Post on 26-Feb-2023
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik
Pada bagian ini dijelaskan hasil output pengolahan data yang bertujuan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan
sebelumnya. Pengolahan data menggunakan data panel dengan bantuan aplikasi
STATA versi 12 untuk menganalisis variabel terikat berupa volatilitas harga
saham syariah, dan variabel bebas berupa inflasi, kurs, suku bunga, serta laba
bruto. Sesuai dengan karakteristik data panel yaitu penggabungan antara data
cross-section dan time series, dengan n berupa cross-section yaitu obyek
penelitian yang terdiri dari 17 perusahan aktif yang listing dalam Jakarta Islamic
Index (JII). Sedangkan t berupa time series yaitu periode secara tahunan dimulai
dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Sumber data diperoleh dari laporan publikasi
Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan Badan Pusat Statistika (BPS), annual
report perusahaan yang terkait, dan lain sebagainya.
Berikut ini merupakan analisis statistik dari variabel yang digunakan dalam
model penelitian, analisis statistik dan pengolahan data penelitian yang akan
menjelaskan model dalam regresi data panel, pengujian dan pemilihan model serta
uji asumsi klasik agar menghasilkan penelitian yang bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator) yaitu sebagai berikut :
1. Statistik Variabel Penelitian
Tabel 4.1
Statistik Variabel Penelitian
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Dimana :
ln_vhss = volatilitas harga saham syariah dalam bentuk logaritma natural
infl = inflasi
ln_kurs = kurs dalam bentuk logaritma natural
sb = suku bunga
ln_lb = total laba bruto dalam bentuk logaritma natural
Berdasarkan statistik deskriptif dari variabel yang digunakan dalam
model penelitian sesuai dengan tabel di atas, maka analisis deskriptif dari setiap
variabel antara lain sebagai berikut:
Dari 85 obeservasi dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel
volatilitas harga saham syariah selama periode 2011 hingga 2015 adalah log
8,532 dengan deviasi sebesar 1,301 persen. Perusahaan dengan harga saham
terendah adalah Alam Sutra Realty Tbk. dengan kode ASRI pada tahun 2015
yaitu sebesar log 5,84 atau Rp 343, sedangkan perusahaan dengan harga saham
tertinggi adalah Indo Tambang Raya Tbk. dengan kode ITMG pada tahun 2012
yaitu sebesar log 10,3 atau Rp 41.350.
Nilai rata-rata dari variabel inflasi selama periode 2011 hingga 2015
adalah 5,636 persen dengan standar deviasi sebesar 2,266 persen. Tingkat
inflasi terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 3,35 persen, sedangkan tingkat
inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,38 persen.
Nilai rata-rata variabel kurs selama periode 2011 hingga 2015 adalah
sebesar log 9,326 dengan standar deviasi log 0,160. Nilai kurs terendah terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar log 9,11 atau Rp 9.023 sedangkan nilai kurs
tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar log 9,53 atau Rp 13.726.
Nilai rata-rata variabel suku bunga selama periode 2011 hingga 2015
adalah 6,66 persen dengan standar deviasi sebesar 0,727 persen. Nilai suku
bunga terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 5,8 persen, sedangkan nilai
suku bunga tertinggi terjadi pada tahun 2014 sampai dengan 2015 yaitu sebesar
7,5 persen.
Nilai rata-rata variabel laba bruto selama periode 2011 hingga 2015
adalah sebesar log 8,475 dengan deviasi sebesar log 1,251 persen. Perusahaan
dengan laba bruto terendah adalah Indo Tambang Raya Tbk. dengan kode
ITMG pada tahun 2015 yaitu sebesar log 5,86 atau Rp 350,2 milyar, sedangkan
perusahaan dengan laba bruto tertinggi adalah Astra Internasional Tbk. dengan
kode ASII pada tahun 2014 yaitu sebesar log 10,57 atau Rp 38.809 milyar.
2. Model Regresi Data Panel
Model regresi data panel terbagi menjadi tiga model yiatu pooled least
square atau disebut juga dengan common effect, fixed effect model, dan random
effect model. Berikut ini hasil pengelolaan data dari ketiga model regresi data
panel :
a. Pooled Least Square/ Common Effect
Dalam model ini data diperlakukan sama atau dengan kata lain
mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu maupun waktu. Berikut
hasil estimasi regresi menggunakan pooled least square.
