Post on 21-Feb-2023
i
SKRIPSI
DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAPSEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR
KAMAL1057 101813 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
ii
DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAPSEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR
KAMAL1057 101813 11
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2015
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat yang di berikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK
KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP SEMBILAN
BAHAN POKOK (SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syrat dalam
memperoleh gelar sarjana ilmu ekonomi dan stadi pembangunan :fakultas ekonomi
dan bisnis universitas muhammadiya Makassar.
Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
kedua orang tua tercinta dan terkasih ayahanda kamaruddin dan ibunda malia yang
sangat berjasa dan senantiasa membesarkan,merawat memberikan pendidikan
sampai pada jenjang saat ini, yang tidak pernah,bosan mendoakan,menyemangati dan
memotivasi serta bantuan moril maupun material,dan tak lupa kasih sayang yang tak
hentinya beliau berikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini sangatlah jauh dari kesempurnaan tampa adanya bantuan dan
dorongan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat ibu Hj. Lilly Ibrahim SE
M.Si selaku pembimbimg I dan ibu asriati SE M.Si selaku pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingn dan arahan yang
vi
begitu berharga, baik secara teknis maupun secara konsepsionl dari awal persiapan
hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Tak lupa penulis hanturkan terimah kasih kepada:
1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, yang telah memimpin Perguruan tinggi ini dengan sangat baik.
2. Dr. H. Mahmud Nuhung, SE. MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Unismuh Makassar, yang telah bekerja keras untuk memajukan FEB.
3. Ibu Hj. Naidah, SE, M.Si selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
4. Seluruh Dosen FEB yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat.
5. Spesial buat adinda Kartika Maulydina Junaedi, SE yang selalu ikhlas
membantu dan memberikan dorongan sampai akhir penulisan skirpsi ini.
6. Seluruh Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2011, khususnya buat
seluruh pengurus HMJ IESP angkatan 2011 dan tak lupa kepada kakanda dan
adinda yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang selalu memberikan
dukungan baik material maupun moral.
7. Buat Teman seideologis yaitu Ahmar vriwil yang selalu mengeluh terhadap
perempuan, Kaizar DM yang selalu mengeluh lapar di saat pertama bertemu
dan adinda Haryanto Dinata yang selalu diskusi tentang mutlaknya, dan
adinda Fajrul, dan terkhusus buat kakanda Muhammad Ridwan yang selalu
memberikan motivasi arahan serta dorongan yang tak bisa saya hitung
banyaknya, kakanda Idhil Adhari yang paling gagah sepanjang masa di era
vii
pengurusan komisariat ekonomi dan kepada seluruh kawan-kawan himpunan
mahasiswa islam (HMI) yang tak bisa saya sebut satu persatu Yakin Usaha
Sampai...
8. Seluruh penghuni kost di Perumahan Gerhana Alauddin No 32, Muh
Ilyas,Asri kansap, Kasman jr, Rusli zaza, Alwi sihap, Risal rd, dan Adikku
tersayang Suriani cekong, Ikha rikaya Terima kasih atas semua canda tawa
yang telah ada.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tentunya memiliki keterbatasan
dalam penyusunan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan
yang membangun. Dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat.
Makassar, Oktober 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
KAMAL,2015. Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadapSembilan Bahan Pokok (SEMBAKO) Di Kota Makassar. Dibimbing oleh Ibu HjLilly Ibrahim SE, M.Si dan Ibu Asriati SE, M.Si, Selaku Pembimbing I danPembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kenaikan bahan bakarminyak (BBM) terhadap sembilan bahan pokok di kota Makassar.
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menyebarkan koesionerpada setiap pedagang sembako di pasar tradisional yaitu pasar terong, pasartoddopuli, pasar kerung-kerung, pasar pannampu, pasar pa'baeng-baeng dan pasarTamalate. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif melalui perhitunganpersentase dan sistem skor untuk mengetahui komposisi jawaban tiap responden.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kenaikan BBM terhadapsembilan bahan pokok dikota Makassar dapat dilihat dari beberapa indikator dampakdan tanggapan masyarakat,diantaranya dampak positif dengan persentase 28%,dampak negatif dengan persentase 72%, dan dapat disimpulkan bahwa Kenaikanharga BBM berdampak negatif terhadap sembilan bahan pokok ( SEMBAKO) diKota Makassar.
Kata Kunci : Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap SEMBAKO di Kota Makassar
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7
A. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak .................................... 7
1. Pengertian Dampak ............................................................... 7
2. Kenaikan Bahan Bakar Minyak ........................................... 8
B. Sembilan Bahan Pokok ( SEMBAKO )........................................ 14
C. Dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak Terhadap Sembilan Bahan
Pokok .............................................................................................. 16
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 19
x
E. Hipotesis................................................................................................ 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................ 22
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 22
B. Jenis Dan Sumber Data................................................................. 22
C. Populasi dan Sampel Data ............................................................ 23
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 23
E. Metode Analis Data ...................................................................... 24
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN......................... 27
A. Gambaran Umum Kota Makassar................................................ 27
1. Letak Geografis Kota Makassar.............................................. 27
2. Keadaan Penduduk Kota Makssar .......................................... 28
3. Struktur Ekonomi Kota Makassar........................................... 31
4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar .................................. 34
B. Gambaran Umum Pasar Tradisional ............................................ 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 39
A. Karakteristik Responden .............................................................. 39
1) Usia Responden...................................................................... 39
2) Jenis Kelamin......................................................................... 40
3) Pendidikan Responden ........................................................... 41
4) Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar ............................... 42
xi
B. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Makassar
................................................................................................... 44
C. Perkembangan Harga Sembilan Bahan Pokok ( SEMBAKO) di Kota Makassar
45
D. Tanggapan responden terhadap kenaikan Harga BBM 46
E. Tanggapan Responden terhadap Dampak penjualan Sembako semenjak
terjadi kenaikan BBM .................................................................. 46
BAB VI PENUTUP .................................................................................. 49
1. Kesimpulan ................................................................................ 49
2. Saran ............................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 50
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
4.1. Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Wilayah
Menurut Kecamatan di Kota Makassar 28
4.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar
Tahun 2011-2013 30
4.3 Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013 (Dalam
Persen) 31
4.4 PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Makassar Tahun 2009-2013 35
4.5 Nama-Nama Pasar Tradisional di Kota Makassar 37
5.1 Distribusi Responden Menurut Usia 39
5.2 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin 41
5.3 Distribusi Responden menurut pendidikan 42
5.4 Rata-Rata Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar 42
6.1 Perkembangan harga BBM Di Kota Makassar Tahun
2003-2015 44
6.2 Perkembangan Harga sembako tahun 2014-2015 45
6.3 Tanggapan responden terhadap kenaikan Harga BBM 46
6.4 Tanggapan Responden terhadap Dampak penjualan Sembako
semenjak terjadi kenaikan BBM 46
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
2.1 Kerangka Pikir ....................................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan dua sisi kehidupan
ekonomi yang erat hubunganya dan saling mempengaruhi. Pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Oleh karena
itu banyak orang sering menganggap bahwa pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi adalah sama. Namun demikian pada dasarnya dalam ilmu ekonomi hal
itu dapat dibedakan
Setiap daerah dalam wilayah Negara tertentu sangat berkepentingan
terhadap tumbuhnya perekonomian di daerahnya. Berbagai upaya akan dilakukan
dan diusahakan agar pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara terus
menerus atau berkesinambungan sehingga dapat memperlancar pembangunan
yang sedang dan akan dilaksanakan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
konsep pertumbuhan ekonomi sampai saat ini masih merupakan focus utama dan
pembangunan ekonomi suatu Negara, meskipun akhir-akhir ini kerap terjadi
perdebatan antara pertumbuhan dan pemerataan atau distribusi pendapatan
Banyak kalangan beranggapan bahwa penggukuran pembangunan ekonomi
dengan melihat angka-angka pertumbuhan ekonomi dan tingkat income perkapita
masyarakat dari tahun ke tahun tidak menggambarkan pembangunan ekonomi
secara rill, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi di sertai dengan tingginya
1
2
income per kapita masyarakat tanpa diikuti distribusi pendapatan yang lebih
merata hanya akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan ekonomi yang luar
biasa antara golongan pendapatan tinggi dengan golongan berpendapatan rendah.
Terlepas dari kontroversi yang terjadi antara pertumbuhan dan pemerataan
terseebut, agaknya semua sepakat bahwa laju pembangunan ekonomi suatu
Negara atau suatu daerah tertenu harus terus di upayakan tanpa
mempertentangkan yang mana harus dilakukan antara pengejaran pertumbuhan
ekonomi dengan distribusi pendapatan yang lebih merata meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi, akan tetapi
lumbung minyak di tanah air ini banyak dikelola oleh perusahaan asing.
Pertamina sebagai jargon BUMN dalam pengelolaan minyak bumi hanya sebagai
pajangan dan Pemerintah lebih bernafsu memberikan izin pengelolaan kepada
perusahaan asing. Kondisi ini jelas berseberangan dengan konsep welfarestate
(negara kesejahteraan). Proses pembangunan ekonomi di segala bidang pada
hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh. Proses perubahan struktural perekonomian seperti perluasan
kesempatan kerja, dan pengurangan tingkat kemiskinan merupakan sasaran pokok
pembangunan yang hendak dicapai guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Sejarah ekonomi Indonesia adalah kisah pertarungan gagasan atas dua pokok soal
penting: kepantasan subsidi dan nasib kemakmuran ekonomi seperti Bahan Bakar
Minyak (BBM), diamana bahan bakar minyak ini sangat penting dan berpengaruh
kestabilan perekonomian di masyarakat.
