Post on 21-Feb-2023
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDITPADA SEKTOR PUBLIK DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK
UNTUK MENINGKATKANNYAOleh : Nasrullah Djamil
ABSTRACTAudit quality is defined as the probability that the auditor will bothdiscover and report a breach in the clients’ accounting system (De
Angelo,1981). Determinants of Audit Quality in the Public Sector arenumber of years the auditor has audited the client (Tenure), number ofclient audited by the auditor, the size and financial helath of the client,
auditor work will be subject to review by third parties, eficientindependent auditor, level of audit fees and level of plan audit quality.
And characteristic to improve audit quality are improve auditorexperience, education, professionalism, understanding internal control
client, a good planning of audit work, and VFM audit work.
A. PENDAHULUAN
Akuntansi dan pelaporan keuangan suatu unit
pemerintahan, menyajikan informasi keuangan yang
berguna untuk membuat keputusan ekonomi, politik
dan sosial. Untuk memperlihatkan akuntabilitas
dan pertanggungjawaban aparatur pemerintah atas
tugas yang diberikan kepadanya. Informasi
keuangan tersebut juga berguna untuk
mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.
Pemakai informasi keuangan unit pemerintahan
1
menurut Jones & Pendlebury (1996) dapat
diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu :
1. Governing bodies,2. Investors and creditors,3. Resource providers,4. Oversight bodies,5. Constituents.
*) Dosen PNS DPK Pada STIE Nasional Banjarmasin
Dan informasi yang dibutuhkan adalah: 1. Financial viability,2. Fiscal Compliance,3. Management performance, 4. Cost of Services provided.
Menurut FASAB (Federal Accounting Standards
Advisory Board, 1994) menyebutkan bahwa ada empat
kelompok pemakai informasi keuangan yaitu :
citizens (including news media, pressure groups,state and local legislatures and executives,analysts), the legislative branch (including theirstaff), and two groups in the executive branch,namely the senior members and the programmanagers. If the terms of federal financialreporting, they are assumed to have four ‘needs’:(1) Budgetary integrity, (2) operatingperformance, (3) stewardship, (4) Deterring fraud,waste and abuse.
2
Untuk memenuhi kebutuhan para pemakai tersebut,
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen.
Dan pada era transparan dan terbuka saat ini, menuntut
auditor untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil
pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada
kode etik dan standard profesi. Kontribusi audit adalah
untuk menyajikan akuntabilitas, selama dia memberikan
pendapat yang independen, apakah laporan keuangan suatu
entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang
wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan
dalam bentuk yang sesuai dengan kriteria atau aturan-
aturan yang telah ditetapkan.
Pada sektor publik, pemeriksaan biasanya dilakukan
oleh BPKP atau oleh akuntan publik atas penunjukkan
BPKP, yang dalam menjalankan profesinya akuntan
tersebut diatur oleh standar profesional dan kode etik
profesi. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan
Indonesia mengamanatkan: bahwa setiap anggota harus
mempertahankan integritas dan objektivitas dalam
3
melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan
integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa
pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas, ia
akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau
permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya.
Dengan adanya kode etik ini, masyarakat akan dapat
menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja
sesuai dengan standar-standar etika yang telah
ditetapkan oleh profesinya.
Kontribusi audit ini juga untuk melihat
akuntabilitas pemerintah secara riel, menilai
integritas, kinerja dan pertanggungjawaban aktivitas
pemerintah. Dalam sektor publik ini pengaruh hukum pada
praktik audit lebih besar, sehingga auditing pada
sektor publik ini menempatkan seorang auditor minimal
didasarkan pada audit keuangan dan regularitas, dan
lebih jauh pada penilaian value for money. Jadi audit
pada sektor publik (pemerintahan) adalah bertujuan
untuk memberi jaminan tentang pengendalian intern dalam
4
governmental entity dan ketaatannya pada hukum dan
peraturan (Gauthier,1991).
