BAB III - Digital Library UNS

Post on 13-Mar-2023

7 views 0 download

Transcript of BAB III - Digital Library UNS

53

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Sejarah Singkat Bank Rakyat Indonesia Bank Rakyat Indonesia atau yang lebih sering dikenal dengan

BRI adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di

Indonesia. Awal mulanya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan

di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan

nama De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche

Bestuurs Ambtenaren (Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum

Priyayi yang berkebangsaan Indonesia/ pribumi). Bank Rakyat

Indonesia berdiri tanggal 16 Desember 1895.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1946

Pasal 1 menyebutkan bahwa Bank BRI adalah Bank Pemerintah

pertama di Republik Indonesia. Akibat situasi perang pada tahun

1948 kegiatan Bank Rakyat Indonesia sempat terhenti dan aktif

kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dan berubah

nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu

melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

41 Tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN)

yang merupakan peleburan dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani

Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian,

berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 9 Tahun 1965, BKTN

diintergrasikan ke dalam bank Indonesia dengan nama Bank

Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17

tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank

Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia

Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan

dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural

sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang

ekspor impor (http://www.bri.co.id).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang

Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya

mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan

Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rural dan Ekspor impor

dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat

Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya

berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan

kembali tugas-tugas pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank

umum.

Sejak tanggal 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang

Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.

21 tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100%

ditangan Pemerintah. PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun

1985 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang

tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit

kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada

perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Ro.

6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada

tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September

sebesar Rp. 20.466 milyar.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

2. Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia

1) Visi

Menjadi Bank komersial terkemuka yang selalu

mengutamakan kepuasan nasabah.

2) Misi

a) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan

mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan

menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi

masyarakat.

b) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui

jaringaan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber

daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek

good corporate governance.

c) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Produk Bank BRI

1) Tabungan

Produk tabungan bank BRI di antaranya adalah tabungan

BritAma, Simpedes TKI, Simpedes, Haji, BritAma Bisnis,

BritAma Dollar, BritAma Valas, BritAma Rencana, BritAma

Junior serta TabunganKu.

Produk tabungan yang tersedia sangat beragam, mulai dari

tabungan untuk orang dewasa, anak-anak hingga tabungan haji

dan asing. Ini akan memudahkan kita dalam memilih produk

yang sesuai dengan kebutuhan dalam menyimpan uang.

2) Deposito

Selanjutnya yaitu ada produk deposito Bank BRI. Termasuk

diantaranya adalah Deposito Rupiah, On Call dan Valas. Selain

deposito, produk bank BRI juga mencakup giro. Produk giro

bank BRI meliputi GiroBRI Valas dan GiroBRI Rupiah

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

3) Pinjaman

Selain aneka produk simpanan di atas bank BRI juga

menawarkan aneka produk pinjaman produk bank BRI pinjaman

terbagi ke dalam lima kategori yaitu pinjaman mikro, pinjaman

ritel, pinjaman menengah, pinjaman program dan pinjaman

Kredit Usaha Rakyat atau KUR. Usaha untuk pinjaman mikro

yang disediakan oleh Bank BRI meliputi Kupedes yang biasanya

digunakan di daerah daerah pedesaan.

Selanjutnya ada program pinjaman ritel yang terdiri dari

kredit agunan kas, kredit modal kerja, kredit investasi, KMK

konstruksi, KMK konstruksi BO 1, KMK Ekspor, Kredit

BRIGuna, Kredit SPBU, Kredit Waralaba, Kredit Kepemilikan

Gudang, Kredit Resi Gudang, KMK Talangan SPBU, Kredit

Waralaba Alfamart, Kredit Batubara, serta Kredit Pola Angsuran

Tetap.

Program ritel dari Bank BRI ini lebih ditujukan pada

perusahaan atau ritel, bukan untuk perorangan. Sementara yang

termasuk dalam produk Bank BRI pinjaman menengah adalah

Kredit Agribisnis. Sesuai namanya produk ini dapat digunakan

untuk mendukung kegiatan pertanian atau agribisnis yang

dijalankan.

4) Pinjaman Program

Produk bank BRI selanjutnya adalah pinjaman program.

Termasuk dalam produk ini ialah KPEN-RP, KKPE dan KKPE

Tebu. Terakhir ialah Pinjaman Kredit Usaha Rakyat atay KUR

yang meliputi KUR BRI dan KUR TKI BRI.

Kredit Usaha Rakyat ini akan sangat bermanfaat untuk

masyarakat yang hendak membuka usaha sendiri namun

terkendala modal. Melalui program KUR, masyarakat atau

lembaga UMKM dapat memperoleh modal untuk menjalankan

usahanya. Produk yang dikeluarkan Bank BRI tidak hanya

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

sebatas untuk nasabah dalam negeri, namun juga secara

internasional.

5) Produk Bank BRI Internasional

Produk Bank BRI untuk internasional diantaranya adalah

BRI Trade Finance and Services atau layanan jual beli dan

keuangan. Termasuk diantaranya adalah ekspor, impor,

SKBDN, BRI RTE Online System serta Standby L/C.

Berikutnya BRI juga memiliki produk internasional berupa

BRI first ray Mitten serta finansial institusi shion yang terdiri

dari produk serta layanan transaksi koresponden banking

terakhir dalam produk internasional BRI mencakup BRI Money

Changer serta unit kerja luar negeri. Produk Bank BRI

selanjutnya turut mencakup aneka jasa lain yang ditawarkan

Bank BRI. Jasa bisnis Bank BRI diantaranya adalah jasa kliring,

bank garansi, SKBDN hinga remittance. Sementara jasa lain

yang ditawarkan ialah layanan ekspor dan impor.

Bank BRI turut memiliki aneka jasa keuangan, meliputi bill

payment, transaksi online, jasa penerimaan setoran hingga

transfer serta LLG. Sementara untuk jasa kelembagaan Bank

BRI mencakup SPP Online serta Cash Management BRI.

6) E-Banking BRI

Produk bank BRI juga tidak lepas dari E-Banking BRI. Ini

karena perbankan online sudah begitu menjamur di tengah

masyarakat dan sering digunakan. Dukungan E-Banking BRI

meliputi ATM BRI, phone banking BRI, SMS banking BRI,

internet banking BRI, KIOSK BRI, E-Buzz, Mini ATM BRI,

MoCash, BRIZZI hingga EDC Merchant.

BRI turut mengeluarkan aneka treasury yang mencakup

Money Market, Foreign Exchange, Fixed Income, produk

derivatif serta keunggulan dan juga prosedurnya. Produk bank

BRI juga mencakup aneka produk yang dapat dinikmati

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

secara langsung dalam bentuk fisik oleh konsumen, atau produk

konsumen.

7) Kartu Kredit

Untuk produk ini, BRI menyediakan Kartu Visa, BRI Visa

Touch Gold dan BRI Visa Touch Silver. Selain kartu Visa, BRI

juga menyediakan kartu Master.

BRI juga tentunya menyediakan Kredit Kepemilikan Rumah

atau KPR, yang terdiri dari KPR BRI serta Simulasi. Selain itu,

tersedia pula Kredit Kendaraan Bermotor atau KKB yang terdiri

dari KKB Mobil Baru dan Bekas, KKB Harley Davidson,

KKB Refinancing serta Simulasi.

8) Outlet SKK

Produk bank BRI berikutnya adalah Outlet SKK. Yang tidak

tertinggal dari produk BRI ialah investasi perbankan. BRI turut

menyediakan berbagai investasi perbankan, di antaranya adalah

ORI & SR, DPLK, Jasa Wali Amanat serta Jasa Kustodian.

9) Layanan Prioritas

Produk bank BRI yang terakhir adalah layanan prioritas.

Layanan ini terdiri dari produk, layanan serta

privileges. Reksadana juga termasuk ke dalamnya. Layanan

prioritas turut mencakup Fund Fact Sheet serta Prospektus.

Layanan prioritas lainnya adalah Kartu BRI Prioritas,

Kriteria Nasabah serta Outlet Layanan Prioritas. Dengan

menggunakan layanan prioritas ini, nasabah prioritas

berdasarkan kriteria tertentu akan didahulukan dibanding

nasabah yang lain. Ini akan sangat membantu nasabah dalah

mendapatkan layanan perbankan secara lebih cepat dan mudah.

