ANALISIS INDEKS BIAS BEBERAPA JENIS MINYAK ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of ANALISIS INDEKS BIAS BEBERAPA JENIS MINYAK ...
i
ANALISIS INDEKS BIAS BEBERAPA JENIS MINYAK GORENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DIFRAKSI KISI
oleh Nur Elmiati
NIM 170108004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020
ii
ANALISIS INDEKS BIAS BEBERAPA JENIS MINYAK GORENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DIFRAKSI KISI
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
oleh Nur Elmiati
Nim 170108004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020
vii
MOTTO
Qs. Al-Baqarah [2] : 168.
ا النا س ا ي ا طي بااي رض حل ن كلوا مما فى ا ت الشيط مبين تتبعوا خطو انه لـكم عد
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
viii
PERSEMBAHAN
“Alhamdulillahi robbi’alamiin, sujud syukur kepadamu ya Allah atas nikmat
yang telah kau berikan. Sehingga dengan nikmat iman dan akal pemikiran,
menjadikan saya pribadi memiliki kepemimpinan berfikir Islam, berkepribadian
Islam, dan memiliki wawasan baik dalam bidang keilmuwan sains maupun tsaqofah
Islam.
Saya persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua yaitu Ayahanda
Suharman dan Ibunda Mariati. Terimakasih atas dedikasimu baik kasih dan cinta
yang kau berikan mulai dari aku dalam kandungan hingga aku besar, terimakasih atas
doa-doa yang telah dibisikkan ke bumi hingga menembus langit, dan terimakasih atas
materi yang diberikan dengan segala perjuangan dan pengorbanan yang telah
diikhtiarkan. Semoga Allah Swt. membalas di setiap kebaikan yang telah ibu dan
ayah lakukan. Terimakasih juga untuk adik-adikku yaitu Nur Anisa, Aura, Muhaimin
dan Fawwas Al-Musowwir, dan teruntuk semua keluargaku.
Teruntuk sahabat-sahabatku Elma Ko’o dan Sri Wahyuni yang selalu
membantu dalam keadaan suka atau pun duka. Dan juga teruntuk sahabat-sahabatku
di rumah binaan dan sahabat seperjuangan dalam harakah, yang selalu memberikan
spirit dan girah keyakinan bahwa dakwah totalitas tidak akan menghalangi kuliah
tuntas. Sehingga penulis semakin bersemangat dalam mnyelesaikan skripsi. Semoga
kita tetap istiqomah dalam dakwah sampai tegakknya hukum-hukum Allah.”
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah tuhan pemilik semesta alam, atas
ridanya yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat. Terlebih nikmat iman dan Islam.
Shalat serta salam tercurahkan kepada sang revolusioner sejati yaitu bagina Nabi
Muhammad Saw., serta keluarga, sahabat, dan umatnya. Atas rida Allah dan
perjuangan dakwah beliau peneliti dapat menikmati pengetahuan keislaman, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Indeks Bias Beberapa
Jenis Minyak Goreng Dengan Menggunakan Metode Difraksi Kisi” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa
adan bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
memberikan penghargan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu sebagai berikut:
1. Dr. Bahtiar M.Pd., Si. sebagai pembimbing I dan Lalu Ahmad Didik Meiliyadi,
MS. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, spirit, dan
koreksi dengan detail secara terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah
kesibukannya menjadikan proposal skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
2. Dr, Bahtiar M.Pd., Si. Sebagai ketua jurusan yang berperan untuk memberikan
bimbingan dan konsultasi tentang prosedur administrasi di Program Studi Fisika.
x
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang
berperan untuk memimpin terlaksananya penyelenggaran pendidikan di UIN
Mataram.
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi
tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan
untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Mataram, 04 Januari 2021
Penulis
Nur Elmiati
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
NOTA DINAS PEMBIMBING iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
ABSTRAK xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan 5 D. Manfaat Penelitian 6 E. Batasan Masalah 7 F. Definisi Operasional 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 8
A. Indeks Bias 8 B. Minyak Goreng 12
1. Definisi Minyak Goreng 12 2. Jenis-Jenis Minyak Goreng 17
C. International Organization of Standardization (ISO) Minyak Goreng 18
xii
D. Difraksi Kisi 20 E. Kerangka Berpikir 27 F. Hipotesis 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian 33 1. Jenis Penelitian 33 2. Pendekatan Penelitan 33
B. Populasi Dan Sampel 33 1. Populasi 33 2. Sampel 33
C. Waktu dan Tempat Penelitian 33 D. Variabel Penelitian 34 E. Desai Penelitian 34 F. Instrument/Alat dan Bahan Penelitian 36 G. Teknik Pengumpulan Data/ Prosedur Penelitian 37 H. Teknik Analisa Data 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41
A. Hasil Penelitian 41 B. Pembahasan 49
BAB V PENUTUP 60
A. Kesimpulan 60 B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Standar Mutu Minyak Goreng Menurut SNI 3741-2002, 19.
Tabel 2.2 Standar Mutu Minyak Goreng Menurut SNI 3741-2013, 20.
Tabel. 4.1 pengukuran indeks bias minyak goreng curah, 41.
Tabel 4.2 data pengukuran indeks bias minyak goreng kemasan, 42.
Tabel 4.3 Nilai indeks bias semua jenis minyak goreng, 44.
Tabel 4.4 Regresi hubungan variabel suhu (X) dan variabel indeks bias (Y), 45.
Tabel 4.5 Regresi dari Indeks Bias Minyak curah, 46.
Tabel 4.6 Rergesi dari Indeks Bias Minyak kemasan, 47.
Tabel 4.7 Nilai korelasi kedua sampel, 48.
Tabel 4.8 ANOVAa, 49.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemantulan dan Pembiasaan Cahaya, 9.
Gambar 2.2 Pembiasaan Pada kaca Plan Parallel, 11.
Gambar 2.3 Difraksi Celah Tunggal, 21.
Gambar 2.4 Celah Pada Kisi-Kisi, 23.
Gambar 2.5 Jalannya Sinar Difraksi Kisi, 24,
Gambar 2. 6 Berkas sinar Laser yang Melewati Medium Udara dan Minyak Goreng, 20.
Gambar 2.8 bagan Penelitian Kualitas Minyak Goreng, 31.
Gambar 3.1 Desain Penelitian Kualitas Minyak goreng, 35.
Gambar 4.1 Grafik Indeks Bias Minyak Curah terhadap Suhu, 45.
Gambar 4.2 Grafik Indeks Bias Minyak Kemasan terhadap Suhu, 47.
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Nilai Indeks Bias (n) Minyak Curah dan Minyak Kemasan Pada Jarak antara Kisi dan Medium Minyak Goreng yaitu 10 cm, 20 cm, dan 30 cm
Lampiran 2 Perhitungan Standar Deviasi, Kesalahan Relatif, dan Tingkat Ketelitian Pada Pengukuran Indeks Bias Minyak Curah dan Minyak Kemasan Pada Jarak Antara Kisi Dan Medium Minyak yaitu 10 cm, 20 cm, Dan 30 cm
Lampiran 3 Pehitungan Regresi Minyak Curah Menggunakan SPSS
Lampiran 4 Pehitungan Regresi Minyak Kemasan Menggunakan SPSS
Lampiran 5 Pehitungan Regresi Kedua Sampel Minyak Menggunakan SPSS
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 Permohonan Rekomendasi Penelitian
Lampiran 8 Rekomendasi Penelitian
Lampiran 9 Kartu Konsul Pembimbing I
Lampiran 10 Kartu Konsul Pembimbing II
xvi
Analisis Indeks Bias Beberapa Jenis Minyak Goreng Dengan Menggunakan Metode Difraksi Kisi
Oleh:
Nur Elmiati NIM 170108004
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas minyak goreng dengan mengukur indeks bias menggunakan metode difraksi kisi. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen murni. Sampel minyak goreng yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan. Kedua sampel tersebut dipanaskan secara berulang dengan suhu yang berbeda yaitu 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C dan 60°C.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diamati bahwa minyak goreng curah sebelum dipanaskan memiliki nilai indeks bias 1.42, setelah dipanaskan dengan suhu yang berbeda-beda nilai indeks biasnya berubah menjadi 1.29, 0.99, 0.88, 0.71, 0.62, dan 0.56. dan minyak goreng kemasan sebelum dipanaskan memiliki nilai indeks bias 1.44, setelah dipanaskan secara dengan suhu yang berbeda-beda nilai indeks bias berubah menjadi 1.28, 1.07, 0.95, 0.87, 0.75, dan 0.67. Jadi dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh perubahan suhu terhadap nilai indek bias. Semakin besar suhu pemanasan pada minyak, maka semakin kecil nilai indeks biasnya, sehingga kualitas minyak berubah.
Kata Kunci: Minyak Goreng, Indeks Bias, Suhu, Difraksi Kisi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang sangat
penting untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Saat ini pemerintah
mengeluarkan Permendag no. 21/m-dag/per/3/2015 yang diharapkan dapat
menjadi jalan untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng kemasan dengan
harga terjangkau dan berkualitas bagi seluruh masyarakat.1
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari permurnian bagian
tumbuhan, hewan yang biasanya digunakan untuk menggoreng makanan.
Konsumsi minyak goreng biasanya digunakan sebagai media menggoreng
bahan pangan. Minyak goreng menjadi salah satu bahan pangan pokok yang
penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.2
Penggunaan minyak goreng yang baik adalah untuk sekali
penggorengan saja. Sebagaimana firman Allah Swt. untuk memakan makanan
yang halal dan baik.
ا طي بااي رض حل ا النا س كلوا مما فى ا ت الشيط ا ي مبين ن تتبعوا خطو انه لـكم عد
1Densi Selpia Sopianti, dkk, “Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng”,
Jurnal Katalisator, Vol 2, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 100-101. 2Elisa & Juliana, “Perbedaan Indeks Bias Minyak Goreng Curah dengan Minyak Goreng
Kemasan Bermerek Sunco”, Jurnal Fisika Edukasi (JFE), Oktober 2015, hlm. 77.
2
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”3 Ayat tersebut memiliki makna bahwa Allah memperbolehkan makan
dari semua apa yang ada di bumi, yaitu yang dihalalkan dan juga baik,
sehingga tidak membahayakan tubuh serta akal, sebagai karunia dari Allah
SWT. Allah melarang mengikuti langkah-langkah setan, yakni jalan-jalan dan
sepak terjangnya yang digunakan untuk menyesatkan para pengikutnya.4
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada
suhu tinggi (160-180º) disertai dengan adanya kontak dari udara dan air pada
proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang
kompleks dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi.
Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi gelap.
Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak
dapat dipakai lagi dan harus dibuang.5 Penelitian yang dilakukan para
ilmuwan di United State Departement of Agriculture (USDA) menemukan
bahwa minyak yang telah berubah warna, aroma, dan rasa, ini telah
mengandung berbagai senyawa yang berbahaya buat kesehatan.6
3QS. Al-Baqarah [2] : 168. 4Tafsir Ibnu Katsir 5Ibid, hlm. 101. 6Rohmitriasih, “Bahaya Penggunaan Minyak Goreng Berulang kali, Waspada”, dalam
https://m.liputan6.com/tag/minyak-goreng. Diambil 1 Juni 2020.
3
Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil pada
cahaya matahari, menghasilkan produk dengan tekstur dan rasa yang bagus.
Standar mutu minyak goreng di Indonesia diatur dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)
yaitu SNI Minyak goreng 3741-2013.
Mutu minyak goreng dapat diketahui salah satunya melalui pengujian
terhadap sifat-sifat fisik minyak yaitu indeks bias. Pengukuran dilakukan
untuk mengetahui kualitas dan kemurnian suatu minyak.
Penelitian mengenai kualitas minyak goreng sebelumnya telah banyak
dilakukan. Penelitian kualitas minyak goreng dengan menggunakan prototype
alat uji Mikrokontroler ATMega8 dan Labview sebagai user interface. Alat
uji tersebut sering digunakan untuk mengukur viskositas minyak goreng,
tetapi sulit ditemukan di masyarakat, karena penggunaannya lumayan rumit.7
Penelitian lain telah dilakukan dengan menggunakan Prisma Berongga dari
Lembaran Kaca Komersial dan Laser He-Ne. Namun, pada penelitian ini
menggunakan minyak goreng tanpa dilampiri merk dari minyak goreng dan
hanya mengukur viskositas minyak goreng baru dan minyak goreng setelah
dipakai. Tidak ada sampel minyak lain yang menjadi pembanding.8 Penelitian
lain telah dilakukan dengan menggunakan uji organoleptik terhadap warna
7Anwar Mujadin, dkk, “Pengujian Kualitas Minyak Goreng Berulang Menggunakan Metoda Uji Viskositas dan Perubahan Fisis”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol 2, Nomor 4, September 2014, hlm. 229.
8Nasrullah Idris, “Pengembangan Alat Ukur Indeks bias Menggunakan Prisma Berongga dari Lembaran Kaca Komersial Biasa dan Lase HE-Ne untuk Pengujian Kualitas Minyak Goreng”, Risalah fisika, Vol 1, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 39.
