Teori Harta (fiqh muamalah)

21
PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha adalah dunia harta. Dunia usaha berputar dari masa klasik hingga masa modern sekarng ini adalah untuk kepentingan mencari keuntungan, baik dengan bekerja (upahan) atau melalui investasi modal. Semua itu tentu saja terjadi melalui saha pengelola modal dan kerja keras dalam mengembngkannya disebagian besar kesempatan. Arti ussaha mengoprasikan harta disini adalah mencari keuntungan dan mengupayakan penambahan terhadap modal yang diinvestasikan. Oleh sebab itu, seorang usahawan Muslim harus mengenal bingkai ilmu fikih yang berkaitain dengan harta, usaha dan keuntungan melalui warisan ilmu-ilmu Islam sebagai panduan mempelajari hukum-hukum syariah yang berkaitan dengan pengembangan usaha secara umum. Harta bukanlah segalanya karena harta tidak bisa membeli kebahagiaan dan keimanan. Dalam konteks ekonomi Islam harta yang kita miliki sebenarnya bukanlah miliki kita tetapi milik Allah swt. Dan Allah hanya sekedar menitipkan. Dan harta yang Allah titipkan kepada kita itu di dalamnya terdapat hak-hak fakir, miskin, yatim, dll. Yang harus kita pedulikan. Sehingga di dalam ekonomi Islam harta itu mempunyai peran yang sangat besar baik peran dalam hal individu, sosial, maupun dengan lingkungan sekitar. Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan didunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan kedalam slah satu al-dhaririyyat al- khamsah (lima keperlua pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi manusia, harta juga merupakan salah satu perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat. Ada berbagai macam pendapat mengenai harta didalam Islam. Seperti Hanafiyah dan Jumhur ulama. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian harta? 2. Bagaimana pendapat Hanafiyah dan Jumhur Ulama mengenai harta? 3. Apa saja hak manusia mengenai harta dan manfaat dari harta? 4. Bagaimana pembagian harta?

Transcript of Teori Harta (fiqh muamalah)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dunia usaha adalah dunia harta. Dunia usaha berputar darimasa klasik hingga masa modern sekarng ini adalah untukkepentingan mencari keuntungan, baik dengan bekerja (upahan) ataumelalui investasi modal. Semua itu tentu saja terjadi melaluisaha pengelola modal dan kerja keras dalam mengembngkannyadisebagian besar kesempatan. Arti ussaha mengoprasikan hartadisini adalah mencari keuntungan dan mengupayakan penambahanterhadap modal yang diinvestasikan. Oleh sebab itu, seorangusahawan Muslim harus mengenal bingkai ilmu fikih yang berkaitaindengan harta, usaha dan keuntungan melalui warisan ilmu-ilmuIslam sebagai panduan mempelajari hukum-hukum syariah yangberkaitan dengan pengembangan usaha secara umum.

Harta bukanlah segalanya karena harta tidak bisa membelikebahagiaan dan keimanan. Dalam konteks ekonomi Islam harta yangkita miliki sebenarnya bukanlah miliki kita tetapi milik Allahswt. Dan Allah hanya sekedar menitipkan. Dan harta yang Allahtitipkan kepada kita itu di dalamnya terdapat hak-hak fakir,miskin, yatim, dll. Yang harus kita pedulikan. Sehingga di dalamekonomi Islam harta itu mempunyai peran yang sangat besar baikperan dalam hal individu, sosial, maupun dengan lingkungansekitar. Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalammenjalani kehidupan didunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqhpersoalan harta dimasukkan kedalam slah satu al-dhaririyyat al-khamsah (lima keperlua pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa,akal, keturunan dan harta.

Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagimanusia, harta juga merupakan salah satu perhiasan kehidupandunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan,dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat. Adaberbagai macam pendapat mengenai harta didalam Islam. SepertiHanafiyah dan Jumhur ulama.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian harta?2. Bagaimana pendapat Hanafiyah dan Jumhur Ulama mengenai

harta?3. Apa saja hak manusia mengenai harta dan manfaat dari harta?4. Bagaimana pembagian harta?

5. Bagaimana fungsi dan kedudukan harta?6. Apa saja macam-macam harta ?7. Bagaimana unsur-unsur maliah dalam harta ?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian harta2. Untuk mengetahui pendapat Hanafiyah dan Jumhur Ulama

mengenai harta3. Untuk mengetahui hak manusia mengenai harta dan manfaat dari

harta4. Untuk mengetahui pembagian harta5. Untuk mengetahui fungsi dan kedudukan harta6. Untuk mengetahui macam-macam harta7. Untuk mengetahui unsur-unsur amaliah harta

Teori Harta dalam Fikih MuamalatIslam

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah PengantarFikih Muamalat

Dosen pengampu: Mukhlis Rahmant, Lc., M.A

Disusun o leh: Bunga Thuba Sembilan (20140730234)

Irza Azhar (20140730235)

Isyatir Raziah (20140730236)

Nurrachmad Setiawan (20140730237)

Fawzi Amir asy-Sya’bi (20140730239)

Dhea Ratih Kusumaningtyas (20140730240)

Hasya Harizunnisa’ (20140730242)

Risnawati Ramli (20140730243)

Fikri Widiastuti (20140730244)

Haflawati Nuraisyah (20140730245)

Fakultas Agama Islam

Program Studi Ekonomi dan PerbankanIslam 2014

I. Definisi Harta

Menurut Wahbah Zuhaili, secara linguistik, al-mal adalah

sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan dan

bisa dimiliki oleh manusia dengan sebuah upaya (fi’il) baik sesuatu

itu berupa dzat (materi) seperti ; komputer, kamera digital,

hewan ternak, tumbuhan dll.

