kualitas audit

35
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PADA SEKTOR PUBLIK DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK UNTUK MENINGKATKANNYA Oleh : Nasrullah Djamil ABSTRACT Audit quality is defined as the probability that the auditor will both discover and report a breach in the clients’ accounting system (De Angelo,1981). Determinants of Audit Quality in the Public Sector are number of years the auditor has audited the client (Tenure), number of client audited by the auditor, the size and financial helath of the client, auditor work will be subject to review by third parties, eficient independent auditor, level of audit fees and level of plan audit quality. And characteristic to improve audit quality are improve auditor experience, education, professionalism, understanding internal control client, a good planning of audit work, and VFM audit work. A. PENDAHULUAN Akuntansi dan pelaporan keuangan suatu unit pemerintahan, menyajikan informasi keuangan yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi, politik dan sosial. Untuk memperlihatkan akuntabilitas dan pertanggungjawaban aparatur pemerintah atas tugas yang diberikan kepadanya. Informasi keuangan tersebut juga berguna untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Pemakai informasi keuangan unit pemerintahan 1

Transcript of kualitas audit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDITPADA SEKTOR PUBLIK DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK

UNTUK MENINGKATKANNYAOleh : Nasrullah Djamil

ABSTRACTAudit quality is defined as the probability that the auditor will bothdiscover and report a breach in the clients’ accounting system (De

Angelo,1981). Determinants of Audit Quality in the Public Sector arenumber of years the auditor has audited the client (Tenure), number ofclient audited by the auditor, the size and financial helath of the client,

auditor work will be subject to review by third parties, eficientindependent auditor, level of audit fees and level of plan audit quality.

And characteristic to improve audit quality are improve auditorexperience, education, professionalism, understanding internal control

client, a good planning of audit work, and VFM audit work.

A. PENDAHULUAN

Akuntansi dan pelaporan keuangan suatu unit

pemerintahan, menyajikan informasi keuangan yang

berguna untuk membuat keputusan ekonomi, politik

dan sosial. Untuk memperlihatkan akuntabilitas

dan pertanggungjawaban aparatur pemerintah atas

tugas yang diberikan kepadanya. Informasi

keuangan tersebut juga berguna untuk

mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

Pemakai informasi keuangan unit pemerintahan

1

menurut Jones & Pendlebury (1996) dapat

diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu :

1. Governing bodies,2. Investors and creditors,3. Resource providers,4. Oversight bodies,5. Constituents.

*) Dosen PNS DPK Pada STIE Nasional Banjarmasin

Dan informasi yang dibutuhkan adalah: 1. Financial viability,2. Fiscal Compliance,3. Management performance, 4. Cost of Services provided.

Menurut FASAB (Federal Accounting Standards

Advisory Board, 1994) menyebutkan bahwa ada empat

kelompok pemakai informasi keuangan yaitu :

citizens (including news media, pressure groups,state and local legislatures and executives,analysts), the legislative branch (including theirstaff), and two groups in the executive branch,namely the senior members and the programmanagers. If the terms of federal financialreporting, they are assumed to have four ‘needs’:(1) Budgetary integrity, (2) operatingperformance, (3) stewardship, (4) Deterring fraud,waste and abuse.

2

Untuk memenuhi kebutuhan para pemakai tersebut,

informasi keuangan yang disajikan dalam laporan

keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen.

Dan pada era transparan dan terbuka saat ini, menuntut

auditor untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil

pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada

kode etik dan standard profesi. Kontribusi audit adalah

untuk menyajikan akuntabilitas, selama dia memberikan

pendapat yang independen, apakah laporan keuangan suatu

entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang

wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan

dalam bentuk yang sesuai dengan kriteria atau aturan-

aturan yang telah ditetapkan.

Pada sektor publik, pemeriksaan biasanya dilakukan

oleh BPKP atau oleh akuntan publik atas penunjukkan

BPKP, yang dalam menjalankan profesinya akuntan

tersebut diatur oleh standar profesional dan kode etik

profesi. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan

Indonesia mengamanatkan: bahwa setiap anggota harus

mempertahankan integritas dan objektivitas dalam

3

melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan

integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa

pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas, ia

akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau

permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya.

Dengan adanya kode etik ini, masyarakat akan dapat

menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja

sesuai dengan standar-standar etika yang telah

ditetapkan oleh profesinya.