4
dan bau minyak goreng. Namun, pada penelitian ini hanya menggunakan satu
sampel yaitu minyak goreng curah.9
Berdasarkan hal tersebut, penelitian mengenai kualitas minyak goreng
terus dikembangkan oleh berbagai akademisi. Pada penelitian ini juga
dilakukan analisis kualitas minyak goreng, karena penggunaan minyak goreng
di tengah-tengah masyarakat tidak sesuai dengan ketentuan penggunaannya.
Dimana penggunaan minyak goreng hanya satu kali pemakaian, tetapi
digunakan berkali-kali oleh masyarakat. Sehingga penggunaan minyak goreng
tersebut, akan memberikan efek buruk bagi kesehatan. Maka penelitian ini
menjadi penting guna menyadarkan masyarakat bahwa kualitas minyak
goreng yang baik untuk kesehatan dan kualitas minyak goreng yang buruk
untuk kesehatan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan
pelnelitian. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu terletak pada sampel jenis minyak goreng dan metode yang digunakan
untuk mengukur indeks bias. Dimana sampel minyak goreng yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan,
sedangkan metode yang digunakan dalam mengukur indeks bias yaitu
menggunkan metode difraksi kisi. Kelebihan penelitian ini dengan
penenelitian lain yaitu uji minyak goreng menggunakan lebih dari satu jenis
9Eva Yulia, dkk, “Kualitas Minyak Goreng Curah yang Berada di Pasar Tradisional di
Daerah Jabotabek Pada Berbagai Penyimpanan”, Ekologia, Vol 17, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 30.
5
minyak goreng dengan peningkatan suhu tertentu. Dengan demikian peneliti
mengangkat judul “Analisis Indeks Bias Beberapa Jenis Minyak Goreng
dengan Menggunakan Metode Difraksi Kisi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam pnelitian ini
adalah:
1. Bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap indeks bias yang diukur
pada minyak goreng curah dengan menggunakan metode difraksi kisi?
2. Bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap indeks bias yang diukur
pada minyak goreng kemasan dengan menggunakan metode difraksi kisi?
3. Bagaimana karakteristik indeks bias minyak goreng curah dan minyak
goreng kemasan akibat perubahan suhu?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap indeks bias yang
diukur pada minyak goreng curah dengan menggunakan metode difraksi kisi
2. Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap indeks bias yang
diukur pada minyak goreng kemasan dengan menggunakan metode difraksi
kisi
3. Untuk mengetahui karakteristik indeks bias minyak goreng curah dan minyak
goreng kemasan akibat perubahan suhu
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat untuk pemerintah
Sebagai informasi tambahan untuk mengetahui kualitas dan kemurnian
minyak, sehingga terhindar dari dampak negative penggunaan minyak
goreng.
2. Manfaat untuk pengembangan bidang ilmu
Dapat dijadikan sebagai referensi untuk menambah wawasan dalam
menentukan kualitas dan kemurnian minyak.
3. Manfaat untuk prodi fisika
Sebagai informasi tambahan untuk menambah wawasan dalam
menentukan kualitas dan kemurnian minyak dengan mengukur indeks bias
menggunakan metode difraksi kisi.
4. Manfaat untuk diri sendiri
Dapat memperluas wawasan terkait dengan menentukan kualitas dan
kemurnian minyak dengan mengukur indeks bias menggunakan metode
difraksi kisi.
5. Manfaat untuk masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat dalam penggunaan minyak goreng
yang berkualitas dan bagus untuk kesehatan tubuh dengan mengukur
indeks bias menggunakan metode difraksi kisi.
7
E. Batasan Masalah
Adapun aspek yang membatasi pembahasan dalam penelitian ini
adalah:
1. Minyak goreng yang diteliti adalah minyak goreng curah dan minyak
kemasan bermerek Bimoli
2. Mengukur indeks bias dengan menggunakan metode difraksi kisi
F. Definisi Operasional
1. Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida
yang berasal dari bahan nabati yang telah dimurnikan sehingga dapat
diigunakan sebagai bahan pangan (oleofood).
2. Indeks bias adalah perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan
laju cahaya dalam suatu zat pada suatu medium yang cerah.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Indeks Bias
Pada tahun 1621 ditemukan hukum tentang pembiasaan oleh seorang
astronom berkebangsaan Belanda, Willebrord Snellius yang dikenal dengan
sebutan hukum Snellius. Hukum-hukum Snellius mendasari kaidah-kaidah
optika geometris dalam sistem optik. Hukum-hukum Snellius merupakan
dasar optika geometris dan berbunyi sebagai berikut:
1. Sinar datang, sinar pantul, dan sinar bias semuanya terletak di satu bidang
datar.
2. Sudut pantul sama dengan sudut datang.
3. Perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah tetap,
artinya tidak bergantung pada besar sudut datang.10
Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka
cahaya tersebut ada yang dipantulkan dan diteruskan. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan
terlihat dibelokkan, dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas
antar medium dengan kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan
berubah. Perubahan kecepatan cahaya akan menyebabkan cahaya mengalami
10Rizka Rusdiana, “Analisis Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Parameter Viskositas dan
Indeks Bias”, (Skripsi, FST UIN Walisongo, 2015) hlm. 23.
9
pembiasan. Ilustrasi peristiwa pemantulan dan pembiasan cahaya yang
ditunjukkan oleh gambar 2.1.
Gambar 2.1. Pemantulan dan pembiasan cahaya
Pada gambar tersebut terlihat bahwa berkas cahaya menuju medium
air mengenai perubahan arah. Perubahan arah ini dinamakan pembiasan.
Besarnya sudut bias � tergantung dari sifat medium air. Sedangkan besarnya
sudut berkas yang melewati kedua medium dirumuskan dengan:
sin �sin � = = (2.1)
Dengan � adalah sudut datang, � adalah sudut bias, � adalah
kecepatan gelombang datang dan � adalah kecepatan gelombang biasnya.11
Menurut Huygens (1629-1695) indeks bias merupakan perbandingan
laju dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat. Indeks bias
mutlak n untuk cahaya yang bergerak dari vakum (udara) menuju ke suatu
medium tertentu dinyatakan dengan persamaan.12
11Tiffany rahma Novestiana dan Eko Hidayanto, “Penentuan indeks Bias dari Konsentrasi
Sukrosa (C12H22O11) Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan Portable Brixmeter”, Youngster Physics Journal, Vol 4, Nomor 2, April 2015, hlm. 174.
12Faradhillah & Silviana Hendri, “Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca Dengan Menggunakan Prinsip Pembiasaan”, IJIS Edu: Indonesia J. Integr. Sci. Education, Vol. 1, Nomor 2, hlm. 143.
10
= sin ��sin �� (2.2)
Persamaan Snellius dapat dipakai untuk meramalkan apa yang terjadi
jika cahaya datang dari kaca menuju air. Dianggap terdapat lapisan udara
antara permukaan kaca dan air.
Pertama, sinar datang dari kaca (sudut datang = ��) diniaskan ketika
masuk ke udara (sudut bias = � ).
���������� = �
sin � = � � �� (2.3)
Kedua, sinar datang dari udara (sudut datang = � ) dibiaskan ketika
masuk air (sudut bias = ��)
���������� = �
sin � = � � �� (2.4)
sin � pada kedua persamaan di atas adalah sama, sehingga diperoleh
� � �� = � � �� (2.5)
Secara umum, untuk dua medium (medium 1 dan medium 2),
persamaan Snellius berbentuk � � = � �
�������� = �� = (2.6)
dengan , = indeks bias mutlak medium 1, medium 2
� , � = sudut datang dalam medium 1, dalam medium 2
11
= indeks bias medium 2 relatif terhadap medium 1
Menurut Rika Rosmalinda (2019) indeks bias adalah derajat
penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah.
Indeks bias dari suatu zat ialah berbandingan dari sudut sinar datang dan sudut
sinar bias dari cahaya melalui zat.13
Gambar 2.2. Pembiasan pada kaca plan parallel
Indeks bias digunakan untuk menunjukkan kermunian dan kualitas
dari minyak goreng. Rika Rosmalinda juga menyatakan,
Indeks bias merupakan perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa c terhadap laju cahaya tersebut dalam medium v, maka besar indeks bias dalam medium apapun selain udara, besarnya selalu lebih besar dari satu.14
Secara umum indeks bias pada setiap medium optik dinyatakan ebagai
suatu perbandingan antara cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa
(vakum) dan cepat rambat cahaya di dalam medium. Secara matematis, indeks
bias dinyatakan sesuai persamaan:
13Rika Rosmalinda, “Analisis Viskositas dan Indeks Bias Terhadap kualitas Minyak Goreng
Kemasan dan Curah”, Jurnal Hadron, Vol 1, nomor 2, 2019, hlm. 17-18. 14 Ibid
12
= (2.7)
Keterangan:
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya di dalam vakum (m/s2)
v = kecepatan cahaya di dalam medium (m/s2)
Cepat rambat gelombang cahaya ruang hampa sebesar c. Jika melalui
suatu medium maka cahaya tersebut akan mengalami perubahan kecepatan
menjadi v, dimana besarnya v jauh lebih kecil dibandingkan cepat rambat di
cahaya di ruang hampa c. Yuanita Sri Respati dan Dwi teguh Rahardjo (2017)
mengatakan ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, “kelajuannya akan
sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang dinamakan
indeks bias (n)”.15
B. Minyak Goreng
1. Definisi minyak goreng
Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pangan (oleofood). Minyak goreng
15Yuanita Sri Respati & Dwi Teguh Rahardjo, “Alat Penentu Indeks Bias Cairan Dibantu
Dengan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Atmega328”, Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), Vol. 7, Nomor 2, 2017, hlm. 18.
13
digunakan sebagai media penghantar panas dan pemberi rasa gurih
sehingga sering dipakai dalam mengolah berbagai varian bahan pangan.16
Mengenai definisi minyak goreng, Ika Risti lempang mengatakan,
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida yang berasal dari bahan nabati dengan atau tanpa perubahan kimiawi termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi atau pemurnian yang digunakan untuk menggoreng.17
Minyak goreng disebut juga Gliseril Trioleat atau Gliseril Triolein.
Dimana sifat dari gliserida dalam suhu ruang (270° C) berwujud cair dan
ada juga berbentuk padat. Minyak berwujud cair mengandung asam lemak
tak jenuh, seperti asam oleat (C17H33COOH), asam linoleat
(C17H31COOH) dan asam linoleat (C17H29COOH).18 Minyak goreng
berfungsi sebagai media penghantar panas, serta berfungsi sebagai
penambah rasa gurih makanan serta memperbaiki cita rasa makanan
dengan membentuk warna kuning kecoklatan pada saat penggorengan.19
16Melia Megawati dan Muhartono, “Konsumsi Minyak Jelantah dan Pengaruhnya Terhadap
Kesehatan”, Majority, Vol 8, Nomor 2, 2019, hlm 259. 17Ika Risti Lempang, dkk, “Uji Kualitas Minyak Goreng Curah dan Minyak Goreng Kemasan
di Manado”, PHAMARCON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT, Vol. 5, Nomor 4, November 2016, hlm. 156.
18Ibid,, hlm. 103. 19Fitri Choiri Hidayati, dkk, “ Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pakai (Jelantah) dengan
Menggunakan Arang Bonggol Jagung”, JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), Vol. 1, Nomor 2, September 2016, hlm. 67.
14
Menurut Didik (2020) sifat-sifat larutan sangat dipengaruhi oleh
komposisinya.20 Sedangkan mengenai karakteristik minyak goreng yang
merupakan sifat khas minyak goreng, Selftiono dan Taufik (2018)
mengatakan,
Karakteristik minyak dapat dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik fisik dan kimia. Karakteristik fisik meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair, titik didih, titik leleh, bobot jenis, viskositas, dan indeks bias. Sedangkan karakteristik kimia meliputi jumlah asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan asap dan komposisi asam lemak.21
Adapun proses pemurnian minyak goreng di antaranya, meliputi: (1)
degumming merupakan proses pemisahan getah atau lendir berupa
fosfatida, air, protein, residu dan karbohidrat tanpa mengurangi jumlah
asam lemak bebas; (2) netralisasi merupakan proses pemisahan asam
lemak bebas dari minyak dengan cara mereaksikannya dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun; (3) pemucatan merupakan
proses penghilangan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak; dan
(4) deodorisasi merupakan proses penghilangan bau dan rasa yang tidak
enak dalam minyak.22
20Lalu A. Didik, “Pengukuran Konstanta Dielek trik untuk Mengetahui Konsentrasi Larutan
Gula dengan Menggunakan Metode Plat Sejajar”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 8, Nomor 2, September 2020, hlm. 1.
21Selftiono dan Taufik, “Karakteristik Fisik dan Kimia Minyak Goreng Sawit Hasil Proses penggorengan dengan Metode Deep-Fat Frying”, Jurnal Teknologi, Vol. 10, Nomor 2, 2018, hlm. 124.
