Post on 23-Apr-2023
ZAKAT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Fiqh, Ushl Fiqh,
Dosen Pengampu Dr. Asep Sulaiman, M.Pd.
.
Oleh:
Kelompok VI : Ibnu Siri (1145010059)
Jawad Mughofar KH (1145010071)
Kelas : SPI/1B
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Fiqh, Ushl Fiqh yang
berjudul “Zakat”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam di
dunia yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang
“Ila Dzulumati Ilannur” serta kepada pengemban risalah mulia yang selalu
mengikuti metode serta langkah beliau yang menjadikan “Al-Qur‟an” sebagai
pedoman sekaligus sumber hukum.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi
kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita
lakukan selalu ada dalam rahmat dan ampunannya, Aamiin.
Bandung, 12 September 2014
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan . .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defini Zakat ................................................................................... 3
B. Sejarah Zakat .................................................................................. 4
C. Kedudukan Zakat ........................................................................... 5
D. Macam-Macam Zakat. ................................................................... 6
E. Kelompok Penerima Zakat. ............................................................ 9
F. Hikmah Zakat . ............................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah sistim yang sempurna dan komprehensif. Dengan
Islam, Allah memuliakan manusia, agar dapat hidup dengan nyaman dan
sejahtera di muka bumi ini. Allah menyempurnakan kenyamanan kehidupan
manusia, pada awalnya dengan memberi petunjuk kepadanya tentang identitas
dirinya yang sesungguhnya. Allah mengajarkan kepadanya bahwa ia adalah
seorang hamba yang dimiliki oleh Tuhan yang maha Esa dan bersifat dengan
sifat-sifat kesempurnaan. Selanjutnya Allah memberikan sarana-sarana untuk
menuju kehidupan yang mulia dan memungkinkan dirinya melakukan ibadah.
Namun demikian, sarana-sarana tersebut tidak akan dapat diperoleh kecuali
dengan jalan saling tolong menolong antar sesama atas dasar saling
menghormati, dan menjaga hak dan kewajiban sesama.
Diantara sarana-sarana menuju kebahagian hidup manusia yang diciptakan
Allah melalui agama Islam adalah disyariatkannya Zakat. Zakat disyariatkan
dalam rangka meluruskan perjalanan manusia agar selaras dengan syarat-syarat
menuju kesejahteraan manusia secara pribadi dan kesejahteraan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Zakat berfungsi menjaga kepemilikan pribadi
agar tidak keluar dari timbangan keadilan, dan menjaga jarak kesenjangan sosial
yang menjadi biang utama terjadinya gejolak yang berakibat runtuhnya ukhuwah,
tertikamnya kehormatan dan robeknya integritas bangsa
Polemik zakat memang tidak asing dikalangan masyarakat muslim, zakat
sebagai salah satu hukum islam, tepatnya rukun islam yang keempat adalah
sangat penting. Ada 82 tempat di dalam Al-Qur‟an yang menyebutkan tentang
zakat beriringan dengan shalat. Kedudukan antara zakat dan shalat sering di
kaitkan di beberapa ayat di dalam Al-Qur‟an yang menunjukan bahwa zakat dari
segi keutamaan hampir sama seperti halnya shalat. Shalat dikatakan sebagai
ibadah badaniah dan zakat di katakana sebagai ibadah maliyah yang paling
utama.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian zakat?
b. Bagaimana sejarah zakat?
c. Bagaimana kedudukan zakat?
d. Apa macam-macam zakat?
e. Kelompok penerima zakat?
f. Apa hikmah mengeluarkan zakat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian Zakat
b. Mengetahui sejarah zakat
c. Mengetahui kedudukan zakat
d. Mengetahui macam-macam zakat
e. Mengetahui hikmah mengeluarkan zakat
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Zakat
Zakat adalah kata bahasa Arab “az-zakâh”. Ia adalah masdar dari fi‟il
madli “zakâ”, yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang. Ia juga
bermakna suci. Dengan makna ini Allah berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS. Asy
Syams [91]: 9).
Sedangkan arti zakat menurut istilah adalah kadar harta tertentu yang di
berikan kepada yang berhak menerimanya dengan syarat terntentu.1
Dalam pengertian istilah syara‟, zakat mempunyai banyak pemahaman,
diantaranya:
a. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
b. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan
pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan
syarat-syarat tertentu pula.
c. Muhammad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat
sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan oleh Allah bagi orang-
orang Islam untuk mengeluarkan sejumlah harta yag dimiliki.
d. Wahbah Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu mendefinisikan dari sudut empat mazhab, yaitu:
1 M Ali Hasan. Masail Fiqhiyah Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 1997). Hal. 1
4
- Madzhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu
dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai nishab (batas
jumlah yang mewajibkan zakat) kepada orang yang berhak
menerimanya, manakala kepemilikan itu penuh dan sudah
mencapai haul (setahun) selain barang tambang dan pertanian.