Kontribusi audit ini juga untuk melihat

akuntabilitas pemerintah secara riel, menilai

integritas, kinerja dan pertanggungjawaban aktivitas

pemerintah. Dalam sektor publik ini pengaruh hukum pada

praktik audit lebih besar, sehingga auditing pada

sektor publik ini menempatkan seorang auditor minimal

didasarkan pada audit keuangan dan regularitas, dan

lebih jauh pada penilaian value for money. Jadi audit

pada sektor publik (pemerintahan) adalah bertujuan

untuk memberi jaminan tentang pengendalian intern dalam

4

governmental entity dan ketaatannya pada hukum dan

peraturan (Gauthier,1991).

Menurut APB statements (1993) menyatakan bahwa:

As well as financial statements, audit and relatedservice engagements may involve other financialinformation, or non financial information, such as:

1. the adequacy of internal control systems2. compliance with statutory, regulatory or

contractual requirements3. economy, efficiency and effectiveness in the

use of resources (value for money auditing, and4. environmental practices

Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi,

tapi masih sering terjadi kasus-kasus kolusi dan

korupsi atau penyelewengan, sehingga masyarakat mulai

menyangsikan komitmen auditor terhadap kode etik

profesinya. Jika kode etik dan standar dijalankan

dengan benar dan konsisten, maka kasus-kasus

penyimpangan tersebut tidak seharusnya terjadi. Untuk

itu auditor pemerintah yang melakukan pemeriksaan

atas laporan keuangan departemen (lembaga pemerintahan)

dan perusahaan - perusahaan milik negara (BUMN/BUMD),

dituntut untuk bertindak secara profesional dan

mentaati standar pemeriksaan dan aturan perilaku

5

pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar kualitas audit

dapat dijaga dan ditingkatkan.

Menurut Hunt & Vitell [1986, dalam Khomsiyah & Nur

Indriantoro (1998)], bahwa kemampuan seorang

profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya

masalah etika dalam profesinya, sangat dipengaruhi oleh

lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesi itu

berada, lingkungan profesinya, lingkungan organisasi

atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya.

Sikap masyarakat yang pasif, sistem pengawasan yang

masih lemah dari organisasi profesi auditor terhadap

anggotanya, kerjasama yang tidak sehat antara BPKP

dengan klien, turut mempengaruhi perilaku etika

auditor. Bahkan menurut Sudibyo (1995), dunia

pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perilaku etika auditor.

Berdasarkan hasil beberapa riset atau survey

sebelumnya menyatakan, bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas audit pada sektor publik yang

dihasilkan, dan beberapa karakteristik yang dapat

6

meningkatkan kualitas audit ini. [Gauthier, 1991;

Aldhizer III, 1995; Raman and Wilson,1994; Deis and

Giroux, 1992; dan lain-lain]. Pada artikel ini saya

mencoba mengambil intisari intisari beberapa hasil

penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kualitas audit tersebut, faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas audit, dan beberapa karakteristik

untuk meningkatkan kualitas audit tersebut.

Organisasi artikel ini saya mulai dengan pendahuluan

, kemudian kualitas audit dan hubungannya dengan

ukuran auditor, kualitas audit sektor swasta,

kualitas audit sektor publik, perbandingan kualitas

audit pada sektor publik dan sektor swasta, faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas audit, beberapa

karakteristik untuk meningkatkan kualitas audit. Dan

tulisan ini diakhiri dengan kesimpulan.

B. KUALITAS AUDIT DAN HUBUNGANNYA DENGAN UKURAN AUDITOR

De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

(kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang

7

auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu

pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada

kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor

tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981);

Goldman & Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya

mengasumsikan bahwa auditor dengan kemampuannya akan

dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah

auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa

informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman

audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit

perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit

dipisahkan.

Ukuran perusahaan audit menurut Deis & Giroux

(1992) diukur dari jumlah klien dan prosentase dari

audit fees dalam usaha mempertahankan kliennya untuk

tidak berpindah pada perusahaan audit yang lain.

Beberapa penelitian di Amerika dan Australia

menyebutkan bahwa adanya hubungan antara kualitas

audit dengan ukuran perusahaan audit. Hubungan

8

tersebut terjadi dalam kaitannya dengan reputasi

perusahaan audit tersebut. Beberapa penelitian tersebut

menyebutkan bahwa:

1. DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit

secara langsung berhubungan dengan ukuran dari

perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran

perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan

audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang

lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk

menyajikan kualitas audit yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil.