22Dede Ery Astuty, dkk, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Minyak Goreng Curah di Gampong Lamtimpeung Kecematan Darussalam Aceh Besar”, jurnal Ilmiah Mahasiswa Unsyiah, Vol. 3, Nomor 2, Mei 2018, hlm. 146.
15
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta pakar kesehatan
mengemukakan bahwa penggunaan minyak goreng berkali-kali akan
memberikan dampak buruk pada kesehatan. Berbagai macam reaksi
terjadi selama proses penggorengan, seperti reaksi oksidasi dan hidrolis
yang dapat mengakibatkan minyak menjadi rusak. Kerusakan tersebut
menyebabkan minyak dari berwarna kuning jernih menjadi berwarna
kecoklatan, lebih kental, berbusa, berasap, serta meninggalkan aroma yang
tidak sedap pada makanan hasil gorengan.
Menurut Lilik Nur Indah (2017) mengatakan penggunaan minyak
goreng yang dipergunakan berulang kali dalam penggorengan sangat
tidak baik untuk kesehatan. Semestinya minyak goreng yang digunakan
menggoreng bahan pangan tidak boleh melebihi standar batas
penggorengan yaitu 3 kali penggorengan.23
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah angka
peroksida. Angka peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan
derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Angka peroksida yang tinggi
dapat menurunkan kualitas minyak goreng dan berbahaya bagi kesehatan
seperti diare, kangker, dan menurunkan nilai cerna lemak. Pada
hakikatnya, angka peroksida yang terbentuk pada minyak goreng
23Lilik Nur Indah, “Analisis Kualitas Minyak Goreng yang digunakan Pedagang Ayam
Goreng Kaki Lima di Singaraja”, e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, Nomor 1, 2017, hlm. 100.
16
merupakan salah satu zat radikal bebas yang dapat menyebabkan
terjadinya pengendapan lemak dalam pembuluh darah.24
2. Jenis-Jenis Minyak Goreng
Adapun jenis-jenis minyak goreng diantaranya, yaitu:
a. Minyak goreng curah
Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang dijual ke
pasar tanpa menggunakan merek dan label produk, biasanya
ditempatkan di jerigen besar atau drum, kemudian dijual literan
kepada konsumen.25
Minyak goreng curah umumnya hanya menggunakan satu kali
proses penyaringan, sehingga masih mengandung fraksi padat stearin
yang relatif lebih banyak dari minyak goreng bermerek yang
menggunakan dua kali proses penyaringan. Hal ini berkaitan dengan
titik cair (suhu pada saat lemak mulai mencair) dan cloud point (suhu
pada saat mulai terlihat adanya padatan) pada minyak.26
Minyak goreng curah yang hanya mengalami 1 kali proses
pemurnian (hanya sampai pada tahap olein saja) masih mengandung
minyak fraksi padat, sehingga kandungan kadar lemak dan asam oleat
24Amelia handayani Burhan, dkk, “Penetapan Angka Peroksida Minyak Goreng Curah Sawit
Pada Penggorengan Berulang Ikan Lele”, Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 06, Nomor. 2, Oktober 2018, hlm. 49.
25Wahyu Siswanto & Surahma Asti Mulasari, “Pengaruh Frekuensi Penggorengan Terhadap Peningkatan Peroksida Minyak Goreng Curah Dan Fortifikasi Vitamin A”, KESMAS, Vol. 9, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 2.
26Ibid,,, hlm. 78.
17
relatif tinggi. Hal ini yang menyebabkan warna minyak goreng curah
lebih keruh jika dibandingkan minyak goreng kemasan. Selain itu,
minyak goreng curah juga merupakan minyak yang disimpan di
tempat terbuka dan dalam bentuk silo atau drum.27
Bajoka Nainggolan (2016) mengatakan minyak goreng curah
banyak mengandung asam lemak, (asam lemak jenuh: miristat 1-5%,
palmitat 5-15%, stearat 5-10%; asam lemak tak jenuh: oleat 70-80%,
linoleat 3-11%, palmitoleat 0,8-1,4%), dan proses pengolahannya
hanya satu kali penyaringan pada bagian refiner, selanjutnya dikirim
ke penimbunan (bulking) untuk diekspor atau dijual kepasar
tradisional dan banyak dikomsumsi masyarakat karena harganya relatif
murah, dan sebahagian lagi diolah menjadi minyak goreng kemasan.28
b. Minyak Goreng Kemasan
Minyak goreng kemasan adalah minyak goreng yang diberi
merek dan dikemas dengan botol, plastik refill, dan jerigen dan diukur
dalam satuan volume (liter). Tiap jenis minyak goreng memiliki kadar
lemak tak jenuh (lemak baik) dan lemak jenuh (lemak jahat) yang
berbeda-beda.29
27Ibid 28Bajoka Nainggolan, dkk, “Uji Kelayakan Minyak Goreng Curah dan Kemasan yang
digunakan Menggoreng Secara Berulang” Jurnal Kimia Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, April 2016, hlm. 45.
29Ibid
18
Minyak goreng kualitas super atau kemasan umumnya
menggunakan dua kali proses fraksinasi, sehingga oleinnya hanya
mengandung sedikit fraksi padat stearin. Hal ini menyebabkan
penampakan minyak goreng kualitas super atau kemasan lebih jernih
dari pada minyak goreng curah. Penampakan ini sangat berkaitan
dengan Cloud point (suhu pada saat mula terlihat adanya padatan)
pada minyak.30
Yeni Kusumawaty, dkk (2019) mengatakan minyak goreng
kemasan umumnya memiliki warna yang bening, tidak membeku pada
suhu kamar. Sedangkan minyak goreng curah umumnya memiliki
warna kuning bercampur putih dan terkadang membeku disuhu
kamar.31
C. International Organization of Standardization (ISO) Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan pokok yang
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat yang biasanya dijadikan sebagai
media menggoreng bahan pangan. Minyak atau lemak peranannya bukan
hanya sebagai pengangkut vitamin penting yang larut dalam minyak (A, D, E,
30Tri Ana Mulyati, dkk, “Pengaruh Lama Pemanasan Terhadap Kualitas Minyak Goreng
Kemasan Kelapa Sawit”, Jurnal Wiyata, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 163. 31Yeni Kusumawaty, dkk, “Sikap dan Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah dan
Kemasan di Kota Pekanbaru”, Jurnal Ecodemica, Vol. 3, Nomor 2, hlm. 112.
19
dan K) dalam darah melainkan juga berperan membentuk kecerdasan manusia
serta kesehatan tubuh pada umumnya.32
Kualitas minyak goreng ditentukan dari komponen asam lemak
penyusunnya, yakni golongan asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh.
Asam lemak jenuh mengandung ikatan rangkap sedangkan asam lemak tidak
jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap.
Nilai rujukan yang dipakai dalam negeri ini adalah nilai dari Standar
Nasional Indonesia (SNI) seperti pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak goreng Menurut SNI 3741-2002
Keterangan: SNI 3741-1995
32Eva Yulia, dkk, “Kualitas…, hlm. 29.
No Kriteria Persyaratan 1 Bau dan Rasa Normal 2 Warna Muda jernih 3 Kadar Air Max 0,3% 4 Berat Jenis 0,900 g/liter 5 Asam Lemak Bebas Max 0,3% 6 Bilangan Peroksida Max 2 Meg/Kg 7 Bilangan Iod 45-46 8 Bilangan Penyabunan 196-206 9 Indeks Bias 1,448-1,450 10 Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg
20
Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak goring Menurut SNI 3741-2013
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan (Bau dan Warna) - Normal 2 Kadar air dan bahan menguap 5(b/b) Maksimal 0,15 3 Bilangan asam mg
KOH/g Maksimal 0,6
4 Bilangan peroksida mek O2/kg
Maksimal 10
5 Minyak pelican - Negating 6 Asam linolenat dalam komposisi
asam lemak minyak % Maksimal 12
7 Cemaran logam - - 8 Cemaran arsen (AS) mg/kg Maksimal 0,1
D. Difraksi Kisi
Puspita Septim Wulandari dan Yohanes Radiyono (2015) difraksi
adalah peristiwa pelenturan gelombang akibat perambatan gelombang melalui
celah sempit. Hal ini sesuai dengan prinsip Huygens yaitu semakin kecil celah
yang dilalui gelombang, maka penyebaran gelombang akan semakin besar.33
Ada difraksi celah tunggal, cahaya sumber dilewatkan pada suatu
celah. Pola difraksi cahayanya bergantung pada perbandingan ukuran panjang
gelombang dengan lebar celah yang dilewati. Hubungan antara lebar celah
tunggal dengan panjang gelombang cahaya dapat dituliskan sebagai berikut: sin � = λ (2.8)
Atau
33Puspita Septim Wulandari & Yohanes Radiyono, “Penggunaan Metode Difraksi Celah
Tunggal pada Penentuan KoefesienPemuaian Panjang Alumunium (Al)”, Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF), Vol. 6, Nomor 1, 2015, hlm. 20.
21
sin � = λ� (2.9)
dengan mengasumsikan m = 1 maka diperoleh sin � = λ� (2.10)
dengan � merupakan besar sudut pembelokan gelombang cahaya., m adalah
orde difraksi yang berupa bilangan bulat positif atau negatif, λ adalah panjang
gelombang cahaya (dalam meter), dan L adalah lebar celah (m).34
Gambar 2.3 Difraksi Celah Tunggal
Kisi merupakan sebuah alat optik yang memiliki banyak celah-celah
sempit. Kisi umumnya membentuk goresan mencapai 5000 goresan/cm. Kisi
difraksi terdiri dari sejumlah celah sejajar yang serba sama. Ada dua macam
kisi difraksi yaitu kisi transmisi dan kisi refleksi. Kisi transmisi disinari dari
belakang, tiap celah bertindak sebagai suatu sumber cahaya yang
menghasilkan difraksi, dan berkas difraksi ini berinterferensi dengan yang lain
untuk menghasilkan pola akhir. Sedangkan kisi refleksi merupakan suatu kisi
34Ibid
22
dengan celah yang dapat memantulkan cahaya. Kisi refleksi dapat dibuat
dengan membuat garis-garis halus pada permukaan logam atau kaca dari
mana cahaya dipantulkan dan dianalisis. Difraksi ada tiga macam yaitu
difraksi celah tunggal, difraksi celah ganda dan difraksi celah banyak.
Difraksi celah tunggal ini sudah dijelaskan pada prinsip Huygens. Menurut
Huygens setiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga
cahaya bagian celah lainnya.35
Kisi difraksi merupakan piranti untuk menghasilkan spektrum dengan
menggunakan difraksi dan interferensi. Kisi difraksi terdiri dari lembaran
gelas atau logam speculum dengan gari sejajar yang berjumlah banyak dan
memiliki jarak yang sama pada lembaran tersebut. Cahaya terdifraksi akan
diteruskan melalui kaca atau dipantulkan speculum, sehingga menghasilkan
cahaya maksimum (garis spetrum) menurut λ = d sin � + sin � . Dimana d
merupakan jarak antar garis kisi, λ adalah panjang gelombang cahaya, I
adalah sudut jatuh, � merupakan arah maksimum cahaya terdifraksi, dan m
merupakan ‘orde’ garis spektrum, kisi pemantul juga digunakan untuk
menghasilkan spektrum didalam area ultraungu pada spektrum
elektromagnetik.36
35Puji Kumala Pertiwi, dkk, “Kisi Difraksi”, Institut Teknologi Sepulo Nopember (ITS), Vol.
1, Nomor 2, 2015, hlm. 1-2. 36Tri Ariani dan Saparini, “Penentuan Pola-Pola Interferensi Menggunakan Kisi Difraksi
dengan Medium Uadara, Air dan Asam Cuka”, Jurnal Perspektif Pendidikan, Vol 9, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 81.
23
Gambar 2.4. Celah pada kisi-kisi
Gambar diatas menyatakan kisi-kisi, celah-celahnya tegak lurus pada
bidang kertas. Dalam diagram tersebut hanya lima celah yang diperlihatkan,
sedangkan kisi-kisi yang sesungguhnya atas beberapa ribu celah sebuah kisi
berjarak d yang besarnya kira-kira sepersepuluh ribu inci.37
Menurut M Y Kholifudin (2017) kisi difraksi adalah sebuah susunan
dari sejumlah besar celah sejajar, semuanya dengan lebar yang sama dan
antara pusat-pusatnya dan jarak yang sama.38 Biasanya efek difraksi sangat
kecil, sehingga untuk melihatnya perlu kecermatan dalam pengamatan.
Sementara sebagian besar sumber cahaya berukuran agak lebar, sehingga pola
difraksi yang dihasilkan oleh satu titik pada sumber lain saling bertindihan
dengan yang dihasilkan oleh titik lain. Pada umumnya sumber cahaya tidak
37‘Ibid…, hlm. 81. 38M Y Kholifudin, “Sinar Laser Mainan Sebagai Alternatif Sumber Cahaya Monokromatik
Praktikum Kisi Difraksi Cahaya”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 8, Nomor 2, September 2017, hlm. 131.