- Madzhab Hanafi, zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta
tertentu pula sebagai hak milik, yang sudah ditentukan oleh
pembuat syari‟at senata-mata karena Allah SWT.
- Madzhab Syafei, zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan
dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.
- Madzhab Hambali, memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar
tertentu) yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu
untuk golongan yang tertentu dalam waktu tertentu pula.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa zakat adalah
penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak seperti tertulis dalam Surat at-
Taubah ayat 60 yaitu:
ب : ةب ل )
Artinya: “Sesungguhnya shadaqah-shadaqah itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60)
B. Sejarah Zakat
Pada dasarnya, kewajiban zakat bukan khususiah ummat Islam. Zakat
telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Dalam Islam, pensyariatan zakat
5
dilakukan dalam beberapa fase. Pada periode Mekah, sebenarnya telah turun ayat-
ayat tentang perintah zakat, diantaranya adalah firman Allah:
Artinya: “dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa
(yang tidak mau meminta)”. (QS. Al-Ma‟arij: 24-25)
Ibnu Hajar Al-„Asqalani mengatakan bahwa mengenai awal turunya
perintah zakat terdapat perselisihan pendapat dikalangan ulama. Ibnu Huzaimah
dalam shahihnya mengatakan bahwa kewajiban zakat turun sebelum hijrah.
Menurut pendapat yang shahih, dan menjadi pendapat mayoritas ulama,
pensyariatan zakat terjadi pada tahun ke-8 setelah Rasulullah SAW melakukan
hijrah dari Mekah ke Madinah, sebelum diturunkannya kewajiban puasa
ramadhan.
C. Kedudukan Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun islam yang lima. Zakat juga merupakan
salah satu kewajiban yang ada di dalamnya. Zakat di wajibkan di Madinah pada
bulan syawal tahun kedua hijriah. Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa
ramadhan. Tetapi, zakat tidak di wajibkan atas para nabi. Pendapat yang terakhir
ini disepakati oleh para ulama karena zakat dimaksudkan sebagai penyucian untuk
orang-orang yang berdosa, sedangkan para nabi terbebas dari hal demikian.
Lagipula, mereka mengemban titipan-titipan Allah; disamping itu mereka tidak
memiliki harta, dan tidak di warisi.
Dalam Al-Qur‟an, zakat di gandengkan dengan kata “shalat” dalam 82
tempat. Hal ini menunjukan bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Zakat di wajibkan dalam Al-Qur‟an, Sunnah dan „Ijma ulama. Seperti dalil
yang terdapat dalam Al-Qur‟an yang artinya sebagai berikut:
6
“Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”. (QS. Al-Baqarah: 43)
Dalil-dalil zakat dalam hadits juga sangat banyak, diantaranya adalah
sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara:
Bersaksi tiada Tuhan selan Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji dan puasa ramadhan”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang disepakati keshahihannya (al-muttafaq alaih)
disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Mu‟adz ketika ia diutus ke
Yaman: “Jika mereka taat, maka kabarkanlah bahwa Allah mewajibkan mereka
shadaqah yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan dikembalikan kepada
orang-orang faqir mereka”.
Disamping ayat al-Quran dan hadits, kewajiban zakat juga disokong
dengan konsensum ulama (ijma‟ . Ulama Islam dalam setiap masa hingga saat ini
sepakat akan kewajiban zakat ini. Para sahabatpun sepakat bahwa orang-orang
yang tidak mau mengeluarkan zakat boleh diperangi.
D. Macam – Macam Zakat
Macam-macam zakat secara garis besar ada dua macam yaitu zakat harta
benda atau maal dan zakat fitrah. Ulama madzhab sepakat bahwa tidak sah
mengeluarkan zakat kecuali dengan niat:
a. Zakat Mal
Maal sendiri menurut bahasa berarti harta. Jadi, zakat maal yaitu
zakat yang harus dikeluarkan setiap umat muslim terhadap harta yang
dimiliki, yang telah memenuhi syarat, haul, dan nishabnya. Dan syarat-
syaratnya diantaranya:
7
Pertama, menurut Imamiyah syaratnya adalah baligh dan berakal. Jadi,
orang gila dan anak-anak tidak wajib mengeluarkan zakat. Kalau dalam
madzhab Syafi‟i, berakal dan baligh tidak menjadi syarat. Bahkan orang
gila dan anak-anak, wali mereka harus yang mengeluarkan zakat atas nama
mereka.
