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.4 REVIEW DAN MENYIAPKAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN SERTA RENCANA KONTINJENSI 1 DEPKES • Pendampingan Teknis dalam rangka
tersusunnya Rencana Kontijensi Bidang Kesehatan di wilayah Sumut (Langkat, Mandailing Natal), Sumsel (Palembang, Lahat), DKI Jakarta (Jakut, Jaktim), Jawa Tengah (Magelang, Kebumen), Jawa Timur (Gresik, Jember), Bali (Buleleng, Denpasar), Kalsel (tanah Bumbu, banjarbaru), Sulut (Menado, Bulaang Mongondow), Sulsel (Sinjai, Luwuk Utara), Papua (Jayapura)
• Sarana dan logistik kesehatan: alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai, bahan dan alat sanitasi lingkungan, RS lapangan, alat transportasi, radio komunikasi dan sarana penunjang lain.
• SDM kesehatan: tim reaksi cepat, tim RHA, tim bantuan kesehatan
Lanjutan Pendampingan Teknis dalam rangka tersusunnya Rencana Kontijensi Bidang Kesehatan di wilayah Sumut (Langkat, Mandailing Natal), Sumsel (Palembang, Lahat), DKI Jakarta (Jakut, Jaktim), Jawa Tengah (Magelang, Kebumen), Jawa Timur (Gresik, Jember), Bali (Buleleng, Denpasar), Kalsel (tanah Bumbu, banjarbaru), Sulut (Menado, Bulaang Mongondow), Sulsel (Sinjai, Luwuk Utara), Papua (Jayapura)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
• Pengembangan ITC (PT di Makassar,
Surabaya, DIY‐UGM). • Bersama UGM mengembangkan
contingency plan tentang kesehatan
• Pemuda siaga (peserta dari poltekes)
• Pengembangan ITC (PT di Makassar, Surabaya, DIY‐UGM).
• Pengembangan Continency plan tentang kesehatan
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
2 BAKORNAS PB/BNPB
Pengurangan risiko bencana melalui pemberian dukungan, bantuan dan pelayanan yang terkait dengan masalah bencana dan kedaruratan
• Terselenggaranya POSKO PB • Terselenggaranya penanganan
tanggap darurat secara terkoordinasi dan terpadu, termasuk terkelolanya bantuan kedaruratan logistic dan peralatan
• Terselenggaranya monitoring kesiapsiagaan bencana
RKP
Penanganan bencana yang melibatkan tokoh masyarakat dalam penyusunan contigency plan
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐67
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.4 REVIEW DAN MENYIAPKAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN SERTA RENCANA KONTINJENSI
• Pelatihan kesiapsiagaan untuk
menyadarkan masyarakat terhadap bahaya bencana alam
• Penyuluhan bagi masyarakat rawan bencana bajir di Jakarta
Pengumpulan data K/L oleh SC DRR‐ Bappenas
Latihan Evakuasi Letusan Gunung
Egon Laporan Harian Posko Bakornas PB
3 BADAN GEOLOGI‐DESDM
Contigency plan di beberapa daerah rawan bencana
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
4 DEP. PU Penanganan darurat bencana dengan didukung kesiapan peralatan di balai‐balai.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
Peralatan menghadapi banjir antara lain bronjong, karung plastik, pompa banjir, pompa kekeringan dan perahu karet. Peralatan ini didistribusikan ke daerah terkait, misalnya di Jawa Timur peralatan tersebut didistribusikan ke Bojonegoro, Surabaya, Mojokerto, kemudian di Provinsi Sumatera Selatan didistribusikan OKU, OKI, Palembang, dan lain sebagainya.
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
5 DEPSOS Pra bencana/kesiapsiagaan • logistic support system (LSS) di
sentra‐sentra logistic pada tiap provinsi dan kabupaten/kota terpilih. Logistik, seperti: beras, lauk‐pauk (mie instan, kecap, sambal, sardencis dan lauk‐pauk lokal), sandang, alat dapur keluarga, family kit, kidware, makanan tambahan.
• Evakuasi Kit seperti : tenda pleton, perahu evakuasi, perahu karet, tenda regu, tenda gulung, veltbed, peralatan dapur umum lapangan, tenda keluarga, tenda posko dan genset.
• Kendaraan siaga bencana seperti : mobil dapur umum lapangan (DUMLAP), rescue tactical unit (RTU), Truk, tangki air, pada mobile water treatment.
Tanggap darurat • Mendirikan tenda posko/komando
di lokasi bencana sebagai Posko Penanggulangan Bencana.
• Melakukan proses evakuasi korban bencana ke tempat yang lebih aman.
• Penyelenggaraan dapur umum lapangan untuk memenuhi kebutuhan pokok pengungsi.
• Penyiapan sarana air bersih
Hasil konsultasi dan pengumpulan data SCDRR dan Tim Evaluasi RAN PRB
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐68
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.4 REVIEW DAN MENYIAPKAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN SERTA RENCANA KONTINJENSI • Pendirian tenda‐tenda
penampungan sementara atau tenda keluarga untuk menampung dan melindungi pengungsi.
• Percepatan akselerasi bantuan darurat berupa beras, sandang, lauk‐pauk, family kit, kidware, makanan tambahan, dll.
Pasca Bencana/Rehabilitasi Sosial • Pembangunan kembali rumah
korban bencana alam dengan memberikan bantuan stimulan Bahan Bangunan Rumah (BBR) sebagai embrio rumah tumbuh.
• Relokasi rumah korban rumah korban bencana melalui kerjasama Pusat (dana), Provinsi (dana), dan Kabupaten/kota (lahan).
6 DEPARTEMEN KOMINFO
• Koordinasi pelaksanaan Tsunami Drill pada tahun 2007 dan 2008, leading sector oleh Kemenneg RISTEK
• Tsunami Drill dilaksanakan di Aceh, Gorontalo, Bangkulu dan Manado.
Koordinasi pelaksanaan Tsunami Drill pada tahun 2007 dan 2008, leading sector oleh Kemenneg RISTEK
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
7 LIPI Penyediaan panduan draft penyusunan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana
Hasil FGD bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
8 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI BEKERJASAMA DENGAN INSTANSI TERKAIT (DEPARTEMEN ESDM, BMG, DEPARTEMEN KOMINFO, BAKORNAS PB, LIPI DAN BAKOSURTANAL)
• Melaksanakan latihan‐latihan evakuasi tsunami pada beberapa daerah dan akan terus dilakukan secara berkala dengan mengikutsertakan Pemda yang bersangkutan
• Simulasi latihan (drill) kesiapsiagaan bencana ini juga dilakukan oleh Lembaga Non Pemerintah, baik nasional atau internasional, yang antara lain difokuskan pada pelajar dan guru di sekolah umum mapun pesantren.
Evaluasi 3 Tahun RPJM
Pelaksanaan Tsunami Drill 2007 di Cilegon, Banten
PelaksanaanTsunami Drill
Website
9 OXFAM Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana (Proyek 1), output : • Pelatihan penyusunan contingency
plan dilakukan di 10 kabupaten (4 kabuten cluster Merapi, Belu, TTU, TTS, Ende, Manggarai, Lembata)
• Asisten penyusunan contingency plan (sampai draft) dilakukan di 7 kabupaten (4 kabupaten cluster Merapi, Ende, Manggarai, Lembata).
Lanjutan Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Lokal Untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana (Proyek 1), output: • Pelatihan penyusunan
contingency plan • Asisten penyusunan
contingency plan (sampai draft) di lokasi yang berbeda
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐69
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.4 REVIEW DAN MENYIAPKAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN SERTA RENCANA KONTINJENSI
Proyek 3 : PRIME – – Preparedness Response Influence to Policy a Model for Emergency Response (Tanggap Darurat) : Penyediaan bantuan untuk meringankan penderitaan pada sektor utama • Ketahanan pangan darurat dan
sumber penghidupan (EFSL) • Peningkatan kesehatan sanitasi
air (WASH) • Pendistribusian barang‐barang
non‐pangan (NFI) • Tempat penampungan
sementara • Advokasi Oxfam akan selalu meninjau kesiapsiagaan dan melakukan pelatihan rencana kontijensi untuk memastikan bahwa semua sumberdaya yang dimiliki siap digunakan pada saat dibutuhkan. Setiap 6 bulan, Oxfam akan berkontribusi terhadap pembaharuan Rencana kontijensi Oxfam Internasional (OI) dan melibatkan diri dalam pembuatan skenario‐skenario dan rencana‐rencana tanggap kontijensi tematik (banjir, gempa bumi, gunung berapi) selain juga berpartisipasi dalam rencana‐rencana kontijensi dan mekanisme tanggap oleh PBB/klaster
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
10 UNESCO • Tsunami drill • Bersama Pramuka, fasilitasi
masyarakat dalam penguatan kapasitas menghadapi bencana (implementasi CBDM toolkit) yaitu penyusunan Paket Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat/ PBBM.
Tsunami drill Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
11 UNOCHA • Pelatihan/workshop rencana kontinjensi yang menghasilkan keluaran draft rencana kontijensi di 5 kabupaten pesisir Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis) dan 2 kabupaten pesisir Jawa Tengah (Kebumen dan Cilacap). Kegiatan ini kerjasama dengan BNPB dan MPBI
Pelatihan/workshop Rencana Kontinjensi (bersama badan PBB lainnya (UNICEF, dan UNDP) yang menghasilkan keluaran draft rencana kontijensi di Kabupaten Muko‐muko dan Bengkulu Utara, Kota Bengkulu Kerjasama dengan BNPB (serta anggotanya seperti Depkes, Depdagri)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
12 DIPECHO • Memberikan bantuan (skala kecil) pelayanan publik (infrastruktur)
• Menyediakan bantuan dan bangunan darurat (tingkat daerah)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐70
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.4 REVIEW DAN MENYIAPKAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN SERTA RENCANA KONTINJENSI 13 IFRC • Penyediaan fasilitas, perlengkapan
dan logistic untuk implementasi program
• Penyediaan fasilitas, perlengkapan dan logistic untuk implementasi program
• Menyediakan bangunan sementara (rumah bamboo) pada tanggap darurat bencana di Kab Agam, Solok, Tanah Datar di Sumatera Barat
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
• Penelitian berbagai manajemen bencana melalui advokasi mendukung kebijakan strategis dan pedoman umum, untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak bencana
• Proyek RADIUS (Risk Assessment Tool for Diagnostic of Urban against Seismic Disaster) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran/kesiagaan masyarakat dan pemerintah (decision maker) terhadap dampak gempabumi di kota Bandung
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
14 MPBI • Pelatihan fasilitator mengenai Basic Disaster Management bekerjasama dengan UNICEF dan BAKORNAS PB.
• Kegiatan pendampingan masyarakat Aceh dan Merapi untuk Community Based Disaster Risk Management.
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
• Lokakarya Pengelolaan Kedaruratan dan Perencanaan Kontijensi untuk Wilayah Pesisir Pulau Jawa
Website
15 PMI • Menyusun contingency plan yang telah dikoordinasikan dengan program Satlak PB setempat.
• Mengadakan simulasi penanggulangan bencana
• Pengadaan perlengkapan bantuan penanggulangan bencana
• Membentuk posko penanggulangan bencana/crisis center
• Pengerahan Tim Satgana untuk bantuan serbaguna dalam satuan‐satuan kerja pengungsian, Dapur Umum, P3K/ambulans, distribusi material relief, logistic, TMS, Informasi dan komunikasi, administrasi
• Preposisi stok bantuan bencana tingkat nasional dan tingkat daerah
• Simulasi Siaga Bencana dan Tanggap Darurat Bencana (PMR dan Relawan PMI)
Website
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐71
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.4 REVIEW DAN MENYIAPKAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN SERTA RENCANA KONTINJENSI • Latihan gabungan koordinasi
saat darurat di jalan raya 16 PMB ITB Developing Community Based Risk
Reduction in Aceh Province and West Sumatra Province, dengan keluaran : • Meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana dengan cara peningkatan kapasitas masyarakat mengenai pemahaman terhadap bencana alam dan bagaimana cara mengatasinya
• Terbentuknya kelompok masyarakat yang peduli dan tanggap terhadap bencana
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
17 BAPPEDA JABAR
Melalui Dinas Sosial malaksanakan peningkatan bantuan dan perlindungan sosial korban bencana, keluarga miskin, korban tindak kekerasan, pekerja migran dan lanjut usia terlantar luar panti
• Melalui Dinas Sosial malaksanakan penanggulangan Korban Bencana
• Melalui Dinas Kesehatan melaksanakan penanggulangan bencana alam
• Satkorlak menerbitkan buku Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
18 BAPPEDA SULSEL • Melalui Dinas Kesos Linmas melaksanakan Pelatihan Kesiapsiagaan Masyarakat
• Melalui Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kesehatan Sulsel menyelenggarakan Posko Bencana
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Sub kegiatan Review dan Menyiapkan Latihan Kesiapsiagaan serta Rencana
Kontijensi melibatkan 16 stakeholders yaitu DEPKES, BAKORNAS PB/BNPB, DESDM, DEP. PU, DEPSOS, DEPKOMINFO, LIPI, KEMENEG RISTEK, MPBI, OXFAM, UNESCO, UNOCHA, DEPECHO, PMI DAN IFRC, selain itu juga pada 2 daerah sampel yaitu Bappeda Jabar dan Bappeda Sulsel. Perkembangan kegiatan diatas antara lain :
• Pendampingan teknis dan penyusunan rencana kontijensi di beberapa daerah rawan bencana yang juga melibatkan masyarakat, sehingga mereka dapat mengambil tindakan dalam masa tahap awal penanganan bencana sudah dapat mengatasi sendiri terlebih dahulu sebelum datangnya bantuan dari pihak luar. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Depkes, Bakornas PB/BNPB, Badan Geologi‐DESDM,Oxfam, UNESCO, UNOCHA, MPBI, PMI, dn PMB ITB. Adanya rencana kontijensi ini untuk memastikan bahwa semua sumberdaya yang dimiliki siap digunakan pada saat dibutuhkan. Daerah‐daerah yang sudah mempunyai rencana kontinjensi ini masih dipertanyakan kesinambungan/tindak lanjut yang harus dilakukan, agar rencana kontinjensi ini benar‐benar dapat menjadi rencana operasional yang berfungsi di saat suatu bencana terjadi. Dinas Sosial Sulsel juga melaksanakan pelatihan kesiapsiagaan masyarakat
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐72
• Pelaksanaan simulasi drill terbatas di tingkat sektoral maupun wilayah‐wilayah tertentu, biasanya dengan mengikutsertakan pemerintah daerah yang bersangkutan. Leading sector adalah Kemeneg Ristek bekerjasama dengan DESDM, BMG, Departemen Kominfo, Bakornas PB/BNPB, LIPI dan Bakosurtanal. Kegiatan ini juga dilakukan oleh Donor/NGO, baik nasional atau internasional, misalnya Oxfam, UNESCO, IFRC, MPBI
• Jejaring tanggap darurat sudah terbentuk dan berjalan dengan baik di tingkat daerah, nasional maupun regional, Misalnya dukungan kesiapan peralatan pra bencana (penanganan tanggap darurat) oleh Depkes, Bakornas PB/BNPB, Dep. PU, Depsos, Oxfam, Dipecho, IFRC, serta Bappeda Jabar. Melalui Dinas Sosial
Tabel 3‐ 30
Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V Sub Kegiatan Dana Darurat
No Kegiatan/Instansi
Kegiatan Keterangan
Tahun 2007 Tahun 2008 V.5 DANA DARUTAT 1 OXFAM
Sumber dana Oxfam berasal dari internal Oxfam GB (data tanpa pembatasan) dan dana dengan pembatasan (DEC). Jika bencana yang akan direspon kategori kecil, pembiayaan proyek respon akan menggunakan dana internal, namun untuk respon bencana dengan kategori besar (3A) Oxfam dapat mengupayakan bantuan dana dari sumber lain (donor) misalnya OI, ECHO, AusAid dll.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
2 UNOCHA Fasilitasi penyaluran bantuan darurat untuk bencana alam
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
3 IFRC • Menyediaan dana darurat bencana
• Pengalokasian dana yang telah diperolah IFRC, ICRC, PNSs dan donor internasional untuk implementasi program sesuai dengan kebutuhan, termasuk upaya kesiapsiagaan, mitigasi dan pengurangan risiko
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
4 PMI Mengupayakan bantuan dari sumber‐sumber dalam negeri maupun luar negeri.
Website
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim Evaluasi Ran PRB 2007‐2008
Sub kegiatan dana darurat melibatkan 4 (empat) stakeholders yaitu Oxfam,
UNOCHA, IFRC dan PMI. Terkait dengan dana darurat, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐73
pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencana. Dana tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan berasal dari APBN, APBD dan/atau masyarakat. Pemerintah juga menyediakan :
• dana kontijensi bencana disediakan dalam APBN untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana
• dana siap pakai disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap darurat. Pemda dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulangan bencana yang berasal dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD
• dana bantuan sosial berpola hibah disediakan dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pasca bencana.
Contoh mekanisme untuk dana darurat oleh Donor/NGO adalah :
• sumber dana Oxfam berasal dari internal Oxfam GB (data tanpa pembatasan) dan dana dengan pembatasan (DEC). Jika bencana yang akan direspon termasuk ke dalam kategori kecil, pembiayaan proyek respon akan menggunakan dana internal, namun untuk respon bencana dengan kategori besar, Oxfam dapat mengupayakan bantuan dana dari sumber lain (donor) misalnya OI, ECHO, AusAid dll
• Mekanisme penggalangan dana PMI dilakukan setiap tahun dengan dukungan dari sumber‐sumber dana dalam negeri maupun luar negeri.
• Dan lain sebagainya
Tabel 3‐ 31 Perkembangan Kegiatan RAN PRB Tahun 2007‐2008 pada Prioritas V
Sub Kegiatan Sukarela dan Partisipasi
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.6 SUKARELA DAN PARTISIPASI
1 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN ISNTANSI TERKAIT (DEPARTEMEN ESDM, BMG, DEPARTEMEN KOMINFO, BAKORNAS PB, LIPI DAN BAKOSURTANAL )
Pada beberapa daerah telah dilakukan kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat untuk aspek kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti menyiapkan rambu‐rambu arah evakuasi beserta tempat evakuasi untuk letusan gunung berapi dan lain‐lain.
Evaluasi 3 Tahun RPJM
2 BAKORNAS PB /BNPB
Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat untuk mampu memberikan tanggapan yang efektif terhadap dampak kejadian bencana
Terwujudnya kesiapan masyarakat dalam penanganan bencana
RKP
Bakornas PB/BNPB dibantu IFRC dalam pembentukan Pusdalops. Denpasar, Jogja dan Jambi sudah ada dukungan dari Palang Merah Perancis.
Hasil FGD Bersama K/L oleh SCDRR‐Bappenas
3 DKP Penyadaran Masyarakat Mitigasi Bencana Berbasis kesenian lokal (wayang, musik
• Penyadaran Masyarakat Mitigasi Bencana Berbasis kesenian lokal
Hasil Konsultasi dan
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐74
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.6 SUKARELA DAN PARTISIPASI
dangdut, tabligh akbar) di Denpasar, Manado, Pacitan, Lampung, Pasaman Barat, Painan, DIY, Kota Padang, Lombok Barat, Pangandaran, Bengkulu, Jayapura
(wayang, music dangdut, tabligh akbar) di Lampung Barat dan Pasaman Barat
• Penyadaran Masyarakat Mitigasi Bencana di Sumbar, Jambi, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Bali, NTB, Sulteng, Maluku, Papua,Papua Barat melalui dana dekon
Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Peningkatan ketahanan masyarakat berupa coastall commmunity resilience (CCR)
Pengumpulan Data K/L oleh SCDRR‐Bappenas
4 DEPSOS
Meningkatnya pemahaman dan kesiapsiagaan kelompok‐kelompok masyarakat dalam mitigasi bencana
RKP
Program dan Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam Bidang Bantuan Sosial menggunakan pendekatan Community Based Disaster Management (CBDM) atau manajemen penanggulangan bencana berbasiskan komunitas
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
5 UNESCO • Menghasilkan produk "Paket Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat/PBBM”.
• Kerjasama dengan KOGAMI (Komunitas Siaga Tsunami) untuk membangun komunitas siaga bencana di Padang berdasarkan kajian sebelumnya.
Penyebaran/sosialisasi produk "Paket Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat/PBBM” terus dilaksanakan hingga 2009 dan bekerjasama dengan Pramuka (dulu) dan Yayasan IDEP, LIPI. Melalui LIPI disebarkan ke Biak, Ternate, Gorontalo, Manado, Bengkulu dan Aceh.
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
6 AUSAID SurfAID International CBDRM – Emergency Preparedness Project di 55 desa di Mentawai dan Nias
• Melanjutkan kegiatan SurfAID International CBDRM
• NU CBDRM Phase 2: Pesantren Based Disaster Risk Management– Nahdlatul Ulama (PBDRM NU), untuk mengurangi risiko bencana Pesantran dan masyarakat melalui pengembangan pengelolaan risiko bencana di o Prov. Jatim (Pesantren Nurul
Islam di Jember) o Prov. Jateng (Pesantren
Darussalam di Magelang) o Prv. DKI Jakarta (Pesantren
Ashshiddiqiyah di Jakarta Barat)
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
7 OXFAM Penguatan Kapasitas Aksi Kelompok Masyarakat Sipil Dalam Pengurangan Risiko Bencana dan Respon (Proyek 2) Output : • Strategi komunikasi dan jaringan yang
efektif melalui elemen kunci dari masyarakat khususnya pada daerah rawan bencana
• Pengembangkan, desain dan implementasi aktivitas pendidikan dasar dan kesadaran risiko bencana dengan target utama adalah
Proyek 3 : PRIME –Tanggap Darurat Oxfam senantiasa melakukan pendekatan‐pendekatan partisipatoris dalam semua tahap kegiatan. Bekerja melalui atau dengan mitra di tingkat komunitas menjadi kekuatan kunci dari Oxfam. Tim Tanggap Darurat (ERT) telah membuat konsep mengenai cara‐cara mendorong partisipasi dan melibatkan peran perempuan dalam proses pembuatan
Pengumpulan Data Evaluasi HFA 2007
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐75
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.6 SUKARELA DAN PARTISIPASI
komponen masyarakat • Pengembangan dan implementasi
rencana aksi dari masyarakat
keputusan serta juga mendorong adanya umpan balik dari masyarakat untuk semakin meningkatkan kinerja dan sistem selain juga untuk pembelajaran. Pendekatan partisipatoris juga bertujuan untuk membangun ”rasa memiliki” semua pihak yang terlibat dalam proyek penanganan bencana. Lebih jauh lagi dengan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap proyek akan membangun semangat suka rela dalam melaksanakan semua tugas dan tanggungnya.