3
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang
peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi., masalah BBM menjadi
masalah besar yang hingga kini menjadi topik utama. Kenaikan harga BBM yang
baru-baru ini terjadi membawa banyak dampak, mulai dari kemarahan rakyat
sampai kenaikan harga bahan pokok (sembako).
Fluktuasi harga minyak dunia berdampak pada pertumbuhan ekonomi
negara, baik padan negara pengimpor maupun negara pengekspor minyak.
Penelitian yang dilakukan Ghalayini (2011) dalam penelitian Styo et al (2014)
menyebutkan, ketika harga minyak mengalami kenaikan maka konsumen akan
mengurangi konsumsinya terhadap pemakaian minyak. Hal ini berdampak pada
kenaikan harga barang dan jasa sehingga membuat konsumen mengurangi
konsumsinya dan dapat terjadinya inflasi baik dari sisi cost push inflation dan
demand full inflation. Kenaikan harga minyak akan mendongkrak kenaikan biaya
produksi barang-barang yang dihasilkan dengan bahan bakar minyak, kemudian
kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga barang-barang tersebut, bahkan
berakibat menaikkan harga-harga barang pada umumnya (inflasi). Kenaikan harga
BBM dapat menaikkan biaya (cost), maka setiap negara akan melakukan
penyesuaian agar bias kompetitif dalam menjual barang barang yang dihasilkan di
pasar dunia. Sehingga Inflasi yang diakibatkan cost push inflation biasanya
kenaikan harga –harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang
(Sihono, 2008).
Sedangkan ketika terjadinya demand pull inflation atau tingginya
permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya Seperti halnya
4
kebijakan pengurangan subsidi BBM dapat memberi dampak positif terhadap
GDP riil, Dari segi output biasanya ada kecenderungan outputnya (GDP Riil)
menaikan bersama-sama dangan naiknya harga umum. besar kecilnya kenaikan
output ini tergantung pada elastisitas kurva agregat supply, semakin mendekati
output maksimum semakin tidak elastis kurva tersebut. Dalam konteks makro
ekonomi, kondisi ini di gambarkan oleh output riil yang melebihi output
potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar dari pada
kapasitas perekonomian (Sutedi, 2012:280-282). Keadaan seperti ini berpotensi
untuk melemahkan pertumbuhan GDP. Rasio nilai dari impor minyak terhadap
GDP dapat dijadikan indikator untuk meneliti sejauh mana dampak fluktuasi
harga minyak.Selain itu minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat
dipisahkan dari aktifitas produksi ekonomi nasional.Penggunaan minyak sebagai
energi utama dalam kegiatan produksi nasional membuat Indonesia menjadi
negara pengimpor minyak dunia.
Kenaikan harga BBM telah memicu kenaikan harga-harga bahan pokok,
padahal sebelumnya bahan pokok telah melonjak harganya karena krisis pangan
dunia. Demikian pula dengan situasi Industri nasional yang sangat tergantung
pada pasokan bahan bakar BBM, akan terpukul dan tergilas dengan badai krisis.
Akibatnya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan efisiensi. Harga
BBM adalah dasar penentuan harga komoditi lain.
Jadi kalau BBM naik, maka harga komoditi lainnya pun akan ikut naik.
Kenaikan harga BBM akan selalu di ikuti dengan kenaikan harga-harga bahan
pokok yang kemudian dapat meningkatkan laju inflasi. Selain itu, kenaikan BBM
5
juga akan memicu para spekulan untuk melakukan penimbunan bahan pokok, hal
ini dapat memunculkan keresahan karena kelangkaan barang dan melambungnya
harga-harga bahan pokok, berdaarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk
mengkaji secarah ilmiah tentang “DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM) TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK( SEMBAKO) DI
KOTA MAKASSAR”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka maalan
pokokyang diangkat oleh penulis adalah
1. Bagaimana dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap Sembilan bahan
pokok di kota makasar.
2. Bagaimana tanggapan masyarakat atas kenaikan bahan bakar minyak terhadap
Sembilan bahan pokok.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terhadap
Sembilan bahan pokok (Sembako) di kota Makassar
2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat atas kenaikan bahan bakar minyak
(BBM) terhadap Sembilan bahan pokok (Sembako) di kota Makassar
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak terkait seperti:
1. Pemerintah Daerah/kota Makassar, sebagai kerangka acuan dalam menetapkan
program pembangunan sekaligus sebagai bahan evaluasi kinerja pemerintah
6
dalam hal dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap sembilan bahan
pokok di kota Makassar
2. Sebagai bahan referesi untuk kajian yang lebih mendalam sekaligus sebagai
acuan dasar dalam menetapkan masalah yang urgen.
3. Bagi penulis sendiri, sebagai syarat penyelesaian studi pada Jurusan Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak
1. Pengertian dampak
Dampak secara sederhana dapat diartikan pengaruh atau akibat dalam
setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak
tersendiri baik itu dampak positif maupun dampak negatif dampak juga bisa
merupakan, proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.
Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis dampak
yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil. Berikut ini adalah
pengertian dan definisi dampak: Menurut kamus besara bahasa Indonesia (KBBI)
Dampak adalah Pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun
positif). Sedangkan menurut para ahli adalah sebagai berikut: Hiro
Tugiman(1976) Dampak adalah sesuatu yang bersifat objektif.
Dampak merupakan sebuah konsep pengawasan internal sangat penting,
yang dengan mudah dapat diubah menjadi sesuatu yang dipahami dan ditanggapi
secara serius oleh manajemen . Menurut C. Jotin khisty & b. Kent lall. Dampak
merupakan pengaruh- pengaruh yang dimiliki pelayanan angkutan umum terhadap
lingkungan sekitar dan keseluruhan kawasan yang dilayaninya. Sedangkan
Schemel. Dampak adalah tingkat perusakan terhadap tata-guna tanak lainnya yang
ditimbulkan oleh suatu pemanfaatan lingkungan tertentu. Dari definisi diatas
7
8
dapat disimpulkan bahwa Dampak adalah sebuah efek atau pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu sebab. (dalam Harianto,2013)
2. Kenaikan Bahan Bakar Minyak
Pengertian bahan bakar minyak (BBM) Bahan bakar adalah suatu materi
apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung
energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar
digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan
bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di
udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi
eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidro karbon
(termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar
yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai
adalah logam radioaktif, makanya dari itu bahan bakar minyak terutama solar,
premium dan pertamax menjadi bahan bakar minyak yg sangat diincar masyarakat
luas dan menjadi bhan bakar unggulan yang di beli setiap hari sebagai bahan
bakar kendaraan , maka oleh karena itu kenaikan harga bbm sangat berpengaruh
terhadap masyarakat terutama kolongan menengah kebawah terutama untuk bahan
bakar premium.
Bahan Bakar Minyak menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan gas Bumi (Migas), Pasal 1 ayat (4) yaitu : Bahan bakar yang
berasal dan/atau diolah dari minyak bumi.
Sedangkan minyak bumi menurut Pasal 1 ayat 1Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah:
9
Hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan
temperatur atmofer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral, atau
Ozokerit dan Bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak
termasuk batu bara atau endapan Hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang
diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan usaha kegiatan migas”
Istilah minyak bumi berasal dari terjemahan bahasa inggris yaitu Crude
Oil, sedangkan istilah gas bumi berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu
Natural Gas. Pengertian minyak bumi kita ditemukan dalam pasal 3 huruf i The
Petroleum (Tax Code, 1997) negara India. Pasal 3 Huruf i berbunyi sebagi
berikut :
“Petroleum” means crude oil existing in its natural condition i.e. all kinds of
hydrocarbons and bitumens, both in solid and in liquid form, in their natural state
or obtained fromnatural Gas by condensation or extraction, including distillate
and condensate (when commingled with the heavier hydrocarbons and delivered
as a blend at the delivery point) but excluding Natural Gas’.
“Petroleum berarti minyak mentah yang keberadaannya dalam bentuk kondisi
alami, seperti semua jenis hidrokarbon bitumen, keduanya baik dalam bentuk
padat dan cair, yang diperoleh dengan cara kondensasi (pengembunan) atau digali
di dalamnya dengan cara distalasi (sulingan/saringan) (bilamana berkaitan dengan
hidrokarbon yang sangat berat yang direktori sebagai bentuk campuran), tetapi
tidak termasuk gas alam.”
Dalam definisi ini, tidak hanya penjelasan tentang pengertian petroleum,
tetapi juga tentang bentuknya, jenisnya dan cara untuk memperolehnya. Petroleum
10
dalam definisi ini dikonstruksikan sebagai minyak mentah. Bentuknya berupa
benda padat dan cair. Jenisnya berupa hidrokarbon dan bitumen. Cara
memperolehnya dapat dengan kondensasi (pengembunan), digali, dan disuling
Definisi gas alam dalam Pasal 3 huruf G The Petroleum Tax Code, 1997
negara India sangat luas karena dalam definisi ini dijelaskan unsur-unsur gas alam
dan proses produksinya. Proses produksi itu meliputi kondensasi dan ekstrak
Definisi yang lain dapat kita baca dalam Pasal 1 ayat (2) UU No 22 Tahun
2001 tentang Miyak dan Gas Bumi.
Gas Bumi adalah Hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa Gas yang diperoleh dari proses
penambangan migas.
Unsur utama minyak dan gas bumi adalah hidrokarbon. Hidrokarbon adanya
senyawa- senyawa organik di mana setiap molekulnya hanya mempunyai unsur
karbon dan hidrogen saja. Karbon adalah unsur bukan logam yang banyak
terdapat di alam, sedangkan hidrogen adalah gas tak berwarna, tak berbau, tak ada
rasanya, menyesakkan, tetapi tidak bersifat racun, dijumpai di alam dalam
senyawa dengan oksigen (kamus besar Bahasa indonesia, 100:205-301).