Dari produk-produk Bank BRI yang telah disebutkan diatas,

produk yang termasuk mendapatkan treatment Covid-19 adalah fasilitas

pinjaman. Sesuai dengan arahan POJK Nomor 11 Tahun 2020 tentang

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical,

Bank BRI memberikan restrukturisasi kredit bagi nasabah yang

terdampak Covid-19 mulai dari usaha mikro, kecil, dan ritel. Kriteria

kredit yang mendapatkan keringanan yakni kredit yang tidak termasuk

kategori macet sebelum periode pandemi Covid-19.

4. Struktur Organisasi

Di dalam sebuah organisasi bank, baik itu terbentuk organisasi

perusahaan maupun organisasi perkumpulan biasa, pasti mempunyai

struktur organisasi salah satu tujuannya adalah untuk

menggambarkan batas-batas tugas, wewenang dan tanggungjawab

serta bagaimana hubungan antara suatu bagian dengan bagian lainnya

dalam organisasi tersebut guna mencapai tujuan bersama (Muhrizal,

2017: 92). Untuk menggerakkan organisasi dibutuhkan personil yang

memegang jabatan tertentu dalam organisasi dimana masing-masing

personil diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab sesuai dengan

jabatanya. Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dituangkan

dalam struktur organisasi. Struktur organisasi Bank BRI Surakarta

adalah sebagai berikut:

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Sumber: Bank BRI

PEMIMPIN CABANG

MANAJER PEMASARAN

PBO AO KOMERSIAL

FUNDING OFFICER

SUPV. PENUNJANG BISNIS SUPV. PENUNJANG OPS

AO BRI GUNA

PELAKSANA ADK KOMERSIAL

PELAKSANA SEKRETARIAT &

SDM PERSON

PEMASARAN

AO PROGRAM

PELAKSANA ADK BRI GUNA

ASS. MANAJER OPERASIONAL

SUPV. LAYANAN KAS

SUPV. LAYANAN OPS

PELAKSANA TELLER

MANAJER BISNIS MIKRO

ASS. MANAJER BISNIS

CUSTOMER SERVICE

PELAKSANA TKK

PELAKSANA ADM DJS &

REKONS 22 BRI UNIT

PELAKSANA LOGISTIK

PELAKSANA ADM UNIT

PELAKSANA KLIRING

SATPAM/PKSS

PRAMUBAKTI/PKSS

SOPIR/PKSS

PELAKSANA QA

PELAKSANA LAYANAN

PELAKSANA IT DAN E-CHANEL

13 TERAS

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Berikut ini penjelasan dari setiap bagian organisasi Bank BRI Surakarta:

1) Pimpinan Cabang

Tugas dan tanggung jawab pimpinan cabang, yaitu:

a) Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan perencanaan dan

pengembangan atas penyelenggaraan usaha-usaha bank yang meliputi

kegiatan pemasaran dan pengelolaan dana, jasa, pinjaman, kegiatan

operasional Kanca.

b) Menjabat dan menjalankan fungsi Unit Kerja Khusus (UKK) untuk

melaksanakan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme (PPT) sesuai ketentuan/kebijakan, sistem dan

prosedur yang berlaku dalam upaya mencapai target yang telah

ditetapkan.

2) Manajer Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab manajer pemasaran, yaitu:

a) Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan penyusunan rencana

strategis, pengembangan dan pemasaran pinjaman, simpanan dan cross

selling produk BRI lainnya agar mencapai target yang telah ditetapkan.

b) Manajer Pemasaran membawahi langsung bidang Priority Banking

Officer (PBO), Funding Officer (FO), Person Pemasaran, Account

Officer (AO) Komersial, AO BRIGuna, dan AO Program.

3) Assisten Manajer Operasional

Tugas dan tanggung jawab assisten manajer operasional, yaitu:

a) Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan pengawasan,

pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan operasional di kantor cabang.

b) Memberikan pelayanan prima berdasarkan standar layanan dengan

prinsip kehati-hatian.

c) Menjabat dan menjalankan fungsi Unit Kerja Khusus (UKK) untuk

melaksanakan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme (PPT) sesuai ketentuan/kebijakan, sistem dan

prosedur yang berlaku dengan kewenangan bidang tugas dalam upaya

mencapai target yang telah ditetapkan.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

4) Manajer Bisnis Mikro

Tugas dan wewenang manajer bisnis mikro, yaitu:

a) Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan penyusunan rencana

strategis, pengembangan dan pemasaran pinjaman, simpanan BRI Unit

serta cross selling produk BRI.

b) Melakukan pembinaan pada Unit binaannya sesuai ketentuan atau

kebiajakan yang berlaku dan kewenangan bidang tugasnya agar

mencapai target yang telah ditetapkan.

5) Supervisor Penunjang Bisnis

Tugas dan tanggung jawab supervisor penunjang bisnis, yaitu:

a) Mensupervisi pengelolaan administrasi dan dokumentasi,

pinjaman berdasarkan prosedur yang jelas.

b) Rutin melakukan pengelolaan administrasi yang kompleks

untuk meminimalkan risiko.

c) Memperlancar proses operasional pinjaman sesuai target yang

ditetapkan dan ketentuan yang berlaku.

d) Supervisor Penunjang Bisnis membawahi langsung bidang Pelaksana

ADK Komersial dan Pelaksana ADK BRIGuna.

6) Supervisor Penunjang Operasional

Tugas dan tanggung jawab supervisor penunjang operasional, yaitu:

a) Mensupervisi kegiatan pengembangan, pengelolaan dan administrasi

SDM, logistik, IT & e-Channel dan laporan untuk meminimalkan risiko.

b) Menunjang dan memperlancar proses operasional di Kantor Cabang

serta unit kerja dibawahnya.

c) Supervisor Penunjang Operasional membawahi langsung bidang

Pelaksana Skretariat dan SDM, Pelaksana Logistik, Pelaksana IT dan E-

Channel,

d) Pelaksana Adm Unit, Pelaksana Layanan, Pelaksana Quality Assurance

(QA), Sopir, Satpam dan Pramubakti.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

7) Supervisor Layanan Kas

Tugas dan tanggung jawab supervisor layanan kas, yaitu:

a) Mensupervisi kegiatan layanan transaksi pembukuan, kas dan

administrasi serta rekonsiliasi.

b) Memberikan pelayanan prima berdasarkan standar layanan serta

memperhatikan kecukupan & efektivitas sistem pengendalian intern dan

implementasi manajemen risiko untuk mencapai target yang telah

ditetapkan.

c) Supervisor Layanan Kas membawahi langsung bidang Pelaksana Teller

dan Pelaksana Tim Kurir Kas (TKK).

8) Supervisor Layanan Operasional

Tugas dan tanggung jawab supervisor layanan operasional, yaitu:

a) Mensupervisi kegiatan layanan dan administrasi produk dan jasa

perbankan kepada nasabah berdasarkan standar layanan untuk mencapai

target yang telah ditetapkan.

b) Supervisor Layanan Operasional membawahi langsung bidang

Customer Service dan Pelaksana Adm DJS dan Rekonsiliasi dan

Pelaksanan Kliring.

9) Assisten Manajer Bisnis Mikro

Tugas dan tanggung jawab assisten manajer bisnis mikro, yaitu:

a) Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan penyusunan rencana

strategis, pengembangan dan pemasaran pinjaman, simpanan BRI Unit

serta cross selling produk BRI lainnya.

b) Melakukan pembinaan pada Unit binaannya sesuai ketentuan atau

kebijakan yang berlaku dan kewenangan bidang tugasnya untuk

mencapai target yang telah ditetapkan.

c) Assisten Manajer Bisnis Mikro mengawasi langsung BRI Unit dan

Teras BRI.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

B. Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet UMKM berdasarkan

POJK Nomor 11 Tahun 2020 karena Pandemi Covid-19 di Bank

BRI Surakarta

1. Proses Pemberian Kredit UMKM di PT. Bank Rakyat

Indonesia Surakarta

Bank BRI menyediakan 2 kategori pinjaman mikro yang

dapat dijadikan pilihan untuk UMKM, yaitu Kredit Usaha Mikro

(KUR) dan Kupedes. Sesuai dengan namanya, KUR merupakan

jenis pinjaman dari Bank BRI yang diperuntukkan bagi pelaku usaha

mikro, usaha kecil, dan koperasi, dengan batas pinjaman mencapai

Rp 500.000.000.