Kedua, menurut madzhab Syafi‟i, syarat wajib zakat yang kedua adalah
muslim.
Ketiga, syarat berikutnya yaitu milik penuh. Disini berarti orang yang
mempunyai harta itu menguasai sepenuhnya terhadap harta bendanya, dan
dapat mengeluarkan sekehendaknya. Maka harta yang hilang tidak wajib
dizakati, juga harta yang dirampas—dibajak dari pemiliknya, sekalipun
tetap menjadi miliknya.
Keempat, cukup satu tahun berdasarkan hitungan tahun qomariyah untuk
selain biji-bijian, buah-buahan, dan barang-barang tambang.
Kelima, sampai kepada nishab (ketentuan wajib zakat) ketika harus
mengeluarkan. Setiap harta yang wajib dizakati jumlah yang harus
dikeluarkan berbeda-beda dan keterangan lebih rinci akan dijelaskan nanti.
Keenam, orang yang punya utang, dan dia mempunyai harta yang sudah
mencapai nishab. Menurut Imamiyah dan Syafi‟i, jika berhutang maka
harus tetap wajib mengeluarkan zakat. Menurut Hambali harus melunasi
hutangnya terlebih dahulu. Menurut Maliki, jika berhutang tetapi memiliki
emas dan perak maka harus melunasi hutang terlebih dahulu. Dan jika
yang dimiliki selain emas dan perak maka tetap wajib zakat. Dan menurut
Hanafi, jika berhutang dimana utangnya itu menjadi hak Allah untuk
dilakukan oleh seorang manusia dan manusia lain tidak menuntutnya
seperti haji dan kifarat-kifaratnya, maka tetap harus berzakat. Tetapi jika
berhutangnya itu untuk manusia dan Allah, serta manusia memiliki
8
tuntutan atau tanggung jawab untuk melunasinya, maka tidak wajib
mengeluarkan zakat kecuali zakat tanaman dan buah-buahan.2
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Zakat mal adalah
zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali
yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta
hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya
sendiri.3
b. Zakat Fitrah
Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya
terdiri dari kata “zakat” dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana
dirumuskan oleh banyak ulama‟ bahwa dia merupakan hak tertentu yang
diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin menurut ukuran-
ukuran tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin
dan para mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt.
Dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri
dan hartanya. Dengan kata lain, zakat merupakan kewajiban bagi seorang
muslim yang berkelebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari padanya
untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang
kekurangan. Sabda Rasulullah saw:
الة فهى صد قت كن الص الة فهى ز كا ة مقبى لت ومن أد ها بعد الص ا ها قبل الص د قاث من اد
Artinya: “Barang siapa membayar fitrah sebelum shalat, maka itu
adalah zakat yang makbul, akan tetapi barang siapa membayarnya
sesudah shalat Id maka merupakan shadaqah biasa.”
2 M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (cet 12; Jakarta: Lentera, 2004) hal 177-178
3 Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal 3
9
Sementara itu, fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana
hadits Rasul “kullu mauludin yuladu ala al fitrah” (setiap anak Adam
terlahir dalam keadaan suci) dan bisa juga diartikan juga dengan ciptaan
atau asal kejadian manusia.
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat
fitrah. Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini
dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau
perilaku yang tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat
karena sebab ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang
diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh
karenanya zakat ini bisa juga disebut dengan zakat badan atau pribadi.
Zakat fitrah ialah zakat pribadi yang harus dikeluarkan pada hari
raya fitrah. Seperti hadits Nabi saw:
ا ىم من اللغى والر فث وطعمت للمسا فر ض رسىل هللا صلى هللا عليه و سلمم زكا ة الفطر طهرة للص
كين
Artinya:“Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah guna
menyucikan orang yang berpuasa dari ucapan dan perbuatan yang tidak
baik dan guna makanan bagi para miskin.”
E. Kelompok Penerima Zakat
Agama Islam memberi petunjuk siapa orang yang pantas dan perlu di bantu
dan di perhatikan menurut keadaan yang sebenarnya. Di bawah ini akan di
jelaskan orang-orang yang berhak menerima zakat (mutahiqq al-zakat) sesuai
petunjuk Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 60 adalah sebagai berikut:
a. Orang Fakir (al-Fuqara‟
10
Al-fuqara‟ adalah kelompok pertama yang menerima bagian zakat.