Menurut APB statements (1993) menyatakan bahwa:
As well as financial statements, audit and relatedservice engagements may involve other financialinformation, or non financial information, such as:
1. the adequacy of internal control systems2. compliance with statutory, regulatory or
contractual requirements3. economy, efficiency and effectiveness in the
use of resources (value for money auditing, and4. environmental practices
Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi,
tapi masih sering terjadi kasus-kasus kolusi dan
korupsi atau penyelewengan, sehingga masyarakat mulai
menyangsikan komitmen auditor terhadap kode etik
profesinya. Jika kode etik dan standar dijalankan
dengan benar dan konsisten, maka kasus-kasus
penyimpangan tersebut tidak seharusnya terjadi. Untuk
itu auditor pemerintah yang melakukan pemeriksaan
atas laporan keuangan departemen (lembaga pemerintahan)
dan perusahaan - perusahaan milik negara (BUMN/BUMD),
dituntut untuk bertindak secara profesional dan
mentaati standar pemeriksaan dan aturan perilaku
5
pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar kualitas audit
dapat dijaga dan ditingkatkan.
Menurut Hunt & Vitell [1986, dalam Khomsiyah & Nur
Indriantoro (1998)], bahwa kemampuan seorang
profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya
masalah etika dalam profesinya, sangat dipengaruhi oleh
lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesi itu
berada, lingkungan profesinya, lingkungan organisasi
atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya.
Sikap masyarakat yang pasif, sistem pengawasan yang
masih lemah dari organisasi profesi auditor terhadap
anggotanya, kerjasama yang tidak sehat antara BPKP
dengan klien, turut mempengaruhi perilaku etika
auditor. Bahkan menurut Sudibyo (1995), dunia
pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perilaku etika auditor.
Berdasarkan hasil beberapa riset atau survey
sebelumnya menyatakan, bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas audit pada sektor publik yang
dihasilkan, dan beberapa karakteristik yang dapat
6
meningkatkan kualitas audit ini. [Gauthier, 1991;
Aldhizer III, 1995; Raman and Wilson,1994; Deis and
Giroux, 1992; dan lain-lain]. Pada artikel ini saya
mencoba mengambil intisari intisari beberapa hasil
penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kualitas audit tersebut, faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit, dan beberapa karakteristik
untuk meningkatkan kualitas audit tersebut.
Organisasi artikel ini saya mulai dengan pendahuluan
, kemudian kualitas audit dan hubungannya dengan
ukuran auditor, kualitas audit sektor swasta,
kualitas audit sektor publik, perbandingan kualitas
audit pada sektor publik dan sektor swasta, faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas audit, beberapa
karakteristik untuk meningkatkan kualitas audit. Dan
tulisan ini diakhiri dengan kesimpulan.
B. KUALITAS AUDIT DAN HUBUNGANNYA DENGAN UKURAN AUDITOR
De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality
(kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang
7
auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada
kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor
tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981);
Goldman & Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya
mengasumsikan bahwa auditor dengan kemampuannya akan
dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah
auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa
informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman
audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit
perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit
dipisahkan.
Ukuran perusahaan audit menurut Deis & Giroux
(1992) diukur dari jumlah klien dan prosentase dari
audit fees dalam usaha mempertahankan kliennya untuk
tidak berpindah pada perusahaan audit yang lain.
Beberapa penelitian di Amerika dan Australia
menyebutkan bahwa adanya hubungan antara kualitas
audit dengan ukuran perusahaan audit. Hubungan
8
tersebut terjadi dalam kaitannya dengan reputasi
perusahaan audit tersebut. Beberapa penelitian tersebut
menyebutkan bahwa:
1. DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit
secara langsung berhubungan dengan ukuran dari
perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran
perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan
audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang
lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil.
Karena perusahaan audit yang besar jika tidak
memberikan kualitas audit yang tinggi akan
kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka
dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan
kehilangan klien.
2. Libby (1979) melaporkan bukti bahwa bank loan
officers menganggap bahwa adanya perbedaan dalam
9
reputasi dari accounting firms, dia membedakan
antara the big eight group dan non the big eight.
3. Shockley (1981) mengindikasikan bahwa persepsi dari
independen auditor secara signifikan berbeda antara
perusahaan audit yang besar dan kecil.
4. Lennox (1999), menyatakan bahwa perusahaan audit
yang besar lebih mampu menangkap signal akan
penyelewengan keuangan yang terjadi dan
mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka.