Tabel 4.2
Hasil Regresi Pooled Least Square
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berdasarkan hasil estimasi pooled least square di atas, variabel kurs
dan suku bunga pengaruhnya tidak signifikan terhadap volatilitas harga
saham syariah. Kemudian dapat dilihat nilai F statistik tidak signifikan
ditunjukkan dengan nilai Prob>F lebih besar dari α, hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel bebas tidak signifikan mempengaruhi variabel
terikat. Nilai R-square sebesar 0,1082 artinya model ini hanya dapat
menjelaskan variasi sebesar 10,82 persen terhadap volatilitas harga saham
syariah.
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)
Model ini mengasumsikan bahwa intersep dari setiap individu adalah
berbeda sedangkan slope antar individu adalah tetap.1 Berikut hasil estimasi
regresi menggunakan fixed effect model.
1 Agus Widarjono, Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua ..., 251
Tabel 4.3
Hasil Regresi Fixed Effect Model
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berdasarkan hasil estimasi fixed effect di atas, variabel kurs
pengaruhnya tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.
Kemudian dapat dilihat nilai F statistik signifikan ditunjukkan dengan nilai
Prob>F lebih kecil dari α, hal tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-
sama variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat. Nilai R-
square within sebesar 0,3789 artinya model ini mampu menjelaskan variasi
sebesar 37,89 persen terhadap variabel terikat yaitu volatilitas harga saham
syariah. Hal tersebut menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan
dengan metode pooled least square.
c. Model Efek Random (Random Effect Model)
Dalam random effect model mengasumsikan setiap objek penelitian
memiliki perbedaan intersep, yang mana intersep tersebut adalah variabel
random atau stokastik.2 Berikut hasil estimasi regresi menggunakan random
effect model.
Tabel 4.4
Hasil Regresi Random Effect Model
Sumber : Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berdasarkan hasil estimasi random effect diatas, variabel kurs
pengaruhnya tidak siginifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.
Dalam metode ini nilai probability chi square sebesar 0,0000 artinya secara
bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat. Nilai R-square within sebesar 0,3786 artinya model ini
2 Agus Widarjono, Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua ..., 251
mampu menjelaskan variasi sebesar 37,86 persen terhadap volatilitas, nilai
tersebut lebih rendah dari model fixed effect.
3. Pengujian dan Pemilihan Model
Pengujian dan pemilihan model estimasi data panel digunakan untuk
memilih satu dari tiga model yang lebih sesuai dan memiliki pendugaan yang
lebih efisien. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan
model mana yang paling tepat dalam mengestimasi parameter data panel. Ada
tiga pengujian untuk memilih model estimasi data panel yaitu Uji Chow-test
atau Uji F-test digunakan untuk memilih antara model Pooled Least Square
atau metode Fixed Effect. Pengujian kedua yaitu Lagrange Multiple Test
digunakan untuk memilih antara metode Pooled Least Square atau metode
Random Effect. Selain itu, terdapat pengujian Hausman Test yang digunakan
untuk memilih antara metode Fixed Effect atau metode Random Effect.
a. Uji Chow-Test/ F-test
F-test digunakan untuk memilih antara model pooled least square atau
metode fixed effect. Berikut ini hasil dari pengujian F-test.
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Gambar 4.1
Hasil Pengujian F-test
Dari hasil output tersebut, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
sebesar 0,000 artinya F-test memberikan hasil yang signifikan. Karena
probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,05), maka H0 : PLS ditolak dan H1 : FE
diterima, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan
model fixed effect.
b. Lagrange Multiple Test
Lagrange multiple test merupakan pengujian kedua dari pengujian
pemilihan model estimasi data panel yang digunakan untuk memilih antara
metode pooled least square atau metode random effect. Berikut ini hasil dari
pengujian lagrange multiple test.
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Lagrange Multiple Test
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Dari hasil pengujian lagrange multiplier test diatas, dapat dilihat
bahwa pada hasil tersebut memiliki Prob>chibar2 sebesar 0,0000, lebih
kecil dari 0,05 artinya H0 : PLS ditolak dan H1 : RE diterima. Sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan model random effect.
c. Hausman Test
Hausman test merupakan pengujian terakhir dari pengujian pemilihan
model estimasi data panel yang digunakan untuk memilih antara metode
fixed effect atau metode random effect. Berikut ini hasil dari pengujian
hausman test.