24
monokromatik , pola difraksi dari berbagai panjang gelombang akan saling
bertumpangan sehingga efek difraksinya semakin tidak jelas.39
Gambar 2.5. Jalannya sinar difraksi kisi
Nilai indeks bias larutan dapat dianalisis menggunakan metode
difraksi kisi celah ganda, dengan membandingkan nilai simpangan pola
difraksi pada dua medium yang berbeda, sesuai dengan gambar dibawah ini.40
Gambar 2.6. Berkas sinar laser yang melewati medium udara dan minyak goreng.
Keterangan:
A = Laser HeNe
B = Holder celah ganda
39Tri ariani dan Saparini, “Penentuan Pola-Pola..”, hlm. 81 40Bowo Eko Cahyono, dkk, “Sifat Histerisis Pada Konstantan Dielektrik dan Indeks Bias
Minyak Zaitun dengan Variasi Suhu”, Jurnal Pendidikan Fisika dan keilmuan (JPFK), Vol 4, Nomor 2, hl. 50.
25
C = Minyak dalam wadah sampel
D = Pola difraksi layar pengamatan
Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada sebuah kisi
sebagian akan diteruskan sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan.41 Pita-pita
terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari dua celah kisi
yang berurutan memenuhi persamaan42:
sin = ⅄ (2.11) sin = ⅄ (2.12) = (2.13) = (2.14)
⅄ = (2.15)
⅄ = (2.16)
Keterangan : d = Jarak antar sumber/celah (mm)
= Sudut difraksi (⸰)
⅄ = Panjang gelombang sumber cahaya monokromatik (nm)
41Puji Hariati Winingsih, “Rancang Bangun Laser untuk Pembelajaran Optika dalam
Menentukan Indeks Bias dan Difraksi Kisi”, Jurnal Science Tech, Vol. 1, Nomor 1, Agustus 2015, hlm. 78.
42Nela Puspita Sari, “Identifikasi indeks Bias Minyak Kacang Tanah dengan Metode Difraksi FrahounferCelah Tunggal, Celah Ganda dan Celah Banyak ”, (Skripsi, FMI Universitas Jember, 2018), hlm. 16.
26
� = Simpangan dari terang pusat ke terang pertama di udara
(nm)
� = Simpangan dari terang pusat ke terang pertama diair (nm)
� = Jarak dari celah ke layar (cm)
Nilai indeks bias air terhadap udara
= �� (2.17)
Keterangan : �� = v ⅄ – kecepatan sinar dalam udara (m/s)
� = v ⅄ - kecepatan sinar dalam air (m/s)\
f = frekuensi gelombang/sinar
Maka untuk nilai indeks bias medium terhadap udara yaitu:
= �� = ⅄⅄ = (2.18)
Adapun fakkor-faktor yang mempengaruhi indeks bias yaitu:
1. Kekentalan zat cair, dimana semaki kental zat cair indeks biasnya
semakin besar. Begitupun sebaliknya semakin encer zat cair maka indeks
biasnya semakin kecil
2. Kecepatan rambat cahaya dalam medium , dimana semakin besar cepat
rambat cahaya dalam medium maka indeks biasnya semakin kecil �� = (2.19)
27
Persamaan yang dihasilkan diatas memiliki makna fisis , yaitu kecepatan
cahaya dalam suatu medium berbanding terbalik dengan nilai indeks
biasnya.
3. Suhu, dimana semakin besar suhu maka semakin kecil indeks bias.43
Begitupun sebaliknya, pada saat suhu benda lebih dari suhu lingkungan
maka benda akan menyerap energi.44 Artinya, semakin kecil suhu maka
semakin besar indeks bias.
E. Kerangka berpikir
Penelitian ini didasari untuk mengetahui kualitas minyak goreng
dengan menggunakan metode primitif serta tidak mengeluarkan biaya mahal.
Kualitas minyak goreng dapat diketahui dengan mengukur indeks bias minyak
goreng. Sementara metode primitif yang digunakan untuk mengukur indeks
bias minyak goreng yaitu difraksi kisi. Indikasi minyak yang berkualitas
adalah memiliki indeks bias yang besar, sedangkan indikasi minyak goreng
kualitas buruk adalah minyak goreng yang memiliki indeks bias yang kecil.
Penelitian tentang kualitas minyak goreng telah dilakukan oleh
penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sofjan
Firdausi tentang “Polarisasi Flouresens Untuk Evaluasi Mutu Minyak
Goreng” menghasilkan temuan bahwa semakin kadarluwarsa minyak maka
semakin besar perubahan polarisasi flouresens. Penyebab utamanya identic
43Elisa dan Juliana, “Perbedaan indeks Bias…, hlm. 79.
44Lalu A. Didik, “Pengukuran Kalor jenis material menggunakan Modifikasi Persamaan Teorema Stefann Boltzmann”, Vol. 2, Nomor 2, 2017, hlm. 2.
28
dengan kasus polarisasi, penambahan lemak jenuh pada minyak yang semakin
kadarlwarsa. Kelebihan pengujian kualitas pada penelitian ini yaitu sebagai
pelengkap metode elektroopis sedangkan kelemahannya adalah biaya yang
dibutuhkan dalam penelitian cukup mahal, serta mencari minyak dengan
tingkat kadarluwarsa yang berbeda di setiap empat tahun terakhir cukup
sulit.45
Penelitian selanjutnya telah dilakukan oleh Elisa dan Juliana tentang
“Perbedaan Indeks Bias Minyak Goreng Curah dengan Minyak Goreng
Kemasan Bermerek Sunco” menghasilkan temuan minyak goreng bermerek
sunco memiliki kualitas lebih baik dibandingkan minyak goreng curah.
Karena semakin besar indeks bias, semakin baik kualitas minyak gorengnya.
Kelebihan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode pembiasan pada
kaca kurvet bening berbentuk balok. Sedangkan kelemahannya adalah tidak
ada perbandingan minyak goreng bermerek sunco dan minyak goreng curah
sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan dengan suhu yang berbeda-
beda.46
Dan penelitian berikutnya dilakukan oleh Nasrullah Idris, dkk tentang
“Pengembangan Alat Ukur Kualitias Minyak Goreng Menggunakan Prisma
Berongga dari Lembaran Kaca Komersial Biasa dan Laser He-Neuntuk
Pengujian Kualitas Minyak Goreng” menghasilkan temuan bahwa prisma
45Sofjan Firdausi, dkk, “ Polarisasi Flouresens untuk Evaluasi Mutu Minyak Goreng”, Jurnal
Ilmiah Teknosains, Vo. 3, Nomor 1, Mei 2017, hlm.36-39. 46Elisa & Juliana “Perbedaan Indeks Bias…., hlm. 80.
29
berongga (hollow prism) yang terbuat dari lembaran kaca komersial biasa
dengan ketebalan 5 mm, memiliki sudut apit 60⸰ dan dimensi sisinya 10 cm ×
10 cm. Juga dilengkapi dengan laser He-Ne dengan panjang gelombang (⅄ =
589 nm) yang digunakan untuk mengukur indeks bias minyak goreng guna
pengujian kualitasnnya. Kelebihannya adalah alatnya fleksibel, murah dan
mudah digunakan dalam mencapai target penelitian. Sedangkan
kelemahannya adalah sulit membersihkan bagian dalam alat yang telah
digunakan dalam menguji sampel.47
Sehingga dalam penelitian ini, menggunakan metode yang sederhana
yaitu difraksi kisi. Sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini ada dua
yaitu minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah dengan pemanasan
suhu yang berbeda-beda. Penelitian dengan menggunakan metode difraksi
kisi digunakan untuk mengukur indeks bias minyak goreng. Dimana
penentuan kualitas minyak baik dan layak di konsumsi terlihat dari celah
terang yang ditampakkan, sedangkan untuk menentukan kualitas minyak tidak
layak dikonsumsi yang terlihat celah gelap.
47Nasrullah Idris, dkk, “Pengembangan Alat Ukur….., hlm. 45.
30
Beberapa penjelasan sebelumnya dapat diringkas dalam bagan berikut:
Gambar 2.8 Bagan penelitian kualitas minyak goreng
Kualitas Minyak Goreng
Polarisasi flouresens untuk evaluasi mutu minyak goreng (2017)
Perbedaan Indeks Bias Minyak Goreng Curah dengan Minyak Goreng Kemasan Bermerek
sunco (2015)
Pengembangan alat ukur kualitias minyak goreng menggunakan prisma berongga dari lembaran kaca komersial biasa dan laser he-neuntuk pengujian kualitas minyak goreng (2017)
Kelebihan: Pelengkap alat elektroopis
Kelemahan: biaya mahal dan sulit mencari minyak yang memiliki tingkat kadarluwarsa yang berbeda empat tahun terakhir
Kelebihan: menggunakan metode pembiasan pada kaca kurvet bening berbentuk balok
Kelemahan: tidak ada perbandingan minyak goreng bermerek sunco dan minyak goreng curah sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan dengan suhu yang berbeda-beda
Kelebihan: alatnya fleksibel, murah dan mudah digunakan dalam mencapai target penelitian
Kelemahan:sulit membersihkan bagian dalam alat yang telah digunakan dalam menguji sampel
Kesimpulan:
Menggunakan metode sederhana yaitu difraksi kisi Menggunakan banyak sampel
31
F. Hipotesis
1. Adanya pengaruh indeks bias minyak goreng curah terhadap perubahan
suhu. Semakin rendah suhu pemanasan minyak goreng curah semakin
besar indeks bias, sedangkan semakin besar suhu pemanasan minyak
goreng curah semakin kecil indeks bias.
2. Adanya pengaruh indeks bias minyak goreng kemasan terhadap perubahan
suhu. Semakin rendah suhu pemansan minyak goreng kemasan semakin
besar indeks bias, sedangkan semakin besar suhu pemanasan minyak
goreng kemasan semakin kecil indeks bias.
3. Karakteristik indeks bias minyak goreng curah akibat perubahan suhu
warnanya hitam pekat, bau tidak sedap, sedangkan karakteristik minyak
goreng kemasan akibat perubahan suhu yaitu warnanya tidak terlalu
hitam, dan baunya kurang sedap.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni di laboratorium
dengan menggunakan minyak goreng curah dan minyak goreng
kemasan.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah jenis pendekatan yang
melibatkan data-data yang sifatnya numerik untuk dianalisis
menggunakan persamaan tertentu.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah minyak goreng.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah minyak goreng curah dan
minyak goreng kemasan.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal: Kamis, 09 Desember 2020 s/d Ahad, 24 Desember 2020
Tempat : Laboratorium Tadris Fisika UIN Mataram
33
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Jenis minyak goreng dan suhu
Variabel terikat : Indeks bias minyak goreng
Variabel kontrol : Laju cahaya dan volume minyak goreng
E. Desain Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan persiapan alat dan bahan uji
analisis kualitas minyak goreng. Tahap berikutnya melakukan
pengambilan sampel minyak goreng yaitu minyak goreng curah dan
minyak goreng kemasan. Teknik Pengambilan sampel yaitu
melakukan pengujian minyak goreng dengan metode eksperimental di
laboratorium. Kedua sampel tersebut diambil secara berurutan
berdasarkan suhu pemanasan baik sebelum dipanaskan maupun
setelah dipanaskan. Pemanasan dilakukan dengan suhu yang berbeda-
beda yaitu 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C dan 60°C. Parameter
yang digunakan untuk mengetahui kualitas minyak goreng yaitu
dengan mengukur indeks bias menggunakan difraksi kisi. Setelah
menghitung dengan persamaan indeks bias, maka dapat diketahui
tingkat kualitas minyak goreng baik sebelum maupun sesudah
dipanaskan berulangkali.
34
Gambar 3. 1. Desain penelitian kualitas minyak goreng
Mulai
Persiapan alat dan bahan uji analisis kualitas minyak
Pengambilan sampel minyak goreng yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan
Sebelum digunakan Sesudah digunakan 1. 30° C 2. 35° C 3. 40° C 4. 45°C 5. 50°C 6. 55°C 7. 60°C Pengukuran indeks bias tiap
sample menggunakan difraksi kisi
Analisis data
Pembahasan
kesimpulan
Selesai
35
F. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian
1. Peralatan penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Laser pointer
b. Kisi difraksi
c. Kurvet bening berbentuk balok
d. Pensil
e. Penggaris
f. Termometer
g. Gelas ukur
2. Bahan penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan
b. Tisu
c. Kertas HVS
3. Skema penelitian
Laser
Kisi Layar
36
G. Teknik Pengumpulan Data/ Prosedur Peneltian
1. Kalibrasi Alat
Langkah awal dalam penentuan indeks bias minyak goreng
yaitu mengkalibrasi alat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
keakuratan difraksi kisi dalam mengukur indeks bias.