5. Dye (1993) Auditor yang mempunyai kekayaan atau
asset yang lebih besar mempunyai dorongan untuk
menghasilkan laporan audit yang lebih akurat
dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang
lebih sedikit. Auditor yang memiliki kekayaan lebih
besar (deeper pockets) adalah audit size firms yang
besar.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positip antara
auditor size dan audit quality, dimana Auditor size
dari beberapa penelitian tersebut dinyatakan sebagai
10
auditor yang memiliki klien yang lebih banyak dan
mempunyai kekayaan yang lebih besar (deeper pockets)
dan berkaitan dengan reputasi auditor tersebut.
Di Indonesia, hubungan antara kualitas audit
dengan ukuran perusahaan audit (KAP) belum dapat
dilihat dengan jelas, selain belum ada penelitian yang
dilakukan juga pasar untuk perusahaan audit belum
mencerminkan pasar yang kompetitif. Pada sektor publik,
audit biasanya dilakukan oleh BPKP, audit akan
dilakukan oleh perusahaan audit (KAP), jika pemeriksaan
tersebut diminta oleh BPKP. Sehingga pada sektor publik
ini di Indonesia masih belum mencerminkan adanya
hubungan antara kualitas audit tersebut dengan Kantor
Akuntan Publik (KAP).
C. KUALITAS AUDIT SEKTOR SWASTA (PRIVATE SECTOR)
Seperti yang telah diungkapkan bahwa kualitas audit
adalah probabilitas seorang auditor, dapat menemukan
dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi dalam
sistem akuntansi klien. Probabilitas penemuan
11
penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal
auditor, seperti pengalaman auditor, pendidikan,
profesionalisme dan struktur audit perusahaan.
Sedangkan probabilitas auditor tersebut melaporkan
penyelewengan tersebut tergantung pada independensi
auditor.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat
berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar
auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional
(profesional qualities) auditor independen,
pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.
1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang memadai, independepensi dalam
sikap mental dan kemahiran profesional dengan cermat
dan seksama
2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan
dan supervisi audit, pemahaman yang memadai atas
12
struktur pengendalian intern, dan bukti audit yang
cukup dan kompeten.
3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam
laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas
laporan keuangan secara keseluruhan.
D. KUALITAS AUDIT SEKTOR PUBLIK
Secara teknik audit sektor publik adalah sama saja
dengan audit pada sektor swasta. Mungkin yang
membedakan adalah pada pengaruh politik negara yang
bersangkutan dan kebijaksanaan pemerintahan. Tuntutan
dilaksanakannya audit pada sektor publik ini, adalah
dalam rangka pemberian pelayanan publik secara
ekonomis, efisien dan efektif. Dan sebagai konsekuensi
logis dari adanya pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab dalam menggunakan dana, baik yang berasal dari
13
pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah itu
sendiri.
Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang
diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan
value for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat
tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan,
akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik,
maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit) oleh auditor
yang independen.
Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk
menjamin dilakukannya pertanggung jawaban publik oleh
pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat. Pengertian audit menurut Malan (1984) adalah
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi atas
tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan
standar yang telah ditetapkan dan kemudian
mengkomunikasikannya kepada pihak pemakai.
GAO standard (Malan, 1984) menyatakan bahwa
Governmental audit dibagi dalam 3 elemen dasar yaitu:
14
1. Financial and compliance yang bertujuan untuk
menentukan apakah operasi keuangan dijalankan dengan
baik, apakah pelaporan keuangan dari suatu audit
entity disajikan secara wajar dan apakah entity
tersebut telah mentaati hukum dan peraturan yang
ada.
2. Economy dan efficiency, untuk menentukan apakah
entity tersebut telah mengelola sumber-sumber
(personnel, property, space and so forth) secara
ekonomis, efisien dan efektif termasuk sistem
informasi manajemen, prosedur administrasi atau
struktur organisasi yang cukup.
3. Program results, menentukan apakah hasil yang
diinginkan atau keuntungan telah dicapai pada kos
yang rendah.