Berdasarkan definisi diatas, sesuatu itu akan dikatakan

sebagai al-mal, jika memenuhi dua kriteria ;

Sesuatu itu harus bisa memenuhi kebutuhan manusia, hingga

pada akhirnya bisa mendatangkan kepuasan dan ketenangan atas

terpenuhinya kebutuhan tersebut , baik bersifat materi

maupun immateri.

Sesuatu itu harus berada dalam genggaman kepemilikan

manusia. Konsekuensinya, jika tidak bisa atau belum

dimiliki, maka tidak bisa dikatakan sebagai harta ( al-

mal ). Misalnya burung yang terbang diangkasa, ikan yang

berada dilautan dsb.

Dilihat dari kacamata istilah fiqih, ulama berbeda pendapat

tentang definisi al-mal, perbedaan itu muncul dari makna atau

substansi yang dihadirkan dalam definisi. Perbedaan pandangan

tersebut dapat dikategorikan dalam dua pendapat ;

A. Hanafiyah

Menurut Hanafiyah bahwa al-mal adalah sesuatu yang diminati

manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala

sesuatu yang dimiliki, disimpan , dan dimanfaatkan. Pendapat

ini mensyaratkan tiga unsur yang harus terdapat dalam al-

mal :

Dimungkinkan untuk dimiliki dan disimpan, dengan

demikian al-mal harus bersifat tangaible. Sesuatu yang

bersifat intankible seperti : ilmu, kesehatan, dll

yang tidak bisa dikategorikan sebagai al-mal. Sesuatu

itu harus bisa dikuasai dan disimpan seperti, cahaya

matahari dan rembulan tidak bisa dikatakan sebagai al-

mal.

Secara lumrah ( wajar ) dimungkinkan diambil untuk

manfaatnya. Jika secara asal, sesuatu itu tidak bisa

dimanfaatkan, seperti daging bangkai. Dalam kondisi

darutat, boleh saja kita mengkonsumsi barang tersebut,

dan mungkin bisa mendatangkan manfaat, namun

demikian , hal tersebut tidak bisa secara langsung

mengubah barang tersebut menjadi al-mal karena hal ini

merupakan bentuk pengecualian ( istisna’ ).

Selain itu, kemanfaatan yang ada pada sesuatu itu

haruslah merupakan manfaat yang secara umum dapat

diterima masyarakat, sebutir nasi, setetes air tidak

bisa dikategorikan sebagai al-malatau sebutir nasi atau

setetes air tidak dianggap bisa mendatangkan manfaat,

berbeda jika jumlah kualitasnya besar.

Sifat maaliyah ( sesuatu yang dianggap sebagai harta ) akan

tetap melekat pada sesuatu, sepanjang sesuatu itu masih

dimanfaatkan atau diberdayakan oleh masyarakat atau sebagian dari

mereka. Khamr ( arak, miras ) anjing, babi mungkin masih bisa

dikatakan sebagai al-mal, karena komoditas tersebut biasanya

dimanfaatkan oleh non-muslim.

Bagi kaum borjuis, pakaian bebas mungkin sudah tidak memiliki

arti dan manfaat bagi kehidupannya. Dengan demikian, dalam

konteks ini, pakaian bekas tersebut masih bisa dikatakan sebagai

al-mal berbeda jika pakaian bekas tersebut, sudah ditinggalkan

oleh seluruh masyarakat, tidak terdapat sedikitpun yang mau atau

bisa memanfaatkannya.

Ibnu Abidin mengatakan, al-mal adalah segala sesuatu

dipreferensikan (digandrungi) oleh tabiat manusia, dan

dimungkinkan untuk disimpan hingga saat dibutuhkan, baik dapat

dipindah (manqul) ataupun tidak (ghair Manqul).

Menurut Wahbah Zulaihi (1989,IV,hal.41), definisi ini bukanlah

pengertian yang komprehensif, sayur-sayuran dan buah-buahan bisa

dikatakan al-mal, walaupun tidak bisa disimpan, karena cepat rusak.

Begitu juga dengan hewan buruan, kayu di hutan belantara tetap

bisa dikatakan sebagai al-mal, walaupun belum dimiliki atau

disimpan. Obat-obatan juga bisa dimasukkan dalam kategori harta,

walaupun tabiat manusia menolak untuk mengonsumsinya.

B. Jumhur Ulama

Menurut jumhur ulama, al-mal adalah segala sesuatu yang

memiliki nilai, dimana bagi orang yang merusaknya, berkewajiban

untuk menanggung atau menggantinya. Imam syafi’i mengatakan , al-

mal mengkhususkan pada suatu yang bernilai dan bisa

diperjualbelikan dan memiliki konsekuensi bagi yang merusaknya.

Menanggapi persoalan definisi harta, Mustafa Ahmad Zarqa

menegaskan, memang terdapat perbedaan mendasar antara pandangan

orang syari’ah dengan qanun ( hukum ). Menurut beliau, sesuatu

itu dikatakan harta ( al-mal ) jika memenuhi dua syarat yaitu :

Sesuatu itu harus berwujud materi dan bisa diraba

Biasanya manusia akan berusaha untuk meraihnya dan

menjaganya agar tidak diambil atau dimiliki orang lain

II. Hak dan Manfaat

Yang dimaksud dengan manfaat adalah faedah atau fungsi yang

terdapat dalam suatu dzat ( benda ), seperti menempati rumah,

mengendarai mobil atau memakai pakaian, sedangkan hak adalah

sesuatu yang telah ditetapkan oleh syara’ terhadap seseorang

untuk diberi kekhususan atas suatu kekuasaan atau suatu beban

hukum tertentu.