• Rencana aksi masyarakat untuk pengurangan risiko bencana (RAM) tersusun di 15 desa.
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun 2007
8 PMI
• Membina hubungan dengan penduduk di lokasi rawan bencana (setingkat desa/kelurahan)
• Kerjasama dengan organisasi masyarakat setempat.
• Menyelenggarakan program pelatihan praktis kepada anggota masyarakat setempat.
• Menyusun program pencegahan/mitigasi dampak bencana bersama‐sama masyarakat (program CBDP)
• Implementasi CBDP Program
Website
9 IFRC • Peningkatan peran dan tanggung jawab yang jelas dalam penyebarluasan informasi manajemen bencana secara internal dan eksternal, Nasional (Pemerintah, Departemen/Dinas/Lembaga terkait) maupun internasional (IFRC, PNSs dan ICRC)
• Memobilisaisi dan memberikan wewenang/kuasa kepada masyarakat untuk dapat mengimplentasikan kesiapsiagaan, mitigasi dan pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas masyarakat (proyek KBBM dan PERTAMA) sesuai dengan risiko, kerentanan, dan karakteristik bencana
• Memperluas implementasi program KBBM dan PERTAMA dengan penambahan 15 provinsi baru
• Menyelenggarakan gladi penanganan bencana nasional
Laporan IFRC dalam kontribusinya terhadap HFA
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐76
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.6 SUKARELA DAN PARTISIPASI
serta gathering SATGANA dan SIBAT tingkat nasional secara rutin setiap tahun.
• Proyek bersama UNDP Developing Community Based Risk Reduction in Aceh Province and West Sumatra Province, output meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan cara peningkatan kapasitas masyarakat mengenai pemahaman terhadap bencana alam dan bagaimana cara mengatasinya
Kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat bersama dengan Pemda dan PMI melalui penanaman pohon “bake” untuk mencegah bencana longsor
10 UPN VETERAN YOGJAKARTA
Proyek Penguatan Komunitas dalam Peredaman Risiko Bencana Letusan Gunung Merapi. Output: • Masyarakat di 63 desa (302 dusun, 14
kecamatan) secara sistematis memetakan kerentanan dan kapasitas dan mempunyai rencana aksi secara sistematis dalam rangkamengurangi risiko bencana lahar G. Merapi.
• Rencana tanggap bencana berbasis masyarakat terformulasidan masyarakat terlatih untuk melaksanakannya.
• Kegiatan pengurangan kerentanan dan/atau peningkatankapasitas masyarakat jangka pendek melalui kesiapsiagaanterlaksanakan.
• Rencana aksi pengurangan risiko bencana masyarakatterakomodir kedalam rencana pemerintah dan/atau lembaga‐lembaga lain.
• Pengalaman dan pembelajaran tentang kesiapsiagaan bencanaletusan Gunung Merapi terdokumentasi dan terdiseminasi ke kalangan luas.
Lokasi di Kabupaten Sleman (D.I. Yogyakart), Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), Kabupaten Klaten (Jawa Tengah), dan Kabupaten Magelang (Jawa Tengah)
11 PMB ITB Dengan UNDP Proyek Developing Community Based Risk Reduction in Aceh Province (Kab. Aceh Jaya, Nagan Raya,
Pengumpulan Data Evaluasi HFA Tahun
Perkembangan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab III
III‐77
No Kegiatan/Instansi Kegiatan
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
V.6 SUKARELA DAN PARTISIPASI
Aceh Barat) and West Sumatra Province (Kota Pariaman), output terbentuknya kelompok masyarakat yang peduli dan tanggap terhadap bencana
2007
12 BAPPEDA PROVINSI SULSEL
Melalui Dinas Kesos Linmas melaksanakan Pelatihan Kesiapsiagaan Masyarakat
Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim Evaluasi RAN PRB
Sumber : Diolah dari berbagai sumber oleh Tim Evaluasi Ran PRB, 2008
Sub kegiatan sukarela dan partisipasi melibatkan 11 stakeholders yaitu Kemeneg
Ristek dan instansi terkait, Bakornas PB/BNPB, DKP, Depsos, UNESCO, Oxfam, PMI, AusAID, IFRC, serta 1 Pemda sampel yaitu Bappeda Sulsel. Setiap bencana berdampak pada sejumlah besar masyarakat dan terus menjadi tantangan untuk masyarakat agar dapat merespon keadaan darurat yang ada. Pada beberapa daerah telah dilakukan kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat untuk aspek kesiapsiagaan menghadapi bencana lain, seperti :
• Untuk aspek kesiapsiagaan menghadapi bencana seperti penyiapan rambu‐rambu arah evakuasi beserta tempat evakuasi oleh Kemeneg Ristek dan instansi terkait, Bakornas PB/BNPB, Depsos, UNESCO, Oxfam, PMI, IFRC dan Ausaid. DKP melaksanakan penyadaran masyarakat mitigasi bencana berbasis kesenian lokal (wayang, musik dangdut, tabligh akbar). Di Provinsi Sulsel khususnya pada Dinas Kesejahteraan dan Linmas juga melaksanakan pelatihan kesiapsiagaan masyarakat. Perguruan tinggi yang juga melaksanakan kegiatan ini adalah UPN Veteran Jogjakarta serta PMB ITB.
• Oxfam melakukan pendekatan‐pendekatan partisipatoris dalam semua tahap kegiatan. Tim Tanggap Darurat (ERT) telah membuat konsep mengenai cara‐cara mendorong partisipasi dan melibatkan peran perempuan dalam proses pembuatan keputusan serta mendorong adanya umpan balik dari masyarakat untuk semakin meningkatkan kinerja dan sistem selain juga untuk pembelajaran. Pendekatan partisipatoris juga bertujuan untuk membangun ”rasa memiliki” semua pihak yang terlibat dalam proyek penanganan bencana. Lebih jauh lagi dengan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap proyek akan membangun semangat suka rela dalam melaksanakan semua tugas dan tanggungnya
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐1
Bab IV EEvvaalluuaassii PPeellaakkssaannaaaann RReennccaannaa AAkkssii NNaassiioonnaall PPeenngguurraannggaann RRiissiikkoo BBeennccaannaa TTaahhuunn 22000077--22000088
Evaluasi terhadap pelaksanaan RAN PRB merupakan kegiatan untuk mengukur dan menilai secara objektif atas program dan kegiatan pengurangan risiko bencana yang telah direncanakan secara sistematis dan objektif dengan menggunakan metode evaluasi yang sesuai. Pelaksanaan evaluasi RAN PRB dilakukan mulai tahapan perencanaan, hingga pelaksanaan. Sedangkan fokus evaluasi ini menekankan pada 4 (empat) aspek yang meliputi: konsistensi, koordinasi, kapasitas dan konsultasi. 44..11.. AASSPPEEKK KKOONNSSIISSTTEENNSSII
Pada aspek konsistensi, adapun proses penelaahan yang dilakukan adalah melalui analisis terhadap kesesuaian : (a) antara perencanaan yang tercantum dalam RAN PRB dengan Rencana Kerja yang disusun oleh para stakeholders yang terlibat; (b) antara Rencana Aksi yang disusun oleh pelaksana dengan hasil pelaksanaan kegiatan di lapangan; serta (c) antar pelaksana kegiatan dari semua stakeholders yang terlibat dalam RAN PRB terkait dengan pelaksanaan RAN PRB.
Konsistensi Stakeholders yang Menggunakan RAN PRB dalam Kegiatan PRB
BAKORNAS PB/BNPB, Telah membuat beberapa Peraturan Pemerintah yang merupakan turunan dari Undang‐undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanngulangan Bencana, yang menjadi acuan bagi Pemda untuk dapat menerapkan kebijakan tentang pengurangan risiko bencana. KEMENNEG RISTEK, Pada saat RAN PRB disusun, Kemenneg RISTEK telah ikut andil menerapkan kegiatan‐kegiatan yang ada didalamnya, seperti pengurangan risiko bencana pada saat terjadi gempa di Bengkulu dan banjir di Jakarta, termasuk pada saat peristiwa gempa dan tsunami di Aceh dan Nias. DESDM, Melalui Badan Geologi membuat pemetaan kerawanan bencana geologi yang meliputi gempa bumi, gunung api, tsunami, dan gerakan tanah. Selain itu juga memantau 24 jam gerakan gunung api. Hal ini telah mereduksi dari perencanaan yang mengacu kepada RAN PRB. DEP.KOMINFO, Secara khusus, di Dep.Kominfo banyak kegiatan disseminasi publik dalam rangka mendukung pengurangan risiko bencana. DEP.PU, Khususnya pada perencanaan kegiatan di Direktorat Sungai dan Waduk tidak mengacu pada RAN PRB, karena RAN PRB ini dapat dikatakan terlambat munculnya. Dasar perencanaan lainnya adalah kegiatan rutin dan menyesuaikan dengan permintaan daerah. DEPSOS, Sejauh ini telah merujuk yang ada di RAN PRB. Dalam penyusunan perencanaan di DEPSOS sesuai dengan misi: Bantuan Sosial: program dan kegiatan memiliki tujuan untuk memenuhi keterbatasan fisik, sosial dan ekonomi. Fokus pada perlindungan dan pertolongan; Rehabilitasi Sosial: program dan kegiatan bertujuan meningkatkan peran dan kedudukan sosial. Fokus pada kegiatan fisik dan non fisik; Pemberdayaan Sosial: program dan kegiatan bertujuan memperkuat partisipasi. Fokus pada penguatan dan pengembangan. BAKOSURTANAL, Telah merujuk kepada RAN PRB karena kegiatan BAKOSURTANAL merupakan bagian yang tertera dalam RAN PRB. Mekanisme perencanaan secara substantif dilakukan melalui kerja sama dengan BMG, DESDM dan Dep.PU. Hasil konsultasi dan pengumpulan data Tim Evaluasi RAN PRB [Bag.1]
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐2
11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt
Konsistensi antar dokumen perencanaan Berdasarkan rincian kegiatan dalam RAN PRB prioritas I pada kegiatan utama terkait kelembagaan nasional dan kerangka hukum yang diimpelementasikan melalui beberapa kegiatan diantaranya dengan menyusun atau memperkuat mekanisme pengurangan resiko bencana terpadu dan terintegrasi pengurangan risiko ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan. Dalam penyusunan kebijakan/ kerangka hukum secara konsisten sebagaimana termuat dalam RKP tahun 2007 dan 2008 terdapat beberapa instansi/ lembaga yang melaksanakan kegiatan tersebut, antara lain; DEPDAGRI dan Dep.PU yang melakukan kegiatan penguatan kelembagaan penataan ruang di tingkat propinsi dan kabupaten/kota yang tanggap terhadap bencana; BNPB melakukan kegiatan penguatan kelembagaan dalam pencegahan dan penanganan bencana di daerah‐daerah yang rawan bencana; dan DEPSOS pada tahun 2007 menerbitkan buku Pedoman Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR)/ Rumah Tumbuh Untuk Korban Bencana Alam. Data tersebut diperoelh berdasarkan hasil konsultasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Tim Evaluasi RAN PRB. Selain itu,
Konsistensi Stakeholder yang Menggunakan RAN dalam Kegiatan PRB
BPPT, Kegiatan PRB yang diselenggarakan di BPPT sarat dengan aspek teknologi. Untuk itu, masih perlu dilihat kembali usulan‐usulan kegiatan PRB yang terdapat dalam dokumen tersebut. DKP, Sangat memprioritaskan mitigasi bencana walaupun dalam proses penyusunan RAN PRB awalnya tidak melibatkan Direktorat Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan melainkan Direktorat Pulau‐Pulau Kecil. Sehingga RAN PRB bukanlah rujukan awal DKP karena DKP sudah memiliki rencana awal (Renstra). Selain itu perencanaan yang dilakukan oleh DKP juga berdasarkan isu‐isu yang berkembang. UNESCO, Saat ini fokus kepada bencana tsunami dan gempa. Dan sudah dimulai juga sedikit demi sedikit menangani bencana lainnya. Perencanaan kegiatan terkait dengan pengurangan risiko bencana merujuk kepada RAN PRB dan HFA. BAPPEDA PROV.SULSEL, Penyusunan perencanaan di Bappeda terkait PRB tidak secara khusus tercantum pada perencanaan di Bappeda, namun pada beberapa dinas terkait ikut memperhatikan RAN PRB sebagai rujukan dalam penyusunan perencanaan seperti pada Dinas Perhubungan. UNHAS, MAKASAR, Rektor Unhas merupakan Koordinator PSC/ BSB untuk Indonesia Timur. Sejauh ini BSB mengetahui adanya RAN PRB, namun kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh BSB hingga sekarang merupakan rencana tersendiri yang telah ada sebelum disusunnya RAN PRB yaitu melalui amanat dari Deklarasi Makassar pada 15 November 2000. BAPPEDA PROV.JABAR, Bappeda Provinsi Jabar pernah dilibatkan dalam acara sosialisasi RAN PRB yang diadakan oleh Bappenas, namun hingga saat ini belum ada perkembangan informasi dari Kementerian/Lembaga, Donor/NGO maupun Akademisi yang melaksanakan kegiatan PRB di Provinsi Jawa Barat. SETDA PROV.JABAR (SATKORLAK), Karena keterbatasan buku RAN PRB yang diberikan kepada Provinsi Jabar, sehingga dalam perencanaan PRB, Satkorlak PB tidak merujuk kepada RAN PRB melainkan mengacu pada Keputusan Gubernur Jawa Barat No 21/2001 tentang pembentukan organsasi dan tata kerja Satkorlak PBP Provinsi Jawa Barat serta pedoman‐pedoman penanggulangan bencana yang diterbitkan oleh BNPB. PMB ITB JABAR, Dalam perencanaan PMB ITB tidak mengacu kepada RAN PRB. PMB ITB lebih banyak merencanakan dan mengaktualisasikannya berdasarkan kebutuhan (need/demand) dan funding untuk mendukung Pemda dan masyarakat. BAPPEDA DAN SATKORLAK DIY, Pemda DIY telah menjadikan RAN PRB tersebut sebagai pedoman dalam menyusun RAD PRB di Jogjakarta. Dalam penyusunan perencanaan RAD PRB telah melibatkan stakeholders lainnya seperti Perguruan Tinggi, LSM, dan lain‐lain. PSBA UGM,DIY, Secara umum, terdapat beberapa bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh PSBA yaitu survei dan penelitian, pelatihan, serta seminar dan lokakarya. Bentuk kegiatannya lebih banyak pada kegiatan pra bencana. Hasil konsultasi dan pengumpulan data Tim Evaluasi RAN PRB [Bag.2]
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐3
berdasarkan hasil pengumpulan data evaluasi HFA bahwa lembaga OXFAM GB menunjukkan adanya konsistensi dalam penyusunan Rencana Aksi Masyarakat untuk pengurangan resiko bencana (RAM) pada tahun 2007. Pada kegiatan sumberdaya pada salah satu fokus kegiatannya yaitu mengkaji kapasitas sumberdaya manusia yang ada saat ini dan menyusun rencana dan program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia serta kebutuhannya di masa mendatang. Dalam rangka penanganan bencana pada tahap pra, darurat dan pasca bencana dibutuhkan skill sumberdaya manusia yang tinggi. Dari hasil evaluasi berikut ini menunjukkan adanya konsistensi antar dokumen perencanaan yang dilaksanakan oleh berbagai stakeholders sebagaimana tertera dalam RAN PRB yang dapat dinilai pada beberapa lembaga, seperti : DEPSOS yang melakukan kegiatan perekrutan personil penanggulangan bencana pada Taruna Siaga Bencana (TAGANA) di 33 provinsi. Bappeda Jawa Barat melalui Bakesbanglinmas melaksanakan Pelatihan Penanggulangan Bencana Bagi Aparat Tramtib kabupaten/kota Di Jawa Barat. Selanjutnya, pada kegiatan utama partisipasi masyarakat yaitu kegiatan yang terkait dengan terbukanya kemungkinan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui pembuatan kebijakan khusus, pembuatan jejaring, pengelolaan sumberdaya yang strategis, pembuatan peraturan hukum dan tanggungjawab, serta pendelegasian kepada otoritas tertentu. Hal ini diamati pada lembaga OXFAM yang melakukan kegiatan sosialisasi UU No. 24/2007 di Sulut, Sulteng, NTT pada tahun 2007; dan Dep. PU yang melaksanakan seminar asuransi risiko bencana dengan mengundang semua pihak. Dari hasil penilaian tadi menunjukkan adanya tingkat konsistensi yang baik karena perencanaannya dalam institusi dimaksud yang mendukung kegiatan tersebut, Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan
Tingkat konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan pada kegiatan utama kelembagaan nasional dan kerangka hukum terlihat beragam antar pelaksana. Pada kegiatan penyusunan atau pengautan mekanisme pengurangan resiko bencana terpadu dan integrasi pengurangan risiko ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan, termasuk strategi pengurangan kemiskinan serta kebijakan dan perencanaan sektoral dan multisektoral. Dalam penyusunan produk hukum/pedoman terkait pengurangan resiko bencana, terdapat keberagaman pada instansi/lembaga berikut ini:
• BNPB sebagaimana arahan dalam Perpres Nomor 8 tahun 2008 diberikan tugas untuk memberikan pedoman, menetapkan standarisasi, menyampaikan informasi dan mempunyai kewajiban lainnya terkait penanggulangan bencana pada tingkat nasional serta menyusun pedoman untuk pelaksanaan penanggulangan bencana di tingkat daerah. Selain itu, terdapat kegiatan lainnya yaitu memfasilitasi penyusunan PP dan Perpres yang merupakan turunan dari UU No. 24/2004 yang jumlah kebijakan sebanyak 17 PP dan Perpres yang merupakan pedoman bagi BNPB dalam menjalankan tugasnya.
• DEPDAGRI menyusun produk terkait mitigasi bencana, antara lain: kegiatan penyusunan Peraturan Mendagri No. 33/2007 tentang mitigasi bencana dan Peraturan Mendagri No. 27/2007 tentang sarana prasarana PRB.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐4
• DKP telah menyusun UU Nomor 27 Tahun 2007 mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau‐Pulau Kecil. Pada tahun 2008 sedang menyusun Renstra Mitigasi Bencana dan Rencana Aksi Daerah tentang Mitigasi Bencana sebagai acuan penyusunan Perda tentang penanggulangan bencana di Sumbar, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Yogya, Kalsel, Sulut Gorontalo, Sulteng melalui dana dekonsentrasi.
• DEPHUT sedang mempersiapkan RUU tentang konservasi tanah (PAD) dan Rancangan RDP pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu
• OXFAM GB pada tahun 2007 telah menyusun Rencana Aksi Masyarakat (RAM) untuk pengurangan resiko bencana yang berlokasi di 15 desa, di Indonesia. Selain itu, lembaga ini pula menyusun RANPERDA Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dengan menyediakan analisis hukum serta analisis kontekstual PRB di Provinsi Nusa Tenggara Timur
• MPBI bersama Cordaid dan UN‐ISDR menerbitkan Pedoman Platform Nasional untuk Pengurangan Resiko Bencana. Dan Bersama USAID dan GTZ menerbitkan Panduan Penyusunan Perda Penanggulangan Bencana. Untuk kegiatan sumberdaya difokuskan dalam pengkajian kapasitas sumberdaya
manusia serta menyusun rencana dan program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia serta kebutuhannya di masa mendatang. Dan mengalokasikan sumberdaya untuk penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, program, hukum dan peraturan terkait PRB. Program/kegiatan yang mendukung terlaksananya kegiatan ini diantaranya adalah peningkatan kualitas terhadap aparatur maupun personil dari instansi/lembaga dalam melaksanakan tugas terkait kegiatan PRB. Adanya tingkat konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan ini dapat dinilai pada beberapa instansi/lembaga, sebagai berikut:
• DEPSOS melakukan kegiatan peningkatan kualitas SDM melalui perekrutan dan pelatihan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.
• UPN Veteran DIY melaksanakan kegiatan Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Peredaman Risiko Bencana Letusan Gunung Merapi untuk Pembelajaran penanganan bencana Gunung Merapi tersebar di tingkat nasional yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang.
• BNPB melakukan kegiatan peningkatan SDM yang memahami penanganan bencana. Sedangkan pada kegiatan utama partisipasi masyarakat yaitu kegiatan yang
terkait dengan terbukanya kemungkinan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana, melalui kebijakan khusus, membuat jejaring, pengelolaan sumberdaya yang strategis, membuat peraturan hukum dan tanggungjawab, serta pendelegasian kepada otoritas tertentu. Kegiatan ini direncanakan secara baik agar pelaksanaannya dapat bermanfaat secara langsung kepada masyarakat seperti penyelenggaraan kegiatan yang berdampak langsung terhadap masyarakat. Gambarannya dapat dilihat pada beberapa contoh di bawah ini;
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐5
“DEKLARASI MAKASSAR” 1. Meningkatkan rasa cinta bernegara, demi terjalinnya
kesatuan dan persatuan bangsa, dimana rasa sehat dan aman merupakan perekat keutuhan bangsa,
2. Mengusahakan peningkatan serta pendayagunaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang ada, guna menjamin rasa sehat dan aman, yang merupakan hak asasi manusia,
3. Memasyarakatkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Seharihari dan Bencana (SPGDT) secara efektif dan efisien,
4. Meningkatkan peranserta masyarakat, dalam pelaksanaan SPGDT melalui pendidikan dan pelatihan,
5. Membentuk Brigade GADAR yang terdiri dari komponen lintas sector baik medik maupun non medik, beperan dalam pelaksanaan SPGDT dengan melibatkan peran serta msyarakat.
6. Dengan terlaksananya butirbutir diatas, diharapkan tercapai keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan keadaan sehat dan aman bagi bangsa dan Negara (SAFE COMMUNITY) menghadapi GADAR seharihari maupun Bencana.
7. Terlaksananya SPGDT menjadi dasar menuju “Indonesia Sehat 2010” dan “Safe Community”.
MAKASSAR, 15 November 2000 Deklarasi diatas merupakan sebagai salah satu dokumen yang menjadi rujukan perencanaan dan kebijakan Pemda dan LSM Lokal di Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan program Pengurangan Resiko Bencana dan penanggulangan bencana.