Ketiga hal tersebut dijalankan auditor dalam
melakukan pemeriksaan untuk mencapai kualitas audit
yang baik. Dan berdasarkan beberapa pendapat dapat
dianggap bahwa kualitas audit yang baik itu adalah
pelaksanaan audit yang mendasarkan pada pelaksanaan
15
Value For Money (VFM) audit yang dilakukan secara
independen, keahlian yang memadai, judgment dan
pengalaman.
VFM audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan
ekspresi pelaksanaan lembaga sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen dasar yaitu ekonomi,
efisiensi dan efektivitas.
Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada harga yang termurah.
Ekonomi merupakan perbandingan input dengan
input value
Efisiensi: tercapainya output yang maksimum
dengan input tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan
standar kinerja yang telah ditetapkan
Efektivitas: menggambarkan tingkat pencapaian
hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan
perbandingan outcome dengan output
(target/result).
16
E. PERBANDINGAN KUALITAS AUDIT PUBLIC SECTOR DANPRIVATE
SECTOR.
Berdasarkan hasil penelitian Brown & Raghunandan
(1995) menyebutkan bahwa kualitas audit pada sektor
publik, didasarkan pada Quality Control Reviews yang
dilakukan oleh Regional Inspector Generals (RIGs)
adalah lebih rendah dibandingkan dengan kualitas audit
pada sektor swasta (private sector), didasarkan pada
Peer Review untuk anggota dari SEC Practice Section of
the AICPA (SECPS). Rendahnya kualitas audit pada
auditor pemerintah, menurut Brown & Reghunandan, karena
mereka dihadapkan pada litigation risk yang rendah
Tetapi hasil temuan tersebut masih perlu dilakukan
pengujian kembali, karena kemungkinan perbandingan
tersebut tidak akan menghasilkan kesimpulan yang sama
jika dilakukan pada lingkungan yang berbeda (misalnya
lingkungan negara atau daerah yang berbeda). Perbedaan
tersebut kemungkinan dikarenakan :
17
1. Tipe perusahaan audit dan yang diaudit (Auditor firm
& Auditee) yang berbeda
2. Sifat industri dan proses audit yang berbeda
3. Tipe dari kualitas yang melakukan review
4. Dan metode pemilihan audit untuk melakukan review
Pada Tabel 1 menggambarkan perbandingan Government
quality control program peer review untuk anggota SECPS
menurut Randal J.Elder (1997). Perbandingan tersebut
dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa kualitas audit
yang dilaporkan Governmental Sector lebih rendah.
Tabel.1 Perbandingan Governmental Quality ControlReview dan SECPS Peer Review.Element ofProcess
Federal ProgramsQuality ControlReview
SECPS Peer Review
Audit FirmsAuditeesNature ofindustry
Nature ofauditQualityreviewerSelectionprocess
Primarily non Big6 firmsGovernmentalentitiesSpecializedaccounting
ComplianceGovernmentregulatorRisk basedselection
Primarily Big 6firmsPublic companiesMix of specializedand non-specializedindustriesFinancialCPA FirmRequired for allfirms
18
Sumber : Randal J.Elder. Accounting Horizon Vol.11 No.1March 1997
Agar kepercayaan masyarakat akan hasil laporan
audit atau hasil pemeriksaan tidak berkurang bahkan
mungkin hilang, maka kualitas audit tersebut perlu
ditingkatkan. Alasan lain meningkatkan kualitas audit
adalah (Elder,1997) :
1. bahwa auditor sekarang lebih perhatian terhadap isu-
isu yang berhubungan dengan kualitas audit untuk non
federal audits
2. Untuk dapat menghadapi risiko yang mungkin muncul
dari pelaksanaan kegiatan
3. Perlunya petunjuk tambahan untuk pelaksanaan audit.
Untuk dapat meyakinkan apakah hasil laporan audit
tersebut dapat dipercaya, maka pelaksanaan audit
tersebut perlu mempertimbangkan masalah kualitas audit
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
Kualitas audit menurut De Angelo (1981) mendefinisikan
bahwa kualitas audit sebagai probabilitas seorang
auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu
19
penyelewengan dalam sistem akuntansi klien.
Probabilitas dari penemuan suatu penyelewengan tersebut
tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan
probabilitas dari pelaporan kesalahan tergantung pada
independensi auditor.