Manfaat dan hak yang terkait dengan harta, ataupun yang tidak

terkait dengan harta, menurut pandangan Hanafiyah tidak termasuk

dalam kategori harta. Karena tidak dimungkinkan untuk memiliki

dan menyimpan dzatnya ( ‘ain ). Selain itu, manfaat dan hak

bersifat maknawi ( intangible ), tidak permanen dan akan

berkurang secara bertahap. Menurut Jumhur Ulama, hak dan manfaat

tetap merupakan harta karena bisa dimungkinkan untuk memiliki dan

menjaganya, yaitu dengan menjaga asal dan sumbernya dengan alasan

karena ada hak dan manfaatlah seseorang bermaksud untuk memiliki

suatu benda ( dzat ). Dan karenanya,orang suka dan berlomba untuk

mendapatkannya.

Berdasarkan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa substansi

seseorang memiliki benda ( dzat ) adalah karena adanya unsur

manfaat , jika manfaat itu telah tiada maka ia akan cenderung

untuk meninggalkannya.

Adanya perbedaan pandangan ini, akan mempunyai implikasi

hukum tertentu, khususnya dalam hal ghasab ( menggunakan orang

lain tanpa izin ), ijarah ( sewa menyewa ) ataupun hukum waris.

Menurut Hanafiyah, orang yang meng-ghasab barang orang lain dalam

kurun waktu tertentu, kemudian barang tersebut dikembalikan

kepada pemiliknya, maka orang yang meng-ghasab tersebut, tidak

berkewajiban untuk mengganti nilai manfaat yang telah dipakai.

Dengan catatan, barang tersebut masih utuh dan bukan milik anak

yatim, barang waqf atau barang yang secara khusus dimaksudkan

untuk dikomersilkan. Berbeda dengan jumhur ulama, si peng-ghasab

berkewajiban untuk mengganti nilai manfaat selama ia menggunakan

barang ghasab tersebut.

Menurut hanafiyah, akad ijarah dengan sendirinya akan selesai

( berhenti ) dengan meninggalnya pemilik barang yang disewakan,

karena manfaat bukan harta, sehingga dapat diwariskan. Mayoritas

ulama fiqih mengatakan, akad ijarah tetap berlangsung, walaupun

pemiliknya tinggal meninggal dunia sampai waktu yang telah

disepakati dalam akad.

III. Bagian-bagian harta

Harta dalam pengertian yang umum menurut fiqh islam terbagi

kepada banyak bagian,karena di tinjau dari beberapa segi ,yang

masing-masing bagian itu mempunyai ciri-ciri sendiri dan hukum-

hukum sendiri. Maka harta itu semuanya dapat kita bagi kepada 10

bagian yang asasi.

1. Mal Mutaqawim dan Ghairu Muutaqawwim

Harta menurut syara’ mula mulanya di bagi menjadii dua bagian:

Mal mutaqawwim dan Mal ghairu mutaqawwim. Mal mutaqawwim bukan

lah berarti harta yang bernilai di dalam anggapan

masyarakat,tetapi maknanya:

رع�ا هش� اع�ب� ف� ت اح�الان�� ب� ن�� م�ا“yang di boehkan kita memanfaatinya”

Umpamanya anak ,tidak dikatakan mal muttaqawwim.juga

binatang yang tidak boleh di makan,binatang yang mati di cekek,di

sembelih tidak menurut cara cara yang di benar kan syara’ tetapi

termasuk mal ghairu mutaqawwim.

semua harta harta yang disebut kan ini,di pandang ghairu

mutaqawwim terhadap para muslim.Karena itu apabila babi kita di

bunuh orang,maka tidak harus di bayar harganya. Menurut syara’

kita tidak dapat mengadu terhadap hakim.Dalam pada itu yang tidak

mutaqawwim dapat di jadikan milik.umpamanya peraan anggur menjadi

arak dapat di jadikan milik walau bukan mal mutaqawwim.Karena

milik itu di tetap kan atas harta,dan maliyah itu dapat di tetap

kan atas mal ghairu mutaqawwim.karena milik itu dii tetap kan

atas harta,namun demikian tak dapat di lakukan akad oleh seorang

muslim terhadap harta yang ghairu mutaqawwim,karena arak harus di

buang,atau di jadikan cuka dan babi harus di lepaskan.

Ringkas nya mal ghairu mutaawwim dengan maliyah sesuatu.Maka

oleh karena nya sesuatu yang mutaqawwim,mubahul intifa; tidak

dapat di pandang harta,lantaran tak ada unsur maliyah padanya

seperti; sekeping roti.dan kadang-kadang yang di maksud dengan

mal mutaqawwim adalah harta yang dapat di ambil dan dan dapat

dii tempatkan pada suatu tempat,seperti ikan di laut

umpamanya,di katakan mal ghairu mutaqawwim;karena tidak mudah di

ambil untuk di masukan ke dalam suatu ranjang.tetapi apabila diia

sudah di jaring,dipukat dan di letqkqnalam suatu tempat,dalam

keranjang,bakul dan sebagai nya, barulah ikan itu di katakan mal

mutaawwim.