Sementara Kupedes adalah jenis pinjaman yang

diperuntukkan bagi semua sektor ekonomi, baik itu badan usaha

maupun individu, selama memenuhi persyaratan yang diberlakukan.

a. Persyaratan Pinjaman KUR

Bagi UMKM yang ingin melakukan pinjaman KUR,

syaratnya adalah harus memiliki usaha produktif, layak,

serta setidaknya telah berjalan secara aktif kurang lebih

minimal 6 bulan.

Selain itu peminjam juga tidak sedang menerima

kredit apapun dari perbankan, kecuali untuk keperluan

konsumtif, seperti kartu kredit, KPR, KKB, dan lain-lain.

b. Persyaratan Pinjaman Kupedes

Peminjam harus memiliki pengalaman usaha

setidaknya minimal 1 tahun, melampirkan legalitas usaha

(minimal surat keterangan usaha dari Kepala

Desa/Lurah/Pasar), melengkapi identitas diri yang diminta,

seperti KTP atau SIM.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Cara untuk mendapatkan fasilitas ini, calon debitur

dapat mencari informasi tentang persyaratan pengajuan

pinjaman BRI BRI untuk UMKM melalui online, yaitu

dengan mengunjungi situs bank BRI secara langsung.

UU Cipta Kerja telah mengubah beberapa ketentuan

yang ada berlaku di Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU UMKM).

Salah satu ketentuan yang diubah adalah mengenai kriteria

dari UMKM itu sendiri. Namun UU Cipta Kerja hanya

menentukan kriterianya saja, tanpa mendeskripsikannya

secara jelas. Sehingga, hanya diamanatkan untuk diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP). Hal ini terjawab

pada PP UMKM, tepatnya pada Pasal 35-36 PP UMKM.

Dalam pasal tersebut, diatur bahwa pengelompokkan

UMKM didasarkan atas modal usaha atau hasil penjualan

tahunan. Kriteria modal usaha digunakan untuk

pengelompokkan UMKM yang baru ingin didirikan setelah

PP UMKM berlaku. Sementara kriteria penjualan tahunan

digunakan untuk pengelompokkan UMKM yang telah ada

sebelum PP ini berlaku.

Kriteria modal usaha adalah sebagai berikut:

a. Usaha Mikro : Maksimal Rp 1 Milyar

b. Usaha Kecil : Lebih dari Rp 1 – 5 Milyar

c. Usaha Menengah : Lebih dari Rp 5 – 10 Milyar

Semuanya tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha

Kriteria hasil penjualan tahunan terdiri atasL

a. Usaha Mikro : Maksimal Rp 2 Milyar

b. Usaha Kecil : Lebih dari Rp 2 – 15 Milyar

c. Usaha Menengah : Lebih dari Rp 15 – 50 Milyar

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Besaran nominal kriteria tersebut dapat berubah

sesuai perkembangan perekonomian (Pasal 35 ayat (7) PP

UMKM). Selain itu, dapat pula digunakan kriteria tambahan

oleh kementerian/lembaga negara sesuai dengan sektor

usahanya (Pasal 36 PP UMKM).

Berdasarkan hasil wawancara penulis yang

dilakukan pada tanggal 1-2 Maret 2021 dengan Ibu Ida

Nurhayati, S.H., M.H. selaku Credit Supervisor dan Bapak

Arif selaku Account Officer (AO) maka penulis dapat

mengemukakan bahwa proses pemberian Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dilakukan secara bertahap yaitu sebagai

berikut:

1) Tahap Permohonan Kredit

Calon debitur mengajukan permohonan Kredit

Usaha Rakyat (KUR) secara tertulis kepada pihak Bank

BRI Surakarta. Calon debitur KUR datang ke kantor

Bank BRI Surakarta, kemudian dengan dibantu oleh

Account Officer, calon debitur KUR mengisi formulir

pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan KUR

yang sudah disediakan pihak bank, kemudian

ditandatangani oleh pemohon. (Hasil wawancara

dengan Ibu Ida selaku Credit Supervisor BRI Surakarta

pada tanggal 1 Maret 2021 pukul 10.00 WIB).

Calon debitur Kredit Usaha Rakyat diharuskan

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal

pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat. Kredit

Usaha Rakyat diperkenalkan sebagai kredit yang

mudah didapat, maka syarat-syarat yang ditetapkan pun

sangat sederhana. Syarat-syarat yang perlu disertakan

adalah bukti identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda

Penduduk (KTP), fotokopi Kartu

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

Keluarga (KK), dan Surat Keterangan Usaha.

Bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam

menilai suatu permohonan kredit yaitu sebagai berikut

(Gunarto Suhadi, 2003 : 96):

a) Bank hanya memberikan kredit apabila

permohonan kredit diajukan secara tertulis. Hal

ini berlaku baik untuk kredit baru, perpanjangan

jangka waktu, tambahan kredit, maupun

permohonan perubahan persyaratan kredit,

b) Permohonan kredit harus memuat informasi yang

lengkap dan memenuhi persyaratan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank.

c) Bank harus memastikan kebenaran data

informasi yang disampaikan dalam permohonan

kredit.

2) Tahap Analisis Kredit atau Tahap Pemeriksaan

Berdasarkan arahan Bank Indonesia sebagaimana

termuat dalam SK Direksi Bank Indonesia No.

27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap

permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus

dianalisis secara tertulis dengan pinsip sebagai berikut:

a) Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit

ditetapkan oleh bank yang disesuaikan dengan

jumlah dan jenis kredit.

b) Analisis kredit harus menggambarkan konsep

hubungan total permohonan kredit. Ini berarti

bahwa persetujuan pemberian kredit tidak boleh

berdasarkan semata-mata atas pertimbangan

permohonan untuk satu transaksi atau satu

rekening kredit dari pemohon, namun harus

didasarkan atas dasar penilaian seluruh kredit

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

dari pemohon kredit yang telah diberikan dan

atau akan diberikan secara bersama-sama oleh

bank.

c) Analisis kredit harus dibuat secara lengkap,

akurat, dan objektif yang sekurang-kurangnya

meliputi:

(1) Menggambarkan semua informasi yang

berkaitan dengan usaha dan data pemohon

termasuk hasil penelitian pada daftar kredit

macet,

(2) Penilaian kelayakan jumlah permohonan

kredit dengan kegiatan usaha yang akan

dibiayai, dengan sasaran menghindari

kemungkinan terjadinya praktek mark up

yang dapat merugikan bank,

(3) Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak

dipengaruhi oleh pihak-pihak yang

berkepentingan dengan permohonan kredit.

d) Analisa kredit sekurang-kurangnya harus

mencakup penilaian tentang prinsip 5C

(Character, Capacity, Capital, Collateral, dan

Condition of Economy) dan penilaian terhadap

sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan

pada hasil usaha yang dilakukan pemohon serta

menyediakan aspek yuridis perkreditan dengan

tujuan untuk melindungi bank atas resiko yang

mungkin timbul.

e) Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai

pula bank yang bertindak sebagai bank induk.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Berdasarkan arahan diatas, tetap terbuka peluang

bagi bank-bank untuk mengatur kebijakan kreditnya sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan bank itu sendiri. Bank BRI

Surakarta dalam melakukan analisis kredit pun mempunyai

kebijakan sendiri yang tentunya tetap berpedoman pada

arahan Bank Indonesia. Laporan Keuangan calon debitur

merupakan salah satu data pokok mutlak dalam hal analisis.