Bahan-bahan bukan Hidrokarbon ini biasanya dianggap sebagai kotoran
karena pada umumnya akan memberikan gangguan pada proses pengolaan
minyak bumi dalam kilang minyak dan berpengaruh jelek terhadap mutu produk,
adapun produk bahan bakar minyak terdiri atas :
1. Bensin penerbangan
2. Bensin motor
11
3. Bahan bakar jet
4. Kerosin
5. Solar
6. Minyak diesel dan
7. Minyak bakar
Adapun jenis-jenis bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga menurut
wujudnya, yakni cair, padat di antaranya:
1. Bahan bakar cair (BBM) ; Minyak (petroleum) berasal dari kata-kata: Petro
= rock (batu) dan leaum = oil (minyak) Minyak dan gas sebagian besar
terdiri dari campuran molekul carbon dan hydrogen yang disebutdengan
hydrocarbons
2. Bahan bakar padat adalah suatu materi padat yang dapat diubah menjadi
energy.Contohnya adalah batubara
3. Bahan Bakar Gas
Sedangkan Bahan bakar gas terdapat beberapa daftar jenis-jenis bahan bakar
gas yang secara alami didapatkan dari alam:
1. Gas alam
2. Metan dari penambangan batu bara
3. Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat
4. Gas yang terbentuk dari batu bara
5. Gas yang terbentuk dari limbah dan biom
6. Dari proses indusrti lainnya (gas blast furnace)
7. Gas yang terbuat dari minyak bumi
8. Gas petroleum cair (LPG)
9. Gas hasil penyulingan
10. Gas dari gasifikasi minyak
11. Gas dari proses fermentasi
12
Bahan bakar bentuk gas yang biasa digunakan adalah gas petroleum cair
(LPG), gas alam, gas hasil produksi, gasblast furnace, gas dari pembuatan kokas,
dan lain-lain.
Kenaikan bahan bakar minyak merupakan sebuah kebijakan yang diambil
oleh pemerintah dengan alasan tidak lepas dari naiknya harga minyak dunia dan
defisit APBN, naiknya minyak dunia dan terjadinya defisist APBN oleh suatu
Negara sehigga hal demikianlah yang dijadikan sebagai alasan mengapa harga
bahan bakar minyak dinaikkan, jika dilihat dari satu sisi, mungkin keputusan
pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak memang tepat. Tetapi
seharusnya pemerintah juga memperhatikan kondidi masyarakat kecil padahal
pemerintah menyadari bahwa Indonesia ini adalah diantara Negara termiskin
dengan puluhan rakyatnya yang tidak memiliki pekerjaan, olehnya itu semestinya
pemerintah lebih bersikap realistis terhadap kondisi warganya. Pemerintah
harusnya bisa mengambil sikap yang lebih tepat dan mempertimbangkan banyak
hal sebelum menaikkan bahan bakar minyak.
Dampak kenaikan bahan bakar minyak Dalam situasi ekonomi masyarakat
yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan
menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan
meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk
menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan
pemerintah yang beresiko tinggi.
Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak
yang positif dan negatif.
13
a. Dampak Positif
1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif Seiring dengan
melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif
baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar
Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi.
Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal
sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah
Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga
berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja
mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.
2. Pembangunan Nasional akan lebih pesatPembangunan nasional akan lebih
pesat karena dana APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan
subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan
untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke
seluruh daerah.
3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Jika harga
BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh
pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dapat diminimalisasi.
4. Mengurangi Pencemaran Udara Jika harga BBM mengalami kenaikan,
masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil
pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan
berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.
14
b. Dampak negatif
1. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal.
2. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya
biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.
3. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi
perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)
4. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan,
beban transportasi dan lain-lain.
5. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan
terputus.
6. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran.
7. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan
terjadi PHK.
8. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi
karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.
B. Sembilan Bahan Pokok (Sembako)
Sembako adalah singkatan dari sembilan bahan pokok yang terdiri atas
berbagai bahan-bahan makanan dan minuman yang secara umum sangat
dibutuhkan masyarakat indonesia secara umum. Tanpa sembako kehidupan rakyat
indonesia bisa terganggu karena sembako merupakan kebutuhan pokok utama
sehari-hari yang wajib ada dijual bebas di pasar.
15
Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat menurut
Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No. 115/MPP/KEP/2/1998 tanggal
27 Februari 1998. Apa saja kesembilan bahan pokok tersebut?
1. Beras dan Sagu
2. Jagung
3. Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan
4. Daging (Sapi dan Ayam)
5. Susu
6. Gula Pasir
7. Garam yang Mengandung Yodium / Iodium
8. Minyak Goreng dan Margarin
9. Minyak Tanah atau Gas Elpiji
Dari sisi ekonomi permintaan barang-barang sembako bersifat inelastis,
yaitu perubahan harga sembako tidak akan banyak mempengaruhi tingkat
permintaan produk oleh konsumen selama tidak terlalu signifikan. Jika harga
sembilan bahan pokok tersebut naik secara signifikan, maka sebagian konsumen
akan beralih ke produk serupa pengganti (substitusi).
Suatu bahan pokok kehidupan dikategorikan sebagai Sembako oleh
pemerintah, artinya pemerintah mengambil tanggungjawab langsung untuk tidak
membiarkan stok barang dan harganya menjadi liar mengikuti mekanisme pasar.
Apabila harga sembako tidak normal, maka kehidupan rakyat ikut menjadi tidak
normal. Dalam hal ini sudah menjadi tugas dan tanggungjawab dari pemerintah
untuk menjaga kestabilan dan keninambungan sembako karena berhubungan erat
16
dengan hajat hidup orang banyak. Pemerintah bisa melakukan operasi pasar,
impor, pematokan harga tertinggi atau terendah, serta penindakan hukum kepada
pelaku kriminal yang terkait dengan kejahatan sembako
C. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak Terhadap Sembilan Bahan
Pokok
Berbagai ahli ekonom memastikan bahwasanya kenaikan bahan bakar
minyak akan berdampak secara otomatis terhadap sembako karena hal demikian
sudah menjadi hukum alam atau dalam mekanisme perekonomian sebuah Negara
apatah lagi dengan kondisi perekonomian Negara tersebut cenderung kurang
stabil tentunya disebabkan oleh berbagai factor antara lain, kemiskinan,
pengangguran, dan kurangnya lapangan kerja yang disediakan, olehnyaa itu
dampak kenaikan bahan bakar minyak bukan hanya berdampak pada sembako
saja tetapi hampir semua sector-sektor perekonomian terkena dampak dan akan
berimbas kepada masyarakat.
Kebijakan pemerintah dalam menaikan harga BBM didasarkan atas
penerbitan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 34 Tahun 2014 tanggal 17
November 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Bahan
Bakar Jenis Tertentu. Kenaikan BBM bersubsidi juga diimbangi dengan
penambahan dana kompensansi yang dikucurkan oleh pemerintah sebesar Rp. 3
triliun untuk anggaran 2015. Dengan demikian total anggaran dapat mencapai Rp.
8,14 triliun untuk diberikan kepada masyarakat tidak mampu sebagai dampak atas
kenaikan BBM bersubsidi (Arif, katadata.co.id, 20 Nov 2014). Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Andrinof Caniago
17
mengatakan bahwa “Anggaran kompensasi kenaikan BBM diajukan melalui
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P)
2015, seperti dikutip Kontan (20/11).
Beberapa pengaruh kenaikan harga BBM yang dirasakan langsung oleh
masyarakat dapat diuraikan berikut ini
a. Pertumbuhan Ekonomi. Kebijakan apapun yang di ambil pemerintah dalam
menaikan harga BBM sangat berdampak kepada perubahan ekonomi
masyarakat, yaitu kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan tarif dasar
listrik, produksi pabrik yang menurun, kenaikan ongkos transportasi (darat,
laut, dan udara), dll. Sementara gaji yang diterima oleh pekerja atau
karyawan tidak langsung mengikuti perubahan kenaikan yang terjadi.
b. Inflasi lebih tinggi. Aviliani Pengamat Ekonomi sekaligus Sektetaris
Kominte Nasional menyebutkan bahwa kenaikan BBM pada kisaran Rp.
1.500 hingga Rp. 2.000 akan menicu tingkat inflasi nasional sebesar 1
hingga 2 persen menjadi 6,5 persen / tahun. Bank Indonesia memperkirakan
kenaikan BBM di kisaran Rp. 500 hingga Rp. 1.500, maka akan
menimbulkan kenaikan inflasi lebih dari 5.5 persen
Kenaikan ini akan berimbas kepada masyarakat dengan penghasilan rendah,
seperti buruh, tani, karyawan, masyarakat yang tidak mampu. BBM
bersubsidi jenis premium naik dari Rp. 6.500 menjadi Rp. 8,500 per liter
dan solar dari Rp. 5,500 menjadi Rp. 7,500. Menteri Keungan Bambang
Brojonegoro mengatakan bahwa “Kenaikan harga ini telah memberikan
pengurangan Rp 100 trilliun per tahun” (ciputranews.com, 18 Nov 2014)
18
c. Pengaruh terhadap pekerja buruh. Tuntutan untuk menaikan upah minimum
regional beberapa bulan yang lalu rasanya tidak berarti dengan kenaikan
harga BBM disaat harga minyak dunia turun pada kisaran dibawah US$ 80
per barel dengan anggaran APBN hingga 2015 pada level US $105 per
barel. Hal ini menyebabkan kenaikan harga sandang, pangan, dan papan,
sehingga daya beli dari para buruh semakin rendah akibat kenaikan BBM
ini. Penolakan terhadap kenaikan BBM oleh kaum buruh diasumsikan
sebagai kemiskinan terhadap kaun buruh karena secara tidak langsung
berdampak terhadap kenaikan harga Sembako dan tarif transportasi. Oleh
karena itu, mayoritas kaum buruh meminta kompentasi berupa kenaikan
upah buruh sesuai dengan kenaikan harga barang pokok dan tarif
transportasi yang sudah lebih dahulu naik.
d. Meningkatnya Pengangguran. Kenaikan harga BBM akan menjadi penentu
dalam menaikan harga barang dan jasa karena BBM merupakan komponen
penting dalam produksi barang dan jasa. Ketika pemerintah menaikan harga
BBM dengan pendapatan masyarakat tetap akan menurunkan minat dan
daya beli terhadap barang dan jasa yang terus melambung naik. Akibatnya,
produk domestik kalah bersaing dengan produk asing yang semakin
membanjiri pasar domestik. Keadaan ini mengakibatkan penjualan produk
industri turun, omzet turun, pendapatan turun, dan menambah jumlah PHK,
artinya jumlah pengangguran semakin bertambah
19
Program bantuan tunai yang ditawarkan pemerintah sebagai kompensasi atas
kenaikan BBM bersifat sesaat, komsumsif, salah sasaran, dan menghambat
pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia itu sendiri.