Dan kadang-kadang pula mutaqawwim diartikan dengan dziqimah (yang

mempunyai nilai) seperti yang biasa di katakan para fuqaha:

اة ل�لحج� ارة دالاح�� عف وم�ت� ق مات� هاوان�� ات� د� ب+ ف�� ومة ق ست مت علي+ اف�� ال�مب� ان��“Sesungguhnya manfaat-manfaat itu tidak di nilai dengan sendirinya; hanya dia di beri

nilai dengan akad sewa menyewaanya untuk memenuhi keperluan.”

Segala harta pada asalnya adalah mutaqawwim;yakni mubahulintifa’

dan menjadi mahallul aqad,(dapat di lakukan akad terhadap nya)

hal ini adalah berdasarkan suatu kaidah yang di tetap kan ulama

fiqh,yaitu:

احة اءالان�� ب+ لاش�� ب+ الاص�لف�“pokok hukum dalam rupa segala perkara,ialah boleh”

Maka mengingat kaidah ini segalaa harta pada asalnya di

katakaan mutaqawwim,mubahul intifa’ dan menjadi tumpuan

akad.tahrim hanyalah datang di belakang di perlukan ada nash yang

mengharamkan sesuatu maka tetap lah dia dalam fungsi

mubah,mengingat kaidah di atas.adapun asas kaidah ini dalam

firman allah:

“Dan dia telah menciptakan untuk kamu segala apa yang ada di bumi ini”. Maka

sesuatu pengecualian dari nash ini,memerlukan dalil yang

lain.telah di sesbutkan beberapa nash dalam al qur an dan dalam

as sunnah yang mengharamkan beberapa perkaraa,maka karenna nash

nash ini ,haram lah dia.dalam beberapa ayat kita temukan hal hal

yang di kecualikan dari ayat yang umum di atas ini.

2. Mal Mitsli dan Qimy

Apabila dari segi yang pertama harta di bagi kepada

mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim,mak dari segi yang kedua harta

di bagi kepada dua bagian yang asasi pula,yaitu mal mitsli dan

mal qimy. Mal mitsly ialah:

ة دب�� عب ت+ ف�رف� دوت�� عض� ام�ت� هام�ف عض� وم�ت� ق ت+ ان�� مكب� ت+ ث� اح�اده�حب+ لب� مان�� م�ان�Benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan kesatuan nya

dalam arti dalam berdiri sebagainya di tempat sebagian yang

lain,tanp ada perbedaan yang perlu di perhatikan (di nilai )

Mal qimy ialah

�رق لاف� ب� عض� ام�ت� همف عض� وم�ت� ق لات�+ �راده�ف� اف� ب TUن او ف� م�ات�Benda-benda yang kurang dalam kesatuan kesatuannya,karenanya

tidak dapat berdiri sebagian di tempat sbagiannya yang lain tanpa

ada perbedaan.

Atau dengan perkataan yang lain kita katakan:

مة ت+ ال�ف ب+ هف� عدت�� ال�مت Yاون ف� دل�كت�معال�ت وح�� +Yاوي ال�سوق� ب+ لف� دل�همب� وح�� مالاي�+ مت+ ت+ وال�ف اوي� ف� ت دون�� ب� ال�سوف� ب+ لف� دل�همب� وح�� ماي�+ لت+ ال�مب�

“Harta mitsi,ialah harta yang sejenis nya mudah di dapat di pasar secara

pesis.dan qimy,harta yang sulit di dapat di pasar,bisa di dapati tapi jenis nya lain (tidak

persis) kecuali dalam nilai harganya.”

3. Mal isithlaki dan isti’mali

Harta, dari segi yang lain pula di bagi 2 yaitu mal

istihlaki dan mal istimali, mal istihlaki ialah:

هلاك�ة اش�ب الان�� ف حق Tت ادلان�+ ال�معب حسب� ضهت� cضائ� خ� هت� اع�ب� ف� ت الان�� كون�� م�ان�+“Sesuatu yang tak dapat di ambil manfaat dan kegunaannya secara biasa,melainkan

dengan menghabiskannya”

Yang di maksud dengan istikhlaki ialah benda yang dengan

sekali kita memakai nya habis lah dia.seperti minum makanan kayu

api dan sebagainya .

Sedangkan istihlaki huquqi ialah seperti mata uang atau uang

kertas ,keluarnya mata uang dari tangan untuk membayar hutang

umpamanya istihak,dari segi hukum,walau bendanya masih utuh.Mal

isti’mali ialah

ة ن� اءع�ي+ ف عمال�همرارام�عت� اش�ت اع�ب� ف� ت الان�� ف حق Tت م�ان�+“Sesuatu di manfaatkan dengan memakainya berulang ulang kali dalam materinya

tetap terpelihara.”

4. Mal mangul dan mangul ghairu nnangul

Harta,dari segi yang ke empat,di bagi kepada mangul ghairu

mangul,mangul ialah:

ر ال�باخ�� لهمت�مكان�� حون�+ لهوت� ف ت� مكث� ك�لمان�+

“Segala harta yang boleh di angkut (di pindahkan) dan di bawanya dari suatu tempat

ketempat lain’’.

Hal ini melengkapi nuqud (emas perak) segala mata

benda ,binatangan lain,baik qimyah,maupun mitsiliyah.Ghairu nangul

ialah:

ر ال�باخ�� لهمت�مكان�� حون�+ لهوت� ف ت� مكث� م�الان�+

‘’Sesuatu yang tidak bisa di pindahkan dan di bawakan dari suatu tempat ke tempat

lain.’’