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Hausman Test
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Dari hasil pengujian hasuman test diatas, dapat dilihat bahwa pada
hasil tersebut memiliki Prob>chi2 sebesar 0,9082, lebih besar dari 0,05
artinya H0 : RE diterima dan H1 : FE ditolak. Sehingga kesimpulan yang
dapat diambil adalah menggunakan model random effect.
4. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dimaksudkan untuk menghasilkan parameter
yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya estimator yang
dimiliki memiliki nilai harapan sesuai dengan nilai sesungguhnya. Pengujian
yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti
distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil.3 Berikut ini merupakan hasil dari pengujian
normalitas residual.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Normalitas Residual
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berdasarkan hasil pengujian normalitas residual diatas, dapat dilihat
bahwa nilai p-value combined K-S sebesar 0,475. Asumsi normalitas akan
terpenuhi apabila p-value combined K-S lebih besar dari nilai α. Karena p-
value combined K-S lebih besar daripada alpha, maka data residual
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.4 Variabel
bebas dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas apabila nilai Variance
Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan nilai Tolerance (1/VIF) lebih dari
0,10.
3 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7 (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013), 160. 4 Singgih Santoso, Mengolah Data Statistik Secara Profesional ..., 206.
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berdasarkan tabel di atas, bahwa hasil perhitungan nilai tolerance
lebih dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal
yang sama, tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas antar
variabel bebas dalam model regresi.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Apabila varian dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan apabila
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.5 Hipotesis dari
pengujian heterokedastisitas ini adalah H0 : Homokedastisitas dan H1 :
Heterokedastisitas.6
5 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS ..., 84.
6 Akbar Suwardi, Modul STATA : Tahapan dan Perintah (Syntax) Data Panel Edisi 2011 (Depok: Lap
Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011), 3.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Variabel bebas dikatakan terbebas dari gejala heterokedastisitas jika
nilai prob>chi2 lebih besar dari nilai α yaitu 0,05. Dari hasil output di atas,
dapat dilihat bahwa nilai prob>chi2 sebesar 0,0838 yang artinya lebih besar
dari 0,05. Sehingga hipotesis H1 ditolak dan data tersebut terbebas dari gejala
heterokedastisitas atau data bersifat homokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pafa periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini timbul
pada data yang bersifat time series. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi.7 Pengujian hipotesis uji autokorelasi adalah H0
: no autokorelasi dan H1 : autokorelasi.8
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Autokorelasi
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
7 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7 ..., 111.
8 Akbar Suwardi, Modul STATA : Tahapan dan Perintah (Syntax) Data Panel Edisi 2011 ..., 3.
Dari hasil output di atas, terlihat bahwa nilai prob>F sebesar 0,0104
yang artinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga kesimpulannya adalah hipotesis
H1 diterima dan model regresi tersebut terjadi gejala autokorelasi.
5. Pengujian Goodness of Fit Model
Uji hipotesis dalam penelitian sangatlah penting, hal ini dapat
menentukan apakah penelitian yang dilakukan cukup ilmiah atau tidak. Untuk
mengetahui kelayakan model secara ilmiah, berdasarkan ketiga estimasi model
yang telah dilakukan yaitu pooled least square, fixed effect model, dan random
effect model dengan hasil output sebagai berikut :
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Output Model Estimasi
Model Uji t Uji F R2 Coefficient Constanta
Pooled Least
Square
P>|t| t Prob F 0,1082 6,296116
- Inflasi 0,598 0,53 0,054 2,43 0,0340714
- Kurs 0,974 -0,03 -0,063949
- Suku Bunga 0,940 -0,08 -0,0318684
- Laba Bruto 0,003 3,06 0,3366071
Fixed Effect P>|t| t Prob F 0,3789 3,384859
- Inflasi 0,024 2,31 0,0000 9,76 0,0318382
- Kurs 0,942 0,07 0,0309244
- Suku Bunga 0,502 -0,67 -0,616612
- Laba Bruto 0,000 5,64 0,6006288
Random Effect P>|z| z Prob F 0,3786 3,83903
- Inflasi 0,020 2,33 0,0000 3,04 0,0321866
- Kurs 0,969 0,04 0,0161236
- Suku Bunga 0,532 -0,62 -0,0570134
- Laba Bruto 0,000 5,70 0,5594401
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berdasarkan perbandingan output di atas, dilihat dari nilai uji t, uji f,
koefisien determinan (R2), coeficient dan constanta, fixed effect model adalah
pendekatan yang sesuai dibandingkan dengan random effect model dan pooled
least square. Akan tetapi, pengujian terhadap asumsi klasik ekonometrika
menunjukkan bahwa fixed effect model terbukti mengalami permasalahan
autokorelasi. Pelanggaran terhadap asumsi klasik ini menjadikan hasil estimasi
bias dan diragukan validitasnya sehingga dapat menghasilkan analisa yang
salah.