2. Pengambilan dan persiapan sampel minyak goreng
Penelitian ini menggunakan dua jenis minyak yaitu minyak
goreng curah dan minyak goreng kemasan. Jenis minyak tersebut
dibagi menjadi dua kali perlakuan yaitu kondisi sebelum
dipanaskan dan kondisi setelah dipanaskan dengan varian suhu
yang berbeda-beda. Minyak yang dipanaskan terdiri dari empat
kali perlakuan yaitu dipanaskan dalam suhu 30°C, 35°C, 40°C,
45°C, 50°C, 55°C dan 60°C.
Minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang
terkenal di Pasaran. Bahkan menjadi buronan empuk bagi
masyarakat. Minyak goreng curah dipilih dalam penelitian ini,
karena minyak goreng curah hanya satu kali proses penyaringan.
Sehingga masih banyak oleinnya mengandung ofrksin padat
stearin.
Minyak goreng kemasan merupakan minyak yang cukup
popular ditengah-tengah masyarakat. Tingkat peminatnya semakin
37
hari- semakin tinggi. Minyak goreng kemasan dipilih dalam
penelitian ini, karena minyak goreng kemasan menggunakan dua
kali proses fraksinasi, sehingga oleinnya hanya mengandung
sedikit fraksi padat stearin.
3. Pengukuran indeks bias
Indeks bias merupakan perbandingan laju dalam ruang hampa
dengan laju cahaya dalam suatu zat. Dalam penelitian ini, minyak
yang sebelum dan setelah dipanaskan secara berulang dengan suhu
yang berbeda-beda, diukur indeks biasnya dengan menggunakan
metode difraksi kisi. Dimana, cahaya laser pointer diarahkan ke
medium minyak goreng yang telah diletakkan difraksi kisi 100
garis/mm dan 300 garis/mm. Kemudian sinar cahay yang berupa
sinar terang dan sinar gelap diukur dengan menggunakan
penggaris. Persamaan 3 digunakan untuk menghitung indeks bias
minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan.
H. Teknik Analisa Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengambilan sampel
minyak goreng. Sampel dilakukan dengan mengamati kedua jenis
minyak goreng tersebut dengan pemanasan berbagai varian suhu.
Kedua sampel tersebut diukur nilai indeks biasnya dengan
menggunkan metode kisi difraksi. Kemudian data tersebut dihitung
dengan menggunakan persamaan 2.1 atau 2.2.
38
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi.
Regresi adalah salah satu analisis dalam statistik yang digunakan
untuk menaksir sebab akibat antara variabel bebas (dependen) dan
variabel respon (independen). Variabel dependen (Y) adalah variable
yang nilainya ditetapkan oelh variabel lain, sedangkan variabel
independen (X) adalah variabel yang nilainya dapat ditentukan secara
bebas berdasarkan dugaan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen. Hubungan antara satu atau dua variabel
biasa disebut dengan model regresi. Bentuk umum persamaan analisis
regresi diberikan sebagai berikut48: = + (3.1)
atau dapat digunakan persmaan lain:49 = + (3.2)
Untuk mencari nilai , , dan dapat diturunkan pada persamaan
berikut: = � ∑ � �−∑ � ∑ �� ∑ − ∑ � (3.3)
= ∑ �−� ∑ �� (3.4)
atau dapat digantikan dengan nilai dan :
= ∑ � (∑ � )− ∑ � ∑ � �� ∑ � − ∑ � (3.5)
48Alfira Mulya Astuti, Statistik Penelitian, (Mataram : Insan Madani Publishing Mataram),
hlm. 91-92. 49Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta), hlm. 262.
39
= � ∑ � �− ∑ � ∑ � �� ∑ � − ∑ � (3.6)
Keterangan:
Y= Variabel terikat untuk pengamatan ke i
= Nilai konstan
= Parameter Model
= Variabel bebas pengamatan ke i50
50Wahidah Alwi, dkk, “Analisis Regresi Logistik Biner untuk Memprediksi Kepuasan
Pengunjung pada Rumah Sakit Umum Daerah Majene”. JURNAL MSA, 2018, Vol. 6, Nomor 1, hlm.
21.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Perhitungan data indeks bias minyak goreng curah dan minyak goreng
kemasan
Pengukuran indeks bias pada minyak goreng curah dan
minyak goreng kemasan menggunakan metode difraksi kisi. Adapun
alat yang digunakan untuk megukur indeks bias minyak goreng yaitu
difraksi kisi, mistar, plan paralel, laser pointer dan stopwatch.
Tabel. 4.1 pengukuran indeks bias minyak goreng curah
Perlakuan Percobaan Waktu Yang
Diperlukan (s)
L (cm)
� � n
Sebelum dipanaskan (30℃)
I 0.22 10 1.6 1.12 1.429 II 0.28 20 1.61 1.13 1.425 III 0.29 30 1.7 1.2 1.415 ∑ 0.79 4.91 3.45 4.269 0.26 1.637 1.15 1.423
35℃
I 0.27 10 1.6 1.21 1.322
II 0.30 20 1.61 1.2 1.341
III 0.24 30 1.7 1.4 1.214
∑ 0.81 4.91 3.81 3.877 0.27 1.637 1.27 1.289 40℃
I 0.20 10 1.6 1.55 1,032
II 0.21 20 1.61 1.6 1,01
III 0.24 30 1.7 1.8 0,94
∑ 0.65 4.91 4.95 3.136 0.22 1.637 1.65 0.9921
41
Tabel 4.2 data pengukuran indeks bias minyak goreng kemasan
45℃
I 0.60 10 1.6 1.74 0.92 II 0.59 20 1.61 1.9 0.85 III 0.61 30 1.7 1.92 0.89
∑ 1.8 4.91 5.56 2.66 0.6 1.637 1.853 0.88 50℃
I 0.61 10 1.6 1.8 0.89 II 0.62 20 1.61 2.0 0.81 III 0.64 30 1.7 2.5 0.68 ∑ 1.87 4.91 6.3 2.38 0,62 1.637 2.3 0.712
55℃
I 0.70 10 1.6 2.6 0.62 II 0.72 20 1.61 2.62 0.615 III 0.74 30 1.7 2.75 0.62 ∑ 2.16 4.91 7.97 1.855 0.72 1.637 2.657 0.62
60℃
I 0.82 10 1.6 2.7 0.59 II 0.85 20 1.61 3.0 0.537 III 0.87 30 1.7 3.05 0.56 ∑ 2.54 4.91 8.75 1.687 0.85 1.637 2.917 0.56
Perlakuan Percobaan Waktu yang
diperlukan (s)
L (cm)
n
Sebelum dipanaskan (30℃)
I 0.22 10 1.6 1.1 1,455 II 0.28 20 1.61 1.12 1, 438 III 0.29 30 1.7 1.19 1,429 ∑ 0.79 4.91 3.41 4,322 0.26 1.637 1.137 1.44
35℃
I 0.50 10 1.6 1.2 1.333
II 0.51 20 1.61 1.23 1.301
III 0.55 30 1.7 1.4 1.214
∑ 1.56 4.91 3.83 3.848 0.52 1.637 1.277 1.282 40℃ I 0.97 10 1.6 1.47 1.09
42
Berdasarkan pada tabel diatas, maka dapat dihitung nilai
indeks bias dari masing-masing minyak goreng. Adapun contoh
perhitungan nilai indeks bias minyak goreng curah sebelum
dipanaskan yaitu � = . dan � = . sehingga didapatkan
hasil sebagai berikut: = ��
II 0.93 20 1.61 1.52 1.06
III 0.95 30 1.7 1.62 1.05
∑ 2.85 4.91 4.61 3.2 0.95 1.637 1.537 1.07 45℃
I 0.73 10 1.6 1.7 0.94 II 0.75 20 1.61 1.72 0.94 III 0.79 30 1.7 1.77 0.96 ∑ 2.27 4.91 5.19 2.84 0.76 1.637 1.73 0.95
50℃
I 0.73 10 1.6 1.72 0.93 II 0.74 20 1.61 1.9 0.85 III 0.75 30 1.7 2.0 0.85 ∑ 2.22 4.91 5.62 2.63 0.74 1.637 1.873 0.874
55℃
I 0.120 10 1.6 2.1 0.763 II 0.121 20 1.61 2.15 0.75 III 0.124 30 1.7 2.3 0.74 ∑ 0.365 4.91 6.55 2.253 0.212 1.637 2.183 0.75
60℃
I 0.133 10 1.6 2.33 0.687 II 0.136 20 1.61 2.4 0.671 III 0.138 30 1.7 2.55 0.67 ∑ 0.412 4.91 7.28 2.028 0.137 1.637 2.427 0.676
43
= ..
= .
Jadi nilai indeks bias minyak goreng curah sebelum dipanaskan adalah
1.42. Begitupun cara menghitung nilai indeks bias minyak goreng
kemasan. Bedasarkan perhitungan nilai indeks bias dari semua sampel
yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan dengan
perubahan suhu yang berbeda-beda dapat dilihat pada table 4.3 berikut
ini.
Tabel 4.3 Nilai indeks bias semua jenis minyak goreng
Jenis Minyak Goreng
Indeks Bias
T SD
Minyak goreng curah
T1=belum dipanaskan
1.42 0.0048
T2 =35℃ 1.29 . T3 = 40℃ 0.99 . T4 = 45℃ 0.88 . T5 = 50℃ 0.71 . T6 = 55℃ 0.62 . 65
T7 = 60℃ 0.56 . Minyak goreng kemasan
T1=belum dipanaskan
1.44 .
T2 =35℃ 1.28 . T3 = 40℃ 1.07 . 3 T4 = 45℃ 0.95 . T5 = 50℃ 0.87 . 269 T6 = 55℃ 0.75 . 068 T7 = 60℃ 0.67 . 055
2. Uji Analisis Regresi dan Korelasi
44
Uji analisis regresi ini digunakan untuk menaksir pola hubungan
sebab-akibat antara variabel bebas (dependen) dan variabel respon
(independen). Hubungan antara satu atau dua variabel biasa disebut
dengan model regresi.
Tabel 4.4 Regresi hubungan variabel suhu (X) dan variabel indeks bias (Y)
No Jenis Minyak Goreng
Suhu (X)
Indeks Bias (Y)
X2 Y2 XY
1 Minyak goreng curah
30℃ 1.423 900 2.025 42.69 35℃ 1.289 1225 1.662 45.12
40℃ 0.992 1600 0.984 39.68 45℃ 0.88 2025 0.774 39.6 50℃ 0.712 2500 0.507 35.6 55℃ 0.62 3025 0.384 34.1 60℃ 0.56 3600 0.134 33.6
2 Minyak goreng kemasan
30℃ 1.44 900 2.074 43.2 35℃ 1.282 1225 1.644 44.87 40℃ 1.065 1600 1.134 42.6 45℃ 0.95 2025 0.903 42.75 50℃ 0.874 2500 0.764 43.7 55℃ 0.75 3025 0.563 42.9 60℃ 0.67 3600 0.449 40.2
45
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh pola grafik antara suhu
dan indeks bias minyak goreng curah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Indeks Bias Minyak Curah terhadap Suhu
Gambar 4.1 menunjukkan adanya pengaruh suhu terhadap indeks bias
minyak curah. Nilai regresi dari grafik di atas menunjukkan nilai
mutlaknya adalah 2.2743, sedangkan terjadinya penurunan di setiap
indeks bias suhu adalah -0.03. penjabaran dari grafik di atas dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Regresi dari Indeks Bias Minyak curah
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .980a .960 .952 2.37476
y = -0.03x + 2.2743
R² = 0.9589
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 10 20 30 40 50 60 70
Ind
ek
s b
ias
(n)
Suhu (℃ )
Grafik Minyak Goreng Curah Terhadap Perubahan suhu
46
Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa nilai R dari minyak goreng curah
terhadap variabel dependent (Y) dan independent (X) sebesar 0.980. Ini
menandakan bahwa relasi antara indeks bias minyak dengan suhu sangat
kuat. Nilai R square (R2) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
adalah 0.960, secara presentase menyatakan bahwa pengaruh suhu
terhadap indeks bias minyak goreng curah adalah 96%. Nilai R2 tersebut
mendekati 1, artinya grafik tersebut bersifat linear.
Gambar 4.2 Grafik Indeks Bias Minyak Kemasan terhadap Suhu
Gambar 4.2 menunjukkan adanya pengaruh suhu terhadap indeks bias
minyak curah. Nilai regresi dari grafik di atas menunjukkan nilai
mutlaknya adalah 2.1518, sedangkan terjadinya penurunan di setiap
indeks bias suhu adalah -0.0255. Penjabaran dari grafik di atas dapat
dilihat pada tabel 4.6.
y = -0.0255x + 2.1518
R² = 0.9735
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 10 20 30 40 50 60 70
Ind
ek
s B
ias
(n
)
Suhu (⸰C)
Grafik Indeks Bias Minyak Kemasan Terhadap Suhu
47
Tabel 4.6 Rergesi dari Indeks Bias Minyak kemasan
Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa nilai R dari minyak goreng curah
terhadap variabel dependent (Y) dan independent (X) sebesar 0.986. Ini
menandakan bahwa relasi antara indeks bias minyak dengan suhu sangat
kuat. Nilai R square (R2) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
adalah 0.972, secara presentase menyatakan bahwa pengaruh suhu
terhadap indeks bias minyak goreng curah adalah 97,2%. Nilai R2 tersebut
mendekati 1, artinya grafik tersebut bersifat linear.