Karena perusahaan audit yang besar jika tidak

memberikan kualitas audit yang tinggi akan

kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka

dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan

kehilangan klien.

2. Libby (1979) melaporkan bukti bahwa bank loan

officers menganggap bahwa adanya perbedaan dalam

9

reputasi dari accounting firms, dia membedakan

antara the big eight group dan non the big eight.

3. Shockley (1981) mengindikasikan bahwa persepsi dari

independen auditor secara signifikan berbeda antara

perusahaan audit yang besar dan kecil.

4. Lennox (1999), menyatakan bahwa perusahaan audit

yang besar lebih mampu menangkap signal akan

penyelewengan keuangan yang terjadi dan

mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka.

5. Dye (1993) Auditor yang mempunyai kekayaan atau

asset yang lebih besar mempunyai dorongan untuk

menghasilkan laporan audit yang lebih akurat

dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang

lebih sedikit. Auditor yang memiliki kekayaan lebih

besar (deeper pockets) adalah audit size firms yang

besar.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut

menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positip antara

auditor size dan audit quality, dimana Auditor size

dari beberapa penelitian tersebut dinyatakan sebagai

10

auditor yang memiliki klien yang lebih banyak dan

mempunyai kekayaan yang lebih besar (deeper pockets)

dan berkaitan dengan reputasi auditor tersebut.

Di Indonesia, hubungan antara kualitas audit

dengan ukuran perusahaan audit (KAP) belum dapat

dilihat dengan jelas, selain belum ada penelitian yang

dilakukan juga pasar untuk perusahaan audit belum

mencerminkan pasar yang kompetitif. Pada sektor publik,

audit biasanya dilakukan oleh BPKP, audit akan

dilakukan oleh perusahaan audit (KAP), jika pemeriksaan

tersebut diminta oleh BPKP. Sehingga pada sektor publik

ini di Indonesia masih belum mencerminkan adanya

hubungan antara kualitas audit tersebut dengan Kantor

Akuntan Publik (KAP).

C. KUALITAS AUDIT SEKTOR SWASTA (PRIVATE SECTOR)

Seperti yang telah diungkapkan bahwa kualitas audit

adalah probabilitas seorang auditor, dapat menemukan

dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi dalam

sistem akuntansi klien. Probabilitas penemuan

11

penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal

auditor, seperti pengalaman auditor, pendidikan,

profesionalisme dan struktur audit perusahaan.

Sedangkan probabilitas auditor tersebut melaporkan

penyelewengan tersebut tergantung pada independensi

auditor.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat

berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar

auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional

(profesional qualities) auditor independen,

pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.

1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang memadai, independepensi dalam

sikap mental dan kemahiran profesional dengan cermat

dan seksama

2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan

dan supervisi audit, pemahaman yang memadai atas

12

struktur pengendalian intern, dan bukti audit yang

cukup dan kompeten.

3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan

keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum, pernyataan mengenai

ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi

yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam

laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas

laporan keuangan secara keseluruhan.

D. KUALITAS AUDIT SEKTOR PUBLIK

Secara teknik audit sektor publik adalah sama saja

dengan audit pada sektor swasta. Mungkin yang

membedakan adalah pada pengaruh politik negara yang

bersangkutan dan kebijaksanaan pemerintahan. Tuntutan

dilaksanakannya audit pada sektor publik ini, adalah

dalam rangka pemberian pelayanan publik secara

ekonomis, efisien dan efektif. Dan sebagai konsekuensi

logis dari adanya pelimpahan wewenang dan tanggung

jawab dalam menggunakan dana, baik yang berasal dari

13

pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah itu

sendiri.

Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang

diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan

value for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat

tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan,

akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik,

maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit) oleh auditor

yang independen.

Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk

menjamin dilakukannya pertanggung jawaban publik oleh

pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah

pusat. Pengertian audit menurut Malan (1984) adalah

suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi atas

tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan

standar yang telah ditetapkan dan kemudian

mengkomunikasikannya kepada pihak pemakai.

GAO standard (Malan, 1984) menyatakan bahwa

Governmental audit dibagi dalam 3 elemen dasar yaitu:

14

1. Financial and compliance yang bertujuan untuk

menentukan apakah operasi keuangan dijalankan dengan

baik, apakah pelaporan keuangan dari suatu audit

entity disajikan secara wajar dan apakah entity

tersebut telah mentaati hukum dan peraturan yang

ada.