Pada tahap pemeriksaan, setelah syarat-syarat

dilengkapi, pihak BRI Surakarta dalam hal ini Mantri

(Account Officer) akan melakukan checking serta peninjauan

langsung ke lapangan tentang layak atau tidaknya calon

debitur Kredit Usaha Rakyat diberikan pinjaman dengan

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan permohonan

KUR tersebut antara lain:

a) Mencocokan fotokopi bukti diri/ identitas lain sesuai

dengan aslinya.

b) Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan

usaha calon debitur Kredit Usaha Rakyat. Misalnya:

tentang permodalan, usaha berjalan berapa lama,

pinjaman pada pihak lain, dll. Tujuannya adalah

untuk menganalisis apakah calon debitur mampu

mengembalikan pinjaman atau tidak.

c) Menanyakan tentang cash flow dari usaha yang telah

berjalan dan keuntungan per bulan dari usaha calon

debitur Kredit Usaha Rakyat tersebut dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan membayar pinjaman.

(Hasil wawancara dengan Bapak Arif R selaku

Mantri/Account Officer BRI Surakarta pada tanggal

2 Maret 2021 pukul 10.00 WIB).

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan pihak

Bank sebagai Kreditur yaitu analisa yang mendalam

terhadap calon debitur, dikenal dengan beberapa prinsip 4P

dan 7P. Prinsip pemberian kredit 4 P adalah:

a) Personality

“Bank mencari data tentang kepribadian si

peminjam seperti riwayat hidupnya (kelahiran,

pendidikan , pengalaman, usaha, hobi, keadaan

keluarganya dan yang ada kaitannya dengan

kepribadian si peminjam).”

b) Purpose

“Mencari data tentang tujuan atau keperluan

penggunaan kredit, apakah akan digunakan untuk

berdagang, berproduksi atau untuk membeli rumah,

dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai

dengan line of business kredit bank bersangkutan.”

c) Prospect

“Harapan masa depan dari bidang usaha atau

kegiatan usaha si peminjam. Ini dapat diketahui dari

perkembangan usaha si peminjam selama beberapa

bulan atau tahun, perkembangan keadaan ekonomi

perdagangan masa lalu dan masa yang akan datang.”

d) Payment

“Mengetahui bagaimana pembayaran

kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat

diperoleh dari perhitungan tentang prospect,

kelancaran, penjualan dan pendapatan sehingga

dapat diperkirakan kemampuan pengembalian

pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah

pengambilannya.”

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Selain prinsip 4P, prinsip lainnya yang digunakan oleh

lembaga keuangan dalam memberikan kredit adalah prinsip 7P,

yaitu:

a) Personality

Kriteria pertama adalah personality, yaitu

kepribadian dari calon peminjam yang mengajukan

kreditnya. Kriteria ini hampir sama dengan

kriteria character dari prinsip 5C yang telah dijelaskan

diatas, dimana melihat bagaimana keseluruhan kepribadian

nasabah mencakup sikap dan perilakunya sehari-hari.

b) Party

Yang kedua dalam prinsip 7P adalah party, dimana

calon peminjam dimasukkan ke dalam beberapa golongan

yang terkait dengan kondisi keuangannya. Biasanya pihak

bank mengklasifikasikan nasabah berdasarkan modal yang

dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan lain sebagainya. Dengan

adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan ada

perbedaan pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.

c) Purpose

Kriteria yang ketiga adalah purpose, yaitu apa tujuan

dari calon peminjam dalam mengajukan kreditnya pada

lembaga keuangan. Pihak bank perlu mengetahui untuk apa

dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk modal usaha,

investasi, biaya pendidikan, atau justru kegiatan konsumtif.

Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank atau

lembaga keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut

berfokus pada pengelolaan modal maka akan tepat bagi

nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

d) Prospect

Kriteria keempat dari prinsip 7P adalah prospect, yaitu

bagaimana prospek dari usaha yang dijalankan oleh calon

peminjam. Tentu saja prinsip ini berlaku khusus bagi nasabah

yang mengajukan pinjaman untuk modal usaha atau bisnis yang

dikelolanya. Dengan mengetahui apakah usaha dan bisnis

tersebut memiliki prospek ke depan yang bagus atau tidak, maka

bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan

bayar dari nasabah.

e) Payment

Masih berkaitan dengan kriteria sebelumnya, kriteria yang

kelima ini juga bertujuan mengukur bagaimana kemampuan

bayar dari calon peminjam. Prinsip payment dilihat dari sumber

pendapatan nasabah, kelancaran usaha yang dijalankan, hingga

prospek dari usaha tersebut. Dengan begitu, pihak bank atau

lembaga keuangan dapat menilai apakah nasabah tersebut

memang dapat membayar kreditnya atau tidak.

f) Profitability

Kriteria keenam adalah profitability, dimana pihak bank

melihat bagaimana kemampuan calon peminjam dalam

menghasilkan keuntungan atau laba. Sama seperti beberapa

kriteria sebelumnya, kriteria ini lebih dikhususkan pada nasabah

yang meminjam untuk keperluan usahanya. Semakin tinggi

tingkat profitability dari calon peminjam, maka akan semakin

tinggi pula kemungkinan kredit yang diajukan dapat disetujui

bank.

g) Protection

Tidak jauh berbeda dengan kriteria collateral pada prinsip

5C, kriteria protection ini juga mengacu pada jaminan yang

dapat diberikan oleh calon peminjam. Selain jaminan berupa

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

barang seperti aset rumah atau perusahaan, protection ini juga

dapat berupa jaminan asuransi yang dimiliki oleh nasabah.

3) Tahap Pemberian Putusan Kredit

Tahap ini, calon debitur akan memperoleh keputusan

kredit yang berisi persetujuan akan adanya pemberian

Kredit Usaha Rakyat sesuai permohonan yang

diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan

kredit berupa mengabulkan sebagian atau seluruh

permohonan kredit dari calon debitur. Pihak Bank BRI

Surakarta akan memberitahukan kepada calon debitur

untuk mengkonfirmasi kembali beberapa hari menurut

hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah

pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian

putusan dilakukan 3-5 hari setelah pendaftaran

permohonan kredit usaha rakyat. (Wawancara tanggal 2

Maret 2021 pukul 10.00 WIB, dengan Arif selaku

Mantri (AO) Bank BRI Surakarta)

Pada Bank BRI Surakarta, sebelum pemberian

putusan kredit, Kepala Unit Bank BRI Surakarta wajib

meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen

yang berkaitan atau yang mendukung pemberian

keputusan kredit masih berlaku lengkap, sah, dan

berkekuatan hukum.

Setiap pejabat yang terlibat dalam kebijakan

persetujuan kredit harus mampu memastikan hal-hal

berikut (Rachmat Firdaus, 2003:51):

a) Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan

prinsip perkreditan yang sehat dan ketentuan

perbankan lainnya,

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

b) Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada

analisis kredit yang jujur, objektif, cermat, dan

seksama (menggunakan 5C’s principlesi) serta

independent,

c) Adanya keyakinan bahwa kredit akan mampu

dilunasi oleh debitur. Kebijakan dari Bank BRI

Surakarta, yang dapat diberikan Kredit Usaha

Rakyat ini adalah debitur yang memiliki Usaha

Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Bank BRI

Surakarta tidak turut serta menyertakan koperasi,

karena sampai saat ini Bank BRI Surakarta belum

memberlakukan Linkage Program dimana kredit

terhadap UMKM dapat disalurkan melalui

koperasi.

4) Tahap Pencairan Kredit/Akad Kredit

Setiap proses pencairan kredit (disbursement) harus

terjamin asas aman, terarah, dan produktif dan

dilaksanakan apabila syarat yang ditetapkan dalam

perjanjian kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit

(Rachmat Firdaus, dkk. 2003 : 52). Setelah semua

persyaratan terpenuhi dan pemberian kredit diikat oleh

perjanjian kredit maka debitur dapat mengambil dana

pinjaman yang telah dimohonkan kepada bagian teller

Bank BRI Surakarta.

Tahap akad kredit/ pencairan meliputi beberapa

tahap yaitu tahap persiapan pencairan, penandatangan

perjanjian pencairan kredit, fiat bayar dan pembayaran

pencairan kredit (Hasil wawancara dengan Ida

Nurhayati, S.H., M.H. selaku Credit Supervisor Bank

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

BRI Surakarta pada tanggal 1 Maret 2021 pukul 10.00

WIB).

Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah pada

tahap akad kredit adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Pencairan

Setelah Surat Keterangan Permohonan

Pinjam (SKPP) diputus, Costumer Services

mencatatnya pada register dan segera

mempersiapkan pencairan sebagai berikut:

1) Memberitahukan pada calon debitur bahwa

permohonan KURnya telah mendapat

persetujuan atau putusan dan kepastian tanggal

pencairannya.

2) Menyiapkan Surat Pengakuan Hutang

3) Mengisi kuitansi pencairan KUR

b. Penandatanganan Perjanjian Pencairan KUR

Berkas atau kelengkapan pencairan disini adalah

Surat Pengakuan Hutang, sebelum penandatanganan

berkas pencairan kredit usaha rakyat, Customer Service

harus memastikan bahwa dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan pencairan kredit usaha rakyat telah

ditandatangani oleh debitur sebagai bukti persetujuan

debitur. Setelah itu, Customer Service meminta debitur

untuk membaca dan memahami Surat Pengakuan

Hutang (SPH) dan menandatangani SPH tersebut

selanjutnya diserahkan pada kepala unit untuk diperiksa.

Untuk menjaga keamanan dan melaksanakan prinsip

kehati-hatian maka Costumer Service mencocokkan

tanda tangan dengan tanda tangan debitur pada waktu

pendaftaran, kemudian menyerahkan semua berkas

kepada Kepala Unit untuk di fiat bayar.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

c. Fiat Bayar

Kepala Unit memeriksa berkas tentang kebenaran

dan kelengkapan pengisian berkas kredit usaha rakyat

untuk dicocokkan dengan syarat yang disebutkan dalam

putusan kredit, setelah yakin maka kepala unit

membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan fiat

bayar. Setelah selesai, kwitansi diserahkan pada teller

dan berkas diserahkan pada customer service.

d. Pembayaran Pencairan KUR

Pembayaran pencairan kredit usaha rakyat kepada

debitur dilakukan oleh teller berdasarkan kwitansi yang

diterima dari kepala unit dengan terlebih dahulu meneliti

keabsahan kwitansi.

Apabila terjadi keterlambatan pencairan dana kredit usaha

rakyat, disebabkan oleh banyaknya peminat yang hendak menjadi

calon debitur kredit usaha rakyat, mengingat jumlah tenaga yang

menangani kredit usaha rakyat tidak sebanding dengan jumlah

peminat kredit usaha rakyat.

Lamanya proses pencairan dana disebabkan pula oleh

penerapan asas kehati-hatian dalam menyalurkan dananya dan tetap

berpegang teguh pada lima prinsip dalam penilaian kondisi nasabah

atau sering disebut dengan “The Five of Credit Analysis” (Gatot

Supramono, 1995 :33-34). Lima prinsip penilaian tersebut antara

lain:

a. Character

Character adalah keadaan watak atau sifat dari

debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam

lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap aspek

character ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

kemauan dan itikad baik debitur untuk memenuhi

kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

ditetapkan. Character ini merupakan faktor kunci

walaupun calon debitur tersebut mampu menyelesaikan

hutangnya, namun kalau tidak mempunyai itikad baik

tentu akan menimbulkan kesulitan pada bank di kemudian

hari. Alat untuk memperoleh gambaran tentang character

dari calon nasabah dapat diperoleh melalui upaya:

1) Meneliti riwayat hidup calon nasabah,

2) Meneliti reputasi calon debitur tersebut di

lingkungan usahanya,

3) Melakukan bank to bank information, mencari

informasi dari bank ke bank lain tentang calon

debitur,

4) Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di

mana calon debitur berada,

5) Mencari informasi apakah calon debitur suka

berjudi,

6) Mencari informasi apakah calon debitur suka

berfoya-foya.

b. Capacity

Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam

menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang

diharapkan. Penilaian ini berfungsi untuk mengukur

kemampuan calon debitur dalam mengembalikan

hutangnya secara tepat waktu, dari usaha yang

diperolehnya. Pengukuran capacity dapat dilakukan

melalui berbagai pendekatan sebagai berikut:

1) Pendekatan historis, yaitu menilai kemampuan yang

telah lampau, apakah menunjukkan perkembangan

dari waktu ke waktu,

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

2) Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang

pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting

untuk perusahaan-perusahaan yang menghendaki

keahlian teknologi tinggi dan yang memerlukan

profesionalisme tinggi,

3) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah

calon debitur mempunyai kapasitas untuk mewakili

badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan

perjanjian kredit dengan bank,

4) Pendekatan managerial, yaitu menilai sejauh mana

kemampuan dan keterampilan nasabah

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam

memimpin perusahaan,

5) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana

kemampuan calon nasabah dalam mengelola faktor-

faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan

baku, mesin-mesin, administrasi dan keuangan,

hubungan industri dan kemampuan merebut pasar.

c. Capital

Capital adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki

oleh calon debitur. Kemampuan modal sendiri diperlukan

bank sebagai alat indikator kesungguhan dan tanggung

jawab debitur dalam menjalankan usahanya karena ikut

menganggung risiko dalam kegagalan usaha. “Biasanya

jika jumlah modal sendiri (modal netto) cukup besar,

perusahaan tersebut akan kuat dalam menghadapi

persaingan dari perusahaan-perusahaan sejenis” (Rachmat

Firdaus dan Maya Ariyanti, 2003 : 85).

Kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam

bentuk kewajiban untuk menyediakan pembiayaan sendiri

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

dalam praktik, yang jumlahnya lebih besar daripada kredit

yang dimintakan kepada bank. Bentuk pembiayaan ini

tidak harus dalam bentuk uang tunai, namun juga bisa

dalam bentuk barang modal, seperti : tanah, bangunan,

mesin-mesin dan sebagainya.

d. Collateral

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan

debitur sebagai agunan terhadap kredit yang

diterimanya. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis

jaminan, lokasi, bukti kepemilikkan, dan status

hukumnya, untuk menghindari terjadinya pemalsuan

bukti kepemilikan, maka sebelum dilakukan pengikatan

harus diteliti mengenai status yuridisnya bukti pemilikan

dan orang yang menjaminkan. Hakikatnya, bentuk

collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, tetapi juga

yang tidak berwujud atau non material seperti jaminan

pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort,

rekomendasi, avalis. Penilaian ini dapat dilihat dari dua

segi berikut:

1) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-

barang yang akan diagunkan.

2) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut

memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai

sebagai agunan.

e. Condition of Economy

Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi

politik, sosial, ekonomi, budaya, yang mempengaruhi

usaha calon debitur di kemudian hari. Penelitian

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

mengenai hal-hal seperti keadaan konjungtur, peraturan-

peraturan pemerintah, situasi politik, dan perekonomian

politik perlu diadakan untuk mendapat gambaran

mengenai hal-hal tersebut.

Kelima prinsip di atas yang paling perlu mendapatkan

perhatian Account Officer adalah character, karena apabila prinsip

ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya tidak berarti, atau dengan kata

lain permohonannya harus ditolak.

Perjanjian kredit pada umumnya berisi tentang para pihak,

obyek perjanjian, affirmative convenant (klausula yang berisi janji-

janji nasabah debitur untuk melakukan hal-hal tertentu selama

perjanjian kredit berlaku), negative convenant (hal-hal yang tidak

boleh dilakukan oleh penerima pinjaman selama jangka waktu

kredit seperti pelarangan dalam pembagian dividen, melunasi

hutang kepada pihak terafiliasi, menjaminkan harta perusahaan

kepada pihak ketiga, dst), klausula yang wajib ada di perjanjian, sell

down, perjumpaan hutang, publikasi, dan domisili perkara.

Perjanjian kredit dapat dibuat dengan cara notariil, dibawah tangan,

dibawah tangan yang dilegalisir, dan dibawah tangan yang didaftar

(waarmerking). Penetapan pilihan pembuatan perjanjian kredit

merupakan judgment pejabat. Pemutus dengan mempertimbangkan

tingkat risiko, kompleksitas putusan kredit dan kemampuan jajaran

ADK unit kerja dalam membuat perjanjian kredit di bawah tangan.

(Hasil wawancara dengan Ibu Ida selaku Credit Supervisor BRI

Surakarta pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 10.00 WIB).