Tingkat keterikatan dan keeratan antara indeks bias dan suhu kedua
sampel tersebut dapat ditentukan dengan koefesien korelasi (r) yang
ditunjukkan oleh tabel 4.7 Nilai Korelasi dari Kedua Sampel.
Tabel 4.7 Nilai korelasi kedua sampel
Uji Suhu Indeks Bias Suhu Pearson
Correlation 1 -.969**
Sig. (2-tailed)
.000
N 14 14 Indeks Bias Pearson
Correlation -.969** 1
Sig. (2-tailed)
.000
N 14 14
Pada tabel 4.7 menyatakan nilai korelasi r dari pengujian kedua
sampel adalah 0.00. Artinya, lebih kecil dari 0.05, sehingga menandakan
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .986a .972 .966 1.98074
48
terdapat hubungan antara indeks bias dan suhu. Jenis hubungan antara
indeks bias kedua sampel dengan suhu dinyatakan dengan nilai negatif
artinya berbanding terbalik. Derajat pearson correlation suhu terhadap
indeks bias kedua sampel minyak adalah -0.969.
Pengaruh jenis minyak terhadap indeks bias berdasarkan uji anova,
seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 ANOVAa
Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups
1.115 6 .186 39.522 .000
Within Groups
.033 7 .005
Total 1.148 13 a. Dependent Variable : Viskositas b. Predictors: (Constant), suhu
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari kedua
sampel minyak yaitu 0.000, artinya di setiap minyak memiliki signifikansi
nilai indeks bias yang berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis
minyak mempengaruhi nilai indeks biasnya.
B. Pembahasan
Minyak goreng merupakan minyak nabati yang telah dimurnikan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan (oleofood). Minyak goreng
49
digunakan sebagai media penghantar panas dan pemberi rasa gurih sehingga
sering dipakai dalam mengolah berbagai varian bahan pangan.51
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-24 Desember 2020 di
Laboratorium UIN Mataram yang beralamat Jln. Gajah Mada No. 100
Jempong Baru Mataram. Pengambilan sampel minyak terdiri dari minyak
curah dan minyak kemasan. Pemilihan minyak curah ini berdasarkan minyak
curah yang sering digunakan masyarakat, dan pemilihan minyak kemasan
juga berdasarkan minyak kemasan yang sering digunakan masyarakat yaitu
minyak bermerk Bimoli. Sementara Indeks bias merupakan perbandingan laju
cahaya dalam ruang dengan laju cahaya dalam suatu zat pada suatu medium
yang cerah.
Metode yang digunakan pada pengukuran indeks bias dalam
penelitian ini adalah kisi difraksi. Kisi difraksi adalah sebuah susunan dari
sejumlah besar celah.52 Kisi difraksi terdiri dari lembaran gelas atau logam
speculum dengan gari sejajar yang berjumlah banyak dan memiliki jarak yang
sama pada lembaran tersebut.53
Kisi difraksi merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur indeks bias minyak dengan memanfaatkan panjang gelombang dan
struktur intesitas garis-garis spektrum. Diketahui jumlah garis pada kisi
51Melia Megawati dan Muhartono, “Konsumsi Minyak Jelantah…, hlm 259. 52M Y Kholifudin, “Sinar Laser Mainan Sebagai Alternatif ,…., hlm. 130.
53Tri Ariani dan Saparini, “Penentuan Pola-Pola Interferens,….., hlm. 81.
50
difraksi (N) dan jarak antar orde pada sumber cahaya monokromatik
menggunakan tiga jenis kisi difraksi yaitu 100 garis/mm, 300 garis/mm dan
600 garis/mm.54
indeks bias merupakan perbandingan laju dalam ruang hampa
dengan laju cahaya dalam suatu zat.55 Indeks bias minyak merupakan rasio
sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul cahaya yang melalui
minyak.56 Pada pengukuran indeks bias menggunakan metode didasarkan
pada aliran laser yang dijatuhkan pada kisi, kemudian akan diteruskan
melewati medium fluida sedangkan sebagian lain dibelokkan. Pada
pengukuran ini, menggunakan medium plan paralel dengan volume plan
paralel 300 ml.
Langkah pertama adalah menentukan volume fluida minyak yang
akan diukur. Volume fluida pada penelitian ini dibuat konstan , yaitu sebesar
250 ml.
Langkah kedua adalah pengukuran indeks bias minyak dengan suhu
yang berbeda. Dalam penelitian ini suhu dijadikan sebagai variabel bebas
untuk mengamati perubahan indeks bias minyak. Minyak dipanaskan
menggunakan pemanas air, ketika minyak dipanaskan peneliti selalu
54Novin Syahputa, dkk, “Pembuatan Alat Ukur Penelitian Difraksi Cahaya Berbasis Vision Assistant dan Labview”, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-journal) SNF 2015, Vol 4, Oktober 2015, hlm. 36.
55Faradhillah & Silviana Hendri, “Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca…, hlm. 143. 56Ferek Estrada, dkk, “Pengambilan Minyak Kemiri dengan Cara Pengepresan dan
Dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil”, Widya Teknik, Vol. 6, Nomor 2, 2017.
51
mengontrol suhu minyak dengan menggunakan thermometer digital dan
melihat jangka waktu pengukuran pemanasan minyak dengan menggunakan
stopwatch.
Langkah ketiga adalah memberikan sinar laser pointer ke arah
difraksi kisi. Difraksi kisi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 100
garis/mm dan 300 garis/mm, dan jarak antara sinar laser pointer dan difraksi
kisi sejauh 10 cm, 20 cm, 30 cm.
Hasil penelitian ini dengan pemanasan suhu yang berbeda-beda dari
setiap jenis minyak dapat ditunjukkan pada tabel 4.3. Untuk jenis minyak
curah sebelum dipanaskan memiliki nilai indeks bias sebesar 1.42, setelah
dipanaskan dengan suhu berturut-berturut dari 35℃, 40℃, 45℃, 50℃, 55℃,
sampai 60℃ nilai indeks bias minyak curah semakin kecil yaitu 1.29, 0.99,
0.88, 0.71, 0.62, dan 0.56. Sedangkan untuk minyak kemasan sebelum
dipanaskan memiliki nilai indeks bias sebesar 1.44, setelah dipanaskan
dengan suhu berturut-berturut dari 35℃, 40℃, 45℃, 50℃, 55℃, sampai 60℃
nilai indeks bias minyak kemasan pun semakin kecil yaitu 1.28, 1.07, 0.95,
0.87, 0.75, dan 0.67.
Adanya indeks bias yang semakin kecil, ini menandakan bahwa
secara signifikan yang telah dianalisis menyatakan bahwa H0 ditolak. Hal ini
dibuktikan dengan nilai signifikansi kedua sampel minyak yang adala 0.000 >
52
0.05, sehingga dapat diketahui bahwa perubahan suhu dapat mempengaruh
nilai indeks bias.
Adapun grafik hubungan antara perubahan suhu dan kedua sampel
minyak yang memiliki pengaruh terhadap indeks bias dengan pengukuran
masing-masing tiga kali dapat dilihat pada grafik gambar 4.1dan 4.2. Pada
grafik gambar 4.1 hasil fiting data dapat dilihat pada persamaan y = -0,0255 +
2,1503, dan R2 sebesar 0,972. Kurva hubungan deviasi terang orde ke satu
yang ditunjukkan oleh kisi difraksi dengan suhu memperlihatkan bahwa
deviasi cahaya bertambah secara linear terhadap kenaikan suhu mengikuti
bentuk persamaan linear y= mx + b, dengan y adalah deviasi cahaya pada
layar terhadap terang pusat, x adalah suhu, m adalah gradien, dan b adalah
konstanta determinasi.57 Adapun nilai gardien (m) adalah -0,0255 yang
menandakan deviasi cahaya terhadap terang pusat berkurang -0,0255 setiap
kenaikan suhu 1 ℃, sedangkan indeks derteminasinya (R2) nilainya 0,9735.
Hal ini menunjukkan adanya perubahan deviasi cahaya orde ke satu terhadap
terang pusat dipengaruhi oleh perubhan suhu dimana hubungan antara kedua
variabel sangat erat keterkaitannya dengan nilai R2 mendekati satu.
Sedangkan pada grafik gambar 4.2 hasil fitingnya dapat dilihat pada
persamaan y = -0,03 + 2, 2743, dan R2 sebesar 0,985. Pada kurva hubungan
indeks bias dengan suhu memperlihatkan bahwa nilai indeks bias berkurang
57Supryana & M. Toifur. Studi Penentuan Indeks Bias,…., hlm. 126.
53
secara linear terhadap kenaikan suhu dengan mengikuti bentuk persamaan
linear y= mx + b, dengan y adalah deviasi cahaya pada layar terhadap terang
pusat, x adalah suhu, m adalah gradien, dan b adalah konstanta determinasi.
Adapun nilai gardien (m) adalah -0,03 yang menandakan deviasi cahaya
terhadap terang pusat berkurang -0,03 setiap kenaikan suhu 1 ℃, sedangkan
indeks derteminasinya (R2) nilainya 0,9589. Hal ini menunjukkan adanya
perubahan deviasi cahaya orde ke satu terhadap terang pusat dipengaruhi oleh
perubahan suhu dimana hubungan antara kedua variabel sangat erat
keterkaitannya dengan nilai R2 mendekati satu. Peristiwa ini akibat semakin
besar suhu air minyak maka jarak antara molekul-molekulnya semakin
renggang sehingga kerapatannya juga akan berkurang dengan demikian
indeks bias mengecil.58
Nilai indeks bias larutan dapat dianalisis menggunakan metode
difraksi kisi celah ganda, dengan membandingkan nilai simpangan pola
difraksi pada dua medium yang berbeda, sesuai dengan gambar dibawah ini.59
Metode difraksi kisi mengaplikasikan kaidah-kaidah hukum snellius, dimana
ketika sinar laser pointer mengenai permukaan suatu medium, maka cahaya
tersebut ada yang dipantulkan dan diteruskan. Benda transparan seperti kaca
atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat dibelokkan, dikenal
58Ibid,…, hlm. 127. 59Bowo Eko Cahyono, dkk, “Sifat Histerisis Pada Konstantan Dielektrik dan Indeks Bias …,
hlm. 50.
54
dengan pembiasan cahaya yang melalui batas antar medium dengan kerapatan
optik yang berbeda.60 Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada
sebuah kisi sebagian akan diteruskan sedangkan sebagian lagi akan
dibelokkan.61
Minyak goreng yang sudah dipakai dua kali atau lebih, kerapatannya
telah berkurang, akibat telah mengalami pemanasan, sehingga kerapatan
cahaya lebih besar yang mengakibatkan nilai indeks bias semakin kecil.
Indeks bias menurun dengan meningkatnya suhu atau temperature, hal ini
karena semakin besar suhu ruangan maka kerapatannya semakin berkurang
sehingga kecepatan cahaya dalam cairan tersebut lebih besar maka indeks
biasnya semakin kecil.62 Faktor yang mempengaruhi kerapatan terletak pada
fluida minyak yang dipanaskan dengan suhu yang berbeda-beda, data ini
dapat ditunjukkan pada tabel 4.5 dan 4.6.
Dimana semakin besar suhu maka semakin kecil indeks bias. Hal ini
terjadi karena adanya pemanasan yang menyebabkan kerapatan optik minyak
akan berubah sehingga menyebabkan perbedaan lebar pola difraksi kisi. Pola
difraksi kisi yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai indikasi awal
60Tiffany rahma Novestiana dan Eko Hidayanto.,,,, hlm. 174. 61Puji Hariati Winingsih, “Rancang Bangun Laser…, hlm. 78. 62Putri Parmitasari dan Eko Hidayanto, “Analisis Korelasi Indeks Bias dengan Konsentrasi
Sukrosa Beberapa Jenis Madu Menggunakan Portable Brix Meter”, Youngster Physics Jounarl, Vol. 1, Nomor 5, Oktober 2013, hlm. 196.
55
adanya pengaruh suhu terhadap perubahan indeks bias dapat diketahui.
Kenaikan suhu sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks bias.63
Perubahan indeks bias akibat pemanasan suhu mengindikasi terjadi
perubahan terhadap kualitas minyak goreng. Pemanasan minyak secara
berulang-ulang dan pada suhu tinggi, akan menghasilkan senyawa-senyawa
radikal bebas yang dapat merugikan kesehatan.64
Sementara di sisi lain, indeks bias minyak tidak hanya dipengaruhi
suhu melainkan dipengaruhi udara dan termasuk jenis fluida minyak juga
menjadi faktor pengaruhnya. Hal ini berdasarkan pada data hasil analisis uji
annova yang ditunjukkan pada tabel 4.8, dalam data tersebut secara gamblang
menyatakan bahwa dari segi signifikansi minyak kemasan memiliki
perbedaan indeks bias dengan minyak curah.