2. Economy dan efficiency, untuk menentukan apakah

entity tersebut telah mengelola sumber-sumber

(personnel, property, space and so forth) secara

ekonomis, efisien dan efektif termasuk sistem

informasi manajemen, prosedur administrasi atau

struktur organisasi yang cukup.

3. Program results, menentukan apakah hasil yang

diinginkan atau keuntungan telah dicapai pada kos

yang rendah.

Ketiga hal tersebut dijalankan auditor dalam

melakukan pemeriksaan untuk mencapai kualitas audit

yang baik. Dan berdasarkan beberapa pendapat dapat

dianggap bahwa kualitas audit yang baik itu adalah

pelaksanaan audit yang mendasarkan pada pelaksanaan

15

Value For Money (VFM) audit yang dilakukan secara

independen, keahlian yang memadai, judgment dan

pengalaman.

VFM audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan

ekspresi pelaksanaan lembaga sektor publik yang

mendasarkan pada tiga elemen dasar yaitu ekonomi,

efisiensi dan efektivitas.

Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada harga yang termurah.

Ekonomi merupakan perbandingan input dengan

input value

Efisiensi: tercapainya output yang maksimum

dengan input tertentu. Efisiensi merupakan

perbandingan output/input yang dikaitkan dengan

standar kinerja yang telah ditetapkan

Efektivitas: menggambarkan tingkat pencapaian

hasil program dengan target yang ditetapkan.

Secara sederhana efektivitas merupakan

perbandingan outcome dengan output

(target/result).

16

E. PERBANDINGAN KUALITAS AUDIT PUBLIC SECTOR DANPRIVATE

SECTOR.

Berdasarkan hasil penelitian Brown & Raghunandan

(1995) menyebutkan bahwa kualitas audit pada sektor

publik, didasarkan pada Quality Control Reviews yang

dilakukan oleh Regional Inspector Generals (RIGs)

adalah lebih rendah dibandingkan dengan kualitas audit

pada sektor swasta (private sector), didasarkan pada

Peer Review untuk anggota dari SEC Practice Section of

the AICPA (SECPS). Rendahnya kualitas audit pada

auditor pemerintah, menurut Brown & Reghunandan, karena

mereka dihadapkan pada litigation risk yang rendah

Tetapi hasil temuan tersebut masih perlu dilakukan

pengujian kembali, karena kemungkinan perbandingan

tersebut tidak akan menghasilkan kesimpulan yang sama

jika dilakukan pada lingkungan yang berbeda (misalnya

lingkungan negara atau daerah yang berbeda). Perbedaan

tersebut kemungkinan dikarenakan :

17

1. Tipe perusahaan audit dan yang diaudit (Auditor firm

& Auditee) yang berbeda

2. Sifat industri dan proses audit yang berbeda

3. Tipe dari kualitas yang melakukan review

4. Dan metode pemilihan audit untuk melakukan review

Pada Tabel 1 menggambarkan perbandingan Government

quality control program peer review untuk anggota SECPS

menurut Randal J.Elder (1997). Perbandingan tersebut

dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa kualitas audit

yang dilaporkan Governmental Sector lebih rendah.

Tabel.1 Perbandingan Governmental Quality ControlReview dan SECPS Peer Review.Element ofProcess

Federal ProgramsQuality ControlReview

SECPS Peer Review

Audit FirmsAuditeesNature ofindustry

Nature ofauditQualityreviewerSelectionprocess

Primarily non Big6 firmsGovernmentalentitiesSpecializedaccounting

ComplianceGovernmentregulatorRisk basedselection

Primarily Big 6firmsPublic companiesMix of specializedand non-specializedindustriesFinancialCPA FirmRequired for allfirms

18

Sumber : Randal J.Elder. Accounting Horizon Vol.11 No.1March 1997

Agar kepercayaan masyarakat akan hasil laporan

audit atau hasil pemeriksaan tidak berkurang bahkan

mungkin hilang, maka kualitas audit tersebut perlu

ditingkatkan. Alasan lain meningkatkan kualitas audit

adalah (Elder,1997) :

1. bahwa auditor sekarang lebih perhatian terhadap isu-

isu yang berhubungan dengan kualitas audit untuk non

federal audits

2. Untuk dapat menghadapi risiko yang mungkin muncul

dari pelaksanaan kegiatan

3. Perlunya petunjuk tambahan untuk pelaksanaan audit.

Untuk dapat meyakinkan apakah hasil laporan audit

tersebut dapat dipercaya, maka pelaksanaan audit

tersebut perlu mempertimbangkan masalah kualitas audit

dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit.