• Dep. PU dalam mendorong peningkatan komitmen politik terhadap PRB di lingkup daerah, nasional dan internasional melalui kerangka institusi pemerintah, perundang‐undangan, pengembangan organisasi dan peran serta masyarakat
• OXFAM GB melaksanakan kegiatan pembentukan kelompok kerja antar dinas di 10 kabupaten di wilayah nasional Dari beberapa kegiatan yang sudah disebutkan di atas tadi dalam pelaksanaannya
membutuhkan keikutsertaan masyarakat. Sehingga partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana akan tercapai dengan sendirinya. 22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa
mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii
Konsistensi antar dokumen perencanaan Berdasarkan rincian kegiatan dalam RAN PRB prioritas II pada kegiatan utama Pengkajian Risiko pada Skala Nasional dan Lokal yang diimpelementasikan melalui beberapa kegiatan diantaranya dengan mengembangkan, memperbaharui, dan menyebarluaskan peta risiko beserta informasi terkait dan sistem indikator risiko bencana dan ketahanan di pusat dan daerah, terutama kepada para pengambil kebijakan dan masyarakat umum. Dalam pengembangan sistem deteksi dini, telah terlihat adanya konsistensi yang baik sebagaimana tercantum dalam RKP tahun 2007 yang terdapat pada beberapa instansi/lembaga, antara lain: BMG yang melakukan pengembangan sistem deteksi dini (early warning system) dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakat. Termasuk pula BAKOSURTANAL yang membuat peta multirawan bencana alam terpadu. Pada kegiatan Peringatan Dini dengan salah satu fokus kegiatannya adalah mengembangkan sistem peringatan dini, termasuk petunjuk‐petunjuk tindakan pada saat peringatan. Dalam perencanaan pembangunan EWS, terdapat konsistensi yang
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐6
sebagaimana yang terdapat dalam RAN PRB dengan perencanaan yang disusun oleh mayoritas stakeholders, seperti:
• BAKOSURTANAL dalam kegiatan pemasangan stasiun pengamatan pasang surut sebanyak 38 stasiun di seluruh Indonesia.
• KEMENNEG RISTEK dalam kegiatan penyediaan kelembagaan TEWS secara terpadu. • UGM Yogyakarta mengembangkan Inovasi Sistem Peringatan dini berbasis teknologi tepat guna dan pemberdayaan masyarakat pada tahun 2007 dan 2008.
Sementara itu, pada kegiatan utama Kapasitas yaitu kegiatan terkait melalui dukungan bagi peningkatan metoda ilmiah dan teknis serta kapasitas pengkajian risiko, monitoring dan peringatan dini melalui penelitian, kerjasama, pelatihan, dan peningkatan kapasitas teknis. Tingkat konsistensi yang baik dapat dilihat dengan tercantumnya perencanaan yang mendukung kegiatan tersebut pada beberapa stakeholders berikut ini;
• OXFAM GB melakukan kegiatan pelatihan dan penjajagan keamanan pangan melalui metode HEA (Household Economic Approach) di Lembata pada tahun 2007;
• Dep.PU melaksanakan kegiatan pengiriman tim assessment pasca bencana untuk rekomendasi dalam kegiatan rekonstruksi;
• IFRC melakukan penguatan kapasitas dan jaringan relawan. Sedangkan pada kegiatan utama yang terkait Resiko Regional Darurat yaitu kegiatan terkait dengan mengumpulkan dan melakukan standarisasi data dan informasi sistem mengenai risiko, dampak, dan kerugian bencana. Terdapat konsistensi yang baik dalam perencanaan yang mendukung kegiatan tersebut sebagaimana yang telah direncanakan oleh stakeholders berikut ini;
• DEPSOS melakukan kegiatan penyusunan perencanaan dan evaluasi kegiatan penanggulangan bencana pada tahun 2008;
• IFRC mejalankan kegiatan proyek siaga bencana secara berkelanjutan terkait tentang sistem evakuasi yang aman, identifikasi jalur penyelamatan, pelatihan dan dilengkapi contoh‐contoh simulasinya. Seperti yang dilakukan oleh Tim SIBAT dan Satgana.
Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan
Dalam mengevaluasi tingkat konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan pada kegiatan pengkajian risiko pada skala nasional dan lokal akan memperlihatkan sinkronisasi antara perencanaan dengan implementasi dalam kegiatan. Salah satu fokus pada kegiatan ini adalah dalam mengembangkan sistem indikator risiko bencana dan ketahanan di pusat dan daerah yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam mengkaji dampak bencana. Sebagai misal dapat dilihat pada kegiatan pembuatan peta wilayah bencana yang menunjukkan adanya konsistensi pada beberapa instansi/ lembaga berikut ini :
• DEPDAGRI pada tahun 2007 menyusun peta rawan bencana di 11 propinsi yang meliputi propinsi Sumatera Barat (Kota Padang dan Mentawai), Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jateng, Jatim, NTB, NTT, Kalteng, Sulut, Maluku, Papua.
• BMG pada tahun 2007 membuat peta prakiraan potensi banjir di seluruh Indonesia.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐7
• BAKOSURTANAL melakukan pembuatan peta wilayah potensi bencana longsor dan banjir pada tahun 2007 untuk Propinsi Jabar, Riau, Jambi, Banten dan Sumbar.
• PMB ITB juga membuat peta zonasi tsunami di wilayah Indonesia. Pada kegiatan peringatan dini, melalui kegiatan review secara periodik, dan
memelihara sistem informasi sebagai bagian dari sistem peringatan dini. Tingkat konsistensi dalam kegiatan menjaga sistem informasi peringatan dini secara periodik, ditunjukkan dalam komitmen pada beberapa instansi/ lembaga berikut:
• Dep. PU dalam kegiatan pengembangan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menghadapi bencana kekeringan.
• IFRC mengintegrasikan dan mempergunakan EWS yang berbasis masyarakat ke seluruh kecamatan/pedesaan dan juga ikut mengimplementasikan project KBBM dan Pertama.
• POLRI melaksanakan controlling terhadap peralatan EWS yang berhubungan langsung dengan BMG. Sedangkan pada kegiatan utama yang terkait kapasitas yaitu mendukung bagi
peningkatan metoda ilmiah dan teknis serta kapasitas pengkajian risiko, monitoring dan peringatan dini melalui penelitian, kerjasama, pelatihan, dan peningkatan kapasitas teknis. Telah terlihat adanya konsistensi pada beberapa instansi lembaga, seperti pada kegiatan peningkatan pengetahuan terhadap EWS:
• BAKOSURTANAL melaksanakan pembaharuan, Investasi, dan pemetaan sumber saya alam darat dan lingkungan hidup di wilayah cakupan nasional
• OXFAM GB melaksanakan pelatihan dan penjajagan keamanan pangan melalui metode HEA (Household Economic Approach) di Lembata pada tahun 2007. Sementara pada kegiatan terkait risiko regional darurat yaitu melakukan
standarisasi data dan informasi sistem mengenai risiko, dampak, dan kerugian bencana. Seperti evaluasi dalam rangka kesiapsiagaan bencana, terdapat tingkat konsistensi yang baik pada beberapa lembaga berikut:
• DIPECHO dalam melaksanakan kesiagsiagaan terhadap bencana melalui berbagai komponen dan sub komponen yaitu : komponen manajemen bencana lokal termasuk dalam komputerisasi pendataan.
• DEPKES dalam melakukan kegiatan pemantapan kesiapsiagaan pusat dalam penanggulangan krisis regional akibat kejadian bencana.
• IFRC mengkoreksi dan mengupdate informasi statistik di PMI terhadap setiap bencana yang terjadi pada semua tingkatan (nasional, cabang, maupun di pusat)
33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk
mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt..
Konsistensi antar dokumen perencanaan
Untuk kegiatan utama 1 dalam fokus prioritas III yaitu manajemen informasi dan pertukaran informasi pada bagian rincian kegiatan tercantum kegiatan penyediaan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐8
informasi risiko bencana dan pilihan perlindungan bencana yang mudah dipahami, terutama pada masyarakat di daerah yang berisiko tinggi.
• BNPB bila merujuk kepada dokumen perencanaan dalam RKP tahun 2007 untuk perencanaan pengurangan risiko pada institusi tersebut terdapat kegiatan penyediaan data dan informasi lingkungan. Sedangkan dalam RKP tahun 2008, BNPB terdapat rencana kegiatan peningkatan sistem informasi manajemen penanganan bencana, penyediaan alat pengolah data daerah bencana secara spatial, penyelenggaraan rakor pengembangan sistem informasi manajemen pengembangan bencana, dan peningkatan pemahaman aplikasi teknologi informasi dan terselenggaranya studi banding.
• DEKOMINFO dalam RKP tahun 2008 terdapat rencana kegiatan penyediaan dan sosialisasi informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana.
• LIPI mempunyai kegiatan penyusunan teknologi informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana. Berdasarkan hasil persandingan perencanaan BNPB, DEKOMINFO dan LIPI dalam
RKP tahun 2007 dan 2008 dari penyajian data dan informasi di atas dapat dinilai adanya konsistensi antar dokumen perencanaan yang terdapat dalam dokumen RAN PRB dengan RKP tersebut.
Namun sebaliknya yang terjadi pada UNESCO yang membentuk JTIC. Kegiatan tersebut tidak terdapat dalam RAN PRB. Karena pada akhir Desember 2006 di UNESCO terbentuk JTIC yang belum dimasukkan ke dalam RAN PRB. Sedangkan pada kegiatan‐kegiatan lainnya, institusi tersebut merujuk kepada RAN PRB dan HFA dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Apa yang sudah direncanakan oleh UNESCO itu sebenarnya identik dan sama dengan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Untuk kegiatan utama pendidikan dan pelatihan pada prioritas III dapat dilihat dari persandingan antar perencanaan pada beberapa stakeholders berikut ini;
• UNESCO memasukkan pengetahuan pengurangan bencana dalam kurikulum sekolah baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal yang dilaksanakan pada tahun 2007 dan 2008. Terdapat kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh UNESCO, yaitu; perbanyakan materi pengetahuan mengenai bencana gempa dan tsunami di kalangan masyarakat umum, pemahaman budaya smong dalam pengurangan dampak gempa dan tsunami di Simeuleu, memasukkan pengetahuan pengurangan bencana dalam kurikulum sekolah baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal,
• Yayasan IDEP dan MPBI memasukkan pengetahuan pengurangan bencana dalam kurikulum sekolah, dan bekerja sama dengan jaringan CLCC untuk mengimplementasi pengkajian risiko dan kesiapan bencana di sekolah.
Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan
Pada kegiatan utama manajemen informasi dan pertukaran informasi pada prioritas III dapat dilihat pada kasus DKP yang telah melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana baik pada tahun 2007 maupun 2008 sebagai berikut seperti pembentukan forum mitigasi bencana.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐9
Untuk kegiatan utama pendidikan dan pelatihan pada prioritas III ini dapat dilihat pada beberapa stakholders berikut ini;
• Dep. PU melaksanakan kegiatan pelatihan menghadapi bencana alam, dan pelatihan seismologi, teknik kegempaan, dan mitigasi bencana. Perencanaan kegiatan Direktorat Sungai dan Waduk Dep. PU tidak mengacu pada RAN PRB, karena RAN PRB ini dapat dikatakan terlambat munculnya selain dasar perencanaan lainnya adalah kegiatan rutin dan permintaan daerah, namun terdapat pelaksanaan kegiatan yang sudah sesuai dengan dokumen RAN PRB seperti kegiatan‐kegiatan tadi. Berdasarkan hasil konsultasi dan pengumpulan data Tim Evaluasi RAN PRB maka dapat disimpulkan adanya konsistensi anatara perencaanaan dalam RAN PRB dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dep. PU.
• PMB ITB melaksanakan sosialisasi materi program kepada guru‐guru di seluruh Indonesia melalui kegiatan TOT, membuka short course dalam bidang mitigasi bencana, implementasi kurikulum program kesiapan sekolah terhadap bahaya gempa ke dalam kurikulum lokal, pelatihan guru SD seluruh Indonesia (ToT) untuk kesiapan Sekolah Menghadapi Gempa kerjasama dengan DEPDIKNAS, 2005‐2010, dan Pengembangan kemampuan CBDRM pada komunitas NU dan Muhammadiyah. PMB ITB yang menyatakan bahwa perencanaan kegiatan pengurangan risiko bencana PMB ITB tidak mengacu kepada RAN PRB. PMB ITB lebih banyak merencanakan dan mengaktualisasikannya berdasarkan kebutuhan (need/demand) dan funding yang ada untuk mendukung Pemerintah Daerah dan masyarakat. Banyak Pemerintah Daerah yang tertarik dengan bencana, tapi terbentur pada mekanisme dan keterbataasan anggaran. Perencanaan kegiatan PMB ITB yang tercantum pada RAN PRB khusunya pada prioritas III merupakan rincian kegiatan shopping list dan kegiatan yang memang akan dilaksanakan oleh PMB ITB. Dalam pelaksanaannya ada beberapa kegiatan yang tidak terlaksana oleh PMB ITB. Sementara itu, untuk kegiatan utama kepedulian publik dapat dilihat pada
beberapa pelaksanaan stakeholders berikut ini; • PMB ITB melakukan pengembangan informasi dalam bentuk brosur dan poster
untuk masyarakat dalam menurunkan risiko bencana, dan melanjutkan kegiatan pelatihan untuk sasaran yang lebih luas yang melibatkan media massa (TV, Radio, Cetak) dari berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan deskripsi persandingan kegiatan pengurangan risiko bencana yang dilaksanakan oleh institusi PMB ITB dapat dinilai adanya konsistensi antara dokumen perencanaan yang terdapat dalam RAN PRB dengan implementasi di lapangan. Namun, berdasarkan perencanan RAN PRB masih terdapat berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana pada prioritas III ini yang tidak dapat dilaksanakan dengan berbagai kondisi dan pertimbangan tertentu.
• DKP melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana baik pada tahun 2007 maupun 2008 sebagai berikut ; pembentukan forum mitigasi bencana, melakukan ToT mitigasi bencana pesisir untuk aparat pemda, LSM, dan praktisi di Jakarta, melibatkan media elektronik dan cetak nasional dan lokal dalam setiap kegiatan PRB di Bali, Demak, DIY, Jayapura, pasaman Barat, Bengkulu, dll. Begitu juga halnya dengan perencanaan pengurangan risiko bencana dalam DKP mengenai
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐10
rincian kegiatan sebagaimana tercantum dalam Renstra DKP untuk di‐input ke dalam dokumen RAN PRB. Sebenarnya RAN PRB bukanlah rujukan awal DKP karena DKP sudah memiliki rencana awal (Renstra), bahkan sudah dijadikan dana dekon ke tingkat provinsi kegiatannya. Selain itu perencanaan yang dilakukan oleh DKP juga berdasarkan isu‐isu yang berkembang.
44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa Konsistensi antar dokumen perencanaan Kegiatan utama manajemen sumberdaya alam dan lingkungan sudah konsisten dengan dokumen RKP tahun 2007 pada Kemeneg LH melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, dan DKP untuk mitigasi dan penanggulangan bencana lingkungan laut dan pesisir. Sedangkan pada RKP tahun 2008, DKP merencanakan tersusunnya model penataan lingkungan pesisir berbasis pengurangan risiko bencana. Untuk kegiatan utama pengembangan sosial dan ekonomi terdapat kegiatan membangun akses micro‐insurance untuk kelompok rentan bencana yang sudah sesuai dengan Renja DKP tahun 2007 yaitu memfasilitasi adanya kredit mikro ketahanan ekonomi masyarakat pesisir. Pada sub kegiatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam sektor kesehatan menunjukkan adanya konsisten dengan perencanaa DEPKES yang menyusun pedoman pembuatan rencana aksi Rumah Ssakit untuk bencana pada tahun 2008. Sedangkan pada kegiatan utama perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya sudah konsisten dengan dokumen perencanaan Dep. PU dalam RKP pada tahun 2007 dan 2008 yaitu penyusunan RTRW Kabupaten/Kota berbasis pengurangan risiko bencana dan penyusunan NSPM pengendalian pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap bencana melalui pendekatan mitigasi bencana. Sedangkan DKP pada tahun 2008 akan melaksanakan kegiatan terfasilitasinya penyusunan tata ruang laut dan pesisir di 25 kabupaten/kota. Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan
Kegiatan pengurangan risiko bencana prioritas IV masih dilaksanakan secara sporadis/parsial baik oleh K/L, Donor/NGO, Perguruan Tinggi maupun Pemda. Di tingkat pemerintah masih dilihat sebagai sektor terpisah dan bukan mainstream, demikian pula unsur non pemerintah (Donor/NGO, Perguruan Tinggi) sehingga cenderung melihat agenda PRB dari sisi proyek. Dalam perencanaan kegiatan RAN PRB dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh stakeholder untuk prioritas IV sangat beragam. Stakeholder terkait menggunakan dokumen RAN PRB dan RKP sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatannya.
Beberapa contoh kegiatan yang menunjukkan adanya konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan prioritas IV yaitu :
1. Pelaksanaan manajemen SDA dan lingkungan • Salah satu kegiatan dalam RAN PRB yaitu peningkatan manajemen ekosistem,
pemanfaatan lahan dan aktivitas pembangunan yang baik dilaksanakan oleh o Dep. PU diantaranya adalah melakukan survey di lokasi rawan banjir
dalam rangka pengelolaan sumberdaya air pada tahun 2007 dan 2008.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐11
o DEPHUT merencanakan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan hingga tahun 2007 dan kegiatan tersebut memang dilaksanakan DEPHUT, bahkan diperpanjang hingga tahun 2009. Selain itu ada K/L lain yang juga melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan walaupun tidak tercantum dalam RAN PRB yaitu Kemeneg LH dan Bakornas PB/BNPB.
o Penanaman kembali hutan bakau oleh BRR, selain itu ada stakeholders lain yang juga melaksanakan kegiatan yang sama antara lain DEPHUT, DKP dan IFRC
• Dalam penerapan pola pengelolaan SDA dan lingkungan yang baik terkait PRB dilaksanakan oleh Dep. PU dalam peningkatan dan perluasan greenbelt di waduk, serta peningkatan kualitas air bersih pada tahun 2007 dan 2008.
• Mengintegrasikan pengurangan risiko yang terkait dengan perubahan iklim dilaksanakan IFRC melalui PMI merencanakan kegiatan mengintegrasikan perubahan iklim dan livelihood dalam program KBBM (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat) dan PERTAMA (Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat), dan kegiatan tersebut memang dilaksanakan pada tahun 2007 dan 2008 oleh PMI.
2. Pelaksanaan pengembangan sosial dan ekonomi
• Seperti yang dilaksanakan oleh DEPKES disebutkan bahwa salah satu kegiatan dalam RAN PRB yaitu integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sektor kesehatan, kegiatan ini dilaksanakan DEPKES melalui penyusunan pedoman pembuatan rencana aksi RS untuk bencana pada tahun 2008 dengan tujuan penguatan kesiapan fasilitas kesehatan di wilayah rawan bencana dari tahun 2006‐2009
• Perlindungan dan penguatan fasilitas umum dan prasarana fisik dan risiko bencana diterapkan oleh PMB ITB yang merencanakan kegiatan studi dan kajian mengenai kekuatan desain bangunan gedung sekolah di Indonesia terhadap bahaya seismic dan tsunami yang dilaksanakan oleh PMB ITB melalui Proyek Reducing Vulnerability of School Children to Earthquake in Asia‐Pacific Region dengan output terdapatnya bangunan sekolah (SD Cirateun Kota Bandung) yang sudah di rettrofit sesuai dengan kaidah bangunan tahan gempa.
• Dalam dokumen RAN PRB pada penguatan mekanisme jaring pengamanan sosial untuk melindungi masyarakat miskin dari risiko bencana, DKP merencanakan kegiatan kredit mikro ketahanan ekonomi masyarakat pesisir, dan kegiatan tersebut dilaksanakan DKP pada tahun 2007. Kendala yang dihadapi yaitu kurangnya data dan informasi kependudukan yang belum menjamin perlindungan terhadap semua kelompok rentan/masyarakat miskin, sehingga jaringan pengamanan sosial tersebut belum menjamin perlindungan kepada kelompok rentan. Solusinya adalah perlunya perbaikan sistem penentuan target penerima bantuan untuk memastikan kelompok rentan yang memenuhi kriteria tidak terlewatkan.
3. Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐12
• Kegiatan memasukkan PRB dalam perencanaan kota dan permukiman, dilaksanakan IFRC melalui PMI untuk kegiatan mendorong adanya komitmen bersama dalam menata permukiman yang berbasis pada penyadaran PRB.
• Salah satu penjabaran dari pengutamaan PRB dalam prosedur perencanaan proyek infrastruktur utama direncanakan adanya penyusunan pedoman bangunan tahan gempa, dan kegiatan tersebut memang dilaksankan oleh PMB ITB yang terlibat dalam penyempurnaan peraturan bangunan tahan gempa Indonesia pada tahun 2007. Berdasarkan dokumen RAN PRB, Dep. PU juga melaksanakan sosialisasi standar bangunan dan peningkatan dan perluasan bangunan sabo, dan ketika dilaksanakan konsultasi dengan Dep. PU kegiatan tersebut memang dilaksanakan oleh Dep. PU pada tahun 2007 dan 2008.