Iqar menurut fuqaha, hanyalah bumi atau kebun,baik kosong

ataupun ada rumah di atas nya.rumah di atasnya.rumah dan

pepohonan dalam pandangan ulama hanafiyah di pandang mangul,

karena tidak berlaku padanya hak syuf ah apabila yang di jual

hanya rumah atau pepohonan kebun saja.Begitu pula tidak sah di

wakaf kan rumah saja,atau pepohonan saja di daerah yang penduduk

nya mewakafkan rumah atau pepohonan saja,lantaran wakaf.

Maka jikalau orang menjual rumah atau tanah yang terdapat

pepohonan bersama-sama tanah,jelas nya,rumah dan pepohonan dalam

pandangan fiqh hanafiah mempunyai dua tanggapan:

Di pandang sebagai mal manqul

Di hubungkan dengan kebun (mal ghairu mangul) atas dasar

tab’iyah.

5. A’in dan Dain

Masalah ‘ain dan dain,meliputi tiga pembahasan:

a. Posisi hutang dari bagian bagian harta dan definisi dain

b. Natijah-natijah yang hasil dari membedakan ain dan dain

c. Nadhariyah dzimnah dan keistimewaan-keistimewaan nya.

Mal dalam pandangan ulama hanafiyah tidak dapat di bagi kepada

ain dan dain. Karena mal menurut mereka,hanyalah yang merupakan

ain. Segala hutang yang masih ada dalam tangan yang berhutang,di

katakan hak yang mempunyai hutang dan di katakan iltizam bagi

yang berhutang.

6. Mal’aini dan Mal naf’i (manfaat)

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan apakah manfaat

pada asalnya tidak termasuk dalam bagian harta. Dain di katakan

milik,bukan di katakan mal, jalan pikiran mereka iyalah,manfaat

itu bukan maddah,bukan zat,bukan benda dia hanyalah a’radl yang

terjadi atau tumbuh berangsur-angsur menurut perkembangan masa,

karena manfaat tidak di pandang kekayaan lantaran tidak mungkin

di simpan ,tidak bisa dimasukan ke dalam perbendaharaan ,karena

dia tidak berentak benda.

Berdasarkan kepada peengertian ini fuqahah menettapkan suatu

kaidah

ة ل�لجاح� ارة دالاح�� عف رع�ت� ال�ش� مهام�ب� ون�+ ق ماوردت� سهاوان�� ف� ت� ي+ ق�� مة ت+ ف ات� د� سب علي+ اف�� ال�مب� ان��“Sesungguhnya segala manfaat bukanlah benda yang berharga sendiri. Hanya berasal

penghargaan nya dai syarak nya dengan jalan sewa menyewa untuk memenuhi

kebutuhan”.

7. Mal mamluk,mubah dan mahjur

harga dari segi masuknya ke dalam milik dengan tidaknya di bagi

kepada tiga bagian: Mam mamluk, Mam musbah, dan Mam musbah. Mam

mamluk ialah:

س�سة cاوم�ؤ كدولة +Uن ار ب� ضاع�ي خ� ش�� ة �رداوم�لكن+ ف� ة ت ملكن+ س�ؤاءاك�ان�� ة ال�ملكن+ حت Tلت دح�� م�ان�+“Sesuatu yang masuk ke bawah milik,baik milik perorangan ataau pun milik badan

hukum seperti pemerintah atau yayasan”.

8. Harta yang dapat di bagi dan yang tidak di bagi

Harta dari segi dapat tidaknya di bagi (mal qabilul lil

qismah)yang ke dua,yang tak dapat di bagi (mal ghabilul lil

qismah,harta yang dapat di bagi itu terus berlaku sesudah di bagi

itu terus berlaku sesudah di bagi masing-masing bagian itu dan

semua bagiannya menyamai harta pokoknya,beras,tepung dan

seumpamanya dapat di bagi karena manfaatnya tetap di peroleh

bagian bagian nya demikian pula masing masing berharga dan

kumpulannya nanti menyamai harga pokok.

9. Pokok dan buah (hasil)

Harta,di bagi poko dan hasil. Yang di katakan asal iyalah:

ر همالاخ�� اءع�ب� ش� ي� ب+ ان�� مكب� م�ان�+“harta yang mungkin terjadi dari pada nya harta yang lain.”

Yang di katakan tsamarah ialah:

ر اءع�ت�مالاخ�� ش� م�ان��“harta yang terjadi dari harta lain.”

Yaitu segala penghasilan yang di peroleh dari tanah (kebun)

seperti buah buahan,bulu domba yang di peroleh dari domba,susu

dan sebagainya.ini semua di katakan tsamarat (hasil).

10. Harta harta khask (khusus) dan harta harta (umum)

Dari segi yang lain,yaitu harta-harta itu dapat kita bagi

kepada harta-harta khash dan harta-harta. Harta-harta yang di

katakan khash iyalah:”harta pribadi,tidak ada bagian milik orang

lain,tidak boleh di ambil manfaatnya tanpa di setujui

pemiliknya,tabiat benda,ada yang dapat di ihraz (dikuasai) oleh

seseoranng,ada yang sebalik nya seperti udara air laut sama kali

tidak dapat di jadikan barang milik.