Kenaikan harga BBM sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
golongan paling rendah (tidak memiliki pekerjaan tetap) terutama yang
menggunakan BBM. Contoh, masyarakat golongan miskin yang menggunakan
kompor sebagai alat masak, maka dengan kenaikan BBM mereka kembali beralih
ke kayu bakar dan penggunaan minyak terbatas pada malam hari untuk
penerangan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi sektor lain dalam kehidupan
golongan ini. Di sisi lain, untuk golongan menengah ke atas, dampak akibat
kenaikan BBM juga dapat dirasakan dengan bertambahnya biaya transportasi,
biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan lain-lain. Kemudian, kebutuhan anggaran
belanja tinggi dengan naiknya biaya produksi sandang, pangan, dan papan.
Akibatnya, mereka mencari tambahan penghasilan atau mencari pekerjaan baru
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
dampak kenaikan harga BBM tidak hanya dirasakan oleh masyarakat golongan
miskin, namun seluruh elemen masyarakat terkena imbas akibat kenaikan BBM.
D. Kerangka Pikir
Sejarah ekonomi Indonesia adalah kisah pertarungan gagasan atas dua
pokok soal penting: kepantasan subsidi dan nasib kemakmuran ekonomi. Kerap
kali kedua ide tersebut bertemu dalan satu komoditas utama yakni minyak. Proses
pembangunan ekonomi di segala bidang pada hakekatnya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses perubahan
20
struktural perekonomian seperti perluasan kesempatan kerja, dan pengurangan
tingkat kemiskinan merupakan sasaran pokok pembangunan yang hendak dicapai
guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kenaikan harga BBM telah memicu
kenaikan harga-harga bahan pokok, padahal sebelumnya bahan pokok telah
melonjak harganya karena krisis pangan dunia. Demikian pula dengan situasi
Industri nasional yang sangat tergantung pada pasokan bahan bakar BBM, akan
terpukul dan tergilas dengan badai krisis. Akibatnya adalah Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) massal dan efisiensi. Harga BBM adalah dasar penentuan harga
komoditi lain.
Olehnya itu bahwa peranan bahan bakar minyak begitu sangat berpengaruh
dalam aktivitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, tentunya dengan
menaikkan harga bahan bakar minyak akan berdampak langsung pada aktivitas
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok
masyarakat, dalam hal ini sebagai objek penelitian dampak kenaikan bahan bakar
minyak terhadap Sembilan bahan pokok. Untuk lebih jelasnya lihat kerangka
piker dibawah ini:
HARGA
KEBUTUHAN
POKOK
21
E. Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran diatas, penulis
merumuskan hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini yaitu :
1. Diduga kenaikan BBM berpengaruh negatif terhadap sembilan
bahan pokok dikota Makassar.
2. Diduga tanggapan Apatis masyarakat terhadap kenaikan bahan
bakar minyak terhadap Sembilan bahan pokok.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis terfokus pada dampak kenaikan bahan bakar minyak
(BBM) terhadap Sembilan bahan pokok (SEMBAKO) yang berlangsung selama
kurang lebih dua bulan pada bulan Maret dan April 2015 yang berlokasi di Pasar
Tradisional di kota Makassar yaitu pasar Terong, pasar Pa’baeng-baeng, pasar
Toddopuli, pasar Kerung-kerung, pasar Tamalate dan pasar Pannampu.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Ada dua sumber data dalam penelitian ini yaitu:
a. Data Kualitatif adalah data yang terbentuk kata, kalimat, skema dan gambar
yang dijadikan dasar dalam memecahkan permasalahkan yang ada.
b. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka yang kemudian diolah
dan dibuatkan suatu interpertasi dalam upaya menjawab permasalahan yang
ada.
2. Sumber Data
a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
diteliti. Pengambilan data primer ini melalui observasi dengan objek yang
diteliti
b. Data sekunder adalah data yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti, tulisan serta hasil penelitian yang dilakukan.
22
23
C. Popolasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Sugiyono (2012) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang memiliki nilai kualitas dan karakteristik
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian akan
ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah keseluruhan jumlah pedagang sembako di kota makassar yaitu sebanyak
428.512 orang.
2. Sampel
Sugiyono (2012) mengemukakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh papulasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Adapun teknik sampel
menggunakan rumus Slovin yaitu:
n = N
1+N(e)
2
n = ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
E = Ukuran persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
Yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%
n = N
1+N(e)
2
n = 428.512
1+428.512 (10)2
n = 99
24
Berdasarkan dari populasi diatas maka penulis mengambil sampel yaitu 99
orang pedagang sembako.
D. ̀ Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan(Field Research)
Penelitian Lapangan (Field Research) yakni suatu bentuk penelitian yang
dilakukan dengan cara mengunjungi objek penelitian secara langsung guna
mendapatkan data dan informasi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Kuesioner dalam penelitian ini dimaksud sebagai alat untuk memperoleh
data dengan memberikan penyebaran daftar pertanyaan/ pernyataan yg
mengacu pada variabel-variabel penelitian. Diajukan secara tertulis dan
dibagikan kepada seluruh respon orang yang hasilnya akan dikemukakan
dalam bilangan persentase dan table frekuensi distribusi.
b. Observasi, yaitu dilakukan secara langsung dengan mengamati objek
penelitian.
c. Penelitian Pustaka (Library Research)
Penelitian Pustaka (Library Research) yakni suatu bentuk penelitian untuk
memperoleh data dari berbagai sumber seperti literatur-literatur baik
berupa buku-buku ataupun media lainnya yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan.
E. Metode Analisis
Data yang diperoleh dari lokasi penelitian pada dasarnya masih merupakan
data mentah. Data tersebut merupakan hasil yang perlu diolah kembali dengan
25
hasilnya diuraikan secara deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai
tanggapan masyarakat mengenai apa saja dampak kenaikan BBM pada Sembako
di lokasi tersebut. Dari data tersebut, dilakukan analisis deskriptif melalui
perhitungan presentase dan sistem skor untuk mengetahui komposisi jawaban
responden. Adapun menurut Singararibun & Effendy dalam Hindar Jaya ( 2013 )
analisis presentase dan rumus perhitungan skor untuk setiap item pernyataan,
yaitu:
𝑃 =𝑓
𝑛𝑥 100 %.
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi
N = jumlah Responden
∑(F.x ) = Jumlah skor kategori jawaban
Selain tabel frekuensi, analisa data juga dilakukan dengan menggunakan
skala Likert. Skala Likert dikembangkan oleh Rasis Likert (1932) yang paling
sering digunkan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi responden terhadap
suatu objek, Husain Usman & Purnomo Setiady dalam Hindar Jaya (2013).
𝑋 =∑(𝐹. 𝑥)
𝑁
Keterangan :
X = Rata-rata skor
∑ = Jumlah
X = Skor
F = frekuensi
26
N = Jumlah Responden
𝑅𝐴𝑇𝐴 𝑃𝐸𝑅𝑆𝐸𝑁 =𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑥 100 %
Adapun skala pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
indeks dan skala, yang kedua-duanya merupakan adalah ukuran ordinal. Untuk
menganalisis data yang masuk guna pembuktian hipotesis, peneliti menggunakan
teknik statistik. Dalam penelitian ini dimaksudkan mencari atau mengetahui
dampak kenaikan BBM terhadap Sembako di kota Makassar. Oleh karena data
yang diperoleh masih merupakan data kualitatif, maka untuk mengolah data
tersebut melalui perhitungan statistik harus dilakukan pentransformasian data
tersebut menjadi data kuantitatif dengan menggunakan simbol berupa angka.
Untuk mendapatkan skor dari setiap jawaban responden.
Pengklasifikasikan skor masing – masing responden apakah termasuk
kategori sangat baik, baik, kurang baik, atau tidak baik harus ditentukan terlebih
dahulu intervalnya sebagaimana rumus yang dikemukakan (Hadi dalam Sumarlin
2013) berikut :
Interval kategori = Jarak Pengukuran
Jumlah Inteval
= Skor Tertinggi – Skor Terendah
Kriteria
= 4 – 1
4
= 0,75
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar
a. Letak Geografis Kota Makassar
Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga
merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia.
Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian
Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°24’17’38” Bujur Timur dan
5°8’6’19” Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai
batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan
Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian
Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut.
Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi
kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah
daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat
sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya
merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan
Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang
sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut
juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan
Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau
27
28
Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng,
Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke,
Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat).