Kegiatan mengembangkan pedoman dan sarana monitoring dalam konteks kebijakan tata guna lahan dilaksanakan oleh Dep. PU melalui penyusunan Norma Standar Prosedur Manual (NSPM) pengendalian pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap bencana melalui pendekatan mitigasi bencana pada tahun 2007 dan penyusunan panduan zoning regulation dan building code serta sosialisasinya pada tahun 2008. Namun hal ini belum didukung olah adanya kesadaran masyarakat terhadap building codes dan manfaatnya. Selain itu ada juga kendala pada kurangnya pengawasan oleh Pemda setempat (Dinas Tata Kota dan Bangunan) dan tidak adanya sanksi bagi pelanggaran terhadap rencana tata ruang serta kurangnya pengawasan dan perijinan IMB yang sesuai dengan RTRW yang berlaku. 55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa
ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff.. Konsistensi antar dokumen perencanaan
Rincian kegiatan‐kegiatan pada prioritas V RAN PRB yaitu memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respon yang dilakukan lebih efektif secara keseluruhan. Hal ini sudah konsisten dengan dokumen RKP tahun 2007 dqn 2008 yaitu pada sub kegiatan review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan serta rencana kontijensi. Pada tahun 2007 Bakornas PB/BNPB merencanakan pengurangan risiko bencana melalui pemberian dukungan, bantuan dan pelayanan yang terkait dengan masalah bencana dan kedaruratan. Dan pada RKP 2008 Bakornas PB/BNPB juga merencanakan beberapa kegiatan misalnya terselenggaranya POSKO PB, terselenggaranya penanganan tanggap darurat secara terkoordinasi dan terpadu, termasuk terkelolanya bantuan kedaruratan logistic dan peralatan, dan terselenggaranya monitoring kesiapsiagaan bencana. Sub kegiatan sukarela dan partisipasi juga sudah konsisten dengan dokumen RKP pada Bakornas PB/BNPB melalui kegiatan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat untuk mampu memberikan tanggapan yang efektif terhadap dampak kejadian bencana untuk tahun 2007 dan terwujudnya kesiapan masyarakat dalam penanganan bencana untuk tahun 2008. Selain Bakornas PB/BNPB, kegiatan tersebut juga sudah konsisten dengan dokumen perencanaan DEPSOS untuk tahun 2008 yaitu meningkatnya pemahaman dan kesiapsiagaan kelompok‐kelompok masyarakat dalam mitigasi bencana.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐13
Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan
Di dalam perencanaan kegiatan RAN PRB dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh stakeholder untuk prioritas V sudah menunjukkan adanya konsistensi. Hal ini terlihat dari persandingan antar dokumen perencanaan dengan pelaksanaan, dimana stakeholder terkait menggunakan dokumen RAN PRB dan RKP sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatannya. Beberapa kegiatan yang menunjukkan adanya konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan prioritas V yaitu :
1. Kegiatan kapasitas penanganan bencana : kebijakan, kapasitas teknik dan kelembagaan dilaksanakan oleh DEPKES yaitu penyediaan peralatan medis kesiapsiagaan bencana dengan lingkup regional dan pengembangan sub regional pada tahun 2008. Selain itu terdapat konsistensi kegiatan yang dilaksanakan oleh IFRC melalui PMI dalam beberapa kegiatan berikut ini : • Pengembangan kapasitas organisasi PMI di semua tingkatan di bidang
penanganan bencana • Membangun dan memperluas gudang‐gudang logistik yang ada serta
mengembangkan gudang sentral dan pembangunan gudang regional termasuk pengadaan kelengkapan logistic dan bantuan relief (restock)
• Meningkatkan kapasitas staf dan Satgana dalam upaya‐upaya pemberian informasi darurat bencana dan peringatan dini berbasis masyarakat
• Memberdayakan kapasitas masyarakat desa/kelurahan area pilot program KBBM dan PERTAMA melalui gladi dan simulasi kesiapsiagaan tanggap darurat bencana
2. Kegiatan dialog, koordinasi dan pertukaran informasi antara manajer dan sektor pembangunan dilaksanakan UNOCHA setiap terjadi bencana di Indonesia dalam pengumpulan, pembaharuan dan penyebaran informasi mengenai situasi dan pat respon saat bencana alam terjadi. Selain itu terdat beberapa stakeholders lainnya yaitu DKP, DEPHUT, DEPKES, DEPSOS, OXFAM GB, PMI, dan PMB ITB yang melaksanakan forum‐forum mitigasi bencana dengan pihak‐pihak terkait.
3. Pada kegiatan pendekatan regional untuk respon bencana dengan fokus pengurangan risiko antara perencaaan dan pelaksanaan sudah konsisten olej DEPSOS yaitu pada tahap pra bencana/kesiapsiagaan, DEPSOS menyediakan logistic support system (LSS), evaluasi kit, dan kendaraan siaga bencana di sentra‐sentra logistik pada tiap provinsi dan kabupaten/kota terpilih.
4. Merujuk pada dokumen RAN PRB, stakeholder yang sudah konsisten dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan serta rencana kontijensi khususnya dalam penerapan rencana kontijensi adalah DESDM dan MPBI. Selain kedua institusi tersebut juga ada beberapa stakeholders lain yang tidak tercantum dalam dokumen RAN PRB yang juga melaksanakan rencana kontijensi yaitu DEPKES, Bakornas PB, OXFAM, UNOCHA, dan PMI. Pelaksanaan simulasi latihan (drill) dilaksanakan oleh Kemeneg RISTEK bekerjasama dengan DESDM, BMG, DEPKOMINFO, Bakornas PB/BNPB, LIPI dan BAKOSURTANAL. Selain itu juga dilakukan oleh Donor/NGO, baik nasional atau internasional, misalnya OXFAM GB, UNESCO, IFRC, MPBI.
5. Mengupayakan diadakannya dana darurat adalah kegiatan yang direncanakan dalam RAN PRB. Berdasarkan RAN PRB, IFRC dan PMI sudah konsisten untuk menyediakan dana darurat ketika terjadi bencana. Penyediaan dana darurat
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐14
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan berasal dari APBN, APBD dan/atau masyarakat.
6. Pada kegiatan sukarela dan partisipasi, kegiatan yang sudah konsisten antara perencanaan dan pelaksanaan yaitu oleh Kemeneg RISTEK pada tahun 2007 berupa pengembangan kapasitas masyarakat untuk aspek kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti menyiapkan rambu‐rambu arah evakuasi beserta tempat evakuasi untuk letusan gunung berapi dan lain‐lain. Stakeholders lainnya yang juga melaksanakan hal tersebut adalah Bakornas PB/BNPB, DEPSOS, UNESCO, OXFAM GB, PMI, IFRC dan AUSAID. Selain itu IFRC melalui PMI juga telah menunjukkan adanya konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan. • Peningkatan peran dan tanggung jawab yang jelas dalam penyebarluasan
informasi manajemen bencana secara internal dan eksternal, Nasional (Pemerintah, Departemen/Dinas/Lembaga terkait) maupun internasional (IFRC, PNSs dan ICRC).
• Memobilisaisi dan memberikan wewenang/kuasa kepada masyarakat untuk dapat mengimplentasikan kesiapsiagaan, mitigasi dan pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas masyarakat (proyek KBBM dan PERTAMA) sesuai dengan risiko, kerentanan, dan karakteristik bencana.
• Memperluas implementasi program KBBM dan PERTAMA dengan penambahan 15 provinsi baru.
• Menyelenggarakan gladi penanganan bencana nasional serta gathering SATGANA dan SIBAT tingkat nasional secara rutin setiap tahun.
44..22.. AASSPPEEKK KKOOOORRDDIINNAASSII
Pada aspek koordinasi, fokus yang akan dibahas adalah interaksi dan komunikasi antar berbagai stakeholders dalam mendorong tercapainya kesepahaman, kebersamaan, kesepakatan, dan komitmen dalam perencanan dan pelaksanaan kegiatan RAN‐PRB. Aspek koordinasi ini akan dilaksanakan penilaian pada tingkat penyusunan perencanaan maupun dalam pelaksanaan kegiatan.
Pendapat Stakeholder tentang Pembentukan National Platform
BAKORNAS PB/BNPB, Skenario pembentukannya berawal dari masing‐masing stakeholders terlebih dahulu untuk membentuk forum. Dari masing‐masing stakeholders tersebut ditunjuk representasi yang duduk dalam forum yang membawa visi dan misi dari masing‐masing stakeholders. Tidak semua anggota stakeholders masuk dalam forum. DEPSOS, hendaknya semua harus sepakat, karena ada peran‐peran yang harus dilaksanakan oleh masing‐masing sector dan hal tersebut harus realistis, tidak hanya dengan aksi politis. BMG, Diharapkan pembentukan forum ini dapat terkoordinasi dengan baik khususnya dengan lembaga Pemerintah. DEP.KOMINFO, Mekanisme pembentukannya dapat dilakukan berdasarkan masing‐masing cluster atau kategori stakeholders terlebih dahulu. Kemudian, dari masing‐masing clustaer tersebut dapat memberikan usulan dalam kerangka PRB di Indonesia. BAKOSURTANAL, Diharapkan pembentukan forum ini dapat terkoordinasi dengan baik, dan hendaknya ini berada dibawah sala satu instansi/ lembaga pemerintah, seperti BNPB. BPPT, Dengan adanya forum ini bisa menjadi forum bersama untuk melakukan pengkajian risiko bencana di Indonesia. Dengan adanya forum ini bisa dihindari tumpang tindih dalam penanganan risiko bencana. Dan diharapkan melalui forum ini jangan sampai terdapat sektor‐sektor yang kosong atau tidak ada yang menangani. Hasil konsultasi dan pengumpulan data Tim Evaluasi RAN PRB [Bag.1]
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐15
11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt
Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan
Koordinasi dalam penyusunan perencanaan terhadap kegiatan‐kegiatan yang tertuang dalam prioritas I dari RAN PRB yang melibatkan 26 K/L, 14 komunitas internasional/Donor/NGO, dan 7 Perguruan Tinggi dan Pemda. Namun berdasarkan data kegiatan yang diperoleh dan tertera pada bab sebelumnya menunjukkan tidak seluruh instansi/ lembaga tersebut aktif terlibat dalam kegiatan PRB. Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh stakeholder:
• Mayoritas K/L dalam penyusunan perencanaan berkoordinasi dengan BAPPENAS sebagai badan perencanaan dan DEPKEU yang berperan dalam penganggaran. Seperti DEPKOMINFO yang melaksanakan koordinasi melalui badan penyiaran yang berada di departemen ini yang berada di level provinsi.
• Lembaga donor dan NGO mempunyai mekanisme tersendiri, seperi UNDP, pada beberapa kegiatan juga ikut berkoordinasi dengan BAPPENAS, GTZ dengan implementing partner seperti BMG dan DESDM.
• Sedangkan untuk Pemda, seperti BAPPEDA Sulsel merujuk pada visi misi pemerintahan setempat yang juga disampaikan kepada BAPPENAS. Namun pada beberapa dinas seperti Dinkes melakukan koordinasi secara langsung dengan DEPKES di pusat.
Adapun pemetaan dari keseluruhan jumlah instansi/ lembaga yang berkomitmen, yang melaksanakan komitmen serta yang tidak melaksanakan komitmen dalam
Pendapat Stakeholder tentang Pembentukan National Platform
UNESCO, Forum ini penting sekali karena melibatkan banyak stakeholder (pemerintah, swasta, masyarakat, dan lain sebagainya). Alasannya adalah : o Bencana akan sulit ditangani oleh 1 (satu) pihak saja o Saat ini yang terjadi adalah belum adanya sinergi dari berbagai
pihak, jadi terlihat pengurangan risiko bencana ini seperti sporadis. Dengan National Platform apat disinergikan dan pastinya akan terkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat
o Kegiatan dapat lebih terukur dan capaian dapat dipantau dengan lebih jelas
National Platform sebaiknya merupakan suatu lembaga independent yang melibatkan unsur‐unsur dari semua stakeholder terutama unsur pemerintah yang sangat dominan di Indonesia. Instansi pemerintah yang wajib ada adalah BNPB, MENKOKESRA, dan DEPDAGRI. BAPPEDA PROV.SULSEL, Pembentukan forum ini sangat baik karena ada lembaga khusus yang menangani permasalahan terkait PRB, Diharapkan lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan forum ini, yang bekerjasama dengan masyarakat dan komunitas internasional. SATKORLAK PROV.SULSEL, Tidak mengetahui tentang akan adabya pembentukan forum ini. BSB UNHAS,MAKASSAR, Diharapkan pembentukan forum ini dapat terkoordinasi dengan baik, dengan ketuanya tidak harus dari instansi pemerintah. Namun ini dapat dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh provinsi di Indonesia, terutama kawasan yang rawan bencana, seperti Makassar. BAPPEDA DAN SATKORLAK PROV.DIY, Mekanisme dan prosedur pembentukannya didasarkan kepada sistem cluster dari masing‐masing stakeholders seperti dari kalangan LSM, Perguruan Tinggi, SKPD dan lainnya. Dari masing‐masing cluster tersebut terdapat perwakilan yang duduk dalam forum PRB. PSBA UGM,DIY, Pembentukan forum nasional PRB dilakukan secara ad hoc. Pihak yang terlibat di dalamnya hanya secara institutional saja dan siapa saja dapat terlibat. Semua anggota dapat menjadi anggota forum nasional tersebut. Tidak perlu dilakukan perwakilan dari kelompok atau cluster. Dari kalangan Perguruan Tinggi umpamanya, karena belum tentu sama semua aspirasinya.
Hasil konsultasi dan pengumpulan data Tim Evaluasi RAN PRB [Bag.2]
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐16
penyusunan perencanaan dan kebijakan PRB yang terkait Prioritas I ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 4‐ 1 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas I RAN PRB
No Stakeholders
Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukum
Sumberdaya Partisipasi Masyarakat
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
Kementerian/Lembaga 14 =9
⌧=7 21
=6 ⌧=16
7 =1
⌧=6 1 BAPPENAS ⌧ ⌧ ⌧ 2 BAKORNAS PB/BNPB ⌧3 DESDM ⌧ ⌧ ⌧ 4 DEP.PU 5 DEPKES ⌧6 DEPDAGRI ⌧7 KEMENPERA ⌧ 8 KEMENEG PP ⌧ 9 KEMENEG LH ⌧ 10 KEMENKO KESRA ⌧ 11 DKP ⌧ ⌧12 DEPHAN ⌧ 13 DEPKUMHAM ⌧ ⌧ 14 DEPSOS 15 DEPDAG ⌧ 16 DEPPERIN ⌧ 17 DEPKOMINFO ⌧ 18 KEJAKSAAN RI ⌧ 19 POLRI ⌧ 20 TNI ⌧ 21 LIPI ⌧ 22 BAKOSURTANAL 23 BPS ⌧ 24 BKKBN ⌧ 25 BRR NAD‐NIAS ⌧ 26 DPR‐RI ⌧ 27 DEPHUT 28 KEMENEG RISTEK
Donor/ Komunitas Internasional/NGO
7 =5
⌧=3 8
=1 ⌧=7
8 =3
⌧=6 1 MPBI ⌧ 2 PMI ⌧ ⌧3 IFRC 4 GTZ ⌧ ⌧ 5 CARE ⌧ 6 UNDP ⌧ ⌧ 7 OXFAM GB 8 UNTWG DRR ⌧ 9 UNESCO ⌧ ⌧10 Yayasan IDEP ⌧ 11 JICA ⌧ 12 UNICEF ⌧ 13 DIPECHO ⌧ 14 Pramuka ⌧
Perguruan Tinggi dan
Pemda 4
=4 ⌧=3
3 =8
⌧=2 3
=2 ⌧=3
1 BSB UNHAS, Makassar ⌧
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐17
No Stakeholders
Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukum
Sumberdaya Partisipasi Masyarakat
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
2 UPN Veteran, DIY ⌧ 3 ITS, Surabaya ⌧4 CEEDEDS UII, DIY ⌧ 5 SATKORLAK/SATLAK PB ⌧ ⌧ 6 Pemda Prov, Kab/ Kota ⌧ ⌧7 Bappeda, Sulsel 8 Bappeda, Jabar 9 PMB ITB, Jabar 10 Satkorlak, Sulsel 11 Satkorlak, Jabar 12 PSBA UGM, DIY Sumber : Analisis Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008.
Keterangan : = Komitmen, = Melaksanakan, ⌧ = Tidak Melaksanakan
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan untuk fokus Prioritas I antar pelaksana telah berjalan dengan baik dan ini dilaksanakan melalui mekanisme yang beragam. Berikut ini akan dibahas melalui pengkategorian berdasarkan kegiatan utama. Untuk kegiatan terkait dengan kelembagaan nasional dan kerangka hukum, yang dapat dilihat sebagai berikut :
• DEPDAGRI dalam pelaksanaan kegiatan penataan kelembagaan untuk Badan Daerah Penanggulangan Bencana (BDPB) berkoordinasi dengan BNPB dan BAPPENAS.
• Dep. PU bersama JICA melaksanakan pembuatan Perda tahan gempa untuk seluruh Kab/Kota dan Management Information System (MIS) untuk data bangunan pada tahun 2007
• MPBI bersama USAID dan GTZ menerbitkan Panduan Penyusunan Perda Penanggulangan Bencana di samping berkoordinasi juga dengan DEPDAGRI
• BAPPEDA Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan PMB ITB menyusun Rencana Induk Pengurangan Risiko Bencana (kerangka umum).
Diantara beberapa kegiatan koordinasi yang terkait kegiatan utama sumberdaya yang menjadi pada Prioritas I mekanisme koordinasi telah berjalan pada beberapa stakeholder berikut ini;:
• DEPSOS dalam perekrutan dan pelatihan personil penanggulangan bencana seperti TAGANA berkooordinasi dengan Instruktur penanggulangan bencana, Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Satuan Petugas Sosial Penanggulangan Bencana (Satgassos PB).
• UNHAS bersama Brigade Siaga Bencana (BSB)/ Public Safety Center (PSC), IMC dan AGD 118 melaksanakan pelatihan Basic Life Support and Disaster Management.
• PSBA UGM bersama UNESCO dan MENBUDPAR melaksanakan pelatihan “Disaster Risk Management of Cultural Heritage” bagi aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐18
Sedangkan yang terkait dengan kegiatan utama yang terfokus partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana, melalui kebijakan khusus, membuat jejaring, pengelolaan sumberdaya yang strategis, membuat peraturan hukum dan tanggungjawab, serta pendelegasian kepada otoritas tertentu. Mekanisme koordinasi yang dilakukan, seperti OXFAM GB bersama MPBI yaitu melaksanakan lokakarya untuk pengumpulan input dari masyarakat/public berkaitan dengan penyusunan PP/ PERPRES dari UU No.24/2007. 22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa
mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii
Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan terhadap kegiatan‐kegiatan yang tertuang dalam Prioritas II dari RAN PRB dilakukan melalui mekanisme koordinasi tersendiri yang melibatkan 20 K/L, 11 Komunitas Internasional/ Donor/ NGO, dan 10 Perguruan Tinggi dan Pemda. Namun berdasarkan data yang dihimpun pada kegiatan yang tertera pada bab sebelumnya menunjukkan tidak seluruh instansi/ lembaga tersebut aktif terlibat dalam kegiatan PRB tersebut. Adapun dari keseluruhan jumlah instansi/ lembaga yang terlibat dalam penyusunan perencanaan pada Prioritas I ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 4‐ 2 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas II RAN PRB
No Stakeholder
Pengkajian Risiko Pada Skala Nasional dan Lokal
Peringatan Dini Kapasitas Risiko Regional
Darurat RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
Kementerian/ Lembaga
19 =7
⌧=14 14
=13 ⌧=6
10 =3
⌧=7 8
=6 ⌧=5
1 BAKORNAS PB/BNPB ⌧ 2 DEPDIKNAS ⌧ 3 DESDM ⌧ 4 DEP.PU 5 DEPKES ⌧ ⌧ ⌧ 6 DEPDAGRI ⌧ 7 KEMENEG RISTEK ⌧ ⌧ ⌧8 KEMENEG LH ⌧ 9 DKP ⌧ ⌧ 10 DEPTAN ⌧ ⌧ 11 DEPSOS ⌧ 12 DEPHUB ⌧ 13 DEPHUT ⌧ 14 LIPI ⌧ ⌧ ⌧15 LAPAN ⌧ ⌧ ⌧16 BAKOSURTANAL 17 BMG ⌧18 BPS ⌧ 19 BPPT ⌧ ⌧ ⌧20 BKKBN ⌧ ⌧ 21 KEMENKO KESRA ⌧
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐19
No Stakeholder
Pengkajian Risiko Pada Skala Nasional dan Lokal
Peringatan Dini Kapasitas Risiko Regional
Darurat RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
22 POLRI 23 DEPKOMINFO
Donor/ Komunitas Internasional/NGO
8 =4
⌧=6 5
=3 ⌧=4
2 =2
⌧=2 2
=2 ⌧=2
1 GTZ ⌧ ⌧ 2 WFP ⌧ ⌧ 3 UN‐OCHA ⌧ ⌧ ⌧ 4 MPBI ⌧ 5 OXFAM GB ⌧ 6 URL‐Jerman ⌧ 7 KOGAMI ⌧ 8 UNESCO ⌧ 9 PMI ⌧ 10 JSPS ⌧11 Yayasan IDEP 12 IFRC 13 DIPECHO
Perguruan Tinggi
dan Pemda 8
=2 ⌧=7
5 =3
⌧=5 4
=1 ⌧=4
4 =0
⌧=4
1 BSB UNHAS, Makassar
⌧ ⌧ ⌧
2 UPN Veteran, DIY ⌧ ⌧ 3 ITS, Surabaya ⌧ ⌧ 4 CEEDEDS UII, DIY ⌧ ⌧ ⌧ ⌧
5 SATKORLAK/SATLAK PB
⌧ ⌧
6 Pemda Prov, Kab/ Kota
⌧ ⌧
7 Bappeda, Sulsel 8 Bappeda, Jabar 9 PMB ITB, Jabar ⌧10 Satkorlak, Sulsel 11 Satkorlak, Jabar 12 PSBA UGM, DIY ⌧ 13 Univ.Bengkulu ⌧ 14 PRTMB NAD ⌧ ⌧15 Satkorlak, DIY
Sumber : Analisis Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Keterangan : = Komitmen, = Melaksanakan, ⌧ = Tidak Melaksanakan
Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan kegiatan yang dilakukan
oleh stakeholder dapat digambarkan sebagai berikut: • Mayoritas K/L dalam penyusunan perencanaan berkoordinasi dengan BAPPENAS
sebagai badan perencanaan dan DEPKEU yang berfungsi dalam penganggaran. Seperti koordinasi perencanaan Direktorat Sungai dan Waduk Dep. PU dengan DEPKEU, DEPDAGRI, BMG, BAKOSURTANAL, dan BPPT.
• Komunitas internasional/donor dan NGO mempunyai mekanisme tersendiri, seperi UNDP, pada beberapa kegiatan juga ikut berkoordinasi dengan BAPPENAS, GTZ dengan implementing partner seperti BMG dan DESDM.
• Perguruan tinggi melakukan koordinasi perencanaan secara langsung dengan DiKNAS dan Pemda setempat, kecuali dalam kegiatan yang didukung oleh
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐20
komunitas internasional yang mengharuskan pelibatan lembaga perwakilan pemerintah sebagaimana MoU yang disepakati. Seperti ITB juga bekerja sama dengan akademisi lain seperti UNPAR dan UNPAD. Dengan LSM juga dilaksankaan kerjasama terutama dengan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan serta LSM Jabar Peduli.
• Sedangkan untuk Pemda, seperti Satkorlak Provinsi Jawa barat melakukan koordinasi perencanaan pengurangan risiko bencana dengan Satkorlak PB dengan melibatkan SKPD teknis anatara lain: Dinas Sosial terkait dengan peralatan penanggulangan bencana (logistik, dapur, tangki air, perahu karet, dan sarana dan prasarana, dll), Dinas Pekerjaan Umum, Badan Geologi‐DESDM, dan Badan Kesbang Linmas.