IV. Kedudukan dan Fungsi Harta

Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalammenjalani kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqhpersoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas : agama, jiwa,akal, keturunan, dan harta.

Selain, merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagimanusia, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagaicobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untukmenghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.

Tentang harta sebagai perhiasa kehidupan dunia, Allahberfirman : Surat Al-Kahfi : 46

ا ب+ �Yن اة ال�د� ت+ ح ة � ال� ن� ن�+ ون� ر� ن�� ث� مال� وال� ال�“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia..”.

Tentang harta sebagai cobaan, Allah berfirman : Surat At-Taghabun: 15

م ي+ ظ� ر ع� خ�� cدة� ا ب� ة� ع� وال ة ن� ي م ق�� ك�� ولاد� cم وا ك� ؤال�� م� cما ا ن�� ا�“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di

sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Harta sebagai sarana untuk memenuhi kesenangan, Allahberfirman: Surat Al-Imran:14

ك� ل� حرث�� د� عام وال� ت�� cوالا مة سو م� ل� ال� ت+ ح� ة � وال� ض� ف� ب� وال� ه� ن� ال�د� رة م� ط ن� ف م� ر ال� ي+ اط� ب� ف ي�ن� وال� ب� ث¨ شاء وال� ن� ال�ي� م� هواث ب�� ال�س� اس ح�� لب� ن� ل� +Yي ر��اث� cمب سن�� ال� دة� ح�� ب� ا وال�لة� ع� ب+ �Yن اة ال�د� ت+ ح اع� ال� ب م�

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yangdiingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,kuda pilihan, binatang-binatang ternak”[186] dan sawah ladang. Itulah kesenanganhidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

[186] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yangTermasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Harta sebagai sarana untuk menghimpun bekal menuju kehidupanakhirat, Allah berfirman : Surat Al-Baqarah : 262

ون� ي��� حر� م ت�+ هم� ولا ه�� لب+ وف� ع� هم ولا خ�� �Yت د ر ب� م� ع� ه�� ر� خ�� cم ا ه� ى ل� د� cا ولا ا ب� وا� م� � ق ق� ت�� cاا ون� م� ع� ت� Tث م لا ي�+ ل ال�لة� ث��� ب+ ث¨ ي+ س� م� ف� ه� ؤال� م� cون� ا � ق ق� ت� ن� ن�+ +Uي د� ال�“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka

tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebutpemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), merekamemperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap merekadan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Adapun fungsi harta dapat dijelaskan sebagai berikut :

Fungsi harta sangat banyak, baik kegunaan dalam hal yangbaik, maupun kegunaan dalam hal yang jelek. Di antara sekianbanyak fungsi harta sebagai berikut :

1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas(mahdhah), sebab untuk beribadah diperlukan alat-alat,seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan salat,bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, sedekah, danhibah.

2. Untuk meningkatkan (ketaqwaan) kepada Allah, sebabkekafiran, sehingga pemilikan harta dimaksudkan untukmeningkatkan ketaqwaan kepada Allah.

3. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode keperiodeberikutnya, sebagai firman Allah : Surat An-Nisa : 9

دا +Yن د ؤلا س� وا ق ول�� � ق ت+ وا ال�لة ول� � ق ت لث+ هم� ق�� لب+ ؤا ع� اق�� ا ح�� عاق�� ة ض�� ب�+ ر هم د�� لف� ن� ح�� وا م� رك�� وت� ن� ل� +Uي د� ش� ال� ح� ي+ ول�“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah danhendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”

4. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan duniadan akhirat.

ر ة لاع� الى الا خ�� ا ن�� ب+ ان� ل�دل ن�� عا ق�� مت+ ا ج�� ب� ث� ضب� ي ئ�+ اة ح�ث� ب+ رة ل�د ن�� ة و الاخ�� رب� ا لاخ�� ب+ ر ك�م م�ن� ت� رك�� ال�دن�� ي+ خ� ش ت�� ل�ي+ا رى ( ج� ) روة ال�ت�

“Bukanlah orang baik yang meninggalkan masalah dunia untuk masalahakhirat, dan yang meninggalkan masalah akhirat untuk urusan dunia, sehinggaseimbang diatara keduanya, karena masalah dunia adalah menyampaikanmanusia kepada masalah akhirat”.

5. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karenamenuntut ilmu tanpa biaya akan terasa sulit, misalnya,seseorang tidak dapat kuliah diperguruan tinggi, jika iatidak memiliki biaya.

6. Untuk memutar (men-tasaruf) peran-peran kehidupan, yakniadanya pembantu dan tuan, adanya orang kaya dan miskin yangsaling membutuhkan, sehingga tersusunlah masyarakat yangharmonis dan berkecukupan.

7. Untuk menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dankeperluan, misalnya, Bandung merupakan daerah penghasilkain, Cianjur merupakan daerah penghasil beras; maka orangCianjur yang membutuhkan kain akan membeli produk orangBandung, dan orang Bandung yang membutuhkan beras akanmembeli produk orang Cianjur. Dengan cara begitu akanterjadilah interaksi dan komunikasi silaturahmi dalam rangkasaling mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, perputaranharta dianjurkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya : SuratAl-Hasyr : 7.

Secara garis besar, menurut menurut Mustafa Ahmad Zarqa’ yangdikutip oleh Nasrun Haroen bahwa dalam pemilikan dan penggunaanharta, dismping untuk kemaslahatan pribadi pemilik harta, jugaharus dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan untuk orang lain.