Melalui gradien perolehan data tersebut dapat diketahui minyak
goreng yang paling terpengaruh nilai indeks bias yaitu minyak goreng curah
karena memiliki indeks bias paling kecil, sedangkan indeks bias minyak
kemasan memiliki indeks bias paling besar. Adapun faktor yang
mempengaruhinya yaitu pemanasan suhu. Semakin besar suhu maka semakin
kecil indeks biasnya.65
63Elisa dan Julia, “Perbedaan Indeks Bias,……., hlm. 79-78. 64Nuraniza, Boni Pahlanop, dan Yudha Arman, “Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan
Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter”, Prisma Fisika, Vol. 1, No. 2, 2013, hlm. 89.
65Ibid,….. hlm. 79.
56
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan penyaringan antara minyak
goreng curah dan minyak goreng kemasan. Minyak goreng kemasan
mengalami dua kali penyaringan sedangkan minyak goreng curah mengalami
satu kali penyaringan.66 Kerusakan minyak selama proses menggoreng akan
mempengaruhi kualitas dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Salah
satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah angka peroksida.
Angka peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan
pada minyak atau lemak. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
3741-2013 batas maksimum angka peroksida pada minyak goreng adalah 10
mek O2/kg. Pada minyak goreng curah akibat pemanasan suhu berulang
terjadi peningkatan angka peroksida, faktor lain juga dipengaruhi oleh kondisi
minyak goreng curah yang dijual dengan terbuka sehingga memungkinkan
terpapar oksigen.67
Di samping itu juga, penggunaan minyak goreng yang dipergunakan
berulang kali dalam penggorengan sangat tidak baik untuk kesehatan.
Semestinya minyak goreng yang digunakan menggoreng bahan pangan tidak
boleh melebihi standar batas penggorengan yaitu 3 kali penggorengan.68
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada
suhu tinggi (160-180º) disertai dengan adanya kontak dari udara dan air pada
66Ika Risti lempang, dkk, “Uji Kualitas Minyak Goreng Curah dan Minyak Goreng
Kemasan…., hlm. 156. 67Amelia Handayani Burhan, dkk, “Penetapan Angka Peroksida Minyak Goreng Curah….,
hlm. 51. 68Lilik Nur Indah, “Analisis Kualitas Minyak Goreng…, hlm. 100.
57
proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang
kompleks dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi.
Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi gelap.
Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak
dapat dipakai lagi dan harus dibuang.69
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan para ilmuwan di
United State Departement of Agriculture (USDA) menemukan bahwa minyak
yang telah berubah warna, aroma, dan rasa, ini telah mengandung berbagai
senyawa yang berbahaya buat kesehatan.70
Minyak goreng yang baik untuk dikonsumsi adalah minyak goreng
yang memiliki kualitas tertinggi dan terbaik. Salah satu strategi untuk
mengetahui kualitas minyak goreng yaitu dengan mengukur indeks bias
dengan menggunakan metode difraksi kisi. Sebagaimana yang dipaparkan
pada grafik dapat terlihat bahwa indeks bias minyak kemasan memiliki
kualitas lebih baik dibandingkan minyak curah yang memiliki indeks lebih
kecil dari pada minyak kemasan.
Standar mutu minyak goreng yang baik yaitu memiliki kada air
<0,01%, kadar kotoran kurang %, bilangan peroksida < 1 mgO2/g,
mempunyai kandungan logam berat serendah mungkin. Secara umum
69Ibid, hlm. 101. 70Rohmitriasih, “Bahaya Penggunaan Minyak Goreng Berulang kali, Waspada”, dalam
https://m.liputan6.com/tag/minyak-goreng. Diambil 1 Juni 2020.
58
komponen utama minyak yang sangat menentukan mutu minyak goreng
adalah asam lemak bebas dan bilangan peroksida. Karena asam lemak bebas
menentukan sifat kimia dan stabilitas, sedangkan bilangan peroksida
menentukan tingkat kerusakannya minyak berdasarkan aromanya.71
71Nuraniza, Boni Pahlanop, dan Yudha Arman, “Uji Kualitas Minyak Goreng…., hlm. 88.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis indeks bias
minyak dengan menggunakan metode difraksi kisi, secara umum ada tiga
langkah, yaitu:
1. Menentukan fluida minyak yang akan diukur.
2. Pengukuran indeks bias minyak dengan suhu yang berbeda (35℃, 40℃,
45℃, 50℃, 55℃, sampai 60℃).
3. Memberikan sinar laser pointer ke arah difraksi kisi dengan jarak 10 cm,
20 cm, dan 30 cm pada kisi 100 mm dan 300 mm.
Minyak curah dengan pemanasan pada suhu yang berbeda-beda, akan
mempengaruhi nilai indeks bias. Semakin besar suhu pemanasan pada
minyak, maka semakin kecil nilai indeks biasnya, sehingga kualitas minyak
berubah. Begitu pun minyak kemasan dengan pemanasan pada suhu yang
berbeda, juga akan mempengaruhi nilai indeks biasnya, sehingga kualitas
minya berubah. Artinya, indeks bias minyak akan berubah-ubah karena
terjadinya perubahan terhadap suhu.
Adapun karakteristik indeks bias minyak akibat perubahan suhu yaitu
semakin panas minyak dipanaskan maka akan semakin kecil indeks biasnya.
60
B. Saran
Adapun saran dari peneliti dalam pertimbangan bahan skripsi adalah
melakukan pengujian terhadap kualitas minyak lebih mendalam dengan cara
menggunakan metode dan sampel yang berbeda.
8
DAFTAR PUSTAKA
Alfira Mulya Astuti. Statistik Penelitian. (Mataram : Insan Madani Publishing Mataram). hlm. 91-92.
Amelia handayani Burhan, dkk. “Penetapan Angka Peroksida Minyak Goreng Curah Sawit Pada Penggorengan Berulang Ikan Lele”. Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 06, Nomor. 2, Oktober 2018, hlm. 49.
Anwar Mujadin, dkk. “Pengujian Kualitas Minyak Goreng Berulang Menggunakan Metoda Uji Viskositas dan Perubahan Fisis”. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol 2, Nomor 4, September 2014, hlm. 229.
Bajoka Nainggolan, dkk. “Uji Kelayakan Minyak Goreng Curah dan Kemasan yang digunakan Menggoreng Secara Berulang”. Jurnal Kimia Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, April 2016, hlm. 45.
Bowo Eko Cahyono, dkk. “Sifat Histerisis Pada Konstantan Dielektrik dan Indeks Bias Minyak Zaitun dengan Variasi Suhu”. Jurnal Pendidikan Fisika dan keilmuan (JPFK), Vol 4, Nomor 2, hlm. 50.
Dede Ery Astuty, dkk. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Minyak Goreng Curah di Gampong Lamtimpeung Kecematan Darussalam Aceh Besar”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Unsyiah, Vol. 3, Nomor 2, Mei 2018, hlm. 146.
Densi Selpia Sopianti, dkk. “Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng”. Jurnal Katalisator, Vol 2, Nomor 2, agustus 2017, hlm. 100-101.
Elisa & Juliana. “Perbedaan Indeks Bias Minyak Goreng Curah dengan Minyak Goreng Kemasan Bermerek Sunco”. Jurnal Fisika Edukasi (JFE), Oktober 2015, hlm. 77.
Eva Yulia, dkk. “Kualitas Minyak Goreng Curah yang Berada di Pasar Tradisional di Daerah Jabotabek Pada Berbagai Penyimpanan”. Ekologia, Vol 17, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 30.
Faradhillah & Silviana Hendri. “Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca Dengan Menggunakan Prinsip Pembiasaan”. IJIS Edu: Indonesia J. Integr. Sci. Education, Vol. 1, Nomor 2, 2019, hlm. 143.
Fitri Choiri Hidayati, dkk. “Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pakai (Jelantah) dengan Menggunakan Arang Bonggol Jagung”. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), Vol. 1, Nomor 2, September 2016, hlm. 67.
Frengky Hutama Putra Solabersain & Isti Pudjihastutu. “Pengaruh Posisi Pada Minyak Telon Terhadap Uji Indeks Bias Dengan Menggunakan Refraktometer Tipe Way Abbe”. Metana: Media Komunikasi Rekayasa Proses dan teknologi Tepat Guna , Vol 15 , Nomor 1, Juni 2019, hlm. 33.
Ferek Estrada, dkk. “Pengambilan Minyak Kemiri dengan Cara Pengepresan dan Dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil”. Widya Teknik. Vol. 6. Nomor 2. 2017.
9
Lalu A. Didik. “Pengukuran Kalor jenis material menggunakan Modifikasi Persamaan Teorema Stefann Boltzmann”. Vol. 2, Nomor 2, 2017, hlm. 2.
Lalu A. Didik. “Pengukuran Konstanta Dielektrik untuk Mengetahui Konsentrasi Larutan Gula dengan Menggunakan Metode Plat Sejajar”. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 8, Nomor 2, September 2018, hlm. 1.
Lilik Nur Indah. “Analisis Kualitas Minyak Goreng yang digunakan Pedagang Ayam Goreng Kaki Lima di Singaraja”. e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, Nomor 1, 2017, hlm. 100.
Melia Megawati dan Muhartono. “Konsumsi Minyak Jelantah dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan”. Majority, Vol 8, Nomor 2, 2019, hlm 259.
M Y Kholifudin, “Sinar Laser Mainan Sebagai Alternatif Sumber Cahaya Monokromatik Praktikum Kisi Difraksi Cahaya”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 8, Nomor 2, September 2017, hlm. 131.
Nasrullah Idris. “Pengembangan Alat Ukur Indeks bias Menggunakan Prisma Berongga dari Lembaran Kaca Komersial Biasa dan Lase HE-Ne untuk Pengujian Kualitas Minyak Goreng”. Risalah fisika, Vol 1, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 39.
Nela Puspita Sari. “Identifikasi indeks Bias Minyak Kacang Tanah dengan Metode Difraksi Frahounfer Celah Tunggal, Celah Ganda dan Celah Banyak”. (Skripsi, FMI Universitas Jember, 2018), hlm. 16.
Nuraniza, Boni Pahlanop, dan Yudha Arman. “Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter”. Prisma Fisika. Vol. 1. No. 2. 2013. hlm. 89.
Novin Syahputa, dkk. “Pembuatan Alat Ukur Penelitian Difraksi Cahaya Berbasis Vision Assistant dan Labview”. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-journal) SNF 2015. Vol 4. Oktober 2015. hlm. 36.
Puji Kumala Pertiwi, dkk. “Kisi Difraksi" . Institut Teknologi Sepulo Nopember (ITS), Vol. 1, Nomor 2, 2015, hlm. 1-2.
Puji Hariati Winingsih. Rancang Bangun Laser untuk Pembelajaran Optika dalam Menentukan Indeks Bias dan Difraksi Kisi. Jurnal Science Tech, Agustus 2015, Vol. 1, Nomor 1, hlm. 78.
Puspita Septim Wulandari & Yohanes Radiyono. Penggunaan Metode Difraksi Celah Tunggal pada Penentuan KoefesienPemuaian Panjang Alumunium (Al). Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF), 2015, Vol. 6, Nomor 1, hlm. 20.
Putri Parmitasari dan Eko Hidayanto.“Analisis Korelasi Indeks Bias dengan Konsentrasi Sukrosa Beberapa Jenis Madu Menggunakan Portable Brix Meter”.Youngster Physics Jounarl. Vol. 1. Nomor 5. Oktober 2013. hlm. 196.
10
Rika Rosmalinda. “Analisis Viskositas dan Indeks Bias Terhadap kualitas Minyak Goreng Kemasan dan Curah”. Jurnal Hadron, Vol 1, nomor 2, 2019, hlm. 17-18.
Rizka Rusdiana. “Analisis Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Parameter Viskositas dan Indeks Bias”. (Skripsi, FST UIN Walisongo, 2015) hlm. 23.
Rohmitriasih, “Bahaya Penggunaan Minyak Goreng Berulang kali, Waspada”, dalam https://m.liputan6.com/tag/minyak-goreng. Diambil 1 Juni 2020.
Selftiono & Taufik. Karakteristik Fisik dan Kimia Minyak Goreng Sawit Hasil Proses penggorengan dengan Metode Deep-Fat Frying. Jurnal Teknologi, 2018, Vol. 10, Nomor 2, hlm. 124.
Sofjan Firdausi, dkk. “ Polarisasi Flouresens untuk Evaluasi Mutu Minyak Goreng”. Jurnal Ilmiah Teknosains, Vo. 3, Nomor 1, Mei 2017, hlm.36-39.
Supryana & M. Toifur. Studi Penentuan Indeks Bias Cairan Pada Suhu Secara Kontinu Berbantun Software Logger Pro. Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol 3, Nomor 2, hlm. 124.