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan Pada Prioritas II RAN PRB, secara umum dapat dinilai bahwa mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan antar pelaksana telah berlangsung dengan baik dan ini dilakukan secara variatif antar pelaksana. Lebih lanjut mekanisme koornasi yang berlangsung akan diuraikan berdasarkan pengkategorian terhadap kegiatan utama. Beberapa pelaksana untuk kegiatan terkait dengan Pengkajian Risiko pada Skala Nasional dan Lokal, diantaranya dapat dilihat sebagai berikut :
• BMG pada tahun 2007 bekerjasama dengan Ditjen Sumber Daya Air‐Dep PU dan BAKOSURTANAL dalam Pembuatan Peta Prakiraan Potensi Banjir di seluruh Indonesia.
• DEPSOS bekerjasama dengan PSBA‐UGM dalam penentuan identifikasi wilayah rawan bencana
• Dep. PU membangun EWS, bekerjasama dengan RAPI untuk menyebarluaskan bencana, akses ketinggian muka air untuk seluruh wilayah Jakarta.
Mekanisme koordinasi yang terkait pada kegiatan utama Peringatan Dini yang
menjadi bagian dari prioritas, seperti yang berlangsung pada instansi/ lembaga: • Dep. PU bekerjasama dengan BPPT dalam melakukan Teknik Modifikasi Cuaca
(TMC) untuk menghadapi bencana kekeringan biasanya dilaksanakan di : Jawa Timur di 3 Kabupaten, Jawa Tengah (Wonogiri, Gajah Mungkur, Gunung ngomo, sempur, wadas Lintang), Jawa Barat (Saguling, Cirata, Jatiluhur) dan Lampung di Batutegi.
• DESDM bekerjasama dengan BMG dalam pembuatan peta peringatan dini gerakan tanah.
• BNPB bekerja sama dengan UGM dalam pemasangan EWS bencana longsor. • GTZ bersama Badan Geologi/ DESDM melaksanakan Mitigasi Resiko Geologi
(Georisk Project) untuk mengembangkan dan menguji kajian metodologi praktis risiko geologi serta mendukung implementasi temuan‐temuan strategi‐strategi mitigasi risiko geologi tersebut di tingkat nasional, provinsi hingga tingkat daerah untuk jangka panjang dn jangka pendek di lokasi Jawa Tengah (Semarang), Yogyakarta (Bantul), NTT, NTB.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐21
Pada kegiatan utama yang terkait dengan Kapasitas. Antar pelaksana, adapun mekanisme koordinasi yang dilakukan, seperti pada beberapa instansi/ lembaga di bawah ini :
• DESDM/ Badan Geologi pada tahun 2008 bekerjasama dengan Amerika (USGS) dalam instalasi peralatan mitigasi bencana di lapangan untuk memonitoring gunung api di Sulawesi Utara meliputi Gunung Mahawu, Ruang, Alu, dan lain sebagainya. Instalasi peralatan tersebut dapat dipantau dari pusat (DESDM).
• IFRC bersama PMI dalam memperkuat kapasitas dan jaringan relawan PMI.
Sedangkan untuk kegiatan yang terkait dengan Risiko Regional Darurat. Mekanisme koordinasi yang dilakukan oleh para pelaksana yang komitmen dalam RAN PRB, dapat dilihat seperti pada :
• BNPB bersama JICA memfasilitasi kegiatan Disater Management Plan Tingkat Dasar di 6 propinsi.
• Dep. PU bekerjasama dengan JICA dalam penelitian/riset banjir bandang, studi untuk daerah perbatasan dengan pilot project yaitu daerah perbatasan Sumatera Utara dengan NAD, Bojonegoro Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk
mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt..
Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan
Untuk kegiatan utama manajemen informasi dan pertukaran informasi prioritas III, pada aspek koordinasi dalam penysunan perencanaan sudah berlangsung secara resmi dan nasional yaitu melalui sistem dan mekanisme perencanaan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari produk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007 dan 2008 yang merupakan perencanaan tahunan K/L. Terdapat beberapa perencanaan kegiatan K/L yang sudah disusun yaitu
♦ BNPB dalam RKP tahun 2007 merencanakan penyediaan data dan sistem informasi lingkungan. Sedangkan pada RKP tahun 2008 merencanakan kegiatan peningkatan sistem informasi manajemen Penanganan Bencana, penyediaan alat pengolah data daerah bencana secara spatial, penyediaan rakor pengembangan sistem informasi manajemen Pengembangan Bencana dan peningkatan pemahaman aplikasi teknologi informasi dan terselenggaranya studi banding
♦ DEPKOMINFO dalam RKP tahun 2008 merencanakan penyediaan dan sosialisasi informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana
♦ LIPI dalam RKP tahun 2008 merencanakan penyusunan teknologi informasi untuk mensiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi bencana
♦ Dept. PU melakukan perencanaan dalam RKP tahun 2008 yaitu penyediaan informasi dan data spatial rawan bencana dan penguatan dukungan system
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐22
informasi dan monitoring penataan ruang dalam rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang
Selain K/L, terdapat stakeholders lainnya yang melakukan proses koordinasi dalam proses perencanaan seperti UNESCO yang menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam proses tersebut. Biasanya UNESCO melakukan kerja sama dengan pihak LIPI dan MPBI.
Pihak BAPPEDA PROV. SULSEL menyatakan bahwa tidak ada permasalahan khusus yang muncul dalam koordiasi perencanaan, teruatama pada kegiatan yang terkait dengan prioritas III RAN PRB, karena segala sesuatu terkait dengan kegiatan, hal tersebut telah dibahas terlebih dahulu pada musrenbang ditingkat kecamatan dan kabupaten sebelum dibawa ke tingkat provinsi.
Secara umum, akan digambarkan pemetaan stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Prioritas III RAN PRB sesuai dengan data dan informasi yang dihimpun oleh Tim Evaluasi RAN PRB, sebagai berikut ;
Tabel 4‐ 3 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas III RAN PRB
No Stakeholders
Manajemen informasi dan pertukaran informasi
Pendidikan dan Pelatihan
Penelitian Kepedulian publik
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
Kementerian/Lembaga 28 = 17
⌧= 12 11
=8 ⌧=7
3 =3
⌧=2 3
=8 ⌧=1
1 DESDM 2 DEPDIKNAS 3 BMG ⌧ 4 DEP. PU ⌧ 5 BAPPENAS ⌧ ⌧ 6 DEPDAGRI 7 BAKORNAS PB/BNPB 8 DEPKES ⌧ 9 DEPSOS 10 BKKBN ⌧ 11 MENKO KESRA 12 DEPHUKHAM ⌧ 13 KEJAKSAAN ⌧ 14 POLRI ⌧ 15 DEPERIN ⌧ 16 DEPDAG ⌧ 17 DEKOMINFO ⌧18 BPS ⌧ 19 MENNEG PP ⌧ 20 MENNEG RISTEK ⌧ 21 BPPT ⌧ 22 KLH 23 DKP ⌧ 24. BRR NAD‐NIAS ⌧ 25. MENPERA ⌧ 26. DEPHUB ⌧ ⌧ 27. LAPAN ⌧ 28. LIPI 29. BAKOSURTANAL
Donor/ Komunitas Internasional/NGO
9 =3
⌧=6 6
=6 ⌧=3
0 =3
⌧=4 1
=4 ⌧=3
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐23
No Stakeholders
Manajemen informasi dan pertukaran informasi
Pendidikan dan Pelatihan
Penelitian Kepedulian publik
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
1 UNESCO ⌧ 2 WFP ⌧ 3 GTZ 4 JICA ⌧ ⌧ ⌧5 UNICEF ⌧ ⌧ ⌧ ⌧6 PMI ⌧ ⌧ ⌧ 7 MPBI ⌧ 8 Yayasan IDEP ⌧ ⌧ ⌧ 9 OXFAM GB 10. UN OCHA 11. WHO
Perguruan Tinggi dan
Pemda 15
=2 ⌧=13
7 =3
⌧=6 0
=3 ⌧=0
1 =3
⌧=0 1 BSB UNHAS, Makassar ⌧ ⌧ 2 UPN Veteran, DIY ⌧ ⌧ 3 ITS, Surabaya ⌧ 4 CEEDEDS UII, DIY ⌧ ⌧ 5 SATKORLAK/SATLAK PB ⌧ ⌧ 6 Pemda Prov, Kab/ Kota ⌧ ⌧ 7 Bappeda, Sulsel ⌧ 8 Bappeda, Jabar ⌧ 9 PMB ITB, Jabar ⌧ 10 Satkorlak, Sulsel ⌧ 11 Satkorlak, Jabar ⌧ 12 PSBA UGM, DIY 15 Satkorlak, DIY ⌧
Sumber : Analisis Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Keterangan : = Komitmen, = Melaksanakan, ⌧ = Tidak Melaksanakan
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan Terkait dengan aspek koordinasi dalam proses pelaksanaan pada prioritas III ini
terdapat beberapa stakeholders yang dapat dilihat dalam pelaksanaan kegiatannya, yaitu sebagai berikut;
Pada kegiatan utama manajemen informasi dan pertukaran informasi prioritas III terdapat koordinasi dalam pelaksanaan pada Badan Geologi‐DESDM yang telah melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan penguranagn risiko bencana, antara lain; bekerjasama dengan akademisi pada kerja praktek untuk mahasiswa jurusan teknik geologi dan teknik geofisika, DESDM juga berkoordinasi dengan Satkorlak dan Satlak misalnya dalam pemberian informasi mengenai status gunung api, data tersebut akan digunakan oleh Pemerintah Daerah dan kerjasama Badan Geologi pada bencana tsunami dengan JICA yaitu pelatihan kepada staff DESDM
Untuk kegiatan utana pendidikan dan pelatihan prioritas III terlihat adanya koordinasi pelaksanaan DEPKOMINFO pada kegiatan Tsunami Drill pada tahun 2007 dan 2008 yang secara leading sector dilakukan oleh Kemenneg RISTEK. Selain itu, DEPKOMINFO melakukan koordinasi dengan Kemenneg RISTEK dalam pelaksanaan kegiatan launching Ina‐EWS. Koordinasi DKP dengan LSM meliputi : OISCA (Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement) bekerjasama dalam penanaman mangrove, USAID dan APEC melalui proposal kerjasama dalam pelatihan SDM (sejak
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐24
tahun lalu). Kemudian pada kegiatan utama ini pun, UNESCO tidak bekerja sendiri namun bekerja dengan pihak lainnya dalam koordinasi proses pelaksanaan kegiatannya seperti LIPI, MPBI, Bakosurtanal, dan lain‐lain. Sedangkan koordinasi dengan Donor/NGO lain tidak ada yang tetap.
Sedangkan pada kegiatan utana penelitian prioritas III terdapat koordinasi dalam proses pelaksanaan pembuatan peta rawan banjir yaitu sebagai berikut :
♦ Direktorat Sungai dan Waduk Dep. PU membuat peta genangan berdasarkan 5 (lima) tahun terakhir, berbasis desa, luas genangan, tata guna lahan, dll
♦ BAKOSURTANAL membuat peta dasar/tematik, kemudian petanya akan dioverlay dengan peta dari PU
♦ BMG melaksanakan superimpose dengan peta curah hujan (prakiraan), kemudian menjadi peta rawan bajir
Masih kegiatan utama penelitian ini, PMB ITB telah melakukan koordinasi kerja sama dengan bebeapa K/L diantaranya dengan BNPB, Kemenneg RISTEK, DEPDAGRI dan LIPI serta Pemda. Kerjasama tersebut dalam menyusun pedoman dimana PMB ITB memberikan masukan yang mendukung pedoman tersebut. Selain itu PMB ITB juga bekerjasama dalam kegiatan workshop yang memaparkan temuan‐temuan dari para praktisi pengurangan risiko bencana 44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan
Dalam dokumen RAN PRB koordinasi dalam penyusunan perencanaan terhadap kegiatan‐kegiatan yang tertuang dalam prioritas IV RAN PRB melibatkan 27 K/L, 7 Donor/NGO, 4 Perguruan Tinggi dan Pemda.
Produk perencanaan pada prioritas IV ini sudah tercantum di dalam RKP tahun 2007 dan 2008. Pada kegiatan utama manajemen sumber daya alam dan lingkungan terdapat beberapa perencanaan kegiatan oleh K/L yaitu Kemeneg LH dan DKP, kegiatan perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya direncanakan oleh Dep. PU dan DKP, sedangkan pada kegiatan pengembangan sosial dan ekonomi belum direncanakan dalam RKP baik tahun 2007 maupun 2008. Berikut ini perencanaan beberapa K/L dalam RKP sebagai berikut;
Tabel 4‐ 4
Perencanaan Prioritas IV RAN PRB dalam RKP Tahun 2007 dan 2008
Kegiatan Utama K/L RKP 2007 RKP 2008
Manajemen sumberdaya alam dan lingkungan
KEMENEG LH Rehabilitasi hutan dan lahan DKP Mitigasi dan penanggulangan bencana
lingkungan laut dan pesisir Tersusunnya model penataan lingkungan pesisir berbasis pengurangan risiko bencana
Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya
DEP. PU • Penguatan koordinasi dalam rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang
• Penyusunan Norma Standar Prosedur Manual (NSPM)
• RTRW Kab/Kota berbasis pengurangan risiko bencana
• Panduan zoning regulation dan bulding code serta sosialisasinya
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐25
Kegiatan Utama K/L RKP 2007 RKP 2008
pengendalian pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap bencana melalui pendekatan mitigasi bencana
• Sistem dan mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang pada wilayah rawan bencana
• Tersedianya pedoman penjabaran Rencana Tata Ruang dalam strategi pemanfaatan ruang dan pengendaliannya
DKP Meningkatnya koordinasi penataan ruang laut, pesisir, dan pulau‐pulau kecil serta terfasilitasinya penyusunan tata ruang laut dan pesisir di 25 kab/kota
Sumber : RKP 2007 dan 2008
Selain K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO juga melakukan proses koordinasi
dalam perencanaan, misalnya UNOCHA sebagai koordinator setiap bulannya mengadakan forum koordinasi dimana stakeholders yang terlibat adalah lembaga PBB, pemerintah yang pernah berhubungan dengan UNOCHA. Selain itu koordinasi juga dilakukan melalui mailing list. Untuk mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana, perguruan tinggi juga melakukan koordinasi dengan melibatkan Pemda setempat, K/L maupun Donor/Komunitas Internasional/NGO. Di tingkat Pemda koordinasi dalam perencanaan khususnya Satkorlak PB Jabar melibatkan SKPD teknis antara lain Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil, Badan Geologi‐DESDM, dan Badan Kesbang Linmas.
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan di prioritas IV melibatkan banyak stakeholders. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa ada beberapa stakeholders yang tidak tercantum dalam dokumen RAN PRB namun turut melaksanakan kegiatan prioritas IV, misalnya BAKOSURTANAL, OXFAM GB, IFRC, dan AusAID. Pemetaan dari keseluruhan stakeholders yang berkomitmen, yang melaksanakan komitmen serta yang tidak melaksanakan komitmen dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan PRB yang terkait pada Prioritas IV dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4‐ 5 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas IV RAN PRB
No Stakeholders
Manajemen sumberdaya alam dan
lingkungan
Pengembangan sosial dan ekonomi
Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan
teknis lainnya RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
Kementerian/Lembaga 22 =7
⌧=16 11
=3 ⌧=9
7 =2
⌧=6 1 KEMENEG RISTEK ⌧2 KEMENEG LH 3 KEMENKO KESRA ⌧ 4 KEMENEG PP ⌧ 5 DEPDIKNAS ⌧ 6 DESDM ⌧ ⌧7 DEP PU ⌧ 8 DEPDAGRI ⌧ ⌧ ⌧
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐26
No Stakeholders
Manajemen sumberdaya alam dan
lingkungan
Pengembangan sosial dan ekonomi
Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan
teknis lainnya RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
9 DKP 10 DEPHUKHAM ⌧ 11 DEPSOS ⌧ ⌧ 12 DEPHUB ⌧ ⌧13 DEPKES ⌧ ⌧14 DEPHUT 15 DEPPERIN ⌧ 16 DEPDAG ⌧ 17 DEKOMINFO ⌧ 18 BAKORNAS PB/BNPB ⌧ ⌧ 19 BAPPENAS ⌧ 20 BPS ⌧ 21 BPPT 22 BKKBN ⌧ 23 BRR ⌧ 24 LIPI ⌧ ⌧ 25 LAPAN ⌧ 26 KEJAKSAAN ⌧ 27 POLRI ⌧ BAKOSURTANAL
Donor/ Komunitas Internasional/NGO
7 =2
⌧=7 2
=1 ⌧=2
2 =2
⌧=1 1 BGR/GTZ (BGR/georisk
project, SLGSR/program local pemerintahan)
⌧ ⌧ ⌧
2 UNICEF ⌧ 3 DIPECHO ⌧ 4 UNESCO ⌧ 5 YAYASA KIRAI ⌧ 6 PRAMUKA ⌧ 7 PMI ⌧ ⌧ OXFAM IFRC AusAID
Perguruan Tinggi dan Pemda
4 =2
⌧=3 2
=1 ⌧=1
3 =1
⌧=3 1 UPN Veteran Yogyakarta ⌧ 2 CEEDEDS UII PMB‐ITB ⌧ ⌧ ⌧3 PMB ITB ⌧4 UNHAS ⌧5 Pemprov/Pemkab/ Pemkot Bappeda Sulsel Bappeda Jabar Bappeda DIY 6 SATKORLAK PB dan SATLAK
PB ⌧
Satkorlak Sulsel Satkorlak Jabar Satkorlak DIY
Sumber : Analisis Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Keterangan : = Komitmen, = Melaksanakan, ⌧ = Tidak Melaksanakan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐27
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan prioritas IV diantara K/L, Donor/NGO dan Perguruan Tinggi terjalin dengan baik dan saling melengkapi diantara stakeholder tersebut. Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan pada beberapa kegiatan yang terkait dengan manajemen sumberdaya alam dan lingkungan, diantaranya adalah:
• Koordinasi antara K/L misalanya Bakornas PB/BNPB bekerjasama dengan DEPHUT melibatkan masyarakat melalui penanaman pohon dengan tujuan menjaga kondisi hutan dan lingkungan
• Koordinasi antara K/L dan Donor/Komunitas Internasional/NGO misalnya DEPHUT membagun hutan mangrove di daerah rawan bencana (tsunami) bersama donor dari Korea di Provinsi NAD dan DKP melaksanakan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat di Demak bersama OISCA (Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement)
• Koordinasi juga dilaksanakan dengan masyarakat, misalnya DKP merehabilitasi terumbu karang untuk mitigasi bencana berbasis masyarakat di Bali, Pangandaran, Batang, Lombok Tengah Contoh koordinasi yang terjalin dalam kegiatan pengembangan sosial dan
ekonomi, DEPKES terfokus kepada penyusunan pedoman Renaksi RS untuk bencana sedangkan AusAID melaksanakan kesiapsiagaan bencana untuk RS. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan menciptakan RS yang aman dari bahaya dan tetap dapat berfungsi dalam situasi bencana dan melakukan tindakan‐tindakan mitigasi untuk memperkuat fasilitas kesehatan yang ada.
Koordinasi pada kegiatan perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis
lainnya dilaksanakan oleh beberapa K/L, misalnya Dep PU berkoordinasi dengan DKP dalam penyusunan RTRW Kab/Kota yang berbasis pengurangan risiko bencana, zoning regulation, NSPM dalam pengendalian pemanfaatan ruang, serta penguatan koordinasi pada setiap tahunnya. Kegiatan perencanaan tata guna lahan ini dalam pelaksanaannya juga melibatkan BAPPEDA Provinsi, misalnya di BAPPEDA JABAR yang akan merevisi RTRW dan akan memasukkan pengurangan risiko bencana. 55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa
ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff.. Mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan
Dalam dokumen RAN PRB koordinasi dalam penyusunan perencanaan terhadap kegiatan‐kegiatan yang tertuang dalam prioritas V RAN PRB melibatkan 11 K/L, 9 Donor/Komunitas Internasional/NGO, 3 Perguruan Tinggi dan Pemda.
Perencanaan beberapa sub kegiatan pada prioritas V ini sudah tercantum di dalam RKP pada tahun 2007 dan 2008 yaitu pada sub kegiatan 1) review dan menyiapkan latihan kesiasiagaan serta rencana kontijensi oleh Bakornas PB/BNPB pada tahun 2007 dan 2008, dan 2) sukarela dan partisipasi yang direncanakan oleh Bakornas PB/BNPB untuk tahun 2007 dan 2008, serta DEPSOS pada tahun 2008. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini;
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐28
Tabel 4‐ 6
Perencanaan Prioritas V RAN PRB dalam RKP Tahun 2007 dan 2008
Sub Kegiatan K/L RKP 2007 RKP 2008
Review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan serta rencana kontinjensi
BAKORNAS PB/BNPB
Pengurangan risiko bencana melalui pemberian dukungan, bantuan dan pelayanan yang terkait dengan masalah bencana dan kedaruratan
• Terselenggaranya POSKO PB • Terselenggaranya
penanganan tanggap darurat secara terkoordinasi dan terpadu, termasuk terkelolanya bantuan kedaruratan logistic dan peralatan
• Terselenggaranya monitoring kesiapsiagaan bencana
Sukarela dan partisipasi BAKORNAS PB /BNPB
Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat untuk mampu memberikan tanggapan yang efektif terhadap dampak kejadian bencana
Terwujudnya kesiapan masyarakat dalam penanganan bencana
DEPSOS
Meningkatnya pemahaman dan kesiapsiagaan kelompok‐kelompok masyarakat dalam mitigasi bencana
Sumber : RKP 2007 dan 2008
Selain K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO juga melakukan proses koordinasi
dalam perencanaan, misalnya UNOCHA sebagai koordinator setiap bulannya mengadakan forum koordinasi dimana stakeholders yang terlibat adalah lembaga PBB, pemerintah yang pernah berhubungan dengan UNOCHA. Selain itu koordinasi juga dilakukan melalui mailing list. Untuk mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana, perguruan tinggi juga melakukan koordinasi dengan melibatkan Pemda setempat, K/L maupun Donor/Komunitas Internasional/NGO. Di tingkat Pemda koordinasi dalam perencanaan khususnya Satkorlak PB Jabar melibatkan SKPD teknis antara lain Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil, Badan Geologi‐DESDM, dan Badan Kesbang Linmas.