Berdasarkan fakta tersebut maka penggunaan fixed effect model tidak
memungkinkan untuk menjadi landasan analisa terhadap volatilitas harga
saham syariah, sehingga dalam penelitian ini diputuskan menggunakan regresi
cross-sectional time series feasible generalized least square sebagai treatment
dari fixed effect model. Berikut ini hasil regresi cross-sectional time series
feasible generalized least square terhadap volatilitas harga saham syariah.
Tabel 4.12
Hasil Regresi Cross-Sectional Time Series Feasible Generalized Least
Square
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)
Berikut merupakan hasil pengujian hipotesis dari penelitian ini yaitu :
a. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
Dalam penelitian ini akan dibuktikan pengaruh masing-masing dari variabel
independen yaitu inflasi, kurs, tingkat suku bunga, dan laba bruto terhadap
variabel dependen yaitu volatilitas harga saham syariah. Variabel
independen dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen atau Ho : βxy = 0 dan Ho : βxy ≠ 0 diterima apabila nilai {p>|z|} <
dari nilai α yaitu sebesar 0,05 atau t test > t tabel, dalam penelitian ini
menggunakan pengujian t tabel satu arah karena hipotesis dalam penelitian
ini sudah diketahui arahnya yaitu arah positif dan signifikan. Dari tabel 4.11
di atas diperoleh hasil sebagai berikut :
Variabel inflasi terhadap variabel volatilitas harga saham syariah
Hasil {p>|z|} inflasi yaitu 0,008, artinya {p>|z|} lebih kecil dari
nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 2,66 sedangkan nilai t-
tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu
68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih besar dari t tabel. Sehingga
inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham
syariah atau Ho1 : βx1y ≠ 0 ditolak dan Ho1 : βx1y = 0 diterima.
Variabel kurs terhadap variabel volatilitas harga saham syariah
Hasil {p>|z|} kurs yaitu 0,932, artinya {p>|z|} lebih besar dari nilai
α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 0,08 sedangkan nilai t-tabel
untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5)
sebesar 1,66940, maka t test lebih kecil dari t tabel. Sehingga kurs tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah
atau Ho2 : βx2y ≠ 0 ditolak dan Ho2 : βx2y = 0 diterima.
Variabel suku bunga terhadap volatilitas harga saham syariah
Hasil {p>|z|} suku bunga yaitu 0,437, artinya {p>|z|} lebih besar
dari nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar -0,78 sedangkan
nilai t-tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k
yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih kecil dari t tabel. Sehingga
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga
saham syariah atau Ho3 : βx3y ≠ 0 ditolak dan Ho3 : βx3y = 0 diterima.
Variabel laba bruto terhadap volatilitas harga saham syariah
Hasil {p>|z|} laba bruto yaitu 0,000, artinya {p>|z|} lebih kecil dari
nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 6,50 sedangkan nilai t-
tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu
68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih besar dari t tabel. Sehingga laba
bruto berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham
syariah atau Ho4 : βx4y ≠ 0 diterima dan Ho4 : βx4y = 0 ditolak.
Jadi, variabel inflasi dan laba bruto yang secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.
b. Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.9 Variabel independen secara bersama-sama
dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau Ho5 : βx5y
= 0 dan Ho5 : βx5y ≠ 0 diterima apabila nilai {prob>F} < dari nilai α sebesar
0,05 atau nilai Ftest > Ftabel.
Pada tabel 4.11 tersebut di atas diperoleh hasil prob>F sebesar 0,0000,
angka tersebut lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05 dan nilai Ftest (Wald
chi2) sebesar 2518,77. Sedangkan nilai Ftabel dengan α sebesar 0,05 dan
nilai df sebesar 63 (nilai n-k yaitu 68-5) diperoleh angka sebesar 2,97.
9 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7 ..., 98.