2. Penyelesaian Kredit Macet UMKM berdasarkan POJK

Nomor 11 Tahun 2020 karena Pandemi Covid-19 di PT. Bank

Rakyat Indonesia Surakarta

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Ida Nurhayati,

S.H., M.H. selaku Credit Supervisor di Bank BRI Surakarta,

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

kredit macet atau kredit bermasalah dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yang harus diketahui baik faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal dan eksternal tersebut bisa dari debitur

maupun dari pihak Bank BRI sendiri. Hal tersebut terdapat pada

kebijakan internal yang dikeluarkan Bank BRI berupa Surat

Keputusan PP Nomor 12 – DIR/KRD/12/2018 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kredit Ritel PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

TBK yang meliputi:

a. Sisi Debitur

Kelemahan dari sisi debitur dapat disebabkan antara

lain oleh:

1) Masalah operasional usaha yang kurang dari

persyaratan yang ditetapkan (minimal usaha telah

berjalan 6 bulan)

2) Manajemen usaha

3) Kecurangan dan/atau ketidakjujuran debitur dalam

mengelola kredit (penyalahgunaan kredit dan/atau

adanya kesengajaan untuk tidak membayar

kewajibannya)

4) Pemutus hubungan bisnis/kontrak

b. Sisi Internal Bank BRI

Kelemahan dari sisi internal Bank BRI dapat

disebabkan antara lain oleh:

1) Itikad tidak baik dan atau kekurangmampuan dari

pejabat/pegawai Bank BRI

2) Kelemahan sejak awal dalam proses pemberian kredit

3) Kelemahan pembinaan kredit

c. Sisi Eksternal Bank BRI dan Debitur

Kelemahan dari sisi eksternal Bank BRI dan debitur

dapat disebabkan antara lain oleh:

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

1) Force majeure

2) Perubahan-perubahan eksternal lingkungan

(environtment)

Pendekatan terhadap kredit bermasalah di Bank BRI

Surakarta adalah seluruh pejabat kredit harus mempunyai persepsi

yang sama dalam penyelesaian kredit bermasalah dengan

pendekatan sebagai berikut:

a. Tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya

kredit bermasalah.

b. Mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga

akan menjadi kredit bermasalah.

c. Menangani kredit bermasalah atau diduga akan menjadi

kredit bermasalah, harus dilakukan secara dini dan sesegera

mungkin.

d. Tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara

menambah plafond kredit atau tunggakan-tunggakan bunga

dan mengkapitalisasi tunggakan bunga tersebut, atau yang

lazim dikenal dengan plafondering kredit, kecuali dalam

rangka restrukturisasi kredit yang dilaksanakan secara

selektif.

e. Tidak melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit

bermasalah, khususnya untuk kredit bermasalah kepada

pihak-pihak yang terkait dengan Bank BRI dan debitur-

debitur besar tertentu.

Tata cara pengelolaan kredit macet terdapat beberapa tahap, yaitu:

a. Penetapan Strategi Penanganan Kredit Bermasalah

Setiap rencana tindakan restrukturisasi dan penyelesaian

kredit bermasalah harus dibuat secara tertulis, termasuk

identifikasi masalah dan analisa strategi yang diperlukan untuk

setiap debitur termasuk koordinasi dengan instansi terkait.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

Identifikasi tersebut antara lain meliputi:

a. Dokumentasi

Penguasaan, kelengkapan dan keabsahan dokumen

merupakan bagian yang sangat penting dari manajemen

risiko kredit. Pejabat kredit lini dan administrasi kredit

harus melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap

seluruh dokumen kredit untuk mengetahui posisi Bank

BRI terhadap debitur terutama dari aspek hukum.

b. Hubungan dengan Debitur

Analisis dan evaluasi terhadap riwayat hubungan

dengan debitur mencakup:

1) Kontribusi yang telah diberikan, integritas,

keterbukaan dan kecakapan sebagai ukuran

kejujuran dan kemampuan manajemen.

2) Pemenuhan kewajiban-kewajiban selama ini

baik berupa pembayaran bunga maupun pokok

pinjaman, penyampaian laporan keuangan

maupun informasi yang diperlukan.

3) Ketaatan dalam pemenuhan persyaratan kredit.

4) Respons yang diperlihatkan oleh debitur atas

kreditnya yang bermasalah.

Dari hasil penilaian tersebut di atas dapat

disimpulkan itikad dan kemauan debitur untuk

menyelesaikan kewajibannya.

1) Informasi dan Investigasi

Informasi dan investigasi dimaksudkan untuk

mengetahui lebih dalam mengenai kondisi terakhir

debitur yang bersangkutan terutama kondisi usaha

maupun agunannya.

Informasi dapat diperoleh antara lain dari

pemasok, pelanggan, relasi bisnis dan internal

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

perusahaan. Pemeriksaan dilakukan dengan

mengadakan kunjungan ke tempat usaha maupun ke

lokasi agunan debitur, untuk mengetahui

kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya

dan untuk menghimpun informasi mengenai nilai

jual akun sesuai kondisi riil terkini.

Berdasarkan informasi dan investigasi dapat

diketahui posisi BRI terhadap debitur khususnya

ditinjau dari usaha dan kondisi agunan. Setelah

mengadakan analisa dan evaluasi dari ketiga langkah

diatas, dapat diketahui posisi Bank BRI serta dapat

menentukan kategori debitur sebagai berikut:

a) Debitur “A”: Itikad baik, prospek

usaha/debitur baik

b) Debitur “B”: Itikad baik, prospek

usaha/debitur tidak baik

c) Debitur “C”: Itikad tidak baikk, prospek

usaha/debitur baik

d) Debitur “D”: Itikad tidak baik, prospek

usaha/debitur tidak baik

Dari kategori yang telah ditentukan terhadap

debitur tersebut selanjutnya dapat merencanakan

tindakan yang akan dilakukan:

a) Terhadap Debitur A, dilakukan negosiasi

guna mencari cara restrukturisasi kredit

yang dapat disepakati oleh kedua belah

pihak.

b) Terhadap Debitur B, dilakukan negosiasi

untuk upaya penyelesaian kredit yang

dapat disepakati oleh kedua belah pihak.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

c) Terhadap Debitur C, terlebih dahulu

dilakukan langkah-langkah penyelesaian

melalui parate/fiat eksekusi agar debitur

menjadi kooperatif. Apabila tetap tidak

kooperatif maka proses hukum dapat

dilanjutkan.

d) Terhadap Debitur D, dilakukan langkah-

langkah penyelesaian melalui saluran

hukum.

Kondisi agunan akan mempengaruhi efektivitas langkah

tindak lanjut berdasarkan penetapan posisi Bank BRI tersebut

diatas. Berpijak dari posisi Bank BRI tersebut ditetapkanlah

alternatif strategi restrukturisasi atau penyelesaian kredit

bermasalah. Pemilihan dan penetapan strategi akhir didasarkan

hasil negosiasi dengan melaksanakan penekanan yang tepat

guna dan berkesinambungan terhadap debitur. Penetapan

strategi tersebut juga harus mempertimbangkan unsur yang

sangat penting, yaitu kecepatan atau waktu penyelesaian kredit

bermasalah dimaksud.

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Secara umum rencana tindak lanjut penanganan kredit

bermasalah dapat berupa pengawasan, restrukturisasi kredit dan

penyelesaian kredit.

1) Pengawasan

Jika kondisi usahanya masih baik serta diyakini

bahwa segala sesuatu yang dibuat dalam perjanjian

kredit masih dipenuhi oleh debitur, maka dilakukan

upaya pengawasan dan review terhadap dokumen

perkreditan.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

2) Restrukturisasi kredit

Syarat dan ketentuan restrukturisasi kredit

restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan terhadap

debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Debitur mengalami kesulitan pembayaran

pokok dan atau bunga kredit.

b) Debitur masih memiliki prospek usaha yang

baik dan dinilai mampu memenuhi kewajiban

setelah kredit direstrukturisasi

Restrukturisasi dilarang dilakukan dengan tujuan

untuk:

a) Memperbaiki kualitas kredit

b) Menghindari peningkatan pembentukan

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA), tanpa

memperhatikan kriteria debitur yang dapat

direstrukturisasi

3) Penyelesaian Kredit Bermasalah

Adalah upaya penyelesaian kredit yang dilakukan

oleh bank terhadap debitur yang usahanya tidak

mempunyai prospek lagi atau tidak mempunyai usaha

lagi, atau mempunyai itikat tidak baik sehingga kreditnya

tidak dapat direstrukturisasi.

a) Penyelesaian Kredit Bermasalah Secara Damai

Penyelesaian kredit bermasalah secara

damai dilakukan terhadap debitur yang masih

mempunyai itikad baik (kooperatif) untuk

menyelesaikan kewajibannya meliputi antara

lain:

(1) Perubahan atau penurunan tingkat

suku bunga kredit.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

(2) Keringanan tunggakan bunga dan atau

denda.