Tabel 4.1
Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di
Kota Makassar
KODE
WIL
KECAMATAN LUAS
(Km2)
PRESENTASE
TERHADAP
LUAS KOTA
MAKASSAR
(1) (2) (3) (4)
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
110
101
110
111
MARISO
MAMAJANG
TAMALATE
RAPPOCINI
MAKASSAR
UJUNG PANDANG
WAJO
BONTOALA
UJUNG TANAH
TALLO
PANAKKUKANG
MANGGALA
BIRINGKANAYA
TAMALANREA
1,82
2,25
20,21
9,23
2,52
2,63
1,99
2,10
5,94
5,83
17,05
24,14
48,22
31,84
1,04
1,28
11,50
5,25
1,43
1,50
1,13
1,19
3,38
3,32
9,70
13,73
27,43
18,11
7371 MAKASSAR 175,77 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar.
b. Keadaan Penduduk Kota Makassar
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jumlah
penduduk Kota Makassar pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1 179 023 jiwa dan
meningkat menjadi 1 193 434 jiwa pada tahun 2005. Sementara itu pada tahun
2006 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 223 540 jiwa dan
angka tersebut meningkat menjadi 1 339 374 jiwa pada tahun 2010. Namun di
29
tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 1 148 312. Pada tahun 2013
jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 408 072 jiwa dengan
komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar
pada tahun 2009 sekitar 94,45 yang berarti terdapat 94 lebih orang laki-laki di
antara 100 orang perempuan, pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 97,77,
hal ini berarti terdapat 98 lebih orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.
Adanya peningkatan sex ratio ini, adalah karena Kota Makassar sebagai salah satu
kota yang menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih banyak dikawasan timur
Indonesia dan juga lapangan pekerjaan sehingga menjadi salah satu kota tujuan
kaum laki-laki untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mencari pekerjaan.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena kota ini merupakan
satu kota pusat pendidikan dan tempat mencari lapangan pekerjaan di kawasan
timur Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, merupakan suatu hal yang
mengkhawatirkan banyak pihak, apalagi bila tidak dibarengi pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk lebih besar
dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka dipandang bahwa pertumbuhan
penduduk akan menjadi masalah.
Pertumbuhan penduduk yang positif akan memperluas lahan hunian
sehingga menambah kepadatan penduduk Kota Makassar. Pada tahun 2009
kepadatan penduduk Kota Makassar adalah 7.239 orang/km2 kemudian pada
tahun 2013 menjadi 8.011 orang/km2, suatu peningkatan yang cukup besar.
Penigkatan kepadatan penduduk yang cepat tentunya akan membebani pemerintah
dalam penyediaan berbagai macam fasilitas. Jika hal tersebut diikuti dengan
30
peningkatan potensi penduduk terutama dari segi ekonomi, maka peningkatan
kepadatan penduduk sedikit akan mengurangi beban pemerintah.
Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun 2004 – 2014 dapat
dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kota Makassar Tahun 2011-2013
Tahun
Jumlah
Penduduk
Persentase
Pertumbuhan (%)
2004 1.179.023 -
2005 1.193.434 1,22
2006 1.223.540 2,52
2007 1.235.239 0,96
2008 1.253.656 1,49
2009 1.272.349 1,50
2010 1.339.374 1,65
2011 1.352.136 1,65
2012 1.352.136 1,65
2013 1.369.606 1,78
2014 1.408.072 1,82
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar antara lain dipengaruhi oleh
posisinya sebagai Ibukota propinsi Sulawesi selatan, disamping itu secara
geografis Kota Makassar berada pada posisi yang strategis sebagai pintu gerbang
Kawasan Timur Indonesia yang berimplikasi pada derasnya arus urbanisasi
31
maupun migrasi masuk dari kabupaten/kota lainnya dan propinsi lain di luar
Sulawesi selatan dan Kota Makassar.
c. Struktur Ekonomi Kota Makassar
Keadaan struktur perekonomian suatu wilayah dapat memberikan
informasi tentang besarnya peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi
dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perekonomian suatu wilayah
dikatakan cukup mapan apabila struktur ekonominya didominasi oleh sektor
tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan
dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa
(Badan Pusat Statistik, 2013). Semakin besar peranan sektor tersier dalam
pembentukan PDRB suatu wilayah, menunjukkan bahwa perekonomian wilayah
tersebut semakin mapan. Gambaran mengenai struktur Kota Makassar ekonomi
dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.3
Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013 (Dalam Persen)
Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 1,15 1,13 1,11 0,98 0,90
2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3. Industri Pengolahan 23,85 23,86 23,50 23,13 22,24
4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,94 2,14 2,05 2,00 1,93
5. Bangunan 7,65 7,59 7,54 7,70 8,09
6. Perdag, Hotel & Restoran 28,95 28,78 28,21 28,44 29,05
7. Angkutan & Komunikasi 15,25 16,01 15,80 15,78 14,80
32
8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 9,97 9,63 10,09 10,37 10,09
9. Jasa-Jasa 11,23 10,85 11,69 16.59 12,89
Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber
Lanjutan Tabel 4.3
Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013 (Dalam Persen)
Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1. Pertanian 0,82 0,74 0,67 0,59 0,55
2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00
3. Industri Pengolahan 20,74 19,69 18,90 17,83 17,11
4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,79 1,81 1,76 1,71 1,66
5. Bangunan 7,49 7,83 7,73 7,59 7,86
6. Perdag, Hotel & Restoran 28,70 29,08 29,43 29,36 29,38
7. Angkutan & Komunikasi 13,93 14,33 14,36 15,24 15,28
8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 10,17 10,25 10,85 11,23 12,07
9. Jasa-Jasa 15,88 16,26 16,31 16,37 16,09
Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber
Dari data tabel 4.1 menunjukkan bahwa perekonomian Kota Makassar
dapat dikatakan relatif mapan karena keadaan struktur ekonominya lebih
bertumpu kepada sektor tersier. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) Pergeseran
struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari perubahan peranan masing-
masing sektor kegiatan ekonomi pada kurun waktu tersebut. Apabila kondisi
struktur ekonomi suatu wilayah sudah mapan, perubahan peranan sektor-sektor
kegiatan ekonominya biasanya tidak terlalu besar. Sementara pada kondisi
33
struktur ekonomi yang belum mapan, perubahannya lebih berfluktuasi dibanding
wilayah yang sudah mapan. Struktur ekonomi Kota Makassar dalam kurun waktu
tahun 2004-2013 nampak membaik, hal ini disebabkan menurunnya peranan
sektor pertanian, penggalian, industri, listrik serta meningkatnya sektor
perdagangan, angkutan dan komunikasi, dan keuangan pada pembentukan PDRB
Kota Makassar.
Pada tahun 2004 sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya
terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sektor perdangangan, hotel
dan restoran yaitu sebesar 28,95% angka ini mengalami peningkatan sehingga
tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 29,38%. Sementara urutan kedua adalah
sektor industri pengolahan yaitu sebesar 23,85% pada tahun 2004 angka ini
mengalami penurunan selama periode 2004-2013, dengan kontribusi sebesar
17,11% pada tahun 2013. Berikutnya adalah sektor angkutan dan komunikasi
sebesar 15,25% pada tahun 2004 dimana angka ini mengalami peningkatan dan
penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 15,28% pada
tahun 2013. Sektor jasa-jasa pada tahun 2004 sebesar 11,23% angka ini
mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan
kontribusi sebesar 16,09% pada tahun 2013. Demikian juga sektor keuangan,
persewaan & jasa perusahaan mengalami penigkatan dan penurunan selama
periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 9, 97% pada tahun 2004 dan pada
tahun 2013 sebesar 12,07%. Sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 7,65%
pada athun 2004 angka ini juga mengalami peningkatan dan penurunan selama
periode 2004-2013 dengan kontribusi pada tahun 2013 sebesar 7,86%.
34
Berikutnya adaalah sektor listrik, gas & air bersih sebesar dengan kontribusi
sebesar 1,94% pada tahun 2004 angka ini mengalami peningkatan dan penurunan
selama periode 2004-2013 yakni sebesar 1,66% pada tahun 2013. Selanjutnya
sektor pertanian sebesar 1,15% pada tahun 20004 angka ini mengalami
penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 0,55% pada
tahun 2013 dan yang terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar
0,01% pada tahun 2004 angka ini juga mengalami penurunan selama periode
2004-2013 yaitu 0,00% pada tahun 2013.
d. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil diharapkan berperan dalam
meningkatkan kemampuan faktor-faktor produksi sehingga merangsang bagi
berkembangnya ekonomi dalam skala yang lebih besar serta berdampak pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah dapat dilihat melalui besarnya perubahan PDRB pada tahun
tertentu. Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih tinggi
dari tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan pertumbuhan dan sebaliknya jika
terjadi penurunan produksi barang dan jasa dari tahun sebelumnya dikatakan
terjadi perlambatan pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB atas harga
konstan karena pengaruh perubahan harga inflasi telah dihilangkan. Tabel 5.1
menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar tahun 2004-
2013.
35
Tabel 4.4
PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Makassar Tahun 2009-2013
Tahun PDRB Harga Konstan
(Juta Rupiah)
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
2004 9 785 333 89 10,17
2005 10 492 540 67 7,22
2006 11 341 848 21 8,09
2007 12 261 538 92 8,11
2008 13 561 827 18 10,60
2009 14 798 187 68 9,12
2010 16 252 451 43 9,83
2011 17 820 697 97 9,65
2012 19 582 060 39 9,88
2013 21 327 227 88 8,91
Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan pada tabel 4.4 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang
dicapai kota Makassar pada tahun 2004-2013. Pada tahun 2004 pertumbuhan
ekonomi Kota Makassar sebesar 10,17% dan menurun pada tahun 2005 sebesar
7,22%. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 8,09% dan menurun
pada tahun 2009 sebesar 9,12%. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sebesar
9,65% sedikit melambat dari tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan pada
tahun 2012 sebesar 9,88%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota
Makassar sebesar 8,91% sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya,
36
namun PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang semakin
membaik.