Sehingga nilai Ftest > Ftabel. Maka secara bersama-sama variabel inflasi,
kurs, suku bunga, dan laba bruto berpengaruh secara signifikan terhadap
volatilitas harga saham syariah atau Ho5 : βx5y ≠ 0 diterima dan Ho5 : βx5y = 0
ditolak.
c. Uji Koefisien Korelasi (R)
Koefisien korelasi (R) ini menujukkan seberapa besar hubungan yang
terjadi antara variabel bebas X1, X2, X3, ..., Xn secara serentak terhadap
variabel terikat (Y). Nilai koefisien korelasi dalam penelitian ini adalah akar
dua dari nilai koefisien determinan (R2) atau R = √R
2. Nilai koefisien
determinan dalam penelitian ini adalah 0,3789, sehingga nilai koefisien
korelasi sebesar √0,3789 = 0,6156. Artinya secara serentak variabel bebas
dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 0,6156 atau 61,56%.
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinan (R2) menunjukkan seberapa besar presentase
variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan
variasi variabel terikat.10
Nilai koefisien determinan (R2) dalam penelitian
yang menggunakan metode cross-sectional time series feasible generalized
least square bisa dilihat dari R-sq within yaitu sebesar 0,3789 atau 37,89%
yang artinya kemampuan variabel inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto
dalam menjelaskan variabel volatilitas harga saham syariah sebesar 37,89%.
Sedangkan sisanya 62,11% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari
variabel penelitian ini. Artinya tingkat error yang dihasilkan dalam
persamaan regresi dari hasil penelitian ini adalah 0,6211 atau 62,11%. Hal
ini berarti, jika terjadi perubahan satu unit pada variabel bebas, maka
variabel terikat akan berubah sebesar satu unit dengan asumsi variabel lain
konstan.
10
Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS ..., 66.
6. Analisis Hipotesis Penelitian
Pada sub bab ini berisi pembahasan atas temuan penelitian yang dikaitkan
dengan hipotesis penelitian awal. Hasil probabilitas dari t-Statistic yang
menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel bebas, menunjukkan bahwa,
pada tingkat signifikansi 5 persen, variabel bebas inflasi dan laba bruto
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat volatilitas harga saham
syariah.
Hasil probabilitas Prob>F memiliki nilai 0,0000 yang menunjukkan
bahwa secara bersama-sama koefisien regresi memiliki nilai yang signifikan,
artinya variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
variabel terikat.
Nilai R2
memiliki nilai 0,3789 yang menunjukkan bahwa tingkat
determinasi dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 37,89
persen. Artinya sebesar 37,89 persen variabelitas dari volatilitas harga saham
syariah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas.
Tabel 4.13
Perbandingan Hasil Regresi dengan Hipotesis Awal
Variabel Coefficient p-value Arah
Regresi
Hipotesis
Awal
Keterangan
Inflasi 0,0318382 0,008 Positif Positif Sesuai
Kurs 0,0309244 0,932 Positif Positif Tidak Sesuai
Suku
Bunga
-0,0616612 0,437 Negatif Negatif Sesuai
Laba
Bruto
0,6006288 0,000 Positif Positif Sesuai
Berikut ini pembahasan hipotesis dan analisis ekonomi dalam penelitian :
a. Pengujian hipotesis 1 : tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham syariah
Variabel inflasi memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai
dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel inflasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah
pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh inflasi
terhadap volatilitas harga saham syariah, dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi variabel inflasi yaitu 0,0318382. Hal ini menunjukkan bahwa ketika
inflasi mengalami kenaikan sebesar 1 persen, volatilitas harga saham syariah
akan mengalami kenaikan sebesar 0,0318382 persen.
b. Pengujian hipotesis 2 : kurs berpengaruh signifikan terhadap volatilitas
harga saham syariah
Variabel kurs memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai
dengan hipotesis awal tetapi hasil t-test menunjukkan bahwa variabel kurs
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham
syariah pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh kurs
terhadap volatilitas harga saham syariah, dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi variabel kurs yaitu 0,0309244. Hal ini menunjukkan bahwa ketika
kurs mengalami kenaikan sebesar 1 Rupiah, volatilitas harga saham syariah
akan mengalami kenaikan sebesar 0,0309244 persen.
c. Pengujian hipotesis 3 : suku bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga saham syariah
Variabel suku bunga memberikan hasil estimasi koefisien negative
sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel suku
bunga memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap volatilitas harga
saham syariah pada tingkat signifikansi 5 persen namun berpengaruh
signifikan pada tingkat signifikansi 50 persen. Lebih lanjut, mengenai
besarnya pengaruh suku bunga terhadap volatilitas harga saham syariah,
dapat dilihat dari nilai koefisien regresi variabel suku bunga yaitu
0,0616612. Hal ini menunjukkan bahwa ketika suku bunga mengalami
kenaikan sebesar 1 persen, volatilitas harga saham syariah akan mengalami
penurunan sebesar 0,0616612 persen.