(3) Penjadwalan angsuran.

(4) Penjualan sebagian atau seluruh

angsuran secara di bawah tangan oleh

debitur atau pemilik agunan untuk

angsuran atau penyelesaian kewajiban

debitur.

(5) Penundaan pembayaran kewajiban

bunga/penalty (deferred interest

payment)

b) Penyelesaian Melalui Saluran Hukum

Penyelesaian kredit melalui saluran hukum

atau bantuan dari pihak ketiga antara lain

meliputi:

(1) Penyelesaian Kredit melalui Pengadilan

Negeri: Parate eksekusi, Fiat eksekusi,

Gugatan.

(2) Tuntutan Kepailitan Melalui Pengadilan

Niaga

c) Penyelesaian dengan Bantuan dari Pihak Ketiga

(1) Penyelesaian kredit macet dengan bantuan

kejaksaan

(2) Penyelesaian kredit dengan pengajuan

klaim asuransi.

C. Kendala dalam Penyelesaian Kredit Macet karena Covid-19 dan

Alternatif Solusinya

Bank BRI Surakarta telah mendukung dan menyukseskan

berbagai program pemulihan ekonomi nasional melalui subsidi

bunga, penjaminan UMKM, restrukturisasi kredit terdampak Covid-

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

19, penyaluran KUR, Bansos, dan Bantuan Presiden Produktif Usaha

Mikro (BPUM). Dalam hal pemberian restrukturisasi akan

dilanjutkan Bank BRI sesuai keputusan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun

2020 yang memperpanjang masa pemberian relaksasi kredit hingga

2022. Penerapan Peraturan OJK Nomor 11 Tahun 2020 ini merupakan

alternatif solusi dalam kendala pelaksanaan penyelesaian kredit macet

karena Covid-19.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Arif R selaku

Mantri/Account Officer BRI Surakarta pada tanggal 2 Maret 2021

pukul 10.00 WIB, Bank BRI Surakarta memiliki sekitar 1062 nasabah

debitur UMKM dan yang diberi restrukturisasi karena pandemi

Covid-19 sekitar 550 debitur. Pada tahun 2020, Bank BRI telah

menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 125,3 triliun

kepada lebih dari 5,2 juta pelaku UMKM. Dan pada tahun 2021 Bank

BRI meningkatkan plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi Rp

253 triliun

(https://www.cnbcindonesia.com/market/20210102132654-17-

213015/bangkitkan-umkm-ini-strategi-bri-akselerasi-kur-di-2021).

Sepanjang 2020, BRI menjadi partner strategis pemerintah

terkait penyaluran stimulus program percepatan. Pemulihan Ekonomi

Nasional (PEN). BRI telah merestrukturisasi pinjaman senilai Rp

218,6 triliun kepada 2,8 debitur, menyalurkan subsidi bunga UMKM

senilai RP 5,5 triliun kepada lebih dari 6,6 juta penerima,

menyalurkan KUR Mikro senilai Rp 116,9 triliun kepada 4,4 juta

debitur dan KUR super mikro sebesar RP 8,5 triliun kepada 972 ribu

pelaku UMKM (https://www.wartaekonomi.co.id/read321177/bri-

fokus-selamatkan-umkm-dirut-2021-mood-nya-masih-

krisis?page=2).

Sebagai lembaga keuangan yang memiliki komitmen terhadap

pemberdayaan UMKM di Indonesia, perseroan telah menyusun

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

kebijakan internal sebagai implementasi Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 pasal 2 butir 4. Dalam regulasi

tersebut, bank harus memiliki pedoman untuk menetapkan debitur

yang terdampak Covid-19. Disamping itu, Bank BRI juga telah

menyusun kriteria debitur beserta sektor yang terdampak

sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 butir 5 Peraturan Otoritas Jasa

keuangan. Seluruh Relationship Manager (RM) mikro Bank BRI

telah dilengkapi dengan aplikasi BRISPOT yang memudahkan untuk

melalukan monitoring pinjaman secara offsite.

Terhadap ketentuan tersebut, Bank BRI mengeluarkan

kebijakan mengenai restrukturisasi kredit di masa pandemi Covid-19

ini dengan tetap menjalankan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah

yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020. Bank

BRI Surakarta menerapkan restrukturisasi berbentuk perpanjangan

masa angsuran dan penurunan suku bunga. Menurut Bu Ida Nurhayati

selaku Credit Supervisor Bank BRI Surakarta, tunda pokok bunga

tidak diterapkan di Bank BRI dikarenakan jika semua bunga ditunda

maka akan mengurangi keuntungan Bank BRI. Sehingga penerapan

kebijakan stimulus tersebut tetap harus berdasarkan kebijakan

masing-masing bank.

Dengan diterapkannya kebijakan stimulus tersebut, Bank BRI

telah memberikan keringanan kepada debitur khususnya debitur

UMKM yang terdampak Covid-19. Sehingga tercipta keadilan bagi

kedua belah pihak. Keadilan berkontrak pun juga tercapai yakni

adanya keseimbangan antara para pihak. Pihak debitur mendapatkan

keringanan dan permasalahan kredit di Bank BRI pun juga

terselamatkan. Dengan begitu hal ini sejalan dengan Teori Keadilan

oleh John Rawls, karena keadilan merupakan tujuan yang ingin

dicapai pemerintah terkait penanganan permasalahan ekonomi di

masa pandemi Covid-19. Setelah keadilan tercapai, kepastian hukum

pun juga terwujud karena dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan.

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

Tujuan dari hukum yaitu untuk memberikan keadilan dan kepastian.

Kepastian hukum merupakan salah satu tujuan hukum dan dapat

dikatan upaya mewujudkan keadilan. Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 yang dikeluarkan pemerintah

merupakan bentuk kepastian hukum secara normatif yang mana

peraturan tersebut mengatur secara pasti dan logis, dalam hal ini bagi

debitur UMKM.

Bank Indonesia mencatat rasio kredit bermasalah atau Non

Performing Loan (NPL) perbankan mengalami peningkatan dari

sebelum adanya wabah Covid-19 dan saat pandemi Covid-19 yaitu

dari tahun 2018-2021. Dibawah ini adalah grafik peningkatan NPL

perbankan 2018-2021:

Grafik 1. Peningkatan Non Performing Loan Perbankan 2018-2021

Sumber: Bank Indonesia

Grafik diatas menunjukkan bahwa NPL tahun 2018 sebesar 2,37%, 2019

sebesar 2,59%, 2020 sebesar 3,06%, dan 2021 sebesar 3,21%. Terdapat

peningkatan yang besar dari tahun 2019 ke 2020. Peningkatan NPL ini

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kredit bermasalah yang dapat

2021 2020 2019 20180,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

3,50%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

menimbulkan masalah bagi kesehatan bank. Semakin banyak angka rasio NPL

pada sebuah bank maka dapat dipastikan bahwa fungsi kinerja bank tersebut

bermasalah.

Dari data diatas, maka skema pengajuan restrukturisasi kredit pada Bank

BRI Surakarta yaitu:

a. Nasabah datang ke bank membawa surat pengajuan restrukturisasi.