Data tersebut menunjukkan bahwa PDRB atas harga konstan dari tahun ke
tahun terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 nilai PDRB Kota
Makassar sebesar Rp. 9.785.333,89 dan meningkat pada tahun 2005 sebesar Rp.
10.492.540,67. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp.
11.341.848,21 dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar Rp. 12.261.538,92.
Demikian juga pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp. 13.561.827,18 sampai
dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 21. 327.227,88.
B. Gambaran umum pasar tradisional
Kota makassar yang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia
memiliki laju perekonomian yang tumbuh begitu pesat yang terutama di gerakkan
oleh sektor perdagangan. Letaknya yang strategis dan menjadi pintu gerbang
kawasan timur indonesia memberikan keuntungan yang sangat besar bagi kota ini.
Barang-barang yang akan di kirimke kawasan timur indonesia harus singgah dulu
di kota ini sehingga memberikan pendapatan bagi daerah ini. Begitu ketatnya
sektor perdagangan di daerah ini memberikan efek bagi pelaku ekonomi
menengah ke bawah termasuk pelaku sektor informal seperti pedagang pasar
tradisional.
Kota makassar bagaikan magnet bagi orang-orang yang butuh pekerjaan,
maka berdatanganlah irang-orang yang berasal dari luar kota makassar untuk
mencari nafkah di kota ini. Akibatnya, banyak orang yang berdatangan di kota
makassar dengan kemampuan seadanya dan kemudian tidak tertampung di sektor
37
formal sehingga membuat mereka beralih ke sektor informal. Makanya banyak
masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi yang bekerja sebagai pedagang di
pasar tradisional. Jadi tidak mengherankan bila pasar tradisional tumbuh subur di
kota ini.
Pasar tradisional di kota ini tersebar di semua kecamatan meskipun banyak
di antaranya yang tergolong dalam pasar tidak resmi. Untuk kota makassar, ada 50
pasar tradisional diantaranya 16 pasar yang oleh pemerintah kota Makassar
dikategorikan sebagai pasar resmi dan 34 pasar yang di kategorikan sebagai pasar
tidak resmi. Banyaknya jumlah pasar tradisional yang tidak resmi dibandingkan
dengan pasar tradisional yang resmi menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi
serius untuk membangun pasar-pasar tradisional baru, sehingga membuat
masyarakat sendiri yang berinisiasi membuat pasar-pasar darurat.
Tabel 4.5
Nama-Nama Pasar Tradisional di Kota Makassar
No Kecamatan Pasar Resmi Pasar Tidak Resmi
1 Biringkanaya Pusat niaga Daya
Bulu-Bulu
Daya
Seputaran Masjid
2 Tamalanrea Pasar wesabbe
Pasar BTP
Pasar blok A
3 Pannakkukang Toddopuli Karuwisi
Tamamaung
Panaikang
Tello Baru
belakang
profesional
38
Paropo
4 Makassar Kerung-kerung Rimo
5 Mamajang Maricaya Harimau
6 Ujung Pandang Baru Sawah
7 Bontoala Terong
Kalimbu
Tinumbu
Tette kulantu
8 Tallo Pannampu Galangan
Rappokalling
9 Ujung tanah Pelelangan
10 Wajo Sentral
Butung
Sentral jaya
Cidu
Bonerate
Irian
11 Mariso Sambung jawa Kokolojia
Senggol
Tanjung
12 Tamalate Pa’baengbaeng
Hartaco
Barombong
Kanal
Bontomanai
Manuruki
13 Rappocini Jipang Raya
Skarda
Rappocini Raya
14 Manggala Antang
Borong Raya
Kassi
Jumlah 16 34
Sumber : BPS Provinsi SUL
39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
1) Usia Responden
Pada umumya pedangang yang berusia mempunyai tenaga fisik yang
relatif lebih lemah dan terbatas, sebaiknya pedangang yang berusia muda
mempunyai kemampuan fisik yang kuat,namun. Pedagang yang berusia muda
pada umumnya tidak atau memiliki banyak pengalaman dalam hal berdagang dan
mempunyai tanggun jawab yang relatif rendah . hal ini dapat di lihat dari
pedangang yang berusia relatif lebih muda mempunyai masa berdagang lebeh
cepat sedangkan yg lebih tua lebih fokus dalam berdagang dan lebih banyak
menkhususkanya waktunya dalam kegiatan berdagang.mengenai keadaan usia
responden tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Usia
USIA JUMLAH PERSENTASE
< 30 ( Usia Produktif )
30-50
( Usia sangat produktif )
>50 ( Usia tidak produktif )
27
56
16
27,27
56,57
16,16
Jumlah 99 100
Sumber: Data primer setelah di olah
Dari tabel 5.1 untuk profil responden berdasarkan usia dapat di lihat
bahwa mayoritas responden berada pada kelompok usia yang sangat produktif
39
40
yaitu usia antara 30-50 tahun dengan persentase 56,57% rata-rata pedagang
dengan usia 30-50 tahun adalah pedangang yang sudah berkeluarga sehingga
mereka cenderung lebih serius dalam berdagang karena mereka menpunyai
tangung jawab untuk menghidupi keluarganya. Dengan usia yang seperti itu pula,
pedangang punya kematangan dalam hal berdangang sehingga dia dapat
mengelolah jualannya dengan baik. Untuk pedangan yang berusia 30 tahun
biasanya masih diwakili dengan pedagang-pedagang muda atau pedagang yg
belum berkeluarga sehingga mereka masih belum terlalu serius dalam berdagang
karena mereka juga belum tanggungan tetapi pedangan ini memiliki banyak
tenaga atau kekuatan dalam berjualan, misalnya pedangang seperti ini kuat dalam
hal mengangkat barang sedangkan untuk pedangang yang berusia di atas 50 tahun,
biasanya pedangan tersebut sudah tidak punya tenaga dalam melakukan kerja-
kerja berat dalam menjual,mereka cukup duduk di tempat penjulanya melayani
pembeli.
2) Jenis kelamin
Dari tabel di bawah ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian diperoleh
37 pedagang adalah laki-laki dan 62 orang perempuan. kondisi ini menunjukkan
bahwa kebanyakan yang berprofesi sebagai pedagang pasar tradisional adalah
perempuan. umumnya memang perempuan memiliki daya tarik tersendiri bagi
pembeli dibandingkan dengan laki-laki sehingga untuk menarik para pembeli
maka perempuan lah yang di pasang sebagai penjual. Hal ini dilihat pada tabel di
bawah ini.
41
Tabel 5.2
Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
37
62
37,38
62,62
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer yang telah di olah
3) Pendidikan Responden
Untuk tingkat pendidikan responden, pedagang yang berpendidikan
sampai tingkat SD merupakan jumlah terbanyak sebesar 31 responden (31,32%)
dan urutan berikutnya SLTP dan SLTA yaitu sebanyak 29 responden (29,29%)
kemudian tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 8 responden (8,08) dan jumlah
pedagang yang berpendidikan sampai perguruan tinggi hanya sebanyak 2
responden (2,02%) hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai pedagang pasar
tradisional tidak begitu membutuhkan spesifikasi pendidikan artinya siapapun bisa
jadi pedagang asalkan punya keinginan dan modal yang mencukupi.
42
Tabel 5.3
Distribusi Responden menurut pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak sekolah/tidak
tamat sekolah
8 8,08
SD 31 31,32
SLTP 29 29,29
SLTA 29 29,29
Perguruan Tinggi 2 2,02
Jumlah 99 100
Sumber : Data primer yang di olah
4) Pendapatan pedagang di tiap-tiap Pasar.
Tabel 5.4
Rata-Rata Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar.
No Nama Pasar Kecamatan Rata-Rata Pendapatan
(Rp)
1 Pasar Daya Biringkanaya 720.454,54
2 Pasar Terong Bontoala 955.833,33
3 Pasar Antang Manggala 380.000
4 Pasar Tamalate Rappocini 304.666,67
5 Pasar Pa’baeng-baeng Tamalate 370.000
6 Pasar Toddopuli Pannakkukang 1.220.000
7 Pasar Pannampu Tello 699.000
8 Pasar Kerung-Kerung Makassar 716.000
Rata-Rata 8 423.125
Sumber : Data primer yang di olah
43
Pendapatan pedagang di tiap-tiap pasar berbeda-beda, ini tergantung dari
lokasi pasar tempat pedagang tersebut menjual. Tapi pasar memiliki lokasi dan
daya tarik tersendiri dalam menarik pembeli. Untuk pasar yang terletak
berdekatan dengan perumahan pasti ramai dikunjungi pembeli. Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional di kota
makassar adalah Rp. 423.125 perharinya. Rata-rata pendapan ini sebenarnya tidak
bisa menjadi gambaran secara umum bagi pendapatan pedagang oasar tradisional
dikota Makassar sebab masih banyak pedagang yang memiliki pendapatan di
bawah pendapatan rata-rata, tergantung lokasi pasarnya. Untuk psara yang
memiliki rata-rata pendapatan tertinggi ada pada pasar toddopuli, hal ini mugkin
disebabkan karena letak pasar ini yang berada di daerah perumahan sehingga
pasar ini sering lama di kunjungi oleh para pembeli terutama pada hari libur.
2. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Makassar
Baik secara langsung maupun tidak langsung, perubahaan harga BBM
memiliki dampak terhadap harga akhir sebuah produk baik itu berupa barang
ataupun jasa, diperlukan bahan bakar untuk memperoleh bahan baku,
memproduksi dan mendistribusinya.
44
Tabel 6.1
Perkembangan harga BBM Di Kota Makassar Tahun 2003-2015
Tahun
Tanggal
Bensin
Premium
(Rp)
Minyak
Solar
(Rp)
Minyak Tanah
(Rp)
2014 1 Januari
18 November
Rp. 7.600
Rp. 8.500
Rp. 7.250
Rp. 7.500
Rp. 2500
Rp. 2.500
2015 1 Maret
28 Maret
Rp. 6.800
Rp. 7.500
Rp. 6.400
Rp. 6.900
Rp. 2.500
Rp. 2.500
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi SUL-SEL
Berdasarkan Tabel di atas dapat kita lihat bahwa untuk harga BBM jenis
premium, kenaikan harga terjadi tanggal 1 januari 2014 pemerintah menaikkan
harga BBM menjadi Rp. 7.600,00, berselang beberapa bulan mengalami kenaikan
harga lagi sebesar Rp.8.500,00 pada tanggal 18 November 2014. Kemudian pada
Tahun 2015 pemerintah mengeluarkan kebijakan lagi untuk menaikkan harga
BBM menjadi Rp.6.800,00 tepatnya pada tanggal 1 Maret menjadi Rp.7.500,00.
Untuk BBM jenis solar, pada tahun 2014 tepatnya pada tanggal 1 januari
mengalami kenaikan harga sebesar Rp.7.250,00 dan pada tanggal 18 november
pada tahun yang sama terjadi lagi kenaikan sebesar Rp.7.500,00. Dan terakhir
pada tahun 2015 pemerintah menaikkan harga BBM dari harga Rp.6.400,00
menjadi Rp.6.900,00.
Untuk BBM jenis Minyak Tanah, sampai sekarang pada tahun 2015 sering
terjadi perubahan harga BBM akan tetapi BBM jenis minyak tanah tidak terjadi
perubahan harga, tetap stabil dengan harga Rp.2.500,00.
45
3. Perkembangan Harga Sembilan Bahan Pokok ( SEMBAKO) di Kota
Makassar
Tabel 6.2
Perkembangan Harga sembako tahun 2014-2015
Sembako
Harga Sebelum
Kenaikan BBM Tahun
2014
Harga Setelah
Kenaikan BBM Tahun
2015
Beras/Kg RP.8.485 RP.10.858
Jagung/Kacang-
kacangan/kg
RP.17.500 RP.18.500
sayuran/kg : -Tomat
-Kentang
-Cabe
RP.11.666
RP.11.500
RP.22.000
RP.12.000
RP.12.500
RP.27.500
Daging/ kg : -Sapi
-Ayam
RP.98.116
RP.25.500
RP.108.333
RP.28.500
Susu RP.33.000 RP.40.900
Gula Pasir/Kg RP.11.000 RP.12.500
Garam/ 200 gr RP.3.700 RP.4.200
Minyak Goreng/ kg RP.10.200 RP.11.333
GAS LPG/ 3kg RP.14.500 RP.16.500
Sumber : Data Primer yang telah di Olah
4. Tanggapan responden terhadap kenaikan Harga BBM
Tabel 6.3
Tanggapan responden terhadap kenaikan Harga BBM
No Tanggapan Skor
(X) F X.F Persentase
1 Setuju 1 36 36 36%
2 Tidak setuju 2 64 128 64%
Total 100 164 100%
Rata-rata skor
𝟏𝟔𝟒
𝟏𝟎𝟎= 𝟏,𝟔𝟒
Rata-rata persen 𝟏,𝟔𝟒
𝟐𝒙𝟏𝟎𝟎 = 𝟖𝟐%
46
Sumber : Data Primer yang telah di Olah
Berdasarkan tabel 6.3 menunjukkan tanggapan responden terhadap
kenaikan harga BBM, Hal ini dapat dilihat jumlah responden dari 100 terdapat 36
responden (36%) menanggapi setuju dan 64 responden (64%) menanggapi tidak
setuju dengan kenaikan harga BBM. Dengan melihat rata-rata skor dan rata-rata
persen yang 1,64 (82%)
5. Tanggapan Responden terhadap Dampak penjualan Sembako semenjak
terjadi kenaikan BBM.
Tabel 6.4
Tanggapan Responden terhadap Dampak penjualan Sembako semenjak terjadi
kenaikan BBM.
No Tanggapan Skor
(X) F X.F Persentase
1 Positif 1 28 28 72%
2 Negatif 2 72 144 28%
Total 100 172 100%
Rata-rata skor
𝟏𝟕𝟐
𝟏𝟎𝟎= 𝟏,𝟕𝟐
Rata-rata persen 𝟏,𝟕𝟐
𝟐𝒙𝟏𝟎𝟎 = 𝟖𝟔%
Sumber : Data Primer yang telah di Olah
Berdasarkan tabel 6.4 menunjukkan tanggapan responden terhadap
dampak penjualan sembako semenjak terjadi kenaikan harga BBM, Hal ini dapat
dilihat jumlah responden dari 100 terdapat 72 responden (72%) menanggapi
berdampak positif dan 28 responden (28%) menanggapi berdampak negatif
penjualan sembako sejak kenaikan harga BBM. Dengan melihat rata-rata skor dan
rata-rata persen yang 1,28 (64%).
47
6. Rata-rata persentase dari keempat indikator dampak kenikan BBM
terhadap Sembilan Bahan Pokok dk Kota Makassar
Tabel 6.7
Rata-rata Persentase dari keempat indikator Dampak Kenaikan BBM terhadap
Sembilan Bahan Pokok di Kota Makassar
No Indikator Kinerja Rata-rata %
1 Dampak positif 28%
2 Dampak negatif 72%
3 masyarakat berpartisipasi (setuju) 36%
4 Masyarakat Apatis (tidak setuju) 64%
Tabel 6.7 menunjukkan bahwa dampak kenaikan BBM terhadap
Sembilan Bahan Pokok di Kota Makassar Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
persentase keempat indikator dimana pada indikator dampak positif dengan
persentase 72%, dampak negatif dengan persentase 28%, partisipasi masyarakat
setuju dengan adanya kenaikan harga BBM dengan persentase 36% dan sikap
apatis masyarakat dengan tidak menyetujui adanya kenaikan harga BBM dengan
persentase 64%. Hal ini dapat Disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM
berdampak negatif terhadap se,nilan bahan pokok di Kota Makassar.
Sumber: Diolah dari data primer
48
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kenaikan harga BBM
terhadap sembilan bahan pokok di kota Makassar. Dapat dilihat dari
beberapa indikator dampak, dan tanggapan masyarakat , diantaranya:
dampak positif dengan persentase 28%, Dampak negatif berkategorikan
sangat berdampak negatif hal ini dapat di lihat dari rata-rata skor dan rata-
rata persentase 72%, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM
berdampak Negatif terhadap Sembilan Bahan pokok di Kota Makassar.
2. masyarakat berpartisipasi berkategorikan kurang baik dapat dilihat dari
rata-rata skor dan rata-rata presentase 36%, masyarakat yang apatis
terhadap kenaikan Harga BBM dapat di liat rata-rata skor dan rata-rata
persentase yang menunjkkan 64%.
2. Saran
Berdasarka kesimpulan tersebut di atas, maka penulis menyarankan :
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan evaluasi agar dapat
mengetahui tanggapan masyarakat umum, khususnya para pedagang
Sembako di Kota Makassar.
48
49
2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penelitian kuantitatif penyebaran
kuesioner terhadap responden secara mendalam dan teliti tentang dampak
kenaikan harga BBM terhadap Sembilan Bahan pokok di kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
James Midgley. Pembangunan sosial: persepektif pembangunan dalamkesejahteraan sosial. Jakarta: ditperta islam depag RI. 2005.h. 20
Koentjaraningrat (1990), Pengantar Ilmu Anthropologi, Akasara Baru, Jakarta.
Lestari, Etsa. 2004. Efektivitas Konpensasi Subsidi Dan Dampak Subsidi BBMdi Indonesi. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP).
Muhidin, Syarif. 1982. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung : SekolahTinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
Mubarok, Ali. 2013. Menakar Dampak Kenaikan BBM. Pustaka pelajar. Surabaya
Nugroho dan soeharto. 2007.Mengarahkan Haluan Menjinakkan Kemiskinan.Kompas. Edisi Kamis 9 April 2014.
Nasution, Zulkarimen. 2004. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan TeoridanPenerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nawawi, Ismail. 2009. Pembangunan dan Problema Masyarakat: Kajian,Konsep, Model, Teori, dari Aspek Ekonomi dan Sosiologi. Surabaya:Putra Media Nusantara.
Nurmanaf, A Roshani. Dilema Antara Kepentingan Rakyat dan KepentinganPemodal atas Kenaikan BBM. Gramedia. Jogjakarta.
Oktaviani, Rina Sahra. 2007. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak TerhadapMasyarakat. Bumi aksara ;jakarta
Pertamina. 2008. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak.www.pertamina.com
Purwono, Akuntansi lingkungan suatu Tinjauan dalam Menghadapi EraGlobalisasi dan Prospek Penerapannya di Indonesia.,Universitas NegeriSurakarta, tidak dipublikasikan, 2000
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga, 2005, PT Balai Pustaka, Jakarta
Roosita, Hermien. 2005. Pemberdayaan Masyarakat dalam PengelolaanLingkungan Hidup pada Sektor Industri. Deputi Bidang PengendalianDampak Lingkungan Sumber Industri. Kementrian Lingkungan Hidup
Rukmianto adi subandi. 2005. Kesejahteraan sosial. Rajawali pers.