Sugiyono. Statiska untuk Penelitian. (Bandung : Alfabeta), hlm. 262.
Tiffany rahma Novestiana dan Eko Hidayanto. “Penentuan indeks Bias dari Konsentrasi Sukrosa (C12H22O11) Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan Portable Brixmeter”. Youngster Physics Journal, Vol 4, Nomor 2, April 2015, hlm. 174.
Tri Ana Mulyati, dkk. Pengaruh Lama Pemanasan Terhadap Kualitas Minyak Goreng Kemasan Kelapa Sawit. Jurnal Wiyata, Desember 2015, Vol. 2, Nomor 2, hlm. 163.
Tri Ariani dan Saparini. “Penentuan Pola-Pola Interferensi Menggunakan Kisi Difraksi dengan Medium Uadara, Air dan Asam Cuka”. Jurnal Perspektif Pendidikan, Vol 9, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 81.
Wahidah Alwi, dkk. “Analisis Regresi Logistik Biner untuk Memprediksi Kepuasan Pengunjung pada Rumah Sakit Umum Daerah Majene”. JURNAL MSA, Vol. 6, Nomor 1, 2018, hlm. 21.
Wahyu Siswanto & Surahma Asti Mulasari. “Pengaruh Frekuensi Penggorengan Terhadap Peningkatan Peroksida Minyak Goreng Curah Dan Fortifikasi Vitamin A”, KESMAS, Vol. 9, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 2.
Yuanita Sri Respati & Dwi Teguh Rahardjo. “Alat Penentu Indeks Bias Cairan Dibantu Dengan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Atmega328”.
11
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), Vol. 7, Nomor 2, 2017, hlm. 18.
Yeni Kusumawaty, dkk. “Sikap dan Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah dan Kemasan di Kota Pekanbaru”. Jurnal Ecodemica, Vol. 3, Nomor 2, hlm. 112.
10
Lampiran 1
NILAI INDEKS BIAS (n) MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK
GORENG KEMASAN PADA JARAK ANTARA KISI DAN MEDIUM
MINYAK GORENG YAITU 10 cm, 20 cm, dan 30 cm
1. Minyak goreng curah
a. T1 = sebelum dipanaskan 30℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= ..
= .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
11
b. T2 = 35℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
pada L 30 cm = ��
= .. = .
c. T3 = 40℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
12
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
d. T4 = 45℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
Pada L 30 cm = ��
13
= .. = .
e. T5 = 50℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
f. T6 = 55℃
Pada L 10 cm = ��
= ..
14
= .
Pada L 20 cm = ��
= .. = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
g. T7 = 60℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
15
Pada L 30 cm = ��
= ..
= .
2. Minyak goreng kemasan
a. T1 = Belum dipanaskan (30℃)
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= .. = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
16
b. T2 = 35℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= .. = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
c. T3 = 40℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
17
Pada L 20 cm = ��
= .. = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
d. T4 = 45℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= .. = .
Pada L 30 cm = ��
18
= .. = .
e. T5 = 50℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
f. T6 = 55℃
Pada L 10 cm = ��
= ..
19
= .
Pada L 20 cm = ��
= .. = .
Pada L 30 cm = ��
= .. = .
g. T7 = 60℃
Pada L 10 cm = ��
= .. = .
Pada L 20 cm = ��
= . . = .
Pada L 30 cm
21
NILAI INDEKS BIAS MINYAK GORENG CURAH DAN KEMASAN
SECARA KESELURUHAN
1. Minyak Goreng Curah
a. T1 = Kondisi sebelum dipanaskan (30℃) = ��
= . . = .
b. T2 = 35℃ = ��
= .. = .
c. T3 = 40℃ = ��
= . . = .
d. T4 = 45℃ = ��
= .. = .
22
e. T5 = 50℃ = ��
= . . = .
f. T6 = 55℃ = ��
= .. = .
g. T7 = 60℃ = ��
= .. = .
2. Minyak goreng kemasan
a. T1 = Kondisi belum dipanaskan (30℃ = ��
= .. = .
b. T2 = 35℃ = ��
23
= .. = .
c. T3 = 40℃ = ��
= .. = .
d. T4 = 45℃ = ��
= . . = .
e. T5 = 50℃ = ��
= .. = .
f. T6 = 60℃ = ��
= .. = .
25
Lampiran 2
PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI, KESALAH RELATIF, DAN
TINGKAT KETELITIAN PADA PENGUKURAN INDEKS BIAS MINYAK
GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN PADA JARAK
ANTARA KISI DAN MEDIUM MINYKA GORENG YAITU 10 cm, 20 cm, dan
30 cm
1. Minyak goreng curah
a. Kondisi belum dipanaskan
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.12
X22= 1.13
X23= 1,2
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
26
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 1.429 1.423
0.006 0.000036 2 1.425 0.002 0.00004 3 1.415 -0.008 0.000064
∑ 4.269 0.00014
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 3.4%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah:
27
� � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 96.6%
b. T2 = 35℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.21
X22= 1.2
X23= 1.4
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 1.322 1.2923
0.0297 0.00088209 2 1.341 0.0487 0.00237169 3 1.214 -0.0783 0.00613089
∑ 3.877 0.00938467
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah:
28
= ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = . 5
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 3.1%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 96.9%
c. T3 = 40℃
Diketahui:
29
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.55
X22= 1.6
X23= 1.8
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 1.032 1.0453
-0.0133 0.00017689 2 1.01 -0.0353 0.00124609 3 1.094 0.0487 0.00237169
∑ 3.136 0.00379467
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
30
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = .. × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 2.4%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 97.6%
d. T4 = 45℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.74
X22= 1.9
31
X23= 1.92
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.92 0.887
0.033 0.001089 2 0.85 -0.037 0.001369 3 0.84 -0.047 0.002209
∑ 2.61 0.004667
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × %
32
ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 3.1%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 96.9%
e. T5 = 50℃
Diketahui:
X11= 16
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.8
X22= 2.0
X23= 2.5
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
33
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.89 0.793
0.097 0.009409 2 0.81 0.017 0.000289 3 0.68 -0.113 0.012769
∑ 2.38 0.022467
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 7.7%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . %
34
� � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 92.3%
f. T6 = 55℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 2.6
X22= 2.62
X23= 2.75
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.62 0.62
0 0 2 0.615 0.005 0.00025 3 0.62 0 0
∑ 1.855 0.00025
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
35
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = . 645
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 1.05%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 98.95%
g. T7 = 60℃
Diketahui:
X11= 1.6
36
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 2.7
X22= 3.0
X23= 3.05
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.59 0.5623
0.0277 0.00076729 2 0.537 -0.0253 0.00064009 3 0.56 -0.0023 0.00000529
∑ 1.687 0.00140209
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ .
37
= . Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 0.42%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 99.58%
2. Minyak goreng kemasan
a. Kondisi belum dipanaskan
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.1
X22= 1.12
X23= 1.19
38
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 1.455 1.4407
0.0143 0.00020449 2 1.438 -0.0027 0.00000729 3 1.429 -0.0117 0.00013689
∑ 4.322 0.00047827
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
39
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 0.62%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 99.38%
b. T1 = 35℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.2
X22= 1.23
X23= 1.4
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
40
1 1.333 1.2827
0.0503 0.00253009 2 1.301 0.0183 0.00033489 3 1.214 -0.0687 0.00471969
∑ 3.848 0.00758467
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = .. × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 2.78%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
41
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 97.22%
c. T2 = 40℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.47
X22= 1.52
X23= 1.62
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 1.09 1.07
0.02 0.0004 2 1.06 -0.01 0.0001 3 1.05 -0.02 0.0004
∑ 3.2 0.0009
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
42
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = . 25
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 1.1%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 98.9%
h. T3 = 45℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
43
X21= 1.7
X22= 1.72
X23= 1.77
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.94 0.95
-0.01 0.0001 2 0.94 -0.01 0.0001 3 0.96 0.01 0.0001
∑ 2.84 0.0003
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = .
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah:
44
ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 0.75%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 99.25%
d. T5 = ℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 1.72
X22= 1.9
X23= 2.0
n = 3
45
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.93 0.88
0.05 0.0025 2 0.85 -0.03 0.0009 3 0.85 -0.03 0.0009
∑ 2.63 0.0043
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = . 2678
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = %
46
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 3%, sehingga ketelitian pada pengukuran ini
adalah: � � = − % � � = %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 97%
e. T6 = ℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 2.1
X22= 2.15
X23= 2.3
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pen gukuran berulang menggunakan metode
difraksi kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.763 0.751
0.012 0.000144 2 0.75 -0.001 0.00001
47
3 0.74 -0.011 0.000121
∑ 2.253 0.000275
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah:
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = . 068
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 0.91%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . %
48
� � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 99.09%
f. T7 = ℃
Diketahui:
X11= 1.6
X12= 1.61
X13= 1.7
X21= 2.33
X22= 2.4
X23= 2.55
n = 3
dengan menggunakan persamaan indeks bias maka diperoleh nilai indeks
bias pada pengukuran pengukuran berulang menggunakan metode difraksi
kisi sebagai berikut:
No X (Indeks bias)
Sn S2n
1 0.687 0.676
0.011 0.000121 2 0.671 -0.005 0.000025 3 0.67 -0.006 0.000036
∑ 2.028 0.000182
Nilai rata-rata pengukuran di atas adalah: = ∑� = . = .
49
Maka, nilai standar deviasi (SD) dari beberapa pengukuran di atas sebagai
berikut:
�� = √ ∑ � �� �−
= √ . −
= √ . = . 055
Kesalahan relatif dari pengukuran berulang diatas adalah: ℎ � = �� × %
ℎ � = . . × % ℎ � = . %
Kesalahan relatif nilai dari indeks bias pada pengukuran berulang untuk
minyak goreng curah adalah 0.81%, sehingga ketelitian pada pengukuran
ini adalah: � � = − . % � � = . %
Jadi, ketelitian pada pengukuran ini sebesar 99.19%
50
Lampiran 3
PEHITUNGAN REGRESI MINYAK CURAH MENGGUNKAN SPPS
Regression
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered Variables
Removed Method
1 Indeks Biasb . Enter
a. Dependent Variable: Suhu
b. All requested variables entered.
Model Summary Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .980a .960 .952 2.37476
a. Predictors: (Constant), Indeks Bias
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 671.803 1 671.803 119.125 .000
b
Residual 28.197 5 5.639
a. Dependent Variable: Suhu
b. Predictors: (Constant), Indeks Bias
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 74.547 2.852 26.138 .000 Indeks
Bias -31.937 2.926 -.980 -
10.914 .000
a. Dependent Variable: Suhu
51
Lampiran 4
PEHITUNGAN REGRESI MINYAK KEMASAN MENGGUNAKAN SPPS
Regression
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 Indeks Biasb . Enter
a. Dependent Variable: Suhu
b. All requested variables entered.
Model Summary Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .986a .972 .966 1.98074
a. Predictors: (Constant), Indeks Bias
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 680.383 1 680.383 173.419 .000
b
Residual 19.617 5 3.923 Total 700.000 6
a. Dependent Variable: Suhu
b. Predictors: (Constant), Indeks Bias
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 83.339 3.006 27.724 .000
Indeks -38.170 2.899 -.986 - .000
53
Lampiran 5
PEHITUNGAN REGRESI KEDUA SAMPEL MINYAK MENGGUNAKAN
SPPS
Regression
Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N
Suhu 1.50 .519 14 Indeks Bias 587.42857 550.710690 14
Correlations
Uji Suhu Indeks Bias Suhu Pearson Correlation 1 -.137
Sig. (2-tailed) .640
N 14 14 Indeks Bias Pearson Correlation -.137 1
Sig. (2-tailed) .640 N 14 14
Model Summary Model R R Square Adjusted
R Square Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F
Change df1 df2 Sig. F
Change 1 .137
a .019 -.063 .535 .019 .231 1 12 .640
a. Predictors: (Constant), Indeks Bias
Coefficientsa
Model Unstandardize
d Coefficients Standardi
zed
Coefficie
nts
T Sig. 95.0%
Confidence
Interval for B
Correlations
B Std. Beta Lower Upper Zero- Partial Part
54
Error Bound Bound order 1 (Constant) 1.57
6 .213 7.389 .000 1.111 2.041
Indeks Bias .000 .000 -.137 -.480 .640 -.001 .000 -.137 -.137 -.137 a. Dependent Variable: Suhu
ANOVAa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.115 6 .186 39.522 .000 Within Groups .033 7 .005
Total 1.148 13
a. Dependent Variable : Viskositas
b. Predictors: (Constant), suhu
56
Lampiran 7
DOKUMENTASI PENELITIAN
Minyak Goreng Curah Mengukur Suhu Minyak Goreng
dan Minyak Kemasan Sebelum dipanaskan
Mengukur Nilai Indeks Bias Minyak
Mengukur Minyak Goreng Setelah Goreng curah dengan Menggunakan Metode Dipanaskan Difraksi Kisi