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan
Mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan di prioritas V melibatkan banyak stakeholders. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa ada beberapa stakeholders yang tidak tercantum dalam dokumen RAN PRB namun turut melaksanakan kegiatan prioritas V, misalnya DEPHUT, DEPKOMINFO, IFRC, DIPECHO, AusAID, dan UPN Veteran Yogyakarta. Pemetaan dari keseluruhan stakeholders yang berkomitmen, yang melaksanakan komitmen serta yang tidak melaksanakan komitmen dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan PRB yang terkait pada Prioritas IV dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐29
Tabel 4‐ 7 Pemetaan Stakeholders yang Aktif Terlibat Pada Prioritas V RAN PRB
No Stakeholders
Kapasitas penanganan bencana: kebijakan, kapasitas teknik dan
kelembagaan
Dialog, koordinasi dan pertukaran informasi antara manajer dan sektor pembangunan
Pendekatan regional untuk respon bencana
dengan fokus pengurangan resiko
Review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan
serta rencana kontinjensi
Dana Darurat Sukarela dan Partisipasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
Kementerian/ Lembaga
5
=1 ⌧=4
1 =4
⌧=1 2
=2 ⌧=1
4 =8
⌧=0 6
=0 ⌧=0
3 =4
⌧=1 1 BAKORNAS PB/BNPB ⌧ ⌧ 2 DESDM ⌧ ⌧ ⌧ 3 DEP. PU ⌧ ⌧ 4 DEPKES ⌧ 5 DEPDAGRI ⌧ 6 KEMENEG RISTEK ⌧ 7 DKP ⌧ 8 DEPSOS 9 DEPHUB ⌧ 10 LIPI 11 LAPAN ⌧ DEPHUT DEPKOMINFO Donor/ Komunitas
Internasional/NGO 2
=3 ⌧=1
1 =3
⌧=0 0
=3 ⌧=0
3 =7
⌧=2 3
=4 ⌧=1
6 =5
⌧=4 1 BGR/GTZ (Georisk Project) ⌧ ⌧ ⌧ 2 UNOCHA ⌧ 3 UNESCO 4 WFP dan anggota UNTWG
lainnya ⌧
5 OXFAM 6 MPBI 7 PMI ⌧ 8 LSM Lokal (PPMA) ⌧ 9 Islamic Relief Indonesia ⌧ IFRC
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐30
No Stakeholders
Kapasitas penanganan bencana: kebijakan, kapasitas teknik dan
kelembagaan
Dialog, koordinasi dan pertukaran informasi antara manajer dan sektor pembangunan
Pendekatan regional untuk respon bencana
dengan fokus pengurangan resiko
Review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan
serta rencana kontinjensi
Dana Darurat Sukarela dan Partisipasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
RAN PRB 2006‐2009
Hasil Evaluasi
DIPECHO AusAID Perguruan Tinggi dan
Pemerintah Daerah 0 1 =3
⌧=1 0
1 =3
⌧=1 0
0 =3
⌧=1
1
1 =3
⌧=1 0
0 =3
⌧=1 2
2 =3
⌧=1 1 ITS 2 PMB – ITB 3 CEEDEDS UII ⌧ UPN Veteran Yogyakarta 4 Pemprov/Pemkab/ Pemkot Pemkab Bandung ⌧ Dinas Pertambangan dan
Energi NAD ⌧
Bappeda Sulsel Bappeda Jabar Bappeda DIY 5 SATKORLAK PB dan SATLAK
PB ⌧
Satkorlak Sulsel Satkorlak Jabar Satkorlak DIY Sumber : Analisis Tim Evaluasi RAN PRB 2007‐2008. Keterangan : = Komitmen, = Melaksanakan, ⌧ = Tidak Melaksanakan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐31
Pada sub kegiatan kapasitas penanganan bencana : kebijakan, kapasitas teknik dan kelembagaan terjadi kurangnya koordinasi pada saat terjadi bencana dimana banyak organisasi/individu yang terlibat dalam penanggulangan bencana, sehingga terkesan tumpang tindih, misalnya organisasi banyaknya posko‐posko kebencanaan di suatu daerah bencana. Oleh karena itu diperlukan pembagian kerja, standar dan mandat dari berbagai unsur organisasi/individu tersebut.
Koordinasi yang lemah juga menyebabkan kapasitas teknis dan kelembagaan di suatu daerah menjadi tidak berfungsi secara efektif. Hal ini biasanya disebabkan oleh mekanisme penanggulangan risiko bencana menghadapi kendala pada masalah sektoral, geografis ataupun administrasi pemerintahan. Instansi penanggulan bencana yang ada di pusat yaitu BNPB sedangkan di tingkat daerah BPBD belum terbentuk karena menunggu terbitnya pedoman pembentukan BPBD.
Untuk meningkatkan koordinasi perlu dibuat mekanisme pengawasan dan pengendalian bagi organisasi/individu yang terlibat dalam penanggulangan bencana. Contoh koordinasi dalam peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh PMB ITB dengan AusAID melalui program dukungan peningkatan kapasitas Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam penanggulangan risiko bencana pada tahun 2007 dan 2008.
Sub kegiatan dialog, koordinasi dan pertukaran informasi antara manajer dan
sektor pembangunan • Meningkatkan komunikasi melalui rapat/forum‐forum/pertemuan dan kerjasama
dengan berbagai stakeholders (K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO, Perguruan Tinggi, dan Pemda) di tingkat nasional dan internasional dalam bidang penanganan bencana oleh DKP, DEPHUT, DEPKES, DEPSOS, UNOCHA, OXFAM GB, PMI, dan PMB ITB, serta MPBI . Tujuan untuk berbagi tugas, peran dan tanggung jawab sesuai dengan kapasitasnya masing‐masing selain juga untuk dapat meningkatkan kapasitas lembaga/personel yang terkait dengan saling belajar berbagi pengalaman. Namun yang biasanya terjadi adalah rapat/forum koordinasi tersebut hanya sebatas sharing informasi, bukan pembagian kerja diantara para stakeholders, dan belum mencakup kajian kebutuhan dan biasanya berlangsung intensif pada awal situasi tanggap darurat
• Pada lokasi terpilih misalnya di Provinsi Jawa Barat, apabila terjadi bencana biasanya dikoordinasikan oleh Bakebanglinmas dalam penanggulangan bencana di Jawa Barat.
Sub kegiatan pendekatan regional untuk respon bencana dengan fokus pengurangan risiko diterapkan OXFAM GB dan IFRC Membuat jaringan yang terdiri dari aktor‐aktor pengelola bencana pada daerah‐daerah rawan bencana (level kabupaten/kota/provinsi). Berdasarkan hasil konsultasi dengan BNPB diketahui bahwa dalam penanganan bencana di Indonesia sebaiknya dibentuk regionalisasi yang terdiri dari beberapa provinsi dan berlokasi di kawasan yang tidak rentan terhadap kondisi bencana. Perlunya regionalisasi juga berdasarkan pertimbangan adanya desentralisasi dan otonomi dalam penanganan bencana di daerah. Sebagai contoh di Sumatera dapat dapat dibentuk 2 regionalisasi di Medan dan Palembang dengan pertimbangan kedua daerah tersebut bukan merupakan daerah rawan bencana.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐32
Di Indonesia kesadaran akan pentingnya rencana kesiapsiagaan bencana dan rencana kontinjensi di tingkat masyarakat maupun sektoral belum menjadi prioritas. Oleh karena itu kegiatan review dan menyiapkan latihan kesiapsiagaan serta rencana kontijensi perlu dikembangkan. Beberapa koordinasi dalam pelaksanaan, contohnya antara lain :
• DEPKES bersama UGM mengembangkan contingency plan tentang kesehatan
• Bakornas PB/BNPB melaksanakan penanganan bencana yang melibatkan tokoh masyarakat dalam penyusunan contigency plan
• UNESCO bersama Pramuka mengadakan kegiatan memfasilitasi masyarakat dalam penguatan kapasitas menghadapi bencana (implementasi CBDM toolkit) yaitu penyusunan Paket Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat/ PBBM.
• Koordinasi pelaksanaan Tsunami Drill pada tahun 2007 dan 2008, dimana leading sector oleh Kemenneg RISTEK yang bekerjasama dengan instansi terkait seperti DESDM, DEPKOMINFO, BMG, Bakornas PB/BNPB, LIPI dan BAKOSURTANAL. Kegiatan ini akan terus dilakukan secara berkala dengan mengikutsertakan Pemda yang bersangkutan. Simulasi latihan (drill) kesiapsiagaan bencana ini juga dilakukan oleh Lembaga Non Pemerintah, baik nasional atau internasional. Pelaksanaan simulasi dan drill ini masih terbatas di tingkat sektoral maupun wilayah‐wilayah tertentu
• UNOCHA mengadakan pelatihan/workshop rencana kontinjensi bekerjasama dengan BNPB (serta anggotanya seperti DEPKES, DEPDAGRI), MPBI dan bersama badan PBB lainnya (UNICEF, UNDP, dll)
• PMI menyusun rencana kontijensi yang telah dikoordinasikan dengan program Satlak PB setempat
Penyediaan dana darurat ketika terjadi bencana menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan berasal dari APBN, APBD dan/atau masyarakat. Selain pemerintah Indonesia, biasanya dana darurat juga diperoleh dari lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah. Dalam mekanisme penyaluran dana darurat yang kurang jelas dari tingkat nasional sampai dengan ke tingkat provinsi/kabupaten/kota terdapat kendala kurangnya koordinasi, karena berbagai faktor, misalnya lokasi maupun administrasi pemerintahan. Hal ini mengakibatkan dana tersebut baru sampai di tingkat kabupaten/kota yang terkena dampak bencana beberapa hari/bulan setelah tanggap darurat selesai.
Pada kegiatan sukarela dan partisipasi, mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan terlihat dari
• kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat pada aspek kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti menyiapkan rambu‐rambu arah evakuasi beserta tempat evakuasi untuk letusan gunung berapi dan lain‐lain. Kegiatan tersebut dilaksankaan oleh Kemeneg Ristek bekerjasama dengan instansi terkait seperti DESDM, BMG, DEPKOMINFO, Bakornas PB, LIPI, dan BAKOSURTANAL)
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐33
• Bakornas PB/BNPB dibantu IFRC dalam pembentukan Pusdalops. Denpasar, Jogja dan Jambi sudah ada dukungan dari Palang Merah Perancis.
• UNESCO bekerjasama dengan KOGAMI (Komunitas Siaga Tsunami) untuk membangun komunitas siaga bencana di Padang pada tahun 2007 dan penyebaran/sosialisasi produk "Paket Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat/PBBM” terus dilaksanakan hingga 2009 dan bekerjasama dengan Pramuka dan Yayasan IDEP, LIPI.
• PMI membina hubungan dengan organisasi masyarakat setempat dan .penduduk di lokasi rawan bencana (setingkat desa/kelurahan Dengan adanya koordinasi ini tentunya akan meningkatkan komunikasi dan
kemitraan diantara para stakeholders, serta membuka jalan untuk mendiskusikan kebutuhan, kesempatan dan tantangan dalam upaya mengurangi risiko bencana di Indonesia.
44..33.. AASSPPEEKK KKAAPPAASSIITTAASS
Terkait dengan aspek kapasitas, yang menjadi unsur penilaian pada aspek ini adalah kemampuan kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM), dan sumber pendanaan, yang didayagunakan dalam melaksanakan berbagai upaya perencanaan dan pelaksanaan RAN‐PRB. Kapasitas Pendanaan
Mayoritas stakeholders tersebut menyatakan bahwa pendanaan yang dialokasikan untuk kegiatan pengurangan risiko bencana dinilai kurang memadai. Rincian hasil konsultasi pada aspek kapasitas pendanaan RAN PRB dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Secara umum, pemetaan kapasitas pendanaan stakeholders dalam kegiatan
pengurangan risiko bencana dapat dilihat pada bagian tabel di bawah ini;
Tabel 4‐ 8 Pandangan Stakeholders tentang Kapasitas Pendanaan Kegiatan PRB
No Instansi Kelembagaan Pendanaan Kementerian/Lembaga 1 BNPB • Sumber pendanaan bersumber dari APBN dan ada bantuan dari pihak lainnya
seperti JICA, SCDRR UNDP, World Bank dan lain sebagainya 2 DEPKOMINFO • Sumber pendanaan pengurangan risiko bencana berasal dari APBN dan hibah
dan bantuan luar negeri, misalnya dari Korea • Pendanaan pelaksanaan disseminasi untuk mendukung PRB dialokasikan dari
pos kegiatan disseminasi publik yang secara khsusus dapat dilakukan untuk kegiatan pengurangan risiko bencana, flu burung dan lain‐lain.
3 DEPSOS • Selain APBN, pendanaan DEPSOS juga didukung oleh lembaga‐lembaga Donor/NGO. Seperti JICA dalam mendukung penyediaan alat Water Treatment, dll.
4 BMG • Pendanaan berasal dari APBN 5 BAKOSURTANAL • Pendanaan berasal dari APBN 6 BPPT • Pendanaan berasal dari APBN
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐34
No Instansi Kelembagaan Pendanaan • Untuk mengatasi keterbatasan kapasitas pendanaan di BPPT untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana maka perlu diupayakan kerja sama dengan pihak lain seperti dengan lembaga donor/NGO.
7 DEPHUT Pendanaan berasal dari APBN 8 DESDM Pendanaan berasal dari APBN Donor/Komunitas Internasional/NGO 1 DIPECHO • Pendanaan berasal dari ECHO dan DIPECHO 2 AUSAID • Pendanaan kegiatan PRB adalah hasil kerjasama dengan pihak lain, misalnya
NU CBDRM, Muhammadiyah (HOPE), UNDP, CDASC, SurfAID International, WFP dan UNICEF, FAO, IFRC, Geoscience Australia, LPPM DM‐ITB, UNEP, dll
3 WHO • Dana berasal dari PPK‐Departemen Kesehatan, WHO Indonesia dan juga WHO Regional Office (SEARO)
4 UNESCO • Pendanaan UNESCO terbatas, oleh karena itu biasanya 80 persen kegiatan didelegasikan ke lembaga lain untuk ke daerah, dan 20 persen kegiatan yang dilaksnakaan oleh UNESCO sendiri
5 UNOCHA • Apabila UNOCHA dibutuhkan untuk Donor/NGO/Pemerintah, maka UNOCHA akan mencari dana ke Lembaga Donor lainnya agar kegiatan tersebut dapat terus berlangsung
6 OXFAM GB • Pendanaan berasal dari OXFAM GB Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah 1 UNHAS • Pendanaan dalam melaksanakan kegiatan, BSB/PSC didukung oleh Dinas
Kesehatan Prov.Sulsel, dari lembaga internasional untuk kegiatan‐kegiatan yang sifatnya short term didukung oleh IMC dan USAID.
2 PMB ITB • Pendanaan PMB ITB juga terbatas. Selama ini kegiatan yang ada di PMB ITB berdasarkan permintaan (demand) karena PMB tidak bisa meng‐create dana. Misalnya berasal dari UNDP, AusAID, Hanshin Department Store Labor Union‐Osaka, UNDESA, Care International Indonesia, CBS Japan, dll
3 PSBA UGM • Secara kapasitas pendanaan, PSBA melakukan kegiatan secara mandiri dan melakukan kerja sama dengan pihak lainnya.
4 CEEDEDS UII • Sumber dana berasal dari Pemda, dan dari berbagai sumber antara lain CEVEDS International, ASTTI (Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia), dan PT. Prima Andalan Grup
5 ITS Surabaya • Sumber pendanaan berasal dari kerjasama ITS dengan pihak lain, misalnya OGB (Oxford Family Great Britain), GTZ, dll
6 Bappeda Sulsel • Pendanaan berasal dari APBD. 7 Satkorlak Sulsel • Pendanaan berasal dari APBD. 8 Satkorlak Jabar • Pendanaan Satkorlak PB berasal dari APBD, dan juga dari DEPKES, misalnya
dalam pembangunan WC umum, sanitasi, dan lain sebagainya 9 Bappeda dan Satkorlak
PB DIY • Pendanaan bersumber dari APBD dan bantuan dari lembaga‐lembaga donor
lainnya Sumber : Hasil konsultasi dan pengumpulan data Tim Evaluasi RAN PRB
Kemampuan pendanaan dari berbagai stakeholders yang melaksanakan
pengurangan risiko bencana beragam. Pendanaan pengurangan risiko bencana K/L berasal dari anggaran APBN. Untuk mengatasi keterbatasan kapasitas pendanaan maka di beberapa K/L melakukan kerja sama dengan lembaga Donor/NGO dalam kegiatan pengurangan risiko bencana, misalnya BNPB, Depkominfo, Depsos, BPPT, dll.
Institusi Donor/NGO sangat mengandalkan pada kerja sama dan bantuan dari pihak‐pihak yang mempunyai kepentingan yang sama untuk melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana. Apabila bencana yang akan direspon Donor/Komunitas Internasional/NGO termasuk ke dalam kategori kecil, pembiayaan proyek respon akan menggunakan dana internal, namun untuk respon bencana dengan kategori besar dapat mengupayakan bantuan dana dari sumber lain (donor).
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐35
Pendanaan perguruan tinggi terbatas, oleh karena itu Perguruan Tinggi sangat mengandalkan pada kerja sama dan bantuan dari pihak‐pihak yang mempunyai kepentingan yang sama untuk melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana contohnya pada PMB‐ITB, institusi ITB tidak memberikan dana setiap tahunnya kepada PMB ITB. Selama ini kegiatan yang ada di PMB ITB berdasarkan permintaan (demand) dan bekerja sama dengan pihak lainnya baik dengan K/L maupun Pemda..
Pendanaan pengurangan risiko bencana oleh Pemda berasal dari APBN, APBD maupun kerja sama dengan pihak‐pihak lainnya namun jumlahnya sangat terbatas. Pada mata anggaran Pemda, belum ada nomenklatur untuk kegiatan PRB, namun secara substansi program/kegiatan dapat mengakomodasikan program/kegiatan PRB. Pengurangan risiko bencana merupakan tanggung jawab pemerintah daerah tapi banyak dari Pemda yang belum menyadari pentingnya pendanaan untuk menunjang pengurangan risiko bencana tersebut. Keterbatasan APBD menyebabkan Pemda (Bappeda dan Satkorlak) melakukakan kerjasama dengan K/L, Perguruan Tinggi, dan Donor/Komunitas Internasional/NGO. Untuk Jawa Barat terdapat permasalahan dalam menemukan pihak yang akan mensponsori disaster management plan, dan butuh 3 tahun Provinsi Jawa Barat untuk mengalokasikan anggaran. Rencana induk pengurangan risiko bencana yang akan disusun oleh Bappeda sebenanya adalah rencana 2 (dua) tahun yang lalu, dan baru disetujui untuk disusun karena anggaran baru tersedia pada tahun 2008 ini. Beriku ini gambaran kapasitas stakeholders dalam mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana berdasarkan masing‐masing prioritas RAN PRB. 11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall
mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt
Kapasitas Kelembagaan Pada aspek kapasitas yang terkait dengan kelembagaan, terutama yang
berhubungan dengan kelembagaan, aturan dan mekanisme serta tindak lanjut yang diambil dalam perencanaan dan pelaksanaan Prioritas I RAN PRB. Pada penyusunan kerangka hukum/ kebijakan yang menjadikan PRB sebagai prioritas nasional maupun daerah, seperti BNPB hingga saat ini masih banyak memerlukan pedoman yang merupakan turunan dari UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Walaupun secara kuantitatif, jumlah pedoman yang sudah jelas yaitu sebanyak 16 Peraturan Pemerintah (PP). Termasuk penatakelolaan pencegahan dan penanggulangan bencana yang memadukan kegiatan penanggulangan bencana dalam pemerintahan dan pembangunan. Semua dilaksanakan oleh BNPB di bawah koordinasi kedeputian bidang pencegahan dan kesiapsiagaan. DEPDAGRI melalui direktorat pencegahan dan penanggulangan bencana, telah berhasil menerbitkan beberapa kerangka hukum terkait mitigasi bencana seperti Peraturan Mendagri No. 33/2007 tentang mitigasi bencana dan Peraturan Mendagri No. 27/2007 tentang sarana prasarana PRB. Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pada aspek kapasitas yang terkait dengan sumber daya manusia terutama yang terdapat pada pelaksana kegiatan di Prioritas I, khususnya pada kegiatan peningkatan kapasitas SDM aparatur dalam pelaksanaan kebijakan, program, hukum dan peraturan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Ada beberapa instansi/lembaga
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐36
yang secara intensif dalam kurun waktu tahun 2007 dan 2008, sebagaimana yang dilaksanakan oleh: • BAPPEDA PROV. SULSEL pada tahun 2008 melalui Dinas Kesos Linmas melaksanakan
: Pelatihan Petugas Penanggulangan Bencana; Pelatihan Kesiapsiagaan Masyarakat; Pelatihan tenaga penyuluh penanggulangan bencana; Pelatihan petugas dokumentasi dan komunikasi penanggulangan bencana dan lainnya.
• UPN Veteran Yogyakarta bersama Pemda setempat melaksanakan Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Peredaman Risiko Bencana Letusan Gunung Merapi dalam rangka kebutuhan dan rencana advokasi untuk mempengaruhi kebijakan penganggaran dan kelembagaan pemerintah di 4 kabupaten tersusun dan dilaksanakan (Kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang).
• DEPSOS pada tahun 2007 melaksanakan pemantapan TAGANA sebagai personel penanggulangan bencana berbasis komunitas; Pengembangan SDM TAGANA; dan Penguatan Tim Manajemen TAGANA di Pusat dan Daerah.
• PSBA UGM Yogyakarta bersama DEPSOS melaksanakan Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia bagi aparatur Dinsos seluruh Indonesia, yang dilaksanakan pada tahun 2007.
22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa
mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii Kapasitas Kelembagaan
Pada aspek kapasitas yang terkait dengan kelembagaan terutama yang berhubungan dengan kelembagaan, aturan dan mekanisme serta tindak lanjut yang diambil dalam perencanaan dan pelaksanaan RAN PRB terutama yang terkait dengan Prioritas II. Pada kegiatan pengembangan sistem peringatan dini dan penyebarluasan informasi secara periodik dalam upaya pengurangan risiko bencana seperti BAKOSURTANAL melaksanakan difusi dan pemanfaatan ristek, Peta RBI skala 1:10.000 untuk penyusunan daerah rawan bencana untuk lokasi Padang dan Bengkulu; dan pemetaan tematik Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Matra Darat yang merupakan hasil pengolahan dari data spasial dengan cakupan wilayah nasional. Pelaksanaan kegiatan ini berada di bawah kapasitas koordinasi kedeputian bidang survei dasar dan sumber daya alam. BMG dalam kurun waktu tahun 2007 dan 2008 melaksanakan pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang berlokasi di seluruh wilayah di Indonesia, dibawah pengawasan kedeputian sistem informasi dan data geofisika. DKP melaksanakan pengembangan Sistem Informasi Tsunami dan Sistem Informasi Mitigasi Bencana, sehingga terintegrasi untuk mitigasi tsunami di daerah‐daerah pusat aktifitasi perikanan dan kelautan yang dikoordinasikan oleh Direktorat Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan. Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pada aspek kapasitas yang terkait dengan sumber daya manusia terutama yang terdapat pada pelaksana kegiatan di Prioritas II, khususnya pada kegiatan peningkatan metoda ilmiah dan teknis serta kapasitas pengkajian risiko, monitoring dan peringatan dini melalui penelitian, kerjasama, pelatihan, dan peningkatan kapasitas
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐37
teknis. Ada beberapa instansi/lembaga yang secara intensif dalam kurun waktu tahun 2007 dan 2008 melaksanakan kegiatan terkait, diantaranya adalah: • DEPDAGRI pada tahun 2007 melaksanakan program peningkatan Profesionalisme
Aparatur Pemerintah Daerah yang akan menghasilkan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam usaha mitigasi bencana.