Al-fuqara‟ adalah bentuk jama‟ dari kata al-faqir. Al-faqir menurut
madzhab syafi‟I dan hambali adalah orang yang tidak memiliki harta
benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Dia tidak memiliki suami, ayah, ibu, dan keturunan yang dapat
membiayainya baik untuk membeli pakaian, makanan dan sebagainya.
Misalnya, kebutuhannya berjumalah 10 tetapi dia hanya mendapatkan
tidak lebih dari 3 , sehingga meskipun dia sehat dia meminta-minta kepada
orang lain untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal serta pakaianya.
b. Orang Miskin (al-Masakin)
Al-masakin adalah bentuk jama‟ dari kata al-miskin. Orang miskin
ialah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat di
pakai untuk memenuhi hajat hidupnya. Orang fakir menurut madzhab
syafi‟I dan hambali, lebih sengsara dibandingkan dengan orang miskin.
Orang fakir ialah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak
memiliki perkerjaan sedangkan orang miskin ialah orang yang memiliki
pekerjaan atau mampu bekerja tetapi penghasilannya hanya mampu
memenuhi lebih dari sebagian hajat kebutuhannya. (QS. 18:79)
c. Panitia Zakat (Al-„Amil
Panitia zakat adalah orang yang bekerja memungut zakat. Panitia
ini di syaratkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum
zakat. Yang boleh di kategorikan sebagai panitia zakat ialah orang yang di
tugasi mengambil zakat sepersepuluh (Al-„asyr ; penulis (al-Katib);
pembagi zakat untuk para mustahiqqnya; penjaga harta yang di
kumpulkan; Al-hasyir; yaitu orang yang di tugasi untuk mengumpulkan
pemilik harta kekayaan / orang-orang yang di wajibkan mengeluarkan
zakat; al-„arif (orang yang di tugasi menaksir orang yang telah memilik
kewajiban untuk zakat); penghitung binatang ternak; tukang takar, tukang
tumbang dan pengemabala; dan setiap orang yang menjadi panitia selain
ahli hukum (islam) atau al-qadhi, dan penguasa, karena mereka tidak boleh
mengambil dari Bayit Almal. Upah menakar dan menimbang dilaksanakan
11
pada saat harta itu hendak di keluarkan zakatnya. Adapun ongkos
pembagiannya kepada penerima zakat di bebankan kepada panitia atau al-
„amil. Bagian yang di berikan kepada para panitia di kategorikan sebagai
upah atas kerja yang dilakukannya. Panitia masih tetap di beri bagian
zakat, meskipun dia orang kaya. Karena jika hal itu di kategorikan sebagai
zakat atau sedekah dia tidak boleh mendapatkannya.
d. Mu‟allaf
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang
lemah niatnya untuk masuk islam. Mereka di beri bagian dari zakat agar
niat mereka memasuki islam menjadi kuat. Mereka terdiri dari atas dua
macam: kafir dan muslim.
Kelompok kafir terdiri atas dua bagian. Yaitu orang-orang yang di
harapkan kebaikannya bisa muncul, dan orang-orang yang di takuti
kejelekannya. Disebutkan bahwa Nabi SAW pernah memberikan sesuatu
kepada orang kafir, untuk menundukan hatinya agar mereka mau masuk
islam. Di dalam kitab sahih muslim, di sebutkan bahwa Nabi SAW pernah
memberi „Alqomah bin „Allatsah harta benda yang di peroleh dari
rampasan perang hunayin.4
Adapun mu‟allaf yang sudah muslim boleh di beri bagian zakat, karena
kita perlu menarik perhatiian mereka, dengan alasan- alasan berikut;
Mereka adalah orang-orang yang lemah niatnya untuk memeluk
islam.
Kepala suku yang muslim yang di hormati oleh kaumnya.
Orang-orang muslim yang bertempat tinggal di wilayah kaum
muslim yang berbatasan dengan orang-orang kafir untuk menjaga
agar orang-orang kafir tidak memerangi kita.
Orang yang memungut zakat dari suatu kaum yang tidak
memungkinkan pengiriman pengambil zakat itu sampai kepada
mereka, meskipun pada dasarnya mereka tidak enggan
mengeluarkan zakat.