Inilah diantarannya fungsi sosial dari harta itu, karena suatuharta sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia. Disamping itu, penggunaan harta dalam ajaranislam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allahdandimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepadaAllah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadipemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalamrangka membantu sesama manusia.

Dalam kaitan inilah Rosulullah SAW. Menyatakan :

وة الي�ر� م�د� ى ( ك�اة ) رر� ا س�ؤى ال�ر� ي ال�مال ح�ف ان� ف�“Bahwa pada setiap harta seseorang itu adalah (orang lain) selain zakat”. (HR.Al-tirmidzi).

Hak-hak orang lain yang terdapat didalam harta seseoranginilah yang disebut dengan hak masyarakat yang berfungsisosial untuk kesejahteraan sesama manusia.

V. Macam – macam Harta

Harta terbagi menjadi berbagai macam tegantung dengan orientasipembagiannya. Di antara bentuk klasifikasi tersebut diantarnya :

Barang bernilai dan Barang semisal

Barang semisal ialah barang yang memilika padanan yangtersebar dipasar tanpa ada perbedaan yang berarti dalampenggunaannya. Ada yang berbentuk barang takaran, barangtimbangan, barang bilangan, yang masing-masingnya tidak memilikiperbedaan nilai, contohnya seperti berbagai macam biji-bijian,telur dan kain tenunan dan sejenisnya.

Sementara Barang bernilai tinggi ialah barang yang tidak adasemisal baginya dipasaran. Kalaupun ada, nilainya pasti berbedasignifikan, seperti hewan,batu-batu mulia dan sejenisnya.

Konsekuensi pembedaan antara yang bernilai tinggi denganbarang semisal adalah munculnya banyak hukum-hukum, diantaranya:

1) Barang semisal itu harus diganti dengan yang sama dengannyaketika terjadi kecurangan. Lain halnya dengan barangbernilai tinggi, harus dijamin dengan konfensasi nilainya( harganya ).

2) Barang semisal bisa menjadi hutang dalam tanggung jawab dandibayar dengan benda sejenis lainnya, karena ia bisa di

gambarkan bentuknya, sesuai dengan nilai riilnya. Sementarabarang bernilai tinggi tidak bisa ditetapkan kecuali denganbarang itu sendiri.

Harta diam dan Harta Bergerak

Dalam syariah, harta juga terbagi menjadi dua, yaitu hartadiam dan harta bergerak. Harta diam adalah harta yang tidakmungkin dipindahkan seperti tanah dan yang melekat dengan tanah,seperti bangunan permanen. Harta bergerak adalah harta yang dapatdengan cepat dipindahkan dan diahlikan.

Menurut kalangan Hanafiyah yang termasuk harta diam hanyatanah saja. Namun menurut kalangan Malikiyah pengertiannya bisameluas kepada segala yang melekat dengan tanah secara permanen,seperti tanaman dan bangunan. Karen a keduanya tidak mungkindipindahkan kecuali harus dirubah sehingga bangunnannya menjadihancur berkepang-keping, sementara tanamannya berubah menjadikayu bakar.

Berdasarkan klasifikasi ini muncul sejumlah hukum yangdiantaranya :

o Sahnya menjual harta diam sebelum diserahterimakan menurutsebagian ulama, seperti Abu Hanifah dan Abu Yusuf, dan tidaksah menjual harta bergerak sebelum diserahterimakan, namundalam aplikasinya ada sedikit perbedaan pendapat.

o Mendahulukan penyelesaian harta bergerak sebelum harta diamketika seseorang dalam keadaan bangkrut

o Tidak dibolehkannya menjual harta diam orang yang tercekalkarena masih kecil, atau karena idiot, kecuali dalam kondisidarurat, atau karena kemaslahatan yang pasti, atau karenakebutuhan mendesak. Sementara menjual harta bergerakdibolehkan untuk alasan kemaslahatan semata.

o Hak-hak tetangga, teman dekat yang terkait dengan seseoranghanya dengan harta diam, bukan harta bergerak.

o Adanya konsensus ulama tentang sahnya wakaf harta diam,namun ada perbedaan pendapat dalam harta bergerak.

o Adanya hak syuf’ah dalam harta diam, namun tidak pada hartabergerak, kecuali kalau diikutkan ke dalam harta diam.

Dari segi kepemilikan, harta terbagi menjadi tiga bagian ;

1. Harta yang tidak boleh dimiliki dan tidak boleh dipindahkankepemilikannya serta menjadi falsilitas umum seperti jalan,

jembatan , dan lapangan dan sejenisnya selama menjadifasilitas umum.

2. Yang tidak mungkin untuk dimiliki atau dipindahkankepemilikannya kecuali bila ada alasan yang disyariatkan ,seperti harta diam yang diwakafkan, tanah yang terikutdengan Baitul Mal dan sejenisnya.

3. Yang boleh dimiliki dan dipindahkan kepemilikannya, yakniselain daripada kedua jenis harta diatas.

Sebab kepemilikan harta ada tiga :

1. Sekedar memegang harta mubah yang belum ada pemiliknya,namun dengan beberapa syarat tertentu.

2. Akad pemindahan kepemilikan, seperti jual beli, hibah dansejenisnya.

3. Warisan.

Hak-hak terhadap harta juga ada tiga :

1. Hak Pribadi, harta seorang muslim tidak boleh disentuh olehorang lain melainkan dengan kerelaan hati pemiliknya. Sikapkriminal mengambil harta ini melalui pencurian misalnya,menyebabkan pelakunya harus dipotong tangannya. Bila tidaksampai dicuri, harus diberikan hubungan pelajaran. Berkaitandengan dibolehkannya memberi hukuman dengan sanksi harta( uang ) masih diperselisihkan dengan sengit di kalanganpara ulama. Namun pendapat yang membolehkannya dianggapsebagai pendapat yang layak diikuti.