Kualitas audit menurut De Angelo (1981) mendefinisikan

bahwa kualitas audit sebagai probabilitas seorang

auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu

19

penyelewengan dalam sistem akuntansi klien.

Probabilitas dari penemuan suatu penyelewengan tersebut

tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan

probabilitas dari pelaporan kesalahan tergantung pada

independensi auditor.

Pada sektor publik berarti kualitas audit adalah

probabilitas seorang auditor atau pemeriksa (dalam hal

ini di Indonesia adalah BPKP) dapat menemukan dan

melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu

instansi atau pemerintah (baik pusat maupun daerah).

Probabilitas dari temuan dan penyelewengan tergantung

pada kemampuan teknikal pemeriksa (BPKP) dan

probabilitas pelaporan kesalahan tergantung pada

independensi pemeriksa dan kompetensi pemeriksa

tersebut untuk mengungkapkan penyelewengan. Untuk dapat

meningkatkan kualitas audit maka perlu diketahui

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit

tersebut.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT

20

Probabilitas seorang auditor atau pemeriksa

menemukan penyelewengan, umumnya diasumsikan oleh

peneliti adalah positip dan tetap dengan anggapan bahwa

semua auditor mempunyai kemampuan teknis dan

independen, dan ini merupakan kunci dari permasalahan

kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Deis dan Giroux (1992) yang melakukan investigasi

tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen

CPA firm di Texas pada Audits of Independen School

District. Study ini menganalisa temuan-temuan Quality

Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran

langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis &

Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang

mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut

dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya

dengan kualitas audit yaitu:

1. Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah

melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit

usaha/perusahaan atau instansi. Peneliti berasumsi

21

bahwa semakin lama dia telah melakukan audit, maka

kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah.

Karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan

prosedur audit yang dilakukan kurang inovatif atau

mungkin gagal untuk mempertahankan sikap

professional skepticism.

2. Jumlah klien. Peneliti berasumsi bahwa semakin

banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin

baik. Karena auditor dengan jumlah klien yang banyak

akan berusaha menjaga reputasinya.

3. Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien

juga berkorelasi dengan kualitas audit. Dan

korelasinya menunjukkan hubungan yang negatif,

dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien,

maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan

auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan

auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah

tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi

lingkungan dan gambaran perilaku auditor, termasuk

di dalamnya adalah : (a) pernyataan etika

22

profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi

kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk

mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi)

anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi

auditor dengan kelompok Professional Peer Groups,

dan (f) Normal internasional profesi auditor

4. Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut

mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview

oleh pihak ketiga.

Penelitian mengenai kualitas audit pada sektor

swasta (private sector) dilakukan oleh Clive S.Lennox

(1999), Nichols & Smith (1983), Eichenseher et al

(1989), Francis & Wilson (1988), Johnson & Lys (1990),

Defond (1992), Firth & Smith (1992) dan banyak lagi,

pada intinya para peneliti tersebut menyatakan bahwa

kualitas audit berhubungan dengan ukuran perusahaan

audit. Perusahaan audit yang besar akan menghasilkan

kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan

perusahaan audit yang lebih kecil.

23

Berdasarkan hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim

Falk (1996) menyatakan bahwa :

1. Ceteris paribus, auditor independen yang efisien

akan merencakan tingkat kualitas audit yang lebih

tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang

kurang efisien

2. Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit

kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit

fees yang lebih kecil.

3. Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan

mengurangi over time dalam pemeriksaan.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas audit adalah :

1. Tenure

2. Jumlah klien

3. Kesehatan keuangan klien

4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas

laporan audit.

5. Independen auditor yang efisien

24

6. Level of Audit fees

7. Tingkat perencanaan kualitas audit.

G. BEBERAPA KARAKTERISTIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITASAUDIT

Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit

standardisasi dari bukti audit yang diperoleh oleh

auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan juga

sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi

suatu kesalahan material. Untuk meningkatkan kualitas

audit maka kita harus memperhatikan beberapa hal

seperti:

1. Perubahan accounting requirements terhadap

Legislation dan Statements of Standard Accounting

Practice.

2. Perubahan lingkungan bisnis

3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi

yang menggunakan komputer.

Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti

dengan baik apa yang membuat suatu audit itu

25

berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari 93 audit

pemerintah yang dilakukan oleh American Institute of

CPAs Federal assistance audit quality

mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang

berhubungan dengan kualitas audit. Dari atribut

tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk

meningkatkan kualitas audit. Atribut atau karakteristik

menurut Aldhizer et al (1995) yang berkaitan dengan

kualitas audit adalah :

1. Knowlegde of the industrya. Average hours of biennial government auditing

continuing professional education earned by theaudit team

b. Average percentage of time the partner spent onfederal financial assistance audits in the currentyear

c. Average percentage of time spent on federalfinancial assistance audits by the audit team inthe current year (partner, manager and in-chargeauditor)

d. Average percentage of time spent on federalfinancial assistance audits by the audit team inthe last three year

e. Percentage of firm business relating to federalfinancial assistance audits

2. Familiarity with industry authoritative literature

3. Audit hours and audit feesa. Manager time as a percentage of total audit hours

26

b. Hours spent by the audit team on the auditc. Total audit fees

4. Whether the in-charge auditor was a CPA

5. General audit knowledge and experiencea. Hours of accounting and auditing CPE by the in-

charge auditorb. Percentage of total time spent doing audits by the

audit teamc. Whether the audit firm derived at least 10% of its

business from audits not related to federalfinancial assistance

d. Average hours of accounting and auditing CPEearned by the audit team

6. Firm quality control commitmenta. Whether the audit report and work papers received

a second partner reviewb. Whether the firm received on unqualified or

qualified peer or quality reviewc. Whether the audit firm had a peer or quality

review in the last three yearsd. Whether responsibility for monitoring CPE for

staff auditors (below the in-charge level) wasindependent of the audit team and centralized.

7. The time needed to complete the audit (firmbeginning of fieldwork to the audit report date).

Dari Atribut atau karakteristik di atas maka

langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kualitas audit adalah:

27

1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi

suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan

pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit.

2. Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu

mempertahankan independensi dalam sikap mental,

arinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Sehingga ia tidak dibenarkan memihak pada

kepentingan siapa pun.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan,

auditor tersebut menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama, maksudnya

petugas audit agar mendalami standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan dengan semestinya.

Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan

dengan melakukan review secara kritis pada setiap

tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan

terhadap pertimbangan yang digunakan.

4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-

baiknya dan jika digunakan asisten maka dilakukan

28

supervisi dengan semestinya. Kemudian dilakukan

pengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan

audit yang dilaksanakan di lapangan.

5. Melakukan pemahaman yang memadai atas struktur

pengendalian intern klien untuk dapat membuat

perencanaan audit, menentukan sifat, saat dan

lingkup pengujian yang akan dilakukan

6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten

melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,

konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan

keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Dan

pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan

harus dipandang memadai, jika tidak maka harus

dinyatakan dalam laporan audit.

8. Pada sektor publik melakukan VFM audit, yaitu

melakukan audit kinerja yang mencakup:

29

a. Audit tentang ekonomi dan efisiensi yang bertujua

untuk menentukan apakah suatu entitas telah

memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber daya

secara hemat dan efisien, dan mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan

efisiensi.

b. Audit program yang mencakup penentuan tingkat

pencapaian hasil program yang diinginkan atau

manfaat yang telah ditetapkan oleh undang-undang

atau badan lain yang berwenang, menentukan

efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program,

kegiatan atau fungsi instansi yang bersangkutan,

dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah

mentaati peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatan.

H. KESIMPULAN

30

Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor

atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam

sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian

melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas

menemukan adanya penyelewengan tergantung pada

kemampuan teknikal dari auditor tersebut yang dapat

dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan,

profesionalisme dan struktur audit perusahaan.

Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan

tersebut dalam laporan audit tergantung pada

independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya.

Kualitas audit pada sektor publik lebih rendah

dibandingkan dengan kualitas audit pada sektor swasta.

Rendahnya kualits audit pada auditor pemerintah,

menurut Brown & Raghunandan, karena mereka dihadapkan

pada litigation risk yang rendah. Dan perbedaan

tersebut kemungkinan dikarenakan:(1) tipe auditor firm

dan auditee yang berbeda, (2) sifat industri dan proses

audit yang berbeda, (3) tipe kualitas yang melakukan

31

review, dan (4) metode pemilihan audit untuk melakukan

review yang berbeda.