Surat tersebut dibuat dengan format bebas dan menjelaskan kondisi

usaha debitur yang terdampak pandemi Covid-19. Surat permohonan

tesebut diajukan ke pimpinan Bank BRI. Pimpinan kemudian

mendisposisi kepada RM (Relationship Manager) untuk

ditindaklanjuti.

b. Setelah surat pengajuan masuk, RM akan melakukan survey usaha

debitur atau yang disebut dengan Laporan Kunjungan Nasabah

(LKN). Survey lapangan dilihat usahanya, omsetnya, pendapatannya,

dan alasan pengajuan restrukturisasi. Secara administrasi dilihat

KTP, KK, NPWP, perizinan-perizinan, Sistem Layanan Informasi

Keuangan (SLIK), ada juga Sistem Informasi Calon Debitur (SICD)

dari internal Bank BRI untuk melihat kolektibilitas debitur.

c. Setelah dilakukan survey atau LKN, semua perizinan masuk, RM

melakukan analisa neraca sehingga dapat melihat kualitas dari

cashflow dan laba rugi debitur. hal ini dilaporkan kepada pimpinan

dan dijadwalkan untuk LKN kedua bersama pimpinan.

d. Di LKN kedua yang mengunjungi adalah pimpinan dengan RM.

Pimpinan akan mencocokkan dengan data yang didapat oleh RM.

Pimpinan menggali informasi debitur terkait kemampuan bayar dan

menentukan skema kredit seperti apa yang tepat untuk membantu

meringankan beban pembayaran sehingga kredit dapat kembali

lancar.

e. Setelah semua dilakukan, debitur menunggu hasil putusan pengajuan

restrukturisasi dari pemutus kredit (pimpinan).

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

Di masa pandemi Covid-19 ini, Bank BRI memberikan kemudahan

pengajuan restrukturisasi kredit. Pengajuan dapat dilakukan secara online.

Tata cara:

a. Pengajuan permohonan restrukturisasi (keringanan) dapat dilakukan

dengan cara mengisi formulir yang dapat diunduh (di-

download) dari website resmi BRI Finance: www.brifinance.co.id;

b. Pengembalian formulir dilakukan melalui surat

elektronik/email (tidak perlu mendatangi kantor BRI Finance) ke

alamat email: marketing@brifinance.co.id dengan menyampaikan

alamat email Bapak/Ibu dan/atau alamat korespondensi lain yang

dapat dihubungi;

c. BRI Finance akan melakukan penilaian terhadap kondisi debitur

untuk menentukan skema restrukturisasi berat, sedang atau ringan;

d. BRI Finance menentukan bentuk restrukturisasi sesuai dengan

kondisi debitur;

e. Persetujuan permohonan restrukturisasi (keringanan) akan

diinformasikan oleh BRI Finance melalui email, surat

pemberitahuan tertulis dan/atau media komunikasi lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu X selaku Debitur yang

mengajukan restrukturisasi karena pandemi Covid-19 pada tanggal 13 April

2021 pukul 11.00 WIB, dalam pengajuan restrukturisasi tidak ditemukan

kendala selama mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dari Bank BRI

Surakarta dan menyerahkan persyaratan yang diminta dengan lengkap.

Cara restrukturisasi kredit atau pembiayaan dilakukan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa keuangan Nomor 11 Tahun 2020

mengenai penilaian kualitas aset, antara lain dengan cara:

a. Penurunan suku bunga

b. Perpanjangan jangka waktu

c. Pengurangan tunggakan pokok

d. Pengurangan tunggakan bunga

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

e. Penambahan fasilitas kredit/pembiayaan; dan/atau

f. Konversi kredit/pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara.

Dalam hal ini pemerintah telah memberikan perlindungan hukum

kepada debitur atau nasabah dengan mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 11 Tahun 2020. Debitur adalah aset negara yang

perannya sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Perlindungan hukum yang diberikan merupakan implementasi

atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat martabat manusia

yang bersumber dari Pancasila. Sikap yang dilakukan olehpemerintah ini

merupakan bentuk implikasi dari Teori Perlindungan Hukum oleh M.

Hadjon dan Prof Isnaeni. Pemerintah telah memberikan perlindungan

hukum secara represif dan secara eksternal.

Skema restrukturisasi yang berlaku di Bank BRI bagi debitur

perusahaan berdasarkan masing-masing segmen. Nantinya, skema tersebut

bisa menjadi referensi bagi para debitur untuk mengajukan keringanan atau

restrukturisasi kredit. Pertama pada segmen mikro, kecil dan ritel terdiri dari

empat skema. Skema pertama, apabila debitur mengalami penurunan omset

sebanyak 30% akan diberikan restrukturisasi berupa penurunan suku bunga

dan perpanjangan waktu kredit. Skema kedua, apabila debitur mengalami

penurunan omset sekitar 30% sampai 50% akan diberikan keringanan

berupa penundaan pembayaran bunga dan angsuran poko selama 5

bulan. Ketiga, kalau debitur mengalami penurunan omset 50% sampai 70%,

skema restrukturisasi yang diberikan yakni penundaan pembayaran bunga

selama 6 bulan dan penundaan angsuran pokok selama 12 bulan. Skema

keempat atau terburuk yakni apabila omset debitur turun di atas 70% akan

diberikan penundaan pembayaran bunga selama 12 bulan dan penundaan

angsuran pokok selama 12 bulan.

Sebagai tambahan informasi, berdasarkan hasil wawancara dengan

Bapak Arif R selaku Account Officer pada tanggal 2 Maret 2021 pukul

10.00 WIB di Bank BRI Surakarta, saat ini semua usaha UMKM dapat

dibiayai, akan tetapi pasar sasaran setiap daerah pasti akan berbeda dan juga

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

setiap waktu akan berubah, sesuai dengan situasi ekonomi yang ada pada

waktu tersebut. Sebagai contoh sekarang ini pasar sasaran yang dicari

adalah bidang kesehatan, karena perekonomian yang saat ini sedang

meningkat adalah kesehatan. Usaha yang sementara ini dihindari adalah

perhotelan dan Event Organizer (EO) karena perhotelan sedang turun

drastis pemasukannya dan EO sekarang tidak ada kegiatan apa-apa

mengingat kondisi pandemi tidak diperbolehkan ada kerumunan sehingga

acara-acara pun digelar secara online.

Sejauh ini apabila nasabah membayar sesuai kesepakatan yang telah

dibuat, program restrukturisasi kredit berjalan efisien sesuai dengan

perjanjian restrukturisasi. Namun kendala yang sering dihadapi dalam

menyelesaikan kredit macet adalah adanya debitur yang beritikad tidak

baik, dimana dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya dalam

menyelesaikan masalah kreditnya, selain itu adanya kendala ekonomi akibat

Covid-19 yang dihadapi oleh debitur juga dapat menjadi kendala dalam

menyelesaikan masalah kredit. Debitur yang memiliki kesulitan ekonomi

namun tidak memiliki kesadaran untuk mengajukan restrukturisasi juga

akan menambah kendala yang ada.

Upaya yang dapat dilakukan dalam penyelesaian kredit macet karena

Covid-19 adalah dengan menerapkan Peraturan OJK Nomor 11 Tahun

2020. Dengan adanya kebijakan tersebut, bank perlu mendata nasabah yang

mempunyai kolektibiltas kredit 5 atau macet. Kemudian melakukan survey

dan menganalisa untuk dapat menentukan kebijakan yang diberikan kepada

debitur yang bermasalah atau yang terdampak langsung Covid-19.

Kebijakan ini juga dapat dimanfaatkan oleh debitur dengan menyampaikan

kondisi yang terjadi sehingga restrukturisasi dapat diajukan sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan. POJK Nomor 11 Tahun 2020 merupakan

bentuk kontribusi pemerintah untuk pemulihan ekonomi di masa pandemi

Covid-19. Restrukturisasi kredit bertujuan untuk mengembalikan kualitas

kredit menjadi lancar, dimana hal tersebut merupakan penyelamatan dari

kredit macet. Jika kredit macet terjadi, maka akan memengaruhi laba bank

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

atau bahkan bank mengalami kerugian. Sehingga selain bank, nasabah juga

harus aktif agar proses restrukturisasi dapat berjalan dengan baik.

Pernyataan restrukturisasi kredit efektif untuk menjaga kualitas kredit,

dimana menyelamatkan dari kredit macet sependapat dengan Kasmir bahwa

restrukturisasi kredit merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan

kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah

komposisi biaya (Lukman Dendawijaya, 2005: 83).

commit to user

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id