2. Hak Allah. Harta pada asalnya memang milik Allah. Manusiaseluruhnya hanya diberi kesempatan memiliknya sementara.Allah berfirman, “Dan berikanlah kepada mereka sebagian dariharta Allah yang dikaruniakanNya kepadamu.” (An-Nur:33). DanAllah juga berfirman, “ Dan nafkankahlah sebagian darihartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya”. (Al-Hadid:7). Konsekuensi dari hak Allah ini ada dua hal yaitu,mengoperasikan harta ini sesuai dengan tuntutan syariat, danmengeluarkan zakat yang wajib. Kaum fakir miskin ikutberserikat memiliki sebagian harta iini dengan hak merekamendapatkan zakat.

3. Hak Bersama. Konsekuensi hak ini adalah didahulukanyalepentingan bersama daripada kepentingan pribadi ketikaterjadi bentrokan, dengan memberikan kompensasi yang adilkepada pemilik harta tersebut sehingga hak-hak pribaditerpenuhinya bagi mereka.

VI. Unsur- unsur Maliah

Dari nash-nash yang sudah dikemukakan oleh para fuqaha dapatkita tanggapi, bahwa maliyah dalam pandangan para fuqaha bersendikepada dua asas dan dua unsur, yaitu: ‘ainiyah dan ‘urf. Yangdimaksud ‘ainiyah, ialah: “harta itu merupakan benda, adawujudnya dalam kenyataan”. Yang dimaksud dengan ‘urf, ialah:“harta itu dipandang harta oleh manusia, baik oleh semua manusia,ataupun sebagian mereka: dapat diberi atau tidak diberi”.

Maka sesuatu yang tidak berlaku demikian, tidaklah dipandangharta walaupun benda, seperti manusia yang merdeka, sepotongroti, secupak tananh dan bangkai. Maka manusia itu walaupunmerupakan suatu benda, suatu tubuh, namun tidak bisa dikatakanharta.

Sesuatu yang dipelihara manusia, dimilikinya, dapat diberiatau tidak dapat diberi, tetapi tidak bersifat benda, sepertimanfaat dari suatu rumah, atau dari suatu benda maka tidak jugadipandang harta: hanya dinamai milik atau hak. Dan sudah terangbahwa suatu yang menurut ‘urf dipandang harta, tentulah mempunyaiqimah dan nilainya, karenanya tidaklah seorang manusia memeliharasesuatu atau melindungnya, kecuali karena ada suatu manfaat, baikmanfaat itu merupakan manfaat maddiyah, ataupun merupakan manfaatma’nawiyah. Dengan kita memperhatikan apa yang sudah diterangkanini, dapatlah kita mngambil suatu kesimpulan dalam mentakrifkanmal, yaitu: “Harta ialah segala benda yang berharga bersifatmateri yang beredar diantara manusia”.

Perkataan ‘ain yang terdapat dalam definisi diatas berartimanfaat dan hak-hak yang mahdlah, yang dipandang, tidak termasukdalam definisi harta. Perkataan qimah maddiyah yang terdapat padadefinisi diatas, berarti benda-benda yang tak bernilai, sepertisebiji beras, atau sebiji padi, tidak termasuk dalam definisiharta.

Demikianlah keadaan sebiji beras dalam keadaan bentuknyayang asli. Tetai sebiji beras umpamanya yang telah memiliki nilaitersendiri atau memiliki nilai seni, umpamanya: sebuah benda yangsangat kecil tetapi mempunyai nilai tersendiri, maka pada waktuitu dapat dipandang harta yang benialai. Contohnya: selembar copyyang ditulis oleh seorang ulama, atau boleh seorang tokohmasyarakat yang kemudian kita jadikannya barang yang berharga.Selembar kertas biasa dengan tulisan biasa, tentu tidak bernilai.

VII. Kesimpulan

Harta adalah sesuatu yang harus bisa memenuhi kebutuhanmanusia dan berada dalam genggaman manusia. Harta dapat memberimanfaat yang disebut fungsi, fungsi tersebut yang mendatangkankemaslahatan pada pribadi pemilik harta serta harus juga dapatmemberikan manfaat dan kemaslahatan untuk orang lain serta dapatmendatangkan suatu hak terhadap kekhususan kekuasaan atau bebanhukum tertentu dari harta tersebut yang membuat manusia suka danberlomba untuk mendapatkannya yang disebut hak pribadi, hakAllah, hak bersama. Adapun klasifikasi harta dibagi menjadi 10bagian, yaitu Mal Mutaqawim dan Ghairu Muutaqawwim, Mal Mitslidan Qimy, Mal isithlaki dan isti’mali, A’in dan Dain, Mal manguldan mangul ghairu nnangul, Mal’aini dan Mal naf’i (manfaat), Malmamluk,mubah dan mahjur, Harta yang dapat di bagi dan yang tidakdi bagi, Pokok dan buah (hasil), Harta harta khask (khusus) danharta harta (umum). Harta merupakan salah satu keperluan hidupyang pokok bagi manusia, harta juga merupakan perhiasan kehidupandunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan,dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.