• IFRC melaksanakan penguatan kapasitas dan jaringan relawan terhadap PMI melalui kantor pusat PMI dan membangun komunitas yang tahan uji.
33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk
mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt..
Beberapa gambaran kapasitas yang terkait dengan priroitas III RAN PRB mengambil tiga kasus institusi yaitu DEPKOMINFO, PMB ITB dan PSBA UGM dalam kegiatan pengurangan risiko bencana yang dilihat dari dua aspek yaitu aspek kapasitas kelembagaan, kapasitas Sumber Daya Manusia, yang secara umum sebagai berikut ; Kapasitas Kelembagaan
• Kegiatan disseminasi pengurangan risiko bencana secara spesifik dilaksanakan oleh DEPKOMINFO seperti disseminasi tentang kegiatan tsunami drill 2007 dan 2008. Secara kelembagaan, unit di DEPKOMINFO yang menangani pengurangan risiko bencana yaitu berada di bawah Direktorat Komunikasi Kelembagaan Pemerintah (KKP). Namun, dalam waktu dekat ini akan ada perubahan struktur organisasi atau reorganisasi di tubuh kelembagaan DEPKOMINFO yang berdampak pula pada struktur Direktorat KKP pula. Secara otomatis belum diketahui bagian unit mana yang akan menjadi penanggung jawab atau yang mengkoordinasikan kegiatan pengurangan risiko bencana di kementerian kominfo.
• Sedangkan pada Kemenng RISTEK, pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana dilaksanakan oleh unit tersendiri yaitu institusi PIRBA. Institusi ini yang memfokuskan dan berkonsentrasi dalam kegiatan pengurangan risiko bencana di Indonesia yang bekerja sama dengan berbagai stakeholders baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
• Kapasitas Kelembagaan PMB ITB berada di bawah institusi ITB yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pada penanganan mitigasi bencana.
• Kapasitas kelembagaan, PSBA UGM berada di bawah rektor UGM. Payung hukum keberadaan kelembagaan ini pun dikeluarkan oleh pihak rektor UGM selaku penanggung jawab institusi UGM secara umum. Bila memperhatikan pada profile organisasi PSBA UGM maka dalam program pengurangan risiko bencana lebih banyak penelitian, pendidikan dan seminar yang secara umum lebih banyak pada prioritas III RAN PRB. Berdasarkan data dan informasi di atas dapat dinilai bahwa pada institusi K/L
mempunyai dua pola yaitu ada melekat pada struktur organisasinya pada unit‐unit K/L tersebut, hanya saja kegiatan pengurangan risiko bencana dilakcanakan oleh unit tersebut. Namun, terdapat pula struktur organisasi yang khusus atau unit khusus pada K/L yang melaksanakan kegiatan penguranagn risiko bencana. Sedangkan pada Perguruan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐38
Tinggi, unit yang melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana berada pada struktur khusus di bawah rektorat Perguruan Tinggi melalui surat keputusan rektor. Namun demikian, struktur atau unit khusus tersebut dapat mempunyai wewenang sendiri dalam menentukan arah dan tujuan unit organisasi serta menggali sumber pendanaan kegiatan dari berbagai sumber. Kapasitas Sumber Daya Manusia
• Sedangkan kapasitas Sumber Daya Manusia di DEPKOMINFO yang melaksanakan kegiatan disseminasi pengurangan risiko bencana yaitu terdiri dari semua subdit yang berada di bawah Direktorat KKP yang saling mendukung dan membantu bila terdapat kegiatan atau undangan partisipasi pada kegiatan pengurangan risiko bencana dari lembaga‐lembaga lain.
• Kapasitas PMB ITB dalam pelaksanaan pengurangan risiko bencana terdiri dari para researcher atau dosen. Komposisi SDM untuk staf operasional jumlahnya terbatas, yaitu hanya 10 personel lulusan S1 dan S2.
• Tenaga Ahli yang terlibat pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana di dalam PSBA UGM berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti, geografi, kedokteran, arkoelogi, geophisik, vulkanologi, biologi lingkungan, pertanian, kehutanan dan lain‐lain. Dari hasil konsultasi dan pengumpulan data yang dilaksanakan oleh Tim Evaluasi
RAN PRB menunjukkan bahwa ada intitusi baik di K/L, konunitas internasiona/donor, NGO, Perguruan Tinggi maupun Pemda yang mempunyai kapasitas Sumber Daya Manusia yang cukup dan memadai untuk melaksanakan kegiatan penguranagn risiko bencana karena memiliki unit khusus dan SDM yang sudah terlatih dan terdidik secara khusus. Namun, terdapat pula stakeholders yang tidak mempunyai unit khusus yang mempunyai SDM secara khusus pula untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa Kapasitas Kelembagaan
Kegiatan BPPT terkait dengan prioritas IV antara lain mengatasi bencana kebakaran melalui Unit Teknis Hujan Buatan dan Melaksanakan Program global warming yang merupakan tindak lanjut dari Konferensi Bali. Secara kelembagaan, unit khusus di BPPT yang menangani kegiatan pengurangan risiko bencana berada di bawah Bidang Teknologi Mitigasi Bencana walaupun secara pendekatan teknologi masih perlu bekerja sama dengan bidang‐bidang lain yang ada di dalam BPPT. Selain itu dalam kapasitas kelembagaan oleh Dep. PU pada penyusunan RTRW Kab/Kota berbasis pengurangan risiko bencana, DKP melalui Direktorat Pesisir dan Lautan melaksanakan kegiaan peningkatan koordinasi penataan ruang laut, pesisir, dan pulau‐pulau kecil serta terfasilitasinya penyusunan tata ruang laut dan pesisir di 25 kab/kota. Secara kelembagaan, penanganan PRB di Provinsi DIY adalah Satkorlak yang pada dasarnya lebih fokus pada penanganan tahap tanggap darurat, dan kemungkinan kelembagaan ini yang akan diwujudkan menjadi BDPB.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐39
Kapasitas SDM
Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan pada prioritas IV ini sebaiknya adalah SDM yang benar‐benar mengerti dan paham mengenai hal‐hal teknis dalam mengurangi risiko bencana terutama pada manajemen sumberdaya alam dan lingkungan, pengembangan sosial dan ekonomi, dan perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya.
Apabila dilihat dari sisi kuantitas SDM dinilai masih kurang memadai sehingga menyebabkan ada beberapa kegiatan yang tertunda karena kurangnya SDM. Untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut diadakan pelatihan/capacity building di masing‐masing instansi terkait yang biasanya diadakan secara rutin setiap tahunnya, misalnya BNPB melaksanakan sertifikasi instruktur kebencanaan di Indonesia sehingga mempunyai standar dan kualifikasi yang memadai.
55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa
ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff.. Kapasitas Kelembagaan
Pada aspek kapasitas kelembagaan di prioritas V antara lain kegiatan yang dilaksanakan oleh Bakornas PB/BNPB dalam pengurangan risiko bencana melalui pemberian dukungan, bantuan dan pelayanan yang terkait dengan masalah bencana dan kedaruratan; terselenggaranya posko penanggulangan bencana, Penyelenggaraan penanganan tanggap darurat secara terkoordinasi dan terpadu, termasuk terkelolanya bantuan kedaruratan logistik dan peralatan, serta pelaksanaan monitoring kesiapsiagaan bencana. Dari sisi Donor/Komunitas Internasional/NGO yang terkait dengan prioritas V adalah PMI yang melaksanakan simulasi penanggulangan bencana, pengadaan perlengkapan bantuan penanggulangan bencana, dan membentuk posko penanggulangan bencana/crisis center
Pada salah satu lokasi sampel di Provinsi Sulsel, Dinas Kesos Linmas melaksanakan pelatihan kesiapsiagaan masyarakat sedangkan Bappeda sejauh ini hanya berperan sebagai badan koordinasi seluruh lembaga/instansi yang ada di daerah dalam perencanaan pembangunan.
Kapasitas SDM
Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan pada prioritas V ini sebaiknya adalah SDM yang benar‐benar mengerti dan paham bagaimana cara untuk memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat khususnya pada daerah yang rawan bahaya.
Apabila dilihat dari sisi kuantitas SDM dinilai masih kurang memadai, misalnya pada OXFAM GB. Hal ini terutama pada saat terjadinya bencana dengan kategori yang cukup besar di beberapa daerah sekaligus yang membutuhkan respon segera, sedangkan SDM yang ada terbatas. Meskipun OXFAM GB bekerja dengan mitra, namun pada tingkat tertentu OXFAM GB tetap memegang peranan lebih, terutama dalam dukungan secara teknis
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐40
Untuk meningkatkan kualitas SDM pada stakeholder terkait diadakan pelatihan/capacity building di masing‐masing instansi terkait yang biasanya didakan secara rutin setiap tahunnya.
44..44.. AASSPPEEKK KKOONNSSUULLTTAASSII
Aspek konsultasi merupakan bagian keempat dari indikator yang digunakan dengan menilai aspek keikutsertaan atau partisipasi masyarakat dalam rangka pelaksanaan pengurangan risiko bencana. Berbagai media komunikasi dan informasi yang dapat digunakan dalam menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengurangan risiko bencana melalui berbagai forum dalam rangka menyerap aspirasi dan pandangan dalam konteks pada saat sebelum bencana, saat bencana dan setelah peritiwa bencana.
Dalam rangka penyebarluasan hasil‐hasil pelaksanaan pengurangan risiko bencana yang dilaksanakan oleh K/L, Donor/komunitas internasional, NGO, Perguruan Tinggi dan Pemda terkait dengan RAN PRB dapat diketahui oleh publik secara luas melalui media partisipasi secara langsung yang dipakai yaitu melalui forum sosialisasi, seminar, konferensi, workshop dan dialog publik. Sedangkan ketersediaan dan kemudahan akses bagi publik dalam bentuk website, media cetak, media elektronik, brosur, leaflet, dan pencetakan buku yang akan disebarluaskan kepada publik. 11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall
mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt Media Partisipasi Masyarakat Secara Langsung
Peran partisipasi masyarakat secara umum dalam upaya pengurangan risiko bencana, baik melalui kebijakan khusus, membuat jejaringan antara stakeholders maupun pengelolaan sumberdaya yang strategis. Seperti pada kegiatan penyusunan kerangka hukum/ kebijakan maupun pedoman yang menjadikan PRB sebagai prioritas nasional maupun daerah. Berdasarkan dokumen yang diperoleh sejauh ini ada beberapa kegiatan yang melibatkan dan dapat menjadi media masyarakat secara langsung, diantaranya : • OXFAM GB melaksanakan penyusunan rencana aksi masyarakat untuk pengurangan
resiko bencana (RAM) tersusun di 15 desa. Sehingga tingkat partisipasi masyarakat dapat dinilai melalui pelaksanaan rencana aksi tersebut.
• DEPSOS menerbitkan buku TARUNA SIAGA BENCANA Sebagai Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas, diharapkan agar masyarakat siaga terhadap bencana walaupun tidak menjadi personil TAGANA.
• SATKORLAK Provinsi Jawa Barat tahun 2007 telah melaksanakan Pelatihan Manajemen Kedaruratan dan Perencanaan Kontijensi di Ciamis, sehingga hal ini menjadi media prtisipasi yang efektif bagi masyarakat.
• CEEDEDS UII Yogyakarta melaksanakan Sertifikasi Mandor Bangunan Tahan Gempa dengan keluaran agar adanya mandor bangunan yang memiliki kompetensi yang ditentukan akan memperoleh sertifikat dengan lokasi Yogyakarta. Ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang berpofesi di bidang bangunan.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐41
Ketersediaan dan Kemudahan Akses Informasi Publik
Dalam ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik pada Prioritas I terdapat berbagai variasi program/ kegiatan, seperti halnya yang dilaksanakan oleh: • DEPDAGRI dalam mensosialisasikan prosedur tetap (PROTAP) atau SOP untuk segala
potensi bencana telah disusun masing‐masing provinsi dan telah dibakukan dalam bentuk SK Gubernur dan PROTAP.
• Dep. PU membangun Management Information System (MIS) untuk data bangunan. Dalam rangka mempermudah masayarakat menggunakannya sebagai pedoman dalam membangun bangunan yang berbasis mitigasi bencana. Namun demikian penyampaian informasi diatas masih memerlukan sosialisasi
lebih jauh ke dalam lingkungan masyarakat. Disamping itu, mayoritas pelaksana PRB yang terlibat dalam RAN PRB telah memiliki jaringan website sebagai media penyampaian informasi. Disamping itu, ada beberapa instansi/lembaga yang aktif menerbitkan newsletter tentang perkembangan pelaksanaan kegiatan. 22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa
mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii Media Partisipasi Masyarakat Secara Langsung
Pada Prioritas II terkait peran partisipasi masyarakat secara umum dalam upaya pengurangan risiko bencana, baik itu melalui identifikasi, kajian maupun pemantauan terhadap risiko bencana serta penerapan sistem peringatan dini. Seperti pada kegiatan pengembangan sistem peringatan dini dan penyebarluasan informasi secara periodik dalam upaya pengurangan risiko bencana. Berdasarkan dokumen yang diperoleh sejauh ini ada beberapa kegiatan yang melibatkan dan dapat menjadi media masyarakat secara langsung, diantaranya : • OXFAM GB melaksanakan kegiatan Penerjemahan Karakter Masyarakat yang Tahan
Bencana. Agar nantinya masyarakat tidak kaget dengan datangnya bencana sewaktu‐waktu.
• Dep. PU melaksanakan pembangunan Balai Besar Wilayah Sungai di wilayah rawan bencana banjir dan Pembangunan EWS, kerjasama dengan RAPI untuk menyebarluaskan bencana, akses ketinggian muka air untuk seluruh wilayah. Dengan kegiatan psrtisipasi masyarakat akan terlihat dalam penanganan bencana banjir.
• BNPB melaksanakan kegiatan peningkatan Daya Tahan Masyarakat terhadap Bencana melalui Pengembangan sistem deteksi dini (early warning system) dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakat.
• BAKOSURTANAL pada tahun 2007 melaksanakan pengembangan sistem informasi rawan ketahanan pangan sebagai upaya kesiapsiagaan bagi masyarakat dan wilayah‐wilayah yang rentan terhadap kebutuhan pangan.
• BMG pada tahun 2008 mengembangkan MEWS (Meteorologi Early Warning System) termasuk pembangunan pusat peringatan siklon tropis dan radar cuaca. Untuk memudahkan masyarakat dan instansi/lembaga media dalam menyampaikan informasi sedini mungkin dalam rangka kesiapsiagaan.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐42
Namun demikian secara umum masih diperlukan penyebarluasan hasil‐hasil pelaksanaan pengurangan risiko bencana yang dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan PRB yang dapat diakses oleh publik melalui media website, media cetak, media elektronik, brosur, leaflet, dan pencetakan buku yang akan dibagi‐bagikan kepada publik. Ketersediaan dan Kemudahan Akses Informasi Publik
Dalam ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik pada Prioritas II terdapat berbagai variasi program/ kegiatan dalam kurun waktu tahu 2007 dan 2008, seperti halnya yang dilaksanakan oleh: • BPPT mendesain SIRMA (Sistem Informasi Risiko Multi Bencana) untuk
melaksanakan kajian terhadap resiko multi bencana, monitoring iklim dan cuaca. • BAKOSURTANAL sedang mengembangkan SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN
NASIONAL (SIKN), yang akan menghasilkan: Konsep SIKN terintegrasi (ICT dan Tradisional) yang praktis sesuai kondisi aktual daerah; dan Model peta kapasitas dan risiko bencana. Untuk tahun 2008 ini dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta dan Padang. Namun demikian penyampaian informasi diatas masih memerlukan sosialisasi
lebih jauh ke dalam lingkungan masyarakat. Disamping itu, mayoritas pelaksana PRB yang terlibat dalam RAN PRB telah memiliki jaringan website sebagai media penyampaian informasi. Disamping itu, ada beberapa instansi/lembaga yang aktif menerbitkan newsletter tentang perkembangan pelaksanaan kegiatan. Ada juga kegiatan seperti Public Education yang dibentuk melalui kerjasama Kerjasama Pusat Vulkanologi /DESDM dengan pemerintah provinsi dan daerah dalam mengadakan sosialisasi peta geologi. Kegiatan ini akan mendukung dalam mengumpulkan dan melakukan standarisasi data dan informasi statistik mengenai risiko, dampak, dan kerugian bencana dimasa mendatang. 33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk
mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt..
Media Partisipasi Masyarakat Secara Langsung
Kegiatan Tsunami Drill yang merupakan wahana pelatihan menghadapi peristiwa bencana tsunami maka sangat diperlukan penyampaian informasi secara luas kepada kepada masyarakat secara luas supaya dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Institusi yang sangat berperan aktif dalam proses penyebarluasana kegiatan Tsunami Drill yaitu DEPKOMINFO.
Selain itu, beberapa kegiatan pengurangan risiko bencana yang dilaksanakan oleh PMB ITB yang diarahkan pada pelibatan dan keikutsertaan masyarakat secara luasr, antara lain; membangkitkan kembali jaringan kerjasama dan komunikasi, penyempurnaan sistem penginstitusionalisasian sebagai salah satu pusat informasi bencana di Indonesia, sosialisasi materi program kepada guru‐guru di seluruh Indonesia melalui kegiatan TOT. Dengan demikian, melalui penyebarluasan kepada publik melalui berbagai pelibatan langsung masyarakat maka diharapkan tumbuhnya kesadaran publik terhadap perlunya upaya preventif dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐43
Ketersediaan dan Kemudahan Akses Informasi Publik
Sedangkan ketersediaan dan kemudahan akses bagi publik dalam pelaksanaan kegiatan Prioritas III dapat berwujud berbagai bentuk.
♦ LIPI pada tahun 2007 membuat buku bahan ajar dengan judul CSS (Children Science Support) yang bekerja sama dengan COMPRESS.
♦ Kemenneg RISTEK melalui PIRBA menerbitkan Buku Komik untuk Pendidikan Siaga Gempa Bumi dan Tsunami yang diperuntukkan untuk TK, Guru, dan Panduan Guru.
♦ BPPT yang bekerja sama dengan Dep. PU, Bakornas PB.BNPB dan Hanns Seider Foundation Indonesia menerbitkan Buku Laporan Rapid Assessment Bencana Indonesia 2007.
♦ BAKOSURTANAL melalui unit Pusat Survei Sumberdaya Alam Darat menerbitkan buku panduan Pengembangan Sistem Informasi Bencana Alam Berbasis WEB pada tahun 2007.
♦ PMB ITB bekerja sama dengan UNESCO, UNISDR, dan DEPDIKNAS menerbitkan Buku Pelatihan Guru untuk Program Kesiapan Sekolah terhadap Bahaya Gempa yang terdiri dari tiga jilid, yaitu Buku 1: Buku Pengayaan Guru, Buku 2 : Bahan Ajar Guru, dan Buku 3 : Lembar Kerja Siswa. Berdasarkan hasil konsultasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Tim
Evaluasi RAN PRB menunjukkan bahwa antar berbagai institusi yang melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana terdapat bentuk media dan kemudahan informasi yang sama. Walaupun mempunyai bentuk media yang sama namun secara tematik berbreda‐beda dalam rangka mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana 44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa Media Partisipasi Masyarakat Secara Langsung
Dalam mengurangi faktor penyebab risiko bencana, media partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan melalui keterlibatannya di dalam pelaksanaan kegiatan untuk prioritas IV, misalnya :
• Bakornas PB/BNPB bersama DEPHUT melibatkan masyarakat melalui penanaman pohon dengan tujuan menjaga kondisi hutan dan lingkungan
• DKP melaksanakan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat di Demak bersama OISCA, dan rehabilitasi terumbu karang berbasis masyarakat di Bali, Pangandaran, Batang, Lombok Tengah
Ketersediaan dan Kemudahan Akses Informasi Publik
Ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik terkait dengan pengurangan risiko bencana dapat dilaksanaan dengan cara sosialisasi/penyuluhan melalui media cetak, media elektonik, poster dan leaflet, dan lain‐lain. Informasi yang disosialisasikan mengenai tentang kebencanaan dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana di suatu daerah rawan bencana.
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐44
55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff..
Media Partisipasi Masyarakat Secara Langsung
Minimnya pengetahuan dan akses terhadap informasi potensi bencana pada tingkat masyarakat menjadi titik lemah kesadaran masyarakat itu sendiri dalam kesiapsiagaan terhadap bencana. Kelompok sasaran mencakup personil keamanan umum dan petugas tanggap darurat, organisasi Non Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, Dinas Pendidikan dan pengelola Sekolah, Pengelola Rumah Sakit, Pengusaha, Konsultan Teknik dan Kontraktor serta masyarakat umum. Oleh karena itu diperlukan kegiatan yang melibatkan masyarakat dan berkelanjutan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, misalnya:
• Pendampingan teknis dalam rangka tersusunnya rencana kontijensi yang melibatkan tokoh masyarakat yang dilaksankan oleh DEPKES, Bakornas PB/BNPB, DESDM, LIPI, OXFAM GB, PMI. Selain itu Bappeda dan Satkorlak PB DIY terdapat forum merapi yang berfungsi untuk menyusun contigency plan yang berbasiskan masyarakat.
• OXFAM GB senantiasa melakukan pendekatan‐pendekatan partisipatoris dalam semua tahap kegiatan yaitu bekerja melalui atau dengan mitra di tingkat komunitas. Tim Tanggap Darurat (ERT) telah membuat konsep mengenai cara‐cara mendorong partisipasi dan melibatkan peran perempuan dalam proses pembuatan keputusan serta juga mendorong adanya umpan balik dari masyarakat untuk semakin meningkatkan kinerja dan sistem selain juga untuk pembelajaran. Pendekatan partisipatoris juga bertujuan untuk membangun ”rasa memiliki” semua pihak yang terlibat dalam proyek penanganan bencana. Lebih jauh lagi dengan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap proyek akan membangun semangat suka rela dalam melaksanakan semua tugas dan tanggungnya. Sebagai contoh Oxfam melaksanakan rencana aksi masyarakat untuk pengurangan risiko bencana di 15 desa.