d. Pengujian hipotesis 4 : laba bruto berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham syariah
Variabel laba bruto memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai
dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel laba bruto
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah
pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh laba bruto
terhadap volatilitas harga saham syariah, dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi variabel laba bruto yaitu 0,6006288. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika laba bruto mengalami kenaikan sebesar 1 Rupiah, volatilitas harga
saham syariah akan mengalami kenaikan sebesar 0,6006288 persen.
e. Pengujian hipotesis 5 : inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham
syariah
Hasil probabilitas chi square memiliki nilai 0,0000, hal tersebut
menunjukkan bahwa secara bersama-sama koefisien regresi memiliki nilai
yang signifikan, artinya variabel bebas secara bersama-sama memiliki
pengaruh terhadap variabel terikat. Sehingga dapat dikatakan bahwa model
yang digunakan cukup baik. Nilai Wald chi2 pada hasil regresi ini memiliki
nilai 2518,77 yang lebih besar dari nilai Ftabel 2,97, memiliki arti yang
sama yaitu seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat yaitu volatilitas harga saham syariah.
7. Model Persamaan Regresi
Persamaan regresi model ini adalah :
Yit = βoit + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + eit
VHSSit = βoit + β1INFLit + β2KURSit + β3SBit + β4LBit + eit
VHSSit = 4,706987 + 0,0318382INFLit + 0,0309244KURSit – 0,0616612SBit +
0,6006288LBit
Keterangan :
βit : koefisien beta dan konstanta (intersep) 4,706987
β1INFLit : koefisien beta variabel inflasi 0,0318382
β2KURSit : koefisien beta variabel kurs 0,0309244
β3SBit : koefisien beta variabel suku bunga – 0,0616612
β4LBit : koefisien beta variabel laba bruto 0,6006288
Berdasarkan persamaan regresi data panel diatas dapat diketahui bahwa
jika nilai inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto adalah 0 maka nilai dari
volatilitas harga saham syariahnya adalah 4,706987.
B. Analisis Ekonomi
Perekonomian Indonesia pada awal tahun penelitian yaitu 2011
menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian
ekonomi global, tercermin pada pencapaian inflasi pada level yang rendah yaitu
sebesar 3,79 persen. Kuatnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak dapat
dihindari telah mendorong inflasi keseluruhan tahun 2013 meningkat menjadi 8,38
persen dari 4,30 persen pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan inflasi di
tahun 2005 dan 2008 saat harga BBM bersubsidi dinaikkan, inflasi 2013 masih
berada di bawah 10 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2005
dan 2008 yang tercatat di atas 10 persen.
Kenaikan maupun penurunan inflasi secara langsung akan berdampak pada
iklim investasi khususnya di saham syariah. Bila tingkat inflasi naik berarti harga
barang-barang naik sehingga indeks JII menurun. Hubungan antara inflasi dengan
volatilitas harga saham disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat
inflasi dan tingkat pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang akan
memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham menjadi
lebih rendah. Peningkatan inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang
lebih ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Efek negatif ini
tentunya akan mendorong para investor untuk menjual saham yang dimiliki,
sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham syariah.
Sesuai teori, inflasi akan mempengaruhi volatilitas harga saham syariah.
Hasil dari penelitian ini juga mengatakan hal yang sama, bahwa inflasi
berpengaruh signifikan dan positif terhadap volatilitas harga saham syariah. Hasil
penelitian yang dilakukan Novita Nurrahmi dan Ahmad Rodoni (2013) serta
Lydianita Hugida (2011) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap volatilitas harga saham juga menguatkan
pernyataan tersebut.
Gejolak ekonomi (krisis moneter) 1998 yang telah terjadi puluhan tahun
yang lalu sampai sekarang masih memperlihatkan sisa-sisa dampaknya. Salah satu
fenomena labilnya dunia perekonomian Indonesia yaitu semakin terhempasnya
nilai tukar Rupiah ke kisaran angka 13.000 rupiah per dollar US. Nilai tukar (kurs)
merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang memiliki dampak yang
berbeda-beda terhadap harga saham. Suatu saham dapat terkena dampak positif
sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Bagi perusahaan yang
berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan
berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan, beda halnya dengan
perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi
kurs rupiah terhadap dolar Amerika.