Berdasarkan beberapa penelitian faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas audit adalah : (1) Tenure yaitu

lamanya waktu (jumlah tahun) auditor tersebut telah

melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi, (2)

Jumlah klien, (3) Size dan kesehatan kuangan klien, (4)

Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas

laporan audit, (5) Independen auditor yang efisien, (6)

level of audit fees, (7) tingkat perencanaan kualitas

audit.

Sedangkan langkah-langkah yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kualitas audit adalah (1)

Meningkatkan pendidikan profesionalnya, (2)

mempertahankan independensi dalam sikap mental, (3)

Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, (4)

Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, (5)

memahami struktur pengendalian intern klien dengan

baik, (6) memperoleh bukti audit yang cukup dan

32

kompeten, (7) Membuat laporan audit yang sesuai dengan

kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan, (8)

melakukan VFM audit.

REFERENSI

Aldhizer II, George R; John R.Miller &JosephF.Moraglio,1995. Common Attributes ofQuality Audits. Journal of Accountancy, January.

Brown. Clifford D. & K. Raghunandan, 1997. AuditQuality in Audits of Federal Programs by Non-Federal Auditors: A Reply. Accounting HorizonVol.11 No.1. American Accounting Association.

DeAngelo,L.E, 1981, Auditor Size and audit quality.Journal of Accounting & Economics

Deis, Donald R. Jr & Gary A.Giroux, 1992. Determinantsof Audit Quality in the Public Sector, TheAccounting Review, Vol 67, No.3.

Dye,R, 1993. Auditing Standards, Legal Liability andAuditor Wealth, Journal of Political Economy,Vol.101.

Elder. Randal J.1997. A Comment on Audit Quality inAudits of Federal programs by Non-FederalAuditors. Accounting Horizon Vo.11 No.1. AmericanAccounting Association

Elitzur Ramy & Haim Failk, 1996. Planned Audit Quality.Journal of Accounting & Public Policy, 15.247-269. North Holland.

33

Goldman,A & B.Barlev,1974, The Auditor Firm Conflict ofInterest: Its Implications for Independence. TheAccounting Review. Vol.49

Ikatan Akuntan Indonesia (1994) Standar AkuntansiKeuangan: per 1 Oktober 1994, Jakarta, SalembaEmpat

Jones. Rowan & Maurice Pendlebury, 1996. Public SectorAccounting, 4th edition. Pitman Publishing.London

Khomsiyah & Nur Indriantoro, 1998, Pengaruh OrientasiEtika Terhadap Komitmen dan Sentivitas EtikaAuditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia. VolI No.1

Lennox S. Clive, 1999, Audit Quality & Auditor Size: AnEvaluation of Reputation and Deep PocketsHypotheses. Journal of Business Finance &Accounting, 26(7) & (8). Sept/Oct.

Malan.Roland M; James R.Fountain.Jr; DonaldS.Arrowsmith & Robert L.Lockridge II.1984.Performance Auditing in Local Government.Chicago,Illinois; Government Finance OfficersAssociation.

Mardiasmo, 2000. Value For Money Audit DalamPemeriksaan Keuangan Daerah Sebagai UpayaMemperkuat Akuntabilitas Publik. Bahan SeminarStrategi Pemeriksaan Keuangan Daerah yangEkonomis, Efisien & Efektif dalam Rangakpelaksanaan Otonomi Daerah, Yogyakarta.

Mautz,R.K & H.A.Sharaf,1961: The Philosophy of

Auditing, American Accounting Association,Sarasota.

34

Nichols,D.R & K.H.Price, 1976: The Auditor FirmConflict: An Analysis using concepts of exchangetheory. The Accounting Review. Vol.51

Raman.K.K & Earl R.Wilson,1994. Governmental AuditProcurement Practices and Seasoned Bond Prices.The Accounting Review. Vol. 69 No.4.

Shockley,R.A,1982, Perceptions of Audit Independence: AConceptual Model. Journal of Accounting, Auditing& Finance 5 (Winter)

Sudibyo, Bambang,: 1995, Reduksi Norma EvidencialMatter Menjadi Norma Evidence serta Dampaknyapada Kualitas Audit dan Pembukuan di Indonesia.Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol.2 No.2

Whitaker Anne & Peter Western, 1985. Quality Control ofThe Audit. Current Issued Auditing. Edited byDavid Kent, Michael Sherer & Stuart Turkey.Harper & Row Publishers. London

35