4 Nayl al-awthar. IV, hlm 166
12
e. Para Budak
Para budak yang di maksud disini, para budak yang di maksud di
sini, menurut jumhur uama, ialah para budaak muslim yang telah membuat
perjanjian dengan tuannya (al-mukatabun)5. Oleh karena itu sangat di
anjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak itu agar dapat
memerdekakan diri mereka. Syarat pembayaran zakat budak yang di
janjikan untuk di merdekakan adalah budak itu harus muslim dan
memerlukan bantuan seperti itu
f. Orang yang memiliki hutang
Mereka adalah orang-orang yang memiliki hutang, baik hutang itu
untuk dirinya sendiri maupun bukan. Jika hutang itu di lakukannya untuk
kepentingannya sendiri, dia tidak berhak mendapatkan bagian dari zakar
kecuali dia adalah seorang yang di anggap fakir. Tetapi, jika utang itu
untuk kepentingannya orang banyak yang berada di bawah tanggung
jawabnya, untuk menebus denda pembunuhan atau menghilangkan barang
orang lain, dia boleh di beri bagian zakat, meskipun sebenarnya dia itu
kaya.
g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang
berperang di jalan Allah yang tidak di gaji oleh markas komando mereka
karena yang mereka lakukan hanyalah berperang.
Abu hanifah berpedapat bahwa orang-orang yang berperang di jalan Allah
tidak perlu di beri bagian zakat, kecuali jika mereka ialah orang-orang
fakir.
h. Orang yang sedang dalam perjalanan
Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang
yang berpergian atau musafir untuk melaksanakan suatu hal yang baik
tidak termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan
tujuannya jika tidak di bantu. Sesuatu yang termasuk perbuatan baik ini
5 Al-mukatab ialah budak yang di Janjikan oleh tuannya yang di merdekakan bila dia telah membayar sejumlah uang.agar mereka dapat merdeka.
13
antara lain, ibadah haji, berperang di jalan Allah, dan ziarah yang di
anjurkan.
F. Hikmah Zakat
Kesenjangan penghasilan rezeki dan mata pencaharian di kalangan manusia
merupakan kenyataan yang tidak bisa di pungkiri. Kefarduan zakat merupakan
jalan yang paling utama untuk menyelesaikan kesenjangan tersebut. Juga, ia bisa
merealisasikan sifat gotong royong dan tanggung jawab sosial di kalangan
masyarakat islam. Adapun hikmah zakat itu sebagai berikut:
1. Zakat dapat membiasakan muzakki (pemberi zakat) untuk bersifat
dermawan, dan melepaskan dirinya dari sifat-sifat bakhil, apalagi jika ia
mampu merasakan manfaatnya, serta menyadari bahwa zakat mampu
mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Zakat dapat memperkuat jalinan ukhuwah dan mahabbah antara diri
muzakki dan orang lain. Jika kepopuleran zakat dapat tergambarkan,
hingga setiap muslim sadar diri untuk menunaikannya, maka tergambarkan
pula nuansa kasih sayang, kuatnya persatuan, dan teguhnya persaudaraan.
3. Zakat mampu memperkecil jarak kesenjangan sosial, menghilangkan
kecemburuan sosial dan meredam tingkat kejahatan.
4. Zakat mampu mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya memperkecil
angka pengangguran dan membangkitkan geliat perekonomian.
5. Zakat adalah sarana yang paling manjur dalam mensucikan hati dari sifat-
sfat dengki, hasud dan dendam, dimana ketiga sifat ini adalah penyakit
utama masyarakat yang paling mematikan. Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. (QS. At-Taubah: 103)
6. Zakat menghilangkan sifat cinta dunia, yang merupakan sumber segala
kesalahan
7. Zakat adalah pelebur dosa dan penyembuh berbagai macam penyakit.
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kewajiban zakat adalah keajaiban Islam. Uraian-uraian di atas
adalah diantara bukti-bukti akan hal itu. Tidak ada satu pun syariat Islam
yang tidak memberikan kesejahteraan kepada umat, tidak terkecuali zakat,
disamping ia sebagai modal dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah
SWT, dan mendapatkan ridhoNya, yang selanjutnya mendapatkan
rahmatNya di Surga.
Dari defenisi, sejarah, hukum dan hikmah dan fungsinya, jelas
zakat meyakinkan sebuah janji, akan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan,
terpupuknya rasa persatuan, dan wujudnya kesejahteraan dan
keberuntungan di dunia dan akhirat. Sungguh Allah maha kuasa, maha
sempurna dan maha mengetahui atas keadaan hambaNya. Alangkah
meruginya mereka yang tidak mau menyadari dan tidak mau melihat
keajaiban zakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abiadati, Hamumudah, Islam Suatu Kepastian, Jakarta; Media Dakwah 1983.
Ashshiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang; PT.
Pustaka Rizki Pers, 1987.
Hasan, M Ali, Masail Fiqhiyah Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan,
Jakarta; Rajawali Pers, 1997.
Al-Zuhayly, Wahab, Zakat: Kajian Berbagai Madzhab. Bandung; Jalaludin
Rakhmat, 1995.