Siagian, Sondang P. 2008. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, danStrateginya. Jakarta: Bumi Aksara.
Silalahi Daud. 2011. AMDAL Dalam Sistem Lingkungan di Indonesia, Bandung:Suara Harapan Bangsa.
Silalahi Daud. 2011. AMDAL Dalam Sistem Lingkungan di Indonesia, Bandung:Suara Harapan Bangsa.
Soejono Soekanto (1986), Sosisologi Suatu Pengantar. Penerbit Remaja Karya,Bandung.
Soelema, M. Munandar. 2000. Ilmu Sosial Dasar; Teori dan Konsep Ilmu Sosial,Jakarta: Refika.
Soemarwoto. 2000. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta:Djambatan
Soetomo. 2008. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Sugiono. 2012, Metode Penelitian Kombinasi, Alfabeta cv, Bandung.
Suharto, Edi (2006), “Pembangunan Keseahteraan Sosial dalam PusaranDesentralisasi dan Good Governance”,Balai Besar Pendidikan danPelatihan Keseahteraan Sosial (BBPPKS), Banjarmasin 21 Maret 2006
Tikson, Deddy T. (2005), Modul Teori Pembangunan, Program PascasarjanaUniversitas Hasanuddin
Todaro. 2000. Ekonomi Pembangunan 1. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
LAMPIRAN 1
KOESIONER PENELITIAN
“DAMPAK Kenaikan BBM terhadap Sembilan Bahan Pokok( SEMBAKO ) di Kota Makassar ( Studi Kasus Pasar Tradisional ) “
1. Identitas Responden :1) Nama :2) Jenis Kelamin :3) Umur :4) Tingkat Pendidikan :5) Nama Pasar :
Jumlah penghasilan/hr:
PERTANYAAN JAWABAN/SKOR
1. Tanggapan Bapak/Ibuterhadap kebijakanPemerintahmenaikkan HargaBBM
2. Dampak PenjualanSembako semenjakadanya kenaikanharga BBM?
SETUJU : 1TIDAK SETUJU : 2
POSITIF : 1NEGATIF : 2
NO JENIS SEMBAKO KET HARGA SEBELUM HARGA SESUDAH
1 BERAS
2 Jagung
3 Sayuran
4 Daging
5 susu
6 Gula Pasir
7 Garam
8 Minyak Goreng
9 Gas dan Minyak Tanah
LAMPIRAN 2
Tabulasi Koesioner
No Nama Responden Umur Tingkat Pendidikan JumlahPenghasila
n / hari(Rp)
Nama Pasar
1 Lia 36 Tamat SD 400 ribu Terong2 Dg. Pati 27 Tamat SD 300 ribu Terong3 Sarifah 40 Tamat SLTP 300 ribu Terong4 Tasmin 34 Tamat SLTP 700 ribu Terong5 Saniasah 30 Tamat SLTA 200 ribu Terong6 Nurhayati 50 Tamat SD 100 ribu Terong7 Hasnah 26 Tamat SLTP 20 ribu Terong8 Hj. Nurliah 42 Tamat SLTP 8 juta Terong9 Ria 23 Tamat SLTA 600 ribu Terong10 Andi 27 Tamat SLTA 150 ribu Terong11 Muchtar 30 Tamat SLTP 600 ribu Terong12 Ansar 27 Tamat SLTP 200 ribu Terong13 Anca 20 Tamat SLTP 300 ribu Terong14 Diana 21 Tamat SLTA 400 ribu Terong15 Jumg 28 Tamat SLTP 300 ribu Terong16 Andi 31 Tamat SLTA 400 ribu Terong17 Nurliah 52 Tamat SD 500 ribu Terong18 Rusli 29 Tamat SLTA 1 juta Terong19 Nia 32 Tamat SLTA 500 ribu Terong20 Iccang 40 Tamat SLTP 100 ribu Terong21 Ardiansyah 28 Tamat SD 200 ribu Pa’baengbaeng22 Abd. Muis dg
serang53 Tamat SD 700 ribu Pa’baengbaeng
23 Dg alli 60 Tidak sekolah 75 ribu Pa’baengbaeng24 Ranggong 54 Tamat SD 50 ribu Pa’baengbaeng25 Ruslan 29 Tamat SLTP 500 ribu Pa’baengbaeng26 Ian 24 Tamat SLTA 500 ribu Pa’baengbaeng27 Dg ngai 51 Tidak sekolah 400 ribu Pa’baengbaeng28 Dg mangka 35 Tidak sekolah 400 ribu Pa’baengbaeng29 Tola 55 Tamat SD 50 ribu Pa’baengbaeng30 Cia 50 Tamat SD 50 ribu Pa’baengbaeng31 Dg. Sila 41 Tamat SLTP 500 ribu Pa’baengbaeng32 Maika 57 Tidak sekolah 200 ribu Pa’baengbaeng33 Yusri 38 Tamat SD 2 juta Pa’baengbaeng34 H. Mursalim 45 Tamat SLTP 2 juta Pa’baengbaeng35 Yuni 32 Tamat SLTA 300 ribu Pa’baengbaeng36 Mia 36 Tamat SLTP 100 ribu Pa’baengbaeng37 Lada’ 62 Tidak sekolah 2 juta Pa’baengbaeng
38 Megawati 38 Tamat SD 500 ribu Pa’baengbaeng39 Hj. Tia 51 Tidak sekolah 300 ribu Pa’baengbaeng40 Dg. Ngemba 42 Tamat SLTA 500 ribu Pa’baengbaeng41 Mursalim 40 Tamat SLTA 50 ribu Toddopuli42 Waspa 31 Tamat SLTA 500 ribu Toddopuli43 Erni 37 Tamat SLTA 1 juta Toddopuli44 A Sukmawati 39 Tamat SLTP 1 juta Toddopuli45 Hj. Saenang 46 Tamat SD 500 ribu Toddopuli46 Alam 31 Tamat SD 500 ribu Toddopuli47 Sunariah 28 Tamat SLTA 600 ribu Toddopuli48 Dg. Ngai 38 Tamat SLTA 1,2 juta Toddopuli49 Sumarni 38 Tamat SLTA 700 ribu Toddopuli50 Nurhayati 28 Tamat SLTP 700 ribu Toddopuli51 Hj. Ratna 53 Tamat SD 200 ribu Kerung-kerung52 Kusnadi 41 Tamat SLTP 500 ribu Kerung-kerung53 Rahmah 23 Tamat SLTP 200 ribu Kerung-kerung54 Ita 38 Tamat SLTP 1 juta Kerung-kerung55 Hasniah 45 Tamat SLTP 100 ribu Kerung-kerung56 Sarifuddin 39 Tamat SLTP 50 ribu Tamalate57 M tija 29 Tamat SD 100 ribu Tamalate58 Hj. Najmiah 47 Tamat SD 500 ribu Tamalate59 Agus 55 Tamat SD 200 ribu Tamalate60 Hj. Hadmah 32 Tamat SD 300 ribu Tamalate61 Sampe 38 Tamat SD 300 ribu Tamalate62 Ayu 26 Tamat SD 100 ribu Tamalate63 Dg. Mira 31 Tamat SD 60 ribu Tamalate64 Muslimin 47 Tamat SLTP 1,5 juta Tamalate65 Candra 28 Tamat SLTA 1 juta Tamalate66 Darma 42 Tamat SLTA 3 juta Tamalate67 Andi 25 Tamat SLTA 300 ribu Tamalate68 Adri 28 Tamat SD 300 ribu Tamalate69 Ramla 24 Tamat SLTA 300 ribu Tamalate70 Erna 28 Tamat SLTP 1 juta Tamalate71 Tutiati astuti 45 Tamat SLTA 1,5 juta Tamalate72 Drs. Darwis 49 Tamat Sarjana 500 ribu Tamalate73 Hunu 47 Tamat SLTP 2 juta Tamalate74 Arabiah 41 Tamat SD 300 ribu Tamalate75 Ardi 38 Tamat SLTA 3 juta Tamalate76 Edo 35 Tamat SLTP 400 ribu Pannampu77 Uni 32 Tamat SD 2,5 juta Pannampu78 Musdalifah 41 Tamat SLTA 300 ribu Pannampu79 Hj. Irma 51 Tamat SD 500 ribu Pannampu80 Maderiah 48 Tidak sekolah 40 ribu Pannampu81 Muchlis 45 Tamat SLTA 500 ribu Pannampu82 Mardiyana 42 Tamat SLTA 1,5 juta Pannampu83 Hj. Paisah 55 Tamat SLTP 1 juta Terong
84 Rohani 22 Tamat SLTP 250 ribu Terong85 Dg. Ngapa 29 Tidak sekolah 300 ribu Terong86 Kebo 39 Tamat SD 1 juta Terong87 Ani 40 Tamat SD 500 ribu Terong88 Abdul Bahari 56 Tamat SLTP 1,5 juta Terong89 Rosmawati 25 Tamat SD 400 ribu Terong90 Rosy 20 Tamat SD 200 ribu Terong91 Dinda 21 Tamat SLTP 500 ribu Terong92 Syaifuddin 27 Tamat SLTA 200 ribu Terong93 Hj. Lia 55 Tamat Sarjana 200 ribu Terong94 Firman 22 Tamat SLTA 1 juta Terong95 Hendri 22 Tamat SLTA 400 ribu Terong96 Hj. Nurbaya 43 Tamat SLTP 500 ribu Terong97 Hadaeng 52 Tamat SD 300 ribu Terong98 Fatma 25 Tamat SLTA 300 ribu Terong99 Sera 27 Tamat SD 100 ribu Terong