• MPBI melakukan kegiatan pendampingan masyarakat Aceh dan Merapi untuk Community Based Disaster Risk Management.
• PMB ITB melalui proyek Developing Community Based Risk Reduction in Aceh Province and West Sumatra Province, dengan keluaran meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan cara peningkatan kapasitas masyarakat mengenai pemahaman terhadap bencana alam dan bagaimana cara mengatasinya serta Terbentuknya kelompok masyarakat yang peduli dan tanggap terhadap bencana
• PMI bekerjasama dengan organisasi masyarakat setempat dan menyelenggarakan program pelatihan praktis kepada anggota masyarakat setempat. Selain itu juga menyusun program pencegahan/mitigasi dampak bencana bersama‐sama masyarakat
• IFRC melaksanakan pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan melalui program KBBM dan PERTAMA melalui gladi dan simulasi kesiapsiagaan tanggap darurat bencana. IFRC memobilisaisi dan memberikan wewenang/kuasa kepada masyarakat untuk dapat mengimplentasikan kesiapsiagaan, mitigasi dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2007-2008 Bab IV
IV‐45
pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas masyarakat (proyek KBBM dan PERTAMA) sesuai dengan risiko, kerentanan, dan karakteristik bencana
• UPN Veteran Yogyakarta melaksanakan rencana tanggap bencana berbasis masyarakat terformulasi dan masyarakat terlatih untuk melaksanakannya.
Ketersediaan dan Kemudahan Akses Informasi Publik
Ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik terkait dengan pengurangan risiko bencana dapat dilaksanaan dengan cara sosialisasi/penyuluhan melalui media cetak, media elektonik, poster dan leaflet, dan lain‐lain. Informasi yang disosialisasikan mengenai tentang kebencanaan dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana di suatu daerah rawan bencana. Misalnya pada instansi Kemeneg Ristek menggunakan beberapa media konsultasi yaitu TV, radio, pameran, website, penerbitan buku, penerbitan majalah, leaflet dan lain‐lain. Untuk radio ada acara IPTEK VOICE yang memuat materi‐materi kebencanaan, untuk TV sedang dilakukan penjajakan dengan TVRI. Selain itu, akan dilaksanakan pameran Ristek pada Agustus 2008 dan pameran kebencanaan pada November 2008.
Penutup Bab V
V‐1
Bab V Penutup
Beberapa kesimpulan dalam laporan evaluasi terhadap RAN PRB Tahun 2007‐2008
ini dikelompokkan ke dalam 4 K yaitu konsistensi, koordinasi, kapasitas, dan konsultasi. Adapun rekomendasi‐rekomendasi yang dirumuskan diharapkan dapat menjadi masukan dan saran kepada berbagai stakeholders yang terlibat langsung dalam pelaksanaan RAN PRB pada tahun berikutnya dan terbentuknya National Platform di Indonesia.
55..11.. KKEESSIIMMPPUULLAANN Berdasarkan bab‐bab sebelumnya dapat disimpulkan evaluasi pelaksanaan RAN
PRB tahun 2007 dan 2008 berdasarkan konsistensi, koordinasi, kapasitas, dan konsultasi. 5.1.1 KONSISTENSI
• Konsistensi antara dokumen perencanaan pada K/L secara formal melalui proses Musrenbang Nasional yang dokumen perencanaannya dituang ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007 dan 2008.
• Minimnya jumlah K/L yang memasukkan PRB ke dalam Renja K/L di setiap prioritas nasional tahunan.
• Konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan secara umum telah konsisten, namun ada beberapa stakeholders yang kurang berperan aktif, serta ada beberapa stakeholders yang tidak tercantum dalam RAN PRB namun melaksanakan kegiatan.
• Ada beberapa stakeholders yang tidak merujuk kepada RAN PRB namun memiliki dasar yang kuat dalam melaksanakan PRB, misalnya :
o DKP merujuk kepada Renstra DKP yang lahir sebelum adanya dokumen RAN PRB
o Pemda dan LSM lokal yang berada di Sulawesi Selatan merujuk kepada Deklarasi Makasar yang lahir pada tahun 2000
o Program dan perencanan yang terdapat di UNESCO telah terintegrasi dengan baik ke dalam dokumen RAN PRB
5.1.2 KOORDINASI
• Ada beberapa mekanisme koordinasi dalam penyusunan perencanaan yang dilakukan oleh stakeholders, yaitu : o Koordinasi antara K/L dengan Bappenas sebagai badan perencanaan, BNPB
sebagai badan penanggulangan bencana dan Depkeu dalam penganggaran. o Koordinasi antara K/L dengan Donor/Komunitas Internasional/NGO o Komunitas Internasional/NGO berkoordinasi dengan Bappenas dalam
perencana program, Depkeu dalam penganggaran, funding agency, dan implementing agency terkait.
o Perguruan tinggi berkoordinasi dengan K/L, Pemda, dan funding agency terkait
Penutup Bab V
V‐2
o Pemerintah Daerah melalui Satkorlak PB melibatkan SKPD teknis (Misalnya Dinas Sosial, Dinas Kimpraswil, Badan Kesbang Linmas, dan lain sebagainya).
• Berdasarkan hasil evaluasi tentang pemetaan stakeholders yang terlibat dalam kegiatan RAN PRB pada prioritas I sampai V terkait dengan mekanisme koordinasi pelaksanaan maka dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kuadran, yaitu : o Stakeholders yang berkomitmen dan melaksanakan kegiatan PRB o Stakeholders yang berkomitmen namun tidak melaksanakan kegiatan PRB o Stakeholders yang tidak berkomitmen tapi melaksanakan kegiatan PRB o Stakeholders yang tidak berkomitmen dan tidak melaksanakan kegiatan PRB
• Mekanisme koordinasi yang baik telah menghasilkan pelaksanaan kegiatan PRB yang saling mendukung, saling melengkapi, dan menghindari terjadinya tumpang tindih program/kegiatan PRB antar stakeholders
5.1.3 KAPASITAS
• Kapasitas Kelembagaan o Dalam kurun waktu tahun 2007 dan 2008, sangat minim stakeholders yang
fokus dalam melaksanakan kegiatan PRB o Terdapat keberagaman aturan, mekanisme, dan tindak lanjut dalam menyusun
perencanaan sampai pelaksanaan. o Pada K/L terdapat unit khusus atau struktural yang menangani kegiatan PRB,
namun ada pula K/L yang tidak memiliki unit khusus atau struktural namun melaksanakan kegiatan PRB.
• Kapasitas SDM o Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan masih terbatasnya kapasitas SDM
baik secara kuantitas dan kurang memadai secara kualitas. o SDM pada tingkat K/L dan Pemda yang menangani kegiatan PRB hanya
mengandalkan SDM yang ada di unit khusus/struktural o SDM pada donor/Komunitas Internasional/NGO berperan secara variatif
seperti unit khusus, koordinator, dan implementing agency. o SDM di Perguruan Tinggi lebih banyak mengandalkan kepada tenaga‐tenaga
pengajar/dosen dimana latar belakang SDM mereka terdiri dari berbagai latar disiplin keilmuan
• Kapasitas Pendanaan o Keterbatasan kemampuan pendanaan dari berbagai stakeholders
menyebabkan minimnya kegiatan PRB yang terimplementasi oleh stakeholders o Sumber pendanaan K/L berasal dari APBN dan Non APBN (PHLN) o Sumber pendanaan Donor/Komunitas Internasional/NGO berasal dari dana
internal dan mengupayakan bantuan dana dari sumber lain. o Sumber pendanaan Perguruan Tinggi sangat mengandalkan pada kerja sama
dan bantuan dari pihak‐pihak yang mempunyai kepentingan yang sama untuk melaksanakan kegiatan PRB
o Pendanaan pengurangan risiko bencana oleh Pemda berasal dari APBN, APBD maupun kerja sama dengan pihak‐pihak lainnya. Pada mata anggaran Pemda, belum ada nomenklatur untuk kegiatan PRB di dalam APBD, namun secara substansi program/kegiatan dalam APBD tersebut dapat mengakomodasikan program/kegiatan PRB
Penutup Bab V
V‐3
5.1.4 KONSULTASI • Media partisipasi masyarakat dilaksanakan melalui :
o Forum pertemuan yang diadakan untuk mengakomodasi permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan pelaksanaan
o Pelatihan dan kampanye pendidikan/lokakarya/seminar, misalnya yang dilakukan oleh Kemeng Ristek dan UNESCO melalui latihan‐latihan evakuasi tsunami (tsunami drill), pelatihan dasar‐dasar manajemen tanggap darurat untuk masyarakat, dan lain sebagainya
o Fasilitasi pendampingan yang dilakukan oleh para stakeholders dalam pelaksanaan RAN PRB, misalnya dalam penyususnan rencana kontijensi
• Ketersediaan akses informasi dan kemudahan akses informasi publik dalam rangka
mendukung partisipasi publik melalui : o Media elektronik dan cetak seperti film, video, radio, TV, buku, brosur,
pamfet, leaflet, dan stiker. o Website dan internet o Teknik yang dipergunakan pada penyebarluasan dilakukan melalui
seminar, konferensi, sosialisasi, dialog publik, workshop dam bentuk kegiatan lainnya.
55..22.. RREEKKOOMMEENNDDAASSII Beberapa rekomendasi khusus dari hasil evaluasi RAN PRB antara lain :
• Hendaknya RAN PRB menjadi dokumen strategis dan menjadi basis perencanaan bagi stakeholders dalam melakukan penyusunan kegiatan pengurangan risiko bencana serta penyusunan kebijakan pembangunan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Dengan demikian, dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai barometer dalam mengukur tingkat kemajuan pelaksanaan pengurangan risiko bencana.
• Pembentukan National Platform hendaknya dapat dilakukan melalui proses yang partsisipatif dan konsultatif dengan melibatkan berbagai lapisan stakeholders antara lain K/L, Donor/Komunitas Internasional/NGO, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Media Massa, Private Sector, serta kelompok‐kelompok sosial lainnya yang mempunyai komitmen dan perhatian terhadap isu pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Rekomendasi berdasarkan prioritas pada RAN PRB, antara lain : 11.. FFookkuuss PPrriioorriittaass II :: MMeelleettaakkkkaann ppeenngguurraannggaann rriissiikkoo bbeennccaannaa sseebbaaggaaii pprriioorriittaass nnaassiioonnaall
mmaauuppuunn ddaaeerraahh yyaanngg ppeellaakkssaannaaaannnnyyaa hhaarruuss ddiidduukkuunngg oolleehh kkeelleemmbbaaggaaaann yyaanngg kkuuaatt • Diperlukannya percepatan penyusunan kebijakan turunan dan pedoman teknis
yang merupakan penjabaran dari peraturan perundang‐undangan yang terkait dengan PRB
• Perlunya keseriusan K/L dalam mengintegrasikan program/kegiatan PRB ke dalam salah satu prioritas kebijakan kelembagaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing‐masing
Penutup Bab V
V‐4
• Mendorong komitmen Donor/Komunitas Internasional/NGO dalam perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan PRB dengan memperhatikan regulasi atau peraturan perundang‐undangan yang berlaku secara nasional
• Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam penyusunan program/kegiatan PRB pada masing‐masing instansi melalui beberapa bentuk kegiatan antara lain pelatihan manajemen bencana, pengolahan data bencana, TOT, dan lain sebagainya.
• Pentingnya penyelenggaraan kegiatan PRB yang berbasis masyarakat secara berkelanjutan dan berkesinambungan, misalnya kelompok kerja masyarakat, kelompok belajar masyarakat
22.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIII :: MMeennggiiddeennttiiffiikkaassii,, mmeennggkkaajjii ddaann mmeemmaannttaauu rriissiikkoo bbeennccaannaa sseerrttaa
mmeenneerraappkkaann ssiisstteemm ppeerriinnggaattaann ddiinnii • Meningkatkan penguasaaan pengembangan aplikasi pengkajian risiko bencana
pada seluruh stakeholders di tingkat pusat dan daerah melalui riset secara terpadu untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
• Mengembangkan inovasi dan mengintensifkan kegiatan pengembangan dan pengenalan terhadap berbagai sistem peringatan dini (early warning system) yang berbasis teknologi tepat guna dalam rangka kesiapsiagaan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi bencana di tingkat nasional dan lokal.
• Mengoptimalkan kegiatan pemetaan dan sosialisasi program/kegiatan RAN PRB terutama pada daerah rawan bencana.
• Meningkatkan profesionalisme dan penguatan kapasitas aparatur di tingkat pusat dan daerah dalam pengelolaan sistem peringatan dini (early warning system).
• Perlunya pelaksanaan standarisasi yang dilakukan oleh stakeholders terhadap sistem evakuasi yang aman, identifikasi jalur penyelamatan, pelatihan dan dilengkapi dengan simulasi dalam menghadapi resiko regional darurat.
33.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIIIII :: MMeemmaannffaaaattkkaann ppeennggeettaahhuuaann,, iinnoovvaassii ddaann ppeennddiiddiikkaann uunnttuukk
mmeemmbbaanngguunn kkeessaaddaarraann kkeesseellaammaattaann ddiirrii ddaann kkeettaahhaannaann tteerrhhaaddaapp bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt.. • Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terhadap aparatur dan masyarakat
dalam merespon dan memahami aplikasi teknologi informasi terhadap risiko bencana
• Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk pengurangan risiko bencana melalui pelatihan dan pendidikan yang lebih terfokus dan terstruktur
• Menciptakan variasi dalam public education untuk risiko bencana melalui peta maupun pengembangan data dan informasi bencana untuk mengetahui grafik perkembangan bencana.
• Mengarusutamakan (mainstreaming) PRB ke dalam pendidikan formal dan non formal melalui formulasi kurikulum pendidikan sesuai dengan karakteristik multi‐disiplin ilmu dan lokalitas daerah masing‐masing.
• Mengembangkan kegiatan‐kegiatan pengkajian dan penelitian yang berbasis pengurangan risiko bencana melalui pembentukan lembaga riset kebencanaan di Indonesia.
Penutup Bab V
V‐5
• Meningkatkan kepedulian publik terhadap isu pengurangan risiko bencana melalui keterlibatan media massa dalam rangka penyebarluasan pemahaman dan pengetahuan publik terhadap penanganan dan penanggulangan becana di Indonesia
44.. FFookkuuss PPrriioorriittaass IIVV :: MMeenngguurraannggii ffaakkttoorr‐‐ffaakkttoorr ppeennyyeebbaabb rriissiikkoo bbeennccaannaa
• Mempercepat penyusunan dokumen strategi nasional dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara nasional pada kawasan rawan bencana di wilayah pesisir dan pulau‐pulau kecil.
• Perlunya upaya‐upaya strategis penguatan kapasitas dalam meminimalkan dampak, membangun cadangan pangan, penganekaragaman sumber produksi, penganekaragaman sumber pemasukan, membangun jaringan dukungan sosial, serta adaptasi pasca kejadian.
• Mengarusutamakan (mainstreaming) konsep pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan pembangunan daerah (RPJMD/RKPD dan RTRW di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota).
• Meningkatkan mekanisme pengawasan pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran rencana tata ruang, building codes, dan hal‐hal lain yang mengacu pada pengurangan risiko becana.
55.. FFookkuuss PPrriioorriittaass VV :: MMeemmppeerrkkuuaatt kkeessiiaappaann mmeenngghhaaddaappii bbeennccaannaa ppaaddaa sseemmuuaa ttiinnggkkaattaann mmaassyyaarraakkaatt aaggaarr rreessppoonn yyaanngg ddiillaakkuukkaann lleebbiihh eeffeekkttiiff.. • Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota perlu melibatkan peran serta dan partisipasi
masyarakat (kelompok‐kelompok masyarakat) dalam Musrenbang di setiap tingkatan.
• Perlunya mengakomodasi skema pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat ke dalam kebijakan pembangunan.
• Meningkatkan kesadaran publik kesiapsiagaan masyarakat melalui pelatihan, tsunami drill, rencana kontijensi, dan lain sebagainya.
• Meningkatkan kapasitas kepemimpinan lokal, serta peningkatan kesadaran publik kepada masyarakat yang terkena dampak bencana mengenai prinsip‐prinsip pengurangan risiko bencana.
• Meningkatkan koordinasi serta standarisasi kapasitas teknis para pelaku tanggap darurat melalui kerjasama dengan Pusat Operasional daerah‐daerah rawan bencana.
• Perlunya mekanisme khusus untuk penyaluran dana pada tahap tanggap darurat untuk menghindari keterlambatan dan adanya kesalahan prosedur.
Daftar Pustaka
VI‐1
Daftar Pustaka KEMENTERIAN/ LEMBAGA 1. BAKOSURTANAL, Peta Multirawan bencana alam terpadu: pemetaan rawan banjir Skala
1:250.000, (Pulau Kalimantan, Sulawesi, Papua, Kep.Nusa Tenggara, Bali dan Maluku), Jakarta:2007.
2. ____, Pengembangan Sistem Informasi Bencana Alam Berbasis WEB, Jakarta:2007. 3. ____, Penyusunan Basisdata Rawan Bencana Alam Terpadu, Jakarta:2007. 4. Bappenas, Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004‐2009 : Bersama Menata
Perubahan, Jakarta:2008. 5. Bappenas, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007, Jakarta: 2006. 6. ____, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2008, Jakarta: 2007. 7. BPPT, Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana; Volume 2 Nomor 1, Jakarta:2007. 8. ____, Pirba, Media Iptek, Edisi 18 April 2008, Jakarta:2008. 9. ____, Pirba, Media Iptek, Edisi 14 Juni‐Juli 2008, Jakarta:2008. 10. ____, Pirba, Media Iptek, Edisi 19 Mei 2008, Jakarta:2008. 11. ____, dkk, Rapid Assesmen Bencana Indonesia 2007, Jakarta:2007. 12. BMG, Prakiraan Cuaca Maritim dan Gelombang, (Harian) , Jakarta:2008. 13. ____, Indonesia Weather Bulletin for Shipping, (Harian) , Jakarta:2008. 14. ____, Prakiraan cuaca dan angin dIndonesia, (Harian) , Jakarta:2008. 15. ____, Curah Hujan Wilayah, (Harian) , Jakarta:2008. 16. ____, Prakiraan Gelombang Laut Maksimum di Wilayah Indonesia, (Harian/ Mingguan) ,
Jakarta:2008. 17. ____, Tropical Cyclone Track and Impact Map, (Harian) , Jakarta:2008. 18. BNPB dan SCDRR, Himpunan Peraturan Perundangan Tentang Penanggulangan
Bencana, Jakarta: 2008. 19. Depdiknas, UNESCO, dkk, Program Kesiapan Sekolah Terhadap Bahaya Gempa, Buku
1: Pengayaan Guru, Buku 2: Bahan Ajar Guru, Buku 3: LKS, Jakarta:2007. 20. Dep.PU, Buku Panduan Fasilitasi Upaya Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor
di Mataram, Makasar dan Medan yang dilaksanakan pada tahun 2007, Jakarta: 2007. 21. ____, Pedoman Teknis: Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, Jakarta: 2006. 22. Depsos, Pedoman Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR)/ Rumah Tumbuh Untuk Korban
Bencana Alam, 2007. 23. ____, Pedoman Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BRR)/ Rumah Tumbuh Untuk Korban
Bencana Alam, Jakarta: 2007. 24. ____, Direktori Nasional Penanggulangan Bencana Bidang Bantuan Sosial, Jakarta: 2006. 25. ____, TARUNA SIAGA BENCANA Sebagai Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Berbasis
Komunitas, Jakarta: 2006. 26. DESDM, Badan Geologi, Buku Saku Tentang: Gunung Api; Gerakan Tanah, Bandung: 2007. 27. DKP, Tsunami : Seri Pengetahuan Kelautan, Jakarta: 2007. 28. KEMENEG RISTEK, PIRBA, Pendidikan Siaga Gempa Bumi dan Tsunami (TK, SD dan
Panduan Guru) Jakarta:2007
Daftar Pustaka
VI‐2
29. ____, Iptek Sebagai Asas Dalam Penanggulangan Bencana Indonesia, Jakarta: 2007. 30. LIPI, Serial Pembelajaran Anak Pesisir dan Laut Kita: Tsunami, Jakarta: 2007. 31. ____, Buku Saku Siaga Bencana, Jakarta: 2007. 32. SCDRR‐Bappenas, Kegiatan Pengumpulan Data K/L, Jakarta: 2007. 33. ____, Hasil FGD Bersama K/L, Jakarta: 2008. 34. ____, Tim Evaluasi RAN PRB, Prosiding Hasil Konsultasi dan Pengumpulan Data Tim
Evaluasi RAN PRB, Jakarta: 2008. DONOR/KOMUNITAS INTERNASIONAL/NGO 35. IFRC, Laporan IFRC Dalam Kontribusinya Terhadap HFA, Jakarta: 2008. 36. MPBI, USAID dan IOTWS, Merajut Benang Kepedulian(Studi Kasus Penyusunan UU
PB), Jakarta: 2007. 37. MPBI, dkk, Pedoman Platform Nasional untuk Pengurangan Risiko Bencana, Jakarta:
2007. 38. ____, Kerangka Aksi Hyogo (versi bahasa Indonesia),Jakarta: 2007. 39. ____, Panduan Penyusunan Perda Penanggulangan Bencana, Jakarta: 2007. 40. UNESCO, JITC, IOC, Childrent Science Support, Jakarta: 2007. 41. UNESCO, Report on the Itsu Training Programme in Tsunami Warning and Mitigation
System, JAKARTA: 2006. 42. UNESCO, LIPI, UNISDR, SMONG,Pengetahuan Lokal Pulau Simeulue: Sejarh dan
Kesinambungannya, Jakarta:2006. 43. UNESCO,dkk, Paket Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM):
Persiapan &pencegahan; Penanganan Bencana; Pemulihan Bencana, Jakarta:2006. 44. UNOCHA, FAQ,Jakarta. 45. ____, Prinsip‐Prinsip Panduan Bagi Pengungsian Internal, Jakarta. PERGURUAN TINGGI/ PEMERINTAH DAERAH 46. Bappeda Prov.Sulsel, APBD TA 2007 dan 2008. 47. PSBA UGM, Brosur Lembaga PSBA UGM DIY, DIY: 2001. 48. ____, Prosiding Seminar Nasional: Refleksi Satu Tahun Bencana Gempa Bumi 27 Mei
2006 – 27 Mei 2007, Yogyakarta: 2008. 49. ____, Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol.1 No.3, Yogyakarta: 2007. 50. Setda Jabar, Laporan Pelaksanaan: Manajemen Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat di Jawa Barat, Bandung: 2007.