Pada saat nilai tukar dalam negeri mengalami depresiasi, nilai indeks di BEI
akan menurun, hal ini disebabkan oleh return yang lebih tinggi di pasar uang
sehingga investor akan lebih tertarik untuk menanamkan uangnya di pasar uang.
Penurunan indeks ini berdampak pada tidak banyak terjadi penjualan saham, maka
hal ini berakibat volatlitas harga saham cenderung rendah.
Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan teori di atas, bahwa kurs
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Nurrahmi
dan Ahmad Rodoni (2013) kurs baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas indeks saham syariah JII. Investor
tidak menggunakan variabel nilai tukar secara langsung untuk menilai harga
saham. Depresiasi mata uang menyebabkan penurunan harga saham yang didorong
adanya ekspektasi inflasi. Kenaikan inflasi akan meningkatkan discount rate dan
menurunkan harga saham.
Suku bunga merupakan harga dari pinjaman atau harga dari penggunaan
uang yang dinyatakan dalam persen untuk jangka waktu tertentu. Tingkat bunga
ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang. Perubahan tingkat suku
bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan seseorang ataupun institusi
untuk melakukan suatu investasi. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan
resiko pada pasar modal dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor
keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu
menghasilkan keuntungan yang optimal. Tingkat suku bunga sektor keuangan
yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga
bebas resiko (risk free) yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat
suku bunga deposito.
Apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka hal tersebut akan
membuat para investor akan menarik dananya dan menginvestasikannya ke tempat
yang mempunyai resiko relatif kecil seperti deposito. Sedangkan apabila tingkat
suku bunga mengalami penurunan, akan berdampak positif terhadap harga saham.
Penurunan tingkat suku bunga membuat investor menarik dana yang ditanamkan
tersebut dan menginvestasikannya ke aspek yang lebih menguntungkan seperti
pasar modal dengan membeli saham. Dengan banyaknya investor yang
mengalihkan dananya dari deposito ke pasar modal maka dengan sendirinya akan
menyebabkan harga saham di pasar modal akan terdongkrak naik. Suku bunga
yang tidak terkendali dapat mengakibatkan turunnya return saham, karena
kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak negatif terhadap harga saham.
Teori tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Novita Nurrahmi dan Ahmad
Rodoni (2013) tingkat suku bunga atau BI Rate berpengaruh secara signifikan
terhadap volatilitas indeks saham syariah JII. Namun hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis bertolak belakang dengan teori, tingkat suku bunga
berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham
syariah. Hasil penelitian penulis diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
Lydianita Hugida (2011) yang menyatakan bahwa variabel suku bunga SBI
berpengaruh signifikan negatif terhadap volatilitas harga saham.
Dalam ekonomi Islam, suku bunga dihindarkan karena suku bunga termasuk
riba sehingga diharamkan bagi pelaku usaha yang menjalankan usahanya sesuai
dengan prinsip syariah Islam. Dalam penelitian ini menggunakan data dari
perusahaan-perusahaan yang bergerak sesuai dengan syariah Islam, tentu suku
bunga tidak berpengaruh dalam volatilitas harga saham syariah karena dalam
syariah Islam menggunakan sistem bagi hasil bukan sistem bunga.
Salah satu ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah mencari
perolehan laba, karena laba pada dasarnya hanya sebagai ukuran efisiensi suatu
perusahaan. Gross Provit atau laba kotor merupakan salah satu jenis laba yang
diperoleh oleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidaklah selalu sama
dari satu periode ke periode lainnya. Laba cenderung berubah-ubah. Perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Jika faktor-faktor yang lainnya tidak berubah,
maka setiap kenaikan bahan baku, atau upah tenaga kerja maka laba kotor akan
mengalami penurunan.
Riset akuntansi terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga
saham selalu menggunakan angka laba operasi atau earning per share (EPS) yang
dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang yang menggunakan angka
laba bruto. Hasil penelitian Dahler Yolanda dan Rahmat Febrianto dalam karya
tulis Ali Imran (2011) membuktikan bahwa angka laba bruto memiliki kualitas
laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain yang disajikan
dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran
yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Hal tersebut
memperkuat hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa laba bruto
berpengaruh signifikan positif terhadap volatilitas harga saham syariah.