Pada sektor publik berarti kualitas audit adalah
probabilitas seorang auditor atau pemeriksa (dalam hal
ini di Indonesia adalah BPKP) dapat menemukan dan
melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu
instansi atau pemerintah (baik pusat maupun daerah).
Probabilitas dari temuan dan penyelewengan tergantung
pada kemampuan teknikal pemeriksa (BPKP) dan
probabilitas pelaporan kesalahan tergantung pada
independensi pemeriksa dan kompetensi pemeriksa
tersebut untuk mengungkapkan penyelewengan. Untuk dapat
meningkatkan kualitas audit maka perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit
tersebut.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
20
Probabilitas seorang auditor atau pemeriksa
menemukan penyelewengan, umumnya diasumsikan oleh
peneliti adalah positip dan tetap dengan anggapan bahwa
semua auditor mempunyai kemampuan teknis dan
independen, dan ini merupakan kunci dari permasalahan
kualitas audit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Deis dan Giroux (1992) yang melakukan investigasi
tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen
CPA firm di Texas pada Audits of Independen School
District. Study ini menganalisa temuan-temuan Quality
Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran
langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis &
Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang
mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut
dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya
dengan kualitas audit yaitu:
1. Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit
usaha/perusahaan atau instansi. Peneliti berasumsi
21
bahwa semakin lama dia telah melakukan audit, maka
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah.
Karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan
prosedur audit yang dilakukan kurang inovatif atau
mungkin gagal untuk mempertahankan sikap
professional skepticism.
2. Jumlah klien. Peneliti berasumsi bahwa semakin
banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin
baik. Karena auditor dengan jumlah klien yang banyak
akan berusaha menjaga reputasinya.
3. Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien
juga berkorelasi dengan kualitas audit. Dan
korelasinya menunjukkan hubungan yang negatif,
dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien,
maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan
auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan
auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah
tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi
lingkungan dan gambaran perilaku auditor, termasuk
di dalamnya adalah : (a) pernyataan etika
22
profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi
kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk
mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi)
anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi
auditor dengan kelompok Professional Peer Groups,
dan (f) Normal internasional profesi auditor
4. Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut
mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview
oleh pihak ketiga.
Penelitian mengenai kualitas audit pada sektor
swasta (private sector) dilakukan oleh Clive S.Lennox
(1999), Nichols & Smith (1983), Eichenseher et al
(1989), Francis & Wilson (1988), Johnson & Lys (1990),
Defond (1992), Firth & Smith (1992) dan banyak lagi,
pada intinya para peneliti tersebut menyatakan bahwa
kualitas audit berhubungan dengan ukuran perusahaan
audit. Perusahaan audit yang besar akan menghasilkan
kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan audit yang lebih kecil.
23
Berdasarkan hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim
Falk (1996) menyatakan bahwa :
1. Ceteris paribus, auditor independen yang efisien
akan merencakan tingkat kualitas audit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang
kurang efisien
2. Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit
fees yang lebih kecil.
3. Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan
mengurangi over time dalam pemeriksaan.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas audit adalah :
1. Tenure
2. Jumlah klien
3. Kesehatan keuangan klien
4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas
laporan audit.
5. Independen auditor yang efisien
24
6. Level of Audit fees
7. Tingkat perencanaan kualitas audit.
G. BEBERAPA KARAKTERISTIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITASAUDIT
Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit
standardisasi dari bukti audit yang diperoleh oleh
auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan juga
sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi
suatu kesalahan material. Untuk meningkatkan kualitas
audit maka kita harus memperhatikan beberapa hal
seperti:
1. Perubahan accounting requirements terhadap
Legislation dan Statements of Standard Accounting
Practice.
2. Perubahan lingkungan bisnis
3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi
yang menggunakan komputer.
Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti
dengan baik apa yang membuat suatu audit itu
25
berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari 93 audit
pemerintah yang dilakukan oleh American Institute of
CPAs Federal assistance audit quality
mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang
berhubungan dengan kualitas audit. Dari atribut
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
meningkatkan kualitas audit. Atribut atau karakteristik
menurut Aldhizer et al (1995) yang berkaitan dengan
kualitas audit adalah :
1. Knowlegde of the industrya. Average hours of biennial government auditing
continuing professional education earned by theaudit team
b. Average percentage of time the partner spent onfederal financial assistance audits in the currentyear
c. Average percentage of time spent on federalfinancial assistance audits by the audit team inthe current year (partner, manager and in-chargeauditor)
d. Average percentage of time spent on federalfinancial assistance audits by the audit team inthe last three year
e. Percentage of firm business relating to federalfinancial assistance audits
2. Familiarity with industry authoritative literature
3. Audit hours and audit feesa. Manager time as a percentage of total audit hours
26
b. Hours spent by the audit team on the auditc. Total audit fees
4. Whether the in-charge auditor was a CPA
5. General audit knowledge and experiencea. Hours of accounting and auditing CPE by the in-
charge auditorb. Percentage of total time spent doing audits by the
audit teamc. Whether the audit firm derived at least 10% of its
business from audits not related to federalfinancial assistance
d. Average hours of accounting and auditing CPEearned by the audit team
6. Firm quality control commitmenta. Whether the audit report and work papers received
a second partner reviewb. Whether the firm received on unqualified or
qualified peer or quality reviewc. Whether the audit firm had a peer or quality
review in the last three yearsd. Whether responsibility for monitoring CPE for
staff auditors (below the in-charge level) wasindependent of the audit team and centralized.
7. The time needed to complete the audit (firmbeginning of fieldwork to the audit report date).
Dari Atribut atau karakteristik di atas maka
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas audit adalah:
27
1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi
suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan
pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit.
2. Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu
mempertahankan independensi dalam sikap mental,
arinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Sehingga ia tidak dibenarkan memihak pada
kepentingan siapa pun.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan,
auditor tersebut menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama, maksudnya
petugas audit agar mendalami standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan dengan semestinya.
Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan
dengan melakukan review secara kritis pada setiap
tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan
terhadap pertimbangan yang digunakan.
4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-
baiknya dan jika digunakan asisten maka dilakukan
28
supervisi dengan semestinya. Kemudian dilakukan
pengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan
audit yang dilaksanakan di lapangan.
5. Melakukan pemahaman yang memadai atas struktur
pengendalian intern klien untuk dapat membuat
perencanaan audit, menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan
6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten
melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,
konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Dan
pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan
harus dipandang memadai, jika tidak maka harus
dinyatakan dalam laporan audit.
8. Pada sektor publik melakukan VFM audit, yaitu
melakukan audit kinerja yang mencakup:
29
a. Audit tentang ekonomi dan efisiensi yang bertujua
untuk menentukan apakah suatu entitas telah
memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber daya
secara hemat dan efisien, dan mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
efisiensi.
b. Audit program yang mencakup penentuan tingkat
pencapaian hasil program yang diinginkan atau
manfaat yang telah ditetapkan oleh undang-undang
atau badan lain yang berwenang, menentukan
efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program,
kegiatan atau fungsi instansi yang bersangkutan,
dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah
mentaati peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatan.
H. KESIMPULAN
30
Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor
atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam
sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian
melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas
menemukan adanya penyelewengan tergantung pada
kemampuan teknikal dari auditor tersebut yang dapat
dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan,
profesionalisme dan struktur audit perusahaan.
Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan
tersebut dalam laporan audit tergantung pada
independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya.
Kualitas audit pada sektor publik lebih rendah
dibandingkan dengan kualitas audit pada sektor swasta.
Rendahnya kualits audit pada auditor pemerintah,
menurut Brown & Raghunandan, karena mereka dihadapkan
pada litigation risk yang rendah. Dan perbedaan
tersebut kemungkinan dikarenakan:(1) tipe auditor firm
dan auditee yang berbeda, (2) sifat industri dan proses
audit yang berbeda, (3) tipe kualitas yang melakukan
31
review, dan (4) metode pemilihan audit untuk melakukan
review yang berbeda.
Berdasarkan beberapa penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit adalah : (1) Tenure yaitu
lamanya waktu (jumlah tahun) auditor tersebut telah
melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi, (2)
Jumlah klien, (3) Size dan kesehatan kuangan klien, (4)
Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas
laporan audit, (5) Independen auditor yang efisien, (6)
level of audit fees, (7) tingkat perencanaan kualitas
audit.
Sedangkan langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas audit adalah (1)
Meningkatkan pendidikan profesionalnya, (2)
mempertahankan independensi dalam sikap mental, (3)
Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, (4)
Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, (5)
memahami struktur pengendalian intern klien dengan
baik, (6) memperoleh bukti audit yang cukup dan
32
kompeten, (7) Membuat laporan audit yang sesuai dengan
kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan, (8)
melakukan VFM audit.
REFERENSI
Aldhizer II, George R; John R.Miller &JosephF.Moraglio,1995. Common Attributes ofQuality Audits. Journal of Accountancy, January.
Brown. Clifford D. & K. Raghunandan, 1997. AuditQuality in Audits of Federal Programs by Non-Federal Auditors: A Reply. Accounting HorizonVol.11 No.1. American Accounting Association.
DeAngelo,L.E, 1981, Auditor Size and audit quality.Journal of Accounting & Economics
Deis, Donald R. Jr & Gary A.Giroux, 1992. Determinantsof Audit Quality in the Public Sector, TheAccounting Review, Vol 67, No.3.
Dye,R, 1993. Auditing Standards, Legal Liability andAuditor Wealth, Journal of Political Economy,Vol.101.
Elder. Randal J.1997. A Comment on Audit Quality inAudits of Federal programs by Non-FederalAuditors. Accounting Horizon Vo.11 No.1. AmericanAccounting Association
Elitzur Ramy & Haim Failk, 1996. Planned Audit Quality.Journal of Accounting & Public Policy, 15.247-269. North Holland.
33
Goldman,A & B.Barlev,1974, The Auditor Firm Conflict ofInterest: Its Implications for Independence. TheAccounting Review. Vol.49
Ikatan Akuntan Indonesia (1994) Standar AkuntansiKeuangan: per 1 Oktober 1994, Jakarta, SalembaEmpat
Jones. Rowan & Maurice Pendlebury, 1996. Public SectorAccounting, 4th edition. Pitman Publishing.London
Khomsiyah & Nur Indriantoro, 1998, Pengaruh OrientasiEtika Terhadap Komitmen dan Sentivitas EtikaAuditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia. VolI No.1
Lennox S. Clive, 1999, Audit Quality & Auditor Size: AnEvaluation of Reputation and Deep PocketsHypotheses. Journal of Business Finance &Accounting, 26(7) & (8). Sept/Oct.
Malan.Roland M; James R.Fountain.Jr; DonaldS.Arrowsmith & Robert L.Lockridge II.1984.Performance Auditing in Local Government.Chicago,Illinois; Government Finance OfficersAssociation.
Mardiasmo, 2000. Value For Money Audit DalamPemeriksaan Keuangan Daerah Sebagai UpayaMemperkuat Akuntabilitas Publik. Bahan SeminarStrategi Pemeriksaan Keuangan Daerah yangEkonomis, Efisien & Efektif dalam Rangakpelaksanaan Otonomi Daerah, Yogyakarta.
Mautz,R.K & H.A.Sharaf,1961: The Philosophy of
Auditing, American Accounting Association,Sarasota.
34
Nichols,D.R & K.H.Price, 1976: The Auditor FirmConflict: An Analysis using concepts of exchangetheory. The Accounting Review. Vol.51
Raman.K.K & Earl R.Wilson,1994. Governmental AuditProcurement Practices and Seasoned Bond Prices.The Accounting Review. Vol. 69 No.4.
Shockley,R.A,1982, Perceptions of Audit Independence: AConceptual Model. Journal of Accounting, Auditing& Finance 5 (Winter)
Sudibyo, Bambang,: 1995, Reduksi Norma EvidencialMatter Menjadi Norma Evidence serta Dampaknyapada Kualitas Audit dan Pembukuan di Indonesia.Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol.2 No.2
Whitaker Anne & Peter Western, 1985. Quality Control ofThe Audit. Current Issued Auditing. Edited byDavid Kent, Michael Sherer & Stuart Turkey.Harper & Row Publishers. London
35